Anda di halaman 1dari 525

EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADA

KEBIJAKAN PELAYANAN ADMINISTRASI


KEPENDUDUKAN DI SUKU DINAS
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
JAKARTA UTARA

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Disusun oleh:
DIMAS RIAN PAMBUDI
NIM: 6661111343

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
Evaluasi Program Quick Wins Pada Pelayanan Administrasi Kependudukan
di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

Dimas Rian Pambudi

(Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik Tahun 2011)

ABSTRAK

Dimas Rian Pambudi. NIM : 6661111343. SKRIPSI. Evaluasi Program


Quick Wins Pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Program Studi Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.

Quick wins adalah suatu inisiatif yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali
suatu program besar dan sulit dalam waktu kurang dari 12 bulan. Keluaran dari
pelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme kerja atau
produk utama kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang sesuai dengan
peran, tupoksi, dan karakteristik masing – masing. Suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara merupakan unit pelaksana yang ditunjuk untuk
melaksanakan tugas publik di bidang administrasi kependudukan, salah satunya di
pelayanan pembuatan akta kelahiran. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
program quick wins pada pelayanan administrasi kependudukan di suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kualitatif, yang bertujuan untuk memahami makna yang berada
di balik fakta – fakta. Pemahaman yang mendalam terhadap suatu peristiwa atau
fenomena sosial merupakan hal yang terpenting. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa implementasi program quick wins pada pelayanan administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran masih belum optimal.
Penyebab utamanya adalah masih minimnya sumber daya manusia yang ada,
sarana dan prasarana yang masih banyak memiliki kekurangan, dan sosialisasi
yang masih belum berhasil. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan agar suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara memperbaiki setiap
kekurangan yang ada agar pelayanan semakin optimal.

Kata kunci : administrasi kependudukan, akta kelahiran, evaluasi, quick wins


ABSTRACT

Dimas Rian Pambudi. Student’s Registration Number: 6661111343. THESIS.


Evaluation of Quick Wins Program on Population Administration Service at
North Jakarta Population and Civil Registration Agency. Department of Public
Administration, Faculty of Social and Political Science Sultan Ageng Tirtayasa
University.

Quick wins is an easy and fast-paced initiative that started a big and difficult
program in less than 12 months. The output of the implementation of quick wins is
the improvement of the ministry / institution and local government systems or
working mechanisms or products that are consistent with their roles, tupoksi, and
characteristics. The North Jakarta Population and Civil Registration Office is the
implementation unit which is appointed to carry out public duties in the field of
population administration, one of them in the service of birth certificate making.
This research was conducted to evaluate quick wins program on population
administration service in pupulation and civil registration of north Jakarta. The
research approach used is qualitative, which aims to understand the meaning
behind the facts. A deep understanding of an event or a social phenomenon is the
most important thing. socialization is still not successful. Therefore, the
researcher recommends that the North Jakarta Population and Civil Registration
improve any deficiencies in order to optimize the service.

Keywords: birth certificate, evaluation, population administration, quick wins


“Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan
hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal
kecil dengan cinta yang besar” (bunda Teresa)

Skripsi ini aku persembahkan

untuk Mama, Papa, Mba Riri, Mba Andin, dan Agung.

Terimakasih atas doa dan kasih sayang yang diberikan.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas

rahmat, berkat, karunia, petunjuk, dan pertolongan-Nyalah peneliti dapat

menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Quick Wins

pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara”. Adapun penyusunan

skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat melakukan penelitian dalam meraih

gelar sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pengerjaan proposal skripsi ini tidak

lepas dari dukungan kedua orang tua, keluarga serta sahabat yang membimbing

penulis agar dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan baik. Kiranya

penelitian ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca. Skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran

yang membangun dari para pembaca. Penulis juga ingin mengucapkan banyak

terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberi pengajaran, dorongan serta

bantuan sebagai motivasi bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus selaku dosen

pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan serta dukungan

selama masa perkuliahan.

i
2. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Ibu Arenawati, M.Si selalu Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ibu Dr. Ayuning Budiati, MPPM., selaku Pembimbing I Skripsi.

Terimakasih atas ilmu yang diberikan serta membimbing peneliti dalam

proses penyusunan skripsi.

8. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., selaku pembimbing II

skripsi. Terimakasih atas arahan serta pembelajaran bagi peneliti melalui

bimbingan dengan saran dan kritik yang diberikan selama proses

penyusunan skripsi.

9. Kepada seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

10. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa

atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.

ii
11. Bapak Supryantoro, S.Sos., M.Si., dan Bapak Kartawi, S.Ip., yang telah

memberikan informasi serta data terkait mengenai pelayanan administrasi

kependudukan khususnya pelayanan akta kelahiran di Jakarta Utara.

12. Pihak Lingkungan dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara, dan narasumber yang telah mendukung, memberikan

informasi, serta memberikan izin sehingga dapat melakukan penelitian

dilingkungan Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

13. Kedua orang tuaku tersayang Papa dan Mama terimakasih atas segala doa

dan restunya serta dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti

dalam melakukan penelitian, dan untuk kedua kakakku Mas Lian dan Mas

Frans terimakasih untuk kasih sayang dan dukungannya.

14. Teman-teman Ilmu Administrasi Publik angkatan 2011 yang memberi

kesan, kenangan dan solidaritas selama masa kuliah terkhusus Apis, Eko,

Vergie, Vero, Revi, dan lainnya yang saling mendoakan dan tiada lelah

memberi semangat serta masukan.

15. Keluarga Mahasiswa Katolik Serang Cilegon yang telah mengisi

kehidupan perkuliahanku lebih berwarna dan dekat dengan sang pencipta,

terkhusus untuk Kak Santa Riri Monica Hutapea, Andreas Agus Widodo,

Veronica Puspaningtyas, dan KMK SC angkatan 2011..

16. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini

karena keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala

iii
kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang

Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua, amin.

Serang, Juli 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Identifikasi Dan Batasan Masalah .........................................................9

1.3 Rumusan Masalah ...............................................................................10

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................10

1.5 Manfaat Penelitian ..............................................................................10

1.6 Sistematika Penulisan .........................................................................11

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori ..................................................................................14

2.1.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan ...............................................15

2.1.2 Definisi Kebijakan Publik........................................................24

2.1.3 Proses Kebijakan Publik .........................................................25

2.1.4 Pengertian Quick Wins ...........................................................26

2.1.5 Pelayanan Publik .....................................................................28

v
2.1.6 Administrasi Kependudukan ...................................................35

2.1.7 Akta Kelahiran ........................................................................37

2.2 Penelitian Terdahulu .........................................................................40

2.3 Kerangka Berfikir .............................................................................41

2.4 Asumsi Dasar ....................................................................................44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...................................................46

3.2 Fokus Penelitian ................................................................................48

3.3 Lokasi Penelitian................................................................................49

3.4 Variabel Penelitian ............................................................................50

3.4.1 Definisi Konsep ......................................................................50

3.4.2 Definisi Operasional ...............................................................50

3.5 Instrumen Penelitian .........................................................................52

3.6 Informan Penelitian ...........................................................................54

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..............................................55

3.8 Uji Keabsahan Data ..........................................................................63

3.9 Jadwal Penelitian ..............................................................................65

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian .............................................66

4.1.1 Gambaran Umum Jakarta Utara ................................................66

4.1.2 Gambaran Umum Suku Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara ..................................................69

4.2 Deskripsi Data ...................................................................................72

vi
4.2.1 Daftar Informan Penelitian .....................................................74

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................60

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................61

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .....................................................................................102

5.2 Saran ...............................................................................................104

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................x

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Daftar Informan Wawancara..................................................................67

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara.............................................................................67

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian....................................................................................67

Tabel 4.1 Kecamatan di Jakarta Utara ...................................................................67

Tabel 4.2 Daftar Informan Penelitian.....................................................................67

Tabel 4.3 Data Kepegawaian Seksi Pendaftaran Penduduk Menurut Pendidikan.78

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Grafik Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta ..................................6


Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ..............................................................................44

Gambar 3.1 Analisis Data menurut Miles dan Huberman ....................................64

Gambar 4.1 SOP Pelayanan Akta Kelahiran .........................................................64

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Akta Kelahiran ..................................................64

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Belakangan ini dalam segala aspek yang berhubungan dengan

pemerintahan, reformasi birokrasi menjadi isu yang sangat kuat untuk

direalisasikan. Terlebih lagi, birokrasi pemerintahan Indonesia telah

memeberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kondisi

keterpurukan bangsa Indonesia dalam krisis multidimensi yang

berkepanjangan. Birokrasi yang telah dibangun oleh pemerintah sebelum

era reformasi telah membangun budaya birokrasi yang kental dengan

korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Akan tetapi, pemerintahan pasca reformasi pun tidak menjamin

keberlangsungan reformasi birokrasi terealisasi dengan baik, kurangnya

komitmen pemerintah pasca reformasi terhadap reformasi birokrasi ini

cenderung berbanding lurus dengan kurangnya komitmen pemerintah

terhadap pemberantasan KKN yang telah menjadi permasalahan dalam

birokrasi pemerintahan Indonesia selama ini. Sebagian masyarakat telah

memberikan pandangan negatif terhadap komitmen pemerintah pasca

reformasi terhadap reformasi birokrasi.

Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan

yang sangat luas dan juga merupakan salah satu unsur yang mendorong
2

perubahan kualitas pemerintahan daerah maupun pusat. Dalam kehidupan

bernegara, maka pemerintah memliki fungsi memberikan berbagai

pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan

dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan – pelayanan lain dalam

rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan,

kesehatan, utilitas, dan lainnya. Undang – Undang Dasar 1945

mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap

warga negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu sistem

pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

pelayanan publik. Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 pun secara

tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikannya Negara Republik

Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Selain itu juga diperjelas kembali dalam Undang –

Undang nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, sebagai

kebijakan dan acuan bagi seluruh instansi pelayanan publik dalam

menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas.

Pemerintah sebagai service provider (penyedia jasa) bagi

masyarakat dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.

Apalagi pada era otonomi daerah kualitas dari pelayanan aparatur

pemerintahan akan semakin ditantang untuk lebih optimal, kompeten dan

mampu menjawab tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat, baik dari

segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Pelayanan publik yang

berkualitas merupakan pelayanan yang mampu memberikan kepuasan


3

kepada masyarakat. Hal tersebut dapat diketahui dari 5 dimensi kualitas

pelayanan publik yang menjadi tolak ukur dalam memberikan kepuasan

kepada masyarakat yaitu reliability, responsiveness, assurance, empaty,

dan tangibles.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25

Tahun 2009 menyebutkan definisi pelayanan publik adalah segala kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan maupun pelaksana

ketentuan peraturan perundang – undangan. Penyelenggara pelayanan

publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara langsung

memberikan pelayanan kepada penerima layanan publik. Sedangkan

penerima layanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah

atau badan hukum. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 58 Tahun 2005 mengelompokan tiga jenis pelayana dari instansi

pemerintah serta BUMN/BUMD. Pengelompokan jenis pelayanan tersebut

didasarkan pada ciri – ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang

dihasilkan yaitu, pelayanan administrasi, pelayanan barang, dan pelayanan

jasa.

Pelayanan publik cenderung menjadi konsep yang sering

digunakan oleh banyak pihak, baik dari kalangan praktisi, maupun

ilmuwan, dengan makna yang berbeda – beda. Dalam kehidupan politik,

perbaikan pelayanan publik juga sangat berimplikasi luas khususnya

dalam memperbaiki tingkat kepercayaan kepada pemerintah. Berbagai


4

pelayanan administratif , seperti pelayanan KTP (Kartu Tanda Penduduk),

akte kelahiran, sertifikasi tanah dan perizinan, merupakan sebagian dari

pelayanan yang diselenggarakan untuk menjamin hak dan kebutuhan dasar

warga negara. Pelayanan KTP dan akte kelahiran sangatlah vital dalam

kehidupan warga negara karena keduanya menjamin keberadaan, identitas

warga, dan hak – hak sipil lainnya. Pelayanan seperti itu tentu sangat

penting dan menjadi bagian dari pelayanan publik yang harus

diselenggarakan oleh negara.

Ada beberapa jenis pelayanan publik yang diberikan aparatur

kepada masyarakat, mulai dari urusan akta kelahiran sampai dengan

urusan surat kematian atau yang dikenal dengan istilah catatan sipil.

Catatan sipil juga merupakan suatu catatan yang menyangkut kedudukan

hukum seseorang. Bahwa untuk dijadikan dasar kepastian hukum

seseorang maka data atau catatan penting peristiwa seseorang seperti

perkawinan, perceraian, kelahiran, kematian, pengakuan anak dan

pengesahan anak, maupun perpindahan perlu didadftarkan ke Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Oleh karena Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil adalah suatu lembaga resmi pemerintah yang

menangani hal – hal yang menyangkut peristiwa kependudukan yang

sengaja diadakan oleh pemerintah, dan bertugas untuk mencatat,

mendaftarkan, serta membukukan selengkap mungkin setiap peristiwa

penting bagi status keperdataan seseorang.


5

Dari berbagai pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

tersebut salah satunya adalah pelayanan terhadap kelahiran yaitu

pembuatan akta kelahiran yang mana akta kelahiran itu sendiri menjadi

penting bagi masyarakat karena merupakan bukti kuat dan sah secara

hukum atas kelahiran seseorang, dan juga berguna untuk keperluan

pemiliknya nanti, misalnya sebagai syarat pendaftaran untuk mendaftarkan

diri ke sekolah, dan sebagai bukti yang sah atas legalitas keberadaan sang

pemilik akta kelahiran tersebut. Pentingnya akta kelahiran tersebut tidak

langsung tidak langsung membuat masyarakat merasa harus membuat akta

kelahiran sehingga dibutuhkan juga motivasi dan dorongan yang diberikan

kepada masyarakat tersebut agar mengetahui pentingnya akta kelahiran

dan segera membuat akta tersebut.

Masalah semakin pelik ketika banyak masyarakat yang

menganggap bahwa pelayanan administrasi kependudukan khususnya

dalam pelayanan akta kelahiran dinilai terlalu berbelit – belit, tidak tepat

waktu dan prosedur yang sulit dipahami oleh sebagian masyarakat.

Namun sekarang pemerintah telah mengeluarkan sebuah kebijakan

yang dinamakan quick wins. Quick wins adalah sesuatu inisiatif yang

mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan sulit

dalam waktu yang kurang dari 12 bulan. Quick wins bermanfaat untuk

mendapatkan momentum awal yang positif untuk selanjutnya melakukan

sesuatu yang berat. Sesuatu yang berat itu merupakan inti dari suatu

program besar tersebut. Quick wins untuk setiap kementerian/lembaga dan


6

pemerintah daerah serta untuk tema tertentu dapat berupa organization

quick wins, regulation quick wins, atau human resource quick wins.

Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan

didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untuk

selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan

berkelanjutan. Keluaran dari pelaksanaan quick wins adalah perbaikan

sistem dan mekanisme kerja atau produk utama Kementerian/Lembaga

dan Pemerintah Daerah yang sesuai dengan peran, tupoksi dan

karakteristik masing-masing.

Gambar 1.1

Jumlah Penduduk Jakarta 2014 - 2016

3500000

3000000

2500000 Utara
Barat
2000000
Timur
1500000 Selatan
Pusat
1000000
Kep Seribu
500000

0
2010 2014 2015 2016

Sumber : BPS Provinsi Jakarta


7

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi pertumbuhan

terhadap jumlah penduduk di Jakarta Utara. Hal ini menunjukan bahwa

banyaknya terjadi peristiwa kependudukan baik itu terkait dengan

kelahiran, kematian maupun perpindahan penduduk yang mempengaruhi

jumlah penduduk tiap tahun.

Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

merupakan institusi daerah yang mengatur dan memeberikan pelayanan

kepada masyarakat terkait dengan administrasi kependudukan di Jakarta

Utara. Salah satu pelayanan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil adalah pelayanan pembuatan akta kelahiran, setiap peristiwa

kelahiran yang terjadi di masyarakat Jakarta Utara wajib dilaporkan di

Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil guna mendapatkan akta

kelahiran.

Penerapan kebijakan quick wins di suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil diawali karena banyaknya bentuk pelayanan yang

diberikan tidak memenuhi harapan masyarakat terutama dalam bentuk

pelayanan perpindahan penduduk dan pembuatan akta kelahiran. Hal ini

disebabkan pembuatannya yang dinilai terlalu berbelit dan memakan

waktu yang cukup lama. Oleh karena itu dengan adanya kebijakan quick

wins ini diharapkan pelayanan publik di suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil ini dapat meningkat, misalnya dalam pembuatan akta

kelahiran yang sebelumnya diharuskan membuatnya di kantor suku dinas

dengan membawa surat keterangan dari RT, RW, kelurahan, hingga


8

kecamatan, juga surat keterangan kelahiran dan kartu keluarga, sekarang

dapat dibuat langsung di kecamatan hanya dengan membawa surat

keterangan kelahiran yang bersangkutan. Bahkan saat ini suku dinas sudah

menerapkan sistem jemput bola yaitu dengan cara pembuatan akta

kelahiran di tempat seperti di rumah sakit dan puskesmas. Dengan ini

pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya bisa mencapai 1 bulan lebih

sekarang bisa diselesaikan dalam waktu 5 hari.

Namun pada kenyataannya, proses pelaksanaan program quick

wins tidak berjalan seperti yang diharapkan sebelumnya. Hal ini

dikarenakan banyaknya pelayanan pencatatan sipil yang diberikan kepada

masyarakat belum maksimal. Contohnya dalam pembuatan akta kelahiran

yang tadinya diharapkan bisa selesai dalam waktu 5 hari namun pada

kenyataannya bisa sampai 2 minggu pengerjaannya. Hal ini terkadang

mengecewakan masyarakat yang memberikan ekspetasi yang lebih kepada

program quick wins ini. Dari sisi masyarakat pun masih banyak yang

belum mengetahui manfaat dan dampak dari program ini terhadap proses

pelayanan administrasi kependudukan.

Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti terdapat cukup banyak

hambatan yang menganggu proses pengimplementasian program quick

wins ini. Salah satunya yang paling menonjol adalah sumberdaya manusia,

jumlah dan kualitas pegawai yang memberikan pelayanan terhitung sangat

kurang. Hal ini dilihat dari banyaknya arsip kependudukan masyarakat

yang menumpuk dan belum dikerjakan karena kurangnya jumlah pegawai.


9

Hal senada juga disampaikan oleh pegawai bagian pelayanan bernama

Amirudin, “iya mas, disini arsip penduduk ditumpuk dulu baru dikerjain

soalnya banyak juga arsip yang terus masuk dari masyarakat. Harusnya

sih kalau akte kelahiran bisa selesai dalam waktu seminggu cuman karena

banyaknya arsip yang masuk jadinya ditumpuk dulu baru dikerjakan.”

Dilihat dari pelaksanaannya terdapat berbagai faktor yang dapat

menghambat pelaksanaan program quick wins dan dengan adanya

pemaparan dalam latar belakang ini maka peneliti mengambil judul

penelitian “EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADA KEBIJAKAN

PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI SUKU DINAS

KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL JAKARTA UTARA”.

1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, penulis

mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh suku dinas kependudukan

dan pencatatan sipil terkait program quick wins terhadap pelayanan

administrasi kependudukan

2. Lambatnya pengerjaan akta kelahiran yang tidak sesuai dengan target

pengerjaan yang sudah ditetapkan

3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses administrasi

kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran


10

Selanjutnya, untuk memudahkan peneliti dalam proses kajian penelitian,

maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah penelitian yaitu : Evaluasi

Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan

Khususnya pada Pelayanan Akta Kelahiran di Suku Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara.

1.3.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah menjadi

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

“ Bagaimana Keberhasilan Program Quick Wins pada Kebijakan

Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara? “

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengevaluasi dari Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan

Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Jakarta Utara.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan teori yang ada

khususnya teori mengenai implementasi dan dapat menjadi bahan bacaan

yang bermanfaat dan memberikan wawasan pengetahuan yang luas


11

sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan tambahan

khususnya untuk mata kuliah evaluasi kebijakan publik.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti

dalam hal mempelajari tentang evaluasi kebijakan pada khususnya

serta ilmu pengetahuan lain selama mengikuti program studi ilmu

administrasi publik.

2. Bagi Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan evaluasi

dalam menilai proses implementasi program quick wins.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan

penelitian ini yang bertujuan untuk mempermudah dalam memahami

keseluruhan isi dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika

penulisan penelitian mengenai Evaluasi Program Quick Wins pada

Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara, tersusun atas

sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah yang menggambarkan ruang lingkup serta kedudukan masalah


12

yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif. Kemudian bab ini

membahas identifikasi masalah untuk melihat aspek permasalahan yang

muncul dan berkaitan dengan judul penelitian. Pembatasan dan perumusan

masalah ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan

demi mencapai hasil penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil

penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Tujuan penelitian

mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan

dilaksanakannya penelitian ini terhadap masalah yang telah dirumuskan.

Manfaat penelitian yaitu menjelaskan manfaat teoritis dan praktis yang

berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta sistematika

penulisan yang digunakan untuk mempermudah pembaca mengetahui isi

dari penelitian secara keseluruhan.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Dalam bab II mengkaji berbagai teori yang relevan dengan

permasalahan – permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.

Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara

penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya. Selanjutnya,

kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori

yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan

kesimpulan penelitian sementara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang

digunakan. Ruang lingkup penelitian dan lokasi penelitian. Definisi


13

variable penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian.

Instrumen penelitian yang menjelaskan proses penyusunan dan jenis alat

yang digunakan dalam pengumpulan data. Informan penelitian yang

menjelaskan orang – orang yang terkait dengan penelitian ini. Teknik

pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan

keabsahan datanya. Serta jadwal penelitian yang memaparkan waktu

penelitian ini dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab IV ini akan dijabarkan deskripsi obyek penelitian yang

meliputi lokasi penelitian secara jelas. Mendeskripsikan data yaitu

menjelaskan data yang telah diolah dari data yang masih mentah dengan

menggunakan teknik analisis data yang masih relevan. Selanjutnya data

yang telah dianalisis, peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik

triangulasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Setelah

itu melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan yang dibuat

secara jelas, singkat, dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya,

peneliti memeberikan saran yang memiliki isi berupa tindak lanjut dari

sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis

maupun secara praktis. Saran praktis biasanya lebih operasional sedangkan

pada aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1. Deskripsi Teori

Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat

digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik (William

Wiersma dalam Sugiyono, 2009:52). Selanjutnya, Sitirahayu Haditono (1999),

menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih

banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan fenomena.Suatu teori

dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya

dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa dan

menginterpretasikan secara kritis (Habermas, 1968). Secara umum deskripsi teori

ini menjelaskan berbagai teori yang sesuai dan relevan dengan permasalahan dan

fokus penelitian yang akan diteliti, lalu disusun secara sistematis dan rapi agar

lebih mudah dimengerti. Dengan mempelajari berbagai teori yang sesuai dengan

permasalahan penelitian maka akan terbentuk konsep penelitian yang jelas

sehingga dapat mengarahkan peneliti agar melakukan penelitian yang tepat dan

bagus. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori, pembahasannya perlu dikaitkan

dengan hasil – hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan peneliti yang

akan dilakukan. Selain itu pada bagian ini akan disertakan asumsi dasar peneliti,

14
15

dimana asumsi dasar itu merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan

yang akan diteliti dan akan diuji kebenarannya

2.1.1. Pengertian Evaluasi Kebijakan

Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. Kebijakan harus

diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi

kebijakan”. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan

kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya, sejauh

mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara

harapan dengan kenyataan di lapangan. (Nugroho 2003:183).

Menurut William N Dunn dalam Public Policy Analysis : An Introduction

menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu dari proses ataupun siklus

kebijakan publik setelah perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakan,

dan monitoring atau pengawasan terhadap implementasi kebijakan. Pada

dasarnya, evaluasi kebijakan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dari kebijakan

yang dibuat dan dilaksanakan tersebut telah tercapai atau tidak. Dalam arti yang

spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau

manfaat hasil kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan, tidak lain adalah

mengukur kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan, dan mengukur seberapa

jauh telah terjadi penyimpangan dan ketidakpastian.

Dye (1978:351) , mendefinisikan evaluasi kebijakan sebagai pembelajaran

tentang konsekuensi dari kebijakan publik. Evaluasi kebijakan adalah

pemeriksaan objektif, sistematis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan
16

program publik terhadap efek dari targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Lester dan Stewart dalam Dye, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke

dalam dua tugas yang berbeda.

1) Untuk menentukan konsekuensi – konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh

suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Hal ini merujuk

pada usaha untuk melihat apakah program kebijakan publik mencapai

tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak. Bila tidak, faktor

apakah yang menyebabkannya.

2) Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan

berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal

ini berkaitan dengan penilaian apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak

dalam meraih dampak yang diinginkan.

Dalam proses evaluasi kebijakan, kita harus memperhatikan beberapa

langkah yang menjadi arahan dari evaluasi tersebut, Suchman mengemukakan

enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yakni :

1. Mengidentifikasikan tujuan program yang akan dievaluasi

2. Analisis terhadap masalah

3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan

4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi

5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari

kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain

6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak


17

Secara konseptual ada pandangan yang menyatakan bahwa evaluasi dapat

dilakukan pada seluruh periode kegiatan, artinya dapat dilakukan pada saat

kegiatan belum dilaksanakan, evaluasi pada saat kegiatan berjalan, dan setelah

kegiatan dilaksanakan (Riyadi, 2003:268).

Oleh karena itu berdasarkan pandangan tersebut, evaluasi dapat dibedakan

menjadi :

1. Pra Evaluasi

Yakni evaluasi yang dilakukan pada saat program belum

berjalan/beroperasi pada tahap perencanaan. Evaluasi pada periode

ini biasanya difokuskan pada masalah – masalah persiapan dari

suatu kegiatan. Dapat pula evaluasi itu didasarkan pada hasil –

hasil pelaksanaan kegiatan sebelumnya yang secara substansial

memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Evaluasi pada saat program sedang berjalan

Evaluasi pada periode ini biasanya difokuskan pada penilaian dari

setiap tahap kegiatan yang sudah dilaksanakan, walaupun belum

bisa dilakukan penilaian terhadap keseluruhan proses program.

Dalam prakteknya, evaluasi seperti ini berbentuk seperti laporan

triwulan, semester, atau tahunan (untuk kegiatan jangka

menengah). Pada saat program atau kegiatan tengah berjalan

analisis evaluasi bersumber pada hasil pemantauan yang

dilaksanakan pada tahapan – tahapan kegiatan secara berkelanjutan


18

dan akan memberikan umpan balik untuk perencana dan pelaksana

pembangunan.

3. Evaluasi setelah program selesai atau program berakhir

Evaluasi ini biasa disebut ex post evaluation. Pada evaluasi ini

dilakukan penilaian terhadap seluruh tahapan program yang

dikaitkan dengan tingkat keberhasilannya, sesuai dengan indikator

yang telah ditetapkan dalam rumusan sasaran atau tujuan program.

Gambaran utama evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan

tuntutan – tuntutan yang bersifat evaluatif. Disini pertanyaan

utamanya bukan mengenai fakta (apa yang terjadi?), proses

(bagaiman terjadinya?), atau penyebab (mengapa terjadi?) tetapi

nilai (berapa nilainya?). karena itu evaluasi mempunyai sejumlah

karakteristik yang membedakannya dari metode – metode analisis

kebijakan lainnya.

Berbeda dengan Dunn, Hogwood dalam Abidin (2004) melihat evaluasi

dalam hubungan dengan masyarakat yang diharapkan terjadi sebagai dampak atau

outcomes dari suatu kebijakan. Dampak dari kebijakan tidak selalu sama seperti

yang direncanakan pada awalnya, ini berhubungan dengan ketidakpastian

lingkungan dan kemampuan administrasi dalam melaksanakan suatu kebijakan.

Sementara itu juga perlu disadari bahwa kebijakan pemerintah bukanlah satu –

satunya kekuatan, melainkan hanya salah satu dari sekian banyak kekuatan yang

mempengaruhi perubahan dalam masyarakat.


19

Oleh karena itu, suatu kebijakan tidak boleh merasa cukup sekedar

berakhir hanya pada selesainya pelaksanaan saja, sebelum ada evaluasi akhir atas

dampak yang dihasilkan. Hal ini dapat dipahami mengingat ada perbedaan antara

hasil langsung berupa target yang dihasilkan suatu kebijakan (policy outputs)

dengan dampak yang diharapkan terjadi dalam masyarakat (policy impact).

Karena itu, sekalipun evaluasi mencakup keseluruhan proses kebijakan, fokusnya

adalah penilaian atas dampak atau kinerja (outcomes) suatu kebijakan. Berarti, inti

dari evaluasi kebijakan menurut Hogwood adalah dampak dari kebijakan itu

sendiri, jika kebijakan tersebut berdampak positif, berarti kebijakan bisa dianggap

berhasil begitupun sebaliknya.

Sejalan dengan pendapat Hogwood, Dye mengelompokan dampak atas

lima komponen tersebut :

1) Dampak atas kelompok sasaran atau lingkungan

2) Dampak atas kelompok lain (spillover effects)

3) Dampak atas masa depan

4) Dampak atas biaya langsung

5) Dampak atas biaya tidak langsung

Di dalam analisis kebijakan, evaluasi memiliki beberapa arti penting.

Menurut Dunn (1998) fungsi utama dari evaluasi dalam analisis kebijakan adalah

Pertama, memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai

kinerja kebijakan. Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mengungkapkan


20

seberapa jauh tujuan – tujuan dan sasaran – sasaran telah dicapai yang berkaitan

seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui

tindakan publik.

Kedua, member sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai –

nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan sasaran. Nilai – nilai yang digunakan

sebagai dasar pemilihan tujuan dan sasaran tersebut dapat diperjelas dengan

mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target serta kritik dengan

menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan sasaran dalam hubungan

dengan masalah yang dituju.

Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode – metode

analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan

pada perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada

definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukan

bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan

diganti dengan yang lain.

Untuk menyatakan sebuah kebijakan publik berhasil atau tidak berhasil,

mungkin saja banyak ahli memiliki perbedaan pendapat. Hal ini karena untuk

menyatakan sebuah kebijakan tersebut berhasil atau tidak dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang. Oleh karena itu dalam menghasilkan informasi mengenai

kinerja kebijakan, maka digunakan berbagai kriteria yang berbeda untuk


21

mengevaluasi hasil kebijakan. Menurut Dunn (1998) terdapat enam kriteria yang

dapat digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau tidak berhasil, yaitu :

1) Effectiveness atau keefektifan

Yaitu berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil

yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.

Efektifitas selalu diukur dari kualitas hasil sebuah kebijakan.

2) Efficiency atau efisiensi

Yaitu berkenaan dengan jumlah usaha yang dilakukan untuk

menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi merupakan

hubungan antara efektivitas dan usaha, dan pada akhirnya diukur

berdasarkan biaya yang dikeluarkan per unit kebijakan. Kebijakan

yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil

dinamakan efisien.

3) Adequacy atau kecukupan

Yaitu yang berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat

efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang

menumbuhkan adanya masalah atau dengan kata lain apakah

tingkat pencapaian hasil tepat menyelesaikan masalah yang

dimaksud.

4) Equity atau kesamaan

Yaitu erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan

menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok –

kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang


22

dirancang untuk mendistribusikan pendapatan, kesejahteraan,

kesempatan pendidikan, atau pelayanan publik kadang – kadang

direkomendasikan atas kriteria ini.

5) Responsiveness atau tanggapan

Yaitu berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat

memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai masyarakat.

Pentingnya kriteria ini adalah karena analis yang dapat memuaskan

kriteria yang lainnya masih gagal jika belum menanggapi

kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari

adanya suatu kebijakan.

6) Appropriatness atau ketepatgunaan

Yaitu yang berhubungan dengan rasionalitas substantif, karena

pertanyaan tentang hal ini tidak berkenaan dengan satuan kriteria

individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersamaan. Kriteria ini

merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada

kuatnya asumsi yang melandasi tujuan – tujuan tersebut atau

dengan kata lain adalah apakah hasil yang diinginkan benar – benar

layak atau berharga.

Berbeda dengan Dunn, Nurcholis dalam bukunya Teori dan Praktik

Pemerintahan dan Otonomi Daerah (2007) menyatakan bahwa evaluasi

merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap input, proses, output, dan

outcome dari kebijakan pemerintah daerah. Teori inilah yang menjadi indikator
23

dalam penelitian ini, yang selanjutnya dikembangkan menjadi sub variabel dan

indikatornya seperti yang dijelaskan dibawah ini :

1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan. Untuk

itu dikembangkan instrumen yang meliputi aspek – aspek :

1) Sumber daya manusia

2) Sarana dan prasarana

3) Sosialisasi

2. Proses, yaitu bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam bentuk

pelayanan langsung kepada masyarakat. Proses disini termasuk

didalamnya adalah prosedur, mekanisme, dan sanksi yang berlaku. Untuk

itu dikembangkan instrumen dengan aspek – aspek :

1) Kejelasan

2) Kemudahan

3) Transparansi

4) Kepastian

3. Output, yaitu perwujudan nyata atau hasil dari pelaksanaan kebijakan

publik dan seringkali berupa benda. Output kebijakan dapat diartikan

sebagai apa yang telah dikerjakan oleh pemerintah atau hasil kebijakan

yang biasanya dititikberatkan pada masalah – masalah. Apakah suatu

pelaksanaan kebijakan menghasilkan produk/layanan yang sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan? Untuk itu dikembangkan instrumen dengan aspek

aspek sebagai berikut:

1) Hasil pelayanan
24

2) Mutu pelayanan

4. Outcome, yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyata

terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan atau

konsekuensi yang timbul dari suatu kebijakan. Untuk itu, dikembangkan

instrumen dengan aspek – aspek sebagai berikut:

1) Ada atau tidak perubahan pada target/sasaran

2) Dampak terhadap lingkungan

2.1.2. Definisi Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Thomas R. Dye dalam Subarsono (2009; 2)

adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public

policy is whatever governments choose to do or not to do).

Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu

yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah

ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik.Definisi kebijakan publik

dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik

tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan

publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan

pemerintah.

James Anderson dalam Subarsono (2009; 2) mendefinisikan kebijakan

kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah.Sedangkan

dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik,


25

ketika itu pula pemerintah mengalokasi nilai-nilai kepada masyarakat, karena

setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya (Subarsono, 2009; 3).

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor

mbangunan, seperti kebijakan publik di bidang pendidikan, pertanian, kesehatan,

transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Disamping itu, dilihat dari hirarkinya,

kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Propinsi, Peraturan

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Keputusan Bupati/Walikota.

2.1.3. Proses Kebijakan Publik

Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual

yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis

tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda,

formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian

kebijakan.Sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecasting, rekomendasi

kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat

intelektual.

Anderson dalam Subarsono (2009; 12) menetapkan proses kebijakan

publik sebagai berikut:

a. Formulasi masalah (Problem Formulation):


26

Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah

kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda

pemerintah?

b. Formulasi kebijakan (Policy Formulation):

Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif

untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpartisipasi

dalam formulasi kebijakan?

c. Penentuan kebijakan (Policy Adoption):

Bagaimana alternatif ditetapkan? Persyaratan atau kriteria seperti apa

yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan?

Bagaiman proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi

dari kebijakan yang telah ditetapkan?

d. Implementasi (Implementation):

Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka

kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?

e. Evaluasi (Evaluation):

Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur?Siapa

yang mengevaluasi kebijakan?Apa konsekuensi dari adanya evaluasi

kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau

pembatalan?
27

2.1.4. Pengertian Quick Wins

Quick wins adalah sebuah reformasi birokrasi yang menuntut perbaikan

sistem dan mekanisme kerja atau produk utama sebuah kementerian/lembaga dan

pemerintah daerah sesuai dengan peran, tupoksi, dan karakteristik masing –

masing. Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi No.13 tahun 2011, quick wins merupakan suatu inisiatif yang

mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program yang besar dan sulit.

Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang positif dan

kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang berat. Sesuatu yang

berat ini merupakan inti dari suatu program besar tersebut. Quick wins untuk

setiap kementerian/lembaga dan pemerintah daerah serta untuk tema tertentu

dapat berupa organization quick wins, regulation quick wins, dan human resource

quick wins.

Berikut adalah kriteria quick wins menurut Peraturan Menteri

Pemeberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.13 tahun 2011 :

1) Berasal dari program – program reformasi birokrasi, yang

terdapat dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014.

2) Merupakan bagian utama (core business) dari peran, tugas,

fungsi, dan karakteristik kementerian/lembaga dan pemerintah

daerah yang bersangkutan.


28

3) Memberikan dampak perbaikan yang besar dan dapat dirasakan

oleh para pemangku kepentingan eksternal dan internal

kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

4) Memberikan sebuah aktivitas nyata dan dirasakan manfaatnya

secara cepat oleh para pemangku kepentingan eksternal dan

internal kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

Penerapan quick wins di suku dinas kependudukan dan catatan sipil berupa

sebuah pelayanan cepat yang diberikan untuk masyarakat. Hal ini disebabkan

banyaknya keluhan dari masyarakat terkait dengan lambatnya pelayanan yang

diberikan oleh suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil. Dengan adanya

quick wins pelayanan seperti akta kelahiran yang sebelumnya memakan waktu

hingga satu bulan, sekarang bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari seminggu.

2.1.5. Pelayanan Publik

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan luan orang

atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan

aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.Sebagaimana telah dikemukakan

terdahulu bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada

masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk

melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi

mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik


29

berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan

profesional.

Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik tadi adalah

merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi

masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services)

oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga

negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan umum oleh

Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan

pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah

dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan

atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan publik dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian

layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang

telah ditetapkan.Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu

perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin

baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat (Thoha

dalam Widodo, 2001). Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang

menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan,

keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan


30

semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh

pemerintahnya.

Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, birokrasi publik

harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana,

transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat

membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan

masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri (Effendi dalam

Widodo, 2001). Arah pembangunan kualitas manusia tadi adalah memberdayakan

kapasitas manusia dalam arti menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan krativitasnya untuk

mengatur dan menentukan masa depannya sendiri.

Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan

oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur

pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut :

a. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan

dan sasaran.

b. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan

secara mudah,cepat, tepat, tidak berbelit – belit, mudah dipahami, dan

mudah dilaksanakan oleh masyarakat.

c. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan adanya kejelasan

dan kepastian terkait dengan prosedur, persyaratan pelayanan, unit kerja,

tarif, dan jadwal waktu.


31

d. Keterbukaan, berkaitan dengan informasi yang harus diberikan kepada

masyarakat.

e. Efisiensi, adanya keterpaduan antara pencapaian tujuan dengan

persyaratan pelayanan publik yang ada

f. Responsif, lebih mengarah apda daya tanggap dan cepat menanggapi apa

yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang mereka

layani

g. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan,

keinginan masyarakat, senantiasa mengalami tumbuh kembang.

Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas , birokrasi

publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam

memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah

menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan,

berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan

dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik

pragmatis (Thoha dalam Widodo, 2001). Dengan revitalitas birokrasi publik

(terutama aparatur pemerintah daerah) ini, pelayanan publik yang lebih baik dan

profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenangan yang

diberikan kepadanya dapat terwujud.

Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh

pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat

(public service function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi

perlindungan.
32

Hal yang terpenting kemudian adalah sejauh mana pemerintah dapat

mengelola fungsi-fungsi tersebut agar dapat menghasilkan barang dan jasa

(pelayanan) yang ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh

masyarakat yang membutuhkannya. Selain itu, pemerintah dituntut untuk

menerapkan prinsip equity dalam menjalankan fungsi-fungsi tadi. Artinya

pelayanan pemerintah tidak boleh diberikan secara diskriminatif. Pelayanan

diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua

warga masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan-pelayanan tersebut

sesuai dengan peraturan.

Meskipun pemerintah mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana di atas,

namun tidak berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai monopolist dalam

pelaksanaan seluruh fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian dari fungsi tadi bisa

menjadi bidang tugas yang pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada pihak

swasta ataupun dengan menggunakan pola kemitraan (partnership), antara

pemerintah dengan swasta untuk mengadakannya. Pola kerjasama antara

pemerintah dengan swasta dalam memberikan berbagai pelayanan kepada

masyarakat tersebut sejalan dengan gagasan reinventing government yang

dikembangkan Osborne dan Gaebler (2008).

Namun dalam kaitannya dengan sifat barang privat dan barang publik

murni, maka pemerintah adalah satu-satunya pihak yang berkewajiban

menyediakan barang publik murni, khususnya barang publik yang bernama rules

atau aturan (kebijakan publik). Barang publik murni yang berupa aturan tersebut

tidak pernah dan tidak boleh diserahkan penyediaannya kepada swasta. Karena
33

bila hal itu dilakukan maka di dalam aturan tersebut akan melekat kepentingan-

kepentingan swasta yang membuat aturan, sehingga aturan menjadi penuh dengan

vested interest dan menjadi tidak adil (unfair rule). Karena itu peran pemerintah

yang akan tetap melekat di sepanjang keberadaannya adalah sebagai penyedia

barang publik dan sebagai pelayan publik murni yang bernama aturan.

Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat

sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan

masyarakat. Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum

(public services) sangat strategis karena akan sangat menentukan sejauhmana

pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat,

yang dengan demikian akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan

perannya dengan baik sesuai tujuan.

Dipandang dari sudut ekonomi, pelayanan merupakan salah satu alat

pemuas kebutuhan manusia sebagaimana halnya dengan barang. Namun

pelayanan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari barang. Salah satu

yang membedakannya dengan barang, sebagaimana dikemukakan oleh Gasperz

(1994), adalah outputnya yang tidak berbentuk (intangible output), tidak standar,

serta tidak dapat disimpan dalam inventori melainkan langsung dapat dikonsumsi

pada saat produksi.

Karakteristik pelayanan sebagaimana yang dikemukakan Gasperz tadi

secara jelas membedakan pelayanan dengan barang, meskipun sebenarnya

keduanya merupakan alat pemuas kebutuhan. Sebagai suatu produk yang


34

intangible, pelayanan memiliki dimensi yang berbeda dengan barang yang bersifat

tangible. Produk akhir pelayanan tidak memiliki karakteristik fisik sebagaimana

yang dimiliki oleh barang. Produk akhir pelayanan sangat tergantung dari proses

interaksi yang terjadi antara layanan dengan konsumen.

Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum

adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik,

mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan

kepada publik (publik=umum). Senada dengan itu, Moenir (1992) mengemukakan

bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan

metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan

haknya. Dalam versi pemerintah, definisi pelayanan publik dikemukakan dalam

Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun

1993, yaitu segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah

di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik

dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam buku Delivering Quality Services karangan Zeithaml, Valarie A.

(et.al), 1990, yang membahas tentang bagaimana tanggapan dan harapan

masyarakat pelanggan terhadap pelayanan yang mereka terima, baik berupa

barang maupun jasa. Dalam hal ini memang yang menjadi tujuan pelayanan

publik pada umumnya adalah bagaimana mempersiapkan pelayanan publik


35

tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik, dan bagaimana

menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya yang mereka

inginkan dan cara mengaksesnya yang direncanakan dan disediakan oleh

pemerintah.

Kemudian, untuk tujuan tersebut diperinci sebagai berikut :

a. Menentukan pelayanan publik yang akan disediakan, apa saja macamnya.

b. Memperlakukan pengguna pelayanan sebagai customers

c. Berusaha memuaskan pengguna pelayanan, sesuai dengan yang diinginkan

mereka.

d. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas.

e. Menyediakan cara – cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan lain.

2.1.6. Administrasi Kependudukan

Menurut Undang – undang No.23 Tahun 2006 Administrasi

kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam

penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,

pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta

pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa

penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap

kejadian/peristiwa penting yang dialami (seperti kelahiran, kematian, dan

perkawinan) akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu


36

Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat kependudukan lain

yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status tinggal terbatas

menjadi tinggal tetap.

Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi

pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang

dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Dokumen

kependudukan pada dasarnya meliputi :

a. Biodata Kependudukan

b. Kartu Keluarga (KK)

c. Kartu Tanda Penduduk (KTP)

d. Surat Keterangan Kependudukan

e. Akta Pencatatan Sipil

Surat Keterangan Kependudukan meliputi surat surat sebagai berikut :

a. Surat Keterangan Pindah

b. Surat Keterangan Pindah Datang

c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri

d. Surat Keterangan Pindah dari Luar Negeri

e. Surat Keterangan Tempat Tinggal

f. Surat Keterangan Kelahiran

g. Surat Keterangan Lahir Mati

h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan

i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian


37

j. Surat Keterangan Kematian

k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak

l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia

m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas

n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil

Pelayanan pencatatan sipil meliputi pencatatan peristiwa penting, yaitu:

a. Kelahiran

b. Kematian

c. Lahir mati

d. Perkawinan

e. Perceraian

f. Pengakuan anak

g. Pengesahan anak

h. Perubahan nama

i. Perubahan status kewarganegaraan

j. Pembatalan perkawinan

k. Pembatalan perceraian

l. Peristiwa penting lainnya

2.1.7. Akta Kelahiran

Akta sangatlah penting artinya karena dalam peristiwa penting seperti

kelahiran, perkawinan, perceraian disebutkan membawa akibat hukum

bagi kehidupan yang bersangkutan dan juga terhadap orang lain atau pihak
38

ketiga. Dengan adanya akta maka akan membawa kejelasan dan kepastian

sesuatu hal secara mudah.

Akta kelahiran adalah identitas diri anak yang wajib diberikan sejak

kelahirannya, akta kelahiran dicatat dan disimpan di kantor kependudukan

dan pencatatan sipil. Akta kelahiran mempunyai arti yang penting bagi diri

seorang anak, tentang kepastian hukum si anak itu sendiri. Mengenai

pelaporan kelahiran, diatur dalam Undang – Undang no.24 tahun 2013

tentang Administrasi Kependudukan, pasal 27 yang menyebutkan bahwa;

1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi

pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60

(enam puluh) hari

2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat

pencatatan sipil mencatat pada register Akta Kelahiran dan

menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Adapun syarat untuk memperoleh akta kelahiran adalah :

a. Surat keterangan kelahiran dari dokter/bidan/penolong kelahiran

b. Nama dan identitas saksi kelahiran

c. KK orang tua

d. KTP orang tua

e. Kutipan Akta Nikah/Akta Perkawinan orang tua

Pencatatan peristiwa kelahiran dilakukan dengan memperhatikan :


39

a. Tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI (Warga Negara

Indonesia)

b. Di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI

c. Tempat domisili ibunya bagi WNA (Warga Negara Asing)

d. Di luar tempat domisili ibunya bagi WNA

e. WNA pemegang izin kunjungan

f. Anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang

tuanya

Akta kelahiran dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

1) Akta Kelahiran Umum

Akta kelahiran umum adalah akta kelahiran yang diterbitkan

berdasarkan laporan kelahiran yang disampaikan dalam waktu

yang ditentukan oleh perundang – undangan, yakni 60 (enam

puluh) hari kerja sejak peristiwa kelahiran untuk semua golongan,

kecuali WNA selama 10 hari kerja. Inti dari akta kelahiran umum

adalah disampaikan dalam 60 hari sejak kelahiran.

2) Akta kelahiran istimewa adalah akta kelahiran yang diterbitkan

berdasarkan laporan kelahiran yang disampaikan setelah melewati

batas pelaporan yang ditentukan oleh undang – undang. Batas

waktu yang dilampau adalah 60 (enam puluh) hari.

3) Akta kelahiran luar biasa adalah akta kelahiran yang diterbitkan

oleh kantor catatan sipil pada zaman revolusi antara 1 Mei 1940
40

sampai 31 Desember 1949 dan kelahiran tersebut tidak di wilayah

kantor catatan sipil setempat.

4) Akta kelahiran tambahan merupakan akta kelahiran yang

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang terhadap orang yang

lahir pada tanggal 1 Januari 1967 s.d. 31 Maret 1983, yang tunduk

pada Stb. 1920 No.751 jo. 1927 No. 564 dan Stb. 1933 No.75

jo.1936 No.607.

2.2. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian terdahulu dengan judul “Evaluasi Program Quick

Wins di Tingkat Internal Humas Kepolisian Daerah Banten” oleh Ani Setiawati

dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tanggapan

publik Internal dan tingkat keberhasilan Humas dalam menjalankan program

Quick Wins.Berdasarkan latar belakang yang memuat beberapa permasalahan

diantaranya mengenai tingkat keberhasilan dan tanggapan publik internal

mengenai program tersebut.

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode studi audit humas. Studi

audit humas lebih merujuk kepada metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif yang mana peneliti hanya menggambarkan, meringkaskan

berbagai kondisi, situasi, atau variabel. Penelitian ini tidak hanya menggambarkan
41

atau menjelaskan masalah – masalah yang diteliti sesuai dengan fakta, tetapi juga

didukung oleh data data yang diperoleh dari hasil angket dengan publik internal.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanggapan internal

mengenai berjalannya program dinilai cukup baik terkait dengan hasil yang

diberikan oleh para responden. Begitupun pula dengan tingkat keberhasilan

program yang dinilai cukup berhasil dibuktikan dengan adanya kesenjangan

antara nilai ideal dengan nilai aktual.

2.3. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti dalam sebuah

penelitian dalam menjelaskan fenomena – fenomena atau permasalahan –

permasalahan yang terjadi di dalam penelitian ini.

Tingkat pertumbuhan penduduk Jakarta Utara yang selalu dinamis

menunjukan bahwa banyaknya terjadi peristiwa kependudukan yang terjadi di

Jakarta Utara, sehingga keberadaan Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil sangat berperan penting dalam memberikan pelayanan administrasi

kependudukan terhadap seluruh masyarakat Jakarta Utara.

Pelayanan administrasi kependudukan pada hakekatnya adalah pelayanan

kepada masyarakat, bukanlah diadakan untuk melayani diri sendiri tetapi

melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota masyarakat mengembangkan kemampuan demi mencapai tujuan

bersama. Oleh karena itu suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil selaku
42

birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan

baik dan profesional.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi mencanangkan program quick wins yang bertujuan

memaksimalkan segala bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Dengan adanya quick wins diharapkan segala bentuk pelayanan administrasi

kependudukan dapat berjalan dengan lebih maksimal sesuai dengan tujuan yang

dicaangkan dalam program quick wins.


43

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di


Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

Masalah :
1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil terkait program quick wins terhadap pelayanan
administrasi kependudukan
2. Lambatnya pengerjaan akta kelahiran yang tidak sesuai dengan target
pengerjaan yang sudah ditetapkan
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran

.
Evalusi kebijakan Publik menurut Nurcholis (2007:277), dengan indikator
penilaian meliputi :

1. Input (meliputi sumber daya manusia, operasional, sarana dan prasarana,


sosialisasi pelaksanaan kebijakan
2. Proses (meliputi kejelasan mekanisme, kepastian, penertiban, dan
keefektifan dalam pelaksanaan kebijakan.)
3. Output (meliputi hasil dari pelaksanaan kebjiakan, kesesuaian
pelaksanaan dengan tujuan yang ditetapkan, tepat tidaknya sasaran yang
dituju, sasaran yang tertangani, dan kelompok yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan.)
4. Outcome (meliputi apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyata
terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan, meliputi
perubahan atau perbaikan, peningkatan, dan dampak positif terhadap
implementor yang terlibat didalamnya.)

Hasil penelitian :
Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan, sebagai bahan
rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan mendatang.
44

2.4.Asumsi Dasar

Berdasarkan alur kerangka berfikir di atas kita dapat melihat bahwa dalam

penelitian ini, peneliti berusaha untuk sedikit menilai bagaimana hasil dari

pelaksanaan program quick wins pada administrasi kependudukan di suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara melalui model evaluasi kebijakan

dari Nurcholis. Menurut Nurcholis (2005) terdapat 4 (empat) kriteria yang dapat

digunakan dalam menilai sebuah kebijakan. Sehingga dalam evaluasi tersebut

peneliti menggunakan 4 indikator sebagai instrumen analisis penelitian, 4

indikator tersebut adalah input, proses, output, dan outcome.

Keempat indikator tersebut diterapkan dalam pelaksanaan penelitian di

locus studi kasus penelitian, yaitu di suku dinas kependudukan dan pencatatan

sipil Jakarta utara. Dari hasil tersebut peneliti bisa melihat dan menilai seberapa

jauh pelaksanaan program tersebut dalam mengatur administrasi kependudukan di

Jakarta utara. Sebagai feedback dari hasil evaluasi terhadap program tersebut,

maka peneliti akan membuat sebuah kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan

hasil penelitian.

Dalam kesimpulan tersebut penelitian akan menyampaikan hasil dari

pelaksanaan program tersebut, kemudian memberikan saran sebagai rekomendasi

terhadap pilihan lain dari kebijakan yang bisa dibuat dalam rangka evaluasi yang

bersifat melengkapi untuk program tersebut. Dalam penelitian ini berasumsi


45

bahwa pelaksanaan Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi

Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

belum maksimal
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metode peneiltian merupkan tahapan yang penting dalam sebuah proses

dan kegiatan penelitian. Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek

atau subjek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini,

subjek yang menjadi tujuan dapat dipahami lebih mendalam sehingga data yang

dikumpulkan adalah data yang akurat, objektif, valid, dan realiable.

Metode penelitian merupakan totalitas cara untuk meneliti dan

menemukan kebenaran. Karena metode penelitian memiliki standar – standar

yang objektif dan ilmiah sebagai suatu dasar bagi penelitian yang digunakan

penliti untuk menginterpretasikan data dan membuat kesimpulan sehingga dapat

disimpulkan bahwa metode penelitian sebagai keseluruhan proses dari kajian atau

penelitian.

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sugiyono (2009:2) yaitu pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu. Dalam pengertian yang luas Sugiyono menjelaskan bahwa metode

penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid,

dengan tujuan untuk dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu

46
47

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:4) mengemukakan bahwa

metodologi penelitian deskriptif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang

atau perilaku yang diamati.Menurut Denzim dan Lincoln (1987) dalam

Moleong (2007:5) Penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan

latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan bebagai metode yang ada. Dari segi

pengertian ini, peneliti kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan

wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan

perasaan dan perilaku individu ataupun sekelompok orang.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong

(2007:6) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untukmemahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian, secaraholistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Pendekatan kualitatif dipergunakakan karena untuk meneliti kondisi

objekyang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis


48

data bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada

makna dari pada generalisasi. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada

proses dari pada produk atau outcome dan juga digunakan untuk

mendapatkan data yang mendalam, suatudata yang mengandung makna.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sesuatu hal seperti apa adanya

(kenyataan di lapangan). Penelitian kualitatif juga lebih tertarik pada

dinamika terjadinya proses atau peristiwa yang melatar belakangi

terjadinya suatu hasil tertentu. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah

untuk memahami makna yang berada di balik fakta-fakta. Pemahaman yang

mendalam terhadap suatu peristiwaatau fenomena sosial merupakan hal yang

terpenting.

Dalam pendekatan kualitatif data yang dihasilkan berbentuk kata,

kalimat dan gambar untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang

terjadi dengan mendeskripsikan fenomena yang sesuai dengan masalah

dan unit yang diteliti.Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti

bermaksud untuk menggambarkan permasalahan yang ada terkait Evaluasi

Program Quick Wins Pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.

3.2 Fokus Penelitian

Dalam mempertajam penelitian kualitatif, peneliti harus menetapkan

fokus. Spradley dalam Sugiyono (2009:34) menyatakan bahwa “A focused

refer to a single cultural domain or a few related domains”. Maksudnya


49

adalah bahwa fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain

yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus

lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari

situasi sosial (lapangan).

Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara

lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial. Tetapi juga ada keinginan

untuk menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus

penelitian yang diperoleh setelah peneliti melakukan penjelajahan umum.

Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum

menyeluruh yang masih pada tahap permukaan terhadap situasi sosial. Untuk

dapat memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan

fokus penelitian.Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pada Evaluasi

Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins pada

Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara adalah Kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara yang berada di Kecamatan Koja, dan juga tempat pelayanan

akta kelahiran di kantor Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja, dan

juga Kecamatan Cilincing.


50

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari

variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

kerangka teori yang digunakan. Konsep yang digunakan dalam

penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan

Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara adalah mengenai Evaluasi.

Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi kebijakan

publik, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang

dilakukan untuk menilai serta membandingkan hasil-hasil pelaksanaan

kegiatan sebuah program atau kebijakan yang telah dicapai, apakah

hasil atau output program tersebut sudah sesuai dengan yang telah

direncanakan (input) secara efektif dan efisien. Sehingga dapat

diperoleh informasi mengenai nilai atau manfaat hasil dari kebijakan

tersebut serta dapat dilakukan perbaikan apabila ada penyimpangan

didalamnya.

3.4.2 Definisi Operasional

Adapun fenomena yang diamati dalam penelitian mengenai

Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi

Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara. Untuk mengamati fenomena tersebut, maka peneliti


51

menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) yang

menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan adalah penilaian secara

menyeluruh terhadap input, proses, output, dan outcome dari kebijakan

pemerintah. Menurut Nurcholis, evaluasi membutuhkan sebuah skema

umum penilaian, yaitu:

1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan

kebijakan, meliputi sumber daya manusia, sarana atau prasarana,

sosialisasi kebijakan.

2. Proses, yaitu bagaimana sebuat kebijakan diwujudkan dalam

bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat, meliputi kejelasan

mekanisme, kepastian, penertiban, dan keefektifan dalam

pelaksanaan kebijakan.

3. Output (hasil), yaitu hasil dari pelaksanaan kebjiakan. Apakah

suatu pelaksanaan kebijakan menghasilkan produk sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan. Output meliputi tepat tidaknya sasaran

yang dituju, sasaran yang tertangani, dan kelompok yang terlibat

dalam pelaksanaan kebijakan.

4. Outcome (dampak), yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan

berdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan

kebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan, peningkatan, dan

dampak positif terhadap implementor yang terlibat didalamnya.


52

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrumen yang

baik harus absah (valid) dan dapat dipercaya (reliable). Instrumen valid

adalah instrument yang dengan tepat mengukur apa yang harus diukur.

Instrumen reliabel bila hasil pengukuran itu bersifat ajek.Pada prinsipnya

meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun

alam. Oleh karenanya, dalam melakukan pengukuran harus ada alat ukur

yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen

penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik

semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2009:102).

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,

karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar

mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang

sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

Metode penelitian yang akan digunakan peneliti adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan

konteks masalah yang dikaji, yaitu Evaluasi Program Quick Wins pada

Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Dalam penelitian

kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian yang akan berinteraksi

secara langsung dengan responden penelitian.


53

Dalam penelitian Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan

Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara.. Menurut Nasution dalam Sugiyono

(2012:224), peneliti sebaga instrument penelitian selasi untuk penelitian

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala


stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna
atau tidak bagi penelitian,

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua


aspek sehingga dapat mendapatkan ragam data sekaligus

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu


instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap
keseluruhan situasi, kecuali manusia

4. Situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami


dengan pengatahuan semata. Untuk memahaminya kita
perlusering merasakannya, menyelaminya berdasarkan
pengatahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data


yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis
dengansegera untuk menentukan arah pengamatan, untuk
mentesthipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan


berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan
menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh
penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.

7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang


menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari
pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk
mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman
mengenai aspek yang diteliti.
54

3.6 Informan Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:217), dalam penelitian kualitatif, informan

penelitian di ambil secara sampel, pengambilan sampel sumber data

berkaitan dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian.

Teknik pengambilan informan sumber data yang sering digunakan pada

penelitian. kualitatif adalah Purposive dan Snowball.

Dalam mengumpulkan data yang akurat, maka peneliti memilih

informan dengan menggunakan teknik Purposive atau dipilih secara sengaja,

dimana peneliti sudah menentukan siapa saja yang akan diwawancarai

dengan pertimbangan tertentu. Dimana informan tersebut peneliti anggap

sebagai pihak-pihak yang paling mengetahui situasi dan kondisi objek

penelitian. Dalam hal ini yang dijadikan informan oleh peneliti dalam

penelitian Evaluasi Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan di

Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara, antara lain

adalah sebagai berikut:


55

Tabel 3. 1
Daftar Informan Penelitian

No Kategori Informan Kode StatusInforman

Kepala Seksi Pelayanan


1 I1-1 Key Informan
Pendaftaran Penduduk

Kepala Seksi Pelayanan


2 I1-2 Key Informan
Pencatatan Sipil

Kepala Satpel
3 I2-1 – I2-n Key Informan
Kecamatan

Petugas Pelayanan
4 I3-1 – I3-n Secondary Informan
Pencatatan Sipil

5 Masyarakat I4-1 – I4-n Secondary Informan

(Sumber: Peneliti, 2017)

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif tidak ada istilah populasi, tetapi

dinamakan“social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen,

yaitu: tempat(place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi

secara strategis. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan

responden, tetapi dinamakan dengan narasumber, atau partisipan, atau

informan.Sugiyono (2012:224), teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar

data yang ditetapkan.


56

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan/Observasi

Sugiyono (2007:166), mejelaskan bahwa observasi

diklasifikasikanmenjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan cara

yang tidak berperan serta. Observasi berperan serta, pengamat

melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus

menjadi anggota resmi dari dari kelompok yang diamatinya. Namun

observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi

yaitu mengadakan pengamatan. Dalam penelitian ini, teknik observasi

yang digunakan adalah observasi tanpa peran serta. Adanya

keterbatasan waktu menyebabkan peneliti hanya melakukan satu

fungsi observasi yaitu hanya melakukan pengamatan tanpa harus

menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati.

2. Wawancara

Menurut Moleong (2007:186), wawancara merupakan percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapak dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Adapun teknik pengumpulan

data dengan cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara

mendalam (indepth interview) data yang diperoleh terdiri dari kutipan

langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan

pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang

memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian.


57

Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara mendalam.

Ada dua jenis wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu wawancara

terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai

teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya

berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,

2009:138-140)

Agar lebih memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara,

maka pertanyaan yang diajukan tertuang dalam dimensi pertanyaan.

Dimana dimensi pertanyaan tersebut sesuai dengan garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan sesuai dengan konsep yang

dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) yang menjelaskan bahwa evaluasi

kebijakan adalah penilaian secara menyeluruh terhadap input, proses,

output, dan outcome dari kebijakan pemerintah daerah, seperti yang tertera

pada tabel berikut:


58

Table 3.2
Pedoman wawancara

No Dimensi pertanyaan Ketegori informan

Input (masukan) meliputi: 1. Kepala Seksi Pelayanan


1. Sumber daya manusia Pendaftaran Penduduk
2. Sarana atau prasarana 2. Kepala Seksi Pencatatan
3. Sosialisasi kebijakan Sipil
1
3. Satpel Kecamatan
4. Petugas Pelayanan
Pencatatan Sipil
5. Masyarakat
1. Kepala Seksi Pelayanan
Pendaftaran Penduduk
Proses (pelaksanaan) meliputi:
2. Kepala Seksi Pencatatan
1. Kejelasan mekanisme pembinaan
Sipil
2 2. Penertiban dalam pelaksanaan
3. Satpel Kecamatan
kebijakan
4. Petugas Pelayanan
3. Efektif dalam pelaksanaan
Pencatatan Sipil

Output (hasil) 1. Kepala Seksi Pelayanan


1. Kesesuaian pelaksanaan dengan Pendaftaran Penduduk
tujuan kebijakan 2. Kepala Seksi Pencatatan
3 2. Ketepatan sasaran yang dituju Sipil
3. Sasaran yang tertangani 3. Satpel Kecamatan
4. Kelompok yang terlibat dalam 4. Masyarakat
pelaksanaan kebijakan
1. Kepala Seksi Pelayanan
Outcome (dampak)
Pendaftaran Penduduk
1. Dampak yang diterima masyarakat
4 2. Kepala Seksi Pencatatan
2. Peningkatan pelaksanaan peraturan
Sipil
daerah oleh implementator

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen merupakan studi yang digunakan untuk mencari

dan memperoleh data sekunder yang relevan dengan masalah yang


59

diteliti berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan,

peraturan, kebijakan, laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar,

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lainlain. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009:82).

4. Studi Literatur/Pustaka

Studi literatur/kepustakaan merupakan pengumpulan data penelitian

yang diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun jurnal

ilmiah yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian

kualitatif, kegiatan analisis data diperoleh sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun

faktanya analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan

data. Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi

informasi yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan masalah

yang diteliti.

Sugiyono (2009:89) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

degan cara mengorganisasikan kedalam kategori, menjabarkan kedalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana


60

yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah di pahami oeh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai dilapanan. Teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah degan menggunakan

teknik analisa dan kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles

dan Huberman (2009). Menurut kedua tokoh tersebut, bahwa aktivitas

dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dengan

berlangsung secara terus–menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga

sampai tuntas dan datanya jenuh. Selama dalam prosesnya, pengumpulan

data dilakukan tiga kepentingan diantaranya : Reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (verification) yang

apabila digambarkan akan nampak seperti berikut:

Gambar 3.1
Analisis data menurut Miles dan Huberman

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data
Verifikasi Data

Sumber : (Miles dan Huberman, 2009:20)


61

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap

yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan

dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data

dalam suatu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil

suatu penelitian.

Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan

penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji

validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan

sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap

atau menjaring berbagai fenomena informasi atau kondisi di lokasi

penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya,

pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian

kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian

pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan

proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif

dan penelitian kualitatif.

Pengumpulan data dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti

dalam upaya mengumpulkan sejumlah informasi dilapangan yang

diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian

kualitatif), atau untuk menguji hipotesis penelitian (untuk penelitian

kuantitatif).
62

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Selama proses pengompulan data dari berbagai sumber, tentunya

akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama

peneliti berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin

kompleks dan rumit sehingga, apabila tidak segera diolah akan dapat

menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses anlisis data pada tahap ini juga

harus dilakukan. Untuk memperjelas data yang didapatkan dan

mempermudah peneliti dalam pengumpulan data, selanjutnya maka

dilakukan reduksi data.

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema

dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk melaukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan.

3. Penyajian Data (Data Display)


Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif

adalah penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan

sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinana

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam sebuah

penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, tabel, grafik, flow chart, bagan, pictogram, dan sejenisnya.

Namun pada penelitian ini, penyajian data yang peneliti lakukan

adalah bentuk narasi. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Miles dan
63

Hubberman, “the most frequent from display data for qualitative research

data in the past has been narrative test”, yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif (Sugiyono, 2012: 95).

4. Verifikasi (Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti daru hubungan-hubungan,

mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar

dan kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan terus berubah selama proses, pengumpulan data masih terus

berlangsung dan tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila kesimpulan

tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.8 Uji Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2012:267), keabsahan data atau validitas adalah

derajat ketepatan antaradata yang terjadi pada objek penelitian dengan data

yang dapet dilaporkan peneliti. Data dalam penelitian kualitatif dapat

dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti

dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang dteliti.


64

Uji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada (Sugiyono, 2012:273). Terdapat beberapa macam triangulasi,

diantaranya:

b. Triangulasi sumber, yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber

yang berbeda.

c. Triangulasi teknik, yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda.

d. Triangulasi waktu, yaitu mengecek data yang diperoleh di waktu yang

berbeda

Dalam penelitian ini, dikarenakan terbatasnya waktu maka proses uji

keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti hanya menggunakan dua teknik

triangulasi, yakni triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

2. Member Check

Menurut Sugiyono (2012:276) Member Check adalah proses

pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya

adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan

apa yang diberikan oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan valid maka

semakin dipercaya.
65

3.9 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini merupakan tahapan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dalam melakukan penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins

pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara., terhitung persiapan,

pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian. Waktu penelitian diuraikan dalam

waktu bulan dan disajikan dalam bentuk tabel. Rincian jadwal penelitian

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3
Jadwal Penelitian

2017-2018
No. Kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Bimbingan Judul
Penyusunan dan
2 Bimbingan Proposal
Penelitian (Bab 1-3)
3 Seminar Proposal

4 Revisi Proposal
Penelitian
5 Persetujuan Ke
Lapangan
6 Pengumpilan Data
di Lapangan
Proses Analisis Data
7 dan Penyusunan
Bab 4-5
8 Sidang Skripsi
9 Revisi Skripsi
66

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Jakarta Utara

Secara geografis Kota Administrasi Jakarta Utara terletak antara

06-10°-00° Lintang Selatan dan 106°-20°-00° Bujur Timur. Berdasarkan

Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 Tahun 2007

tentang Penataan, Penetapan dan Luas Wilayah Kelurahan di Provinsi DKI

Jakarta, Kota Administrasi Jakarta Utara mempunyai luas daratan 146,66

km² (kilometer persegi) yang membentang dari Barat ke Timur sepanjang

kurang lebih 35 km, menjorok ke darat antara 4 s.d. 10 km. Ketinggian

dari permukaan laut antara 0 s.d. 2 meter dari tempat tertentu berada di

bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa – rawa/

empang air payau.

Wilayah kotamadya Jakarta Utara merupakan pantai beriklim

panas, dengan suhu rata-rata 27° C, curah hujan setiap tahun rata-rata

142,54 mm dengan maksimal curah hujan pada bulan September. Kondisi

wilayah yang merupakan daerah pantai dan tempat bermuaranya 13

(tigabelas) sungai dan 2 (dua) banjir kanal, menyebabkan wilayah ini

merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air

pasang laut.
67

Tabel 4.1
Kecamatan di Jakarta Utara

No Kecamatan Luas Wilayah (Km²)

1 Cilincing 42,68 Km²

2 Koja 11,74 Km²

3 Kelapa Gading 16,12 Km²

4 Tanjung Priok 24,8 Km²

5 Pademangan 11,91 Km²

6 Penjaringan 35,48 Km²

Batas Wilayah

Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara terletak di ujung utara

provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari 6 kecamatan dan 31 kelurahan

dengan kecamatan – kecamatannya adalah Penjaringan, Tanjung Priok,

Koja, Cilincing, Pademangan, dan Kelapa Gading. Sesuai dengan

pembagian Kota Administrasi maka Jakarta Utara mempunyai batas –

batas pemisah dengan Kota Administrasi lainnya, sebagai berikut :

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Tangerang,

Jakarta Pusat dan Jakarta Timur

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Timur dan

Kabupaten Bekasi

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

dan Jakarta Barat


68

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa dan

Kepulauan Seribu

Topografi

Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara sebagian besar terdiri

dari daratan hasil dari pengurukan rawa-rawa yang mempunyai ketinggian

rata-rata 0 s/d 1 diatas permukaan laut terutama kita temukan disepanjang

pantai

Penggunaan Tanah

Luas tanah daratan di Kota Administrasi Jakarta Utara seluas

146,66 km². Dirinci berdasarkanpenggunaan 47,58% untuk perumahan,

15,87% untuk areal industri, 8,89% digunakansebagai perkantoran dan

pergudangan dan sisanya merupakan lahan pertanian, lahan kosong dan

sebagainya. Sementara luas lahan berdasarkan status kepemilikan dapat

dirinci sebagai berikut : status hak milik 13,28%, Hak Guna Bangunan

(HGB) sekitar 29,04%, lainnya masih berstatus Hak Pakai, Hak

Pengelolaan dan non sertifikat.

Iklim

Wilayah Kotamadya Jakarta Utara beriklim panas, suhu rata-rata

sepanjang tahun 27° karena terletak di daerah Khatulistiwa, sehingga

wilayah Jakarta Utara dipengaruhi angina Muson Timur terjadi bulan Mei

s/d Oktober dan Muson Barat sekitar bulan Nopember s/d April. Tinggi

curah hujan rata – rata pertahun sebanyak 2000 mm terjadi maksimal pada

bulan Desember.
69

Geologi

Lapisan tanah yang terbentuk daratan Jakarta adalah batuan endapan (

sediment stone ) yang berasal dari Zaman Ploitocene, yang berada 50 M di

bawah permukaan tanah sekarang ini. Karena batuanya hasil pengendapan

maka sifat batuanya tersebut tidaklah compact (padat), tetapi paremable

(porous), sehingga air tanah terpengaruh oleh air laut.

4.1.2 Gambaran umum Suku dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara

Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan pada bidang administrasi

kependudukan di Jakarta Utara. Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Jakarta Utara berlokasi di wilayah kecamatan Koja di Jl. Berdikari

No.2, Kec. Koja Jakarta Utara. Tugas pokok Suku Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Jakarta Utara adalah melaksanakan pelayanan

administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di wilayah kota

administrasi Jakarta utara.

Fungsi Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil adalah :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas

b. Pelaksana Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku

Dinas
70

c. Pengumpulan, Pengolahan, Penyajian, Pemeliharaan, dan

pemanfaatan data dan informasi kependudukan dalam

lingkup kota administrasi

d. Pelaksana pengawasan dan pengendalian mobilitas

penduduk dalam lingkup kota administrasi.

e. Pelaksana pelayanan administrasi kependudukan termasuk

pelayanan yang bersifat khusus, peristiwa penting, dan

penduduk rentan administrasi kependudukan.

f. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan

pertanggungjawaban penerimaan retribusi dan denda

administrasi pelayanan penduduk dan catatan sipil.

g. Penegakan peraturan perundang – undangan di bidang

administrasi kependudukan dalam lingkup kota

administrasi.

h. Pelaksana pengembangan peran serta masyarakat dalam

administrasi kependudukan.

i. Pelaksana koordinasi administrasi kependudukan pada

lingkup kota administrasi.

j. Pengelola kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas

k. Pelaksanaan pencatatan sipil.

l. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan,

dan perawatan sarana dan prasarana kerja suku dinas.


71

m. Pelaksanaan supervisi dalam pendaftaran penduduk oleh

seksi dinas kependudukan dan catatan sipil kecamatan.

n. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan

suku dinas.

o. Penyiapan bahan laporan Dinas kependudukan dan

Pencatatan Sipil dan Kota Administrasi yang terkait dengan

tugas dan fungsi suku dinas

Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

dipimpin oleh Kepala Suku Dinas yang membawahi Sub Bagian Tata

Usaha, Seksi Pelayanan Pendaftaran Penduduk, Seksi Pelayanan

Pencatatan Sipil, Seksi Data Informasi dan Pengawasan. Berikut adalah

susunan lengkap struktur organisasi di Suku Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara :

a. Kepala Suku Dinas

b. Sub Bagian Tata Usaha

c. Seksi Pendaftaran Penduduk

d. Seksi Pencatatan Sipil

e. Satuan Pelaksana Kecamatan, yang terdiri dari :

1) Kepala Seksi Kec. Penjaringan

2) Kepala Seksi Kec. Pademangan

3) Kepala Seksi Kec. Tanjung Priok

4) Kepala Seksi Kec. Kelapa Gading


72

5) Kepala Seksi Kec. Koja

6) Kepala Seksi Kec. Cilincing

4.2. Deskripsi Data

Deskripsi data merupakan bagian untuk menjelaskan penelitian yang

telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data,

baik data kualitatif maupun kuantitatif. Peneliti dalam tahap ini akan

melakukan analisis data berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan

peneliti, yang terdiri dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara, Kepala Seksi Kecamatan, Pegawai Pelayanan Catatan Sipil,

dan warga masyarakat yang ada di Jakarta Utara.

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian, yaitu untuk

mengevaluasi penerapan dari Program Quick Wins pada Administrasi

Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta

Utara. Dalam penelitian mengenai Evaluasi Program Quick Wins pada

Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara ,

peneliti menggunakan teori evaluasi menurut Nurcholis yang meliputi:

1. Input, yang meliputi sumber daya manusia, operasional, sarana

dan prasarana, sosialisasi pelaksanaan kebijakan.

2. Proses, yang meliputi kejelasan mekanisme, pelayanan, kepastian,

penertiban, dan keefektifan dalam pelaksanaan kebijakan.

3. Output, yang meliputi hasil dari pelaksanaan kebjiakan,

kesesuaian pelaksanaan dengan ujuan yang ditetapkan, tepat


73

tidaknya sasaran yang dituju, sasaran yang tertangani, dan

kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan.

4. Outcome, meliputi apakah suatu peningkatan, dan dampak positif

terhadap implementor yang terlibat didalamnya, pelaksanaan

kebijakan berdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai

dengan tujuan kebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan.

Kemudian data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata

dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi.

Kata-kata dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama

dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan

menggunakan catatan tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti

gunakan dalam penelitian. Proses pencarian dan pengumpulan data yang

dilakukan peneliti secara investigasi dimana peneliti melakukan wawancara

dengan sejumlah informan yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian

ini, sehingga peneliti mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang

diharapkan.

Data-data yang peneliti dapatkan adalah data yang berkaitan dengan

Implementasi Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Hasil yang diperoleh dari wawancara,

observasi, kemudian dibentuk secara tertulis dengan bentuk pola serta dibuat

kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan

berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan


74

kategorisasi. Dalam menyusun jawaban hasil wawancara, peneliti

memberikan kode-kode sebagai berikut:

1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya untuk menunjukan item pertanyaan.

2. Kode A untuk menunjukan item jawaban.

3. Kode I1,I2, I3untuk menunjukan daftar informan.

4.2.1 Daftar Informan Penelitian

Seperti yang telah peneliti paparkan pada pembahasan sebelumnya

mengenai metode penelitian, bahwa peneliti telah menjelaskan pemilihan

informan dalam penelitian ini, penentuan informan penelitian ditentukan

dengan teknik Purposive atau dipilih secara sengaja, yakni suatu teknik

pengambilan informan dengan penetapan sampel berdasarkan kriteria-

kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan ini adalah

pihak-pihak yang terlibat dan memiliki informasi dalam pelaksanaan

Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara. Adapun daftar informan yang terlibat dalam penelitian ini

adalah seperti yang dimuat data tabel 4.2 yaitu sebagai berikut:
75

Tabel 4.2

Daftar Informan Penelitian

No Nama Informan Kode Pekerjaan / Jabatan

Kepala seksi pelayanan


1 Supryantoro, S.Sos, M.Si I1-1
pendaftaran penduduk

Kepala seksi pelayanan


2 Kartawi, S.Ip I1-2
pencatatan sipil

Muhammad Syarifuddin, Satpel Kecamatan Tanjung


3 I2-1
S.Sos Priok

4 Agus Triantoro, SE I2-2 Satpel Kecamatan Cilincing

5 Dedi Purnomo, S.Sos I2-3 Satpel Kecamatan Koja


Petugas Pelayanan
6 Irfan Setiawan Amd.Kom I3-1
Pencatatan Sipil
Septiana Trianingsih Petugas Pelayanan
7 I3-2
S.Kom Pencatatan Sipil
Petugas Pelayanan
8 Amiruddin I3-3
Pencatatan Sipil

9 Nadia Devina I4-1 Masyarakat

10 Alfian Suryadi I4-2 Masyarakat

(Sumber: Peneliti, 2018)

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian ke lapangan baik melalui wawancara,

observasi, ataupun dokumentasi kemudian peneliti mendapatkan data-data

dan jawaban yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proses penelitian, dan


76

setelah melakukan reduksi data, maka peneliti akan memaparkan hasil

tersebut dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurcholis,

berikut adalah pemaparan hasil penelitian sesuai dengan fokus penelitian.

1. Input (Masukan)

Dimensi input merupakan masukan-masukan yang diperlukan dalam

pelaksanaan kebijakan. Aspek yang dikembangkan dalam dimensi input

meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana, dan sosialisasi mengenai

kebijakan.

1) Sumber Daya Manusia (SDM)

Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) dalma hal ini adalah pegawai

atau implementor yang melaksanakan Program, berkaitan dengan jumlah

sumber daya manusia yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan dan

bekerja sesuai dengan kompetensinya atau belum, berikut keterangan yang

disampaikan oleh I1-1 pada saat wawancara:

“SDM bisa dibilang kurang mencukupi untuk melayani pembuatan


akta kelahiran, soalnya jumlah pegawai terbatasi juga dengan jumlah
sarana yang tersedia seperti komputer misalnya dan juga kita harus
mengirim pegawai kita ke rumah sakit untuk pelayanan akte kelahiran
secara jemput bola, dari segi kemampuan (kualitas) setiap pegawai
cukup paham dengan SOP (Standard Operating Procedure) yang ada,
kami juga rutin memberikan pelatihan untuk para pegawai agar
semakin paham tugas tugas mereka.” (wawancara di kantor Suku
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sumber daya

manusia yang di miliki oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil dapat dikatakan kurang mencukupi, namun memiliki kemampuan


77

akan melaksanakan tugasnya dalam pembuatan akta kelahiran, sebagaimana

disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:

“berbicara tentang SDM, soal SDM tidak hanya bicara tentang


jumlah saja, namun juga kualitasnya, mampu kaga tuh orang
orangnya dalam melaksanakan tugasnya, menurut saya disini SDM
nya cukup baik, pegawai pelayanan kita semua paham apa yang harus
dikerjakan, ngerti apa-apa aja yang harus mereka lakukan,karena
kami juga mengadakan pelatihan juga.” (wawancara di kantor Suku
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara masih memiliki

kekurangan dari segi jumlah sumber daya manusianya. Sedangkan dari sisi

satpel Kecamatan yang juga merupakan implementor dari program quick

wins pada administrasi kependudukan, berikut keterangan yang disampaikan

oleh I2-1 :

“Kalo SDM di Satpel kecamatan Tanjung Priok saya rasa disini


masih kurang mas karena sering sekali masyarakat mengantri pas
pembuatan akte kelahiran sama surat perpindahan.” (wawancara di
Kecamatan Tanjung Priok)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sumber

daya yang di miliki oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

dalam menjalankan tugasnya sudah dapat dikatakan terpenuhi dalam

menangani masalah-masalah administrasi kependudukan di Jakarta Utara

yang dimana salah satunya adalah masalah mengenai pembuatan akta

kelahiran meskipun masih terdapat kekurangan SDM di beberapa satuan

pelaksana kecamatan sehingga membuat pelayanan akta kelahiran sedikit


78

terlambat, hal ini terdapat perkembangan dibandingkan sebelum diterapkan

program ini dimana belum adanya penempatan petugas pelayanan di

kecamatan – kecamatan sehingga sumberdaya manusia belum mengerti

proses pembuatan akta kelahiran secara online dan belum dibutuhkannya

jumlah sumberdaya manusia secara banyak untuk melaksanakan pelayanan

akta kelahiran.

Tabel 4.3

Data Kepegawaian Seksi Pendaftaran Penduduk

Berdasarkan Pendidikan (PNS dan Non-PNS)

Pendidikan Jumlah

SMA 3

D3 7

S1 12

S2 1

JUMLAH 23

2) Sarana dan Prasarana

Aspek sarana dan prasarana penunjang merupakan aspek yang

dibutuhkan dalam proses pengolahan data, dalam hal ini adalah komputer

dan jaringan, maupun fasilitas seperti kursi dan ruang tunggu untuk

masyarakat. Fasilitas tersebut berupa segala sesuatu yang dibutuhkan dalam

proses pelaksanaan administrasi kependudukan. Berikut adalah data hasil

wawancara peneliti bersama I1-1 :


79

“untuk sarana dan prasarana memang dirasa masih kurang ,apalagi


dengan jumlah komputer yang kurang jadinya menghambat proses
pelayanan. Kalau dengan ruang tunggu disini memang tergolong kecil
karena memang ruang di gedung ini tidak mencukupi lagi (wawancara
di kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta
Utara)

Hasil wawancara bersama petugas kepala satpel catatan sipil diatas

dapat diketahui bahwa untuk melakukan pelayanan administrasi

kependudukan, Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta

Utara sendiri masih kekurangan sarana, hal senada juga di katakan oleh I2-1

sebagai berikut:

“Kalau sarana dan prasarana sih di kecamatan dirasa kurang karena


hanya ada dua komputer buat pengerjaan akte kelahiran dan surat
perpindahan, jadi agak lama jika terdapat banyak masyarakat.
Namun jika dari segi ruang tunggu dirasa cukup luas dan
nyaman”.(wawancara di kantor Kecamatan Tanjung Priok)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara masih memiliki

kekurangan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pelaksanaan

administrasi kependudukan khususnya dalam pembuatan akta kelahiran

3) Sosialisasi

Aspek sosialisasi merupakan proses penyampaian informasi kepada

sasaran kebijakan mengenai Program Quick Wins yang dimplementasikan

ke dalam administrasi kependudukan khususnya kedalam pelayanan akta

kelahiran, bagaimana dengan penjabaran isi peraturan tersebut apakah sudah

cukup jelas dipahami oleh semua pihak terkait untuk diimplementasikan,

berikut adalah wawancara dengan I1-1


80

“Iya sosialisasi terus dilakukan sejak awal dimulainya program ini


mas, khususnya sosialisasi akta kelahiran yang makin dipermudah
pembuatannya ke rumah sakit dan puskesmas puskesmas kecamatan
juga menempatkan spanduk dan baliho di tempat tempat yang
mungkin dilihat orang yang mau membuat akta kelahiran seperti di
rumah sakit, puskesmas, maupun di kecamatan dan kelurahan. Dan
sosialisasi kepada satpel kecamatan beserta pegawai pelayanan kami
lakukan dengan melalui surat edaran dan mengadakan pelatihan
pelatihan. (wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara bersama Kepala seksi pendaftaran penduduk

diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi oleh suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil Jakarta utara dilakukan dengan melakukan sosialisasi ke

rumah sakit dan puskesmas juga dengan pemasangan spanduk dan baliho,

hal senada juga dikatakan oleh I1-2 sebagai berikut:

Sosialisasi sudah kami laksanakan dengan menempatkan petugas


untuk penyuluhan tentang kemudahan pembuatan akta kelahiran ke
rumah sakit dan puskesmas yang ada, bahkan kami juga
menempatkan baliho baliho di berbagai tempat seperti di area
puskesmas maupun kecamatan. (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara).

Selain itu I2-3 juga memberikan pernyataan kepada peneliti terkait

sosialisasi, pernyataannya adalah sebagai berikut:

Pastinya kami melakukan sosialisasi tentunya dengan arahan dari


suku dinas, kalau di satpel kecamatan tugas kami menyampaikan
arahan kepada satpel kelurahan, dan juga menyampaikan kepada
masyarakat langkah dan apa yang harus disiapkan kepada
masyarakat (wawancara di kantor kecamatan Koja)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi kepada

masyarakat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan ke rumah sakit


81

dan puskesmas dan juga memasang baliho di tempat – tempat pelayanan

akta kelahiran seperti di kecamatan - kecamatan. Hal mengenai sosialisasi

dan penempatan baliho di beberapa rumah sakit dan puskesmas juga

disampaikan oleh I4-1 sebagai masyarakat kepada peneliti, pertnyataannya

adalah sebagai berikut:

“Kalo untuk sosialisasi langsung dari catatan sipilnya saya sih


pernah sekilas mendengar di puskesmas, mereka ngejelasin tentang
akta kelahiran gitu disana.kalo baliho gitu sih saya belum pernah liat
mas.” (wawancara di stasiun tanjung priok)

Berdasarkan hasil wawancara bersama beberapa informan dapat

diketahui bahwa proses sosialisasi sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu

dengan diadakannya sosialisasi sampai ke rumah sakit dan puskesmas

sehingga sosialisasi bisa disampaikan langsung kepada masyarakat, tetapi

penempatan baliho sebagai alat sosialisasi dirasa kurang efektif dikarenakan

lokasi yang kurang strategis dan tidak dapat dilihat oleh masyarakat Jakarta

utara secara keseluruhan. Dibandingkan dengan sebelum penerapan program

ini dimana proses sosialisasi hanya sekedar memberikan pemberitahuan

betapa pentingnya akta kelahiran untuk masyarakat.

No Indikator Temuan Lapangan

1. Input 1. Sumber Daya Manusia masih belum


mencukupi namun memiliki kualitas
yang cukup baik
2. Sarana dan Prasarana masih kurang
memadai sehingga menghambat proses
pelayanan
3. Sosialisasi disampaikan langsung
kepada masyarakat sehingga cukup
82

efektif namun sosialisasi melalui


baliho kurang efektif karena lokasi
yang kurang tepat

2. Proses

Proses merupakan bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam

bentuk pelayanan langsung kepada objek kebijakan. Dalam melakukan

penilaian terhadap proses pelaksaaan kebijakan tersebut, maka peneliti

mengembangkannya kedalam beberapa aspek, yaitu kejelasan mekanisme

penarikan, pelayanan, kepastian, penertiban, dan ke-efektifan pelaksanaan

Perda tersebut. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti bersama

informan mengenai penilaian dimensi proses.

1) Kejelasan Mekanisme

Proses pelaksanaan program quick wins pada administrasi

kependudukan diperlukan adanya kejelasan mekanisme dan peraturan yang

jelas dalam proses pelaksanaan kebijakan tersebut, apakah peraturan dan

mekanisme tersebut sudah jelas dan di implementasikan atau belum oleh

petugas, berikut adalah hasil wawancara bersama I1-2 sebagai berikut:

Untuk mekanismenya sendiri sih kami udah punya SOP (Standar


Operating Procedure) nya sendiri mas, yang berisi tentang urutan
pengerjaan dan waktu pengerjaan juga. Jadi petugas pelayanan tidak
akan kebingungan dalam melakukan pekerjaannya (wawancara di
kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pelayanan

Pencatatan Sipil diatas dapat diketahui bahwa mekanisme pelaksanaan


83

pelayanan administrasi kependudukan khususnya akta kelahiran sudah

cukup jelas, hal senada juga disampaikan oleh I3-1 kepada peneliti, berikut

adalah penyataannya:

“mekanismenya sih semua sudah diatur ke dalam SOP jadi


kemungkinan tidak akan ada penyimpangan dalam pelaksanaannya
(wawancara di kantor kecamatan Koja)

Hasil dari pernyataan informan penelitian diatas dapat diketahui

bahwa mekanisme pembuatan akta kelahiran sudah cukup jelas dan sudah

tercantum di dalam SOP (Standar Operating Procedure).

Sementara itu mekanisme pelaksanaan dari sisi satpel kecamatan

sebagaimana disampaikan oleh I2-1, pernyataannya adalah sebagai berikut:

“Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjain
sesuai dengan SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkas
dahulu lalu dilanjutin dengan input data ke komputer gitu mas”
wawancara di kantor kecamatan tanjung priok)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa

mekanisme pelaksanaan pembuatan akta sudah cukup jelas. Pelaksanaannya

mengikuti SOP yang berlaku, dan prosesnya berakhir di pencetakan akta

kelahiran. Hal tersebut disampaikan oleh I1-1 kepada peneliti, berikut adalah

penyataannya:

“Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini pun
melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulai
dari pengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir di
pencetakan akta kelahiran”. (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
84

Berdasarkan hasil dari pernyataan informan penelitian diatas dapat

diketahui bahwa mekanisme proses pelaksanaan program tersebut sudah

jelas tertulis didalam SOP (Standar Operating Procedure) itu sendiri, dan

dalam pelaksanaannya, proses pembuatan akta kelahiran dilakukan oleh

satuan pelaksana pencatatan sipil kecamatan dengan melakukan pengecekan

kelengkapan berkas terlebih dahulu lalu menginput datanya secara online.

Sebelum adanya program ini proses mekanisme pelaksanaan tidak disertai

SOP karena proses pembuatan akta kelahiran dari pendaftaran hingga proses

pencetakan dilakukan secara manual.

2) Pelayanan

Pelayanan merupakan aspek penting dalam pembuatan akta kelahiran,

karena ketika program ini dilakukan kepada sasaran kebijakan maka perlu

adanya pelayanan yang berupa fasilitas atau prasarana yang memadai, dalam

hal ini fasilitas pembuatan akta yang memadai dan juga ruang tunggu untuk

masyarakat yang nyaman. Namun yang terjadi di lapangan, pelayanan yang

dilakukan masih terdapat berbagai keterlambatan sehingga tidak mencapai

tujuan yang maksimal kepada sasaran kebijakan, seperti yang disampaikan

oleh I1-1 sebagai berikut: “kalau pelayanan sudah pasti sudah diberikan

semaksimal mungkin, cuman masih banyak kendala yang bikin pelayanan

jadi terhambat. Misalnya kayak gangguan jaringan ataupun gangguan

terhadap komputer yang ada. (wawancara di kantor Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)


85

Hal senada juga dikatakan oleh I1-2 sebagai berikut:

“pelayanan kalo maksudnya pembuatan akta kelahiran pastinya kami


sudah sebaik mungkin dalam pelaksanaannya, memang masih ada
masalah masalah yang terjadi”. (wawancara di kantor Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pelayanan yang

dilakukan oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta

Utara sudah dilakukan semaksimal mungkin, namun masih terdapat

berbagai kendala di dalam pelaksanaannya seperti jaringan yang bermasalah

dan juga komputer yang terkadang mengalami kerusakan. Jika dibandingkan

pada saat sebelum program ini berjalan, prasarana di suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil sangatlah kurang memuaskan karena

seluruh pelayanan yang dilakukan dipusatkan di suku dinas sehingga terjadi

penumpukan masyarakat yang ingin melakukan administrasi kependudukan.

3) Kepastian

Kepastian merupakan aspek pendukung dalam melakukan

implementasi program ini, kepastian berkaitan dengan waktu pelaksanaan

pembuatan akta kelahiran, berikut adalah hasil wawancara dengan I3-3 yaitu

sebagai berikut: “Pelaksanaan pelayanan akta kelahiran ini tentu saja

dilakukan setiap hari kerja, bahkan kami membuka pelayanan selama

setengah hari pada hari sabtu supaya pelayanan makin maksimal”.

Kemudian hal senada juga sampaikan oleh I1-1 yang mengatakan:

“pastinya pelayanan akta kelahiran ini selalu dilakukan di hari kerja


lalu kami membuka pelayanan juga pada hari sabtu agar semakin
86

banyak masyarakat yang terlayani.” (wawancara di kantor suku dinas


kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil kedua wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

pelayanan akta kelahiran berjalan terus menerus dari senin sampai sabtu

yang menandakan bahwa waktu pelaksanaan program sudah maksimal, hal

tersebut juga didukung oleh I1-2, pernyataannya adalah sebagai berikut:

“supaya pelayanan semakin maksimal selain pada hari kerja, kami


juga melakukan pelayanan administrasi kependudukan pada hari
sabtu namun hanya setengah hari supaya masyarakat yang sekiranya
tidak bisa melakukan administrasi kependudukan pada hari kerja bisa
melaksanakannya di hari sabtu”. (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Hal senada juga dikatakan oleh I2-2, berikut pernyataanya:

“waktu pelayanan akta kelahiran hampir setiap hari kami


melaksanakannya, dari senin sampai jumat pada jam kerja lalu pada
hari sabtu juga namun hanya setengah hari (wawancara di kantor
kecamatan cilincing)

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan beberapa informan diatas,

dapat diketahui bahwa waktu pelaksanaan pelayanan akta kelahiran berjalan

dari hari senin sampai jumat pada jam kerja dan juga hari sabtu selama

setengah hari. Hal ini dirasa cukup efektif dikarenakan waktu pelaksanaan

pelayanan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak mempunyai

waktu untuk membuat akta kelahiran di hari kerja bisa membuat akta

kelahiran pada hari sabtu. Sebelum adanya program ini proses pelayanan

akta kelahiran hanya dilakukan pada hari kerja yaitu hari senin dan jumat,
87

sehingga membuat masyarakat yang bekerja enggan untuk proses

administrasi kependudukan karena tidak bisa izin dari bekerja.

4) Penertiban

Penertiban adalah aspek penting yang harus dilakukan oleh Suku

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terhadap hal-hal yang melanggar

ketentuan yang ada didalam Program tersebut, karena didalam Undang

Undang Administrasi Kependudukan terdapat dua pasal yang berisi larangan

dan sanksi yaitu pada pasal 94, 95a, 95b dan 96 mengenai larangan dan

sanksi. Berikut keterangan mengenai proses penertiban yang didapatkan dari

I1-1 yaitu sebagai berikut:

“untuk sanksi sih kami masih menurut pada UU No.24 tahun 2006, di
undang undang tersebut terdapat berbagai sanksi. Khususnya yang
terkait dengan pungutan liar karena pembuatan akta kelahiran tidak
dipungut biaya, Alhamdulilah sampai sekarang belum ada petugas
pelayanan yang melanggar aturan yang ada.”(wawancara di Kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sampai saat ini belum

adanya penertiban dikarenakan belum ada terjadinya pelanggaran. Hal

senada juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, berikut adalah

pernyataannya:

“penjatuhan sanksi sih sampai saat ini belum ada karena memang
belum ada petugas pelayanan yang melanggar aturan aturan yang
ada .” (wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara)
88

Sementara itu, kepala satuan pelayanan catatan sipil kecamatan pun

mengungkapkan kepada peneliti terkait penertiban sanksi yang tertulis di

dalam undang - undang tersebut, pernyataan yang disampaikan oleh I3-1

kepada peneliti adalah sebagai berikut:

“Kalo di satpel kecamatan sih soal sanksi sudah pasti mengikuti


aturan sanksi yang ada di undang – undang, dan alhamdulilah
sampai sekarang belum ada petugas pelayanan yang diberikan
sanksi.” (wawancara di kantor kecamatan)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sampai saat ini

penertiban yang dilakukan oleh suku dinas kependudukan dan pencatatan

sipil Jakarta utara memang belum dilakukan, dikarenakan memang tidak ada

peraturan yang dilanggar, hal ini menandakan bahwa proses penertiban

berjalan dengan baik. Hal ini berbanding terbalik jika dibandingkan sebelum

adanya program ini dimana masih ada terdapat pungutan – pungutan liar

yang diminta petugas kepada masyarakat untuk mempermudah proses –

proses administrasi kependudukan namun lolos dari proses pengawasan dan

penertiban.

5) Efektivitas

Efektivitas merupakan salah satu aspek penting yang harus di lihat

dalam mengimplementasikan program quick wins pada pelayanan

administrasi kependudukan sebagai implementor sudah efektif atau belum

dalam melaksanakan kebijakan yang dimaksud, berikut adalah pernyataan

dari I1-1:
89

“pastinya efektif, karena terjadi peningkatan dalam proses pelayanan


administrasi kependudukan. Khususnya pada akta kelahiran dengan
adanya program ini proses pelayanannya semakin lebih cepat
dibanding sebelumnya.” (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa kegiatan

administrasi kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran bisa

berjalan lebih efektif. Hal senada juga disampaikan oleh I2-2 kepada peneliti,

berikut pernyataannya:

“tentu saja efektif, karena pembuatan akta kelahiran tidak lagi


memakan waktu yang lama dan proses pengerjaannya semakin mudah
dan simpel” (wawancara di kantor kecamatan cilincing)

Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan

pembinaan yang dilakukan oleh dinas sosial berjalan cukup efektif. Hal

senada juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah

sebagai berikut:

“kalo efektif sih saya rasa efektif, cuma kalo saya bilang berhasil
jadinya terlalu sombong nanti, yang jelas dengan program ini
pelayanan administrasi kependudukan khususnya akta kelahiran
semakin lebih baik.” (wawancara di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, peneliti dapat

menganalisis bahwa dalam pelaksanaan program quick wins dalam

administrasi kependudukan khususnya pada pelayanan akta kelahiran cukup

efektif karena mengalami peningkatan di berbagai sektor.


90

No Indikator Temuan Lapangan

2. Proses 1. Sudah adanya SOP terkait pelayanan


akta kelahiran
2. Masih adanya masalah terkait sarana
dalam melakukan pelayanan
3. Waktu pelayanan dilakukan selama
senin sampai sabtu
4. Sudah adanya sanksi yang diatur dalam
undang – undang
5. Semakin efektifnya pelaksanaan
pelayanan akta kelahiran

3. Output (Hasil)

Output merupakan hasil dari sebuah pelaksanaan kebijakan, apakah

pelaksanaan kebijakan tersebut menghasilkan keluaran atau produk yang

sesuai dengan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Ada beberapa aspek

dalam dimensi output yaitu kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan

kebijakan, ketepatan sasaran yang dituju, sasaran yang tertangani dan

kelompok-kelompok yang terlibat didalan pelaksanaan kebijakan tersebut.

1) Kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan kebijakan

Pelaksanaan kebijakan seharusnya sesuai dengan tujuan dibuatnya

kebijakan, namun apa yang terjadi terharap program quick wins pada

administrasi kependudukan ini masih belum berhasil dalam mencapai tujuan

yang di inginkan dalam program tersebut, seperti yang disampaikan oleh

bapak Supryantoro selaku kepala seksi pendaftaran penduduk , berikut

adalah pernyataan yang diberikan oleh I1-1:


91

“belum mencapai target, tujuan utama dari program ini adalah


pembuatan akta kelahiran hanya dalam 5 hari. Namun pada
kenyataannya bisa lebih dari itu, penyebabnya ya karena jaringan
yang sering gangguan dan kurangnya sdm dalam mengatasi
permintaan akta kelahiran .” (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan dari

program tersebut belum berhasil mencapai tujuan yang di inginkan. Hal

senada juga disampaikan oleh kepala seksi pelayanan pencatatan sipil

kepada peneliti, pernyataan dari I1-2 adalah sebagai berikut:

“kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari program
ini juga untuk kepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kami
masih terdapat kekurangan dari segi sdm dan sarana jadi tujuan dari
program quick wins yaitu pembuatan akta kelahiran selama 5 hari
masih belum bisa tercapai.” (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari

program tersebut belum tercapai seratus persen, namun suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil selaku implementor menargetkan untuk

bahwa pembuatan akta kelahiran harus selesai dalam waktu 5 hari. Hal ini

masih dilihat terdapat perbaikan dari proses lamanya pembuatan akta

kelahiran jika dibandingkan sebelum adanya program ini dimana pembuatan

akta kelahiran memakan waktu hingga 30 hari karena masih belum

sempurnanya proses mekanisme pengerjaannya

2) Ketepatan sasaran

Ketepatan sasaran yang dituju merupakan aspek penting dalam

pelaksanaan pelayanan akta kelahiran, apakah selama ini proses


92

pelaksanaannya sudah tepat sasaran, untuk mengetahui ketepatan sasaran

dalam hal proses pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan

akta kelahiran, berikut adalah hasil wawancara dengan I1-1:

“tentu saja tepat sasaran, karena setiap masyarakat diwajibkan


memiliki akta kelahiran. Maka dengan program ini diharapkan kami
dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.”
(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil
Jakarta utara)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan

pelayanan, dalam hal ini pembuatan akta kelahiran, suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil sudah tepat sasaran. Hal senada juga

disampaikan oleh I2-3 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:

“pastinya tepat sasaran soalnya kan semua masyarakat harus punya


akta kelahiran, dan tempat pembuatan akta kelahiran pun sudah
ditentukan penempatannya sehingga jelas untuk siapa kami
melakukan pelayanan.” (wawancara di kantor kecamatan Koja)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan yang

dilakukan sudah tepat sasaran, dikarenakan sebelum melaksanakan

pelayanan, suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil sudah mengetahui

sasaran dalam pelayanannya, misalnya dengan membuka pelayanan akta

kelahiran di rumah sakit dan puskesmas yang ditujukan kepada warga yang

baru saja memiliki anak untuk segera membuat akta kelahiran langsung di

rumah sakit. Hal senada juga dikatakan oleh kepala seksi, pernyataan I1-2

adalah sebagai berikut:

“sudah tepat, kami menjalankan program ini sudah menentukan


tempat tempat yang sekiranya efektif untuk pelayanan akta kelahiran,
misalnya seperti membuka pelayanan di rumah sakit seperti di rumah
93

sakit koja. Disana sudah jelas bahwa sasarannya adalah masyarakat


ang baru mempunyai anak agar segera membuat akta kelahiran”
(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil
Jakarta utara)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, dapat

diketahui bahwa pelaksanaan program quick wins pada administrasi

kependudukan ini sudah tepat pada sasaran karena dalam pelaksanaannya

juga sudah jelas terlihat siapa saja target dari program tersebut.

3) Sasaran yang tertangani

Aspek sasaran yang tertangani dalam pelaksanaan kebijakan

merupakan hal yang berkaitan dengan kegiatan pengawasan setelah sasaran

dari kebijakan tersebut tertangani, untuk mengetahui mengenai sasaran yang

tertangani, peneliti melakukan wawancara bersama I1-1 yaitu sebagai

berikut:

“tentu saja kami tidak melakukan pengawasan, karena akta kelahiran


yang sudah diberikan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya masing
– masing. Tanggung jawab kami hanyalah menjaga data
kependudukan masyarakat agar tetap terjaga dan tidak
disalahgunakan oleh orang lain.” (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa sasaran yang telah

tertangani masih mendapat pengawasan dari pihak dinas sosial, hal senada

juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai

berikut:
94

“tidak ada pengawasan kepada masyarakat, yang kami lakukan


hanyalah menjaga data kependudukan masyarakat tetap terjaga dan
tidak dipergunakan oleh orang lain.” (wawancara di kantor suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Berdasarkan keterangan dari beberapa informan diatas, dapat

diketahui bahwa dalam pelaksanaan program quick wins pada administrasi

kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran tidak ada

pengawasan dalam kepemilikan akta kelahiran, setelah akta kelahiran

diberikan kepada masyarakat hal itu menjadi tanggung jawab masing –

masing dalam menjaganya. Namun suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil menjaga data kependudukan agar tetap aman tersimpan dan

tidak dipergunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

4) Kelompok yang terlibat

Kelompok yang terlibat berkaitan dengan lembaga atau pihak terkait

yang bekerja sama dalam mengimplementasikan program quick wins pada

administrasi kependudukan di suku dinas kependudukan dan pencatatan

sipil Jakarta utara. Mengenai kelompok yang terlibat, peneliti melakukan

wawancara bersama I1-1 yaitu sebagai berikut:

“yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpel
kecamatan, dan dari suku dinas itu sendiri.” (wawancara di kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahu bahwa dalam pelaksanaan

peraturan daerah tersebut dibantu oleh beberapa pihak. Hal serupa juga

disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:


95

“kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalu
satpel kecamatan dan dari suku dinas juga mas (wawancara di kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat

diketahui bahwa dalam mengimplementasikan program quick wins pada

administrasi kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran ini

ada beberapa kelompo-kelompok yang terlibat, diantaranya satpel

kelurahan, satpel kecamatan, dan juga suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil. Berbeda dengan sebelum adanya program ini dimana

belum dibentuknya satuan pelayanan di kecamatan – kecamatan sehingga

proses pembuatan akta kelahiran terpusat di suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil sehingga membuat pelayanan tidak efektif.

No Indikator Temuan Lapangan

3. Input 1. Tujuan dari program belum mencapai


target yang diharapkan
2. Program sudah tepat sasaran
3. Pengawasan hanya dilakukan terhadap
data kependudukan
4. Seluruh elemen Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
terlibat

4. Outcome (Dampak)

Outcome yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdapak nyata

terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan. Untuk

mengetahui dampak yang dihasilkan dari hasil pelaksanaan program

tersebut, maka peneliti melihat dari dampak ada tidaknya tanggapan atau
96

perubahan terhadap kelompok sasaran kebijakan, dan peningkatan

pelaksanaan oleh implementor terhadap peraturan daerah tersebut.

1) Perubahan kelompok sasaran

Dampak perubahan terhadap kelompok sasaran merupakan aspek

penting dalam sebuah hasil pelaksanaan kebijakan, ini karena berkaitan

dengan tujuan dibuatnya kebijakan, apakah dampak tersebut positif atau

negatif. Dampak perubahan kelompok sasaran yang ditimbulkan dari

pelaksanaan peraturan daerah tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara

yang dilakukan peneliti dengan I1-2 yaitu sebagai berikut:

“setelah ada program ini pastinya ada perubahan khususnya dalam


pelayanan akta kelahiran ini, dengan menempatkan satpel kecamatan
dan pelayanan di rumah sakit membuat pelayanan akta lebih tersebar
dan dapat dijangkau masyarakat. Penggunaan sistem online juga
membuat proses penginputan data menjadi semakin mudah dan cepat
sehingga pembuatan akta kelahiran tidak lagi mencapai 30 hari”
(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil
Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat

perubahan terhadap sasaran kebijakan. Hal senada juga disampaikan oleh I1-

1 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:

“setelah pelaksanaan tentu saja ada perubahan, yang paling jelas


adalah dari proses pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya
mencapai 30 hari sekarang paling lambat hanya seminggu saja. Juga
tidak ada lagi penumpukan masyarakat yang ingin membuat akta
kelahiran di suku dinas karena sudah adanya satpel di seluruh
kecamatan. Selain itu terjadi jumlah peningkatan pada jumlah
permintaan pembuatan akta kelahiran, sehingga diharapkan seluruh
masyarakat semakin mengerti akan pentingnya administrasi
kependudukan” (wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara)
97

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat

perubahan terhadap sasaran kebijakan menjadi lebih baik dikarenakan

proses pembuatan akta kelahiran yang semakin lebih cepat dari sebelumnya.

2) Peningkatan pelaksanaan

Dampak dari hasil pelaksanaan kebijakan yang sudah maupun sedang

berjalan adalah mengenai peningkatan pelaksanaan program yang sedang

dijalankan, berikut adalah hasil dari wawancara yang telah dilakukan

dengan I1-1 yang mengatakan bahwa:

“Kalo peningkatan sih jelas ada dari pelayanan akta kelahiran yang
mulai merata sehingga cara bekerja menjadi semakin efektif” (wawancara
di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara bersama kepala seksi pelayanan pendaftaran

penduduk dapat diketahui bahwa upaya peningkatan dalam rangka meng-

efektifkan kegiatan administrasi kependudukan terus dilakukan, peningkatan

memang perlu dilakukan seiring dengan berjalannya waktu mengikuti

bagaimana dinamika keadaan di masyarakat. Disisi lain, pihak dinas suku

dinas kependudukan dan pencatatan sipil pun terus melakukan peningkatan

untuk mewujudkan ketertiban administrasi kependudukan sebagaimana

dinyatakan oleh kepala seksi pelayanan pencatatan sipil yang disampaikan

kepada peneliti, berikut adalah pernyataan dari I1-2:

“peningkatan dalam melaksanakannya tentu saja ada, kami selalu


berikan yang terbaik, ini kan untuk mewujudkan ketertiban
administrasi kependudukan juga, agar tidak ada lagi masyarakat
98

yang tidak mempunyai identitas.” (wawancara di kantor suku dinas


kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Hal senada juga disampaikan oleh I2-1 kepada peneliti, pernyataannya

adalah sebagai berikut:

“ada peningkatan, contohnya dengan membuat satpel di kecamatan


kecamatan dan tidak lagi terpusat di suku dinas supaya pelayanan
akta kelahiran lebih mudah diakses oleh masyarakat. ke depannya
diharapkan pembuatan akta kelahiran bisa dilakukan dimana saja
secara mobile sehingga tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuk
tidak membuat akta kelahiran” (wawancara di kantor kecamatan
tanjung priok)

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat

diketahui bahwa peningkatan terus dilakukan baik oleh suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil, dimana suku dinas membagi satuan

pelayanan ke kecamatan – kecamatan agar pelayanan akta kelahiran

semakin mudah diakses oleh masyarakat dan tidak lagi terpusat di suku

dinas. Ke depannya suku dinas merencanakan untuk membuat pelayanan

akta kelahiran secara mobile sehingga pelayanan bisa diakses dimana saja

dan kapan saja.

No Indikator Temuan Lapangan

4. Outcome 1. Semakin meningkatnya permintaan


pembuatan akta kelahiran
2. Semakin efektifnya pelayanan akta
kelahiran dengan menyebar tempat
pelayanan ke kecamatan - kecamatan
99

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil pelenilitan merupakan isi dari hsil analisis data dan

faktayang peneliti dapatkan dilapangan kemudian disesuaikan dengan teori

yang peneliti gunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teori evaluasi menurut Nurcholis dalam bukunya yang

berjudul Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah yang

menjelasan bahwa evaluasi kebijakan merupakan penilaian secara

menyeluruh terhadap input, proses, output dan outcome. Selanjutnya

berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengenai Program Quick Wins

pada Pelayanan Administrasi Kependudukan ini sudah berjalan dengan

cukup baik namun belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melihat dari aspek

input, proses, output dan outcome. Dimana hasil dari obsevasi dan

wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, peneliti mendapat

data-data sebagai berikut:

1. Input (masukan)

Dimensi input atau masukan dari pelaksanaan program tersebut dapat

diketahui bahwa kapasitas sumberdaya manusia dari suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil sudah dapat dikatakan cukup baik

dimana petugas yang ada sudah paham dan mengerti apa-apa saja tugas

yang harus merka lakukan, namun dari segi jumlah dirasakan masih kurang.

Dari segi satuan pelaksana kecamatan sebagai pelaksana pelayanan

akta kelahiran juga dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya dirasa


100

cukup baik dikarenakan para petugas satuan pelaksana sudah memahami

SOP (Standar Operating Procedure) pelayanan akta kelahiran

menggunakan aplikasi akta kelahiran yang sudah terinstal di komputer. Tapi

dari segi jumlah dirasa kurang karena masih terdapat penumpukan

penumpukan berkas dan masyarakat yang mengantri untuk mendapatkan

pelayanan yang menandakan bahwa jumlah dari petugas atau sumberdaya

manusianya masih kurang.

Kemudian untuk sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan

program ini masih terdapat kekurangan, karena baik komputer maupun

jaringannya kurang mampu mendukung proses pelayanan sehingga

pembuatan akta kelahiran pun menjadi terhambat. Ruang tunggu pun juga

termasuk sarana dan prasarana yang cukup penting dikarenakan ini

berpengaruh terhadap kenyamanan masyarakat. Ruang tunggu di suku dinas

dirasa sudah tidak mencukupi lagi untuk menampung masyarakat yang ingin

melakukan pelayanan administrasi kependudukan, namun di satpel catatan

sipil di kecamatan, ruang tunggu terasa luas dan nyaman hanya saja harus

berbagi dengan bagian pelayanan lainnya.

Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan baik kepada

sasaran kebijakan maupun warga masyarakat agar program yang di

implementasikan diketahui oleh publik, terlebih apabila terdapat pasal yang

mengatur tentang larangan yang ditujukan kepada warga masyarakat.

Sampai saat ini bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh dinas kependudukan

dan pencatatan sipil terkait program ini adalah dengan melakukan


101

penyuluhan ke rumah – rumah hingga ke tempat pelayanan kesehatan

seperti di rumah sakit ataupun puskesmas. Melakukan penyuluhan ke

puskesmas ataupun rumah sakit dianggap efektif dikarenakan hampir semua

peristiwa kelahiran terjadi disana, jadi bisa sekaligus mengingatkan kepada

masyarakat betapa pentingnya akta kelahiran untuk anak anak mereka.

Suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil juga melakukan

sosialisasi dengan pemasangan baliho – baliho di tempat – tempat yang

dianggap strategis, namun pemasangan baliho ini dianggap kurang efektif

karena penempatannya yang tidak terlihat oleh masyarakat sehingga tidak

banyak masyarakat yang mendapatkan informasi terkait program tersebut.

Berdasarkan hasil evaluasi input dari Program Quick Wins pada

Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.

Dari aspek sumber daya manusia dapat dikatakan mencukupi dari segi

kualitas namun tidak mencukupi dari segi kuantitas. Sarana dan prasarana

penunjang jalannya program ini masih memiliki kekurangan yaitu dari segi

fasilitas teknologi penunjang pelayanan akta kelahiran itu sendiri, dimana

kondisi komputer sebagai alat utama tidak berada dalam kondisi yang baik

dan juga jaringan yang sering mengalami gangguan. Dari aspek sosialisasi,

sosialisasi dilakukan oleh pihak suku dinas kependudukan dan pencatatan

sipil dengan cara melakukan penyuluhan secara langsung kepada

masyarakat dan juga melalui baliho baliho yang dipasang di berbagai

tempat.
102

2. Proses

Dimensi proses dalam pelaksanaan program tersebut dapat diketahui

bahwa mekanisme dari program quick wins ini sudah cukup jelas

khususnya dalam pelayanan akta kelahiran, dalam pelaksanaannya pun

sudah mengikuti SOP yang ada, dengan satpel kecamatan sebagai tempat

pelayanan akta kelahiran.

Gambar 4.1
SOP Pelayanan Akta Kelahiran
103
104

Kemudian pelayanan yang diberikan kepada masyarakat berupa

pencatatan administrasi kependudukan yang berupa akta kelahiran, sudah

didukung dengan SOP yang ada hanya saja kondisi sarana dan prasarana

yang ada tidak mendukung pelayanan ini sehingga pelayanan akta kelahiran

menjadi terhambat dan belum bisa mencapai target penyelesaian yang sudah

ditentukan.
105

3. Output (hasil)

Output atau hasil dari pelaksanaan program quick wins pada

pelayanan administrasi kependudukan di suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil Jakarta utara dapat di ketahui bahwa dalam proses

pelaksanaan ini terjadi perbaikan dari sistem pelayanan akta kelahiran yang

sebelum adanya program ini bisa mencapai satu bulan dalam pembuatannya,

sekarang bisa selesai kurang lebih dalam waktu seminggu.

Dengan melakukan pelayanan di rumah sakit pun dapat diketahui

bahwa dari suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil sudah mengetahui

sasaran – sasaran yang dijadikan tujuan yaitu masyarakat yang baru saja

mempunyai anak, dengan sistem jemput bola tersebut maka diharapkan

pelayanan makin maksimal. Sedangkan dalam bentuk pengawasan, suku

dinas kependudukan dan pencatatan sipil tidak akan melakukan pengawasan

terhadap akta kelahiran yang sudah diberikan masyarakat, namun suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil melakukan pengawasan terhadap data

kependudukan yang sudah diberikan agar tidak dipergunakan oleh pihak

yang tidak bertanggungjawab.

4. Outcome (dampak)

Outcome atau dampak nyata yang ditimbukan dari pelaksanaan

program quick wins pada pelayanan administrasi kependudukan ini dapat

diketahui bahwa terdapat peningkatan jumlah akta kelahiran selama

program ini berjalan. Dengan meningkatnya akta kelahiran pada akhirnya


106

juga berguna bagi negara untuk pelaksanaan kebijakan – kebijakan yang

terkait dengan kependudukan.

Gambar 4.2
Grafik pelayanan akta kelahiran

27000
26000
25000
24000
Tingkat Kelahiran
23000
Akta Kelahiran
22000
21000
20000
2013 2014 2015 2016

Sumber : Profil Suku Dinas Jakarta Utara 2013 – 2016

Dampak lain dari pelaksanaan program quick wins pada pelayanan

administrasi kependudukan ini adalah peningkatan pelaksanaan dari suku

dinas kependudukan dan pencatatan sipil dengan adanya penggunaan sistem

informasi pada pelayanan akta kelahiran. Hal ini mengakibatkan terjadinya

perbaikan tingkat pelayanan akta kelahiran kepada masyarakat khusunya

masyarakat Jakarta Utara .

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Nurcholis dengan keempat skema umum penilaian yang telah

dipaparkan diatas, dapat memberikan informasi bahwa dalam pelaksanaan

Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan ini

telah dijalankan dengan baik oleh pihak Suku Dinas Kependudukan dan
107

Pencatatan Sipil Jakarta Utara sebagai implementor walaupun masih belum

optimal.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan lapangan yang telah

dipaparkan pada bab sebelumnya, sehingga penyimpulan akhir mengenai Evaluasi

Program Quick Wins pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta dapat dikatakan cukup optimal meski

masih ditemukan beberapa kekurangan dalam beberapa hal, sehingga memiliki

dampak pada proses pelayanan yang didapatkan oleh masyarakat yang ingin

melakukan administrasi kependudukan khususnya dalam pembuatan akta

kelahiran. Hal tersebut terjadi karena masih terdapat beberapa mekanisme

pelayanan yang kurang optimal saat diberikan. Permasalahan tersebut terjadi

dilihat dari sumber daya manusia pelayanan, sarana dan prasarana, dan sosialisasi

sehingga belum mampu mencapai hasil dari tujuan awal. Dimana yang

menyebabkan atas kurang berhasilannya pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

Pertama, masih minimnya sumber daya manusia yang ada. Terobosan

dengan membuat satuan pelayanan catatan sipil di kecamatan dan di rumah sakit

tidak diimbangi dengan jumlah sumber daya manusia yang ada. Hal ini

menyebabkan terhambatnya proses administrasi sehingga pelayanan menjadi lebih

lambat dari yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun dari segi kualitas sumber

daya manusianya dinilai cukup baik dikarenakan setiap petugas mengerti apa saja

108
109

yang harus dikerjakan oleh mereka sehingga minim terjadinya kesalahan –

kesalahan yang dapat menyebabkan proses administrasi menjadi terhambat.

Kedua, dari segi sarana dan prasarana juga dinilai masih banyak memiliki

kekurangan. Seharusnya sarana dan prasarana dianggap sebagai penunjang yang

sangat penting dalam melakukan proses administrasi. Masih terdapat berbagai

kekurangan dari sarana dan prasarana seperti kondisi komputer yang kurang baik

dan jaringan data yang sering mengalami gangguan ini menyebabkan proses

administrasi kependudukan khususnya pembuatan akta kelahiran menjadi

terganggu. Dikarenakan proses penginputan data dan pencetakan akta kelahiran

dilakukan secara online, sehingga sarana seperti komputer dan jaringan data yang

baik merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan. Selanjutnya terkait dengan

prasarana juga terdapat sedikit kekurangan khususnya di ruang tunggu suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil, ruang tunggu di suku dinas dirasakan sangat

sempit dan tidak nyaman dan tidak sanggup menampung masyarakat yang ingin

melakukan administrasi kependudukan. Hal ini bisa menyebabkan keengganan

masyarakat untuk melakukan administrasi kependudukan karena

ketidaknyamanan saat menunggu prosesnya.

Ketiga, dari segi sosialisasi. Dari segi sosialisasi dalam bentuk penyuluhan

dapat dikatakan cukup berhasil karena dapat langsung disampaikan kepada target

– target sasaran kebijakan. Namun sosialisasi dalam bentuk baliho – baliho

ataupun reklame dianggap kurang tepat dalam penempatan lokasinya. Lokasi

pemasangan baliho – baliho dianggap kurang tepat dikarenakan tidak banyak

masyarakat yang melihat dan membaca isi dari kebijakan tersebut sehingga tidak
110

mendapatkan hasil. Padahal baliho – baliho berfungsi untuk memberikan

sosialisasi secara tidak langsung kepada masyarakat sehingga informasi terkait

program ataupun kebijakan dapat disampaikan secara lebih luas lagi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian, maka

peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan dan

pertimbangan supaya implementasi program quick wins pada pelayanan

administrasi kependudukan dapat berjalan dengan maksimal. Adapun saran

tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Perlu adanya penambahan jumlah petugas pelayanan pencatatan sipil

khususnya dalam akta kelahiran agar tidak ada lagi terjadi penumpukan

berkas berkas kependudukan karena jumlah sumber daya manusia untuk

mengerjakannya tidak mencukupi.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada, khususnya komputer dan

jaringan – jaringan data yang menjadi pilar utama dalam implementasi

program ini. Perlunya juga penambahan komputer ini berbanding lurus

dengan kebutuhan sumber daya manusia yang menggunakannya. Diperlukan

juga petugas yang mengerti tentang maintenance atau perawatan – perawatan

alat – alat ini agar terus berada dalam kondisi baik setiap kali digunakan

untuk proses administrasi kependudukan.


111

3. Dari segi prasarana juga diperlukan perluasan ruang tunggu untuk masyarakat

saat melakukan proses administrasi kependudukan, khususnya ruang tunggu

di suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara.

4. Perlunya penempatan baliho – baliho ataupun papan reklame di tempat –

tempat umum yang lebih strategis agar dapat dilihat oleh banyak masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah
Agustino, Leo. 2008. Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Nugroho D., Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi Implementasi, dan
Evaluasi. Jakarta : Gramedia

Osborne, David dan Gaebler, Ted. 2008. Mewirausahakan Birokrasi (Reiventing


Government). Jakarta : Teruna Gravika

Dunn, N. William. 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, edisi II. Jogjakarta:
Gajah Mada University Press.

Moleong, J.lexi. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda


Karya Remaja

Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik ( Konsep, Teori, dan Aplikasi)
Yogyakarta : Pustaka Belajar

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta
. 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Widodo, Joko. 2001. Good Governance: Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya:
Insan Cendekia
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus.
Yogyakarta : CAPS

x
Dokumen lain

Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


Nomor 13 tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Quick Wins
Undang – Undang No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
Undang – Undang No 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang – Undang
No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Sumber Lain

Setiawati, Ani. 2009. Evaluasi Program Quick Wins di Tingkat Internal Humas
Kepolisian Daerah Banten. Tidak Diterbitkan.

xi
EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADA
KEBIJAKAN PELAYANAN ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN DI SUKU DINAS
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
JAKARTA UTARA

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Disusun oleh:
DIMAS RIAN PAMBUDI
NIM: 6661111343

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
Evaluasi Program Quick Wins Pada Pelayanan Administrasi Kependudukan
di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

Dimas Rian Pambudi

(Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik Tahun 2011)

ABSTRAK

Dimas Rian Pambudi. NIM : 6661111343. SKRIPSI. Evaluasi Program


Quick Wins Pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Program Studi Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.

Quick wins adalah suatu inisiatif yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali
suatu program besar dan sulit dalam waktu kurang dari 12 bulan. Keluaran dari
pelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme kerja atau
produk utama kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang sesuai dengan
peran, tupoksi, dan karakteristik masing – masing. Suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara merupakan unit pelaksana yang ditunjuk untuk
melaksanakan tugas publik di bidang administrasi kependudukan, salah satunya di
pelayanan pembuatan akta kelahiran. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
program quick wins pada pelayanan administrasi kependudukan di suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah kualitatif, yang bertujuan untuk memahami makna yang berada
di balik fakta – fakta. Pemahaman yang mendalam terhadap suatu peristiwa atau
fenomena sosial merupakan hal yang terpenting. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa implementasi program quick wins pada pelayanan administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran masih belum optimal.
Penyebab utamanya adalah masih minimnya sumber daya manusia yang ada,
sarana dan prasarana yang masih banyak memiliki kekurangan, dan sosialisasi
yang masih belum berhasil. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan agar suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara memperbaiki setiap
kekurangan yang ada agar pelayanan semakin optimal.

Kata kunci : administrasi kependudukan, akta kelahiran, evaluasi, quick wins


ABSTRACT

Dimas Rian Pambudi. Student’s Registration Number: 6661111343. THESIS.


Evaluation of Quick Wins Program on Population Administration Service at
North Jakarta Population and Civil Registration Agency. Department of Public
Administration, Faculty of Social and Political Science Sultan Ageng Tirtayasa
University.

Quick wins is an easy and fast-paced initiative that started a big and difficult
program in less than 12 months. The output of the implementation of quick wins is
the improvement of the ministry / institution and local government systems or
working mechanisms or products that are consistent with their roles, tupoksi, and
characteristics. The North Jakarta Population and Civil Registration Office is the
implementation unit which is appointed to carry out public duties in the field of
population administration, one of them in the service of birth certificate making.
This research was conducted to evaluate quick wins program on population
administration service in pupulation and civil registration of north Jakarta. The
research approach used is qualitative, which aims to understand the meaning
behind the facts. A deep understanding of an event or a social phenomenon is the
most important thing. socialization is still not successful. Therefore, the
researcher recommends that the North Jakarta Population and Civil Registration
improve any deficiencies in order to optimize the service.

Keywords: birth certificate, evaluation, population administration, quick wins


“Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan
hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal
kecil dengan cinta yang besar” (bunda Teresa)

Skripsi ini aku persembahkan

untuk Mama, Papa, Mba Riri, Mba Andin, dan Agung.

Terimakasih atas doa dan kasih sayang yang diberikan.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas

rahmat, berkat, karunia, petunjuk, dan pertolongan-Nyalah peneliti dapat

menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Quick Wins

pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara”. Adapun penyusunan

skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat melakukan penelitian dalam meraih

gelar sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pengerjaan proposal skripsi ini tidak

lepas dari dukungan kedua orang tua, keluarga serta sahabat yang membimbing

penulis agar dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan baik. Kiranya

penelitian ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca. Skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran

yang membangun dari para pembaca. Penulis juga ingin mengucapkan banyak

terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberi pengajaran, dorongan serta

bantuan sebagai motivasi bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus selaku dosen

pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan serta dukungan

selama masa perkuliahan.

i
2. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Ibu Arenawati, M.Si selalu Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ibu Dr. Ayuning Budiati, MPPM., selaku Pembimbing I Skripsi.

Terimakasih atas ilmu yang diberikan serta membimbing peneliti dalam

proses penyusunan skripsi.

8. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., selaku pembimbing II

skripsi. Terimakasih atas arahan serta pembelajaran bagi peneliti melalui

bimbingan dengan saran dan kritik yang diberikan selama proses

penyusunan skripsi.

9. Kepada seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

10. Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa

atas segala bantuan informasi selama perkuliahan.

ii
11. Bapak Supryantoro, S.Sos., M.Si., dan Bapak Kartawi, S.Ip., yang telah

memberikan informasi serta data terkait mengenai pelayanan administrasi

kependudukan khususnya pelayanan akta kelahiran di Jakarta Utara.

12. Pihak Lingkungan dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara, dan narasumber yang telah mendukung, memberikan

informasi, serta memberikan izin sehingga dapat melakukan penelitian

dilingkungan Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

13. Kedua orang tuaku tersayang Papa dan Mama terimakasih atas segala doa

dan restunya serta dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti

dalam melakukan penelitian, dan untuk kedua kakakku Mas Lian dan Mas

Frans terimakasih untuk kasih sayang dan dukungannya.

14. Teman-teman Ilmu Administrasi Publik angkatan 2011 yang memberi

kesan, kenangan dan solidaritas selama masa kuliah terkhusus Apis, Eko,

Vergie, Vero, Revi, dan lainnya yang saling mendoakan dan tiada lelah

memberi semangat serta masukan.

15. Keluarga Mahasiswa Katolik Serang Cilegon yang telah mengisi

kehidupan perkuliahanku lebih berwarna dan dekat dengan sang pencipta,

terkhusus untuk Kak Santa Riri Monica Hutapea, Andreas Agus Widodo,

Veronica Puspaningtyas, dan KMK SC angkatan 2011..

16. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini

karena keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala

iii
kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang

Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua, amin.

Serang, Juli 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Identifikasi Dan Batasan Masalah .........................................................9

1.3 Rumusan Masalah ...............................................................................10

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................10

1.5 Manfaat Penelitian ..............................................................................10

1.6 Sistematika Penulisan .........................................................................11

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori ..................................................................................14

2.1.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan ...............................................15

2.1.2 Definisi Kebijakan Publik........................................................24

2.1.3 Proses Kebijakan Publik .........................................................25

2.1.4 Pengertian Quick Wins ...........................................................26

2.1.5 Pelayanan Publik .....................................................................28

v
2.1.6 Administrasi Kependudukan ...................................................35

2.1.7 Akta Kelahiran ........................................................................37

2.2 Penelitian Terdahulu .........................................................................40

2.3 Kerangka Berfikir .............................................................................41

2.4 Asumsi Dasar ....................................................................................44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...................................................46

3.2 Fokus Penelitian ................................................................................48

3.3 Lokasi Penelitian................................................................................49

3.4 Variabel Penelitian ............................................................................50

3.4.1 Definisi Konsep ......................................................................50

3.4.2 Definisi Operasional ...............................................................50

3.5 Instrumen Penelitian .........................................................................52

3.6 Informan Penelitian ...........................................................................54

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..............................................55

3.8 Uji Keabsahan Data ..........................................................................63

3.9 Jadwal Penelitian ..............................................................................65

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian .............................................66

4.1.1 Gambaran Umum Jakarta Utara ................................................66

4.1.2 Gambaran Umum Suku Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara ..................................................69

4.2 Deskripsi Data ...................................................................................72

vi
4.2.1 Daftar Informan Penelitian .....................................................74

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................60

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................61

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .....................................................................................102

5.2 Saran ...............................................................................................104

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................x

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Daftar Informan Wawancara..................................................................67

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara.............................................................................67

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian....................................................................................67

Tabel 4.1 Kecamatan di Jakarta Utara ...................................................................67

Tabel 4.2 Daftar Informan Penelitian.....................................................................67

Tabel 4.3 Data Kepegawaian Seksi Pendaftaran Penduduk Menurut Pendidikan.78

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Grafik Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta ..................................6


Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ..............................................................................44

Gambar 3.1 Analisis Data menurut Miles dan Huberman ....................................64

Gambar 4.1 SOP Pelayanan Akta Kelahiran .........................................................64

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Akta Kelahiran ..................................................64

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Belakangan ini dalam segala aspek yang berhubungan dengan

pemerintahan, reformasi birokrasi menjadi isu yang sangat kuat untuk

direalisasikan. Terlebih lagi, birokrasi pemerintahan Indonesia telah

memeberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kondisi

keterpurukan bangsa Indonesia dalam krisis multidimensi yang

berkepanjangan. Birokrasi yang telah dibangun oleh pemerintah sebelum

era reformasi telah membangun budaya birokrasi yang kental dengan

korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Akan tetapi, pemerintahan pasca reformasi pun tidak menjamin

keberlangsungan reformasi birokrasi terealisasi dengan baik, kurangnya

komitmen pemerintah pasca reformasi terhadap reformasi birokrasi ini

cenderung berbanding lurus dengan kurangnya komitmen pemerintah

terhadap pemberantasan KKN yang telah menjadi permasalahan dalam

birokrasi pemerintahan Indonesia selama ini. Sebagian masyarakat telah

memberikan pandangan negatif terhadap komitmen pemerintah pasca

reformasi terhadap reformasi birokrasi.

Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan

yang sangat luas dan juga merupakan salah satu unsur yang mendorong
2

perubahan kualitas pemerintahan daerah maupun pusat. Dalam kehidupan

bernegara, maka pemerintah memliki fungsi memberikan berbagai

pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan

dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan – pelayanan lain dalam

rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan,

kesehatan, utilitas, dan lainnya. Undang – Undang Dasar 1945

mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap

warga negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu sistem

pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

pelayanan publik. Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 pun secara

tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikannya Negara Republik

Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Selain itu juga diperjelas kembali dalam Undang –

Undang nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, sebagai

kebijakan dan acuan bagi seluruh instansi pelayanan publik dalam

menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas.

Pemerintah sebagai service provider (penyedia jasa) bagi

masyarakat dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.

Apalagi pada era otonomi daerah kualitas dari pelayanan aparatur

pemerintahan akan semakin ditantang untuk lebih optimal, kompeten dan

mampu menjawab tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat, baik dari

segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Pelayanan publik yang

berkualitas merupakan pelayanan yang mampu memberikan kepuasan


3

kepada masyarakat. Hal tersebut dapat diketahui dari 5 dimensi kualitas

pelayanan publik yang menjadi tolak ukur dalam memberikan kepuasan

kepada masyarakat yaitu reliability, responsiveness, assurance, empaty,

dan tangibles.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25

Tahun 2009 menyebutkan definisi pelayanan publik adalah segala kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan maupun pelaksana

ketentuan peraturan perundang – undangan. Penyelenggara pelayanan

publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara langsung

memberikan pelayanan kepada penerima layanan publik. Sedangkan

penerima layanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah

atau badan hukum. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 58 Tahun 2005 mengelompokan tiga jenis pelayana dari instansi

pemerintah serta BUMN/BUMD. Pengelompokan jenis pelayanan tersebut

didasarkan pada ciri – ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang

dihasilkan yaitu, pelayanan administrasi, pelayanan barang, dan pelayanan

jasa.

Pelayanan publik cenderung menjadi konsep yang sering

digunakan oleh banyak pihak, baik dari kalangan praktisi, maupun

ilmuwan, dengan makna yang berbeda – beda. Dalam kehidupan politik,

perbaikan pelayanan publik juga sangat berimplikasi luas khususnya

dalam memperbaiki tingkat kepercayaan kepada pemerintah. Berbagai


4

pelayanan administratif , seperti pelayanan KTP (Kartu Tanda Penduduk),

akte kelahiran, sertifikasi tanah dan perizinan, merupakan sebagian dari

pelayanan yang diselenggarakan untuk menjamin hak dan kebutuhan dasar

warga negara. Pelayanan KTP dan akte kelahiran sangatlah vital dalam

kehidupan warga negara karena keduanya menjamin keberadaan, identitas

warga, dan hak – hak sipil lainnya. Pelayanan seperti itu tentu sangat

penting dan menjadi bagian dari pelayanan publik yang harus

diselenggarakan oleh negara.

Ada beberapa jenis pelayanan publik yang diberikan aparatur

kepada masyarakat, mulai dari urusan akta kelahiran sampai dengan

urusan surat kematian atau yang dikenal dengan istilah catatan sipil.

Catatan sipil juga merupakan suatu catatan yang menyangkut kedudukan

hukum seseorang. Bahwa untuk dijadikan dasar kepastian hukum

seseorang maka data atau catatan penting peristiwa seseorang seperti

perkawinan, perceraian, kelahiran, kematian, pengakuan anak dan

pengesahan anak, maupun perpindahan perlu didadftarkan ke Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Oleh karena Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil adalah suatu lembaga resmi pemerintah yang

menangani hal – hal yang menyangkut peristiwa kependudukan yang

sengaja diadakan oleh pemerintah, dan bertugas untuk mencatat,

mendaftarkan, serta membukukan selengkap mungkin setiap peristiwa

penting bagi status keperdataan seseorang.


5

Dari berbagai pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

tersebut salah satunya adalah pelayanan terhadap kelahiran yaitu

pembuatan akta kelahiran yang mana akta kelahiran itu sendiri menjadi

penting bagi masyarakat karena merupakan bukti kuat dan sah secara

hukum atas kelahiran seseorang, dan juga berguna untuk keperluan

pemiliknya nanti, misalnya sebagai syarat pendaftaran untuk mendaftarkan

diri ke sekolah, dan sebagai bukti yang sah atas legalitas keberadaan sang

pemilik akta kelahiran tersebut. Pentingnya akta kelahiran tersebut tidak

langsung tidak langsung membuat masyarakat merasa harus membuat akta

kelahiran sehingga dibutuhkan juga motivasi dan dorongan yang diberikan

kepada masyarakat tersebut agar mengetahui pentingnya akta kelahiran

dan segera membuat akta tersebut.

Masalah semakin pelik ketika banyak masyarakat yang

menganggap bahwa pelayanan administrasi kependudukan khususnya

dalam pelayanan akta kelahiran dinilai terlalu berbelit – belit, tidak tepat

waktu dan prosedur yang sulit dipahami oleh sebagian masyarakat.

Namun sekarang pemerintah telah mengeluarkan sebuah kebijakan

yang dinamakan quick wins. Quick wins adalah sesuatu inisiatif yang

mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan sulit

dalam waktu yang kurang dari 12 bulan. Quick wins bermanfaat untuk

mendapatkan momentum awal yang positif untuk selanjutnya melakukan

sesuatu yang berat. Sesuatu yang berat itu merupakan inti dari suatu

program besar tersebut. Quick wins untuk setiap kementerian/lembaga dan


6

pemerintah daerah serta untuk tema tertentu dapat berupa organization

quick wins, regulation quick wins, atau human resource quick wins.

Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan

didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untuk

selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan

berkelanjutan. Keluaran dari pelaksanaan quick wins adalah perbaikan

sistem dan mekanisme kerja atau produk utama Kementerian/Lembaga

dan Pemerintah Daerah yang sesuai dengan peran, tupoksi dan

karakteristik masing-masing.

Gambar 1.1

Jumlah Penduduk Jakarta 2014 - 2016

3500000

3000000

2500000 Utara
Barat
2000000
Timur
1500000 Selatan
Pusat
1000000
Kep Seribu
500000

0
2010 2014 2015 2016

Sumber : BPS Provinsi Jakarta


7

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi pertumbuhan

terhadap jumlah penduduk di Jakarta Utara. Hal ini menunjukan bahwa

banyaknya terjadi peristiwa kependudukan baik itu terkait dengan

kelahiran, kematian maupun perpindahan penduduk yang mempengaruhi

jumlah penduduk tiap tahun.

Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

merupakan institusi daerah yang mengatur dan memeberikan pelayanan

kepada masyarakat terkait dengan administrasi kependudukan di Jakarta

Utara. Salah satu pelayanan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil adalah pelayanan pembuatan akta kelahiran, setiap peristiwa

kelahiran yang terjadi di masyarakat Jakarta Utara wajib dilaporkan di

Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil guna mendapatkan akta

kelahiran.

Penerapan kebijakan quick wins di suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil diawali karena banyaknya bentuk pelayanan yang

diberikan tidak memenuhi harapan masyarakat terutama dalam bentuk

pelayanan perpindahan penduduk dan pembuatan akta kelahiran. Hal ini

disebabkan pembuatannya yang dinilai terlalu berbelit dan memakan

waktu yang cukup lama. Oleh karena itu dengan adanya kebijakan quick

wins ini diharapkan pelayanan publik di suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil ini dapat meningkat, misalnya dalam pembuatan akta

kelahiran yang sebelumnya diharuskan membuatnya di kantor suku dinas

dengan membawa surat keterangan dari RT, RW, kelurahan, hingga


8

kecamatan, juga surat keterangan kelahiran dan kartu keluarga, sekarang

dapat dibuat langsung di kecamatan hanya dengan membawa surat

keterangan kelahiran yang bersangkutan. Bahkan saat ini suku dinas sudah

menerapkan sistem jemput bola yaitu dengan cara pembuatan akta

kelahiran di tempat seperti di rumah sakit dan puskesmas. Dengan ini

pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya bisa mencapai 1 bulan lebih

sekarang bisa diselesaikan dalam waktu 5 hari.

Namun pada kenyataannya, proses pelaksanaan program quick

wins tidak berjalan seperti yang diharapkan sebelumnya. Hal ini

dikarenakan banyaknya pelayanan pencatatan sipil yang diberikan kepada

masyarakat belum maksimal. Contohnya dalam pembuatan akta kelahiran

yang tadinya diharapkan bisa selesai dalam waktu 5 hari namun pada

kenyataannya bisa sampai 2 minggu pengerjaannya. Hal ini terkadang

mengecewakan masyarakat yang memberikan ekspetasi yang lebih kepada

program quick wins ini. Dari sisi masyarakat pun masih banyak yang

belum mengetahui manfaat dan dampak dari program ini terhadap proses

pelayanan administrasi kependudukan.

Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti terdapat cukup banyak

hambatan yang menganggu proses pengimplementasian program quick

wins ini. Salah satunya yang paling menonjol adalah sumberdaya manusia,

jumlah dan kualitas pegawai yang memberikan pelayanan terhitung sangat

kurang. Hal ini dilihat dari banyaknya arsip kependudukan masyarakat

yang menumpuk dan belum dikerjakan karena kurangnya jumlah pegawai.


9

Hal senada juga disampaikan oleh pegawai bagian pelayanan bernama

Amirudin, “iya mas, disini arsip penduduk ditumpuk dulu baru dikerjain

soalnya banyak juga arsip yang terus masuk dari masyarakat. Harusnya

sih kalau akte kelahiran bisa selesai dalam waktu seminggu cuman karena

banyaknya arsip yang masuk jadinya ditumpuk dulu baru dikerjakan.”

Dilihat dari pelaksanaannya terdapat berbagai faktor yang dapat

menghambat pelaksanaan program quick wins dan dengan adanya

pemaparan dalam latar belakang ini maka peneliti mengambil judul

penelitian “EVALUASI PROGRAM QUICK WINS PADA KEBIJAKAN

PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI SUKU DINAS

KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL JAKARTA UTARA”.

1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, penulis

mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh suku dinas kependudukan

dan pencatatan sipil terkait program quick wins terhadap pelayanan

administrasi kependudukan

2. Lambatnya pengerjaan akta kelahiran yang tidak sesuai dengan target

pengerjaan yang sudah ditetapkan

3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses administrasi

kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran


10

Selanjutnya, untuk memudahkan peneliti dalam proses kajian penelitian,

maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah penelitian yaitu : Evaluasi

Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan

Khususnya pada Pelayanan Akta Kelahiran di Suku Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara.

1.3.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah menjadi

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

“ Bagaimana Keberhasilan Program Quick Wins pada Kebijakan

Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara? “

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengevaluasi dari Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan

Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Jakarta Utara.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan teori yang ada

khususnya teori mengenai implementasi dan dapat menjadi bahan bacaan

yang bermanfaat dan memberikan wawasan pengetahuan yang luas


11

sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan tambahan

khususnya untuk mata kuliah evaluasi kebijakan publik.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti

dalam hal mempelajari tentang evaluasi kebijakan pada khususnya

serta ilmu pengetahuan lain selama mengikuti program studi ilmu

administrasi publik.

2. Bagi Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan evaluasi

dalam menilai proses implementasi program quick wins.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan

penelitian ini yang bertujuan untuk mempermudah dalam memahami

keseluruhan isi dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika

penulisan penelitian mengenai Evaluasi Program Quick Wins pada

Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara, tersusun atas

sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah yang menggambarkan ruang lingkup serta kedudukan masalah


12

yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif. Kemudian bab ini

membahas identifikasi masalah untuk melihat aspek permasalahan yang

muncul dan berkaitan dengan judul penelitian. Pembatasan dan perumusan

masalah ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan

demi mencapai hasil penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil

penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Tujuan penelitian

mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan

dilaksanakannya penelitian ini terhadap masalah yang telah dirumuskan.

Manfaat penelitian yaitu menjelaskan manfaat teoritis dan praktis yang

berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta sistematika

penulisan yang digunakan untuk mempermudah pembaca mengetahui isi

dari penelitian secara keseluruhan.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Dalam bab II mengkaji berbagai teori yang relevan dengan

permasalahan – permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.

Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara

penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya. Selanjutnya,

kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori

yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan

kesimpulan penelitian sementara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang

digunakan. Ruang lingkup penelitian dan lokasi penelitian. Definisi


13

variable penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian.

Instrumen penelitian yang menjelaskan proses penyusunan dan jenis alat

yang digunakan dalam pengumpulan data. Informan penelitian yang

menjelaskan orang – orang yang terkait dengan penelitian ini. Teknik

pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan

keabsahan datanya. Serta jadwal penelitian yang memaparkan waktu

penelitian ini dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab IV ini akan dijabarkan deskripsi obyek penelitian yang

meliputi lokasi penelitian secara jelas. Mendeskripsikan data yaitu

menjelaskan data yang telah diolah dari data yang masih mentah dengan

menggunakan teknik analisis data yang masih relevan. Selanjutnya data

yang telah dianalisis, peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik

triangulasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Setelah

itu melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan yang dibuat

secara jelas, singkat, dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya,

peneliti memeberikan saran yang memiliki isi berupa tindak lanjut dari

sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis

maupun secara praktis. Saran praktis biasanya lebih operasional sedangkan

pada aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1. Deskripsi Teori

Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat

digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik (William

Wiersma dalam Sugiyono, 2009:52). Selanjutnya, Sitirahayu Haditono (1999),

menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih

banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan fenomena.Suatu teori

dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya

dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa dan

menginterpretasikan secara kritis (Habermas, 1968). Secara umum deskripsi teori

ini menjelaskan berbagai teori yang sesuai dan relevan dengan permasalahan dan

fokus penelitian yang akan diteliti, lalu disusun secara sistematis dan rapi agar

lebih mudah dimengerti. Dengan mempelajari berbagai teori yang sesuai dengan

permasalahan penelitian maka akan terbentuk konsep penelitian yang jelas

sehingga dapat mengarahkan peneliti agar melakukan penelitian yang tepat dan

bagus. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori, pembahasannya perlu dikaitkan

dengan hasil – hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan peneliti yang

akan dilakukan. Selain itu pada bagian ini akan disertakan asumsi dasar peneliti,

14
15

dimana asumsi dasar itu merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan

yang akan diteliti dan akan diuji kebenarannya

2.1.1. Pengertian Evaluasi Kebijakan

Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. Kebijakan harus

diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi

kebijakan”. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan

kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya, sejauh

mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara

harapan dengan kenyataan di lapangan. (Nugroho 2003:183).

Menurut William N Dunn dalam Public Policy Analysis : An Introduction

menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu dari proses ataupun siklus

kebijakan publik setelah perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakan,

dan monitoring atau pengawasan terhadap implementasi kebijakan. Pada

dasarnya, evaluasi kebijakan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dari kebijakan

yang dibuat dan dilaksanakan tersebut telah tercapai atau tidak. Dalam arti yang

spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau

manfaat hasil kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan, tidak lain adalah

mengukur kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan, dan mengukur seberapa

jauh telah terjadi penyimpangan dan ketidakpastian.

Dye (1978:351) , mendefinisikan evaluasi kebijakan sebagai pembelajaran

tentang konsekuensi dari kebijakan publik. Evaluasi kebijakan adalah

pemeriksaan objektif, sistematis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan
16

program publik terhadap efek dari targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Lester dan Stewart dalam Dye, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke

dalam dua tugas yang berbeda.

1) Untuk menentukan konsekuensi – konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh

suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Hal ini merujuk

pada usaha untuk melihat apakah program kebijakan publik mencapai

tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak. Bila tidak, faktor

apakah yang menyebabkannya.

2) Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan

berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal

ini berkaitan dengan penilaian apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak

dalam meraih dampak yang diinginkan.

Dalam proses evaluasi kebijakan, kita harus memperhatikan beberapa

langkah yang menjadi arahan dari evaluasi tersebut, Suchman mengemukakan

enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yakni :

1. Mengidentifikasikan tujuan program yang akan dievaluasi

2. Analisis terhadap masalah

3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan

4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi

5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari

kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain

6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak


17

Secara konseptual ada pandangan yang menyatakan bahwa evaluasi dapat

dilakukan pada seluruh periode kegiatan, artinya dapat dilakukan pada saat

kegiatan belum dilaksanakan, evaluasi pada saat kegiatan berjalan, dan setelah

kegiatan dilaksanakan (Riyadi, 2003:268).

Oleh karena itu berdasarkan pandangan tersebut, evaluasi dapat dibedakan

menjadi :

1. Pra Evaluasi

Yakni evaluasi yang dilakukan pada saat program belum

berjalan/beroperasi pada tahap perencanaan. Evaluasi pada periode

ini biasanya difokuskan pada masalah – masalah persiapan dari

suatu kegiatan. Dapat pula evaluasi itu didasarkan pada hasil –

hasil pelaksanaan kegiatan sebelumnya yang secara substansial

memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Evaluasi pada saat program sedang berjalan

Evaluasi pada periode ini biasanya difokuskan pada penilaian dari

setiap tahap kegiatan yang sudah dilaksanakan, walaupun belum

bisa dilakukan penilaian terhadap keseluruhan proses program.

Dalam prakteknya, evaluasi seperti ini berbentuk seperti laporan

triwulan, semester, atau tahunan (untuk kegiatan jangka

menengah). Pada saat program atau kegiatan tengah berjalan

analisis evaluasi bersumber pada hasil pemantauan yang

dilaksanakan pada tahapan – tahapan kegiatan secara berkelanjutan


18

dan akan memberikan umpan balik untuk perencana dan pelaksana

pembangunan.

3. Evaluasi setelah program selesai atau program berakhir

Evaluasi ini biasa disebut ex post evaluation. Pada evaluasi ini

dilakukan penilaian terhadap seluruh tahapan program yang

dikaitkan dengan tingkat keberhasilannya, sesuai dengan indikator

yang telah ditetapkan dalam rumusan sasaran atau tujuan program.

Gambaran utama evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan

tuntutan – tuntutan yang bersifat evaluatif. Disini pertanyaan

utamanya bukan mengenai fakta (apa yang terjadi?), proses

(bagaiman terjadinya?), atau penyebab (mengapa terjadi?) tetapi

nilai (berapa nilainya?). karena itu evaluasi mempunyai sejumlah

karakteristik yang membedakannya dari metode – metode analisis

kebijakan lainnya.

Berbeda dengan Dunn, Hogwood dalam Abidin (2004) melihat evaluasi

dalam hubungan dengan masyarakat yang diharapkan terjadi sebagai dampak atau

outcomes dari suatu kebijakan. Dampak dari kebijakan tidak selalu sama seperti

yang direncanakan pada awalnya, ini berhubungan dengan ketidakpastian

lingkungan dan kemampuan administrasi dalam melaksanakan suatu kebijakan.

Sementara itu juga perlu disadari bahwa kebijakan pemerintah bukanlah satu –

satunya kekuatan, melainkan hanya salah satu dari sekian banyak kekuatan yang

mempengaruhi perubahan dalam masyarakat.


19

Oleh karena itu, suatu kebijakan tidak boleh merasa cukup sekedar

berakhir hanya pada selesainya pelaksanaan saja, sebelum ada evaluasi akhir atas

dampak yang dihasilkan. Hal ini dapat dipahami mengingat ada perbedaan antara

hasil langsung berupa target yang dihasilkan suatu kebijakan (policy outputs)

dengan dampak yang diharapkan terjadi dalam masyarakat (policy impact).

Karena itu, sekalipun evaluasi mencakup keseluruhan proses kebijakan, fokusnya

adalah penilaian atas dampak atau kinerja (outcomes) suatu kebijakan. Berarti, inti

dari evaluasi kebijakan menurut Hogwood adalah dampak dari kebijakan itu

sendiri, jika kebijakan tersebut berdampak positif, berarti kebijakan bisa dianggap

berhasil begitupun sebaliknya.

Sejalan dengan pendapat Hogwood, Dye mengelompokan dampak atas

lima komponen tersebut :

1) Dampak atas kelompok sasaran atau lingkungan

2) Dampak atas kelompok lain (spillover effects)

3) Dampak atas masa depan

4) Dampak atas biaya langsung

5) Dampak atas biaya tidak langsung

Di dalam analisis kebijakan, evaluasi memiliki beberapa arti penting.

Menurut Dunn (1998) fungsi utama dari evaluasi dalam analisis kebijakan adalah

Pertama, memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai

kinerja kebijakan. Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mengungkapkan


20

seberapa jauh tujuan – tujuan dan sasaran – sasaran telah dicapai yang berkaitan

seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui

tindakan publik.

Kedua, member sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai –

nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan sasaran. Nilai – nilai yang digunakan

sebagai dasar pemilihan tujuan dan sasaran tersebut dapat diperjelas dengan

mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target serta kritik dengan

menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan sasaran dalam hubungan

dengan masalah yang dituju.

Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode – metode

analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan

pada perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada

definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukan

bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan

diganti dengan yang lain.

Untuk menyatakan sebuah kebijakan publik berhasil atau tidak berhasil,

mungkin saja banyak ahli memiliki perbedaan pendapat. Hal ini karena untuk

menyatakan sebuah kebijakan tersebut berhasil atau tidak dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang. Oleh karena itu dalam menghasilkan informasi mengenai

kinerja kebijakan, maka digunakan berbagai kriteria yang berbeda untuk


21

mengevaluasi hasil kebijakan. Menurut Dunn (1998) terdapat enam kriteria yang

dapat digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau tidak berhasil, yaitu :

1) Effectiveness atau keefektifan

Yaitu berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil

yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.

Efektifitas selalu diukur dari kualitas hasil sebuah kebijakan.

2) Efficiency atau efisiensi

Yaitu berkenaan dengan jumlah usaha yang dilakukan untuk

menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi merupakan

hubungan antara efektivitas dan usaha, dan pada akhirnya diukur

berdasarkan biaya yang dikeluarkan per unit kebijakan. Kebijakan

yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil

dinamakan efisien.

3) Adequacy atau kecukupan

Yaitu yang berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat

efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang

menumbuhkan adanya masalah atau dengan kata lain apakah

tingkat pencapaian hasil tepat menyelesaikan masalah yang

dimaksud.

4) Equity atau kesamaan

Yaitu erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan

menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok –

kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang


22

dirancang untuk mendistribusikan pendapatan, kesejahteraan,

kesempatan pendidikan, atau pelayanan publik kadang – kadang

direkomendasikan atas kriteria ini.

5) Responsiveness atau tanggapan

Yaitu berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat

memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai masyarakat.

Pentingnya kriteria ini adalah karena analis yang dapat memuaskan

kriteria yang lainnya masih gagal jika belum menanggapi

kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari

adanya suatu kebijakan.

6) Appropriatness atau ketepatgunaan

Yaitu yang berhubungan dengan rasionalitas substantif, karena

pertanyaan tentang hal ini tidak berkenaan dengan satuan kriteria

individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersamaan. Kriteria ini

merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada

kuatnya asumsi yang melandasi tujuan – tujuan tersebut atau

dengan kata lain adalah apakah hasil yang diinginkan benar – benar

layak atau berharga.

Berbeda dengan Dunn, Nurcholis dalam bukunya Teori dan Praktik

Pemerintahan dan Otonomi Daerah (2007) menyatakan bahwa evaluasi

merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap input, proses, output, dan

outcome dari kebijakan pemerintah daerah. Teori inilah yang menjadi indikator
23

dalam penelitian ini, yang selanjutnya dikembangkan menjadi sub variabel dan

indikatornya seperti yang dijelaskan dibawah ini :

1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan. Untuk

itu dikembangkan instrumen yang meliputi aspek – aspek :

1) Sumber daya manusia

2) Sarana dan prasarana

3) Sosialisasi

2. Proses, yaitu bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam bentuk

pelayanan langsung kepada masyarakat. Proses disini termasuk

didalamnya adalah prosedur, mekanisme, dan sanksi yang berlaku. Untuk

itu dikembangkan instrumen dengan aspek – aspek :

1) Kejelasan

2) Kemudahan

3) Transparansi

4) Kepastian

3. Output, yaitu perwujudan nyata atau hasil dari pelaksanaan kebijakan

publik dan seringkali berupa benda. Output kebijakan dapat diartikan

sebagai apa yang telah dikerjakan oleh pemerintah atau hasil kebijakan

yang biasanya dititikberatkan pada masalah – masalah. Apakah suatu

pelaksanaan kebijakan menghasilkan produk/layanan yang sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan? Untuk itu dikembangkan instrumen dengan aspek

aspek sebagai berikut:

1) Hasil pelayanan
24

2) Mutu pelayanan

4. Outcome, yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyata

terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan atau

konsekuensi yang timbul dari suatu kebijakan. Untuk itu, dikembangkan

instrumen dengan aspek – aspek sebagai berikut:

1) Ada atau tidak perubahan pada target/sasaran

2) Dampak terhadap lingkungan

2.1.2. Definisi Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Thomas R. Dye dalam Subarsono (2009; 2)

adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public

policy is whatever governments choose to do or not to do).

Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu

yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah

ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik.Definisi kebijakan publik

dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik

tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan

publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan

pemerintah.

James Anderson dalam Subarsono (2009; 2) mendefinisikan kebijakan

kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah.Sedangkan

dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik,


25

ketika itu pula pemerintah mengalokasi nilai-nilai kepada masyarakat, karena

setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya (Subarsono, 2009; 3).

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor

mbangunan, seperti kebijakan publik di bidang pendidikan, pertanian, kesehatan,

transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Disamping itu, dilihat dari hirarkinya,

kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Propinsi, Peraturan

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Keputusan Bupati/Walikota.

2.1.3. Proses Kebijakan Publik

Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual

yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis

tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda,

formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian

kebijakan.Sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecasting, rekomendasi

kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat

intelektual.

Anderson dalam Subarsono (2009; 12) menetapkan proses kebijakan

publik sebagai berikut:

a. Formulasi masalah (Problem Formulation):


26

Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah

kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda

pemerintah?

b. Formulasi kebijakan (Policy Formulation):

Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif

untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpartisipasi

dalam formulasi kebijakan?

c. Penentuan kebijakan (Policy Adoption):

Bagaimana alternatif ditetapkan? Persyaratan atau kriteria seperti apa

yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan?

Bagaiman proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi

dari kebijakan yang telah ditetapkan?

d. Implementasi (Implementation):

Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka

kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?

e. Evaluasi (Evaluation):

Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur?Siapa

yang mengevaluasi kebijakan?Apa konsekuensi dari adanya evaluasi

kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau

pembatalan?
27

2.1.4. Pengertian Quick Wins

Quick wins adalah sebuah reformasi birokrasi yang menuntut perbaikan

sistem dan mekanisme kerja atau produk utama sebuah kementerian/lembaga dan

pemerintah daerah sesuai dengan peran, tupoksi, dan karakteristik masing –

masing. Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi No.13 tahun 2011, quick wins merupakan suatu inisiatif yang

mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program yang besar dan sulit.

Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang positif dan

kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang berat. Sesuatu yang

berat ini merupakan inti dari suatu program besar tersebut. Quick wins untuk

setiap kementerian/lembaga dan pemerintah daerah serta untuk tema tertentu

dapat berupa organization quick wins, regulation quick wins, dan human resource

quick wins.

Berikut adalah kriteria quick wins menurut Peraturan Menteri

Pemeberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.13 tahun 2011 :

1) Berasal dari program – program reformasi birokrasi, yang

terdapat dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014.

2) Merupakan bagian utama (core business) dari peran, tugas,

fungsi, dan karakteristik kementerian/lembaga dan pemerintah

daerah yang bersangkutan.


28

3) Memberikan dampak perbaikan yang besar dan dapat dirasakan

oleh para pemangku kepentingan eksternal dan internal

kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

4) Memberikan sebuah aktivitas nyata dan dirasakan manfaatnya

secara cepat oleh para pemangku kepentingan eksternal dan

internal kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

Penerapan quick wins di suku dinas kependudukan dan catatan sipil berupa

sebuah pelayanan cepat yang diberikan untuk masyarakat. Hal ini disebabkan

banyaknya keluhan dari masyarakat terkait dengan lambatnya pelayanan yang

diberikan oleh suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil. Dengan adanya

quick wins pelayanan seperti akta kelahiran yang sebelumnya memakan waktu

hingga satu bulan, sekarang bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari seminggu.

2.1.5. Pelayanan Publik

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan luan orang

atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan

aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.Sebagaimana telah dikemukakan

terdahulu bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada

masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk

melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi

mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik


29

berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan

profesional.

Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik tadi adalah

merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi

masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services)

oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga

negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan umum oleh

Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan

pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah

dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan

atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan publik dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian

layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang

telah ditetapkan.Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu

perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin

baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat (Thoha

dalam Widodo, 2001). Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang

menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan,

keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan


30

semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh

pemerintahnya.

Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, birokrasi publik

harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana,

transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat

membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan

masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri (Effendi dalam

Widodo, 2001). Arah pembangunan kualitas manusia tadi adalah memberdayakan

kapasitas manusia dalam arti menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan krativitasnya untuk

mengatur dan menentukan masa depannya sendiri.

Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan

oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur

pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut :

a. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan

dan sasaran.

b. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan

secara mudah,cepat, tepat, tidak berbelit – belit, mudah dipahami, dan

mudah dilaksanakan oleh masyarakat.

c. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan adanya kejelasan

dan kepastian terkait dengan prosedur, persyaratan pelayanan, unit kerja,

tarif, dan jadwal waktu.


31

d. Keterbukaan, berkaitan dengan informasi yang harus diberikan kepada

masyarakat.

e. Efisiensi, adanya keterpaduan antara pencapaian tujuan dengan

persyaratan pelayanan publik yang ada

f. Responsif, lebih mengarah apda daya tanggap dan cepat menanggapi apa

yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang mereka

layani

g. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan,

keinginan masyarakat, senantiasa mengalami tumbuh kembang.

Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis di atas , birokrasi

publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam

memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah

menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan,

berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan

dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik

pragmatis (Thoha dalam Widodo, 2001). Dengan revitalitas birokrasi publik

(terutama aparatur pemerintah daerah) ini, pelayanan publik yang lebih baik dan

profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenangan yang

diberikan kepadanya dapat terwujud.

Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh

pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat

(public service function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi

perlindungan.
32

Hal yang terpenting kemudian adalah sejauh mana pemerintah dapat

mengelola fungsi-fungsi tersebut agar dapat menghasilkan barang dan jasa

(pelayanan) yang ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh

masyarakat yang membutuhkannya. Selain itu, pemerintah dituntut untuk

menerapkan prinsip equity dalam menjalankan fungsi-fungsi tadi. Artinya

pelayanan pemerintah tidak boleh diberikan secara diskriminatif. Pelayanan

diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua

warga masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan-pelayanan tersebut

sesuai dengan peraturan.

Meskipun pemerintah mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana di atas,

namun tidak berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai monopolist dalam

pelaksanaan seluruh fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian dari fungsi tadi bisa

menjadi bidang tugas yang pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada pihak

swasta ataupun dengan menggunakan pola kemitraan (partnership), antara

pemerintah dengan swasta untuk mengadakannya. Pola kerjasama antara

pemerintah dengan swasta dalam memberikan berbagai pelayanan kepada

masyarakat tersebut sejalan dengan gagasan reinventing government yang

dikembangkan Osborne dan Gaebler (2008).

Namun dalam kaitannya dengan sifat barang privat dan barang publik

murni, maka pemerintah adalah satu-satunya pihak yang berkewajiban

menyediakan barang publik murni, khususnya barang publik yang bernama rules

atau aturan (kebijakan publik). Barang publik murni yang berupa aturan tersebut

tidak pernah dan tidak boleh diserahkan penyediaannya kepada swasta. Karena
33

bila hal itu dilakukan maka di dalam aturan tersebut akan melekat kepentingan-

kepentingan swasta yang membuat aturan, sehingga aturan menjadi penuh dengan

vested interest dan menjadi tidak adil (unfair rule). Karena itu peran pemerintah

yang akan tetap melekat di sepanjang keberadaannya adalah sebagai penyedia

barang publik dan sebagai pelayan publik murni yang bernama aturan.

Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat

sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayan

masyarakat. Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum

(public services) sangat strategis karena akan sangat menentukan sejauhmana

pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat,

yang dengan demikian akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan

perannya dengan baik sesuai tujuan.

Dipandang dari sudut ekonomi, pelayanan merupakan salah satu alat

pemuas kebutuhan manusia sebagaimana halnya dengan barang. Namun

pelayanan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari barang. Salah satu

yang membedakannya dengan barang, sebagaimana dikemukakan oleh Gasperz

(1994), adalah outputnya yang tidak berbentuk (intangible output), tidak standar,

serta tidak dapat disimpan dalam inventori melainkan langsung dapat dikonsumsi

pada saat produksi.

Karakteristik pelayanan sebagaimana yang dikemukakan Gasperz tadi

secara jelas membedakan pelayanan dengan barang, meskipun sebenarnya

keduanya merupakan alat pemuas kebutuhan. Sebagai suatu produk yang


34

intangible, pelayanan memiliki dimensi yang berbeda dengan barang yang bersifat

tangible. Produk akhir pelayanan tidak memiliki karakteristik fisik sebagaimana

yang dimiliki oleh barang. Produk akhir pelayanan sangat tergantung dari proses

interaksi yang terjadi antara layanan dengan konsumen.

Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum

adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik,

mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan

kepada publik (publik=umum). Senada dengan itu, Moenir (1992) mengemukakan

bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan

metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan

haknya. Dalam versi pemerintah, definisi pelayanan publik dikemukakan dalam

Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun

1993, yaitu segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah

di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik

dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam buku Delivering Quality Services karangan Zeithaml, Valarie A.

(et.al), 1990, yang membahas tentang bagaimana tanggapan dan harapan

masyarakat pelanggan terhadap pelayanan yang mereka terima, baik berupa

barang maupun jasa. Dalam hal ini memang yang menjadi tujuan pelayanan

publik pada umumnya adalah bagaimana mempersiapkan pelayanan publik


35

tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik, dan bagaimana

menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya yang mereka

inginkan dan cara mengaksesnya yang direncanakan dan disediakan oleh

pemerintah.

Kemudian, untuk tujuan tersebut diperinci sebagai berikut :

a. Menentukan pelayanan publik yang akan disediakan, apa saja macamnya.

b. Memperlakukan pengguna pelayanan sebagai customers

c. Berusaha memuaskan pengguna pelayanan, sesuai dengan yang diinginkan

mereka.

d. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas.

e. Menyediakan cara – cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan lain.

2.1.6. Administrasi Kependudukan

Menurut Undang – undang No.23 Tahun 2006 Administrasi

kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam

penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,

pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta

pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa

penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap

kejadian/peristiwa penting yang dialami (seperti kelahiran, kematian, dan

perkawinan) akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu


36

Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat kependudukan lain

yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status tinggal terbatas

menjadi tinggal tetap.

Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi

pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang

dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Dokumen

kependudukan pada dasarnya meliputi :

a. Biodata Kependudukan

b. Kartu Keluarga (KK)

c. Kartu Tanda Penduduk (KTP)

d. Surat Keterangan Kependudukan

e. Akta Pencatatan Sipil

Surat Keterangan Kependudukan meliputi surat surat sebagai berikut :

a. Surat Keterangan Pindah

b. Surat Keterangan Pindah Datang

c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri

d. Surat Keterangan Pindah dari Luar Negeri

e. Surat Keterangan Tempat Tinggal

f. Surat Keterangan Kelahiran

g. Surat Keterangan Lahir Mati

h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan

i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian


37

j. Surat Keterangan Kematian

k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak

l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia

m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas

n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil

Pelayanan pencatatan sipil meliputi pencatatan peristiwa penting, yaitu:

a. Kelahiran

b. Kematian

c. Lahir mati

d. Perkawinan

e. Perceraian

f. Pengakuan anak

g. Pengesahan anak

h. Perubahan nama

i. Perubahan status kewarganegaraan

j. Pembatalan perkawinan

k. Pembatalan perceraian

l. Peristiwa penting lainnya

2.1.7. Akta Kelahiran

Akta sangatlah penting artinya karena dalam peristiwa penting seperti

kelahiran, perkawinan, perceraian disebutkan membawa akibat hukum

bagi kehidupan yang bersangkutan dan juga terhadap orang lain atau pihak
38

ketiga. Dengan adanya akta maka akan membawa kejelasan dan kepastian

sesuatu hal secara mudah.

Akta kelahiran adalah identitas diri anak yang wajib diberikan sejak

kelahirannya, akta kelahiran dicatat dan disimpan di kantor kependudukan

dan pencatatan sipil. Akta kelahiran mempunyai arti yang penting bagi diri

seorang anak, tentang kepastian hukum si anak itu sendiri. Mengenai

pelaporan kelahiran, diatur dalam Undang – Undang no.24 tahun 2013

tentang Administrasi Kependudukan, pasal 27 yang menyebutkan bahwa;

1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi

pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60

(enam puluh) hari

2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat

pencatatan sipil mencatat pada register Akta Kelahiran dan

menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Adapun syarat untuk memperoleh akta kelahiran adalah :

a. Surat keterangan kelahiran dari dokter/bidan/penolong kelahiran

b. Nama dan identitas saksi kelahiran

c. KK orang tua

d. KTP orang tua

e. Kutipan Akta Nikah/Akta Perkawinan orang tua

Pencatatan peristiwa kelahiran dilakukan dengan memperhatikan :


39

a. Tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI (Warga Negara

Indonesia)

b. Di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI

c. Tempat domisili ibunya bagi WNA (Warga Negara Asing)

d. Di luar tempat domisili ibunya bagi WNA

e. WNA pemegang izin kunjungan

f. Anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang

tuanya

Akta kelahiran dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

1) Akta Kelahiran Umum

Akta kelahiran umum adalah akta kelahiran yang diterbitkan

berdasarkan laporan kelahiran yang disampaikan dalam waktu

yang ditentukan oleh perundang – undangan, yakni 60 (enam

puluh) hari kerja sejak peristiwa kelahiran untuk semua golongan,

kecuali WNA selama 10 hari kerja. Inti dari akta kelahiran umum

adalah disampaikan dalam 60 hari sejak kelahiran.

2) Akta kelahiran istimewa adalah akta kelahiran yang diterbitkan

berdasarkan laporan kelahiran yang disampaikan setelah melewati

batas pelaporan yang ditentukan oleh undang – undang. Batas

waktu yang dilampau adalah 60 (enam puluh) hari.

3) Akta kelahiran luar biasa adalah akta kelahiran yang diterbitkan

oleh kantor catatan sipil pada zaman revolusi antara 1 Mei 1940
40

sampai 31 Desember 1949 dan kelahiran tersebut tidak di wilayah

kantor catatan sipil setempat.

4) Akta kelahiran tambahan merupakan akta kelahiran yang

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang terhadap orang yang

lahir pada tanggal 1 Januari 1967 s.d. 31 Maret 1983, yang tunduk

pada Stb. 1920 No.751 jo. 1927 No. 564 dan Stb. 1933 No.75

jo.1936 No.607.

2.2. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian terdahulu dengan judul “Evaluasi Program Quick

Wins di Tingkat Internal Humas Kepolisian Daerah Banten” oleh Ani Setiawati

dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tanggapan

publik Internal dan tingkat keberhasilan Humas dalam menjalankan program

Quick Wins.Berdasarkan latar belakang yang memuat beberapa permasalahan

diantaranya mengenai tingkat keberhasilan dan tanggapan publik internal

mengenai program tersebut.

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode studi audit humas. Studi

audit humas lebih merujuk kepada metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif yang mana peneliti hanya menggambarkan, meringkaskan

berbagai kondisi, situasi, atau variabel. Penelitian ini tidak hanya menggambarkan
41

atau menjelaskan masalah – masalah yang diteliti sesuai dengan fakta, tetapi juga

didukung oleh data data yang diperoleh dari hasil angket dengan publik internal.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanggapan internal

mengenai berjalannya program dinilai cukup baik terkait dengan hasil yang

diberikan oleh para responden. Begitupun pula dengan tingkat keberhasilan

program yang dinilai cukup berhasil dibuktikan dengan adanya kesenjangan

antara nilai ideal dengan nilai aktual.

2.3. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti dalam sebuah

penelitian dalam menjelaskan fenomena – fenomena atau permasalahan –

permasalahan yang terjadi di dalam penelitian ini.

Tingkat pertumbuhan penduduk Jakarta Utara yang selalu dinamis

menunjukan bahwa banyaknya terjadi peristiwa kependudukan yang terjadi di

Jakarta Utara, sehingga keberadaan Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil sangat berperan penting dalam memberikan pelayanan administrasi

kependudukan terhadap seluruh masyarakat Jakarta Utara.

Pelayanan administrasi kependudukan pada hakekatnya adalah pelayanan

kepada masyarakat, bukanlah diadakan untuk melayani diri sendiri tetapi

melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota masyarakat mengembangkan kemampuan demi mencapai tujuan

bersama. Oleh karena itu suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil selaku
42

birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan

baik dan profesional.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi mencanangkan program quick wins yang bertujuan

memaksimalkan segala bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Dengan adanya quick wins diharapkan segala bentuk pelayanan administrasi

kependudukan dapat berjalan dengan lebih maksimal sesuai dengan tujuan yang

dicaangkan dalam program quick wins.


43

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di


Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

Masalah :
1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil terkait program quick wins terhadap pelayanan
administrasi kependudukan
2. Lambatnya pengerjaan akta kelahiran yang tidak sesuai dengan target
pengerjaan yang sudah ditetapkan
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang proses administrasi
kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran

.
Evalusi kebijakan Publik menurut Nurcholis (2007:277), dengan indikator
penilaian meliputi :

1. Input (meliputi sumber daya manusia, operasional, sarana dan prasarana,


sosialisasi pelaksanaan kebijakan
2. Proses (meliputi kejelasan mekanisme, kepastian, penertiban, dan
keefektifan dalam pelaksanaan kebijakan.)
3. Output (meliputi hasil dari pelaksanaan kebjiakan, kesesuaian
pelaksanaan dengan tujuan yang ditetapkan, tepat tidaknya sasaran yang
dituju, sasaran yang tertangani, dan kelompok yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan.)
4. Outcome (meliputi apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdampak nyata
terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan, meliputi
perubahan atau perbaikan, peningkatan, dan dampak positif terhadap
implementor yang terlibat didalamnya.)

Hasil penelitian :
Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan, sebagai bahan
rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan mendatang.
44

2.4.Asumsi Dasar

Berdasarkan alur kerangka berfikir di atas kita dapat melihat bahwa dalam

penelitian ini, peneliti berusaha untuk sedikit menilai bagaimana hasil dari

pelaksanaan program quick wins pada administrasi kependudukan di suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara melalui model evaluasi kebijakan

dari Nurcholis. Menurut Nurcholis (2005) terdapat 4 (empat) kriteria yang dapat

digunakan dalam menilai sebuah kebijakan. Sehingga dalam evaluasi tersebut

peneliti menggunakan 4 indikator sebagai instrumen analisis penelitian, 4

indikator tersebut adalah input, proses, output, dan outcome.

Keempat indikator tersebut diterapkan dalam pelaksanaan penelitian di

locus studi kasus penelitian, yaitu di suku dinas kependudukan dan pencatatan

sipil Jakarta utara. Dari hasil tersebut peneliti bisa melihat dan menilai seberapa

jauh pelaksanaan program tersebut dalam mengatur administrasi kependudukan di

Jakarta utara. Sebagai feedback dari hasil evaluasi terhadap program tersebut,

maka peneliti akan membuat sebuah kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan

hasil penelitian.

Dalam kesimpulan tersebut penelitian akan menyampaikan hasil dari

pelaksanaan program tersebut, kemudian memberikan saran sebagai rekomendasi

terhadap pilihan lain dari kebijakan yang bisa dibuat dalam rangka evaluasi yang

bersifat melengkapi untuk program tersebut. Dalam penelitian ini berasumsi


45

bahwa pelaksanaan Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi

Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

belum maksimal
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metode peneiltian merupkan tahapan yang penting dalam sebuah proses

dan kegiatan penelitian. Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek

atau subjek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini,

subjek yang menjadi tujuan dapat dipahami lebih mendalam sehingga data yang

dikumpulkan adalah data yang akurat, objektif, valid, dan realiable.

Metode penelitian merupakan totalitas cara untuk meneliti dan

menemukan kebenaran. Karena metode penelitian memiliki standar – standar

yang objektif dan ilmiah sebagai suatu dasar bagi penelitian yang digunakan

penliti untuk menginterpretasikan data dan membuat kesimpulan sehingga dapat

disimpulkan bahwa metode penelitian sebagai keseluruhan proses dari kajian atau

penelitian.

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sugiyono (2009:2) yaitu pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu. Dalam pengertian yang luas Sugiyono menjelaskan bahwa metode

penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid,

dengan tujuan untuk dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu

46
47

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:4) mengemukakan bahwa

metodologi penelitian deskriptif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang

atau perilaku yang diamati.Menurut Denzim dan Lincoln (1987) dalam

Moleong (2007:5) Penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan

latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan bebagai metode yang ada. Dari segi

pengertian ini, peneliti kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan

wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan

perasaan dan perilaku individu ataupun sekelompok orang.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong

(2007:6) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untukmemahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian, secaraholistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Pendekatan kualitatif dipergunakakan karena untuk meneliti kondisi

objekyang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis


48

data bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada

makna dari pada generalisasi. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada

proses dari pada produk atau outcome dan juga digunakan untuk

mendapatkan data yang mendalam, suatudata yang mengandung makna.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sesuatu hal seperti apa adanya

(kenyataan di lapangan). Penelitian kualitatif juga lebih tertarik pada

dinamika terjadinya proses atau peristiwa yang melatar belakangi

terjadinya suatu hasil tertentu. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah

untuk memahami makna yang berada di balik fakta-fakta. Pemahaman yang

mendalam terhadap suatu peristiwaatau fenomena sosial merupakan hal yang

terpenting.

Dalam pendekatan kualitatif data yang dihasilkan berbentuk kata,

kalimat dan gambar untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang

terjadi dengan mendeskripsikan fenomena yang sesuai dengan masalah

dan unit yang diteliti.Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti

bermaksud untuk menggambarkan permasalahan yang ada terkait Evaluasi

Program Quick Wins Pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.

3.2 Fokus Penelitian

Dalam mempertajam penelitian kualitatif, peneliti harus menetapkan

fokus. Spradley dalam Sugiyono (2009:34) menyatakan bahwa “A focused

refer to a single cultural domain or a few related domains”. Maksudnya


49

adalah bahwa fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain

yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus

lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari

situasi sosial (lapangan).

Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara

lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial. Tetapi juga ada keinginan

untuk menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus

penelitian yang diperoleh setelah peneliti melakukan penjelajahan umum.

Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum

menyeluruh yang masih pada tahap permukaan terhadap situasi sosial. Untuk

dapat memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan

fokus penelitian.Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pada Evaluasi

Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins pada

Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara adalah Kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara yang berada di Kecamatan Koja, dan juga tempat pelayanan

akta kelahiran di kantor Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Koja, dan

juga Kecamatan Cilincing.


50

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari

variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

kerangka teori yang digunakan. Konsep yang digunakan dalam

penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan

Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara adalah mengenai Evaluasi.

Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi kebijakan

publik, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang

dilakukan untuk menilai serta membandingkan hasil-hasil pelaksanaan

kegiatan sebuah program atau kebijakan yang telah dicapai, apakah

hasil atau output program tersebut sudah sesuai dengan yang telah

direncanakan (input) secara efektif dan efisien. Sehingga dapat

diperoleh informasi mengenai nilai atau manfaat hasil dari kebijakan

tersebut serta dapat dilakukan perbaikan apabila ada penyimpangan

didalamnya.

3.4.2 Definisi Operasional

Adapun fenomena yang diamati dalam penelitian mengenai

Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi

Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara. Untuk mengamati fenomena tersebut, maka peneliti


51

menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) yang

menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan adalah penilaian secara

menyeluruh terhadap input, proses, output, dan outcome dari kebijakan

pemerintah. Menurut Nurcholis, evaluasi membutuhkan sebuah skema

umum penilaian, yaitu:

1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan

kebijakan, meliputi sumber daya manusia, sarana atau prasarana,

sosialisasi kebijakan.

2. Proses, yaitu bagaimana sebuat kebijakan diwujudkan dalam

bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat, meliputi kejelasan

mekanisme, kepastian, penertiban, dan keefektifan dalam

pelaksanaan kebijakan.

3. Output (hasil), yaitu hasil dari pelaksanaan kebjiakan. Apakah

suatu pelaksanaan kebijakan menghasilkan produk sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan. Output meliputi tepat tidaknya sasaran

yang dituju, sasaran yang tertangani, dan kelompok yang terlibat

dalam pelaksanaan kebijakan.

4. Outcome (dampak), yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan

berdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan

kebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan, peningkatan, dan

dampak positif terhadap implementor yang terlibat didalamnya.


52

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrumen yang

baik harus absah (valid) dan dapat dipercaya (reliable). Instrumen valid

adalah instrument yang dengan tepat mengukur apa yang harus diukur.

Instrumen reliabel bila hasil pengukuran itu bersifat ajek.Pada prinsipnya

meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun

alam. Oleh karenanya, dalam melakukan pengukuran harus ada alat ukur

yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen

penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik

semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2009:102).

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,

karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar

mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang

sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

Metode penelitian yang akan digunakan peneliti adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan

konteks masalah yang dikaji, yaitu Evaluasi Program Quick Wins pada

Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Dalam penelitian

kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian yang akan berinteraksi

secara langsung dengan responden penelitian.


53

Dalam penelitian Evaluasi Program Quick Wins pada Kebijakan

Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara.. Menurut Nasution dalam Sugiyono

(2012:224), peneliti sebaga instrument penelitian selasi untuk penelitian

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala


stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna
atau tidak bagi penelitian,

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua


aspek sehingga dapat mendapatkan ragam data sekaligus

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu


instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap
keseluruhan situasi, kecuali manusia

4. Situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami


dengan pengatahuan semata. Untuk memahaminya kita
perlusering merasakannya, menyelaminya berdasarkan
pengatahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data


yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis
dengansegera untuk menentukan arah pengamatan, untuk
mentesthipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan


berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan
menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh
penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.

7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang


menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari
pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk
mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman
mengenai aspek yang diteliti.
54

3.6 Informan Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:217), dalam penelitian kualitatif, informan

penelitian di ambil secara sampel, pengambilan sampel sumber data

berkaitan dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian.

Teknik pengambilan informan sumber data yang sering digunakan pada

penelitian. kualitatif adalah Purposive dan Snowball.

Dalam mengumpulkan data yang akurat, maka peneliti memilih

informan dengan menggunakan teknik Purposive atau dipilih secara sengaja,

dimana peneliti sudah menentukan siapa saja yang akan diwawancarai

dengan pertimbangan tertentu. Dimana informan tersebut peneliti anggap

sebagai pihak-pihak yang paling mengetahui situasi dan kondisi objek

penelitian. Dalam hal ini yang dijadikan informan oleh peneliti dalam

penelitian Evaluasi Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan di

Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara, antara lain

adalah sebagai berikut:


55

Tabel 3. 1
Daftar Informan Penelitian

No Kategori Informan Kode StatusInforman

Kepala Seksi Pelayanan


1 I1-1 Key Informan
Pendaftaran Penduduk

Kepala Seksi Pelayanan


2 I1-2 Key Informan
Pencatatan Sipil

Kepala Satpel
3 I2-1 – I2-n Key Informan
Kecamatan

Petugas Pelayanan
4 I3-1 – I3-n Secondary Informan
Pencatatan Sipil

5 Masyarakat I4-1 – I4-n Secondary Informan

(Sumber: Peneliti, 2017)

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif tidak ada istilah populasi, tetapi

dinamakan“social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen,

yaitu: tempat(place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi

secara strategis. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan

responden, tetapi dinamakan dengan narasumber, atau partisipan, atau

informan.Sugiyono (2012:224), teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar

data yang ditetapkan.


56

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan/Observasi

Sugiyono (2007:166), mejelaskan bahwa observasi

diklasifikasikanmenjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan cara

yang tidak berperan serta. Observasi berperan serta, pengamat

melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus

menjadi anggota resmi dari dari kelompok yang diamatinya. Namun

observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi

yaitu mengadakan pengamatan. Dalam penelitian ini, teknik observasi

yang digunakan adalah observasi tanpa peran serta. Adanya

keterbatasan waktu menyebabkan peneliti hanya melakukan satu

fungsi observasi yaitu hanya melakukan pengamatan tanpa harus

menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati.

2. Wawancara

Menurut Moleong (2007:186), wawancara merupakan percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapak dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Adapun teknik pengumpulan

data dengan cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara

mendalam (indepth interview) data yang diperoleh terdiri dari kutipan

langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan

pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang

memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian.


57

Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara mendalam.

Ada dua jenis wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu wawancara

terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai

teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya

berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,

2009:138-140)

Agar lebih memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara,

maka pertanyaan yang diajukan tertuang dalam dimensi pertanyaan.

Dimana dimensi pertanyaan tersebut sesuai dengan garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan sesuai dengan konsep yang

dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) yang menjelaskan bahwa evaluasi

kebijakan adalah penilaian secara menyeluruh terhadap input, proses,

output, dan outcome dari kebijakan pemerintah daerah, seperti yang tertera

pada tabel berikut:


58

Table 3.2
Pedoman wawancara

No Dimensi pertanyaan Ketegori informan

Input (masukan) meliputi: 1. Kepala Seksi Pelayanan


1. Sumber daya manusia Pendaftaran Penduduk
2. Sarana atau prasarana 2. Kepala Seksi Pencatatan
3. Sosialisasi kebijakan Sipil
1
3. Satpel Kecamatan
4. Petugas Pelayanan
Pencatatan Sipil
5. Masyarakat
1. Kepala Seksi Pelayanan
Pendaftaran Penduduk
Proses (pelaksanaan) meliputi:
2. Kepala Seksi Pencatatan
1. Kejelasan mekanisme pembinaan
Sipil
2 2. Penertiban dalam pelaksanaan
3. Satpel Kecamatan
kebijakan
4. Petugas Pelayanan
3. Efektif dalam pelaksanaan
Pencatatan Sipil

Output (hasil) 1. Kepala Seksi Pelayanan


1. Kesesuaian pelaksanaan dengan Pendaftaran Penduduk
tujuan kebijakan 2. Kepala Seksi Pencatatan
3 2. Ketepatan sasaran yang dituju Sipil
3. Sasaran yang tertangani 3. Satpel Kecamatan
4. Kelompok yang terlibat dalam 4. Masyarakat
pelaksanaan kebijakan
1. Kepala Seksi Pelayanan
Outcome (dampak)
Pendaftaran Penduduk
1. Dampak yang diterima masyarakat
4 2. Kepala Seksi Pencatatan
2. Peningkatan pelaksanaan peraturan
Sipil
daerah oleh implementator

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen merupakan studi yang digunakan untuk mencari

dan memperoleh data sekunder yang relevan dengan masalah yang


59

diteliti berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan,

peraturan, kebijakan, laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar,

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lainlain. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009:82).

4. Studi Literatur/Pustaka

Studi literatur/kepustakaan merupakan pengumpulan data penelitian

yang diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun jurnal

ilmiah yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian

kualitatif, kegiatan analisis data diperoleh sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun

faktanya analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan

data. Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi

informasi yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan masalah

yang diteliti.

Sugiyono (2009:89) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

degan cara mengorganisasikan kedalam kategori, menjabarkan kedalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana


60

yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah di pahami oeh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai dilapanan. Teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah degan menggunakan

teknik analisa dan kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles

dan Huberman (2009). Menurut kedua tokoh tersebut, bahwa aktivitas

dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dengan

berlangsung secara terus–menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga

sampai tuntas dan datanya jenuh. Selama dalam prosesnya, pengumpulan

data dilakukan tiga kepentingan diantaranya : Reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (verification) yang

apabila digambarkan akan nampak seperti berikut:

Gambar 3.1
Analisis data menurut Miles dan Huberman

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data
Verifikasi Data

Sumber : (Miles dan Huberman, 2009:20)


61

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap

yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan

dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data

dalam suatu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil

suatu penelitian.

Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan

penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji

validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan

sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap

atau menjaring berbagai fenomena informasi atau kondisi di lokasi

penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya,

pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian

kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian

pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan

proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif

dan penelitian kualitatif.

Pengumpulan data dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti

dalam upaya mengumpulkan sejumlah informasi dilapangan yang

diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian

kualitatif), atau untuk menguji hipotesis penelitian (untuk penelitian

kuantitatif).
62

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Selama proses pengompulan data dari berbagai sumber, tentunya

akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama

peneliti berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin

kompleks dan rumit sehingga, apabila tidak segera diolah akan dapat

menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses anlisis data pada tahap ini juga

harus dilakukan. Untuk memperjelas data yang didapatkan dan

mempermudah peneliti dalam pengumpulan data, selanjutnya maka

dilakukan reduksi data.

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema

dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk melaukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan.

3. Penyajian Data (Data Display)


Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif

adalah penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan

sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinana

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam sebuah

penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, tabel, grafik, flow chart, bagan, pictogram, dan sejenisnya.

Namun pada penelitian ini, penyajian data yang peneliti lakukan

adalah bentuk narasi. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Miles dan
63

Hubberman, “the most frequent from display data for qualitative research

data in the past has been narrative test”, yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif (Sugiyono, 2012: 95).

4. Verifikasi (Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti daru hubungan-hubungan,

mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar

dan kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan terus berubah selama proses, pengumpulan data masih terus

berlangsung dan tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila kesimpulan

tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.8 Uji Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2012:267), keabsahan data atau validitas adalah

derajat ketepatan antaradata yang terjadi pada objek penelitian dengan data

yang dapet dilaporkan peneliti. Data dalam penelitian kualitatif dapat

dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti

dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang dteliti.


64

Uji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada (Sugiyono, 2012:273). Terdapat beberapa macam triangulasi,

diantaranya:

b. Triangulasi sumber, yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber

yang berbeda.

c. Triangulasi teknik, yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda.

d. Triangulasi waktu, yaitu mengecek data yang diperoleh di waktu yang

berbeda

Dalam penelitian ini, dikarenakan terbatasnya waktu maka proses uji

keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti hanya menggunakan dua teknik

triangulasi, yakni triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

2. Member Check

Menurut Sugiyono (2012:276) Member Check adalah proses

pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya

adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan

apa yang diberikan oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan valid maka

semakin dipercaya.
65

3.9 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini merupakan tahapan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dalam melakukan penelitian tentang Evaluasi Program Quick Wins

pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara., terhitung persiapan,

pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian. Waktu penelitian diuraikan dalam

waktu bulan dan disajikan dalam bentuk tabel. Rincian jadwal penelitian

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3
Jadwal Penelitian

2017-2018
No. Kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Bimbingan Judul
Penyusunan dan
2 Bimbingan Proposal
Penelitian (Bab 1-3)
3 Seminar Proposal

4 Revisi Proposal
Penelitian
5 Persetujuan Ke
Lapangan
6 Pengumpilan Data
di Lapangan
Proses Analisis Data
7 dan Penyusunan
Bab 4-5
8 Sidang Skripsi
9 Revisi Skripsi
66

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Jakarta Utara

Secara geografis Kota Administrasi Jakarta Utara terletak antara

06-10°-00° Lintang Selatan dan 106°-20°-00° Bujur Timur. Berdasarkan

Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 Tahun 2007

tentang Penataan, Penetapan dan Luas Wilayah Kelurahan di Provinsi DKI

Jakarta, Kota Administrasi Jakarta Utara mempunyai luas daratan 146,66

km² (kilometer persegi) yang membentang dari Barat ke Timur sepanjang

kurang lebih 35 km, menjorok ke darat antara 4 s.d. 10 km. Ketinggian

dari permukaan laut antara 0 s.d. 2 meter dari tempat tertentu berada di

bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa – rawa/

empang air payau.

Wilayah kotamadya Jakarta Utara merupakan pantai beriklim

panas, dengan suhu rata-rata 27° C, curah hujan setiap tahun rata-rata

142,54 mm dengan maksimal curah hujan pada bulan September. Kondisi

wilayah yang merupakan daerah pantai dan tempat bermuaranya 13

(tigabelas) sungai dan 2 (dua) banjir kanal, menyebabkan wilayah ini

merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air

pasang laut.
67

Tabel 4.1
Kecamatan di Jakarta Utara

No Kecamatan Luas Wilayah (Km²)

1 Cilincing 42,68 Km²

2 Koja 11,74 Km²

3 Kelapa Gading 16,12 Km²

4 Tanjung Priok 24,8 Km²

5 Pademangan 11,91 Km²

6 Penjaringan 35,48 Km²

Batas Wilayah

Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara terletak di ujung utara

provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari 6 kecamatan dan 31 kelurahan

dengan kecamatan – kecamatannya adalah Penjaringan, Tanjung Priok,

Koja, Cilincing, Pademangan, dan Kelapa Gading. Sesuai dengan

pembagian Kota Administrasi maka Jakarta Utara mempunyai batas –

batas pemisah dengan Kota Administrasi lainnya, sebagai berikut :

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Tangerang,

Jakarta Pusat dan Jakarta Timur

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Timur dan

Kabupaten Bekasi

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

dan Jakarta Barat


68

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa dan

Kepulauan Seribu

Topografi

Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara sebagian besar terdiri

dari daratan hasil dari pengurukan rawa-rawa yang mempunyai ketinggian

rata-rata 0 s/d 1 diatas permukaan laut terutama kita temukan disepanjang

pantai

Penggunaan Tanah

Luas tanah daratan di Kota Administrasi Jakarta Utara seluas

146,66 km². Dirinci berdasarkanpenggunaan 47,58% untuk perumahan,

15,87% untuk areal industri, 8,89% digunakansebagai perkantoran dan

pergudangan dan sisanya merupakan lahan pertanian, lahan kosong dan

sebagainya. Sementara luas lahan berdasarkan status kepemilikan dapat

dirinci sebagai berikut : status hak milik 13,28%, Hak Guna Bangunan

(HGB) sekitar 29,04%, lainnya masih berstatus Hak Pakai, Hak

Pengelolaan dan non sertifikat.

Iklim

Wilayah Kotamadya Jakarta Utara beriklim panas, suhu rata-rata

sepanjang tahun 27° karena terletak di daerah Khatulistiwa, sehingga

wilayah Jakarta Utara dipengaruhi angina Muson Timur terjadi bulan Mei

s/d Oktober dan Muson Barat sekitar bulan Nopember s/d April. Tinggi

curah hujan rata – rata pertahun sebanyak 2000 mm terjadi maksimal pada

bulan Desember.
69

Geologi

Lapisan tanah yang terbentuk daratan Jakarta adalah batuan endapan (

sediment stone ) yang berasal dari Zaman Ploitocene, yang berada 50 M di

bawah permukaan tanah sekarang ini. Karena batuanya hasil pengendapan

maka sifat batuanya tersebut tidaklah compact (padat), tetapi paremable

(porous), sehingga air tanah terpengaruh oleh air laut.

4.1.2 Gambaran umum Suku dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara

Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan pada bidang administrasi

kependudukan di Jakarta Utara. Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Jakarta Utara berlokasi di wilayah kecamatan Koja di Jl. Berdikari

No.2, Kec. Koja Jakarta Utara. Tugas pokok Suku Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Jakarta Utara adalah melaksanakan pelayanan

administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di wilayah kota

administrasi Jakarta utara.

Fungsi Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil adalah :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas

b. Pelaksana Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku

Dinas
70

c. Pengumpulan, Pengolahan, Penyajian, Pemeliharaan, dan

pemanfaatan data dan informasi kependudukan dalam

lingkup kota administrasi

d. Pelaksana pengawasan dan pengendalian mobilitas

penduduk dalam lingkup kota administrasi.

e. Pelaksana pelayanan administrasi kependudukan termasuk

pelayanan yang bersifat khusus, peristiwa penting, dan

penduduk rentan administrasi kependudukan.

f. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan

pertanggungjawaban penerimaan retribusi dan denda

administrasi pelayanan penduduk dan catatan sipil.

g. Penegakan peraturan perundang – undangan di bidang

administrasi kependudukan dalam lingkup kota

administrasi.

h. Pelaksana pengembangan peran serta masyarakat dalam

administrasi kependudukan.

i. Pelaksana koordinasi administrasi kependudukan pada

lingkup kota administrasi.

j. Pengelola kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas

k. Pelaksanaan pencatatan sipil.

l. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan,

dan perawatan sarana dan prasarana kerja suku dinas.


71

m. Pelaksanaan supervisi dalam pendaftaran penduduk oleh

seksi dinas kependudukan dan catatan sipil kecamatan.

n. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan

suku dinas.

o. Penyiapan bahan laporan Dinas kependudukan dan

Pencatatan Sipil dan Kota Administrasi yang terkait dengan

tugas dan fungsi suku dinas

Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara

dipimpin oleh Kepala Suku Dinas yang membawahi Sub Bagian Tata

Usaha, Seksi Pelayanan Pendaftaran Penduduk, Seksi Pelayanan

Pencatatan Sipil, Seksi Data Informasi dan Pengawasan. Berikut adalah

susunan lengkap struktur organisasi di Suku Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara :

a. Kepala Suku Dinas

b. Sub Bagian Tata Usaha

c. Seksi Pendaftaran Penduduk

d. Seksi Pencatatan Sipil

e. Satuan Pelaksana Kecamatan, yang terdiri dari :

1) Kepala Seksi Kec. Penjaringan

2) Kepala Seksi Kec. Pademangan

3) Kepala Seksi Kec. Tanjung Priok

4) Kepala Seksi Kec. Kelapa Gading


72

5) Kepala Seksi Kec. Koja

6) Kepala Seksi Kec. Cilincing

4.2. Deskripsi Data

Deskripsi data merupakan bagian untuk menjelaskan penelitian yang

telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data,

baik data kualitatif maupun kuantitatif. Peneliti dalam tahap ini akan

melakukan analisis data berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan

peneliti, yang terdiri dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara, Kepala Seksi Kecamatan, Pegawai Pelayanan Catatan Sipil,

dan warga masyarakat yang ada di Jakarta Utara.

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian, yaitu untuk

mengevaluasi penerapan dari Program Quick Wins pada Administrasi

Kependudukan di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta

Utara. Dalam penelitian mengenai Evaluasi Program Quick Wins pada

Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara ,

peneliti menggunakan teori evaluasi menurut Nurcholis yang meliputi:

1. Input, yang meliputi sumber daya manusia, operasional, sarana

dan prasarana, sosialisasi pelaksanaan kebijakan.

2. Proses, yang meliputi kejelasan mekanisme, pelayanan, kepastian,

penertiban, dan keefektifan dalam pelaksanaan kebijakan.

3. Output, yang meliputi hasil dari pelaksanaan kebjiakan,

kesesuaian pelaksanaan dengan ujuan yang ditetapkan, tepat


73

tidaknya sasaran yang dituju, sasaran yang tertangani, dan

kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan.

4. Outcome, meliputi apakah suatu peningkatan, dan dampak positif

terhadap implementor yang terlibat didalamnya, pelaksanaan

kebijakan berdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai

dengan tujuan kebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan.

Kemudian data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata

dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi.

Kata-kata dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama

dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan

menggunakan catatan tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti

gunakan dalam penelitian. Proses pencarian dan pengumpulan data yang

dilakukan peneliti secara investigasi dimana peneliti melakukan wawancara

dengan sejumlah informan yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian

ini, sehingga peneliti mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang

diharapkan.

Data-data yang peneliti dapatkan adalah data yang berkaitan dengan

Implementasi Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Jakarta Utara. Hasil yang diperoleh dari wawancara,

observasi, kemudian dibentuk secara tertulis dengan bentuk pola serta dibuat

kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan

berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan


74

kategorisasi. Dalam menyusun jawaban hasil wawancara, peneliti

memberikan kode-kode sebagai berikut:

1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya untuk menunjukan item pertanyaan.

2. Kode A untuk menunjukan item jawaban.

3. Kode I1,I2, I3untuk menunjukan daftar informan.

4.2.1 Daftar Informan Penelitian

Seperti yang telah peneliti paparkan pada pembahasan sebelumnya

mengenai metode penelitian, bahwa peneliti telah menjelaskan pemilihan

informan dalam penelitian ini, penentuan informan penelitian ditentukan

dengan teknik Purposive atau dipilih secara sengaja, yakni suatu teknik

pengambilan informan dengan penetapan sampel berdasarkan kriteria-

kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan ini adalah

pihak-pihak yang terlibat dan memiliki informasi dalam pelaksanaan

Program Quick Wins pada Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jakarta Utara. Adapun daftar informan yang terlibat dalam penelitian ini

adalah seperti yang dimuat data tabel 4.2 yaitu sebagai berikut:
75

Tabel 4.2

Daftar Informan Penelitian

No Nama Informan Kode Pekerjaan / Jabatan

Kepala seksi pelayanan


1 Supryantoro, S.Sos, M.Si I1-1
pendaftaran penduduk

Kepala seksi pelayanan


2 Kartawi, S.Ip I1-2
pencatatan sipil

Muhammad Syarifuddin, Satpel Kecamatan Tanjung


3 I2-1
S.Sos Priok

4 Agus Triantoro, SE I2-2 Satpel Kecamatan Cilincing

5 Dedi Purnomo, S.Sos I2-3 Satpel Kecamatan Koja


Petugas Pelayanan
6 Irfan Setiawan Amd.Kom I3-1
Pencatatan Sipil
Septiana Trianingsih Petugas Pelayanan
7 I3-2
S.Kom Pencatatan Sipil
Petugas Pelayanan
8 Amiruddin I3-3
Pencatatan Sipil

9 Nadia Devina I4-1 Masyarakat

10 Alfian Suryadi I4-2 Masyarakat

(Sumber: Peneliti, 2018)

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian ke lapangan baik melalui wawancara,

observasi, ataupun dokumentasi kemudian peneliti mendapatkan data-data

dan jawaban yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proses penelitian, dan


76

setelah melakukan reduksi data, maka peneliti akan memaparkan hasil

tersebut dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurcholis,

berikut adalah pemaparan hasil penelitian sesuai dengan fokus penelitian.

1. Input (Masukan)

Dimensi input merupakan masukan-masukan yang diperlukan dalam

pelaksanaan kebijakan. Aspek yang dikembangkan dalam dimensi input

meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana, dan sosialisasi mengenai

kebijakan.

1) Sumber Daya Manusia (SDM)

Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) dalma hal ini adalah pegawai

atau implementor yang melaksanakan Program, berkaitan dengan jumlah

sumber daya manusia yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan dan

bekerja sesuai dengan kompetensinya atau belum, berikut keterangan yang

disampaikan oleh I1-1 pada saat wawancara:

“SDM bisa dibilang kurang mencukupi untuk melayani pembuatan


akta kelahiran, soalnya jumlah pegawai terbatasi juga dengan jumlah
sarana yang tersedia seperti komputer misalnya dan juga kita harus
mengirim pegawai kita ke rumah sakit untuk pelayanan akte kelahiran
secara jemput bola, dari segi kemampuan (kualitas) setiap pegawai
cukup paham dengan SOP (Standard Operating Procedure) yang ada,
kami juga rutin memberikan pelatihan untuk para pegawai agar
semakin paham tugas tugas mereka.” (wawancara di kantor Suku
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sumber daya

manusia yang di miliki oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil dapat dikatakan kurang mencukupi, namun memiliki kemampuan


77

akan melaksanakan tugasnya dalam pembuatan akta kelahiran, sebagaimana

disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:

“berbicara tentang SDM, soal SDM tidak hanya bicara tentang


jumlah saja, namun juga kualitasnya, mampu kaga tuh orang
orangnya dalam melaksanakan tugasnya, menurut saya disini SDM
nya cukup baik, pegawai pelayanan kita semua paham apa yang harus
dikerjakan, ngerti apa-apa aja yang harus mereka lakukan,karena
kami juga mengadakan pelatihan juga.” (wawancara di kantor Suku
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara masih memiliki

kekurangan dari segi jumlah sumber daya manusianya. Sedangkan dari sisi

satpel Kecamatan yang juga merupakan implementor dari program quick

wins pada administrasi kependudukan, berikut keterangan yang disampaikan

oleh I2-1 :

“Kalo SDM di Satpel kecamatan Tanjung Priok saya rasa disini


masih kurang mas karena sering sekali masyarakat mengantri pas
pembuatan akte kelahiran sama surat perpindahan.” (wawancara di
Kecamatan Tanjung Priok)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sumber

daya yang di miliki oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

dalam menjalankan tugasnya sudah dapat dikatakan terpenuhi dalam

menangani masalah-masalah administrasi kependudukan di Jakarta Utara

yang dimana salah satunya adalah masalah mengenai pembuatan akta

kelahiran meskipun masih terdapat kekurangan SDM di beberapa satuan

pelaksana kecamatan sehingga membuat pelayanan akta kelahiran sedikit


78

terlambat, hal ini terdapat perkembangan dibandingkan sebelum diterapkan

program ini dimana belum adanya penempatan petugas pelayanan di

kecamatan – kecamatan sehingga sumberdaya manusia belum mengerti

proses pembuatan akta kelahiran secara online dan belum dibutuhkannya

jumlah sumberdaya manusia secara banyak untuk melaksanakan pelayanan

akta kelahiran.

Tabel 4.3

Data Kepegawaian Seksi Pendaftaran Penduduk

Berdasarkan Pendidikan (PNS dan Non-PNS)

Pendidikan Jumlah

SMA 3

D3 7

S1 12

S2 1

JUMLAH 23

2) Sarana dan Prasarana

Aspek sarana dan prasarana penunjang merupakan aspek yang

dibutuhkan dalam proses pengolahan data, dalam hal ini adalah komputer

dan jaringan, maupun fasilitas seperti kursi dan ruang tunggu untuk

masyarakat. Fasilitas tersebut berupa segala sesuatu yang dibutuhkan dalam

proses pelaksanaan administrasi kependudukan. Berikut adalah data hasil

wawancara peneliti bersama I1-1 :


79

“untuk sarana dan prasarana memang dirasa masih kurang ,apalagi


dengan jumlah komputer yang kurang jadinya menghambat proses
pelayanan. Kalau dengan ruang tunggu disini memang tergolong kecil
karena memang ruang di gedung ini tidak mencukupi lagi (wawancara
di kantor Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta
Utara)

Hasil wawancara bersama petugas kepala satpel catatan sipil diatas

dapat diketahui bahwa untuk melakukan pelayanan administrasi

kependudukan, Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta

Utara sendiri masih kekurangan sarana, hal senada juga di katakan oleh I2-1

sebagai berikut:

“Kalau sarana dan prasarana sih di kecamatan dirasa kurang karena


hanya ada dua komputer buat pengerjaan akte kelahiran dan surat
perpindahan, jadi agak lama jika terdapat banyak masyarakat.
Namun jika dari segi ruang tunggu dirasa cukup luas dan
nyaman”.(wawancara di kantor Kecamatan Tanjung Priok)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara masih memiliki

kekurangan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pelaksanaan

administrasi kependudukan khususnya dalam pembuatan akta kelahiran

3) Sosialisasi

Aspek sosialisasi merupakan proses penyampaian informasi kepada

sasaran kebijakan mengenai Program Quick Wins yang dimplementasikan

ke dalam administrasi kependudukan khususnya kedalam pelayanan akta

kelahiran, bagaimana dengan penjabaran isi peraturan tersebut apakah sudah

cukup jelas dipahami oleh semua pihak terkait untuk diimplementasikan,

berikut adalah wawancara dengan I1-1


80

“Iya sosialisasi terus dilakukan sejak awal dimulainya program ini


mas, khususnya sosialisasi akta kelahiran yang makin dipermudah
pembuatannya ke rumah sakit dan puskesmas puskesmas kecamatan
juga menempatkan spanduk dan baliho di tempat tempat yang
mungkin dilihat orang yang mau membuat akta kelahiran seperti di
rumah sakit, puskesmas, maupun di kecamatan dan kelurahan. Dan
sosialisasi kepada satpel kecamatan beserta pegawai pelayanan kami
lakukan dengan melalui surat edaran dan mengadakan pelatihan
pelatihan. (wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara bersama Kepala seksi pendaftaran penduduk

diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi oleh suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil Jakarta utara dilakukan dengan melakukan sosialisasi ke

rumah sakit dan puskesmas juga dengan pemasangan spanduk dan baliho,

hal senada juga dikatakan oleh I1-2 sebagai berikut:

Sosialisasi sudah kami laksanakan dengan menempatkan petugas


untuk penyuluhan tentang kemudahan pembuatan akta kelahiran ke
rumah sakit dan puskesmas yang ada, bahkan kami juga
menempatkan baliho baliho di berbagai tempat seperti di area
puskesmas maupun kecamatan. (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara).

Selain itu I2-3 juga memberikan pernyataan kepada peneliti terkait

sosialisasi, pernyataannya adalah sebagai berikut:

Pastinya kami melakukan sosialisasi tentunya dengan arahan dari


suku dinas, kalau di satpel kecamatan tugas kami menyampaikan
arahan kepada satpel kelurahan, dan juga menyampaikan kepada
masyarakat langkah dan apa yang harus disiapkan kepada
masyarakat (wawancara di kantor kecamatan Koja)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi kepada

masyarakat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan ke rumah sakit


81

dan puskesmas dan juga memasang baliho di tempat – tempat pelayanan

akta kelahiran seperti di kecamatan - kecamatan. Hal mengenai sosialisasi

dan penempatan baliho di beberapa rumah sakit dan puskesmas juga

disampaikan oleh I4-1 sebagai masyarakat kepada peneliti, pertnyataannya

adalah sebagai berikut:

“Kalo untuk sosialisasi langsung dari catatan sipilnya saya sih


pernah sekilas mendengar di puskesmas, mereka ngejelasin tentang
akta kelahiran gitu disana.kalo baliho gitu sih saya belum pernah liat
mas.” (wawancara di stasiun tanjung priok)

Berdasarkan hasil wawancara bersama beberapa informan dapat

diketahui bahwa proses sosialisasi sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu

dengan diadakannya sosialisasi sampai ke rumah sakit dan puskesmas

sehingga sosialisasi bisa disampaikan langsung kepada masyarakat, tetapi

penempatan baliho sebagai alat sosialisasi dirasa kurang efektif dikarenakan

lokasi yang kurang strategis dan tidak dapat dilihat oleh masyarakat Jakarta

utara secara keseluruhan. Dibandingkan dengan sebelum penerapan program

ini dimana proses sosialisasi hanya sekedar memberikan pemberitahuan

betapa pentingnya akta kelahiran untuk masyarakat.

No Indikator Temuan Lapangan

1. Input 1. Sumber Daya Manusia masih belum


mencukupi namun memiliki kualitas
yang cukup baik
2. Sarana dan Prasarana masih kurang
memadai sehingga menghambat proses
pelayanan
3. Sosialisasi disampaikan langsung
kepada masyarakat sehingga cukup
82

efektif namun sosialisasi melalui


baliho kurang efektif karena lokasi
yang kurang tepat

2. Proses

Proses merupakan bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam

bentuk pelayanan langsung kepada objek kebijakan. Dalam melakukan

penilaian terhadap proses pelaksaaan kebijakan tersebut, maka peneliti

mengembangkannya kedalam beberapa aspek, yaitu kejelasan mekanisme

penarikan, pelayanan, kepastian, penertiban, dan ke-efektifan pelaksanaan

Perda tersebut. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti bersama

informan mengenai penilaian dimensi proses.

1) Kejelasan Mekanisme

Proses pelaksanaan program quick wins pada administrasi

kependudukan diperlukan adanya kejelasan mekanisme dan peraturan yang

jelas dalam proses pelaksanaan kebijakan tersebut, apakah peraturan dan

mekanisme tersebut sudah jelas dan di implementasikan atau belum oleh

petugas, berikut adalah hasil wawancara bersama I1-2 sebagai berikut:

Untuk mekanismenya sendiri sih kami udah punya SOP (Standar


Operating Procedure) nya sendiri mas, yang berisi tentang urutan
pengerjaan dan waktu pengerjaan juga. Jadi petugas pelayanan tidak
akan kebingungan dalam melakukan pekerjaannya (wawancara di
kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pelayanan

Pencatatan Sipil diatas dapat diketahui bahwa mekanisme pelaksanaan


83

pelayanan administrasi kependudukan khususnya akta kelahiran sudah

cukup jelas, hal senada juga disampaikan oleh I3-1 kepada peneliti, berikut

adalah penyataannya:

“mekanismenya sih semua sudah diatur ke dalam SOP jadi


kemungkinan tidak akan ada penyimpangan dalam pelaksanaannya
(wawancara di kantor kecamatan Koja)

Hasil dari pernyataan informan penelitian diatas dapat diketahui

bahwa mekanisme pembuatan akta kelahiran sudah cukup jelas dan sudah

tercantum di dalam SOP (Standar Operating Procedure).

Sementara itu mekanisme pelaksanaan dari sisi satpel kecamatan

sebagaimana disampaikan oleh I2-1, pernyataannya adalah sebagai berikut:

“Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjain
sesuai dengan SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkas
dahulu lalu dilanjutin dengan input data ke komputer gitu mas”
wawancara di kantor kecamatan tanjung priok)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa

mekanisme pelaksanaan pembuatan akta sudah cukup jelas. Pelaksanaannya

mengikuti SOP yang berlaku, dan prosesnya berakhir di pencetakan akta

kelahiran. Hal tersebut disampaikan oleh I1-1 kepada peneliti, berikut adalah

penyataannya:

“Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini pun
melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulai
dari pengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir di
pencetakan akta kelahiran”. (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)
84

Berdasarkan hasil dari pernyataan informan penelitian diatas dapat

diketahui bahwa mekanisme proses pelaksanaan program tersebut sudah

jelas tertulis didalam SOP (Standar Operating Procedure) itu sendiri, dan

dalam pelaksanaannya, proses pembuatan akta kelahiran dilakukan oleh

satuan pelaksana pencatatan sipil kecamatan dengan melakukan pengecekan

kelengkapan berkas terlebih dahulu lalu menginput datanya secara online.

Sebelum adanya program ini proses mekanisme pelaksanaan tidak disertai

SOP karena proses pembuatan akta kelahiran dari pendaftaran hingga proses

pencetakan dilakukan secara manual.

2) Pelayanan

Pelayanan merupakan aspek penting dalam pembuatan akta kelahiran,

karena ketika program ini dilakukan kepada sasaran kebijakan maka perlu

adanya pelayanan yang berupa fasilitas atau prasarana yang memadai, dalam

hal ini fasilitas pembuatan akta yang memadai dan juga ruang tunggu untuk

masyarakat yang nyaman. Namun yang terjadi di lapangan, pelayanan yang

dilakukan masih terdapat berbagai keterlambatan sehingga tidak mencapai

tujuan yang maksimal kepada sasaran kebijakan, seperti yang disampaikan

oleh I1-1 sebagai berikut: “kalau pelayanan sudah pasti sudah diberikan

semaksimal mungkin, cuman masih banyak kendala yang bikin pelayanan

jadi terhambat. Misalnya kayak gangguan jaringan ataupun gangguan

terhadap komputer yang ada. (wawancara di kantor Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)


85

Hal senada juga dikatakan oleh I1-2 sebagai berikut:

“pelayanan kalo maksudnya pembuatan akta kelahiran pastinya kami


sudah sebaik mungkin dalam pelaksanaannya, memang masih ada
masalah masalah yang terjadi”. (wawancara di kantor Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pelayanan yang

dilakukan oleh Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta

Utara sudah dilakukan semaksimal mungkin, namun masih terdapat

berbagai kendala di dalam pelaksanaannya seperti jaringan yang bermasalah

dan juga komputer yang terkadang mengalami kerusakan. Jika dibandingkan

pada saat sebelum program ini berjalan, prasarana di suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil sangatlah kurang memuaskan karena

seluruh pelayanan yang dilakukan dipusatkan di suku dinas sehingga terjadi

penumpukan masyarakat yang ingin melakukan administrasi kependudukan.

3) Kepastian

Kepastian merupakan aspek pendukung dalam melakukan

implementasi program ini, kepastian berkaitan dengan waktu pelaksanaan

pembuatan akta kelahiran, berikut adalah hasil wawancara dengan I3-3 yaitu

sebagai berikut: “Pelaksanaan pelayanan akta kelahiran ini tentu saja

dilakukan setiap hari kerja, bahkan kami membuka pelayanan selama

setengah hari pada hari sabtu supaya pelayanan makin maksimal”.

Kemudian hal senada juga sampaikan oleh I1-1 yang mengatakan:

“pastinya pelayanan akta kelahiran ini selalu dilakukan di hari kerja


lalu kami membuka pelayanan juga pada hari sabtu agar semakin
86

banyak masyarakat yang terlayani.” (wawancara di kantor suku dinas


kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil kedua wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

pelayanan akta kelahiran berjalan terus menerus dari senin sampai sabtu

yang menandakan bahwa waktu pelaksanaan program sudah maksimal, hal

tersebut juga didukung oleh I1-2, pernyataannya adalah sebagai berikut:

“supaya pelayanan semakin maksimal selain pada hari kerja, kami


juga melakukan pelayanan administrasi kependudukan pada hari
sabtu namun hanya setengah hari supaya masyarakat yang sekiranya
tidak bisa melakukan administrasi kependudukan pada hari kerja bisa
melaksanakannya di hari sabtu”. (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Hal senada juga dikatakan oleh I2-2, berikut pernyataanya:

“waktu pelayanan akta kelahiran hampir setiap hari kami


melaksanakannya, dari senin sampai jumat pada jam kerja lalu pada
hari sabtu juga namun hanya setengah hari (wawancara di kantor
kecamatan cilincing)

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan beberapa informan diatas,

dapat diketahui bahwa waktu pelaksanaan pelayanan akta kelahiran berjalan

dari hari senin sampai jumat pada jam kerja dan juga hari sabtu selama

setengah hari. Hal ini dirasa cukup efektif dikarenakan waktu pelaksanaan

pelayanan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak mempunyai

waktu untuk membuat akta kelahiran di hari kerja bisa membuat akta

kelahiran pada hari sabtu. Sebelum adanya program ini proses pelayanan

akta kelahiran hanya dilakukan pada hari kerja yaitu hari senin dan jumat,
87

sehingga membuat masyarakat yang bekerja enggan untuk proses

administrasi kependudukan karena tidak bisa izin dari bekerja.

4) Penertiban

Penertiban adalah aspek penting yang harus dilakukan oleh Suku

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terhadap hal-hal yang melanggar

ketentuan yang ada didalam Program tersebut, karena didalam Undang

Undang Administrasi Kependudukan terdapat dua pasal yang berisi larangan

dan sanksi yaitu pada pasal 94, 95a, 95b dan 96 mengenai larangan dan

sanksi. Berikut keterangan mengenai proses penertiban yang didapatkan dari

I1-1 yaitu sebagai berikut:

“untuk sanksi sih kami masih menurut pada UU No.24 tahun 2006, di
undang undang tersebut terdapat berbagai sanksi. Khususnya yang
terkait dengan pungutan liar karena pembuatan akta kelahiran tidak
dipungut biaya, Alhamdulilah sampai sekarang belum ada petugas
pelayanan yang melanggar aturan yang ada.”(wawancara di Kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa sampai saat ini belum

adanya penertiban dikarenakan belum ada terjadinya pelanggaran. Hal

senada juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, berikut adalah

pernyataannya:

“penjatuhan sanksi sih sampai saat ini belum ada karena memang
belum ada petugas pelayanan yang melanggar aturan aturan yang
ada .” (wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan
sipil Jakarta utara)
88

Sementara itu, kepala satuan pelayanan catatan sipil kecamatan pun

mengungkapkan kepada peneliti terkait penertiban sanksi yang tertulis di

dalam undang - undang tersebut, pernyataan yang disampaikan oleh I3-1

kepada peneliti adalah sebagai berikut:

“Kalo di satpel kecamatan sih soal sanksi sudah pasti mengikuti


aturan sanksi yang ada di undang – undang, dan alhamdulilah
sampai sekarang belum ada petugas pelayanan yang diberikan
sanksi.” (wawancara di kantor kecamatan)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sampai saat ini

penertiban yang dilakukan oleh suku dinas kependudukan dan pencatatan

sipil Jakarta utara memang belum dilakukan, dikarenakan memang tidak ada

peraturan yang dilanggar, hal ini menandakan bahwa proses penertiban

berjalan dengan baik. Hal ini berbanding terbalik jika dibandingkan sebelum

adanya program ini dimana masih ada terdapat pungutan – pungutan liar

yang diminta petugas kepada masyarakat untuk mempermudah proses –

proses administrasi kependudukan namun lolos dari proses pengawasan dan

penertiban.

5) Efektivitas

Efektivitas merupakan salah satu aspek penting yang harus di lihat

dalam mengimplementasikan program quick wins pada pelayanan

administrasi kependudukan sebagai implementor sudah efektif atau belum

dalam melaksanakan kebijakan yang dimaksud, berikut adalah pernyataan

dari I1-1:
89

“pastinya efektif, karena terjadi peningkatan dalam proses pelayanan


administrasi kependudukan. Khususnya pada akta kelahiran dengan
adanya program ini proses pelayanannya semakin lebih cepat
dibanding sebelumnya.” (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa kegiatan

administrasi kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran bisa

berjalan lebih efektif. Hal senada juga disampaikan oleh I2-2 kepada peneliti,

berikut pernyataannya:

“tentu saja efektif, karena pembuatan akta kelahiran tidak lagi


memakan waktu yang lama dan proses pengerjaannya semakin mudah
dan simpel” (wawancara di kantor kecamatan cilincing)

Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan

pembinaan yang dilakukan oleh dinas sosial berjalan cukup efektif. Hal

senada juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah

sebagai berikut:

“kalo efektif sih saya rasa efektif, cuma kalo saya bilang berhasil
jadinya terlalu sombong nanti, yang jelas dengan program ini
pelayanan administrasi kependudukan khususnya akta kelahiran
semakin lebih baik.” (wawancara di suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, peneliti dapat

menganalisis bahwa dalam pelaksanaan program quick wins dalam

administrasi kependudukan khususnya pada pelayanan akta kelahiran cukup

efektif karena mengalami peningkatan di berbagai sektor.


90

No Indikator Temuan Lapangan

2. Proses 1. Sudah adanya SOP terkait pelayanan


akta kelahiran
2. Masih adanya masalah terkait sarana
dalam melakukan pelayanan
3. Waktu pelayanan dilakukan selama
senin sampai sabtu
4. Sudah adanya sanksi yang diatur dalam
undang – undang
5. Semakin efektifnya pelaksanaan
pelayanan akta kelahiran

3. Output (Hasil)

Output merupakan hasil dari sebuah pelaksanaan kebijakan, apakah

pelaksanaan kebijakan tersebut menghasilkan keluaran atau produk yang

sesuai dengan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Ada beberapa aspek

dalam dimensi output yaitu kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan

kebijakan, ketepatan sasaran yang dituju, sasaran yang tertangani dan

kelompok-kelompok yang terlibat didalan pelaksanaan kebijakan tersebut.

1) Kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan kebijakan

Pelaksanaan kebijakan seharusnya sesuai dengan tujuan dibuatnya

kebijakan, namun apa yang terjadi terharap program quick wins pada

administrasi kependudukan ini masih belum berhasil dalam mencapai tujuan

yang di inginkan dalam program tersebut, seperti yang disampaikan oleh

bapak Supryantoro selaku kepala seksi pendaftaran penduduk , berikut

adalah pernyataan yang diberikan oleh I1-1:


91

“belum mencapai target, tujuan utama dari program ini adalah


pembuatan akta kelahiran hanya dalam 5 hari. Namun pada
kenyataannya bisa lebih dari itu, penyebabnya ya karena jaringan
yang sering gangguan dan kurangnya sdm dalam mengatasi
permintaan akta kelahiran .” (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan dari

program tersebut belum berhasil mencapai tujuan yang di inginkan. Hal

senada juga disampaikan oleh kepala seksi pelayanan pencatatan sipil

kepada peneliti, pernyataan dari I1-2 adalah sebagai berikut:

“kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari program
ini juga untuk kepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kami
masih terdapat kekurangan dari segi sdm dan sarana jadi tujuan dari
program quick wins yaitu pembuatan akta kelahiran selama 5 hari
masih belum bisa tercapai.” (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari

program tersebut belum tercapai seratus persen, namun suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil selaku implementor menargetkan untuk

bahwa pembuatan akta kelahiran harus selesai dalam waktu 5 hari. Hal ini

masih dilihat terdapat perbaikan dari proses lamanya pembuatan akta

kelahiran jika dibandingkan sebelum adanya program ini dimana pembuatan

akta kelahiran memakan waktu hingga 30 hari karena masih belum

sempurnanya proses mekanisme pengerjaannya

2) Ketepatan sasaran

Ketepatan sasaran yang dituju merupakan aspek penting dalam

pelaksanaan pelayanan akta kelahiran, apakah selama ini proses


92

pelaksanaannya sudah tepat sasaran, untuk mengetahui ketepatan sasaran

dalam hal proses pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan

akta kelahiran, berikut adalah hasil wawancara dengan I1-1:

“tentu saja tepat sasaran, karena setiap masyarakat diwajibkan


memiliki akta kelahiran. Maka dengan program ini diharapkan kami
dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.”
(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil
Jakarta utara)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan

pelayanan, dalam hal ini pembuatan akta kelahiran, suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil sudah tepat sasaran. Hal senada juga

disampaikan oleh I2-3 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:

“pastinya tepat sasaran soalnya kan semua masyarakat harus punya


akta kelahiran, dan tempat pembuatan akta kelahiran pun sudah
ditentukan penempatannya sehingga jelas untuk siapa kami
melakukan pelayanan.” (wawancara di kantor kecamatan Koja)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan yang

dilakukan sudah tepat sasaran, dikarenakan sebelum melaksanakan

pelayanan, suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil sudah mengetahui

sasaran dalam pelayanannya, misalnya dengan membuka pelayanan akta

kelahiran di rumah sakit dan puskesmas yang ditujukan kepada warga yang

baru saja memiliki anak untuk segera membuat akta kelahiran langsung di

rumah sakit. Hal senada juga dikatakan oleh kepala seksi, pernyataan I1-2

adalah sebagai berikut:

“sudah tepat, kami menjalankan program ini sudah menentukan


tempat tempat yang sekiranya efektif untuk pelayanan akta kelahiran,
misalnya seperti membuka pelayanan di rumah sakit seperti di rumah
93

sakit koja. Disana sudah jelas bahwa sasarannya adalah masyarakat


ang baru mempunyai anak agar segera membuat akta kelahiran”
(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil
Jakarta utara)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas, dapat

diketahui bahwa pelaksanaan program quick wins pada administrasi

kependudukan ini sudah tepat pada sasaran karena dalam pelaksanaannya

juga sudah jelas terlihat siapa saja target dari program tersebut.

3) Sasaran yang tertangani

Aspek sasaran yang tertangani dalam pelaksanaan kebijakan

merupakan hal yang berkaitan dengan kegiatan pengawasan setelah sasaran

dari kebijakan tersebut tertangani, untuk mengetahui mengenai sasaran yang

tertangani, peneliti melakukan wawancara bersama I1-1 yaitu sebagai

berikut:

“tentu saja kami tidak melakukan pengawasan, karena akta kelahiran


yang sudah diberikan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya masing
– masing. Tanggung jawab kami hanyalah menjaga data
kependudukan masyarakat agar tetap terjaga dan tidak
disalahgunakan oleh orang lain.” (wawancara di kantor suku dinas
kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa sasaran yang telah

tertangani masih mendapat pengawasan dari pihak dinas sosial, hal senada

juga disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai

berikut:
94

“tidak ada pengawasan kepada masyarakat, yang kami lakukan


hanyalah menjaga data kependudukan masyarakat tetap terjaga dan
tidak dipergunakan oleh orang lain.” (wawancara di kantor suku
dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Berdasarkan keterangan dari beberapa informan diatas, dapat

diketahui bahwa dalam pelaksanaan program quick wins pada administrasi

kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran tidak ada

pengawasan dalam kepemilikan akta kelahiran, setelah akta kelahiran

diberikan kepada masyarakat hal itu menjadi tanggung jawab masing –

masing dalam menjaganya. Namun suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil menjaga data kependudukan agar tetap aman tersimpan dan

tidak dipergunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

4) Kelompok yang terlibat

Kelompok yang terlibat berkaitan dengan lembaga atau pihak terkait

yang bekerja sama dalam mengimplementasikan program quick wins pada

administrasi kependudukan di suku dinas kependudukan dan pencatatan

sipil Jakarta utara. Mengenai kelompok yang terlibat, peneliti melakukan

wawancara bersama I1-1 yaitu sebagai berikut:

“yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpel
kecamatan, dan dari suku dinas itu sendiri.” (wawancara di kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahu bahwa dalam pelaksanaan

peraturan daerah tersebut dibantu oleh beberapa pihak. Hal serupa juga

disampaikan oleh I1-2 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:


95

“kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalu
satpel kecamatan dan dari suku dinas juga mas (wawancara di kantor
suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat

diketahui bahwa dalam mengimplementasikan program quick wins pada

administrasi kependudukan khususnya dalam pelayanan akta kelahiran ini

ada beberapa kelompo-kelompok yang terlibat, diantaranya satpel

kelurahan, satpel kecamatan, dan juga suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil. Berbeda dengan sebelum adanya program ini dimana

belum dibentuknya satuan pelayanan di kecamatan – kecamatan sehingga

proses pembuatan akta kelahiran terpusat di suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil sehingga membuat pelayanan tidak efektif.

No Indikator Temuan Lapangan

3. Input 1. Tujuan dari program belum mencapai


target yang diharapkan
2. Program sudah tepat sasaran
3. Pengawasan hanya dilakukan terhadap
data kependudukan
4. Seluruh elemen Suku Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
terlibat

4. Outcome (Dampak)

Outcome yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan berdapak nyata

terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan. Untuk

mengetahui dampak yang dihasilkan dari hasil pelaksanaan program

tersebut, maka peneliti melihat dari dampak ada tidaknya tanggapan atau
96

perubahan terhadap kelompok sasaran kebijakan, dan peningkatan

pelaksanaan oleh implementor terhadap peraturan daerah tersebut.

1) Perubahan kelompok sasaran

Dampak perubahan terhadap kelompok sasaran merupakan aspek

penting dalam sebuah hasil pelaksanaan kebijakan, ini karena berkaitan

dengan tujuan dibuatnya kebijakan, apakah dampak tersebut positif atau

negatif. Dampak perubahan kelompok sasaran yang ditimbulkan dari

pelaksanaan peraturan daerah tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara

yang dilakukan peneliti dengan I1-2 yaitu sebagai berikut:

“setelah ada program ini pastinya ada perubahan khususnya dalam


pelayanan akta kelahiran ini, dengan menempatkan satpel kecamatan
dan pelayanan di rumah sakit membuat pelayanan akta lebih tersebar
dan dapat dijangkau masyarakat. Penggunaan sistem online juga
membuat proses penginputan data menjadi semakin mudah dan cepat
sehingga pembuatan akta kelahiran tidak lagi mencapai 30 hari”
(wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil
Jakarta utara)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat

perubahan terhadap sasaran kebijakan. Hal senada juga disampaikan oleh I1-

1 kepada peneliti, pernyataannya adalah sebagai berikut:

“setelah pelaksanaan tentu saja ada perubahan, yang paling jelas


adalah dari proses pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya
mencapai 30 hari sekarang paling lambat hanya seminggu saja. Juga
tidak ada lagi penumpukan masyarakat yang ingin membuat akta
kelahiran di suku dinas karena sudah adanya satpel di seluruh
kecamatan. Selain itu terjadi jumlah peningkatan pada jumlah
permintaan pembuatan akta kelahiran, sehingga diharapkan seluruh
masyarakat semakin mengerti akan pentingnya administrasi
kependudukan” (wawancara di kantor suku dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Jakarta utara)
97

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terdapat

perubahan terhadap sasaran kebijakan menjadi lebih baik dikarenakan

proses pembuatan akta kelahiran yang semakin lebih cepat dari sebelumnya.

2) Peningkatan pelaksanaan

Dampak dari hasil pelaksanaan kebijakan yang sudah maupun sedang

berjalan adalah mengenai peningkatan pelaksanaan program yang sedang

dijalankan, berikut adalah hasil dari wawancara yang telah dilakukan

dengan I1-1 yang mengatakan bahwa:

“Kalo peningkatan sih jelas ada dari pelayanan akta kelahiran yang
mulai merata sehingga cara bekerja menjadi semakin efektif” (wawancara
di kantor suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Dari hasil wawancara bersama kepala seksi pelayanan pendaftaran

penduduk dapat diketahui bahwa upaya peningkatan dalam rangka meng-

efektifkan kegiatan administrasi kependudukan terus dilakukan, peningkatan

memang perlu dilakukan seiring dengan berjalannya waktu mengikuti

bagaimana dinamika keadaan di masyarakat. Disisi lain, pihak dinas suku

dinas kependudukan dan pencatatan sipil pun terus melakukan peningkatan

untuk mewujudkan ketertiban administrasi kependudukan sebagaimana

dinyatakan oleh kepala seksi pelayanan pencatatan sipil yang disampaikan

kepada peneliti, berikut adalah pernyataan dari I1-2:

“peningkatan dalam melaksanakannya tentu saja ada, kami selalu


berikan yang terbaik, ini kan untuk mewujudkan ketertiban
administrasi kependudukan juga, agar tidak ada lagi masyarakat
98

yang tidak mempunyai identitas.” (wawancara di kantor suku dinas


kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara)

Hal senada juga disampaikan oleh I2-1 kepada peneliti, pernyataannya

adalah sebagai berikut:

“ada peningkatan, contohnya dengan membuat satpel di kecamatan


kecamatan dan tidak lagi terpusat di suku dinas supaya pelayanan
akta kelahiran lebih mudah diakses oleh masyarakat. ke depannya
diharapkan pembuatan akta kelahiran bisa dilakukan dimana saja
secara mobile sehingga tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuk
tidak membuat akta kelahiran” (wawancara di kantor kecamatan
tanjung priok)

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat

diketahui bahwa peningkatan terus dilakukan baik oleh suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil, dimana suku dinas membagi satuan

pelayanan ke kecamatan – kecamatan agar pelayanan akta kelahiran

semakin mudah diakses oleh masyarakat dan tidak lagi terpusat di suku

dinas. Ke depannya suku dinas merencanakan untuk membuat pelayanan

akta kelahiran secara mobile sehingga pelayanan bisa diakses dimana saja

dan kapan saja.

No Indikator Temuan Lapangan

4. Outcome 1. Semakin meningkatnya permintaan


pembuatan akta kelahiran
2. Semakin efektifnya pelayanan akta
kelahiran dengan menyebar tempat
pelayanan ke kecamatan - kecamatan
99

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil pelenilitan merupakan isi dari hsil analisis data dan

faktayang peneliti dapatkan dilapangan kemudian disesuaikan dengan teori

yang peneliti gunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teori evaluasi menurut Nurcholis dalam bukunya yang

berjudul Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah yang

menjelasan bahwa evaluasi kebijakan merupakan penilaian secara

menyeluruh terhadap input, proses, output dan outcome. Selanjutnya

berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengenai Program Quick Wins

pada Pelayanan Administrasi Kependudukan ini sudah berjalan dengan

cukup baik namun belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan melihat dari aspek

input, proses, output dan outcome. Dimana hasil dari obsevasi dan

wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, peneliti mendapat

data-data sebagai berikut:

1. Input (masukan)

Dimensi input atau masukan dari pelaksanaan program tersebut dapat

diketahui bahwa kapasitas sumberdaya manusia dari suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil sudah dapat dikatakan cukup baik

dimana petugas yang ada sudah paham dan mengerti apa-apa saja tugas

yang harus merka lakukan, namun dari segi jumlah dirasakan masih kurang.

Dari segi satuan pelaksana kecamatan sebagai pelaksana pelayanan

akta kelahiran juga dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya dirasa


100

cukup baik dikarenakan para petugas satuan pelaksana sudah memahami

SOP (Standar Operating Procedure) pelayanan akta kelahiran

menggunakan aplikasi akta kelahiran yang sudah terinstal di komputer. Tapi

dari segi jumlah dirasa kurang karena masih terdapat penumpukan

penumpukan berkas dan masyarakat yang mengantri untuk mendapatkan

pelayanan yang menandakan bahwa jumlah dari petugas atau sumberdaya

manusianya masih kurang.

Kemudian untuk sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan

program ini masih terdapat kekurangan, karena baik komputer maupun

jaringannya kurang mampu mendukung proses pelayanan sehingga

pembuatan akta kelahiran pun menjadi terhambat. Ruang tunggu pun juga

termasuk sarana dan prasarana yang cukup penting dikarenakan ini

berpengaruh terhadap kenyamanan masyarakat. Ruang tunggu di suku dinas

dirasa sudah tidak mencukupi lagi untuk menampung masyarakat yang ingin

melakukan pelayanan administrasi kependudukan, namun di satpel catatan

sipil di kecamatan, ruang tunggu terasa luas dan nyaman hanya saja harus

berbagi dengan bagian pelayanan lainnya.

Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan baik kepada

sasaran kebijakan maupun warga masyarakat agar program yang di

implementasikan diketahui oleh publik, terlebih apabila terdapat pasal yang

mengatur tentang larangan yang ditujukan kepada warga masyarakat.

Sampai saat ini bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh dinas kependudukan

dan pencatatan sipil terkait program ini adalah dengan melakukan


101

penyuluhan ke rumah – rumah hingga ke tempat pelayanan kesehatan

seperti di rumah sakit ataupun puskesmas. Melakukan penyuluhan ke

puskesmas ataupun rumah sakit dianggap efektif dikarenakan hampir semua

peristiwa kelahiran terjadi disana, jadi bisa sekaligus mengingatkan kepada

masyarakat betapa pentingnya akta kelahiran untuk anak anak mereka.

Suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil juga melakukan

sosialisasi dengan pemasangan baliho – baliho di tempat – tempat yang

dianggap strategis, namun pemasangan baliho ini dianggap kurang efektif

karena penempatannya yang tidak terlihat oleh masyarakat sehingga tidak

banyak masyarakat yang mendapatkan informasi terkait program tersebut.

Berdasarkan hasil evaluasi input dari Program Quick Wins pada

Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta Utara.

Dari aspek sumber daya manusia dapat dikatakan mencukupi dari segi

kualitas namun tidak mencukupi dari segi kuantitas. Sarana dan prasarana

penunjang jalannya program ini masih memiliki kekurangan yaitu dari segi

fasilitas teknologi penunjang pelayanan akta kelahiran itu sendiri, dimana

kondisi komputer sebagai alat utama tidak berada dalam kondisi yang baik

dan juga jaringan yang sering mengalami gangguan. Dari aspek sosialisasi,

sosialisasi dilakukan oleh pihak suku dinas kependudukan dan pencatatan

sipil dengan cara melakukan penyuluhan secara langsung kepada

masyarakat dan juga melalui baliho baliho yang dipasang di berbagai

tempat.
102

2. Proses

Dimensi proses dalam pelaksanaan program tersebut dapat diketahui

bahwa mekanisme dari program quick wins ini sudah cukup jelas

khususnya dalam pelayanan akta kelahiran, dalam pelaksanaannya pun

sudah mengikuti SOP yang ada, dengan satpel kecamatan sebagai tempat

pelayanan akta kelahiran.

Gambar 4.1
SOP Pelayanan Akta Kelahiran
103
104

Kemudian pelayanan yang diberikan kepada masyarakat berupa

pencatatan administrasi kependudukan yang berupa akta kelahiran, sudah

didukung dengan SOP yang ada hanya saja kondisi sarana dan prasarana

yang ada tidak mendukung pelayanan ini sehingga pelayanan akta kelahiran

menjadi terhambat dan belum bisa mencapai target penyelesaian yang sudah

ditentukan.
105

3. Output (hasil)

Output atau hasil dari pelaksanaan program quick wins pada

pelayanan administrasi kependudukan di suku dinas kependudukan dan

pencatatan sipil Jakarta utara dapat di ketahui bahwa dalam proses

pelaksanaan ini terjadi perbaikan dari sistem pelayanan akta kelahiran yang

sebelum adanya program ini bisa mencapai satu bulan dalam pembuatannya,

sekarang bisa selesai kurang lebih dalam waktu seminggu.

Dengan melakukan pelayanan di rumah sakit pun dapat diketahui

bahwa dari suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil sudah mengetahui

sasaran – sasaran yang dijadikan tujuan yaitu masyarakat yang baru saja

mempunyai anak, dengan sistem jemput bola tersebut maka diharapkan

pelayanan makin maksimal. Sedangkan dalam bentuk pengawasan, suku

dinas kependudukan dan pencatatan sipil tidak akan melakukan pengawasan

terhadap akta kelahiran yang sudah diberikan masyarakat, namun suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil melakukan pengawasan terhadap data

kependudukan yang sudah diberikan agar tidak dipergunakan oleh pihak

yang tidak bertanggungjawab.

4. Outcome (dampak)

Outcome atau dampak nyata yang ditimbukan dari pelaksanaan

program quick wins pada pelayanan administrasi kependudukan ini dapat

diketahui bahwa terdapat peningkatan jumlah akta kelahiran selama

program ini berjalan. Dengan meningkatnya akta kelahiran pada akhirnya


106

juga berguna bagi negara untuk pelaksanaan kebijakan – kebijakan yang

terkait dengan kependudukan.

Gambar 4.2
Grafik pelayanan akta kelahiran

27000
26000
25000
24000
Tingkat Kelahiran
23000
Akta Kelahiran
22000
21000
20000
2013 2014 2015 2016

Sumber : Profil Suku Dinas Jakarta Utara 2013 – 2016

Dampak lain dari pelaksanaan program quick wins pada pelayanan

administrasi kependudukan ini adalah peningkatan pelaksanaan dari suku

dinas kependudukan dan pencatatan sipil dengan adanya penggunaan sistem

informasi pada pelayanan akta kelahiran. Hal ini mengakibatkan terjadinya

perbaikan tingkat pelayanan akta kelahiran kepada masyarakat khusunya

masyarakat Jakarta Utara .

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Nurcholis dengan keempat skema umum penilaian yang telah

dipaparkan diatas, dapat memberikan informasi bahwa dalam pelaksanaan

Program Quick Wins pada Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan ini

telah dijalankan dengan baik oleh pihak Suku Dinas Kependudukan dan
107

Pencatatan Sipil Jakarta Utara sebagai implementor walaupun masih belum

optimal.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan lapangan yang telah

dipaparkan pada bab sebelumnya, sehingga penyimpulan akhir mengenai Evaluasi

Program Quick Wins pada Pelayanan Administrasi Kependudukan di Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jakarta dapat dikatakan cukup optimal meski

masih ditemukan beberapa kekurangan dalam beberapa hal, sehingga memiliki

dampak pada proses pelayanan yang didapatkan oleh masyarakat yang ingin

melakukan administrasi kependudukan khususnya dalam pembuatan akta

kelahiran. Hal tersebut terjadi karena masih terdapat beberapa mekanisme

pelayanan yang kurang optimal saat diberikan. Permasalahan tersebut terjadi

dilihat dari sumber daya manusia pelayanan, sarana dan prasarana, dan sosialisasi

sehingga belum mampu mencapai hasil dari tujuan awal. Dimana yang

menyebabkan atas kurang berhasilannya pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

Pertama, masih minimnya sumber daya manusia yang ada. Terobosan

dengan membuat satuan pelayanan catatan sipil di kecamatan dan di rumah sakit

tidak diimbangi dengan jumlah sumber daya manusia yang ada. Hal ini

menyebabkan terhambatnya proses administrasi sehingga pelayanan menjadi lebih

lambat dari yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun dari segi kualitas sumber

daya manusianya dinilai cukup baik dikarenakan setiap petugas mengerti apa saja

108
109

yang harus dikerjakan oleh mereka sehingga minim terjadinya kesalahan –

kesalahan yang dapat menyebabkan proses administrasi menjadi terhambat.

Kedua, dari segi sarana dan prasarana juga dinilai masih banyak memiliki

kekurangan. Seharusnya sarana dan prasarana dianggap sebagai penunjang yang

sangat penting dalam melakukan proses administrasi. Masih terdapat berbagai

kekurangan dari sarana dan prasarana seperti kondisi komputer yang kurang baik

dan jaringan data yang sering mengalami gangguan ini menyebabkan proses

administrasi kependudukan khususnya pembuatan akta kelahiran menjadi

terganggu. Dikarenakan proses penginputan data dan pencetakan akta kelahiran

dilakukan secara online, sehingga sarana seperti komputer dan jaringan data yang

baik merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan. Selanjutnya terkait dengan

prasarana juga terdapat sedikit kekurangan khususnya di ruang tunggu suku dinas

kependudukan dan pencatatan sipil, ruang tunggu di suku dinas dirasakan sangat

sempit dan tidak nyaman dan tidak sanggup menampung masyarakat yang ingin

melakukan administrasi kependudukan. Hal ini bisa menyebabkan keengganan

masyarakat untuk melakukan administrasi kependudukan karena

ketidaknyamanan saat menunggu prosesnya.

Ketiga, dari segi sosialisasi. Dari segi sosialisasi dalam bentuk penyuluhan

dapat dikatakan cukup berhasil karena dapat langsung disampaikan kepada target

– target sasaran kebijakan. Namun sosialisasi dalam bentuk baliho – baliho

ataupun reklame dianggap kurang tepat dalam penempatan lokasinya. Lokasi

pemasangan baliho – baliho dianggap kurang tepat dikarenakan tidak banyak

masyarakat yang melihat dan membaca isi dari kebijakan tersebut sehingga tidak
110

mendapatkan hasil. Padahal baliho – baliho berfungsi untuk memberikan

sosialisasi secara tidak langsung kepada masyarakat sehingga informasi terkait

program ataupun kebijakan dapat disampaikan secara lebih luas lagi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian, maka

peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan dan

pertimbangan supaya implementasi program quick wins pada pelayanan

administrasi kependudukan dapat berjalan dengan maksimal. Adapun saran

tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Perlu adanya penambahan jumlah petugas pelayanan pencatatan sipil

khususnya dalam akta kelahiran agar tidak ada lagi terjadi penumpukan

berkas berkas kependudukan karena jumlah sumber daya manusia untuk

mengerjakannya tidak mencukupi.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada, khususnya komputer dan

jaringan – jaringan data yang menjadi pilar utama dalam implementasi

program ini. Perlunya juga penambahan komputer ini berbanding lurus

dengan kebutuhan sumber daya manusia yang menggunakannya. Diperlukan

juga petugas yang mengerti tentang maintenance atau perawatan – perawatan

alat – alat ini agar terus berada dalam kondisi baik setiap kali digunakan

untuk proses administrasi kependudukan.


111

3. Dari segi prasarana juga diperlukan perluasan ruang tunggu untuk masyarakat

saat melakukan proses administrasi kependudukan, khususnya ruang tunggu

di suku dinas kependudukan dan pencatatan sipil Jakarta utara.

4. Perlunya penempatan baliho – baliho ataupun papan reklame di tempat –

tempat umum yang lebih strategis agar dapat dilihat oleh banyak masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah
Agustino, Leo. 2008. Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Nugroho D., Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi Implementasi, dan
Evaluasi. Jakarta : Gramedia

Osborne, David dan Gaebler, Ted. 2008. Mewirausahakan Birokrasi (Reiventing


Government). Jakarta : Teruna Gravika

Dunn, N. William. 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, edisi II. Jogjakarta:
Gajah Mada University Press.

Moleong, J.lexi. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda


Karya Remaja

Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik ( Konsep, Teori, dan Aplikasi)
Yogyakarta : Pustaka Belajar

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta
. 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Widodo, Joko. 2001. Good Governance: Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya:
Insan Cendekia
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus.
Yogyakarta : CAPS

x
Dokumen lain

Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


Nomor 13 tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Quick Wins
Undang – Undang No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
Undang – Undang No 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang – Undang
No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Sumber Lain

Setiawati, Ani. 2009. Evaluasi Program Quick Wins di Tingkat Internal Humas
Kepolisian Daerah Banten. Tidak Diterbitkan.

xi
buku 7

pedoman PELAKSANAAN
QUICK WINS

Peraturan menteri negara


pendayagunaan aparatur negara
dan reformasi birokrasi
nomor 13 tahun 2011

kementerian
pendayagunaan aparatur negara
dan reformasi birokrasi

buku 7 edited.indd 1 3/2/11 6:49:37 PM


ii

buku 7 edited.indd 2 3/2/11 6:49:37 PM


MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN


APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI

NOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA


DAN REFORMASI BIROKRASI

Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden


Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2025 dan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun
2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010
– 2014, dipandang perlu menetapkan Pedoman
Pelaksanaan Quick Wins dengan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi;

iii

buku 7 edited.indd 3 3/2/11 6:49:37 PM


Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025
(Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor: 33
dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4700);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah 2010-2014;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010 – 2025;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite
Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional
dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional
sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 23 Tahun 2010;
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map
Reformasi Birokrasi 2010 – 2014;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS.

iv

buku 7 edited.indd 4 3/2/11 6:49:38 PM


PERTAMA : Pedoman Pelaksanaan Quick Wins digunakan
untuk :
a. memberikan panduan kepada Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam
menentukan dan melaksanakan quick wins;
b. memberikan panduan kepada Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam
memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
quick wins.
KEDUA : Pedoman Pelaksanaan Quick Wins sebagaimana
dimaksud dalam Diktum PERTAMA, adalah
sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan
ini.
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 25 Februari 2011

buku 7 edited.indd 5 3/2/11 6:49:38 PM


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 1

BAB II GAMBARAN UMUM 3


2.1 Pengertian 3
2.2 Prinsip 4

BAB III PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS 5


3.1 Kriteria dalam Merumuskan Quick Wins 5
3.2 Merumuskan Quick Wins 6
3.3 Menetapkan Quick Wins 7

BAB IV LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN 11


QUICK WINS
4.1 Tahap Persiapan 12
4.2 Tahap Implementasi dan Monitoring dan 12
Evaluasi
4.3 Pelaporan 13

BAB V PENUTUP 15
LAMPIRAN 17

vi

buku 7 edited.indd 6 3/2/11 6:49:38 PM


DAFTAR TABEL
Tabel 1 Identifikasi Quick Wins Berdasarkan Kriteria 5
Tabel 2 Tahap Persiapan 12
Tabel 3 Tahap Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi 12

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Matriks Identifikasi Quick Wins 6
Gambar 2 Langkah-langkah Perumusan Quick Wins 7
Gambar 3 Langkah – Langkah Menetapkan Quick Wins 9
Gambar 4 Langkah – Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins 11

vii

buku 7 edited.indd 7 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

viii

buku 7 edited.indd 8 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Reformasi birokrasi akan mendorong terwujudnya penerapan prinsip –


prinsip clean government dan good governance yang secara universal diyakini
menjadi prinsip yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat. Di dalam reformasi birokrasi terdapat beberapa area perubahan yang
setiap perubahannya dapat memberikan dampak antara lain pada penurunan
praktek KKN, meningkatnya kualitas pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik,
meningkatnya produktivitas aparatur, meningkatnya kesejahteraan pegawai
negeri dan hasil – hasil pembangunan secara nyata dirasakan oleh seluruh
masyarakat. Kondisi tersebut akan dicapai melalui berbagai upaya antara lain
dengan penerapan quick wins.

Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan
didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untuk
selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan berkelanjutan.
Keluaran dari pelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme
kerja atau produk utama Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
yang sesuai dengan peran, tupoksi dan karakteristik masing-masing. Untuk
mengawal dan memandu pelaksanaan quick wins, maka perlu disusun pedoman
pelaksanaannya.

1.2. Tujuan

a. Memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah


Daerah dalam menentukan dan melaksanakan quick wins;
b. Memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah dalam memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan quick wins.

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


1

buku 7 edited.indd 1 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB I
2 Pendahuluan

buku 7 edited.indd 2 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Pengertian
Pengertian yang digunakan dalam pedoman pelaksanaan ini adalah
sebagai berikut:

a. Quick wins atau juga sering disebut low-hanging fruit adalah suatu inisiatif
yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan
sulit. Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang
positif dan kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang
berat. Sesuatu yang berat ini merupakan inti dari suatu program besar
tersebut. Quick wins untuk setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah serta untuk tema tertentu dapat berupa organization quick wins,
regulation quick wins atau human resource quick wins;

b. Focused Group Discussion (FGD) adalah diskusi terpandu untuk membahas


suatu topik tertentu dan untuk menghasilkan rumusan tertentu serta diikuti
oleh peserta yang dipilih sesuai dengan topik terkait;

c. Wawancara adalah proses tanya jawab untuk menggali data dan informasi
mengenai aspek-aspek suatu topik baik secara terstruktur maupun tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana semua
pertanyaan yang akan ditanyakan telah dipersiapkan terlebih dahulu secara
fixed dan ditanyakan kepada semua responden dengan urut-urutan yang
sama untuk menjaga tingkat presisi dan realiabilitas. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara dimana tidak diperlukan format pertanyaan
yang baku seperti wawancara terstruktur. Namun demikian pewawancara
dapat menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kunci yang mana dalam proses
wawancara pertanyaan-pertanyaan selanjutnya sangat bergantung pada
respon atau jawaban dari responden;

d. Kuesioner adalah suatu instrumen pengumpulan data/informasi untuk


memudahkan analisis terhadap masalah dalam sistem yang ada, sehingga
bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut;

e. Pemetaan Masalah adalah satu pendekatan untuk mengelompokkan dan


membuat kategori dari sekelompok data/informasi/fakta untuk diolah dan
dianalisis;

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


3

buku 7 edited.indd 3 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

f. Analisis Causal adalah telaah hubungan logis antara pernyataan-pernyataan,


fakta-fakta atau data dan informasi yang diperoleh;

g. Analisis Prioritas adalah teknik analisis dengan membandingkan tingkat


kepentingan dari area yang telah diidentifikasi untuk dijadikan quick wins.

2.2 Prinsip

a. Pengungkit. Inisiatif yang dipilih bermanfaat untuk mendapatkan momentum


awal yang positif dan kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu
yang berat;

b. Mudah dan Cepat. Inisiatif yang dipilih mudah dilaksanakan dan hasilnya
cepat dirasakan;

c. Dampak. Inisiatif yang dipilih mampu memberikan dampak positif yang


besar bagi para pemangku kepentingan untuk meningkatkan kepercayaan
(trust) dan motivasi mereka;

d. Memotivasi. Inisiatif yang dipilih mudah dikerjakan dan cepat dicapai,


sehingga diharapkan dapat memotivasi individu/kelompok di dalam
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melanjutkan ke
pekerjaan yang lebih berat (reformasi birokrasi);

e. Memperbaiki. Inisiatif yang dipilih mampu memperbaiki sistem dan


mekanisme kerja secara organisasional di masing-masing Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah;

f. Meyakinkan dan Nyata. Inisiatif yang dipilih mampu meyakinkan pemangku


kepentingan, baik eksternal maupun internal, dengan cara insitiatif tersebut
segera dapat memberikan manfaat yang diinginkan dan nyata yang sesuai
dengan harapan mereka;

g. Independen. Inisiatif yang dipilih dibawah kontrol penuh Kementerian/


Lembaga dan Pemerintah Daerah dan keberhasilannya tidak tergantung
secara dominan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
lainnya.

BAB II - Gambaran Umum


4

buku 7 edited.indd 4 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB III
PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS

3.1 Kriteria dalam Merumuskan Quick Wins

Quick wins harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Berasal dari program-program reformasi birokrasi, yang terdapat di dalam


Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014;

b. Merupakan bagian utama (core business) dari peran, tugas, fungsi,


dan karakteristik Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang
bersangkutan;

c. Memberikan dampak perbaikan yang besar dan dapat dirasakan oleh para
pemangku kepentingan eksternal dan internal Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah;

d. Merupakan sebuah aktivitas nyata dan dirasakan manfaatnya secara cepat


oleh pemangku kepentingan utama eksternal dan internal Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Tabel 1
Identifikasi Quick Wins Berdasarkan Kriteria
PROGRAM:
AKTIVITAS:
NO KRITERIA YA TIDAK
1 Merupakan program reformasi birokrasi
Merupakan bagian utama dari peran, tugas, fungsi, dan
2 karakteristik Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah
3 Memberikan dampak perubahan yang besar
Manfaat perbaikan dan perubahan dapat dirasakan
4
secepatnya (waktu pelaksanaan kurang dari 12 bulan)

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


5

buku 7 edited.indd 5 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Untuk memperjelas kriteria pemilihan quick wins, dapat diilustrasikan pada


gambar di bawah

gambar 1
Matriks Identifikasi Quick Wins

3.2 merumuskan Quick Wins

Langkah - langkah perumusan quick wins mencakup tiga aspek utama,


yaitu:

a. Identifikasi Pemangku Kepentingan Utama. Aspek ini berupaya untuk


mengindentifikasikan sejumlah Pemangku Kepentingan Utama yang penting
dan kritikal bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;

b. Identifikasi Keluaran Utama. Aspek ini berupaya untuk mengindentifikasikan


keluaran utama yang merupakan bagian dari Tupoksi atau proses inti
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang selama ini digunakan
oleh para Pemangku Kepentingan Utama;

c. Identifikasi Harapan Pemangku Kepentingan Utama. Aspek ini berupaya


untuk mengindentifikasikan harapan utama pemangku kepentingan utama
terhadap kinerja Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS


6

buku 7 edited.indd 6 3/2/11 6:49:39 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Langkah – Langkah perumusan Quick Wins dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah
ini:

Gambar 2
Langkah-langkah Perumusan Quick Wins

Template sederhana yang digunakan di dalam setiap langkah di atas dapat dilihat
pada Lampiran 1.

3.3 Menetapkan Quick Wins

Langkah-langkah penetapan Quick Wins mencakup empat aspek, yaitu:

a. Penilaian Tingkat Pencapaian Kinerja Saat Ini. Aspek ini berupaya untuk
mengetahui tingkat pencapaian kinerja Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah saat ini yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi
yang menjadi core businesses dari Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah. Untuk mengetahui tingkat pencapaian ini, data atau informasi dari
para pemangku kepentingan utama dapat diperoleh melalui base line survey,
wawancara, focused group discussion, analisis statistic, desk research, dan
sebagainya. Secara obyektif, skor 1 – 5 diberikan untuk menilai masing –
masing tingkat pencapaian kinerja yang ada saat ini;

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


7

buku 7 edited.indd 7 3/2/11 6:49:39 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

b. Peningkatan Kinerja. Aspek ini berupaya untuk meningkatkan kinerja


Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang memiliki skor kurang
dari 4 (yang berarti meningkatkan area ini akan memberikan dampak
yang besar bagi para pemangku kepentingan). Aspek ini juga berupaya
untuk mengidentifikasikan tingkat kesulitan melakukan perbaikan kinerja
dimaksud dan memastikan apakah peningkatan kinerja dimaksud dapat
dilakukan kurang dari 12 bulan, masih di dalam kendali penuh Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan, dan apakah masih
termasuk bagian dari area reformasi birokrasi yang dicanangkan Pemerintah.
Proses untuk menentukan skor dan persentasi perbaikan dilakukan melalui
kesepakatan antara pimpinan dan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah. Lebih lanjut, aspek ini juga sudah mulai mengindentifikasikan
kandidat untuk Quick Wins;

c. Penyiapan Sumber Daya. Aspek ini berupaya untuk mengidentifikasikan


sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan calon Quick Wins yang telah
diidentifikasikan sebelumnya. Sumber daya dapat mencakup ketersediaan
sumber daya manusia, biaya dan juga keahlian. Aspek ini juga memeriksa
sekali lagi apakah kandidat quick wins yang diusulkan memenuhi kriteria
dan persyaratan yang ditetapkan dan memilih maksimum tiga (3) quick wins
terbaik bila jumlah program yang diusulkan dan memenuhi persyaratan
cukup banyak;
d. Penetapan Quick Wins. Aspek ini berupaya menetapkan quick wins yang
telah melalui serangkaian analisis untuk siap diluncurkan.

Langkah-langkah penetapan quick wins dapat dilihat pada Gambar 3 dan


template sederhana yang digunakan di dalam setiap langkah di atas dapat dilihat
pada Lampiran 2.

BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS


8

buku 7 edited.indd 8 3/2/11 6:49:39 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

gambar 3
Langkah – Langkah menetapkan Quick Wins

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


9

buku 7 edited.indd 9 3/2/11 6:49:39 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS


10

buku 7 edited.indd 10 3/2/11 6:49:39 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

bab iV
LangKah-LangKah daLam peLaKSanaan
QUICK WINS

Langkah-langkah dalam pelaksanaan quick wins dibagi dalam 2 (dua)


tahap, yaitu:

1. tahap persiapan, merupakan tahap persiapan kapabilitas implementasi


quick wins dan penyusunan metode monitoring dan evaluasi
implementasi quick wins;
2. Tahap Implementasi dan Monitoring & Evaluasi, merupakan tahap
pelaksanaan dan pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan quick
wins.

Berikut tahapannya:

gambar 4
Langkah – Langkah dalam pelaksanaan Quick Wins

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


11

buku 7 edited.indd 11 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

4.1 Tahap Persiapan

Langkah-langkah penting dalam tahap persiapan dapat dilihat pada


Tabel 2 berikut.
Tabel 2
Tahap Persiapan
LANGKAH AKTIVITAS KELUARAN
• Pembentukan Tim Kerja • Tim kerja
1 • Pembentukan Struktur/ • Struktur/Organisasi Tim Kerja
Organisasi Kerja
• Penyusunan Rencana dan • Rencana dan Jadwal Kerja
Jadwal Kerja serta Target • Target Penyelesaian
2
Penyelesaian • Anggaran
• Penyusunan Anggaran
Menyusun dan Menetapkan: • Metode Monitoring dan
• Metode Monitoring dan Evaluasi
Evaluasi Pelaksanaan Quick • Rancangan Laporan
3
Wins Pelaksanaan Quick Wins
• Mekanisme Pelaporan
Pelaksanaan Quick Wins

4.2 Tahap Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi

Langkah-langkah penting dalam tahap ini dapat dilihat pada Tabel 3


di bawah ini.

Tabel 3
Tahap Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi

LANGKAH AKTIVITAS KELUARAN


• Pelaksanaan aktivitas sesuai • Laporan kemajuan
dengan rencana dan jadwal pelaksanaan penyelesaian
1 kerja quick wins secara berkala
• Penyelesaian quick wins sesuai • Penyelesaian quick wins
target dalam jadwal kerja
Pelaksanaan monitoring dan • Hasil monitoring dan
evaluasi pelaksanaan quick wins evaluasi
2
• Usulan/rekomendasi
perbaikan

BAB IV - Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins


12

buku 7 edited.indd 12 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

4.3 Pelaporan

Pelaporan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap tahapan


pelaksanaan. Oleh karena itu, baik laporan berkala maupun tahunan haruslah
menjelaskan capaian kemajuan yang dihasilkan. Selain itu, penting untuk diingat
terutama dalam menyusun rencana kerja adalah perkiraan waktu dari setiap
langkah-langkah dalam penyusunan laporan.

Berikut adalah langkah-langkah yang dimaksud:


1. Penyusunan laporan;
2. Presentasi laporan;
3. Revisi atau perbaikan bila diperlukan atas masukan laporan;
4. Menyampaikan laporan final.

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


13

buku 7 edited.indd 13 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB IV - Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins


14

buku 7 edited.indd 14 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB V
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan quick wins ini diharapkan dapat membantu


Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam merumuskan dan
melaksanakan quicks wins di masing-masing Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah. Di dalam melaksanakan quick wins, terdapat tahapan
penting yang perlu diperhatikan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah, yaitu pada saat merumuskan dan menetapkan quick wins. Merumuskan
dan menetapkan quick wins yang sesuai dengan peran, tugas, fungsi dan
karakteristik masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
serta sesuai kriteria adalah salah satu tahap yang menentukan keberhasilan
pelaksanaan quick wins.

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


15

buku 7 edited.indd 15 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Lampiran
16

buku 7 edited.indd 16 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Lampiran 1: Template Perumusan Quick Wins

Template Untuk Langkah 1:

No Pemangku Kepentingan Utama

Template Untuk Langkah 2:

No Keluaran Utama

2
3

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


17

buku 7 edited.indd 17 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Template Untuk Langkah 3:


Ekspektasi Pemangku Kepentingan
No Keluaran Utama K/L/ Pemda
Utama
1

Lampiran
18

buku 7 edited.indd 18 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Lampiran 2: Template Menetapkan Quick Wins

Template Untuk Langkah 4:


Tingkat Pencapaian Kinerja
No Keluaran Utama Harapan Utama
(Skor 1-5)
1
2
3
4
5

Template Untuk Langkah 5:


Ke l u a ra n
Dalam Kendali
DenganTingkat Seberapa Be- K u r a n g Kandidat
D a p a t Penuh? Bagian
No Pencapaian sar Estimasi Dari 12 Q u i c k
Ditingkatkan? Dari reformasi
Kinerja Perbaikannya? Bulan? wins?
birokrasi?
(Skor < 4)
1 Y/T % Y/T Y/T Y/T
2
3
4
5

Template Untuk Langkah 6:


Sumber Daya
Apa Yang Tingkat Kesulitan
Kandidat Bagaimana Tersedia?
No H a r u s Perbaikan (Tinggi,
Quick wins Memperbaikinya? (Orang, Biaya dan
Diperbaik? Sedang, Rendah)
Keahlian)
1
2
3
4
5

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


19

buku 7 edited.indd 19 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Template Untuk Langkah 7:

No Quick wins Yang Akan Diajukan

BAB V - Penutup
20

buku 7 edited.indd 20 3/2/11 6:49:40 PM


PTSP Kecamatan Cilincing
PTSP Kecamatan Koja
PTSP Kecamatan Tanjung Priok
Ruang Pelayanan Administrasi Kependudukan Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

1. Input (Masukan)
Q1 Bagaimana sumber daya manusia terkait pelaksanaan program tersebut?
I1-1 SDM bisa dibilang kurang mencukupi untuk melayani pembuatan akta
kelahiran, soalnya jumlah pegawai terbatasi juga dengan jumlah sarana yang
tersedia seperti komputer misalnya dan juga kita harus mengirim pegawai kita
ke rumah sakit untuk pelayanan akte kelahiran secara jemput bola, dari segi
kemampuan (kualitas) setiap pegawai cukup paham dengan SOP (Standard
Operating Procedure) yang ada, kami juga rutin memberikan pelatihan untuk
para pegawai agar semakin paham tugas tugas mereka
I1-2 berbicara tentang SDM, soal SDM tidak hanya bicara tentang jumlah saja,
namun juga kualitasnya, mampu kaga tuh orang orangnya dalam melaksanakan
tugasnya, menurut saya disini SDM nya cukup baik, pegawai pelayanan kita
semua paham apa yang harus dikerjakan, ngerti apa-apa aja yang harus mereka
lakukan,karena kami juga mengadakan pelatihan juga
I2-1 Kalo SDM di Satpel kecamatan Tanjung Priok saya rasa disini masih kurang
mas karena sering sekali masyarakat mengantri pas pembuatan akte kelahiran
sama surat perpindahan
I2-2 SDM di kecamatan cilincing sih saya rasa cukup yaa mas soalnya kita kaga
pernah keteteran setiap melakukan pelayanan akta kelahiran
I2-3 Saya rasa sih SDM di satpel koja masih kurang mas, soalnya seringkali kami
kesulitan di saat pelaksanaan pelayanan administrasi
Q2 Bagaimana sarana dan prasarana penunjang terkait program tersebut?
Apakah sudah memadai?
I1-1 untuk sarana dan prasarana memang dirasa masih kurang ,apalagi dengan
jumlah komputer yang kurang jadinya menghambat proses pelayanan. Kalau
dengan ruang tunggu disini memang tergolong kecil karena memang ruang di
gedung ini tidak mencukupi lagi
I1-2 Sarana dan prasarana sih memang dari jumlah komputer yang ada dirasa kurang
mencukupi untuk pelaksanaan administrasi kependudukan, ini juga nantinya
berhubungan juga sama jumlah SDM yang mengoperasikannya. Kalau untuk
ruang tunggu untuk masyarakat sih memang terasa kecil karena memang kita
mempunyai keterbatasan penggunaan lahan.
I2-1 Kalau sarana dan prasarana sih di kecamatan dirasa kurang karena hanya ada
dua komputer buat pengerjaan akte kelahiran dan surat perpindahan, jadi agak
lama jika terdapat banyak masyarakat. Namun jika dari segi ruang tunggu
dirasa cukup luas dan nyaman.
I2-2 Sarana dan prasarana sih saya rasa cukup, hanya saja jaringan sistem informasi
sering mengalami gangguan sehingga pelayanan pun sering terhambat gara –
gara itu
I2-3 kurang memadai mas karena komputer yang digunakan untuk pelayanan sering
mengalami kerusakan dan jaringan sistemnya sering mengalami gangguan. Tapi
untuk ruang tunggu di satpel sih dirasa cukup nyaman untuk masyarakat
I4-2 Kalau ruang tunggu di kecamatan sih saya rasa cukup nyaman ya mas soalnya
cukup luas dan ada ac nya juga, dulu saya pernah ke kantor suku dinasnya dan
ruang tunggu disana sama sekali tidak nyaman karena sempit dan pengap jika
banyak orang

Q3 Bagaimana sosialisasi terkait program yang di maksud terhadap sasaran


kebijakan?
I1-1 Iya sosialisasi terus dilakukan sejak awal dimulainya program ini mas,
khususnya sosialisasi akta kelahiran yang makin dipermudah pembuatannya ke
rumah sakit dan puskesmas puskesmas kecamatan juga menempatkan spanduk
dan baliho di tempat tempat yang mungkin dilihat orang yang mau membuat
akta kelahiran seperti di rumah sakit, puskesmas, maupun di kecamatan dan
kelurahan. Dan sosialisasi kepada satpel kecamatan beserta pegawai pelayanan
kami lakukan dengan melalui surat edaran dan mengadakan pelatihan pelatihan.
I1-2 Sosialisasi sudah kami laksanakan dengan menempatkan petugas untuk
penyuluhan tentang kemudahan pembuatan akta kelahiran ke rumah sakit dan
puskesmas yang ada, bahkan kami juga menempatkan baliho baliho di berbagai
tempat seperti di area puskesmas maupun kecamatan
I2-1 Kalau sosialisasi ke masyarakat sih biasanya gimana dari suku dinas aja, tapi
kalau pemasangan baliho setau saya di setiap kecamatan sudah dipasang
I2-2 Biasanya kami melakukan sosialisasi ke masyarakat kalau sudah dijadwalkan
dari suku dinas, disini biasanya hanya menyampaikan apa yang mesti disiapin
buat akta kelahiran maupun surat perpindahan.
I2-3 Pastinya kami melakukan sosialisasi tentunya dengan arahan dari suku dinas,
kalau di satpel kecamatan tugas kami menyampaikan arahan kepada satpel
kelurahan, dan juga menyampaikan kepada masyarakat langkah dan apa yang
harus disiapkan kepada masyarakat
I4-1 Kalo untuk sosialisasi langsung dari catatan sipilnya saya sih pernah sekilas
mendengar di puskesmas, mereka ngejelasin tentang akta kelahiran gitu
disana.kalo baliho gitu sih saya belum pernah liat mas
I4-2 Pas itu pernah mas dinas dateng ke rw di lingkungan rumah saya, disitu
dijelasin ada program baru yang bikin mudah pembuatan akta kelahiran
sekalian bikin akta kelahiran juga disitu.

2. Proses
Q4 Bagaimana mekanisme pelaksanaan program tersebut?
I1-1 Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini pun
melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulai dari
pengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir di pencetakan
akta kelahiran
I1-2 Untuk mekanismenya sendiri sih kami udah punya SOP (Standar Operating
Procedure) nya sendiri mas, yang berisi tentang urutan pengerjaan dan waktu
pengerjaan juga. Jadi petugas pelayanan tidak akan kebingungan dalam
melakukan pekerjaannya
I2-1 Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjain sesuai dengan
SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkas dahulu lalu dilanjutin
dengan input data ke komputer gitu mas
I2-2 Kalau mekanisme sih selalu diawali sama pengecekan kelengkapan berkas
dahulu, lalu input ke sistem melalui komputer, setelah verifikasi tinggal cetak
deh. Biasanya yang memakan waktu lama itu ada di proses verifikasi, kalo dari
input ke sistem itu biasanya tidak sampai 15 menit kalau tidak ada gangguan.
I2-3 Kalo mekanisme pekerjaan sih kami melakukan sesuai yang ada di SOP

Q5 Bagaimana pelayanan terhadap sasaran kebijakan dalam proses


administrasi kependudukan?
I1-1 kalau pelayanan sudah pasti sudah diberikan semaksimal mungkin, cuman
masih banyak kendala yang bikin pelayanan jadi terhambat. Misalnya kayak
gangguan jaringan ataupun gangguan terhadap komputer yang ada
I1-2 pelayanan kalo maksudnya pembuatan akta kelahiran pastinya kami sudah
sebaik mungkin dalam pelaksanaannya, memang masih ada masalah masalah
yang terjadi
I2-1 Pastinya kami berusaha memberikan yang sebaik mungkin kepada masyarakat
I2-2 Sudah pasti kami berikan sebaik mungkin diluar adanya masalah masalah
teknis yang terjadi
I2-3 Kami dari satpel sih sudah memberikan pelayanan sebaik mungkin pastinya

Q6 Bagaimana kepastian terkait waktu pelaksanaan program tersebut?


I1-1 pastinya pelayanan akta kelahiran ini selalu dilakukan di hari kerja lalu kami
membuka pelayanan juga pada hari sabtu agar semakin banyak masyarakat
yang terlayani
I1-2 supaya pelayanan semakin maksimal selain pada hari kerja, kami juga
melakukan pelayanan administrasi kependudukan pada hari sabtu namun hanya
setengah hari supaya masyarakat yang sekiranya tidak bisa melakukan
administrasi kependudukan pada hari kerja bisa melaksanakannya di hari sabtu
I2-1 Kami melakukan pelayanan dari senin sampai sabtu, tapi pas hari sabtu hanya
setengah hari
I2-2 waktu pelayanan akta kelahiran hampir setiap hari kami melaksanakannya, dari
senin sampai jumat pada jam kerja lalu pada hari sabtu juga namun hanya
setengah hari
I2-3 Hampir setiap hari mas, kecuali minggu tentunya. Dan hari sabtu cuman
setengah hari pelayanannya

Q7 Bagaimana proses penertiban dalam pelaksanaan terkait sanksi


kebijakan?
I1-1 untuk sanksi sih kami masih menurut pada UU No.24 tahun 2006, di undang
undang tersebut terdapat berbagai sanksi. Khususnya yang terkait dengan
pungutan liar karena pembuatan akta kelahiran tidak dipungut biaya,
Alhamdulilah sampai sekarang belum ada petugas pelayanan yang melanggar
aturan yang ada
I1-2 penjatuhan sanksi sih sampai saat ini belum ada karena memang belum ada
petugas pelayanan yang melanggar aturan aturan yang ada
Q8 Bagaimana efektivitas dari implementasi program tersebut?
I1-1 pastinya efektif, karena terjadi peningkatan dalam proses pelayanan
administrasi kependudukan. Khususnya pada akta kelahiran dengan adanya
program ini proses pelayanannya semakin lebih cepat dibanding sebelumnya.”
I1-2 kalo efektif sih saya rasa efektif, cuma kalo saya bilang berhasil jadinya terlalu
sombong nanti, yang jelas dengan program ini pelayanan administrasi
kependudukan khususnya akta kelahiran semakin lebih baik
I2-1 Sudah pasti efektif karena pelayanan akta semakin membaik
I2-2 tentu saja efektif, karena pembuatan akta kelahiran tidak lagi memakan waktu
yang lama dan proses pengerjaannya semakin mudah dan simpel
I2-3 Jelas efektif, karena dengan program ini pelayanan akta semakin lebih cepat

3. Output (Hasil)
Q9 Apakah sudah sesuai antara pelaksanaan dengan tujuan dari program
tersebut?
I1-1 belum mencapai target, tujuan utama dari program ini adalah pembuatan akta
kelahiran hanya dalam 5 hari. Namun pada kenyataannya bisa lebih dari itu,
penyebabnya ya karena jaringan yang sering gangguan dan kurangnya sdm
dalam mengatasi permintaan akta kelahiran
I1-2 kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari program ini juga untuk
kepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kami masih terdapat kekurangan
dari segi sdm dan sarana jadi tujuan dari program quick wins yaitu pembuatan
akta kelahiran selama 5 hari masih belum bisa tercapai
Q10 Apalah pelaksanaan kebijakan yang dilakukan sudah tepat sasaran?
I1-1 tentu saja tepat sasaran, karena setiap masyarakat diwajibkan memiliki akta
kelahiran. Maka dengan program ini diharapkan kami dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
I1-2 sudah tepat, kami menjalankan program ini sudah menentukan tempat tempat
yang sekiranya efektif untuk pelayanan akta kelahiran, misalnya seperti
membuka pelayanan di rumah sakit seperti di rumah sakit koja. Disana sudah
jelas bahwa sasarannya adalah masyarakat ang baru mempunyai anak agar
segera membuat akta kelahiran
Q11 Bagaimana kelanjutan dari sasaran kebijakan yang telah tertangani?
I1-1 tentu saja kami tidak melakukan pengawasan, karena akta kelahiran yang sudah
diberikan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya masing – masing. Tanggung
jawab kami hanyalah menjaga data kependudukan masyarakat agar tetap terjaga
dan tidak disalahgunakan oleh orang lain
I1-2 tidak ada pengawasan kepada masyarakat, yang kami lakukan hanyalah
menjaga data kependudukan masyarakat tetap terjaga dan tidak dipergunakan
oleh orang lain
Q12 Siapa saja kelompok-kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan program
tersebut?
I1-1 yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpel kecamatan,
dan dari suku dinas itu sendiri
I1-2 kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalu satpel
kecamatan dan dari suku dinas juga mas

4. Outcome (Dampak)
Q13 Adakah perubahan terhadap kelompok sasaran dari kebijakan tersebut?
I1-1 setelah pelaksanaan tentu saja ada perubahan, yang paling jelas adalah dari
proses pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya mencapai 30 hari sekarang
paling lambat hanya seminggu saja. Juga tidak ada lagi penumpukan
masyarakat yang ingin membuat akta kelahiran di suku dinas karena sudah
adanya satpel di seluruh kecamatan
I1-2 setelah ada program ini pastinya ada perubahan khususnya dalam pelayanan
akta kelahiran ini, dengan menempatkan satpel kecamatan dan pelayanan di
rumah sakit membuat pelayanan akta lebih tersebar dan dapat dijangkau
masyarakat. Penggunaan sistem online juga membuat proses penginputan data
menjadi semakin mudah dan cepat sehingga pembuatan akta kelahiran tidak
lagi mencapai 30 hari

Q14 Setelah peraturan berjalan, adakah peningkatan pelaksanaan program


tersebut oleh implementor?
I1-1 Kalo peningkatan sih jelas ada dari pelayanan akta kelahiran yang mulai merata
sehingga cara bekerja menjadi semakin efektif
I1-2 peningkatan dalam melaksanakannya tentu saja ada, kami selalu berikan yang
terbaik, ini kan untuk mewujudkan ketertiban administrasi kependudukan juga,
agar tidak ada lagi masyarakat yang tidak mempunyai identitas
I2-1 ada peningkatan, contohnya dengan membuat satpel di kecamatan kecamatan
dan tidak lagi terpusat di suku dinas supaya pelayanan akta kelahiran lebih
mudah diakses oleh masyarakat. ke depannya diharapkan pembuatan akta
kelahiran bisa dilakukan dimana saja secara mobile sehingga tidak ada alasan
lagi bagi masyarakat untuk tidak membuat akta kelahiran
I2-2 Pastinya ada, karena penggunaan sistem online ini membuat waktu pelayanan
menjadi lebih singkat dan efektif
I2-3 Untuk pelaksanaan sih tentu saja ada peningkatan mas, yang jelas sih prosesnya
semakin cepat
SALINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 24 TAHUN 2013

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006

TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tertib administrasi


kependudukan secara nasional, Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban
memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap
penentuan status pribadi dan status hukum atas
setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
yang dialami oleh Penduduk dan/atau Warga Negara
Indonesia yang berada di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan
Administrasi Kependudukan sejalan dengan tuntutan
pelayanan Administrasi Kependudukan yang
profesional, memenuhi standar teknologi informasi,
dinamis, tertib, dan tidak diskriminatif dalam
pencapaian standar pelayanan minimal menuju
pelayanan prima yang menyeluruh untuk mengatasi
permasalahan kependudukan, perlu dilakukan
penyesuaian terhadap beberapa ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;

c. bahwa . . .
DISTRIBUSI II
-2-
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 26 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4674);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS


UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4674) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan . . .

DISTRIBUSI II
-3-
1. Ketentuan angka 14, angka 20, dan angka 24 Pasal 1
diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian


kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan Data Kependudukan
melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil,
pengelolaan informasi Administrasi
Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya
untuk pelayanan publik dan pembangunan
sektor lain.

2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan


Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang


bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai Warga Negara Indonesia.

4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara


Indonesia.

5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab


dalam urusan pemerintahan dalam negeri.

6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah


provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang
bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan
Administrasi Kependudukan.

7. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah


kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan
berwenang melaksanakan pelayanan dalam
urusan Administrasi Kependudukan.

8. Dokumen . . .
DISTRIBUSI II
-4-
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi
yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang
mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti
autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

9. Data Kependudukan adalah data perseorangan


dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai
hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.

10. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan


biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan
Peristiwa Kependudukan dan pendataan
Penduduk rentan Administrasi Kependudukan
serta penerbitan Dokumen Kependudukan
berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.

11. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang


dialami Penduduk yang harus dilaporkan karena
membawa akibat terhadap penerbitan atau
perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk dan/atau surat keterangan
kependudukan lainnya meliputi pindah datang,
perubahan alamat, serta status tinggal terbatas
menjadi tinggal tetap.

12. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya


disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk
yang bersifat unik atau khas, tunggal dan
melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai
Penduduk Indonesia.

13. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah


kartu identitas keluarga yang memuat data
tentang nama, susunan dan hubungan dalam
keluarga, serta identitas anggota keluarga.

14. Kartu . . .
DISTRIBUSI II
-5-
14. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya
disingkat KTP-el, adalah Kartu Tanda Penduduk
yang dilengkapi cip yang merupakan identitas
resmi penduduk sebagai bukti diri yang
diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.

15. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa


Penting yang dialami oleh seseorang dalam
register Pencatatan Sipil pada Instansi
Pelaksana.

16. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang


melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang
dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang
pengangkatannya sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

17. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami


oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian,
lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan
anak, pengesahan anak, pengangkatan anak,
perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan.

18. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang


diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

19. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang


diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal
menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

20. Petugas . . .

DISTRIBUSI II
-6-
20. Petugas Registrasi adalah pegawai yang diberi
tugas dan tanggung jawab memberikan
pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan
dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan
penyajian Data Kependudukan di
desa/kelurahan atau nama lainnya.

21. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan,


selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan informasi administrasi
kependudukan di tingkat Penyelenggara dan
Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.

22. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu


yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran
serta dilindungi kerahasiaannya.

23. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya


disingkat KUAKec, adalah satuan kerja yang
melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi
Penduduk yang beragama Islam.

24. Unit Pelaksana Teknis Instansi Pelaksana,


selanjutnya disebut UPT Instansi Pelaksana,
adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang
bertanggung jawab kepada Instansi Pelaksana.

2. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 5

Pemerintah melalui Menteri berwenang


menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
secara nasional, meliputi:

a. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-7-
a. koordinasi antarinstansi dan antardaerah;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar;
c. fasilitasi dan sosialisasi;
d. pembinaan, pembimbingan, supervisi,
pemantauan, evaluasi dan konsultasi;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan
berskala nasional;
f. menyediakan blangko KTP-el bagi
kabupaten/kota;
g. menyediakan blangko dokumen kependudukan
selain blangko KTP-el melalui Instansi Pelaksana;
dan
h. pengawasan.

3. Ketentuan huruf d Pasal 6 diubah, sehingga Pasal 6


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 6

Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung


jawab menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur
dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil;
c. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan;
d. penyajian Data Kependudukan berskala provinsi
berasal dari Data Kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
Kementerian yang bertanggung jawab dalam
urusan pemerintahan dalam negeri; dan

e. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-8-
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.

4. Ketentuan ayat (1) huruf g Pasal 7 diubah, sehingga


Pasal 7 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 7

(1) Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan


bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
Administrasi Kependudukan, yang dilakukan
oleh bupati/walikota dengan kewenangan
meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas
dan fungsinya di bidang Administrasi
Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat
di bidang Administrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk
menyelenggarakan sebagian urusan
Administrasi Kependudukan berdasarkan
asas tugas pembantuan;
g. penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota berasal dari Data
Kependudukan yang telah dikonsolidasikan
dan dibersihkan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan dalam negeri; dan

h. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-9-
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.

5. Ketentuan ayat (1) huruf c dan ayat (5) Pasal 8


diubah, sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8

(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan


Administrasi Kependudukan dengan kewajiban
yang meliputi:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan
mencatat Peristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang sama dan
profesional kepada setiap Penduduk atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting;
c. mencetak, menerbitkan, dan
mendistribusikan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data
atas Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa
Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan
informasi yang disampaikan oleh Penduduk
dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.

(2) Kewajiban . . .

DISTRIBUSI II
- 10 -
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a untuk pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam
pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai
pencatat pada KUAKec.

(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat


kecamatan dilakukan oleh UPT Instansi
Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan
Akta Pencatatan Sipil.

(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


untuk persyaratan dan tata cara Pencatatan
Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya
belum diakui sebagai agama berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau
bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada
Peraturan Perundang-undangan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPT Instansi


Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan prioritas pembentukannya diatur dengan
Peraturan Menteri.

6. Ketentuan ayat (2) Pasal 12 diubah, sehingga Pasal 12


berbunyi sebagai berikut :

Pasal 12

(1) Petugas Registrasi membantu kepala desa atau


lurah dan Instansi Pelaksana dalam Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil.

(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh
bupati/walikota diutamakan dari Pegawai Negeri
Sipil yang memenuhi persyaratan.

(3) Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 11 -
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman
pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

7. Ketentuan ayat (1) Pasal 27 diubah, sehingga Pasal 27


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 27

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk


kepada Instansi Pelaksana setempat paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan
Kutipan Akta Kelahiran.

8. Ketentuan ayat (1) dan ayat (3) Pasal 32 diubah dan


ayat (2) dihapus, sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 32

(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas
waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
kelahiran, pencatatan dan penerbitan Akta
Kelahiran dilaksanakan setelah mendapatkan
keputusan Kepala Instansi Pelaksana setempat.

(2) Dihapus.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan


tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Presiden.

9. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 12 -
9. Ketentuan ayat (1) Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua
rukun tetangga atau nama lainnya di domisili
Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada Register Akta Kematian dan menerbitkan
Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan
kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan
seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya
penetapan pengadilan.
(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak
jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan
pencatatan kematian berdasarkan keterangan
dari kepolisian.

10. Ketentuan ayat (2) Pasal 49 diubah, sehingga Pasal 49


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua
pada Instansi Pelaksana paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal surat pengakuan
anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak
yang bersangkutan.

(2) Pengakuan . . .
DISTRIBUSI II
- 13 -
(2) Pengakuan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama, tetapi belum sah
menurut hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengakuan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengakuan anak.

11. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 50 diubah dan
penjelasan ayat (1) Pasal 50 diubah, sehingga
Pasal 50 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh
orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu
dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Pengesahan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama dan hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengesahan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengesahan anak.

12. Ketentuan ayat (2) Pasal 58 ditambahkan 4 (empat)


huruf, yakni huruf bb, huruf cc, huruf dd, dan
huruf ee, serta ditambahkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (4), sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data
perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.

DISTRIBUSI II (2) Data . . .


- 14 -
(2) Data perseorangan meliputi:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung;
o. nama ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal
lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah;
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian;
bb. sidik jari;
cc. iris mata;
dd. tanda tangan; dan
ee. elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.

(3) Data . . .
DISTRIBUSI II
- 15 -
(3) Data agregat meliputi himpunan data
perseorangan yang berupa data kuantitatif dan
data kualitatif.
(4) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang
digunakan untuk semua keperluan adalah Data
Kependudukan dari Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan
dalam negeri, antara lain untuk pemanfaatan:
a. pelayanan publik;
b. perencanaan pembangunan;
c. alokasi anggaran;
d. pembangunan demokrasi; dan
e. penegakan hukum dan pencegahan
kriminal.

13. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan
ayat (6) Pasal 63 diubah dan ayat (2) dihapus,
sehingga Pasal 63 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 63

(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang


Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin
atau pernah kawin wajib memiliki KTP-el.
(2) Dihapus.
(3) KTP-el sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku secara nasional.
(4) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib melaporkan perpanjangan masa
berlaku atau mengganti KTP-el kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal masa berlaku Izin Tinggal Tetap
berakhir.

(5) Penduduk . . .
DISTRIBUSI II
- 16 -
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP-el wajib
membawanya pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya memiliki 1 (satu) KTP-el.

14. Ketentuan Pasal 64 diubah, sehingga Pasal 64


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 64

(1) KTP-el mencantumkan gambar lambang Garuda


Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, memuat elemen data
penduduk, yaitu NIK, nama, tempat tanggal
lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status
perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan,
kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku,
tempat dan tanggal dikeluarkan KTP-el, dan
tandatangan pemilik KTP-el.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi nomor identitas tunggal untuk semua
urusan pelayanan publik.
(3) Pemerintah menyelenggarakan semua pelayanan
publik dengan berdasarkan NIK sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Untuk menyelenggarakan semua pelayanan
publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Pemerintah melakukan integrasi nomor identitas
yang telah ada dan digunakan untuk pelayanan
publik paling lambat 5 (lima) tahun sejak
Undang-Undang ini disahkan.

(5) Elemen . . .

DISTRIBUSI II
- 17 -
(5) Elemen data penduduk tentang agama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai
agama berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan atau bagi penghayat
kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan
dicatat dalam database kependudukan.
(6) Dalam KTP-el sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tersimpan cip yang memuat rekaman
elektronik data perseorangan.
(7) KTP-el untuk:
a. Warga Negara Indonesia masa berlakunya
seumur hidup; dan
b. Orang Asing masa berlakunya disesuaikan
dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap.

(8) Dalam hal terjadi perubahan elemen data, rusak,


atau hilang, Penduduk pemilik KTP-el wajib
melaporkan kepada Instansi Pelaksana untuk
dilakukan perubahan atau penggantian.
(9) Dalam hal KTP-el rusak atau hilang, Penduduk
pemilik KTP-el wajib melapor kepada Instansi
Pelaksana melalui camat atau lurah/kepala desa
paling lambat 14 (empat belas) hari dan
melengkapi surat pernyataan penyebab
terjadinya rusak atau hilang.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
perubahan elemen data penduduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.

15. Ketentuan . . .

DISTRIBUSI II
- 18 -
15. Ketentuan ayat (1) Pasal 68 ditambahkan 1 (satu)
huruf, yakni huruf f, sehingga Pasal 68 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 68

(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas


kutipan akta:
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian;
e. pengakuan anak; dan
f. pengesahan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa
Penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan Pejabat yang
berwenang; dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut
dengan data yang terdapat dalam Register
Akta Pencatatan Sipil.

16. Ketentuan Pasal 76 diubah, sehingga Pasal 76


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 76

Ketentuan mengenai penerbitan Dokumen


Kependudukan bagi petugas khusus yang melakukan
tugas keamanan negara diatur dalam Peraturan
Menteri.

17. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 19 -
17. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga Pasal 77
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 77
Setiap orang dilarang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data
Kependudukan dan/atau elemen data Penduduk.

18. Ketentuan Pasal 79 diubah, sehingga Pasal 79


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 79
(1) Data Perseorangan dan dokumen kependudukan
wajib disimpan dan dilindungi kerahasiaannya
oleh Negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan
hak akses Data Kependudukan kepada petugas
provinsi dan petugas Instansi Pelaksana serta
pengguna.
(3) Petugas dan pengguna sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilarang menyebarluaskan Data
Kependudukan yang tidak sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan,
ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

19. Di antara Pasal 79 dan Pasal 80 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 79A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 79A
Pengurusan dan penerbitan Dokumen Kependudukan
tidak dipungut biaya.

20. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 20 -
20. Di antara BAB VIII dan BAB IX disisipkan 1 (satu)
BAB, yakni BAB VIIIA sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB VIIIA
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
PEJABAT STRUKTURAL

Pasal 83A
(1) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
atas usulan gubernur.
(2) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
kabupaten/kota diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri atas usulan bupati/walikota melalui
gubernur.
(3) Penilaian kinerja pejabat struktural sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
secara periodik oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan
prosedur pengangkatan dan pemberhentian
pejabat struktural sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), serta penilaian kinerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

21. Ketentuan Pasal 84 diubah, sehingga Pasal 84


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi
memuat:

DISTRIBUSI II a. keterangan . . .
- 21 -
a. keterangan tentang cacat fisik dan/atau
mental;
b. sidik jari;
c. iris mata;
d. tanda tangan; dan
e. elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai elemen data
lainnya yang merupakan aib seseorang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

22. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 86 diubah dan
di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat
yakni ayat (1a), sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 86

(1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan


hak akses Data Pribadi kepada petugas provinsi
dan petugas Instansi Pelaksana.
(1a) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang menyebarluaskan Data Pribadi yang
tidak sesuai dengan kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan,
ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

23. Ketentuan Pasal 87 dihapus.

Pasal 87

Dihapus.

24. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 22 -
24. Di antara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) BAB,
yakni BAB IXA sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB IXA
PENDANAAN

Pasal 87A

Pendanaan penyelenggaraan program dan kegiatan


Administrasi Kependudukan yang meliputi kegiatan
fisik dan non fisik, baik di provinsi maupun
kabupaten/kota dianggarkan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara.

Pasal 87B

Penyediaan pendanaan penyelenggaraan program dan


kegiatan Administrasi Kependudukan dianggarkan
mulai anggaran pendapatan dan belanja negara
perubahan tahun anggaran 2014.

25. Ketentuan Pasal 94 diubah, sehingga Pasal 94


berbunyi sebagai berikut :

Pasal 94

Setiap orang yang memerintahkan dan/atau


memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data
Kependudukan dan/atau elemen data Penduduk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp75.000.000,00
(tujuh puluh lima juta rupiah).

26. Di antara . . .

DISTRIBUSI II
- 23 -
26. Di antara Pasal 95 dan Pasal 96 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 95A dan Pasal 95B yang berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 95A
Setiap orang yang tanpa hak menyebarluaskan Data
Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (3) dan Data Pribadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1a) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 95B
Setiap pejabat dan petugas pada desa/kelurahan,
kecamatan, UPT Instansi Pelaksana dan Instansi
Pelaksana yang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan pungutan biaya
kepada Penduduk dalam pengurusan dan penerbitan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 79A dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah).

27. Ketentuan Pasal 96 diubah, sehingga Pasal 96


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dan huruf g dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

28. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 24 -
28. Di antara Pasal 96 dan Pasal 97 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 96A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 96A
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

29. Ketentuan Pasal 101 diubah, sehingga Pasal 101


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah wajib memberikan NIK kepada setiap
Penduduk.
b. semua instansi pengguna wajib menjadikan NIK
sebagai dasar penerbitan dokumen paling lambat
1 (satu) tahun terhitung sejak instansi pengguna
mengakses data kependudukan dari Menteri.
c. KTP-el yang sudah diterbitkan sebelum Undang-
Undang ini ditetapkan berlaku seumur hidup.
d. keterangan mengenai alamat, nama, dan nomor
induk pegawai pejabat dan penandatanganan oleh
pejabat pada KTP-el sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (1) dihapus setelah database
kependudukan nasional terwujud.

30. Ketentuan Pasal 102 diubah, sehingga Pasal 102


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 102
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. semua . . .
DISTRIBUSI II
- 25 -
a. semua singkatan “KTP” sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan harus
dimaknai “KTP-el”;
b. semua kalimat “wajib dilaporkan oleh Penduduk
kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya
peristiwa” sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan harus dimaknai
”wajib dilaporkan oleh Penduduk di Instansi
Pelaksana tempat Penduduk berdomisili”; dan
c. semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan Administrasi Kependudukan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini.

31. Ketentuan Pasal 103 diubah, sehingga Pasal 103


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 103

(1) Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini


harus ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak Undang-Undang ini diundangkan.
(2) Semua peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan harus disesuaikan
dengan Undang-Undang ini paling lambat 1 (satu)
tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal II

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar . . .
DISTRIBUSI II
- 26 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 232

DISTRIBUSI II
PENJELASAN
ATAS
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
hakekatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan
atas status hukum atas Peristiwa Kependudukan maupun Peristiwa
Penting yang dialami Penduduk. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan yang merupakan
penjabaran amanat Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan tertib
Administrasi Kependudukan dengan terbangunnya database
kependudukan secara nasional serta keabsahan dan kebenaran atas
dokumen kependudukan yang diterbitkan.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi
Penduduk diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak
administratif penduduk dalam pelayanan publik serta memberikan
perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen
Kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran
aktif Pemerintah dan pemerintah daerah. Penerapan KTP-el yang saat
ini dilaksanakan merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat
serta mendukung akurasi terbangunnya database kependudukan di
kabupaten/kota, provinsi maupun database kependudukan secara
nasional. Dengan penerapan KTP-el maka setiap Penduduk tidak
dimungkinkan lagi dapat memiliki KTP-el lebih dari satu dan/atau
dipalsukan KTP-elnya, mengingat dalam KTP-el tersebut telah memuat
kode keamanan dan rekaman elektronik data penduduk yang antara
lain berupa iris mata maupun sidik jari Penduduk.

Dengan . . .

DISTRIBUSI II
-2-
Dengan penerapan KTP-el maka masa pemberlakuan KTP-el
yang diatur dalam Pasal 64 ayat (4) yakni berlaku 5 (lima) tahun
menjadi seumur hidup, sepanjang tidak adanya perubahan atas
elemen data Penduduk dan berubahnya domisili Penduduk. Hal ini
perlu dilakukan agar diperoleh kemudahan dan kelancaran dalam
pelayanan publik diberbagai sektor baik oleh pemerintah maupun
swasta serta diperolehnya penghematan keuangan negara setiap
5 (lima) tahunnya.

Sejalan dengan terbangunnya database kependudukan maka


perlu pula diperjelas perihal pengaturan hak akses atas pemanfaatan
Data Kependudukan baik bagi petugas pada Penyelenggara, Instansi
Pelaksana, dan Pengguna. Selanjutnya sehubungan dengan
penerapan sanksi administratif bagi Penduduk maka agar lebih
mencerminkan tidak adanya diskriminatif sesama Penduduk maka
perlu penyesuaian akan besarnya denda administratif baik
penduduk warga negara Indonesia maupun bagi penduduk orang
asing, sehingga selain untuk mendorong tertib Administrasi
Kependudukan serta menghilangkan diskriminatif dalam pelayanan
penerbitan dokumen kependudukan, namun agar lebih mendorong
iklim investasi ke Indonesia.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Pasal 1

Cukup jelas.

Angka 2

Pasal 5

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b . . .
DISTRIBUSI II
-3-
Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Data Kependudukan skala Nasional diterbitkan


secara berkala per semester, yaitu untuk semester
pertama yang diterbitkan tanggal 30 Juni dan
semester kedua yang diterbitkan tanggal
31 Desember.

Huruf f

Penyediaan blangko KTP-el dilaksanakan oleh


Pemerintah dengan pertimbangan untuk menjamin
cip KTP-el dapat terintegrasi dengan sistem yang
sudah ada.

Huruf g

Penyediaan blangko selain blangko KTP-el


dilaksanakan oleh Instansi Pelaksana di
kabupaten/kota.

Dokumen Kependudukan selain blangko KTP-el,


antara lain biodata penduduk, kartu keluarga,
surat keterangan kependudukan, akta kelahiran,
akta perkawinan, akta perceraian, akta kematian,
akta pengakuan anak, dan akta pengesahan anak.

Huruf h

Cukup jelas.

Angka 3 . . .
DISTRIBUSI II
-4-
Angka 3

Pasal 6

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Data Kependudukan skala Provinsi diterbitkan


secara berkala per semester, yaitu untuk semester
pertama yang diterbitkan tanggal 30 Juni dan
semester kedua yang diterbitkan tanggal 31
Desember.

Huruf e

Cukup jelas.

Angka 4

Pasal 7

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e . . .
DISTRIBUSI II
-5-
Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Yang dimaksud dengan ”desa” adalah


kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Huruf g

Data Kependudukan skala kabupaten/kota


diterbitkan secara berkala per semester, yaitu
untuk semester pertama yang diterbitkan
tanggal 30 Juni dan semester kedua yang
diterbitkan tanggal 31 Desember.

Huruf h

Cukup jelas.

Ayat (2)

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuai


kekhususannya berbeda dengan provinsi yang lain
karena diberi kewenangan untuk
menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
seperti kabupaten/kota.

Angka 5

Pasal 8

Cukup jelas.

Angka 6 . . .

DISTRIBUSI II
-6-
Angka 6

Pasal 12

Cukup jelas.

Angka 7

Pasal 27

Ayat (1)

Pelaporan kelahiran oleh Penduduk dilaksanakan


di Instansi Pelaksana tempat Penduduk
berdomisili.

Penulisan tempat lahir di dalam Akta Kelahiran


tetap menunjuk pada tempat terjadinya kelahiran.

Ayat (2)

Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran tanpa dipungut


biaya sebagaimana diatur dalam Peraturan
Perundang-undangan.

Angka 8

Pasal 32

Cukup jelas.

Angka 9

Pasal 44

Ayat (1)

Pelaporan kematian oleh rukun tetangga atau


nama lain kepada Instansi Pelaksana dilaksanakan
secara berjenjang kepada rukun warga atau nama
lain, kelurahan/desa atau nama lain, dan
kecamatan atau nama lain.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) . . .
DISTRIBUSI II
-7-
Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Angka 10

Pasal 49

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "pengakuan anak"


merupakan pengakuan seorang ayah terhadap
anaknya yang lahir dari perkawinan yang telah sah
menurut hukum agama dan disetujui oleh ibu
kandung anak tersebut.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Angka 11

Pasal 50

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "pengesahan anak"


merupakan pengesahan status seorang anak yang
lahir dari perkawinan yang telah sah menurut
hukum agama, pada saat pencatatan perkawinan
dari kedua orang tua anak tersebut telah sah
menurut hukum negara.

Ayat (2) . . .

DISTRIBUSI II
-8-
Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Angka 12

Pasal 58

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i . . .
DISTRIBUSI II
-9-
Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Yang dimaksud dengan “cacat fisik dan/atau


mental” berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang menetapkan
tentang hal tersebut.

Huruf l

Cukup jelas.

Huruf m

Cukup jelas.

Huruf n

Cukup jelas.

Huruf o

Cukup jelas.

Huruf p

Cukup jelas.

Huruf q

Cukup jelas.

Huruf r

Cukup jelas.

Huruf s

Cukup jelas.

Huruf t

Cukup jelas.

Huruf u . . .
DISTRIBUSI II
- 10 -
Huruf u

Cukup jelas.

Huruf v

Cukup jelas.

Huruf w

Cukup jelas.

Huruf x

Cukup jelas.

Huruf y

Cukup jelas.

Huruf z

Cukup jelas.

Huruf aa

Cukup jelas.

Huruf bb

Cukup jelas.

Huruf cc

Cukup jelas.

Huruf dd

Cukup jelas.

Huruf ee

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan "data agregat" adalah


kumpulan data tentang Peristiwa Kependudukan,
Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia,
agama, pendidikan, dan pekerjaan.

Yang . . .
DISTRIBUSI II
- 11 -
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif adalah
data yang berupa angka-angka.

Yang dimaksud dengan "data kualitatif adalah data


yang berupa penjelasan.

Ayat (4)

Data Kependudukan yang dimanfaatkan oleh


Pengguna adalah Data Kependudukan yang sudah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
Kementerian yang bertanggung jawab dalam
urusan pemerintahan dalam negeri.

Huruf a

Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan


pelayanan publik”, antara lain untuk
penerbitan surat izin mengemudi, izin usaha,
pelayanan wajib pajak, pelayanan perbankan,
pelayanan penerbitan sertifikat tanah,
asuransi, jaminan kesehatan masyarakat,
dan/atau jaminan sosial tenaga kerja.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan


perencanaan pembangunan”, antara lain
untuk perencanaan pembangunan nasional,
perencanaan pendidikan, perencanaan
kesehatan, perencanaan tenaga kerja,
dan/atau pengentasan masyarakat dari
kemiskinan.

Huruf c

Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan alokasi


anggaran”, antara lain untuk penentuan dana
alokasi umum (DAU) dan/atau perhitungan
potensi perpajakan.

Huruf d . . .
DISTRIBUSI II
- 12 -
Huruf d

Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan


pembangunan demokrasi”, antara lain untuk
penyiapan data agregat kependudukan per
kecamatan (DAK2) dan/atau penyiapan data
penduduk potensial pemilih Pemilu (DP4).

Huruf e

Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan


penegakan hukum dan pencegahan kriminal”,
antara lain untuk memudahkan pelacakan
pelaku kriminal, mencegah perdagangan
orang, dan/atau mencegah pengiriman
tenaga kerja illegal.

Angka 13

Pasal 63

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Dihapus.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6) . . .

DISTRIBUSI II
- 13 -
Ayat (6)

Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu)


KTP-el untuk 1 (satu) Penduduk diperlukan sistem
keamanan/pengendalian dan sisi administrasi
ataupun teknologi informasi dengan melakukan
verifikasi dan validasi dalam sistem database
kependudukan serta pemberian NIK.

Angka 14

Pasal 64

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Fungsi KTP-el ditingkatkan secara bertahap


menjadi KTP-el multiguna.

Data perseorangan yang dimuat dalam cip akan


disesuaikan dengan kebutuhan.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Angka (9) . . .
DISTRIBUSI II
- 14 -
Ayat (9)

Cukup jelas.

Ayat (10)

Cukup jelas.

Angka 15

Pasal 68

Cukup jelas.

Angka 16

Pasal 76

Cukup jelas.

Angka 17

Pasal 77

Cukup jelas.

Angka 18

Pasal 79

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pengguna” antara lain


lembaga negara, kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian, dan/atau badan hukum
Indonesia.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Angka 19 . . .

DISTRIBUSI II
- 15 -
Angka 19

Pasal 79A

Yang dimaksud dengan “pengurusan dan penerbitan”


meliputi penerbitan baru, penggantian akibat rusak
atau hilang, pembetulan akibat salah tulis, dan/atau
akibat perubahan elemen data.

Angka 20

Pasal 83A

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan


perundang-undangan” adalah ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengembangan
dan pembinaan karir.

Angka 21

Pasal 84

Cukup jelas.

Angka 22

Pasal 86

Cukup jelas.

Angka 23

Pasal 87

Dihapus.

Angka 24 . . .
DISTRIBUSI II
- 16 -
Angka 24
Pasal 87A
Cukup jelas.

Pasal 87B
Cukup jelas.
Angka 25
Pasal 94
Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 95A
Cukup jelas.
Pasal 95B
Cukup jelas.
Angka 27

Pasal 96
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 96A
Cukup jelas.
Angka 29

Pasal 101
Cukup jelas.
Angka 30

Pasal 102

Cukup jelas.

Angka 31
Angka 31 . . .
DISTRIBUSI II
- 17 -
Pasal 103

Cukup jelas.

Pasal II

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5475

DISTRIBUSI II
www.hukumonline.com

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban memberikan
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas
setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk
Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status
hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk
Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kependudukan;
c. bahwa pengaturan tentang Administrasi Kependudukan hanya dapat terlaksana apabila
didukung oleh pelayanan yang profesional dan peningkatan kesadaran penduduk, termasuk
Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri;
d. bahwa peraturan perundang-undangan mengenai Administrasi Kependudukan yang ada
tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang tertib dan
tidak diskriminatif sehingga diperlukan pengaturan secara menyeluruh untuk menjadi
pegangan bagi semua penyelenggara negara yang berhubungan dengan kependudukan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c,
dan huruf d, perlu membentuk undang-undang tentang Administrasi Kependudukan.

Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4), Pasal 26, Pasal 28 B ayat (1),
Pasal 28 D ayat (4), Pasal 28 E ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 I, Pasa129 ayat (1), Pasal 34
ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3019);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32);
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3474);
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan International Convention On
The Elimination Of All Forms Of Racial Discrimination 1965 (Konvensi Internasional tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3852);
6. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3882);

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3886);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4235);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4634).

Dengan Persetujuan Bersama:


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan
Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya
untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.
4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri.
6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan.
7. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab
dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi Kependudukan.
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana
yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
9. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang terstruktur
sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

10. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan
Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan
serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.
11. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus dilaporkan
karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang,
perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
12. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk
yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai
Penduduk Indonesia.
13. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang memuat data
tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
14. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmi Penduduk
sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
15. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam
register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.
16. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang
dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
17. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian,
lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak,
perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan.
18. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
19. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal
menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
20. Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab
memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting serta
pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan di desa/kelurahan.
21. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi
Pelaksana sebagai satu kesatuan.
22. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga
kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya,
23. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya disingkat KUAKec, adalah satuan kerja yang
melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi
Penduduk yang beragama Islam.
24. Unit Pelaksana Teknis Dinas Instansi Pelaksana, selanjutnya disingkat UPTD Instansi
Pelaksana, adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang melaksanakan pelayanan
Pencatatan Sipil dengan kewenangan menerbitkan akta.

BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK

Pasal 2
Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
a. Dokumen Kependudukan;

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

b. pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;


c. perlindungan atas Data Pribadi;
d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
e. informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas dirinya
dan/atau keluarganya; dan
f. ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam Pendaftaran Penduduk
dan Pencatatan Sipil serta penyalahgunaan Data Pribadi oleh Instansi. Pelaksana.

Pasal 3
Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang
dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

Pasal 4
Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib
melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi
Pelaksana Pencatatan Sipil negara setempat dan/atau kepada Perwakilan Republik Indonesia
dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil.

BAB III
KEWENANGAN PENYELENGGARA DAN INSTANSI PELAKSANA

Bagian Kesatu
Penyelenggara

Paragraf 1
Pemerintah

Pasal 5
Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
secara nasional, yang dilakukan oleh Menteri dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi antar instansi dalam urusan Administrasi Kependudukan;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
c. sosialisasi Administrasi Kependudukan;
d. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan Administrasi
Kependudukan;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional; dan
f. pencetakan, penerbitan, dan distribusi blangko Dokumen Kependudukan.

Paragraf 2
Pemerintah Provinsi

Pasal 6
Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil;

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

c. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;


d. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi; dan
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

Paragraf 3
Pemerintah Kabupaten/Kota

Pasal 7
(1) Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan
urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati/walikota dengan
kewenangan meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi
Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi
Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota; dan
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Bagian Kedua
Instansi Pelaksana

Pasal 8
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban
yang meliputi:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat Peristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang lama dan profesional. kepada setiap Penduduk atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting;
c. menerbitkan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh
Penduduk dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pencatatan nikah, talak,
cerai, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam pada tingkat kecamatan dilakukan
oleh pegawai pencatat pada KUAKec.
(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat kecamatan dilakukan oleh UPTD Instansi
Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan Akta Pencatatan Sipil.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan tata cara
Pencatatan Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan
berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan prioritas pembentukannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 9
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewenangan
yang meliputi:
a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting yang dilaporkan Penduduk;
b. memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami Penduduk atas dasar
putusan atau penetapan pengadilan;
c. memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian kepada lembaga
peradilan; dan
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil untuk kepentingan pembangunan.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berlaku juga bagi
KUAKec, khususnya untuk pencatatan nikah, talak, term, dan rujuk bagi Penduduk yang
beragama Islam.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mempunyai
kewenangan untuk mendapatkan data hasil pencatatan peristiwa perkawinan, perceraian,
dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam dari KUAKec.

Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenal penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 11
(1) Pejabat Pencatatan Sipil mempunyai kewenangan melakukan verifikasi kebenaran data,
melakukan pembuktian pencatatan atas nama jabatannya, mencatat data dalam register
akta Pencatatan Sipil, menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil, dan membuat catatan
pinggir pada akta-akta Pencatatan Sipil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Pasal 12
(1) Petugas Registrasi membantu kepala desa atau lurah dan Instansi Pelaksana dalam
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh
bupati/walikota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.

BAB IV
PENDAFTARAN PENDUDUK

Bagian Kesatu
Nomor Induk Kependudukan

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 13
(1) Setiap Penduduk wajib memiliki NIK.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup dan selamanya, yang
diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi Pelaksana kepada setiap Penduduk
setelah dilakukan pencatatan biodata.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap Dokumen
Kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok
wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas
lainnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara dan ruang lingkup penerbitan
dokumen identitas lainnya, serta pencantuman NIK diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua
Pendaftaran Peristiwa Kependudukan

Paragraf 1
Perubahan Alamat

Pasal 14
(1) Dalam hal terjadi perubahan alamat Penduduk, Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan
penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan perubahan dokumen
Pendaftaran Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.

Paragraf 2
Pindah Datang Penduduk dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 15
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah asal untuk mendapatkan
Surat Keterangan Pindah.
(2) Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berdomisilinya Penduduk di alamat
yang baru untuk waktu lebih dari 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang
bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun.
(3) Berdasarkan Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penduduk
yang bersangkutan wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah tujuan untuk
penerbitan Surat Keterangan Pindah Datang,
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai
dasar perubahan atau penerbitan KK dan KTP bagi Penduduk yang bersangkutan,

Pasal 16
Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan pendaftaran pindah datang Penduduk Warga Negara
Indonesia yang bertransmigrasi.

Pasal 17
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal
Tetap yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan
rencana kepindahannya kepada Instansi Pelaksana di daerah asal.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(3) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan kedatangan kepada Instansi
Pelaksana di daerah tujuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan Surat
Keterangan Pindah Datang.
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai
dasar perubahan atau penerbitan KK, KTP, atau Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi
Orang Asing yang bersangkutan.

Paragraf 3
Pindah Datang Antar negara

Pasal 18
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah ke luar negeri wajib melaporkan rencana
kepindahannya kepada Instansi Pelaksana.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri.
(3) Penduduk Warga Negara Indonesia yang telah pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan berstatus menetap di luar negeri wajib melaporkan kepada Perwakilan Republik
Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak kedatangannya.

Pasal 19
(1) Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri wajib melaporkan kedatangannya
kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal kedatangan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri sebagai dasar penerbitan KK
dan KTP.

Pasal 20
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang datang dari luar negeri dan Orang
Asing yang memiliki izin lainnya yang telah berubah status sebagai pemegang Izin Tinggal
Terbatas yang berencana bertempat tanggal di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari
sejak diterbitkan Izin Tinggal Terbatas.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Terbatas.
(4) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibawa pada
saat berpergian.

Pasal 21
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang telah berubah status menjadi Orang
Asing yang memiliki lzin Tinggal Tetap wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan lzin Tinggal Tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan KK dan KTP.

Pasal 22

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin
Tinggal Tetap yang akan pindah ke luar negeri wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana
paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum rencana kepindahannya.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana melakukan
pendaftaran.

Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran Peristiwa Kependudukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 22 diatur dalam Peraturan Presiden.

Paragraf 4
Penduduk Pelintas Batas

Pasal 24
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang tinggal di perbatasan antar negara yang
bermaksud melintas batas negara diberi buku pas lintas batas oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah memperoleh buku pas lintas
batas wajib didaftar oleh Instansi Pelaksana.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran bagi Penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga
Pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan

Pasal 25
(1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan Penduduk rentan Administrasi
Kependudukan yang meliputi:
a. penduduk korban bencana alam;
b. penduduk korban bencana sosial;
c. orang terlantar; dan
d. komunitas terpencil.
(2) Pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan di tempat sementara.
(3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penerbitan
Surat Keterangan Kependudukan untuk Penduduk rentan Administrasi Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pendataan Penduduk rentan
diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Keempat
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri

Pasal 26
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa
Kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau
meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Presiden.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

BAB V
PENCATATAN SIPIL

Bagian Kesatu
Pencatatan Kelahiran

Paragraf 1
Pencatatan Kelahiran di Indonesia

Pasal 27
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat
terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pasal 28
(1) Pencatatan kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran
terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan
orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi Berita Acara
Pemeriksaan dari kepolisian.
(2) Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil dan disimpan oleh lnstansi Pelaksana.

Paragraf 2
Pencatatan Kelahiran di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 29
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan kepada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(4) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang
bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.

Paragraf 3
Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang

Pasal 30
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di atas kapal laut atau pesawat terbang wajib dilaporkan
oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tujuan atau tempat singgah
berdasarkan keterangan kelahiran dari nakhoda kapal laut atau kapten pesawat terbang.
(2) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada Instansi

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pelaksana setempat untuk dicatat dalam Register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan
Akta Kelahiran.
(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada negara
tempat tujuan atau tempat singgah.
(4) Apabila negara tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada
Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(5) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mencatat peristiwa
kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(6) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilaporkan
oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga
Negara Indonesia yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.

Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 diatur dalam Peraturan Presiden.

Paragraf 4
Pencatatan Kelahiran yang Melampaui Batas Waktu

Pasal 32
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas
waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (sate) tahun sejak tanggal kelahiran,
pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana
setempat.
(2) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Kedua
Pencatatan Lahir Mati

Pasal 33
(1) Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan
Lahir Mati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan lahir mati
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Ketiga
Pencatatan Perkawinan

Paragraf 1
Pencatatan Perkawinan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 34

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(1) Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan wajib


dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya perkawinan
paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(3) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing diberikan
kepada suami dan istri.
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Penduduk yang beragama
Islam kepada KUAKec.
(5) Data hasil pencatatan atas peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan dalam Pasal
8 ayat (2) wajib disampaikan oleh KUAKec kepada Instansi Pelaksana dalam waktu paling
lambat 10 (sepuluh) hari setelah pencatatan perkawinan dilaksanakan.
(6) Hasil pencatatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak memerlukan penerbitan
kutipan akta Pencatatan Sipil.
(7) Pada tingkat kecamatan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada
UPTD Instansi Pelaksana.

Pasal 35
Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula bagi:
a. perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan
b. perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga
Negara Asing yang bersangkutan.

Pasal 36
Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan perkawinan
dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.

Paragraf 2
Pencatatan Perkawinan di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 37
(1) Perkawinan Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan perkawinan bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
perkawinan dalam Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(4) Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh
yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perkawinan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Keempat
Pencatatan Pembatalan Perkawinan

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 39
(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh Penduduk yang mengalami pembatalan
perkawinan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah
putusan pengadilan tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut Kutipan Akta
Perkawinan dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan
Perkawinan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan
perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Presiden.

Bagian Kelima
Pencatatan Perceraian

Paragraf 1
Pencatatan Perceraian di Indonesia

Pasal 40
(1) Perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak putusan pengadilan tentang perceraian yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.

Paragraf 2
Pencatatan Perceraian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 41
(1) Perceraian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan perceraian bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
perceraian dalam Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
(4) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh
yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

Pasal 42
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perceraian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41 diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Keenam
Pencatatan Pembatalan Perceraian

Pasal 43

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(1) Pembatalan perceraian bagi Penduduk wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang
pembatalan perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mencabut
Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan
Pembatalan Perceraian.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan
perceraian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.

Bagian Ketujuh
Pencatatan Kematian

Paragraf 1
Pencatatan Kematian di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Kematian dan menerbitkan Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan
keterangan kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah
adanya penetapan pengadilan.
(5) Dalam hai terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana
melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan dari kepolisian.

Paragraf 2
Pencatatan Kematian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 45
(1) Kematian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepada Perwakilan
Republik Indonesia dan wajib dicatatkan kepada instansi yang berwenang di negara
setempat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kematian.
(2) Apabila Perwakilan Republik Indonesia mengetahui peristiwa kematian seseorang Warga
Negara Indonesia di negara setempat yang tidak dilaporkan dan dicatatkan paling lambat 7
(tujuh) hari sejak diterimanya informasi tersebut, pencatatan kematiannya dilakukan oleh
Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Dalam hal seseorang Warga Negara Indonesia dinyatakan hilang, pernyataan kematian
karena hilang dan pencatatannya dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara setempat.
(4) Dalam hal terjadi kematian seseorang Warga Negara Indonesia yang tidak jelas
identitasnya, pernyataan dan pencatatan dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara
setempat.
(5) Keterangan pernyataan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dicatatkan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(6) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi dasar Instansi Pelaksana di
Indonesia mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti di pengadilan sebagai dasar
penetapan pengadilan mengenai kematian seseorang.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 46
Ketentuan Iebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 dan Pasal 45 diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Kedelapan
Pencatatan Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak, dan Pengesahan Anak

Paragraf 1
Pencatatan Pengangkatan Anak di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 47
(1) Pencatatan pengangkatan anak dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan di tempat
tinggal pemohon.
(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh
Penduduk kepada instansi Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya salinan penetapan pengadilan oleh
Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada Register Akta Kelahiran dan Kutipan Akta Kelahiran.

Paragraf 2
Pencatatan Pengangkatan Anak Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia

Pasal 48
(1) Pengangkatan anak warga negara asing yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang
berwenang di negara setempat.
(2) Hasil pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan Pengangkatan Anak bagi warga negara asing, warga negara yang bersangkutan
melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia setempat untuk mendapatkan surat
keterangan pengangkatan anak.
(4) Pengangkatan anak warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia,
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Instansi Pelaksana
mengukuhkan Surat Keterangan Pengangkatan Anak.

Paragraf 3
Pencatatan Pengakuan Anak

Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua pada Instansi Pelaksana paling Iambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari
anak yang bersangkutan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua
yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar hubungan
perkawinan yang sah.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan menerbitkan Kutipan Akta Pengakuan
Anak.

Paragraf 4
Pencatatan Pengesahan Anak

Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua
yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak yang lahir diluar hubungan
perkawinan yang sah.
(3) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Akta Kelahiran.

Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pengangkatan anak,
pengakuan anak, dan pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal
49, dan Pasal 50 diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Kesembilan
Pencatatan Perubahan Nama dan Perubahan Status Kewarganegaraan

Paragraf 1
Pencatatan Perubahan Nama

Pasal 52
(1) Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri
tempat pemohon.
(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh
Penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan negeri oleh Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipi1
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.

Paragraf 2
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia

Pasat 53
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari warga negara asing menjadi Warga Negara
Indonesia wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di
tempat peristiwa perubahan status kewarganegaraan paling lambat 60 (enam puluh) hari
sejak berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Paragraf 3
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia Menjadi
Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 54
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia menjadi warga negara
asing di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah mendapatkan
persetujuan dari negara setempat wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan
kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Perwakilan Republik Indonesia setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan
Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia.
(3) Pelepasan kewarganegaraan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan
oleh Perwakilan Republik Indonesia setempat kepada menteri yang berwenang berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana
yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil yang bersangkutan.
(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.

Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan perubahan nama dan status
kewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Pasal 53, dan Pasal 54 diatur dalam
Peraturan Presiden.

Bagian Kesepuluh
Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya

Pasal 56
(1) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil atas
permintaan Penduduk yang bersangkutan setelah adanya penetapan pengadilan negeri
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan Peristiwa Penting
lainnya diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Kesebelas
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Melaporkan Sendiri

Pasal 57
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa Penting
yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau meminta
bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pelaporan Penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.

BAB VI
DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Bagian Kesatu
Data Kependudukan

Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.
(2) Data perseorangan meliputi:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung:
o. nama Ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah:
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian.
(3) Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data kuantitatif dan data
kualitatif.

Bagian Kedua
Dokumen Kependudukan

Pasal 59
(1) Dokumen Kependudukan meliputi:
a. Biodata Penduduk;
b. KK;
c. KTP;
d. surat keterangan kependudukan; dan
e. Akta Pencatatan Sipil.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(2) Surat keterangan kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. Surat Keterangan Pindah;
b. Surat Keterangan Pindah Datang;
c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
e. Surat Keterangan Tempat Tinggal;
f. Surat Keterangan Kelahiran;
g. Surat Keterangan Lahir Mati;
h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
j. Surat Keterangan Kematian;
k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;
m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan
n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
(3) Biodata Penduduk, KK, KTP, Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia
antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara
Indonesia antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Orang
Asing dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah ke
Luar Negeri, Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri, Surat Keterangan Tempat Tinggal
untuk Orang Asing Tinggal Terbatas, Surat Keterangan Kelahiran untuk Orang Asing, Surat
Keterangan Lahir Mati untuk Orang Asing, Surat Keterangan Kematian untuk Orang Asing,
Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan, Surat Keterangan Pembatalan Perceraian, Surat
Keterangan Pengganti Tanda Identitas, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Instansi
Pelaksana.
(4) Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar kecamatan dalam satu
kabupaten/kota, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antar
kecamatan dalam satu kabupaten/kota, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh camat
atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(5) Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia dalam sate
desa/kelurahan, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia
antardesa/kelurahan dalam satu kecamatan, Surat Keterangan Kelahiran untuk Warga
Negara Indonesia, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Warga Negara Indonesia dan Surat
Keterangan Kematian untuk Warga Negara Indonesia, dapat diterbitkan dan ditandatangani
oleh kepala desa/lurah atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(6) Surat Keterangan Pengakuan Anak dan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan
Republik Indonesia, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Perwakilan Republik
Indonesia.

Pasal 60
Biodata Penduduk paling sedikit memuat keterangan tentang nama, tempat dan tanggal lahir,
alamat dan Jati diri lainnya secara lengkap, serta perubahan data sehubungan dengan Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami.

Pasal 61
(1) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan
anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan,
dokumen imigrasi, nama orang tua.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(2) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk
yang agamanya belum diakui sebagal agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat
dalam database Kependudukan.
(3) Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk selamanya, kecuali terjadi
perubahan kepala keluarga.
(4) KK diterbitkan dan diberikan oleh Instansi Pelaksana kepada Penduduk Warga Negara
Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap.
(5) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar penerbitan KTP.

Pasal 62
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap
hanya diperbolehkan terdaftar dalam I (satu) KK.
(2) Perubahan susunan keluarga dalam KK wajib dilaporkan kepada Instansi Pelaksana
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya perubahan.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan KK.

Pasal 63
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang
telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki
ISTP.
(2) Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki Izin Tinggal Tetap dan
sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki KTP.
(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara nasional.
(4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada Instansi Pelaksana
apabila masa berlakunya telah berakhir.
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya diperbolehkan memiliki
1 (satu) KT?.

Pasal 64
(1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki
atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan,
kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP, tanda
tangan pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang
menandatanganinya.
(2) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang
agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat
dalam database kependudukan.
(3) Dalam KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan ruang untuk memuat kode
keamanan dan rekaman elektronik pencatatan Peristiwa Penting.
(4) Masa berlaku KTP:
a. untuk Warga Negara Indonesia berlaku selama 5 (lima) tahun;
b. untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal
Tetap.
(5) Penduduk yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku seumur hidup.

Pasal 65

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Surat Keterangan Kependudukan paling sedikit memuat keterangan tentang nama lengkap, NIK,
jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
yang dialami oleh seseorang.

Pasal 66
(1) Akta Pencatatan Sipil terdiri atas:
a. Register Akta Pencatatan Sipil; dan
b. Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(2) Akta Pencatatan Sipil berlaku selamanya.

Pasal 67
(1) Register Akta Pencatatan Sipil memuat seluruh data Peristiwa Penting.
(2) Data Peristiwa Penting yang berasal. dari KUAKec diintegrasikan ke dalam database
kependudukan dan tidak diterbitkan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(3) Register Akta Pencatatan Sipil disimpan dan dirawat oleh Instansi Pelaksana.
(4) Register Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. nama dan identitas pelapor;
e. tempat dan tanggal peristiwa;
f. nama dan identitas saksi;
g. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta; dan
h. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang.

Pasal 68
(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas kutipan akta:
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian; dan
e. pengakuan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang: dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut dengan data yang terdapat dalam Register
Akta Pencatatan Sipil.

Pasal 69
(1) Instansi Pelaksana atau Pejabat yang diberi kewenangan, sesuai tanggung jawabnya, wajib
menerbitkan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagal berikut:
a. KK atau KTP paling lambat 14 (empat belas) hari;
b. Surat Keterangan Pindah paling lambat 14 (empat belas) hari;

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

c. Surat Keterangan Pindah Datang paling lambat 14 (empat belas) hari;


d. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari;
e. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari;
f. Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal
Terbatas paling lambat 14 (empat belas) hari;
g. Surat Keterangan Kelahiran paling lambat 14 (empat belas) hari;
h. Surat Keterangan Lahir Mati paling lambat 14 (empat belas) hari;
i. Surat Keterangan Kematian paling lambat 3 (tiga) hari;
j. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan paling lambat 7 (tujuh) hari; atau
k. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian paling lambat 7 (tujuh) hari;
sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.
(2) Perwakilan Republik Indonesia wajib menerbitkan Surat Keterangan Kependudukan sebagai
berikut:
a. Surat Keterangan Perceraian paling lambat 7 (tujuh) hari;
b. Surat Keterangan Pengangkatan Anak paling lambat 7 (tujuh) hari; atau
c. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia paling lambat 7 (tujuh)
hari;
sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.
(3) Pejabat Pencatatan Sipil dan Pejabat pada Perwakilan Republik Indonesia yang ditunjuk
sebagai pembantu pencatat sipil wajib mencatat pada register akta Pencatatan Sipil dan
menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
dipenuhinya semua persyaratan.

Pasal 70
(1) Pembetulan KTP hanya dilakukan untuk KTP yang mengalami kesalahan tulis redaksional.
(2) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan atau tanpa
permohonan dari orang yang menjadi subjek KTP.
(3) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Instansi Pelaksana.

Pasal 71
(1) Pembetulan akta Pencatatan Sipil hanya dilakukan untuk akta yang mengalami kesalahan
tulis redaksional.
(2) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek akta.
(3) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pejabat Pencatatan Sipil sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 72
(1) Pembatalan akta Pencatatan Sipil dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan putusan pengadilan mengenai pembatalan akta sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta dan
mencabut kutipan akta-akta Pencatatan Sipil yang dibatalkan dari kepemilikan subjek akta.

Pasal 73
Dalam hal wilayah hukum Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta berbeda dengan pengadilan
yang memutus pembatalan akta, salinan putusan pengadilan disampaikan kepada Instansi
Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipi1 oleh pemohon atau pengadilan.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 74
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembetulan dan
pembatalan Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72 diatur
dalam Peraturan Presiden.

Pasal 75
Ketentuan mengenai spesifikasi dan formulasi kalimat dalam Biodata Penduduk, blangko KK, KTP,
Surat Keterangan Kependudukan, Register dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil diatur dalam
Peraturan Menteri.

Pasal 76
Ketentuan mengenal penerbitan Dokumen Kependudukan bagi petugas rahasia khusus yang
melakukan tugas keamanan negara diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 77
Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada
Dokumen Kependudukan.

Pasal 78
Ketentuan mengenai pedoman pendokumentasian hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipi1 diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga
Perlindungan Data dan Dokumen Kependudukan

Pasal 79
(1) Data dan dokumen kependudukan wajib disimpan dan dilindungi oleh negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca,
mengubah, meralat dan menghapus, serta mencetak Data, mengkopi Data dan Dokumen
Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

BAB VII
PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL SHAT NEGARA ATAU SEBAGIAN
NEGARA DALAM KEADAAN DARURAT DAN LUAR BIASA

Pasal 80
(1) Apabila negara atau sebagian negara dinyatakan dalam keadaan darurat dengan segala
tingkatannya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, otoritas pemerintahan
yang menjabat pada saat itu diberi kewenangan membuat surat keterangan mengenai
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting.
(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai dasar penerbitan Dokumen
Kependudukan.
(3) Apabila keadaan sudah dinyatakan pulih, Instansi Pelaksana aktif mendata ulang dengan
melakukan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di tempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 81
(1) Dalam hal terjadi keadaan luar biasa sebagai akibat bencana alam, instansi Pelaksana wajib
melakukan pendataan Penduduk bagi pengungsi dan korban bencana alam.
(2) Instansi Pelaksana menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas dan Surat
Keterangan Pencatatan Sipil berdasarkan hasil pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas atau Surat Keterangan Pencatatan Sipil
digunakan sebagai tanda bukti diri dan bahan pertimbangan untuk penerbitan Dokumen
Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan
Pengganti Tanda Identitas dan Surat Keterangan Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB VIII
SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Pasal 82
(1) Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Menteri.
(2) Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal Sistem informasi Administrasi Kependudukan dan
pengelolaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
(5) Pedoman pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.

Pasal 83
(1) Data Penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan
tersimpan di dalam database kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan
kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan.
(2) Pemanfaatan data Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin
Penyelenggara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara mendapatkan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB IX
PERLINDUNGAN DATA PRIBADI PENDUDUK

Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi memuat:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. tanggal/bulan/tahun lahir;
d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental;
e. NIK ibu kandung;
f. NIK ayah; dan
g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai beberapa isi catatan Peristiwa Penting sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 85
(1) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 wajib disimpan dan
dilindungi oleh negara.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal penyimpanan dan perlindungan terhadap Data Pribadi
Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijaga kebenarannya
dan dilindungi kerahasiaannya oleh Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 86
(1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca,
mengubah, meralat dan menghapus, mengkopi Data serta mencetak Data Pribadi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenal
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Pasal 87
(1) Pengguna Data Pribadi Penduduk dapat memperoleh dan menggunakan Data Pribadi dari
petugas pada Penyelenggara dan lnstansi Pelaksana yang memiliki hak akses.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh dan
menggunakan Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

BAB X
PENYIDIKAN

Pasal 88
(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri
5ipi1 yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang Administrasi Kependudukan
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan
tugas penyidikan berwenang untuk:
a. menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum tentang adanya
dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan;
b. memeriksa laporan atau keterangan atas adanya dugaan tindak pidana Administrasi
Kependudukan;
c. memanggil orang untuk diminta keterangannya atas adanya dugaan sebagaimana
dimaksud pada huruf b; dan
d. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan.
(3) Pengangkatan, mutasi, dan pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil, serta mekanisme
penyidikan dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 89
(1) Setiap Penduduk dikenal sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu
pelaporan Peristiwa Kependudukan dalam hal:
a. pindah datang bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(3);
b. pindah datang ke luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3);
c. pindah datang dari luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1);
d. pindah datang dari luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1);
e. perubahan status Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas menjadi Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1);
f. pindah ke luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau
Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (1);
g. perubahan KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2); atau
h. perpanjangan KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (4).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap Penduduk Warga
Negara Indonesia paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan Penduduk Orang
Asing paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 90
(1) Setiap Penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu
pelaporan Peristiwa Penting dalam hal:
a. kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) atau Pasal 29 ayat (4) atau
Pasal 30 ayat (6) atau Pasal 32 ayat (1) atau Pasal 33 ayat (1);
b. perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) atau Pasal 37 ayat (4);
c. pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1);
d. perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) atau Pasal 41 ayat (4);
e. pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1);
f. kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) atau Pasal 45 ayat (1);
g. pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) atau Pasal 48
ayat (4);
h. pengakuan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1);
i. pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1);
j. perubahan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2);
k. perubahan status kewarganegaraan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 ayat (1); atau
l. Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 91

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(1) Setiap Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (5) yang berpergian tidak
membawa KTP dikenakan denda administratif paling banyak Rp50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah).
(2) Setiap Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (4) yang berpergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal
dikenai denda administratif paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 92
(1) Dalam hal Pejabat pada Instansi Pelaksana melakukan tindakan atau sengaja melakukan
tindakan yang memperlambat pengurusan Dokumen Kependudukan dalam batas waktu
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dikenakan sanksi berupa denda paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Presiden.

BAB XII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 93
Setiap Penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/atau dokumen kepada Instansi
Pelaksana dalam melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).

Pasal 94
Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau mengurangi isi elemen
data._pada Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah).

Pasal 95
Setiap orang yang tanpa hak mengakses database kependudukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (1) dan/atau Pasal 86 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, dan/atau
mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 97
Setiap Penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala keluarga atau anggota
keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) atau untuk memiliki
KTP lebih dari satu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (6) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah).

Pasal 98

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(1) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 atau Pasal 94, pejabat yang
bersangkutan dipidana dengan pidana yang sama ditambah 1/3 (satu pertiga).
(2) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana membantu
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95, pejabat yang
bersangkutan dipidana sesuai dengan ketentuan undang-undang.

Pasal 99
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, dan Pasal
97 adalah tindak pidana Administrasi Kependudukan.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 100
(1) Semua Dokumen Kependudukan yang telah diterbitkan atau yang telah ada pada saat
Undang-Undang ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku menurut Undang-Undang ini.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk KK dan KTP sampai
dengan batas waktu berlakunya atau diterbitkannya KK dan KTP yang sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah memberikan NIK kepada setiap Penduduk paling lambat 5 (lima) tahun;
b. Semua instansi wajib menjadikan NIK sebagai dasar dalam menerbitkan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) paling lambat 5 (lima) tahun;
c. KTP seumur hidup yang sudah mempunyai NIK tetap berlaku dan yang belum mempunyai
NIK harus disesuaikan dengan Undang-Undang ini;
d. KTP yang diterbitkan belum mengacu pada Pasal 64 ayat (3) tetap berlaku sampai dengan
batas waktu berakhirnya masa berlaku KTP;
e. Keterangan mengenai alamat, nama dan nomor induk pegawai pejabat dan
penandatanganan oleh pejabat pada KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1)
dihapus setelah database kependudukan nasional terwujud.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 102
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua Peraturan Pelaksanaan yang berkaitan
dengan Administrasi Kependudukan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan
belum diganti sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

Pasal 103
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) dilakukan
paling lambat 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 105
Dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Undang-Undang ini, Pemerintah
wajib menerbitkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penetapan persyaratan dan tata
cara perkawinan bagi para penghayat kepercayaan sebagai dasar diperolehnya kutipan akta
perkawinan dan pelayanan pencatatan Peristiwa Penting.

Pasal 106
Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku:
a. Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua dan Bab Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Staatsblad 1847:23);
b. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Eropa (Reglement op het Holden der Registers
van den Burgerlijken Stand voor Europeanen, Staatsblad 1849:25 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
c. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Cina (Bepalingen voor Geheel Indonesie
Betreffende het Burgerlijken Handelsrecht van de Chinezean, Staatsblad 1917:129 jo.
Staatsblad 1939:288 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
d. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Indonesia (Reglement op het Holden van de
Registers van den Burgerlijken Stand voor Eenigle Groepen v.d nit tot de Onderhoringer van
een zefbestuur, behoorende Ind. Bevolking van Java en Madura, Staatsblod 1920:751 jo.
Staatsblad 1927:564);
e. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Kristen Indonesia (Huwelijksordonantie voor
Christenen Indonesiers Java, Minahasa en Ambolena, Staatsblad 1933:74 jo. Staatsblad
1936:607 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1939:288);
f. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama
Keluarga (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2154);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 107
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA AD INTERIM REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
YUSRIL IHZA MAHENDRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006 NOMOR 124

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk yang berada di
dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan tegas menjamin hak setiap
Penduduk untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah, memperoleh status kewarganegaraan, menjamin kebebasan memeluk agama, dan
memilih tempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
Peristiwa Kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk menetap,
tinggal terbatas, serta perubahan status Orang Asing Tinggal Terbatas menjadi tinggal tetap
dan Peristiwa Penting, antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, dan
perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan
status kewarganegaraan, ganti nama dan Peristiwa Penting lainnya yang dialami oleh
seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi
perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Untuk itu, setiap Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan
pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Dalam pemenuhan hak Penduduk, terutama di bidang Pencatatan Sipil, masih ditemukan
penggolongan Penduduk yang didasarkan pada perlakuan diskriminatif yang membeda-
bedakan suku, keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan produk
kolonial Belanda. Penggolongan Penduduk dan pelayanan diskriminatif yang demikian itu
tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami
kendala yang mendasar sebab sumber Data Kependudukan belum terkoordinasi dan
terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem
Administrasi Kependudukan yang utuh dan optimal.
Kondisi sosial dan administratif seperti yang dikemukakan di atas tidak memiliki sistem
database kependudukan yang menunjang pelayanan Administrasi Kependudukan,
Kondisi itu harus diakhiri dengan pembentukan suatu sistem Administrasi Kependudukan
yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi
tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan yang profesional.
Seluruh kondisi tersebut di atas menjadi dasar pertimbangan perlunya membentuk Undang-
Undang tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan ini memuat pengaturan dan
pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di bidang Administrasi
Kependudukan. Salah satu hal penting adalah pengaturan mengenai penggunaan Nomor
Induk Kependudukan (NIK). NIK adalah identitas Penduduk Indonesia dan merupakan kunci
akses dalam melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna mendukung
pelayanan publik di bidang Administrasi Kependudukan. Sebagai kunci akses dalam
pelayanan kependudukan, NIK dikembangkan ke arah identifikasi tunggal bagi setiap

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Penduduk. NIK bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar
sebagai Penduduk Indonesia dan berkait secara langsung dengan seluruh Dokumen
Kependudukan,
Untuk penerbitan NIK, setiap Penduduk wajib mencatatkan biodata Penduduk yang diawali
dengan pengisian formulir biodata Penduduk di desa/kelurahan secara benar. NIX wajib
dicantumkan dalam setiap Dokumen Kependudukan, baik dalam pelayanan Pendaftaran
Penduduk maupun Pencatatan Sipil, serta sebagai dasar penerbitan berbagai dokumen
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pendaftaran Penduduk pada dasarnya menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan
Pendaftaran Penduduk didasarkan pada asas domisili atau tempat tinggal atas terjadinya
Peristiwa Kependudukan yang dialami oleh seseorang dan/atau keluarganya. Pencatatan
Sipil pada dasarnya juga menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan Pencatatan
Sipil didasarkan pada asas peristiwa, yaitu tempat dan waktu terjadinya Peristiwa Penting
yang dialami oleh dirinya dan/atau keluarganya.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan
sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari sisi kepentingan Penduduk,
Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti
pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan Dokumen Kependudukan,
tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.
Administrasi Kependudukan diarahkan untuk:
1. memenuhi hak asasi setiap orang di bidang Administrasi Kependudukan tanpa
diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional;
2. meningkatkan kesadaran Penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta dalam
pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
3. memenuhi data statistik secara nasional mengenai Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Denting;
4. mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional,
regional, serta lokal; dan
5. mendukung pembangunan sistem Administrasi Kependudukan.
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bertujuan untuk:
1. memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen Penduduk
untuk setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh
Penduduk;
2. memberikan perlindungan status hak sipil Penduduk;
3. menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat,
lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan
kebijakan dan pembangunan pada umumnya;
4. mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan secara nasional dan terpadu; dan
5. menyediakan data Penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam
penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Prinsip-prinsip tersebut di atas menjadi dasar terjaminnya penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-Undang ini melalui penerapan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dimaksudkan untuk:
1. terselenggaranya Administrasi Kependudukan dalam skala nasional yang terpadu dan
tertib;
2. terselenggaranya Administrasi Kependudukan yang bersifat universal, permanen,
wajib, dan berkelanjutan;
3. terpenuhinya hak Penduduk di bidang Administrasi Kependudukan dengan pelayanan
yang profesional; dan

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

4. tersedianya data dan informasi secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan
mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan
pembangunan pada umumnya.
Secara keseluruhan, ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi hak dan
kewajiban Penduduk, Penyelenggara dan Instansi Pelaksana, Pendaftaran Penduduk,
Pencatatan Sipil, Data dan Dokumen Kependudukan, Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil Pada Saat Negara Dalam Keadaan Darurat, pemberian kepastian hukum,
dan perlindungan terhadap Data Pribadi Penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan Undang-
Undang ini dari kemungkinan pelanggaran, baik administratif maupun ketentuan material
yang bersifat pidana, diatur juga ketentuan mengenal tata cara penyidikan serta pengaturan
mengenai Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Persyaratan yang dimaksud adalah sesuai dengan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini.

Pasal 4
Lihat Penjelasan Pasal 3

Pasal 5
Yang dimaksud dengan "Pemerintah" adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penetapan sistem, pedoman, dan standar yang bersifat nasional di bidang Administrasi
Kependudukan sangat diperlukan dalam upaya penertiban Administrasi Kependudukan.
Penetapan pedoman di bidang Administrasi Kependudukan oleh Presiden, baik dalam
bentuk Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Presiden, serta pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri dalam bentuk Peraturan Menteri digunakan sebagai acuan dalam pembuatan
peraturan daerah oleh propinsi/kabupaten/kota,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional"
adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan kondisi nasional dengan
menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Huruf f

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Cukup jelas.

Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi"
adalah pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi provinsi dengan
menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "desa" adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Huruf g
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota" adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan
kondisi kabupaten/kota dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuat kekhususannya berbeda dengan provinsi
yang lain karena diberi kewenangan untuk menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
seperti kabupaten/kota.

Pasal 8
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pemberian NIK kepada Penduduk menggunakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "dokumen Pendaftaran Penduduk" adalah bagian dari Dokumen
Kependudukan yang dihasilkan dari proses Pendaftaran Penduduk, misalnya KK, KTP, dan
Biodata.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "hari" adalah hari kerja (berlaku untuk penjelasan "hari" pada pasal-
pasal berikutnya).
Ayat (4)

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Cukup jelas.

Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pindah ke luar negeri" adalah Penduduk yang tinggal menetap di
luar negeri atau meninggalkan tanah air untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berturut-turut
atau lebih dari I (satu) tahun.
Penduduk tersebut termasuk Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja ke luar negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pelaporan pada Kantor Perwakilan Republik Indonesia diperlukan sebagai bahan pendataan
WNI di luar negeri.

Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "datang dari luar negeri" adalah WNI yang sebelumnya pindah ke
luar negeri kemudian datang untuk menetap kembali di Republik Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Tempat Tinggal" adalah Surat Keterangan
Kependudukan yang diberikan kepada Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas
sebagai bukti diri sebagai Penduduk tinggal terbatas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk Pelintas Batas" adalah Penduduk yang bertempat-
tinggal secara turun-temurun di wilayah kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga yang melakukan lintas batas antar negara karena kegiatan ekonomi, sosial
dan budaya yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk rentan Administrasi Kependudukan" adalah Penduduk
yang mengalami hambatan dalam memperoleh Dokumen Kependudukan yang disebabkan
oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.
Pendataan dilakukan dengan membentuk tim di daerah yang beranggotakan dari instansi
terkait.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "orang terlantar" adalah Penduduk yang karena suatu sebab
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara wajar, baik rohani, jasmani
maupun sosial.
Ciri-cirinya:
1) tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup khususnya pangan, sandang dan
papas;
2) tempat tinggal tidak tetap/gelandangan;
3) tidak mempunyai pekerjaan/kegiatan yang tetap;
4) miskin.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "komunitas terpencil" adalah kelompok sosial budaya yang
bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan
pelayanan, baik sosial, ekonomi maupun politik.
Ciri-cirinya:
1) berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen;
2) pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan;
3) pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit terjangkau;
4) peralatan teknologi sederhana;
5) terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "tempat sementara" adalah tempat pada saat terjadi pengungsian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 26
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan"
adalah Penduduk yang tidak mampu melaksanakan pelaporan karena pertimbangan umur,
sakit keras, cacat fisik dan cacat mental.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat terjadinya peristiwa kelahiran" adalah wilayah terjadinya
kelahiran.
Waktu pelaporan kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari merupakan tenggang waktu
yang memungkinkan bagi Penduduk untuk melaporkan peristiwa kelahiran sesuai dengan
kondisi/letak geografis Indonesia.
Penduduk yang wajib melaporkan kelahiran adalah Kepala Keluarga.
Ayat (2)
Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran tanpa dipungut biaya sebagaimana diatur dalam
Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kutipan akta kelahiran seorang anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan
orang tuanya diserahkan kepada yang bersangkutan setelah dewasa.

Pasal 29
Ayat (1)
Kewajiban untuk melaporkan kepada "instansi yang berwenang di negara setempat"
berdasarkan asas yang dianut, yaitu asas peristiwa.
Yang dimaksud dengan "instansi yang berwenang di negara setempat" adalah lembaga
yang berwenang seperti yang dimaksud dengan Instansi Pelaksana dalam Undang-Undang
ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat singgah" adalah tempat persinggahan pesawat terbang
atau kapal laut dalam perjalanannya mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan asas yang
berlaku secara universal, yakni tempat di mana peristiwa kelahiran (persinggahan pertama
pesawat terbang/kapal laut), apabila memungkinkan pelaporan dilakukan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas,

Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Ayat (1)
Persetujuan dari Instansi Pelaksana diperlukan mengingat pelaporan kelahiran tersebut
sudah melampaui batas waktu sampai dengan 1 (satu) tahun dikhawatirkan terjadi
manipulasi data atau hal-hal yang tidak diinginkan. Persetujuan tersebut juga berfungsi
sebagai verifikasi atas keabsahan data yang dilaporkan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "lahir mati" adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang
berumur paling sedikit 28 (dua puluh delapan) minggu pada saat dilahirkan tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Ayat (2)
Peristiwa lahir mati hanya diberikan Surat Keterangan Lahir Mati, tidak diterbitkan Akta
Pencatatan Sipil.
Meskipun tidak diterbitkan Akta Pencatatan Sipil tetapi pendataannya diperlukan untuk
kepentingan perencanaan dan pembangunan di bidang kesehatan.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 34
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dicatat oleh Kantor Urusan Agama
Kecamatan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Ayat (2)
Penerbitan Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dilakukan oleh
Departemen Agama.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Karena Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam sudah diterbitkan oleh
KUAKec, data perkawinan yang diterima oleh Instansi Pelaksana tidak perlu diterbitkan
Kutipan Akta Perkawinan.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 35
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan" adalah perkawinan
yang dilakukan antar-umat yang berbeda agama.
Huruf b
Perkawinan yang dilakukan oleh warga negara asing di Indonesia, harus berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai perkawinan di Republik Indonesia.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Ayat (1)
Bagi penganut agama Islam diberlakukan ketentuan mengenal rujuk yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk jo.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 44
Ayat (1)

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Yang dimaksud dengan "kematian" adalah tidak adanya secara permanen seluruh
kehidupan pada saat mana pun setelah kelahiran hidup terjadi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "pihak yang berwenang' adalah kepala rumah sakit.
dokter/paramedis, kepala desa/lurah atau kepolisian.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "pernyataan" adalah keterangan dari pejabat yang berwenang.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengangkatan anak" adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan
hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang
bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam
lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "catatan pinggir" adalah catatan mengenai perubahan status atas
terjadinya Peristiwa Penting dalam bentuk catatan yang diletakkan pada bagian pinggir akta
atau bagian akta yang memungkinkan (di halaman/bagian muka atau belakang akta) oleh
Pejabat Pencatatan Sipil.

Pasal 48
Cukup jelas.

Pasal 49
Ayat (1)

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Yang dimaksud dengan "pengakuan anak" adalah pengakuan seorang ayah terhadap
anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan sah atas persetujuan ibu kandung anak
tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 50
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengesahan anak" adalah pengesahan status seorang anak yang
lahir di luar ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan perkawinan kedua orang tua anak
tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembuatan catatan pinggir pada akta Pencatatan Sipil diperuntukkan bagi warga negara
asing yang melakukan perubahan kewarganegaraan dan pernah mencatatkan Peristiwa
Penting di Republik Indonesia.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Peristiwa Penting lainnya" adalah peristiwa yang ditetapkan oleh
pengadilan negeri untuk dicatatkan pada Instansi Pelaksana, antara lain perubahan jenis
kelamin,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 57
Cukup jelas.

Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Yang dimaksud dengan cacat fisik dan/atau mental berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang menetapkan tentang hal tersebut.
Huruf I
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup Jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Huruf t
Cukup jelas.
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Huruf y
Cukup jelas.
Huruf z
Cukup jelas.
Huruf aa
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "data agregat" adalah kumpulan data tentang Peristiwa
Kependudukan, Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia, agama, pendidikan, dan
pekerjaan.
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif' adalah data yang berupa angka-angka.
Yang dimaksud dengan "data kualitatif' adalah data yang berupa penjelasan.

Pasal 59
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Biodata Penduduk" adalah keterangan yang berisi elemen
data tentang jati diri, informasi dasar serta r1wayat perkembangan dan perubahan
keadaan yang dialami oleh Penduduk sejak saat kelahiran.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 60
Kata "paling sedikit" dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan adanya
tambahan keterangan, tetapi keterangan tersebut tidak bersifat diskriminatif.
Yang dimaksud dengan "alamat" adalah alamat sekarang dan alamat sebelumnya.
Yang dimaksud dengan "jati diri lainnya" meliputi nomor KK, NIK, laki-laki/perempuan, golongan
darah, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penyandang cacat fisik dan/atau mental, status
perkawinan, kedudukan/hubungan dalam keluarga, NIK ibu kandung, nama ibu kandung, NIK ayah
kandung, nama ayah kandung, nomor paspor, tanggal berakhir paspor, nomor akta kelahiran/surat
kenal lahir, nomor akta perkawinan/buku nikah, tanggal perkawinan, nomor akta perceraian/surat
cerai, dan tanggal perceraian.

Pasal 61
Ayat (1)
Yang dimaksud "dengan Kepala Keluarga" adalah:
a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain, baik mempunyai hubungan darah
maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadap keluarga;
b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau
c. kepala kesatrian, kepala asrama, kepala rumah yatim piatu, dan lain-lain tempat
beberapa orang tinggal bersama-sama.
Setiap kepala keluarga wajib memiliki KK, meskipun kepala keluarga tersebut masih
menumpang di rumah orang tuanya karena pada prinsipnya dalam satu alamat rumah boleh
terdapat lebih dari satu KK.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "perubahan susunan keluarga dalam KK" adalah perubahan yang
diakibatkan adanya Peristiwa Kependudukan atau Peristiwa Penting seperti pindah datang,
kelahiran, atau kematian.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu) KTP untuk 1 (satu) Penduduk diperlukan
sistem keamanan/pengendalian dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan
melakukan verifikasi dan validasi dalam sistem database kependudukan serta pemberian
NIK.

Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ketentuan tentang pindah domisili tetap bagi KTP seumur hidup mengikuti ketentuan yang
berlaku menurut Undang-Undang ini.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "pejabat yang berwenang" adalah Pejabat Pencatatan Sipil
pada Instansi Pelaksana yang telah diambil sumpahnya untuk melakukan tugas
pencatatan.

Pasal 68
Cukup jelas.

Pasal 69
Cukup jelas.

Pasal 70
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kesalahan tulis redaksional", misalnya kesalahan penulisan huruf
dan/atau angka.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembetulan akta biasanya dilakukan pada saat akta sudah selesai di proses (akta sudah
jadi) tetapi belum diserahkan atau akan diserahkan kepada subjek akta. Pembetulan akta
atas dasar koreksi dari petugas, wajib diberitahukan kepada subjek akta.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 72
Ayat (1)
Pembatalan akta dilakukan atas permintaan orang lain atau subjek akta, dengan alasan akta
cacat hukum karena dalam proses pembuatan didasarkan pada keterangan yang tidak
benar dan tidak sah,
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 75
Cukup jelas.

Pasal 76
Yang dimaksud dengan "petugas rahasia" adalah reserse dan Intel yang melakukan tugasnya di
luar daerah domisilinya.

Pasal 77
Cukup jelas.

Pasal 78
Cukup jelas.

Pasal 79
Cukup jelas.

Pasal 80
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "negara atau sebagian dari negara dinyatakan dalam keadaan
darurat dengan segala tingkatannya" adalah sebagaimana diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 81
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Pencatatan Sipil" adalah surat keterangan yang
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini ketika negara atau sebagian negara dalam keadaan luar biasa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan bertujuan
mewujudkan komitmen nasional dalam rangka menciptakan sistem pengenal tunggal,
berupa NIK, bagi seluruh Penduduk Indonesia. Dengan demikian, data Penduduk dapat
diintegrasikan dan direlasionalkan dengan data hasil rekaman pelayanan Pendaftaran

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Penduduk dan Pencatatan Sipil. Sistem ini akan menghasilkan data Penduduk nasional
yang dinamis dan mutakhir,
Pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan dengan
menggunakan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem jaringan komunikasi data yang
efisien dan efektif agar dapat diterapkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bagi wilayah yang belum memiliki fasilitas komunikasi data, sistem komunikasi
data dilakukan dengan manual dan semi-elektronik.
Yang dimaksud dengan "manual" adalah perekaman data secara manual, yang pengiriman
data dilakukan secara periodik dengan sistem pelaporan berjenjang karena tidak tersedia
listrik ataupun jaringan komunikasi data.
Yang dimaksud dengan "semi-elektronik" adalah perekaman data dengan menggunakan
komputer, tetapi pengirimannya menggunakan compact disc (CD) atau disket secara
periodik karena belum tersedia jaringan komunikasi data.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 83
Ayat (1)
Data Penduduk yang dihasilkan oleh sistem informasi dan tersimpan di dalam database
kependudukan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti dalam menganalisa
dan merumuskan kebijakan kependudukan, menganalisa dan merumuskan perencanaan
pembangunan, pengkajian ilmu pengetahuan. Dengan demikian baik pemerintah maupun
non pemerintah untuk kepentingannya dapat diberikan izin terbatas dalam arti terbatas
waktu dan peruntukannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 84
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Yang dimaksud dengan "beberapa isi catatan Peristiwa Penting" adalah beberapa
catatan mengenai data yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan Peristiwa Penting
yang perlu dilindungi.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 85
Ayat (1)
Lihat Penjelasan Pasal 84 huruf g.
Ayat (2)
Penyimpanan dan perlindungan dimaksud meliputi tata cara dan penanggung jawab.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 86
Cukup jelas.

Pasal 87
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengguna Data Pribadi Penduduk" adalah instansi pemerintah dan
swasta yang membutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 88
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penyidik Pegawai Negeri Sipil memberitahukan kepada Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia mengenai saat dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan jaminan bahwa hasil
penyidikannya telah memenuhi ketentuan dan persyaratan. Mekanisme hubungan
koordinasi antara Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
Yang dimaksud dengan "Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Administrasi
Kependudukan" adalah pegawai negeri yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan di bidang Administrasi Kependudukan.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 89
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.

Pasal 90
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.

Pasal 91
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.

Pasal 92
Cukup jelas.

Pasal 93
Cukup jelas.

Pasal 94
Cukup jelas.

Pasal 95
Cukup jelas.

Pasal 96
Cukup jelas.

Pasal 97
Cukup jelas.

Pasal 98

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Cukup jelas.

Pasal 99
Cukup jelas.

Pasal 100
Cukup jelas.

Pasal 101
Cukup jelas.

Pasal 102
Cukup jelas.

Pasal 103
Cukup jelas.

Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan
pelayanan masyarakat.

Pasal 105
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perkawinan bagi penghayat kepercayaan"
adalah persyaratan dan tata cara pengesahan perkawinan yang ditentukan oleh penghayat
kepercayaan sendiri dan ketentuan itu menjadi dasar pengaturan dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 106
Cukup jelas.

Pasal 107
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4674

www.hukumonline.com
buku 7

pedoman PELAKSANAAN
QUICK WINS

Peraturan menteri negara


pendayagunaan aparatur negara
dan reformasi birokrasi
nomor 13 tahun 2011

kementerian
pendayagunaan aparatur negara
dan reformasi birokrasi

buku 7 edited.indd 1 3/2/11 6:49:37 PM


ii

buku 7 edited.indd 2 3/2/11 6:49:37 PM


MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN


APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI

NOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA


DAN REFORMASI BIROKRASI

Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden


Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2025 dan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun
2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010
– 2014, dipandang perlu menetapkan Pedoman
Pelaksanaan Quick Wins dengan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi;

iii

buku 7 edited.indd 3 3/2/11 6:49:37 PM


Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025
(Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor: 33
dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4700);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah 2010-2014;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010 – 2025;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite
Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional
dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional
sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 23 Tahun 2010;
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map
Reformasi Birokrasi 2010 – 2014;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN QUICK WINS.

iv

buku 7 edited.indd 4 3/2/11 6:49:38 PM


PERTAMA : Pedoman Pelaksanaan Quick Wins digunakan
untuk :
a. memberikan panduan kepada Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam
menentukan dan melaksanakan quick wins;
b. memberikan panduan kepada Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam
memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
quick wins.
KEDUA : Pedoman Pelaksanaan Quick Wins sebagaimana
dimaksud dalam Diktum PERTAMA, adalah
sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan
ini.
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 25 Februari 2011

buku 7 edited.indd 5 3/2/11 6:49:38 PM


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 1

BAB II GAMBARAN UMUM 3


2.1 Pengertian 3
2.2 Prinsip 4

BAB III PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS 5


3.1 Kriteria dalam Merumuskan Quick Wins 5
3.2 Merumuskan Quick Wins 6
3.3 Menetapkan Quick Wins 7

BAB IV LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN 11


QUICK WINS
4.1 Tahap Persiapan 12
4.2 Tahap Implementasi dan Monitoring dan 12
Evaluasi
4.3 Pelaporan 13

BAB V PENUTUP 15
LAMPIRAN 17

vi

buku 7 edited.indd 6 3/2/11 6:49:38 PM


DAFTAR TABEL
Tabel 1 Identifikasi Quick Wins Berdasarkan Kriteria 5
Tabel 2 Tahap Persiapan 12
Tabel 3 Tahap Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi 12

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Matriks Identifikasi Quick Wins 6
Gambar 2 Langkah-langkah Perumusan Quick Wins 7
Gambar 3 Langkah – Langkah Menetapkan Quick Wins 9
Gambar 4 Langkah – Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins 11

vii

buku 7 edited.indd 7 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

viii

buku 7 edited.indd 8 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Reformasi birokrasi akan mendorong terwujudnya penerapan prinsip –


prinsip clean government dan good governance yang secara universal diyakini
menjadi prinsip yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat. Di dalam reformasi birokrasi terdapat beberapa area perubahan yang
setiap perubahannya dapat memberikan dampak antara lain pada penurunan
praktek KKN, meningkatnya kualitas pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik,
meningkatnya produktivitas aparatur, meningkatnya kesejahteraan pegawai
negeri dan hasil – hasil pembangunan secara nyata dirasakan oleh seluruh
masyarakat. Kondisi tersebut akan dicapai melalui berbagai upaya antara lain
dengan penerapan quick wins.

Melalui quick wins atau disebut juga low hanging fruit diharapkan
didapatkan momentum awal yang positif dan juga kepercayaan diri untuk
selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan berkelanjutan.
Keluaran dari pelaksanaan quick wins adalah perbaikan sistem dan mekanisme
kerja atau produk utama Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
yang sesuai dengan peran, tupoksi dan karakteristik masing-masing. Untuk
mengawal dan memandu pelaksanaan quick wins, maka perlu disusun pedoman
pelaksanaannya.

1.2. Tujuan

a. Memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah


Daerah dalam menentukan dan melaksanakan quick wins;
b. Memberikan panduan kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah dalam memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan quick wins.

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


1

buku 7 edited.indd 1 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB I
2 Pendahuluan

buku 7 edited.indd 2 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Pengertian
Pengertian yang digunakan dalam pedoman pelaksanaan ini adalah
sebagai berikut:

a. Quick wins atau juga sering disebut low-hanging fruit adalah suatu inisiatif
yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali suatu program besar dan
sulit. Quick wins bermanfaat untuk mendapatkan momentum awal yang
positif dan kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu yang
berat. Sesuatu yang berat ini merupakan inti dari suatu program besar
tersebut. Quick wins untuk setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah serta untuk tema tertentu dapat berupa organization quick wins,
regulation quick wins atau human resource quick wins;

b. Focused Group Discussion (FGD) adalah diskusi terpandu untuk membahas


suatu topik tertentu dan untuk menghasilkan rumusan tertentu serta diikuti
oleh peserta yang dipilih sesuai dengan topik terkait;

c. Wawancara adalah proses tanya jawab untuk menggali data dan informasi
mengenai aspek-aspek suatu topik baik secara terstruktur maupun tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana semua
pertanyaan yang akan ditanyakan telah dipersiapkan terlebih dahulu secara
fixed dan ditanyakan kepada semua responden dengan urut-urutan yang
sama untuk menjaga tingkat presisi dan realiabilitas. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara dimana tidak diperlukan format pertanyaan
yang baku seperti wawancara terstruktur. Namun demikian pewawancara
dapat menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kunci yang mana dalam proses
wawancara pertanyaan-pertanyaan selanjutnya sangat bergantung pada
respon atau jawaban dari responden;

d. Kuesioner adalah suatu instrumen pengumpulan data/informasi untuk


memudahkan analisis terhadap masalah dalam sistem yang ada, sehingga
bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut;

e. Pemetaan Masalah adalah satu pendekatan untuk mengelompokkan dan


membuat kategori dari sekelompok data/informasi/fakta untuk diolah dan
dianalisis;

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


3

buku 7 edited.indd 3 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

f. Analisis Causal adalah telaah hubungan logis antara pernyataan-pernyataan,


fakta-fakta atau data dan informasi yang diperoleh;

g. Analisis Prioritas adalah teknik analisis dengan membandingkan tingkat


kepentingan dari area yang telah diidentifikasi untuk dijadikan quick wins.

2.2 Prinsip

a. Pengungkit. Inisiatif yang dipilih bermanfaat untuk mendapatkan momentum


awal yang positif dan kepercayaan diri untuk selanjutnya melakukan sesuatu
yang berat;

b. Mudah dan Cepat. Inisiatif yang dipilih mudah dilaksanakan dan hasilnya
cepat dirasakan;

c. Dampak. Inisiatif yang dipilih mampu memberikan dampak positif yang


besar bagi para pemangku kepentingan untuk meningkatkan kepercayaan
(trust) dan motivasi mereka;

d. Memotivasi. Inisiatif yang dipilih mudah dikerjakan dan cepat dicapai,


sehingga diharapkan dapat memotivasi individu/kelompok di dalam
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melanjutkan ke
pekerjaan yang lebih berat (reformasi birokrasi);

e. Memperbaiki. Inisiatif yang dipilih mampu memperbaiki sistem dan


mekanisme kerja secara organisasional di masing-masing Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah;

f. Meyakinkan dan Nyata. Inisiatif yang dipilih mampu meyakinkan pemangku


kepentingan, baik eksternal maupun internal, dengan cara insitiatif tersebut
segera dapat memberikan manfaat yang diinginkan dan nyata yang sesuai
dengan harapan mereka;

g. Independen. Inisiatif yang dipilih dibawah kontrol penuh Kementerian/


Lembaga dan Pemerintah Daerah dan keberhasilannya tidak tergantung
secara dominan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
lainnya.

BAB II - Gambaran Umum


4

buku 7 edited.indd 4 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB III
PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS

3.1 Kriteria dalam Merumuskan Quick Wins

Quick wins harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Berasal dari program-program reformasi birokrasi, yang terdapat di dalam


Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014;

b. Merupakan bagian utama (core business) dari peran, tugas, fungsi,


dan karakteristik Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang
bersangkutan;

c. Memberikan dampak perbaikan yang besar dan dapat dirasakan oleh para
pemangku kepentingan eksternal dan internal Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah;

d. Merupakan sebuah aktivitas nyata dan dirasakan manfaatnya secara cepat


oleh pemangku kepentingan utama eksternal dan internal Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Tabel 1
Identifikasi Quick Wins Berdasarkan Kriteria
PROGRAM:
AKTIVITAS:
NO KRITERIA YA TIDAK
1 Merupakan program reformasi birokrasi
Merupakan bagian utama dari peran, tugas, fungsi, dan
2 karakteristik Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah
3 Memberikan dampak perubahan yang besar
Manfaat perbaikan dan perubahan dapat dirasakan
4
secepatnya (waktu pelaksanaan kurang dari 12 bulan)

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


5

buku 7 edited.indd 5 3/2/11 6:49:38 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Untuk memperjelas kriteria pemilihan quick wins, dapat diilustrasikan pada


gambar di bawah

gambar 1
Matriks Identifikasi Quick Wins

3.2 merumuskan Quick Wins

Langkah - langkah perumusan quick wins mencakup tiga aspek utama,


yaitu:

a. Identifikasi Pemangku Kepentingan Utama. Aspek ini berupaya untuk


mengindentifikasikan sejumlah Pemangku Kepentingan Utama yang penting
dan kritikal bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;

b. Identifikasi Keluaran Utama. Aspek ini berupaya untuk mengindentifikasikan


keluaran utama yang merupakan bagian dari Tupoksi atau proses inti
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang selama ini digunakan
oleh para Pemangku Kepentingan Utama;

c. Identifikasi Harapan Pemangku Kepentingan Utama. Aspek ini berupaya


untuk mengindentifikasikan harapan utama pemangku kepentingan utama
terhadap kinerja Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS


6

buku 7 edited.indd 6 3/2/11 6:49:39 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Langkah – Langkah perumusan Quick Wins dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah
ini:

Gambar 2
Langkah-langkah Perumusan Quick Wins

Template sederhana yang digunakan di dalam setiap langkah di atas dapat dilihat
pada Lampiran 1.

3.3 Menetapkan Quick Wins

Langkah-langkah penetapan Quick Wins mencakup empat aspek, yaitu:

a. Penilaian Tingkat Pencapaian Kinerja Saat Ini. Aspek ini berupaya untuk
mengetahui tingkat pencapaian kinerja Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah saat ini yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi
yang menjadi core businesses dari Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah. Untuk mengetahui tingkat pencapaian ini, data atau informasi dari
para pemangku kepentingan utama dapat diperoleh melalui base line survey,
wawancara, focused group discussion, analisis statistic, desk research, dan
sebagainya. Secara obyektif, skor 1 – 5 diberikan untuk menilai masing –
masing tingkat pencapaian kinerja yang ada saat ini;

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


7

buku 7 edited.indd 7 3/2/11 6:49:39 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

b. Peningkatan Kinerja. Aspek ini berupaya untuk meningkatkan kinerja


Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang memiliki skor kurang
dari 4 (yang berarti meningkatkan area ini akan memberikan dampak
yang besar bagi para pemangku kepentingan). Aspek ini juga berupaya
untuk mengidentifikasikan tingkat kesulitan melakukan perbaikan kinerja
dimaksud dan memastikan apakah peningkatan kinerja dimaksud dapat
dilakukan kurang dari 12 bulan, masih di dalam kendali penuh Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan, dan apakah masih
termasuk bagian dari area reformasi birokrasi yang dicanangkan Pemerintah.
Proses untuk menentukan skor dan persentasi perbaikan dilakukan melalui
kesepakatan antara pimpinan dan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah. Lebih lanjut, aspek ini juga sudah mulai mengindentifikasikan
kandidat untuk Quick Wins;

c. Penyiapan Sumber Daya. Aspek ini berupaya untuk mengidentifikasikan


sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan calon Quick Wins yang telah
diidentifikasikan sebelumnya. Sumber daya dapat mencakup ketersediaan
sumber daya manusia, biaya dan juga keahlian. Aspek ini juga memeriksa
sekali lagi apakah kandidat quick wins yang diusulkan memenuhi kriteria
dan persyaratan yang ditetapkan dan memilih maksimum tiga (3) quick wins
terbaik bila jumlah program yang diusulkan dan memenuhi persyaratan
cukup banyak;
d. Penetapan Quick Wins. Aspek ini berupaya menetapkan quick wins yang
telah melalui serangkaian analisis untuk siap diluncurkan.

Langkah-langkah penetapan quick wins dapat dilihat pada Gambar 3 dan


template sederhana yang digunakan di dalam setiap langkah di atas dapat dilihat
pada Lampiran 2.

BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS


8

buku 7 edited.indd 8 3/2/11 6:49:39 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

gambar 3
Langkah – Langkah menetapkan Quick Wins

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


9

buku 7 edited.indd 9 3/2/11 6:49:39 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB III - PERUMUSAN DAN PENETAPAN QUICK WINS


10

buku 7 edited.indd 10 3/2/11 6:49:39 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

bab iV
LangKah-LangKah daLam peLaKSanaan
QUICK WINS

Langkah-langkah dalam pelaksanaan quick wins dibagi dalam 2 (dua)


tahap, yaitu:

1. tahap persiapan, merupakan tahap persiapan kapabilitas implementasi


quick wins dan penyusunan metode monitoring dan evaluasi
implementasi quick wins;
2. Tahap Implementasi dan Monitoring & Evaluasi, merupakan tahap
pelaksanaan dan pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan quick
wins.

Berikut tahapannya:

gambar 4
Langkah – Langkah dalam pelaksanaan Quick Wins

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


11

buku 7 edited.indd 11 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

4.1 Tahap Persiapan

Langkah-langkah penting dalam tahap persiapan dapat dilihat pada


Tabel 2 berikut.
Tabel 2
Tahap Persiapan
LANGKAH AKTIVITAS KELUARAN
• Pembentukan Tim Kerja • Tim kerja
1 • Pembentukan Struktur/ • Struktur/Organisasi Tim Kerja
Organisasi Kerja
• Penyusunan Rencana dan • Rencana dan Jadwal Kerja
Jadwal Kerja serta Target • Target Penyelesaian
2
Penyelesaian • Anggaran
• Penyusunan Anggaran
Menyusun dan Menetapkan: • Metode Monitoring dan
• Metode Monitoring dan Evaluasi
Evaluasi Pelaksanaan Quick • Rancangan Laporan
3
Wins Pelaksanaan Quick Wins
• Mekanisme Pelaporan
Pelaksanaan Quick Wins

4.2 Tahap Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi

Langkah-langkah penting dalam tahap ini dapat dilihat pada Tabel 3


di bawah ini.

Tabel 3
Tahap Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi

LANGKAH AKTIVITAS KELUARAN


• Pelaksanaan aktivitas sesuai • Laporan kemajuan
dengan rencana dan jadwal pelaksanaan penyelesaian
1 kerja quick wins secara berkala
• Penyelesaian quick wins sesuai • Penyelesaian quick wins
target dalam jadwal kerja
Pelaksanaan monitoring dan • Hasil monitoring dan
evaluasi pelaksanaan quick wins evaluasi
2
• Usulan/rekomendasi
perbaikan

BAB IV - Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins


12

buku 7 edited.indd 12 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

4.3 Pelaporan

Pelaporan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap tahapan


pelaksanaan. Oleh karena itu, baik laporan berkala maupun tahunan haruslah
menjelaskan capaian kemajuan yang dihasilkan. Selain itu, penting untuk diingat
terutama dalam menyusun rencana kerja adalah perkiraan waktu dari setiap
langkah-langkah dalam penyusunan laporan.

Berikut adalah langkah-langkah yang dimaksud:


1. Penyusunan laporan;
2. Presentasi laporan;
3. Revisi atau perbaikan bila diperlukan atas masukan laporan;
4. Menyampaikan laporan final.

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


13

buku 7 edited.indd 13 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB IV - Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Quick Wins


14

buku 7 edited.indd 14 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

BAB V
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan quick wins ini diharapkan dapat membantu


Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam merumuskan dan
melaksanakan quicks wins di masing-masing Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah. Di dalam melaksanakan quick wins, terdapat tahapan
penting yang perlu diperhatikan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah, yaitu pada saat merumuskan dan menetapkan quick wins. Merumuskan
dan menetapkan quick wins yang sesuai dengan peran, tugas, fungsi dan
karakteristik masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
serta sesuai kriteria adalah salah satu tahap yang menentukan keberhasilan
pelaksanaan quick wins.

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


15

buku 7 edited.indd 15 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Lampiran
16

buku 7 edited.indd 16 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Lampiran 1: Template Perumusan Quick Wins

Template Untuk Langkah 1:

No Pemangku Kepentingan Utama

Template Untuk Langkah 2:

No Keluaran Utama

2
3

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


17

buku 7 edited.indd 17 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Template Untuk Langkah 3:


Ekspektasi Pemangku Kepentingan
No Keluaran Utama K/L/ Pemda
Utama
1

Lampiran
18

buku 7 edited.indd 18 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Lampiran 2: Template Menetapkan Quick Wins

Template Untuk Langkah 4:


Tingkat Pencapaian Kinerja
No Keluaran Utama Harapan Utama
(Skor 1-5)
1
2
3
4
5

Template Untuk Langkah 5:


Ke l u a ra n
Dalam Kendali
DenganTingkat Seberapa Be- K u r a n g Kandidat
D a p a t Penuh? Bagian
No Pencapaian sar Estimasi Dari 12 Q u i c k
Ditingkatkan? Dari reformasi
Kinerja Perbaikannya? Bulan? wins?
birokrasi?
(Skor < 4)
1 Y/T % Y/T Y/T Y/T
2
3
4
5

Template Untuk Langkah 6:


Sumber Daya
Apa Yang Tingkat Kesulitan
Kandidat Bagaimana Tersedia?
No H a r u s Perbaikan (Tinggi,
Quick wins Memperbaikinya? (Orang, Biaya dan
Diperbaik? Sedang, Rendah)
Keahlian)
1
2
3
4
5

PermenPAN dan RB No: 13 Tahun 2011


19

buku 7 edited.indd 19 3/2/11 6:49:40 PM


Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

Template Untuk Langkah 7:

No Quick wins Yang Akan Diajukan

BAB V - Penutup
20

buku 7 edited.indd 20 3/2/11 6:49:40 PM


PTSP Kecamatan Cilincing
PTSP Kecamatan Koja
PTSP Kecamatan Tanjung Priok
Ruang Pelayanan Administrasi Kependudukan Suku Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Jakarta Utara
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

1. Input (Masukan)
Q1 Bagaimana sumber daya manusia terkait pelaksanaan program tersebut?
I1-1 SDM bisa dibilang kurang mencukupi untuk melayani pembuatan akta
kelahiran, soalnya jumlah pegawai terbatasi juga dengan jumlah sarana yang
tersedia seperti komputer misalnya dan juga kita harus mengirim pegawai kita
ke rumah sakit untuk pelayanan akte kelahiran secara jemput bola, dari segi
kemampuan (kualitas) setiap pegawai cukup paham dengan SOP (Standard
Operating Procedure) yang ada, kami juga rutin memberikan pelatihan untuk
para pegawai agar semakin paham tugas tugas mereka
I1-2 berbicara tentang SDM, soal SDM tidak hanya bicara tentang jumlah saja,
namun juga kualitasnya, mampu kaga tuh orang orangnya dalam melaksanakan
tugasnya, menurut saya disini SDM nya cukup baik, pegawai pelayanan kita
semua paham apa yang harus dikerjakan, ngerti apa-apa aja yang harus mereka
lakukan,karena kami juga mengadakan pelatihan juga
I2-1 Kalo SDM di Satpel kecamatan Tanjung Priok saya rasa disini masih kurang
mas karena sering sekali masyarakat mengantri pas pembuatan akte kelahiran
sama surat perpindahan
I2-2 SDM di kecamatan cilincing sih saya rasa cukup yaa mas soalnya kita kaga
pernah keteteran setiap melakukan pelayanan akta kelahiran
I2-3 Saya rasa sih SDM di satpel koja masih kurang mas, soalnya seringkali kami
kesulitan di saat pelaksanaan pelayanan administrasi
Q2 Bagaimana sarana dan prasarana penunjang terkait program tersebut?
Apakah sudah memadai?
I1-1 untuk sarana dan prasarana memang dirasa masih kurang ,apalagi dengan
jumlah komputer yang kurang jadinya menghambat proses pelayanan. Kalau
dengan ruang tunggu disini memang tergolong kecil karena memang ruang di
gedung ini tidak mencukupi lagi
I1-2 Sarana dan prasarana sih memang dari jumlah komputer yang ada dirasa kurang
mencukupi untuk pelaksanaan administrasi kependudukan, ini juga nantinya
berhubungan juga sama jumlah SDM yang mengoperasikannya. Kalau untuk
ruang tunggu untuk masyarakat sih memang terasa kecil karena memang kita
mempunyai keterbatasan penggunaan lahan.
I2-1 Kalau sarana dan prasarana sih di kecamatan dirasa kurang karena hanya ada
dua komputer buat pengerjaan akte kelahiran dan surat perpindahan, jadi agak
lama jika terdapat banyak masyarakat. Namun jika dari segi ruang tunggu
dirasa cukup luas dan nyaman.
I2-2 Sarana dan prasarana sih saya rasa cukup, hanya saja jaringan sistem informasi
sering mengalami gangguan sehingga pelayanan pun sering terhambat gara –
gara itu
I2-3 kurang memadai mas karena komputer yang digunakan untuk pelayanan sering
mengalami kerusakan dan jaringan sistemnya sering mengalami gangguan. Tapi
untuk ruang tunggu di satpel sih dirasa cukup nyaman untuk masyarakat
I4-2 Kalau ruang tunggu di kecamatan sih saya rasa cukup nyaman ya mas soalnya
cukup luas dan ada ac nya juga, dulu saya pernah ke kantor suku dinasnya dan
ruang tunggu disana sama sekali tidak nyaman karena sempit dan pengap jika
banyak orang

Q3 Bagaimana sosialisasi terkait program yang di maksud terhadap sasaran


kebijakan?
I1-1 Iya sosialisasi terus dilakukan sejak awal dimulainya program ini mas,
khususnya sosialisasi akta kelahiran yang makin dipermudah pembuatannya ke
rumah sakit dan puskesmas puskesmas kecamatan juga menempatkan spanduk
dan baliho di tempat tempat yang mungkin dilihat orang yang mau membuat
akta kelahiran seperti di rumah sakit, puskesmas, maupun di kecamatan dan
kelurahan. Dan sosialisasi kepada satpel kecamatan beserta pegawai pelayanan
kami lakukan dengan melalui surat edaran dan mengadakan pelatihan pelatihan.
I1-2 Sosialisasi sudah kami laksanakan dengan menempatkan petugas untuk
penyuluhan tentang kemudahan pembuatan akta kelahiran ke rumah sakit dan
puskesmas yang ada, bahkan kami juga menempatkan baliho baliho di berbagai
tempat seperti di area puskesmas maupun kecamatan
I2-1 Kalau sosialisasi ke masyarakat sih biasanya gimana dari suku dinas aja, tapi
kalau pemasangan baliho setau saya di setiap kecamatan sudah dipasang
I2-2 Biasanya kami melakukan sosialisasi ke masyarakat kalau sudah dijadwalkan
dari suku dinas, disini biasanya hanya menyampaikan apa yang mesti disiapin
buat akta kelahiran maupun surat perpindahan.
I2-3 Pastinya kami melakukan sosialisasi tentunya dengan arahan dari suku dinas,
kalau di satpel kecamatan tugas kami menyampaikan arahan kepada satpel
kelurahan, dan juga menyampaikan kepada masyarakat langkah dan apa yang
harus disiapkan kepada masyarakat
I4-1 Kalo untuk sosialisasi langsung dari catatan sipilnya saya sih pernah sekilas
mendengar di puskesmas, mereka ngejelasin tentang akta kelahiran gitu
disana.kalo baliho gitu sih saya belum pernah liat mas
I4-2 Pas itu pernah mas dinas dateng ke rw di lingkungan rumah saya, disitu
dijelasin ada program baru yang bikin mudah pembuatan akta kelahiran
sekalian bikin akta kelahiran juga disitu.

2. Proses
Q4 Bagaimana mekanisme pelaksanaan program tersebut?
I1-1 Untuk mekanisme pelaksanaan, kita kan punya SOP, jadi disini pun
melaksanakannya mengikuti SOP yang ada, dan prosesnya dimulai dari
pengecekan berkas syarat, lalu penginputan data, dan berakhir di pencetakan
akta kelahiran
I1-2 Untuk mekanismenya sendiri sih kami udah punya SOP (Standar Operating
Procedure) nya sendiri mas, yang berisi tentang urutan pengerjaan dan waktu
pengerjaan juga. Jadi petugas pelayanan tidak akan kebingungan dalam
melakukan pekerjaannya
I2-1 Setiap ada permintaan akta kelahiran baru sih kita selalu ngerjain sesuai dengan
SOP yang ada, misalnya dengan pengecekan berkas dahulu lalu dilanjutin
dengan input data ke komputer gitu mas
I2-2 Kalau mekanisme sih selalu diawali sama pengecekan kelengkapan berkas
dahulu, lalu input ke sistem melalui komputer, setelah verifikasi tinggal cetak
deh. Biasanya yang memakan waktu lama itu ada di proses verifikasi, kalo dari
input ke sistem itu biasanya tidak sampai 15 menit kalau tidak ada gangguan.
I2-3 Kalo mekanisme pekerjaan sih kami melakukan sesuai yang ada di SOP

Q5 Bagaimana pelayanan terhadap sasaran kebijakan dalam proses


administrasi kependudukan?
I1-1 kalau pelayanan sudah pasti sudah diberikan semaksimal mungkin, cuman
masih banyak kendala yang bikin pelayanan jadi terhambat. Misalnya kayak
gangguan jaringan ataupun gangguan terhadap komputer yang ada
I1-2 pelayanan kalo maksudnya pembuatan akta kelahiran pastinya kami sudah
sebaik mungkin dalam pelaksanaannya, memang masih ada masalah masalah
yang terjadi
I2-1 Pastinya kami berusaha memberikan yang sebaik mungkin kepada masyarakat
I2-2 Sudah pasti kami berikan sebaik mungkin diluar adanya masalah masalah
teknis yang terjadi
I2-3 Kami dari satpel sih sudah memberikan pelayanan sebaik mungkin pastinya

Q6 Bagaimana kepastian terkait waktu pelaksanaan program tersebut?


I1-1 pastinya pelayanan akta kelahiran ini selalu dilakukan di hari kerja lalu kami
membuka pelayanan juga pada hari sabtu agar semakin banyak masyarakat
yang terlayani
I1-2 supaya pelayanan semakin maksimal selain pada hari kerja, kami juga
melakukan pelayanan administrasi kependudukan pada hari sabtu namun hanya
setengah hari supaya masyarakat yang sekiranya tidak bisa melakukan
administrasi kependudukan pada hari kerja bisa melaksanakannya di hari sabtu
I2-1 Kami melakukan pelayanan dari senin sampai sabtu, tapi pas hari sabtu hanya
setengah hari
I2-2 waktu pelayanan akta kelahiran hampir setiap hari kami melaksanakannya, dari
senin sampai jumat pada jam kerja lalu pada hari sabtu juga namun hanya
setengah hari
I2-3 Hampir setiap hari mas, kecuali minggu tentunya. Dan hari sabtu cuman
setengah hari pelayanannya

Q7 Bagaimana proses penertiban dalam pelaksanaan terkait sanksi


kebijakan?
I1-1 untuk sanksi sih kami masih menurut pada UU No.24 tahun 2006, di undang
undang tersebut terdapat berbagai sanksi. Khususnya yang terkait dengan
pungutan liar karena pembuatan akta kelahiran tidak dipungut biaya,
Alhamdulilah sampai sekarang belum ada petugas pelayanan yang melanggar
aturan yang ada
I1-2 penjatuhan sanksi sih sampai saat ini belum ada karena memang belum ada
petugas pelayanan yang melanggar aturan aturan yang ada
Q8 Bagaimana efektivitas dari implementasi program tersebut?
I1-1 pastinya efektif, karena terjadi peningkatan dalam proses pelayanan
administrasi kependudukan. Khususnya pada akta kelahiran dengan adanya
program ini proses pelayanannya semakin lebih cepat dibanding sebelumnya.”
I1-2 kalo efektif sih saya rasa efektif, cuma kalo saya bilang berhasil jadinya terlalu
sombong nanti, yang jelas dengan program ini pelayanan administrasi
kependudukan khususnya akta kelahiran semakin lebih baik
I2-1 Sudah pasti efektif karena pelayanan akta semakin membaik
I2-2 tentu saja efektif, karena pembuatan akta kelahiran tidak lagi memakan waktu
yang lama dan proses pengerjaannya semakin mudah dan simpel
I2-3 Jelas efektif, karena dengan program ini pelayanan akta semakin lebih cepat

3. Output (Hasil)
Q9 Apakah sudah sesuai antara pelaksanaan dengan tujuan dari program
tersebut?
I1-1 belum mencapai target, tujuan utama dari program ini adalah pembuatan akta
kelahiran hanya dalam 5 hari. Namun pada kenyataannya bisa lebih dari itu,
penyebabnya ya karena jaringan yang sering gangguan dan kurangnya sdm
dalam mengatasi permintaan akta kelahiran
I1-2 kalo dibilang sesuai ya tentu saja sesuai, kan tujuan dari program ini juga untuk
kepuasan masyarakat juga. Hanya saja dari kami masih terdapat kekurangan
dari segi sdm dan sarana jadi tujuan dari program quick wins yaitu pembuatan
akta kelahiran selama 5 hari masih belum bisa tercapai
Q10 Apalah pelaksanaan kebijakan yang dilakukan sudah tepat sasaran?
I1-1 tentu saja tepat sasaran, karena setiap masyarakat diwajibkan memiliki akta
kelahiran. Maka dengan program ini diharapkan kami dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
I1-2 sudah tepat, kami menjalankan program ini sudah menentukan tempat tempat
yang sekiranya efektif untuk pelayanan akta kelahiran, misalnya seperti
membuka pelayanan di rumah sakit seperti di rumah sakit koja. Disana sudah
jelas bahwa sasarannya adalah masyarakat ang baru mempunyai anak agar
segera membuat akta kelahiran
Q11 Bagaimana kelanjutan dari sasaran kebijakan yang telah tertangani?
I1-1 tentu saja kami tidak melakukan pengawasan, karena akta kelahiran yang sudah
diberikan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya masing – masing. Tanggung
jawab kami hanyalah menjaga data kependudukan masyarakat agar tetap terjaga
dan tidak disalahgunakan oleh orang lain
I1-2 tidak ada pengawasan kepada masyarakat, yang kami lakukan hanyalah
menjaga data kependudukan masyarakat tetap terjaga dan tidak dipergunakan
oleh orang lain
Q12 Siapa saja kelompok-kelompok yang terlibat dalam pelaksanaan program
tersebut?
I1-1 yang terlibat dalam pelayanan akta ada satpel kelurahan, lalu satpel kecamatan,
dan dari suku dinas itu sendiri
I1-2 kalau pihak yang terlibat sih pertama dari satpel kelurahan, lalu satpel
kecamatan dan dari suku dinas juga mas

4. Outcome (Dampak)
Q13 Adakah perubahan terhadap kelompok sasaran dari kebijakan tersebut?
I1-1 setelah pelaksanaan tentu saja ada perubahan, yang paling jelas adalah dari
proses pembuatan akta kelahiran yang sebelumnya mencapai 30 hari sekarang
paling lambat hanya seminggu saja. Juga tidak ada lagi penumpukan
masyarakat yang ingin membuat akta kelahiran di suku dinas karena sudah
adanya satpel di seluruh kecamatan
I1-2 setelah ada program ini pastinya ada perubahan khususnya dalam pelayanan
akta kelahiran ini, dengan menempatkan satpel kecamatan dan pelayanan di
rumah sakit membuat pelayanan akta lebih tersebar dan dapat dijangkau
masyarakat. Penggunaan sistem online juga membuat proses penginputan data
menjadi semakin mudah dan cepat sehingga pembuatan akta kelahiran tidak
lagi mencapai 30 hari

Q14 Setelah peraturan berjalan, adakah peningkatan pelaksanaan program


tersebut oleh implementor?
I1-1 Kalo peningkatan sih jelas ada dari pelayanan akta kelahiran yang mulai merata
sehingga cara bekerja menjadi semakin efektif
I1-2 peningkatan dalam melaksanakannya tentu saja ada, kami selalu berikan yang
terbaik, ini kan untuk mewujudkan ketertiban administrasi kependudukan juga,
agar tidak ada lagi masyarakat yang tidak mempunyai identitas
I2-1 ada peningkatan, contohnya dengan membuat satpel di kecamatan kecamatan
dan tidak lagi terpusat di suku dinas supaya pelayanan akta kelahiran lebih
mudah diakses oleh masyarakat. ke depannya diharapkan pembuatan akta
kelahiran bisa dilakukan dimana saja secara mobile sehingga tidak ada alasan
lagi bagi masyarakat untuk tidak membuat akta kelahiran
I2-2 Pastinya ada, karena penggunaan sistem online ini membuat waktu pelayanan
menjadi lebih singkat dan efektif
I2-3 Untuk pelaksanaan sih tentu saja ada peningkatan mas, yang jelas sih prosesnya
semakin cepat
SALINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 24 TAHUN 2013

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006

TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tertib administrasi


kependudukan secara nasional, Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban
memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap
penentuan status pribadi dan status hukum atas
setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
yang dialami oleh Penduduk dan/atau Warga Negara
Indonesia yang berada di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan
Administrasi Kependudukan sejalan dengan tuntutan
pelayanan Administrasi Kependudukan yang
profesional, memenuhi standar teknologi informasi,
dinamis, tertib, dan tidak diskriminatif dalam
pencapaian standar pelayanan minimal menuju
pelayanan prima yang menyeluruh untuk mengatasi
permasalahan kependudukan, perlu dilakukan
penyesuaian terhadap beberapa ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;

c. bahwa . . .
DISTRIBUSI II
-2-
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 26 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4674);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS


UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4674) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan . . .

DISTRIBUSI II
-3-
1. Ketentuan angka 14, angka 20, dan angka 24 Pasal 1
diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian


kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan Data Kependudukan
melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil,
pengelolaan informasi Administrasi
Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya
untuk pelayanan publik dan pembangunan
sektor lain.

2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan


Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang


bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai Warga Negara Indonesia.

4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara


Indonesia.

5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab


dalam urusan pemerintahan dalam negeri.

6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah


provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang
bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan
Administrasi Kependudukan.

7. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah


kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan
berwenang melaksanakan pelayanan dalam
urusan Administrasi Kependudukan.

8. Dokumen . . .
DISTRIBUSI II
-4-
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi
yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang
mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti
autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

9. Data Kependudukan adalah data perseorangan


dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai
hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.

10. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan


biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan
Peristiwa Kependudukan dan pendataan
Penduduk rentan Administrasi Kependudukan
serta penerbitan Dokumen Kependudukan
berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.

11. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang


dialami Penduduk yang harus dilaporkan karena
membawa akibat terhadap penerbitan atau
perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk dan/atau surat keterangan
kependudukan lainnya meliputi pindah datang,
perubahan alamat, serta status tinggal terbatas
menjadi tinggal tetap.

12. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya


disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk
yang bersifat unik atau khas, tunggal dan
melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai
Penduduk Indonesia.

13. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah


kartu identitas keluarga yang memuat data
tentang nama, susunan dan hubungan dalam
keluarga, serta identitas anggota keluarga.

14. Kartu . . .
DISTRIBUSI II
-5-
14. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya
disingkat KTP-el, adalah Kartu Tanda Penduduk
yang dilengkapi cip yang merupakan identitas
resmi penduduk sebagai bukti diri yang
diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.

15. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa


Penting yang dialami oleh seseorang dalam
register Pencatatan Sipil pada Instansi
Pelaksana.

16. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang


melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang
dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang
pengangkatannya sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

17. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami


oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian,
lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan
anak, pengesahan anak, pengangkatan anak,
perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan.

18. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang


diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

19. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang


diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal
menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

20. Petugas . . .

DISTRIBUSI II
-6-
20. Petugas Registrasi adalah pegawai yang diberi
tugas dan tanggung jawab memberikan
pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan
dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan
penyajian Data Kependudukan di
desa/kelurahan atau nama lainnya.

21. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan,


selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan informasi administrasi
kependudukan di tingkat Penyelenggara dan
Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.

22. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu


yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran
serta dilindungi kerahasiaannya.

23. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya


disingkat KUAKec, adalah satuan kerja yang
melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi
Penduduk yang beragama Islam.

24. Unit Pelaksana Teknis Instansi Pelaksana,


selanjutnya disebut UPT Instansi Pelaksana,
adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang
bertanggung jawab kepada Instansi Pelaksana.

2. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 5

Pemerintah melalui Menteri berwenang


menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
secara nasional, meliputi:

a. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-7-
a. koordinasi antarinstansi dan antardaerah;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar;
c. fasilitasi dan sosialisasi;
d. pembinaan, pembimbingan, supervisi,
pemantauan, evaluasi dan konsultasi;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan
berskala nasional;
f. menyediakan blangko KTP-el bagi
kabupaten/kota;
g. menyediakan blangko dokumen kependudukan
selain blangko KTP-el melalui Instansi Pelaksana;
dan
h. pengawasan.

3. Ketentuan huruf d Pasal 6 diubah, sehingga Pasal 6


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 6

Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung


jawab menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur
dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil;
c. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan;
d. penyajian Data Kependudukan berskala provinsi
berasal dari Data Kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
Kementerian yang bertanggung jawab dalam
urusan pemerintahan dalam negeri; dan

e. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-8-
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.

4. Ketentuan ayat (1) huruf g Pasal 7 diubah, sehingga


Pasal 7 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 7

(1) Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan


bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
Administrasi Kependudukan, yang dilakukan
oleh bupati/walikota dengan kewenangan
meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas
dan fungsinya di bidang Administrasi
Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat
di bidang Administrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk
menyelenggarakan sebagian urusan
Administrasi Kependudukan berdasarkan
asas tugas pembantuan;
g. penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota berasal dari Data
Kependudukan yang telah dikonsolidasikan
dan dibersihkan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan dalam negeri; dan

h. koordinasi . . .
DISTRIBUSI II
-9-
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.

5. Ketentuan ayat (1) huruf c dan ayat (5) Pasal 8


diubah, sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8

(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan


Administrasi Kependudukan dengan kewajiban
yang meliputi:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan
mencatat Peristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang sama dan
profesional kepada setiap Penduduk atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting;
c. mencetak, menerbitkan, dan
mendistribusikan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data
atas Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa
Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan
informasi yang disampaikan oleh Penduduk
dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.

(2) Kewajiban . . .

DISTRIBUSI II
- 10 -
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a untuk pencatatan nikah, talak, cerai,
dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam
pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai
pencatat pada KUAKec.

(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat


kecamatan dilakukan oleh UPT Instansi
Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan
Akta Pencatatan Sipil.

(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


untuk persyaratan dan tata cara Pencatatan
Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya
belum diakui sebagai agama berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau
bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada
Peraturan Perundang-undangan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPT Instansi


Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan prioritas pembentukannya diatur dengan
Peraturan Menteri.

6. Ketentuan ayat (2) Pasal 12 diubah, sehingga Pasal 12


berbunyi sebagai berikut :

Pasal 12

(1) Petugas Registrasi membantu kepala desa atau


lurah dan Instansi Pelaksana dalam Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil.

(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh
bupati/walikota diutamakan dari Pegawai Negeri
Sipil yang memenuhi persyaratan.

(3) Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 11 -
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman
pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

7. Ketentuan ayat (1) Pasal 27 diubah, sehingga Pasal 27


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 27

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk


kepada Instansi Pelaksana setempat paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan
Kutipan Akta Kelahiran.

8. Ketentuan ayat (1) dan ayat (3) Pasal 32 diubah dan


ayat (2) dihapus, sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 32

(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas
waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
kelahiran, pencatatan dan penerbitan Akta
Kelahiran dilaksanakan setelah mendapatkan
keputusan Kepala Instansi Pelaksana setempat.

(2) Dihapus.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan


tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Presiden.

9. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 12 -
9. Ketentuan ayat (1) Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua
rukun tetangga atau nama lainnya di domisili
Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada Register Akta Kematian dan menerbitkan
Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan
kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan
seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya
penetapan pengadilan.
(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak
jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan
pencatatan kematian berdasarkan keterangan
dari kepolisian.

10. Ketentuan ayat (2) Pasal 49 diubah, sehingga Pasal 49


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua
pada Instansi Pelaksana paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal surat pengakuan
anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak
yang bersangkutan.

(2) Pengakuan . . .
DISTRIBUSI II
- 13 -
(2) Pengakuan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama, tetapi belum sah
menurut hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengakuan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengakuan anak.

11. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 50 diubah dan
penjelasan ayat (1) Pasal 50 diubah, sehingga
Pasal 50 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh
orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu
dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Pengesahan anak hanya berlaku bagi anak yang
orang tuanya telah melaksanakan perkawinan
sah menurut hukum agama dan hukum negara.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat
pada register akta pengesahan anak dan
menerbitkan kutipan akta pengesahan anak.

12. Ketentuan ayat (2) Pasal 58 ditambahkan 4 (empat)


huruf, yakni huruf bb, huruf cc, huruf dd, dan
huruf ee, serta ditambahkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (4), sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data
perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.

DISTRIBUSI II (2) Data . . .


- 14 -
(2) Data perseorangan meliputi:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung;
o. nama ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal
lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah;
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian;
bb. sidik jari;
cc. iris mata;
dd. tanda tangan; dan
ee. elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.

(3) Data . . .
DISTRIBUSI II
- 15 -
(3) Data agregat meliputi himpunan data
perseorangan yang berupa data kuantitatif dan
data kualitatif.
(4) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang
digunakan untuk semua keperluan adalah Data
Kependudukan dari Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan
dalam negeri, antara lain untuk pemanfaatan:
a. pelayanan publik;
b. perencanaan pembangunan;
c. alokasi anggaran;
d. pembangunan demokrasi; dan
e. penegakan hukum dan pencegahan
kriminal.

13. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan
ayat (6) Pasal 63 diubah dan ayat (2) dihapus,
sehingga Pasal 63 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 63

(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang


Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin
atau pernah kawin wajib memiliki KTP-el.
(2) Dihapus.
(3) KTP-el sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku secara nasional.
(4) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib melaporkan perpanjangan masa
berlaku atau mengganti KTP-el kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal masa berlaku Izin Tinggal Tetap
berakhir.

(5) Penduduk . . .
DISTRIBUSI II
- 16 -
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP-el wajib
membawanya pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya memiliki 1 (satu) KTP-el.

14. Ketentuan Pasal 64 diubah, sehingga Pasal 64


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 64

(1) KTP-el mencantumkan gambar lambang Garuda


Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, memuat elemen data
penduduk, yaitu NIK, nama, tempat tanggal
lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status
perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan,
kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku,
tempat dan tanggal dikeluarkan KTP-el, dan
tandatangan pemilik KTP-el.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi nomor identitas tunggal untuk semua
urusan pelayanan publik.
(3) Pemerintah menyelenggarakan semua pelayanan
publik dengan berdasarkan NIK sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Untuk menyelenggarakan semua pelayanan
publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Pemerintah melakukan integrasi nomor identitas
yang telah ada dan digunakan untuk pelayanan
publik paling lambat 5 (lima) tahun sejak
Undang-Undang ini disahkan.

(5) Elemen . . .

DISTRIBUSI II
- 17 -
(5) Elemen data penduduk tentang agama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai
agama berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan atau bagi penghayat
kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan
dicatat dalam database kependudukan.
(6) Dalam KTP-el sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tersimpan cip yang memuat rekaman
elektronik data perseorangan.
(7) KTP-el untuk:
a. Warga Negara Indonesia masa berlakunya
seumur hidup; dan
b. Orang Asing masa berlakunya disesuaikan
dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap.

(8) Dalam hal terjadi perubahan elemen data, rusak,


atau hilang, Penduduk pemilik KTP-el wajib
melaporkan kepada Instansi Pelaksana untuk
dilakukan perubahan atau penggantian.
(9) Dalam hal KTP-el rusak atau hilang, Penduduk
pemilik KTP-el wajib melapor kepada Instansi
Pelaksana melalui camat atau lurah/kepala desa
paling lambat 14 (empat belas) hari dan
melengkapi surat pernyataan penyebab
terjadinya rusak atau hilang.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
perubahan elemen data penduduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.

15. Ketentuan . . .

DISTRIBUSI II
- 18 -
15. Ketentuan ayat (1) Pasal 68 ditambahkan 1 (satu)
huruf, yakni huruf f, sehingga Pasal 68 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 68

(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas


kutipan akta:
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian;
e. pengakuan anak; dan
f. pengesahan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa
Penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan Pejabat yang
berwenang; dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut
dengan data yang terdapat dalam Register
Akta Pencatatan Sipil.

16. Ketentuan Pasal 76 diubah, sehingga Pasal 76


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 76

Ketentuan mengenai penerbitan Dokumen


Kependudukan bagi petugas khusus yang melakukan
tugas keamanan negara diatur dalam Peraturan
Menteri.

17. Ketentuan . . .
DISTRIBUSI II
- 19 -
17. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga Pasal 77
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 77
Setiap orang dilarang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data
Kependudukan dan/atau elemen data Penduduk.

18. Ketentuan Pasal 79 diubah, sehingga Pasal 79


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 79
(1) Data Perseorangan dan dokumen kependudukan
wajib disimpan dan dilindungi kerahasiaannya
oleh Negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan
hak akses Data Kependudukan kepada petugas
provinsi dan petugas Instansi Pelaksana serta
pengguna.
(3) Petugas dan pengguna sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilarang menyebarluaskan Data
Kependudukan yang tidak sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan,
ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

19. Di antara Pasal 79 dan Pasal 80 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 79A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 79A
Pengurusan dan penerbitan Dokumen Kependudukan
tidak dipungut biaya.

20. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 20 -
20. Di antara BAB VIII dan BAB IX disisipkan 1 (satu)
BAB, yakni BAB VIIIA sehingga berbunyi sebagai
berikut :
BAB VIIIA
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
PEJABAT STRUKTURAL

Pasal 83A
(1) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
atas usulan gubernur.
(2) Pejabat struktural pada unit kerja yang
menangani Administrasi Kependudukan di
kabupaten/kota diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri atas usulan bupati/walikota melalui
gubernur.
(3) Penilaian kinerja pejabat struktural sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
secara periodik oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan
prosedur pengangkatan dan pemberhentian
pejabat struktural sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), serta penilaian kinerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

21. Ketentuan Pasal 84 diubah, sehingga Pasal 84


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi
memuat:

DISTRIBUSI II a. keterangan . . .
- 21 -
a. keterangan tentang cacat fisik dan/atau
mental;
b. sidik jari;
c. iris mata;
d. tanda tangan; dan
e. elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai elemen data
lainnya yang merupakan aib seseorang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

22. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 86 diubah dan
di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat
yakni ayat (1a), sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 86

(1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan


hak akses Data Pribadi kepada petugas provinsi
dan petugas Instansi Pelaksana.
(1a) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang menyebarluaskan Data Pribadi yang
tidak sesuai dengan kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan,
ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

23. Ketentuan Pasal 87 dihapus.

Pasal 87

Dihapus.

24. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 22 -
24. Di antara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) BAB,
yakni BAB IXA sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB IXA
PENDANAAN

Pasal 87A

Pendanaan penyelenggaraan program dan kegiatan


Administrasi Kependudukan yang meliputi kegiatan
fisik dan non fisik, baik di provinsi maupun
kabupaten/kota dianggarkan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara.

Pasal 87B

Penyediaan pendanaan penyelenggaraan program dan


kegiatan Administrasi Kependudukan dianggarkan
mulai anggaran pendapatan dan belanja negara
perubahan tahun anggaran 2014.

25. Ketentuan Pasal 94 diubah, sehingga Pasal 94


berbunyi sebagai berikut :

Pasal 94

Setiap orang yang memerintahkan dan/atau


memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data
Kependudukan dan/atau elemen data Penduduk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp75.000.000,00
(tujuh puluh lima juta rupiah).

26. Di antara . . .

DISTRIBUSI II
- 23 -
26. Di antara Pasal 95 dan Pasal 96 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 95A dan Pasal 95B yang berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 95A
Setiap orang yang tanpa hak menyebarluaskan Data
Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (3) dan Data Pribadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1a) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 95B
Setiap pejabat dan petugas pada desa/kelurahan,
kecamatan, UPT Instansi Pelaksana dan Instansi
Pelaksana yang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan pungutan biaya
kepada Penduduk dalam pengurusan dan penerbitan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 79A dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah).

27. Ketentuan Pasal 96 diubah, sehingga Pasal 96


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dan huruf g dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

28. Di antara . . .
DISTRIBUSI II
- 24 -
28. Di antara Pasal 96 dan Pasal 97 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 96A yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 96A
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak
mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan
Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

29. Ketentuan Pasal 101 diubah, sehingga Pasal 101


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah wajib memberikan NIK kepada setiap
Penduduk.
b. semua instansi pengguna wajib menjadikan NIK
sebagai dasar penerbitan dokumen paling lambat
1 (satu) tahun terhitung sejak instansi pengguna
mengakses data kependudukan dari Menteri.
c. KTP-el yang sudah diterbitkan sebelum Undang-
Undang ini ditetapkan berlaku seumur hidup.
d. keterangan mengenai alamat, nama, dan nomor
induk pegawai pejabat dan penandatanganan oleh
pejabat pada KTP-el sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (1) dihapus setelah database
kependudukan nasional terwujud.

30. Ketentuan Pasal 102 diubah, sehingga Pasal 102


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 102
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. semua . . .
DISTRIBUSI II
- 25 -
a. semua singkatan “KTP” sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan harus
dimaknai “KTP-el”;
b. semua kalimat “wajib dilaporkan oleh Penduduk
kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya
peristiwa” sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan harus dimaknai
”wajib dilaporkan oleh Penduduk di Instansi
Pelaksana tempat Penduduk berdomisili”; dan
c. semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan Administrasi Kependudukan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini.

31. Ketentuan Pasal 103 diubah, sehingga Pasal 103


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 103

(1) Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini


harus ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak Undang-Undang ini diundangkan.
(2) Semua peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan harus disesuaikan
dengan Undang-Undang ini paling lambat 1 (satu)
tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal II

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar . . .
DISTRIBUSI II
- 26 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 232

DISTRIBUSI II
PENJELASAN
ATAS
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
hakekatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan
atas status hukum atas Peristiwa Kependudukan maupun Peristiwa
Penting yang dialami Penduduk. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan yang merupakan
penjabaran amanat Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan tertib
Administrasi Kependudukan dengan terbangunnya database
kependudukan secara nasional serta keabsahan dan kebenaran atas
dokumen kependudukan yang diterbitkan.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi
Penduduk diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak
administratif penduduk dalam pelayanan publik serta memberikan
perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen
Kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran
aktif Pemerintah dan pemerintah daerah. Penerapan KTP-el yang saat
ini dilaksanakan merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat
serta mendukung akurasi terbangunnya database kependudukan di
kabupaten/kota, provinsi maupun database kependudukan secara
nasional. Dengan penerapan KTP-el maka setiap Penduduk tidak
dimungkinkan lagi dapat memiliki KTP-el lebih dari satu dan/atau
dipalsukan KTP-elnya, mengingat dalam KTP-el tersebut telah memuat
kode keamanan dan rekaman elektronik data penduduk yang antara
lain berupa iris mata maupun sidik jari Penduduk.

Dengan . . .

DISTRIBUSI II
-2-
Dengan penerapan KTP-el maka masa pemberlakuan KTP-el
yang diatur dalam Pasal 64 ayat (4) yakni berlaku 5 (lima) tahun
menjadi seumur hidup, sepanjang tidak adanya perubahan atas
elemen data Penduduk dan berubahnya domisili Penduduk. Hal ini
perlu dilakukan agar diperoleh kemudahan dan kelancaran dalam
pelayanan publik diberbagai sektor baik oleh pemerintah maupun
swasta serta diperolehnya penghematan keuangan negara setiap
5 (lima) tahunnya.

Sejalan dengan terbangunnya database kependudukan maka


perlu pula diperjelas perihal pengaturan hak akses atas pemanfaatan
Data Kependudukan baik bagi petugas pada Penyelenggara, Instansi
Pelaksana, dan Pengguna. Selanjutnya sehubungan dengan
penerapan sanksi administratif bagi Penduduk maka agar lebih
mencerminkan tidak adanya diskriminatif sesama Penduduk maka
perlu penyesuaian akan besarnya denda administratif baik
penduduk warga negara Indonesia maupun bagi penduduk orang
asing, sehingga selain untuk mendorong tertib Administrasi
Kependudukan serta menghilangkan diskriminatif dalam pelayanan
penerbitan dokumen kependudukan, namun agar lebih mendorong
iklim investasi ke Indonesia.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Pasal 1

Cukup jelas.

Angka 2

Pasal 5

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b . . .
DISTRIBUSI II
-3-
Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Data Kependudukan skala Nasional diterbitkan


secara berkala per semester, yaitu untuk semester
pertama yang diterbitkan tanggal 30 Juni dan
semester kedua yang diterbitkan tanggal
31 Desember.

Huruf f

Penyediaan blangko KTP-el dilaksanakan oleh


Pemerintah dengan pertimbangan untuk menjamin
cip KTP-el dapat terintegrasi dengan sistem yang
sudah ada.

Huruf g

Penyediaan blangko selain blangko KTP-el


dilaksanakan oleh Instansi Pelaksana di
kabupaten/kota.

Dokumen Kependudukan selain blangko KTP-el,


antara lain biodata penduduk, kartu keluarga,
surat keterangan kependudukan, akta kelahiran,
akta perkawinan, akta perceraian, akta kematian,
akta pengakuan anak, dan akta pengesahan anak.

Huruf h

Cukup jelas.

Angka 3 . . .
DISTRIBUSI II
-4-
Angka 3

Pasal 6

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Data Kependudukan skala Provinsi diterbitkan


secara berkala per semester, yaitu untuk semester
pertama yang diterbitkan tanggal 30 Juni dan
semester kedua yang diterbitkan tanggal 31
Desember.

Huruf e

Cukup jelas.

Angka 4

Pasal 7

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e . . .
DISTRIBUSI II
-5-
Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Yang dimaksud dengan ”desa” adalah


kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Huruf g

Data Kependudukan skala kabupaten/kota


diterbitkan secara berkala per semester, yaitu
untuk semester pertama yang diterbitkan
tanggal 30 Juni dan semester kedua yang
diterbitkan tanggal 31 Desember.

Huruf h

Cukup jelas.

Ayat (2)

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuai


kekhususannya berbeda dengan provinsi yang lain
karena diberi kewenangan untuk
menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
seperti kabupaten/kota.

Angka 5

Pasal 8

Cukup jelas.

Angka 6 . . .

DISTRIBUSI II
-6-
Angka 6

Pasal 12

Cukup jelas.

Angka 7

Pasal 27

Ayat (1)

Pelaporan kelahiran oleh Penduduk dilaksanakan


di Instansi Pelaksana tempat Penduduk
berdomisili.

Penulisan tempat lahir di dalam Akta Kelahiran


tetap menunjuk pada tempat terjadinya kelahiran.

Ayat (2)

Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran tanpa dipungut


biaya sebagaimana diatur dalam Peraturan
Perundang-undangan.

Angka 8

Pasal 32

Cukup jelas.

Angka 9

Pasal 44

Ayat (1)

Pelaporan kematian oleh rukun tetangga atau


nama lain kepada Instansi Pelaksana dilaksanakan
secara berjenjang kepada rukun warga atau nama
lain, kelurahan/desa atau nama lain, dan
kecamatan atau nama lain.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) . . .
DISTRIBUSI II
-7-
Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Angka 10

Pasal 49

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "pengakuan anak"


merupakan pengakuan seorang ayah terhadap
anaknya yang lahir dari perkawinan yang telah sah
menurut hukum agama dan disetujui oleh ibu
kandung anak tersebut.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Angka 11

Pasal 50

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "pengesahan anak"


merupakan pengesahan status seorang anak yang
lahir dari perkawinan yang telah sah menurut
hukum agama, pada saat pencatatan perkawinan
dari kedua orang tua anak tersebut telah sah
menurut hukum negara.

Ayat (2) . . .

DISTRIBUSI II
-8-
Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Angka 12

Pasal 58

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i . . .
DISTRIBUSI II
-9-
Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Huruf k

Yang dimaksud dengan “cacat fisik dan/atau


mental” berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang menetapkan
tentang hal tersebut.

Huruf l

Cukup jelas.

Huruf m

Cukup jelas.

Huruf n

Cukup jelas.

Huruf o

Cukup jelas.

Huruf p

Cukup jelas.

Huruf q

Cukup jelas.

Huruf r

Cukup jelas.

Huruf s

Cukup jelas.

Huruf t

Cukup jelas.

Huruf u . . .
DISTRIBUSI II
- 10 -
Huruf u

Cukup jelas.

Huruf v

Cukup jelas.

Huruf w

Cukup jelas.

Huruf x

Cukup jelas.

Huruf y

Cukup jelas.

Huruf z

Cukup jelas.

Huruf aa

Cukup jelas.

Huruf bb

Cukup jelas.

Huruf cc

Cukup jelas.

Huruf dd

Cukup jelas.

Huruf ee

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan "data agregat" adalah


kumpulan data tentang Peristiwa Kependudukan,
Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia,
agama, pendidikan, dan pekerjaan.

Yang . . .
DISTRIBUSI II
- 11 -
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif adalah
data yang berupa angka-angka.

Yang dimaksud dengan "data kualitatif adalah data


yang berupa penjelasan.

Ayat (4)

Data Kependudukan yang dimanfaatkan oleh


Pengguna adalah Data Kependudukan yang sudah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
Kementerian yang bertanggung jawab dalam
urusan pemerintahan dalam negeri.

Huruf a

Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan


pelayanan publik”, antara lain untuk
penerbitan surat izin mengemudi, izin usaha,
pelayanan wajib pajak, pelayanan perbankan,
pelayanan penerbitan sertifikat tanah,
asuransi, jaminan kesehatan masyarakat,
dan/atau jaminan sosial tenaga kerja.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan


perencanaan pembangunan”, antara lain
untuk perencanaan pembangunan nasional,
perencanaan pendidikan, perencanaan
kesehatan, perencanaan tenaga kerja,
dan/atau pengentasan masyarakat dari
kemiskinan.

Huruf c

Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan alokasi


anggaran”, antara lain untuk penentuan dana
alokasi umum (DAU) dan/atau perhitungan
potensi perpajakan.

Huruf d . . .
DISTRIBUSI II
- 12 -
Huruf d

Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan


pembangunan demokrasi”, antara lain untuk
penyiapan data agregat kependudukan per
kecamatan (DAK2) dan/atau penyiapan data
penduduk potensial pemilih Pemilu (DP4).

Huruf e

Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan


penegakan hukum dan pencegahan kriminal”,
antara lain untuk memudahkan pelacakan
pelaku kriminal, mencegah perdagangan
orang, dan/atau mencegah pengiriman
tenaga kerja illegal.

Angka 13

Pasal 63

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Dihapus.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6) . . .

DISTRIBUSI II
- 13 -
Ayat (6)

Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu)


KTP-el untuk 1 (satu) Penduduk diperlukan sistem
keamanan/pengendalian dan sisi administrasi
ataupun teknologi informasi dengan melakukan
verifikasi dan validasi dalam sistem database
kependudukan serta pemberian NIK.

Angka 14

Pasal 64

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Fungsi KTP-el ditingkatkan secara bertahap


menjadi KTP-el multiguna.

Data perseorangan yang dimuat dalam cip akan


disesuaikan dengan kebutuhan.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Angka (9) . . .
DISTRIBUSI II
- 14 -
Ayat (9)

Cukup jelas.

Ayat (10)

Cukup jelas.

Angka 15

Pasal 68

Cukup jelas.

Angka 16

Pasal 76

Cukup jelas.

Angka 17

Pasal 77

Cukup jelas.

Angka 18

Pasal 79

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pengguna” antara lain


lembaga negara, kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian, dan/atau badan hukum
Indonesia.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Angka 19 . . .

DISTRIBUSI II
- 15 -
Angka 19

Pasal 79A

Yang dimaksud dengan “pengurusan dan penerbitan”


meliputi penerbitan baru, penggantian akibat rusak
atau hilang, pembetulan akibat salah tulis, dan/atau
akibat perubahan elemen data.

Angka 20

Pasal 83A

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan


perundang-undangan” adalah ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengembangan
dan pembinaan karir.

Angka 21

Pasal 84

Cukup jelas.

Angka 22

Pasal 86

Cukup jelas.

Angka 23

Pasal 87

Dihapus.

Angka 24 . . .
DISTRIBUSI II
- 16 -
Angka 24
Pasal 87A
Cukup jelas.

Pasal 87B
Cukup jelas.
Angka 25
Pasal 94
Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 95A
Cukup jelas.
Pasal 95B
Cukup jelas.
Angka 27

Pasal 96
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 96A
Cukup jelas.
Angka 29

Pasal 101
Cukup jelas.
Angka 30

Pasal 102

Cukup jelas.

Angka 31
Angka 31 . . .
DISTRIBUSI II
- 17 -
Pasal 103

Cukup jelas.

Pasal II

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5475

DISTRIBUSI II
www.hukumonline.com

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban memberikan
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas
setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk
Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status
hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk
Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kependudukan;
c. bahwa pengaturan tentang Administrasi Kependudukan hanya dapat terlaksana apabila
didukung oleh pelayanan yang profesional dan peningkatan kesadaran penduduk, termasuk
Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri;
d. bahwa peraturan perundang-undangan mengenai Administrasi Kependudukan yang ada
tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang tertib dan
tidak diskriminatif sehingga diperlukan pengaturan secara menyeluruh untuk menjadi
pegangan bagi semua penyelenggara negara yang berhubungan dengan kependudukan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c,
dan huruf d, perlu membentuk undang-undang tentang Administrasi Kependudukan.

Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (4), Pasal 26, Pasal 28 B ayat (1),
Pasal 28 D ayat (4), Pasal 28 E ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28 I, Pasa129 ayat (1), Pasal 34
ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3019);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32);
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3474);
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan International Convention On
The Elimination Of All Forms Of Racial Discrimination 1965 (Konvensi Internasional tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3852);
6. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3882);

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3886);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4235);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4634).

Dengan Persetujuan Bersama:


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan
Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya
untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.
4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri.
6. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan.
7. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab
dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi Kependudukan.
8. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana
yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
9. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang terstruktur
sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

10. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan
Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan
serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.
11. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus dilaporkan
karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda
Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang,
perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
12. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk
yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai
Penduduk Indonesia.
13. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang memuat data
tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
14. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmi Penduduk
sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
15. Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam
register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.
16. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang
dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
17. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian,
lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak,
perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan.
18. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
19. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal
menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
20. Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab
memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting serta
pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan di desa/kelurahan.
21. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi
Pelaksana sebagai satu kesatuan.
22. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga
kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya,
23. Kantor Urusan Agama Kecamatan, selanjutnya disingkat KUAKec, adalah satuan kerja yang
melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi
Penduduk yang beragama Islam.
24. Unit Pelaksana Teknis Dinas Instansi Pelaksana, selanjutnya disingkat UPTD Instansi
Pelaksana, adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang melaksanakan pelayanan
Pencatatan Sipil dengan kewenangan menerbitkan akta.

BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK

Pasal 2
Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
a. Dokumen Kependudukan;

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

b. pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;


c. perlindungan atas Data Pribadi;
d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
e. informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas dirinya
dan/atau keluarganya; dan
f. ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam Pendaftaran Penduduk
dan Pencatatan Sipil serta penyalahgunaan Data Pribadi oleh Instansi. Pelaksana.

Pasal 3
Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang
dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

Pasal 4
Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib
melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi
Pelaksana Pencatatan Sipil negara setempat dan/atau kepada Perwakilan Republik Indonesia
dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil.

BAB III
KEWENANGAN PENYELENGGARA DAN INSTANSI PELAKSANA

Bagian Kesatu
Penyelenggara

Paragraf 1
Pemerintah

Pasal 5
Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
secara nasional, yang dilakukan oleh Menteri dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi antar instansi dalam urusan Administrasi Kependudukan;
b. penetapan sistem, pedoman, dan standar pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
c. sosialisasi Administrasi Kependudukan;
d. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan Administrasi
Kependudukan;
e. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional; dan
f. pencetakan, penerbitan, dan distribusi blangko Dokumen Kependudukan.

Paragraf 2
Pemerintah Provinsi

Pasal 6
Pemerintah provinsi berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan, yang dilakukan oleh gubernur dengan kewenangan meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil;

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

c. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;


d. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi; dan
e. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

Paragraf 3
Pemerintah Kabupaten/Kota

Pasal 7
(1) Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan
urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati/walikota dengan
kewenangan meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi
Kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan;
f. penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi
Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota; dan
h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Bagian Kedua
Instansi Pelaksana

Pasal 8
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban
yang meliputi:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat Peristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang lama dan profesional. kepada setiap Penduduk atas
pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting;
c. menerbitkan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh
Penduduk dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pencatatan nikah, talak,
cerai, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam pada tingkat kecamatan dilakukan
oleh pegawai pencatat pada KUAKec.
(3) Pelayanan Pencatatan Sipil pada tingkat kecamatan dilakukan oleh UPTD Instansi
Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan Akta Pencatatan Sipil.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan tata cara
Pencatatan Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan
berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan prioritas pembentukannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 9
(1) Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewenangan
yang meliputi:
a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting yang dilaporkan Penduduk;
b. memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami Penduduk atas dasar
putusan atau penetapan pengadilan;
c. memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian kepada lembaga
peradilan; dan
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil untuk kepentingan pembangunan.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berlaku juga bagi
KUAKec, khususnya untuk pencatatan nikah, talak, term, dan rujuk bagi Penduduk yang
beragama Islam.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mempunyai
kewenangan untuk mendapatkan data hasil pencatatan peristiwa perkawinan, perceraian,
dan rujuk bagi Penduduk yang beragama Islam dari KUAKec.

Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenal penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 11
(1) Pejabat Pencatatan Sipil mempunyai kewenangan melakukan verifikasi kebenaran data,
melakukan pembuktian pencatatan atas nama jabatannya, mencatat data dalam register
akta Pencatatan Sipil, menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil, dan membuat catatan
pinggir pada akta-akta Pencatatan Sipil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Pasal 12
(1) Petugas Registrasi membantu kepala desa atau lurah dan Instansi Pelaksana dalam
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh
bupati/walikota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan dan pemberhentian serta tugas
pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.

BAB IV
PENDAFTARAN PENDUDUK

Bagian Kesatu
Nomor Induk Kependudukan

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 13
(1) Setiap Penduduk wajib memiliki NIK.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup dan selamanya, yang
diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi Pelaksana kepada setiap Penduduk
setelah dilakukan pencatatan biodata.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap Dokumen
Kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok
wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas
lainnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara dan ruang lingkup penerbitan
dokumen identitas lainnya, serta pencantuman NIK diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua
Pendaftaran Peristiwa Kependudukan

Paragraf 1
Perubahan Alamat

Pasal 14
(1) Dalam hal terjadi perubahan alamat Penduduk, Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan
penerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan perubahan dokumen
Pendaftaran Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.

Paragraf 2
Pindah Datang Penduduk dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 15
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah asal untuk mendapatkan
Surat Keterangan Pindah.
(2) Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah berdomisilinya Penduduk di alamat
yang baru untuk waktu lebih dari 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang
bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun.
(3) Berdasarkan Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penduduk
yang bersangkutan wajib melapor kepada Instansi Pelaksana di daerah tujuan untuk
penerbitan Surat Keterangan Pindah Datang,
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai
dasar perubahan atau penerbitan KK dan KTP bagi Penduduk yang bersangkutan,

Pasal 16
Instansi Pelaksana wajib menyelenggarakan pendaftaran pindah datang Penduduk Warga Negara
Indonesia yang bertransmigrasi.

Pasal 17
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal
Tetap yang pindah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan
rencana kepindahannya kepada Instansi Pelaksana di daerah asal.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(3) Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan kedatangan kepada Instansi
Pelaksana di daerah tujuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan Surat
Keterangan Pindah Datang.
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai
dasar perubahan atau penerbitan KK, KTP, atau Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi
Orang Asing yang bersangkutan.

Paragraf 3
Pindah Datang Antar negara

Pasal 18
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah ke luar negeri wajib melaporkan rencana
kepindahannya kepada Instansi Pelaksana.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri.
(3) Penduduk Warga Negara Indonesia yang telah pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan berstatus menetap di luar negeri wajib melaporkan kepada Perwakilan Republik
Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak kedatangannya.

Pasal 19
(1) Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri wajib melaporkan kedatangannya
kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal kedatangan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri sebagai dasar penerbitan KK
dan KTP.

Pasal 20
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang datang dari luar negeri dan Orang
Asing yang memiliki izin lainnya yang telah berubah status sebagai pemegang Izin Tinggal
Terbatas yang berencana bertempat tanggal di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari
sejak diterbitkan Izin Tinggal Terbatas.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Terbatas.
(4) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibawa pada
saat berpergian.

Pasal 21
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang telah berubah status menjadi Orang
Asing yang memiliki lzin Tinggal Tetap wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan lzin Tinggal Tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan KK dan KTP.

Pasal 22

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin
Tinggal Tetap yang akan pindah ke luar negeri wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana
paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum rencana kepindahannya.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana melakukan
pendaftaran.

Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran Peristiwa Kependudukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 22 diatur dalam Peraturan Presiden.

Paragraf 4
Penduduk Pelintas Batas

Pasal 24
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia yang tinggal di perbatasan antar negara yang
bermaksud melintas batas negara diberi buku pas lintas batas oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah memperoleh buku pas lintas
batas wajib didaftar oleh Instansi Pelaksana.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendaftaran bagi Penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga
Pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan

Pasal 25
(1) Instansi Pelaksana wajib melakukan pendataan Penduduk rentan Administrasi
Kependudukan yang meliputi:
a. penduduk korban bencana alam;
b. penduduk korban bencana sosial;
c. orang terlantar; dan
d. komunitas terpencil.
(2) Pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan di tempat sementara.
(3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar penerbitan
Surat Keterangan Kependudukan untuk Penduduk rentan Administrasi Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pendataan Penduduk rentan
diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Keempat
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri

Pasal 26
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa
Kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau
meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Presiden.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

BAB V
PENCATATAN SIPIL

Bagian Kesatu
Pencatatan Kelahiran

Paragraf 1
Pencatatan Kelahiran di Indonesia

Pasal 27
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat
terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pasal 28
(1) Pencatatan kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran
terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya atau keberadaan
orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan dilengkapi Berita Acara
Pemeriksaan dari kepolisian.
(2) Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil dan disimpan oleh lnstansi Pelaksana.

Paragraf 2
Pencatatan Kelahiran di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 29
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan kepada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(4) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga Negara Indonesia yang
bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.

Paragraf 3
Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau Pesawat Terbang

Pasal 30
(1) Kelahiran Warga Negara Indonesia di atas kapal laut atau pesawat terbang wajib dilaporkan
oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tujuan atau tempat singgah
berdasarkan keterangan kelahiran dari nakhoda kapal laut atau kapten pesawat terbang.
(2) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada Instansi

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pelaksana setempat untuk dicatat dalam Register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan
Akta Kelahiran.
(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada
di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada negara
tempat tujuan atau tempat singgah.
(4) Apabila negara tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak menyelenggarakan pencatatan kelahiran bagi orang asing, pencatatan dilakukan pada
Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(5) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mencatat peristiwa
kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(6) Pencatatan Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilaporkan
oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Warga
Negara Indonesia yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia.

Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 diatur dalam Peraturan Presiden.

Paragraf 4
Pencatatan Kelahiran yang Melampaui Batas Waktu

Pasal 32
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas
waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (sate) tahun sejak tanggal kelahiran,
pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana
setempat.
(2) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Kedua
Pencatatan Lahir Mati

Pasal 33
(1) Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan
Lahir Mati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan lahir mati
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Ketiga
Pencatatan Perkawinan

Paragraf 1
Pencatatan Perkawinan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 34

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(1) Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan wajib


dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya perkawinan
paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(3) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing diberikan
kepada suami dan istri.
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Penduduk yang beragama
Islam kepada KUAKec.
(5) Data hasil pencatatan atas peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan dalam Pasal
8 ayat (2) wajib disampaikan oleh KUAKec kepada Instansi Pelaksana dalam waktu paling
lambat 10 (sepuluh) hari setelah pencatatan perkawinan dilaksanakan.
(6) Hasil pencatatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak memerlukan penerbitan
kutipan akta Pencatatan Sipil.
(7) Pada tingkat kecamatan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada
UPTD Instansi Pelaksana.

Pasal 35
Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula bagi:
a. perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan; dan
b. perkawinan Warga Negara Asing yang dilakukan di Indonesia atas permintaan Warga
Negara Asing yang bersangkutan.

Pasal 36
Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan perkawinan
dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.

Paragraf 2
Pencatatan Perkawinan di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 37
(1) Perkawinan Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan perkawinan bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
perkawinan dalam Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(4) Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh
yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perkawinan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Keempat
Pencatatan Pembatalan Perkawinan

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 39
(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh Penduduk yang mengalami pembatalan
perkawinan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah
putusan pengadilan tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
(2) Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut Kutipan Akta
Perkawinan dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan
Perkawinan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan
perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Presiden.

Bagian Kelima
Pencatatan Perceraian

Paragraf 1
Pencatatan Perceraian di Indonesia

Pasal 40
(1) Perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak putusan pengadilan tentang perceraian yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.

Paragraf 2
Pencatatan Perceraian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 41
(1) Perceraian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di negara setempat dan dilaporkan pada
Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan perceraian bagi Orang Asing, pencatatan dilakukan pada Perwakilan Republik
Indonesia setempat.
(3) Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencatat peristiwa
perceraian dalam Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
(4) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan oleh
yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Indonesia.

Pasal 42
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan perceraian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41 diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Keenam
Pencatatan Pembatalan Perceraian

Pasal 43

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(1) Pembatalan perceraian bagi Penduduk wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang
pembatalan perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mencabut
Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan subjek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan
Pembatalan Perceraian.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan
perceraian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.

Bagian Ketujuh
Pencatatan Kematian

Paragraf 1
Pencatatan Kematian di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi
Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Kematian dan menerbitkan Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan
keterangan kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak
ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah
adanya penetapan pengadilan.
(5) Dalam hai terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana
melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan dari kepolisian.

Paragraf 2
Pencatatan Kematian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 45
(1) Kematian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepada Perwakilan
Republik Indonesia dan wajib dicatatkan kepada instansi yang berwenang di negara
setempat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kematian.
(2) Apabila Perwakilan Republik Indonesia mengetahui peristiwa kematian seseorang Warga
Negara Indonesia di negara setempat yang tidak dilaporkan dan dicatatkan paling lambat 7
(tujuh) hari sejak diterimanya informasi tersebut, pencatatan kematiannya dilakukan oleh
Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Dalam hal seseorang Warga Negara Indonesia dinyatakan hilang, pernyataan kematian
karena hilang dan pencatatannya dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara setempat.
(4) Dalam hal terjadi kematian seseorang Warga Negara Indonesia yang tidak jelas
identitasnya, pernyataan dan pencatatan dilakukan oleh Instansi Pelaksana di negara
setempat.
(5) Keterangan pernyataan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dicatatkan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.
(6) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi dasar Instansi Pelaksana di
Indonesia mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti di pengadilan sebagai dasar
penetapan pengadilan mengenai kematian seseorang.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 46
Ketentuan Iebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 dan Pasal 45 diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Kedelapan
Pencatatan Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak, dan Pengesahan Anak

Paragraf 1
Pencatatan Pengangkatan Anak di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 47
(1) Pencatatan pengangkatan anak dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan di tempat
tinggal pemohon.
(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh
Penduduk kepada instansi Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya salinan penetapan pengadilan oleh
Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada Register Akta Kelahiran dan Kutipan Akta Kelahiran.

Paragraf 2
Pencatatan Pengangkatan Anak Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia

Pasal 48
(1) Pengangkatan anak warga negara asing yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang
berwenang di negara setempat.
(2) Hasil pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyelenggarakan
pencatatan Pengangkatan Anak bagi warga negara asing, warga negara yang bersangkutan
melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia setempat untuk mendapatkan surat
keterangan pengangkatan anak.
(4) Pengangkatan anak warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat tinggalnya paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Republik Indonesia,
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Instansi Pelaksana
mengukuhkan Surat Keterangan Pengangkatan Anak.

Paragraf 3
Pencatatan Pengakuan Anak

Pasal 49
(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua pada Instansi Pelaksana paling Iambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari
anak yang bersangkutan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua
yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang lahir diluar hubungan
perkawinan yang sah.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan menerbitkan Kutipan Akta Pengakuan
Anak.

Paragraf 4
Pencatatan Pengesahan Anak

Pasal 50
(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi orang tua
yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak yang lahir diluar hubungan
perkawinan yang sah.
(3) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Akta Kelahiran.

Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pengangkatan anak,
pengakuan anak, dan pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal
49, dan Pasal 50 diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Kesembilan
Pencatatan Perubahan Nama dan Perubahan Status Kewarganegaraan

Paragraf 1
Pencatatan Perubahan Nama

Pasal 52
(1) Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri
tempat pemohon.
(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh
Penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan negeri oleh Penduduk.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan Sipi1
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.

Paragraf 2
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia

Pasat 53
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari warga negara asing menjadi Warga Negara
Indonesia wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan kepada Instansi Pelaksana di
tempat peristiwa perubahan status kewarganegaraan paling lambat 60 (enam puluh) hari
sejak berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Paragraf 3
Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia Menjadi
Warga Negara Asing di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 54
(1) Perubahan status kewarganegaraan dari Warga Negara Indonesia menjadi warga negara
asing di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah mendapatkan
persetujuan dari negara setempat wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutan
kepada Perwakilan Republik Indonesia.
(2) Perwakilan Republik Indonesia setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan
Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia.
(3) Pelepasan kewarganegaraan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan
oleh Perwakilan Republik Indonesia setempat kepada menteri yang berwenang berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan untuk diteruskan kepada Instansi Pelaksana
yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil yang bersangkutan.
(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pejabat Pencatatan Sipil
membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta Pencatatan
Sipil.

Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pencatatan perubahan nama dan status
kewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Pasal 53, dan Pasal 54 diatur dalam
Peraturan Presiden.

Bagian Kesepuluh
Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya

Pasal 56
(1) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil atas
permintaan Penduduk yang bersangkutan setelah adanya penetapan pengadilan negeri
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan Peristiwa Penting
lainnya diatur dalam Peraturan Presiden.

Bagian Kesebelas
Pelaporan Penduduk yang Tidak Mampu Melaporkan Sendiri

Pasal 57
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap Peristiwa Penting
yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh Instansi Pelaksana atau meminta
bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara pelaporan Penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.

BAB VI
DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Bagian Kesatu
Data Kependudukan

Pasal 58
(1) Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan/atau data agregat Penduduk.
(2) Data perseorangan meliputi:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama/kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan/atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m. jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung:
o. nama Ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran/nomor surat kenal lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w. nomor akta perkawinan/buku nikah:
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian.
(3) Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data kuantitatif dan data
kualitatif.

Bagian Kedua
Dokumen Kependudukan

Pasal 59
(1) Dokumen Kependudukan meliputi:
a. Biodata Penduduk;
b. KK;
c. KTP;
d. surat keterangan kependudukan; dan
e. Akta Pencatatan Sipil.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(2) Surat keterangan kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. Surat Keterangan Pindah;
b. Surat Keterangan Pindah Datang;
c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
e. Surat Keterangan Tempat Tinggal;
f. Surat Keterangan Kelahiran;
g. Surat Keterangan Lahir Mati;
h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
j. Surat Keterangan Kematian;
k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;
m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan
n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
(3) Biodata Penduduk, KK, KTP, Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia
antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara
Indonesia antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dan antar provinsi dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Orang
Asing dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Surat Keterangan Pindah ke
Luar Negeri, Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri, Surat Keterangan Tempat Tinggal
untuk Orang Asing Tinggal Terbatas, Surat Keterangan Kelahiran untuk Orang Asing, Surat
Keterangan Lahir Mati untuk Orang Asing, Surat Keterangan Kematian untuk Orang Asing,
Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan, Surat Keterangan Pembatalan Perceraian, Surat
Keterangan Pengganti Tanda Identitas, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Instansi
Pelaksana.
(4) Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar kecamatan dalam satu
kabupaten/kota, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia antar
kecamatan dalam satu kabupaten/kota, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh camat
atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(5) Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia dalam sate
desa/kelurahan, Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesia
antardesa/kelurahan dalam satu kecamatan, Surat Keterangan Kelahiran untuk Warga
Negara Indonesia, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Warga Negara Indonesia dan Surat
Keterangan Kematian untuk Warga Negara Indonesia, dapat diterbitkan dan ditandatangani
oleh kepala desa/lurah atas nama Kepala Instansi Pelaksana.
(6) Surat Keterangan Pengakuan Anak dan Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan
Republik Indonesia, diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Perwakilan Republik
Indonesia.

Pasal 60
Biodata Penduduk paling sedikit memuat keterangan tentang nama, tempat dan tanggal lahir,
alamat dan Jati diri lainnya secara lengkap, serta perubahan data sehubungan dengan Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami.

Pasal 61
(1) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan
anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan,
dokumen imigrasi, nama orang tua.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(2) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk
yang agamanya belum diakui sebagal agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat
dalam database Kependudukan.
(3) Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk selamanya, kecuali terjadi
perubahan kepala keluarga.
(4) KK diterbitkan dan diberikan oleh Instansi Pelaksana kepada Penduduk Warga Negara
Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap.
(5) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar penerbitan KTP.

Pasal 62
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap
hanya diperbolehkan terdaftar dalam I (satu) KK.
(2) Perubahan susunan keluarga dalam KK wajib dilaporkan kepada Instansi Pelaksana
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya perubahan.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Instansi Pelaksana mendaftar
dan menerbitkan KK.

Pasal 63
(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang
telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki
ISTP.
(2) Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki Izin Tinggal Tetap dan
sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki KTP.
(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara nasional.
(4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada Instansi Pelaksana
apabila masa berlakunya telah berakhir.
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya diperbolehkan memiliki
1 (satu) KT?.

Pasal 64
(1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki
atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan,
kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP, tanda
tangan pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang
menandatanganinya.
(2) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang
agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat
dalam database kependudukan.
(3) Dalam KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan ruang untuk memuat kode
keamanan dan rekaman elektronik pencatatan Peristiwa Penting.
(4) Masa berlaku KTP:
a. untuk Warga Negara Indonesia berlaku selama 5 (lima) tahun;
b. untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal
Tetap.
(5) Penduduk yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku seumur hidup.

Pasal 65

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Surat Keterangan Kependudukan paling sedikit memuat keterangan tentang nama lengkap, NIK,
jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting
yang dialami oleh seseorang.

Pasal 66
(1) Akta Pencatatan Sipil terdiri atas:
a. Register Akta Pencatatan Sipil; dan
b. Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(2) Akta Pencatatan Sipil berlaku selamanya.

Pasal 67
(1) Register Akta Pencatatan Sipil memuat seluruh data Peristiwa Penting.
(2) Data Peristiwa Penting yang berasal. dari KUAKec diintegrasikan ke dalam database
kependudukan dan tidak diterbitkan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(3) Register Akta Pencatatan Sipil disimpan dan dirawat oleh Instansi Pelaksana.
(4) Register Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. nama dan identitas pelapor;
e. tempat dan tanggal peristiwa;
f. nama dan identitas saksi;
g. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta; dan
h. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang.

Pasal 68
(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas kutipan akta:
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian; dan
e. pengakuan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat:
a. jenis Peristiwa Penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami Peristiwa Penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tanda tangan Pejabat yang berwenang: dan
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut dengan data yang terdapat dalam Register
Akta Pencatatan Sipil.

Pasal 69
(1) Instansi Pelaksana atau Pejabat yang diberi kewenangan, sesuai tanggung jawabnya, wajib
menerbitkan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagal berikut:
a. KK atau KTP paling lambat 14 (empat belas) hari;
b. Surat Keterangan Pindah paling lambat 14 (empat belas) hari;

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

c. Surat Keterangan Pindah Datang paling lambat 14 (empat belas) hari;


d. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari;
e. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri paling lambat 14 (empat belas) hari;
f. Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal
Terbatas paling lambat 14 (empat belas) hari;
g. Surat Keterangan Kelahiran paling lambat 14 (empat belas) hari;
h. Surat Keterangan Lahir Mati paling lambat 14 (empat belas) hari;
i. Surat Keterangan Kematian paling lambat 3 (tiga) hari;
j. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan paling lambat 7 (tujuh) hari; atau
k. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian paling lambat 7 (tujuh) hari;
sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.
(2) Perwakilan Republik Indonesia wajib menerbitkan Surat Keterangan Kependudukan sebagai
berikut:
a. Surat Keterangan Perceraian paling lambat 7 (tujuh) hari;
b. Surat Keterangan Pengangkatan Anak paling lambat 7 (tujuh) hari; atau
c. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia paling lambat 7 (tujuh)
hari;
sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.
(3) Pejabat Pencatatan Sipil dan Pejabat pada Perwakilan Republik Indonesia yang ditunjuk
sebagai pembantu pencatat sipil wajib mencatat pada register akta Pencatatan Sipil dan
menerbitkan kutipan akta Pencatatan Sipil paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
dipenuhinya semua persyaratan.

Pasal 70
(1) Pembetulan KTP hanya dilakukan untuk KTP yang mengalami kesalahan tulis redaksional.
(2) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan atau tanpa
permohonan dari orang yang menjadi subjek KTP.
(3) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Instansi Pelaksana.

Pasal 71
(1) Pembetulan akta Pencatatan Sipil hanya dilakukan untuk akta yang mengalami kesalahan
tulis redaksional.
(2) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek akta.
(3) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pejabat Pencatatan Sipil sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 72
(1) Pembatalan akta Pencatatan Sipil dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan putusan pengadilan mengenai pembatalan akta sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta dan
mencabut kutipan akta-akta Pencatatan Sipil yang dibatalkan dari kepemilikan subjek akta.

Pasal 73
Dalam hal wilayah hukum Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta berbeda dengan pengadilan
yang memutus pembatalan akta, salinan putusan pengadilan disampaikan kepada Instansi
Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipi1 oleh pemohon atau pengadilan.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 74
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan pembetulan dan
pembatalan Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72 diatur
dalam Peraturan Presiden.

Pasal 75
Ketentuan mengenai spesifikasi dan formulasi kalimat dalam Biodata Penduduk, blangko KK, KTP,
Surat Keterangan Kependudukan, Register dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil diatur dalam
Peraturan Menteri.

Pasal 76
Ketentuan mengenal penerbitan Dokumen Kependudukan bagi petugas rahasia khusus yang
melakukan tugas keamanan negara diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 77
Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada
Dokumen Kependudukan.

Pasal 78
Ketentuan mengenai pedoman pendokumentasian hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipi1 diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga
Perlindungan Data dan Dokumen Kependudukan

Pasal 79
(1) Data dan dokumen kependudukan wajib disimpan dan dilindungi oleh negara.
(2) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca,
mengubah, meralat dan menghapus, serta mencetak Data, mengkopi Data dan Dokumen
Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenai
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

BAB VII
PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL SHAT NEGARA ATAU SEBAGIAN
NEGARA DALAM KEADAAN DARURAT DAN LUAR BIASA

Pasal 80
(1) Apabila negara atau sebagian negara dinyatakan dalam keadaan darurat dengan segala
tingkatannya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, otoritas pemerintahan
yang menjabat pada saat itu diberi kewenangan membuat surat keterangan mengenai
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting.
(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai dasar penerbitan Dokumen
Kependudukan.
(3) Apabila keadaan sudah dinyatakan pulih, Instansi Pelaksana aktif mendata ulang dengan
melakukan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di tempat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 81
(1) Dalam hal terjadi keadaan luar biasa sebagai akibat bencana alam, instansi Pelaksana wajib
melakukan pendataan Penduduk bagi pengungsi dan korban bencana alam.
(2) Instansi Pelaksana menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas dan Surat
Keterangan Pencatatan Sipil berdasarkan hasil pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas atau Surat Keterangan Pencatatan Sipil
digunakan sebagai tanda bukti diri dan bahan pertimbangan untuk penerbitan Dokumen
Kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenal persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan
Pengganti Tanda Identitas dan Surat Keterangan Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB VIII
SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Pasal 82
(1) Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Menteri.
(2) Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal Sistem informasi Administrasi Kependudukan dan
pengelolaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
(5) Pedoman pengkajian dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.

Pasal 83
(1) Data Penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan
tersimpan di dalam database kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan
kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan.
(2) Pemanfaatan data Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin
Penyelenggara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara mendapatkan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB IX
PERLINDUNGAN DATA PRIBADI PENDUDUK

Pasal 84
(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi memuat:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. tanggal/bulan/tahun lahir;
d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental;
e. NIK ibu kandung;
f. NIK ayah; dan
g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai beberapa isi catatan Peristiwa Penting sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 85
(1) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 wajib disimpan dan
dilindungi oleh negara.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenal penyimpanan dan perlindungan terhadap Data Pribadi
Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijaga kebenarannya
dan dilindungi kerahasiaannya oleh Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 86
(1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan, membaca,
mengubah, meralat dan menghapus, mengkopi Data serta mencetak Data Pribadi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara mengenal
pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Pasal 87
(1) Pengguna Data Pribadi Penduduk dapat memperoleh dan menggunakan Data Pribadi dari
petugas pada Penyelenggara dan lnstansi Pelaksana yang memiliki hak akses.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh dan
menggunakan Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

BAB X
PENYIDIKAN

Pasal 88
(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri
5ipi1 yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang Administrasi Kependudukan
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan
tugas penyidikan berwenang untuk:
a. menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum tentang adanya
dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan;
b. memeriksa laporan atau keterangan atas adanya dugaan tindak pidana Administrasi
Kependudukan;
c. memanggil orang untuk diminta keterangannya atas adanya dugaan sebagaimana
dimaksud pada huruf b; dan
d. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan.
(3) Pengangkatan, mutasi, dan pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil, serta mekanisme
penyidikan dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 89
(1) Setiap Penduduk dikenal sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu
pelaporan Peristiwa Kependudukan dalam hal:
a. pindah datang bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(3);
b. pindah datang ke luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3);
c. pindah datang dari luar negeri bagi Penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1);
d. pindah datang dari luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1);
e. perubahan status Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas menjadi Orang
Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1);
f. pindah ke luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau
Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (1);
g. perubahan KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2); atau
h. perpanjangan KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (4).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap Penduduk Warga
Negara Indonesia paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan Penduduk Orang
Asing paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 90
(1) Setiap Penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabila melampaui batas waktu
pelaporan Peristiwa Penting dalam hal:
a. kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) atau Pasal 29 ayat (4) atau
Pasal 30 ayat (6) atau Pasal 32 ayat (1) atau Pasal 33 ayat (1);
b. perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) atau Pasal 37 ayat (4);
c. pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1);
d. perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) atau Pasal 41 ayat (4);
e. pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1);
f. kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) atau Pasal 45 ayat (1);
g. pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) atau Pasal 48
ayat (4);
h. pengakuan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1);
i. pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1);
j. perubahan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2);
k. perubahan status kewarganegaraan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 ayat (1); atau
l. Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 91

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(1) Setiap Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (5) yang berpergian tidak
membawa KTP dikenakan denda administratif paling banyak Rp50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah).
(2) Setiap Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (4) yang berpergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal
dikenai denda administratif paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 92
(1) Dalam hal Pejabat pada Instansi Pelaksana melakukan tindakan atau sengaja melakukan
tindakan yang memperlambat pengurusan Dokumen Kependudukan dalam batas waktu
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dikenakan sanksi berupa denda paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Presiden.

BAB XII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 93
Setiap Penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/atau dokumen kepada Instansi
Pelaksana dalam melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).

Pasal 94
Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau mengurangi isi elemen
data._pada Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah).

Pasal 95
Setiap orang yang tanpa hak mengakses database kependudukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (1) dan/atau Pasal 86 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 96
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, dan/atau
mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 97
Setiap Penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala keluarga atau anggota
keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) atau untuk memiliki
KTP lebih dari satu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (6) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah).

Pasal 98

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

(1) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 atau Pasal 94, pejabat yang
bersangkutan dipidana dengan pidana yang sama ditambah 1/3 (satu pertiga).
(2) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana membantu
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95, pejabat yang
bersangkutan dipidana sesuai dengan ketentuan undang-undang.

Pasal 99
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, dan Pasal
97 adalah tindak pidana Administrasi Kependudukan.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 100
(1) Semua Dokumen Kependudukan yang telah diterbitkan atau yang telah ada pada saat
Undang-Undang ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku menurut Undang-Undang ini.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk KK dan KTP sampai
dengan batas waktu berlakunya atau diterbitkannya KK dan KTP yang sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 101
Pada saat Undang-Undang ini berlaku:
a. Pemerintah memberikan NIK kepada setiap Penduduk paling lambat 5 (lima) tahun;
b. Semua instansi wajib menjadikan NIK sebagai dasar dalam menerbitkan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) paling lambat 5 (lima) tahun;
c. KTP seumur hidup yang sudah mempunyai NIK tetap berlaku dan yang belum mempunyai
NIK harus disesuaikan dengan Undang-Undang ini;
d. KTP yang diterbitkan belum mengacu pada Pasal 64 ayat (3) tetap berlaku sampai dengan
batas waktu berakhirnya masa berlaku KTP;
e. Keterangan mengenai alamat, nama dan nomor induk pegawai pejabat dan
penandatanganan oleh pejabat pada KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1)
dihapus setelah database kependudukan nasional terwujud.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 102
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua Peraturan Pelaksanaan yang berkaitan
dengan Administrasi Kependudukan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan
belum diganti sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

Pasal 103
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) dilakukan
paling lambat 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 105
Dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Undang-Undang ini, Pemerintah
wajib menerbitkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penetapan persyaratan dan tata
cara perkawinan bagi para penghayat kepercayaan sebagai dasar diperolehnya kutipan akta
perkawinan dan pelayanan pencatatan Peristiwa Penting.

Pasal 106
Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku:
a. Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua dan Bab Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Staatsblad 1847:23);
b. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Eropa (Reglement op het Holden der Registers
van den Burgerlijken Stand voor Europeanen, Staatsblad 1849:25 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
c. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Cina (Bepalingen voor Geheel Indonesie
Betreffende het Burgerlijken Handelsrecht van de Chinezean, Staatsblad 1917:129 jo.
Staatsblad 1939:288 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:136);
d. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Indonesia (Reglement op het Holden van de
Registers van den Burgerlijken Stand voor Eenigle Groepen v.d nit tot de Onderhoringer van
een zefbestuur, behoorende Ind. Bevolking van Java en Madura, Staatsblod 1920:751 jo.
Staatsblad 1927:564);
e. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Kristen Indonesia (Huwelijksordonantie voor
Christenen Indonesiers Java, Minahasa en Ambolena, Staatsblad 1933:74 jo. Staatsblad
1936:607 sebagaimana diubah terakhir dengan Staatsblad 1939:288);
f. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama
Keluarga (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2154);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 107
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Desember 2006
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA AD INTERIM REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
YUSRIL IHZA MAHENDRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006 NOMOR 124

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk yang berada di
dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan tegas menjamin hak setiap
Penduduk untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah, memperoleh status kewarganegaraan, menjamin kebebasan memeluk agama, dan
memilih tempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
Peristiwa Kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk menetap,
tinggal terbatas, serta perubahan status Orang Asing Tinggal Terbatas menjadi tinggal tetap
dan Peristiwa Penting, antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan, dan
perceraian, termasuk pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan
status kewarganegaraan, ganti nama dan Peristiwa Penting lainnya yang dialami oleh
seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi
perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Untuk itu, setiap Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan
pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Dalam pemenuhan hak Penduduk, terutama di bidang Pencatatan Sipil, masih ditemukan
penggolongan Penduduk yang didasarkan pada perlakuan diskriminatif yang membeda-
bedakan suku, keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan produk
kolonial Belanda. Penggolongan Penduduk dan pelayanan diskriminatif yang demikian itu
tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami
kendala yang mendasar sebab sumber Data Kependudukan belum terkoordinasi dan
terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem
Administrasi Kependudukan yang utuh dan optimal.
Kondisi sosial dan administratif seperti yang dikemukakan di atas tidak memiliki sistem
database kependudukan yang menunjang pelayanan Administrasi Kependudukan,
Kondisi itu harus diakhiri dengan pembentukan suatu sistem Administrasi Kependudukan
yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi
tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan yang profesional.
Seluruh kondisi tersebut di atas menjadi dasar pertimbangan perlunya membentuk Undang-
Undang tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan ini memuat pengaturan dan
pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di bidang Administrasi
Kependudukan. Salah satu hal penting adalah pengaturan mengenai penggunaan Nomor
Induk Kependudukan (NIK). NIK adalah identitas Penduduk Indonesia dan merupakan kunci
akses dalam melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna mendukung
pelayanan publik di bidang Administrasi Kependudukan. Sebagai kunci akses dalam
pelayanan kependudukan, NIK dikembangkan ke arah identifikasi tunggal bagi setiap

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Penduduk. NIK bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar
sebagai Penduduk Indonesia dan berkait secara langsung dengan seluruh Dokumen
Kependudukan,
Untuk penerbitan NIK, setiap Penduduk wajib mencatatkan biodata Penduduk yang diawali
dengan pengisian formulir biodata Penduduk di desa/kelurahan secara benar. NIX wajib
dicantumkan dalam setiap Dokumen Kependudukan, baik dalam pelayanan Pendaftaran
Penduduk maupun Pencatatan Sipil, serta sebagai dasar penerbitan berbagai dokumen
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pendaftaran Penduduk pada dasarnya menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan
Pendaftaran Penduduk didasarkan pada asas domisili atau tempat tinggal atas terjadinya
Peristiwa Kependudukan yang dialami oleh seseorang dan/atau keluarganya. Pencatatan
Sipil pada dasarnya juga menganut stelsel aktif bagi Penduduk. Pelaksanaan Pencatatan
Sipil didasarkan pada asas peristiwa, yaitu tempat dan waktu terjadinya Peristiwa Penting
yang dialami oleh dirinya dan/atau keluarganya.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan
sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari sisi kepentingan Penduduk,
Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti
pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan Dokumen Kependudukan,
tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.
Administrasi Kependudukan diarahkan untuk:
1. memenuhi hak asasi setiap orang di bidang Administrasi Kependudukan tanpa
diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional;
2. meningkatkan kesadaran Penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta dalam
pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
3. memenuhi data statistik secara nasional mengenai Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Denting;
4. mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional,
regional, serta lokal; dan
5. mendukung pembangunan sistem Administrasi Kependudukan.
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bertujuan untuk:
1. memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen Penduduk
untuk setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh
Penduduk;
2. memberikan perlindungan status hak sipil Penduduk;
3. menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat,
lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan
kebijakan dan pembangunan pada umumnya;
4. mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan secara nasional dan terpadu; dan
5. menyediakan data Penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait dalam
penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Prinsip-prinsip tersebut di atas menjadi dasar terjaminnya penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-Undang ini melalui penerapan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dimaksudkan untuk:
1. terselenggaranya Administrasi Kependudukan dalam skala nasional yang terpadu dan
tertib;
2. terselenggaranya Administrasi Kependudukan yang bersifat universal, permanen,
wajib, dan berkelanjutan;
3. terpenuhinya hak Penduduk di bidang Administrasi Kependudukan dengan pelayanan
yang profesional; dan

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

4. tersedianya data dan informasi secara nasional mengenai Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan
mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan
pembangunan pada umumnya.
Secara keseluruhan, ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi hak dan
kewajiban Penduduk, Penyelenggara dan Instansi Pelaksana, Pendaftaran Penduduk,
Pencatatan Sipil, Data dan Dokumen Kependudukan, Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil Pada Saat Negara Dalam Keadaan Darurat, pemberian kepastian hukum,
dan perlindungan terhadap Data Pribadi Penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan Undang-
Undang ini dari kemungkinan pelanggaran, baik administratif maupun ketentuan material
yang bersifat pidana, diatur juga ketentuan mengenal tata cara penyidikan serta pengaturan
mengenai Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Persyaratan yang dimaksud adalah sesuai dengan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini.

Pasal 4
Lihat Penjelasan Pasal 3

Pasal 5
Yang dimaksud dengan "Pemerintah" adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penetapan sistem, pedoman, dan standar yang bersifat nasional di bidang Administrasi
Kependudukan sangat diperlukan dalam upaya penertiban Administrasi Kependudukan.
Penetapan pedoman di bidang Administrasi Kependudukan oleh Presiden, baik dalam
bentuk Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Presiden, serta pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri dalam bentuk Peraturan Menteri digunakan sebagai acuan dalam pembuatan
peraturan daerah oleh propinsi/kabupaten/kota,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala nasional"
adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan kondisi nasional dengan
menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Huruf f

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Cukup jelas.

Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi"
adalah pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi provinsi dengan
menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas,
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "desa" adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Huruf g
Yang dimaksud dengan "pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala
kabupaten/kota" adalah pengelolaan Data Kependudukan yang menggambarkan
kondisi kabupaten/kota dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuat kekhususannya berbeda dengan provinsi
yang lain karena diberi kewenangan untuk menyelenggarakan Administrasi Kependudukan
seperti kabupaten/kota.

Pasal 8
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pemberian NIK kepada Penduduk menggunakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "dokumen Pendaftaran Penduduk" adalah bagian dari Dokumen
Kependudukan yang dihasilkan dari proses Pendaftaran Penduduk, misalnya KK, KTP, dan
Biodata.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "hari" adalah hari kerja (berlaku untuk penjelasan "hari" pada pasal-
pasal berikutnya).
Ayat (4)

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Cukup jelas.

Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pindah ke luar negeri" adalah Penduduk yang tinggal menetap di
luar negeri atau meninggalkan tanah air untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berturut-turut
atau lebih dari I (satu) tahun.
Penduduk tersebut termasuk Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja ke luar negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pelaporan pada Kantor Perwakilan Republik Indonesia diperlukan sebagai bahan pendataan
WNI di luar negeri.

Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "datang dari luar negeri" adalah WNI yang sebelumnya pindah ke
luar negeri kemudian datang untuk menetap kembali di Republik Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Tempat Tinggal" adalah Surat Keterangan
Kependudukan yang diberikan kepada Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas
sebagai bukti diri sebagai Penduduk tinggal terbatas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk Pelintas Batas" adalah Penduduk yang bertempat-
tinggal secara turun-temurun di wilayah kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga yang melakukan lintas batas antar negara karena kegiatan ekonomi, sosial
dan budaya yang ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk rentan Administrasi Kependudukan" adalah Penduduk
yang mengalami hambatan dalam memperoleh Dokumen Kependudukan yang disebabkan
oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.
Pendataan dilakukan dengan membentuk tim di daerah yang beranggotakan dari instansi
terkait.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "orang terlantar" adalah Penduduk yang karena suatu sebab
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara wajar, baik rohani, jasmani
maupun sosial.
Ciri-cirinya:
1) tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup khususnya pangan, sandang dan
papas;
2) tempat tinggal tidak tetap/gelandangan;
3) tidak mempunyai pekerjaan/kegiatan yang tetap;
4) miskin.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "komunitas terpencil" adalah kelompok sosial budaya yang
bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan
pelayanan, baik sosial, ekonomi maupun politik.
Ciri-cirinya:
1) berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen;
2) pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan;
3) pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit terjangkau;
4) peralatan teknologi sederhana;
5) terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "tempat sementara" adalah tempat pada saat terjadi pengungsian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 26
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan"
adalah Penduduk yang tidak mampu melaksanakan pelaporan karena pertimbangan umur,
sakit keras, cacat fisik dan cacat mental.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Ayat (2)
Cukup Jelas.

Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat terjadinya peristiwa kelahiran" adalah wilayah terjadinya
kelahiran.
Waktu pelaporan kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari merupakan tenggang waktu
yang memungkinkan bagi Penduduk untuk melaporkan peristiwa kelahiran sesuai dengan
kondisi/letak geografis Indonesia.
Penduduk yang wajib melaporkan kelahiran adalah Kepala Keluarga.
Ayat (2)
Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran tanpa dipungut biaya sebagaimana diatur dalam
Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kutipan akta kelahiran seorang anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan
orang tuanya diserahkan kepada yang bersangkutan setelah dewasa.

Pasal 29
Ayat (1)
Kewajiban untuk melaporkan kepada "instansi yang berwenang di negara setempat"
berdasarkan asas yang dianut, yaitu asas peristiwa.
Yang dimaksud dengan "instansi yang berwenang di negara setempat" adalah lembaga
yang berwenang seperti yang dimaksud dengan Instansi Pelaksana dalam Undang-Undang
ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tempat singgah" adalah tempat persinggahan pesawat terbang
atau kapal laut dalam perjalanannya mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan asas yang
berlaku secara universal, yakni tempat di mana peristiwa kelahiran (persinggahan pertama
pesawat terbang/kapal laut), apabila memungkinkan pelaporan dilakukan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas,

Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Ayat (1)
Persetujuan dari Instansi Pelaksana diperlukan mengingat pelaporan kelahiran tersebut
sudah melampaui batas waktu sampai dengan 1 (satu) tahun dikhawatirkan terjadi
manipulasi data atau hal-hal yang tidak diinginkan. Persetujuan tersebut juga berfungsi
sebagai verifikasi atas keabsahan data yang dilaporkan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "lahir mati" adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang
berumur paling sedikit 28 (dua puluh delapan) minggu pada saat dilahirkan tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Ayat (2)
Peristiwa lahir mati hanya diberikan Surat Keterangan Lahir Mati, tidak diterbitkan Akta
Pencatatan Sipil.
Meskipun tidak diterbitkan Akta Pencatatan Sipil tetapi pendataannya diperlukan untuk
kepentingan perencanaan dan pembangunan di bidang kesehatan.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 34
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dicatat oleh Kantor Urusan Agama
Kecamatan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Ayat (2)
Penerbitan Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam dilakukan oleh
Departemen Agama.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Karena Akta Perkawinan bagi Penduduk yang beragama Islam sudah diterbitkan oleh
KUAKec, data perkawinan yang diterima oleh Instansi Pelaksana tidak perlu diterbitkan
Kutipan Akta Perkawinan.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 35
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan" adalah perkawinan
yang dilakukan antar-umat yang berbeda agama.
Huruf b
Perkawinan yang dilakukan oleh warga negara asing di Indonesia, harus berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai perkawinan di Republik Indonesia.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Ayat (1)
Bagi penganut agama Islam diberlakukan ketentuan mengenal rujuk yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk jo.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 44
Ayat (1)

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Yang dimaksud dengan "kematian" adalah tidak adanya secara permanen seluruh
kehidupan pada saat mana pun setelah kelahiran hidup terjadi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "pihak yang berwenang' adalah kepala rumah sakit.
dokter/paramedis, kepala desa/lurah atau kepolisian.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "pernyataan" adalah keterangan dari pejabat yang berwenang.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengangkatan anak" adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan
hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang
bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam
lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "catatan pinggir" adalah catatan mengenai perubahan status atas
terjadinya Peristiwa Penting dalam bentuk catatan yang diletakkan pada bagian pinggir akta
atau bagian akta yang memungkinkan (di halaman/bagian muka atau belakang akta) oleh
Pejabat Pencatatan Sipil.

Pasal 48
Cukup jelas.

Pasal 49
Ayat (1)

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Yang dimaksud dengan "pengakuan anak" adalah pengakuan seorang ayah terhadap
anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan sah atas persetujuan ibu kandung anak
tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 50
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengesahan anak" adalah pengesahan status seorang anak yang
lahir di luar ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan perkawinan kedua orang tua anak
tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembuatan catatan pinggir pada akta Pencatatan Sipil diperuntukkan bagi warga negara
asing yang melakukan perubahan kewarganegaraan dan pernah mencatatkan Peristiwa
Penting di Republik Indonesia.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Peristiwa Penting lainnya" adalah peristiwa yang ditetapkan oleh
pengadilan negeri untuk dicatatkan pada Instansi Pelaksana, antara lain perubahan jenis
kelamin,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 57
Cukup jelas.

Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Yang dimaksud dengan cacat fisik dan/atau mental berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang menetapkan tentang hal tersebut.
Huruf I
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup Jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Huruf t
Cukup jelas.
Huruf u
Cukup jelas.
Huruf v
Cukup jelas.
Huruf w
Cukup jelas.
Huruf x
Cukup jelas.
Huruf y
Cukup jelas.
Huruf z
Cukup jelas.
Huruf aa
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "data agregat" adalah kumpulan data tentang Peristiwa
Kependudukan, Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia, agama, pendidikan, dan
pekerjaan.
Yang dimaksud dengan "data kuantitatif' adalah data yang berupa angka-angka.
Yang dimaksud dengan "data kualitatif' adalah data yang berupa penjelasan.

Pasal 59
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Biodata Penduduk" adalah keterangan yang berisi elemen
data tentang jati diri, informasi dasar serta r1wayat perkembangan dan perubahan
keadaan yang dialami oleh Penduduk sejak saat kelahiran.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 60
Kata "paling sedikit" dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan adanya
tambahan keterangan, tetapi keterangan tersebut tidak bersifat diskriminatif.
Yang dimaksud dengan "alamat" adalah alamat sekarang dan alamat sebelumnya.
Yang dimaksud dengan "jati diri lainnya" meliputi nomor KK, NIK, laki-laki/perempuan, golongan
darah, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penyandang cacat fisik dan/atau mental, status
perkawinan, kedudukan/hubungan dalam keluarga, NIK ibu kandung, nama ibu kandung, NIK ayah
kandung, nama ayah kandung, nomor paspor, tanggal berakhir paspor, nomor akta kelahiran/surat
kenal lahir, nomor akta perkawinan/buku nikah, tanggal perkawinan, nomor akta perceraian/surat
cerai, dan tanggal perceraian.

Pasal 61
Ayat (1)
Yang dimaksud "dengan Kepala Keluarga" adalah:
a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain, baik mempunyai hubungan darah
maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadap keluarga;
b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau
c. kepala kesatrian, kepala asrama, kepala rumah yatim piatu, dan lain-lain tempat
beberapa orang tinggal bersama-sama.
Setiap kepala keluarga wajib memiliki KK, meskipun kepala keluarga tersebut masih
menumpang di rumah orang tuanya karena pada prinsipnya dalam satu alamat rumah boleh
terdapat lebih dari satu KK.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "perubahan susunan keluarga dalam KK" adalah perubahan yang
diakibatkan adanya Peristiwa Kependudukan atau Peristiwa Penting seperti pindah datang,
kelahiran, atau kematian.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu) KTP untuk 1 (satu) Penduduk diperlukan
sistem keamanan/pengendalian dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan
melakukan verifikasi dan validasi dalam sistem database kependudukan serta pemberian
NIK.

Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ketentuan tentang pindah domisili tetap bagi KTP seumur hidup mengikuti ketentuan yang
berlaku menurut Undang-Undang ini.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "pejabat yang berwenang" adalah Pejabat Pencatatan Sipil
pada Instansi Pelaksana yang telah diambil sumpahnya untuk melakukan tugas
pencatatan.

Pasal 68
Cukup jelas.

Pasal 69
Cukup jelas.

Pasal 70
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kesalahan tulis redaksional", misalnya kesalahan penulisan huruf
dan/atau angka.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembetulan akta biasanya dilakukan pada saat akta sudah selesai di proses (akta sudah
jadi) tetapi belum diserahkan atau akan diserahkan kepada subjek akta. Pembetulan akta
atas dasar koreksi dari petugas, wajib diberitahukan kepada subjek akta.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 72
Ayat (1)
Pembatalan akta dilakukan atas permintaan orang lain atau subjek akta, dengan alasan akta
cacat hukum karena dalam proses pembuatan didasarkan pada keterangan yang tidak
benar dan tidak sah,
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 75
Cukup jelas.

Pasal 76
Yang dimaksud dengan "petugas rahasia" adalah reserse dan Intel yang melakukan tugasnya di
luar daerah domisilinya.

Pasal 77
Cukup jelas.

Pasal 78
Cukup jelas.

Pasal 79
Cukup jelas.

Pasal 80
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "negara atau sebagian dari negara dinyatakan dalam keadaan
darurat dengan segala tingkatannya" adalah sebagaimana diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan,
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 81
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Surat Keterangan Pencatatan Sipil" adalah surat keterangan yang
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini ketika negara atau sebagian negara dalam keadaan luar biasa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan bertujuan
mewujudkan komitmen nasional dalam rangka menciptakan sistem pengenal tunggal,
berupa NIK, bagi seluruh Penduduk Indonesia. Dengan demikian, data Penduduk dapat
diintegrasikan dan direlasionalkan dengan data hasil rekaman pelayanan Pendaftaran

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Penduduk dan Pencatatan Sipil. Sistem ini akan menghasilkan data Penduduk nasional
yang dinamis dan mutakhir,
Pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan dengan
menggunakan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem jaringan komunikasi data yang
efisien dan efektif agar dapat diterapkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bagi wilayah yang belum memiliki fasilitas komunikasi data, sistem komunikasi
data dilakukan dengan manual dan semi-elektronik.
Yang dimaksud dengan "manual" adalah perekaman data secara manual, yang pengiriman
data dilakukan secara periodik dengan sistem pelaporan berjenjang karena tidak tersedia
listrik ataupun jaringan komunikasi data.
Yang dimaksud dengan "semi-elektronik" adalah perekaman data dengan menggunakan
komputer, tetapi pengirimannya menggunakan compact disc (CD) atau disket secara
periodik karena belum tersedia jaringan komunikasi data.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 83
Ayat (1)
Data Penduduk yang dihasilkan oleh sistem informasi dan tersimpan di dalam database
kependudukan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti dalam menganalisa
dan merumuskan kebijakan kependudukan, menganalisa dan merumuskan perencanaan
pembangunan, pengkajian ilmu pengetahuan. Dengan demikian baik pemerintah maupun
non pemerintah untuk kepentingannya dapat diberikan izin terbatas dalam arti terbatas
waktu dan peruntukannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 84
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Yang dimaksud dengan "beberapa isi catatan Peristiwa Penting" adalah beberapa
catatan mengenai data yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan Peristiwa Penting
yang perlu dilindungi.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 85
Ayat (1)
Lihat Penjelasan Pasal 84 huruf g.
Ayat (2)
Penyimpanan dan perlindungan dimaksud meliputi tata cara dan penanggung jawab.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 86
Cukup jelas.

Pasal 87
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengguna Data Pribadi Penduduk" adalah instansi pemerintah dan
swasta yang membutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 88
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penyidik Pegawai Negeri Sipil memberitahukan kepada Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia mengenai saat dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan jaminan bahwa hasil
penyidikannya telah memenuhi ketentuan dan persyaratan. Mekanisme hubungan
koordinasi antara Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
Yang dimaksud dengan "Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Administrasi
Kependudukan" adalah pegawai negeri yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan di bidang Administrasi Kependudukan.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Pasal 89
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.

Pasal 90
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.

Pasal 91
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Presiden dilakukan dengan
memperhatikan kondisi masyarakat di setiap daerah.

Pasal 92
Cukup jelas.

Pasal 93
Cukup jelas.

Pasal 94
Cukup jelas.

Pasal 95
Cukup jelas.

Pasal 96
Cukup jelas.

Pasal 97
Cukup jelas.

Pasal 98

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Cukup jelas.

Pasal 99
Cukup jelas.

Pasal 100
Cukup jelas.

Pasal 101
Cukup jelas.

Pasal 102
Cukup jelas.

Pasal 103
Cukup jelas.

Pasal 104
Pembentukan UPTD Instansi Pelaksana dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan
pelayanan masyarakat.

Pasal 105
Yang dimaksud dengan "persyaratan dan tata cara perkawinan bagi penghayat kepercayaan"
adalah persyaratan dan tata cara pengesahan perkawinan yang ditentukan oleh penghayat
kepercayaan sendiri dan ketentuan itu menjadi dasar pengaturan dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 106
Cukup jelas.

Pasal 107
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4674

www.hukumonline.com

Anda mungkin juga menyukai