Anda di halaman 1dari 89

SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN


KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA LOLAI
DI KABUPATEN TORAJA UTARA

OLEH
OCTAVIANUS PASANG
B 121 13 328

PROGRAM STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA LOLAI
DI KABUPATEN TORAJA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam rangka penyelesaian studi sarjana


pada Program Studi Hukum Administrasi Negara

disusun dan diajukan oleh :

OCTAVIANUS PASANG

B 121 13 328

kepada

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ABSTRAK

OCTAVIANUS PASANG (B 121 13 328), “Tinjaun Hukum Terhadap


Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan
Objek Wisata Loali Di Kab. Toraja Utara”,dibimbing oleh bapak Prof. Dr.
Andi Pangeran, SH.,MH.,DFM selaku pembimbingin I dan bapak Dr.
Hasrul, SH.,MH selaku pembimbing II.
Penelitian ini menggambarkan tentang pengloalan obejek wisata Loali
yang direncanakan akan menjadi obejek wisata baru yang menajadi
andalan di Toraja Uatara. Namum belum diimbangi dengan kepekaan
pemerintah setempat untuk menyiapkan sarana pendukung. Hampir semua
jalan menuju tempat objek wisata, yang selama ini menjadi tujuan
wisatawan, tidak memadai. Ruas jalan pada umumnya masih berupa tanah
dan bebatuan dengan lebar kurang dari 3 meter dan pendekatan yang di
lakukan pemerintah mash kurang karan masih ada Objek wisata di Lolai
belum setuju untuk melakukan kerjasama. Walaupun keadaan seperti itu
belum sepenuhnya dibenahi pemerintah kabupaten Toraja Utara, namun
kunjungan wisatawan ke Toraja Utara menurut Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Toraja Utara, setiap tahunnya meningkat dapat dari pengunjung
baik itu dalam negeri maupun luar negeri.dapat tercapai dengan baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemerintah
daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola
pariwisata di Kabupaten Toraja Utara, hasil penelitian menunjukkann bahwa
Dari unsur perencanaan, pemerintah sudah mempunyai rencana yang cukup
baik untuk lebih memajukan Objek Wisata yang ada di Lolai. Dari unsur
pelaksanaan, dari semua perencanaan yang ada belum semua kelihatan apa
yang sudah di lakukan, namun ada beberapa hal yang sudah di lakukan oleh
pemerintah untuk kemajuan dari Objek Wisata yang ada di Lolai’.
Akan tetapi masih ada saja keluhan dari para pengunjung, karena
masih kurangnya lahan parkir dan infrastruktur berupa toilet serta akses
jalan.Dari unsur pengeorganisasian, pemerintah Dinas Pariwisata sejauh
penelitian di lakukan bahwa pemerintah sudah memberikan beberapa staf
untuk terjun langsung ke Objek Wisata, dan dari unsur Pengawasan,
walaupun dari pemerintah sudah menurunkan langsung stafnya, masih ada
saja keluhan dari pengunjung. Namun sejauh ini pemerintah telah berupaya
untuk mempromosikan objek wisata Loali lebih lagi untuk menikatkan
keyamanan wisatawan yang datang ke Lolai.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus

atas kasih setia dan rahmat-Nya yang senantiasa menyertai penulis selama

penyusunan skripsi ini.

Penulisan skripsi dengan judul “Tinjaun Hukum Terhadap

Pelaksanaan Kewenangan Pemeritah Daerah Dalam Pengeolaan Objek

wisata Lolai Di Kabupaten Toraja Utara “ merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi sarjana strata satu (S1) pada Program Studi Hukum

Administari Negara di Universitas Hasanuddin Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang berguna untuk

penyempurnaan selanjutnya..

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima masukan,

bimbingan dan bantuan. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih dengan segala hormat kepada :

1. Kedua orang tua terkasih, Nikolas Pasang S.E dan Dina Pakilaran

atas kasih sayangnya untuk penulis, terus mendoakan dan mendukung

dalam kehidupan penulis,khususnya dalam pendidikan. Kakak tercinta,

Beatriks Dastri Pasang S.KM dan Sesilia Septi Pasang S.E yang

juga menjadi penyemangat untuk penulis, dan mendoakan penulis

dalam menyelesaikan studinya.

vi
2. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

3. Ibu Prof. Dr. Farida Patitingi ,SH., M.hum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin beserta seluruh stafnya.

4. Bapak Prof. Dr. Achmad Ruslan, S.H.,M.H, selaku Ketua Program

Studi Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas

Hasanudin

5. Bapak Prof. Dr. Andi Pengeran, SH., MH., DFM selaku pembimbing I

dan Bapak Dr. Muh. Hasrul, SH., MH selaku pembimbing II.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen program studi Hukum Administrai

Neagara yang telah mengajar dan membimbing penulis dalam

perkuliahan.

7. Seluruh staf tata usaha Fakulats Hukum Universitas Hasanuddin

Makassar.

8. Pemerintah Kabupaten Toraja Utara dalam hal ini seluruh staf Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata yang telah membantu penulis dalam

penelitian.

9. Aggota DPRD Komisi III Toraja utara yang telah membatu penulis

dalam penelitian.

10. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan bantuan, doa serta

dukungan dan menantikan keberhasilanku.

11. Teman-teman ASAS 2013, yang telah menemani selama kurang lebih

4 tahun. Semoga kita semua bisa meraih cita-cita kita. Kenangan

vii
bersama kalian tak akan penulis lupakan. Terima kasih untuk

persahabatan yang telah kalian berikan.

12. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Hukum Administarsi Negara

Universitas Hasnudin.

13. Teman-teman Persekutuan Mahasiswa Kristen Oikumene (PMKO)

FAKULTAS HUKUM UNHAS yang telah berbagi kasih bersama

Tuhan Memberkati kita semua.

14. Teman-teman Pon-Pon yang selalu menemani dan memberi tawa dan

semangat dalam proses penegerjaan skripsi.

15. Teman-teman Alien In Car , Dikson , Kevin wijaya , Rino Valdo

Damanik, Nelson Sirenden yang tealah menemani lebih 4 tahun ini

yang telah memeberi tawa dan semangat dalam menyelesaikan studi

di Fakutas Hukum.

16. Teman-teman magang HAN 2013 di Dinas Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Kota Makassar, Ridha,Dian Dumbi,Uswah,

Ulvianti, Nofri, dan Arif.

17. Teman – teman satu rumah Telkomas Yafet Pasang, Gregorius Tian,

Alfred M. Pasang, Neni Pakilaran. Terima kasih untuk

persaudaraannya.

18. Elmarianti Salino dan Natlia Pongbala yang telah membantu, memberi

semangat, dukungan dan motivasi selama penulis menyelesaikan

skripsi ini.

viii
19. Teman- Teman KKN Desa Padang Loang Kec. Pintupanus Kab. Wajo,

Gifary, Putri, Jihan, Trilita, dan Muh Akbar

20. Kepada Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis

yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Akhirnya penulis hanya dapat berharap kiranya Tuhan mempermudah

langkah kita untuk memperdalam ilmu dan mengamalkannya. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Tuhan Memberkati.

Makassar, Oktober 2017

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i

LEMBARAN PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI………….. ii

ABSTRAK…………………………………………………………………….. iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... .. vii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 12

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 12

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 14

A. Kewenangan ............................................................................... 14

1. Pengertian Kewenangan .................................................. 14

2. Sumber Kewenangan ....................................................... 18

B. Pemerintah Daerah ..................................................................... 23

1. Pengertian dan landasan Hukum Pemerintah Daerah ..... 23

2. Pembagian Urusan Pemerintah........................................ 27

C. Otonomi Daerah .......................................................................... 29

x
1. Pengertian Otonomi Daerah ................................................. 29

2. Prinsip Otonomi Daerah ....................................................... 26

3. Jenis-Jenis Otonomi Daerah ................................................ 39

D. Pariwisata.................................................................................... 40

1. Pengertian Pariwisata….. ................................................. 40

2. Jenis Pariwisata................................................................ 42

3. Unsur Pokok Industri Pariwisata ....................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 48

A. Jenis Penelitian ..................................................................... 48

B. Lokasi penelitian ................................................................... 48

C. Jenis dan Sumber Data........................................................ 49

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 49

E. Analisis Data ........................................................................ 50

BAB IV HASIL PENELITIAN...……………………………………………… 51

A. Pelaksanaan kewenagan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan

Objek Wisata Lolai Kab. Toraja Utara…………………………….. 51

B. Faktor – Faktor yang mepenagruhi pelaksanaan kewenanagan oleh

pemerintah Daerah dalam upaya pengelolaan objek wisata Lolai di

Kab. Toraja Utara………………….……………………………….…. 64

BAB V PENUTUP...……………..….………………………………………… 73

A. KESIMPULAN…………………………………………….…...……… 73

B. SARAN…………………………………………………….…………… 76

xi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ xi

LAMPIRAN……………………………………………………………………. xiii

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang salah satu sumber penerimaan

devisa terbesarnya adalah dari Sektor Pariwisata. Di samping tergolong

sebagai negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak,

Indonesia juga kaya akan alam dan budaya sebagai komponen terpenting

dalam bidang pariwisata.

Kata Pariwisata sendiri berasal dari bahasa sanskerta, yang

berasal dari dua kata, yaitu Pari dan Wisatawan, yang kemudian diartikan

sebagai perjalanan penuh, yaitu berangkat dari suatu tempat menuju dan

singgah di suatu tempat atau beberapa tempat, dan kembali ke tempat

asal1.

Dikaruniai kombinasi warisan budaya, iklim tropis, keberagaman

etnis, daerah tujuan wisata serta berbagai kemajemukan lainnya

merupakan daya tarik tersendiri dalam sektor pariwisata Indonesia. Hal ini

dapat dijumpai di beberapa daerah yang dijadikan daerah tujuan wisata

yang karena kombinasi keberagaman daya tariknyaturut menjadikan

Indonesia sebagai negara yang harus dijelajahi oleh wisatawan domestik

dan dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Menjadi salah satu

1Dasar-Dasar Pariwiata. Gamal Suwantoro, SH. 1997. Andi Publishing ,hal.2

1
destinasi tujuan wisata dunia tentu saja memberikan keuntungan

tersendiri bagi Indonesia.

Pada kenyatannya, sektor Pariwisata merupakan salah satu titik

fokus pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah,

baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini disebabkan

pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan

Indonesia, khususnya sebagai penghasil devisa negara di samping sektor

migas.

Sektor pariwisata menjadi prioritas nasional dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019. Secara bertahap

dari tahun ke tahun dalam periode 5 tahun RPJM 2015-2019

pembangunan pariwisata diprioritaskan dan diberi target pencapaiannya.

Di tahun 2017 sendiri, sektor pariwisata secara konsisten menjadi program

prioritas, yaitu pembangunan pariwisata Indonesia “Wonderful Indonesia”.

Menjadi salah satu dari 5 sektor prioritas pembangunan 2017

menunjukkan adanya upaya sungguh-sungguh untuk mengembangkan

pariwisata nasional.

Pariwisata sebagai sektor yang strategis dan menjadi media

integrasi program dan kegiatan antar sektor pembangunan, sehingga

pariwisata sangat masuk akal ditetapkan menjadi leading pembangunan

yang mengharuskan semua Kementrian mendukung pengembangan

pariwisata.

2
Tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia terlihat dengan

jelas dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969,

khususnya Bab II Pasal 3, yang menyebutkan “Usaha-usaha

pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan

“industri pariwisata” dan merupakan bagian dari usaha pengembangan

dan pembangunan serta kesejahtraan masyarakat dan

Negara”.Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut, dikatakan bahwa tujuan

pengembangan sektor pariwisata di Indonesia adalah untuk meningkatkan

pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan

masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja,

dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri

sampingan lainnya serta memperkenalkan dan mendayagunakan

keindahan alam dan keragaman budaya Indonesia. Selain itu juga untuk

meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional2.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

juga diamanatkan bahwa tujuan kegiatan kepariwisataan adalah upaya

melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya dengan berlandaskan

pada prinsip-prinsip memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup,

memberdayakan masyarakat setempat dan menjamin keterpaduan

antarsektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu

kesatuan sistemik dalam rangka otonomi daerah serta keterpaduan antar

pemangku kepentingan.
2Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969 Bab II Pasal 3 Tentang
Pedoman Pengembangan Kepariwisataan Nasional

3
Pengembangan kepariwisataan juga bertujuan untuk

memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan

suatu daerah, yang berarti, pengembangan pariwisata di suatu daerah

tidak telepas dari potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut untuk

mendukung pariwisatanya. Tidak hanya menguntungkan pemeritah di

sektor ekonomi tapi turut juga meyediakan lapangan kerja bagi

masyarakat.

Di Indonesia sendiri, pengembangan sektor pariwisata digalakkan

melihat adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara konsisten

dan mengingat besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi

pengembangan pariwisata.

Pengembangan sektor pariwisata merupakan suatu fenomena

yang menarik, meskipun pariwisata juga merupakan sektor yang sangat

sensitif terhadap perubahan yang terjadi, baik secara internal maupun

eksternal yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap jumlah dan minat

wisatawan untuk mengunjungi suatu negara, wilayah/provinsi maupun

daerah tujuan wisata. Sektor ini juga secara langsung turut memberikan

dampak terhadap ekonomi, sosial dan budaya.

Pariwisata juga merupakan suatu sektor yang kompleks karena

melibatkan industri - industri klasik, seperti kerajinan tangan dan

cinderamata, serta usaha-usaha penginapan dan transportasi. Pariwisata

sendiri juga selain mempunyai fungsi untuk menggalakkan ekonomi juga

dapat berfungsi menyediakan lapangan kerja,memelihara kepribadian

4
bangsa, melestarikan budaya, dan kelestarian fungsi dan mutulingkungan

hidup, dan memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa., serta memberikan

kontribusi secara langsung bagi kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan

dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan, juga mendorong

pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sasana budaya

dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan

bagi pihak manapun.

Peningkatan kontribusi sektor pariwisata pada produk domestik

bruto tentu saja memicu meningkatnya pendapatan devisa. Keberpihakan

pemerintah daerah terhadap pengembangan urusan pariwisata perlu

lebih ditingkatakan, mengingat kenyataan bahwa urusan pariwisata

mempunyai peranan yang cukup besar sebagai salah satu penyumbang

dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan juga menjadi

penyedia lapangan kerja untuk masyarakat sekitar. Pemanfaatan dan

pendayagunaan sektor pariwisata harus bersinergi dengan pelaksanaan

daerah dan harus beriorentasi kepada pemberdayaan masyarakat.

Sasaran utama pengembangan kepariwisataan haruslah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat. Hal ini dapat diwujudkan melalui

networking/kerjasama yang terpadu antara pemerintah daerah,

masyarakat, pihak swasta, dan pegawai negeri.Community based Tourism

adalah salah satu alat dan strategi pembangunan dalam sektor pariwisata.

Pemberdayaan sosial ekonomi komunitas ini lazim digunakan oleh para

perancang pembangunan pariwisata untuk memobilisasi komunitas untuk

5
berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan sebagai partner dengan

meletakkan nilai lebih dalam berpariwisata. Konsep ini tidak hanya

berfokus pada sektor pariwisata, juga dalam pembangunan Negara

dengan membuka kesempatan dan akses komunitas untuk berpartisipasi

dalam proses pembangunan.

Bukan hanya berfokus pada pengembangan yang dilakukan atau

dirancangkan oleh pemerintah, dukungan dan peran serta masyarakat

sebagai tuan rumah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dan

suasana kondusif yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya

industri pariwisata.

Disamping itu, selain hal-hal diatas, pengembangan sektor

pariwisata juga harus memperhatikan hal-hal seperti perlu ditetapkannya

berbagai peraturan yang berpihak pada peningkatan mutu pelayanan

pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, kegiatan promosi yang

dilakukan harus beragam, perlu diperhatikannya keunikan masing-masing

daerah tujuan wisata, sistem pembangunan kerjasama antar stakeholder

yang berkaitan dengan jujur, terbuka dan adil demi lancarnya

pengembangan dan pengelolaan, perlu dilakukannya pemerataan arus

wisatawan bagi semua daerah tujuan wisata, menggugah mamsyarakat

untuk menyadari peran, fungsi dan manfaat pariwisata, merangsang

mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta serta juga

perlu disiapkannya sarana dan prasarana secara baik untuk menunjang

kelancaran pengembangan sektor ini.

6
Pengembangan suatu destinasi wisata sangat berpengaruh pada

akhirnya terhadap kualitas daya tarik wisata. Perlu diperhatikan pula

bahwa pengembangan suatu destinasi wisata harus tetap memperhatikan

dan mempertahankan keaslian, keutuhan, dan kelestarian daya tarik

wisata, pola pengembangan kepariwisataan yang harus didasarkan pada

potensi dasarnya.

Mengingat Indonesia adalah negara yang sangat luas, tentu saja

tidak hanya keadaan fisik daerah yang satu berbeda dengan keadaan

daerah yang lain, tetapi bahkan juga sifat-sifat, kearifan lokal dan

kebiasaan serta cara berfikir masyarakat masing –masing daerah juga

bervariasi. Hal ini tentu saja perlu dimasukkan dalam bahan pertimbangan

saat pengembangan sektor pariwisata digalakkan oleh pihak manapun.

Pengelolaan sektor pariwisata, pembentukan kebijakan Nasional,

pembagian urusan pemerintahan di bidang Kebudayaan dan Pariwisata

adalah hal-hal yang sangat penting, yang perlu mendapatkan perhatian

khusus dari pemerintah mulai dari Pemerintah Pusat hingga ke

Pemerintah Daerah. Untuk menjamin keberhasilan setiap perencanaan

pelaksanaan tentu saja harus disesuaikan dengan kondisi daerahnya

masing-masing. Daerah yang potensi pelaksanaannya besar akan segera

nampak dari respon yang diberikan terhadap program-program

pelaksanaan nasional.Pengembangan pariwisata haruslah merupakan

pengembangan yang berencana secara menyeluruh sehingga dapat

diperoleh manfaat yang optimal.

7
Membahas mengenai pengembangan sektor pariwisata tidak

hanya berbicara dan berfokus mengenai mengembangkan,

memantapkan, memperbaiki dan membenahi destinasi wisata yang

sebelumnya sudah ada, tidak menutup kemungkinan pula untuk

menciptakan atau membuka destinasi wisata yang baru, baik itu buatan

maupun yang disediakan oleh alam sekitar. Seperti halnya di “Toraja”,

itulah sebutan yang kerap dipakai untuk menyatukan dua kabupaten,

Tana Toraja dan Toraja Utara yang terletak di bagian Utara Sulawesi

Selatan.Daerah yang terkenal dengan istilah “Tondok Lilina Lepongan

Bulan Tana Matari Allo”, salah satu aset negara Indonesia yang turut

menyumbangkan devisa di bidang kebudayaan dan pariwisata. Dua

kabupaten yang awalnya satu itu termasuk daerah yang kaya akan

budaya dan aset pariwisata yang tak kalah menariknya dengan daerah

lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional. Meskipun kini telah

terbagi menjadi dua kabupaten, hal itu tak mempengaruhi minat

wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menjelajahi bahkan

mempelajari adat, objek wisata serta budaya Toraja.

Toraja pada umumnya memiliki budaya dan adat istiadat yang

telah mendarah daging turun temurun. Adat dan budayanya pun telah

lama ada, jauh sebelum akhirnya dijadikan sebagai objek wisata.

Begitupun dengan objek-objek/destinasi wisatanya yang masing-masing

memiliki keunikan tersendiri dengan perpaduan yang sangat harmonis

dengan alam sekitarnya. Sebagaimana pengertian objek wisata itu sendiri

8
bahwa segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan

dilihat disebut sebagai objek wisata.

Berada dalam lingkup Provinsi Sulawesi Selatan dan mendapat

dukungan Dinas Pariwisata melalui program Explore South Sulawesi yang

berfokus mengembangkan destinasi-destinasi wisata terbaru di Sulawesi

Selatan pada tahun 2017 dirasakan sangat efektif dan sangat membantu

dalam peningkatan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Tana Toraja

maupun Kabupaten Toraja Utara.

Sebagai salah satu daerah yang mempunyai keunikan dalam hal

kebudayaan, adat istiadat, upacara adat, dan bahkan destinasi wisatanya,

Kabupaten Toraja Utara menjadi salah satu destinasi wisata yang harus di

kunjungi ketika berkunjung ke Sulawesi Selatan. Dan salah satu objek

yang paling digandrungi saat ini yaitu destinasi wisata Lolai. Satu Desa

yang belakangan ini populer dengan istilah Negeri di atas Awan. Destinasi

yang berada di Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi

Selatan.Desa ini memiliki gugusan pegunungan yang beberapa

puncaknya bisa dijangkau dan saat berada di lokasi tersebut tersaji

hamparan awan di sekeliling puncak pegunungan. Puncak yang tingginya

kurang lebih 1300 meter di atas permuakaan laut dan jarak Lolai sekitar

20 Kilometer dari ibu kota Toraja Utara, Rantepao.

Lolai menawarkan hamparan pemandangan pemukiman dan

gunung serta awan yang menakjubkan seperti berada di atas awan.Dii

tempat ini juga terdapat barisan Rumah adat yang disebut Tongkonan

9
yang bisa di tempati untuk bersantai menikmati pemandangan. Kegiatan

baru yang menarik lagi adalah kegiatan terjung payung yang bisa juga

dirasakan para pengujung yang ingin mencoba asiknya terjung payung

mengitarikota Rantepao. Jadi berwisata di tempat ini memang membuat

pengunjung merasakan bagaimana rasanya berada di Negeri di Atas

awan.

Upaya meningkatkan pariwisata sendiri masih dihadapkan pada

berbagai kendala yang tentu saja bisa mempengaruhi pengembangan

pariwisata itu sendiri, seperti masih banyak masyarakat yang belum mau

memberikan lahannya untuk di kelola pemerintah, akses jalan dan

akomodasi yang masih kurang memadai, petujuk jalan belum ada,

kurangnya konektivitas dan pelayanan dasar, kompleksitas dan

ketidakpastian investasi dan iklim bisnis, kebersihan dan kesehatan,

kurang baiknya amenitas di destinasi wisata, kurangnya pemandu wisata

yang mampu berbahasa asing, Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang

belum merata, fasilitas umum yang belum memadai, serta keamanan yang

kurang baik. Hal-hal tersebut tentu saja sangat mempengaruhi proses

pengembangan sektor pariwisata dan mempengaruhi pula minat serta

daya tarik wisatawan. Tidak menutup kemungkinan kendala ini juga terjadi

terhadap proses pengembangan destinasi wisata Lolai.

Upaya memaksimalkan pengembangan destinasi wisata Lolai To’

Tombi untuk dijadikan sebagai salah satu sumber perekonomian daerah

juga ikut meningkatkan secara langsung pendapatan warga yang berada

10
di daerah objek wisata tersebut. Hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari

peran serta Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara bekerja sama

dengan stakeholder terkait, dengan turut memperhatikan Perjanjian

kerjama Nomor 21/SPK/III/2017 antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Toraja Utara dengan Pengelola Obejk Wisata To’Tombi, dan

juga Keputusan Bupati Toraja Utara Nomor 380/ XI / 2016 yang mana

menetapkan bahwa Pemeritah Daerah mempunyai tanggung jawab yang

sama dengan pengelola tempat wisata untuk membangun, menata, dan

memelihara objek wisata dalam rangka upaya diverifikasi objek dan daya

tarik wisata yang layak dikunjungi oleh wisatawan. Dengan

memperhatikan hal-hal di atas maka seharusnya pengelolan Objek wisata

To’Tombi bisa di Fasilitasi dengan lebih baik. Namum pada kenyataannya

penglolaan obejek wisata masih jauh dari kata layak untuk di kunjungi

karena akses dan informasi yang mash belum baik dari Pemerintah

maupun dari Pihak pengelola objek wisata.

Berdasarkan Latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

mengangkat isu tersebut dan menuangkannya dalam suatu karya ilmiah

dengan Judul “Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Kewenangan

Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Objek Wisata Lolai Di Kab.

Toraja Utara”.

B. Rumusan Masalah

11
1. Bagaimana Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Daerah

dalam upaya pengelolaan objek wisata Lolai di Kab. Toraja

Utara ?

2. Apakah Faktor-faktor yang menghambat Pelaksanaan

Kewenangan oleh Pemerintah Daerah dalam upaya

pengelolaan objek wisata Lolai di Kab. Toraja Utara ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah

Daerah dalam upaya pengelolaan objek wisata Lolai di Kab.

Toraja Utara.

2. Untuk mengetahui Faktor – faktor yang menghambat

Pelaksanaan Kewenangan oleh Pemerintah Daerah dalam

upaya pengelolaan objek wisata Lolai di Kab. Toraja Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

kajian lebih lanjut untuk menghasilkan berbagai konsep ilmiah

yang akan memberikan sumbangan dalam pengembangan

pariwisata di Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten Toraja Utara.

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

pedoman dan masukan bagi Pemerintah Daerah khususnya

Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara dalam

pengembangan pariwisata di Kecamatan Kapalapitu, Kabupaten

Toraja Utara.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kewenangan

1. Pengertian Kewenangan

Pengertian kewenangan adalah kekuasaan membuat

keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada

orang lain, Dalam Kewenangan terdapat “kekuasaan Formal”

kekuasan yang berasal dari kekuasaan Legislatif (diberi oleh

Undang-Undang) atau dari kekuasan administartif.Kewenangan

yang biasanya terdiri atas beberapa wewenang adalah kekuasaan

terhadap segolong orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap

sesuatu bidang pemerintah (atau bidang urusan) tertentu yang

bulat, sedangkan wewenang hanya menegenai suatu ordernil

tertentu saja.”Kewenangan” di bidang kehakiman atau kekuasaan

mengadili sebaiknya kita sebut kompetensi atau yurisdiksi saja.Di

dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang

(rechtsbevoegdheden). Wewenang adalah kekuasaan untuk

melakukan sesuatu tindak hukum publik, misalnya wewenang

13
menandatangani/menerbitkan surat-surat izin dari seorang pejabat

atas nama Menteri (delegasi wewenang)3.

Mengenai wewenang itu sendiri, H.D Stout mengatakan bahwa 4:

“Wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum


organisasi pemerintah, yang dapat dijelaskan sebagai
keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan
perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah oleh
subjek hukum public di dalam hubungan hukum publik”

Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian

Hukum Tata Negara dan Administarsi Negara. Begitu pentingnya

kedudukan kewenangan ini, sehingga F.A.M. Storink dan J.G.

Steenbeek menyebutnya sebagai konsep inti dalam Hukum Tata

Negara dan Hukum Administarsi Neagara5.

Kewenangan yang didalamnya terkandung hak dan

kewajiban, menurut P. Nicolai adalah sebagai berikut6:

“Kemampuan untuk tindakan hukum tertentu yaitu tindakan


tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat
hukum, dan mencakup mengenai timbul dan leyapnya akibat
hukum. Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak
melakukan tindakan tertentu atau melekukan atau tidak
melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban memuat
keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan
tertentu”.

3 S .Prajudi atmosudirjo, Hukum Admistrasi Negara,Jakarta, Ghalia


Indonesia,1981,hal 78
4 Ridwan HR, Hukum Administari Negara,Jakarta,, PT RajaGrafindo
Persada,2006,hal 98
5 Ibid
6 Ibid hal 99

14
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata

“wewenang” memiliki arti :

1. Hak dan kekuasaan bertindak; kewenangan

2. Kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan

melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain

3. Fungsi yang boleh tidak dilaksanakan

Sedangkan menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa

hukum tidak sama dengan kekuasaan (macth). Kekuasaan hanya

menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam

hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten en

plichten). Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung

pengertian kekuasan untuk mengatur sendiri (zelfregelen) dan

mengelola sendiri (zelfbesturen), sedangkan kewajiban secara

horizontal beratrti kekuasan untuk menyelenggarakan pemerintah

sebagaimana mestinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk

menjalankan pemerintahan dalam satu tertib pemerintah Negara

secara keseluruhan7.

Setiap penyelengaran kenegaraan dan pemerintahan harus

memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh

undang-undang dengan demikian, subtansi asas legalitas adalah

7 Bagir Manan, Wewenang Provinsi, Kabupaten, dan Kota dalam Rangka

Otonomi Daerah, Makalah pada Seminar Nasiaonal, Fakultas Hukum Unpad, Bandung,
13 Mei 2000, hlm.1-2

15
wewenang, yakni kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan

hukum tertentu.

Secara pengertian bebas kewenangan adalah hak seorang

indidvidu untuk melakukan sesuatu tindakan batas-batas tertentu

dan diakui oleh indidvidu lain dalam suatu kelempok tertentu.

Sementara itu, Marbun memberikan pengertian berbeda

antara kewenangan dan wewenang. Menurutnya, kewenangan

(authotity, gezag) adalah kekuasaan yang diformalkan baik

terhadap segolongan orang tertentu maupun terhadap sesuatu

bidang secara bulat. Sedangkan wewenang (competence,

bevoedheid) hanya mengenai bidang tertentu saja. Dengan

demikian kewenangan kumpulan dari wewenang-wewenang

(rechtsnevoegeden). Menurutnya, wewenang adalah kemampuan

untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau kemampuan

bertindak yang diberikan peraturan perundang-undangan untuk

melakukan hubungan hukum. Sedangkan kewenangan dalam

konteks penyelenggaraan negara terkait pula dengan paham

kedaulatan (souveregnity). Dalam konteks wilayah hukum dan

kenegaraan, orang yang berjasa memperkenalkan gagasan-

gagasan kedaulatan adalah Jean Bondin dan setelah itu

dilanjutkan oleh Hobbes8.

8 A. Fadhilah, Skripsi : “Kewenangan Pemerintah Republik Indonesia dalam

Menjamin Kebebasan Beragama bagi Warga Indonesia”, Fakultas Hukum Universitas


Hasanuddin, Makassar, 2011.

16
Dari berbagai pengertian kewenangan sebagaimana

tersebut diatas penulis berkesimpulan bahwa kewenangan

memiliki pengertian yang berbeda dengan wewenang.

Kewenangan merupakan kekuasan formal yang berasal dari

undang-undang, sedangkan wewenang adalah suatu spesifikasi

dari kewenagan, artinya bila seorang diberikan kewenangan

berdasrkan undang-undang maka seorang dapat berwenang

terhadap kewengangan yang di berikan. Setiap kewengan yang

dimiliki suatu organ ataun institusi pemerintahan dapat melakukan

perbuatan nyata, mengadakan pengaturan atau menegluarkan

suatu keputusan selalu di dasarkan melalui kewenagan yang

diperoleh dari konstitusi.

2. Sumber Kewenangan dan cara memperoleh

Kewenangan.

Dalam kajian hukum administrasi Negara , mengetahui

sumber dan cara memperoleh wewenang organ pemerintahan

sangatlah penting, karena berkenaan dengan tanggung jawab

dalam penggunaan kewenangan. Dalam membahas sumber

kewenangan tidak lepas dari Asas Legalitas yang merupakan

salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar dalam setiap

penyelengaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap Negara

hukum yang diamanatkan oleh undang-undang. Substansi atas

17
setiap peneyelenggaraan kenegaraan harus memiliki legitimasi ,

yaitu kewenangan legitimasi adalah wewenang, dimana dapat

diartikan sebagai adanya amanat dari suatau peraturan

perundang-undangan.

Sejalan dengan pilar utama negara hukum yaitu asas

legalitas (legaliteits beginselen atau wetmatigheid van bestuur),

atas dasar prinsip tersebut, bahwa wewenang pemerintahan

berasal dari peraturan perundang-undangan9.

Secara teori terdapat tiga cara memperoleh wewenang

pemerintahan, yakni atribusi, delegasi, dan mandat. Dalam

pelaksanaan memperoleh kewenangan ada yang berpendapat

bahwa keputusan administrasi Negara hanya ada dua cara yaitu

atribusi dan delegasi saja sendangkan mandat hanya kadang-

kadang saja, namun bila dikaitkan dengan gugatan tata usaha

Negara, mandat disatukan karena penerima mandat tidak dapat

digugat secara terpisah.

H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, berpendapat wewenang

pemerintah diperoleh dari tiga cara, yakni atributie, delegetie, dan

mandaat yang dimaknai sebagai berikut :Atributie; toekning van een

bestuursbevoegdheid door een wetgever aan een bestuurorgaan;

delegatie: overdracht van een bevoegdheid van het ene

bestuursorgaan aan een ander; mandaat: een bestuusorgaan laat

9 Titik Triwulan Tutik, 2010. Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia.

Prestasi Pustakarya, Jakarta, hlm. 193

18
zijin bevoegheid namenshem uitoefenen door een ander.(Atribusi

adalah pemberian wewenag pemerintahan oleh pembuat undang-

undang kepada organ pemerintahan; delegasi adalah pelimpahan

wewenagan pemerintah dari satu organ ke organ pemerintah

lainnya; mandate adalah terjadi ketika organ pemerintahan

mengijinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas

namanya)10.

Dari sisi lain F.AM. Stroink dan J.G. Steenbeek,

mengatakan bahwa adadua cara organ pemerintahan

memperoleh wewenang, yakni atribusi dan delegasi, yakni atribusi

berkenaan dengan penyerahan suatu wewenang baru, sedangkan

delegasi menyangkut pelimpahan wewenang dari wewenang yang

sudah ada. Maka melihat teori di atas dapat disimpulkan bahwa

cara memeperoleh wewenag ada tiga cara yaitu atribusi, delegasi,

dan mandat.

Atribusi adalah wewenang pemerintah yang diperoleh dari

peraturan perundang-undangan, artinya wewenang pemerintah

dimaksud telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku, wewenang ini kemudian yang disebut sebagai asas

legalitas sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, wewenang ini

dapat didelegasikan maupun dimandatkan.

10 Sadjijono,2011,Bab-bab pokok Hukum Administrasi,Yogyakarta : LaksBang

PREESSindo, hlm 64 – 65.

19
Dengan kata lain, atribusi ialah pemberian kewenangan oleh

pembuat undang-undang sendiri kepada suatu organ pemerintahan

baik yang sudah ada maupun yang baru sama sekali. Suatu atribusi

menunjuk kepada kewenangan yang asli atas dasar ketentuan

hukum tata negara. Suatu atribusi merupakan wewenang untuk

membuat keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada

undang-undang dalam arti materiil. Rumusan lain mengatakan

bahwa atribusi merupakan pembentukan wewenang tertentu dan

pemberiannya kepada organ tertentu11.

Delegasi adalah wewenang yang diperoleh atas dasar

pelimpahan wewenang dari badan/organ pemerintahan yang lain.

Sifat wewenang delegasi adalah pelimpahan wewenang yang

bersumber dari wewenang atribusi. Akibat hukum ketika

wewenang dijalankan menjadi tanggung jawab penerima delegasi,

wewenang tersebut tidak dapat digunakan lagi oleh pemberi

wewenang, kecuali pemberi wewenang menilai terjadi

penyimpangan atau pertentangan dalam menjalankan wewenang

tersebut, sehingga wewenang dicabut kembali oleh pemberi

delegasi dengan berpegang pada asas contraries

actus.Kesimpulannya, wewenang apabila dinilai ada pertentangan

dengan konsep dasar pelimpahan wewenang.

11Ibid., hlm. 194

20
Yang memberi/melimpahkan wewenang disebut delegans

dan yang menerima disebut delegatoris. Dalam

pemberian/pelimpahan wewenang, ada persyaratan-persyaratan

yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Delegasi harus defenitif, artinya delegans tidak lagi

menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan

itu;

2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan, artinya delegasi hanya

dimungkinkan kala ada ketentuan itu dalam peraturan

perundang-undangan;

3. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan

hirarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya

delegasi;

4. Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya

delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang

pelaksanaan wewenang tersebut;

5. Peraturan kebijakan (beleidsgrelen), artinya delegans

memberikan instruksi tentang penggunaan wewenang

tersebut12.

Mandat adalah pelimpahan wewenang pada umumnya

dalam hubungan rutin antara bawahan dengan atasan, kecuali

12Ibid., hlm. 195-196

21
dilarang secara tegas oleh peraturan perundang-undangan. Ditinjau

dari segi tanggungjawab dan tanggunggugatnya, maka wewenang

mandat tanggungjawab dan tanggunggugat tetap berada pada

pemberi mandat, penerima mandat tidak dibebani tanggujawab dan

tanggunggugat atas wewenang yang dijalankan. Setiap saat

wewenang tersebut dapat digunakan atau ditarik kembali oleh

sipemberi mandat(mandans).

B. Pemerintahan Daerah

1. Pengertian dan Landasan Hukum Pemerintahan Daerah

Sistem pemerintahan di Indonesia, menurut UUD 1945 di

dalam penjelasannya dinyatakan “bahwa daerah Indonesia akan

dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi pula

dalam daerah yang lebih kecil” 13 . Kemudian setelah UUD 1945

diamendemen, dinyatakan dalam perubahan kedua Pasal 18

sebagai berikut :14

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-

daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten

dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang

diatur dengan undang-undang;

13 Siswanto Sunarno, 2006, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Sinar

Grafika. Jakarta, hlm. 1


14Pasal 18 UUD 1945 perubahan kedua

22
2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan

kota mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan;

3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan

kota memiliki dewan perwakilan rakyat daerah yang

anggota-anggotanya dipilih melalui pemiilihan umum;

4. Gubernur, bupati dan walikota masing-masing sebagai

kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota

dipilih secara demokratis;

5. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,

kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang

ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat;

6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan

daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan

otonomi dan tugas pembantuan;

7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan

daerah diatur dalam undang-undang.

Dalam Ketentuan Umum Undang-Undang No. 23 Tahun 2014

dikatakan bahwa Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

23
Menurut Sri Soemantri 15 , pembagian kekuasaan dalam negara

yang berbentuk Kesatuan, seperti Indonesia, asasnya adalah seluruh

kekuasaan dalam negara berada di tangan pemerintah pusat. Walaupun

demikian, hal itu tidak berarti bahwa seluruh kekuasaan berada di tangan

pemerintah pusat, karena ada kemungkinan mengadakan dekonsentrasi

kekuasaan ke daerah lain dan hal ini tidak diatur dalam konstitusi. Hal ini

berbeda dengan negara kesatuan yang bersistem desentralisasi. Dalam

konstitusi negara tersebut terdapat suatu ketentuan mengenai

pemencaran kekuasaan tersebut (desentralisasi).

Ada beberapa pengertian tentang pemerintahan daerah atau lokal

yang dapat dirujuk, secara historis asal-usul kata pemerintah daerah

berasal dari bahasa Yunani dan Latin kuno seperti koinotes(komunitas)

dan demos(rakyat atau distrik), commune(dari bahasa Perancis) yaitu

suatu komunitas swakelola dari sekelompok penduduk suatu wilayah. Ide

dasar tentang commune adalah suatu pengelompokan alamiah dari

penduduk yang tinggal pada suatu wilayah tertentu dengan kehidupan

kolektif yang dekat dan memiliki minat dan perhatian yang bermacam-

macam16.

15 Sri Soemantri, 1987. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi. Alumni.


Bandung, hlm. 65
16Ilham Akbar Ilyas, Skripsi : “Tinjauan Hukum Pelaksanaan Tugas Wakil Kepala

Daerah dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah Kota Makassar”, Fakultas Hukum


Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012.

24
Menurut De Guman dan Tapales 17 , tidak mengajukan suatu

batasan apapun tentang pemerintahan daerah, hanya mereka

menyebutkan lima unsur pemerintahan lokal sebagai berikut :

1. A local goverment is a political sub division of soverign nation or


state;
2. It is constituted by law;
3. It has governing body which is locally selected;
4. Undertakes role making activities;
5. It perform service within its jurisdiction.

Sementara Josef Riwu Kaho18, mendefinisikan local government

sebagai berikut :

“Bagian dari pemerintah suatu negara atau bangsa yang


berdaulat yang dibentuk secara politis berdasarkan undang-
undang yang memiliki lembaga atau badan yang
menjalankan pememrintahan yang dipilih masyarakat daerah
tersebut, dan dilengkapi dengan kewenangan untuk
membuat peraturan, memungut pajak serta memeberikan
pelayanan kepada warga yang ada di dalam wilayah
kekuasaannya”.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 mengartikan pemerintah

daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus

17 Josef Riwu Kaho, 1998. Prospek Otonomi Daerah di Negara RI. PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 43


18Ibid., hlm. 67

25
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Republik Indonesia19.

2. Pembagian Urusan Pemerintahan

Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah

Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) UU Nomor 23 Tahun 2014 didasarkan

pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan

strategis nasional. Berdasarkan prinsip tersebut, pembagian kriteria

Urusan Pemerintahan dibagi atas :

1. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah

Pusat, meliputi :

1) Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah

provinsi atau lintas negara;

2) Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah

provinsi atau lintas negara;

3) Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak

negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

19Ilham Akbar Ilyas, Skripsi : “Tinjauan Hukum Pelaksanaan Tugas Wakil Kepala

Daerah dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah Kota Makassar”, Fakultas Hukum


Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012.

26
4) Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber

dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah

Pusat; dan/atau

5) Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi

kepentingan nasional.

2. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah


provinsi, meliputi :
1) Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah
kabupaten/kota;
2) Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah
kabupaten/kota;
3) Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak
negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau
4) Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah
Provinsi.
3. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota, meliputi :
1) Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah
kabupaten/kota;
2) Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah
kabupaten/kota;
3) Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak
negatifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota;
dan/atau

27
4) Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah
kabupaten/kota20.

Berfokus pada urusan pemerintahan daerah, Daerah berhak


menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.Daerah dalam
menetapkan kebijakan Daerah, wajib berpedoman pada norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian bersama
Pemerintah Daerah melakukan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib
yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan
Pilihan yang diprioritaskan oleh setiap Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota. Pemetaan Urusan Pemerintahan Pilihan dilakukan untuk
menentukan Daerah yang mempunyai Urusan Pemerintahan Pilihan
berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan
lahan.

C. Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah

Sejarah terbentuknya otonomi daerah mulai pada sejak awal

1990-an yang telah ada wacana diantara para pemerhati

pemerintah tentang desentralisasi pemerintahan di Indonesia.

Persatuan Sarjana Ilmu Administrasi ( PERSADI ) bisa dicatat

sebagai salah satu pelopor wacana ini dan kemudian Masyarakat

Ilmu Pemerintah Indonesia (MIPI) mengikuti jejak PERSADI dalam

20
Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

28
mengembakan berbagai kajian mengenai konsep otonomi daerah

yang tertuang dalam UU No.5 tahun 1974, Secara umum ada dua

pendapat yang menampilkan dalam diskusi-diskusi itu: pertama,

bahwa UU No.5 tahun 1974 masih relevan, hanya belum

dilaksanakan secara konsisten, pendapat ini kemudian

mendorong lahirnya kebijakan pemerintah berupa proyek

percontohan otonomi daerah dari satu daerah tingkat II untuk

masing-masing provinsi. Kedua, bahwa UU No. 5 tahun 1974

sudah harus diganti sama sekali. Akhirnya Prof. Dr. M. Ryaas

Rasyid, MA mengungkapkan bahwa kekuasaan pemeritah pusat

pada waktu itu untuk medelegasikan wewenang ke daerah

memang berlebihan , sehingga pemerintah daerah sendiri yang

merupakan produk dari sistem sentralik itu pada mengalami

kesulitan dalam dalam menjalankan sistem kedaerahnya.

Sedangkan dilain pihak dapat menguntungkan kepala desa yang

langsung diangkat menajadi kepala perwakilan pemerintahan

yang dapat membebaskan mereka dari tanggung jawab politik

terhadap DPRD dan masyarakat di daerah atas setiap kebijakan

yang diambil. Di lain pihak, sistem pemeritahan daerah menurut

UU No. 5 tahun 1974 itu telah menyulitkan lahirnya pemerintah

dengan akutanbilitas publik yang cukup dan karena itu tidak

sejalan dengan aspirasi demokratisasi pemerintahan. Argumen ini

makin memperkuat pendapat yang kedua untuk sama sekali

29
meinggalkan konsep otonomi daerah yang sedang berlaku dan

menggantinya dengan sesuatu yang baru. Dan penguatan ini

dapat terlaksana pada saat reformasi dan menyusul rontoknya

kekuasan Soeharto.

Konsep otonomi menurut UU No.5 tahun 1974 dipandang

sebagai penyebab dari berbagai kekurangan yang menyertai

perjalanan pemerintah daerah selama lebih dari dua dekade.

Kenyataan belum diperolehnya pemimpin dan kepemimpinan

pemerintah yang terbaik sesuai dengan aspirasi masyarakat pada

masa itu adalah akibat dari pola rektumen yang tertuang dalam

UU No.5 tahun 1974 itu. Dinama pola itu memberi pemebenaran

terhadap berlakunya rekayasa pemilihan pemerintah yang tidak

transparan dan tidak memiliki ‘sense of public sccountability’.

Kurangnya kewenangan yang diletakkan di daerah juga telah

menjadi penyebab dari lemahnya kemampuan prakarsa dan

kreativitas pemerintah dalam menyelesaikan berbagai masalah

dan menjawab berbagai tantangan.

Secara teknis administrasi, tidak adanya kewenangan

daerah dalam proses rekutmen dan promosi pegawai,serta

kakunya organisasi pemerintahan di daerah akibat diterapkannya

pola unifromitas telah menyebabkan tidak efektifnya daya kerja

birokrasi.

30
Dari berbagai wacara itu, pemerintahan Habibie kemudian

sampai pada kesimpulan bahwa kebijakan desetralisasi yang baru

diperlukan demi meyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan

Negara kesatuan Republik Indonesia. UU No.5 tahun 1974 harus

diubah, Hasil dari perubahan itu tertuang dalam UU No.22 tahun

1999 dana UU No.25 tahun 1999.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada

acuan hukum,juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang

harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah

kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab,

terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-

sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.Secara harfiah, otonomi

daerah berasal dari kata otonomi dan daerah.

Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari

kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti

aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai

kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk

membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.Sedangkan

31
daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

batas-batas wilayah.21

Selanjutnya Sarundajang mengartikan otonomi daerah

sebagai berikut:22

1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom,

hak tersebut bersuber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan

pemerintah yang diserahkan kepada daerah.

2. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengantur

rumah tangga sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan

wewenang otonominya itu diluar batas-batas wilayah darahnya.

3. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus

rumah tangga darah lainsesuai dengan wewenang pangkal dan

urusan yang diserahkan kepadanya.

4. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain.

Otonomi adalah pola pemerintahan sendiri, sedangkan otonomi

daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan

mngurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yag berlaku.23

21https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah/.
Diakses pada tanggal 31 Januari
2017 Pukul 12.35 WITA
22 HAW.Widjaya, 2004, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo,

Jakarta, hlm. 21-22


23 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: Hal 992.

32
Berdasarkan Undang-undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah , menurut pasal 1ayat (6) defenisi otonomi daerah yakni :

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah


otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahandan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Mencermati pengertian menurut Undang-undang No.23 Tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah, maka mengenai defenisi otonomi

daerah dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerintah pusat memberikan

kesempatan kepada pemerintah daerah agar dapat mengatur dan

mengurus urusan rumah tangganya dengan prakarsaya sendiri sesuai

dengan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pasal 18 UUD 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah

untuk menjalankan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab

berdasarkan perturan perundang-undangan yang berlaku.Hal ini sangat

cocok dengan keadaan Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku

bangsa dan berbagai potensi daerah dan dengan adanya otonomi daerah

diharapkan dapat memaksimalkan segala kemampuan yang dimiliki oleh

sebuah daerah.

Daerah otonom yang di maksud menurut Undang-undang No.23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada pasal 1 ayat (12) ,yakni:

“Daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan


masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.

33
Pada ayat ini menjelaskan bahwa setiap daerah mempunyai hak

untuk mengurus daerahnya sendiri.Selain itu, peran otonomi daerah juga

dimaksudkan melaksanakan desentralisasi, dekosentrasi, dan tugas

pembantu.

Penjelasan mengenai desentralisasi, dekosentrasi dan tugas

pembantu terdapat dalam pasal 1 ayat 7,8 dan 9 Undang-undang No. 23

tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yakni:

a. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas

Otonomi.

b. Dekosentrasi adalah pelimpahan sebagai urusan pemerintah yang

menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai

wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertical di wilayah tertentu

dan/ atau kepada gubernur dan bupati/ wali kota sebagai

penanggung jawab urusan pemerintah umum.

c. Tugas pembantuan daaerah adalah penugasan dari pemerintah

pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat

atau dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah kabupaten/

kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah provinsi.

34
Melihat berbagai defenisi dan penjelasan mengenai otonomi

daerah, maka ditarik kesimpulan bahwa otonomi daerah memiliki ciri atau

batasan sebagai berikut:24

1. Pemerintah daerah yang berdiri sendiri.

2. Melaksanakan hak, wewenang dan kewajiban pemerintahan

sendiri.

3. Melakukan pengaturan, pengurusan dari hak, wewenang dan

kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya melalui peraturan

yang dibuat sendiri.

4. Peraturan yang menjadi landasan hukum urusan pemerintahan

tidak boleh bertentangan dengan peraturan dan perundang-

undangan diatasnya.

2. Prinsip Otonomi Daerah

Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional

tidak bisa dilepas dari prinsip otonomi daerah. Sesuai penjelasan Undang-

Undang Nomor 23 tahun 2014, prinsip pelaksanaan otonomi daerah

adalah otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab yang akan

memberikan kepercayaan bagi daerah untuk mengelola kewenangan yag

lebih besar dan luas.

24 H.Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, 2009, Hukum Administrasi

Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Penerbit Nuansa, Bandung, hlm. 111

35
Prinsip otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yakni otonomi luas, nyata dan

bertanggung jawab.25

1. Prinsip Otonomi luas, yang dimakud bahwa kepala daerah diberi

wewenang, tugas, hak dan kewajiban untuk menangani urusan

pemerintahan yang tidak ditangani oleh pemerintah pusat sehingga

isi otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah memiliki banyak ragam

dan bentuknya. Disamping itu, daerah diberikan keleluasaan untuk

menangani urusan pemerintahan yang diserahkan itu, dalam

rangka mewujudjkan tujuan yang dibentuknya suatu daerah dan

tujuan pemberian otonomi daerah itu sendiri terutam dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat, sesuai dengan potensi

dan karakteristik masing-masing daerah.

2. Prinsip otonomi nyata, adalah suatu tugas, wewenang dan

kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang senyatanya

telah ada dan berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai

dengan potensi dan karakteristik daerah masing-masing. Dengan

demikian, isi dan jenis otonomi daerah bagi setiap daerah tidak

selalu sama dengan daerah lainnya.

3. Otonomi yang bertanggung jawab, adalah otonomi yang dalam

penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan

pemberian otonomi daerah yang pada dasarnya untuk

25 H. Rozali Abdullah, 2010, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan

Kepala Daerah Secara Langsung, Jakarta, hlm. 5

36
memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat.

Dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan terutama

dalam penyelenggaraan otonomi, daerah dibekali dengan hak dan

kewajiban tertentu.26

Hak-hak daerah antara lain:

1. Mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahannya

2. Memilih pemimpin daerah

3. Mengelola aparatur daerah

4. Mengelola kenyataan daerah

5. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah

6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya lainnya yang berada di daerah

7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yag sah dan

8. Mendapatkan hal lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Disamping hak-hak tersebut, daerah juga dibebani beberapa

kewajiban yaitu:

1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan

kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia

26Ibid,.hlm. 28-29

37
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

3. Mengembankan kehidupan demokrasi

4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan

5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan

6. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

7. Menyediakan fasilitas social dan fasilitas umum yang layak

8. Mengembangkan system jaminan sosial

9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah

10. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah

11. Melestarikan lingkungan hidup

12. Mengelola administrasi kependudukan

13. Melestarikan nilai social budaya

14. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan

sesuai dengan kewenangannya dan

15. Kewajiban lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Hak dan kewajiban daerah tersebut diwujudkan dalam bentuk

rencana kerja pemerintah daerah dan dijabarkan dalam bentuk

pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah.

3. Jenis – Jenis Otonomi Daerah

Menurut Suryaningrat bahwa terdapat tiga jenis otonomi, yaitu:

38
a) Otonomi Materil, dalam hal ini tugas pemerintah daerah

ditetapkan satu persatu secara terinci di luar dari tugas yang

ditentukan dan merupakan urusan pemerintah pusat

b) Otonomi Formil, dalam otonomi ini urusan yang termasuk

dalam urusan rumah tangga otonomi daerah tidak secara

apriori ditetapkan dalam undang-undang. Daerah boleh

mengatur segala sesuatu yang dianggap penting bagi

daerahnya, asal saja tidak mencakup urusan yang telah diatur

dan diurus oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah

yang lebih tinggi tingkatannya.

c) Otonomi Riil, dalam otonomi ini, penyerahkan urusan atau

tugas dan kewenangan kepada daerah didasarkan pada

faktor yang nyata atau riil, sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan riel dari daerah maupun pemerintah pusat serta

pertumbuhan kehidupan masyarakat yang terjadi.

C. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Secara etimologi, pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta,

“pari” berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap dan

“wisata” berarti perjalanan, bepergian yang dalam hal ini sinonim

dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Pariwisata adalah suatu

perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang

39
diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan untuk

berusaha (business) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi,

tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna

bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka

ragam.27

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian

perjalanan wisata, yaitu perubahan tempat tinggal sementara.

Pariwisata sering juga diartikan sebagai fenomena pergerakan

manusia, barang , dan jasa yang sangat kompleks. Pariwisata

diartikan juga sebagai kegiatan dengan kombinasi beberapa bidang

seperti hotel, objek wisata, souvenir, pramuwisata, angkutan wisata,

biro perjalanan wisata, rumah makan dan lainnya. Dari beberapa

defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan

suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa

orang dengan mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan untuk

rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya

tarik wisata dalam jangka waktu tertentu.

Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009

Tentang Kepariwisataan menjelaskan:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi

tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan

27Yoeti, 2001, Pengantar Ilmu Pariwisata, Penerbit Angkasa, Bandung, hal.98

40
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan

oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,dan Pemerintah

Daerah.

d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait

dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta

multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap

orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,

Pemerintah Daerah, danpengusaha.

2. Jenis Pariwisata

Disamping defenisi pariwisata, jenis pariwisata perlu pula

dijabarkan diisni untuk menyusun statistik atau data-data yang

lebih akurat dalam bidang ini. Pariwisata juga dapat dibedakan

menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-

jenis pariwisata yang dikenal saat ini yaitu:28

a. Wisata Budaya

28Nyoman. S. Pendit, 2006, Ilmu Pariwisata, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 38-
43

41
Ini dimaksudkan agar perjalanan dilakukan atas dasar

keinginan sendiri, untuk memperluas pandangan hidup

seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau

peninjauan ke tempat lain, mempelajari keadaan rakyat,

kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni

mereka. Seiring perjalan serupa ini disatukan dengan

kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan

budaya.

b. Wisata Kesehatan

Ini dimaksudkan perjalanan seseorang dengan tujuan

untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat dimana ia

tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti

jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan

seperti mata air panas yang mengandung mineral yang

menyembuhkan.

c. Wisata Olahraga

Ini dimaksudkan wisatawan yang melakukan perjalanan

dengan tujuan berolahraga atau sengaja dengan maksud

mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga disuatu tempat.

d. Wisata Komersial

Ini dimaksudkan wisatawan yang melakukan perjalanan

bermaksud untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan

42
raya yang bersifat komersil, seperti pameran industri dan

pameran dagang.

e. Wisata Industri

Ini dimaksudkan perjalanan yang dilakukan oleh

rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam

kesuatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat

pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud

untuk mengadakan penelitian atau peninjauan.

f. Wisata Politik

Jenis ini meliputi perjalanan mengunjungi atau mengambil

bagian dalam peristiwa politik, seperti konfrensi, musyawarah,

kongres atau konvensi politik yang selalu disertai dengan

darmawisata.

g. Wisata Konvensi

Berbagai negara dewasa ini membangun wisata

konvensi dengan menyediakan fasilitas bangunan beserta

ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu

konvensi, berusaha dengan keras menarik organisasi atau

badan-badan nasional maupun internasional untuk

mengadakan persidangan mereka dipusat konvensi ini.

h. Wisata Sosial

Yang dimaksud perjalanan ini adalah pengorganisasian

suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi

43
kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi rendah

untuk mengadakan perjalanan.

i. Wisata Pertanian

Wisata ini adalah pengorganisasian yang dilakukan ke

proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladan pembibitan dan

sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan

kunjungan dan peninjauan. Untuk tujuan studi maupun melihat-

lihat sekeliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka

warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayuran.

j. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak diakitkan dengan kegiatan

olahraga air, memancing, menyelam sambil melakukan

pemotretan dan lain-lain. Jenis wisata ini juga kerap dikatakan

sebagai wisata tirta.

k. Wisata Cagar Alam

Untuk wisata ini biasanya banyak dilakukan oleh agen-

agen yang mengkhususkan usahanya dengan jalan mengatur

wisata ketempat cagar alam, hutan, daerah pegunungan dan

sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-

undang.

l. Wisata Buru

Jenis ini banyak dialkukan dinegeri-negeri yang memiliki

daerah hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah

44
dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata

buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang

bersangkutan.

m. Wisata Pilgrim

Wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat

istiadat dan kepercayaan umat .Wisata ini banyak dilakukan

oleh perorangan atau kelompok ke tempat-tempat suci, dan

sebagainya. Wisata ini sering dihubungkan dengan niat atau

hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan

batin, keteguhan iman, dan tidak jarang pula untuk tujuan

memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.

n. Wisata Petualangan

Dikenal dengan istilah Adventure Tourism seperti masuk

hutan belantara yang tadinya belum pernah dilalui.

3. Unsur Pokok Industri Pariwisata

Seperti halnya dalam industri-industri lain, industri pariwisata

juga harus ditegakkan diatas landasan prinsip-prinsip dasar yang

nyata. Prinsip dasar ini banyak tergantuk didalam sepuluh landasan

pokok yang dinamakan dasa unsur, atau dasa sila yang

45
pelaksanaannya membutuhkan kebijakan terpadu dan konsisten.

Kesepuluh unsur ini dapat dirumuskan sebagai berikut:29

a. Politik Pemerintah

b. Perasaan Ingin Tahu

c. Sifat Ramah-Tamah

d. Jarak dan Waktu

e. Atraksi

f. Akomodasi

g. Pengangkutan

h. Harga-Harga

i. Publisitas dan Promosi

j. Kesempatan Berbelanja

29Nyoman. S. Pendit, ibid, hlm. 11-26

46
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian hukum yuridis-empiris,

dengan bentuk deskriptif analitik yaitu dengan mengurai, menjelaskan,

dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan dari hasil penelitian

dan dilakukan dengan mengadakan penelitian kepustakaan serta

penelitian lapangan.

Penelitian hukum yuridis-empiris dilakukan dengan meneliti secara

langsung kelokasi penelitian untuk melihat secara langsung penerapan

perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan

penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa

responden yang dianggap memberikankaan informasi mengenai

pelaksanaan penegakan hukum tersebut.30

B. Lokasi Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat oleh penulis,

penulis akan melakukan penelitian pada wilayah di Kabupaten Toraja

Utara karena lokasi tersebut tersedia data yang memadai untuk

melakukan penelitian yang sesuai dengan masalah yang diambil. Adapun

lokasi yang dipilih menunjang data yaitu:

30 Soerjono Soekanto, 1983, Pengantar Penelitian Hukum, Rineka Cipta,


Jakarta, hlm.78

47
a. Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Toraja Utara.

b. Objek Wisata Loali (To’tombi)

c. DPRD Toraja Utara

C. Jenis dan Sumber Data

Data pendukung dalam penelitian ilmiah yang penulis lakukan terdiri

dari dua jenis data, yakni:

a. Data Primer

Data Primer adalah data atau informasi yang diperoleh

secara langsung dilapangan dengan mengadakan wawancara

interview pada pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang

dibahas.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil sebagai

penunjang atau bahan banding guna memahami data primer

yang berasal dari peraturan perundang-undangan, tulisan,

makalah, buku-buku, dan dokumen atau bahan lain serta

informasi dari pejabat yang berwenang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini

ditempuh prosedur sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

48
Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang

dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan

memahami berbagai literature, peraturan perundang-

undangan, dan peraturan lainnya baik buku-buku ilmu hukum

serta tulisan-tulisan hukum lainnya yang relevan dengan

permasalahan penulisan skripsi ini.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah mengumpulkan data yang

dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung pada

tempat atau objek penelitian melalui wawancara dengan

pihak-pihak terkait atau berkompeten yaitu petugas di dinas

pariwisata, pengelola objek pariwisata, masyarkat pengujung

objek wisata, anggota DPRD yang membidangi Pariwisata.

E. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun data

sekunder terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan metode empiris,

yaitu mengungkapkan dan memahami kebenaran masalah serta

pembahasan dengan menafsirkan data yang diperoleh kemudian menarik

satu kesimpulan berdasarkan analisis yang telah tersusun secara terinci

dan sistematis.

49
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam

Pengelolaan Objek wisata Lolai di Kab. Toraja Utara

Kepariwisataan merupakan kegiatan pariwisata yang bersifat

multidimensi, multisektoral, multidisiplin dan multi pemangku kepentingan.

Pengelolaan pariwisata merupakan salah satu factor penting dalam

pemerintahan daerah karena industri pariwisata dapat memberikan

peluang bagi pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional yang

berdampak pada penerimaan APBD. Dalam pengelolaannya, dibutuhkan

perencanaan dan pengendalian yang terpadu serta sinergis agar dapat

memberikan dampak positif yang maksimal dan dampak negative yang

minimal.

Kabupaten Toraja Utara merupakan wilayah yang sangat potensial,

selain secara geografis strategis sebagai wialyah yang berbatasan

dengan Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu, Kota Palopo dan Mamuju

Provinsi Sulawesi Barat, yang dapat dijadikan jalur wisata Kabupaten

Toraja Utara merupakan kawasan stategis pariwisata yang kaya dengan

sumber daya pariwisata yang dapat dikembangkan sebagai andalan

ekonomi untuk mensejahterahkan masayarakat. Keanekaragaman

lingkungan budaya serta alam hayati dengan prospek kekuatan ekonimi

merupakan daya tarik sebagai objek wisata yang dapat ditawarkan untuk

50
melayani kebutuhan wisatawan. Kabupaten Toraja utara dibentuk sesuai

dengan Undang – Undang Nomor 28 tahun 2008 yang letaknya berada di

sebalah utara , Kabupaten yang terletak antara 2o35”LS – 3o15” LS dan

199o – 120” Bujur timur dengan luas wialayah 1.151,47km terdiri dari

hutan Lindung 47.900Ha, Hutan Rakyat 5.260 Ha, 12.790, 93 Ha, Kebun

14,620 Ha. Pemukiman 9.865 Ha dan berada pada ketinggian 704 – 1.646

meter di atas permuakanan air laut.

Obejek wisata Lolai terbagi dalam beberapa tempat yaitu

Tongkonan Lempe, To’Tombi, Mentiro Tiku dan yan terbaru adalah

Pongtora namun hanya objek wisata To’ tombi dan Mentiro Tiku yang

setuju untuk melakukan kerjasama denga Dinas Pariwisata sementara

Objek Wisata Lolai Tongkonan Lempe masih belum setuju untuk

melakukan kerjasama karena menurut salah satu pengelola yaitu Pak

Markus :

“ Kami selaku pengelola belum mau melakukan kerja sama karena

tongkona lempe ini kami mau dikelola sendiri atas persetujuan dari

keluarga yang mempunyai tongkonan “

Daya tarik yang ada di Lolai memang mempesona karena

memperlihatkan keindahan alam pada pagi hari yang membuat para

pengujungnya takjup karena serasa di atas awan. Namun tidak di dukung

dengan falitas umum, keamanan dan informasi masih kurang dirasakan

pengujung yang datang seperti yang di katakan pengujung yang penulis

temui semua mengeluhkan masalh jalan menuju lokasi sangat buruk

51
karena masih berlupu membuat jalanan menjadi licin ditambah juga

petunjuk jalan yang kurang sehingga membuat kita harus bertanya

kepada penduduk setempat, tidak hanya itu sampai di lokasi pariwisata

juga masih dikeluhkan masalah keamanan tempat wisata yang kurang

seperti tidak ada tanda batas pijak pengujung dan tali pembatas yang

kurang.

Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 49

Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kerja Dinas Daerah

Kabupaten Toraja Utara, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut

dengan Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 9 Tahun

2011, Dinas Kebudayaan, Pariwisata sebagai SKPD yang

bertanggung jawab merumuskan kebijakan teknis, pemberian

perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum, pembinaan teknis,

pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas di bidang

kebudayaan dan pariwisata, pengelolaan ketatausahaan Dinas,

pelaksanaan tugas lain di bidang kebudayaan, pariwisata yang

diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya

Pemerintah Daerah sebagai fasilitator mempunyai fungsi

yang strategis dalam mewujudkan upaya-upaya ke arah

pengembangan pariwisata melalui kepemimpinan institusinya

dalam hal perencanaan, pembangunan, pengeluaran kebijakan

pariwisata , dan pembuatan dan penegakan peraturan, sehingga

pariwisata daerah mendapat perhatian lebih mendalam khususnya

52
pada aset-aset wisata yang potensi wisatanya bukan saja bernilai

historis melainkan aset wisata yang perpotensi ekonomi.

Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, pasal 8 ayat 1 dan 2 dijelaskan bahwa

pembangunan kepariwistaan merupakan bagian internal dari

rencana pembangunan jangka panjang. Oleh karena itu, jangka

waktu perencanaan Reancana Induk pembangunan dan

pengembangan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) 31 Kabupaten

Toraja Utara disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Toraja Utara, yaitu sampai

tahun 2030.

Dengan Visi Dinas Pariwisata dan Kebudayan Toraja Utara :

”Terwujudnya Toraja Utara sebagai pariwisata budaya yang penuh

pesona dan berkualitas”

Dalam mengimplementasikan visi pembangunan kebudayaan dan

kepariwisataan tersebut diatas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan

berpedoman pada tugas pokok dan fungsi sebagai regulator dan fasilitator

dalam pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan yang transparan,

akuntabel dan mengutamakan kepentingan masyarakat, yang mempunyai

misi sebagai berikut adalah:

31
Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2030

53
1) Melakukan pelestarian dan pengembangan

kebudayaan yang

berlandaskan nilai luhur.

2) Mendukung pengembangan destinasi dan pemasaran

pariwisata yang berdaya saing global.

3) Melakukan pengembangan sumber daya kebudayaan

dan pariwisata.

4) Menciptakan ketatalaksanaan yang bersih dan

akuntabel serta layanan publik yang ramah.

5) Melakukan pembinaan dan kerjasama

pengembangan seni budaya dan kerajinan untuk

meningkatkan taraf ekonomi masyarakat

Untuk pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Toraja Utara, Dinas

Kebudayaan Dan Pariwisata mengeluarkan kebijakan pengembangan

pariwisata yang mencakup kebijakan pokok, kebijakan pengembangan

perwilayahan (keruangan/spasial), pengembangan produk wisata,

pengembanagan pasar dan pemasaran, serta pengembangan SDM dan

kelembagaan untuk lingkup Kabupaten Toraja Utara.

54
1. Kebijakan Pokok Pengembangan Pariwisata

a) Mewadahi, membangun, dan mengembangkan manfaat

potensi pariwisata sebagai kegiatan ekonomi yang

menciptakan lapanan kerja

b) Meningkatkan kempauan dan keterampilan aparatur serta

pemberdayaan tugas dan fungsi Dinas sebagai

fasislotataorndan regulator pengembangan pariwiwsata.

c) Meningkatkan kesempatan berusaha dan ketelibatan

masyarakat dalam mengembangkan ODTW dan pelestarian

budaya; dan

d) Melaksanakan kerjasama kebudayaan dan pariwisata antar

daerah dan dunia usaha32.

2. Kebijakan Pengembangan Perwilayahan

Upaya pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan

merupakan salah satu kegiatan yang berimplikasi pada perencanaan

dan pengembangan produk suatu wilayah. Pengembangannya harus

menjangkau berbagai tingkat kecamatan mulai dari tingkat wilayah,

tingkat kecamatan, tingkat kelurahan, tingkat kabupaten bahkan

sampai ke tingkat propinsi. Pada masing-masing kawasan

pengembangan di Kabupaten Toraja Utara ini, diberi nama dan

32
Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2030, Pasal 12 , Hal.13

55
ditentukan satu kelurahan sebagai pusat pertumbuhannya. Kebijakan

pembangunan perwilayahan meliputi:

a) Memberikan arahan yang jelas bagi pengembangan pariwisata

di daerah berdasarkan karakteristik kewilayahannya melalui

penetapan kawasan penngembangan;

b) Melakukan pengelompokan ODTW pada satuan KPP; dan

c) Menetapkan prioritas pengembangan satuan KPP dengan

memperhatikan dampak terhadap ODTW33

3. Kebijakan Pengembangan Produk Wisata

Pengembangan produk wisata toraja utara berorientasi pada

potensi dan daya tarik budaya yang unik dan khas yang didukung oleh

budaya , seni dan sejarah serta keindahan panorama alam. Produk

wisata ini dikembangkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan

kecenderungan pasar pariwisata yang berkembang, terutama tema-

tema wisata minat khusus yang dapat menarik wisatawan asing.

Dalam pengembangan produk wisata ini, diperlukan penetapan

produk wisata andalan bagi kabupaten toraja utara sebagai faktor

penarik utama bagi pengembangan pariwisata di kabupaten toraja

utara di tingkat regional, nasional dan internasional. Dalam kaitannya

dengan pengembangan produk wisata, obyek-obyek dan daya tarik

wisata sejarah-budaya dan kesenian daerah serta event-event

33
Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2030 , Pasal 13, Hal. 14

56
pariwisata masih harus didukung sepenuhnya oleh pemerintah daerah

melalui pengembangan dan pemantapan pembinaan seni dan budaya

dan penyelenggaraan event seni budaya tertentu. Salah satu

contohnya yaitu diadakannya event tahunan Lovely December dan

Toraja Internasional Festival. Kebijakan pembangunan produk wisata

sebagimana dimaksud dalam dalam RIPDA Toraja Utara adalah:

a) Menguatkan identitas KPP yang memiliki keunikan dan

kekhasan tradisi dan budaya daerah;

b) Menata diversifikasi produk wisata; dan

c) Mendukung upaya masyarakat dengan memperhatikan

daya dukung ODTW.34

4. Kebijakan Pengembangan Pasar dan Pemasaran

Dalam pemasarannya, citra pariwisata menjadi sangat

penting. Oleh karena itu perlu dibangun identitas jatidiri dan citra

yang menjadi tema utama pemasaran pariwisata toraja utara.

Pemasaran dan promosi pariwisata di daerah, pihak industri

pariwisata bersama Badan Promosi Pariwisata Derah (BP2D)

bertanggung jawab atas upaya promosi paket wisata serta

pelayanan pariwisata yang ditawarkan. Untuk mengembangkan

segmen pasar wisatawan toraja utara, dinas kebudayaan dan

pariwisata sudah melakukan beberapa hal yang diharapkan efektif

34
Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2030, Pasal 14, hal 14

57
untuk mempromosikan toraja utara di luar. Kebijakan pemerintah

dalam pembangunan pasar dan pemasaran adalah:

a) Mengembangkan segmen pasar wisatawan yang

telah ada dan menumbuhkembangkan pasar

wisatawan potensial lainya;

b) Mengembangkan segmen pasar wisatawan daerah

berdasarkan karakteristik ODTW unggulan maupun

produk wisata utama yang ditawarkan

c) Mengembangkan strategi pemasaran yang

disesuaikan dengan karakteristik pasar wisatawan

yang menjadi sasaran pada setiap ODTW;

d) Mengembangkan pendekatan pemasaran pariwisata

secara terpadu terorganisir, efisien dan efektif.

e) Menata dan mengembangkan system informasi

pariwisata yang efektif secara komprehensif dengan

akses pasar dalam dan luar negeri

f) Mengembangkan pola kerjasama promosi antar

daerah dan dengan dunia usaha pariwisata;

g) Mengembangkan dan meningkatkan jenis atraksi

budaya pada kegatian kebudyaan; dan

58
h) Membetuk lembaga atau Bapan Promiso Pariwisata

Daerah35.

5. Kebijakan pembangunan kawasan wisata/ODTW

Pembangunan kawasan wisata/ODTW harus sesuai dengan

perencanan yang sudah di sepakati tampa mengurangi

aspek budaya, agama, dan kekhasan suatu

wilayah.Pembagunan kawasana wisata / ODTW seperti di

tulis dalam RIBDA adalah :

a) Menegmbangkan ODTW dalam aspek perencanaan,

pemanfaatan, dan pengendalian yang merupakan

satu kesatuan yang terintegrasi;

b) Mengembakan ODTW berdasarkan penedekatan

pembangunan satuan KPP dengan nuansa agama,

budaya, estetika dan moral yang dianut oleh

masyarakat;

c) Melakukan pengembangan sesuai dengan

makanisme pasar

d) Memberikan pelayanan yang optimal, tanpa

mengurangi keunikan dan kekhasa ODTW dan

kelestarian lingkungan36.

35
Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2030, Pasal 15 ,Hal 14-15.

36
Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2030, Pasal 16. Hal 15.

59
6. Kebijakan pengembangan sumber daya manusia (SDM)

Pengembangan periwisata tidak terlepas dari produk

kebudayaan dan pariwisata yang beragam, sesuai dengan

identitas daerah. Penyiapan sumber daya manusia tidak hanya

bagi aparatur pemeritah daerah, pelaku usaha pariwisata dan

generasi muda, tetapi penting pula dipersiapkan berbagai

penyuluhan mengenai pariwisata (peluang dan dampaknya) bagi

masyarakat awam. Salah satu kebijakan yang sudah mulai

dijalankan di bidang pengambangan SDM ini adalah

pemberdayaan masyarakat lokal dalam kegiatan kepariwisataan di

daerahnya dengan bantuan untuk kelompok-kelompok usaha kecil

di objek wisata tertentu. Pemerintah dalam hal ini Dinas

Kebudayaan Dan Pariwisata juga berusaha meningkatkan kualitas

pelayanan pariwisata dan kemampuan komunikasi khususnya

SDM yang berhadapan langsung dengan wisatawan. Kebijakan

pembangunan SDM yang tercantum dalam RIBDA yaitu ;

a) Meningkatkan kuantitas dan kulaitas SDM;

b) Meningkatkan kulaitas pelayanan pariwisata dan

kempuan komunikasi;

c) Membedayakan masyarakat local dalam kegiatan

pariwisata; dan

60
d) Meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan

kesadaran seluruh pelaku pariwisata37.

7. Kebijakan Sarana Dan Prasaran Pariwisata

Kebijakan pembanguna Sarana dana Prasana Pariwisata

sebagaimana dimaksud dalam RIBDA Toraja Utara :

a) Menyiapkan sistem perencanaan tata ruang kawasan

wisata yang lebih oprasional pada tingkat KPP dan

ODTW;

b) Meningkatkan aksessibulitas ODTW

c) Memenuhi fasilitas standar ODTW; dan

d) Menarik investor untuk membangun akomodasi dan

fasilitas penunjang lainnya38

8. Kebijakan Pengembangan Institusi/Kelembagaan

Secara sederhana, kelembagaan diartikan sebagai totalitas

unsur-unsur kepariwisataan yang menjalankan fungsi-fungsi

tertentu sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Meskipun

merupakan bagian dari sistem kepariwisataan, namun aspek

kelembagaan tidak mudah dibentuk dan tidak dapat bekerja secara

otomatis. Peningkatan institusi/kelembagaan juga dilakukan oleh

dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten toraja utara dalam

rangka promosi pariwisata. Salah satu penerapannya yaitu

menjalin kerjasama dengan Travel Agencies. Objek wisata di


37
Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11 Tahun 2015…… Pasal 17, Hal 15

38
Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11 Tahun 2015…… Pasal 19, Hal 16.

61
Kabupaten Toraja Utara pada umumnya dikelola oleh pihak

keluarga selaku pemilik objek wisata tersebeut, dengan tetap

mengenakan tarif retribusi kepada wisatawan dan meneruskannya

kepada pemerintah daerah sesuai yang diatur dalam Peraturan

Bupati No 56 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemungutan

Retribusi Tempat Rekseasi dan Olahraga. Kebijakan pembanguna

kelembagaan juga tercatum dalam RIBDA Toraja Utara yaitu:

a) Meningkatkan koordinasi dan kemitraan antara

lembaga atau antara wilayah

b) Mengembangkan system kelembangaan dan

menyerderhanakan prosedur perizinan untuk

menciptakan iklim investasi yang kondusif;

c) Mengembangkan kelembangaan dalam hal

perpajakan dan retrubusi

d) Mengembangkan kelembagaan dalam pemasaran

dan promosi

Menurut Jenni Sakka M.Si selaku sekertaris Dinas Pariwisata dan Budaya

Toraja Utara yang saya wawancarai bertanggapan:

“Kebijakan kebiajakan diatas ini dibaut untuk penegbangan


pariwisata secara keseluruhan di Toraja utara dan termasuk Loali sebagai
pariwisata baru yang masih dikembangkan lagi. Recana ini juga sudah
kita masukan ke dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisatan
Dearah (RIBDA) ”
Maka sesuai Peraturan Derah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11
Tahun 2015 tetang Recana Induk Pembangunan Kepariwisatan Daerah

62
Toraja Utara kebijakan yang diambil pemerintah sudah sesuai peraturan
perundang-undangan.
Namun hasil wawancara saya dengant Pengelola Tempat Wisata

Lolai To’Tombi Ibu Marta mengatakan

“ Sistem atau Tata Cara Pengelolan yang di berikan Dinas


Pariwisata Dan Kebudayan sangat sulit di pahami dan berbelit-belit,
sehingga saya merasa bantuan pemerintah masih sangat kurang dan juga
kurangnya perhatian dari Pemerintah Daerah karena pemerintah daerah
hanya datang untuk menagih retrubusi saja tanpa ada bantuan
pengembangan objek wisata”.
Pengelola meminta kepada pemerintah agar objek wisata yang
sudah mentandatangani perjanjian dengan dinas pariwisata bisa di
perhatikan lebih karna selama ini hanya sebatas penagihan retribusi saja
tanpa ada campur tagan lebih lagi
Menanggapi hal ini Komisi tiga DPRD Toraja utara yang penulis

wawancarai mengatakan :

‘Sebenarnya kewenangan untuk pengelolaan objek wisata sudah di


berikan pada Dinas Pariwisata sebagai lemabaga exsekutif dan semetara
yang di kerjakan itu adalah perbaikan jalan menuju lolai yang semetra di
perbaiki dulu, dan masalah kurang di perhatikan itu kurang betul, soalnya
kemarin habis di lakukan Festifal Film Toraja di Lolai To’ Tombi dan itu
merupakan salah satu cara Pemerintah daerah dalam mempromosikan
objek wisata Lolai’

Kebijakan yang ada di Dinas Pariwisata dan Budaya Toraja Utara,

sudah sesusai dengan aturan yang ada namun harus ada pengawasan

lebih lagi agar penegelola objek wsiata merasa di perhatikan dan juga

objek wisata yang ada harus di kembangakan lebih mungkin dengan

menabah fasilistas yang bermain keluaraga agar pengujung yang dating

63
tidak hanya menikmati pemandangan saja namun bisa menikmati fasilitas

Hiburan seperti Outbound, FlyFox, Tempat berfoto dan lainnya.

B. Faktor – Faktor yang mepenagruhi pelaksanaan kewenanagan

oleh pemerintah Daerah dalam upaya pengelolaan objek wisata Lolai

di Kab. Toraja Utara

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Potensi

Pariwisata di Kabupaten Toraja Utara yang dilakukan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara dalam

mengembangkan potensi pariwisata yaitu

1. Penyediaan Sarana dan Prasarana Objek Wisata

Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam

pengembangan pariwisata daerah. Pemerintah daerah harus

melakukan berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan

prasarana. Sarana sesuai dengan namanya menyediakan

kebutuhan pokok yang ikut menentukan keberhasilan suatu

daerah menjadi daerah tujuan wisata. Fasilitas yang tersedia

dapat memberikan pelayanan kepada para wisatawan, baik

secara langsung atau tidak langsung. Prasarana pariwisata

adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses

perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa

sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi

kebutuhannya. Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

64
Daerah Kabupaten Toraja Utara di dalam penyediaan sarana

dan prasarana wisata yang ada di Lolai Toraja Utara adalah

sebagai berikut:

1) Hotel atau penginapan yang ada di Kabupaten Toraja

Utara sebanyak 6

2) Rumah makan atau restoran atau warung makan

berjumlah 2 unit dan sudah memiliki ijin usaha

3) Akases jalan yang masih kurang baik dan dalam tahap

perbaikan

4) Fasilitas transportasi Untuk Ke Loali masih kurang dan

kebayakan hanya menggunakan tranporetasi Pribadi

atau Rental

5) Toko souvenir belum ada

6) Utilitas kawasan, jaringan untuk berkomunikasi cukup

lancar, listrik dan air bersih pada umumnya sudah

tersedia.

2. Pengembangan Objek Wisata Daerah

Pembangunan di bidang pariwisata merupakan upaya–

upaya untuk mengembangkan dan mengelola objek dan daya

tarik wisata yang telah dimiliki oleh suatu daerah agar lebih baik

lagi. Karena di tiap-tiap daerah pastinya memiliki kekayaan alam

yang indah dan keragaman tradisi seni budaya serta

peninggalan dan purbakala yang berbeda-beda. Di sini Dinas

65
Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Toraja Utara

adalah instansi yang berwenang untuk mengelola dan

mengembangkan objek wisata yang ada di daerah Kabupaten

Toraja Utara. Menurut Yoeti (2008) pengembangan adalah

usaha atau cara untuk memajukan serta mengembangkan

sesuatu yang sudah ada. Pengembangan pariwisata pada suatu

daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan

keuntungan dan manfaat bagi masyarakat yang ada di

sekitarnya. Pengembangan pariwisata harus sesuai dengan

perencanaan yang matang sehingga bermanfaat baik bagi

masyarakat, baik juga dari segi ekonomi, sosial dan juga

budaya. Dalam melakukan pengembangan pariwisata

pemerintah daerah Kabupaten Toraja Utara memberikan

tanggung jawab kepada Dinas. Kebudayaan dan Pariwisata

Daerah Kabupaten Toraja Utara untuk terus mengembangkan

potensi pariwisata di tiap-tiap objek wisata di Kabupaten Toraja

Utara. Salah satu usaha melestarikan alam serta lingkungan

alam adalah dengan mengembangkan pariwisata sesuai

kebutuhan masing-masing objek wisata tersebut. Konsentrasi

untuk pengembangan objek-objek wisata di Toraja Utara

dilakukan dengan mengembangkan objek wisata yang sudah

punya nama atau sudah dikenal banyak orang seperti objek

wisata Ke’te Kesu’ dan selanjutnya pengembangan di objek

66
wisata Toraja Utara yang lain. Jadi, tidak langsung dilakukan

pengembangan pada keseluruhan objek wisata karena

terbentur dengan dana yang didapat oleh Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Daerah Kabupaten Toraja Utara.

3. Peran Serta Masyarakat

Dalam mengembangkan objek wisata daerah di Kabupaten

Toraja Utara sangat penting dibutuhkan peran aktif dari

masyarakat sekitar. Karena secara tidak langsung upaya

pengembangan pariwisata daerah akan berdampak juga pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar itu sendiri. Untuk

meningkatkan peran serta masyarakat tersebut, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Toraja Utara

melakukan beberapa langkah yang bertujuan untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar, yaitu:

a) Mengadakan pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat

sekitar objek wisata untuk menciptakan masyarakat yang

sadar wisata;

b) Ikut serta masyarakat dalam melestarikan dan menjaga

alam dan hutan khususnya;

c) Mengajak masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan di

lokasi wisata dengan mungkin mengadakan kerja bakti

bersama-sama;

67
d) Ikut melestarikan budaya adat-istiadat yang di sekitar objek

wisata, budaya kuliner, dan lain-lain; serta

e) Keindahan, dan keramahan terhadap pengunjung

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Pariwisata di

Kabupaten Toraja Utara:

a) Faktor Pendukung

1. Objek wisata yang sudah terkenal dan dikenal oleh masyarakat

luas,dalam hal ini objek wisata Lolai, hal ini juga mempengaruhi

minat wisatawan yang ingin berkunjung ke Toraja Utara untuk

melihat objek wisata tersebut. Selain itu, tawaran pesona objek

wisata yang lain seperti Gunung Singki’ dan Tambolang sudah

mulai dilirik oleh wisatawan yang mengunjungi Kabupaten

Toraja Utara khususnya kota Rantepao karena masing-masing

objek wisata yang memiliki daya tarik tersendiri. Pendapatan

dari sektor pariwisata Kabupaten Toraja Utara juga menjadi

salah satu kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2. Partisipasi masyarakat sekitar Adanya peran langsung dari

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah berupa bimbingan

dan keterlibatan terjun ke lapangan tempat wisata yang juga ikut

meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar dalam

mengembangkan pariwisata yang ada di Kabupaten Toraja

68
Utara. Partisipasi masyarakat berupa ikut menjaga kebersihan

dan keamanan di objek wisata.

3. Mudahnya koordinasi antar pihak terkait Adanya hubungan baik

antara pihak dinas kebudayaan dan pariwisata dengan masing-

masing pengelola ketiga objek wisata di Kabupaten Toraja

Utara. Hubungan baik ini bisa dilihat lewat keaktifan para

pengelola objek wisata dalam menyetor dana retribusi, serta

koordinasi dinas pariwisata dengan para pengelola objek wisata

dalam event-event tahunan sebagai sarana promosi objek

wisata.

b) Faktor Penghambat

1. Dana yang terbatas

Faktor yang mempengaruhi tidak dan lancarnya pembangunan

pariwisata di Kabupaten Toraja Utara adalah keterbatasan

dana. Sektor pariwisata merupakan sektor pilihan bukan sektor

yang wajib di dahului oleh pemerintah daerah. Seharusnya

pemerintah Kabupaten Toraja Utara juga mengupayakan secara

maksimal dalam anggaran di bidang pariwisata karena

pariwisata daerah merupakan aset yang dimiliki dan bisa

menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Toraja

Utara sendiri. Hasil wawan cara dengan anggota DPRD Toraja

Utara KOMISI III mengatakan :

69
“Dana merukan factor utama dalam pengembangan obejek
wisata kanapa bisa tepat wisata akses dan fasilitasnya kurang
karena anggaran yang di sedian dari pemeritah juga masih
kurang”.

2. Lokasi geografis objek wisata.

Bagi objek wisata yang berada jauh dari pusat kota seperti Loali

To’ Tombi sulit dijangkau wisatwan dengan kendaraan umum.

Hal ini dikarenakan letaknya yang cukup jauh dan kurangnya

akses langsung dari pusat kota ke objek wisata, maka kebyakan

harus menggunakan kenadaraan Pribadi atau Reantal Motor.

3. Minimnya dan tidak terpusatnya Informasi

Kesulitan yang dialami wisatawan khususnya wisatawan asing

adalah minimnya informasi mengenai suatu objek wisata, serta

tidak dimaksimalkannya Tourist Information center. Sehingga

para wisawatan harus mencari informasi sendiri mengenai objek

wisata, letaknya dan apa saja yang ditawarkan dari objek wisata

tersebut.

70
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1) Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Upaya

pengelolan Objek wisata Lolai Di Kab. Toraja Utara di atur

dalam Perda Kab. Toraja Utara No. 11 tahun 2015 Tentang

Renaca Induk Pembangunan Kepariwisataaan Daerah 2015-

2030, Pasal 12 -18, Pemerintah Daerah ( Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan ) sudah berjalan dengan baik. Hal ini bisa dilihat

dari tersedianya sarana dan prasarana penujang pariwisata

yang cukup baik seperti tanda batas pijak pengujung, pagar besi

pembatas, wisma untuk menginap, dan sebagainya, Kebijakan

yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sudah

ada yang berjalan dengan baik termasuk pemenahan akses

jalan menuju kampung Lolai. Namun masih terdapat

kekurangan dalam pengelolan Objek wisata ini, seperti belum

adanya kelompok usaha – usaha yang di kampong lolai yang

mendapatkan bantuan dana dari pemerintah untuk

mengembakan usahanya. Selain itu promosi tetang kampung

Loali belum maksimal seperti kurangnya pusat infomasi dan

papan jalan penujuk. Hingga kini Pemerintah Daerah masih

berusaha untuk memperkenalkan kamung lolai dengan

71
mengikuti pameran-pameran nasional tidak hanya itu

pemerintah juga mempekenalkan kepada masayarakat tetang

kepariwisataan guna membangun kencintaan dan motivasi

masyarakat untuk membangun pariwisata di Toraja Utara.

2) Faktor- Faktor yang mempengaruhi pengelolaan Objek Wisata

Loali adalah masalah penganggaran yang terbatas membuat

berapa program besar atau program kecil tidak terlaksana

sesuai dengan rencana sebelumnya. Kesadaran Individu

Aparatus Sipil Negara juga menjadi faktor penghambat, Karena

status mereka itu maka mereka beranggapan bahwa meskipun

tidak berkerja secara maksimal tetap akan mendapat gaji secara

rutin. Masih kuranganya kreativitas yang dimiliki oleh pihak

dinas dalam menciptakan kegiatan yang dapat

mengembangkan daerah tujuan wisata serta sikap enggan

untuk memberika masukan yang mebangun, berharap dari

masyarakat tapi ternyata mereka masih kurang sadar wisata.

Sektor Pariwisata di Toraja Utara pada umumnya sangat unggul

karena terdapat beberapa obejek wisata yang bervariasi serta

memiliki keunikan tersendiri yang menjadi daya tarik bagi para

wisatawan. Namum keunggulan ini belum maksimal ditunjang

oleh fasilitas yang memadai seperti akses jalan menuju obejek

wisata yang kurang mendukung, kurangnya pusat informasi dan

publikasi mengenai objek wisata sehingga para wisatawan

72
harus aktif mencari info sendiri lewat masyarakat atau penyedia

jasa seperti hotel dan Cafe.

B. SARAN
1) Pemerintah perlu melakukan ekspansi dengan meningkatan

komunikasi yang baik antara pimpinan dengan bawahan, agar

segala sesuatunya jelas dan mudah dipahami, sehingga akan

terbangun komitmen bersama.

2) Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah

(Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata) Kabupaten Toraja Utara agar

pelaksanaanya sesuai dengan yang telah di tuangkan dalam

RIPDA Kabupaten Toraja Utara.

3) Pemerintah sebaiknya merespon meningkatnya minat wisatawan

yang mengunjungi objek wisata Lolai di Kabupaten Toraja Utara,

dengan perlahan melakukan perbaikan fasilitas pendukung

pariwisata sepertiperbaikan akses jalan menuju objek wisata,

membuat pusat informasi pariwisata yang dapat dengan mudah

diakses oleh para wisatawan

4) Para yayasan pengelola objek wisata Loali sebaiknya

meningkatkan kualitas pelayanan melalui penyediaan fasilitas yang

memadai seperti tersedianya dan terjaminnya kebersihan toilet

umum, meningkatkan wahana permainan bagi pengujung yang

datang, tempat sampah bahkan diperlukannya jasa petugas

keamanan disetiap objek wisata

73
5) Masyarakat juga harus memhami prinsib kepariwisataan agar

berguna untuk membangun kecintaan dan termotivasi untuk

membagun Pariwisata, jangan hanya mengahrapkan bantuan dari

Pemerintah Daerah saja .

74
DAFTAR PUSTAKA

A.Fadhilah, Skripsi : “Kewenangan Pemerintah Republik Indonesia dalam


Menjamin Kebebasan Beragama bagi Warga Indonesia”, Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, 2011
BagirManan, 2000. WewenangProvinsi, Kabupaten, dan Kota
dalamRangkaOtonomi Daerah, Makalahpada Seminar Nasiaonal,
FakultasHukumUnpad, Bandung.
HAW.Widjaya, 2004, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja
Grafindo, Jakarta.
H.JuniarsoRidwandanAchmadSodikSudrajat, 2009, HukumAdministrasi
Negara danKebijakanPelayananPublik. Penerbitnuasa. Banadung
H.RozaliAbdullah,2010
PelaksanaanOtonomiLuasDenganPemilihanKepalaDaerah
SecaraLangsung.

Iham Akbar Ilyas, Skripsi : “Tinjauan Hukum Pelaksanaan Tugas Wakil


Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah Kota
Makassar”, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar,
2012.

Josef Riwu Kaho, 1998. Prospek Otonomi Daerah di Negara RI. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Nyoman. S. Pendit, 2006, IlmuPariwisata, PradnyaParamita, Jakarta.

Ridwan HR,2006, HukumAdministari Negara, PT RajaGrafindoPersada,


Jakarta.
Sadjijono,2011,Bab-bab pokokHukumAdministrasi,Yogyakarta :
LaksBangPREESSin
Siswanto Sunarno, 2006, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia.
Sinar Grafika. Jakarta
Sri Soemantri, 1987. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi. Alumni.
Bandung,Ilham Akbar Ilyas, Skripsi : “Tinjauan Hukum
Pelaksanaan Tugas Wakil Kepala Daerah dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah Kota Makassar”, Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012.

Titik Triwulan Tutik, 2010. Pengantar Hukum Tata Usaha Negara


Indonesia. Prestasi Pustakarya, Jakarta.

75
Yoeti, 2001, PengantarIlmuPariwisata, PenerbitAngkasa, Bandung.

Undang-Undang

Undang-undang No. 23 tahun 2014 tentangPemerintah Daerah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969 Bab II Pasal 3

tentang Pedoman Pengembangan Kepariwisataan Nasional

Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11 Tahun 2015 tentang


Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2030

Website

https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah/. Diakses pada tanggal 31

Januari 2017 Pukul 12.35 WITA

http://assharrefdino.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-pariwisata.html.

Diakses pada Tanggal 15 Februari 2017 pukul 17.33 WITA

http://setkab.go.id/tahun-2017-kita-genjot-sektor-pariwisata/. Diakses pada

Tanggal 15 Februari 2017 pukul 17.55

76

Anda mungkin juga menyukai