DI KOTA PEKANBARU
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
ELMAWATI
1710346794
Oleh :
ELMAWATI
NIM 1710346794
Proposal Disertasi
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya diberi nikmat kesehatan, kekuatan, keterbukaan hati dan pikiran
sehingga peneliti dapat menyelesaikan disertasi dengan judul “Model
Pengelolaan Bank Sampah di Kota Pekanbaru”. Disertasi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Doktor
Ilmu Lingkungan pada Program Pascasarjana Universitas Riau
Selama proses penyusunan disertasi ini peneliti banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini
peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Thamrin, M.Sc selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Riau.
2. Dr. Nofrizal, M.Si selaku Koordinator Program Doktor Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Riau sekaligus sebagai penguji ahli V yang
telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan dalam penulisan ini.
3. Prof. Dr. Zulkarnain, SE, MM selaku promotor atau penguji I yang telah
memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan dalam penulisan disertasi ini.
4. Dr. Khairul Anwar, M.Si selaku co promotor I atau penguji II yang telah
memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan dalam penulisan disertasi ini.
5. Dr. Suwondo, M.Si selaku co promotor II atau penguji III yang telah
memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan dalam penulisan disertasi ini.
6. Prof. Dr. Zulfan Saam, MS selaku penguji ahli IV yang telah memberikan
arahan, petunjuk dan bimbingan dalam penulisan disertasi ini.
7. Dr. Rahman Karnila, S.Pi, M.Si selaku penguji ahli VI yang telah memberikan
arahan, petunjuk dan bimbingan dalam penulisan disertasi ini.
8. Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian telah bimbingan,
arahan dan saran sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.
9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya kepada peneliti selama peneliti menjadi mahasiswa beserta
segenap karyawan Tata Usaha Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas
Riau.
10. Teman-teman mahasiswa khususnya Angkatan 2017/2018 Ilmu Lingkungan
Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Riau yang telah memberikan
dukungan, semangat dan persahabatan yang ikhlas selama peneliti menempuh
pendidikan.
Peneliti telah berusaha sebaik mungkin dalam penyelesaian disertasi ini,
jika masih terdapat kesalahan peneliti sangat mengharapkan saran serta kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan disertasi ini. Semoga penelitian ini
dapat bermanfaat dan ikut berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya Prodi Ilmu Lingkungan.
Elmawati i
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iiiv
DAFTAR BAGAN............................................................................................iv
1. PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................8
1.5 Novelty....................................................................................................8
2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................10
2.1. Konsep Dasar Bank Sampah...............................................................10
2.2. Model Pengelolaan Bank Sampah......................................................10
2.2.1. Struktur Kelembagaan........................................................................17
2.2.2. Cakupan Pelayanan.............................................................................19
2.2.3. Nasabah...............................................................................................17
2.2.4. Standar Operasi Prosedural (SOP)......................................................19
2.3. Sistem Persampahan Kota Pekanbaru.................................................17
2.3.1. Karakteristik Sampah Kota Pekanbaru...............................................17
2.3.2. Pengelolaan Sampah Kota Pekanbaru................................................19
2.4. Pengembangan Bank Sampah.............................................................23
2.4.1. Program Bank Sampah.......................................................................23
2.4.2. Pengelolaan Bank Sampah..................................................................30
2.4.3. Pengelolaan Bank Sampah dari Aspek Ekonomi................................30
2.4.4. Pengelolaan Bank Sampah dari Aspek Sosial....................................33
2.4.5. Pengelolaan Bank Sampah dari Aspek Lingkungan...........................34
2.5. Penelitian Terdahulu...........................................................................34
2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian...........................................................44
3. METODE PENELITIAN............................................................................45
3.1 Pendekatan Penelitian...........................................................................45
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................46
3.3 Ruang lingkup Penelitian......................................................................46
3.4 Jenis dan Sumber Data..........................................................................46
i
3.5 Teknik Pengumpulan Data....................................................................49
3.6 Informan Penelitian...............................................................................50
3.8 Variabel Penelitian................................................................................51
3.7 Analisis Data.........................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................60
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Pemilahan Sampah Cara Lama dengan Sistem Bank Sampah................29
Tabel 2. Informan Penelitian.................................................................................................50
Tabel 3. Variabel Penelitian51
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
1. PENDAHULUAN
1
Dari hasil pengelolaan sampah dari sumbernya dengan melakukan pemilahan
sampah dengan sistim 3R tersebut, dilanjutkan dengan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021
Tentang Pengelolaan Sampah Pada Bank Sampah, dimana disebutkan bahwa Bank
Sampah adalah fasilitas untuk mengelola sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse,
recycle) sebagai sarana edukasi, perubahan prilaku dalam pengelolaan sampah, dan
pelaksanaan ekonomi sirkular, yang dibentuk dan di kelola oleh masyarakat, badan
usaha, dan/atau pemerintah daerah. Meskipun demikian, kegiatan 3R ini masih
menghadapi kendala utama, yaitu rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah
sampah.
Menurut Wintoko (2012), manfaat bank sampah sebagai strategi untuk
membangun kepedulian masyarakaat agar dapat berkawan dengan sampah untuk
mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Jadi bank sampah tidak dapat
berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan reduce, reuse, recycle
sehingga manfaat yang dirasakan bukan hanya pada ekonomi, namun pembangunan
lingkungan yang bersih, hijau dan sehat.
Perlunya kebijakan pengelolaan sampah perkotaan yang ditetapkan dikota-kota
di Indonesia meliputi 5 kegiatan yaitu penerapan teknologi yang tepat guna, peran
serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, perlunya mekanisame keuntungan
dalam pengelolaan sampah, optimalisasi TPA sampah, sistem kelembagaan
pengelolaan sampah yang terintregrasi (Subarna, 2014).
Pengelolaan sampah dari sumbernya melalui proses pemilahan, dilakukan
dengan memilah semua sampah organik dan anorganik, yang dapat dimanfaatkan
kembali, dapat diolah dan mempunyai nilai ekonomi, kemudian hasil pemilahan
sampah tersebut dibawa ke bank sampah. Bank sampah merupakan suatu sistem
pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk
berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini akan menampung, memilah dan
menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat
keuntungan ekonomi dari menabung sampah. Pada bank sampah, sampah yang
sudah terpilah tersebut ditimbang dan dari masing-masing jenis sampah yang
ditimbang dikonversikan terhadap nilai jual yang nantinya menjadi nilai tabungan
orang yang memilah sampah, yang dituliskan dalam saldo buku tabungan bank
sampah.
2
Ditinjau dari pendekatan program, bank sampah meliputi aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan. Dari aspek ekonomi, sampah dapat menjadi nilai ekonomi
ketika dipilah dan ditabung di bank sampah. Dari aspek nilai sosial, bahwa
lingkungan sosial terbentuk dengan pola pengelolaan sampah oleh masyarakat,
kebiasaan dan budaya masyarakat berubah dengan adanya program bank sampah
di kawasan permukiman serta dari aspek lingkungan tentu memunculkan lingkungan
yang bersih, sehat dan asri dengan sudah berbudayanya masyarakat dengan
pengelolaan sampah dirumah dan dilingkungan sendiri.
Peran Bank Sampah menjadi penting dengan terbitnya Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. PP tersebut mengatur tentang kewajiban
produsen untuk melakukan kegiatan 3R dengan cara menghasilkan produk yang
menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam; yang menimbulkan
sampah sesedikit mungkin; menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur
ulang dan diguna ulang; dan/atau menarik kembali sampah dari produk dan kemasan
produk untuk didaur ulang dan diguna ulang. Dengan adanya Bank Sampah, maka
produsen dapat melakukan kerja sama dengan Bank Sampah yang ada agar dapat
mengolah sampah dari produk yang dihasilkannya sesuai dengan amanat PP
tersebut.
Program pengendalian sampah melalui bank sampah telah dimulai Tahun
2011 dan program ini dapat berjalan dengan adanya partisipasi masyarakat.
Pemerintah melakukan sosialisasi sistim pengelolaan sampah kepada masyarakat
melalui Bank Sampah, permasalahan sampah sedikit terselesaikan karena
masyarakat berminat mengumpul sampahnya dan menabungnya ke bank sampah
karena ada nilai ekonomis dari sampah tersebut. Sistim pengelolaan bank sampah,
dapat membantu ekonomi masyarakat dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Namun program ini baru mendapat respon dari sebagian kecil masyarakat. Timbulan
sampah 34.584.584,16 (ton/tahun) untuk skala nasional, pengurangan sampah
12,52% per tahun atau berkisar 4.328.499,39 ton/tahun (Sistim Informasi
Pengelolaan Sampah Nasional/SIPSN Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia).
Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sampah melalui bank
sampah, program pembinaan pengelolaan bank sampah dilakukan secara masif mulai
3
dari pemerintah pusat oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia,
melalui rakornas-rakornas bank sampah, pemerintah propinsi melalui sosialisasi
bank sampah kepada pemerintah kota dan kabupaten dan pemerintah kabupaten/
kota melakukan pembinaan kepada pengelola-pengelola bank sampah, serta kepada
masyarakat penabung sampah. Namun ternyata program bank sampah masih belum
diminati secara masif oleh masyarakat yang terlihat hanya masyarakat tertentu yang
berminat memilah sampahnya untuk ditabung di bank sampah. Perlu tindakan nyata
dalam melaksanakan program bank sampah dalam kehidupan masyarakat. Dari
Tahun 2011 program bank sampah di Indonesia, perkembangannya tidak begitu
pesat, bahkan dapat dikatakan lambat. Hal tersebut karena rendahnya minat
masyarakat untuk menabung di bank sampah dan tidak pedulinya masyarakat
terhadap pengelolaan sampah nya sendiri.
Sebagai daerah yang sedang membangun dan berkembang saat ini, Kota
Pekanbaru juga menghadapi masalah sampah. Masalah sampah masih menjadi
masalah besar dan masalah serius masyarakat dan Pemerintah Kota Pekanbaru, hal
tersebut dapat dilihat dengan kebiasaan masyarakat membuang sampah tidak pada
tempatnya seperti pada tepi jalan, trotoar, lahan kosong, bantaran sungai dan lain
sebagainya.
Upaya pengelolaan sampah dari sumbernya melalui bank sampah juga sudah
dilaksanakan di Kota Pekanbaru sejak Tahun 2012, dengan melakukan sosialisasi-
sosialisasi kepada masyarakat, membangun beberapa bangunan bank sampah induk
Kota Pekanbaru, menganggarkan biaya operasional bank sampah induk, bahkan
menyediakan tenaga pengelola bank sampah induk untuk memudahkan masyarakat
menabung sampah atau menarik minat masyarakat untuk mengelola sampahnya
dengan menabung di bank sampah. Selain itu juga relawan-relawan bank sampah
melakukan sosialisasi kepada masyarakat di tingkat kelurahan, RW dan RT.
Penelitian sebelumnya oleh Ratiabriani (2016) melakukan kajian tentang
keterkaitan meningkatnya jumlah timbunan sampah, jenis sampah, dan keragaman
karakteristik sampah lainnya dengan bertambahnya jumlah penduduk, perubahan
pola konsumsi masyarakat, dan gaya hidup masyarakat di Kota Denpasar.
Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa masyarakat yang berpartisipasi aktif
dalam program bank sampah di Kota Denpasar yaitu sebesar 64,3 persen.
Kajian lainnya mengenai bank sampah telah dilakukan oleh Rabiyannor
4
(2018). Kajian ini membahas perencanaan dimensi bank sampah induk serta faktor
prioritas dalam pengelolaan dan permasalahan bank sampah. Peneliti melakukan
kajian terhadap kondisi profil nasabah bank sampah induk, melihat faktor prioritas
dalam pengelolaan bank sampah unstuk solusi permasalahan pengelolan sampah.
Pengelolaan bank sampah perlu diperhatikan mulai dari tahap perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan maupun pengendalian. Dari segi ekonomi, perlu
dilihat penetapan harga sampah dan sistem bagi hasil keuntungan. Dari segi sosial
dapat dilihat dari sosialisasi, kerjasama dan kepedulian masyarakat. Dari segi
lingkungan dapat dilihat dari pengurangan timbulan sampah dan kesadaran peduli
lingkungan. Tahap pengelolaan bank sampah dapat dilihat dari pemanfaatan sampah
dan penanganan sampah.
Dalam pelaksanaan operasional bank sampah secara ekonomi, selain
melakukan pemilahan sampah, juga terjadi transaksi dalam pemindahan sampah dari
sumber sampah yaitu dari nasabah, ke bank sampah, dari bank sampah ke pusat
pemanfaatan daur ulang sampah. Transaksi berupa penimbangan berat, penetapan
harga per item sampah dan penghitungan nilai rupiah dari hasil tabungan sampah.
Dalam hal tersebut berlaku prinsip ekonomi, dimana nasabah menabung ke bank
sampah mengharapakan sejumlah uang, dan pada bank sampah, sampah tabungan
yang diterima dari nasabah akan diolah untuk dijual kembali ke pengepul dengan
nilai jual yang lebih tinggi dari harga tabungan nasabah. Dari proses tersebut bank
sampah mendapatkan hasil dari beda harga tersebut.
Dari segi sosial, proses pengelolaan bank sampah adalah salah satu aktifitas
sosial dari masyarakat. Dalam aktifitas bank sampah tidak dapat dilakukan seorang
diri, mesti ada interaksi sosial. Interaksi sosial antara bank sampah dengan
masyarakat, mitra, maupun pemerintah. Dari segi lingkungan, aktifitas menabung
sampah di bank sampah merupakan salah satu cara mengelola sampah yang
bertujuan melestarikan lingkungan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan
merusak lingkungan seperti menimbulkan pencemaran udara, tanah dan mencemari
lingkungan.
Namun perkembangan pertumbuhan bank sampah Kota Pekanbaru masih
lambat, meskipun sudah difasilitasi oleh Pemerintah. Jika prinsip memilah sampah
dari sumbernya dan ditabung di bank sampah dijalankan oleh masyarakat dengan
konsisten, maka permasalahan sampah dapat diatasi secara bersama oleh masyarakat
5
dan pemerintah. Konsep memilah sampah dan menabung di bank sampah tersebut
belum menjadi daya tarik bagi masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari data
jumlah bank sampah yang ada di Kota Pekanbaru yaitu 4 unit bank sampah induk
(SIPSN 2020 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia)
untuk 954.373 jiwa, 11.849 KK, 763 RW dan 83 Kelurahan (Data Badan Pusat
Statistik Kota Pekanbaru 2020). 4 bank sampah induk tersebut mempunyai 277 bank
sampah unit, 11.849 nasabah dan mengelola sampah 314,39 ton. Bila dibandingkan
jumlah nasabah bank sampah terhadap jumlah penduduk dan jumlah KK, maka
hanya 1,24% dari jumlah penduduk yang menjadi nasabah bank sampah dan 4,23%
KK yang menabung di bank sampah. Bila dibandingkan jumlah sampah yang
dikelola dibank sampah tahun 2020 berjumlah 314,39 ton, terhadap timbulan sampah
394.974 ton maka hanya 0,08% sampah terkelola di bank sampah. Pengelolaan
sampah yang tidak berjalan akan menimbulkan tumpukan sampah dan polusi
sampah.
Timbulan Sampah Kota Pekanbaru mengalami perkembangan yang sangat
pesat dengan munculnya pemukiman baru, perkembangan pasar, perluasan wilayah
industri dan penambahan pusat perbelanjaan, hal ini disebabkan karena
bertambahnya penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan
bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam.
Selanjutnya jika dilihat dari jumlah penduduk 954.373 Jiwa (Sumber : BPS Kota
Pekanbaru). Jumlah penduduk Kota Pekanbaru setiap tahun akan mengalami
pertumbuhan karena berdasarkan data olahan BPS Kota Pekanbaru laju pertumbuhan
penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2019 adalah 4,20% dan ini akan
mempengaruhi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di Kota Pekanbaru.
Berdasarkan data kajian masterplan persampahan Kota Pekanbaru, timbulan
sampah Kota Pekanbaru adalah 3,84 liter/jiwa/hari, jika dikaitkan antara jumlah
penduduk per kecamatan dengan rata-rata timbulan sampah per jiwa perhari maka
dapat diprediksi besaran timbulan sampah per hari. Berdasarkan hasil prediksi
proyeksi timbulan sampah Kota Pekanbaru tahun 2020, jumlah penduduk Tahun
2020 yaitu 994.457 dan total timbulan sampah 3,84. Sehingga total timbulan sampah
diperkirakan mencapai 3.818.714 liter/hari. Pada tahun 2021, diperkirakan jumlah
penduduk mencapai 1.036.224 dengan timbulan sampah Tahun 2021 mencapai
3.979.100 liter/hari. Pada tahun 2020, jumlah penduduk diperkirakan 1.079.745
6
dengan timbulan sampah mencapai 4.146.222 liter/hari.
Sistem bank sampah yang sudah ada di Kota Pekanbaru belum mampu
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap sampahnya sendiri.
Sistim pengelolaan bank sampah di Kota Pekanbaru berjalan masing-masing, mulai
dari sistim pengambilan sampah dari nasabah, penetapan harga sampah yang
ditabung, sistim pengelolaan di bank sampah, proses daur ulang di bank sampah,
penetapan harga sampah yang ditabung masyarakat, sistim pencairan tabungan oleh
nasabah dan lain sebagainya dalam menjalankan bank sampah.
Masyarakat selaku penghasil sampah, berperan dalam mengurangi timbulan
sampah. Dengan beragam kebijakan dan sistim pada setiap bank sampah, efektifitas
bank sampah untuk menarik masyarakat mengelola sampahnya sendiri belum
berjalan dengan baik, sehingga belum mampu memberikan solusi terhadap
permasalahan sampah di Kota Pekanbaru serta belum terintegrasi satu sama yang
lain. Sehingga perlu dicarikan suatu cara atau pola pengelolaan bank sampah yang
dapat diterapkan ditengah masyarakat kota Pekanbaru dan diharapkan berjalan
sesuai program pemerintah dan disukai atau disenangi oleh masyarakat. Pola ini
mengatur pengelolaan operasional bank sampah Kota Pekanbaru secara keseluruhan,
mulai dari pola pengelolaan dalam setiap bank sampah, sampai pengaturan sistim
jaringan semua bank sampah yang ada di Kota Pekanbaru, baik bank sampah induk
dan bank sampah unit.
Bardasarkan data, fenomena dan fakta yang sudah ada penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Model Pengelolaan Bank Sampah di Kota
Pekanbaru”.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik bank sampah di Kota Pekanbaru?
2. Bagaimana program bank sampah ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan?
3. Bagaimana model pengelolaan bank sampah di Kota Pekanbaru?
1.5 Novelty
8
Kebaharuan dalam penelitian ini adalah pada model pengelolaan bank sampah
di Kota Pekanbaru sebagai pemecahan masalah (problem solving) pengelolaan bank
sampah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pemilahan sampah dan
pemanfaatan sampah. Sebagai bentuk solusi, model yang dirancang dan
direkomendasikan dalam penelitian ini merupakan hasil penelitian dari
permasalahan yang ada di lapangan, temuan-temuan empiris berdasarkan hasil
wawancara dan juga dari bukti empiris serta teoritis dan konsep yang ada dalam
studi terdahulu.
9
2. TELAAH PUSTAKA
10
mengandung B3 dan/atau Limbah B3 yang tidak digunakan lagi.
b) Sampah yang mudah terurai oleh proses alam yaitu sisa makanan,
serasah atau sampah lainnya yang mudah terurai.
11
mencakup wilayah administratif setingkat rukun tetangga, rukun warga,
kelurahan, atau desa/sebutan lainnya. Bank Sampah Induk adalah Bank
Sampah yang area pelayanannya mencakup wilayah administratif
kabupaten/kota.
12
dalam penyusunan program dan pelaporan pelaksanaan Bank Sampah;
3. bagian pelaksana tugas bidang keuangan Bank Sampah, dan bagian
operasional Bank Sampah; dan
4. bagian produksi.
Struktur organisasi baik bank sampah induk maupun bank sampah unit pada
dasarnya memuat 4 (empat) fungsi inti tersebut di atas, yang pada penerapannya
dapat menggunakan nama yang berbeda direktur, ketua dan lain sebagainya. Yang
membedakan dari bank sampah induk dan bank sampah unit, adalah pada bagian
produksi bank sampahnya. Pada bank sampah induk tugas bagian produksi selain
melakukan pemilahan, pengumpulan, dan penyimpanan Sampah, juga mencakup
pengolahan sampah, sementara pada bank sampah unit, tugas bagian produksi
dalam bank sampah yakni melakukan pemilahan, pengumpulan dan/atau
penyimpanan sampah berdasarkan jenis sampah.
2.2.2 Cakupan Pelayanan
Bank sampah Induk dan bank sampah unit dibedakan dari cakupan
pelayanannya, yaitu bank sampah induk mencakup sampah rumah tangga atau
sejenis sampah rumah tangga yang berada di tingkat kabupaten/kota dengan
wilayah pelayanan bank sampah paling sedikit 1 (satu) kelurahan atau kurang
lebih melayani 500 (lima ratus) kepala keluarga, sementara bank sampah unit
mencakup wilayah rukun tetangga, rukun warga, dan kelurahan atau desa/sebutan
lainnya.
2.2.3 Nasabah
Nasabah bank sampah berasal dari masyarakat yang mendaftarkan diri
menjadi nasabah. Nasabah bank sampah sebelumnya telah diberikan
informasi/sosialisasi mengenai pengelolaan sampah, dimulai dari pengurangan
sampah dari sumber dengan melakukan pembatasan timbulan sampah dan
memanfaatkan kembali sampah. Nasabah bank sampah juga telah melakukan
upaya pengomposan sampah organik mulai dari skala rumah tangga.
Nasabah bank sampah induk dapat berasal dari
1. Bank sampah unit
2. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
13
3. rumah tangga.
Nasabah bank sampah unit dapat berasal dari:
1. Rumah tangga
2. Usaha mikro kecil dan menengah yang berada dalam satu wilayah Rukun
Tetangga, Rukun Warga, kelurahan.
2.2.4 Standar Operasional Prosedur
Bank sampah induk dan bank sampah unit harus membuat standar
operasional prosedur dalam pelaksanaan penyelenggaran bank sampah. Secara
umum standar operasional prosedur pada bank sampah induk dan bank sampah
unit perlu mencakup sebagai berikut:
1. Jam Kerja
Jam kerja Bank Sampah sepenuhnya tergantung kepada kesepakatan
pelaksana Bank Sampah dan masyarakat sebagai penabung. Jumlah hari kerja
Bank Sampah dalam seminggu pun tergantung para pihak, bisa 2 (dua) hari, 3
(tiga) hari, 5 (lima) hari, atau 7 (tujuh) hari sekali tergantung ketersediaan
waktu pengelola Bank Sampah yang biasanya punya pekerjaan utama
2. Pelayanan Nasabah
Pelayanan Nasabah dapat berupa:
a. Sistem tabungan dan penarikan
Semua nasabah dapat menabung sampah di Bank Sampah. Setiap sampah
yang ditabung akan ditimbang dan dihargai sesuai harga pasaran. Uangnya
dapat langsung diambil penabung atau dicatat dalam buku rekening yang
dipersiapkan oleh BSI. Sampah yang ditabung sebaiknya tidak langsung
diuangkan namun ditabung dan dicatat dalam buku rekening dan baru
dapat diambil paling cepat dalam 3 (tiga) bulan. Hal ini penting dalam
upaya menghimpun dana yang cukup untuk dijadikan modal dan
mencegah budaya konsumtif.
b. Buku tabungan
Dalam Setiap Sampah yang ditabung, ditimbang, dan dihargai sesuai harga
pasaran Sampah kemudian dicatat dalam buku rekening (buku tabungan)
sebagai bukti tertulis jumlah Sampah dan jumlah uang yang dimiliki setiap
penabung. Dalam setiap buku rekening tercantum kolom kredit, debit, dan
14
balance yang mencatat setiap transaksi yang pernah dilakukan. Untuk
memudahkan sistem administrasi, buku rekening setiap rukun tetangga
atau rukun warga dapat dibedakan warnanya.
3. Jasa Penjemputan Sampah
Sebagai bagian dari pelayanan, pengelola Bank Sampah dapat menyediakan
angkutan untuk menjemput Sampah di seluruh daerah layanan melalui:
a. Penabung cukup menelpon Bank Sampah dan meletakkan sampahnya di
depan rumah, petugas Bank Sampah akan menimbang, mencatat, dan
mengangkut Sampah tersebut.
b. Online system merupakan sistem jasa penjemputan Sampah untuk nasabah
BSU yang sudah terdaftar dalam sistem online yang berbentuk aplikasi di
HP atau website, dimana setiap kali penabung ingin menyetorkan
sampahnya, penabung tinggal mengisi data aplikasi yang tersedia dan
mengirimkan melalui aplikasi tersebut.
4. Jenis Sampah
Jenis Sampah yang dapat ditabung di Bank Sampah adalah Sampah terpilah,
yakni terdiri dari:
a. Sampah yang mengandung B3 dan/atau Limbah B3;
b. Sampah yang mudah terurai oleh proses alam;
c. Sampah yang dapat diguna ulang;
d. Sampah yang dapat didaur ulang; dan
e. Sampah lainnya.
5. Berat Minimum
Agar timbangan Sampah lebih efisien dan pencatatan dalam buku rekening
lebih mudah, perlu diberlakukan syarat berat minimum untuk menabung
Sampah, misalnya 10 kg untuk setiap jenis Sampah. Sehingga penabung BSU
dan BSI didorong untuk menyimpan terlebih dahulu tabungan sampahnya di
rumah sebelum mencapai syarat berat minimum.
6. Penetapan Harga
Penetapan harga setiap jenis sampah merupakan kesepakatan berdasarakan
pengurus Bank Sampah, setelah berkoordinasi dengan Asosiasi Bank Sampah
Indonesia (ASOBSI). Harga setiap jenis Sampah bersifat fluktuatif tergantung
15
harga pasaran. Penetapan harga meliputi:
a. Untuk BSI dan BSU yang menjual langsung Sampah dan mengharapkan
uang tunai, harga yang ditetapkan merupakan harga fluktuatif sesuai harga
pasar; dan
b. Untuk BSU dan BSI yang menjual secara kolektif dan sengaja untuk
ditabung, harga yang diberikan merupakan harga stabil tidak tergantung
pasar dan biasanya di atas harga pasar.
Cara ini ditempuh untuk memotivasi masyarakat agar memilah,
mengumpulkan, dan menabung Sampah. Cara ini juga merupakan strategi
subsidi silang untuk biaya operasional Bank Sampah.
7. Kondisi Sampah
Penabung didorong untuk menabung Sampah dalam keadaan bersih dan utuh,
karena harga Sampah dalam keadaan bersih dan utuh memiliki nilai ekonomi
yang lebih tinggi. Penjualan plastik dalam bentuk bijih plastik memiliki nilai
ekonomi lebih tinggi karena harga plastik dalam bentuk bijih plastik dapat
bernilai 3 (tiga) kali lebih tinggi dibanding dalam bentuk asli.
8. Wadah Sampah
Agar proses pemilahan Sampah berjalan baik, penabung disarankan untuk
membawa 4 (empat) kelompok besar Sampah ke dalam 5 (lima) kantong yang
berbeda meliputi: 1) kantong pertama untuk Sampah plastik; 2) kantong kedua
untuk Sampah kertas; 3) kantong ketiga untuk Sampah logam/kaca; 4)
kantong keempat untuk Sampah organik dan 5) kantong kelima Sampah yang
mengandung B3/Limbah B3
9. Sistem Bagi Hasil
Besaran sistem bagi hasil Bank Sampah tergantung pada hasil rapat pengurus
Bank Sampah. Hasil keputusan besarnya bagi hasil tersebut kemudian
disosialisasikan kepada semua penabung (BSU dan BSI). Besaran bagi hasil
yang umum digunakan saat ini adalah 85:15 yaitu 85% (delapan puluh) lima
persen untuk penabung dan 15% (lima belas) persen untuk pelaksana Bank
Sampah. Jatah 15% (lima belas) persen untuk Bank Sampah digunakan untuk
kegiatan operasional Bank Sampah seperti pembuatan buku rekening,
fotokopi, pembelian alat tulis, dan pembelian perlengkapan pelaksanaan
16
operasional Bank Sampah.
17
ton/tahun.
Menurut SNI 19-2452-2002 definisi dari timbulan sampah adalah
banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun per
kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan. Data timbulan
sampah sangat penting diketahui untuk menentukan fasilitas setiap unit
pengelolaan sampah dan kapasitasnya misalnya fasilitas peralatan, kendaraan
pengangkut, rute angkutan, fasilitas daur ulang, jumlah bank sampah dan luas
serta jenis TPA.
Timbulan Sampah Kota Pekanbaru mengalami perkembangan yang sangat
pesat dengan munculnya pemukiman baru, perkembangan pasar, perluasan
wilayah industri dan penambahan pusat perbelanjaan, hal ini disebabkan karena
bertambahnya penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan
bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam.
Selanjutnya jika dilihat dari jumlah penduduk 954.373 Jiwa (Sumber : BPS Kota
Pekanbaru). Jumlah penduduk Kota Pekanbaru setiap tahun akan mengalami
pertumbuhan karena berdasarkan data olahan BPS Kota Pekanbaru laju
pertumbuhan penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2019 adalah 4,20% dan ini
akan mempengaruhi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di Kota Pekanbaru.
Besarnya timbulan sampah yang dihasilkan suatu daerah sebanding dengan
jumlah penduduk, jenis aktifitas dan tingkat konsumsi penduduk terhadap barang
atau material. Semakin besar jumlah penduduk atau tingkat konsumsi terhadap
barang maka semakin besar volume sampah yang dihasilkan. Sampah-sampah
yang dihasilkan dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman dan bahkan di
dekat pemukiman. Pembuangan sampah yang berada dekat dengan pemukiman
penduduk beresiko terhadap kesehatan masyarakat. Setelah dilakukan pengukuran
dan penghitungan terhadap volume dan berat sampah yang dihasilkan oleh setiap
sumber timbulan per jiwa per hari di Kota Pekanbaru Berdasarkan data kajian
masterplan persampahan Kota Pekanbaru, timbulan sampah Kota Pekanbaru
adalah 3,84 liter/jiwa/hari, jika dikaitkan antara jumlah penduduk per kecamatan
dengan rata-rata timbulan sampah per jiwa perhari maka dapat diprediksi besaran
timbulan sampah per hari.
Berdasarkan hasil prediksi proyeksi timbulan sampah Kota Pekanbaru tahun
18
2020, jumlah penduduk Tahun 2020 yaitu 994.457 dan total timbulan sampah
3,84. Sehingga total timbulan sampah diperkirakan mencapai 3.818.714 liter/hari.
Pada tahun 2021, diperkirakan jumlah penduduk mencapai 1.036.224 dengan
timbulan sampah Tahun 2021 mencapai 3.979.100 liter/hari. Pada tahun 2020,
jumlah penduduk diperkirakan 1.079.745 dengan timbulan sampah mencapai
4.146.222 liter/hari.
Berdasarkan proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk tersebut dapat
diketahui bahwa proyeksi volume timbulan sampah yang dihasilkan Kota
Pekanbaru terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya, dan pada tahun 2022
produksi sampah per harinya mencapai 4.146 m3/hari. Sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk maka semakin banyak pula timbulan sampah
yang dihasilkan. Dengan kondisi seperti ini maka harus dilakukan upaya-upaya
pengurangan sampah dari sumbernya seperti dengan peningkatan pelaksanaan
program bank sampah di Kota Pekanbaru (Kajian Optimalisasi Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan Ditinjau Dari Penyelenggaraan Pelayanan
Persampahan di Kota Pekanbaru BPP Kota Pekanbaru 2020)
2.3.2. Pengelolaan Sampah Kota Pekanbaru
Menurut Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru
Pengeloaan sampah adalah suatu teknis penerapan manajemen persampahan yang
rneliputi pernilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pemrosesan
akhir sarnpah. Indikator dari Perda Kota Pekanbaru No 08 Th 2014 (Pasal 15),
yakni:
1. Pemilahan
Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rurnah
tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Atau dengan kata lain
sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan manusia (tennasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Pemilahan sampah berdasarkan komposisi sampah yaitu organik non organik
sudah dilakukan di beberapa ternpat. dikarenakan masyarakat masih sedikit
yang melakukan pemilahan sampah dan lebih cenderung mencampurkan ke
dalam satu wadah.
19
Pemilahan sampah pun dilakukan oleh petugas yang mengurnpulkan
sampah - sampah tersebut. Namun proses pemilahan yang dilakukan di
beberapa tempat tersebut masih sebatas pemilahan di pewadahan sedangkan
pada proses pengangkutan sampah tersebut masih digabungkan antara organik
dan non organik. Kota Pekanbaru, dalam pemilahan sampah masih belum
melakukan pemilahan dengan cara yang efektif Hal rru dikarenakan
masyarakat cenderung malas untuk melakukan pemilahan. Kondisi ini
dikarenakan dukungan secara tidak langsung pemerintah untuk memperparah
hal ini dengan pengangkutan sampah melalui dump truck yang wadahnya
disatukan.
Seluruh sampah dari berbagai jenis sampah, baik organik, non organik,
maupun sampah B3 disatukan dalarn satu wadah di truk tersebut. Hal ini yang
membuat masyarakat enggan untuk memilah sampah, dikarenakan belum
tersedianya wadah dan sistem pengangkutan yang masih disatukan. Pemilahan
sampah ini rnenjadi awal yang baik bagi masyarakat dalam pengolahan
sampah yang semakin maju. Seiring bertambahnya kesadaran manusia akan
kepeduliannya terhadap penyelamatan bumi terutama dalam masalah sampah.
Dibawah ini adalah beberapa manfaat pemisahan sampah organik dan
anorganik: 1). Pendorong masyarakat untuk melakukan pendaur ulang-an
sampah. 2). Memudahkan pendaur ulang-an sampah. 3). Pengurangan kuota
sampah 4). Menambah pengetahuan Permasalahan pemilahan sampah di Kota
Pekanbaru yaitu masyarakat masih menyatukan sampah di dalam satu wadah,
berupa bak atau kresek plastik.
Tidak ada masyarakat rumah tangga yang sudah melakukan pembedaan
wadah berdasarkan jenis sampah maupun peraturan perundang - undangan.
Masyarakat cenderung enggan karena nantinya sampah akan disatukan juga
dalam tahap pemidahan ke dalam kontainer pada dump truck. Pola pewadahan
merupakan menjadi salah satu permasalahan yang membutuhkan perhatian
serius. Hal ini dikarenakan didapati banyak lingkungan yang tidak mempunyai
sistem pewadahan yang baik.
Dibanyak lokasi, sampah hanya diletakan di pinggir jalan dengan
menggunakan kantong plastik besar untuk kemudian diangkut oleh petugas
20
pengangkutan sampah. Peran dan partisipasi masyarakat dalam pewadahan
sampah di Kota Pekanbaru masih cenderung kurang, hal ini diperlihatkan dari
sampah yang ada di wadah sampah itu tidak dipilah terJebih dahulu ataupun
sampah yang bisa di daur ulang tidak dilakukan pemilahan terlebih dahulu,
sehingga sampah hanya di satukan di dalam satu wadah.
Hal ini akan memudahkan untuk dilakukan pemilahan agar dapat
terimplementasinya pengurangan sampah dari sumber, salah satunya dari
rumah tangga. Wadah ini disediakan oleh pemerintah, dengan sebelurn nya
melakukan perjanjian dengan rnasyarakat dalarn bentuk perjanjian resmi
untuk membuang sampah pada wadah yang disediakan dan wajib melakukan
pemilahan saat membuangnya. Selain itu, wadah sampah juga diberikan kode
tiap rumahnya agar masyarakat yang tidak melakukan pemilahan dengan
benar akan di kenakan sanksi.
2. Pengumpulan.
Pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah
mulai dari tern pat pewadahan/penampungan sampah dari sumber timbulan
sampah sampai ke tempat pengumpulan sementara atau sakaligus ke tempat
pembuangan akhir (TPA). Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas
kebersihan kota atau swadaya masyarakat (sumber sampah, badan swasta atau
RT RW). Pengikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak
ditentukan oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah
persampahan kotanya. Pengumpulan sampah dapat dilakukan satu kali dalam
sehari karena pasar merupakan penghasil sampah yang jumlahnya banyak
khususnya sampah organik, dimana dapat menimbulkan bau yang busuk dan
perkembangbiakan lalat dan tikus.
Pengumpulan sampah dapat dilakukan sebagai berikut: 1). Perorangan
yaitu orang mengumpulkan sampah untuk dibuang pada tempat pembuangan
sampah sementara. 2). Pemerintah yaitu petugas kebersihan yang
mengumpulkan dengan menggunakan truk atau gerobak sampah. 3). Swasta
yaitu hanya mengambil sampah¬sampah tertentu sebagai bahan baku
perusahaan, seperti pembuatan kertas, karton dan plastik.
Dalam hal pengumpulan sampah di Kota Pekanbaru dilakukan oleh
21
petugas kebersihan yang ditugaskan oleh dinas kebersihan maupun pihak
swasta untuk melakukan pekerjaan ini. Di Kota Pekanbaru, pengumpulan
dilakukan oleh petugas menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya
Dilakukan dari rumah ke rurnah menggunakan gerobak oleh petugas
kebersihan baik dari pemerintah maupun swasta dengan mekanisme dilakukan
pengkoletifan sampah kemudian setelah itu di kumpulkan di TPS terdekat.
Dilakukan dengan mengumpulkan sampah di TPS menggunakan gerobak, truk
maupun motor.
Pengumpulan sampah dari rumah tangga pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan gerobak ataupun becak motor. Dimana
pengumpulannya dilakukan dengan petugas mendatangi satu per satu rumah
untuk mengambil sampah yang telah di letakkan di dalam plastik besar atau di
wadah lainnya. Nantinya masyarakat akan membayar sekitar Rp. 10.000
Rp.15.000 untuk pengangkutan sampah tersebut oleh petugas kebersihan.
Pengumpulan sampah cukup bervariasi, ada yang dilakukan setiap hari
biasanya dilakukan pagi hari, ada juga yang dilakukan kurang lebih 2 - 3 kali
dalam 1 minggu.
3. Pengangkutan.
Pengangkutan sampah adalah pemindahan sampah dari tempat
pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir yang relatif besar.
Pengangkutan, dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik
pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA pada
pengumpulao dengan pola individual langsung, atau dari tempat pemiodahao
(Trasfer Depo, Trasfer Station), penampungan sementara (TPS, TPSS, LPS)
atau tempat penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan
pembuangan akhir. Pengangkutan sampah di Kota Pekanbaru dilakukan
deogan menggunakan dump truck oleh petugas kebersihan. Waktu yang
dipilih yaitu setiap pagi sekitar jam 7, truk pengangkut mulai mengambil
sampah di TPS (Tempat Peogumpulan Sementara) yang ada di kecamatan -
kecamatan di Kota Pekanbaru untuk kemudian di bawa ke TPA Muara Fajar
yang berada di Kecamatan Rumbai Pesisir.
4. Pengolahan.
22
Pengolahan sampah merupakan tahapan lanjutan dimana di dalamnya
terdapat pengolahan melalui potensi unit pengolahan sampah yang ada di Kota
Pekanbaru, dalam studi ini unit pengolahan sampah yang ada yaitu unit
pengolahan kompos dan bank sampah. Pengolahan sampah adalah suatu upaya
untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk rnanjadi bermanfaat
antara lain pernbakaran, daur ulang, penghancuran, dan pengeringan. Belum
optimalnya pengolahan sarnpah di tiap unit pengolahan (unit kompos dan
bank sampah). Hal ini dikarenakan sampah terlanjur di campur dan tidak
secara khusus di alokasikan pengumpulan dan pengangkutannya dari sumber
ke unit pengolahan. Sehingga, masih banyak sampah yang bisa diolah terbawa
ke TPA.
5. Pemrosesan Akhir Sampah.
Pemrosesan akhir merupakan suatu tahapan dimana seluruh sampah
yang tersisa di bawa ke lahan besar yaitu TPA Muara Fajar. Dalam kondisi
eksisting, berdasarkan hasil analisis daur hidup eksisting sampah di Kota
Pekanbaru, terdapat sekitar 166.447,7 ton atau sekitar 84,99 persen sampah
yang masuk ke TPA dan tidak terkelola.
Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) adalah sarana fisik untuk
berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah. Tempat menyingkirkan
sampah kota sehingga aman. Pembuangan akhir merupakan tempat yang
disediakan untuk membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah
untuk diolah lebih lanjut. Unit pengolahan sampah TPST - 3R yang masih
belum beroperasi. Sampai tahun 2017 awal, unit TPST - 3R ini belum bisa
beroperasi, bangunan fisiknya sudah tersedia, narnun untuk fasilitas
pendukung dan sistem 3R belum dilakukan di TPS ini. Kondisi bangunan
ditemukan dalarn keadaan yang sudah tidak baik, akibat terlalu lama di
diarnkan dan adapula yang dijadikan sebagai TPS biasa yang fungsinya hanya
sekedar mengumpulkan. Minimnya alternatif pengolahan sampah yang di
rencanakan karena keterbatasan biaya dan teknologi yang di adopsi.
23
Sampah menurut World Health Organization (WHO) adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dalam Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa
sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat
terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan
dibuang ke lingkungan.
Sampah terdiri dari sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah
tangga dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-
hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah
sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan/ atau fasilitas lainnya.
Sampah spesifik meliputi sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun, sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah
yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara
teknologi belum dapat diolah dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik
(Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah).
Menurut Tchobanoglus, Theisen dan Vigil (1993), dalam Sulistyoweni
(2002) mendefinisikan sampah adalah bahan buangan dari aktifitas manusia dan
hewan yang umumnya dalam bentuk padat dan sudah tidak terpakai atau
dibutuhkan lagi. Menurut SNI 19-2452-2002 sampah adalah limbah yang bersifat
padat terdiri dari bahan organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi
dan harus dipengelolaan agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan.
Berdasarkan sifatnya, sampah terbagi menjadi dua bagian, yaitu Sampah
organik Yaitu sampah yang dapat membusuk dan mengurai, sehingga sampah
tersebut bisa diolah untuk dijadikan kompos. Misalnya daun kering, sayuran, sisa
makanan, dan lain sebagainya. Sampah anorganik yaitu sampah yang sangat sulit
untuk terurai dan membusuk. Namun, sampah anorganik ini dapat didaur ulang
untuk dijadikan seseuatu yang baru dan bermanfaat, seperti sampah plastik, kertas,
aluminium, dan lain-lain selain sampah organik. Dari data survey Badan
24
Penelitian dan Pengembangan Kota Pekanbaru Tahun 2021 komposisi sampah
organik 74,93% dan an organik 25,07% dari sampah yang terpengelolaan di TPA
Muara Fajar Kota Pekanbaru.
Menurut Bahrin (2011) menyatakan komposisi dan karakteristik sampah
berhubungan langsung dengan sumber sampah. Berdasarkan Undang – Undang
Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, sumber sampah adalah asal
timbulan sampah. Sumber sampah berasal dari :
1. Kegiatan penghasil sampah seperti pasar, rumah tangga, pertokoan (kegiatan
komersial/ perdagangan), penyapuan jalan, taman, atau tempat umum lainnya,
dan kegiatan lain seperti dari industri dengan limbah yang sejenis sampah.
2. Sampah yang dihasilkan manusia sehari – hari kemungkinan mengandung
limbah berbahaya, seperti sisa baterai, sisa oli/ minyak rem mobil, sisa bekas
pemusnah nyamuk, sisa biosida tanaman, dll.
Menurut Damanhuri (2010) sumber timbulan sampah dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Sampah yang berasal dari permukiman. Sampah ini terdiri dari limbah –
limbah hasil kegiatan rumah tangga, baik keluarga kecil atau besar, dari kelas
bawah sampai kelas atas. Sampah ini terdiri dari sampah makanan, kertas,
tekstil, sampah pekarangan, kayu, kaca, kaleng, aluminium, debu atau abu,
sampah di jalanan, sampah elektronik seperti baterai, oli dan ban.
2. Sampah daerah pusat perdagangan. Sampah seperti ini terdiri dari sampah –
sampah hasil aktivitas di pusat kota dengan tipe fasilitas seperti toko, restoran,
pasar, bangunan kantor, hotel, motel, bengkel, dan sebagainya yang
menghasilkan sampah seperti kertas, plastik, kayu, sisa makanan, unsur
logam, dan limbah seperti limbah pemukiman.
3. Sampah institusional. Sampah seperti ini terdiri dari limbah – limbah hasil
aktivitas institusi seperti sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan
dan sebagainya yang umumnya menghasilkan sampah seperti pada sampah
pemukiman. Khusus untuk sampah rumah sakit ditangani dan diproses secara
terpisah dengan sampah lain.
4. Sampah konstruksi. Sampah seperti ini terdiri dari limbah – limbah hasil
aktivitas konstruksi seperti sampah dari lokasi pembangunan konstruksi,
25
perbaikan jalan, perbaikan bangunan dan sebagainya yang menghasilkan
sampah kayu, beton dan puing – puing.
5. Sampah pelayanan umum. Sampah ini terdiri dari limbah – limbah hasil
aktivitas pelayanan umum seperti daerah rekreasi, tempat olahraga, tempat
ibadah, pembersihan jalan, parkir pantai dan sebagainya yang umumnya
menghasilkan sampah organik.
6. Sampah instalasi pengolahan. Sampah ini terdiri dari limbah – limbah hasil
aktivitas instalasi pengolahan seperti instalasi pengolahan air bersih, air kotor
dan limbah industri yang biasanya berupa lumpur sisa ataupun limbah
buangan yang telah diolah.
7. Sampah industri. Sampah ini terdiri dari limbah – limbah hasil aktivitas
pabrik, konstruksi, industri berat dan ringan, instalasi kimia, pusat pembangkit
tenaga dan sebagainya.
8. Sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan. Biasanya berupa
jerami, sisa sayuran, batang pohon yang bisa di daur ulang menjadi pupuk.
Dampak yang ditimbullkan oleh sampah dapat mengganggu aktivitas
maysarakat disekitarnya. Dampak yang ditimbulkan oleh sampah sebagai berikut:
1. Menurunnya estetika lingkungan
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan
pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan
sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga
lahan pembuangan sampah lainnya.
Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi
pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak
segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula
dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila
kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.
2. Pencemaran udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber
bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya
seperti permukiman, perkantoran, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain.
Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan
26
terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan
kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan
gangguan bagi lingkungan sekitarnya. Sarana pengangkutan yang tidak
tertutup dengan baik juga sangat berpotensi menimbulkan masalah bau di
sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak
kendaraan.
3. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di
lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan
menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya
sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya
(B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama
sampai sampah terdegradasi atau larut di lokasi tersebut. Selama waktu itu
lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia
dan lingkungan sekitarnya.
4. Pencemaran air
Prasarana dan sarana pengumpulan sampah terbuka sangat potensial
menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau
tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Air lindi dapat
masuk kedalam tanah dan mencemari sumber air minum masyarakat. Air lindi
dalam jumlah besar memerlukan pengontrolan terhadap pencemaran air
seperti adanya sumur pantau air tanah.
5. Penurunan Kesehatan
Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan
vektor penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah
sampah tersedia sisa makanan dalam jumlah yang besar. Tempat
Penampungan Sementara/ Container juga merupakan tempat berkembangnya
vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah barang tentu akan
menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya.
Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di
lokasi TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekwensi penutupan sampah
yang tidak dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalat dari telur
27
menjadi larva telah berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan
akibat lalat umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi TPA.
6. Dampak sosial
Permasalahan sampah dapat berkaitan dengan nilai kerukunan, atau
sebaliknya justru dapat menambah kerukunan. Orang yang sering membuang
sampah di sekitar tempat tinggal nya dan mencemari lingkungan dapat
menimbulkan ketidaksenangan tetangganya. Hal yang demikian dapat
menimbulkan keretakan hubungan antar warga. Kondisi yang demikian perlu
diubah agar terjadi hubungan yang sebaliknya yakni dapat semakin
meningkatkan kerukunan.
Bank sampah adalah fasilitas untuk mengelola Sampah dengan prinsip 3R
(reduce, reuse, dan recycle), sebagai sarana edukasi, perubahan perilaku dalam
pengelolaan sampah, dan pelaksanaan Ekonomi Sirkular, yang dibentuk dan
dipengelolaan oleh masyarakat, badan usaha, dan/atau pemerintah daerah. Bank
sampah dapat dibagi 2 yaitu Bank Sampah Induk (BSI) dan Bank Sampah Unit
(BSU) (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2021).
Bank Sampah Induk yang selanjutnya disingkat BSI adalah Bank Sampah
yang area pelayanannya mencakup wilayah administratif kabupaten/kota.
Sedangkan Bank Sampah Unit selanjutnya disingkat BSU adalah Bank Sampah
Unit yang selanjutnya disingkat BSU adalah Bank Sampah yang area
pelayanannya mencakup wilayah administratif setingkat rukun tetangga, rukun
warga, kelurahan, atau desa/sebutan lainnya.
Konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah adalah mengelola sampah
dengan prinsip 3R yaitu reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan
kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun
fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan
sampah dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi
barang atau produk baru yang bermanfaat.
Sampah yang ditabung di bank sampah terlebih dahulu dilakukan pemilihan
dari sumbernya seperti rumah, kantor, pasar, pusat perbelanjaan sesuai jenis
masing masing sampah, setelah dipilah baru dapat ditabung atau diantarkan ke
28
bank sampah. Sampah akan berdaya guna bila dilakukan pemilahan, dan sampah
tidak akan dapat memberi manfaat bila sudah tercampur antara sampah basah dan
sampah kering.
Konsep pengelolaan sampah pada Bank sampah adalah pengelolaan sampah
kering secara kolektif dengan mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif
di dalamnya. Sistem ini akan menampung, memilah, dan menyalurkan sampah
bernilai ekonomi dari menabung sampah (Utami, 2003). Pengelolaan sampah
permukiman yang menerapkan sistem penyetoran sejumlah sampah ke bank
sampah untuk menampung sampah yang memiliki nilai ekonomi ditabung sampai
pada jumlah dan waktu tertentu ditukarkan sejumlah uang. Hal ini merupakan
salah satu cara mengubah perilaku masyarakat (social behavior) agar tidak
membuang sampah tidak pada tempatnya.
Tujuan pembangunan Bank Sampah bukanlah dari Bank Sampah itu sendiri
tetapi adalah strategi dalam mengembangkan dan membangun kepedulian
masyarakat agar dapat berteman dengan sampah bukan bermusuhan dengan
mengembangkan ekonomi kerakyatan berupa penjualan hasil sampah serta
mengembangkan kerajinan kreatif dan inovatif berupa pemanfaatan sampah
menjadi kerajinan tangan, pembuatan kompos, usaha tanaman hias dan manfaat
lain yang mempunyai nilai ekonomi kreatif. Penciptaan keadaan ini diharapkan
tidak hanya mengembangkan ekonomi kerakyatan yang kuat tetapi juga
pembangunan lingkungan yang bersih dan hijau untuk menciptakan masyarakat
yang sehat (Sucipto, 2012)
29
(Rp) penjualan. dilakukan secara kolektif. perorangan,sesuai banyaknya
sampah yang disetorkan.
4 Efisiensi tenaga. Pengurus mengeluarkan Tenaga yang dikeluarkan pengurus
banyak tenaga untuk relatif sedikit, karena sampah sudah
memilah seluruh sampah terpilah sesuai jenis oleh nasabah
yang disetor masyarakat. sejak dari rumah.
5 Efisiensi waktu. Membutuhkan lebih Waktu yang dibutuhkan relatif lebih
banyak waktu. cepat.
6 Manfaat Nasabah tidak merasakan Manfaat ekonomis bisa dirasakan
ekonomis manfaat ekonomis secara nasabah, karena nilai uang (Rp) yang
perorangan. langsung. dihasilkan tiap nasabah
dikembalikan ke nasabah berupa
tabungan.
7 Manfaat Umumnya hanya Omset bank sampah potensial untuk
pengembangan dimanfaatkan untuk mengembangkan unit usaha bank
bank sampah. kegiatan tertentu dan tidak sampah.
dapat dikembangkan.
30
efisien dengan menggunakan sumber daya organisasi.
2.4.3. Pengelolaan Bank Sampah dari Aspek Ekonomi
Dalam pelaksanaan operasional Bank Sampah, selain melakukan pemilahan
sampah, juga terjadi transaksi dalam pemindahan sampah dari sumber sampah
yaitu dari nasabah, ke bank sampah, dari bank sampah ke pusat pemanfaatan daur
ulang sampah. Transaksi berupa penimbangan berat, penetapan harga per item
sampah dan penghitungan nilai rupiah dari hasil tabungan sampah. Dalam hal
tersebut berlaku prinsip ekonomi, dimana nasabah menabung ke bank sampah
mengharapakan sejumlah uang, dan pada bank sampah, sampah tabungan yang
diterima dari nasabah akan diolah untuk dijual kembali ke pengepul dengan nilai
jual yang lebih tinggi dari harga tabungan nasabah. Dari proses tersebut bank
sampah mendapatkan hasil dari beda harga tersebut. Beberapa pengertian dari
ilmu ekonomi dan prinsip ekonomi menurut para ahli sebagai barikit :
1. Alfred Marshall, ilmu ekonomi adalah :“Ilmu yang mempelajari usaha-usaha
individu dalam ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-hari. Ilmu
ekonomi membahas kehidupan manusia yang berhubungan dengan bagaimana
ia memperoleh pendapatan dan bagaimana pula ia mempergunakan
pendapatan itu”.
2. Paul A. Samuelson : Menurut Paul. A. Samuelson, pengertian ekonomi adalah
cara-cara yang dilakukan oleh manusia dan kelompoknya untuk
memanfaatkan sumber-sumber terbatas untuk memperoleh berbagai komoditi
dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
3. Abraham Maslow : Menurut Abraham Maslow, ekonomi adalah salah satu
bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas
kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang
ada dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi
yang dianggap efektif dan efisien.
4. Manulang Menurutnya, pengertian ekonomi adalah suatu ilmu yang
mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran, yaitu
keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya dari segi pemenuhan
barang maupun jasa. Konsep M.Manulang :usaha yang dilakukan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.
31
5. Lionel Robbins berpendapat Ekonomi mengkaji mengenai tingkah laku dari
setiap manusia yang selalu berhubungan dengan kehendak mereka masing-
masing yang seringkali bersifat tidak terbatas berdasarkan dengan berbagai
sumber yang terbatas dengan cara memaksimalkan kegunaan yang sudah ada
(utility). Jadi, manusia akan memilih berbagai cara untuk memenuhi segala
kebutuhan mereka yang sangat beragam dan tidak terbatas dengan
menggunakan semua sumber / alat pemenuhan kebutuhan yang sudah ada
serta dengan menerapkan pemakaian sumber kebutuhan yang efektif serta
efisien sehingga semua kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik.
Dari berbagai konsep yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat
diketahui bahwa sesungguhnya setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi. Sehingga ekonomi adalah sebuah ilmu tentang bagaiman manusia
memenuhi kebutuhannya baik berupa barang atau jasa dengan memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia di sekitarnya secara berkelanjutan dan tidak
menimbulkan kekacauan guna mencapai kesejahteraan.
Dari konsep ekonomi yang telah dipaparkan oleh beberapa pendapat ahli
maka dapat ditemukan beberapa kesamaan, yakni pada dasarnya konsep ekonomi
sama-sama mengacu kepada suatu aktivitas atau kegiatan dan yang dilakukan oleh
suatu masyarakat/ sekumpulan manusia dimana setiap individu atau masyarakat
pasti memiliki kebutuhan dan keinginan yang sifatnya tidak terbatas. Dalam
rangka memenuhi kebutuhan setiap individu atau masyarakat dapat dilakukan
dengan cara memanfaatkan segala sumber-sumber pemenuhan kebutuhan yang
tersedia agar dapat mewujudkan kepuasaan atau ketercapaian kesejahteraan bagi
setiap individu.
Prinsip ekonomi menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil tertentu, biaya
yang dikeluarkan harus sekecil mungkin atau dengan pemilihan biaya yang paling
efisien. Sedangkan dengan biaya tertentu harus menghasilkan produk semaksimal
mungkin. Efisiensi dan produktivitas memang merupakan dua istilah yang
melekat dan menjiwai kegiatan ekonomi. Dalam Modul Ekonomi terbitan
Kemdikbud (2020), pengertian prinsip ekonomi adalah melakukan usaha dengan
pengorbanan sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil tertentu, atau
mengorbankan hal-hal tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Terdapat
32
2 unsur penting dalam prinsip ekonomi. Mengutip Modul Konsep-konsep Dasar
Ilmu Ekonomi terbitan UT yaitu :
1. Efisiensi
Memperoleh hasil tertentu dengan biaya sekecil mungkin. Prinsip ini jelas
sudah populer bagi khalayak umum dan semestinya dipahami oleh
kebanyakan orang. Ia berarti bahwa dalam kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan, individu atau kelompok perlu mencari cara yang membutuhkan
biaya sekecil dan seefisien mungkin.
2. Produktifitas
Prinsip dengan jumlah biaya tertentu harus memberikan hasil semaksimal
mungkin.
Karena itu, setiap kegiatan ekonomi harus menerapkan prinsip efisiensi dan
produktivitas supaya bisa memberikan hasil terbaik.
2.4.4. Pengelolaan Bank Sampah dari Aspek Sosial
Proses pengelolaan bank sampah adalah salah satu aktifitas social dari
masyarakat. Dalam aktifitas bank sampah tidak dapat dilakukan seorang diri,
mesti ada interaksi sosial. Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin
dalam Cultural Sociology, a Revision of An Introduction to Sociology (1954),
interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Sedangkan Kimball Young
dan Raymond, W. Mack dalam Sociology and Social Life (1954) menerangkan
interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial
tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Soerjono Soekanto dalam Sosiologi :
Suatu Pengantar (1994), menjelaskan interaksi sosial adalah sebuah proses sosial
yang mempunyai hubungan dengan berbagai cara berhubungan. Baik sesama
individu maupun kelompok tertentu, yang bertujuan untuk membangun sistem
dalam sebuah hubungan sosial.
Soerjono Soekanto mengemukakan ada dua syarat terjadinya interaksi
sosial yaitu :
1. Kontak sosial
33
Tiga bentuk kontak social yaitu antar orang perorangan, antara orang
perorangan dengan suatu kelompok manusia dan sebaliknya, antara suatu
kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Kontak sosial bisa
bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang
mengarah pada kerjasama. Kontak sosial negatif mengarah pada pertentangan
atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial. Kontak sosial juga
dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi bila yang
mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sedangkan
kontak sekunder memerlukan perantara.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi (pesan, ide, dan gagasan)
dari satu pihak kepada pihak lain untuk saling memengaruhi satu sama lain.
Proses komunikasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu komunikasi verbal
(bentuk komunikasi secara lisan dan tulisan) dan komunikasi nonverbal
(bentuk komunikasi memakai simbol-simbol).
2.4.5. Pengelolaan Bank Sampah dari Aspek Lingkungan
Aktifitas menabung sampah di bank sampah merupakan salah satu cara
mengelola sampah yang bertujuan melestarikan lingkungan. Sampah yang tidak
dipengelolaan dengan baik akan merusak lingkungan seperti menimbulkan
pencemaran udara, tanah dan mencemari lingkungan.
Pengelolaan sampah yang tidak tepat juga berdampak buruk terhadap
kehidupan dan kesehatan manusia. Pengelolaan sampah menjadi salah satu
problem yang perlu diprioritaskan didalam melestarikan lingkungan hidup
perkotaan (Thanh et al., 2010; 2011). Sampah basah berisiko menjadi media
perkembangbiakan bakteri atau mikroba patogen dan malaria. Sampah tidak
hanya mencemari dan menurunkan kualitas serta jasa ekosistem lingkungan, tetapi
juga mengganggu kesehatan manusia (Subarna, 2014; Mungure, 2008). Efek pada
lingkungan antara lain berupa: pencemaran tanah, air, dan udara; menyumbat
drainase perkotaan dan sungai sehingga menyebabkan banjir; timbunan sampah di
permukaan tanah (open dumping) menyebabkan penyebaran penyakit infeksi
seperti: muntaber atau cholera, malaria, disentri, dan penyakit lain yang tidak
34
menular, sedangkan pembakaran sampah dapat menyebabkan gangguan
pernapasan atau Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
35
tugas/lembaga perlindungan lingkungan, dan tingkat efektivitas satuan
tugas/badan tersebut semuanya diselidiki. Studi ini memverifikasi dampak sikap
masyarakat terhadap pengelolaan sampah, serta efekff dampak pemantauan dan
pengendalian terhadap pengelolaan sampah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang signifikan seperti usia, pendapatan, dan tingkat pendidikan
mempengaruhi persepsi, praktik, dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan
sampah. Rata-rata dari 36,6% masyarakat di pemerintah daerah terpilih
membuang limbah padat mereka di tempat pembuangan terbuka, dengan
mayoritas penduduk (54,4%) masih berpendapat bahwa layanan sanitasi terlalu
mahal dan harus menjadi hak prerogatif pemerintah daerah dan negara bagian
untuk melaksanakan. Hasil ini beresonansi bahwa lebih efektif. Upaya oleh
pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus dimasukkan ke dalam
penegakan hukum lingkungan yang tepat.
Penelitian Ratiabriani (2016) mengenai ”Partisipasi Masyarakat dalam
Program Bank Sampah: Model Logit”. Peneliti melakukan kajian tentang
keterkaitan meningkatnya jumlah timbunan sampah, jenis sampah, dan keragaman
karakteristik sampah lainnya dengan bertambahnya jumlah penduduk, perubahan
pola konsumsi masyarakat, dan gaya hidup masyarakat di Kota Denpasar. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana partisiapsi masyarakat
dalam program bank sampah di Kota Denpasar dan untuk menganalisis pengaruh
variabel tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, status pekerjaan, dan jumlah di
Kota Denpasar. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa masyarakat yang
berpartisipasi aktif dalam program bank sampah di Kota Denpasar yaitu sebesar
64,3 persen.
Penelitian Sucahya (2017) mengenai ”Difusi Inovasi Program Bank Sampah
(Model Difusi Inovasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Bank
Sampah Alam Lestari di Kota Serang Provinsi Banten)”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan studi deskriptif. Teknik
pengumpulan data dari penelitian ini melalui wawancara mendalam, observasi
bukan partisipan, dan dokumentasi. Peneliti melakukan kajian tentang strategi
komunikasi inovasi dalam mengembangkan program bank sampah Alam Lestari
di Kota Serang, Kecamatan Serang, Provinsi Banten dalam memberdayakan
36
masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui faktor yang
mempengaruhi dari strategi komunikasi pengelola bank sampah Alam Lestari
dalam memberdayakan masyarakat.”
Penelitian Fikriyyah (2018) mengenai ”Pengaruh Bank Sampah Terhadap
Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Pendapatan Nasabah”. Peneliti
melakukan kajian tentang sistem kegiatan bank sampah pada dua bank sampah
melati dan cilung di Bogor - Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan melibatkan
60 orang responden dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan
transaksi dan kegiatan non transaksi bank sampah dapat berpengaruh signifikan
terhadap perilaku pengelolaan sampah rumah tangga serta bank sampah tidak
mempengaruhi pendapatan rumah tangga secara signifikan namun dapat
memberikan tambahan pendapatan bagi rumah tangga responden.
Penelitian Nugrah (2018) mengenai ”Persepsi dan Partisipasi Masyarakat
Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Melalui Bank Sampah di Jakarta
Selatan”. Peneliti melakukan kajian tentang peran serta aktif masyarakat untuk
menciptakan sistem persampahan kota yang lebih komprehensif pengelolaannya
berdasarkan prinsip “reduce, reuse, recycle”. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk (1) mengidentifikasi persepsi masyarakat dan partisipasi dalam pengelolaan
sampah rumah tangga, (2) menganalisis hubungan antara faktor internal dan
eksternal dari individu dengan persepsi tentang pengelolaan sampah rumah
tangga, dan (3) menganalisis hubungan antara persepsi masyarakat dan partisipasi
dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden memiliki persepsi positif dan partisipasi yang tinggi dalam pengelolaan
sampah rumah tangga.
Penelitian Abila (2019) mengenai ”The Perceived Role of Financial
Incentives in Promoting Waste Recycling—Empirical Evidence from Finland”.
Peneliti melakukan kajian tentang persepsi konsumen terkait peran insentif
keuangan dalam mempengaruhi daur ulang limbah padat perkotaan bahan di
Finlandia. Studi ini juga mempertimbangkan pendorong untuk mendaur ulang
limbah padat perkotaan di dasar faktor perubahan perilaku, seperti risiko
lingkungan, ekonomi perilaku, sumber daya nilai, manfaat ekonomi, kenyamanan,
pengetahuan, undang-undang dan kepercayaan. Studi ini menyelidiki pengenalan
37
insentif keuangan untuk sampah daur ulang lainnya diperlukan untuk
meningkatkan partisipasi konsumen dalam daur ulang limbah padat perkotaan,
diman hasil empiris dari studi menegaskan bahwa peran insentif keuangan penting
dalam mempercepat daur ulang sampah kota, hal ini menjadi penting dalam
memastikan pengelolaan sampah yang berkelanjutan di Finlandia.
Penelitian oleh Jinkyung Oh (2020) mengenai ”Collective Action in Waste
Management: A Comparative Study of Recycling and Recovery Initiatives from
Brazil, Indonesia, and Nigeria Usingthe Institutional Analysis and Development
Framework”. Penelitian ini menganalisis perilaku masyarakat dalam
melaksanakan daur ulang sampah dengan studi perbandingan dari tiga negara
yaitu Brazil, Indonesia dan Nigeria menggunakan Institutional Analysis and
Development /IAD dengan mengambil tiga kota yaitu Curitiba di Brazil, Padang
di Indonesia dan Akure di Nigeria. Alasan utama pemilihan ketiga kota ini adalah
karena ketiga kota tersebut mengalami beberapa bentuk perubahan kebijakan
pengelolaan sampah yang sebelumnya sudah mempunyai kegiatan daur ulang.
Penelitian ini fokus pada melihat program daur ulang terkait dengan ilmu
ekonomi dan ilmu sosial. Kesimpulan dan pengamatan dibuat setelah studi
komparatif kualitatif dari tiga kasus dari Curitiba, Brasil, Padang, Indonesia, dan
Akure, Nigeria. Gerakan Bersama daur ulang sampah dapat dilaksanakan karena
konsep ekonomi karena dengan Gerakan daur ulang sampah, dapat memberi
manfaat kepada ekonomi lokal. Manfaat ini menjadi alasan kuat yang menyatukan
masyarakat dalam mencapai tujuan bersama. Seperti yang terlihat dalam studi
kasus dari Curitiba, Brasil, dalam mempromosikan daur ulang di lingkungan
berpenghasilan rendah atau pemukiman tidak terencana yang memiliki
infrastruktur sampah terbatas Tata pengelolaan yang terdesentralisasi lebih
fleksibel untuk berhasil dalam inisiatif daur ulang, dapat memainkan peran
penting dalam meningkatkan komunikasi yang diperlukan untuk mempertahankan
aksi bersama. Sejalan dengan kemitraan pemangku kepentingan, keterbatasan
sumber daya dapat diatasi melalui kemitraan publik-swasta.
Penelitian Debrah dkk (2021) mengenai ”Meningkatkan Kesadaran tentang
Pengelolaan Sampah Padat melalui Pendidikan Formal untuk Keberlanjutan:
Tinjauan Bukti Negara Berkembang”. Peneliti melakukan kajian tentang
38
pengelolaan Sampah Padat. Bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
studi pengetahuan, kesadaran, sikap, dan praktik lingkungan tentang SWM dari
tahun 2010 hingga 2019 di negara berkembang. Tinjauan ini mengungkapkan
bahwa kurangnya pendidikan lingkungan di sebagian besar negara berkembang
disebabkan oleh rapuhnya kurikulum lingkungan praktis para guru untuk
menanggapi isu-isu lingkungan modern untuk pembangunan berkelanjutan dan
produksi bersih. Untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan antara pemuda
dan orang tua.
Penelitian oleh Shevchenko dkk (2021) mengenai ”Menuju Sistem E-Waste
Cerdas Memanfaatkan Peserta Rantai Pasokan dan Peta Online Interaktif”.
Peneliti melakukan kajian tentang pengelolaan limbah elektronik (e-waste)
dengan tujuan untuk mencari solusi progresif di bidang pengumpulan limbah
elektronik dengan biaya transportasi dan infrastruktur yang mendekati nol dan
meminimalkan upaya konsumen menuju peningkatan efisiensi pengelolaan
limbah elektronik dan tingkat pengumpulan. Artikel tersebut mengembangkan
sistem balik cerdas baru untuk limbah elektronik dari pengguna ke perusahaan
daur ulang berdasarkan peluncuran peta online interaktif permintaan pengumpulan
konsumen dan keterlibatan layanan pengiriman kota dalam pengumpulan limbah
elektronik. Dalam sistem pembalik limbah elektronik cerdas yang diusulkan dan
diilustrasikan, kendaraan layanan pengiriman dapat dianggap sebagai titik
pengumpulan seluler potensial, yang dapat mengumpulkan limbah elektronik dan
mengirimkannya ke perusahaan khusus hampir tanpa penyimpangan dari rute
yang direncanakan.
Penelitian oleh Ncube dkk (2021) mengenai ”Tinjauan Industri
Pembangkitan Sampah Plastik di dan Pengemasan Makanan Manajemen”.
Peneliti melakukan kajian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
penggunaan, pembuangan dan pengaturan plastik kemasan makanan. Sebagian
besar sampah plastik ini telah menemukan jalannya ke lingkungan yang
mencemari tanah, air, dan rantai makanan. Industri makanan didorong untuk
mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang bahan kemasan.
Pendekatan holistik untuk pengelolaan sampah perlu melibatkan semua pemangku
kepentingan yang bekerja untuk mencapai ekonomi sirkular. Pendekatan yang
39
kuat untuk mencegah polusi hari ini daripada menangani limbah di masa depan
harus diadopsi terutama di Afrika di mana terdapat pertumbuhan populasi yang
tinggi.
Penelitian Liu dkk (2021) mengenai ”Analisis Efisiensi Berbagai Rute
Pengumpulan Limbah Peralatan Listrik dan Elektronik: Studi Kasus Berfokus
pada Jalur Pengumpulan Limbah Telepon Seluler di Area Tohoku Jepang”.
Peneliti melakukan kajian tentang Waste Mobile Phones (WMP) dihasilkan di
Jepang, dimana meskipun banyak pemangku kepentingan telah mengembangkan
rute pengumpulan WMP, status saat ini rute pengumpulan WMP ini tidak jelas.
Untuk meningkatkan tingkat pengumpulan WMP di kota-kota dengan kepadatan
penduduk tinggi, menggunakan rute pengumpulan pemerintah daerah dan
memasang stasiun pengumpulan pendaur ulang resmi dianggap lebih efektif,
selanjutnya operator telekomunikasi didorong untuk berpartisipasi dalam bisnis
pengumpulan WMP, tetapi mereka harus mencari cara untuk memantau rute aliran
telepon bekas yang mereka ekspor dan mendorong daur ulang yang tepat dari
telepon yang diekspor.
Penelitian oleh Gibovic (2021) mengenai ”Incentives for Plastik Recycling:
How to Engage Citizens in Active Collection. Empirical Evidence from Spain”.
Peneliti melakukan kajian tentang proyek percontohan dilaksanakan dan token
hadiah virtual yang disebut RECICLOS dibuat untuk mendorong daur ulang di
antara keluarga, menggunakan insentif dan penghargaan untuk meningkatkan
perilaku daur ulang dan prototipe aplikasi web untuk mendaftarkan plastik daur
ulang. Pada akhir proyek percontohan 6 minggu, 1053 keluarga terdaftar pada
skema, mewakili 10% dari populasi yang ditargetkan di daerah percontohan
county Pla de l'Estany, Catalonia, Spanyol. Hasilnya menunjukkan bahwa orang
dapat dipengaruhi dan kebiasaan daur ulangnya diubah dengan cara yang
bervariasi, efektif, dan inovatif skema insentif.
Penelitian oleh Anne W. M. Ng, Srenghang Ly, Nitin Muttil dan Cuong
Ngoc Nguyen (2021) mengenai ”Issues and Challenges Confronting the
Achievement of Zero Plastik Waste in Victoria, Australia”. Peneliti melakukan
kajian untuk mempelajari pengelolaan sampah pada saat ini dan merencanakan
serta mengembangkan model simulasi pengelolaan sampah serta mengalihkan
40
sampah dari tempat pembuangan sebesar 80% pada tahun 2030. Hasil dari model
dihasilkan dengan menggunakan enam pertimbangan utama, termasuk: tingkat
konsumsi plastik, sampah ke tempat pembuangan akhir, tingkat pengalihan,
tingkat daur ulang, akumulatif relatif usaha, dan biaya. Temuan studi ini
menunjukkan bahwa rencana Victoria saat ini untuk mencapai 80% tingkat
pengalihan pada tahun 2030 adalah mungkin.
Penelitian oleh ”Kamran Rousta, Liu Zisen dan Coralie Hellwig (2020)
mengenai ”Household Waste Sorting Participation in Developing Countries — A
Meta-Analysis”. Artikel ini membahas upaya untuk meningkatkan pengelolaan
sampah di negara berkembang, serta bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi partisipasi dalam pemilahan sampah rumah tangga.
Penelitian dilakukan dengan menganalisis dua belas faktor-faktor yang
mempengaruhi, dimana ditemukan beberapa faktor-faktor yang paling kuat dalam
mempengaruhi persepsi masyarakat tentang pemilahan sampah paling
berpengaruh dalam mendorong partisipasi dalam pemilahan sampah rumah tangga
di negara berkembang adalah sikap, norma moral, norma subjektif, dan kontrol
perilaku yang dirasakan. Sedangkan faktor sosio-demografi faktor memiliki
pengaruh paling lemah terhadap partisipasi dalam pemilahan sampah di negara
berkembang meskipun banyak penelitian tentang faktor-faktor tersebut, sehingga
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk rekomendasi
dan saran kebijakan tentang promosi pengelolaan sampah berkelanjutan melalui
pemilahan sampah rumah tangga di negara berkembang.
Penelitian Justice Kofi Debrah, Diogo Guedes Vidal dan Maria Alzira
Pimenta Dinis (2021) mengenai ”Raising Awareness on Solid Waste Management
through Formal Education for Sustainability: A Developing Countries Evidence
Review”. Pada artikel ini, penelitian yang dilakukan berkaitan dengan
Pengelolaan Sampah Padat (PSP) dikarenakan PSP dapat menjadi masalah
multisektor yang terdiri dari sektor politik, sosial ekonomi, kelembagaan, dan
aspek lingkungan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah karena
pertumbuhan kota yang eksponensial, itu telah menjadi salah satu masalah paling
signifikan yang dihadapi oleh ruang perkotaan di negara berkembang. Pada
penelitian ini juga akan dipelajari kesenjangan pemahaman terhadap lingkungan
41
di kalangan pemuda dan orang tua di negara-negara berkembang yang dapat
berkontribusi pada masalah. Untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan
antara pemuda dan orang tua di PSP maka pendidikan lingkungan yang
berkelanjutan harus diintegrasikan ke sekolah-sekolah pada semua tingkatan di
negara berkembang.
Penelitian oleh Wulandari dan Narmaditya (2017) mengenai ”Waste Bank:
Waste Management Model in Improving Lokal Economy”. Penelitian ini
membahas bank Sampah sebagai salah satu alternatif model pengelolaan sampah
di upaya untuk mengurangi masalah sampah dan meningkatkan ekonomi. Model
manajemen ini melibatkan peran masyarakat/masyarakat dalam partisipasi
bersama dalam menciptakan yang lebih baik ekonomi lokal. Model pengelolaan
sampah menekankan pada aktif peran masyarakat, baik sebagai nasabah,
pengelola bank sampah serta mendorong masyarakat dalam meningkatkan
perekonomian daerah. Persepsi masyarakat terhadap model pengelolaan bank
Sampah adalah model alternatif untuk mengatasi permasalahan sampah dan
Pemberdayaan masyarakat. Sebagian besar orang mendapat manfaat dari bank
sampah ini meski tidak terlalu besar namun dampaknya terasa langsung dan
lingkungan mereka menjadi bersih dan hijau. Dampak yang yang diperoleh
dengan adanya bank sampah diwujudkan secara sinergis antara masyarakat, bank
sampah dan pemerintah dalam mewujudkan program pemerintah dan
pemberdayaan masyarakat. Dengan efek sinergi yang diperoleh dengan
meningkatkan perekonomian lokal, lingkungan bersih, dan pemberdayaan
masyarakat melalui masyarakat melalui kerajinan yang memiliki nilai ekonomi.
Penelitian Khair dkk (2019) mengenai ”Material Flow Analysis of Waste
Bank Activities In Indonesia: Case Study of Medan City Studi” tersebut
melibatkan pengumpulan data sekunder dan primer. Data sekunder yang
dikumpulkan melibatkan gambaran umum wilayah studi, jumlah, status, dan
lokasi bank sampah. Data primer meliputi wawancara dan lapangan penelitian
pada bank sampah terpilih. Yang penting survei dan pendataan dilakukan dari
Desember 2017 hingga April 2018. Menggunakan Metodologi Analisis Aliran
Material (MFA), temuan penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah total bahan
masukan, 87,4% adalah sampah yang dapat didaur ulang dan 12,6% air. Sebagai
42
salah satu bagian dari pengelolaan sampah, bank sampah harus terus berinovasi
dan berbenah perbaikan. Selain masyarakat, pemerintah juga berperan penting
dalam mendukung masa depan bank sampah. Pemerintah berperan dalam
menyediakan pengelolaan mendukung pelatihan, regulasi, pedoman, sistem atau
pendanaan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Indonesia 18/2008
tentang Pengelolaan Sampah. Penelitian ini menemukan bahwa aktivitas bank
sampah masih tradisional, yaitu kurangnya adopsi teknologi. Ke depan, bank
sampah harus lebih banyak efisien dan mampu mengelola sejumlah besar limbah
jika mereka menggabungkan alat-alat inovatif karena potensi limbah yang dapat
didaur ulang sangat besar. MFA kegiatan bank sampah memberikan pemahaman
tentang penggunaan sumber daya. Kedepannya perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut yang mencakup sampah yang dapat didaur ulang dari “buaian sampai
kuburan” dalam skala kota atau regional.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan, penelitian yang telah
ada mengenai kajian bank sampah sebagai alternatif pengelolaan sampah
domestik, adaptabilitas bank sampah, partisipasi masyarakat dalam bank sampah,
difusi inovasi program bank sampah, pengaruh bank sampah terhadap perilaku
pengelolaan sampah rumah tangga, persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga melalui bank sampah, bank sampah sebagai
salah satu alternatif model pengelolaan sampah dan aktivitas bank sampah.
Penelitian lainnya yaitu mengenai pengelolaan sampah rumah tangga
berbasis masyarakat, pendapat publik terhadap manajemen sampah, peran insentif
keuangan dalam mempercepat daur ulang sampah, kesadaran tentang pengelolaan
sampah padat, pengelolaan limbah elektronik, industri pembangkitan sampah
plastik dan manajemen pengemasan makanan, efisiensi berbagai rute
pengumpulan limbah, insentif pengelolaan sampah plastik, tantangan zero plastik
waste, partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga dan
meningkatkan kesadaran masyarakan tentang pengelolaan sampah. Berdasarkan
beberapa penelitian tersebut, belum dilakukan penelitian mengenai model
pengelolaan bank sampah.
43
2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian
Induk
Karakteristik
Bank Sampah Unit
44
Faktor Dominan
Model Pengelolaan
45
3. METODE PENELITIAN
46
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada bank sampah induk Kota
Pekanbaru. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Pekanbaru, Bank Sampah induk pada tahun 2021 berjumlah 4 Bank Sampah
Induk (BSI) dengan jumlah Bank Sampah Unit (BSU) 277.
Waktu penelitian direncanakan dalam waktu 12 bulan yaitu dimulai bulan
Januari 2022 sampai dengan Februari 2023.
Kualitas penelitian sangat ditentukan dengan data, dan hal yang paling
memengaruhi kualitas data adalah sumber data tersebut ditetapkan dan cara
mendapatkannya. Pada penelitian ini ada dua jenis data yang akan digunakan
yaitu data primer dan data sekunder.
47
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah suatu objek atau dokumen original/ material mentah
dari pelaku (Silalahi, 2009: 289). Penelitian ini menggunakan data primer
yang didapat dari wawancara informan. Jenis data primer merupakan data
yang diperoleh secara langsung dari sumber data. Jenis data primer yang akan
diambil yaitu terkait dengan karakteristik bank sampah, serta program bank
sampah ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sumber data
primer didapatkan dari hasil wawancara kepada direktur bank sampah yang
paham akan pelaksanaan operasiobal bank sampahnya, pejabat dinas
Lingkungan Hidup yang membidangi bank sampah serta hasil suvery
langsung terhadap informan. Survey dilakukan dengan instrumen survey
seperti kuisioner yang disebarkan kepada nasabah BSI dan BSU.
Karakteristik bank sampah yang akan dianalisis yaitu:
a. Perencanaan
1) Sarana dan prasarana (kuesioner, wawancara dan observasi)
2) Sistim penjemputan sampah (kuesioner dan wawancara)
3) Sistim menabung sampah (kuesioner dan wawancara)
4) Jam operasional bank sampah (kuesioner dan wawancara)
5) Pengaturan jenis tabungan sampah (kuesioner, wawancara dan
observasi)
6) Rekening Bank sampah (kuesioner, wawancara dan observasi)
7) Sistim pencairan tabungan (kuesioner, wawancara dan observasi)
8) Penjualan tabungan sampah (wawancara dan observasi)
9) Wilayah penanganan (wawancara dan observasi)
10) Jadwal dan mekanisme pengumpulan sampah (wawancara dan
observasi)
b. Pengorganisasian
1) Pengurus bank sampah (wawancara dan observasi)
2) Pembagian tugas (wawancara dan observasi)
3) Jam kerja dan lembur (wawancara dan observasi)
4) Disiplin kerja (wawancara)
5) Sistim penggajian pengurus bank sampah (wawancara)
48
6) Mitra kerjasama (wawancara)
c. Pengarahan
1) Pengarahan oleh DLHK (wawancara)
2) Bimbingan teknis atau didikan kilat pengurus bank sampah
(wawancara)
d. Pengendalian
1) Pencatatan jenis dan volume sampah (kuesioner dan observasi)
2) Monitoring perkembangan jumlah nasabah (observasi)
3) Pengendalian keuangan (observasi)
4) Keluar masuk tabungan sampah (kuesioner dan observasi)
5) Evaluasi tahunan, bulanan, mingguan (observasi)
e. Aspek Ekonomi
1) Penetapan harga sampah (kuesioner dan wawancara)
2) Sistem bagi hasil keuntungan (wawancara)
f. Aspek Sosial
1) Sosialisasi (kuesioner dan wawancara)
2) Kerjasama (wawancara)
3) Kepedulian masyarakat (wawancara)
g. Aspek Lingkungan
1) Pengurangan timbulan sampah (kuesioner dan wawancara)
2) Kesadaran peduli lingkungan (kuesioner dan wawancara)
2. Sumber Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua
atau dari sumber sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan
(Silalahi. 2009: 291). Data sekunder yang diambil adalah jumlah pengurangan
sampah di Kota Pekanbaru, data proyeksi timbulan sampah, struktur
organisasi Bank Sampah, serta SOP Bank Sampah Unit dan Bank Sampah
Induk. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari dokumen Jakstrada
Kota Pekanbaru, Masterplane Pengelolaan Sampah Kota Pekanbaru, Renstra
Kota Pekanbaru, data bank sampah induk. Sumber sekunder yang berkaitan
dengan penelitan ini akan diperoleh dari pihak-pihak terkait seperti halnya
Bank Sampah Unit dan Bank Sampah Induk, Dinas Lingkungan Hidup dan
49
Kebersihan Kota Pekanbaru, Badan Perencanaan Pembangunan dan Pusat
Pengendalian dan Pengelolaan Ekoregion Sumatera (P3ES) Wilayah Sumatera
Kementrian Lingkungan Hidup
50
Teknik pengumpulan data kuantitaf yang digunakan yaitu menyebarkan
kuisioner kepada responden yang telah ditentukan berkaitan dengan pengelolaan
bank sampah. Kuesioner digunakan untuk melakukan kajian terhadap perencanan,
pengendalian, ekonomi, sosial dan lingkungan.
Salah satu Teknik yang digunakan dalam memperoleh sasaran dan objek
penelitian ini adalah purposive sampling, yakni pengambilan sampel atau
informan hanya pada individu yang didasarkan pada pertimbangan dan
karakteristik tertentu.
Pengambilan sampel dengan Teknik ini dilakukan dengan cara
mengusahakan dalam sampel tersebut terdapat wakil-wakil dari segala lapisan
populasi sehingga dapat dianggap cukup representative. Berdasarkan Teknik ini
maka didapat informan 47 orang dengan rincian sebagaimana tertera pada tabel
berikut.
Tabel 2. Informan Penelitian
51
Pejabat Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru. Sedangkan
pengumpulan data penelitian melalui survey dengan menyebarkan kuisioner
dilakukan terhadap 150 informan yaitu 150 nasabah bank sampah.
Pemilihan informan didasari pertimbangan bahwa informan dianggap
peneliti paling mengetahui mengenai permasalahan yang akan diteliti saat ini. Hal
ini dikarenakan bahwa informan tersebut memiliki keterkaitan yang besar
terhadap masalah yang akan diteliti. Kriteria dari informan yang dipilih yaitu
memiliki kriteria yang berdasarkan ketentuan yang telah peneliti tentukan untuk
kemudian dipertimbangkan oleh peneliti, sesuai dengan keterkaitan mereka
dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian
adalah orang-orang pilihan peneliti yang dianggap terbaik dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan.
52
c. Jam kerja dan lembur
d. Disiplin kerja
e. Sistim penggajian pengurus bank
sampah
f. Mitra kerjasama
3. Pengarahan a. Pengarahan DLHK
b. Bimtek/diklat pengurus bank
sampah
4. Pengendalian a. Pencatatan jenis dan volume
sampah
b. Monitoring perkembangan jumlah
nasabah
c. Pengendalian keuangan
d. Evaluasi tahunan, bulanan,
mingguan
2. Ekonomi 1. Penetapan harga a. Harga sampah hasil olahan di
sampah. bank sampah
b. Harga sampah hasil daur ulang
2. Sistim bagi hasil a. Bagi hasil kepada nasabah
keuntungan
3. Sosial 1. Sosialisasi a. Sosialisasi kepada masyarakat
2. Kerjasama a. Peran dan bantuan pemerintah
b. Kerjasama antar bank sampah
3. Kepedulian a. Jumlah nasabah
masyarakat b. Pengetahuan masyarakat tentang
bank sampah
4. Lingkungan 1. Pengurangan a. Reduce
timbulan sampah b. Reuse
c. Recycle
2. Kesadaran peduli a. Pengaruh bank sampah terhadap
lingkungan kebersihan lingkungan
b. Peningkatan volume tabungan
sampah
c. Peningkatan jumlah nasabah
5. Pengelolaan 1. Pemanfaatan a. Pemanfaatan kembali sampah
Bank Sampah Sampah b. Pemasaran dan penjualan produk
sampah
2. Penanganan Sampah a. Pemilahan
b. Pengumpulan
c. Pengolahan
53
berbagai keadaan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dan metode serta
teknis analisis yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan secara
praktis.
Karakteristik bank sampah yang akan dianalisis yaitu:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan penetapan terlebih dahulu apa yang akan
dikerjakan dalam batas waktu tertentu untuk memperoleh hasil tertentu
dengan menggunakan faktor-faktor tertentu. Perencanaan pada penelitian ini
ditinjau mulai dari :
1) Sarana dan prasarana
2) Sistim penjemputan sampah
3) Sistim menabung sampah
4) Jam operasional bank sampah
5) Pengaturan jenis tabungan sampah
6) Rekening Bank sampah
7) Sistim pencairan tabungan
8) Penjualan tabungan sampah
9) Wilayah penanganan
10) Jadwal dan mekanisme pengumpulan sampah
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian disini adalah adanya pembagian tugas dalam
manajemen sampah, yang diukur dari :
1) Pengurus bank sampah
2) Pembagian tugas
3) Jam kerja dan lembur
4) Disiplin kerja
5) Sistim penggajian pengurus bank sampah
6) Mitra kerjasama
c. Pengarahan
Pengarahan (Direction) adalah suatu kegiatan untuk membuat orang atau
pihak lain menjalankan apa yang diperintahkan dengan menggunakan
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka
54
panjang. Aspek pengarahan dinilai dari:
1) Pengarahan oleh DLHK
2) Bimbingan teknis atau didikan kilat pengurus bank sampah
d. Pengendalian
Pengendalian merupakan pengukuran dan perbaikan terhadap
pelaksanaan kerja, agar rencana – rencana yang telah dibuat untuk mencapai
tujuan dapat diselenggarakan. Pengendalian bertujuan agar proses pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan ketentuan – ketentuan dari rencana. Pengendalian
dinilai dari:
1) Pencatatan jenis dan volume sampah
2) Monitoring perkembangan jumlah nasabah
3) Pengendalian keuangan
4) Keluar masuk tabungan sampah
5) Evaluasi tahunan, bulanan, mingguan
3.7.2. Menganalisis program bank sampah ditinjau dari aspek ekonomi, sosial
dan lingkungan
Analisis program bank sampah ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi akan dilakukan dengan langkah pengumpulan data,
reduksi data, display data, analisis data, pengambilan kesimpulan dan
verifikasi. Aspek ekonomi yang akan dinilai yaitu:
3) Penetapan harga sampah
a) Harga sampah hasil olahan di bank sampah
b) Harga sampah hasil daur ulang
4) Sistem bagi hasil keuntungan
a) Bagi hasil kepada nasabah
2. Aspek Sosial
Aspek sosial akan dilakukan dengan langkah pengumpulan data, reduksi
data, display data, analisis data, pengambilan kesimpulan dan verifikasi.
Aspek sosial yang akan dinilai yaitu:
1. Sosialisasi
55
1) Sosialisasi kepada masyarakat
2. Kerjasama
1) Peran dan bantuan pemerintah
2) Kerjasama antar bank sampah
3. Kepedulian masyarakat
a. Jumlah nasabah
b. Pengetahuan masyarakat tentang bank sampah
3. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan akan dilakukan dengan langkah pengumpulan data,
reduksi data, display data, analisis data, pengambilan kesimpulan dan
verifikasi. Aspek lingkungan yang akan dinilai yaitu:
a. Pengurangan timbulan sampah
a. Reduce
b. Reuse
c. Recycle
b. Kesadaran peduli lingkungan
1) Pengaruh bank sampah terhadap kebersihan lingkungan
2) Peningkatan volume tabungan sampah
3) Peningkatan jumlah nasabah
Langkah-langkah pengolahan data kualitatif yaitu:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang
terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi,
dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.
Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah berdasarkan satuan konsep,
tema, dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam
tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali
data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.
2. Display Data
Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan
dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat
56
polapola hubungan satu data dengan data lainnya.
3. Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan menggunakan SEM (Stuctural
Equation Modelling), yang mencakup kegiatan klarifikasi lambang-lambang
yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria-kriteria dalam
klarifikasi, dan menggunakan teknik analisis dalam memprediksikan. Adapun
kegiatan yang dijalankan dalam proses analisis ini meliputi: (1) menetapkan
lambang-lambang tertentu, (2) klasifikasi data berdasarkan lambang/simbol
dan, (3) melakukan prediksi atas data.
4. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah
menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data-data yang sudah diproses
atau ditransfer kedalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola pemecahan
permasalahan yang dilakukan.
5. Meningkatkan Keabsahan Hasil
a. Kredibilitas (Validitas Internal)
Keabsahan atas hasil-hasil penelitian dilakukan melalui : Meningkatkan
kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan di lapangan; Pengamatan
secara terus menerus; Trianggulasi, baik metode dan sumber untuk
mencek kebenaran data dengan membandingkannya dengan data yang
diperoleh sumber lain, dilakukan, untuk mempertajam tilikan kita terhadap
hubungan sejumlah data; Pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi,
memberikan masukan dan kritik dalam proses penelitian; Menggunakan
bahan referensi untuk meningkatkan nilai kepercayaan akan kebenaran
data yang diperoleh, dalam bentuk rekaman, tulisan, copy-an;
Membercheck, pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna
perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan
dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti.
b. Transferabilitas
Bahwa hasil penelitian yang didapatkan dapat diaplikasikan oleh pemakai
penelitian, penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi bila para
57
pembaca laporan memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas
tentang konteks dan fokus penelitian.
c. Dependabilitas dan Conformabilitas
Dilakukan dengan audit trail berupa komunikasi dengan pembimbing dan
dengan pakar lain dalam bidangnya guna membicarakan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dalam penelitian berkaitan dengan data yang
harus dikumpulkan.
6. Narasi Hasil Analisis
Pembahasan dalam penelitian kualitatif menyajikan informasi dalam
bentuk teks tertulis atau bentuk-bentuk gambar mati atau hidup seperti foto,
tabel dan grafik.
3.7.3. Merancang model pengelolaan bank sampah di Kota Pekanbaru.
Rancangan model akan dilakukan dengan cara melihat karakteristik bank
sampah, aspek ekonomi, sosial, lingkungan serta pengelolaan bank sampah dan
faktor yang dominan dapat mempengaruhi nasabah menabung di bank sampah.
Kemudian akan dilanjutkan dengan tahap perbaikan dan evaluasi.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kausalitas dan
untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini maka teknik analisis
yang digunakan adalah SEM (Stuctural Equation Modelling) yang dioperasikan
melalui program AMOS. SEM adalah teknik statistik multivariate yang
merupakan kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi (korelasi), yang
bertujuan untuk menguji hubungan - hubungan antar variabel yang ada pada
sebuah model, baik itu antar indikator dengan konstruknya, ataupun hubungan
antar konstruk.
Rancangan model pengelolaan bank sampah di Kota Pekanbaru akan
dilihat berdasarkan beberapa aspek, yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan penetapan terlebih dahulu apa yang akan
dikerjakan dalam batas waktu tertentu untuk memperoleh hasil tertentu
dengan menggunakan faktor-faktor tertentu. Perencanaan pada penelitian ini
ditinjau mulai dari :
a. Sarana dan prasarana
58
b. Sistim penjemputan sampah
c. Sistim menabung sampah
d. Jam operasional bank sampah
e. Pengaturan jenis tabungan sampah
f. Rekening Bank sampah
g. Sistim pencairan tabungan
h. Penjualan tabungan sampah
i. Wilayah penanganan
j. Jadwal dan mekanisme pengumpulan sampah
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian disini adalah adanya pembagian tugas dalam
manajemen sampah, yang diukur dari :
a. Pengurus bank sampah
b. Pembagian tugas
c. Keterlibatan perangkat RT, RW, Kelurahan
d. Jam kerja dan lembur
e. Disiplin kerja
f. Sistim penggajian pengurus bank sampah
g. Mitra kerjasama
3. Pengarahan
Pengarahan (Direction) adalah suatu kegiatan untuk membuat orang atau
pihak lain menjalankan apa yang diperintahkan dengan menggunakan
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka
panjang. Aspek pengarahan dinilai dari:
a. Pengarahan oleh DLHK
b. Bimbingan teknis atau didikan kilat pengurus bank sampah
4. Pengendalian
Pengendalian merupakan pengukuran dan perbaikan terhadap
pelaksanaan kerja, agar rencana – rencana yang telah dibuat untuk mencapai
tujuan dapat diselenggarakan. Pengendalian bertujuan agar proses pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan ketentuan – ketentuan dari rencana. Pengendalian
dinilai dari:
59
a. Pencatatan jenis dan volume sampah
b. Monitoring perkembangan jumlah nasabah
c. Pengendalian keuangan
d. Keluar masuk tabungan sampah
e. Evaluasi tahunan, bulanan, mingguan
60
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
61
1) Sarana dan prasarana
2) Sistim penjemputan sampah
3) Sistim menabung sampah
4) Jam operasional bank sampah
5) Pengaturan jenis tabungan sampah
6) Rekening Bank sampah
7) Sistim pencairan tabungan
8) Penjualan tabungan sampah
9) Wilayah penanganan
10) Jadwal dan mekanisme pengumpulan sampah
BSU
1) Sarana dan prasarana
2) Sistim penjemputan sampah
3) Sistim menabung sampah
4) Jam operasional bank sampah
5) Pengaturan jenis tabungan sampah
6) Rekening Bank sampah
7) Sistim pencairan tabungan
8) Penjualan tabungan sampah
9) Wilayah penanganan
10) Jadwal dan mekanisme pengumpulan sampah
4.2.2. Pengorganisasian
BSI
1) Pengurus bank sampah
2) Pembagian tugas
3) Jam kerja dan lembur
4) Disiplin kerja
5) Sistim penggajian pengurus bank sampah
6) Mitra kerjasama
62
BSU
1) Pengurus bank sampah
2) Pembagian tugas
3) Jam kerja dan lembur
4) Disiplin kerja
5) Sistim penggajian pengurus bank sampah
6) Mitra kerjasama
4.2.3. Pengarahan
BSI
1) Pengarahan oleh DLHK
2) Bimbingan teknis atau didikan kilat pengurus bank sampah
BSU
1) Pengarahan oleh DLHK
2) Bimbingan teknis atau didikan kilat pengurus bank sampah
4.2.4. Pengendalian
BSI
1) Pencatatan jenis dan volume sampah
2) Monitoring perkembangan jumlah nasabah
3) Pengendalian keuangan
4) Keluar masuk tabungan sampah
5) Evaluasi tahunan, bulanan, mingguan
BSU
1) Pencatatan jenis dan volume sampah
2) Monitoring perkembangan jumlah nasabah
3) Pengendalian keuangan
63
4) Keluar masuk tabungan sampah
5) Evaluasi tahunan, bulanan, mingguan
4.3. Analisis Program Bank Sampah Ditinjau dari Aspek Ekonomi, Sosial
dan Lingkungan
BSU
1) Penetapan harga sampah
a) Harga sampah hasil olahan di bank sampah
b) Harga sampah hasil daur ulang
2) Sistem bagi hasil keuntungan
a) Bagi hasil kepada pegawai
b) Bagi hasil kepada nasabah
2. Kerjasama
a. Peran dan bantuan pemerintah
b. Kerjasama antar bank sampah
3. Kepedulian masyarakat
64
c. Jumlah nasabah
d. Pengetahuan masyarakat tentang bank sampah
BSU
1. Sosialisasi
a. Sosialisasi kepada masyarakat
2. Kerjasama
a. Peran dan bantuan pemerintah
b. Kerjasama antar bank sampah
3. Kepedulian masyarakat
a. Jumlah nasabah
b. Pengetahuan masyarakat tentang bank sampah
BSU
1. Pengurangan timbulan sampah
a. Reduce
b. Reuse
c. Recycle
2. Kesadaran peduli lingkungan
65
a. Pengaruh bank sampah terhadap kebersihan lingkungan
b. Peningkatan volume tabungan sampah
c. Peningkatan jumlah nasabah
66
DAFTAR PUSTAKA
Ambrose, Gavin. Haris, Paul. 2008. Design Thinking. Harvard Business Review.
Switzerland.
67
Kristina, H.J. 2014. Model Konseptual Untuk Mengukur Adaptabilitas Bank
Sampah di Indonesia. J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, vol. 9, no. 1, pp.
19-28.
68
Shevchenko, T. Saidani, M. Danko, Y. Golysheva, I. Chovancova, J. Vavrek, R.
2021. Towards a Smart E-Waste System Utilizing Participants Supply
Chain and Interactive Online Map. Recycling Journal Vol. 6 Issue 8.
Yin, R. K.. 2004. Case Studi Research Design and Methods, diterjemahkan oleh
M,” Djauzi Muzakkir, Studi. Kasus Desain dan Metod. PT. Raja Graf.
Jakarta.
69