Anda di halaman 1dari 122

EVALUASI PROGRAM

BANTUAN LANGSUNG TUNAI ( BLT )


DI KECAMATAN KRAMATWATU
(Studi Kasus Tahun 2008 – 2009)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh.
MEGA SUSTRA DEWI
NIM. 062377
 
 
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG – BANTEN
2011 
ABSTRAK

Mega Sustra Dewi. NIM. 062377. Evaluasi Program Bantuan Langsung


Tunai di Kecamatan Kramatwatu, periode 2008-2009. Program Studi Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I, Maulana Yusuf, S.IP M.Si,
Pembimbing II, Rini Handayani, S.Si.

Kata kunci : Evaluasi Kebijakan Publik, Program Bantuan Langsung Tunai

Penelitian ini dilakukan dengan fokus penelitian Evaluasi Program Bantuan


Langsung Tunai di Kecamatan kramatwatu. Dengan rumusan masalah yaitu
bagaimana evaluasi program bantuan langsung tunai selama periode tahun 2008-
2009. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan evaluasi kebijakan dan
bantuan langsung tunai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif deskriptif. Subyek dari penelitian ini adalah para penerima dana
bantuan langsung tunai, yang terdiri dari 3.531 orang. Berdasarkan rumus Slovin,
sampel terdiri dari 97 orang. Pengambilan sampel menggunakan proportionate
area random sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan teori
evaluasi kebijakan dari Dunn yang terdiri dari 6 indikator yitu efektifitas,
efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Penelitian ini
menggunakan kuesioner, wawancara dan pengamatan. Dalam melakukan analisa
data penelitian ini menggunakan uji hipotesis t-test satu sampel. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa evaluasi program bantuan langsung tunai di Kecamatan
Kramatwatu periode 2008-2009 sudah berjalan baik. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh thitung lebih besar dari pada ttabel (4,1 ≥ 1,296), maka evaluasi
program bantuan langsung tunai di Kecamatan Kramatwatu mencapai angka
66,6% lebih besar dari angka yang dihipotesiskan yaitu 65 %. Saran peneliti
adalah perlu adanya pendataan ulang kepada masyarakat miskin terkait dengan
penetapan penerima bantuan langsug tunai dan perlu diterapkannya kriteria
penerima bantuan langsung tunai dengan baik kepada masyarakat miskin.
ABSTRACT

Mega Sustra Dewi. NIM. 062399. Evaluation of Direct Cash Program (BLT) at
District Kramatwatu, Serang period 2008-2009. Public Administration, Faculty
of Social and Political. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I,
Maulana Yusuf, S.IP M.Si, Advisor II, Rini Handayani, S.Si.

Keywords: Evaluation of Public Policy Program, Direct Cash Program,

This research was focused on evaluation research of Direct Cash Program (BLT)
at District of Kramatwatu period 2008-2009. As the problem formulation was how
the result of evaluation on Direct Cash Program at District Kramatwatu period
2008-2009. The purpose of this research was describe the result of evaluation on
Direct Cash Program at District Kramatwatu. The theory and concept which been
applied in this research were the theory of policy evaluation and BLT (Direct
Cash Program). The method of this research was descriptive quantitative. Subject
of the research were the BLT, which all of 3.531 persons. The number of
responders were figured based on Slovin formula consist of 97 persons. Data
collecting technique applied proportionate area random sampling. Instruments of
this research were based on Dunn theory which built from 6 indicators, they are
effectiveness, efficiency, adequacy, fairness, responsiveness, and accuracy. This
research used questionnaire and observation. In data analysis process, this
research applied one sample t-test hypothesis test. Result of the research
indicated that result of evaluasi on Direct Cash Program (BLT) at District
Kramatwatu period 2008-2009 were maximal. The result shows that the
Evaluation of Direct Cash Program the calculation result, found that tcount is
bigger than ttable (4,1 ≥ 1,296), it means that this program implementation
reached 66,6 % from lower number, 65 %. Researcher advice that a recollect
data is a must, in case to know the subject of this program. The criteria at the
object of this program is a needs too.
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : MEGA SUSTRA DEWI


NIM : 062377
Judul : EVALUASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI DI
KECAMATAN KRAMATWATU (Studi Kasus Periode Tahun
2008-2009)

Serang, Maret 2011


Skripsi Telah Disetujui untuk Diujikan

Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II

Maulana Yusuf, S.IP M.Si Riny Handayani, S.Si


NIP : 19760319200501101 NIP : 197601062006042007

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Dr. A. Sihabudin, M.Si


NIP: 196507042005011002
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mega Sustra Dewi

NIM : 062377

Tempat Tanggal Lahir : Serang, 12 Maret 1988

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul EVALUASI PROGRAM BANTUAN

LANGSUNG TUNAI DI KECAMATAN KRAMATWATU (studi kasus tahun

2008-2009) adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip

maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari

skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa

dicabut.

Serang, Maret 2011

Mega Sustra Dewi


NIM. 062377
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : MEGA SUSTRA DEWI


NIM : 062377
JUDUL SKRIPSI : EVALUASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG
TUNAI (BLT) DI KECAMATAN KRAMATWATU (studi
kasus tahun 2008-2009)

Telah diuji dihadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal ......
bulan....... tahun....... dan dinyatakan LULUS/TIDAK LULUS

Serang, April, 2011


Ketua Penguji

(Listyaningsih, S.Sos., M.Si) ..............................................


NIP. 197603292003122001
Anggota

(Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si) ...............................................


NIP. 19750312005012004
Anggota

( Maulana Yusuf, S.IP., M.Si ) ..............................................


NIP.19760319200501101004

Mengetahui,

Dekan FISIP UNTIRTA Ketua Program Studi

(Dr. A. Sihabudin, M.Si) (Kandung Sapto N. S.Sos M.Si)


NIP.196507042005011002 NIP.197809182005011002
Alhamdulillahi Robbil’alamin. . .

Persembahan:
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang
tua tercinta (ibunda dan ayahanda), adikku
tersayang, seseorang yang terkasih, serta
sahabat-sahabat terbaikku

”Kadang mengalah bukan jadi kalah dalam bersikap, karena


sesuatu akan jadi lebih baik jika kita bisa lebih mengalah
untuk sementara”
(Mega Sustra Dewi)
 
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin. Tiada kata yang layak terucap selain

mengucap syukur kepada sang pencipta Allah Swt yang tiada henti memberikan

segores tinta semangat dan harapan, hingga akhirnya catatan akhir kuliah yang

sederhana ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan. Terima kasih pula yang

sebesar-besarnya kepada Ibunda Dian Srimayanti, Ayahanda Helmi Syair, dan

adikku Devi Aviantarani yang selalu kubanggakan. Catatan akhir kuliah ini aku

persembahkan untuk kalian yang sangat berarti dalam hidup ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang

telah banyak memberikan pengajaran, bantuan, serta dukungan moriil dan materiil

dalam upaya penyelesaian penelitian ini yang berjudul ”Evaluasi Program

Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu (studi kasus tahun

2008-2009)”. Untuk itu, penulis sampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.


 
 

3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Ibu Rahmi Winangsih, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Idi Dimyati, S.Ikom., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Bapak Kandung Sapto N, S.Sos., M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

7. Ibu Rina Yulianti, S.IP., M.Si., Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

8. Bapak Drs. Hasuri, S.E, M. Si., Dosen pembimbing akademik.

9. Bapak Maulana Yusuf, S.IP M.Si., Dosen Pembimbing I Skripsi, yang telah

memberikan arahan dan masukannya dalam proses penyusunan skripsi.

10. Ibu Rini Handayani S.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi, yang telah

memberikan arahan dan motivasinya dalam proses penyusunan skripsi.

11. Ibu Listyaningsih, S.Sos M.Si., Dosen penguji proposal skripsi, sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing MPA, yang telah banyak memberikan arahan

selama proses pengujian proposal skripsi dan penyusunan MPA.

12. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, yang telah

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yang luar biasa selama

perkuliahan.

ii 
 
 

13. Camat Kecamatan Kramatwatu dan seluruh Pegawai di Kecamatan

Kramatwatu yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan

informasi yang dibutuhkan peneliti selama proses penelitian berlangsung.

14. Kepala Desa di seluruh Kecamatan Kramatwatu beserta seluruh Stafnya yang

telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi yang

dibutuhkan peneliti selama proses penelitian berlangsung.

15. Masyarakat Kecamatan Kramatwatu yang menjadi Penerima BLT yang telah

banyak memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti dalam proses

penelitian.

16. Keluarga besar kakek dan nenekku yang begitu besar mendukung dan

memotivasi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

17. dr. Luki Aditya Nugraha, penyemangat yang selalu setia menemani dan

membantu penulis selama ini. Without you, I have nothing. But with you, I

have everything. Terima kasih atas doa dan dukungannya.

18. Sahabat-sahabat terbaikku di Bonaparte Family, Opi, Icha, Eci, Winda, Aya,

Deboi, yang selalu setia menemani dan memberikan dukungan serta motivasi.

Arti persahabatan yang kalian berikan begitu indah dan sangat berarti semoga

tali ukhuwah selalu terjalin.

19. Serta sahabat-sahabatku yang lain, Kiki, Ade, Erik, Sute, Okta, Gitri, Irma,

Yulia, Dewi, Amin, Reygi, Evrans, Azwar, Teh Yeni, Luluk, Uwes, Terima

kasih atas kebersamaannya selama empat tahun lamanya menuntut ilmu di

perkuliahan.

iii 
 
 

Selain itu, penulis sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan-

kekurangan yang dimiliki, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran

dari semua pihak. Disisi lain, penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Serang, Maret 2011


Penulis

Mega Sustra Dewi


 

iv 
 
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

DAFTAR DIAGRAM......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembahasan Masalah ................................13

1.3 Perumusan Masalah...........................................................................14

1.4 Tujuan Penelitian...............................................................................14

1.5 Kegunaan Penelitian ..........................................................................15

1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................16

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................21

2.1 Deskripsi Teori ..................................................................................21

2.1.1 Konsep Kebijakan Publik ........................................................21


 
2.1.2 Evaluasi Kebijakan ..................................................................26

2.1.2.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan ...................................26

2.1.2.2 Kriteria Evaluasi Kebijakan ........................................33

2.1.2.3 Pendekatan Evaluasi Kebijakan ..................................35

2.1.3 Bantuan Langsung Tunai ........................................................38

2.1.3.1 Pengertian ...................................................................38

2.1.3.2 Tujuan .........................................................................40

2.1.3.3 Dasar Hukum ..............................................................40

2.1.3.4 Mekanise da Tahapan Kegiatan ..................................40

2.1.3.5 Organisasi Pelaksana...............................................................................46

2.2 Kerangka Berfikir ..............................................................................46

2.3 Hipotesis ............................................................................................47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................48

3.1 Metode Penelitian ..............................................................................48

3.2 Instrumen Penelitian ..........................................................................49

3.2.1 Jenis Data dan Sumber Data ...................................................51

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ......................................................52

3.2.3 Pengujian Validitas dan Realibilitas Instrumen ......................54

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................56

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..............................................60

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................63

BAB IV HASIL PENELITIAN ..........................................................................64

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...............................................................64

vi 
 
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kramatwatu ............................64

4.1.1.1 Keadaan Demografis ..................................................65

4.1.1.2 Kondisi dan Potensi Ekonomi ....................................66

4.1.1.3 Sarana dan Prasarana ..................................................67

4.1.2 Gambaran Umum Program BLT di Kecamatan Kramatwatu .68

4.2 Pengujian Persyaratan Statistik .........................................................69

4.2.1 Hasil Uji Validitas ...................................................................69

4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas ...............................................................73

4.3 Deskripsi Data ...................................................................................74

4.3.1 Identitas Responden ................................................................74

4.3.2 Analisis Data Penelitian ..........................................................80

4.4 Pengujian Hipotesis ...........................................................................113

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian ..............................................................116

4.6 Pembahasan .......................................................................................118

BAB V PENUTUP..............................................................................................126

5.1 Kesimpulan........................................................................................126

5.2 Saran ..................................................................................................127

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii 
 
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi Kebijakan ............................................................... 33

Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen ..................................................................... 49

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian dari Evaluasi Program BLT ............................. 50

Tabel 3.3 Jumlah Populasi Penerma BLT .......................................................... 57

Tabel 3.4 Jumlah Sampel BLT di Kecamatan Kramatwatu ............................... 59

Tabel 3.5 Waktu Penelitian ................................................................................ 63

Tabel 4.1 Jumlah Penerima BLT di Kecamatan Kramatwatu............................ 69

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Analisis Butir Validitas Instrumen ....................... 71

Tabel 4.3 Reliability Statistics ........................................................................... 73

Tabel 4.4 Indikator Skor Hasil Penelitian .......................................................... 117

viii 
 
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Program Bantuan Langsung Tunai .................45

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ............................................................................46

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Kramatwatu ..........................................................64

Gambar 4.2 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ..................................116

ix 
 
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 75

Diagram 4.2 Identitas Respoden Berdasarkan Tingkat usia ............................... 76

Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................. 77

Diagram 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ........................ 78

Diagram 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Identifikasi Alamat ..................79

Diagram 4.6 Pencapaiana hasil dari pelaksanaan BLT sudah maksimal ............ 81

Diagram 4.7 Kepuasaan dengan dana BLT yang telah diterima ......................... 82

Diagram 4.8 Program BLT meringankan beban hidup penerima BLT .............. 83

Diagram 4.9 Program BLT mampu mempertahankan daya beli ........................ 84

Diagram 4.10 Dana BLT sebanding dengan kebutuhan masyarakat miskin ...... 86

Diagram 4.11 Proses penyaluran BLT dinilai sudah tepat waktu ....................... 87

Diagram 4.12 Proses penyaluran BLT teratur walaupun ada pemotongan dana 88

Diagram 4.13 Dana BLT dapat bermanfaat bagi masyarakat miskin ................. 90

Diagram 4.14 Penerima BLT sangat mengandalkan dana BLT ......................... 91

Diagram 4.15 Program BLT dapat memenuhi ekonomi penerima BLT ............92

Diagram 4.16 Kecukupan jumlah BLT yang diterima ........................................94

Diagram 4.17 Program BLT memecahkan masalah perekonomian penerima ... 95

Diagram 4.18 Pembagian BLT telah merata hanya kepada masyarakat miskin . 96

Diagram 4.19 pembagian BLT telah sesuai harapan penerima BLT .................. 98

Diagram 4.20 Pemerataan dalam penyampaian informasi program BLT........... 99


 
Diagram 4.21 Informasi BLT mudah dipahami penerima BLT ......................... 100

Diagram 4.22 Pemerataan pendistribusian BLT ................................................. 101

Diagram 4.23 Pengetahuan penerima BLT terhadap pengurangan dana BLT ... 103

Diagram 4.24 Penerima BLT memahami penyebab pengurangan dana BLT .... 104

Diagram 4.25 Pengetahuan penerima BLT terhadap kriterianya ........................ 105

Diagram 4.26 Kriteria penerima BLT dipahami oleh penerima BLT................. 107

Diagram 4.27 Pelaksanaan BLT utamakan kepentingan masyarakat miskin ..... 108

Diagram 4.28 Sasaran program BLT masyarakat sesuai kriteria program ......... 109

Diagram 4.29 Program BLT meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat ..... 110

Diagram 4.30 Kepuasan penerima BLT terhadap pelaksaaan program.............. 111

Diagram 4.31 Ketetapan sasaran BLT ................................................................ 112

xi 
 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang ditimbulkan

oleh adanya ketimpangan pembangunan ekonomi suatu negara diantara

pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan, sehingga hal tersebut

merupakan persoalan besar bagi banyak negara di dunia untuk terus

meningkatkan pembangunan ekonominya agar tidak semakin terpuruk dalam

perkembangan zaman yang kian mengalami perubahan (Enda, 2005).

Kemiskinan telah menjadi sebuah persoalan kehidupan manusia. Sebagai

sebuah persoalan kehidupan manusia, maka kemiskinan telah hadir juga

dalam berbagai analisis dan kajian yang dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu

pengertahuan sebagai wujud nyata dari upaya memberi jawab kepada

persoalan kemiskinan. Bahkan tidak hanya sebatas itu, kemiskinan juga telah

hadir dalam sejumlah kebijakan baik oleh elemen-elemen sosial masyarakat

maupun pemerintah dalam menunjukkan kepedulian bersama untuk

menangani persoalan kemiskinan ini.

Di Indonesia, upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan,

bahkan sudah berlangsung sejak lama, baik pada jaman pemerintahan masa

Orde Lama, masa Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era

reformasi ini. Untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap persoalan



 

kemiskinan ini, pemerintahan SBY-JK juga tidak mau ketinggalan, bukti

nyata dari kepedulian SBY-JK adalah terlihat pada program “Bantuan

Langsung Tunai”. Hal ini mulai terlaksana melalui ‘Instruksi Presiden

Republik Indonesia No. 12 Tahun 2005’, tentang “Bantuan Langsung Tunai

kepada rumah tangga-Rumah Tangga Miskin di Indonesia”. Dalam petunjuk

teknis penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), tujuan dari program ini

dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah :

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat

kesulitan ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah bantuan langsung berupa

uang tunai sejumlah tertentu untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS).

Sedangkan pengertian RTS adalah rumah tangga yang masuk kedalam

kategori sangat miskin, dan hampir miskin. BLT diberikan Rp. 100.000,-

/bulan. Kriteria penerima BLT sesuai dengan yang ditentukan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS).

Penerima BLT adalah rumah tangga yang memiliki kriteria :

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal, kurang dari 8 m2 per

orang

b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari

bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plester



 

c. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri atau bersama-

sama dengan orang lain

d. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

e. Sumber air minum berasal dari sumur, mata air tidak

terlindungi, sungai dan air hujan

f. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar,

arang, minyak tanah

g. Hanya mengkonsumsi daging, susu, ayam satu kali dalam

seminggu

h. Hanya membeli satu stel pakaian dalam setahun

i. Hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam

sehari

j. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau

poliklinik

k. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani

dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan,

buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan

dibawah Rp. 6600.000 per bulan

l. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak

sekolah, tidak tamat SD atau hanya SD



 

m. Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual

minimal Rp. 500.000 seperti sepeda motor baik kredit maupun

non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal

lainnya.

(sumber : Depkominfo, 2008)

Pada 1 Oktober 2005, pemerintah menetapkan kenaikan harga Bahan

Bakar Minyak (BBM) dalam rangka mengurangi beban subsidi. Tingkat

kenaikan harga BBM kali ini tergolong tinggi dibanding kenaikan-kenaikan

harga sebelumnya, yaitu bensin: 87,5%, solar: 104,8%, dan minyak tanah:

185,7% (Depkominfo). Keputusan ini diambil dengan latar belakang: 1)

peningkatan harga BBM yang sangat tinggi di pasar dunia sehingga berakibat

pada makin besarnya penyediaan dana subsidi yang dengan sendirinya makin

membebani anggaran belanja negara; 2) pemberian subsidi selama ini

cenderung lebih banyak dinikmati kelompok masyarakat menengah ke atas;

dan 3) perbedaan harga yang besar antara dalam dan luar negeri memicu

terjadinya penyelundupan BBM ke luar negeri. Kenaikan harga BBM

menambah beban hidup masyarakat. Mereka tidak hanya menghadapi

kenaikan harga BBM, tetapi juga kenaikan berantai berbagai harga barang

dan jasa kebutuhan sehari-hari. Berbagai kenaikan tersebut menyebabkan

penurunan daya beli masyarakat, terlebih Rumah Tangga Miskin. Untuk

mengurangi beban tersebut, pada 10 September 2005 pemerintah

mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 12 Tahun 2005 tentang

Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai kepada Rumah Tangga Miskin.



 

Melalui program yang kemudian dikenal sebagai “Bantuan Langsung Tunai”

(BLT) ini pemerintah menyediakan dana bantuan bagi sekitar 15,5 juta

Rumah Tangga Miskin. Besarnya dana adalah Rp100.000 per keluarga per

bulan dan diberikan setiap tiga bulan.

Pada penyaluran tahap pertama yang direalisasikan sejak 1 Oktober

2005 pemerintah menyediakan dana sebesar Rp 4,6 triliun. Penyaluran dana

kepada Rumah Tangga Miskin dilakukan oleh PT Pos Indonesia melalui

kantor cabangnya di seluruh Indonesia. Dalam pelaksanaan program ini tidak

ditemukan adanya acuan atau pedoman umum yang berisi penjelasan

menyeluruh tentang program bagi semua pihak yang berkepentingan. Acuan

yang tersedia hanya berupa buku petunjuk parsial seperti petunjuk pendataan

Rumah Tangga Miskin dan petunjuk pendistribusian Kartu Kompensasi BBM

(KKB) yang persebarannya cenderung terbatas dikalangan internal BPS

(Badan Pusat Statistik). Akibatnya, terdapat perbedaan pemahaman antar

pihak terkait tentang pelaksanaan program. Instansi yang berperan dalam

pelaksanaan Program BLT adalah Departemen Sosial, BPS, dan PT Pos

Indonesia. Pemerintah Daerah (Pemda) pada awalnya tidak dilibatkan secara

serius. Namun, dengan perkembangan pelaksanaan program pihak Pemda dan

seluruh jajarannya sering diminta membantu proses pencairan dana dalam

rangka meredam gejolak sosial.

Sebagai suatu program dan kebijakan nasional, program BLT

mempunyai latar belakang pelaksanaan yang sistematis, baik secara deskriptif

analisis kondisional maupun deskriptif operasional perundangan-undangan.



 

Dari sudut deskriptif analisis kondisional dapat dikatakan bahwa program

BLT adalah wujud dari sebuah masalah diseluruh pemerintahan negara-

negara seperti Indonesia. Dimana kemiskinan adalah suatu masalah yang

sangat penting dan genting untuk diperhatikan dan ditangani secara secara

serius (sinar-harapan, 2007).

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) diselenggarakan Oktober

2005 dalam rangka kebijakan pelindungan sosial (social protection) sebagai

dampak pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Mekanisme yang

dilakukan merupakan asistensi sosial (social assistance) yang ditujukan untuk

membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya, mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat

kesulitan ekonomi, dan meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

Kebijakan ini juga disinergikan dengan kebijakan pemberdayaan masyarakat

melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Kredit

Usaha Kecil dan Menengah (KUKM), sehingga skema perlindungan sosial

bagi masyarakat miskin tetap mendorong keberdayaan masyarakat sesuai

dengan potensi yang dimiliki. melalui BLT dirumuskan kembali mekanisme

upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat , mulai

dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.

Secara operasional perundang-undangan sebagai dasar pijak

pelaksanaan program BLT adalah sebagaimana tertuang dalam dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kurun waktu 2004-2009,

yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang diantaranya memuat target



 

penurunan angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 8,2% pada

tahun 2009. Dimana target tersebut dianggap tercapai jika daya beli penduduk

terus ditingkatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan. Wujud nyata dari

orientasi RPJM ini dan didorong oleh membengkaknya subsidi BBM (Bahan

Bakar Minyak) akibat dari meningkatnya harga minyak mentah di pasar

Internasional, yang tentu pula mempengaruhi harga BBM dalam negeri sejak

awal Maret 2005, kemudian mempengaruhi juga kenaikan harga barang-

barang pokok sehari-hari (sembako), yang pada gilirannya memperlemah

daya beli masyarakat.

Bantuan Langsung Tunai tahap pertama diselenggarakan pada

Oktober 2005 dan tahap kedua diselenggarakan pada Juni 2008. Pengucuran

tahap dua BLT mengambil nama lain, Sumbangan langsung Tunai (SLT).

Perbaikan yang kentara yakni pada mekanisme pengambilannya. Jika BLT

tahap pertama dilakukan dan diselenggarakan oleh perangkat desa dan/atau

petugas BPS. Maka pada tahap kedua, pemerintah menunjuk Departemen Pos

dan Giro untuk memanfaatkan seluruh kantor pos yang tersedia di daerah-

daerah sebagai tempat pengambilan. Selain perpindahan tempat, dulunya di

balai desa atau kantor kelurahan, pengambilan BLT harus juga memiliki surat

keterangan khusus tentang status keluarganya. Dan hasilnya cukup

menggembirakan, anomali sosial yang terjadi pada BLT tahap satu relatif

berkurang pada pengucuran keduanya.

Penyaluran BLT telah disusun Bappenas dan dilaksanakan oleh PT

Pos dan BRI. Selain itu sebagai bentuk pengawasan, dilibatkan juga unsur

 

perangkat pemerintah desa, RT, RW, dan karang taruna serta melibatkan

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), advokasi pemerintah

daerah, dan Depdagri.

Disatu sisi, kebijakan BLT ini mungkin akan memberikan dampak

positif bagi masyarakat miskin. Dengan BLT, kenaikan biaya hidup yang

diakibatkan oleh kenaikan BBM secara langsung maupun dampak kenaikan

harga kebutuhan pokok akibat kenaikan BBM, akan sedikit tertutupi dengan

adanya dana “cuma-cuma” yang diberikan oleh pemerintah. Akan tetapi disisi

yang lain kebijakan BLT ini memiliki dampak negatif yakni kebijakan ini

akan berdampak negatif pada perilaku dan karakter masyarakat. Kebijakan ini

sangat riskan menciptakan karakter masyarakat yang selalu dimanja dan

menjadi bangsa “peminta-minta”. Selain itu, permasalahan efektifitas dan

efisiensi kebijakan ini juga sangat diragukan, apalagi kalau kita melihat

bahwa landasan kenaikan BBM adalah kondisi defisit keuangan negara yang

semakin membengkak.

Melihat pada dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan BLT ini,

kebijakan BLT tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap

kondisi masyarakat miskin di Indonesia. Ini disebabkan nominal BLT yang

diberikan tidak seimbang dengan kenaikan biaya hidup yang ditanggung oleh

masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM tersebut akan

mendorong kenaikan biaya input produksi masyarakat miskin yang

kebanyakan berada pada sektor pertanian (baik petani maupun nelayan) yang

berada di pedesaan. Apabila membandingkan total kenaikan biaya hidup



 

(biaya pemenuhan kebutuhan dasar dan input produksi) masyarakat miskin

dengan nominal dana BLT yang diberikan, kebijakan ini akan berdampak

signifikan. Apalagi, pemerintah tidak bisa menjamin efisiensi dan efektifitas

penggunaan dana BLT yang diberikan kepada masyarakat.

Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan BLT tersebut

tidak mampu memberikan dampak positif pada peningkatan produktifitas

masyarakat miskin, melainkan kecenderungannya memberikan dampak

negatif pada penurunan produktifitas.

Di satu sisi masih banyak adanya keluarga/rumah tangga yang sama

miskinnya tetapi tidak mendapatkan BLT (undercoverage). Di sisi lain,

ditemukan juga beberapa keluarga/rumah tangga mampu yang menerima

BLT (leakage). Tidak ada ketentuan yang mengatur penggunaan dana BLT.

Artinya, penerima dapat menggunakan dana untuk keperluan apa pun. Dalam

kenyataannya, umumnya penerima menggunakan dana BLT untuk membeli

beras dan minyak tanah, membayar listrik dan biaya kontrak rumah, serta

melunasi utang. Selain itu, ada juga beberapa penerima yang menggunakan

dana untuk biaya kesehatan dan sekolah. Hanya sedikit yang memanfaatkan

dana untuk modal usaha. Setelah pembagian KKB dan pencairan dana,

banyak anggota masyarakat mengajukan keberatan karena tidak memperoleh

BLT. Padahal mereka telah didata atau selama ini termasuk keluarga/Rumah

Tangga Miskin dalam program penanggulangan kemiskinan lainnya.

Berdasarkan atas data dan informasi yang diperoleh peneliti selama

dalam proses observasi awal ke sejumlah kelurahan yang berada di


10 
 

Kecamatan Kramatwatu dan dari hasil wawancara dengan beberapa kepala

desa dan staf di Kecamatan Kramatwatu , terdapat beberapa permasalahan

yang menjadi keluhan masyarakat miskin terkait dengan pelaksanaan

program BLT tersebut, antara lain sebagaimana diuraikan di bawah ini

Sebagian besar kelurahan di Kecamatan Kramatwatu belum mampu

menerapkan kriteria penerima BLT berdasarkan kriteria nasional, (sumber :

hasil wawancara denga sekretaris kelurahan, Kasi Kessos Kecamatan

Kramatwatu) yang berasal dari rumah tangga miskin menurut Tim Koordinasi

Pusat Pemberian Subsidi Langsung Tunai. Dasar penentuan penerima BLT

lebih menggutamakan data penerima BLT tahun sebelumnya, yang juga

berdasarkan atas pertimbangan RT/RW setempat yang dinilai cukup

mengetahui kondisi perekonomian warganya.

Alasan mengapa kriteria penerima raskin dinilai sulit diterapkan

karena : Pertama, kondisi kehidupan warga masyarakat yang mengalami

perubahan setiap tahunnya, sehingga pihak kelurahan merasa kesulitan untuk

mencari penerima BLT yang sesuai dengan kriteria yang dimaksud (sumber:

hasil wawancara dengan sekretaris Kelurahan, Kasi Kessos Kecamatan

Kramatwatu). Kriteria penerima BLT dinilai sudah tidak mampu menjawab

kondisi kehidupan masyarakat saat ini, yang layak untuk menerima BLT.

Oleh sebab itu, tidak heran banyak ditemukan penerima BLT yang tidak

termasuk dalam salah satu syarat, misalnya jenis lantai bangunan tempat

tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, sumber penerangan rumah

tangga tidak menggunakan listrik, Masalah ini termasuk kedalam kriteria


11 
 

evaluasi kebijakan munurut Dunn dalam kriteria pemerataan dan ketepatan.

Kedua, masih ditemukannya beberapa kelurahan yang belum menerapkan

kriteria penerima BLT berdasarkan atas kriteria nasional. Hal tersebut

disebabkan karena minimnya sosialisasi kriteria program kepada pihak

kelurahan. Kurangnya sosialisasi menyebabkan beberapa kelurahan tidak

mengetahui apa yang menjadi syarat penerima BLT secara nasional,

melainkan lebih menggunakan data lain yang dinilai cukup menunjang untuk

menentukan kriteria penerima BLT, seperti mengacu kepada data yang

digunakan oleh tim kader posyandu setempat, atau lebih mempercayakan

persoalan teknis penentuan penerima BLT kepada RT/RW setempat yang

lebih didasarkan pada pemikirannya saja (sumber : hasil wawancara dengan

sekretaris Kelurahan, Kasi Kessos Kecamatan Kramatwatu), Masalah ini

termasuk kedalam kriteria evaluasi kebijakan munurut Dunn dalam kriteria

responsibilitas.

Ketiga, adanya pemotongan dana yang dilakukan petugas untuk

dibagikan kepada warga yang tidak seharusnya mendapatkan dana bantuan

tersebut tetapi tidak terdata, ini dilakukan untuk menghindari kecemburuan

sosial di antara warga. Potongan tersebut sebesar Rp. 20.000,-/rumah tangga

miskin di sebagian keluruhan (sumber: hasil wawancara dengan sekretaris

Kelurahan, Kasi Kessos Kecamatan Kramatwatu), Masalah ini termasuk

kedalam kriteria evaluasi kebijakan munurut Dunn dalam kriteria kecukupan

dan responsibilitas.
12 
 

Keempat, dalam pembagian pun petugas merasa kesulitan karena tidak

sedikit warga di Kecamatan Kramatwatu yang menerima BLT tidak

mempunyai identitas diri yang digunakan sebagai tanda bukti pengambilan

dana bantuan pemerintah tersebut. Dan penerima BLT ini tidak bisa

diwakilkan kepada saudara atau orang lain, harus dengan orang yang

bersangkutan tersebut yang sesuai dengan data yang ada pada petugas

Kecamatan Kramatwatu dan PT. Pos di Kecamatan Kramatwatu (sumber:

hasil wawancara dengan sekretaris Kelurahan, Kasi Kessos Kecamatan

Kramatwatu), Masalah ini termasuk kedalam kriteria evaluasi kebijakan

munurut Dunn dalam kriteria efisiensi.

Kelima, warga di Kecamatan Kramatwatu juga mengeluhkan dana

bantuan pemerintah ini, karena ketika kebijakan ini sudah selesai dan tidak

ada tahap ketiga, maka warga akan kembali merasakan kesulitan karena tidak

mendapat bantuan lagi dari pemerintah, sebagian besar warga menginginkan

adanya keterampilan khusus yang diberikan pemerintah sehingga warga tidak

hanya mendapatkan dana bantuan secara cuma-cuma tetapi juga modal yaitu

keterampilan khusus untuk dijadikan usaha dan menyambung kehidupan

mereka (sumber: hasil wawancara dengan sekretaris Kelurahan, Kasi Kessos

Kecamatan Kramatwatu), Masalah ini termasuk kedalam kriteria evaluasi

kebijakan munurut Dunn dalam kriteria efektivitas dan ketepatan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa persoalan-

persoalan yang dialami oleh masyarakat miskin mengenai pelaksanaan

program Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu dengan upaya-


13 
 

upaya yang ditekankan pada adanya perbaikan-perbaikan secara fundamental

sehingga berdasarkan atas latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas,

maka peneliti akan mencoba melakukan penelitian dengan judul “ Evaluasi

Program Bantuan langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu (studi

kasus periode 2008-2009”.

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti uraikan dalam latar

belakang masalah, maka peneliti dapat melakukan identifikasi masalah yang

terdapat dalam pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai yakni sebagai

berikut :

1. Masih belum diterapkannya kriteria penerima Bantuan Langsung Tunai

(BLT) secara merata di sejumlah kelurahan di Kecamatan Kramatwatu.

2. Aparatur setempat kurang mensosialisasikan tentang bantuan pemerintah

ini, sehingga banyak warga yang tidak mengerti tentang prosedurnya.

3. Di beberapa desa di Kecamatan Kramatwatu masih banyak yang tidak

mempunyai KTP dan KTP yang sudah mati sekitar 16,4%, ada 581 warga

dari 3531 warga yang terdaftar sebagai penerima Bantuan langsung Tunai

(BLT), sehingga mempersulit pada saat pengambilan dana Bantuan

Langsung Tunai (BLT) dan tidak dapat diwakilkan oleh keluarganya atau

orang lain. (sumber : data di Kecamatan Kramatwatu)


14 
 

4. Program Bantuan Langsung Tunai hanya sebatas memberikan dana yang

bertujuan agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Tanpa memberikan

keterampilan khusus kepada masyarakat.

5. .Adanya pemotongan dana Bantuan Langsung Tunai dari setiap warga.

Setelah melakukan identifikasi beberapa masalah yang terdapat dalam

pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu, maka

peneliti melakukan batasan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti,

yaitu sebagai berikut : Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di

Kecamatan Kramatwatu

1.3 Perumusan Masalah

Dari beberapa masalah yang dikemukakan dalam identifikasi masalah,

maka langkah peneliti selanjutnya adalah menetapkan masalah yang akan

diteliti dalam rumusan masalah ini, adalah : Bagaimanakah evaluasi Program

Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji masalah yang timbul seiring

dengan adanya program raskin. Namun, secara spesifik tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui; evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di

Kecamatan Kramatwatu.
15 
 

1.5 Kegunaan Penelitian

Dalam hal ini penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

berarti, baik secara teoritis maupun praktis. Secara lebih detail penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat secara teoritis :

a. Memperbanyak khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia akademis

khususnya ilmu admunistrasi negara.

b. Mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh selama dalam

perkuliahan.

c. Sebagai bahan pemahaman untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat secara praktis :

a. Dapat memperoleh manfaat bagi diri peneliti yaitu untuk dapat

memperkaya ilmu yang dimilikinya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu

pengetahuan khususnya dibidang kebijakan publik.

c. Bagi pihak terkait dalam evaluasi program Bantuan Langsung

Tunai (BLT) di Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang agar

kelak menjadi masukan yang berarti.


16 
 

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam upaya untuk mempermudah cara pemahaman isi skripsi dan

menyajikan uraian yang lebih jelas, terarah serta tidak menyimpang dari

tujuan penulisan, maka sistematika penulisannya disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah

yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang

paling umum hingga ke masalah yang paling spesifik. Latar belakang

masalah diuraikan secara faktual dan logis.

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi dikaitkan dengan

tema/topik/judul dan fenomena yang kan diteliti. penelitian atau dengan

masalah atau variabel yang akan diteliti. pembatasan masalah lebih

difokuskan pada masalah-masalah yang akan diajukan dalam rumusan

masalah yang akan diteliti. pembatasan masalah dapat diajukan dalam

bentuk pertanyaan atau pernyataan.

1.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang telah

ditetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi operasional.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah


17 
 

dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian dan rumusan masalah

sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian menjelaskan tentang manfaat teoritis dan praktis

temuan penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjelaskan tentang hierarki penulisan skripsi

dalam penelitian ini

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang

teori (dana bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-

hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. deskripsi teori

berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui

pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai

referensi, sehingga ruang lingkup, kependudukan, dan prediksi terhadap

hubungan antar variabel yang kan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan

dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengapa

peneliti mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam hipotesis.

Kerangka berpikir akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara

variabel yang akan diteliti.


18 
 

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan

yang diteliti dan akan diuji kebenarannya. Hipotesis dirumuskan

berdasarkan kajian teori serta kerangka berpikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam

penelitian.

3.2 Istrumen Penelitian

Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat

pengumpulan data yang digunakana, proses pengumpulan, dan teknik

penentuan kualitas instrumen (validitas dan realibiltasnya).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Penjelasan tentang wilayah generalisasi atau proposal penelitian,

penetapan besar sampel, dan teknik pengambilan sampel serta

rasionalisasinya.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menjelaskan teknik analisis dan disertai rasionalisasinya. Teknik analisis

data harus sesuai dengan sifat data yang diteliti.

3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Menjelaskan lokasi dan alasan memilih lokasi penelitian, terkait tempat

dan jadwal penelitian tersebut dilaksanakan.


19 
 

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Deskripsi obyek penelitian menjelaskan tentang obyek penelitian yang

meliputi lokasi penelitian, struktur organisasi dari populasi/sampel yang

telah ditentukan, serta hal lain yang berhubungan dengan obyek penelitian.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif

maupun data kuantitatif.

4.3 Pengujian Persyaratan Statistik

Melakukan pengujian terhadap persyaratan statistik dengan menggunakan

uji statistik tertentu.

4.4 Pengujian Hipotesis

Melakukan pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan teknik

analisis statistik yang sudah ditentukan semua, seperti korelasi dan atau

regresi, baik sederhana maupun ganda. Masing-masing hipotesis diuji

dalam subjudul sendiri.

4.5 Interprestasi Hasil Penelitian.

Melakukan penafsiran terhadap hasil skhir pengujian hipotesis.

4.6 Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil penelitian data.


20 
 

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penyimpulan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas, dan

mudah dipahami. Kesimpulan penelitian sejalan dan sesuai dengan

permasalahan serta hipotesis penelitian.

5.2 Saran-saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang

diteliti, baik secara teoritis maupun praktis.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang digunakan

LAMPIRAN-LAMPIRAN
21 
 

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Dekripsi Teori

2.1.1 Konsep Kebijakan Publik

Anderson memberikan pengertian kebijakan publik seperti yang

dikutip oleh Islamy (1997:19) bahwa kebijakan adalah : “public policies are

those pollcles develoved by go verenmental boodles and officals”.

Anderson mengemukakan bahwa dalam mempelajari kebijakan negara

seyogyanya diarahkan kepada apa yang senyatanya dilakukan oleh

pemerintah dan bukan sekedar apa yang ingin dilakukan. Disamping itu

konsep tersebut juga membedakan antara kebijakan dan keputusan yang

mengandung arti pemilihan antara sejumlah alternatif yang tersedia.

Kebijakan negara dalam berbagai literatur banyak diartikan secara

beragam, dan tidak satupun definisi yang benar-benar memuaskan. Hal ini

disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar definisi yang dikemukakan

oleh para ahli dipengaruhi oleh masalah-masalah tertentu yang ingin dikaji

oleh para analisis kebijakan bersangkutan.

Selanjutnya menurut Islamy, implikasi dari pengertian kebijakan

publik menurut Anderson di atas bahwa :

1. Kebijakan negara itu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan

ysng berorientasi pada tujuan.


22 
 

2. Kebijakan itu merupakan benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi

bukan merupakan apa yang pemerintah bermaksud akan melakukan

sesuatu.

3. Kebijakan negara itu bersifat positif dalam arti merupakan beberapa

bentuk tindakan pemerintahan mengenai suatu masalah tertentu atau

bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk

tidak melakukan sesuatu.

4. Kebijakan itu berisi tindakan atau pola-pola tindakan pemerintah.

5. Kebijakan pemerintah setidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada

peraturan perundanga-undangan yang bersifat memaksa (otokratif).

Kebijakan adalah rangkaian asas yang menjadi garis besar dan dasar

rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara

bertindak (tentang organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan

prinsip, atau maksud garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai

sasaran tertentu. Contoh : kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep

dan asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk

mengembangkan kebudayaan bangsanya.

Kebijakan berbeda maknanya dengan kebijaksanaan. Dalam Kamus

besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1991), kebijaksanaan adalah

kepandaian seseorang menggunakan akal budinya (berdasarkan pengalaman

dan pengetahuannya); atau kecakapannya bertindak apabila menghadapi

kesulitan.
23 
 

Terminologi kebijakan publik dalam Wikipedia Indonesia,

ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia menunjuk pada serangkaian peralatan

pelaksanaan yang lebih luas dari peraturan perundang-undangan, mencakup

juga aspek anggaran dan struktur pelaksanaan. Siklus kebijakan publik sendiri

bisa dikaitkan dengan pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan

evaluasi kebijakan. Bagaimana keterlibatan publik dalam setiap tahapan

kebijakan bisa menjadi ukuran tentang tingkat kepatuhan negara kepada

amanat rakyat yang berdaulat atasnya. Dapatkah publik mengetahui apa yang

menjadi agenda kebijakan, yakni serangkaian persoalan yang ingin

diselesaikan dan prioritasnya, dapatkah publik memberi masukan yang

berpengaruh terhadap isi kebijakan publik yang akan dilahirkan. Begitu juga

pada tahap pelaksanaan, dapatkah publik mengawasi penyimpangan

pelaksanaan, juga apakah tersedia mekanisme kontrol publik, yakni proses

yang memungkinkan keberatan publik atas suatu kebijakan dibicarakan dan

berpengaruh secara signifikan. Kebijakan publik menunjuk pada keinginan

penguasa atau pemerintah yang idealnya dalam masyarakat demokratis,

merupakan cerminan pendapat umum (opini publik).

Selanjutnya Easton (wahab, 1990: 15-16) memberikan gambaran

mengenai ciri-ciri khusus yang melekat pada kebijakan-kebijakan negara

yaitu selalu bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu dirumuskan oleh

orang-orang yang memiliki wewenang dalam sistem politik, yaitu para tetua

adat, para ketua suku, para eksekutif, para legislator, para hakim, para

administator, para monarki dan lain sebagainya. Mereka inilah orang-orang


24 
 

yang dalam kesehariannya terlibat dalam urusan-urusan politik dan sistem

politik dan dianggap sebagian besar warga sistem politik itu sebagai pihak

yang bertanggung jawab atas urusan-urusan politik tadi dan berhak untuk

mengambil tindakan-tindakan tertentu sepanjang tindakan-tindakan tersebut

masih berada dalam batas-batas peran dan kewenangan mereka.

Hakikat kebijakan negara menurut Solihin sebagai jenis tindakan yang

mengarah pada tujuan yang dapat diperinci kedalam beberapa kategori, yakni

1. Policy demams (tuntutan kebijakan) ialah tuntutan atau desakan

yang diperuntukan pada pejabat-pejabat pemerintah yang

dilakukan oleh faktor-faktor lain, baik swasta maupun kalangan

pemerintah sendiri, dalam sistem politik untuk melakukan tindakan

tertentu atau sebaliknya tidak berbuat sesuatu terhadap masalah

tertentu.

2. Policy decisions (keputusan kebijakan) ialah keputusan-keputusan

yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang dimaksudkan untuk

memberikan keabsahan, kewenangan atau memberikan arah

terhadap pelaksanaan kebijakan negara. Dalam hubungan ini

termasuk di dalamnya keputusan-keputusan untuk menciptakan

status (ketentuan-ketentuan dasar), mencanangkan peraturan-

peraturan, misalnya tentang disiplin pegawai negeri sipil.

3. Policy statemen (pernyataan kebijakan) ialah pernyataan resini atau

artikulasi (penjelasan) mengenai kebijakan negara tertentu.


25 
 

Termasuk dalam hal ini ialah ketetapan-ketettapan MPR,

keputusan Presiden, Dekrit Presiden, Peraturan-peraturan

administratif dan keputusan-keputusan peradilan.

4. Policy output (keluaran kebijakan) ialah menerapkan wujud

kebijakan negara yang paling dapat dilihat dan dirasakan karena

menyangkut hal-hal yang nyatanya dilakukan guna merealisasikan

apa yang telah digariskan dalam keputusan-keputusan dan

pernyataan-pernyataan kebijakan.

5. Policy outcomes (hasil akhir kebijakan) adalah akibat-akibat atau

dampak yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat dan

pemerintah, baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan

sebagai konsekuensi dari adanya tindakan atau tindak adanya

pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu

yang ada dalam masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka definisi konseptual dari

kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang

banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh

pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik maka

kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang

menerima mandat dari publik atau orang banyak. Umumnya melalui suatu

proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak. Selanjutnya,

kebijaksanaan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang

dijalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijaksanaan publik


26 
 

dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang merupakan segala

sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau

meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak.

Definisi kebijakan menurut Eulau dan Prewitt, dalam Thoha (2004 :

61), kebijakan publik dirumuskan sebagai suatu keputusan yang akan disifati

oleh adanya perilaku yang konsisten dan pengulangan pada bagian dari

keduanya yakni bagi orang-orang yang membuatnya dan bagi orang-orang

yang melaksanakannya.

Dari beberapa definisi kebijakan publik yang telah dipaparkan oleh

beberapa tokoh tersebut maka yang dimaksud dengan kebijakan publik adalah

serangkaian kegiatan yang memiliki tujuan untuk meyelesaikan suatu

permasalahan dalam suatu lingkungan tertentu atau negara oleh para aktor

pembuat kebijakan yang berada dalam dilingkungan tersebut.

2.1.2 Evaluasi Kebijakan

2.1.2.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan

Sebuah kebijakan publik tidak dapat dilepas begitu saja. Kebijakan

harus diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut

sebagai “evaluasi kebijakan”. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai

sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan

kepada konstituennya, sejauh mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan

untuk melihat kesenjangan antara “harapan” dengan “kenyataan”.


27 
 

Evaluasi kebijakan merupakan :

“Kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan


kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Oleh karena
itu, evaluasi merupakan kegiatan pemberian nilai atas
sesuatu “fenomena” di dalamnya terkandung pertimbangan
nilai (value judgment) tertentu.” (Mustofadijaja, 2002:45).
Fenomena yang dinilai tergantung kepada konteksnya.
Manakala konteksnya kebijakan publik, maka fenomena
yang dinilai menurut Mustofadijaja (2002:46) adalah
berkaitan dengan “tujuan, sasaran kebijakan, kelompok
sasaran (target groups) yang ingin dipengaruhi, berbagai
instrumen kebijakan yang akan digunakan, responsi dari
lingkungan kebijakan, kinerja yang dicapai, dampak yang
terjadi, dan sebagainya”. (Widodo,2007:111)

Evaluasi kebijakan publik dimaksudkan untuk melihat atau

mengukur tingkat kinerja pelaksanaan suatu kebijakan publik yang latar

belakang dan alasan-alasan diambilnya sesuatu kebijakan, tujuan dan

kinerja kebijakan, berbagai instrumen kebijakan yang dikembangkan dan

dilaksanakan, responsi kelompok sasaran dan lainnya serta konsistensi

aparat, dampak yang timbul dan perubahan yang ditimbulkan, perkiraan

perkembangan tanpa kehadirannya dan kemajuan yang dicapai kalau

kebijakan dilanjutkan atau diperluas. Evaluasi kebijakan bisa saja

mempersoalkan pada tataran “abstrak” berupa pemikiran, teori, ataupun

paradigma yang mendasari suatu kebijakan apabila dipandang perlu.

Evaluasi kebijakan publik merupakan suatu proses untuk menilai

seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat “membuahkan hasil”, yaitu

dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan dan

/atau target kebijakan publik yang ditentukan (Muhadjir, (1996) dalam

Widodo, (2007:112))
28 
 

Dalam bukunya Agustino, (2006:118), kinerja kebijakan yang

dinilai dalam evaluasi kebijakan melingkupi :

1. Seberapa jauh kebutuhan, dan kesempatan telah dapat dicapai


melalui tindakan kebijakan/program. Dalam hal ini evaluasi
kebijakan mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu
telah dicapai.
2. Apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing agencies
sudah benar-benar efektif, responsif, akuntabel, dan adil.
Dalam bagian ini evaluasi kebijakan harus juga
memperhatikan persoalan-persoalan hak asasi manusia ketika
kebijakan itu dilaksanakan.
3. Bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri. Dalam
bagian ini elevator kebijakan harus dapat memberdayakan
output dan outcome yang dihasilkan dari suatu implementasi
kebijakan. Ketajaman penglihatan ini yang diperlukan oleh
publik ketika melihat hasil evaluasi kebijakan, sehingga
fungsinya untuk memberikan informasi yang valid dan dapat
dipercaya menjadi realisasi dari perwujudan right to know bagi
warga masyarakat.

Menurut Dunn (2003 : 608) istilah evaluasi kebijakan mempunyai

arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa

skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Secara umum istilah

evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka

(ratting) dan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha

untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti

yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi

mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Ketika hasil kebijakan pada

kenyataannya mempunyai nilai, hal ini karena hasil tersebut memberi

sumbangan pada tujuan atau sasaran. Dalam hal ini, dapat dikatakan

bahwa kebijakan atau program telah mencapai tingkat kinerja yang

bermakna, yang berarti bahwa masalah-masalah kebijakan dibuat jelas


29 
 

atau diatasi. Ada tiga fungsi dari evaluasi kebijakan yang dapat dijabarkan

disini, yaitu:

1. Evaluasi kebijakan harus memberi informasi yang valid dan


dipercaya mengenai kinerja kebijakan. Kinerja kebijakan yang
dinilai dalam evaluasi kebijakan melingkupi :
a. Seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah
dapat dicapai melalui tindakan kebijakan/program. Dalam
hal ini evaluasi kebijakan mengungkapkan seberapa jauh
tujuan-tujuan tertentu telah tercapai.
b. Apakah tindakan yang yang telah ditempuh oleh
implementing agencies sudah benar-benar efektif,
responsif, akuntabel, dan adil. Dalam bagian ini evaluasi
kebijakan harus juga memperhatikan persoalan-persoalan
hak azasi manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan. Hal
ini diperlukan oleh para evaluator kebijakan karena jangan
sampai tujuan dan sasaran dalam kebijakan publik
terlaksana, tetapi ketika itu diimplementasikan banyak
melanggar kehidupan warga.
c. Bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri.
Dalam bagian ini evaluator harus dapat memberdayakan
output dan outcome yang dihasilkan dari suatu
implementasi kebijakan.
2. Evaluasi kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada
klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari
pemilihan tujuan dan target.
3. Evaluasi kebijakan berfungsi juga memberi sumbangan pada
aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk
bagi perumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.

Sifat evaluasi menurut Dunn, (2003:608) yaitu :

1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan


pada penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu
kebijakan dan program. Evaluasi terutama merupakan usaha
untuk menentukan manfaat atau kegunaan sosial kebijakan
atau program, dan bukan sekedar usaha untuk mengumpulkan
informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi dan
tidak terantisipasi.
2. Interdenpensasi fakta-nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik
“fakta” maupun “nilai”. Untuk menyatakan bahwa kebijakan
atau program tertentu telah mencapai tingkat kinerja yang
tertinggi atau rendah diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil
kebijakan berharga bagi sejumlah individu, kelompk atau
30 
 

seluruh masyarakat, untuk menyatakan demikian, harus


didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara aktual
merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk
memecahkan masalah etrtentu.
3. Orientasi masa kini dan masa lampau. Evaluasi kebijakan
diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu, ketimbang hasil
di masa depan. Evaluasi bersifat retrospektif dan setelah aksi-
aksi dilakukan (ex post). Rekomendasi yang juga mencakup
premis-premis nilai, bersifat prospektif dan dibuat sebelum
aksi-aksi dilskukan (ex ante).
4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan. Evaluasi
mempunyai kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai
tujuan dan sekaligus cara.

Dalam bukunya Nugroho, (2003:187-203) menjelaskan bahwa

evaluasi kebijakan publik secara umum terdiri dari 3 hal, yaitu :

1. Evaluasi formulasi kebijakan publik. Secara umum, evaluasi

formulasi kebijakan publik berkenaan dengan apakah formulasi

kebijakan publik telah dilaksanakan :

a. Menggunakan pendekatan yang sesuai dengan masalah

yang hendak diselesaikan, karena setiap masalah publik

memerlukan model formulasi kebijakan publik yang

berlainan.

b. Mengarah kepada permasalahan inti, karena setiap

pemecahan masalah harus benar-benar mengarah kepada

inti permasalahannya.

c. Mengikuti prosedur yang diterima secara bersama, baik

dalam rangka keabsahan maupun juga dalam rangka

kesamaan dan keterpaduan langkah perumusan.


31 
 

d. Mendayagunakan sumber daya yang ada secara optimal,

baik dalam bentuk sumber daya waktu, dana, manusia, dan

kondisi lingkungan strategis.

2. Evaluasi implementasi kebijakan publik. Mengikuti Prof.

Sofyan Effendi, tujuan dari evaluasi implementasi kebijakan

publik adalah untuk mengitahui variasi dalam indikator-

indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab dua

pertanyaan pokok, yaitu :

a. Bagaima kinerja implementasi kebijakan publik ?

jawabannya berkenaan dengan kinerja implementasi publik

(variasi dari outcome) terhadap variabel independen

tertentu.

b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu ?

jawabannya berkenaan faktor kebijakan itu sendiri,

organisasi implementasi kebijakan, dan lingkungan

implementasi kebijakan yang mempengaruhi (variabel

outcome) dari implementasi kebijakan.

3. Evaluasi lingkungan kebijakan publik. Pada jenis evaluasi ini,

kegagalan ataupun keberhasilan kebijakan dilihat dari pengaruh

lingkungan sekitar tempat kebijakan tersebut berlaku. Evaluasi

lingkungan implementasi kebijakan berkenaan dengan faktor-

faktor apa lingkungan apa saja yang membuat kebijakan gagal

dan berhasil diimplementasikan. Jadi prinsipnya evaluasi


32 
 

lingkungan kebijakan publik memberikan sebuah deskripsi

yang lebih jelas bagaimana konteks kebijakan dirumuskan dan

konteks kebijakan diimplementasikan.

Menurut Lester dan Stewart, dalam Agustino (2006 : 185)

evaluasi ditunjukan untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu

kebijakan dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan.

Winarno, dalam Nugraha (2002 : 183-184) mengatakan bahwa :

“Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauhmana


keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan
kepada konsituennya. Evaluasi kebijakan publik harus
dipahami sebagai suatu yang bersifat positif. Evaluasi
bertujuan untuk mencari kekurangan dan menutup
kekurangan. Menurut Winarno sesungguhnya evaluasi
kebijakan publik mempunyai tiga lingkup makna, yaitu
evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi
kebijakan, dan evaluasi lingkungan kebijakan”.

Menurut Jones, dalam Widodo (2007 : 113) mengartikan evaluasi

kebijakan merupakan suatu aktivitas yang dirancang untuk menilai hasil-

hasil kebijakan pemerintah yang mempunyai perbedaan-perbedaan yang

sangat penting dalam spesifikasi objeknya, teknik-teknik pengukurannya,

dan metode analisisnya.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan

evaluasi kebijakan publik merupakan suatu tahapan dalam kebijakan

publik yang di dalamnya terangkai suatu penilaian untuk mengukur

pencapaian dari keberhasilan maupun kegagalan dari kebijakan yang

dibuat.
33 
 

Hasil dari penilaian tersebut apakah sesuai dengan tujuan maupun

target yang menjadi sasaran dan dapatkah hasil tersebut memberikan

manfaat.

2.1.2.2 Kriteria Evaluasi Kebijakan

Dunn, menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan (2003 :

610) sebagai berikut :

Tabel 2.1

Kriteria Evaluasi

Tipe Kriteria Pertanyaan


Efektifitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai?
Efisiensi Seberapa banyak usaha yang perlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan?
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan
memecahkan masalah?
Perataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan
merata kepada kelompok-kelompok yang
berbeda?
Responsibilitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan,
preferansi atau nilai kelompok-kelompok
tertentu?
Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-
benar berguna atau bernilai?

1. Efektifitas (effectiveness)
Efektifitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai
hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari
diadakannya tindakan.
Efektifitas, yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas
teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai
moneternya. Misalnya, kebijakan kesehatan yang efektif adalah
kebijakan penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu,
dengan asumsi bahwa kualitas pelayanan kesehatan adalah yang
bernilai (tujuan).
34 
 

2. Efisiensi (effeciency)
Efisiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan
untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi, yang
merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan
hubungan antara efektifitas dan usaha, yang terakhir umumnya
diukur dari ongkos moneter.
3. Kecukupan (adequacy)
Kecukupan berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat
efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang
menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan
pada kuatnya hubungan antara alternative kebijakan dan hasil
yang diharapkan.
4. Perataan (equity)
Kriteria perataan erat hubungannya dengan rasionalitas legal
dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara
kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan
yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya
(misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha
secara adil didistribusikan. Kebijakan yang dirancang untuk
mendistribusikan pendapatan, kesempatan pendidikan, atau
pelayanan publik kadang-kadang direkomendasikan atas dasar
kriteria kesamaan. Suatu program tertentu mungkin dapat efektif,
efisien, dan mencukupi (misalnya, rasio biaya-laba mungkin
unggul dibanding program-program lain) namun mungkin ditolak
karena menghasilkan distribusi biaya dan manfaat yang tidak
merata. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa kondisi. Mereka
yang membutuhkan tidak menerima pelayanan sesuai dengan
jumlah mereka, mereka yang paling tidak mampu membayar
dibebani bagian biaya yang tidak proporsional, atau mereka yang
paling menerima manfaat tidak membayar ongkos.
5. Responsibilitas (responsiveness)
Responsibilitas berkenaan dengan seberapa jauh suatu
kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai
kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Kriteria responsibilitas
adalah penting karena analis yang dapat memuaskan semua
kriteria lainnya (efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan) masih
gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok
yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.
Program rekreasi dapat menghasilkan distribusi fasilitas yang
merata tetapi tidak responsif terhadap kebutuhan kelompok
masyarakat tertentu (misalnya, penduduk usia lanjut). Karena itu
kriteria responsibilitas menanyakan pernyataan praktis : apakah
kriteria efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan secara nyata
mencerminkan kebutuhan, preferensi, dan nilai dari kelompok-
kelompok tertentu?
35 
 

6. Ketepatan (appropriateness)
Kriteria ketepatan secara dekat berhubungan dengan
rasionalitas substantif, karena pertanyaan tentang ketepatan
kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi
dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan merujuk
pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada kuatnya
asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Sementara semua
kriteria lainnya tidak mempersoalkan tujuan (misalnya, tidak
mempertanyakan nilai efisiensi, dan perataan) kriteria ketepatan
mempertanyakan apakah tujuan tersebut tepat untuk suatu
masyarakat.

2.1.2.3 Pendekatan Evaluasi Kebijakan

Secara spesifik Dunn (2003 : 611-619) mengembangkan tiga

pendekatan untuk penelitian evaluasi atau evaluasi kebijakan yaitu :

1. Evaluasi semu

Evaluasi semu (Pseudo Evaluation) adalah pendekatan yang

menggunakan metode-metode dekriptif untuk menghasilkan

informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil

kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat

atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok,

atau masyarakat secara keseluruhan.

Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang

manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti

sendiri (self eviden) atau tidak kontroversial.


36 
 

2. Evaluasi Formal

Evaluasi formal (Formal Evaluation) merupakan pendekatan

yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan

informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil

kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan

program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh

pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama

dari evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target

diumumkan secara formal adalah merupakan ukuran yang tepat

untuk manfaat atau nilai kebijakan program. Dalam evaluasi

formal digunakan berbagai macam metode yang sama seperti

yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah identik

yaitu untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat

dipercaya mengenai variasi-variasi hasil kebijakan dan dampak

yang dapat dilacak dari masukan dan proses kebijakan.

Meskipun demikian perbedaannya adalah bahwa evaluasi

formal menggunakan undang-undang, dokumen-dokumen

program, dan wawancara dengan pembuat kebijakan dan

administrator untuk mengidentifikasikan, mendefinisikan dan

menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Kelayakan dari

tujuan dan target yang diumumkan secara formal tersebut tidak

ditanyakan. Dalam evaluasi formal tipe-tipe kriteria evaluatif

yang paling sering digunakan adalah efektifitas dan efisiensi.


37 
 

3. Evaluasi keputusan teoritis

Evaluasi keputusan teoritis (Decision - Theoretic Evaluation)

adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode

deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat

dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil

kebijakan secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku

kebijakan. Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis keputusan

di satu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal di sisi

lainnya, adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha

untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target

dari pelaku kebijakan baik yang tersembunyi atau dinyatakan.

Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para pembuat

kebijakan dan administrator merupakan salah satu sumber

nilai, karena semua pihak yang mempunyai andil dalam

memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan

dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target di mana

kinerja nantinya akan di ukur.


38 
 

2.1.3 Bantuan Langsung Tunai

2.1.3.1 Pengertian

Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah bantuan langsung berupa

uang tunai sejumlah tertentu untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS).

Sedangkan pengertian RTS adalah rumah tangga yang masuk kedalam

kategori sangat miskin, dan hampir miskin. Bantuan Langsung Tunai

(BLT) diberikan Rp. 100.000,-/bulan. Kriteria yang yang digunakan adalah

kriteria yang telah ditentukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik).

Penerima BLT adalah rumah tangga yang memiliki kriteria :

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal, kurang dari 8 m2 per

orang

b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari

bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plester

c. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri atau bersama-

sama dengan orang lain

d. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

e. Sumber air minum berasal dari sumur, mata air tidak

terlindungi, sungai dan air hujan

f. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar,

arang, minyak tanah

g. Hanya mengkonsumsi daging, susu, ayam satu kali dalam

seminggu

h. Hanya membeli satu stel pakaian dalam setahun


39 
 

i. Hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam

sehari

j. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau

poliklinik

k. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani

dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan,

buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan

dibawah Rp. 6600.000 per bulan

l. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak

sekolah, tidak tamat SD atau hanya SD

m. Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual

minimal Rp. 500.000 seperti sepeda motor baik kredit maupun

non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal

lainnya.

(sumber : Depkominfo, 2008)

Jadi yang tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan BLT adalah

rumah tangga yang tidak memenuhi kriteria di atas, Pegawai Negeri Sipil,

TNI, POLRI/pensiunan, pengungsi yang di urus oleh pemerintah dan

penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal.


40 
 

2.1.3.2 Tujuan

Tujuan dari program Bantuan langsung Tunai (BLT) bagi rumah

tangga sasaran (RTS) dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi

BBM adalah :

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin

akibat kesulitan ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

2.1.3.3 Dasar Hukum

Pelaksanaan penyaluran Bantuan langsung Tunai kepada rumah

tangga sasaran didasarkan pada Instruksi Presiden Republik Indonesia

No.3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pelaksanaan Program

Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran.

2.1.3.4 Mekanisme dan Tahapan Kegiatan

Secara umum, tahapan yang dilaksanakan berkaitan dengan

penyaluran dana BLT-RTS adalah :


41 
 

1. Sosialisasi Program Bantuan Langsung Tunai, dilaksanakan oleh

Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Sosial,

bersama dengan Kementerian/Lembaga di Pusat bersama-sama

Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Aparat

Kecamatan dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (Karang

Taruna, Kader Taruna Siaga Bencana (TAGANA)), Pekerja Sosial

Masyarakat (PSM), Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat.

2. Penyiapan data rumah tangga sasaran dilaksanakan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS Pusat). Daftar nama dan alamat yang telah

tersedia disimpan dalam sistem database BPS, Departemen Sosial

dan PT Pos Indonesia.

3. Pengiriman data berdasarkan nama dan alamat rumah tangga

sasaran dari BPS Pusat ke PT Pos Indonesia.

4. Pencetakan Kartu Kompensasi BBM (KKB) Bantuan Langsung

Tunai untuk rumah tangga sasaran berdasarkan data yang diterima

oleh PT Pos Indonesia.

5. Penandatanganan Kartu Kompensasi BBM (KKB) oleh Menteri

Keuangan Republik Indonesia.

6. Pengiriman Kartu Kompensasi BBM (KKB) ke kantor Pos seluruh

Indonesia.

7. Pengecekan kelayakan daftar rumah tangga sasaran di tingkat

Desa/Kelurahan.
42 
 

8. Penerima program keluarga harapan juga akan menerima BLT-

RTS, sehingga dimasukkan sebagai rumah tangga sasaran yang

masuk dalam daftar.

9. Pembagian Kartu Kompensasi BBM (KKB) kepada rumah tangga

sasaran oleh petugas kantor Pos dibantu aparat desa/kelurahan,

Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat, serta aparat keamanan

setempat jika diperlukan.

10. Pencairan BLT-RTS oleh rumah tangga sasaran berdasarkan KKB

di kantor Pos atau di lokasi-lokasi pembayaran yang telah

ditetapkan. Terhadap Kartu Kompensasi BBM (KKB) penerima

dilakukan pencocokan dengan Daftar Penerima (Dapem), yang

kemudian dikenal sebagai KKB duplikat.

11. Pembayaran terhadap penerima Kartu Kompensasi BBM (KKB)

dilakukan untuk periode Juni s.d Agustus sebesar Rp. 300.00,- dan

periode September s.d Desember sebesar Rp. 400.000,-.

Penjadwalan pembayaran pada setiap periode menjadi kewenangan

dari PT. Pos Indonesia.

12. Jika kondisi penerima Kartu Kompensasi BBM (KKB) tidak

memiliki identitas sebagai persyaratan kelengkapan verifikasi

proses bayar, maka proses bayar dilakukan dengan verifikasi bukti

diri yang sah (KTP, SIM, Kartu Keluarga, Surat Keterangan dari

Kelurahan, dll).
43 
 

13. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyaluran BLT-RTS oleh

tim terpadu.

14. Pelaporan bulanan oleh PT. Pos Indonesia kepada Departemen

Sosial.

Mekanisme dan tahapan administrasi diatur lebih lanjut dalam

perjanjian kerjasama antara Depsos, PT Pos Indonesia dan PT. BRI, serta

Peraturan Dirjen perbendaharaan. Dalam pelaksanaan penyaluran BLT-

RTS, akan dilaksanakan pemutakhiran data (updating) terhadap data

rumah tangga sasaran oleh BPS dan mitra yang dilaksanakan secara

serentak di seluruh Indonesia. Hasil pemktahiran data tersebut akan

digunakan untuk penajaman sasaran program BLT-RTS tahun 2009,

Program Raskin, Program BOS, Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat/Askeskin dan Program Keluarga Harapan (PKH), serta

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Dengan demikian,

pada masa yang akan datang akan tercipta sistem database kemiskinan

yang terpadu dan lintas sektor dengan taget sasaran yang sama untuk

meningkatkan efisiensi, efektivitas, keberlanjutan dan keterpaduan

penanggulangan kemiskinan.

2.1.3.5 Organisasi Pelaksana

Pelaksana program Bantuan Lansung Tunai bagi RTS adalah

Departemen Sosial selaku Kuasa Pengguna Anggaran di bantu oleh pihak-


44 
 

pihak terkait yang telah ditetapkan dengan Instruksi Presiden Nomor 3

Tahun 2008 tentang Pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai untuk

rumah tangga sasaran.

Penyaluran BLT-RTS merupakan suatu bentuk kerjasama yang

didasarkan pada fungsi dan tugas pokok masing-masing, sehingga masing-

masing lembaga bertanggung-jawab terhadap kelancaran bidang tugas

masing-masing. Bentuk kerjasama ini dimaksudkan untuk mempercepat

proses poenyaluran dana BLT-RTS kepada kelompok sasaran sehingga

pemanfaatannya menjadi lebih optimal. Untuk meningkatkan sinergi

pelayanan yang maksimal, maka masing-masing lembaga saling

berkoordinasi.

Dalam pelaksanaan program BLT-RTS difasilitasi penyediaan Unit

Pelaksana Program BLT (UPP-BLT) dari tingkat pusat samapi dengan

kecamatan. Tugas pokok dan tanggung jawab dari masing-masing instansi

sebagai berikut :
45 
 

Gambar 2.1

STRUKTUR ORGANISASI

PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI

DEPSOS Tim Pengendalian Terpadu BRI & PT Pos Indonesia

Tim Pengarah Tim Koordinasi Pusat

UPP-BLT Pusat
Pusat

Dinas Sosial Provinsi Tim Koordinasi Provinsi

UPP-BLT Provinsi
Provinsi

Dinas Sosial Kab/kota


Tim Koordinasi Kab/kota BRI & PT Pos Indonesia
UUP-BLT Kab/kota

Kab/Kota

Kecamatan
Kantor / Petugas Pos
UPP-BLT Kab/kota

Kec & Desa/Kel

RTS Penerima BLT


46 
 

2.2 Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini dimana peneliti membahas tentang Evaluasi

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kecamatan Kramatwatu (Studi

kasus periode tahun 2008). Maka untuk mempermudah memahami alur

berfikir peneliti menggambarkan kerangka berfikirnya sebagai berikut :

Gambar 2.2
Kerangka Berfikir

Program
Implementasi Bantuan
Bantuan Langsung Tunai
Langsung Tunai (BLT)
(BLT)

Evaluasi teori
Feedback William Dunn
1. Efektifitas
2. Efisiensi
3. Kecukupan
4. Perataan
5. Responsibilitas
6. Ketepatan
47 
 

2.3 Hipotesis

Dalam bukunya Ulber Silalahi (2010 : 160), Hipotesis merupakan

satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji. Oleh karena itu, hipotesis

selalu mengambil bentuk atau dinyatakan dalam kalimat pernyataan

(declarative) dan dalam pernyataan ini secara umum dihubungkan satu atau

lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lain. Jadi, hipotesis adalah

pernyataan atau jawaban tentatif atas masalah dan kemudian hipotesis dapat

diferivikasi hanya setelah hipotesis diuji secara empiris. Tujuan pengujian

hipotesis ialah untuk mengetahui kebenaran atau ketidakbenaran atau untuk

menerima atau menolak jawaban tentatif. Berdasarkan atas rumusan

masalah yang telah peneliti buat sebelumnya, maka peneliti dapat

mengambil hipotesis awal yakni :

Ho : µ ≥ 65%

Ho : “Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan

Kramatwatu (studi kasus periode 2008-2009) mencapai angka minimal

atau sama dengan 65%”.


48 
 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut

Cresweel , dalam Silalahi (2010 : 77) mengartikan penelitian kuantitatif

merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada

pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan

angka, dan dianalisis oleh prosedur statistik untuk menentukan apakah

generalisasi prediktif teori tersebut benar. Penelitian deskriptif adalah sangat

penting untuk tiap disiplin ilmu, khususnya pada tahap awal

perkembangannya, meskipun hal ini dapat bervariasi. Pentingnya penelitian

deskriptif sangat jelas menonjol dalam ilmu-ilmu sosial. Penelitian deskriptif

menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting

sosial, atau hubungan (Silalahi, 2010 : 27). Sementara, digunakan pendekatan

metode deskriptif kuantitatif dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi dan

klarifikasi mengenai masalah yang sedang diteliti, dengan jalan

mendeskripsikan variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

diteliti melalui kuantifikasi.


49 
 

3.2 Instrumen Penelitian

Seperti telah diketahui, untuk menjawab problematika penelitian

dalam mencapai tujuan dan membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan

dalam rancangan penelitian, diperlukan data. Untuk memperoleh data yang

dimaksud, seorang peneliti biasanya menggunakan instrumen untuk

mengumpulkan data. Dengan demikian, kedudukan suatu skala atau

instrumen pengumpulan data dalam proses penelitian sangat penting karena

kondisi data tergantung alat (instrumen) yang dibuat (Idrus, 2009 : 99).

Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket dengan jumlah

variabel sebanyak satu variabel, dan menggunakan skala Likert dalam

pengukuran jawaban dari para responden. Dengan skala Likert, maka variabel

yang akan diukur akan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen

dalam bentuk pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen memiliki tingkatan

nilai dari sangat positif sampai sangat negatif.

Sehingga, untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari

setiap instrumen diberi skor, yakni sebagai berikut.

Tabel 3.1

Skoring item instrumen

Pilihan Jawaban Skor


Sangat Setuju 4
50 
 

Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah tentang kebijakan,

tepatnya evaluasi kebijakan sehingga alat ukur yang digunakan untuk

mengukurnya adalah produk kebijakan itu sendiri yakni program Bantuan

Langsung Tunai (BLT). Untuk dapat mengukurnya maka harus dicari terlebih

dahulu indikator dari evaluasi kebijakan, dimana peneliti menggunakan teori

William Dunn untuk menentukan indikator dari evaluasi kebijakan tersebut.

Berikut ini adalah indikator dari Evaluasi Program Bantuan Langsung

Tunai (BLT).

Tabel 3.2

Instrumen Penelitian dari Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai

Variabel Indikator Indikator No. Item


Penelitian Istrumen
Evaluasi Efektifitas • Kepuasan 1,2,3,4,5
Program penerima BLT
Bantuan terhadap kualitas
Langsung subsidi BLT;
Tunai (BLT) • Manfaat program
BLT terhadap
beban masyarakat
miskin
Efisiensi • Kemampuan daya 6,7,8,9,10
beli dan
kesesuaian dana
subsidi BLT;
• Proses
pendistribusian
BLT.
51 
 

Kecukupan • Pemenuhan 11,12,13,14,15


kebutuhan
ekonomi;
• Kecukupan dan
kuantitas BLT
Perataan • Pemerataan 16,17,18,19,20
pembagian dana
subsidi BLT;
• Penyampaian
informasi
program BLT.
Responsibilitas • Pemahaman 21,22,23,24,25
rumah tangga
miskin terhadap
pengurangan dana
BLT;
• Pengetahuan
rumah tangga
miskin akan
kriteria penerima
BLT.
Ketepatan • Ketepatan 26,27,28,29,30
penerima BLT
terhadap kriteria
program BLT;
• Ketepatan
program BLT
terhadap
masyarakat
miskin

3.2.1 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dapat digunakan dalam penelitian ini merupakan

data primer dan data sekunder, yaitu :

a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh peneliti melalui

angket (kuesioner), wawancara (interview), dan observasi

(pengamatan)
52 
 

b. Data Sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh peneliti,

namun diperoleh melalui orang lain maupun dokumen seperti, hasil

penelitian yang relevan, laporan dan catatan-catatan perusahaan atau

melalui informan yaitu, masyarakat yang memberikan keterangan

dan informasi kepada peneliti.

Sedangkan sumber data yang dapat digunakan dalam penelitian

ini adalah :

a. Responden, yaitu masyarakat Kecamatan Kramatwatu yang menjadi

penerima manfaat program Bnatuan Langsung Tunai (BLT) yang

dilibatkan secara langsung dalam kegiatan penelitian ini untuk

memperoleh gambaran atas materi yang dijadikan objek penelitian.

b. Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan

penelitian.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Secara teknis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Metode Observasi

Metode observasi merupakan serangkaian pengumpulan data

yang dilakukan secara langsung terhadap subyek atau obyek penelitian

melalui mata, telinga, dan perasaan dengan melihat fakta-fakta fisik dari

obyek yang diteliti dan mendapat masukan dari pihak-pihak terkait di

dalam penelitian ini. Fakta-fakta dan informasi yang diperoleh secara


53 
 

langsung di lapangan dicatat dan dirangkum untuk dijadikan data

sekunder sebagai data pendukung primer yang diperoleh dari hasil

jawaban responden melalui angket.

b. Metode Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara

langsung dengan responden baik secara terstruktur maupun tidak

terstruktur untuk mendapatkan gambaran serta informasi yang

dibutuhkan sebagai data sekunder guna mendukung data primer yang

telah peneliti dapatkan sebelumnya melalui angket.

c. Metode Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Tipe pertanyaan dalam angket

dapat dibedakan menjadi dua bentuk yakni, pertanyaan terbuka, adalah

pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan

jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal dan pertanyaan

tertutup, yakni pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau

mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban

dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan metode angket dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan

pertimbangan keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga dan biaya

yang dimiliki, alasan lainnya karena dapat membantu responden untuk


54 
 

menjawab dengan cepat serta dapat memudahkan peneliti dalam

melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul.

d. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan digunakan dalam penelitian ini untuk

mendapatkan gambaran yang tepat terhadap penelitian ini menurut

beberapa para ahli, yakni dengan cara mempelajari dan membaca buku-

buku, literatur, serta karya ilmiah yang pernah dibuat dan

dipublikasikan sebagai bahan referensi yang ada keterkaitan dengan

penulisan penelitian ini.

3.2.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Secara mendasar, validitas merupakan keadaan yang

menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu

mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 1995 : 219). Hasil

penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang di

teliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data itu (mengukur) valid. Valid diartikan bahwa

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Maka dari itu untuk menguji instrumen penelitian

ini agar data yang didapat valid, maka peneliti menggunakan rumus

Korelasi Product Moment.


55

Keterangan
K :

Ko
oefisien Korrelasi Producct Moment

∑ Juumlah Skor Dalam


D Sebarran X

∑ Juumlah Skor D
Dalam Sebarran Y

∑ Ju
umlah Hasil Kali
K Skor X dan Y yangg Berpasangaan

∑ ² Juumlah Skor yang


y Dikuadratkan dalam
m Sebaran X

∑ ² Jum
mlah Skor yyang Dikuadrratkan dalam
m Sebaran Y

Juumlah Sampeel

Menurrut Sugiyonoo (Sugiono, 2007 : 214), pedoman untuk


u dapat

memberikan
m interpretasii terhadap tercapainya hipotesiss terhadap

innterval koefissien korelasii, yakni sebaagai berikut :

0,00 ─ 0,199 = Sanggat tidak terccapai / sangaat rendah

0,20 ─ 0,399 = Kurrang tercapaii / rendah

0,40 ─ 0,599 = Seddang

0,60 ─ 0,799 = Terccapai / kuat

0,80 ─ 1,000 = Sanggat tercapai / sangat kuaat


56 
 

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan

seberapa besar hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran

diulangi lebih dari sekali. Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan

hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang

tinggi adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang

terpercaya (Reliable).

Pengujian realibilitas dilakukan dengan internal konsistensi

melalui teknik alpha cronbach, yang itu perhitungan dilakukan dengan

hitungan rata-rata interkorelasi diantara butir-butir pertanyaan dalam

angket. Suatu variabel dikatakan realibel jika nilai alphanya lebih dari

0,30 (Purwanto, 2007: 181).

Rumus Alpha Cronbach:

n ƩSi²

r11 =[ ] [1- ]

( n - 1) St²

Keterangan:
n = jumlah butir
Si2 = variabel butir
St2 = variabel total
57 
 

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Bailey dalam Silalahi (2010 : 253) Populasi adalah jumlah

total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Sedangkan

menurut Burns dalam Silalahi (2010 : 253) populasi adalah seluruh unit-unit

yang darinya sampel dipilih. Populasi dapat berupa organisme, orang atau

sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau

laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik

dan tidak secara mendua. Dari penelitian ini, maka peneliti mengambil

populasi yakni seluruh masyarakat Kecamatan Serang yang menjadi penerima

Bantuan Langsung Tunai pada tahun 2008-2009 Jumlah keseluruhan

penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kecamatan Kramatwatu

sebanyak 3.531 rumah tangga miskin.

Tabel 3.3

Jumlah Populasi Penerima BLT di Kecamatan Kramatwatu

No. Nama Desa Jumlah Penerima BLT


1. Lebakwana 211
2. Pelamunan 220
3. Kramatwatu 311
4. Margasana 276
5. Pejaten 329
6. Wanayasa 251
7. Harjatani 271
8. Tenjong 287
9. Pamengkang 418
58 
 

10. Pegadingan 336


11. Toyomerto 140
  12. Serdang 128
  13. Terate 353
Total 3531
Sumber: data BLT di Kecamatan Kramatwatu Tahun 2008

Sampel adalah satu subset atau tiap bagian dari populasi berdasarkan

apakah itu representif atau tidak (silalahi, 2010:254). Sampel merupakan

bagian tertentu yang dipilih dari populasi. Oleh karena pada penelitian ini,

jumlah anggota populasi cukup besar dan tidak memungkinkan bagi peneliti

untuk meneliti seluruh anggota populasi, maka peneliti membutuhkan sampel

yang nantinya akan menjadi fokus obyek penelitian yang dianggap dapat

merepresentasikan jumlah populasi. Sementara, rumus yang digunakan dalam

menghitung jumlah sampel adalah rumus Slovin.

n = N

1 + Ne2

Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Sampling error

n= 3531
1 + 3531 (0,1) 2
n= 3531
1 + 3531 (0,01)
59 
 

n= 3531
1 + 35,31
n= 3531
36,31
n= 97 sampel

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dengan menggunakan rumus

Slovin, dapat diketahui bahwa jumlah populasi sebanyak 3.531 dengan tingkat

kesalahan (Sampling error) sebesar 10% (0,1), maka diperoleh hasil sampel

sebanyak 97 Sampel. Kemudian, teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan teknik proportionate area random

sampling. Area Sampling adalah daerah yang digunakan untuk menentukan

sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya

penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. (Sugiyono, 2009:83)”.  

Tabel 3.4
Jumlah Sampel Penerima BLT di Kecamatan Kramatwatu

Nama Desa Jumlah Perhitungan Hasil Hasil


RTM Akhir
Lebakwana 211 211 x 100% = 5,9% x 97 5,7 6
3531
Pelamunan 220 220 x 100% = 6,2% x 97 6,0 6
3531
Kramatwatu 311 311 x 100% = 8,8% x 97 8,5 9
3531
Margasana 276 276 x 100% = 7,8% x 97 7,5 8
3531
Pejaten 329 329 x 100% = 9,3% x 97 9,0 9
3531
Wanayasa 251 251 x 100% = 7,1% x 97 6,8 7
3531
60 
 

Harjatani 271 271 x 100% = 7,6% x 97 7,3 7


3531
Tenjong 287 287 x 100% = 8,1% x 97 7,8 8
3531
Pamengkang 418 418 x 100% =11,8% x 97 11,4 11
3531
Pegadingan 336 336 x 100% = 9,5% x 97 9,2 9
3531
Toyomerto 140 140 x 100% = 3,9% x 97 3,7 4
3531
Serdang 128 128 x 100% = 3,6% x 97 3,4 3
3531
Terate 353 353 x 100% = 9,9% x 97 9,6 10
3531
Jumlah ∑ =3531 ∑=97
Sumber : (data primer diolah tahun 2011)

Berdasarkan tabel di atas, maka peneliti mengambil sampel sebanyak

98 sampel yang tersebar di seluruh area populasi. Teknik pengambilan sampel

dilakukan secara acak (random), dengan cara setiap anggota populasi diberi

nomor terlebih dahulu sesuai dengan jumlah anggota populasi. Kemudian,

diundi sesuai dengan digit jumlah anggota populasi dengan perhitungan angka

0 sampai 9.

3.4 Teknik Pengolahan dan analisis Data

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data

dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif (Bungin, 2006 : 164), pengolahan

data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap :

1. Editing (pemeriksaan data), yaitu tahap mengoreksi kesalahan yang ada

pada data yang harus dilakukan secara berulang-ulang dan cermat.

Tahapan editing dilakukan terhadap catatan-catatan, berkas-berkas dan


61 
 

informasi yang dikumpulkan oleh peneliti dan dilakukan terhadap

kuesioner dengan tujuan dapat meningkatkan mutu kehandalan

(reliabilitas) data yang hendak dianalisis (Asikin dan Amirudin, 2004).

Dalam editing, akan diteliti kembali hal-hal mengenai kelengkapan

pengisian terhadap semua pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.

2. Coding dan Scoring dilakukan sebagai usaha untuk menyederhanakan

data, yaitu dengan memberi simbol angka pada tiap-tiap jawaban atau

suatu cara mengklasifikasi jawaban responden atas suatu pertanyaan

menurut macamnya dengan jalan menandai masing-masing jawaban

dengan kode tertentu (Suyanto dan Sutinah, 2006:95), kemudian

diberikan skor dengan menggunakan skala Likert.

3. Tabulating, yaitu tahap penyusunan data berdasarkan jenis-jenis data,

serta perhitungan kualitas dan frekuensi data yang disajikan dalam bentuk

tabel-tabel. Dalam tabulasi ini keseluruhan hasil kuesioner dijumlahkan

dan dicari nilainya dengan menggunakan tabel frekuensi, sebagai dasar

untuk menganalisis data.

Setelah data selesai diolah, kemudian dilakukan analisis terhadap data

yang sudah dikumpulkan. Analisis data merupakan upaya peneliti untuk

menyederhanakan dan menyajikan data dengan mengelompokkan dalam

suatu bentuk yang berarti sehingga mudah dipahami dan diinterpretasi oleh

penguji maupun para pembaca. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

metode analisis data kuantitatif, dimana diperlukan perhitungan matematis

atau teknik statistik sebagai alat bantu analisis. Berikut adalah rumus
62 
 

pengujian hipotesis deskriptif yang diajukan dalam penelitian ini yang

menggunakan rumus T-Test (Uji T) untuk satu sample (Sugiono, 2005 :

2007):

x µ
s
√n

Keterangan :

t = nilai t yang dihitung

x = nlai rata-rata

µ = nilaiyang dihipotesiskan

s = simpangan baku sampel

n = jumlah anggota sampel

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokus pada pelaksanaan

Bantuan langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu, dengan penetapan

populasi dan sampel pada pelaksaaan BLT di Kecamatan Kramatwatu

Kabupaten Serang Provinsi Banten. Adapun waktu penelitian sebagai berikut

:
63 
 
64 
 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1.Gambaran Umum Kecamatan Kramatwatu

Kecamatan Kramatwatu terletak di sebelah Barat Kabupaten Serang

dengan luas wilayah 5.085,46 Ha, terletak di sekitar 12m dari permukaan laut.

Jarak dari ibukota Kabupaten Serang 8 Km yang dihubungkan dengan jalan

negara, batas wilayah Kecamatan Kramatwatu adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kasemen

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Taktakan

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cibeber

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Waringinkurung

(Sumber : Kecamatan Kramatwatu 2010)

Gambar 4.1
Peta Kecamatan Kramatwatu

Dan 
Teluk Terate 
65 
 

Perincian penggunaan tanah di wilayah Kecamatan Kramatwatu yaitu terdiri

dari :

* Pemukiman : 973 Ha

* Sawah

- Sawah teknis : 2.571 Ha

- Sawah ½ teknis : 242,3 Ha

- Sawah tadah Hujan : 992 Ha

* Tegalan : 620 Ha

* Tambak/ empang : 112 Ha

* Hutan Baku : 105 Ha

* Lain – lain : 48 Ha

4.1.1.1 Keadaan Demografis

- Penduduk

Jumlah Penduduk di Kecamatan Kramatwatu sampai akhir Desember

2009 Sebanyak 84.297 jiwa, yang terdiri dari Laki – laki 42.978 Jiwa

dan Perempuan 41.319 Jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 21.906

KK. Penduduk Kecamatan Kramatwatu mayoritas pemeluk Agama

Islam ( 93 % ), Kristen (4 %), Budha (2%), Hindu (1 %) .


66 
 

- Mata Pencaharian

Mata Pencaharian penduduk Kecamatan Kramatwatu sebagian besar

bermata pencaharian petani, buruh tani, pedagang, karyawan dan

selebihnya bergerak di sektor jasa angkutan.ternak, kerajinan, industri

kecil, psegawai Swata, negawai Negri dll.

(sumber : Kecamatan Kramatwatu 2010)

4.1.1.2 Kondisi dan Potensi Ekonomi

Sesuai dengan mata pencaharian penduduk Kecamatan

Kramatwatu yang sebagian besar Petani pedagang dan jasa umum,

Potensi unggulan Kecamatan Kramatwatu yang dapat diandalkan adalah

pertanian, Agro Bisnis dan Jasa Pariwisata Budaya. Kecamatan

Kramatwatu mempunyai karakteristik / ciri khas Pertanian aneka ragam

dari mulai pertanian lahan kering yang menghasilkan kacang hijau dan

bonteng suri.

a. Populasi komuditas peternakan

Pada kenyataannya di Kecamatan Kramatwatu masyarakat yang

beternak relatif kecil namun cukup memenuhi dalam kehidupan

dalam permintaan pasar, secara angka masyarakat yang beternak

sebagai berikut:

- Ternak Kerbau : 3.401 ekor


67 
 

- Ternak Domba / Kambing : 2.904 ekor

- Ternak ayam buras : 43.000 ekor

- Ternak itik : 30.637 ekor

4.1.1.3 Sarana dan Prasarana Sosial

a. Pendidikan

Kecamatan Kramatwatu memiliki tempat pendidikan antara lain : 20

TK, 17 SD, 15 MD, 5 SLTP, 2 SLTA dan 2 Perguruan tinggi ( STTP

). Disamping pendidikan Formal di Kecamatan Kramatwatu terdapat

2 Pondok Pesantren sebagai tempat Pendidikan Non Formal.

b. Kesehatan.

Dalam rangka menguatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat di

Kecamatan Kramatwatu tersedia fasilitas Kesehatan yang terdiri dari

1 ( satu ) unit Puskesmas , 2 ( dua) PUSTU , 84 ( tujuh puluh empat )

Posyandu dan beberapa Bidan Desa yang menempati Polindes

tersebar di 13 ( sepuluh ) desa.

3. Sarana Ibadah.

Sarana Peribadatan di Kecamatan Kramatwatu terdapat 64 ( enam

puluh empat ) Mesjid, 55 ( lima puluh lima ) Majelis Ta’ lim.


68 
 

4. Listrik.

Pembangunan Listrik di Kecamatan Kramatwatu telah merata ke

seluruh Desa hanya terdapat dibeberapa kampung yang belum teraliri

listrik.

5. Sarana Perhubungan.

Untuk memperlancar arus lalu lintas di Kecamatan Kramatwatu

terdapat 2 ( dua ) jalur jalan propinsi sepanjang + 9 Km, jalan

kabupaten / kota + 8 Km dan jalan desa + 5.406 Km, kondisi fisik jalan

yang ada di Kecamatan Kramatwatu dalam kondisi baik.

4.1.2. Gambaran Umum Program Bantuan Langsung Tunai di

Kecamatan Kramatwatu

Kecamatan Kramatwatu merupakan salah satu kecamatan yang

ada di Kabupaten Serang yang mendapatkan dana bantuan dari

pemerintah yaitu Bantuan Langsung Tunai (BLT) sejumlah

Rp.300.000,- /3bulan yang dibagikan kepada masing-masing Rumah

Tangga Miskin (RTM) yang terdaftar melalui masing2 RT/RW daerah

tempat tinggal mereka. Dana ini dibagikan melalui kantor Pos, Kantor

Pos adalah unit pelaksana teknis PT. Pos Indonesia yang ditunjuk

sebagai pihak yang menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk

Rumah Tangga Sasaran (RTS) dengan jumlah RTS sebanyak 3.531,

dengan membawa kartu identitas diri serta membawa Kartu

Kompensasi BBM (KKB) yaitu kartu identitas penerima kompensasi


69 
 

subsidi BBM yang berisikan data penerima untuk keperluan penarikan.

Jumlah perolehan BLT di Kecamatan Kramatwatu dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1
Jumlah Penerima BLT di Kecamatan Kramatwatu

No. Nama Desa Jumlah Penerima BLT


1. Lebakwana 211
2. Pelamunan 220
3. Kramatwatu 311
4. Margasana 276
5. Pejaten 329
6. Wanayasa 251
7. Harjatani 271
8. Tenjong 287
9. Pamengkang 418
10. Pegadingan 336
11. Toyomerto 140
12. Serdang 128
13. Terate 353
Total 3531

Sumber: data BLT di Kecamatan Kramatwatu Tahun 2008

4.2. Pengujian Persyaratan Statistik

4.2.1. Hasil Uji Validitas

Pada penelitian ini, tahap awal dalam proses analisis data adalah

dengan melakukan uji validitas instrumen terlebih dahulu. Hal tersebut

dimaksudkan untuk menjaga ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurnya. Uji Validitas digunakan untuk mengetahui valid atau


70 
 

tidaknya suatu kuesioner yang menjadi alat ukur dalam penelitian ini.

Instrumen yang valid menggambarkan bahwa suatu instrumen benar-benar

mampu dalam mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam

penelitian, serta mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antara konsep

penelitian dengan hasil pengukuran.

Pada uji validitas, peneliti mengambil sampel sebanyak 30 responden

terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui valid atau tidaknya

data sebelum data tersebut diolah secara keseluruhan. Selain itu, uji validitas

dilakukan agar lebih mengefisienkan waktu dalam pengambilan data di

lapangan. Artinya, apabila 30 sampel yang didapat hasilnya valid secara

keseluruhan, maka sisa sampel dapat di lanjutkan penyebarannya. Tetapi

bila terdapat sampel yang tidak valid dan tidak mewakili indikator yang ada,

maka instrumen tersebut diganti dengan instrumen baru sebagai pengganti

instrumen yang tidak valid. Kemudian kuesioner tersebut disebar dari awal

kembali untuk menghasilkan instrumen yang valid. Tetapi apabila

ditemukan hasil sampel yang tidak valid namun, tetap mewakili indikator,

maka instrumen tersebut dihapus dan penyebaran kuesioner dapat

dilanjutkan tanpa mempertanyakan instrumen yang bersangkutan.

Adapun rumus yang digunakan oleh peneliti dalam uji validitas ini,

adalah dengan menggunakan statistik korelasi product moment dengan

bantuan SPSS statistik versi 15.


71
 

Keteraangan :

Koefisien Korelasii Product Mooment


∑ Jumlah
h Skor Dalam
m Sebaran X
∑ Jumlahh Skor Dalam
m Sebaran Y
∑ Jumlahh Hasil Kali Skor X dan Y yang Berppasangan
∑ ² Jumlah
h Skor yang D
Dikuadratkaan dalam Sebbaran X
∑ ² Jumlahh Skor yang D
Dikuadratkaan dalam Sebbaran Y
Jumlahh Sampel

Berdasarkaan perhitunggan dengann menggunaakan statistiik korelasi

producct moment dengan banntuan SPSS statistik veersi 15, mak


ka didapat

men yang dinyatakan valid dann tidak vallid. Lebih


beberaapa instrum

lengkaapnya dapat dilihat


d pada tabel berikuut ini .

Tabel 4.2
Tabel Hasil Perhitunggan Analisiss Butir Valiiditas Instru
umen
No.In
nstrumen rhitungg rtabel Kepu utusan
1 0,6800 0,195 Valid
2 0,2622 0,195 Valid
3 0,3799 0,195 Valid
4 0,40 0,195 Tidakk Valid
5 -0,0700 0,195 Tidakk Valid
6 0,4588 0,195 Valid
7 0,3866 0,195 Valid
8 0,2922 0,195 Valid
9 0,4066 0,195 Valid
10 0,5366 0,195 Valid
72 
 

11 0,681 0,195 Valid


12 0,460 0,195 Valid
13 0,100 0,195 Tidak Valid
14 0,392 0,195 Valid
15 0,443 0,195 Valid
16 0,285 0,195 Valid
17 0560 0,195 Valid
18 0,384 0,195 Valid
19 0,391 0,195 Valid
20 0,471 0,195 Valid
21 0,406 0,195 Valid
22 0,519 0,195 Valid
23 0,268 0,195 Valid
24 0,382 0,195 Valid
25 0,581 0,195 Valid
26 0.314 0,195 Valid
27 -0,152 0,195 Tidak Valid
28 0,633 0,195 Valid
29 0,721 0,195 Valid
30 0,644 0,195 Valid
Sumber : Data diolah tahun 2011

Kriteria item/butir instrumen yang digunakan adalah apabila r hitung

≥ r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan valid. Jika r hitung ≤ r

tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan tidak valid. Perolehan nilai

dari rhitung diperoleh dari perhitungan statistik korelasi product moment

dengan bantuan SPSS statistik versi 15. Sementara, perolehan nilai 0,195

dari rtabel merupakan perolehan dari Korelasi Product Moment dengan

tingkat kesalahan 10 persen. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui

bahwa terdapat empat butir instrumen yang dinyatakan tidak valid yaitu

butir instrumen nomor 4, 5, 13, dan 27. Hal tersebut dapat dibuktikan karena

nilai r hitung ≤ r tabel. Artinya, keempat butir instrumen tersebut


73 
 

dihilangkan dan tidak perlu diganti karena indikator instrumen dapat terukur

dengan butir instrumen lainnya.

4.2.2.Hasil Uji Reliabilitas

Guna menjaga kehandalan dari sebuah instrumen atau alat ukur maka

peneliti melakukan uji reliabilitas, dimana instrumen yang dilakukan

ujireliabilitas adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen

yang dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas.

Dalam pengukuran reliabilitas dapat menggunakan rumus Alpha Cronbach

dengan bantuan SPSS 15,0. Adapun hasil dari uji reliabilitas yang telah

dilakukan dalam penelitian ini adalah nilai Alpha Cronbach sebesar 0, 964.

Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0,30

(Purwanto, 2007:181). Maka hal ini dapat diartikan bahwa 0,964 > dari 0,30

sehingga instrumen yang diuji bisa reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,964 26
74 
 

4.3. Deskripsi Data

4.3.1. Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat

Kecamatan Kramatwatu yang menjadi penerima program Bantuan Langsung

Tunai di Kecamatan Kramatwatu. Jumlah penerima program Bantuan

langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu berjumlah 3.531 Rumah Tangga

Sasaran (RTS). Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Pada penelitian ini, perhitungan sampel

menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan (margin of error)

sebesar 10% (0,1). Maka diperoleh hasil sampel sebanyak 97 Rumah

Tangga Sasaran (RTS). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak

(random), dengan cara setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu

sesuai dengan jumlah anggota populasi. Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan teknik proportionate area random

sampling, Area Sampling adalah daerah yang digunakan untuk menentukan

sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya

penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. (Sugiyono, 2009:83)”. 

Dalam proses pengisian kuesioner, peneliti meminta responden

untuk memberikan identitas diri sebagai penunjang data. Identitas diri

responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, serta

alamat. Berdasarkan pengisian tersebut, diperoleh hasil bahwa berdasarkan

jenis kelamin didapat jumlah responden pria sebanyak 55 dan responden


75
 

peremppuan sebany
yak 42 dari jjumlah angg
gota sampel sebanyak 97
9 . Hal ini

dapat dilihat
d pada diagram berrikut.

D
Diagram 4.1
I
Identitas Reesponden Beerdasarkan
Jeenis Kelamin
n

60 55
50
42
40

30

20

10

0
Pria P
Perempuan

Sumber : (Data Primerr Diolah, 2011)

Berdasarkaan diagram di atas, daapat digambbarkan bahw


wa jumlah

responnden pria lebbih banyak dibandingkkan dengan responden perempuan


p

dengan
n selisih yanng sedikit yaaitu 13 respo
onden. Hal inni menunjuk
kkan bahwa

responnden pria lebbih banyak m


memberikan penilaiannya
p a terhadap pelaksanaan

prograam Bantuan Langsung


L Tuunai di Kecaamatan Kram
matwatu, dibbandingkan

dengan
n responden perempuan.
76
 

D
Diagram 4.2
I
Identitas Reesponden Beerdasarkan
T
Tingkat Usiaa

60
1
51
50
40
30 26
20
20
10
0
31‐40 41‐50 51+
Sumber : (D
Data Primer Diolah,2011)
D

Berdasarkaan diagram 44.2 tersebut, dapat digam


mbarkan bah
hwa tingkat

usia responden
r di Kecamaatan Kramaatwatu didoominasi oleeh jumlah

responnden yang berusia 41-50 tahun yang berjuumlah 51 responden.

Responnden yang berusia


b lebihh dari 51 tahhun berjumlaah 26 respon
nden, serta

responnden yang berusia 311-40 tahun berjumlahh 20 respoonden dari

keselurruhan anggoota sampel. Jumlah respponden yangg berusia 41-50 tahun

menun ma Bantuan Langsung Tunai sebaagian besar


njukkan bahhwa penerim

masih tergolong usia


u produkttif, maka peenerima Banntuan Langssung Tunai

masih memiliki responsivitas


r s dalam meemberikan penilaiannyaa terhadap

Pelaksanaan Progrram BLT di K


Kecamatan Kramatwatu
K u
77
 

D
Diagram 4.3
IIdentitas Reesponden Beerdasarkan
Tingk kat Pendidiikan

70 62
60
50
40 32
30
20
10 3
0
0
Tdk Sekolah SD SLTP SMA

Sumber : (D
Data Primer Diolah,
D 2011)

Berdasarkaan diagram 44.3 di atas, dapat digam


mbarkan bahhwa semua

responnden memiliiki latar beelakang penndidikan terrakhir yang


g beragam.

Misaln
nya saja, terrdapat 3 respponden berllatar belakanng pendidikaan terakhir

Sekolaah Lanjutan Tingkat Peertama (SLT


TP), 62 ressponden yan
ng berlatar

belakaang pendidik D), serta 32 responden yang tidak


kan Sekolahh Dasar (SD

bersek
kolah. Berdaasarkan dataa tersebut, dapat
d diketaahui bahwa salah satu

faktor penyebab timbulnya


t kemiskinan di
d Kecamataan Kramatw
watu adalah

tingkatt pendidikan
n masyarakaat yang masiih tergolong rendah. Sehhingga, hal

ini meenyebabkan mereka terrmasuk dalaam kriteria masyarakat miskin di

Kecam
matan Kramaatwatu.
78
 

D
Diagram 4.4
I
Identitas Reesponden Beerdasarkan
Jen
nis Pekerjaaan
58
60
6
50
5
40
4
30
3 22
2
20
2
10
10
1 7

0
Buruh Taani Pedaggang Laain‐lain Tidak 
Bekerja

Sumber : (Datta Primer Dio


S olah, 2011)

Berdasarkaan data padda tabel 4.4 di atas, daapat dijelaskkan bahwa

h respondenn memiliki klasifikasi pekerjaan yang relatiif berbeda.


seluruh

Adapu miliki pekerjjaan sebagaii buruh tani sebanyak 7 responden,


un yang mem

yang memiliki
m peekerjaan sebbagai pedagaang sebanyaak 22 responnden, yang

memilliki pekerjaaan lain-lainn sebanyak 58 respondden, serta yang


y tidak

memilliki pekerjaaan sebanyak 10 respondeen. Spesifikaasi identitas responden

dengann pekerjaann lain-lain tterdiri atas pekerjaan ssebagai tukaang becak,

buruh,, tukang ojek,


o dan tukang paarkir. Pekeerjaan lain-lain yang

nden menunjukkan bahw


mendoominasi jenis pekerjaan para respon wa, ternyata

pekerjaan informaal tersebut disebabkan salah satunnya karena rendahnya

tingkaat pendidikann para respoonden. Sehiingga merekka lebih mem


milih jenis

pekerjaan tersebutt untuk menccukupi kebuttuhan hidup keluarga.


79
 

D
Diagram 4.5
IIdentitas Reesponden Beerdasarkan
Identtifikasi Alam
mat

3 6
4
10 6 9
9
8
11 9
8 7 7

Lebakwana Pelamunan Kramatwaatu Margasaana Pejaten


n
Wanayasa Harjatani Tenjong Pamengkkang Pegadingan
Toyomerto Serdang Terate

Sumber : (Data Primer Diiolah, 2011)

Berdasarkaan data padda tabel 4.5 di atas, daapat dijelaskkan bahwa

seluruh
h responden
n memiliki tempat
t tingggal yang reelatif berbed
da. Adapun

yang bertempat
b tiinggal di leebakwana seebanyak 6 responden,
r P
Pelamunan

sebany matwatu sebbanyak 9 rresponden, Margasana


yak 6 respoonden, Kram

sebany
yak 8 responnden, Pejatenn sebanyak 9 responden,, Wanayasa sebanyak
s 7

nden, Harjataani sebanyakk 7 respondeen, Tenjong sebanyak 8 responden,


respon

Pamenngkang sebaanyak 11 reesponden, Peegadingan ssebanyak 9 responden,

Toyom
merto sebannyak 4 responden, Serd
dang sebanyyak 3 respo
onden, dan

Teratee sebanyak 10
1 respondeen. Identifikasi respondeen berdasarkkan alamat

temaptt tinggal mereka


m ini seebelumnya sudah ditenntukan terleb
bih dahulu

mengggunakan teknnik pengambbilan sampell yang digunnakan dalam


m penelitian

ini adaalah dengan teknik propoortionate area random ssampling.


80 
 

4.3.2 Analisis Data Penelitian

Analisis data merupakan suatu proses analisis yang dilakukan

peneliti dengan cara mendeskripsikan data hasil penyebaran kuesioner yang

ditujukan kepada seluruh penerima dana Bantuan Langsunng Tunai di

Kecamatan Kramatwatu yang menjadi anggota sampel. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui sejauhmana penilaian responden terhadap pelaksanaan

program Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu.

Adapun lebih detailnya, peneliti menjelaskannya dalam bentuk

diagram disertai pemaparan dan kesimpulan dari hasil jawaban responden

berdasarkan butir-butir pertanyaan yang telah peneliti buat sebelumnya.

Dimana, butir-butir pertanyaan tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner.

Uraian kuesioner diuraikan oleh peneliti dalam bentuk penjelasan butir-butir

pertanyaan secara sistematis. Kuesioner tersebut peneliti ajukan kepada 97

responden yang menjadi penerima Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan

Kramatwatu yang telah ditentukan sebelumnya.

Pemaparan mengenai butir-butir pertanyaan ditafsirkan sesuai dengan

indikator pertanyaannya, sehingga akan terlihat beberapa penafsiran dalam

menguraikan jawaban responden yang berbeda tergantung dari indikator

pertanyaannya. Seperti misalnya, SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak

setuju), STS (sangat tidak setuju). Uraian lebih lanjut mengenai hasil

kuesioner dari penelitian ini, bisa dilihat pada uraian berikut ini.
81
 

D
Diagram 4.6
P
Pencapaian hasil dari p
pelaksanaan
n BLT sudah
h maksimal

60 57

50

40

30
21
20 17

10
2
0
SS S TS STS
Sumber: Data
D Primer Diolah,
D 2011. (Pertanyaan No.
N 1)

Berdasarkaan diagram 44.6 di atas, responden yyang menjaw


wab sangat

setuju sebanyak 17 respondden dan reesponden yaang menjaw


wab setuju

sebanyyak 57 respponden. Merreka berpen wa program ini sangat


ndapat bahw

membaantu merekaa dan menerima secaraa terbuka deengan adanyya program

bantuaan langsungg tunai ini yang dilakksanakan oleh pemerinntah akibat

dampaak kenaikann minyak mentah. Dalam


D pelaaksanaannyaa menurut

responnden cukup berjalan m


maksimal karrena tidak bbanyak begiitu banyak

kendalla dalam peembagian bantuan langgsung tunai di lapangaan. Mereka

menilaai bahwa peelaksanaan BLT yang sudah berlaangsung suddah cukup

sesuai dengan keinnginan merekka.


82
 

Diagram
m 4.7
Kep
puasan den
ngan dana BLT
B yang teelah diterim
ma
5
45
45
40
35 32
2
30
25
20
1
14
15
10 6
5
0
S
SS S TSS STS

Sumber: Data Primer Diolah, 2011. (Pertanyaan


n No. 2)

Berdasarkaan diagram
m 4.7, Respponden yanng menjaw
wab setuju

sebanyyak 45 respponden mem


mberikan gambaran
g baahwa, penerima BLT

merasaa sangat settuju dengan perolehan dana


d yang ttelah diterim
ma. Hal ini

bkan karena jumlah ddana yang telah diterim


disebab ma sangat membantu

kebutu
uhan pokok mereka. Sellain itu, merreka lebih bersikap
b terbbuka untuk

meneriima jumlah dana yang telah merek


ka terima. Artinya,
A Meereka lebih

mengaanggap berappapun jumlahh dananya, mereka


m akann terima secaara terbuka.

Akan tetaapi terdapatt responden


n yang meenjawab tiddak setuju

sebanyyak 32 respoonden. Hal ini menunjuukkan bahw


wa mereka tiidak setuju

dengan
n perolehann dana yangg telah diterrima. Hal iini disebabk
kan karena

mpu untuk mencukupi kebutuhan


perolehhan dana yaang diterimaa, tidak mam

Mereka mennilai bahwa perolehan dana BLT


pokok keluarga sehari-hari. M

yang telah
t ma tidak sessuai dengan keinginan mereka,
diterim m karrena sangat
83
 

tidak mencukupi
m kebutuhan ppokok keluaarga. Terlebbih bagi meereka yang

memiliiki jumlah annggota keluaarga yang cuukup banyakk.

Digram 4.8
Prograam BLT Meringankan Beban
B Hidu
up Penerima BLT

60
51
50
40
30
2
22
18
20
10 6

0
SS S TS
T STTS
Sumb
ber: Data Prim
mer Diolah, 20011. (Pertanyaan No. 3)

Berdasarkaan diagram 44.8 di atas, responden yyang menjaw


wab setuju

sebanyyak 51 respponden mem


mberikan gambaran
g baahwa, penerima BLT

menilaai bahwa deengan adanyya program


m BLT sanggat membanntu mereka

dalam meringankaan beban hiddup keluargaa miskin. Deengan adany


ya program

BLT, memberikaan pengaruhh yang san


ngat besar bagi mereeka dalam

memennuhi kebutuuhan pokok keluarga sehari-hari. M


Mereka meniilai dengan

adanyaa program BLT,


B cukup membantu mereka
m dalaam meringan
nkan beban

hidup keluarga miskin.


m Progrram BLT cukup
c membbantu keluarrga miskin

dalam menghadappi permasalahhan hidup keluarganya.


k Terlebih beeban hidup
84
 

lainnyaa perlu jugga mendapat perhatiann yang serrius sepertii misalnya

persoaalan kesehataan, dan penddidikan anggo


ota keluargaa.

Akan tetaapi terdapatt responden


n yang meenjawab tiddak setuju

sebanyyak 22 respponden. Haal ini menuunjukkan bahwa dengaan adanya

um memberiikan dampakk yang signiffikan dalam membantu


prograam BLT belu

keluargga miskin menghadapi


m b
beban hidup keluarganyaa. Mereka menganggap
m

bahwaa program BLT


B belum mampu membantu
m keeluarga misskin dalam

urangi permasalahan keeluarga misk


mengu kin. Merekaa mengangg
gap dengan

adanyaa program BLT tidakk memberikkan pengaruuh yang beesar dalam

meringgankan bebaan hidup keluuarga miskinn. Mereka m


menilai bahw
wa ada atau

tidaknyya program BLT tetap menghasilkan


m n kondisi yaang sama. Hal
H ini lebih

disebab
bkan karenaa mereka m
merasa sangaat tidak puass dengan juumlah dana

BLT itu
i sendiri.

Diagram
m 4.9
Proggram BLT m
mampu mempertahank
kan daya beeli

6
60 59

5
50
4
40
3
30
20
2
20 13
3
1
10 5
0
SSS S TS STS
Sumber: Data
D Primer Diolah,
D 2011. ((Pertanyaan No.
N 4)
85 
 

Berdasarkan diagram 4.9 di atas, responden yang menjawab setuju

sebanyak 59 responden memberikan gambaran bahwa, penerima BLT

menilai bahwa dengan adanya program BLT sangat membantu mereka

dalam mengurangi beban pengeluaran rumah tangganya. Hal ini disebabkan

karena jumlah dana yang diberikan bisa membantu daya beli mereka agar

tetap terjaga.

Bahwa dengan adanya program BLT, cukup membantu keluarga

miskin dalam mengurangi beban pengeluaran rumah tangganya. Mereka

menganggap bahwa program BLT cukup berperan besar dalam menjaga

daya beli mereka dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Akan

tetapi terdapat responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 20

responden. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya program BLT belum

mampu mengurangi beban ekonomi rumah tangga miskin dikarenakan

beberapa persoalan. Misalnya saja, penghasilan rumah tangga miskin yang

belum mampu menjangkau harga kebutuhan ekonomi, karena penghasilan

rumah tangga miskin masih tergolong rendah. Terlebih beberapa persoalan

lain yang juga membutuhkan uang yang jumlahnya tidak sedikit.


86
 

Diagram
m 4.10
Dana BL
LT sebandin
ng dengan kebutuhan
k m
masyarakat miskin

50 46
6
45
40
35 32
2
30
25 19
9
20
15
10
5 0
0
SSS S TSS STSS
Sumber: Data Prim
mer Diolah, 2011. (Pertanyaaan No. 5)

Berdasarkaan diagram 44.10 di atas,, responden yang menjaawab setuju

sebanyyak 32 respponden mem


mberikan gambaran
g baahwa, penerima BLT

menilaai bahwa jum


mlah dana yaang diterimaa cukup untuuk membanttu membeli

kebutu mi. Merekaa menganggap bahwa jjumlah yang diterima


uhan ekonom

kuri dan menerimanya dengan


cukup mereka syuk d terbuuka, setidakn
nya mereka

sedikitt diperhatikaan oleh pem


merintah deengan adanyya program
m BLT ini.

Semen
ntara terdapaat respondenn yang men
njawab tidaak setuju sebbanyak 46

responnden. Hal in
ni menunjukkkan bahwa jumlah danna BLT yanng diterima

tidak bisa mencuukupi kebuutuhan ekonnomi keluarrga merekaa. Hal ini

disebab
bkan oleh tidak
t sebanddingnya jum
mlah dana yyang diberikkan dengan

harga-h
harga kebuttuhan ekonoomi yang sem
makin naik. Dan menurrut mereka

bahwaa jumlah dana


d yang diberikan sangat tidaak sebandin
ng dengan

kebutu
uhan ekonom
mi mereka. Mereka
M lebiih melihat hhal tersebut dari
d harga-
87
 

harga kebutuhan
k p
pokok semakkin naik dan jumlah danaa yang diberrikan masih

jauh dari
d n mereka. Harapan mereka
harapan m sebaagai bentuk
k penilaian

terhadaap kesesuaiaan dana BL


LT yang diteerima dengaan kebutuhann ekonomi

merekaa.

Diagram
m 4.11
Prosses penyalu
uran BLT diinilai sudah
h tepat waktu

60 5
55
50
40 3
35
30
20
10 7
0
0
S
SS S T
TS STTS
Sum
mber: Data Priimer Diolah, 2011.
2 (Pertanyyaan No. 6)

Berdasarkaan diagram 44.11 di atas, responden yyang menjaw


wab sangat

setuju sebanyak 355 responden memberikann gambaran bahwa, peneerima BLT

menilaai bahwa pro


oses penyaluuran dana BLT sudah saangat tepat waktu.
w Hal

ini disebabkan karrena merekaa menilai prroses penyalluran dana BLT


B selalu

berjalaan setiap 3bu


ulan sesuai dengan keinnginan mereeka. Proses penyaluran
p

dana pun
p terkadang
g diterima pada awal bu
ulan, sehinggga mereka merasa
m puas

dengan
n hal tersebuut.
88
 

Mereka settuju dengan proses peny


yaluran danaa BLT yangg dilakukan

tepat waktu.
w Itu diisebabkan kaarena mereka menilai prroses penyaluuran sudah

ngan peratuuran yang ada dan ccukup berjalan secara


cukup sesuai den

teraturr.dan merekaa merasa tidaak puas denggan proses penyaluran BLT


B selama

ini. Akkan tetapi terrdapat respoonden yang menjawab


m tiidak setuju sebanyak
s 7

responnden. Hal ini menunjukkkan bahwa mereka


m merrasa tidak pu
uas dengan

proses penyalurann dana BLT selama ini yang terkaddang tidak jelas waktu

penyallurannya. Misalnya
M sajja terkadang proses ppenyaluran dana
d BLT

dilakukkan selama 3 bulan atau 4 bulan sekkali.

Diagram
m 4.12
P
Proses peny
yaluran BLT
T teratur walaupun
w ad
danya poton
ngan dana
60 55
50
40
30 2
26

20
9 7
10
0
SS S T
TS STTS

Sum
mber: Data Priimer Diolah, 2011.
2 (Pertanyyaan No. 7)

Berdasarkaan diagram 44.13 di atas,, responden yang menjaawab setuju

sebanyyak 55 respponden mem


mberikan gambaran
g baahwa, penerima BLT

menilaai bahwa deengan adanyya pemotonggan dana daapat membaantu warga


89 
 

lainnya yang tidak terdaftar sebagai penerima BLT. Hal ini menunjukkan

bahwa mereka yang dikenakan potongan dana menerima potongan tersebut,

karena potongan tersebut akan diberikan kepada warga miskin lainnya yang

tidak terdaftar sebagai penerima, padahal mereka itu memenuhi kriteria

sebagai penerima BLT.

Akan tetapi terdapat responden yang menjawab tidak setuju sebanyak

26 responden. Hal ini menunjukkan bahwa mereka merasa keberatan karena

jumlah dana BLT yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan ekonomi

sehingga tidak cukup, kemudian dipotong lagi untuk disumbangkan kepada

warga miskin lainnya yang tidak terdaftar sebagai penerima BLT. Mereka

sangat dirugikan oleh adanya potongan dana BLT ini. Karena dengan jumlah

BLT yang tidak begitu besar dan sebanding dengan kebutuhan ekonomi

yang makin meningkat tidak bisa menutupin dan tidak begitu membantu

mereka, kemudian harus ditambah dengan potongan ini semakin membuat

mereka tidak puas.


90
 

Diagram 4.13
Dana BLT dapatt bermanfaa
at bagi masyyarakat misskin

7
70 66
6
60
5
50
4
40
3
30
19
2
20 12
1
10
0
0
SS S TS STS
Sumber:: Data Primerr Diolah, 2011.. (Pertanyaan
n No. 8)

Berdasarkaan diagram 44.13 di atas,, responden yang menjaawab setuju

sebanyyak 66 respponden mem


mberikan gaambaran baahwa, merekka menilai

manfaat kareena dapat memenuhi kebutuhan


prograam BLT saangat berm

pokoknnya. Hal ini disebabkan karena mereeka sangat teerbantu denggan adanya

dana bantuan
b dari pemerintah ini yang dinnilai sangat mencukupi kebutuhan

merekaa. Mereka berpendapat bahwa


b sedik
kit banyaknyya program BLT
B cukup

berperaan penting dalam mem


menuhi kebuutuhan ekonnomi keluarg
ga miskin.

Akan tetapi terdappat responden yang meenjawab tidaak setuju seebanyak 12

responnden. Hal ini menunjukkkan bahwa keberadaan


k program rasskin belum

dirasak
kan secara signifikan manfaatnya
m kepada meereka, termaasuk dalam

memennuhi kebutuhhan pokok m


mereka seharri-hari.
91
 

Diagram 4.14
4
Peneerima BLT sangat men
ngandalkan dana BLT
60
0
60
50
40
30
21
20 14
4
10
2
0
SSS S TS STS
Sumbeer: Data Primeer Diolah, 20111. (Pertanyaaan No. 9)

Berdasarkaan diagram 44.14 di atas,, responden yang menjaawab setuju

sebanyyak 60 responden membeerikan gambbaran bahwa, penerima BLT


B sangat

mengaandalkan dana BLT di dalam memenuhhi kebutuhaan pokok

keluargganya. Hal ini disebabkkan karena tingkat pennghasilan meereka yang

tergoloong rendah (lihat diagraam 4.4 darii identifikasi pekerjaan)), sehingga

merekaa tidak mem


miliki kemaampuan unttuk memenuuhi semua kebutuhan-
k

kebutu
uhannya.

Bahwa mereka lebih m


mengandalkaan dana BLT
T hanya padaa saat dana

telah diterima,
d nam
mun ketika ddana BLT belum diterim
ma, maka meereka tidak

memakksakan diri untuk


u tetap m
menunggu dana
d tersebuut. Akan tetaapi terdapat

responnden yang menjawab


m tiidak setuju sebanyak 221 respondeen. Hal ini

njukkan bahhwa merekaa tidak menngandalkan dana BLT di dalam


menun

uhan pokoknnya. Hal ini disebabkann karena meereka lebih


memennuhi kebutu
92
 

melihaat hal itu daari sisi peroolehan danaa yang telahh diterima selama
s ini.

Merek
ka merasa perolehan daana BLT maasih jauh dari keinginaan mereka.

han dana yang merekaa terima tidaak mampu mencukupi kebutuhan


Peroleh

pokok keluarganya sehingga m


mereka hanyya menjadikkan dana BL
LT sebagai

dana alternatif
a saj
aja yang billamana telah
h disalurkann, maka meereka akan

meneriimanya.

Diagram
m 4.15
Program BLT
B dapat memenuhi kebutuhan ekonomi peenerima
BLT
58
60
50
40
30
1
18
20 15
10 6

0
SS S T
TS STTS
Sumber: Data Primer Diolah, 2011.
2 (Pertanyyaan No. 10)

Berdasarkaan diagram 4.15


4 di atas, responden yyang menjaw
wab setuju

sebanyyak 58 respponden mem


mberikan gaambaran baahwa, merekka menilai

prograam BLT dappat memenuuhi kebutuhaan pokoknyya. Hal ini disebabkan


d

karenaa secara tidaak langsung,, program BLT


B sangat memberikann pengaruh

yang cukup
c besarr di dalam m
memenuhi kebutuhan
k p
pokok merekka. Sedikit

knya prograam BLT cuukup berperran dalam memenuhi kebutuhan


banyak
93 
 

pokok keluarga miskin. Peranan program BLT lebih terasa pada adanya

perbedaan yang signifikan bila dilihat dari sudut pandang dana yang

diberikan secara cuma-cuma tanpa harus bekerja terlebih dahulu untuk

mendapatkan dana tersebut, disamping program BLT cukup memberikan

keringanan kepada mereka dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga yang

relatif cukup banyak.

Akan tetapi terdapat responden yang menjawab tidak setuju

sebanyak 18 responden. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan program

BLT belum dirasakan secara signifikan manfaatnya kepada mereka,

termasuk dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka. Hal ini disebabkan

karena mereka menganggap bahwa program BLT hanya memberikan

manfaat yang terbatas kepada mereka. Misalnya saja, dana BLT yang

diperoleh pada umumnya tidak selalu cukup untuk digunakan oleh mereka

sampai waktu penyaluran berikutnya, melainkan hanya cukup untuk 2-

3minggu. karena mereka menilai bahwa program BLT tidak dapat

memenuhi kebutuhan pokok mereka setiap bulannya. Misalnya saja, mereka

tidak puas dengan jumlah dana BLT yang telah mereka terima dan untuk

mencukupi kebutuhan pokok mereka.


94
 

Diagraam 4.16
Kecukup
pan jumlah BLT yang d
diterima
39
40
4 37
35
3
30
3
25
2
20
2
14
15
1
10
1 7
5
0
SS S TS STSS
Sumb
ber: Data Prim
mer Diolah, 20011. (Pertanyaan No. 11)

Berdasarkaan diagram 44.16 di atas, responden yyang menjaw


wab sangat

setuju sebanyak 377 responden memberikann gambaran bahwa, peneerima BLT

merasaa sangat cuk


kup dengan jjumlah danaa BLT yang telah diterim
ma. Hal ini

disebab
bkan karen
na jumlah anggota keluarga
k yaang sedikit, sehingga

pengelluaran mereeka tidak beegitu banyaak dan relattif sangat mencukupi.


m

Merek koknya denggan jumlah dana yang


ka merasa teercukupi kebbutuhan pok

telah mereka
m terim
ma. Hal ini disebabkaan karena disamping
d d
dari jumlah

anggotta keluarga yang sedikiit, mereka juga lebih bbersikap terbbuka untuk

meneriima berapa pun


p jumlah uuangnya.

Akan tetaapi terdapatt responden


n yang meenjawab tiddak setuju

sebanyyak 39 respo
onden. Hal iini menunjuukkan bahwaa mereka merasa tidak

cukup dengan jum


mlah dana B
BLT yang mereka
m terim
ma. Hal ini disebabkan
d

karenaa jumlah annggota keluuarga yang relatif cukkup banyak,, sehingga


95
 

membuutuhkan jum
mlah dana yaang banyak pula setiap bulannya. Sementara,
S

bila mengandalka
m an dana BL dak lah cukkup untuk memenuhi
LT, tentu tid

kebutu
uhan pokok mereka, walaupun
w k
keberadaan program BLT cukup

membaantu meringankan bebann hidup mereeka. karena disamping dari


d jumlah

anggotta keluarga yang tidakk sebanding dengan jum


mlah dana BLT yang

diterim
ma, mereka menganggaap bahwa juumlah danaa BLT hanyya mampu

memennuhi kebutuhhan pokok m


mereka selam
ma 2-3 mingggu saja.

Diagram 4.17
7
Prrogram BLT
T cukup meemecahkan masalah peerekonomian
n
penerima BLTT
70
70
0
60
0
50
0
40
0
30
0
19
20
0
8
10
0
0
0
SS S TS STS
Sumber: Data Primerr Diolah, 2011. (Pertanyaan
n No. 12)

Berdasarkaan diagram 44.17 di atas,, responden yang menjaawab setuju

sebanyyak 8 respoonden mem


mberikan gaambaran bahhwa, merekka menilai

prograam BLT daapat memeccahkan massalah ekonoomi merekaa. Hal ini

disebab
bkan karenaa secara tidakk langsung, program BL
LT sangat memberikan
m
96
 

pengarruh yang cu
ukup besar ddi dalam meemecahkan m
masalah pereekonomian

keluargga mereka. Akan tetappi terdapat responden yang menjaawab tidak

setuju sebanyak 70
7 respondeen. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan
k

prograam BLT beluum dirasakann secara signnifikan manffaatnya kepaada mereka,

termassuk dalam memecahkan


m masalah eko
onomi mereeka. Hal ini disebabkan
d

karenaa mereka menganggap


m bahwa prrogram BLT
T hanya memberikan
m

manfaaat yang terrbatas kepadda mereka. Misalnya saja,


s dana BLT
B yang

diperolleh pada um
mumnya tidaak selalu cuk
kup untuk ddigunakan olleh mereka

sampaii waktu peenyaluran bberikutnya. Menurut


M m
mereka meniilai bahwa

prograam BLT tidaak dapat mem


mecahkan masalah
m ekonnomi merekaa. Misalnya

saja, mereka
m tidak puas dengann jumlah dan
na BLT yangg telah merek
ka terima.

Diagram 4.188
Pemb
bagian BLT
T telah meraata hanya kepada
k masyyarakat misskin

60
0 53
50
0
40
0
30
0 25
20
0
10 9
10
0
0
SS S TS STS
Sumber: Data Primer Diolah, 2011. (Pertanyaan
n No. 13)
97 
 

Berdasarkan diagram 4.18 di atas, responden yang menjawab setuju

sebanyak 53 responden memberikan gambaran bahwa, pembagian dana BLT

dilakukan secara merata hanya kepada keluarga miskin. Hal ini disebabkan

karena di dalam menentukan keluarga yang berhak untuk menerima BLT,

dilakukan secara terbuka kepada warga masyarakat. Selain itu, warga

masyarakat benar-benar memahami bahwa yang berhak menerima hanya

lah keluarga miskin saja. Tidak jauh berbeda dengan yang lain, Hal ini

disebabkan karena warga masyarakat memahami bahwa yang menjadi

sasaran dari program BLT adalah rumah tangga miskin, sehingga

masyarakat lain yang tidak termasuk dalam kriteria program tidak memiliki

keinginan untuk menerima dana BLT.

Akan tetapi terdapat responden yang menjawab tidak setuju

sebanyak 25 responden. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian dana BLT

tidak dilakukan secara merata hanya kepada rumah tangga miskin. Hal ini

disebabkan karena masih tingginya tingkat kecemburuan sosial masyarakat

yang juga ingin mendapat dana bantuan dari pemerintah ini. Hal itu

dilakukan sebagai bentuk untuk menghindari konflik yang terjadi di

lingkungan masyarakat. Hal ini disebabkan karena responden beranggapan

bahwa pembagian dana BLT tidak dilakukan secara merata hanya kepada

keluarga miskin. Adanya ketidakmerataan dalam proses pembagian dana

BLT tidak terlepas dari masih adanya masyarakat miskin yang tidak terserap

seutuhnya menjadi penerima BLT.


 

Diagram 4
Pembaggian BLT teelah sesuai h

70 62
60
50
40
30
20
8
10
0
SSS S
Sumber: Data Primer Diolah, 2011.
2 (Pertany

Berdasarkaan diagram 44.17 di atas,

sebanyyak 62 respponden mem


mberikan g

merasaa pembagiaan BLT yanng dilakuka

penerim
ma BLT. Haal ini disebaabkan karena

banyak
k, sehingga mereka sanngat berhara

BLT teersebut. Merreka merasaa jumlah pem

kebutu
uhan merekka. Hal inii disebabka

mempeersoalkan peembagian yaang diterima

pembaagian dana BLT


B dalam memenuhi
m k

tetapi terdapat reesponden yang


y menja

responnden. Hal inni menunjukkkan bahwa

BLT tiidak sesuai dengan


d harappan mereka.
126 
 

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu mengenai

tingkat kualitas pelayanan yang berjudul “Evaluasi Program Bantuan

Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu”, maka peneliti menarik

kesimpulan yaitu :

Menjawab rumusan yang telah peneliti buat pada bab 1(satu)

sebelumnya yaitu Bagaimanakah Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai

di Kecamatan Kramatwatu. Jawabannya adalah Evaluasi Program Bantuan

Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu cukup berjalan dengan baik. Dari

hasil perhitungan melalui SPSS versi 15,0 menunjukkan bahwa Ha(4,1 ≥

1,296) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi, kesimpulannya adalah evaluasi

program bantuan langsung tunai di kecamatan kramatwatu sebesar 66,6%.

Artinya, Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan

Kramatwatu telah berjalan cukup baik karena hasil uji hipotesis mencapai

66,6% dari angka yang peneliti hipotesiskan, yaitu minimal mencapai 65

persen.
127 
 

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

mengenai ” Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan

Kramatwatu “, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pemerintah harus melakukan evaluasi pelaksanaan Progrm BLT

dalam melakukan verifikasi data ulang masyarakat miskin tahap

berikutnya agar pemerintah mengetahui ada atau tidaknya

penurunan angka kemiskinan masyarakat miskin di Kecamatan

Kramatwatu.

2. Tim pelaksana teknis BLT tingkat kelurahan harus menetapkan

RTS yang berhak mendapatkan program BLT berdasarkn kriteria

yang telah ditetapkan oleh BPS yang telah terssusun di petunjuk

pelaksana teknis BLT.

3. Pemerintah dalam membuat suatu kebijakan yang bertujuan

menurunkan angka kemiskinan sebaiknya didalam pelaksanaan

program tersebut harus bisa lebih bertujuan memberdayakan

masyarakat miskin, memberikan pelatihan keterampilan kerja dan

membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat miskin agar

program BLT ini bisa berjalan lebih efektif.

4. Tim pelaksana teknik BLT agar lebih meningkatkan sosialisasi

tentang, maksud dan tujuan BLT kepada masyarakat di Kecamatan

Kramatwatu.
128 
 

5. Sebaiknya pemerintah dalam penetapan kebijakan seperti program

BLT pelaksanaannya tidak berdekatan dengan pemilu agar dapat

menghindari persepsi tidak baik , dan agar pelaksanaan program

BLT ini memang untuk kepentingan masyarakat miskin.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Wahab, Solihin. 2005. Analisis Kebijaksanaan Negara, dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan. Bandung : CV. Alfabeta.

Asikin, H. Zainal dan Amirudin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana

Dimock, dkk. 1992. Ilmu Administrasi Negara. Jakarta : Rineka Cipta.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (edisi terjemahan).

Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada University Press.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif

dan Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Nugroho, Rian T. 2003. Kebijakan Publik : Formulasi, Implementasi dan

Evaluasi. Jakarta : PT. Gramedia.

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

Soehartono, Irawan. 2004. MPS : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan

Sosial dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alfabeta.

Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Proses

Kebijakan Publik. Malang : Banyumedia Publishing.

.
Sumber lain

Enda. 2005. Miskin. http://enda.goblogmedia.com/miskin.html. diakses pada hari

sabtu 26 Juni 2010

“Dampak Psikososial Bantuan Langsung Tunai (BLT)”, Artikel diakses dari

internet dengan alamat website : http://www.sinar-

harapan.co.id/203/makalah-essai/2007 pada hari selasa Juni 2010

www.depsos.go.id/unduh/juknisblt200ok

www.depkominfo.go.id

Anda mungkin juga menyukai