Anda di halaman 1dari 33

PEMANFAATAN DATA CITRA SATELIT DALAM

MITIGASI BENCANA DI PUSAT PEMANFAATAN


PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN
DAN ANTARIKSA NASIONAL

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

Disusun Oleh :

1. Setia Puji Astuti (23117041)


2. Citra Adha Ayu N (23117077)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Pelaksanaan
Kerja Praktek ini. Proposal Kerja Praktik ini dimaksud kan untuk memenuhi salah
syarat untuk menyelesaikan Mata Kuliah Kerja Praktik Institut Teknologi Sumatera.
Dalam penyusunan Proposal Pelaksaan Kerja Praktik banyak pihak yang telah
membantu, oleh karena itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada :
1. Ibu Nirmawana Simarmata S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing.
2. Bapak Prof. Dr.Ing. Mitra Djamal, selaku Wakil Rektor Bidang Akademik
Institut Teknologi Sumatera
3. Ibu Rahayu Sutistyorini, selaku Ketua Jurusan Teknologi Infrastruktur dan
Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera
4. Seluruh dosen beserta staff tata usaha Teknik Geomatika Institut Teknologi
Sumatera
5. Serta orang tua dan teman – teman yang selalu mendukung dan mendoakan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun hal
lainnya dalam proposal ini. Dengan segala hormat kami mengharap kritik serta saran
yang bersifat membangun, agar pada penulisan proposal selanjutnya kami dapat lebih
baik. Kami mengharapkan proposal ini dapat dijadikan dan diterima dalam Pelaksanaa
Kerja Praktik.

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 5

2.1 Profil Perusahaan ................................................................................................. 5


2.2 Penginderaan Jauh ............................................................................................... 6
2.3 Citra Satelit .......................................................................................................... 7
2.4 Tahapan Pengolahan Citra................................................................................... 7
2.5 Koreksi ................................................................................................................ 8
2.5.1 Koreksi Radiometrik ..................................................................................... 9
2.5.2 Koreksi Geometrik ...................................................................................... 10
2.6 Peningkatan Kenampakan Citra ........................................................................ 12
2.7 Klasifikasi Citra ................................................................................................ 12
2.8 Integrasi Data .................................................................................................... 13
2.9 Interpretasi Citra ................................................................................................ 13
2.10 Pengertian Mitigasi Bencana............................................................................ 14
BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN .......................................................... 16

3.1 Alat .................................................................................................................... 16


3.2 Bahan ................................................................................................................ 16

iii
3.3 Lokasi ................................................................................................................ 16
3.4 Jadwal Pelaksanaan ........................................................................................... 16
3.5 Prosedur ............................................................................................................. 17
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21

LAMPIRAN ............................................................................................................... 22

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2 1 Elemen interpretasi citra (EIC) (Adaptas dari Jensen, 2007)...................... 14


Tabel 3 1 Timeline Kerja Praktik……………………………………………………..19

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1. Proses Penanganan dan Interpretasi Citra yang Ideal .............................. 8


Gambar 3 1. Tahapan Kerja Praktek ........................................................................... 18

vi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ITERA yang merupakan singkatan dari Institut Teknologi Sumatera adalah
sebuah perguruan tinggi negeri yang berlokasi di Lampung Selatan. ITERA didirikan
pada tanggal 6 Oktober 2014 dan saat ini telah memiliki 3 Jurusan dan 31 Program
Studi. Salah satu program studi yang ada dibawah Jurusan Teknologi Infrastruktur dan
Kewilayahan adalah Program Studi Teknik Geomatika.

Mata Kuliah Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah bagian dari
kurikulum institusional yang harus ditempuh oleh mahasiswa Teknik Geomatika
ITERA. Tujuan dari mata Kuliah Kerja Praktik yaitu mampu menunjang mahasiswa
Teknik Geomatika dalam mempraktikkan teori-teori serta ilmu yang telah didapatkan
sebagai upaya pengembangan dan pemanfaatan ilmu yang telah didapatkan oleh
mahasiswa Teknik Geomatika di bidang akademik. Kerja Praktik juga mampu melatih
mahasiswa dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia pekerjaan untuk
membangun negeri ini. Oleh karena itu, program kerja praktik ini diharapkan mampu
menjadi bekal pertama bagi para mahasiswa dalam meghadapi dunia kerja di masa
depan.

Salah satu bidang yang terdapat di dalam Teknik Geomatika sendiri adalah
Penginderaan Jauh. Penginderaan Jauh adalah akuisisi data dari sebuah objek atau
fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek
tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh
sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal
atau alat lain). Tujuan Penginderaan jauh dapat digunakan untuk monitoring serta
mengidentifikasi saat terjadinya bencana dan manajemen dalam menghadapi bencana
pada suatu daerah. Hal ini sangat penting dalam pengelolaan suatu wilayah yang rawan
dengan bencana, sehingga dapat mengurangi dampak dari bencana yang terjadi.
Dengan demikian maka digunakan citra yang merupakan alat yang baik untuk akibat
bencana dan data penginderaan jauh yang diperoleh dari satelit adalah teknik yang baik

1
dalam pemetaan daerah bencana yang menggambarkan distribusi spasial pada suatu
periode tertentu. Data penginderaan jauh dapat direlasikan dengan data lain, sehingga
dapat juga digunakan untuk penyajian data mitigasi bencana.

Dalam kegiatan kerja praktik ini penulis berharap mampu melaksanakan kerja
praktik pada Deputi Penginderaan Jauh di Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
(Pusfatja) yang memiliki keterkaitan dengan tujuan penulis yaitu bekerja dan
menganalisis bidang pemanfaatan data citra satelit dalam pemantauan bencana dengan
melakukan tahapan-tahapan yaitu pre-processing , processing, dan post-processing .

1.2 Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana melakukan tahapan pre-procesing dalam pemanfaatan data citra


satelit untuk mitigasi bencana ?
2. Bagaimana melakukan tahapan procesing dalam pemanfaatan data citra satelit
untuk mitigasi bencana ?
3. Bagaimana melakukan tahapan post-procesing dalam pemanfaatan data citra
satelit untuk mitigasi bencana ?

1.3 Tujuan

Adapun beberapa tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah sebagai
berikut:
1. Mampu melakukan tahapan pre-procesing dalam pemanfaatan data citra
satelit untuk mitigasi bencana.
2. Mampu melakukan tahapan procesing dalam pemanfaatan data citra satelit
untuk mitigasi bencana.

2
3. Mampu melakukan tahapan post-procesing dalam pemanfaatan data citra
satelit untuk mitigasi bencana.

1.4 Manfaat
A. Bagi Perguruan Tinggi
Manfaat yang didapatkan pihak Perguruan Tinggi adalah berupa tambahan
referensi khususnya mengenai perkembangan teknologi informasi dan industri
di Indonesia yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan serta
mampu menghasilkan sarjana-sarjana yang handal dan memiliki pengalaman di
bidangnya dan dapat membina kerja sama yang baik antara lingkungan
akademis dengan lingkungan kerja.

B. Bagi Instansi
Manfaat yang didapatkan oleh pihak instansi adalah berupa hasil analisa dan
penelitian yang dilakukan selama Kerja Praktik dapat menjadi bahan masukan
bagi instansi untuk menentukan kebijakasanaan instansi di masa yang akan
datang.

C. Bagi Peserta Kerja Praktik


Berikut beberapa manfaat yang didapatkan oleh peserta kerja praktik :
1. Membuka pikiran mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan melalui
aktivitas praktik langsung.
2. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang berkaitan
dengan bidang penginderaan jauh terutama pengolahan dan pemanfaatan
citra satelit.
3. Memenuhi persyaratan untuk lulus mata kuliah GT-4105 kerja praktik.
4. Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam gambaran tentang
kondisi nyata dunia kerja sehingga nantinya diharapkan mampu

3
menerapkan ilmu yang telah didapat dalam aktivitas pemetaan, khususnya
penerapan teori penginderaan jauh.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan


Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau yang dikenal dengan
singkatan LAPAN merupakan salah satu lembaga pemerintah non kementrian
Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan pada bidang penelitian dan
pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan
keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. LAPAN
sendiri memiliki berbagai fokus keahlian seperti Sains Antariksa dan Atmosfer,
Penginderaan Jauh, Teknologi Penerbangan dan Antariksa, dan Kajian Kebijakan
Penerbangan dan Antariksa. Di dalam Deputi Bidang Penginderaan Jauh sendiri terbagi
kembali menjadi dua pusat, yaitu Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh
(Pustekdata) dan Pusat Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh (Pusfatja). (LAPAN,
2019).

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh memiliki tugas yaitu melaksanakan


penelitian, pengembangan dan perekayasaan serta penyelenggaraan keantariksaan
dibidang pemanfaatan penginderaan jauh menurut Pasal 126 Perka No.8 Tahun 2015
Tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAN dan memiliki visi “Pusat Unggulan dalam
Bidang Pemanfaatan Penginderaan jauh untuk Mewujudkan Indonesia Maju dan
Mandiri” dan misi “Meningkatkan kualitas litbang pemanfaatan penginderaan jauh
(Research and Development Capacity), Meningkatkan kualitas pedoman dan informasi
penginderaan jauh (Research and Development Capacity), Melaksanakan dan
mengelola Sistem Pemantauan Bumi Nasional (Dissemination Capacity)” (LAPAN,
2019).

5
2.2 Penginderaan Jauh
Definisi peginderaan jauh atau remote sensing dapat dijumpai diberbagai
literatur. Salah satu definisi penginderaan jauh yang diberikan oleh Rango et al (1996):
“penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
objek, luasan, atau tentang fenomena melalui analisis data yang diperoleh oleh sensor.
Dalam hal ini, sensor tidak berhubungan langsung dengan objek atau benda yang
menjadi target.”

Definisi penginderaan jauh lainnya adalah menurut Landgrebe (1978) :


“penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi mengenai objek dari
pengukuran yang dilakukan dari jarak tertentu, yaitu tanpa benar-benar bersinggungan
dengan objek tersebut. Kuantitas yang sering diukur dalam sistem penginderaan jauh
masa kini adalah energi elektromagnetik yang berasal dari objek-objek kepentingan,
dan meskipun ada kemungkinan (misal gelombang seismik, gelombang bunyi, dan
gaya gravitasi), kita difokuskan pada sistem yang mengukur energi elektromagnetik.
Pemilihan jenis platfrom yang akan digunakan dalam pengaplikasian penginderaan
jauh sangatlah penting, dapat menggunakan sensor darat (ground-based measurement),
pesawat udara, dan citra satelit. Pada pengideraan jauh menggunakan satelit, sensor
dipasang pada satelit (spacecraft) yang mengitari orbit bumi. Satelit adalah platform
yang ideal untuk penginderaan jauh karena dapat menyediakan informasi permukaan
bumi secara global jika jenis orbitnya polar, atau mampu menyediakan informasi
secara kontinu jika orbitnya geostsioner. Satelit dengan orbit polar biasanya bekerja
pada ketinggian relatif redah dari orbit bumi dan menghasilkan resolusi citra yang lebih
tinggi. Sedangkan satelit dengan orbit geostasioner mengorbit searah denga perputaran
bumi sehingga dapat mengamati titik yang sama secara kontinu (Indarto, 2017).

6
2.3 Citra Satelit
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang
sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau/sensor, baik
optik, elektrooptik, optik-mekanik maupun elektromekanik. Citra memerlukan proses
interpretasi atau penafsiran terlebih dahulu dalam pemanfaatannya.
Citra Satelit merupakan hasil dari pemotretan/perekaman alat sensor yang dipasang
pada wahana satelit ruang angkasa dengan ketinggian lebih dari 400 km dari
permukaan bumi (Pemetaan, 2019).
Jenis Citra Satelit berdasarkan tingkat resolusi sapasial. Kemampuan sensor
dalam merekam obyek terkecil pada tiap pikselnya ini disebut dengan resolusi spasial.
Berdasarkan tingkatan resolusinya citra satelit dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Citra resolusi rendah, memiliki resolusi spasial antara 15 m s/d 30 m (Citra
satelit Landsat).
b. Citra resolusi sedang, memiliki resolusi spasial 2.5 m s/d 10 m (Citra satelit
SPOT).
c. Citra resolusi tinggi, memiliki resolusi spasial 0.6 m s/d 1 m (Citra satelit
Ikonos dan Quickbird).

2.4 Tahapan Pengolahan Citra


Dalam melaksanakan kegiatan kerja praktek bidang penginderaan jauh ini
memerlukan beberapa tahapan dalam melakukan proses pengolahan citra satelit. Data
yang diterimaumumnya dalam format digital yang masih kasar (Raw Digital Format).
Data tersebut selanjutnya diolah untuk mengkoreksi kesalahan : sistematika,
geometrika, dan atmosfer. Selanjutnya data tersebut dittranslasi menjadi citra (image)
ke dalam format standar. Dari GRS tersebut, citra akan didistribusikan dan Pengguna
akan menginterpretasikan data sesuai keperluan untuk menyelesaikan berbagai.
Intregasi data pendukung dilakukan oleh pengguna citra satelit dalam
menginterpretasikan data tersebut (Indarto, 2017) . Lebih jelas akan digambarkan oleh
gambar di bawah ini :

7
Gambar 2 1. Proses Penanganan dan Interpretasi Citra yang Ideal

2.5 Koreksi
Selama proses penerimaan citra, beberapa kesalahan internal dan eksternal
dapat menurunkan kualitas dan keakuratan citra yang dihasilkan. Kesalahan internal
yang disebabkan oleh sistem atau sensor umumnya sistematis dan dapat ditentukan
dengan poses kalibrasi interumen sebelum atau pada saat penerbangan. Kesalahan
eksternal dapat disebabkan oleh perbedaan pertubasi paltform yang dapat
memengaruhi modulasi karakteristik citra. Pre-processing sering disebut juga sebagai
proses perbaikan dan koreksi citra (image restoration and rectification) untuk

8
mengoreksi kesalahan karena distorsi radiometrik dan geometrik yang disebabkan oleh
sensor dan platform (Indarto, 2017) .

2.5.1 Koreksi Radiometrik


Sumber kesalahan radiometrik sendiri dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti sensor (misalnya sensor noise atau stripping yang disebabkan kalibrasi yang
kurang baik), uniformly elevated values karena pengaruh atmosfer (misalnya ada
aerosol dan pengaruh scattering), dan pengaruh relief terhadap pentulan atau jenis
pantulan yang berbeda-beda untuk setiap objek. Koreksi radiometrik merujuk pada
operasi untuk mengurangi atau menghilangkan distrosi radiasi elektromagnetik yang
diterima oleh detektor. Metode koreksi radiometrik sendiri terbagi menjadi tiga metode
yaitu :

a. Koreksi secara absolut, didasarkan pada pemodelan fisik terhadap karakteristik


radiasi ketika melalui atmosfer. Model ini memungkinkan reflektan dikoreksi
mendekati angka rill pada kondisi atmosfer yang cerah. Tujuannya adalah untuk
mengkalibrasi atau menyesuaikan nilai digital dari tingkat kecerahan (DN)
yang terekam pada sistem penginderaan jauh ke dalam nilai reflectance pada
permukaan dengan skala tertentu.
b. Koreksi relatif, didasarkan pada pengamatan data histogram untuk semua kanal.
Jika histrogram yang digunakan pada kanal-kanal sinar tampak maka proses
koreksi dapat dilakukan dengan megurangi nilai kecerahan pada tiap pixel
dalam citra dengan nilai kecerahan terendahnya, dan dilakukan untuk setiap
kanal sinar tampak. Metode ini disebut dengan Histogram Minimum Method
(HMM).
c. Koreksi metode Regresi, dilakukan seperti metode relatif dan dikombinasikan
dengan menghitung hubungan antar band secara terpisah. Metode ini dapat
dipakai untuk area lokal. Umumnya metode ini menyeleksi terlebih dahulu area
di dalam citra yang mempunyai nilai reflektansi yang rendah dimana variasi
nilai kecerahan menggambarkan pengaruh degradasi atmosfer. Metode ini

9
kurang memper-timbangkan kondisi atmosfer dan geometri iluminasi (Indarto,
2017) .

2.5.2 Koreksi Geometrik


Koreksi geometrik disebut juga sebagai proses geo-referencing (registrasi
citra), suatu prosedur untuk menentukan koordinat suatu citra terhadap koordinat bumi.
Citra yang diperoleh dari satelit tidak dapat langsung diubah menjadi sebuah peta
begitu saja karena umumnya masih terdistorsi secara geometrik. Distorsi dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam memposisikan satelit pada orbit. Sejumlah titik
kontrol di permukaan bumi atau GCP (Ground Control Point) yang dapat diidentifikasi
dari peta topografi setempat atau melalui survei GPS dapat digunakan untuk
meningkatkan ketelitian pada saat mengoreksi.

Menurut (Indarto, 2014), beberapa sumber kesalahan geometrik ialah rotasi


bumi selama proses pemotretan citra, jangkauan pemotretan yang lebar dari beberapa
sensor, bentuk kurvatur permukaan bumi, ketidaksempurnaan sensor, pergerakan
platform (satelit), variasi ketinggian, garis lintang, dan kecepatan, serta efek panaromik
dari geometri citra. Kesalahan geometrik yang disebabkan oleh kesalahan parameter
dari sistem satelit umumnya sistematis dan sudah dikoreksi secara sistematis di pusat
pengolahan citra.

Kesalahan non-sistematik dikoreksi dengan meggunakan sejumlah titik yang


dikumpulkan dari lapangan dalam jumlah yang memadai. Ada dua prosedur koreksi
geometrik yang umum dilkakukan, yaitu koreksi geometrik (geomteric rectfication)
dan registrasi geometrik (geometric registration). Pada koreksi geometrik, citra
direferensikan pada suatu peta yang mempunyai proyeksi peta standard. Sementara
pada registrasi geometrik, dua citra atau lebih direferensikn satu sama lain dan tidak
harus menggunakan peta dengan proyeksi standard.

10
Melalui buku (Indarto, 2014) berjudul Penginderaan Jauh Metode Analisis &
Interpretasi Citra Satelit, ada dua metode umum yang digunakan dalam koreksi
geometrik, yaitu :

a. Interpolasi spasial, pada proses ini sejumlah besar GCP untuk objek yang sama
perlu diidentifikasikan koordinat lokasinya, baik pada citra maupun di
permukaan bumi. Selanjutnya kesalahan geometrik yang ada pada citra
dikoreksi dengan memanfaatkan persamaan polinomial untuk meminimalisasi
perbedaan kesalahan. Suatu persamaan polinomial digunakan untuk
memodelkan kesalahan geometrik secara langsung ke dalam citra tanpa
mengidentifikasi sumber.
b. Interpolasi intensitas, setelah analisis spasial, langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi dan menetukan nilai kecerahan pada citra terkoreksi (baru)
dari data citra awal (lama). Proses ini dikenal sebagai resampling (pengambilan
sampel ulang). Proses ini menghitung nilai pixel pada citra baru dan pada citra
awal. Dalam resampling sendiri ada beberapa metode, yakni metode pixel
terdekat (menggunakan nilau digital pada citra awal yang terdekat dari lokasi
pixel terbaru pada citra terkoreksi), metode interpolasi bilinear (menghitung
nilai rerata dari empat pixel terdekat pada citra lama yang lokasinya terdekat
dengan lokasi pixel baru yang akan digeoreferensikan), dan metode interpolasi
kubik (resampling dilakukan lebih lanju menggunakan blok yang terdiri dari 16
pixel awal dan menggunakan pembobotan berdasarkan jarak).

Registrasi Geometrik atau geo-referensi atau proyeksi citra pada prinsipnya merupakan
salah satu tahap penanganan citra, yaitu penyesuaian koordinat citra ke koordinat yang
sebenarnya di permukaan bumi. Koordinat citra aslinya dalam formta (baris, kolom)
perlu ditepatkan dengan koordinat sebenarnya d permukaan bumi, dalam format
(longitude, latitude) atau (bujur, lintang). Kita dapat meregistrasi dari image ke peta
dan meregistrasi citra ke citra (Indarto, 2017).

11
2.6 Peningkatan Kenampakan Citra
Pada tahap peningkatkan kualitas citra ini dapat meningkatkan tingkat
keberhasilan pada tahap pengolahan citra digital berikutnya. Penampakan di dalam
citra antara satu objek dan objek lain dapat denga mudah dibedakan. Proses interpretasi
secara visual suatu citra digital yang telah ditingkatkan kualitasnya pada prinsip adalah
serangkaian operasiyang dapa mempermudah dan memadukan (sinkronisasi) anatara
hal yang dapat dilihat dan dipikirkan oleh mata manusia dengan kemampuan
manipulasi komputer. (Gunadharma, 2016) mengklasifikasi metode enchancement
yang diumum dipakai ke dalam tiga kategori, yaitu :

a. Manipulasi kontras, beberapa contoh metode dalam kategori ini misalnya


graylevel tresholding (pemisah skala hitam putih), level slicing (pembagian
kelas), dan contrast stretching (pengaturan kontras).
b. Manipulasi fitur secara spasial, termasuk ke dalam kategori ini misalnya teknik
filter spasial, penajaman batas, dan analisis Fourier.
c. Transformasi citra, termasuk ke dalam kategori ini misalnya teknik rasio kanal
multispektral, pemisahan kanal (differencing), canonical componens,
vegetation component, transformasi warna dengan teknik HIS (intensity-Hue-
Saturation), dan pemisahaan berbasis korelasi.

2.7 Klasifikasi Citra


Metode klasifikasi citra paling sederhana adalah dengan menganggap tiap pixel
secara individu dan mengelompokkan pixel tersebut ke dalam beberapa kelas pada
kanal yang bebeda. Klasifikasi semacam ini disebut sebagai klasifikasi spektral atau
klasifikasi titik karena metode ini menganggap pixel sebagai titik observasi. Klasifikasi
citra secara digital menggunakan informasi spektral yang dilambangkan oleh bilangan
digital (digital number/DN) pada satu atau lebih kanal spektral, dan mencoba
mengklasifikasikan tiaptiap pixel tunggal berdasarkan informasi spektralnya.
Klasifikasi semacam ini disebut sebagai spectral pattern recognition.

12
Menurut (Danoedoro, 2010) dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Lektor Kepala
Disampaikan pada Rapat Senat Terbuka Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada,
Tanggal 4 Agustus 2010 di Yogyakarta, Teori tentang pembedaan dan klasifikasi
obyek menurut paradigma spektral dikembangkan, antara lain melalui metode-
metode klasifikasi multispektral, transformasi spektral (misalnya indeks vegetasi,
indeks tanah, indeks kebasahan, dan indeks kekotaan), serta klasifikasi hiperspektral.
Klasifikasi juga terbagi menjadi dua, yaitu klasifikasi terbimbing (proses klasifikasi
menggunakan sampel pixel yang sudah dikenal untuk mengklasifikasikan pixel-pixel
yang belum diketahui identitasnya dan klasifikasi tidak terbimbing (identifikasi
kelompok pixel secara alami, atau secara struktural di antara kanal pada citra
multispektral).

2.8 Integrasi Data


Citra dari waktu ke waktu yang berbeda digunakan secara terintegrasi untuk
mendeteksi perubahan yang terjadi pada suatu wilayah. Proses intergrasi citra semacam
ini disebut sebagai aplikasi citra multitemporal. Deteksi perubahan permukaan bumi
dengan aplikasi citra multitemporal dapat dilakukan secara sederhana. Data
penginderaan jauh akan lebih bermanfaat apabila telah terintegrasi ke dalam SIG. SIG
didesain untuk mampu menampung data dalam volume yang besar (Indarto, 2017) .

2.9 Interpretasi Citra


Interpretasi dan analisis citra satelit mencakup identifikasi dan/atau pengukuran
berbagai target didalam citra untuk mendapatkan informasi yang berguna (Indarto,
2014). Target didalam citra PJ dapat berupa fitur atau objek yang dapat terlihat dan
memiliki karakteristik berupa fitur titik, garis atau poligon. Target dapat berupa
berbagai macam benda yang dapat dimodelkan dengan tiga elemen bentuk tersebut.
Berikut penjelasan beberapa elemen interpretasi citra dalam betuk tabel berikut:

13
Tabel 2 1 Elemen interpretasi citra (EIC) (Adaptas dari Jensen, 2007)

Elemen Sifat Umum (Kuantitatif dan Kualitatif)


Lokasi (x,y) Koordinat (x,y) dari suatu citra : kolom (x) dan baris (y) pada citra
yang belum terproyeksi;
Koordinat x,y dari citra yang telah terproyeksi (misalnya, UTM)
Rona atau warna Rona abu – abu (greytone): terang (bright atau light), abu – abu (grey
atau intermediate), hitam (dark/black)
Warna :
IHS= Intensity, Hue (Colour), Saturation (intensitas, rona [warna],
saturnasi)
RGB = Red, Green, Blue.
Ukuran Panjang, lebar, keliling, luas (m2) ; kecil, medium atau sedang, besar.
Bentuk Melambangkan karakteristik geometric : Linear, Kurva Linear,
Sirkular (bulat, eliptis (bentuk elips), radial, persegi, persegi
Panjang, segitiga hexagonal, pentagonal, bintang, amorf dan lain –
lain.
Tekstur Karakteristik lokasi dan susunan perulangan dari rona atau warna ;
halus (smooth) , sedang (medium/ intermediate), kasar
(rough/coorse), berbelang – belang (mottled), berbintik (stippled).
Polar Susunan spasial dari objek di permukaan tanah : sistematik, tidak
sistematik atau acak, linear, sirkular (bulat), eliptis (elips), parallel,
sentripetal, gergaji (serrated), lurik melintang (streated), sirat
(braided).
Bayangan Bayangan yang dibentuk oleh benda yang terkena sinar matahari
Ketinggian/ Elevasi z, bathimetri -z (kedalaman), Volume (m3), kemiringan dan
Kedalaman/ aspek.
Volume/
Kemiringan/ Aspek
Situs Elevasi, kemiringan, aspek, eksposur.
Situasi Objek terletak pada urutan tertentu atau orientasi relative terhadap
objek lain.
Asosiasi Fenomena lain yang umumnya serupa.

Sumber : (Indarto, 2014)

2.10 Pengertian Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko


bencana,baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

14
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan sebagai
upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana.

Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk


mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.
(UU No 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat (1))

Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dilakukan


untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap
masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana (PP No 21 Tahun 2008 Pasal 20
ayat 1) baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya
dalam suatu negara atau masyarakat.

15
BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Alat
Dalam pelaksanaan kegiatan kerja praktik ini, dibutuhkannya beberapa alat
penunjang yang terdiri dari :

a. Komputer atau personal computer (PC) dan perangkat lunak pengolah data
citra satelit.
b. Hardisk

3.2 Bahan
Dalam melaksanakan kegiatan kerja praktik ini, dibuthkannya beberapa bahan
penunjang yang terdiri dari :

a. Data citra satelit

3.3 Lokasi
Kerja Praktik akan dilaksanakan pada Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh
LAPAN, Jl. Kalisari No.8 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur 13710.

3.4 Jadwal Pelaksanaan


Kerja praktik direncanakan berlangsung selama 1 bulan. Kami mengajukan
waktu pelaksanaan dari 10 Juli 2020 – 10 Agustus 2020. Akan tetapi, hal ini tidak
menutup kemungkinan waktu pelaksanan kerja praktik ditentukan oleh pihak instantsi
yang disesuaikan dengan kalender akademik Institut Teknologi Sumatera.

16
3.5 Prosedur
Prosedur kegiatan kerja praktik yang akan dilakukan teridiri atas :

a. Persiapan

Pada tahap ini masalah akan diidentifikasi dengan topik yang akan dibahas
serta ditentukan data yang diperlukan. Untuk lebih jealsnya akan dilakukan
wawancara atau konsultasi terhadap karyawan atau staff sebagai pembimbing
kerja praktik.

b. Pengenalan instansi dan Pengarahan dari Pebimbing Instansi

Sebelum melakukan kerja praktek perlu diadakan pengenalan terhadap


instansi. Pengenalan visi dan misi, pengenalan struktur organisasi dan
pengenalan kegiatan-kegiatan yang ada di kantor Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) khususnya di bidang Geomatika yang diarahkan
oleh pembimbing yang ada di dalam instansi. Saat berada di Instansi terkait
diharapkan dapat disediakan oleh instansi tersebut sedangkan untuk
pembimbing di kampus berasal dari salah satu staf pengajar atau dosen di
Program Studi Teknik Geomatika, Institut Teknologi Sumatera

c. Studi Literatur

Pada tahap ini pembimbing memberikan ilmu atau wawasan tentang


pekerjaan dan dunia penginderaan jauh kepada mahasiswa sesuai dengan bidang
keilmuan geomatika dan topik kerja praktik yang akan dibahas.

d. Kegiatan Kerja Praktik

Pada tahap ini peserta kerja praktik akan melakukan observasi,


pengambilan data, pengolahan data, dan analisis. Data yang telah diobservasi dan
diambil akan memasuki tahap pengolahan data yang selanjutnya akan dianalisis
pada tahap akhirnya.

17
e. Pelaporan

Pada tahap ini peserta kerja praktik akan membuat Laporan hasil Praktek
Kerja. Semua hasil pengolahan data selama kerja praktek akan disusun dalam
bentuk laporan tertulis yang akan dilaporkan kepada instansi terkait yaitu Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan kemudian diberikan
pengesahan sebagai salah satu bukti telah menempuh mata kuliah Kerja Praktik
sebanyak 3 sks. Setelah itu, laporan ini akan dilaporkan dan dipresentasikan
kembali di kampus sebagai penyempurnaan syarat dalam memenuhi mata kuliah
Kerja Praktik ini.

Tahapan pelaksanaan kerja praktik diatas disesuaikan dengan kondisi


instansi yang bersangkutan. Berikut ini tahapan kerja praktik yang disajikan dalam
bentuk diagram alir sebagai berikut :

Gambar 3 1. Tahapan Kerja Praktek

18
Tabel 3 1 Timeline Kerja Praktik

Minggu
No Kegiatan
1 2 3 4

1 Persiapan

2 Pengenalan Instansi

3 Studi Literatur
Observasi, Pengambilan Data, Pengolahan Data, dan
4 Anlaisis

5 Pelaporan

19
BAB IV PENUTUP

Demikian proposal permohonan kerja praktik ini penulis ajukan. Kesempatan


yang diperoleh penulis sebagai mahasiswa dalam melaksanakan Kerja Praktik di
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional pada Pusat Pemanfaatan Penginderaan
Jauh tentu saja akan digunakan sebaik-baiknya oleh penulis yang menjalankannya,
proses Kerja Praktik ini akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menambah
ilmu dan memperluas wawasan penulis kedepannya baik itu untuk menunjang saat
mahasiswa di perkuliahan ataupun saat telah lulus masa perkuliahan untuk membangun
negeri ini. Besar harapan penulis permohonan ini dapat diterima. Semoga proposal ini
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
pada Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh agar dapat memberikan bantuan dan
dukungannya. Bersama proposal ini penulis lampirkan ;

a. Surat Pengantar dari Perguruan Tinggi.

b. Transkip Nilai masing – masing mahasiswa.

c. Curriculum Vitae masing – masing mahasiswa.

Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih

20
DAFTAR PUSTAKA

2008. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. [book auth.] Pasal 1 ayat 6 PP No


21. s.l. : Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, 2008.

Bencana. 2008. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. Peraturan


Kepala Badan Nasional Penanggulangan : Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana, 2008. Nomor 4.

Danoedoro, Projo. 2010. Penginderaan Jauh : Posisi, Paradigma, dan Pemodelannya


dalam Kajian Geografi. Dikutip dari. [Online] 2010. [Cited: November 30, 2019.]
https://www.researchgate.net/publication/302587668_.

Gunadharma. 2016. Pengolahan Citra . Universitas : Konsep Dasar Grafik Komputer


dan Pengolahan Citra. , 2016.

Indarto. 2017. Penginderaan Jauh Metode Analisis & Interpretasi Citra Satelit.
Yogyakarta : Andi Offset, 2017.

—. 2014. Teori dan Praktek Penginderaan Jauh. Yogyakarta : Andi Offset, 2014.

—. 2014. Teori dan Praktek Penginderaan Jauh. Yogyakarta : Andi Offset, 2014.

LAPAN. 2019. [Online] November 30, 2019. http://www.pusfatja.lapan.go.id/ .

Pemetaan. 2019. [Online] November 30, 2019. https://indojasapemetaan./pengertian-


citra-dan-citra-satelit..

2008. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Pasal 1 ayat 6 PP No 21, 2008.

21
LAMPIRAN

A. Curriculum Vitae Pelaksana Kerja Praktik

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(Curriculum Vitae )
1. Data Pribadi
Nama : Citra Adha Ayu N.
Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 27 Maret 1999
Agama : Islam
Golongan Darah :O
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Perumnas Way Kandis, Jl. Bunga Matahari 1
No 39. Kec. Tanjung Senang, Bandar Lampung
Telepon : 082311801867
E-mail : tsadhacitra@gmail.com

2. Pendidikan Formal
a. Teknik Geomatika ITERA : 2017 – sekarang
b. SMAN 15 Bandar Lampung : 2014 - 2017
c. SMPN 29 Bandar Lampung : 2011 - 2014
d. SDN 03 Perumnas Way Kandis : 2010 - 2011
Bandar Lampung
e. TK Sejahtera 1 Bogor : 2005 -2006
3. Riwayat Pengalaman Kepanitiaan
a. Kepala Divisi Acara Orienteering ITERA 2019
b. Organizing Committee Simposium Nasional HMG ITERA 2019
c. Divisi Acara Penerimaan Mahasiswa Baru ITERA 2019
d. Paskibraka HUT RI ke-71 di BUMN Tahun 2016

4. Riwayat Pengalaman Pelatihan


a. Pelatihan Pembuatan Peta Rawan Banjir Menggunakan ArcGIS HMG 2019

5. Riwayat Pengalaman Organisasi


a. Sekretaris Kementerian Ikatan Alumni Keluarga Mahasiswa ITERA TA 2018-2019
b. Sekretaris Umum OSIS SMAN 15 Bandar Lampung TA 2016-2017
c. Koordinator Seksi Bidang OSIS SMAN 15 Bandar Lampung TA 2015-2016
d. Anggota Paskibraka OSIS SMAN 15 Bandar Lampung Tahun 2014-2017

22
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae )
1. Data Pribadi
Nama : Setia Puji Astuti
Tempat / Tanggal Lahir : Sumberrejo, 27 September 1999
Agama : Islam
Golongan Darah :B
Warga Negara : Indonesia
Alamat Sekarang : Jalan Nangka II , Nomor 46 RT 02 LK
Kelurahan Korpri Jaya Kecamatan
Sukarame Bandar Lampung
Alamat KTP : Dusun III RT/RW 018/006 Kelurahan/Desa Sumberrejo
Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
Telepon : 0858 3897 4028
E-mail : setiasetia027@gmail.com

2. Pendidikan Formal
a. Teknik Geomatika ITERA : 2017 – sekarang
b. SMAN 6 Metro Selatan : 2014 - 2017
c. SMPN 07 Metro Timur : 2011 - 2014
d. SDN 01 Adiwarno : 2005 - 2011
Lampung Timur
e. TK Pertiwi Lampung Timur : 2003 -2005
3. Riwayat Pengalaman Kepanitiaan
a. Organizing Committee Simposium Nasional HMG ITERA 2018
b. Sekretaris Acara Orieentering HMG 2019

4. Riwayat Pengalaman Pelatihan


a. Pelatihan Penggunaan Praktis Alat Terestris HMG 2019
b. Pelatihan Digital Maketing Beasiswa Provinsi Lampung 2019
c. Pelatihan Animasi Beasiswa Provinsi Lampung 2019
d. Pelatihan Mathlab dan Content Creator Beasiswa Provinsi Lampung 2019

5. Riwayat Pengalaman Organisasi


a. Palang Merah Remaja Tahun 2011-2016
b. Himpunan Mahasiswa Tenik Geomatika Tahun 2019-2020

23
B. Transkrip Mata Kuliah

24
25

Anda mungkin juga menyukai