Anda di halaman 1dari 99

IMPLEMENTASI PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) DI

KELURAHAN SINAKSAK KECAMATAN TAPIAN DOLOK

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Administrasi Publik

Oleh :

NORA AGUSTINA SIAHAAN

NIM : 140903044

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kebijakan Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan salah satu program


pemberian bantuan sosial berupa pemberian uang tunai dalam bidang pendidikan.
Program ini menjadi salah satu program yang termasuk dalam Instruksi Presiden
Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk
membangun keluarga produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
implementasi PIP di Kelurahan Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten
Simalungun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara, observasi, dan pencatatan dokumen terkait dengan
pelaksanaan PIP. Data yang didapat kemudian dianalisis secara kualitatif dengan
menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan yang didukung oleh hasil
wawancara dengan pendekatan model implementasi dari Donal Van Meter dan
Carl Van Horn yang mengaitkan bahwa keberhasilan suatu program dipengaruhi
oleh variabel standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, karakteristik organisasi
pelaksana, komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan
pelaksana, disposisi atau sikap pelaksana, dan lingkungan sosial, ekonomi, dan
politik. Adapun hasil penelitian implementasi PIP di Kelurahan Sinaksak
Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun belum berjalan optimal
dikarenakan kurang banyaknya jumlah penerima PIP, kurangnya sosialisasi
kepada masyarakat sehingga menyebabkan masyarakat tidak mengetahui jelas
program ini, pencairan dana bantuan yang tidak berjalan dengan baik serta
minimnya pengawasan mengenai dana manfaat PIP di masyarakat.

Kata Kunci : Kebijakan, Implementasi, Program Indonesia Pintar (PIP)

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The Smart Program Indonesia Policy (PIP) is one of the social assistance
programs in the form of cash provision in the field of education. This program
became one of the programs included in Presidential Instruction Number 7 of
2014 on the Implementation of Prosperous Family Deposit Program, Smart
Indonesia Program, and Healthy Indonesia Program to build productive families.
This study aims to determine the implementation of PIP in the Village District
Sinaksak Tapian Dolok Simalungun Regency. The research method used is
descriptive research method with qualitative approach. Data collection techniques
are conducted by interviewing, observing, and recording documents related to the
implementation of PIP. The data obtained are then analyzed qualitatively by
reviewing all the data collected supported by the interviews with the
implementation model approach from Donal Van Meter and Carl Van Horn which
related that the success of a program is influenced by standard variables and
policy targets, resources, organizational characteristics organizers, inter-
organizational communications related to implementing activities, dispositions or
conductors, and the social, economic, and political environment. The result of
research of PIP implementation in Sinaksak Subdistrict of Tapian Dolok Sub-
district of Simalungun Regency has not run optimally due to the low number of
PIP recipients, the lack of socialization to the community so that the community is
not clear about this program, the disbursement of donation funds and the lack of
supervision on benefit fund PIP in the community.

Keywords: Policy, Implementation, Smart Indonesia Program (PIP)

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar sarjana Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak mulai dari masa perkuliahan sampai dengan

penyusunan skripsi ini sangatlah sulit dalam melewati dan menyelesaikannya.

Oleh kerena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Asima Yanti Siahaan, Ma., P.hD selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah

bersedia untuk meluangkan waktu, tenaga dan ilmu serta memberikan

motivasi selama proses penulisan skripsi ini

4. Staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membekali

penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir

penulisan skripsi ini.

iii

Universitas Sumatera Utara


5. Staf Tata Usaha Program Studi Ilmu Administasi Publik yang telah banyak

membantu penulis selama mengikuti perkuliahan samapai kahir penulisan

skripsi ini (terkhusus buat Ka Dian dan Bang Hendra).

6. Terima kasih kepada pimpinan dan staf Dinas Pendidikan Kabupaten

Simalungun, Koordinator Wilayah Kecamatan Tapian Dolok, Lurah

Sinaksak, dan Kepala Sekolah Pendidikan Formal di Kelurahan Sinaksak

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Syamsul Siahaan dan Mama Linda

Sinaga, serta saudara penulis Lastiar Siahaan, Mey Siahaan, Richard

Siahaan dan Firdaus Siahaan. Terima kasih banyak penulis sampaikan

untuk semua yang telah diberikan selama ini. Kata – kata tidak akan dapat

melukiskan kasih sayang, pengorbanan, serta jasa kalian yang tak

terhingga kepada penulis. Semoga skripsi ini menjadi langkah awal

kesuksesan penulis agar dapat membahagiakan kalian.

8. Sahabat Geng Sarmin (Lailan dan Srik) yang senantiasa selalu melewatkan

waktu bersama penulis baik dalam masa perkuliahan maupun masa

penyusunan skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan untuk waktu dan

kebersamaan yang telah terlewati selama ini.

9. Sahabat-sahabat penulis: Alma, Nindi, Nia, Pida, Lilis dan Rika yang

senantiasa saling memotivasi baik dalam perkuliahan maupun dalam

penyusunan skripsi ini. Kemudian untuk Sulu yang selalu bersedia

mendengarkan keluh kesah selama penulisan skripsi ini dan memotivasi

serta menjadi pendoa bagi penulis untuk tetap semangat.

iv

Universitas Sumatera Utara


10. Untuk sahabat kecilku Septrina Nainggolan, terima kasih telah memotivasi

penulis selama masa penyelesaian skripsi ini dan untuk setiap traktirannya

selama berkunjung ke Medan.

11. Untuk teman kelompok kecil penulis Ester, Reliska, Tirtado yang telah

melewati waktu untuk belajar mengenal Allah dan untuk pemimpin

kelompok kami Kak Fhida yang selalu memberikan motivasi dan penulis

selama masa perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.

12. Untuk kawan-kawan SMA penulis Romak, Kukun, Fitri, Daniel, dan

Mustafa yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

13. Para sahabat dan rekan-rekan mahasiswa Administrasi Publik Fisip USU

yang telah bersama-sama saling mendukung dan menyertai saya

menyelesaikan studi ini.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Akhirnya, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat buat pengembangan keilmuan.

Medan, 10 Juli 2018

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTAK. ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR. ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI . ...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR. .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah. .......................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian. ........................................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian. ......................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi Kebijakan.................................................................................. 10

2.2 Model Implementasi Kebijakan. ..................................................................... 12

2.2.1. Model Implementasi Van Meter dan Van Horn. ...................................... 12

2.2.2. Model Implementasi George C. Edwards III. ........................................... 16

2.2.3. Model Implementasi Merilee S. Grindle. .................................................. 18

2.3 Pendidikan dan Pembangunan. ....................................................................... 19

2.4 Program Pendidikan dalam Pembangunan. .................................................... 23

2.5 Pendidikan Sebagai Hak Asasi Manusia (HAM). ........................................... 25

2.6 Studi Terdahulu. .............................................................................................. 28

2.7 Defenisi Konsep. ............................................................................................. 33

2.8 Hipotesis Kerja. ............................................................................................... 34

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB II METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian.. ......................................................................................... 35

3.2. Lokasi Penelitian.. .......................................................................................... 36

3.3. Informan Penelitian. ....................................................................................... 36

3.4. Teknik Pengumpulan Data.. ........................................................................... 39

3.5. Teknik Analisis Data. ..................................................................................... 40

3.6 Keabsahan data................................................................................................ 42

3.6.1. Triangulasi........................................................................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sinaksak. .......................................................... 43

4.1.1 Kondisi Geografis ................................................................................ 44

4.1.2 Kondisi Pendidikan ............................................................................... 46

4.2 Kebijakan Program Indonesia Pintar .............................................................. 47

4.2.1 Kartu Indonesia Pintar........................................................................... 50

4.2.2 Mekanisme Pelaksana ........................................................................... 51

4.2.3 Peran dan Fungsi Lembaga Terkait PIP. ............................................... 55

4.3 Implementasi program Kartu Indonesia Pintar (KIP) di kelurahan Sinaksak


Kecamatan Tapian Dolok Simalungun ................................................................ 59

4.3.1 Standar dan sasaran kebijakan .............................................................. 59

4.3.2 Sumber daya .......................................................................................... 64

4.3.3 Karakteristik agen pelaksana................................................................. 68

4.3.4 Komunikasi antara organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan


pelaksanana .......................................................................................... 70

4.3.5 Disposisi ................................................................................................ 73


4.3.6 Lingkungan Sosial, ekonomi dan politik .............................................. 75

vii

Universitas Sumatera Utara


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan. .................................................................................................... 77

5.2 Saran ............................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA. ......................................................................................... 82

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Pedoman Observasi

Lampiran 3: Pedoman Dokumentasi

Lampiran 4: Transkip Wawancara

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Education Develompment Index (EDI) 2008 ....................................... 2

Tabel 3.1 Matriks Informan Penelitian ................................................................. 37

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Penduduk Berdasarkan Gender di Kelurahan Sinaksak 44

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia . ................................................... 45

Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan di Kelurahan Sinaksak. ...................................... 46

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Van Meter dan Van Horn...................................................... 16

Gambar 4.1 Struktur Birokrasi Kelurahan Sinaksak. ............................................ 46

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam

menunjang tercapainya pembangunan nasional, terutama dalam pengembangan

sumber daya manusia yang merupakan faktor penentu dalam pembangunan.

Manusia yang pada dasarnya merupakan pusat dari pembangunan memiliki andil

yang sangat besar dalam mewujudkan pembangunan tersebut. Hal tersebut sejalan

dengan prioritas dan sasaran pembangunan nasional Indonesia tahun 2017 dalam

dimensi pembangunan manusia yaitu dengan pembangunan pendidikan.

Pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Rutz (dalam Sindhunata,

2001) bahwa pendidikan berawal dari fakta bahwa manusia mempunyai

kekurangan, atau dalam bahasanya disebut defisit, karenanya pendidikan

merupakan jawaban untuk membuatnya lengkap dan sejalan dengan hal tersebut.

Pendidikan berarti sebuah proses belajar yang ditunjukkan untuk membangun

manusia dengan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan yang berkualitas akan

menjadi pondasi yang kuat bagi suatu bangsa untuk menghadapi berbagai

tantangan di masa mendatang, seperti persaingan global yang kian meningkat. Hal

tersebut menyadarkan negara berkembang untuk semakin memperhatikan kualitas

pendidikannya dan mengatasi permasalahan pendidikan, tak terkecuali negara

Indonesia.

Pendidikan di Indonesia saat ini masih dikatakan rendah jika dibandingkan

dengan negara lain. Hal ini terbukti dari peringkat Indonesia yang menduduki

Universitas Sumatera Utara


peringkat ke 69 dari 127 negara di dunia, data tersebut berdasarkan data dalam

Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011 yang dirilis oleh

UNESCO di New York (Dinas Pendidikan Palangkaraya,

http://disdikpora.palangkaraya.go.id/berita-160-kualitas-pendidikan-indonesia-

ranking-69-tingkat-dunia.html, diakses pada 24 Januari 2018). Data dari EFA

Global Monitoring Report 2008 menunjukkan perbandingan indeks pembangunan

pendidikan di beberapa negara Asia Tenggara dapat dilihat dari tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Education Development Index (EDI) 2008

Negara Indeks Angka Angka Angka Angka


Pembangunan Partisipasi Melek Menurut Bertahan
Pendidikan Pendidikan huruf Gender Hingga
Dasar Usia 15 kelas 6 SD
Tahun ke
Atas
Brunai 0,965 0.969 0,927 0,967 0,995
Darrusalam
Malaysia 0,945 0,954 0,904 0,938 0,984
Indonesia 0,935 0,983 0,904 0,959 0,895
Vietnam 0,899 0,878 0,903 0,945 0,868
Filipina 0,893 0,944 0,926 0,955 0,749
Myanmar 0,866 0,902 0,899 0,963 0,699
Kamboja 0,807 0,989 0,736 0,871 0,631
Laos 0,750 0,836 0,714 0,820 0,630
Sumber: EFA Global Monitoring Report 2008 dalam Jurnal Kependudukan
Indonesia: Pembangunan Pendidikan dan MDGs di Indonesia (2007)

Indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI)

dari tabel diatas merupakan indeks yang terdiri dari angka partisipasi pendidikan

dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi

berdasarkan kesetaraan gender, dan angka bertahan siswa hingga kelas 5 sekolah

dasar. Sistem penilaian EDI membagi tiga kategori skor, yaitu kelompok negara

dengan indeks pendidikan tinggi (0,950 ke atas), sedang (0,800 sampai di bawah

Universitas Sumatera Utara


0,950) dan rendah (di bawah 0,800). Berdasarkan kategori tersebut Indonesia

berada dalam kelompok dengan kategori EDI sedang.

Dalam Laporan World Bank (2014) juga menunjukkan kualitas pendidikan

Indonesia. Dalam ujian internasional seperti PISA tercatat bahwa peringkat

Indonesia berada di bawah banyak negara pembandingnya. Pada tahun 2012, dari

470.000 pelajar berusia 15 tahun dari 65 negara, Indonesia mendapat peringkat 57

dalam pengetahuan membaca, matematika dan ilmu alam, dengan nilai 402 dari

600 (dibanding rata-rata OECD sebesar 493). Banyak negara Asia lain mendapat

peringkat yang jauh lebih baik seperti Shanghai (peringkat 1, dengan nilai 556),

Korea Selatan (2, 539), Hong Kong (4, 533), Singapura (5, 526), Jepang (8, 520),

dan Thailand (50, 421). Negara lainnya di luar Asia juga mencatat peringkat yang

baik seperti Turki (peringkat 41), Rusia (43), dan Brasil (53).

Permasalahan lainnya yang dihadapi ialah tingginya angka anak putus

sekolah. Berdasarkan data Kementrian dan Kebudayaan pada tahun 2016 terdapat

lebih dari satu juta anak putus sekolah pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan tak

melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jika digabungkan

antara yang tidak tamat SD-SMP, maka ada sekitar 4,3 juta anak yang tak

mengenyam pendidikan dasar. Menurut ketua pengurus Tanoto Foundation, Sihol

Sihombing bahwa persoalan mendesak yang harus diperbaiki dari pendidikan saat

ini adalah akses dan juga kualitas dari pendidikan tersebut (Kompas.com,

http://amp.kompas.com/edukasi/read/2017/08/18/06490021/72-tahun-merdekaapa

-kabar pen didikan-indoensia, diakses pada 24 Januari 2018).

Universitas Sumatera Utara


Pendidikan yang berkualitas menjadi impian semua masyarakat, namun

tak semua lapisan masyarakat dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas

dikarenakan faktor kemiskinan. Pendidikan dan kemiskinan memiliki hubungan

yang saling mempengaruhi. Pandangan tentang tingkat pendidikan akan

mempengaruh peningkatan kualitas kehidupan masyarakat membuat semua orang

memerlukan pendidikan. Masalah pembiayaan pendidikan telah menjadi masalah

yang krusial bagi masyarakat, terutama masyarakat dengan kategori menengah ke

bawah. Mahalnya biaya pendidikan sering kali menjadi penghambat masyarakat

kecil dalam menjangkau pendidikan yang tinggi. Disamping biaya pendidikan ada

juga biaya perlengkapan yang juga memberatkan para orang tua dalam memenuhi

kebutuhan pendidikan.

Sudah menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia dalam memberikan

pelayanan pendidikan yang berkualitas kepada warga negara. Pemerintah

memiliki kewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memberikan

layanan pendidikan yang berguna untuk peningkatan kualitas hidup bangsa

Indonesia. Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 alinea ke empat yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pemerintah Indonesia secara formal telah melakukan upaya untuk pemerataan

pendidikan dan pemberian akses layanan pendidikan. Mulai dari Sekolah Dasar

hingga Sekolah Menengah, dilanjutkan dengan wajib belajar pendidikan selama

sembilan tahun. Itu berarti bahwa semua warga negara Indonesia berhak untuk

mendapatkan pendidikan dan pengajaran tanpa terkecuali, baik untuk orang kaya

maupun orang miskin dan masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan.

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia pemerintah telah

mengupayakan berbagai program-program yang bertujuan untuk pembangunan

pendidikan. Dimulai dari program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang

bertujuan untuk menyediakan pendanaan biaya operasional sekolah bagi satuan

pendidikan dasar sebagai penunjang program wajib belajar, hal ini dilakukan

untuk menunjang masyarakat untuk mengakses pendidikan, khususnya

masyarakat miskin. Selain itu, ada juga program-program Bantuan Siswa Miskin

(BSM) untuk membantu masyarakat miskin dalam membiayai pendidikan yang

sedang ditempuh.

Upaya untuk pembangunan manusia melalui pendidikan masih terus

ditingkatkan pemerintah. Pemerintah memiliki komitmen untuk terus

meningkatkan akses masyarakat miskin/tidak mampu dalam mendapatkan

pendidikan. Begitu pula pemerintahan presiden Joko Widodo dan wakil presiden

Jusuf Kalla yang mengeluarkan kebijakan untuk pembangunan manusia melalui

program berbasis pendidikan. Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan program

prioritas Presiden Joko Widodo, yang dirancang khusus untuk membantu anak

dari keluarga miskin/tidak mampu agar tetap mendapatkan layanan pendidikan

sampai tamat pendidikan menengah/sederajat. Selain itu, PIP ditujukan untuk

membantu meringankan biaya personal pendidikan, mencegah agar siswa tidak

putus sekolah, serta mendorong siswa putus sekolah dapat melanjutkan

pendidikan di satuan pendidikan formal maupun non formal (Petunjuk Teknis

Program Indonesia Pintar Tahun 2017).

Universitas Sumatera Utara


Program Indonesia Pintar yang diwujudkan dengan pemberian Kartu

Indonesia Pintar ini dimulai sejak akhir tahun 2014 sebagai pengganti Bantuan

Siswa Miskin (BSM) dengan bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan Dan

Kebudayaan (Kemendikbud), Kementrian Sosial (Kemensos) dan Kementrian

Agama (Kemenag). Melalui program ini pemerintah berupanya mengedepankan

pendidikan karena mengingat bahwa kualitas sumber daya manusia sangat

mempengaruhi kemajuan bangsa ini. Untuk itu pemerintah berupaya selalu

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat khususnya masyarakat yang

dikategori miskin/kurang mampu. Melalui program Kartu Indonesia Pintar ini

juga pemerintah berharap akan terciptanya pemerataan pendidikan dan tidak akan

ada lagi yang namanya kesenjangan pendidikan dan berharap semua lapisan

masyarakat dapat merasakan pendidikan yang berkualitas tanpa pandang buluh

(Kemendikbud, http://indonesiapintar.kemdikbud.go.id/, diakses pada 30

November 2017).

Tujuan utama dari Program ini adalah untuk membantu siswa miskin agar

memperoleh pendidikan yang layak, mencegah anak putus sekolah, serta

memenuhi kebutuhan sekolah mereka. Dengan ditetapkannya tujuan tersebut

diharapkan dapat meningkatkan pendidikan di Indonesia dan pemerataan

pendidikan yang akan berpengaruh terhadap tingkat pembangunan di Indonesia.

Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa manfaat dari program KIP ini terus

dapat dirasakan oleh pelajar yang ada di Indonesia dan pada tahun 2017 sasaran

KIP akan diperluas lagi di setiap daerah, bukan hanya untuk siswa yang kurang

mampu dalam hal ekonomi, tapi juga siswa yatim piatu yang ada di Indonesia

(Kompas.com,http://nasional.kompas.com/read/2017/01/29/17194701/jokowi.man

Universitas Sumatera Utara


faat.kartu.indonesia.pintar.terus.dirasakan.pelajar, diakses pada 30 November

2017). Sementara untuk pelaksanaan KIP di Simalungun saat ini Pemerintah

Kabupaten Simalungun telah menyalurkan sebanyak 32.868 Kartu Indonesia

Pintar (KIP) kepada Koordinator wilayah Pendidikan di tiap-tiap Kecamatan

untuk selanjutnya dibagikan kepada penerima manfaat KIP. Penerima KIP di

tingkat SD sebanyak 19.008 siswa, untuk SMP sebanyak 5.801 siswa, untuk SMA

sebanyak 3.590 siswa, dan untuk SMK sebanyak 446,9 siswa (jpnn.com,

https://www.jpnn.com/news/pemkab-simalungun-rampungkan-penyaluran-32868-

kip, diakses pada 30 November 2017).

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap pelaksanaan program

memiliki kendala-kendala ataupun masalah yang menghambat program tersebut

mencapai sasarannya. Masalah yang paling krusial dari sebuah program biasanya

tidak tepat sasaran dan menjangkau semua target group yang telah ditentukan

awalnya. Semenjak program ini diluncurkan banyak kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan KIP di Indonesia. Seperti halnya program KIP yang belum dapat

menjangkau seluruh anak dari keluarga miskin. Dari data yang didapat

menunjukkan bahwa 2,9 juta anak di tanah air belum terjangkau layanan program

ini dan berstatus putus sekolah atau tidak bersekolah lagi. Untuk mengatasi hal

tersebut dibutuhkan partisipasi dari pemerintah daerah untuk ikut dalam

pelaksanaan program KIP (Kompas.com,http://nasional.kompas.com/read/2017/06

/08/15412821/2.9.juta.anak.belum.terjangkau.kip, diakses pada 29 Januari 2018).

Belum lagi masalah dengan pendistribusian program KIP yang acap kali

sering membuat terhambatnya program ini sampai kepada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menemukan banyak

masalah akurasi data penerima KIP di lapangan. Hal ini membuat pendistribusian

KIP kurang tepat sasaran. Untuk itu Kemendikbud meminta BPS untuk

melakukan pemutakhiran data lebih lanjut lagi (edupost.id,http://edupost.id/berita-

pendidikan/kartu-indonesia-pintar-masih-terganjal-masalah-di-lapangan, diakses

pada 30 November 2017). Selain masalah tersebut kurangnya pengetahuan

masyarakat akan program KIP juga menjadi penghambat pelaksanaan program

ini. Hal tersebut diketahui berdasarkan wawancara langsung dengan salah seorang

warga di Kelurahan Sinaksak, bernama Promina Nainggolan mengatakan bahwa

anaknya yang duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar telah mendapatkan KIP

dari pihak sekolah, namun belum merasakan manfaat dari KIP tersebut dan

sampai anaknya duduk di bangku kelas VII Sekolah Menengah Pertama belum

merasakan dana KIP dikarenakan dana tersebut tidak masuk ke rekeningnya dan

mengenai hal tersebut pihak sekolah dan kelurahan meminta menunggu dana

tersebut turun dari pusat (Wawancara, Nainggolan pada 10 Desember 2017).

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik

untuk mengetahui bagaimana implementasi program Kartu Indonesia Pintar

tersebut di Kelurahan Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok Simalungun dan apa

yang menjadi kendala-kendala yang dihadapi pemerintah maupun masyarakat

dalam mendapatkan akses pelayanan Kartu Indonesia Pintar tersebut.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan permasalahan

pada penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Program Indonesia Pintar

(PIP) di Kelurahan Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok Simalungun”.

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka adapun yang

menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Implementasi Program Indonesia Pintar (PIP) di

Kelurahan Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok Simalungun,

2. Untuk mengetahui kendala dalam Implementasi Program Indonesia

Pintar (PIP) di Kelurahan Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok

Simalungun.

1.3 Manfaat Penelitian

Disamping tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, penelitian

ini juga dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis adalah

1. Secara Subyektif, bermanfaat bagi peneliti untuk mengembangkan dan

melatih kemampuan peneliti dalam menulis karya ilmiah, terutama dalam

menganalisis permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada kaitannya

dengan ilmu yang didapat dalam perkuliahan.

Universitas Sumatera Utara


2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

instansi terkait dalam memberikan pelayanan publik yang baik kepada

masyarakat.

3. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dan memperkaya ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa

bagi Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta dapat menjadi bahan

referensi bagi terciptanya suatu karya ilmiah.

10

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi Kebijakan

Banyak yang beranggapan bahwa setelah sebuah kebijakan disahkan oleh

pihak yang berwewenang maka dengan sendirinya kebijakan itu akan akan dapat

dilaksanakan dan hasilnya nanti akan sesuai dengan harapan oleh pembuat

kebijakan tersebut. Padahal tanpa dipungkiri ada banyak permasalahan yang

ditemui dilapangan saat proses implementasi kebijakan. Seperti yang dikatakan,

Islamy (dalam Putra, 2001) bahwa sifat dari kebijakan itu kompleks dan saling

ketergantungan, sehingga hanya sedikit kebijakan negara yang bersifat self-

executing. Maksudnya dengan dirumuskannya kebijakan tersebut sekaligus atau

dengan sendirinya kebijakan itu terimplementasikan. Yang paling banyak adalah

yang bersifat non self-excuting, artinya kebijakan negara perlu diwujudkan dan

dilaksanakan oleh berbagai pihak sehingga mempunyai dampak yang diharapkan.

Implementasi merupakan tahap dari kebijakan publik yang sangat menentukan

suatu keberhasilan kebijakan. Melalui implementasi kebijakan pemerintah dapat

melihat apakah suatu kebijakan telah berjalan dengan baik atau tidak. Tanpa

adanya suatu implementasi maka semua tahapan kebijakan yang telah dirumuskan

akan sia-sia karena tidak dijalankan. Sejalan dengan hal tersebut, Udoji (1981)

dalam Putra (2001) menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah hal yang

terpenting bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan.

Implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier (1979) dalam Wahab

(2008) adalah untuk mempelajari masalah implementasi berarti berusaha untuk

11

Universitas Sumatera Utara


memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau

dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah

proses pengesahan/legislasi kebijakan publik, baik itu menyangkut usaha-usaha

untuk mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak

tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa. Van Meter dan Van Horn

(dalam Winarno, 2012) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok

pemerintahan maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya.

Pencapaian implementasi yang efektif harus melalui beberapa tahapan yang ada.

Menurut Brian, Hoogwood dan Gunn (dalam Wahab, 1991) adalah sebagai

berikut:

1. Tahapan pertama memuat beberapa kegiatan pokok yaitu;


a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penerapan tujuan
secara jelas
b. Menentukan standar pelaksanaan
c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan
2. Tahapan kedua merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan
struktur staff, sumberdaya, prosedur, biaya serta metode.
3. Tahapan ketiga memuat kegiatan pokok antara lain:
a. Menentukan jadwal
b. Melakukan pemantauan
c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
program. Dengan demikian jika terdapat pelanggaran dapat diambil
tindakan cepat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan

merupakan suatu proses pelaksanaan dari kebijakan publik yang telah dirumuskan

oleh pembuat kebijakan (policy maker) yang bertujuan untuk pencapaian tujuan

yang diharapkan sesuai dengan sasaran kebijakan tersebut. Implementasi juga

berarti keseluruhan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan

12

Universitas Sumatera Utara


kebijakan publik biasanya melalui program-program yang telah dibuat agar

program tersebut berhasil.

2.2 Model Implementasi Kebijakan

Pada dasarnya ada banyak pilihan model implementasi yang dapat

digunakan dalam menjalankan suatu kebijakan. Ada beberapa model kebijakan

yang ditawarkan oleh ahli-ahli kebijakan publik yang sangat populer digunakan

diantaranya model implementasi Van Meter dan Van Horn, model implementasi

George C. Edwards III, model implementasi Mazmanian dan Sabatier, model

implementasi Merilee S. Grindle dan beberapa ahli lainnya. Menurut Nugroho

(2003) pada prinsipnya terdapat dua pemilihan teknik pendekatan implementasi

kebijakan. Pertama ialah implementasi kebijakan yang berpola dari atas ke bawah

(top-down) dan dari bawah ke atas (bottom-up) serta pemilihan implementasi yang

berpola paksa (command-and-control) dan mekanisme pasar (economic-

insentive).

2.2.1 Model Implementasi Van Meter dan Van Horn

Model implementasi yang diperkenalkan oleh Donald S. Van Meter dan

Carl E. Van Horn (dalam Iqbal, 2017) ini tidak dimaksudkan untuk mengukur dan

menjelaskan hasil-hasil akhir dari sebuah kebijakan pemerintah, tetapi untuk

mengukur dan menjelaskan yang dinamakan pencapaian program. Van Meter dan

Van Horn (dalam Putra, 2001) memakai pandangan bahwa implementasi suatu

kebijakan perlu mempertimbangkan isi atau tipe kebijakan. Model implementasi

Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2004) menyatakan bahwa kinerja

13

Universitas Sumatera Utara


kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan, variabel-

variabel tersebut yaitu :

1. Standar dan sasaran kebijakan atau ukuran dan tujuan kebijakan

Van Meter dan Van Horn mengemukakan bahwa untuk mengukur kinerja

implementasi kebijakan tentunya akan menegaskan standar dan sasaran tertentu

yang harus dicapai oleh pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan pada dasarnya

merupakan penilaian atas tingkat pencapaian standar dan sasaran tersebut.

Pemahaman tentang maksud umum dari sebuah standar dan tujuan kebijakan

adalah penting. Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated)

ketika para pelaksana (officials) tidak sepenuhnya menyadari standar dan tujuan

kebijakan.

2. Sumber daya

Keberhasilan implementasi kegiatan sangat tergantung dari kemampuan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang

terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap

tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

sesuai dengan pekerjaan yang disyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan

secara politik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu

menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber

daya kebijakan (policy resources) tidak kalah pentingnya dengan komunikasi.

Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam rangka untuk memperlancar

administrasi implementasi suatu kebijakan.

3. Karakteristik organisasi pelaksana

14

Universitas Sumatera Utara


Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian suatu

kebijakan. Hal ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat

dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal

ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan pada beberapa

kebijakan dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan disiplin. Pada konteks lain

diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan

atau luas wilayah menjadi pertimbangan penting dalam menentukan agen

pelaksana kebijakan.

4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksana

Komunikasi dalam rangka penyampaian informasi kepada para pelaksana

kebijakan tentang apa yang menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan

seragam dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi

serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang

menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan

itu, para pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan

tahu apa yang sebenarnya dilakukan. Dalam suatu organisasi publik, komunikasi

merupakan proses yang sulit dan komplek. Proses pentransferan berita kebawah di

dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lain, dan ke komunikator

lain sering mengalami gangguan baik yang disengaja atau tidak. Prospek

implementasi kebijakan yang efektif, sangat ditentukan oleh komunikasi kepada

para pelaksana kebijakan secara akurat dan konsisten (accuracy and consistency).

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan.

15

Universitas Sumatera Utara


6. Disposisi atau sikap pelaksana

Menurut pendapat Van Meter dan Van Horn, sikap penerimaan atau

penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau

kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena

kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang

mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka sarankan. Tetapi

kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil

keputusan tidak mengetahui bahkan tidak mampu menyentuh kebutuhan,

keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan.

7. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi

kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan

kebijakan publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif

dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan

karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan

eksternal yang kondusif. Untuk lebih memahami model implementasi dari Van

Meter dan Van Horn perhatikan gambar berikut ini:

16

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Model Van Meter dan Van Horn

Sumber: Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2005:99)

2.2.2 Model Implementasi George C. Edwards III

Dalam pandangan Edwards III (dalam Subarsono, 2005) implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yaitu :

1. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga

akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu

kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok

sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan variabel

komunikasi tersebut, yaitu:

a. Transmisi

17

Universitas Sumatera Utara


b. Kejelasan

c. Konsistensi

2. Sumber daya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,

tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan,

implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud

sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya finansial.

Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.

Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja.

Indikator sumber daya terdiri dari beberapa elemen, yaitu :

a. Staf

b. Informasi

c. Wewenang

d. Fasilitas

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,

seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki

disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik

seperti apa yang diinginkan oleh pembuatan kebijakan. Ketika implementor

memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka

proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. Berbagai pengalaman

buruk telah menjadi bukti bahwa komitmen, kejujuran sangat rendah di Indonesia.

Hal-hal penting yang perlu diamati pada variabel menurut Edward III, yaitu:

18

Universitas Sumatera Utara


a. Pengangkatan birokrat

b. Insentif

4. Struktur Birokrasi

Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung

kebijakan yang telah diputuskan secara matang dengan jalan melakukan

koordinasi yang baik. Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan

kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya

prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP

menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. SOP adalah suatu

kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (pelaksana kebijakan/birokrat)

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada setiap harinya sesuai dengan

standar yang ditetapkan (standar minimum yang dibutuhkan warga). Struktur

organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan

menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini

pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi yang tidak fleksibel.

2.2.3 Model Implementasi Merilee S. Grindle

Merilee S. Grindle (dalam Tangkilisan, 2003) menyatakan bahwa

implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks

implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah sebuah kebijakan

ditransformasikan, maka implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilan

ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut.

19

Universitas Sumatera Utara


1. Isi kebijakan mencakup :

a. Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi

b. Tipe-tipe manfaat

c. Derajat perubahan yang diharapkan

d. Letak pengambilan keputusan

e. Pelaksanaan program

f. Sumber daya yang dilibatkan

2. Konteks implementasi mencakup:

a. Kekuasaan, kepentingan, strategi aktor yang terlibat

b. Karakteristik lembaga dan penguasa

c. Kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran.

2.3 Pendidikan dan Pembangunan

Pada hakekatnya pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu

usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali

kemajuan yang dimaksud terutama dalam kemajuan material. Maka,

pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah

masyarakat di bidang ekonomi (Budiman, 1994). Sedangkan pembangunan

menurut Sutirna dan Samsudin (2015) dapat diartikan sebagai pemanfaatan

sumber daya yang ada yang dapat diadakan untuk mengembangkan sesuatu yang

lebih baik. Dalam hubungannya dengan pendidikan, merupakan cara dalam

membangun seperti dari pengembangan sumber-sumber, baik dari sumber daya

manusia yang menyangkut pengembangan diri maupun pengembangan

kemampuan sehingga dapat dilihat sebagai hasil dari suatu proses pembangunan.

20

Universitas Sumatera Utara


Pentingnya pendidikan dalam pembangunan suatu negara telah dibahas

secara luas dan ditunjukkan sebagai persyaratan dan indikator pembangunan

(UNDP, 2006; USAID, 2008; UNESCO, 2010; UNESCO, 2015; Bank Dunia,

2012). Sejak tahun 1990an, masyarakat internasional semakin menyadari

sentralitas pendidikan dalam pembangunan sebagaimana tercakup dalam MDGs,

yang kemudian diperluas ke SDG, dan menghasilkan gerakan Pendidikan Untuk

Semua (EFA). Badan internasional dan pemerintah nasional menekankan dan

merumuskan pendidikan sebagai tujuan dan strategi pembangunan yang harus

diimplementasikan dalam proses pembangunan (Siahaan, 2017). Menurut

Colclough (1980) dalam Hoppers (2004) bahwa adanya kontribusi utama dalam

produktivitas manusia yaitu melalui pendidikan, termasuk tingkat dasar (lower

primary stage). Sejalan dengan hal tersebut Lockheed dan vespoor (1990) dalam

Hoppers (2004) menyatakan bahwa pendidikan dasar juga akan menyumbang

secara langsung bagi peningkatan produktivitas karena meningkatnya efisiensi,

mengurangi fertilitas, meningkatnya nutrisi dan kesehatan dan pembaharuan

sikap. Pentingnya pendidikan dasar juga dikemukakan oleh Delors (1996)

menyatakan bahwa pendidikan dasar sebagai sebuah paspor yang sangat

diperlukan individu untuk hidup dan mampu memilih apa yang mereka lakukan,

mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat masa depan secara kolektif,

dan terus menerus belajar.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Freire (2001) pendidikan adalah

praktek pembebasan, karena ia membebaskan pendidik dan bukan hanya terdidik

saja dari perbudakan ganda berupa kebisuannya. Kedua dibebaskan ketika mereka

mulai belajar, yang satu mulai menganggap diri cukup berharga walaupun

21

Universitas Sumatera Utara


kenyataannya buta huruf, miskin, dan tak menguasai teknologi dan yang lainnya

belajar berdialog meski masih saja dibayang-bayangi oleh peranan pendidik

sebagaimana pada umumnya digambarkan. Pendidikan yang dimaksud adalah

pendidikan yang membuat manusia berani membicarakan masalah-masalah

lingkungannya dan turun tangan dalam lingkungan tersebut, pendidikan yang

mampu memperingatkan manusia dari bahaya-bahaya zaman dan memberikan

kepercayaan dan kekuatan untuk menghadapi bahaya-bahaya tersebut, dan bukan

pendidikan yang menjadikan kita menyerah patuh kepada keputusan-keputusan

orang lain, dengan pendidikan ini akan menolong manusia untuk meningkatkan

sikap kritis terhadap dunia dan dengan demikian dapat mengubahnya kepada

pembangunan.

Keterkaitan pendidikan dan pembangunan dapat dilihat dari pentingnya

pendidikan bagi proses pembangunan. Pentingnya faktor manusia sebagai

komponen utama untuk menopang pembangunan dikemukakan dalam teori

modernisasi yang dicetuskan Inkeles dan Smith (dalam Budiman, 1994). Dalam

teorinya dijelaskan untuk mencapai pembangunan maka diperlukan manusia

modern, dengan ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman dan ide

baru, berorientasi ke masa sekarang dan depan, punya kesanggupan merencanakan

dan manusia bisa menguasai alam. Dari hasil penelitiannya, Inkeles dan Smith

(1974) dalam Musthofa (2007) ada tiga proposisi utama sebagai dasar teori

modernisasinya. Pertama, pendidikan adalah usaha paling efektif dalam

melakukan perubahan pada diri manusia. Kedua, dampak dari pendidikan tiga kali

lebih kuat dibandingkan dengan usaha-usaha lainnya. Ketiga, pendidikan dan

pengalaman kerja dapat membuat manusia menjadi lebih modern.

22

Universitas Sumatera Utara


Kebijakan pendidikan akan berkontribusi terhadap pembangunan

pendidikan. Kebijakan pendidikan merupakan salah satu bagian dalam kebijakan

publik yang dibuat oleh pemerintah. Kebijakan pendidikan sangat diperlukan

untuk menunjang terciptanya pembangunan nasional. Sebagaimana dikemukakan

oleh Olsen, Codd, dan O’Neil (dalam Tilaar dan Nugroho, 2008) kebijakan

pendidikan merupakan kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi, bagi negara-

negara dalam persaingan global, sehingga kebijakan pendidikan perlu

mendapatkan prioritas utama dalam era globalisasi. Salah satu argumen utamanya

adalah bahwa globalisasi membawa nilai demokrasi. Demokrasi yang

memberikan hasil adalah demokrasi yang didukung oleh pendidikan.

Kebijakan pendidikan menurut Imron (2008) adalah salah satu kebijakan

yang dibuat negara. Sejalan dengan hal tersebut, Tilaar (dalam Asgart, 2011)

menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan merupakan hal yang fundamental.

Negara-negara maju telah menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama untuk

menopang kemajuan yang diraihnya, sehingga pada akhirnya peran negara dalam

pendidikan sangat penting dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Dari

beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan

merupakan bagian dari kebijakan publik dalam bidang pendidikan yang bertujuan

untuk pembangunan manusia.

2.4 Program Pendidikan dalam Pembangunan

Suatu program haruslah terencana dengan baik agar nantinya akan

membawa dampak seperti yang telah ditetapkan diawalnya. Suatu program pada

umumnya akan mengarah pada pemikiran suatu lingkup pemerintah yang relatif

23

Universitas Sumatera Utara


khusus dibuat untuk menangani permasalahan atau memperbaiki keadaan dan

memiliki batas-batas yang sudah jelas. Dalam konteks program itu sendiri

biasanya akan mencakup serangkaian kegiatan yang menyangkut pengesahan atau

legislasi, pengorganisasian dan pengerahan atau penyediaan sumber-sumber daya

yang diperlukan (Wahab, 2008).

Sejalan dengan pengertian diatas menurut Jones (1994) program adalah

cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian tersebut bahwa

program adalah langkah-langkah yang dijelaskan secara terperinci sehingga dapat

melaksanakan program yang dimaksud tanpa kesalahan dengan mengikuti

penjabaran langkah-langkah tersebut. Adapun ciri-ciri program yang baik menurut

Tjokromidjojo (1987) dalam Budi (2017) ialah :

1. Tujuan yang dirumuskan secara jelas


2. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut
3. Suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten atau proyek yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan program seefektif mungkin
4. Pengukuran ongkos-ongkos yang diperkirakan dan keuntungan-
keuntungan yang diharapkan akan dihasilkan program tersebut
5. Hubungan dengan kegiatan dalam usaha pembangunan dan program
lainnya, suatu program tidak dapat berdiri sendiri
6. Berbagai upaya dibidang manajemen, termasuk penyedian tenaga,
pembiayaan, dan lain-lain untuk melaksanakan program tersebut. Dengan
demikian dalam menentukan suatu program harus dirumuskan secara
matang sesuai dengan kebutuhan agar dapat mencapai tujuan melalui
partisipasi dari masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut Jones (1994) mengatakan bahwa program

dapat dikatakan dengan baik apabila suatu program telah didasarkan pada model

teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi

dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang

serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah tersebut terjadi dan apa yang

24

Universitas Sumatera Utara


menjadi solusi terbaiknya. Menurut Abdullah (1988) terdapat tiga unsur yang

penting dalam proses pelaksanaan program yaitu ;

1. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan


2. Target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan
diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebutu dalam bentuk
perubahan dan peningkatan
3. Unsur pelaksana (implementor) baik organisasi maupun perorangan yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan dari
proses implementasi tersebut.
Dari pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa program adalah suatu

bagian dari perwujudan suatu kebijakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

oleh pemerintah. Dengan adanya program maka tujuan-tujuan awal yang telah

ditetapkan oleh pembuat kebijakan akan tercapai. Sejalan dengan hal tersebut,

Wibawa dkk (2003) bahwa untuk mengoperasionalisasikan kebijakan publik,

birokrasi pemerintah menginterpretasikan kebijakan tersebut menjadi program.

Jadi program dapat dipandang sebagai kebijakan birokratis karena dirumuskan

oleh birokrasi. Menurut Warwick dalam Abdullah (1988) ada dua faktor yang

mempengaruhi keberhasilan suatu program yaitu:

1. Faktor Pendorong, yakni meliputi :

a. Komitmen pimpinan politik

b. Kemampuan organisasi

c. Komitmen para pelaksana

d. Dukungan dari kelompok sasaran

2. Faktor Penghambat, yakni meliputi :

a. Banyaknya pemain atau aktor yang terlibat

b. Terdapatnya komitmen atau loyalitas ganda

25

Universitas Sumatera Utara


c. Kerumitan yang melekat pada program itu sendiri

d. Jenjang pengambilan keputusan yang terlalu panjang

2.5 Pendidikan Sebagai Hak Asasi Manusia (HAM)

Muhtaj (2013) mengatakan bahwa pendidikan merupakan aset bangsa dan

pendidikan yang berkualitas akan serta merta melahirkan kemajuan dan peradaban

bangsa sehingga melihat begitu pentingnya pendidikan, maka terpenuhinya hak

atas pendidikan merupakan hak asasi manusia (HAM). Sejalan dengan hal

tersebut Khoza dalam Muhtaj (2013) menyatakan bahwa “This interdependency

between the right to education and other rights is also significant for a nation’s

development” (Ketergantungan antara hak atas pendidikan dan hak-hak lainnya

juga penting bagi pembangunan bangsa).

Konsep pendidikan gratis di Indonesia dimaksudkan untuk memberikan pelayanan

pendidikan kepada warga negara dalam pendidikan. Program pendidikan gratis ini

merupakan program yang direalisasikan pemerintah sebagai tindak lanjut dari

amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dimana dalam pasal 31 disebutkan

bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional.

Pendidikan dasar merupakan salah satu fokus dari pendidikan gratis. Pemerintah

harus dapat menjamin terselenggarnya pendidikan dasar bagi setiap warga

negaranya dan pemerintah berkewajiban untuk membiayai terselenggaranya wajib

belajar.

26

Universitas Sumatera Utara


Bagi masyarakat internasional, pemenuhan hak atas pendidikan

menempati prioritas utama dalam mengokohkan eksistensi diri sebagai manusia.

Pasal 26 dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau DUHAM (dalam

Muhtaj, 2013:164) dengan tegas menyatakan :

(1) Setiap orang berhak mendapat pendidikan. Pendidikan harus gratis,


setidak tidaknya untuk tingkat sekolah rendah dan pendidikan dasar.
Pendidikan rendah harus diwajibkan. Pendidikan teknik dan jurusan secara
umum harus terbuka bagi semua orang dan pengajaran tinggi harus secara
adil dapat diakses semua orang, berdasarkan kepantasan. (2) Pendidikan
harus ditujukan ke arah perkembangan pribadi yang seluas-luasnya serta
memperkokoh rasa penghargaan terhadap hak-hak manusia dan kebebasan
asasi. Pendidikan harus menggalakkan saling pengertian, toleransi, dan
persahabatan di antara semua bangsa, kelompok ras, maupun agama, serta
harus memajukan kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memelihara
perdamaian, dan (3) Orang tua mempunyai hak utama memilih jenis
pendidikan yang akan diberikan kepada anak-anak mereka.
Menyadari bahwa pendidikan merupakan salah satu HAM, setiap negara

berkomitmen untuk memberikan pelayanan pendidikan yang berasaskan keadilan.

Menurut Suseno dalam Pandit (2016:15) menyatakan bahwa keadilan adalah

keadaan antar manusia yang diperlakukan dengan sama sesuai dengan hak dan

kewajibannya masing-masing. Keadilan dalam hal ini berarti bahwa adanya

persamaan hak terhadap akses pendidikan bagi semua orang yang tanpa

memandang apapun, termasuk akses pendidikan terhadap kaum miskin. Menurut

Sen dalam Syawaluddin (2015:5) kemiskinan dapat ditanggulangi apabila hak-hak

dasar dari kaum miskin ditegakkan. Kemiskinan di Indonesia jika dikaitkan

dengan pemikiran Sen, disebabkan karena pemerintah tidak dapat memenuhi hak-

hak dasar masyarakat. Pendidikan adalah hak seharusnya dimiliki oleh

masyarakat, agar dapat menunjang kehidupan yang lebih baik. Dalam hal ini,

27

Universitas Sumatera Utara


penyebab kemiskinan adalah akibat ketiadaan akses yang dapat menunjang

pemenuhan kehidupan manusia.

Sebagai salah satu bentuk keadilan dalam pendidikan maka diberikannya

akses pendidikan untuk semua. Pendidikan Untuk Semua (PUS) diartikan bahwa

sesungguhnya pendidikan itu menjadi kewajiban bagi setiap manusia, dan

dipersiapkan bagi setiap manusia dalam rangka memanusiakan manusia tanpa

membedakan suku, ras, agama dan klasifikasi sosial dan ekonomi (Ramayulis,

2015). Istilah dari PUS mengarah kepada semua orang, baik tua maupun muda,

besar maupun kecil, kaya maupun miskin harus memiliki kesempatan dalam

memperoleh pendidikan tersebut baik dalam tingkat pendidikan dasar, pendidikan

menengah atau pendidikan tinggi.

Sebagai salah satu bentuk kebijakan pemerintah Indonesia dalam memberikan

pelayanan pendidikan dengan ikut serta dalam gerakan yang dinaungi oleh

UNESCO dalam mewujudkan pendidikan untuk semua (education for all).

Konsep Education For All (EFA) ini merupakan penjabaran UUD 1945 mengenai

pendidikan untuk masyarakat. Konsep ini merupakan ide atau rancangan yang

sudah terbentuk dalam pikiran manusia berkenaan dengan pemerataan dan

kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan tanpa memandang latar

belakang dan status sosial seseorang. Napitupulu (dalam Suyahman, 2015)

menjelaskan istilah EFA pada waktu kawasan Asia Pasifik menyusun program

yang disebut APPEAL (Asia Pacifik Programme of Education For All). Program

ini terdiri dari tiga sub program, yakni (1) Pemberantasan buta huruf, (2)

Universalisasi pendidikan dasar, (3) Peranan pendidikan dalam pembangunan.

28

Universitas Sumatera Utara


Suyahman (2015) mengatakan bahwa untuk mengatasi kesenjangan dalam

pendidikan dimulai dengan meningkatkan keterjangkauan dan aksestabilitas. Ini

mencakup penurunan biaya sekolah, dan menyediakan tunjangan atau subsudi

untuk keluarga miskin sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan sekolah, serta

memperluas jaringan sekolah untuk menjangkau semua anak yang ada di daerah.

Tujuan dari EFA atau biasa disebut Pendidikan Untuk Semua juga akan

berkontribusi terhadap delapan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium

Development Goals/ MDGs), khususnya dalam tujuan kedua yaitu untuk

mencapai pendidikan dasar yang universal. Mengingat pentingnya peran

pendidikan dasar bagi masyarakat untuk menunjang kualitas hidup. Hal ini sejalan

dengan yang disampaikan Soedijarto dkk (1993) bahwa diantara jenjang

pendidikan yang ada, pendidikan dasar (SD dan SMP) merupakan jenjang

pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya

menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Hal ini dapat dipahami karena

pada jenjang pendidikan dasar inilah kemampuan dan keterampilan dasar dibentuk

dan dikembangkan, baik secara bekal untuk mengikuti pendidikan lanjutan

maupun untuk terjun dalam masyarakat dan berperan serta dalam proses

pembangunan.

2.6 Studi Terdahulu

No Judul Penulis Metode Temuan

1 Implementasi Lidia Lusiana Jenis Kesimpulan dalam


Program (Mahasiswa penelitian implementasi Program
Indonesia Program S1 yang Indonesia Pintar (PIP) di
Pintar (PIP) Administrasi digunakan Desa Sukomulyo
di Desa Negara, deskriptif Kecamatan Sepaku

29

Universitas Sumatera Utara


Sukomulyo Fakultas Ilmu kualitatif. Kabupaten Penajam Paser
Kecamatan Sosial dan Utara (Studi Kasus di SDN
Sepaku Ilmu Politik, 011 dan SDN 013) masih
Kabupaten Universitas belum optimal yaitu masih
Penajam Mulawarma) terdapat kendala seperti
Paser Utara masih banyak siswa yang
(Studi Kasus kurang mampu yang tidak
di SDN 011 memiliki KIP (Kartu
dan SDN Indonesia Pintar)
013) sementara KIP tersebut
menjadi prioritas untuk
dapat memperoleh bantuan
PIP dan sosialisasi yang
masih kurang maksimal
yang seharusnya diberikan
kepada orangtua calon
penerima. Faktor
pendukung dalam PIP di
SDN 011 dan SDN 013
Sepaku adalah adanya
kerjasama dari pihak
sekolah yang membantu
orangtua siswa penerima
jika ada kesulitan,
tersedianya sarana
pendukung yaitu komputer
yang digunakan untuk
mendata calon penerima
bantuan, sedangkan faktor
penghambatnya adalah
penerima KIP sebagai
syarat menerima PIP
masih kurang tepat sasaran
masih ada yang tidak
sesuai dengan kondisi
yang riil, jumlah penerima
yang diusulkan ke dinas
oleh sekolah masih kurang
jumlahnya sementara
masih banyak siswa yang
membutuhkan bantuan
serta tidak adanya juklak
untuk pedoman sekolah.

2 Implementasi Illiya Arina Metode Adapun permasalahan


Program Riska, Dra. penelitian implementasi Program
Indonesia Dewi kualitatif Indonesia Pintar antara
Pintar Pada Rostyaningsi bersifat lain adalah tujuan dan

30

Universitas Sumatera Utara


Jenjang h, M.Si deskriptif sasaran, sosialisasi,
Pendidikan (Departemen mekanisme pengumpulan
Sekolah Administrasi data dan verifikasi,
Menengah Publik penyaluran dana,
Pertama di Fakultas Ilmu komunikasi, sumber daya,
SMP 3 Satu Sosial dan karakteristik pelaksana
Atap Gebog Ilmu Politik agen dan lingkungan
Kudus Universitas sosial. Rekomendasi yang
Diponegoro) diberikan adalah bahwa
lembaga pelaksana harus
lebih bertanggung jawab
untuk mengkoordinasikan
sekolah menengah pertama
dan bank penyalur, dapat
memperhatikan sumber
daya manusia yang terlibat
dalam program Indonesia
Cerdas ini agar lebih
memadai tidak hanya
kuantitas tetapi juga
kualitas , agen pelaksana
harus mampu tegas dan
ketat terhadap pelanggaran
yang terjadi, untuk
lingkungan sosial,
terutama orang tua
penerima Program Cerdas
Indonesia, harus lebih
paham dan mematuhi
ketentuan dan program
teknis Indonesia Pintar.

3 Implementasi Sartika, Dian Metode Adapun hasil penelitian


Program Prima Safitri, Kualitatif implementasi program KIP
Kartu S.AP., M.AP di Kota Tanjungpinang
Indonesia dan Edison, dan analisis menggunakan
Pintar Di S.AP., M.AP. teori Edward III yakni 1).
Kota Tanjung komunikasi hanya pusat
pinang yang mensosialisasikan
dan itu belum merata
diketahui oleh masyarakat
sementara berdasarkan
juknis sosialisasi
seharusnya dilakukan oleh
Dinas Pendidikan
kabupaten/ kota nyata
dilapangan bahwa itu tidak
dilakukan, 2). Sumberdaya

31

Universitas Sumatera Utara


berupa data dan data yang
digunakan merupakan data
tahun 2011, 3). Disposisi
atau sikap pelaksana
bahwa Bappeda baru
melakukan pendataan
ulang guna mendapatkan
data yang benar, 4)
Struktur birokrasi yang
jelas antara pusat dan
pelaksana kota saja
sementara sesama
pelaksana kota kepada
masyarakat belum terlihat.
Implementasi program
KIP di Kota
Tanjungpinang belum
sesuai dengan
sebagaimana yang
diharapkan karena masih
ada keluarga yang mampu
menerima KIP sementara
masih banyak keluarga
yang tidak mampu namun
tidak mendapatkan KIP
dan manfaatnya. Saran
agar kedepan
pendistribusian tepat
kepada yang
membutuhkan dan data
yang digunakan data
terbaru sehingga
implementasi KIP tepat
kepada sasarannya.

4 Implementasi Lilis Novia Metode Implementasi kebijakan


Kebijakan Saraswati Penelitian Program Indonesia Pintar
Program (Mahasiswa Deskriptif (PIP) pada Jenjang
Indonesia Program kualitatif Sekolah Dasar di
Pintar (PIP) Studi Kecamatan Sungai Pinang
Pada Jenjang Administrasi Kota Samarinda belum
Sekolah Negara, berjalan maksimal
Dasar di Fakultas Ilmu sebagaimana mestinya hal
Kecamatan Sosial dan ini terlihat dari beberapa
Sungai Ilmu Politik, faktor yang menghambat
Pinang Kota Universitas pelaksanaan kebijakan PIP
Samarinda Mulawarman sehingga belum sesuai
dengan pedoman yang

32

Universitas Sumatera Utara


) terdapat dalam Petunjuk
Pelaksanaan PIP,
diantaranya data yang
digunakan dalam
penentuan siswa calon
penerima KIP masih
kurang akurat, waktu
pencairan dana PIP yang
terlambat, kegiatan
sosialisasi yang masih
kurang optimal dilakukan,
lamanya waktu verifikasi
kepemilikan KIP, serta
masih rendahnya
kesadaran wali murid
tentang peruntukkan
bantuan PIP.

5 Implementasi Rizky Pendekatan


Implementasi Kebijakan
Kebijakan Hadiatullah Kualitatif
Kartu Indonesia Pintar di
Kartu (Program Kecamatan Kaliwates
Indonesia Studi Ilmu
Kabupaten Jember sudah
Pintar di Pemerintahan berjalan sesuai prosedur
Kecamatan Fakultas Ilmu yang berlaku. Penyuluhan
Kaliwates Sosial dan hingga proses pemberian
Kabupaten Politik dana tentang Kebijakan
Jember Universitas Kartu Indonesia Pintar
Muhammady terhadap masyarakat sudah
ah Jember) dilakukan oleh lembaga-
lembaga yang telah
ditunjuk oleh pemerintah
untuk menjalankannya.
Dalam hal efektifitas
pelaksana dilapangan
sudah berjalan dengan
baik karena pelaksana atau
implementor sudah
berjalan dengan baik
sesuai dengan prosedur
yang ada.

33

Universitas Sumatera Utara


2.7 Defenisi Konsep

Konsep dapat diartikan penggambaran secara abstrak suatu keadaan,

individu atau kelompok yang menjadi objek kajian ilmu sosial. Untuk

mempermudah pemahaman di dalam meneliti objek tersebut, perlu dilakukan

pendefenisian konsep (Effendi dan Tukiran 2012). Adapun defenisi konsep dari

penelitian ini adalah :

1. Implementasi kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan dari

kebijakan publik yang telah dirumuskan oleh pembuat kebijakan

(policy maker) yang bertujuan untuk pencapaian tujuan yang

diharapkan sesuai dengan sasaran kebijakan tersebut. Implementasi

juga berarti keseluruhan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

merealisasikan kebijakan publik biasanya melalui program-program

yang telah dibuat agar program tersebut berhasil.

2. Model implementasi kebijakan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model yang dikemukakan oleh Van meter dan Van Horn

dimana dalam menilai suatu implementasi kebijakan berdasarkan

standar dan sasaran kebijakan atau ukuran dan tujuan kebijakan,

sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana, komunikasi antar

organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksana, disposisi atau

sikap pelaksana, dan lingkungan sosial, ekonomi dan politik.

3. Program adalah suatu bagian dari perwujudan suatu kebijakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Program

Indonesia Pintar (PIP) adalah program bantuan berupa uang tunai dari

34

Universitas Sumatera Utara


pemerintah yang diberikan kepada peserta didik yang berasal dari

keluarga miskin atau rentan miskin dalam membiayai pendidikan.

4. Kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik dalam

bidang pendidikan yang bertujuan untuk pembangunan manusia.

2.8 Hipotesis Kerja

Hipotesis merupakan jawaban sementara peneliti terhadap penelitian yang

akan dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi diusulkan

sebagai satu panduan dalam proses analisis data. Menurut Hanifah (2015)

hipotesis kerja adalah hipotesis yang bersumber dari kesimpulan teoritik, sebagai

pedoman untuk melakukan penelitian. Adapun penulis merumuskan hipotesis

kerja dalam penelitian ini, yaitu Implementasi Program Kartu Indonesia Pintar di

Kelurahan Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun meliputi

standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi,

karakteristik agen pelaksana. Sikap (disposisi) para pelaksana, dan kondisi sosial,

politik dan ekonomi yang mendukung keberhasilan dalam proses pelaksanaan

program ini.

35

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah

metode penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif. Damin (2002)

mengatakan bahwa penelitian deskriptif ialah penelitian yang memusatkan

perhatian terhadap masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan,

kemudian menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek

penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba

menganalisis untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

Dengan demikian penelitian ini akan mengumpulkan data tentang permasalahan

yang diteliti lalu diuraikan, digambarkan, diinterpretasikan secara rasional dan

diambil kesimpulan dari penelitian tersebut.

Menurut Kirk dan Miller (1986) dalam Moleong (2005) penelitian

kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

maupun dalam peristilahannya. Sedangkan Moleong (2005) penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan lainnya

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.

36

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian peneliti akan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan

model implementasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu meliputi standar

dan sasaran kebijakan, sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana,

komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksana, disposisi,

serta lingkungan sosial, ekonomi dan politik.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Sinaksak, Kecamatan

Tapian Dolok, Kabupaten Simalungun. Termasuk sekolah-sekolah yang berada di

Kelurahan Sinaksak diantaranya SDN 091607 Sinaksak, SDN 091608 Sinaksak,

SDN 091609 Sinaksak, SDN 095556 Sinaksak, SDN 095557 Sinaksak, dan SMP

Negeri 2 Tapian Dolok. Peneliti memilih lokasi tersebut karena kelurahan

Sinaksak merupakan salah satu kelurahan yang memiliki banyak Sekolah dasar

dan telah menerima Program Indonesia Pintar, dan untuk memperoleh informasi

data sebagai bahan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan,

penelitian ini juga dilakukan di Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun dan

Kantor Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Pendidikan Dasar Kecamatan Tapian

Dolok sebagai implementor dalam Program Indonesia Pintar (PIP).

3.3 Informan Penelitian

Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang di butuhkan dalam suatu

penelitian, dapat di peroleh melalui informan penelitian. Suyanto (2005)

menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif subyek penelitian yang telah

tercermin dalam fokus penelitian di tentukan secara sengaja. Subyek penelitian

37

Universitas Sumatera Utara


tersebutlah yang akan menjadi informan yang dapat memberikan berbagai

informasi yang di perlukan selama proses penelitian.

Informan penelitian merupakan implementor dari kebijakan yang dapat

memahami informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Untuk memperoleh

informasi yang jelas mengenai masalah yang sedang di bahas, maka dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan

informan penelitiannya. Sehingga kemudian dapat diperoleh informasi yang jelas

dan dapat dipercaya berupa pernyataan-pernyataan, keterangan ataupun data-data

yang dapat membantu dalam mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan

uraian tersebut, maka adapun informan dalam penelitian ini terdiri atas :

1. Staf Kesiswaan Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun

2. Koordinator Wilayah Pendidikan Kecamatan Tapian Dolok

3. Lurah Sinaksak yang menjadi bagian pendistribusian Kartu Indonesia

Pintar

4. Kepala Sekolah Lembaga Pendidikan Formal di Kelurahan Sinaksak

Kecamatan Tapian Dolok

5. Masyarakat penerima Program Indonesia Pintar melalui Kartu Indonesia

Pintar

38

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Matriks Informan Penelitian

No Informan Penelitian Jenis Informasi yang Jumlah


Dibutuhkan

1. Implementor - Standar dan sasaran dari 11


program PIP
1. Staf Kesiswaan
- Sumber daya yang
Dinas Pendidikan
menunjang dalam pelaksanaan
Kabupaten Simalungun
program PIP.
2. Staf keseswaan
- Karakteristik dari organisasi
SD Dinas Pendidikan
yang terkait dalam
Kabupaten Simalungun
pelaksanaan program PIP.
3. Staf kesiswaan
- Komunikasi antar
SMP Dinas Pendidikan
organisasi yang terkait dalam
Kabupaten Simalungun
pelaksanaan program PIP.
4. Koordinator
- Disposisi dari pelaksanan
Wilayah Pendidikan
program PIP.
Kecamatan Tapian
- Lingkungan sosial, ekonomi
Dolok Simalungun
dan politik dari pelaksanaan
5. Lurah Sinaksak
program PIP.
6. Kepala Sekolah
SDN 091607 Sinaksak
7. Kepala Sekolah
SDN 091608 Sinaksak
8. Kepala Sekolah
SDN 091609 Sinaksak
9. Kepala Sekolah
SDN 095556 Sinaksak
10. Kepala Sekolah
SDN 095557 Sinaksak
11. Kepala Sekolah
SMP Negeri 2 Tapian

39

Universitas Sumatera Utara


Dolok.

2. Masyarakat Penerima - Pemahaman masyarakat 6


Program Indonesia Pintar terkait program PIP
melalui KIP - Respon masyarakat terkait
program PIP.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada teknik pengumpulan data, menggunakan multi sumber bukti

(triangulasi) yang artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Menurut Sugiyono

(2012) teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, partisifatif, dan

dokumentasi untuk sumber data yang sama. Adapun teknik pengumpulan data

yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik Pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data dengan

mengambil data secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini

teknik pengumpulan data primer melalui :

a. Wawancara

Metode wawancara yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan

memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

Wawancara yang dilakukan termasuk wawancara mendalam (in-depth interview)

40

Universitas Sumatera Utara


yaitu dengan terlibat secara tatap muka dengan menggunakan wawancara yang

bersifat semi struktur (semistructure interview).

b. Observasi

Metode observasi yakni pengumpulan data dengan cara mengamati secara

langsung terhadap fenomena-fenomena yang menjadi obyek penelitian dan

mencatat segala gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk mempelajari data-

data yang diperlukan sebagai acuan yang berkesan dengan topik penelitian. Dalam

penelitian ini meliputi pendistribusian KIP, kegiatan sosialisasi yang dilakukan

oleh implementor, dan kondisi keluarga penerima manfaat Program Indonesia

Pintar.

1. Teknik pengumpulan data sekunder

Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari catatan tertulis

maupun dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian sebagai sumber data

kedua untuk mendukung data primer. Hal tersebut dapat dilakukan melalui :

a. Dokumentasi

Metode dokumentasi yakni pengumpulan data yang diperoleh

menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada pada lokasi penelitian serta

sumber-sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian.

b. Studi Kepustakaan

Metode Studi Kepustakaan yakni pengumpulan data yang diperoleh

melalui buku-buku, karya ilmiah, jurnal, peraturan-peraturan dan lain sebagainya

yang berkaitan dengan penelitian.

41

Universitas Sumatera Utara


3.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Moleong (2007)

menyatakan teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang

dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam

satuan-satuan yang kemudian di kategorikan pada tahap berikutnya, dan

memeriksa keabsahan data serta menafsirkan dengan analisis sesuai denngan

kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Menurut

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007) terdapat beberapa langkah dalam

melakukan analisis data yaitu :

1. Reduksi data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

dan memfokuskan pada hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari

tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta

mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Setelah

langkah pertama selesai, maka langkah selanjutnya ialah menyajikan data dalam

penelitian dengan teks yang bersifat naratif, bagan maupun dalam bentuk tabel

sehingga memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

42

Universitas Sumatera Utara


3. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Namun, apa bila kesimpulan pada tahap awal di dukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang di lakukan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.6 Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu bagian

yang sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian

yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan

data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten sehingga menjadi suatu data

yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan.

3.6.1 Triangulasi

Menurut Moleong (2005) agar hasil penelitian dapat

dipertanggungjawabkan maka diperlukan pengecekan data apakah data yang

disajikan valid atau tidak, maka diperlukan teknik keabsahan/kevalidan data.

Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik triangulasi. Denzin (dalam Moloeng, 2005) membedakan empat macam

triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut,

peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan

penggunaan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

43

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sinaksak

Kelurahan Sinaksak merupakan salah satu kelurahan yang ada di

kecamatan Tapian Dolok Simalungun. Pada tahun 1999 Kelurahan Sinaksak resmi

berdiri dan berganti nama dari Desa menjadi Kelurahan. Lurah pertama yang

menjabat saat itu bernama Jamingan. Sampai saat ini terhitung sudah ada 6 lurah

yang pernah menjabat di Kelurahan Sinaksak. Penamaan Sinaksak sendiri

dipercaya oleh masyarakat berdasarkan bahasa simalungun “Saksak” yang berarti

kebun salak berpasir-pasir. Dahulunya wilayah Sinaksak ini memiliki kebun salak

yang sangat luas. Kelurahan Sinaksak memiliki luas wilayah 6,12 Km 2 dengan

jumlah lingkungan sebanyak 10 lingkungan yang terdiri dari 34 RT. Adapun batas

wilayah Kelurahan Sinaksak adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Purba Sari

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dolok Batu Nanggar

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Dolok Ulu

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Dolok Maraja

Penduduk asli kelurahan ini berasal dari suku batak simalungun, namun

untuk saat sekarang ini masyarakat sudah hidup berbaur dengan suku lainnya

seperti suku jawa, batak toba, melayu, banjar dan masih banyak lagi. Kelurahan

Sinaksak memiliki 10 lingkungan yaitu:

a. Lingkungan I : Suka Mulia

44

Universitas Sumatera Utara


b. Lingkungan II : Sigagak

c. Lingkungan III : Eben Ezer

d. Lingkungan IV : Simpang Sinaksak

e. Lingkungan V : Kamboja

f. Lingkungan VI : Melati

g. Lingkungan VII : Sehat

h. Lingkungan VIII : Indah Sari

i. Lingkungan IX : Tuan Gunung Purba

j. Lingkungan X : Impres Nagori

4.1.1 Kondisi Demografis

Jumlah Penduduk Kelurahan Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok berkisar

13.324 jiwa dengan perincian sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Jumlah Penduduk

Berdasarkan Gender di Kelurahan Sinaksak.

No Indikator Jumlah

1 Jumlah Laki-Laki 6.626 Orang

2 Jumlah Perempuan 6.821 Orang

3 Jumlah KK 3.129 orang

Total Jumlah Penduduk 13.324 Orang

Sumber : Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan Desember 2017

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang berjenis

kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki yang

45

Universitas Sumatera Utara


ada di Kelurahan Sinaksak. Sedangkan untuk jumlah penduduk berdasarkan usia

maka dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No Indikator Jumlah

1 0 – 12 3.589 Orang

2 >1 - <5 Tahun 1.538 Orang

3 ≥5 - <7 Tahun 691 Orang

4 ≥7 - ≤15 Tahun 1.895 Orang

5 >15 – 56 Tahun 7.677 Orang

6 >56 Tahun 1.523 Orang

Sumber : Daftar Isian Indikator Dan Skor Penilaian Kelurahan Tahun 2017

Dari data diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Sinaksak terdiri

dari berbagai tingkatan usia, dengan usia paling banyak ialah penduduk dengan

usia produktif. Masih banyaknya usia produktif di Kelurahan Sinaksak menjadi

sebuah peluang untuk dapat mengembangkan semua sumber daya yang ada di

wilayah tersebut.

Visi:

Terwujudnya pelayanan prima kepada masyarakat dan melaksanakan program-

program pemerintahan dengan baik.

Misi:

1. Meningkatkan kinerja aparatur kelurahan

46

Universitas Sumatera Utara


2. Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat melalui program-program

permberdayaan

3. Mewujudkan situasi yang tertib dan aman.

Gambar 4.1 Struktur organisasi Kelurahan Sinaksak

Lurah

sekertaris lurah

Kasi Kasi Ekonomi


Kasi
Kesejahteraan dan
Pemerintahan
Sosial Pembangunan

Kepala Lingkungan 1 - 10

Sumber: Kelurahan Sinaksak

4.1.2 Kondisi Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan yang merupakan hak

dasar dari setiap warga negara menjadi perhatian dari pemerintah untuk terus

memberikan pendidikan yang berkualitas. Berikut merupakan data lembaga

pendidikan yang ada di Kelurahan Sinaksak. Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan di

Kelurahan Sinaksak.

47

Universitas Sumatera Utara


No Nama Sekolah Jumlah

1 Play Group (PAUD) 4

2 TK 7

3 SD/Sederajat 8

4 SMP/Sederajat 3

5 SMA/Sederajat 2

6 Lembaga pendidikan agama 2

Sumber : Daftar Isian Indikator Dan Skor Penilaian Kelurahan Tahun 2017

4.2 Kebijakan Program Indonesia Pintar

Kebijakan Program Indonesia Pintar merupakan suatu penyempurnaan dari

kebijakan Bantuan Siswa Miskin (BSM). BSM merupakan salah satu program

yang pemberian dana bantuan tunai kepada peserta didik dari keluarga yang

kurang mampu yang bertujuan untuk pemerataan dan perluasan akses pendidikan

yang bermutu bagi semua warga negara tanpa terkecuali. Pemberian subsidi atau

bantuan kepada siswa merupakan salah satu kebijakan penting yang menjadi

penjamin mutu (quality assurance) pendidikan, terutama menjamin pemberian

akses pendidikan yang luas dan bermutu bagi semua kelompok masyarakat yang

menjangkau masyarakat miskin, tinggal di daerah terpencil, dan daerah konflik.

Keberpihakan kepada masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang lemah

secara ekonomi tersebut dilakukan dengan cara menghilangkan hambatan biaya

(cost barrier) pendidikan, serta terciptanya peluang dan kesempatan yang lebih

besar bagi siswa untuk tetap terus bersekolah (Suprastowo, 2014:50).

48

Universitas Sumatera Utara


Sebagai bentuk dari komitmen pemerintah dalam mencapai keadilan

dalam pendidikan maka program-program terhadap akses pendidikan terus

dilanjutkan. Salah satunya Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan salah satu

program prioritas sebagai perwujutan komitmen pemerintah di bidang pendidikan

dalam memberikan layanan pendidikan tanpa diskriminasi dan pendidikan untuk

semua (education for all). Hal ini sejalan dengan sembilan agenda prioritas (nawa

cita) pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dan

melakukan revolusi karakter bangsa.

Program ini juga merupakan salah satu program perlindungan sosial

nasional tercantum dalam RPJMN 2015-2019 yang bertujuan untuk:

1. Meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah.

2. Meningkatkan angka keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan

menurunnya angka putus sekolah dan angka melanjutkan.

3. Menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok

masyarakat, terutama antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara

penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara wilayah perkotaan

dan perdesaan, dan antar daerah.

4. Meningkatkan kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki

pasar kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

Program Indonesia Pintar ini mulai diberlakukan pada tahun 2014 dan

melalui Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Program

Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indoneisa Pintar dan Program Indonesia

Sehat. Program ini pertama kali ditandai dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar

49

Universitas Sumatera Utara


(KIP) kepada peserta didik yang menerima manfaat program ini. Di Kabupaten

Simalungun penyerahan KIP oleh Dinas Pendidikan dilakukan hanya satu kali

pada tahun 2016 dan hingga sekarang tidak lagi melakukan pendistribusian KIP.

Namun untuk pengusulan bagi peserta didik yang memenuhi kriteria untuk

mendapatkan program ini masih terus dapat dilakukan setiap tahunnya atau tahun

ajaran baru. Pihak sekolah yang akan mengusulkan nama-nama peserta didik

tersebut melalui Dapodik secara langsung. Hal ini dilakukan untuk

mengakomodasi masyarakat miskin yang sampai saat ini tidak terdata namun

memenuhi kriteria untuk mendapatkan program ini. Pelaksanaan PIP berdasarkan

pada peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan

c. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program

Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program

Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga Produktif

d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 19 Tahun 2016

tentang Program Indonesia Pintar

e. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor Per-16/PB/2012 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan Siswa Miskin dan

Beasiswa Bakat dan Prestasi.

50

Universitas Sumatera Utara


4.2.1 Kartu Indonesia Pintar

Program Indonesia Pintar (PIP) melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP)

adalah

pemberian bantuan tunai pendidikan kepada anak usia sekolah (usia 6-21 tahun)

yang berasal dari keluarga miskin, rentan miskin seperti pemilik Kartu Keluarga

Sejahtera (KKS), peserta Program Keluarga Harapan (PKH), yatim piatu,

penyandang disabilitas, korban bencana alam/musibah. PIP merupakan bagian

dari penyempurnaan program Bantuan Siswa Miskin (BSM) sejak tahun 2014.

KIP diberikan sebagai penanda/identitas penerima bantuan pendidikan PIP. Kartu

ini bertujuan untuk memberi jaminan dan kepastian anak-anak usia sekolah

terdaftar sebagai penerima bantuan pendidikan. Setiap anak penerima bantuan

pendidikan PIP hanya berhak mendapatkan 1 (satu) KIP.

Adapun sasaran dari program ini adalah peserta didik yang berusia 6

sampai dengan 21 tahun yang merupakan :

1. Peserta didik pemilik KIP

2. Peserta didik dari keluarga miskin/ rentan miskin dan/atau dengan

pertimbangan khusus seperti :

a. Peserta didik dari keluarga peserta Pogram Keluarga Harapan (PKH)

b. Peserta didik dari keluarga pemegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)

c. Peserta didik yang berstatus yatim piatu/ yatim/ piatu dari sekolah/

panti sosial/ panti asuhan.

d. Peserta didik yang terkena dampak bencana alam

51

Universitas Sumatera Utara


e. Kelainan fisik (peserta didik inklusi), korban musibah, dari orang tua

PHK, di daerah konflik, dari keluarga terpidana, berada di LAPAS,

memiliki lebih dari 3 saudara yang tinggal serumah

f. Peserta pada lembaga kursus atau satuan pendidikan nonformal lainnya

g. Peserta didik SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang

pertanian, peikanan, peternakan, kehutanan, dan pelayaran/

kemaritiman.

Melalui program ini pemerintah berupaya mencegah peserta didik dari

kemungkinan putus sekolah, dan diharapkan dapat menarik siswa putus sekolah

agar kembali melanjutkan pendidikannya. PIP juga diharapkan dapat meringankan

biaya personal pendidikan peserta didik, baik biaya langsung maupun tidak

langsung. Peserta didik yang telah mendapatkan dana melalui program ini

memiliki kewajiban seperti :

1. Menyimpan dan menjaga KIP dengan baik.

2. PIP merupakan bantuan pendidikan. Dana Manfaatnya harus digunakan

untuk keperluan yang relevan

3. Terus belajar dan bersekolah (tidak putus sekolah) dengan rajin, disiplin

dan tekun.

4.2.3 Mekanisme Pelaksanaan

Program Indonesia Pintar dilaksanakan dengan melibatkan sekolah/SKB/

PKBM/LKP atau satuan pendidikan nonformal lainnya di bawah pembinaan

direktorat teknis di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dinas pendidikan

kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi, lembaga penyalur dan instansi terkait

lainnya.

52

Universitas Sumatera Utara


A. Mekanisme Pengusulan

Pengusulan penerima dana PIP dilaksanakan melalui mekanisme sebagai

berikut:

1. Peserta didik Pemilik KIP

a. Untuk peserta didik sekolah formal (SD, SMP, SMA dan SMK) dengan cara

sebagai berikut:

 Peserta didik penerima KIP melaporkan kepemilikan kartunya ke sekolah

masing-masing, untuk didata sebagai calon penerima dana/manfaat PIP

 Bagi anak penerima KIP yang belum/tidak berstatus sebagai peserta

didik, diharapkan melaporkan kartunya ke sekolah/SKB/PKBM atau

lembaga pendidikan nonformal lainnya sebagai identitas prioritas calon

peserta didik dan penerima dana/manfaat PIP pada saat Penerimaan

Peserta Didik Baru (PPDB).

 Sekolah menandai status kelayakan peserta didik sebagai penerima

dana/manfaat PIP dengan cara mengentri atau memutakhirkan (updating)

data peserta didik pemilik KIP ke dalam aplikasi Dapodik secara benar

dan lengkap, terutama pada kolom data berikut:

a) Nama Siswa

b) Tempat lahir

c) Tanggal lahir

d) Nama ibu kandung

e) Nomor KIP

53

Universitas Sumatera Utara


Data tersebut berfungsi sebagai data usulan siswa penerima dari tingkat

sekolah ke direktorat teknis. Apabila sekolah menemukan peserta didik pemilik

KIP yang tidak layak (kondisi ekonominya mampu/kaya), maka sekolah menandai

status ketidaklayakan peserta didik sebagai penerima dana/manfaat PIP dengan

cara memberi tanda status Tidak Layak yang ada dalam aplikasi Dapodik. Untuk

jenjang SD/SMP/SMA/SMK sekolah menandai status kelayakan Peserta Didik

dan mengentry nomor KIP ke dalam aplikasi Dapodik sebagai calon penerima

dana/manfaat PIP. Berdasarkan data usulan peserta didik layak PIP pada aplikasi

Dapodik tersebut, direktorat teknis akan menerbitkan SK Penetapan Penerima

Dana/Manfaat PIP untuk keperluan pencairan bantuan PIP. Berikut merupakan

alur pendaftaran bagi siswa yang memiliki KIP untuk menerima manfaat PIP:

2. Peserta Didik Yang Tidak Memiliki KIP

Peserta didik yang tidak memiliki KIP, dapat diusulkan mendapatkan

dana/manfaat PIP oleh sekolah/SKB/PKBM/LKP atau lembaga pendidikan

54

Universitas Sumatera Utara


nonformal lainnya di bawah pembinaan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, selambat-lambatnya akhir September tahun 2017, dengan

mekanisme sebagai berikut:

a. Sekolah/SKB/PKBM/LKP atau satuan pendidikan nonformal lainnya

menseleksi dan menyusun daftar peserta didik yang masih aktif dan tidak

memiliki KIP sebagai calon penerima dana/manfaat PIP dengan prioritas sebagai

berikut:

1) Peserta didik dari keluarga peserta Program Keluarga Harapan (PKH)

2) Peserta didik dari keluarga pemegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)

3) Peserta didik dari keluarga miskin/rentan miskin dan/atau dengan pertimbangan

khusus seperti:

(a) Peserta didik yang berstatus yatim piatu/yatim/piatu dari sekolah/panti

sosial/panti asuhan

(b) Peserta didik yang terkena dampak bencana alam.

(c) Kelainan fisik (peserta didik inklusi), korban musibah, dari orang tua

PHK, di daerah konflik, dari keluarga terpidana, berada di LAPAS,

memiliki lebih dari 3 saudara yang tinggal serumah

(d) Peserta pada lembaga kursus atau satuan pendidikan nonformal lainnya

(e) Peserta didik kelas 6, kelas 9, kelas 12, dan kelas 13

55

Universitas Sumatera Utara


(f) Peserta didik SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang:

Pertanian, Perikanan, Peternakan, Kehutanan dan Pelayaran/Kemaritiman.

b. sekolah menandai status kelayakan Peserta Didik sebagai calon penerima

dana/manfaat PIP di aplikasi Dapodik mengacu pada hasil seleksi/verifikasi

sekolah.

c. Untuk jenjang SD dan SMP, dinas kabupaten/kota mengusulkan melalui

aplikasi pengusulan PIP berdasarkan status kelayakan Peserta Didik yang tercatat

di Dapodik. Aplikasi pengusulan PIP yang dapat di akses di laman:

data.dikdasmen.kemdikbud.go.id/pipdikdasmen.

d. Untuk jenjang SMA dan SMK, sekolah berkewajiban melaporkan data

penerima PIP yang diusulkan mendapatkan dana/manfaat PIP ke dinas pendidikan

provinsi setempat.

3. Peserta Didik yang Diusulkan oleh Pemangku Kepentingan Pemangku

kepentingan dapat mengusulkan peserta didik calon penerima PIP ke direktorat

teknis setelah berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk keperluan

verifikasi/validasi sesuai dengan prioritas sasaran dan persyaratan yang

ditetapkan.

4.2.4 Peran dan Fungsi Lembaga Terkait PIP

Berdasarkan Peraturan Bersama Antara Direktur Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah Direktur Jederal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan

56

Universitas Sumatera Utara


Masyarakat Npmor 07 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Program Indonesia

Pintar adalah sebagai berikut:

A. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Peran dan fungsi dinas pendidikan

kabupaten/kota adalah:

1. Mensosialisasikan dan mengkoordinasikan PIP kepada seluruh satuan

pendidikan formal, satuan pendidikan nonformal, dan masyarakat di

wilayahnya.

2. Memantau dan mendorong satuan pendidikan formal dan satuan

pendidikan nonformal untuk proaktif mengidentifikasi peserta didik

yang memiliki KIP dan memutakhirkan datanya ke dalam aplikasi

Dapodik sebagai calon penerima PIP

3. Mendorong kepala sekolah dan pimpinan/kepala SKB/PKBM atau

satuan pendidikan nonformal untuk mengidentifikasi dan melaporkan

anak usia sekolah (6 sampai dengan 18 tahun) sesuai prioritas sebagai

calon penerima PIP.

4. Menetapkan petugas/tim data/manajemen PIP tingkat kabupaten/kota

(jenjang SD, SMP, Pendidikan Kesetaraan Paket A/B/C, dan Kursus

dan Pelatihan)

5. Menyetujui usulan siswa calon penerima dari sekolah dan satuan

pendidikan nonformal setelah data terverifikasi.

6. Menyampaikan/meneruskan usulan siswa calon penerima dari sekolah

melalui aplikasi pengusulan PIP (SD dan SMP) dan usulan dari satuan

pendidikan nonformal ke direktorat teknis terkait.

57

Universitas Sumatera Utara


7. Berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi dan/atau UPTD dinas

pendidikan provinsi menyampaikan/meneruskan data usulan di

Dapodik sekolah (SMA dan SMK), dan usulan dari satuan pendidikan

nonformal ke direktorat teknis terkait

8. Mengesahkan usulan dari pimpinan/kepala SKB/PKBM/LKP atau

satuan pendidikan nonformal, setelah data terverifikasi. Selanjutnya

disampaikan ke Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan

Kesetaraan dan Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan

9. Menginformasikan/menyampaikan Surat Keputusan (SK) dan Daftar

Peserta Didik Penerima PIP kepada siswa penerima melalui sekolah/

lembaga

10. Mengkoordinasikan dengan bank/lembaga penyalur untuk

penjadwalan pencairan/pengambilan dana PIP oleh peserta didik

penerima

11. Monitoring dan evaluasi implementasi PIP

12. Menangani pengaduan masyarakat terkait dengan PIP

13. Mensosialisasikan PIP pada lembaga satuan pendidikan nonformal

yang terdapat pada laman: paud-dikmas.kemdikbud.go.id di menu

DITBINSUSLAT dan DITBINDIKTARA.

B. Sekolah/Lembaga Pendidikan

1. Mensosialisasikan dan mengkoordinasikan PIP ke seluruh warga

sekolah

2. Sekolah wajib menerima pendaftaran anak usia sekolah (6 sampai

dengan 21 tahun) pemilik KIP yang tidak bersekolah sebagai calon

58

Universitas Sumatera Utara


peserta didik/warga belajar pada saat rentang pelaksanaan PPDB dan

harus diusulkan sebagai calon penerima dana/manfaat PIP.

3. Mengidentifikasi peserta didik yang memiliki KIP dan

memutakhirkan (updating) data peserta didik calon penerima ke dalam

aplikasi Dapodik secara lengkap dan benar.

4. Mengidentifikasi, menseleksi, mengusulkan dan menetapkan peserta

didik yang tidak memiliki KIP sesuai dengan sasaran prioritas dan

memutakhirkan (updating) data peserta didik sebagai calon penerima

dana PIP ke dalam aplikasi Dapodik secara lengkap dan benar

5. Menyampaikan data usulan calon penerima dana PIP baik peserta

didik pemilik KIP dan atau tidak ber KIP kepada dinas kabupaten/kota

atau dinas pendidikan provinsi sesuai kewenangannya

6. Menyampaikan informasi kepada peserta didik penerima apabila dana

PIP telah siap diambil

7. Bertanggungjawab penuh terhadap kebenaran data peserta didik yang

diusulkan sebagai calon penerima dana PIP

8. Membuat Surat Keterangan Kepala Sekolah sebagai persyaratan

pencairan dana oleh peserta didik di bank/lembaga penyalur dan/atau

menyiapkan dokumen lainnya yang diperlukan sesuai ketentuan.

9. Melaksanakan pencairan dana PIP yang dilakukan secara kolektif

sesuai dengan mekanisme yang ditentukan

10. Memberikan pengarahan kepada peserta didik penerima dana PIP

perihal ketentuan pemanfaatan dana

11. Memantau proses pencairan dana PIP di bank/lembaga penyalur

59

Universitas Sumatera Utara


12. Mendata/melaporkan peserta didik yang sudah mencairkan dana PIP

ke dinas pendidikan kabupaten/kota atau provinsi sesuai

kewenangannya.

4.3 Implementasi Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Kelurahan

Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun

Implementasi merupakan bagian dari rangkaian kebijakan publik yang

sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu kebijakan atau program.

Wahab (dalam Bahri,dkk 2004) menyatakan bahwa rumusan kebijakan yang telah

dibuat tidak akan mempunyai arti apa-apa atau hanya akan merupakan rangkaian

kata-kata yang indah dan baku yang tersimpan rapi dalam sebuah dokumen kalau

tidak diimplementasikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model

implementasi yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn. Ada enam variabel

yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi pelaksanaan atau kinerja

kebijakan tersebut. Berikut ini merupakan analisis mengenai implementasi

program KIP di Kelurahan Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok Simalungun

4.3.1 Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran merupakan variabel yang harus diperhatikan dalam

menjalankan suatu kebijakan. Penegasan mengenai apa yang menjadi standar dan

sasaran dari sebuah kebijakan akan menentukan keberhasilan dari suatu kebijakan

publik. Begitu pula dengan kebijakan Program Indonesia Pintar (PIP) yang

diwujudkan dengan memberikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) ini, para

60

Universitas Sumatera Utara


implementor atau pelaksana harus memahami standar dan sasaran dari program

ini secara benar.

Program Indonesia Pintar ini merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah pusat untuk memberikan pelayanan dalam bidang pendidikan kepada

semua lapisan masyarakat. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan

akses bagi anak berusia sekolah untuk mendapatkan layanan pendidikan sampai

tamat satuan pendidikan menengah untuk mendukung pelaksanaan pendidikan

menengah universal atau rintisan wajib belajar 12 tahun, mencegah peserta didik

dari kemungkinan putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan akibat

kesulitan ekonomi, dan meringankan biaya personal pendidikan. Jika dilihat dari

tujuannya maka dengan adanya pelaksanaan program ini diharapkan dapat

mewujudkan pemerataan pendidikan bagi semua orang khususnya dalam

pendidikan dasar.

Program Indonesia Pintar diselenggarakan mengingat bahwa pendidikan

sangat penting untuk mencapai pembangunan suatu bangsa. Melihat bahwa

pendidikan sangat penting untuk semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali.

Untuk itu diselenggarakanlah program ini yang dapat membantu masyarakat

khususnya masyarakat yang kurang mampu dalam membiayai pendidikannya.

Sesuai dengan hal tersebut, tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pendidikan termasuk pendidikan dasar dan

menengah. Program ini juga akan mengurangi angka putus sekolah yang

diakibatkan tidak adanya biaya untuk bersekolah. Program ini menjadi sebuah

61

Universitas Sumatera Utara


program yang pada akhirnya menjadikan pendidikan semakin merata karna

terbukanya akses bagi masyarakat untuk mengenyam pendidikan.

Sejalan dengan hal tersebut Sitorus dan Sitepu (Wawancara, 11 April

2018) selaku staf kesiswaan di Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun

menyatakan bahwa program ini diperuntukkan bagi masyarakat yang kurang

mampu untuk dapat mengeyam pendidikan yang layak. Dalam program ini

kriteria dari masyarakat yang dikatakan tidak mampu dibuktikan dari kepemilikan

Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan anak dari keluarga yang ikut dalam Program

Keluarga Harapan (PKH).

Dalam menjalankan suatu program mengetahui apa yang menjadi Sasaran

suatu juga sangat penting diketahui secara jelas oleh setiap pelaksana kebijakan

(implementor). Hal ini bertujuan agar implementor tidak salah dalam mencapai

sasaran yang telah ditentukan diawal pembentukan kebijakan tersebut. Berkaitan

dengan sasaran dari program ini Girsang selaku staf kesiswaan SD Dinas

Pendidikan Kabupaten Simalungun menyatakan bahwa:

“Ya, Saya mengetahui bagaimana sasaran dari program ini antara


lain adalah peserta didik dari keluarga yang memang benar tidak mampu
seperti salah satunya anak dari keluarga peserta Program Keluarga
Harapan (PKH) dan anak yang orang tuanya memiliki Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS) dan anak yatim piatu atau anak yang tinggal di panti
asuhan” (Wawancara, 11 April 2018).

Hal senada juga disampaikan oleh Gultom selaku Koordinator Wilayah

Pendidikan Kecamatan Tapian Dolok yang ikut dalam pelaksanaan program ini

menyatakan bahwa:

62

Universitas Sumatera Utara


“Ya Saya tahu sasarannya, ada beberapa sasaran dari program ini
seperti anak dari keluarga yang kurang mampu hal ini dibuktikan dengan
adanya kepemilikan kartu keluarga sejahterah dan ikut dalam program
keluarga harapan, anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan, korban
bencana alam dan lain sebagainya” (Wawancara, 18 April 2018).

Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa implementor memahami apa

yang menjadi sasaran dari program ini. sasaran dari program ini adalah peserta

didik yang berusia 6 sampai dengan 21 tahun yang memiliki KIP dan dari

keluarga yang kurang mampu yang ikut dalam program keluarga harapan,

memiliki kartu keluarga sejahtera, anak yatim piatu atau anak yang tinggal di

panti asuhan, dan anak dari korban bencana alam. Jika dilihat dari sasarannya

tersebut dari beberapa keluarga yang menerima manfaat program ini di kelurahan

sinaksak termasuk dalam keluarga yang kurang mampu. Hal tersebut dibuktikan

dengan kepemilikikan kartu keluarga sejahtera dan ikut dalam program keluarga

harapan (Wawancara, Saragih Pada 12 Mei 2018).

Pemahaman masyarakat merupakan suatu syarat yang penting untuk

meningkatkan partisispasi dari masyarakat. Masyarakat sebagai target group juga

perlu diberikan pemahaman yang baik mengenai program yang dilaksanakan.

Pemahaman mengenai tujuan dan sasaran juga penting untuk diketahui oleh

masyarakat. Berikut pernyataan Ibu Jamila yang sudah menerima program ini :

“Ya yang Saya tahu program ini dikhususkan untuk membantu


masyarakat yang kurang mampu untuk membiayai keperluan sekolah
anaknya. Program ini diberikan jika anak tersebut memenuhi kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah” (Wawancara, 12 Mei
2018).

Pernyataan serupa juga dikatakan oleh Promina selaku warga penerima

KIP di Kelurahan Sinaksak tentang tujuan dari program PIP yaitu :

63

Universitas Sumatera Utara


“Setau Saya ini program yang diberikan oleh Pak Jokowi
melalui sekolah yah. Dan untuk tujuannya yang pasti membantu
masyarakat yang kurang mampu untuk terus bersekolah sehingga tidak
akan kekurangan biaya sekolah yang mengakibatkan putus sekolah”
(Wawancara, 12 Mei 2018).

Berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap orang tua dari penerima

manfaat PIP bahwa orang tua belum memahami tujuan dari program ini, mereka

hanya sebatas mengetahui bahwa tujuan program ini adalah membantu

masyarakat miskin. Selanjutnya Jamila menambahkan masalah pembagian KIP di

Kelurahan Sinaksak:

“Jika melihat dari sasarannya sudah tepat tapi belum merata


karna masih ada beberapa keluarga yang layak namun tidak menerima
program ini” (Wawancara, 12 Mei 2018).

Sejalan dengan hal tersebut Sipahutar selaku kepala sekolah SD. Negeri

09557 Sinaksak menyatakan bahwa sebagai implementor sudah mengetahui apa

yang menjadi sasaran dari program ini. dan berbicara mengenai sasaran informan

telah melihat dari penerima sudah tepat namun masih perlu diperbanyak jumlah

penerima program ini lagi, karen belum menjangkau seluruh anak-anak yang

masih membutuhkan bantuan dari program ini (Wawancara, 23 April 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat penerima dana program

ini bahwa secara tujuan mereka telah memahami apa yang menjadi tujuan dari

program ini. Namun untuk pembagiannya masyarakat merasakan terbatasnya

jumlah penerima PIP. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan dari Ibu

Samianik bahwa program ini sudah tepat sasaran. Karena melihat masyarakat

sekitar yang mendapat KIP memang sudah layak dan perlu bantuan. Namun

menurutnya ada juga masyarakat yang masih layak membutuhkan bantuan tetapi

64

Universitas Sumatera Utara


tidak mendapatkan bantuan ini (Wawancara Samianik, 12 Mei 2018). Sejalan

dengan tujuan dari program ini orang tua dari siswa penerima manfaat program ini

harus mengetahui dengan jelas mengenai penggunaan dana yang diberikan.

Sejauh ini masyarakat menggunakan dana tersebut untuk membeli keperluan

sekolah termasuk dengan seragam sekolah, buku pelajaran dan keperluan sekolah

lainnya.

Maka dalam penelitian ini yang menjadi standar dari kebijakan program

ini adalah instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Program

Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indoneisa Pintar dan Program Indonesia

Sehat untuk membangun keluarga produktif yang mengistruksikan kepada

beberapa Menteri yang ada termaksud Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk

melakukan tugas dan wewenangnya dalam melaksanakan program ini secara

efektif dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat dan juga terdapat peraturan

bersama antara Direkektur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Nomor

07/D/2017 tentang petunjuk pelaksanaan Program Indonesia Pintar tahun 2017.

Mengenai apa yang menjadi standar dari program ini tertuang dalam Juklak PIP

telah tegas dan bersifat terbuka sehingga para implementor lebih memahami

program ini. Sementara untuk sasarannya ialah peserta didik yang berusia sekolah

yang berasal dari keluarga tidak mampu dengan menunjukkan kepemilikan KKS

dan ikut dalam PKH. KKS dan PKH menjadi indikator dalam program ini untuk

menentukan bahwa penerima bantuan program ini layak mendapatkan dana

manfaat PIP.

65

Universitas Sumatera Utara


4.3.2 Sumber daya

Untuk mencapai keberhasilan implementasi dari suatu program maka akan

sangat tergantung kepada kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya yang

tersedia. Setiap tahap dari implementasi menuntut adanya sumber daya yang

memadai, terutama sumber daya manusia yang merupakan sumber daya paling

penting. Karena pada dasarnya manusia merupakan subjek dan objek dari sebuah

kebijakan itu sendiri. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mempermudah

perjalanan suatu program ke arah keberhasilannya. Selain sumber daya manusia

ada juga sumber daya lain yang menjadi pendukung ialah sumber daya finansial

atau anggaran, sarana dan prasarana serta informasi atau kewenangan.

Pelaksanaan program PIP di Kelurahan Sinaksak dijalankan oleh pihak-

pihak yang terkait seperti Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun, Koordinator

Wilayah Kecamatan Tapian Dolok, Sekolah formal yang ada di Kelurahan

tersebut. Pendistribusian KIP dilakukan melalui berbagai pihak yang ikut dalam

pelaksanaan program ini. Kemendikbud menyerahkan kewenangan kepada Dinas

Pendidikan kabupaten/kota untuk menyalurkan KIP di daerah masing-masing.

Setelah itu Dinas Pendidikan melalui Kordinator Wilayah Pendidikan masing-

masing kecamatan untuk diberikan kepada sekolah-sekolah yang ada di wilayah

tersebut, dan sekolah akan langsung membagikan kepada siswa yang didampingi

oleh orang tuanya. Sementara untuk kartu yang tidak teridentifikasi melalui

sekolah disalurkan oleh Dinas Pendidikan melalui Kecamatan untuk diteruskan ke

kelurahan masing-masing dan diserahkan kepada orang tua siswa tersebut.

66

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan program ini berdasarkan petunjuk pelaksanaan (juklak)

program yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat atau dalam hal ini

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Hal ini sejalan dengan

yang dikatakan oleh Sitepu selaku staf kesiswaan SMP bahwa pelaksanaan dari

program ini dijalankan berdasarkan juklak yang diberikan sehingga lebih

mempermudah memahami tugas dan kewenangan dari setiap instansi mengenai

pelaksanaan program ini (Wawancara, 11 April 2018).

Implementor dalam pelaksanaan program KIP di Kelurahan Sinaksak juga

memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Adapun peran dan fungsi instansi

terkait dengan pelaksanaan program ini juga telah diatur di dalam juklak yang

berlaku. Sejalan dengan hal tersebut Nurbaity selaku Plt. Ka SD 091609 Sinaksak

menyatakan bahwa:

“Tugas dari Dinas Pendidikan adalah memastikan semua KIP


tersalurkan ke siswa/siswi yang namanya tercantum pada kartu tersebut.
Sementara wewenangnya adalah memastikan setiap satuan pendidikan
baik formal dan nonformal yang terdaftar dalam program ini menginput
data peserta didik sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga
pengusulan dasar KIP ini dapat dilanjutkan ke pemerintah pusat”
(Wawancara, 25 April 2018).

Mengeni tugas dan fungsi dari instansi Purba selaku Ka SD 091608

Sinaksak menerangkan bahwa fungsi dari sekolah adalah :

“Pada dasarnya tugas kami ialah mendistribusikan KIP dan itu


hanya baru satu kali penyerahan dari dinas di tahun 2016. Untuk saat ini
kami hanya memberikan daftar nama murid kurang mampu untuk segera
diusulkan untuk dapat bisa menerima program ini. Untuk saat ini
persentase murid yang mendapat program ini disini berkisar 30% sampai
40%” (Wawancara, 23 April 2018).

67

Universitas Sumatera Utara


Hal yang sama juga disampaikan oleh Ka SD 091607, Ibu Reisa

menyatakan bahwa tugas mereka selaku pihak sekolah memberikan surat

rekomendasi yang nantinya akan berguna untuk perlengkapan berkas saat

pencairan dana manfaat ke bank. Surat keterangan tersebut menjelaskan bahwa

memang benar peserta didik tersebut merupakan siswi di sekolah itu. Selain itu,

pihak sekolah juga memiliki kewenangan untuk mengusulkan nama-nama anak

yang layak untuk mendapatkan program ini melalui Data Pokok Sekolah

(Dapodik) yang biasa dilakukan setiap tahunnya (Wawancara, 22 April 2018).

Dari beberapa hasil wawancara langsung diatas dapat dilihat bahwa implementor

telah mengetahui apa yang menjadi tugas pokok mereka dalam melaksanakan

program ini.

Pelaksanaan tugas dan fungsi dari dinas maupun sekolah terkait prgram ini

telah dikerjakan. Namun dari hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah ada

juga sekolah yang tidak menyampaikan laporan pencairan dana PIP kepada

koordinator wilayah seharusnya dikerjakan setiap tahunnya. Hal tersebut

dikarenakan para orang tua tidak menyampaikan bukti kepada sekolah bahwa

dana tersebut telah masuk ke rekening penerima (siswa) tersebut. Monitoring

dilakukan oleh dinas pendidikan terkait dengan pelaksanaan program ini melihat

dari laporan yang disampaikan oleh masing-masing korwil. Dan untuk

memonitoring pelaksanaan program ini pemerintah pusat melakukan pelatihan

dengan memanggil perwakilan dari setiap dinas pendidikan kabupaten/kota yang

ada. Hal tersebut juga dilakukan agar tidak ada kesalahan yang terjadi di daerah

dalam pelaksanaan program ini. untuk dinas pendidikan kabupaten Simalungun

tahun 2017 mengikuti satu kali kegiatan pelatihan program ini di Jakarta yang

68

Universitas Sumatera Utara


diselenggarakan oleh Kemendikbud dan dihadiri oleh dua perwakilan dari setiap

dinas yang menangani program ini (Wawancara, 11 April 2018).

Sumber daya manusia yang ada di sekolah juga sangat mendukung

terlaksananya program ini. Kepala sekolah selaku pihak yang menanungi

pelaksanaan program ini di sekolah harus mampu menyampaikan program ini

dengan baik. Tak terkecuali operator sekolah yang bertugas menginput data ke

Dapodik sebagai bahan pertimbangan pemerintah pusat untuk mendata penerima

program ini. Dari spesifikasi pendidikan yang dimiliki oleh kepala sekolah dan

operator sekolah telah memadai dan operator sekolah juga telah memahami

pengisian data siswa di Dapodik dan hal tersebut dapat menunjang berjalannya

program ini.

Sementara untuk sumber daya finansial dalam kebijakan program KIP ini

didapat dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pemerintah

untuk alokasi dana pendidikan melalui Kemendikbud. Hal tersebut sejalan dengan

keterangan dari Ibu Sitepu bahwa :

“Jika berbicara mengenai anggaran itu datangnya memang dari


pusat dan dinas tidak tau menau masalah dana. Setau Saya dana dari
APBN kementrian.” (Wawancara, 11 April 2018)

Mengenai anggaran Ibu Nurbaity juga menyatakan bahwa memang

anggaran untuk program ini mutlah dari pemerintah. Ia menjelaskan bahwa pihak

sekolah tidak dibebankan atau membebani peserta didik dalam melaksanakan

program ini (Wawancara, 24 April 2018). Hal ini berarti bahwa penyelanggaraan

progra PIP ini sangat membantu pemerintah daerah khususnya Kabupaten

Simalungun dalam pelayanan pendidikan dan tidak menjadi beban bagi

69

Universitas Sumatera Utara


pemerintah daerah karena anggaran didapat dari pemerintah pusat. Sementara

mengenai sarana dan prasarana yang mendukung program ini sesuai dengan

pengamatan langsung penulis, yaitu terdapatnya alat-alat pendukung

pengimplementasian program ini seperti setiap sekolah memang memiliki laptop

yang ada disekolah yang berguna untuk menginput data peserta didik ke dalam

Dapodik. Selain itu adanya ruang tunggu yang disediakan setiap sekolah kepada

pengaduan masyarakat terkait dengan masalah program ini.

4.3.3 Karakteristik Agen Pelaksana

Agen pelaksana merupakan faktor yang mempengaruhi perjalanan

implementasi suatu program. Agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang terlibat dalam program tersebut. Pelaksanaan program

KIP ini dijalankan berdasarkan kerjasama antara Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, Kementrian Agama dan Kementrian Sosial yang bertanggung jawab

langsung kepada Wakil Presiden Republik Indonesia.

Dalam penelitian ini pihak yang terlibat untuk mengimplementasi program

KIP di Kelurahan Sinaksak antara lain ialah Dinas Pendidikan Kabupaten

Simalungun sebagai dinas yang memiliki kewenangan paling tinggi dalam

program ini. Selain itu ada juga Koordinator Wilayah yang bertujuan untuk

membantu pelaksanaan program ini di kecamatan, ada juga sekolah-sekolah

formal yang ada di Kelurahan Sinaksak, Lurah Sinaksak yang ikut dalam

70

Universitas Sumatera Utara


pendistribusian KIP ini sampai kepada masyarakat. Hal tersebut juga disampaikan

oleh Nurbaity selaku Plt. SD Negeri 091609 Sinaksak yang menyatakan :

“Pihak yang terlibat pastinya Dinas Pendidikan sebagai instansi


yang berwewenang, Koordinator Wilayah Kecamatan Tapian Dolok,
sekolah-sekolah formal, Kelurahan, dan pastinya orang tua/wali dari
peserta didi sebagai penerima manfaat program ini” (Wawancara, 25 April
2018).

Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh Sitepu selaku staf

kesiswaan SMP di Dikjar mengenai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan

program ini ditangani langsung oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) dan Dinas selalu menerima informasi langsung dari pusat. Dinas

Pendidikan juga berkoordinasi dengan seluruh koordinator Wilayah Pendidikan

Kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun untuk meneruskan informasi dan

pelaksanaan program ini ke sekolah-sekolah melalui kepala sekolah. Adapun

organisasi nonformal yang ikut dalam program ini termasuk lembaga kursus yang

memenuhi kriteria penerima bantuan dan terdaftar di Dapodik (Wawancara, 11

April 2018).

Kemudian untuk mendorong keberhasilan pelaksanaan suatu program

maka diperlukannya sifat keterbukaan dari badan pelaksana kebijakan.

Berdasarkan pengamatan langsung peneliti di lapangan bahwa Dinas Pendidikan

Kabupaten Simalungun bersifat transparan dalam memberikan informasi terkait

program ini, hal ini juga terlihat dengan adanya papan informasi mengenai

mekanisme pelaksanaan program PIP serta sekolah juga bersifat baik dan

transparan dalam memberikan informasi terkait dengan pelaksanaan program ini.

Seperti misalnya adanya pengaduan pihak sekolah akan melayani dan

71

Universitas Sumatera Utara


memberikan informasi kepda orang tua peserta didik. Menurut Saragih selaku

penerima manfaat program ini menyatakah bahwa sejauh ini sekolah sangat baik

dalam menanggapi masalah terkait program ini, misalnya orang tua menanyakan

informasi terkait program ini dan dengan baik serta jelas sekolah turut

menjelaskan (Wawancara, 12 Mei 2018).

4.3.4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan

pelaksana

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam rangka penyampaian informasi

kepada agen-agen pelaksana kebijakan, baik itu mengenai apa yang menjadi

tujuan dan sasaran dari sebuah kebijakan yang dikerjakan. Komunikasi mengenai

tujuan dan sasaran dari kebijakan tersebut harus dilakukan konsisten dan seragam

dari berbagai sumber informasi. Komunikasi dalam hal ini juga berkaitan dengan

mekanisme prosedur yang dirancang untuk mencapai tujuan dan sasaran dari

program tersebut. Dengan komunikasi yang baik antar organisasi terkait

implementasi program maka para implementor akan mengerti apa yang harus

dilakukan, seperti apa yang menjadi tugas-tugas implementor tersebut.

Komunikasi juga sanagt penting dilakukan agar pemahaman dari setiap

implementor sama mengenai apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari sebuah

program.

Komunikasi yang terlihat dalam implementasi program KIP di Kelurahan

Sinaksak ini terlihat dari penyebaran atau distribusi KIP dan informasi mengenai

pelaksanaan program yang dilakukan implementor. Para pelaksana kebijakan

harus mengetahui jelas informasi terkait dengan program yang dijalankan agar

72

Universitas Sumatera Utara


dapat dikomunikasikan ke masyarakat. Sitepu selaku staf kesiswaan SMP Dikjar

menyatakan pemahamannya mengenai kejelasan program KIP yaitu:

“Ya sejauh ini Saya mengetahui program ini baik dari tujuan,
sasaran maupun mekanisme program ini. Seperti contoh mekanismenya
yaitu siswa yang memiliki kartu dari kementrian sosial seperti kartu
kesejahteraan sosial dan program keluarga harapan agar melapor dan
dimasukkanlah nomor kartu tersebut ke data pokok pendidik oleh operator
sekolah dan langsung dilengkapi pengusulannya yang dikirimkan ke
kementrian dan tugas kementrianlah untuk menyaring atau memilih
peserta didik mana yang layak menerima sesuai dengan kuota yang
tersedia, setelah itu akan keluar surat keterangan beserta nama-nama calon
penerima yang akan dikirimkan ke sekolah melalui dinas pendidikan”
(Wawancara, 11 April 2018).

Hal senada juga disampaikan oleh Ka SD Negeri 09556 Sinaksak, Sinaga

menyatakan bahwa sekolah mengetahui jelas program ini seperti prosedur

pengusulan dan bagaimana mekanisme pelaksanaan program ini (Wawancara, 02

April 2018). Namun berbeda dengan pernyataan tersebut Ka SD Negeri 091607

Sinaksak, Reisah mengatakan bahwa:

“Kalau masalah prosedurnya ya Saya mengetahui seperti


bagaimana pengusulannya dan syarat-syaratnya namun yang sering sekali
membuat bingung biasanya masalah tahap pencairannya. Kadang tahap ke
sepuluh sudah ada namun tidak ada tahap ke sembilannya. Itulah yang
selalu kita pertanyakan mengenai tahapan pencairannya” (Wawancara, 24
April 2018).

Dari beberapa keterangan informan diatas dapat disimpulkan bahwa

pemahaman mengenai kejelasan program ini yang diketahui oleh implementor

dapat dikatakan hanya sebatas mekanisme, persyaratan dan lainnya sebagainya

terkait dengan program ini. Namun untuk permasalahan dana atau pencairan

implementor juga masih kebingungan mengenai tahapnya dan kapan waktu

pencairan tersebut.

73

Universitas Sumatera Utara


Komunikasi antar implementor juga harus dilakukan dengan baik agar

implementor dapat menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Komunikasi

antar implementor dalam penelitian implementasi KIP di Kelurahan Sinaksak

terlihat dari komunikasi antara Dinas Pendidikan ke Koordinator Wilayah

Pendidikan hingga sampai ke sekolah-sekolah formal yang akan berhubungan

langsung dengan target group tentang mekanisme pelaksanaan program ini.

Terkait dengan hal tersebut Staf kesiswaan Dikjar, Sitorus menyatakan bahwa:

“Komunikasi yang terjadi antara kami dengan korwil itu biasanya


mengenai informasi program ini, kami akan menginformasikan kapan
waktunya untuk pengusulan, pelaporan nama-nama peserta didik yang ikut
dalam program ini. Dan korwil akan meneruskan informasi kepada kepala
sekolah dan untuk setiap tahap pencairan akan diadakan laporan dari
sekolah untuk diberikan ke dinas melalui korwil” (Wawancara, 11 April
2018).

Sejalan dengan hal tersebut Sipahutar selakau Ka SD Negeri 09557

Sinaksak menyatakan bahwa:

“Komunikasi yang terjadi yaitu melalui surat perintah atau surat


edaran untuk melaporkan siswa-siswa yang wajib dilaporkan melalui
Korwil yang diteruskan kepada kepala sekolah” (Wawancara, 23 April
2018)

Untuk membantu memahami suatu program dengan baik maka

diperlukannya sosialisasi program diantara para implementor kebijakan. Dalam

penelitian ini terlihat sosialisasi yang diberikan dilakukan pada saat keluarnya

nama-nama penerima dari pusat maka dinas akan memanggil setiap kepala

sekolah atau operator untuk menginformasikan data tersebut. Dan untuk

sosialisasi dari pusat biasanya dilakukan rapat koordinasi ke Jakarta oleh operator

SD dan SMP dari dinas pendidikan (Wawancara, 11 April 2018).

74

Universitas Sumatera Utara


Komunikasi juga juga harus dijalankan sampai hingga ke masyarakat.

Karena memang masyarakat adalah sasaran dari kebijakan program ini. Untuk itu

dilakukan upaya berupa sosialisasi baik dalam bentuk langsung dengan

memanggil orang tua ke sekolah maupun tidak langsung dengan penempelan

papan informasi terkait mekanisme PIP dan membagikan selebaran yang ada di

dalam amplop saat pembagian KIP. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh

sekolah menyebabkan para orang tua kurang paham terhadap program ini.

berdasarkan wawancara penulis dengan masyarakat penerima program ini hanya

pernah satu kali dilakukan sosialisasi dan tidak pernah ada lagi. Berikut

pernyataan Rahima selaku penerima manfaat KIP ini terkait sosialisasi bahwa:

“Pernah ada satu kali saat penyerahan KIP ini di sekolah. Sekalian
saat itulah dijelaskan semua masalah mengenai KIP ini dan di dalam
amplop yang dibagikan tersebut ada juga brosur mengenai cara pencairan
dana program ini” (Wawancara, 13 Mei 2018).

Senada dengan hal tersebut juga, Ibu Saniar Purba selaku masyarakat

penerima manfaat program ini menegaskan bahwa sosialisasi yang diadakan

hanya satu kali saat pembagian pertama kali di tahun 2016. Saat itulah para orang

tua dipanggil ke sekolah dan dijelaskan mengenai informasi seputar KIP ini,

seperti penggunaan dana dan bagaimana proses mekanisme pencairan dari dana

tersebut (Wawancara, 12 Mei 2018).

4.3.5 Disposisi atau sikap pelaksana

Sikap pelaksana kebijakan atau implementor akan sangat mempengaruhi

keberhasilan dari program tersebut. Sikap penerimaan dan penolakan dari agen

pelaksana harus menjadi perhatian yang khusus dalam menjalankan program yang

75

Universitas Sumatera Utara


ingin dicapai. Hal ini sangat mungkin terjadi karena memang suatu kebijakan

bukanlah hasil dari formulasi warga setempat yang memahami mengenai

permasalahan yang terjadi. Dukungan dari pelaksana sangat membantu

pelaksanaan program ini dengan baik. Dengan adanya dukungan tersebut maka

terwujud dari komitmen para pelaksana untu terus melaksanakan program ini

dengan sebaik mungkin.

Berkaitan dengan tanggapan dan respon para implementor terkait dengan

implementasi dari program ini baik dan para implementor memiliki komitmen

untuk terus melanjutkan program ini. Pernyataan Bapak Robinson Sihombing

selaku Ka SMP Negeri 2 Tapian Dolok terkait dengan tanggapan dan hambatan

yang dirasakan dalam melaksanakan program ini adalah :

“Untuk keseluruhannya ya sudah bagus namun perlu diteruskan


lagi dan dikembangkan lagi secara baik. Dan hambatan yang paling sering
dirasakan sekolah adalah keterlambatan orang tua dalam pengurusannya
karena memang terkendala waktu” (Wawancara, 23 April 2018).

Senada dengan hal tersebut Sitepu selaku staf kesiswaan SMP Dikjar

terkait tanggapan dan hambatan dalam melaksanakan program ini yaitu:

“Program ini cukup bagus ya asalkan penggunaan dana yang


diberikan ke rekening siswa dimanfaatkan secara benar. Jangan ada orang
tua yang menyalahgunakan dana tersebut untuk kepentingan di luar
kepentingan sekolah. Karena program ini sebenarnya ditujukan untuk
menunjang kelanjutan sekolah siswa. Jadi kepada seluruh orang tua
diwajibkan untuk menggunakan dana untuk keperluan sekolah.”. Menurut
Saya, ada beberapa hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan
program ini seperti biasanya terjadi pada lembaga penyalur atau bank yang
terkadang terlambat dalam menyalurkan dana ke rekening siswa,
keterlambatan operator sekolah dalam melakukan sinkronisasi data peserta
didik ke dalam dapodik” (Wawancara, 11 April 2018).

76

Universitas Sumatera Utara


Dari beberapa informasi terkait dengan tanggapan dari implemntor maka

dapat dilihat bahwa tanggapan para implementor terkait pelaksanaan program PIP

ini mendukung program ini dan berharap program ini tetap dilanjutkan lagi. Selain

itu dari segi informasi implementor bersifat terbuka dan baik dalam memberikan

pelayanan kepada masyarkat, seperti respon baik dari sekolah dalam menangani

pengaduan orang tua terkait masalah yang dihadapi dalam program ini,

4.3.6 Lingkungan Sosial, ekonomi dan politik

Variabel terakhir yang perlu diperhatikan untuk menilai suatu kinerja

implementasi kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal yang turut serta

mendorong keberhasilan suatu kebijakan publik atau program. Keadaan dari

situasi lingkungan pendukung kebijakan akan mempengaruhi pelaksanaan

kebijakan tersebut. Lingkungan sosial yang mendukung sebuah program akan

memperlancar perjalanan program tersebut.

Berkaitan dengan implementasi program PIP ini, masyarakat yang berada

di Kelurahan Sinaksak merespon baik pelaksanaan program ini. Hal tersebut

sejalan dengan pernyataan Gultom selaku Korwil Pendidikan Kecamatan Tapian

Dolok menyatakan bahwa mayoritas dari penerima program ini merasa terbantu

dengan adanya program ini. Namun tidak dipungkiri juga adanya pengaduan dari

masyarakat yang merasakan kecemburuan sosial diakibatkan anaknya tidak

mendapatkan program ini walaupun dirasa cukup layak (Wawancara, 18 April

2018).

77

Universitas Sumatera Utara


Sementara menurut informasi dari masyarakat penerima bantuan ini

menyatakan bahwa program ini sangat membantu mereka dalam membiayai

keperluan perlengkapan untuk sekolah anak mereka, seperti membeli buku dan tas

saat tahun ajaran baru dimulai. Sejalan dengan hal tersebut ada harapan yang

diinginkan masyarakan penerima manfaat PIP ini. Harapan mereka agar program

ini terus berjalan dan masalah pencairan atau dana manfaat ini diberikan secara

jelas dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, karena memang selama ini yang

bermasalah selalu dalam pencairan dana yang sering tidak diterima oleh penerima

manfaat program ini (Wawancara, Rahimah, 12 Mei 2018).

Selanjutnya peneliti bertanya mengenai keadaan ekonomi penerima

manfaat KIP melalui sekolah. Reisa selaku Ka Negeri 091607 Sinaksak

menyatakan bahwa:

“Ya, kita mengetahui keadaan anak didik kita tentunya. Karna


dalam data siswa juga ada jelas pekerjaan orang tuanya serta
penghasilannya dan mayoritas murid disini juga kami mengenal orang
tuanya karna memang masyarakat sekitar sini” (Wawancara, 22 April
2018).

Senada dengan hal tersebut pihak sekolah melalui Ibu Nurbaity Sinaga

selaku Plt Ka SD Negeri 091609 Sinaksak menyatakan bahwa:

“Sejauh yang kita ketahui pihak sekolah cukup mengenal keadaan


ekonomi keluarga si penerima program KIP ini. Jadi penemuan kami
adalah masih terdapat keluarga yang kurang mampu yang tidak menerima
KIP. Semoga kedepannya hal seperti ini bisa diminimalisir lagi oleh pihak
yang berwewenang. Rata-rata memang kodisi ekonomi penerima KIP
adalah masyarakat yang kurang mampu, namun masih ditemukan juga
keluarga yang mampu tapi menerima KIP” (Wawancara, 25 April 2018).

Berdasarkan informasi dari hasil wawancara diatas maka dapat


disimpulkan bahwa implementor dalam hal ini sekolah sebagai agen pelaksana

78

Universitas Sumatera Utara


mengetahui kondisi ekonomi penerima program KIP ini. Hal tersebut berdasarkan
data-data yang diberikan peserta didik ke sekolah untuk dimasukkan ke Dapodik
sekolah. Sementara berdasarkan pengamatan peneliti langsung kondisi lingkungan
penerima program ini sepereti kondisi rumah dan kepemilikan kartu-kartu
perlindungan sosial memang ditemukan layak dan memenuhi persyartan sebagi
penerima.

79

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Untuk melihat sudah sejauh mana implementasi Program Indonesia Pintar

(PIP) di Kelurahan Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok Simalungun maka peneliti

menggunakan model implementasi dari Van Meter dan van Horn yang terdiri dari

enam variabel yaitu :

1. Standar dan sasaran kebijakan dalam implementasi program PIP ini adalah

instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Program

Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indoneisa Pintar dan Program

Indonesia Sehat untuk membangun keluarga produktif yang

mengistruksikan kepada beberapa Menteri yang ada termaksud Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan tugas dan wewenangnya

dalam melaksanakan program ini secara efektif dengan melibatkan seluruh

unsur masyarakat dan juga terdapat peraturan bersama antara Direkektur

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktur Jenderal

Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Nomor 07/D/2017

tentang petunjuk pelaksanaan Program Indonesia Pintar tahun 2017.

Sementara untuk sasarannya ialah peserta didik yang berusia sekolah yang

berasal dari keluarga tidak mampu dengan menunjukkan kepemilikan

kartu keluarga sejahtera dan ikut dalam program keluarga harapan.

80

Universitas Sumatera Utara


2. Sumber daya dalam implementasi program PIP ini adalah semua instansi

yang terlibat dalam pelaksanaan program ini. para implementor

melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan

yang berlaku yang dikeluarkan oleh Kemendikbud. Sementara mengenai

sumber daya anggaran didapatkan langsung dari dana pemerintah pusat

dan sekolah tidak ada dikenakan biaya untuk melaksanakan program ini.

dan mengenai sarana dan prasarana yang mendukung program ini sesuai

dengan pengamatan langsung peneliti, yaitu terdapatnya alat-alat

pendukung pengimplementasian program ini seperti setiap sekolah

memang memiliki laptop yang ada disekolah yang berguna untuk

menginput data peserta didik ke dalam Dapodik. Selain itu adanya ruang

tunggu yang disediakan setiap sekolah kepada pengaduan masyarakat

terkait dengan masalah program ini.

3. Karakteristik agen pelaksana dalam hal ini pihak yang terlibat untuk

mengimplementasi program PIP di Kelurahan Sinaksak antara lain ialah

Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun sebagai dinas yang memiliki

kewenangan paling tinggi dalam program ini. Selain itu ada juga

Koordinator Wilayah yang bertujuan untuk membantu pelaksanaan

program ini di kecamatan, ada juga sekolah-sekolah formal yang ada di

Kelurahan Sinaksak, Lurah Sinaksak yang ikut dalam pendistribusian KIP

dan untuk pemberian informasi mengenai program ini Dinas Pendidikan

maupun sekolah selalu bersikap terbuka dan melayani pengaduan terkait

dengan pelaksanaan program yang disampaikan masyarakat.

81

Universitas Sumatera Utara


4. Komunikasi terkait kegiatan-kegiatan yaitu yang terlihat dalam

implementasi program PIP di Kelurahan Sinaksak ini terlihat dari

penyebaran atau distribusi KIP dan informasi mengenai pelaksanaan

program yang dilakukan implementor. Selain itu komunikasi yang

dilakukan ke target group berbentuk sosialisasi langsung maupun tidak

langsung yang dilakukan olep pelaksana program ini baik di sekolah

maupun di Dinas Pendidikan.

5. Disposisi atau sikap pelaksana dalam implementasi program PIP ini secara

keseluruhan mendukung program ini dan berharap agar program ini

semakin baik dan program ini tetap dilanjutkan lagi. Selain itu dari segi

informasi implementor bersifat terbuka dan baik dalam memberikan

pelayanan kepada masyarkat, seperti respon baik dari sekolah dalam

menangani pengaduan orang tua terkait masalah yang dihadapi dalam

program ini.

6. Kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan politik dalam pelaksanaan

program KIP ini yaitu program ini sangat membantu penerima manfaat

program dalam membiayai keperluan perlengkapan untuk sekolah anak

mereka, seperti membeli buku dan tas saat tahun ajaran baru dimulai.

Sejalan harapan penerima manfaat program PIP agar program ini terus

berjalan dan masalah pencairan atau dana manfaat ini diberikan secara

jelas dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, karena memang selama ini

yang bermasalah selalu dalam pencairan dana yang sering tidak diterima

oleh penerima manfaat program ini dan sekolah sebagai pelaksana

82

Universitas Sumatera Utara


program ini juga mengetahui bagaimana kondisi dari peserta didik

penerima KIP melalui data-data yang telah diserahkan.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti terkait dengan implementasi

Program Indonesia Pintar (PIP) di Kelurahan Sinaksa Kecamatan Tapian Dolok

Simalungun adalah sebagi berikut :

1. Berkaitan dengan variabel standar dan sasaran kebijakan diharapkan

kepada seluruh implementor dalam kebijakan program ini memahami dan

mengetahui jelas apa yang menjadi standar dan sasaran dari program

tersebut sehingga dapat melaksanakan program ini sesuai dengan hal

tersebut.

2. Berkaitan dengan sumber daya dalam pelaksanaan program ini diharapkan

kepada implementor untuk lebih memahami apa yang menjadi fungsi dan

peran dari masing-masing instansi terkait dengan pelaksanaan program ini.

Dan supaya adanya kejelasan mengenai dan yang diterima masyarakat

termasuk waktu pencairannya.

3. Berkaitan dengan karakteristik agen pelaksana dalam program ini

diharapkan lebih memahami bagaimana organisasi yang boleh ikut dalam

pelaksanaan program ini bukan hanya organisasi formal melainkan juga

organisasi nonformal yang ikut dalam pelaksanaan program ini,

4. Berkaitan dengan komunikasi terkait kegiatan-kegiatan pelaksana dalam

program ini dikomunikasikan dengan jelas dan terarah sesuai dengan yang

83

Universitas Sumatera Utara


telah diatur. Dan untuk komunikasi ke masyarakat sebagai sasarannya juga

perlu diperbanyak lagi dan diperluas lagi sosialisasinya.

5. Berkaitan dengan disposisi atau sikap pelaksana dalam pelaksanaan

program ini diharapkan lebih berkomitmen dan serius dalam menjalankan

program ini agar program ini berjalan ssesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan dan tepat sasaran.

6. Berkaitan dengan lingkungan sosial, ekonomi dan politik dalam

pelaksanaan program ini adalah diharapkan implementor sebagai pemilik

kewenangan benar-benar mengetahui kondisi dari penerima manfaat

program ini agar yang menerima program ini memang layak.

84

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Abudullah, Syukur., 1988, Laporan Temu Kajian Posisi dan Peran Ilmu
Administrasi Negara dan Manajemen, LAN RI dan Asia Fondation, Jakarta.

Asgart, Sofian Munawar., 2011, Yogyakarta: Kota Pendidikan Minus HAM,


Penerbit Ombak, Yogyakarta.

Bahri, Saiful, Tangkilisan, Mira Subandini., 2004, Hukum dan Kebijakan Publik,
Penerbit YPAPI, Yogyakarta.

Budiman, Arief., 1994, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Gramedia, Jakarta.

Danim, Sudarwan., 2012, Pengantar Analisis Kebijakan Publik: Edisi kedua,


Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Delors, Jacques., 1996, “Learning”: The Treasure Within, Report to UNESCO of


International Commission on Education for the Twenty-First century,
UNESCO Publishing, Paris.

Effendi, Sofian dan Tukiran., 2012, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.

Freire, Paulo., 2011, Pendidikan Yang Membebaskan, Media Lintas Barat,


Jakarta.

Hoppers, Wim., 2004, Pengembangan Orientasi Pendidikan Dasar, PT Logos


Wacana Ilmu, Ciputat.

Imron, Ali., 2008, Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.

Jones, Charles O., 1994, Pengantar Kebijakan Publik. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Moleong, Lexy., 2007, Metode Penelitian Kualitataif, PT Remaja Rosdakarya,


Bandung.

_______., 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT Remaja


Rosdakarya, Bandung

Muhtaj, Majda El., 2013, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial,
dan Budaya, Rajawali Press, Jakarta.

Putra, Fadillah., 2001, Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

85

Universitas Sumatera Utara


Riant, Nugroho., 2003, Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi,
Elex Media Komputindo, Jakarta.

Soedijarto, Dhofier, Wahjoetomo, Supriadi, Tilaar, dan Yasin., 1993,


Penyuksesan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun,
Universitas Merdeka Malang, Malang.

Simangarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan., 1995, Metode Penelitian Survei,


Edisi revisi, PT Pustaka LP3ES, Jakarta.

Sindhunata., 2001, Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman, Penerbit


Kanisius, Yogyakarta.

Subarsono, AG., 2005, Analisis Kebijakan Publik Konsep Teory dan Aplikasi,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sugiono., 2007, Metode Penelitian Kulitatif Kuantitatif dan R&D, Alfabeta,


Bandung.

_______., 2012, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.

Sutirna, H dan Samsudin, Asep., 2015, Landasan Kependidikan: Teori dan


Praktek, PT Refika Aditama, Bandung

Suyanto, Bagong., 2005, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif


Pendekatan, Prenada Media, Jakarta.

Tangkilisan, Hesel Nogi., 2003, Implementasi Kebijakan Publik (Konsep,


Strategi, dan Kasus), Lukman Offset YPAPI, Yogyakarta.

Wahab, S. Abdul., 1991, Analisis Kebijakan: dari Formulasi ke Implementasi


kebijakansanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta.

_____________., 2004, Analisis Kebijaksan dari Formulasi ke Implementasi


kebijakansanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta.

_____________., 2008, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Universitas


Muhammadiyah Malang Press, Yogyakarta.

Wibawa, Samodra. Purbokusumo, Yuyun. Pramusinto, dan Agus., 2003, Evaluasi


Kebijaksanaan Publik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Winarno, Budi., 2012, Kebijakan Publik, Teori, Proses, dan Stdi Kasus, CAPS,
Yogyakarta.

Yusuf, Muri., 2014, Metode Penelitian, Prenada Media Group, Jakarta.

86

Universitas Sumatera Utara


Jurnal, Skripsi, Tesis

Hanafiah, Linda Muchacha, dkk., 2015, Jurnal Administrasi Publik, Lembaga


FIA-UB, Magelang.

Mustofa, Chabib., 2007, Diktat Mata Kuliah Studi Pembangunan, Jurusan


Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Ampel
Surabaya.

Siahaan, Asima Yanty., 2017, Higher Education and Development In Indonesia:


A Gender Perspective, Elixir International journal, Medan.

Simamora, Budi Brendan., 2016. Implementasi Program Nasional Agraria


(PRONA) Tahun 2016 di Kota Pematangsiantar (Studi Pada Kantor
Pertanahan Kota Pematangsiantar), Skripsi, Departemen Ilmu Administrasi
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Sulistyastuti, Dyah Ratih., 2007, Jurnal Kependudukan Indonesia: Pembangunan


Pendidikan dan MDGs di Indonesia, Vol. II, No. 2, 2007, Yogyakarta.

Suprastowo, Phillip., 2014, Kontribusi Bantuan Siswa Miskin Terhadap


Keberlangsungan dan Keberhasilan Pendidikan Siswa, Pusat Penelitian
Kebijakan, Balitbang Kemendikbud, Jakarta.

Suyahman., 2015, Pendidikan Untuk Semua Antara Harapan dan Kenyataan


(Studi Kasus Permasalahan Pendidikan di Indonesia), Jurnal Prosiding
Seminar Nasional Indonesia, Surakarta.

Syawaluddin., 2015, Refleksi Atas Pemikiran Amartya Kumar Sen Tentnag


Ketimpangan dan Kemiskinan, Vol. 11 No. 1 Juni 2015, Gorontalo.

Pandit, I Gde Suranaya., 2016, Konsep Keadilan Dalam Persepsi Bioetika


Administrasi Publik, Jurnal Admisnistrasi Publik: Public Inspiration, Bali.

Sumber Internet:

Kemendikbud, http://indonesiapintar.kemdikbud.go.id/ (diakses pada 30


November 2017 pada tanggal 21:30 WIB)

Kompas.com,http://nasional.kompas.com/read/2017/01/29/17194701/jokowi.man
faat.kartu.indonesia.pintar.terus.dirasakan.pelajar (oleh Ihsanuddin, diakses
pada tanggal 30 November 2017 pukul 22:00 WIB)

Jppn.com,https://www.jpnn.com/news/pemkab-simalungun-rampungkanpenyalur
an-32868-kip(diakses pada tanggal 30 November 2017 pukul 22:30)

87

Universitas Sumatera Utara


Edupost.id,http://edupost.id/berita.id/berota-pendidikan/kartu-indonesia-pintarma
sih-terganjal-dilapangan/ (diakses pada tanggal 30 November 2017 pukul
22:45)

Dinas Pendidikan Palangkaraya, http://disdikpora.palangkaraya.go.id/berita-160-


kualitas-pendidikan-indonesia-rangking-69-tingkat-dunia.html (diakses pada
tanggal 24 Januari 2018 pukul 21:30)

Kompas.com, http://amp.kompas.com/edukasi/read/2017/08/18/06490021/72-
tahun-merdeka-apa-kabarpen didikan-indoensia (diakses pada tanggal 24
Januari 2018 pukul 21:35)

Kompas.com,http://nasional.kompas.com/read/2017/06/08/15412821/2.9.juta.ana
k.belum.terjangkau.kip(diakses pada tanggal 29 Januari 2018 pukul 20:00)

World Bank, http://documents.worldbank.org/curated/en/132131468051887925/


text/889290 REVISED00y0review02014bahasa.txt (diakses pada 12 Januari
2018 pukul 22:00)

Sumber Undang-Undang:

Undang-Undang Dasar 1945

Sumber Lain :

Juklak Program Indonesia Pintar 2017

Juknis Program Indonesia Pintar 2017

88

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai