Disusun Oleh :
J1A119275
AKK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya,
penulis dapat menyelesaikan Laporan Mata kuliah Konversi KKN MD-MBKM
Manajemen Data dengan tepat waktu.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Data.
Selain itu, laporan ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Manajemen
Data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG................................................................................................. 1
B. TUJUAN PELAKSANAAN ....................................................................................... 3
C. MANFAAT PELAKSANAAN ................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI ............................................................................... 4
A.GAMBARAN UMUM LOKASI ................................................................................. 4
B.PERMASALAHAN DESA .......................................................................................... 6
C.SOLUSI YANG DITAWARKAN ............................................................................... 6
BAB III METODE PELAKSANAAN PROGRAM ............................................................. 7
BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM MBKM.................................................................. 8
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 13
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Ambaipua, Kecamatan
Ranomeeto.............................................................................................................5
Tabel 2. Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Ambaipua Kecamatan Ranomeeto .........6
Tabel 3. Pelaksanaan Program MBKM ..............................................................................8
Tabel 4. Hasil Pengukuran IMT Pada Balita ......................................................................9
iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat ini,
telah membawa perubahan yang sangat pesat pula dalam berbagai aspek
kehidupan. Saat ini kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci penting untuk
memastikan pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. Para Mahasiswa
yang saat ini belajar di Perguruan Tinggi harus disiapkan menjadi pembelajar
sejati yang terampil, lentur dan ulet.
Kampus Merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi
yang otonomi dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif,
tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Berbagai bentuk
kegiatan pembelajaran di luar kampus UHO dapat dirancang, di antaranya:
melakukan magang/praktik kerja di industri atau tempat kerja lainnya,
melaksanakan proyek pengabdian kepada masyarakat di desa, mengajar di
satuan pendidikan, mengikuti pertukaran mahasiswa, melakukan penelitian,
melakukan kegiatan kewirausahaan, membuat studi/proyek independen, dan
mengikuti program kemanusisaan. Semua kegiatan tersebut harus
dilaksanakan dengan bimbingan dari dosen. Kampus merdeka diharapkan
dapat memberikan pengalaman kontekstual lapangan yang akan meningkatkan
kompetensi mahasiswa secara utuh, siap kerja, atau menciptakan lapangan
kerja baru. Kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM)
diharapkan dapat menjadi jawaban atas tuntutan tersebut.
Ambaipua adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Ranomeeto,
Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ambaipua
berjarak sekitar 70 kilometer dari ibukota Kabupaten Konawe Selatan dan
13.98 kilometer dari Kota Kendari. Pusat pemerintahannya berada di Desa
Ambaipua.
Kondisi Wilayah ambaipua terletak di daerah perkotaan namun
kondisinya masih seperti perdesaan. Masih ada Permasalahan yang terdapat di
wilayah ini, salah satunya terkait masalah kesehatan terlebih lagi untuk
penyakit tentunya dalam hal ini berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk bisa
1
mengatasi masalah-masalah kesehatan yang belum terlaksana dengan baik.
Dengan adanya program MBKM dapat membantu masyarakat ambaipua
untuk mengatasi masalah-masakah kesehatan.
Masalah kurang gizi dan stunting merupakan dua masalah yang saling
berhubungan. Stunting pada anak merupakan dampak dari defisiensi nutrien
selama seribu hari pertama kehidupan. Hal ini menimbulkan gangguan
perkembangan fisik anak yang irreversible, sehingga menyebabkan penurunan
kemampuan kognitif dan motorik serta penurunan performa kerja. Anak
stunting memiliki rerata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih
rendah dibandingkan rerata skor IQ pada anak normal. Gangguan tumbuh
kembang pada anak akibat kekurangan gizi bila tidak mendapatkan intervensi
sejak dini akan berlanjut hingga dewasa.Masalah gizi buruk tentunya harus
sangat diperhatikan, melihat sekarang masih banyak anak-anak yang
mendapatkan gizi buruk dengan pengukuran IMT maka dapat diketahui status
gizi pada anak-anak.
Kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses komulaif menurut
beberapa penelitian, yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan
sepanjang siklus kehidupan. Proses terjadinya stunting pada anak dan peluang
peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada
anak. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung
maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah
asupan gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak
langsungnya adalah pola asuh, pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan,
faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya
Di sini sebagai salah satu Mahasiswa Peserta KKN MBKM akan
membantu dalam menyelesaikan permasalah kesehatan yang ada di Kelurahan
ambaipua, dengan Program-program yang akan dilaksanakan maka
diharapkan dapat memperbaiki status kesehatan, meningkatkan derajat
kesehatan dan mensejahterakan kehidupan Masyarakat ambaipua.
2
B. Tujuan
1. Secara umum
Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
gambaran pengetahuan aparat desa, pemanfaatan dana desa, dan inovasi
kesehatandalam programdalam pencegahan dan penanganan stunting di
tingkat desa Ambaipua
2. a. Secara Khusus
Untuk mengetahui pengetahuan aparat desa tentang program-
program gizi dalam pencegahan dan penanganan stunting di tingkat
desa Ambaipua
b. Bagi Mahasiswa
Untuk membangun wawasan mahasiswa dalam mengaplikasikan
ilmu yang di dapat selama kkn MBKM
c. Bagi Masyarakat
C. Manfaat
1. Bagi Pemerintah
Untuk membantu program pemerintah dalam meningktakan sumber
daya manusia dan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
a. Mengubah perilaku dan meningkatkan derajat kesehatan Masyarakat
itu sendiri
b. Perubahan Gaya hidup dari yang tidak sehat menjadi sehat
3. Bagi Mahasiswa
a. Mengaplikasiskan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan melalui
mata kuliah konversi
b. Membangun Kreativitas Mahasiswa melalui program MBKM
c. Menambah wawasan dan Kepercayaan diri Mahasiswa dalam
bersosialisasi
3
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
4
d) Jarak dari Ibu Kota Provinsi : 30 Km
2. Kondisi Demografis
Adapun Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa
Ambaipua Kecamatan Ranomeeto , dapat dilihat pada tabel 1 di bawah
ini
5
6) Pasca Sarjana : 15 Orang
7) Pendidikan khusus : 3 orang
3. Sarana dan Prasarana
Dari hasil pengamatan dan profik Desa Ambaipua diketahui bahwa
sarana dan prasaranan yang ada di Desa Ambaipua Kecamatan
Ranomeeto adalah sebagai berikut :
B. Permasalahan Desa
Permasalahan yang ada di Desa Ambaipua selama KKN sesuai
dengan Mata kuliah Konversi yaitu kurangnya masyarakat dalam
mengetahui status gizi pada anak.
6
BAB III. METODE PELAKSANAAN
A. Program Kegiatan
Adapun program yang diambil yaitu IMT ( indeks massa tubuh) terhadap
balita usia 8 – 14 bulan di desa Ambaipua.
C. Metode Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
a. Menyiapkan timbangan berat badan balita yang di gantung
b. Menyiapkan alat ukur tinggi balita
c. Menyiapkan stadiometer untuk mendeteksi stunting pada bayi
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan penimbangan pada balita
b. Melakukan pendataan hasil timbangan berat badan pada balita usia 8-
14 bulan
c. Melakukan pemeriksaan deteksi pada balita sesuai umur dan jenis
kelaminya.
D. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan merupakan balita usia 8-14 bulan yang telah mengikuti
pengukuran IMT ini di balai desa Ambeipua.
E. Materi Kegiatan
Menjelaskan materi pengantar untuk pengukuran IMT kegiatan.
7
BAB IV. PELAKSANAAN PROGRAM MBKM
A. Hasil
Nama Penanggung
No Tujuan Waktu Tempat Pelaksana Sasaran Target Anggaran Evaluasi
Program Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Manajemen Data
Untuk 80% anak-
membantu balita yang
81 %
memperbaiki mengikuti
Mahasiswi balita
status gizi IMT (indeks 4 June Balai Desa Balita usia Pengukuran Biaya
1. Mahasiswi KKN MD- memiliki
pada anak usia massa tubuh) 2022 Ambaipua 8-14 bulan IMT Mahasiswa
MBKM Gzi yang
8-14 bulan memiliki
baik
melalui IMT Status Gizi
yang baik
8
BULAN Panjang (cm) BB (kg) IMT (cm)
16,8 (Normal)
8 61.5 – 70.0 5.8 – 9.2
25,6 (Obesitas)
9 62.9 – 71.6 6.1 – 9.6
26,1 (Obesitas)
13 64.3 – 73.2 6.3 – 10.0
11,2 (Normal)
12 65.6 – 74.7 6.6 – 10.4
15,35 (Normal)
11 66.8 – 76.1 6.8 – 10.7
17,18 (Normal)
14 68.0 – 77.5 7.0 – 11.0
24,18 (Obesitas)
13 69.2 – 78.9 7.1 – 11.3
9
B. Pembahasan
Untuk mengetahui Status Gizi pada anak, melalui mata kuliah konversi
Manajemen data ini yang umumnya mengumpulkan data, program yang
cocok yaitu melakukan Pengukuran IMT.
Pengukuran IMT yang telah dilaksanakan telah dihadiri sebanyak 12
balita yang berpatisipasi dalam kegiatan ini, untuk mengetahui apakah balita
tersebut memilki status gizi yang baik atau buruk.
Adapun Rumus untuk pengukuran IMT yaitu:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 = \
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)²
Anak usia sekolah membutuhkan asupan gizi lebih banyak yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang menuju remaja. Anak laki-laki lebih
banyak membutuhkan zat gizi sumber energi dibandingkan dengan anak
perempuan karena anak laki-laki cenderung memiliki banyak aktifitas, namun
jika tidak diimbangi dengan konsumsi makanan yang
dapat menyebabkan masalah gizi. Konsumsi makanan yang baik namun
keadaan anak sakit atau mengalami penyakit infeksi dapat menyebabkan anak
mengalami status gizi yang tidak baik pula.
Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunting yang parah pada anak, akan terjadi defisit jangka panjang dalam
perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara
optimal di sekolah dibandingkan anak dengan tinggi badan normal. Anak
dengan stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen
dari sekolah dibandingkan anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan
konsekuensi terhadap kesuksesan dalam kehidupannya dimasa yang akan
datang. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunting adalah
bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang
10
tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian
sebagian besar anak dengan stunting mengkonsumsi makanan yang berbeda
di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga banyak,
bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
Stunting terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal
saat melahirkan. Akibat lainnya kekurangan gizi/stunting terhadap
perkembangan sangat merugikan performance anak. Jika kondisi buruk
terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-2 tahun) maka tidak
dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk dapat pulih kembali. Hal ini
disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak terbentuk semenjak masa dalam
kandungan sampai usia 2 (dua) tahun. Apabila gangguan tersebut terus
berlangsung maka akan terjadi penurunan skor tes IQ sebesar 10-13 point.
Penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian dan
manghambat prestasi belajar serta produktifitas menurun sebesar 20-30%,
yang akan mengakibatkan terjadinya loss generation, artinya anak tersebut
hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak baik dalam bidang pendidikan,
ekonomi dan lainnya. Generasi demikian hanya akan menjadi beban
masyarakat dan pemerintah, karena terbukti keluarga dan pemerintah harus
mengeluarkan biaya kesehatan yang tinggi akibat warganya mudah sakit.
Melalui Program Pengukuran IMT yang telah dilaksanakan pencapaian
dari target yang diharapkan 80% naik menjadi 81% anak yang mengikuti
Pengukuran IMT memiliki status Gizi yang baik.
11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil diatas sebanyak 9 orang anak yang memiliki gizi normal dan
3 orang anak masuk dalam kategori obesitas melalui pengukuran IMT.
2. Melalui Program Pengukuran IMT yang telah dilaksanakan pencapaian
dari target yang diharapkan 80% naik menjadi 81% anak yang
mengikuti Pengukuran IMT memiliki status Gizi yang baik.
B. Saran
Orang tua harus selalu meningkatkan pola makan pada anak agar
anak-anak dapat terhindar Dari stunting.
12
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Artisto Adi Yussac, Prevalensi Obesitas pada Anak Usia 4-6 Tahun
dan Hubungannya dengan Asupan Serta Pola Makan, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Volume: 57, Nomor: 2, Februari 2007
13
LAMPIRAN
14