Anda di halaman 1dari 175

0

EVALUASI PROGRAM
PENINGKATAN IKLIM DAN REALISASI INVESTASI
DI KABUPATEN SERANG

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara












Oleh :
BAHRI PERMANA
NIM. 080374


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
2012
1

ABSTRAK

Bahri Permana. NIM. 080374. 2012. Skripsi. Evaluasi Program Peningkatan
Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang, Program Studi Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Dr. Agus Sjafari, M.Si., Pembimbing
II Arenawati, S.Sos., M.Si.

Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi merupakan Program
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang yang bertujuan untuk meningkatkan
realisasi investasi. Namun, selama ini masih terdapat berbagai kendala yang
belum mendukung terhadap iklim investasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi
di Kabupaten Serang serta mengetahui faktor penghambatnya. Pada penelitian ini
teori yang digunakan ialah teori evaluasi kebijakan menurut Howlet dan Ramesh.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Program Peningkatan Iklim dan Realisasi
Investasi di Kabupaten Serang adalah tidak berhasil. Beberapa faktor penghambat
keberhasilan program ini antara lain: kurangnya sosialisasi kebijakan fasilitas
penanaman modal; kurangnya transparansi peraturan dan biaya perizinan; kondisi
infrastruktur jalan raya yang belum memadai; kurangnya jaminan kepastian
hukum; masih adanya pungutan liar pada proses perizinan; dan kurangnya
keterlibatan investor dalam perumusan kebijakan mengenai investasi. Oleh karena
itu, untuk memperbaiki iklim investasi tersebut harus ditingkatkan transparansi
peraturan dan perizinan, sanksi yang tegas terhadap aparatur yang melanggar, dan
peran aktif investor dalam perumusan kebijakan investasi.

Kata Kunci : evaluasi, iklim investasi.






2

ABSTRACT

Bahri Permana. NI M. 080374. 2012. Thesis Paper. Evaluation Improvement of
Climate and Realization of I nvestment Program in Regency of Serang, Public
Administration Department, Faculty of Social and Political Science. Sultan
Ageng Tirtayasa University. Supervisor Dr. Agus Sjafari, M.Si., Co Supervisor
Arenawati, S.Sos., M.Si.

This research focus on improving realization of investment. But there are still
many problems which not support for that investment climate and also knowing
the inhibiting factor. This research using the theory of policy evaluation by
Howlet and Ramesh. For this research is method used quantitative descriptive
method. The result showed that improvement of climate program and realization
of investment in Regency of Serang was not successful. Some factors of inhibiting
the success of this program include: the lack of a policy socialization investment
facilities; lack of transparency of regulatory and licensing fees; condition of road
infrastructure that inadequate; uncertainty of legal certainty; persistence of
illegal levies on the licensing process, and minimum investor participation in the
formulation policy on investment. Recomendation from this research, to repair
that climate investment must be improved transparency and licensing rules, tough
sanctions against officials who violated, and have a role active in the formulation
of investment policy.

Key words: climate investment, evaluaation.








0

PERNYATAAN ORISINALITAS


Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : BAHRI PERMANA
NIM : 080374
Tempat, Tanggal Lahir : Cibaliung, 19 Juni 1989
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Konsentrasi : Kebijakan Publik

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Program Peningkatan
Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang adalah hasil karya saya
sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung
unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.


Serang, September 2012














1






0

0

MOTTO


Sikap optimis akan selalu mencari alasan
untuk mewujudkan mimpi







Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tua, kakak, adik,
seluruh keluarga serta para sahabat
yang selalu memberi inspirasi dan motivasi



0

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, pemilik segala keagungan,
kesempurnaan dan kemuliaan. Dia-lah pencipta sekaligus penguasa tunggal alam
semesta beserta isinya. Semata-mata berkat rahmat, taufik dan hidaya-Nya skripsi
ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga beserta sahabatnya.
Hasil penelitian yang selanjutnya dinamakan skripsi ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan Judul
Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten
Serang.
Hasil penelitian ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak yang
selalu mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati,
peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa;
2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan FISIP Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa; Dosen Pembimbing Akademik dan sekaligus Pembimbing I
peneliti, terimakasih tak terhingga atas nasihat dan motivasinya kepada
peneliti, semoga menjadi modal awal menuju kesuksesan;
3. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan I FISIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
i
1

4. Yth. Ibu Mia Dwianna W, M.Ikom., Pembantu Dekan II FISIP Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa;
5. Yth. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Pembantu Dekan III FISIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
6. Yth. Ibu Rina Yulianti, S.IP., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
7. Yth. Bapak Anis Fuad, S.Sos., Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu
Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
8. Yth. Ibu Arenawati, S.Sos., M.Si., Pembimbing II skripsi, terimakasih atas
nasihat dan sarannya yang konstruktif selama bimbingan MPA dan skripsi;
9. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu, semoga ilmu yang telah disampaikan
dapat bermanfaat;
10. Para Staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara atas
segala sumbangsihnya;
11. Untuk kedua orang tua, bapak dan ibuku yang selalu memberikan doa penuh
ikhlas dan selalu bersabar demi kebahagiaan anaknya;
12. Kakak dan adik-adiku tercinta: Budi Mulyana, Badriah Fitroh, Beti Rohmah,
Basuki Abdullah, dan Bayu Ningsih yang senantiasa selalu setia memberikan
doa dan ketulusan hatinya demi kesuksesan peneliti;
13. Yth. Bapak Drs.H. Iman Sulaiman A, MM., Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Provinsi Banten;
ii
2

14. Yth. Bapak Teddy Meiyadi, SE.,MM., Kabid Perencanaan Program dan
Anggaran Pembangunan Bappeda Provinsi Banten;
15. Yth. Bapak Falah Fardina, ST., MM., Kasubid Perencanaan Penganggaran
Pembangunan Bappeda Provinsi Banten;
16. Yth. Bapak Denny Maulana Rachman, S.Sos., Kasubid Perencanaan Program
Pembangunan Bappeda Provinsi Banten;
17. Yth. Bapak Yuyud Hubarjah, SE., Kasi Perizinan Usaha Industri Disperindag
Kabupaten Serang;
18. Yth. Bapak Supian Suri, Staf Pelaksana Bidang Perindustrian Disperindag
Kabupaten Serang;
19. Yth. Bapak Mustofa, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
Kabupaten Serang, sekaligus Komisaris PT. Lung Cheong Brothers
Industrial, terimakasih telah menyempatkan waktu untuk wawancara dengan
peneliti;
20. Yth. Bapak Ganda Heri Irawan, Direktur Utama PT. Puri Banten Progresif,
terimakasih atas informasi dan selalu memberikan inspirasi untuk menjadi
seorang interpreneur;
21. Yth. Bapak Ahmad Mariadi, HRD Manager PT. Namkwang Tech Indonesia;
22. Yth. Bapak Yosep Daok Klaut, HRD PT. Duta Printing Indonesia;
23. Yth. Bapak Vitalis Jebarus, SH., HRD PT. Yarindo Farmatama;
24. Yth. Bapak Marsel Leura, HRD PT. Budi Texindo Prakarsa;
25. Yth. Bapak Esra Sripadi, HRD & General of Affair PT. Balmer Lawrie
Indonesia;
iii
3

26. Yth. Bapak M. Afriad Wiantara, General of Affair PT. Chemtech Perkasa
Raya;
27. Yth. Bapak Supradi, HRD PT. Sari Daya Plasindo;
28. Yth. Ibu Desi Ambarawati, SH., HRD PT. Sanfang Indonesia;
29. Yth. Ibu Yeni Sri Wahyuny, HRD & Purchasing PT. King Sun Indo Utama;
30. Yth. Ibu Siswanty, Scetion Head PT. Charon Pokphand Indonesia;
31. Yth. Bapak M. Asim Efendi, Supervisior PT. Indah Kiat Pulp and Papper;
32. Yth. Bapak Aris Susanto, Staf Personalia & General of Affair PT. Mitsuba
Indonesia II;
33. Yth. Bapak H. Hidayat dan Ibu Hj.Hidayat, terimakasih atas nasihat, motivasi
dan bantuannya sejak awal hingga peneliti selesai kuliah;
34. Maman Abdurahman, SE., biasa dipanggil Pman Chipoetra dan Dadan
Suryana, S.Sos., terimakasih atas motivasi dan bantuannya, semoga Allah
SWT membalas kebaikannya semua.
35. Tedi Hermawan, S.Sos dan Tirta Kusuma, S.Sos, kedua sahabat sebagai
teman diskusi hangat selama empat tahun lamanya bergelut dengan buku;
36. Ahmad Fauzan, Agus Humaedi, Tb. Yahdi Mayassa, Bayu Nugraha, Yadi
Hidayat, yang sedang bersemangat menyelesaikan skripsinya, semoga
sukses, amiiin;
37. Teman-teman Kosan Pondok Winaya: Andani Pratama, Eri Nuryatna, S.Pd,
Muhammad Imanudin, Hirdan Setiadi, Chaerul Anwar, dan yang lainnya
yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya, semoga
semakin erat persaudaraannya;
iv
4

38. Rosiana Riandari, terimakasih sudah membantu peneliti dalam wawancara
dengan pengusaha (investor) ; dan
39. Kawan-kawan ANE Kelas A Angkatan 2008 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu semoga kita semua sukses, amiiin.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurang
sempurnaan. Oleh karena itu peneliti sangat berharap adanya saran dan kritik yang
bersifat konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini lebih lanjut.

Serang, September 2012

Peneliti









v
5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................. 13
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 13
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 14
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 14
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 14
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................... 15

vi
Halaman
6

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Kebijakan Publik .................................................................. 18
2.2 Teori Evaluasi Kebijakan Publik .......................................................... 20
2.3 Teori Investasi ...................................................................................... 32
2.3.1 Definisi Investasi ........................................................................ 32
2.3.2 Kriteria Investasi......................................................................... 33
2.3.3 Faktor faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi ............... 35
2.4 Kerangka Berfikir ................................................................................. 39
2.5 Hipotesis ............................................................................................... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ................................................................................. 44
3.2 Instrumen Penelitian ............................................................................. 46
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 49
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 53
3.4.1 Uji Validitas ................................................................................ 56
3.4.2 Uji Reliabilitas ............................................................................ 57
3.4.3 Uji t-test ...................................................................................... 58
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .................................................................. 60
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Serang ........................................ 60
4.1.2 Perkembangan Investasi di Kabupaten Serang ........................... 63
vii
7

4.2 Pengujian Persyaratan Statistik ............................................................ 66
4.2.1 Uji Validitas Instrumen ............................................................... 66
4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen ........................................................... 68
4.3 Deskripsi Data ...................................................................................... 70
4.3.1 Identitas Responden .................................................................... 70
4.3.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 71
4.3.1.2 Responden Berdasarkan Usia ......................................... 72
4.3.1.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan................. 73
4.3.1.4 Responden Berdasarkan Status Penanaman Modal ........ 74
4.3.2 Analisis Data ............................................................................... 76
4.3.2.1 Evaluasi Administratif ................................................... 77
4.3.2.2 Evaluasi Judisial ............................................................. 96
4.3.2.3 Evaluasi Politik .............................................................. 117
4.3 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 121
4.4 Interpretasi Hasil Penelitian .................................................................. 125

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 134
5.2 Saran ..................................................................................................... 136

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii
8

DAFTAR GAMBAR


Gambar 1.1 Grafik Struktur Investasi Banten ................................................... 3
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian ......................................................... 42
Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis untuk Uji
Hipotesis Pihak Kiri ...................................................................... 124

















ix
Halaman
9

DAFTAR TABEL


Tabel 11 Pengelompokan Perusahaan Berdasarkan Daerah ........................... 4
Tabel 1.2 Realisasi Peningkatan Investasi di Kabupaten Serang .................... 6
Tabel 1.3 Jumlah Industri di 9 Kecamatan di Kabupaten Serang .................... 7
Tabel 1.4 Daftar Jenis Perizinan Investasi yang menjadi Kewenangan
Bupati/Walikota dan Gubernur di Provinsi Banten ......................... 10
Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi Kebijakan ............................................................. 25
Tabel 2.2 Pendekatan Evaluasi Kebijakan ....................................................... 27
Tabel 2.3 Tipe Evaluasi Penelitian .................................................................. 29
Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen Penelitian .................................................. 47
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................... 48
Tabel 3.3 Jumlah Perusahaan Industri di Kabupaten Serang (Pupolasi) ........ 50
Tabel 3.4 Perhitungan Sampel Penelitian ....................................................... 53
Tabel 3.5 Jadwal dan Waktu Penelitian .......................................................... 59
Tabel 4.1 Daftar Kecamatan di Kabupaten Serang .......................................... 62
Tabel 4.2 Realisasi Peningkatan Investasi di Kabupaten Serang .................... 63
Tabel 4.3 Sebaran Jumlah Perusahaan di Kabupaten Serang .......................... 65
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ......................................... 67
Tabel 4.5 Statistik Reliabilitas Instrumen ........................................................ 67
Tabel 4.6 Kriteria Analisis Deskripsi ............................................................... 77
Tabel 4.7 Jumlah Skor Rata-rata Jawaban Responden .................................... 133

x
Halaman
10

DAFTAR DIAGRAM


Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...................... 71
Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia..................................... 72
Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan............. 73
Diagram 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Status Penanaman Modal.... 75
Diagram 4.5 Effort Evaluation (Evaluasi Input Program).............................. 78
Diagram 4.6 Performance Evaluation (Evaluasi Output Program)................ 83
Diagram 4.7 Adequacy of Performance Evaluation (Evaluasi Kesesuaian
Program dengan Tujuan yang Ditetapkan).............................. 86
Diagram 4.8 Efficiency Evaluation (Evaluasi Efisiensi Biaya Program)....... 89
Diagram 4.9 Process Evaluation (Evaluasi Proses)....................................... 94
Diagram 4.10 Kemungkinan Pelanggaran terhadap Konstitusi........................ 97
Diagram 4.11 Sistem Hukum........................................................................... 101
Diagram 4.12 Etika........................................................................................... 105
Diagram 4.13 Aturan Administratif Negara..................................................... 109
Diagram 4.14 Hak Asasi Manusia.................................................................... 114
Diagram 4.15 Evaluasi Politik.......................................................................... 117
Diagram 4.16 Skor Rata-rata Item Instrumen Penelitian.................................. 132


xi
Halaman
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemekaran Daerah Provinsi Banten dari Provinsi Jawa Barat yang
secara yuridis ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000
tentang Pembentukan Provinsi Banten merupakan manifestasi dari keinginan
masyarakat Banten akan perubahan nasib ke arah yang lebih baik. Jika dilihat
secara historis dan kekayaan alam yang dimiliki, Banten merupakan daerah
yang memiliki potensi dan daya dukung untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Oleh karena itu, dengan dibentuknya Provinsi Banten ini diharapkan dapat
menjadi langkah awal untuk membangun dan mewujudkan cita-cita luhur
masyarakat Banten.
Selama sepuluh tahun lebih Banten menjadi provinsi tentu terdapat
perubahan pada berbagai aspek baik ekonomi, sosial budaya, politik,
pendidikan, hukum, dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal
tersebut tentunya harus dijadikan investasi awal bagi pemerintah dalam
membangun kepercayaan masyarakat dan meningkatkan pembangunan demi
terwujudnya kesejahteraan masyarakat Banten .
Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat seharusnya dilakukan
dengan meningkatkan patnership antar stakeholders pembangunan yaitu
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah memiliki fungsi dan peran
strategis dalam dalam perekonomian. Rossen dalam Khusaini menyatakan
bahwa tinjauan fungsi pemerintah dalam perekonomian antara lain (1) Fungsi
1
2

Alokasi, yaitu pemerintah mempunyai peran dalam mengalokasikan sumber-
sumber ekomoni yang ada dalam perekonomian kepada seluruh masyarakat;
(2) Fungsi distrbusi, yaitu peran pemerintah dalam perekonomian dalam
mendistribusikan sumber-sumber ekonomi (pendapatan) kepada seluruh
masyarakat; dan (3) Fungsi stabilisasi, yaitu pemerintah berperan dalam
menjamin dan menjaga stabilisasi perekonomian secara makro (aggregate),
misalnya level yang diinginkan (one digit inflation), keseimbangan neraca
pembayaran, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain, dalam rangka mencapai
stabilitas ekonomi secara nasional.
44
Jika partnership telah dilakukan dengan
baik maka diharapkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi akan terwujud
yang pada akhirnya terciptalah kesejahteraan pada masyarakat.
Selama ini pertumbuhan perekonomian Provinsi Banten menunjukan
hasil yang progresif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator
perekonomian makro, seperti, seperti Laju Pertumbuhan Ekonomi, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), Perkembangan Kinerja Sektoral,
Pendapatan Per Kapita, Nilai dan Laju Inflasi, Pendapan Asli Daerah dan
Struktur Investasi Daerah.
45

Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran
penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Begitu juga di Provinsi
Banten, peran investasi terhadap pertumbuhan ekonomi sangat signifikan.
Tingginya laju pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh terus meningkatnya

44
Khusaini, Muhammad. 2006. Ekonomi Publik: Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan
Daerah. BPFE UNIBRAW. Hal 14
45
Peraturan Gubernur Banten Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Banten Tahun 2011.
3

PDRB dimungkinkan karena kegiatan ekonomi yang didorong oleh investasi
masyarakat, dunia usaha dan investasi pemerintah melalui APBD (Provinsi
dan Kabupaten / Kota) dan APBN. Dalam struktur investasi Banten, sektor
swasta dan rumah tangga menyumbang 81,3 % dan sektor pemerintah sebesar
18,7 %. Investasi pemerintah yang hanya 18,7 % tersebut, dimana konstribusi
APBN sebesar 42 % dan APBD Kabupaten/Kota serta APBD Provinsi sebesar
58 %. Struktur investasi Banten tercantum dalam grafik berikut ini :

Gambar 1.1 Grafik Struktur Investasi Banten
Sumber : Analisis I-O, BPS Banten 2009

Berdasarkan grafik tersebut diatas, maka struktur investasi Banten
didominasi oleh investasi swasta. Besarnya investasi swasta tersebut
berimplikasi terhadap perekonomian daerah yang ternyata bertumpu pada
sektor industri pengolahan, dimana rata-rata kontribusinya selama periode
2002 2009 sekitar 52 % terhadap pembentukkan PDRB dan mengalami laju
pertumbuhan rata-rata mencapai sekitar 6 % per tahun. Dalam periode tahun
2008 - 2009, nilai seluruh investasi pada unit ekonomi Provinsi Banten untuk
8,01
5,34 5,34
32,52
48,78
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
APBN APBD Provinsi APBD Kab-Kota PMDA-PMA UKM-K
Pemerintah Swasta- RT
4

menambah modal usaha ekonomi adalah sebesar Rp. 22,84 trilyun. Investasi
ini merupakan pembentukan modal tetap bruto yang dilakukan oleh usaha
kecil, menengah dan besar yang melakukan kegiatan ekonomi serta
pemerintah (APBN dan APBD) Provinsi dan kabupaten/kota.
46

Perusahaan yang berinvestasi di Kabupaten serang memberikan
kontribusi cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi
Banten setelah Tangerang. Hal ini secara jelas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.1
Pengelompokan Perusahaan Berdasarkan Daerah

No Kota Asal
Total Perusahaan
Total Perusahaan
dalam Persen (%)

1 Tangerang
654
83%
2 Serang 64 8%
3 Cilegon 54 7%
4 Lebak 7 1%
5 Jakarta-
Tangerang
9 1%
6 Bojonegara 3 0,4%
7 Merak 1 0,1%
Total 790 100%
Sumber: BKPMD Provinsi Banten, 2009

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa total perusahaan (total
companies) yang melakukan investasi di Kabupaten Serang sejumlah 64
perusahaan atau sebesar 8% dari 790 perusahaan yang tersebar di 7 kawasan
daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Jumlah 64 perusahaan tersebut
ialah proyek PMDN skala besar dengan nilai investasi 10 milyar ke atas dan

46
LAKIP Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten Tahun 2010.
5

proyek PMA yang dalam pengelolaannya merupakan kewenangan BKPMD
Provinsi Banten dan BKPM Pusat. Oleh karena itu jika dibandingkan dengan
beberapa Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Banten, Kabupaten Serang
merupakan daerah yang memiliki potensi investasi kedua terbesar setelah
Tangerang.
Meskipun potensi investasi di Kabupaten Serang tergolong besar,
namun realisasi peningkatan investasinya tidak bersifat progresif, bahkan
yang terjadi ialah selalu mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuatif).
Untuk melihat realisasi peningkatan investasi di Kabupaten Serang dapat
dilihat dari rekapitulasi pemberian izin Tanda Daftar Industri (TDI) dan Izin
Usaha Industri (IUI).
Tanda Daftar Industri (TDI) adalah izin usaha industri yang
diwajibkan kepada perusahaan industri kecil dengan nilai investasi di atas
Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Sedangkan Izin Usaha Industri (IUI) adalah izin usaha industri yang
diwajibkan kepada perusahaan jenis industri dengan nilai investasi
perusahaan seluruhnya di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
47

Adapun realisasi peningkatan investasi di Kabupaten Serang dari
tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah
ini:

47
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 41/M-IND/PER/6/2008 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar
Industri. Pasal 8 ayat (1), (2) dan (3).
6

Tabel 1.2
Realisasi Peningkatan Investasi di Kabupaten Serang
Berdasarkan Rekapitulasi Pemberian TDI dan IUI

No Tahun
Daftar Rekapitulasi
Pemberian TDI
Daftar Rekapitulasi
Pemberian IUI
1 2001 10 Perusahaan 10 Perusahaan
2 2002 16 Perusahaan 9 Perusahaan
3 2003 13 Perusahaan 5 Perusahaan
4 2004 51 Perusahaan 13 Perusahaan
5 2005 56 Perusahaan 13 Perusahaan
6 2006 56 Perusahaan 20 Perusahaan
7 2007 100 Perusahaan 22 Perusahaan
8 2008 36 Perusahaan 12 Perusahaan
9 2009 96 Perusahaan 32 Perusahaan
10 2010 12 Perusahaan 38 Perusahaan
11 2011 10 Perusahaan 14 Perusahaan
Sumber: Disperindag Kabupaten Serang, 2001- 2011

Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas terlihat bahwa secara
umum realisasi investasi di Kabupaten Serang mengalami kenaikan dan
penurunan (fluktuatif). Pada tahun 2001 hingga 2007 realisasi investasi di
Kabupaten Serang mengalami kenaikan, sedangkan dari tahun 2007 hingga
2011 mengalami penurunan. Salah satu faktor penurunan angka investasi
tersebut karena dipekarkannya Kabupaten Serang menjadi Kota Serang
(daerah otonom baru) dan Kabupaten Serang (daerah induk). Konsekuensinya
adalah berkurangnya angka investasi di Kabupaten Serang, karena beberapa
perusahaan yang awalnya terdaftar di Disperindag Kabupaten Serang terpaksa
harus dialihkan ke Disperindag Kota Serang karena beberapa perusahaan
tersebut secara administratif terletak di Kota Serang.
Berdasarkan data Disperindag Kabupaten Serang tahun 2011, total
perusahaan yang melakukan investasi di Kabupaten Serang hingga tahun
7

2011 berjumlah 301 perusahaan yang tersebar di 9 Kecamatan di Kabupaten
Serang.
48
Adapun jumlah perusahaan tiap Kecamatan bisa dilihat pada tabel
1.3 berikut:
Tabel 1.3
Sebaran Jumlah Industri di 9 Kecamatan Kabupaten Serang

No Nama Kecamatan Jumlah Perusahaan
1 Kibin 99 Perusahaan
2 Cikande 74 Perusahaan
3 Kopo 14 Perusahaan
4 Pulo Ampel 21 Perusahaan
5 Kramatwatu 20 Perusahaan
6 Bojonegara 11 Perusahaan
7 Kragilan 13 Perusahaan
8 Ciruas 11 Perusahaan
9 Jawilan 38 Perusahaan
TOTAL 301 Perusahaan
Sumber: Disperindag Kabupaten Serang, 2011.
Realisasi investasi perusahaan sejumlah 301 perusahaan tersebut
merupakan total proyek PMDN (skala kecil, menengah, dan besar) dan PMA.
Sehingga jumlahnya lebih besar jika dibandingkan dengan data jumlah
perusahaan di BKPMD Provinsi Banten.
Pada sisi lain peneliti melihat iklim investasi di Kabupaten Serang
belum berjalan dengan baik. Hasil observasi pendahuluan yang peneliti
lakukan, pelaksanaan investasi di Kabupaten serang masih terhambat oleh
beberapa masalah antara lain masalah kelembagaan, masalah tenaga kerja dan
infrastruktur fisik. Pertama, Masalah kelembagaan ialah mencakup dua hal
yaitu kurangnya kepastian hukum dan masalah perizinan investasi. Kebijakan
yang sudah dikeluarkan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah dalam

48
Disperindag Kabupaten Serang, 2011
8

meningkatkan iklim dan minat investasi sebenarnya sudah menjamin terhadap
kegiatan investasi di Kabupaten Serang. Di tingkat Provinsi Banten, karena
belum mempunyai perda yang mengatur tentang penanaman modal dan
kegiatan investasi maka dalam pelaksanaanya masih mengacu pada Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sedangkan di
Kabupaten Serang sudah terdapat beberapa kebijakan yang berkaitan dengan
investasi misalnya melalui: Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor : 41/M-IND/PER/6/2008 Tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar
Industri; Perda Kabupaten Serang Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu; dan
Peraturan Bupati Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pelimpahan sebagian
kewenangan Bupati kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu. Oleh
karena itu jika dilihat dari kebijakan yang sudah ada sebenarnya sudah
menjamin terhadap pelaksanaan investasi di Kabupaten Serang. Namun
kelemahannya ialah masih kurangnya proses evaluasi dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut oleh lembaga terkait yang
berwenang seperti BKPM, BKPMD Provinsi Banten, Disperindag Provinsi
Banten, Inspektorat Provinsi Banten dan Disperindag Kabupaten Serang.
Sehingga pungutan-pungutan liar di luar birokrasi pun seringkali terjadi.
Pungutan liar tersebut biasanya dilakukan oleh sekelompok orang yang
terorganisir yang biasanya mengatasnamakan LSM maupun organisasi
misalnya dari pemerintah daerah (pegawai yang mengurus perizinan), LSM,
9

serta kelompok preman yang meminta jatah dari kegiatan investasi yang
dilakukan di Kabupaten Serang.
49

Kendala lain dalam kegiatan investasi ialah masalah birokrasi dan
pengurusan izin yang belum optimal. Masalah perizinan ini yang sering
dikeluhkan oleh para investor terutama investor asing dirasakan cukup
berbelit-belit sehingga menguras waktu, tenaga dan biaya. Hal ini dapat
terjadi antara lain karena: (1) Untuk pengurusan izin-izin tersebut harus
mendatangi berbagai instansi; (2) Kekurang pahaman terhadap peraturan-
peraturan yang ada karena peraturan tersebut tidak terdata dengan baik; serta
(3) Peraturan antara daerah yang satu dengan lainnya belum tentu sama.
50

Selain kendala tersebut, durasi waktu perizinan pun seringkali tidak sesuai
dengan prosedur perizinan yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 41/M-IND/PER/6/2008
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin
Perluasan dan Tanda Daftar Industri. Dimana seharusnya durasi waktu
perizinan paling lambat 5 hari kerja. Sedangkan dalam pelaksanaannya
seringkali melebihi (5 hari kerja) bahkan ada yang memakan waktu hingga
berbulan-bulan. Kalaupun ada investor yang perizinannya diproses dalam
waktu yang cepat, sudah tentu karena faktor kedekatan emosional investor
dengan birokrat di daerah serta adanya uang tambahan untuk mempercepat
proses perizinan tersebut.

49
Hasil wawancara dengan Bapak Ganda Heri Irawan selaku Direktur Utama PT Puri Banten
Progresif. (Jumat, 16 Desember 2011. Pukul 13.00 WIB)
50
BKPMD Provinsi Banten. 2010. Pelayanan Penanaman Modal atau Inventarisasi Jenis-Jenis
Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Provinsi Banten.
10

Tabel 1.4
Daftar Jenis Perizinan Investasi yang menjadi Kewenangan
Bupati/Walikota dan Gubernur di Provinsi Banten
No Jenis Izin Biaya Retribusi
Durasi
Waktu
Dasar Hukum yang
dijadikan Landasan
Perizinan
Kewenangan
Pemberian Izin
1 Tanda Daftar Industri (TDI)
dengan skala investasi di atas Rp.
5.000.000,- (lima juta rupiah)
sampai dengan Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha
Maksimal sebesar
Rp. 200.000,- (dua
ratus ribu rupiah)
Dikenakan 1 (satu)
kali pada waktu
penerbitan
5 hari kerja
Peraturan Menteri
Perindustrian No.41/M-
IND/PER/6/2008 tanggal
25 Juni 2008 tentang
Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Usaha
Industri, Izin Perluasan
dan Tanda Daftar Industri
Kabupaten/Kota
(Bupati/ Walikota)
2 Izin Usaha Industri (IUI)
dengan skala
investasi Rp. 10.000.000.000,-
(sepuluh milyar
rupiah) ke bawah tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha,
kecuali jenis industri yang menjadi
kewenangan Menteri
Maksimal sebesar
Rp. 500.000,- (lima
ratus ribu rupiah)
Dikenakan 1 (satu)
kali pada waktu
penerbitan
5 hari kerja
Peraturan Menteri
Perindustrian No.41/M-
IND/PER/6/2008 tanggal
25 Juni 2008 tentang
Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Usaha
Industri, Izin Perluasan
dan Tanda Daftar Industri
Kabupaten/Kota
(Bupati/ Walikota)
3 Izin Usaha Industri (IUI)
dengan skala investasi di atas Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar
rupiah) termasuk tanah dan
bangunan tempat, kecuali jenis
industri yang menjadi kewenangan
Menteri
Maksimal sebesar
Rp. 750.000,- (tujuh
ratus lima puluh ribu
rupiah) Dikenakan 1
(satu) kali pada
waktu penerbitan
5 hari kerja
Peraturan Menteri
Perindustrian No.41/M-
IND/PER/6/2008 tanggal
25 Juni 2008 tentang
Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Usaha
Industri, Izin Perluasan
dan Tanda Daftar Industri
Provinsi
(Gubernur)
4 Izin Usaha Industri (IUI)
skala investasi sampai dengan
Rp.10.000.000.000,- (sepuluh
milyar rupiah) yang berlokasi pada
lintas Kabupaten/Kota dalam satu
Provinsi, kecuali jenis industri yang
menjadi kewenangan Menteri
Maksimal sebesar
Rp. 750.000,- (tujuh
ratus lima puluh ribu
rupiah) Dikenakan 1
(satu) kali pada
waktu penerbitan
5 hari kerja
Peraturan Menteri
Perindustrian No.41/M-
IND/PER/6/2008 tanggal
25 Juni 2008 tentang
Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Usaha
Industri, Izin Perluasan
dan Tanda Daftar Industri
Provinsi
(Gubernur)
5 Izin Perluasan
dengan skala investasi di atas Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk bangunan
tempat, kecuali jenis industri yang
menjadi kewenangan Menteri
Maksimal sebesar
Rp. 750.000,-
(tujuh ratus lima
puluh ribu rupiah)
Dikenakan 1 (satu)
kali pada waktu
penerbitan
5 hari kerja
Peraturan Menteri
Perindustrian No.41/M-
IND/PER/6/2008 tanggal
25 Juni 2008 tentang
Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Usaha
Industri, Izin Perluasan
dan Tanda Daftar Industri
Provinsi
(Gubernur)
6 Izin Perluasan
skala investasi samapi dengan di
atas Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh
milyar rupiah) yang berlokasi pada
lintas Kabupaten/kota dalam satu
Provinsi kecuali jenis industri yang
menjadi kewenangan Menteri
Maksimal sebesar
Rp. 750.000,-
(tujuh ratus lima
puluh ribu rupiah)
Dikenakan 1 (satu)
kali pada waktu
penerbitan
5 hari kerja
Peraturan Menteri
Perindustrian No.41/M-
IND/PER/6/2008 tanggal
25 Juni 2008 tentang
Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Usaha
Industri, Izin Perluasan
dan Tanda Daftar Industri
Provinsi
(Gubernur)
Sumber: Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 41/M-IND/PER/6/2008
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan
Tanda Daftar Industri.

11

Kedua, masalah tenaga kerja yang berkaitan dengan iklim investasi
salah satunya ialah kebijakan penetapan UMK (Upah Minimum
Kabupaten/Kota). Dalam hal penetapan UMK, Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang belum sepenuhnya mampu mewujudkan kebijakan yang memuaskan
baik bagi pihak pengusaha maupun pihak buruh. Kondisi tersebut bisa dilihat
dengan adanya tuntutan dan demonstrasi yang dilakukan oleh para buruh
sebagai bentuk protes atas kebijakan penetapan UMK yang dianggap terjadi
kesenjangan antara Kabupaten/Kota yang satu dengan yang lainnya. Masalah
penentuan UMK yang terjadi di Kabupaten Serang misalnya, gerakan Aliansi
Serikat Pekerja Buruh (ASPSB) Serang yang dilakukan pada hari selasa 10
Januari 2011 yang menuntut Pemerintah Daerah Kabupaten Serang untuk
merevisi UMK Serang. Hal ini beralasan bahwa sebelum ditetapkan UMK
2012 di Tangerang, selisih antara UMK di Tangerang Raya dan Kabupaten
Serang sebesar Rp 60.500 dengan KHL (kebutuhan hidup layak) Tangerang
Rp 1.381.000. Sedangkan KHL Kabupaten Serang Rp 1.320.500.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka ASPSB Serang mengajukan
permohonan kepada Gubernur untuk penetapan revisi UMK Kabupaten
Serang tahun 2012 dari Rp 1.320.500 menjadi Rp 1.469.500. Nilai revisi
UMK tersebut untuk menjaga agar selisih UMK Kabupaten Serang dengan
Tangerang Raya tetap Rp 60.500.
51
Namun, usulan revisi UMK sebesar Rp
1.469.500 tersebut tidak langsung disetujui, dan berdasarkan proses
negosiasai yang berlangsung cukup alot antara pihak buruh dengan

51
http://www.radarbanten.com/.../6071-kini-giliran-buruh-kota-serang-minta-revisi-umk (Tanggal
akses 12 Januari 2011. Pukul 20.30 WIB).
12

Taufik Nuriman selaku Bupati Kabupaten Serang maka disetujuilah nilai
UMK sebesar Rp. 1.410.000.
52
Melihat permasalahan kebijakan UMK
tersebut, maka dihawatirkan akan mengganggu iklim investasi di Kabupaten
Serang. Dampaknya yang akan terjadi kemungkinan meningkatnya jumlah
PHK buruh dan menurunnya minat investor untuk berinvestasi di Kabupaten
Serang.
Ketiga, masalah infrastruktur fisik dapat dilihat dengan banyaknya
lokasi-lokasi kemacetan lalu lintas yang disebabkan adanya perubahan tata
guna lahan sekitar yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jalan, baik
melalui pelebaran jalan maupun rekayasa lalu lintas, sedangkan permasalahan
lainnya adalah keterbatasan daya dukung jalan untuk mendukung permintaan
pergerakan barang dan pelanggaran muatan lebih oleh angkutan barang yang
menyebabkan terjadinya penurunan umur rencana jalan, terutama jalan-jalan
pada jalur untuk melayani kawasan-kawasan ekonomi seperti pertambangan,
industri, dan lain-lain. Sedangkan untuk transportasi laut, masih terbatasnya
kapasitas pelabuhan dan daya dukung akses jalan, baik di wilayah Kabupaten
Serang maupun sekitarnya daerah yang berbatasan telah berdampak pada
perekonomian regional dan nasional, hal ini dapat dilihat terjadinya antrian
bongkar-muat barang di pelabuhan, gangguan kelancaran lalu lintas dari dan
ke kawasan pelabuhan. Ketidaklancaran lalu lintas, juga akan berdampak
pada kelancaran eksport-import.
53



52
Radar Banten, Rabu 11 Januari 2012
53
Peraturan Gubernur Banten Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Banten Tahun 2011.
13

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah antara lain sebagai berikut:
1. Rendahnya kualitas kelembagaan dalam menjamin kepastian hukum
dan proses perizinan investasi di Kabupaten Serang.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten Serang belum sepenuhnya mampu
membuat kebijakan penetapan UMK yang memuaskan baik bagi pihak
pengusaha (investor) maupun pihak buruh.
3. Belum memadainya akses infrastruktur bagi keberlangsungan investasi
di Kabupaten Serang.

1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk memperjelas substansi dan dan
sasaran dari masalah yang akan diteliti. Pada penelitian ini peneliti membatasi
masalah yaitu sebagai berikut:
1. Investasi yang menjadi objek penelitian ialah investasi di bidang
industri.
2. Investor serta organisasi himpunan pengusaha sebagai subjek
penelitian.
3. Lokus penelitian yaitu di Kabupaten Serang.







14

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah tersebut,
kemudian peneliti merumuskan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan program peningkatan iklim dan realisasi
investasi di Kabupaten Serang?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat pelaksanaan program
peningkatan iklim dan realisasi investasi di Kabupaten Serang ?

1.5 Tujuan Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini akan mendeskripsikan kondisi objektif
mengenai iklim investasi di Kabupaten Serang dengan tujuan menjelaskan dan
menganalisis program peningkatan iklim dan realisasi investasi di Kabupaten
Serang serta mengetahui faktor-faktor yang menghambat terhadap
pelaksanaan program tersebut.

1.6 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam mengembangkan khasanah
ilmu pengetahuan dalam dunia akademis khususnya Ilmu Administrasi
Negara mengenai kebijakan publik. Selain itu dapat mempertajam dan
mengembangkan teori-teori yang ada dalam dunia akademis.



15

2. Manfaat Praktis
Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan rekomendasi bagi pemerintah daerah, khusunya dalam
meningkatkan keberhasilan program peningkatan iklim dan realisasi
investasi di Kabupaten Serang pada masa mendatang
b. Bahan referensi bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi
Negara khususnya dan pembaca pada umumnya dalam memahami
pelaksanaan investasi di Kabupaten Serang.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian. Latar belakang masalah merupakan deskripsi ruang lingkup serta
kedudukan masalah yang akan diteliti yang dipaparkan secara deduktif.
Identifikasi masalah merupakan masalah awal yang muncul dari proses
observasi awal dan wawancara pendahuluan. Batasan dan perumusan
masalah menetapkan masalah yang paling urgen yang sesuai dengan judul
penelitian serta mendefinisikan masalah yang telah ditetapkan dalam bentuk
definisi konsep dan definisi operasional.



16

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Pada Bab II dipaparkan mengenai deskripsi teori, kerangka berpikir
dan hipotesis penelitian. Deskripsi teori merupakan pendapat para ahli yang
akan digunakan sebagai pisau analisa dan memiliki relevansi dengan
masalah yang diteliti. Kerangka berpikir merupakan alur pikiran peneliti
berdasarkan pada grand theory (teori utama) yang digunakan yang memuat
input, output, proses, output dan outcome dari penelitian yang dilakukan.
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang
akan diteliti dan akan diuji kebenarannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada Bab III dipaparkan mengenai metode penelitian, instrumen
penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengolahan dan analisis
data, dan tempat dan waktu penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada Bab IV dipaparkan deskripsi objek penelitian, kondisi
perkembangan investasi di Kabupaten Serang, pengujian persyaratan
statistik yang meliputi: (uji validitas dan reliabilitas instrumen), deskripsi
data (identitas responden dan analisis data), pengujian hipotesis, interpretasi
hasil penelitian dan pembahasan.



17

BAB V PENUTUP
Pada Bab V yaitu berisi penutup, dimana pada bab terakhir ini
peneliti memaparkan kesimpulan dan saran sebagai hasil akhir dari proses
penelitian yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
















18

BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Kebijakan Publik
Kebijakan publik menurut Dye dalam Subarsono adalah apapun
pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is
whatever governments choose to do or not to do). Konsep tersebut sangat luas
karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh
pemerintah disamping yang dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah
menghadapi suatu masalah publik. Definisi kebijakan publik dari Dye
tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik tersebut dibuat oleh
badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan publik menyangkut
pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.
Dalam hal ini apakah pemerintah harus membuat program baru atau tetap
pada status quo.
54
Sedangkan Anderson mendefinisikan kebijakan publik
sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah.
55

Definisi yang berbeda diungkapkan oleh Heclo dalam Pearsons yang
menyatakan bahwa kebijakan (policy) adalah istilah yang tampaknya banyak
disepakati bersama. Dalam penggunaannya yang umum, istilah kebijakan
dianggap berlaku untuk sesuatu yang lebih besar mengenai suatu masalah,
mengetahui penyebab atau yang mempengaruhinya serta dampak dan

54
Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hal 2
55
Subarsono, A.G. Op.Cit Hal 2
18
19

pengaruh dari kebijakan tersebut.
56
Lain dari itu, Easton dalam Nugroho
melukiskan kebijakan publik sebagai pengaruh (impact) dari aktivitas
pemerintah. Easton mengungkapkan bahwa kebijakan publik yang terbaik
adalah kebijakan yang mendorong setiap warga masyarakat untuk
membangun daya saingnya masing-masing, dan bukan semakin
menjerumuskan ke dalam pola ketergantungan. Dimana kebijakan publik
hadir dengan tujuan tertentu yaitu untuk mengatur kehidupan berasama untuk
mencapai tujuan, visi dan misi bersama yang telah disepakati. Dengan kata
lain, kebijakan publik adalah jalan mencapai tujuan bersama yang dicita-
citakan.
57

Definisi lain mengenai kebijakan publik pun ditawarkan oleh
Eyestone dan Friedrich dalam Agustino. Eyestone mendefinisikan kebijakan
publik sebagai hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya.
Sedangkan Friedrich mengatakan bahwa kebijakan adalah serangkaian
tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-
hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-
kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
58


56
Pearson, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta:
Prenada Media. Hal 14
57
Nugroho, Rian T. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta:
Elex Media Komputindo. Hal 4.
58
Agustino, Leo, 2007. Perihal Ilmu Politik Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 166
20

Kartasasmita dalam Widodo mendefinisikan kebijakan publik
adalah serangkaian tujuan dan sasaran dari program-program pemerintah.
59

Sedangkan kebijakan publik menurut Rose dalam Agustino adalah sebagai
berikut:

Kebijakan publik sebagai sebuah rangkaian panjang dan banyak atau
sedikit kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki konsentrasi
bagi yang berkepentingan sebagai keputusan yang berlainan. Rose
memberikan catatan yang berguna pada kita bahwa kebijakan publik
merupakan bagian mozaik atau pola kegiatan dari bukan hanya satu
kegiatan dalam pola regulasi.
60



2.2 Teori Evaluasi Kebijakan Publik
Setelah kebijakan ditetapkan dan diimplementasikan, maka tahap
selanjutnya adalah mengevaluasinya. Melalui kegiatan evaluasi tersebut maka
kita dapat mengetahui apakah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berhasil
atau tidak, dapat memecahkan masalah atau tidak, dan sebagai cara untuk
menilai sejauh mana tingkat keberhasilan suatu kebijakan. Sehingga, hasil
dari evaluasi kebijakan ini dapat digunakan sebagai bahan reomendasi pada
formulasi kebijakan dimasa mendatang demi terciptanya kebijakan publik
yang lebih baik. Untuk mengetahui lebih dalam tentang evaluasi kebijakan,
maka pendapat dari para ahli berikut ini akan lebih memperjelas mengenai
konsep evaluasi kebijakan publik.


59
Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik.
Malang: Bayumedia. Hal 12

60
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Cetakan Pertama. Bandung: Alfabeta.
Hal 7
21

Menurut Widodo Evaluasi kebijakan publik dimaksudkan untuk
melihat atau mengukur tingkat kinerja pelaksanaan sesuatu kebijakan publik
yang latar belakang dan alasan-alasan diambilnya sesuatu atau kebijakan,
tujuan dan kinerja kebijakan, berbagai instrumen kebijakan yang
dikembangkan dan dilaksanakan, respon kelompok sasaran dan stakeholder
lainnya serta konsistensi aparat, dampak yang timbul dan perubahan yang
ditimbulkan, perkiraan perkembangan tanpa kehadirannya dan kemajuan yang
dicapai apabila kebijakan dilanjutkan atau diperluas.
61
Sedangkan Evaluasi
Kebijakan menurut Mustofadijaja dalam Widodo adalah kegiatan untuk
menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan
publik.
62

Definisi lain mengenai evaluasi kebijakan publik pun ditawarkan oleh
Muhadjir (1996) dalam Widodo yang menyatakan bahwa evaluasi kebijakan
publik adalah suatu proses untuk melihat seberapa jauh kebijakan publik dapat
membuahkan hasil, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang
diperoleh dengan tujuan dan target kebijakan publik yang ditentukan. Evaluasi
kebijakan publik tidak hanya untuk melihat hasil (outcome) atau dampak
(impacts), akan tetapi dapat pula untuk melihat bagaimana proses pelaksanaan
suatu kebijakan dilaksanakan. Ada dua macam tipe dalam evaluasi kebijakan,
yaitu sebagai berikut:



61
Widodo, Joko. Op.Cit. Hal 112
62
Widodo, Joko. Op.Cit. Hal 111
22

1. Tipe evaluasi hasil (outcomes of public policy implementation)
merupakan riset yang mendasarkan diri pada tujuan kebijakan.
Ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijakan adalah sejauh mana
apa yang menjadi tujuan program dapat dicapai.
2. Tipe avaluasi yang mendasarkan (process of public policy
implementation), yaitu riset evaluasi yang mendasarkan diri pada
petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk jenis (juknis). Ukuran
keberhasilan pelaksanaan kebijakan dengan garis petunjuk (guide
lines) yang telah ditetapkan.

Dalam melakukan riset evaluasi mempunyai tujuan, yang dimana riset
evaluasi untuk mengukur dampak dari suatu program yang mengarah pada
pencapaian dari serangkaian tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai sarana
untuk memberikan kontribusi (rekomendasi) dalam membuat keputusan dan
perbaikan program pada masa mendatang. Dari tujuan riset evaluasi terdapat
unsur-unsur penting dalam evaluasi, yakni:
1. Untuk mengukur dampak (to measure the effects) dengan
bertumpu pada metodologi riset yang digunakan.
2. Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil (outcomes)
dari efesiensi, kejujuran, moral yang melekat pada aturan-aturan
atau standar.
3. Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan (goal)
menekankan pada penggunaan kriteria (criteria) yang jelas dalam
menilai bagaimana sesuatu kebijakan telah dilaksanakan dengan
baik.
4. Memberikan kontribusi pada perbuatan keputusan selanjutnya dan
perbaikan kebijakan pada masa yang mendatang sebagai tujuan
sosial (the social purpose) dari evaluasi.
63


Lain dari itu, evaluasi kebijakan menurut Subarsono adalah kegiatan
untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Menurut Subarsono ada
beberapa tujuan dari evaluasi, yaitu sebagai berikut:


63
Widodo, Joko. Op.Cit. Hal 112
23

1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka
dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi dapat
diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu
tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas
pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.
4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Evaluasi dapat melihat dampak
dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.
5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi untuk
mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,
dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan
pencapaian target.
6. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.
Tujuan akhir dari evaluasi adalah memberikan masukan bagi proses
kebijakan yang lebih baik.
64


Kemudian menurut Lester dan Stewart dalam Agustino menjelaskan
bahwa evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu
kebijakan dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan.
65

Sedangkan menurut Dunn (1996) dalam Agustino istilah evaluasi adalah
berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat-
manfaat hasil kebijakan sehingga dapat diketahui seberapa jauh tujuan-tujuan
tertentu telah tercapai, apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing
agencies telah benar-benar efektif, responsif, akuntabel, dan adil, dan
bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu.
66





64
Subarsono, A.G. Op.Cit. Hal 119.
65
Agustino, Leo. Op.Cit. Hal 185.
66
Agustino, Leo. Op.Cit. Hal 187-188.
24

Kemudian Agustino mengungkapkan terdapat beberapa permasalahan
yang berkaitan dengan evaluasi kebijakan publik, yaitu:
1. Ketidakpuasan arah atau tujuan kebijakan
Apabila arah dari suatu kebijakan tidak jelas, membingungkan,
atau menyimpang, seperti yang sering muncul, maka dalam
menentukan kelanjutan yang akan dicapai menjadi suatu tugas
yang sulit dan sering membuat frustasi.
2. Hubungan sebagian akibat (causality)
Evaluasi yang sistematik harus dapat menunjukan perubahan
dalam kondisi kehidupan nyata sebagai akibat dari kegiatan
kebijakan.
3. Pengaruh kebijakan yang menyebar
Implementasi kebijakan dapat mempunyai dampak pada suatu
kelompok diluar dari kegiatan kebijakan.
4. Kesulitan dalam memperoleh data
Kekurangan data yang relevan dan akurat secara statistik serta
informasi lainnya merupakan ketidaksempurnaan bagi evaluator
kebijakan.
5. Penolakan pejabat kantor (official resistance)
Permasalahan akan muncul apabila pejabat instansi tidak
memperhatikan konsekuensi politik yang terjadi dalam evaluasi.
Hal ini terjadi jika hasilnya tidak menyenangkan berdasarkan
pandangan mereka. Akibatnya pejabat dapat menganggap kecil
atau meremehkan studi evaluasi, menolak akses data, atau tidak
mengeluarkan kebijakan baru guna perbaikan.
67



Lain halnya dengan Dunn yang menjelaskan bahwa fungsi utama
dalam evaluasi kebijakan antara lain:
1. Evaluasi harus memberikan informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh
kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui
tindakan publik.
2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap
nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
3. Evaluasi memberi sumbangan pada metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan
rekomendasi.
68


67
Agustino, Leo. 2006. Op.Cit. Hal 194-197.
68
Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi Terjemahan).Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Hal 609.
25

Secara umum, kriteria evaluasi atau indikator evaluasi menurut Dunn
seperti dibawah ini:
Tabel 2.1
Kriteria Evaluasi Kebijakan

Kriteria Penjelasan
Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai
Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan
Kecukupan Seberapa jauh hasil yang tercapai dapat
memecahkan masalah
Pemerataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata
kepada kelompok-kelompok yang berbeda
Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuat preferensi atau
nilai kelompok dan dapat memuaskan mereka
Ketepatan Apakah hasil yang dicapai benar-benar berguna
atau bernilai
Sumber: Dunn (2003:610)

Dari kriteria evaluasi kebijakan diatas yang dikemukakan oleh Dunn,
dapat dikembangkan sebagai berikut:
1. Efektivitas
Berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang
diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.
Efektivitas, yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas
teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai
moneternya.
2. Efesiensi
Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. efesiensi, yang merupakan
sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan
antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari
ongkos moneter. Efesiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan
biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai
efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efesien.
26

3. Kecukupan
Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan
adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya
hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.
4. Pemerataan
Kriteria ini erat hubungannya dengan rasionalitas legal dan sosial
yang menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antar kelompok-
kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang
berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya
(misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha
(misalnya biaya moneter) secara adil didistribusikan.
5. Responsivitas
Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan
kebutuhan preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat
tertentu. Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang
dapat memuaskan semua kriteria lainnya (efektivitas, efesiensi,
kecukupan, perataan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan
aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya
suatu kebijakan.
6. Ketepatan
Kriteria ini secara dekat dihubungkan dengan rasionalitas substansif,
karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan
dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara
bersama-sama. Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan
program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan
tersebut.
69



69
Dunn, William. Op.Cit. Hal 610.
27

Dari kriteria atau indikator evaluasi diatas ada beberapa pendekatan
dalam evaluasi kebijakan untuk menghasilkan penilaian yang baik,
pendekatan-pendekatan tersebut yaitu:
Tabel 2.2
Pendekatan Evaluasi Kebijakan
PENDEKATAN TUJUAN ASUMSI
BENTUK-
BENTUK
UTAMA
Evaluasi Semu
Menggunakan
metode deskriptif
untuk menghasilkan
informasi yang valid
tentang hasil
kebijakan
Ukuran manfaat
atau nilai terbukti
dengan sendirinya
atau tidak
kontroversial.
Eksperimentasi
Sosial
Akuntansi sitem
sosial
Pemeriksaan
sosial
Sintesis riset dan
praktik
Evaluasi Formal
Menggunaka metode
deskriptif untuk
menghasilkan
informasi yang
terpercaya dan valid
mengenai hasil
kebijakan secara
formal diumumkan
sebagai tujuan
program kebijakan
Tujuan dan
sasaran dari
pengambil
kebijakan dan
administrator yang
secara resmi
diumumkan
merupakan ukuran
yang tepat dari
manfaat atau nilai-
nilai.
Evaluasi
Perkembangan
Evaluasi
eksperimental
Evaluasi proses
retospektif
Evaluasi hasil
rerospektif
Evaluasi
Keputusan Teoritis
Menggunaka metode
deskriptif untuk
menghasilkan
informasi yang
terpercaya dan valid
mengenai hasil
kebijakan secara
eksplisit diinginkan
oleh berbagai pelaku
kebijakan
Tujuan dan
sasaran dari
berbagai pelaku
yang diumumkan
secara formal
ataupun
merupakan ukuran
yang tepat dari
manfaat atau nilai.
Penilaian tentang
dapat tidaknya
dievaluasi.
Analisis utilitas
multiatribut.
Sumber: Dunn (2003:612).



28

Sedangkan menurut Wibawa dalam Nugroho mengungkapkan bahwa
fungsi evaluasi kebijakan publik yaitu, sebagai berikut:
1. Eksplanasi, evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program-
program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola
hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya.
2. Kepatuhan, evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya
sesuai dengan standard dan prosedur yang ditetapkan oleh
kebijakan.
3. Audit, evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai
ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran
atau penyimpangan.
4. Akunting, evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari
kebijakan tersebut.
70



Oleh karena itu fungsi evaluasi kebijakan sangat baik guna kebaikan
bersama warga masyarakat, maka untuk menghasilkan informasi mengenai
kinerja kebijakan.
Menurut Langbein dalam Widodo menjelaskan bahwa tipe riset
evaluasi kebijakan ada dua macam tipe, yaitu riset proses dan riset outcomes.
Metode riset juga dibedakan menjadi dua macam yaitu metode deskriptif dan
metode kausal. Metode deskriptif lebih mengarah pada tipe penelitian evaluasi
proses (process of public implementation), sedangkan metode kausal lebih
mengarah pada penelitian evaluasi dampak (outcomes of public
omplementation). Untuk memudahkan dan memahami kedua tipe dan metode
riset evaluasi kebijakan publik tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
matrik sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini.
71



70
Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 186.
71
Widodo, Joko. Op.Cit. Hal 116
29

Tabel 2.3
Tipe Evaluasi Penelitian

Methods Process Outcomes
Deskriptif
1. Apakah fasilitas, sumber
daya digunakan dalam
kebijakan.
2. Apakah kebijakan
dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk.
3. Bagaimana manfaat yang
ditetapkan dalam kebijakan.
4. Menentukan apakah manfaat
nyata dari kebijakan dapat
dinikmati oleh kelompok
sasaran (target groups).
1. Siapa yang terlibat dalam
kebijakan.
2. Apakah kebijakan dapat
mencapai siapa yang
menjadi sasaran
kebijakan.
Kausal
1. Apakah kebijakan
menghasilkan outcomes
yang diiharapkan atau
tidak diharapkan.
2. Sarana (faktor)
implementasi kebijakan
mana yang menghasilkan
outcomes yang terbaik.
3. Berusaha
mencari/melihat apakah
outcome utama yang
terjadi dikarfenakan oleh
kebijakan utama.
4. Apakah kebijakan utama
menjadi penyebab
dampak utama.
Sumber: Widodo (2007:118)

Menurut analisis peneliti, evaluasi kebijakan adalah suatu proses
untuk menilai keberhasilan dari suatu kebijakan. Melalui proses evaluasi ini
akan menghasilkan informasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan. Sehingga hasil
evalusi ini akan dijadikan sebagai feed back dan input bagi para pembuat
kebijakan (policy makers) dalam menyempurnakan kebijakan di masa
mendatang.
30

Ernest R.House (1980) dalam Nugroho membuat taksonomi evaluasi
yang cukup berbeda, yang membagi evaluasi menjadi:
1. Model sistem, dengan indikator utama adalah efisiensi.
2. Model perilaku, dengan indikator utama adalah produktivitas dan
akuntabilitas.
3. Model formulasi keputusan, dengan indikator utama adalah
keefektifan dan keterjagaan kualitas.
4. Model tujuan bebas (goal free), dengan indikator utama adalah
pilihan pengguna dan manfaat sosial.
5. Model kekritisan seni (art critism), dengan indikator utama adalah
standar yang semakin baik dan kesadaran yang semakin meningkat.
6. Model review professional, dengan indikator utama adalah
penerimaan professional.
7. Model kuasi-legal (quasi-legal), dengan indikator utama adalah
resolusi.
8. Model studi kasus, dengan indikator utama adalah pemahaman atas
divesitas.
72



Selain itu, ada pula pemilihan evaluasi sesuai dengan teknik
evaluasinya, yaitu:
1. Evaluasi komparatif, yaitu membandingkan implementasi
kebijakan (proses dan hasilnya) dengan implementasi kebijakan
yang sama atau berlainan, di satu tempat yang sama atau berlainan.
2. Evaluasi historikal, yaitu membuat evaluasi kebijakan berdasarkan
rentang sejarah munculnya kebijakan-kebijakan tersebut.
3. Evaluasi laboratorium atau eksperimental, yaitu evaluasi namun
menggunakan eksperimen yang diletakan dalam sejenis
laboratorium.
4. Evaluasi ad hock, yaitu evaluasi yang dilakukan secara mendadak
dalam waktu segera untuk mendapatkan gambar pada saat itu (snap
shot).
73


Sementara itu, Bingham dan Felbinger dalam Nugroho membagi
evaluasi kebijakan menjadi empat jenis yaitu:


72
Nugroho, Riant. 2011. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal 674
73
Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 674
31

1. Evaluasi Proses, yang berfokus pada bagaimana proses
implementasi suatu kebijakan.
2. Evaluasi dampak, yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan.
3. Evaluasi kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan
yang direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.
4. Meta-evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil
atau temuan evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.
74



Kemudian Howlet dan Ramesh (1995) mengelompokan evaluasi
menjadi tiga yaitu:
1. Evaluasi Administratif, yang berkenaan dengan evaluasi sisi
administratif anggaran, efisiensi, biaya dari proses kebijakan di
dalam pemerintah yang berkenaan dengan:
a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang
dikembangkan oleh kebijakan.
b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari
program yang dikembangkan oleh kebijakan.
c. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness
evaluationyang menilai apakah program dijalankan
sebagaimana yang sudah ditetapkan.
d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan
memberikan penilaian tentang keefektifan biaya tersebut.
e. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan
oleh organisasi untuk melaksanakan program.
2. Evaluasi Judisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu
keabsahan hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk
kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum,
etika, aturan administratif negara, hingga hak asasi manusia.
3. Evaluasi Politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen
politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan.
75






74
Nugroho, Riant. Hal 676
75
Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 676
32

2.3 Teori Investasi
2.3.1 Definisi Investasi
Investasi menurut Halim pada hakikatnya merupakan penempatan
sejumlah dana pada saai ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di
masa mendatang.
76
Investasi dalam arti luas, berarti mengorbankan dolar
sekarang untuk dolar pada masa depan. Ada dua atribut berbeda yang
melekat: waktu dan risiko. Pengorbanan terjadi saat sekarang ini dan
memiliki kepastian. Hasilnya baru akan diperoleh kemudian dan besarnya
tidak pasti.
77

Definisi lain mengenai investasi pun ditawarkan oleh Dornbusch
yang menyatakan bahwa:
Investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan
atau mempertahankan stok barang modal. Stok barang modal (capital
stock) terdiri dari pabrik, mesin, kantor dan produk-produk tahan lama
lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Barang modal
juga meliputi perumahan tempat tinggal dan juga persediaan. Investasi
adalah pengeluaran yang ditambahkan kepada komponen-komponen
barang modal ini.
78


Lain halnya dengan Rahardja yang menyatakan bahwa : investasi
adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
menciptakan/menambah nilai kegunaan hidup. Jadi investasi bukan hanya
dalam bentuk fisik, melainkan juga non fisik, terutama peningkatan kualitas
sumber daya.
79


76
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Hal 4
77
Sharpe, William F. et al. 2005. Investasi. Jakarta: Indeks. Hal 1
78
Dornbusch, Rudiger, et al. 2005. Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Hal 268
79
Rahardaja, Prathama. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro ekonomi & Makro ekonomi).
Jakarta: Lembaga. Hal 269
33

Dalam ilmu ekonomi di banyak litertur yang membahasnya paling
sering menyebutkan 3 macam investasi saja yaitu pertama: investasi tetap
bisnis yang mencakup struktur dan peralatan yang dibeli oleh perusahaan,
Kedua: investasi persediaan yang mencakup barang-barang yang ditempatkan
di gudang seperti bahan perlengkapan, barang setengah jadi, dan barang jadi.
Ketiga: investasi perumahan yang mencakup perumahan baru yang dibeli
untuk ditempati dan yang dibeli oleh pemodal untuk disewakan.
80

Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu: investasi pada
asset-aset financial (financial assests) dan investasi pada asset-aset riil (real
assets). Investasi pada asset-aset financial dilakukan di pasar uang, misalnya
berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan
lainnya. Sedangkan investasi pada asset-aset riil dapat berbentuk pembelian
asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan
perkebunan dan lainnya.
81


2.3.2 Kriteria Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan rasional, karena keputusan
berdasarkan pertimbangan rasional, dalam praktik digunakan alat bantu atau
kriteria-kriteria tertentu untuk memutuskan diterima atau tidaknya rencana
investasi. Kriteria-kriteria tersebut disebut sebagai kriteria investasi
(investment criteria). Minimal ada empat kriteria yang digunakan dalam

80
Putong, Iskandar. 2009. Economics, Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana
Media. Hal 336
81
Halim, Abdul. Op.Cit. Hal 4
34

praktik yaitu: (a) Payback Peiod; (b) Benefit/Cost Ratio; (c) Net Present
Value; dan (d) Internal Rate of Return.
82

1. Payback Period
Payback Period (periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan
agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan
makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik.
2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio mengukur mana yang lebih besar biaya yang dikeluarkan
disbanding hasil (output) yang diperoleh. Output yang dihasilkan sebagai
B (benefit).
3. Net Present Value (NPV)
Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto (Discounted
Method) adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang
dari biaya total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang
disebut dengan Net Present Value (NPV).
4. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian
investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol.




82
Rahardaja, Prathama. Op.Cit. Hal 274-275
35

2.3.3 Faktor faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi
Menurut Rahardja menyatakan sebagai sebuah keputusan yang
rasional, investasi sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu tingkat
pengembalian yang diharapkan dan biaya investasi.
83
Berikut adalah
penjelasannya:
1. Tingkat Pengembalian yang diharapkan (Expected Rate of Return)
Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang
diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal
perusahaan.
a. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada dibawah kontrol
perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas sumber daya manusia
(SDM) dan teknologi yang digunakan.
b. Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat
produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional.
Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh
pemerintah juga dapat menetukan tingkat investasi. Kebijakan menaikan
pajak, misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan
agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik
juga menentukan gairah investasi. Jika sosial politik stabil, investasi

83
Rahardaja, Prathama. Op.Cit. Hal 278-279
36

umumnya juga meningkat. Demikian pula faktor keamanan (kondisi
keamanan negara).
2. Biaya Investasi
Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat
bunga pinjaman; makin tinggi bunganya, maka biaya investasi makin
mahal. Akibatnya minat berinvestasi makin menurun. Namun tidak jarang,
walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap
rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi. Faktor yang
mempengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan misalnya, prosedur
izin investasi yang berbelit-belit dan lama ( > 3 tahun ) menyebabkan
biaya ekonomi. Dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari investasi
makin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga
keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas politik dan keadaan
keamanan.
Hasan Zein (1989) dalam Anoraga menyatakan bahwa setiap
keputusan investasi melibatkan lima unsur pokok yang dapat disebut
determinasi investasi yaitu: (1) Kondisi Investor; (2) Motif Investasi; (3)
Media Investasi; (4) Teknik dan modal analisis termasuk jenis informasi dan
cara pengolahannya; dan (5) Strategi Investasi.
84
Dalam setiap proses
pengambilan keputusan investasi, unsur-unsur tersebut akan muncul, apakah

84
Anoraga, Panji & Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal (Edisi Revisi).Jakarta: Rineka
Cipta. Hal 80
37

secara eksplisit atau implisit, disadari atau tidak, diolah secara sistematis atau
tidak. Berikut adalah penjelasannya:
1. Kondisi Investor
Kondisi investor meliputi kondisi keuangannya dan sikap terhadap
risiko. Proses psikologis seorang investor dalam megalokasikan dana
yang sama. Penghasilan pertama akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti: pangan, sandang, papan, dan pendidikan.
Lapisan penghasilan berikutnya akan digunakan untuk core investment,
yaitu dengan tingkat keamanan yang tinggi dengan keuntungan yang
terukur.
2. Motif Investasi
Investor umumnya mempunyai motif investasi yang tidak tunggal.
Namun, intensitas motif-mootif seperti keamanan, pertumbuhan,
pendapatan, fasilitas pajak, dan spekulasi, berbeda dari investor yang
satu dengan investor yang lain.
3. Media Investasi
Media investor sebagai unsur ketiga menyodorkan pilihan antara real
asset dan financial asset. Berkembangnya perekonomian, cenderung
menggeser objek investasi dari real asset seperti tanah, kea rah financial
asset baik pasar uang maupun pasar modal. Sahamnya sebagai obyek
investasi utama di pasar modal memiliki karakteristik yang
memungkinkan seorang pemodal mempunyai pilihan yang tepat.
38

4. Teknik dan modal analisis termasuk jenis informasi dan cara
pengolahannya.
Teknik dan modal analisis ini terdapat dua aliran yaitu: fundamental
analysis dan technical analysis. Aliran fundamental (fundamental
analysis) mempunyai anggapan bahwa setiap investor adalah makhluk
rasional. Karena itu aliran fundamental mencoba mempelajari hubungan
antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Alasannya adalah
bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik
suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Sedangkan aliran teknik
(technical analysis) menyatakan bahwa investor adalah makhluk
irrasional. Bursa pada dasarnya adalah cerminan dari mass behavior.
Harga saham sebagai komoditas perdagangan dipengaruhi oleh
permintaan dan penawaran. Pada gilirannya permintaan dan penawaran
merupakan manifestasi dari kodisi psikologis investor dan telah
melebur dengan identitas kolektif.
5. Strategi investasi
Kunci utama untuk suskses dalam investasi adalah pemilihan strategi
yang tepat agar investasi yang dilakukan memberikan hasil yang
optimal melalui strategi beli dan simpan atau berpindah.




39

2.4 Kerangka Berfikir
Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran
penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, program
peningkatan iklim dan realisasi investasi diharapkan mampu menstimulus
peningkatan investasi demi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
Kabupaten Serang.
Hasil observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terkait
investasi di Kabupaten Serang ialah masih ditemukan beberapa faktor
penghambat antara lain: (1) Masalah kelembagaan; (2) Masalah tenaga kerja;
dan (3) Masalah infrastruktur fisik. Oleh karena itu, untuk mengatasai faktor-
faktor penghambat tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama yang sinergis
antar semua stakeholders yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
Pemerintah baik pusat maupun daerah memiliki beberapa fungsi
antara lain fungsi alokasi, fungsi distribusi dan stabilisasi. Pemerintah
sebagai fungsi alokasi yakni pemerintah berkewajiban dalam hal penyediaan
barang publik. Dalam hal program peningkatan iklim dan realisasi investasi
maka pemerintah berkewajiban menyediakan fasilitas untuk menciptakan
iklim investasi yang kondusif, misalnya melalui proses perizinan yang
mudah, fasilitas infrastruktur yang memadai dan keamanan lingkungan yang
kondusif. Fungsi distribusi ialah berkenaan dengan peran pemerintah dalam
mendistribusikan sumber-sumber ekonomi (pendapatan) kepada seluruh
masyarakat. Dalam hal investasi, maka pemerintah memiliki kewenangan
untuk memungut pajak dari perusahaan dan mendistribusikannya kepada
40

seluruh masyarakat. Sedangkan fungsi stabilisasi yaitu pemerintah berperan
dalam menjamin dan menjaga stabilisasi perekonomian secara makro
(aggregate) di daerah. Dalam konteks investasi, maka pemerintah harus
mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif di daerahnya. Sektor
swasta merupakan pihak yang memiliki sumber daya modal dan asset. Dalam
program peningkatan iklim dan realisasi investasi, pihak swasta memiliki
peran penting untuk membangun perusahaan-perusahaan yang mampu
memberikan income bagi pemerintah dan lapangan kerja bagi masyarakat.
Masyarakat juga memberikan kontribusi dalam pelaksanaan kegiatan
investasi di suatu daerah. Peran serta dan dukungan masyarakat dalam
menyambut kehadiran para investor akan menjadi faktor penunjang dalam
menciptakan keamanan berinvestasi. Tidak sedikit para investor yang batal
berinvestasi di suatu daerah karena sikap masyarakat yang apatis dan tak
bersahabat.
Setelah proses partnership dilakukan oleh para stakeholders dan
program peningkatan iklim dan realisasi investasi telah berjalan, maka
langkah selanjutnya ialah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program
tersebut. Evaluasi ini dilakuakn untuk mengetahui apakah program
peningkatan iklim dan realisasi investasi sudah berjalan dengan baik atau
belum. Adapun teori evaluasi kebijakan yang digunakan untuk mengevaluasi
program ini adalah evaluasi kebijakan menurut Howlet dan Ramesh yang
mengelompokan evaluasi menjadi tiga, yaitu:
41

1. Evaluasi Administratif, yang berkenaan dengan evaluasi sisi
administratif anggaran, efisiensi, biaya dari proses kebijakan di dalam
pemerintah yang berkenaan dengan:
a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang
dikembangkan oleh kebijakan.
b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari
program yang dikembangkan oleh kebijakan.
c. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness
evaluationyang menilai apakah program dijalankan sebagaimana
yang sudah ditetapkan.
d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan memberikan
penilaian tentang keefektifan biaya tersebut.
e. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan oleh
organisasi untuk melaksanakan program.
2. Evaluasi Judisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan
hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk kemungkinan
pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika, aturan
administratif negara, hingga hak asasi manusia.
3. Evaluasi Politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen
politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan.
85


Setelah evaluasi program ini dilakukan, maka diharapkan para
pembuat kebijakan akan lebih mudah dalam menganalisis kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan dari program yang sudah dilaksanakan.
Sehingga hasil dari evaluasi program ini akan dijadikan sebagai bahan
rekomendasi untuk penyempurnaan program peningkatan iklim dan realisasi
investasi di Kabupaten Serang pada masa mendatang.
Apabila kerjasama yang terjalin antara pemerintah, swasta dan
masyarakat sudah sinergis disertai dengan evaluasi program yang lebih
efektif, maka diharapkan akan terjadi peningkatan angka investasi di
Kabupaten Serang. Setelah itu, akan diikuti pula dengan peningkatan
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat yang pada akhirnya
terwujudlah masyarakat Kabupaten Serang yang sejahtera.

85
Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 676
42

Secara skematis kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut:






















Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian.
Evaluasi Kebijakan menurut Howlet dan Ramesh (Nugroho, 2011:676)
1. Evaluasi Administratif, yang berkenaan dengan evaluasi sisi
administratif anggaran, efisiensi, biaya dari proses kebijakan di dalam
pemerintah yang berkenaan dengan:
a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang
dikembangkan oleh kebijakan.
b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari
program yang dikembangkan oleh kebijakan.
c. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness
evaluationyang menilai apakah program dijalankan
sebagaimana yang sudah ditetapkan.
d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan
memberikan penilaian tentang keefektifan biaya tersebut.
e. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan
oleh organisasi untuk melaksanakan program.
2. Evaluasi Judisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu
keabsahan hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk
kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika,
aturan administratif negara, hingga hak asasi manusia.
3. Evaluasi Politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen
politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan

Peningkatan Pertumbuhan
dan Pemerataan ekonomi
masyarakat Kabupaten Serang
Meningkatnya investasi
di Kabupaten Serang
Masalah
Kelembagaan
Masalah
Tenaga kerja

Masalah
Infrastruktur
Fisik
Kerjasama yang sinergis
antara Pemerintah,
Masyarakat dan Swasta

F
e
e
d

b
a
c
k

Faktor Penghambat Investasi
di Kabupaten Serang
EVALUASI
KEBIJAKAN

Evaluasi Program
Peningkatan
Iklim dan
Realisasi
Investasi di
Kabupaten
Serang
43

2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan
diteliti dan akan dibuktikan kebenarannya. Definisi hipotesis dikemukakan
oleh Trelease dan Good dan Scates dalam Nazir. Menurut Trelease hipotesis
adalah sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat
diamati. Sedangkan menurut Good dan Scates menyatakan bahwa hipotesis
adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk
sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-
kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah
penelitian selanjutnya.
86
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di
Kabupaten Serang mencapai angka minimal 65%. dari yang
diharapkan.

Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

H
0
:
0
65%.
Hal ini berarti hipotesis deskriptif atau hipotesis nol dari penelitian ini
adalah pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di
Kabupaten Serang adalah berhasil jika lebih tinggi atau sama dengan
65% dari yang diharapkan.

H
a
:
0
< 65%.
Hal ini berarti hipotesis alternatif dari penelitian ini adalah pelaksanaan
Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang
adalah tidak berhasil jika lebih rendah dari 65% dari yang diharapkan.

86
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal 151.
44

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan, metodologi ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi,
mendefinisikan metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.
87

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal
tersebut terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu, cara ilmiah,
tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti
kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan
itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati
dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang
digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang
bersifat logis.
88
Sedangkan menurut Irawan metode penelitian adalah
totalitas cara yang dipakai peneliti untuk menemukan kebenaran ilmiah.
89


87
Usman, Husaini & Purnomo Setiady A. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara. Hal 42.
88
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Hal 1
89
Irawan, Prasetya. 2005. Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta: Universitas Tebuka.Hal 4.4
44
45

Untuk menemukan jawaban atas masalah-masalah, tujuan, dan
manfaat yang dirumuskan pada bab sebelumnya, maka metode yang
digunakan dalam penelitian yang berjudul Evaluasi Program Peningkatan
Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang ini adalah metode
penelitian kuantitatif deskriptif.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuanatitatif/statistik, dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
90
Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu
hal seperti apa adanya.
91
sedangkan menurut Sugiyono penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,
baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain.
92
Kemudian
menurut Bungin penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian kuantitatif
yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya,
tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada.
93





90
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal 8
91
Irawan, Prasetya. Op.Cit. Hal 4.9
92
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Hal 11
93
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Hal 171
46

3.2 Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Oleh karena itu, maka diperlukan alat ukur
yang baik yang dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati.
94
Sedangkan menurut Bungin Pengertian dasar dari instrumen
penelitian adalah: pertama, instrumen penelitian menempati posisi teramat
penting dalam hal bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk
memperoleh data di lapangan. Kedua, instrumen penelitian adalah bagian
paling rumit dari keseluruhan proses penelitian. Kesalahan bagian ini, dapat
dipastikan suatu penelitian akan gagal atau berubah dari konsep semula.
Ketiga, bahwa pada dasarnya instrumen penelitian kuantitatif memiliki dua
fungsi yaitu sebagai substitusi dan sebagai suplemen. Pada beberapa
instrumen, umpamanya angket, instrumen penelitian menjadi wakil peneliti
satu-satunya di lapangan atau wakil satu-satunya orang yang membuat
instrumen penelitian tersebut. Oleh karena itu, kehadiran instrumen penelitian
di depan responden (khususnya untuk instrumen angket) adalah benar-benar
berperan sebagai pengganti (substitusi) dan bukan suplemen penelitian.
Sebagai suplemen, instrumen penelitian hanyalah pelengkap dari sekian
banyak alat-alat bantu penelitian yang diperlukan oleh peneliti pada
pengumpulan data yang menggunakan instrumen penelitian.
95


94
Sugiyono. Op.Cit. Hal 119
95
Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 94
47

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti.
96
Dengan demikian, jumlah instrumen yang akan digunakan untuk
penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, dengan jumlah variabel
sebanyak satu variabel, dan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial.
97
Dengan skala Likert, maka variabel yang
diukur akan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen dalam
bentuk pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen memiliki tingkatan nilai
dari sangat positif sampai negatif. Dan untuk keperluan analisis kuantitatif,
maka jawaban dari setap item instumen diberi skor sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen Penelitian

Jawaban Kritetia Jawaban Skor
A
Sangat Jelas/Sangat Memadai/Sangat Mampu/Sangat
Mudah/Sangat Sering/Sangat Efektif/Sangat Aman/Sangat
Terbuka/ Sangat Cepat/ Sangat Adil/Selalu Dilibatkan.
4
B
Jelas/ Memadai/ Mampu/ Mudah/Sering/ Efektif/Aman/
Terbuka/ Cepat/Adil/Dilibatkan.
3
C
Tidak Jelas/ Tidak Memadai/ Tidak Mampu/Sulit/Tidak Pernah/
Tidak Efektif/ Tidak Aman/ Tidak Terbuka/ Lambat/ Tidak
Adil/ Tidak Dilibatkan..
2
D
Sangat Tidak Jelas/ Sangat Tidak Memadai/ Sangat Tidak
Mampu/ Sangat Sulit/Tidak Pernah/ Sangat Tidak Efektif/
Sangat Tidak Aman/ Sangat Tertutup/ Sangat Lambat/ Sangat
Tidak Adil/ Tidak Dilibatkan.
1
Sumber: Diadaptasi dari skor kategori Likert skala 4

96
Sugiyono. Op.Cit. Hal 105
97
Sugiyono. Op.Cit. Hal 107
48

Dengan demikian, untuk mengembangkan instrumen maka berikut ini
akan dipaparkan tentang instrumen dan kisi-kisi penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator
Nomor
Item
Instrumen
Evaluasi
Program
Peningkatan
Iklim dan
Realisasi
Investasi di
Kabupaten
Serang
Evaluasi
Administratif
1. Effort Evaluation (input program) 1, 2, 3, 4,
2. Performance Evaluation (output program) 5
3. Effectiveness Evaluation (apakah program
dijalankan sebagaimana yang sudah ditetapkan)
6,
4. Efficiency Evaluation (keefektifan biaya
program)
7, 8, 9, 10
5. Process Evaluation (metode yang dipergunakan
oleh organisasi untuk melaksanakan program)
11, 12
Evaluasi
Judisial 1. Kemungkinan Pelanggaran terhadap Konstitusi
13, 14, 15

2. Sistem Hukum
16, 17, 18

3. Etika
19, 20,
21, 22

4. Aturan Administrasi Negara
23,24,
25, 26
5. Hak Asasi Manusia
27, 28, 29

Evaluasi
Politik
Penerimaan Konstituen Politik terhadap Kebijakan
yang diimplementasikan
30, 31, 32

Sumber: (Nugroho, 2011:676)


Menurut Bungin pada penelitian kuantitatif dikenal beberapa metode
pengumpulan data, antara lain metode angket, wawancara, observasi dan
dokumentasi.
98
Oleh karena itu dalam penelitian ini selain kuesioner, metode
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ialah melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi :


98
Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 123
49

1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.
99

Wawancara yang peneliti lakukan dalam penelitian ini ialah wawancara
tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur ialah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
100


2. Observasi
Observasi, menurut Hadi (1986) dalam Sugiyono mengemukakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantaranya
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi
yang peneliti lakukan dalam penelitian ini ialah observasi nonpartisipan,
dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
101


3. Dokumentasi
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Sebagian besar data yang
tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenanganan,
laporan dan sebagainya.
102



3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi menurut Sugiyono adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
103
Sedangkan menurut Bungin populasi berasal dari kata
bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode
penelitian, kata populasi amat popular digunakan untuk menyebutkan

99
Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 126
100
Sugiyono. Op.Cit. Hal 160
101
Sugiyono. Op.Cit. Hal 166
102
Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 144
103
Sugiyono. Op.Cit. Hal 90
50

serumpun atau sekolompok yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya,
populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian
yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai,
peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat
menjadi sumber data penelitian.
104

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah para investor yang
melakukan investasi di di Kabupaten Serang yang berjumlah 301 investor
yang data perusahaannya dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3
Jumlah Perusahaan Industri di Kabupaten Serang
(Populasi Penelitian)

No Nama Kecamatan Jumlah Perusahaan
1 Kibin 99 Perusahaan
2 Cikande 74 Perusahaan
3 Kopo 14 Perusahaan
4 Pulo Ampel 21 Perusahaan
5 Kramatwatu 20 Perusahaan
6 Bojonegara 11 Perusahaan
7 Kragilan 13 Perusahaan
8 Ciruas 11 Perusahaan
9 Jawilan 38 Perusahaan
TOTAL 301 Perusahaan
Sumber: Hasil data yang diolah dari Disperindag Kabupaten Serang, 2011.


Setelah menentukan populasi, maka peneliti kemudian menetukan
sampel penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus

104
Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 99
51

betul-betul representatif (mewakili).
105
Kemudian menurut Silalahi sampel
adalah suatu subset atau tiap bagian dari populasi berdasarkan apakah itu
representatif atau tidak. Sampel merupakan bagian tertentu yang dipilih dari
populasi.
106

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,
maka digunakan teknik pengambilan sampel atau teknik sampling. Teknik
sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability
sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan,
nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel.
107

Untuk menetukan ukuran sampel dalam penelitian ini maka digunakan
rumus Taro Yamane (Rakhmat: 1998:82) dengan jumlah populasi (N)
sebanyak 301 investor dan menetapkan taraf kesalahan (d) sebesar 10%.

1 N.d
N
n
2
+
=


Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Presisi yang ditetapkan

105
Sugiyono. Op.Cit. Hal 91
106
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Hal 254
107
Sugiyono. Op.Cit. Hal 91-95
52

Diketahui:
N = 301
d = 10% (0,1)

Ditanya: n?

Jawab:

N
n =
N . d + 1

301
=
301 . (0,01) + 1

301
=
4,01

= 75, 06
75

Berdasarkan perhitungan diatas dengan menggunakan rumus Taro
Yamane, dengan jumlah populasi sebanyak 301 dan presisi yang ditetapkan
10%, maka diperoleh sampel sebanyak 75 investor.
Adapun teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel
dari jumlah populasi ini adalah teknik proportional area random sampling,
dimana dari tiap-tiap populasi akan diwakili sesuai dengan proporsinya
masing-masing dalam penelitian, sehingga jumlah sampel yang akan diambil
akan menghasilkan sampel yang representatif.


53

Tabel 3.4
Perhitungan Sampel Penelitian

No Kecamatan
Jumlah
Perusahaan
Perhitungan Hasil
Hasil
(Dibulatkan)
1 Kibin 99 (99/301) x 100% = 32,89% x 75 24,66 25
2 Cikande 74 (74/301) x 100% = 24,58% x 75 18,43 18
3 Kopo 14 (14/301) x 100% = 4,65% x 75 3,48 3
4 Pulo Ampel 21 (21/301) x 100% = 6,9% x 75 5,22 5
5 Kramatwatu 20 (20/301) x 100% = 6,64% x 75 4,98 5
6 Bojonegara 11 (11/301) x 100% = 3,65% x 75 2,73 3
7 Kragilan 13 (13/301) x 100% = 4,31% x 75 3,23 3
8 Ciruas 11 (11/301) x 100% = 3,65% x 75 2,73 3
9 Jawilan 38 (38/301) x 100% = 12,62% x 75 9,46 10
Jumlah 301

75
Sumber: Hasil data yang diolah dari Disperindag Kabupaten Serang, 2011

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, peneliti mengambil sampel
untuk investor sebanyak 75 sampel yang tersebar di 9 (sembilan) Kecamatan
di Kabupaten Serang yaitu Kecamatan Kibin, Cikande, Kopo, Pulo Ampel,
Kramatwatu, Bojonegara, Kragilan, Ciruas, dan Jawilan. Adapun cara
penentuan atau pengambilan sampel tersebut, peneliti tentukan secara acak
dengan cara mengocoknya seperti undian.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum
dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian
identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating).
108


108
Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 164

54

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam
analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
109

Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian
mengenai Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di
Kabupaten Serang adalah statistik deskriptif dikarenakan penelitian ini
merupakan penelitian kunatitatif deskriptif. Penelitian kuantitatif deskriftif
adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan
gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada.
110

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
111

Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini ditempuh melalui
tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses
pembeberan (tabulating).



109
Sugiyono. Op.Cit. Hal 169
110
Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 171
111
Sugiyono. Op.Cit. Hal 169
55

1. Editing, yaitu kegiatan yang dilakukan setelah peneliti setelah
menghimpun data di lapangan, dimana dimulai dengan member
identitas pada instrumen penelitian yang telah terjawab, kemudian
memeriksa satu per satu lembaran instrumen pengumpulan data, lalu
memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia.
112

2. Coding, yaitu mengklasifikasi data-data yang telah melalui tahap
editing tersebut melalui tahapan koding, dimana data yang telah diedit
tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat
dianalisis. Pengkodean ini menggunakan dua cara, yaitu pengkodean
frekuensi yang digunakan apabila jawaban pada poin tertentu memiliki
bobot atau arti frekuensi tertentu dan pengkodean lambang yang
digunakan pada poin yang tidak memiliki bobot tertentu.
113

3. Tabulating, yaitu bagian terakhir dari pengolahan data, dimana data-
data dimasukkan pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka
serta menghitungnya.
114



Setelah data terkumpul dan diolah dengan tahap-tahap seperti yang
disebutkan diatas, maka data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik
sederhana, dimana data mengenai Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan
Realisasi Investasi di Kabupaten Serang yang diperoleh dari kuesioner yang
bersifat kuantitatif tersebut diuji melalui analisis data.


112
Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 165
113
Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 166
114
Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 168
56




=
] ) Y ( Y N ][( ) X ( X N [(
Y) X) ( - XY) N(
r
2 2 2 2
3.4.1 Uji Validitas
Validitas ialah mengukur apa yang ingin diukur.
115
Validitas
menunjukan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin
diukur.
116
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
117
Hasil
penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kevalidan
instrumen berarti bahwa suatu instrumen benar-benar mampu mengukur
variabel yang akan diukur dalam penelitian serta mampu menunjukkan
tingkat kesesuaian antara konsep dan hasil pengukuran. Pada penelitian ini,
pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson
Product Moment dengan bantuan piranti lunak Statistic Product and Service
Solutions (SPSS) versi 15.0 for windows. Berikut rumus dari korelasi Pearson
Product Moment
118
:


Keterangan:
r = Koefisien korelasi Pearson Product Moment
X = Skor item per pernyataan
Y = Skor total
X
2
= Kuadrat dari skor per item
Y
2
= Kuadrat dari skor total
XY

= Skor item per pernyataan dikalikan skor total
N = Jumlah sampel

115
Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Hal 287.
116
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Hal
124
117
Sugiyono. Op.Cit. Hal 137
118
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Hal
137
71
57

|
.
|

\
|
=
1 - k
k
o
|
|
.
|

\
|

i
i
s
s
2
2
1
3.4.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari bahasa Inggris rely, yang berarti percaya, dan
reliable yang artinya dapat dipercaya.
119
Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala
yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat
pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
120

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal konsistensi
dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha. Cronbach Alpha yaitu
penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkolerasi di
antara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner, variabel di katakan reliabel
jika nilai alphanya lebih dari 0.30
121
. Pengujian reliabilitas dibantu dengan
piranti lunak Statistic Product and Service Solutions (SPSS) versi 15.0 for
windows. Berikut ini rumus Cronbach Alpha
122
yang digunakan untuk
menguji reliabilitas:



Keterangan:
k = Jumlah item
S
i
= jumlah varians skor total
S
t
= varians responden untuk item ke i


119
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal
161
120
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. Op.Cit. Hal 140
121
Purwanto. Op. Cit. Hal 181
122
Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. Op.Cit. Hal 291
58

n
s
X
t
0

=
3.4.3 Uji t-test
Uji t-test digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu atau lebih
variabel yang datanya berbentuk interval atau ratio. Untuk mengevaluasi
Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang,
maka dalam pengujian hipotesis deskriptif digunakan uji t-test
123
untuk satu
sampel atau satu variabel, dengan rumus sebagai berikut:




Keterangan:
t = Nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t-hitung
x = Nilai rata-rata x

0
= Nilai yang dihipotesiskan
S = Simpangan baku sampel
n = Jumlah anggota sampel



3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan
Realisasi Investasi di Kabupaten Serang dilakukan di Kabupaten Serang yang
terdiri dari 9 kecamatan, antara lain: Kecamatan Kibin, Cikande, Kopo, Pulo
Ampel, Kramatwatu, Bojonegara, Kragilan, Ciruas, dan Jawilan. Adapun
waktu pelaksanaan penelitian secara jelas dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut
ini:

123
Sugiyono. Op.Cit. Hal 207
44

Tabel 3.5
Jadwal dan Waktu Penelitian
Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang

No KEGIATAN
Waktu Penelitian
Tahun 2011 Tahun 2012
September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober

1 Observasi Awal
2 Pengajuan Judul Skripsi
3 Perizinan dan Observasi
4 Pengumpulan Data
5 Bimbingan Skripsi
6
Penyusunan Proposal
Penelitian

7
Seminar Proposal
Penelitian

8
Revisi Proposal
Penelitian

9 Penyusunan Kuesioner
10 Penyebaran Kuesioner
11
Pengolahan dan
Analisis Data

12 Sidang Skripsi
13 Revisi Skripsi

Sumber: Peneliti, 2011.

59
60

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.3 Deskripsi Obyek Penelitian
4.3.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Serang
Kabupaten Serang merupakan salah satu kabupaten dari empat
kabupaten dan empat kota di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Tangerang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kota
Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Wilayah Kabupaten Serang
memiliki luas 1.724,09 km. Secara geografis, Kabupaten Serang terletak
pada posisi koordinat antara 1057' - 10522' Bujur Timur dan 550' - 621'
Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten Serang, yaitu:
- Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Jawa
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan
Kabupaten Pandeglang
- Sebelah Barat : berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda
- Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
Secara topografi, Kabupaten Serang merupakan wilayah dataran
rendah dan pegunungan dengan ketinggian antara 0 sampai 1.778 m di atas
permukaan laut. Fisiografi Kabupaten Serang dari arah Utara ke Selatan
terdiri dari wilayah rawa pasang surut, rawa musiman, dataran, perbukitan
dan pegunungan. Bagian Utara merupakan wilayah yang datar dan tersebar
60
61

luas sampai ke pantai, kecuali sekitar Gunung Sawi, Gunung Terbang, dan
Gunung Batusipat. Dibagian Selatan sampai ke Barat, Kabupaten Serang
berbukit dan bergunung antara lain sekitar Gunung Kencana, Gurung Karang
dan Gunung Gede. Daerah yang bergelombang tersebar di antara kedua
bentuk wilayah tersebut. Hampir seluruh daratan Kabupaten Serang
merupakan daerah subur karena tanahnya sebagian besar tertutup oleh tanah
endapan alluvial dan batu vulkanis kuarter. Potensi tersebut ditambah banyak
terdapat pula sungai-sungai yang besar dan penting yaitu Sungai Ciujung,
Cidurian, Cibanten, Cipaseuran, Cipasang dan Anyar yang mendukung
kesuburan daerah-daerah pertanian di Kabupaten Serang.
Kabupaten Serang memiliki iklim tropis dengan musim hujan antara
November-April dan musim kemarau antara Mei-Oktober. Curah hujan rata-
rata 3,92 mm/hari. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 25,8 Celsius
27,6 Celsius. Temperatur udara minimum 20,90 Celsius dan maksimum
33,8 Celsius. Tekanan udara dan kelembaban nisbi rata-rata 81,00 mb/bulan.
Kecepatan arah angina rata-rata 2,80 knot, dengan arah terbanyak adalah dari
barat.
Letak Kabupaten Serang strategis dalam hal perhubungan. Jarak
Kabupaten Serang dengan Ibukota Jakarta hanya berjarak 70 km,
dihubungkan dengan jalan tol.Kabupaten Serang akan memiliki Pelabuhan
Laut modern yang direncanakan dibangun di Kecamatan Bojonegara seluas
455 Ha. Saat ini, perhubungan antar pulau untuk penumpang dilakukan
melalui Pelabuhan Merak di Kota Cilegon. Untuk perdagangan dan barang-
62

barang di Pelabuhan Cigading dan Pelabuhan Karangantu yaitu pelabuhan tua
bersejarah yang pernah menjadi pelabuhan terbesar dikawasan Asia di masa
lampau.
Pada tanggal 17 Juli 2007 Kabupaten Serang dimekarkan menjadi
Kota Serang dan Kabupaten Serang. Secara administratif, Kabupaten Serang
memiliki 28 Kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah desa.

Tabel 4.1
Daftar Kecamatan di Kabupaten Serang

No Kecamatan Luas Wilayah (km)
1 Cinangka 111,47
2 Anyer 56,81
3 Bandung 25,18
4 Baros 44,07
5 Binuang 26,17
6 Bojonegara 30,3
7 Carenang 36,4
8 Cikande 50,53
9 Cikeusal 44,07
10 Ciomas 48,53
11 Ciruas 40,61
12 Jawilan 38,95
13 Kragilan 51,56
14 Kibin 33,51
15 Kopo 44,69
16 Kramatwatu 48,59
17 Mancak 74,03
18 Pabuaran 79,14
19 Padarincang 99,12
20 Pamarayan 41,92
21 Petir 46,94
22 Pontang 64,85
23 Pulo Ampel 32,56
24 Tanara 49,3
25 Tirtayasa 64,46
26 Tunjung Teja 39,52
27 Waringin Kurung 51,29
28 Gunung Sari 48,6
Jumlah 1467,35

Sumber:BPS Kabupaten Serang, 2011.
63

4.3.2 Perkembangan Investasi di Kabupaten Serang
Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah di Provinsi Banten
yang memiliki peluang dan iklim investasi yang cukup baik. Dari data
rekapitulasi Disperindag Kabupaten Serang tahun 2001-2011 didapatkan
angka rata-rata pertumbuhan investasi sebesar 5% per tahun. Perkembangan
jumlah perusahaan yang berinvestasi tersebut secara jelas dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Realisasi Peningkatan Investasi di Kabupaten Serang
Berdasarkan Rekapitulasi Pemberian Tanda Daftar Industri
(TDI ) dan Izin Usaha Industri (IUI)

No Tahun
Daftar Rekapitulasi
Pemberian TDI
Daftar Rekapitulasi
Pemberian IUI
1 2001 10 Perusahaan 10 Perusahaan
2 2002 16 Perusahaan 9 Perusahaan
3 2003 13 Perusahaan 5 Perusahaan
4 2004 51 Perusahaan 13 Perusahaan
5 2005 56 Perusahaan 13 Perusahaan
6 2006 56 Perusahaan 20 Perusahaan
7 2007 100 Perusahaan 22 Perusahaan
8 2008 36 Perusahaan 12 Perusahaan
9 2009 96 Perusahaan 32 Perusahaan
10 2010 12 Perusahaan 38 Perusahaan
11 2011 10 Perusahaan 14 Perusahaan
Sumber: Disperindag Kabupaten Serang, 2001- 2011
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari tahun 2001-
2011, realisasi proyek investasi di Kabupaten Serang terus mengalami
peningkatan. Berdasarkan jenis izin yang diberikan, daftar rekapitulasi Tanda
64

Daftar Industri (TDI)
161
lebih besar peningkatannya dibandingkan dengan
rekapitulasi Izin Usaha Industri (IUI)
162
. Hal ini menunjukan bahwa
peningkatan proyek investasi di Kabupaten Serang lebih didominasi oleh
perusahaan yang nilai investasinya di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)
sampai dengan Rp. 200.00,- (dua ratus juta rupiah).
Jika dilihat secara umum, perkembangan investasi di Kabupaten
Serang mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuatif). Pada tahun 2001
hingga 2007 realisasi investasi di Kabupaten Serang mengalami kenaikan,
sedangkan dari tahun 2007 hingga 2011 mengalami penurunan. Salah satu
faktor penurunan angka investasi tersebut karena dipekarkannya Kabupaten
Serang menjadi Kota Serang (daerah otonom baru) dan Kabupaten Serang
(daerah induk). Konsekuensinya adalah berkurangnya angka investasi di
Kabupaten Serang, karena beberapa perusahaan yang awalnya terdaftar di
Disperindag Kabupaten Serang terpaksa harus dialihkan ke Disperindag Kota
Serang, karena beberapa perusahaan tersebut secara administratif terletak di
Kota Serang.
Pada tahun 2011, tercatat realisasi proyek investasi sebanyak 301
perusahaan yang tersebar di 9 (sembilan) kecamatan. Realisasi investasi
perusahaan sebanyak 301 perusahaan tersebut merupakan total proyek PMDN
(skala kecil, menengah, dan besar) dan PMA.

161
(TDI) adalah izin usaha industri yang diwajibkan kepada perusahaan industri kecil dengan nilai
investasi di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
162
(IUI) adalah izin usaha industri yang diwajibkan kepada perusahaan Jenis industri dengan nilai
investasi perusahaan seluruhnya di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
65

Sebaran jumlah perusahaaan tersebut secara jelas dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Sebaran Jumlah Perusahaan di Kabupaten Serang
No Nama Kecamatan Jumlah Perusahaan
1 Kibin 99 Perusahaan
2 Cikande 74 Perusahaan
3 Kopo 14 Perusahaan
4 Pulo Ampel 21 Perusahaan
5 Kramatwatu 20 Perusahaan
6 Bojonegara 11 Perusahaan
7 Kragilan 13 Perusahaan
8 Ciruas 11 Perusahaan
9 Jawilan 38 Perusahaan
TOTAL 301 Perusahaan
Sumber: Disperindag Kabupaten Serang, 2011.
Dalam meningkatkan pelayanan perizinan kepada investor, Kabupaten
Serang saat ini sudah terbentuk Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Selain itu,
terdapat juga Peraturan Bupati Kabupaten Serang Nomor 24 Tahun 2009
tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Bupati kepada Kantor Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Serang. Jenis pelayanan perizinan yang
diberikan sebanyak 15 izin yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala
Kantor atas persetujuan Bupati.



66




=
] ) Y ( Y N ][( ) X ( X N [(
Y) X) ( - XY) N(
r
2 2 2 2
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik
4.2.1 Uji Validitas Instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu
instrumen benar-benar mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur
dalam penelitian serta mampu menunjukan tingkat kesesuaian antar konsep
dan hasil pengukuran. Dalam penelitian ini pengujian validitas tiap butir
pertanyaan digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir
dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir pertanyaan. Adapun
jumlah sampel yang diuji validitas ialah sebanyak 30 responden, hal ini
bertujuan untuk mengetahui kevalidan suatu data sebelum data tersebut diolah
secara keseluruhan.Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini
digunakan rumus Pearson Product Moment dengan bantuan program
komputer Statistical Product Service Solution (SPSS)15.0 for windows.
Adapun rumus Pearson Product Moment tersebut ialah sebagai berikut:




Dari rumus Pearson Product Moment diatas, didapatkan nilai r-hitung
untuk item pertanyaan nomor 1 yaitu = 0,289 dan seterusnya. Bila koefisien
korelasi sama dengan 0,361 atau lebih (merupakan r
tabel
dengan n = 30 dan
taraf signifikansi 5%, )
163
, maka instrumen dinyatakan valid. Sebaliknya, bila
koefisien korelasi lebih kecil dari 0,361, maka instrumen dinyatakan tidak

163
Lihat Lampiran 1 Tabel Nilai-nilai r Product Moment (n= 30, taraf signifikansi 5%)
67

valid. Hasil uji validitas instrumen dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel
4.4 dibawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
No.Item Nilai r-
hitung
Nilai r-
tabel
Keterangan
1 0,289 0,361 Tidak Valid
2 0,680 0,361 Valid
3 0,600 0,361 Valid
4 0,434 0,361 Valid
5 0,583 0,361 Valid
6 0,347 0,296 Valid
7 0,505 0,361 Valid
8 0,544 0,361 Valid
9 0,288 0,361 Tidak Valid
10 0,650 0,361 Valid
11 0,477 0,361 Valid
12 0,515 0,361 Valid
13 0,533 0,361 Valid
14 0,280 0,361 Tidak Valid
15 0,782 0,361 Valid
16 0,608 0,361 Valid
17 0,600 0,361 Valid
18 0,291 0,361 Tidak Valid
19 0,733 0,361 Valid
20 0,514 0,361 Valid
21 0,661 0,361 Valid
22 0,473 0,361 Valid
23 0,597 0,361 Valid
24 0,571 0,361 Valid
25 0,692 0,361 Valid
26 0,568 0,361 Valid
27 0,593 0,361 Valid
28 0,690 0,361 Valid
29 0,612 0,361 Valid
30 0,604 0,361 Valid
31 0,543 0,361 Valid
32 0,577 0,361 Valid
33 0,532 0,361 Valid
34 0,587 0,361 Valid
35 0,435 0,361 Valid
36 0,417 0,361 Valid
37 0,458 0,361 Valid
Sumber: Pengolahan dataSPSS Statistics15.0 for windows, 2012.
Keterangan: item nomor 6 (enam) adalah hasil uji validitas pada (tingkat
Signifikansi One-Tailed Test = 0,05, dk = 30)
164


164
Lihat Lampiran 2 Tabel Daftar Nilai Kritis Pearson Product Moment (PPM) (r)
68

Dari hasil uji validitas sebanyak 30 responden dengan 37 item
instrumen, terdapat 32 item instrumen dinyatakan valid karena nilai
r-hitung > r-tabel (>0,361), sedangkan 5 item instrumen dinyatakan tidak
valid, karena nilai r-hitung < r-tabel atau (< 0,361). Kelima item instrumen
tersebut yaitu item nomor 1, 6, 9, 14 dan 18. Oleh karena itu, kelima item
instrumen tersebut harus dihapus atau diganti dengan instrumen baru sebagai
pengganti instrumen yang tidak valid. Dalam penelitian ini, instrumen yang
tidak valid dihapus karena masih terdapat item instrumen lain yang valid dan
dianggap mewakili indikator dalam kuesioner penelitian ini. Dengan
demikian, kuesioner yang akan disebarkan kepada responden berikutnya
hanya terdiri dari 32 item instrumen yang dianggap sebagai instrumen yang
valid.

4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui kehandalan dari
sebuah instrumen atau kuesioner. Instrumen yang dilakukan uji reliabilitas
adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang
dinyatakan tidak valid tidak bisa dilakukan uji reliabilitas.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal konsistensi
dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha. Cronbach Alpha yaitu
penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi di
antara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner, variabel di katakan reliabel
jika nilai alphanya lebih dari 0.30. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini
69

|
.
|

\
|
=
1 - k
k
o
|
|
.
|

\
|

i
i
s
s
2
2
1
dibantu dengan piranti lunak Statistic Product and Service Solutions (SPSS)
versi 15.0 for windows. Berikut ini rumus Cronbach Alpha
165
yang
digunakan untuk menguji reliabilitas:




Keterangan:
k = Jumlah item
S
i
= jumlah varians skor total
S
t
= varians responden untuk item ke i


Dari uji reliabilitas instrumen yang telah dilakukan dalam penelitian
ini, didapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,850. Hasil tersebut lebih besar
dari nilai alpha 0.30 yang dijadikan acuan untuk menguji reliabilitas
instrumen. Sedangkan untuk item instrumen yang dilakukan uji reliabilitas
(N of items) adalah sebanyak 32 instrumen, karena dari 37 instrumen terdapat
5 instrumen yang tidak valid. Sehingga dalam uji reliabilitas, instrumen yang
tidak valid tersebut tidak dihitung. Nilai Cronbach Alpha yang diperoleh dari
hasil uji reliabiltas instrumen tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:




165
Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. Op.Cit. Hal 291
70

Tabel 4.5
Statistik Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,850 32

Sumber: Pengolahan dataSPSS Statistics15.0 for windows, 2012.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen dalam penelitian ini dinyatakan reliabel karena
sudah valid dan reliabel berdasarkan uji instrumen, maka instrumen dapat
digunakan untuk mengukur dalam rangka pengumpulan data penelitian yang
berjudul Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di
Kabupaten Serang.
4.3 Deskripsi Data
4.3.1 Identitas Responden
Responden dalam penelitian yang berjudul Evaluasi Program
Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang adalah
investor yang perusahaannya terletak di Kabupaten Serang. Berdasarkan
data dari Disperindag Kabupaten Serang tahun 2011, tercatat sebanyak 301
perusahaan yang melakukan investasi di Kabupaten Serang yang tersebar di
9 kecamatan antara lain di Kecamatan Ciruas, Kragilan, Kibin, Cikande,
Jawilan, Kopo, Kramatwatu, Bojonegara dan Pulo Ampel. Dari 301
perusahaan tersebut diambil 75 perusahaan sebagai sampel atau responden
penelitian. Penentuan jumlah sampel tersebut merupakan hasil perhitungan
dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan jumlah populasi (N=301
71

0
10
20
30
40
50
60
70
Laki-laki Perempuan
89%
11%
perusahaan) dan taraf kesalahan yang ditentukan sebesar (d=10%), sehingga
didapatkan sampel (n=75 perusahaan) yang dijadikan sebagai responden
dalam penelitian ini.
Adapun teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel
dari jumlah populasi ini adalah teknik proportional area random sampling,
dimana dari tiap-tiap populasi akan diwakili sesuai dengan proporsinya
masing-masing dalam penelitian, sehingga jumlah sampel yang akan diambil
akan menghasilkan sampel yang representatif. Dalam mengisi kuesioner,
responden diminta untuk memberikan identitas diri sebagai penunjang
data.Identitas diri tersebut meliputi: Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan
Terakhir, dan Status Penanaman Modal.

4.3.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan antara laki-laki dengan perempuan
secara biologis sejak seseorang lahir. Identitas responden berdasarkan jenis
kelamin dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram 4.1 berikut:
Diagram 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin













Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012
72

0
10
20
30
40
50
60
70
Usia 15-24 Usia 25-49 Usia 50 +
4%
92%
4%
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa jumlah seluruh
responden dalam penelitian ini ialah sebanyak 75 responden yang terdiri dari
responden laki laki sebesar 89% atau sebanyak 67 orang, dan responden
perempuan sebesar 11% atau sebanyak 8 orang.
Besarnya jumlah responden laki-laki dikarenakan sebagian besar yang
menjadi responden dalam penelitian ini ialah Human Resource Departement
(HRD) perusahaan. Jabatan HRD dalam suatu perusahaan sebagian besar diisi
oleh laki-laki.

4.3.1.2 Responden Berdasarkan Usia

Usia responden merupakan sejumlah tahun yang menunjukan
pengalaman hidup yaitu akumulasi jumlah tahun sejak lahir. Tingkat usia
responden dalam penelitin ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori usia
15-24 tahun, 25-49 tahun, dan 50 tahun ke atas. Sebaran usia responden dalam
penelitian ini secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut:

Diagram 4.2
Identitas Responden Berdasarkan Usia














Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012
73

0
10
20
30
40
50
60
SD SMP SMA D3 S1
0%
0% 2%
21%
71%
Berdasarkan diagram di atas dapat diiketahui bahwa responden dalam
penelitian ini sebagian besar berusia 25-49 tahun yaitu sebesar 92% atau
sebanyak 69 responden. Sedangkan sisanya yaitu responden yang berusia 15-
24 tahun sebesar 4% atau sebanyak 3 responden, dan responden yang berusia
50 tahun ke atas sebesar 4% atau sebanyak 3 responden. Besarnya jumlah
responden dengan usia 25-49 tahun diharapkan mampu memberikan
informasi secara jelas dan objektif, karena pada usia tersebut responden
dianggap memiliki pengalaman yang cukup, khususnya yang berkaitan
dengan masalah investasi.

4.3.1.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan pendidikan terakhir yang ditempuh
oleh responden yang didapatkan melalui lembaga sekolah/perguruan tinggi
resmi. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini terdiri dari tingkat pendidikan
SD, SMP, SMA, D3, dan S1. Sebaran tingkat pendidikan responden dalam
penelitian ini dapat dilihat secara jelas pada diagram 4.3 berikut:
Diagram 4.3
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan














Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012
74

Berdasarkan diagram tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari
jumlah seluruh responden sebanyak 75 orang, responden dengan kualifikasi
pendidikan S1 memiliki jumlah yang paling besar yaitu sebesar 77% atau
sebanyak 58 responden, responden berpendidikan D3 sebesar 21% atau
sebanyak 16 responden, dan responden yang pendidikan terakhir SMA
sebesar 2% atau sebanyak 1 responden. Tidak ada responden yang
berpendidikan terakhir SD dan SMP, karena responden dalam penelitian ini
merupakan orang-orang yang memiliki kompetensi dan harus mampu
mewakili perusahaan dalam memberikan informasi khususnya yang berkaitan
dengan masalah investasi.
Besarnya jumlah responden dengan pendidikan terakhir S1 diharapkan
mampu memberikan informasi yang objektif dan jelas terhadap hasil
penelitian ini. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap cara pandang
responden dalam menyikapi segala hal, termasuk dalam menjawab kuesioner
penelitian ini.

4.3.1.4 Responden Berdasarkan Status Penanaman Modal
Status penanaman modal merupakan status perusahaan berdasarkan
asal negara investor yang melakukan investasi di suatu negara. Berdasarkan
statusnya, penanaman modal dibagi menjadi dua, yaitu Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Sebaran
responden berdasarkan status penanaman modal dalam penelitian ini dapat
dilihat pada diagram 4.4 berikut:

75

Diagram 4.4
Identitas Responden Berdasarkan StatusPenanaman Modal

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012

Berdasarkan diagram tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari 75
responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, responden dari
perusahaan yang status investasinya Penanaman Modal Asing (PMA) lebih
besar jika dibandingkan dengan responden dari perusahaan yang berstatus
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Responden dari perusahaan
dengan status PMNDN sebesar 21% atau sebanyak 16 perusahaan, sedangkan
responden dari perusahaan yang statusnya (PMA) sebesar 79% atau sebanyak
59 perusahaan.









0
10
20
30
40
50
60
PMDN PMA
21%
79%
76

4.3.2 Analisis Data
Analisis data merupakan tahap penyajian data untuk mendeskripsikan
data hasil penelitian yang didapatkan melalui penyebaran kuesioner dan
wawancara tidak terstruktur kepada 75 investor sebagai responden yang
tersebar di 9 (sembilan) kecamatan di Kabupaten Serang antara lain:
(Ciruas, Kragilan, Kibin, Cikande, Kopo, Jawilan, Kramatwatu, Bojonegara,
dan Pulo Ampel). Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan
responden mengenai pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi
Investasi di Kabupaten Serang. Lebih jelasnya peneliti menguraikannya
dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan hasil jawaban
dari pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner kepada para responden
yakni para investor.
Dengan menggunakan satu variabel penelitian, peneliti menggunakan
teori menurut Howlet dan Ramesh
166
tentang evaluasi kebijakan yang
terdiri dari3 (tiga) indikator yang didalamnya terdapat 11 (sebelas) sub
indikator dan kemudian peneliti menguraikannya ke dalam 34 pertanyaan
yang disajikan dalam bentuk diagram dan disertai penjelasan.
Skala yang digunakan dalam kuisioner penelitian ini adalah skala
Likert dengan mengajukan 4 (empat) pilihan alternatif jawaban dan
memiliki bobot nilai yang berbeda. Pilihan alternatif jawaban tersebut
adalah poin A dengan bobot nilai 4, poin B dengan bobot nilai 3, poin C
dengan bobot nilai 2, dan poin D dengan bobot nilai 1.

166
Nugroho, Riant. 2011. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal 676
77

Untuk mempermudah dalam mendeskripsikan variabel penelitian,
digunakan kriteria tertentu yang mengacu pada rata-rata skor kategori
angket yang diperoleh responden. Penggunaaan skor kategori ini digunakan
sesuai dengan empat kategori skor yang dikembangkan dalam skala Likert
dan digunakan dalam penelitian. Adapun kriteria yang dimaksud adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.6
Kriteria Analisis Deskripsi

Rentang Kategori Skor Penafsiran
1,00 1,75 Sangat Tidak Baik/Sangat Rendah
1,76 2,51 Tidak Baik/Rendah
2,52 3,27 Baik/Tinggi
3,28 - 4,00 Sangat Baik/Sangat Tinggi
Sumber: Diadaptasi dari skor kategori Likert skala 4

4.3.2.1 Evaluasi Administratif
Evaluasi Administratif, merupakan evaluasi kebijakan yang berkenaan
dengan evaluasi sisi administratif anggaran, efisiensi, biaya dari proses
kebijakan di dalam pemerintah yang berkenaan dengan:
a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang
dikembangkan oleh kebijakan.
b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari program
yang dikembangkan oleh kebijakan.
c. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness
evaluationyang menilai apakah program dijalankan sebagaimana
yang sudah ditetapkan.
d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan memberikan
penilaian tentang keefektifan biaya tersebut.
e. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan oleh
organisasi untuk melaksanakan program.
167



167
Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 676
78

a. Effort Evaluation (Evaluasi Input Program)
Effort evaluation adalah evaluasi kebijakan dari sisi administratif
dengan menilai input program yang dikembangkan oleh kebijakan. Input
program dalam Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi
di Kabupaten Serang berdasarkan kepada Undang-undang Nomor 45 Tahun
2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan
Penanaman Modal di daerah yang antara lain: (1) Pemberian insentif berupa
pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah; (2) Pemberian
insentif berupa pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;
(3) Pemberian bantuan modal; dan (4) Pemberian kemudahan berbentuk
penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal. Tanggapan
responden atas pelaksanaan insentif dan kemudahan penanaman modal di
Kabupaten Serang secara jelas dapat dilihat pada diagram4.5 berikut:

Diagram 4.5
Effort Evaluation (Evaluasi Input Program)

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.1, 2, 3 dan 4)
2,09
2,28
1,96
2,20
2,13
1,9
1,95
2
2,05
2,1
2,15
2,2
2,25
2,3
Insentif Pajak
Daerah
Insentif
Retribusi Daerah
Insentif Bantuan
Modal
Dukungan Data
dan Informasi
Rata-rata
79

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban
responden untuk sub indikator effort evaluation (evaluasi input program) skor
rata-ratanya sebesar 2,13, dan apabila dikonsultasikan dengan skala
penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada
rentang 1,76-2,51 atau berada pada kategori rendah.
168

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa input program berupa: (1)
Pemberian insentif berupa pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak
daerah; (2) Pemberian insentif berupa pengurangan, keringanan, atau
pembebasan retribusi daerah; (3) Pemberian bantuan modal; dan (4)
Pemberian kemudahan berbentuk penyediaan data dan informasi peluang
penanaman modal, belum terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan
skor rata-rata responden dari keempat item tersebut berada pada kategori
rendah.
Pada item nomor 1 mengenai pemberian insentif berupa pengurangan,
keringanan, atau pembebasan pajak daerah, didapatkan skor rata-rata sebesar
2,09 atau berada pada kategori rendah. Hal ini sejalan dengan hasil
pengamatan dan wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan dengan
Human Resource Departement (HRD) di beberapa perusahaan yang
mengungkapkan bahwa insentif berupa pembebasan pajak daerah belum
terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan hanya beberapa perusahaan saja
yang statusnya kawasan berikat. Kawasan berikat adalah kantor kepengurusan
bea cukai yang bertujuan agar investor mendapatkan kemudahan berupa: (1)

168
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
80

Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,
atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di
dalam negeri; (2) Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau
bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan
persyaratan tertentu; (3) Pembebasan atau penangguhan pajak pertambahan
nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan
produksi yang berlum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu
tertentu. Selain itu, masih adanya beberapa pajak daerah yang seharusnya
dibebaskan, namun kenyataannya masih harus tetap dibayar oleh
perusahaan.
169

Pada item nomor 2 mengenai pemberian insentif berupa pengurangan,
keringanan, atau pembebasan retribusi daerah didapatkan skor rata-rata
sebesar 2,28 atau berada pada kategori rendah. Rendahnya tingkat
pelaksanaan kebijakan insentif retribusi daerah tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Human Resource
Departement (HRD) di beberapa perusahaan mengungkapkan bahwa faktor
penghambatnya antara lain: (1) Kurangnya keterbukaan Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang terkait insentif retribusi daerah tersebut kepada investor;
(2) Masih adanya retribusi yang sifatnya tidak menguntungkan perusahaan,
namun pihak perusahaan harus tetap membayarnya; dan (3) Sosialisasi dan
informasi mengenai pemberian insentif kepada investor masih kurang.

169
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur (Kawasan Industri Modern Cikande).
81

Dengan demikian pelaksanaan insentif berupa retribusi daerah ini kategorinya
masih rendah atau belum terlaksana dengan baik.
170

Pada item nomor 3 mengenai pemberian insentif berupa bantuan modal
didapatkan skor rata-rata sebesar 1,96 atau berada pada kategori rendah. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan
dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa perusahaan yang
mengungkapkan bahwa untuk saat ini pemberian insentif berupa pemberian
bantuan modal kepada investor belum terlaksana dengan baik. Selama ini,
mereka (investor) dalam menjalankan usahanya sepenuhnya menggunakan
modal dari investor itu sendiri. Masalah mendasar yang menyebabkan belum
terlaksananya kebijakan pemberian insentif berupa bantuan modal tersebut
ialah karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang itu sendiri. Oleh karena itu, fasilitas insentif ini jarang
diketahui oleh para investor.
171

Kemudian pada item nomor 4 mengenai penyediaan data dan informasi
peluang penanaman modal didapatkan skor rata-rata sebesar 2,20 atau berada
pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa penyediaan data dan
informasi terkait investasi di Kabupaten Serang belum memadai. Dari hasil
wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan dengan Human Resource
Departement (HRD) di beberapa perusahaan mengungkapkan bahwa belum
memadinya penyediaan data dan informasi investasi disebabkan oleh

170
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
171
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur (Kawasan Industri Modern Cikande).
82

beberapa hal, antara lain: (1) Masih adanya kesulitan dalam memperoleh data
dan informasi yang berkaitan dengan potensi investasi, hal ini dikarenakan
kurangnya transparansi data dan informasi kepada para investor; (2) Data dan
informasi yang sudah tersedia belum disajikan secara lengkap dan jelas; dan
(3) Belum tersedianya media yang mudah diakses oleh para investor untuk
memperoleh informasi yang lengkap dan jelas, misalnya melalui media
internet.
172

b. Performance Evaluation (Evaluasi Output Program)
Performance evaluation adalah evaluasi kebijakan dari sisi
administratif dengan menilai keluaran (output) dari program yang
dikembangkan oleh kebijakan. Output program dalam hal ini terdiri dari dua
aspek yang diharapkan, yaitu; (1) Peranserta Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang dalam mendukung kelancaran investasi; dan (2) Peluang investasi
Kabupaten Serang pada masa mendatang. Tanggapan responden mengenai
hal tersebut secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.6 berikut:








172
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
83

Diagram 4.6
Performance Evaluation (Evaluasi Output Program)


Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.5 dan 6).

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban
responden untuk sub indikator performance evaluation (evaluasi output
program) skor rata-ratanya sebesar 2,46, dan apabila dikonsultasikan dengan
skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada
pada rentang 1,76-2,51 atau berada pada kategori rendah.
173

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa evaluasi output program
berupa: (1) Peranserta Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam
mendukung kelancaran investasi; dan (2) Peluang investasi Kabupaten
Serang pada masa mendatang, belum sepenuhnya memadai. Hal ini
ditunjukan dengan skor rata-rata responden dari kedua item tersebut berada
pada kategori rendah.


173
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
2,24
2,68
2,46
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
Peranserta Pemda
Kabupaten Serang
Peluang Investasi Rata-rata
84

Pada item nomor 5 mengenai peranserta Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang dalam mendukung kelancaran investasi, didapatkan skor rata-rata
sebesar 2,24 atau berada pada kategori rendah. Hal ini berarti berarti
peranserta Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam mendukung
kelancaran investasi masih kurang. Dari hasil wawancara tidak terstruktur
yang peneliti lakukan dengan Human Resource Departement (HRD) di
beberapa perusahaan, tokoh pengusaha, serta anggota Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (HIPMI) mengungkapkan bahwa peranserta Pemerintah
Daerah Kabupaten Serang dalam mendukung kegiatan investasi masih
kurang. Alasan kurangnya peranserta sebagai dukungan terhadap dunia usaha
bisa dilihat dari beberapa hal, antara lain: (1) Masih kurangnya pembinaan
terhadap para pelaku usaha. Salah satu bukti nyata ialah belum optimalnya
asosiasi/organisasi-organisasi pengusaha sebaga jembatan komunikasi antara
pengusaha dengan pemerintah daerah. Sehingga komunikasi yang baik antara
para pengusaha dengan pemerintah daerah terkadang tersendat; dan (2)
Pengawasan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang terhadap aktivitas
dunia usaha belum dilakukan dengan baik. Sehingga seringkali muncul
permasalahan di lapangan yang tidak diketahui oleh pemerintah daerah,
misalnya pungutan liar di luar birokrasi.
174

Pada item nomor 6 mengenai peluang investasi Kabupaten Serang pada
masa mendatang didapatkan skor rata-rata sebesar 2,68 atau berada pada
kategori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Serang memiliki

174
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Tokoh Pengusaha, Anggota Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (HIPMI) serta Beberapa Human Resource Departement (HRD) di Kawasan
Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
85

prospek investasi yang bagus pada masa mendatang. Tanggapan responden
yang menyatakan bahwa Kabupaten Serang memiliki peluang investasi yang
cukup besar didasarkan pada beberapa alasan, antara lain: (1) Secara
geografis, Kabupaten Serang memiliki letak yang strategis karena didukung
oleh Pelabuhan Internasional Bojonegara dan Pelabuhan Merak serta dekat
dengan Bandara Soekarno Hatta, sehingga akan memudahkan dalam arus
transportasi barang; (2) Memiliki jarak yang dekat dengan Jakarta dan Pusat
Pemerintah Daerah Provinsi Banten. Dengan demikian, investor yang sudah
berinvestasi di Jakarta dan Tangerang, pada masa mendatang akan melakukan
perluasan investasi ke daerah penyangga, karena Jakarta dan Tangerang
sudah padat dengan industri, dan Kabupaten Serang tentu akan menjadi
tujuan investor tersebut; dan (3) Upah Minimum Kabupaten (UMK) Serang
masih tergolong murah jika dibandingkan dengan UMK Kota Cilegon dan
Tangerang sebagai daerah indusri. Kendati demikian, masalah lain yang
kemungkinan mengurangi minat investor untuk berinvestasi ialah belum
memadainya kondisi infrastruktur jalan raya, khususnya jalan yang dilalui
oleh kendaraan-kendaraan yanag keluar masuk kawasan industri,antara lain:
(jalan arah Ciruas-Cikande-Jawilan) dan (jalan arah Kramatwatu-Bojonegara-
Pulo Ampel). Hal ini terlihat dengan seringnya terjadi kemacetan karena
kondisi jalan yang sudah rusak serta lebarnyanya yang minim.
175



175
Hasil wawancara tidak terstuktur dengan Kasi Perizinan Usaha Industri Disperindag Kabupaten
Serang dan Komisaris salah satu perusahaan di Kecamatan Ciruas.
86

c. Adequacy of Performance Evaluation (Evaluasi Kesesuaian Program
dengan Tujuan yang Ditetapkan)

Adequacy of performance evaluation atau effectiveness evaluation
adalah evaluasi kebijakan dari sisi administratif dengan menilai apakah
program dijalankan sebagaimana yang sudah ditetapkan. Kesesuaian tujuan
dengan hasil program dilihat pada aspek: (1) Kesesuaian antara proyek
investasi yang dilakukan oleh investor dengan kebijakan Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang; dan (2) Minat investor untuk menambah proyek investasi.
Tanggapan responden mengenai hal tersebut secara jelas dapat dilihat pada
diagram 4.7 berikut:

Diagram 4.7
Adequacy of Performance Evaluation
(Evaluasi Kesesuaian Program dengan Tujuan yang Ditetapkan)


Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.7 dan 8).



2,55
2,31
2,43
2,27
2,32
2,37
2,42
2,47
2,52
2,57
Kesesuaian Proyek
Investasi dengan Kebijakan
Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang
Minat Menambah Investasi Rata-rata
87

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban
responden untuk sub indikator adequacy of performance evaluation (evaluasi
kesesuaian program dengan tujuan yang ditetapkan) skor rata-ratanya sebesar
2,43, dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata
jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau
berada pada kategori rendah.
176

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa kesesuain program dengan
tujuan yang ditetapkan berupa: (1) Kesesuaian antara proyek investasi yang
dilakukan oleh investor dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang; dan (2) Minat investor untuk menambah proyek investasi, masih
belum sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Hal ini ditunjukan dengan
skor rata-rata responden dari kedua item tersebut berada pada kategori
rendah.
Pada item nomor 7 mengenai kesesuaian antara proyek investasi yang
dilakukan oleh investor dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang, didapatkan skor rata-rata sebesar 2,55 atau berada pada kategori
tinggi. Hal ini berarti proyek investasi yang dilakukan sudah sesuai dengan
kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang. Dalam wawancara tidak
terstruktur dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa
perusahaan mengungkapkan bahwa proyek investasi yang dilakukan oleh
pihak investor ssebagian besar sudah sesuai dengan kebijakan Pemerintah
Daerah Kabupaten Serang. Salah satu kebijakan Pemerintah Daerah

176
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
88

Kabupaten Serang yaitu kebijakan meningkatkan pembinaan dan fasilitasi
koperasi, UKM dan lembaga ekonomi perdesaan terhadap sumber daya
produktif. Kesesuian proyek investor dengan pemerintah daerah tersebut
ditunjukan dengan peningkatan pembinaan koperasi baik koperasi karyawan
maupun koperasi masyarakat. Selain itu, pihak perusahaan pun membangun
kemitraan dengan industri kecil menengah (IKM) dengan tujuan dapat
memberdayakan potensi unggulan daerah secara optimal.
177

Pada item nomor 8 mengenai minat investor untuk menambah proyek
investasi, didapatkan skor rata-rata sebesar 2,31, atau berada pada kategori
rendah. Hal ini berarti para investor sebagian besar tidak berminat untuk
menambah proyek investasinya. Motivasi investor untuk menambah proyek
investasi selalu didasarkan pada prediksi profit (keuntungan) pada masa
mendatang. Jika prospek ke depan dapat menguntungkan, maka investor akan
menambah proyek investasinya. Sebaliknya, jika dianggap akan merugikan,
maka investor tidak akan menambah proyek investasi. Di Kabupaten Serang,
iklim investasinya masih belum sepenuhnya kondusif. Misalnya proses
perizinan yang masih berbelit-belit, kurangnya kondisi keamanan, dan
infrastruktur jalan raya yang belum memadai menjadi alasan logis sebagian
investor untuk tidak menambah proyek investasinya.
178




177
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Pengurus Koperasi Karyawan dan
Beberapa Human Resorce Departement (HRD) di Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang
Barat.
178
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
Kabupaaten Serang dan Beberapa Human Resorce Departement (HRD) di Kawasan Perusahaan
Serang Timur
89

d. Efficiency Evaluation (Evaluasi Efisiensi Biaya Program)
Effeciency evoluation adalah evaluasi kebijakan dari sisi administratif
yang menilai biaya program dan memberikan penilaian tentang keefektifan
biaya tersebut. Dalam penelitian Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan
Realisasi Investasi di Kabupaten Serang, keefektifan biaya dilihat dari
beberapa hal, antara lain: (1) Biaya untuk mengurus perizinan; (2) Ada
tidaknya biaya tambahan untuk mempercepat proses perizinan; (3) Biaya
pembebasan lahan; dan (4) Biaya tenaga kerja atau Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK). Tanggapan responden mengenai hal tersebut secara
jelas dapat dilihat pada diagram 4.8 berikut:

Diagram 4.8
Efficiency Evaluation (Evaluasi Efisiensi Biaya Program)

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.9, 10, 11 dan 12).

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban
responden untuk sub indikator efficiency evaluation (evaluasi efisiensi biaya
program) skor rata-ratanya sebesar 2,45, dan apabila dikonsultasikan dengan
2,08
2,84
2,40
2,49
2,45
2,05
2,15
2,25
2,35
2,45
2,55
2,65
2,75
2,85
2,95
Biaya Perizinan Biaya Tambahan
dalam Perizinan
Biaya
Pembebasan
Lahan
Biaya Tenaga
Kerja/Upah
Minimum
Kabupaten
(UMK)
Rata-rata
90

skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada
pada rentang 1,76-2,51 atau berada pada kategori rendah.
179

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa evaluasi efisiensi biaya
program berupa: (1) Biaya untuk mengurus perizinan; (2) Ada tidaknya biaya
tambahan untuk mempercepat proses perizinan; (3) Biaya pembebasan lahan;
dan (4) Biaya tenaga kerja atau Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK),
belum memadai. Hal ini ditunjukan dengan skor rata-rata responden dari
keempat item tersebut berada pada kategori rendah.
Pada item nomor 9 mengenai biaya untuk mengurus perizinan
didapatkan skor rata-rata sebesar 2,08 atau berada pada kategori rendah. Hal
ini menunjukan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mengurus perizinan
masih belum sepenuhnya sesuai. Dalam wawancara tidak terstruktur yang
peneliti lakukan dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa
perusahaan mengungkapkan bahwa para pengusaha seringkali mengeluhkan
biaya untuk mengurus perizinan. Hal ini dikarenakan belum adanya
transparansi peraturan yang berkaitan dengan biaya perizinan investasi
tersebut. Dampak yang terjadi ialah besaran biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan seringkali tidak jelas dan menentu, tergantung berapa permintaan
yang diinginkan oleh petugas perizinan.
180

Pada item nomor 10 mengenai ada tidaknya biaya tambahan untuk
mempercepat proses perizinan didapatkan skor rata-rata sebesar 2,84 atau
berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa masih adanya sedikit

179
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
180
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) &
General of Affair di Kawasan Perusahaan Serang Timur.
91

biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh investor dalam mengurus
perizinan. Dalam wawancara tidak terstruktur dengan Human Resource
Departement (HRD) di beberapa perusahaan, proses perizinan di tingkat
daerah (Provinsi Banten dan Kabupaten Serang) lebih rumit jika
dibandingkan dengan di pusat (Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM)). Oleh karena itu, untuk mempercepat proses perizinan, perusahaan
harus memberikan uang tambahan kepada petugas. Hal ini dilakukan agar
perizinan segera diproses dengan cepat. Masalah lain disebabkan karena
adanya perubahan pola pelayanan perizinan investasi dari yang semula harus
ke beberapa Dinas/Lembaga menjadi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Mulanya PTSP dibentuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan perizinan,
namun kenyataannya terbalik. Hal ini terbukti dengan adanya pengakuan dari
beberapa HRD perusahaan yang mengungkapkan bahwa biaya perizinan di
PTSP tidak transparan dan masih adanya pungutan liar oleh petugas. Padahal
dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penanaman
modal/investasi, sudah dijelaskan standar waktu dan biaya perizinan tersebut.
Permasalahannya ialah pada konteks implementasi seringkali tidak dijalankan
sesuai peraturan.
181

Pada item nomor 11 mengenai biaya dalam pembebasan lahan untuk
investasi didapatkan skor rata-rata sebesar 2,40 atau berada pada kategori
rendah. Hal ini menunjukan bahwa biaya dalam mengurus pembebasan lahan
untuk investasi belum sesuai prosedur. Dari hasil wawancara peneliti dengan

181
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur (Kecamatan Ciruas).
92

salah seorang komisaris perusahaan dan menjabat juga sebagai Ketua Asosisi
Pengusaha Indonesia (APINDO) Kabupaten Serang, mengungkapkan bahwa
biaya pembebasan lahan seringkali menjadi permasalahan dalam masalah
investasi. Dalam pembebasan lahan untuk investasi, biasanya investor
menyerahkan kepada pihak ketiga (pemerintah daerah dan pihak lain) untuk
melakukan negosiasi dengan masyarakat termasuk proses pembayaran ganti
rugi. Masalah kemudian muncul ketika pihak ketiga memotong biaya
pembebasan lahan tersebut, sehingga uang yang diterima masyarakat
jumlahnya menjadi berkurang. Karena uang yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian semula, maka terjadilah keributan antara masyarakat
dengan pihak perusahaan. Konsekuensinya, perusahaan harus mengeluarkan
biaya tambahan agar tidak terjadi perselisihan antara pihak perusahaan
dengan masyarakat.
182

Pada item nomor 12 mengenai biaya tenaga kerja atau Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK), didapatkan skor rata-rata sebesar 2,49 atau berada
pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa biaya tenaga kerja atau
UMK Kabupaten Serang masih kurang mendukung terhadap keberlangsungan
investasi. Alasan ini diperkuat oleh pernyataan dari beberapa Human
Resource Departement ( HRD) dan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia
(APINDO) yang mengungkapkan bahwa salah satu daya tarik Kabupaten
Serang bagi para investor ialah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
Kabupaten Serang lebih murah dibandingkan dengan daerah industri lainnya

182
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
Kabupaten Serang.
93

seperti Tangerang dan Cilegon. Namun permasalahannya, stabilitas politik di
daerah seringkali mempengaruhi kenaikan UMK tersebut, misalnya kasus
kenaikan UMK Tangerang Raya yang berpengaruh terhadap UMK
Kabupaten Serang. Hal ini terlihat dengan adanya demonstrasi buruh pada
Januari 2011 yang menuntut revisi kenaikan UMK Kabupaten Serang dari Rp
1.320.500,00 menjadi Rp 1.410.000,00. Kondisi seperti inilah yang banyak
tidak disetujui oleh para pengusaha (investor).
183


e. Process Evaluation(Evaluasi Proses)
Process evaluations adalah evaluasi kebijakan dari sisi administratif
yang menilai metode yang dipergunakan oleh organisasi untuk melaksanakan
program. Dalam pelaksanaan Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan
Realisasi Investasi di Kabupaten Serang terdapat dua hal yang akan
dipaparkan sebagai metode pelaksanaan program yaitu: (1) Promosi potensi
investasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang; dan (2) Efektivitas
website www.bantengov.go.id sebagai media promosi investasi. Tanggapan
responden mengenai hal tersebut secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.9
berikut:





183
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
Kabupaten Serang.
94

Diagram 4.9
Process Evaluation (Evaluasi Proses)


Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.13 dan 14).



Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban
responden untuk sub indikator process evaluation (evaluasi proses) skor rata-
ratanya sebesar 2,09, dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran
skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-
2,51 atau berada pada kategori rendah.
184

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa evaluasi proses mengenai
metode yang dipergunakan oleh organisasi dalam pelaksanaan program
berupa: (1) Promosi potensi investasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang; dan (2) Efektivitas website www.bantengov.go.id sebagai media
promosi investasi, belum sepenuhnya efektif. Hal ini ditunjukan dengan skor
rata-rata responden dari kedua item tersebut berada pada kategori rendah.
Pada item nomor 13 mengenai promosi potensi investasi oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang didapatkan skor rata-rata sebesar 2,09

184
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
2,05
2,13
2,09
2,04
2,05
2,06
2,07
2,08
2,09
2,10
2,11
2,12
2,13
2,14
Promosi Investasi Efektivitas website
www.bantengov.go.id
Rata-rata
95

atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa promosi
investasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih
belum bisa dikatakan efktif. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
tidak terstruktur yang peneliti lakukan, para investor masih belum mengetahui
secara banyak potensi dan prosedur investasi di Kabupaten Serang. Hal ini
dikarenakan masih kurangnya media untuk promosi investasi tersebut. Selain
itu, dokumen dan data-data yang sudah ada saat ini belum disajikan secara
jelas dan lengkap, sehingga para investor biasanya kebingungan dalam
menentukan target investasinya.
185

Pada item nomor 14 mengenai efektivitas website
www.bantengov.go.id sebagai media promosi investasi, didapatkan skor rata-
rata sebesar 2,09 atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan
bahwa keberadaan website www.bantengov.go.id belum sepenuhnya efektif
sebagai media promosi investasi. Dalam wawancara tidak terstruktur dengan
Human Resource Departement (HRD) di beberapa perusahaan
mengungkapkan bahwa penggunaan media internet sebagai media promosi
investasi sangat dibutuhkan, salah satunya website www.bantenprov.go.id.
Namun data dan informasi mengenai investasi yang dimuat di website
Pemerintah Daerah Provinsi Banten masih terbatas. Sehingga untuk
memperoleh informasi yang memadai, website ini belum sepenuhnya
efektif.
186


185
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
186
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Barat.
96

4.3.2.2 Evaluasi Judisial
Evaluasi Judisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan
hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk kemungkinan
pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika, aturan administratif
negara, hingga hak asasi manusia.
Berikut ini item pertanyaan dalam indikator evaluasi judisial yang
peneliti jabarkan ke dalam bentuk diagram yang disertai dengan pemaparan
dan kesimpulan dari hasil penyebaran kuesioner kepada 75 investor sebagai
responden dalam penelitian ini.

a. Kemungkinan Pelanggaran terhadap Konstitusi
Kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi merupakan
kemungkinan tindakan yang melanggar peraturan perundang-undangan yang
dapat merugikan terhadap negara atau kepentingan publik. Dalam Evaluasi
Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang,
terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan hal tersebut antara lain: (1)
Kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menjamin
kepastian hukum bagi investor; (2) Respon Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang dalam menangani sengketa hukum antara pengusaha (investor)
dengan pihak lain; dan (3) Kemungkinan adanya kebijakan investasi yang
menguntungkan kelompok/organisasi tertentu. Tanggapan responden
mengenai hal tersebut secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.10 berikut:



97

Diagram 4.10
Kemungkinan Pelanggaran terhadap Konstitusi


Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.15, 16 dan 17).


Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban
responden untuk sub indikator kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi
skor rata-ratanya sebesar 2,18, dan apabila dikonsultasikan dengan skala
penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada
rentang 1,76-2,51 atau berada pada kategori rendah.
187

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa pada sub indikator
kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi berupa: (1) Kemampuan
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menjamin kepastian hukum bagi
investor; (2) Respon Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menangani
sengketa hukum antara pengusaha (investor) dengan pihak lain; dan (3)
Kemungkinan adanya kebijakan investasi yang menguntungkan
kelompok/organisasi tertentu, masih belum memadai dan ditemukannya

187
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
2,28
1,96
2,31
2,18
1,9
1,95
2
2,05
2,1
2,15
2,2
2,25
2,3
2,35
Jaminan Kepastian
Hukum
Penyelesaian
Sengketa Hukum
Kebijakan yang
Cenderung
Menguntungkan
Organisasi Tertentu
Rata-rata
98

permasalahan. Hal ini ditunjukan dengan skor rata-rata responden dari ketiga
item tersebut berada pada kategori rendah.
Pada item nomor 15 mengenai kemampuan Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang dalam menjamin kepastian hukum bagi investor
didapatkan skor rata-rata sebesar 2,28 atau berada pada kategori rendah. Hal
ini menunjukan bahwa jaminan kepastian hukum dalam investasi masih
kurang. Kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang
meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai
dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman
modal.
188
Dalam wawancara tidak terstruktur dengan Human Resource
Departement (HRD) di beberapa perusahaan mengungkapkan bahwa
beberapa persoalan yang menjadi alasan kurangnya jaminan kepastian hukum
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang kepada investor antara lain: (1)
Masih adanya kebijakan-kebijakan yang tumpang tindih serta cepat berubah,
sehingga biaya yang berkaitan dengan investasi pun cepat berubah pula; dan
(2) Prosedur perizinan yang berbelit-belit serta kurang transparannya
peraturan, sehingga biaya yang dikeluarkan oleh investor tidak jelas dan
menentu.
189

Pada item nomor 16 mengenai respon Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang dalam menangani sengketa hukum antara pengusaha (investor)
dengan pihak lain didapatkan skor rata-rata sebesar 1,96 atau berada pada
kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa penyelesaian sengketa hukum

188
Pasal 3 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
189
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
99

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih lambat atau kurang
memadai. Sengketa hukum dalam kegiatan investasi bisa saja terjadi baik
dengan masyarakat, pemerintah daerah, maupun dengan pengusaha lain.
Dalam konteks ini, pemerintah daerah harus mampu menyelesaikan sengketa
hukum tersebut secara adil dan bijaksana. Kasus yang terjadi di Kabupaten
Serang yaitu antara lain sengketa hukum dalam pembebasan lahan dan
tuntutan masyarakat atas pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
limbah industri. Dalam penyelesaiannya, seringkali perusahaan yang lebih
proaktif, padahal semestinya pemerintah daerah yang lebih tanggap, karena
sebelum melakukan kegiatan usaha, investor telah melakukan perizinan
berupa Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), Izin Usaha Industri (IUI), Izin Gangguan/HO, dan
perizinan yang lainnya.
190

Pada item nomor 17 mengenai kemungkinan adanya kebijakan investasi
yang menguntungkan kelompok/organisasi tertentu didapatkan skor rata-rata
sebesar 2,31 atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa
masih terdapat kebijakan yang kemungkinan menguntungkan
kelompok/organisasi tertentu. Kebijakan-kebijakan yang sudah dibuat oleh
pemerintah pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan iklim investasi di
daerah. Hal ini dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk membuat
peraturan daerah yang berkaitan dengan investasi. Di Kabupaten Serang,

190
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur.
100

kebijakan-kebijakan yang sudah ada pada umumnya bertujuan untuk
melayani kepentingan dunia usaha. Kendati demikian, masih terdapat
sebagian kecil kebijakan yang cenderung menguntungkan
kelompok/organisasi tertentu. Hal ini biasanya terjadi bukan karena kebijakan
itu sengaja dibuat untuk menguntungkan kelompok/organisasi tersebut,
namun karena adanya penyimpangan dari pelaksana kebijakan atau
pelaksana program.
191


b. Sistem Hukum
Sistem hukum merupakan tatanan atau kesatuan yang utuh yang tediri
dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain
yaitu kaidah atau pernyataan tentang apa yang seharusnya, sehingga sistem
hukum merupakan sistem normatif. Sistem hukum dalam Evaluasi Program
Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang dilakukan
untuk mengetahui: (1) Ketepatan kebijakan yang sudah ada dalam menjamin
keberlangsungan investasi; (2) Kemungkinan adanya kesimpangsiuran
peraturan dalam hal investasi; dan (3) Kondisi keamanan daerah dalam
menunjang kegiatan investasi. Tanggapan responden mengenai hal tersebut
secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.11 berikut:






191
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Timur.
101

Diagram 4.11

Sistem Hukum



Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.18,19 dan 20).

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban
responden untuk sub indikator sistem hukum skor rata-ratanya sebesar 2,21,
dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban
responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau berada pada
kategori rendah.
192

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa sistem hukum berupa: (1)
Ketepatan kebijakan yang sudah ada dalam menjamin keberlangsungan
investasi; (2) Kemungkinan adanya kesimpangsiuran peraturan dalam hal
investasi; dan (3) Kondisi keamanan dalam menunjang kegiatan investasi,
belum memadai. Hal ini ditunjukan dengan skor rata-rata responden dari
ketiga item tersebut berada pada kategori rendah.
Pada item nomor 18 mengenai ketepatan kebijakan yang sudah ada
dalam menjamin keberlangsungan investasi didapatkan skor rata-rata sebesar

192
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
2,11
2,55
1,99
2,21
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
Ketepatan Kebijakan Kesimpangsiuran
Peraturan
Kondisi Keamanan
Daerah
Rata-rata
102

2,11 atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa kebijakan
yang sudah ada belum sepenuhnya tepat dalam menjamin keberlangsungan
investasi di Kabupaten Serang. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
yang peneliti lakukan, kurang tepatnya kebijakan tersebut bukan karena
keterbatasan jumlah kebijakan atau regulasi yang ada, namun implementasi
dari kebijakan-kebijkan tersebut yang belum terlaksana sesuai harapan.
Sehingga, ketepatan dari kebijakan itu masih belum dirasakan dampaknya
oleh investor. Beberapa kebijakan mengenai investasi/penanaman modal
antara lain: UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal; UU No.5
Tahun 1984 Tentang Perindustrian; Peraturan Pemerintah RI No.65 Tahun
2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Standar Pelayanan Minimal;
Peraturan Pemerintah RI No.45 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pemberian
Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah; Peraturan
Pemerintah RI No.24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri; Peraturan
Presiden RI No.27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di
Bidang Penanaman Modal; Peraturan Presiden RI No.36 Tahun 2010
Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan Bidang Penanaman Modal; Instruksi Presiden RI No.3
Tahun 2006 Tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi; dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.24 Tahun 2006 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Namun, Provinsi Banten
belum mempunyai peraturan daerah yang mengatur tentang penanaman
103

modal, sehingga permasalahan terkait penanaman modal ini belum diatur
secara spesifik untuk tingkat Provinsi Banten, juga di Kabupaten Serang.
193

Pada item nomor 19 mengenai kemungkinan adanya kesimpangsiuran
peraturan dalam hal investasi didapatkan skor rata-rata sebesar 2,55 atau
berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa sering terjadi
kesimpangsiuran peraturan dalam hal investasi. Kondisi ini diperkuat dengan
keterangan yang peneliti dapatkan melalui wawancara tidak terstruktur
dengan salah seorang Human Resource Departement (HRD) salah satu
perusahaan di Ciruas, mengungkapkan bahwa kesimpangsiuran peraturan
seringkali terjadi, khususnya dalam peraturan mengenai biaya mengurus
perizinan. Apalagi setelah ditetapkannya Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP), praktek pungutan liar pun kerap dilakukan oleh petugas. Dalam
prakteknya, pihak perusahaan hanya diminta sejumlah biaya perizinan oleh
petugas tanpa diberitahukan dasar peraturannya secara jelas. Selain itu,
biasanya petugas enggan untuk memberikan tanda tangan pada slip bukti
pembayaran tersebut karena takut diketahui namannya.
194

Pada item nomor 20 mengenai kondisi keamanan daerah dalam
menunjang kegiatan investasi didapatkan skor rata-rata sebesar 1,99 atau
berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa kondisi keamanan
Daerah Kabupaten Serang belum sepenuhnya kondusif dalam menunjang
investasi. Dalam observasi dan wawancara tidak terstruktur yang peneliti

193
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Kasi Perizinan Usaha Industri Disperindag
Kabupaten Serang dan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di Kawasan Perusahaan
Serang Timur dan Serang Barat.
194
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan salah seorang Human Resource Departement (HRD)
di Kawasan Perusahaan Serang Timur.
104

lakukan dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa
perusahaan mengungkapkan bahwa kondisi keamanan Kabupaten Serang
dalam menjamin keberlangsungan investasi masih kurang, namun dapat
dikatakan cukup aman, karena hanya sebagian kecil kawasan perusahaan
yang keamanannya masih kurang. Lokasi perusahaan yang kondisi
keamanannya masih kurang yaitu Kawasan Industri Moden Cikande dan
Kawasan Industri di Bojonegara. Di Kawasan Industri Modern Cikande,
masih ditemukannya aksi pungutan liar yang dilakukan oleh sekelompok
preman/jawara yang meminta jatah dan bayaran atas kegiatan investasi yang
dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang dimintai jatah tersebut biasanya
perusahaan yang baru memulai kegiatan usahanya. Sedangkan Ciruas
merupakan salah satu Kecamatan yang paling aman dibandingkan dengan
Kecamatan lainnya.
195


c. Etika
Etika secara umum membahas tentang kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia itu bertindak secara etis. Etika inilah yang dijadikan dasar
dan pegangan manusia untuk bertindak dan digunakan sebagai tolok ukur
penilaian baik buruknya suatu tindakan. Etika dalam Evaluasi Program
Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang dilihat dalam
aspek: (1) Transparansi data dan informasi yang diberikan oleh BKPMD
Provinsi Banten; (2) Kesesuaian data dan informasi yang dipromosikan

195
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
105

dengan kenyataan di lapangan; (3) Sikap Aparatur Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang dalam memberikan pelayanan kepada investor; dan (4)
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menjamin
keberlangsungan investasi. Tanggapan responden mengenai hal tersebut
secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.12 berikut:

Diagram 4.12 Etika


Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.21, 22, 23 dan 24)
Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban
responden untuk sub indikator etika skor rata-ratanya sebesar 2,05, dan
apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban
responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau berada pada
kategori rendah.
196

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa etika dalam program
peningkatan iklim dan realisasi investasi di Kabupaten Serang yaitu: (1)

196
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
1,99
2,04
2,16
2,00
2,05
1,97
1,99
2,01
2,03
2,05
2,07
2,09
2,11
2,13
2,15
2,17
Transparansi
Data dan
Informasi
Kesesuaian Data
dengan
Kenyataan di
Lapangan
Sikap Aparatur
dalam
Memberikan
Pelayanan
Akuntabilitas
Pemerintah
Daerah
Kabupaten
Serang
Rata-rata
106

Transparansi data dan informasi yang diberikan oleh BKPMD Provinsi
Banten; (2) Kesesuaian data dan informasi yang dipromosikan dengan
kenyataan di lapangan; (3) Sikap Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang dalam memberikan pelayanan kepada investor; dan (4)
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menjamin
keberlangsungan investasi, belum memadai. Hal ini ditunjukan dengan skor
rata-rata responden dari keempat item tersebut berada pada kategori rendah.
Pada item nomor 21 mengenai transparansi data dan informasi yang
diberikan oleh BKPMD Provinsi Banten didapatkan skor rata-rata sebesar
1,99 atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa BKPMD
Provinsi Banten dalam menyampaikan data dan informasi terkait investasi
masih kurang transparan. Dalam observasi dan wawancara tidak terstruktur
yang peneliti lakukan dengan Scetion Head salah satu perusahaan,
mengungkapkan bahwa transparansi data dan informasi oleh BKPMD
Provinsi Banten masih kurang. Data dan informasi yang transparan biasanya
hanya data yang sifatnya normatif saja, misalnya deskripsi investasi di
Banten, kinerja pemerintah daerah dan prosedur perizinan. Sedangkan data
dan informasi yang sangat dibutuhkan oleh investor seperti Standard
Operating Procedure (SOP) yang memuat secara rinci mengenai peraturan,
biaya, dan waktu perizinan masih kurang.
197



197
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Scetion Head salah satu perusahaan di Kawasan
Perusahaan Serang Timur.
107

Kemudian pada item nomor 22 mengenai kesesuaian data dan informasi
yang dipromosikan dengan kenyataan di lapangan didapatkan skor rata-rata
sebesar 2,04 atau berada pada kategori rendah. Hal ini berarti data dan
informasi yang dipromosikan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Dari hasil observasi dan wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan
dengan beberapa informan mengungkapkan bahwa selama ini data dan
informasi yang dipromosikan oleh BKPMD Provinsi Banten biasanya hanya
menggambarkan kondisi dan perkembangan investasi di Kabupaten
Serangsecara normatif saja, dengan tujuan untuk menarik investor. Namun,
pada kenyataannya data dan informasi tersebut belum sepenuhnya sesuai
dengan kondisi di lapangan, karena masih terdapat beberapa Kecamatan yang
penataannya masih kurang antara lain: Kecamatan Kopo, Jawilan dan
Bojonegara.
198

Pada item nomor 23 mengenai sikap Aparatur Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang dalam memberikan pelayanan kepada investor didapatkan
skor rata-rata sebesar 2,16 atau berada pada kategori rendah. Hal ini
menunjukan bahwa pelayanan yang diberikan oleh Aparatur Pemerintah
Daerah Kabupaten Serang kepada investor adalah buruk. Dari hasil
wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan dengan Kasi Perizinan
Usaha Industri Disperindag Kabupaten Serang mengemukakan bahwa sikap
aparatur/pegawai di Kabupaten Serang masih kurang kompeten dalam
memberikan pelayanan. Hal ini dikarenakan banyaknya aparatur/pegawai

198
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
108

yang latar belakang pendidikannya tidak sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya. Sehingga, kemampuan pegawai dalam berkomunikasi dan
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pun masih kurang.
199

Pada item nomor 24 mengenai akuntabilitas (pertanggungjawaban)
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menjamin keberlangsungan
investasi didapatkan skor rata-rata sebesar 2,00 atau berada pada kategori
rendah. Hal ini menunjukan bahwa pertanggungjawaban Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang masih kurang dalam menjamin keberlangsungan investasi.
Secara umum, bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam
menciptakan iklim investasi yang kondusif antara lain: (1) Memberikan
pelayanan perizinan investasi secara baik; (2) Memperbaiki kualitas
infrastruktur jalan raya dan pasokan listrik; dan (3) Kemampuan menciptakan
kondisi keamanan daerah yang kondusif. Dari ketiga aspek tersebut,
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Kabupaten Serang yang masih
kurang ialah dalam pelayanan perizinan investasi dan pembangunan
infrastruktur jalan raya. Perizinan investasi masih terkendala dengan
pelayanan yang berbelit-belit. Kemudian dalam masalah infrastruktur jalan
raya, masih sering terjadinya kemacetan yang diakibatkan kondisi jalan yang
rusak serta lebar jalan yang belum memadai. Kemudian dalam masalah
kondisi keamanan daerah, pada umumnya sudah aman dan hanya sebagian

199
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Kasi Perizinan Usaha Industri Disperindag
Kabupaten Serang
109

kecil kawasan perusahaan yang keamanannya masih kurang, namun tidak
begitu signifikan.
200


d. Aturan Administratif Negara
Administratif negara merupakan keseluruhan aturan-aturan tentang
cara bagaimana alat-alat pemerintahan dan badan-badan kenegaraan dan
majelis-majelis pengadilan tata usaha hendak memenuhi tugasnya.
Tanggapan responden mengenai aturan administratif negara khususnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan investasi di Kabupaten Serang secara jelas
dapat dilihat pada diagram 4.13 berikut:

Diagram 4.13
Aturan Administratif Negara


Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.25, 26, 27 dan 28)


200
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
2,05
1,95
1,80
2,11
1,98
1,77
1,82
1,87
1,92
1,97
2,02
2,07
2,12
2,17
Penerimaan
Complaint atas
Perizinan
Respon
Pemerintah
Daerah terhadap
Demonstrasi
oleh Buruh
Penyelesaian
Konflik antara
Masyarakat
dengan Investor
Daya Dukung
Organisasi
Pengusaha
Rata-rata
110

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skorjawaban
responden untuk sub indikator aturan administratif negara skor rata-ratanya
sebesar 1,98, dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-
rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau
berada pada kategori rendah.
201

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa aturan administratif negara
dalam hal: (1) Sikap Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menerima
pengaduan (complaint) terkait perizinan investasi; (2) Respon Pemerintah
Daerah Kabupaten Serang dalam menyikapi demonstrasi oleh buruh; (3)
Penyelesaian konflik antara pengusaha (investor) dengan masyarakat; dan (4)
Peran organisasi pengusaha (KADIN, HIPMI, APINDO) dalam mendukung
kegiatan investasi, masih belum memadai. Hal ini ditunjukan dengan skor
rata-rata responden dari keempat item tersebut berada pada kategori rendah.
Pada item nomor 25 mengenai sikap Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang dalam menerima pengaduan (complaint) terkait perizinan investasi
didapatkan skor rata-rata sebesar 2,05 atau berada pada kategori rendah. Hal
ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih tertutup
atas pengaduan (complaint). Dalam wawancara tidak terstruktur yang peneliti
lakukan dengan salah seorang komisaris perusahaan mengungkapkan bahwa
sikap Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menerima pengaduan
(complaint) masih kurang. Pengaduan yang sering disampaikan oleh para
pengusaha yaitu mengenai kurangnya transparansi dan akuntabilitas

201
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
111

pelayanan investasi dan kondisi infrastruktur jalan raya yang kurang
memadai. Namun pada kenyataannya pengaduan tersebut jarang direspon dan
tidak menunjukan perubahan yang progresif.
202

Pada item nomor 26 mengenai respon Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang dalam menyikapi demonstrasi oleh buruh didapatkan skor rata-rata
sebesar 1,95 atau berada pada kategori rendah. Hal ini berarti bahwa respon
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menyikapi demonstrasi masih
lambat. Dalam wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan dengan
Human Resource Departement (HRD) di beberapa perusahaan
mengungkapkan bahwa ketika terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh para
buruh, pihak perusahaanlah yang pertamakali menghadapinya. Setelah
kondisinya mulai genting, baru pemerintah daerah pun turun tangan dalam
proses negosiasi, misalnya ketika demonstrasi yang dilakukan para buruh
untuk menuntut kenaikan UMK.
203

Pada item nomor 27 mengenai penyelesaian konflik antara pengusaha
(investor) dengan masyarakat didapatkan skor rata-rata sebesar 1,80 atau
berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa penyelesaian konfik
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih kurang optimal.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, konflik antara
pengusaha dengan masyarakat secara umum jarang terjadi. Konflik tersebut
biasanya terjadi pada perusahaan yang baru memulai kegiatan usahanya.

202
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan salah seorang Komisaris Perusahaan di Kawasan
Perusahaan Serang Timur.
203
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
112

Bentuk konflik yang terjadi antara lain: (1) Konflik dalam pembebasan lahan;
(2) Konflik karena pencemaran lingkungan akibat aktivitas industri; dan (3)
Konflik yang terjadi karena adanya tuntutan masyarakat setempat untuk
bekerja di suatu perusahaan.
204

Kemudian pada item nomor 28 mengenai peran organisasi pengusaha
(KADIN, HIPMI, APINDO) dalam mendukung kegiatan investasi didapatkan
skor rata-rata sebesar 2,11 atau berada pada kategori rendah. Hal ini
menunjukan bahwa daya dukung organisasi pengusaha (KADIN, HIPMI,
APINDO) terhadap kegiatan investasi masih kurang. Kurangnya daya dukung
organisasi pengusaha tersebut sejalan dengan hasil wawancara tidak
terstruktur yang peneliti lakukan dengan Human Resource Departement
(HRD) di beberapa perusahaan yang mengungkapkan bahwa keberadaan
organisasi pengusaha (KADIN, HIPMI APINDO) memiliki peran penting
dalam mendukung investasi, anta lain: (1) Sebagai jembatan antara pengusaha
(investor) dengan pemerintah; (2) Memiliki peran dalam penentuan kebijakan
mengenai Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK) dan peraturan daerah yang
berkaitan dengan investasi; dan (3) Untuk membuat komitmen yang jelas
dalam penentuan tarif-tarif industri. Namun, saat ini dukungan organisasi-
organisasi pengusaha tersebut dirasakan masih kurang. Dukungan yang
diberikan biasanya hanya pada saat-saat tertentu saja dan posisinya sudah
sangat genting. Sedangkan dukungan yang diharapkan oleh para pengusaha

204
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
113

ialah adanya pembinaan dan kegiatan yang berkelanjutan (simultan) terhadap
dunia usaha.
205


e. Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dalam konteks
investasi di Kabupaten Serang, hak asasi manusia antara lain dilihat dalam
hal: (1) Sikap Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam memberikan
perlakuan terhadap investor; (2) Kebebasan perusahaan dalam membuat
kebijakan/program yang menjadi hak dan wewenang perusahaan; dan (3)
Kebebasan perusahaan dalam menentukan sikap ketika ada kebijakan
pemerintah daerah yang dianggap bertentangan dengan perusahaan.
Tanggapan responden mengenai hal tersebut dapat dilihat pada diagram 4.14
berikut:







205
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa
perusahaan di kawasan perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
114

Diagram 4.14
Hak Asasi Manusia


Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No. 29, 30, dan 31)


Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban
responden untuk sub indikator hak asasi manusia skor rata-ratanya sebesar
2,15, dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata
jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau
berada pada kategori rendah.
206

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa aspek hak asasi manusia
dalam investasi di Kabupaten Serang yaitu: (1) Sikap Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang dalam memberikan perlakuan terhadap investor; (2)
Kebebasan perusahaan dalam membuat kebijakan/program yang menjadi hak
dan wewenang perusahaan; dan (3) Kebebasan perusahaan dalam
menentukan sikap ketika ada kebijakan pemerintah daerah yang bertentangan

206
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
2,15
2,28
2,01
2,15
2
2,05
2,1
2,15
2,2
2,25
2,3
Perlakuan terhadap
Investor
Kebebasan dalam
Membuat Kebijakan
Internal Perusahaan
Kebebasan
Menentukan Sikap
atas Kebijakan
Pemerintah Daerah
Rata-rata
115

dengan perusahaan,belum berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan
skor rata-rata responden dari ketiga item tersebut berada pada kategori
rendah.
Pada item nomor 29 mengenai sikap Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang dalam memberikan perlakuan terhadap investor didapatkan skor rata-
rata sebesar 2,15 atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan
bahwa perlakuan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang terhadap
investor cukup adil. Dalam wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan
dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa perusahaan
mengemukakan bahwa perlakuan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang
terhadap investor sudah cukup adil, baik kepada investor yang berstatus
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing
(PMA). Hal ini ditunjukan dengan adanya perlakuan yang adil dalam hal
biaya perizinan, jaminan kepastian hukum, dan prosedur lainnya sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
207

Pada item nomor 30 mengenai kebebasan perusahaan dalam membuat
kebijakan/program yang menjadi hak dan wewenang perusahaan didapatkan
skor rata-rata sebesar 2,28 atau berada pada kategori rendah. Hal ini
menunjukan bahwa perusahaan masih belum sepenuhnya bebas dalam
menentukan kebijakan/program internal perusahaannya. Dalam wawancara
tidak terstruktur dengan salah seorang staf Personalia & General of Affair
Perusahaan mengemukakan bahwa selama ini perusahaan cukup bebas dalam

207
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
116

membuat kebijakan/program yang sifatnya internal perusahaan. Namun ada
juga pembuatan kebijakan perusahaan yang melibatkan pihak lain (Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), Kepala Desa, dan Camat setempat). Misalnya
dalam pengisian tenaga kerja di suatu perusahaan, perusahaan harus
mengutamakan penduduk lokal yang bekerja di perusahaan tersebut.
208

Pada item nomor 31 mengenai kebebasan perusahaan dalam
menentukan sikap ketika ada kebijakan pemerintah daerah yang bertentangan
dengan perusahaan didapatkan skor rata-rata sebesar 2,01 atau berada pada
kategori rendah. Hal ini berarti bahwa pengusaha (investor) belum
sepenuhnya bebas menentukan sikap ketika ada kebijakan pemerintah
daearah yang bertentangan dengan pengusaha. Dari hasil wawancara tidak
terstruktur yang peneliti lakukan dengan beberapa informan mengungkapkan
bahwa pengusaha (investor) dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu
terikat oleh regulasi/peraturan. Dalam konteks investasi di Kabupaten Serang
pun demikian, investor harus selalu patuh pada peraturan yang dibuat oleh
pemerintah baik pusat maupun daerah. Bahkan ketika ada kebijakan yang
bertentanganpun, perusahaan belum sepenuhnya bebas menetukan sikap.
Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) tahun 2012 merupakan
kebijakan yang banyak ditentang oleh pihak perusahaan, namun harus tetap
dilaksanakan.
209




208
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan salah seorang Staf Personalia & General of Affair
Perusahaan di Kawasan Perusahaan Serang Timur.
209
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD di
Kawasan Perusahaan Serang Timur.
117

4.3.2.3 Evaluasi Politik
Evaluasi Politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen
politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan. Dalam konteks
investasi di Kabupaten Serang, evaluasi politik dilihat pada aspek: (1)
Keterlibatan pengusaha (investor) dalam perumusan kebijakan yang
berkaitan dengan investasi; (2) Tanggapan pengusaha (investor) terhadap
kebijakan UMK yang ditetapkan oleh gubernur; dan (3) Kejelasan
kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam mengenakan pajak
terhadap perusahaan.
Berikut ini item pertanyaan dalam indikator evaluasi politik yang
penelitijabarkan ke dalam bentuk diagram yang disertai dengan pemaparan
dan kesimpulan dari hasil penyebaran kuesioner kepada 75 investor sebagai
responden dalam penelitian ini. Tanggapan responden mengenai hal tersebut
secara jelas dapat dilihat pada beberapa diagram 4.15 berikut:

Diagram 4.15 Evaluasi Politik


Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.32, 33 dan 34).
1,68
2,19
2,32
2,06
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
Keterlibatan Investor
dalam Perumusan
Kebijakan
Tanggapan Investor
atas Penetapan
(UMK)
Kejelasan Pengenaan
Pajak Daerah
Rata-rata
118

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban
responden untuk indikator evaluasi politik skor rata-ratanya sebesar 2,06, dan
apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban
responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau berada pada
kategori rendah.
210

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa input program berupa:(1)
Keterlibatan pengusaha (investor) dalam perumusan kebijakan yang
berkaitan dengan investasi; (2) Tanggapan pengusaha (investor) terhadap
kebijakan UMK yang ditetapkan oleh gubernur; dan (3) Kejelasan kebijakan
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam mengenakan pajak terhadap
perusahaan, masih kurang optimal dan memadai. Hal ini ditunjukan dengan
skor rata-rata responden dari ketiga item tersebut berada pada kategori
rendah.
Pada item nomor 32 mengenai keterlibatan pengusaha (investor) dalam
perumusan kebijakan yang berkaitan dengan investasi didapatkan skor rata-
rata sebesar 1,68 atau berada pada kategori sangat rendah. Hal ini
menunjukan bahwa keterlibatan pengusaha (investor) dalam perumusan
kebijakan terkait investasi sangat kurang. Dalam wawancara tidak terstruktur
yang peneliti lakukan dengan Human Resource Departement (HRD) di
beberapa perusahaan mengemukakan bahwa kebijakan-kebijakan mengenai
investasi pada umumnya bersifat top down (dari atas ke bawah). Oleh karena
itu, investor jarang dilibatkan dalam perumusan kebijakan mengenai investasi

210
Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi
119

tersebut. Keterlibatan investor hanya dalam penyusunan kebijakan tertentu
saja, misalnya dalam kebijakan penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota
(UMK) Kabupaten Serang dan pembentukan peraturan daerah mengenai
investasi yang biasanya diwakili oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia
(APINDO).
211

Kemudian pada item nomor 33 mengenai tanggapan pengusaha
(investor) terhadap kebijakan Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang
ditetapkan oleh gubernur didapatkan skor rata-rata sebesar 2,28 atau berada
pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pengusaha
(investor) tidak setuju atas penetapan UMK Kabupaten Serang tahun 2012
yang ditetapkan oleh Gubernur Banten. Ketidaksetujuan pengusaha atas
penetapan UMK tersebut diperkuat dengan hasil wawancara tidak terstruktur
yang peneliti lakukan dengan Human Resource Departement (HRD) di
beberapa perusahaan yang mengungkapkan bahwa kenaikan UMK Kabupaten
Serang Tahun 2012 yang ditetapkan oleh Gubernur Banten tidak sesuai
dengan yang diharapkan oleh pengusaha. Hal ini didasarkan pada beberapa
alasan antara lain: (1) Penetapan UMK Kabupaten Serang Tahun 2012 oleh
Gubernur Banten sebesar Rp. 1.410.000,00 belum tepat, karena UMK yang
seharusnya ditetapkan ialah hasil dari kesepakatan Dewan Pengupahan
Kabupaten Serang yaitu sebesar Rp 1.320.500,00; (2) Besaran UMK
seharusnya tidak diseragamkan untuk semua perusahaan, tapi harus
ditetapkan per sektor usaha (sistem upah sektoral). Hal ini berdasarkan

211
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD di
Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.
120

pertimbangan bahwa risiko kerja di setiap perusahaan berbeda-beda.Untuk
perusahaan yang risiko kerjanya besar, maka upah buruhnya harus lebih besar
dari standar UMK, sedangkan bagi perusahaan yang risiko kerjanya rendah,
upah buruhnya pun bisa lebih rendah atau standar dengan UMK.
212

Dan terakhir pada item nomor 34 mengenai kejelasan kebijakan
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam mengenakan pajak terhadap
perusahaan didapatkan skor rata-rata sebesar 2,28 atau berada pada kategori
rendah. Hal ini menunjukan bahwa pemungutan pajak daerah oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih belum jelas. Belum jelasnya
pemungutan pajak daerah tersebut sesuai dengan informasi yang peneliti
dapatkan melalui wawancara tidak terstruktur dengan Human Resource
Departement (HRD) di beberapa perusahaan yang mengemukakan bahwa
pengenaan pajak daerah terhadap perusahaan sudah cukup jelas. Namun,
masih terdapat pemungutan yang tidak jelas terhadap objek pajak tertentu.
Pajak daerah diatur melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak yang dikenakan terhadap
perusahaan antara lain: Pajak Bumi dan Bangunan; Pajak Penghasilan; Pajak
Pertambahan Nilai; Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan; dan Bea
Masuk atas Impor Barang Modal, Mesin, atau Peralatan untuk Keperluan
Produksi.
213



212
Hasil wawancara tidak terstruktur denganBeberapa Human Resource Departement (HRD di
Kawasan Perusahaan Serang Timur.
213
Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD di
Kawasan Perusahaan Serang Timur.
121

4.4 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian yang berjudul Evaluasi Program Peningkatan Iklim
dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang, hipotesis yang diuji adalah
hipotesis alternatif (Ha), yaitu sebagai berikut:
Pelaksanaan Program Peningkatan Investasi Dunia Usaha di
Kabupaten Serang mencapai angkaminimal 65% dari yang
diharapkan.
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikasi
dari hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian, maka pada
tahap pengujian hipotesis penelitian ini peneliti menggunakan rumus t-test
satu sampel. Adapun penghitungan pengujian hipotesis tersebut yakni
sebagai berikut:
Berdasarkan data yang diperoleh, maka didapatkan skor ideal
instrumen sebesar 9600. Skor ideal instrumen didapatkan dari hasil
perkalian antara 4x75x32 = 9600. (4 = nilai dari setiap jawaban setiap
pertanyaan/pernyataan yang dinyatakan pada responden, kriteria skor
berdasarkan padaskala likert; 75 = jumlah sampel yang dijadikan
responden;dan 32 = jumlah pertanyaan/pernyataan yang ditanyakan kepada
responden). Sedangkan untuk skor total item instrumen adalah sebesar 5225.
Dengan demikian nilai Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi
Investasi di Kabupaten Serang adalah 54,4% x100%
9600
5225
= .
122

( )
1
2

n
x x
Selanjutnya untuk menguji hipotesis maka peneliti menggunakan
rumus t-test satu sampel (one tailed test) dengan uji pihak kiri. Skor ideal
untuk Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di
Kabupaten Serang adalah 4 x 75 x 32= 9600.(4 = nilai dari setiap jawaban
selalu setiap pertanyaan/pernyataan yang dinyatakan pada responden;
kriteria skor berdasarkan pada skala Likert; 75 = jumlah sampel yang
dijadikan responden; dan 32 = jumlah pertanyaan/pernyataan yang
ditanyakan kepada responden). Dengan nilai mean (nilai rata-rata) sebesar
9600:75 = 128. Sehingga nilai Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan
Realisasi Investasi di Kabupaten Serang dikatakan tinggi bila minimal
mencapai angka 65% dari yang diharapkan. Dengan demikian, maka nilai
yang dihipotesiskan adalah 0,65 x 128 = 83,2. Untuk perhitungan
hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :
Ho = 65%. 0,65x 128 = 83,2
Ha = <65%.<0,65x 128 = 83,2
Pengujian Hipotesis menggunakan rumus t test satu sampel (one
tailed test) dengan uji pihak kiri adalah sebagai berikut :
Diketahui :
= =
75
5225
x 69,67

o
= 83,2
s =
123

s =
74
6740,67

s = 91,1
s = 9,54
n = 75
Ditanya : t Hitung ?
Jawab :

n
s
x o
= t

75
9,54
2 , 83 69,67
t

=

1 , 1
53 , 13
t

=
t = -12,3
Harga t-hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t-
tabel dengan derajat kebebasan ( dk ) = (n 1 ) = (75 1) = 74 dan taraf
kesalahan o = 5% untuk uji satu pihak kiri, maka harga t-tabelnya yaitu
2,358. Karena harga t-hitung lebih kecil dari pada t tabel atau (-12,3<2,358)
dan jatuh pada penerimaan Ha, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan
124

hipotesis altternatif (Ha) diterima. Harga ini dapat ditunjukan pada gambar
4.3,harga -12,3 terletak pada daerah penerimaan Ha. Berikut adalah gambar
kurva daerah penerimaannya:

Daerah Penerimaan Daerah Penerimaan



-12,3 0 2,358

Sumber: Peneliti, 2012.
Gambar 4.3
Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
untuk Uji Hipotesis Pihak Kiri










Ho
H
a

125

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Interpretasi hasil penelitian adalah pemaparan atas hasil uji hipotesis
yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian. Pada
penelitian ini terdapat dua rumusan masalah yang akan diinterpretasikan.
Rumusan masalah yang pertama mempertanyakan Bagaimanakah
pelaksanaan Program Peningkatan Iklim Dan Realisasi Investasi di
Kabupaten Serang. Kemudian rumusan masalah yang kedua
mempertanyakan Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat pelaksanaan
Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang.
Rumusan masalah yang pertama dapat dijawab dengan melihat hasil
uji hipotesis di atas. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan nilai Evaluasi
Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang
sebesar 54,4% dari angka minimal yang dihipotesiskan yaitu sebesar 65%.
Nilai evaluasi sebesar 54,4% didapatkan dari hasil pembagian antara skor
total item instrumen dengan skor ideal instrumen. Perhitungan untuk skor
ideal instrumen adalah 4x75x32 = 9600. (4= nilai dari setiap jawaban setiap
pertanyaan/pernyataan yang dinyatakan pada responden, kriteria skor
berdasarkan pada skala Likert; 75 = jumlah sampel yang dijadikan responden;
dan 32 = jumlah pertanyaan/pernyataan yang ditanyakan kepada responden).
Sedangkan untuk skor total item instrumen adalah sebesar 5225. Dengan
demikian nilai Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di
Kabupaten Serang adalah 54,4% x100%
9600
5225
= .

126

Kemudian dengan menggunakan rumus t-test satu sampel (one tailed
test) dengan menguji pihak kiri, didapatkan nilai t-hitung sebesar -12,3,
dengan perbandingan nilai t-tabel sebesar 2,358.
214
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa nilai t-hitung < t-tabel atau (-12,3 < 2,358), sehingga
hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis altternatif (Ha) diterima.
Sehingga interpretasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah
yang pertama adalah Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di
Kabupaten Serang adalah tidak berhasil karena baru mencapai 54,4% dari
angka minimal yang dihipotesiskan yaitu sebesar 65%.
Rumusan masalah yang kedua mempertanyakan faktor-faktor apa saja
yang menghambat pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi
Investasi di Kabupaten Serang. Jawaban atas rumusan masalah ini peneliti
paparkan dengan mengklasifikasikan beberapa faktor penghambat/temuan
masalah kedalam tiga kategori yaitu: masalah administratif, masalah judisial
dan masalah politik sesuai dengan grand theory yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu teori evaluasi kebijakan menurut Howlet dan Ramesh
yang terdiri dari 3 (tiga) indikator, antara lain: evaluasi administratif, evaluasi
judisial, dan evaluasi politik.
215









214
Lihat Tabel Nilai-nilai dalam Distibusi-t (dk=120, =0,01).
215
Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 676
127

1. Masalah Administratif
Aspek administratif merupakan aspek yang berkenaan dengan sisi
administratif anggaran, efisiensi, biaya dari proses kebijakan di dalam
pemerintah. Dilihat dari sisi administratif, terdapat beberapa faktor
penghambat dari pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi
Investasi di Kabupaten Serang.
Pertama, kebijakan fasilitas penanaman modal di daerah belum
terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan masih kurangnya sosialisasi
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang, sehingga investor kurang
mengetahui informasi tersebut. Fasilitas penanaman modal tersebut
antara lain: (1) Pemberian insentif berupa pengurangan, keringanan,
atau pembebasan pajak daerah; (2) Pemberian insentif berupa
pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah; (3)
Pemberian bantuan modal; dan (4) Pemberian kemudahan berbentuk
penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal. Oleh karena
itu, terkadang masih ada retribusi yang sifatnya tidak menguntungkan
perusahaan, namun pihak perusahaan harus tetap membayarnya.
Kedua, kurangnya transparansi peraturan dan biaya perizinan
investasi. Hal ini menyebabkan besaran biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan seringkali tidak jelas dan menentu, tergantung berapa
permintaan yang diinginkan oleh petugas perizinan.

128

Ketiga, kurang memadainya kualitas infrastruktur jalan raya. Hal
ini ditunjukan dengan masih sering terjadinya kemacetan lalu lintas
khususnya jalan yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang keluar
masuk kawasan Industri, antara lain (jalan arah Ciruas-Cikande-Jawilan)
dan (jalan arah Kramatwatu-Bojonegara-Pulo Ampel).
Keempat, stabilitas politik di daerah seringkali berpengaruh
terhadap kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dimana
kenaikan UMK di Kabupaten/Kota lainnya berpengaruh pula terhadap
kenaikan UMK Kabupaten Serang melalui aksi demonstrasi. Sehingga
aksi demonstrasi ini akan mengganggu dan merugikan perusahaan.
Dari hasil evaluasi administratif yang sudah dipaparkan, masalah
mendasar yang menjadi faktor penghambat Program Peningkatan Iklim
dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang ini ialah kurangnya
sosialisasi dan transparansi peraturan yang berkaitan dengan investasi.
Sehingga, hal ini menyebabkan terhambatnya kebijakan fasilitasi
penanaman modal, ketidakjelasan biaya perizinan, pembangunan
infrastruktur jalan raya yang masih kurang, dan rendahnya stabilitas
politik di daerah.

2. Masalah Judisial
Aspek Judisial merupakan aspek yang berkenaan dengan isu
keabsahan hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk
kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika,
aturan administratif negara, hingga hak asasi manusia. Dalam
129

pelaksanaan investasi di Kabupaten Serang, masih terdapat beberapa
masalah judisial (hukum) yang menjadi faktor penghambat untuk
menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Pertama, jaminan kepastian hukum terkait investasi masih
kurang. Hal ini terlihat dengan adanya peraturan/kebijakan yang cepat
berubah. Peraturan/kebijakan yang kurang konsisten akan menyebabkan
biaya perizinan yang cepat berubah pula, sehingga biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan sering tidak jelas. Selain itu, respon
pemerintah daerah dalam menyeleseaikan sengketa antara pihak
perusahaan dengan masyarakat masih kurang. Sengketa tersebut antara
lain sengketa dalam pembebasan lahan dan sengketa pencemaran
lingkungan akibat dari limbah industri.
Kedua, masih adanya pungutan liar dalam perizinan melalui
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Pungutan liar tersebut terjadi
karena peraturan terkait biaya perizinan jarang diberitahukan secara
transparan. Sehingga, biaya yang harus dibayar oleh perusahaan
tergantung dari permintaan petugas. Kemudian, bukti pembayaran
perizinan pun biasanya tidak tercantum nama lengkap dan tanda tangan
petugas tersebut.
Ketiga, masih terdapat kawasan perusahaan yang kondisi
keamanannya masih kurang mendukung. Kecamatan Cikande dan
Bojonegara merupakan kawasan perusahaan yang kondisi keamanannya
masih kurang. Hal ini disebabkan karena masih adanya aksi pungutan liar
130

yang dilakukan oleh sekelompok preman/jawara yang meminta jatah baik
berupa uang maupun barang limbah dari perusahaan.
Dari hasil evaluasi judisial yang sudah dipaparkan, masalah
mendasar yang menjadi faktor penghambat Program Peningkatan Iklim
dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang ini ialah masih kurangnya
jaminan kepastian hukum dan sistem yang akuntabel. Sehingga, masih
sering ditemukan ketidakjelasan biaya dan pungutan liar dalam perizinan,
masalah sengketa antara pihak perusahaan dengan masyarakat, dan masih
terdapat kawasan perusahaan yang keamanannya masih kurang.
3. Masalah Politik
Aspek Politik yaitu aspek yang berkenaan dengan penerimaan
konstituen politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan.
Dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif, proses politik oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih kurang mendukung.
Pertama, pengusaha (investor) dalam perumusan kebijakan
mengenai investasi/penanaman modal jarang dilibatkan. Sehingga,
kebijakan yang dihasilkan seringkali tidak sesuai dengan harapan para
pengusaha (investor).
Kedua, kebijakan penetapan Upah Minimum Kabupaten/kota
(UMK) Kabupaten Serang oleh Gubernur Banten belum tepat sasaran,
karena proses politik dalam penetapan kebijakan UMK tersebut tidak
mendapat persetujuan dari para pengusaha (investor), melainkan
dipengaruhi oleh tekanan para buruh melalui aksi demonstrasi. Selain itu,
131

kebijakan ini dianggap melanggar persetujuan awal yang sudah
ditetapkan bersama oleh Dewan Pengupahan Kabupaten Serang. Oleh
karena itu, kebijakan UMK ini dapat menjadi faktor penghamabat dalam
pelaksanaan program peningkatan investasi dunia usaha di Kabupaten
Serang.
Dari hasil evaluasi politik yang sudah dipaparkan, masalah
mendasar yang menjadi faktor penghambat Program Peningkatan Iklim
dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang ini ialah masih rendahnya
keterlibatan pengusaha (investor) dalam perumusan kebijakan yang
berkaitan dengan investasi. Oleh karena itu, kebijakan yang dihasilkan
seringkali menuai pro dan kontra di kalangan pengusaha.

Dengan demikian, jika dikaitkan dengan nilai hasil uji hipotesis
Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten
Serang sebesar 54% dan beberapa faktor penghambatnya, maka hasil
tersebut sesuai dengan hasil skor rata-rata jawaban responden dalam
penelitian ini. Berdasarkan pemaparan yang disajikan pada beberapa diagram
sebelumnya, didapatkan skor rata-rata jawaban responden dari skor rata-rata
tertinggi sampai dengan skor rata-rata terendah. Skor rata-rata dari 34 item
instrumen ini secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.16 berikut:




132

2,09
2,28
1,96
2,20
2,24
2,68
2,55
2,31
2,08
2,84
2,40
2,49
2,05
2,13
2,28
1,96
2,31
2,11
2,55
1,99 1,99
2,04
2,16
2,00
2,05
1,95
1,80
2,11
2,15
2,28
2,01
1,68
2,19
2,32
2,18
1,5
1,7
1,9
2,1
2,3
2,5
2,7
2,9
I
t
e
m

1
I
t
e
m

2
I
t
e
m

3
I
t
e
m

4
I
t
e
m

5
I
t
e
m

6
I
t
e
m

7
I
t
e
m

8
I
t
e
m

9
I
t
e
m

1
0
I
t
e
m

1
1
I
t
e
m

1
2
I
t
e
m

1
3
I
t
e
m

1
4
I
t
e
m

1
5
I
t
e
m

1
6
I
t
e
m

1
7
I
t
e
m

1
8
I
t
e
m

1
9
I
t
e
m

2
0
I
t
e
m

2
1
I
t
e
m

2
2
I
t
e
m

2
3
I
t
e
m

2
4
I
t
e
m

2
5
I
t
e
m

2
6
I
t
e
m

2
7
I
t
e
m

2
8
I
t
e
m

2
9
I
t
e
m

3
0
I
t
e
m

3
1
I
t
e
m

3
2
I
t
e
m

3
3
I
t
e
m

3
4
R
a
t
a
-
r
a
t
a
Diagram 4.16
Skor Rata-rata Seluruh Item Instrumen Penelitian























Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.1 s/d Item No. 34).

Berdasarkan diagram di atas didapatkan skor rata-rata dari 34 item
sebesar 2,18, atau berada pada kategori rendah. Skor rata-rata tertinggi
terdapat pada item nomor 10 sebesar 2,84; sedangkan skor rata-rata terendah
terletak pada item nomor 32 sebesar 1, 68. Skor rata-rata jawaban responden
tersebut memiliki nilai yang berbeda-beda. Oleh karena itu, peneliti kemudian
mengklasifikasikan semua skor rata-rata tersebut kedalam empat kategori
yaitu: Sangat Tidak Baik/Sangat Rendah, Tidak Baik/Rendah, Baik/Tinggi
dan Sangat Baik/Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut:


133

Tabel 4.7
Jumlah Skor Rata-rata Jawaban Responden

Rentang
Kategori
Skor
Penafsiran Nomor Item Jumlah
(Item)
Jumlah
(Persen)
1,00 1,75 Sangat Tidak
Baik/Sangat Rendah
32 1 (3%)

1,76 2,51 Tidak Baik/Rendah 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9,11,
12,13, 14, 15, 16, 17,
18, 20, 21, 22, 23,24,
25, 26, 27, 28, 29, 30,
31, 33, 34
29 (85%)
2,52 3,27 Baik/Tinggi 6, 7, 10, 19, 4 (12%)

3,28 - 4,00 Sangat Baik/Sangat
Tinggi
- - -
Jumlah 34 100%

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2011-2012.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 34 item sebagian
besar skor rata-rata jawaban responden terpusat pada kategori Tidak
Baik/Rendah sebesar 85% atau sebanyak 29 item; Baik/Tinggi sebesar 12%
atau sebanyak 4 item; dan Sangat Tidak Baik/Sangat Rendah sebesar 3% atau
sebanyak 1 item; dan tidak ada skor rata-rata jawaban responden pada
kategori Sangat Baik/Sangat Tinggi.






134

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yakni tentang
evaluasi kebijakan publik yang berjudul Evaluasi Program Peningkatan
Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang, maka dapat dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di
Kabupaten Serang adalah tidak berhasil karena baru mencapai 54,4% dari
angka minimal yang dihipotesiskan yaitu sebesar 65%.
2. Masih terdapat beberapa faktor penghambat dari pelaksanaan Program
Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang, antara lain
sebagai berikut:
a. Kurangnya sosialisasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang
mengenai kebijakan fasilitas penanaman modal di daerah kepada
investor. Sehingga kebijakan fasilitas penanaman modal tersebut
belum terlaksana dengan baik.
b. Kurangnya transparansi peraturan dan biaya perizinan investasi.
Sehingga besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
seringkali tidak jelas dan menentu, tergantung berapa permintaan
yang diinginkan oleh petugas perizinan.
134

135

c. Kurang memadainya kualitas infrastruktur jalan raya yang
menyebabkan sering terjadinya kemacetan lalulintas, khususnya
jalan yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan yanag keluar masuk
kawasan Industri, antara lain (jalan arah Ciruas-Cikande-Jawilan)
dan (jalan arah Kramatwatu-Bojonegara-Pulo Ampel).
d. Stabilitas politik di daerah seringkali berpengaruh terhadap kenaikan
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dimana kenaikan UMK di
Kabupaten/Kota lainnya berpengaruh pula terhadap kenaikan UMK
Kabupaten Serang melalui aksi demonstrasi.
e. Kurangnya jaminan kepastian hukum dalam hal investasi. Hal ini
ditunjukan dengan adanya peraturan/kebijakan yang cepat berubah
dan respon pemerintah daerah dalam menangani sengketa antara
pihak perusahaan dengan masyarakat yang masih kurang.
f. Masih adanya pungutan liar oleh petugas Kantor Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) dalam proses perizinan investasi.
g. Masih terdapat kawasan perusahaan yang kondisi keamanannya
masih kurang mendukung. Dimana masih adanya aksi pungutan liar
yang dilakukan oleh sekelompok preman/jawara yang meminta jatah
baik berupa uang maupun barang limbah dari perusahaan.
h. Keterlibatan pengusaha (investor) dalam perumusan kebijakan
mengenai investasi/penanaman modal masih kurang. Sehingga,
kebijakan yang dihasilkan seringkali tidak sesuai dengan harapan
para pengusaha (investor).
136

i. Kebijakan penetapan Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK)
Kabupaten Serang oleh Gubernur Banten belum tepat sasaran,
karena proses politik dalam penetapan kebijakan UMK tersebut tidak
mendapat persetujuan dari para pengusaha (investor), melainkan
dipengaruhi oleh tekanan para buruh melalui aksi demonstrasi.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Evaluasi Program
Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang, peneliti
menemukan beberapa permasalahan baik pada aspek administratif, judisial,
maupun politik. Oleh karena itu, sebagai masukan dari hasil penelitian ini,
peneliti merekomendasikan beberapa saran antara lain:
1. Pada aspek administratif, harus lebih ditingkatkan transparansi baik
dalam masalah peraturan/regulasi, biaya perizinan, maupun mekanisme
perizinan investasi kepada investor. Oleh karena itu, seluruh informasi
yang berkaitan dengan masalah investasi tersebut harus disajikan secara
online (melalui media internet). Adapun lembaga/dinas yang harus
segera melakukannya antara lain: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah (BKPMD) Provinsi Banten; Kantor Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Banten; Dinas Perindustrian dan Perdagangangan
Provinsi Banten; dan Dinas Perindustrian dan Perdagangangan
Kabupaten Serang. Sedangkan untuk perbaikan infrastruktur jalan raya,
harus dilakukan melalui koordinasi antara Pemerintah Daerah
137

Kabupaten Serang, Pemerintah Daerah Provinsi Banten dan Pemerintah
Pusat sesuai kewenangannya masing-masing.
2. Pada aspek judisial, harus lebih ditingkatkan jaminan kepastian
hukum melalui pembentukan peraturan daerah yang secara spesifik
mengatur tentang penanaman modal/investasi di Kabupaten Serang. Hal
ini dilakukakan agar adanya konsistensi peraturan dan komitmen yang
jelas dalam hal investasi. Kemudian masalah pungutan liar dalam
perizinan, harus diatasi dengan menerapkan sistem pembayaran
perizinan secara online dan ada lembaga khusus untuk tempat
pembayaan perizinan tersebut, misalnya melalui Bank atau lembaga
lain yang statusnya jelas. Selain itu, harus ada sanksi yang tegas
terhadap pegawai yang melakukan pungutan liar, dan sanksi tersebut
harus diatur melalui peraturan daerah. Untuk peningkatan kondisi
keamanan kawasan perusahaan, bisa dilakukan dengan meningkatkan
koordinasi antara investor, Kepolisian, TNI, dan masyarakat.
3. Pada aspek politik, keterlibatan investor (pengusaha) dalam
perumusan kebijakan mengenai investasi harus lebih ditingkatkan.
Strategi yang bisa dilakukan ialah dengan meningkatkan kinerja dan
pembinaan terhadap organisasi-organisasi pengusaha di Kabupaten
Serang seperti: Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan Kamar Dagang Indonesia
(KADIN). Karena organisasi pengusaha tersebut merupakan jembatan
komunikasi antara pengusaha (investor) dengan Pemerintah Daerah.
138

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji & Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal (Edisi
Revisi).Jakarta: Rineka Cipta
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Cetakan Pertama. Bandung:
Alfabeta.
____________, 2007. Perihal Ilmu Politik Sebuah Bahasan Memahami Ilmu
Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Dornbusch, Rudiger, et al. 2005. Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi
Terjemahan).Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Irawan, Prasetya. 2005. Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta: Universitas
Tebuka
Khusaini, Muhammad. 2006. Ekonomi Publik: Desentralisasi Fiskal dan
Pembangunan Daerah. (BPFE UNIBRAW).
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
_____________. 2011. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Pearson, W. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan. Jakarta: Prenada Media.
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Putong, Iskandar. 2009. Economics, Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Rahardaja, Prathama. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro ekonomi & Makro
ekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (LPFEI).
Sharpe, William F, Alexander, Gordon J.et al. 2005. Investasi. Jakarta: Indeks.
139

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3ES
Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
________. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Usman, Husaini & Purnomo Setiady A. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara. Hal 42.
__________________________________. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta:
Bumi Aksara. Hal 287.
Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Proses
Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia.

Dokumen:
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 41/M-
IND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha
Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri.
Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan Astas
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2007-2012.
Peraturan Gubernur Banten Nomor 7 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Banten Tahun 2011
BKPMD Provinsi Banten. 2009. Directory of Foreign and Domestic Investment
Companies in Banten Province: Banten Investment Coordinating Board.
BKPMD Provinsi Banten. 2010. Pelayanan Penanaman Modal atau Inventarisasi
Jenis-jenis Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Provinsi Banten.
BKPMD Provinsi Banten. 2010. Buku Himpunan Peraturan Penanaman Modal.
Disperindag Kabupaten Serang. 2011. Data Potensi Industri Besar tahun 2010.
140

Diseperindag Kabupaten Serang. Daftar Rekapitulasi Pemberian Izin Tanda
Daftar Industri (TDI), Izin Usaha Industri (IUI), Persetujuan Prinsip dan
Izin Perluasan Tahun 2001 s.d 2011.

Sumber lain:
Internet: Radar Banten. http://www.radarbanten.com/.../6071-kini-giliran-buruh-
kota-serang-minta-revisi-umk (Tanggal akses 12 Januari 2011. Pukul
20.30 WIB).

Radar Banten, Rabu 11 Januari 2012















141







DAFTAR
LAMPIRAN PENELITIAN








- 0 -

- 0 -

Serang, Maret 2012


Kepada Yth.
...

di
Tempat


Dengan hormat,
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang saya lakukan terkait mata
kuliah skripsi dengan judul: Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan
Realisasi Investasi di Kabupaten Serang, maka saya yang bertandatangan
dibawah ini membutuhkan data melalui kuesioner yang dibagikan kepada
Bapak/Ibu.
Nama/NIM : Bahri Permana / 080374
Fakultas/Jurusan : FISIP/Ilmu Administrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
No. HP : 087773152043
E-mail : bahri_permana@yahoo.co.id
Perlu saya sampaikan bahwa kuesioner penelitian ini bertujuan untuk
kepentingan akademik dan bukan untuk kepentingan yang lain. Untuk itu, saya
berharap Bapak/Ibu berkenan untuk mengisi kuesioner penelitian ini.
Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini,
saya mengucapkan terimakasih.

Hormat Saya,


Bahri Permana
NIM.080374





- 1 -

- 1 -

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Perhatikan setiap pertanyaan dengan baik dan pilihlah jawaban yang
Bapak/Ibu anggap sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu dengan memberi tanda
(X) pada kolom yang disediakan.
2. Setiap pertanyaan hanya memiliki satu alternatif jawaban.
3. Setelah mengisi jawaban, mohon periksa kembali agar tidak ada jawaban
yang terlewat.
4. Terima kasih banyak atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini.


Identitas Responden:

No :
Tanggal : //2012
Nama Responden :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Usia :
Pekerjaan/Jabatan :
Nama Perusahaan :
Status Penanaman Modal : PMDN/PMA
Pendidikan Terakhir :














* Coret yang tidak perlu
- 2 -

- 2 -

Pertanyaan Kuesioner Penelitian
Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang


I. Evaluasi Administratif:
a. Effort Evaluation (Evaluasi Input Program)
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai potensi investasi di Kabupaten Serang?
a. Sangat Berpotensi c. Tidak Berpotensi
b. Berpotensi d. Sangat Tidak Berpotensi

2. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah pelaksanaan kebijakan pemberian
insentif berupa pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah kepada
investor?
a. Sangat Terlaksana c. Tidak Terlaksana
b. Terlaksana d. Sangat Tidak Terlaksana

3. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah pelaksanaan kebijakan pemberian
insentif berupa pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah
kepada investor?
a. Sangat Terlaksana c. Tidak Terlaksana
b. Terlaksana d. Sangat Tidak Terlaksana

4. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah pelaksanaan kebijakan pemberian
insentif berupa pemberian bantuan modal kepada investor?
a. Sangat Terlaksana c. Tidak Terlaksana
b. Terlaksana d. Sangat Tidak Terlaksana

5. Apa tanggapan anda mengenai ketersediaan data dan informasi yang berkaitan
dengan investasi di Kabupaten Serang?
a. Sangat Memadai c. Tidak Memadai
b. Memadai d. Sangat Tidak Memadai

b. Performance Evaluation (Evaluasi Output Program)
6. Apakah peranserta Pemerintah Daerah Kabupaten Serang berpengaruh terhadap
kegiatan investasi yang anda lakukan?
a. Sangat Berpengaruh c. TidakBerpengaruh
b. Berpengaruh d. Sangat Tidak Berpengaruh

7. Bagaimanakah peluang investasi yang anda lakukan di Kabupaten Serang pada
masa mendatang?
a. Sangat Berpeluang c. Tidak Berpeluang
b. Berpeluang d. Sangat Tidak Berpeluang
- 3 -

- 3 -

c. Adequacy of Performance Evaluation (Evaluasi Kesesuaian Program dengan
Tujuan yang Ditetapkan)

8. Apakah proyek investasi yang anda lakukan memiliki kesesuaian tujuan dengan
kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang?
a. Sangat Sesuai c. Tidak Sesuai
b. Sesuai d. Sangat Tidak Sesuai

9. Apakah anda (sebagai investor) berminat untuk menambah proyek investasi pada
masa mendatang di Kabupaten Serang?
a. Sangat Berminat c. Tidak Berminat
b. Berminat d. Sangat Tidak Berminat

d. Efficiency Evaluation (Evaluasi Efisiensi Biaya Program)
10. Apakah biaya yang anda keluarkan untuk mengurus perizinan sudah sesuai
dengan peraturan yang sudah ditetapkan?
a. Sangat Sesuai c. Tidak Sesuai
b. Sesuai d. Sangat Tidak Sesuai
11. Apakah anda pernah memberikan biaya tambahan untuk mempercepat proses
perizinan investasi?
a. Sangat Sering c. Pernah
b. Sering d. Tidak Pernah

12. Apakah biaya pembebasan lahan yang anda keluarkan untuk pendirian
perusahaan sudah sesuai dengan peraturan?
a. Sangat Sesuai c. Tidak Sesuai
b. Sesuai d. Sangat Tidak Sesuai

13. Dalam hal biaya tenaga kerja, apa tanggapan anda terkait kebijakan Upah
Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Kabupaten Serang dalam mendukung
keberlangsungan usaha anda?
a. Sangat Mendukung c. Tidak Mendukung
b. Mendukung d. Sangat Tidak Mendukung


e. Process Evaluation (Evaluasi Proses)
14. Bagaimanakah efektifitas Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di
Kabupaten Serang dalam menunjang perizinan investasi?
a. Sangat Efektif c. Tidak Efektif
c. Efektif d. Sangat Tidak Efektif


- 4 -

- 4 -

15. Sejauh yang anda ketahui, apakah promosi potensi investasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Serang sudah efektif?
a. Sangat Efektif c. Tidak Efektif
b. Efektif d. Sangat Tidak Efektif

16. Menurut anda, apakah media promosi investasi yang tersedia di
website.www.bantengov.go.id sudah efektif?
a. Sangat Efektif c. Tidak Efektif
b. Efektif d. Sangat Tidak Efektif

II. Evaluasi Judisial:
a. Kemungkinan Pelanggaran terhadap Konstitusi
17. Bagaimanakah kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam
menjamin kepastian hukum bagi investor?
a. Sangat Mampu c. Tidak Mampu
b. Mampu d. Sangat Tidak Mampu

18. Apakah ada pihak-pihak diluar birokrasi yang melalukan pungutan liar
atas kegiatan investasi yang anda lakukan?
a. Sangat Sering c. Pernah
b. Sering d. Tidak Pernah

19. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah respon Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang ketika menangani sengketa hukum antara pihak perusahaan dengan pihak
lain?
a. Sangat Cepat c. Lambat
b. Cepat d. Sangat Lambat

20. Apakah anda masih menemui kebijakan yang cenderung menguntungkan
kelompok/organisasi tertentu dalam hal investasi?
a. Sangat Banyak c. Sedikit
b. Banyak d. Tidak Ada

b. Sistem Hukum
21. Menurut anda, apakah kebijakan yang ada sudah tepat dalam menciptakan
keberlangsungan investasi di Kabupaten Serang?
a. Sangat Tepat c. Tidak Tepat
b. Tepat d. Sangat Tidak Tepat

22. Sejauh yang anda ketahui, apakah anda masih menemui kesimpangsiuran
peraturan dalam hal investasi?
a. Sangat Sering c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
- 5 -

- 5 -

23. Apa tanggapan anda mengenai kondisi keamanan di Kabupaten Serang dalam
menunjang kegiatan investasi?
a. Sangat Aman c. Tidak Aman
b. Aman d. Sangat Tidak Aman

c. Etika
24. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah transparansi data dan informasi yang
diberikan oleh BKPMD Provinsi Banten dalam hal investasi?
a. Sangat Transparan c. Tidak Transparan
b. Transparan d. Sangat Tidak Transparan

25. Apakah data dan informasi mengenai potensi investasi yang dipromosikan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan kenyataan dilapangan?
a. Sangat Sesuai c. Tidak Sesuai
b. Sesuai d. Sangat Tidak Sesuai

26. Bagaimanakah sikap Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam
memberikan pelayanan investasi kepada investor?
a. Sangat Baik c. Buruk
b. Baik d. Sangat Buruk

27. Bagaimanakah tanggapan anda terkait pertanggungjawaban Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang dalam menjamin keberlangsungan investasi?
a. Sangat Bertanggung Jawab c. Tidak Bertanggung Jawab
b. Bertanggung Jawab d. Sangat Tidak Bertanggung Jawab

d. Aturan Administratif Negara
28. Bagaimanakah sikap Pemerintah Kaerah Kabupaten Serang ketika menerima
pengaduan (complaint ) terkait proses perizinan investasi?
a. Sangat Terbuka c. Tertutup
b. Terbuka d. Sangat Tertutup

29. Sejauh yang anda ketahui, ketika terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh para
buruh, bagaimanakah respon Pemerintah Daerah Kabupaten Serang?
a. Sangat Cepat c. Lambat
b. Cepat d. Sangat Lambat

30. Bagaimanakah kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam
menyelesaikan konflik antara masyarakat dengan pihak pengusaha (investor)?
a. Sangat Mampu c. Tidak Mampu
b. Mampu d. Sangat Tidak Mampu

- 6 -

- 6 -

31. Bagaimana tanggapan anda terhadap keberadaan organisasi-organisasi pengusaha
seperti (KADIN, HIPMI, APINDO, dan lain-lain) dalam mendukung kegiatan
investasi?
a. Sangat Mendukung c. Tidak Mendukung
b. Mendukung d. Sangat Tidak Menduk

e. Hak Asasi Manusia
32. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah sikap Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang dalam memberikan perlakuan terhadap para investor?
c. Sangat Adil c. Tidak Adil
d. Adil d. Sangat Tidak Adil

33. Apakah perusahaan anda mempunyai kebebasan untuk membuat
kebijakan/program yang sepenuhnya menjadi hak dan kewenangan internal
perusahaan?
a. Sangat Bebas c. Tidak Bebas
b. Bebas d. Sangat Tidak Bebas

34. Apakah anda diberikan kebebasan dalam menentukan sikap ketika ada kebijakan
atau program pemerintah daerah yang dianggap menghambat kegiatan
perusahaan anda?
a. Sangat Bebas c. Tidak Bebas
b. Bebas d. Sangat Tidak Bebas


III. Evaluasi Politik:

35. Apakah anda (selaku investor) sering dilibatkan dalam merumuskan kebijakan
yang berhubungan dengan investasi/penanaman modal?
a. Selalu Dilibatkan c. Kadang-kadang dilibatkan
b. Dilibatkan d. Tidak Dilibatkan

36. Apakah anda setuju dengan kebijakan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
Kabupaten Serang yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Banten?
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju

37. Bagaimanakah tanggapan anda terkait kejelasan kebijakan Pemerintah Daerah
Kabupaten Serang dalam mengenakan pajak bagi perusahaan anda?
a. Sangat jelas c. Tidak Jelas
b. Jelas d. Sangat Tidak Jelas

- 0 -

- 0 -

INPUT KUESIONER PENELITIAN 30 RESPONDEN


No.
Res
JAWABAN RESPONDEN UNTUK ITEM PERTANYAAN NOMOR:
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
1 4 4 3 2 2 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 129
2 3 2 3 2 4 2 3 2 4 3 4 3 4 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 96
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 99
4 3 1 1 1 2 3 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 75
5 3 1 2 2 1 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2 1 1 3 2 74
6 2 2 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 3 3 88
7 4 2 2 2 2 3 4 2 3 1 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 3 1 2 80
8 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 115
9 3 3 3 3 2 3 2 3 1 1 4 3 2 3 2 2 3 1 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 3 87
10 4 2 2 1 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 83
11 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 82
12 4 3 4 2 3 3 2 3 1 3 2 3 4 3 2 1 3 2 1 3 3 3 3 1 3 3 2 1 1 2 3 2 3 3 1 4 2 92
13 2 2 1 2 1 3 4 2 2 2 3 4 4 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 80
14 4 1 1 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 1 2 81
15 4 1 1 1 1 4 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 1 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 3 80
16 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 77
17 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 87
18 3 2 2 1 2 2 4 3 4 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 85
19 3 2 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 4 4 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 3 3 66
20 3 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 66
21 2 2 2 1 2 2 2 1 4 1 3 1 2 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 71
22 4 1 1 1 2 2 3 3 3 1 2 4 4 4 2 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 82
23 3 2 3 1 2 4 3 2 3 1 3 1 1 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 77
24 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 1 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 52
25 4 3 3 1 1 2 4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 86
26 4 1 1 2 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 3 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 3 3 72
27 2 2 1 2 2 3 2 4 4 1 2 1 1 2 1 2 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 73
28 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 1 1 2 93
29 2 3 3 3 2 3 2 3 1 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 3 3 3 2 3 1 1 3 3 1 1 3 2 81
30 4 2 2 1 2 3 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 79


90 64 65 54 62 81 84 78 74 56 89 68 78 68 62 60 72 76 48 73 68 85 60 59 64 68 62 63 52 56 68 67 69 56 51 68 70
2488
- 1 -

- 1 -

INPUT KUESIONER PENELITIAN 75 RESPONDEN
No.
Res
No Item Instrumen Penelitian
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

1 4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 111
2 2 3 2 4 3 2 3 4 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 81
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3 86
4 1 1 1 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 62
5 1 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 3 1 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 3 2 62
6 2 3 1 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 3 76
7 2 2 2 2 4 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 1 2 66
8 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 99
9 3 3 3 2 2 3 1 4 3 2 2 2 3 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 3 76
10 2 2 1 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 69
11 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 71
12 3 4 2 3 2 3 3 2 3 4 2 1 3 1 3 3 3 3 1 3 3 2 1 3 2 3 2 3 3 1 4 2 81
13 2 1 2 1 4 2 2 3 4 4 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 69
14 1 1 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 71
15 1 1 1 1 2 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 3 66
16 2 2 2 2 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 66
17 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 75
18 2 2 1 2 4 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 73
19 2 1 1 1 4 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 3 3 53
20 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 55
21 2 2 1 2 2 1 1 3 1 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 59
22 1 1 1 2 3 3 1 2 4 4 2 2 3 1 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 68
23 2 3 1 2 3 2 1 3 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 62
24 1 1 1 1 1 2 1 3 2 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 45
25 3 3 1 1 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 71
26 1 1 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 1 3 2 3 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 3 3 59
27 2 1 2 2 2 4 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 60
28 3 3 3 4 4 3 2 4 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 79
29 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 1 3 3 3 2 1 1 1 3 3 1 1 3 2 70
30 2 2 1 2 2 3 3 4 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 66
31 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 3 1 2 2 1 3 2 69
32 3 4 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 4 4 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 80
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 75
34 1 1 1 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 3 1 2 1 2 3 2 3 3 1 4 2 63
35 1 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 67
36 2 3 1 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 1 2 1 1 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 68
37 2 2 2 2 4 2 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 1 3 3 2 2 1 3 3 2 2 1 3 3 73
- 2 -

- 2 -

38 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 80
39 3 3 3 2 2 3 1 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 75
40 2 2 1 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 72
41 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 3 2 65
42 3 4 2 3 2 3 3 2 3 1 2 1 3 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 69
43 2 1 2 1 4 2 2 3 4 4 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 1 1 3 3 1 1 3 75
44 1 1 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 1 3 3 2 2 2 1 2 2 1 3 2 66
45 3 4 2 3 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 3 2 72
46 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 3 77
47 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 1 1 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 1 2 60
48 1 2 2 1 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 68
49 2 3 1 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 70
50 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 1 3 64
51 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 3 3 60
52 1 2 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 76
53 2 2 2 2 4 2 3 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 3 1 2 3 3 64
54 3 3 3 4 4 3 2 2 4 3 2 3 3 2 3 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 74
55 2 2 2 3 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1 3 2 3 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 58
56 2 3 2 4 4 3 2 4 3 3 1 2 3 2 3 3 4 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 81
57 1 2 2 1 2 3 2 2 3 4 2 3 2 3 3 2 1 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 76
58 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 2 3 3 2 1 1 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 76
59 1 1 1 2 2 2 2 4 3 2 2 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 68
60 3 3 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 63
61 1 1 1 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 1 1 2 3 1 2 3 2 3 3 2 4 74
62 2 2 2 2 4 2 1 3 2 2 1 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 62
63 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 1 3 2 1 2 3 2 2 2 2 1 76
64 1 1 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 1 2 3 1 1 3 2 2 2 2 3 68
65 3 3 3 2 2 3 1 4 3 3 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 3 2 1 1 3 2 65
66 2 2 1 2 3 1 3 2 2 2 2 3 3 3 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 68
67 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 75
68 2 4 2 3 2 1 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 1 3 1 1 3 3 1 3 2 3 2 2 2 1 3 73
69 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 62
70 2 3 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 4 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 1 2 2 68
71 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 3 3 3 1 3 2 3 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 66
72 2 3 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 72
73 2 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 3 1 1 2 62
74 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 54
75 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 69


157 171 147 165 201 191 156 213 180 187 154 160 171 147 173 158 191 149 149 153 162 150 154 146 135 158 161 171 151 126 164 174 5225
- 0 -

- 0 -

LAMPIRAN :UJI RELIABILTAS




DATASET ACTIVATE DataSet5.
DATASET CLOSE DataSet3.
RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007
VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015
VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023
VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031
VAR00032
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA.


Reliability

[DataSet5]


Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary

N %
Cases Valid
75 100,0
Excluded(
a)
0 ,0
Total
75 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.


Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,850 32

1

1

LAMPIRAN I



NILAI - NILAI r PRODUCT MOMENT
db
Harga r pada Taraf
Signifikansi
db
Harga r pada Taraf
Signifikansi
95% 99%

95% 99%
1 0,997 1,000

24 0,388 0,496
2 0,950 0,990

25 0,381 0,487
3 0,878 0,959

26 0,374 0,478
4 0,811 0,917

27 0,367 0,470
5 0,754 0,874

28 0,361 0,463
6 0,707 0,834

29 0,355 0,456
7 0,666 0,798

30 0,349 0,449
8 0,632 0,765

35 0,325 0,418
9 0,602 0,735

40 0,304 0,393
10 0,576 0,708

45 0,288 0,372
11 0,553 0,684

50 0,273 0,354
12 0,532 0,661

60 0,250 0,325
13 0,514 0,641

70 0,232 0,302
14 0,497 0,623

80 0,217 0,283
15 0,482 0,606

90 0,205 0,267
16 0,468 0,590

100 0,195 0,254
17 0,456 0,575

125 0,174 0,228
18 0,444 0,561

150 0,159 0,208
19 0,433 0,549

200 0,138 0,181
20 0,423 0,537

300 0,113 0,148
21 0,413 0,526

400 0,098 0,128
22 0,404 0,515

500 0,088 0,115
23 0,396 0,505

1000 0,062 0,081

Sumber: Muhidin, Sambas Ali & Maman Abdurrahman. 2009. Analisis Korelasi,
Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hal 277




2

2

LAMPIRAN II

DAFTAR NILAI KRITIS PEARSON PRODUCT MOMENT (PPM) (r)

Tingkat Signifikansi dari
One - Tailed Test


Tingkat Signifikansi dari
One - Tailed Test


.05 .025 .01 .005

.05 .025 .01 .005
df

df
1 .988 .997 .9995 .9999

24 .330 .388 .453 .496
2 .900 .950 .980 .990

26 .317 .374 .437 .479
3 .805 .878 .934 .959

28 .306 .361 .423 .463
4 .729 .811 .882 .917

30 .296 .349 .409 .449
5 .669 .755 .833 .875

35 .275 .325 .381 .418
6 .662 .707 .789 .834

40 .257 .304 .358 .393
7 .582 .666 .750 .798

45 .243 .288 .338 .372
8 .549 .632 .716 .765

50 .231 .273 .322 .354
9 .521 .602 .685 .735

55 .220 .261 .307 .339
10 .497 .576 .658 .708

60 .211 .250 .295 .325
11 .476 .553 .634 .684

70 .195 .232 .274 .302
12 .458 .532 .612 .661

80 .183 .217 .256 .283
13 .441 .514 .592 .641

90 .173 .205 .242 .267
14 .426 .497 .574 .623

100 .164 .195 .230 .254
15 .412 .482 .558 .606

120 .150 .178 .210 .232.
16 .400 .468 .542 .590

150 .134 .159 .189 .208
17 .389 .456 .529 .575

200 .116 .138 .164 .181
18 .378 .444 .516 .561

300 .095 .113 .134 .148
19 .369 .433 .503 .549

400 .082 .098 .116 .128
20 .360 .423 .492 .537

500 .073 .088 .104 .115
22 .344 .404 .472 .515 1000 .052 .062 .073 .081

Sumber: Usman, Husaini & Purnomo Setiady A. 2009. Pengantar Statistika. Jakarta:
Bumi Aksara. Hal 357.




3

3

LAMPIRAN III
NILAI KRITIS DISTRIBUSI t
for Two-Tailed Test
df 0.50 0.20 0.10 0.05 0.02 0.01
for One-Tailed Test
df 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005
1 1.000 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657
2 0.816 1.886 2.920 4.303 6.955 9.925
3 0.765 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841
4 0.741 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604
5 0.727 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032
6 0.718 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707
7 0.711 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499
8 0.706 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355
9 0.703 1.383 1.833 2.261 2.821 3.250
10 0.700 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169
11 0.697 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106
12 0.695 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055
13 0.694 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012
14 0.692 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977
15 0.691 1.341 1.753 2.132 2.602 2.947
16 0.690 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921
17 0.689 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898
18 0.688 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878
19 0.688 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861
20 0.687 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845
21 0.686 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831
22 0.686 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819
23 0.685 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807
24 0.685 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797
25 0.684 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787
26 0.684 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779
27 0.684 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771
28 0.683 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763
29 0.683 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756
30 0.683 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750
40 0.681 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704
60 0.679 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660
120 0.677 1.289 1.658 1.980 2.358 2.617
x 0.674 1.282 1.645 1.960 2.326 2.576

Sumber: Usman, Husaini & Purnomo Setiady A. 2009. Pengantar Statistika. Jakarta:
Bumi Aksara. Hal 346.
4

4

BIODATA PENELITI

A. Biodata Mahasiswa

Nama : Bahri Permana

Umur : 23 Tahun

Tempat, Tanggal Lahir : Cibaliung, 19 Juni 1989

Alamat : Kampung Ciwangun RT 01/RW 01 Desa
Sukajadi - Kecamatan Cibaliung Kabupaten
Pandeglang - Provinsi Banten

No. HP : 07773152043

E-mail : bahri_permana@yahoo.co.id

C. Biodata Orang Tua


Nama Ayah : Wahyu Hidayat

Alamat
: Kampung Ciwangun RT 01/RW 01 Desa
Sukajadi - Kecamatan Cibaliung Kabupaten
Pandeglang - Provinsi Banten

Nama Ibu : Siti

Alamat
: Kampung Ciwangun RT 01/RW 01 Desa
Sukajadi - Kecamatan Cibaliung Kabupaten
Pandeglang - Provinsi Banten

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Sukajadi 3 (2002)

2. SMP Negeri 1 Cibaliung (2005)

3. SMA Negeri 5 Pandeglang, Jurusan IPA (2008)

4. FISIP UNTIRTA, Program Studi Ilmu Administrasi Negara (2008-2012)




5

5

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Bahri Permana, dilahirkan di Cibaliung pada tanggal
19 Juni 1989 sebagai anak kedua dari enam bersaudara
dari keluarga pasangan Bapak Wahyu Hidayat dan Ibu
Siti. Sebelumnya, peneliti menempuh pendidikan dasar
di SD Negeri Sukajadi 3 dan lulus tahun 2002;
pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Cibaliung dan
lulus tahun 2005; dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Pandeglang
dan lulus tahun 2008. Melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru jalur
Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) tahun 2008, peneliti berhasil
terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Pada tahun 2012, penelti berhasil menyelesaikan skripsi sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu
Administrasi Negara, Konsentrasi Kebijakan Publik dengan judul: Evaluasi
Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang.

Anda mungkin juga menyukai