SKRIPSI
Oleh :
MELIYANA AGUSTINA
NIM. 6661110133
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan dan fenomena yang terkait
dengan pelaksanaan kebijakan transformasi PT. Jamosostek menjadi BPJS
Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten, yaitu perubahan struktur organisasi,
dimana adanya penambahan karyawan akibat dibentuknya Kantor Cabang Perintis,
kurangnya perluasan sosialisasi yang mengakibatkan belum semua tenaga kerja dan
perusahaan di wilayah Banten menjadi pendaftar kepesertaan dalam BPJS
Ketenagakerjaan, perubahan badan hukum yang semula privat, berubah menjadi
badan hukum publik, perubahan sistem kerja Umum dan SDM dalam pengadaan
barang dan jasa, perubahan program dan manfaat, kurangnya pantauan dan koordinasi
dari pemerintah daerah dan lembaga kepolisian selama proses berlangsungnya
transformasi, kurangnya penanganan dan Ketidaksigapan karyawan mengenai
pencairan iuran JHT kepada tenaga kerja,. Peneliti tertarik untuk menganalisis
kebijakan transformasi PT. Jamosostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan dengan
menggunakan teori Dunn tentang Tahap-tahap Analisis Kebijakan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pelaksanaan kebijakan BPJS
Ketenagakerjaan masih belum dilaksanakan secara optimal, karena sosialisasi masih
belum dijalankan dengan baik dan meluas ke seluruh daerah atau tempat, kurang
sigapnya karyawan dalam menangani pencairan Jaminan Hari Tua. Peneliti
merekomendasikan agar pihak BPJS Ketenagakerjaan melakukan proses pengawasan
untuk mengatasi masalah di BPJS Ketenagakerjaan, dan meningkatkan lagi sosialisasi
kepada masyarakat mengenai pentingnya BPJS Ketenagakerjaan.
3
ABSTRACT
This research was motivated by the problems and phenomenon related to the
implementation of the transformation policy from PT. Jamsostek (Persero) into The
BPJS Ketenagakerjaan in the Regional Office Banten, which is the strructural change
in organization the addition of employees due to establishment of office channeling
branch offices pioneer, still lack of expansion of socialization that cost not all
workers and companies in Banten became the registrator of participation in the BPJS
Ketenagakerjaan, the legal entity which was orginally a privat, it turns into the
public, change of a system of public and human resources in the procurment of goods
and services, change progrmas and benefits, lack of monitoring and coordination
from the regional goverment and the police during the process of transformation, the
lack of handling and spryness from the employees regarding the disbursement of Old
Age Security dues to labor. Researchers are interested to analyze the transformation
policy PT. Jamsostek (Persero) into The BPJS Ketenagakerjaan using Dunn's theory
about the stages of Policy Analysis. Data collection techniques used by researchers is
interview, observation and documentation. The results showed that the
implementation of policies The BPJS Ketenagakerjaan is still not implemented
optimally, because the socialization process is still not well and not extended
throughout the area or place, employees who are not eager to deal with the
disbursement of Old Age Security. Researchers recommend that the BPJS
Ketenagakerjaan conduct the regulatory process to address the problems in The
BPJS Ketenagakerjaan, and further increase public education about the importance
of the BPJS Ketenagakerjaan.
4
5
6
7
“Kerja keras, Usaha, dan Ikhtiar adalah bagian dari Proses Keberhasilan.
Dimana puncak kesuksesannya adalah ketika dia bisa berbagi ilmunya untuk
orang-orang disekitarnya”
KATA PENGANTAR
manusia. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
Shallahu‟alahi Wassalam yang telah menjadi suri tauladan dan menjadi penerang
dalam menggapai ridha Allah. Terimakasih yang mendalam penulis ucapkan kepada
kedua orang tua yang selalu memberikan doa, motivasi, dan kasih sayangnya yang
tidak terhingga.
Skripsi ini diajukkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Analisis
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tak lepas dari support dan bantuan banyak
pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Untuk itu,
peneliti sampaikan rasa terima kasih kepada Allah Subhanahu Wata‟ala, karena atas
pengerjaan skripsi. Tak lupa peneliti juga ingin sampaikan rasa terima kasih kepada:
9
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa;
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
atas arahan dan bimbingannya yang sabar dan tulus selama proses pengerjaan
skripsi;
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M, Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Sekaligus sebagai
hingga semester 9;
8. Ibu Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si, Dosen Pembimbing II, terima kasih atas
arahan dan bimbingannya yang sabar dan tulus selama proses pengerjaan
skripsi;
10
9. Ibu Ipah Ema Jumiati, S. Sos., M. Si, Dosen Penguji Skripsi, terima kasih atas
10. Seluruh Dosen dan Staff Program Ilmu Administrasi Negara yang telah
12. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten yang sudah membantu
arahan kepada saya untuk bisa belajar (magang) disana, khususnya kepada Ibu
ME, Ibu Mid Rahmalia, SE, M.Si, Bapak Al Zuhruf, S.Sos,M.Si, Bapak Octa
Soehartono, SE, Bapak Pracoyo Cipto Nugroho, S.St, Bapak Trimo, S.Sos,
14. Rasa terimakasih yang besar kepada keluarga terutama Ibu, yang selama ini
selalu memberikan semangat, motivasi, dan doa kepada saya, Ibu yang selalu
seorang Ayah, kepada kaka saya Farida Wahyuni, yang selalu memberikan
15. Ibu kedua saya, yaitu Bunda Kiki. Yang juga selalu memberikan doa dan
memberikan support yang baik untuk saya, semoga Allah selalu melindungimu
16. Rasa terimakasih yang besar juga kepada orang yang selama ini selalu
menemani saya, memberikan semangat kepada saya, yang tak pernah jenuh
memberikan arahan kepada saya, yang In Syaa Allah menjadi Calon Pasangan
17. Sahabat terbaik saya yaitu Maleowati, Laila, Wiwin, Novi, Puput, Lisa,
Rabistiarni, Emak Aan, Nunu, Yafie, Galang, Eja, Tian, Akew, terimakasih
18. Teman sekaligus sahabat seperjuangan Ilmu Administrasi Negara, yang selalu
ini, Lita, Lilla, ika, Ombes, Lulu, Tata, Diana, Dina, Aida, Risda, Herdandi,
19. Teman Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) di Desa Panyaungan Jaya Ciomas,
yaitu Fenny, Suci, Rivani, Sari, Uci, Mbak Eni, Rizki, Jaelani, Dwiki, dan
Faisal. Terima kasih kalian sudah menjadi teman yang solid, kerja sama, dan
20. Ibu Lurah Panyaungan Jaya, terima kasih karena ibu sudah menjadi ibu yang
baik untuk kami kelompok KKM di Desa Panyaungan Jaya, ibu sudah
memberikan kami kasih sayang, dan kesabaran ibu akan menjadi panutan untuk
kami;
12
21. Terima kasih juga kepada Rangga, sahabat baru saya, yang sudah membantu
saya, untuk bisa penelitian di PT. Krakatau Steel, dan terima kasih karena sudah
Akhir kata penulis berharap berdoa agar pihak-pihak yang telah banyak
membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini mendapat imbalan dari Allah
Subhanahu Wata‟ala serta penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Meliyana Agustina
13
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN
iii
14
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
16
DAFTAR TABEL
4.6 Pembagian Iuran BPJS Ketenagakerjaan antara Pekerja dan Perusahaan ........... 170
iv
17
DAFTAR GAMBAR
4.3 Alur Pelayanan Tenaga Kerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja ..................... 182
v
18
DAFTAR LAMPIRAN
3 Pedoman Wawancara
7 Dokumentasi Penelitian
vi
BAB I
PENDAHULUAN
dengan perubahan yang ada di dalam suatu organisasi atau birokrasi. Manusia
dalam organisasi atau birokrasi, untuk mencapai tujuan, harus diiringi dengan
dan inovasi organisasional, dan tidak bisa melepaskan diri dari perubahan
yang tak terhindarkan. Untuk itu, para birokrat harus selalu siap untuk
1
2
Republik Indonesia tahun 1945 alinea keempat, yakni tujuan dari pembentukkan
keadaan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Untuk itu pemerintah membuat
Indonesia.
28 H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dan Pasal 34 ayat (1) ayat (2) dan melalui
terpadu. Jaminan sosial ini merupakan satu bentuk sistem perlindungan sosial.
Sosial. Badan penyelenggara Jaminan Sosial, akan dilaksanakan oleh 2 (dua) Badan
akan dilanjutkan dengan pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai,
selama ini ada. Ada tiga derajat transformasi dalam Undang-undang BPJS. Tingkat
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian sesuai
4
Jamsostek (Persero) kepada BPJS Kesehatan, pengalihan asset dan liabititas serta
Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian,
serta sosialisasi program kepada publik, yang terakhir adalah pengalihan asset dan
liabilitas pegawai serta hak dan kewajiban PT. Jamsostek (Persero) ke BPJS
Ketenagakerjaan.
secara eksplisit mengubah PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan, maupun
PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan tersirat dalam kata pembubaran PT.
adalah selama dua tahun terhitung mulai 25 November 2011 sampai dengan 31
Desember 2013. Dalam masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes
menyiapkan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT.
menyatakan perubahan maupun pembubaran PT. Asabri (Persero) dan PT. Taspen
ketentuan yang mengatur pengalihan program PT. Asabri (Persero) dan PT. Taspen
pension ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029. Pasal 65 ayat 2, PT.
program pembayaran tabungan hari tua dan program embayaran pensiun dari PT.
undang mewajibkan PT. Asabri (Persero) dan PT. Taspen (Persero) untuk
kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya. Program Jamsostek
publik yang diwaliki oleh Presiden. BPJS menyampaikan kinerjanya dalam bentuk
keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden. Laporan
tersebut harus dengan tembusan kepada DJSN, paling lambat 30 Juni tahun
berikutnya. (www.jamsosindonesia.com)
drastis dan mendadak yang diarahkan pada tiga faktor organisasional, yaitu:
dilaksanakan oleh keempat Persero (PT. Jamsostek, PT. Askes, PT. Asabri dan PT.
yang tengah berlangsung saat ini diatur dalam peraturan perundangan yang
berlainan, keempat Persero mengemban misi yang sama. Misi keempat Persero
(PT. Jamsostek, PT. Askes, PT. Asabri dan PT. Taspen) yaitu untuk meningkatkan
8
(KCP). Hal ini membutuhkan tenaga kerja-tenaga kerja baru dalam membantu
Adapun dibawah KC Serang terdapat 4 KCP yaitu: KCP Lebak, KCP Labuan, KCP
Cilegon, dan KCP Cikande. Dibawah KC BSD terdapat 2 KCP yaitu: KCP Ciputat,
KCP Bintaro. Dibawah KC Cimone terdapat 1 KCP yaitu KCP Pasar Kamis.
Dibawah KC Batu Ceper ada 1 KCP yaitu KCP Dadap. Untuk KC Cikupa dan KC
struktur organisasi bisa dilihat pada gambar 1.1 dan 1.2 berikut ini.
9
Gambar 1.1
Kepala KANWIL
Banten
Sekretaris
Penata
Madya Kantor Cabang
Pengelolaan
PKP
(Sumber: BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wiayah Banten)
10
Gambar 1.2
Kepala KANWIL
Banten
Sekretaris
Penata Madya
Pemasaran
Kantor Cabang
kepesertaan sehingga belum semua tenaga kerja dan perusahaan di wilayah Banten
Ketenagakerjaan. Berikut adalah tabel 1.1 Kepesertaan Tenaga Kerja dan Tabel 1.2
wilayah Banten.
Tabel 1.1
Dari tabel 1.1 tersebut menjelaskan bahwa kepesertaan tenaga kerja di BPJS
lain belum sampai mencapai target yang telah ditentukan dari pusat, karena untuk
masih sangat jauh. Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan, menargetkan tenaga kerja
12
penerima upah dengan jumlah kepesertaan 542.782 tenaga kerja. Namun pada
realisasinya hanya mencapai 91.297 tenaga kerja yang aktif dengan persentase
realisasinya hanya mencapai 28.036 tenaga kerja yang aktif dengan persentase
penerima upah dengan jumlah kepesertaan 68.297 tenaga kerja. Namun pada
realisasinya hanya mencapai 5.889 tenaga kerja yang aktif dengan persentase
pensiun dengan jumlah 45.411 tenaga kerja. Namun disini, pada realisasinya tidak
ada satupun tenaga kerja yang ikut turut menjadi kepesertaan di BPJS
Sehingga tenaga kerja jaminan pensiun tidak ada realisasi dan persentase
ketercapaiannya.
13
Tabel 1.2
sampai mencapai target yang telah ditentukan dari pusat. Kantor Pusat BPJS
dengan jumlah 2.640 perusahaan. Namun realisasinya hanya 639 perusahaan yang
Namun pada realisasinya tidak ada satupun perusahaan yang menjadi kepesertaan
yang sebelumnya sudah ditetapkan, belum adanya keputusan dari perusahaan untuk
Keempat, perubahan sistem kerja bagian Umum dan SDM dalam pengadaan
barang dan jasa atau belanja modal. Ketika masih menjadi PT. Jamsostek, dalam
transaksi pengadaan barang dan jasa atau belanja modal masih melakukan secara
manual yaitu, pertemuan langsung atau tatap muka langsung. Sekarang menjadi
dikemukakan bahwa Perubahan sistem kerja Umum dan SDM dalam pengadaan
barang dan jasa atau belanja modal yang sekarang sudah melakukan transaksi
money game (permainan uang) yang terjadi saat terjadinya transaksi secara
langsung atau manual. Akan tetapi perubahan sistem kerja yang sekarang tentunya
tidak lepas dari hambatan atau kelemahannya, yaitu dimulai dari adanya gangguan
internet yang tentunya bisa menghambat atau sering kali mengagalkan transaksi,
dan sistem yang sekarang digunakanpun masih belum sempurna, atau efektif.
Tabel 1.3
Perubahan Program dan Manfaat
sebagai pelindung tenaga kerja, dan juga mengawasi bila terjadi hal-hal yang tidak
sejalan dengan tujuan. Wawancara peneliti kepada Kepala Umum dan SDM Kantor
Kepolisian. Hal ini salah satu penyebab bahwa pelaksanaan kebijakan Trasformasi
Hari Tua kepada tenaga kerja. Ketidaksigapan karyawan atau pegawai BPJS
Hari Tua kepada pihak BPJS Ketenagakerjaan. Mereka yang sudah tidak bekerja
17
lagi pada perusahaan yang lama, kesulitan mengklaim Jamian Hari Tua mereka,
peneliti kepada salah satu tenaga kerja penerima upah, dikemukakan bahwa Jika
tidak bisa dicairkan ketika tenaga kerja sudah bekerja diperusahaan yang baru,
maka seharusnya iuran Jaminan Hari Tua di perusahaan yang lama disatukan
saldonya dengan BPJS Ketenagakerjaan yang baru, hal inilah yang membuat saya
kecewa karena harus menjadi pengangguran terlebih dahulu untuk bisa mencairkan
iuran Jaminan Hari Tua nya. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
saat ini dalam sehari hanya melayani 150 peserta yang ingin mencairkan Jaminan
Hari Tua (JHT), hal ini menyulitkan peserta karena harus mengambil nomor
antrean dari pukul 04.00 pagi bila tidak ingin didahului oleh peserta lainnya.
untuk terpenuhinya kehidupan dasar warga Negara dengan layak. Setiap manusia
berhak mendapatkan hak yang sama tentunya berhak mendapatkan kehidupan yang
lebih baik, dan demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tercantum di dalam Undang-
undang Dasar 1945. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti
tertarik untuk membahas dan mengangkat penelitian ini dengan judul “Analisis
di dapatlah beberapa situasi sosial. Adapun yang menjadi situasi sosial dalam
4. Perubahan sistem kerja Umum dan SDM dalam pengadaan barang dan jasa atau
belanja modal.
Jaminan Pensiun.
Wilayah Banten”.
Berkaitan dengan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah
Wilayah Banten, Selain itu penelitian ini diajukan sebagai salah satu tugas akhir
dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial pada konsentrasi kebijakan
Bila tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka hasil dari penelitian ini
umum, dan Instansi terkait. adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis dalam
Banten adalah.
a. Manfaat Teoritis
bagi peneliti.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
kehidupan masyarakat.
terkait kondisi real yang terjadi di lapangan dan dapat dijadikan sebagai
masukan positif bagi semua pihak yang terkait hasil penelitian yang
dilakukan.
BAB I. PENDAHULUAN
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling
umum hingga menukik ke masalah yang paling spesifik, yang relefan dengan judul
skripsi. Materi dari uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian yang sudah ada
intuisi logis. Latar belakang berkaitan timbulnya masalah perlu diuraikan secara
bentuk pernyataan. Selain itu, pembatasan masalah juga perlu menjelaskan lokus,
tujuan, dan waktu penelitian. Pembatasan masalah adalah sebagai pembatas fokus
dari penelitian yang akan diteliti. Sehingga memudahkan peneliti agar tidak
terjebak di lapangan.
menetapkan masalah yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian.
Kalimat yang biasa dipakai dalam perumusan masalah ini adalah kalimat
dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.
berbagai teori dan konsep-konsep maka peneliti akan memiliki konsep penelitian
yang jelas, dapat menyusun pertanyaan dengan rinci untuk penyelidikan sehingga
memperoleh temuan lapangan yang menjadi jawaban atas masalah yang telah
dirumuskan. Hasil penting lainnya dari kajian teori adalah didapatkan kerangka
peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi,
Tesis, Disertasi atau Jurnal Penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan minimal 2
jurnal.
mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam asumsi dasar atau hipotesis,
dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikir peneliti. Bagan tersebut disebut
penelitian, serta alasan memilihnya. Jika dipandang perlu dapat diberi deskripsi
yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang
digunakan.
26
dilengkapi dengan table matriks variabel, indikator, sub indikator, dan nomor
Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber untuk
mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Dapat diperoleh
dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara Teknik
purposive sampling.
27
beserta rasionalisasinya. Teknik analisis data harus disesuaikan dengan sifat data
tempat penelitian dilaksanakan serta hal-hal lain yang terkait dengan objek
penelitian.
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data menyah dengan
mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif maupun data
kuantitatif.
28
4.3. Pembahasan
hipotesis yang diterima barangkali tidak ada persoalan, tetapi terhadap hipotesis
Pembahasan akan lebih mendalam jika dikonfrontir atau didiskusikan dengan hasil
penelitian orang lain yang relevan (sejenis). Pada akhir pembahasan, peneliti dapat
dijadikan rekomendasi terhada penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
mudah dipahami. Selain itu kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan sesuai
5.2. Saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti
BAB II
satu set atau seperangkat konstruk (variabel) yang saling berhubungan, definisi, dan
memprediksi gejala itu. Selain itu deskripsi teori merupakan suatu rangkaian
dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan, sikap, dan atau cara-cara
yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai serta maksud dan tujuan tertentu yang
hubungan fungsional diantara hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas
tertentu. Dalam deskripsi teori, peneliti melakukan kajian teori yang relevan dengan
permasalahan dalam penelitian, kemudian peneliti menyusun secara teratur dan rapi
Suharto (2010:7), Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih
seperangkat pernyataan strategis yang didukung oleh fakta, bukan oleh gossip atau
kabar burung. Pernyataan masalah kebijakan, karenanya harus didukung oleh bukti
atau fakta yang relevan, terbaru, akurat, dan memadai. Menurut Ealau dan Prewitt
(1973), kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh
perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yan
kebijakan sebagai prinsip atau cara yang bertindak yang dipilih untuk mengarahkan
dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-
prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan
tersebut dapat memberikan suatu gagasan yang dilakukan oleh para stakeholder
untuk dapat memajukan kondisi yang tertata rapih pada masing-masing daerah.
kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan
publik semata, disamping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu
juga merupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh atau dampak yang
lain mengenai kebijakan menurut Hogwood and Gunn dalam (Suharto, 2011:4)
32
yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu”. Menurut Chandler dan Plano
disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah suatu upaya, tindakan atau kegiatan
yang tersusun secara sistematis oleh para pembuat kebijakan untuk mencapai hasil-
ataupun masyarakat luas. Lingkup kebijakan itu sendiri sangat luas karena
sebagainya. Disamping itu apabila dilihat dari hierarkinya, kebijakan publik dapat
33
publik terdapat didalam buku kebijakan publik oleh Suharto (2011: 44) yaitu:
publik maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik itu adalah suatu tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga yang terkait dengan masyarakat luas
34
publik.
karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena
itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik
tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam
mengkaji kebijakan publik. Akan tetapi beberapa ahli mungkin membagi tahap-
tahap ini dengan urutan yang berbeda. Tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn
inquiry into the optimum means of achieving a given set of social objectives”.
sebagai berikut:
36
kreatif yang dilakukan dengan maksud untuk menghasilkan rekomendasi yng andal
konkret.
aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis
Analisis kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai
metode pengkajian multipel dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk
pada konteks sistem kebijakan, yang menurut Dunn, dengan mengutip (Dye:1995),
Gambar 2.1
Pelaku
Kebijakan
Lingkungan Kebijakan
Kebijakan Publik
(Sumber: Nugroho, 2007-8)
Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin ilmu dengan tujuan
1. Nilai, yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk menilai apakah
nilai-nilai.
Quade:
cara yang logis, valid, dan dapat direplikasi serta mempresentasikan informasi
berupa produk analisis kebijakan yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan
sehingga produk tersebut harus sinambung secara ekonomi, secara teknis, dan etis
mungkin dikerjakan fisibel dengan mudah, dan dapat diterima secara politik
kegiatan analisis kebijakan dapat pula bersifat informal yang melibatkan tidak lebih
dari sekadar kegiatan berfikir secara cermat dan hati-hati mengenai dampak-
1. Merumuskan Masalah
sebagai berikut:
b. Mempunyai subjektivitas.
manusia.
d. Bersifat dinamis.
a. Pencarian masalah
b. Pendefinisian masalah
c. Spesifikasi masalah
d. Pengenalan masalah
40
atau kemanfaatan.
aktual tentang situasi sosial di masa depan atas dasar informasi yang telah ada
hari ini ke masa depan, dan produknya disebut proyeksi. Teknik yang
2) Peramalan teoretis, yaitu ramalan yang didasarkan pada suatu teori, dan
deduktif.
3. Rekomendasi Kebijakan
rasionalitas di atas.
yang diharapkan.
adanya masalah.
kebijakan.
Tabel 2.1
dibutuhkan
kuantitatif
seorang analis harus mampu mendefinisi ulang masalah agar masalah itu dapa
problem solving).
dan dipilih, maka kriteria evaluasi yang relevan harus disusun. Beberapa ukuran
politis.
46
Pada proses ini analisis harus memiliki suatu pemahaman tentang nilai-
eksperimen , melakukan test atas ide-ide dengan meminta pemikiran orang lain
brainstorming.
Sifat masalah dan tipe kriteria evaluasi akan member gambaran metode
yang memudahkan orang lain membaca dan memahami. Hal ini jika kriteria
dapat dibuat dalam istilah kuantitatif, skema perbandingan nilai secara ringkas.
Hasil evaluasi dapat juga ditampilkan sebagai scenario dengan agar metode
diketahui.
6. Memonitor Hasil
apakah masalah telah diatasi dengan tepat dan apakah kebijakan yang terpilih
dan dimonitor selama pelaksanaan. Hal ini dilakukan untuk: (1) menjamin
bahwa kebijakan tidak berubah bentuk dengan tidak disengaja, (2) mengukur
Tabel 2.2
Tahap Analisis Kebijakan Subarsono
Tahap Karakteristik
Masalah masalah.
kebijakan.
perubahan yang dilakukan bersifat drastis dan mendadak yang diarahkan pada tiga
faktor organisasional, yaitu: (a) struktur organisasi sebagai keseluruhan, (b) proses
manajemen, dan (c) kultur organisasi. Karena sifat dan bentuk sasarannya yaitu
industri yang sudah maju pengertian transformasi organisasi tidak jarang dikaitkan
pabrik yang tentunya berarti terjadi penciutan besaran organisasi pada skala besar,
Dari apa yang sudah dijelaskan diatas, kiranya sudah jelas bahwa strategi
sebagai akibat perubahan yang terjadi dengan cepat pada lingkungan eksternal
1) Diskontinuitas Lingkungan
organisasi tidak cocok lagi dengan lingkungan yang bersifat kompetitif karena
atau apabila organisasi menghadapi krisis yang apabila tidak diatasi akan
pada situasi pasar dan harga serta perkembangan teknologi yang mengubah
c) Manajemen yang memutuskan bentuk, sifat dan jenis perubahan yang akan
dibuat.
dimaksud.
puncak, bahkan kalau perlu dengan paksaan dan bukan karena pendekatan
satunya cara yang cocok apabila perubahan yang diinginkan diarahkan pada
4) Strategi Perubahan
tiga dimensi strategi yang harus diperhatikan adalah: (a) kerangka waktu
perubahan, apakah jangka panjang atau jangka pendek, (b) tingkat dukungan
dari kultur organisas, dan (c) bentuk, jenis dan tingkat ketidakpastian pada
Strategi ini dikenal pula dengan istilah “strategi incremental”. Strategi ini
digunakan apabila yang menjadi sasaran adalah memelihara kondisi yang sudah
terjadinya perubahan. Artinya strategi ini dapat dan tepat digunakan apabila
perubahan yang perlu dilakukan tidak bersifat mendasar dan tersedia waktu
waktu yang singkat dan kultur organisasi mendukungnya. Ketiga, Evolusi yang
Dipaksakan. Strategi ini digunakan dalam hal perubahan yang diperlukan tidak
bersifat mendasar dan berlaku untuk jangka panjang, akan tetapi kultur
mapan.
organisasi adalah mengetahui dengan tepat strategi perubahan mana yang cocok
oleh karena itu, ia harus mampu memilih proses dan strategi perubahan yang
paling efektif. Seorang konsultan yang bona fide tidak akan mengandalkan
tertentu dalam hubungan tertentu di antara berbagai prosesnya. Baik para peserta
maupun para anggota organisasi lainnya mengetahui dalam hal apa mereka terlibat,
1993:6).
“Bagaimana dari tempat kita nyatanya berada dapat mencapai tempat dimana
56
seharusnya kita berada?” proses ini dilaksanakan oleh para anggota organisasi
dengan mempergunakan aneka ragam teknik, sering dengan kerja sama seorang
Konsep yang disajikan bersifat luas. Ada macam-macam definisi tentang konsep
manajemen kultur organisasi yang lebih efektif, serta lebih kolaboratif, terhadap
tim-tim kerja formal. Hal itu dengan bantuan seorang agen perubahan atau katalis ,
dalamnya apa yang dinamakan action research. Apabila kita ingin memahami
krisis moneter, banyak PHK terjadi, dan gaji sebagian dari karyawan
diturunkan).
spesifik yang dihadapi oleh organiasi yang bersangkutan. Pada proses kedua
juga diambil keputusan-keputusan khusus. Akan tetapi, titik berat di sini adalah
pada tindakan menciptakan bauran tepat dari unsur-unsur personil, uang, dan
3. Manajemen Kolaboratif
subsistem keorganisasian.
4. Kultur Organisasi
energi yang inharen dengan kelompok-kelompok tersebut. Andai kata kita ingin
59
Konsultan itu kita namakan agen perubahan. Hal itu guna membantu dan
luas oleh para manajer, oleh karena kedengarannya mendasar, dan karena
membatasi lingkupnya dengan dinamika yang dikenal oleh para manajer yaitu
suatu organisasi dari segi efisiensi, efektivitas, dan kesehatan. Para manajer sudah
lama menyadari bahwa walaupun laba dan produksi penting sekali, hal itu saja
tidak cukup untuk mengukur prestasi keorganisasian. Gairah kerja, kreativitas, dan
iklim atau suasana organisasi semuanya merupakan unsur kategori ketiga yang
dipergunakan oleh para manajer untuk mengukur baik prestasi mereka sendiri
maupun prestasi organisasi mereka. Secara luas, ukuran ketiga ini adalah kesehatan
60
adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
berikut:
sedikit maupun banyak, besar ataupun kecil pasti mengalami berbagai perubahan.
Demikian pula organisasi sebagai salah satu bentuk kehidupan dalam masyarakat
berasal dari dalam diri organisasi maupun yang berasal dari lingkungan yang
yang berasal dari dalam diri organisasi misalnya volume kegiatan yang bertambah
yang satu akan mengakibatkan perubahan yang lainnya. Tidak semua usaha
penghasilan, kawan sekerja yang selama ini telah mampu bekerja sama dengan
perubahan, maka dalam setiap usaha perubahan harus diawali dengan rencana yang
matang, pemberian informasi yang jelas kepada semua pihak yang akan terlibat
dilaksanakan tidak akan menimbulkan akibat negatif baik bagi para pejabat maupun
bagi organisasi. Hal ini perlu dilakukan oleh karena tujuan setiap usaha perubahan
63
dihindarkan karena tidak sesuai dengan ide pokok usaha perubahan adalah menuju
kesempurnaan.
“unfreezing” yang menunjukkan pola perilaku saat ini, kedua “changing” yang
menunjukkan pengembangan pola perilaku baru yang diperoleh para pejabat dalam
menemukan dalam situasi yang memerlukan untuk penampilan yang efektif, ketiga
atau bisnis menyebabkan bentuk organisasi biroratis tradisional makin lama makin
menjadi usang. Bennis telah mengidentifikasi berbagai macam tipe problem pokok,
yang dihadapi oleh organisasi-organisasi besar dewasa ini sebagai dampak dari
1) Integrasi
2) Kolaborasi
3) Adaptasi (Bennis, 1969:26-32).
tergantung pada upaya mencapai suatu keseimbangan yang layak antara kedua
kelompok dan dinamika kelompok dapat bersifat efektif dalam hal menyelesaikan
kurang dapat diprediksi. Hal itu karena teknologi dan pengetahuan yang
birokrasi, yang tergantung sekali pada sebuah teknologi stabil dan simplisitas tugas.
perubahan merupakan sesuatu hal yang tidak mungkin dihindari, dan hal yang tetap
adalah perubahan itu sendiri. Dalam sejarah umat manusia, senantiasa terlihat
inti bidang perilaku keorganisasian. Dua orang konsultan manajemen yang bernama
Gambar 2.2
Inkremental Strategis
Antisipatif
Perbaikan Terus-menerus Re-Orientasi
mengubah bentuk umum atau arah organisasi yang bersangkutan. Sebagai contoh,
dapat dikatakan bahwa tindakan menambah ploeg kerja malam (night shift) untuk
Ini merupakan tipe perubahan yang beresiko paling kecil, yang bersifat
paling kurang intens dan yang paling umum. Nama-nama lain untuknya
(perbaikan terus-menerus).
B. Adaptasi (Adaptation)
C. Reorientasi (Reorientation)
D. Re-Kreasi (Recreation)
perubahan keorganisasian demikian yang bersifat lebih intens dan penuh resiko.
berhasil, harus mengikuti tiga macam langkah sebagai berikut (Winardi, 2009:226):
Gambar 2.3
Model Perubahan Tiga Langkah
Keterangan:
B. Action Research
(change action) yang didasarkan pada apa yang diindikasi oleh data yang dianalisis
(Warrick, 1985:438). Proses “action research”, terdiri dari lima macam langkah
sebagai berikut:
1. Diagnosis
demikian, analog dengan upaya pencarian seorang dokter. Itu guna mengetahui,
arsip yang ada dan mendengar apa yang dianggap penting oleh karyawan.
2. Analisis (Analysis)
program perubahan harus terlibat secara aktif dalam hal menentukkan apa
problem yang sedang dihadapi. Mereka pun harus berpartisipasi dalam hal
mencari solusi problem. Jadi langkah ketiga berarti berbagai informasi tentang
apa yang telah dicapai dari langkah nomor 1 dan nomor 2, kepada para
4. Tindakan (Action)
Kini, pada tahap ini, bagian “tindakan” dari action research tersebut
diindentifikasi.
5. Evaluasi (Evaluation)
yaitu:
bahwa jika perubahan yang hendak diwujudkan itu kecil, berdampak tidak kuat
dengan dampak yang besar”, apabila perubahan yang kecil yang terwujud akan
tetapi mempunyai dampak yang besar terhadap kultur organisasi, misalnya, suatu
penolakan itu, cepat tidaknya perubahan dapat diwujudkan akan juga dipengaruhi.
Ketiga, “Perubahan besar dengan dampak yang kecil”, dalam situasi seerti ini bisa
saja perubahan besar terjadi tetapi dampaknya terhadap kultur kecil. Jika situasi
perubahan tetap ada, akan tetapi dengan sikap manajemen yang arif dan dukungan
konsultan yang kompeten situasi itu biasanya dapat diatasi. Keempat, “Perubahan
besar dengan dampak yang kuat pula”, apabila tingkat perubahan yang diwujudkan
besar disertai oleh dampak yang kuat terhadap berbagai segi kehidupan
biasanya kecil.
remeh tingkat dan intensitas penolakan yang terjadi dan diperlukan waktu untuk
melaksanakan perubahan itu. Oleh karena itu, cara yang biasanya ditempuh oleh
alternatif ini ialah bahwa oleh karena dampaknya yang tidak kuat dan para anggota
organisasi tidak terancam, tingkat dan intensitas penolakan berada pada kondisi
perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu yang
terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Resiko sosial ekonomi yang
sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua, dan meninggal dunia. Yang mengakibatkan
perawatan medis.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk
hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri. Perusahaan adalah setiap
bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari
Taspen, dan PT. Asabri. Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana didasarkan
74
pada UU No.3 Tahun 1992, pada prinsipnya merupakan sistem asuransi sosial bagi
dan Jaminan Hari Tua, dan pada dasarnya program PT. Jamsostek (Persero)
pendanaan penuh (full funded system), yang dalam hal ini menjadi beban pemberi
kerja dan pekerja. Sistem tersebut secara teori merupakan mekanisme asuransi.
funded system, tetapi bukan harga mati. Dalam hal ini pemerintah tetap diwajibkan
tidak pemerintah terikat untuk menutup kerugian bagi badan penyelenggara apabila
mengalami defisit. Pengertian Jamsostek secara resmi yang diatur dan ditegaskan
dalam pasal 1 Ayat (1) Undang-undang No.3 Tahun 1992 kemudian dapat
diuraikan lebih rinci sehingga ditemukan beberapa aspek dari Jamsostek tersebut,
meliputi:
bekerja.
75
dan harga diri manusia dalam menerima dan menghadapi resiko sosial
ekonomi.
pension, jaminan kematian, dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja
Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang asuransi
Tenaga Kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU
No.24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS
memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS. Dengan
demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan sekaligus
dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut secara
transparan.
program, yaitu program jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, jaminan
prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar
peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat
total tetap, atau meninggal dunia. Iuran Program Jaminan Hari Tua: Ditanggung
kerja: sudah resign atau di PHK oleh tempat kerjanya, atau meninggal dunia, atau
cacat total tetap, atau pergi keluar negeri tidak kembali lagi. Persyaratan untuk
pencairan JHT sudah direvisi pemerintah sesuai PP. Nomor 60 Tahun 2015
Nomor 19 Tahun 2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat
JHT.
Pencairan manfaat JHT bisa dilakukan bila pekerja sudah di PHK, atau
Namun juga pencairan manfaat JHT dapat juga diambil selama pekerja aktif
bekerja. Dengan catatan masa kepesertaan minimal 10 Tahun dan manfaat dapat
diberikan paling banyak 30% dari saldo JHT yang diperuntukkan guna kepemilikan
yang mengalami kecelakaan saat bekerja ataupun kecelakaan saat sedang pergi
diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena
kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan
78
jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok
rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai
berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat
hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh
perusahaan.
dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Program jaminan
dengan tujuan untuk memberikan santuan kematian yang dibayarkan kepada ahli
derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang
penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.
menjalankan dan melaksanakan setiap program, dan setiap fungsi, BPJS bertugas
untuk:
berwenang:
peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, seperti
skripsi, tesis, jurnal ataupun desertasi. Adapun dalam penelitian kali ini, peneliti
ataupun acuan berupa teori atau teman-teman melalui hasil berbagai penelitian
sebelumnya merupakan hal sangat perlu dan dapat disajikan sebagai data
akan diteliti. Untuk itu sebagai bahan pembelajaran dan acuan, peneliti
Semarang Tahun 2004. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menemukan
(4) mengevaluasi perilaku pemimpin ketika terjadi konflik dan mengemas konflik
selanjutnya, dan (5) menemukan dan menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam
suatu perusahaan untuk dapat menjadikan konflik yang fungsional guna mencapai
skripsi ini dibuat oleh Siti Khairiyani yang merupakan mahasiswi jurusan ilmu
komunikasi di salah satu Universitas di Banda Aceh Tahun 2014. Tujuan dari
penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui proses komunikasi antarbudaya yang
dalam meningkatkan harmonisasi kerja, dan (2) mengetahui upaya apa yang
4 kantor cabang yaitu di Banda Aceh, Aceh Barat, Lhokseumawe dan Langsa.
Banda Aceh merupakan orang dari latar belakang budaya yang berbeda meskipun
mayoritas etnik Aceh. Perbedaan budaya memberikan nuansa kerja yang berbeda
dari pola komunikasi, dan kebiasaannya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
83
Surabaya (Studi Pada Implementasi Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013
Tentang Penahapan Kepesertaan Jaminan Sosial). Jurnal ini dibuat oleh Heru
deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sumber-sumber data yang ada pada lokasi penelitian. Instrumen yang digunakan
lapangan (field note), dan peneliti sendiri. Pada penelitiannya, Heru Purnawan
bermanfaat bagi kenyamanan tenaga kerja saat bertugas disambut respon baik
telah lebih dari cukup dan berkompetensi bagus serta didukung dengan sumberdaya
84
yang lengkap dan modern. Dari Context of Policy: keputusan yang dipegang penuh
sehingga pelaksana lebih patuh dan disiplin. Namun masih banyaknya perusahaan
dan tenaga kerja yang belum terdaftar karena kurang detailnya informasi kebijakan
ini dibuat oleh Dwi Haryati, Mahasiswi Universitas Maritim Raja Ali Haji,
kualitatif, dengan penelitian deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
kas yang diterima atau sebesar nilai wajar imbalan yang diberikan untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
85
data primer dan data sekunder. Dengan melakukan pengumpulan data dengan cara
pensiun, jaminan kematian, dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja
Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
sebagai tenaga kerja baik yang terikat dalam suatu instansi pemerintah, ataupun
swasta. Hak adanya perlindungan ini kepada para tenaga kerja sudah ditetapkan di
berikut :
86
4. Perubahan sistem kerja Umum dan SDM dalam pengadaan barang dan jasa
Jaminan Pensiun.
intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan
kebijakan sebagai berikut: (1) Merumuskan Masalah, (2) Peramalan masa depan
87
kebijakan, (3) Rekomendasi kebijakan, (4) Pemantauan hasil kebijakan, dan (5)
Disini peneliti akan mengkaitkan antara situasi sosial yang peneliti temukan
dengan merujuk pada sebuah teori mengenai analisis kebijakan menurut Dunn.
Adapun alasan peneliti menggunakan teori proses analisis kebijakan Dunn, karena
masalah peneliti. Teori ini memuat tahap proses analisis kebijakan dalam
alur pemikiran peneliti, dapat terlihat dalam kerangka berpikir pada gambar 2.4
sebagai berikut.
88
Gambar 2.4
Kerangka Berpikir
BPJS Ketenagakerjaan
Kantor Wilayah Banten
Masalah
1. Perubahan struktur organisasi dari PT. Jamsostek menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan.
2. Kurangnya perluasan sosialisasi yang mengakibatkan belum semua tenaga kerja dan
perusahaan di wilayah Banten menjadi pendaftar kepesertaan dalam Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
3. Perubahan badan hukum organisasi, yang semula persero/privat, berubah menjadi badan hukum
publik.
4. Perubahan sistem kerja Umum dan SDM dalam pengadaan barang dan jasa atau belanja modal.
5. Perubahan program dan manfaat. Program PT. Jamsostek yaitu Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK), sedangkan program BPJS Ketenagakerjaan yaitu Jaminan Pensiun.
6. Kurangnya pantauan dan koordinasi dari Pemerintah Daerah dan Lembaga Kepolisian selama
proses berlangsungnya transformasi.
7. Kurangnya penanganan dan ketidaksigapan karyawan mengenai pencairan iuran Jaminan Hari
Tua kepada tenaga kerja.
(Sumber: Peneliti 2015)
Teori:
Proses Analisis Kebijakan Dunn (Nugroho, 2007:16-27): (1) Merumuskan Masalah, (2) Peramalan
Masa Depan Kebijakan, (3) Rekomendasi Kebijakan, (4) Pemantauan Hasil Kebijakan, dan (5)
Evaluasi Kinerja Kebijakan.
Output:
Analisis Kebijakan Transformasi PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan di Kantor Wilayah Banten
89
pustaka dan landasan teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan
hasil observasi awal dan kerangka berpikir yang telah di paparkan terhadap fokus
jumlah kepesertaan tenaga kerja dan perusahaan yang masuk sebagai pendaftar
Umum dan SDM dalam pengadaan barang dan jasa atau belanja modal yang masih
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kata-kata dan bukan rangkaian angka. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang terlebih dulu ditetapkan peneliti dan harus disepakati oleh pengamat lain,
Metode kualitatif bisa menelaah pada keadaan di Suatu Badan atau Instansi
atau Lembaga Negara. Melalui berbagai langkah dalam proses pengumpulan data,
yang intensif yang dilakukan dengan merekam atau menuliskan setiap proses
Kabupaten Serang. Metode wawancara atau obrolan saja tanpa mengamati sikap,
perilaku di lingkungan tersebut belum cukup untuk menjadikan suatu data yang
valid atau benar. Untuk itu, perlu melakukan upaya dan cara lain selain dari
uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
Wilayah Banten, beralamat di Jalan Ahmad Yani Nomor 108 Serang Banten. Telp
(0254) 267140, Fax (0254) 228885. Dalam penelitian ini, alasan peneliti memilih
Kantor Wilayah Banten bisa mengkoordinir data dari Kantor Cabang BPJS
yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yag
1. Analisis Kebijakan
aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis
93
berikut: (1) Merumuskan Masalah, (2) Peramalan masa depan kebijakan, (3)
kinerja kebijakan.
perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu
ini memberikan perlindungan bersifat dasar, untuk menjaga harkat dan martabat
terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Resiko sosial ekonomi yang
sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua, dan meninggal dunia. Yang
Tahun 1992, pada prinsipnya merupakan sistem asuransi sosial bagi pekerja
Kesehatan, dan Jaminan Hari Tua, dan pada dasarnya program PT. Jamsostek
pada sistem pendanaan penuh (full funded system), yang dalam hal ini menjadi
beban pemberi kerja dan pekerja. Sistem tersebut secara teori merupakan
mekanisme asuransi.
pension, jaminan kematian, dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja
Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No.24
fenomena yang akan diamati tersebut akan peneliti nilai dengan menggunakan
teori model analisis kebijakan menurut Dunn. Dunn dalam (Nugroho, 2007:16-
1. Merumuskan Masalah
sebagai berikut:
b. Mempunyai subjektivitas.
96
manusia.
d. Bersifat dinamis.
a. Pencarian masalah
b. Pendefinisian masalah
c. Spesifikasi masalah
d. Pengenalan masalah
aktual tentang situasi sosial di masa depan atas dasar informasi yang telah ada
hari ini ke masa depan, dan produknya disebut proyeksi. Teknik yang
b. Peramalan teoretis, yaitu ramalan yang didasarkan pada suatu teori, dan
deduktif.
3. Rekomendasi Kebijakan
rasionalitas di atas.
99
(compliance).
sosial maupun alam. Oleh karenanya dalam melakukan pengukuran harus ada alat
ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
Moleong (2005:19), pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih
kepada informan untuk dijawab. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar
wawancara yang dibuat oleh peneliti disusun berdasarkan poin-poin yang akan
penelitian. Hal ini bertujuan agar proses wawancara dapat berjalan secara
mendalam antara peneliti dengan informan sehingga wawancara bergulir dan data
dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka (face to face) dengan si
dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap
muka ataupun dengan menggunakan telepon. Pada penelitian kali ini menggunakan
wawancara tidak terstruktur untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Tujuan
Kantor Wilayah Banten. Dalam penelitian ini, pedoman wawancara dibuat dan
disusun dengan mengacu pada teori Dunn dalam (Nugroho, 2007: 16-27) yang
Masalah, (2) Peramalan masa depan kebijakan, (3) Rekomendasi kebijakan, (4)
Pemantauan hasil kebijakan, dan (5) Evaluasi kinerja kebijakan. Adapun secara
rinci mengenai indikator serta informan yang dilibatkan dalam penelitian ini dapat
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara
1. Merumuskan (1) Kepala Umum dan SDM (1) Masalah pelaksanaan kebijakan
Masalah Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Transformasi di BPJS
Kanwil Banten Ketenagakerjaan Kantor Wilayah
(2) Kepala Pemasaran Wilayah Banten.
BPJS Ketenagakerjaan Kanwil (2) Penyebab kurangnya sosialisasi
Banten pertambahan kepesertaan.
(3) Penata Madya SDM BPJS (3) Adakah pantauan dan koordinasi
Ketenagakerjaan Kanwil dari Pemerintah Daerah dan
Banten Lembaga Kepolisian.
(4) Penyebab dari kurangnya
penanganan dan ketidaksigapan
102
2. Peramalan (1) Kepala Umum dan SDM (1) Dampak di masa akan datang dari
Masa Depan Wilayah BPJS Ketenagakerjaan Program atau jaminan BPJS
Kebijakan Kanwil Banten Ketenagakerjaan.
(2) Kepala Pemasaran Wilayah (2) Manfaat dari transformasi PT.
BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Jamsostek yang berubah menjadi
Banten BPJS Ketenagakerjaan.
(3) Penata Senior (Account (3) Peramalan dimasa depan mengenai
Management) BPJS kebijakan pelaksanaan BPJS
Ketenagakerjaan Kanwil Banten Ketenagakerjaan.
3. Rekomendasi (1) Kepala Umum dan SDM (1) Rekomendasi yang ditawarkan
Kebijakan Wilayah BPJS Ketenagakerjaan diharapkan mampu menjawab
Kanwil Banten permasalahan yang ada, sehingga
(2) Kepala Pemasaran Wilayah adakah alternatif kebijakan dalam
BPJS Ketenagakerjaan Kanwil pelaksanaan kebijakan BPJS
Banten Ketenagakerjaan.
(3) Kasie. Pengupahan dan Jaminan
Sosial (Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Banten)
103
4. Pemantauan (1) Kepala Umum dan SDM (1) Bagaimana pemantauan hasil
Hasil Wilayah BPJS Ketenagakerjaan dalam pelaksanaan BPJS
Kebijakan Kanwil Banten Ketenagakerjaan.
(2) Kepala Pemasaran Wilayah
BPJS Ketenagakerjaan Kanwil
Banten
(3) Penata Senior BPJS
Ketenagakerjaan Kanwil Banten
(4) Tenaga Kerja Penerima Upah
(5) Tenaga Kerja Program Jasa
Konstruksi
(6) Perusahaan Penerima Upah
5. Evaluasi (1) Kepala Umum dan SDM (1) Hasil evaluasi dalam pelaksanaan
Kinerja Wilayah BPJS Ketenagakerjaan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan
Kebijakan Kanwil Banten (2) Apa yang menjadi target serta
(2) Kepala Pemasaran Wilayah sasaran kebijakan BPJS
BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Ketenagakerjaan.
Banten
(3)Penata Senior BPJS
Ketenagakerjaan Kanwil
Banten
104
Selain wawancara sebagai alat bantu pengumpulan data utama, peneliti juga
ini diantaranya:
ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi ini ini
Banten.
memperoleh data skunder. Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik
aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media
massa. Dari uraian diatas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data
obyek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara
Informan adalah seseorang atau kelompok orang yang menjadi sumber data
Informan terbagi menjadi dua yaitu informan kunci dan informan susulan. Menurut
Morse dalam (Denzin, 2009:289), seorang informan yang baik adalah seseorang
2009:290). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.2.
106
Tabel 3.2
Informan Penelitian
Kode
I1-1 Kepala Umum dan SDM Wilayah Pengarah, pemantau, pengendali kegiatan yang
BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Banten terkiat dengan pengelolaan SDM, pengadaan
barang dan jasa.
I1-2 Kepala Pemasaran Wilayah BPJS Pengarah, pemantau kegiatan pengebangan dan
Ketenagakerjaan Kanwil Banten pengelolaan kepesertaan di BPJS
Ketenagakerjaan Wilayah Banten.
I1-3 Penata Senior BPJS Ketenagakerjaan Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan
Kanwil Banten kepesertaan, sebagai monitoring, dan controling
kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan.
I1-4 Penata Madya SDM BPJS Melaksanakan kegiatan yang terkait dengan
Ketenagakerjaan Kanwil Banten pengelolaan SDM di Kanwil, serta melakukan
koordinasi untuk pengelolaan SDM di KCP.
I1-5 Kepala Seksi Pengupahan dan Stakeholder yang menggerakkan tenaga kerja
Jaminan Sosial (Dinas Tenaga Kerja dan perusahaan untuk menjadi peserta BPJS
dan Transmigrasi) Ketenagakerjaan.
I2-1 Tenaga Kerja Penerima Upah Peserta BPJS Ketenagakerjaan
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah menepatkan data. Tanpa
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012:63). Kegiatan
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini analisis
data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam (Irawan, 2006:73), analisis data
kualitatif adalah:
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis data
kualitatif model interaktif dari Miles dan Hubberman dalam (Silalahi, 2010:339),
kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang jalin
menjalin merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan
Gambar 3.1
Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Reduksi
Data
Kesimpulan-
kesimpulan
Penarikan/Verifikasi
jenis dalam kegiatan analsis data dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri
merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti bergerak diantara empat sumbu
sisa waktu penelitian. Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat
1. Koleksi Data
karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan
109
yang sudah ditetapkan. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan
penelitian.
2. Reduksi Data
dapat ditarik dan diferivikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini
kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian
3. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka alur yang kedua yang penting dalam
kegiatan analisis dalam penelitian kualitatif adalah penyajian data, yaitu sebagai
data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau teks naratif selain itu
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
penelitian ini dimulai September 2014 sampai dengan Februari 2016. Jadwal
Tabel 3.3
Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Bulan
2014 2015 2016
1 Pengajuan
Judul Skripsi 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
Pengumuman
2 ACC Judul
Skripsi
Perijinan dan
3 Penelitian
Awal
4 Pengumpulan
Data
5 Penyusunan
Proposal
Bimbingan
6 dan Revisi
Proposal
Seminar dan
Revisi
7
Seminar
Proposal
8 Observasi dan
Wawancara
9 Analisis Data
Penyusunan
10 Hasil
Penelitian
11 Sidang Skripsi
Keterangan:
(1) Januari, (2) Februari, (3) Maret, (4) April, (5) Mei, (6) Juni, (7) Juli, (8) Agustus, (9)
September, (10) Oktober, (11) November, (12) Desember.
112
BAB IV
HASIL PENELITIAN
publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko
tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No. 24
Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan
sejak tanggal 1 Januari 2014. Direktur utama saat ini adalah Elvyn G. Masassya.
sosial tenaga kerja, yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan
Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT) dengan penambahan Jaminan Pensiun
jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang
didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial
tenaga kerja (PT. Astek), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta
dan BUMN untuk mengikuti program Astek. Terbit pula PP No.34/1977 tentang
berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat
2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan
115
kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai
(JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi
kerja, yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari
Tua, dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015. Pada tahun 2014
sebagai program jaminan sosial bagi masyarakat sesuai UU No. 24 Tahun 2011,
Pemerintah mengganti nama Askes yang dikelola PT. Askes Indonesia (Persero)
menjadi BPJS Kesehatan dan mengubah Jamsostek yang dikelola PT. Jamsostek
risiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam
membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya
bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan
bukan dari belas kasihan orang lain. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal,
dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang
Ketenagakerjaan
1. Kepesertaan:
kerja/mandiri
c. Pendaftaran
2. Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai
sekaligus apabila :
2) Meninggal dunia
mengundurkan diri, terkena PHK dan sedang tidak aktif bekerja atau peserta
rate bank pemerintah. Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat
sebagai berikut:
menjadi peserta. Jika setelah mencapai usia 56 tahun peserta masih bekerja
dan memilih untuk menunda pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat
secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib (UU
setahun. Apabila peserta meninggal dunia, urutan ahli waris yang berhak
atas manfaat JHT adalah janda/duda, anak, orang tua, cucu, saudara
kandung, mertua, pihak yang ditunjuk dalam wasiat, dan apabila tidak ada
ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke Balai Harta Peninggalan.
119
Tabel 4.1
Bukti Peserta 1. Nomor peserta diterbitkan 1 hari 1. Nomor peserta diterbitkan 1 hari
setelah dokumen pendaftaran setelah dokumen pendaftaran
diterima lengkap dan iuran diterima lengkap dan iuran
pertama dibayar lunas pertama dibayar lunas
2. Kartu diterbitkan paling lama 7 2. Kartu diterbitkan paling lama 7
hari setelah dokumen hari setelah dokumen
pendaftaran diterima lengkap pendaftaran diterima lengkap
dan iuran pertama dibayar lunas dan iuran pertama dibayar lunas
3. Kepesertaan terhitung sejak 3. Kepesertaan terhitung sejak
nomor kepesertaan diterbitkan nomor kepesertaan diterbitkan
Perubahan Wajib disampaikan oleh perusahaan Wajib disampaikan oleh peserta atau
data kepada BPJS Ketenagakerjaan paling wadah kepada BPJS Ketenagakerjaan
lama 7 hari sejak terjadinya paling lama 7 hari sejak terjadinya
perubahan perubahan
Keterangan:
Hari Tua untuk tenaga kerja penerima upah dapat dimulai cara pendaftarannya di
daftarkan oleh perusahaan, namun bila perusahaan lalai, tenaga kerja bisa
atau bukti lain sebagai pekerja, menyerahkan KTP dan Kartu Keluarga (KK).
Untuk tenaga kerja bukan penerima upah, cara pendaftarannya, dapat mendaftarkan
maupun melalui wadah. Setelah melalui proses pendaftaran, waktunya tenaga kerja
dokumen pendaftaran diterima lengkap dan iuran pertama dibayar lunas, kartu
diterbitkan paling lama 7 hari setelah dokumen pendaftaran diterima lengkap dan
iuran pertama dibayar lunas, dan kepesertaan terhitung sejak nomor kepesertaan
diterbitkan. Untuk tenaga kerja bukan penerima upah langkahnya sebagai berikut:
nomor peserta diterbitkan 1 hari setelah dokumen pendaftaran diterima lengkap dan
iuran pertama dibayar lunas, kartu diterbitkan paling lama 7 hari setelah dokumen
pendaftaran diterima lengkap dan iuran pertama dibayar lunas, dan kepesertaan
terhitung sejak nomor kepesertaan diterbitkan. Bagi tenaga kerja penerima upah
yang baru. Yang terakhir adalah langkah untuk perubahan data. Bagi tenaga kerja
penerima upah untuk perubahan data, mereka wajib disampaikan oleh perusahaan kepada
BPJS Ketenagakerjaan paling lama 7 hari sejak terjadinya perubahan. Sedangkan untuk
tenaga kerja bukan penerima upah, wajib disampaikan oleh peserta atau wadah kepada
Tabel 4.2
Keterangan:
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan iuran dan tata cara pembayaran Jaminan
Hari Tua untuk tenaga kerja penerima upah yaitu 2% pekerja, dan 3,7% pemberi
kerja. Sedangkan untuk tenaga kerja bukan penerima upah besaran iuran yang
dibayarkan adalah didasarkan pada nominal tertentu yang ditetapkan dalam daftar
sesuai lampiran I PP, dan daftar iuran dipilih oleh peserta sesuai penghasilan
peserta masing-masing. Untuk tenaga kerja penerima upah, upah yang dijadikan
dasar yaitu upah sebulan, yaitu terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap. Cara
pembayaran untuk tenaga kerja penerima upah, yaitu dibayarkan oleh perusahaan,
dan paling lama tanggal 15 bulan berikutnya. Sedangkan untuk tenaga kerja bukan
penerima upah dibayarkan sendiri atau melalui wadah, dan paling lama tanggal 15
bulan berikutnya. Denda yang harus dibayarkan oleh tenaga kerja penerima upah
prinsip asuransi sosial (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 29 ayat 1 ). Memberikan
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja
penerima upah), tergantung pada tingkat risiko lingkungan kerja, yang besarannya
dievaluasi paling lama 2 (tahun) sekali, dan mengacu pada tabel 4.3 sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Keterangan:
kecelakaan kerja untuk tingkat risiko sangat rendah sebesar 0,24 % dari upah
sebulan, untuk tingkat risiko rendah sebesar 0,54 % dari upah sebulan, untuk
tingkat risiko sedang sebesar 0,89 % dari upah sebulan, untuk tingkat risiko tinggi
124
sebesar 1,27 % dari upah sebulan, yang terakhir untuk tingkat risiko sangat tinggi
Untuk kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015, harus diperhatikan
selama selama 2 (dua) tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan. Perusahaan
harus tertib melaporkan baik secara lisan (manual) ataupun elektronik atas kejadian
dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I yang telah
Tabel 4.4
Manfaat dari Program Jaminan Kecelakaan Kerja
No Manfaat Keterangan
asuransi sosial (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 43 ayat 1 ). Memberikan manfaat
uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan
1. Bagi peserta penerima gaji atau upah sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh
2. Iuran JKM bagi peserta bukan penerima upah sebesar Rp 6.800,00 (enam
peserta meninggal dunia dalam masa aktif (manfaat perlindungan 6 bulan tidak
rupiah).
dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memiliki masa iur paling
128
mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya
wajib dan manfaat pasti (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 39 ayat 1, Pasal 39 ayat 3
dan penjelasannya). Manfaat pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap
bulan kepada peserta yang memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap,
Peserta Program Jaminan Pensiun adalah pekerja yang terdaftar dan telah
membayar iuran. Peserta merupakan pekerja yang bekerja pada pemberi kerja
selain penyelenggara negara, yaitu peserta penerima upah yang terdiri dari:
Selain itu, pemberi kerja juga dapat mengikuti Program Jaminan Pensiun
sesuai dengan penahapan kepesertaan. Pekerja yang didaftarkan oleh pemberi kerja
mempunyai usia paling banyak 1 (satu) bulan sebelum memasuki usia pensiun.
Usia pensiun untuk pertama kali ditetapkan 56 tahun dan mulai 1 Januari 2019, usia
pensiun menjadi 57 tahun dan selanjutnya bertambah 1 (satu) tahun untuk setiap 3
(tiga) tahun berikutnya sampai mencapai Usia Pensiun 65 tahun. Dalam hal
Pemberi Kerja tempat kerja baru dengan menunjukkan kartu peserta BPJS
kepesertaan pekerja.
Iuran program jaminan pensiun dihitung sebesar 3%, yang terdiri atas 2%
1. Upah setiap bulan yang dijadikan dasar perhitungan iuran terdiri atas upah
pokok dan tunjangan tetap. Untuk tahun 2015 batas paling tinggi upah yang
domestik bruto.
3. Pemberi kerja wajib membayar iuran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.
memenuhi masa iuran minimum 15 tahun yang setara dengan 180 bulan) saat
yang menyebabkan cacat total tetap terjadi paling sedikit 1 bulan menjadi
peserta dan density rate minimal 80%) yang mengalami cacat total tetap akibat
kecelakaan tidak dapat bekerja kembali atau akibat penyakit sampai meninggal
131
dunia. Manfaat pensiun cacat ini diberikan sampai dengan meninggal dunia
a. Meninggal dunia bila masa iur kurang dari 15 tahun, dimana masa iur yang
Berupa Uang tunai bulanan yang diberikan kepada anak yang menjadi
ahli waris peserta (maksimal 2 orang anak yang didaftarkan pada program
pensiun) sampai dengan usia anak mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun,
a. Meninggal dunia sebelum masa usia pensiun bila masa iur kurang dari 15
tahun, masa iur yang digunakan dalam menghitung manfaat adalah 15 tahun
b. Meninggal dunia pada saat memperoleh manfaat pensiun MPHT dan tidak
Manfaat yang diberikan kepada orang tua (bapak / ibu) yang menjadi
ahli waris peserta lajang, bila masa iur peserta lajang kurang dari 15 tahun,
masa iur yang digunakan dalam menghitung manfaat adalah 15 tahun dengan
80%.
6. Manfaat Lumpsum
Peserta tidak berhak atas manfaat pensiun bulanan, akan tetapi berhak
pengembangannya apabila:
a. Peserta memasuki Usia Pensiun dan tidak memenuhi masa iur minimum 15
tahun.
b. Mengalami cacat total tetap dan tidak memenuhi kejadian cacat setelah
berikut:
faktor indeksasi.
8. Formula Manfaat Pensiun adalah 1% (satu persen) dikali Masa iur dibagi 12
(dua belas) bulan dikali rata-rata upah tahunan tertimbang selama Masa Iur
setiap tanggal 1 bulan berjalan dan apabila tanggal 1 jatuh pada hari libur,
10. Dalam hal peserta telah memasuki Usia Pensiun tetapi yang bersangkutan
saat mencapai Usia Pensiun atau pada saat berhenti bekerja dengan ketentuan
11. Penerima manfaat pensiun adalah peserta atau ahli waris peserta yang berhak
perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:
a. Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga.
Ketenagakerjaan
tenaga kerja peserta BPJS Ketenagakerjaan dan atau keluarganya, serta membantu
kesejahteraan peserta. Manfaat merupakan pengalihan dari aset dan liabilitas Dana
manfaat tambahan berupa perumahan yang terjangkau untuk pekerja pada satu
didapatkan dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini mengenai Analisis Kebijakan
data pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kuaitatif, maka data yang diperoleh
penelitian, observasi lapangan serta studi dokumentasi yang relevan dengan fokus
penelitian.
data-data tersebut dapat menghasilkan suatu pemahaman yang baru. Data-data yang
telah diperoleh selama proses penelitian, peneliti ubah kedalam bentuk tertulis,
138
6. Kode I1-1, I1-2, I1-3, I1-4, I1-5, menunjukkan daftar urutan informan dari
7. Kode I2-1, I2-2, menunjukkan daftar urutan informan dari tenaga kerja yang
wilayah Banten.
8. Kode I3-1, I3-2, menunjukkan daftar urutan informan dari perusahaan yang
wilayah Banten.
terlibat. Untuk keabsahan data dan untuk menggali secara mendalam mengenai
penelitian ini, maka peneliti mengambil informan dari beberapa peserta Badan
Tabel 4.5
Daftar Informan
Kode
I1-1 Kepala Umum dan SDM Wilayah Pengarah, pemantau, pengendali kegiatan yang
BPJS Ketenagakerjaan Kanwil terkiat dengan pengelolaan SDM, pengadaan
Banten barang dan jasa.
I1-2 Kepala Pemasaran Wilayah BPJS Pengarah, pemantau kegiatan pengebangan dan
Ketenagakerjaan Kanwil Banten pengelolaan kepesertaan di BPJS Ketenagakerjaan
Wilayah Banten.
I1-3 Penata Senior (Account Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan
Management) BPJS Ketenagakerjaan kepesertaan, sebagai monitoring, dan controling
Kanwil Banten kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan.
I1-4 Penata Madya SDM BPJS Melaksanakan kegiatan yang terkait dengan
Ketenagakerjaan Kanwil Banten pengelolaan SDM di Kanwil, serta melakukan
koordinasi untuk pengelolaan SDM di KCP.
I1-5 Kepala Seksi Pengupahan dan Stakeholder yang menggerakkan tenaga kerja dan
Jaminan Sosial (Dinas Tenaga Kerja perusahaan untuk menjadi peserta BPJS
dan Transmigrasi) Ketenagakerjaan.
I2-1 Tenaga Kerja Penerima Upah Peserta BPJS Ketenagakerjaan
Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan dalam penelitian ini valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.
artinya merangkum atau memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan hal yang
dengan cara membaca ulang data-data yang didapatkan saat pengumpulan data, dan
memilih data-data yang sesuai dengan fokus penelitian untuk kemudian disajikan.
Banten, dalam tahap penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara
sistematis dan dalam bentuk uraian singkat, bagan, kategori, dan disajikan berupa
teks naratif. Dengan mendisplay data dapat mudah memahami masalah apa yang
telah terjadi.
142
Dalam penarikan kesimpulan didukung dengan bukti-bukti yang kuat berupa data
wawancara, studi dokumentasi, dan data-data yang ada kemudian dapat ditarik
secara terus menerus data sejak data awal dikumpulkan sampai dengan penelitian
sebagai berikut:
143
1. Merumuskan Masalah
Banten dalam pertambahan kepegawaian adalah dengan tujuan agar tugas dan
tanggung jawab yang dikerjakan dapat lebih efektif dikerjakan, dengan sesuai pada
tindihnya tugas dan tanggung jawab atau menghilangkan adanya kegandaan tugas
mengungkapkan bahwa:
“Dalam perluasan sosialisasi ini, kami sudah menjalankan ketika saat PT.
Jamsostek melakukan transformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014 . Hanya saja kami
belum melakukan sosialisasi ke masyarakat-masyarakat yang berada di
kampung-kampung, Sebenarnya yang menjadi masalah bergabung atau
145
sosialisasi dalam tujuan pertambahan kepesertaan ini harus adanya kerja keras dari
Kantor Wilayah Banten ini merupakan perwujudan dari tujuan yang telah ditetapkan
Sistem Jaminan Sosial Nasional untuk memberikan yang terbaik bagi warga negara,
salah satunya adalah kesejahteraan para tenaga-tenaga kerja atau pekerja agar
terjamin kehidupannya. Perubahan status badan hukum yang saat ini menjadi badan
hukum publik ini, sudah merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah, bukan
lagi pada pemegang saham atau perusahaan. Karena yang sifatnya adalah berfokus
pada kepentingan publik atau masyarakat, bukan lagi mengejar pada keuntungan
Keempat, perubahan sistem kerja bagian Umum dan SDM dalam pengadaan
barang dan jasa atau belanja modal. Ketika masih menjadi PT. Jamsostek, dalam
transaksi pengadaan barang dan jasa atau belanja modal masih melakukan secara
147
manual yaitu, pertemuan langsung atau tatap muka langsung. Sekarang menjadi
bahwa:
“Perubahan sistem kerja Umum dan SDM dalam pengadaan barang dan
jasa atau belanja modal yang sekarang sudah melakukan transaksi secara
teknologi, tujuan perubahan ini, meminimalisir kecurangan yaitu adanya
money game (permainan uang) yang terjadi saat terjadinya transaksi
secara langsung atau manual. Akan tetapi perubahan sistem kerja yang
sekarang tentunya tidak lepas dari hambatan atau kelemahannya, yaitu
dimulai dari adanya gangguan internet yang tentunya bisa menghambat
atau sering kali mengagalkan transaksi, dan sistem yang sekarang
digunakanpun masih belum sempurna, atau efektif.” (Wawancara di BPJS
Ketenagakerjaan, 02 Desember 2015 pukul 14.00 WIB
sistem pengadaan barang dan jasa adalah dengan tujuan agar mempermudah
jalannya transaksi, selain itu, agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yaitu
khawatir adanya money game (permainan uang) yang dilakukan oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam proses transaksi pengadaan barang dan jasa. Namun akibat
adanya perubahan sistem pengadaan barang dan jasa ini, tak sedikit mengalami
gangguan atau kendala, sehingga masalah masih saja sering terjadi, yaitu kendala
dari sistem teknologi yang sering pula mengalami gangguan signal atau
semacamnya. Kendala ini, tentu saja masih menjadi fokus perbaikan dalam
dan dengan bersama diskusi akan pengadaan barang dan jasa dilakukan secara
manual, atau secara menggunakan teknologi, atau dengan cara keduanya dilakukan.
Demi meminimalisir terjadinya gangguan sistem teknologi, dalam hal itu, secara
PT. Jamsostek Program dan manfaatnya adalah: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pemeliharaan
(JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pensiun
(JP).
Perubahan yang dapat terlihat disini adalah program dan manfaat Jaminan
dalam pemeliharaan kesehatan sudah bukan lagi tanggung jawab dari Badan
program dan manfaat Jaminan Pensiun (JP), mengcover tenaga kerja agar adanya
jaminan perlindungan pada saat akan berhenti dari perusahaan dikarenakan sudah
pensiun, tidak lagi produktif dalam perusahaan. Sistem Jaminan Sosial Nasional
lapisan masyarakat Indonesia yaitu: Jaminan Pensiun (JP) untuk tenaga kerja swasta
dan informal, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) untuk seluruh penduduk.
Ketenagakerjaan ini sendiri telah mengubah program dan manfaat yang semula
Juli 2015 ini akan berdampak positif bagi tenaga-tenaga kerja khususnya. Namun
disini tak banyak masyarakat (tenaga kerja) bisa tercover oleh program Jaminan
Pensiun. Kondisi ini, bisa menyebabkan tenaga kerja surut akan semangat kerjanya,
sebagai pelindung tenaga kerja, dan juga mengawasi bila terjadi hal-hal yang tidak
sejalan dengan tujuan. Berikut hasil wawancara peneliti dengan I1-1 yang
mengungkapkan bahwa:
koordinasi dari Pemerintah Daerah dan Lembaga Kepolisian. Hal ini bertujuan agar
wakil rakyat yang harus memberikan kontribusi yang nyata demi kemajuan
kehidupan masyarakat. Bila tidak adanya kontribusi yang nyata dari pemerintah
daerah, maka bisa dipastikan keadaan masyarakat tidak teratur. Disinilah peran
Mengatasi setiap masalah yang dialami oleh masyarakat merupakan peran dari
dari perlindungan Lembaga Kepolisian. Untuk itu perlu adanya pantauan dan
kerja, dan juga mengawasi bila terjadi hal-hal yang tidak sejalan dengan tujuan,
Kecelakaan Kerja (JKK) , Jaminan Kematian (JKM), dan Jaminan Pensiun (JP)
Jaminan Hari Tua kepada tenaga kerja. Ketidaksigapan karyawan atau pegawai
kesulitan dalam pengajuan klaim. Mereka yang sudah tidak bekerja lagi pada
perusahaan yang lama, kesulitan mengklaim Jamian Hari Tua mereka, karena
“ Berbicara mengenai Jaminan Hari Tua ini, jika tidak bisa dicairkan ketika
tenaga kerja sudah bekerja diperusahaan yang baru, maka seharusnya iuran
Jaminan Hari Tua di perusahaan yang lama disatukan saldonya dengan
BPJS Ketenagakerjaan yang baru, hal inilah yang membuat saya kecewa
karena harus menjadi pengangguran terlebih dahulu untuk bisa mencairkan
iuran Jaminan Hari Tua nya. Terlebih lagi sekarang ada kebijakan baru
yaitu, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan saat ini dalam
sehari hanya melayani 150 peserta yang ingin mencairkan Jaminan Hari
Tua (JHT), hal ini tentunya menyulitkan kami karena harus mengambil
nomor antrean lebih pagi dari biasanya.”(Wawancara di BPJS
Ketenagakerjaan Cabang Serang,29 April 2015 pukul 10.00 WIB)
yang terjadi mengenai Jaminan Hari Tua adalah permasalahan terkait pada
153
peraturan yang baru yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Jaminan Hari Tua. Perubahan peraturan ini terkesan terburu-buru dan minimnya
memberikan informasi tentang Jaminan Hari Tua. Peserta tenaga kerja yang ingin
perusahaan yang baru, saldo dari Jaminan Hari Tua itu bisa disatukan di perusahaan
tenaga kerja. Karena tidak banyak dari peserta tenaga kerja harus rela melepas
pekerjaan yang barunya terlebih dahulu agar pencairan Jaminan Hari Tua bisa
membuat informasi aktual tentang situasi sosial di masa depan atas dasar informasi
yang telah ada tentang masalah kebijakan. Dalam penelitian mengenai Analisis
peramalan yang dilakukan guna melihat sejauh mana dan seperti apa perkembangan
yang terjadi sekarang belum dapat ditangani atau diselesaikan. Peramalan ini
bertujuan untuk melihat masa yang akan datang dihubungkan dengan masalah yang
terjadi pada saat ini. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan I1-1,
mengungkapkan bahwa:
berdasarkan permasalah sebelumnya yaitu saat masih menjadi PT. Jamsostek, PT.
peraalan dimasa depan nanti bisa dipastikan masih banyak tenaga kerja informal
yang tidak tercover atau tidak terjamin perlindungan kehidupannya, akibat dari
tidak tercovernya jaminan kehidupan tenaga kerja akan banyak tenaga kerja
155
Jaminan Hari Tua, banyak tenaga kerja informal yang di hari tuanya tidak adanya
pegangan berupa material sebagai penunjang dihari tuanya. Tentunya juga dalam
melakukan kegiatan, tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga kerja informal
atau tenaga kerja formal, selalu ada resiko-resikonya. Resiko itu bisa saja
mengakibatkan fatal bagi tenaga kerja. Tidak sedikit tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan kerja. seperti dalam perusahaan, sehingga harus adanya tanggung jawab
jawab dari perusahaan, tentunya bisa melalui BPJS Ketenagakerjaan, karena tugas
dari pihak BPJS Ketenagakerjaan mengenai akan banyak perusahaan yang terlibat
tenaga kerja tidak akan mengambil resiko jika nanti akan banyak juga tenaga kerja
yang mengalami kecelakaan kerja namun tidak ada peran dan tanggungjawab dari
BPJS Ketenagakerjaan. Hal itu akan menjadi tanggungjawab perusahaan itu sendiri
yang nanti akan terjadi kepada tenaga kerja namun BPJS Ketenagakerjaan tidak
bisa mengambil alih tanggungjawab kasus tersebut karena akibat perusahaan yang
Seperti yang kita tahu, bahwa pada Peraturan Kementerian Tenaga Kerja
Artinya mengharuskan tenaga kerja asing yang sudah berada di Indonesia selama
enam tahun harus masuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Dimasa akan
157
datang, tenaga kerja asing akan dihapus atau ditiadakan dari program dan jaminan
I1-3 bahwa:
dimasa depan terkait dengan penghapusan tenaga kerja asing merupakan kebijakan
dalam upaya pihak BPJS Ketenagakerjaan dalam fokus pada pengoptimalan kinerja
dari BPJS Ketenagakerjaan itu sendiri terhadap para tenaga-tenaga kerja Indonesia.
Memberikan luang sebesarnya kepada tenaga kerja Indonesia agar masuk sebagai
3. Rekomendasi Kebijakan
kebijakan menurut Dunn. Setelah kita mengetahui bagaimana masalah yang terjadi,
Sama seperti informan I1-1, informan I1-2 juga mengungkapkan hal serupa
bahwa:
“Tidak adanya rekomendasi yang harus ditetapkan, karena disini BPJS
Ketenagakerjaan adalah bukan sebagai regulator, melainkan sebagai
operator yaitu hanya menjalankan tugas yang telah diamanahkan oleh
pemerintah. Karena semua aturan sudah diatur sesuai mekanisme
pemerintah.” (Wawancara di BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Banten, 05
Januari 2016 pukul 14.30 WIB)
kebijakan, dapat peneliti ketahui bahwa I1-1, dan I1-2 telah mempercayai
mengungkapkan bahwa:
karena jika sudah diberikan surat himbauan artinya adalah BPJS Ketenagakerjaan
kebijakan menurut Dunn. Dalam pemantauan hasil kebijakan sering disebut juga
dapat dilakukan oleh berbagai macam pihak termasuk akan adanya campur tangan
dari masyarakat karena masyarakat disini adalah sebagai penikmat dari program
dan jaminan dari BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini diungkapkan oleh I1-1 kepada
peneliti bahwa:
Pemerintah daerah berperan juga agar bisa mengetahui berjalan efektif atau tidak
sehingga bisa adanya perbaikan dari BPJS Ketenagakerjaan akan kekurangan dari
pelaksanaannya.
sudah merasa program dan jaminan BPJS Ketenagakerjaan sudah dilakukan dengan
baik. Pemantauan hasil kebijakan akan lebih baik bila dilakukan juga oleh Lembaga
Adapun Lembaga Kepolisian disini akan memliki tugas sebagai pelindung dan juga
mengawasi bila terjadinya hal-hal yang tidak sejalan dengan tujuan. Sehingga
bahwa:
“Sebagai tenaga kerja, saya setuju dengan peran dari tenaga kerja itu
sendiri dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan pelaksanaan
program dan jaminan BPJS Ketenagakerjaan. Karena jujur, saya sangat
berharap bahwa dengan adanya eksistensi BPJS Ketenagakerjaan, saya
sangat berharap, bahwa kesejahteraan para tenaga kerja di utamakan.
Kalau menurut saya sendiri, seharusnya pihak dari BPJS Ketenagakerjaan
ini, harus lebih memperluas lagi jaringan atau sosialisasi bukan hanya
kepada perusahaan, tapi kepada masyarakat yang bukan penerima upah
juga seperti petani, dan pedagang. Harus bisa mengubah pandangan
masyarakat akan keberadaan BPJS Ketenagakerjaan. Agar perlindungan
dan kesejahteraan mereka juga bisa menjadi lebih baik karena ada
program jaminan yang mengcover mereka.” (Wawancara di Krakatau
Junction, 18 Januari 2016 pukul 12.46 WIB)
pemantauan hasil kebijakan salah satunya adalah dengan cara upaya melakukan
163
sosialisasi bukan hanya kepada perusahaan, namun juga kepada masyarakat yang
merupakan pekerja mandiri. Karena masyarakat pekerja mandiri juga tentu saja
mereka masih berat menjadi bagian dari peserta BPJS Ketenagakerjaan dikarenakan
keterbatasan penghasilan tenaga kerja bukan penerima upah. Hal ini tentunya
bagaimana nanti proses pencairan program dan jaminan juga harus dijelaskan dari
awal, sehingga ternaga kerja juga bisa lebih memahami prosedur dalam pengajuan
atau prosedur yang jelas kepada para tenaga kerja jikalau nanti akan mengajukan
pencairan atau klaim. Karena seperti yang kita tahu bahwa masih banyak tenaga
kerja mengalami kesulitan dalam prosedur pencairan klaim akibat dari kurangnya
sosialisasi klaim ini. Bilapun BPJS Ketenagakerjaan sudah membuat kebijakan baru
dengan Pengajuan klaim bisa dilakukan lewat internet, namun pada umumnya
ini menjadi bagian penting saat sosialisasi pertama oleh BPJS Ketenagakerjaan
memiliki strategi pelaksanaan yang baik sehingga dapat mudah dipahami banyak
tenaga kerja dan perusahaan, strategi untuk bisa lebih unggul daripada program dan
di PT. Krakatau Steel yang mayoritas tidak berhubungan langsung dengan BPJS
Ketenagakerjaan, karena mayoritas tenaga kerja ini sendiri mereka merasa kurang
memberikan efek keinginan dari tenaga kerja untuk bisa memanfaatkan Jaminan
Kecelakaan Kerja dari BPJS Ketenagakerjaan tersebut. Hal ini, diakibatkan karena
secepat yang prosedur jaminan yang diberikan oleh PT. Krakatau Steel. Sehingga
dalam hal ini, justru PT. Krakatau Steel lah yang lebih mampu membawa tenaga
efektif.
166
mengetahui menilai yang mendasari tujuan, sasaran, dan kinerja dalam kebijakan
“Suatu kebijakan tidak akan berjalan dengan sesuai tujuan, bila tidak
dilakukannya evaluasi terhadap hasil dari pelaksanaan kebijakan tersebut.
Dari hasil pencapaian yang sudah dijalankan pihak BPJS Ketenagakerjaan,
masih terasa kurang karena pencapaian kepesertaan dari tenaga kerja-
tenaga kerja dan perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah Banten,
belum semua masuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, untuk itu
harus lebih giat dan gencar lagi dalam memperkenalkan eksistensi BPJS
Ketenagakerjaan ini. Kepada masyarakat yang awam sekalipun harus
diperkenalkan dan disosialisasikan. Karena kembali lagi pada tujuan kita
adalah, memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada tenaga kerja-
tenaga kerja, baik tenaga kerja formal maupun tenaga kerja informal.
Adapun harus adanya target pencapain yang maksimal yaitu seluruh tenaga
kerja wilayah Banten harus menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.”
(Wawancara di BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Banten, 05 Januari 2016
pukul 14.00 WIB)
kebijakan dalam analisis kebijakan publik bertujuan melihat sejauh mana kebijakan
tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan nilai, tujuan, dan target dalam kebijakan
dan kesejahteraan, bukan hanya milik orang yang mengerti atau paham mengenai
BPJS Ketenagakerjaan, akan tetapi orang yang masih awam atau tidak mengerti
sekalipun perlu juga diberikan pemahaman yang baik, dengan begitu perlahan
menanam mindset kepada masyarakat akan manfaat yang akan diterima masyarakat
koordinasi dan kerjasama antara beberapa pihak yang terlibat tersebut sangat
pengaruhnya bila ikut terlibat di dalamnya. Karena Pemerintah Provinsi dan Kota
ini sendiri bisa menjadi stakeholder yang bisa mengawasi atau memonitoring
Dalam Evaluasi perlunya kita membangun pencapaian Good Governance dan tertib
adiminstrasi secara transparan karena hal itu merupakan pokok penting yang dapat
masyarakat itu sendiri. Dengan mengubah beberapa hal yang perlu diubah
sistem pengadaan barang dan jasa berbasis e-Procurement dengan membangun atau
bisa berkualitas. Dan dalam evaluasi kebijakan perlunya memperbanyak lagi RSTC
(Rumah Sakit Trauma Center) Rumah Sakit yang ditunjuk BPJS Ketenagakerjaan
untuk memfasilitasi tenaga kerja yang sakit atau kecelakaan. Hal itu merupakan
4.3. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta
yang peneliti dapatkan dilapangan serta disesuaikan dengan teori yang digunakan.
macam permasalahan yang terkait pada pelaksanaannya. Dalam hal ini, keberadaan
masyarakat yang menjadi tenaga kerja dalam sektor formal maupun informal harus
Untuk itu sebagai kewajiban tenaga kerja dan perusahaan sebagai peserta dari
membayar iuran tiap bulannya. Seperti yang dilihat pada tabel 4.6.
170
Tabel 4.6
Berdasarkan tabel tersebut adalah bahwa pada program Jaminan Hari Tua,
pekerja wajin membayar iuran sebesar 2% dari upah atau gajinya perbulan, dan
iuran Jaminan Hari Tua lebih besar daripada pekerjanya, sehingga total yang wajib
dibayarkan kepada BPJS Ketenagakerjaan pada program Jaminan Hari Tua sebesar
5,7%. Pada program Jaminan Kecelakaan Kerja, dari upah atau gajinya perbulan,
Namun 0,24% ini merupakan iuran yang tingkat resiko lingkungan kerjanya sangat
rendah, bila tingkat resikonya lebih tinggi, maka iuran yang dibayarkan lebih tinggi
dari yang ditetapkan sebesar 0,24%. Pada program Jaminan Kematian pekerja
membayar iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan sebesar 0.30% dari gaji atau
upahnya perbulan. Pada program Jaminan Pensiun, pekerja wajib membayar iuran
171
Sehingga total yang harus dibayarkan kepada BPJS Ketenagakerjaan adalah sebesar
3%.
perlindungan sosial agar setiap orang atau warga negara berhak atas jaminan sosial
untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan
Gambar 4.1
(Sumber:www.bpjsketenagakerjaan.go.id)
analisis kebijakan merupakan aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk
dan dalam proses kebijakan. Analisis kebijakan dapat dilakukan sebelum atau
sesudah kebijakan itu dibuat. Dalam analisis kebijakan memiliki lima tahapan
1. Merumuskan Masalah
kebijakan, masalah adalah nilai, kebutuhan, atau kesempatan yang belum terpenuhi,
Pada tahapan ini, peneliti mendapatkan situasi atau kondisi yang mengalami
Banten.
Adapun temuan lapangan yang peneliti angkat dan bahas disini adalah
pertama, adanya perubahan struktur organisasi dari PT. Jamsostek menjadi Badan
Cabang Pembantu (KCP) Kantor Wilayah Banten. Hal ini membutuhkan tenaga
kerja-tenaga kerja baru dalam membantu tugas dan tanggung jawab di Kantor
(delapan) Kantor Cabang Pembantu, yaitu: empat dibawah Kantor Cabang Serang,
2 dibawah Kantor Cabang BSD, dan 2 dibawah Kantor Cabang Batu Ceper. Kedua,
perubahan badan hukum organisasi, yang semula PT. Jamsostek (Persero) berbadan
Umum dan SDM dalam pengadaan barang dan jasa atau belanja modal. Semula PT.
Kelima, yaitu perubahan program dan manfaat. Program PT. Jamsostek yaitu
Jaminan Pensiun. Keenam, yaitu perubahan tata kelola PT. Jamsostek berfokus
pada pro laba, dan BPJS Ketenagakerjaan berfokuskan pada pemenuhan hak
tenaga kerja, hal ini mengakibatkan tenaga kerja mengalami kesulitan dalam
pengajuan klaim. Lamanya prosedur pemberian berkas formulir Jaminan Hari Tua
kepada pihak BPJS Ketenagakerjaan. Tenaga kerja yang sudah tidak bekerja lagi
175
pada perusahaan yang lama, kesulitan mengklaim Jaminan Hari Tua mereka,
merupakan suatu prosedur untuk membuat informasi faktual tentang situasi sosial
dimasa depan atas dasar informasi yang telah ada dimasa sekarang. Pada tahap
berdampak bagi kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri, karena akibat dari tidak
dihawatirkan lagi dimasa depan adalah akan terjadinya kasus hukum antara
Ketenagakerjaan, salah satu pihak yang terlibat yang bertugas menangani kasus
kerja asing merupakan kebijakan dalam upaya pihak BPJS Ketenagakerjaan dalam
fokus pada pengoptimalan kinerja dari BPJS Ketenagakerjaan itu sendiri terhadap
3. Rekomendasi Kebijakan
informasi tentang kemungkinan aksi atau tindakan dimasa akan datang. Dari hasil
Adapun kebijakan yang sudah ditetapkan atau dibuat oleh Pemerintah merupakan
177
ditetapkan oleh pemerintah, maka tugas dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
yaitu yang menjalankan kebijakan, bukan berperan sebagai regulator, atau sebagai
kesejahteraan para tenaga kerja sesuai dengan amanah Undang-undang Dasar 1945.
efektif, sehingga sesuai dengan rencana yang telah dibuat atau dirancang
sebelumnya. Pemantauan dari pemerintah daerah juga bertujuan agar target dan
sasaran dari kebijakan BPJS Ketenagakerjaan bisa lebih tepat. Selain pemantauan
masyarakat dan tenaga kerja dengan tujuan agar masyarakat bisa menilai akan
pemantauan dari masyarakat dan tenaga kerja ini, BPJS Ketenagakerjaan bisa
melakukan perbaikan demi tercapainya keinginan dari masyarakat dan tenaga kerja.
179
hasil kebijakan juga dapat pula dilakukan oleh Lembaga Kepolisian. Tujuan adanya
Dari pemantauan hasil kebijakan yang dilakukan oleh salah satu tenaga
upaya memberi pengertian secara luas kepada masyarakat, agar bisa membuka
Kemudian dari pemantauan hasil kebijakan yang dilakukan oleh salah satu
klaim Jaminan Hari Tua. Sosialisasi pengajuan klaim Jaminan Hari Tua ini agar
memberikan arahan, dan prosedur yang jelas kepada para tenaga kerja jikalau nanti
ada tenaga kerja yang ingin mengajukan pencairan atau klaim Jaminan Hari Tua,
tenaga kerja. pendaftaran secara online pengajuan klaim dapat dilihat di gambar 4.2
sebagai berikut:
Gambar 4.2
adanya strategi pelaksanaan yang baik yang dijalankan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Adapun strategi tersebut bertujuan, agar jaminan BPJS Ketenagakerjaan itu sendiri
perusahaan saja, namun kepada orang yang awam sekalipun. Agar seluruh
Trauma Center (RSTC) atau Rumah Sakit yang ditunjuk oleh BPJS
kecelakaan di tempat kerjanya. Adapun alur pelayanan kepada tenaga kerja yang
Gambar 4.3
Alur Pelayanan Tenaga Kerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja
Keterangan:
alur pelayanan Return To Work dimulai saat tenaga kerja mengalami kecelakaan
kerja, lalu mendapatkan kuratif di Rumah Sakit Trauma Center melalui Manajer
Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (KK PAK). Selanjutnya
apabila tenaga kerja dinyatakan cacat fisik terdapat proses rehabilitasi dimana pihak
183
Penyakit Akibat Kerja (KK PAK) akan mendampingi peserta dalam proses Return
To Work. “Dalam hal ini Manajer Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat
Kerja (KK PAK) berperan untuk menjembatani antara tenaga kerja, pihak medis,
manajemen perusahaan, serikat pekerja, dan balai pelatihan kerja. Setelah pelatihan
pasca kecelakaan, jika tenaga kerja dinyatakan sudah siap mental dan fisik, dalam
artian tenaga kerja sudah sehat dari kecelakaan dan penyakitnya, maka tenaga kerja
sudah bisa ditempatkan lagi ditempat kerjanya sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Tabel 4.7
2 Peramalan Masa Depan Prosedur untuk membuat Akibat kurangnya sosialisasi ketika masih menjadi
Kebijakan informasi aktual tentang PT. Jamsostek, pada peramalan dimasa depan
situasi sosial di masa depan banyak masyarakat yang tidak tercover
BPJS Ketenagakerjaan perlindungannya oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Kanwil Banten Akibat dari kurangnya mematuhi peraturan
perundang-undangan yang dil lakukan oleh
perusahaan-perusahaan, maka peramalan dimasa
depan akan banyak terjadinya kasus hukum antara
perusahaan dan pihak-pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan BPJS Ketenagakerjaan bila
pengusaha masih tidak mendaftarkan tempat
usahanya sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan,
4 Pemantauan Hasil Penilaian dan pengawasan Pemantauan harus dilakukan oleh Pemerintah
Kebijakan saat kebijakan BPJS Daerah (Provinsi dan Kota), Masyarakat, Tenaga
Ketenagakerjaan sedang Kerja, Perusahaan, Lembaga Kepolisian.
dilaksanakan
5 Evaluasi Kinerja Mengetahui menilai yang 1. Perbaikan pada perluasan sosialisasi kepada
Kebijakan mendasari tujuan, sasaran, masyarakat. Mengupayakan masyarakat bisa
dan kinerja dalam kebijakan ikut berpartisipasi terhadap sosialisasi yang
BPJS Ketenagakerjaan dilakukan BPJS Ketenagakerjaan.
Kanwil Banten 2. Membangun pencapaian Good Governance dan
tertib adiminstrasi secara transparan karena hal
itu merupakan pokok penting yang dapat juga
membangun eksistensi BPJS Ketenagakerjaan
menjadi lebih baik.
3. Proses pelaksanaan tertib administrasi harus
dilakukan dengan mengedepankan peningkatan
pelayanan kepada masyarakat yang bisa
berkualitas. Perlunya memperbanyak lagi
RSTC (Rumah Sakit Trauma Center) Rumah
Sakit yang ditunjuk BPJS Ketenagakerjaan
untuk memfasilitasi tenaga kerja yang sakit atau
kecelakaan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
kerja yang termasuk tenaga kerja bukan penerima upah seperti para petani,
pedagang, dan para masyarakat yang bekerja mandiri, selain itu kurangnya
186
Tua kepada tenaga kerja merupakan salah satu permasalahan yang terjadi dalam
Pada peramalan masa depan, banyak hal-hal yang perlu diperhatikan, adapun hal-
hal yang bilamana akan terjadi ketidaksesuaian pada tujuan dimasa akan datang
nanti, maka hal itu harus diperbaiki dan segera di tindak lanjuti dicarikan jalan
keluar terbaiknya.
Karena mereka sudah memberikan hak penuh kepada pemerintah sebagai pembuat
kebijakan tersebut, untuk itu mereka hanya menjalankan kebijakan atau dengan
kata lain sebagai operator, tidak wajib memberikan rekomendasi kebijakan sebagai
Sosial Ketenagakerjaan. Pada tahapan pemantauan hasil kebijakan, ini tidak hanya
agar bisa memahami, menilai, dan bisa mengawasi hasil kinerja dari Badan
Jaminan yang ditetapkan. Pada tahapan akhir dalam analisis kebijakan yaitu
187
mengganti kebijakan yang masih kurang diterima masyarakat, dan dalam evaluasi
5.2. Saran
berikut:
Banten, dalam menjadi operator atau sebagai pelaksana kebijakan yang sudah
maupun informal. Baik tenaga kerja penerima upah, maupun tenaga kerja
dilakukan oleh setiap kepala bagian agar lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
DOKUMEN:
SUMBER LAIN:
Lewin, Kurt. 1951. Field Theory in Social Science. New York: Harper and Row.
Nadler, David A. and Michael L. Thusman. 1990. Beyond the Charismatic Leader:
Leadership and Organzational Change. California Management Review,
32.
LAMPIRAN I
(Surat Ijin Penelitian)
193
194
195
196
LAMPIRAN II
(Surat Keterangan Penelitian)
197
198
199
200
201
202
203
204
205
LAMPIRAN III
(Pedoman Wawancara)
206
yang ditujukkan kepada informan sesuai dengan indikator dari teori yang digunakan dalam
penelitian ini:
1. Merumuskan Masalah
a. Masalah apa saja yang berkaitan dalam pelaksanaan kebijakan transformasi PT.
kepesertaan?
a. Apa dampak di masa akan datang dari program atau jaminan BPJS
Ketenagakerjaan?
207
b. Apa manfaat dari transformasi PT. Jamsostek yang berubah menjadi BPJS
Ketenagakerjaan?
Ketenagakerjaan?
3. Rekomendasi Kebijakan
Ketenagakerjaan?
LAMPIRAN IV
(Catatan Lapangan dan
Membercheck)
209
MEMBER CHECK
Tempat : Ruang Ka. Umum dan SDM BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Banten
Umur : 52 Tahun
Q1 Masalah apa saja yang berkaitan dalam pelaksanaan kebijakan transformasi PT.
A1 Dimulai dari masalah pencairan klaim Jaminan Hari Tua, yang sampai saat ini
masih dikeluhkan para tenaga kerja yang ingin mencairkan Jaminan Hari Tuanya,
dan masalah terhadap kinerja juga masih perlu kami perbaiki, dengan harapan
sesuai tugas dan tanggung jawab para pekerja BPJS Ketenagakerjaan Kanwil
Banten.
kepesertaan?
pegawai masih kurang giat dan kurang gencar. Kurang adanya motivasi untuk giat
dan gencar ini yg menjadi masalah pada masih kurangnya pertambahan kepesertaan
A3 Saat ini BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Banten kurang adanya kerjasama dengan
Pemerintah Daerah dan Lembaga Kepolisian. Hal ini salah satu penyebab bahwa
perlunya melakukan proses belajar terus menerus setiap harinya agar karyawan bisa
Q5 Apa dampak di masa akan datang dari program atau jaminan BPJS
Ketenagakerjaan?
tenaga kerja. Seperti para buruh yang bisa tercover dan terjamin kehidupannya,
tidak khawatir lagi akan kecelakaan kerja yang akan menimpanya. Untuk tenaga
kerja yang bergerak dibidang usaha mandiri, seperti tenaga kerja bukan penerima
upah, mereka akan terlindungi juga oleh BPJS Ketenagakerjaan dengan catatan
211
Q6 Apa manfaat dari transformasi PT. Jamsostek yang berubah menjadi BPJS
Ketenagakerjaan?
pengadaan barang dan jasa. Perubahan ini sangat memberikan kemudahan kepada
Kami dengan lebih mudah melakukan transaksi kepada penjual tanpa harus bertemu
difokuskan, karena sesuai dengan badan hukum yang sekarang, yaitu badan hukum
Ketenagakerjaan?
menjadi program BPJS Ketenagakerjaan. Bukan hanya tenaga kerja penerima upah,
tapi tenaga kerja yang bergerak dibidang usaha mandiri yaitu tenaga kerja bukan
penerima upah. Kedepannya mereka harus dilindungi namun harus ada kesadaran
dari masing-masing tenaga kerja.akan berdampak tidak baik, bila masih banyak
tenaga kerja dan perusahaan tidak memiliki kesadaran untuk menjadi peserta BPJS
212
lebih memasyarakat di sektor formal maupun informal. Adapun dilihat dari segi
manfaat, sebenarnya manfaat yang diberikan masih sama ketika masih menjadi
mengambil keuntungan untuk pemegang saham, tapi apa yang telah diinvestasi dari
premi yang sudah diterima, dikembalikan lagi kepada peserta yaitu kepada tenaga
kerja. peramalan masa depan nantinya akan ada pemberdayaan tenaga kerja. Yaitu
mengalami cacat akan diberikan pelatihan khusus kepada tenaga kerja yang sesuai
A8 Tidak adanya rekomendasi kebijakan dari saya, karena kebijakan yang sudah
ditetapkan dari pemerintah adalah kebijakan yang terbaik bagi pelaksanaan BPJS
Ketenagakerjaan, sehingga saya hanya menyarankan untuk semua tenaga kerja dan
perusahaan, agar bisa membuka lebar mindset nya, karena memang tujuan dari
A9 Pemantauan hasil kebijakan wajib harus dilakukan karena agar tujuan dan hasil
Pemerintah daerah, lembaga terkait seperti Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Q10 Apa hasil dari evaluasi dalam pelaksanaan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan?
A10 Suatu kebijakan tidak akan berjalan dengan sesuai tujuan, bila tidak dilakukannya
evaluasi terhadap hasil dari pelaksanaan kebijakan tersebut. Dari hasil pencapaian
yang sudah dijalankan pihak BPJS Ketenagakerjaan, masih terasa kurang karena
yang ada di wilayah Banten, belum semua masuk menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan, untuk itu harus lebih giat dan gencar lagi dalam memperkenalkan
harus diperkenalkan dan disosialisasikan. Karena kembali lagi pada tujuan kita
pencapaian yang maksimal, seluruh tenaga kerja wilayah Banten harus menjadi
maupun informal.
214
MEMBER CHECK
Umur : 52 Tahun
Q1 Masalah apa saja yang berkaitan dalam pelaksanaan kebijakan transformasi PT.
usahanya ke BPJS Ketenagakerjaan merupakan hal yang wajib karena telah diatur
oleh UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu masalah
pada penyediaan fasilitas, kurangnya fasilitas dan masih terbatasnya Sumber Daya
kepesertaan?
215
gerakan sosialisasi namun, sosialisasi yang kami laksanakan itu kami targetkan.
usaha, maka dari itu percuma saja kami melakukan sosialisasi ketempat tersebut.
A3 Pencairan Jaminan Hari Tua masih terus akan mengalami perbaikan. Sebenarnya
Tempat yang tidak cukup luas untuk menampung lebih dari 150 orang tenaga kerja
yang ingin klaim. Untuk itu pusat menstrandarisasikan bahwa tenaga kerja yang
Q4 Apa dampak di masa akan datang dari program atau jaminan BPJS
Ketenagakerjaan?
A4 Dampak dimasa akan datang akan keberadaan program atau jaminan BPJS
perlindungan lebih kepada mereka. Maka dari itu, kalau tidak dimulai dari
sekarang, maka akan dipertanyakan, kapan lagi tenaga kerja akan sejahtera? Kapan
216
lagi tenaga kerja akan tercover kehidupannya, sampai pada kecelakaan kerjanya?
kepada tenaga kerja dari hasil iuran yang dikeluarkan tenaga kerja dan perusahaan.
Q5 Apa manfaat dari transformasi PT. Jamsostek yang berubah menjadi BPJS
Ketenagakerjaan?
dana bukan lagi dipegang oleh Pemegang saham melainkan oleh pemerintah
dengan dilanjutkan untuk dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan. Dan sekarang BPJS
Ketenagakerjaan?
A6 Peramalan dimasa akan datang, bila masih banyak perusahaan yang tidak mematuhi
oleh pihak-pihak yang kerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan, yaitu Dinas
Sebetulnya kebijakan dari BPJS Ketenagakerjaan adalah tidak lain untuk bisa
amanah dari pemerintah untuk berkoordinasi dan kerja sama dengan pemerintah
demi tercapainya tujuan negara. Kalau tidak dimulai dari sekarang sekarang ini,
kerja? Apakah seluruh tenaga kerja sudah terjamin kehidupannya? Tentunya untuk
Ketenagakerjaan.
hanya menjalankan tugas yang telah diamanahkan oleh pemerintah. Karena semua
dilaksanakan secara transparan, maka wajib bagi masyarakat untuk bisa melakukan
ini bertujuan agar masyarakat bisa memberikan masukan demi perbaikan kebijakan
218
BPJS Ketenagakerjaan.
A9 Proses evaluasi harus melibatkan para stakeholders yaitu Pemerintah Provinsi dan
Kota hal ini sesuai dari amanah Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional
A10 Target pelaksanaan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan yaitu ditahun 2018 seluruh
MEMBER CHECK
Umur : 46 Tahun
Q1 Apa dampak di masa akan datang dari program atau jaminan BPJS
Ketenagakerjaan?
Sakit Trauma Center) bagi para tenaga kerja yang masuk menjadi peserta di BPJS
eksistensinya sebagai badan usaha publik yang menjamin perlindungan tenaga kerja
dan kesejahteraan tenaga kerja. BPJS Ketenagakerjaan juga akan terus berupaya
Q2 Apa manfaat dari transformasi PT. Jamsostek yang berubah menjadi BPJS
Ketenagakerjaan?
yang telah diinvestasikan dari tenaga kerja melalui pembayaran iuran atau premi,
tenaga kerja bisa menikmati hasil dari iuran atau premi tersebut, ketika kapan saja
keselamatannya.
Ketenagakerjaan?
A3 Peramalan dimasa depan salah satunya adalah akan adanya rencana mengenai
Artinya Program dan Jaminan dari BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa mengcover
tenaga kerja asing. Rencana ini dimaksudkan agar tidak terjadinya kesimpang
program dan jaminan kepada tenaga kerja Indonesia. Seperti yang kita ketahui,
bahwa fokus dari pemerintah adalah mensejahterakan tenaga kerja Indonesia, bukan
tenaga kerja asing. Konsep rencana ini sudah di musyawarahkan oleh pejabat-
A4 Selain adanya pantauan hasil kebijakan dari pemerintah daerah, dan masyarakat,
dari tim khusus lembaga kepolisian dalam kerjasama terhadap pelaksanaan program
yang ditunjuk oleh pihak BPJS Ketenagakerjaan dengan tujuan membuat tenaga
kerja yang mengalami kecelakaan bisa sembuh secara total, dilakukannya tertib
A6 Targetnya yaitu membuat seluruh tenaga kerja dan perusahaan masuk BPJS
dengan biaya yang minimal akan mendapatkan manfaat yang maksimal. Sasarannya
MEMBER CHECK
Umur : 26 Tahun
Q1 Masalah apa saja yang berkaitan dalam pelaksanaan kebijakan transformasi PT.
semulanya yaitu merupakan PT. Jamsostek (Persero) yang berbadan hukum privat,
memang termasuk masalah yang cukup sulit untuk bisa diatasi. Ketidakpatuhan
perusahaan inilah yang membuat kami harus bisa aktif dan gencar
kepesertaan?
orang yang terlibat dalam sosialisasi walapun memliki tujuan yang sama namun tak
jarang dari kami memiliki perbedaan pendapat dan pandangan. Namun terlepas dari
itu, kami akan terus bersatu untuk menyusun rencana atau strategi yang terbaik
A3 Sudah semaksimal mungkin kami memberikan penanganan yang terbaik untuk para
Jaminan Hari Tua karena adanya faktor permasalahan tempat. Tempat yang tidak
memungkinkan untuk kami bisa menampung banyak orang lebih dari 150 sangat
tidak efisien akan pelayanannya, sehingga untuk memberikan hal yang terbaiknya,
MEMBER CHECK
Umur : 40 Tahun
sendiri.
A2 Disatu sisi BPJS Ketenagakerjaan memberikan nuansa baru bagi asuransi Jaminan
Sosial. Namun disini BPJS Ketenagakerjaan juga tidak mengelak pasti banyak juga
Biasanya, sebuah lembaga yang dikelola oleh PT atau Persero itu jauh lebih baik
dibandingkan dengan lembaga yang sudah dikelola oleh pemerintah atau adanya
225
campur tangan dari pemerintah. Karena lembaga yang dikelola oleh PT atau
Bila ada hal-hal yang menjadi kekurangan didalamnya, pasti dengan gerak cepat
mereka merubah sistemnya. Namun bila, sebuah lembaga yang dikelola oleh
MEMBER CHECK
Umur : 22 Tahun
A1 Sebagai tenaga kerja, saya setuju dengan peran dari tenaga kerja itu sendiri dalam
BPJS Ketenagakerjaan. Karena jujur, saya sangat berharap bahwa dengan adanya
tenaga kerja di utamakan. Kalau menurut saya sendiri, seharusnya pihak dari BPJS
Ketenagakerjaan ini, harus lebih memperluas lagi jaringan atau sosialisasi bukan
hanya kepada perusahaan, tapi kepada masyarakat yang bukan penerima upah juga
seperti petani, dan pedagang. Harus bisa mengubah pandangan masyarakat akan
juga bisa menjadi lebih baik karena ada program jaminan yang mengcover mereka.
227
MEMBER CHECK
Umur : 22 Tahun
prosedur pencairan atau pengajuan klaim. Seperti pengajuan klaim Jaminan Hari
Tua, di Perusahaan yang lama atau sebelumnya, saya pernah melakukan pencairan
Karena untuk pemberian berkas kepada BPJS Ketenagakerjaan saja, saya harus
menunggu waktu sampai 7 bulan. Tentu saja itu jangka waktu yang lama untuk bisa
pencairan klaim. Terlebih lagi, pengajuan klaim sekarang bisa daftar melalui
internet. Akan tetapi itu tidak semua tenaga kerja mengerti bagaimana penggunaan
MEMBER CHECK
Umur : 49 Tahun
prosedur pencairan atau pengajuan klaim. Seperti pengajuan klaim Jaminan Hari
Tua, di Perusahaan yang lama atau sebelumnya, saya pernah melakukan pencairan
Karena untuk pemberian berkas kepada BPJS Ketenagakerjaan saja, saya harus
menunggu waktu sampai 7 bulan. Tentu saja itu jangka waktu yang lama untuk bisa
pencairan klaim. Terlebih lagi, pengajuan klaim sekarang bisa daftar melalui
internet. Akan tetapi itu tidak semua tenaga kerja mengerti bagaimana penggunaan
LAMPIRAN V
(Kategorisasi Data Penelitian)
230
KATEGORISASI DATA
di BPJS Ketenagakerjaan.
Kejaksaan Tinggi.
pertambahan kepesertaan
LAMPIRAN VI
(Matriks Hasil Wawancara)
235
1. Merumuskan Masalah
Dimulai dari masalah pencairan klaim Jaminan Hari Tua, yang sampai saat
ini masih dikeluhkan para tenaga kerja yang ingin mencairkan Jaminan
I1-1 Hari Tuanya, dan masalah terhadap kinerja juga masih perlu kami perbaiki,
dengan harapan sesuai tugas dan tanggung jawab para pekerja BPJS
yaitu masih banyak perusahaan yang mangkir untuk menjadi peserta BPJS
I1-4 ada, dimulai dari permasalahan akan kekurangan Sumber Daya manusia
inilah yang membuat kami harus bisa aktif dan gencar mensosialisasikan
pertambahan kepesertaan?
Q2
adanya motivasi untuk giat dan gencar ini yg menjadi masalah pada masih
I1-1
kurangnya pertambahan kepesertaan di BPJS Ketenagakerjaan khususnya
wilayah Banten.
memliki tujuan yang sama namun tak jarang dari kami memiliki perbedaan
pendapat dan pandangan. Namun terlepas dari itu, kami akan terus bersatu
untuk menyusun rencana atau strategi yang terbaik untuk sosialiasasi yang
dengan Pemerintah Daerah dan Lembaga Kepolisian. Hal ini salah satu
melayani para tenaga kerja yang ingin melakukan pencairan atau klaim,
I1-2 dikarenakan keterbatasan tempat. Tempat yang tidak cukup luas untuk
menampung lebih dari 150 orang tenaga kerja yang ingin klaim. Untuk itu
menampung banyak orang lebih dari 150 sangat tidak efisien akan
I Apa dampak di masa akan datang dari program atau jaminan BPJS
Ketenagakerjaan?
Q1
kesejahteraan para tenaga kerja. Seperti para buruh yang bisa tercover dan
I1-1 terjamin kehidupannya, tidak khawatir lagi akan kecelakaan kerja yang
Dampak dimasa akan datang akan keberadaan program atau jaminan BPJS
memberikan perlindungan lebih kepada mereka. Maka dari itu, kalau tidak
dimulai dari sekarang, maka akan dipertanyakan, kapan lagi tenaga kerja
240
kesejahteraan para tenaga kerja, khususnya bila nanti tenaga kerja sudah
tenaga kerja dari hasil iuran yang dikeluarkan tenaga kerja dan perusahaan.
(Rumah Sakit Trauma Center) bagi para tenaga kerja yang masuk menjadi
BPJS Ketenagakerjaan?
Q2
dari sistem pengadaan barang dan jasa. Perubahan ini sangat memberikan
241
transaksi kepada penjual tanpa harus bertemu atau tatap muka, tapi
dengan badan hukum yang sekarang, yaitu badan hukum publik yang
dimana apa yang telah diinvestasikan dari tenaga kerja melalui pembayaran
iuran atau premi, tenaga kerja bisa menikmati hasil dari iuran atau premi
I1-3 tersebut, ketika kapan saja tenaga kerja membutuhkan. Seperti mereka
penerima upah, tapi tenaga kerja yang bergerak dibidang usaha mandiri
I1-1
yaitu tenaga kerja bukan penerima upah. Kedepannya mereka harus
kerja.akan berdampak tidak baik, bila masih banyak tenaga kerja dan
pemegang saham, tapi apa yang telah diinvestasi dari premi yang sudah
dan mengalami cacat akan diberikan pelatihan khusus kepada tenaga kerja
Peramalan dimasa akan datang, bila masih banyak perusahaan yang tidak
I1-3 kami hanya berfokuskan pada upaya memberikan program dan jaminan
kepada tenaga kerja Indonesia. Seperti yang kita ketahui, bahwa fokus dari
3. Rekomendasi Kebijakan
mindset nya, karena memang tujuan dari pemerintah adalah yang terbaik
jaminannya.
pemerintah.
Ketenagakerjaan?
Q1
Pemantauan hasil kebijakan wajib harus dilakukan karena agar tujuan dan
tenaga kerja.
Ketenagakerjaan.
atau Persero itu jauh lebih baik dibandingkan dengan lembaga yang sudah
I1-5 mengedapankan pelayanan yang maksimal untuk masyarakat. Bila ada hal-
hal yang menjadi kekurangan didalamnya, pasti dengan gerak cepat mereka
Sebagai tenaga kerja, saya setuju dengan peran dari tenaga kerja itu sendiri
perusahaan, tapi kepada masyarakat yang bukan penerima upah juga seperti
mereka juga bisa menjadi lebih baik karena ada program jaminan yang
mengcover mereka.
dari tenaga kerja akan prosedur pencairan atau pengajuan klaim. Seperti
menunggu waktu sampai 7 bulan. Tentu saja itu jangka waktu yang lama
untuk bisa pencairan klaim. Terlebih lagi, pengajuan klaim sekarang bisa
daftar melalui internet. Akan tetapi itu tidak semua tenaga kerja mengerti
pengajuan klaim.
dari tenaga kerja akan prosedur pencairan atau pengajuan klaim. Seperti
menunggu waktu sampai 7 bulan. Tentu saja itu jangka waktu yang lama
untuk bisa pencairan klaim. Terlebih lagi, pengajuan klaim sekarang bisa
daftar melalui internet. Akan tetapi itu tidak semua tenaga kerja mengerti
pengajuan klaim.
Ketenagakerjaan?
Q1
Suatu kebijakan tidak akan berjalan dengan sesuai tujuan, bila tidak
harus lebih giat dan gencar lagi dalam memperkenalkan eksistensi BPJS
tenaga kerja, baik tenaga kerja formal maupun tenaga kerja informal.
Provinsi dan Kota hal ini sesuai dari amanah Undang-undang Sistem
Ketenagakerjaan.
rumah sakit yang ditunjuk oleh pihak BPJS Ketenagakerjaan dengan tujuan
I1-3 membuat tenaga kerja yang mengalami kecelakaan bisa sembuh secara
teknologi.
Targetnya yaitu membuat seluruh tenaga kerja dan perusahaan masuk BPJS
(swasta).
252
LAMPIRAN VII
(Dokumentasi Penelitian)
253
DOKUMENTASI PENELITIAN
Wawancara dengan Kepala Bidang Umum dan SDM BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah
Banten (Diambil Pada Rabu, 02 Desember 2015)
Wawancara dengan Penata Madya SDM BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Banten
(Diambil Pada Rabu, 02 Desember 2015)
254
Wawancara dengan Kasie. Pengupahan dan Jamsos Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Banten (Diambil pada Senin, 11 Januari 2016)
Wawancara dengan Informan Karyawan PT. Timah Industri (Diambil pada Jumat, 15 Januari
2016)
256
Wawancara dengan Informan Karyawan PT. Krakatau Steel (Diambil pada Senin, 18 Januari
2016)
Wawancara dengan Informan General Manager Perusahaan PT. Karakatau Steel (Diambil
pada Selasa, 19 Januari 2016)
257
Laboratorium Mechanical HSM PT. Krakatau Steel (Diambil pada Selasa, 19 Januari 2016)
258
LAMPIRAN VIII
(Data Pendukung Penelitian)
259
260
261
262
DATA DIRI
Status : Lajang
Agama : Islam
KONTAK
Email : Meli.agust@gmail.com
NIM : 6661110133
Riwayat Pendidikan
Organisasi