ABD HALIM
NIM : 15OSP001
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diterima oleh Panitia Ujian Akhir Program Diploma Tiga (D3) yang
Nomor : 214 / Kpts / SJ – IND.7.8 / 2 / 2018 Tanggal 01 Februari 2018 yang telah
dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari Kamis Tanggal 16 Agustus 2018
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Teknik Industri
dalam program studi Otomasi Sistem Permesinan Pada Politeknik ATI Makassar.
PANITIA UJIAN :
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
NIM : 15OSP001
Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan sesuai
dengan hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia bahwa tugas akhir saya
adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut tanpa melibatkan institusi Politeknik ATI Makassar atau orang lain.
Yang menyatakan,
(ABD HALIM)
iv
KATA PENGANTAR
Wata’ala adalah kata yang paling pantas penulis ucapkan karena atas rahmat dan
inayah-Nyalah sehingga penulis masih diberi waktu dan kesempatan untuk bisa
Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam karena berkat kerja keras beliau
kita tidak akan seperti sekarang ini. Beliau mampu mengubah dunia dari
maksimal. Namun, penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
Penulis menyadari pula bahwa segala kemampuan yang dimiliki tentunya akan
tergambar dalam laporan ini. Untuk itu, penulis membuka diri untuk menerima
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.
penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Namun berkat bantuan dan dorongan yang
diberikan berbagai pihak, dan tekad yang membara akhirnya Laporan Tugas Akhir
v
Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan
Sistem Permesinan.
manusia. Sehingga hanya pintu maaflah yang kami harapkan atas kesalahan-
kesalahan kami. Dengan segala kerendahan hati, kami berharap apa yang ada
dalam buku Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, dan berguna sebagai sumbangan
pikiran bagi kita semua dalam berprestasi turut mengisi pembangunan Bangsa dan
Negara. Oleh karena itu maka kesempatan yang berbahagia ini selayaknya penulis
kepada:
1. Orang tua tercinta yakni Bapak Abd Rauf dan Ibu Naisa yang banyak
memberi kasih sayang yang tulus tanpa pamrih, yang tak henti-hentinya
pendidikan.
2. Bapak Amrin Rapi, ST, MT. selaku Direktur Politeknik ATI Makassar.
3. Ibu Atikah Tri Budi Utami, ST,M.EngSc. selaku Ketua Jurusan Politeknik ATI
Makassar.
4. Ibu Ir. St. Nurhayati Djabir, MT. selaku penasehat akademik yang
ini.
vi
6. Bapak Yuriadi, ST. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan saran dan
7. Bapak Zainal Akbar., S.ST. yang meluangkan waktu dan pikirannya dalam
selalu bersama.
10. Teman-teman MPM-ATIM yang selalu menasehati dan berdo’a saat lagi
kebaikannya.
bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Sebagai penutup,
kepada pembaca yang budiman, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
(ABD HALIM)
vii
ABSTRAK
Kata kunci : Frekuensi gelombang ultrasonik, pengusir hama, pola perilaku tikus
putih dan pola perilaku makan pasif belalang.
viii
DAFTAR ISI
ix
C. Pengujian Alat Terhadap Serangga Belalang ........................................... 53
D. Hubungan Frekuensi, Intensitas Gelombang dan Jarak Sumber ............. 57
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 60
A. Kesimpulan............................................................................................... 60
B. Saran ........................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 62
LAMPIRAN ............................................................................................................. 65
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFAR GAMBAR
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan flora dan fauna.
Indonesia juga merupakan negara yang berkembang dan negara agraris yang
meningkatkan hasil pertanian yang ingin dicapai maka diperlukan sebagai sarana
yang mendukung agar dapat mencapai hasil yang mencukupi kebutuhan nasional
2014).
terutama petani semakin beragam dan bertambah pula. Bukan hanya benih padi
atau macam-macam pupuk yang dibutuhkan oleh petani. Petani juga memerlukan
alat yang bisa membantu meringankan pekerjaan mereka diantaranya adalah alat
penyakit pada tanaman sehingga dapat menyebabkan kerugian baik terhadap nilai
kualitas dan kuantitas hasil panen. Usaha yang dilakukan petani dalam mencegah
1
hal tersebut diantarnya dengan menggunakan sarana-sarana yang mendukung
adalah pestisida.
termasuk diantaranya ialah rusaknya unsur hara makro dan unsur hara mikro pada
tanah.
pestisida perlu adanya alternatif yang dapat menggantikan peranan pestisida pada
negatif adalah menggunakan senyawa kimia yang berasal dari tanaman yang
mencangkup bahan nabati (ekstrasi penyulingan) yang dapat berfungsi sebagai zat
ada zat metabolit sekunder yang berfungsi untuk melindungi diri dari pesaingnya.
Zat inilah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif pestisida nabati. Zat ini
busuk dan berasa agak pedas sehingga tumbuhan ini tidak diserang oleh hama
(Hasyim , 2010).
2
Menurut Sudarmo (2005), cara kerja pestisida nabati yaitu merusak
adalah daya kerja relatif lambat, tidak membunuh jasad sasaran secara langsung,
tidak tahan terhadap sinar matahari, dan tidak dapat disimpan lama jadi harus
racun bagi manusia. Apabila zat tersebut disemprotkan pada tanaman padi ada
tubuh.
Sifat fototaksi yang ada pada serangga umumnya tertuju pada warna yang
mendekati sinar ultraviolet. Saat ini sudah ada alat mekanik yang digunakan untuk
menarik populasi hama. Namun alat mekanik yang sudah ada hanya
mengendalikan hama wereng coklat pada fase imago. Fase imago adalah hama
wereng coklat dewasa yang sudah memiliki sayap dan dapat berpindah tempat
dengan cara terbang. Sedangkan nimfa tidak dapat terbang. Foto alat pengendali
3
Alat pengendali tersebut bersifat menetap dan memerlukan daya lampu 100
watt. Desain alat pengendali fase imago seperti ini tidak flexibel jika diaplikasikan
Oleh karena itu, penulis mempunyai gagasan untuk merancang bangun alat
dan jumlah pemancar. Variasi letak dengan model konfigurasi wall (bentuk
jumlah dan letak pemancar diharapkan mempu mengusir atau mengganggu hama
tenaman lebih efektif Alat ini sangat berguna bagi pertanian karena mampu
mengusir hama tikus dan serangga belalang serta yang paling penting ialah alat ini
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
4
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari laporan proses pembuatan alat pengusir hama
a. Sebagai suatu penerapan teori dan kerja praktik yang diperoleh selama
dibangku kuliah,
pendidikan,
5
b. Program tugas akhir dapat memberikan manfaat khususnya, yang
produktivitas pertanian.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hama Tanaman
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam
organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.
Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada
ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia.
seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah atau nyamuk yang menjadi
vektor malaria.
menimbulkan kerusakan secara fisik dan kedalamnya praktis adalah semua hewan
Tikus (Rattus rattus) adalah hewan pengerat biasa yang mudah dijumpai
dirumah-rumah dengan ekor yang panjang dan pandai memanjat serta melompat.
Hewan ini termasuk dalam subsuku Murinae dan berasal dari Asia. Namun
7
seluruh penjuru dunia. Tikus rumah pada masa kini cenderung tersebar di daerah
yang lebih hangat karena di daerah dingin kalah bersaing dengan tikus got.
Tidak seperti saingannya, tikus got, tikus rumah adalah perenang yang buruk
dan pemanjat ulung, bahkan berani “terbang”. Warnanya biasanya hitam atau
coklat terang, meskipun sekarang ada yang dibiakkan dengan warna putih atau
Tikus sawah berukuran sedang, cenderung lebih kecil daripada tikus got,
Beberapa ahli memasukkannya sebagai anak jenis dari tikus rumah Rattus rattus
8
(i.e.R.r.argentiventer). tinjauan terakhir menunjukkan tikus sawah merupakan
Tenggara)
Hewan ini adalah jenis hama pengganggu pertanian tanaman utama dan
dilakukan sebelumnya. Hewan ini diketahui cerdas dan sering digunakan dalam
beracun atau pengasapan. Cara yang dianggap alami adalah dengan menggunakan
burung hantu atau ular sawah, namun biasanya dianggap kurang efektif.
mengganggu hama tanaman yaitu tikus, ternyata frekuensi alat yang didapat yaitu
sebesar 40 KHz pada hama tikus. Frekuensi yang yang telah didapatkan untuk
9
membuat hama tikus terganggu ini berbeda dengan literatur yang ada, menurut
mengganggu tikus yaitu pada frekuensi 20 KHz, suara ultrasonik yang digunakan
Sudarminto (1993) yaitu pada frekuensi 40 KHz. Adanya tingkatan frekuensi yang
hewan itu sendiri, yang mengakibatkan bentuk gangguan tersebut pada hewan uji
di tempat yang lain dapat berbeda-beda sehingga sulit untuk diketahui dengan
pasti.
Tikus merupakan hama penting yang menyerang tanaman padi sawah lebak
pada fase pertumbuhan vegetatif. Hama tikus merusak tanaman padi yang berada
di bagian tengah petak pertanaman. Serangan dapat terjadi pada saat tanaman
padi tergenang maupun saat tanaman padi tidak tergenang. Serangan hama tikus
batangnya terpotong.
Akibat dari rebahan batang padi yang bertumpuk itu menyebabkan tunas dari
pangkal batang tidak dapat tumbuh. Kalaupun ada tunas yang tumbuh, jumlahnya
sangat sedikit. Pada umumnya tanaman padi yang diganggu tikus itu tidak dapat
menghasilkan malai sama sekali. Mengapa tikus-tikus itu memotong batang padi
tidak jelas alasannya, karena batang padi yang dipotong tidak dimakannya.
10
Potongan batang padi yang dipotong tikus itu masih utuh dan selalu berada di
tempat tikus itu menyerang tanaman padi. Diduga perilaku tikus memotong
batang padi itu akan menyebabkan giginya menjadi lebih tajam dan dapat
laboratorium
makan dan minum (feeding), merawat diri (grooming), istirahat (sleeping), dan
menggali tanah (digging). Setiap aktivitas tersebut dilakukan tikus sawah dengan
Sikap atau postur badan tikus pada saat keluar-masuk lubang adalah berjalan
maju perlahan dan posisi kepala selalu di depan. Pada lorong lubang yang
menempel kaca kandang perlakuan terlihat tikus sawah berjalan keluar dengan
cara merangkak yaitu bergerak maju dengan bertumpu pada telapak tungkai
depan dan belakang dan perut sedikit diangkat, serta mulai aktif mengendus-
endus ketika berada ±15 cm sebelum mulut lubang. Pada saat kepala dan tungkai
depan sudah di luar lubang, tikus mengendus tanah dan udara dengan lebih cepat
11
dan memeriksa kondisi sekitar dengan posisi kepala tegak dan mengawasi
Aktivitas makan dan minum dilakukan tikus sawah dalam keadaan santai/
rileks. Postur badan pada saat makan adalah setengah berdiri dengan bertumpu
berupa tanaman padi bermalai sehingga tikus berusaha mengambil bulir gabah
dengan melompat (biasanya dari pematang buatan) untuk meraih dan memotong
malai yang diinginkan. Cara lain yang dilakukan tikus adalah dengan memotong
anakan padi pada bagian bawah rumpun padi dan mengambil gabahnya setelah
malai roboh.
3. Mengendus
Aktivitas mengendus terlihat jelas dari gerakan hidung tikus sawah mencium-
cium udara atau tanah, daun telinga tegak dan bergerak-gerak mencari sumber
suara, serta ekor tegang dan terangkat / tidak menempel ke tanah ketika berjalan
maupun saat setengah berdiri. Saat mengendus tanah, tikus berjalan perlahan
4. Mengawasi
12
Tikus sawah diam seperti patung hingga beberapa saat, pandangan fokus ke
satu arah (tidak menoleh kiri-kanan), kepala diangkat lebih tinggi, daun telinga
tegak searah pandangan yang dituju mata, dan ekor terlihat tegang. Aktivitas
Tikus menjilati hampir seluruh tubuhnya pada posisi tubuh setengah berdiri
dengan bertumpu pada tungkai belakangnya. Perilaku ini dilakukan tikus sawah
dalam kondisi rileks/ santai sehingga daun telinga dan ekor terlihat tidak tegang
menjelajah, dan mengendus. Bagian tubuh yang dijilati pada umumnya dimulai
dari kedua tungkai depan, dada hingga perut, punggung dengan cara memutar
kepala ke kiri dan kanan, dan diakhiri dengan mengusap bagian muka dengan
6. Menjelajah
tungkainya, pada permukaan tanah. Pada saat menjelajah, ekor tikus dalam
kondisi tegang dan selalu terangkat. Selama aktivitas tersebut, tikus sawah terlihat
13
penutup kandang perlakuan. Diduga perilaku tersebut muncul karena letak atap
percobaan yang rendah (80 cm) masih memungkinkan tikus meloncat (dari
pematang atau memanjat batang padi lebih dahulu) dan menggapai penutup
kewilayahannya (territorial).
7. Istirahat
Pada saat istirahat, tikus sawah terlihat santai dan bergerak lamban, posisi
badan rebahan dengan bertumpu pada perutnya atau tiduran meringkuk, dan
ekor dilipat ke arah badan. Perilaku ini biasanya didahului aktivitas mengawasi,
istirahat. Tikus betina biasanya masuk lubang sehingga jarang terlihat sedang
tanaman padi.
8. Menggali
Aktivitas menggali tanah dilakukan dengan kedua tungkai depan, dan setelah
adalah posisi badan saat keluar dari dalam lubang. Bagian ekor tikus lebih dahulu
14
keluar dari lubang ketika aktivitas menggali, sedangkan ketika lubang telah dihuni
sebagai sarang maka bagian moncong kepala tikus yang keluar lebih dahulu.
dari lubang sarangnya pada pukul 17:30-18:00 WIB. Pola perilaku yang selalu
dilakukaannya pada setiap hari adalah keluar lubang sarang -mengendus udara -
15
A.2 Hama Serangga Belalang
Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan
sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi) atau karena kepakan sayapnya
sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok
Acrididae, mengalami metamorfosa tidak sempurna yaitu telur, nimpa dan imago
17 – 22 hari, masa nimpa 1 – 1,5 bulan dan belalang dewasa (Kalshoven, 1981).
Menurut Anwar dan Hamim (1998), belalang kembara sangat berbahaya sebab
bila sudah berkembang menjadi dewasa akan bermigrasi dalam populasi besar
hanya padi dan jagung, namun daun tebu, kelapa, daun pisang, sayuran hingga
bambu pun akan dimakannya. Ada tiga fase yang dialami belalang yaitu fase
soliter, transien dan gregoria. Dalam tiga fase ini bisa berbeda bentuk, warna dan
16
kelompok yang dewasa. Setelah menjadi kelompok gregatoria ini yang berbahaya
umumnya adalah serangga individual atau dalam jumlah kecil yang belum
menunjukkan gejala merusak. Suhu yang tinggi dengan kelembaban rendah akan
memacu perkembangan serangga ini. Faktor limitnya adalah hujan lebat dan
Belalang juga merupakan serangga yang selama ini dianggap sebagai hama dan
protein belalang jauh lebih tinggi daripada tepung udang. Tepung belalang kayu
(Melanoplus cinereus) mempunyai nilai protein yang lebih tinggi dari udang windu
sedangkan tepung udang windu hanya 9,846%. Protein mempunyai peranan yang
waktu lama dapat mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan
17
Gambar 2.3 Insekta/serangga Belalang
(Sumber: https://www.khasiat.co.id/daging/belalang.html)
2004).
Dalam kehidupan dan perkembangan koloni belalang, dikenal ada tiga fase,
yaitu : fase soliter, transien dan gregaria. Perubahan fase tersebut dapat
18
Fase soliter adalah suatu fase belalang yang hidup secara individu dan tidak
menjadi kelompok yang cukup besar dan disebut fase transien. Fase transien
dapat berkembang menjadi kelompok belalang dalam jumlah besar yang disebut
fase gregaria atau migratoria dengan kemampuan merusak tanaman yang luar
biasa. Kelompok besar tersebut tidak terjadi dalam waktu yang sikngkat, tetapi
1981).
Pada siang hari belalang dewasa aktif terbang, namun kadang-kadang turun
dan hinggap lalu makan tumbuhan yang dihinggapinya. Pada senja, malam hingga
pagi belalang dewasa tidak terbang (hinggap) dan makan tumbuhan yang
dihinggapinya. Kelompok nimfa selalu berpindah dari satu tempat ketempat lain
tumbuhan yang menjadi tempat bertengger pada waktu sore hari, malam dan pagi
sebelum bermigrasi. Tanaman yang dihinggapi dan dimakan oleh belalang dalam
jumlah besar pada umumnya rusak atau habis dalam waktu dalam waktu yang
sangat singkat. Tanaman padi habis seluruhnya, sedang tanaman jagung hanya
tinggal batangnya.
19
B. Pengendalian Hama
Hama tanaman adalah semua organisme atau agensia biotik yang merusak
merugikan manusia.
tetap dibawah satu tingkatan atau kerugian ekonomi (Widianto, 2002). Strategi
melainkan pembatasan aktivitas hama terhadap daya rusak tanaman. Hasil yang
diharapkan dengan adanya alat ini adalah memanfaatkan hasil yang telah dicapai
Arduino Nano adalah salah satu varian dari produk board mikrokontroller
mikrokontroller Atmega 328 untuk Arduino Nano 3.x dan Atmega168 untuk
Arduino Nano 2.x. Varian ini mempunyai rangkaian yang sama dengan jenis
Arduino Duemilanove, tetapi dengan ukuran dan desain PCB yang berbeda.
Arduino Nano tidak dilengkapi dengan soket catudaya, tetapi terdapat pin untuk
catu daya luar atau dapat menggunakan catu daya dari mini USB port. Arduino
20
Gambar 2.5 Arduino Nano
(Djapri, 2015)
Daya
Arduino Nano dapat menggunakan catudaya langsung dari mini-USB port atau
menggunakan catudaya luar yang dapat diberikan pada pin30 (+) dan pin29 (-)
untuk tegangan kerja 7 – 12 V atau pin 28(+) dan pin 29(-) untuk tegangan 5V.
Memori
Atmega 168 dilengkapi dengan flash memori sebesar 16 kbyte yang dapat
digunakan untuk menyimpan kode program utama. Flash memori ini sudah
dengan flash memori sebesar 32 kbyte dan dikurangi sebesar 2 kbyte untuk
boatloader.
ATmega328 juga dilengkapi dengan SRAM dan EEPROM. SRAM dan EEPROM dapat
digunakan untuk menyimpan data selama program utama bekerja. Besar SRAM
EEPROM untuk ATmega168 adalah 512 b dan untuk ATmega328 adalah 1 kb.
21
Input dan Output
Arduino Nano mempunyai 14 pin digital yang dapat digunakan sebagai pin
input atau output. Pin ini akan mengeluarkan tegangan 5V untuk mode HIGH
(logika 1) dan 0V untuk mode LOW (logika 0) jika dikonfigurasikan sebagai pin
output. Jika di konfigurasikan sebagai pin input, maka ke 14 pin ini dapat
menerima tegangan 5V untuk mode HIGH (logika1) dan 0V untuk mode LOW
(logika 0). Besar arus listrik yang diijinkan untuk melewati pin digital I/O adalah 40
mA. Pin digital I/O ini juga sudah dilengkapi dengan resistor pull-up sebesar 20-50
kΩ. Ke 14 pin digital I/O ini selain berfungsi sebagai pin I/O juga mempunyai fungsi
khusus yaitu :
Pin D0 dan pin D1 juga berfungsi sebagai pin TX dan RX untuk komunikasi data
serial. Kedua pin ini terhubung langsung ke pin IC FTDI USB-TTL. Pin D2 dan pin D3
juga berfungsi sebagai pin untuk interupsi eksternal. Kedua pin ini dapat
terjadi ketika timbul kenaikan atau penurunan tegangan pada pin D2 atau pin D3.
Pin D4, pin D5, pin D6, pin D9, pin D10 dan pin D11 dapat digunakan sebagai pin
PWM (pulse width modulator). Pin D10, pin D11, pin D12 dan pin D13, ke empat
pin ini dapat digunakan untuk komunikasi mode SPI. Pin D13 terhubung ke sebuah
LED.
Arduino Nano juga dilengkapi dengan 8 buah pin analog, yaitu pin A0, A1, A2,
A3, A4, A5, A6 dan A7. Pin analog ini terhubung ke ADC (analog to digital converter)
internal yang terdapat di dalam mikrokontroller. Pada kondisi awal, pin analog ini
22
dapat mengukur variasi tegangan dari 0V sampai 5 V pada arus searah dengan
besar arus maksimum 40 mA. Lebar range ini dapat diubah dengan memberikan
sebuah tegangan referensi dari luar melalui pin Vref. Pin analog selain dapat
digunakan untuk input data analog, juga dapat digunakan sebagai pin digital I/O,
kecuali pin A6 dan A7- yang hanya dpat digunakan untuk input data analog saja.
Fungsi khusus untuk pin analog antara lain : Pin A4 untuk pin SDA, pin A5 untuk
pin SCL, pin ini dapat digunakan untuk komunikasi I2C. Pin Aref digunakan sebagai
pin tegangan referensi dari luar untuk mengubah range ADC. Pin reset, pin ini
digunakan untuk mereset board Arduino Nano, yaitu dengan menghubungkan pin
ini ke ground selama beberapa milidetik. Board Arduino Nano selain dapat direset
melalui pin reset, juga dapat direset dengan menggunakan tombol reset yang
Komunikasi
yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan komputer (PC atau Laptop),
dilengkapi dengan komunikasi serial UART TTL (5V), yang terdapat pada pin D0 dan
pin D1. Board juga dilengkapi dengan sebuah IC FTDI 232 Rl yang dapat
Software Arduino (sketch) yang digunakan sebagai IDE Arduino juga dilengkapi
23
serial sederhana yang dapat dikirim atau diterima dari board Arduino Nano. Led
RX dan TX yang terpasang pada board Arduino Nano akan berkedip jika terjadi
com-port, Arduino Nano juga dilengkapi dengan mode komunikasi I2C (TWI) dan
software Arduino (sketch). Pada menu program, pilih tool – board kemudian pilih
jenis board yang akan diprogram. Untuk memprogram board Arduino dapat
memilih tipe board Arduino diecimila atau duemilanove atau langsung memilih
Arduino Nano tanpa melalui board perantara atau hardware lain. Komunikasi ini
24
D. LCD (Liquid Crystal Display)
LCD (liquid crystal display) adalah suatu jenis media tampilan yang
menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD (liquid crystal display) bisa
(piksel) yang terdiri dari satu buah kristal cair sebagai titik cahaya. Walau disebut
sebagai titik cahaya, namun Kristal cair ini tidak memancarkan cahaya sendiri.
Sumber cahaya di dalam sebuah perangkat LCD (liquid crystal display) adalah
lampu neon berwarna putih dibagian belakang susunan kristal cair tadi. Titik
cahaya yang jumlahnya puluhan ribu bahkan jutaan inilah yang membentuk
tampilan citra. Kutub kristal cair yang dilewati arus listrik akan berubah karena
pengaruh polarisasi medan magnetic yang timbul dan oleh karenanya akan hanya
(Setiawan, 2011)
25
Fungsi dan Konfigurasi Pin
Karakteristik
26
Otomatis reset saat tegangan dihidupkan.
E. IC Regulator 7805
catu daya. Rangkaian catu daya memberikan supply tegangan pada alat
pengendali.
IC regulator terdiri dari 10 buah IC, yaitu LM7805 yang menghasilkan tegangan
DC sebesar 5V. Oleh karena tegangan yang diperlukan pada tiap rangkaian sama,
maka rangkaian catu daya ini mempunyai 10 buah keluaran tegangan DC, yaitu 5V
nano.
27
LM7805 adalah regulator tegangan DC positif yang hanya memiliki 3 terminal,
dirancang untuk keluaran tegangan tetap (5V), akan tetapi ada kemungkinan jika
Fitur Umum :
memadai, dapat memberikan lebih dari 0.5A arus keluaran. Aplikasi yang umum
tegangan linier yang tetap terintegrasi. Keluarga 78xx adalah pilihan yang sangat
populer untuk banyak sirkuit elektronik yang membutuhkan catu daya yang diatur,
dalam keluarga 78xx ini, xx diganti dengan angka dua digit, yang menunjukkan
28
13 volt). Garis 78xx adalah regulator tegangan positif, yang berarti bahwa mereka
dirancang untuk menghasilkan tegangan yang relatif positif untuk kesamaan. Ada
garis terkait perangkat 79xx yang melengkapi regulator tegangan negatif. 79xx
tegangan positif dan negatif dalam sirkuit yang sama, jika perlu.
dan juga menggunakan sirkuit board yang efisien dan nyata. Sebaliknya,
IC seri 7805 memiliki perlindungan body pada circuit yang memiliki banyak
power. IC seri 7805 juga memiliki perlindungan terhadap panas dan sirkuit
pendek, membuat IC ini cukup kuat dalam sebagian besar aplikasi. Dalam
beberapa kasus, pada pembatas arus fitur dari perangkat 7805 dapat
untuk bagian lain dari dalam sirkuit yang digunakan, juga mampu
29
F. Buzzer Piezoelektrik
sinyal listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, Buzzer yang merupakan
sebuah perangkat audio ini sering digunakan pada rangkaian anti-maling, Alarm
pada Jam Tangan, Bel Rumah, peringatan mundur pada Truk dan perangkat
Efek Piezoelectrik (Piezoelectric Effect) pertama kali ditemukan oleh dua orang
fisikawan Perancis yang bernama Pierre Curie dan Jacques Curie pada tahun 1880.
menjadi Piezo Electric Buzzer dan mulai populer digunakan sejak 1970-an.
Jenis buzzer yang sering ditemukan dan digunakan adalah buzzer yang berjenis
seperti lebih murah, relatif lebih ringan dan lebih mudah dalam
getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir
sama dengan loud buzzer, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang
pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi
elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari
arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma
maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak- balik
30
Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah selesai atau
terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm). Buzzer adalah perangkat
elektronika yang terbuat dari elemen piezoceramics pada suatu diafragma yang
Gambar 2.9 Bentuk dan struktur dasar dari sebuah Piezoelectric Buzzer
(Sumber : https://teknikelektronika.com/wp-
content/uploads/2016/04/Pengertian-Piezoelectric-Buzzer-dan-Cara-Kerja-
Buzzer.jpg.22079)
31
Jika dibandingkan dengan Speaker, Piezo Buzzer relatif lebih mudah untuk
menggunakan output langsung dari sebuah IC TTL, hal ini sangat berbeda dengan
kisaran 1 – 5 kHz hingga 100 kHz untuk aplikasi Ultrasound. Tegangan Operasional
Piezoelectric Buzzer yang umum biasanya berkisar diantara 3 Volt hingga 12 Volt.
G. Frekuensi Ultrasonik
Ultasonik adalah suara atau getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk
bisa didengar oleh telinga manusia, yaitu kira-kira di atas 20 KHz. Hanya beberapa
suara (sonik).
Gelombang ultrasonik dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas.
dengan permukaan padat, tapi pada tekstil dan busa, maka jenis gelombang ini
akan diserap.
elektronik dihasilkan oleh getaran elastis dari sebuah kristal kuarsa yang
32
dipakaikan (efek piezoelektrik). Kadang gelombang ultrasonik menjadi tidak
periodik yang disebut derau (noise), dimana dapat dinyatakan sebagai superposisi
sangat besar. Kelebihan gelombang ultrasonik yang tidak dapat didengar, bersifat
langsung dan mudah difokuskan. Jarak suatu benda yang memanfaatkan delay
gelombang pantul dan gelombang datang seperti pada sistem radar dan deteksi
𝐸 = 𝐸𝑝 + 𝐸𝑘 … … … … … … … … (2.1)
ultrasonik (I) adalah energi yang melewati luas permukaan medium 1 m2/s
1 1
𝐼= 𝑝 𝑉 𝐴2 (2𝜋𝑟)2 = 𝑍 (𝐴 𝑤 2 ) … … … … … … … … . . (2.2)
2 2
Dengan :
33
v = kecepatan gelombang ultrasonik (m/s2)
F = frekuensi (Hz)
V = Volume (m3)
frekuensi
medium ke medium lainnya, energi yang dipindahkan sebagai energi getaran dari
partikel ke partikel pada medium tersebut. Besarnya energi yang dibawa partikel
tersebut adalah :
1
𝐸= 𝑘 𝐴2 … … … … … … … … … . (2.3)
2
4𝜋 2 𝑚
Dengan : k = konstanta = = 4𝜋 2 𝑚𝑓 2
𝑇2
T = periode (s)
kemudian :
𝐸 = 2𝜋 2 𝑚 𝑓 2 𝐴2 … … … … … … … … … . . (2.4)
34
S = luas permukaan penampang lintang yang dilalui gelombang (m2)
t= waktu (s)
maka :
𝐸 = 2𝜋 2 𝑝 𝑆 𝑣 𝑡 𝑓 2 𝐴2 … … … … … … … … … . (2.5)
Dari persamaan 2.5 diperolehg hasil bahwa energi yang dibawa oleh
𝐸
𝑃= = 2𝜋 2 𝑝 𝑆 𝑣 𝑓 2 𝐴2 … … … … … … … … … . (2.6)
𝑡
permukaan yang tegak lurus terhadap aliran energi (Glancoli, 1998), maka :
𝑃
𝐼= = 2𝜋 2 𝑝 𝑣 𝑓 2 𝐴2 … … … … … … … … … … (2.7)
𝑆
semua arah dalam arah tiga dimensi. Gelombang ultrasonik merambat keluar,
energi yang di bawanya tersebar ke permukaan yang makin lama makin luas,
35
karena merambat dalam arah tiga dimensi, maka luas permukaan merupakan
𝑃
𝐼= … … … … … … … … . (2.8)
4𝜋𝑟 2
1
𝐼= … … … … … … … … . . (2.9)
𝑟2
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan pada bulan Mei sampai
Juli 2018 di Laboratorium Teknik Tenaga Listrik Workshop Politeknik ATI Makassar
dimulai dengan tahap persiapan yaitu merangkai alat serta bahan-bahan dan
Pembuatan jalur pada PCB dengan bantuan laptop atau komputer kemudian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu sistem yang
terdiri dari perangkat yang diteliti. Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
B.1 Alat :
a. Sumber tegangan
b. Solder
d. Osiloskop
37
e. Multimeter
f. Gunting
g. Tang potong
h. Timah
i. Stopwatch
j. Kamera
k. Gurinda
B.2 Bahan :
c. Resistor
d. IC (integrated Circuit)
e. Transistor
f. Potensiometer
g. Buzzer
h. Kabel jumper
i. Aklirik
38
Gambar 3.10 Skematik rangkaian alat pengusir hama tanaman
C.1 Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat experimental murni (pure
eksperimental) dengan kondisi skala laboratoris dan merancang dan merakit alat
39
D. Metode Perancangan
dapat mengeluarkan bunyi (20 Khz – 80 KHz) dan dapat didengar oleh pusat
Pada tahap perancangan alat ini saya menemukan ide untuk membuat
yang pernah dibuat sebelumnya. Adapun rangkaian yang akan dibuat adalah
Fungsi dari rangkaian ini adalah untuk memberikan efek gelombang ultrasonik
pada hama tersebut sehingga pertanian dan tanaman dapat terhidar dari serangan
hama yang dapat merusak tanaman serta ekosistem persawahan pada pertanian.
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah setiap perlakuan yang
diberikan terdiri dari 5 ekor tikus putih dan 10 sampel belalang dengan
reflikasi/ulangan tiga kali dan yang diamati dari perlakuan ini adalah pengaruh
hama tersebut.
40
D.2 Perancangan Hardware
tentang proses pembuatan dan perakitan rangkaian alat pengusir hama tanaman
serta pengecekan rangkaian sampai selesai dan siap untuk di uji coba dan
diaplikasikan.
frekuensi.
41
Mulai
Pengumpulan
Data
Menentukan Spesifikasi
Rancangan
Perancangan Perancangan
Hardware Software/Program
Tidak
Pengujian
Tidak Software,
Bagus?
Pengujian
Hardware,
Bagus? Ya
Implementasi
Program
Ya
Integrasi Sistem
Tidak
Uji sistem
keseluruhan,
bagus?
Ya
End
42
Studi Literatur
Perancangan Alat
Menggambar Rangkaian
Menggambar Manual
dengan bantuan PC
Print/cetak Rangkaian
Perakitan Alat
Pengujian Alat
E. Variabel Penelitian
; 100 cm, 200 cm dan 300 cm serta lama pemaparan ; 1 jam, 2 jam, dan 3
jam.
43
Variabel terikat : pola perilaku dan pola makan; jumlah yang pasif.
Metode pengukuran yang diambil pada penelitian ini ialah dengan mengukur
ultrasonik pada objek dengan menggunakan alat ukur seperti multimeter digital,
osiloskp dan power suplai. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan
c. Tahap Pengumpulan dan Pengujian, pada tahap ini akan dibuat sebuah
pengujian yakni :
44
3. Tahap pengujian sistem terintegrasi yakni memasang seluruh
dengan pengambilan sampel 5 ekor tikus dan 10 belalang dengan setiap perlakuan
makan pasif dan gerak pasif tikus dan belalang dengan melihat frekuensi,
G. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan ialah pembuatan tabel untuk mencatat
45
BAB IV
frekuensi dengan jangkauan antara 20-80 kHz sesuai dengan jangkauan suara yang
dimiliki oleh hama tersebut. Pancaran gelombang ultrasonik ini akan melepaskan
Rangkaian Pembangkit
Sumber Tegangan/Supply
Gelombang Ultrasonik
Pemancar/Transmiter
Gelombang Ultrasonik
46
Gambar 4.14 Gelombang yang dihasilkan pada alat pengusir hama
Pengujian yang dilakukan terdiri atas 2 tahap, yaitu pengujian frekuensi dan
fungsi alat, yaitu melihat efek gelombang ultrasonik terhadap hama. Objek
cara merekam tingkah laku hama dengan alat perekam video yang telah dipasang.
47
Kandang hama/objek
48
Pengujian ini bertujuan untuk mengamati hama merasa terganggu jika terkena
gelombang ultrasonik.
49
B.1 Pengujian gelombang ultrasonik terhadap hama tikus dengan jumlah sampel 5 ekor
Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Pemberian Gelombang Ultrasonik terhadap Tikus Putih
Jarak Lama
Frekuensi Jumlah hama yang masuk
Percobaan sumber paparan Perilaku hama tikus (Rattus Norvegicus) dalam kandang
(KHz) perangkap
(cm) (jam)
1 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
100 2 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
3 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
1 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
1 40 200 2 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
3 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
1 Makan, bergerak kekanan dan kekiri 1
300 2 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
3 Makan, bergerak kekanan dan kekiri -
1 Bergerak menjauhi sumber gelombang 3
100 2 Terganggu, memanjat berusaha untuk keluar 3
3 Terganggu, memanjat berusaha untuk keluar 3
1 Bergerak menjauhi sumber gelombang 3
2 45 200 2 Terganggu, memanjat berusaha untuk keluar 3
3 Terganggu, memanjat berusaha untuk keluar 3
300 1 Bergerak menjauhi sumber gelombang 3
2 Bergerak menjauhi sumber gelombang 4
3 Bergerak menjauhi sumber gelombang 4
3 50 100 1 Bergerak menjauhi sumber gelombang 4
50
2 Bergerak kekanan dan kekiri -
3 Bergerak kekanan dan kekiri -
1 Bergerak kekanan dan kekiri -
200 2 Bergerak kekanan dan kekiri 1
3 Memanjat -
1 Bergerak kekanan dan kekiri -
300 2 Bergerak kekanan dan kekiri -
3 Memanjat -
1 Bergerak kekanan dan kekiri 1
100 2 Bergerak kekanan dan kekiri -
3 Bergerak kekanan dan kekiri -
1 Bergerak kekanan dan kekiri -
4 55 200 2 Memanjat dan makan -
3 Memanjat dan makan -
1 Bergerak kekanan dan kekiri 2
300 2 Memanjat dan makan -
3 Bergerak kekanan dan kekiri -
1 Memanjat dan makan 1
100 2 Memanjat dan makan -
3 Bergerak kekanan dan kekiri -
1 Bergerak kekanan dan kekiri -
5 60 200 2 Memanjat dan makan -
3 Bergerak kekanan dan kekiri -
1 Bergerak kekanan dan kekiri -
300 2 Bergerak kekanan dan kekiri --
3 Memanjat dan makan
51
Terganggunya aktivitas tikus putih (Rattus Norvegicus) akibat pemaparan
100 cm dan lama pemaparan gelombang ultrasonik 2 jam sampai 3 jam tersebut
tempat persembunyian dan perilaku tikus putih berusaha untuk menjauhi sumber
gelombang, pada dasarnya pengaruh yang ditimbulkan pada frekuensi 45 KHz ini
menimbulkan pengaruh pola perilaku yang cukup signifikan dilihat dari hasil
pengamatan dan analisa pergerakan tikus yang cenderung pasif/diam. Dan hal ini
Semakin dekat jarak sumber gelombang ultarsonik maka intensitas dan energi
ultrasonik yang keluar dari buzzer merambat keluar ke semua arah. Gelombang
Pernyebaran energi tersebut semakin lama semakin luas karena merambat dalam
52
C. Pengujian Alat Terhadap Serangga Belalang dengan jumlah sampel 10 ekor
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Pemberian Gelombang Ultrasonik terhadap Serangga Belalang
53
300 3 7
100 2 8
2 200 2 8
300 3 7
100 1 9
3 200 - 10
300 - 10
100 3 7
1 200 4 6
300 4 6
100 3 7
4 55 2 200 4 6
300 5 5
100 2 8
3 200 3 7
300 3 7
54
Pengujian Alat Terhadap Serangga Belalang dengan jumlah
sampel 10 ekor
10
8
Jumlah belalang pola makan pasif
5
pola makan pasif pada belalang
4
0
40 45 50 55
Frekuensi (KHz)
Gambar 4.18 grafik pengaruh frekuensi dan lama paparan terhadap belalang
hama belalang bergantung pada besarnya frekuensi, jarak sumber dan lama
diatas yakni pada frekuensi 40 KHz, 45 KHz, 50 KHz, dan 55 KHz dan pengaruh jarak
sumber 100 cm, 200 cm dan 300 cm serta pengaruh lama pemaparan gelombang
55
ultrasonik 1 jam, 2 jam dan 3 jam setelah dilakukan uji analisis variasi untuk
frekuensi 50 KHz, jarak 100 cm dan lama pemaparan gelombang ultrasonik 2 jam
sampai 3 jam, sudah memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pola
dengan jarak 100 cm menegaskan bahwa pola perilaku makan pasif belalang
selama pemaparan 2 jam sampai 3 jam cenderung bersifat pasif. Hal ini
frekuensi 50 KHz ini sudah mempengaruhi struktur organ jaringan sel belalang
bersifat pasif/diam.
frekuensi 50 KHz ini terhadap pola makan pasif belalang disebabkan bahwa jarak
lainnya.
56
D. Hubungan frekuensi, intensitas gelombang ultrasonik dan jarak sumber
Intensitas
Frekuensi Jarak gelombang
No
(KHz) (cm) ultrasonik
(w/m2)
100
1 40 200 2,448 x 107
300
100
2 45 200 2,443 x 107
300
100
3 50 200 2,443 x 107
300
100
4 55 200 2,429 x 107
300
adalah :
Jika frekuensi gelombang ultrasonik dari trasduser yang digunakan adalah : 40 KHz,
57
Untuk f = 40 KHz = 40.000 Hz
340 340
A40 = = = 135 x 10-5 m
2 (3,14)(40.000) 251200
Energi gelombang
𝐸 = 2𝜋2mf2A2
Frekuensi 40 KHz
Atau E = ½ kA2
1.5
(W/m2)
1 intensitas
gelombang
0.5
ultrasonik (W/m
0
40
45
50
55
Frekuensi (KHz)
58
Sesuai tabel dan grafik diatas dapat simpulkan bahwa semakin tinggi nilai
frekuensi yang diberikan maka semakin kecil intensitas gelombang ultrasonik yang
didapatkan.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bisa diterapkan sebagai alat pengusir hama tanaman yaitu hama tikus dan
sistem osilator gelombang ultrasonik yakni antara 20 KHz sampai 80 KHz. Efek yang
hama tikus dan belalang yakni dapat menganggu aktivitas dan pola perilaku makan
pasif, sehingga kedua hama tersebut bersifat responsif dan protektif terhadap
sumber gelombang.
atau keadaan hama tikus, sedangkan pada hama belalang mengalami pola perilaku
makan pasif pada frekuensi 50 KHz pada jarak dan waktu pemaparan yang sama
yakni 100 cm dan 2 jam sampai 3 jam waktu pemaparan gelombang ultrasonik .
60
Semakin dekat jarak hama ke sumber gelombang maka akan semakin
sumber gelombang maka akan semakin kurang pola gerak pasif pada hama.
B. Saran
terus meningkat.
61
DAFTAR PUSTAKA
Agusdian, R., Rakhmadi, F. A., dan Widayanti., 2016, Sistem Proteksi Tanaman Padi
Serangan Hama Wereng Menggunakan Gelombang Ultrasonik Dan
Penunjuk Arah Angin, Jurnal Fisika Sains Dan Teknologi, (2)3,11-13.
Agus Wahyana Anggara, Dedy Duryadi Solihin, Wasmen Manalu, dan Irzaman.
2015. Ethogram Perilaku Alami Individu Tikus Sawah (Rattus argentiventer,
Robinson & Kloss, 1916) dalam Laboratorium. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. Sukamandi Subang Jawa Barat : Institut Pertanian Bogor.
Alamsyah, W., Nurhilal, O., Mindara, J. Y., Saad, A. H., Setianto., dan Hidayat. S.,
2017, Alat Penangkap Hama Denngan Metode Cahaya UV Dan Listrik Panel
Surya, Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika, (1)1,37-44.
Anonimous. 1996.
Anwar & Hamim. 1998. Mengidentifikasi Jenis dan Sifat Hama. Jakarta : SMK
Pertanian.
Aplin, K. P., Brown, P. R., Jacob, J., Krebs, C.J. & Singleton, G. R. (2003). Field
Methods for Rodent Studies in Asia and the Indo-Pacific. Canberra: CSIRO.
Cameron Jhon R, Skofronick James G, 1978. Medical Physics, New York : John Wiley
& Sons Inc.
Hasyim, A.dkk. 2010. Efikasi dan Persistensi Minyak Serai Wangi sebagai
Biopestisida terhadap Helicoverpa armigera. Balitsa Lembang Bandung.
Kalshoven, L. G. E., 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Translated
By P.A Van der Laan. Jakarta : PT.Ichtiar Baru-Van Hoeve.
62
Priyambodo, Swastiko. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Penebar
Swadaya Jakarta.
Suhiyar, A. B., Pamulang, L. A., dan Pragoyo, A., 2014, Ozcel (Oz Care And Clean)
Pengembangan Alat Dan Pembasmi Hama Menggunakan Ozonisasi
Sebagai Upaya Pengganti Pestisida Pada Pertanian., Jurnal Pelita, (9)1,25-
28.
Waluyo, A. E., Najib, M. I. A., Jalil, A. J., Santoso, A., dan Fiati, R., 2016, Rancangan
Bangun Prototype Panel Surya Sebagai Alat Pengusir Hama Burung, Jurnal
Teknik Informatik, (1)2,1–4.
Yusianto, R., 2014, Alat Pengendali Hama Wereng Coklat Dengan Baling-baling
Mekanik Dan Corong Penyedot, Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi
Terapan, (1)1,225-227.
https://mitalom.com/wp-content/uploads/2016/11/Gambar-Hama-Tikus
Sawah.jpg (Diakses pada tanggal 25 Juni 2018)
63
https://electronicsforu.com/resources/learn-electronics/7805-ic-voltage-
regulator dan http://kurotsuki82.blogspot.com/2015/10/kelebihan-dan-
kelemahan-ic-regulator-lm.html (Diakses pada tanggal 25 Juni 2018)
https://teknikelektronika.com/wp-content/uploads/2016/04/Pengertian-
Piezoelectric-Buzzer-dan-Cara-Kerja-Buzzer.jpg.22079 (Diakses pada
tanggal 29 Juni 2018)
https://krisnaenergi.com/wp-content/uploads/2014/05/img01170- 20121020-
10481-300x225.jpg (Diakses pada tanggal 30 Juni 2018)
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/149/jtptunimus-gdl efendiabdu-7401-3-
babii.pdf (Diakses pada tanggal 30 Juni 2018)
http://infoperlintanmplk.blogspot.com/2011/03/migratory-locust-belalang-
kembara.html (Diakses pada tanggal 30 Juni 2018)
64
LAMPIRAN
65
66
50