Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
selaku dosen pembimbing utama yang telah sabar dalam membimbing dan meluangkan
Penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril,
1. Dr. Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, CHRA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Administrasi Publik yang selalu
4. Kedua orangtua penulis, Bapak Wahyu Dana K dan Ibu Mufaridatun serta
vi
5. Bapak Syamsurijal, Ibu Ritz Noor, Ibu ica dan staff DP3AKB lainnya yang
6. Sahabat-sahabat penulis saat kuliah Reza Tri Wahyuni, Eka Arum Pramestya,
Nurul Ni’matul U dan Afifah Ulfah A yang telah memberikan bantuan dan
7. Support sistem sejak SMA Azak, Faidah, Nencu, Yasmin, Ida, Amel, Relly
membantu penulis baik moril maupun materil. Serta pihak-pihak lain yang
terdapat kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan peneliti pada khususnya.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………………....ii
LEMBAR PENGESAHAN….……………………………………………………...iii
LEMBAR REVISI………..…………………………………………………………iv
viii
2.2.2 Manajemen Publik ................................................................................ 35
4.1.2 Visi dan Misi Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak,
Keluarga Berencana Kabupaten Sidoarjo........................................................ 66
ix
4.1.6 Komposisi Pegawai Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan
Anak, Keluarga Berencana Kabupaten Sidoarjo ............................................. 72
4.3.3 Proses Analisis dan Perumusan Kebijakan yang Tepat ...................... 108
4.3.7 Sistem Pengawasan dan Pengendalian yang Bersifat Mendidik ......... 116
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.2 Diagram Data Ranah Kekerasan Yang Paling Beresiko ....................... 177
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) ........................... 600
Sidoarjo………………………………………………………………………………93
Gambar 4.4 Rapat Kordinasi Rutin Program Kabupaten Layak Anak Tahun 2020..101
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.3 Diagram Kategori Kasus yang Terjadi Tahun 2017-0kt 2020 .................... 21
Tabel 4.1 Data Pegawai Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Tabel 4.2 Data Pegawai Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Tabel 4.4 Anlisa SWOT Rencana Strategis Tahun 2016-2021 Dinas Pemberdayaan
xii
ABSTRAK
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini pelecehan seksual dan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Hingga saat ini masih banyak perempuan yang
masih rentan menjadi korbannya. Hal ini dikarenakan sistem tata nilai yang
mendudukkan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan lebih rendah dibandingkan
yang harus dikuasai, dieksploitasi dan diperbudak laki-laki dan juga karena perempuan
masih dipandang sebagai second class citizens (Sumera, 2013). Kekeliruan pandangan
ini, memposisikan perempuan sebagai kaum yang lemah dan tak berdaya, sehingga
para perempuan berpotensi mendapat perlakuan kekerasan dari para kaum laki-laki.
mendapatkan kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa deskriminasi fungsi sosial.
Kesetaraan gender sendiri menjadi perhatian khusus bagi banyak negara, seperti
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada 10 Desember 1948. Deklarasi ini akan
14
15
penghormatannnya yang universal dan efektif, baik oleh bangsa- bangsa dari negara-
negara anggota sendiri maupun oleh bangsa-bangsa dari wilayah- wilayah yang ada
dibawah kekuasaan hukum mereka (Gurinda, 2019). Kemudian deklarasi ini disambut
diskriminasi yang didasarkan pada perbedaan karakteristik gender yang dibentuk dan
dibangun dalam lingkungan sekitar harus dihapuskan. Seorang wanita memilikki hak
dan kesempatan yang sama halnya dengan laki-laki baik dibidang pekerjaan,
Indonesia adalah seorang wanita membuktikan bahwa wanita mampu dan berhak
tanggung jawab antara pria dan wanita sebagai kesatuan masyarakat. Dengan demikian
perbedaan penghargaan bukan lagi terletak pada fungsi sosial tetapi pada prestasi dan
kemampuannya.
Hingga saat ini, di Indonesia sendiri kesempatan dalam berprestasi bagi kaum
berpolitik dan berkarya sesuai dengan keinginannya. Namun, tidak dapat dipungkiri
Gambar 1.1
Jumlah Kekerasan terhadap Perempuan
Tahun 2008-2019 dalam CATAHU 2020
406,178431,471
321,752 348,446
279,688293,22 259,15
216,156
143,586
105,103119,107
54,425
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: Komnas Perempuan, (2020)
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa, dalam kurun waktu 12 tahun angka
tahun kekerasan pada perempuan semakin marak dan tak terkendali yang artinya
kondisi perempuan Indonesia sedang mengalami kehidupan yang tidak aman. Maka
dan negara. Hal ini, bertujuan agar Komnas Perempuan mendapat gambaran tentang
bagaimana kekerasan ini dapat terjadi dalam hubungan kehidupan perempuan dengan
lingkungannya baik secara pribadi, komunitas, maupun publik. Seperti yang kita
17
ketahui, kenyataannya kekerasan perempuan dan anak sering dilakukan oleh orang
sekitarnya yang masuk ke dalam kategori ranah pribadi. Sejalan dengan hasil diagram
Perempuan bahwa bentuk penyumbang terbesar kasus kekerasan perempuan dan anak
yang paling beresiko yaitu kekerasan dalam ranah personal, Berikut grafiknya :
Gambar 1.2
Diagram Data Ranah Kekerasan yang Paling Beresiko bagi Perempuan
dalam CATAHU 2020
0%
25%
75%
Diagram ini menunjukkan ranah yang paling beresiko bagi perempuan, yaitu
kekerasan dalam ranah personal, yang diantaranya perkawinan atau dalam rumah
sebesar 75%. Berdasarkan media online Suarajatim.id oleh Taufiq, (2020) Salah satu
provinsi yang menempati prosentase tertinggi kekerasan pada perempuan dan anak
adalah provinsi Jawa Timur. Berdasarkan Data Sistem Informasi Online Kekerasan Ibu
18
dan Anak (Simfoni) hingga 2 November 2020 tercatat ada sebanyak 1.358 kasus yang
mana terjadi peningkatan dari sebelumnya pada 2019 tercatat 900 kasus.
“Selama masa pandemi ini kasus perceraian di Jatim sangat tinggi. Di tahun
2019 saja tercatat sebanyak 8.303 kasus, sementara sampai akhir September
2020 tercatat ada 55.747 kasus. Puluhan ribu kasus itu dinilai
memprihatinkan. ini karena kalau terjadi perceraian, suka tidak suka, mau
tidak mau bahwa yang terdampak adalah anak-anak. Pada konteks
perlindungan anak, akan muncul kasus penelentaran anak, pengasuhan anak
yang rendah dan kasus traficking anak” ujar Kepala Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK), Andriyanto,
Selasa (3/11/2020).
Sumber : (https://jatim.suara.com/read/2020/11/03/174804/ada-1358-kasus-
kekerasan-perempuan-dan-anak-di-jatim-55747-perceraian, diakses pada 18
November 2020)
Perhatian khusus bagi Pemerintah Jawa Timur untuk segera menekan angka
kekerasan, terlebih saat pandemi ini yang memicu peningkatan terutama pada kasus
kekerasan pada anak, karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah
dan disisi lain banyak anggota keluarga yang bermasalah dengan masalah ekonomi
terhadap anak. Salah satu kota yang turut menyumbang angka terbesar pada kekerasan
anak di Jawa Timur dalam media onlie Liputan6.com, (2019) adalah Kabupaten
dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik di utara, Selat Madura di timur,
dengan Gresik, Sidoarjo merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan
Kabupaten Sidoarjo, (2020) jumlah penduduk Sidoarjo mencapai 2.266.533 jiwa pada
tahun 2019 dengan luas daerah 602,1 km². Meskipun tidak sebesar kota Surabaya, akan
tetapi Kabupaten Sidoarjo juga memilikki masalah yang kompleks layaknya kota
Surabaya. Seperti kasus Kekerasan pada perempuan dan anak ini berdasarkan data dari
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2017 2018 2019 2020
Dari diagram diatas, dapat diketahui bahwa jumlah kasus kekerasan terhadap
terjadi penurunan kasus dibandingkan pada tahun 2017 akan tetapi penurunan tidak
20
terlalu signifikan dan kenaikan masih mungkin saja terjadi seperti ditahun 2019 yang
“pada kenyataannya sebetulnya kekerasan ini susah, data bisa lebih banyak
maupun lebih sedikit, karena biasanya kekerasan pada perempuan dan anak,
korban tidak berani atau tidak mau melapor, apalagi kekerasan yang
menyangkut keluarga mereka akan lebih tertutup karena merasa tabu sehingga
mereka kurang terbuka, mangkannya ini adalah salah satu dari tujuan dilakukan
sosialisasi bagaimana kasus-kasus kekerasan ini dapat terlaporkan.
Sumber : (Syamsurijal Sekretaris DP3AKB Kabupaten Sidoarjo. Wawancara
pada Rabu 10 Maret 2021)
Jika dilihat dari segi usia korban kekerasan di Kabupaten Sidoarjo usia yang
paling banyak menjadi korban kekerasan yaitu usia 25-40 tahun yaitu masuk kedalam
kategori usia dewasa, disusul dengan usia remaja yaitu 13-18 tahun, dan diposisi ketiga
6%
17% < 5 Th
13%
6 - 12 Th
13 - 18 Th
19% 19 - 24Th
37% 25 - 40 Th
8% > 40 Th
Ditinjau dari segi usia, perempuan berusia 25-40 tahunlah yang paling sering
mengalami kekerasan. Sejalan dengan hal tersebut berdasarkan data dari DP3AKB
Kabupaten Sidoarjo jenis kasus yang paling sering terjadi sebagai berikut :
Tabel 1.3 Diagram Data Kategori Kasus yang Terjadi Tahun 2017-2020
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tangga (KDRT) menduduki peringkat utama yang paling sering terjadi. Dan
diperingkat kedua terdapat kasus pencabulan yang sering dialami oleh usia remaja.
Pencabulan sendiri merupakan segala perbuatan yang melanggar susila atau perbuatan
keji yang berhubungan dengan nafsu kelaminnya, dimana langsung atau tidak langsung
merupakan perbuatan yang melanggar susila dan dapat di pidana (R. S. Putra, 2016).
Selain itu, fenomena di massa pandemi saat ini lebih menitik beratkan pada kasus
kekerasan terhadap anak meskipun di Sidoarjo sendiri kasus kekerasan terhadap anak
22
bukan menduduki peringkat utama akan tetapi Kabupaten Sidoarjo juga turut
beberapa macam kekerasan yang terjadi pada anak diantaranya kekerasan fisik,
eksploitasi, hingga penindasan atau biasa dikenal dengan bullying. Sejatinya setiap
orang tua memilikki kewajiban untuk melingdungi anak dari perlakukan yang salah,
deskriminasi, dan kekerasan. Namun, yang sering terjadi pelaku dalam kekerasan anak
ini paling banyak adalah incest (hubungan sedarah) yaitu berasal dari keluarga yang
sebenarnya diharapkan memberikan rasa aman dan nyaman. Maka, keluarga tidak bisa
menjadi jaminan utama keamanan anak dari berbagai kekerasan, seringkali saat orang
tua kesal, atau mengalami masalah dalam keluarga, anak akan menjadi sasaran dari
memukul anak tanpa sebab. Banyak orang tua beranggapan bahwa perlakuan tersebut
sebagai suatu cara untuk mendisiplinkan anak, yang tanpa mereka sadari bahwa
perlakuan kekerasan yang diterima oleh anak akan berdampak dimasa depannya.
kehidupannya dapat menimbulkan traumatic pada kehidupan anak dalam jangka waktu
panjang. Kadang menetap dan sulit untuk diperbaiki, jika tingkat keparahan tinggi dan
dilakukan pada usia dini. Selain itu, dapat menghantarkan anak pada pribadi yang labil,
23
kecenderungan mengalami stress, depresi atau bahkan dengan mencoba bunuh diri.
Perlu kita ingat bahwa anak-anak merupakan penurus bangsa, sehingga menjadi aset
penting yang dimilikki suatu negara dalam masa depan, karena kualitas sumber daya
Perlindungan anak juga menjadi bagian dari pembangunan global dan nasional
dibuktikan dengan ditanda tanganinya Konvensi Hak Anak (KHA) 31 tahun yang lalu,
dan Indonesia menjadi salah satu yang terlibat di dalamnya dan meratifikasinya
juga bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai
dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28b yang menyarankan bahwa setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi hal ini juga didukung oleh bapak
presiden kita Joko Widodo yang menegaskan pada RPJMN (2015-2019) bahwasannya
prioritas utama pada setiap bidang pembangunan memilikki sistem yang holistik dan
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menjamin keamanan bagi anak yang
menjadi korban maupun saksi tindak pidana dengan menetapkan Perpres No 75 Tahun
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Melalui media Online
KOMPAS.com oleh Ihsanuddin, (2020) Juru bicara presiden bidang hukum Dini
24
Shanti Purwono mengatakan, Perpres ini diterbitkan guna melindungi hak anak yang
Sumber : (https://nasional.kompas.com/read/2020/07/28/15121611/jokowi-
teken-perpres-perlindungan-anak-korban-dan-anak-saksi, diakses pada 10
November 2020)
Meski telah banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk penghapusan
telah diterbitkan, namun seperti yang kita ketahui angka kekerasan terhadap perempuan
dan anak di Kabupaten Sidoarjo masih saja banyak terjadi. Sehingga sejauh manakah
Sidoarjo dalam menjalankan perannya sebagai salah satu organisasi pemerintah yang
dari tindak kekerasan, dalam menekan angka kekerasan apakah langkah yang telah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
1.3 Tujuan
Sidoarjo dalam menekan angka kekerasan pada perempuan dan anak di Kabupaten
Sidoarjo.
1.4 Manfaat
maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
yang dilakukan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian lebih
lanjut, terutama penelitian yang berkaitan dengan efektifitas suatu organisasi.
26
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh pihak lain dapat digunakan
sebagai bahan masukan serta pengkajian yang terkait dengan penelitian ini. Hal ini
yang akan dilakukan oleh penulis. Adapun tiga penelitian yang digunakan yaitu,
sebagai berikut :
2.1.1 Tri Yuningsih, Ajeng Resi Krisdyawati, 2019. Journal Of Public Policy And
Management Review, Vol. 8 No. 2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Semarang.
27
28
Kota Semarang dapat dikatakan sudah efektif akan tetapi belum maksimal. Hal ini
dikarenakan masih ditemukan korban tindak kekerasan di Kota Semarang. Ada dua
faktor utama yang sangat mempengaruhi diantaranya faktor lingkungan internal dan
Semarang telah menyediakan sarana dan prasarana yaitu Rumah Aman, Rumah Duta
Revolusi Mental. Pusat Pelayanan Terpadu Kota Semarang “SERUNI”. Akan tetapi
masih banyak korban yang belum mengetahui sarana dan prasarana serta mekanisme
pelaporan hal ini berkaitan dengan sistem sosialisasinya. Sedangkan untuk faktor
eksternal Terbatasnya pegawai baik internal maupun eksternal organisasi serta banyak
nya kasus tindak kekerasan menyebabkan kurangnya pemantauan terhadap suatu kasus
sampai selesai serta pendampingan korban sampai selesai. Sedangkan untuk faktor
penghambat yaitu terkait sarana prasarana dan kualitas sumber daya manusia.
29
2.1.2 Aldo Dwi Tamara, 2019. Skripsi. Program Ilmu Pemerintah Fakultas Ilmu
untuk mencapai kesempurnaan yang diharapkan hanya mencapai 60% dan belum
2.1.3 Fransiska Jaftoran, Marlyn Jane Alputila, 2019. Jurnal Restorative Justice.
terhadap perempuan sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga yang ditinjau
dari UU No 23 Tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga serta apa
penelitian yuridis empiris karena focus kajian berpangkal dari kekaburan norma,
perlindungan yang di lakukan oleh pihak P2TP2A dan unit PPA sejauh ini telah
Terbit
Terbit
kesejahteraan bersama. Sektor publik seringkali dipahami dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada
publik lalu dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang berlandaskan
beda, tidak ada definisi khusus dan lengkap yang bisa digunakan untuk semua sistem
Fitriyani, (2014) Organisasi sektor publik sebagai suatu aktivitas yang memberikan
pelayanan baik berupa produk atau jasa kepada publik (masyarakat) memiliki tujuan
yang berbeda dengan organisasi sektor swasta (bisnis). Aktivitas organisasi sektor
publik bergerak dalam pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, dan
kepercayaan menghasilkan legitimasi publik yang dapat menciptakan modal sosial bagi
maupun sosial dalam aktivitas pemerintah (M. A. R. Putra, 2017). Kepercayaan publik
dalam mengelola pemerintahan oleh karena itu, untuk mewujudkan organisasi sektor
publik yang efektif ,efisien dan dipercaya masyrakat maka diperlukan pengaturan yang
baik atas kinerja organisasi atau biasa disebut dengan manjemen publik.
Pada dasarnya manajemen adalah proses yang menyeluruh dan dibutuhkan oleh
setiap organisasi baik publik maupun swasta. Manajemen merupakan proses atau
aktivitas dan fungsi yang ada didalam suatu organisasi. Manajemen sendiri berfungsi
organsasi yang telah di tetapkan (Wijayanto, 2012). Sejalan dengan hal tersebut
menurut Lawrence A.Appley dan Oey Liang Lee dalam (Pananrangi, 2017:2)
usaha orang lain. Dijelaskan bahwa sebagai seni dan ilmu adalah strategi
memanfaatkan tenaga dan pikiran orang lain untuk melaksanakan suatu aktifitas yang
diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dari beberapa
36
definisi diatas secara garis besar mengatakan bahwa manajemen adalah sebuah
pengaturan yang dilakukan organisasi untuk mewujudkan tujuan dan sasaran dengan
dari upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan publik dengan sarana prasarana
yang tersedia, umumnya lebih mengarah pada masalah-masalah kebijakan yang nyata
pada upaya organisasi untuk mengatur pengelolaan sumberdaya yang ada dalam
organisasi agar memiliki kinerja yang efektif dan efesien dalam pencapaian visi, misi,
dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sejalan dengan hal tersebut (Sudarmanto,
Mawati, Nugraha, & at all, 2020:70) yang menyatakan manajemen publik adalah
orientasi politik kebijakan di pihak lain. Pada dasarnya Manajemen Publik berusaha
publik manajemen yang efektif dan efisien sangat diperlukan dalam proses
37
penyelenggaraan pelayanan agar tercapainya tujuan dari pelayanan itu sendiri yakni
dapat diukur dari efektivitas capaian sasaran yang ditentukan organisasi itu sendiri.
Pada hakekatnya kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari tercapai atau
kemampuan dalam melaksanakan tugas dengan baik, baik itu dari sisi teknis maupun
dari sisi ketrampilan sumber daya manusianya, dan dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kinerja diperlukan
penerapan prinsip-prinsip Good Governance. Dari kinerja yang baik maka akan
dari efektivitas itu sendiri menurut Robbins (1990: 49) mendefinisikan efektifitas
tujuannya dalam (Armia, 2002). Pernyataan ini didukung dengan Muhammad, et al,
generate. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno yang mengatakan bahwa
efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan
38
sebelumnya (Rifa’i, 2013). Sejalan dengan hal tersebut Menurut Sharma (1982:9)
dalam Monoarfa, (2012), kriteria atau ukuran suatu efektivitas dapat dinilai dari
di luar organisasi, serta dari ada tidaknya ketegangan dalam organisasi atau
para ahli diatas pada dasarnya mereka setuju bahwa suatu organisasi akan dikatakan
efektif jika terbukti dapat memenuhi target yang telah ditentukan. Dengan
masing untuk dijadikan acuan dalam pengukuran sejauh mana tingkat efektivitas dari
suatu organisasi. Namun secara jelas, mereka setuju bahwa ketika target tidak terpenuhi
efektivitas organisasi dapat dinilai dengan beberapa dimensi, antara lain sebagai
berikut:
keberhasilan kerja, karena tujuan berperan sebagai pedoman arah kegiatan dan sesuatu
yang akan dicapai oleh organisasi tersebut. Dengan tujuan yang jelas, akan
dalam meraih keberhasilan bersama. Yang mana strategi ini akan dijalankan sebagai
suatu taktik dalam mencapai kesuksesan, selain itu dibutuhkan suatu target sebagai
bahan evaluasi apakah strategi yang dipilih telah tepat atau tidak. Pemimpin organisasi
dapat mengubah suatu strategi jika dirasa tidak memenuhi target dengan strategi baru
Dalam Barlian, (2013) strategi dari segi bahasa diartikan sebagai suatu siasat, kiat,
taktik, trik, atau cara dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(Pupuh dan Sobri, 2009: 3). Jadi, strategi itu menjawab pertanyaan mengenai, apa yang
ingin kita lakukan, organisasi seperti apa yang kita inginkan, dan kemana organisasi
akan menuju (Umam, 2017). Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi sebagai cara atau
taktik yang dipilih dalam mencapai tujuan, dengan strategi yang tepat dan jelas maka
akan lebih memudahkan para anggota organisasi dalam menjalankan kegiatan sehingga
semakin mudah pula dalam pencapaian tujuan. Tentunya strategi ini juga perlu disusun
dengan memperhatikan analisis SWOT untuk melihat kekurangan dan kelebihan dari
strategi yang digunakan dan untuk mengatasi kecenderungan dimasa yang akan datang.
strategi yang dijalankan, selain itu tak jarang suatu strategi juga berbenturan dengan
suatu kebijakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan manajemen analisis untuk
Sehingga melahirkan kebijakan baru yang lebih matang dan sesuai, tentu saja kebijakan
perencanaan yang baik dan mantap. Perencanaan yang dimaksud baik disini yaitu
perencanaan yang jelas, terukur, dan terstruktur yang tidak membuat para anggota
kebingungan, dapat dikerjakan oleh sumber daya yang tersedia dan tertata setiap
prosesnya yang tidak melahirkan kebingungan. Jika rencana tidak jelas maka sulit
Sejalan dengan perencanaan dan strategi yang tepat, untuk menujang hal tersebut
berperan sebagai media untuk mencapai suatu tujuan. Program disusun dari yang
paling penting dan mendesak, kemudian program penting tidak mendesak dan
waktunya.
Dalam menyukseskan suatu program dari organisasi tentunya juga selain dukungan
dari para SDM, sarana dan prasarana juga ikut menyokong kesuksesan program.
Dengan sarana dan prasarana yang memadai maka program akan berjalan lacar dan
hambatan-hambatan dapat teratasi, yang mana tujuan akan lebih cepat tercapai.
41
hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa rencana berjalan sebagai mana mestinya
pengendalian jika rencana tidak berjalan sesuai kemauan atau terdapat hambatan maka
dapat segera ditemukan solusinya. Pengawasan dan pengendalian yang optimal akan
mendidik para anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan secara optimal pula.
Lain lagi dengan ukuran efektivitas menurut pendapat Danim (2012) dalam Patras,
Hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, baik berupa
program maupun kegiatan. Hasil yang didapat ini akan dibandingkan antara
pengeluaran dan pemasukan., usaha dengan hasil, persentase pencapaian program kerja
dan sebagainya. Maka yang seharusnya terjadi jika usaha sebagai pengeluaran telah
maksimal dilakukan seharusnya hasil sebagai pemasukkan yang didapat juga akan
memuaskan. Terjadi hubungan timbal balik antara upaya dan yang didapat.
42
Atas hasil kerja maksimal yang telah dilakukan oleh organisasi tersebut maka akan
1. Produk Kreatif
yang nantinya akan melahirkan ide-ide baru yang inofatif dan kreatif. Artinya disini
organisasi harus terus belajar atau menjalin kerjasama dengan organisasi lain demi
untuk belajar memperbaiki dan mengukur apa yang masih kurang di dalam organisasi
itu sendiri. Sehingga akan membuat organisasi lebih semangat untuk melakukan
pengembangan.
dengan bekerja sama secara kompak antar anggota dengan rasa saling memiliki dan
makan jalin kerjasama antar anggota akan erat dan peluang keberhasilan tujuan akan
lebih tinggi.
Selain itu dalam rangka untuk mewujudkan keefektivan suatu organisasi juga
a. Karakteristik Organisasi
Pada dasrnya setiap organisasi pasti memilikki karakteristik yang unik untuk
membedakan dengan organisasi lainnya, karakter ini bersifat melekat dan tetap,
karakter ini dapat tecermin dari beberapa hal yang dimilikki organisasi mulai dari
struktur, tujuan, strategi hingga kebiasaan para anggota organisasi itu sendiri. Dalam
penentuan susunan sumber daya manusia atau struktur dengan karakteristik organnisasi
tersebut maka akan menempatkan anggota yang nantinya menciptakan suatu hubungan
yang relatif tetap dan akan menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang
b. Karakteristik Lingkungan
Lingkungan dalam organisasi terdiri dari dua bagian yaitu internal dan eksternal.
Dalam Riyanto, (2018) lingkungan internal terdiri dari struktur (structure), budaya
(culture), sumber daya (resources) (Wheelen & Hunger, 2000; 10). Lingkungan
(weaknesses) yang ada dalam organisasi itu sendiri. Sedangkan lingkungan eksternal
adalah lingkungan yang berada diluar organisasi, yang berfungsi untuk menganalisis
c. Karakteristik Pekerja
organisasi. Karena di dalam diri setiap individu anggota memilikki sifat dan pemikiran
yang berbeda-beda. Jadi jika suatu organisasi menginginkan suatu keberhasilan, maka
44
organisasi tersebut harus dapat mengintegrasikan antara tujuan individu dengan tujuan
organisasi.
Merupakan sebagian dari strategi dan mekanisme kerja yang disusun oleh
organisasi untuk mengatur segala hal yang ada dalam organisasi dalam mencapai
efektivitas. Kebijakan dan praktik sebagian dari alat bagi pimpinan untuk mengarahkan
setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam membuat kebijakan dan
praktik manajemen harus memperhatikan segala hal terutama dari segi sumber daya
hubungan antara divisi satu dengan divisi lain, pelaksanaan hingga pengawasan agar
yang dilakukan sejak dahulu, ternyata sampai saat ini masih belum dapat mengangkat
kedudukan para perempuan untuk sejajar dengan kaum laki-laki. hingga saat ini masih
banyak kekeliruan suatu pandangan pada sistem tata nilai masyarakat yang
menganggap bahwa drajat seorang perempuan berada dibawah lelaki sehingga, sering
kali perempuan diposisikan sebagai kaum yang lemah dan tak berdaya yang membuat
para perempuan berpotensi untuk mendapat suatu perlakuan kekerasan dari para kaum
laki-laki. Padahal secara jelas pemerintah telah memberikan perlindungan hukum yang
45
Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, dan Undang-
undang Politik (UU No. 2 Tahun 2008 dan UU No. 42 Tahun 2008). Tapi tetap saja
kenyataannya hingga saat ini, masih banyak kekerasan dan deskriminasi yang masih
Selain itu, salah satu upaya pemerintah untuk menjaga asset negara sebagai
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai
Anak Pasal 1 Ayat 2). Namun, yang terjadi adalah seringkali saat orang tua kesal, atau
mengalami masalah dalam keluarga, anak akan menjadi sasaran dari kemarahan orang
sebab. Banyak orang tua beranggapan bahwa perlakuan tersebut sebagai suatu cara
untuk mendisiplinkan anak yang mana sebenarnya hal tersebut tanpa mereka sadari
termasuk dalam tindakan kekerasan. Oleh karena itu, pemerintah melakukan upaya
perlindungan hukum terhadap anak, yaitu melalui UU Nomor 35 tahun 2014 atas
untuk menurunkan dan memberantas kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dengan
melalui dinas perlindungan perempuan dan anak, diharapkan dapat menekan angka
kekerasan yang terjadi di Indonesia. Sehingga, jaminan keamanan dan kebebasan para
perempuan dan anak dari segala perbuatan yang merugikan termasuk kekerasan dapat
Suharto dan hasil konsultasi anak tentang kekerasan terhadap anak di 18 Provinsi dan
Adalah Kekerasan yang dapat dilihat secara jelas, biasanya berupa penyiksaan,
benda-benda tertentu yang menimbulkan luka- luka fisik bahkan kematian pada
Adalah kekerasan yang tidak dapat terlihat jelas lukanya, karena tidak meninggalkan
luka fisik namun, memberikan tekanan batin dan fikiran terhadap anak. Biasanya
kekerasan ini meliputi psikis atau emosional seperti dibentak, dimarahi, dicaci maki,
Berhubungan dengan seksualitas antara anak dengan orang yang lebih besar baik
dengan paksaan ataupun tipu muslihat. Bentuk kekerasan ini dapat berupa kata-kata,
47
sentuhan, maupun gambar atau video seksual bahkan hingga perlakuan kontak
seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa seperti diperkosa, diraba,
anak dapat berupa tindakan sewenang-wenang terhadap anak, memaksa anak untuk
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
METODE PENELITIAN
Penelitian atau dalam bahasa inggris disebut dengan research merupakan suatu
penelitian ini tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu solusi langsung bagi
permasalahan yang dihadapi, karena penelitian sebagian saja dari usaha pemecahan
masalah. Metode penelitian merupakan salah satu indikator yang penting dalam
melakukan sebuah penelitian karena pada dasarnya metode penelitian merupakan cara
rasional empiris dan sistematik sehingga data yang diperoleh melalui penelitian itu
adalah data yang valid artinya menunjukkan ketepatan antara data yang sesungguhnya
terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Oleh karena itu,
metode yang digunakan dalam suatu penelitian harus menggunakan metode yang tepat
dan cermat.
mengolah, dan menganilisis data hasil dari penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk
49
50
menekan angka kekerasan pada perempuan dan anak yang terjadi di Kabupaten
Sidoarjo. Dari konsep tersebut yang diinginkan oleh penulis adalah suatu informasi
dalam bentuk deskripsi. Hasil data yang akan diperoleh pada saat menggunakan
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati dalam
digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi Kuswana, (2011:43). Oleh karena itu peneliti sebagai instrument harus
bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti memasukki objek, yang mana validasi ini
eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan
51
jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit
(DP3AKB) dalam menekan angka kekerasan pada perempuan dan anak yang terjadi di
Kabupaten Sidoarjo.
mendapatkan data atau informasi yang akurat guna mendukung penelitian yang sedang
masalah. Perumusan masalah dalam penelitian ini menjadi acuan, sehingga fokus
penelitian ini ditujukan pada efektivitas dari DP3AKB dalam menekan angka
organisasi dari Gibson dalam Tangkilisan, (2005) dinilai dengan beberapa dimensi
yang terdiri dari kejelasan tujuan yang hendak dicapai, kejelasan strategi pencapaian
52
tujuan, proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang tepat, perencanaan yang
matang, penyusunan program yang tepat, tersedianya sarana dan prasarana, sistem
Yang dimaksud dengan kejelasan tujuan adalah tujuan yang ditetapkan oleh
DP3AKB sesuai dengan visi dan misi dibentuknya dinas tersebut. Adapun visi dan
“Mewujudkan lingkungan sosial masyarakat yang rukun, aman, tertib, nyaman, dan
berkeadilan”.
Kejelasan Strategi yang dilakukan oleh DP3AKB untuk mencapai tujuan yang telah
kebijakan berdasarkan dua strategi diatas untuk menjembatani antara tujuan dengan
Perencanaan jangka panjang dan jangka pendek yang dilakukan oleh DP3AKB
Sarana dan prasarana yang dimilikki DP3AKB guna pelaksanaan program kegiatan
Evaluasi yang dilakukan oleh DP3AKB dalam setiap Triwulan dan akhir tahun.
Sumber data dalam penelitian yakni dari mana sumber subjek data dapat diperoleh.
Menurut Lofland dalam (Moleong, 2016:157), sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu
54
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk
peneliti secara langsung dari sumber pertama dan dimana tempat objek penelitian
dilakukan. Sedangkan data sekunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara
langsung dari narasumber, melainkan dari pihak ketiga yaitu dapat berupa literatur,
artikel, jurnal, serta situs internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini yaitu berasal dari sumber-sumber primer, yakni
informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung kepada
kepala dinas maupun kepala bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Sidoarjo.
a. Informan
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah snowball
sumber data dengan pemilihan informan pertama dipilih atas pertimbangan tertentu,
misalnya orang tersebut dianggap paling mengerti apa yang diharapkan ataupun dapat
snowball sampling yaitu pengambilan sampel sumber data yang mulanya berjumlah
sedikit lama lama menjadi besar. Informan pertama dalam penelitian ini adalah Kepala
55
sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
Dimana fenomena yang terjadi atau yang pernah terjadi berkaitan dengan fokus
2. Data Sekunder
arsip lain yang memiliki relevansinya dengan penelitian, yang berada di Kantor
a. Dokumen
Dokumen disini sebagai sumber data lain yang digunakan untuk melengkapi data
utama yang relevan. Seperti data profil DP3AKB Kabupaten Sidoarjo, struktur
organisasi serta data pendukung didalam hasil dan pembahasan Efektivitas Dinas
b. Sumber Tertulis
Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari
arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Dokumen sebagaimana sumber data yang
sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian,
c. Foto
Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk
menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Ada dua
kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang
dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri (Moleong, 2016:160).
melakukan penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan
memahami teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
sesuai dengan standar data yang sudah ditetapkan. Dalam penelitian ini penulis
1. Wawancara
cara bertanya secara langsung atau dengan melakukan percakapan dengan maksud
yang sudah ditentukan terlebih dahulu, percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang
pihak yaitu pihak pewawancara dan pihak yang diwawancarai. Adapun jenis
57
(Idrus, 2009:107). Data yang akan diambil yaitu melalui wawancara dengan Ainun
mendapatkan variasi dan kedalaman informasi yang diperoleh atas dasar rekomendasi
2. Observasi
(partisipatif) ataupun nonpartisipatif. Pada teknik ini, dilakukan interaksi sosial dengan
kepala dinas ibu Ainun Amalia sesuai kebutuhan penelitian dan pengamatan dilakukan
secara terus – menerus serta kroscek dengan data pendukung sampai peneliti dapat
menghasilkan kesimpulan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi ialah catatan dari suatu gejala atau fenomena yang telah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk foto-foto, video, dan catatan-catatan penting yang dapat
mendukung data yang telah diperoleh serta fakta-fakta yang ditemui dilapangan.
58
Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian, menurut Guba dan
upaya yang berlanjut, berulang, dan terus menerus. Model analisis data kualitatif yang
dipakai dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif menurut Miles &
Huberman. Dalam B.Miles, Huberman, & Saladana, (2014 :31) menjelaskan bahwa
teknik analisis data model interaktif ini terdiri atas tiga tahapan yang harus dilakukan,
Drawing/Verification.
Data dikumpulkan berupa wujud kata-kata yang bukan rangkaian kata dan telah
data yang didapat dari lapangan baik secara tertulis, wawancara, transkrip, dokumen
dan meteri empiris lainnya. Kondensasi data akan terjadi secara terus menerus bahkan
saat peneliti memutuskan kerangka konseptual diawal memulai penelitian, secara sadar
tidak sadar saat membuat konsep peneliti akan melakukan pemilihan topik, fokus, dan
sebagainya, dengan kata lain kondensasi adalah bagian dari analisis. Dengan
59
merangkum hasil data yang didapat akan membuat data lebih kuat, dengan
menghindari pengurangan data itu sendiri. Kondensasi ini berbentuk analisis yang
rupa cara agar mendapat kesimpulan yang terverifikasi. Data yang diperoleh dapat
diubah melalui seleksi, melalui ringkasan atau parafrase, untuk memudahkan peneliti
3. Display data
Display data yaitu proses penyajian data yang berisi sekumpulan informasi yang
memungkinkan untuk dapat ditarik suatu kesimpulan serta pengambilan tindakan yang
perlu dilakukan. Dalam penelitian ini menggunakan penyajian data bentuk deskripsi
4. Conclusion Drawing/Verification
Kesimpulan merupakan tahapan terakhir dari analisis kualitatif pada model ini.
Sebenarnya dari setiap model analisis kualitatif semua berakhir dengan kesimpulan.
Namun, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
tahap awal, telah memilikki bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
menjawab rumusan masalah awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
60
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remangremang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Milles & Huberman,
2014:31-33).
Gambar 3.1
Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
pemeriksaan ini didasarkan dengan beberapa kriteria tertentu dan penelitian ini sendiri
ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan terhadap hasil pada kenyataan yang
kasus 61egative, pengecekan anggota, dan uraian rinci. Dalam penelitian ini, peneliti
data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan
dengan :
a. Perpanjangan Keikutsertaan
pada perempuan dan anak yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo dengan cara wawancara
dengan objek penelitian yaitu kepala dinas maupun kepala bidang pemberdayaan
62
perempuan dan perlindungan anak yang khususnya menangani kasus kekerasan pada
perempuan dan anak. Peneliti memperpanjang ke ikut sertaan karna ingin mendapatkan
b. Ketekunan Pengamatan
menekan angka kekerasan pada perempuan dan anak yang terjadi di Kabupaten
Sidoarjo. Dalam hal ini peneliti harus menyiapkan pengamatan secara teliti dan rinci
terhadap faktor-faktor yang ada kemudian pengamatan tersebut ditelah agar dapat
dipahami.
c. Triagulasi
dan mengecek kepercayaan (creadibilty) suatu informasi dengan sumber lain yang ada
di lapangan. Triagulasi digunakan untuk menguji data informan dengan dokumen yang
ada. Dalam penelitian ini data yang diperoleh melalui teknik wawancara, observasi dan
dokumentasi disusun dan ditelah secara berhubungan yakni dengan cara dibandingkan
sesuai fokus penelitian. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membandingkan data yang
pendapat pribadi, membandingkan penelitian dengan apa yang dikatakan orang dan
Bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang
telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung
dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran
suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu 50 perekam data dalam
penelitian kualitatif, seperti kamera, alat rekam suara sangat diperlukan untuk
mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan
pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
penelitian ke populasi sampel tersebut diambil. Agar orang lain dapat memahami hasil
tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang
rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi
jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya
untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan
64
standar transferabilitas.
3. Dependability (reliabilitas)
terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses
penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu 57 diuji
depenabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka
penelitian tersebut tidak reliable atau dependable. Untuk itu pengujian depenability
Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit
4. Confirmability (obyektivitas)
disepakati oleh banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji confirmability mirip
hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
Gambar 4.1
Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Keluarga
Berencana Kabupaten Sidoarjo
65
66
4.1.2 Visi dan Misi Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak,
A. Visi
pada Visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih dan dokumen RPJPD
Sidoarjo tahun 2016 – 2021 menjadi panduan dalam penyusunan RPJMD bagi Kepala
Daerah terpilih 2016 – 2021 yang selanjutnya dijabarkan dalam misi Bupati/Wakil
Bupati terpilih.
B. Misi
Keluarga Berencana Kabupaten Sidoarjo sejalan dengan Misi Bupati terpilih adalah
sebagai berikut :
Dari lima misi tersebut, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, Dinas
kepada Tuhan Yang maha Esa, serta dapat memelihara kerukunan, ketentraman dan
mempunyai tujuan yaitu untuk menjabarkan visi, misi bupati terpilih dan kemudian
khususnya sektor pemberdayaan dan perlindungan pada perempuan dan anak dapat
perlindungan anak, bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana serta tugas
pembantuan yang diberikan kepada kabupaten yang selanjutnya ditindak lanjuti dengan
Peraturan Bupati Nomor 95 Tahun 2019 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas
dan fungsi, serta tata kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan
Nomor 108 Tahun 2018 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugasnya.
organisasi, karena dengan adanya struktur, maka tugas dan fungsi akan lebih jelas serta
hubungan lebih terkoordinasi hal ini, akan mencegah kesalahan informasi yang
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana Kabupaten Sidoarjo
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
UPTD
Keluarga Berencana tentang atas Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 108 Tahun 2018
tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja Dinas
71
2. Sekretariat
a. Sub Bagian Umum
b. Kepegawaian
4. Unsur Pelaksanan :
Berencana Kabupaten Sidoarjo adalah hasil dari adopsi RPJMD Bupati terpilih periode
adanya sumber daya manusia (SDM) yang memadai dan tepat, dalam hal ini kaitannya
(ORANG) (%)
Sidoarjo paling banyak adalah pegawai negeri dengan Jumlah 31 orang atau 55%.
Sedangkan jumlah terendah pada non pegawai negeri dengan jumlah 25 orang atas
(ORANG)
2. Pembina (IV/a) 4 7%
4. Penata (III/c) 4 7%
JUMLAH 56 100%
74
berdasarkan pengamatan penulis yang berkaitan dengan kejadian dan peristiwa sesuai
dengan fokus penelitian. Adapun dalam penelitian terdapat beberapa langkah yang
dilakukan oleh penulis agar dapat menghadirkan hasil penelitian yang menyeluruh.
Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dengan key person dan informan,
serta menggunakan metode dokumentasi arsip dan foto kegiatan agar proses
pengumpulan data, reduksi data dapat berjalan dengan lancar. Mengingat jenis dan
analisis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh
bersifat deskriptif.
adalah sebuah organisasi perangkat daerah yang membantu bupati dalam mengurus
perempuan dan anak yang masuk, maka sejauh tingkat keberhasilan upaya dari
Kejelasan tujuan adalah tujuan yang ditetapkan oleh suatu organisasi yang
sesuai dengan visi dan misi dibentuknya organisasi tersebut. Menurut Candra,
(2017:224) Organisasi haruslah memiliki tujuan yang jelas. Kejelasan tujuan yang
berakhir dari visi dan misi yang gambling serta berbeda dalam kendali nilai utama
organisasi akan menjadi pedoman yang mantap bagi anggota, terutama dalam
pedoman dalam menjalankan tugas dan fungsi maka tujuan tersebut haruslah jelas dan
Dalam hal ini tujuan utama dari dibentuknya Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2016 tentang perangkat daerah, khususnya dalam
(RPJMD) Kabupaten Sidoarjo periode 2016-2021 sesuai dengan tugas pokok dan
“Sebenarnya tujuan dinas disusun atas dasar visi misi dari RPJMD bupati
terpilih. jadi sesuai dengan masa jabatan bupati, kalau bupatinya baru rpjmdnya
baru, RPJMD ini tergantung dari visi dan misinya bupati, selain itu perangkat
daerah tidak boleh membuat visi misi sendiri sehingga mereka semua harus
berdasarkan RPJMD dari bupati tanpa terkecuali, karena jika dinas memilikki
visi sendiri maka jalannya akan sendiri-sendiri tidak jadi satu. Kemudian dari
RPJMD yang ada diadopsi sesuai tugas dan fungsi masing-masing dinas yang
kemudian menjadi tujuannya, jadi RPJMD yang disusun pak bupati untuk dapat
disesuaikan oleh semua organisasi perangkat daerah”. (Hasil wawancara
peneliti, 29 April 2021)
daerah memilikki visi misi yang sejalan dengan bupati terpilih begitu juga dengan
DP3AKB Kabupaten Sidoarjo, kemudian visi misi tersebut disesuaikan dengan tupoksi
Berdasarkan RPJMD tupoksi dari DP3AKB berkaitan dengan visi ke tiga bupati yaitu
Sejahterah yang di breakdown mejadi dua misi, salah satunya yaitu “Meningkatnya
Berlandaskan Keimanan kepada Tuhan Yang maha Esa, serta dapat memelihara
kerukunan, ketentraman dan Ketertiban”. Atas dasar visi misi tersebut, diadopsi oleh
“Biasanya ibu kepala dinas akan mengingatkan kita tentang tujuan itu saat rapat
atau membuat perencanaan program kegiatan untuk berfokus dan tidak lepas
dari tujuan, karena kan memang program ini dibuat juga untuk mewujudkan
tujuan organisasi jadi harus sejalan, mangkannya ibu kepala dinas tidak bosan-
bosannya mengingatkan selalu disetiap perencanaan”. (Hasil wawancara pada
Rabu, 5 Mei 2021)
Hal ini juga dibenarkan oleh staf lain yaitu kepala seksi Bidang Pemberdayaan
“Saya kasi sebagai penyusun pembuatan program kegiatan atas arahan kepala
bidang dan kepala dinas, sebelumnya kita juga mengadakan rapat arahan
tersebut nah dirapat tersebut nanti ibu kepala dinas akan mengingatkan bahwa
program kegiatan yang akan disusun harus linier dengan tujuan jadi mau tidak
mau semua staf akan ingat dengan tujuan karena itu seperti pedoman dari
pembuatan perencanaan yang akan dilakukan”. (Hasil wawancara pada Jumat,
21 Mei 2021)
Dari kedua wawancara diatas diketahui bahwa tujuan disampaikan oleh kepala
dinas kepada seluruh staf saat rapat dan merencanakan suatu program kegiatan, hal ini
dilakukan agar perencanaan yang disusun tidak lepas dari tujuan organisasi dan
menjadi pedoman dalam berkegiatan. Karena pada dasarnya semua kegiatan dilakukan
menyusun strategi yang tepat untuk mencapainya. Strategi merupakan suatu taktik
yang dipilih karena dianggap sebagai cara paling cocok untuk mewujudkan tujuan.
Menurut Barlian, (2013) strategi merupakan konsep yang populer, sejak zaman dahulu
81
sampai sekarang. Sering kita mendengar konsep strategi sebagai pembicaraan umum,
matang sebelum melakukan sesuatu dengan harapan mendapat hasil yang maksimal
sebagai pemenang dari pihak lawan, yang berarti strategi yang jelek akan kalah. Maka
pentingnya menyusun strategi yang bagus agar tidak terjadi kegagalan dalam
organisasi.
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan atas dasar adopsi dari RPJMD bupati
strategi yang tepat untuk mencapainya. Menurut Johar & Hanum, (2016:1) Strategi
adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan
sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari suatu sasaran
kegiatan. Dalam penyusunan strategi atau biasa dikenal dengan Renstra (Rencana
“harus ada RPJMD kemudian disusun tupoksi mana yang mendukung misi, lalu
disusun renstra yang dapat mendukung visi misi bupati sesuai dengan
tupoksinya, penyusunan strategi menggunakan uraian metode analisa SWOT,
setelah ketemu lalu program-program apa yang bisa dilakukan selama lima
tahun.“ (Hasil wawancara pada Kamis, 29 April 2021)
gender serta perlindungan perempuan dan anak” maka disusun rencana startegis.
Dalam penyusunan tersebut melibatkan internal organisasi mulai dari kepala dinas,
sekretaris, kepala bidang, kepala seksi hingga staf berdasarkan wawancara dengan
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Ibu Evi Rupitasari
Mengatakan :
“Kita ada raker dulu, ada pendampingan dari pihak ketiga biasanya untuk
menyusun rentra, seperti kemarin di perangkat saya oleh seketaris atau TU
dinas DP3AKB, kita diundang semua mulai dari kepala dinas, kabid, dan staf
untuk mengikuti penyusunan perencanaan kedepannya bagaimana” (Hasil
wawancara pada Jumat, 21 Mei 2021)
Dari penjelasan diatas maka terlihat bahwa semua staf terlibat dalam
penyusunan strategi maka dapat dikatakan bahwa semua staf juga mengerti aspek-
aspek penting dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di dalam strategi.
Berikut adalah analisa SWOT yang sudah dilakukan DP3AKB Kabupaten Sidoarjo
Dari hasil analisa SWOT diatas, maka penentuan alternatife strategi yang dibuat
perempuan dan anak yaitu dengan strategi memperjuangkan kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan dan yang kedua melakukan perlindungan anak. Dua strategi
tersebut menggunakan indikator sasaran yang terdiri dari Indek Pemberdayaan Gender
(IPG) dan presentase kasus kekerasan dan trackficking terhadap perempuan dan anak
yang diselesaikan. Strategi ini dipilih oleh DP3AKB Kabupaten Sidoarjo karena dinilai
menunjukkan relevansi dan konsistensi antar pernyataan visi misi bupati dan dinas itu
selanjutnya yaitu merumuskan kebijakan yang selaras dengan tujuan, sasaran jangka
menengah dan strategi yang dipilih untuk menjadi pedoman bagi perumusan dan
(Widodo, 2021:12) Kebijakan merupakan serangkaian tujuan dan sasaran dari program
pemerintah. Kebijakan akan menentukan batasan atas keputusan yang telah dibuat oleh
pemimpin.
perlindungan anak maka DP3AKB Kabupaten Sidoarjo membuat satu kebijakan yaitu
1. Perspektif Kelembagaan
Strategi harus mampu menjelaskan dengan investasi apa pada sistem, teknologi,
2. Persepktif Masyarakat/Layanan
Startegi harus mampu menjadikan perbaikan proses dan oemberian nilai tambah
4. Perspektif Keuangan
sebagai konstrain (cost-effectiveness) serta untuk mencapai manfaat yang terbesar dari
5. Perspektif Kelembagaan
Strategi harus mampu menjelaskan dengan investasi apa pada sistem, teknologi,
6. Persepktif Masyarakat/Layanan
Startegi harus mampu menjadikan perbaikan proses dan pemberian nilai tambah
8. Perspektif Keuangan
sebagai konstrain (cost-effectiveness) serta untuk mencapai manfaat yang terbesar dari
Bapak Syamsurijal menjelaskan keterlibatan setiap bidang dan staf dalam perumusan
“Dalam perumusan kebijakan ini yang terlibat hanya internal yaitu dinas kita
sendiri,karena yang tahu potensinya adalah kita sendiri, tetapi tidak semua
anggota hanya bidang-bidang terkait yang menangani, maka biasanya pimpinan
akan berhubungan langsung dalam penentuan kebijakan sesuai renstra dengan
bidang yang terkait langsung mulai dari kepala bidang sampai kepala seksi atau
secara struktual”. (Hasil wawancara pada Kamis 29 April 2021)
kepala dinas ibu Ainun Amalia akan secara langsung berkordinasi dengan kepala
bidang yang menangani berkaitan dengan hal ini yaitu bidang pembedayaan
perempuan dan perlindungan anak yaitu Ibu Evi Puspitasri serta Kasi dari bidang
tersebut yaitu ibu Ritz Noor Widiyastutik. Kordinasi ini nantinya akan menentukan
kebijakan apa yang akan diputuskan dalam mendukung Renstra yang telah disusun.
Hal ini juga dibenarkan oleh kepala bidang pemberdayaan perempuan dam
“ya memang benar biasanya kepala dinas akan berkordinasi langsung dengan
saya dan kepala seksi tentang kebijakan apa yang akan dirumuskan nanti
kebijakanpun harus memperhatikan delapan perspektif yang telah menjadi
pedoman, jadi nanti disini setelah penyusunan renstra kita akan membuat
kebijakan yang disesuaikan dengan renstra tersebut. Memang tidak ada
keterlibatan pihak luar karena kan tadi renstranya yang jadi pedoman juga dari
internal”. (Hasil Wawancara pada Rabu, 5 Mei 2021)
“ya tentu saja dilibatkan, karena ibu kepala dinas kan juga menyesuaikan dari
renstra yang tersusun atas raker setiap bidang, maka dalam membuat kebijakan
harus melibatkan kita karena pelaksanaannya juga kita, maka kita harus turut
serta biar gak bingung ataupun sesuai dengan perencanaan yang dibuat tadi,
nanti biasanya ibu akan memberikan masukan ”. (Hasil wawancara pada Jumat,
21 Mei 2021)
Terlihat dari penjelasan kedua staf tersebut bahwa memang dalam proses
analisis dan perumusan kebijakan yang tepat melibatkan bidang dan staf terkait, untuk
kebijakan akan menjadi pengarahan yang sah dari suatu perencanaan program kegiatan
Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang pasti dilakukan, karena
di dalam perencanaan organisasi akan menentukan hal-hal apa saja yang akan
biasanya berisi kegiatan dalam menjelaskan tujuan organisasi, memilih strategi, dan
89
tidak dapat dilaksanakan dan tentunya tujuan manajemen tidak akan tercapai.
perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka menengah. Jangka pendek yaitu
ini dapat dilihat melalui aplikasi Sistem Informasi Pemerintah Daerah yang mana
semua perencanaan telah disusun hingga ke sub kegiatan. Hal ini dijelaskan oleh Bapak
Syamsurijal :
Selain itu, terdapat dua sisi perencanaan yaitu top down dan buttom up yang
yang tepat dan sesuai kebutuhan. Biasanya perencanaan buttom up yaitu berasal dari
Pembangunan. Dalam musyawarah ini masyarakat akan mengusulkan ke desa lalu desa
kabupaten. Setelah di Kabupaten akan berkordinasi dengan dinas terkait sesuai usulan
masyarakat ditunjuk untuk menindak lanjuti usulan tersebut. Disampaikan oleh Bapak
Syamsurijal
“Selama ini, sudah ada usulan dari masyarakat seperti ingin dilakukan
sosialisasi di desanya. Maka untuk renstra tahun depan akan disusun kegiatan
program sosialisasi di desa tersebut”. (Hasil wawancara pada Kamis, 29 April
2021)
“ya memang pernah ada dari suatu desa minta untuk dilakukan sosialisasi di
desanya, selain itu saat kita melakukan program biasanya kan bertemu
masyarakat langsung nah disitu mereka menyampaikan saran saran untuk
program baru untuk desa mereka tentang kekerasan nah ini jadi refrensi saya
nantinya dengan ibu kepala seksi untuk membuat sebuah perencanaan program
yang baru”. (Hasil wawancara pada Rabu, 5 Mei 2021)
Dijelaskan juga peran kepala seksi dalam melakukan perencanaan untuk sebuah
“Jadi penyusunan terkait dengan tujuan organisasi kita harusnya ada kegiatan
yang dilakukan oleh OPD untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat
supaya terwujudnya bagimana upaya pengarusutamaan gender yang
berkeadilan mungkin bisa pelatihan, keterlibatan masyarakat dan masih ada
beberapa lagi, biasanya setelah adanya renstra kita membuat renja (Rencana
91
Kerja Daerah) itu dibuat satu tahun sebelum dilakukan atau biasa dikenal
dengan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) berisi tentnag anggaran yang
dibuat oleh setiap kasi atas arahan kabid dan kabid arahan dari kepala dinas apa
yang kiranya kegiatan apa yang dilakukan tapi secara teknis akan diserahkan ke
kabid kemudian dilanjukan pada tim perencanaan yang ada di TU, tapi juga
tergantung pada tim anggaran yang nantinya DPA tersebut akan dilimpahkan
pada tim tersebut yang diketuai oleh sekretaris daerah yang ada di BAPEDA,
BANWAS, BPKAB, dan juga Kepegawaian”. (Hasil wawancara pada Jumat,
21 Mei 2021)
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Sub Bagain Perencanaan Dan
“semua perencanaan program kegiatan yang sudah disusun oleh kepala seksi
atas arahan kepala bidang dan kepala dinas nanti diserahkan ke saya lalu akan
saya susun perencanaan tersebut dengan perencanaan bidang-bidang lain saya
juga melihat dari anggaran yang dibutuhkan nanti sekiranya sesuai maka akan
saya lanjutkan ke tim anggaran yang ada di pemda, penolakan dan persetujuan
sebenarnya berdasarkan anggaran yang diberikan pemerintah dan tingkat
kebutuhan atau kepentingannya dicocokan dengan tingkat isunya”. (Hasil
wawancara pada Senin, 24 Mei 2021)
Dari tiga pernyataan diatas bahwa ada keterlibatan bidang-bidang terkait dalam
pembuatan suatu perencanaan program kegiatan tahunan atau dikenal dengan rencana
tahunan. Kertelibatan tersebut saling berhubungan dan memang ada parencanaan yang
dibuat atas dasar usulan dari masyarakat artinya masyarakat juga dilibatkan dalam
membuat kegiatan-kegiatan yang sasarannya juga untuk masyarakat itu sendiri. Karena
jika kegiatan memang berasal dari masyarakat maka akan lebih tepat sasaran karena
adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan dan
rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Program dalam
hal ini berupa aktivitas atau rangkaian aktivitas yang akan direncanakan (Ananda &
masyarakat. Penyusunan ini berkaitan dengan penentuan kegiatan, sumber daya yang
yang sudah dilaksanakan untuk diulang ataupun diperbaiki sesuai kebutuhan, dan bisa
juga usulan program baru dari sebuah perencanaan sebelumnya. DP3AKB Kabupaten
menyusun beberapa program yang salah satunya yaitu dengan sosialisasi. Hal tersebut
Lindungi Anak (Berlian) tahun 2021 yang sasarannya adalah dunia pendidikan mulai
dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, penyuluh agama, hingga yayasan panti maupun
pondok pesantren. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Kepala seksi perlindungan
“Sebenarnya program ini bukan pertama kali. Tapi sudah dimulai tahun 2013
lalu, karena kegiatan ini agar semua memahami mulai dari anak-anak sekolah,
guru dan lintas sektor. Karena permasalahan kasus kekerasan terhadap anak dan
perempuan di Sidoarjo masih sangat tinggi’. Hasil wawancara pada Jumat, 21
Mei 2021)
Jadi, berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa program ini adalah
Gambar 4.3
Pelaksanaan Kampanye Berlian (Bersama Lindungi Anak) di MTsN 1 Sidoarjo
tingkat sekolah melalui kampanye Berlian (Bersama Lindungi Anak) oleh Dinas
Al-Bashri kegiatan Kampanye ini dihadiri pula oleh dua orang narasumber, yakni Utun
Utami sebagai Kasubnit PPA dari Polresta Sidoarjo dan Hera Wahyuni Psikolog dari
Sumber : (https://jatim.kemenag.go.id/berita/524229/kampanye-berlian-
bersama-mtsn-1-sidoarjo diakses pada Sabtu, 22 Mei 2021)
bagaimana dampak bahaya dari kekerasan yang didapatkan anak-anak di masa depan
dan memberikan informasi kepada tenaga pengajar tindakan-tindakan apa saja yang
mengarah ke kekerasan yang mungkin biasa dilakukan tapi tidak disadari dan untuk
PPA Polestra Siodarjo terkait informasi tentang peran Polri dalam perlindungan
terhadap perempuan dan anak (korban kekerasan) disampaikan oleh Utun Utami
UURI No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang Undang No.23 Tahun
95
bahwa :
“Hambatan saat pelaksanaan program sosialisasi ini adalah waktu, karna ketika
di pagi hari saat kelompok sasaran masyarakat mereka akan sulit untuk di
datangkan karena mereka juga memilikki aktivitas, mungkin beberapa tokoh
masyarakat akan hadir tetapi untuk keseluruhan sesuai dengan undangan tidak
bisa, sedangkan saat malam waktunya terbatas, jadi saat proses perencanaan
sebelumnya kita juga memperhitungan kemungkinan yang bisa terjadi baik dari
faktor SDM maupun alam”. (Hasil wawancara pada Kamis, 29 April 2021)
Dijelaskan juga oleh ibu Ritz selaku kepala seksi pelaksanaan program
pencegahan kekerasan ibu dan anak bahwa hambatan yang dihapai tahun 2020 lalu
yaitu berkenaan dengan anggaran karena harus banyak terpotong untuk di alihkan
dalam penanganan covid, dan juga dalam pelaksanaan kegiatan harus adanya sosial
distancing yang sedikit banyak akan menganggu atau mengurangi jalannya kegiatan
program
“kita tidak bisa melakukan kegiatan karena adanya kebijakan PKM yang
mengatur kehadiran hanya 25% dan untuk pelaksanaan program ini biar lancar
kita menyusun strategi yang sesuai dengan kebutuhan di masyarakat dan kita
harus sering berkordinasi dengan masyarakat, apa yang harus kita lakukan
untuk masyarakat terkait dengan dinas terkait, nah penghambatnya kemarin
mungkin dana dipotong adanya refubusing untuk biaya covid, kita telah
merencanakan 300juta, dengan adanya covid dipotong akhirnya kegiatan tidak
maksimal, dan dari sisi masyarakat faktor pengambatnya yaitu masyarakat
menunggu apa yang diberikan pemerintah untuk masyarakat terkait dengan
program-program yang ada di DP3AKB, masyarakat ingin sejauh mana dan
bagaimana upaya yang dilakukan oleh pemerintah yang mana inginginnya ke
96
dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak di tahun 2020 diantaranya:
sasaran lintas sektor dan lintas vertical (PA, PN, kejaksaan, legislatife
eksekutif).
se Kabupaten Sidoarjo.
6. Perlindungan perempuan dan anak pada masa pandemi di desa dan kelurahan
faisilitas kepada setiap organisasi perangkat daerah begitu juga dengan DP3AKB
beberapa sarana dan parasarana seperti mobil, mic, proyektor, camera, laptop seperti
“Kalau sarana prasarana itu terbilang cukup dan layak yah bentuknya itu seperti
proyektor, camera, laptop, kendaraan juga seperti mobil, kalau sound sama
tempat biasanya disediakan oleh lembaga”. (Hasil wawancara pada Kamis, 29
April 2021)
masyarakat berdasarkan wawancara dengan Ibu Ritz selaku kepala seksi pemberdayaan
seperti :
pelaporan yang masuk maka dinas akan memberikan fasilitas dengan pendampingan
dan kordinasi dengan dinas terkait sesuai permasalahan dan solusi yang dibutuhkan
oleh korban, seperti bantuan hukum oleh pihak kepolisian, dinas kesehatan ke rumah
sakit untuk visum, dinas sosial, pengadilan agama untuk mengurus perceraian ataupun
hak anak, dinas pendidikan tentang masa depan anak-anak yang menjadi korban.
Sehingga untuk memudahkan korban maka DP3AKB kabupaten Sidoarjo yang akan
mengarahkan dan mendampingi hingga kasus selesai. Sesuai dengan hasil wawancara
oleh staf UPT DP3AKB Kabupaten Sidoarjo Ifadatus Sarofil bahwa proses
penanganan kasus yang masuk memilikki SOP yaitu penanganan kasus secara
“Korban yang datang akan kita identifikasi melalui konseling, lalu kita
sesuaikan kebutahan pihaj tersebut apakah diperlukan konseling hukum atau
sikologisnya, kalau nanti butuh hukum makan akan didampingi konseling
hukum, kalau hanya sebatas konseling hanya beberapa jam, namun jika
dibutuhkan hukum pelaporan maka akan diproses tergantung kasusnya. Dalam
pendampingan hukum juga akan sampai ke pengadilan negeri mapaun agama”
(Hasil wawancara pada Rabu, 5 Mei 2021)
Dari hasil beberapa wawancara diatas, terlihat bahwa memang ada sarana dan
dalam pelaksanaan program dan sarana prasarana tersebut dinilai masih cukup dan
layak. Dinas juga menyediakan beberapa sarana prasarana untuk masyarakat sebagai
yang pelaksanaannya terdapat di akhir. Evaluasi adalah suatu alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan (Muryadi, 2017). Proses ini akan menilai
pelaksanaan tugas kerja dalam organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan
yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, bentuk pengawasan yang
pengawalan program untuk tidak meleset dari perencanaan dan menjamin agar
“Program non fisik itu jarang meleset seperti sosialisasi, tapi untuk program
fisik sering meleset karena mungkin faktor cuaca, narasumber berbenturan
waktunya sedangkan non fisik melesetnya tidak terlalu jauh mungkin hanya
tamu undangan yang datang tidak semuanya, akan tetapi program tetap
berjalan, tapi kita bagaimana merencakan yang sekiranya bisa kita laksanakan
jadi tidak terlalu jauh melesetnya, mungkin waktunya agak bergeser sedikit”.
(Hasil wawancara pada Kamis, 29 April 2021)
yang tidak mungkin untuk gagal, pengendalian berupa pengawasan dan yang terakhir
akan diawasi oleh banwas selaku pengawas di daerah untuk menjamin tidak adanya
penyimpangan yang terjadi. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Ritz Noor selaku
akhir tahun. Evaluasi ini dilakukan oleh setiap staf masing-masing seperti kepala seksi,
kepala bidang, dan terakhir kepala dinas. Bentuk evaluasi triwulan yaitu berdasarkan
dengan berita acara yang telah dibuat oleh kepala seksi sebagai bentuk ukuran
pencapaian pekerjaan dan laporan pertanggung jawaban atas kegiatan dan anggaran
yang telah dilakukan. Kemudian laporan akan diperiksa kepala bidang dan setelah itu
diserahkan ke kepala dinas dan nantinya jika ada ketidak sesuaian maka akan dilakukan
evaluasi bersama. Hal ini dibenarkan oleh kepala seksi kualitas hidup perempuan dan
“Pogramkan yang buat kasi nah nanti juga yang buat laporan pertanggung
jawaban juga kasi yaitu saya setelah saya buat nanti saya berikan ke kepala
bidang yang akan diperiksa kalau ada yang kurang dari laporan tadi maka saya
akan dimintai pertanggung jawaban dan nanti dari laporan tersbeut akan
menjadi tolak ukur kepala bidang dan kepala dinas apakah program tersebut
layak dilakukan ditahun yang akan datang atau tidak selain itu dari laporan
tersebut kita juga bakal tahu kekurangan dari program yang akan dijadikan
pembelajaran di tahun depan”. (Hasil wawancara pada Senin, 24 Mei 2021)
101
program terbaik dalam satu tahun. Pelaksana program disini adalah kepala seksi
tujuannya yaitu untuk mempertahankan dan mendisiplinkan anggota agar terus giat
bekerja sehingga menciptakan keunggulan yang kompetitif, selain itu juga dapat
Memotivasi agar mereka mampu untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi. Hal ini
Gambar 4.4
Rapat Kordinasi Rutin Program Kabupaten Layak Anak Tahun 2020
Rapat kordinasi ini adalah bagian dari upaya dinas dalam pengendalian suatu
program kegiatan agar tidak ada kegagalan komunikasi dan kesatuan tindakan dalam
102
mengejar tujuan. Kordinasi ini diselenggarakan dinas dan melibatkan masyarakat juga
berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti dengan cara observasi, wawancara,
Kabupaten Sidoarjo.
Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat sejauh mana
pencapaian organisasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan Resi
untuk memilih tujuan atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang
organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan efektivitas adalah kunci dari
dengan beberapa dimensi, antara lain kejelasan tujuan yang hendak dicapai, kejelasan
strategi pencapaian tujuan, proses analisis dan perumusan kebijakan yang tepat,
103
tersedianya sarana dan prasarana, dan sistem pengawasan dan pengendalian. Berikut
teori, berurutan sesuai tujuh fokus penelitian dan sasaran kajian sebagai berikut :
keberhasilan kerja, karena tujuan berperan sebagai pedoman arah kegiatan dan sesuatu
yang akan dicapai oleh organisasi tersebut. Dengan tujuan yang jelas, akan
dalam meraih keberhasilan bersama. Dalam hal ini kejelasan tujuan dari Dinas
Kabupaten Sidoarjo yaitu berdasarkan dengan visi misi yang disusun Rencana
dan Berakhlaqul Karimah, Berlandaskan Keimanan kepada Tuhan Yang maha Esa,
oleh Dinas dan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi DP3AKB Kabupaten
anak”.
104
Manusia pada perempuan dan anak sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2004
perlindungan bagi perempuan dan anak di Kabupaten Sidoarjo, maka berkaitan dengan
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B UUD 1945 yang menegaskan bahwa
1. Hak Hidup.
Yaitu hak dasar yang dimilikki setiap manusia merupakan suatu prinsip
hak untuk hidup, tidak seharusnya dibunuh oleh manusia lainnya. pada hal
oleh seluruh anak di Kabupaten Sidoarjo mereka berhak hidup dan bernafas
2. Hak Tumbuh-Kembang.
Yaitu anak berhak memperoleh pendidikan dan hak mencapai standar hidup
yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial.
105
terlebih anak jalanan yang kurang mendapat hak tersebut, maka dinas akan
3. Hak Perlindungan.
Adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
4. Hak Partisipasi.
kewajiban dalam menjamin dan keamanan dan pemenuhan hak perempuan dan anak
beberapa staf menjelaskan tujuan selalu disampaikan oleh kepala dinas kepada seluruh
staf saat rapat dan merencanakan suatu program kegiatan, hal ini dilakukan agar
106
perencanaan yang disusun tidak lepas dari tujuan organisasi dan menjadi pedoman
dalam berkegiatan. Karena pada dasarnya semua kegiatan dilakukan sebagai upaya
penyusunan strategi perencanaan untuk menetapkan taktik apa yang akan dipilih.
Dalam hal ini strategi akan menjadi jalan yang akan diikuti untuk mencapai sasaran-
sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan
organisasi. Sejalan dengan hal tersebut menurut (Sutomo, 2007) Strategi adalah jalan
yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran- sasaran yang
ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
perencanaan operasional, yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program kerja
yaitu “Meningkatnya kesetaraan gender serta perlindungan perempuan dan anak” yaitu
107
indikator sasaran yang terdiri dari Indek Pemberdayaan Gender (IPG) dan presentase
kasus kekerasan dan trackficking terhadap perempuan dan anak yang diselesaikan.
Strategi ini dipilih oleh DP3AKB Kabupaten Sidoarjo karena dinilai menunjukkan
relevansi dan konsistensi antar pernyataan visi misi bupati dan dinas itu sendiri sebagai
strategik yang berfokus pada ketetapan tujuan dan sasaran. Kemudian manajemen
strategik menentukan apa saja yang akan dilakukan dimassa mendatang setelah itu
pihak yang bertanggung jawab dan terlibat dalam pencapaian tujuan dan sasaran
melibatkan seluruh anggota internal mulai dari kepala dinas, sekretaris, kepala bidang,
kepala seksi, dan staf lainnya. Penyusunan Renstra diawali dengan perencanaan kerja
dan sasarannya yang disusun oleh kepala seksi masing-masing, kemudian dilakukan
raker oleh setiap bidang yang didampingi oleh pihak ketiga yaitu sekretaris atau TU.
Nantinya setelah tersusun oleh setiap bidang maka akan dilakukan raker bersama
dengan kepala dinas untuk dilakukan analisis swot dalam menemukan aspek-aspek
penting dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di dalam perencanaan strategi
yang disusun. Dari penjelasan diatas maka terlihat bahwa semua staf terlibat dalam
108
penyusunan strategi jadi dapat dikatakan bahwa semua staf juga mengerti aspek-aspek
penting dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di dalam strategi tersebut
yang mana nantinya strategi akan dijadikan bekal dalam perumusan kebijakan yang
Organisasi adalah sebuah sistem yang satu sama lainnya saling terhubung,
untuk menghubungkan sistem tersebut diperlukan koordinasi yang baik antar bagian
dari sistem ini, maka diperlukan suatu penghubung, batasan, atau jalur yang
memungkinkan setiap bagian dari sistem tersebut bekerja atau berfungsi sesuai
kebutuhan dan tujuannya. Penghubung, batasan atau jalur tersebut, didalam suatu
Kebijakan merupakan aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang sah
dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan output
tujuan organisasi.
yang menjadi pedoman bagi oprasionalisasi program lima tahun Renstra 2016-2021
Kebijakan kesetaraan gender adalah kebijakan yang mengatur pandangan bahwa semua
orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan
fungsi sosial. Dan kebijakan pemberdayaan perempuan yaitu pedoman untuk membuat
sebuah gerakan yang melibatkan rasa hormat, kemuliaan, dan pengakuan terhadap
semua wanita. Sedangkan kebijakan perlindungan anak yaitu kebijakan yang menjamin
dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta
keterlibatan antar bidang dan staf terkait, untuk menghasilkan kebijakan yang sejalan
dengan rencana strategis sebelumnya. Kebijakan akan menjadi pengarahan yang sah
dari suatu perencanaan program kegiatan yang akan dilakukan. Dalam pembuatan
penentuan dalam penyusuna program sesuai dengan arah kebijakan yang artinya
adalah tahap awal sebelum melakukan sesuatu. Dalam sebuah organisasi perencanaan
dilakukan kedepannya. Perencanaan harus dibuat dengan logis dan tidak meleset agar
yang mungkin saja terjadi di masa depan. Dengan adanya perencanaan maka organisasi
kegiatan, apa saja yang menghalangi dan sebagainya. Sehingga organisasi nantinya
akan lebih siap dan tidak bingung dalam melangkah. Keberhasilan suatu proses
kegiatan agar dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien ditentukan oleh
perencanaan yang matang. Menurut Winkel & Hartati (2007) dalam (Latif, Yusuf, &
tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu panjang (long range
goals) dan semua tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu pendek (short range
goals).
perencanaan jangka menengah. Jangka pendek yaitu perencanaan tahunan dan jangka
yang telah di tentukan Kementrian Dalam Negeri ketentuan ini dapat dilihat melalui
aplikasi Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD). SIPD adalah suatu sistem yang
menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan
daerah.
disergamkan dengan pusat. Perencanaan ini hingga ke sub kegiatan lalu dari
penyusunan perencanaan dilakukan melalui top down dan buttom up yang nantinya
pencapaian. Perencanaan ini biasa dikenal dengan (Rencana Kerja Daerah) diwujudkan
Nantinya DPA tersebut akan diserahkan pada tim perencanaan yang ada di TU
DP3AKB Kabupaten Sidoarjo untuk dilimpahkan pada tim anggaran Kabupaten yang
diketuai oleh Sekretaris Daerah yang ada di BAPEDA, BANWAS, BPKAB, dan juga
Kepegawaian. Setelah DPA dipersetujui maka program bisa dilaksanakan tahun depan.
Perancanaan tahunan ini dilakukan satu tahun sebelum pelaksanaan kegiatan. Maka
dapat dilihat bahwa adanya keterlibatan dari bidang-bidang terkait dalam pembuatan
suatu perencanaan program kegiatan tahunan atau dikenal dengan rencana tahunan.
Keterlibatan tersebut saling berhubungan dan memang ada parencanaan yang dibuat
atas dasar usulan dari masyarakat dikenal buttom up artinya masyarakat juga dilibatkan
dalam membuat kegiatan-kegiatan yang sasarannya juga untuk masyarakat itu sendiri.
Sejalan dengan strategi dan perencanaan yang telah dibuat, maka bentuk
Program disini berperan sebagai media untuk mencapai suatu tujuan. Program disusun
dari yang paling penting dan mendesak, kemudian program penting tidak mendesak
113
penyusunan program yang sudah dilaksanakan untuk diulang ataupun diperbaiki sesuai
kebutuhan, dan bisa juga usulan program baru dari sebuah perencanaan sebelumnya.
sasaran lintas sektor dan lintas vertical (PA, PN, kejaksaan, legislatife
eksekutif).
BK se Kabupaten Sidoarjo.
114
Diharapkan dengan adanya banyak upaya kegiatan yang telah dilakukan oleh
cara pelaporan jika mengalami kekerasan. Namun, dalam implementasi program masih
banyak ditemui banyak kendala diantaranya pada program sosialisasi yaitu waktu,
karna ketika di pagi hari saat kelompok sasaran masyarakat akan sulit untuk di
datangkan karena aktivitas lain. Selain itu dimasa pandemi adanya kebijakan PKM
yang mengatur kehadiran hanya 25%, dan anggaran yang banyak dipotong untuk
Program yang disusun akan dikatakan tepat jika dapat mewujudkan tujuan
anak”. Hal ini dibuktikan dari seberapa besar ketercapaian indikator sasaran yang
terdiri dari Indek Pemberdayaan Gender (IPG) dan presentase kasus kekerasan dan
trackficking terhadap perempuan dan anak yang diselesaikan. Berdasarkan data kasus
115
kekerasan dan trackficking terhadap perempuan dan anak yang masuk semuanya akan
adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses kegiatan. Dalam
menyukseskan suatu program dari organisasi tentunya juga selain dukungan dari para
SDM, sarana dan prasarana juga ikut menyokong kesuksesan program. Dengan sarana
dan prasarana yang memadai maka program akan berjalan lancar sehingga tujuan akan
lebih cepat tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahawa sarana dan prasarana adalah
salah satu bagian penting bagi organisasi dan pemenuhannya bersifat wajib.
Dalam hal ini sarana dan prasarana yang diberikan Pemerintaha Daerah
Kabupaten Sidoaarjo dalam pelaksanaan program kegiatan yaitu berupa mobil, mic,
proyektor, camera, laptop, dan dinalai masih layak dan cukup memadai. Berkaitan
dengan masyarakat agar mau berpartisipasai dalam kegiatan yaitu konsumsi berupa roti
dan minuman saat sosilisai, bentuk lainnya yaitu dengan pemberian pamflet, banner,
spanduk tentang himbauan tentang larangan, bahaya, dan cara lapor kekerasan dan
dengan dinas terkait sesuai kebutuhan dari permasalahan seperti bantuan hukum oleh
pihak kepolisian, dinas kesehatan ke rumah sakit untuk visum, dinas sosial, pengadilan
agama untuk mengurus perceraian ataupun hak anak, dinas pendidikan tentang masa
depan anak-anak yang menjadi korban. Sehingga memudahkan para terlapor dalam
Dalam hal ini DP3AKB sudah memberikan sarana dan prasarana yang baik pada
masyrakat yang ingin lapor terbukti dari semua khasus laporan yang masuk semuanya
ditindak lanjuti. Terlihat bahwa memang ada sarana dan prasarana yang diberikan
dan sarana prasarana tersebut dinalai masih cukup dan layak. Dinas juga menyediakan
kegiatan.
dalam pengawasan, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa rencana berjalan
berfungsi sebagai pengendalian jika rencana tidak berjalan sesuai kemauan atau
pengendalian yang optimal akan mendidik para anggota organisasi untuk melakukan
Dalam hali ini DP3AKB telah melakukan rapat evaluasi setiap tiwulan dan akhir
tahun. Evaluasi ini dilakukan oleh setiap staf masing-masing seperti kepala seksi,
kepala bidang, dan terakhir kepala dinas. Bentuk evaluasi triwulan yaitu berdasarkan
dengan berita acara yang telah dibuat oleh kepala seksi sebagai bentuk ukuran
pencapaian pekerjaan dan laporan pertanggung jawaban atas kegiatan dan anggaran
yang telah dilakukan. Kemudian laporan akan diperiksa kepala bidang dan setelah itu
maupun eksternal dimana kepala dinas akan memeriksa kembali setelah kepala bidang
pada berita acara dan LPJ yang telah diberikan untuk melihat ketercapaian program.
Jika dirasa program gagal maka segera dilakukan rapat dan perbaikan pada
koreksi terhadap pelaksanaan program juga dilakukan Banwas yang akan langsung
program berjalan sesuai, dan berapa orang yang diundang, apakah tepat sesuai dengan
RPD (Rencana Kerja Daerah) yang dibuat satu tahun lalu dan DPA (Dokumen
pemerintah daerah.
Berkaitan dengan alternatif dan solusi yang dilakukan untuk menjamin agar
program berjalan dengan lancar yaitu membuat perencanaan yang tepat yang tidak
mungkin untuk gagal. Lalu sebelum pelaksanaan program, kepala seksi selaku ketua
pelaksana program akan memastikan kebutuhan apa saja yang perlu disiapkan sehingga
118
jika terdapat kendala maka kasi akan bertanggung jawab untuk mencari alternatife
solusi secepatnya sebelum program berjalan. Dari hal diatas dapat dikatakan bahwa
melibatkan internal maupun eksternal organisasi hal ini dibuktikan dengan tidak
ditemukan kegagalan program yang dilaksankan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa
setiap program tidak selalu memilikki drajat ketercapain sempurna karena juga terdapat
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
juga terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Tetapi efektivitas organisasi lebih
dari sekedar penjumlahan efektivitas individu dan kelompok. Melalui efek sinergi,
bagian-bagiannya (Gibson, et.al, 1996). Dari hasil analisis ini diketahui bahwa
yaitu :
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai yaitu sudah jelas sesuai dengan RPJMD
Kepala Daerah sehingga tujuan organisasi terarah dan sejalan dengan seluruh
staff yang diwawancarai juga memahami tujuan dari organisasi karena memang
dalam pembuatan perencanaan yang disusun tidak lepas dari tujuan organisasi
dan menjadi pedoman dalam berkegiatan yang sering katakan oleh kepala dinas
saat rapat.
120
strategi ini agar para anggota juga mengerti aspek-aspek penting dari kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman di dalam strategi. Pelibatan ini muali dari
perencanaan saat raker hingga rapat bersama dalam penyusunan dan analisa
SWOT strategi.
terkait untuk menghasilkan kebijakan yang sejalan dengan strategi agar menjadi
4. Perencanaan yang matang yaitu dengan melibatkan dua sisi top down dan
buttom up. Top down berdasarkan aplikasi dari kemndagri dan buttom up dari
atas arahan Kepala Bidang dan Kepala Dinas yang melibatkan staf-staf lain
5. Penyusunan program yang tepat, terdapat 6 rogram yang telah disusun oleh
dapat berupa yang sudah dilaksanakan untuk diulang ataupun diperbaiki sesuai
dan prasarana kepada dinas dalam implememtasi program dan dinilai masih
layak dan relatife cukup sedangkan sarana yang diberikan dinas kepada
berasal dari internal dan atasan yaitu melalui Banwas. Sedangkan evaluasi
Kabupaten Sidoarjo sudah efektif untuk menangani kekerasan terhadap perempuan dan
anak di Kabupaten Sidoarjo dinilai berdasarkan 7 dimensi yaitu Kejelasan tujuan yang
hendak dicapai, Kejelasan strategi pencapaian tujuan, Proses analisis dan perumusan
kebijakan yang tepat, Perencanaan yang matang, Penyusunan program yang tepat,
Tersedianya sarana dan prasarana, dan Sistem pengawasan dan pengendalian yang
bersifat mendidik. Namun dalam implementasi program tahun 2020 masih ditemukan
beberapa hambatan yaitu berkenaan dengan anggaran karena harus banyak terpotong
untuk di alihkan dalam penanganan covid, dan juga dalam pelaksanaan kegiatan harus
adanya sosial distancing yang sedikit banyak akan mengganggu atau mengurangi
5.2 Saran
Astuti, R. T. (2019). Manajemen Organisasi (Teori dan Kasus) (1st ed.; S. J. Amin,
ed.). Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=L5_
LDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=manajemen+organisasi&hl=id&sa=X
&ved=2ahUKEwiAmqLU0LHvAhWB63MBHdVLDaUQ6AEwAXoECAEQA
g#v=onepage&q=manajemenorganisasi&f=false
B.Miles, M., Huberman, A. M., & Saladana, J. (2014). Qualitative Data Analysis A
Methods Sourcebook (3rd ed.). United State of America: SAGE publication.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo. (2020). Penduduk Menurut Kecamatan dan
Jenis Kelamin, 2019. Retrieved from https://sidoarjokab.bps.go.id
/dynamictable/2020/07/22/52/penduduk-menurut-kecamatan-dan-jenis-kelamin-
2019.html
Barlian, I. (2013). Pentingkah Strategi Belajar Mengajar. Jurnal Forum Sosial, 6(1),
1–6.
123
124
Gurinda, N. C. H. (2019). Peran PBB dalam Perlindungan Hak Asasi Manusia Menurut
Kajian Hukum Internasional. Lex et Societatis, 7(9), 1–9. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/view/26999/26593
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
(Dua; Y. S. Hayati, ed.). Yogyakarta: Erlangga.
Ihsanuddin. (2020). Jokowi Teken Perpres Perlindungan Anak Korban dan Anak Saksi.
Retrieved from https://nasional.kompas.com/read/2020/07/28/15121611/jokowi-
teken-perpres-perlindungan-anak-korban-dan-anak-saksi
Johar, R., & Hanum, L. (2016). Strategi Belajar Mengajar (1st ed.). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=MsKIDwAAQBAJ&oi=fnd&p
g=PR5&dq=strategi+adalah&ots=TFduAeDGv2&sig=_kOt4g6lRbp0ij3zq5l4fx
UHsBA&redir_esc=y#v=onepage&q=strategi adalah&f=false
Latif, A., Yusuf, A. M., & Efendi, Z. M. (2017). Hubungan Perencanaan Karier dan
Efikasi Diri dengan Kesipan Kerja Mahasiswa. Konselor, 6(1), 29.
https://doi.org/10.24036/02017616535-0-00
Patras, Y. E., Hidayat, R., Lian, B., Fitria, H., & Apriana, D. (2019). Pengaruh
Kordinasi dan Komunikasi terhadap Efektivitas Organisasi di Provinsi Jambi.
Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan, 4(1). Retrieved
from https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/JMKSP/article/view/2473/2303
Sudarmanto, E., Mawati, A. T., Nugraha, N. A., & at all. (2020). Manajemen Sektor
128
q=kebijakanmerupakan&f=false
Pedoman Wawancara
130
131
Pedoman Wawancara