SKRIPSI
Oleh:
DEVVY NURVICA
NIM 6661092432
Land affairs office Tangerang District is vertical agencies of the National Agency
of the Republic of Indonesia in county town has authority in carrying out the tasks
of the government in the field of land. The purpose of this research is to analyze
the performance of the services of the office land affairs in providing services to
the people who become participants in the PRONA and to know how the
implementation of the PRONA in the Office Land affairs. The method used is
qualitative approach. in the determination of informers are using purposive. Data
collection technique that is used is an interview and observation and
documentation as well as using the techniques of data analysis according to
Prasetya Irawan. The validity of data triangulation and the member check. This
research about performance, then researchers using theory of organizational
performance (Dwiyanto (2008:50-51)). Based on the results of research service
performance analysis of Land Affairs Office Tangerang district in Order to Carry
Out the Land Countries Certification with the Proyek Operasi Nasional Agraria
(PRONA) not optimal, because of a lack of guidance, not timely workmanship.
The advice given that is doing the minimal socialization twice meetings, the
collecting of data should verify the file so that it is not the case the delay in
submission, for the land that overlap should be held mediation and find a
solution.
kita Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat dan hisayahnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat dan rasa
tanggung jawab. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
yang selalu mendoakan, memotivasi dan semangat bagiku, agar aku menjadi
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
banyak memberikan ilmu yang bermanfaat, pengalaman berharga, serta yang telah
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa;
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
6. Ibu Listyaningsih, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara,
8. Bapak Drs. Atto’ullah, M.Si selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah
penyusunan skripsi;
9. Semua dosen dan staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Unisversitas Sultan Ageng Tirtayasa terimakasih atas
10. Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang yang telah banyak membatu dalam
memberikan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti selama penelitian ini
berlangsung;
11. Keluarga besar Subsi Penetapan Hak Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten
12. Para sahabat terbaiku, Armansyah Riyaman, S.Sos, Agisthia Lestari, S.Sos,
motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga kalian kita
15. Kawan-kawan angkatan 2009 baik kelas regular maupun non regular,
khususnya kelas Ane G yang menjadi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena
itu peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk membangun kemajuan yang
lebih baik lagi terhadap penelitian skripsi ini. Semoga penelitian skripsi ini dapat
bermanfaat berguna dan memberikan wawasan bagi para pembaca dan peneliti.
Devvy Nurvica
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRAC
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR IS iv
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 95
5.2 Saran 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Daftar Tabel
Tangerang 54
PENDAHULUAN
kepuasan pelanggan, yakni masyarakat dan pengguna jasa tersebut dapat dicapai
pemerintah.
Peran pemerintah diharpakan terwujud dalam pemberian berbagai jenis
publik menjadi salah satu dimensi yang strategis dalam menilai keberhasilan
2003:81).
transparan serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Seperti yang
kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak
yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah
merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau
beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
yang didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan diwilayah yang
tersebut tidak mencukupi bagi seluruh tanah yang ada dan belum tentu ada setiap
berdasarkan pemerintah.
Sementara itu masyarakat untuk melakukan pendaftaran tanah secara
sporadik masih terdapat rasa enggan karena berbagai faktor yang melatar
belakanginya, karena masyarakat yang harus mengurus sendiri juga harus siap
dengan segala resiko. Resiko yang menjadi faktor kendala pada proses pendaftran
tanah tersebut, diantaranya tentang kronologis data yang harus dilengkapi dan
persyaratan pada proses pendaftaran tanah yang terkadang rumit dan berbelit-
belit.
tanah dan tata cara untuk memproleh hak atas tanah, tidak jarang timbul konflik-
konflik. Mulai dari adanya tanah yang tidak jelas statusnya atau dengan kata lain
tanah tak bertuan akhirnya menjadi terlantar tak dapat dimanfaatkan dan masih
3.264.776 orang (Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2015), dengan tanah yang
sudah terdaftar yang dibuktikan sesuai jumlah buku tanah yang dibuat oleh Kantor
dibagi lagi atas sejumlah 246 desa dan 28 kelurahan. Buku tanah merupakan
dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu
Tabel 1.1
Jumlah Buku Tanah Kabupaten Tangerang
dengan luas wilayah 25,92 Km², sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah
51,42 Km² dapat dikatakan luas wilayah di Kecamatan Mauk yang cukup luas
namun dapat dikatakan bukti kepemilikan tanah yang bersertipikat paling sedikit
Tabel 1.2
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang 2010-2030
desa atau kelurahan yang terpencil di Kabupaten Tangerang, dan dapat dilihat
tanahnya.
Kabupaten atau Kota sedangkan Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota bertugas
Tangerang, Camat dan Kepala Desa atau Lurah setempat, pemohon atau
tanah secara masal dan merupakan percepatan pendaftaran tanah dengan sistem
pendaftaran secara sporadik tetapi tata cara seperti pendaftaran tanah secara
sistematik, yaitu dalam PRONA ini petugas dari Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang yang secara proaktif mendatangi masyarakat yang ingin melakukan
yang sederhana, mudah, cepat dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran
pertanian subur atau berkembang, daerah penyangga kota, pinggiran kota atau
daerah miskin kota, daerah pengembangan ekonomi rakyat. Program ini juga
terkait dengan salah satu wujud upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
Tabel 1.3
Kriteria, Kewajiban Peserta dan Tahapan dalam PRONA
No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Tanah Negara atau tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu
hak atas tanah. Pada pelaksanaan sertipikasi tanah Negara melalui PRONA,
merupakan tanha yang dimohon tanah yang benar-benar belum pernah ada hak
atas tanah yang melekatinya. Dalam pelaksanaan sertipikasi tanah negara melalui
PRONA, pengerjaan tanah Negara sama saja dengan pelaksanaan pemberian hak
seperti pada umumnya, dari pengumpulan data riwayat tanah sampai ditetapkan
pemberian haknya melalui surat keputusan Kepala Kantor tentang pemberian hak
pemberian hak milik atas sebagian tanah negara bebas sebanyak 576 orang/bidang
Provinsi Banten.
Berdasarkan surat keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
pemberian hak milik atas sebagian tanah negara bebas sebanyak yaitu 19
diantaranya :
dilihat pada saat pengumpulan data petugas pelaksana PRONA kesulitan untuk
yang peneliti lakukan pada tanggal 28 April 2016 pukul 11.30 WIB di Kantor
mengetahui tahu dasar perolehan tanah yang akan dimohon, seperti banyaknya
kepemilikan bersama dan diwariskan secara lisan sehingga tidak ada bukti yang
sah secara terulis yang dapat menjelaskan bahwa tanah tersebut telah diwariskan,
atau surat oper alih garapan yang tidak jelas pengoperan hak atas tanahnya
masyarakat yang belum tahu tentang pendaftaran sertipikat melalui PRONA dan
peneliti lakukan dengan Bapak Mad Hassan, S.IP selaku staf Kelurahan Sukabakti
pada tanggal 29 April 2016, Pukul 10.00 WIB di Kantor Pertanahan Kabupaten
waktu pada pihak desa atau kelurahan untuk mensosialisasikan kegiatan PRONA
secara merata sehingga banyak masyarakat yang belum tahu tentang pendaftaran
tanahnya untuk menjadi peserta PRONA dan tidak bisa meneruskan karena tidak
dapat mengumpulkan beberapa persyaratan (tabel 1.1) hal ini pula dibenarkan
oleh Bapak Bror selaku ketua RT Kampung Sukabakti pada tanggal 30 April 2016
pukul 10.00 WIB di kediaman beliau, bahwa setelah didata dan sudah didaftarkan,
banyak peserta PRONA yang tidak bisa meneruskan atau melanjutkan, karena
tanah kaya girik, oper alih grapan atau pernyataan waris dan hibah atau tidak
mampu membayar Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
sinkronan pengerjaan PRONA, hal ini dilihat dari sertipikat yang sudah siap terbit
namun penyelesaiannya atau pengerjaannya melebihi waktu 1 (satu) tahun,
Tabel 1.4
Proses Pembuatan Surat Keputusan Pemeberian Hak
BANYAKNYA
PESERTA
NO TAHUN JUMLAH
BELUM
SELESAI SELESAI
PRONA 2014 579 570 9
1
PRONA 2015 127 41 67
2
(Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, 2014-2015)
Tangerang, bahwa untuk PRONA 2014 yang belum selesai karena gambar surat
ukur belum selesai ada 3 orang/bidang dan ada beberapa yang blangko
sertipikatnya belum ada yaitu ada 6 orang/bidang kemudian Prona 2015 yang 67
itu memang baru diselesaikan surat keputusan penetapan pemberiannya. Tapi saya
kurang tahu alasan kenapa 9 bidang ditahun 2016 itu mengapa bisa lama, coba
selesai hingga tahun 2016 peneliti mewawancarai pula dengan Bapak Wakima
selaku satuan petugas pengumpul data yuridis PRONA, tanggal 28 April 2016.
Pukul 10.30 WIB di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, bahwa Memang
ada yang belum diselesaikan karena 6 bidang tersebut ada yang overlapping
dibenarkan juga oleh Bapak Mustar selaku satuan petugas pengumpul data yuridis
PRONA, pada tanggal 28 April 2016 Pukul 10.30 WIB di Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang, bahwa Untuk Prona 2014 Kelurahan Sukabati memang ada
yang belum selesai karena dalam penggambaran surat ukur untuk dimunculkan
pada sertipikat belum selesai, dan ada yang belum diserahkan karena pemohon
belum melampirkan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB),
Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terlebih dahulu, walaupun
Agraria”.
1.2 Identifikasi Masalah
1). Kemampuan petugas pelaksana PRONA yang masih kurang, dilihat pada saat
2). Sosialisasi yang belum terlaksana secara merata sehingga banyak masyarakat
yang belum tahu tentang pendaftaran sertipikat melalui PRONA dan masih
pengerjaan PRONA.
Ditinjau dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka agar
melalui PRONA.
tersebut, hal ini sangatlah perlu untuk bisa dijadikan acuan bagi setiap kegiatan
penelitian yang dilakukan, karena tujuan menjadi tolak ukuran dan target dari
kegiatan penelitian tersebut, tanpa itu semua maka penelitian akan menjadi sia-sia.
dan teori yang dipelajari selama ini dengan harapan dapat menambah
pembahasan yang telah diuraikan di atas maka sistematika penulisan penelitian ini
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan berisi tentang dasar yang akan diuraikan pada
sistematika penulisan.
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
tentang teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel kerangka berfikir
penyusunan dan jenis alat pengumpulan data. Teknik pengelolaan data dan analisa
jelas. Struktur organisasi dari Locus yang telah ditentukan. Kemudian terdapat
deskripsi data yang menjelakan tentang hasil penelitian yang telah diolah dari data
BAB V PENUTUP
menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat. Jelas dan mudah
dipahami dan saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
DAFTAR PUSTAKA
penelitian.
LAMPIRAN
tentang teoritis dan bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Dalam BAB II ini akan dijelaskan beberapa teori dan bahan pustaka terkait
Teori merupakan salah satu yang paling dasar yang harus dipahami
ketika melakukan penelitian karena teori dapat menjadi acuan untuk menemukan
sebuah teori jika sudah terbukti melalui serangkaian proses dan eskperimen dan
Sebuah teori dapat berubah atau mengalami perkembangan hal ini terjadi
apabila teori yang ada sudah tidak relevan dengan keadaan yang ada. Seperti yang
arti yang penting bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan
meramalkan gejala yang ada (Sugiyono, 2007:52). Adapun fokus penelitian ini
kegiatan tidak dapat dilaksanakan dengan baik sebagai individu dan organisasi
organisasi yang diberikan menurut beberapa ahli antara lain yaitu menurut Oliver
pekerjaan yang para individu atau kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat
seluruh kemampuan terbaik untuk pemikiran yang efisien, sistematis, positif dan
dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.”
aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan
tercapai sesuai dengan tujuan, banyaknya kreativitas dan prestasi yang diraih dan
sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk
diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh
tindakan bersama. Menurut Nutt dan Backoff dalam Kusdi (2009:41) Istilah
publik dan privat berasal dari bahasa Latin, dimana publik berarti “of People”
(yang berkenaan dengan masyarakat) sementara privat berarti “set apart” (yang
terpisah).
Dengan demikian pemahaman sektor publik dalam hal ini barang publik
yang dimaksud tidak hanya berupa dalam bentuk barang secara fisik namun juga
perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai
lapisan masyarakat dengan ruang lingkup Negara yang disebut organisasi publik.
Ada beberapa bidang yang bersifat kolektif dimana organisasi publik memainkan
perannya, antara lain penegakan hukum, pelayanan kesehatan, pendidikan,
yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang dan jasa
kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan Negara lain yang
sebuah organisasi untuk dapat menjalankan visi misinya. Begitu juga sebaliknya
bekerja dengan baik. Seorang pegawai dapat dikatakan baik apabila kinerjanya
dapat sesuai dengan target dan tanggung jawab yang diembannya. Kinerja
yang terus menerus maju. Kualitas kinerja sumber daya manusia merupakan
salahsatu faktor penting untuk mencapai tujuan organisasi, oleh karena itu
waktu tertentu.”
memberikan kontribusi pada ekonomi”. Sebuatan lain dari kinerja adalah prestasi
kerja, istilah kinerja berasal dari Job performance atau Actual performance
Pengertian kinerja (prestasi kerja) bahwa “Kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”
Mangkunegara, (2002:67).
sebuah organisasi.
yang diharapkan”. Sementara itu, kinerja sebagai kata benda yang mengandung
arti “thing done” (suatu hasil yang telah dikerjakan). Pengertian kinerja
jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang
Pendapat tersebut hampir sesuai dengan yang dikemukakan oleh Anwar (2005:67)
bahwa, “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
diberikan kepadanya.”
Menurut Timpe dalam Pasolong (2011:176) mengatakan bahwa :
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
dalam mencapai tujuan non organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
Indikator kinerja harus merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur
serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik
demi hari organisasi atau unit kerja yang bersangkutan menunjukan kemampuan
dalam rangka dan menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Sedarmayati,
2010:198). Dengan demikian indicator kinerja dapat digunakan sebagai tolak ukur
berdasarkan produk (barang dan jasa) yang dihasilkan dari program atau kegiatan
sesuai dengan masukan yang di gunakan dan juga sebagai tolak ukur kinerja
berbagai indikator kinerja dalam menilai kinerja birokrasi publik yaitu efisiensi,
efektivitas, keadilan dan daya tanggap. Berbagai literatur yang membahas kinerja
jauh tingkat pencapaian hasil yang dilakukan oleh birokrasi dalam memberikan
pelayanan dan kinerja juga merupakan suatu konsep yang disusun dari berbagai
indikator yang sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penggunaannya.
strategis yang meliputi penentuan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta cara
mencapai tujuan dan sasaran, serta cara mencapai tujuan dan sasaran yang
meliputi kebijakan, program dan kegiatan. Dari rencana strategis yang akan
kinerja ketiganya, diperlukan indikator kinerja yang terbagi dalam lima kelompok
indikator yaitu :
diukur dan ditekankan pada input, output, proses, manfaat dan dampaknya dari
accountability.
publik, yaitu:
organisasi merupakan arah yang menentukan kemana organisasi akan dibawa dan
merupakan uraian ringkas yang menggambarkan tentang suatu kinerja yang akan
yaitu ;
a. Faktor Kemampuan
Secara psikologi, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge+skil). Artinya
pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata 110-120 dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja
yang diharapkan. Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right
place, the right man on the right job).
b. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi
yang menggerakan dari pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental
yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi
kerja yang maksimal.
dihasilkan. Begitu juga dengan faktor motivasi, motivasi sebagai sebuah dorongan
yaitu:
mempengaruhinya, dan bahwa kinerja adalah sifat dan karakteristik suatu perkerja
yang dinyatakan sebagai catatan kerja seseorang. Kinerja berfungsi sebagai alat
untuk memberikan informasi bagi pekerja dan atasnya mengenai bagaimana
seseorang telah melakukan perkerjaan, dan kinerja adalah fungsi dari interaksi
sekelompok dan atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk
pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara
bentuk barang atau jasa dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan.
membutuhkan orang lain, jadi pelayanan dan kegiatan yang bertujuan membantu
menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang lain. Sehingga pelayanan
pelyanan yang disarankan secara nyata oleh konsumen, ada indicator ukuran
kepuasan konsumen yang terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan menurut
penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau
penerima pelayanan.
PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi asset dan pada hakekatnya
tanah sampai dengan penerbitan sertipikat/tanda bukti hak atas tanah dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek
tanah pertama kali. PRONA dilaksanakan secara terpadu dan ditujukan bagi
strategis.
Tujuan PRONA adalah memberikan pelayanan pendaftaran pertama kali
dengan proses yang sederhana, mudah, cepat dan murah dalam rangka percepatan
kota, pinggiran kota atau daerah miskin kota, daerah pengembangan ekonomi
rakyat. PRONA merupakan salah satu wujud upaya pemerintah dalam rangka
kepada rupiah murni di dalam APBN pada alokasi DIPA BPN RI. Sedangkan
tanah, patok batas, materai dan BPHTB/PPh menjadi tanggung jawab Peserta
PRONA.
adalah :
kinerja pelayan yang baik dari satuan petugas PRONA Kantor Pertanahan
Identifikasi Masalah:
1. Kemampuan petugas pelaksana PRONA yang masih kurang, dilihat
pada saat pengumpulan data petugas pelaksana PRONA kesulitan
untuk mengetahui perolehan dasar tanah yang dimohon.
2. Sosialisasi yang belum terlaksana secara merata sehingga banyak
masyarakat yang belum tahu tentang pendaftaran sertipikat melalui
PRONA dan masih banyaknya peserta PRONA yang tidak bisa
melanjutkan pendaftaran karena tidak bisa menlampirkan persyaratan.
3. Keterlambatan penyelesaian pembuatan sertipikat karena ketidak
sinkronan pengerjaan PRONA.
(Peneliti,2016)
OUTPUT
Kinerja Pelayanan Kantor
Pertanahan Kabupaten Tangerang
dalam melaksanakan sertipikasi
tanah Negara melalui PRONA
berjalan dengan optimal
2.7 Asumsi Dasar
(PRONA) masih belum optimal dan akan meningkat melalui beberapa indikator
Akuntabilitas.
persamaan skripsi dengan peneletian penulis yaitu sama menelaah tentang kinerja
pada sektor publik, perbedaanya yaitu dalam objek penelitiannya, kritik untuk
baik dari segi kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan,
pekerjaan, dan kecepatan dalam bekerja. Dari segi kualitas pekerjaan diukur dari
hasil pekerjaan yang sesuai dengan harapan pasien, dan dari segi ketepatan waktu
ini dengan penelitian penulis yaitu terletak dari subjek judul yang dibahas tentang
skripsi ini yaitu permasalahan dalam skripsinya belum terlalu jelas dan data yang
Tanah” (Studi Deskriptif Atas Pelayanan Sertipikasi Peralihan Hak Atas Tanah
ini dengan penelitian penulis yaitu terletak dari subjek judul yang dibahas tentang
kinerja pelayanan, perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya. Kritik untuk
instansi/perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori kinerja yang dikemukakan ahli
Akuntabilitas.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
deskriptif kualitatif.
“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku-
tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Dalam
prakteknya tidak terbatas pada pengumpulan data penyusunan klasifikasi data
saja tetapi menganalisis dan menginterpretasikan tentang arti data tersebut. Itulah
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
penelitian kualitatif.
alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya
sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif
wawancara. Peneliti akan terjun kelapangan sendiri, baik pada grand tour
Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer
dan data sekunder. Menurut Lofland dan Loplang dalam Moleong (2002:1112)
sumber data utama atau primer dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
merupakan sumber data utama. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara
atau pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan yang dominan,
jelas akan bervariasi dari satu waktu ke waktu lain dan dari satu situasi ke situasi
lainnya. Meskipun dikatakan bahwa sumber diluar kata-kata dan tindakan
merupakan sumber kedua, jelas itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber
data beban tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber
buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.
3.4.1 Wawancara
wawancara tak terstruktur sangat berbeda dalam hal waktu bertanya dan
cirri yang unik dari informa. Dan pelaksanaan Tanya jawab mengalir
dalam sehari-hari.
3.4.2 Observasi
observation).
adalah untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data
sebagainya.
3.4.3 Dokumentasi
purposive, yaitu merupakan metode yang ditentukan sendiri oleh peneliti, key
informan yang dipilih harus mengerti dan memahami setiap tahapan proses
sampai dengan evaluasi. Dengan demikian key informan yang telah memenuhi
wawancara peneliti :
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
formula yang sederhana dan mudah dibaca serta mudah diinterpretasikan, namun
kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati, sehingga implikasi yang
lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan simpulkan akhir
penelitian.
Gambar 3.1
Proses Analisi Data Menurut Prasetya Irawan
objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Artinya data
yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian Sugiyono,
(2005:117). Untuk menguji validitas data pada penelitian ini dilakukan melalui
teknik triangulasi data yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu.
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu. Yang
kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Setelah
memberchek dilakukan, maka pemberi data dimintai tanda tangan sebagai bukti
penelitian dilakukan mulai Januari 2013 hingga Agustus 2016 untuk lebih
Tabel 3.3
Waktu Penelitian
HASIL PENELITIAN
Agraria yang berfungsi Tata Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun
111.038 Ha atau 12% dari wilayah Provinsi Banten yang mempunyai luas
878.881 Ha, dengan jumlah bidang tanah sebanyak + 1.370.000 bidang. Pola
Gambar 4.1
Wilayah Kabupaten Tangerang
1. visi
2. Misi
untuk:
berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan
penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga
dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.
pimpin oleh Kepala Kantor yang membawahi satu subbagian tata usaha dan
lima seksi kelompok kerja yaitu seksi survei, pengukuran dan pemetaan, seksi
hak tanah dan pendaftaran tanah, seksi pengaturan dan penataan pertanahan,
perkara.
Subbagian tata usaha teridiri dari dua bagian yaitu urusan perencanaan
dan keuangan dan urusan umum dan kepegawaian. Seksi survey, pegukuran
dan pemetaan terdiri dari dua subseksi yaitu subseksi pengukuran dan
pemetaan dan tematik dan pontensi tanah. Seksi hak tanah dan pendaftaran
tanah terdiri empat subseksi yaitu subseksi penetapan hak tanah, subseksi
dan kosulidasi tanah. Seksi pengendalian dan pemberdayaan terdiri dari dua
masyarakat. Seksi sengketa, konflik dan perkara terdiri dari subseksi sengketa
Gambar 4.2
Struktur organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang
Kabupaten/Kota. Berikut tugas pokok dan fungsi dari subbagian, seksi dan
perundang – undangan.
informasi.
Tanah (PPAT).
perorangan.
penetapan hak milik dan hak pakai, Hak Guna Bangunan dan hak
pemerintah.
lain, hak milik atas satuan rumah susun, tanah hak pengelolaan, tanah
daftar hak atas tanah, dan warkah serta daftar lainnya di bidang
pendaftaran tanah.
pendaftaran tanah.
4. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan
spasial.
peralihan hak atas tanah dan ijin redistribusi tanah luasan tertentu;
teknis dan pema saran; usulan penegasan obyek penataan tanah ersama
masyarakat.
pertanahan.
hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik
analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini mengenai Analisis Kinerja Pelayanan
Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA), data yang peneliti
dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan yang peneliti peroleh
melalui proses wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, kata-kata dan
Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan mengunakan catatan
tertulis.
proses analisa dalam penelitian ini yaitu dengan mengunakan analisis data
menurut Prasetyan Irawan. Maka dalam kegiatan analisis data penelitian kualitatif
penyimpulan akhir.
informan itu sendiri berhubungan langsung dengan masalah yang sedang diteliti.
Selanjutnya perlu diketahui, adapun informan dalam penelitian ini yaitu
Table 4.1
Daftar Informan Penelitian
bersamaan. Seperti yang telah Peneliti paparkan pada bab sebelumnya, bahwa
dalam prosesnya, analisis data dalam penelitiaan ini mengunakan proses analisis
data menurut Irawan (2006:527). Untuk menguji keabsahan data yang didapat
Peneliti mendapatkan data primer dan sekunder yang berhasil dikumpulkan untuk
menjawab tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui cara pelaksanaan PRONA
Sawirudin, BA, SH (I.1.1) adapun beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu :
a. Persiapan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), persiapan DIPA
untuk disertipikasikan.
Kota.
pemeriksaan tanah.
f. Pembentukan Satgas PRONA, merupakan pembentukan petugas-petugas
koordinasi awal denga Kepala Desa atau Lurah yang menjadi lokasi
h. Pengumpulan Data Yuridis, dalam tahap ini beberapa pihak yang terlibat,
pihak pertama seperti ketua RT atau RW, Tokoh Masyarakat yang sadar
tertib pertanahan yang mana dibentuk oleh pihak Desa atau Kelurahan
pihak-pihak dari Desa atau Kelurahan, hal ini karena merekalah yang
k. Pencetakan Peta Bidang Tanah dan Surat Ukur, setelah pengukuran dan
pemetaan dilakukan, maka akan dibuat peta bidang tanah kemudian surat
ukur yang berisi data dari hasil pengukuran akan dicetak pada sertipakat.
tanah yang dilakukan Panitia A, jika terjadi kesesuaian data maka Panitia
selesai.
p. Laporan Akhir dan Serah Terima Hasil PRONA, apabila seluruh tahapan
Gambar 4.3
Tahap-Tahap Pelaksanaan Prona
1. Indikator Produktivitas
sebagai rasio antara input dengan output, artinya perbandingan sejauh mana upaya
yang dilakukan dengan hasil yang diperolehnya dalam periode tertentu. Hasil
yang dicapai dapat berupa barang ataupun jasa tergantung organiasi yang
dapat dilihat dalam suatu proses berjalanannya sebuah kegiatan, yaitu Bagaimana
proses penyuluhan atau sosialisasi, target yang dicapai, kendala yang dihadapi
“paham kok mba pada saat penyuluhan saya hadir, disana dijelasin cara
pensertipikasian tanah, terus pembiayaannya ditanggung oleh BPN
kecuali bayar pajak BPHTB, fotocopy surat-surat sama materai itu kita
urus dan bayar sendiri, ngejelasin persyaratan apa saja yang harus
dikumpulkan” (wawancara dengan Bapak Anton Hadi Prasetyo (I.3.1)
selaku peserta PRONA di kediaman beliau di Kelurahan Sukabakti
Kecamatan Curug pada hari sabtu tanggal 28 Mei 2016 pukul 10.00
WIB).
Hal yang berbeda diutarakan peserta PRONA yang lain, berikut kutipan
wawancaranya:
Hal yang berbeda diutarakan peserta PRONA yang lain, berikut kutipan
wawancaranya:
“pada saat penyuluhan saya tidak hadir karena ada urusan pekerjaan,
jadi saya tidak memahami apa saja yang dijelaskan” (wawancara
dengan Bapak Dondi Suryandhono (I.2.1.3) selaku peserta PRONA di
kediaaman beliau hari minggu tanggal minggu tanggal 29 Mei 2016
pukul 10.00 WIB).
Hal serupa namun sedikit berbeda yang diutarakan oleh peserta PRONA,
”saya tidak tahu kalau ada penyuluhan, tapi saya tau kalau ada
pemutihan untuk pembuatan sertipikat” (wawancara dengan Bapak
Suryadi (I.2.1.4) selaku peserta PRONA di kediaaman beliau hari sabtu
tanggal minggu tanggal 29 Mei 2016 pukul 13.00 WIB).
pelaksananaan kegiatan ini namun pada hasil wawancara kepada para peserta
PRONA ada beberapa peserta yang hanya mengikuti saja tanpa memahami
kegiatan ini dilihat dari peserta PRONA yang tidak dapat hadir, jadi peneliti
Sawirudin, BA, SH, mengenai target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
“dalam sebuah kegiatan tentu saja ada target yang harus tercapai
dalam pelaksanaan PRONA ini yaitu kami ingin menjadikan kegiatan
ini menjadi pembuka atau gerbang tentang kepastian hukum bagi
masyarakat yang ada di Kabupaten Tangerang dengan mendaftarkan
tanahnya kepada Kantor Pertanahan, tapi dari target yang akan
dicapai ada beberapa kendala dalam pelaksanaan PRONA ini yang
mengahambat kinerja kami” (wawancara dengan Bapak Wismar
Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku Koordinator Pelaksana Teknis
Kegiatan dan Penyuluh/Sosialisasi PRONA di Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang pada hari kamis tanggal 26 Mei 2016 pukul
12.00 WIB).
Pada pencapaiannya pelaksana sertipikasi tanah Negara melalui
bidang tanah yang akan disertipikatkan melalui PRONA masih belum terealisasi,
dan untuk mengetahui mengapa dari target tersebut belum teralisasi dikarenakan
kutipan wawancaranya :
hambatan atau kendala yang dirasakan petugas pelaksana PRONA, yaitu selain
permasalah tumpang tidih kepemilikan tanah yang menjadi masalah serius dengan
belum terlaksana optimal, karena dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata
pelaksanaannya, jadi tidak ada ketentuan berapa kali harus diadakan penyuluhan
atau sosialisasi, namun dilihat dari anggaran dan waktu penyelesaian yang
kali pertemuan untuk penyuluhan atau sosialisasi, dan menganggap pada saat
petemuan penyuluhan sudah terasa jelas dan masyarakat dapat memahami, namun
pada hasil wawancara kepada peserta PRONA meraka masih kurang memahami
pelaksanaan PRONA.
penyuluhan yang mengakibatkan peserta kurang tahu persyaratan apa saja yang
dikumpulkan sehingga lambat diserahkan kepetugas pengelola data dan terdapat
tanah yang bermasalah seperti tumpang tindih kepemilikan tanah, hal ini juga
Tabel 4.3
Indikator Produktivitas
publik.
Negara melalui PRONA sudah tepat waktu, maka peneliti melakukan wawancara
“bisa dikatakan kurang tepat waktu ya, karena untuk tahun 2014 data
yuridis yang didaftarkan calon peserta prona target yang ditetapkan
kepada saya ada 240 bidang dan yang diolah datanya hingga jadi sk
penetapan pemberian hanya 237orang/bidang, untuk sisanya 8 orang
dipending dulu karena masih kurang persyaratannya, kemudian sk
pemberian haknya itu di daftarkan untuk penerbitan sertipikat namun
saat proses penerbitan 3bidang yang belum jadi karena masih tersendat
di subsi pengukuran untuk cetak gambar dan surat ukurnya, dan 231
sertipikat sudah dibagikan namun tidak secara berbarengan, karena
ketentuan tanah Negara kan harus bayar BPHTB” (wawancara dengan
Bapak Mustar (I.1.2.1) selaku pengumpul dan pengelola data yuridis di
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari Jum’at tanggal 27
Mei 2016 pukul 12.00 WIB).
pelaksanaan PRONA belum tepat waktu, dilihat dari target awal kemudian
Provinsi Banten, bahwa sertipikat telah mencapai target, namun pada kenyataan
kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat atau peserta PRONA tidak
berjalan optimal.
Tabel 4.4
Indikator Kualitas Layanan
Indikator Temuan Lapangan
Kualitas Layanan - Belum tepat waktunya penyelesaian
karena tidak ada kesinkronan pengerjaan
dan penyerahan, dilihat dari sisi
penyerahan sertipikat yang belum semua
sertipikat diserahkan kepada masyarakat
atau peserta PRONA.
(Sumber : Peneliti 2016)
3. Indikator Responsivitas
segala permasalahan dan keluhan, dapat dilihat dari wawancara peneliti dengan
“kalau ada keluhan, kita tampung dulu apa saja keluhannya, nanti saat
rapat kordinasi PRONA keluhan tersebut dibicarakan dan dicari jalan
keluarnya” (wawancara dengan Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, (I.1.1)
selaku Koordinator Pelaksana Teknis Kegiatan dan Penyuluh/Sosialisasi
PRONA dikantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari kamis tanggal
26 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).
PRONA juga merespon baik atas kegiatan PRONA ini, berikut wawancara
PRONA ini sangat bagus saya gak usah mahal-mahal sama gak usah cape-cape
ngurus sertipikat, dan terbilang lumayan cepet ya soalnya biasanya yang saya
Bapak Anton Hadi Prasetyo (I.3.1) selaku peserta PRONA di kediaman beliau di
Kelurahan Sukabakti Kecamatan Curug pada hari sabtu tanggal 28 Mei 2016
“kendalanya apa dulu kalau serperti yang saya utarkan adanya overlap,
dari pihak BPN harus mencari tahu siapakah pemilik tanah yang benar,
kalau tanah tersebut sudah atas nama PT, kita pending dulu sertipikat
tidak dilanjutkan sementara, kalau permasalahannya tidak mau
membayar BPHTB mau tidak mau kita tukar pemohon yang mau dan
bersedia dan calon pemohon baru itu harus ngumpulin data yuridis
kembali, pokoknya kalau ada permasalahan sertipikat sudah jadi tapi
terjadi hal-hal seperti itu sertipikatnya tidak diserahkan” (wawancara
dengan Bapak Wismar Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku Koordinator
Pelaksana Teknis Kegiatan dan Penyuluh/Sosialisasi PRONA dikantor
Pertanahan Kabupaten Tangerang pada hari kamis tanggal 26 Mei 2016
pukul 12.00 WIB)
kutipan wawancara :
kutipan wawancara :
pelaksana prona dan perangkat desa hanya menanggapi tidak ada kejelas atas
tanah tentang yang overlap kapan harus diselesaikan dan kapan harus
diindentifikasikan permasalahannya.
Tabel 4.5
Indikator Responsivitas
Indikator Temuan Lapangan
Responsivitas - Pelaksana PRONA hanya menanggapi
tidak ada kejelas atas tentang tanah
yang overlap kapan harus diselesaikan
dan kapan harus diindentifikasikan
permasalahannya.
(Sumber : Peneliti 2016)
3. Indikator Responsibilitas
“saya rasa sudah ya, kalau belum tidak mungkin PRONA dikerjakan,
adanya kendala itu kan hanya bagian kecil dari pekerjaan saja, tidak
menunda pekerjaan yang besarnya” (wawancara dengan Bapak Wismar
Sawirudin, BA, SH, (I.1.1) selaku Koordinator Pelaksana Teknis Kegiatan
dan Penyuluh/Sosialisasi PRONA dikantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang pada hari kamis tanggal 26 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).
Hal yang serupa namun sedikit berbeda diungkapkan oleh Bapak Bror,
berikut petikan wawancaranya :
“Saya rasa sudah mba, meraka juga komperatif banget buat bareng-
bareng ngumpulin data” (wawancara dengan Bapak Bror (I.2.3) selaku
RT Sukabakti di Kantor Pertanahan saat mengantar salah satu pemohon
untuk mengambil sertipikat pada hari senin tanggal 25 Juli 2016 pukul
11.30 WIB).
pelasanaan pekerjaan yang lain, dapat dilihat dari wawancara peneliti dengan
kutipan wawancara :
“jelas tumpang tidih, cuma dibawa enjoy aja, walau pusing kadang tapi
namanya kerjaan ya harus dijalanin” (wawancara dengan Bapak Teteng
Iriandi (I.1.3) selaku Pemeriksa Tanah (Paniti A) di Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang pada hari Jum’at tanggal 27 Mei 2016 pukul
10.00 WIB).
sudah cukup baik dalam menyelesaikan tugas, walau masih ada sertipikat mereka
yang belum diserahkan atau diselesaikan. Dari kutipan wawancara dari beberapa
narasumber diatas dapat peneliti simpulkan bahwa kemampuan atas apa yang
pekerjaan yang banyaklah sehingga dalam pekerjaan ini yang membuat para
5. Inidkator Akutanbilitas
bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pemegang amanah terhadap orang
dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi
kutipan wawancaranya :
“dikerjakan supaya selesai tepat waktu dan target sudah dicapai dan
dilaporkan 100% untuk pensertipikatannya, kalau yang diserahkan
belum 100% diserahkan kepada peserta prona atau pemohon”
(wawancara dengan Bapak Mustar (I.1.2.1) selaku pengumpul dan
pengelola data yuridis di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada
hari Jum’at tanggal 27 Juni 2016 pukul 12.00 WIB).
kutipan wawancaranya :
Untuk melihat apakah hasil dari PRONA ini dapat menjamin kepastian
“iya donk, kan kegiatan prona hasil akhirnya penerbitan sertipikat, nah
sertipikat itu bukti kalau tanah tersebut legal dimiliki yang mohon
diprona” (wawancara dengan Bapak Mustar (I.1.2.1) selaku pengumpul dan
pengelola data yuridis di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada
hari Jum’at tanggal 27 Juni 2016 pukul 12.00 WIB).
“iya jelas mejamin kepastian hukum, karena dari kegiatan prona kan
menghasilkan sertipikat, sertipikat itu kan surat tanda bukti yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat” (wawancara dengan Bapak
Mad Hassan, S.IP (I.2.2) selaku Staf Kelurahan Sukabakti pada sabtu
tanggal 23 Mei 2016 pukul 12.00 WIB).
“kalau menurut saya, sertipikat ini sudah menjadi kepastian hukum, jadi
kalau ada yang ngaku-ngaku saya tinggal tunjukin aja sertipikatnya”
wawancara dengan Bapak Anton Hadi Prasetyo (I.3.1) selaku peserta
PRONA di kediaman beliau di Kelurahan Sukabakti Kecamatan Curug
pada hari sabtu tanggal 28 Mei 2016 pukul 10.00 WIB).
dapat dilihat dari penyelesaian sertipikat saja agar memenuhi target yang
ditetapkan BPN pusat dan kanwil, namun tidak disertai laporan penyerahannya,
sehingga banyaknya sertipikat yang sudah terbit namun belum bisa diserahkan.
Tabel 4.7
Indikator Akuntabilitas
Indikator Temuan Lapangan
Akutanbilitas - Dalam mempertangungjawabkan pekerjaanya
petugas PRONA yang dilaporkan ketingkat
Pusat dan Kanwil hanya menyelesaikan
sertipikat saja tidak disertai beberapa banyak
yang sudah diserahkan.
- Masyarkat merasa produk yang dihasilkan yaitu
sertipikat sangat membatu mereka dalam
mendapatkan kepastian hukum.
(Sumber : Peneliti 2016)
Tabel 4.8
Pembahasan Penelitian
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
masih belum optimal, hal ini dapat dilihat setelah melalui proses analisis data
2. Pelaksanaan PRONA belum tepat waktu, dilihat dari target awal kemudian
masalahnya.
5.2 Saran
untuk didaftar atau memang harus dipending dikarena ada kekurangan berkas
atau masalah lainnya, sehingga pemohon PRONA paham akan maksud, tujuan
dan sasaran dari PRONA, atau memberikan kesepatan waktu untuk perangkat
saja.
3. Petugas Pelaksana PRONA harus lebih teliti, cermat dan akurasi pada saat
dan untuk memenuhi kuota jumlah bidang tanah yang akan disertipikatkan
melalui PRONA, tanah yang overlap diganti pesertanya dengan tanah yang
Sumber Lain
http:bpn.go.id (10.59 AM 15/02/2015)
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, 2014-2016
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 4 Tahun 2015, tentang Program Nasional Agraria (PRONA)
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, tanggal
15 Pebruari 2014 Nomor 52/KEP-36.03/II/2014
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, tanggal
20 Januari 2015 Nomor 67/KEP.36.03/I/2015 (lampiran)
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG
````
NOMOR : 521 / KEP. 36.03 / II / 201436
TENTANG
PERUBAHAN PERTAMA
SURAT KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 21/KEP.36.03/I/2014
TANGGAL 02 JANUARI 2014 TENTANG PENUNJUKAN
PETUGAS DAN SEKRETARIAT PELAKSANA
PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN KEGIATAN
PERCEPATAN PENDAFTARAN TANAH (PRONA)
PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG
TAHUN ANGGARAN 2014
MEMUTUSKAN :
DITETAPKAN DI : TANGERANG
KABUPATEN TANGERANG
SUDARYANTO, SH, MM
KABUPATEN TANGERANG
SUDARYANTO, SH, MM
TENTANG
MEMUTUSKAN :
DITETAPKAN DI : TANGERANG
KABUPATEN TANGERANG
SUDARYANTO, SH, MM
1. Indikator Produktivitas
Q1
Pertanyaan
Apa saja yang dijelaskan pada saat penyuluhan atau
sosialisasi PRONA
Informan
“pada penyuluhan atau sosialisasi dilakukan satu kali
pertemuan karena saya rasa untuk sosialisasi kegiatan ini
para peserta dan aparat desa sudah banyak yang tahu dan
terberbenturnya anggaran serta waktu pengerjaan yang
hanya dilakukan setahun anggaran ini saja. “
“pada proses sosialisasi kami menerangkan dan
menjelaskan tetang persyartan-persyaratan yang pemohon
I,I.1 harus melengkapi beberapa persyaratan seperti
melampirkan fotocopy KTP, bukti-bukti asli kepemilikan
atau perolehan tanah, SPPT/PBB, dan menyerahkan bukti
BPHTB dan PPh, kemudian saya menyakinkan kepada
masyarakat bahwa PRONA sudah dibiayai oleh DIPA atau
aggaran pemerintah kecuali pembiayaan atas materai,
pajak, foto copy surat-surat yang berkenaan dengan
kepemilikan tanah yang dibebani oleh pemohon”
Q2
Pertanyaan
Bagaimana petugas pelaksana PRONA mengkordinir
pengumpulan data yuridis?
Informan
“untuk pengumpulan data, sebenarnya bukan tugas saya
tapi setelah penyuluhan, kami meminta perangkat desa atau
kelurahan membentuk tim khusus untuk pelaksanaan prona
I.I.1
dengan menunjuk kordinator yang mengkordinir
pengumpulan persyaratan pemohon, agar pelaksanaan
pengumpulan data berjalan dan terkodinir lebih cepat”
“satgas minta bantuan perangkat desa/kelurahan untuk
menunjuk kordinator yang bersedia untuk dalam rangka
I.1.2.1
menyiapkan mengumpulkan data atau surat-surat
kepemelikan tanah”
“puldadis minta bantuan ke perangkat desa untuk menunjuk
I.1.2.2 kordinator yang bersedia untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam permohonan PRONA”
“kadang saya sendiri turun langsung menemui orang desa,
I.1.2.3 tapi sebelumnya sudah janjian dulu, tapi kadang juga orang
desa yang ke kantor untuk nyerahin berkas”
“setelah penyuluhan, BPN meminta bantua kepada
menunjuk atau membentuk tim siapa yang bertangung
I.1.3.1 jawab untuk mengumpulkan data-data permohonan
kepeserta prona, maka ditunjuk koordinator pengumpul
persyaratan yaitu ketua RT atau RW”
“biar gampang mengkordinir pengumpulan data, dibuat tim
I.1.3.2 khusus per RT atay RW, jadi dari BPN gak harus satu-satu
nyamamperin pemohon untuk mengumpulkan data”
“saat penyeluhan BPN juga meminta prangkat Desa untuk
membetuk kelompok dan menunjuk Koordinator yang dapat
dihubungi, nah dari situ saya ditunjuk oleh pihak
I.1.3.3
keluarahan untuk menjadi kordinator yang bertugas
memberi tahu kepada calon peserta apa saja yang harus
dikumpulkan oleh mereka yang mau mengikuti PRONA”
“pengumpulan data dikordinir ke saya sabagai ketua RT.
terus kalau data yang dikumpul sudah lengkap saya
I.1.3.4
komunikasikan sama petugas dari BPN, tapi sebelumnya
saya kabarin ke pihak desa dulu”
Q3
Pertanyaan
Kendala-kendala apa saja yang dihadapai dalam
melaksanakan PRONA
Informan
“setiap kegiatan pasti ada hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan PRONA kendalanya adanya tanah yang
I.I.1
overlap dan para peserta PRONA tidak bersedia membayar
BPHTB kemudian mengundurkan diri”
“kendalanya tuh seperti tanah sudah dijual pada saat
pembuatan sertipikat, tidak membayar SSP-BPHTB,
I.1.2.1 luasnya tidak mau kurang misalnya uda diukur ternyata ada
kurang luas terkadang pemohon tidak mau, AJB (akta jual
beli) di Bank, dan penyerahan kekurangan persyataran
yang lama”
Q4
Pertanyaan
Apakah yang dijelaskan oleh petugas pelaksana PRONA
pada saat penyuluhan mudah dipahami
Informan
“paham kok mba pada saat penyuluhan saya hadir, disana
dijelasin cara pensertipikasian tanah, terus pembiayaannya
I.2.1.1 ditanggung oleh BPN kecuali bayar pajak BPHTB, fotocopy
surat-surat sama materai itu kita urus dan bayar sendiri,
ngejelasin persyaratan apa saja yang harus dikumpulkan”
“pada saat penyuluhan saya tidak hadir, karena
penyuluhannya pada jam kerja mba lagi juga saya rasa
I.2.1.2
penyuluhannya membahas garis besarnya saja prosedur
dan mekanismenya pembuatan sertipikat”
“pada saat penyuluhan saya tidak hadir karena ada urusan
I.2.1.3 pekerjaan, jadi saya tidak memahami apa saja yang
dijelaskan”
I.2.1.4 “saya tidak tahu kalau ada penyuluhan, tapi saya tau kalau
ada pemutihan untuk pembuatan sertipikat”
Q1
Pertanyaan
Apakah Penyelesaian PRONA sudah sesuai prosedur
Informan
“penyelesaian PRONA sudah sesuai dengan prosedur yang
ada, setelah pengumpulan data yuridis, petugas
pengelolaan data menuangkan pada Berita Acara, Risalah
I.I.1
Panitia dan Surat Keputusan Pemberian Hak, kemudian
penerbitan sertipikat berdasarkan Surat Keputusan
Pemberian Hak untuk Tanah Negara”
“kalau penyelesaiannya sudah sesuai dengan prosedur
setelah pengumpulan data kalau tanah Negara kan
I.1.2.1 dilakukan sesuai permohonan pemberian hak, maksudnya
langsung diproses oleh panitia “A” untuk diproses surat
keputusan pemberian haknya”
“kalau penyelesaiannya sudah sesuai prosedur kalau prona
tanah Negara penyelesaian bukan pake pengumuman tapi
pake sk, jadi prosesnya dilakukan sesuai penetapan
I.1.2.2 pemberian hak, yaitu setelah lengkap data yuridisnya,
dilakukan pembuatan berita acara lapangan, risalah
panitia pemeriksa tanah, RPD, baru dituangkan ke surat
keputusan dan baru itu dilajut ke penerbitan sertipikat”
“sudah sesuai prosedur kok, kalau untuk tanah Negara
sama halnya permohonan penetapan pemberian hak,
I.1.2.3
setelah dikumpulkan datanya dibuatin risalah, rpd sama
sknya, terus penerbitan sertipikat”
Q2
Pertanyaan
Apakah Penyelesaian PRONA sudah tepat waktu
Informan
“kegiatan PRONA di Kabupaten Tangerang ini target
pengerjaan dan waktu penyelesaiannya yang ditentukan
I.I.1 dari pusat dan dipilih per kecamatan oleh pihak kanwil,
kemudian dibagi-bagi lagi oleh kantor pertanahan kota
atau kabupaten perdesa atau kelurahan, dan target
penyelesaiannya satu tahun anggaran, untuk kabupaten
tangerang sendiri untuk tanah Negara tahun yaitu 2014
yaitu 727 orang/bidang hanya di Kelurahan Sukabakti,
sedangkan untuk tahun 2015 yaitu 131orang/bidang teridiri
dari Desa Babakan, Kelurahan Sukabati dan Desa Munjul,
dari taget tersebut nanti akan dibagikan lagi untuk
pelaksanaannya kepada petugas pelaksana PRONA sesuai
Surat Keputusan Kepala Kantor tentang
PenunjukanPenanggung Jawab dan Petugas Pelaksana
PRONA”
““bisa dikatakan kurang tepat waktu ya , karena untuk
tahun 2014 data yuridis yang didaftarkan calon peserta
prona targetnya ada 245orang/bidang dan yang diolah
datanya hingga jadi sk penetapan pemberian hanya
237orang/bidang, untuk sisanya 8 orang dipending dulu
karena masih kurang persyaratannya, kemudian sk
I.1.2.1 pemberian haknya itu di daftarkan untuk penerbitan
sertipikat namun saat proses penerbitan 3orang/bidang
yang belum jadi karena masih tersendat di subsi
pengukuran untuk cetak gambar disk dan sunya, dan 231
sertipikat sudah dibagikan namun tidak secara
berbarengan, karena ketentuan tanah Negara kan harus
bayar BPHTB”
“pengerjaan prona tepat waktu untuk yang berkasnya
lengkap , PRONA tahun 2014 di Kelurahan Sukabakti
peserta yang memohon PRONA yaitu 243 orang/bidang,
sedangkan yang lolos administrasi dan lanjut untuk
I.1.2.2 pengerjaan pemberian haknya hanya 236 orang /bidang,
dan yang 7 orang/bidang lagi adanya kekurangan dalam
administrasi persyaratan, kemudian sertipikat yang jadi
hanya 231 orang/bidang, yang 5 lagi diindikasikan adanya
overlap”
“untuk prona yang saya pegang no sknya sudah dibooking,
tapi pengerjaanya sedang dikerjakan jadi menurut saya
I.1.2.3
untuk ketepatan waktu masih belum, karena pasti
sertipikatnya belum selesai”
““belum bisa dikatakan tepat waku, karena pada desa
Munjul target tahun 2015 untuk tanah negarakan 71 orang
I.1.3.1
yang didaftar ke BPN, tapi yang baru proses 67 orang,
yang sisanya 4 belum masih dipending dulu”
“belum, dikatakan tepat waktu kan itu ditargetkan tahun ini
I.1.3.2 selesai, tapi masih ada yang belum diserahkan sertipikatnya
ke peserta prona”
“tepat waktu untuk yang mampu membayar BPHTB, tapi
I.1.3.3 yang belum membayar masih ditahan BPN soalnya itu
adalah kewajiban pemohon”
“mungkin sertipikatnya sudah jadi tapi belum diserahkan
karena biasanya belum membayar pajak, atau bisa jadi ada
I.1.3.4 kekurangan data seperti riwayat tanah yang kurang jelas,
jadi sampai tahap penyerahan sertipikat dikatakan belum
tepat waktu”
“untuk penyerahan sudah tepat waktu karena punya saya
I.2.1.1
BPHTBnya uda dibayar”
“karena waktu itu saya belum menyerahkan riwayat tanah,
I.2.1.2 sama belum bayar BPHTB jadi punya saya telat
dikasihnya”
“saya ikut PRONA dari 2015 sampe sekarang belum
I.2.1.3 diserahkan sertipikatnya, katanya masih dalam pencetakan
sertipakat”
“saya dari tahun 2015 buat sertipikat sampe saat ini belum
I.2.1.4 diserahkan katanya sih sertipikatnya lagi tahap
pencetakan”
3. Indikator Responsivitas
Q1
Pertanyaan
Bagaimana caranya menanggapai keluhan yang ada pada
Informan masyarakat dalam pelaksanaan PRONA
“kalau ada keluhan, kita tampung dulu apa saja
I.I.1 keluhannya, nanti saat rapat kordinasi PRONA keluhan
tersebut dibicarakan dan dicari jalan keluarnya”
Q2
Pertanyaan
Bagaimana cara menyelesaikan kendala-kendala dalam
Informan pelaksanaan PRONA
“kendalanya apa dulu kalau serperti yang saya utarkan adanya
overlap, dari pihak BPN harus mencari tahu siapakah pemilik
tanah yang benar, kalau tanah tersebut sudah atas nama PT,
kita pending4, dulu sertipikat tidak dilanjutkan sementara, kalau
I.I.1 permasalahannya tidak mau membayar BPHTB mau tidak mau
kita tukar pemohon yang mau dan bersedia dan calon pemohon
baru itu harus ngumpulin data yuridis kembali, pokoknya kalau
ada permasalahan sertipikat sudah jadi tapi terjadi hal-hal
seperti itu sertipikatnya tidak diserahkan”
“kan kalau BPN sudah menyelesaikan tugasnya menerbitkan
I.1.2.1 sertipikat jadi tugas pemohon tinggal menyelesaikan
kewajibannya”
“biasanya kalau ada kendala kaya operlap pekerjaannya di
tunda dulu, nanti kalau uda jelas pemiliknya yang benar yang
I.1.2.2 mana baru dilajut, kalau belum bayar BPHTB sertipikat yang
sudah jadi tidak diserahkan, karena mutlak harus melampirkan
BPHTB”
“kalau kedalanya kelamaan di pemohon saya coba hubungin
I.1.2.3 kordinator pengumpul datanya atau saya yang langsung ke
desa”
“kalau terjadi tumpang tidih dan kalau lamanya penyerahan
I.1.3.1 berkas yang kurang, saya kordinasikan langsung kepada
pemohon,
“kalau kendalanya tidak lengkapnya pada pemberkasan, selalu
dikordinasikan kepada pemohon atau kekordinator pengumpul
I.1.3.2 data di desa, nah kalau kelamaan gak diserahkan biasanya kami
akan mengganti pemohon soalnya masih banyak yang mau ikut
PRONA ini”
“menyelesaikan kendala dengan kekurangan berkas, tetep
ditagih ke pemohon, terus dicarikan solusi kalau berkasnya gak
I.1.3.3
lengkap, kalau pemohon gak bisa menunjukan batas pemohon
harus mau terima jika ada kekurangan pada saat pengukuran”
Q3
Pertanyaan
Bagaiamana tindakan pelaksana kegiatan dalam
Informan menanggapi ketelatan pengumpulan data yuridis
I.1.2.1 “saya kordinasi terus sama pihak desa atau kordinatornya”
“karena kerjaannya sudah ditarget kalau kelamaan saya
I.1.2.2 langsung kelapangan atau desa, sama kordinasi terus sama
pihak desa”
“komunikasi sama pihak desa, kalau nemuin satu-satu
I.1.2.3
makan waktu”
Q4
Pertanyaan
Bagaimana tanggap masyarakat dalam kegiatan PRONA
Informan
“kegiatan PRONA ini sangat bagus saya gak usah mahal-
I.2.1.1
mahal sama gak usah cape-cape ngurus sertipikat”
“bagus sekali, karena saya jadi ada tanda bukti
I.2.1.2
kepemilikan tanah yang sah”
I.2.1.3 “bagus sekali hanya lumayan lama ya”
“bagus kok jadi masyarakat jadi punya sertipikat tanah,
I.2.1.4
cuma punya saya belum jadi”
4. Indikator Responsibilitas
Q1
Pertanyaan
Apakah petugas pelaksana PRONA sudah mampu
mendukung berjalannya PRONA
Informan
“saya rasa sudah ya, kalau belum tidak mungkin PRONA
I.1.1 dikerjakan, adanya kendala itu kan hanya bagian kecil dari
pekerjaan saja, tidak menunda pekerjaan yang besarnya”
“sudah kok mba, karena setiap petugas mengerjakan
I.1.3.1
bagiannya masing-masing”
“sudah,karena mereka juga mau bekerja sama dengan
I.1.3.2
pihak desa”
“Saya rasa sudah mba, meraka juga komperatif banget
I.1.3.3
buat bareng-bareng ngumpulin data”
I.1.3.4 “dengan penyelesaian prona, saya rasa sudah”
Q2
Pertanyaan
Apakah yang dalam pelaksanaan PRONA tidak ada
tumpang tidih pekerjaan?
Informan
I.I.1 “selama ini berjalan dengan baik antara tugas pokok
dengan program-program yang dijalankan kantor”
I.1.2.1 “tumpang tidih pekerjaan sudah jelas, saya harus
menjalankan tugas utama saya, apalagi ditambah dengan
program yang lain seperti pembebasan tanah runway 3di
bandara”
I.1.2.2 “untuk saat ini kantor pertanahan kabupaten tangerang
lagi banyak kegiatan tentang legisasi asset, jadi satu
pegawai pasti diberi tangung jawab lebih dari tugas pokok”
I.1.2.3 “tumpang tindih sudah pasti, tapi dijadikan kendala,
sepertinya gak ya soalnya dari kerjaan pokok saya jarang
jadi bisa dikatakan prona bisa dikerjakan”
Q3
Pertanyaan
bagaimana pendapat masyarkat tentang petugas dalam
pelaksanaan PRONA dalam menyelesaikan tugasnya
Informan
I.2.1.1 “sudah cukup baik, ya menurut saya”
I.2.1.2 “cukuplah ya, yang penting sertipikat selesai”
I.2.1.3 “lumayan, soalnya gak pernah liat pegawai bpnnya”
I.2.1.4 “cukup bagus, tapi tolong sertipikatnya diselesaikan”
5. Indikator Akuntabilitas
Q1
Pertanyaan
Bagaimana petugas pelaksana mempertangung jawabkan
yang dikerjakan dalam kegiatan PRONA
Informan
I.I.1 “dengan menyelesaikan pekerjaan dan mencapai target”
I.1.2.1 “dikerjakan supaya selesai tepat waktu”
I.1.2.2 “dikerjakan diselesaikan biar masyarakat tidak banyak
keluhan”
I.1.2.3 “diselesaikan biar pemohon gak nanya-nanya”
Q2
Pertanyaan
Apakah kegiatan Prona telah mencapai target
Informan
I.I.1 “dalam penyelesaian pengerjaan sertipikat prona sudah
mencapai target, tapi untuk penyerahan masih belum”
I.1.2.1 “target sudah dicapai dan dilaporkan 100% untuk
pensertipikatannya, kalau yang diserahkan belum 100%
diserahkan kepada peserta prona atau pemohon”
I.1.2.2 “kalau sertipikat sudah selesai berartikan sudah tercapai
targetnya”
I.1.2.3 “target sudah tercapai kalau sertipikat sudah selesai, bukan
karena diserakan”
Q3
Pertanyaan
Apakah PRONA ini membantu menjamin kepastian hukum
Informan
I.I.1 “sudah pasti akan menjamin kepastian hukum, karena kan
sertipikat yang sudah jadi itu adalah tanda bukti bagi
seseorang atas suatu bidang tanah yang dikuasai atau
dimiliki”
I.1.2.1 “iya donk, kan kegiatan prona hasil akhirnya penerbitan
sertipikat, nah sertipikat itu bukti kalau tanah tersebut legal
dimiliki yang mohon diprona”
I.1.2.2 “sudah jelas, karena prona itu kan produknya sertipikat,
sertipikat itu kan bukti sah kepemilikan tanah”
I.1.2.3 “sudah jelas ada kepastian hukum, karena prona itukan
pensertipikatan secara masal”