Anda di halaman 1dari 90

UNIVERSITAS PROF.DR.

MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

STRATEGI HUMAS MABES POLRI DALAM


MENSOSIALISASIKAN PROGRAM PENGELOLAAN
INFORMASI DOKUMENTASI GOES TO SCHOOL

Diajukan oleh :

Nama : Sultan Aulia Syarief


NIM : 2012-41-336
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai


Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skrispsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganyam para sahabatnya,

hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amiinn.

Skripsi ini berjudul “Strategi Humas Mabes Polri Dalam

Mensosialisasika Program Pengelolaan Informasi Dokumentasi (PID)

Goes To School”. PID Goes To School merupakan program terbaru dari

Humas Mabes Polri yang berisikan tentang transparasi tata cara untuk

menjadi anggota Kepolisian Republik Indonesia terhadap masyarakat

khususnya para pelajar siswa siswi Sekolah Menengah Atas (SMA).

Mengingat banyak nya masyarakat yang memiliki minat sangat tinggi

untuk bergabung sebagai anggota Polri. Maka dengan ini Humas Mabes

Polri.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman penulis, oleh karenanya dengan lapang

dada dan tang terbuka penulis siap untuk menerima kritik dan saran untuk

perbaikan penulisan sikripsi ini.

Jakarta, 4 Februari 2019

Sultan Aulia Syarief

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat


Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skrispsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganyam para sahabatnya,
hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amiinn.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berkeyakinan bahwa semua
tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua penulis, Bunda Rika Septina dan Ayah Warman Syarief
yang telah memberikan kasih sayang, kebahagiaan, dukungan,
kesabaran, do’a, dan tidak pernah lelah dalam mendidik serta
memberikan cinta yang tulus dan ikhlas keoada penulis sejak kecil.
2. Keluarga besar penulis yang telah memberikan keceriaan,
semangat, dan dukunganpenuh untuk penulis menyelesaikan
penelitian ini.
3. Prof. Dr. Dr. Dr. Rudy Harjanto, S.Ikom., MM., M.Sn. Rektor
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
4. Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM. Dekan Fakultas Ilmu Komuniasi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
5. Drs. Muminto Arief, M.Si. Dosen Pembimbing I, yang telah
memberikan pengarahan dan membimbing penulis hingga skripsi
ini dapat selesai dengan baik.
6. Drs. FX. Bambang Edhar, M.Si. Dosen pembimbing II, yang telah
memberikan pengarahan dan membimbing penulis hingga skripsi
ini dapat selesai dengan baik.
7. Seluruh dosen dan tim pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang telah memberikan
ilmu, pengarahan, dan pengalaman berharga kepada penulis.

ii
8. Seluruh Anggota Mabes Polri membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian serta memberikan bahan materi dan
informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
9. Mariska Dwi Destiantika yang tiada hentinya memberikan
semangat kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat tersayang Gorasix 2k9, Faris, Sena, Abay, Bakri,
Reygi, Vito, Abuy, Bonnie yang selalu memberikan semangat,
dukungan, motivasi yang tiada hentinya kepada penulis.
11. Teman-teman kuliah tersayang seperjuangan penulis angkatan
2012 namanya tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih
atas dukungan, do’a motivasi, semangat, dan bantuan tenaga yang
sudah diberikan kepada penulis.
12. Semua pihak yang karena keterbatasan penulis tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Terima kasih banyak semuanya atas kebaikan dan dukungan yang


telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga Allah SWT
membalasnya dengan kebaikan yang setimpal.
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan berarti serta berguna, serta memberi refrensi
baru dalam dunia Public Relations dan dalam kehidupan.

Jakarta, 4 Februari 2019

Sultan Aulia Syarief

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian ...................................... 1

1.2. Fokus Penelitian ..................................................... 6

1.3. Rumusan Masalah .................................................. 6

1.4. Tujuan Penelitian ................................................... 7

1.5. Signifikasi Penelitian ............................................... 8

1.5.1. Signifikasi Teoritis .......................................... 8

1.5.2. Signifikasi Praktis ........................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis ........................ 9

2.2 Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori....... 15

2.2.1 Pengertian Komunikasi ................................. 15

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi ..................... 18

2.2.3 Humas .......................................................... 20

2.2.4 Peran Humas ................................................ 22

iv
2.2.5 Strategi ......................................................... 24

2.2.6 Strategi Humas ............................................. 24

2.2.7 Sosialisasi ..................................................... 29

2.3 Bagan Alur Pikir ....................................................... 31

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian ........................................... 32

3.2 Pendekatan Penelitian ........................................... 37

3.3 Jenis / Format Penelitian ....................................... 38

3.4 Metode Penelitian ................................................. 41

3.5 Objek dan Subjek Penelitian .................................. 42

3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................... 42

3.7 Teknik Analisis Data .............................................. 49

3.8 Teknik Keabsahan Data ........................................ 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ..................................... 54

4.1.1 Gambaran Umum Markas Besar Kepolisian

Republik Indonesia ...................................... 54

4.1.2 Tujuan Umum Mabes Polri ............................ 55

4.1.3 Struktur Organisasi Mabes Polri .................... 58

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian .................................... 58

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ....................................... 60

v
4.3.1 Strategi Humas Mabes Polri Dalam

Mensosialisasikan Program PID Goes To

School Dengan Menggunakan 4 Step (Four

Step) ............................................................ 60

4.3.2 Strategi Humas Mabes Polri Dalam

Mensosialisasikan Program PID Goes To

School Dengan Menggunakan 7-Cs PR

Communication ............................................. 63

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ................................. 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ............................................................. 78

5.2 Saran .................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

ABSTRAK

Nama : Sultan Aulia Syarief


NIM : 2012 – 41 – 336
Konsetrasi : Hubungan Masyarakat
Judul Skripsi : Strategi Humas Mabes Polri Dalam Mensosialisasikan
Program Pengelolaan Informasi Dokumentasi (PID) Goes
To School
Jumlah Isi : 5 Bab + 79 Lembar
Bibliografi : 25 buku + 1 website
Pembimibing I : Drs. Muminto Arief, M.Si
Pembimbing II : Drs. Fx Bambang Edhar, M.Si

PID Goes To School merupakan program terbaru dari Humas Mabes


Polri yang berisikan tentang transparasi tata cara untuk menjadi anggota
Kepolisian Republik Indonesia terhadap masyarakat khususnya para pelajar
siswa siswi Sekolah Menengah Atas (SMA). Mengingat banyak nya masyarakat
yang memiliki minat sangat tinggi untuk bergabung sebagai anggota Polri.
Penelitian ini menggunakan paradigma Konstruktivisme, dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data yakni wawancara
(interview). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi Humas Mabes
Polri dalam Mensosialisasikan Program PID Goes To School, serta mengetahui
hambatan yang terjadi selama proses sosialisasi.
Pada penelitian ini landasan teori yang digunakan adalah Stategi
Humas Four Step (4step) yang memiliki elemen Defining the problem, Planning
and Programming, Taking action and communication, Evaluating the programm.
Dan Strategi Humas 7-Cs Pr Communications yang memiliki elemen Creadibility,
Contex, Content, Clarity, Continuity and Consistency, Channels, Capability of the
audience.
Hasil penelitan menunjukan bahwa sosialisasi program PID Goes To
School berdasarkan strategi humas 4 step dan 7-Cs Pr Communications yakni
bahwa sosialisasi dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
terletak di Jakarta. Target sasaran dari program PID Goes To School ialah para
pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 3. Selain itu yang terlibat langsung
dalam melakukan sosialisasi program PID Goes To School ialah Divisi Humas
Mabes Polri, khususnya biro PID bagian infodok Masyarakat menyambut dengan
antusias dengan kehadiran program PID Goes To School ini.
Kata Kunci: Strategi, Four Step & 7-Cs Pr Communications, PID Goes To
School

vii
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

ABSTRACT

Name : Sultan Aulia Syarief


NIM : 2012 – 41 – 336
Concerntration : Public Relations
Thesis Tittle : Strategy of Public Relations of the National Police
Headquarters in Socializing the Goes To School
Documentation Information Management Program (PID)
Chapters : V chapters + 79 page
Bibliografi : 25 book + 1 website
Perceptor I : Drs. Muminto Arief, M.Si
Perceptor II : Drs. Fx Bambang Edhar, M.Si

PID Goes To School is the latest program from the National Police
Headquarters Public Relations which contains about the transparency of the
procedures for becoming a member of the Republic of Indonesia Police
towards the community, especially high school students. Given the many
people who have very high interest in joining as members of the National
Police.
This study uses the Constructivism paradigm, using qualitative
descriptive research methods. this study uses a qualitative approach with
data collection techniques namely interviews. The purpose of this study was
to determine the strategy of the National Police Headquarters Public
Relations in Socializing the PID Goes To School Program, as well as knowing
the obstacles that occurred during the socialization process.
In this study the theoretical basis used is the Public Four Step Strategy
(4step) which has elements of Defining the problem, Planning and
Programming, Taking action and communication, Evaluating the programm.
And the 7-Cs PR Communications Pr Strategy that has the elements
Creadibility, Contex, Content, Clarity, Continuity and Consistency, Channels,
Capability of the audience.
The research results show that the socialization of the PID program
Goes To School is based on the 4-step public relations strategy and 7-Cs Pr
Communications, namely that socialization is carried out in several high
schools located in Jakarta. The target of the PID Goes To School program is
the 3rd grade high school students. In addition, those who are directly
involved in the PID program socialization Goes To School are the Police
Headquarters Public Relations Division, especially the infodok PID bureau.
the PID Goes To School program.

Keywords: Strategy, Four Step & 7-Cs Pr Communications, PID Goes To


School

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Hubungan masyarakat adalah suatu usaha yang sengaja

dilakukan, direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan

saling pengertian antara sebuah lembaga/institusi dengan masyarakat.

Sekaligus menganalisa kecenderungan, meramalkan konsekuensinya,

memberikan pengarahan kepada pimpinan institusi/lembaga dan

melaksanakan program-program terencana yang dapat memenuhi

kepentingan baik institusi maupun lembaga tersebut maupun masyarakat

yang terkait. Kegiatan Humas di pemerintahan diartikan sebagai pemberi

informasi kepada masyarakat sekaligus penghubung antara pemerintah

dan masyarakat.

Seorang Humas harus bisa menangani setiap persoalan secara

professional agar hasil akhir yang menjadi target Humas yaitu

memperoleh positive image building (pembentukan citra positif), good

image (etikad baik) dan favorable public opinion (opini public yang

menguntungkan) terhadap pemerintah menjadi tercapai.

Seorang Humas itu mengandalkan strategi, yakni agar organisasi

disukai oleh pihak-pihak yang berhubungan. Pihak yang berhubungan

dengan organisasi ini dalam Humas disebut stake holders atau mereka

yang mempertaruhkan hidupnya pada dan untuk organisasi. Mereka pun

1
disebut target publik organisasi. Mereka semua membentuk opini di dalam

masyarakat dan dapat mengangkat atau menjatuhkan citra dan reputasi

organisasi.

Strategi dalam komunikasi humas merupakan perpaduan antara

communication planning (perencanaan komunikasi) dan management

communication (komunikasi manajemen). Tujuan Humas adalah mengacu

kepada kepentingan pencapaian sasaran (target) atau tujuan untuk

menciptakan suatu citra dan reputasi postitif suatu lembaga.

Pembentukan, pemeliharaan dan peningkatan citra dan reputasi positif

harus didukung kebijakan dan komitmen pimpinan puncak. Kemampuan

berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan adalah salah satu

penyampaian pesan, ide, dan gagasan program kerja, dan sekaligus

membentuk opini atau menguasai pendapat umum sesuai dengan yang

diinginkan komunikator.

Menurut pendapat ahli komunikasi Bernard Berelson dan Garry

A.Stainer dalam Deddy Mulyana (2005:68) mendefinisikan bahwa

komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan

dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata,

gambar, bilangan, grafik dan lain-lain. Kegiatan atau penyampaiannya

biasanya dinamakan komunikasi. Sementara sosialisasi merupakan salah

satu dari sekian banyak kegiatan komunikasi. Komunikasi sosial adalah

“salah satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana komunikasi

terjadi secara langsung antara komunikator dan komunikan, sehingga

2
situasi komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada

pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah

aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas” (Bungin, 2013: 32). Dari

pernyataan tersebut, lebih dikarenakan titik pangkal dari suatu komunikasi

sosial adalah bahwa komunikator dan komunikan perlu seiya sekata

tentang materi yang akan dibahas dalam kegiatan komunikasi yang akan

dilangsungkan.

Melalui komunikasi sosial, kelangsungan hidup sosial seperti,

stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang

diagungkan oleh masyarakat, dari suatu kelompok sosial akan terjamin.

Sosialisasi komunikasi memberikan penerangan terus-menerus

serta pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan

atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang

berkesinambung dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang

positif. Selain itu dilakukan secara berencana, sistematis, memotivasi,

psikologis dan dilakukan berulang-ulang serta kontinu.

Salah satu kegiatan sosialisasi komunikasi yaitu yang dilakukan

oleh PID Humas Mabes Polri yakni biro Pengelolaan Informasi

Dokumentasi, yang berada dibawah naungan Humas Mabes Polri yaitu

mengenai keterbukaan informasi publik polri melalui kegiatan Pengelolaan

Informasi Dokumentasi (PID) Goes To School.

PID Goes To School merupakan program terbaru dari Humas

Mabes Polri yang berisikan tentang transparasi tata cara untuk menjadi

3
anggota Kepolisian Republik Indonesia terhadap masyarakat khususnya

para pelajar siswa siswi Sekolah Menengah Atas (SMA). Mengingat

banyak nya masyarakat yang memiliki minat sangat tinggi untuk

bergabung sebagai anggota Polri. Maka dengan ini Humas Mabes Polri

melalui biro Pengelolaan Informasi Dokumentasi (PID) membuat sebuah

program yakni PID Goes To School yang dapat membantu untuk

memberikan informasi secara jelas dan tepat mengenai tata cara

penerimaan calon anggota polri kepada masyarakat.

Keterbukaan informasi publik polri ini mengacu pada Undang –

Undang Nomor 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik

(KIP), menjadi titik tolak terhadap aspek legalitas, upaya masyarakat

dalam mencari, memilih sumber dan menyalurkan informasi yang faktual

dan dapat dipercaya. Dengan diberlakukan UU KIP, badan – badan

publik, pada konteks ini institusi POLRI harus memahami substansi yang

terdapat didalamnya, agar dapat menyelaraskan dengan upaya

pemerintah, dalam menciptakan masyarakat informasi yang demokratis.

Dengan menerapkan mekanisme akses informasi publik yang efisien,

cepat dan terjangkau publik maupun pers, maka Kepolisian Negara

Republik Indonesia diharapkan menjadi lembaga pemerintah yang peduli

terhadap transparansi informasi untuk kesejahteraan dan keadilan

masyarakat.

Instansi Pemerintah dalam hal ini ialah Kepolisian Republik

Indonesia sebagai badan publik, wajib menyediakan informasi dibawah

4
kewenangannya, yang mengandung kebenaran dan mudah dijangkau

oleh masyarakat. Informasi Publik yang harus diumumkan secara berkala

meliputi: informasi yang berkaitan dengan badan publik, kinerja, laporan

keuangan dan informasi lain yang diatur oleh peraturan perundangan.

Kewajiban memberikan dan menyampaikan informasi public paling singkat

6 (enam) bulan sekali. Disampaikan dengan cara yang mudah dipahami

masyarakat ataupun pengguna informasi.

Perwujudan dari azas keterbukaan informasi publik, adalah

memberikan hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,dan

berguna untuk mengetahui kinerja badan publik yang sebagian atau

seluruh dananya bersala dari pemerintah maupun masyarakat.

Transparansi informasi penting untuk meningkatkan citra lembaga, karena

esensi dari keterbukaan adalah kejujuran dan konsistensui dalam

menjalankan tugas dan tanggungjawab.

Upaya untuk menjalankan keterbukaan informasi harus didukung

oleh kemauan yang bersungguh - sungguh dari badan publik, tanpa

khawatir terhadap dampak negatif terhadap keterbukaan. Kendati

demikian, keterbukaan bukan tindakan yang mudah dijalankan, mengingat

secara kultural, justru jargon – jargon ketertutupan masih menjadi

primadona dalam birokrasi pemerintahan maupun masyarakat pada

umumnya.

Berdasarkan hal diatas maka timbulah ketertarikan penulis pada

kegiatan sosialisasi keterbukaan informasi publik yang di usung Humas

5
Mabes Polri. Maka penulis memilih judul STRATEGI HUMAS MABES

POLRI DALAM MENSOSIALISASIKAN KETERBUKAAN INFORMASI

PUBLIK POLRI MELALUI KEGIATAN PENGELOLAAN INFORMASI

DOKUMENTASI (PID) GOES TO SCHOOL.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan oleh penulis, fokus

penelitian hanya diarahkan untuk mengetahui Strategi Kegiatan

Komunikasi Humas Mabes Polri dalam mensosialisasikan informasi

keterbukaan publik polri melalui kegiatan Pengelolaan Informasi

Dokumentasi (PID) Goes To School. Oleh karena itu dalam penelitian ini

penulis akan membatasi penelitian pada Strategi Kegiatan Komunikasi

Humas Mabes Polri dalam mensosialisasikan informasi keterbukaan

publik polri melalui kegiatan Pengelolaan Informasi Dokumentasi (PID)

Goes To School.

Penelitian ini dilakukan di Markas Besar Kepolisian Republik

Indonesia yang beralamat di Jalan Trunojoyo No. 3 RT 002 / RW 001,

Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.12110. Dengan alasan

ketertarikan penulis terhadap Keterbukaan informasi publik yang

disosialisasikan oleh Humas Mabes Polri melalui kegiatan Pengelolaan

Informasi Dokumentasi (PID) Goes To School.

6
1.3 Rumusan Masalah

Perumusan masalah adalah suatu usaha untuk menyatakan secara

tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang perlu dijawab atau

dicarikan jalan keluar atau pemecahan masalah.

Jadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana

Strategi Kegiatan Komunikasi Humas Mabes Polri dalam

mensosialisasikan informasi keterbukaan publik polri melalui kegiatan

Pengelolaan Informasi Dokumentasi (PID) Goes To School?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah “Pernyataan mengenai apa yang hendak

kita capai” (Usman & Setiady, 2009:30). Pada umumnya tujuan penelitian

berisi pernyataan yang berhubungan dengan pencarian solusi

permasalahan yang sedang dihadapi.

Jadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Strategi Kegiatan Komunikasi Humas Mabes

Polri dalam mensosialisasikan informasi keterbukaan publik polri

melalui kegiatan PID Goes To School.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan pada pelaksanaan

Strategi Komunikasi Humas Mabes Polri dalam mensosialisasikan

informasi keterbukaan publik polri melalui kegiatan PID Goes To

School.

7
1.5 Signifikasi Penelitian

1.5.1. Signifikasi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

perkembangan ilmu komunikasi mengenai sosialisasi informasi

keterbukaan publik polri yang dilakukan oleh humas Mabes polri, guna

dijadikan refrensi bermanfaat bagi penelitian yang sejenis serta untuk

membuktikan teori-teori yang peneliti gunakan berhubungan dengan

kenyataan di lapangan (obyek penelitian).

1.5.2. Signifikasi Praktis

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis

untuk memeperkaya pengetahuan dan wawasan dibidang Humas

terutama mengenai peran dan fungsi Humas dalam mensosialisasikan

informasi keterbukaan publik polri melalui kegiatan PID Goes To School.

Selain itu diharapkan pula penelitian ini memberikan manfaat bagi Humas

Mabes Polri dan Kepolisian Republik Indonesia pada masyarakat guna di

jadikan sebagai refrensi dalam menjalani masalah ataupun memberikan

informasi yang dibutuhkan masyarakat untuk memahami program

keterbukaan informasi publik polri yang sedang di sosialisasikan melalui

kegiatan PID Goes To School.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan

melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat

perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Fokus penelitian

terdahulu dijadikan acuan dan relevan dengan permasalahan yang

sedang dibahas dalam penelitian ini.

Pada penelitian terdahulu yang sejenis dari Universitas Prof. Dr.

Moestopo (Beragama) adalah penelitian Ratna Anggraeni dengan judul

penelitian Strategi Humas Polda Metro Jaya Dalam Menyosialisasikan

Program “Turn Back Crime” Melalui Televisi (Survei Masyarakat Jakarta

Selatan). Terdapat pula penelitian sejenis dari Universitas Prof. Dr.

Moestopo (Beragama) adalah penelitian Dody Dwi L dengan judul Strategi

Komunikasi Dalam Menyosialisasikan Pendataan Rumah Kost (Studi

Kasus Perumahan-Perumahan di Wilayah Jakarta Barat).

Sedangkan penelitian peneliti dengan judul Strategi Humas Mabes

Polri Dalam Mensosialisasikan Keterbukaan Publik Polri Melalui Kegiatan

Pengelolaan Informasi Dokumentasi (PID) Goes To School. Kajian

pustaka dalam penelitian berguna untuk bahan perbandingan antara

penelitian sebelumnya. Sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat

lebih baik dari penelitian sebelumnya.

9
9
Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian Sejenis Sebelumnya

Mariska Dwi
Faditia Aries Destiantika Sultan Aulia Syarief
Ratna Anggraeni Dody Dwi L
Santoso
Universitas Prof. Dr. Universitas Prof. Dr.
Universitas Prof. Dr. Universitas Prof. Dr.
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Moestopo (Beragama) Moestopo (Beragama) Moestopo (Beragama)
2016 2016 Moestopo (Beragama)
2017 2018
2010

Judul Strategi Humas Polda Strategi Komunikasi Strategi Humas Aktivitas Humas Polda Strategi Humas Mabes
Metro Jaya Dalam Dalam Perum BULOG dalam Metro Jaya Dalam Polri Dalam
Menyosialisasikan Menyosialisasikan Mensosialisasikan Mensosialisasikan Mensosialisasikan
Program “Turn Back Pendataan Rumah Keterbukaan Publik Polri
Andalan Ketahanan Program SIAP PMJ
Crime” Melalui Kost (Studi Kasus Melalui Kegiatan
Televisi (Survei Perumahan- Pangan Di Indonesia (Sistem Informasi Pengelolaan Informasi
Masyarakat Jakarta Perumahan di Aplikasi Pelapor Polda Dokumentasi (PID) Goes
Selatan). Wilayah Jakarta Metro Jaya) To School
Barat)
Rumusan Bagaimana Strategi Bagaimana strategi Bagaimana strategi Bagaimanakah Bagaimana Strategi
Masalah Humas Polda Metro Suku Dinas Humas Perum aktivitas sosialisasi Kegiatan Komunikasi
Jaya Dalam Perumahan Pemda BULOG dalam program SIAP PMJ Humas Mabes Polri
Menyosialisasikan Walikota Jakarta dalam mensosialisasikan
mensosialisasikan (Sistem Informasi
Program “Turn Back Barat Dalam informasi keterbukaan
Crime” Melalui Menyosialisasikan ketahanan pangan di Aplikasi Pelapor Polda publik polri melalui
Televisi (Survei Pendataan Rumah Indonesia? Metro Jaya) yang kegiatan PID Goes To
Masyarakat Jakarta Kost di Wilayah dilakukan oleh Humas School?
Selatan)? Jakarta Barat Polda Metro Jaya?”

10

10
Tujuan 1. Untuk mengetahui Untuk mengetahui Untuk mengetahui 1. Mengetahui apa 3. Untuk mengetahui
Penelitian Strategi Humas bagaimana Strategi bagaimana strategi yang dilakukan Strategi Kegiatan
Polda Metro Jaya Suku Dinas Humas Perum Bulog humas Polda Metro Komunikasi Humas
Dalam Perumahaan Pemda Jaya dalam upaya Mabes Polri dalam
dalam
Menyosialisasikan Walikota Jakarta mensosialisasikan mensosialisasikan
Program “Turn Barat dalam Mensosialisasikan program SIAP- informasi
Back Crime” Menyosialisasikan Andalan Ketahanan PMJ. keterbukaan publik
Melalui Televisi Pendataan Rumah Pangan Indonesia. 2. Bagaimana konsep polri melalui kegiatan
(Survei Masyarakat Kost di Wilayah sosialisasi yang PID Goes To School.
Jakarta Selatan). Jakarta Barat dilakukan oleh 4. Untuk mengetahui
2. Untuk mengetahui Humas Polda hambatan-hambatan
hambatan- Metro Jaya. pada pelaksanaan
hambatan pada 3. Mengetahui Strategi Komunikasi
pelaksanaan hambatan dan Humas Mabes Polri
Strategi Humas permasalahan dalam
Polda Metro Jaya dalam sosialisasi mensosialisasikan
Dalam program SIAP-PMJ informasi
Menyosialisasikan ini. keterbukaan publik
Program “Turn polri melalui kegiatan
Back Crime” PID Goes To School.
Melalui Televisi
(Survei Masyarakat
Jakarta Selatan).
Teori yang Teori 7-cs PR Teori 7-cs PR, Media Teori Manajemen dan Teori Difusi Inovasi, Teori 7-cs PR, Four Step
digunakan Relations Stakeholder Teori Arus Dua Tahap (4 step)
(Two Step Flow
Theory of
Communication

Kesimpulan Kejahatan merupakan Suku Dinas Dengan memahami Upaya Humas Polda Bisa dilihat pada Bab 5
tingkah laku yang Perumahan berupaya upaya penanganan Metro Jaya dalam
melanggar hukum menata rumah kost atas kendala yang menyosialisasikan
dan merugikan orang yang ada di Wilayah
dihadapi Perum program aplikasi SIAP
lain, yang setiap Jakarta Barat, untuk
harinya tindak mengurangi tindak BULOG dalam PMJ ialah melakukan
kejahatan selalu kejahatan dan mensosialisasiskan sosialisasi dari segala

11

11
bertambah. Sehingga kriminalitas yang andalan ketahanan sektor internal
Ditreskrimum Polda menggunakan rumah pangan di Indonesia maupun. Sosialisasi
Metro Jaya yang kost. Pemda melalui adalah salah satu titik kepada sektor internal
dibantu Humas Polda suku dinas
yang dikehendaki Polda Metro Jaya
Metro Jaya perumahan berupaya
melakukan sosialisasi menekan tindak Perum BULOG dalam dalam hal ini seluruh
untuk menumbuhkan kejahatan tersebut segenap pelaksanaan anggota kepolisian
rasa kesadaran sosialisasi yaitu ialah dengan
dimasyarakat agar Ketahanan Citra memberikan
lebih mengerti tentang bangsa sebagai salah penjelasan secara
bahaya di sekitar, dan satu lembaga di jelas mengenai SIAP
bersama-sama
Indonesia. PMJ baik dari segi
berpartisipasi dengan
pihak polisi untuk kegunaannya, history,
mencari solusi. maupun filosofi nya.
Sosialisai ini juga Humas Polda Metro
memperkenalkan Jaya melakukan
program “Turn Back sosialisasi dari tingkat
Crime”, yang Polda, kemudian
berfungsi untuk
diteruskan ke tingkat
meningkatkan
kewaspadaan akan Polres, sampai
bahaya kejahatan kesatuan tingkat
yang semakin tinggi terdepan yakni
kualitasnya, serta Polsek. sosialisasi
untuk menegakkan SIAP PMJ oleh humas
wibawa dan citra
Polda Metro Jaya
kepolisian.
kepada sektor
eksternal Polda Metro
Jaya dalam hal ini
masyarakat luas
khususnya
masyarakat DKI
Jakarta ialah dengan
memanfaatkan

12

12
kegiatan-kegiatan
yang rutin hadir
ditengah masyarakat
seperti Car Free Day
(CFD)

13

13
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada penelitian

terdahulu dengan penelitian peneliti memiliki persamaan. Adapun

persamaannya yaitu penelitian yang dilakukan bermaksud menjelaskan

sosialisasi suatu program tertentu kepada masyarakat atau khalayaknya.

Sedangkan perbedaan pada penelitian-penelitian terdahulu dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu melalui wawancara tentang

Strategi Humas Mabes Polri Dalam Mensosialisasikan Keterbukaan Publik

Polri Melalui Kegiatan Pengelolaan Informasi Dokumentasi (PID) Goes To

School serta hambatan-hambatan yang terjadi selama proses sosialisasi

berlangsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Anggraeni dari Universitas

Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan judul “Strategi Humas Polda

Metro Jaya Dalam Menyosialisasikan Program “Turn Back Crime” Melalui

Televisi (Survei Masyarakat Jakarta Selatan).” bermaksud untuk

menganalisis Strategi Humas Polda Metro Jaya Dalam Menyosialisasikan

Program “Turn Back Crime” Melalui Televisi beserta hambatan-

hambatannya.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dody Dwi L dari

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) bermaksud untuk mengetahui

mengetahui bagaimana Strategi Suku Dinas Perumahaan Pemda

Walikota Jakarta Barat dalam Menyosialisasikan Pendataan Rumah Kost

di Wilayah Jakarta Barat.

14
15

Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian

peneliti, yakni persamaan dalam menggunakan teori (7-cs PR). Namun

penelitian milik Dody Dwi L tidak hanya menggunakan teori 7-cs PR,

melainkan juga menggunakan teori Media Relations. Sedangkan

perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Faditia Aries Santoso dengan

judul penelitian Strategi Humas Perum BULOG dalam Mensosialisasikan

Andalan Ketahanan Pangan Di Indonesia” adalah bermaksud untuk

mengetahui strategi Humas Perum Bulog dalam Mensosialisasikan

Andalan Ketahanan Pangan Indonesia.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Mariska Dwi Destiantika

dengan judul penelitian Aktivitas Humas Polda Metro Jaya Dalam

Mensosialisasikan Program SIAP PMJ (Sistem Informasi Aplikasi Pelapor

Polda Metro Jaya) adalah bermaksud untuk mengetahui aktivitas yang

dilakukan Humas Polda Metro Jaya dalam menosialisasikan program

SIAP PMJ. Teori yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Teori

Difusi Inovasi, Teori Arus Dua Tahap (Two Step Flow Theory of

Communication). Berbeda dengan teori yang peneliti gunakan, yakni Teori

7-cs PR dan Four Step (4 step).

2.2 Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori

2.2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan antara individu

maupun antar kelompok. Pada dasarnya manusia telah melakukan

komunikasi sejak lahir didunia dan bahkan ketika diam pun kita melakukan

15
16

komunikasi. Tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi selama proses

kehidupan. Dengan demikian, komunikasi dapat diibaratkan sebagai urat

nadi dalam kehidupan manusia.

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan,

dan politik sudah disadari oleh para cendikiawan sejak Aristoteles hanya

berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil revolusi industri dan revolusi

teknologi elektronik, setelah ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik

telepon, surat kabar, film, radio, Televisi dan sebagainya. Maka para

cendikiawan pada abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi

ditingkatkan dari pengetahuan menjadi ilmu.

Para ahli mendefinisikan komunikasi dalam berbagai bentuk,

diantaranya adalah :

1. Menurut Morissan (2008:5), komunikasi adalah proses

penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk

memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku,

baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.

2. Harold Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai

berikut : Who Says What in Which To Whom With What Effect?

Dari paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi

meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan

itu, yakni :

16
17

a. Komunikator (Communicator)

Komunikator yang merupakan sumber yang akan memberikan

informasi atau menyampaikan pesan kepada para komunikan.

b. Pesan (Message)

Yaitu pesan yang disampaikan komunikator, dalam hal ini

adalah segala bentuk informasi.

c. Media (Channel)

Media yang digunakan adalah sebagai pendukung dan melalui

media cetak maupun elektroni, seminar dalam proses

penyampaian informasi.

d. Komunikan (Communicant)

Pesan ditunjukan kepada publik umum khususnya para

masyarakat yang memilik kecendrungan untuk memerhatikan

informasi.

e. Efek (Effect)

Efek apa yang diharapkan oleh komunikan adalah terpenuhinya

seluruh kebutuhan informasi sehingga pesan yang disampaikan

dapat diterima oleh publik. (Suprapto, 2011:9)

Jadi dapat disimpulkan komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

media yang menimbulkan efek tertentu

17
18

3. Menurut Everett M.Rogers, Komunikasi adalah suatu proses

dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau

lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

(Canggara, 2009:19)

Dari definisi-definisi di atas bahwa komunikasi adalah suatu proses

penyampaian pesan yang dilakukan komunikator kepada komunikan,

yang dimana keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni adanya

perubahan pesan yang diterima ataupun yang disampaikan, sehingga

pesan yang disampaikan mempunyai makna yang sama.

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Setiap proses komunikasi yang dilakukan oleh setiap individu

memiliki fungsi dan tujuan. R. Wayne Pace, Brent D.Paterson dan

M.Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for Effective

Communication, manyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi

terdiri dari tiga tujuan utama, yaitu :

a. To secure understanding

b. To estabilish acceptance

c. To motivate action (Effendy, 2007:32)

Sementara fungsi komunikasi sekurang-kurangnya mempunyai

sepuluh arti yakni :

a. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada


didalam benak pikirannya atau perasaan hati nuraninya kepada
orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

18
19

b. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk


tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan sekitarnya.
c. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau
memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain.
d. Melalui komunikasi seseorang dapat mengetahui dan
mempelajari menganai diri orang-orang lain dan berbagai
peristiwa yang terjadi dilingkungan baik yang dekat maupun
yang jauh.
e. Melalui komunikasi seseorang dapat mengenali mengenai
dirinya sendiri.
f. Melalui komunikasi seseorang dapat memperoleh hiburan atau
menghibur orang lain.
g. Melalui komunikasi seseorang dapat mengurangi atau
menghilangkan perasaan tegang karena berbagai
permasalahan yang dihadapinya.
h. Melalui komunikasi seseorang dapat mengisi waktu luang.
i. Melalui komunikasi seseorang dapat menambah pengetahuan
dan mengubah sikap serta perilaku kebiasaan.
j. Melalui komunikasi seseorang dapat membujuk dan atau
memaksa orang lain agar berpendapat bersikap atau
berperilaku sebagaimana yang diharapkan. (Effendy, 2007:32)

Tommy Suprapto (2011:10) mengutip pendapat Babcock dalam Thoha

(1977), mengatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi proses

komunikasi

1. The Act (Perbuatan)


Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-
lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-
hubungan yang dilakukan oleh manusia. Pada umumnta
lambang-lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa atau
dalam keadaan tertentu tanda-tanda lain dapat pula di
pergunakan.
2. The Scene (adegan)
Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini
menekankan hubungan dengan lingkungan komunikasi. Adegan
ini menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa yang
digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan kata lain
adegan adalah sesuatu yng akan dikomunikasikan dengan
melalui sombol apa, sesuatu itu dapat dikomunikasikan.
3. The Agent (Pelaku)
Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan
komunikasi dinamakan pelaku-pelaku komunikasi. Pengirim dan

19
20

penerima yang terlibat dalam hubungan komunikasi ini, adalah


contoh dari pelaku-pelaku komunikasi tersebut. Dan peranannya
sering kali saling menggantikan dalam situasi komunikasi yang
berkembang.
4. The Agency (Perantara)
Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat
membangun terwujudnya perantara. Alat-alat itu selain dapat
berwujud komunikasi lisan, tatap muka, juga alat komunikasi
tertulis, seperti surat perintah, memo, buletin, nota, surat tugas,
dan sejenisnya.
5. The Purpose (Tujuan)
Menurut Grace dalam Thoha, ada empat macam tujuan, yaitu :
- Tujuan fungsional adalah tujuan yang secara pokok bermanfaat
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi/ lembaga.
- Tujuan manipulasi adalah tujuan yang dimaksudkan untuk
menggerakan orang-orang yang mau menerima ide-ide yang
disampaikan, yang sesuai ataupun tidak dengan nilai dan
sikapnya.
- Tujuan keindahan adalah tujuan untuk menciptakan tujuan-
tujuan yang bersifat kreatif. Komunikasi ini dipergunakan untuk
memungkinkan seseorang mampu menggunakan perasaan tadi
dalam kenyataan.
- Tujuan keyakinan adalah tujuan yang bermaksud untuk
meyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang-orang
pada lingkungan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain,

akan menghasilkan umpan balik yang diinginkan oleh si penyampai pesan

atau komunikator.

2.2.3 Humas

Hubungan masyarakat menurut Frank Jefkins dalam buku Ardianto

& Soemirat adalah “Sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi

yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi

dengan semua khalayak dalam rangka mecapai tujuan-tujuan spesifik

yang berlandaskan pada saling pengertian” (2010:8)

20
21

Tahapan-tahapan kegiatan Humas menurut Cutlip and Center yaitu:

1. Mendefinsikan Masalah (Peluang) : mengumpulkan fakta dan


data sebelum sesorang melakukan kegiatan atau tindakan
komunikasi. Untuk berbicara didepan suatu masyarakat perlu
dicari fakta dan data tentang masyarakat tersebut,
keinginannya, komposisinya, dan sebagainya.
2. Perencanaan dan Pemrograman : berdasarkan fakta dan data
itu dibuat rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan
bagaimana mengemukakannya. Bagi suatu masyarakat yang
agraris tentu saja pengemukakan komunikasi haruslah
menggunakan cara yang sesuai dengan ciri-ciri agraris.
3. Mengambil tindakan dan berkomunikasi : setelah rencana itu
disusun dengan sebaik-baiknya sebagai hasil pemikiran yang
mantap atau matang berdasarkan fakta-fakta atau data yang
telah dikumpulkan, maka Humas mengadakan suatu
komunikasi.
4. Mengevaluasi program : mengadakan evaluasi tentang suatu
kegiatan adalah perlu untuk menilai apakah tujuan itu sudah
tercapai, apakah perlu diadakakn dengan “operasi” atau perlu
menggunakan cara-cara lain untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik. (Scott, 2006:365)

Dari uraian di atas,dapat disimpulkan bahwa peran utama Public

Relations menurut Rhenald Kasali (2008:23-24) pada intinya adalah

sebagai berikut :

a. “Sebagai komunikator atau penghubung antara organisasi atau


lembaga yang diwakili dengan publiknya.
b. Membina Relationship, yaitu berupa membina hubungan baik
yang positif dan adanya rasa saling menguntungkan dengan
pihak publiknya.
c. Peranan back up manajemen, yakni sebagai pendukung dalam
fungsi manajemen organisasi atau perusahaan.
d. Membentuk corporate image yang artinya peranan Public
Relations berupaya menciptakan citra positif bagi organisasi
atau lembaganya.”

Berdasarkan pengertian di atas, hubungan baik antara organisasi

dengan masyarakat di harapkan akan dapat selalu dipelihara sehingga

kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya. Komunikasi dua arah ini

21
22

jugalah yang mengharuskan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda

Metro Jaya bukan hanya bertugas untuk mengumpulkan informasi tentang

masyarakat saja. Karena jika hanya itu yang dilakukan, maka kegiatan

tersebut belum dapat dikatakan sebagai praktek kehumasan. Sebab

Humas bukan hanya berfungsi untuk melihat citra yang terbentuk, tetapi

juga berusaha mengembangkannya ke arah yang lebih baik.

2.2.4 Peran Humas

Peran merupakan kelengkapan dari hubungan-hubungan

berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-

status sosial khusus.

Menurut Soekanto “proses dinamis kedudukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara

kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada

yang lain dan sebaliknya”. (2009:212-213)

Mewujudkan visi dan misi sebuah institusi untuk menjadi besar dan

maju bukanlah pekerjaan mudah, hambatan dari lingkungan internal

maupun eksternal merupakan hal-hal yang tidak dapat diduga. Oleh

sebab itu, humas sebagai salah satu fungsi manajemen di perusahaan

yang berperan untuk menyaring informasi yang berhubungan dengan

perusahaan, menjembatani dan memfasilitasi kegiatan komunikasi untuk

memberikan pemahaman kepada publik internal dan eksternalnya.

22
23

Menurut Cutlip, dkk (2006:46-47), peran humas terbagi atas 4

(empat) yaitu:

1. Penasehat Ahli (Expert Prescriber)


Seorang praktisi pakar Public Relations yang berpengalaman
dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan
solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan
publiknya (public relationship).
2. Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator)
Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau
mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk
mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya.
Di pihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali
keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak
publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut
dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai,
mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.
3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving
Process Fasilitator)
Peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan Public
Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik
sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan
eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis
yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.
4. Teknisi Komunikasi (Communication Techinician)
Peranan communication technician ini menjadikan praktisi PR
sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan
teknis komunikasi atau dikenal dengan method of
communication. Sistem komunikasi dalam organisasi
tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level),
yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media
komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan
bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Hal
yang sama juga berlaku pada arus dan media komunikasi
antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu
departemen dengan lainnya (employee relations and
communication media model).

23
24

2.2.5 Strategi

Kata strategi mempunyai pengertian yang terkait dengan hal-hal

seperti kemenangan atau daya juang. Artinya menyangkut dengan hal-hal

yang berkaitan dengan maupun atau tidaknya perusahaan atau organisasi

menghadapi tekanan yang muncul dari dalam atau dari luar. Strategi

dapat diartikan sebagai ketrampilan manajerial (administrasi,

kepemimpinan dan kekuasaan).

Strategi itu pada hakikatnya adalah “Suatu perencanaan (planning)

dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam

praktik operasioanalnya”. (Ruslan, 2008:31)

Stephen Robbins (2010:152) mendefinisikan strategi sebagai:

Penetuan tujuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan arah

tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk

mencapai tujuan.

Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua

elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media),

penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai

tujuan komunikasi yang optimal. (Canggara, 2013:61)

2.2.6 Strategi Humas

Saling berpedoman dengan Proses Humas empat langkah di atas,

stretegi Humas juga berpedoman kepada 9 steps strategic of Public

Relations (9 tahap strategi Humas). Yang dikutip oleh Rosady Ruslan

24
25

Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi dimana menjelaskan

9 steps strategic of Public Relations (9 tahap strategi Humas), yaitu :

“Tahap Pertama : Penelitian Formatif


1. Step 1 : Analisis Situasi
2. Step 2 : Analisis Organisasi
3. Step 3 : Analisis Publik
4. Step 4 : Menetapkan Tujuan dan Sasaran
Tahap kedua : Strategi
5. Step 5 : Format Aksi dan Strategi Respon
6. Step 6 : Menggunakan Komunikasi yang Efektif
Tahap ketiga : Taktik
7. Step 7 : Memilih Taktik Komunikasi
8. Step 8 : Mengimplentasikan Rencana Strategi
Tahap keempat : Penelitian Evaluatif
9. Step 9 : Mengevaluasi Rencana Strategis” (Ruslan, 2006:68)

Rosady Ruslan dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Public

Relations & Media Komunikasi: Konsepsi Dan Aplikasi” (2008 : 148)

mengutip empat proses pokok Public Relations menurut Scoot M. Cutlip &

Allen H. Center menyatakan bahwa proses perencanaan program kerja

public relations yang menjadi landasan atau acuan untuk melakukan

pelaksanaan. Empat proses pokok Public Relations tersebut, adalah:

Four Step

1. Defining the problem


2. Planning and
Programming
3. Taking action and
communication
4. Evaluating the
programm

25
26

1. Defining the problem


Langkah pertama ini melibatkan pengkajian dan pemantauan
pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku yang terkait dengan
tindakan dan kebijakan organisasi. Langkah ini menentukan
“Apa yang sedang terjadi sekarang?”
2. Planning and programming
Informasi yang terkumpul pada langkah pertama digunakan
untuk membuat keputusan mengenai publik, sasaran, tindakan
dan strategi komunikasi, taktik dan tujuan program. Langkah
kedua dalam proses public relations ini menjawab, “Kita telah
mempelajari situasi ini berdasarkan apa, apa yang harus
diubah, dilakukan, atau dikatakan.”.
3. Taking action and communicating
Langkah ketiga melibatkan implementasi program dari tindakan
dan komunikasi yang telah didesain untuk mencapai tujuan
spesifik bagi setiap publik untuk mencapai sasaran program.
Pertanyaan pada langkah ini adalah “Siapa yang akan
melakukan dan memberitahukan program ini, serta kapan,
dimana, dan bagaimana.”
4. Evaluating the program
Langkah terakhir dalam proses ini melibatkan kesiapan
penilaian, implementasi, dan hasil dari program tersebut.
Penyesuaian telah dibuat sejak program terimplemetasi,
berdasarkan umpan balik evaluasi mengenai bagaimana
program tersebut berhasil atau tidak. Program dapat dilanjutkan
atau dihentikan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana yang
sedang kita kerjakan atau bagaimana yang telah kita kerjakan”

Para praktis Humas tidak hanya mengatur rencana kegiatan jangka

pendek perusahaan, tetapi juga terfokus pada rencana jangka panjang

perusahaan. Rencana jangka panjang ini akan menjadi acuan bagi praktis

Humas, dimana rencana jangka panjang ini harus sesuai dengan visi dan

misi perusahaan, agar tujuan atau sasaran perusahaan tersebut dapat

tercapai. Tentunya dengan berpedoman kepada proses Humas empat

langkah dan 9 steps of Public Relations.

26
27

Pelaksanaan strategi Public Relations dalam berkomunikasi

menurut Cutlip. Center & Broom yang dikutip oleh Supriyanto (2007;3),

adalah “7-Cs PR Communications, sebagai berikut :

1. ”Creadibility (Kreadibilitas)
Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya yang
diciptakan oleh pihak komunikator secara sungguh-sungguh,
untuk melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respek,
maka dari itu komunikator sangatlah berperan penting dalam
meyakinkan masyarakat dan menimbulkan respek yang baik
dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan.
2. Contex (Konteks)
Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan
kehidupan sosial, pesan disampaikan harus dengan jelas serta
sikap partisipatif. Komunikasi efektif diperlukan untuk
mendukung sebuah kegiatan melalui pemberitaan diberbagai
media massa. Pesan disampaikan secara edukatif persuasive
melalui talkshow maupun melalui acara-acara hiburan yang
diberikan pihak pelaksana kegiatan.
3. Content (isi)
Pesannya menyangkut kepentingan orang banyak/publik
sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang
bermanfaat secara umum bagi masyarakat. Isi pesan yang
disampaikan dalam kegiatan merupakan sebuah pesan
berharga yang disampaikan dari komunikator yang dipilih yang
benar-benar mengerti dan memahami akan seluk beluk virus
mematikan ini sehingga masyarakat diharapkan mampu
merubah pola gay hidup dan menjaga pergaulan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Clarity (Kejelasan)
Pesan harus disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah
dimengerti, serta memiliki pemahaman yang sama antara
komunikator dan komunikan dalam hal maksud, tema, dan
tujuan semua pihak. Dalam kegiatan sosialisasi ini, komunikator
menyesuaikan gaya bahasa serta tema sesuai dengan target
sasaran, jika target publiknya adalah kaum muda, maka gaya
bahasa dan media yang digunakan lebih bersifat fun dan
atraktif, seperti konser musik. Tetapi jika sasarannya adalah
orang yang sudah berumur, maka gaya bahasa dibuat lebih
formal, dan media penyampaiannya dibuat dengan bentuk
talkshow.
5. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi)
Komunikasi merupaka proses yang tidak pernah berakhir, oleh
karena itu dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai

27
28

variasi pesan. Dengan cara demikian untuk mempermudah


proses belajar, membujuk, dan tema dari pesan-pesan tersebut
harus konsisten. Kegiatan sosialisasi dilakukan secara continue
dengan pesan yang diharapkan mampu merubah pola dan
gaya hidup masyarakat dilingkungan sekitar.
6. Channels (Saluran)
Mempergunakan saluran media informasi yang tepat dan
terpercaya serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran.
Pemakaian saluran media yang berbeda akan berbeda pula
efeknya.
7. Capability of the audience (Kapabilitas atau kemampuan
audiens)
Komunikasi harus dipertimbangkan dengan kemampuan
audiens, sehingga komunikasi yang dilakukan akan berjalan
secara efektif apabila tidak banyak atau tidak terlalu membebani
penerima informasi atau audiens untuk memahami pesan yang
disampaikan oleh pihak Polda Metro Jaya dimana dalam hal ini
bertindak sebagai komunikator dalam penyampaian pesan
kepada masyarakat.”

Menurut Cutlip-Center-Broom (2009:356) perencanaan strategi

Humas meliputi kegiatan :

Dari beberapa pengertian di atas strategi Humas sangat penting

sekali bagi pimpinan untuk mencapai tujuan yang di inginkan karena

organisasi terdiri dari banyak orang yang berebeda di dalamnya. Sebagai

anggota organisasi tidak terlepas dari pengaruh luar yang akan

membentuk dan merubah sikap dan perilaku ke dalam organisasi.

Kemampuan Pimpinan Mabes Polri untuk mengantisipasi setiap

perubahan akan menentukan keberhasilan organisasi. Perubahan ini akan

terus terjadi dan tidak dapat dihindari seiring dengan perubahan

lingkungan, yang dapat dilakukan hanyalah mengantisipasi setiap

perubahan untuk menjadi peluang.

28
29

2.2.7 Sosialisasi

Sosialisasi menurut Peter L.Berger (Bungin, 2008:11) adalah

“Proses dengan mana seseorang akan belajar menjadi seorang anggota

suatu masyarakat, apanya yang dipelajari? Yang dipelajari adalah

penanan-peranan yang terdapat di dalam masyarakat agar dia mengerti

apa yang seharusnya dia lakukan dalam rangka berinteraksi dengan

sesama anggota masyarakat. Dengan kata lain, perkataan, melalui

sosialisasi sesungguhnya masyarakat “dimasukkan” kedalam diri

manusia. Oleh karena itu, jangan heran apabila ada seseorang

mengatakan bahwa tindakan seseorang itu merupakan kekayaan psikis

yang diperolehnya selama yang bersangkutan hidup didalam masyarakat”.

Berger (Bungin, 2008:21) memahami bahwa manusia menciptakan

kenyataan sosial melalui tiga proses, yaitu : eksternalisasi, obyektivitas,

dan internalisasi. Eksternalisasi adalah penyesuaian diri manusia dengan

dunia sosio kultural sebagai produk dunia manusia. Proses kedua,

obyektivitas merupakan interaksi sosial dalam dunia intersubyektif yang

dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Proses terakhir

adalah, internalisasi yaitu langkah manusia dalam mengindentifikasikan

diri dengan lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi

anggotanya.

Berger memahami bahwa konstruksi realitas sosial sebagai teori

merupakan suatu kajian teoretis dan sistematis mengenai tindakan

manusia sebagai aktor yang kreatif dalam realitas sosialnya. Intisari teori

29
30

ini menyatakan “realitas terbentuk secara sosial” dan sosiologi ilmu

pengetahuan (sociology of knowledge) harus menganalisa proses

bagaimana hal itu terjadi.

Berdasarkan pengertian di atas, sosialisasi digunakan untuk

mempelajari peranan-peranan yang terdapat di masyarakat agar dia

mengerti apa yang harus dilakukan dalam berinteraksi. Sehingga

sosialisasi dibutuhkan Humas Mabes Polri dalam rangka menyampaikan

pesan ke masyarakat untuk mendapatkan umpan balik yang di harapkan.

30
31

2.3 Bagan Alur Pikir

Gambar 2.1

MABES POLRI

HUMAS MABES
POLRI

STRATEGI KOMUNIKASI
HUMAS

7-Cs PR Communication:
Four Step:
1. Creadibility (Kreadibilitas)
1. Defining the 2. Contex (Konteks)
problem 3. Content (Isi)
2. Planning and 4. Clarity (Kejelasan)
programming 5. Continuity and Consistency
3. Taking action (Kontinuitas dan Konsistensi)
and 6. Channels (Saluran)
communicatin 7. Capability Of The Audience
4. Evaluating the (Kapabilitas atau kemampuan
program audiens)

Sosialisasi Informasi
Publik

31
32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Tiap penelitian pasti berpegang teguh pada paradigma tertentu.

Paradigma adalah cara pandang mengenai realitas atau landasan pikiran.

Adapun paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang

menunjukan hubungan atau variabel, jenis dan jumlah rumusan masalah

yang perlu dijawab melalui penelitian, serta teori yang digunakan untuk

merumuskan hipotesis.

Paradigma dapat diartikan dengan perspektif atau sudut pandang,

ideologi, atau kerangka. George Ritzer seperti yang dikutip Agus Salim

dalam bukunya Teori dan Paradigma : Penelitian sosial menegaskan

bahwa paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuan

mengenai :

1. Hal yang menjadi pokok kajian yang semestinya harus dipelajari

sebagai displin ilmu pengetahuan

2. Hal yang harus ditanyakan

3. Bagaimana cara menjawabnya. (Salim, 2006:5)

“Paradigma adalah basis kepercayaan utama atau metafisika dari

sistem berpikir: basis dari ontologi, epistemologi, dan metodologi” (Salim,

2006:96). Dalam pandangan filsafat, paradigma memuat pandangan-

pandangan awal yang membedakan, memperjelas, dan mempertajam

32
33

orientasi berpikir seseorang. Dengan demikian paradigma membawa

konsekuensi praktis bagi perilaku. Dalam ilmu pengetahuan dikenal

dengan empat jenis paradigma yaitu positivime, postpositivisme, critical

theory dan constructivisme.

Jenis-jenis paradigma ilmu pengetahuan menurut salim (2006;68-

71), yaitu :

1. Positivisme
Paradigma yang muncul paling awal dalam dunia ilmu
pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar pada paham
ontologi realisme yang menyatakan bahwa realitas berada dalam
kenyataan dan berjalan sesuai dengan hukum alam. Penelitian
berupaya mengungkap kebenaran realitas yang ada dan
bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan
2. Post-positivisme
Aliran ini juga memandang bahwa secara epistemologi hubungan
antara periset dan objek yang diteliti tidak bisa di pisahkan.
Namun, aliran ini menambah pendapatnya bahwa suatu
kebenaran tidak mungkin bisa ditangkap apabila periset ada
dibelakang layar, tanpa terlibat dengan objeknya secara langsung.
Aliran ini menegaskan arti penting dari hubungan interaktif antara
periset dan objek yang diteliti, sepanjang dalam hubungan tersebut
periset bisa bersifat netral. Dengan cara lain, tingkat subjektivitas
setidaknya dapat dikurangi.
3. Teori Kritis
Aliran ini sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai suatu
paradigma, akan tetapi lebih tepat disebut ideologically oriented
inquiry, yaitu suatu wacana atas realitas dengan muatan orientasi
ideologi tertentu, yakni meliputi nep-Marxisme, materialisme,
feminisme, fretreisme, participatory inquiry, dan paham-paham
yang setara. Pada tataran metedologis, aliran ini mengajukan
metode dialog sebagai sarana transformasi bagi ditemukannya
kebenaran realitas yang hakiki.
4. Konstruktivisme
Paradigma ini hampir merupakan antitesis terhadap paham yang
menempatkan pentingnya pangamatan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas
paham ini menyatakan bahwa positivisme dan pos-positivisme
keliru dalam mengungkap realitas dunia, dan harus ditinggalkan
dan digantikan oleh paham yang bersifat konstruktif”. (Salim,
2006:68-71).

33
34

Tabel 3.1

Tabel Tiga Paradigma Ilmu Sosial

(Dedy N. Hidayat, Paradigma & Metodology, 2003, hal. 102)

Positivisme
Konstruktivisme
& Teori Kritis
(Interpretif)
Post-positivisme

Mentafsirkan ilmu sosial


Menempatkan ilmu sosial Memandang ilmu sosial
sebagai proses kritis
seperti ilmu alam, yaitu sebagai analisis sistematis
mengungkap “the real
metode teroganisir untuk atas “socially meaningful
structure” dibalik ilusi
mengkombinasikan action” melalui
dan kebutuhan palsu
“deductive logic” melalui pengamatan langsung
yang ditampakkan dunia
pengamatan empiris, agar terhadap aktor sosial
materi, guna
mendapatkan konfirmasi setting yang alamiah, agar
mengembangkan
tentang hukum kausalitas dapat memahami dan
kesadaran sosial untuk
yang dapat digunakan menafsirkan bagaimana
memperbaiki kondisi
memprediksi pola umum aktor sosial mencipta dan
kehidupan subjek
gejala sosial tertentu. memmelihara dunia sosial.
penelitian.

Apapun pengertiannya, paradigma mampu menggariskan hal

yang seharusnya dipelajari, pernyataan-pernyataan yang harus

dikemukakan agar kita tidak keluar dari kaidah-kaidah yang ada dalam

memperoleh jawaban. Dalam menemukan hakikat realitas atau ilmu

pengetahuan yang sedang berkembang saat ini, maka paradigma yang

digunakan oleh penulis adalah Paradigma Konstruktivisme

34
35

Teori konstruksivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk

komunikasi yang di kembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan

rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruksivisme menyatakan bahwa

individu melakukan intepretasi dan bertindak menurut berbagai kategori

konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak

menunjukan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring

terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu

(Morissan, 2009;107)

Konstruksivisme menolak pandangan positivisme yang

memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan

konstruksivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk

memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai

penyampai pesan. Konstruksivisme justru menganggap subjek sebagai

faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan

sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap

maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana.

Teori konstruksivisme menyataka bahwa individu

mengintretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran.

Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui

cara pandang orang terhadap realitas tersebut. Teori konstruksivisme di

bangun berdasarkan teori yang ada sebelumnya, yaitu konstruksi pribadi

atau konstruksi personal (personal construct) oleh George Kelly. Ia

mengatakan bahwa orang memahami pengalamannya dengan cara

35
36

mengelompokan berbagai peristiwa menurut kesamaannya dan

membedakan berbagai hal melalui perbedaanya.

Paradigma konstruksivisme ialah paradigma dimana kebenaran

suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksivisme sosial, dan

kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Paradigam konstruksivisme

ini berada dalam perspektif interpretivisme (penafsiran) yang terbagi

dalam tiga jenis, yaitu interaksi simbolis, fenomenologis dan hermeneutik.

Paradigma konstruksivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap

paradigma positivis. Menurut paradigma konstruksivisme realitas sosial

yang diamati oleh seseorang tidak dapat digenaralisasikan pada semua

orang, seperti yang biasa di lakukan oleh kaum positivis. Konsep

mengenai konstruksionis diperkenalkan oleh sosiolog interpreative, Peter

L.Bereger bersama Thomas Luckman. Dalam konsep kajian komunikasi,

teori konstruksi sosial bisa disebut berada diantara teori fakta sosial dan

definisi sosial (Eriyanto 2004;13).

Paradigma konstruksivisme yang ditelusuri dari pemikiran weber,

menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku

alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi

dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna maupu

pemahaman perilaku menurut Weber, menerangkan bahwa substansi

bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif,

Weber juga melihat bahwa tiap individu akan memberikan pengaruh

dalam masyarakat.

36
37

Paradigma konstruksivisme di pengaruhi oleh perspektif interaksi

simbolis dan perspektif strukturan fungsional. Perspektif interaksi simbolis

ini mengatakan bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan

respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial,

individu manusia di pandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif

bebas di dalam dunia sosialnya. Realitas sosial itu memiliki makna

manakala realitas sosial tersebut dikonstruksikan dan dimaknakan secara

subjektif oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas itu secara

objektif.

3.2 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian dikenal dua jenis yaitu penelitian kualitatif dan

kuantitatif. Terkait dengan penelitian ini, penulis menggunakan jenis

penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif.

Untuk menjawab rumusan masalah utama yang telah ditetapkan dalam

penelitian ini.

Menurut Krik dan Milter yang dikutip oleh Lexy J.Moleong,

“Penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik

dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya”. (Moleong, 2009:4)

Dalam penelitian kualitatif, penelitian menjadi alat kunci.

Kepedulian utama peneliti kualitatif adalah bahwa keterbatasan

objektivitas dan kontrol sosial sangan esensial.

37
38

Penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian

mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati

dari suatu individu, kelompok, masyarakat maupun organisasi tertentu

dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang

utuh.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif pasrtisipan.

Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh

setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus

penelitian dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman

umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.

3.3 Jenis / Format Penelitian

Penelitan yang dilakukan dalam skripsi ini bersifat “Deskriptif”.

Penelitian deskriptif bertujuan ngumpulkan informasi secara rinci dengan

melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa

kondisi dan praktek yang berlaku.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi dan suatu system

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sifat dari

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis, aktual dan terpercaya mengenai fakta-fakta sifat

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

38
39

Pendekatan deskriptif kualitatif mencari teori, bukan untuk menguji

teori. Ciri metode deskriptif kualitatif ialah menitik beratkan pada

observasi dan suasana alamiah. Peneliti langsung turun kelapangan untuk

mengamati dan mencatat.

Peneliti deskriptif timbul karena suatu peristiwa yang menarik

perhatian peneliti, tetapi belum ada kerangka teoritis untuk

menjelaskannya. “Metode deskriptif adalah bertujuan untuk melukiskan

secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang

tertentu secara faktual dan cermat”. (Rakhmat, 2007:22) penelitian

hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa.

Sifat dari penelitian deskriptif adalah kata-kata, gambar-gambar,

dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan

metode kualitatif.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk :

1. “Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melakukan


gejala yang ada.
2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi praktek-
praktek yang berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan
datang.” (Rakhmat, 2007:22).

Deskriptif terfokus pada suatu observasi dan suasana yang

alamiah. Dalam metode deskriptif penulis bertindak sebagai pengamat.

Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu

merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk

39
40

menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku

individu atau sekelompok orang.

Pendekatan deskriptif juga merupakan prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat)

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta seadanya (fact finding).

Gejala tersebut mengemukakan hubungan yang satu dengan yang lain.

Pada tahap berikutnya, metode ini harus diberi bobot yang lebih tinggi.

Karena metode ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan

menyusun data, tetapi juga meliputi analisa dan interpretasi tentang arti

data itu.

Dalam penelitian deskriptif, peneliti hanya memaprkan data yang

ada dilapangan tentunya denga teori yang ada. Dalam penelitian ini,

penulis akan mencoba meneliti mengenai bagaimana Strategi Kegiatan

Komunikasi Humas Mabes Polri dalam mensosialisasikan keterbukaan

informasi publik polri melalui kegiatan PID Goes To School.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan penelitian deskriptif

kualitatif merupakan suatu penelitian yang tidak meggunakan perhitungan

angka-angka namun menghasilkan data yang berupa kata-kata atau lisan

dari suatu yang diamati serta penelitian kualitatif tidak harus

mencerminkan permasalahan dan variabel yang diteliti, tetapi lebih pada

usaha untuk mengungkapkan fenomena dalam situasi sosial secara luas

dan mendalam, serta menemukan hipotesis dan teori.

40
41

3.4 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, salah satu metode yang digunakan adalah

Metode Deskriptif Kualitatif. Metode deskriptif kualitatif tidak jarang

melahirkan sebagai penelitian yang insightmulating, yakni peneliti terjun

ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Ia tidak bermaksud

menguji teori sehingga perspektifnya tidak tersaring. Ia bebas mengamati

objeknya, menjelajah, dan menemukan wawasan-wawasan baru

sepanjang penelitian.

Pendekatan paradigma konstruksitivisme mempunyai penilaian

tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat, yaitu:

1. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis,


realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan
oleh konsep subjektif wartawan. Realitas bisa berbeda-beda,
tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami
oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda (Gans,
dalam Eriyanto, 2002:19)
2. Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran
yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap
dengan pandangan bias dan pemihakannya. Lewat bahasa yang
dipakai; media dapat menyebut mahasiswa sebagai pahlawan
dapat juga menyebutnya sebagai perusuh.
3. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas.
Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi
kerja jurnalis, bukan kaidah baku jurnalistik
4. Berita bersifat subjektif/konstruksi atas realitas opini tidak dapat
dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan
perspektif dan pertimbangan subjektif.
5. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan
sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas
pelaku sosial.
6. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian
yang integral dalam produksi berita. Wartawan bukanlah robot
yang meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Etika dan moral
yang dalam banyak hal berarti keberpihakan satu kelompok atau
nilai tertentu umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu, adalah

41
42

bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan


mengkonstruksi realitas.
7. Khalayak mempunyai penilaian tersendiri atas berita. Khalayak
bukan dilihat sebagai subjek yang pasif, yang mempunyai tafsiran
sendiri yang bisa saja berbeda dari pembuat berita (Zamroni,
2009:95)

3.5 Objek dan Subjek Penelitian

Objek adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian.

Beberapa persoalan sekiranya perlu kita pahami agar bisa menentukan

dan menyusun objek penelitian dalam metode penelitian kita ini dengan

baik, yaitu berkaitan dengan apa itu objek penelitian kualitatif, apa saja

objek penelitian kualitatif dan kriteria apa saja yang layak dijadikan objek

penelitian kita yaitu berkaitan dengan Strategi Mabes Polri dalam

mensosialisasikan keterbukaan informasi publik polri melalui kegiatan

Pengelolaan Informasi Dokumentasi (PID) Goes To School.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam,

dan dilakukan secara terus menerus. Dengan pengamatan yang terus

menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang

diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif sehingga teknik analisa

data yang digunakan belum ada pola yang jelas.

Teknik pengumpulan data merupakan “Langkah yang paling

strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah

42
43

mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti tidak mendapatkan data yang ditentukan dalam memenuhi standar

data yang ditentukan.” (Sugiyono, 2004:21)

Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang digunakan

untuk mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi

pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah

raga, seni dan budaya, dan lain-lain sehingga dapat dijadikan suatu

kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama. Menurut

Sugiyono, (2008: 205) “ Masalah dalam penelitian kualitatif bersifat

sementara, tentative dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti

berada dilapangan”.

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan

pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu

fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti

membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci

dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang

alami (Cresswell,1998:15). Bogdan dan Taylor(Moleong,2007:3)

mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis

maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Dalam penelitian kualitatif akan terjadi tiga kemungkinan terhadap

masalah yang akan diteliti yaitu (1) masalah yang dibawa oleh peneliti

tetap, sejak awal sampai akhir penelitian sama, sehingga judul proposal

43
44

dengan judul laporan penelitian sama, (2) masalah yang dibawa peneliti

setelah memasuki penelitian berkembang yaitu diperluas/diperdalam

masalah yang telah disiapkan dan tidak terlalu banyak perubahan

sehingga judul penelitian cukup disempurnakan, (3) masalah yang dibawa

peneliti setelah memasuki lapangan berubah total sehingga harus diganti

masalah sebab judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dan

judulnya harus diganti.

Penelitian kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul

penelitiannya setelah memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai

merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena dipandang mampu

melepaskan apa yang dipikirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu

melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa

yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti.

Asumsi tentang gejala dalam penelitian kulitatif adalah bahwa

gejala dari suatu obyek itu sifatnya tunggal dan parsial. Berdasarkan

gejala tersebut peneliti dapat menentukan variable-variabel yang akan

diteliti. Gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-

pisahkan) yaitu situasi sosial yang meliputi (1) aspek tempat – place, (2)

aspek pelaku – actor, (3) aspek aktifitas – activity, yang ketiganya

berinteraksi secara sinergis.

Kegiatan yang harus dilakukan pada penelitian kualitatif pada

tahap pra-lapangan adalah menyusun rancangan penelitian yang memuat

latar belakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian, studi pustaka,

44
45

penentuan lapangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan

alat penelitian, rancangan pengumpulan data, rancangan prosedur analisa

data, rancangan perlengkapan yang diperlukan dilapangan, rancangan

pengecekan kebenaran data.

Teknik pengumpulan data dibedakan menjadi 2 yaitu data primer

dan data sekunder :

1. Data Primer merupakan data-data yang digunakan oleh penulis

sebagai acuan utama dalam melakukan penelitian. Data primer

diperoleh secara langsung dengan upaya penulis sendiri. Untuk

mendapatkan data yang lengkap dan bisa dipertanggung jawabkan,

maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data primer sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab secara

langsung dan mendalam dengan pihak-pihak yang berwenang

terhadap permasalah yang diteliti dengan berpegang pada

interview guide. Wawancara merupakan alat utama dalam

sebuah penelitian karena peneliti dapat mengajukan

pertanyaan secara personal tentang suatu topik. Sifat personal

inilah yang memberikan keuntungan bagi peniliti dalam

melakukan penelitian.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan

data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

45
46

menentukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengatahui hal-hal dari narasumber yang lebih

mendalam dan engetahui atau mendapatkan informasi, dari

narasumber tersebut, teknik pengumpulan data ini

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau pribadi.

“Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan


data apabila peneliti akan melaksanakan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dari
jumlah respondennya sedikit/kecil”. (Sugiyono,
2010:194)

Sutrisno Hadi dalam buku Sugiyono (2007:130-138)

mengemukakan bahwa, anggapan yang perlu dipegang oleh

seorang peneliti dalam menggunakan metode interview adalah

sebagai berikut:

a. “Bahwa narasumber adalah orang yang paling tahu


tentang dirinya sendiri.
b. Bahwa informasi atau data yang didapat atau
dinyatakan oleh narasumber kepada peneliti adalah
benar dan dapat dipercaya.”

Wawancara merupakan alat rechecking atau

pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh

sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam

penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara

mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan

46
47

atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social

yang relatif lama (Sutopo 2006: 72).

Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab

secara lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak

langsung dengan tatap muka (face to face relation ship) antara

si pencari informasi (interviewer atau informan hunter) dengan

sumber informasi (interviewee) (Sutopo 2006: 74).

Jenis interview meliputi interview bebas, interview

terpimpin, dan interview bebas terpimpin (Sugiyono, 2008:

233). Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan

apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang

dikumpulan. Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan

oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan

lengkap dan terperinci. Interview bebas terpimpin, yaitu

kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti

saat mewawancarai responden adalah intonasi suara,

kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan

kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti

melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa

47
48

(wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden)

dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden)

(Sugiyono, 2008: 227). Beberapa tips saat melakukan

wawancara adalah mulai dengan pertanyaan mudah, mulai

dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan

menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang

kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan

kontrol emosi negatif.

b. Informan dan Key Informan

Moleong (2006:132), menyatakan “informan adalah

orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian”. Dengan demikian orang

yang akan menjadi seorang informan harus memiliki banyak

pengetahuan dan pengalaman terkait dengan masalah

penelitian.

Informan dalam penelitian ini adalah :

a. Bapak Kadiv Humas Mabes Polri irjen. Mohammad Iqbal,


SIK, SH
b. Bapak Kabag Yaninfodok Kombes Pol Sulistyo Pudjo,
SIK, SH
c. Pakar Humas

2. Data Sekunder, merupakan data melalui penelaahan dokumen-

dokumen yang digunakan oleh penulis sebagai bahan tambahan

dalam melakukan penelitian yang diperoleh dari buku-buku yang

48
49

telah ada untuk mendukung teori-teori yang di perlukan oleh

penulis.

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan

oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan

topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu

dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian,

karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-

peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia,

dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik

lain.

Pada peneliti ini penulis mengumpulkan buku-buku yang

ada hubungannya dengan komunikasi serta bahan-bahan lain

untuk memperoleh teori maupun data yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang

memiliki karakteristik data yang dinyatakan berdasarkan keadaan

sewajarnya atau sebagaimana mestinya tanpa mengubah kedalam

bentuk simbol-simbol atau bilangan.

Analisis data penelitian kualitatif dimulai sejak awal

pengumpulan data. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen

49
50

(1982), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,

2014). Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara yang sudah

dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,

gambar, foto, dan sebagainya.

Menurut Miles dan Huberman (2014), analisis terdiri dari tiga

alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,

penyajian data, dan serta penarikan kesimpulan. Seperti yang

ditunjukkan dalam gambar di bawah ini: “Analisa data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat

mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain”.

(Sugiyono, 2010:88)

Miles dan Huberman yang dikutip oleh sugiyono (2010:88)

dalam bukunya mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisa data

50
51

kualitatif dilakukan secara interaksi berlangsung secara terus

menerus sampai datanya sudah jenuh”. Adapun aktivitas dalam

analisis data, yaitu:

1. Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya,
dengan demikian data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya. Oleh karenanya
dalam penelitian ini data akan terfokus hanya pada peran Humas
Polda Metro Jaya saja hinhha dapat dicari data-data lain yang
relevan dan mendukung terlaksananya strategi humas ini.
2. Data Display
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori. Menurut Miles dan Huberman
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing atau Verification
Langkah ketiga dalam menganalisa data kualitatif menuru Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan dan berikutnya.
Dalam penelitian ini ketiga langkah diatas digunakan untuk

menganalisis data penelitian yang berupa naskah wawancara, hasil

pengamatan serta dokumen hingga akhirnya didapatkan hasil

analisis akhir yang dapat diceritakan kembali karena berupa narasi.

51
52

Gambar 3.2

Teknik Analisa Data

Display Data
Koleksi Data
(Penyajian Data)

Reduksi Data

Kesimpulan/

Verifikasi

Sumber: Sugiyono, 2010:88

3.8 Teknik Keabsahan Data

Untuk menguatkan data penelitian maka diperlukan teknik

keabsahan data dengan menggunakan triangulasi. Menurut Sugiyono

(2009:127-128), Triangulasi diartikan sebagau pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan

data, dan triangulasi waktu.

Penjelasan Triangulasi diatas sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang
gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian

52
53

data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke


atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan
kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa
dirata-ratakan seperti dalam penelitian kualitatif, tetapi
dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama,
mana pandangan yang berbeda, dan mana spefisik dari tiga
sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan teknik
yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara,
lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuisioner. Bila
dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut. Data yang
telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnta dimintakan kesepakatan dengan tiga
sumber data tersebut.
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas wawancara dipagi
hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah,
sehingga akan memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel.
Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan
secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya. Triangulasi juga dapat dilakukan dengan cara mengecek
hasil penelitian, dari peneliti lain yang diberi tugas melakukan
pengumpulan data.

53
54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia

Markas Besar Kepolisian Repbulik indonesia, adalah pelaksana

tugas Kepolisian RI di wilayah Provinsi daerah Khusus Ibukota

Jakarta Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab

langsung di bawah Presiden. Polri mempunya motto: Rastra Sewakotama,

yang artinya Abdi Utama bagi Nusa Bangsa. Polri mengemban tugas-

tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia yaitu memelihara keamanan

dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Polri

dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Kapolri). Sejak 13 Juli 2016 jabatan Kapolri dipegang

oleh Jenderal Polisi Tito Karnavian, serta sebagian Provinsi Jawa Barat

dan Banten. Mabes Polri dipimpin oleh oleh seorang kepala kepolisian.

Mabes Polri beralamat di Jalan Trunojoyo No. 3 RT 2 RW 1, Selong,

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12110

54
55

4.1.2 Tujuan Umum Polda Metro Jaya

Visi dan Misi

a. Visi Mabes Polri

Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat

yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri

yang mantap, serta terjalinnya sinergi polisional yang proaktif.

b. Misi Mabes Polri

1. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui

kegiatan /operasi penyelidikan, pengamanan dan

penggalangan;

2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan

secara mudah, responsif dan tidak diskriminatif;

3. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas

untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang

dan barang;

4. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan

keamanan dalam negeri;

5. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis

pada masyarakat patuh hukum;

6. Menegakkan hukum secara profesional, objektif,

proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin

kepastian hukum dan rasa keadilan;

55
56

7. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan

modern seluruh sumber daya Polri guna mendukung

operasional tugas Polri;

8. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan

lembaga internasional maupun komponen masyarakat

dalam rangka membangun kemitraan dan jejaring kerja

(partnership building / networking).

Logo

Makna Bagde Mabes Polri

Bentuk :

Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.

Wujud:

Bermakna penegasan tugas Polri, disamping memberi

sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani

masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas

56
57

yang mantap. Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut

pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus

1945, hari Proklamasi Kemerdekaaan yang berarti Polri berperan

langsung pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan

bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.

Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa

menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas

dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan

tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang

dijabat oleh Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.

3 Bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman

hidup Polri. Sedangkan warna hitam dan kuning adalah warna

legendaris Polri. Warna hitam adalah lambang keabadian dan

sikap tenang mantap yang bermakna harapan agar Polri selalu

tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun; tenang, memiliki

stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir

jernih, bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan

57
58

4.1.3 Struktur Organisasi Mabes Polri

Dibawah ini dapat dilihat struktur Organisasi Mabes Polri sebagai

berikut :

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian

Sebagai yang telah dijabarkan pada sub bab sebelumnya. Maka

pada sub ini penulis akan menjelaskan secara ringkas profil key informan

terkait secara lengkap, detail dan komprehensif. Keyinforman yang

bersedia diwawancarai oleh penulis adalah seorang polisi dari bidang

Humas Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia yaitu Irjen Pol.

Mohammad iqbal S.IK.,MH yang menjabat sebagai Kepala Divisi Humas

Mabes Polri. Selain itu penulis juga berkesempatan mewawancarai

58
59

Kombes Pol. Sulistyo Pubjo, SIK, Msi yang menjabat sebagai Kepala

Bagian Yaninfodok Humas Mabes Polri. Serta pakar ahli komunikasi yaitu

Bapak Prof. Dr. H. Sunarto. M.Si.

Berikut profile key informan, yakni:

1. Kepala Divisi Irjen Pol. Mohammad Iqbal SIK, MH

2. Kepala Bagian Yaninfodok Sulistyo Pudjo, SIK, Msi

3. Prof. Dr. H. Sunarto M.Si

Irjen. Pol. Muhammad Iqbal, S.I.K., M.H. (lahir

di Palembang, Sumatera Selatan, 4 Juli 1970; umur 48 tahun) adalah

seorang perwira tinggi Polri yang sejak 9 November 2018 mengemban

amanat sebagai Kepala Divisi Humas Polri. Iqbal, lulusan Akademi

Kepolisian (Akpol) 1991 ini berpengalaman dalam bidang lantas.

Sebelumnya, dia menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa

Timur.

Kombes. Pol. Sulistyo Pudjo Hartono, S.I.K.,

M.Si. (lahir Agustus 1969) adalah seorang perwira menengah Polri yang

sejak 28 April 2016 mengemban amanat sebagai Analis Kebijakan Madya

Bidang Penmas Divhumas Polri. Sulistyo Pudjo berpengalaman dalam

bidang humas. Jabatan terakhirnya adalah Kabidhumas Polda Jabar.

Ahli Komunikasi

Prof. Dr. H. Sunarto. M.Si adalah pakar ahli komunikasi yang

menjabat sebagai Rektor di UPDM (B) pada tahun 2008 – 2016.

59
60

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Penulis melakukan penelitian selama kurang lebih 3 bulan di divisi

Humas Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia yang berlokasi di

Jalan Trunojoyo No. 3 RT 2 RW 1, Selong, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan, 12110. Penulis mendeskripsikan hasil dari penelitian mengenai

Strategi Humas Mabes Polri Dalam Mensosialisasikan Program PID Goes

To School.

Setelah penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan cara

wawancara mendalam dengan key informan Strategi Humas Mabes Polri

Dalam Mensosialisasikan Program PID Goes To School, maka dapat di

deskripsikan temuan penelitian ini secara kualitatif seperti berikut:

4.3.1 Strategi Humas Mabes Polri Dalam Mensosialisasikan Program

PID Goes To School dengan menggunakan 4 Step (four step)

1) Defining The Problem

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Mohammad Iqbal SIK,

MH selaku Kadiv Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan

salah satu elemen dalam strategi komunikasi 4 step yakni

Defining The Problem. Berikut pemaparan Bapak Mohammad

Iqbal:

“Ya tentunya kami melakukan evaluasi terlebih dahulu


sebelum membuat program, kami menganalisa apa yang
di butuhkan masyarakat dan sasaran mana yang akan
kami tuju. Setelah itu kami melakukan yang namanya
anev, analisa dan evaluasi pada program itu.”

60
61

Dari hasil wawancara dengan key informan diatas, dapat

penulis analisis yakni cara Humas Mabes Polri mengevaluasi

situasi eksternal dan internal sebelum membuat suatu program

ialah dengan melakukan evaluasi terlebih dahulu sebelm

membuat sebuah program. Humas Mabes Polri juga

menganalisa apa saja yang dibtuhkan masyarakat dan siapa

sajakah yang akan menjadi target sasaran dari program

tersebut.

2) Planning and Programming

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Mohammad Iqbal SIK,

MH selaku Kadiv Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan

salah satu elemen dalam strategi komunikasi 4 step yakni

Planning and Programming. Berikut pemaparan Bapak

Mohammad Iqbal:

“Sesuai dengan tema yang di usung yaitu PID Goes To


School kami melakukan upaya dengan melakukan
sosialiasi program tersebut ke sekolah sekolah yang
dekat dengan kantor dan ternyata animo pelajar di sekitar
sini sangat tinggi untuk bisa bergabung ke dalam bagian
Kepolisian Republik Indonesia. Dan yang menjadi target
sasaran kami tentu saja para pelajar khususnya pelajar
tingkat menengah keatas (SMA) kelas 3”

Dari hasil wawancara dengan key informan diatas, dapat

penulis analisis yakni tindakan yang dilakukan oleh Humas

Mabes Polri dalam upaya mensosialisasikan program PID Goes

61
62

To School dengan melakukan sosialisasi ke beberapa sekolah

di Jakarta, khususnya sekolah-sekolah yang terletak dekat

dengan kantor Mabes Polri, karena target sasaran dari program

PID Goes To School ialah para pelajar Sekolah Menengah Atas

(SMA) kelas 3. Dan sangat mengejutkan ternyata antusias para

pelajar sangat tinggi untuk bergabung menjadi anggota

kepolisian Republik Indonesia.

3) Taking Action and Communicating

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Mohammad Iqbal SIK,

MH selaku Kadiv Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan

salah satu elemen dalam strategi komunikasi 4 step yakni

Taking Action and Communicating. Dapat diperoleh pernyataan

sebagai berikut:

“Tentu saja Divisi humas terutama biro PID khususnya


bagian infodok yang mempunyai program tersebut.”

Dari hasil wawancara dengan key informan diatas, dapat

penulis analisis yakni yang terlibat langsung dalam melakukan

sosialisasi program PID Goes To School ialah Divisi Humas

Mabes Polri, khususnya biro PID bagian infodok. Hal tersebut

dilakukan karena yang membuat program PID Goes To School

ialah bagian infodok Divisi Humas Mabes Polri.

62
63

4) Evaluating the program

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Mohammad Iqbal SIK,

MH selaku Kadiv Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan

salah satu elemen dalam strategi komunikasi 4 step yakni

Evaluating the Program. Dapat diperoleh pernyataan sebagai

berikut:

“Sejauh ini Masyarakat menyambut baik program PID


Goes To School, hal ini terbukti dengan saat acara
berlangsung masyarakat interaktif dan positif dalam
menyambut program ini.”

Dari hasil wawancara dengan key informan di atas, dapat

penulis analisis yakni sosialisasi yang dilakukan berhasil. Hal ini

didukung dengan masyarakat yang terlihat menyambut baik

program PID Goes To School. Selama sosialisasi berlangsung

masyarakat terlihat interaktif dan positif dalam menyambut

program tersebut.

4.3.2 Strategi Humas Mabes Polri Dalam Mensosialisasikan Program

PID Goes To School dengan menggunakan 7-Cs PR

Communications

1) Creadibility (Kreadibilitas)

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Sulistyo Pudjo, SIK, MSi

selaku Kabag Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan salah

63
64

satu elemen dalam strategi komunikasi 7-Cs PR

Communications yakni Creadibility (Kreadibilitas). Dapat

diperoleh pernyataan sebagai berikut:

“Ya tentunya kami mempunyai kriteria khusus bagai


mana seseorang bisa menjadi penyuluh di dalam
kegiatan PID Goes To School ini. Dimana hanya orang
terbaik kami yang menjadi bagian dalam program PID
Goes To School.”

Dari hasil wawancara dengan key informan di atas, dapat

penulis analisis yakni bahwa Humas Mabes Polri memiliki

kriteria khusus untuk menyampaikan penyuluhan dalam

kegiatan sosialisai program PID Goes To School. Hanya orang-

orang terbaik yang dapat menjadi bagian dalam sosialisasi

program PID Goes To School.

2) Contex (Konteks)

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Sulistyo Pudjo, SIK, MSi

selaku Kabag Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan salah

satu elemen dalam strategi komunikasi 7-Cs PR

Communications yakni Contex (Kontex). Dapat diperoleh

pernyataan sebagai berikut:

“Materi yang di gunakan pada intinya adalah menjelaskan


program penerimaan kepolisian kepada masyarakat
sekitar, khusus nya kami memberikan sosialisasi ke
sekolah-sekolah yaitu kemarin kami memberikan
sosialisasi ke sma 70 dan smk 29.”

64
65

Dari hasil wawancara dengan key informan di atas, dapat

penulis analisis yakni materi yang disampaikan pada saat

sosialisasi berlangsung ialah dengan memberikan penjelasan

program penerimaan calon anggota baru kepolisian Republik

Indonesia. Sejauh ini sosialisasi baru dilakukan kebeberapa

sekolah, yaitu SMAN 70 Jakarta dan SMKN 29 Jakarta.

3) Content (Isi)

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Sulistyo Pudjo, SIK, MSi

selaku Kabag Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan salah

satu elemen dalam strategi komunikasi 7-Cs PR

Communications yakni Content (Isi). Dapat diperoleh

pernyataan sebagai berikut:

“Kami menjelaskan bagai mana tata cara pendaftaran


dan mekanisme pendaftaran, kami menekankan bahwa
untuk menjadi anggota Polri tidak di pungut biaya
apapun.”

Dari hasil wawancara dengan key informan di atas, dapat

penulis analisis yakni isi yang disampaikan selama sosialisasi

program PID Goes To School ialah tata cara serta mekanisme

untuk melakukan pendaftaran penerimaan calon anggota

kepolisan Republik Indonesia. Dan juga tidak lupa Humas

Mabes Polri memberikan informasi penting yaitu untuk menjadi

anggota Kepolisian Republik Indonesia masyarakat tidak

dikenakan biaya.

65
66

4) Clarity (Kejelasan)

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Sulistyo Pudjo, SIK, MSi

selaku Kabag Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan salah

satu elemen dalam strategi komunikasi 7-Cs PR

Communications yakni Clarity (Kejelasan). Dapat diperoleh

pernyataan sebagai berikut:

“Kami mengemas acara tersebut dengan ringan dan


ramah agar mudah di mengerti, sebagai contoh kami
memberikan materi berupa games dan melakukan
kegiatan yang mendapatkan hadiah yaitu berupa
souvenir.”

Dari hasil wawancara dengan key informan di atas, dapat

penulis analisis yakni cara agar isi dari sosialisasi program PID

Goes To School dapat di pahami oleh target sasaran ialah

dengan mengemas sosialisasi tersebut dengan ringan dan

ramah agar mudah dimengerti oleh audience. Seperti

memberikan materi dan diselingi dengan permainan disertai

hadiah kecil dari Humas Mabes Polri. Hal tersebut dilakukan

agar materi yang disampaikan dpat mudah dimengerti.

5) Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi)

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Sulistyo Pudjo, SIK, MSi

selaku Kabag Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan salah

satu elemen dalam strategi komunikasi 7-Cs PR

66
67

Communications yakni Continuity and Consistency (Kontinuitas

dan Konsistensi). Dapat diperoleh pernyataan sebagai berikut:

“kami lakukan di dua tempat, di SMKN 29 dan SMAN 70.


Kebetulan materinya sama cuma bedanya di SMAN 70
kita jelaskan kalau lulusan SMA bisa masuk Akpol dan
Bintara. Sedangkan kalau di SMK kami jelaskan hanya
bisa masuk Bintara”

Dari hasil wawancara dengan key informan di atas, dapat

penulis analisis yakni sejauh ini sosialisasi baru dilaksanakan di

dua tempat yaitu SMKN 29 Jakarta dan SMAN 70 Jakarta.

Secara garis besar materi yang disampaikan dikedua tempat

tersebut sama. Namun terdapat sedikit perbedaan isi materi

yang disampaikan. Perbedaan tersebut ialah pelajar lulusan

SMA bisa mendaftar Akademi Polisi (AKPOL) dan Bintara.

Sedangkan pelajar lulusan SMK hanya bisa mendaftar Bintara.

6) Channels (Saluran)

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Sulistyo Pudjo, SIK, MSi

selaku Kabag Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan salah

satu elemen dalam strategi komunikasi 7-Cs PR

Communications yakni Channels (Saluran). Dapat diperoleh

pernyataan sebagai berikut:

“Ya sejauh ini sih kami juga menggunakan media sosial


yang kita punya. Di instagram divisi Humas Mabes polri,
media itu yang kami gunakan sebagai sarana komunikasi
dan sosialisasi dari program ini”

67
68

Dari hasil wawancara dengan key informan di atas, dapat

penulis analisis yakni Humas Mabes Polri juga menggunakan

media sosial sebagai sarana Humas Mabes Polri untuk

melakukan sosialisasi program PID Goes To School. Media

sosial yang digunakan adalah Instagram milik Divisi Humas

Mabes Polri.

7) Capability Of The Audience (Kapabilitas dan Kemampuan

Audiens)

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Bapak Sulistyo Pudjo, SIK, MSi

selaku Kabag Humas Mabes Polri yang berkaitan dengan salah

satu elemen dalam strategi komunikasi 7-Cs PR

Communications yakni Capability Of The Audience (Kapabilitas

dan Kemampuan Audiens). Dapat diperoleh pernyataan sebagai

berikut:

“pasti. Kenapa kita ambil itu? Materi sosialisai terhadap


penerimaan Polri karena hari itu 3 bulan sebelum
dibuka pendaftaran calon anggota penerimaan
Kepolisian Republik Indonesia, biar anak-anak itu bisa
mempersiapkan diri nya untuk mengikuti seleksi
penerimaan anggota Polri.”
Dari hasil wawancara dengan key informan di atas,

dapat penulis analisis yakni materi yang disampaikan tentu

disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Humas Mabes Polri

memberikan sosialisasi tepat 3 bulan sebelum pendaftaran

penerimaan calon anggota kepolisian Republik Indonesia

68
69

dibuka. Hal ini dilakukan agar masyarakat khusus nya para

pelajar dan mempersiapkan diri mereka untuk mengikuti seleksi

penerimaan calon anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Selama sosialisasi program PID Goes To School

berlangsung Divisi Humas Mabes Polri hampir tidak memiliki

hambatan yang berarti. Hal ini diperkuat dengan penuturan

Bapak Sulistyo Pudjo, SIK, Msi, yakni:

“hambatannya hampir tidak ada karna kami begitu


datang ke sekolah untuk menyampaikan keinginan
kami, pihak sekolah antusias menyambut hal tersebut.
Selain itu untuk membangun kemitraan antara polri dan
sekolah, jadi hampir tidak ada hambatan”

Dari hasil pemaparan yang diberikan Bapak Sulistyo

Pudjo dapat penulis analisis hampir tidak ada hambatan selama

kegiatan sosialisasi program PID Goes To School. Karena pihak

sekolah tempat kegiatan sosialisasi dilangsungkan menyambut

dengan positif dan sangat berantusias dengan adanya

sosialisasi program PID Goes To School. Sosialisasi PID Goes

To School juga membantu membangun hubungan baik antara

Kepolisian Republik Indonesia dengan pihak sekolah.

Sesuai hasil temuan data penelitian melalui wawancara

mendalam dengan Prof.Dr.H.Sunarto, M.Si untuk menanggapi

pernyataan dari para narasumber, dapat diperoleh pernyataan

sebagai berikut:

69
70

“Sosialisasi ukuran suksesnya adalah kalau sudah ada


kesamaan makna dari apa yang sudah disampaikan.
Misalnya orang mensosialisasikan tentang demam
berdarah kan disebutkan dengan banyak penyakit apa
sebabnya, apa pencegahannya, bagaimana
pengobatannya. Namun kembali lagi ke definisi
komunikasi tentang ilmu yang mempelajari bagaimana
penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan
memperoleh kesamaan makna.”

Dari hasil pemaparan yang diberikan oleh Bapak

Sunarto, dapat penulis analisis ukuran keberhasilan dari suatu

kegiatan sosialisasi ialah kalau sudah ada kesamaan makna

dari yang disampaikan kepada audience. Jika penyampaian

pesan dari komunikator ke komunikan memperoleh kesamaan

makna satu sama lain, maka sosialisasi dianggap berhasil.

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Prof.Dr.H.Sunarto, M.Si untuk

menanggapi pernyataan dari para narasumber, dapat diperoleh

pernyataan sebagai berikut:

“ya sudah efektif. Secara teori humas yang baik, humas


yang bisa tertib sosialisasinya itu harus dimulai dengan
melihat data, melihan kenyataan, melihat masalah, atau
melihat peta masalahnya tersebut ada dimana.
Permasalahannya ialah pihak polri memberikan
penjelasan didesa berbeda dengan di kota metropolitan.
Misalnya kalau di Jawa menggunakan wayang,
sedangkan di kota pakai musik nanti diselipkan sedikit
dialog juga atau pakai media baik media cetak maupun
media elektronik dan media sosial. Jadi cara
penyampaiannya / penjelasannya disesuaikan dengan
publik. Sosialisasi itu harus berdasarkan riset, kalau
sudah sesuai baru bisa kita memulai kegiatan
sosialisasinya”

70
71

Dari hasil pemaparan yang diberikan oleh Bapak

Sunarto, dapat penulis analisis kegiatan komunikasi humas

mabes polri dalam melakukan sosialisasi tersebut sudah efektif.

Yang terpenting ialah penyampaiannya / penjelasannya

disesuaikan dengan publik. Sosialisasi itu harus berdasarkan

riset, kalau sudah sesuai baru bisa memulai kegiatan

sosialisasinya.

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Prof.Dr.H.Sunarto, M.Si untuk

menanggapi pernyataan dari para narasumber, dapat diperoleh

pernyataan sebagai berikut:

“strategi sangatlah penting, setiap kegiatan kan ada visi


dan misi tujuan sasaran, dan suatu instansi sangat
memerlukan suatu strategi. Strateginya itu bagaimana
kekuatan baik sumber daya untuk berhasil kalau
manajemen ialah dengan POAC. Komunikasi dengan
menggunakan POAC nanti di isi ada pembagian kerja
dan sebagiannya harus dikoordinasikan satu dengan
yang lainnya supaya tidak timbul masalah, agar ada
kerja sama yang baik. Kemudian di komunikasikan visi
dan misi yang kita punya, kalau perlu diadakan kegiatan
agar masyarakat tidak kaget”

Dari hasil pemaparan yang diberikan oleh Bapak

Sunarto, dapat penulis analisis tanggapan beliau mengenai

strategi dalam kegiatan sosialisasi program PID Goes To

School ialah suatu instansi sangat memerlukan suatu strategi

agar sosialisasi sebuah program dari instansi tersebut dapat

disampaikan dengan baik ke target sasaran. Lebih baik

71
72

sosialisasi yang dilakukan mengacu pada POAC agar isi

pembagian kerja nya dapat dikoordinasikan satu dengan yang

lainnya. Hal ini dilakukan supaya tidak timbul masalah, agar ada

kerja sama yang baik.

Berdasarkan hasil temuan data penelitian melalui

wawancara mendalam dengan Prof.Dr.H.Sunarto, M.Si untuk

menanggapi pernyataan dari para narasumber, dapat diperoleh

pernyataan sebagai berikut:

“secara teori setiap elemen yang terdapat dalam teori


tersebut harus tetap dilaksanakan. Tidak boleh berhenti
begitu saja ditengah jalan. Peta masalah nya harus
jelas, setiap kegiatan harus di koordinasikan dengan
baik, tidak lupa harus di evaluasi juga dikontrol bagian
mana yang lemah.”

Dari hasil pemaparan yang diberikan oleh Bapak

Sunarto, dapat penulis analisis saran Beliau untuk humas

mabes polri mengenai strategi komunikasi dalam kegiatan

sosialisasi program PID Goes To School ialah elemen yang

terkandung dalam teori strategi komunikasi harus dilaksanakan

sebaik mungkin, tidak boleh sampai ada yang terlewat. Setiap

detail dalam elemen tersebut harus jelas dan tetap harus

diawasi agar sosialisasi dapat berjalan dengan baik sesuai.

72
73

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil temuan data penelitian dengan

menggunakan teori strategi komunikasi Four Step dan 7-Cs Pr

Communication melalui wawancara mendalam kepada key

informan dan dalam hal ini ialah Irjen Pol. Mohammad iqbal

S.IK.,MH yang menjabat sebagai kepala Kepala Divisi Humas

Mabes Polri dan Kombes Pol. Sulistyo Pudjo, SIK, Msi yang

menjabat sebagai Kepala Bagian Yaninfodok. Selain itu penulis

juga melakukan wawancara kepada Prof. Dr. H. Sunarto, M.Si

sebagai ahli komunikasi. Maka peneliti akan mengaitkan hasil

temuan data penelitian tersebut dengan teori strategi komunikasi

Four Step dan 7-Cs Pr Communications.

Cara Humas Mabes Polri mengevaluasi situasi eksternal

dan internal sebelum membuat suatu program ialah dengan

melakukan evaluasi terlebih dahulu sebelm membuat sebuah

program. Humas Mabes Polri juga menganalisa apa saja yang

dibtuhkan masyarakat dan siapa sajakah yang akan menjadi target

sasaran dari program tersebut.

Tindakan yang dilakukan oleh Humas Mabes Polri dalam

upaya mensosialisasikan program PID Goes To School dengan

melakukan sosialisasi ke beberapa sekolah di Jakarta, khususnya

sekolah-sekolah yang terletak dekat dengan kantor Mabes Polri,

karena target sasaran dari program PID Goes To School ialah para

73
74

pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 3. Dan sangat

mengejutkan ternyata antusias para pelajar sangat tinggi untuk

bergabung menjadi anggota kepolisian Republik Indonesia.

Yang terlibat langsung dalam melakukan sosialisasi

program PID Goes To School ialah Divisi Humas Mabes Polri,

khususnya biro PID bagian infodok. Hal tersebut dilakukan karena

yang membuat program PID Goes To School ialah bagian infodok

Divisi Humas Mabes Polri.

Sosialisasi yang dilakukan berhasil. Hal ini didukung

dengan masyarakat yang terlihat menyambut baik program PID

Goes To School. Selama sosialisasi berlangsung masyarakat

terlihat interaktif dan positif dalam menyambut program tersebut.

Humas Mabes Polri memiliki kriteria khusus untuk

menyampaikan penyuluhan dalam kegiatan sosialisai program PID

Goes To School. Hanya orang-orang terbaik yang dapat menjadi

bagian dalam sosialisasi program PID Goes To School. Materi yang

disampaikan pada saat sosialisasi berlangsung ialah dengan

memberikan penjelasan program penerimaan calon anggota baru

kepolisian Republik Indonesia. Sejauh ini sosialisasi baru dilakukan

kebeberapa sekolah, yaitu SMAN 70 Jakarta dan SMKN 29

Jakarta.

Isi yang disampaikan selama sosialisasi program PID Goes

To School ialah tata cara serta mekanisme untuk melakukan

74
75

pendaftaran penerimaan calon anggota kepolisan Republik

Indonesia. Dan juga tidak lupa Humas Mabes Polri memberikan

informasi penting yaitu untuk menjadi anggota Kepolisian Republik

Indonesia masyarakat tidak dikenakan biaya.

Cara agar isi dari sosialisasi program PID Goes To School

dapat di pahami oleh target sasaran ialah dengan mengemas

sosialisasi tersebut dengan ringan dan ramah agar mudah

dimengerti oleh audience. Seperti memberikan materi dan diselingi

dengan permainan disertai hadiah kecil dari Humas Mabes Polri.

Hal tersebut dilakukan agar materi yang disampaikan dpat mudah

dimengerti.

Sejauh ini sosialisasi baru dilaksanakan di dua tempat yaitu

SMKN 29 Jakarta dan SMAN 70 Jakarta. Secara garis besar materi

yang disampaikan dikedua tempat tersebut sama. Namun terdapat

sedikit perbedaan isi materi yang disampaikan. Perbedaan tersebut

ialah pelajar lulusan SMA bisa mendaftar Akademi Polisi (AKPOL)

dan Bintara. Sedangkan pelajar lulusan SMK hanya bisa mendaftar

Bintara.

Humas Mabes Polri juga menggunakan media sosial

sebagai sarana Humas Mabes Polri untuk melakukan sosialisasi

program PID Goes To School. Media sosial yang digunakan adalah

Instagram milik Divisi Humas Mabes Polri. Materi yang disampaikan

tentu disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Humas Mabes Polri

75
76

memberikan sosialisasi tepat 3 bulan sebelum pendaftaran

penerimaan calon anggota kepolisian Republik Indonesia dibuka.

Hal ini dilakukan agar masyarakat khusus nya para pelajar dan

mempersiapkan diri mereka untuk mengikuti seleksi penerimaan

calon anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Hampir tidak ada hambatan selama kegiatan sosialisasi

program PID Goes To School. Karena pihak sekolah tempat

kegiatan sosialisasi dilangsungkan menyambut dengan positif dan

sangat berantusias dengan adanya sosialisasi program PID Goes

To School. Sosialisasi PID Goes To School juga membantu

membangun hubungan baik antara Kepolisian Republik Indonesia

dengan pihak sekolah.

Ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan sosialisasi ialah

kalau sudah ada kesamaan makna dari yang disampaikan kepada

audience. Jika penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan

memperoleh kesamaan makna satu sama lain, maka sosialisasi

dianggap berhasil. Kegiatan komunikasi humas mabes polri dalam

melakukan sosialisasi tersebut sudah efektif. Yang terpenting ialah

penyampaiannya / penjelasannya disesuaikan dengan publik.

Sosialisasi itu harus berdasarkan riset, kalau sudah sesuai baru

bisa memulai kegiatan sosialisasinya.

Tanggapan Bapak Sunarto mengenai strategi dalam

kegiatan sosialisasi program PID Goes To School ialah suatu

76
77

instansi sangat memerlukan suatu strategi agar sosialisasi sebuah

program dari instansi tersebut dapat disampaikan dengan baik ke

target sasaran. Lebih baik sosialisasi yang dilakukan mengacu

pada POAC agar isi pembagian kerja nya dapat dikoordinasikan

satu dengan yang lainnya. Hal ini dilakukan supaya tidak timbul

masalah, agar ada kerja sama yang baik.

Saran Bapak Sunarto untuk humas mabes polri mengenai

strategi komunikasi dalam kegiatan sosialisasi program PID Goes

To School ialah elemen yang terkandung dalam teori strategi

komunikasi harus dilaksanakan sebaik mungkin, tidak boleh sampai

ada yang terlewat. Setiap detail dalam elemen tersebut harus jelas

dan tetap harus diawasi agar sosialisasi dapat berjalan dengan baik

sesuai.

77
78

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari wawancara serta pembahasan yang

telah ditemukan, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. - Strategi Komunikasi yang dilakukan oleh Humas Mabes Polri dalam

upaya mensosialisasikan informasi keterbukaan publik Polri melalui

kegiatan PID Goes To School dengan mengevaluasi situasi eksternal

dan internal terlebih dahulu sebelum membuat suatu program ialah

dengan melakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum membuat

sebuah program. Humas Mabes Polri juga menganalisa apa saja

yang dibtuhkan masyarakat dan siapa sajakah yang akan menjadi

target sasaran dari program tersebut.

- Humas Mabes Polri melakukan sosialisasi ke beberapa sekolah di

Jakarta, khususnya sekolah-sekolah yang terletak dekat dengan

kantor Mabes Polri, karena target sasaran dari program PID Goes To

School ialah para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 3. Dan

sangat mengejutkan ternyata antusias para pelajar sangat tinggi untuk

bergabung menjadi anggota kepolisian Republik Indonesia.

- Yang terlibat langsung dalam melakukan sosialisasi program PID

Goes To School ialah Divisi Humas Mabes Polri, khususnya biro PID

78
79

bagian infodok. Hal tersebut dilakukan karena yang membuat program

PID Goes To School ialah bagian infodok Divisi Humas Mabes Polri.

2. Hampir tidak ada hambatan selama kegiatan sosialisasi program PID

Goes To School. Karena pihak SMAn 70 dan SMKN tempat kegiatan

sosialisasi dilangsungkan menyambut dengan positif dan sangat

berantusias dengan adanya sosialisasi program PID Goes To School.

Sosialisasi PID Goes To School juga membantu membangun hubungan

baik antara Kepolisian Republik Indonesia dengan pihak sekolah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian, dengan penulis memberikan saran

ialah sebaiknya sosialisasi program PID Goes To School dilakukan serentak di

Sekolah Menengah Atas (SMA) seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan agar para

siswa siswi di daerah yang memiliki cita-cita sebagai anggota kepolisian pun bisa

mengetahui dengan jelas dan transparan bagaimana tata cara serta persyaratan

yang diperlukan untuk menjadi anggota kepolisian Republik Indonesia. Jadi tidak

hanya di Jakarta saja sosialisasi ini dilakukan, namun di daerah kota lain di

Indonesia juga perlu diadakan sosialisasi program PID Goes To School.

79
80

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Ardianto, Elvinaro. (2010). Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kualitatif
dan Kuantitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

------------------------. (2011). Komunikasi Pembangunan Perubahan Sosial.


Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Bungin, Burhan. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh


Media Massa, Iklan, Televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Kritik
Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckman, Jakarta: Kencana

Canggara, Hafied. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada

Cutlip, Scott M dan Broom, Glen M dan Center, Allen H. (2006). Effective Public
Relations. Jakarta: Kencana

Effendy, Onong Uchjana. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya

Farouk. (2004). Praktik Ilmu Komunikasi. Jakarta: Teraju

Hidayat, Dedy N. (2003). Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik


Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNiversitas
Indonesia

Jefkins, Frank. (2014). Public Relations. Jakarta: Erlangga

Kasali, Rhenald. (2005). Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di


Indonesia. Jakarta: Grafiti

Littlejohn, Stepehn W. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Moleong, J Lexy, Prof. Dr. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya

80
81

Muhammad, Arni. (2004). Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara

Nova, Firsan. (2009). Crisis Relations Bagaimana PR Menangani Krisis


Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Nova, Firsan. (2011). Crisis Relations Bagaimana PR Menangani Krisis


Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Puspita, Berlian. Artikel Jurnal. (2011). OPINI DAN KARAKTERISTIK WARGA


RT 7/RW 12 KELURAHAN RUNGKUT KIDUL SURABAYA TERHADAP
KOMPOR GAS ALAM

Rakhmat, Jalaludin. (2007). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Ruslan, Rosadi. (2014). Manajemen Public Relations & Media Komunikasi.


Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Salim, Agus. (2006). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta:


Tiarawacana

Soekanto, Soerjono. (2009). Peranan Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:


Rajawali Pers

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta

Suprapto, Tommy. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta. CAPS

Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. (2009). Metode Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara

Web:

Polri.go.id

81

Anda mungkin juga menyukai