Anda di halaman 1dari 61

OPTIMALISASI PENGAMANAN ASET DAERAH

KHUSUSNYA TANAH OLEH PEMERINTAH KOTA


TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


pemerintahan dan syarat penyusunan skripsi pada Program Sarjana
Terapan Ilmu Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh

DEVI REFITA ANGRENI


NPP 30.0271

PROGRAM STUDI KEUANGAN PUBLIK


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah. Segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat AllahSWT

karena atas limpahan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya dengan judul “OPTIMALISASI

PENGAMANAN ASET DAERAH KHUSUSNYA TANAH OLEH

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN

RIAU”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan

program Diploma IV di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Penulis sadar bahwa selama penyusunan skripsi ini tak terlepas dari

saran, bantuan, dukungan dan Do’a terutama dari kedua orang tua Penulis,

Ayahanda tercinta Rudi Hartono dan Ibunda Yenni yang selalu memberikan

kasih sayangnya, Do’a dan dukungannya. Juga kepada adik saya Sevin

Oktadiansyah dan Oktavia Anggraini yang telah memberikan doa dan

dukungan serta dari berbagai pihak yang telah mendukung secara moril dan

materil baik langsung maupun tidak langsung sehingga penulis pada

akhirnya bisa menyelesaikan penyusunan Skripsi ini tepat dengan

waktunya.

ii
Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis Pada

kesempatan ini ingin mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan

kepada :

1. Bapak Dr. Hadi Prabowo, MM selaku Rektor Institut

Pemerintahan Dalam Negeri

2. Bapak Dr. Hailul Khairi, M.Si selaku Dekan Fakultas Manajemen

Pemerintahan

3. Bapak Dr. Tun Huseno, SE., M.Si Selaku Direktur Institut

Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Sumatera Barat

4. Bapak Dr. Marja Sinurat, M.Pd., MM selaku Ketua Prodi

Manajemen Keuangan Publik

5. Bapak Haromin., S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya

untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi petunjuk

kepada Penulis dalam penyusunan Proposal ini.

6. Para Dosen, Pelatih dan Pengasuh serta Civitas Akademika

Institut Pemerintahan Dalam Negeri khususnya Kampus

Sumatera Barat yang telah memberikan bimbingan dan arahan

guna mendalami ilmu pengetahuan selama mengikuti pendidikan

di Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

7. Ibu Kinanti Aladawiyah , S.STP selaku pamong pengasuh Wisma

Miangas Atas yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan

saran untuk kami personil Wisma Miangas Atas agar semangat

iii
menjalani siklus kehidupan praja dan cepat segera

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

8. Saudara Kontingen KEPRI angkatan XXX yang sama–sama

mengukir cerita semasa pendidikan serta kepada adik–adik

angkatan XXXI, XXXII dan XXXIII yang juga turut serta

mempunyai andil dalam membantu menyelesaikan pendidikan di

IPDN.

9. Seluruh Rekan–Rekan Angkatan XXX Satya Haprabu yang

berjuang bersama melewati hari – hari di IPDN dengan penuh

makna.

10. Sahabat, teman, sekaligus keluarga seperjuangan dari Muda

Praja sampai Praja Utama yang sama-sama merasakan pahit

manis kehidupan Wisma Nusantara 25 Atas hingga saat ini

menjadi personil Wisma Miangas Atas yang menemani penulis

dikala susah maupun senang, dan memberikan dukungan yang

sangat tinggi untuk menyelesaikan Skripsi ini tepat waktu.

11. Saudara kontingen seperjuangan di Kampus IPDN Sumatera

Barat yang telah menemani sejak nindya hingga praja utama saat

ini yang telah memberikan banyak kesan baik dan dukungan

berupa mental yang kuat bagi penulis.

12. Rekan-rekan Kelas F-6 Angkatan XXX yang telah menemani

selama 4 tahun melaksanakan perkuliahan dan saudara asuh

iv
bimbingan Skripsi atas segala kebersamaan yang telah dilewati

bersama.

13. Orang terkasih Serta seluruh pihak yang banyak membantu dan

menolong penulis yang tidak cukup untuk disebutkan satu

persatu namanya dalam penyusunan skripsi ini semoga Allah

SWT selalui meridhai langkah kita menuju kebaikan. Aamiin Ya

Rabbal ‘Alamin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skirpsi ini begitu jauh dari

yang namanya kesempurnaan, untuk itu penulis sangat menerima Saran

dan Kritik demi kesempurnaan Skrisi ini. Keberhasilan dan hambatan yang

penulis hadapi dalam mengikuti pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam

Negeri akan menjadi pengalaman dan kisah yang berharga di masa

mendatang.

Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat

bagi banyak orang, khususnya bagi penulis pribadi dan bagi seluruh

pembaca yang menyempatkan waktunya.

Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................ 12
1.4.1 Bagi Penulis ....................................................................................... 12
1.4.2 Bagi Institut Pemerintahan Dalam Negeri .................................... 12
1.4.3 Bagi Lokasi Penelitian ...................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 13
2.1 Penelitian Sebelumnya ................................................................................. 13
2.2 Landasan Teoritik dan Legalistik ................................................................ 16
2.2.1 Landasan Teoritik ................................................................................... 16
2.2.2 Landasan Legalistik ............................................................................... 25
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................ 35
3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 35
3.2 Operasionalisasi Konsep ............................................................................. 37
3.3 Sumber Data dan Informan .......................................................................... 38
3.3.1 Sumber Data ............................................................................................ 38
3.3.2 Informan.................................................................................................... 39
3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 40
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 41
3.6 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 43
3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian ...................................................................... 45
3.7.1 Jadwal Penelitian .................................................................................... 45
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi Tahun
Akademik 2022/2023 ................................................................................................ 46
3.7.2 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 48

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam menjalankan pemerintahan di

era globalisasi saat ini masih menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah

Indonesia. Salah satu tantangan dalam pemerintahan saat ini yakni

melaksanakan keberhasilan pembangunan yang mana nilai-nilai Pancasila

serta prinsip prinsip good governance dijalankan beriringan dengan

terlaksananya pembangunan guna terujudnya cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana yang telah tercantum pada pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 Alenia Kedua. Tujuan penyelenggaraan pemerintahan sendiri

adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu, prinsip good

governance menjadi pendorong utama dalam setiap proses

penyelenggaraan pemerintahan. Adapun beberapa poin prinsip good

governance itu sendiri adalah demokratisasi, desentralisasi, akuntabilitas

dan transparasi.

Guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan

peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Untuk

itu, Undang-Undang Dasar 1945 sudah melimpahkan penyelenggaran

otonomi kepada daerah otonom yang seluas–luasnya melalui Undang–

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Maka untuk

1
2

itu, melalui otonomi yang seluas-luasnya yang dilimpahkan kepada

pemerintah daerah, dalam lingkungan yang strategis, pemerintah daerah

diharapkan dapat meningkatkan daya saing dengan mempertahankan

prinsip- prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan serta dengan potensi dan keanekaragaman daerah secara

optimal dalam terselenggaranya sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Dikatakan bahwa Otonomi Daerah merupakan sarana untuk

mewujudkan cita-cita keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat itu

sendiri (Mardiasmo, 2018, p. 9). Sebagai sarana, maka kewenangan daerah

yang dibingkai oleh otonomi daerah harus dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya. Dengan demikian, keadilan dan kemakmuran masyarakat dapat

diwujudkan.

Desentralisasi telah memberikan kewenangan kepada pemerintah

daerah untuk mengurus sendiri rumah tangganya sendiri. Pada dasarnya,

desentralisasi sendiri hanya akan efektif jika disertai dengan adanya

pemberian dana perimbangan dan hak daerah guna menarik Pendapatan

Asli Daerah (PAD) telah sesuai dengan potensi pemerintah daerah itu

sendiri. Hal ini disebut dengan desentralisasi fiskal. Hal ini akan di

manfaatkan dengan baik bila direncanakan, dilaksanakan, diawasi, serta

dipertanggungjawabkan oleh tiga pilar otonomi daerah yaitu Kepala

Daerah, DPRD, dan Masyarakat disesuaikan dengan adanya mekanisme

serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.


3

Asas desentralisasi disadarkan guna menjadikan pemerintah daerah

memiliki kewenangan yang lebih besar yakni dalam rangka mengelola serta

mengurus semua hal yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi

pemerintah daerah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku termasuk

dalam pengelolaan keuangan dan asset daerah yang berada di daerah

untuk meningkatkan kualitas daerah dalam mengelola pembangunan pada

daerahnya masing masing secara optimal dengan berlandaskan prinsip

efisien, efektif, transparan dan akuntabel.

Guna mewujudkan pengelolaan keuangan yang baik, Pemerintah

menerbitkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Pembedaharaan Negara. Pembedaharaan Negara merupakan pengelolaan

serta pertanggungjawaban keuangan negara yang mencakup dengan

pengelolaan aset. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengoptimalkan

sumber daya yang telah dimiliki oleh daerah daerah itu sendiri, Adapun

salah satu caranya, yakni dengan memaksimalkan segala sumber

penerimaan daerah tanpa terkecuali termasuk dalam pemanfaatan aset-

aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut. Untuk itu, upaya dalam

pengelolaan aset–aset daerah harus dilaksanakan dengan efektif dan

efisien dengan berlandaskan kepada tranparansi dan akuntabilitas hingga

dapat dipertanggungjawabkan dari segi fisik ataupun segi pengelolaan

serta pemanfaatan guna mendukung kelancaran tugas pemerintahan

dalam melaksanakan serta pemberian pelayanan kepada masyarakat.


4

Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun

2016 Pasal 1 disebutkan bahwasanya aset atau Barang Milik Daerah (BMD)

adalah semua barang yang di peroleh atas beban Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Pengelolaan asset sudah diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Barang Milik Daerah

serta didukung dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Nomor 19

Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah, pada

peraturan tersebut telah dijelaskan tentang teknis dalam pebgelolaan

keuangan dan asset daerah dengan rinci.

Terdapat beberapa penjelasan tentang asset juga telah diatur pada

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Standar Akuntasi

Pemerntahan. Pada Peraturan Pemerintah tersebut, terdapat beberapa

lampiran yang mana berisi tentang Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan (PSAP). Pada Lampiran I.08 tentang Pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintahan 07 mengenai Akuntansi Aset Tetap yang

menjelaskan bahwasanya aset tetap merupakan aset berwujud yang mana

telah memiliki masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk menunjang segala

kegiatan pemerintahan maupun dipergunakan oleh masyarakat umum.

Berdasarkan kesamaan dalam sifat dan fungsinya, aset tetap dapat

dikelompokkan menjadi: 1) tanah; 2) peralatan dan mesin; 3) gedung dan

bangunan; 4) jalan, iriasi dan jaringan; 5) aset tetap lainnya; dan 6)

konstruksi dalam pengerjaan.


5

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016

tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) dimana telah

dijabarkan tentang pengelolaan barang milik daerah atau aset daerah.

Barang milik daerah atau aset daerah harus dikelola dengan baik dan tepat

guna oleh pemerintah daerah sehingga dapat memberikan manfaat guna

mewujudkan pembangunan yang optimal pada pemerintah daerah

setempat.

Meskipun landasan legalistik dalam pengelolaan Barang Milik Daerah

(BMD) telah diberlakukan, dalam pelaksanaannya saat ini terdapat

beberapa kendala terjadi pada pengelolaan aset daerah dimana proses

pengaman aset yang belum maksimal. Hal ini sejalan dengan pendapat

yang mengatakan bahwa pengaman aset atau barang milik daerah adalah

target yang harus di capai pemerintah daerah dalam kebijakan pengelolaan

aset atau barang milik daerah. Jika sistem pengamanan aset lemah, hal ini

dapat menyebabkan kendala–kendala pada pemerintah daerah dalam

mengenali jumlah aset yang dimiliki pemerintah daerah (Mardiasmo, 2018,

p. 284).

Melihat kondisi aset yang terdiri dari beragam jenis maupun

karakteristiknya. Pemerintah daerah sebagai entitas pengelola keuangan

daerah sebaiknya mampu memahami dan mengelola berbagai aset di

daerahnya. Terutama, dalam pengelolaan aset tetap daerah yang

mempunyai pengaruh besar yang dapat dilihat dari segi materialis Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah.


6

Kota Tanjungpinang merupakan daerah yang terleletak di Provinsi

Kepulauan Riau dengan jumlah aset daerah yang cukup melimpah terutama

pada aset tetap. Terdaat beberpa permasalahan yang dialami oleh Kota

Tanjungpinang dalam pengelolaan aset tetap, terutama pada pengamanan

aset tanah. Sebagian aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

tersebut masih ditemukan belum memiliki sertifikat.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dengan berkomunikasi melalui

sambungan telepon dengan pihak Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah (BPKAD) Kota Tanjungpinang pada Kamis 1 September 2022,

pengaman aset berupa sertifikat tanah yang masih belum terlaksana

dengan baik. Menurut data terbaru jumlah aset tanah yang dimiliki oleh

Pemerintah Kota Tanjungpinang berjumlah 609 dimana pada Tabel 1.1

berikut ini.

Tabel 1.1
Daftar Aset Tanah Pemerintah Kota Tanjungpinang 2021
Sudah Belum
No Jenis Aset Tanah Jumlah Aset
Bersertifikat Bersertifikat

1 Tanah Bangunan Kantor 219 124 95

Pemerintah

2 Tanah Jalan 184 90 94

3 Tanah Taman Wisata 52 22 30

4 Bangunan Pendidikan 66 49 17

(Sekolah)

5 Tanah Posyandu 34 14 20
7

6 Tanah untuk Jalan Kota Madya 28 18 10

7 Tanah Penggalian Lainnya 10 0 10

8 Tanah Bangunan Bersejarah 16 0 16

Total 609 317 292

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang


(Pemerintah Kota Tanjungpinang, 2021)

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas menunjukan cukup banyak aset tanah

milik Pemerintah Kota Tanjungpinang yang belum bersertifikat. Tanah yang

belum bersertifikat banyak terdapat pada tanah bangunan kantor

pemerintah, tanah jalan dan tanah taman wisata. Bahkan, beberapa aset

tanah milik Kota Tanjungpinang ada yang sama sekali belum bersetifikat, di

antaranya tanah penggalian lainnya dan tanah bangunan berserjarah.

Adanya permasalahan kepemilikan pada aset tanah dapat menimbulkan

adanya pengambil alihan tanah oleh oknum atau pihak lain karena belum

adanya kejelasan hukum kepemilikan tanah tersebut. Adapun daftar

pengajuan lahan tanah yang masih dalam proses sertifikasi oleh Badan

Pertahanan Nasional dijelaskan pada Tabel 1.2 sebagai berikut.


8

Tabel 1.2
Daftar Pengajuan lahan Tanah Pemerintah Kota Tanjungpinang 2022
No Lokasi Luas No. Keadaan/Peruntukan Harga

(𝑀2 ) Sertifikat

1 Kampung 19.453 00271 Perkantoran Pemerintah

Bugis Kota Tanjungpinang

2 Kampung 1.862 00272 SDN 006 Tanjungpinang 163.856.000

Bugis Kota

3 Penyengat 6.246 00214 SMPN 9 Tanjungpinang 6.875.000

4 Penyengat 2.216 00215 SDN 007 Tanjungpinang 224.000.000

Kota

5 Kampung Baru 2.216 00213 SDN 009 Tanjungpinang 365.261.000

Kota

6 Tanjungpinang 1.944 00035 SDN 012 Tanjungpinang 171.600.000

Barata Barat

7 Tanjungpinang 2.542 00191 SDN 011 Tanjungpinang 440.000.000

Barat Barat

8 Tanjungpinang 1.709 00190 SDN 001 Tanjungpinang 48.224.000

Barat Barat

9 Tanjungpinang 4.308 00195 SDN 002 Tanjungpinang 220.000.000

Barat Barat

10 Tanjungpinang 963 00194 SDN 003 Tanjungpinang 756.250.000

Barat Barat

11 Tanjungpinang 2.824 00192 SDN 013 Tanjungpinang 494.120.000

barat Barat
9

12 Tanjungpinang 3.554 00193 GOR Sulaiman Abdullah 5.665.000.000

Barat

13 Kamboja 22.156 00900 SDN 004 Tanjungpinang 1.487.640.000

Barat

14 Bukit Cermin 4.069 0037 SDN 010 Tanjungpinang 495.000.000

Barat

15 Bukit Bestari 2.569 00054 SDN 008 Bukit Bestari 71.280.000

16 Bukit Bestari 2.227 00150 SDN 006 Bukit Bestari 264.990.000

17 Bukit Bestari 3.497 00149 SDN 014 Binaan Bukit 264.990.000

Bestari

18 Bukit Bestari 1.622 00298 SDN 005 Bukit Bestari 598.289.440

19 Bukit Bestari 1.919 00150 SDN 002 Bukit Bestari 296.198.540

20 Batu Sembilan 2.439 00178 SDN 006 Tanjungpinang 53.878.000

Timur

21 Pinang 7.908 00193 SMPN 17 Tanjungpinang 45.233.760

Kencana

22 Pinang 19.998 00242 TPA(I) 93.873.834

Kencana

23 Pinang 12.214 00243 TPA(II) 59.198.663

Kencana

24 Bukit Cermin 3.967 00038 SMPN 3 Tanjungpinang

Total 132.206 12.132.685.740

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang


(Pemerintah Kota Tanjungpinang, 2022)
10

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas bahwa pada 2022 sebanyak 24 bidang

aset sedang dilakukan pengajuan sertifikasi kepada Badan Pertanahan

Nasional. Pengamanan aset berupa tanah di Kota Tanjungpinang belum

dapat dilaksanakan dengan baik secara hukum, administrasi maupun fisik.

Dilihat dari latar belakang permasalahan tersebut, dapat dikatakan bahwa

langkah strategis serta upaya dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kota Tanjungpinang dalam pengelolaan aset tanah yang dimiliki,

khususnya pada pengamanan aset sangat dibutuhkan demi terwujudnya

tertib administrasi yang ada di Kota Tanjungpinang. Hal tersebut sejalan

dengan tugas dan fungsi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kota Tanjungpinang, khususnya pada bidang asset, yaitu melaksanakan

perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan,

penatausahaan dan pengendalian aset.

Adanya permasalahan aset tanah di atas, maka perlu dilakukan

pengoptimalisasian pengelolaan aset dengan baik dan benar terutama

pada pengamanan aset tanah, mengingat begitu berharganya aset milik

pemerintah yang merupakan bagian dari kekayaan pemerintah daerah dan

secara tidak langsung dapat menumbuhkan perekonomian daerah apabila

daerah tersebut dapat mengelola aset yang telah dimilikinya dengan baik

dan sesuai prosedur serta ketentuan yang ada. Berdasarkan permasalahan

yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

mengangkat judul “Optimalisasi Pengamanan Aset Daerah Khususnya

Tanah oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau”.


11

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menentukan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana optimalisasi pengamanan aset daerah khususnya

tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau oleh BPKAD?

2. Apa faktor yang menghambat Pemerintah daerah dalam

optimalisasi pengamanan aset tanah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau oleh BPKAD?

3. Apa upaya yang di lakukan BPKAD dalam mengatasi faktor

hambatan optimalisasi pengamanan aset tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang Povinsi Kepulauan Riau?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui optimalisasi pengamanan aset daerah khususnya

tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau oleh BPKAD;

2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat Pemerintah Daerah

dalam optimalisasi pengamanan aset tanah milik Pemerintah Kota

Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau; dan


12

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh BPKAD dalam

mengatasi faktor yang menghambat optimalisasi pengamanan aset

tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau.

1.4 Kegunaan Penelitian

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap

pihak-pihak berikut:

1.4.1 Bagi Penulis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat sebagai sarana dalam

menambah wawasan, pengetahuan khususnya pada bidang akademis,

guna memberikan solusi dalam pelaksanaan tugas pada bidang

pemerintahan.

1.4.2 Bagi Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Praja

yang akan melakukan penelitian pada bidang pengelolaan aset terkhusus

pada pengamanan aset tanah.

1.4.3 Bagi Lokasi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran, koreksi dan

evaluasi kepada Pemerintah Daerah khususnya pada Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) terkait pengamanan aset tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Memecahkan masalah mengenai pengamanan aset tanah milik

pemerintah Kota Tanjungpinang dalam penelitian sebelumnya sangatlah

membantu. Kajian terhadap penelitian sebelumnya akan dapat menunjukan

kiat strategi bagaimana pengamanan dalam pengelolaan aset tanah di

lakukan oleh daerah lain yang menjadi lokus penelitian. Di samping itu,

kajian ini akan menggambarkan kontribusi apa yang dapat diberikan oleh

penelitian yang akan dilakukan,sehingga dapat diketahui kebaruan

(novelty) yang dikemukakan untuk melengkapi khasanah keilmuan dalam

bidang serupa. Berikut ini analisis terhadap penelitian terdahulu yang

relevan dengan topik penelitian dijelaskan pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1
Hasil Penelitian sebelumnya

No Nama,Tahun Metode Hasil Penelitian Persamaan dan


Penelitian,Judul penelitian Perbedaan
Penelitian
1 Serly Metode Pengelola BMD tidak Persamaan pada
Wulandari,2014,Optimalisa Penelitian semua memahami penelitian terdahulu
si dalam Pengamanan dan Eksploratif aturan pedoman yakni membahas
Pemeliharaan Aset Tanah Kualitatif teknis,kepemilikan tentang
pada Badan Pengelolaan aset tanah yang pengamanan aset
Keuangan dan Aset Daerah belum tanah.adapun
Kota Pontianak Kalimantan bersertifikat,serta perbedaan pada
Barat.Jurnal.Ekonomi dan terdapat beberapa penelitiaan terdahulu
Keuangan Publik Vol.3 No.1 BMD berupa aset yakni menggunakan
tanah yang belum metode eksploratif

13
14

diserah kan Adapun penelitian


penggunaanya sekarang
kepada menggunakan
pemerintah.Hal ini metode deskriptif.
mendai bahwa
belum berjalannya
secara optimal pada
pengamanan dan
pemeliharaan aset
tanah.
2 Siti Nurbaeti Said, 2017, Metode Terdapat Persamaan pada
Peran Badan Pengelolaan Penelitian kekurangan dalam penelitian terdahulu
Keuangan dan Aset Daerah Deskriptif hal pengelolaan aset adalah sama-sama
dalam pengelolaan Aset Kualitatif tanah oleh BPKAD membahas perihal
Tanah dan Bangunan di pemerintah daerah aset tanah.
Kabupaten Penajam Paser setempat dimana Perbedaan
Utara. Jurnal. Universitas salah satunya adalah penelitian terdahulu
Mulawarman. kurangnya yakni pada penelitian
koordinasi BPKAD terdahulu membahas
dengan OPD lain tentang peran
yang ada pada BPKAD sedangkan
daerah setempat pada penelitian saat
sebagai pengguna ini membahas
barang milik daerah. tentang optimalisasi
pengamanan aset
tanah.
3 Putri Kusumawardani, Metode Belum berjalannya Persamaan pada
2018, Manajemen Aset Penelitian dengan baik pada penelitian terdahulu
Tanah di Badan Deskriptif proses inventarisasi dan penelitian pada
Pengelolaan Keuangan dan Kualitatif. aset pada saat ini adalah
Aset Daerah Kota pemerintah daerah, sama-sama
Tangerang. Skripsi. hal ini dikarenakan membahas perihal
Universitas Sultan Ageng salah satunya aset tanah.
Tirtayasa. masalah dalam Perbedaan
penyajian aset, penelitian terdahulu
terutama pada dengan apenelitiaan
penyajian nilai serta pada saat ini adalah
keberadaan aset penelitian terdahulu
tersebut. membahas tentang
manajemen aset itu
sendiri sedangkan
penelitian saat ini
membahas tentang
optimalisasi
pengamanan aset
tanah.
15

4 Yosinta Kingkin Nurrobani, Metode Pengelolaan aset Persamaan pada


2018, Pengelolaan Aset Penelitian tanah pada penelitian terdahulu
Tanah Pemerintah Deskriptif pemerintah dengan penelitian
Kabupaten Purbalingga. Kualitatif. Kabupaten saat ini adalah sama-
Jurnal. Universitas Purbalingga belum sama membahas
Diponegoro. dikelola secara perihal aset tanah.
optimal salah satu Namun,Perbedaann
penyebab ya adalah pada
permasalahannya penelitian terdahulu
dikarenakan membahas tentang
pengamanan aset pengelolaan aset
dan pemelihraan tanah milik
aset yang belum pemerintah
dilaksanakan sedangkan
dengan baik oleh penelitian pada saat
pemerintah daerah ini membahas
setempat sesuai perihal optimalisasi
dengan peraturan pengamanan aset
yang berlaku. tanah.
5 Fitri Wulandari, 2019, Metode Pada Pengelolaan Persamaan pada
Pengelolaan Aset Daerah Penelitian aset daerah atas penelitiaan terdahulu
Atas milik Pemerintah Deskriptif tanah milik dengan penelitiaan
Kabupaten Kepulauan Kualitatif. Pemerintah saat ini yakni sama-
Meranti. Skripsi. Universitas Kabupaten sama membahas
Islam Negeri Sultan Syarif Kepulauan Meranti perihal aset tanah.
Kasim Riau. belum berjalan Perbedaannya
dengan baik.Hak ini adalah penelitian
dilihat dari minimnya terdahulu membahas
pemanfaatan dalam pengelolaan aset
bentuk penyewaan tanah milik
pinjam pakai, pemerintah
kerjasama sedangkan
pemanfaatan oleh penelitian saat ini
swasta ataupun membahas
masyarakat. optimalisasi
pengamanan aset
tanah.
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 2.1 di atas penelitian yang dilakukan penulis

memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya dimana perbedaan

terletak pada lokus dan fokus penelitian. Pada penelitian saat ini penulis

mengambil judul optimalisasi pengamanan aset daerah khususnya tanah


16

oleh pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi pengamanan aset tanah oleh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik Pemeritah Kota

Tanjungpinang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif.

2.2 Landasan Teoritik dan Legalistik


2.2.1 Landasan Teoritik
2.2.1.1 Konsep Optimalisasi
Optimalisasi merupakan suatu ukuran yang menjadi sebab

tercapainya suatu tujuan namun bila dipandang dari sudut usahanya,

optimalisasi merupakan usaha untuk memaksimalkan kegiatan untuk

mewujudkan hasil yang diinginkan ataupun diharapkan (J.winardi, 2004, p.

313). Kemudian (Masyhuri & M.Zainuddin, 2011, p. 219) berpendapat

bahwa optimalisasi adalah suatu proses penemuan nilai yang maksimal dari

suatu fungsi untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal pula.

(Soleh & Heru Rochmansjah, 2010) optimalisasi pengelolaan aset

daerah meliputi beberapa langkah dalam pengelolaanya, diantaranya

sebagai berikut:

1. Indentifikasi serta Inventarisasi Nilai dan kemampuan Aset Daerah.

Pemerintah daerah perlu mengetahui seberapa banyak jumlah aset yang

telah dimilikinya. Kegiatan identifikasi serta inventarisasi aset daerah

bertujuan agar pemerintah daerah dapat memperoleh informasi data


17

yang akurat dan juga lengkap tentang kekayaan daerah yang dimiliki

daerahnya.

2. Diperlukannya Sistem Infromasi Manajemen Aset Daerah. Agar

berjalannya pengelolaan aset yang efektif, efisien serta transparansi

dalam pengelolaan aset daerah maka diperlukanya pengadaan sistem

informasi manajemen aset daerah. Sistem ini memuat data base aset

yang dimiliki daerah yang berguna untuk menghasilkan sebuah laporan

pertanggung jawaban.

3. Pengawasan serta Pengendalian dalam Pemanfaatan Aset Daerah.

Pemanfaatan aset daerah haruslah diawasi secara ketat agar tidak

terjadi salah dalam hal pengurusan, kehilangan ataupun tidak

termanfaatkan dengan baik. untuk itu pengawasan dari masyarakat dan

DPRD sangatlah penting dan sangat di butuhkan.

4. Ketertiban serta kedisiplinan Jasa Penilai. Aset milik daerah perlu didata

serta dinilai oleh penilai yang independent guna tidak terjadinya

kesalahan kesalahan yang berulang sehingga menghambat kinerja

dalam optimalisasi pengelolaan aset.

Aset ataupun barang milik daerah pemerintah daerah wajib bisa

dikelola dengan sebaik-baiknya supaya dapat bermanfaat dan berguna

secara optimal untuk mendukung tugas pemerintahan maupun memberikan

manfaat kepada masyarakat. Dilihat dari tugas dan fungsinya, diperlukan

adanya pengoptimalisasian pengamanan aset tanah yang dilakukan oleh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang


18

selaku Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dimana berwenang untuk

mengelola aset daerah dengan berbaga macam hambatan yang mana

harus dihadapinya terutama dalam pelaksanaan pengamanan aset tanah

milik Pemerintah Kota Tanjungpinahg Provinsi Kepulauan Riau.

2.2.1.2 Optimalisasi Aset Tetap

Optimalisasi aset adalah suatau proses kerja dalam manajemen aset

yang bertujuan guna meningkatkan kemampuan atau kapasitas suatu aset

tetap dalam hal peningkatan atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

memiliki tujuan untuk menunjang perekonomian dari suatu daerah dan

dapat dijadikan sebagai suatu penunjang dalam kegiatan pemerintah

daerah guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pada teori dari Siregar (2004: 518), proses optimalisasi

aset tetap dapat dilaksanakan dengan dua cara, yakni sebagai berikut:

Manajemen aset guna mengoptimalkan potensi fisik dan Identifikasi aset

yang potensial.

Berdasarkan uraian diatas Dalam rangka pencapaian tujuan dari

manajemen aset dilaksanakanlah upaya dalam mengoptimalkan potensi

fisik serta identifikasi dari aset yang potensial diantaranya meliputi: lokasi,

nilai, luas, jumlah/volume, legal, dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut.

Tentunya dalam proses optimalisasi potensi fisik kriteria suatu aset daerah.
19

2.2.1.3 Pengamanan Aset

Suwanda (2015:284) menjelaskan bahwa pengamanan aset

merupakan seluruh kegiatan yang meliputi pengendalian dalam

pengurusan aset atau barang milik daerah baik dalam bentuk fisik,

admnistrasi maupun tindakan upaya hukum.

Definisi mengenai pengamanan aset menurut Soleh dan

Rochmansjah (2010: 200) menyatakan bahwa :

Pengamanan merupakan suatu tindakan pengendalian serta


penertiban dalam pengelolaan aset daerah secara fisik, administratif
dan tindakan hukum. Pengamanan lebih diutamakan secara fisik dan
administratif sehingga aset daerah tersebut dapat dimanfaatkan
secara optimal juga mencegah pengambil alihan dari pihak lain yang
tidak bertanggung jawab.
Menurut Mardiasmo (2004) dikutip dalam Suwanda (2015: 284)

berpendapat mengenai pengamanan aset daerah merupakan bagian

sasaran strategis dalam kebijakan pengelolaan aset daerah. Ruang lingkup

pengamanan aset atau barang milik daerah menurut Suwanda (2015: 284-

285), antara lain :

1. Pengamanan administrasi. Pengamanan secara administrasi

berupa kegiatan pencatatan, inventarisasi, pembukuan, pelaporan

dan juga penyimpanan dokumen kepemilikan.

2. Pengamanan fisik. Pengamanan fisik berguna untuk mencegah

terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang

dan hilangnya barang. Pengamanan fisik ini dilakukan dengan

cara penyimpanan dan pemeliharaan.


20

3. Pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan. Pengaamanan fisik

khusus tanah dan bangunan dilakukan dengan cara pemasangan

pagar atau pemasangan tanda batas.

4. Pengamanan hukum. Pengamanan hukum berupa kegiatan

melengkapi bukti status kepemilikan. Aset daerah berupa aset

tanah harus memiliki sertifikat atas nama pemerintah daerah.

Sedangkan aset bangunan dan aset selain tanah dan bangunan

harus memiliki bukti kepemilikan atas nama pemerintah daerah.

Berdasarkan penjelasan di atas maka pengamanan aset adalah

kegiatan berupa pengendalian dan penertiban dalam pengurusan aset atau

barang milik daerah dalam bentuk antara lain :

1. Pengamanan administrasi.

2. Pengamanan fisik.

3. Pengamanan hukum.

2.2.1.4 Barang Milik Daerah/Aset

Aset berasal dari bahasa inggris yaitu asset yang memiliki arti dalam

bahasa Indonesia adalah kekayaan. Menurut Wahyuni (2020: 1)

menjelaskan bahwa aset merupakan segala sesuatu yang mempunyai nilai

ekonomi dimana kepemilikannya dapat dimiliki oleh individu, perusahaan

ataupun pemerintah kemudian dapat dinilai secara finansial.

Suwanda (2015: 11) berpendapat bahwa aset merupakan barang

atau benda yang terdiri dari benda bergerak dan benda tidak bergerak, baik
21

yang berwujud maupun tidak berwujud yang termasuk dalam

aktiva/kekayaan atau harta dari suatu instansi, organisasi, badan usaha

maupun perorangan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa aset

merupakan semua benda milik pemerintah daerah baik benda bergerak

maupun tidak bergerak yang merupakan kekayaan yang dimilikinya

dandiperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah atau

berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Halim dan Kusufi (2012: 119) menjelaskan bahwa jika dilihat

berdasarkan sifat mobilitas barangnya, aset daerah dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak. Adapun

klasifikasi tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Benda tidak bergerak (real property).


a. Tanah.
b. Bangunan gedung.
c. Bangunan air.
d. Jalan dan jembatan.
e. Instalasi.
f. Jaringan.
g. Monumen/bangunan bersejarah (heritage).
2. Benda Bergerak (personal property).
a. Mesin.
b. Kendaraan.
c. Peralatan (alat berat, alat angkutan, alat bengkel, alat pertanian,
alat kantor dan rumah tangga, alat studio, alat kedokteran, alat
laboratorium dan alat keamanan).
22

d. Buku/perpustakaan.
e. Barang bercorak kesenian dan kebudayaan.
f. Hewan/ternak dan tanaman.
g. Persediaan (barang habis pakai, suku cadang, bahan baku, bahan
penolong, dan sebagainya).
h. Surat berharga.

Jenis-jenis aset menurut Buletin Teknis PSAP dalam Suwanda (2015: 121)

terdiri dari:

1.Aset Lancar

Aset lancar terdiri dari kas dan setara kas, investasi jangka pendek,

piutang dan persediaan. Suatu aset digolongkan sebagai aset lancar jika

diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual

dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan, atau berupa kas dan setara

kas.

2. Investasi Jangka Panjang

Investasi merupakan aset yang bertujuan untuk memperoleh

manfaat ekonomi (bunga, dividen, royalti) serta manfaat sosial. Investasi

pemerintah yang termasuk dalam investasi jangka panjang yakni kelompok

aset non lancar.

3. Aset Tetap

Aset tetap merupakan aset berwujud yang mempunyai masa

manfaat lebih dari 12 bulan guna mendukung kegiatan pemerintah atau

dapat dipergunakan oleh masyarakat. Contohnya adalah : tanah, peralatan


23

dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap

lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan.

4. Aset Lainnya

Aset lainnya merupakan yang tidak termasuk sebagai aset lancar,

investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Berikut yang

termasuk dalam aset lainnya antara lain : aset tak berwujud, tagihan

penjualan angsuran, TP dan TGR, kemitraan dengan pihak ketiga dan aset

lainnya.

Penulis dalam penelitian ini akan membahas aset tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Aset tanah

tergolong dalam jenis aset tidak bergerak serta disebut juga sebagai aset

tetap.

2.2.1.5 Aset Tanah

Sutedi (2012: 32) menjelaskan mengenai pengertian tanah yaitu:

Tanah merupakan yaitu tempat untuk mencari nafkah, mendirikan


bangunan atau tempat kediaman serta juga menjadi tempat
dikuburnya orang saat telah meninggal. Pengertian tersebut
menandakan tanah adalah suatu hak yang tidak lepas dari
kehidupan manusia serta hal yang sangat diperlukan oleh manusia.

Aset tanah yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk

penyelenggaraan pemerintah baik untuk pelayanan maupun untuk

meningkatkan perekonomian. Pemanfaatan aset tanah dapat dilaksanakan

dengan pengalihan status penggunaan dimana aset tanah tersebut


24

dialihkan status penggunaannya kepada Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) lainnya untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan organisasi

sesuai dengan tugas dan fungsinya. Selain itu aset tanah juga dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian dalam bentuk kerja sama

pemanfaatan, sewa, pinjam pakai, tukar menukar, penyertaan modal dan

lain-lain.

2.2.1.6 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)

Lembaga
Pengertian Lembaga Lembaga merupakan istilah yang tidak asing

lagi bagi kehidupan masyaraakat Indonesia, istilah lembaga acap kali kita

temui jika berhubungan dengan pemerintah. Sering dilihat bahwa lembaga

itu adalah seperangkat alat pemerintah, gedung-gedung, atau bahkan

diartikan sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah.

Menurut Kartodiharjo dkk, menjelaskan pengertian Lembaga yaitu:

Lembaga adalah instrument yang mengatur hubungan antar individu.


lembaga juga berarti seperangkat ketentuan yang mengatur
masyarakat yang telah mendefinisikan bentuk aktifitas yang dapat
dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak istimewa
yang telah diberikan serta tanggung jawab yang harus dilakukan.

Kedudukan
Adapun kedudukan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah sebagai Berikut :

1. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah merupakan unsur

pendukung tugas Bupati di bidang pegelolaan keuangan dan aset

daerah.
25

2. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dipimpin oleh

seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Tugas, Pokok dan Fungsi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangan dan

aset daerah sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan

oleh pemerintah daerah.

b) Pemberian dukungan atas perencanaan, pembinaan dan

pengendalian kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangan dan

aset daerah.

c) Penyelengaraan urusan di bidang pengelolaan keuangan dan aset

daerah

d) Pembinaan dan koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas

pengelolaan keuangan dan aset daerah

e) Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai bidang

tugas dan fungsinya.

2.2.2 Landasan Legalistik


2.2.2.1 Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dalam pasal 1 ayat 6

menjelaskan tentang otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban


26

daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan demi

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indoensia. Kemudian pada Pasal 1 ayat 12 dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa daerah otonom yaitu

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah yang

memiliki kewenangan untuk mengatur urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penjelasan tersebut memiliki arti bahwa pemerintah daerah

diberikan kebebasan untuk mengatur rumah tangganya sendiri, termasuk

dalam hal pengelolaan aset daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 Pasal 1 ayat 8 Desentralisasi adalah penyerahan Urusan

Pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan

asas otonomi. Urusan pemerintahan yang dimaksud dalam UndangUndang

tersebut salah satunya mengenai pengelolaan aset milik daerah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Pasal 1 ayat 39 menjelaskan bahwa aset atau barang milik daerah

merupakan semua barang yang diperoleh atas beban anggaran

pendapatan belanja daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Penjelasan lebih lanjut mengenai Barang Milik Daerah (BMD)

dijelaskan secara rinci pada Paragraf 4 Pasal 307 tentang pengelolaan

barang milik daerah antara lain:

1. Barang milik daerah yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan


Urusan Pemerintahan tidak bisa dipindahtangankan.
27

2. Pengadaan barang milik daerah disesuaikan dengan


kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah yang
berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas dan transparansi
serta mengutamakan produk dalam negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
.
3. Barang milik daerah yang sudah tidak dibutuhkan dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan dapat dihapus dari
daftar barang milik daerah dengan cara dijual, ditukarkan,
dihibahkan, disertakan sebagai modal daerah dan atau
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
ayat 3 tidak dapat dijadikan tanggungan atau digadaikan untuk
mendapatkan pinjaman.

Berdasarkan penjelasan mengenai pengelolaan barang milik daerah

di atas bahwa setiap pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

mengelola serta mengurus aset milik daerahnya sendiri sesuai dengan

peraturan yang berlaku, termasuk didalamnya aset tanah milik pemerintah

daerah.

2.2.2.2 Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan


Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Pasal 1 ayat 1 menjelaskan

bahwa:

Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintahan


daerah adalah suatu sistem penyelenggaraan keuangan yang
mengatur hak dan kewajiban keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang dilaksanakan secara adil, transparan,
akuntabel dan selaras berdasarkan Undang-Undang.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Pasal 3

menjelaskan bahwa prinsip pendanaan untuk penyelenggaraan urusan


28

pemerintahan dalam kerangka Hubungan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintahan Daerah meliputi:

a. penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD.
b. penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban
APBN.

Penyerahan wewenang dalam hal ini termasuk didalamnya

mencakup pengelolaan aset daerah. Sesuai dengan prinsip pendanaan

penyelenggaraan yang dijelaskan dalam Undang-Undang tersebut maka

pemerintah daerah diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat untuk

mengelola aset milik daerahnya.

2.2.2.3 Barang Milik Negara / Barang Milik Daerah


Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 telah mengalami

beberapa perubahan aturan yang dijelaskan pada Peraturan Pemerintah

Nomor 28 tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Perubahan ini bertujuan untuk memperbaharui beberapa aturan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah yang dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 Pasal 1 ayat 2

menjelaskan bahwa Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli

atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja Dderah atau

berasal dari perolehan lainnya yang sah.


29

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah yang menjelaskan bahwa pengelolaan barang

milik daerah meliputi :

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran.


2. Pengadaan
3. Penggunaan
4. Pemanfaatan
5. Pengamanan dan pemeliharaan
6. Penilaian
7. Pemindahtanganan
8. Pemusnahan
9. Penghapusan
10. Penatausahaan
11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian

Pengelolaan aset atau barang milik daerah yang diatur dalam

Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa barang milik daerah yang

diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan urusan pemerintah tidak

dapat dipindahtangankan serta dalam pelaksanaan pengadaan barang

milik daerah dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan

kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas dan

transparansi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengamanan aset yang termasuk dalam indikator pengelolaan aset

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 Pasal 42 yang

menjelaskan bahwa pengamanan aset wajib dilakukan oleh pengelola

barang, pengguna barang dan atau kuasa pengguna barang dalam

penguasaannya. Pengamanan aset atau barang milik daerah tersebut


30

meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik dan pengamanan

hukum.

Pengamanan aset tanah dijelaskan pada Pasal 43 ayat 1 yaitu

Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama

Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

Selanjutnya dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan bahwa bukti

kepemilikan Barang Milik Daerah (BMD) wajib disimpan dengan tertib dan

aman oleh pengelola barang. Gubernur / Bupati / Walikota dapat

menetapkan kebijakan asuransi atau pertanggungan dalam rangka

pengamanan Barang Milik Daerah tertentu dengan mempertimbangkan

kemampuan keuangan daerah.

2.2.2.4 Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang

Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai pedoman teknis dalam

kegiatan pengelolaan aset daerah berupa aset tetap tanah yang mana

diatur dalam pasal 296 ayat 1 menyebutkan bahwa Pengelola Barang,

Pengguna Barang dan atau kuasa Pengguna Barang wajib melakukan

pengamanan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.

Pada pasal 296 ayat 2 Pengamanan barang milik daerah meliputi:

1. Pengamanan fisik.
2. Pengamanan administrasi.
3. Pengamanan hukum
31

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 299

menjelaskan tata cara pengamanan aset tanah yang dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pengamanan fisik tanah dilakukan dengan cara:

a. Memasang tanda letak tanah dengan membangun pagar


batas.
b. memasang tanda kepemilikan tanah.
c. melakukan penjagaan.

2. Pengamanan fisik dilakukan dengan mempertimbangkan

kemampuan keuangan pemerintah daerah dan kondisi atau letak

tanah yang bersangkutan.

3. Pengamanan administrasi tanah dilakukan dengan cara:

a. menghimpun, mencatat, menyimpan dan menatausahakan


dokumen bukti kepemilikan tanah secara tertib dan aman.
b. melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) melengkapi bukti kepemilikan dan atau menyimpan sertifikat
tanah.
2) membuat kartu identitas barang.
3) melaksanakan inventarisasi/sensus barang milik daerah
sekali dalam 5 tahun serta melaporkan hasilnya dan
4) mencatat dalam Daftar Barang Pengelola atau Pengguna
Barang atau Kuasa Pengguna.

4. Pengamanan hukum dilakukan terhadap:

a. tanah yang belum memiliki sertifikat.


b. tanah yang sudah memiliki sertifikat namun belum atas nama
pemerintah daerah.

Berdasarkan peraturan di atas maka yang dimaksud dengan

pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan

barang milik daerah dalam bentuk fisik, administrasi dan tindakan upaya
32

hukum serta dalam proses pengamanan aset tetap tersebut dilakukan untuk

menjaga barang milik pemerintah daerah.

2.2.2.5 Pengelolaan Barang Milik Daerah


Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 6

Tahun 2021 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah. Adapun Tujuan dari

peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah yaitu:

a. Sebagai pedoman dalam pengelolaan barang milik daerah;


b. Memberikan jaminan/kepastian hukum dalam pengelolaan
barang milik daerah;
c. Mengamankan batang milik daerah;
d. Menyeragamkan sistem dan prosedur Pengelolaan Barang Milik
Daerah;dan
e. Mengoptimalkan Pemanfaatan Barang Milik Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan Barang Milik Daerah sesuai dengan Pasal 1 Peraturan

Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2021 meliputi antara lain :

a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;


b. Pengadaan;
c. Penggunaan;
d. Pemanfaatan;
e. Pengamanan dan pemeliharaan;
f. Penilaian;
g. Pemindahtanganan;
h. Pemusnahan;
i. Penghapusan
j. Penatausahaan dan pembinaan;dan
k. Pengawasan dan pengendalian

Pengamanan aset atau barang milik daerah yang di atur dalam

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang nomor 6 Tahun 2021 pada pasal 55

ayat 2 meliputi Pengamanan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud

meliputi pengamanan fisik,pengamanan administrasi,serta pengamanan

hukum.
33

Adapun Pengamanan aset atau barang milik daerah khususnya

tanah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang nomor 6 Tahun

2021 pasal 56 ayat 1 meliputi Barang Milik Daerah berupa tanah harus

disertifikasi atas nama Pemerintah Daerah.

pengamanan aset atau barang milik daerah pemerintahan kota

tanjungpinang didasarkan dengan Peraturan Daerah nomor 6 Tahun 2021

sebagai mana memiliki tujuan agar aset atau barang milik daerah berada

dalam pengawasan pemerintah daerah kota tanjungpinang. Untuk itu

pengamanan aset atau barang milik daerah dilaksanakan secara optimal

sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.

2.3 Kerangka Pemikiran


Aset daerah khususnya Tanah merupakan salah satu

sumber daya yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mengelola aset

tersebut secara memadai. Pengelolaan atau manajemen aset

berupa inventarisasi, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset,

serta pengawasan dan pengendalian dalam pengamanan aset

tanah perlu dilakukan dengan baik. Dalam pelaksanaannya tentu

ada hambatan yang merupakan kendala yang dialami Pemerintah

Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau dalam optimalisasi

pengamanan aset tanah. Untuk itu dibutuhkannya upaya-upaya

yang dilakukan sebagai faktor pendorong dalam mengatasi


34

hambatan yang ada sehingga terlaksananya pengamanan aset

tanah yang optimal pada pemerintah kota Tanjungpinang Provinsi

Kepuauan Riau. Berikut kerangka pemikiran peneliti.


34

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Dasar Legalistik :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Fakta/Masalah 2022
Pengelolaan Aset 3. Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tanah Tahun 2020
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 19 Tahun 2016
5. Peraturan Daerah Kota
Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2021

Upaya yang Faktor


Pengamanan Aset Tanah
dilakukan oleh Penghambat
oleh BPKAD Kota
BPKAD dalam BPKAD dalam
Tanjungpinang Optimalisasi
Mengatasi
Hambatan Pengamanan
Aset Tanah

Pengamanan Aset Menurut


Suwanda (2015) :
1.Pengamanan Aset
2.Pengamanan Fisik
3.Pengamanan Hukum

Pengaman Aset Tanah


yang Optimal oleh BPKAD
kota Tanjungpinang
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Denzin dan Lincon dikutip Brady (2015) dalam Helaluddin (2019: 10)

berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan metode yang

menyediakan alat-alat dalam memahami secara mendalam terkait suatu

fenomena dan prosesnya. Selanjutnya, Simangunsong (2017: 190)

mengemukakan mengenai metode kualitatif adalah penelitian partisipatif

yang bersifat fleksibel yang memungkinkan untuk merubah dari rencana

yang telah dibuat guna menyesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Menurut Bodgan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono (2018: 18)

dalam sebuah penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik yaitu:

a. Dilakukan pada kondisi alamiah atau sesuai dengan kenyataan


b. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif sehingga data yang
terkumpul berupa kata-kata ataupun gambar.
c. Penelitian kualitatif mementingkan proses dibandingkan produk.
d. Analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif secara
induktif.
e. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan makna dari data yang
diamati.

Karakteristik penelitian kualitatif yang telah dikemukakan di atas

bahwa pada penelitian kualitatif penulis ikut berpartisipasi di lapangan,

sehingga rancangan penelitian masih bersifat sementara dan dapat

35
36

berubah ketika sudah di lapangan. Penulis harus mencatat apa yang terjadi,

menganalisis dokumen terkait serta membuat laporan penelitian.

Nazir (2017: 43) mengatakan bahwa metode deskriptif merupakan

suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, objek, sistem

pemikiran maupun suatu kelas persitiwa dimasa sekarang dengan

membuat gambaran secara sistematis, faktual juga akurat berkaitan

dengan fakta-fakta yang diselidiki.

Mengenai pendekatan induktif Simangunsong (2017: 191)

berpendapat bahwa metode kualitatif dengan pendekatan induktif harus

mengacu pada hasil yang ditemukan di lapangan sehingga penulis harus

melengkapi diri dengan alat bantu perekam, kamera, video dan sejenisnya.

Pendekatan induktif menurut Neuman (2016: 79) yaitu pendekatan untuk

mengembangkan suatu teori yang berawal berupa bukti empiris konkrit

menjadi konsep yang lebih abstrak yang memiliki hubungan teoretis.

Berdasarkan penjelasan teori di atas maka dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan

induktif. Diharapkan dengan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan

induktif dapat menggambarkan fakta yang ada di lapangan secara

sistematis mengenai objek penelitian berupa fenomena sehari-hari dengan

cara mengumpulkan, mengklarifikasi dan menganalisis data sehingga

dapat diambil kesimpulan penelitian. Dalam penelitian ini dapat

menggambarkan fakta-fakta dari optimalisasi pengamanan aset tanah oleh


37

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

3.2 Operasionalisasi Konsep

Ismail (2015: 13) mengemukakan bahwa operasionalisasi konsep

merupakan proses menurunkan konsep-konsep menjadi bagian-bagian

agar mudah dipahami dan juga diukur yang terdiri dari indikator ataupun

konsep. Penulis merumuskan operasionalisasi konsep mengenai

optimalisasi pengamanan aset tanah oleh Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau dalam Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1
Operasionalisasi Konsep

Konsep Dimensi Penjelasan Indikator Kriteria Informan


yang
diharapkan
Pengamanan Pengamanan Pengamanan Pencatatan atau Tertibnya I1
Aset(Suwanda: Administrasi yang meliputi Inventarisasi aset pengamanan I2
2015) kegiatan aset I3
pencatatan, Melengkapi bukti pemerintah I4
pembukuan, kepemilikan daerah
inventarisasi, (sertifikat) secara
pelaporan Membuat kartu administrasi.
dan identitas barang
penyampaian
dokumen Mencatat daftar
kepemilikan pengelola/pengguna/
kuasa pengguna
barang
Pengamanan Pengamanan Memasang papan Memberikan I2
Fisik fisik tanda kepemilikan pengamanan I3
dilakukan terhadap I4
dengan cara Memasang pagar aset
pemagaran batas Pemerintah
dan Melakukan Daerah
pemasangan penjagaan
tanda batas
38

Pengamanan Pengamanan Upaya hukum Memberikan I2


Hukum hukum terhadap aset yang kepastian I3
meliputi belum bersertifikat hukum I4
kegiatan terhadap
Upaya hukum
melengkapi aset milik
terhadap aset yang
bukti status Pemerintah
kepemilikan. sudah bersertifikat Daerah
namun belum atas
Pemerintah Daerah
Sumber : diolah oleh penulis 2022

3.3 Sumber Data dan Informan

3.3.1 Sumber Data

Sumber Data merupakan hal yang penting dalam penelitian, tanpa

data penulis tentu tidak bisa menyelesaikan masalah yang ditelitinya. Pada

penlitian ini penulis menggunakan data berupa dokumen, foto dan lainnya

yang berhubungan dengan optimalisasi pengamanan aset tanah. Sumber

data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Arikunto (2013: 172) berpendapat agar memudahkan dalam

menggolongkan sumber data, dibedakan menjadi 3 huruf p dalam bahasa

inggris, antara lain:

a. Person, merupakan sumber data berupa orang yang memberikan


data berupa jawaban melalui wawancara.
b. Place, merupakan sumber data berupa tampilan dalam keadaan
diam dan bergerak berupa kelengkapan sarana prasarana yang
digunakan peneliti untuk memperoleh data.
c. Paper, merupakan sumber data berupa tanda-tanda berupa huruf,
gambar, angka maupun simbol-simbol untuk penggunaan
dokumentasi.

Penulis menggunakan dua jenis data dalam penelitian ini antara lain:

1. Data Primer, data yang didapatkan dari sumber pertama melalui

penelitian langsung di lapangan dengan cara wawancara.


39

2. Data Sekunder, data yang didapatkan secara tidak langsung

melalui dokumen dan arsip terkait, seperti aturan perundangundangan

dan data yang lain.

Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data primer dan

sekunder. Sumber primer berasal dari hasil wawancara langsung

sedangkan data sekunder berasal dari dokumen dan bahan bacaan lainnya

terkait dengan optimalisasi pengamanan aset tanah oleh Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

3.3.2 Informan

Penulis mengambil infromasi melalui informan berdasarkan tugas

dan fungsi yang memiliki kapasitas dalam pengelolaan aset milik

pemerintah khusunya di bidang pengamanan aset pada badan Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang. Berikut

beberapa informan dalam penelitian ini yang dijelaskan pada Tabel 3.2

berikut:
40

Tabel 3.2
Data Informan Wawancara

No Informan Alasan Jumlah Kodefikasi

(Orang)

1. Kepala Badan Sebagai pengambil 1 I1

Pengelolaan Keuangan kebijakan.

dan Aset Daerah Kota

Tanjungpinang

2. Kepala Bidang Penanggung jawab aset. 1 I2

Pengelolaan Aset /

Barang Milik Daerah

3. Kepala Sub Bidang Pelaksana kebijakan 1 I3

Inventarisasi dan

Pengamanan Aset /

Barang Milik Daerah

4. Staf Bidang Aset / Barang 2 I4

Milik Daerah

Total 5

3.4 Instrumen Penelitian

Meolong (2017: 9) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif

instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri. Semua data yang

diperoleh seperti permasalahan penelitian, informan sebagai sumber data,

pengumpulan data, analisis data dan kesimpulan data dilakukan oleh

peneliti itu sendiri.


41

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2018: 224) berpendapat bahwa langkah yang paling

strategis dalam penelitian adalah pengumpulan data, karena tanpa data

suatu penelitian tidak dapat berjalan. Penulis tidak akan mendapatkan data

sesuai standar yang ditetapkan apabila tidak mengetahui teknik

pengumpulan data. Teknik pengumpulan data digunakan penulis supaya

mendapat data yang menggambarkan keadaan sebenarnya, terpercaya

dan sesuai dengan keadaan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini antara

lain:

1. Observasi Observasi menurut Simangunsong (2017: 218-219)


merupakan kegiatan yang menggunakan pancaindera baik
penciuman, pengelihatan maupun pendengaran guna memperoleh
informasi yang berkaitan dengan guna menjawab permasalahan
dalam penelitian. Hasil dari observasi berupa aktivitas, kejadian,
kondisi dan juga perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan
supaya mendapatkan gambaran nyata dari suatu peristiwa untuk
menjawab pernyataan penelitian. Ada beberapa bentuk Observasi
dalam pengumpulan data diantaranya:

a. Observasi partisipasi yaitu metode dengan cara menghimpun


data melalui pengamatan menggunakan panca indera dimana
peneliti terlibat dalam keseharian narasumber atau informan.
b. Observasi tidak terstruktur yaitu metode yang dilakuakan tidak
berpatokan pada pedoman observasi melainkan peneliti
menggunkan insting pengamatan yang terjadi di lapangan.
c. Observasi kelompok yaitu metode yang dilakukan oleh
sekolompok tim peneliti terhadap permasalahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini observasi yang digunakan penulis adalah observasi

pastisipasi karena dalam melakukan pengamatan atau observasi penulis

mengunjungi tempat penlitian dan orang yang dijadikan informan tetapi


42

tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Sehingga data yang diperoleh

dalam pengamatan akan lebih akurat serta mengetahui setiap perliaku yang

terlihat.

1. Wawancara Nazir (2017: 170) berpendapat bahwa wawancara


merupakan proses mendapatkan keterangan maupun data untuk
tujuan penelitian melalui tanya jawab antara pewawancara dengan
narasumber yang menggunakan panduan wawancara. Ada tiga
macam jenis wawancara menurut Esterberg dalam Nazir (2017: 114)
yaitu sebagai berikut:
a. Wawancara Terstruktur (Structured Interview) Wawancara ini
digunakan apabila peneliti sudah mengetahui dengan pasti
tentang informasi yang akan didapatkan. Maka sebeleum peneliti
melakukan wawancara dan pengumpulan data telah menyiapkan
kerangka penelitian berupa pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya sudah disiapkan
b. Wawancara Semi Terstruktur (Semi Structured Interview)
Wawancara ini lebih bebas dibanding dengan wawancara
terstruktur. Pewawancara dalam hal ini peneliti perlu
mendengarkan dengan teliti dan mencatat apa yang dikatakan
oleh narasumber.
c. Wawancara Tidak Terstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara ini bersifat bebas dan peneliti tidak berpatokan
dengan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya garis-garis besar
permasalahan penelitian.

2. Dokumentasi Dokumentasi menurut Sugiyono (2018: 240)


merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan
catatan peristiwa yang lalu. Dokumen dapat berupa gambar, tulisan
ataupun karya dari seseorang. Studi dokumen dilakukan guna
melengkapi dari metode observasi dan wawancara pada penelitian
kualitatif.
Simangunsong (2017: 215) berpendapat bahwa dalam penelitian

kualitatif ada beberapa yang harus dipersiapkan sebelum melakukan

wawancara diantaranya:

a. Pedoman wawancara.

b. Alat wawancara.
43

c. Mengatur waktu wawancara

Berdasarkan penjelasan di atas maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan

dokumentasi. Penulis melakukan observasi partisipasi karena dalam

melakukan pengamatan penulis mengunjungi tempat penelitian dan

orang yang dijadikan informan tetapi tidak ikut serta dalam kegiatan

tersebut. Dalam melakukan wawancara, jenis wawancara yang

digunakan adalah wawancara semi terstruktur hal ini bertujuan untuk

mendalami permasalahan sesungguhnya dengan lebih terbuka serta

untuk menghindari wawancara yang terkesan kaku saat bertanya

kepada informan namun tetap mengacu pada pedoman wawancara

untuk membatasi mengenai aspek-aspek yang diteliti. Dokumentasi

pada penelitian ini dengan mengumpulkan data berupa dokumen,

laporan, foto dan yang lainnya yang berkaitan dengan optimalisasi

pengamanan aset tanah oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2018: 245) mengenai teknik analisis data pada

penelitian kualitatif dilakukan dimulai dari sebelum, selama dan setelah

melakukan penelitian dilakukan. Adapun tahapan analisis data menurut

Miles dan Huberman dalam buku yang sama digambarkan pada gambar

sebagai berikut
44

Gambar 3.1
Model Analisis Miles dan Huberman

PENGUMPULAN
DATA PENYAJIAN DATA

REDUKSI DATA VERIFIKAS/PENARIKAN


KESIMPULAN DATA

Sumber: Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2018: 247).

1. Pengumpulan Data (Data Collection).

Pengumpulan data terkait dengan permasalahan yang diteliti yakni

mengumpulkan data dari informan secara langsung ataupun dokumen

terkait.

2. Reduksi Data (Data Reduction).

Mereduksi dalam kata lain adalah merangkum, data yang telah

didapatkan terkait pokok permasalahan kemudian direduksi supaya

memberikan gambaran yang lebih jelas selain itu juga akan

mempermudah dalam pengumpulan data selanjutnya.

3. Penyajian Data (Data Display).

Setelah data dirangkum atau direduksi kemudian data disajikan. Pada

penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian


45

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dengan menyajikan data tentu akan lebih mudah untuk memahami apa

yang terjadi.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification).

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarakan hasil penelitian yang telah

dilakukan dengan memperhatikan hasil wawancara dan dokumentasi.

Kesimpulan yang dilakuakan pada tahap awal bersifat sementara artinya

bisa berubah lagi bisa juga tidak. Hal ini tergantung kepada data-data di

lapangan sehingga menghasilkan kesimpulan yang kredibel.

Apabila dikaitkan dengan teori di atas maka penulis mengumpulkan

data primer berupa wawancara dengan informan dan data sekunder berasal

dari dokumen yang berkaitan dengan pengamanan aset. Setelah itu,

penulis mereduksi data agar dapat memberikan gambaran kemudian

penulis menarik kesimpulan yang bersifat sementara berdasarkan dengan

data di lapangan dalam optimalisasi pengamanan aset tanah oleh Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian

3.7.1 Jadwal Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti didasarkan pada kalender

akademik Institut Pemerintahan Dalam Negeri dalam kalender akademik


46

IPDN tahun akademik 2022-2023. Berikut tabel kalender akademik Tahun

ajaran 2022-2023 :

Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi


Tahun Akademik 2022/2023

TAHUN TAHUN

2022 2023

KEGIATA
SEP OKT NOV DES JA FEB MAR APR MEI JU
N
N N

1 2 3 4 1 2 3 41 2 3 41 2 3 41 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengaju

a n Judul

dan

penyusu

n an

skripsi

2. Semina

propos

al

skripsi

3. Perbaika

proposal

skripsi
47

4. Penelitia

n dan

pengump

u lan data

5. Penyusu

n an

Skripsi

6. Ujian

Kompreh

e nsif

Skripsi

7. Perbaika

n dan

Pengum

p ulan

Skripsi

Sumber: Kalender Akademik IPDN Tahun 2022/2023

Keterangan : Pelaksanaan kegiatan

3.7.2 Lokasi Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas Penelitian ini akan dilaksanakan

di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.


48

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Halim, Abdul. dan Muhammad Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Keuangan
Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Helaluddin. dan Hengki Wijaya. 2019. Analisis Data Kualitatif Sebuah
Tinjauan Teori Praktik. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.
Ismail, Nawari. 2015. Metode Penelitian Untuk Studi Islam. Yogyakarta:
Samudera Biru
Mardiasmo. 2018. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset.
Masyhuri. dan M. Zainuddin. 2011. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis
dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.
Meolong, L. J. 2017: Metode Penelitian Kualitatif, cetakan ke-36. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Nazir, Moh. 2017. Metode Penelitian. Bogor. Ghaila Indoneisa.
Neuman. W. Laurance. 2016. Metodologi Pendekatan Sosial: Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT. Indeks.
Simangunsong, Fernandes. 2017. Metodologi Penelitian Pemerintah.
Bandung: Alfabeta.
Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset: Strategi Penataan Konsep
Pembangunan Berkelanjutan Secara Nasional. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Soleh, Chabib. Dan Heru Rochmansjah. 2010. Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah. Bandung: Fokusmedia.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Research and
Development. Bandung: Alfabeta.
Sutedi, Adrian. 2012. Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta: Sinar Grafika.
Suwanda, Dadang. 2015. Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemda. Cetakan
Ketiga. Jakarta: PPM.
Wahyuni, Sri. dan Rifki Khoirudin. 2020. Pengantar Manajemen Aset.
Makassar. CV Nas Media Pustaka.
Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Cetakan Kedua. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
49

B. Peraturan Perundang Undangan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia1945.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara atau Barang Milik Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2021 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah

C. Skripsi dan Jurnal


Wulandari, Fitri. 2019. Pengelolaan Aset Daerah Atas milik Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Meranti. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
Kusumawardani, Putri. 2018. Manajemen Aset Tanah di Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Tangerang. Serang: Universitas Sultan
Agung Tirtayasa.
Wulandari, Serly. 2014. Optimalisasi dalam Pengamanan dan Pemeliharaan Aset
Tanah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Pontianak Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Publik Vol.3
No. 01.
Said, Siti Nurbaeti. 2017. Peran Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
dalam pengelolaan Aset Tanah dan Bangunan di Kabupaten Penajam
Paser Utara. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Nurrobani, Yosinta Kingkin. 2018. Pengelolaan Aset Tanah Pemerintah
Kabupaten Purbalingga. Purwokerto: Universitas Diponegoro.
50

LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

Penulis dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi

terstruktur sehingga penulis dapat dengan bebas bertanya kepada informan

mengenai permasalahan yang diteliti dengan tetap berpedoman pada teori

yang penulis gunakan dan pedoman wawancara. Informan sebagai sumber

data dan informasi dalam penelitian ini berjumlah 5 orang. Penulis

menjabarkan pertanyaan kepada tiap-tiap informan berdasarkan indikator

dari teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini.

A. Informan
No Sumber Informan Jumlah(Orang)
1. Kepala Badan Pengelolaan 1
Keuangan dan Aset Daerah Kota
Tanjungpinang
2. Kepala Bidang Pengelolaan 1
Aset/BMD
3. Kepala Sub Bidang Inventarisasi dan 1
Pengamanan Aset/BMD
4. Staf Bidang Aset /bmd 2
Total 5

B. Daftar Pertanyaan Wawancara

a. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Tanjungpinang

1. Bagaimana pelaksanaa inventarisasi aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang?

2. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang yang belum memiliki sertifikat?


51

3. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah yang sudah

memiliki sertifikat namun masih belum atas nama Pemerintah

Kota Tanjungpinang?

4. Bagaimana pengawasan dan pengendalian atas pengamanan

aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

5. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan pengamanan aset

tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

6. Apa saja upaya yang dilakukan dari BPKAD terhadap hambatan

tersebut?

b. Kepala Bidang Pengelolaan Aset/BMD

1. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam pengamanan aset

tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

2. Bagaimana prosedur inventarisasi aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang?

3. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah memiliki kartu identitas barang?

4. Bagaimana upaya BPKAD untuk melengkapi sertifikat aset tanah

milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

5. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah yang sudah

bersertifikat namun kepemilikannya belum atas nama pemerintah

Kota Tanjungpinang?
52

6. Apakah BPKAD sudah mencatat seluruh daftar pengelola /

pengguna / kuasa pengguna barang aset tanah milik pemerintah

Kota Tanjungpinang?

7. Apakah seluruh aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah dipasangi tanda kepemilikan?

8. Bagaimana pengawasan dan pengendalian atas pengamanan

aset tanah di Kota Tanjungpinang?

9. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan pengamanan aset

tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang?

10. Apa saja upaya yang dilakukan BPKAD terhadap hambatan

tersebut?

c. Kepala Sub Bidang Inventarisasi Aset dan Pengamanan Aset /

BMD

1. Apakah semua aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

telah dilakukan pencatatan?

2. Kapan terakhir kali BPKAD melakukan pencatatan aset tanah

milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

3. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah memiliki kartu identitas barang?

4. Apakah BPKAD sudah mencatat seluruh daftar pengelola /

pengguna / kuasa pengguna barang aset tanah milik pemerintah

Kota Tanjungpinang?
53

5. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah terpasang tanda kepemilikan?

6. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah terpasang pagar batas?

7. Bagaimana langkah BPKAD dalam melakukan penjagaan aset

tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

8. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang yang belum memiliki sertifikat?

9. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah yang sudah

memiliki sertifikat namun masih belum atas nama Pemerintah

Kota Tanjungpinang?

10. Apa saja prosedur dalam pembuatan sertifikat tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang?

11. Apa saja faktor penghambat terkait permasalahan pengamanan

aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang?

12. Apa saja upaya yang dilakukan dari BPKAD terhadap hambatan

tersebut?

d. Staf Bidang Aset / BMD

1. Apakah semua aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

telah dilakukan pencatatan?

2. Kapan terakhir kali BPKAD melakukan pencatatan aset tanah

milik pemerintah Kota Tanjungpinang?


54

3. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah memiliki kartu identitas barang?

4. Apakah BPKAD sudah mencatat seluruh daftar pengelola /

pengguna / kuasa pengguna barang aset tanah milik pemerintah

Kota Tanjungpinang?

5. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah terpasang tanda kepemilikan?

6. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah terpasang pagar batas?

7. Bagaimana langkah BPKAD dalam melakukan penjagaan aset

tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

8. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang yang belum memiliki sertifikat?

9. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah yang sudah

memiliki sertifikat namun masih belum atas nama Pemerintah

Kota Tanjungpinang?

10. Apa saja prosedur dalam pembuatan sertifikat tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang?

Anda mungkin juga menyukai