Skripsi
Oleh
Puji dan syukur saya sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana
Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera
Utara. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sejak
masa perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi ini sangatlah sulit dalam
melewati dan menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta Bapak Wakil Dekan I Bapak
Husni Thamrin, S.Sos., M.S.P , Wakil Dekan II Bapak Muhammad Arifin
Nasution, S.Sos., M.S.P , dan Bapak Wakil Dekan III Ibu Dra. Rosmiani,
M.A.
2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, M.A. selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara dan sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu mengarahkan
saya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Asima Yanti Siahaan, Ma, Ph.D. selaku Sekretaris Departemen
Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh Staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah
membekali penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan
sampai akhir penulisan skripsi ini.
5. Staf Tata Usaha Departemen Ilmu Administrasi Publik yang telah banyak
membantu peneliti selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan
skripsi ini.
ii
Penulis
Shella BAB I
iii
iv
PRAKATA .......................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
4.2.5 Data Geogrfis dan Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat ..... 44
4.3 Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat
Ekonomi Lemah di Puskesmas Glugur Darat ..................................... 45
4.3.1 Standart dan Sasaran Kebijakan................................................. 45
4.3.2 Sumber daya .............................................................................. 52
4.3.3 Hubungan antar Organisasi ........................................................ 63
4.3.4 Karakteristik Agen Pelaksana .................................................... 66
4.3.5 Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ................................. 70
4.3.6 Disposisi Implementor ............................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 76
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 76
5.1.1 Standar dan Sasaran Kebijakan ................................................... 76
5.1.2 Sumber daya ................................................................................ 77
5.1.3 Hubungan antarorganisasi ........................................................... 77
5.1.4 Karakteristik Agen Pelaksana ..................................................... 78
5.1.5 Lingkungan Sosial, Politik dan Ekonomi ................................... 79
5.1.6 Disposisi Implementor ................................................................ 79
5.2 Saran .................................................................................................... 80
5.2.1 Standar dan Sasaran Kebijakan ...................................................... 80
5.2.2 Sumber daya ................................................................................... 80
vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 1
vii
samping hal di atas, juga diperlukan sistem administrasi operasional yang efisien,
tanggal 1 Januari 2014 setiap rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta,
yang dimaksud dengan pasien BPJS yakni Peserta Jaminan Kesehatan yang
menerima bantuan iuran dari pemerintah bukan penerima bantuan iuran (non PBI)
yang terdiri dari PNS, TNI, POLRI dan penerima bantuan iuran (PBI) yang terdiri
BPJS kesehatan telah membagi kelas perawatan pada peserta BPJS non
PBI dan masing-masing kelas memiliki iuran yang berbeda-beda yaitu terdiri dari
kelas 1 dengan iuran RP 80.000, iuran kelas 2 Rp 51.000, dan kelas 3 dengan
iuran Rp. 25.500. Sedangkan kelas perawatan dari peserta BPJS penerima bantuan
Iuran (PBI) yaitu kelas rawat 3 tidak dipungut biaya (gratis) karena peserta BPJS
Iuran (PBI) ini mempunyai hak yang sama dengan pasien umum lainnya untuk
kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah yang
mahalnya biaya jasa kesehatan. Dalam hal ini pemerintah yang berperan sebagai
pelayanan yang bermutu yang memuaskan bagi pasiennya sesuai dengan standar
yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakatnya. Dan untuk
Tingkat Lanjutan (FKRTL), memiliki acuan atau pedoman yang jelas dalam
menyelenggarakan pelayanan BPJS Kesehatan dan salah satu faskes yang menjadi
Berdasarkan latar belakang di atas dan hasil pra penelitian yang telah
yang ada yaitu kinerja BPJS dinilai kurang maksimal, masih ditemukan sistem
pelayanan yang kurang memuaskan bagi para peserta BPJS masyarakat ekonomi
rujukan pada peserta BPJS tersebut juga dialami peserta yaitu mengenai
pengurusan surat rujukan, dimana pasien harus berobat dulu di puskesmas setelah
berobat pasien baru bisa dirujuk ke rumah sakit. Hal itu menimbulkan kesan
pelayanan terhadap peserta BPJS diperlambat atau dipersulit. Bahkan hal tersebut
bisa menyebabkan kondisi penyakit yang diderita pasien ataupun peserta dari
BPJS lebih parah. Konteks dari pelayanan harus dilihat dari hulu ke hilir, kalau
bagi seluruh lapisan masyarakat baik dalam pelayanan publik terutama pelayanan
sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi
Glugur Darat.
dan memperkaya ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa
TINJAUAN PUSTAKA
pembuat kebijakan perlu mencari tahu dan meninjau terlebih dahulu terkait isu-isu
masalah apa yang terjadi di masyarakat. Pengertian kebijakan publik sangat begitu
beragam, namun demikian tetap saja pengertian kebijakan publik berada dalam
wilayah tentang apa yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh pemerintah selaku
pembuat kebijakan.
yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan
menghasilkan output dan outcomes seperti yang telah direncanakan. Untuk dapat
mewujudkan output dan outcomes yang ditetapkan, maka kebijakan publik perlu
administrasi publik di mana aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya
pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola input
untuk menghasilkan implementasi baru yang akan dimulai. Apabila tujuan dan
sasaran telah ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana
telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai
sasaran atau tujuan kebijakan yang diinginkan. Van Meter dan Van Horn (dalam
kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha usaha untuk
10
keputusan.
2006:139) bahwa:
11
banyak hal yang sifatnya teknis sebagai upaya dari pencapaian tujuan
tersebut.
dijelaskan diatas, maka model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van
Horn yang akan digunakan sebagai pengukur atau indikator dalam penelitian ini.
Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino 2008:142) model ini
implementasi yang diperkenalkan Van Meter dan Van Horn pada dasarnya tidak
pemerintah, namun lebih tepatnya untuk mengukur dan menjelaskan apa yang
yang sesuai karena kebijakan tidak disusun dengan baik atau karena keadaan
lainnya.
Menurut teori implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn (dalam
12
Sementara itu model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn
1. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan
terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standard an sasaran kebijakan kabur,
maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara
para agen implementasi.
2. Sumber daya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik
sumber daya manusia (human resources) maupun sumber daya non manusia
(non-human resources). Sumber daya dapat menunjuk kepada seberapa besar
dukungan financial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program
atau kebijakan.
3. Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi sebuah
program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lainnya. Untuk itu,
diperlukan koordinasi dan kerjasama antara instansi bagi keberhasilan suatu
program dalam mencapai sasaran dan tujuan program.
4. Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana
adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan
yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi
implementasi suatu program.
5. Kondisi sosial, politik dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumberdaya
ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan
dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik partisipan, yakni
mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada
dilingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.Ini
dapat juga menunjuk bahwa lingkungan dalam ranah implementasi dapat
mempengaruhi kesuksesan implementasi kebijakan itu sendiri.
6. Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang
penting, yakni: respons implementor terhadap kebijakan, yang akan
memengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, kognisi, yakni
pemahamannya terhadap kebijakan dan intensitas disposisi implementor, yakni
preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor. Ini menunjuk bahwa sikap
pelaksana menjadi variabel penting dalam proses implementasi kebijakan.
Keunggulan model Van Meter dan Van Horn ini lah yang dapat menawarkan
14
implementasi kebijakan.
yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan kepada pihak yang dilayani berjalan
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya atau mekanisme atau prosedurnya tidak
berbelit-belit, akan mengurangi biaya atau beban bagi pihak pemberi pelayanan
15
yang diberikan untuk membantu, menyiapkan dan mengurus baik itu berupa
barang publik maupun jasa publik dengan tujuan agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
berikut ini:
16
umumnya. Untuk mencapai hal ini diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai
17
keseluruhan.
18
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
organisasi.
19
pemulihan kesehatan.
tersebut ditentukan oleh tiga pilar utama pelayanan kesehatan yaitu, masyarakat
administrator kesehatan).
ke masa:
yang hanya berfokus pada satu atau dua jenis upaya kesehatan menjadi upaya
Pelayanan kesehatan yang menyeluruh artinya bahwa health provider tidak hanya
20
dengan jenjang atau tingkatan kemampuan rumah sakit (health provider) dalam
diperlukan oleh pasien. Hal tersebut sering disebut dengan istilah indikasi
kini mulai bergeser kearah pemenuhan hak-hak asasi pasien di bidang kesehatan.
Pelayanan kesehatan terhadap pasien kini bukan lagi hanya sekedar bagaimana
tersebut memenuhi hak-hak asasi pasien di bidang pelayanan kesehatan. Hak atas
pelayanan kesehatan disebut juga sebagai hak dasar sosial yaitu hak pasien
bermutu, sedangkan hak dasar menentukan diri sendiri disebut juga sebagai hak
dasar individual yaitu hak yang dilindungi oleh hukum untuk menyetujui atau
tidak menyetujui apa yang boleh dilakukan atau tidak dilakukan terhadap diri
yang menempatkan health provider dan health receiver dalam suatu pola
21
dan health receiver dalam suatu hubungan kontraktual (kontrak terapeutik) yang
masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban untuk saling dihargai dan di
hormati. Hubungan kontraktual ini tidak lain adalah sebuah hubungan hukum
tindakan medik atau pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan oleh health
persetujuan (izin) dari pasien terhadap apa saja yang akan dilakukannya dalam
hukum yang dapat di gugat atau di tuntut secara perdata atau pidana akibat
22
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
2.5 Kemiskinan
a. Kemiskinan
Kemiskinan adalah salah satu masalah sosial yang sangat erat kaitannya
24
satunya adalah kesehatan dan penyakit. Kesehatan dan penyakit adalah hal yang
intervensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni pada kemiskinannya atau
kemiskinan karena orang yang sehat memiliki kondisi tingkat pendidikan yang
maju, stabilitas ekonomi mantap, investasi dan tabungan memadai sehingga orang
25
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan
seseorang atau sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan
sehingga kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar untuk
pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang
diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis kemiskinan
diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk
kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan.
Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep
untuk menentukan atau mendefinisikan kriteria seseorang atau
sekelompok orang yang disebut miskin.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang
terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum
menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan
adanya ketimpangan pendapatan atau ketimpangan standar
kesejahteraan. Daerahdaerah yang belum terjangkau oleh program-
program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah
daerah tertinggal.
3. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi
sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat
yang umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak
mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen.
Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak
pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak
lain.
4. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan
karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya
terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang
kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan.
b. Indikator Kemiskinan
beberapa indikator-indikator kemiskinan akan diuraikan pada sub sub bab berikut
ini:
untuk kemiskinan memiliki dua aspek, yaitu aspek pendapatan dan aspek
27
pendapatan per kapita (income per capita) dihitung dari besarnya output
dibagi oleh jumlah penduduk di suatu daerah untuk kurun waktu 1 tahun (
Garis Kemiskinan
28
perekonomian merupakan salah satu pihak yang memiliki peran sentral dalam
pemenuhan sarana maupun pra sarana fisik. Kedua bentuk pelaksanaan dalam
APBN ini disebut juga investasi pemerintah untuk sumber daya manusia dan
standar kesehatan yang ideal/layak baik dalam bentuk gizi maupun pelayanan
kesehatan yang memadai. Dampak dari kondisi seperti ini adalah tingginya resiko
terhadap kondisi kekurangan gizi dan kerentanan atau resiko terserang penyakit
29
atau air minum merupakan salah satu persyaratan terpenuhinya standar hidup
yang ideal di suatu daerah. Ketersediaan air bersih akan mendukung masyarakat
untuk mewujudkan standar hidup sehat yang layak. Dalam hal ini, ketersediaan air
antara ketersediaan pelayanan air bersih dan jumlah penduduk miskin di suatu
daerah. Pada sisi permasalahan lain, ketersediaan air bersih sangat ditentukan oleh
c. Penyebab Kemiskinan
30
garis kemiskinan dibedakan menurut tempat dan waktu, jadi setiap daerah
biasanya nilai ini bertambah pada norma tertentu, pilihan norma tersebut
signifikan antara di desa dan di kota, hal ini disebabkan pada perbedaan
penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi
data. Hipotesis kerja adalah hipotesis yang bersumber dari kesimpulan teoritik,
lemah di Puskesmas Glugur Darat meliputi standar dan sasaran kebijakan, sumber
31
METODE PENELITAN
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini untuk memusatkan perhatian pada
tapi juga analisa dan interpretasidari data itu serta cenderung tidak perlu
itu dalam penelitian, peneliti akan mengumpulkan informasi atau data terkait
dengan teori Van Meter dan Van Horn yang terdiri dari enam variabel
32
masalah dan mendapatkan solusi yang tepat dengan menggunakan teori yang
sudah ditentukan oleh peneliti yaitu teori Van Meter dan Van Horn yang meliputi
2. Informan utama yakni mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi
33
berikut:
1. Informan kunci berjumlah satu orang, yaitu: Kepala Puskesmas Glugur Darat
2. Informan utama berjumlah tiga orang, yaitu:
Masyarakat pengguna BPJS yang merasakan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Glugur Darat.
3. Informan Tambahan:
Bidan koordinator Puskesmas Glugur Darat, Dokter puskesmas dan pengawas
kegiatan pemeberian pelayanan Kesehatan di Puskesmas Glugur Darat
34
Total 15
35
yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang
lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan
a. Wawancara
dengan cara melakukan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
b. Observasi
36
pedoman tentang apa yang hendak ditelusuri, baik subjek maupun tanda-tanda.
dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
objek penelitian secara rinci dan mendalam untuk mengembangkan konsep atau
pemahaman dari suatu fenomena sosial. Hal ini dilaksanakan karena banyak hal
pengukuran saja.
Jenis penelitian kualitatif ini tidak ada desain khusus, melainkan desain penelitian
yang ikut berkembang sesuai dengan suasana dan kondisi saat peneliti
dilaksanakan atau bias juga disebut dengan fleksibel. Untuk mengumpulkan data
37
Pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan yang
Pada tahap ini peneliti melakukan penyajian informasi melalui bentuk teks
naratif terlebih dahulu. Kemudian, hasil teks naratif tersebut diringkas ke dalam
informasi hasil penelitian dalam bentuk bagan yang disusun secara abstrak.
Pada tahap ini, peneliti selalu melakukan uji kebenaran dari setiap makna yang
muncul dari data yang dilihat dari klarifikasi data. Di samping menyandarkan
pada klarifikasi data, peneliti juga memfokuskan pada abstraksi data yang
berdasarkan atas data yang ada, maka pengumpulan data untuk kompenen tersebut
siap dihentikan.
2005:330) yaitu:
lainnya.
informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode
kualitatif yang dilakukan. Hal ini dapat dicapai dengan membandingkan data
39
Triangulasi ini didasarkan pada anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat
membandingkan hasil data yang diperoleh dengan teori yang ada. Dalam
penelitian yang satu dengan yang lain. Data dapat dikatakan abash apabila
Darat.
40
Puskesmas, Dokter, Bidan, dan Pasien peserta BPJS Kesehatan Puskesmas Glugur
Darat, Medan. Untuk mendapatkan data yang diteliti sesuai dengan permasalahan
dan tujuan penelitian, adapun sebagaimana dapat di lihat pada Tabel di bawah ini :
Bidan 1 Orang
(Peserta BPJS)
Jumlah 15 Orang
Perencanaan atau peletakan batu pertama bangunan dilakukan oleh Jaksa Tinggi
41
1972. Setelah selesai, bagunan ini diresmi bersamaan dengan perayaan ulang
tahun Kota Medan yang ke-63 pada bulan tanggal 1April 1972 dan diresmikan
memilki visi dan misi yang telah dirumuskan dan ditetapkan untuk selanjutnya
organisasi Puskesmas Glugur Darat telah merumuskan visi dan misi sebagai
berikut:
sehat”.
pelayanan kesehatan.
42
kesehatan masyarakat.
masyarakat yang tinggi di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, puskesmas Glugur
43
berikut:
Puskesmas Glugur Darat memiliki luas wilayah kerja 776 Ha. Puskesmas
Pembantu (Pustu) yaitu Pustu Pulo Brayan Bengkel yang terletak di Kelurahan
44
berdasarkan kerangka konsep yang peneliti adopsi dari teori Van Meter dan Van
Horn.
Glugur Darat. Implementasi akan menjadi efektif apabila ukuran dan tujuan dari
tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting.
Implementasi kebijakan yang berhasil sangat ditentukan oleh para pelaksana. Oleh
karena itu, setiap pelaksana harus memahami standar dan tujuan kebijakan.
a. Standar Kebijakan
dan tujuan dari kebijakan yang sesuai dengan kondisi sosio-kultur yang
ada. Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan
45
penyebab yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn, yaitu
pertama, mungkin disebabkan oleh bidang kebijakan terlalu luas dan sifat
dalam pernyataan ukuran dasar dan tujuan. Kekaburan dalam ukuran oleh
mengerti apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan dan sebagaimana tujuan
46
Jadi bagaimana kriteria yang ingin dicapai harus sesuai pada permenkes.”
47
setempat. Setelah itu calon peserta BPJS Kesehatan pergi ke dinas sosial,
Kesehatan akan diurus sampai peserta akan mendapatkan kartu BPJS PBI
para informan telah memahami apa yang menjadi standar dari kebijakan
48
dasar kesehatan.
13).
49
bahwa:
pasien yang sedang berobat, beliau mengatakan : ”Menurut saya kalau dari
pelayanan bagi peserta BPJS Kesehatan sudah bagus, namun masih perlu
BPJS Kesehatan adalah seluruh masyarakat baik peserta PBI dan Non PBI.
50
peserta PBI dibayarkan setiap bulan oleh Menteri Kesehatan dimana dalam
perhitungan dana iuran PBI, kuintansi/tanda terima dan surat tanggung jawab
peserta PBI dan Non PBI. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa
efektif dan efisien, yaitu tepat sasaran pada peserta BPJS Kesehatan baik
jelas dan logis, tetapi bukan hanya indikator tersebut yang terkait dengan
harus selalu diperhatikan. Dalam hal ini, sumber daya yang dimaksud
adalah sumber daya manusia, sumber daya finansial, dan sumber daya
”Untuk sumber daya manusianya saya rasa sudah cukup, tapi alangkah
baiknya lagi lebih ditingkatkan jumlah dokter yang ada disini, agar
Darat, namun satu informan yang posisi dan jabatannya lebih tinggi
53
melihat proses pelayanan yang diberikan dokter dan bidan kepada pasien
umum. Hal tersebut tidak sesuai dengan PMK No 340 tahun 2010
orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi (Observasi: 3 April
54
55
bahwa 2-3 informan masih merasa perlu peningkatan jumlah dari dokter
yang ada di Puskesmas Glugur Darat, namun satu informan yang posisi
dan jabatannya lebih tinggi menyatakan SDM yang ada sudah cukup
bermasalah pada shift dokter jaga saja. Kemudian berdasarkan PMK No.
340 Tahun 2010 yaitu minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter
umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap, dan saat ini
dokter umum).
57
pula terkait dengan kebijakan BPJS Kesehatan pada masyarakat ekonomi lemah.
”Dana dari BPJS Kesehatan dan melakukan pembayaran dana kapitasi kepada
FKTP milik Pemerintah Daerah setiap bulannya, didasarkan pada jumlah
peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar di Puskesmas dan dana tersebut sebesar
6jt.”(Wawancara: 16 April 2018, Transkrip wawancara: hal 14)
dari BPJS Kesehatan yang melakukan pembayaran dana kapitasi kepada FKTP
milik Pemerintah Daerah setiap bulannya, didasarkan pada jumlah peserta BPJS
yang terdaftar di Puskesmas, setelah itu adapun dana tersebut langsung dikirim
58
Pemerintah Daerah yaitu sebesar 6jt didasarkan pada jumlah peserta BPJS yang
berupa gambar dana kapitasi untuk puskesmas yang berasal dari BPJS
dasarkan pada jumlah peserta BPJS yang terdaftar di Puskesmas. Setelah itu
59
kesehatan yang wajib dilaksanakan karena mempunyai daya yang kuat terhadap
”Untuk fasilitas dan alat-alat yang ada di sini sudah sesuai, tapi jika
penyakit tidak bisa diatasi kami rujuk pasien ke rumah sakit. Tujuannya
adalah supaya penyakit dapat diatasi dan paisen dapat sembuh dengan
baik.” (Wawancara: 19 April 2018, Transkrip wawancara: hal 9).
”Untuk medisnya masih ada yang kurang dan juga dari pelayanan polinya
masih banyak yang perlu peningkatan. Jadi, masih banyak pasien yang
dirujuk ke Rumah Sakit dan juga kendalanya kadang pengadaan obat yang
telah habis dan harus kita order dulu. Di samping itu keterbatasan alat-alat
laboratoruim, karena masyarakat ini banyak yang mengeluhkan tentang
kesehatannya, harus kita diperiksa di laboratorium. Jadi, kendalanya obat
dan alat medis.” (Wawancara: 16 April 2018, Transkrip wawancara: hal
14).
”Untuk masalah obat yang tidak sesuai, belum pernah saya alami, tapi
saya pernah alami masalah di fasiltas. Jadi, waktu itu saya di-USG. Alat
USG yang ada di puskesmas ini masih dimensi rendah, tidak sesuai
dengan kebutuhan dan kurang akurasi, penyakit tidak terdeteksi.”
(Wawancara: 2 April 2018, Transkrip wawancara hal: 22).
”Kalau selama saya berobat di sini. Pernah saya alami obat yang
seharusnya memang dapat jatah 10 tablet, saya hanya dapat 8 tablet.
60
”Selama saya berobat di sini sudah baik, tapi ada kendala yang saya
rasakan itu seperti surat rujukan yang lama siapnya. Katanya ada
ganggunan jaringan dari koneksi internet.” (Wawancara: 3 April 2018,
Transkrip wawancara: hal 34).
Darat, pihak puskesmas akan melakukan rujukan ke rumah sakit yang telah
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Kemudian adapun hasil wawancara dengan
pasien peserta BPJS Kesehatan bahwa masih ditemukannya kendala pada sarana
dan prasarana yaitu alat USG yang masih berdimensi rendah dan obat-obattan
yang didapatkan tidak sesuai dengan telah yang ditetapkan dimana hal tersebut
hal tersebut diakibatkan kerena kurangnya koneksi dari internet yang ada di
Puskesmas Glugur Darat. (Observasi: 4 April 2018, Transkip observasi: hal 57).
61
gambar, alat ukur tensi, oksigen, alat suntik yang ada di Puskesmas Glugur Darat.
pihak puskesmas akan melakukan rujukan ke rumah sakit yang telah bekerja sama
Darat sudah dikatakan lengkap hanya saja masih terdapat beberapa kendala pada
saat pasien sedang melakukan pelayanan kesehatan yang dimana kendala tersebut
berasal dari alat USG yang masih berdimensi rendah, obat-obatan yang didapat
dan diterima tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan (seharusnya 10
butir tablet, tetapi diberikan hanya 8 tablet saja) dan kendala lainnya yaitu terlalu
lama proses pengurusan surat rujukan yang diakibat dari kurangnya koneksi
62
sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan yang akan
dikomunikasikan dengan maksimal kepada pihak pihak yang terkait. Selain itu,
sangat kompleks dan sulit. Dalam meneruskan pesan ke bawah dalam suatu
organisasi atau dari atu oragnisasi ke organoisasi lainnya. Para komunikator dapat
menyebarluaskan, baik secara sengaja atau tidak sengaja. Lebih dari itu, jika
maksud kebijakan.
63
“Kalau Dinas kesehatan selalu memantau kita dan setiap bulan kita
memberikan laporan. Jadi, koordinasi melalui laporan ke Dinas
Kesehatan. Untuk verifikasi berkas setiap sebulan sekali kita melaporkan
kunjungan pasien kita melaporkan ke BPJS.” (Wawancara: 16 April
2018, Transkrip wawancara: hal 15).
menyatakan bahwa:
”Kalau soal BPJS dari puskesmas ini memang belum ada dikomunikasikan
secara mendalam. Jadi, saya hanya tahu seadanya saja pada saat berobat
”Belum ada dikomunikasikan secara lengkap. Saya hanya tahu pada saat
kebijakan, yaitu para pegawai di Puskesmas Glugur Darat, Dinas Kesehatan dan
ataupun hambatan begitu juga dengan BPJS Kesehatan yang mencairkan dana
64
ketat ini sangat membantu proses implementasi berjalan baik. Kemudian adapun
hasil wawancara melalui informan terkait yaitu pasien yang sedang menerima
pasien peserta BPJS Kesehatan. Untuk info yang didapatkan hanya sekedar
tugasnya terlebih jika ada masalah ataupun kendala yang dihadapi dalam
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan hal tersebut dikuatkan kembali dengan
dan BPJS Kesehatan tidak memiliki surat MOU. (Observasi: 19 April 2018,
antara puskesmas dan BPJS yang, peneliti mengumpulkan data seperti daftar
65
koordinasi yang terjadi cukup terbangun, serta ketaatan ketiga pelaksana terhadap
dinas kesehatan apabila terdapat kendala ataupun hambatan begitu juga dengan
komunikasi serta koordinasi yang ketat ini sangat membantu proses implementasi
Karakteristik atau ciri dari badan pelaksana dalam suatu program atau
kebijakan harus berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta taat pada sanksi
66
terlaksananya kebijakan BPJS Kesehatan dengan baik dari ada tidaknya peraturan
“Kalau mau berobat tentu pasien harus membawa kartu BPJS dan
mengikuti alur pelayanan yang ada di sini, apabila pasien tidak membawa
”kendalanya itu ketika mau ngurus surat rujukan ke rumah sakit tapi harus
berobat dulu di sini. Jadi di sini tidak memperbolehkan untuk langsung
dirujuk ke rumah sakit.” (Wawancara: 3 April 2018, Transkrip
wawancara hal: 32).
67
Kesehatan dan mengikuti alur pelayanan yang ada di Puskesmas Glugur Darat.
Selanjtnya adapun salah satu bentuk keluhan pasien tentang pelayanan yang ada
pasien harus berobat dulu di puskesmas setelah berobat pasien baru bisa dirujuk
ke rumah sakit.
langsung yaitu peneliti melihat secara langsung proses alur pelayanan yang ada di
Puskesmas Glugur Darat yaitu, pasien yang datang menuju ruang loket
pasien mengantri kemudian pasien akan diarahkan menuju ruang poli ataupun
ruang pelayanan medis yang dibutuhkan oleh pasien. Jika pasien ternyata harus
dirawat maka akan dilanjutkan proses administrasi rawat inap. Namun, kalau ada
penderita sakit yang harus dirujuk ke rumah sakit, harus mendapatkan pelayanan
68
RUANG
RAWAT INAP/DI
RUJUK KE RUMAH
SAKIT
Sumber: Puskesmas Glugur Darat
badan pelaksana para pegawai di Puskesmas Glugur Darat sudah berjalan dengan
BPJS Kesehatan dan mengikuti alur pelayanan yang ada di Puskesmas Glugur
Darat. Selanjtnya adapun salah satu bentuk keluhan pasien tentang pelayanan
yang ada di Puskesmas Glugur Darat adalah mengenai pengrusan surat rujukan,
dimana pasien harus berobat dulu di puskesmas setelah berobat pasien baru bisa
69
bertepatan pada peluncurannya yang jatuh pada tahun politik, yaitu pada tahun
2014 juga merupakan pesta demokrasi rakyat Indonesia, yaitu Pemlihan Umum.
bahwa:
”Statement ini memang banyak ditemukan, apa lagi di media massa. Tapi
itu hanya bertepatan waktu peluncuran BPJS Kesehatan dengan tahun
pemilu. Menurut saya masyarakat sendiri memang antusias mendaftarkan
diri untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan.” (Wawancara: 19 April
2018, Transkrip wawancara: hal 12).
Kemudian informan lainnya menyatakan bahwa :
bahwa: ”Tidak ada seperti itu. Itu semua hanya tanggapan orang tertentu.
70
berita yang beredar mengenai BPJS Kesehatan yang berkaitan dengan pemilu
politik yaitu, peneliti mengamati proses pembayaran iuran BPJS Kesehatan yang
dibayarkan setiap bulan oleh Menteri Kesehatan dimana dalam menagih iuran
tersebut, BPJS Kesehatan menyampaikan surat tagihan dana iuran PBI kepada
kuintansi/tanda terima dan surat tanggung jawab mutlak yang ditandatangani oleh
Pejabat BPJS Kesehatan. (Observasi: 4 April 2018, Transkrip observasi: hal 59).
yang berkaitan seperti kondisi lingkungan dan kondisi sosial di Puskesmas Glugur
Darat serta dokumen berupa gambar antusias dari masyarakat terhadap BPJS
71
yang beredar mengenai BPJS Kesehatan yang berkaitan dengan pemilu tidaklah
benar. Hal tersebut dapat dibuktikan dan dilihat dari banyaknya dukungan dari
masyarakat yang mendaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan. Selain itu, terlihat
dari dukungan pemerintah pada peserta BPJS Kesehatan PBI yang melakukan
Salah satu faktor yang terkait dengan implementasi kebijakan adalah sikap
imlementor. Jika implementor setuju dengan bagian isi dari kebijakan, maka
mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka
”Kalau menurut saya sudah ada standarnya, sudah ada targetnya, dan
16).
Selanjutnya adapun hasil wawancara dengan salah satu pasien peserta BPJS
”Manusia selalu berbeda-beda, ada yang ramah ada juga yang kurang
73
”Sikap bidan dan dokter baik ramah, hanya saja pasien sangat banyak,
sehingga harus bersabar.” (Wawancara: 4 April 2018, Transkip wawancara:
hal 38).
yang tidak mampu atau peserta PBI. Kemudian adapun hasil wawancara dengan
pasien BPJS Kesehatan, dimana sikap dari para pelaksana BPJS Kesehatan pada
saat melayani pasien peserta BPJS Kesehatan sudah bertanggung jawab atas tugas
yang dijalankannya.
peserta BPJS Kesehatan. Peneliti juga mengamati keadaan dan kondisi sosial
antara dokter/bidan dan pasien peserta BPJS Kesehatan pada saat memberikan
melayani pasien peserta BPJS Kesehatan, gambar pasien peserta BPJS Kesehatan
yang sedang melakukan konsultasi pada dokter dan bidan dan gambar dari kartu
74
membantu masyarakat terutama masyarakat yang tidak mampu atau peserta PBI.
Kemudian adapun hasil wawancara dengan pasien BPJS Kesehatan, dimana sikap
dari para pelaksana BPJS Kesehatan pada saat melayani pasien peserta BPJS
Kesehatan sudah bertanggung jawab atas tugas yang dijalankannya, karena para
75
5.1 Kesimpulan
yang layak bagi setiap peserta dan/ anggota keluarganya. Pelayanan kesehatan
kepada semua yang terlibat dalam BPJS. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
76
Darat sudah berjalan sesuai dengan standar dan sasarannya yaitu pada
seluruh masyarakat baik peserta PBI dan non PBI walaupun belum
maksimal.
Sumber daya yang ada di puskesmas glugur darat yaitu pada sumber
daya manusia bahwa 2-3 informan masih merasa perlu peningkatan jumlah
dari dokter yang ada di Puskesmas Glugur Darat, namun satu informan yang
posisi dan jabatannya lebih tinggi menyatakan SDM yang ada sudah cukup
pada shift dokter jaga saja. Kemudian pada sumber daya financial, yaitu
Daerah dengan sejumlah 6jt di dasarkan pada jumlah peserta BPJS yang
dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi dan untuk saat ini Puskesmas
Glugur Darat hanya memiliki 6 dokter umum. Selanjutnya untuk sarana dan
77
laporan terkait verifikasi berkas dan BPJS Kesehatan yang mencairkan dana
Dimana pasien harus membawa kartu BPJS Kesehatan dan mengikuti alur
harus berobat dulu di puskesmas setelah berobat pasien baru bisa dirujuk ke
rumah sakit
78
benar. Hal tersebut dapat dibuktikan dan dilihat dari banyaknya dukungan
dari masyarakat yang mendaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan. Selain itu,
terlihat dari dukungan pemerintah pada peserta BPJS Kesehatan PBI yang
atau peserta PBI. Kemudian adapun hasil wawancara dengan pasien BPJS
Kesehatan, dimana sikap dari para pelaksana BPJS Kesehatan pada saat
Ekonomi Lemah.
79
Lemah peneliti akan memberikan beberapa masukan dan saran sesuai variabel
dicapai dan terus meningkatkan kinerja yang sudah ada dan untuk pelayanan
medik dasar harus sesuai dengan PMK No 340 Tahun 2010. Kemudian
adapun pada sumber daya sarana dan prasarana yang masih belum memadai,
sebaiknya lebih ditingkatkan lagi mutu dan fungsinya serta obat-obattan yang
diterima oleh pasien harus disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan.
di Puskesmas.
80
Kesehatan.
sesungguhnya.
81
yaitu dokter dan bidan yang ada di Puskesmas Glugur Darat diharapkan
82
Buku:
Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI Bandung –
Puslit KP2W Lemlit Unpad.
Suryawati. 2004. Teori Ekonomi Mikro. UPP. AMP YKPN. Yogyakarta: Jarnasy.
Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta : Penerbit
Media Pressindo.
_______, 2007. Kebijakan Publik :Teori dan Proses. Yogyakarta : Med Press
(Anggota IKAPI).
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Jurnal, Skripsi :
Djannata, Andika Azzi dan Atmanti, Hastarini Dwi. 2011. Analisis Program-
Program Penanggulangan Kemiskinan Menurut SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) Di Kota Semarang Dengan Metode AHP (Analisis
Hierarki Proses) (Studi Kasus: Kota Semarang Tahun 2011). Semarang.
Wahyu Rejekningsih, Tri. 2011. Peran Serta Warga Miskin dalam Program
Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Kota Semarang. Jurnal
Dinamika Ekonomi Pembangunan. Volume 1 No.1 Tahun 2011.
84
85