KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 140903044
2018
The Smart Program Indonesia Policy (PIP) is one of the social assistance
programs in the form of cash provision in the field of education. This program
became one of the programs included in Presidential Instruction Number 7 of
2014 on the Implementation of Prosperous Family Deposit Program, Smart
Indonesia Program, and Healthy Indonesia Program to build productive families.
This study aims to determine the implementation of PIP in the Village District
Sinaksak Tapian Dolok Simalungun Regency. The research method used is
descriptive research method with qualitative approach. Data collection techniques
are conducted by interviewing, observing, and recording documents related to the
implementation of PIP. The data obtained are then analyzed qualitatively by
reviewing all the data collected supported by the interviews with the
implementation model approach from Donal Van Meter and Carl Van Horn which
related that the success of a program is influenced by standard variables and
policy targets, resources, organizational characteristics organizers, inter-
organizational communications related to implementing activities, dispositions or
conductors, and the social, economic, and political environment. The result of
research of PIP implementation in Sinaksak Subdistrict of Tapian Dolok Sub-
district of Simalungun Regency has not run optimally due to the low number of
PIP recipients, the lack of socialization to the community so that the community is
not clear about this program, the disbursement of donation funds and the lack of
supervision on benefit fund PIP in the community.
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
ini. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
bimbingan dari berbagai pihak mulai dari masa perkuliahan sampai dengan
1. Bapak Dr.Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Sumatera Utara
3. Ibu Dra. Asima Yanti Siahaan, Ma., P.hD selaku Sekretaris Program Studi
4. Staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membekali
iii
7. Kedua orang tua penulis, Bapak Syamsul Siahaan dan Mama Linda
untuk semua yang telah diberikan selama ini. Kata – kata tidak akan dapat
8. Sahabat Geng Sarmin (Lailan dan Srik) yang senantiasa selalu melewatkan
penyusunan skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan untuk waktu dan
9. Sahabat-sahabat penulis: Alma, Nindi, Nia, Pida, Lilis dan Rika yang
iv
penulis selama masa penyelesaian skripsi ini dan untuk setiap traktirannya
11. Untuk teman kelompok kecil penulis Ester, Reliska, Tirtado yang telah
kelompok kami Kak Fhida yang selalu memberikan motivasi dan penulis
12. Untuk kawan-kawan SMA penulis Romak, Kukun, Fitri, Daniel, dan
13. Para sahabat dan rekan-rekan mahasiswa Administrasi Publik Fisip USU
14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat
Penulis
ABSTAK. ............................................................................................................. i
DAFTAR TABEL................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
vi
3.6.1. Triangulasi........................................................................................... 42
vii
viii
ix
PENDAHULUAN
Manusia yang pada dasarnya merupakan pusat dari pembangunan memiliki andil
yang sangat besar dalam mewujudkan pembangunan tersebut. Hal tersebut sejalan
dengan prioritas dan sasaran pembangunan nasional Indonesia tahun 2017 dalam
merupakan jawaban untuk membuatnya lengkap dan sejalan dengan hal tersebut.
menjadi pondasi yang kuat bagi suatu bangsa untuk menghadapi berbagai
tantangan di masa mendatang, seperti persaingan global yang kian meningkat. Hal
Indonesia.
dengan negara lain. Hal ini terbukti dari peringkat Indonesia yang menduduki
Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011 yang dirilis oleh
http://disdikpora.palangkaraya.go.id/berita-160-kualitas-pendidikan-indonesia-
pendidikan di beberapa negara Asia Tenggara dapat dilihat dari tabel 1.1 berikut:
dari tabel diatas merupakan indeks yang terdiri dari angka partisipasi pendidikan
dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi
berdasarkan kesetaraan gender, dan angka bertahan siswa hingga kelas 5 sekolah
dasar. Sistem penilaian EDI membagi tiga kategori skor, yaitu kelompok negara
dengan indeks pendidikan tinggi (0,950 ke atas), sedang (0,800 sampai di bawah
Indonesia berada di bawah banyak negara pembandingnya. Pada tahun 2012, dari
dalam pengetahuan membaca, matematika dan ilmu alam, dengan nilai 402 dari
600 (dibanding rata-rata OECD sebesar 493). Banyak negara Asia lain mendapat
peringkat yang jauh lebih baik seperti Shanghai (peringkat 1, dengan nilai 556),
Korea Selatan (2, 539), Hong Kong (4, 533), Singapura (5, 526), Jepang (8, 520),
dan Thailand (50, 421). Negara lainnya di luar Asia juga mencatat peringkat yang
baik seperti Turki (peringkat 41), Rusia (43), dan Brasil (53).
sekolah. Berdasarkan data Kementrian dan Kebudayaan pada tahun 2016 terdapat
lebih dari satu juta anak putus sekolah pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan tak
antara yang tidak tamat SD-SMP, maka ada sekitar 4,3 juta anak yang tak
Sihombing bahwa persoalan mendesak yang harus diperbaiki dari pendidikan saat
ini adalah akses dan juga kualitas dari pendidikan tersebut (Kompas.com,
http://amp.kompas.com/edukasi/read/2017/08/18/06490021/72-tahun-merdekaapa
kecil dalam menjangkau pendidikan yang tinggi. Disamping biaya pendidikan ada
juga biaya perlengkapan yang juga memberatkan para orang tua dalam memenuhi
kebutuhan pendidikan.
memiliki kewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memberikan
Undang Dasar 1945 alinea ke empat yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
pendidikan dan pemberian akses layanan pendidikan. Mulai dari Sekolah Dasar
sembilan tahun. Itu berarti bahwa semua warga negara Indonesia berhak untuk
mendapatkan pendidikan dan pengajaran tanpa terkecuali, baik untuk orang kaya
pendidikan. Dimulai dari program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
pendidikan dasar sebagai penunjang program wajib belajar, hal ini dilakukan
masyarakat miskin. Selain itu, ada juga program-program Bantuan Siswa Miskin
sedang ditempuh.
pendidikan. Begitu pula pemerintahan presiden Joko Widodo dan wakil presiden
prioritas Presiden Joko Widodo, yang dirancang khusus untuk membantu anak
Indonesia Pintar ini dimulai sejak akhir tahun 2014 sebagai pengganti Bantuan
Siswa Miskin (BSM) dengan bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan Dan
juga pemerintah berharap akan terciptanya pemerataan pendidikan dan tidak akan
ada lagi yang namanya kesenjangan pendidikan dan berharap semua lapisan
November 2017).
Tujuan utama dari Program ini adalah untuk membantu siswa miskin agar
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa manfaat dari program KIP ini terus
dapat dirasakan oleh pelajar yang ada di Indonesia dan pada tahun 2017 sasaran
KIP akan diperluas lagi di setiap daerah, bukan hanya untuk siswa yang kurang
mampu dalam hal ekonomi, tapi juga siswa yatim piatu yang ada di Indonesia
(Kompas.com,http://nasional.kompas.com/read/2017/01/29/17194701/jokowi.man
tingkat SD sebanyak 19.008 siswa, untuk SMP sebanyak 5.801 siswa, untuk SMA
sebanyak 3.590 siswa, dan untuk SMK sebanyak 446,9 siswa (jpnn.com,
https://www.jpnn.com/news/pemkab-simalungun-rampungkan-penyaluran-32868-
mencapai sasarannya. Masalah yang paling krusial dari sebuah program biasanya
tidak tepat sasaran dan menjangkau semua target group yang telah ditentukan
awalnya. Semenjak program ini diluncurkan banyak kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan KIP di Indonesia. Seperti halnya program KIP yang belum dapat
menjangkau seluruh anak dari keluarga miskin. Dari data yang didapat
menunjukkan bahwa 2,9 juta anak di tanah air belum terjangkau layanan program
ini dan berstatus putus sekolah atau tidak bersekolah lagi. Untuk mengatasi hal
Belum lagi masalah dengan pendistribusian program KIP yang acap kali
masalah akurasi data penerima KIP di lapangan. Hal ini membuat pendistribusian
KIP kurang tepat sasaran. Untuk itu Kemendikbud meminta BPS untuk
pendidikan/kartu-indonesia-pintar-masih-terganjal-masalah-di-lapangan, diakses
ini. Hal tersebut diketahui berdasarkan wawancara langsung dengan salah seorang
anaknya yang duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar telah mendapatkan KIP
dari pihak sekolah, namun belum merasakan manfaat dari KIP tersebut dan
sampai anaknya duduk di bangku kelas VII Sekolah Menengah Pertama belum
merasakan dana KIP dikarenakan dana tersebut tidak masuk ke rekeningnya dan
mengenai hal tersebut pihak sekolah dan kelurahan meminta menunggu dana
Simalungun.
ini juga dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis adalah
masyarakat.
dan memperkaya ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa
bagi Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan
10
TINJAUAN PUSTAKA
pihak yang berwewenang maka dengan sendirinya kebijakan itu akan akan dapat
dilaksanakan dan hasilnya nanti akan sesuai dengan harapan oleh pembuat
Islamy (dalam Putra, 2001) bahwa sifat dari kebijakan itu kompleks dan saling
yang bersifat non self-excuting, artinya kebijakan negara perlu diwujudkan dan
melihat apakah suatu kebijakan telah berjalan dengan baik atau tidak. Tanpa
adanya suatu implementasi maka semua tahapan kebijakan yang telah dirumuskan
akan sia-sia karena tidak dijalankan. Sejalan dengan hal tersebut, Udoji (1981)
dalam Putra (2001) menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah hal yang
11
tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa. Van Meter dan Van Horn
Pencapaian implementasi yang efektif harus melalui beberapa tahapan yang ada.
Menurut Brian, Hoogwood dan Gunn (dalam Wahab, 1991) adalah sebagai
berikut:
merupakan suatu proses pelaksanaan dari kebijakan publik yang telah dirumuskan
oleh pembuat kebijakan (policy maker) yang bertujuan untuk pencapaian tujuan
12
yang ditawarkan oleh ahli-ahli kebijakan publik yang sangat populer digunakan
diantaranya model implementasi Van Meter dan Van Horn, model implementasi
kebijakan. Pertama ialah implementasi kebijakan yang berpola dari atas ke bawah
(top-down) dan dari bawah ke atas (bottom-up) serta pemilihan implementasi yang
insentive).
Carl E. Van Horn (dalam Iqbal, 2017) ini tidak dimaksudkan untuk mengukur dan
mengukur dan menjelaskan yang dinamakan pencapaian program. Van Meter dan
Van Horn (dalam Putra, 2001) memakai pandangan bahwa implementasi suatu
Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2004) menyatakan bahwa kinerja
13
Van Meter dan Van Horn mengemukakan bahwa untuk mengukur kinerja
yang harus dicapai oleh pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan pada dasarnya
Pemahaman tentang maksud umum dari sebuah standar dan tujuan kebijakan
adalah penting. Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated)
ketika para pelaksana (officials) tidak sepenuhnya menyadari standar dan tujuan
kebijakan.
2. Sumber daya
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang
sesuai dengan pekerjaan yang disyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan
secara politik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu
Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam rangka untuk memperlancar
14
kebijakan. Hal ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat
dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal
ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan pada beberapa
kebijakan dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan disiplin. Pada konteks lain
diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan
pelaksana kebijakan.
kebijakan tentang apa yang menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan
seragam dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi
serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang
menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan
itu, para pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan
tahu apa yang sebenarnya dilakukan. Dalam suatu organisasi publik, komunikasi
merupakan proses yang sulit dan komplek. Proses pentransferan berita kebawah di
dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lain, dan ke komunikator
lain sering mengalami gangguan baik yang disengaja atau tidak. Prospek
para pelaksana kebijakan secara akurat dan konsisten (accuracy and consistency).
15
Menurut pendapat Van Meter dan Van Horn, sikap penerimaan atau
kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena
kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil
kebijakan publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif
eksternal yang kondusif. Untuk lebih memahami model implementasi dari Van
16
1. Komunikasi
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran
kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok
Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan variabel
a. Transmisi
17
c. Konsistensi
2. Sumber daya
implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud
sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya finansial.
Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.
Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja.
a. Staf
b. Informasi
c. Wewenang
d. Fasilitas
3. Disposisi
disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik
memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka
buruk telah menjadi bukti bahwa komitmen, kejujuran sangat rendah di Indonesia.
Hal-hal penting yang perlu diamati pada variabel menurut Edward III, yaitu:
18
b. Insentif
4. Struktur Birokrasi
Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP
menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. SOP adalah suatu
menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini
19
b. Tipe-tipe manfaat
e. Pelaksanaan program
sumber daya yang ada yang dapat diadakan untuk mengembangkan sesuatu yang
kemampuan sehingga dapat dilihat sebagai hasil dari suatu proses pembangunan.
20
(UNDP, 2006; USAID, 2008; UNESCO, 2010; UNESCO, 2015; Bank Dunia,
Colclough (1980) dalam Hoppers (2004) bahwa adanya kontribusi utama dalam
primary stage). Sejalan dengan hal tersebut Lockheed dan vespoor (1990) dalam
diperlukan individu untuk hidup dan mampu memilih apa yang mereka lakukan,
saja dari perbudakan ganda berupa kebisuannya. Kedua dibebaskan ketika mereka
mulai belajar, yang satu mulai menganggap diri cukup berharga walaupun
21
orang lain, dengan pendidikan ini akan menolong manusia untuk meningkatkan
sikap kritis terhadap dunia dan dengan demikian dapat mengubahnya kepada
pembangunan.
modernisasi yang dicetuskan Inkeles dan Smith (dalam Budiman, 1994). Dalam
dan manusia bisa menguasai alam. Dari hasil penelitiannya, Inkeles dan Smith
(1974) dalam Musthofa (2007) ada tiga proposisi utama sebagai dasar teori
melakukan perubahan pada diri manusia. Kedua, dampak dari pendidikan tiga kali
22
oleh Olsen, Codd, dan O’Neil (dalam Tilaar dan Nugroho, 2008) kebijakan
mendapatkan prioritas utama dalam era globalisasi. Salah satu argumen utamanya
yang dibuat negara. Sejalan dengan hal tersebut, Tilaar (dalam Asgart, 2011)
menopang kemajuan yang diraihnya, sehingga pada akhirnya peran negara dalam
merupakan bagian dari kebijakan publik dalam bidang pendidikan yang bertujuan
membawa dampak seperti yang telah ditetapkan diawalnya. Suatu program pada
umumnya akan mengarah pada pemikiran suatu lingkup pemerintah yang relatif
23
memiliki batas-batas yang sudah jelas. Dalam konteks program itu sendiri
cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian tersebut bahwa
dapat dikatakan dengan baik apabila suatu program telah didasarkan pada model
teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi
dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang
serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah tersebut terjadi dan apa yang
24
bagian dari perwujudan suatu kebijakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
oleh pemerintah. Dengan adanya program maka tujuan-tujuan awal yang telah
ditetapkan oleh pembuat kebijakan akan tercapai. Sejalan dengan hal tersebut,
oleh birokrasi. Menurut Warwick dalam Abdullah (1988) ada dua faktor yang
b. Kemampuan organisasi
25
pendidikan yang berkualitas akan serta merta melahirkan kemajuan dan peradaban
atas pendidikan merupakan hak asasi manusia (HAM). Sejalan dengan hal
between the right to education and other rights is also significant for a nation’s
pendidikan kepada warga negara dalam pendidikan. Program pendidikan gratis ini
Pendidikan dasar merupakan salah satu fokus dari pendidikan gratis. Pemerintah
belajar.
26
Pasal 26 dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau DUHAM (dalam
keadaan antar manusia yang diperlakukan dengan sama sesuai dengan hak dan
persamaan hak terhadap akses pendidikan bagi semua orang yang tanpa
dengan pemikiran Sen, disebabkan karena pemerintah tidak dapat memenuhi hak-
masyarakat, agar dapat menunjang kehidupan yang lebih baik. Dalam hal ini,
27
akses pendidikan untuk semua. Pendidikan Untuk Semua (PUS) diartikan bahwa
membedakan suku, ras, agama dan klasifikasi sosial dan ekonomi (Ramayulis,
2015). Istilah dari PUS mengarah kepada semua orang, baik tua maupun muda,
besar maupun kecil, kaya maupun miskin harus memiliki kesempatan dalam
pelayanan pendidikan dengan ikut serta dalam gerakan yang dinaungi oleh
Konsep Education For All (EFA) ini merupakan penjabaran UUD 1945 mengenai
pendidikan untuk masyarakat. Konsep ini merupakan ide atau rancangan yang
menjelaskan istilah EFA pada waktu kawasan Asia Pasifik menyusun program
yang disebut APPEAL (Asia Pacifik Programme of Education For All). Program
ini terdiri dari tiga sub program, yakni (1) Pemberantasan buta huruf, (2)
28
untuk keluarga miskin sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan sekolah, serta
memperluas jaringan sekolah untuk menjangkau semua anak yang ada di daerah.
Tujuan dari EFA atau biasa disebut Pendidikan Untuk Semua juga akan
pendidikan dasar bagi masyarakat untuk menunjang kualitas hidup. Hal ini sejalan
pendidikan yang ada, pendidikan dasar (SD dan SMP) merupakan jenjang
menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Hal ini dapat dipahami karena
pada jenjang pendidikan dasar inilah kemampuan dan keterampilan dasar dibentuk
maupun untuk terjun dalam masyarakat dan berperan serta dalam proses
pembangunan.
29
30
31
32
33
individu atau kelompok yang menjadi objek kajian ilmu sosial. Untuk
pendefenisian konsep (Effendi dan Tukiran 2012). Adapun defenisi konsep dari
adalah model yang dikemukakan oleh Van meter dan Van Horn
Indonesia Pintar (PIP) adalah program bantuan berupa uang tunai dari
34
akan dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi diusulkan
sebagai satu panduan dalam proses analisis data. Menurut Hanifah (2015)
hipotesis kerja adalah hipotesis yang bersumber dari kesimpulan teoritik, sebagai
kerja dalam penelitian ini, yaitu Implementasi Program Kartu Indonesia Pintar di
karakteristik agen pelaksana. Sikap (disposisi) para pelaksana, dan kondisi sosial,
program ini.
35
METODE PENELITIAN
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan lainnya
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
36
model implementasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu meliputi standar
SDN 091609 Sinaksak, SDN 095556 Sinaksak, SDN 095557 Sinaksak, dan SMP
Sinaksak merupakan salah satu kelurahan yang memiliki banyak Sekolah dasar
dan telah menerima Program Indonesia Pintar, dan untuk memperoleh informasi
37
informasi yang jelas mengenai masalah yang sedang di bahas, maka dalam
uraian tersebut, maka adapun informan dalam penelitian ini terdiri atas :
Pintar
Pintar
38
39
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Menurut Sugiyono
dokumentasi untuk sumber data yang sama. Adapun teknik pengumpulan data
mengambil data secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini
a. Wawancara
secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan
40
b. Observasi
data yang diperlukan sebagai acuan yang berkesan dengan topik penelitian. Dalam
Pintar.
kedua untuk mendukung data primer. Hal tersebut dapat dilakukan melalui :
a. Dokumentasi
menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada pada lokasi penelitian serta
b. Studi Kepustakaan
41
dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Moleong (2007)
menyatakan teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang
Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007) terdapat beberapa langkah dalam
1. Reduksi data
dan memfokuskan pada hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari
tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta
2. Penyajian Data
langkah pertama selesai, maka langkah selanjutnya ialah menyajikan data dalam
penelitian dengan teks yang bersifat naratif, bagan maupun dalam bentuk tabel
42
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Namun, apa bila kesimpulan pada tahap awal di dukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
yang sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian
data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten sehingga menjadi suatu data
3.6.1 Triangulasi
penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut,
43
kecamatan Tapian Dolok Simalungun. Pada tahun 1999 Kelurahan Sinaksak resmi
berdiri dan berganti nama dari Desa menjadi Kelurahan. Lurah pertama yang
menjabat saat itu bernama Jamingan. Sampai saat ini terhitung sudah ada 6 lurah
kebun salak berpasir-pasir. Dahulunya wilayah Sinaksak ini memiliki kebun salak
yang sangat luas. Kelurahan Sinaksak memiliki luas wilayah 6,12 Km 2 dengan
jumlah lingkungan sebanyak 10 lingkungan yang terdiri dari 34 RT. Adapun batas
Penduduk asli kelurahan ini berasal dari suku batak simalungun, namun
untuk saat sekarang ini masyarakat sudah hidup berbaur dengan suku lainnya
seperti suku jawa, batak toba, melayu, banjar dan masih banyak lagi. Kelurahan
44
e. Lingkungan V : Kamboja
f. Lingkungan VI : Melati
13.324 jiwa dengan perincian sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Jumlah Penduduk
No Indikator Jumlah
Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang berjenis
45
No Indikator Jumlah
1 0 – 12 3.589 Orang
Sumber : Daftar Isian Indikator Dan Skor Penilaian Kelurahan Tahun 2017
Dari data diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Sinaksak terdiri
dari berbagai tingkatan usia, dengan usia paling banyak ialah penduduk dengan
sebuah peluang untuk dapat mengembangkan semua sumber daya yang ada di
wilayah tersebut.
Visi:
Misi:
46
permberdayaan
Lurah
sekertaris lurah
Kepala Lingkungan 1 - 10
dasar dari setiap warga negara menjadi perhatian dari pemerintah untuk terus
Kelurahan Sinaksak.
47
2 TK 7
3 SD/Sederajat 8
4 SMP/Sederajat 3
5 SMA/Sederajat 2
Sumber : Daftar Isian Indikator Dan Skor Penilaian Kelurahan Tahun 2017
kebijakan Bantuan Siswa Miskin (BSM). BSM merupakan salah satu program
yang pemberian dana bantuan tunai kepada peserta didik dari keluarga yang
kurang mampu yang bertujuan untuk pemerataan dan perluasan akses pendidikan
yang bermutu bagi semua warga negara tanpa terkecuali. Pemberian subsidi atau
bantuan kepada siswa merupakan salah satu kebijakan penting yang menjadi
akses pendidikan yang luas dan bermutu bagi semua kelompok masyarakat yang
(cost barrier) pendidikan, serta terciptanya peluang dan kesempatan yang lebih
48
dilanjutkan. Salah satunya Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan salah satu
semua (education for all). Hal ini sejalan dengan sembilan agenda prioritas (nawa
Program Indonesia Pintar ini mulai diberlakukan pada tahun 2014 dan
Sehat. Program ini pertama kali ditandai dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar
49
Simalungun penyerahan KIP oleh Dinas Pendidikan dilakukan hanya satu kali
pada tahun 2016 dan hingga sekarang tidak lagi melakukan pendistribusian KIP.
Namun untuk pengusulan bagi peserta didik yang memenuhi kriteria untuk
mendapatkan program ini masih terus dapat dilakukan setiap tahunnya atau tahun
ajaran baru. Pihak sekolah yang akan mengusulkan nama-nama peserta didik
mengakomodasi masyarakat miskin yang sampai saat ini tidak terdata namun
Penanggulangan Kemiskinan
50
adalah
pemberian bantuan tunai pendidikan kepada anak usia sekolah (usia 6-21 tahun)
yang berasal dari keluarga miskin, rentan miskin seperti pemilik Kartu Keluarga
dari penyempurnaan program Bantuan Siswa Miskin (BSM) sejak tahun 2014.
ini bertujuan untuk memberi jaminan dan kepastian anak-anak usia sekolah
Adapun sasaran dari program ini adalah peserta didik yang berusia 6
c. Peserta didik yang berstatus yatim piatu/ yatim/ piatu dari sekolah/
51
kemaritiman.
kemungkinan putus sekolah, dan diharapkan dapat menarik siswa putus sekolah
biaya personal pendidikan peserta didik, baik biaya langsung maupun tidak
langsung. Peserta didik yang telah mendapatkan dana melalui program ini
3. Terus belajar dan bersekolah (tidak putus sekolah) dengan rajin, disiplin
dan tekun.
lainnya.
52
berikut:
a. Untuk peserta didik sekolah formal (SD, SMP, SMA dan SMK) dengan cara
sebagai berikut:
data peserta didik pemilik KIP ke dalam aplikasi Dapodik secara benar
a) Nama Siswa
b) Tempat lahir
c) Tanggal lahir
e) Nomor KIP
53
KIP yang tidak layak (kondisi ekonominya mampu/kaya), maka sekolah menandai
cara memberi tanda status Tidak Layak yang ada dalam aplikasi Dapodik. Untuk
dan mengentry nomor KIP ke dalam aplikasi Dapodik sebagai calon penerima
dana/manfaat PIP. Berdasarkan data usulan peserta didik layak PIP pada aplikasi
alur pendaftaran bagi siswa yang memiliki KIP untuk menerima manfaat PIP:
54
menseleksi dan menyusun daftar peserta didik yang masih aktif dan tidak
memiliki KIP sebagai calon penerima dana/manfaat PIP dengan prioritas sebagai
berikut:
khusus seperti:
sosial/panti asuhan
(c) Kelainan fisik (peserta didik inklusi), korban musibah, dari orang tua
(d) Peserta pada lembaga kursus atau satuan pendidikan nonformal lainnya
55
sekolah.
aplikasi pengusulan PIP berdasarkan status kelayakan Peserta Didik yang tercatat
data.dikdasmen.kemdikbud.go.id/pipdikdasmen.
provinsi setempat.
ditetapkan.
Dasar dan Menengah Direktur Jederal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
56
kabupaten/kota adalah:
wilayahnya.
dan Pelatihan)
melalui aplikasi pengusulan PIP (SD dan SMP) dan usulan dari satuan
57
Dapodik sekolah (SMA dan SMK), dan usulan dari satuan pendidikan
lembaga
penerima
B. Sekolah/Lembaga Pendidikan
sekolah
58
didik yang tidak memiliki KIP sesuai dengan sasaran prioritas dan
didik pemilik KIP dan atau tidak ber KIP kepada dinas kabupaten/kota
59
kewenangannya.
sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu kebijakan atau program.
Wahab (dalam Bahri,dkk 2004) menyatakan bahwa rumusan kebijakan yang telah
dibuat tidak akan mempunyai arti apa-apa atau hanya akan merupakan rangkaian
kata-kata yang indah dan baku yang tersimpan rapi dalam sebuah dokumen kalau
implementasi yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn. Ada enam variabel
menjalankan suatu kebijakan. Penegasan mengenai apa yang menjadi standar dan
sasaran dari sebuah kebijakan akan menentukan keberhasilan dari suatu kebijakan
publik. Begitu pula dengan kebijakan Program Indonesia Pintar (PIP) yang
60
semua lapisan masyarakat. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan
akses bagi anak berusia sekolah untuk mendapatkan layanan pendidikan sampai
menengah universal atau rintisan wajib belajar 12 tahun, mencegah peserta didik
kesulitan ekonomi, dan meringankan biaya personal pendidikan. Jika dilihat dari
pendidikan dasar.
Sesuai dengan hal tersebut, tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan
menengah. Program ini juga akan mengurangi angka putus sekolah yang
diakibatkan tidak adanya biaya untuk bersekolah. Program ini menjadi sebuah
61
mampu untuk dapat mengeyam pendidikan yang layak. Dalam program ini
kriteria dari masyarakat yang dikatakan tidak mampu dibuktikan dari kepemilikan
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan anak dari keluarga yang ikut dalam Program
suatu juga sangat penting diketahui secara jelas oleh setiap pelaksana kebijakan
(implementor). Hal ini bertujuan agar implementor tidak salah dalam mencapai
dengan sasaran dari program ini Girsang selaku staf kesiswaan SD Dinas
Pendidikan Kecamatan Tapian Dolok yang ikut dalam pelaksanaan program ini
menyatakan bahwa:
62
yang menjadi sasaran dari program ini. sasaran dari program ini adalah peserta
didik yang berusia 6 sampai dengan 21 tahun yang memiliki KIP dan dari
keluarga yang kurang mampu yang ikut dalam program keluarga harapan,
memiliki kartu keluarga sejahtera, anak yatim piatu atau anak yang tinggal di
panti asuhan, dan anak dari korban bencana alam. Jika dilihat dari sasarannya
tersebut dari beberapa keluarga yang menerima manfaat program ini di kelurahan
sinaksak termasuk dalam keluarga yang kurang mampu. Hal tersebut dibuktikan
dengan kepemilikikan kartu keluarga sejahtera dan ikut dalam program keluarga
Pemahaman mengenai tujuan dan sasaran juga penting untuk diketahui oleh
masyarakat. Berikut pernyataan Ibu Jamila yang sudah menerima program ini :
63
manfaat PIP bahwa orang tua belum memahami tujuan dari program ini, mereka
Kelurahan Sinaksak:
Sejalan dengan hal tersebut Sipahutar selaku kepala sekolah SD. Negeri
yang menjadi sasaran dari program ini. dan berbicara mengenai sasaran informan
telah melihat dari penerima sudah tepat namun masih perlu diperbanyak jumlah
penerima program ini lagi, karen belum menjangkau seluruh anak-anak yang
ini bahwa secara tujuan mereka telah memahami apa yang menjadi tujuan dari
jumlah penerima PIP. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan dari Ibu
Samianik bahwa program ini sudah tepat sasaran. Karena melihat masyarakat
sekitar yang mendapat KIP memang sudah layak dan perlu bantuan. Namun
menurutnya ada juga masyarakat yang masih layak membutuhkan bantuan tetapi
64
dengan tujuan dari program ini orang tua dari siswa penerima manfaat program ini
sekolah termasuk dengan seragam sekolah, buku pelajaran dan keperluan sekolah
lainnya.
Maka dalam penelitian ini yang menjadi standar dari kebijakan program
ini adalah instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Program
beberapa Menteri yang ada termaksud Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk
efektif dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat dan juga terdapat peraturan
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Nomor
Mengenai apa yang menjadi standar dari program ini tertuang dalam Juklak PIP
telah tegas dan bersifat terbuka sehingga para implementor lebih memahami
program ini. Sementara untuk sasarannya ialah peserta didik yang berusia sekolah
yang berasal dari keluarga tidak mampu dengan menunjukkan kepemilikan KKS
dan ikut dalam PKH. KKS dan PKH menjadi indikator dalam program ini untuk
manfaat PIP.
65
tersedia. Setiap tahap dari implementasi menuntut adanya sumber daya yang
memadai, terutama sumber daya manusia yang merupakan sumber daya paling
penting. Karena pada dasarnya manusia merupakan subjek dan objek dari sebuah
kebijakan itu sendiri. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mempermudah
ada juga sumber daya lain yang menjadi pendukung ialah sumber daya finansial
tersebut. Pendistribusian KIP dilakukan melalui berbagai pihak yang ikut dalam
tersebut, dan sekolah akan langsung membagikan kepada siswa yang didampingi
oleh orang tuanya. Sementara untuk kartu yang tidak teridentifikasi melalui
66
program yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat atau dalam hal ini
yang dikatakan oleh Sitepu selaku staf kesiswaan SMP bahwa pelaksanaan dari
memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Adapun peran dan fungsi instansi
terkait dengan pelaksanaan program ini juga telah diatur di dalam juklak yang
berlaku. Sejalan dengan hal tersebut Nurbaity selaku Plt. Ka SD 091609 Sinaksak
menyatakan bahwa:
67
memang benar peserta didik tersebut merupakan siswi di sekolah itu. Selain itu,
yang layak untuk mendapatkan program ini melalui Data Pokok Sekolah
Dari beberapa hasil wawancara langsung diatas dapat dilihat bahwa implementor
telah mengetahui apa yang menjadi tugas pokok mereka dalam melaksanakan
program ini.
Pelaksanaan tugas dan fungsi dari dinas maupun sekolah terkait prgram ini
telah dikerjakan. Namun dari hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah ada
juga sekolah yang tidak menyampaikan laporan pencairan dana PIP kepada
dikarenakan para orang tua tidak menyampaikan bukti kepada sekolah bahwa
dilakukan oleh dinas pendidikan terkait dengan pelaksanaan program ini melihat
ada. Hal tersebut juga dilakukan agar tidak ada kesalahan yang terjadi di daerah
tahun 2017 mengikuti satu kali kegiatan pelatihan program ini di Jakarta yang
68
dengan baik. Tak terkecuali operator sekolah yang bertugas menginput data ke
program ini. Dari spesifikasi pendidikan yang dimiliki oleh kepala sekolah dan
operator sekolah telah memadai dan operator sekolah juga telah memahami
pengisian data siswa di Dapodik dan hal tersebut dapat menunjang berjalannya
program ini.
Sementara untuk sumber daya finansial dalam kebijakan program KIP ini
untuk alokasi dana pendidikan melalui Kemendikbud. Hal tersebut sejalan dengan
anggaran untuk program ini mutlah dari pemerintah. Ia menjelaskan bahwa pihak
program ini (Wawancara, 24 April 2018). Hal ini berarti bahwa penyelanggaraan
69
mengenai sarana dan prasarana yang mendukung program ini sesuai dengan
yang ada disekolah yang berguna untuk menginput data peserta didik ke dalam
Dapodik. Selain itu adanya ruang tunggu yang disediakan setiap sekolah kepada
program ini. Selain itu ada juga Koordinator Wilayah yang bertujuan untuk
formal yang ada di Kelurahan Sinaksak, Lurah Sinaksak yang ikut dalam
70
(Kemendikbud) dan Dinas selalu menerima informasi langsung dari pusat. Dinas
organisasi nonformal yang ikut dalam program ini termasuk lembaga kursus yang
April 2018).
program ini, hal ini juga terlihat dengan adanya papan informasi mengenai
mekanisme pelaksanaan program PIP serta sekolah juga bersifat baik dan
71
penerima manfaat program ini menyatakah bahwa sejauh ini sekolah sangat baik
dalam menanggapi masalah terkait program ini, misalnya orang tua menanyakan
informasi terkait program ini dan dengan baik serta jelas sekolah turut
pelaksana
kepada agen-agen pelaksana kebijakan, baik itu mengenai apa yang menjadi
tujuan dan sasaran dari sebuah kebijakan yang dikerjakan. Komunikasi mengenai
tujuan dan sasaran dari kebijakan tersebut harus dilakukan konsisten dan seragam
dari berbagai sumber informasi. Komunikasi dalam hal ini juga berkaitan dengan
mekanisme prosedur yang dirancang untuk mencapai tujuan dan sasaran dari
implementasi program maka para implementor akan mengerti apa yang harus
implementor sama mengenai apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari sebuah
program.
Sinaksak ini terlihat dari penyebaran atau distribusi KIP dan informasi mengenai
harus mengetahui jelas informasi terkait dengan program yang dijalankan agar
72
“Ya sejauh ini Saya mengetahui program ini baik dari tujuan,
sasaran maupun mekanisme program ini. Seperti contoh mekanismenya
yaitu siswa yang memiliki kartu dari kementrian sosial seperti kartu
kesejahteraan sosial dan program keluarga harapan agar melapor dan
dimasukkanlah nomor kartu tersebut ke data pokok pendidik oleh operator
sekolah dan langsung dilengkapi pengusulannya yang dikirimkan ke
kementrian dan tugas kementrianlah untuk menyaring atau memilih
peserta didik mana yang layak menerima sesuai dengan kuota yang
tersedia, setelah itu akan keluar surat keterangan beserta nama-nama calon
penerima yang akan dikirimkan ke sekolah melalui dinas pendidikan”
(Wawancara, 11 April 2018).
terkait dengan program ini. Namun untuk permasalahan dana atau pencairan
pencairan tersebut.
73
Terkait dengan hal tersebut Staf kesiswaan Dikjar, Sitorus menyatakan bahwa:
penelitian ini terlihat sosialisasi yang diberikan dilakukan pada saat keluarnya
nama-nama penerima dari pusat maka dinas akan memanggil setiap kepala
sosialisasi dari pusat biasanya dilakukan rapat koordinasi ke Jakarta oleh operator
74
Karena memang masyarakat adalah sasaran dari kebijakan program ini. Untuk itu
papan informasi terkait mekanisme PIP dan membagikan selebaran yang ada di
dalam amplop saat pembagian KIP. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh
sekolah menyebabkan para orang tua kurang paham terhadap program ini.
pernah satu kali dilakukan sosialisasi dan tidak pernah ada lagi. Berikut
pernyataan Rahima selaku penerima manfaat KIP ini terkait sosialisasi bahwa:
“Pernah ada satu kali saat penyerahan KIP ini di sekolah. Sekalian
saat itulah dijelaskan semua masalah mengenai KIP ini dan di dalam
amplop yang dibagikan tersebut ada juga brosur mengenai cara pencairan
dana program ini” (Wawancara, 13 Mei 2018).
Senada dengan hal tersebut juga, Ibu Saniar Purba selaku masyarakat
hanya satu kali saat pembagian pertama kali di tahun 2016. Saat itulah para orang
tua dipanggil ke sekolah dan dijelaskan mengenai informasi seputar KIP ini,
seperti penggunaan dana dan bagaimana proses mekanisme pencairan dari dana
keberhasilan dari program tersebut. Sikap penerimaan dan penolakan dari agen
pelaksana harus menjadi perhatian yang khusus dalam menjalankan program yang
75
pelaksanaan program ini dengan baik. Dengan adanya dukungan tersebut maka
terwujud dari komitmen para pelaksana untu terus melaksanakan program ini
implementasi dari program ini baik dan para implementor memiliki komitmen
selaku Ka SMP Negeri 2 Tapian Dolok terkait dengan tanggapan dan hambatan
Senada dengan hal tersebut Sitepu selaku staf kesiswaan SMP Dikjar
76
dapat dilihat bahwa tanggapan para implementor terkait pelaksanaan program PIP
ini mendukung program ini dan berharap program ini tetap dilanjutkan lagi. Selain
itu dari segi informasi implementor bersifat terbuka dan baik dalam memberikan
pelayanan kepada masyarkat, seperti respon baik dari sekolah dalam menangani
pengaduan orang tua terkait masalah yang dihadapi dalam program ini,
implementasi kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal yang turut serta
Dolok menyatakan bahwa mayoritas dari penerima program ini merasa terbantu
dengan adanya program ini. Namun tidak dipungkiri juga adanya pengaduan dari
2018).
77
keperluan perlengkapan untuk sekolah anak mereka, seperti membeli buku dan tas
saat tahun ajaran baru dimulai. Sejalan dengan hal tersebut ada harapan yang
diinginkan masyarakan penerima manfaat PIP ini. Harapan mereka agar program
ini terus berjalan dan masalah pencairan atau dana manfaat ini diberikan secara
jelas dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, karena memang selama ini yang
bermasalah selalu dalam pencairan dana yang sering tidak diterima oleh penerima
menyatakan bahwa:
Senada dengan hal tersebut pihak sekolah melalui Ibu Nurbaity Sinaga
78
79
5.1 Kesimpulan
menggunakan model implementasi dari Van Meter dan van Horn yang terdiri dari
1. Standar dan sasaran kebijakan dalam implementasi program PIP ini adalah
Sementara untuk sasarannya ialah peserta didik yang berusia sekolah yang
80
dan sekolah tidak ada dikenakan biaya untuk melaksanakan program ini.
dan mengenai sarana dan prasarana yang mendukung program ini sesuai
menginput data peserta didik ke dalam Dapodik. Selain itu adanya ruang
3. Karakteristik agen pelaksana dalam hal ini pihak yang terlibat untuk
kewenangan paling tinggi dalam program ini. Selain itu ada juga
81
5. Disposisi atau sikap pelaksana dalam implementasi program PIP ini secara
semakin baik dan program ini tetap dilanjutkan lagi. Selain itu dari segi
program ini.
program KIP ini yaitu program ini sangat membantu penerima manfaat
mereka, seperti membeli buku dan tas saat tahun ajaran baru dimulai.
Sejalan harapan penerima manfaat program PIP agar program ini terus
berjalan dan masalah pencairan atau dana manfaat ini diberikan secara
jelas dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, karena memang selama ini
yang bermasalah selalu dalam pencairan dana yang sering tidak diterima
82
5.2 Saran
mengetahui jelas apa yang menjadi standar dan sasaran dari program
tersebut.
kepada implementor untuk lebih memahami apa yang menjadi fungsi dan
program ini dikomunikasikan dengan jelas dan terarah sesuai dengan yang
83
program ini agar program ini berjalan ssesuai dengan tujuan yang telah
84
Abudullah, Syukur., 1988, Laporan Temu Kajian Posisi dan Peran Ilmu
Administrasi Negara dan Manajemen, LAN RI dan Asia Fondation, Jakarta.
Bahri, Saiful, Tangkilisan, Mira Subandini., 2004, Hukum dan Kebijakan Publik,
Penerbit YPAPI, Yogyakarta.
Effendi, Sofian dan Tukiran., 2012, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.
Jones, Charles O., 1994, Pengantar Kebijakan Publik. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Muhtaj, Majda El., 2013, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial,
dan Budaya, Rajawali Press, Jakarta.
Putra, Fadillah., 2001, Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
85
Subarsono, AG., 2005, Analisis Kebijakan Publik Konsep Teory dan Aplikasi,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Winarno, Budi., 2012, Kebijakan Publik, Teori, Proses, dan Stdi Kasus, CAPS,
Yogyakarta.
86
Sumber Internet:
Kompas.com,http://nasional.kompas.com/read/2017/01/29/17194701/jokowi.man
faat.kartu.indonesia.pintar.terus.dirasakan.pelajar (oleh Ihsanuddin, diakses
pada tanggal 30 November 2017 pukul 22:00 WIB)
Jppn.com,https://www.jpnn.com/news/pemkab-simalungun-rampungkanpenyalur
an-32868-kip(diakses pada tanggal 30 November 2017 pukul 22:30)
87
Kompas.com, http://amp.kompas.com/edukasi/read/2017/08/18/06490021/72-
tahun-merdeka-apa-kabarpen didikan-indoensia (diakses pada tanggal 24
Januari 2018 pukul 21:35)
Kompas.com,http://nasional.kompas.com/read/2017/06/08/15412821/2.9.juta.ana
k.belum.terjangkau.kip(diakses pada tanggal 29 Januari 2018 pukul 20:00)
Sumber Undang-Undang:
Sumber Lain :
88