HASIL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mengikuti Seminar Hasil Pada
Jurusan/Program Studi Ilmu Sejarah
OLEH:
FIKIANTI
N1C1 16 059
KENDARI
2023
HALAMAN PERSETUJUAN
Jurusan/Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.
Kendari, 2023
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Dr. Aslim.S.S.M.Hum
NIP. 19710428 200012 1 001
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa. Karena atas rahmat, taufik, kekuatan, dan hidayah-Nya yang telah
dilimpahkan kepada penulis, sehingga Hasil Penelitina ini yang berjudul “Sejarah
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo. Dalam penyusunan Hasil
ini tidak terlepas dari bantuan kedua orang tua yaitu ayahanda Alm.Lapiliha dan
dukungan moril maupun materil dan turut berpartisipasi dalam proses penelitian.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Tak Lupa pula penulis
ucapkan rasa terima kasih dengan sepenuh hati kepada kedua pembimbing saya,
bimbingan, arahan dan motivasi kepada saya sehingga skripsi ini dapat
yakni kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si.,M.Si., M.Sc, selaku Rektor
2. Bapak Dr. Akhmad Marhadi, S.Sos, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu
v
3. Bapak Dr. Aslim, S.S., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
4. Ibu Faika Burhan. S.S.MA sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Sejarah yang telah memberikan bekal
6. Staf Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.
7. Kepada keluarga besarku La Ode Baga,S.Pd, Laode Fida dan Golkar S.Pt,
Astrid Pradana Putri,Nurmala Putri dan Panji Saputra yang turut serta
yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan dukungan dan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
ABSTRAK............................................................................................................iii
ABSTRACK.........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................6
A. Kerangka Konseptual................................................................................7
B. Kerangka Teoritis......................................................................................13
C. Tinjauan Historiografi...............................................................................14
vii
C. Metode Penelitian......................................................................................18
C. Benteng Lasaidewa....................................................................................29
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................35
B. Saran..........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
macam etnis dengan latar belakang budaya, kepercayaan, adat istiadat yang
perjalanan hidupnya dari waktu kewaktu.Hal ini ditandai dengan berbagai bukti
dan hasil kreasi sebagai peninggalan yang corak dan ragamnya sangat ditentukan
atau diwarnai oleh situasi dan kondisi yang terjadi pada zamanya.
masyarakat Indonesia bukan saja dalam bentuk artefak seperti candi, keratin,
prasasti dan bangunan masa lampau lainnya tetapi ditandai juga oleh beragamnya
kretivitas akal budi masyarakat Nusantara dalam bentuk tradisi tertulis (naskah)
dan tradisi lisan (Taalami, 2008:1). Hal yang diuraikan diatas merupakan hasil
sebagai bangsa yang berbudaya dan sebagai masyarakat yang memiliki peradaban
tinggi.
1
Budaya adalah keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia
Dalam pengertian ini budaya adalah suatu pedoman atau pegangan untuk
diantaranta adalah sebagai beriku: (1) Candi, meupakan bangunan kuno yang
dibuat dari batu, fungsi bangunan candi yaituuntuk memuliakan raja yang telah
meninggal dunia. Beberapa candi yang ada di Indonesia yaitu, Candi Borobudur
di Magelang Jawa tengah, Candi Padas di Tmpak Siring Bali’ Candi Kidal di
Malang Jawa Timur, Candi Sewu di Magelang Jawa Tengah, Candi Prambanan
di Klaten Jawa Tengah, Candi Tikus di Mojokerto Jawa Timur. (2) Benteng,
dari peninggalan Belanda, Portugis dan Spanyol pada masa penjajahan. Beberapa
benteng yang ada di Indonesia yaitu, antara lain: Benteng Inang Bale di Aceh,
2
lainnya yang diatas didalamnya terdapat benda-benda kepurbakalaan serta
sebagai perwujudan pertahanan diri dari serangan dan ancaman musuh, sekalipun
mempunyai karakter yang sama. Sebagian benteng dibangun karena alasan hanya
yang lain dibangun karena desakan masa yang dialaminya, seperti adanya
musuh dari luar yang hendak menyerang merebut kekuasaan atau menjajah
wilayah tersebut.
dan tidak terkecuali Sulawesi Tenggara. Sulawesi Tenggara adalah salah satu
tersebut telah meninggalkan beberapa bukti sejarah yang belum diketahui serta
Benteng Lasaidewa adalah sebuag benteng yang dibangun diatas bukit dan
3
admistrasi berada di Desa Gumanano, Kecamatan Mawasangka, dan secara
Lokasi benteng saat ini berada di dalam hutan yangb tidak jauh dari kantor
roda dua kurang lebih 5 menit dari kantor desa Gumanano kemudian dilanjutkan
pemukiman yang sengaja dibuat menggunakan bahan batuan yang diperoleh dari
penyipanan logistic.
batu gamping dengan bentuk persegi panjang yang tiap sisinya memiliki ukuran
tinggi yang berbeda-beda yang menyesuaikan dengan kontur tanah. Ukuran tinggi
benteng terdiri dari susunan batu diding benteng, makam memiliki ukuran
panjang 1,28 m dan lebar 32 cm. sebaran moluska yang terdapat dibenteng
4
terdapat dibenteng Lasaidewa memiliki ukuran yang lebih besar dan juga beragam
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
2. Batasan spasial, yang menjadi lokasi penelitian ini adalah wilayah desa
D. Tujuan Penelitian
5
Berdasarkan penjelasan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi
E. Manfaat Penelitian.
berikut:
1. Manfaat teoritis
b. Dapat dijadikan sebagai literature atau dokumen sejarah bagi para penulis dan
2. Manfaat Praktis
6
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
A. Kerangka Konseptual
1. Konsep Benteng
penjelasan diatas dapat diakatakan bahwa sebuah benteng dibangun atas dasar
pengertian dasar tentang benteng maupun fungsi dan peranannya. Jika dilihat dari
motif pembangunan sebuah bentenng maka dapat dikemukakan dua prinsip yaitu:
a. Pendirian benteng adalah untuk mempertahankan diri atas serangan dari luar
yang ada pada masa itu, seperti yang dijelaskan (Robinson 2005:119) bahawa
7
proyek pembangunan benteng pertahanan mereka bukanlan kerja yang
bertambah sedikit demi sedikit sesuai sasaran pada kebutuhan saat itu.
sebuah benteng bahwa keberadaan dan konsep suatu benteng dalam dimensi
dan pemerintah dalam menjelaskan setiap agenda atau tujuan yang akan
dijalankan secara bersama-sama juga yang paing terpenting adalah sebagai pusat
terlepas dari maksud dan tujuan bersama yakni sebuah kesimpulan bahwa apa
yaitu selain sebagai pusat pemerintah keamanan, tempat pengintaian musuh juga
darat dan sungai atau persilangan antara jalur darat dan laut. Penjelasan tersebut
8
posisi strategis agar dapat berfungsi maksimal mengingat aktivitas masyarakat
pembangunan benteng selalu berada disekitar wilayah dekat pantai dan hanya
sebagai tempat atau pusat pemerintah, perthanan pemukiman, tempat para raja
Istilah pertahanan dan keamanan adalah dua konsep yang saling berkaitan
(hubungan timbal balik) antara satu dengan yang lainnya. Artinya untuk
menciptakan suatu kondisi bangsa dan Negara yang aman hanya dapat dicapai
tantangan dan gangguan baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar,
dimaksudkan untuk menciptakan kondisi bangsa dan Negara yang aman dan
9
Secara etimologi pertahanan mengandung pengertian yaitu sebagai
perlindungan untuk mempertahankan diri yang dilakukan oleh suatu daerah atau
(Poerwadarminta,1984:246)’
tujuan, karena itu kita harus memahami suatu konsep pertahanan. Pertahanan
adalah pikiran umum tentang siapa musuh, dimana akan terjadi perang, bila
manakah perang akan dilakukan dan tujuan-tujuan apa yang harus dicapai dalam
perang itu.
serangan musuh dari arah timur.Sementara itu, Tiworo dan Muna menjaga
keamanan kerajaan dari arah barat.Kedudukan keempat Barata itu juga merupakan
asal atau daerah taklukan yang memberikan keuntungan bagi Buton (Zuhdi,
2010:121).
proses terbentuknya sistem pertahanan dan keamanan dari suatu daerah muncul
dari daerah itu sendiri yang menginginkan stabilitas yang aman, maka tampak
10
bahwa pertahanan secara fisik benteng dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan
hidup suatu daerah dan salah satu bukti upaya untuk pertahanan suatu daerah
untuk mencapai kondisi yang dinamis dan stabil dalam mewujudkan ketahanan
nasional yang tangguh dapat ditentukan oleh upaya manusia untuk melindungi
dirinya dari ancaman baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam.
Matana Sorumba (mata jarum) yaitu empat lascar pertahanan, yang lebih
empat tempat kampong yang berada ditapal atau batas wilayah utama Kesultanan
Buton. Mereka ini adalah masyarakat Buton yang terpilih dan ditempatkan
sebagai prajurit utama diluar istana Keraton Wolio yang ditugasi mengawal dan
sebagai berikut:
11
4. Konsep Pemukiman
suatu tujuan tertentu. Apabila dikaji dari segi makna, pemukiman berasal dari
umat manusia, sebab dengan adanya pemukiman ini maka manusia dapat bertahan
hidup dari berbagai tantangan alam maupun serangan hewan buas.Sejarah telah
sederhana yakni tinggal diceruk, gua dan lalu sesuai dengan perkembangan
(Rismaya,2014:10)
Pemukiman secara fisik tidak terbatas pada tempat tinggal saja, tetapi
merupakan suatu kesatuan sarana dan prasarana terstruktur hubungan ini saling
oleh karena itu kegiatan manusia pada lingkungan pemukiman mempunyai pola-
pemukimn memiliki bentuk tersendiri dengan kekuatan non fisik yang tumbuh
12
fisik lingkungannya, salah satu faktor yang berpengaruh adalah sistem budaya.
(Rismaya,2014:11)
pemukiman sepanjang pantai, laut, aliran sungai dan jalan biasanya berbentuk
teraturserta memiliki prasarana, utulitas dan fasilitas yang cukup baik. (2)
B. Kerangka Teoritis
tempat berlindung atau bertahan diri dari serangan musuh dan hanya rakyat
bersembunyi didalam bentenglah yang selamat. Pendapat ini juga diperkuat oleh
oendapat Eko Endarmoko (2007:75) bahwa benteng adalah suatu bangunan untuk
pengertian dasar tentang benteng maupun fungsi dan peranan. Jika dillihat dari
13
1. Pendirian benteng adalah untuk mempertahankan diri dari serangan musuh
bertahanhan dari serangan musuh baik manusia maupun hewan. Bangunan itu
dapat berupa dinding (satu sisi, dua sisi, tiga sisi, empat sisi, ataupu lebih) dan
C. Tinjauan Historiografi
lampau yang memiliki daya tarik tersendiri untuk dibicarakan dan ditampilkan
agar mmasyarakat sekarang secara umum dapat mengetahui bahwa pada kurun
waktu sekian dimasa lampau sudah mampu menyatakan potensi akal mereka
ketika muncul suatu hal yang dapat membahayakan stabilitas keamanan wilayah.
bukti hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya,
14
mengenai beberapa peninggalan fisik bersejarah khususnya penelitian tetang
benteng.
latar belakang dan fungsi pembangunan benteng Patua adalah sebuah bukti fisik
sebuah wilayah dari para bajak laut Tobelo (Sanggila) yang menggunakan perahu
dipinggir pantai atau dibukit-bukit yang ditunjukan agar lebih mudah mengintai
belakang dan tujuan pembanguana Talo-Talo sangat berkaitan erat dengan strategi
pertahanan dan keamanan serta pemukiman, guna melindungi rakyat didaerah ini
dari serangan musuh yang berasal dari kerajaan/kesultanan Ternate yang terdiri
15
Zainuddin (3003), melakukan penelitin tentang “Fungsi Benteng Lipu di
Pulau Kadatua Pada Masa Kesultanan Buton” hasil penelitian ini memberikan
strategi dalam mempertahankan diri dari serangan musuh yang lebih menonjol
yaitu adanya tingkat pengetahua, keterampilan dan kemampuan berfikir pada saat
itu yang teraktualisasi dalam bentuk konstruksi benteng yang tersusun rapi, rapat
dan kokoh tanpa menggunakan semen atau bahan perekat lainnya seperti
sekarang.
latar belakang pembuatan dan fungsi dari benteng tersebut. Sehingga peneliti
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mawangka Kabupaten Buton Tengah Povinsi Sulawesi tenggara pada bulan Juni
penelitian sejarah yaitu domain peristiwa, domain struktur dan domain strukturis.
domain yaitu domain peristiwa dan domain struktur sebagai satu kesatuan yang
17
C. Metode Penelitian
Kuntowijoyo (2013:69) yang terdiri dari lima tahapan yaitu: (1) pemilihan
1. Pemilihan Topik
Dalam pemilihan topik, penulis memilih topik yang ada kaitannya dengan
sejarah. Adapun dua topik yang dipilih dalam pertimbangan dua hal yaitu:
a. Kedekatan Intelektual
b. Kedekatan Emosional
ini belum ada yang mengkaji secara ilmiah, sumber-sumber yang diperlukan
18
2. Heuristik Sumber
a. Bahan saumber
1. Sumber tertulis, yaitu yang diperoleh dari berbagai literatur dalam berbagai
bentuk seperti buku-buku, laporan hasil penelitian dan serta sumber tertulis
2. Sumber lisan, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
3. Sumber artefak, yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan mengenai
b. Studi Penelitian
1. Studi dokumen yaitu studi teknik pengumpulan data dengan cara mengkaji
data atau sumber-sumber tertulis yang relevan dengan judul penelitian ini. Hal
3. Studi artefak, yaitu teknik pengumpulan data visual yang dilakukan dengan
4. Studi lisan, yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang
19
dalam penelitian ini maka peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat
3. Verifikasi
Pada tahap ini, penulis melakukan verifikasi terhadap sumber yang telah
sumber yang didapatkan. Dalam hal ini dilakukan analisis terhadap sumber
data dengan cara meneliti sifat-sssifat luarnya sehingga diperoleh data yang
adalah suatu penelitian atas asal usul dari sumber suatu pemeriksaan atas
catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang
mungkin dan untuk diketahui apakah pada suatu waktu sejakasal mulanya
b. Krtik internal, yaitu yang dilakukan untuk mengetahui kredibiitas isi sumber
dukungan secara bebas dari oranng lain yang juga menyaksikan peristiwa
20
4. Interpretasi Sumber
dengan masalah yang diteliti. Pada bagian yang diinterpretasi otentitas atau
dihubungkan antara data yang satu dengan yang lainnya sehingga didapatkan
fakta sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya secara ilmiah yang didapatkan
fakta sejarah.
5. Historiografi
sejarah.Pada bagian ini penulis melakukan penyusunan yang relefan dan mudah
peneliti melakukan kegiatan analisis dan sistem terhadap informan sejarah yang
ada, serta telah lolos dari kritik shingga menjadi karya tulis ilmiah yang dapat
dipertanggung jawabkan.
21
BAB IV
Pulau Muna memanjang dari utara ke Selatan antara 0,50 06’-050 36’LS dan
membentang dari barat ke timur antara 1210 52’ -1220 42’BT. Kabupaten Buton
Tengah terdiri atas tujuh kecamatan yang terbagi atas dua karakteristik yaitu
22
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Buton Tengah adalah sebagai berikut:
Bentang alam, wilayah Kabupaten Buton Tengah terbagi ke dalam dua bagian
yakni daratan dan lautan dengan wilayah daratnya berada di Pulau Muna bagian
selatan dan Pulau Kabaena bagian selatan dengan luas keseluruhan ±958,31 km2.
berkenaan dengan batas perairan daerah di sekitarnya. Namun secara kasar, luas
wilayah laut dari Kabupaten Buton Tengah diperkirakan mencapai ±1.377,76 km.
73762. Pekerjaan utama Gumanano tiap harinya sebagai nelayan dan pembuat
23
Gambar 4.2 peta Kecamatan Mawasangka
sulitnya aksesbilitas untuk mencapai daerah tersebut dan rentan kontrol yang
terlalu jauh dari wilayah Buton Tengah dengan pusat ibukota kabupaten Buton
yang berada di Pasar Wajo Daerah Buton Tengah juga merupakan bekas
wilayah Kerajaan dan Kesultanan Buton yang telah eksis sejak zaman dulu
(Buton Tengah Dalam Angka, 2018). Daerah Buton Tengah merupakan bekas
wilayah Kerajaan dan Kesultanan Buton yang telah eksis sejak tahun 1538.
Tujuh (sekitar tahun 1610), yakni undang-undang Kesultanan Buton pada masa
24
Kesultanan Buton terdiri atas 72 kadie yang diduduki oleh 30 menteri dan 40
pusat. Dari 70 bagian tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian besar yakni Pale
salah satunya Ballo di Distrik Kabaena (termasuk wilayah Talaga saat ini),
Baruta (Distrik Gu), Lakina Mone di Lambale dan Wakuru (Distrik Gu), Lakina
Buton ke-6 dan juga Sultan Buton ke-1 bernama Murhum, rakyat Gu dan
25
Mawasangka diriwayatkan patuh dan setia kepadanya. Ikatan emosional Gu dan
kerajaan atau Martabat Tujuh (Zahari, 1974 : ) Martabat Tujuh adalah undang-
keraton. Dalam pertemuan tersebut Sapati Lasiangga atas nama syarat kerajaan
kesultanan Buton, dijelaskan pula bahwa barang siapa yang merubah undang-
undang tersebut maka dia akan dilaknat Tuhan. Kejadian tersebut berlangsung
pada tahun 1610 atau sekitar abad 16 (Zahari, 1974). Dalam pemerintahan
Kerajaan atau Kesultanan Buton terdiri atas 72 bagian yang disebut kadie yang
lazimnya disebut “Pitu Puluh Rua Kadiena”. dari 72 bagian itu terbagi atas 2
bagian yaitu 30 bagian diduduki oleh menteri dalam hal ini walaka dan 40
26
bagian diduduki oleh dan 40 bobato dalam hal ini kaum bangsawan, 2 lainnya
pusat yaitu kaum bangsawan dan walaka. Dari 70 bagian yang diduduki oleh
bangsawan dan walaka dibagi lagi menjadi dua bagian besar yang masing-
masing disebut Pale Matanayo dan Pale Sukanayo, setiap daerah tersebut
diawasi dan dikepalai oleh menteri besar menurut Palenya. Lakina Lakudo,
mengepalai beberapa wilayah salah satunya Ballo di Distrik Kabaena (saat ini
Madongka, Tanga, dan Matanayo (Distrik Gu), Lakina Baruta di Baruta (Distrik
Gu), Lakina Mone di Lambale dan Wakuru (Distrik Gu), Lakina Lolibu di
Limaanguana yaitu pasukan pengawal kehormatan sultan yang terdiri atas lima
27
kelompok yang masing-masing kelompok memiliki nama sendiri-sendiri, yaitu
Kabupaten Buton tengah lebih lanjut dijelaskan sebagai Matana Sorumba yaitu
daerah tersebut diberi tugas tertentu yang dapat diuraikan sebagai berikut :
bagian timur ;
bagian barat ;
selatan ;
bagian utara.
Matana Sorumba juga tidak menerima perintah dari petugas lain kecuali
28
C. Benteng Lasaidewa
Benteng Lasaidewa adalah sebuah benteng yang dibangun diatas bukit dan
ketinggian 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi benteng saat ini berada
didalam hutan yang tidak jauh dari kantor Kelurahan Gumanano. Akses menuju
benteng dapat ditempuh dengan menggunakan roda dua ±3 menit dari kantor
Pada benteng Lasaidewa terdapat sebuah lawa yang terletak disisi benteng
sebelah utara. Namun saat ini, lawa tersebut tidak lagi digunakan sebagai pintu
masuk dikarenakan akses menuju lawa dipenuhi rerumputan liar yang lebat.
Lawa yang saat ini digunakan adalah lawa buatan yang berada disisi benteng
sebelah timur, lawa buatan tersebut merupakan bagian dinding benteng yang telah
buatan tersebut dipilih sebagai pintu masuk dikarenakan akses menuju lawa
tersebut lebih mudah dilalui walaupun terdapat tumbuhan liar namun tidak selebat
disisi benteng sebelah utara selain itu juga terdapat jalan setapak. Bangunan
29
benteng pertahanan seperti bastion, barak-barak ataupun tempat penyimpanan
bahwa :
gamping dengan bentuk persegi panjang yang tiap sisinya memiliki ukuran tinggi
tersebut bervariasi mulai dari 80 cm hingga 1,5 meter dan tebal 1 meter – 2
meter”.
30
Didalam benteng tersebut terdapat makam/Kobuhu dan sebaran moluska. Makam
yang terdapat didalam benteng terdiri dari susunan batu yang sama dengan
susunan batu dinding benteng, makam tersebut memiliki ukuran panjang 1,28 m
dan lebar 32 cm.. Hamiru sebagai toko masyarakat disana saat di wawancarai
menyatakan bahwa :
31
memiliki ukuran yang lebih besar dan juga beragam jenisnya dibandingkan
ialah faktor keamanan dan faktor lingkungan fisik. Faktor keamanan yang
dimaksud adalah menjadi suatu tempat berlindung atau sarana pertahanan dari
ancaman bajak laut atau yang lebih dikenal dengan tobelo serta untuk persiapan
agresi dari luar daerah (Zahari, 1974:79), sedangkan faktor lingkungan fisik terdiri
dari topografi, ketinggian, jenis tanah, serta hidrologi. Dipilihnya kawasan Buton
perlu ditinjau dari berbagai faktor. Ada beberapa faktor yang dapat
perairan yang berada didaerah pesisir namun tersembunyi. Hal ini kemungkinan
faktor lingkungan fisik seperti topografi, ketinggian, jenis tanah, dan hidrologi.
kemiringan lereng 2-15% dan ketinggian absolut 50-200 mdpl. Topografi dan
32
dengan jenis topografi yang lainnya karena pada ketinggian 50-200 mdpl
perbukitan rendah dan ditopografi 2-15% dengan jenis lahan diatas kemungkinan
dapat memberi kemudahan pembangunan benteng selain itu juga dapat memberi
kemudahan bagi penghuni benteng jika terjadi bencana alam seperti longsor yang
relatif bergerak dengan kecepatan rendah, namun pada kemiringan lereng tersebut
rawan terhadap erosi. Jenis tanah aluvium dan batu gamping adalah dua jenis
tanah yang terdapat pada topografi dan ketinggian yang aman selain itu, benteng
yang dibangun pada jenis tanah aluvium dapat menguntungkan bagi masyarakat
yang bermukim di benteng karena mengandung unsur hara yang banyak. Selain
itu jenis tanah aluvium memiliki kandungan air yang cukup banyak menjadikan
tanah ini memiliki cadangan air yang sangat diperlukan oleh tanaman terutama
pada musim kemarau. Benteng yang didirikan di jenis tanah batu gamping dapat
dipahami, karena sebagian besar daerah penelitian berada pada jenis tanah
tersebut selain itu pula jenis tanah tersebut merupakan jenis tanah yang dapat
mengandung kalsium yang dapat diserap tanaman dalam bentuk ion kalsium (Ca+
pembentukan buah dan biji yang sempurna. Kemudian dilihat dari faktor hidrologi
benteng dibangun pada tiga kategori jarak gua (sumber daya air) yaitu berada
pada kategori dekat dengan gua. Hasil penelitian yang dilakukan saat wawancara
33
“Gua-gua yang ada dapat diasumsikan bahwa posisi tersebut menjamin
kehidupan masyarakat penghuni benteng dari gua. Dari benteng yang ada di
terlihat yang dibangun pada jenis tanah dan jarak benteng dengan sumber daya
air” Posisi tersebut menjamin kehidupan masyarakat penghuni benteng dari sumber daya
air.
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
ancaman bajak laut atau yang lebih dikenal dengan tobelo serta untuk
lingkungan fisik terdiri dari topografi, ketinggian, jenis tanah, serta hidrologi
35
5.2 Saran
berikut :
1. Pemerintah
dari luar daerah Kecamatan ataupun Kota dan tentunya dapat meningkatkan
perekonomian daerah.
2. Masyarakat
perkembangan Zaman.
3. Akademi
36
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Nurlian 1998. Eksistensi Benteng Talo-talo Pada Masa Kesultanan Buton (1597-
1931). Kendari :Skripsi FKIP Unhalu.
37
Rismaya, Ima. 2014. Pemukiman Masyarakat Falumpaledi Kecamatan Tomia
Kabupaten Wakatobi 1996-2013. Skripsi Kendari :Jurusan Pendidikan FKIP
UHO.
Wd. Ade Trie Yunizar, 2019. Sebaran Benteng Di Kabupaten Buton Tengah
Provinsi Sulawesi Tenggara. (56-58). Kendari: Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Halu Oleo.
38
LAMPIRAN
39
1. Identitas Responden
3. Umur :………………………....
40
II.Dokumentasi Penelitian
41
Gambar wawancara dengan toko adat desa Gumanano.
42
Gambar mengunjungi lokasi Benteng Lasaidewa dengan Kepala Desa
43