SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Disusun oleh:
DIMAS RIAN PAMBUDI
NIM: 6661111343
ABSTRAK
Quick wins adalah suatu inisiatif yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali
suatu program besar dan sulit dalam waktu kurang dari 12 bulan. Keluaran dari
pelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme kerja atau
produk utama kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang sesuai dengan
peran, tupoksi, dan karakteristik masing – masing. Suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara merupakan unit pelaksana yang ditunjuk untuk
melaksanakan tugas publik di bidang administrasi kependudukan, salah satunya di
pelayanan pembuatan akta kelahiran. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
program quick wins pada pelayanan administrasi kependudukan di suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kualitatif, yang bertujuan untuk memahami makna yang berada
di balik fakta – fakta. Pemahaman yang mendalam terhadap suatu peristiwa atau
fenomena sosial merupakan hal yang terpenting. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa implementasi program quick wins pada pelayanan administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran masih belum optimal.
Penyebab utamanya adalah masih minimnya sumber daya manusia yang ada,
sarana dan prasarana yang masih banyak memiliki kekurangan, dan sosialisasi
yang masih belum berhasil. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan agar suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara memperbaiki setiap
kekurangan yang ada agar pelayanan semakin optimal.
Quick wins is an easy and fast-paced initiative that started a big and difficult
program in less than 12 months. The output of the implementation of quick wins is
the improvement of the ministry / institution and local government systems or
working mechanisms or products that are consistent with their roles, tupoksi, and
characteristics. The North Jakarta Population and Civil Registration Office is the
implementation unit which is appointed to carry out public duties in the field of
population administration, one of them in the service of birth certificate making.
This research was conducted to evaluate quick wins program on population
administration service in pupulation and civil registration of north Jakarta. The
research approach used is qualitative, which aims to understand the meaning
behind the facts. A deep understanding of an event or a social phenomenon is the
most important thing. socialization is still not successful. Therefore, the
researcher recommends that the North Jakarta Population and Civil Registration
improve any deficiencies in order to optimize the service.
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat melakukan penelitian dalam meraih
gelar sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa dalam proses pengerjaan proposal skripsi ini tidak
lepas dari dukungan kedua orang tua, keluarga serta sahabat yang membimbing
penelitian ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca. Skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran
yang membangun dari para pembaca. Penulis juga ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberi pengajaran, dorongan serta
bantuan sebagai motivasi bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin
1. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
i
2. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
4. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
penyusunan skripsi.
9. Kepada seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
10. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa
ii
11. Bapak Supryantoro, S.Sos., M.Si., dan Bapak Kartawi, S.Ip., yang telah
12. Pihak Lingkungan dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
13. Kedua orang tuaku tersayang Papa dan Mama terimakasih atas segala doa
dan restunya serta dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti
dalam melakukan penelitian, dan untuk kedua kakakku Mas Lian dan Mas
kesan, kenangan dan solidaritas selama masa kuliah terkhusus Apis, Eko,
Vergie, Vero, Revi, dan lainnya yang saling mendoakan dan tiada lelah
terkhusus untuk Kak Santa Riri Monica Hutapea, Andreas Agus Widodo,
16. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
karena keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala
iii
kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang
Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua, amin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
BAB I PENDAHULUAN
DASAR PENELITIAN
v
2.1.6 Administrasi Kependudukan ...................................................35
vi
4.2.1 Daftar Informan Penelitian .....................................................74
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang sangat luas dan juga merupakan salah satu unsur yang mendorong
2
mampu menjawab tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat, baik dari
dan tangibles.
publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara langsung
didasarkan pada ciri – ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang
jasa.
warga negara. Pelayanan KTP dan akte kelahiran sangatlah vital dalam
warga, dan hak – hak sipil lainnya. Pelayanan seperti itu tentu sangat
urusan surat kematian atau yang dikenal dengan istilah catatan sipil.
pembuatan akta kelahiran yang mana akta kelahiran itu sendiri menjadi
penting bagi masyarakat karena merupakan bukti kuat dan sah secara
diri ke sekolah, dan sebagai bukti yang sah atas legalitas keberadaan sang
dalam pelayanan akta kelahiran dinilai terlalu berbelit – belit, tidak tepat
yang dinamakan quick wins. Quick wins adalah sesuatu inisiatif yang
mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan sulit
dalam waktu yang kurang dari 12 bulan. Quick wins bermanfaat untuk
sesuatu yang berat. Sesuatu yang berat itu merupakan inti dari suatu
quick wins, regulation quick wins, atau human resource quick wins.
Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan
didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untuk
karakteristik masing-masing.
Gambar 1.1
3500000
3000000
2500000 Utara
Barat
2000000
Timur
1500000 Selatan
Pusat
1000000
Kep Seribu
500000
0
2010 2014 2015 2016
kelahiran.
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu dengan adanya kebijakan quick
keterangan kelahiran yang bersangkutan. Bahkan saat ini suku dinas sudah
yang tadinya diharapkan bisa selesai dalam waktu 5 hari namun pada
program quick wins ini. Dari sisi masyarakat pun masih banyak yang
belum mengetahui manfaat dan dampak dari program ini terhadap proses
wins ini. Salah satunya yang paling menonjol adalah sumberdaya manusia,
Amirudin, “iya mas, disini arsip penduduk ditumpuk dulu baru dikerjain
soalnya banyak juga arsip yang terus masuk dari masyarakat. Harusnya
sih kalau akte kelahiran bisa selesai dalam waktu seminggu cuman karena
administrasi kependudukan
maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah penelitian yaitu : Evaluasi
1.3.Rumusan Masalah
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
administrasi publik.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif. Kemudian bab ini
demi mencapai hasil penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil
Bab III ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang
pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan
menjelaskan data yang telah diolah dari data yang masih mentah dengan
BAB V PENUTUP
peneliti memeberikan saran yang memiliki isi berupa tindak lanjut dari
pada aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
BAB II
DASAR PENELITIAN
menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih
dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya
ini menjelaskan berbagai teori yang sesuai dan relevan dengan permasalahan dan
fokus penelitian yang akan diteliti, lalu disusun secara sistematis dan rapi agar
lebih mudah dimengerti. Dengan mempelajari berbagai teori yang sesuai dengan
sehingga dapat mengarahkan peneliti agar melakukan penelitian yang tepat dan
dengan hasil – hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan peneliti yang
akan dilakukan. Selain itu pada bagian ini akan disertakan asumsi dasar peneliti,
14
15
Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. Kebijakan harus
diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi
menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu dari proses ataupun siklus
dasarnya, evaluasi kebijakan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dari kebijakan
yang dibuat dan dilaksanakan tersebut telah tercapai atau tidak. Dalam arti yang
manfaat hasil kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan, tidak lain adalah
pemeriksaan objektif, sistematis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan
16
program publik terhadap efek dari targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Lester dan Stewart dalam Dye, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke
tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak. Bila tidak, faktor
ini berkaitan dengan penilaian apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak
dilakukan pada seluruh periode kegiatan, artinya dapat dilakukan pada saat
kegiatan belum dilaksanakan, evaluasi pada saat kegiatan berjalan, dan setelah
menjadi :
1. Pra Evaluasi
pembangunan.
kebijakan lainnya.
dalam hubungan dengan masyarakat yang diharapkan terjadi sebagai dampak atau
outcomes dari suatu kebijakan. Dampak dari kebijakan tidak selalu sama seperti
Sementara itu juga perlu disadari bahwa kebijakan pemerintah bukanlah satu –
satunya kekuatan, melainkan hanya salah satu dari sekian banyak kekuatan yang
Oleh karena itu, suatu kebijakan tidak boleh merasa cukup sekedar
berakhir hanya pada selesainya pelaksanaan saja, sebelum ada evaluasi akhir atas
dampak yang dihasilkan. Hal ini dapat dipahami mengingat ada perbedaan antara
hasil langsung berupa target yang dihasilkan suatu kebijakan (policy outputs)
adalah penilaian atas dampak atau kinerja (outcomes) suatu kebijakan. Berarti, inti
dari evaluasi kebijakan menurut Hogwood adalah dampak dari kebijakan itu
sendiri, jika kebijakan tersebut berdampak positif, berarti kebijakan bisa dianggap
Menurut Dunn (1998) fungsi utama dari evaluasi dalam analisis kebijakan adalah
seberapa jauh tujuan – tujuan dan sasaran – sasaran telah dicapai yang berkaitan
seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui
tindakan publik.
nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan sasaran. Nilai – nilai yang digunakan
sebagai dasar pemilihan tujuan dan sasaran tersebut dapat diperjelas dengan
pada perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada
definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukan
mungkin saja banyak ahli memiliki perbedaan pendapat. Hal ini karena untuk
menyatakan sebuah kebijakan tersebut berhasil atau tidak dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Oleh karena itu dalam menghasilkan informasi mengenai
mengevaluasi hasil kebijakan. Menurut Dunn (1998) terdapat enam kriteria yang
dapat digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau tidak berhasil, yaitu :
dinamakan efisien.
dimaksud.
individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersamaan. Kriteria ini
merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada
dengan kata lain adalah apakah hasil yang diinginkan benar – benar
outcome dari kebijakan pemerintah daerah. Teori inilah yang menjadi indikator
23
dalam penelitian ini, yang selanjutnya dikembangkan menjadi sub variabel dan
3) Sosialisasi
1) Kejelasan
2) Kemudahan
3) Transparansi
4) Kepastian
sebagai apa yang telah dikerjakan oleh pemerintah atau hasil kebijakan
1) Hasil pelayanan
24
2) Mutu pelayanan
adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public
yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah
dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik
tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan
publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan
pemerintah.
kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-
yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis
kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat
intelektual.
pemerintah?
d. Implementasi (Implementation):
e. Evaluasi (Evaluation):
pembatalan?
27
sistem dan mekanisme kerja atau produk utama sebuah kementerian/lembaga dan
Reformasi Birokrasi No.13 tahun 2011, quick wins merupakan suatu inisiatif yang
mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program yang besar dan sulit.
Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang positif dan
kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang berat. Sesuatu yang
berat ini merupakan inti dari suatu program besar tersebut. Quick wins untuk
dapat berupa organization quick wins, regulation quick wins, dan human resource
quick wins.
Penerapan quick wins di suku dinas kependudukan dan catatan sipil berupa
sebuah pelayanan cepat yang diberikan untuk masyarakat. Hal ini disebabkan
diberikan oleh suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil. Dengan adanya
quick wins pelayanan seperti akta kelahiran yang sebelumnya memakan waktu
hingga satu bulan, sekarang bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari seminggu.
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.Sebagaimana telah dikemukakan
profesional.
merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi
negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan umum oleh
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan
atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan.Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu
baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat (Thoha
dalam Widodo, 2001). Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat,
semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh
pemerintahnya.
harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana,
transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat
masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri (Effendi dalam
dan sasaran.
masyarakat.
f. Responsif, lebih mengarah apda daya tanggap dan cepat menanggapi apa
layani
Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas , birokrasi
publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam
memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah
berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan
dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik
(terutama aparatur pemerintah daerah) ini, pelayanan publik yang lebih baik dan
profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenangan yang
Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh
perlindungan.
32
diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua
namun tidak berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai monopolist dalam
pelaksanaan seluruh fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian dari fungsi tadi bisa
Namun dalam kaitannya dengan sifat barang privat dan barang publik
menyediakan barang publik murni, khususnya barang publik yang bernama rules
atau aturan (kebijakan publik). Barang publik murni yang berupa aturan tersebut
tidak pernah dan tidak boleh diserahkan penyediaannya kepada swasta. Karena
33
bila hal itu dilakukan maka di dalam aturan tersebut akan melekat kepentingan-
kepentingan swasta yang membuat aturan, sehingga aturan menjadi penuh dengan
vested interest dan menjadi tidak adil (unfair rule). Karena itu peran pemerintah
barang publik dan sebagai pelayan publik murni yang bernama aturan.
pelayanan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari barang. Salah satu
(1994), adalah outputnya yang tidak berbentuk (intangible output), tidak standar,
serta tidak dapat disimpan dalam inventori melainkan langsung dapat dikonsumsi
intangible, pelayanan memiliki dimensi yang berbeda dengan barang yang bersifat
yang dimiliki oleh barang. Produk akhir pelayanan sangat tergantung dari proses
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan
metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan
1993, yaitu segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah
di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik
barang maupun jasa. Dalam hal ini memang yang menjadi tujuan pelayanan
pemerintah.
mereka.
e. Menyediakan cara – cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan lain.
Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat kependudukan lain
yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status tinggal terbatas
pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang
a. Biodata Kependudukan
a. Kelahiran
b. Kematian
c. Lahir mati
d. Perkawinan
e. Perceraian
f. Pengakuan anak
g. Pengesahan anak
h. Perubahan nama
j. Pembatalan perkawinan
k. Pembatalan perceraian
bagi kehidupan yang bersangkutan dan juga terhadap orang lain atau pihak
38
ketiga. Dengan adanya akta maka akan membawa kejelasan dan kepastian
Akta kelahiran adalah identitas diri anak yang wajib diberikan sejak
dan pencatatan sipil. Akta kelahiran mempunyai arti yang penting bagi diri
c. KK orang tua
Indonesia)
tuanya
kecuali WNA selama 10 hari kerja. Inti dari akta kelahiran umum
oleh kantor catatan sipil pada zaman revolusi antara 1 Mei 1940
40
lahir pada tanggal 1 Januari 1967 s.d. 31 Maret 1983, yang tunduk
pada Stb. 1920 No.751 jo. 1927 No. 564 dan Stb. 1933 No.75
jo.1936 No.607.
Wins di Tingkat Internal Humas Kepolisian Daerah Banten” oleh Ani Setiawati
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode studi audit humas. Studi
berbagai kondisi, situasi, atau variabel. Penelitian ini tidak hanya menggambarkan
41
atau menjelaskan masalah – masalah yang diteliti sesuai dengan fakta, tetapi juga
didukung oleh data data yang diperoleh dari hasil angket dengan publik internal.
mengenai berjalannya program dinilai cukup baik terkait dengan hasil yang
bersama. Oleh karena itu suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil selaku
42
kependudukan dapat berjalan dengan lebih maksimal sesuai dengan tujuan yang
Masalah :
1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil terkait program quick wins terhadap pelayanan
administrasi kependudukan
2. Lambatnya pengerjaan akta kelahiran yang tidak sesuai dengan target
pengerjaan yang sudah ditetapkan
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran
.
Evalusi kebijakan Publik menurut Nurcholis (2007:277), dengan indikator
penilaian meliputi :
Hasil penelitian :
Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan, sebagai bahan
rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan mendatang.
44
2.4.Asumsi Dasar
Berdasarkan alur kerangka berfikir di atas kita dapat melihat bahwa dalam
penelitian ini, peneliti berusaha untuk sedikit menilai bagaimana hasil dari
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara melalui model evaluasi kebijakan
dari Nurcholis. Menurut Nurcholis (2005) terdapat 4 (empat) kriteria yang dapat
locus studi kasus penelitian, yaitu di suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara. Dari hasil tersebut peneliti bisa melihat dan menilai seberapa
Jakarta utara. Sebagai feedback dari hasil evaluasi terhadap program tersebut,
maka peneliti akan membuat sebuah kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan
hasil penelitian.
terhadap pilihan lain dari kebijakan yang bisa dibuat dalam rangka evaluasi yang
belum maksimal
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
dan kegiatan penelitian. Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek
atau subjek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini,
subjek yang menjadi tujuan dapat dipahami lebih mendalam sehingga data yang
yang objektif dan ilmiah sebagai suatu dasar bagi penelitian yang digunakan
disimpulkan bahwa metode penelitian sebagai keseluruhan proses dari kajian atau
penelitian.
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
46
47
dilakukan dengan jalan melibatkan bebagai metode yang ada. Dari segi
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
proses dari pada produk atau outcome dan juga digunakan untuk
terpenting.
adalah bahwa fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain
yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus
lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari
lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial. Tetapi juga ada keinginan
untuk menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus
menyeluruh yang masih pada tahap permukaan terhadap situasi sosial. Untuk
dapat memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan
Jakarta Utara adalah Kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara yang berada di Kecamatan Koja, dan juga tempat pelayanan
hasil atau output program tersebut sudah sesuai dengan yang telah
didalamnya.
sosialisasi kebijakan.
pelaksanaan kebijakan.
baik harus absah (valid) dan dapat dipercaya (reliable). Instrumen valid
adalah instrument yang dengan tepat mengukur apa yang harus diukur.
alam. Oleh karenanya, dalam melakukan pengukuran harus ada alat ukur
karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan
konteks masalah yang dikaji, yaitu Evaluasi Program Quick Wins pada
penelitian. Dalam hal ini yang dijadikan informan oleh peneliti dalam
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara, antara lain
Tabel 3. 1
Daftar Informan Penelitian
Kepala Satpel
3 I2-1 – I2-n Key Informan
Kecamatan
Petugas Pelayanan
4 I3-1 – I3-n Secondary Informan
Pencatatan Sipil
dinamakan“social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen,
data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
1. Pengamatan/Observasi
2. Wawancara
2009:138-140)
output, dan outcome dari kebijakan pemerintah daerah, seperti yang tertera
Table 3.2
Pedoman wawancara
3. Studi Dokumentasi
4. Studi Literatur/Pustaka
data. Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi
yang diteliti.
teknik analisa dan kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles
Gambar 3.1
Analisis data menurut Miles dan Huberman
Reduksi Data
Verifikasi Data
yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan
dalam suatu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil
suatu penelitian.
kuantitatif).
62
akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama
kompleks dan rumit sehingga, apabila tidak segera diolah akan dapat
menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses anlisis data pada tahap ini juga
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
adalah bentuk narasi. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Miles dan
63
Hubberman, “the most frequent from display data for qualitative research
data in the past has been narrative test”, yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
4. Verifikasi (Verification)
tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
derajat ketepatan antaradata yang terjadi pada objek penelitian dengan data
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti
Uji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi
diantaranya:
yang berbeda.
berbeda
keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti hanya menggunakan dua teknik
2. Member Check
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan valid maka
semakin dipercaya.
65
waktu bulan dan disajikan dalam bentuk tabel. Rincian jadwal penelitian
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
2017-2018
No. Kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Bimbingan Judul
Penyusunan dan
2 Bimbingan Proposal
Penelitian (Bab 1-3)
3 Seminar Proposal
4 Revisi Proposal
Penelitian
5 Persetujuan Ke
Lapangan
6 Pengumpilan Data
di Lapangan
Proses Analisis Data
7 dan Penyusunan
Bab 4-5
8 Sidang Skripsi
9 Revisi Skripsi
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 Tahun 2007
dari permukaan laut antara 0 s.d. 2 meter dari tempat tertentu berada di
bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa – rawa/
panas, dengan suhu rata-rata 27° C, curah hujan setiap tahun rata-rata
merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air
pasang laut.
67
Tabel 4.1
Kecamatan di Jakarta Utara
Batas Wilayah
Kabupaten Bekasi
Kepulauan Seribu
Topografi
pantai
Penggunaan Tanah
dirinci sebagai berikut : status hak milik 13,28%, Hak Guna Bangunan
Iklim
wilayah Jakarta Utara dipengaruhi angina Muson Timur terjadi bulan Mei
s/d Oktober dan Muson Barat sekitar bulan Nopember s/d April. Tinggi
curah hujan rata – rata pertahun sebanyak 2000 mm terjadi maksimal pada
bulan Desember.
69
Geologi
Jakarta Utara
No.2, Kec. Koja Jakarta Utara. Tugas pokok Suku Dinas Kependudukan
Dinas
70
administrasi.
administrasi kependudukan.
suku dinas.
dipimpin oleh Kepala Suku Dinas yang membawahi Sub Bagian Tata
telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data,
baik data kualitatif maupun kuantitatif. Peneliti dalam tahap ini akan
peneliti, yang terdiri dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi.
dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan
diharapkan.
observasi, kemudian dibentuk secara tertulis dengan bentuk pola serta dibuat
dengan teknik Purposive atau dipilih secara sengaja, yakni suatu teknik
Jakarta Utara. Adapun daftar informan yang terlibat dalam penelitian ini
adalah seperti yang dimuat data tabel 4.2 yaitu sebagai berikut:
75
Tabel 4.2
1. Input (Masukan)
kebijakan.
Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) dalma hal ini adalah pegawai
sumber daya manusia yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan dan
kekurangan dari segi jumlah sumber daya manusianya. Sedangkan dari sisi
oleh I2-1 :
daya yang di miliki oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
akta kelahiran.
Tabel 4.3
Pendidikan Jumlah
SMA 3
D3 7
S1 12
S2 1
JUMLAH 23
dibutuhkan dalam proses pengolahan data, dalam hal ini adalah komputer
dan jaringan, maupun fasilitas seperti kursi dan ruang tunggu untuk
Utara sendiri masih kekurangan sarana, hal senada juga di katakan oleh I2-1
sebagai berikut:
3) Sosialisasi
diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi oleh suku dinas kependudukan dan
rumah sakit dan puskesmas juga dengan pemasangan spanduk dan baliho,
diketahui bahwa proses sosialisasi sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu
lokasi yang kurang strategis dan tidak dapat dilihat oleh masyarakat Jakarta
2. Proses
1) Kejelasan Mekanisme
cukup jelas, hal senada juga disampaikan oleh I3-1 kepada peneliti, berikut
adalah penyataannya:
bahwa mekanisme pembuatan akta kelahiran sudah cukup jelas dan sudah
“Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjain
sesuai dengan SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkas
dahulu lalu dilanjutin dengan input data ke komputer gitu mas”
wawancara di kantor kecamatan tanjung priok)
kelahiran. Hal tersebut disampaikan oleh I1-1 kepada peneliti, berikut adalah
penyataannya:
“Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini pun
melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulai
dari pengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir di
pencetakan akta kelahiran”. (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
84
jelas tertulis didalam SOP (Standar Operating Procedure) itu sendiri, dan
SOP karena proses pembuatan akta kelahiran dari pendaftaran hingga proses
2) Pelayanan
karena ketika program ini dilakukan kepada sasaran kebijakan maka perlu
adanya pelayanan yang berupa fasilitas atau prasarana yang memadai, dalam
hal ini fasilitas pembuatan akta yang memadai dan juga ruang tunggu untuk
oleh I1-1 sebagai berikut: “kalau pelayanan sudah pasti sudah diberikan
3) Kepastian
pembuatan akta kelahiran, berikut adalah hasil wawancara dengan I3-3 yaitu
pelayanan akta kelahiran berjalan terus menerus dari senin sampai sabtu
dari hari senin sampai jumat pada jam kerja dan juga hari sabtu selama
setengah hari. Hal ini dirasa cukup efektif dikarenakan waktu pelaksanaan
waktu untuk membuat akta kelahiran di hari kerja bisa membuat akta
kelahiran pada hari sabtu. Sebelum adanya program ini proses pelayanan
akta kelahiran hanya dilakukan pada hari kerja yaitu hari senin dan jumat,
87
4) Penertiban
dan sanksi yaitu pada pasal 94, 95a, 95b dan 96 mengenai larangan dan
“untuk sanksi sih kami masih menurut pada UU No.24 tahun 2006, di
undang undang tersebut terdapat berbagai sanksi. Khususnya yang
terkait dengan pungutan liar karena pembuatan akta kelahiran tidak
dipungut biaya, Alhamdulilah sampai sekarang belum ada petugas
pelayanan yang melanggar aturan yang ada.”(wawancara di Kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sampai saat ini belum
pernyataannya:
“penjatuhan sanksi sih sampai saat ini belum ada karena memang
belum ada petugas pelayanan yang melanggar aturan aturan yang
ada .” (wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara)
88
sipil Jakarta utara memang belum dilakukan, dikarenakan memang tidak ada
berjalan dengan baik. Hal ini berbanding terbalik jika dibandingkan sebelum
adanya program ini dimana masih ada terdapat pungutan – pungutan liar
penertiban.
5) Efektivitas
dari I1-1:
89
berjalan lebih efektif. Hal senada juga disampaikan oleh I2-2 kepada peneliti,
berikut pernyataannya:
pembinaan yang dilakukan oleh dinas sosial berjalan cukup efektif. Hal
sebagai berikut:
“kalo efektif sih saya rasa efektif, cuma kalo saya bilang berhasil
jadinya terlalu sombong nanti, yang jelas dengan program ini
pelayanan administrasi kependudukan khususnya akta kelahiran
semakin lebih baik.” (wawancara di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara)
3. Output (Hasil)
sesuai dengan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Ada beberapa aspek
kebijakan, namun apa yang terjadi terharap program quick wins pada
“kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari program
ini juga untuk kepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kami
masih terdapat kekurangan dari segi sdm dan sarana jadi tujuan dari
program quick wins yaitu pembuatan akta kelahiran selama 5 hari
masih belum bisa tercapai.” (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
bahwa pembuatan akta kelahiran harus selesai dalam waktu 5 hari. Hal ini
2) Ketepatan sasaran
kependudukan dan pencatatan sipil sudah tepat sasaran. Hal senada juga
kelahiran di rumah sakit dan puskesmas yang ditujukan kepada warga yang
baru saja memiliki anak untuk segera membuat akta kelahiran langsung di
rumah sakit. Hal senada juga dikatakan oleh kepala seksi, pernyataan I1-2
juga sudah jelas terlihat siapa saja target dari program tersebut.
berikut:
Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa sasaran yang telah
tertangani masih mendapat pengawasan dari pihak dinas sosial, hal senada
berikut:
94
pencatatan sipil menjaga data kependudukan agar tetap aman tersimpan dan
“yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpel
kecamatan, dan dari suku dinas itu sendiri.” (wawancara di kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
peraturan daerah tersebut dibantu oleh beberapa pihak. Hal serupa juga
“kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalu
satpel kecamatan dan dari suku dinas juga mas (wawancara di kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
4. Outcome (Dampak)
tersebut, maka peneliti melihat dari dampak ada tidaknya tanggapan atau
96
perubahan terhadap sasaran kebijakan. Hal senada juga disampaikan oleh I1-
proses pembuatan akta kelahiran yang semakin lebih cepat dari sebelumnya.
2) Peningkatan pelaksanaan
“Kalo peningkatan sih jelas ada dari pelayanan akta kelahiran yang
mulai merata sehingga cara bekerja menjadi semakin efektif” (wawancara
di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
semakin mudah diakses oleh masyarakat dan tidak lagi terpusat di suku
akta kelahiran secara mobile sehingga pelayanan bisa diakses dimana saja
Pembahasan hasil pelenilitan merupakan isi dari hsil analisis data dan
cukup baik namun belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melihat dari aspek
input, proses, output dan outcome. Dimana hasil dari obsevasi dan
1. Input (masukan)
dimana petugas yang ada sudah paham dan mengerti apa-apa saja tugas
yang harus merka lakukan, namun dari segi jumlah dirasakan masih kurang.
pembuatan akta kelahiran pun menjadi terhambat. Ruang tunggu pun juga
dirasa sudah tidak mencukupi lagi untuk menampung masyarakat yang ingin
sipil di kecamatan, ruang tunggu terasa luas dan nyaman hanya saja harus
Sampai saat ini bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh dinas kependudukan
Dari aspek sumber daya manusia dapat dikatakan mencukupi dari segi
kualitas namun tidak mencukupi dari segi kuantitas. Sarana dan prasarana
penunjang jalannya program ini masih memiliki kekurangan yaitu dari segi
kondisi komputer sebagai alat utama tidak berada dalam kondisi yang baik
dan juga jaringan yang sering mengalami gangguan. Dari aspek sosialisasi,
tempat.
102
2. Proses
bahwa mekanisme dari program quick wins ini sudah cukup jelas
sudah mengikuti SOP yang ada, dengan satpel kecamatan sebagai tempat
Gambar 4.1
SOP Pelayanan Akta Kelahiran
103
104
didukung dengan SOP yang ada hanya saja kondisi sarana dan prasarana
yang ada tidak mendukung pelayanan ini sehingga pelayanan akta kelahiran
menjadi terhambat dan belum bisa mencapai target penyelesaian yang sudah
ditentukan.
105
3. Output (hasil)
pelaksanaan ini terjadi perbaikan dari sistem pelayanan akta kelahiran yang
sebelum adanya program ini bisa mencapai satu bulan dalam pembuatannya,
bahwa dari suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil sudah mengetahui
sasaran – sasaran yang dijadikan tujuan yaitu masyarakat yang baru saja
terhadap akta kelahiran yang sudah diberikan masyarakat, namun suku dinas
4. Outcome (dampak)
Gambar 4.2
Grafik pelayanan akta kelahiran
27000
26000
25000
24000
Tingkat Kelahiran
23000
Akta Kelahiran
22000
21000
20000
2013 2014 2015 2016
dikemukakan oleh Nurcholis dengan keempat skema umum penilaian yang telah
telah dijalankan dengan baik oleh pihak Suku Dinas Kependudukan dan
107
optimal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta dapat dikatakan cukup optimal meski
dampak pada proses pelayanan yang didapatkan oleh masyarakat yang ingin
dilihat dari sumber daya manusia pelayanan, sarana dan prasarana, dan sosialisasi
sehingga belum mampu mencapai hasil dari tujuan awal. Dimana yang
dengan membuat satuan pelayanan catatan sipil di kecamatan dan di rumah sakit
tidak diimbangi dengan jumlah sumber daya manusia yang ada. Hal ini
lambat dari yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun dari segi kualitas sumber
daya manusianya dinilai cukup baik dikarenakan setiap petugas mengerti apa saja
108
109
Kedua, dari segi sarana dan prasarana juga dinilai masih banyak memiliki
kekurangan dari sarana dan prasarana seperti kondisi komputer yang kurang baik
dan jaringan data yang sering mengalami gangguan ini menyebabkan proses
dilakukan secara online, sehingga sarana seperti komputer dan jaringan data yang
prasarana juga terdapat sedikit kekurangan khususnya di ruang tunggu suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil, ruang tunggu di suku dinas dirasakan sangat
sempit dan tidak nyaman dan tidak sanggup menampung masyarakat yang ingin
Ketiga, dari segi sosialisasi. Dari segi sosialisasi dalam bentuk penyuluhan
dapat dikatakan cukup berhasil karena dapat langsung disampaikan kepada target
masyarakat yang melihat dan membaca isi dari kebijakan tersebut sehingga tidak
110
5.2 Saran
khususnya dalam akta kelahiran agar tidak ada lagi terjadi penumpukan
alat – alat ini agar terus berada dalam kondisi baik setiap kali digunakan
3. Dari segi prasarana juga diperlukan perluasan ruang tunggu untuk masyarakat
tempat umum yang lebih strategis agar dapat dilihat oleh banyak masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah
Agustino, Leo. 2008. Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Nugroho D., Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi Implementasi, dan
Evaluasi. Jakarta : Gramedia
Dunn, N. William. 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, edisi II. Jogjakarta:
Gajah Mada University Press.
Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik ( Konsep, Teori, dan Aplikasi)
Yogyakarta : Pustaka Belajar
x
Dokumen lain
Sumber Lain
Setiawati, Ani. 2009. Evaluasi Program Quick Wins di Tingkat Internal Humas
Kepolisian Daerah Banten. Tidak Diterbitkan.
xi
EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADA
KEBIJAKAN PELAYANAN ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN DI SUKU DINAS
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
JAKARTA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Disusun oleh:
DIMAS RIAN PAMBUDI
NIM: 6661111343
ABSTRAK
Quick wins adalah suatu inisiatif yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali
suatu program besar dan sulit dalam waktu kurang dari 12 bulan. Keluaran dari
pelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme kerja atau
produk utama kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang sesuai dengan
peran, tupoksi, dan karakteristik masing – masing. Suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara merupakan unit pelaksana yang ditunjuk untuk
melaksanakan tugas publik di bidang administrasi kependudukan, salah satunya di
pelayanan pembuatan akta kelahiran. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
program quick wins pada pelayanan administrasi kependudukan di suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kualitatif, yang bertujuan untuk memahami makna yang berada
di balik fakta – fakta. Pemahaman yang mendalam terhadap suatu peristiwa atau
fenomena sosial merupakan hal yang terpenting. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa implementasi program quick wins pada pelayanan administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran masih belum optimal.
Penyebab utamanya adalah masih minimnya sumber daya manusia yang ada,
sarana dan prasarana yang masih banyak memiliki kekurangan, dan sosialisasi
yang masih belum berhasil. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan agar suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara memperbaiki setiap
kekurangan yang ada agar pelayanan semakin optimal.
Quick wins is an easy and fast-paced initiative that started a big and difficult
program in less than 12 months. The output of the implementation of quick wins is
the improvement of the ministry / institution and local government systems or
working mechanisms or products that are consistent with their roles, tupoksi, and
characteristics. The North Jakarta Population and Civil Registration Office is the
implementation unit which is appointed to carry out public duties in the field of
population administration, one of them in the service of birth certificate making.
This research was conducted to evaluate quick wins program on population
administration service in pupulation and civil registration of north Jakarta. The
research approach used is qualitative, which aims to understand the meaning
behind the facts. A deep understanding of an event or a social phenomenon is the
most important thing. socialization is still not successful. Therefore, the
researcher recommends that the North Jakarta Population and Civil Registration
improve any deficiencies in order to optimize the service.
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat melakukan penelitian dalam meraih
gelar sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa dalam proses pengerjaan proposal skripsi ini tidak
lepas dari dukungan kedua orang tua, keluarga serta sahabat yang membimbing
penelitian ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca. Skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran
yang membangun dari para pembaca. Penulis juga ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberi pengajaran, dorongan serta
bantuan sebagai motivasi bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin
1. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
i
2. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
4. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
penyusunan skripsi.
9. Kepada seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
10. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa
ii
11. Bapak Supryantoro, S.Sos., M.Si., dan Bapak Kartawi, S.Ip., yang telah
12. Pihak Lingkungan dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
13. Kedua orang tuaku tersayang Papa dan Mama terimakasih atas segala doa
dan restunya serta dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti
dalam melakukan penelitian, dan untuk kedua kakakku Mas Lian dan Mas
kesan, kenangan dan solidaritas selama masa kuliah terkhusus Apis, Eko,
Vergie, Vero, Revi, dan lainnya yang saling mendoakan dan tiada lelah
terkhusus untuk Kak Santa Riri Monica Hutapea, Andreas Agus Widodo,
16. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
karena keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala
iii
kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang
Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua, amin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
BAB I PENDAHULUAN
DASAR PENELITIAN
v
2.1.6 Administrasi Kependudukan ...................................................35
vi
4.2.1 Daftar Informan Penelitian .....................................................74
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang sangat luas dan juga merupakan salah satu unsur yang mendorong
2
mampu menjawab tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat, baik dari
dan tangibles.
publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara langsung
didasarkan pada ciri – ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang
jasa.
warga negara. Pelayanan KTP dan akte kelahiran sangatlah vital dalam
warga, dan hak – hak sipil lainnya. Pelayanan seperti itu tentu sangat
urusan surat kematian atau yang dikenal dengan istilah catatan sipil.
pembuatan akta kelahiran yang mana akta kelahiran itu sendiri menjadi
penting bagi masyarakat karena merupakan bukti kuat dan sah secara
diri ke sekolah, dan sebagai bukti yang sah atas legalitas keberadaan sang
dalam pelayanan akta kelahiran dinilai terlalu berbelit – belit, tidak tepat
yang dinamakan quick wins. Quick wins adalah sesuatu inisiatif yang
mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan sulit
dalam waktu yang kurang dari 12 bulan. Quick wins bermanfaat untuk
sesuatu yang berat. Sesuatu yang berat itu merupakan inti dari suatu
quick wins, regulation quick wins, atau human resource quick wins.
Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan
didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untuk
karakteristik masing-masing.
Gambar 1.1
3500000
3000000
2500000 Utara
Barat
2000000
Timur
1500000 Selatan
Pusat
1000000
Kep Seribu
500000
0
2010 2014 2015 2016
kelahiran.
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu dengan adanya kebijakan quick
keterangan kelahiran yang bersangkutan. Bahkan saat ini suku dinas sudah
yang tadinya diharapkan bisa selesai dalam waktu 5 hari namun pada
program quick wins ini. Dari sisi masyarakat pun masih banyak yang
belum mengetahui manfaat dan dampak dari program ini terhadap proses
wins ini. Salah satunya yang paling menonjol adalah sumberdaya manusia,
Amirudin, “iya mas, disini arsip penduduk ditumpuk dulu baru dikerjain
soalnya banyak juga arsip yang terus masuk dari masyarakat. Harusnya
sih kalau akte kelahiran bisa selesai dalam waktu seminggu cuman karena
administrasi kependudukan
maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah penelitian yaitu : Evaluasi
1.3.Rumusan Masalah
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
administrasi publik.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif. Kemudian bab ini
demi mencapai hasil penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil
Bab III ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang
pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan
menjelaskan data yang telah diolah dari data yang masih mentah dengan
BAB V PENUTUP
peneliti memeberikan saran yang memiliki isi berupa tindak lanjut dari
pada aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
BAB II
DASAR PENELITIAN
menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih
dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya
ini menjelaskan berbagai teori yang sesuai dan relevan dengan permasalahan dan
fokus penelitian yang akan diteliti, lalu disusun secara sistematis dan rapi agar
lebih mudah dimengerti. Dengan mempelajari berbagai teori yang sesuai dengan
sehingga dapat mengarahkan peneliti agar melakukan penelitian yang tepat dan
dengan hasil – hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan peneliti yang
akan dilakukan. Selain itu pada bagian ini akan disertakan asumsi dasar peneliti,
14
15
Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. Kebijakan harus
diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi
menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu dari proses ataupun siklus
dasarnya, evaluasi kebijakan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dari kebijakan
yang dibuat dan dilaksanakan tersebut telah tercapai atau tidak. Dalam arti yang
manfaat hasil kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan, tidak lain adalah
pemeriksaan objektif, sistematis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan
16
program publik terhadap efek dari targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Lester dan Stewart dalam Dye, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke
tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak. Bila tidak, faktor
ini berkaitan dengan penilaian apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak
dilakukan pada seluruh periode kegiatan, artinya dapat dilakukan pada saat
kegiatan belum dilaksanakan, evaluasi pada saat kegiatan berjalan, dan setelah
menjadi :
1. Pra Evaluasi
pembangunan.
kebijakan lainnya.
dalam hubungan dengan masyarakat yang diharapkan terjadi sebagai dampak atau
outcomes dari suatu kebijakan. Dampak dari kebijakan tidak selalu sama seperti
Sementara itu juga perlu disadari bahwa kebijakan pemerintah bukanlah satu –
satunya kekuatan, melainkan hanya salah satu dari sekian banyak kekuatan yang
Oleh karena itu, suatu kebijakan tidak boleh merasa cukup sekedar
berakhir hanya pada selesainya pelaksanaan saja, sebelum ada evaluasi akhir atas
dampak yang dihasilkan. Hal ini dapat dipahami mengingat ada perbedaan antara
hasil langsung berupa target yang dihasilkan suatu kebijakan (policy outputs)
adalah penilaian atas dampak atau kinerja (outcomes) suatu kebijakan. Berarti, inti
dari evaluasi kebijakan menurut Hogwood adalah dampak dari kebijakan itu
sendiri, jika kebijakan tersebut berdampak positif, berarti kebijakan bisa dianggap
Menurut Dunn (1998) fungsi utama dari evaluasi dalam analisis kebijakan adalah
seberapa jauh tujuan – tujuan dan sasaran – sasaran telah dicapai yang berkaitan
seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui
tindakan publik.
nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan sasaran. Nilai – nilai yang digunakan
sebagai dasar pemilihan tujuan dan sasaran tersebut dapat diperjelas dengan
pada perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada
definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukan
mungkin saja banyak ahli memiliki perbedaan pendapat. Hal ini karena untuk
menyatakan sebuah kebijakan tersebut berhasil atau tidak dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Oleh karena itu dalam menghasilkan informasi mengenai
mengevaluasi hasil kebijakan. Menurut Dunn (1998) terdapat enam kriteria yang
dapat digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau tidak berhasil, yaitu :
dinamakan efisien.
dimaksud.
individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersamaan. Kriteria ini
merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada
dengan kata lain adalah apakah hasil yang diinginkan benar – benar
outcome dari kebijakan pemerintah daerah. Teori inilah yang menjadi indikator
23
dalam penelitian ini, yang selanjutnya dikembangkan menjadi sub variabel dan
3) Sosialisasi
1) Kejelasan
2) Kemudahan
3) Transparansi
4) Kepastian
sebagai apa yang telah dikerjakan oleh pemerintah atau hasil kebijakan
1) Hasil pelayanan
24
2) Mutu pelayanan
adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public
yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah
dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik
tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan
publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan
pemerintah.
kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-
yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis
kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat
intelektual.
pemerintah?
d. Implementasi (Implementation):
e. Evaluasi (Evaluation):
pembatalan?
27
sistem dan mekanisme kerja atau produk utama sebuah kementerian/lembaga dan
Reformasi Birokrasi No.13 tahun 2011, quick wins merupakan suatu inisiatif yang
mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program yang besar dan sulit.
Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang positif dan
kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang berat. Sesuatu yang
berat ini merupakan inti dari suatu program besar tersebut. Quick wins untuk
dapat berupa organization quick wins, regulation quick wins, dan human resource
quick wins.
Penerapan quick wins di suku dinas kependudukan dan catatan sipil berupa
sebuah pelayanan cepat yang diberikan untuk masyarakat. Hal ini disebabkan
diberikan oleh suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil. Dengan adanya
quick wins pelayanan seperti akta kelahiran yang sebelumnya memakan waktu
hingga satu bulan, sekarang bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari seminggu.
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.Sebagaimana telah dikemukakan
profesional.
merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi
negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan umum oleh
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan
atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan.Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu
baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat (Thoha
dalam Widodo, 2001). Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat,
semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh
pemerintahnya.
harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana,
transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat
masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri (Effendi dalam
dan sasaran.
masyarakat.
f. Responsif, lebih mengarah apda daya tanggap dan cepat menanggapi apa
layani
Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas , birokrasi
publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam
memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah
berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan
dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik
(terutama aparatur pemerintah daerah) ini, pelayanan publik yang lebih baik dan
profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenangan yang
Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh
perlindungan.
32
diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua
namun tidak berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai monopolist dalam
pelaksanaan seluruh fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian dari fungsi tadi bisa
Namun dalam kaitannya dengan sifat barang privat dan barang publik
menyediakan barang publik murni, khususnya barang publik yang bernama rules
atau aturan (kebijakan publik). Barang publik murni yang berupa aturan tersebut
tidak pernah dan tidak boleh diserahkan penyediaannya kepada swasta. Karena
33
bila hal itu dilakukan maka di dalam aturan tersebut akan melekat kepentingan-
kepentingan swasta yang membuat aturan, sehingga aturan menjadi penuh dengan
vested interest dan menjadi tidak adil (unfair rule). Karena itu peran pemerintah
barang publik dan sebagai pelayan publik murni yang bernama aturan.
pelayanan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari barang. Salah satu
(1994), adalah outputnya yang tidak berbentuk (intangible output), tidak standar,
serta tidak dapat disimpan dalam inventori melainkan langsung dapat dikonsumsi
intangible, pelayanan memiliki dimensi yang berbeda dengan barang yang bersifat
yang dimiliki oleh barang. Produk akhir pelayanan sangat tergantung dari proses
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan
metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan
1993, yaitu segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah
di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik
barang maupun jasa. Dalam hal ini memang yang menjadi tujuan pelayanan
pemerintah.
mereka.
e. Menyediakan cara – cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan lain.
Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat kependudukan lain
yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status tinggal terbatas
pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang
a. Biodata Kependudukan
a. Kelahiran
b. Kematian
c. Lahir mati
d. Perkawinan
e. Perceraian
f. Pengakuan anak
g. Pengesahan anak
h. Perubahan nama
j. Pembatalan perkawinan
k. Pembatalan perceraian
bagi kehidupan yang bersangkutan dan juga terhadap orang lain atau pihak
38
ketiga. Dengan adanya akta maka akan membawa kejelasan dan kepastian
Akta kelahiran adalah identitas diri anak yang wajib diberikan sejak
dan pencatatan sipil. Akta kelahiran mempunyai arti yang penting bagi diri
c. KK orang tua
Indonesia)
tuanya
kecuali WNA selama 10 hari kerja. Inti dari akta kelahiran umum
oleh kantor catatan sipil pada zaman revolusi antara 1 Mei 1940
40
lahir pada tanggal 1 Januari 1967 s.d. 31 Maret 1983, yang tunduk
pada Stb. 1920 No.751 jo. 1927 No. 564 dan Stb. 1933 No.75
jo.1936 No.607.
Wins di Tingkat Internal Humas Kepolisian Daerah Banten” oleh Ani Setiawati
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode studi audit humas. Studi
berbagai kondisi, situasi, atau variabel. Penelitian ini tidak hanya menggambarkan
41
atau menjelaskan masalah – masalah yang diteliti sesuai dengan fakta, tetapi juga
didukung oleh data data yang diperoleh dari hasil angket dengan publik internal.
mengenai berjalannya program dinilai cukup baik terkait dengan hasil yang
bersama. Oleh karena itu suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil selaku
42
kependudukan dapat berjalan dengan lebih maksimal sesuai dengan tujuan yang
Masalah :
1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil terkait program quick wins terhadap pelayanan
administrasi kependudukan
2. Lambatnya pengerjaan akta kelahiran yang tidak sesuai dengan target
pengerjaan yang sudah ditetapkan
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran
.
Evalusi kebijakan Publik menurut Nurcholis (2007:277), dengan indikator
penilaian meliputi :
Hasil penelitian :
Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan, sebagai bahan
rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan mendatang.
44
2.4.Asumsi Dasar
Berdasarkan alur kerangka berfikir di atas kita dapat melihat bahwa dalam
penelitian ini, peneliti berusaha untuk sedikit menilai bagaimana hasil dari
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara melalui model evaluasi kebijakan
dari Nurcholis. Menurut Nurcholis (2005) terdapat 4 (empat) kriteria yang dapat
locus studi kasus penelitian, yaitu di suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara. Dari hasil tersebut peneliti bisa melihat dan menilai seberapa
Jakarta utara. Sebagai feedback dari hasil evaluasi terhadap program tersebut,
maka peneliti akan membuat sebuah kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan
hasil penelitian.
terhadap pilihan lain dari kebijakan yang bisa dibuat dalam rangka evaluasi yang
belum maksimal
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
dan kegiatan penelitian. Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek
atau subjek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini,
subjek yang menjadi tujuan dapat dipahami lebih mendalam sehingga data yang
yang objektif dan ilmiah sebagai suatu dasar bagi penelitian yang digunakan
disimpulkan bahwa metode penelitian sebagai keseluruhan proses dari kajian atau
penelitian.
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
46
47
dilakukan dengan jalan melibatkan bebagai metode yang ada. Dari segi
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
proses dari pada produk atau outcome dan juga digunakan untuk
terpenting.
adalah bahwa fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain
yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus
lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari
lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial. Tetapi juga ada keinginan
untuk menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus
menyeluruh yang masih pada tahap permukaan terhadap situasi sosial. Untuk
dapat memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan
Jakarta Utara adalah Kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Jakarta Utara yang berada di Kecamatan Koja, dan juga tempat pelayanan
hasil atau output program tersebut sudah sesuai dengan yang telah
didalamnya.
sosialisasi kebijakan.
pelaksanaan kebijakan.
baik harus absah (valid) dan dapat dipercaya (reliable). Instrumen valid
adalah instrument yang dengan tepat mengukur apa yang harus diukur.
alam. Oleh karenanya, dalam melakukan pengukuran harus ada alat ukur
karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan
konteks masalah yang dikaji, yaitu Evaluasi Program Quick Wins pada
penelitian. Dalam hal ini yang dijadikan informan oleh peneliti dalam
Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara, antara lain
Tabel 3. 1
Daftar Informan Penelitian
Kepala Satpel
3 I2-1 – I2-n Key Informan
Kecamatan
Petugas Pelayanan
4 I3-1 – I3-n Secondary Informan
Pencatatan Sipil
dinamakan“social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen,
data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
1. Pengamatan/Observasi
2. Wawancara
2009:138-140)
output, dan outcome dari kebijakan pemerintah daerah, seperti yang tertera
Table 3.2
Pedoman wawancara
3. Studi Dokumentasi
4. Studi Literatur/Pustaka
data. Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi
yang diteliti.
teknik analisa dan kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles
Gambar 3.1
Analisis data menurut Miles dan Huberman
Reduksi Data
Verifikasi Data
yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan
dalam suatu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil
suatu penelitian.
kuantitatif).
62
akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama
kompleks dan rumit sehingga, apabila tidak segera diolah akan dapat
menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses anlisis data pada tahap ini juga
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
adalah bentuk narasi. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Miles dan
63
Hubberman, “the most frequent from display data for qualitative research
data in the past has been narrative test”, yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
4. Verifikasi (Verification)
tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
derajat ketepatan antaradata yang terjadi pada objek penelitian dengan data
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti
Uji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi
diantaranya:
yang berbeda.
berbeda
keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti hanya menggunakan dua teknik
2. Member Check
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan valid maka
semakin dipercaya.
65
waktu bulan dan disajikan dalam bentuk tabel. Rincian jadwal penelitian
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
2017-2018
No. Kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Bimbingan Judul
Penyusunan dan
2 Bimbingan Proposal
Penelitian (Bab 1-3)
3 Seminar Proposal
4 Revisi Proposal
Penelitian
5 Persetujuan Ke
Lapangan
6 Pengumpilan Data
di Lapangan
Proses Analisis Data
7 dan Penyusunan
Bab 4-5
8 Sidang Skripsi
9 Revisi Skripsi
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 Tahun 2007
dari permukaan laut antara 0 s.d. 2 meter dari tempat tertentu berada di
bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa – rawa/
panas, dengan suhu rata-rata 27° C, curah hujan setiap tahun rata-rata
merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air
pasang laut.
67
Tabel 4.1
Kecamatan di Jakarta Utara
Batas Wilayah
Kabupaten Bekasi
Kepulauan Seribu
Topografi
pantai
Penggunaan Tanah
dirinci sebagai berikut : status hak milik 13,28%, Hak Guna Bangunan
Iklim
wilayah Jakarta Utara dipengaruhi angina Muson Timur terjadi bulan Mei
s/d Oktober dan Muson Barat sekitar bulan Nopember s/d April. Tinggi
curah hujan rata – rata pertahun sebanyak 2000 mm terjadi maksimal pada
bulan Desember.
69
Geologi
Jakarta Utara
No.2, Kec. Koja Jakarta Utara. Tugas pokok Suku Dinas Kependudukan
Dinas
70
administrasi.
administrasi kependudukan.
suku dinas.
dipimpin oleh Kepala Suku Dinas yang membawahi Sub Bagian Tata
telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data,
baik data kualitatif maupun kuantitatif. Peneliti dalam tahap ini akan
peneliti, yang terdiri dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi.
dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan
diharapkan.
observasi, kemudian dibentuk secara tertulis dengan bentuk pola serta dibuat
dengan teknik Purposive atau dipilih secara sengaja, yakni suatu teknik
Jakarta Utara. Adapun daftar informan yang terlibat dalam penelitian ini
adalah seperti yang dimuat data tabel 4.2 yaitu sebagai berikut:
75
Tabel 4.2
1. Input (Masukan)
kebijakan.
Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) dalma hal ini adalah pegawai
sumber daya manusia yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan dan
kekurangan dari segi jumlah sumber daya manusianya. Sedangkan dari sisi
oleh I2-1 :
daya yang di miliki oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
akta kelahiran.
Tabel 4.3
Pendidikan Jumlah
SMA 3
D3 7
S1 12
S2 1
JUMLAH 23
dibutuhkan dalam proses pengolahan data, dalam hal ini adalah komputer
dan jaringan, maupun fasilitas seperti kursi dan ruang tunggu untuk
Utara sendiri masih kekurangan sarana, hal senada juga di katakan oleh I2-1
sebagai berikut:
3) Sosialisasi
diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi oleh suku dinas kependudukan dan
rumah sakit dan puskesmas juga dengan pemasangan spanduk dan baliho,
diketahui bahwa proses sosialisasi sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu
lokasi yang kurang strategis dan tidak dapat dilihat oleh masyarakat Jakarta
2. Proses
1) Kejelasan Mekanisme
cukup jelas, hal senada juga disampaikan oleh I3-1 kepada peneliti, berikut
adalah penyataannya:
bahwa mekanisme pembuatan akta kelahiran sudah cukup jelas dan sudah
“Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjain
sesuai dengan SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkas
dahulu lalu dilanjutin dengan input data ke komputer gitu mas”
wawancara di kantor kecamatan tanjung priok)
kelahiran. Hal tersebut disampaikan oleh I1-1 kepada peneliti, berikut adalah
penyataannya:
“Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini pun
melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulai
dari pengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir di
pencetakan akta kelahiran”. (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
84
jelas tertulis didalam SOP (Standar Operating Procedure) itu sendiri, dan
SOP karena proses pembuatan akta kelahiran dari pendaftaran hingga proses
2) Pelayanan
karena ketika program ini dilakukan kepada sasaran kebijakan maka perlu
adanya pelayanan yang berupa fasilitas atau prasarana yang memadai, dalam
hal ini fasilitas pembuatan akta yang memadai dan juga ruang tunggu untuk
oleh I1-1 sebagai berikut: “kalau pelayanan sudah pasti sudah diberikan
3) Kepastian
pembuatan akta kelahiran, berikut adalah hasil wawancara dengan I3-3 yaitu
pelayanan akta kelahiran berjalan terus menerus dari senin sampai sabtu
dari hari senin sampai jumat pada jam kerja dan juga hari sabtu selama
setengah hari. Hal ini dirasa cukup efektif dikarenakan waktu pelaksanaan
waktu untuk membuat akta kelahiran di hari kerja bisa membuat akta
kelahiran pada hari sabtu. Sebelum adanya program ini proses pelayanan
akta kelahiran hanya dilakukan pada hari kerja yaitu hari senin dan jumat,
87
4) Penertiban
dan sanksi yaitu pada pasal 94, 95a, 95b dan 96 mengenai larangan dan
“untuk sanksi sih kami masih menurut pada UU No.24 tahun 2006, di
undang undang tersebut terdapat berbagai sanksi. Khususnya yang
terkait dengan pungutan liar karena pembuatan akta kelahiran tidak
dipungut biaya, Alhamdulilah sampai sekarang belum ada petugas
pelayanan yang melanggar aturan yang ada.”(wawancara di Kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sampai saat ini belum
pernyataannya:
“penjatuhan sanksi sih sampai saat ini belum ada karena memang
belum ada petugas pelayanan yang melanggar aturan aturan yang
ada .” (wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara)
88
sipil Jakarta utara memang belum dilakukan, dikarenakan memang tidak ada
berjalan dengan baik. Hal ini berbanding terbalik jika dibandingkan sebelum
adanya program ini dimana masih ada terdapat pungutan – pungutan liar
penertiban.
5) Efektivitas
dari I1-1:
89
berjalan lebih efektif. Hal senada juga disampaikan oleh I2-2 kepada peneliti,
berikut pernyataannya:
pembinaan yang dilakukan oleh dinas sosial berjalan cukup efektif. Hal
sebagai berikut:
“kalo efektif sih saya rasa efektif, cuma kalo saya bilang berhasil
jadinya terlalu sombong nanti, yang jelas dengan program ini
pelayanan administrasi kependudukan khususnya akta kelahiran
semakin lebih baik.” (wawancara di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara)
3. Output (Hasil)
sesuai dengan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Ada beberapa aspek
kebijakan, namun apa yang terjadi terharap program quick wins pada
“kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari program
ini juga untuk kepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kami
masih terdapat kekurangan dari segi sdm dan sarana jadi tujuan dari
program quick wins yaitu pembuatan akta kelahiran selama 5 hari
masih belum bisa tercapai.” (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
bahwa pembuatan akta kelahiran harus selesai dalam waktu 5 hari. Hal ini
2) Ketepatan sasaran
kependudukan dan pencatatan sipil sudah tepat sasaran. Hal senada juga
kelahiran di rumah sakit dan puskesmas yang ditujukan kepada warga yang
baru saja memiliki anak untuk segera membuat akta kelahiran langsung di
rumah sakit. Hal senada juga dikatakan oleh kepala seksi, pernyataan I1-2
juga sudah jelas terlihat siapa saja target dari program tersebut.
berikut:
Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa sasaran yang telah
tertangani masih mendapat pengawasan dari pihak dinas sosial, hal senada
berikut:
94
pencatatan sipil menjaga data kependudukan agar tetap aman tersimpan dan
“yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpel
kecamatan, dan dari suku dinas itu sendiri.” (wawancara di kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
peraturan daerah tersebut dibantu oleh beberapa pihak. Hal serupa juga
“kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalu
satpel kecamatan dan dari suku dinas juga mas (wawancara di kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
4. Outcome (Dampak)
tersebut, maka peneliti melihat dari dampak ada tidaknya tanggapan atau
96
perubahan terhadap sasaran kebijakan. Hal senada juga disampaikan oleh I1-
proses pembuatan akta kelahiran yang semakin lebih cepat dari sebelumnya.
2) Peningkatan pelaksanaan
“Kalo peningkatan sih jelas ada dari pelayanan akta kelahiran yang
mulai merata sehingga cara bekerja menjadi semakin efektif” (wawancara
di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
semakin mudah diakses oleh masyarakat dan tidak lagi terpusat di suku
akta kelahiran secara mobile sehingga pelayanan bisa diakses dimana saja
Pembahasan hasil pelenilitan merupakan isi dari hsil analisis data dan
cukup baik namun belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melihat dari aspek
input, proses, output dan outcome. Dimana hasil dari obsevasi dan
1. Input (masukan)
dimana petugas yang ada sudah paham dan mengerti apa-apa saja tugas
yang harus merka lakukan, namun dari segi jumlah dirasakan masih kurang.
pembuatan akta kelahiran pun menjadi terhambat. Ruang tunggu pun juga
dirasa sudah tidak mencukupi lagi untuk menampung masyarakat yang ingin
sipil di kecamatan, ruang tunggu terasa luas dan nyaman hanya saja harus
Sampai saat ini bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh dinas kependudukan
Dari aspek sumber daya manusia dapat dikatakan mencukupi dari segi
kualitas namun tidak mencukupi dari segi kuantitas. Sarana dan prasarana
penunjang jalannya program ini masih memiliki kekurangan yaitu dari segi
kondisi komputer sebagai alat utama tidak berada dalam kondisi yang baik
dan juga jaringan yang sering mengalami gangguan. Dari aspek sosialisasi,
tempat.
102
2. Proses
bahwa mekanisme dari program quick wins ini sudah cukup jelas
sudah mengikuti SOP yang ada, dengan satpel kecamatan sebagai tempat
Gambar 4.1
SOP Pelayanan Akta Kelahiran
103
104
didukung dengan SOP yang ada hanya saja kondisi sarana dan prasarana
yang ada tidak mendukung pelayanan ini sehingga pelayanan akta kelahiran
menjadi terhambat dan belum bisa mencapai target penyelesaian yang sudah
ditentukan.
105
3. Output (hasil)
pelaksanaan ini terjadi perbaikan dari sistem pelayanan akta kelahiran yang
sebelum adanya program ini bisa mencapai satu bulan dalam pembuatannya,
bahwa dari suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil sudah mengetahui
sasaran – sasaran yang dijadikan tujuan yaitu masyarakat yang baru saja
terhadap akta kelahiran yang sudah diberikan masyarakat, namun suku dinas
4. Outcome (dampak)
Gambar 4.2
Grafik pelayanan akta kelahiran
27000
26000
25000
24000
Tingkat Kelahiran
23000
Akta Kelahiran
22000
21000
20000
2013 2014 2015 2016
dikemukakan oleh Nurcholis dengan keempat skema umum penilaian yang telah
telah dijalankan dengan baik oleh pihak Suku Dinas Kependudukan dan
107
optimal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta dapat dikatakan cukup optimal meski
dampak pada proses pelayanan yang didapatkan oleh masyarakat yang ingin
dilihat dari sumber daya manusia pelayanan, sarana dan prasarana, dan sosialisasi
sehingga belum mampu mencapai hasil dari tujuan awal. Dimana yang
dengan membuat satuan pelayanan catatan sipil di kecamatan dan di rumah sakit
tidak diimbangi dengan jumlah sumber daya manusia yang ada. Hal ini
lambat dari yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun dari segi kualitas sumber
daya manusianya dinilai cukup baik dikarenakan setiap petugas mengerti apa saja
108
109
Kedua, dari segi sarana dan prasarana juga dinilai masih banyak memiliki
kekurangan dari sarana dan prasarana seperti kondisi komputer yang kurang baik
dan jaringan data yang sering mengalami gangguan ini menyebabkan proses
dilakukan secara online, sehingga sarana seperti komputer dan jaringan data yang
prasarana juga terdapat sedikit kekurangan khususnya di ruang tunggu suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil, ruang tunggu di suku dinas dirasakan sangat
sempit dan tidak nyaman dan tidak sanggup menampung masyarakat yang ingin
Ketiga, dari segi sosialisasi. Dari segi sosialisasi dalam bentuk penyuluhan
dapat dikatakan cukup berhasil karena dapat langsung disampaikan kepada target
masyarakat yang melihat dan membaca isi dari kebijakan tersebut sehingga tidak
110
5.2 Saran
khususnya dalam akta kelahiran agar tidak ada lagi terjadi penumpukan
alat – alat ini agar terus berada dalam kondisi baik setiap kali digunakan
3. Dari segi prasarana juga diperlukan perluasan ruang tunggu untuk masyarakat
tempat umum yang lebih strategis agar dapat dilihat oleh banyak masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah
Agustino, Leo. 2008. Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Nugroho D., Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi Implementasi, dan
Evaluasi. Jakarta : Gramedia
Dunn, N. William. 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, edisi II. Jogjakarta:
Gajah Mada University Press.
Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik ( Konsep, Teori, dan Aplikasi)
Yogyakarta : Pustaka Belajar
x
Dokumen lain
Sumber Lain
Setiawati, Ani. 2009. Evaluasi Program Quick Wins di Tingkat Internal Humas
Kepolisian Daerah Banten. Tidak Diterbitkan.
xi
buku 7
pedoman PELAKSANAAN
QUICK WINS
kementerian
pendayagunaan aparatur negara
dan reformasi birokrasi
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS
iii
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS.
iv
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 25 Februari 2011
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 1
BAB V PENUTUP 15
LAMPIRAN 17
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Matriks Identifikasi Quick Wins 6
Gambar 2 Langkah-langkah Perumusan Quick Wins 7
Gambar 3 Langkah – Langkah Menetapkan Quick Wins 9
Gambar 4 Langkah – Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins 11
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan
didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untuk
selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan berkelanjutan.
Keluaran dari pelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme
kerja atau produk utama Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
yang sesuai dengan peran, tupoksi dan karakteristik masing-masing. Untuk
mengawal dan memandu pelaksanaan quick wins, maka perlu disusun pedoman
pelaksanaannya.
1.2. Tujuan
BAB I
2 Pendahuluan
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Pengertian
Pengertian yang digunakan dalam pedoman pelaksanaan ini adalah
sebagai berikut:
a. Quick wins atau juga sering disebut low-hanging fruit adalah suatu inisiatif
yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan
sulit. Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang
positif dan kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang
berat. Sesuatu yang berat ini merupakan inti dari suatu program besar
tersebut. Quick wins untuk setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah serta untuk tema tertentu dapat berupa organization quick wins,
regulation quick wins atau human resource quick wins;
c. Wawancara adalah proses tanya jawab untuk menggali data dan informasi
mengenai aspek-aspek suatu topik baik secara terstruktur maupun tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana semua
pertanyaan yang akan ditanyakan telah dipersiapkan terlebih dahulu secara
fixed dan ditanyakan kepada semua responden dengan urut-urutan yang
sama untuk menjaga tingkat presisi dan realiabilitas. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara dimana tidak diperlukan format pertanyaan
yang baku seperti wawancara terstruktur. Namun demikian pewawancara
dapat menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kunci yang mana dalam proses
wawancara pertanyaan-pertanyaan selanjutnya sangat bergantung pada
respon atau jawaban dari responden;
2.2 Prinsip
b. Mudah dan Cepat. Inisiatif yang dipilih mudah dilaksanakan dan hasilnya
cepat dirasakan;
BAB III
PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS
c. Memberikan dampak perbaikan yang besar dan dapat dirasakan oleh para
pemangku kepentingan eksternal dan internal Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah;
Tabel 1
Identifikasi Quick Wins Berdasarkan Kriteria
PROGRAM:
AKTIVITAS:
NO KRITERIA YA TIDAK
1 Merupakan program reformasi birokrasi
Merupakan bagian utama dari peran, tugas, fungsi, dan
2 karakteristik Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah
3 Memberikan dampak perubahan yang besar
Manfaat perbaikan dan perubahan dapat dirasakan
4
secepatnya (waktu pelaksanaan kurang dari 12 bulan)
gambar 1
Matriks Identifikasi Quick Wins
Langkah – Langkah perumusan Quick Wins dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah
ini:
Gambar 2
Langkah-langkah Perumusan Quick Wins
Template sederhana yang digunakan di dalam setiap langkah di atas dapat dilihat
pada Lampiran 1.
a. Penilaian Tingkat Pencapaian Kinerja Saat Ini. Aspek ini berupaya untuk
mengetahui tingkat pencapaian kinerja Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah saat ini yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi
yang menjadi core businesses dari Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah. Untuk mengetahui tingkat pencapaian ini, data atau informasi dari
para pemangku kepentingan utama dapat diperoleh melalui base line survey,
wawancara, focused group discussion, analisis statistic, desk research, dan
sebagainya. Secara obyektif, skor 1 – 5 diberikan untuk menilai masing –
masing tingkat pencapaian kinerja yang ada saat ini;
gambar 3
Langkah – Langkah menetapkan Quick Wins
bab iV
LangKah-LangKah daLam peLaKSanaan
QUICK WINS
Berikut tahapannya:
gambar 4
Langkah – Langkah dalam pelaksanaan Quick Wins
Tabel 3
Tahap Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi
4.3 Pelaporan
BAB V
PENUTUP
Lampiran
16
No Keluaran Utama
2
3
Lampiran
18
BAB V - Penutup
20
1. Input (Masukan)
Q1 Bagaimana sumber daya manusia terkait pelaksanaan program tersebut?
I1-1 SDM bisa dibilang kurang mencukupi untuk melayani pembuatan akta
kelahiran, soalnya jumlah pegawai terbatasi juga dengan jumlah sarana yang
tersedia seperti komputer misalnya dan juga kita harus mengirim pegawai kita
ke rumah sakit untuk pelayanan akte kelahiran secara jemput bola, dari segi
kemampuan (kualitas) setiap pegawai cukup paham dengan SOP (Standard
Operating Procedure) yang ada, kami juga rutin memberikan pelatihan untuk
para pegawai agar semakin paham tugas tugas mereka
I1-2 berbicara tentang SDM, soal SDM tidak hanya bicara tentang jumlah saja,
namun juga kualitasnya, mampu kaga tuh orang orangnya dalam melaksanakan
tugasnya, menurut saya disini SDM nya cukup baik, pegawai pelayanan kita
semua paham apa yang harus dikerjakan, ngerti apa-apa aja yang harus mereka
lakukan,karena kami juga mengadakan pelatihan juga
I2-1 Kalo SDM di Satpel kecamatan Tanjung Priok saya rasa disini masih kurang
mas karena sering sekali masyarakat mengantri pas pembuatan akte kelahiran
sama surat perpindahan
I2-2 SDM di kecamatan cilincing sih saya rasa cukup yaa mas soalnya kita kaga
pernah keteteran setiap melakukan pelayanan akta kelahiran
I2-3 Saya rasa sih SDM di satpel koja masih kurang mas, soalnya seringkali kami
kesulitan di saat pelaksanaan pelayanan administrasi
Q2 Bagaimana sarana dan prasarana penunjang terkait program tersebut?
Apakah sudah memadai?
I1-1 untuk sarana dan prasarana memang dirasa masih kurang ,apalagi dengan
jumlah komputer yang kurang jadinya menghambat proses pelayanan. Kalau
dengan ruang tunggu disini memang tergolong kecil karena memang ruang di
gedung ini tidak mencukupi lagi
I1-2 Sarana dan prasarana sih memang dari jumlah komputer yang ada dirasa kurang
mencukupi untuk pelaksanaan administrasi kependudukan, ini juga nantinya
berhubungan juga sama jumlah SDM yang mengoperasikannya. Kalau untuk
ruang tunggu untuk masyarakat sih memang terasa kecil karena memang kita
mempunyai keterbatasan penggunaan lahan.
I2-1 Kalau sarana dan prasarana sih di kecamatan dirasa kurang karena hanya ada
dua komputer buat pengerjaan akte kelahiran dan surat perpindahan, jadi agak
lama jika terdapat banyak masyarakat. Namun jika dari segi ruang tunggu
dirasa cukup luas dan nyaman.
I2-2 Sarana dan prasarana sih saya rasa cukup, hanya saja jaringan sistem informasi
sering mengalami gangguan sehingga pelayanan pun sering terhambat gara –
gara itu
I2-3 kurang memadai mas karena komputer yang digunakan untuk pelayanan sering
mengalami kerusakan dan jaringan sistemnya sering mengalami gangguan. Tapi
untuk ruang tunggu di satpel sih dirasa cukup nyaman untuk masyarakat
I4-2 Kalau ruang tunggu di kecamatan sih saya rasa cukup nyaman ya mas soalnya
cukup luas dan ada ac nya juga, dulu saya pernah ke kantor suku dinasnya dan
ruang tunggu disana sama sekali tidak nyaman karena sempit dan pengap jika
banyak orang
2. Proses
Q4 Bagaimana mekanisme pelaksanaan program tersebut?
I1-1 Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini pun
melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulai dari
pengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir di pencetakan
akta kelahiran
I1-2 Untuk mekanismenya sendiri sih kami udah punya SOP (Standar Operating
Procedure) nya sendiri mas, yang berisi tentang urutan pengerjaan dan waktu
pengerjaan juga. Jadi petugas pelayanan tidak akan kebingungan dalam
melakukan pekerjaannya
I2-1 Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjain sesuai dengan
SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkas dahulu lalu dilanjutin
dengan input data ke komputer gitu mas
I2-2 Kalau mekanisme sih selalu diawali sama pengecekan kelengkapan berkas
dahulu, lalu input ke sistem melalui komputer, setelah verifikasi tinggal cetak
deh. Biasanya yang memakan waktu lama itu ada di proses verifikasi, kalo dari
input ke sistem itu biasanya tidak sampai 15 menit kalau tidak ada gangguan.
I2-3 Kalo mekanisme pekerjaan sih kami melakukan sesuai yang ada di SOP
3. Output (Hasil)
Q9 Apakah sudah sesuai antara pelaksanaan dengan tujuan dari program
tersebut?
I1-1 belum mencapai target, tujuan utama dari program ini adalah pembuatan akta
kelahiran hanya dalam 5 hari. Namun pada kenyataannya bisa lebih dari itu,
penyebabnya ya karena jaringan yang sering gangguan dan kurangnya sdm
dalam mengatasi permintaan akta kelahiran
I1-2 kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari program ini juga untuk
kepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kami masih terdapat kekurangan
dari segi sdm dan sarana jadi tujuan dari program quick wins yaitu pembuatan
akta kelahiran selama 5 hari masih belum bisa tercapai
Q10 Apalah pelaksanaan kebijakan yang dilakukan sudah tepat sasaran?
I1-1 tentu saja tepat sasaran, karena setiap masyarakat diwajibkan memiliki akta
kelahiran. Maka dengan program ini diharapkan kami dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
I1-2 sudah tepat, kami menjalankan program ini sudah menentukan tempat tempat
yang sekiranya efektif untuk pelayanan akta kelahiran, misalnya seperti
membuka pelayanan di rumah sakit seperti di rumah sakit koja. Disana sudah
jelas bahwa sasarannya adalah masyarakat ang baru mempunyai anak agar
segera membuat akta kelahiran
Q11 Bagaimana kelanjutan dari sasaran kebijakan yang telah tertangani?
I1-1 tentu saja kami tidak melakukan pengawasan, karena akta kelahiran yang sudah
diberikan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya masing – masing. Tanggung
jawab kami hanyalah menjaga data kependudukan masyarakat agar tetap terjaga
dan tidak disalahgunakan oleh orang lain
I1-2 tidak ada pengawasan kepada masyarakat, yang kami lakukan hanyalah
menjaga data kependudukan masyarakat tetap terjaga dan tidak dipergunakan
oleh orang lain
Q12 Siapa saja kelompok-kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan program
tersebut?
I1-1 yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpel kecamatan,
dan dari suku dinas itu sendiri
I1-2 kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalu satpel
kecamatan dan dari suku dinas juga mas
4. Outcome (Dampak)
Q13 Adakah perubahan terhadap kelompok sasaran dari kebijakan tersebut?
I1-1 setelah pelaksanaan tentu saja ada perubahan, yang paling jelas adalah dari
proses pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya mencapai 30 hari sekarang
paling lambat hanya seminggu saja. Juga tidak ada lagi penumpukan
masyarakat yang ingin membuat akta kelahiran di suku dinas karena sudah
adanya satpel di seluruh kecamatan
I1-2 setelah ada program ini pastinya ada perubahan khususnya dalam pelayanan
akta kelahiran ini, dengan menempatkan satpel kecamatan dan pelayanan di
rumah sakit membuat pelayanan akta lebih tersebar dan dapat dijangkau
masyarakat. Penggunaan sistem online juga membuat proses penginputan data
menjadi semakin mudah dan cepat sehingga pembuatan akta kelahiran tidak
lagi mencapai 30 hari
TENTANG
c. bahwa . . .
DISTRIBUSI II
-2-
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 26 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4674);
MEMUTUSKAN:
Pasal I
1. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
-3-
1. Ketentuan angka 14, angka 20, dan angka 24 Pasal 1
diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
8. Dokumen . . .
DISTRIBUSI II
-4-
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi
yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang
mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti
autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
14. Kartu . . .
DISTRIBUSI II
-5-
14. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya
disingkat KTP-el, adalah Kartu Tanda Penduduk
yang dilengkapi cip yang merupakan identitas
resmi penduduk sebagai bukti diri yang
diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.
20. Petugas . . .
DISTRIBUSI II
-6-
20. Petugas Registrasi adalah pegawai yang diberi
tugas dan tanggung jawab memberikan
pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan
dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan
penyajian Data Kependudukan di
desa/kelurahan atau nama lainnya.
Pasal 5
a. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-7-
a. koordinasi antarinstansi dan antardaerah;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar;
c. fasilitasi dan sosialisasi;
d. pembinaan, pembimbingan, supervisi,
pemantauan, evaluasi dan konsultasi;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan
berskala nasional;
f. menyediakan blangko KTP-el bagi
kabupaten/kota;
g. menyediakan blangko dokumen kependudukan
selain blangko KTP-el melalui Instansi Pelaksana;
dan
h. pengawasan.
Pasal 6
e. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-8-
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
Pasal 7
h. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-9-
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
Pasal 8
(2) Kewajiban . . .
DISTRIBUSI II
- 10 -
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a untuk pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam
pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai
pencatat pada KUAKec.
Pasal 12
(3) Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 11 -
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman
pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 27
Pasal 32
(2) Dihapus.
9. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 12 -
9. Ketentuan ayat (1) Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua
rukun tetangga atau nama lainnya di domisili
Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada Register Akta Kematian dan menerbitkan
Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan
kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan
seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya
penetapan pengadilan.
(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak
jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan
pencatatan kematian berdasarkan keterangan
dari kepolisian.
Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua
pada Instansi Pelaksana paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal surat pengakuan
anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak
yang bersangkutan.
(2) Pengakuan . . .
DISTRIBUSI II
- 13 -
(2) Pengakuan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama, tetapi belum sah
menurut hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengakuan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengakuan anak.
11. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 50 diubah dan
penjelasan ayat (1) Pasal 50 diubah, sehingga
Pasal 50 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh
orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu
dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Pengesahan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama dan hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengesahan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengesahan anak.
Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data
perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.
(3) Data . . .
DISTRIBUSI II
- 15 -
(3) Data agregat meliputi himpunan data
perseorangan yang berupa data kuantitatif dan
data kualitatif.
(4) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang
digunakan untuk semua keperluan adalah Data
Kependudukan dari Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan
dalam negeri, antara lain untuk pemanfaatan:
a. pelayanan publik;
b. perencanaan pembangunan;
c. alokasi anggaran;
d. pembangunan demokrasi; dan
e. penegakan hukum dan pencegahan
kriminal.
13. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan
ayat (6) Pasal 63 diubah dan ayat (2) dihapus,
sehingga Pasal 63 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 63
(5) Penduduk . . .
DISTRIBUSI II
- 16 -
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP-el wajib
membawanya pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya memiliki 1 (satu) KTP-el.
Pasal 64
(5) Elemen . . .
DISTRIBUSI II
- 17 -
(5) Elemen data penduduk tentang agama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai
agama berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan atau bagi penghayat
kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan
dicatat dalam database kependudukan.
(6) Dalam KTP-el sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tersimpan cip yang memuat rekaman
elektronik data perseorangan.
(7) KTP-el untuk:
a. Warga Negara Indonesia masa berlakunya
seumur hidup; dan
b. Orang Asing masa berlakunya disesuaikan
dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap.
15. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 18 -
15. Ketentuan ayat (1) Pasal 68 ditambahkan 1 (satu)
huruf, yakni huruf f, sehingga Pasal 68 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 68
Pasal 76
17. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 19 -
17. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga Pasal 77
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 77
Setiap orang dilarang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data
Kependudukan dan/atau elemen data Penduduk.
Pasal 79
(1) Data Perseorangan dan dokumen kependudukan
wajib disimpan dan dilindungi kerahasiaannya
oleh Negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan
hak akses Data Kependudukan kepada petugas
provinsi dan petugas Instansi Pelaksana serta
pengguna.
(3) Petugas dan pengguna sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilarang menyebarluaskan Data
Kependudukan yang tidak sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan,
ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
20. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 20 -
20. Di antara BAB VIII dan BAB IX disisipkan 1 (satu)
BAB, yakni BAB VIIIA sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB VIIIA
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
PEJABAT STRUKTURAL
Pasal 83A
(1) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
atas usulan gubernur.
(2) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
kabupaten/kota diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri atas usulan bupati/walikota melalui
gubernur.
(3) Penilaian kinerja pejabat struktural sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
secara periodik oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan
prosedur pengangkatan dan pemberhentian
pejabat struktural sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), serta penilaian kinerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi
memuat:
DISTRIBUSI II a. keterangan . . .
- 21 -
a. keterangan tentang cacat fisik dan/atau
mental;
b. sidik jari;
c. iris mata;
d. tanda tangan; dan
e. elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai elemen data
lainnya yang merupakan aib seseorang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 86 diubah dan
di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat
yakni ayat (1a), sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 86
Pasal 87
Dihapus.
24. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 22 -
24. Di antara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) BAB,
yakni BAB IXA sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB IXA
PENDANAAN
Pasal 87A
Pasal 87B
Pasal 94
26. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 23 -
26. Di antara Pasal 95 dan Pasal 96 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 95A dan Pasal 95B yang berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 95A
Setiap orang yang tanpa hak menyebarluaskan Data
Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (3) dan Data Pribadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1a) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 95B
Setiap pejabat dan petugas pada desa/kelurahan,
kecamatan, UPT Instansi Pelaksana dan Instansi
Pelaksana yang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan pungutan biaya
kepada Penduduk dalam pengurusan dan penerbitan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 79A dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah).
Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dan huruf g dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
28. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 24 -
28. Di antara Pasal 96 dan Pasal 97 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 96A yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 96A
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah wajib memberikan NIK kepada setiap
Penduduk.
b. semua instansi pengguna wajib menjadikan NIK
sebagai dasar penerbitan dokumen paling lambat
1 (satu) tahun terhitung sejak instansi pengguna
mengakses data kependudukan dari Menteri.
c. KTP-el yang sudah diterbitkan sebelum Undang-
Undang ini ditetapkan berlaku seumur hidup.
d. keterangan mengenai alamat, nama, dan nomor
induk pegawai pejabat dan penandatanganan oleh
pejabat pada KTP-el sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (1) dihapus setelah database
kependudukan nasional terwujud.
Pasal 102
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. semua . . .
DISTRIBUSI II
- 25 -
a. semua singkatan “KTP” sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan harus
dimaknai “KTP-el”;
b. semua kalimat “wajib dilaporkan oleh Penduduk
kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya
peristiwa” sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan harus dimaknai
”wajib dilaporkan oleh Penduduk di Instansi
Pelaksana tempat Penduduk berdomisili”; dan
c. semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan Administrasi Kependudukan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini.
Pasal 103
Pasal II
Agar . . .
DISTRIBUSI II
- 26 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
DISTRIBUSI II
PENJELASAN
ATAS
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
hakekatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan
atas status hukum atas Peristiwa Kependudukan maupun Peristiwa
Penting yang dialami Penduduk. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan yang merupakan
penjabaran amanat Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan tertib
Administrasi Kependudukan dengan terbangunnya database
kependudukan secara nasional serta keabsahan dan kebenaran atas
dokumen kependudukan yang diterbitkan.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi
Penduduk diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak
administratif penduduk dalam pelayanan publik serta memberikan
perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen
Kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran
aktif Pemerintah dan pemerintah daerah. Penerapan KTP-el yang saat
ini dilaksanakan merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat
serta mendukung akurasi terbangunnya database kependudukan di
kabupaten/kota, provinsi maupun database kependudukan secara
nasional. Dengan penerapan KTP-el maka setiap Penduduk tidak
dimungkinkan lagi dapat memiliki KTP-el lebih dari satu dan/atau
dipalsukan KTP-elnya, mengingat dalam KTP-el tersebut telah memuat
kode keamanan dan rekaman elektronik data penduduk yang antara
lain berupa iris mata maupun sidik jari Penduduk.
Dengan . . .
DISTRIBUSI II
-2-
Dengan penerapan KTP-el maka masa pemberlakuan KTP-el
yang diatur dalam Pasal 64 ayat (4) yakni berlaku 5 (lima) tahun
menjadi seumur hidup, sepanjang tidak adanya perubahan atas
elemen data Penduduk dan berubahnya domisili Penduduk. Hal ini
perlu dilakukan agar diperoleh kemudahan dan kelancaran dalam
pelayanan publik diberbagai sektor baik oleh pemerintah maupun
swasta serta diperolehnya penghematan keuangan negara setiap
5 (lima) tahunnya.
Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .
DISTRIBUSI II
-3-
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Huruf f
Huruf g
Huruf h
Cukup jelas.
Angka 3 . . .
DISTRIBUSI II
-4-
Angka 3
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Huruf e
Cukup jelas.
Angka 4
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e . . .
DISTRIBUSI II
-5-
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Huruf g
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Angka 5
Pasal 8
Cukup jelas.
Angka 6 . . .
DISTRIBUSI II
-6-
Angka 6
Pasal 12
Cukup jelas.
Angka 7
Pasal 27
Ayat (1)
Ayat (2)
Angka 8
Pasal 32
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 44
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
DISTRIBUSI II
-7-
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Angka 10
Pasal 49
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 50
Ayat (1)
Ayat (2) . . .
DISTRIBUSI II
-8-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 12
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i . . .
DISTRIBUSI II
-9-
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
Huruf t
Cukup jelas.
Huruf u . . .
DISTRIBUSI II
- 10 -
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Huruf y
Cukup jelas.
Huruf z
Cukup jelas.
Huruf aa
Cukup jelas.
Huruf bb
Cukup jelas.
Huruf cc
Cukup jelas.
Huruf dd
Cukup jelas.
Huruf ee
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang . . .
DISTRIBUSI II
- 11 -
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif adalah
data yang berupa angka-angka.
Ayat (4)
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Huruf d . . .
DISTRIBUSI II
- 12 -
Huruf d
Huruf e
Angka 13
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dihapus.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6) . . .
DISTRIBUSI II
- 13 -
Ayat (6)
Angka 14
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Angka (9) . . .
DISTRIBUSI II
- 14 -
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Angka 15
Pasal 68
Cukup jelas.
Angka 16
Pasal 76
Cukup jelas.
Angka 17
Pasal 77
Cukup jelas.
Angka 18
Pasal 79
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 19 . . .
DISTRIBUSI II
- 15 -
Angka 19
Pasal 79A
Angka 20
Pasal 83A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Angka 21
Pasal 84
Cukup jelas.
Angka 22
Pasal 86
Cukup jelas.
Angka 23
Pasal 87
Dihapus.
Angka 24 . . .
DISTRIBUSI II
- 16 -
Angka 24
Pasal 87A
Cukup jelas.
Pasal 87B
Cukup jelas.
Angka 25
Pasal 94
Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 95A
Cukup jelas.
Pasal 95B
Cukup jelas.
Angka 27
Pasal 96
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 96A
Cukup jelas.
Angka 29
Pasal 101
Cukup jelas.
Angka 30
Pasal 102
Cukup jelas.
Angka 31
Angka 31 . . .
DISTRIBUSI II
- 17 -
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.
DISTRIBUSI II
www.hukumonline.com
Menimbang:
a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban memberikan
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas
setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk
Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status
hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk
Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kependudukan;
c. bahwa pengaturan tentang Administrasi Kependudukan hanya dapat terlaksana apabila
didukung oleh pelayanan yang profesional dan peningkatan kesadaran penduduk, termasuk
Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri;
d. bahwa peraturan perundang-undangan mengenai Administrasi Kependudukan yang ada
tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang tertib dan
tidak diskriminatif sehingga diperlukan pengaturan secara menyeluruh untuk menjadi
pegangan bagi semua penyelenggara negara yang berhubungan dengan kependudukan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c,
dan huruf d, perlu membentuk undang-undang tentang Administrasi Kependudukan.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4), Pasal 26, Pasal 28 B ayat (1),
Pasal 28 D ayat (4), Pasal 28 E ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 I, Pasa129 ayat (1), Pasal 34
ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3019);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32);
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3474);
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan International Convention On
The Elimination Of All Forms Of Racial Discrimination 1965 (Konvensi Internasional tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3852);
6. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3882);
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3886);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4235);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4634).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan
Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya
untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.
4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri.
6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan.
7. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab
dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi Kependudukan.
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana
yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
9. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang terstruktur
sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
10. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan
Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan
serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.
11. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus dilaporkan
karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang,
perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
12. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk
yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai
Penduduk Indonesia.
13. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang memuat data
tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
14. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmi Penduduk
sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
15. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam
register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.
16. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang
dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
17. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian,
lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak,
perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan.
18. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
19. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal
menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
20. Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab
memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting serta
pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan di desa/kelurahan.
21. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi
Pelaksana sebagai satu kesatuan.
22. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga
kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya,
23. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya disingkat KUAKec, adalah satuan kerja yang
melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi
Penduduk yang beragama Islam.
24. Unit Pelaksana Teknis Dinas Instansi Pelaksana, selanjutnya disingkat UPTD Instansi
Pelaksana, adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang melaksanakan pelayanan
Pencatatan Sipil dengan kewenangan menerbitkan akta.
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK
Pasal 2
Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
a. Dokumen Kependudukan;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 3
Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang
dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
Pasal 4
Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib
melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi
Pelaksana Pencatatan Sipil negara setempat dan/atau kepada Perwakilan Republik Indonesia
dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil.
BAB III
KEWENANGAN PENYELENGGARA DAN INSTANSI PELAKSANA
Bagian Kesatu
Penyelenggara
Paragraf 1
Pemerintah
Pasal 5
Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
secara nasional, yang dilakukan oleh Menteri dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi antar instansi dalam urusan Administrasi Kependudukan;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
c. sosialisasi Administrasi Kependudukan;
d. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan Administrasi
Kependudukan;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional; dan
f. pencetakan, penerbitan, dan distribusi blangko Dokumen Kependudukan.
Paragraf 2
Pemerintah Provinsi
Pasal 6
Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Paragraf 3
Pemerintah Kabupaten/Kota
Pasal 7
(1) Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan
urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati/walikota dengan
kewenangan meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi
Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi
Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota; dan
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Bagian Kedua
Instansi Pelaksana
Pasal 8
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban
yang meliputi:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat Peristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang lama dan profesional. kepada setiap Penduduk atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting;
c. menerbitkan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh
Penduduk dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pencatatan nikah, talak,
cerai, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam pada tingkat kecamatan dilakukan
oleh pegawai pencatat pada KUAKec.
(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat kecamatan dilakukan oleh UPTD Instansi
Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan Akta Pencatatan Sipil.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan tata cara
Pencatatan Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan
berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan prioritas pembentukannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewenangan
yang meliputi:
a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting yang dilaporkan Penduduk;
b. memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami Penduduk atas dasar
putusan atau penetapan pengadilan;
c. memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian kepada lembaga
peradilan; dan
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil untuk kepentingan pembangunan.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berlaku juga bagi
KUAKec, khususnya untuk pencatatan nikah, talak, term, dan rujuk bagi Penduduk yang
beragama Islam.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mempunyai
kewenangan untuk mendapatkan data hasil pencatatan peristiwa perkawinan, perceraian,
dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam dari KUAKec.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenal penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 11
(1) Pejabat Pencatatan Sipil mempunyai kewenangan melakukan verifikasi kebenaran data,
melakukan pembuktian pencatatan atas nama jabatannya, mencatat data dalam register
akta Pencatatan Sipil, menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil, dan membuat catatan
pinggir pada akta-akta Pencatatan Sipil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 12
(1) Petugas Registrasi membantu kepala desa atau lurah dan Instansi Pelaksana dalam
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh
bupati/walikota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.
BAB IV
PENDAFTARAN PENDUDUK
Bagian Kesatu
Nomor Induk Kependudukan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 13
(1) Setiap Penduduk wajib memiliki NIK.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup dan selamanya, yang
diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi Pelaksana kepada setiap Penduduk
setelah dilakukan pencatatan biodata.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap Dokumen
Kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok
wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas
lainnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara dan ruang lingkup penerbitan
dokumen identitas lainnya, serta pencantuman NIK diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pendaftaran Peristiwa Kependudukan
Paragraf 1
Perubahan Alamat
Pasal 14
(1) Dalam hal terjadi perubahan alamat Penduduk, Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan
penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan perubahan dokumen
Pendaftaran Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.
Paragraf 2
Pindah Datang Penduduk dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 15
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah asal untuk mendapatkan
Surat Keterangan Pindah.
(2) Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berdomisilinya Penduduk di alamat
yang baru untuk waktu lebih dari 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang
bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun.
(3) Berdasarkan Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penduduk
yang bersangkutan wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah tujuan untuk
penerbitan Surat Keterangan Pindah Datang,
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai
dasar perubahan atau penerbitan KK dan KTP bagi Penduduk yang bersangkutan,
Pasal 16
Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan pendaftaran pindah datang Penduduk Warga Negara
Indonesia yang bertransmigrasi.
Pasal 17
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal
Tetap yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan
rencana kepindahannya kepada Instansi Pelaksana di daerah asal.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(3) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan kedatangan kepada Instansi
Pelaksana di daerah tujuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan Surat
Keterangan Pindah Datang.
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai
dasar perubahan atau penerbitan KK, KTP, atau Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi
Orang Asing yang bersangkutan.
Paragraf 3
Pindah Datang Antar negara
Pasal 18
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah ke luar negeri wajib melaporkan rencana
kepindahannya kepada Instansi Pelaksana.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri.
(3) Penduduk Warga Negara Indonesia yang telah pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan berstatus menetap di luar negeri wajib melaporkan kepada Perwakilan Republik
Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak kedatangannya.
Pasal 19
(1) Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri wajib melaporkan kedatangannya
kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal kedatangan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri sebagai dasar penerbitan KK
dan KTP.
Pasal 20
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang datang dari luar negeri dan Orang
Asing yang memiliki izin lainnya yang telah berubah status sebagai pemegang Izin Tinggal
Terbatas yang berencana bertempat tanggal di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari
sejak diterbitkan Izin Tinggal Terbatas.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Terbatas.
(4) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibawa pada
saat berpergian.
Pasal 21
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang telah berubah status menjadi Orang
Asing yang memiliki lzin Tinggal Tetap wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan lzin Tinggal Tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan KK dan KTP.
Pasal 22
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin
Tinggal Tetap yang akan pindah ke luar negeri wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana
paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum rencana kepindahannya.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana melakukan
pendaftaran.
Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran Peristiwa Kependudukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 22 diatur dalam Peraturan Presiden.
Paragraf 4
Penduduk Pelintas Batas
Pasal 24
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang tinggal di perbatasan antar negara yang
bermaksud melintas batas negara diberi buku pas lintas batas oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah memperoleh buku pas lintas
batas wajib didaftar oleh Instansi Pelaksana.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran bagi Penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan
Pasal 25
(1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan Penduduk rentan Administrasi
Kependudukan yang meliputi:
a. penduduk korban bencana alam;
b. penduduk korban bencana sosial;
c. orang terlantar; dan
d. komunitas terpencil.
(2) Pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan di tempat sementara.
(3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penerbitan
Surat Keterangan Kependudukan untuk Penduduk rentan Administrasi Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pendataan Penduduk rentan
diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keempat
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri
Pasal 26
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa
Kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau
meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Presiden.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
BAB V
PENCATATAN SIPIL
Bagian Kesatu
Pencatatan Kelahiran
Paragraf 1
Pencatatan Kelahiran di Indonesia
Pasal 27
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat
terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
Pasal 28
(1) Pencatatan kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran
terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan
orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi Berita Acara
Pemeriksaan dari kepolisian.
(2) Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil dan disimpan oleh lnstansi Pelaksana.
Paragraf 2
Pencatatan Kelahiran di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 29
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan kepada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(4) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang
bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.
Paragraf 3
Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang
Pasal 30
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di atas kapal laut atau pesawat terbang wajib dilaporkan
oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tujuan atau tempat singgah
berdasarkan keterangan kelahiran dari nakhoda kapal laut atau kapten pesawat terbang.
(2) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada Instansi
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pelaksana setempat untuk dicatat dalam Register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan
Akta Kelahiran.
(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada negara
tempat tujuan atau tempat singgah.
(4) Apabila negara tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada
Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(5) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mencatat peristiwa
kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(6) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilaporkan
oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga
Negara Indonesia yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.
Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 diatur dalam Peraturan Presiden.
Paragraf 4
Pencatatan Kelahiran yang Melampaui Batas Waktu
Pasal 32
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas
waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (sate) tahun sejak tanggal kelahiran,
pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana
setempat.
(2) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kedua
Pencatatan Lahir Mati
Pasal 33
(1) Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan
Lahir Mati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan lahir mati
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Ketiga
Pencatatan Perkawinan
Paragraf 1
Pencatatan Perkawinan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 34
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 35
Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula bagi:
a. perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan
b. perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga
Negara Asing yang bersangkutan.
Pasal 36
Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan perkawinan
dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
Paragraf 2
Pencatatan Perkawinan di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 37
(1) Perkawinan Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan perkawinan bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
perkawinan dalam Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(4) Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh
yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.
Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perkawinan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keempat
Pencatatan Pembatalan Perkawinan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 39
(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh Penduduk yang mengalami pembatalan
perkawinan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah
putusan pengadilan tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut Kutipan Akta
Perkawinan dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan
Perkawinan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan
perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Presiden.
Bagian Kelima
Pencatatan Perceraian
Paragraf 1
Pencatatan Perceraian di Indonesia
Pasal 40
(1) Perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak putusan pengadilan tentang perceraian yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
Paragraf 2
Pencatatan Perceraian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 41
(1) Perceraian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan perceraian bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
perceraian dalam Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
(4) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh
yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.
Pasal 42
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perceraian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keenam
Pencatatan Pembatalan Perceraian
Pasal 43
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Pembatalan perceraian bagi Penduduk wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang
pembatalan perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mencabut
Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan
Pembatalan Perceraian.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan
perceraian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.
Bagian Ketujuh
Pencatatan Kematian
Paragraf 1
Pencatatan Kematian di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Kematian dan menerbitkan Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan
keterangan kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah
adanya penetapan pengadilan.
(5) Dalam hai terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana
melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan dari kepolisian.
Paragraf 2
Pencatatan Kematian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 45
(1) Kematian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepada Perwakilan
Republik Indonesia dan wajib dicatatkan kepada instansi yang berwenang di negara
setempat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kematian.
(2) Apabila Perwakilan Republik Indonesia mengetahui peristiwa kematian seseorang Warga
Negara Indonesia di negara setempat yang tidak dilaporkan dan dicatatkan paling lambat 7
(tujuh) hari sejak diterimanya informasi tersebut, pencatatan kematiannya dilakukan oleh
Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Dalam hal seseorang Warga Negara Indonesia dinyatakan hilang, pernyataan kematian
karena hilang dan pencatatannya dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara setempat.
(4) Dalam hal terjadi kematian seseorang Warga Negara Indonesia yang tidak jelas
identitasnya, pernyataan dan pencatatan dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara
setempat.
(5) Keterangan pernyataan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dicatatkan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(6) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi dasar Instansi Pelaksana di
Indonesia mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti di pengadilan sebagai dasar
penetapan pengadilan mengenai kematian seseorang.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 46
Ketentuan Iebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 dan Pasal 45 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kedelapan
Pencatatan Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak, dan Pengesahan Anak
Paragraf 1
Pencatatan Pengangkatan Anak di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 47
(1) Pencatatan pengangkatan anak dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan di tempat
tinggal pemohon.
(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh
Penduduk kepada instansi Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya salinan penetapan pengadilan oleh
Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada Register Akta Kelahiran dan Kutipan Akta Kelahiran.
Paragraf 2
Pencatatan Pengangkatan Anak Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Pasal 48
(1) Pengangkatan anak warga negara asing yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang
berwenang di negara setempat.
(2) Hasil pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan Pengangkatan Anak bagi warga negara asing, warga negara yang bersangkutan
melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia setempat untuk mendapatkan surat
keterangan pengangkatan anak.
(4) Pengangkatan anak warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia,
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Instansi Pelaksana
mengukuhkan Surat Keterangan Pengangkatan Anak.
Paragraf 3
Pencatatan Pengakuan Anak
Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua pada Instansi Pelaksana paling Iambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari
anak yang bersangkutan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua
yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar hubungan
perkawinan yang sah.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan menerbitkan Kutipan Akta Pengakuan
Anak.
Paragraf 4
Pencatatan Pengesahan Anak
Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua
yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak yang lahir diluar hubungan
perkawinan yang sah.
(3) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Akta Kelahiran.
Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pengangkatan anak,
pengakuan anak, dan pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal
49, dan Pasal 50 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kesembilan
Pencatatan Perubahan Nama dan Perubahan Status Kewarganegaraan
Paragraf 1
Pencatatan Perubahan Nama
Pasal 52
(1) Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri
tempat pemohon.
(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh
Penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan negeri oleh Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipi1
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.
Paragraf 2
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Pasat 53
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari warga negara asing menjadi Warga Negara
Indonesia wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di
tempat peristiwa perubahan status kewarganegaraan paling lambat 60 (enam puluh) hari
sejak berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Paragraf 3
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia Menjadi
Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 54
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia menjadi warga negara
asing di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah mendapatkan
persetujuan dari negara setempat wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan
kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Perwakilan Republik Indonesia setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan
Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia.
(3) Pelepasan kewarganegaraan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan
oleh Perwakilan Republik Indonesia setempat kepada menteri yang berwenang berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana
yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil yang bersangkutan.
(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.
Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan perubahan nama dan status
kewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Pasal 53, dan Pasal 54 diatur dalam
Peraturan Presiden.
Bagian Kesepuluh
Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya
Pasal 56
(1) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil atas
permintaan Penduduk yang bersangkutan setelah adanya penetapan pengadilan negeri
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan Peristiwa Penting
lainnya diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kesebelas
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Melaporkan Sendiri
Pasal 57
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa Penting
yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau meminta
bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pelaporan Penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.
BAB VI
DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Bagian Kesatu
Data Kependudukan
Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.
(2) Data perseorangan meliputi:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung:
o. nama Ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah:
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian.
(3) Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data kuantitatif dan data
kualitatif.
Bagian Kedua
Dokumen Kependudukan
Pasal 59
(1) Dokumen Kependudukan meliputi:
a. Biodata Penduduk;
b. KK;
c. KTP;
d. surat keterangan kependudukan; dan
e. Akta Pencatatan Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Surat keterangan kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. Surat Keterangan Pindah;
b. Surat Keterangan Pindah Datang;
c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
e. Surat Keterangan Tempat Tinggal;
f. Surat Keterangan Kelahiran;
g. Surat Keterangan Lahir Mati;
h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
j. Surat Keterangan Kematian;
k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;
m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan
n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
(3) Biodata Penduduk, KK, KTP, Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia
antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara
Indonesia antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Orang
Asing dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah ke
Luar Negeri, Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri, Surat Keterangan Tempat Tinggal
untuk Orang Asing Tinggal Terbatas, Surat Keterangan Kelahiran untuk Orang Asing, Surat
Keterangan Lahir Mati untuk Orang Asing, Surat Keterangan Kematian untuk Orang Asing,
Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan, Surat Keterangan Pembatalan Perceraian, Surat
Keterangan Pengganti Tanda Identitas, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Instansi
Pelaksana.
(4) Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar kecamatan dalam satu
kabupaten/kota, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antar
kecamatan dalam satu kabupaten/kota, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh camat
atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(5) Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia dalam sate
desa/kelurahan, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia
antardesa/kelurahan dalam satu kecamatan, Surat Keterangan Kelahiran untuk Warga
Negara Indonesia, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Warga Negara Indonesia dan Surat
Keterangan Kematian untuk Warga Negara Indonesia, dapat diterbitkan dan ditandatangani
oleh kepala desa/lurah atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(6) Surat Keterangan Pengakuan Anak dan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan
Republik Indonesia, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Perwakilan Republik
Indonesia.
Pasal 60
Biodata Penduduk paling sedikit memuat keterangan tentang nama, tempat dan tanggal lahir,
alamat dan Jati diri lainnya secara lengkap, serta perubahan data sehubungan dengan Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami.
Pasal 61
(1) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan
anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan,
dokumen imigrasi, nama orang tua.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk
yang agamanya belum diakui sebagal agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat
dalam database Kependudukan.
(3) Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk selamanya, kecuali terjadi
perubahan kepala keluarga.
(4) KK diterbitkan dan diberikan oleh Instansi Pelaksana kepada Penduduk Warga Negara
Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap.
(5) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar penerbitan KTP.
Pasal 62
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap
hanya diperbolehkan terdaftar dalam I (satu) KK.
(2) Perubahan susunan keluarga dalam KK wajib dilaporkan kepada Instansi Pelaksana
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya perubahan.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan KK.
Pasal 63
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang
telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki
ISTP.
(2) Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki Izin Tinggal Tetap dan
sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki KTP.
(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara nasional.
(4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada Instansi Pelaksana
apabila masa berlakunya telah berakhir.
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya diperbolehkan memiliki
1 (satu) KT?.
Pasal 64
(1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki
atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan,
kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP, tanda
tangan pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang
menandatanganinya.
(2) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang
agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat
dalam database kependudukan.
(3) Dalam KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan ruang untuk memuat kode
keamanan dan rekaman elektronik pencatatan Peristiwa Penting.
(4) Masa berlaku KTP:
a. untuk Warga Negara Indonesia berlaku selama 5 (lima) tahun;
b. untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal
Tetap.
(5) Penduduk yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku seumur hidup.
Pasal 65
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Surat Keterangan Kependudukan paling sedikit memuat keterangan tentang nama lengkap, NIK,
jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
yang dialami oleh seseorang.
Pasal 66
(1) Akta Pencatatan Sipil terdiri atas:
a. Register Akta Pencatatan Sipil; dan
b. Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(2) Akta Pencatatan Sipil berlaku selamanya.
Pasal 67
(1) Register Akta Pencatatan Sipil memuat seluruh data Peristiwa Penting.
(2) Data Peristiwa Penting yang berasal. dari KUAKec diintegrasikan ke dalam database
kependudukan dan tidak diterbitkan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(3) Register Akta Pencatatan Sipil disimpan dan dirawat oleh Instansi Pelaksana.
(4) Register Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. nama dan identitas pelapor;
e. tempat dan tanggal peristiwa;
f. nama dan identitas saksi;
g. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta; dan
h. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang.
Pasal 68
(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas kutipan akta:
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian; dan
e. pengakuan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang: dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut dengan data yang terdapat dalam Register
Akta Pencatatan Sipil.
Pasal 69
(1) Instansi Pelaksana atau Pejabat yang diberi kewenangan, sesuai tanggung jawabnya, wajib
menerbitkan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagal berikut:
a. KK atau KTP paling lambat 14 (empat belas) hari;
b. Surat Keterangan Pindah paling lambat 14 (empat belas) hari;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 70
(1) Pembetulan KTP hanya dilakukan untuk KTP yang mengalami kesalahan tulis redaksional.
(2) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan atau tanpa
permohonan dari orang yang menjadi subjek KTP.
(3) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Instansi Pelaksana.
Pasal 71
(1) Pembetulan akta Pencatatan Sipil hanya dilakukan untuk akta yang mengalami kesalahan
tulis redaksional.
(2) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek akta.
(3) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pejabat Pencatatan Sipil sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 72
(1) Pembatalan akta Pencatatan Sipil dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan putusan pengadilan mengenai pembatalan akta sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta dan
mencabut kutipan akta-akta Pencatatan Sipil yang dibatalkan dari kepemilikan subjek akta.
Pasal 73
Dalam hal wilayah hukum Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta berbeda dengan pengadilan
yang memutus pembatalan akta, salinan putusan pengadilan disampaikan kepada Instansi
Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipi1 oleh pemohon atau pengadilan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 74
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembetulan dan
pembatalan Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72 diatur
dalam Peraturan Presiden.
Pasal 75
Ketentuan mengenai spesifikasi dan formulasi kalimat dalam Biodata Penduduk, blangko KK, KTP,
Surat Keterangan Kependudukan, Register dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 76
Ketentuan mengenal penerbitan Dokumen Kependudukan bagi petugas rahasia khusus yang
melakukan tugas keamanan negara diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 77
Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada
Dokumen Kependudukan.
Pasal 78
Ketentuan mengenai pedoman pendokumentasian hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipi1 diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Perlindungan Data dan Dokumen Kependudukan
Pasal 79
(1) Data dan dokumen kependudukan wajib disimpan dan dilindungi oleh negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca,
mengubah, meralat dan menghapus, serta mencetak Data, mengkopi Data dan Dokumen
Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
BAB VII
PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL SHAT NEGARA ATAU SEBAGIAN
NEGARA DALAM KEADAAN DARURAT DAN LUAR BIASA
Pasal 80
(1) Apabila negara atau sebagian negara dinyatakan dalam keadaan darurat dengan segala
tingkatannya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, otoritas pemerintahan
yang menjabat pada saat itu diberi kewenangan membuat surat keterangan mengenai
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting.
(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai dasar penerbitan Dokumen
Kependudukan.
(3) Apabila keadaan sudah dinyatakan pulih, Instansi Pelaksana aktif mendata ulang dengan
melakukan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di tempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 81
(1) Dalam hal terjadi keadaan luar biasa sebagai akibat bencana alam, instansi Pelaksana wajib
melakukan pendataan Penduduk bagi pengungsi dan korban bencana alam.
(2) Instansi Pelaksana menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas dan Surat
Keterangan Pencatatan Sipil berdasarkan hasil pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas atau Surat Keterangan Pencatatan Sipil
digunakan sebagai tanda bukti diri dan bahan pertimbangan untuk penerbitan Dokumen
Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan
Pengganti Tanda Identitas dan Surat Keterangan Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB VIII
SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Pasal 82
(1) Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Menteri.
(2) Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal Sistem informasi Administrasi Kependudukan dan
pengelolaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
(5) Pedoman pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.
Pasal 83
(1) Data Penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan
tersimpan di dalam database kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan
kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan.
(2) Pemanfaatan data Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin
Penyelenggara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara mendapatkan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB IX
PERLINDUNGAN DATA PRIBADI PENDUDUK
Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi memuat:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. tanggal/bulan/tahun lahir;
d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental;
e. NIK ibu kandung;
f. NIK ayah; dan
g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai beberapa isi catatan Peristiwa Penting sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 85
(1) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 wajib disimpan dan
dilindungi oleh negara.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal penyimpanan dan perlindungan terhadap Data Pribadi
Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijaga kebenarannya
dan dilindungi kerahasiaannya oleh Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 86
(1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca,
mengubah, meralat dan menghapus, mengkopi Data serta mencetak Data Pribadi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenal
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 87
(1) Pengguna Data Pribadi Penduduk dapat memperoleh dan menggunakan Data Pribadi dari
petugas pada Penyelenggara dan lnstansi Pelaksana yang memiliki hak akses.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh dan
menggunakan Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 88
(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri
5ipi1 yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang Administrasi Kependudukan
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan
tugas penyidikan berwenang untuk:
a. menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum tentang adanya
dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan;
b. memeriksa laporan atau keterangan atas adanya dugaan tindak pidana Administrasi
Kependudukan;
c. memanggil orang untuk diminta keterangannya atas adanya dugaan sebagaimana
dimaksud pada huruf b; dan
d. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan.
(3) Pengangkatan, mutasi, dan pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil, serta mekanisme
penyidikan dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 89
(1) Setiap Penduduk dikenal sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu
pelaporan Peristiwa Kependudukan dalam hal:
a. pindah datang bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(3);
b. pindah datang ke luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3);
c. pindah datang dari luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1);
d. pindah datang dari luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1);
e. perubahan status Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas menjadi Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1);
f. pindah ke luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau
Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (1);
g. perubahan KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2); atau
h. perpanjangan KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (4).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap Penduduk Warga
Negara Indonesia paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan Penduduk Orang
Asing paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 90
(1) Setiap Penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu
pelaporan Peristiwa Penting dalam hal:
a. kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) atau Pasal 29 ayat (4) atau
Pasal 30 ayat (6) atau Pasal 32 ayat (1) atau Pasal 33 ayat (1);
b. perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) atau Pasal 37 ayat (4);
c. pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1);
d. perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) atau Pasal 41 ayat (4);
e. pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1);
f. kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) atau Pasal 45 ayat (1);
g. pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) atau Pasal 48
ayat (4);
h. pengakuan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1);
i. pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1);
j. perubahan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2);
k. perubahan status kewarganegaraan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 ayat (1); atau
l. Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 91
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Setiap Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (5) yang berpergian tidak
membawa KTP dikenakan denda administratif paling banyak Rp50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah).
(2) Setiap Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (4) yang berpergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal
dikenai denda administratif paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 92
(1) Dalam hal Pejabat pada Instansi Pelaksana melakukan tindakan atau sengaja melakukan
tindakan yang memperlambat pengurusan Dokumen Kependudukan dalam batas waktu
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dikenakan sanksi berupa denda paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Presiden.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 93
Setiap Penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/atau dokumen kepada Instansi
Pelaksana dalam melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).
Pasal 94
Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau mengurangi isi elemen
data._pada Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah).
Pasal 95
Setiap orang yang tanpa hak mengakses database kependudukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (1) dan/atau Pasal 86 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, dan/atau
mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 97
Setiap Penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala keluarga atau anggota
keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) atau untuk memiliki
KTP lebih dari satu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (6) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah).
Pasal 98
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 atau Pasal 94, pejabat yang
bersangkutan dipidana dengan pidana yang sama ditambah 1/3 (satu pertiga).
(2) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana membantu
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95, pejabat yang
bersangkutan dipidana sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Pasal 99
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, dan Pasal
97 adalah tindak pidana Administrasi Kependudukan.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 100
(1) Semua Dokumen Kependudukan yang telah diterbitkan atau yang telah ada pada saat
Undang-Undang ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku menurut Undang-Undang ini.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk KK dan KTP sampai
dengan batas waktu berlakunya atau diterbitkannya KK dan KTP yang sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah memberikan NIK kepada setiap Penduduk paling lambat 5 (lima) tahun;
b. Semua instansi wajib menjadikan NIK sebagai dasar dalam menerbitkan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) paling lambat 5 (lima) tahun;
c. KTP seumur hidup yang sudah mempunyai NIK tetap berlaku dan yang belum mempunyai
NIK harus disesuaikan dengan Undang-Undang ini;
d. KTP yang diterbitkan belum mengacu pada Pasal 64 ayat (3) tetap berlaku sampai dengan
batas waktu berakhirnya masa berlaku KTP;
e. Keterangan mengenai alamat, nama dan nomor induk pegawai pejabat dan
penandatanganan oleh pejabat pada KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1)
dihapus setelah database kependudukan nasional terwujud.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 102
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua Peraturan Pelaksanaan yang berkaitan
dengan Administrasi Kependudukan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan
belum diganti sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Pasal 103
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) dilakukan
paling lambat 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 105
Dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Undang-Undang ini, Pemerintah
wajib menerbitkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penetapan persyaratan dan tata
cara perkawinan bagi para penghayat kepercayaan sebagai dasar diperolehnya kutipan akta
perkawinan dan pelayanan pencatatan Peristiwa Penting.
Pasal 106
Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku:
a. Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua dan Bab Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Staatsblad 1847:23);
b. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Eropa (Reglement op het Holden der Registers
van den Burgerlijken Stand voor Europeanen, Staatsblad 1849:25 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
c. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Cina (Bepalingen voor Geheel Indonesie
Betreffende het Burgerlijken Handelsrecht van de Chinezean, Staatsblad 1917:129 jo.
Staatsblad 1939:288 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
d. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Indonesia (Reglement op het Holden van de
Registers van den Burgerlijken Stand voor Eenigle Groepen v.d nit tot de Onderhoringer van
een zefbestuur, behoorende Ind. Bevolking van Java en Madura, Staatsblod 1920:751 jo.
Staatsblad 1927:564);
e. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Kristen Indonesia (Huwelijksordonantie voor
Christenen Indonesiers Java, Minahasa en Ambolena, Staatsblad 1933:74 jo. Staatsblad
1936:607 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1939:288);
f. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama
Keluarga (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2154);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 107
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA AD INTERIM REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
YUSRIL IHZA MAHENDRA
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk yang berada di
dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan tegas menjamin hak setiap
Penduduk untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah, memperoleh status kewarganegaraan, menjamin kebebasan memeluk agama, dan
memilih tempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
Peristiwa Kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk menetap,
tinggal terbatas, serta perubahan status Orang Asing Tinggal Terbatas menjadi tinggal tetap
dan Peristiwa Penting, antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, dan
perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan
status kewarganegaraan, ganti nama dan Peristiwa Penting lainnya yang dialami oleh
seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi
perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Untuk itu, setiap Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan
pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Dalam pemenuhan hak Penduduk, terutama di bidang Pencatatan Sipil, masih ditemukan
penggolongan Penduduk yang didasarkan pada perlakuan diskriminatif yang membeda-
bedakan suku, keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan produk
kolonial Belanda. Penggolongan Penduduk dan pelayanan diskriminatif yang demikian itu
tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami
kendala yang mendasar sebab sumber Data Kependudukan belum terkoordinasi dan
terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem
Administrasi Kependudukan yang utuh dan optimal.
Kondisi sosial dan administratif seperti yang dikemukakan di atas tidak memiliki sistem
database kependudukan yang menunjang pelayanan Administrasi Kependudukan,
Kondisi itu harus diakhiri dengan pembentukan suatu sistem Administrasi Kependudukan
yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi
tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan yang profesional.
Seluruh kondisi tersebut di atas menjadi dasar pertimbangan perlunya membentuk Undang-
Undang tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan ini memuat pengaturan dan
pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di bidang Administrasi
Kependudukan. Salah satu hal penting adalah pengaturan mengenai penggunaan Nomor
Induk Kependudukan (NIK). NIK adalah identitas Penduduk Indonesia dan merupakan kunci
akses dalam melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna mendukung
pelayanan publik di bidang Administrasi Kependudukan. Sebagai kunci akses dalam
pelayanan kependudukan, NIK dikembangkan ke arah identifikasi tunggal bagi setiap
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Penduduk. NIK bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar
sebagai Penduduk Indonesia dan berkait secara langsung dengan seluruh Dokumen
Kependudukan,
Untuk penerbitan NIK, setiap Penduduk wajib mencatatkan biodata Penduduk yang diawali
dengan pengisian formulir biodata Penduduk di desa/kelurahan secara benar. NIX wajib
dicantumkan dalam setiap Dokumen Kependudukan, baik dalam pelayanan Pendaftaran
Penduduk maupun Pencatatan Sipil, serta sebagai dasar penerbitan berbagai dokumen
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pendaftaran Penduduk pada dasarnya menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan
Pendaftaran Penduduk didasarkan pada asas domisili atau tempat tinggal atas terjadinya
Peristiwa Kependudukan yang dialami oleh seseorang dan/atau keluarganya. Pencatatan
Sipil pada dasarnya juga menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan Pencatatan
Sipil didasarkan pada asas peristiwa, yaitu tempat dan waktu terjadinya Peristiwa Penting
yang dialami oleh dirinya dan/atau keluarganya.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan
sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari sisi kepentingan Penduduk,
Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti
pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan Dokumen Kependudukan,
tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.
Administrasi Kependudukan diarahkan untuk:
1. memenuhi hak asasi setiap orang di bidang Administrasi Kependudukan tanpa
diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional;
2. meningkatkan kesadaran Penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta dalam
pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
3. memenuhi data statistik secara nasional mengenai Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Denting;
4. mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional,
regional, serta lokal; dan
5. mendukung pembangunan sistem Administrasi Kependudukan.
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bertujuan untuk:
1. memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen Penduduk
untuk setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh
Penduduk;
2. memberikan perlindungan status hak sipil Penduduk;
3. menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat,
lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan
kebijakan dan pembangunan pada umumnya;
4. mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan secara nasional dan terpadu; dan
5. menyediakan data Penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam
penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Prinsip-prinsip tersebut di atas menjadi dasar terjaminnya penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-Undang ini melalui penerapan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dimaksudkan untuk:
1. terselenggaranya Administrasi Kependudukan dalam skala nasional yang terpadu dan
tertib;
2. terselenggaranya Administrasi Kependudukan yang bersifat universal, permanen,
wajib, dan berkelanjutan;
3. terpenuhinya hak Penduduk di bidang Administrasi Kependudukan dengan pelayanan
yang profesional; dan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
4. tersedianya data dan informasi secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan
mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan
pembangunan pada umumnya.
Secara keseluruhan, ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi hak dan
kewajiban Penduduk, Penyelenggara dan Instansi Pelaksana, Pendaftaran Penduduk,
Pencatatan Sipil, Data dan Dokumen Kependudukan, Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil Pada Saat Negara Dalam Keadaan Darurat, pemberian kepastian hukum,
dan perlindungan terhadap Data Pribadi Penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan Undang-
Undang ini dari kemungkinan pelanggaran, baik administratif maupun ketentuan material
yang bersifat pidana, diatur juga ketentuan mengenal tata cara penyidikan serta pengaturan
mengenai Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Persyaratan yang dimaksud adalah sesuai dengan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini.
Pasal 4
Lihat Penjelasan Pasal 3
Pasal 5
Yang dimaksud dengan "Pemerintah" adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penetapan sistem, pedoman, dan standar yang bersifat nasional di bidang Administrasi
Kependudukan sangat diperlukan dalam upaya penertiban Administrasi Kependudukan.
Penetapan pedoman di bidang Administrasi Kependudukan oleh Presiden, baik dalam
bentuk Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Presiden, serta pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri dalam bentuk Peraturan Menteri digunakan sebagai acuan dalam pembuatan
peraturan daerah oleh propinsi/kabupaten/kota,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional"
adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan kondisi nasional dengan
menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Huruf f
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi"
adalah pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi provinsi dengan
menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "desa" adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Huruf g
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota" adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan
kondisi kabupaten/kota dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuat kekhususannya berbeda dengan provinsi
yang lain karena diberi kewenangan untuk menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
seperti kabupaten/kota.
Pasal 8
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pemberian NIK kepada Penduduk menggunakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "dokumen Pendaftaran Penduduk" adalah bagian dari Dokumen
Kependudukan yang dihasilkan dari proses Pendaftaran Penduduk, misalnya KK, KTP, dan
Biodata.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "hari" adalah hari kerja (berlaku untuk penjelasan "hari" pada pasal-
pasal berikutnya).
Ayat (4)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pindah ke luar negeri" adalah Penduduk yang tinggal menetap di
luar negeri atau meninggalkan tanah air untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berturut-turut
atau lebih dari I (satu) tahun.
Penduduk tersebut termasuk Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja ke luar negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pelaporan pada Kantor Perwakilan Republik Indonesia diperlukan sebagai bahan pendataan
WNI di luar negeri.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "datang dari luar negeri" adalah WNI yang sebelumnya pindah ke
luar negeri kemudian datang untuk menetap kembali di Republik Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Tempat Tinggal" adalah Surat Keterangan
Kependudukan yang diberikan kepada Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas
sebagai bukti diri sebagai Penduduk tinggal terbatas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk Pelintas Batas" adalah Penduduk yang bertempat-
tinggal secara turun-temurun di wilayah kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga yang melakukan lintas batas antar negara karena kegiatan ekonomi, sosial
dan budaya yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk rentan Administrasi Kependudukan" adalah Penduduk
yang mengalami hambatan dalam memperoleh Dokumen Kependudukan yang disebabkan
oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.
Pendataan dilakukan dengan membentuk tim di daerah yang beranggotakan dari instansi
terkait.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "orang terlantar" adalah Penduduk yang karena suatu sebab
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara wajar, baik rohani, jasmani
maupun sosial.
Ciri-cirinya:
1) tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup khususnya pangan, sandang dan
papas;
2) tempat tinggal tidak tetap/gelandangan;
3) tidak mempunyai pekerjaan/kegiatan yang tetap;
4) miskin.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "komunitas terpencil" adalah kelompok sosial budaya yang
bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan
pelayanan, baik sosial, ekonomi maupun politik.
Ciri-cirinya:
1) berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen;
2) pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan;
3) pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit terjangkau;
4) peralatan teknologi sederhana;
5) terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "tempat sementara" adalah tempat pada saat terjadi pengungsian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan"
adalah Penduduk yang tidak mampu melaksanakan pelaporan karena pertimbangan umur,
sakit keras, cacat fisik dan cacat mental.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat terjadinya peristiwa kelahiran" adalah wilayah terjadinya
kelahiran.
Waktu pelaporan kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari merupakan tenggang waktu
yang memungkinkan bagi Penduduk untuk melaporkan peristiwa kelahiran sesuai dengan
kondisi/letak geografis Indonesia.
Penduduk yang wajib melaporkan kelahiran adalah Kepala Keluarga.
Ayat (2)
Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran tanpa dipungut biaya sebagaimana diatur dalam
Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kutipan akta kelahiran seorang anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan
orang tuanya diserahkan kepada yang bersangkutan setelah dewasa.
Pasal 29
Ayat (1)
Kewajiban untuk melaporkan kepada "instansi yang berwenang di negara setempat"
berdasarkan asas yang dianut, yaitu asas peristiwa.
Yang dimaksud dengan "instansi yang berwenang di negara setempat" adalah lembaga
yang berwenang seperti yang dimaksud dengan Instansi Pelaksana dalam Undang-Undang
ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat singgah" adalah tempat persinggahan pesawat terbang
atau kapal laut dalam perjalanannya mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan asas yang
berlaku secara universal, yakni tempat di mana peristiwa kelahiran (persinggahan pertama
pesawat terbang/kapal laut), apabila memungkinkan pelaporan dilakukan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas,
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Persetujuan dari Instansi Pelaksana diperlukan mengingat pelaporan kelahiran tersebut
sudah melampaui batas waktu sampai dengan 1 (satu) tahun dikhawatirkan terjadi
manipulasi data atau hal-hal yang tidak diinginkan. Persetujuan tersebut juga berfungsi
sebagai verifikasi atas keabsahan data yang dilaporkan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "lahir mati" adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang
berumur paling sedikit 28 (dua puluh delapan) minggu pada saat dilahirkan tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Ayat (2)
Peristiwa lahir mati hanya diberikan Surat Keterangan Lahir Mati, tidak diterbitkan Akta
Pencatatan Sipil.
Meskipun tidak diterbitkan Akta Pencatatan Sipil tetapi pendataannya diperlukan untuk
kepentingan perencanaan dan pembangunan di bidang kesehatan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dicatat oleh Kantor Urusan Agama
Kecamatan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Ayat (2)
Penerbitan Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dilakukan oleh
Departemen Agama.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Karena Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam sudah diterbitkan oleh
KUAKec, data perkawinan yang diterima oleh Instansi Pelaksana tidak perlu diterbitkan
Kutipan Akta Perkawinan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 35
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan" adalah perkawinan
yang dilakukan antar-umat yang berbeda agama.
Huruf b
Perkawinan yang dilakukan oleh warga negara asing di Indonesia, harus berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai perkawinan di Republik Indonesia.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Bagi penganut agama Islam diberlakukan ketentuan mengenal rujuk yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk jo.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "kematian" adalah tidak adanya secara permanen seluruh
kehidupan pada saat mana pun setelah kelahiran hidup terjadi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "pihak yang berwenang' adalah kepala rumah sakit.
dokter/paramedis, kepala desa/lurah atau kepolisian.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "pernyataan" adalah keterangan dari pejabat yang berwenang.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengangkatan anak" adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan
hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang
bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam
lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "catatan pinggir" adalah catatan mengenai perubahan status atas
terjadinya Peristiwa Penting dalam bentuk catatan yang diletakkan pada bagian pinggir akta
atau bagian akta yang memungkinkan (di halaman/bagian muka atau belakang akta) oleh
Pejabat Pencatatan Sipil.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "pengakuan anak" adalah pengakuan seorang ayah terhadap
anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan sah atas persetujuan ibu kandung anak
tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengesahan anak" adalah pengesahan status seorang anak yang
lahir di luar ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan perkawinan kedua orang tua anak
tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembuatan catatan pinggir pada akta Pencatatan Sipil diperuntukkan bagi warga negara
asing yang melakukan perubahan kewarganegaraan dan pernah mencatatkan Peristiwa
Penting di Republik Indonesia.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Peristiwa Penting lainnya" adalah peristiwa yang ditetapkan oleh
pengadilan negeri untuk dicatatkan pada Instansi Pelaksana, antara lain perubahan jenis
kelamin,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Yang dimaksud dengan cacat fisik dan/atau mental berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang menetapkan tentang hal tersebut.
Huruf I
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup Jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Huruf t
Cukup jelas.
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Huruf y
Cukup jelas.
Huruf z
Cukup jelas.
Huruf aa
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "data agregat" adalah kumpulan data tentang Peristiwa
Kependudukan, Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia, agama, pendidikan, dan
pekerjaan.
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif' adalah data yang berupa angka-angka.
Yang dimaksud dengan "data kualitatif' adalah data yang berupa penjelasan.
Pasal 59
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Biodata Penduduk" adalah keterangan yang berisi elemen
data tentang jati diri, informasi dasar serta r1wayat perkembangan dan perubahan
keadaan yang dialami oleh Penduduk sejak saat kelahiran.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 60
Kata "paling sedikit" dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan adanya
tambahan keterangan, tetapi keterangan tersebut tidak bersifat diskriminatif.
Yang dimaksud dengan "alamat" adalah alamat sekarang dan alamat sebelumnya.
Yang dimaksud dengan "jati diri lainnya" meliputi nomor KK, NIK, laki-laki/perempuan, golongan
darah, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penyandang cacat fisik dan/atau mental, status
perkawinan, kedudukan/hubungan dalam keluarga, NIK ibu kandung, nama ibu kandung, NIK ayah
kandung, nama ayah kandung, nomor paspor, tanggal berakhir paspor, nomor akta kelahiran/surat
kenal lahir, nomor akta perkawinan/buku nikah, tanggal perkawinan, nomor akta perceraian/surat
cerai, dan tanggal perceraian.
Pasal 61
Ayat (1)
Yang dimaksud "dengan Kepala Keluarga" adalah:
a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain, baik mempunyai hubungan darah
maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadap keluarga;
b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau
c. kepala kesatrian, kepala asrama, kepala rumah yatim piatu, dan lain-lain tempat
beberapa orang tinggal bersama-sama.
Setiap kepala keluarga wajib memiliki KK, meskipun kepala keluarga tersebut masih
menumpang di rumah orang tuanya karena pada prinsipnya dalam satu alamat rumah boleh
terdapat lebih dari satu KK.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "perubahan susunan keluarga dalam KK" adalah perubahan yang
diakibatkan adanya Peristiwa Kependudukan atau Peristiwa Penting seperti pindah datang,
kelahiran, atau kematian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu) KTP untuk 1 (satu) Penduduk diperlukan
sistem keamanan/pengendalian dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan
melakukan verifikasi dan validasi dalam sistem database kependudukan serta pemberian
NIK.
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ketentuan tentang pindah domisili tetap bagi KTP seumur hidup mengikuti ketentuan yang
berlaku menurut Undang-Undang ini.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "pejabat yang berwenang" adalah Pejabat Pencatatan Sipil
pada Instansi Pelaksana yang telah diambil sumpahnya untuk melakukan tugas
pencatatan.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kesalahan tulis redaksional", misalnya kesalahan penulisan huruf
dan/atau angka.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembetulan akta biasanya dilakukan pada saat akta sudah selesai di proses (akta sudah
jadi) tetapi belum diserahkan atau akan diserahkan kepada subjek akta. Pembetulan akta
atas dasar koreksi dari petugas, wajib diberitahukan kepada subjek akta.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 72
Ayat (1)
Pembatalan akta dilakukan atas permintaan orang lain atau subjek akta, dengan alasan akta
cacat hukum karena dalam proses pembuatan didasarkan pada keterangan yang tidak
benar dan tidak sah,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Yang dimaksud dengan "petugas rahasia" adalah reserse dan Intel yang melakukan tugasnya di
luar daerah domisilinya.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "negara atau sebagian dari negara dinyatakan dalam keadaan
darurat dengan segala tingkatannya" adalah sebagaimana diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Pencatatan Sipil" adalah surat keterangan yang
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini ketika negara atau sebagian negara dalam keadaan luar biasa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan bertujuan
mewujudkan komitmen nasional dalam rangka menciptakan sistem pengenal tunggal,
berupa NIK, bagi seluruh Penduduk Indonesia. Dengan demikian, data Penduduk dapat
diintegrasikan dan direlasionalkan dengan data hasil rekaman pelayanan Pendaftaran
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Penduduk dan Pencatatan Sipil. Sistem ini akan menghasilkan data Penduduk nasional
yang dinamis dan mutakhir,
Pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan dengan
menggunakan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem jaringan komunikasi data yang
efisien dan efektif agar dapat diterapkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bagi wilayah yang belum memiliki fasilitas komunikasi data, sistem komunikasi
data dilakukan dengan manual dan semi-elektronik.
Yang dimaksud dengan "manual" adalah perekaman data secara manual, yang pengiriman
data dilakukan secara periodik dengan sistem pelaporan berjenjang karena tidak tersedia
listrik ataupun jaringan komunikasi data.
Yang dimaksud dengan "semi-elektronik" adalah perekaman data dengan menggunakan
komputer, tetapi pengirimannya menggunakan compact disc (CD) atau disket secara
periodik karena belum tersedia jaringan komunikasi data.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 83
Ayat (1)
Data Penduduk yang dihasilkan oleh sistem informasi dan tersimpan di dalam database
kependudukan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti dalam menganalisa
dan merumuskan kebijakan kependudukan, menganalisa dan merumuskan perencanaan
pembangunan, pengkajian ilmu pengetahuan. Dengan demikian baik pemerintah maupun
non pemerintah untuk kepentingannya dapat diberikan izin terbatas dalam arti terbatas
waktu dan peruntukannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "beberapa isi catatan Peristiwa Penting" adalah beberapa
catatan mengenai data yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan Peristiwa Penting
yang perlu dilindungi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 85
Ayat (1)
Lihat Penjelasan Pasal 84 huruf g.
Ayat (2)
Penyimpanan dan perlindungan dimaksud meliputi tata cara dan penanggung jawab.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengguna Data Pribadi Penduduk" adalah instansi pemerintah dan
swasta yang membutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 88
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penyidik Pegawai Negeri Sipil memberitahukan kepada Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia mengenai saat dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan jaminan bahwa hasil
penyidikannya telah memenuhi ketentuan dan persyaratan. Mekanisme hubungan
koordinasi antara Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
Yang dimaksud dengan "Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Administrasi
Kependudukan" adalah pegawai negeri yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan di bidang Administrasi Kependudukan.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 89
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 90
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 91
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan
pelayanan masyarakat.
Pasal 105
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perkawinan bagi penghayat kepercayaan"
adalah persyaratan dan tata cara pengesahan perkawinan yang ditentukan oleh penghayat
kepercayaan sendiri dan ketentuan itu menjadi dasar pengaturan dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
buku 7
pedoman PELAKSANAAN
QUICK WINS
kementerian
pendayagunaan aparatur negara
dan reformasi birokrasi
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS
iii
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS.
iv
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 25 Februari 2011
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 1
BAB V PENUTUP 15
LAMPIRAN 17
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Matriks Identifikasi Quick Wins 6
Gambar 2 Langkah-langkah Perumusan Quick Wins 7
Gambar 3 Langkah – Langkah Menetapkan Quick Wins 9
Gambar 4 Langkah – Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins 11
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan
didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untuk
selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan berkelanjutan.
Keluaran dari pelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme
kerja atau produk utama Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
yang sesuai dengan peran, tupoksi dan karakteristik masing-masing. Untuk
mengawal dan memandu pelaksanaan quick wins, maka perlu disusun pedoman
pelaksanaannya.
1.2. Tujuan
BAB I
2 Pendahuluan
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Pengertian
Pengertian yang digunakan dalam pedoman pelaksanaan ini adalah
sebagai berikut:
a. Quick wins atau juga sering disebut low-hanging fruit adalah suatu inisiatif
yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan
sulit. Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang
positif dan kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang
berat. Sesuatu yang berat ini merupakan inti dari suatu program besar
tersebut. Quick wins untuk setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah serta untuk tema tertentu dapat berupa organization quick wins,
regulation quick wins atau human resource quick wins;
c. Wawancara adalah proses tanya jawab untuk menggali data dan informasi
mengenai aspek-aspek suatu topik baik secara terstruktur maupun tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana semua
pertanyaan yang akan ditanyakan telah dipersiapkan terlebih dahulu secara
fixed dan ditanyakan kepada semua responden dengan urut-urutan yang
sama untuk menjaga tingkat presisi dan realiabilitas. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara dimana tidak diperlukan format pertanyaan
yang baku seperti wawancara terstruktur. Namun demikian pewawancara
dapat menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kunci yang mana dalam proses
wawancara pertanyaan-pertanyaan selanjutnya sangat bergantung pada
respon atau jawaban dari responden;
2.2 Prinsip
b. Mudah dan Cepat. Inisiatif yang dipilih mudah dilaksanakan dan hasilnya
cepat dirasakan;
BAB III
PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS
c. Memberikan dampak perbaikan yang besar dan dapat dirasakan oleh para
pemangku kepentingan eksternal dan internal Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah;
Tabel 1
Identifikasi Quick Wins Berdasarkan Kriteria
PROGRAM:
AKTIVITAS:
NO KRITERIA YA TIDAK
1 Merupakan program reformasi birokrasi
Merupakan bagian utama dari peran, tugas, fungsi, dan
2 karakteristik Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah
3 Memberikan dampak perubahan yang besar
Manfaat perbaikan dan perubahan dapat dirasakan
4
secepatnya (waktu pelaksanaan kurang dari 12 bulan)
gambar 1
Matriks Identifikasi Quick Wins
Langkah – Langkah perumusan Quick Wins dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah
ini:
Gambar 2
Langkah-langkah Perumusan Quick Wins
Template sederhana yang digunakan di dalam setiap langkah di atas dapat dilihat
pada Lampiran 1.
a. Penilaian Tingkat Pencapaian Kinerja Saat Ini. Aspek ini berupaya untuk
mengetahui tingkat pencapaian kinerja Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah saat ini yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi
yang menjadi core businesses dari Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah. Untuk mengetahui tingkat pencapaian ini, data atau informasi dari
para pemangku kepentingan utama dapat diperoleh melalui base line survey,
wawancara, focused group discussion, analisis statistic, desk research, dan
sebagainya. Secara obyektif, skor 1 – 5 diberikan untuk menilai masing –
masing tingkat pencapaian kinerja yang ada saat ini;
gambar 3
Langkah – Langkah menetapkan Quick Wins
bab iV
LangKah-LangKah daLam peLaKSanaan
QUICK WINS
Berikut tahapannya:
gambar 4
Langkah – Langkah dalam pelaksanaan Quick Wins
Tabel 3
Tahap Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi
4.3 Pelaporan
BAB V
PENUTUP
Lampiran
16
No Keluaran Utama
2
3
Lampiran
18
BAB V - Penutup
20
1. Input (Masukan)
Q1 Bagaimana sumber daya manusia terkait pelaksanaan program tersebut?
I1-1 SDM bisa dibilang kurang mencukupi untuk melayani pembuatan akta
kelahiran, soalnya jumlah pegawai terbatasi juga dengan jumlah sarana yang
tersedia seperti komputer misalnya dan juga kita harus mengirim pegawai kita
ke rumah sakit untuk pelayanan akte kelahiran secara jemput bola, dari segi
kemampuan (kualitas) setiap pegawai cukup paham dengan SOP (Standard
Operating Procedure) yang ada, kami juga rutin memberikan pelatihan untuk
para pegawai agar semakin paham tugas tugas mereka
I1-2 berbicara tentang SDM, soal SDM tidak hanya bicara tentang jumlah saja,
namun juga kualitasnya, mampu kaga tuh orang orangnya dalam melaksanakan
tugasnya, menurut saya disini SDM nya cukup baik, pegawai pelayanan kita
semua paham apa yang harus dikerjakan, ngerti apa-apa aja yang harus mereka
lakukan,karena kami juga mengadakan pelatihan juga
I2-1 Kalo SDM di Satpel kecamatan Tanjung Priok saya rasa disini masih kurang
mas karena sering sekali masyarakat mengantri pas pembuatan akte kelahiran
sama surat perpindahan
I2-2 SDM di kecamatan cilincing sih saya rasa cukup yaa mas soalnya kita kaga
pernah keteteran setiap melakukan pelayanan akta kelahiran
I2-3 Saya rasa sih SDM di satpel koja masih kurang mas, soalnya seringkali kami
kesulitan di saat pelaksanaan pelayanan administrasi
Q2 Bagaimana sarana dan prasarana penunjang terkait program tersebut?
Apakah sudah memadai?
I1-1 untuk sarana dan prasarana memang dirasa masih kurang ,apalagi dengan
jumlah komputer yang kurang jadinya menghambat proses pelayanan. Kalau
dengan ruang tunggu disini memang tergolong kecil karena memang ruang di
gedung ini tidak mencukupi lagi
I1-2 Sarana dan prasarana sih memang dari jumlah komputer yang ada dirasa kurang
mencukupi untuk pelaksanaan administrasi kependudukan, ini juga nantinya
berhubungan juga sama jumlah SDM yang mengoperasikannya. Kalau untuk
ruang tunggu untuk masyarakat sih memang terasa kecil karena memang kita
mempunyai keterbatasan penggunaan lahan.
I2-1 Kalau sarana dan prasarana sih di kecamatan dirasa kurang karena hanya ada
dua komputer buat pengerjaan akte kelahiran dan surat perpindahan, jadi agak
lama jika terdapat banyak masyarakat. Namun jika dari segi ruang tunggu
dirasa cukup luas dan nyaman.
I2-2 Sarana dan prasarana sih saya rasa cukup, hanya saja jaringan sistem informasi
sering mengalami gangguan sehingga pelayanan pun sering terhambat gara –
gara itu
I2-3 kurang memadai mas karena komputer yang digunakan untuk pelayanan sering
mengalami kerusakan dan jaringan sistemnya sering mengalami gangguan. Tapi
untuk ruang tunggu di satpel sih dirasa cukup nyaman untuk masyarakat
I4-2 Kalau ruang tunggu di kecamatan sih saya rasa cukup nyaman ya mas soalnya
cukup luas dan ada ac nya juga, dulu saya pernah ke kantor suku dinasnya dan
ruang tunggu disana sama sekali tidak nyaman karena sempit dan pengap jika
banyak orang
2. Proses
Q4 Bagaimana mekanisme pelaksanaan program tersebut?
I1-1 Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini pun
melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulai dari
pengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir di pencetakan
akta kelahiran
I1-2 Untuk mekanismenya sendiri sih kami udah punya SOP (Standar Operating
Procedure) nya sendiri mas, yang berisi tentang urutan pengerjaan dan waktu
pengerjaan juga. Jadi petugas pelayanan tidak akan kebingungan dalam
melakukan pekerjaannya
I2-1 Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjain sesuai dengan
SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkas dahulu lalu dilanjutin
dengan input data ke komputer gitu mas
I2-2 Kalau mekanisme sih selalu diawali sama pengecekan kelengkapan berkas
dahulu, lalu input ke sistem melalui komputer, setelah verifikasi tinggal cetak
deh. Biasanya yang memakan waktu lama itu ada di proses verifikasi, kalo dari
input ke sistem itu biasanya tidak sampai 15 menit kalau tidak ada gangguan.
I2-3 Kalo mekanisme pekerjaan sih kami melakukan sesuai yang ada di SOP
3. Output (Hasil)
Q9 Apakah sudah sesuai antara pelaksanaan dengan tujuan dari program
tersebut?
I1-1 belum mencapai target, tujuan utama dari program ini adalah pembuatan akta
kelahiran hanya dalam 5 hari. Namun pada kenyataannya bisa lebih dari itu,
penyebabnya ya karena jaringan yang sering gangguan dan kurangnya sdm
dalam mengatasi permintaan akta kelahiran
I1-2 kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari program ini juga untuk
kepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kami masih terdapat kekurangan
dari segi sdm dan sarana jadi tujuan dari program quick wins yaitu pembuatan
akta kelahiran selama 5 hari masih belum bisa tercapai
Q10 Apalah pelaksanaan kebijakan yang dilakukan sudah tepat sasaran?
I1-1 tentu saja tepat sasaran, karena setiap masyarakat diwajibkan memiliki akta
kelahiran. Maka dengan program ini diharapkan kami dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
I1-2 sudah tepat, kami menjalankan program ini sudah menentukan tempat tempat
yang sekiranya efektif untuk pelayanan akta kelahiran, misalnya seperti
membuka pelayanan di rumah sakit seperti di rumah sakit koja. Disana sudah
jelas bahwa sasarannya adalah masyarakat ang baru mempunyai anak agar
segera membuat akta kelahiran
Q11 Bagaimana kelanjutan dari sasaran kebijakan yang telah tertangani?
I1-1 tentu saja kami tidak melakukan pengawasan, karena akta kelahiran yang sudah
diberikan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya masing – masing. Tanggung
jawab kami hanyalah menjaga data kependudukan masyarakat agar tetap terjaga
dan tidak disalahgunakan oleh orang lain
I1-2 tidak ada pengawasan kepada masyarakat, yang kami lakukan hanyalah
menjaga data kependudukan masyarakat tetap terjaga dan tidak dipergunakan
oleh orang lain
Q12 Siapa saja kelompok-kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan program
tersebut?
I1-1 yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpel kecamatan,
dan dari suku dinas itu sendiri
I1-2 kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalu satpel
kecamatan dan dari suku dinas juga mas
4. Outcome (Dampak)
Q13 Adakah perubahan terhadap kelompok sasaran dari kebijakan tersebut?
I1-1 setelah pelaksanaan tentu saja ada perubahan, yang paling jelas adalah dari
proses pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya mencapai 30 hari sekarang
paling lambat hanya seminggu saja. Juga tidak ada lagi penumpukan
masyarakat yang ingin membuat akta kelahiran di suku dinas karena sudah
adanya satpel di seluruh kecamatan
I1-2 setelah ada program ini pastinya ada perubahan khususnya dalam pelayanan
akta kelahiran ini, dengan menempatkan satpel kecamatan dan pelayanan di
rumah sakit membuat pelayanan akta lebih tersebar dan dapat dijangkau
masyarakat. Penggunaan sistem online juga membuat proses penginputan data
menjadi semakin mudah dan cepat sehingga pembuatan akta kelahiran tidak
lagi mencapai 30 hari
TENTANG
c. bahwa . . .
DISTRIBUSI II
-2-
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 26 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4674);
MEMUTUSKAN:
Pasal I
1. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
-3-
1. Ketentuan angka 14, angka 20, dan angka 24 Pasal 1
diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
8. Dokumen . . .
DISTRIBUSI II
-4-
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi
yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang
mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti
autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
14. Kartu . . .
DISTRIBUSI II
-5-
14. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya
disingkat KTP-el, adalah Kartu Tanda Penduduk
yang dilengkapi cip yang merupakan identitas
resmi penduduk sebagai bukti diri yang
diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.
20. Petugas . . .
DISTRIBUSI II
-6-
20. Petugas Registrasi adalah pegawai yang diberi
tugas dan tanggung jawab memberikan
pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan
dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan
penyajian Data Kependudukan di
desa/kelurahan atau nama lainnya.
Pasal 5
a. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-7-
a. koordinasi antarinstansi dan antardaerah;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar;
c. fasilitasi dan sosialisasi;
d. pembinaan, pembimbingan, supervisi,
pemantauan, evaluasi dan konsultasi;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan
berskala nasional;
f. menyediakan blangko KTP-el bagi
kabupaten/kota;
g. menyediakan blangko dokumen kependudukan
selain blangko KTP-el melalui Instansi Pelaksana;
dan
h. pengawasan.
Pasal 6
e. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-8-
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
Pasal 7
h. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-9-
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
Pasal 8
(2) Kewajiban . . .
DISTRIBUSI II
- 10 -
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a untuk pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam
pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai
pencatat pada KUAKec.
Pasal 12
(3) Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 11 -
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman
pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 27
Pasal 32
(2) Dihapus.
9. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 12 -
9. Ketentuan ayat (1) Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua
rukun tetangga atau nama lainnya di domisili
Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada Register Akta Kematian dan menerbitkan
Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan
kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan
seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya
penetapan pengadilan.
(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak
jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan
pencatatan kematian berdasarkan keterangan
dari kepolisian.
Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua
pada Instansi Pelaksana paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal surat pengakuan
anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak
yang bersangkutan.
(2) Pengakuan . . .
DISTRIBUSI II
- 13 -
(2) Pengakuan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama, tetapi belum sah
menurut hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengakuan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengakuan anak.
11. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 50 diubah dan
penjelasan ayat (1) Pasal 50 diubah, sehingga
Pasal 50 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh
orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu
dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Pengesahan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama dan hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengesahan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengesahan anak.
Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data
perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.
(3) Data . . .
DISTRIBUSI II
- 15 -
(3) Data agregat meliputi himpunan data
perseorangan yang berupa data kuantitatif dan
data kualitatif.
(4) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang
digunakan untuk semua keperluan adalah Data
Kependudukan dari Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan
dalam negeri, antara lain untuk pemanfaatan:
a. pelayanan publik;
b. perencanaan pembangunan;
c. alokasi anggaran;
d. pembangunan demokrasi; dan
e. penegakan hukum dan pencegahan
kriminal.
13. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan
ayat (6) Pasal 63 diubah dan ayat (2) dihapus,
sehingga Pasal 63 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 63
(5) Penduduk . . .
DISTRIBUSI II
- 16 -
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP-el wajib
membawanya pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya memiliki 1 (satu) KTP-el.
Pasal 64
(5) Elemen . . .
DISTRIBUSI II
- 17 -
(5) Elemen data penduduk tentang agama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai
agama berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan atau bagi penghayat
kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan
dicatat dalam database kependudukan.
(6) Dalam KTP-el sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tersimpan cip yang memuat rekaman
elektronik data perseorangan.
(7) KTP-el untuk:
a. Warga Negara Indonesia masa berlakunya
seumur hidup; dan
b. Orang Asing masa berlakunya disesuaikan
dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap.
15. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 18 -
15. Ketentuan ayat (1) Pasal 68 ditambahkan 1 (satu)
huruf, yakni huruf f, sehingga Pasal 68 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 68
Pasal 76
17. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 19 -
17. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga Pasal 77
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 77
Setiap orang dilarang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data
Kependudukan dan/atau elemen data Penduduk.
Pasal 79
(1) Data Perseorangan dan dokumen kependudukan
wajib disimpan dan dilindungi kerahasiaannya
oleh Negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan
hak akses Data Kependudukan kepada petugas
provinsi dan petugas Instansi Pelaksana serta
pengguna.
(3) Petugas dan pengguna sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilarang menyebarluaskan Data
Kependudukan yang tidak sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan,
ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
20. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 20 -
20. Di antara BAB VIII dan BAB IX disisipkan 1 (satu)
BAB, yakni BAB VIIIA sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB VIIIA
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
PEJABAT STRUKTURAL
Pasal 83A
(1) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
atas usulan gubernur.
(2) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
kabupaten/kota diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri atas usulan bupati/walikota melalui
gubernur.
(3) Penilaian kinerja pejabat struktural sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
secara periodik oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan
prosedur pengangkatan dan pemberhentian
pejabat struktural sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), serta penilaian kinerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi
memuat:
DISTRIBUSI II a. keterangan . . .
- 21 -
a. keterangan tentang cacat fisik dan/atau
mental;
b. sidik jari;
c. iris mata;
d. tanda tangan; dan
e. elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai elemen data
lainnya yang merupakan aib seseorang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 86 diubah dan
di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat
yakni ayat (1a), sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 86
Pasal 87
Dihapus.
24. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 22 -
24. Di antara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) BAB,
yakni BAB IXA sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB IXA
PENDANAAN
Pasal 87A
Pasal 87B
Pasal 94
26. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 23 -
26. Di antara Pasal 95 dan Pasal 96 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 95A dan Pasal 95B yang berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 95A
Setiap orang yang tanpa hak menyebarluaskan Data
Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (3) dan Data Pribadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1a) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 95B
Setiap pejabat dan petugas pada desa/kelurahan,
kecamatan, UPT Instansi Pelaksana dan Instansi
Pelaksana yang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan pungutan biaya
kepada Penduduk dalam pengurusan dan penerbitan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 79A dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah).
Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dan huruf g dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
28. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 24 -
28. Di antara Pasal 96 dan Pasal 97 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 96A yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 96A
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah wajib memberikan NIK kepada setiap
Penduduk.
b. semua instansi pengguna wajib menjadikan NIK
sebagai dasar penerbitan dokumen paling lambat
1 (satu) tahun terhitung sejak instansi pengguna
mengakses data kependudukan dari Menteri.
c. KTP-el yang sudah diterbitkan sebelum Undang-
Undang ini ditetapkan berlaku seumur hidup.
d. keterangan mengenai alamat, nama, dan nomor
induk pegawai pejabat dan penandatanganan oleh
pejabat pada KTP-el sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (1) dihapus setelah database
kependudukan nasional terwujud.
Pasal 102
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. semua . . .
DISTRIBUSI II
- 25 -
a. semua singkatan “KTP” sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan harus
dimaknai “KTP-el”;
b. semua kalimat “wajib dilaporkan oleh Penduduk
kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya
peristiwa” sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan harus dimaknai
”wajib dilaporkan oleh Penduduk di Instansi
Pelaksana tempat Penduduk berdomisili”; dan
c. semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan Administrasi Kependudukan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini.
Pasal 103
Pasal II
Agar . . .
DISTRIBUSI II
- 26 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
DISTRIBUSI II
PENJELASAN
ATAS
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
hakekatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan
atas status hukum atas Peristiwa Kependudukan maupun Peristiwa
Penting yang dialami Penduduk. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan yang merupakan
penjabaran amanat Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan tertib
Administrasi Kependudukan dengan terbangunnya database
kependudukan secara nasional serta keabsahan dan kebenaran atas
dokumen kependudukan yang diterbitkan.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi
Penduduk diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak
administratif penduduk dalam pelayanan publik serta memberikan
perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen
Kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran
aktif Pemerintah dan pemerintah daerah. Penerapan KTP-el yang saat
ini dilaksanakan merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat
serta mendukung akurasi terbangunnya database kependudukan di
kabupaten/kota, provinsi maupun database kependudukan secara
nasional. Dengan penerapan KTP-el maka setiap Penduduk tidak
dimungkinkan lagi dapat memiliki KTP-el lebih dari satu dan/atau
dipalsukan KTP-elnya, mengingat dalam KTP-el tersebut telah memuat
kode keamanan dan rekaman elektronik data penduduk yang antara
lain berupa iris mata maupun sidik jari Penduduk.
Dengan . . .
DISTRIBUSI II
-2-
Dengan penerapan KTP-el maka masa pemberlakuan KTP-el
yang diatur dalam Pasal 64 ayat (4) yakni berlaku 5 (lima) tahun
menjadi seumur hidup, sepanjang tidak adanya perubahan atas
elemen data Penduduk dan berubahnya domisili Penduduk. Hal ini
perlu dilakukan agar diperoleh kemudahan dan kelancaran dalam
pelayanan publik diberbagai sektor baik oleh pemerintah maupun
swasta serta diperolehnya penghematan keuangan negara setiap
5 (lima) tahunnya.
Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .
DISTRIBUSI II
-3-
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Huruf f
Huruf g
Huruf h
Cukup jelas.
Angka 3 . . .
DISTRIBUSI II
-4-
Angka 3
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Huruf e
Cukup jelas.
Angka 4
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e . . .
DISTRIBUSI II
-5-
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Huruf g
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Angka 5
Pasal 8
Cukup jelas.
Angka 6 . . .
DISTRIBUSI II
-6-
Angka 6
Pasal 12
Cukup jelas.
Angka 7
Pasal 27
Ayat (1)
Ayat (2)
Angka 8
Pasal 32
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 44
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
DISTRIBUSI II
-7-
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Angka 10
Pasal 49
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 50
Ayat (1)
Ayat (2) . . .
DISTRIBUSI II
-8-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 12
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i . . .
DISTRIBUSI II
-9-
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
Huruf t
Cukup jelas.
Huruf u . . .
DISTRIBUSI II
- 10 -
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Huruf y
Cukup jelas.
Huruf z
Cukup jelas.
Huruf aa
Cukup jelas.
Huruf bb
Cukup jelas.
Huruf cc
Cukup jelas.
Huruf dd
Cukup jelas.
Huruf ee
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang . . .
DISTRIBUSI II
- 11 -
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif adalah
data yang berupa angka-angka.
Ayat (4)
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Huruf d . . .
DISTRIBUSI II
- 12 -
Huruf d
Huruf e
Angka 13
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dihapus.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6) . . .
DISTRIBUSI II
- 13 -
Ayat (6)
Angka 14
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Angka (9) . . .
DISTRIBUSI II
- 14 -
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Angka 15
Pasal 68
Cukup jelas.
Angka 16
Pasal 76
Cukup jelas.
Angka 17
Pasal 77
Cukup jelas.
Angka 18
Pasal 79
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 19 . . .
DISTRIBUSI II
- 15 -
Angka 19
Pasal 79A
Angka 20
Pasal 83A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Angka 21
Pasal 84
Cukup jelas.
Angka 22
Pasal 86
Cukup jelas.
Angka 23
Pasal 87
Dihapus.
Angka 24 . . .
DISTRIBUSI II
- 16 -
Angka 24
Pasal 87A
Cukup jelas.
Pasal 87B
Cukup jelas.
Angka 25
Pasal 94
Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 95A
Cukup jelas.
Pasal 95B
Cukup jelas.
Angka 27
Pasal 96
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 96A
Cukup jelas.
Angka 29
Pasal 101
Cukup jelas.
Angka 30
Pasal 102
Cukup jelas.
Angka 31
Angka 31 . . .
DISTRIBUSI II
- 17 -
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.
DISTRIBUSI II
www.hukumonline.com
Menimbang:
a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban memberikan
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas
setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk
Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status
hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk
Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kependudukan;
c. bahwa pengaturan tentang Administrasi Kependudukan hanya dapat terlaksana apabila
didukung oleh pelayanan yang profesional dan peningkatan kesadaran penduduk, termasuk
Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri;
d. bahwa peraturan perundang-undangan mengenai Administrasi Kependudukan yang ada
tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang tertib dan
tidak diskriminatif sehingga diperlukan pengaturan secara menyeluruh untuk menjadi
pegangan bagi semua penyelenggara negara yang berhubungan dengan kependudukan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c,
dan huruf d, perlu membentuk undang-undang tentang Administrasi Kependudukan.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4), Pasal 26, Pasal 28 B ayat (1),
Pasal 28 D ayat (4), Pasal 28 E ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 I, Pasa129 ayat (1), Pasal 34
ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3019);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32);
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3474);
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan International Convention On
The Elimination Of All Forms Of Racial Discrimination 1965 (Konvensi Internasional tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3852);
6. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3882);
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3886);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4235);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4634).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan
Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya
untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.
4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri.
6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan.
7. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab
dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi Kependudukan.
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana
yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
9. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang terstruktur
sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
10. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan
Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan
serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.
11. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus dilaporkan
karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang,
perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
12. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk
yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai
Penduduk Indonesia.
13. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang memuat data
tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
14. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmi Penduduk
sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
15. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam
register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.
16. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang
dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
17. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian,
lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak,
perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan.
18. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
19. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal
menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
20. Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab
memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting serta
pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan di desa/kelurahan.
21. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi
Pelaksana sebagai satu kesatuan.
22. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga
kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya,
23. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya disingkat KUAKec, adalah satuan kerja yang
melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi
Penduduk yang beragama Islam.
24. Unit Pelaksana Teknis Dinas Instansi Pelaksana, selanjutnya disingkat UPTD Instansi
Pelaksana, adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang melaksanakan pelayanan
Pencatatan Sipil dengan kewenangan menerbitkan akta.
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK
Pasal 2
Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
a. Dokumen Kependudukan;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 3
Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang
dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
Pasal 4
Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib
melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi
Pelaksana Pencatatan Sipil negara setempat dan/atau kepada Perwakilan Republik Indonesia
dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil.
BAB III
KEWENANGAN PENYELENGGARA DAN INSTANSI PELAKSANA
Bagian Kesatu
Penyelenggara
Paragraf 1
Pemerintah
Pasal 5
Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
secara nasional, yang dilakukan oleh Menteri dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi antar instansi dalam urusan Administrasi Kependudukan;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
c. sosialisasi Administrasi Kependudukan;
d. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan Administrasi
Kependudukan;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional; dan
f. pencetakan, penerbitan, dan distribusi blangko Dokumen Kependudukan.
Paragraf 2
Pemerintah Provinsi
Pasal 6
Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Paragraf 3
Pemerintah Kabupaten/Kota
Pasal 7
(1) Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan
urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati/walikota dengan
kewenangan meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi
Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi
Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota; dan
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Bagian Kedua
Instansi Pelaksana
Pasal 8
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban
yang meliputi:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat Peristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang lama dan profesional. kepada setiap Penduduk atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting;
c. menerbitkan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh
Penduduk dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pencatatan nikah, talak,
cerai, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam pada tingkat kecamatan dilakukan
oleh pegawai pencatat pada KUAKec.
(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat kecamatan dilakukan oleh UPTD Instansi
Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan Akta Pencatatan Sipil.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan tata cara
Pencatatan Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan
berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan prioritas pembentukannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewenangan
yang meliputi:
a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting yang dilaporkan Penduduk;
b. memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami Penduduk atas dasar
putusan atau penetapan pengadilan;
c. memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian kepada lembaga
peradilan; dan
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil untuk kepentingan pembangunan.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berlaku juga bagi
KUAKec, khususnya untuk pencatatan nikah, talak, term, dan rujuk bagi Penduduk yang
beragama Islam.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mempunyai
kewenangan untuk mendapatkan data hasil pencatatan peristiwa perkawinan, perceraian,
dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam dari KUAKec.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenal penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 11
(1) Pejabat Pencatatan Sipil mempunyai kewenangan melakukan verifikasi kebenaran data,
melakukan pembuktian pencatatan atas nama jabatannya, mencatat data dalam register
akta Pencatatan Sipil, menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil, dan membuat catatan
pinggir pada akta-akta Pencatatan Sipil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 12
(1) Petugas Registrasi membantu kepala desa atau lurah dan Instansi Pelaksana dalam
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh
bupati/walikota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.
BAB IV
PENDAFTARAN PENDUDUK
Bagian Kesatu
Nomor Induk Kependudukan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 13
(1) Setiap Penduduk wajib memiliki NIK.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup dan selamanya, yang
diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi Pelaksana kepada setiap Penduduk
setelah dilakukan pencatatan biodata.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap Dokumen
Kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok
wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas
lainnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara dan ruang lingkup penerbitan
dokumen identitas lainnya, serta pencantuman NIK diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pendaftaran Peristiwa Kependudukan
Paragraf 1
Perubahan Alamat
Pasal 14
(1) Dalam hal terjadi perubahan alamat Penduduk, Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan
penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan perubahan dokumen
Pendaftaran Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.
Paragraf 2
Pindah Datang Penduduk dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 15
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah asal untuk mendapatkan
Surat Keterangan Pindah.
(2) Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berdomisilinya Penduduk di alamat
yang baru untuk waktu lebih dari 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang
bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun.
(3) Berdasarkan Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penduduk
yang bersangkutan wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah tujuan untuk
penerbitan Surat Keterangan Pindah Datang,
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai
dasar perubahan atau penerbitan KK dan KTP bagi Penduduk yang bersangkutan,
Pasal 16
Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan pendaftaran pindah datang Penduduk Warga Negara
Indonesia yang bertransmigrasi.
Pasal 17
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal
Tetap yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan
rencana kepindahannya kepada Instansi Pelaksana di daerah asal.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(3) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan kedatangan kepada Instansi
Pelaksana di daerah tujuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan Surat
Keterangan Pindah Datang.
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai
dasar perubahan atau penerbitan KK, KTP, atau Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi
Orang Asing yang bersangkutan.
Paragraf 3
Pindah Datang Antar negara
Pasal 18
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah ke luar negeri wajib melaporkan rencana
kepindahannya kepada Instansi Pelaksana.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri.
(3) Penduduk Warga Negara Indonesia yang telah pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan berstatus menetap di luar negeri wajib melaporkan kepada Perwakilan Republik
Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak kedatangannya.
Pasal 19
(1) Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri wajib melaporkan kedatangannya
kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal kedatangan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri sebagai dasar penerbitan KK
dan KTP.
Pasal 20
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang datang dari luar negeri dan Orang
Asing yang memiliki izin lainnya yang telah berubah status sebagai pemegang Izin Tinggal
Terbatas yang berencana bertempat tanggal di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari
sejak diterbitkan Izin Tinggal Terbatas.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Terbatas.
(4) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibawa pada
saat berpergian.
Pasal 21
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang telah berubah status menjadi Orang
Asing yang memiliki lzin Tinggal Tetap wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan lzin Tinggal Tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan KK dan KTP.
Pasal 22
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin
Tinggal Tetap yang akan pindah ke luar negeri wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana
paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum rencana kepindahannya.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana melakukan
pendaftaran.
Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran Peristiwa Kependudukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 22 diatur dalam Peraturan Presiden.
Paragraf 4
Penduduk Pelintas Batas
Pasal 24
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang tinggal di perbatasan antar negara yang
bermaksud melintas batas negara diberi buku pas lintas batas oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah memperoleh buku pas lintas
batas wajib didaftar oleh Instansi Pelaksana.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran bagi Penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan
Pasal 25
(1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan Penduduk rentan Administrasi
Kependudukan yang meliputi:
a. penduduk korban bencana alam;
b. penduduk korban bencana sosial;
c. orang terlantar; dan
d. komunitas terpencil.
(2) Pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan di tempat sementara.
(3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penerbitan
Surat Keterangan Kependudukan untuk Penduduk rentan Administrasi Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pendataan Penduduk rentan
diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keempat
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri
Pasal 26
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa
Kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau
meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Presiden.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
BAB V
PENCATATAN SIPIL
Bagian Kesatu
Pencatatan Kelahiran
Paragraf 1
Pencatatan Kelahiran di Indonesia
Pasal 27
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat
terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
Pasal 28
(1) Pencatatan kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran
terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan
orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi Berita Acara
Pemeriksaan dari kepolisian.
(2) Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil dan disimpan oleh lnstansi Pelaksana.
Paragraf 2
Pencatatan Kelahiran di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 29
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan kepada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(4) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang
bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.
Paragraf 3
Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang
Pasal 30
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di atas kapal laut atau pesawat terbang wajib dilaporkan
oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tujuan atau tempat singgah
berdasarkan keterangan kelahiran dari nakhoda kapal laut atau kapten pesawat terbang.
(2) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada Instansi
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pelaksana setempat untuk dicatat dalam Register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan
Akta Kelahiran.
(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada negara
tempat tujuan atau tempat singgah.
(4) Apabila negara tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada
Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(5) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mencatat peristiwa
kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(6) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilaporkan
oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga
Negara Indonesia yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.
Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 diatur dalam Peraturan Presiden.
Paragraf 4
Pencatatan Kelahiran yang Melampaui Batas Waktu
Pasal 32
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas
waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (sate) tahun sejak tanggal kelahiran,
pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana
setempat.
(2) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kedua
Pencatatan Lahir Mati
Pasal 33
(1) Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan
Lahir Mati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan lahir mati
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Ketiga
Pencatatan Perkawinan
Paragraf 1
Pencatatan Perkawinan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 34
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 35
Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula bagi:
a. perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan
b. perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga
Negara Asing yang bersangkutan.
Pasal 36
Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan perkawinan
dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
Paragraf 2
Pencatatan Perkawinan di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 37
(1) Perkawinan Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan perkawinan bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
perkawinan dalam Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(4) Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh
yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.
Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perkawinan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keempat
Pencatatan Pembatalan Perkawinan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 39
(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh Penduduk yang mengalami pembatalan
perkawinan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah
putusan pengadilan tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut Kutipan Akta
Perkawinan dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan
Perkawinan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan
perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Presiden.
Bagian Kelima
Pencatatan Perceraian
Paragraf 1
Pencatatan Perceraian di Indonesia
Pasal 40
(1) Perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak putusan pengadilan tentang perceraian yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
Paragraf 2
Pencatatan Perceraian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 41
(1) Perceraian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan perceraian bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
perceraian dalam Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
(4) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh
yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.
Pasal 42
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perceraian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Keenam
Pencatatan Pembatalan Perceraian
Pasal 43
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Pembatalan perceraian bagi Penduduk wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang
pembatalan perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mencabut
Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan
Pembatalan Perceraian.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan
perceraian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.
Bagian Ketujuh
Pencatatan Kematian
Paragraf 1
Pencatatan Kematian di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Kematian dan menerbitkan Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan
keterangan kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah
adanya penetapan pengadilan.
(5) Dalam hai terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana
melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan dari kepolisian.
Paragraf 2
Pencatatan Kematian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 45
(1) Kematian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepada Perwakilan
Republik Indonesia dan wajib dicatatkan kepada instansi yang berwenang di negara
setempat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kematian.
(2) Apabila Perwakilan Republik Indonesia mengetahui peristiwa kematian seseorang Warga
Negara Indonesia di negara setempat yang tidak dilaporkan dan dicatatkan paling lambat 7
(tujuh) hari sejak diterimanya informasi tersebut, pencatatan kematiannya dilakukan oleh
Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Dalam hal seseorang Warga Negara Indonesia dinyatakan hilang, pernyataan kematian
karena hilang dan pencatatannya dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara setempat.
(4) Dalam hal terjadi kematian seseorang Warga Negara Indonesia yang tidak jelas
identitasnya, pernyataan dan pencatatan dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara
setempat.
(5) Keterangan pernyataan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dicatatkan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(6) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi dasar Instansi Pelaksana di
Indonesia mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti di pengadilan sebagai dasar
penetapan pengadilan mengenai kematian seseorang.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 46
Ketentuan Iebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 dan Pasal 45 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kedelapan
Pencatatan Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak, dan Pengesahan Anak
Paragraf 1
Pencatatan Pengangkatan Anak di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 47
(1) Pencatatan pengangkatan anak dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan di tempat
tinggal pemohon.
(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh
Penduduk kepada instansi Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya salinan penetapan pengadilan oleh
Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada Register Akta Kelahiran dan Kutipan Akta Kelahiran.
Paragraf 2
Pencatatan Pengangkatan Anak Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Pasal 48
(1) Pengangkatan anak warga negara asing yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang
berwenang di negara setempat.
(2) Hasil pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan Pengangkatan Anak bagi warga negara asing, warga negara yang bersangkutan
melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia setempat untuk mendapatkan surat
keterangan pengangkatan anak.
(4) Pengangkatan anak warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia,
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Instansi Pelaksana
mengukuhkan Surat Keterangan Pengangkatan Anak.
Paragraf 3
Pencatatan Pengakuan Anak
Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua pada Instansi Pelaksana paling Iambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari
anak yang bersangkutan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua
yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar hubungan
perkawinan yang sah.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan menerbitkan Kutipan Akta Pengakuan
Anak.
Paragraf 4
Pencatatan Pengesahan Anak
Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua
yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak yang lahir diluar hubungan
perkawinan yang sah.
(3) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Akta Kelahiran.
Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pengangkatan anak,
pengakuan anak, dan pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal
49, dan Pasal 50 diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kesembilan
Pencatatan Perubahan Nama dan Perubahan Status Kewarganegaraan
Paragraf 1
Pencatatan Perubahan Nama
Pasal 52
(1) Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri
tempat pemohon.
(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh
Penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan negeri oleh Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipi1
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.
Paragraf 2
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Pasat 53
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari warga negara asing menjadi Warga Negara
Indonesia wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di
tempat peristiwa perubahan status kewarganegaraan paling lambat 60 (enam puluh) hari
sejak berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Paragraf 3
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia Menjadi
Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 54
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia menjadi warga negara
asing di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah mendapatkan
persetujuan dari negara setempat wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan
kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Perwakilan Republik Indonesia setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan
Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia.
(3) Pelepasan kewarganegaraan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan
oleh Perwakilan Republik Indonesia setempat kepada menteri yang berwenang berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana
yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil yang bersangkutan.
(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.
Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan perubahan nama dan status
kewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Pasal 53, dan Pasal 54 diatur dalam
Peraturan Presiden.
Bagian Kesepuluh
Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya
Pasal 56
(1) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil atas
permintaan Penduduk yang bersangkutan setelah adanya penetapan pengadilan negeri
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan Peristiwa Penting
lainnya diatur dalam Peraturan Presiden.
Bagian Kesebelas
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Melaporkan Sendiri
Pasal 57
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa Penting
yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau meminta
bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pelaporan Penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.
BAB VI
DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Bagian Kesatu
Data Kependudukan
Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.
(2) Data perseorangan meliputi:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung:
o. nama Ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah:
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian.
(3) Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data kuantitatif dan data
kualitatif.
Bagian Kedua
Dokumen Kependudukan
Pasal 59
(1) Dokumen Kependudukan meliputi:
a. Biodata Penduduk;
b. KK;
c. KTP;
d. surat keterangan kependudukan; dan
e. Akta Pencatatan Sipil.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Surat keterangan kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. Surat Keterangan Pindah;
b. Surat Keterangan Pindah Datang;
c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
e. Surat Keterangan Tempat Tinggal;
f. Surat Keterangan Kelahiran;
g. Surat Keterangan Lahir Mati;
h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
j. Surat Keterangan Kematian;
k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;
m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan
n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
(3) Biodata Penduduk, KK, KTP, Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia
antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara
Indonesia antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Orang
Asing dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah ke
Luar Negeri, Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri, Surat Keterangan Tempat Tinggal
untuk Orang Asing Tinggal Terbatas, Surat Keterangan Kelahiran untuk Orang Asing, Surat
Keterangan Lahir Mati untuk Orang Asing, Surat Keterangan Kematian untuk Orang Asing,
Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan, Surat Keterangan Pembatalan Perceraian, Surat
Keterangan Pengganti Tanda Identitas, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Instansi
Pelaksana.
(4) Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar kecamatan dalam satu
kabupaten/kota, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antar
kecamatan dalam satu kabupaten/kota, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh camat
atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(5) Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia dalam sate
desa/kelurahan, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia
antardesa/kelurahan dalam satu kecamatan, Surat Keterangan Kelahiran untuk Warga
Negara Indonesia, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Warga Negara Indonesia dan Surat
Keterangan Kematian untuk Warga Negara Indonesia, dapat diterbitkan dan ditandatangani
oleh kepala desa/lurah atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(6) Surat Keterangan Pengakuan Anak dan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan
Republik Indonesia, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Perwakilan Republik
Indonesia.
Pasal 60
Biodata Penduduk paling sedikit memuat keterangan tentang nama, tempat dan tanggal lahir,
alamat dan Jati diri lainnya secara lengkap, serta perubahan data sehubungan dengan Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami.
Pasal 61
(1) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan
anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan,
dokumen imigrasi, nama orang tua.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk
yang agamanya belum diakui sebagal agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat
dalam database Kependudukan.
(3) Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk selamanya, kecuali terjadi
perubahan kepala keluarga.
(4) KK diterbitkan dan diberikan oleh Instansi Pelaksana kepada Penduduk Warga Negara
Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap.
(5) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar penerbitan KTP.
Pasal 62
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap
hanya diperbolehkan terdaftar dalam I (satu) KK.
(2) Perubahan susunan keluarga dalam KK wajib dilaporkan kepada Instansi Pelaksana
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya perubahan.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan KK.
Pasal 63
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang
telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki
ISTP.
(2) Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki Izin Tinggal Tetap dan
sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki KTP.
(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara nasional.
(4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada Instansi Pelaksana
apabila masa berlakunya telah berakhir.
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya diperbolehkan memiliki
1 (satu) KT?.
Pasal 64
(1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki
atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan,
kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP, tanda
tangan pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang
menandatanganinya.
(2) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang
agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat
dalam database kependudukan.
(3) Dalam KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan ruang untuk memuat kode
keamanan dan rekaman elektronik pencatatan Peristiwa Penting.
(4) Masa berlaku KTP:
a. untuk Warga Negara Indonesia berlaku selama 5 (lima) tahun;
b. untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal
Tetap.
(5) Penduduk yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku seumur hidup.
Pasal 65
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Surat Keterangan Kependudukan paling sedikit memuat keterangan tentang nama lengkap, NIK,
jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
yang dialami oleh seseorang.
Pasal 66
(1) Akta Pencatatan Sipil terdiri atas:
a. Register Akta Pencatatan Sipil; dan
b. Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(2) Akta Pencatatan Sipil berlaku selamanya.
Pasal 67
(1) Register Akta Pencatatan Sipil memuat seluruh data Peristiwa Penting.
(2) Data Peristiwa Penting yang berasal. dari KUAKec diintegrasikan ke dalam database
kependudukan dan tidak diterbitkan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(3) Register Akta Pencatatan Sipil disimpan dan dirawat oleh Instansi Pelaksana.
(4) Register Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. nama dan identitas pelapor;
e. tempat dan tanggal peristiwa;
f. nama dan identitas saksi;
g. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta; dan
h. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang.
Pasal 68
(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas kutipan akta:
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian; dan
e. pengakuan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang: dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut dengan data yang terdapat dalam Register
Akta Pencatatan Sipil.
Pasal 69
(1) Instansi Pelaksana atau Pejabat yang diberi kewenangan, sesuai tanggung jawabnya, wajib
menerbitkan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagal berikut:
a. KK atau KTP paling lambat 14 (empat belas) hari;
b. Surat Keterangan Pindah paling lambat 14 (empat belas) hari;
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 70
(1) Pembetulan KTP hanya dilakukan untuk KTP yang mengalami kesalahan tulis redaksional.
(2) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan atau tanpa
permohonan dari orang yang menjadi subjek KTP.
(3) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Instansi Pelaksana.
Pasal 71
(1) Pembetulan akta Pencatatan Sipil hanya dilakukan untuk akta yang mengalami kesalahan
tulis redaksional.
(2) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek akta.
(3) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pejabat Pencatatan Sipil sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 72
(1) Pembatalan akta Pencatatan Sipil dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan putusan pengadilan mengenai pembatalan akta sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta dan
mencabut kutipan akta-akta Pencatatan Sipil yang dibatalkan dari kepemilikan subjek akta.
Pasal 73
Dalam hal wilayah hukum Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta berbeda dengan pengadilan
yang memutus pembatalan akta, salinan putusan pengadilan disampaikan kepada Instansi
Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipi1 oleh pemohon atau pengadilan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 74
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembetulan dan
pembatalan Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72 diatur
dalam Peraturan Presiden.
Pasal 75
Ketentuan mengenai spesifikasi dan formulasi kalimat dalam Biodata Penduduk, blangko KK, KTP,
Surat Keterangan Kependudukan, Register dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 76
Ketentuan mengenal penerbitan Dokumen Kependudukan bagi petugas rahasia khusus yang
melakukan tugas keamanan negara diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 77
Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada
Dokumen Kependudukan.
Pasal 78
Ketentuan mengenai pedoman pendokumentasian hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipi1 diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Perlindungan Data dan Dokumen Kependudukan
Pasal 79
(1) Data dan dokumen kependudukan wajib disimpan dan dilindungi oleh negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca,
mengubah, meralat dan menghapus, serta mencetak Data, mengkopi Data dan Dokumen
Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
BAB VII
PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL SHAT NEGARA ATAU SEBAGIAN
NEGARA DALAM KEADAAN DARURAT DAN LUAR BIASA
Pasal 80
(1) Apabila negara atau sebagian negara dinyatakan dalam keadaan darurat dengan segala
tingkatannya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, otoritas pemerintahan
yang menjabat pada saat itu diberi kewenangan membuat surat keterangan mengenai
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting.
(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai dasar penerbitan Dokumen
Kependudukan.
(3) Apabila keadaan sudah dinyatakan pulih, Instansi Pelaksana aktif mendata ulang dengan
melakukan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di tempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 81
(1) Dalam hal terjadi keadaan luar biasa sebagai akibat bencana alam, instansi Pelaksana wajib
melakukan pendataan Penduduk bagi pengungsi dan korban bencana alam.
(2) Instansi Pelaksana menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas dan Surat
Keterangan Pencatatan Sipil berdasarkan hasil pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas atau Surat Keterangan Pencatatan Sipil
digunakan sebagai tanda bukti diri dan bahan pertimbangan untuk penerbitan Dokumen
Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan
Pengganti Tanda Identitas dan Surat Keterangan Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB VIII
SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Pasal 82
(1) Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Menteri.
(2) Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal Sistem informasi Administrasi Kependudukan dan
pengelolaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
(5) Pedoman pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.
Pasal 83
(1) Data Penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan
tersimpan di dalam database kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan
kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan.
(2) Pemanfaatan data Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin
Penyelenggara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara mendapatkan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB IX
PERLINDUNGAN DATA PRIBADI PENDUDUK
Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi memuat:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. tanggal/bulan/tahun lahir;
d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental;
e. NIK ibu kandung;
f. NIK ayah; dan
g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai beberapa isi catatan Peristiwa Penting sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 85
(1) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 wajib disimpan dan
dilindungi oleh negara.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal penyimpanan dan perlindungan terhadap Data Pribadi
Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijaga kebenarannya
dan dilindungi kerahasiaannya oleh Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 86
(1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca,
mengubah, meralat dan menghapus, mengkopi Data serta mencetak Data Pribadi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenal
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 87
(1) Pengguna Data Pribadi Penduduk dapat memperoleh dan menggunakan Data Pribadi dari
petugas pada Penyelenggara dan lnstansi Pelaksana yang memiliki hak akses.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh dan
menggunakan Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 88
(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri
5ipi1 yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang Administrasi Kependudukan
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan
tugas penyidikan berwenang untuk:
a. menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum tentang adanya
dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan;
b. memeriksa laporan atau keterangan atas adanya dugaan tindak pidana Administrasi
Kependudukan;
c. memanggil orang untuk diminta keterangannya atas adanya dugaan sebagaimana
dimaksud pada huruf b; dan
d. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan.
(3) Pengangkatan, mutasi, dan pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil, serta mekanisme
penyidikan dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 89
(1) Setiap Penduduk dikenal sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu
pelaporan Peristiwa Kependudukan dalam hal:
a. pindah datang bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(3);
b. pindah datang ke luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3);
c. pindah datang dari luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1);
d. pindah datang dari luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1);
e. perubahan status Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas menjadi Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1);
f. pindah ke luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau
Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (1);
g. perubahan KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2); atau
h. perpanjangan KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (4).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap Penduduk Warga
Negara Indonesia paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan Penduduk Orang
Asing paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 90
(1) Setiap Penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu
pelaporan Peristiwa Penting dalam hal:
a. kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) atau Pasal 29 ayat (4) atau
Pasal 30 ayat (6) atau Pasal 32 ayat (1) atau Pasal 33 ayat (1);
b. perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) atau Pasal 37 ayat (4);
c. pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1);
d. perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) atau Pasal 41 ayat (4);
e. pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1);
f. kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) atau Pasal 45 ayat (1);
g. pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) atau Pasal 48
ayat (4);
h. pengakuan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1);
i. pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1);
j. perubahan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2);
k. perubahan status kewarganegaraan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 ayat (1); atau
l. Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 91
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Setiap Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (5) yang berpergian tidak
membawa KTP dikenakan denda administratif paling banyak Rp50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah).
(2) Setiap Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (4) yang berpergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal
dikenai denda administratif paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 92
(1) Dalam hal Pejabat pada Instansi Pelaksana melakukan tindakan atau sengaja melakukan
tindakan yang memperlambat pengurusan Dokumen Kependudukan dalam batas waktu
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dikenakan sanksi berupa denda paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Presiden.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 93
Setiap Penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/atau dokumen kepada Instansi
Pelaksana dalam melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).
Pasal 94
Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau mengurangi isi elemen
data._pada Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah).
Pasal 95
Setiap orang yang tanpa hak mengakses database kependudukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (1) dan/atau Pasal 86 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, dan/atau
mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 97
Setiap Penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala keluarga atau anggota
keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) atau untuk memiliki
KTP lebih dari satu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (6) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah).
Pasal 98
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(1) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 atau Pasal 94, pejabat yang
bersangkutan dipidana dengan pidana yang sama ditambah 1/3 (satu pertiga).
(2) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana membantu
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95, pejabat yang
bersangkutan dipidana sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Pasal 99
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, dan Pasal
97 adalah tindak pidana Administrasi Kependudukan.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 100
(1) Semua Dokumen Kependudukan yang telah diterbitkan atau yang telah ada pada saat
Undang-Undang ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku menurut Undang-Undang ini.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk KK dan KTP sampai
dengan batas waktu berlakunya atau diterbitkannya KK dan KTP yang sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah memberikan NIK kepada setiap Penduduk paling lambat 5 (lima) tahun;
b. Semua instansi wajib menjadikan NIK sebagai dasar dalam menerbitkan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) paling lambat 5 (lima) tahun;
c. KTP seumur hidup yang sudah mempunyai NIK tetap berlaku dan yang belum mempunyai
NIK harus disesuaikan dengan Undang-Undang ini;
d. KTP yang diterbitkan belum mengacu pada Pasal 64 ayat (3) tetap berlaku sampai dengan
batas waktu berakhirnya masa berlaku KTP;
e. Keterangan mengenai alamat, nama dan nomor induk pegawai pejabat dan
penandatanganan oleh pejabat pada KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1)
dihapus setelah database kependudukan nasional terwujud.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 102
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua Peraturan Pelaksanaan yang berkaitan
dengan Administrasi Kependudukan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan
belum diganti sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Pasal 103
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) dilakukan
paling lambat 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 105
Dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Undang-Undang ini, Pemerintah
wajib menerbitkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penetapan persyaratan dan tata
cara perkawinan bagi para penghayat kepercayaan sebagai dasar diperolehnya kutipan akta
perkawinan dan pelayanan pencatatan Peristiwa Penting.
Pasal 106
Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku:
a. Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua dan Bab Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Staatsblad 1847:23);
b. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Eropa (Reglement op het Holden der Registers
van den Burgerlijken Stand voor Europeanen, Staatsblad 1849:25 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
c. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Cina (Bepalingen voor Geheel Indonesie
Betreffende het Burgerlijken Handelsrecht van de Chinezean, Staatsblad 1917:129 jo.
Staatsblad 1939:288 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
d. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Indonesia (Reglement op het Holden van de
Registers van den Burgerlijken Stand voor Eenigle Groepen v.d nit tot de Onderhoringer van
een zefbestuur, behoorende Ind. Bevolking van Java en Madura, Staatsblod 1920:751 jo.
Staatsblad 1927:564);
e. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Kristen Indonesia (Huwelijksordonantie voor
Christenen Indonesiers Java, Minahasa en Ambolena, Staatsblad 1933:74 jo. Staatsblad
1936:607 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1939:288);
f. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama
Keluarga (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2154);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 107
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA AD INTERIM REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
YUSRIL IHZA MAHENDRA
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk yang berada di
dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan tegas menjamin hak setiap
Penduduk untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah, memperoleh status kewarganegaraan, menjamin kebebasan memeluk agama, dan
memilih tempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
Peristiwa Kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk menetap,
tinggal terbatas, serta perubahan status Orang Asing Tinggal Terbatas menjadi tinggal tetap
dan Peristiwa Penting, antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, dan
perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan
status kewarganegaraan, ganti nama dan Peristiwa Penting lainnya yang dialami oleh
seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi
perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Untuk itu, setiap Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan
pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Dalam pemenuhan hak Penduduk, terutama di bidang Pencatatan Sipil, masih ditemukan
penggolongan Penduduk yang didasarkan pada perlakuan diskriminatif yang membeda-
bedakan suku, keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan produk
kolonial Belanda. Penggolongan Penduduk dan pelayanan diskriminatif yang demikian itu
tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami
kendala yang mendasar sebab sumber Data Kependudukan belum terkoordinasi dan
terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem
Administrasi Kependudukan yang utuh dan optimal.
Kondisi sosial dan administratif seperti yang dikemukakan di atas tidak memiliki sistem
database kependudukan yang menunjang pelayanan Administrasi Kependudukan,
Kondisi itu harus diakhiri dengan pembentukan suatu sistem Administrasi Kependudukan
yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi
tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan yang profesional.
Seluruh kondisi tersebut di atas menjadi dasar pertimbangan perlunya membentuk Undang-
Undang tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan ini memuat pengaturan dan
pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di bidang Administrasi
Kependudukan. Salah satu hal penting adalah pengaturan mengenai penggunaan Nomor
Induk Kependudukan (NIK). NIK adalah identitas Penduduk Indonesia dan merupakan kunci
akses dalam melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna mendukung
pelayanan publik di bidang Administrasi Kependudukan. Sebagai kunci akses dalam
pelayanan kependudukan, NIK dikembangkan ke arah identifikasi tunggal bagi setiap
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Penduduk. NIK bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar
sebagai Penduduk Indonesia dan berkait secara langsung dengan seluruh Dokumen
Kependudukan,
Untuk penerbitan NIK, setiap Penduduk wajib mencatatkan biodata Penduduk yang diawali
dengan pengisian formulir biodata Penduduk di desa/kelurahan secara benar. NIX wajib
dicantumkan dalam setiap Dokumen Kependudukan, baik dalam pelayanan Pendaftaran
Penduduk maupun Pencatatan Sipil, serta sebagai dasar penerbitan berbagai dokumen
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pendaftaran Penduduk pada dasarnya menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan
Pendaftaran Penduduk didasarkan pada asas domisili atau tempat tinggal atas terjadinya
Peristiwa Kependudukan yang dialami oleh seseorang dan/atau keluarganya. Pencatatan
Sipil pada dasarnya juga menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan Pencatatan
Sipil didasarkan pada asas peristiwa, yaitu tempat dan waktu terjadinya Peristiwa Penting
yang dialami oleh dirinya dan/atau keluarganya.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan
sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari sisi kepentingan Penduduk,
Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti
pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan Dokumen Kependudukan,
tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.
Administrasi Kependudukan diarahkan untuk:
1. memenuhi hak asasi setiap orang di bidang Administrasi Kependudukan tanpa
diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional;
2. meningkatkan kesadaran Penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta dalam
pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
3. memenuhi data statistik secara nasional mengenai Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Denting;
4. mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional,
regional, serta lokal; dan
5. mendukung pembangunan sistem Administrasi Kependudukan.
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bertujuan untuk:
1. memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen Penduduk
untuk setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh
Penduduk;
2. memberikan perlindungan status hak sipil Penduduk;
3. menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat,
lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan
kebijakan dan pembangunan pada umumnya;
4. mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan secara nasional dan terpadu; dan
5. menyediakan data Penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam
penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Prinsip-prinsip tersebut di atas menjadi dasar terjaminnya penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-Undang ini melalui penerapan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dimaksudkan untuk:
1. terselenggaranya Administrasi Kependudukan dalam skala nasional yang terpadu dan
tertib;
2. terselenggaranya Administrasi Kependudukan yang bersifat universal, permanen,
wajib, dan berkelanjutan;
3. terpenuhinya hak Penduduk di bidang Administrasi Kependudukan dengan pelayanan
yang profesional; dan
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
4. tersedianya data dan informasi secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan
mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan
pembangunan pada umumnya.
Secara keseluruhan, ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi hak dan
kewajiban Penduduk, Penyelenggara dan Instansi Pelaksana, Pendaftaran Penduduk,
Pencatatan Sipil, Data dan Dokumen Kependudukan, Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil Pada Saat Negara Dalam Keadaan Darurat, pemberian kepastian hukum,
dan perlindungan terhadap Data Pribadi Penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan Undang-
Undang ini dari kemungkinan pelanggaran, baik administratif maupun ketentuan material
yang bersifat pidana, diatur juga ketentuan mengenal tata cara penyidikan serta pengaturan
mengenai Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Persyaratan yang dimaksud adalah sesuai dengan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini.
Pasal 4
Lihat Penjelasan Pasal 3
Pasal 5
Yang dimaksud dengan "Pemerintah" adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penetapan sistem, pedoman, dan standar yang bersifat nasional di bidang Administrasi
Kependudukan sangat diperlukan dalam upaya penertiban Administrasi Kependudukan.
Penetapan pedoman di bidang Administrasi Kependudukan oleh Presiden, baik dalam
bentuk Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Presiden, serta pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri dalam bentuk Peraturan Menteri digunakan sebagai acuan dalam pembuatan
peraturan daerah oleh propinsi/kabupaten/kota,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional"
adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan kondisi nasional dengan
menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Huruf f
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi"
adalah pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi provinsi dengan
menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "desa" adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Huruf g
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota" adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan
kondisi kabupaten/kota dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuat kekhususannya berbeda dengan provinsi
yang lain karena diberi kewenangan untuk menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
seperti kabupaten/kota.
Pasal 8
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pemberian NIK kepada Penduduk menggunakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "dokumen Pendaftaran Penduduk" adalah bagian dari Dokumen
Kependudukan yang dihasilkan dari proses Pendaftaran Penduduk, misalnya KK, KTP, dan
Biodata.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "hari" adalah hari kerja (berlaku untuk penjelasan "hari" pada pasal-
pasal berikutnya).
Ayat (4)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pindah ke luar negeri" adalah Penduduk yang tinggal menetap di
luar negeri atau meninggalkan tanah air untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berturut-turut
atau lebih dari I (satu) tahun.
Penduduk tersebut termasuk Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja ke luar negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pelaporan pada Kantor Perwakilan Republik Indonesia diperlukan sebagai bahan pendataan
WNI di luar negeri.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "datang dari luar negeri" adalah WNI yang sebelumnya pindah ke
luar negeri kemudian datang untuk menetap kembali di Republik Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Tempat Tinggal" adalah Surat Keterangan
Kependudukan yang diberikan kepada Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas
sebagai bukti diri sebagai Penduduk tinggal terbatas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk Pelintas Batas" adalah Penduduk yang bertempat-
tinggal secara turun-temurun di wilayah kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga yang melakukan lintas batas antar negara karena kegiatan ekonomi, sosial
dan budaya yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk rentan Administrasi Kependudukan" adalah Penduduk
yang mengalami hambatan dalam memperoleh Dokumen Kependudukan yang disebabkan
oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.
Pendataan dilakukan dengan membentuk tim di daerah yang beranggotakan dari instansi
terkait.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "orang terlantar" adalah Penduduk yang karena suatu sebab
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara wajar, baik rohani, jasmani
maupun sosial.
Ciri-cirinya:
1) tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup khususnya pangan, sandang dan
papas;
2) tempat tinggal tidak tetap/gelandangan;
3) tidak mempunyai pekerjaan/kegiatan yang tetap;
4) miskin.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "komunitas terpencil" adalah kelompok sosial budaya yang
bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan
pelayanan, baik sosial, ekonomi maupun politik.
Ciri-cirinya:
1) berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen;
2) pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan;
3) pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit terjangkau;
4) peralatan teknologi sederhana;
5) terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "tempat sementara" adalah tempat pada saat terjadi pengungsian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan"
adalah Penduduk yang tidak mampu melaksanakan pelaporan karena pertimbangan umur,
sakit keras, cacat fisik dan cacat mental.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat terjadinya peristiwa kelahiran" adalah wilayah terjadinya
kelahiran.
Waktu pelaporan kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari merupakan tenggang waktu
yang memungkinkan bagi Penduduk untuk melaporkan peristiwa kelahiran sesuai dengan
kondisi/letak geografis Indonesia.
Penduduk yang wajib melaporkan kelahiran adalah Kepala Keluarga.
Ayat (2)
Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran tanpa dipungut biaya sebagaimana diatur dalam
Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kutipan akta kelahiran seorang anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan
orang tuanya diserahkan kepada yang bersangkutan setelah dewasa.
Pasal 29
Ayat (1)
Kewajiban untuk melaporkan kepada "instansi yang berwenang di negara setempat"
berdasarkan asas yang dianut, yaitu asas peristiwa.
Yang dimaksud dengan "instansi yang berwenang di negara setempat" adalah lembaga
yang berwenang seperti yang dimaksud dengan Instansi Pelaksana dalam Undang-Undang
ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat singgah" adalah tempat persinggahan pesawat terbang
atau kapal laut dalam perjalanannya mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan asas yang
berlaku secara universal, yakni tempat di mana peristiwa kelahiran (persinggahan pertama
pesawat terbang/kapal laut), apabila memungkinkan pelaporan dilakukan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas,
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Persetujuan dari Instansi Pelaksana diperlukan mengingat pelaporan kelahiran tersebut
sudah melampaui batas waktu sampai dengan 1 (satu) tahun dikhawatirkan terjadi
manipulasi data atau hal-hal yang tidak diinginkan. Persetujuan tersebut juga berfungsi
sebagai verifikasi atas keabsahan data yang dilaporkan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "lahir mati" adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang
berumur paling sedikit 28 (dua puluh delapan) minggu pada saat dilahirkan tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Ayat (2)
Peristiwa lahir mati hanya diberikan Surat Keterangan Lahir Mati, tidak diterbitkan Akta
Pencatatan Sipil.
Meskipun tidak diterbitkan Akta Pencatatan Sipil tetapi pendataannya diperlukan untuk
kepentingan perencanaan dan pembangunan di bidang kesehatan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dicatat oleh Kantor Urusan Agama
Kecamatan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Ayat (2)
Penerbitan Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dilakukan oleh
Departemen Agama.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Karena Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam sudah diterbitkan oleh
KUAKec, data perkawinan yang diterima oleh Instansi Pelaksana tidak perlu diterbitkan
Kutipan Akta Perkawinan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 35
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan" adalah perkawinan
yang dilakukan antar-umat yang berbeda agama.
Huruf b
Perkawinan yang dilakukan oleh warga negara asing di Indonesia, harus berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai perkawinan di Republik Indonesia.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Bagi penganut agama Islam diberlakukan ketentuan mengenal rujuk yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk jo.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "kematian" adalah tidak adanya secara permanen seluruh
kehidupan pada saat mana pun setelah kelahiran hidup terjadi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "pihak yang berwenang' adalah kepala rumah sakit.
dokter/paramedis, kepala desa/lurah atau kepolisian.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "pernyataan" adalah keterangan dari pejabat yang berwenang.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengangkatan anak" adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan
hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang
bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam
lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "catatan pinggir" adalah catatan mengenai perubahan status atas
terjadinya Peristiwa Penting dalam bentuk catatan yang diletakkan pada bagian pinggir akta
atau bagian akta yang memungkinkan (di halaman/bagian muka atau belakang akta) oleh
Pejabat Pencatatan Sipil.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "pengakuan anak" adalah pengakuan seorang ayah terhadap
anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan sah atas persetujuan ibu kandung anak
tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengesahan anak" adalah pengesahan status seorang anak yang
lahir di luar ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan perkawinan kedua orang tua anak
tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembuatan catatan pinggir pada akta Pencatatan Sipil diperuntukkan bagi warga negara
asing yang melakukan perubahan kewarganegaraan dan pernah mencatatkan Peristiwa
Penting di Republik Indonesia.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Peristiwa Penting lainnya" adalah peristiwa yang ditetapkan oleh
pengadilan negeri untuk dicatatkan pada Instansi Pelaksana, antara lain perubahan jenis
kelamin,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Yang dimaksud dengan cacat fisik dan/atau mental berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang menetapkan tentang hal tersebut.
Huruf I
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup Jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Huruf t
Cukup jelas.
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Huruf y
Cukup jelas.
Huruf z
Cukup jelas.
Huruf aa
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "data agregat" adalah kumpulan data tentang Peristiwa
Kependudukan, Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia, agama, pendidikan, dan
pekerjaan.
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif' adalah data yang berupa angka-angka.
Yang dimaksud dengan "data kualitatif' adalah data yang berupa penjelasan.
Pasal 59
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Biodata Penduduk" adalah keterangan yang berisi elemen
data tentang jati diri, informasi dasar serta r1wayat perkembangan dan perubahan
keadaan yang dialami oleh Penduduk sejak saat kelahiran.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 60
Kata "paling sedikit" dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan adanya
tambahan keterangan, tetapi keterangan tersebut tidak bersifat diskriminatif.
Yang dimaksud dengan "alamat" adalah alamat sekarang dan alamat sebelumnya.
Yang dimaksud dengan "jati diri lainnya" meliputi nomor KK, NIK, laki-laki/perempuan, golongan
darah, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penyandang cacat fisik dan/atau mental, status
perkawinan, kedudukan/hubungan dalam keluarga, NIK ibu kandung, nama ibu kandung, NIK ayah
kandung, nama ayah kandung, nomor paspor, tanggal berakhir paspor, nomor akta kelahiran/surat
kenal lahir, nomor akta perkawinan/buku nikah, tanggal perkawinan, nomor akta perceraian/surat
cerai, dan tanggal perceraian.
Pasal 61
Ayat (1)
Yang dimaksud "dengan Kepala Keluarga" adalah:
a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain, baik mempunyai hubungan darah
maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadap keluarga;
b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau
c. kepala kesatrian, kepala asrama, kepala rumah yatim piatu, dan lain-lain tempat
beberapa orang tinggal bersama-sama.
Setiap kepala keluarga wajib memiliki KK, meskipun kepala keluarga tersebut masih
menumpang di rumah orang tuanya karena pada prinsipnya dalam satu alamat rumah boleh
terdapat lebih dari satu KK.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "perubahan susunan keluarga dalam KK" adalah perubahan yang
diakibatkan adanya Peristiwa Kependudukan atau Peristiwa Penting seperti pindah datang,
kelahiran, atau kematian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu) KTP untuk 1 (satu) Penduduk diperlukan
sistem keamanan/pengendalian dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan
melakukan verifikasi dan validasi dalam sistem database kependudukan serta pemberian
NIK.
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ketentuan tentang pindah domisili tetap bagi KTP seumur hidup mengikuti ketentuan yang
berlaku menurut Undang-Undang ini.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "pejabat yang berwenang" adalah Pejabat Pencatatan Sipil
pada Instansi Pelaksana yang telah diambil sumpahnya untuk melakukan tugas
pencatatan.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kesalahan tulis redaksional", misalnya kesalahan penulisan huruf
dan/atau angka.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembetulan akta biasanya dilakukan pada saat akta sudah selesai di proses (akta sudah
jadi) tetapi belum diserahkan atau akan diserahkan kepada subjek akta. Pembetulan akta
atas dasar koreksi dari petugas, wajib diberitahukan kepada subjek akta.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 72
Ayat (1)
Pembatalan akta dilakukan atas permintaan orang lain atau subjek akta, dengan alasan akta
cacat hukum karena dalam proses pembuatan didasarkan pada keterangan yang tidak
benar dan tidak sah,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Yang dimaksud dengan "petugas rahasia" adalah reserse dan Intel yang melakukan tugasnya di
luar daerah domisilinya.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "negara atau sebagian dari negara dinyatakan dalam keadaan
darurat dengan segala tingkatannya" adalah sebagaimana diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Pencatatan Sipil" adalah surat keterangan yang
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini ketika negara atau sebagian negara dalam keadaan luar biasa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan bertujuan
mewujudkan komitmen nasional dalam rangka menciptakan sistem pengenal tunggal,
berupa NIK, bagi seluruh Penduduk Indonesia. Dengan demikian, data Penduduk dapat
diintegrasikan dan direlasionalkan dengan data hasil rekaman pelayanan Pendaftaran
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Penduduk dan Pencatatan Sipil. Sistem ini akan menghasilkan data Penduduk nasional
yang dinamis dan mutakhir,
Pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan dengan
menggunakan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem jaringan komunikasi data yang
efisien dan efektif agar dapat diterapkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bagi wilayah yang belum memiliki fasilitas komunikasi data, sistem komunikasi
data dilakukan dengan manual dan semi-elektronik.
Yang dimaksud dengan "manual" adalah perekaman data secara manual, yang pengiriman
data dilakukan secara periodik dengan sistem pelaporan berjenjang karena tidak tersedia
listrik ataupun jaringan komunikasi data.
Yang dimaksud dengan "semi-elektronik" adalah perekaman data dengan menggunakan
komputer, tetapi pengirimannya menggunakan compact disc (CD) atau disket secara
periodik karena belum tersedia jaringan komunikasi data.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 83
Ayat (1)
Data Penduduk yang dihasilkan oleh sistem informasi dan tersimpan di dalam database
kependudukan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti dalam menganalisa
dan merumuskan kebijakan kependudukan, menganalisa dan merumuskan perencanaan
pembangunan, pengkajian ilmu pengetahuan. Dengan demikian baik pemerintah maupun
non pemerintah untuk kepentingannya dapat diberikan izin terbatas dalam arti terbatas
waktu dan peruntukannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan "beberapa isi catatan Peristiwa Penting" adalah beberapa
catatan mengenai data yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan Peristiwa Penting
yang perlu dilindungi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 85
Ayat (1)
Lihat Penjelasan Pasal 84 huruf g.
Ayat (2)
Penyimpanan dan perlindungan dimaksud meliputi tata cara dan penanggung jawab.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengguna Data Pribadi Penduduk" adalah instansi pemerintah dan
swasta yang membutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 88
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penyidik Pegawai Negeri Sipil memberitahukan kepada Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia mengenai saat dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan jaminan bahwa hasil
penyidikannya telah memenuhi ketentuan dan persyaratan. Mekanisme hubungan
koordinasi antara Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
Yang dimaksud dengan "Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Administrasi
Kependudukan" adalah pegawai negeri yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan di bidang Administrasi Kependudukan.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 89
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 90
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 91
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan
pelayanan masyarakat.
Pasal 105
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perkawinan bagi penghayat kepercayaan"
adalah persyaratan dan tata cara pengesahan perkawinan yang ditentukan oleh penghayat
kepercayaan sendiri dan ketentuan itu menjadi dasar pengaturan dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
www.hukumonline.com