Anda di halaman 1dari 8

STUDIO PERANCANGAN

REKAYASA SUMBER DAYA AIR

BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI
(DAS SOMBE-LEWARA)

2.1 Kondisi Geografis Wilayah

Kita ketahui bahwa DAS Sombe-Lewara merupakan daerah sungai yang sangat
administratif yang berada di Kota Palu. Pemerintah, bekerjasama dengan investor swasta akan
melakukan pemanfaatan sumber air dan daya air pada sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS), dan
yang menjadi pilihan adalah DAS Sombe-Lewara di Sulawesi Tengah. Sehubungan dengan letak
administrasi DAS Sombe-Lewara yang berada di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten
Sigi menjadikan DAS Sombe-Lewara menjadi penting dan terjadi peningkatan populasi
penduduk, aktivitas perekonomian dan perkantoran di daerah tersebut. Sebagai konsekuensinya,
kebutuhan akan air untuk berbagai keperluan juaga meningkat, dan yang menjadi andalan
utamanya adalah air permukaan yang berada di Sungai Sombe-Lewara.
Luas DAS Sombe-Lewara adalah + 120 Km2 (perimeter 56 Km) dengan topografi yang
curam di bagian hulu dan agak mendatar di bagian hilirnya, khususnya di pertemuan dengan
Sungai Palu. Air sungai Sombe-Lewara sebenarnya sudah dimanfaatkan sejak lama, yaitu sejak
keberadaan Daerah Irigasi Kekeloe yang mengairi persawahan seluas 150 Ha dan juga
dimanfaatkan untuk kebutuhan air baku di beberapa desa yang berada di sepanjang sungai.
Disamping itu, air sungai yang mengalir juga dimanfaatkan untuk keperluan rekreasi dengan
menyadap air Sungai Sombe bagi penyedia air baku tempat permandian Porame.
136000 138000 140000 142000 144000 146000 148000 150000 152000 154000

9900000 9900000

N
9898000 9898000

9896000 9896000

9894000 9894000

9892000 9892000

9890000 9890000

9888000 9888000

Sombe lewara.shp
S sombe lewara.shp
9886000 9886000

0 6 Kilometers

136000 138000 140000 142000 144000 146000 148000 150000 152000 154000

Gambar 2.1 Peta landasan DAS Sombe Lewara

KELOMPOK 3
STUDIO PERANCANGAN
REKAYASA SUMBER DAYA AIR

2.2 Potensi Sumber Daya Manusia

Konsentrasi penduduk Kelurahan Balane sebagian besar masih berada disepanjang jalan
kawasan Porame yang merupakan jalan poros utama. Sebagian penduduk lagi bermukim di
beberapa sisi jalan lingkungan lainnya, sehingga sangat nampak bahwa pemukiman penduduk
masih berada disekitar jalan-jalan yang berada di kelurahan Balane, dengan kata lain penyebaran
penduduk masih sangat kecil.
Apabila kita mencoba mengambil suatu rasio perbandingan antara luas wilayah yang
luasnya mencapai + 120 Km2 dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya
maka didapat jumlah penduduknya setiap tahun + 600 jiwa/Tahun, angka ini menunjukkan bahwa
penduduk dari tahun ke tahun akan semakin bertambah, walaupun dibandingkan dengan jumlah
kematian setiap tahunnya. Hal ini tentu menyebabkan sumber air akan semakin berkurang. Oleh
karena itu, dari pembelajaran ini kita akan mengoptimalkan pemakaian dan pengelolahan sumber
air secara efisien.

Tabel 1. Jumlah Penduduk di 3 Kawasan Sekitar DAS Sombe-Lewara 20 Tahun


Terakhir

Tahun
No. Kawasan/Kota
1992 2002 2012
1 Balane 10.200 jiwa 15.300 jiwa 20.450 jiwa

2 Porame 4.000 jiwa 4.800 jiwa 5.750 jiwa


3 Daerah Lainnya 9.000 jiwa 10.100 jiwa 12.880 jiwa
Ket : Data ini hanya asumsi, tidak ada sumbernya.

KELOMPOK 3
STUDIO PERANCANGAN
REKAYASA SUMBER DAYA AIR

Tabel 2. Pertumbuhan Sektor Industri, Jasa dan lain-lain


Persentase Pertumbuhan (%)
No. Industri Jasa Sosial
Industri Jasa Sosial
Agro
1 Perhotelan/Penginapan Sekolah 2,5 1,5 3,5
Industri
Industri
Rumah
2 Rumah Pariwisata 2,5 2 2
Ibadah
tangga
Kantor
3 - - 3,5
- - Pemerintah
Ket : Data ini hanya asumsi, tidak ada sumbernya.

2.3 Topografi dan Morfologi Sungai

Secara umum, kondisi topografi DAS Palu dapat mewakili kondisi WS Palu Lariang
secara makro, yaitu berbukit-bukit cembung dengan bentuk lahan mulai dari datar, bergelombang,
berbukit sampai dengan bergunung. Topografi yang relatif datar dengan kemiringan 0 8%
umumnya dapat dijumpai pada daerah Lembah Palu, sebagian Lembah Palolo dan sedikit pada
daerah Kulawi sementara lereng dengan kemiringan landai ( 8 15%) terdapat pada daerah kaki
pegunungan Gawalise di sisi barat dan sisi timur Lembah Palu, Daerah batas Taman Nasional
Lore Lindu dan topografi agak curam (15 25%), curam (25 45%) sampai dengan sangat
curam
(> 45%), dengan daerah berbukit sampai bergunung-gunung dapat dijumpai didalam areal Taman
Nasional Lore Lindu Kecamatan Palolo dan Kecamatan Kulawi.
Sedangkan morfologi Sungai Palu dapat dikatakan tipikal sungai di daerah Sulawesi
Tengah. Pada daerah hulu dengan kondisi topografi yang curam, membentuk alur sungai yang
tetap dengan bentuk penampang sungai berbentuk V. Namun pada daerah yang landai di daerah
hulu (seperti Sungai Sopu di Lembah Palolo), morfologi sungai cenderung berkelok-kelok
(meandering) namun kondisi alur masih relatif stabil. Pada bagian tengah, yang merupakan
daerah pertemuan antara Sungai Miu dengan Sungai Gumbasa, Sungai Palu cenderung untuk
berkelok-kelok (meandering) dengan kombinasi sungai berjaring (braided) dikarenakan oleh
proses agradasi dan degradasi yang terjadi di sepanjang alur sungai dan tingginya produksi

sedimen dari hulu DAS. Pada daerah ini, badan sungai cenderung melebar dan
membentuk pulau-pulau kecil di antara aliran.

KELOMPOK 3
STUDIO PERANCANGAN
REKAYASA SUMBER DAYA AIR

Pada bagian hilir Sungai Palu, akibat proses sedimentasi oleh angkutan sedimen dari
daerah hulu membuat pengendapan dan pendangkalan pada beberapa tempat, utamanya pada
bagian yang landai. Hal ini diperparah dengan pasokan sedimen dari anak-anak Sungai Palu di
sepanjang sisi timur dan barat Lembah Palu seperti Sungai Sombe-Lewara, Sungai Bangga,
Sungai Kawatuna dan sungai-sungai lainnya.

2.4 Hidrologi dan Iklim


2.4.1 Hidrologi

Secara umum, keadaan hidrologis dan iklim DAS Palu menunjukkan tipikal daerah
tropis. Untuk daerah aliran sungai secara makro, curah hujan tahunan yang terjadi berkisar
antara 1.000 mm 2.500 mm yang bervariasi menurut kondisi topografi kawasan. Daerah
dataran tinggi yang membentang di daerah selatan dan tenggara DAS Palu memperlihatkan
curah hujan yang cukup tinggi (2.500 mm) sementara untuk lembah Palu sendiri, curah
hujan tahunan hanya berkisar 500 650 mm. Tipikal curah hujan untuk daerah tropis di
hulu DAS Palu menyebabkan tidak adanya perbedaan yang berarti antara musim penghujan
dan musim kemarau, karena sepanjang tahun dapat terjadi hujan bahkan pada bulan-bulan
kering sekalipun. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa musim penghujan terjadi
pada akhir bulan Nopember sampai Januari dan Bulan Maret sampai Juni, sementara
musim kemarau umumnya terdapat pada bulan Agustus

sampai awal bulan Nopember. Dari pengamatan curah hujan yang dilakukan di Desa Bulili
Kecamatan Palolo (2002 2005) dapat dikatakan bahwa umumnya curah hujan terjadi
pada sore hari (mulai jam 15:00) sampai malam hari (20:00) dan Subuh (mulai jam 01:00)
sampai pagi hari (06:00), namun intensitas dan durasinya bervariasi dari satu tempat ke
tempat lainnya (Lipu, 2007).
Lembah Palu merupakan daerah bayang-hujan (rain shadow) yang diapit oleh
pegunungan yang cukup tinggi pada sisi timur dan barat yang menyebabkan proses
kondensasi awan yang membawa butiran hujan terjadi di daerah pegunungan tersebut
sementara Lembah Palu itu sendiri hanya sedikit mendapatkan curah hujan yang
benyebabkan perbedaan curah hujan yang cukup tinggi antara Lembah Palu dengan daerah-

daerah di sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan Sungai Palu sering mendapatkan


banjir kiriman dari daerah hulu sementara daerah Lembah Palu sendiri tidak turun hujan.

KELOMPOK 3
STUDIO PERANCANGAN
REKAYASA SUMBER DAYA AIR
Grafik berikut ini (gambar 2.2) memperlihatkan distribusi curah hujan bulanan dari
beberapa

stasiun pengamat curah hujan (rain-station) yang tersebar di dalam WS Palu-


Lariang (pengamatan bervariasi dari tahun 1987 2005).

2.4.2 Iklim

Iklim DAS Palu seperti halnya Sulawesi Tengah beriklim tropis yang dipengaruhi
oleh dua monsoon, yaitu monsoon barat yang kering dan monsoon timur yang basah yang
mempengaruhi musim di daerah ini, kecuali Lembah Palu yang memang curah hujannya
sangat kurang.
Fenomena iklim yang perlu mendapatkan perhatian sehubungan dengan
pemenuhan ketersediaan air dan banjir di darah studi adalah efek El Nio dan La Nina.
Kejadian ENSO (El Nio Southern Oscillation) adalah fenomena alam fluktuasi iklim antar
tahunan terkuat yang diketahui. Peristiwa ENSO ini menyebabkan anomali negativ dari
curah hujan dan berbeda besar dan lamanya dari satu daerah dengan daerah yang lain. Dua
peristiwa El Nio terakhir yaitu tahun 1982/1983 dan tahun 1997/1998 sangat
mempengaruhi kondisi sosial-ekonomi masyarakat di daerah studi dan terjadi penurunan
produktivitas pertanian hingga 30% akibat kekurangan ketersediaan air dan kondisi iklim
yang meningkat (Leemhuis, 2003).
Data klimatologi yang digunakan pada studi ini adalah data klimatologi stasiun
Bora dan Boladangko dengan data antara tahun 1987-2005. Kondisi klimatologi di DAS
Palu secara umum diuraikan seperti di bawah ini.

Temperatur
Temperatur udara bulanan rata-rata yang terjadi, umumnya berkisar antara 27,09 C -
28,39 C. Temperatur bulanan minimum terjadi di bulan Januari sebesar 27,09 C,
sedangkan temperatur bulanan maksimum terjadi di bulan April sebesar 28.39 C.
Temperatur udara pada musim hujan dan kemarau tidak menunjukkan variasi yang
menonjol. Variasi temperatur udara musiman menunjukkan kaitan yang erat dengan
variasi curah hujan bulanan.

Kecepatan Angin

KELOMPOK 3
STUDIO PERANCANGAN
REKAYASA SUMBER DAYA AIR
Kecepatan angin bulanan rata-rata yang terjadi, umumnya berkisar antara 69,86 km/hr
hingga 94,70 km/hr. Hembusan angin bulanan terbesar terjadi di bulan Agustus hingga
bulan Oktober, berkisar 85,38 91,08 km/hr, dan terendah terjadi di bulan Januari
hingga Februari, berkisar sebesar 69,86 70,11 km/hr.

Kelembaban Nisbi
Kelembaban nisbi bulanan rata-rata sebesar 85,87 % terjadi berkisar antara 85,10
hingga 87,12 %. Kelembaban bulanan rata-rata yang rendah terjadi pada bulan April
sebesar 85,10 %. Kelembaban bulanan rata-rata yang tinggi terjadi pada bulan
Desember sebesar 87,12 dan 81,6 %.
Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari bulanan rata-rata sebesar 52,93 %, yang berkisar antara 43,34 %
hingga 61,51 %. Penyinaran matahari bulanan rata-rata minimum terjadi di bulan
Desember sebesar 43,34 %, dan maksimum terjadi di bulan Agustus hingga sebesar
61,51 %.

KELOMPOK 3
STUDIO PERANCANGAN
REKAYASA SUMBER DAYA AIR

KELOMPOK 3
STUDIO PERANCANGAN
REKAYASA SUMBER DAYA AIR

KELOMPOK 3

Anda mungkin juga menyukai