Anda di halaman 1dari 168

ANALISIS KINERJA PELAYANAN KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN TANGERANG DALAM MELAKSANAKAN


SERTIPIKASI TANAH NEGARA MELALUI PROYEK
OPERASI NASIONAL AGRARIA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

DEVVY NURVICA

NIM 6661092432

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, Agustus 2016


“Orang yang pintar bukanlah orang yang merasa
pintar, akan tetapi ia adalah orang yang merasa
bodoh, dengan begitu ia tak akan pernah berhenti
untuk terus belajar"

Skripsi ini kupersembahkan untuk:


Papa & Mama Tersayang
Suamiku Tercinta dan Tersabar
Kakak dan Adik-adikku serta Sahabat-sahabat ku,
yang selalu mendukung setiap langkah dalam hidup ku
I Love u all……
ABSTRAK

Devvy Nurvica. 6661092432. Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan


Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara
Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria. Pembimbing I : Dr. Agus Sjafari,
M.Si dan Pembimbing II : Drs. Atto’ullah, M.Si.

Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang adalah instansi vertikal Badan


Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang mempunyai kewenangan
melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja pelayanan Kantor Pertanahan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi peserta PRONA dan
mengetahui cara Pelaksanaan PRONA di Kantor Pertanahan Kabupaten. Adapun
metode yang digunakan adalah metode dengan pendekatan kualitatif. Penentuan
informannya menggunakan purposive. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi serta menggunakan
teknik analisis data menutut Prasetya Irawan. Validitas data triangulasi dan
member chek. Penelitian ini meneliti tentang kinerja, maka peneliti
menggunakan teori kinerja organisasi (Dwiyanto (2008:50-51)). Berdasarkan
hasil penelitian Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek
Operasi Nasional Agraria belum optimal, karena masih kurangnya penyuluhan,
belum tepat waktunya pengerjaan. Saran yang diberikan yaitu melakukan
sosialisasi minimal dua kali pertemuan, pengumpul data harus menvercikasi
berkas agar tidak terjadi ketelatan waktu penyerahan, untuk tanah yang overlap
harus diadakan mediasi dan mencari solusinya.

Kata Kunci : Kinerja Organisasi, Sertipikat, PRONA, Kantor Pertanahan


Kabupaten Tangerang.
ABSTRACT

Devvy Nurvica. 6661092432. Service Performance Analysis of Land Affairs


Office Tangerang district in Order to Carry Out the Land Countries
Certification with the Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA). 1st Advisor
Dr. Agus Sjafari, M.Si and 2nd Advisor Drs. Atto’ullah, M.Si.

Land affairs office Tangerang District is vertical agencies of the National Agency
of the Republic of Indonesia in county town has authority in carrying out the tasks
of the government in the field of land. The purpose of this research is to analyze
the performance of the services of the office land affairs in providing services to
the people who become participants in the PRONA and to know how the
implementation of the PRONA in the Office Land affairs. The method used is
qualitative approach. in the determination of informers are using purposive. Data
collection technique that is used is an interview and observation and
documentation as well as using the techniques of data analysis according to
Prasetya Irawan. The validity of data triangulation and the member check. This
research about performance, then researchers using theory of organizational
performance (Dwiyanto (2008:50-51)). Based on the results of research service
performance analysis of Land Affairs Office Tangerang district in Order to Carry
Out the Land Countries Certification with the Proyek Operasi Nasional Agraria
(PRONA) not optimal, because of a lack of guidance, not timely workmanship.
The advice given that is doing the minimal socialization twice meetings, the
collecting of data should verify the file so that it is not the case the delay in
submission, for the land that overlap should be held mediation and find a
solution.

Key Words : National Land Agency, Organization performance, PRONA, Office


Land Affairs Tangerang District.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Nabi

kita Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat dan hisayahnya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat dan rasa

tanggung jawab. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosisal.

Dengan segala keridhoan hati, peneliti mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Papa, Mama, Suami, serta kakak-kakak dan adik-adiku

yang selalu mendoakan, memotivasi dan semangat bagiku, agar aku menjadi

orang yang dapat dibanggakan dikemudian hari.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

banyak memberikan ilmu yang bermanfaat, pengalaman berharga, serta yang telah

memberikan dukungan moril maupun materil dalam upaya menyelesaikan

penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Pelayanan Kantor

Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah

Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria” Untuk itu peneliti

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa;
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sekaligus Dosen Pembimbing I

skripsi yang telah senantiasa memberikan arahan, motivasi dan semangat

selama proses penyusunan skripsi;

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

6. Ibu Listyaningsih, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara,

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat,

arahan dan motivasi selama perkuliahan;

7. Bapak Riswanda, Ph.D, selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara;

8. Bapak Drs. Atto’ullah, M.Si selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah

senantiasa memberikan arahan, motivasi dan semangat selama proses

penyusunan skripsi;

9. Semua dosen dan staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Unisversitas Sultan Ageng Tirtayasa terimakasih atas

segala ilmu yang telah diberikan selam perkuliahan;

10. Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang yang telah banyak membatu dalam

memberikan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti selama penelitian ini

berlangsung;
11. Keluarga besar Subsi Penetapan Hak Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang, yang selalu memberikan semangat, kesempatan dan izin untuk

menyelesaikan skripsi ini;

12. Para sahabat terbaiku, Armansyah Riyaman, S.Sos, Agisthia Lestari, S.Sos,

Vera Octavia, S.Sos, Liska Puranamasari, S.Sos, Rizkiya Apriani Safitiri,

S.Sos, Islahiyatul Mukhlishoh, S.Sos, yang selalu memberikan semangat,

motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga kalian kita

semua diberikan kemudahan dalam meraih cita-cita yang kita inginkan;

13. Kawan-kawan pengurus HMJ Ilmu Administrasi Negara 2011, terimakasih

atas kerjasama serta kebersamaanya yang takkan mungkin terlupakan.

14. Kawan-kawan KKM 15 Desa Bolang Kecamatan Carenang Kabupaten

Tangerang Serang telah memberikan Pengalaman yang begitu indah selama

melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat;

15. Kawan-kawan angkatan 2009 baik kelas regular maupun non regular,

khususnya kelas Ane G yang menjadi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena

itu peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk membangun kemajuan yang

lebih baik lagi terhadap penelitian skripsi ini. Semoga penelitian skripsi ini dapat

bermanfaat berguna dan memberikan wawasan bagi para pembaca dan peneliti.

Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Tangerang, Agustus 2016

Devvy Nurvica
DAFTAR ISI

ABSTRAK

ABSTRAC

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR i

DAFTAR IS iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 15

1.3 Batasan Masalah 15

1.4 Rumusan Masalah 15

1.5. Tujuan Penelitian 16

1.6 Manfaat Penelitian 16

1.61 Manfaat Teoritis 16

1.6.2 Secara Praktis 17

1.7. Sistematika Penelitian 17


BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka 20
2.2 Pengertian Organisasi Publik 21
2.3 Definisi Kinerja 23
2.3.1 Indikantor Kinerja 26
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja 31
2.4 Pelayanan Publik 32
2.5 Pengertian dan Tujuan Proyek Operasi Nasional Agraria
(PRONA) 36
2.6 Kerangka Berfikir 37
2.7 Asumsi Dasar 39
2.8 Penelitian Terdahulu 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian 43
3.2 Instrumen Penelitian 44
3.3 Sumber Data 45
3.4 Teknik Pengumpul Data 46
3.4.1 Wawancara 46
3.4.2 Observasi 47
3.4.3 Dokumentasi 48
3.5 Informan Penelitian 48
3.6 Pendoman Wawancara 49
3.7 Teknik Penglolaan dan Analisis Data 51
3.8 Validasi Data 52
3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian 54
BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian 55

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kabupaten


Tangerang 55

4.1.2 Visi dan Misi 57

4.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten


Tangerang 58

4.1.3 Uraian Tugas dan Tata Kerja Kantor Pertanahan


Tangerang 60

4.2 Deskripsi Data 66

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 68

4.3.1 Tahapan Pelaksanaan Sertipikasi Tanah Negara Melalui


Proyek Operasi Nasional (PRONA) 68

4.3.2 Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten


Tangerang Dalam Melaksanakan Setipikasi Tanah
Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria
(PRONA) 73

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 95

5.2 Saran 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
Daftar Tabel

Tabel 1.1 Jumlah Buku Tanah Kabupaten Tangerang 5


Tabel 1.2 Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang 2010-2030 6
Tabel 1.3 Kriteria, Kewajiban Peserta dan Tahapan dalam PRONA 8
Tabel 1.4 Proses Pembuatan Surat Keputusan Pemeberian Hak 13
Tabel 3.1 Daftar Informan Peneliti 49
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara 50
Tabel 3.3 Waktu Penelitian 49
Tabel 4.1 Daftar Informan Penelitian 67
Tabel 4.2 Target PRONA Tahun 2014-2015 78
Tabel 4.3 Indikator Produktivitas 75
Tabel 4.4 Indikator Kualitas Layan 79
Tabel 4.5 Indikator Responsivitas 83
Tabel 4.6 Indikator Responsivitas 86
Tabel 4.7 Indikator Akutanbilitas 88
Tabel 4.8 Pembahasan Penelitian 79
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir 36

Gambar 3.1 Proses Analisi Data Menurut Prasetya Irawan (2006:527) 47

Gambar 4.1 Wilayah Kabupaten Tangerang 51

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang 54

Gambar 4.3 Tahap-Tahap Pelaksanaan PRONA 72

Gambar 4.4 Foto Saat Peyuluhan atau Sosialisasi Pelaksanaan PRONA 75


Daftar Lampiran

Lampiran 1 Surat Penelitian


Lampiran 2 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2015, tentang Program
Nasional Agraria (PRONA)
Lampiran 3 Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang
Nomor 52/Kep.36.03/II/2014 Tanggal 15 Pebruari 2014, Tentang
Perubahan Pertama Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang Nomor : 21/Kep.36.03/I/2014 Tanggal
02 Januari 2014 Tentang Penunjukan Petugas Dan Sekretariat
Pelaksana Program Pengelolahan Kegiatan Perceptan Pendaftaran
Tanah (Prona) Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang
Tahun Anggarang 2014

Lampiran 4 Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang


Nomor 67/Kep.36.03/I/2015 Tanggal 20 Januari 2016, Tentang
Perubahan Pertama Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang Nomor : 33/Kep.36.03/I/2015 Tanggal
05 Januari 2015 Tentang Penunjukan Penanggung Jawab dan
Petugas Pelaksana Program Pengelolahan Pertanahan Kegiatan
Sertipikasi Tanah Katagori V (Prona) Pada Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang Tahun Anggarang 2015

Lampiran 5 Matriks Transkip Wawancara

Lampiran 6 Member Chek

Lampiran 7 Catatan Bimbingan

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Birokrasi merupakan lembaga yang memiliki kemampuan besar dalam

menggerakkan organisasi, karena birokrasi di tata secara formal untuk melahirkan

tindakan rasional dalam sebuah organisasi. Reformasi birokrasi dalam

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik diarahkan untuk

menciptakan kinerja birokrasi yang professional. Birokrasi dalam melakukan

berbagai kegiatan perbaikan pelayanan diharapkan lebih berorientasi pada

kepuasan pelanggan, yakni masyarakat dan pengguna jasa tersebut dapat dicapai

apabila birokrasi pelayanan menempatkan masyarakat sebagai pengguna jasa

dalam pemberian pelayanan. Perubahan paradigma pelayananan kepada publik,

melalui instrumen pelayanan, yang memiliki seperti, orientasi pelayanan lebih

cepat, lebih baik dan lebih murah.

Masyarakat sebagai pihak yang secara langsung memberikan mandat

kepada pemerintah mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dari

pemerintah. Pelayanan publik sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan hak-hak

dasar masyarakat merupakan salah satu fungsi penting pemerintah. Fungsi

pelayanan publik merupakan aktualisasi riil yang diberikan masyarakat kepada

pemerintah.
Peran pemerintah diharpakan terwujud dalam pemberian berbagai jenis

pelayanan yang diperlukan oleh seluruh masyarakat. Pelayanan pemerintah pada

umumnya dicerminkan oleh kinerja birokrasi pemerintah. Kinerja birokrasi dalam

penyelenggara pelayanan publik yang dapat menjadi tolok ukur dalam

keberhasilan suatu organisasi dalam hal mencapai tujuan. Kinerja pelayanan

publik menjadi salah satu dimensi yang strategis dalam menilai keberhasilan

pelaksanaan otonomi daerah dan reformasi tata pemerintahan (Dwiyanto,

2003:81).

Salah satu bentuk pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah yaitu

pendaftaran tanah yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Berdasarkan keputusan Kepala Badan Nasional No.6 Tahun 2001, Badan

Pertanahan Nasional (BPN) bertugas melaksanakan tugas pemerintah dibidang

pertanahan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Reformasi dibidang pertanahan dilaksanakan untuk meningkatkan

pelayanan petanahan dan menjadikan lebih efisien, efektif, responsive, dan

transparan serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Seperti yang

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria pasal 19 ayat 1, untuk menjamin kepastian hukum oleh

pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia

menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.

Dalam upaya meningkatkan pelayanan di bidang pertanahan khususnya

dalam mempercepat dan meningkatkan pelaksanaan pedaftaran tanah serta untuk

menghilangkan anggapan masyarakat bahwa pengurusan sertifikat itu lama,


berbelit-belit dan mahal, maka pemerintah dituntut untuk lebih aktif dan tidak

hanya bersifat menunggu pada masyarakat yang ingin mendaftarkan tanahnya.

Dengan demikian pemerintah wajib mendaftarkan seluruh bidang tanah di

wilayah Indonesia baik dengan pendekatan sistematik dan sporadik.

Sebagaimana yang tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997, tentang Pendaftaran Tanah. Pendaftaran tanah secara sistematik merupakan

kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak

yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah

atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah secara sporadik

merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau

beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu

desa/kelurahan secara individual atau massal.

Pendaftran tanah secara sistematik dilaksanakan atas prakasa pemerintah

yang didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan diwilayah yang

ditetapkan oleh Menteri. Sayangnya untuk pendaftaran tanah secara sistematik

dimana pemerintah telah memberikan subsidi bagi pelaksanaan pendaftaran tanah

tersebut tidak mencukupi bagi seluruh tanah yang ada dan belum tentu ada setiap

tahun. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk

Indonesia dan kemajuan pembangunan saat ini, membawa konsekuensi kebutuhan

akan tanah semakin meningkat dan pendaftaran tanah secara sistematik

merupakan program pemerintah yang pengadaanya hanya akan terjadi

berdasarkan pemerintah.
Sementara itu masyarakat untuk melakukan pendaftaran tanah secara

sporadik masih terdapat rasa enggan karena berbagai faktor yang melatar

belakanginya, karena masyarakat yang harus mengurus sendiri juga harus siap

dengan segala resiko. Resiko yang menjadi faktor kendala pada proses pendaftran

tanah tersebut, diantaranya tentang kronologis data yang harus dilengkapi dan

diurus sendiri, dibuktikan kebenarannya serta menghadapi segala prosedur atau

persyaratan pada proses pendaftaran tanah yang terkadang rumit dan berbelit-

belit.

Meskipun pemerintah telah mengatur mengenai tata cara pendaftaran

tanah dan tata cara untuk memproleh hak atas tanah, tidak jarang timbul konflik-

konflik. Mulai dari adanya tanah yang tidak jelas statusnya atau dengan kata lain

tanah tak bertuan akhirnya menjadi terlantar tak dapat dimanfaatkan dan masih

banyaknya sengketa tanah dengan merebutkan hak atas kepemilikan tanah.

Lahirnya konflik-konflik pertanahan pada dasarnya bermuara pada kurangnya

kesadaran masyarakat dalam melakukan pendaftaran atas kepemilik tanah

terutama masyarakat yang tinggal didaerah pedesaan untuk melakukan

pendaftaran hak atas tanah.

Kabupaten Tangerang merupakan bagian timur dari Provinsi Banten

yang mempunyai luas wilayah 959,60 Km² dengan kepadatan penduduk

3.264.776 orang (Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2015), dengan tanah yang

sudah terdaftar yang dibuktikan sesuai jumlah buku tanah yang dibuat oleh Kantor

Pertanahan Kabupaten Tangerang yaitu 534.355 bidang dari 29 kecamatan, yang

dibagi lagi atas sejumlah 246 desa dan 28 kelurahan. Buku tanah merupakan
dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu

obyek pendaftaran yang sudah ada haknya.

Tabel 1.1
Jumlah Buku Tanah Kabupaten Tangerang

JUMLAH BUKU LUAS


NO KECAMATAN TANAH WILAYAH
(BIDANG) (KM²)
1 Tigaraksa 29.400 48,74
2 Cikupa 23.871 42,68
3 Curug 31.601 27,41
4 Legok 15.888 35,13
5 Pasarkemis 64.968 25,92
6 Balaraja 20.357 33,56
7 Kresek 14.857 25,97
8 Kronjo 13.573 44,23
9 Mauk 3.950 51,42
10 Rajeg 23.722 53,70
11 Sepatan 18.368 17,32
12 Teluknaga 8.384 40,58
13 Cisoka 9.848 26,98
14 Pakuhaji 4.907 51,87
15 Kosambi 23.248 29,76
16 Pagedangan 24.993 45,69
17 Panongan 28.671 34,93
18 Jayanti 3.967 23,89
19 Kemiri 5.958 32,70
20 Sukandari 10.231 24,14
21 Cisauk 20.276 27,77
22 Jambe 7.776 26,02
23 Sukamulya 7.934 26,94
24 Kelapa dua 57.912 24,38
25 Sindang Jaya 10.640 37,15
26 Sepatan Timur 11.073 18,27
27 Solear 23.622 29,01
28 Gunung Kaler 10.404 29,63
29 Mekarbaru 3.956 23,82
Jumlah 534.355 959,60
(Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, Tahun 2015)
Berdasarkan tabel 1.1, dapat diketahui Kecamatan Pasar Kemis paling

banyak kepemilikan sertipkatnya dengan jumlah buku tanah 64.968 bidang

dengan luas wilayah 25,92 Km², sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah

51,42 Km² dapat dikatakan luas wilayah di Kecamatan Mauk yang cukup luas

namun dapat dikatakan bukti kepemilikan tanah yang bersertipikat paling sedikit

dengan jumlah buku tanah 3.950 bidang.

Tabel 1.2
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang 2010-2030

No Katagori Wilayah (Kecamatan)


Kresek, Gunungkaler,Mekarbaru,
Kronjo, Sukamulya, Mauk,
1. Kawasan Pertanian
Sukadiri, Kemiri,Rajeg, Pakuhaji,
sebagian Sepatan, dan Teluknaga
Balaraja, Jayanti,Cisoka, Solear,
Tigaraksa, Jambe, Panongan,
Legok,Pagedangan, Cisauk, Curug,
2. Permukiman Perkotaan
Kelapa dua, Pasarkemis,Cikupa,
Sindangjaya, Sepatan, Sepatan
Timur, Teluknaga,Kosambi
Kresek, Gunungkaler,Mekarbaru,
3. Permukiman Perdesaan Kronjo, Kemiri, Sukadiri, Mauk,
Rajeg,Sukamulya, dan Pakuhaji
Balaraja, Cikupa,
4. Industri Pasarkemis,Curug, Sepatan, Legok,
Pagedangan dan Kosambi
(Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun
2011-2031)

Dapat dilihat tabel 1.2, menunjukan bahwa Kecamatan Pasar Kemis

dengan kepemilikan tanah bersertipikat paling banyak merupakan termasuk

kategori kepemukiman perkotaan dan industri sedangkan Mauk termasuk kawasan

pertanian dan permukiman pedesaan. Dapat dilihat juga kecamatan-kecamatan


yang termasuk dalam permukiman perkotaan sudah bersertipikat. Dengan hal

tersebut sangat disayangkan pelaksanaan sertipikasi tanah belum bisa menjangkau

desa atau kelurahan yang terpencil di Kabupaten Tangerang, dan dapat dilihat

pula kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya pendaftaran ha

katas tanah guna mendapatkan kepastian hukum tentang kepemilikan ha katas

tanahnya.

Maka dengan demikian Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang harus

terus mengembangkan kegiatan sertipikasi tanah dengan salah satu melalui

program prioritas Legalisasi Aset Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA).

Pendistribusian atau penunjukkan tempat dilaksanakannya program PRONA

ditentukan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi yang mentukan

Kecamatan mana yang mendapat program PRONA tersebut dalam sebuah

Kabupaten atau Kota sedangkan Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota bertugas

untuk pendistribusian desa atau kelurahan temapt dilaksanakannya program

PRONA. Mengingat pelaksanaan program PRONA merupakan kegiatan Kantor

Pertanahan yang berkaitan dengan isntansi lain seperti Pemerintahan Kabupaten

Tangerang, Camat dan Kepala Desa atau Lurah setempat, pemohon atau

masyarakat tempat dilaksanakannya program PRONA.

Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) merupakan persetifikatan

tanah secara masal dan merupakan percepatan pendaftaran tanah dengan sistem

pendaftaran secara sporadik tetapi tata cara seperti pendaftaran tanah secara

sistematik, yaitu dalam PRONA ini petugas dari Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang yang secara proaktif mendatangi masyarakat yang ingin melakukan

atau mengajukan permohonan pendaftaran tanah.

Program PRONA ini dimaksud untuk mendorong terwujudnya tertib

administrasi dalam bidang pertanahan dan menjamin kepastian hukum kepada

masyarakat dan memberikan pelayanan pendaftaran pertama kali dengan proses

yang sederhana, mudah, cepat dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran

tanah di seluruh Indonesia dengan mengutamakan desa miskin/tertinggal, daerah

pertanian subur atau berkembang, daerah penyangga kota, pinggiran kota atau

daerah miskin kota, daerah pengembangan ekonomi rakyat. Program ini juga

terkait dengan salah satu wujud upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat golongan ekonomi lemah sampai dengan menengah.

Tabel 1.3
Kriteria, Kewajiban Peserta dan Tahapan dalam PRONA

I. A. KRITERIA 1). Pemilik Tanah golongan ekonomi lemah


SUBYEK sampai menengah.
PRONA 2). Berdomisili di lokasi kegiatan Prona.
3). Pemilik tanah korban bencana alam dan
konflik sosial.
4). Anggota organisasi : Perintis Kemerdekaan,
Angkatan 45, Legiun Veteran, Pepabri,
Warakawuri, Wredatama, ABRI, KORPRI,
dan Pensiunan PNS.
5). Pemilik tanah bertempat tinggal di Kecamatan
letak tanah obyek PRONA untuk tanah
pertanian.
6). Nadzir yang mengelola tanah wakaf untuk
kepentingan keagamaan/sosial.

B. KRITERIA 1). Tanah sudah dikuasai secara fisik.


OBYEK 2). Mempunyai alas hak (bukti kepemilikan).
3). Bukan tanah warisan yang belum dibagi.
PRONA 4). Tanah tidak dalam keadaan sengketa.
5). Lokasi tanah berada dlm wilayah Kabupaten
lokasi peserta Program yg dibuktikan dengan
KTP.
6). Luas tanah maksimal 2.000 m² utk tanah non
pertanian dan maksimal 20.000 m² utk tanah
pertanian.
7). Tanah Negara, Tanah non pertanian dengan
luas sampai dengan 2.000 m² (dua ribu meter
persegi), kecuali obyek PRONA yang
berlokasi wilayah Kab/Kota Kantor
Pertanahan tipe A sampai dengan luas 500 m²
(lima ratus meter persegi); dan Tanah
pertanian dengan luas sampai 2 ha (dua
hektar).
8). Penegasan konversi/pengakuan hak,Tanah
non pertanian dengan luas sampai dengan
5.000 m² (lima ribu meter persegi), kecuali
obyek PRONA yang berlokasi wilayah
Kab/Kota Kantor Pertanahan tipe A sampai
dengan luas 1.000 m² (seribu meter persegi);
dan Tanah pertanian dengan luas sampai 5 ha
(lima hektar).
9). Jumlah bidang tanah, Bidang tanah yang
dapat didaftarkan atas nama seseorang atau 1
(satu) peserta dalam kegiatan PRONA paling
banyak 2 (dua) bidang tanah

II. KEWAJIBAN 1). Melengkapi surat dan/atau dokumen asli


PESERTA tanah yang diperlukan dalam proses
sertipikasi tanah.
2). Sanggup membayar Bea perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB), uang
pemasukan kepada negara dan biaya-biaya
lain sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3). Dapat menunjukkan letak dan batas bidang
tanah serta memasang tanda batas
III. TAHAPAN 1). Penyerahan DIPA
PELAKSANAAN 2). Penetapan Lokasi
PRONA 3). Penyuluhan
4). Pengumpulan data (alat bukti/alas hak,
Penetapan Peserta)
5). Pengukuran dan Pemetaan
6). Pemeriksaan Tanah
7). Pengumuman
8). Penerbitan SK Hak/Pengesahan Data Fisik
dan Data Yuridis (Penetapan Hak)
9). Penerbitan sertipikat/Pembukuan Hak
10). Penyerahan Sertipikat

(Sumber: www.bpn.go.id , Tahun 2015)

Pada penelitiian sertipikatan tanah melalui PRONA, Peneliti

menfokuskan terhadap sertipikasi untuk tanah negara, menurut Pasal 1 angka 3 PP

No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Tanah Negara atau tanah yang

dikuasai langsung oleh Negara adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu

hak atas tanah. Pada pelaksanaan sertipikasi tanah Negara melalui PRONA,

merupakan tanha yang dimohon tanah yang benar-benar belum pernah ada hak

atas tanah yang melekatinya. Dalam pelaksanaan sertipikasi tanah negara melalui

PRONA, pengerjaan tanah Negara sama saja dengan pelaksanaan pemberian hak

seperti pada umumnya, dari pengumpulan data riwayat tanah sampai ditetapkan

pemberian haknya melalui surat keputusan Kepala Kantor tentang pemberian hak

milik atau hak guna bangunan.

Berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang, tanggal 03 Maret 2014 Nomor 76/SK-36.03/III/2014, melaksanakan

pemberian hak milik atas sebagian tanah negara bebas sebanyak 576 orang/bidang

terletak di Kelurahan Sukabakti, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang,

Provinsi Banten.
Berdasarkan surat keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang tanggal 05 Januari 2015 Nomor 34/KEP.36.03/ I/2015, melaksanakan

pemberian hak milik atas sebagian tanah negara bebas sebanyak yaitu 19

orang/bidang terletak di Kelurahan Sukabakti Kecamatan Curug, Kabupaten

Tangerang, sebanyak 41 orang/bidang di Kelurahan Babakan, Kecamatan Legok,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dan 67 orang/bidang terletak di Desa

Munjul Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Berdasarkan observasi peneliti yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal

02 Januari 2016 di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, dijumpai berbagai

masalah yang terjadi terkait dengan pelaksanaan sertipikasi melalui PRONA,

diantaranya :

Pertama, Kemampuan petugas pelaksana PRONA yang masih kurang,

dilihat pada saat pengumpulan data petugas pelaksana PRONA kesulitan untuk

mengetahui perolehan dasar tanah yang dimohon. Berdasarkan hasil wawancara

yang peneliti lakukan pada tanggal 28 April 2016 pukul 11.30 WIB di Kantor

Pertanahan Kabupaten Tangerang dengan Bapak Wismar Sawirudin, BA., SH.

selaku Koordinator Teknis Kegiatan Prona, beliau mengatakan bahwa dalam

pelaksanaan kegiatan PRONA ini petugas pelaksana terkadang kesulitan

mengetahui tahu dasar perolehan tanah yang akan dimohon, seperti banyaknya

tanah yang diwariskan secara turun menurun yang kepemilikannya merupakan

kepemilikan bersama dan diwariskan secara lisan sehingga tidak ada bukti yang

sah secara terulis yang dapat menjelaskan bahwa tanah tersebut telah diwariskan,
atau surat oper alih garapan yang tidak jelas pengoperan hak atas tanahnya

sehingga terjadi overlapping atau tumpang tindih kepemilikan tanah.

Kedua, Sosialisasi yang belum terlaksana secara merata sehingga banyak

masyarakat yang belum tahu tentang pendaftaran sertipikat melalui PRONA dan

masih banyaknya peserta PRONA yang tidak bisa melanjutkan pendaftaran

karena tidak bisa menlampirkan persyaratan, berdasarkan hasil wawancara yang

peneliti lakukan dengan Bapak Mad Hassan, S.IP selaku staf Kelurahan Sukabakti

pada tanggal 29 April 2016, Pukul 10.00 WIB di Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang, bahwa kantor pertanahan Kabupaten Tangerang kurang memberi

waktu pada pihak desa atau kelurahan untuk mensosialisasikan kegiatan PRONA

kepada calon peserta PRONA, dikarenakan sosialisasi yang belum terlaksana

secara merata sehingga banyak masyarakat yang belum tahu tentang pendaftaran

sertipikat melalui PRONA, dibuktikan dari masyarakat yang telah mendaftarkan

tanahnya untuk menjadi peserta PRONA dan tidak bisa meneruskan karena tidak

dapat mengumpulkan beberapa persyaratan (tabel 1.1) hal ini pula dibenarkan

oleh Bapak Bror selaku ketua RT Kampung Sukabakti pada tanggal 30 April 2016

pukul 10.00 WIB di kediaman beliau, bahwa setelah didata dan sudah didaftarkan,

banyak peserta PRONA yang tidak bisa meneruskan atau melanjutkan, karena

memang tidak bisa mengumpulkan beberapa persyaratan semisal bukti pemilikan

tanah kaya girik, oper alih grapan atau pernyataan waris dan hibah atau tidak

mampu membayar Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Ketiga, keterlambatan penyelesaian pembuatan sertipikat karena ketidak

sinkronan pengerjaan PRONA, hal ini dilihat dari sertipikat yang sudah siap terbit
namun penyelesaiannya atau pengerjaannya melebihi waktu 1 (satu) tahun,

dikarenakan banyak persyaratan yang masih belum lengkap.

Tabel 1.4
Proses Pembuatan Surat Keputusan Pemeberian Hak

BANYAKNYA
PESERTA
NO TAHUN JUMLAH
BELUM
SELESAI SELESAI
PRONA 2014 579 570 9
1
PRONA 2015 127 41 67
2
(Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, 2014-2015)

Dari table 1.4 peneliti menadapat penjelasan melalui wawancara dengan

Bapak JOHAN, SH selaku satuan petugas

pelaksana PRONA pada penerbitan sertipikat melalui sk hak milik pada

tanggal 28 April 2016. Pukul 10.00 WIB di Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang, bahwa untuk PRONA 2014 yang belum selesai karena gambar surat

ukur belum selesai ada 3 orang/bidang dan ada beberapa yang blangko

sertipikatnya belum ada yaitu ada 6 orang/bidang kemudian Prona 2015 yang 67

itu memang baru diselesaikan surat keputusan penetapan pemberiannya. Tapi saya

kurang tahu alasan kenapa 9 bidang ditahun 2016 itu mengapa bisa lama, coba

tanyankan pada petugas yuridisnya saja.

Untuk mengetahui alasan kenapa 9 bidang pada PRONA 2014 belum

selesai hingga tahun 2016 peneliti mewawancarai pula dengan Bapak Wakima

selaku satuan petugas pengumpul data yuridis PRONA, tanggal 28 April 2016.
Pukul 10.30 WIB di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, bahwa Memang

ada yang belum diselesaikan karena 6 bidang tersebut ada yang overlapping

dibenarkan juga oleh Bapak Mustar selaku satuan petugas pengumpul data yuridis

PRONA, pada tanggal 28 April 2016 Pukul 10.30 WIB di Kantor Pertanahan

Kabupaten Tangerang, bahwa Untuk Prona 2014 Kelurahan Sukabati memang ada

yang belum selesai karena dalam penggambaran surat ukur untuk dimunculkan

pada sertipikat belum selesai, dan ada yang belum diserahkan karena pemohon

belum melampirkan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB),

karena persyaratan untuk sertipikat tanah Negara pemohon harus melampirkan

Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terlebih dahulu, walaupun

nilainya nol rupiah pemohon harus melampirkan

Berdasarkan uraian di atas, masalah-masalah yang dihadapi dalam

proses sertipikasi melalui PRONA di Kabupaten Tangerang, maka dengan

demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam

Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional

Agraria”.
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan yang telah peneliti uraikan dalam latar belakang masalah,

maka peneliti melakukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1). Kemampuan petugas pelaksana PRONA yang masih kurang, dilihat pada saat

pengumpulan data petugas pelaksana PRONA kesulitan untuk mengetahui

perolehan dasar tanah yang dimohon.

2). Sosialisasi yang belum terlaksana secara merata sehingga banyak masyarakat

yang belum tahu tentang pendaftaran sertipikat melalui PRONA dan masih

banyaknya peserta PRONA yang tidak bisa melanjutkan pendaftaran karena

tidak bisa menlampirkan persyaratan.

3). Keterlambatan penyelesaian pembuatan sertipikat karena ketidak sinkronan

pengerjaan PRONA.

1.3 Batasan Masalah

Ditinjau dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka agar

lebih fokus didalam penelitian, peneliti membatasi masalah pada Kinerja

Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan

Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

permasalahan ini yaitu bagaimanakah kinerja pelayanan Kantor Pertanahan


Kabupaten Tangerang dalam melaksanakan pelayanan sertipikasi tanah Negara

melalui PRONA.

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian apapun tentu akan memiliki tujuan dari penelitian

tersebut, hal ini sangatlah perlu untuk bisa dijadikan acuan bagi setiap kegiatan

penelitian yang dilakukan, karena tujuan menjadi tolak ukuran dan target dari

kegiatan penelitian tersebut, tanpa itu semua maka penelitian akan menjadi sia-sia.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana kinerja pelayanan Kantor Pertanahan dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi peserta PRONA.

2. Mengetahui cara Pelaksanaan PRONA di Kantor Pertanahan Kabupaten.

1.6 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian mengenai Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan

Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Proyek Operasi Nasional Agraria

diharapkan memperoleh manfaat yang meliputi :

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan

pemikiran dalam rangka pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan

matakuliah Manajemen Sumber Daya Manusia, Administrasi Perkantoran,

Pelayanan Publik dan Teori Organisasi.


1.6.2 Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, dapat memberikan masukan dan

pertimbangan dalam kesadaran hukum pertanahan dan tertib administrasi

pertanahan kepada masyarakat.

2. Masyarakat atau Peserta PRONA, dalam penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan untuk memberikan pengetahuan di bidang pertanahan dan

kepastian hukum pertanahan.

3. Peneliti, memberikan kesempatan pada peneliti untuk mengaplikasikan ilmu

dan teori yang dipelajari selama ini dengan harapan dapat menambah

wawasan pengetahuan dan pengalaman.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara umum serta mempermudah

pembahasan yang telah diuraikan di atas maka sistematika penulisan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Sistematis penulisan dalam penelitian inia dalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan berisi tentang dasar yang akan diuraikan pada

bab-bab selanjutnya meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

Terdapat deskripsi teori dan kerangka berfikir. Deskripsi teori mengkaji

tentang teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel kerangka berfikir

menceritakan alur pikiran dalam penelitian dan asumsi dasar penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Terdapat dari metode penelitian menjelaskan tentang penggunaan

metode yang digunakan. Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses

penyusunan dan jenis alat pengumpulan data. Teknik pengelolaan data dan analisa

data menjelaskan tentang analisa beserta rasionalisasinya. Terakhir, tentang

tempat dan waktu menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Terdiri dari deskripsi obyek penelitian meliputi lokasi penelitian secara

jelas. Struktur organisasi dari Locus yang telah ditentukan. Kemudian terdapat

deskripsi data yang menjelakan tentang hasil penelitian yang telah diolah dari data

mentah dengan menggunakan teknik analisis data relevan. Kemudian melakukan

pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan dan pada akhirnya pembahasan

penelitian dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat

dalam pelaksanaan penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam penutup ini memuat penjelasan mengenai simpulan yaitu

menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat. Jelas dan mudah
dipahami dan saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap

bidang yang di teliti.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam

penelitian.

LAMPIRAN

Menyajikan lampiran-lampiran yang dianggap perlu oleh penelitia yang

berhubungan dengan data penelitian dan tersusun secara berurutan.


BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis

tentang teoritis dan bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Dalam BAB II ini akan dijelaskan beberapa teori dan bahan pustaka terkait

dengan “Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang

Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional

Agraria”, yaitu beberapa pengertian dari para ahli mengenai kinerja.

Teori merupakan salah satu yang paling dasar yang harus dipahami

ketika melakukan penelitian karena teori dapat menjadi acuan untuk menemukan

dan merumuskan sebuah permasalahan. Sesuatu baru dapat dikatakan menjadi

sebuah teori jika sudah terbukti melalui serangkaian proses dan eskperimen dan

kemudian diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Sebuah teori dapat berubah atau mengalami perkembangan hal ini terjadi

apabila teori yang ada sudah tidak relevan dengan keadaan yang ada. Seperti yang

di kemukakan oleh Haditono mengemukakan bahwa suatu teori akan memperoleh

arti yang penting bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan

meramalkan gejala yang ada (Sugiyono, 2007:52). Adapun fokus penelitian ini

adalah kinerja pelayanan dalam melaksanakan sertipikasi tanah Negara melalui

Proyek Nasional Agrarian (PRONA).


2. 2 Pengertian Organisasi Publik

Organisasi merupakan elemen yang sangat diperlukana dalam kehidupan

manusia. Organisasi membantu dalam melaksanakan hal-hal atau kegiatan-

kegiatan tidak dapat dilaksanakan dengan baik sebagai individu dan organisasi

pula dapat memenuhi aneka macam kebutuhan manusia seperti mislanya

kebutuhan emosional, spiritual, intelektual, ekonomi, politik, psikologikal,

sosiologikal, cultural dan sebagainya.

Dalam membahas masalah organisasi, penulis menggunakan definisi

organisasi yang diberikan menurut beberapa ahli antara lain yaitu menurut Oliver

Sheldon dalam Sutarto (2006: 22) “organisasi adalah proses penggabungan

pekerjaan yang para individu atau kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat

yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sedemikian rupa, memberikan

seluruh kemampuan terbaik untuk pemikiran yang efisien, sistematis, positif dan

terkordinasi”. Sedangkan pendapat Hasibuan (2001:5) menyatakan bahwa

“Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi

dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.”

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa

aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan

eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi akan

dikatakan baik jika organisasi mempunyai perencanaan yang matang, mempunyai

kreatifitas dan inovatif dalam membuat perencanaan, bisa berkembang sesuai

dengan tujuan dan kesepakatan.


Kemudian organisasi akan dikatakan berhasil jika organisasi tersebut

tercapai sesuai dengan tujuan, banyaknya kreativitas dan prestasi yang diraih dan

mampu memberikan kontribusi pada masyarakat. Publik juga dikonsepkan

sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk

diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh

tindakan bersama. Menurut Nutt dan Backoff dalam Kusdi (2009:41) Istilah

publik dan privat berasal dari bahasa Latin, dimana publik berarti “of People”

(yang berkenaan dengan masyarakat) sementara privat berarti “set apart” (yang

terpisah).

Menurut Mashun, (2006:7) mengemukakan bahwa :

“Sektor publik sering dipahami sebagai segala sesutau yang


berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau
jasa kepada publik (masyarakat) yang dibayar melalui pajak atau
pendapat Negara lain yang diatur dalam hukum”

Dengan demikian pemahaman sektor publik dalam hal ini barang publik

yang dimaksud tidak hanya berupa dalam bentuk barang secara fisik namun juga

mengandung makna non fisik yaitu pelayanan publik. Menurut Kencana,

(1999:18) berpendapat sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir,

perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai

norma yang mereka miliki.

Organisasi yang terbesar adalah organisasi yang mewadahi seluruh

lapisan masyarakat dengan ruang lingkup Negara yang disebut organisasi publik.

Ada beberapa bidang yang bersifat kolektif dimana organisasi publik memainkan
perannya, antara lain penegakan hukum, pelayanan kesehatan, pendidikan,

keamanan nasional, jasa transportasi dan sebagainya.

Stewat alam Kusdi (2009:44-45), mengemukakan 13 karakteristik

organisasi publik, diantaranya :

1. Target atau sasaran yang tidak terdefinisikan secara jelas


2. Harapan-harapan yang beragam dan acapkali bersifat artificial dan
politis
3. Tuntutan dari berbagai hal yang berbeda
4. Tuntutan dari bahan-bahan yang mengucurkan anggaran
5. Penerima jasa, yaitu masyarakat, tidak memberikan kontribusi secara
langsung melainkan melalui mekanisme pajak
6. Sumber anggaran yang berbeda-beda
7. Anggaran yang diterima mendahului pelayanan yang diberikan
8. Ada pengaruh dari perubahan politik
9. Tuntutan dan arahan yang harus dipatuhi dari pusat
10. Batasan-batasan yang ditetapkan oleh undang-undang
11. Larangan atau pembatasan untuk melakukan usaha-usaha yang
menghasilkan laba
12. Larangan atau pembatasan untuk menggunakan anggaran diluar
tujuan yang secara formal telah ditetapkan.
13. Tingkat sensitivitas terhadap tekanan kelompok masyarakat.”

Jadi, organisasi publik menurut Mahsun (2006:14) adalah organisasi

yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang dan jasa

kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan Negara lain yang

diatur dengan hukum.

2.3 Definisi Kinerja

Sebuah organisasi dapat berjalan karena ada orang-orang yang

menjalankannya, karena itu manusia merupakan elemen utama yang dibutuhkan

sebuah organisasi untuk dapat menjalankan visi misinya. Begitu juga sebaliknya

orang-orang membutuhkan organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuannya.


Untuk mencapai tujuan yang maksimal diperlukan orang-orang yang mampu

bekerja dengan baik. Seorang pegawai dapat dikatakan baik apabila kinerjanya

dapat sesuai dengan target dan tanggung jawab yang diembannya. Kinerja

seseorang dapat dikembangkan setiap saat seiring dengan perkembangan zaman

yang terus menerus maju. Kualitas kinerja sumber daya manusia merupakan

salahsatu faktor penting untuk mencapai tujuan organisasi, oleh karena itu

diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan dan keahlian

tinggi sehingga dapat mendukung peningkatan kinerja organisasi.

Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang

padanannya dalam bahasa inggris adalah performance. Istilah performance yang

diterjemahkan kebahasa Indonesia yaitu sebagai performa. Menurut Wirawan

(2009:5) mengatakan bahwa : “Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh

fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam

waktu tertentu.”

Sedangkan menurut Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2007:7)

mengemukakan bahwa “Kinerja merpakan hasil perkerjaan yang mempunyai

hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan

memberikan kontribusi pada ekonomi”. Sebuatan lain dari kinerja adalah prestasi

kerja, istilah kinerja berasal dari Job performance atau Actual performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).

Pengertian kinerja (prestasi kerja) bahwa “Kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”

Mangkunegara, (2002:67).

Menurut Moeheriono (2009:60) mengatakan bahwa :

“Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian


pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan strategis suatu organisasi.”

Berdasarkan penjelasan Moeheriono diatas pada dasarnya kualitas dan

kuantitas yang dicapai pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dan

bertanggung jawab sehingga dapat mewujudkan tercapainya rencana dalam

sebuah organisasi.

Menurut Widodo (2005:78) “Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan

dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seerti

yang diharapkan”. Sementara itu, kinerja sebagai kata benda yang mengandung

arti “thing done” (suatu hasil yang telah dikerjakan). Pengertian kinerja

sebagaimana yang telah digambarkan hakikatnya berkaitan dengan tanggung

jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang

dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Hasibuan (2002:16) menyatakan bahwa, “Kinerja adalah suatu hasil

yang didapat dari seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan pengalaman kesungguhan serta watu”.

Pendapat tersebut hampir sesuai dengan yang dikemukakan oleh Anwar (2005:67)

bahwa, “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

diberikan kepadanya.”
Menurut Timpe dalam Pasolong (2011:176) mengatakan bahwa :

“Kinerja adalah prestasi kerja yang ditentukan oleh faktor lingkungan


dan perilaku manajemen, hal tersebut menunjukan bahwa lingkungan
kerja yang menyenangkan begitu penting untuk mendorong tingkat
kinerja pegawai yang paling efektif dan produktif dalam interaksi sosial
organisasi akan senantiasa terjadi adanya harapan bahwa terhadap atasan
dan sebaliknya.”

Kinerja menurut Mahsun (2006:25) diartikan sebagai berikut “kinerja

(performance) adalah mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

organsiasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi”.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka arti kinerja adalah hasil

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian

dalam mencapai tujuan non organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum sesuai dengan moral maupun etika.

2.3.1 Indikator Kinerja

Indikator kinerja harus merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur

serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik

dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun setelah kegiatan selesai dan

berfungsi. Indikator kinerja digunakan untuk menyakinkan bahwa kinerja hari

demi hari organisasi atau unit kerja yang bersangkutan menunjukan kemampuan

dalam rangka dan menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Sedarmayati,

2010:198). Dengan demikian indicator kinerja dapat digunakan sebagai tolak ukur

dalam pencapaian tujuan organisasi.


Mahmudi (2005:103) yang mengatakan bahwa indikator kinerja adalah

ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu

sasaran-sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Sementara menurut

Moegheriono (2009:74) Banyak terdapat pengertian indicator kerja atau disebut

performance indicator ada yang mendefinisikan bahwa :

1. Indikator kerja sebagai nilai atau karakteristik tertentu yang


dipergunakan untuk mengukur output dan outcome suatu kegiatan.
2. Sebagai alat ukur dipergunakan untuk menentukan derajat
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.
3. Sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggabarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi, serta
4. Suatu informasi operasional yang berupa indikator mengenai kinerja
atau kondisi suatu fasilitas atau kelompok fasilitas.

Dengan demikian indikator dapat dikatakan sebagai tolak ukur kinerja

berdasarkan produk (barang dan jasa) yang dihasilkan dari program atau kegiatan

sesuai dengan masukan yang di gunakan dan juga sebagai tolak ukur kinerja

berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan keluaran

program atau kegiatan yang sudah dilaksanakan.

Menurut Kumanrotomo dalam Pasolog, (2011:180) menggunakan

beberapa indikator kinerja untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja

birokrasi publik antara lain :

1. Efeiensi yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan


organsiasi pelayanan publik dalam memanfaatan faktor-faktor
prouduksi serta pertimbangan yang beraal dari rasionalitas ekonomis.
2. Efektivitas yaitu apakah tujuan yang didirikan organisasi pelayanan
publik tersebut dicapai. Hal tersebut erat kaitannya dengan
rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen
pembangunan.
3. Keadilan yaitu mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat
kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan.
4. Daya tanggap yaitu organisasi pelayanan publik merupakan bagian
dari daya tanggap Negara atau pemerintah akan kebutuhan
masyarakat yang mendesak. Karena itu organisasi secara
keseluruhan harus dapat dipertanggung jawabkan secara transparan
demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Dengan demikian kinerja birokrasi sebenarnya dapat dilihat melalui

berbagai indikator kinerja dalam menilai kinerja birokrasi publik yaitu efisiensi,

efektivitas, keadilan dan daya tanggap. Berbagai literatur yang membahas kinerja

birokrasi pada dasarnya memiliki kesamaan substansial untuk melihat seberapa

jauh tingkat pencapaian hasil yang dilakukan oleh birokrasi dalam memberikan

pelayanan dan kinerja juga merupakan suatu konsep yang disusun dari berbagai

indikator yang sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penggunaannya.

Dalam rangka manajemen strategis, terdapat bagian perencanaan

strategis yang meliputi penentuan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta cara

mencapai tujuan dan sasaran, serta cara mencapai tujuan dan sasaran yang

meliputi kebijakan, program dan kegiatan. Dari rencana strategis yang akan

diukur kinerjanya adalah kebijakan, program dan kegiatan. Untuk mengukur

kinerja ketiganya, diperlukan indikator kinerja yang terbagi dalam lima kelompok

indikator yaitu :

1. Kelompok masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan


agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan
keluaran.
2. Kelompok proses (process) adalah ukuran kegiatan, baik dari segi
kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan
tersebut.
3. Kelompok keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan
langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berwujud
(tangible) maupun tidak terwujud (itangible).
4. Kelompok hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka
menengah yang mempunyai efek langsung.
5. Kelompok manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan
tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
6. Kelompok dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negatif. (Mahsun,2006:31)

Berdasarkan lima kelompok indikator diatas tingkat keberhasilan harus

diukur dan ditekankan pada input, output, proses, manfaat dan dampaknya dari

program atau kegiatan instansi bagi kesejahteraan masyarakat.

Moeheriono (2009:80) mengemukakan bahwa pada dasarnya ukuran

indikator kinerja dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori berikut ini :

1. Efektif. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian output yang


dihasilkan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan.
2. Efisien. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian proses
menghasilkan output dengan menggunakan biaya serendah mungkin.
3. Kualitas. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian kualitas produk
atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan konsumen.
4. Ketepatan waktu. Indikator ini mengukur apakah pekerjaan telah
diselesaikan secara benar dan tepat waktu.
5. Produktivitas. Indikator ini mengukur tingkat produktivitas suatu
organisasi.
6. Keselamatan. Indikator ini mengukur kesehatan organisasi secara
keseluruhan serta lingkungan kerja para pegawainya ditinjau dari
aspek keselamatan.

Indikator-indikator kinerja meurut Lenvinne dalam Ratminto dan Atik

Septi Winarsih (2005:175) mengemukakan: responsiveness, responsibility,

accountability.

1. Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap


provider terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan
customers.
2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu
dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan - ketentuan yang telah
ditetapkan.
3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang
ada di masyarakat dan dimiliki oleh stake holders, seperti nilai dan
norma yang berkembang dalam masyarakat.

Dwiyanto (2008 : 50-51) menjelaskan beberapa indikator-

indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja organisasi

publik, yaitu:

1. Produktivitas, yaitu tidak hanya mengukur tingkat


efisiensi, tetapi juga mengukur efektifitas pelayanan.
Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai ratio
antara input dengan output.
2. Kualitas Layanan, banyak pandangan negatif yang
terbentuk mengenai organisasi publik yang muncul
karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas.
Dengan demikian menurut Dwiyanto kepuasan
masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator
kinerja birokrasi publik.
3. Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk
mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda
dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-
program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan
dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimaksudkan
sebagai salah satu indikator kinerja karena
responsivitas secara langsung menggambarkan
kemampuan birokrasi publik dalam menjalankan misi
dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
4. Responsibilitas, yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan
kegiatan birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan
kebijakan birokrasi, baik yang eksplisit maupun
implisit.
5. Akuntabilitas, yaitu menunjuk seberapa besar
kebijakan dan kegiatan birokrasi publik tunduk pada
para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

Kinerja pada tingkat organisasi berkaitan dengan usaha mewujudkan visi

organisasi merupakan arah yang menentukan kemana organisasi akan dibawa dan

apa yang akan dicapai oleh organisasi untuk masa depan.


Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsep indikator kinerja

merupakan uraian ringkas yang menggambarkan tentang suatu kinerja yang akan

diukur dalam pelaksanaan suatu program terhadap tujuannya, dan merupakan

kunci dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja.

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Terdapat beberapa pendapat yang mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja pegawai. Menurut Moorhead dan Chung/Megginson, yang

dikutip Sugiono (2009:12), kinerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu ;

a) Kualitas Pekerjaan (Quality of Work), merupakan tingkat baik atau


buruknya sesuatu pekerjaan yang diterima bagi seorang pegawai
yang dapat dilihat dari segi ketelitian dan kerapihan kerja,
keterampilan dan kecakapan.
b) Kuantitas Pekerjaan (Quantity of Work), merupakan seberapa
besarnya beban kerja atau sejumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh seorang pegawai. Diukur dari kemampuan secara
kuantitatif didalam mencapai target atau hasil kerja atas pekerjaan-
pekerjaan baru.
c) Pengetahuan Pekerjaan (Job Knowledge), merupakan proses
penempatan seorang pegawai yang sesuai dengan background
pendidikan atau keahlian dalam suatu pekerjaan. Hal ini ditinjau dari
kemampuan pegawai dalam memahami hal-hal yang berkaitan
dengan tugas yang mereka lakukan.
d) Kerjasama Tim (Teamwork), melihat bagaimana seorang pegawai
bekerja dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Kerjasama tidak hanya sebatas secara vertical ataupun kerjasama
antar pegawai, tetapi kerjasama secara horizontal merupakan faktor
penting dalam suatu kehidupan organisasi yaitu dimana antar
pimpinan organisasi dengan para pegawainya terjalin suatu
hubungan yang kondusif dan timbal balik yang saling
menguntungkan.
e) Kreatifitas (Creativity), merupakan kemampuan seorang pegawai
dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan cara atau inisiatif sendiri
yang dianggap mampu secara efektif dan efisien serta mampu
menciptakan perubahan-perubahan baru guna perbaikan dan
kemajuan organisasi.
f) Inovasi (Inovation), kemampuan menciptakan perubahan-perubahan
baru guna perbaikan dan kemajuan organisasi.Hal ini ditinjau dari
ide-ide cemerlang dalam mengatasi permasalahan organisasi.
g) Inisiatif (Initiative), melingkupi beberapa aspek seperti kemampuan
untuk mengambil langkah yang tepat dalam menghadapi kesulitan,
kemampuan untuk melakukan sesuatu pekerjaan tanpa bantuan,
kemampuan untuk mengambil tahapan pertama dalam kegiatan.

Menurut Mangkunegara (2002:71) faktor yang mempengaruhi

pencapaian kinerja adalah :

a. Faktor Kemampuan
Secara psikologi, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge+skil). Artinya
pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata 110-120 dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja
yang diharapkan. Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right
place, the right man on the right job).
b. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi
yang menggerakan dari pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental
yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi
kerja yang maksimal.

Dua faktor tersebut merupakan yang cukup penting dalam penentuan

kinerja. Faktor kemamuan, dimana mampu atau tidaknya pegawai dalam

melaksanakan tugas akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Semakin

tinggi kemampuan yang dimiliki pegawai semakin menentukan kinerja yang

dihasilkan. Begitu juga dengan faktor motivasi, motivasi sebagai sebuah dorongan

dalam diri pegawai akan menentukan kinerjakan yang dihasilkan.


Kinerja merupakan suatu bentuk multidementional construction yang

mencakup banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, Mahmudi (2005:21)

dalam bukunya menyatakan bahwa ada 5 faktor yang mempengaruhi kinerja

yaitu:

1. Faktor personal/individu, yang meliputi pengetahuan, kemampuan


kepercayaan diri motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap
individu.
2. Faktor kepemimpinan, yang meliputi kualitas dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan dan dukungan.
3. Faktor tim, yang meliputi kualitas dukungan dan semangat yang
diberikan oleh rakan atau mitra dalam satu tim, kepercayaan
terhadap anggota tim atau mitra dalam satu tim, kepercayaan
terhadap anggota tim dan keeratan serta kekompakan anggota tim.
4. Faktor sistem yang meliputi sistem kinerja, fasilitas kerja atau
infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses pengorganisasian
dan kultur kerja dalam organisasi.
5. Faktor konsektual, yang meliputi tekanan atau pressure terhadap
kondisi lingkungan internal dan eksternal organisasi.

Sedamayanti (2010:377) mengemukakan bahwa faktor yang

mempengaurhi kinerja salahsatunya instrumen pengukuran kinerja yang meliputi:

1. Prestasi kerja : hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas, baik


secara kualitas kerja.
2. Keahlian : tingkat kemampuan teknis yang dimiliki pegawai dalam
menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini bisa
dalam bentuk kerjasama, komunikasi, inisiatif, pengetahuan dan lain-
lain.
3. Perilaku : sikap dan tingkah pegawai yang melekat pada dirinya dan
dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
4. Kepemimpinan : merupakan aspek kemampuan manajerial dan seni
dalam memberikan pengaruh kepada orang lain untuk
mengkoordinasikan perkerjaan secara tepat dan cepat.

Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa tinggi atau

rendahnya kinerja pegawai tergantung kepada faktor-faktor yang

mempengaruhinya, dan bahwa kinerja adalah sifat dan karakteristik suatu perkerja

yang dinyatakan sebagai catatan kerja seseorang. Kinerja berfungsi sebagai alat
untuk memberikan informasi bagi pekerja dan atasnya mengenai bagaimana

seseorang telah melakukan perkerjaan, dan kinerja adalah fungsi dari interaksi

antara kemampuan dan karakter kepribadian.


2.4 Pelayanan Publik

Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang,

sekelompok dan atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk

memenuhi kebutuhan. Monir dalam Pasalong (2011:128), mengatakan bahwa

pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara

langsung. Sedangkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1993),

mengemukakan bahwa pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan dalam

bentuk barang atau jasa dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Sementara pelayanan publik menurut Sinambela (2006:5) adalah sebagai

setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang

memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau

kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu

produk secara fisik. Sedangkan menurut Kurniawan (2005:6) yaitu pemberian

pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang

telah ditetapkan.

Pada dasarnya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

membutuhkan orang lain, jadi pelayanan dan kegiatan yang bertujuan membantu

menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang lain. Sehingga pelayanan

senantiasa berhubungan dengan kepentingan publik. Pelayanan yang didambakan

masyarakat tentunya adalah pelayanan yang dapat memenuhi harapan mereka.


Sehingga adanya kepuasan dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan baik

pelayanan yang diberikan instansi pemerintah maupun swasta.

Menurut Zaithnamal-Parasurman-Bery dalam buku mereka Delivering

Quality Service yang dikutip Pasolong (2011:135), untuk mengetahui kualitas

pelyanan yang disarankan secara nyata oleh konsumen, ada indicator ukuran

kepuasan konsumen yang terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan menurut

apa yang dikatakan konsumen, kelima dimensi servgual tersebut yaitu:

1. Tangibles : kualitas pelayanan berupa saran fisik perkantoran,


komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi.
2. Reliability : kemampuan dan keandalan untuk menyediakan
pelayanan yang terpercaya.
3. Responsivess : kesanggupan untuk membatu dan menyediakan
pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan
konsumen.
4. Assurance : kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai
dalam menyakinkan kepercayaan konsumen.
5. Emphaty : sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap
konsumen.

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar

pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima

pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau

penerima pelayanan.

Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 (Ratminto dan

Atik Septi Winarsih (2005:18)) standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

1. Prodedur Pelayanan, prosedur pelayanan yang dibakukan bagi


pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.
2. Waktu penyelesaian, waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat
pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan
termasuk pengaduan.
3. Biaya pelayanan, biaya atau tariff pelayanan termasuk rinciannya
yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.
4. Produk pelayanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Sarana dan Prasarana, penyediaan sarana dan prasarana pelayanan
yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik,
6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan, kompetensi petugas
pemberi palayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang
dibutuhkan.

2.5 Pengertian dan Tujuan Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA)

PRONA adalah singkatan dari Proyek Operasi Nasional Agraria.

PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi asset dan pada hakekatnya

merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi; adjudikasi, pendaftaran

tanah sampai dengan penerbitan sertipikat/tanda bukti hak atas tanah dan

diselenggarakan secara massal. PRONA dimulai sejak tahun 1981 berdasarkan

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek

Operasi Nasional Agraria. Berdasarkan keputusan tersebut, Penyelenggara

PRONA bertugas memproses pensertipikatan tanah secara masal sebagai

perwujudan daripada program Catur Tertib di Bidang Pertanahan.

Kegiatan PRONA pada prinsipnya merupakan kegiatan pendaftaran

tanah pertama kali. PRONA dilaksanakan secara terpadu dan ditujukan bagi

segenap lapisan masyarakat terutama bagi golongan ekonomi lemah dan

menyeselaikan secara tuntas terhadap sengketa-sengketa tanah yang bersifat

strategis.
Tujuan PRONA adalah memberikan pelayanan pendaftaran pertama kali

dengan proses yang sederhana, mudah, cepat dan murah dalam rangka percepatan

pendaftaran tanah diseluruh indonesia dengan mengutamakan desa

miskin/tertinggal, daerah pertanian subur atau berkembang, daerah penyangga

kota, pinggiran kota atau daerah miskin kota, daerah pengembangan ekonomi

rakyat. PRONA merupakan salah satu wujud upaya pemerintah dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan ekonomi lemah sampai dengan

menengah. Biaya pengelolaan penyelenggaraan PRONA, seluruhnya dibebankan

kepada rupiah murni di dalam APBN pada alokasi DIPA BPN RI. Sedangkan

biaya-biaya yang berkaitan dengan alas hak/alat bukti perolehan/penguasaan

tanah, patok batas, materai dan BPHTB/PPh menjadi tanggung jawab Peserta

PRONA.

Menurut A.P.Parlindungan (1990:38) mengemukakan bahwa PRONA

adalah :

“Semua kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah di bidang


pertahanan dengan suatu subsidi di bidang pendaftaran tanah pada
khususnya, yang berupa pensertifikatan tanah secara masal dalam rangka
membantu masyarakat golongan ekonomi lemah”.

2.6 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai

kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi kinerja pelayanan dalam melaksanakan

sertipikasi tanah Negara melalui Proyek Nasional Agrarian (PRONA) seperti,


kesulitan para petugas dalam pendataan perolehan dasar tanah yang akan

dimohon, rendahnya komunikasi dari satgas PRONA kantor pertanahan

Kabupaten Tangerang terhadap peserta PRONA sehingga terjadi sosialisasi yang

belum terlaksana secara merata dan terlambatnya penyelesaian sertipikat PRONA.

Masalah tersebut dianggap dapat berpengaruh dan menghambat kinerja

pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dapat pula

menghambat kemajuan yang seharusnya dicapai. Dari beberapa konsep kinerja

pelayanan, peneliti sampai kepada suatu kesimpulan untuk menggunakan teori

Indikator-indikator kinerja organisasi menurut Dwiyanto (2008:50-51)

mengemukakan produktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas, responsibilitas

akuntabilitas, indikator tersebut dianggap tepat untuk mengatasi permasalahan

yang telah diidentifikasi sebelumnya, dan diharapkan akan mampu mewujudkan

kinerja pelayan yang baik dari satuan petugas PRONA Kantor Pertanahan

Kabupaten Tangerang, Perangkat Desa dan pemohon Prona. Untuk mengetahui

bagaimana alur berfikir penelitian dalam menjelaskan permasalahan penelitian,

maka dibuatlah kerangka berfikir sebagai berikut :


Gambar 2.1
Kerangka Berfikir

Identifikasi Masalah:
1. Kemampuan petugas pelaksana PRONA yang masih kurang, dilihat
pada saat pengumpulan data petugas pelaksana PRONA kesulitan
untuk mengetahui perolehan dasar tanah yang dimohon.
2. Sosialisasi yang belum terlaksana secara merata sehingga banyak
masyarakat yang belum tahu tentang pendaftaran sertipikat melalui
PRONA dan masih banyaknya peserta PRONA yang tidak bisa
melanjutkan pendaftaran karena tidak bisa menlampirkan persyaratan.
3. Keterlambatan penyelesaian pembuatan sertipikat karena ketidak
sinkronan pengerjaan PRONA.
(Peneliti,2016)

Indikator kinerja organisasi menurut Dwiyanto


(2008:50-51):
1. Produktifitas;
2. Kualitas Layanan;
3. Responsivitas;
4. Responsibilitas;
5. Akuntabilitas

OUTPUT
Kinerja Pelayanan Kantor
Pertanahan Kabupaten Tangerang
dalam melaksanakan sertipikasi
tanah Negara melalui PRONA
berjalan dengan optimal
2.7 Asumsi Dasar

Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas,

peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian Kinerja

Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan

Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA),

Maka peneliti berasumsi bahwa penelitian tentang kinerja pelayanan dalam

melaksanakan sertipikasi tanah Negara melalui Proyek Nasional Agrarian

(PRONA) masih belum optimal dan akan meningkat melalui beberapa indikator

yaitu Produktivitas, Kualitas Layanan, Responsivitas, Responsibilitas,

Akuntabilitas.

2.8 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, senantiasa peneliti mengacu ke beberapa sumber

sebagai bahan referensi. Berikut adalah sumber tersebut :

dari Skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Mediator Hubungan

Industrial Dalam Penyelesaian Kasus Perselisihan Hubungan Industrial Di Dinas

Ketenagakerjaan Kota Tangerang”, yang dilakukan oleh Saudara Armansyah

Riyaman (2013), dengan tujuan meningkatkan kinerja mediator dalam

menyelesaikan perselisihan hubungan industrial dan bahan evaluasi kinerja

mediator pada Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, sehingga dilakukan

perbaikan kinerja mediator di masa mendatang, hasil penelitian/kesimpulannya

mediator belum menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara maksimal,

persamaan skripsi dengan peneletian penulis yaitu sama menelaah tentang kinerja
pada sektor publik, perbedaanya yaitu dalam objek penelitiannya, kritik untuk

skripsi ini pembahasan tentang kinerja masih kurang.

Dan juga dikemukakan Yorinda Lintin B. (2011) dengan judul skripsi

“Analisis Kinerja Pelayanan pada Puskemas Batua Makassar”, tujuan penelitian

ini yaitu untuk menggambarkan kinerja pelayanan Puskesmas Batua Makassar,

baik dari segi kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan,

hasil penelitian/kesimpulannya bahwa Dari segi Kuantitas diukur dari hasil

pekerjaan, dan kecepatan dalam bekerja. Dari segi kualitas pekerjaan diukur dari

hasil pekerjaan yang sesuai dengan harapan pasien, dan dari segi ketepatan waktu

diukur dari ketepatan waktu dalam menyelesaiakan pekerjaan. Persamaan skripsi

ini dengan penelitian penulis yaitu terletak dari subjek judul yang dibahas tentang

kinerja pelayanan, perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya. Kritik untuk

skripsi ini yaitu permasalahan dalam skripsinya belum terlalu jelas dan data yang

disajikan belum lengkap.

Demikian juga diungkapkan oleh Dede Arif Budhiarsa (2009), dengan

skripsi yang berjudul “Kinerja Kantor Pertanahan Dalam Pelayanan Sertifikasi

Tanah” (Studi Deskriptif Atas Pelayanan Sertipikasi Peralihan Hak Atas Tanah

Di Kantor Pertanahan Kota Surakarta 2008-2009), tujuan dari skripsi ini

mengetahui dan memahami Kinerja Badan Pertanahan Kota Surakarta dalam

Pelayanan sertipikasi tanah. hasil penelitian/kesimpulannya maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa kinerja Kantor Pertanahan Kota Surakarta. Persamaan skripsi

ini dengan penelitian penulis yaitu terletak dari subjek judul yang dibahas tentang
kinerja pelayanan, perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya. Kritik untuk

skripsi ini yaitu data yang disajikan masih kurang.

Dari hasil penelitian terdahulu diatas, dapat disimpulkan secara

mayoritas membuktikan bahwasanya kinerja pelayanan organisasi yang optimal

dapat dikatakan berhasil dalam mecapai sebuah tujuan di suatu

instansi/perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori kinerja yang dikemukakan ahli

teori pada umumnya bahwasanya dalam pengembangan kinerja pegawai terdapat

faktor-faktor atau prinsip-prinsip yang mempengaruhi kinerja beberapa indikator

yaitu: Produktivitas, Kualitas Layanan, Responsivitas, Responsibilitas,

Akuntabilitas.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang digunakan untuk mengetahui

metode ilmiah. Sugiyono (2005:2) mengemukakan bahwa metode penelitian

pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka

penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif kualitatif.

Sugiyono (2005:1) mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah”. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2005:4)

istilah penelitian kualutatif seperti prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku-

perilaku yang diamati.

Penentuan suatu metode yang digunakan dalam penelitian menentukan

kadar ilmiah hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,

penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian kualitatif

meurpakan metode peneliti adalah instrumen kunci. Sedangkan bentuknya yaitu

dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode yang

tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Dalam
prakteknya tidak terbatas pada pengumpulan data penyusunan klasifikasi data

saja tetapi menganalisis dan menginterpretasikan tentang arti data tersebut. Itulah

alasan mengapa penelitian mengambil penelitian deskriptif kualitatif.

Dengan demikian melalui penelitian deskriptif kualitatif ini peneliti

berusaha untuk menggambarkan permasalahan yang ada dalam kaitannya dengan

“Kinerja Pegawai Kantor Pertnahan Kab. Tangerang dalam melaksanakan

Proyek Operasi Nasional Agraria tahun anggaran 2012” dan kemudian

menganalisanya sampai pada suatu kesimpulan yang kongkrit.

3.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus

“Divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun ke lapangan. Jadi penelitia adalah isntrumen kunci dalam

penelitian kualitatif.

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2008:233) mengatakan :

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan


manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus
penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan
jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri alat satu-satunya
yang dapat mencapainya.”

Hal ini sejalan dengan pendapat Irawan (2006:17) yang menyatakan

bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi instrumen terpenting


adalah peneliti sendiri. Sedangkan menurut Moleong (2005:19) pencari tahu

alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya

sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif

instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus

penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen

penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan

membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan

wawancara. Peneliti akan terjun kelapangan sendiri, baik pada grand tour

question, tahap foucused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis

dan membuat kesimpulan.

3.3 Sumber Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer

dan data sekunder. Menurut Lofland dan Loplang dalam Moleong (2002:1112)

sumber data utama atau primer dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder seperti

dokumentasi, gambar dan lain-lain. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan

peneliti dalam menyelesiakan data berupa panduan wawancara, buku catatan,

kamera dan alat perekam.

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancara

merupakan sumber data utama. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara

atau pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan yang dominan,

jelas akan bervariasi dari satu waktu ke waktu lain dan dari satu situasi ke situasi
lainnya. Meskipun dikatakan bahwa sumber diluar kata-kata dan tindakan

merupakan sumber kedua, jelas itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber

data beban tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber

buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam peneliti menggunakan teknik pengumpulkan data yang

merupakan kombnasidari beberapa teknik, yaitu :

3.4.1 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumplan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus di teliti (Sugiyono,2007:231). Esterberg dalam

Sugiyono (2007:233) mengemukakan beberapa macam wawancara,

yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak tertruktur.

Wawancara tertruktur, pewawancaranya menetapkan sendiri

masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Maka

wawancara tak terstruktur sangat berbeda dalam hal waktu bertanya dan

memberikan respon, yaitu cara ini lebih bebas iramanya. Pertanyaan

tidak disusun terlebih dahulu melainkan disesuaikan dengan keadaan dan

cirri yang unik dari informa. Dan pelaksanaan Tanya jawab mengalir

dalam sehari-hari.
3.4.2 Observasi

Observasi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara

sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-

hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang

dilakukan. Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Faisal dalam

Sugiyono (2007:64) yang mengklasifikasikan observasi menjadi

observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang

secara terang-terangan dan tersamar (open observation and covert

observation), dan observasi yang tidak berstruktur (unstructured

observation).

Maka, observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

observasi secara terus terang atau tersamar dalam observasi. Tujuannya

adalah untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data

yang masih dirahasiakan. Hal ini juga dilakukan untuk mengindari

kemungkinan bila dilakukan terus terang, maka peneliti tidak akan

diijinkan untuk melakukan suatu observasi. Observasi dapat diartikan

juga kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan penelitian dari segi

motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan

sebagainya.
3.4.3 Dokumentasi

Metode dokumentasi ini merupakan sebuah metode yang

digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan apa yang sudah berlaku

melalui sumber-sumber dokumentasi. Maka dokumentasi adalah bagian

penting penunjang objektifitas proses penelitian. Selanjutnya

dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui

bahan-bahan tertulis yang diterbitkan sebagai teknik pengumpulan data

melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga

yang menjadi objek penyelitian, baik berupa prosedur, peraturan-

peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun

dokumentasi elektronik (rekaman).

3.5 Informan Penelitian

Dalam penelitian mengenai Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan

Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara Melalui

Proyek Operasi Nasional Agraria. Penentuan informannya menggunakan teknik

purposive, yaitu merupakan metode yang ditentukan sendiri oleh peneliti, key

informan yang dipilih harus mengerti dan memahami setiap tahapan proses

sampai dengan evaluasi. Dengan demikian key informan yang telah memenuhi

kriteria diatas adalah petugas pelaksana PRONA.


Tabel 3.1
Daftar Informan Penelitian

Jenis Informan Kode Informan Informan Kode Keterangan


Pemerintah I1 Koordinator Pelaksana Teknis I1.1
Kegiatan dan Petugas
Penyuluh/Soasialisasi
Pengumpul dan pengelola I1.2
Data Yuridis Tanah Negara Key
Pemeriksa Tanah (Paniti A) I1.3 Informan
Penerbitan Sertipkan dengan I1.4
Menyiapkan Blangko
sertipikat
Petugas Ukur I1.5
I2 Kepala Desa atau Staf I.2.1
Desa/Kelurhan,
Ketua RT/RW, I.2.2
Secondary
Peserta I3 Masyarakat I3.1
Informan
PRONA Masyarakat I3.2
Masyarakat I3.3
Masyarakat I3.4
(sumber: Peneliti, 2015)

3.6 Pendoman Wawancara

Pedoman wawancara merupaka alur atau pedoman bagi peneliti dalam

melakukan wawancara dengan informan. Pedoman wawancara ini disusun guna

mempermudah peneliti dala proses wawancara yang akan dilakukan. Adapun

pertanyaan-pertanyaan atau proses penggalian informan yang dilakukan oleh

penitili adalah dengan mewawancarai informan-informan yang terkait dengan

penelitian di lapangan sekaligus informan yang bertangung jawab dengan

pelakasanaan pendaftaran pertama kali atau sertipikasi tanah Negara melalui


Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA). Berikut Kisi-kisi pedoman

wawancara peneliti :

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Teori Indikator Pertanyaan Kode


Informan
Produktivitas Apasajakah yang dijelaskan dalam I1, I3
penyuluhan atau sosialisasi dalam
pelaksanaan PRONA?
Menurut Anda apakah target dalam I1
pelaksanaan sertipikasi tanah
Negara melalui PRONA tersebut
sudah teralisasi?
Kendala-kendala apa saja yang I1
dihadapi dalam melaksanakan
PRONA
Kualitas Apakah Penyelesaian pelaksanaan I1, I2, I3
Pelayanan sertipikasi tanah Negara melalui
PRONA sudah tepat waktu?
Responsivitas Bagaimana caranya menanggapai I1
dan menyelesaikan keluhan yang
Dwiyanto ada pada masyarakat dalam
(2008: 50-51) pelaksanaan PRONA ?
Bagaimana tanggapan masyarakat I3
dalam kegiatan PRONA?
Responsibilitas Apakah petugas pelaksana PRONA I1
sudah mampu mendukung
berjalannya PRONA?
Apakah yang dalam pelaksanaan I1
PRONA tidak ada tumpang tidih
pekerjaan?
Akutanbilitas Bagaimana petugas pelaksana I1
mempertangung jawabkan yang
dikerjakan dalam kegiatan
PRONA?
Apakah PRONA ini membantu I1,I3
menjamin kepastian hukum
(Sumber : Peneliti, 2015)
3.7 Teknik Pengelolahan dan Analisis Data

Proses analisisdata dilakukan secara terus menerus sejak awal

dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Untuk memberikan makna

terhadap data yang dikumpulkan, dilakukan analisis dan interprestasi. Mengingat

penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif, maka analisis dilakukan

sejak data pertama sampai penelitian berakhir.

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006:524) mendefinisikan

analisis data yaitu :

“Proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip interview,


catatan dilapangan, dan bahan-bahan lain yang anda dapat, yang
kesemuanya itu anda kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda
(terhadap suatu fenomena) dan membantu anda untuk mempresentasikan
penemuan anda kepada orang lain”.

Maksud dari analisi data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam

formula yang sederhana dan mudah dibaca serta mudah diinterpretasikan, namun

tidak saja memberikan kemudahan interprestasi, tetapi mampu memberikan

kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati, sehingga implikasi yang

lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan simpulkan akhir

penelitian.

Berdasarkan langkahnya, maka dalam kegiatan analisis data dalam

penelitian kualitatif menurut Irawan (2006:527), yaitu :

1. Pengumpulan data mentah. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data


mentah misalnya melalui wawancara, observasi lapangan, kajian pustaka.
Yang juga menggunakan alat-alat seperti tape recorder, kamera dan lain-
lain.
2. Transkip data. Pada tahap ini dilakukan perubahan catatan kebentuk
tertulis (apakah yang berasal dari tape recorder atau catatan tulisan
tangan) dan ditulis/diketik tanpa merubah kata-katanya sesuai dengan
pendapat pribadi.
3. Pembuatan koding, pada tahap ini peneliti membaca ulang seluruh data
yang sudah ditranskip kemudian mencari atau menemukan kata-kata yang
penting dan dijadikan kata kunci yang nantinya akan diberi kode.
4. Kategori data, pada tahap ini peneliti mulai menyederhanakan data
dengan cara mengikat konsep-konsep (kata kunci) dan dikelompokan
dalam kategori yang sudah disusun.
5. Penyimpulan sementara, pada tahap ini peneliti sudah boleh mengambil
kesimpulan meskipun masih bersifat sementara, karena kesimpulan 100%
harus berdasarkan data.
6. Triangulasi, adalah proses check dan recheck antara suatu sumber data
dengan sumber data lainnya. Dalam proses ini beberapa kemungkinan
bisa terjadi seperti cocoknya satu sumber dengan sumber lainnya, satu
sumber data berbeda tapi tidak selalu bertentangan dan satu sumber yang
bertolak belakang dengan sumber lainnya.
7. Penyimpulan akhir, pada tahap ini peneliti sudah merasa bahwa data yang
digunakan sudah jenuh dan penambahan data baru hanya berarti
ketumpangtindihan.

Gambar 3.1
Proses Analisi Data Menurut Prasetya Irawan

(Sumber: Prasetya Irawan, 2006:527)

3.8 Validitas Data

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Artinya data

yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian Sugiyono,

(2005:117). Untuk menguji validitas data pada penelitian ini dilakukan melalui

teknik triangulasi data yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu.

Triangulasi dalam pengujian validitas data ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dengan demikian

terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu. Yang

dimaksud dengan triangulasi sumber (Irawan 2006:618) yaitu :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.


2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneliti
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan
berbagaipendapat dan pandangan orang, seperti rakyat biasa,
berpendidikan, menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan is suatu dokumen yang
berkaitan.

Triangulasi teknik menurut Sugiyono (2007:127) yaitu “Menguji

kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda”. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan

teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Selain itu penelitipun

melakukan memberchek, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data.

Tujuan memberchek adalah mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Setelah
memberchek dilakukan, maka pemberi data dimintai tanda tangan sebagai bukti

peneliti telah melakukan memberchek. Moleong (2005:276).

3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang, Kantor Desa dan pemohon menjadi sasaran PRONA. Waktu

penelitian dilakukan mulai Januari 2013 hingga Agustus 2016 untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.3
Waktu Penelitian

(Sumber: Peneliti 2015)


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berubah menjadi

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian

Agraria yang berfungsi Tata Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun

2015 tentang Badan Pertanahan Nasional.

Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang adalah instansi vertikal Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia di Kabupaten/Kota yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Provinsi Banten.

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) institusi yang

memiliki kewenangan melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan

secara nasional, regional dan sektoral. Kewenangan mencakup kegiatan

kebijakan serta kegiatan pelayanan publik, baik pelayanan kepada masyarakat,

badan hukum swasta, sosial ataupun keagamaan serta institusi pemerintah.

Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang berada dalam Komplek Pemda

Kabupaten Tangerang Jalan H. Abdul Hamid Kavling 8 Tigaraksa Tangerang.


Kantor ini berdiri di atas tanah seluas 9.870 M² dengan luas bangunan

sejumlah 2.800 M², Secara administrasi Kabupaten Tangerang dibagi menjadi

36 Kecamatan meliputi 328 Desa dan Kelurahan.

Wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang memiliki luas

111.038 Ha atau 12% dari wilayah Provinsi Banten yang mempunyai luas

878.881 Ha, dengan jumlah bidang tanah sebanyak + 1.370.000 bidang. Pola

Penggunaan Tanah dengan komposisi Bidang Pertanian seluas 75.528,35 Ha

dan Non Pertanian seluas 35.509,65 Ha.

Gambar 4.1
Wilayah Kabupaten Tangerang

(Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031)


4.1.2. Visi dan Misi

Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang merupakan instansi vertikal

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia di Kabupaten/Kota, yang

memiliki kewenangan melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan

memiliki visi dan misi, berikut visi dan misinya:

1. visi

yaitu Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan

sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

2. Misi

Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan

untuk:

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru

kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan

pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.

2. peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan

bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan

dan pemanfaatan tanah (P4T).

3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi

berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan
penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga

tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.

4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan

Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang

akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.

Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip

dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

4.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang

Struktur organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang yaitu di

pimpin oleh Kepala Kantor yang membawahi satu subbagian tata usaha dan

lima seksi kelompok kerja yaitu seksi survei, pengukuran dan pemetaan, seksi

hak tanah dan pendaftaran tanah, seksi pengaturan dan penataan pertanahan,

seksi pengendalian dan pemberdayaan dan seksi sengketa, konflik dan

perkara.

Subbagian tata usaha teridiri dari dua bagian yaitu urusan perencanaan

dan keuangan dan urusan umum dan kepegawaian. Seksi survey, pegukuran

dan pemetaan terdiri dari dua subseksi yaitu subseksi pengukuran dan

pemetaan dan tematik dan pontensi tanah. Seksi hak tanah dan pendaftaran

tanah terdiri empat subseksi yaitu subseksi penetapan hak tanah, subseksi

pengaturan tanah pemerintah, subseksi pendaftaran tanah dan subseksi

peralihan, pembebanan hak tanah dan PPAT.


Seksi pengaturan dan penataan pertanahan terdiri dari dua subseksi yaitu

subseksi penatagunaan tanah dan kawasan tertentu dan subseksi landreform

dan kosulidasi tanah. Seksi pengendalian dan pemberdayaan terdiri dari dua

subseksi yaitu subseksi pengendalian pertanahan dan subseksi pemberdayaan

masyarakat. Seksi sengketa, konflik dan perkara terdiri dari subseksi sengketa

dan konflik pertanahan dan subseksi perkara pertanahan. Berikut struktur

organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang.

Gambar 4.2
Struktur organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang

(Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, 2016)


4.1.4 Uraian Tugas dan Tata Kerja Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4

tahun 2006 tersebut ditentukan tugas dan fungsi Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota. Berikut tugas pokok dan fungsi dari subbagian, seksi dan

subseksi dari Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang :

1. Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan layanan

administratif kepada semua satuan organisasi kantor pertanahan, serta

menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program dan peraturan

perundang – undangan.

a. Urusan Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas menyiapkan

penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas

kinerja pemerintah, keuangan penyiapan bahan Evaluasi;

b. Urusan Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan

surat menyurat, kepegawaian, perlengkapan rumah tangga, sarana dan

prasarana, koordinasi pelayanan pertanahan serta pengelolaan data dan

informasi.

2. Seksi Survey, Pengukuran dan Pemetaan

Seksi Survey, Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas melakukan

survey, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan;

perataan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan


tematik dan survey potensi tanah, penyiapan pembinaan surveyor

berlisensi dan pejabat penilai tanah.

a. Subseksi Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas menyiapkan

perapatan kerangka dasar orde 4, penetapan batas bidang tanah dan

pengukuran bidang tanah, batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis

surveyor berlisensi pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara

peta pendaftaran, daftar tanah,peta bidang tanah, surat ukur, gambar

ukur dan daftar-daftar lainnya di bidang pengukuran.

b. Subseksi Tematik dan Potensi Tanah mempunyai tugas menyiapkan

survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik,

survei potensi tanah, pemeliharaan peralatan teknis komputerisasi dan

pembinaan pejabat penilai tanah.

3. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah

Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan melakukan penetapan hak dalam rangka pemberian,

perpanjangan dan pembaruan hak tanah, pengadaan tanah, perijinan,

pendataan dan penerbitan berkas tanahhak; pendaftaran, peralihan,

pembebanan hak atas tanah serta pembinaan Pejabat Pembuatan Akta

Tanah (PPAT).

a. Subseksi Penetapan Hak Tanah mempunyai tugas menyiapkan

pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai

penetapan Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai,

perpanjangan jangka waktu, pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak


atas tanah; penetapan dan/rekomendasi perpanjangan jangka waktu

pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak tanah

perorangan.

b. Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah mempunyai tugas menyiapkan

pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai

penetapan hak milik dan hak pakai, Hak Guna Bangunan dan hak

pengelolaan bagi instansi pemerintah, badan hukum pemerintah,

perpanjangan jangka waktu, pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak

atas tanah; rekomendasi pelepasan dan tukar-menukar tanah

pemerintah.

c. Subseksi Pendaftaran Hak mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan

pendaftaran hak atas tanah, pengakuan dan penegasan konversi hak-hak

lain, hak milik atas satuan rumah susun, tanah hak pengelolaan, tanah

wakaf, data yuridis lainnya, data fisik bidang tanah, komputerisasi

pelayanan pertanahan serta memelihara daftar buku tanah, daftar nama,

daftar hak atas tanah, dan warkah serta daftar lainnya di bidang

pendaftaran tanah.

d. Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta

Tanah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran,

peralihan, pembebanan hak atas hak tanah, pembebanan hak

tanggungan dan bimbingan PPATserta sarana daftar isian di bidang

pendaftaran tanah.
4. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan

Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan melakukan penatagunaan tanah,landreform konsolidasi tanah,

penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan

wilayah tertentu lainnya.

a. Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu mempunyai

tugas menyiapkan bahan penyusunan rencana persediaan, peruntukan,

pemeliharaan dan penggunaan tanah, rencana penataan kawasan,

pelaksanaan koordinasi, monitoring dan evaluasi pemeliharaan tanah,

erubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap fungsi

kawasan/zoning, penerbitan pertimbangan teknis penatagunaan tanah,

penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah, penyusunan neraca

penatagunaan tanah, penetapan penggunaan dan pemanfaatan tanah,

penyesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah, serta melaksanakan

pengumpulan dan pengolahan dan pemeliharaan data tekstual dan

spasial.

b. Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah mempunyai tugas

penyiapkan bahan usulan penetapan/penegasan tanah menjadi obyek

landreform; penguasaan tanah-tanah obyek landreform; pemberian ijin

peralihan hak atas tanah dan ijin redistribusi tanah luasan tertentu;

usulan penerbitan surat keputusan redistribusi tanah dan pengeluaran

tanah dari obyek landreform; monitoring dan evaluasi redistribusi

tanah, ganti kerugian, pemanfaatan tanah bersama dan penertiban


administrasi landreform serta fasilitasi bantuan keuangan/permodalan,

teknis dan pema saran; usulan penegasan obyek penataan tanah ersama

untuk peremajaan permukiman kumuh, daerah bencana dan daerah

bekas konflik serta permukiman kembali; penyediaan tanah dan

pengelolaan sumbangan tanah untuk pembangunan; pengembangan

teknik dan metode; promosi dan sosialisasi; pengorganisasian dan

pembimbingan masyarakat; kerja sama dan fasilitasi; pengelolaan

basis data dan informasi; monitoring dan evaluasi serta koordinasi

pelaksanaan konsolidasi tanah.

5. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan

Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan, pengelolaan

tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan

masyarakat.

a. Subseksi Pengendalian Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan

pengelolaan basis data, dan melakukan inventarisasi dan identifikasi,

penyusunan saran tindak dan langkah penanganan, serta menyiapkan

bahan koordinasi usulan penertiban dan pendayagunaan dalam rangka

penegakan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah; pemantauan,

evaluasi, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program

pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan

tanah terlantar dan tanah kritis;


b. Subseksi Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas menyiapkan

bahan inventarisasi potensi, asistensi, fasilitasi dalam rangka

penguatan penguasaan, dan melaksanakan pembinaan partisipasi

masyarakat, lembaga masyarakat, mitra kerja teknis dalam pengelolaan

pertanahan, serta melakukan kerjasama pemberdayaan dengan

pemerintah kabupaten/kota, lembaga keuangan dan dunia usaha,

sertabimbingan dan pelaksanaan kerjasama pemberdayaan.

6. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara mempunyai tugas menyiapkan bahan

dan melakukan kegiatan penanganan sengketa konflik dan perkara

pertanahan.

a. Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan menyiapkan pengkajian

hukum, sosial, budaya, ekonomi dan politik terhadap sengketa dan

konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian

hubungan hukum antara orang dan/atau badan hukum dengan tanah,

pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi,

fasilitasi, dan koordinasi penanganan sengketa dan konflik;

b. Subseksi Perkara Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan

penanganan dan penyelesaian perkara, koordinasi penanganan perkara,

usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum

antara orang dan/atau badan hukum dengan tanah sebagai pelaksanaan

putusan lembaga peradilan.


4.2 Deskripsi Data

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari

hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik

analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini mengenai Analisis Kinerja Pelayanan

Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah

Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA), data yang peneliti

dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan yang peneliti peroleh

melalui proses wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, kata-kata dan

tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama dalam penelitian.

Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan mengunakan catatan

tertulis.

Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bahwa dalam

proses analisa dalam penelitian ini yaitu dengan mengunakan analisis data

menurut Prasetyan Irawan. Maka dalam kegiatan analisis data penelitian kualitatif

menurut Prasetyan Irawan yaitu pengumpulan data mentah, transkip data,

pembuatan koding, katagorisasi data, penyimpulan sementara, triangulasi,

penyimpulan akhir.

Bahwa dalam penelitian informan penelitian seperti yang telah

dipaparkan pada bab sebelumnya, peneliti menggunakan purposive. Adapun

informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut

peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Karena

informan itu sendiri berhubungan langsung dengan masalah yang sedang diteliti.
Selanjutnya perlu diketahui, adapun informan dalam penelitian ini yaitu

berjumlah 12 orang, diantaranya adalah:

Table 4.1
Daftar Informan Penelitian

No Nama Informan JABATAN Jabatan Dalam Koding


STRUKTURAL Kegiatan Prona
1. Bpk. Wismar Sawirudin, BA, SH Kepala Sub Seksi Land- Koordinator I.1.1
reform dan Konsolidasi Pelaksana Teknis
Tanah Kegiatan dan Petugas
Penyuluh/Soasialisasi
2. Bpk. Mustar Pelaksana pada Seksi Pengumpul dan I.1.2.1
Hak Tanah & pengelola Data
Pendafaran Tanah Yuridis Tanah
Negara
3. Bpk. Wakima Pelaksana pada Seksi Pengumpul dan I.1.2.2
Hak Tanah & pengelola Data
Pendafaran Tanah Yuridis Tanah
Negara
4. Bpk. Susianto Pelaksana pada Seksi Pengumpul dan I.1.2.3
Penga turan dan pengelola Data
Penataan Pertanahan Yuridis Tanah
Negara
5. Bpk. Teteng Iriandi Pelaksana pada Seksi Pemeriksa Tanah I.1.3
Pengendalian dan (Paniti A)
Pemberdayaan
6. Bpk. Johan, SH Pelaksana pada Seksi I.1.4
Penerbitan Sertipkan
Hak Tanah &
Pendafaran Tanah dengan Menyiapkan
Blangko sertipikat

7. Bpk. Madyani. P Kepala Desa Munjul I.2.1


8. Bpk. Mad Hassan, S.IP Staf Kelurahan I.2.2
Sukabakti
9. Bapak Bror Ketua RT Sukabati I.2.3
10. Bpk. Anton Hadi Prasetyo Peserta PRONA I.3.1
Bpk. Jaya Kusuma Peserta PRONA I.3.2
11. Bpk. Dondi Suryandhono Peserta PRONA I.3.3
12. Bpk. Suryadi Peserta PRONA I.3.4
(Sumber : Peneliti, 2016)
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif maka dalam proses

pengumpulan datanya peneliti juga melakukan aktivitas menganilisi data secara

bersamaan. Seperti yang telah Peneliti paparkan pada bab sebelumnya, bahwa

dalam prosesnya, analisis data dalam penelitiaan ini mengunakan proses analisis

data menurut Irawan (2006:527). Untuk menguji keabsahan data yang didapat

selama penelitian berlangsung, Peneliti juga melakukan aktivitas triangulasi

disertai dengan memberchek. Setelah Peneliti melakukan penelitian ke lokasi,

Peneliti mendapatkan data primer dan sekunder yang berhasil dikumpulkan untuk

menjawab tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui cara pelaksanaan PRONA

dan bagaimana kinerja Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang dalam

melaksanakan sertipikasi tanah Negara melalui PRONA.

4.3.1 Tahapan Pelaksanaan Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek

Operasi Nasional (PRONA)

Setelah peneliti melakukan penelitian ke lokasi, peneliti mengetahui

tahapan pelaksanaan sertipikasi tanah Negara melalui PRONA, berikut

berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Koordinator Pelaksana Teknis

Kegiatan dan Petugas Penyuluh/Soasialisasi PRONA yaitu Bapak Wismar

Sawirudin, BA, SH (I.1.1) adapun beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu :
a. Persiapan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), persiapan DIPA

ini ditentukan oleh Badan Pertanahan Nasional (pusat) dengan jumlah

bidang tanah yang menjadi target pelaksanaan PRONA seluruh Provinsi

yang ada di Indonesia.

b. Persiapan Kegiatan Awal, Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang

melakukan persiapan usulan lokasi, menyiapkan Satgas, menyiapkan

jadwal kegiatan, menyiapkan jadwal penyuluhan dan pendataan PRONA.

c. Menyiapkan Usulan Lokasi, dalam surat usulan dari Kantor Pertanahan

Wilayah Provinsi Banten berisi daftar Kecamatan yang akan menjadi

lokasi pelaksanaan PRONA serta jumlah bidang tanah yang ditargetkan

untuk disertipikasikan.

d. Penetapan Lokasi Pelaksanaan PRONA, dalam tahapan ini berdasarkan

surat keputusan dari Kepala Kantor Wilayah Provinsi Banten, dengan

memperhatikan usulan dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten atau

Kota.

e. Penunjukan Pengelola Pelaksanaan PRONA, ditetapkan berdasarkan

Surat Keputusan penetapan pengelola pelaksanaan dan penetapan lokasi

dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang bahwa pengelola

pelaksanaan terdiri dari penanggung jawab kegiatan, koordinator

pelaksanaan teknis kegiatan, sekretaris, petugas penyuluh atau sosialisasi,

petugas pengumpul data, petugas pengukur bidang tanah dan petugas

pemeriksaan tanah.
f. Pembentukan Satgas PRONA, merupakan pembentukan petugas-petugas

yang akan menjadi penanggung jawab dan koordinator PRONA disetiap

Desa atau Kelurahan. Biasanya disebut dengan Panitia A.

g. Penyuluhan atau Sosialisasi, setelah terbentuknya Paniti A, petugas

pelaksana PRONA harus segera melakukan penyuluhan atau sosialisasi.

Sebelumnya Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang melakukan

koordinasi awal denga Kepala Desa atau Lurah yang menjadi lokasi

PRONA, dengan bertujuan untuk memberitahukan kepada warga bahwa

akan dilaksanakan pendaftaran tanah atau sertipikasi melalui PRONA di

Desa atau Kelurahan tersebut. Sehingga masyarakat lebih memahami

tujuan dan maksud diadakannya PRONA.

h. Pengumpulan Data Yuridis, dalam tahap ini beberapa pihak yang terlibat,

pihak pertama seperti ketua RT atau RW, Tokoh Masyarakat yang sadar

tertib pertanahan yang mana dibentuk oleh pihak Desa atau Kelurahan

yang menjadi lokasi pelaksanaan PRONA yang memliki tugas

menentukan peserta PRONA kemudian mengumpulkan persyaratan yang

menjadi kewajiban peserta. Setelah persyaratan terkumpul tim pengumpul

data yuridis (Puldadis) mengecek status segala persyaratan peserta,

apabila terdapat persyaratan yang belum terpenuhi maka persyaratan

dikembalikan kepada peserta dan diharapkan peserta untuk segera

melengkapinya. Dengan kata lain puldadis bertugas sebagai quality

control terhadap persyaratan peserta PRONA.


i. Penetapan Peserta PRONA, yang menentukan peserta PRONA dan

mendaftarkannya ke Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang adalah

pihak-pihak dari Desa atau Kelurahan, hal ini karena merekalah yang

mengetahui siapa saja yang pantas untuk mengikuti PRONA.

j. Pengukuran dan Pemetaan, pengukuran terhadap bidang tanah milik

masyarakat yang akan didaftarkan melalui PRONA.

k. Pencetakan Peta Bidang Tanah dan Surat Ukur, setelah pengukuran dan

pemetaan dilakukan, maka akan dibuat peta bidang tanah kemudian surat

ukur yang berisi data dari hasil pengukuran akan dicetak pada sertipakat.

l. Pemeriksaan Tanah, dilakukan oleh Panitia A yang melakukan

pengecekan kesesusaian antara data pemohon dengan data yang ada di

Kantor Kepala Desa dan Kelurahan.

m. Pembuatan Surat Keputusan Penetapan Pemberian, setelah pemeriksaan

tanah yang dilakukan Panitia A, jika terjadi kesesuaian data maka Panitia

A membuat berita acara pemeriksaan lapangan, risalah panitia

pemeriksaan tanah, risalah pengelola data (RPD), surat keputusan Kepala

Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang tentang pemberian hak.

n. Pembuatan dan Penerbitan Sertipikat, setelah surat keputusan Kepala

Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang tentang pemberian hak selesai,

selanjutnya pembuatan dan penerbitan sertipakat yang nantinya ditanda

tangani oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang.

o. Penyerahan Sertipikat, setelah sertipikat diterbitkan, maka tahap

selanjutnya adalah menyerahkan kepada para pemohon atau peserta


PRONA. Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang akan memberitahukan

kepada pihak Desa dan Kelurahan bahwa pembuatan sertipakat telah

selesai.

p. Laporan Akhir dan Serah Terima Hasil PRONA, apabila seluruh tahapan

telah dilaksanakan, maka penananggung jawab PRONA akan

memberikan laporan mengenai pelaksanaan PRONA dna menyerahkan

hasil PRONA kepada Kepala Kantor Pertanahan. Setelah itu Kepala

Kantor akan menyerahkan laporan tersebut kepada Kantor Pertanahan

Wilayah Provinsi Banten.

Gambar 4.3
Tahap-Tahap Pelaksanaan Prona

(Sumber : Peneliti, Tahun 2016)


4.3.2 Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam

Melaksanakan Setipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi

Nasional Agraria (PRONA)

Peneliti melakukan berbagai kegiatan penelitian untuk mengetahui

bagaimana kinerja pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang dalam

melaksanakan sertipikasi tanah Negara melaui PRONA dan mengkaitkannya

dengan fakta dilapangan. Setelah melakukan survey dan penelitian serta

wawancara dengan berbagai pihak atau dengan para informan, peneliti

menemukan berbagai informasi, tanggapan dan permasalahan mengenai kinerja

pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang dalam melaksanakan

sertipikasi tanah Negara melaui PRONA.

Peneliti mencoba memisahkan masalah dalam beberapa indikator

berdasarkan teori Dwiyanto (2008: 50-51) yaitu Produktivitas, Kualitas Layanan,

Responsivitas, Responsibilitas, Akuntabilitas. Adapun hasil wawancara yang

telah peneliti lakukan adalah sebagai berikut :

1. Indikator Produktivitas

Produktivitas merupakan tidak hanya mengukur tingkat efisiensi tetapi

juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami

sebagai rasio antara input dengan output, artinya perbandingan sejauh mana upaya

yang dilakukan dengan hasil yang diperolehnya dalam periode tertentu. Hasil

yang dicapai dapat berupa barang ataupun jasa tergantung organiasi yang

menghasilkannya. Ukuran ini menunjukkan kemampuan organisasi untuk


menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat. produktivitas dijadikan

ukuran untuk mengetahui bagaimana kinerja suatu organisasi.

Dalam penelitian ini indikator produktivitas dibahas mengenai sejauh

mana kinerja pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang dalam

melaksanakan sertipikasi tanah Negara melalui Proyek Operasi Nasional Agraria,

dapat dilihat dalam suatu proses berjalanannya sebuah kegiatan, yaitu Bagaimana

proses penyuluhan atau sosialisasi, target yang dicapai, kendala yang dihadapi

dalam pelaksanaan Proyek Nasional Agrarian (PRONA).

Untuk mengetahui proses penyuluhan atau sosialisasi, maka peneliti

melakukan wawancara dengan Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, beliau

merupakan Kordinator Pelaksana Teknis Kegiatan PRONA dan

Penyuluh/Sosialisasi, berikut petikan wawancaranya :

“pada proses sosialisasi dilakukan satu kali pertemuan dan kami


menerangkan serta menjelaskan tetang persyartan-persyaratan yang
pemohon harus melengkapi beberapa persyaratan seperti melampirkan
fotocopy KTP, bukti-bukti asli kepemilikan atau perolehan tanah,
SPPT/PBB, dan menyerahkan bukti BPHTB dan PPh, kemudian saya
menyakinkan kepada masyarakat bahwa PRONA sudah dibiayai oleh
DIPA atau aggaran pemerintah kecuali pembiayaan atas materai,
pajak, foto copy surat-surat yang berkenaan dengan kepemilikan tanah
yang dibebani oleh pemohon” (wawancara dengan Bapak Wismar
Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku Koordinator Pelaksana Teknis
Kegiatan dan Penyuluh/Sosialisasi PRONA dikantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang pada hari kamis tanggal 26 Mei 2016 pukul
12.00 WIB).
Gambar 4.4
Foto Saat Penyuluhan Atau Sosialisasi Pelaksanaan PRONA

(Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, 2016)

Pada tahap penyuluhan atau sosialisasi diketahui bahwa dilaksanakan

secara langsung, dimana Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang turun langusng

ke lokasi pelaksanaan dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dengan

menjelaskan secara rinci mengenai sertipikasi melalui PRONA supaya masyarakat

mudah memahami sehingga mau mengikuti program ini.

Untuk mengetahui apakah masyarakat sudah memahami proses

pelaksanaan sertipikasi PRONA, melalui tahapan yang dijelaskan pada

penyuluhan atau sosialisasi kemasyarakat, maka peneliti juga melakukan denngan

peserta PRONA berikut kutipan wawancaranya :

“paham kok mba pada saat penyuluhan saya hadir, disana dijelasin cara
pensertipikasian tanah, terus pembiayaannya ditanggung oleh BPN
kecuali bayar pajak BPHTB, fotocopy surat-surat sama materai itu kita
urus dan bayar sendiri, ngejelasin persyaratan apa saja yang harus
dikumpulkan” (wawancara dengan Bapak Anton Hadi Prasetyo (I.3.1)
selaku peserta PRONA di kediaman beliau di Kelurahan Sukabakti
Kecamatan Curug pada hari sabtu tanggal 28 Mei 2016 pukul 10.00
WIB).

Hal yang berbeda diutarakan peserta PRONA yang lain, berikut kutipan

wawancaranya:

“pada saat penyuluhan saya tidak hadir, karena penyuluhannya pada


jam kerja mba lagi juga saya rasa penyuluhannya membahas garis
besarnya saja prosedur dan mekanismenya pembuatan sertipikat”
(wawancara dengan Bapak Jaya Kusuma (I.3.2) selaku peserta PRONA di
kediaaman beliau di Sukabati Kecamatan Curug pada hari sabtu tanggal
sabtu tanggal 28 Mei 2016 pukul 13.00 WIB).

Hal yang berbeda diutarakan peserta PRONA yang lain, berikut kutipan

wawancaranya:

“pada saat penyuluhan saya tidak hadir karena ada urusan pekerjaan,
jadi saya tidak memahami apa saja yang dijelaskan” (wawancara
dengan Bapak Dondi Suryandhono (I.2.1.3) selaku peserta PRONA di
kediaaman beliau hari minggu tanggal minggu tanggal 29 Mei 2016
pukul 10.00 WIB).

Hal serupa namun sedikit berbeda yang diutarakan oleh peserta PRONA,

berikut kutipan wawancaranya:

”saya tidak tahu kalau ada penyuluhan, tapi saya tau kalau ada
pemutihan untuk pembuatan sertipikat” (wawancara dengan Bapak
Suryadi (I.2.1.4) selaku peserta PRONA di kediaaman beliau hari sabtu
tanggal minggu tanggal 29 Mei 2016 pukul 13.00 WIB).

Peneliti juga melakukan wawancaran dengan Bapak Mad Hassan, S.IP,

berikut kutipan wawancara :

“saya rasa penyuluhan yang dilakukan BPN masih dirasakan kurang


merata, masyarakat masih banyak bertanya kepada pihak desa apa saja
persyatan yang harus dikumpulkan dan berapa lama penyelesaiannya”
(wawancara dengan Bapak Mad Hassan, S.IP (I..2.2) selaku Staf
Kelurahan Sukabakti di Kantor Pertanahan pada saat mengantar berkas
PRONA, pada senin tanggal 23 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).

Dari kutipan wawancara diatas dapat peneliti simpulkan bahwa adanya

proses penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang dalam pelaksanaan PRONA, Tujuan dari penyuluhan atau sosialisai

PRONA ini yaitu sasarannya adalah peserta PRONA untuk memahami

pelaksananaan kegiatan ini namun pada hasil wawancara kepada para peserta

PRONA ada beberapa peserta yang hanya mengikuti saja tanpa memahami

kegiatan ini dilihat dari peserta PRONA yang tidak dapat hadir, jadi peneliti

simpulkan kurang meratanya penyuluhan dan sosialisasi.

Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Wismar

Sawirudin, BA, SH, mengenai target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan

sertipikasi melalui PRONA, berikut petikan wawancaranya :

“dalam sebuah kegiatan tentu saja ada target yang harus tercapai
dalam pelaksanaan PRONA ini yaitu kami ingin menjadikan kegiatan
ini menjadi pembuka atau gerbang tentang kepastian hukum bagi
masyarakat yang ada di Kabupaten Tangerang dengan mendaftarkan
tanahnya kepada Kantor Pertanahan, tapi dari target yang akan
dicapai ada beberapa kendala dalam pelaksanaan PRONA ini yang
mengahambat kinerja kami” (wawancara dengan Bapak Wismar
Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku Koordinator Pelaksana Teknis
Kegiatan dan Penyuluh/Sosialisasi PRONA di Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang pada hari kamis tanggal 26 Mei 2016 pukul
12.00 WIB).
Pada pencapaiannya pelaksana sertipikasi tanah Negara melalui

PRONA, dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :


Tabel 4.2

Target PRONA Tahun 2014-2015

No KEGIATAN TARGET REALISASI

1 PRONA 2014 720 570

2. PRONA 2015 131 55


(Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, 2016)

Berdasarkan tabel diatas target yang ingin dicapai berdasarkan jumlah

bidang tanah yang akan disertipikatkan melalui PRONA masih belum terealisasi,

dan untuk mengetahui mengapa dari target tersebut belum teralisasi dikarenakan

kendala, peneliti melakukan wawancara mengeani kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan PRONA, berikut petikan wawancaranya :

“setiap kegiatan pasti ada hambatan dan kendala dalam pelaksanaan


PRONA kendalanya adanya tanah yang overlap dan para peserta
PRONA tidak bersedia membayar BPHTB kemudian mengundurkan
diri” (wawancara dengan Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, (I.1.1)
selaku Koordinator Pelaksana Teknis Kegiatan dan
Penyuluh/Sosialisasi PRONA dikantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang pada hari kamis tanggal 26 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).

Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan yang disampaikan, oleh

Bapak Wakima, berikut petikan wawancaranya :

“pada saat pengumpulan data dan pengelola data, kendalanya yaitu


terjadinya overlap, tidak bisa memberikan SPP-BPHTB, karena mutlak
kalau tanah negara pemohon berkewajiban harus membayar SPP-
BPHTB walau nanti jumlahnya nol rupiah, terus penyerahan
kekurangan persyataran yang lama” (wawancara dengan Bapak
Wakima (I.1.2.2) selaku pengumpul dan pengelola data yuridis di Kantor
Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari Jum’at tanggal 27 Mei 2016
pukul 13.00 WIB).

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Mustar, berikut

kutipan wawancaranya :

“kendalanya tuh seperti tanah sudah dijual pada saat pembuatan


sertipikat, tidak membayar SSP-BPHTB, luasnya tidak mau kurang
misalnya uda diukur ternyata ada kurang luas terkadang pemohon tidak
mau, AJB (akta jual beli) di Bank, dan penyerahan kekurangan
persyataran yang lama” (wawancara dengan Bapak Mustar (I.1.2.1)
selaku pengumpul dan pengelola data yuridis di Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang pada hari Jum’at tanggal 27 Mei 2016 pukul
12.00 WIB).

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Tetetng Iriandi,

berikut kutipan wawancaranya :

“kendalanya saat memohon tanah yang dimohon ternyata sudah dijual


kepihak yang lain, atau tanah sudah dijual tetapi tidak dibuatkan bukti
penjualan untuk memohon prona memakai nama yang pemilik lama””
(wawancara dengan Bapak Teteng Iriandi (I.1.3) selaku Pemeriksa Tanah
(Panitia A) di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari
Jum’at tanggal 27 Mei 2016 pukul 10.00 WIB).

Peneliti juga melakukan wawancaran dengan Bapak Mad Hassan, S.IP,

berikut kutipan wawancara :

“kendalanya, seperti ini contohnya tanah yang didaftar adalah tanah


perorangan, setelah di cek ternyata tanah tersebut sudah menjadi atas
nama PT, kemudian pemohon yang mengundurkan diri karena tidak
sanggup membayar BHTB dan penunjukan bukti riwayat tanahnya yang
kurang jelas” (wawancara dengan Bapak Mad Hassan, S.IP (I..2.2) selaku
Staf Kelurahan Sukabakti di Kantor Pertanahan pada saat mengantar
berkas PRONA, pada senin tanggal 23 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).
Dari kutipan wawancara diatas dapat peneliti simpulkan banyaknya

hambatan atau kendala yang dirasakan petugas pelaksana PRONA, yaitu selain

kekurangan persyaratan yuridis yang lambat diserahkan kembali ke petugas,

permasalah tumpang tidih kepemilikan tanah yang menjadi masalah serius dengan

kendala-kendala seperti ini dapat memperlambat penyelesaian PRONA yang

ditargetkan harus segera selesai.

Maka dapat tarik kesimpulan dari beberapa temuan fakta-fakta yang

dikemukakan oleh para informan atau narasumber diatas, tentang pelaksanaan

sertipikasi tanah Negara melalui PRONA berdasarkan indikator produktivitas

belum terlaksana optimal, karena dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata

Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2015, tentang Program

Nasional Agraria (PRONA), tidak menjelaskan standar operasional prosedur

untuk pelaksanaan PRONA namun hanya menjelaskan tahap-tahap

pelaksanaannya, jadi tidak ada ketentuan berapa kali harus diadakan penyuluhan

atau sosialisasi, namun dilihat dari anggaran dan waktu penyelesaian yang

dituntut cepat, Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang hanya melakukan satu

kali pertemuan untuk penyuluhan atau sosialisasi, dan menganggap pada saat

petemuan penyuluhan sudah terasa jelas dan masyarakat dapat memahami, namun

pada hasil wawancara kepada peserta PRONA meraka masih kurang memahami

pelaksanaan PRONA.

Kemudian Target yang dicapai dalam pelasksanaan sertipikasi melalui

PRONA belum teralisasi karena adanya kendala seperti kurang meratanya

penyuluhan yang mengakibatkan peserta kurang tahu persyaratan apa saja yang
dikumpulkan sehingga lambat diserahkan kepetugas pengelola data dan terdapat

tanah yang bermasalah seperti tumpang tindih kepemilikan tanah, hal ini juga

menjadi tangung jawab pengumpulan data yuridis sebagai quality control

terhadap persyaratan peserta PRONA.

Tabel 4.3
Indikator Produktivitas

Indikator Temuan Lapangan


Produktivitas - Kurang meratanya Penyuluhan atau
sosialiasi, dikarenakan sosialisasi hanya
dilakukan satu kali pertemuan.
- Target yang belum terealisasikan.
- Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
PRONA kekurangan persyaratan yuridis
yang lambat diserahkan kembali kepetugas
pengelola data dan permasalah tumpang
tidih kepemilikan atau tanah overlap
(Sumber : Peneliti 2016)

2. Indikator Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung semakin menjadi penting

dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan

negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan

masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik.

Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi

publik.

Dalam hal ini kualitas layanan yang diberikan Kantor Pertanahan

Kabupaten Tangerang kepada masyarakat dengan melaksanakan PRONA,

sehingga masyarakat mendapat pelayanan untuk memproses pesertipikatan tanah


secara masal, dan dapat kejelasan ketepatan waktu. Untuk melihat kulitas layanan

yang diberikan petugas pelaksana PRONA, peneliti melihatnya dari Apakah

penyelesaian sudah tepat waktu.

Untuk mengetahui apakah penyelesaian pelaksanaan sertipikasi tanah

Negara melalui PRONA sudah tepat waktu, maka peneliti melakukan wawancara

dengan Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, berikut petikan wawancaranya :

“kegiatan PRONA di Kabupaten Tangerang ini target pengerjaan dan


waktu penyelesaiannya yang ditentukan dari pusat dan dipilih per
kecamatan oleh pihak kanwil, kemudian dibagi-bagi lagi oleh kantor
pertanahan kota atau kabupaten perdesa atau kelurahan, dan target
penyelesaiannya satu tahun anggaran, untuk kabupaten tangerang
sendiri untuk tanah Negara tahun yaitu 2014 yaitu 720 bidang hanya di
Kelurahan Sukabakti, sedangkan untuk tahun 2015 yaitu 131bidang
teridiri dari Desa Babakan, Kelurahan Sukabati dan Desa Munjul dan
dari jumlah bidang tanah tersebut ada beberapa yang belum
terselesaikan dikarenakan adanya kendala yang tadi saya utarakan”
(wawancara dengan Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku
Koordinator Pelaksana Teknis Kegiatan dan Penyuluh/Sosialisasi
PRONA dikantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari kamis
tanggal 26 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).

Peneliti juga melakukan wawancaran dengan Bapak Mustar, untuk

mengetahui ketepatan waktu dalam penyelesaian sertipikasi melalui PRONA,

berikut kutipan wawancara :

“bisa dikatakan kurang tepat waktu ya, karena untuk tahun 2014 data
yuridis yang didaftarkan calon peserta prona target yang ditetapkan
kepada saya ada 240 bidang dan yang diolah datanya hingga jadi sk
penetapan pemberian hanya 237orang/bidang, untuk sisanya 8 orang
dipending dulu karena masih kurang persyaratannya, kemudian sk
pemberian haknya itu di daftarkan untuk penerbitan sertipikat namun
saat proses penerbitan 3bidang yang belum jadi karena masih tersendat
di subsi pengukuran untuk cetak gambar dan surat ukurnya, dan 231
sertipikat sudah dibagikan namun tidak secara berbarengan, karena
ketentuan tanah Negara kan harus bayar BPHTB” (wawancara dengan
Bapak Mustar (I.1.2.1) selaku pengumpul dan pengelola data yuridis di
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari Jum’at tanggal 27
Mei 2016 pukul 12.00 WIB).

Kemudian peneliti juga melakukan wawancaran dengan Bapak Johan,

SH berikut kutipan wawancara :

“setelah terbit surat keputusan penetapan pembarian hak maka langkah


selanjutnya menyiapkan blangko sertipikat untuk penerbitan, untuk
PRONA tahun 2014 di Kelurahan Sukabakti sebanyak 579 bidang data
yang saya terima dari pengelola data, hingga saat ini untuk
9 bidang penyelesaian sertipikatnya karena kekurangan administrasi
dan beberapa terindikasi adanya overlap” (wawancara dengan Bapak
Johan, SH (I.1.4) selaku Penerbitan Sertipkan dengan Menyiapkan
Blangko sertipikat di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari
Jum’at tanggal 27 Mei 2016 pukul 14.00 WIB).

Kemudian peneliti juga melakukan wawancaran dengan Bapak Dondi

Suryandhono, berikut kutipan wawancara :

“saya ikut PRONA dari 2015 sampe sekarang belum diserahkan


sertipikatnya, katanya masih dalam pencetakan sertipakat” (wawancara
dengan Bapak Dondi Suryandhono (I.3.3) selaku peserta PRONA di
kediaman beliau pada sabtu tanggal 16 Juli 2016 pukul 10.00 WIB).

Dari kutipan wawancara diatas dapat peneliti simpulkan bahwa

pelaksanaan PRONA belum tepat waktu, dilihat dari target awal kemudian

penyelesaian dan penyerahan yang lamban, dikarenakan ketidak sinkronananya

pengerjaan PRONA, yang mana seharusnya pengerjaan PRONA setelah

pengumpulan data yuridis, kemudian adanya pengukuran tanah kemudian

terbitnya peta bidang tanah maka harusnya langsung dikerjakan pembuatan

Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah “ A” sampai pembuatan surat keputusan


pemberian haknya, namun pada pengerjaannya semua terlihat sudah selesai

hingga kepenerbitan sertikpikat untuk bahan laporan ke Kantor Pertanahan

Provinsi Banten, bahwa sertipikat telah mencapai target, namun pada kenyataan

pengerjaanya fisiknya banyak yang belum selesai sehingga belum sampainya

sertipkat kepeserta PRONA. Seharusnya pengerjaan PRONA diikuti dengan

penyerahan fisik berupa sertipikat kepada masyarakat, sehingga dapat dilihat

kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat atau peserta PRONA tidak

berjalan optimal.

Tabel 4.4
Indikator Kualitas Layanan
Indikator Temuan Lapangan
Kualitas Layanan - Belum tepat waktunya penyelesaian
karena tidak ada kesinkronan pengerjaan
dan penyerahan, dilihat dari sisi
penyerahan sertipikat yang belum semua
sertipikat diserahkan kepada masyarakat
atau peserta PRONA.
(Sumber : Peneliti 2016)

3. Indikator Responsivitas

Responsivitas merupakan kemampuan birokrasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan

dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator

kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan

birokrasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.


Responsivitas suatu hal yang penting dalam sebuah organisasi publik,

dimana oraganisasi publik yang baik jika mempunyai responsivitas (daya

tanggap) yang tinggi mampu mengatasi terhadap permasalahan dan keluhan

masyarakat. Untuk mengetahui apakah petugas pelaksana mampu menganggapi

segala permasalahan dan keluhan, dapat dilihat dari wawancara peneliti dengan

Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, berikut petikan wawancaranya :

“kalau ada keluhan, kita tampung dulu apa saja keluhannya, nanti saat
rapat kordinasi PRONA keluhan tersebut dibicarakan dan dicari jalan
keluarnya” (wawancara dengan Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, (I.1.1)
selaku Koordinator Pelaksana Teknis Kegiatan dan Penyuluh/Sosialisasi
PRONA dikantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari kamis tanggal
26 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).

Dapat peneliti simpulkan, jika ada keluhan dari masyarakat peserta

PRONA, Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang sebagai pelaksana PRONA

sangat merespon keluhan – keluhan masyarakat. Masyarakat atau peserta

PRONA juga merespon baik atas kegiatan PRONA ini, berikut wawancara

peneliti dengan Peserta PRONA, berikut kutipan wawancaranya :“kegiatan

PRONA ini sangat bagus saya gak usah mahal-mahal sama gak usah cape-cape

ngurus sertipikat, dan terbilang lumayan cepet ya soalnya biasanya yang saya

tahu ngurus sertipikat itu lama sampe bertahun-tahun” (wawancara dengan

Bapak Anton Hadi Prasetyo (I.3.1) selaku peserta PRONA di kediaman beliau di

Kelurahan Sukabakti Kecamatan Curug pada hari sabtu tanggal 28 Mei 2016

pukul 10.00 WIB).


Untuk menyelesaikan permasalahan atau kendala-kendala yang terjadi

pada saat pelaksanaan PRONA, maka peneliti melakukan wawancara dengan

Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, berikut petikan wawancaranya :

“kendalanya apa dulu kalau serperti yang saya utarkan adanya overlap,
dari pihak BPN harus mencari tahu siapakah pemilik tanah yang benar,
kalau tanah tersebut sudah atas nama PT, kita pending dulu sertipikat
tidak dilanjutkan sementara, kalau permasalahannya tidak mau
membayar BPHTB mau tidak mau kita tukar pemohon yang mau dan
bersedia dan calon pemohon baru itu harus ngumpulin data yuridis
kembali, pokoknya kalau ada permasalahan sertipikat sudah jadi tapi
terjadi hal-hal seperti itu sertipikatnya tidak diserahkan” (wawancara
dengan Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku Koordinator
Pelaksana Teknis Kegiatan dan Penyuluh/Sosialisasi PRONA dikantor
Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari kamis tanggal 26 Mei 2016
pukul 12.00 WIB)

Peneliti juga melakukan wawancaran dengan Bapak Wakima berikut

kutipan wawancara :

“biasanya kalau ada kendala kaya operlap pekerjaannya di tunda dulu,


nanti kalau uda jelas pemiliknya yang benar yang mana baru dilajut,
kalau belum bayar BPHTB sertipikat yang sudah jadi tidak diserahkan,
karena mutlak harus melampirkan BPHTB” (wawancara dengan Bapak
Wakima (I.1.2.2) selaku pengumpul dan pengelola data yuridis di Kantor
Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari Jum’at tanggal 27 Juni 2016
pukul 12.30 WIB).

Kemudian peneliti juga melakukan wawancaran dengan Bapak Teteng

Iriandi berikut kutipan wawancara :

“kalau overlap biasanya tidak diteruskan, kalau lamanya pengumpulan


data kekeurangan saya samperin ke desa, kalau belum bayar BHTTB
sertipikatnya tidak diserahkan, kesepakatan kami dalam rapat juga
seperti itu” (wawancara dengan Bapak Teteng Iriandi (I.1.3) selaku
Pemeriksa Tanah (Paniti A) di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang
pada hari Jum’at tanggal 27 Mei 2016 pukul 10.00 WIB)..
Peneliti juga melakukan wawancaran dengan Bapak Madyani. P berikut

kutipan wawancara :

“kalau kendalanya tidak lengkapnya pada pemberkasan, selalu


dikordinasikan kepada pemohon atau kekordinator pengumpul data di
desa, nah kalau kelamaan gak diserahkan biasanya kami akan
mengganti pemohon soalnya masih banyak yang mau ikut PRONA ini”
(wawancara dengan Bapak Madyani. P (I.2.1) selaku Kepala Desa Munjul
di kediaman beliau pada sabtu tanggal 16 Juli 2016 pukul 12.00 WIB).

Dari kutipan wawancara dari beberapa narasumber diatas dapat peneliti

simpulkan bahwa petugas pelaksana PRONA memberikan tanggapan atas

kendala-kendala yang sering terjadi dalam pelaksanaan PRONA, namun petugas

pelaksana prona dan perangkat desa hanya menanggapi tidak ada kejelas atas

tanah tentang yang overlap kapan harus diselesaikan dan kapan harus

diindentifikasikan permasalahannya.

Tabel 4.5

Indikator Responsivitas
Indikator Temuan Lapangan
Responsivitas - Pelaksana PRONA hanya menanggapi
tidak ada kejelas atas tentang tanah
yang overlap kapan harus diselesaikan
dan kapan harus diindentifikasikan
permasalahannya.
(Sumber : Peneliti 2016)

3. Indikator Responsibilitas

Responsibilitas merupakan kemampuan organisasi untuk mengatur

sejauhmana pemberian layanan telah berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang

diberlakukan atau prosedur yang telah di atur. Responsibilitas mengukur tingkat


pastisipasi pemberi layanan melaksanakan tugasnya. Responsibilitas adalah

ukuran yang menunjukkan sejauh mana proses pemberian pelayanan publik

dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan

organisasi yang benar telah ditetapkan.

Untuk mengetahui apakah petugas pelaksana PRONA mampu

mendungkung berjalannya PRONA, dapat dilihat dari wawancara peneliti dengan

Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, berikut petikan wawancaranya :

“saya rasa sudah ya, kalau belum tidak mungkin PRONA dikerjakan,
adanya kendala itu kan hanya bagian kecil dari pekerjaan saja, tidak
menunda pekerjaan yang besarnya” (wawancara dengan Bapak Wismar
Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku Koordinator Pelaksana Teknis Kegiatan
dan Penyuluh/Sosialisasi PRONA dikantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang pada hari kamis tanggal 26 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).

Kemudian peneliti juga melakukan wawancaran dengan Bapak Mad

Hasan, S.I.P berikut kutipan wawancara :

“sudah kok mba, karena setiap petugas mengerjakan bagiannya masing-


masing” (wawancara dengan Bapak Mad Hassan, S.IP (I.2.2) selaku Staf
Kelurahan Sukabakti pada sabtu tanggal 23 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).

Hal yang serupa namun sedikit berbeda diungkapkan oleh Bapak Bror,
berikut petikan wawancaranya :

“Saya rasa sudah mba, meraka juga komperatif banget buat bareng-
bareng ngumpulin data” (wawancara dengan Bapak Bror (I.2.3) selaku
RT Sukabakti di Kantor Pertanahan saat mengantar salah satu pemohon
untuk mengambil sertipikat pada hari senin tanggal 25 Juli 2016 pukul
11.30 WIB).

Untuk mengetahui apakah pelaksaan PRONA dapat mengganggu

pelasanaan pekerjaan yang lain, dapat dilihat dari wawancara peneliti dengan

Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, berikut petikan wawancaranya :


“selama ini berjalan dengan baik antara tugas pokok dengan program-
program yang dijalankan kantor” (wawancara dengan Bapak Wismar
Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku Koordinator Pelaksana Teknis Kegiatan
dan Penyuluh/Sosialisasi PRONA dikantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang pada hari kamis tanggal 26 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).

Kemudian peneliti juga melakukan wawancaran dengan Bapak Mustar berikut

kutipan wawancara :

“tumpang tidih pekerjaan sudah jelas, saya harus menjalankan tugas


utama saya, apalagi ditambah dengan program yang lain seperti
pembebasan tanah runway 3 di bandara” (wawancara dengan Bapak
Mustar (I.1.2.1) selaku pengumpul dan pengelola data yuridis di Kantor
Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari Jum’at tanggal 27 Juni 2016
pukul 12.00 WIB).

Hal serupa dikatakan Bapak Teteng Iriandi, berikut kutipan


wawancaranya :

“jelas tumpang tidih, cuma dibawa enjoy aja, walau pusing kadang tapi
namanya kerjaan ya harus dijalanin” (wawancara dengan Bapak Teteng
Iriandi (I.1.3) selaku Pemeriksa Tanah (Paniti A) di Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang pada hari Jum’at tanggal 27 Mei 2016 pukul
10.00 WIB).

Masyarakat atau peserta PRONA berpendapat bahwa petugas PRONA

sudah cukup baik dalam menyelesaikan tugas, walau masih ada sertipikat mereka

yang belum diserahkan atau diselesaikan. Dari kutipan wawancara dari beberapa

narasumber diatas dapat peneliti simpulkan bahwa kemampuan atas apa yang

dikerjakan petugas pelaksana PRONA sudah baik, namun terdapat volume

pekerjaan yang banyaklah sehingga dalam pekerjaan ini yang membuat para

petugas PRONA kurang fokus untuk mengerjakan PRONA sehingga pastinya

membutuhkan bantuan dari pihak Desa atau kelurahan.


Tabel 4.6
Indikator Responsivitas
Indikator Temuan Lapangan
Responsibilitas - Kemampuan atas apa yang dikerjakan
petugas pelaksana PRONA sudah baik,
namun terdapat voleme pekerjaan yang
banyaklah sehingga dalam pekerjaan ini
yang membuat para petugas PRONA
kurang fokus untuk mengerjakan
PRONA sehingga pastinya
membutuhkan bantuan dari pihak Desa
atau kelurahan.
(Sumber : Peneliti 2016)

5. Inidkator Akutanbilitas

Akuntabilitas merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban atas segala

bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pemegang amanah terhadap orang

atau badan yang meminta pertanggungjawaban tersebut. Konsep akutabilitas

dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi

publik kehendak masyarakat banyak.

Untuk mengetahui bagaimana petugas pelaksana PRONA

mempertanggung jawabkan kinerja, dapat dilihat dari wawancara peneliti dengan

Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, berikut petikan wawancaranya :

“secara organisasi pertangungjawaban berupa laporan kegiatan dalam


pelaksanaan PRONA, laporan yang dibuat dari target yang ditetapkan apakah
sudah teralisasi atau sudah tercapai”(wawancara dengan Bapak Wismar
Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku Koordinator Pelaksana Teknis Kegiatan dan
Penyuluh/Sosialisasi PRONA dikantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari
kamis tanggal 26 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).

Kemudian peneliti juga memewawancarai Bapak Mustar, berikut

kutipan wawancaranya :
“dikerjakan supaya selesai tepat waktu dan target sudah dicapai dan
dilaporkan 100% untuk pensertipikatannya, kalau yang diserahkan
belum 100% diserahkan kepada peserta prona atau pemohon”
(wawancara dengan Bapak Mustar (I.1.2.1) selaku pengumpul dan
pengelola data yuridis di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada
hari Jum’at tanggal 27 Juni 2016 pukul 12.00 WIB).

Kemudian peneliti juga memewawancarai Bapak Teteng Iriandi, berikut

kutipan wawancaranya :

“biasanya yang dilaporkan pencapian taget penyelesain sertipikat, tapi


untuk penyerahan tidak jadi bisa dikatakan sesuai target” (wawancara
dengan Bapak Teteng Iriandi (I.1.3) selaku Pemeriksa Tanah (Paniti A) di
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari Jum’at tanggal 27
Mei 2016 pukul 10.00 WIB).

Untuk melihat apakah hasil dari PRONA ini dapat menjamin kepastian

hukum, berikut hasil wawancaranya peneliti dengan beberapa Narasumber :

“sudah pasti akan menjamin kepastian hukum, karena kan sertipikat


yang sudah jadi itu adalah tanda bukti bagi seseorang atas suatu
bidang tanah yang dikuasai atau dimiliki” (wawancara dengan Bapak
Wismar Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku Koordinator Pelaksana Teknis
Kegiatan dan Penyuluh/Sosialisasi PRONA dikantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang pada hari kamis tanggal 26 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).

“iya donk, kan kegiatan prona hasil akhirnya penerbitan sertipikat, nah
sertipikat itu bukti kalau tanah tersebut legal dimiliki yang mohon
diprona” (wawancara dengan Bapak Mustar (I.1.2.1) selaku pengumpul dan
pengelola data yuridis di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada
hari Jum’at tanggal 27 Juni 2016 pukul 12.00 WIB).

“iya jelas mejamin kepastian hukum, karena dari kegiatan prona kan
menghasilkan sertipikat, sertipikat itu kan surat tanda bukti yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat” (wawancara dengan Bapak
Mad Hassan, S.IP (I.2.2) selaku Staf Kelurahan Sukabakti pada sabtu
tanggal 23 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).
“kalau menurut saya, sertipikat ini sudah menjadi kepastian hukum, jadi
kalau ada yang ngaku-ngaku saya tinggal tunjukin aja sertipikatnya”
wawancara dengan Bapak Anton Hadi Prasetyo (I.3.1) selaku peserta
PRONA di kediaman beliau di Kelurahan Sukabakti Kecamatan Curug
pada hari sabtu tanggal 28 Mei 2016 pukul 10.00 WIB).

“sudah menjamin kepastian hukum, karena sertipikat kata orang-orang


alat bukti yang sah diatas oper alih garapan yang saya punya”
(wawancara dengan Bapak Dondi Suryandhono (I.3.3) selaku peserta
PRONA di kediaaman beliau hari minggu tanggal minggu tanggal
29 Mei 2016 pukul 10.00 WIB).

Dapat peneliti simpulkan bahwa pertangungjawaban para petugas Prona

dapat dilihat dari penyelesaian sertipikat saja agar memenuhi target yang

ditetapkan BPN pusat dan kanwil, namun tidak disertai laporan penyerahannya,

sehingga banyaknya sertipikat yang sudah terbit namun belum bisa diserahkan.

Tabel 4.7
Indikator Akuntabilitas
Indikator Temuan Lapangan
Akutanbilitas - Dalam mempertangungjawabkan pekerjaanya
petugas PRONA yang dilaporkan ketingkat
Pusat dan Kanwil hanya menyelesaikan
sertipikat saja tidak disertai beberapa banyak
yang sudah diserahkan.
- Masyarkat merasa produk yang dihasilkan yaitu
sertipikat sangat membatu mereka dalam
mendapatkan kepastian hukum.
(Sumber : Peneliti 2016)
Tabel 4.8
Pembahasan Penelitian

Indikator Temuan Lapangan


1). Produktivitas - Kurang meratanya Penyuluhan atau
sosialiasi, dikarenakan sosialisasi hanya
dilakukan satu kali pertemuan.
- Target yang belum terealisasikan.
- Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
PRONA kekurangan persyaratan yuridis yang
lambat diserahkan kembali kepetugas
pengelola data dan permasalah tumpang tidih
kepemilikan atau tanah overlap
2). Kualitas Layanan - Belum tepat waktunya penyelesaian karena
tidak ada kesinkronan pengerjaan dan
penyerahan, dilihat dari sisi penyerahan
sertipikat yang belum semua sertipikat
diserahkan kepada masyarakat atau peserta
PRONA.
3). Responsivitas - Pelaksana PRONA hanya menanggapi tidak
ada kejelas atas tentang tanah yang overlap
kapan harus diselesaikan dan kapan harus
diindentifikasikan permasalahannya.
4). Responsibilitas - Kemampuan atas apa yang dikerjakan petugas
pelaksana PRONA sudah baik, namun
terdapat voleme pekerjaan yang banyaklah
sehingga dalam pekerjaan ini yang membuat
para petugas PRONA kurang fokus untuk
mengerjakan PRONA sehingga pastinya
membutuhkan bantuan dari pihak Desa atau
kelurahan.
5). Akutanbilitas - Dalam mempertangungjawabkan pekerjaanya
petugas PRONA yang dilaporkan ketingkat
Pusat dan Kanwil hanya menyelesaikan
sertipikat saja tidak disertai beberapa banyak
yang sudah diserahkan.
- Masyarkat merasa produk yang dihasilkan
yaitu sertipikat sangat membatu mereka
dalam mendapatkan kepastian hukum
(Sumber : Peneliti, 2016)
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah penelitian, maka peneliti melakukan

penyimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Kinerja Pelayanan

Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah

Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) yaitu menunjukan

masih belum optimal, hal ini dapat dilihat setelah melalui proses analisis data

dengan masih banyaknya masalah-masalah yang terjadi, sebagai berikut :

1. Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam

Melaksanakan Sertipikasi Tanah Melalui PRONA dalam indikator

Produktivitas masih belum optimal dalam melakukan proses kegiatan

PRONA, dapat dilihat dari kurang meratanya penyuluhan atau sosialisasi,

yang hanya dilakukan satu kali pertemuan dikarenakan karena dalam

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 4 Tahun 2015, tentang Program Nasional Agraria

(PRONA), tidak menjelaskan standar operasional prosedur untuk

pelaksanaan PRONA, Kemudian Target yang dicapai dalam pelasksanaan

sertipikasi melalui PRONA belum teralisasi karena adanya kendala seperti

kurang meratanya penyuluhan yang mengakibatkan peserta kurang tahu

persyaratan apa saja yang dikumpulkan sehingga lambat diserahkan


kepetugas pengelola data dan terdapat tanah yang bermasalah seperti

tumpang tindih kepemilikan tanah.

2. Pelaksanaan PRONA belum tepat waktu, dilihat dari target awal kemudian

penyelesaian dan penyerahan yang lamban, dikarenakan ketidak

sinkronananya pengerjaan PRONA.

3. Dalam menanggapi hambatan dalam melaksanakan sertipikasi melalui

PRONA petugas pelaksana PRNONA sangat merespon keluhan – keluhan

masyarakat, hanya disayangkan untuk mencari jalan keluarnya dari

permasalahan tentang tanah yang overlap petugas pelaksana PRONA tidak

memberikan kejelasan kapan harus diselesaikan dan kapan harus telusuri

masalahnya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penelitian mengenai

Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam

Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional

Agraria, peneliti mencoba memberikan saran-saran yaitu sebagai berikut :

1. Petugas pelaksanan penyuluhan atau sosialisasi dan petugas pengumpul data

yuridis seharusnya melakukan penyuluhan atau sosialisasi minimal dua kali

pertemuan yang mana setelah penyuluhan pertama dan pertemuan kedua

sudah mulai menvervikasi pemberkasan apakah berkas tersebut sudah siap

untuk didaftar atau memang harus dipending dikarena ada kekurangan berkas

atau masalah lainnya, sehingga pemohon PRONA paham akan maksud, tujuan
dan sasaran dari PRONA, atau memberikan kesepatan waktu untuk perangkat

Desa untuk mensosialisasikan PRONA kepada masyarakatnya.

2. Petugas pelaksana PRONA harus mensinkronkan hasil perkerjaan dengan

waktu penyelesaian, sehingga setelah sertipikat terbit dapat langsung

diserahkan kepada pemohon, jika memang kekurangan berkas menjadi

lamanya penyerahan maka dari awal pengumpul data harus menvervikasi

berkas dengan baik dan pelaksana PRONA harus melaporkan pekerjaannya

hingga pada penyerahan sertipikat bukannya hanya pada penerbitan sertipikat

saja.

3. Petugas Pelaksana PRONA harus lebih teliti, cermat dan akurasi pada saat

pengolaan data sehingga permasalahan tentang kekurangan berkas dan overlap

tidak terjadi, kemudia untuk permasalahan overlap dilakukan proses mediasi

jika pihak penggugat merasa mediasi tidak menyelesaikan masalah maka

pihak penggugat dipersilakan untuk mengajukan gugatan melalui pengadilan,

dan untuk memenuhi kuota jumlah bidang tanah yang akan disertipikatkan

melalui PRONA, tanah yang overlap diganti pesertanya dengan tanah yang

tidak bermasalah, sehingga sertipikasi melalui PRONA tetap merata kepada

masyarakat ekonomi lemah yang lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

A.P Parlindungan .1990. Pendaftaran Tanah di Indonesia. Bandung : CV Mandar


Maju.
Dwiyanto, Agus. 2003. Reformasi Tata Pemerintah dan Otonomi Daerah.
Yogyakarta : Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM.
----------------------. 2006. Mewujudkan Good Governance Melayani Publik.
Yogyakarta : Gadjah Mada University.
----------------------. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara
----------------------. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika
Kurniawan, Agung 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaharuan
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Cetakan Ke-4. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
----------------------. 2005. Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : BPFE
Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP
AMPYKPN.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rodakarya
Pasolong, Harbani. 2011. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi Struktur, Desain & Aplikasi
(terjemahan Indonesia). Jakarta: Arcan
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Sedarmayanti. 2010. Sumber Daya Masnusia dan Produktivitas Kerja. Jakarta:
Mandar
Sinambela, LijanPoltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan, dan
Implementasi. Jakarta: PT. BumiAksara
Sugiyono. 2007.Metode Penelitian pedidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: ALFABETA
Sutarto. 2006. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Syafiie, Inu Kencana, dkk, 1999. Ilmu Administrasi Publik. PT. Rineka Cipta.
Jakarta
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia : Teori Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
Widodo, Joko. 2005. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang:
Bayumedia Publishing.

Sumber Lain
http:bpn.go.id (10.59 AM 15/02/2015)
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, 2014-2016
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 4 Tahun 2015, tentang Program Nasional Agraria (PRONA)
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, tanggal
15 Pebruari 2014 Nomor 52/KEP-36.03/II/2014
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, tanggal
20 Januari 2015 Nomor 67/KEP.36.03/I/2015 (lampiran)
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG
````
NOMOR : 521 / KEP. 36.03 / II / 201436

TENTANG

PERUBAHAN PERTAMA
SURAT KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 21/KEP.36.03/I/2014
TANGGAL 02 JANUARI 2014 TENTANG PENUNJUKAN
PETUGAS DAN SEKRETARIAT PELAKSANA
PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN KEGIATAN
PERCEPATAN PENDAFTARAN TANAH (PRONA)
PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG
TAHUN ANGGARAN 2014

KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG

MENIMBANG : a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi dan agar tidak


terganggunya kelancaran kegiatan dan sistim pelayanan pada
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, berkaitan dengan
penunjukan petugas pelaksana dalam rangka pelaksanaan
Program Pengelolaan Pertanahan Kegiatan Percepatan
Pendaftaran Tanah (PRONA) Tahun Anggaran 2014,
dipandang perlu untuk merubah tugas beberapa nama dan
menunjuk kembali nama-nama petugas tersebut sebagai
pelaksana kegiatan dimaksud ;
b. bahwa penunjukan petugas pelaksana dimaksud, disesuaikan
dengan tugas pokok dan fungsi, keahlian, pengalaman dan /
atau kemampuan yang bersangkutan yang dianggap
memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas ;
c. bahwa penunjukan petugas pelaksana dimaksud, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor ;

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan


Dasar Pokok-Pokok Agraria ;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara ;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara ;
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara ;
5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang
AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Tahun 2013 ;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3696) ;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis
dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional ;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006
tentang Badan Pertanahan Nasional sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
70 Tahun 2012 ;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010
tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ;
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 67/M Tahun
2012 tentang Penetapan Pengangkatan Kepala Badan
Pertanahan Nasional ;
11. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
73/PMK.05/2008 tentang Tata cara Penatausahaan dan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja ;
12. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam
Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara ;
13. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor : 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah ;
14. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan ;
15. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan ;
16. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun
2007 tentang Panitia Pemeriksaan Tanah ;
17. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas Sub
Bagian dan Seksi Pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan Uraian Tugas Urusan dan Sub Seksi pada
Kantor Pertanahan ;
18. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 sebagaimana telah dengan
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan
Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan Pendaftaran Tanah
;
19. Peraturan Direktur Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005
tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban
Aanggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia Nomor PER-41/PB/2012 ;

MEMPERHATIKAN : 1. DIPA Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Tahun


Anggaran 2014 Nomor : DIPA-056.01.2.429853/2014
tanggal 05 Desember 2013.
2. Surat Keputusan Kakanwil BPN Prov. Banten Nomor : 01/KEP-
36.300/I/2014 tanggal 02 Jaunuari 2014.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN


TANGERANG TENTANG PERUBAHAN PERTAMA SURAT
KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN
SERANG NOMOR : 21/KEP.36.03/I/2014 TANGGAL 02 JANUARI
2014 TENTANG PENUNJUKAN PETUGAS DAN SEKRETARIAT
PELAKSANA PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN
KEGIATAN PERCEPATAN PENDAFTARAN TANAH (PRONA)
PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG
TAHUN ANGGARAN 2014
KESATU : Merubah nama-nama dan tugas Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang yang
ditunjuk dalam Lampiran Surat Keputusan Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Tangerang Nomor : 21/KEP.36.03/I/2014
tanggal 02 Januari 2014 menjadi nama-nama dan tugas
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini, sebagai
pelaksana Program Pengelolaan Pertanahan Kegiatan Percepatan
Pendaftaran Tanah (PRONA) pada Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang Tahun 2014 ;
KEDUA : Segala biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan Keputusan ini
dibebankan pada DIPA Petikan Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang Tahun Anggaran 2014 Nomor : 056.01.2.429853/2014
tanggal 05 Desember 2013 ;
KETIGA : Dengan ditetapkannya keputusan ini, maka Lampiran Surat
Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang
Nomor : 21/KEP.36.03/I/2014 tanggal 02 Januari 2014, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku ;
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan / kesalahan
dalam penetapannya, akan ditinjau kembali sebagaimana
mestinya.

DITETAPKAN DI : TANGERANG

PADA TANGGAL : 15 Februari 2014

KEPALA KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN TANGERANG

SUDARYANTO, SH, MM

NIP.19660811 198603 1 001

TEMBUSAN : Keputusan ini disampaikan kepada yth :


1. Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, di Jakarta.
2. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Banten, di Serang.
3. Pelaksana Kegiatan yang bersangkutan, untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana
mestinya ;
4. Arsip ;
LAMPIRAN I : SURAT KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN TANGERANG

TANGGAL : 15 Februari 2014

NOMOR : 52 / KEP. 36.03 / II / 20143

TENTANG : PENUNJUKAN PETUGAS DAN SEKRETARIAT


PELAKSANA DALAM RANGKA PELAKSANAAN
PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN
KEGIATAN PERCEPATAN PENDAFTARAN TANAH
(PRONA) PADA KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

NO KEGIATAN NAMA / NIP / JABATAN JABATAN/TUGAS


PANGKAT / GOL STRUKTURAL DLM KEGIATAN
1 2 3 4 5
I Pelaksanaan Kegiatan / 1. AGUS Kepala Seksi Penanggung Ja-
Sekretariat NURINSANO, SH Penga-turan dan wab Kegiatan
NIP. 19610420 Penataan
198203 1 005 Pertanaan
Penata Tk.I (III/d)
2. WISMAR Kepala Sub Seksi Koord. Pelaksana
SAWIRUDIN,BA, SH Land-reform dan Teknis Kegiatan
NIP. 19590921 Konsolidasi Tanah
197903 1 001
Penata Tk.I (III/d)
3. HERI PURWANTO, Kepala Sub Seksi Sekretaris
S.Sos Pena-tagunaan
NIP. 19660422 Tanah dan
198603 1 002 Kawasan Tertentu
Penata Tk.I (III/d)
II Penyuluhan/Sosialisasi 1. VICTOR Kepala Seksi Koord.
SIMANJUNTAK,SH.MH Sengketa, Konflik Penyuluhan/
NIP. 19610109 dan Perkara Penyuluh Desa Su-
1991023 1 002 kabakti, Kec.
Pembina (IV/a) Curug
2. AGUS Kepala Seksi Penyuluh
NURINSANO, SH Penga-turan dan Desa Sukabakti,
NIP. 19610420 Penataan Kec. Curug
198203 1 005 Pertanaan
Penata Tk.I (III/d)
3. WISMAR Kepala Sub Seksi Penyuluh
SAWIRUDIN,BA, SH Land-reform dan Desa Sukabakti,
NIP. 19590921 Konsolidasi Tanah Kec. Curug
197903 1 001
Penata Tk.I (III/d)
4. MULIAWARMAN, Kepala Sub Seksi Penyuluh
SH Pengendalian Desa Sukabakti,
NIP. 19670202 Perta-nahan Kec. Curug
199303 1 005
Penata (III/c)
5. JOKO SUSANTO, Kepala Seksi Hak Penyuluh
A.Ptnh, M.Si Tanah dan Desa Munjul,
NIP. 19660918 Pendaftaran Kec. Solear
198903 1 002 Tanah
Penata Tk.I (III/d)
6. M A R W AN, SH Kepala Sub Seksi Penyuluh
NIP. 19620425 Pem-berdayaan Desa Munjul,
198503 1 009 Masyarakat Kec. Solear
Penata Tk.I (III/d)
7. HERRY TRI Kepala Sub Seksi Penyuluh
CAYONO, SH Penetapan Hak Desa Munjul,
NIP. 19601221 Tanah Kec. Solear
198903 1 002
Penata (III/C)
8. ENANG Kepala Seksi Penyuluh
SETIAWAN, SH Pengen-dalian dan Desa Bojong Kamal
NIP. 19670401 Pemberda-yaan Kec. Legok
199103 1 004
Penata Tk.I (III/d)
NO KEGIATAN NAMA / NIP / JABATAN JABATAN/TUGAS
PANGKAT / GOL STRUKTURAL DLM KEGIATAN
9. HERI PURWANTO, Kepala Sub Seksi Penyuluh
S.Sos Penatagunaan Desa Bojong Kamal
NIP. 19660422 Tana dan Kec. Legok
198603 1 002 Kawasan Tertentu
Penata Tk.I (III/d)
10. ABDUL GANI, Kepala Sub Seksi Penyuluh
A.Ptnh Tematik dan Desa Bojong Kamal
NIP. 19680627 Potensi Tanah Kec. Legok
199103 1 003
Penata Tk.I (III/d)
11. Kepala Seksi Penyuluh
FERNALDY.M.AMIN, Survei, Desa Dangdeur
SH, M.Si Pengukuran dan Kec. Jayanti
NIP. 19660611 Pe-metaan
199503 1 001
Penata Tk.I (III/d)
12. KADI MULYONO, Kepala Sub Seksi Penyuluh
A.Ptnh, MM Seng-keta an Desa Dangdeur
NIP. 197108212 Konflik Perta- Kec. Jayanti
199103 1 002 nahan
Penata Tk.I (III/d)
13. ILMAN JUJUN Kepala Sub Seksi Penyuluh
PERMANA,S.Sit Pengukuran dan Desa Dangdeur
NIP. 19730727 Pemetaan Kec. Jayanti
199303 1 001
Penata Tk.I (III/d)
III Pegumpulan Data Yuridis 1. ARINDRA Pelaksana pada Puldadis TMA
NAINGGOLAN, B.Sc Seksi Hak Tanah Desa Munjul
NIP. 19621124 & Pendaf-taran (281 bidang)
198503 1 003 Tanah
Penata (III/c)
2. H.BAZZAR Pelaksana pada Puldadis TMA
AMIEN,SH Seksi Sengketa, Desa Munjul
NIP. 19600113 Konflik dan (281 bidang)
198409 1 001 Perkara
Penata Tk.I (III/d)
3. Rd ORBANUS Pelaksana pada Puldadis TMA
NOSAFIANTO,SH Seksi Hak Tanah Desa Munjul
NIP. 19661101 & Pendaf-taran (281 bidang)
1986702 1 002 Tanah
Penata (III/c)
4. W A K I M A Pelaksana pada Puldadis T.Negara
NIP. 19610706 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
199003 1 008 & Pendaf-taran (240 bidang)
Penata (III/c) Tanah
5. M U S T A R Pelaksana pada Puldadis T.Negara
NIP. 19610722 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
198503 1 004 & Pendaf-taran (240 bidang)
Penata (III/c) Tanah
6. S U K A T M A N Pelaksana pada Puldadis T.Negara
NIP. 19600626 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
198603 1 006 & Pendaf-taran (239 bidang)
Penata (III/c) Tanah
7. H.SUDRAJAT, SH Pelaksana pada Puldadis TMA
NIP. 19601004 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
198103 1 002 & Pendaf-taran (237 bidang)
Penata (III/c) Tanah
8. JOHAN, SH Pelaksana pada Puldadis TMA
NIP. 19661212 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
199003 1 0026 & Pendaf-taran (237 bidang)
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
9. S U L A R T O Pelaksana pada Puldadis TMA
NIP. 19580905 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
198702 1 001 & Pendaf-taran (237 bidang)
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
10. S A R T O N O Pelaksana pada Puldadis TMA
NIP. 19660423 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
199011 1 002 & Pendaf-taran (237 bidang)
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
11. BENYAMIN Pelaksana pada Puldadis TMA
SAPUTRA Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
NIP. 19660531 & Pendaf-taran (236 bidang)
1986903 1 003 Tanah
Penata Muda Tk.I
(III/b)
12. I S M A I L Pelaksana pada Puldadis TMA
NIP. 19600818 Seksi Hak Tanah Desa Bojong Kamal
198903 1 007 & Pendaf-taran (250 bidang)
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
13. FIRMANSYAH Pelaksana pada Puldadis TMA
NIP. 19601211 Seksi Hak Tanah Desa Bojong Kamal
198503 1 0097 & Pendaf-taran (250 bidang)
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
14. ASEP ERWIN,SH Pelaksana pada Puldadis TMA
NIP. 19740825 Seksi Hak Tanah Desa Dangdeur
199403 1 002 & Pendaf-taran (277 bidang)
Penata Muda Tanah
(III/a)
15. P A I N O Pelaksana pada Puldadis TMA
NIP. 19640713 Seksi Hak Tanah Desa Dangdeur
198503 1 004 & Pendaf-taran (277 bidang)
Pengatur (II/c) Tanah
IV Pegolahan Data 1. MULIAWARMAN, Kepala Sub Seksi Pengelolaan Keu-
SH Pengendalian angan dan Ang-
NIP. 19670202 Pertanahan garan
199303 1 005
Penata (III/c)
2. ARINDRA Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NAINGGOLAN, B.Sc Seksi Hak Tanah Desa Munjul
NIP. 19621124 & Pendaf-taran (281 bidang)
198503 1 003 Tanah
Penata (III/c)
3. H.BAZZAR Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
AMIEN,SH Seksi Sengketa, Desa Munjul
NIP. 19600113 Konflik dan (280 bidang)
198409 1 001 Perkara
Penata Tk.I (III/d)
4. Rd ORBANUS Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NOSAFIANTO,SH Seksi Hak Tanah Desa Munjul
NIP. 19661101 & Pendaf-taran (280 bidang)
1986702 1 002 Tanah
Penata (III/c)
IV Pendampingan/Monitoring 5. W A K I M A Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19610706 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
199003 1 008 & Pendaf-taran (240 bidang)
Penata (III/c) Tanah
6. M U S T A R Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19610722 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
198503 1 004 & Pendaf-taran (240 bidang)
Penata (III/c) Tanah
7. S U K A T M A N Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19600626 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
198603 1 006 & Pendaf-taran (239 bidang)
Penata (III/c) Tanah
8. H.SUDRAJAT, SH Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19601004 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
198103 1 002 & Pendaf-taran (237 bidang)
Penata (III/c) Tanah
9. JOHAN, SH Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19661212 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
199003 1 0026 & Pendaf-taran (237 bidang)
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
10. S U L A R T O Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19580905 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
198702 1 001 & Pendaf-taran (237 bidang)
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
11. S A R T O N O Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19660423 Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
199011 1 002 & Pendaf-taran (237 bidang)
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
12. BENYAMIN Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
SAPUTRA Seksi Hak Tanah Desa Sukabakti
NIP. 19660531 & Pendaf-taran (236 bidang)
1986903 1 003 Tanah
Penata Muda Tk.I
(III/b)
13. I S M A I L Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19600818 Seksi Hak Tanah Desa Bojong Kamal
198903 1 007 & Pendaf-taran (250 bidang)
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
14. FIRMANSYAH Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19601211 Seksi Hak Tanah Desa Bojong Kamal
198503 1 0097 & Pendaf-taran (250 bidang)
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
15. ASEP ERWIN,SH Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19740825 Seksi Hak Tanah Desa Dangdeur
199403 1 002 & Pendaf-taran (277 bidang)
Penata Muda Tanah
(III/a)
16. P A I N O Pelaksana pada Pengl. Data Yuridis
NIP. 19640713 Seksi Hak Tanah Desa Dangdeur
198503 1 004 & Pendaf-taran (277 bidang)
Pengatur (II/c) Tanah
17. H.SAMSUDIN, SH Pelaksana pada Pengl. Administrasi
NIP. 19580206 Seksi Hak Tanah Data Yuridis
198303 1 004 & Pendaf-taran
Penata Muda Tk. I Tanah
(III/b)
18. H.DONY Pelaksana pada Pengl. Administrasi
PERMANA Seksi Pengaturan Data Yuridis
NIP. 19620212 dan Penata-an
198603 1 005 Pertanahan
Penata Muda Tk. I
(III/b)
19. LIBERSON Pelaksana pada Pengl. Administrasi
ARITONANG Seksi Pengaturan Data Yuridis
NIP. 19610122 dan Penata-an
196603 1 004 Pertanahan
Penata Muda Tk. I
(III/b)
20. S A W I Y A Pelaksana pada Pengl. Administrasi
NIP. 19610709 Seksi Hak Tanah Data Yuridis
198703 1 004 & Pendaf-taran
Pengatur Muda Tanah
(III/a)
V Pemeriksaan Tanah A 1. MULIAWARMAN, Kepala Sub Seksi Wk.Ket Tim-I Pan A
A. Pemeriksaan Tanah / SH Pengendalian Pengk.Hak
Penelitian Lapang NIP. 19670202 Perta-nahan Desa Sukabakti
199303 1 005
Penata (III/c)
2. JAJUK Pelaksana pada Ang.Tim-I Pan A
KUSTIAWAN, SH Seksi Pengk.Hak
NIP. 19630121 Survei,Pengukuran Desa Sukabakti
198903 1 005 dan Pemetaan
Penata (III/c)
3. KEPALA Kepala Desa/Kel Ang.Tim-I Pan A
DESA/KELURAHAN Letak Tanah Pengk.Hak
Desa Sukabakti
4. HERRY TRI Kepala Sub Seksi Wk.Ket Tim-II Pan A
CAHYONO, SH Penetapan Hak Pemb. Hak
NIP. 19601221 Tanah Desa Sukabakti,
198903 1 002 UKM & Petani
Penata (III/c)
5. H. HERMAN Pelaksana pada Ang.Tim-II Pan A
SUSANTO, SH Seksi Pemb. Hak
NIP. 19600919 Survei,Pengukuran Desa Sukabakti,
198603 1 005 dan Pemetaan UKM & Petani
Penata (III/c)
6. KEPALA Kepala Desa/Kel Ang.Tim-II Pan A
DESA/KELURAHAN Letak Tanah Pemb. Hak
Desa Sukabakti,
UKM & Petani
7. ABDUL GANI, Kepala Sub Seksi W.Ket Tim-III Pan A
A.Ptnh Tematik dan Pengk.Hak
NIP. 19680627 Potensi Tanah Desa Munjul
199103 1 003
Penata Tk.I (III/d)
8. JAZULI HASAN, Pelaksana pada Ang.Tim-III Pan A
SH Seksi Pengk.Hak
NIP. 19610604 Survei,Pengukuran Desa Munjul
198503 1 009 dan Pemetaan
Penata (III/c)
9. KEPALA Kepala Desa/Kel Ang.Tim-III Pan A
DESA/KELURAHAN Letak Tanah Pengk.Hak
Desa Munjul
10. ILMAN JUJUN Kepala Sub Seksi W.Ket Tim-IV Pan A
PERMANA,S.Sit Pengukuran dan Pengk. Hak Desa
NIP. 19730727 Pemetaan B Kamal-Dangdeur
199303 1 001
Penata Tk.I (III/d)
11. DADANG Pelaksana pada Ang.Tim-IV Pan A
SURYAWAN, SH Seksi Pengk. Hak Desa
NIP. 19600602 Survei,Pengukuran B Kamal-Dangdeur
198203 1 003 dan Pemetaan
Penata Tk.I (III/d)
12. KEPALA Kepala Desa/Kel Ang.Tim-IV Pan A
DESA/KELURAHAN Letak Tanah Pengk. Hak Desa
B Kamal-Dangdeur
B. Sidang Panitia 1. WISMAR Kepala Sub Seksi Ketua Tim-I Pan A
Pemerik-saan Tanah SAWIRUDIN,BA, SH Land-reform dan Pengk.Hak
“A” NIP. 19590921 Konsolidasi Tanah Desa Sukabakti
197903 1 001
Penata Tk.I (III/d)
2. MULIAWARMAN, Kepala Sub Seksi Wk.Ket Tim-I Pan A
SH Pengendalian Pengk.Hak
NIP. 19670202 Perta-nahan Desa Sukabakti
199303 1 005
Penata (III/c)
3. JAJUK Pelaksana pada Ang.Tim-I Pan A
KUSTIAWAN, SH Seksi Pengk.Hak
NIP. 19630121 Survei,Pengukuran Desa Sukabakti
198903 1 005 dan Pemetaan
Penata (III/c)
4. KEPALA Kepala Desa/Kel Ang.Tim-I Pan A
DESA/KELURAHAN Letak Tanah Pengk.Hak
Desa Sukabakti
5. TETENG IRIANDI Pelaksana pada Sek.Tim-I Pan A
NIP. 19630121 Seksi Pengk.Hak
198903 1 005 Pengendalian dan Desa Sukabakti
Penata Muda Tk.I Pemberdayaan
(III/b)
1. Pengumpulan Data 6. MARWAN, SH Kepala Sub Seksi Ketua Tim-II Pan A
Yuridis NIP. 19620425 Pemberdayaan Pemb. Hak
198503 1 009 Masyarakat Desa Sukabakti,
Penata Tk.I (III/d) UKM & Petani
1. Pengumpulan Data 7. HERRY TRI Kepala Sub Seksi Wk.Ket Tim-II Pan A
Yuridis CAHYONO, SH Penetapan Hak Pemb. Hak
NIP. 19601221 Tanah Desa Sukabakti,
198903 1 002 UKM & Petani
Penata (III/c)
1. Pengumpulan Data 8. H. HERMAN Pelaksana pada Ang.Tim-II Pan A
Yuridis SUSANTO, SH Seksi Pemb. Hak
NIP. 19600919 Survei,Pengukuran Desa Sukabakti,
198603 1 005 dan Pemetaan UKM & Petani
Penata (III/c)
9. KEPALA Kepala Desa/Kel Ang.Tim-II Pan A
DESA/KELURAHAN Letak Tanah Pemb. Hak
Desa Sukabakti,
UKM & Petani
1. Pengumpulan Data 10. DADANG Pelaksana pada Sek.Tim-II Pan A
Yuridis ZAENUDDIN Seksi Hak Tanah Pemb. Hak
NIP. 19600903 dan Pendaf taran Desa Sukabakti,
199703 1 001 Tanah UKM & Petani
Penata Muda (III/a)
11. HERI PURWANTO, Kepala Sub Seksi Ketua Tim-III Pan A
S.Sos Penatagunaan Pengk.Hak
NIP. 19660422 Tanah dan Desa Munjul
198603 1 002 Kawasan Tertentu
Penata Tk.I (III/d)
12. ABDUL GANI, Kepala Sub Seksi W.Ket Tim-III Pan A
A.Ptnh Tematik dan Pengk.Hak
NIP. 19680627 Potensi Tanah Desa Munjul
199103 1 003
Penata Tk.I (III/d)
13. JAZULI HASAN, Pelaksana pada Ang.Tim-III Pan A
SH Seksi Pengk.Hak
NIP. 19610604 Survei,Pengukuran Desa Munjul
198503 1 009 dan Pemetaan
Penata (III/c)
14. KEPALA Kepala Desa/Kel Ang.Tim-III Pan A
DESA/KELURAHAN Letak Tanah Pengk.Hak
Desa Munjul
15. SAPTONO, SH Pelaksana pada Sek.Tim-III Pan A
NIP. 19611023 Seksi Hak Tanah Pengk.Hak
198503 1 004 dan Pendaf Tanah Desa Munjul
Penata Tk.I (III/d)
16. KADI MULYONO, Kepala Sub Seksi Ket Tim-IV Pan A
A.Ptnh, MM Seng-keta an Pengk. Hak Desa
NIP. 197108212 Konflik Perta- B Kamal-Dangdeur
199103 1 002 nahan
Penata Tk.I (III/d)
17. ILMAN JUJUN Kepala Sub Seksi W.Ket Tim-IV Pan A
PERMANA,S.Sit Pengukuran dan Pengk. Hak Desa
NIP. 19730727 Pemetaan B Kamal-Dangdeur
199303 1 001
Penata Tk.I (III/d)
18. DADANG Pelaksana pada Ang.Tim-IV Pan A
SURYAWAN, SH Seksi Pengk. Hak Desa
NIP. 19600602 Survei,Pengukuran B Kamal-Dangdeur
198203 1 003 dan Pemetaan
Penata Tk.I (III/d)
19. KEPALA Kepala Desa/Kel Ang.Tim-IV Pan A
DESA/KELURAHAN Letak Tanah Pengk. Hak Desa
B Kamal-Dangdeur
20. H. BENNY ANIS Pelaksana pada Sek.Tim-IV Pan A
NIP. 19500130 Seksi Hak Tanah Pengk. Hak Desa
198303 1 002 dan Pendaf taran B Kamal-Dangdeur
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
VI Penerbitan SK Hak/Berita 1. SUDARYANTO, Kepala Kantor Penandatanganan
Acara Pengesahan Data SH, MM SK,BA Pengsh dan
Fisik dan Yuridis NIP. 19660811 kesimpulan akhir
198603 1 001
Pembina Tk.I (IV/b)
Penerbitan SK Hak/Berita 2. JOKO SUSANTO, Kepala Seksi Hak Penandatanganan
Acara Pengesahan A.Ptnh, M.Si Tanah dan Pengumuman, pa-
NIP. 19660918 Pendaftaran raf SK, BA Pengsh
198903 1 002 Tanah
Penata Tk.I (III/d)
3. AGUS Kepala Seksi Mengoreksi Pengu-
NURINSANO, SH Penga-turan dan muman dan SK.
NIP. 19610420 Penataan Hak/BA.Pengsh
198203 1 005 Pertanaan
Penata Tk.I (III/d)
6. HERI PURWANTO, Kepala Sub Seksi Mengoreksi SK.
S.Sos Penatagunaan Pemberian Hak
NIP. 19660422 Tanah dan
198603 1 002 Kawasan Tertentu
Penata Tk.I (III/d)
2. Pengolahan Data Pe - 4. HERRY TRI Kepala Sub Seksi Memeriksa dan pa-
ngumpulan Data CAHYONO, SH Penetapan Hak raf SK.Pemberian
Yuridis NIP. 19601221 Tanah Hak
198903 1 002
Penata (III/c)
5. I NYOMAN Kepala Sub Seksi Memeriksa dan pa-
MARTA, SH,MH Pendaftaran Hak raf Pengumuman,
NIP. 19641231 SK.Hak/BA.Pengsh
198603 1 019
Penata Tk.I (III/d)
7. WENDI SUPARTO, Pelaksana pada Pengl. Administrasi
SH Seksi Hak Tanah SK.Hak /
NIP. 19770314 dan Pendaf Tanah BA.Penge sahan
199603 1 001
Penata Muda Tk.I
(III/b)
8. I S M A I L Pelaksana pada Pengl. Administrasi
NIP. 19600818 Seksi Hak Tanah SK.Hak /
198903 1 007 dan Pendaf Tanah BA.Penge sahan
Penata Muda Tk.I
(III/b)
9. HALIMATUS Pelaksana pada Pengl. Administrasi
SYADIYAH Seksi Hak Tanah SK.Hak /
NIP. 19820225 dan Pendaf Tanah BA.Penge sahan
200212 2 001
Pengatur (III/c)
VII Penerbitan Seripikat 1. SUDARYANTO, Kepala Kantor Penanda tanganan
SH, MM sertipikat dan ke-
NIP. 19660811 simpulan akhir
198603 1 001
Pembina Tk.I (IV/b)
2. Kepala Seksi Mengkoordinir pe-
FERNALDY.M.AMIN, Survei, nyelesaian Surat
SH, M.Si Pengukuran dan Ukur
NIP. 19660611 Pe-metaan
199503 1 001
Penata Tk.I (III/d)
3. JOKO SUSANTO, Kepala Seksi Hak Mengoreksi dan
A.Ptnh, M.Si Tanah dan paraf sertipikat
NIP. 19660918 Pendaftaran
198903 1 002 Tanah
Penata Tk.I (III/d)
4. WISMAR Kepala Sub Seksi Mengkoordinir pe-
SAWIRUDIN,BA, SH Land-reform dan nyelesaian
NIP. 19590921 Konsolidasi Tanah sertipikat
197903 1 001
Penata Tk.I (III/d)
5. ILMAN JUJUN Kepala Sub Seksi Menandatangani
PERMANA,S.Sit Pengukuran dan Surat Ukur
NIP. 19730727 Pemetaan
199303 1 001
Penata Tk.I (III/d)
VI Pengukuran Bidang 6. I NYOMAN Kepala Sub Seksi Memeriksa dan
Tanah MARTA, SH,MH Pendaftaran Hak paraf sertipikat
NIP. 19641231
198603 1 019
Penata Tk.I (III/d)
7. H. SUDARNO, SH. Pelaksana pada Menyiapkan Surat
NIP. 19590815 Seksi Survei, Ukur
198503 1 007 Pengukuran dan
Penata Tk.I (III/d) Pemetaan
8. DARMA PUTRI Pelaksana pada Menyiapkan Surat
MAYANG Seksi Ukur
NIP. 19680629 Survei,Pengukuran
198903 2 001 dan Pemetaan
Penata Muda Tk. I
(III/b)
9. J O H A N, SH Pelaksana pada Menyiapkan
NIP. 19661212 Seksi Hak Tanah sertipikat
199003 1 006 dan Pendaf Tanah
Penata Muda Tk. I
(III/b)
10.S U L A R T O Pelaksana pada Menyiapkan
NIP. 19580905 Seksi Hak Tanah sertipikat
198702 1 001 & Pendaf-taran
Penata Muda Tk.I Tanah
(III/b)
12.HALIMATUS Pelaksana pada Pengl. Administrasi
SYADIYAH Seksi Hak Tanah sertipikat
NIP. 19820225 dan Pendaf Tanah
200212 2 001
Pengatur (III/c)
VIII Supervisi dan pelaporan 1. AGUS Kepala Seksi Penanggung Ja-
NURINSANO, SH Penga-turan dan wab Kegiatan
NIP. 19610420 Penataan
198203 1 005 Pertanaan
Penata Tk.I (III/d)
2. Petugas Pengolahan 2. Drs M HERU Kepala Sub Sekretaris I
Data Pengukuran HERLAMBANG Bagian Tata
NIP. 19670325 Usaha
198903 1 001
Penata Tk.I (III/d)
2. Petugas Pengolahan 2. WISMAR Kepala Sub Seksi Sekretaris II
Data Pengukuran SAWIRUDIN,BA, SH Land-reform dan
NIP. 19590921 Konsolidasi Tanah
197903 1 001
Penata Tk.I (III/d)
3. HERI PURWANTO, Kepala Sub Seksi Anggota
S.Sos Penatagunaan
NIP. 19660422 Tanah dan
198603 1 002 Kawasan Tertentu
Penata Tk.I (III/d)
5. Dra WASITO Kepala Urusan Anggota
ARYATI Umum dan
NIP. 19690502 Kepegawaian
199403 2 003
Penata Tk.I (III/d)
6. ARZINAL,S.Sit. Pelaksana pada Anggota
NIP. 19731210 Seksi Pengaturan
199503 1 002 an Penata-an
Penata Mua Tk.I Pertanahan
(III/b)
7. HARRI PERMANA Pelaksana pada Anggota
ENDRA Seksi Pengaturan
NIP. 19771219 an Penata-an
201101 1 001 Pertanahan
Pengatur Muda
(II/a)
8. NANI CARNANI Pelaksana pada Bendahara
NIP. 19620709 Urusan
198702 2 001 Perencanaan dan
Penata Muda Tk.I Keuangan
(III/b)

KEPALA KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN TANGERANG

SUDARYANTO, SH, MM

NIP.19660811 198603 1 001


KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG
````
NOMOR : 67 / KEP. 36.03 / I / 201536

TENTANG

PERUBAHAN SURAT KEPUTUSAN KEPALA KANTOR


PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG NOMOR
33/KEP.36.03/I/2015 TANGGAL 05 JANUARI 2015 TENTANG
PENUNJUKAN PENANGGUNG JAWAB DAN PETUGAS
PELAKSANA PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN
KEGIATAN SERTIPIKASI TANAH KATEGORI V (PRONA)
PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG
TAHUN ANGGARAN 2015

KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor


Pertanahan Kabupaten Tangerang Nomor
33/KEP.36.03/I/2015 tanggal 5 Januari 2015 tentang
Penunjukan Penanggung Jawab dan Petugas Pelaksana
Program Pengelolaan Pertanahan Kegiatan Sertipikasi Tanah
Kategori V (PRONA) Tahun Anggaran 2015, telah ditetapkan
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang sebagai Penanggung Jawab dan
Petugas Pelaksana kegiatan dimaksud ;
d. bahwa dalam rangka penyesuaian sub kegiatan dan
percepatan pelaksanaan pengukuran atas bidang-bidang
tanah yang menjadi obyek kegiatan tersebut diatas, sesuai
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang Nomor 10/36.03/I/2015 tanggal 02
Januari 2015 dan penunjukan Kepala Seksi Survei,
Pengukuran dan Pemetaan, dipandang perlu untuk melakukan
perubahan pada Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang tersebut huruf a diatas menjadi
sebagaimana ditetapkan pada Diktum KESATU dibawah ini ;
e. bahwa penunjukan dan/atau perubahan sub kegiatan dan
petugas pelaksana dimaksud, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Kantor ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan


Dasar Pokok-Pokok Agraria ;
20. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak ;
21. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara ;
22. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara ;

23. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara ;
24. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2015 ;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah ;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah ;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis
dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional ;
28. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara ;
29. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2013
tentang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia ;
30. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun
2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja ;
31. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P Tahun
2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan
Menteri Kabinet Kerja Priode Tahun 2014-2019 ;
32. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
162PMK.05/2013 tentag Kedudukan dan Tanggung Jawab
Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara ;
33. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah ;
34. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian
dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak
Pengelolaan ;
35. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4
Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan ;
36. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun
2007 tentang Panitia Pemeriksaan Tanah ;
37. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas Sub
Bagian dan Seksi Pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan Uraian Tugas Urusan dan Sub Seksi pada
Kantor Pertanahan ;
38. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan
Pendaftaran Tanah ;
39. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tangerang Tahun 2011 - 2031 ;
40. Keputusan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 534/KEP-2.2/XII/2014 tentang
Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran di Lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Tahun Anggaran 2015 ;
41. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-
3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan,
Pembukuan dan Pertanggungjawaban Bendahara pada
Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara serta Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara ;

Memperhatikan : 1. DIPA Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Tahun


Anggaran 2015 Nomor : DIPA-056.01.2.429853/2015
tanggal 14 November 2014 ;
2. Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Propinsi Banten Nomor 01/KEP-36.10/I/2015 tanggal
02 Januari 2015 dan perubahannya Nomor 19/KEP-36/I/2015
tanggal 20 Januari 2015 tentang Penunjukan Kecamatan pada
Kabupaten/Kota di Propinsi Banten sebagai Lokasi Sertipikasi
Tanah Prona Tahun Aggaran 2015 ;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERUBAHAN SURAT KEPUTUSAN KEPALA KANTOR


PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG NOMOR
33/KEP.36.03/II/2015 TANGGAL 05 JANUARI 2015 TENTANG
PENUNJUKAN PENANGGUNG JAWAB DAN PETUGAS
PELAKSANA PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN
KEGIATAN SERTIPIKASI TANAH KATEGORI V (PRONA) PADA
KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN
2015.
KESATU : Merubah sub kegiatan dan nama-nama Pegawai Negeri Sipil yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang Nomor 32/KEP.36.03/I/2015 tanggal 5
Januari 2015 serta menetapkan sub kegiatan dan nama-nama
Pegawai Negeri Sipil / Surveyor di Lingkungan Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang sebagai penanggung jawab dan petugas
pelaksana Program Pengelolaan Pertanahan Kegiatan Sertipikasi
Tanah Kategori V (Prona) Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang Tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
dan II Keputusan ini ;
KEDUA : Petugas Pelaksana dimaksud terdiri dari Penanggung Jawab
Kegiatan, Koordinator Pelaksana Teknis Kegiatan, Sekretaris,
Petugas Penyuluh/Sosialisasi, Petugas Pengumpul Data, Petugas
Pengukuran Bidang Tanah dan Petugas Pemeriksaan Tanah,
dengan masing-masing tugas sebagai berikut :
1. Penananggung Jawab Kegiatan :
a. Penanggung Jawab, mempunyai tugas :
- Memberikan bimbingan dan arahan kepada pelaksana
kegiatan sebelum dimulainya pelaksanaan kegiatan ;
- Melakukan observasi terhadap lokasi, tingkat partisipasi
masyarakat serta perangkat Desa/Kelurahan yang
wilayahnya akan dijadikan obyek PRONA;
- Mengawasi terlaksananya kegiatan serta tahapan
pencairan anggaran dan pertanggung jawabannya
sesuai tahapan kegiatan yang telah direncanakan ;
- Membantu memecahkan masalah dan mencarikan
solusi penyelesaian serta mengkonsultasikan hambatan
dan masalah yang bersifat startegis, apabila ditemui
kendala/hambatan dalam pelaksanaan kegiatan ;
- Melakukan evaluasi terhadap kinerja pelaksana teknis
kegiatan, pengolah data dan satuan tugas, agar
kegiatan dapat dilaksanakan sesuai ketentuan dan tepat
waktu;
b. Koordinator Pelaksana Teknis Kegiatan, mempunyai tugas
:
a. Menyusun rencana lokasi dan target kegiatan serta
mengusulkannya kepada Kepala Kantor Wilayah BPN
Provinsi melalui Penanggung Jawab kegiatan ;
b. Mengkoordinir Petugas Pelaksana, memberikan arahan
dan pembinaan serta bertanggung jawab terhadap
penyelesaian pekerjaan ;
c. Melakukan koordinasi antar Seksi dan Sub Seksi terkait
serta Panitia Pemeriksaan tanah “A” ;
d. Melaporkan progress dan perkembangan kegiatan
kepada Penanggung Jawab Kegiatan dan Kepala
Kantor ;
e. Menyusun laporan secara periodik sesuai ketentuan ke
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi
Banten ;
c. Sekretaris, mempunyai tugas :
f. Mengkoordinir kegiatan kesekretariatan dan
menyiapkan bahan pendukung dan alat tulis kantor ;
g. Menyusun Jadwal waktu pelaksanaan kegiatan;
h. Membantu Koordinator dalam memonitor pengerjaan
pengolahan data ;
i. Melaporkan progres dan perkembangan pekerjaan
kepada Koordinator Pelaksana ;
2. Pelaksana Kegiatan :
a. Petugas Penyuluh/Sosialisasi, mempunyai tugas :
a. Menyusun rencana dan menyiapkan meteri penyuluhan
;
b. Membangun kesepahaman dan kesiapan aparat
Desa/Kelurahan dalam menunjang terlaksananya
kegiatan PRONA, sebagaimana ditentukan dalam
ketentuan yang berlaku ;
c. Menyampaikan dan menjelaskan tahapan-tahapan
pelaksanaan kegiatan, data-data/kelengkapan yang
diperlukan untuk kelengkapan permohonan sertipikat ;
d. Memfasilitasi kedatangan petugas yuridis dalam
melakukan tahapan-tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan, dengan pihak Pemerintah Desa/
Kelurahan;
b. Pengumpul Data, mempunyai tugas :
a. Manyusun rencana kerja pengumpulan data yuridis ;
b. Meneliti dan menyiapkan kelengkapan data yuridis
dan teknis serta melakukan pengumpulan data Yuridis
di Lapangan ;
c. Melakukan koordinasi dengan Perangkat Kantor Desa
untuk melengkapi dokumen persyaratan yuridis yang
diperlukan ;
d. Menyusun Riwayat Tanah ;
e. Melakukan koordinasi dengan Petugas Ukur untuk
menyusun Risalah Penelitian Data Yuridis dan
Penetapan Batas (DI.201) ;
f. Menyerahkan berkas kapada Panitia “A” ;
g. Membantu menyiapkan dan melakukan Koordinasi
dalam pembuatan dan penyelesaian DI. 203 Daftar
Tanah, Surat Ukur. Buku Tanah, Sertipikat Hak
Atas Tanah, Daftar Peta DI. 311 dan DI. 311 A,
Daftar Penyelesaian Pekerjaan DI. 301 A ;
h. Melaporkan progres pekerjaan kepada koordinator
Pelaksana.
c. Petugas Pengukuran Bidang Tanah :
a. Menyusun rencana kerja pengukuran bidang tanah
berdasarkan daftar nama dan bidang-bidang tanah
yang telah didata oleh Petugas Yuridis ;
b. Mengkoordinasikan keberadaan pemilik bidang-bidang
tanah yang berbatasan pada saat dilakukannya
pengukuran, dengan pihak pemohon dan/atau pihak
Desa/Kelurahan ;
c. Memeriksa dan memastikan keberadaan tanda batas
yang menjadi batas bidang-bidang tanah yang akan
diukur ;
d. Melakukan pengukuran bidang tanah di Lapangan ;
e. Menyerahkan data hasil ukur kepada petugas dan/atau
Kepala Sub Seksi Pengukuran dan Pemetaan ;
f. Memeriksa kelengkapan hasil ukur yang diserahkan
oleh petugas ukur ;
g. Menghitung dan menyimpulkan data hasil ukur ;
h. Memberikan NIB dan menyiapkan Peta Bidang Tanah ;
i. Melakukan ploting sebelum bidang-bidang tanah
tersebut diterbitkan Peta Bidang Tanahnya ;
j. Mengoreksi dan memvalidasi Peta Bidang Tanah ;
k. Memetakan hasil ukur bidang tanah tersebut pada Peta
Bidang Tanah ;
l. Menyiapkan dan memvalidasi Surat Ukur ;
m. Menyerahkan Peta Bidang Tanah dan Surat Ukur
tersebut kepada Petugas Pengumpul Data ;
d. Panitia PemeriksaanTanah “A” :
- Pemeriksa Tanah, mempunyai tugas :
• Mengadakan pemeriksaan terhadap kelengkapan
berkas permohonan;
• Melakukan penelitian dan pengkajian menganai
status tanah, riwayat tanah dan hubungan hukum
antara tanah yang dimohon dengan pemohon serta
kepentingan lainnya serta mengumpulkan
keterangan/ penjelasan dari para pemilik tanah
yang berbatasan ;
• Mengadakan penelitian dan peninjauan fisik atas
tanah yang dimohon mengenai penguasaan,
penggunaan/keadaan tanah dan batas-batas
bidang tanah yang dimohon serta meneliti
kesesuaian penggunaan tanahnya dengan
Rencana Tata Ruang setempat ;
• Membuat hasil laporan dalam bentuk Berita Acara
Pemeriksaan Lapang;
- Pengolah Data/Sidang Panitia ”A”
• Melakukan sidang berdasarkan data fisik dan data
yuridis hasil pemeriksaan lapang termasuk data
pendukung lainnya ;
• Memberikan pendapat dan pertimbangan atas
permohonan dan menuangkannya dalam Risalah
Penelitian Data Yuridis dan Penetapan Batas atau
Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah “A” yang
ditandatangani oleh semua Anggota Panitia ;
KETIGA : Sepanjang diperlukan, dimungkinkan untuk merekrut pegawai tidak
tetap di lingkungan Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggerang
atau tenaga diluar Pegawai Negeri Sipil sebagai pembantu
kegiatan yang bekerja secara sukarela, baik yang berasal dari
aparat Desa/Kelurahan maupun tenaga lainnya yang bersedia
membantu secara sukarela ;
KEEMPAT : Segala biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan Keputusan ini
dibebankan pada DIPA Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang
Tahun Anggaran 2015 Nomor : DIPA-056.01.2.429853/2015
tanggal 14 November 2014 ;
KELIMA : Dengan ditetapkannya keputusan ini, maka Surat Keputusan
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Nomor
33/KEP.36.03/I/2015 tanggal 5 Januari 2015, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku ;
KEENAM : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan / kesalahan
dalam penetapannya, akan ditinjau kembali sebagaimana
mestinya.

DITETAPKAN DI : TANGERANG

PADA TANGGAL : 20 Januari 2015

KEPALA KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN TANGERANG

SUDARYANTO, SH, MM

NIP.19660811 198603 1 001


TEMBUSAN : Keputusan ini disampaikan kepada yth :
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Up. Sekretaris Utama, di Jakarta ;

2. Gubernur Banten, di Serang ;


3. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Banten, di Serang ;
4. Kepala Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara, di Serang ;
5. Bupati Tangerang, di Tigaraksa ;
6. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kabupaten Tangerang, di Tangerang ;
7. Para Kepala Kecamatan terkait, di Tangerang ;
8. Para Kepala Desa/Kelurahan terkait, di Tangerang ;
MATRIKS TRANSKRIP WAWANCARA

1. Indikator Produktivitas

Q1

Pertanyaan
Apa saja yang dijelaskan pada saat penyuluhan atau
sosialisasi PRONA
Informan
“pada penyuluhan atau sosialisasi dilakukan satu kali
pertemuan karena saya rasa untuk sosialisasi kegiatan ini
para peserta dan aparat desa sudah banyak yang tahu dan
terberbenturnya anggaran serta waktu pengerjaan yang
hanya dilakukan setahun anggaran ini saja. “
“pada proses sosialisasi kami menerangkan dan
menjelaskan tetang persyartan-persyaratan yang pemohon
I,I.1 harus melengkapi beberapa persyaratan seperti
melampirkan fotocopy KTP, bukti-bukti asli kepemilikan
atau perolehan tanah, SPPT/PBB, dan menyerahkan bukti
BPHTB dan PPh, kemudian saya menyakinkan kepada
masyarakat bahwa PRONA sudah dibiayai oleh DIPA atau
aggaran pemerintah kecuali pembiayaan atas materai,
pajak, foto copy surat-surat yang berkenaan dengan
kepemilikan tanah yang dibebani oleh pemohon”

Q2

Pertanyaan
Bagaimana petugas pelaksana PRONA mengkordinir
pengumpulan data yuridis?
Informan
“untuk pengumpulan data, sebenarnya bukan tugas saya
tapi setelah penyuluhan, kami meminta perangkat desa atau
kelurahan membentuk tim khusus untuk pelaksanaan prona
I.I.1
dengan menunjuk kordinator yang mengkordinir
pengumpulan persyaratan pemohon, agar pelaksanaan
pengumpulan data berjalan dan terkodinir lebih cepat”
“satgas minta bantuan perangkat desa/kelurahan untuk
menunjuk kordinator yang bersedia untuk dalam rangka
I.1.2.1
menyiapkan mengumpulkan data atau surat-surat
kepemelikan tanah”
“puldadis minta bantuan ke perangkat desa untuk menunjuk
I.1.2.2 kordinator yang bersedia untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam permohonan PRONA”
“kadang saya sendiri turun langsung menemui orang desa,
I.1.2.3 tapi sebelumnya sudah janjian dulu, tapi kadang juga orang
desa yang ke kantor untuk nyerahin berkas”
“setelah penyuluhan, BPN meminta bantua kepada
menunjuk atau membentuk tim siapa yang bertangung
I.1.3.1 jawab untuk mengumpulkan data-data permohonan
kepeserta prona, maka ditunjuk koordinator pengumpul
persyaratan yaitu ketua RT atau RW”
“biar gampang mengkordinir pengumpulan data, dibuat tim
I.1.3.2 khusus per RT atay RW, jadi dari BPN gak harus satu-satu
nyamamperin pemohon untuk mengumpulkan data”
“saat penyeluhan BPN juga meminta prangkat Desa untuk
membetuk kelompok dan menunjuk Koordinator yang dapat
dihubungi, nah dari situ saya ditunjuk oleh pihak
I.1.3.3
keluarahan untuk menjadi kordinator yang bertugas
memberi tahu kepada calon peserta apa saja yang harus
dikumpulkan oleh mereka yang mau mengikuti PRONA”
“pengumpulan data dikordinir ke saya sabagai ketua RT.
terus kalau data yang dikumpul sudah lengkap saya
I.1.3.4
komunikasikan sama petugas dari BPN, tapi sebelumnya
saya kabarin ke pihak desa dulu”

Q3

Pertanyaan
Kendala-kendala apa saja yang dihadapai dalam
melaksanakan PRONA
Informan
“setiap kegiatan pasti ada hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan PRONA kendalanya adanya tanah yang
I.I.1
overlap dan para peserta PRONA tidak bersedia membayar
BPHTB kemudian mengundurkan diri”
“kendalanya tuh seperti tanah sudah dijual pada saat
pembuatan sertipikat, tidak membayar SSP-BPHTB,
I.1.2.1 luasnya tidak mau kurang misalnya uda diukur ternyata ada
kurang luas terkadang pemohon tidak mau, AJB (akta jual
beli) di Bank, dan penyerahan kekurangan persyataran
yang lama”

“pada saat pengumpulan data dan pengelola data,


kendalanya yaitu terjadinya overlap, tidak bisa memberikan
SPP-BPHTB, karena mutlak kalau tanah negara pemohon
I.1.2.2
berkewajiban harus membayar SPP-BPHTB walau nanti
jumlahnya nol rupiah, terus penyerahan kekurangan
persyataran yang lama”
“kendalanya pengumpulan data kekurangan yang lama dari
I.1.2.3
pemohon”
kendalanya, seperti ini contohnya tanah yang didaftar
adalah tanah perorangan, setelah di cek ternyata tanah
tersebut sudah menjadi atas nama PT, kemudian pemohon
I.1.3.1
yang mengundurkan diri karena tidak sanggup membayar
BHTB dan penunjukan bukti oper alih garapan yang kurang
lengkap atas riwayat tanahnya”
“kendalanya waktu sih mba, kita harus bolak balik ke
I.1.3.2
kantor BPN, terus pemberkasan yang gak lengkap, serta”
“kendalanya pemohon suka lama melengkapi berkas, sama
I.1.3.3
pemohon tidak bisa menujukan tanda batas atau patok”
“kendalanya dalam melengkapi berkas pemohon suka lama,
I.1.3.4
biasanya riwayat tanahnya yang kurang lengkap”

Q4

Pertanyaan
Apakah yang dijelaskan oleh petugas pelaksana PRONA
pada saat penyuluhan mudah dipahami
Informan
“paham kok mba pada saat penyuluhan saya hadir, disana
dijelasin cara pensertipikasian tanah, terus pembiayaannya
I.2.1.1 ditanggung oleh BPN kecuali bayar pajak BPHTB, fotocopy
surat-surat sama materai itu kita urus dan bayar sendiri,
ngejelasin persyaratan apa saja yang harus dikumpulkan”
“pada saat penyuluhan saya tidak hadir, karena
penyuluhannya pada jam kerja mba lagi juga saya rasa
I.2.1.2
penyuluhannya membahas garis besarnya saja prosedur
dan mekanismenya pembuatan sertipikat”
“pada saat penyuluhan saya tidak hadir karena ada urusan
I.2.1.3 pekerjaan, jadi saya tidak memahami apa saja yang
dijelaskan”
I.2.1.4 “saya tidak tahu kalau ada penyuluhan, tapi saya tau kalau
ada pemutihan untuk pembuatan sertipikat”

2. Indikator Kuliatas Pelayanan

Q1

Pertanyaan
Apakah Penyelesaian PRONA sudah sesuai prosedur
Informan
“penyelesaian PRONA sudah sesuai dengan prosedur yang
ada, setelah pengumpulan data yuridis, petugas
pengelolaan data menuangkan pada Berita Acara, Risalah
I.I.1
Panitia dan Surat Keputusan Pemberian Hak, kemudian
penerbitan sertipikat berdasarkan Surat Keputusan
Pemberian Hak untuk Tanah Negara”
“kalau penyelesaiannya sudah sesuai dengan prosedur
setelah pengumpulan data kalau tanah Negara kan
I.1.2.1 dilakukan sesuai permohonan pemberian hak, maksudnya
langsung diproses oleh panitia “A” untuk diproses surat
keputusan pemberian haknya”
“kalau penyelesaiannya sudah sesuai prosedur kalau prona
tanah Negara penyelesaian bukan pake pengumuman tapi
pake sk, jadi prosesnya dilakukan sesuai penetapan
I.1.2.2 pemberian hak, yaitu setelah lengkap data yuridisnya,
dilakukan pembuatan berita acara lapangan, risalah
panitia pemeriksa tanah, RPD, baru dituangkan ke surat
keputusan dan baru itu dilajut ke penerbitan sertipikat”
“sudah sesuai prosedur kok, kalau untuk tanah Negara
sama halnya permohonan penetapan pemberian hak,
I.1.2.3
setelah dikumpulkan datanya dibuatin risalah, rpd sama
sknya, terus penerbitan sertipikat”

Q2

Pertanyaan
Apakah Penyelesaian PRONA sudah tepat waktu
Informan
“kegiatan PRONA di Kabupaten Tangerang ini target
pengerjaan dan waktu penyelesaiannya yang ditentukan
I.I.1 dari pusat dan dipilih per kecamatan oleh pihak kanwil,
kemudian dibagi-bagi lagi oleh kantor pertanahan kota
atau kabupaten perdesa atau kelurahan, dan target
penyelesaiannya satu tahun anggaran, untuk kabupaten
tangerang sendiri untuk tanah Negara tahun yaitu 2014
yaitu 727 orang/bidang hanya di Kelurahan Sukabakti,
sedangkan untuk tahun 2015 yaitu 131orang/bidang teridiri
dari Desa Babakan, Kelurahan Sukabati dan Desa Munjul,
dari taget tersebut nanti akan dibagikan lagi untuk
pelaksanaannya kepada petugas pelaksana PRONA sesuai
Surat Keputusan Kepala Kantor tentang
PenunjukanPenanggung Jawab dan Petugas Pelaksana
PRONA”
““bisa dikatakan kurang tepat waktu ya , karena untuk
tahun 2014 data yuridis yang didaftarkan calon peserta
prona targetnya ada 245orang/bidang dan yang diolah
datanya hingga jadi sk penetapan pemberian hanya
237orang/bidang, untuk sisanya 8 orang dipending dulu
karena masih kurang persyaratannya, kemudian sk
I.1.2.1 pemberian haknya itu di daftarkan untuk penerbitan
sertipikat namun saat proses penerbitan 3orang/bidang
yang belum jadi karena masih tersendat di subsi
pengukuran untuk cetak gambar disk dan sunya, dan 231
sertipikat sudah dibagikan namun tidak secara
berbarengan, karena ketentuan tanah Negara kan harus
bayar BPHTB”
“pengerjaan prona tepat waktu untuk yang berkasnya
lengkap , PRONA tahun 2014 di Kelurahan Sukabakti
peserta yang memohon PRONA yaitu 243 orang/bidang,
sedangkan yang lolos administrasi dan lanjut untuk
I.1.2.2 pengerjaan pemberian haknya hanya 236 orang /bidang,
dan yang 7 orang/bidang lagi adanya kekurangan dalam
administrasi persyaratan, kemudian sertipikat yang jadi
hanya 231 orang/bidang, yang 5 lagi diindikasikan adanya
overlap”
“untuk prona yang saya pegang no sknya sudah dibooking,
tapi pengerjaanya sedang dikerjakan jadi menurut saya
I.1.2.3
untuk ketepatan waktu masih belum, karena pasti
sertipikatnya belum selesai”
““belum bisa dikatakan tepat waku, karena pada desa
Munjul target tahun 2015 untuk tanah negarakan 71 orang
I.1.3.1
yang didaftar ke BPN, tapi yang baru proses 67 orang,
yang sisanya 4 belum masih dipending dulu”
“belum, dikatakan tepat waktu kan itu ditargetkan tahun ini
I.1.3.2 selesai, tapi masih ada yang belum diserahkan sertipikatnya
ke peserta prona”
“tepat waktu untuk yang mampu membayar BPHTB, tapi
I.1.3.3 yang belum membayar masih ditahan BPN soalnya itu
adalah kewajiban pemohon”
“mungkin sertipikatnya sudah jadi tapi belum diserahkan
karena biasanya belum membayar pajak, atau bisa jadi ada
I.1.3.4 kekurangan data seperti riwayat tanah yang kurang jelas,
jadi sampai tahap penyerahan sertipikat dikatakan belum
tepat waktu”
“untuk penyerahan sudah tepat waktu karena punya saya
I.2.1.1
BPHTBnya uda dibayar”
“karena waktu itu saya belum menyerahkan riwayat tanah,
I.2.1.2 sama belum bayar BPHTB jadi punya saya telat
dikasihnya”
“saya ikut PRONA dari 2015 sampe sekarang belum
I.2.1.3 diserahkan sertipikatnya, katanya masih dalam pencetakan
sertipakat”
“saya dari tahun 2015 buat sertipikat sampe saat ini belum
I.2.1.4 diserahkan katanya sih sertipikatnya lagi tahap
pencetakan”
3. Indikator Responsivitas

Q1

Pertanyaan
Bagaimana caranya menanggapai keluhan yang ada pada
Informan masyarakat dalam pelaksanaan PRONA
“kalau ada keluhan, kita tampung dulu apa saja
I.I.1 keluhannya, nanti saat rapat kordinasi PRONA keluhan
tersebut dibicarakan dan dicari jalan keluarnya”

Q2

Pertanyaan
Bagaimana cara menyelesaikan kendala-kendala dalam
Informan pelaksanaan PRONA
“kendalanya apa dulu kalau serperti yang saya utarkan adanya
overlap, dari pihak BPN harus mencari tahu siapakah pemilik
tanah yang benar, kalau tanah tersebut sudah atas nama PT,
kita pending4, dulu sertipikat tidak dilanjutkan sementara, kalau
I.I.1 permasalahannya tidak mau membayar BPHTB mau tidak mau
kita tukar pemohon yang mau dan bersedia dan calon pemohon
baru itu harus ngumpulin data yuridis kembali, pokoknya kalau
ada permasalahan sertipikat sudah jadi tapi terjadi hal-hal
seperti itu sertipikatnya tidak diserahkan”
“kan kalau BPN sudah menyelesaikan tugasnya menerbitkan
I.1.2.1 sertipikat jadi tugas pemohon tinggal menyelesaikan
kewajibannya”
“biasanya kalau ada kendala kaya operlap pekerjaannya di
tunda dulu, nanti kalau uda jelas pemiliknya yang benar yang
I.1.2.2 mana baru dilajut, kalau belum bayar BPHTB sertipikat yang
sudah jadi tidak diserahkan, karena mutlak harus melampirkan
BPHTB”
“kalau kedalanya kelamaan di pemohon saya coba hubungin
I.1.2.3 kordinator pengumpul datanya atau saya yang langsung ke
desa”
“kalau terjadi tumpang tidih dan kalau lamanya penyerahan
I.1.3.1 berkas yang kurang, saya kordinasikan langsung kepada
pemohon,
“kalau kendalanya tidak lengkapnya pada pemberkasan, selalu
dikordinasikan kepada pemohon atau kekordinator pengumpul
I.1.3.2 data di desa, nah kalau kelamaan gak diserahkan biasanya kami
akan mengganti pemohon soalnya masih banyak yang mau ikut
PRONA ini”
“menyelesaikan kendala dengan kekurangan berkas, tetep
ditagih ke pemohon, terus dicarikan solusi kalau berkasnya gak
I.1.3.3
lengkap, kalau pemohon gak bisa menunjukan batas pemohon
harus mau terima jika ada kekurangan pada saat pengukuran”

“menyelesaikan kendala dengan riwayat tanah yang tidak jelas,


I.1.3.4
biasanya saya membantu membuatnya kekepala desa”

Q3

Pertanyaan
Bagaiamana tindakan pelaksana kegiatan dalam
Informan menanggapi ketelatan pengumpulan data yuridis
I.1.2.1 “saya kordinasi terus sama pihak desa atau kordinatornya”
“karena kerjaannya sudah ditarget kalau kelamaan saya
I.1.2.2 langsung kelapangan atau desa, sama kordinasi terus sama
pihak desa”
“komunikasi sama pihak desa, kalau nemuin satu-satu
I.1.2.3
makan waktu”

Q4

Pertanyaan
Bagaimana tanggap masyarakat dalam kegiatan PRONA
Informan
“kegiatan PRONA ini sangat bagus saya gak usah mahal-
I.2.1.1
mahal sama gak usah cape-cape ngurus sertipikat”
“bagus sekali, karena saya jadi ada tanda bukti
I.2.1.2
kepemilikan tanah yang sah”
I.2.1.3 “bagus sekali hanya lumayan lama ya”
“bagus kok jadi masyarakat jadi punya sertipikat tanah,
I.2.1.4
cuma punya saya belum jadi”

4. Indikator Responsibilitas

Q1

Pertanyaan
Apakah petugas pelaksana PRONA sudah mampu
mendukung berjalannya PRONA
Informan
“saya rasa sudah ya, kalau belum tidak mungkin PRONA
I.1.1 dikerjakan, adanya kendala itu kan hanya bagian kecil dari
pekerjaan saja, tidak menunda pekerjaan yang besarnya”
“sudah kok mba, karena setiap petugas mengerjakan
I.1.3.1
bagiannya masing-masing”
“sudah,karena mereka juga mau bekerja sama dengan
I.1.3.2
pihak desa”
“Saya rasa sudah mba, meraka juga komperatif banget
I.1.3.3
buat bareng-bareng ngumpulin data”
I.1.3.4 “dengan penyelesaian prona, saya rasa sudah”

Q2

Pertanyaan
Apakah yang dalam pelaksanaan PRONA tidak ada
tumpang tidih pekerjaan?
Informan
I.I.1 “selama ini berjalan dengan baik antara tugas pokok
dengan program-program yang dijalankan kantor”
I.1.2.1 “tumpang tidih pekerjaan sudah jelas, saya harus
menjalankan tugas utama saya, apalagi ditambah dengan
program yang lain seperti pembebasan tanah runway 3di
bandara”
I.1.2.2 “untuk saat ini kantor pertanahan kabupaten tangerang
lagi banyak kegiatan tentang legisasi asset, jadi satu
pegawai pasti diberi tangung jawab lebih dari tugas pokok”
I.1.2.3 “tumpang tindih sudah pasti, tapi dijadikan kendala,
sepertinya gak ya soalnya dari kerjaan pokok saya jarang
jadi bisa dikatakan prona bisa dikerjakan”

Q3

Pertanyaan
bagaimana pendapat masyarkat tentang petugas dalam
pelaksanaan PRONA dalam menyelesaikan tugasnya
Informan
I.2.1.1 “sudah cukup baik, ya menurut saya”
I.2.1.2 “cukuplah ya, yang penting sertipikat selesai”
I.2.1.3 “lumayan, soalnya gak pernah liat pegawai bpnnya”
I.2.1.4 “cukup bagus, tapi tolong sertipikatnya diselesaikan”

5. Indikator Akuntabilitas
Q1

Pertanyaan
Bagaimana petugas pelaksana mempertangung jawabkan
yang dikerjakan dalam kegiatan PRONA
Informan
I.I.1 “dengan menyelesaikan pekerjaan dan mencapai target”
I.1.2.1 “dikerjakan supaya selesai tepat waktu”
I.1.2.2 “dikerjakan diselesaikan biar masyarakat tidak banyak
keluhan”
I.1.2.3 “diselesaikan biar pemohon gak nanya-nanya”

Q2

Pertanyaan
Apakah kegiatan Prona telah mencapai target
Informan
I.I.1 “dalam penyelesaian pengerjaan sertipikat prona sudah
mencapai target, tapi untuk penyerahan masih belum”
I.1.2.1 “target sudah dicapai dan dilaporkan 100% untuk
pensertipikatannya, kalau yang diserahkan belum 100%
diserahkan kepada peserta prona atau pemohon”
I.1.2.2 “kalau sertipikat sudah selesai berartikan sudah tercapai
targetnya”
I.1.2.3 “target sudah tercapai kalau sertipikat sudah selesai, bukan
karena diserakan”

Q3

Pertanyaan
Apakah PRONA ini membantu menjamin kepastian hukum
Informan
I.I.1 “sudah pasti akan menjamin kepastian hukum, karena kan
sertipikat yang sudah jadi itu adalah tanda bukti bagi
seseorang atas suatu bidang tanah yang dikuasai atau
dimiliki”
I.1.2.1 “iya donk, kan kegiatan prona hasil akhirnya penerbitan
sertipikat, nah sertipikat itu bukti kalau tanah tersebut legal
dimiliki yang mohon diprona”
I.1.2.2 “sudah jelas, karena prona itu kan produknya sertipikat,
sertipikat itu kan bukti sah kepemilikan tanah”
I.1.2.3 “sudah jelas ada kepastian hukum, karena prona itukan
pensertipikatan secara masal”

I.1.3.1 “iya mba sudah pasti menjamin kepastian hukum karena,


sertipikat itu kan diatas akta jual beli, girik, atau
kepemilikan tanah yang lain”
I.1.3.2 “sudah pasti ada kepastian hukumnya, makannya
pemerintah mengadakan kegiatan prona, yaitu pembuatan
sertipikat secara masal”
I.1.3.3 “sudah kayanya, tapi yang ditakutkan ada sertipikat ganda
jadi dengan bidang yang sama yang punya sertipikatnya
dua”
I.1.3.4 “prona kan sertipikat secara masal, jadi sudah dikatan
pasti menjamin kepastian hukum”
I.2.1.1 “kalau menurut saya, sertipikat iti sudah menjadi kepastian
hukum, jadi kalau ada yang ngaku-ngaku saya tinggal
tunjukin aja sertipikatnya”
I.2.1.2 “sudah pasti menjamin, soalnya dengan sertipikat saya
punya tanda kepemilikan yang sah”
I.2.1.3 “sudah menjamin kepastian hukum, karena sertipikat kata
orang-orang alat bukti yang sah diatas oper alih garapan
yang saya punya”
I.2.1.4 “alahamdulilah kalau sertipikat saya sudah jadi, kan saya
gak usah urus-urus lagi, dan sudah pasti menjamin kepastia
hukum, makannya pemerintah bikin program prona untuk
menyertipikatan tanah-tanah yang belum ada
sertipikatnya”

Anda mungkin juga menyukai