Anda di halaman 1dari 79

RANCANG BANGUN ALAT PENGUSIR HAMA

TANAMAN MENGGUNAKAN GELOMBANG


ULTRASONIK DENGAN VARIASI LETAK DAN JUMLAH
SUMBER GELOMBANG
TUGAS AKHIR
Oleh :

ABD HALIM
NIM : 15OSP001

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna


menyelesaikan program Diploma Tiga
Jurusan Otomasi Sistem Permesinan

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2018

i
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : RANCANG BANGUN ALAT PENGUSIR HAMA


TANAMAN MENGGUNAKAN GELOMBANG
ULTRASONIK DENGAN VARIASI LETAK DAN
JUMLAH SUMBER GELOMBANG

NAMA MAHASISWA : ABD HALIM

NOMOR STAMBUK : 15OSP001

JURUSAN/PROGRAM STUDI : OTOMASI SISTEM PERMESINAN

POLITEKNIK ATI MAKASSAR

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Muslimin, ST., MT. Yuriadi, ST.


NIP. 19741231 200212 1 012 NIP. 19800702 200803 1 001

Mengetahui,

Direktur Politeknik ATI Makassar Ketua Jurusan

Amrin Rapi, ST., MT Atikah Tri Budi Utami, ST.,M.EngSc


NIP. 19691011 199412 1 001 NIP. 19760501 200112 2 003

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diterima oleh Panitia Ujian Akhir Program Diploma Tiga (D3) yang

ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Politeknik ATI Makassar

Nomor : 214 / Kpts / SJ – IND.7.8 / 2 / 2018 Tanggal 01 Februari 2018 yang telah

dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari Kamis Tanggal 16 Agustus 2018

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Teknik Industri

dalam program studi Otomasi Sistem Permesinan Pada Politeknik ATI Makassar.

PANITIA UJIAN :

Pengawas : 1. Kepala Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian R.I

2. Direktur Politeknik ATI Makassar

Ketua : Dr. Ir. Masjono Muchtar. M, Eng (……………………………….)

Sekretaris : Ir. St. Nurhayati Djabir, M.T. (………………………….……)

Penguji I : Dr. Ir. Masjono Muchtar, M.Eng (……………………………….)

Penguji II : Ir. St. Nurhayati Djabir, M.T. (……………………………….)

Penguji III : Atikah Tri Budi Utami, ST.,M.EngSc (……………………………….)

Pembimbing I : Muslimin, ST., MT. (………………………..……..)

Pembimbing II : Yuriadi, ST. (……………………………….)

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ABD HALIM

NIM : 15OSP001

Jurusan/Program Studi : Otomasi Sistem Permesinan

Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan sesuai

dengan hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia bahwa tugas akhir saya

adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut tanpa melibatkan institusi Politeknik ATI Makassar atau orang lain.

Makassar, Agustus 2018

Yang menyatakan,

(ABD HALIM)

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu

Wata’ala adalah kata yang paling pantas penulis ucapkan karena atas rahmat dan

inayah-Nyalah sehingga penulis masih diberi waktu dan kesempatan untuk bisa

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan Nabi

Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam karena berkat kerja keras beliau

kita tidak akan seperti sekarang ini. Beliau mampu mengubah dunia dari

perjuangan jahiliyah menuju alam yang terang benderang sudah seharusnya

beliau dijadikan suri tauladan bagi umat di jagad ini.

Dalam proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, dibutuhkan perjuangan,

kesabaran, dan semangat pantang menyerah untuk mencapai hasil yang

maksimal. Namun, penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

Penulis menyadari pula bahwa segala kemampuan yang dimiliki tentunya akan

tergambar dalam laporan ini. Untuk itu, penulis membuka diri untuk menerima

saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Berbagai kendala penulis hadapi dalam proses penyusunan dan

penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Namun berkat bantuan dan dorongan yang

diberikan berbagai pihak, dan tekad yang membara akhirnya Laporan Tugas Akhir

ini dapat terangkum.

v
Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

studi di Bidang teknik industri, Program Studi D3 jurusan/program studi Otomasi

Sistem Permesinan.

Kesalahan juga merupakan bagian tak terpisahkan dari jalan kehidupan

manusia. Sehingga hanya pintu maaflah yang kami harapkan atas kesalahan-

kesalahan kami. Dengan segala kerendahan hati, kami berharap apa yang ada

dalam buku Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, dan berguna sebagai sumbangan

pikiran bagi kita semua dalam berprestasi turut mengisi pembangunan Bangsa dan

Negara. Oleh karena itu maka kesempatan yang berbahagia ini selayaknya penulis

dapat menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya

kepada:

1. Orang tua tercinta yakni Bapak Abd Rauf dan Ibu Naisa yang banyak

memberi kasih sayang yang tulus tanpa pamrih, yang tak henti-hentinya

memberi semangat, dorongan serta doa selama penulis menempuh

pendidikan.

2. Bapak Amrin Rapi, ST, MT. selaku Direktur Politeknik ATI Makassar.

3. Ibu Atikah Tri Budi Utami, ST,M.EngSc. selaku Ketua Jurusan Politeknik ATI

Makassar.

4. Ibu Ir. St. Nurhayati Djabir, MT. selaku penasehat akademik yang

senantiasa memberikan nasehat dalam menyelesaikan laporan tugas akhir

ini.

5. Bapak Muslimin, ST.,MT. selaku Pembimbing I yang selalu memberikan

saran dan kritik demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini.

vi
6. Bapak Yuriadi, ST. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan saran dan

kritik demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini.

7. Bapak Zainal Akbar., S.ST. yang meluangkan waktu dan pikirannya dalam

membantu pengerjaan Tugas Akhir ini.

8. Kakanda Tino Suhaebri., S.ST. yang meluangkan waktu dan pikirannya

dalam membantu pengerjaan Tugas Akhir ini.

9. Teman–teman seperjuangan program studi Otomasi Sistem Permesinan

terutama Otomasi 015 Angkatan I tanpa terkecuali yang susah senang

selalu bersama.

10. Teman-teman MPM-ATIM yang selalu menasehati dan berdo’a saat lagi

kesusahan. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan pahala atas

kebaikannya.

Meskipun hanya dalam bentuk sederhana penulis menyadari sepenuhnya

bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Sebagai penutup,

kepada pembaca yang budiman, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun untuk kesempurnaan laporan ini kedepannya. Semoga laporan ini

berguna kepada orang lain maupun kepada diri penulis.

Makassar, Agustus 2018

(ABD HALIM)

vii
ABSTRAK

ABD HALIM 15OSP001. Rancang Bangun Alat Pengusir Hama Tanaman


Menggunakan Gelombang Ultrasonik Dengan Variasi Letak dan Jumlah Sumber
Gelombang. Di bawah bimbingan Muslimin selaku Pembimbing I dan Yuriadi
selaku Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemaparan


gelombang ultrasonik yang berpengaruh terhadap pola perilaku tikus putih dan
gerak pasif pada belalang. Metode penelitian yang digunakan adalah yaitu metode
observasional dan metode eksperimental dan pembuatan rangkaian elektronika
pengusir hama tanaman. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis yang
meliputi frekuensi, jarak sumber, dan lama pemaparan serta menghitung
intensitas gelombang ultrasonik. Hasil perancangan dan penelitian ini
menunnjukkan hasil yang cukup signifikan. Gelombang ultrasonik yang dihasilkan
yakni 20 KHz – 80 KHz sehingga pada frekuensi gelombang ultrasonik 45 KHz dapat
menimbulkan perubahan pola perilaku pada tikus dan pada frekuensi 50 KHz
dapat mengganggu pola perilaku makan pasif pada belalang yang menyebabkan
terganggunya struktur jaringan sel tikus putih dan belalang dengan jarak dan
waktu lama pemaparan yang sama yakni 200 – 300 cm serta lama pemaparan
selama 3 jam. Oleh karena itu, alat pengusir hama tanaman ini dapat berguna di
bidang pertanian.

Kata kunci : Frekuensi gelombang ultrasonik, pengusir hama, pola perilaku tikus
putih dan pola perilaku makan pasif belalang.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ...................................................................iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................v
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 7
A. Hama Tanaman .......................................................................................... 7
A.1 Hama Tikus ........................................................................................ 7
A.2 Hama Serangga Belalang................................................................. 16
B. Pengendalian Hama ................................................................................. 20
C. Mikrokontroler Arduino Nano ................................................................. 20
D. LCD (Liquid Crystal Display) ..................................................................... 25
E. IC Regulator 7805 ..................................................................................... 27
F. Buzzer Piezoelektrik ................................................................................. 30
G. Frekuensi Ultrasonik ................................................................................ 32
H. Persamaan Energi dan Intensitas Gelombang Ultrasonik ....................... 33
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 37
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 37
B. Alat dan Bahan ......................................................................................... 37
B.1 Alat ................................................................................................... 37
B.2 Bahan ............................................................................................... 38
C. Jenis Penelitian ......................................................................................... 39
D. Metode Perancangan .............................................................................. 40
E. Variabel Penelitian ................................................................................... 43
F. Metode Pengukuran dan Pengumpulan Data .......................................... 44
G. Analisis Data............................................................................................. 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 46
A. Pembangkit Gelombang Ultrasonik ......................................................... 46
B. Pengujian Alat Terhadap Objek Hama ..................................................... 47
B.1 Pengujian Gelombang Ultrasonik terhadap Hama Tikus ................ 50

ix
C. Pengujian Alat Terhadap Serangga Belalang ........................................... 53
D. Hubungan Frekuensi, Intensitas Gelombang dan Jarak Sumber ............. 57
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 60
A. Kesimpulan............................................................................................... 60
B. Saran ........................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 62
LAMPIRAN ............................................................................................................. 65

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi Pin LCD 2X16 ............................................................................. 26


Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Pemberian Gelombang Ultrasonik Terhadap
Tikus Putih ........................................................................................... 50
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Pemberian Gelombang Ultrasonik Terhadap
Serangga Belalang ............................................................................... 53
Tabel 4.4 Data Hasil Hubungan Frekuensi, Intensitas Gelombang Ultrasonik dan
Jarak Sumber ...................................................................................... 57

xi
DAFAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tikus Sawah (Rattus Argentiventer) .................................................... 8


Gambar 2.2 Aktivitas Tikus Betina dan Jantan ...................................................... 15
Gambar 2.3 Insekta/serangga Belalang ................................................................ 18
Gambar 2.4 Fase Perkembangan Belalang ........................................................... 18
Gambar 2.5 Arduino Nano .................................................................................... 21
Gambar 2.6 Liquid Crystal Display 2x16 ............................................................... 25
Gambar 2.7 IC Regulator 7805 .............................................................................. 27
Gambar 2.8 Buzzer Piezoelektrik .......................................................................... 31
Gambar 2.9 Bentuk dan Struktur Dasar Piezoelektrik .......................................... 31
Gambar 3.10 Skematik Rangkaian Alat Pengusir Hama Tanaman........................ 39
Gambar 3.11 Diagram Alir ..................................................................................... 42
Gambar 3.12 Tahapan Metode Kegiatan .............................................................. 43
Gambar 4.13 Bagan Pembangkit Gelombang Ultrasonik ..................................... 46
Gambar 4.14 Gelombang yang dihasilkan pada Alat Pengusir Hama................... 47
Gambar 4.15 Gambar Skema Pengujian Terhadap Hama .................................... 48
Gambar 4.16 Pengujian Rangkaian Terhadap Hama ............................................ 48
Gambar 4.17 Alat Pengusir Hama Tanaman ........................................................ 48
Gambar 4.18 Grafik Pengaruh Frekuensi dan Lama Pemaparan Belalang ........... 55
Gambar 4.19 Grafik Hubungan Frekuensi dan Intensitas Gelombang Ultrasonik 58

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan flora dan fauna.

Indonesia juga merupakan negara yang berkembang dan negara agraris yang

sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Untuk

meningkatkan hasil pertanian yang ingin dicapai maka diperlukan sebagai sarana

yang mendukung agar dapat mencapai hasil yang mencukupi kebutuhan nasional

dalam bidang pangan dan meningkatkan perekonomian nasional dengan

mengekspor hasilnya ke beberapa negara di Asia bahkan di Eropa (Suhiyar dkk.,

2014).

Seiring dengan berkembangnya teknolgi saat ini, maka kebutuhan manusia

terutama petani semakin beragam dan bertambah pula. Bukan hanya benih padi

atau macam-macam pupuk yang dibutuhkan oleh petani. Petani juga memerlukan

alat yang bisa membantu meringankan pekerjaan mereka diantaranya adalah alat

pengusir hama (Waluyo dkk., 2010).

Dampak yang timbulkan dari serangan hama umumnya dapat menimbulkan

penyakit pada tanaman sehingga dapat menyebabkan kerugian baik terhadap nilai

ekonomi produksi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta petani

sebagai pelaku budidaya tanaman dengan kegagalan panen serta turunnya

kualitas dan kuantitas hasil panen. Usaha yang dilakukan petani dalam mencegah

1
hal tersebut diantarnya dengan menggunakan sarana-sarana yang mendukung

hasil pertanian seperti pupuk bahan-bahan kimia yang termasuk didalamnya

adalah pestisida.

Penggunaan bahan kimia yang digunakan petani untuk mengusir hama

tersebut dapat menimbulkan polusi yang mengakibatkan pencemaran lingkugan

termasuk diantaranya ialah rusaknya unsur hara makro dan unsur hara mikro pada

tanah.

Untuk meningkatkan produksi pertanian disamping itu juga menjaga

keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat penggunaan

pestisida perlu adanya alternatif yang dapat menggantikan peranan pestisida pada

lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama pada tanaman. Untuk

menggantikan penggunaan pestisida kimia yang banyak menimbulkan dampak

negatif adalah menggunakan senyawa kimia yang berasal dari tanaman yang

dikenal dengan nama Pestisida Nabati (Sudarmo, 2005). Pestisida nabati

mencangkup bahan nabati (ekstrasi penyulingan) yang dapat berfungsi sebagai zat

pembunuh, zat penolak zat pengikat, dan zat penghambat pertumbuhan

organisme pengganggu tanaman. Menurut Kardinan (2010), didalam tumbuhan

ada zat metabolit sekunder yang berfungsi untuk melindungi diri dari pesaingnya.

Zat inilah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif pestisida nabati. Zat ini

mempunyai karakterisitik rasa pahit (mengandung alkaloid dan terpen), berbau

busuk dan berasa agak pedas sehingga tumbuhan ini tidak diserang oleh hama

(Hasyim , 2010).

2
Menurut Sudarmo (2005), cara kerja pestisida nabati yaitu merusak

perkembangan telur, larva, pupa, menghambat pergantian kulit, mengganggu

komunikasi serangga, menyebabkan serangga menolak makanan, mengusir

serangga, dan menghambat perkembangan patogen. Kelemahan pestisida nabati

adalah daya kerja relatif lambat, tidak membunuh jasad sasaran secara langsung,

tidak tahan terhadap sinar matahari, dan tidak dapat disimpan lama jadi harus

sering disemprotkan berulang-ulang.

Pengendalian hama tanaman saat ini masih menggunakan penyemprotan

pestisida. Penggunaan pestisida dengan intensitas tinggi dan dilakukan secara

terus menerus akan menyebakan pencemaran pada lingkungan pertanian serta

racun bagi manusia. Apabila zat tersebut disemprotkan pada tanaman padi ada

kemungkinan tanaman padi tersebut terkontaminasi dan sangat berbahaya bagi

manusia. Pestisida dapat membahayakan petani apabila cairan pestisida terkena

tubuh.

Sifat fototaksi yang ada pada serangga umumnya tertuju pada warna yang

mendekati sinar ultraviolet. Saat ini sudah ada alat mekanik yang digunakan untuk

menarik populasi hama. Namun alat mekanik yang sudah ada hanya

mengendalikan hama wereng coklat pada fase imago. Fase imago adalah hama

wereng coklat dewasa yang sudah memiliki sayap dan dapat berpindah tempat

dengan cara terbang. Sedangkan nimfa tidak dapat terbang. Foto alat pengendali

hama wereng pada fase imago.

3
Alat pengendali tersebut bersifat menetap dan memerlukan daya lampu 100

watt. Desain alat pengendali fase imago seperti ini tidak flexibel jika diaplikasikan

di area sawah yang luas sehingga tidak mobile saat penggunaannya.

Oleh karena itu, penulis mempunyai gagasan untuk merancang bangun alat

pengusir hama tanaman menggunakan gelombang ultrasonik dengan variasi letak

dan jumlah pemancar. Variasi letak dengan model konfigurasi wall (bentuk

pemancar diarahkan ke satu arah) dan model konfigurasi perimeter (bentuk

pemancar yang disearahkan secara berhadapan atau berlawanan). Dengan variasi

jumlah dan letak pemancar diharapkan mempu mengusir atau mengganggu hama

tenaman lebih efektif Alat ini sangat berguna bagi pertanian karena mampu

mengusir hama tikus dan serangga belalang serta yang paling penting ialah alat ini

tidak menyebabkan pencemaran atau kerusakan lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah bagaimana

merancang dan membuat alat pengusir hama tanaman menggunakan gelombang

ultrasonik dengan variasi letak dan jumlah pemancar.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

merancang dan membuat alat pengusir hama tanaman menggunakan gelombang

ultrasonik dengan variasi letak dan letak pemancar.

4
D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari laporan proses pembuatan alat pengusir hama

tanaman adalah sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa, yaitu :

a. Sebagai suatu penerapan teori dan kerja praktik yang diperoleh selama

dibangku kuliah,

b. Meningkatkan daya kreatifitas dan inovasi serta skill mahasiswa

sehingga nantinya siap dalam menghadapi persaingan di dunia kerja,

c. Menyelesaikan tugas akhir guna menunjang keberhasilan studi untuk

memperoleh gelar Ahli Madya,

d. Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang proses perancangan

atau pembuatan suatu karya khususnya dalam bidang teknologi tepat

guna yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,

e. Melatih kedisiplinan dalam proses pengerjaan tugas akhir sehingga

nantinya dapat membentuk kepribadian mahasiswa khususnya dalam

menghadapi dunia kerja.

2. Bagi Perguruan Tinggi, yaitu :

a. Sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat sesuai dengan Tri

Dharma Perguruan Tinggi, sehingga Perguruan Tinggi mampu

memberikan kontribusi yang berguna bagi masyarakat dan bisa

dijadikan sebagai sarana untuk lebih memejukan dunia industri dan

pendidikan,

5
b. Program tugas akhir dapat memberikan manfaat khususnya, yang

bersangkutan dengan mata kuliah yang mempunyai hubungan dengan

alatproduksi tepat guna.

3. Bagi Industri/Lembaga dan Masyarakat :

a. Memberi kemudahan bagi pelaku industri dan masyarakat khususnya

dalam teknologi pertanian yang selama ini dilakukan dengan

menggunakan satu alat pemancar,

b. Dengan adanya alat pengusir hama tanaman ini bisa mendorong

masyarakat untuk berwirausaha dan mampu meningkatkan

produktivitas pertanian.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hama Tanaman

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam

kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua

organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.

Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada

ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia.

Contohnya adalah organisme yang menjadi pembawa penyakit bagi manusia,

seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah atau nyamuk yang menjadi

vektor malaria.

Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang

menimbulkan kerusakan secara fisik dan kedalamnya praktis adalah semua hewan

yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.

A.1 Hama Tikus

Tikus (Rattus rattus) adalah hewan pengerat biasa yang mudah dijumpai

dirumah-rumah dengan ekor yang panjang dan pandai memanjat serta melompat.

Hewan ini termasuk dalam subsuku Murinae dan berasal dari Asia. Namun

demikian, ia lalu menyebar ke Eropa melalui perdagangan sejak awal penanggalan

modern dan betul-betul menyebar pada abad ke-6. Selanjutnya ia menyebar ke

7
seluruh penjuru dunia. Tikus rumah pada masa kini cenderung tersebar di daerah

yang lebih hangat karena di daerah dingin kalah bersaing dengan tikus got.

Tidak seperti saingannya, tikus got, tikus rumah adalah perenang yang buruk

dan bangkainya sering ditemukan di sumur-sumur. Namun demikian, ia lebih gesit

dan pemanjat ulung, bahkan berani “terbang”. Warnanya biasanya hitam atau

coklat terang, meskipun sekarang ada yang dibiakkan dengan warna putih atau

loreng. Ukurannya biasanya 15 – 20 cm dengan ekor ± 20 cm. Hewan ini nokturnal

dan pemakan segala, namun menyukai bulir-bulir. Betinanya mampu beranak

kapan saja, dengan anak 3 – 10 ekor/kelahiran. Umumnya mencapai 2 – 3 tahun

dan menyukai hidup berkelompok.

Tikus sawah berukuran sedang, cenderung lebih kecil daripada tikus got,

dengan panjang 30 – 40 cm (termasuk ekor). Warna rambut coklat kekuningan.

Perutnya berambut kelabu dengan tepi putih. Nama argentiventer berarti

“berperut keperakan”. Ekornya berwarna coklat.

Gambar 2.1 Tikus Sawah (Rattus Argentiventer)


(Sumber : https://mitalom.com/metode-pengendalian-hama-tikus-sawah)

Beberapa ahli memasukkannya sebagai anak jenis dari tikus rumah Rattus rattus

8
(i.e.R.r.argentiventer). tinjauan terakhir menunjukkan tikus sawah merupakan

jenis tersendiri dengan 4 anak jenis :

a. Rattus argentiventer (Thailand, Malaya, Sumatra, Jawa, Nieuw Guinea,

Vietnam, Kamboja dan Laos)

b. Rattus argentiventer kalimantanensis (Kalimantan)

c. Rattus argentiventer pesticulus (Sulawesi dan sebagian besar Nusa

Tenggara)

d. Rattus argentiventer saturnus (Sumba)

e. Rattus argentiventer umbriventer dari Filipina (Cebu, Luzon, Mindanao dan

Mindoro) tidak dianalisis, tetapi besar kemungkinan anak jenis tersendiri.

Hewan pengerat ini menyukai persawahan, ladang dan padang rumput,

tempat ia memperoleh makanan kesukaannya berupa bulir padi, jagung

atau rumput. Ia membuat sarang di lubang-lubang tanah, di bawah batu

atau di dalam sisa-sisa kayu.

Hewan ini adalah jenis hama pengganggu pertanian tanaman utama dan

sulit dikendalikan karena ia mampu “belajar” dari tindakan-tindakan yang telah

dilakukan sebelumnya. Hewan ini diketahui cerdas dan sering digunakan dalam

penelitian perilaku hewan. Pengendalian biasanya dengan pemberian umpan

beracun atau pengasapan. Cara yang dianggap alami adalah dengan menggunakan

burung hantu atau ular sawah, namun biasanya dianggap kurang efektif.

Setelah dilakukan pengujian alat untuk menentukan frekuensi yang dapat

mengganggu hama tanaman yaitu tikus, ternyata frekuensi alat yang didapat yaitu

sebesar 40 KHz pada hama tikus. Frekuensi yang yang telah didapatkan untuk

9
membuat hama tikus terganggu ini berbeda dengan literatur yang ada, menurut

Swastiko Priyambodo (1995), frekuensi ultrasonik yang dapat digunakan untuk

mengganggu tikus yaitu pada frekuensi 20 KHz, suara ultrasonik yang digunakan

untuk mengganggu tikus yaitu pada frekuensi 80 KHz, sedangkan menurut

Sudarminto (1993) yaitu pada frekuensi 40 KHz. Adanya tingkatan frekuensi yang

berbeda-beda ini dapat dikarenakan akibat beragamnya gangguan fisiologi pada

hewan itu sendiri, yang mengakibatkan bentuk gangguan tersebut pada hewan uji

di tempat yang lain dapat berbeda-beda sehingga sulit untuk diketahui dengan

pasti.

Tikus merupakan hama penting yang menyerang tanaman padi sawah lebak

pada fase pertumbuhan vegetatif. Hama tikus merusak tanaman padi yang berada

di bagian tengah petak pertanaman. Serangan dapat terjadi pada saat tanaman

padi tergenang maupun saat tanaman padi tidak tergenang. Serangan hama tikus

menyebabkan batang pada terpotong dan bertumpuk di atas rumpun yang

batangnya terpotong.

Akibat dari rebahan batang padi yang bertumpuk itu menyebabkan tunas dari

pangkal batang tidak dapat tumbuh. Kalaupun ada tunas yang tumbuh, jumlahnya

sangat sedikit. Pada umumnya tanaman padi yang diganggu tikus itu tidak dapat

menghasilkan malai sama sekali. Mengapa tikus-tikus itu memotong batang padi

tidak jelas alasannya, karena batang padi yang dipotong tidak dimakannya.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diduga bahwa alasan tikus memotong

batang tanaman padi itu merupakan perilakunya mengasah gigi.

10
Potongan batang padi yang dipotong tikus itu masih utuh dan selalu berada di

tempat tikus itu menyerang tanaman padi. Diduga perilaku tikus memotong

batang padi itu akan menyebabkan giginya menjadi lebih tajam dan dapat

digunakan untuk menggigit makanannya dengan baik.

A.1.1 Aktivitas tikus berdasarkan hasil penelitian Ethogram perilaku alami

individu tikus sawah (Rattus Argentiventer Ribinson and Kloss,1916) dalam

laboratorium

Aktivitas tikus sawah di laboratorium meliputi perilaku keluarmasuk lubang

sarang, mengendus (sniffing), mengawasi (watching), menjelajah (exploring),

makan dan minum (feeding), merawat diri (grooming), istirahat (sleeping), dan

menggali tanah (digging). Setiap aktivitas tersebut dilakukan tikus sawah dengan

postur tubuh yang spesifik sehingga dengan pengamatan berulang-ulang dapat

diketahui perilaku khasnya yaitu :

1. Keluar-masuk lubang sarang

Sikap atau postur badan tikus pada saat keluar-masuk lubang adalah berjalan

maju perlahan dan posisi kepala selalu di depan. Pada lorong lubang yang

menempel kaca kandang perlakuan terlihat tikus sawah berjalan keluar dengan

cara merangkak yaitu bergerak maju dengan bertumpu pada telapak tungkai

depan dan belakang dan perut sedikit diangkat, serta mulai aktif mengendus-

endus ketika berada ±15 cm sebelum mulut lubang. Pada saat kepala dan tungkai

depan sudah di luar lubang, tikus mengendus tanah dan udara dengan lebih cepat

11
dan memeriksa kondisi sekitar dengan posisi kepala tegak dan mengawasi

sekelilingnya dengan saksama.

2. Makan dan minum

Aktivitas makan dan minum dilakukan tikus sawah dalam keadaan santai/

rileks. Postur badan pada saat makan adalah setengah berdiri dengan bertumpu

pada tungkai belakangnya, sedangkan tungkai depan membantu memegang

makanan, serta ekor tidak tegang/menempel ke tanah. Pakan selama percobaan

berupa tanaman padi bermalai sehingga tikus berusaha mengambil bulir gabah

dengan melompat (biasanya dari pematang buatan) untuk meraih dan memotong

malai yang diinginkan. Cara lain yang dilakukan tikus adalah dengan memotong

anakan padi pada bagian bawah rumpun padi dan mengambil gabahnya setelah

malai roboh.

3. Mengendus

Aktivitas mengendus terlihat jelas dari gerakan hidung tikus sawah mencium-

cium udara atau tanah, daun telinga tegak dan bergerak-gerak mencari sumber

suara, serta ekor tegang dan terangkat / tidak menempel ke tanah ketika berjalan

maupun saat setengah berdiri. Saat mengendus tanah, tikus berjalan perlahan

sambil mendekatkan ujung hidungnya untuk mencium permukaan tanah

berulang-ulang. Ketika mengendus udara, postur khas tikus setengah berdiri

dengan tumpuan kedua tungkai belakangnya, sambil perlahan menoleh kirikanan

sambil terus mengendus udara.

4. Mengawasi

12
Tikus sawah diam seperti patung hingga beberapa saat, pandangan fokus ke

satu arah (tidak menoleh kiri-kanan), kepala diangkat lebih tinggi, daun telinga

tegak searah pandangan yang dituju mata, dan ekor terlihat tegang. Aktivitas

dilakukan di permukaan tanah atau di atas pematang, bertengger di atas batang

padi atau berdiri

5. Menjilati tubuh (grooming)

Tikus menjilati hampir seluruh tubuhnya pada posisi tubuh setengah berdiri

dengan bertumpu pada tungkai belakangnya. Perilaku ini dilakukan tikus sawah

dalam kondisi rileks/ santai sehingga daun telinga dan ekor terlihat tidak tegang

(menempel di permukaan tanah). Perilaku menjilati badan terlihat dilakukan

hampir pada setiap ada kesempatan, terutama sehabis makan, minum,

menjelajah, dan mengendus. Bagian tubuh yang dijilati pada umumnya dimulai

dari kedua tungkai depan, dada hingga perut, punggung dengan cara memutar

kepala ke kiri dan kanan, dan diakhiri dengan mengusap bagian muka dengan

kedua tungkai depan. Urutan aktivitas tersebut dilakukan tikus berulang-ulang 2-

3 kali dalam setiap grooming.

6. Menjelajah

Aktivitas menjelajah dilakukan dengan berjalan agak cepat pada keempat

tungkainya, pada permukaan tanah. Pada saat menjelajah, ekor tikus dalam

kondisi tegang dan selalu terangkat. Selama aktivitas tersebut, tikus sawah terlihat

banyak bergerak sehingga posisinya cepat berubah. Aktivitas lain yang

dikategorikan sebagai menjelajah adalah perilaku tikus bergelantungan pada

13
penutup kandang perlakuan. Diduga perilaku tersebut muncul karena letak atap

percobaan yang rendah (80 cm) masih memungkinkan tikus meloncat (dari

pematang atau memanjat batang padi lebih dahulu) dan menggapai penutup

kandang. Meskipun secara alami di lapangan tidak dijumpai aktivitas tersebut,

perilaku bergelantungan digolongkan sebagai aktivitas menjelajah karena

bertujuan sama, yaitu mengeksplorasi semua hal yang ada di lingkungan

kewilayahannya (territorial).

7. Istirahat

Pada saat istirahat, tikus sawah terlihat santai dan bergerak lamban, posisi

badan rebahan dengan bertumpu pada perutnya atau tiduran meringkuk, dan

ekor dilipat ke arah badan. Perilaku ini biasanya didahului aktivitas mengawasi,

mengendus, atau menjelajah, yang dilanjutkan membersihkan badan sebelum

istirahat. Tikus betina biasanya masuk lubang sehingga jarang terlihat sedang

istirahat, sedangkan tikus jantan lebih sering terlihat beristirahat di sekitar

tanaman padi.

8. Menggali

Aktivitas menggali tanah dilakukan dengan kedua tungkai depan, dan setelah

tanah galian menumpuk dijejakkan ke belakang dengan kedua tungkai belakang.

Dalam membuat lubang sarangnya, tikus sawah melakukannya secara bertahap.

Perbedaan perilaku tikus keluarmasuk lubang sarangnya dengan saat menggali

adalah posisi badan saat keluar dari dalam lubang. Bagian ekor tikus lebih dahulu

14
keluar dari lubang ketika aktivitas menggali, sedangkan ketika lubang telah dihuni

sebagai sarang maka bagian moncong kepala tikus yang keluar lebih dahulu.

Selama percobaan berlangsung, pada umumnya/biasanya tikus sawah keluar

dari lubang sarangnya pada pukul 17:30-18:00 WIB. Pola perilaku yang selalu

dilakukaannya pada setiap hari adalah keluar lubang sarang -mengendus udara -

menjelajah sambil mengendus - makan - menjelajah kembali - mengawasi -

mengendus - menjilati tubuhnya - istirahat atau kembali menjelajah. Pola perilaku

yang lain adalah keluar lubang – menjelajah sambil mengendus - mengawasi -

kembali menjelajah - mengendus - menjelajah - mengawasi - mengendus - makan

– menjelajah - menjilati tubuh - istirahat. Rangkaian beragam aktivitas tersebut

dilakukan dalam rentang waktu sekitar 5 menit. Dalam melakukan keseluruhan

aktivitas tersebut, tikus sawah terlihat selalu waspada dengan kondisi

lingkungannya. (Sudarmaji, 2004).

Gambar 2.2 Aktivitas tikus betina dan jantan


( Sumber : Sudarmaji, 2004)

15
A.2 Hama Serangga Belalang

Belalang adalah serangga herbivora dari Caelifera dalam ordo Orthoptera.

Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan

juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies

belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap

sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi) atau karena kepakan sayapnya

sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok

untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang

tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran

lebih besar dari belalang jantan.

Belalang kembara (Locusta migratoria L.) dari ordo Orthoptera, familia

Acrididae, mengalami metamorfosa tidak sempurna yaitu telur, nimpa dan imago

(dewasa). Telur diletakkan ±6 cm di bawah permukaan tanah dan menetas setelah

17 – 22 hari, masa nimpa 1 – 1,5 bulan dan belalang dewasa (Kalshoven, 1981).

Menurut Anwar dan Hamim (1998), belalang kembara sangat berbahaya sebab

bila sudah berkembang menjadi dewasa akan bermigrasi dalam populasi besar

(migratoria) dan dapat menyerang tanaman secara dahsyat. Belalang akan

berpindah-pindah tempat untuk mencari makanan. Makanan yang disukai tidak

hanya padi dan jagung, namun daun tebu, kelapa, daun pisang, sayuran hingga

bambu pun akan dimakannya. Ada tiga fase yang dialami belalang yaitu fase

soliter, transien dan gregoria. Dalam tiga fase ini bisa berbeda bentuk, warna dan

perilaku. Semula merupakan kelompok individual, kemudian menjadi kelompok-

16
kelompok yang dewasa. Setelah menjadi kelompok gregatoria ini yang berbahaya

sebab dapat bermigrasi jauh.

Sejarah serangan belalang kembara (Locusta migratoria L.) Locusta sp.

umumnya adalah serangga individual atau dalam jumlah kecil yang belum

menunjukkan gejala merusak. Suhu yang tinggi dengan kelembaban rendah akan

memacu perkembangan serangga ini. Faktor limitnya adalah hujan lebat dan

kurang sinar (cahaya) matahari.

Belalang juga merupakan serangga yang selama ini dianggap sebagai hama dan

merugikan. Makan belalang pun identik dengan kemiskinan, padahal kandungan

protein belalang jauh lebih tinggi daripada tepung udang. Tepung belalang kayu

(Melanoplus cinereus) mempunyai nilai protein yang lebih tinggi dari udang windu

(Panaeneous Monodon). Kadar protein tepung belalang kayu sebesar 17,922%

sedangkan tepung udang windu hanya 9,846%. Protein mempunyai peranan yang

sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia. Kekurangan protein dalam

waktu lama dapat mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan

daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.

17
Gambar 2.3 Insekta/serangga Belalang
(Sumber: https://www.khasiat.co.id/daging/belalang.html)

Insekta/serangga pada umumnya menggunakan gelombang ultrasonik

untuk berkomunikasi dalam rentang frekuensi 20 KHz sampai 60 KHz (Stepanus,

2004).

A.2.1 Perilaku Belalang

Dalam kehidupan dan perkembangan koloni belalang, dikenal ada tiga fase,

yaitu : fase soliter, transien dan gregaria. Perubahan fase tersebut dapat

ditunjukkan pada gambar dibawah :

Gambar 2.4 Fase perkembangan belalang


(Sumber : http://infoperlintanmplk.blogspot.com/2011/03/migratory-locust-
belalang-kembara.html)

18
Fase soliter adalah suatu fase belalang yang hidup secara individu dan tidak

merugikan. Pada keadaan lingkungan menguntungkan bagi kehidupan belalang

maka perkembangbiakannya menjadi pesat, kemudian individu-individu belalang

membentuk kelompok kecil, beberapa kelompok tersebut kemudian bergabung

menjadi kelompok yang cukup besar dan disebut fase transien. Fase transien

dapat berkembang menjadi kelompok belalang dalam jumlah besar yang disebut

fase gregaria atau migratoria dengan kemampuan merusak tanaman yang luar

biasa. Kelompok besar tersebut tidak terjadi dalam waktu yang sikngkat, tetapi

memerlukan waktu beberapa generasi dan selama proses tersebut juga

berlangsung proses perubahan fisiologi, bentuk, warna dan perilaku (Kalshoven,

1981).

Pada siang hari belalang dewasa aktif terbang, namun kadang-kadang turun

dan hinggap lalu makan tumbuhan yang dihinggapinya. Pada senja, malam hingga

pagi belalang dewasa tidak terbang (hinggap) dan makan tumbuhan yang

dihinggapinya. Kelompok nimfa selalu berpindah dari satu tempat ketempat lain

sambil memakan tumbuhan yang dilewatinya. Selain itu, nimfa memakan

tumbuhan yang menjadi tempat bertengger pada waktu sore hari, malam dan pagi

sebelum bermigrasi. Tanaman yang dihinggapi dan dimakan oleh belalang dalam

jumlah besar pada umumnya rusak atau habis dalam waktu dalam waktu yang

sangat singkat. Tanaman padi habis seluruhnya, sedang tanaman jagung hanya

tinggal batangnya.

19
B. Pengendalian Hama

Hama tanaman adalah semua organisme atau agensia biotik yang merusak

tanaman atau hasil tanaman dengan cara-cara yang bertentangan dengan

kepentingan manusia. Tikus, serangga, tungau, nematode dan binatang lainnya

yang merusak tanaman merupakan organisme pengganggu tanaman yang

merugikan manusia.

Pada dasarnya pengendalian hama adalah pengendalian populasi hama agar

tetap dibawah satu tingkatan atau kerugian ekonomi (Widianto, 2002). Strategi

pengendalian hama bukanllah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan,

melainkan pembatasan aktivitas hama terhadap daya rusak tanaman. Hasil yang

diharapkan dengan adanya alat ini adalah memanfaatkan hasil yang telah dicapai

oleh teknologi pertanian, mempertahankan kelestarian lingkungan, melindungi

kesehatan produsen dan konsumen, menghemat biaya produksi dan

meningkatkan kesejahteraaan petani (Anonimous, 1996).

C. Mikrokontroller Arduino Nano

Arduino Nano adalah salah satu varian dari produk board mikrokontroller

keluaran Arduino. Arduino Nano adalah board Arduino terkecil, menggunakan

mikrokontroller Atmega 328 untuk Arduino Nano 3.x dan Atmega168 untuk

Arduino Nano 2.x. Varian ini mempunyai rangkaian yang sama dengan jenis

Arduino Duemilanove, tetapi dengan ukuran dan desain PCB yang berbeda.

Arduino Nano tidak dilengkapi dengan soket catudaya, tetapi terdapat pin untuk

catu daya luar atau dapat menggunakan catu daya dari mini USB port. Arduino

Nano didesain dan diproduksi oleh Gravitech.

20
Gambar 2.5 Arduino Nano
(Djapri, 2015)

Daya

Arduino Nano dapat menggunakan catudaya langsung dari mini-USB port atau

menggunakan catudaya luar yang dapat diberikan pada pin30 (+) dan pin29 (-)

untuk tegangan kerja 7 – 12 V atau pin 28(+) dan pin 29(-) untuk tegangan 5V.

Memori

Atmega 168 dilengkapi dengan flash memori sebesar 16 kbyte yang dapat

digunakan untuk menyimpan kode program utama. Flash memori ini sudah

terpakai 2 kbyte untuk program boatloader sedangkan Atmega328 dilengkapi

dengan flash memori sebesar 32 kbyte dan dikurangi sebesar 2 kbyte untuk

boatloader.

Selain dilengkapi dengan flash memori, mikrokontroller ATmega168 dan

ATmega328 juga dilengkapi dengan SRAM dan EEPROM. SRAM dan EEPROM dapat

digunakan untuk menyimpan data selama program utama bekerja. Besar SRAM

untuk ATmega168 adalah 1 kb dan untuk ATmega328 adalah 2 kb sedangkan besar

EEPROM untuk ATmega168 adalah 512 b dan untuk ATmega328 adalah 1 kb.

21
Input dan Output

Arduino Nano mempunyai 14 pin digital yang dapat digunakan sebagai pin

input atau output. Pin ini akan mengeluarkan tegangan 5V untuk mode HIGH

(logika 1) dan 0V untuk mode LOW (logika 0) jika dikonfigurasikan sebagai pin

output. Jika di konfigurasikan sebagai pin input, maka ke 14 pin ini dapat

menerima tegangan 5V untuk mode HIGH (logika1) dan 0V untuk mode LOW

(logika 0). Besar arus listrik yang diijinkan untuk melewati pin digital I/O adalah 40

mA. Pin digital I/O ini juga sudah dilengkapi dengan resistor pull-up sebesar 20-50

kΩ. Ke 14 pin digital I/O ini selain berfungsi sebagai pin I/O juga mempunyai fungsi

khusus yaitu :

Pin D0 dan pin D1 juga berfungsi sebagai pin TX dan RX untuk komunikasi data

serial. Kedua pin ini terhubung langsung ke pin IC FTDI USB-TTL. Pin D2 dan pin D3

juga berfungsi sebagai pin untuk interupsi eksternal. Kedua pin ini dapat

dikonfigurasikan untuk pemicu interupsi dari sumber eksternal. Interupsi dapat

terjadi ketika timbul kenaikan atau penurunan tegangan pada pin D2 atau pin D3.

Pin D4, pin D5, pin D6, pin D9, pin D10 dan pin D11 dapat digunakan sebagai pin

PWM (pulse width modulator). Pin D10, pin D11, pin D12 dan pin D13, ke empat

pin ini dapat digunakan untuk komunikasi mode SPI. Pin D13 terhubung ke sebuah

LED.

Arduino Nano juga dilengkapi dengan 8 buah pin analog, yaitu pin A0, A1, A2,

A3, A4, A5, A6 dan A7. Pin analog ini terhubung ke ADC (analog to digital converter)

internal yang terdapat di dalam mikrokontroller. Pada kondisi awal, pin analog ini

22
dapat mengukur variasi tegangan dari 0V sampai 5 V pada arus searah dengan

besar arus maksimum 40 mA. Lebar range ini dapat diubah dengan memberikan

sebuah tegangan referensi dari luar melalui pin Vref. Pin analog selain dapat

digunakan untuk input data analog, juga dapat digunakan sebagai pin digital I/O,

kecuali pin A6 dan A7- yang hanya dpat digunakan untuk input data analog saja.

Fungsi khusus untuk pin analog antara lain : Pin A4 untuk pin SDA, pin A5 untuk

pin SCL, pin ini dapat digunakan untuk komunikasi I2C. Pin Aref digunakan sebagai

pin tegangan referensi dari luar untuk mengubah range ADC. Pin reset, pin ini

digunakan untuk mereset board Arduino Nano, yaitu dengan menghubungkan pin

ini ke ground selama beberapa milidetik. Board Arduino Nano selain dapat direset

melalui pin reset, juga dapat direset dengan menggunakan tombol reset yang

terpasang pada board Arduino

Komunikasi

Arduino Nano sudah dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk komunikasi

yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan komputer (PC atau Laptop),

atau dengan board mikrokontroller lainnya. ATmega168 dan ATmega328

dilengkapi dengan komunikasi serial UART TTL (5V), yang terdapat pada pin D0 dan

pin D1. Board juga dilengkapi dengan sebuah IC FTDI 232 Rl yang dapat

dihubungkan langsung ke komputer untuk menghasilkan sebuah virtual com-port

pada operating sistem.

Software Arduino (sketch) yang digunakan sebagai IDE Arduino juga dilengkapi

dengan serial monitor yang memungkinkan programmer untuk menampilkan data

23
serial sederhana yang dapat dikirim atau diterima dari board Arduino Nano. Led

RX dan TX yang terpasang pada board Arduino Nano akan berkedip jika terjadi

komunikasi data serial antara PC dengan Arduino Nano.

Selain dapat berkomunikasi dengan menggunakan data serial melalui virtual

com-port, Arduino Nano juga dilengkapi dengan mode komunikasi I2C (TWI) dan

SPI untuk komunikasi antar hardware.

Pemrograman Arduino Nano

Arduino Nano dapat dengan mudah diprogram dengan menggunakan

software Arduino (sketch). Pada menu program, pilih tool – board kemudian pilih

jenis board yang akan diprogram. Untuk memprogram board Arduino dapat

memilih tipe board Arduino diecimila atau duemilanove atau langsung memilih

Nano W/atmega168 atau Nano W/atmega328.

Arduino Nano sudah dilengkapi dengan program boatloader, sehingga

programmer dapat langsung meng-up-load kode program langsung ke board

Arduino Nano tanpa melalui board perantara atau hardware lain. Komunikasi ini

menggunakan protokol STK500 keluaran ATMEL.

Programmer juga dapat mem-up-load program ke board Arduino Nano tanpa

menggunakan boatloader, tetapi melalui ICSP (in-circuit serial programming)

header yang sudah tersedia di board Arduino Nano.

24
D. LCD (Liquid Crystal Display)

LCD (liquid crystal display) adalah suatu jenis media tampilan yang

menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD (liquid crystal display) bisa

memunculkan gambar atau dikarenakan terdapat banyak sekali titik cahaya

(piksel) yang terdiri dari satu buah kristal cair sebagai titik cahaya. Walau disebut

sebagai titik cahaya, namun Kristal cair ini tidak memancarkan cahaya sendiri.

Sumber cahaya di dalam sebuah perangkat LCD (liquid crystal display) adalah

lampu neon berwarna putih dibagian belakang susunan kristal cair tadi. Titik

cahaya yang jumlahnya puluhan ribu bahkan jutaan inilah yang membentuk

tampilan citra. Kutub kristal cair yang dilewati arus listrik akan berubah karena

pengaruh polarisasi medan magnetic yang timbul dan oleh karenanya akan hanya

membiarkan beberapa warna diteruskan sedangkan warna lainnya tersaring.

(Setiawan, 2011)

Gambar 2.6 Liquid Crystal Display 2x16


(Sumber: Setiawan, 2011)

25
Fungsi dan Konfigurasi Pin

Tabel 2.1 Fungsi Pin LCD 2x16

No. Simbol Level Fungsi


1 Vss - 0 Volt
2 Vcc - 5 + 10% Volt
3 Vee - Penggerak LCD
H = Memasukkan data
4 RS H/L
L = memasukkan Ins
5 R/W H/L Eneble Signal
6 E H/L
7 DB0 H/L
8 DB1 H/L
9 DB2 H/L
10 DB3 H/L Data Bus
11 DB4 H/L
12 DB5 H/L
13 DB6 H/L
14 DB7 H/L
15 V+BL
Kecerahan LCD
16 V-BL

Karakteristik

Modul LCD 16x2 memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Terdapat 16 x 2 karakter huruf yang bisa ditampilkan.

 Setiap huruf terdiri dari 5x7 dot-matrix cursor.

 Terdapat 192 macam karakter.

 Terdapat 80 x 8 bit display RAM (maksimal 80 karakter).

 Memiliki kemampuan penulisan dengan 8 bit maupun dengan 4 bit.

 Dibangun dengan osilator lokal.

 Satu sumber tegangan 5 volt.

26
 Otomatis reset saat tegangan dihidupkan.

 Bekerja pada suhu 0°C sampai 55°C.

E. IC Regulator 7805

Regulator adalah rangkaian pembangkit tegangan yang merupakan rangkaian

catu daya. Rangkaian catu daya memberikan supply tegangan pada alat

pengendali.

Tegangan input DC ini kemudian masuk ke IC regulator yang fungsinya adalah

untuk menurunkan dan menstabilkan tegangan.

IC regulator terdiri dari 10 buah IC, yaitu LM7805 yang menghasilkan tegangan

DC sebesar 5V. Oleh karena tegangan yang diperlukan pada tiap rangkaian sama,

maka rangkaian catu daya ini mempunyai 10 buah keluaran tegangan DC, yaitu 5V

yang berfungsi untuk memberi supply tegangan pada mikrokontroler arduino

nano.

Gambar 2.7 IC Regulator 7805


(Sumber : https://electronicsforu.com/resources/learn-electronics/7805-ic-
voltage-regulator dan http://kurotsuki82.blogspot.com/2015/10/kelebihan-dan-
kelemahan-ic-regulator-lm.html)

27
LM7805 adalah regulator tegangan DC positif yang hanya memiliki 3 terminal,

yaitu tegangan input, ground, tegangan output. Meskipun LM7805 diutamakan

dirancang untuk keluaran tegangan tetap (5V), akan tetapi ada kemungkinan jika

menggunakan komponen eksternal untuk mendapatkan tegangan output DC: 5V,

6V, 8V, 9V, 10V, 12V, 15V, 18V, 20V , 24V.

Fitur Umum :

 Sampai sekarang untuk output 1A

 Output Tegangan dari 5, 6, 8, 9, 10, 12, 15, 18, hingga 24V

 Melindungi suhu yang berlebih

 Melindungi sirkuit pendek

 Output Transistor melindungi operasi pada daerah yang dilindungi

7805 adalah regulator tegangan tiga-terminal positif. Dengan heatsinking

memadai, dapat memberikan lebih dari 0.5A arus keluaran. Aplikasi yang umum

akan mencakup lokal (on-card) regulator yang dapat menghilangkan kebisingan

dan kinerja yang rusak terkait dengan satu-titik regulasi.

7805 regulator berasal dari keluarga 78xx, terdapat rangkaian regulator

tegangan linier yang tetap terintegrasi. Keluarga 78xx adalah pilihan yang sangat

populer untuk banyak sirkuit elektronik yang membutuhkan catu daya yang diatur,

karena relatif mudah penggunaan dan murah. Ketika menentukan individu IC

dalam keluarga 78xx ini, xx diganti dengan angka dua digit, yang menunjukkan

tegangan output perangkat tertentu dirancang untuk memberikan (misalnya,

7805 regulator tegangan memiliki output 5 volt, sedangkan 7812 menghasilkan 12

28
13 volt). Garis 78xx adalah regulator tegangan positif, yang berarti bahwa mereka

dirancang untuk menghasilkan tegangan yang relatif positif untuk kesamaan. Ada

garis terkait perangkat 79xx yang melengkapi regulator tegangan negatif. 79xx

78xx dan IC dapat digunakan dalam kombinasi untuk menyediakan pasokan

tegangan positif dan negatif dalam sirkuit yang sama, jika perlu.

Seri 7805 memiliki beberapa kelebihan dibandingkan regulator tegangan lain:

 IC seri 7805 tidak memerlukan komponen tambahan untuk menyediakan

sumber pengaturan konstan, mudah untuk digunakan, serta ekonomis,

dan juga menggunakan sirkuit board yang efisien dan nyata. Sebaliknya,

kebanyakan regulator tegangan lain memerlukan beberapa komponen

tambahan untuk mengatur level tegangan keluaran dan untuk membantu

dalam proses regulasi. Beberapa desain lain (seperti switching power

supply) tidak hanya memerlukan sejumlah komponen besar, tetapi juga

teknik keahlian yang besar untuk menerapkannya dengan benar.

 IC seri 7805 memiliki perlindungan body pada circuit yang memiliki banyak

power. IC seri 7805 juga memiliki perlindungan terhadap panas dan sirkuit

pendek, membuat IC ini cukup kuat dalam sebagian besar aplikasi. Dalam

beberapa kasus, pada pembatas arus fitur dari perangkat 7805 dapat

memberikan perlindungan tidak hanya untuk 7805 sendiri, tetapi juga

untuk bagian lain dari dalam sirkuit yang digunakan, juga mampu

mencegah komponen lain dari kerusakan.

29
F. Buzzer Piezoelektrik

Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah

sinyal listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, Buzzer yang merupakan

sebuah perangkat audio ini sering digunakan pada rangkaian anti-maling, Alarm

pada Jam Tangan, Bel Rumah, peringatan mundur pada Truk dan perangkat

peringatan bahaya lainnya.

Efek Piezoelectrik (Piezoelectric Effect) pertama kali ditemukan oleh dua orang

fisikawan Perancis yang bernama Pierre Curie dan Jacques Curie pada tahun 1880.

Penemuan tersebut kemudian dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jepang

menjadi Piezo Electric Buzzer dan mulai populer digunakan sejak 1970-an.

Jenis buzzer yang sering ditemukan dan digunakan adalah buzzer yang berjenis

piezoelektrik, hal ini dikarenakan buzzer piezoelektrik memiliki berbagai kelebihan

seperti lebih murah, relatif lebih ringan dan lebih mudah dalam

menggabungkannya ke Rangkaian Elektronika lainnya. Buzzer yang termasuk

dalam keluarga Transduser ini juga sering disebut dengan Beeper.

Buzzer juga sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah

getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir

sama dengan loud buzzer, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang

pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi

elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari

arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma

maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak- balik

sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.

30
Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah selesai atau

terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm). Buzzer adalah perangkat

elektronika yang terbuat dari elemen piezoceramics pada suatu diafragma yang

mengubah getaran/vibrasi menjadi gelombang suara. Buzzer menggunakan

resonansi untuk memperkuat intensitas suara.

Gambar 2.8 Buzzer Piezoelektrik


(Sumber : https://r-dy-techno-blogspot.com,2014)

Gambar 2.9 Bentuk dan struktur dasar dari sebuah Piezoelectric Buzzer
(Sumber : https://teknikelektronika.com/wp-
content/uploads/2016/04/Pengertian-Piezoelectric-Buzzer-dan-Cara-Kerja-
Buzzer.jpg.22079)

31
Jika dibandingkan dengan Speaker, Piezo Buzzer relatif lebih mudah untuk

digerakan. Sebagai contoh, Piezo Buzzer dapat digerakan hanya dengan

menggunakan output langsung dari sebuah IC TTL, hal ini sangat berbeda dengan

Speaker yang harus menggunakan penguat khusus untuk menggerakan Speaker

agar mendapatkan intensitas suara yang dapat didengar oleh manusia.

Piezo Buzzer dapat bekerja dengan baik dalam menghasilkan frekuensi di

kisaran 1 – 5 kHz hingga 100 kHz untuk aplikasi Ultrasound. Tegangan Operasional

Piezoelectric Buzzer yang umum biasanya berkisar diantara 3 Volt hingga 12 Volt.

G. Frekuensi Ultrasonik

Ultasonik adalah suara atau getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk

bisa didengar oleh telinga manusia, yaitu kira-kira di atas 20 KHz. Hanya beberapa

hewan, seperti lumba-lumba menggunakannya untuk komunikasi, sedangkan

kelelawar menggunakan gelombang ultrasonik untuk navigasi. Dalam hal ini,

gelombang ultrasonik merupakan gelombang ultra (di atas) frekuensi gelombang

suara (sonik).

Gelombang ultrasonik dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas.

Reflektivitas dan gelombang ultrasonik ini di permukaan cairan hampir sama

dengan permukaan padat, tapi pada tekstil dan busa, maka jenis gelombang ini

akan diserap.

Frekuensi yang diasosiasikan dengan gelombang ultrasonik pada aplikasi

elektronik dihasilkan oleh getaran elastis dari sebuah kristal kuarsa yang

diinduksikan oleh resonans dengan suatu medan listrik bolak-balik yang

32
dipakaikan (efek piezoelektrik). Kadang gelombang ultrasonik menjadi tidak

periodik yang disebut derau (noise), dimana dapat dinyatakan sebagai superposisi

gelombang-gelombang periodik, tetapi banyaknya komponen komponen adalah

sangat besar. Kelebihan gelombang ultrasonik yang tidak dapat didengar, bersifat

langsung dan mudah difokuskan. Jarak suatu benda yang memanfaatkan delay

gelombang pantul dan gelombang datang seperti pada sistem radar dan deteksi

gerakan oleh sensor pada robot atau hewan.

H. Persamaan Energi dan Intensitas Gelombang Ultrasonik

Jika gelombang ultrasonik merambat dalam suatu medium, maka partikel

medium mengalami perpindahan energi (Giancoli, 1998). Besarnya energi

gelombang ultrasonik yang dimiliki partikel medium adalah :

𝐸 = 𝐸𝑝 + 𝐸𝑘 … … … … … … … … (2.1)

Dengan : Ep = Energi Potensial (Joule)

Ek = Energi Kinetik (Joule)

Untuk menghitung intensitas gelombang ultrasonik perlu mengetahui

energi yang dibawa oleh gelombang ultrasonik. Intensitas gelombang

ultrasonik (I) adalah energi yang melewati luas permukaan medium 1 m2/s

atau watt/m2 (Cameron and Skofronick, 1978). Untuk sebuah permukaan,

intensitas gelombang ultrasonik (I) diberikan dalam bentuk persamaan :

1 1
𝐼= 𝑝 𝑉 𝐴2 (2𝜋𝑟)2 = 𝑍 (𝐴 𝑤 2 ) … … … … … … … … . . (2.2)
2 2

Dengan :

p = massa jenis medium/jaringan (Kg/m3)

33
v = kecepatan gelombang ultrasonik (m/s2)

A = amplitudo maksimum (m)

Z = p v = impedansi akuistik (Kg/m2.s)

W = 2𝜋f = frekuensi sudut (rad/s)

F = frekuensi (Hz)

V = Volume (m3)

H.1 Intensitas gelombang ultrasonik dihubungkan dengan amplitudo dan

frekuensi

Gelombang ultrasonik merambat membawa energi dari satu

medium ke medium lainnya, energi yang dipindahkan sebagai energi getaran dari

partikel ke partikel pada medium tersebut. Besarnya energi yang dibawa partikel

tersebut adalah :

1
𝐸= 𝑘 𝐴2 … … … … … … … … … . (2.3)
2
4𝜋 2 𝑚
Dengan : k = konstanta = = 4𝜋 2 𝑚𝑓 2
𝑇2

T = periode (s)

A = amplitudo geraknya (m)

m= massa partikel pada medium (kg)

kemudian :

𝐸 = 2𝜋 2 𝑚 𝑓 2 𝐴2 … … … … … … … … … . . (2.4)

Jika : m= p V = p S I = p S I v t = massa (kg)

V = volume = luas . tebal = S I (m3)

34
S = luas permukaan penampang lintang yang dilalui gelombang (m2)

I = v t = jarak yang ditempuh gelombang dalam waktu t (m)

V = laju gelombang (m/s)

t= waktu (s)

maka :

𝐸 = 2𝜋 2 𝑝 𝑆 𝑣 𝑡 𝑓 2 𝐴2 … … … … … … … … … . (2.5)

Dari persamaan 2.5 diperolehg hasil bahwa energi yang dibawa oleh

gelombang ultrasonik sebanding dengan kuadrat amplitudo. Besarnya daya yang

dibawa gelombang ultrasonik (P) adalah :

𝐸
𝑃= = 2𝜋 2 𝑝 𝑆 𝑣 𝑓 2 𝐴2 … … … … … … … … … . (2.6)
𝑡

Intensitas gelombang ultrasonik adalah daya yang dibawa melalui luas

permukaan yang tegak lurus terhadap aliran energi (Glancoli, 1998), maka :

𝑃
𝐼= = 2𝜋 2 𝑝 𝑣 𝑓 2 𝐴2 … … … … … … … … … … (2.7)
𝑆

Persamaan 2.7 menyatakan hubungan secara eksplisit bahwa intensitas

gelombang ultrasonik sebanding dengan kuadrat amplitudo (A) dan dengan

kuadrat frekuensi (f).

H.2 Intensitas gelombang ultrasonik dihubungkan dengan jarak

Gelombang ultrasonik yang keluar dari sumber transduser mengalir keluar ke

semua arah dalam arah tiga dimensi. Gelombang ultrasonik merambat keluar,

energi yang di bawanya tersebar ke permukaan yang makin lama makin luas,

35
karena merambat dalam arah tiga dimensi, maka luas permukaan merupakan

luasan permukaan bola dengan radius r adalah 4 𝜋𝑟 2 .

Berarti intensitas gelombang ultrasonik adalah :

𝑃
𝐼= … … … … … … … … . (2.8)
4𝜋𝑟 2

Jika keluaran daya P dari sumber konstan, maka intensitas berkurang

sebagai kebalikan dari kuadrat jarak dari sumber :

1
𝐼= … … … … … … … … . . (2.9)
𝑟2

36
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan pada bulan Mei sampai

Juli 2018 di Laboratorium Teknik Tenaga Listrik Workshop Politeknik ATI Makassar

dimulai dengan tahap persiapan yaitu merangkai alat serta bahan-bahan dan

penggunaan dan dilanjutkan dengan tahap operasional.

Pembuatan jalur pada PCB dengan bantuan laptop atau komputer kemudian

mencetak hasil pembuatan jalur rangkaian serta program.

Perakitan dan pemasangan komponen elektronika pada PCB dan melakukan

pengujian alat serta pengambilan data yang dilakukan di Laboratorium Teknik

Tenaga Listrik (TTL) dan Laboratorium Otomasi dan Kontrol.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu sistem yang

terdiri dari perangkat yang diteliti. Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah

sebagai berikut :

B.1 Alat :

a. Sumber tegangan

b. Solder

c. Pencabut timah solder

d. Osiloskop

37
e. Multimeter

f. Gunting

g. Tang potong

h. Timah

i. Stopwatch

j. Kamera

k. Gurinda

l. Peronal komputer (PC) atau Laptop

B.2 Bahan :

a. Hama tikus dan belalang

b. Mikrokontroller Arduino Nano

c. Resistor

d. IC (integrated Circuit)

e. Transistor

f. Potensiometer

g. Buzzer

h. Kabel jumper

i. Aklirik

Komponen-komponen rangkaian tersebut di rangkai pada papan rangkaian

(PCB), seperti gambar berikut :

38
Gambar 3.10 Skematik rangkaian alat pengusir hama tanaman

C. Jenis Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian

C.1 Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat experimental murni (pure

eksperimental) dengan kondisi skala laboratoris dan merancang dan merakit alat

pengusir hama tanaman.

C.2 Ruang lingkup ialah penekanan penelitian terutama terfokus pada

penggunaan gelombang ultrasonik dalam mengusir hama tikus dan belalang.

39
D. Metode Perancangan

Rancangan penelitian adalah eksperimental laboratoris dengan perlakuan

berupa rangsangan gelombang ultrasonik terhadap hama tikus dan belalang.

Gelombang ultrasonik frekuensi rendah adalah gelombang ultrasonik yang masih

dapat mengeluarkan bunyi (20 Khz – 80 KHz) dan dapat didengar oleh pusat

pendengaran hama tersebut.

Pada tahap perancangan alat ini saya menemukan ide untuk membuat

rangkaian elektronik yakni pengusir hama tanaman sebagai pengembangan alat

yang pernah dibuat sebelumnya. Adapun rangkaian yang akan dibuat adalah

rangkaian yang mampu menghasilkan gelombang ultrasonik yang tidak disukai

oleh hama tersebut yakni tikus dan belalang.

Fungsi dari rangkaian ini adalah untuk memberikan efek gelombang ultrasonik

pada hama tersebut sehingga pertanian dan tanaman dapat terhidar dari serangan

hama yang dapat merusak tanaman serta ekosistem persawahan pada pertanian.

D.1 Perlakuan Penelitian

Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah setiap perlakuan yang

diberikan terdiri dari 5 ekor tikus putih dan 10 sampel belalang dengan

reflikasi/ulangan tiga kali dan yang diamati dari perlakuan ini adalah pengaruh

langsung saat pemaparan gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku pada

hama tersebut.

40
D.2 Perancangan Hardware

Perancangan hardware adalah untuk memberikan gambaran secara umum

tentang proses pembuatan dan perakitan rangkaian alat pengusir hama tanaman

yang sesuai dengan hasil yang diharapkkan.

Menyiapkan alat dan bahan komponen-komponen dan melakukan perakitan

serta pengecekan rangkaian sampai selesai dan siap untuk di uji coba dan

diaplikasikan.

D.3 Perancangan Software

Perancangan software dengan menginputkan program pada

mikrokontroler arduino nano agar rangkaian/alat tersebut dapat menghasilkan

frekuensi.

41
Mulai

Pengumpulan
Data

Menentukan Spesifikasi
Rancangan

Perancangan Perancangan
Hardware Software/Program

Tidak

Pengujian
Tidak Software,
Bagus?
Pengujian
Hardware,
Bagus? Ya

Implementasi
Program
Ya

Integrasi Sistem

Tidak

Uji sistem
keseluruhan,
bagus?

Ya

End

Gambar 3.11 Diagram Alir

42
Studi Literatur

Pembuatan Konsep dan Konsultasi

Perancangan Alat

Menggambar Rangkaian
Menggambar Manual
dengan bantuan PC

Print/cetak Rangkaian

Mencetak Hasil Gambar ke


PCB

Perakitan Alat

Pengujian Alat

Gambar 3.12 Tahapan Metode Kegiatan

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat

yang secara rinci dijabarkan sebagai berikut :

 Variabel bebas : frekuensi ; 40 KHz, 45KHz, 50KHz dan 55 KHz, jarak

; 100 cm, 200 cm dan 300 cm serta lama pemaparan ; 1 jam, 2 jam, dan 3

jam.

43
 Variabel terikat : pola perilaku dan pola makan; jumlah yang pasif.

F. Metode Pengukuran dan Pengumpulan Data

Metode pengukuran yang diambil pada penelitian ini ialah dengan mengukur

tegangan, arus pada rangkaian, mengukur jarak paparan gelombang frekuensi

terhadap objek dan mengukur waktu pemaparan atau pemberian gelombang

ultrasonik pada objek dengan menggunakan alat ukur seperti multimeter digital,

osiloskp dan power suplai. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan

dalam beberapa tahapan. Uraian tahapan sebagai berikut :

a. Tahapan Observasi dan Studi Literatur, merupakan suatu tahap awal

dimana penulis melakukan survey pengamatan secara langsung terhadap

objek yang diamati. Untuk menunjang pemahaman penulis, dilakukan

studi literatur di perpustakaan, searching internet, konsultasi dan

wawancara terhadap dosen

b. Tahapan Rancangan Perangkat, merupakan tahap pembuatan rangkaian

alat pengusir hama tanaman kemudian mengambil data sesuai dengan

frekuensi yang dihasilkan oleh alat tersebut.

c. Tahap Pengumpulan dan Pengujian, pada tahap ini akan dibuat sebuah

skenario pengumpulan dan pengujian yang terdiri atas tiga tahap

pengujian yakni :

1. Tahap simulasi sistem/alat yang telah dibuat secara langsung

2. Tahap pengujian alat secara parsial, menguji kinerja rangkaian

dengan mengukur frekuensi dan waktu proses penggunaan alat

44
3. Tahap pengujian sistem terintegrasi yakni memasang seluruh

sistem secara keseluruhan (terintegrasi) dan menguji kinerja

sistem/alat dan mengambil data secara langsung

Penelitian observasional bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh

pemaparan gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku tikus dan belalang

dengan pengambilan sampel 5 ekor tikus dan 10 belalang dengan setiap perlakuan

dan mendeskripsikan pengaruh gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku

kedua hama tersebut.

Penelitian eksperimental bertujuan untuk memperoleh data pengamatan

pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku makan pasif

dan gerak pasif pada tikus dan belalang.

Langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Pemakaian alat pembangkit gelombang frekuesi gelombang ultrasonik di

laboratorium terhadap hama tersebut

2. Analisis gelombang ultrasonik yang diberikan terhadap pola perilaku

makan pasif dan gerak pasif tikus dan belalang dengan melihat frekuensi,

jarak sumber dan lama pemaparan.

G. Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan ialah pembuatan tabel untuk mencatat

hasil dari pengamatan gelombang frekuensi yang dihasilkan oleh buzzer

piezoelektrik sebagai output/keluaran yang dihasilkan dan mengukur jarak serta

waktu pada saat alat di aktifkan/digunakan.

45
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembangkit Gelombang Ultrasonik

Alat pengusir hama yang dibuat dapat menghasilkan beberapa variasi

frekuensi dengan jangkauan antara 20-80 kHz sesuai dengan jangkauan suara yang

dimiliki oleh hama tersebut. Pancaran gelombang ultrasonik ini akan melepaskan

pulsa-pulsa listrik kearah sensor piezoelectric didalam transduser sehingga

mengakibatkan transmisi gelombang ultrasonik didalam pancarannya.

Bagan skema rangkaian sumber gelombang ultrasonik :

Rangkaian Pembangkit
Sumber Tegangan/Supply
Gelombang Ultrasonik

Pemancar/Transmiter
Gelombang Ultrasonik

Gambar 4.13 bagan pembangkit gelombang ultrasonik

Rangkaian pembangkit gelombang ultrasonik ini terdiri dari power supply

sebagai pembangkit sumber tegangan/catu daya sebesar 5 – 18 V dengan

menggunakan mikrokontroler sebagai dasar pembangkit gelombang ultrasonik.

46
Gambar 4.14 Gelombang yang dihasilkan pada alat pengusir hama

B. Pengujian Alat Terhadap Objek Hama

Pengujian yang dilakukan terdiri atas 2 tahap, yaitu pengujian frekuensi dan

pengujian fungsi alat. Pengujian frekuensi dilakukan dengan mengecek nilai

frekuensi yang dihasilkan oleh alat menggunakan osiloskop. Sedangkan pengujian

fungsi alat, yaitu melihat efek gelombang ultrasonik terhadap hama. Objek

percobaan adalah tikus putih dan belalang. Pengujian dilakukan di tempat

tertutup dengan menggunakan sebuah kandang. Pengamatan dilakukan dengan

cara merekam tingkah laku hama dengan alat perekam video yang telah dipasang.

Seperti bada gambar dibawah,

47
Kandang hama/objek

Alat pengusir hama

Gambar 4.15 Gambar skema pengujian terhadap hama

Gambar 4.16. pengujian rangkaian terhadap hama

Gambar 4.17 alat pengusir hama tanaman

48
Pengujian ini bertujuan untuk mengamati hama merasa terganggu jika terkena

gelombang ultrasonik.

49
B.1 Pengujian gelombang ultrasonik terhadap hama tikus dengan jumlah sampel 5 ekor

Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Pemberian Gelombang Ultrasonik terhadap Tikus Putih

Jarak Lama
Frekuensi Jumlah hama yang masuk
Percobaan sumber paparan Perilaku hama tikus (Rattus Norvegicus) dalam kandang
(KHz) perangkap
(cm) (jam)
1 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
100 2 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
3 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
1 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
1 40 200 2 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
3 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
1 Makan, bergerak kekanan dan kekiri 1
300 2 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
3 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
1 Bergerak menjauhi sumber gelombang 3
100 2 Terganggu, memanjat berusaha untuk keluar 3
3 Terganggu, memanjat berusaha untuk keluar 3
1 Bergerak menjauhi sumber gelombang 3
2 45 200 2 Terganggu, memanjat berusaha untuk keluar 3
3 Terganggu, memanjat berusaha untuk keluar 3
300 1 Bergerak menjauhi sumber gelombang 3
2 Bergerak menjauhi sumber gelombang 4
3 Bergerak menjauhi sumber gelombang 4
3 50 100 1 Bergerak menjauhi sumber gelombang 4

50
2 Bergerak kekanan dan kekiri -
3 Bergerak kekanan dan kekiri -
1 Bergerak kekanan dan kekiri -
200 2 Bergerak kekanan dan kekiri 1
3 Memanjat -
1 Bergerak kekanan dan kekiri -
300 2 Bergerak kekanan dan kekiri -
3 Memanjat -
1 Bergerak kekanan dan kekiri 1
100 2 Bergerak kekanan dan kekiri -
3 Bergerak kekanan dan kekiri -
1 Bergerak kekanan dan kekiri -
4 55 200 2 Memanjat dan makan -
3 Memanjat dan makan -
1 Bergerak kekanan dan kekiri 2
300 2 Memanjat dan makan -
3 Bergerak kekanan dan kekiri -
1 Memanjat dan makan 1
100 2 Memanjat dan makan -
3 Bergerak kekanan dan kekiri -
1 Bergerak kekanan dan kekiri -
5 60 200 2 Memanjat dan makan -
3 Bergerak kekanan dan kekiri -
1 Bergerak kekanan dan kekiri -
300 2 Bergerak kekanan dan kekiri --
3 Memanjat dan makan

51
Terganggunya aktivitas tikus putih (Rattus Norvegicus) akibat pemaparan

gelombang ultrasonik frekuensi 45 KHz disebabkan karena proses jarak paparan

100 cm dan lama pemaparan gelombang ultrasonik 2 jam sampai 3 jam tersebut

sangat mempengaruhi struktur jaringan organ tikus cenderung untuk mencari

tempat persembunyian dan perilaku tikus putih berusaha untuk menjauhi sumber

gelombang, pada dasarnya pengaruh yang ditimbulkan pada frekuensi 45 KHz ini

menimbulkan pengaruh pola perilaku yang cukup signifikan dilihat dari hasil

pengamatan dan analisa pergerakan tikus yang cenderung pasif/diam. Dan hal ini

karena pengaruh gelombang yang dihasilkan dapat mempengaruhi pola perilaku

pasif yang disebabkan terganggunya struktur organ/sel pada tikus.

Semakin dekat jarak sumber gelombang ultarsonik maka intensitas dan energi

gelombang ultrasonik semakin besar. Berdasarkan teori bahwa gelombang

ultrasonik yang keluar dari buzzer merambat keluar ke semua arah. Gelombang

ultrasonik yang merambat keluar, memilki energi yang tersebar ke permukaan.

Pernyebaran energi tersebut semakin lama semakin luas karena merambat dalam

arah tiga dimensi, maka luas permukaan penyebaran gelombang ultrasonik

merupakan luasan permukaan bola yaitu 4πr2 ( r adalah radius bola).

52
C. Pengujian Alat Terhadap Serangga Belalang dengan jumlah sampel 10 ekor

Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Pemberian Gelombang Ultrasonik terhadap Serangga Belalang

Frekuensi Lama paparan Jarak sumber


Percobaan Pola Makan Aktif Pola Makan Pasif
(KHz) (jam) (cm)
100 5 5
1 200 5 5
300 6 4
100 6 4
1 40 2 200 6 4
300 5 5
100 4 6
3 200 4 6
300 5 5
100 4 6
1 200 4 6
300 6 4
100 5 5
2 45 2 200 4 6
300 4 6
100 4 6
3 200 4 6
300 5 5
100 2 8
3 50 1
200 2 8

53
300 3 7
100 2 8
2 200 2 8
300 3 7
100 1 9
3 200 - 10
300 - 10
100 3 7
1 200 4 6
300 4 6
100 3 7
4 55 2 200 4 6
300 5 5
100 2 8
3 200 3 7
300 3 7

54
Pengujian Alat Terhadap Serangga Belalang dengan jumlah
sampel 10 ekor

10

8
Jumlah belalang pola makan pasif

5
pola makan pasif pada belalang
4

0
40 45 50 55
Frekuensi (KHz)

Gambar 4.18 grafik pengaruh frekuensi dan lama paparan terhadap belalang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh interaksi pemaparan

gelombang ultrasonik terhadap pola gerak pasif belalang untuk pengendalian

hama belalang bergantung pada besarnya frekuensi, jarak sumber dan lama

pemaparan gelombang ultrasonik yang diberikan.

Pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik berdasarkan tabel dan grafik

diatas yakni pada frekuensi 40 KHz, 45 KHz, 50 KHz, dan 55 KHz dan pengaruh jarak

sumber 100 cm, 200 cm dan 300 cm serta pengaruh lama pemaparan gelombang

55
ultrasonik 1 jam, 2 jam dan 3 jam setelah dilakukan uji analisis variasi untuk

melihat interaksi antara tiap perlakuan, menunjukkan adanya perbedaan pola

perilaku makan pasif dan pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik pada

frekuensi 50 KHz, jarak 100 cm dan lama pemaparan gelombang ultrasonik 2 jam

sampai 3 jam, sudah memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pola

perilaku makan pasif pada belalang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan frekuensi, jarak

sumber dan lama pemaparan gelombang ultrasonik untuk frekuensi 50 KHz

dengan jarak 100 cm menegaskan bahwa pola perilaku makan pasif belalang

selama pemaparan 2 jam sampai 3 jam cenderung bersifat pasif. Hal ini

disebabkan karena alat pembangkit frekuensi gelombang ultrasonik pada

frekuensi 50 KHz ini sudah mempengaruhi struktur organ jaringan sel belalang

yang mengakibatkan belalang terganggu aktivitas makannya dan cenderung

bersifat pasif/diam.

Terganggunya aktivitas makan akibat pemaparan gelombang ultrasonik pada

frekuensi 50 KHz ini terhadap pola makan pasif belalang disebabkan bahwa jarak

sumber 100 cm terhadap belalang sangat mempengaruhi struktur jaringan organ

belalang dibandingkan dengan jarak sumber pemaparan gelombang ultrasonik

lainnya.

56
D. Hubungan frekuensi, intensitas gelombang ultrasonik dan jarak sumber

Tabel 4.4 Data hasil hubungan frekuensi, intensitas gelombang

ultrasonik dan jarak sumber

Intensitas
Frekuensi Jarak gelombang
No
(KHz) (cm) ultrasonik
(w/m2)
100
1 40 200 2,448 x 107
300
100
2 45 200 2,443 x 107
300
100
3 50 200 2,443 x 107
300
100
4 55 200 2,429 x 107
300

Medium Z udara = p udara V1 = 1,25 kg/m2 x 340 m/s = 425 kg/m2s

V1 = kecepatan gelombang ultrasonik diudara = 340 m/s

P udara = massa jenis udara = 1,25 kg/m2

Besarnya intensitas gelombang ultrasonik yang datang melalui medium udara

adalah :

I = ½ Z udara A2 w2 ......................................... (1)

Dimana 𝐴 = 𝑐/2𝜋f , Amplitudo ekustik ........(2)

Jika frekuensi gelombang ultrasonik dari trasduser yang digunakan adalah : 40 KHz,

45 KHz, 50 KHz, 55 KHz

57
 Untuk f = 40 KHz = 40.000 Hz

340 340
A40 = = = 135 x 10-5 m
2 (3,14)(40.000) 251200

I40 = ½ (425) (1823 x 10-10) (6,310 x 1010) = 2,448 x 107 w/m2

= 2,448 x 103 w/cm2

Energi gelombang

𝐸 = 2𝜋2mf2A2

 Frekuensi 40 KHz

Atau E = ½ kA2

E = ½ (340) (1823 x 10-10)

E = 310 x 10-10 Joule

Hubungan Frekuensi dan intensitas gelombang


ultrasonik
2.5
Intensitas gelombang ultrasonik

1.5
(W/m2)

1 intensitas
gelombang
0.5
ultrasonik (W/m
0
40
45
50
55

Frekuensi (KHz)

Gambar 4.19 grafik hubungan antara frekuensi dan intensitas gelombang


ultrasonik

58
Sesuai tabel dan grafik diatas dapat simpulkan bahwa semakin tinggi nilai

frekuensi yang diberikan maka semakin kecil intensitas gelombang ultrasonik yang

didapatkan.

59
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telah dibuat sebuah rancangan alat pembangkit gelombang ultrasonik yang

bisa diterapkan sebagai alat pengusir hama tanaman yaitu hama tikus dan

serangga belalang. Frekuensi Gelombang Ultrasonik yang dihasilkan dari alat

sistem osilator gelombang ultrasonik yakni antara 20 KHz sampai 80 KHz. Efek yang

ditimbulkan oleh alat sistem osilator gelombang ultrasonik terhadap terhadap

hama tikus dan belalang yakni dapat menganggu aktivitas dan pola perilaku makan

pasif, sehingga kedua hama tersebut bersifat responsif dan protektif terhadap

sumber gelombang.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yakni pada frekuensi 45 KHz

hama tikus mengalami pola perilaku yang menunjukkan terganggunya aktivitas

atau keadaan hama tikus, sedangkan pada hama belalang mengalami pola perilaku

makan pasif pada frekuensi 50 KHz pada jarak dan waktu pemaparan yang sama

yakni 100 cm dan 2 jam sampai 3 jam waktu pemaparan gelombang ultrasonik .

Kedua hama tersebut memiliki perbedaan pada pengaruh pemaparan frekuensi

ini disebabkan karena struktur/organ kedua hewan tersebut berbeda.

60
Semakin dekat jarak hama ke sumber gelombang maka akan semakin

terganggunya pola perilaku hama, semakin jauh jarak objek/hama terhadap

sumber gelombang maka akan semakin kurang pola gerak pasif pada hama.

B. Saran

Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengkaji pengaruh pemaparan

gelombang ultrasonik dengan mahluk hidup lainnya dan faktor penghambat

lainnya terhadap pengendalian hama dan membuat beberapa alternatif untuk

dapat mengendalikan hama tanaman tesebut sehingga produksi pertanian dapat

terus meningkat.

61
DAFTAR PUSTAKA

Agusdian, R., Rakhmadi, F. A., dan Widayanti., 2016, Sistem Proteksi Tanaman Padi
Serangan Hama Wereng Menggunakan Gelombang Ultrasonik Dan
Penunjuk Arah Angin, Jurnal Fisika Sains Dan Teknologi, (2)3,11-13.

Agus Wahyana Anggara, Dedy Duryadi Solihin, Wasmen Manalu, dan Irzaman.
2015. Ethogram Perilaku Alami Individu Tikus Sawah (Rattus argentiventer,
Robinson & Kloss, 1916) dalam Laboratorium. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. Sukamandi Subang Jawa Barat : Institut Pertanian Bogor.

Alamsyah, W., Nurhilal, O., Mindara, J. Y., Saad, A. H., Setianto., dan Hidayat. S.,
2017, Alat Penangkap Hama Denngan Metode Cahaya UV Dan Listrik Panel
Surya, Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika, (1)1,37-44.

Anonimous. 1996.

Anwar & Hamim. 1998. Mengidentifikasi Jenis dan Sifat Hama. Jakarta : SMK
Pertanian.

Aplin, K. P., Brown, P. R., Jacob, J., Krebs, C.J. & Singleton, G. R. (2003). Field
Methods for Rodent Studies in Asia and the Indo-Pacific. Canberra: CSIRO.

Cameron Jhon R, Skofronick James G, 1978. Medical Physics, New York : John Wiley
& Sons Inc.

Djapri. 2015. Mikrokontroller Arduino Nano. Semarang : Erlangga

Giancoli. 1998. Fisika. Penterjemah Yuhilsa Hanum, Jakarta : Erlangga.

Harsono G. D. 2014. IC LM324 Sebagai Penguat Operasional. Penerbit Gajah Mada


Media: Yogyakarta.

Hasyim, A.dkk. 2010. Efikasi dan Persistensi Minyak Serai Wangi sebagai
Biopestisida terhadap Helicoverpa armigera. Balitsa Lembang Bandung.

Kalshoven, L. G. E., 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Translated
By P.A Van der Laan. Jakarta : PT.Ichtiar Baru-Van Hoeve.

Kardinan, A. 2010. Prospek dan Kendala dalam Pengembangan dan Penerapan


Penggunaan Biopestisida di Indonesia.

62
Priyambodo, Swastiko. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Penebar
Swadaya Jakarta.

Setiawan, 2011. Sistem telekontrol SCADA (https://eprints,polsri.ac.id) (diakses


pada tanggal 9 Juli 2018)
Stepanus. 2004. Gelombang Ultrasonik sebagai Pengendali Hama Belalang.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sudarmaji. 2004. Dinamika populasi tikus sawah Rattus argentiventer (Robinson &
Kloss, 1916) pada ekosistem sawah irigasi teknis dengan pola tanam
padipadi bera. (Disertasi), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sudarminto, 1993. Rangkaian Popular Elektronika. Jakarta : Carya Remadja.

Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Penerbit Kanisius Jakarta.

Suhiyar, A. B., Pamulang, L. A., dan Pragoyo, A., 2014, Ozcel (Oz Care And Clean)
Pengembangan Alat Dan Pembasmi Hama Menggunakan Ozonisasi
Sebagai Upaya Pengganti Pestisida Pada Pertanian., Jurnal Pelita, (9)1,25-
28.

Waluyo, A. E., Najib, M. I. A., Jalil, A. J., Santoso, A., dan Fiati, R., 2016, Rancangan
Bangun Prototype Panel Surya Sebagai Alat Pengusir Hama Burung, Jurnal
Teknik Informatik, (1)2,1–4.

Widianto. 2002. Pengendalian Hama Tanaman dan Pengembangannya. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Yusianto, R., 2014, Alat Pengendali Hama Wereng Coklat Dengan Baling-baling
Mekanik Dan Corong Penyedot, Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi
Terapan, (1)1,225-227.

https://mitalom.com/wp-content/uploads/2016/11/Gambar-Hama-Tikus
Sawah.jpg (Diakses pada tanggal 25 Juni 2018)

https://www.khasiat.co.id/daging/belalang.html (Diakses pada tanggal 25 Juni


2018)

https://www.arduitronics.com/product (Diakses pada tanggal 25 Juni 2018)

63
https://electronicsforu.com/resources/learn-electronics/7805-ic-voltage-
regulator dan http://kurotsuki82.blogspot.com/2015/10/kelebihan-dan-
kelemahan-ic-regulator-lm.html (Diakses pada tanggal 25 Juni 2018)

http://jeff-ayu.tripod.com/elektro.htm (Diakses pada tanggal 28 Juni 2018)

https://www.tokopedia.com/sinarteknik/ic-4017) (Diakses pada tanggal 29 Juni


2018)

https://sanyospot.blogspot.com/2016/02/ (Diakses pada tanggal 29 Juni 2018)

https://r-dy-techno-blogspot.com,2014 (Diakses pada tanggal 29 Juni 2018)

https://teknikelektronika.com/wp-content/uploads/2016/04/Pengertian-
Piezoelectric-Buzzer-dan-Cara-Kerja-Buzzer.jpg.22079 (Diakses pada
tanggal 29 Juni 2018)

https://en.wikibooks.org/wiki/Practical_Electronics/IC/4013 (Diakses pada


tanggal 30 Juni 2018)

https://krisnaenergi.com/wp-content/uploads/2014/05/img01170- 20121020-
10481-300x225.jpg (Diakses pada tanggal 30 Juni 2018)

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl efendiabdu- 7401-3-


babii.pdf (Diakses pada tanggal 30 Juni 2018)

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl efendiabdu-7401-3-
babii.pdf (Diakses pada tanggal 30 Juni 2018)

http://infoperlintanmplk.blogspot.com/2011/03/migratory-locust-belalang-
kembara.html (Diakses pada tanggal 30 Juni 2018)

64
LAMPIRAN

65
66
50

Anda mungkin juga menyukai