Anda di halaman 1dari 113

UNIVERSITAS. PROF. DR.

MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKIRPSI

STANDARISASI BERITA JURNALISTIK


DI TELEVISI INEWS

Diajukan Oleh :

NAMA : SITI SHARA MARHULHA


NIM : 2014 – 41 – 196
KONSENTRASI : JURNALISTIK

Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Mencapai


Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas

berkat rahmat rahmat serta ridho-Nya, penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Standarisasi Berita

Jurnalistik di Televisi iNews” ini disusun dalam rangka memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana strata satu (S1) Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Prof Dr. Moestopo (Beragama)

Penulis sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penelitian skripsi ini, besar harapan penulis bila nantinya penelitian ini dapat

dilengkapi dengan penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir kata, penulis

berharap kiranya skripsi ini dapat berguna bagi mahasiwa dan mahasiswi

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) pada

khususnya, dan masyarakat pada umunya.

Jakarta, 9 Februari 2019

Siti Shara Marhulha

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena dengan rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hari dan penuh

keikhlasan, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih keada seluruh

pihak yang telah memberikan bantuan moril dan juga material kepada

penulis. Dan pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa

terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Kepada Kedua Orang Tua peneliti Ibu Siti Fajariah dan Bapak Wawan

Herdiana, yang selalu senantiasa mendoakan saya tiada hentinya, serta

fasilitas-fasilitas yang menunjang aktivitas penulis selama ini.

2. Prof. Dr. Rudy Harjanto, MM, M.Sn selaku Rektor

3. Dr, Prasetya Yoga Santosa, MM selaku Dekan Fikom Universitas Prof.

Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta.

4. Dr. Wahyudi M. Pratopo, S.IP, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

5. Bapak Nasrullah Kusadjibrata, S.Sos, M.Si selaku Ketua Konsentrasi

Jurnalistik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

6. Bapak Dr. Rajab Ritonga, M.Si dan ibu Dr. Retno Intani ZA, Dra, M.Sc

selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan

arahan selama proses penyusunan skripsi.

ii
7. Dr, Prasetya Yoga Santosa, MM dan Radja Erland Hamzah, M.kom

selaku dosen penguji komprehensif peneliti

8. Seluruh Dosen dan Petugas Administrasi, serta Pekerja di Fakultas Ilmu

Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), yang sudah

memberikan ilmu dan membantu administrasi peneliti

9. Ke empat adik saya Farah, Fathiyah, Rafi dan Rafi, yang selalu

menemani dan menghibur dikala proses pengerjaan skripsi ini terasa

begitu melelahkan.

10. Serta om, tante dan sepupu peneliti, bang pipi, ompit, tante Lia, Terahma,

Mama Nadia, Ayah Nadia, Ahmad, Nadia, Nada, Naila, Abib, Syami,

Habibie yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doa yang tidak

pernah putus dan dukungan dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

11. Ibu Mahareny Hamidah selaku narasumber peneliti yang sudah

membantu memberikan keterangan dan pendapat mengenai Standarisasi

Berita Jurnalistik di Televisi iNews.

12. Teman sekaligus sahabat Ranietta Putri Suilamia yang selalu membantu

dan memberi masukan terhadap peneliti

13. Teman-teman Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan 2014 khususnya

Maria, Heni , Sidik, Adolf, Agung, Ardica yang sama-sama berjuang

menyelesaikan skripsi ini.

14. Furqon adik senior yang menemani dan memberikan dukungan peneliti

iii
15. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

Akhir Kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Jakarta, 9 Februari 2019

(Siti Shara Marhulha)

iv
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................... i

UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................. v

DAFTAR TABEL ........................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... x

ABSTRAK .................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................... 1

1.2 Fokus Penelitian .................................................. 7

1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................... 7

1.4 Tujuan Penelitian ................................................. 8

1.5 Signifikasi Penelitian ............................................ 8

1.5.1 Signifikasi Akedemis ............................... 8

1.5.2 Signifikasi Praktis .................................... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN

TEORI .......................................................................... 9

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis ..................... 9

2.2 Kerangka Konsep-konsep Penelitian dan Teori ... 10

2.2.1 Komunikasi Massa .................................... 11

2.2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi Massa

..................................................... 14

2.2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa . 16

v
2.2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa .......... 19

2.2.2 Media Massa ............................................. 20

2.2.2.1 Peran Media Massa .................... 21

2.2.3 Media Televisi ........................................... 23

2.2.3.1 Karakteristik Televisi ................... 25

2.2.4 Berita ........................................................ 29

2.2.4.1 Jenis Berita ................................. 30

2.2.4.2 Isi Berita ..................................... 31

2.2.4.3 Nilai Berita (Ukuran Layak

Berita) ........................................... 31

2.2.4.4 Syarat – syarat Berita ................. 32

2.2.5 Standarisasi ............................................. 34

2.2.5.1 Tujuan Standarisasi .................... 35

2.2.5.2 Standar Kompetensi Penyiaran .. 36

2.2.5.3 Standar Program Siaran

diarahkan agar program siaran ... 36

2.2.5.4 Standar Teknis Penyiaran .......... 37

2.2.5.4 Pedoman Perilaku Penyiaran dan

Standar Program Siaran (P3

SPS) ............................................. 38

2.2.5.4 Undang – Undang Penyiaran ...... 39

2.2.6 Jurnalistik .................................................. 40

2.2.6.1 Bahasa Jurnalistik ...................... 41

vi
2.2.6.2 Fungsi atau Peran Jurnalistik ...... 45

2.2.7. Model Hierarchy Of Influence ..................... 46

2.3 Bagan Alur Pikir ................................................... 50

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................... 51

3.1 Paradigma Penelitian ........................................... 51

3.2 Pendekatan Penelitian ......................................... 52

3.2.1 Fungsi dan Pemanfaatan Kualitatif ............. 53

3.3 Jenis/Format Penelitian ....................................... 54

3.4 Metode Penelitian ................................................ 55

3.5 Objek dan Subjek Penelitian ................................. 56

3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................... 56

3.6.1 Wawancara ............................................... 57

3.6.2 Observasi .................................................. 58

3.6.2.1 Manfaat Observasi ..................... 58

3.7 Teknik Keabsahan Data ...................................... 60

3.8 Teknik Analisis data ............................................. 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................. 63

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .................................. 63

4.1 Gambar Struktur Organisasi iNews tv…. ............. 65

4.2 Logo iNews tv ...................................................... 66

4.1.1 Visi dan Misi Inews .................................... 67

4.1.2 Alur Penyajian Berita iNews ...................... 67

vii
4.2 Deskripsi Subjek Hasil Penelitian ......................... 69

4.2.1 Section Head News Gathering .................. 70

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .................................... 70

4.3.1 Program Berita iNews ............................... 70

4.3.2 Standarisasi Berita Jurnalistik di iNews ..... 71

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .............................. 76

BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan .......................................................... 89

5.2 Saran ..................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu ........................... 10

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir ................................................. 50

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ............................................ 65

Gambar 4.1.2 Alur Penyajian Berita Inews ............................... 67

x
ABSTRAK

Nama : Siti Shara Marhulha


NIM : 2014 – 41 - 196
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Jurusan : Jurnalistik
Judul : Standarisasi Berita Jurnalistik di Televisi iNews
Jumlah Bab/Halaman : 5 Bab/ 90 hal
Bibliografi : 34 Buku & 4 Website
Pembimbing : 1. Dr. Rajab Ritonga, M.Si
: 2. Dr. Retno Intani ZA, Dra, M.Sc

Standarisasi berita jurnalistik merupakan penentuan dari suatu ukuran


yang harus diikuti dalam memproduksi dalam suatu berita. Standarisasi juga
bisa sebagai proses pembuatan membentuk standar. Standar sendiri
memiliki pengertian sebagai sebuah aturan yang biasanya digunakan yang
bersifat wajib. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui standarisasi
berita jurnalistik di Televisi iNews. Peneliti menggunakan model Hierarchy of
Influence, yaitu model yang mengungkapkan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi isi sebuah media. Peneliti menggunakan paradigma
konstruktivis guna dapat mengkaji lebih dalam serta mengembangkan
realitas-realitas yang terjadi dalam objek penelitian. Pendekatan yang
dilakukan peneliti adalah pendekatan kualititaf, dengan melakukan teknik
pengumpulan data observasi, wawancara dan triangulasi. Dan agar peneliti
dapat menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi dalam penelitian ini,
penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Penelitian ini
menunjukan adanya faktor-faktor internal maupun eksternal yang
mempengaruhi penetapan standar berita di iNews. Bahwa para penulis
dituntut untuk bekerja dengan deadline. Selain itu dalam menentukan berita
harus sesuai dengan nilai-nilai berita seperti ketokohan, memiliki dampak
dan timeliness.

Kata Kunci: Standarisasi, Jurnalistik, iNews

xi
ABSTRACT

Name : Siti Shara Marhulha


NIM : 2014 – 41 - 196
Study Program : Communication
Major : Journalism
Title : Standardization of Journalistic News on iNews
Television
Chapter/Pages : V/90Pages
Bibliografi : 34 Books & 4 Websites
Preceptor : 1. Dr. Rajab Ritonga, M.Si
: 2. Dr. Retno Intani ZA, Dra, M.Sc

Standardization of journalistic news is the determination of a measure that


must be followed in producing in a news. Standardization can also be a process of
making standards. The standard itself has an understanding as a rule that is usually
used that is mandatory. The purpose of this study was to find out the standardization
of journalistic news on iNews Television. The researcher used the Hierarchy of
Influence model, which is a model that reveals the existence of factors that influence
the content of a media. The researcher uses the constructivist paradigm in order to
be able to examine more deeply and develop the realities that occur in the object of
research. The approach taken by the researcher is a qualitative approach, by
carrying out techniques of collecting data on observation, interviews and
triangulation. And so that researchers can analyze the phenomena that occur in this
study, this study uses a case study research method. This research shows that
there are internal and external factors that influence the setting of news standards
on iNews. That writers are required to work with deadlines. In addition, in
determining the news must be in accordance with news values such as personality,
have an impact and timeliness.

Keywords: Standardization, Journalism, iNews

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Media massa dapat diartikan sebagai segala bentuk media atau

sarana komunikasi untuk menyalurkan dan mempublikasikan berita

kepada publik atau masyarakat. Bentuk media atau sarana jurnalistik

yang kini dikenal terdiri atas media cetak, media elektronik, dan media

online. Hampir semua media massa, media cetak maupun media

elektronik, memiliki berita atau informasi yang tidak hanya menampilkan

berita tentang suatu peristiwa-peristiwa penting, seperti bencana alam,

politik, hukum, ekonomi dan sebagainya.

Media massa telah menjadi “mesin” bisnis yang mampu menyerap

ribuan sampai puluhan ribu tenaga kerja. Media massa pun telah

mengambil peran aktif dalam mencerdaskan keidupan bangsa melalui

penyajian berbagai informasi, berita, fakta dan peristiwa terkini yang layak

diketahui publik. Oleh karena itu, kita perlu mengambil peran aktif dalam

mengawal kemajuan dan perkembangan industri media massa

mendatang.

Masyarakat dapat mengkonsumsi suatu berita melalui media

massa. Media massa mampu menembus ruang dan waktu. Karena

melalui berita di media massa, masyarakat dapat mengetahui apa yang

terjadi dibelahan dunia tanpa harus berada disana.

1
“media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa

menyebar pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas

dan heterogen, kelebihan media dibanding dengan jenis komunikasi lain

adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media

massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak

terbatas” (Nurudin,2007:9).

Dalam bentuk standar dari berita jurnalistik, dimana standar

jurnalistik merupakan pedoman suatu pemberitaan. Setiap media massa

baik cetak maupun elektronik harus memenuhi standarisasi dari

jurnalistik. Standarisasi yaitu penentuan dari suatu ukuran yang harus

diikuti dalam memproduksi dalam sesuatu atau hal. Standarisasi juga

bisa sebagai proses pembuatan membentuk standar. Standar sendiri

memiliki pengertian sebagai sebuah aturan yang biasanya digunakan

yang bersifat wajib. Untuk itu, standarisasi bisa dikatakan merupakan

suatu proses dari sebuah pembentukan standar teknis yang nantinya

akan dijadikan sebagai acuan atau cara uji.

Dengan menggunakan standarisasi maka, suatu kelompok bisa

dengan mudah berkomunikasi sesuai dengan pedoman yang sudah

ditetapkan agar menjaga tetap fokus. Standarisasi dalam berbagai bidang

memiliki peranan penting masing-masing. Salah satunya standarisasi

dalam bidang informasi ilmu komunikasi. Standarisasi memiliki dampak

yang besar dalam pengelolaan Ilmu Komunikasi dalam penerapan

jurnalistik salah satunya berita.

2
Tentunya dibutuhkan standarisasi berita jurnalistik serta susunan-

susunan standar jurnalistik yang tepat dan sesuai, sebagai strategi dari

media itu sendiri untuk meraih khalayak yang sesuai dengan segmentasi

sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk

mengangkat topik ini sebagai sebuah pembahasan dalam penelitian.

Penelitian juga merasa tertarik meneliti susunan serta standarisasi berita

jurnalistik di dalam iNews Pagi, sebagai media televisi yang sedang

berkembang.

Secara umum, setiap media televisi bertujuan untuk

menyampaikan berita dan pendapat yang dapat menarik perhatian dan

bermanfaat bagi penonton. Untuk itu peran standar jurnalistik suatu

media massa sangat besar dalam memenuhi kebutuhan pembaca.

Bahwa Standar Program Siaran adalah penjabaran teknis Pedoman

Perilaku Penyiaran yang berisi tentang batasan-batasan yang boleh dan

tidak boleh ditayangkan pada suatu program siaran. Permasalahan

tersebut mulai dari penentuan isi, pecarian dan pengumpulan data

dilapangan hingga proses pemilihan berita yang menarik perhatian

penontonnya.

Semua itu adalah serangkaian standar kerja yang harus

dilakukan dalam penyajian informasi untuk penonton. Untuk itu,

dibutuhkan kerja keras dan keprofesionalan tim redaksi dalam

memberikan yang terbaik untuk penontonnya. Media elektronik

tergolong jenis media massa yang terpopuler. Media televisi

3
merupakan media komunikasi yang bersifat gambar dan suara. Jenis

media televisi sangat banyak sekali dan juga beragam.

Televisi – televisi di Indonesia seperti SCTV, Trans, RTV,

RCTI, TVONE, iNews, SCTV, RTV, Trans7, IVM, ANTV, NET, GTV,

KOMPASTV dan MNCTV adalah beberapa stasiun televisi di

Indonesia. Di dalam sebuah media ada yang namanya rating dan

share. Dengan adanya rating dan share maka masing-masing dari

televisi mengetahui seberapa banyak masyarakat menyukai program-

program yang dimiliki masing-masing televisi.

Sumber : AC Nielsen

Rating dan share dibagi menjadi tiga bagian, yakni seharian

penuh, jam primetime dan non primetime. Dari hasil diatas rating dan

share seharian penuh atau peringkat satu di tempatkan oleh SCTV,

untuk jam primetime juga ditempatkan oleh SCTV, dan di jam non

primetime ditempatkan oleh IVM (Indosiar). Posisi iNews masih

4
terbilang cukup jauh dibandingkan SCTV dan Indosiar, karena

memang iNews ini televisi yang khusus menayangkan pemberitaan.

Saat ini, berbagai macam media di Indonesia terus berlomba-

lomba merebut perhatian penontonnya. Mulai dari isi konten dan

program yang ditayangkan. Banyaknya program berita terutama

siaran televisi lokal hingga regional yang ditayangkan di televisi

membuat pesatnya persaingan di dunia pemberitaan untuk menarik

perhatian pemirsa. iNews TV adalah salah satu TV lokal yang

merupakan bagian dari jaringan media terintegrasi terbesar di Asia

Tenggara, yaitu MNC Media. iNews adalah jaringan televisi lokal

terbesar di Indonesia. Mengawali perjalanan hidupnya, pertama kali

diluncurkan dengan nama SUN TV pada tanggal 5 Maret 2008. Siaran

perdana SUN TV semula hanya dapat dilihat secara terestrial di

beberapa jaringan televisi lokal di Indonesia serta melalui Indovision,

Oke Vision dan Top TV. Seiring berjalannya waktu perubahan demi

perubahan dilakukan. Sejak tanggal 26 September 2011, SUN TV

berubah namanya menjadi SINDOTV yang merupakan perwujudan

dari sinergi SINDO Media, bersama dengan SINDO Radio (Trijaya

FM), Koran SINDO serta portal sindonews.com. Pada tanggal 23

September 2014 secara resmi Menteri Komunikasi dan Informatika RI

memberikan izin stasiun jaringan bagi SINDOTV. Kemudian pada

tanggal 6 April 2015, SINDOTV berubah menjadi iNewsTV yang

5
merupakan singkatan dari Indonesia News Televisi. Pada tanggal 31

Oktober 2017, iNewsTV berubah nama menjadi iNews.

iNews merupakan televisi nasional yang memiliki jaringan

televisi lokal terbanyak di seluruh Indonesia. Dengan didukung

jaringan yang luas ini, iNews dipastikan akan mengangkat dan

menonjolkan konten lokal dari masing-masing daerah. iNews akan

menjadi stasiun televisi yang mengunggulkan program-program berita

dan informasi yang cepat, akurat, informatif, mendidik serta

menginspirasi. Untuk memperkuat keunggulannya sebagai televisi

berita dan informasi, iNews didukung oleh news centre dan news

gathering terbesar di Indonesia.

Adapun visi dan misi iNews adalah menjadi sebuah televisi

nasional dengan konsep lokal berjaringan yang menayangkan

program-program referensi, memberikan informasi dan inspirasi yang

kaya akan ragam konten lokal, nasional maupun internasional, dan

menyajikan informasi yang cepat, terpercaya dan berimbang.

Meningkatkan potensi daerah dengan menyajikan informasi dan

hiburan lokal yang lengkap dan beragam, memberikan pembelajaran

dan inspirasi kehidupan, turut serta dalam menjaga dan melestarikan

kebudayaan nasional, menggerakan ekonomi masyarakat melalui

berbagai informasi yang memberikan stimulasi dan peluang berusaha.

Peneliti memilih pemberitaan di iNews karena memang pada

dasarnya iNews televisi mempunyai program berita yang non-stop 24

6
jam yang selalu memberikan informasi-informasi yang inspiratif dan

informatif, dibandingkan dengan MNC, GTV dan RCTI. Berita di iNews

memuat berita baik dari dalam maupun dari luar negeri, politk,

ekonomi, budaya, hukum dan kriminal. Peneliti merasa perlu untuk

mengangkat topik ini sebagai sebuah pembahasan dalam penelitian.

Peneliti juga merasa tertarik untuk meneliti standarisasi berita

jurnalistik di iNews apakah sudah sesuai dengan standar penyiaran

yang sudah di tentukan oleh undang-undang penyiaran.

1.2 FOKUS PENELITIAN

Dalam penelitian kali ini, penelti akan membahas mengenai

bagaimana standarisasi berita jurnalistik di iNews. Fokus penelitian akan

diarahkan pada standarisasi berita jurnalistik di iNews. Tentunya

informasi yang akan dikemas menjadi sebuah berita, akan disusun

sedemikian rupa agar menjadi sebuah berita yang berkualitas dan

memiliki nilai berita.

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan dari hasil penjabaran dan pengertian serta pendapat

yang telah dibahas pada latar belakang penelitian ini, maka, rumusan

masalah yang akan diangkat adalah sebagai berikut: Bagaimana

standarisasi berita jurnalistik di iNews?

7
1.4 TUJUAN PENELITIAN

Penulis mencoba menggali beberapa hal yang akan menjadi

fokus dari penelitian ini, agar dapat benar-benar memahami apa saja

sebenarnya tujuan dari peneliti ini. Berdasarkan penjelasan pada fokus

penelitian yang telah dijabarkan diatas, maka, tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui standarisasi berita jurnalistik di Televisi iNews.

1.5 SIGNIFIKANSI PENELITIAN

1.5.1 SIGNIFIKANSI AKADEMIS

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu

memberikan pengetahuan mengenai standarisasi berita jurnalistik

dalam sebuah media terutama untuk mahasiswa komunikasi

dengan konsentrasi jurnalistik. Dari penelitian ini, bisa dilihat juga

ilmu komunikasi apa saja yang digunakan.

1.5.2 SIGNIFIKANSI PRAKTIS

Penulis berharap agar penelitian ini dapat menambah

pengetahuan lebih banyak kepada penulis dan juga praktisi

komunikasi lainnya, mengenai standarisasi berita jurnalistik serta

dapat bermanfaat untuk memberikan masukan kepada

perusahaan media televisi dalam menerapkan standarisasi berita

jurnalistik.

8
BAB II
KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA TEORI

2.1 KAJIAN PUSTAKA – PENELITIAN SEJENIS

Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menemukan dua penelitian

yang serupa dan telah menjadi acuan dalam beberapa aspek penulisan

penelitian ini.

Penelitian yang pernah dilakukan beberapa penelitian lainnya,

diantaranya adalah Andrianto Gunawan (2013). Andrianto Gunawan

menggangkat tema yang sama untuk dijadikan sebagai judul

penelitiannya, serta beberapa metode yang mirip dengan penelitian yang

akan diteliti saat ini. Berikut data dan informasi yang didapatkan.

Pada penelitian Andrianto Gunawan yang berjudul Tingkat

Pemahaman Mahasiswa Jurnalistik Tentang Penulisan Berita di Media

Cetak ia meneliti mahasiswa jurnalistik dalam penulisan berita sesuai

dengan standar jurnalistik.. Andrianto Gunawan menggunakan

TeoriModel Elaborasi, dan juga menggunakan metode penelitian

kualitatif. Penelitian Andrianto Gunawan ini, bertujuan untuk mengetahui

tingkat pemahaman mahasiswa akan penggunaan unsur-unsur berita.

Penelitian kedua yang sebelumnya juga sudah dilakukan adalah

Pola dan Alur Kerja Jurnalistik dalam ruang redaksi Berkonvergensi yang

diteliti oleh Hanum Kusuma. Pada tahun 2012, Hanum Kusuma meneliti

mengenai alur kerja jurnalistik dalam ruang redaksi berkonvergensi.

9
Hanum Kusuma fokus pada alur kerja jurnalistik dalam mengumpulkan

dan memproduksi berita untuk dipublikasikan. Dalam penelitian, Hanum

Kusuma juga menggunakan Teori Hierarchy of Influence serta

menggunakan metode penelitian kualtatif. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menjawab permasalahan mengenai pola dan alur kerja jurnalistik

dalam mengumpulkan dan memproduksi berita untuk dipublikasikan

dalam media cetak dan online.

Table 2.1 Perbandingan penelitian terdahulu

No Aspek Andrianto Hanum Kusuma Siti Shara


Gunawan Dewi Marhulha
Universitas Sultan Universitas Universitas Prof.
Ageng Tirtayasa Indonesia Dr. Moestopo
(2013) (2012) (Beragama)
(2018)

1 Judul Tingkat Pola dan Alur Standarisasi


Pemahaman Kerja Jurnalistik Berita Jurnalistik
Mahasiswa Dalam Ruang di iNews Pagi
Jurnalistik Tentang Redaksi
Penulisan Berita di Berkonvergensi
Media Cetak
2 Tujuan Untuk memahami Untuk menjawab Untuk
Penelitian mahasiswa pola dan alur mengetahui
tentang penulisan kerja jurnalistik standarisasi
jurnalistik di media dalam berita jurnalistik
cetak mengumpulkan di iNews Pagi.
dan memproduksi
berita untuk
dipublikasikan
3 Teori Teori Model Teori Hierarchy of Model Hierarchy
Kemungkinan Influence. of Influence
Elaborasi
4 Metode Kualitatif, Kualitatif Deskriptif
Penelitian Deskriptif Kualitatif

10
5 Hasil Hasil penelitian Di dalam rapat Faktor yang
Penelitian menunjukan redaksi yang lebih berperan
bahwa menyatu terdapat dalam
pemahaman akan alur kerja mempengaruhi
jenis berita pada jurnalistik untuk standarisasi
mahasiswa media cetak dan berita jurnalistik
memiliki tingkat online. Penyatuan di iNews adalah
pemahaman yang yang dikenal faktor rutinitas.
sangat tinggi dengan Bahwasanya
tentang unsur konvergensi para tim dalam
berita dan tersebut terlihat menentukan
menunjuk bahwa dari segi berita harus
responden mampu strukural, sesuai dengan
mengaplikasikan peliputan, dan standar berita.
pelajaran dari penyajian berita. Seperti harus
matakuliah Konvergensi sesuai dengan
penulisan berita. berpengaruh undang-undang
terhadap pola penyiaran
dan alur kerja
jurnalistik

2.2 KERANGKA KONSEP – KONSEP PENELITIAN DAN TEORI

2.2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi Massa adalah proses pertukaran proses antara

komunikator dengan komunikan, dimana komunikan dalam

komunikasi massa tak hanya berupa individu melainkan khalyak

banyak (publik). Mediumnya pun berupa media massa karena sifat

media massa yang dapat mencakup khalayak banyak. Pengertian ini

diperkuat oleh definisi komunikasi massa yang paling sederhana, oleh

Bitnner (2009:288) dalam buku Rakhmat, yang menjelaskan bahwa

komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media

massa pada sejumlah besar orang.

11
Deddy Mulyana (2007:83) menambahkan definisi mengenai

komunikasi massa yang lebih lengkap. Ia menjelaskan bahwa

komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media-

media massa cetak maupun elektronik, dengan harga yang relative

mahal, dan dikelola oleh suatu lembaga atau perorangan, dan isinya

ditujukan untuk seluruh masyarakat yang tersebar di berbagai tempat

tanpa mengetahui khalayaknya.

DeFleur dan Denis (1998) juga mengungkapkan definisi

komunikasi massa lainnya yaitu proses komunikasi antara

komunikator dengan komunikan menggunakan media massa sebagai

pengantar pesannya.

“komunikasi massa adalah proses komunikasi dimana


komunikator-komunikator menggunakan media untuk
menyebarluaskan pesan-pesan secara luas dan secara terus
menerus, sehingga menciptakan makna yang diharapkan untuk
mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda cara.”
(DeFleur dan Dennis, 2001:158)

Dalam proses pengembangannya kebudayaan manusia,

Komunikasi Massa menjadi proses dan bidang ilmu komunikasi yang

mempunyai tingkat pengaruh cukup penting bagi perubahan dan

dinamika sosial kehidupan manusia. Hal ini membuat media massa

menjadi salah satu bagian dari institusi tertuat di dalam masyarakat.

Dalam komunikasi massa, media massa berperan begitu perkasa, dan

menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan

menyampaikan pesan kepada khalayak.

12
Sumber Komunikasi massa bukanlah satu orang (individu),

melainkan satu organisasi formal dimana pada umumnya „pengirim‟

pesan merupakan komunikator professional. Pesan-pesan yang

disampaikan beraneka ragam, tidak unik, serta dapat diprediksi.

Dennis McQuail (1996:33) menyebutkan bahwa pesan-pesan yang

sering disampaikan sering kali diproses, distandarisasi, dan selalu

diperbanyak terlebih dahulu. Pesan-pesan tersebut merupakan suatu

produk dari komuditi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik

yang isinya mengandung nilai kegunaan.

Komunikasi massa memberikan peluang bagi media-media

massa untuk memperbesar khalayak potensial melampaui batas-

batas yang ada. Populasi yang besar letak geografis yang terletak

berjauhan (dari berbagai negara), memungkinkan media massa untuk

menjangkau khalayak secara bersamaan dengan isi konten yang

sama. Umumnya konten-konten media yang disebarkan, sudah

disetujui oleh mereka yang memiliki kekuasaan politik dan sosial.

Maka awal dari komunikasi massa dan yang masih bertahan,

diambil sebagian bedar dari gagasan orang-orang sebagai „massa‟

dan dari karakteristik media massa yang dipersepsikan dari pada ide

komunikasi-komunikasi lainnya. Menurut Dennis McQuail (2011,308)

persepsi „massa‟ umumnya dikaitkan dengan ukuran anonimitas,

ketidakhtahuan secara umum, kurangnya stabilitas serta rasonalitas.

Sifat massa seperti yang telah disebutkan, membuat para „massa‟ itu

13
rentan terhadap persuasi dan juga saran. Karenanya, massa

membutuhkan pengendali ataupun pemandu (penguasa)yang dapat

membawa mereka untuk dapat bergerak lebih stabil dan berfikir

secara rasional. Media massa dianggap dapat sebgai alat yang

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

“kelangsungan hidup dari kondisi atau keberadaan dari


komunikasi massa yang saat ini sulit dibedakan dari proses
sosial lainnya, umumnya karena tingkat fungsionalitasnya yang
tinggi bagi kekuatan pergerakan utama dalam masyarakat dan
hubungannya yang akrab dengan aspirasi manusia. Bentuk
komunikasi massa yang muncul, bangkit dan juga dikuatkan
secara tinggi konsisten dengan tren yang mendasari kepada
konvergensi dan globalisasi serta mediatisasi dari apapun.”
(McQuail, Dennis. 2011:312)

Keinginan masyarakat untuk berkomunikasi tidak hanya

berasal dari kebutuhan politik, maupun ekonomi saja. Setiap individu

memiliki keinginan untuk bekerja sama, berbagi, bersosialisasi,

menggabungkan tujuan pribadi, serta keinginan-keinginan lainnya.

2.2.1.1 Unsur-unsur Komunikasi Massa

Bagian-bagian terpenting yang membentuk dan

mendukung terjadinya suatu sistem dan susunan yang komplit

disebut dengan unsur. Dalam melakukan proses dokumentasi,

diperlukan unsur-unsur pula, yang berfungsi untuk mendukung

dan membangun proses kelancaran pertukan pesan antara

komunikator dan komunikan yang lainnya. proses komunikasi

masa dapat dikatakan oleh kompleks, karena unsur-unsur

didalam komunikasi masa memiliki karakteristik tertentu.

14
Burhan Bungin (2007:71) menyebutkan bahwa

komunikasi massa memiliki 6 unsur, yaitu komunikator, media

massa, pesan, gatekeeper, khalayak, dan umpan balik. Disini

kita melihat bahwa unsur-unsur yang dimiliki komunikasi massa

sedikit mirip dengan unsur-unsur komunikasi seperti yng

disebutkan oleh Harold. D. Lasswell (1960). Perbedaannya

hanyalah, pada komunikasi massa terdapat unsur gatekeeper

yang tugasnya akan dijelaskan berikut ini.

1) Komunikator. Komunikator adalah pihak penyampai pesan.

Pada komunikasi massa, komunikator menggunakan

medium media massa untuk menyebarkan pesannya ke

khalayak luas secara lebih cepat.

2) Media Massa. Media massa berfungsi sebagai alat

penghubung antara komunikator dengan komunikan. Media

massa memiliki sifat terbuka sehingga siapapun bisa

melihat, mendengar ataupun membaca pesan yang

disampaikan.

3) Pesan. Informasi atau pesan yang disampaikan umumnya

berupa informasi yang diperuntukan bagi khalayak banyak,

bukan informasi pribadi karena media yang menyebarkan

pesan itu sendiri memiliki sifat terbuka, hingga siapapun

bisa mengkonsumsinya.

15
4) Gatekeeper. Gatekeeper bertugas sebagai penyunting

pesan ataupun informasi sebelum disebarluaskan ke

khalayak luas. Gatekeeper berhak menyeleksi pesan-pesan

mana yang layak disiarkan atau tidak layak disiarkan.

5) Khalayak. Komunikan didalam komukasi massa berupa

khalayak yang banyak.

6) Umpan balik. Feedback atau umpan balik dalam komunikasi

massa berbeda dengan komunikasi antarpribadi. Umpan

balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda.

2.2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Dari pengertian definisi komunikasi massa yang telah

dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi di atas, serta

unsur-unsur komunikasi massa yang juga telah disebutkan di

atas, kita dapat mengetahui seperti apa karakteristik-

karakteristik komunikasi massa. Meskipun pada basic-nya,

definisi komunikasi massa itu sendiri tidak berbeda jauh

dengan definisi-definisi komunikasi lainnya. namun komunikasi

massa tetap memiliki karakteristik yang berbeda dengan

karakteristik komunikasi lainnya. karakteristik komunikasi

massa yaitu:

1) Komunikatornya Terlembaga. Komunikator dalam

komunikasi massa bergerak dalam organisasi kompleks

yang terdiri dari banyak orng seperti wartawan, editor,

16
pimpinan redaksi, dan lainnya. karenanya, membutuhkan

modal yang besar untuk menunjang lembaganya. Semakin

banyak peralatan yang disbutuhkan, semakin besar pula

dana yang diperlukan. (McQuil, 2005.)

2) Khalayak Sasaran. Bila identitas komunikan pada

komunikasi lainnya sudah terlihat jelas, pada komunikasi

massa komunikannya berjumlah sangat banyak, anonim

(tidak saling mengenal satu sama lain), dan hetegoren

(beragam jenis manusia), karena tidak terbatas jarak dan

geografis.

3) Isi Pesan. Karena komunikannya mencakup seluruh

masyarakat, maka isi pesan yang disampaikan bersifat

umum dan berkepentingan bagi banyak orang, bukan

disampaikan karena adanya kepentingan pribadi.

4) Waktu Penyampaian. Pada komunikasi massa waktu

penyampainnya cepat dan mampu menjangkau khalayak

luas tidak terbatas secara geografis dan kurtural. Misalnya,

acara piala dunia yang disiarkan secara langsung dapat

dinikmati secara langsung pula oleh penonton dari seluruh

mancanegara.

5) Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah. Karena pesannya

disampaikan melalui media massa (tidak ada pertemuan

langsung antara komnikator dengan komunikan), maka

17
komunikan tidak dapat secara langsung memberikan

feedback atau respon kepada komunikator.

6) Mengutamakan Unsur Isi Daripada Hubungan. Dalam

komunikasi massa, isi pesan harus dibuat dengan

terstruktur berdasarkan kriteteria tertentu. Karena

komunikator dan komunikannya tidak dapat secara

langsung bertatap muka, maka, isi pesan lebih diutamakan

dari pada hubungan antara komunikator dengan komunikan

7) Feedback dalam Komunikasi Massa . seperti yang sudah

disebutkan diatas, komunikasi massa bersifat satu arah.

Sehingga umpan balik (feedback) tidak dapat diterima

secara langsung atau teertunda.

8) Stimulasi Alat Indera Yang terbatas. Dalam komunikasi

massa, stimulus alat indera bergantung pada jenis media

massa. Pada surat kabar dan majalah melihat. Pada siaran

radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar,

sedangkan pada media televise dan film, kita menggunakan

indera penglihatan dan pendengaran.

Karakteristik ini juga merupakan kelemahan dari komunikasi

massa, contohya; orang tidak bisa melihat atau (tunanetra) hanya bisa

mendengar radio, tidak bisa membaca surat kabar dan menonton

televisi (Vera,2008)

18
2.2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa yang di definisikan sebagai proses

penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan

(khalayak banyak) melalui media massa, memiliki fungsi

sebagai penyampai informs ataupun pesan, baik informasi

yang positi maupun negatif. Fungsi komunikasi massa pertama

kali dicetuskan oleh Harold. D. Lasweell (1948), yang

menyebutkan bahwa fungsi komunikasi secara umum adalah

untuk pengawasan lingkungan hidup, pertalian, dan

penyebaran warian social (Effendy, Onong. 2003:28)

Sayangnya, Lasweell tidak memberikan rincian lebih

lanjut mengenai fungsi-fungsi komunikasi massa yang ia

kemukakan, sehingga seorang ahli sosialogi Charles R. Wright

(Dalam Teori Komunikasi Massa, 2000), menambahkan dan

memberikan penjelasan fungsi komunikasi massa sebagai

berikut:

1) Surveillance. Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan

penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam

lingkungan, baik diluar maupun didalam masyarakat.

Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut dengan

Handling of News.

2) Correlation. Meliputi fungsi interpretasipesan yang

menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam

19
mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini

diidentifikasikan sebagai fungsi editorial atau propaganda.

3) Transmission. Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan

informasi, nilai-nilai dan norma-norma social budaya dari

satu generasi yang lain, atau abggota-anggota suatu

masyarakat kepada pendatang baru, fungsi ini

diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.

4) Entertainment. Menunjuk pada kegiatan-kegiatan

komunikatif yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan

tanpa efek-efek tertentu. (Sumber: Wiryanto, 2000:11-12)

2.2.2 Media Massa

Seperti halnya pesan lisan dan isyarat, sudah menjadi bagian tak

terpisahkan dlam bagian komunikasi dan kehidupan manusia. Media

digambarkan sebagai perpanjang lidah dan tangan yang telah berjasa

bagi manusia dalam meningkatkan kapasitas dan struktur sosialnya.

Media massa merupakan saluran penyampaian informasi maupun

pesan antara komunikator dengan komunikan. Melalui media massa,

kita dapat memperoleh informasi mengenai hal-hal yang sebelumnya

tidak kita ketahui seperti, beda, orang bahkan tempat-tempat yang

belum pernah kita kenal secara langsung. Media Massa bekerja untuk

menyampaikan informasi maupun pesan, dari seseorang ataupun

organisasi ke khalayak banyak.

20
Hal ini disebutkan oleh Antonius Birowo (2004) dalam bukunya

Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi. Antonius

menyebutkan bahwa media merupakan forum diskusi public megenai

sebuah peristiwa, yang melibatkan wartawan, sumber berita dan

khalayak.

“Media massa pada dasarnya memang merupakan media diskusi


public tentang suatu masalah yang akan melibatkan tiga pihak,
yaitu wartawan, sumber berita, dan khalayak. Setiap pihak sudah
pasti persolan agar dapat diterima oleh khalayak. Oleh karena itu,
media menjadi arena kritis dari pertarungan media ditempatkan
perhatian itu sendiri bukanlah gerakan social, tetapi lebih kepada
penafsiran yang menyampaikan pandangan atas realitas agar
didukung banyak orang.” (Birowo, Antonius 2004:167)
Media massa pada awalnya tebrbagi menjadi atas 2 jenis yaitu

media cetak dan elektronik. Media cetak berupa media massa yang

dicetak kedalam lembaran kertas, seperti surat kabar, koran, tabloid

dan mjalah. Sedankan media elektronik adalah media massa yang

disebarluaskan melalui rangkaian alat-alat elektronik, berupa gambar

ataupun suara, seperti televisi atau radio.

2.2.2.1 Peran Media Massa

Media massa telah menjadi bagian dari lifestyle (gaya

hidup) manusia modern. Kehadiran media massa sangat

berpengaruh dalam kehidupan kita semua. Peran dan sepak

terjang media massa akan mampu menjadikan kekuatan sosial

yang bisa menandingi kekuatan sosial-politik manapun. Wajar

bila media massa seringkali dikatakan memiliki peran kontrol

yang besar, yang dijalankan oleh media massa.

21
Peran media massa dalam kehidupan social bukan juga

sekedar sarana hiburan atau pelepasan ketegangan saja. Isi

dan informasi yang disajikan memiliki peran yang diingin dalam

proses sosial. Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi

khalayaknya, sehingga apa yang ada dimedia massa akan

mempengaruhi realitas subjek pelaku interaksi.

Menurut Denis McQuail dalam bukunya Mass

Communication Theories terdapat enam perspektif dalam hal

melihat peran media massa, yaitu:

1) Media masssa dipandang sebgai jendela dimana khalayak

dapat melihat apa yang terjadi „diluar‟ sana. Media juga

menjadi sarana edukasi untuk mencari dan mengetahui

berbagai informasi lainnya.

2) Media massa merupakan cermin dari peristiwa-peristiwa

yang terjadi , mulai dari lingkungan sekitar hingga seluruh

dunia. Meskipun media massa merefleksikan peristiwa

secara apa adanya, namun sehingganya, angle dan arah

dari isi media massa telah diatur oleh para pekerja

professional didalam media massa.

3) Media massa sebagai filter. Media massa dikatakan sebagai

filter karena ia menyeleksi berbagai hal untuk diberi

perhatian atau tidak. Media memilih isu, informasi atau

22
bentuk konten lainnya berdasarkan standar para

pengelolanya.

4) Media massa sebaga petunjuk jalan, ia akan

menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai

ketidakpastian, atau alternative yang beragam.

5) Media massa sebagai forum untuk mempresentasikan

berbagai informasi serta ide-ide kepada kahalayak,

sehingga memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan

balik.

6) Media massa sebagai interlocutor (teman bicara) yang tidak

hanya sekedar tempat berlalu-lalangnya informasi, tetapi

juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya

komunikasi yang interaksi.

2.2.3 Media Televisi

Dibanding dengan media massa lainnya, televisi mempunyai

sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan

gambar, bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan, bahkan

gabungan dari ketiga unsur diatas. Televisi merupakan sumber citra

dan pesan tersebar (shared images and message) yang sangat besar

dalam sejarah, dan ini telah menjadi mainstream bagi lngkungan

simbolik masyarakat. Dan televisi merupakan sistem bercerita (stary-

telling) yang tersentralisasi. Televisi saat ini telah menjadi bagian tidak

23
terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang menghabiskan

waktunya lebih lama di depan televisi, dibandingkan menghabiskan

waktu mengobrol bersama keluarganya, Siaran televisi adalah

pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan gambar proyeksi

yang terbentuk pada sistem lensa dan suara. Menurut Peter Herford,

setiap stasiun televisi dapat menayangkan beberapa acara hiburan

seperti, film, musik, kuis, talkshow, dan sebagainnya. Televisi

merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi

yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum. Televisi

merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan

isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak.

Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat

tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu”.

Lebih luas lagi dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem

pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali

gambar melalui tenaga listrik.Gambar tersebut ditangkap dengan

kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung

lewat kabel listrik kepada pesawat penerima”. Berdasarkan pendapat

di atas menjelaskan bahwa televisi adalah sistem elektronis yang

menyampaikan suatu isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak dan

merupakan sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan

penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Dengan demikian,

televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir

24
khalayak umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual merupakan

media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan nilai-nilai

yang konsumtif dan permisi.

2.2.3.1 Karakteristik Televisi

Sebagai media komunikasi massa, televisi memiliki empat ciri

pokok: (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media

teknis, (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara

peserta-peserta komunikasi, (3) bersifat terbuka, artinya ditunjukan

kepada public yang tidak terbatas dan anonym, dan (4) mempunyai

public yang secara geografis tersebar. Seorang praktisi pertelevisian,

menambahkan satu lagi sehingga semuanya menjadi lima ciri: (5)

bersifat selintas (Wahyudi, 1986:3-4). Berikut tafsir dan penjelasan

atas pendapat pakar .

Karakteristik televisi adalah sebagai berikut:

a. Bersifat tidak langsung

Televisi adalah satu jenis dan bentuk media massa yang

paling canggih dilihat dari sisi teknologi yang digunakan, dan

paling mahal dilihat dari segi investasi yang ditanamkan. Televisi

sangat bergantung pada kekuatan peralatan elektronik yang

sangat rumit. Inilah yang disebut media teknis. Sebagai contoh,

tanpa listrik, siaran televisi tak mungkin bisa diudarakan dan

diterima pemirsa dimanapun. Investasi yang harus dikeluarkan

untuk mendirikan sebuah stasiun televisi komersial, yang dikelola

25
secara professional dengan lingkup nasional, mencapai ratusan

miliar rupiah.

Sifat padat teknologi dan padat modal inilah yang

menyebabkan televisi sangat kompromistik dengan kepentingan

pemilik modal serta nilai-nilai komersial arus kapitalisme global.

Salah satu eksesnya, Bahasa televisi tidak jarang vulgar. Sarat

dengan dimensi kekerasan dan sadis, atau bahkan terjebak

dalam eksploitasi seks secara vulgar. Kecaman demi

kecamanpun terus mengalir dari public yang peduli masa depan

bangsa. Untuk sebagian kecil, kecaman demi kecaman itu

membuahkan hasil. Terbukti dengan adanya beberapa upaya

dari pihak pengelola televisi untuk memperkecil dampak negatif

tayangan acara-acara yang dinilai merisaukan dan meresahkan

masyarakat. Tetapi untuk sebagian besar, tak ada titik temu yang

memuaskan. Akhirnya masing-masing jalan sendiri-sendiri.

b. Bersifat Satu Arah

Televisi bersifat satu arah. Kita sebagai pemirsa hanya

bisa menerima berbagai program acara yang sudah dipersiapan

oleh pihak pengelola televisi. Kita tidak bisa menyela, melakukan

interupsi saat itu agar suatu acara disiarkan atau tidak disiarkan.

Memang benar, dalam acara siaran langsung (live broadcast, live

event) kita menelepon atau berinteraksi. Tetapi itu pun tetap bisa

optimal. Hanya satu – dua penelpon yang bisa diterima dan

26
diudarakan secara langsung saat itu. Secara prinsip, umpan balik

(feedback) pemirsa televisi tetap bersifat tertunda (delayed).

c. Bersifat terbuka

Televisi ditunjukan kepada masyarakat secara terbuka ke

berbagai tempat yang dapat dijangkau oleh pancar siarannya,

artinya ketika siaran televisi mengudara, tidak ada lagi apa yang

disebut pembatasan letak geografis, usia biologis, dan bahkan

tingkatan akademis khalayak pun dapat mengakses siaran

televisi. Disini khalayak televisi bersifat anonym dan heterogen.

Anonim berarti khalayak tidak saling mengenal satu sama lain.

Heterogen berarti khalayak terdiri atas berbagai latar belakang

usia, jenis kelamin, suku, bahasa, agama, budaya, dan perilaku

sosialnya.

Karena bersifat terbuka, upaya yang dapat dilakukan para

pengelola televisi untuk mengurangi ekses yang timbul adalah

mengatur jam tayang acara. Ada yang pagi, siang, sore, malam,

dan ada pula yang larut malam. Kini justru ditambahkan dengan

kode, apakah misalnya tayangan itu harus disertai dengan

bimbingan orangtua (BO), berlaku untuk semua umur (SU),

remaja (R), atau bahkan dimaksudkan untuk khalayak pemirsa

dewasa (D).

27
d. Publik Tersebar

Khalayak televisi tidak berada disuatu wilayah, tetapi

tersebar di berbagai wilayah dalam lingkup lokal, regional,

nasional dan bahkan internasional. Kini, di Indonesia tumbuh

subur stasiun televisi lokal yang siarannya radius puluhan km saja

dari pusat kota yang menjadi fokus wilayah siarannya itu. Di

Bandung saja, terdapat tiga stasiun televisi lokal. Dalam persektif

komersial, public tersebar sangat menguntungkan bagi para

pemasang iklan. Untuk televisi komersial iklan adalah darah dan

urat nadi hidupnya.

e. Bersifat selintas

Pesan – pesan televisi hanya dapa dilihat dan didengar

secara sepintar. Siarannya tidak dapat dilihat dan didengar ulang

oleh pemirsa kecuali dalam hal-hal khusus seperti ada adegan

ulang secara lambat (slow motion play back), atau dengan alat

khusus perekam video cassatte recorder (VCR).

Bahasa pesan televisi bersifat audiovisual, didengar dan

sekaligus dilihat. Kita bahkan bisa mengatakan, televisi adalah

suara yang bergambar atau gambar yang bersuara. Bahasa jenis

inilah, yang menimbulkan dampak luar biasa kepada khalayak

pemirsa meskipun disampaikan secara selintas. Aspek dramatic

televisi menggabungkan tiga kekuatan sekaligus: kekuatan

gambar, suara, dan kata-kata (Sumadiria, 2005:5-6)

28
Berdasarkan penjabaran diatas, perbedaan yang terlihat

antara televisi dengan media massa lainnya seperti Koran dan

radio yaitu televisi menampilkan gambar dan suara dalam

penayangan beritanya, sehingga masyarakat tidak hanya

membaca, namun juga melihat keadaan ditempat kejadian

peritiwa tersebut.

2.2.4 Berita

Berita adalah laporan peristiwa (fakta) atau pendapat (opini)

yang aktual (terkini), menarik dan penting. Berita juga dapat diartikan

suatu laporan cepat mengenai peristiwa terbaru dan penting untuk

disampaikan kepada masyarakat. Berita dapat disajikan dalam bentuk

surat kabar, radio, siaran tv maupun media online. Berita merupakan

fakta yang memang dianggap penting harus segera disampaikan

kepada masyarakat. Tetapi tidak semua fakta dapat dijadikan berita

oleh media, fakta-fakta yang ada akan dipilih sehingga fakta mana

saja yang pantas untuk disampaikan kepada masyarakat. Biasanya

berita tidak hanya memberikan informasi mengenai peristiwa-peristiwa

tebaru, tapi kadang berita juga digunakan untuk memberikan

pengaruh kepada masyarakat yang mendengar ataupun penontonnya.

Terutama berita politik, seringkali masyarakat dipengaruhi pembawa

atau penulis berita supaya mengikuti arus politik tersebut.

29
2.2.4.1 Jenis Berita

Berdasarkan cara penyajiannya, berita jurnalistik dapat

digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Berita langsung (spot now/hard news)


Yang dimaksud berita langsung (hard news) adalah penulisan

berita di mana informasi terpenting langsung disampaikan (seawal

mungkin) pada pembaca. Format ini biasanya digunakan untuk

menyampaikan peristiwa penting yang sesegera mungkin perlu

diketahui oleh pembaca.

Peristiwa yang disampaikan dengan format berita langsung

biasanya adalah peristiwa terkini atau paling aktual atau terkini. Jika

informasi peristiwa sampai ke pembaca agak lambat, nilai beritanya

menjadi berkurang. Tolok ukur aktualitas dalam penulisan berita

adalah media massa yang pertama kali berhasil menginformasikan

suatu kejadian kepada pembaca.

2. Berita ringan (soft news)

Jika model berita langsung lebih mengutamakan aktualitas,

berita ringan tidak demikian. Berita ringan lebih mengutamakan

kemenarikan suatu peristiwa. Biasanya berita ringan mengiringi berita

langsung, yaitu menginformasikan sisi manusiawi dari sebuah

peristiwa penting. Berita ringan terbagi menjadi dua macam, yaitu:

(a) side bar, berita ringan yang merupakan pelengkap dari berita

langsung (hard news)

30
(b) berita ringan yang berdiri sendiri, tidak berkaitan dengan berita

langsung.

3. Berita kisah (feature)

Yang dimaksud berita kisah adalah tulisan tentang sebuah

kejadian yang dapat menyentuh perasaan, menambah pengetahuan

pembaca melalui penjelasan lengkap, rinci, dan mendalam. Berita

kisah tidak mementingkan faktor waktu/aktualitas/kekinian, tetapi

lebih mementingkan faktor kemanusiaan dan penambahan informasi.

2.2.4.2 Isi Berita

Dapat disampaikan secara singkat bahwa isi pokok berita

adalah unsur-unsur informasi pokok dari sebuah peristiwa, yang

meliputi

1. What (apa peristiwanya)

2. Who (siapa yang mengalami peristiwa tersebut)

3. When (kapan peristiwa terjadi)

4. Where ( di mana tempat peristiwa terjadi)

5. Why (mengapa bisa terjadi)

6. How (bagaimana kronologi kejadiannya)

2.2.4.3 Nilai Berita (Ukuran Layak Berita)

Setiap berita yang ada di hapadan seorang wartawan

mempunyai kadar layak berita yang berbeda, tergantung seberapa

banyak dari syarat–syarat berikut ini yang bisa di penuhi.

31
1. Arti penting, yaitu kejadian yang mempunyai kemungkinan

memengaruhi kehidupan orang banyak

2. Besarnya sesuatu atau kuantitas, yaitu, kejadian yang menyangkut

angka–angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau

kejadian yang dapat mempunyai akibat yang dapat di jumlahkan

bentuk angka yang menarik bagi pembaca.

3. Tepat waktu, yaitu yaitu yang menyangkut hal -hal yang baru saja

terjadi atau baru saja di temukan.

4. Kedekatan, yaitu kejadian dekat dengan pembaca, baik dekat

secara geografis maupun dekat secara emosional.

5. Ketenaran, yaitu kejadian yang menyangkut tokoh atau hal – hal

yang terkenal atau dikenal oleh pembaca (public figure)

6. Segi manusiawi (human interest), yaitu kejadian yang menyentuh

perasaan pembaca (mengharukan), atau kejadian yang

menyangkut orang biasa dan situasi luar biasa, atau orang besar

(terkenal) dalam situasi biasa.

7. Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak.

8. Aktual: terbaru, belum “basi”.

9. Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum.

10. Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).

2.2.4.4 Syarat- Syarat Berita

1. Fakta

Bahwa dalam suatu berita informasi yang disampaikan

32
harus berdasarkan fakta atau kejadian yang asli dan

sebenarnya di lapangan.

2. Aktual

Bahwa dalam berita harus berita yang terkini artinya jarak

antara waktu dan juga kejadian harus berdekatan dengan

waktu penyiaran.

3. Berimbang

Dalam sebuah berita harus disampaikan secara seimbang

sehingga pendengar atau pembaca berita bisa mengerti

dengan baik. Jangan penyampaian berita seperti pada

waktu pilpres yang selalu membuat berita yang tidak

objektif dan tak seimbang. Berita harus benar- benar asli

tidak berat sebelah atau di bumbui oleh narasumber dan

tidak mempengaruhi pembaca

4. Lengkap

Dalam menyusun berita harus benar- benar lengkap

supaya berita yang disampaikan bisa jelas dan harus

memenuhi unsur-unsur berita.

5. Akurat

Dalam membuat berita harus akurat dan tidak dibuat- buat,

penyusun berita harus langsung bertanya atau konfirmasi

kepada pihak- pihak yang bersangkutan.

33
6. Sistematis

Dalam isi suatu berita di susun secara urut dan dalam

menyampaikan berita, berita yang penting diletakan pada

awal.

7. Menarik

Dalam membuat berita harus menarik, karena berita yang

tidak menarik tidak disukai oleh pembaca atau pendengar.

Yang terpenting berita harus berguna atau bermanfaat bagi

pembaca atau pendengar.

8. Mudah

Dipahami dalam menyusun berita harus menggunakan

kata- kata yang jelas dan mudah untuk di pahami.

2.2.5 Standarisasi

Standarisasi yaitu penentuan dari suatu ukuran yang harus

diikuti dalam memproduksi dalam sesuatu atau hal. Standarisasi juga

bisa sebagai proses pembuatan membentuk standar. Standar sendiri

memiliki pengertian sebagai sebuah aturan yang biasanya digunakan

yang bersifat wajib. Untuk itu, standarisasi bisa dikatakan merupakan

suatu proses dari sebuah pembentukan standar teknis yang nantinya

akan dijadikan sebagai acuan atau cara uji, standar definisi, standar

spesifikasi, sekaligus prosedur standar atau praktik, dan lain

sebagainya.

34
Istilah dari standarisasi berasal dari kata standar yang memiliki

arti satuan ukuran dan dapat digunakan sebagai dasar pembanding

kualitas, kuantitas, nilai, dan hasil karya yang nyata. Dalam arti yang

luas, standar menunjukkan spesifikasi dari suatu produk, bahan,

maupun proses. Standarisasi diimplementasikan pada saat sebuah

perusahaan menghasilkan dan mengeluarkan sebuah produk ke

pasaran.

Dengan menggunakan standarisasi maka, suatu kelompok bisa

dengan mudah berkomunikasi sesuai dengan pedoman yang sudah

ditetapkan agar menjaga tetap fokus. Standarisasi dalam berbagai

bidang memiliki peranan penting masing-masing. Salah satunya

standarisasi dalam bidang informasi ilmu komunikasi. Standarisasi

memiliki dampak yang besar dalam pengelolaan Ilmu Komunikasi

dalam penerapan jurnalistik salah satunya berita. Standarisasi berita

jurnalistik merupakan penentuan dari suatu ukuran yang harus diikuti

dalam memproduksi dalam sesuatu berita.

2.2.5.1 Tujuan Standarisasi Program Siaran

1. Mengatur program siaran untuk kemanfaatan sebesar-

besarnya bagi masyarakat

2. Mengatur program siaran agar tidak bertentangan dengan

nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

3. Menjadi pegangan dalam penayangan sebuah berita

35
2.2.5.2 Standar Kompetensi Penyiaran

Sebuah usaha KPI untuk meningkatkan kualitas

penyiaran di Indonesia. Dalam pandangannya, standar

kompetensi dan kode etik ini akan menjadikan marwah KPI

kembali berwibawa. Sehingga lembaga penyiaran tidak lagi

mengakali sanksi-sanksi KPI seperti yang terjadi pada

beberapa program yang selama ini. Standarisasi ini juga untuk

menjaga agar frekuensi ini digunakan sebesar-besarnya untuk

kepentingan publik. Bidang penyiaran adalah salah satu tugas

dan kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) seperti yang

diamanatkan dalam undang-undang nomor 32 tahun 2002

tentang penyiaran.

2.2.5.3 Standar Program Siaran diarahkan agar program siaran:

1. Menjunjung tinggi dan meningkatkan rasa persatuan dan

kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan

segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia;

3. Menghormati dan menjunjung tinggi norma dan nilai agama

dan budaya bangsa yang multikultural

4. Menghormati dan menjunjung tinggi etika profesi yang

diakui oleh peraturan perundang-undangan

36
5. Menghormati dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip

demokrasi

6. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia

7. Menghormati dan menjunjung tinggi hak dan kepentingan

publik

8. Menghormati dan menjunjung tinggi hak anak-anak dan

remaja

9. Menghormati dan menjunjung tinggi hak orang dan atau

kelompok masyarakat tertentu

10. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik

2.2.5.4 Standar Teknis Penyiaran

Standar yang diperlukan tidak hanya menyangkut pada dimensi

bagian-bagian peralatan penyiaran, namun juga spesifikasi sinyal

informasinya sendiri, audio dan video, baik ketika masih berada

dijaringan studio maupun sudah untuk diudarakan yaitu sebagai input

peralatan pemancar.

 Ada tiga standar sistem penyiaran di dunia, yaitu:

1. NTSC atau National Televisi Standars Committee yag

digunakan di Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Korea dan

Meksiko.

2. PAL atau Phose Alternating by Line yang digunakan

sebagai Asia termasuk Indonesia, Australia, Cina, Amerika

Serikat, dan sebagian Eropa.

37
3. SECAM atau Sequential Couleur Avec Memoire yang

digunakan di Perancis, Asia Tengah dan beberapa negara

di Afrika.

2.2.6 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3

SPS)

Pada tanggal 1 September 2004 KPI secara resmi

mengeluarkan keputusan tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3)

dan Standar Program Siaran (SPS). P3 dan SPS ini ditetapkan untuk

mengatur perilaku lembaga penyiaran dan lembaga lain yang terlibat

dalam dunia penyiaran Indonesia. Keputusan KPI bernomor

009/SK/KPI/8/2004 memuat sembilan bab dan 82 pasal. Keputusan

ini berdasarkan amanat Undang-Undang Penyiaran yang diwajibkan

untuk menetapkan pedoman perilaku penyiaran, serta mengawasi

dan memberikan sanksi atas pelanggaran peraturan tersebut. (Mufid,

2007: 172) Menurut ketua KPI, P3 merupakan produk KPI yang

mengandung ketentuan-ketentuan mengenai apa yang boleh dan

tidak boleh dalam proses pembuatan program siaran, sedangkan

SPS memuat ketentuan-ketentuan lebih spesifik mengenai apa yang

boleh dan tidak boleh dilakukan dalam siaran. Untuk pelanggaran

P3/SPS, UU Penyiaran memberikan sanksi terberat pada media yang

melanggar dengan pencabutan isi siaran. KPI akan memberikan

sanksi secara berjenjang, jenjang sanksi pertama adalah klarifikasi

38
keluhan masyarakat kepada media yang bersangkutan atas

siarannya yang dianggap melanggar P3/SPS. Pada tahap pertama,

masyarakat atau KPI menemukan adanya kemungkinan

pelanggaran, kemudian stasiun pelanggaran akan dimintai klarifikasi.

Bila tetap melakukan pelanggaran akan dicabut izin siaran setelah

proses peradilan.

2.2.7 Undang – Undang Penyiaran

Dilihat dari undang-undang no 31 tahun 2002 bab II pasal 4

mengenai asas, tujuan, fungsi dan arah. Penyiaran sebagai kegiatan

komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi,

pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial.

Penyiaran juga diarahkan untuk :

a. Menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta

jati diri bangsa;

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

d. Menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa;

e. Meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional;

f. Menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif

masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta

melestarikan lingkungan hidup;

39
g. Mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan

yang sehat di bidang penyiaran;

h. Mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat,

mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa

dalam era globalisasi;

i. Memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung

jawab;

j. Memajukan kebudayaan nasional

 Kemudian dilihat dari bab IV pasal 35 bagian :

(4) Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan

kepentingan golongan tertentu.

(5) Isi siaran dilarang :

a. Bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;

b. Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-

gunaan narkotika dan obat terlarang; atau

c. Mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.

(6) Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan

dan atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia

Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

2.2.8 Jurnalistik

Jurnalistik adalah proses, teknik dan ilmu pengumpulan,

penulisan, penyuntingan dan publikasi berita. Jurnalistik atau

Kewartawanan berasal dari kata Journal yang berarti catatan harian

40
atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau diartikan dengan

surat kabar. Kata Journal berasal dari bahasa Latin dari kata Diurnalis,

yang berarti orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Jadi Secara

Etiomologis (asal Usul Kata/istilah kata), jurnalistik adalah laporan

tentang peristiwa sehari-hari yang saat ini kita kenal dengan istilah

"berita" (news). Sedangkan secara singkat/sederhana adalah kegiatan

yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap

hari. Jurnalistik juga mempunya arti cara penyampaian isi pernyataan

dengan menggunakan media massa. Yang termasuk media massa

adalah pers (surat kabar, majalah, bulletin kantor berita), radio, televisi,

dan film

2.2.6.1 Bahasa Jurnalistik

Dengan melihat hal diatas semua, dapat disimpulakan

bahwa secara umum bahasa jurnalistik tidak berbeda dengan

bahasa tulisan pada umumnya. Namun didalam bahasa

jurnalistik media memiliki tata bahasa sendiri.

Dengan begitu jika ingin menggunakan bahasa

jurnalistik maka aturan-aturan yang berlaku didalam penulisan

secara umum juga harus dipatuhi. Kaidah berbahasa,

peraturan penggunaan ejaan dan peristilahan, tanda baca, dan

hal lainnya yang sepenuhnya harus diperhatikan dan ditaati.

Meski begitu, selain harus mengikuti kaidah bahasa Indonesia,

bahasa jurnalistik tetap memilki sifat khusus. Sifat khusus inilah

41
yang memberikan ciri tersendiri bahasa jurnalistik dengan jenis

bahasa yang lain. Sifat khusus bahasa jurnalistik yaitu:

1. Lugas

Didalam menulis berita wartawan harus mampu

menggunakan bahasa yang lugas sehingga pembaca dapat

mengerti maksudnya. Bahasa yang langsung kepada

sasaran makna yang ingin disampaikan. Hindari

penggunaan bahasa yang memberi kemungkinan terjadi

salah tafsir atau bahkan multi tafsir yang dapat

mengaburkan makna yang sebenarnya.

2. Singkat

Bahasa yang digunakan wartawan harus memerhatikan

sifat bahasa yang singkat. Singkat disini mengandung arti

tidak bertele-tele dan tidak berbelit-belit. Jika menggunakan

bahasa yang bertele-tele ada kemungkinan pembaca akan

capek dan berpikiran berita yang disampaikan tidak

mengandung esensi yang jelas.

3. Padat

Yang dimaksud padat dalam bahasa jurnalistik adalah sarat

informasi. Dalam hal ini wartawan dituntut mampu

memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya. Namun

juga tetap memerhatikan sifat bahasa jurnalistik yang kedua

42
yaitu singkat. Informasi yang disajikan harus mengandung

unsur 5W+1H.

4. Sederhana

Penggunaan bahasa yang sederhana sangat penting.

wartawan dituntut untuk dapat berkomunikasi secara

sederhana. Maksudnya supaya tulisannya dapat dipahami

pembaca dari berbagai kalangan. Sederhana juga memiliki

arti bahasa yang lazim digunakan dan telah dikenal secara

umum.

Oleh karena itu ketika akan menulis sebuah berita,

wartawan sebaiknya membayangkan pembacanya.

Misalnya salah satu pembacanya berasal dari kalangan

anak sekolah, apakah mereka dapat mengerti tulisannya.

Hal ini tidak berarti wartawan menganggap rendah atau

bodoh pembacanya. Tetapi lebih bertujuan untuk

menghindari penggunaan bahasa yang hanya dimengerti

oleh dirinya sendiri. hal ini dikhwatirkan tidak akan

sampainya informasi yang telah diolah dari wartawan ke

pembaca.

5. Lancar

Yang dimaksud lancar dalam berbahasa jurnalistik adalah

keteraturan urutan peristiwa dalam laporan. Ia tidak berbelit-

belit sehingga pembaca tidak perlu menganalisanya ketika

43
membaca. Hal ini berakitan dengan struktur berpikir

seseorang. Yang penting dalam penulisan adalah runrutnya

data yang diungkap penulis.

6. Menarik

Mengukur menarik tidaknya suatu tulisan memang agak

rumit dan bersifat relatif. Suatu laporan bisa dikatakan

menarik bagi pembaca tertentu tetapi bisa saja tidak

dianggap menarik oleh pembaca yang lain. Namun dapat

disimpulkan secara umum bahwa sebuah tulisan akan

menarik jika memuat berbagai nuansa. Hal ini berarti berita

tidak hanya memuat fakta, tetapi juga harus menguak

suasana sehingga pembaca bisa mendapatkan gambaran

yang utuh tentang kejadian yang dilaporkan.

7. Netral

Bahasa jurnalistik mempunyai sifat netral. Ia tidak berpihak

atau membeda-bedakan tingkatan, jabatan, atau kedudukan

orang. Semua orang harus diinformasikan memiliki

kedudukan yang setara. Tidak seperti bahasa jawa yang

memiliki tingkatan bahasa, bahasa Indonesia hanya

mengenal satu bentuk yang menempatkan semua orang

setara.

Ada juga beberapa kata yang sebaiknya dihindari,

yaitu kata kami, atau kita. Wartawan dalam menulis berita

44
dituntut untuk tidak melibatkan dirinya dalam kejadian atau

peristiwa. Wartawan harus berdiri sebagai penonton yang

kemudian melaporkan kepada pembaca tentang berbagai

hal yang ia lihat.

2.2.6.2 Fungsi atau Peran Jurnalistik

Jurnalistik memiliki beberapa peran fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi informasi Menghadirkan informasi atau mmberitakan

suatu informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan

suatu peristiwa atau hal yang penting lainnya.

2. Fungsi pendidikan Jurnalistik mempunyai tanggungjawab

untuk membimbing masyarakat dengan menghadirkan

berbagai pengetahuan yang sangat berguna bagi

pengembangan nilai-nilai kehidupan

3. Fungsi hiburan Memberikan hiburan dalam kaitannya

mengendurkan atau melemaskan ketegangan pikiran

karena kesibukan dalam kegiatan sehari-hari.

4. Fungsi kontrol sosial jurnalistik bukan hanya sebatas

menyodorkan atau memberikan informasi yang berkaitan

dengan suatu peristiwa, akan tetapi juga menyampaikan

suatu gagasan yang berkenaan dengan keperluan atau

faedah masyarakat luas.

45
2.2.9 Model Hierarchy Of Influence

Model pengaruh isi media atau hierarchy of influence yang

dikembangkan oleh pamela shoemaker dan Stephen D.rese

(2007:30), memperhitungkan beberapa dorongan yang menimpa

media secara berkala dan memperlihatkan bagaimana pengaruh pada

suatu tingkat dapat berinteraksi dengan pengaruh di tingkat lain.

Penelitian pada isi media mulai dilakukan pada tahun 1970-an

yang dilatar belakangi oleh pemberitaan media massa yang dinilai

bias. Masyarakat mempertanyakan objektivitas dan nilai dari berita

yang disampaikan. Namun penelitian pada isi media dinilai memberi

jawaban yang kurang memuaskan. Sehingga, ditahun 1980-an,

orientasi penelitian beralih pada organisasi media. Hasil penelitian

sebelumnya menunjukan bahwa isi media sangat dipengaruhi oleh

faktor internal dan eksternal yang dialami oleh organisasi media.

Denis McQuail (Morissan 2011:242) memberi pertanyaan

terkait hal tersebut, yaitu “Only by knowing how to media themselves

operate can we understand how society influence the media vice

versa” (Hanya dengan mengetahui bagaimana media bekerja, maka

kita dapat memahami bagaimana masyarakat mempengaruhi media

dan sebaliknya).

Shoemaker dan Reese mengemukakan lima tingkatan yang

dapat mempengaruhi isi media yaitu individual (individu), routines

(rutinitas), organizational (organisasi), extramedia (institusi) dan

46
ideological/sociocultural (ideology/social budaya). Kelima lapisan

tersebut menunjukan bahwa, pengaruh pada isi media dapat terjadi

pada tingkatan yang paling kecil hingga yang paling besar.

Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi

dari pengaruh yang beragam. Pamela J Shoemaker dan Stephen D.

Reese (1996), dalam Mediating The Message: Theories of Influence

on Mass Content, menyusun berbagai faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan. Mereka

mengidentifikasikan ada lima faktor yang mempengaruhi standarisasi

jurnalistik dalam menentukan berita, sebagai berikut:

1) Faktor individual. Faktor ini berhubungan dengan latar

belakang professional dari kepemilikan media. Level individu

melihat bagimana pengaruh aspek-aspek dari pengelola media

mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada

khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur,

atau agama, dan sedikit banyak yang mempengaruhi apa yang

ditampilkan media. Latar belakang pendidikan, atau

kecendrungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa

mempengaruhi profesionalisme dalam pemberitaan media.

2) Rutinitas media, berhubungan dengan mekanisme dan proses

penentuan berita. Setiap media umunya mempunyai ukuran

sendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang

baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah

47
rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur

standar bagi pengelola media yang berada didalamnya.

Rutinitas media ini juga berhubungan dengan mekanisme

bagaimana berita dibentuk. Ketika ada peristiwa penting yang

harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tuagsnya,

melalui proses dan tangan siapa saja tulisan sebelum sampai

ke proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan

seterusnya.

3) Organisasi. Level organisasi berhubungan dengan struktur

organisai yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan.

Pengelola media dan wartawan ubukan tunggal yang ada

dalam organiasi berita, ia sebaliknya hanya bagian kecil dari

organisasi media itu. Masing-masing kompomen dalam

organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-

sendiri.

4) Ekstra media. Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan

diluar media. Meskipun berada diluar organisasi media, hal-hal

diluar organisasi media ini sedikit banyak dalam kasus

mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang

termasuk dalam lingkaran diluar media yaitu, sumber media,

sumber penghasilan media, dan pihak eksternal. Contohnya

adalah seoarang jurnalis hampir tidak pernah menjadi saksi

mata sebuah kecelakaan pesawat. Hingga untuk mendapatkan

48
sebuah berita mereka mendapatkan informasi dari jurnalis

lainnya, dari orang yang berada ditempat kejadian, dari sumber

pemerintah atau polisi, dari petugas bandara dan dari advokasi

keselamantan konsumen dan dari tiap individu memiliki sudut

pandang yang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi.

Pengiklanpun juga dapat mempengaruhi pemberitaan.

Media massa sebagai organisasi yang berorientasi tentu tidak

bisa mengesampingkan faktor-faktor lain di luar media seperti

pengiklan. Karena faktor dari luar media tersebut menentukan

keberlangsungan hidup media. Karena itulah berita yang

mereka produksi harus sesuai dengan kepentingan-

kepentingan lain yang berasal dari luar media. Misalnya

dengan tidak membuat berita yang dapat merugikan pengiklan.

Atau mengekspos berita yang sedang menjadi perbincangan

dimasyarakat luas.

5) Ideologi, diartikan sebagai kerangka pikir atau kerangka

referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat

relitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berada dengan

elemen sebelumnya yang tampak konkrit, level ideologi ini

abstrak. Ia berhuungan dengan konsepsi atau posisi seseorang

dalam menafsirkan realitas. (Kriyantono,2010:253)

49
2.3 Bagan Alur Pikir

iNews Pagi

 Hierarchy of Influence :

 Individual

 Rutinitas Media

 Organisasi

 Ekstra Media

 Ideologi

Standarisasi iNews Pagi

50
BAB III
METODE PENELITAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang yang digunakan oleh

seseorang atau kelompok orang dalam memandang suatu gejolak sosial

tertentu, sehingga bedasarkan paradigma tersebut, orang atau

sekelompok orang bisa mengartikan gejala tersebut (Suyanto, 2005:25).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivis, hal ini

disebabkan karena untuk meneliti standardisasi berita jurnalistik yang di

aplikasikan dalam televisi iNews, perlu melihat realitas yang ada didalam

lingkungannya.

Menurut Agus Salim (2006:25) dalam buku Teori dan Paradigma

Penelitian Sosial, paradigma konstruktivisme merupakan hasil

keterpaduan interaksi dari kesatuan hubungan epimotologis dari peneliti

dan objek yang diteliti.

“paradigma konstruktivisme, menyatakan bahwa hubungan


epimotologis anatara pengamat dan objek merupakan suau
kesatuan, subjek, dan merupakan hasil keterpaduan interaksi
diantara keduanya. Secara metolodologis, aliran ini menerapkan
metode hermeneutika dan dialektika dalam proses mencapai
kebenaran. Metode pertama dilakukan melalui identifikasi
kebenaran atau konstruksi pendapat orang perorang. Sedangkan
metode kedua mencoba untuk membandingkan dan
menyilangkan pendapat orang per orang yang diperoleh melalui
metode pertama, untuk memperoleh suatu konsensus kebenaran
yang disepakati bersama”.

51
Dengan demikian, hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan

perpaduan dari pendapat-pendapat yang bersifat relatif, subjektif, dan

spesifik, mengenai hal-hal tertentu.

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif,

dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang hasil temuannya

tidak berdasarkan pada penghitungan angka-angka statistik. Penelitian

ini tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi dan juga tidak menguji

teori. Data-data yang dikumpulkan dalam peneliti ini berupa teks, visual

foto atau gambar, dan bukanlah angka-angka.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berakar pada latar

alamiah sebagai kekuatan dalam menganalisis data-data yang ada dan

mengarah pada penemuan teori yang bersifat deskriptif. Lexy Moelong. J

(1999:26) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif lebih mengangkat

proses daripada hasil, membatasi studi kasus, memiliki kriteria untuk

memeriksa keabsahan data, rancangan bersifat sementara dan

kesimpulan peneliti disepakati oleh peneliti dan subjek yan diteliti.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif,


artinya metode ini merupakan adanya tanda-tanda yang diteliti dan
diuraikan serta diinterpresentasikan yang tersembunyi dibalik fenomena
social. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretative
yang menggunakan banyak metode dalam menelaah masalah dalam
penelitiannya, penggunaan metode ini sering disebut dengan triangulasi.
(Burhan Bungin, 2001: 45)

Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh pemahaman


yang komperhensif mengenai fenomena yang diteliti. Secara
konvensional, penelitian kualitatif cendrung disosialisasikan dengan

52
keinginan peneliti untuk menelaah sebuah makna, konteks, dan suatu
pendekatan holistik terhadap fenomena.

Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan

wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan

perasaan dan perilaku individu atau sekelompok orang. Penelitian

kualitatif juga harus memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku

baik individu maupun sekelompok orang. Penelitian kualitatif bersifat

empiris, artinya pengamatan dapat dilakukan menggunakan panca indera

dengan kenyataan dilapangan. Pada setiap proses penafsiran tanda-

tanda yang dilakukan seseorang, pasti akan berbeda-beda penafsirannya

dengan orang lain, dikarenakan sebagai seseorang manusia kita memiliki

latar belakang yang berbeda pula (baik dari segi pemikiran maupun

pengalaman, yang tentunya mempengaruhi cara berfikir setiap individu).

Dan dari pemahaman itulah penelitian ini dikatakan subjektif.

3.2.1 Fungsi dan Pemanfaatan Kualitatif

Menurut Lexy J. Moloeng, penelitian kualitatif memiliki fungsi

yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan-kebutuhan dalam hidup,

khususnya dalam meneliti sebuah peristiwa-peristiwa. Fungsi dan

manfaat itu adalah:

1) untuk meneliti sebuah subjek yang kurang dipahami, karena


kurangnya definisi yang jelas
2) Digunakan sebagai pemahaman penelitian perilaku, serta
motivasi dari subjek/objek.
3) Dilakukan untuk penelitian konsultatif
4) Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami isu-isu
rumit dalam sebuah proses tertentu.
5) Dapat memahami isu-isu lebih rinci, mengenai situasi dan
kenyataan yang seseorang hadapi.

53
6) Agar dapat lebih memahami isu-isu yang sensitive.
7) Mengevaluasi berbagai perisiwa.
8) Meneliti latar belakang dari sebuah fenomena yang tak bisa
diukur dengan angka-angka.
9) Meneliti hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang
subjek peneliti.
10) Dapat mrnrmukan perspektif baru mengenai sebuah hal
yang sebelumnya sudah diketahui.
11) Digunakan untuk penelitian mendalam
12) Digunakan apabila peneliti ingin meneliti sebuah latar
belakang, seperti motivasi, nilai, dan persepsi.
13) Digunakan bila peneliti ingin menggunakan hal-hal yang
belum banyak diketahui dalam ilmu pengetahuan.
14) Digunakan bila ingin mengetahui proses sebuah peristiwa.
(Sumber: Moleong, Lexy. J, 2011:7)

3.3 jenis/ Format Penelitian

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang

mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data

yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik

data yang tampak. Sehingga data dalam penelitian kualitatif tidak

dipandu oleh teori melainkan dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan

pada saat penelitian di lapangan.

Menurut Whitney dalam buku yang berjudul “Metode Penelitian”

menjelaskan bahwa metode deskriptif ialah pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-

masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam

masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-

hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan,

serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-

pengaruh dari suatu fenomena

54
3.4 Metode Penelitian

Dari asal kata, metodelogi dibentuk dari kata metode, yang berarti

cara, teknik, atau prosedur dan kata logos, yang berarti ilmu. Metodologi

adalah ilmu yang mempelajari prosedur atau teknik-teknik tertentu.

Metodologi penelitian merupaka suatu pengkajian dari peraturan-

peraturan yang terdapat dalam metode penelitian. Sedangkan, metode

merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang

mempunyai langkah-langkah yang sistematik.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah salah satu
stategi san metode analisis data kualitatif yang menekankan pada
kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis. Studi kasus
dibantu oleh oleh teknik analisis lainnya dalam melakukan
analisis-analisis data (Bungin, 2011:237).

Menurut Lincoln dan Guba (Deddy Mulyana, 2014:201),

penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif

memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti

2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan

apa yang dialami pembaca dikehidupan sehari-hari

3. Studi kasus merupakan saran efektif untuk menunjukn hubungan

anatara peneliti dan responden.

4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang

diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.

Pada dasarnya, penelitian dengan menggunakan metode kasus

bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam.

55
Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode tersebut

untuk mengungkapkan standarisasi berita jurnalistik di inews.

3.5 Objek dan Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian yaitu standarisasi

berita jurnalistik di televisi iNews. Sedangkan subjek dalam penelitian ini

adalah pihak-pihak yang terkait di dalam produksi news yakni section

head news gathering. Peneliti memilih iNews sebagai objek penelitian

dikarenakan, peneliti tertarik untuk meneliti standarisasi yang ada

didalam sebuah media televisi berita.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling


strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah
mendapatkan pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan (Sugiyono,2005:62).

Penelitian yang menggunakan metode kualitatif memiliki

beberapa cara untuk mendapatkan data seperti wawancara dan

observasi secara langsung maupun tidak langsung. Dikatakan tidak

langsung apabila peneliti berada diluar atau tidak menjadi bagian dari

objek yang diteliti, sehingga mengamati dari kejuahan saja. Sebaliknya

dikatakan langsung apabila penelitian menjadi bagian dari objek yang

diteliti.

56
3.6.1 Wawancara

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan

data wawancara, karena dengan wawancara peneliti dapat

menganalisis segala yang ada dilapangan. Apa yang telah

diamati kemudian peneliti coba untuk menggali kembali informasi

lebih dalam melalui narasumber, untuk dapat mengetahui lebih

detail mengenai kondisi atau situasi setempat. Seperti yang

sudah dijelaskan sebelumnya, peneliti akan melakukan

wawancara terhadap section head news gathering iNews.

Peneliti melakukan wawancara kepada satu orang narasumber,

karena agar peneliti dapat lebih fokus meneliti hasil jawabannya,

tanpa perlu banyak menerima pendapat serta opini dari

lingkungan sekitar.

Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang

sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang

melibatkan manusia sebagai subjek sehubungan dengan realitas

dan gejala yang dipilih untuk diteliti (Pawinto,2007:132).

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Menurut Patton (1980:197) ada beberapa pembagian

dalam teknik wawancara, sebagai berikut:

1) Wawancara Pembicaraan Informal. Pertanyaan yang


diajukan bergantung kepada spontanitas pewawancara
dalam mengajukan pertanyaan.
2) Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara.
Pewawancara diharuskan membuat kerangka dan baris

57
besar dari pokok-pokok yang akan ditayangkan seacara
berurutan.
3) Wawanacara Terbuka. Wawancara ini menggunakan
pertanyaan baku. Urutan pertanyaan kata-katanya dan cara
penyajiannya pun sama untuk setiap responden.
Wawancara seperti ini sangat diperlukan untuk mengurai
sependapat-dapatnya variasi yang bisa terjadi anatara
seseorang terwawancara dengan yang lainnya. (Moloeng,
Lexy. J, 2011:187-197)

3.6.2 Observasi

Observasi menurut M. Hariwijaya dalam bukunya Cara Mudah

Menyusun Proposal Skripsi, Thesis dan Desertasi (2006:60), adalah

metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan dan

pencatatan terhadap fenomena yang diteliti. Dalam arti luas, observasi

berarti pengamatan yang dilaksanakan secara tidak langsung dengan

menggunakan alat-alat bantu yang sudah disiapkan sebelumnya. Dan

dalam arti sempit, observasi berarti pengamatan secara langsung

terhadap fenomena yang diselidiki.

3.6.2.1 Manfaat Observasi

Menurut Patton dalam Nasution (1988), dinyatakan bahwa

manfaat observasi adalah sebagai berikut:

1) Dengan obsevasi dilapangan peneliti akan lebih mampu

memahami konteks data dalam keseluruhan situasi social, jadi

akan dapat diperoleh pandangan yang holistik dan menyeluruh.

2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung,

sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan

induktif, jadi jika tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan

58
sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan

melakukan penemuan.

3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang

atau tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada

dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan arena

itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

4) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang

sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam

wawnacara karena bersifat sensitive atau ingun ditutupi karena

dapat dirugikan nama lembaga.

5) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar

persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran

yang lebih komprehensif.

6) Melalui pegamatan dilapangan, peneliti tidak hanya

mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-

kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Menurut Susan Stainback (1988), observasi digolongkan menjadi 4 yaitu:

1. Partisipan Pasif. Peneliti datang ditempat kegiatan (objek/subjek

penelitian), tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut, hanya

memperhatikan sebagai pengamat.

2. Partisipan moderat. Terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi

orang dalam dan orang luar. Peneliti turut melakukan observasi

partisipasif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak sepenuhnya.

59
3. Partisipan Aktif. Peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh

narasumber, tetapi belum sepenuhnya mengetahui informasi secara

lengkap dan mendalam.

4. Partisipan Lengkap, Peneliti sudah terlihat sepenuhnya terhadap apa

yang sudah dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural,

peneliti tidak terlihat sedang melakukan penelitian. Hal ini merupakan

keterlibatan terhadap aktivitas kehidupan (objek/subjek) yang diteliti.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan Partisipan Pasif. Peneliti datang

ditempat kegiatan (objek/subjek penelitian), tetai tidak ikut terlibat

dalam kegiatan tersebut, hanya memperhatikan sebagai pengamat.

3.7 Teknik Keabsahan Data

Penelitian Kualitatif memiliki standarisasi dalam menentukan tingkat

kepercayaan sebuah data yang ditemukan dilapangan. Pandangan

umum mengenai data penelitian yang diperoleh dalam penelitian

kualitatif cenderung individualisasi dan dipengaruhi oleh subjektivitas

penelitian dalam menjadikan data penelitiannya cukup dipertanyakan di

objektivitas. Oleh karena itu sebelum melakukan publikasi hasil

penelitian, penguji terdahulu harus melihat tingkat keabsahan data

tersebut dengan melalukan pengujian keabsahan data yang meliputi uji

validitas dan realiabilitas.

Pemeriksaan data melalui teknik triangulasi, menurut William

wiersma yang dikutip Sugiono (2008), “triangulasi dalam pengujian

60
keabsahan data ini artinya sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu, “dengan demikian,

terdapat triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu. Triangulasi

sumber untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek

data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik untuk

menguji keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Norman K Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau

kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang

saling terkait dari berbagai sudut pandang dan perspektif yang berbeda.

Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:

1. Triangulasi metode. Dilakukan dengan cara membandingkan

informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian

kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan

studi analisis.

2. Triangulasi Antar Peneliti. Jika peneliti melakukan dengan

kelompok, dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari saru

orang dan mengumpulkan data analisis.

3. Triangulasi Sumber Data. Menggali kebenaran informasi tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.

4. Triangulasi Teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah

rumusan informasi.

61
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber

data melalui data-data juga narasumber yang terlibat dalam masalah

yang diangkat, dengan mencari kebenaran dengan cara melakukan

observasi secara lengkap.

3.8 Teknik Analisi Data

Analisis data adalah proses mecari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting

dan yang akan dipejari, juga membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif, dimana data

yang dikumpul berupa kumpulan hasil wawancara, observasi,

dokumentasi, dan segala bentuk yang menggambarkan fenomena yang

ada dilapangan. Hal ini membantu peneliti, sehingga peneliti dapat

mengumpulkan menjadi satu, setelah itu menganalisis apa yang telah

diamati dan memberikan kesimpulan dari data yang telah diperoleh.

62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

iNewsTV merupakan bagian dari MNC Media milik MNC Group.

Pertama kali diluncurkan dengan nama SUN TV pada tanggal 5

Maret 2008. Awalnya siaran perdana SUN TV hanya dapat dilihat

secara terestrial di beberapa jaringan televisi lokal Indonesia melalui

pay television atau televisi berbayar Indovision, Oke Vision dan Top

TV. Dalam perkembangannya, SUN TV kemudian mengudara

secara terestrial sebagai televisi lokal setelah membangun beberapa

stasiun relai di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang

disiarkan melalui stasiun televisi yang berbasis di Tangerang

bernama TV3, yang awalnya hanya menayangkan infomersial di

sela-sela waktu kosong.

Sementara induknya, SUN TV tetap menayangkan

programnya untuk pemirsa di Indovision, OkeVision, dan Top TV.

SUN TV juga merupakan televisi lokal di Indonesia pertama yang

mengudara selama 24 jam tanpa henti. Namun, pada tahun 2011,

TV3 melepaskan diri dari SUN TV dan kemudian diambilalih

kepemilikannya oleh CTV Banten.

Pada tanggal 26 September 2011, SUN TV berubah nama

menjadi SINDOtv yang merupakan bagian dari sinergi Sindo Media

63
bersama Sindo Trijaya FM dan SINDOnews.com. Tiga tahun

kemudian, tepatnya pada 23 September 2014, secara resmi Menteri

Komunikasi dan Informatika RI memberikan izin stasiun jaringan bagi

SINDOtv. Kemudian pada 15 Desember 2014, SINDOtv resmi

diluncurkan sebagai televisi nasional. SINDOtv secara resmi

mengubah namanya menjadi iNews TV setelah mengadakan ajang

penghargaan iNewsmaker Awards yang dilaksanakan pada tanggal

6 April 2015. Semenjak SINDOtv secara resmi mengubah namanya

menjadi iNews TV, iNews TV menayangkan update berita di

Nusantara mulai dari sabang hingga merauke, waktu siaran iNews

adalah 24 jam sehari dengan konten update berita Politik, Ekonomi,

Kesehatan, Hukum, Kebudayaan, Mancanegara, Pariwisata, dan

banyak lainnya. Pada tanggal 31 Oktober 2017, iNews TV mengubah

logo yang lama dengan menghapus “TV” di backgroundnya dan

menjadi iNews bertepatan dengan acara Metamorfosa iNews, yang

mengubah waktu siaran menjadi 26 jam per hari karena

menayangkan berita di saluran TV yang masuk dalam MNC Group,

seperti MNC TV, RCTI, dan SCTV.

Visi iNews adalah menjadi sebuah televisi nasional dengan

konsep lokal berjaringan yang menayangkan program-program

referensi, memberikan informasi dan inspirasi yang kaya ragam

konten lokal, nasional maupun internasional.

64
Struktur organisasi pada hakikatnya adalah suatu cara untuk

menata unsur-unsur dalam organisasi dengan sebaik-baiknya, demi

mencapai berbagai tujuan. Pengertian struktur organisasi menurut

Benhard adalah suatu gambar yang menggambarkan tipe organisasi,

departemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat,

bidang, dan hubungan kerja, garis perintah dan tanggung jawab,

rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi. Dari beberapa

definisi tersebut dapat diketahui bahwa struktur organisasi

menggambarkan kerangka dan susunan hubungan suatu organisasi.

Dan inilah struktur organisasi dari iNews tv

Gambar 4.1.1

Stuktur Organisasi News iNews Tv

65
Gambar 4.1.2

Logo iNews Tv

Seperti yang sudah diketahui, bahwa iNews TV termasuk

kedalam MNC Group yang dimiliki oleh pengusaha sekaligus politikus

Indonesia Hary Tanoesoedibjo B.Com. MBA atau yang sering dipanggil

Hary Tanoe atau dengan inisial HT adalah pemilik dari MNC Group,

lahir dan dibesarkan di Surabaya, 26 September 1965. Ia adalah anak

dari Ahmad Tanoesoedibjo, seorang pengusaha, HT adalah anak

bungsu dari 6 bersaudara. Seusai menamatkan pendidikan

menengahnya di SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya, Hary meneruskan

pendidikannya untuk mencapai gelar Bachelor of Commerce (Honours)

dari Carleton University, Ottawa, Kanada pada tahun 1988; serta

Master of Business Administration dari Ottawa University, Ottawa,

Kanada tahun 1989. Hary Tanoesoedibjo adalah pendiri, pemegang

saham, dan Presiden Eksekutif Grup Bhakti Investama sejak tahun

1989. Bhakti Investama bergerak dalam bisnis manajemen investasi,

yang membeli kepemilikan berbagai perusahaan, membenahinya, dan

kemudian menjualnya kembali. Perusahaan tersebut terdaftar dalam

bursa efek sebagai perusahaan terbuka, dan seiring dengan waktu

berkembang semakin besar.

66
4.1.3 Visi Misi iNews Tv

Adapun visi dan misi iNews adalah menjadi sebuah televisi

nasional dengan konsep lokal berjaringan yang menayangkan

program-program referensi, memberikan informasi dan inspirasi

yang kaya akan ragam konten lokal, nasional maupun internasional

dan menyajikan informasi yang cepat, terpercaya dan berimbang.

Selain itu misi iNews juga meningkatkan potensi daerah dengan

menyajikan informasi dan hiburan lokal yang lengkap dan beragam,

Memberikan pembelajaran dan inspirasi kehidupan, turut serta

dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan nasional, serta

menggerakan ekonomi masyarakat melalui berbagai informasi yang

memberikan stimulasi dan peluang berusaha.

4.1.4 Alur Penyajian Informasi

RAPAT REDAKSI & EVALUASI

PUBLIKASI BERITA LIPUTAN

PENGEDITAN BERITA MENULIS BERITA

Sumber : wawancara

67
Penyajian berita dimulai dari adanya rapat redaksi yang dilakukan

setiap harinya, rapat tersebut terdiri dari pemimpin redaksi, eksekutif

produser, produser dan koordinator liputan. Rapat redaksi ini bertujuan

untuk mengetahui peristiwa apa yang sedang hangat dimasyarakat,

atau berita apa saja yang sudah dimiliki teman-teman koordinator

liputan yang dapat dari reporter sesuai dengan plotingan liputan yang

dilakukan oleh koordinator liputan.

Rapat redaksi dan evalusi dilakukan untuk menentukan isu apa

yang akan diingin diliput, pada saat rapat redaksi informasi bisa datang

dari masing-masing tim, biasanya koordinator liputan yang mencari

berita contohnya mencari berita di twitter Elshinta yang kemudian

setelah mendapatkan berita yang sudah didapatkan, coordinator liputan

memberikan tugas kepada reporter untuk liputan, setelah reporter dan

kameramen ketempat yang sudah ditentukan, maka tugas dari reporter

ialah membuat naskah yang sesuai dengan fakta yang terjadi ditempat

kejadian dan menentukan angle. Setelah naskah sudah buat maka

reporter harus mengirimkan langsung kepada koordinator liputan dan

cameramen langsung mengirimkan hasil videonya kekantor. Kemudian

tugas koordinator liputan yang bertanggung jawab untuk mengsortir

pada saat rapat redaksi, pada saat rapat redaksi itulah penyetoran

berita kepada produser dan pemimpin redaksi. Setelah berita sudah

diperoleh kemudian menjadi kewenangan produser dan eksekutif

68
produser untuk menyusun susunan rundown, rundown ini memiliki

skala prioritas tergantung pada beritanya, jika berita itu memiliki news

value (nilai berita) yang tinggi maka berita tersebut akan ditayangkan di

segmen pertama. setelah itu tugas produser mengecek apakah

naskah yang sudah dibuat oleh reporter perlu ditambahakan kata-kata

atau tidak. Tergantung pada reporter yang bertugas, jika reporter yang

sudah professional maka tidak perlu diragukan lagi. Lalu tugas

produser menentukan gambar yang sekiranya sama dengan naskah

yang dibuat. Setelah itu tugas editor untuk ngedit semua yang

diinginkan oleh produser. Setelah selesai editing maka berita siap

untuk ditayangkan.

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian

Untuk mengetahui standarisasi berita jurnalistik pada iNews dalam

penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui

wawancara, observasi dan juga triangulasi. Untuk mengetahui lebih

lanjut mengenai standarisasi berita jurnalistik dari iNews, peneliti

melakukan wawancara kepada section head news gathering. Alasan

peneliti hanya mewawancarai satu orang agar peneliti dapat memahami

lebih fokus dan mendalam tentang peristiwa maupun permasalahan-

permasalahan yang timbul didalamnya.

69
4.2.1 Section Head News Gathering

Peneliti memilih Mahareny Hamidah sebagai narasumber

informasi lantaran ia seorang kepala bagian pengumpulan berita dari

iNews tv. Sebagai seorang section head, tentu banyak mengetahui

standarisasi berita jurnalistik dalam menentukan berita. Menjabat

sebagai section head sejak tahun 2006. Tepatnya tiga belas tahun

lamanya Mahareny Hamidah bekerja dan menjabat sebagai section

head news gathering di iNews.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1 Standarisasi Berita di iNews tv

iNews adalah sebuah televisi dengan format pemberitaan yang

memang full menayangkan 24 jam news. Yang memuat berita baik dari

dalam maupun luar negeri, berisi update berita dalam maupun luar

negeri. iNews menampilkan berita dari berbagai ranah, mulai dari

berita ekonomi, politik, bisnis, kejadian terkini hingga mancanegara.

Semuanya dikemas rapih dalam newsroom, iNews sendiri mempunyai

khalayak dari kelas menengah hingga kalangan atas, hal ini ditandai

dengan berita politik, ekonomi dan bisnis yang menjadi berita atau

topik utama pada pemberitaan iNews.

iNews adalah program berita yang banyak diadopsi ke stasiun

televisi MNC Group lainnya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya

tentang metamorfosa iNews, mulai akhir tahun 2017 lalu semua

70
tayangan berita yang ditayangkan di iNews diadopsi oleh semua

member MNC Group. Walaupun strutur redaksi mereka terpisah

dengan redaksi iNews, tetapi konten dan alur berita yang ditampilkan

80% sama, dan juga terkadang berita di TV lain mengadopsi

(countersey) dari iNews. Dengan perubahan tersebut total program

berita iNews mengudara menjadi 26-29 jam setiap hari. Yakni di RCTI,

MNC TV, GTV masing-masing selama tiga hingga empat jam per hari.

Program berita iNews menggantikan program berita Seputar

Indonesia di RCTI dan berubah menjadi Seputar iNews, di MNC TV

dari sebelumnya lintas pagi, siang, petang, malam menjadi Lintas

iNews pagi, siang, petang dan malam dan begitu juga program Buletin

di Global TV menjadi Buletin iNews. Selain itu, iNews juga

meluncurkan portal berita iNews.id, untuk melengkapi program iNews.

Portal tersebut berisi berbagai informasi terkini dengan berita nasional

maupun berita-berita daerah dengan jaringan yang kuat yang dimiliki

iNews di daerah.

4.3.2 Standarisasi berita jurnalistik yang dilakukan dalam penayangan

berita di iNews

Peneliti mencoba menggali informasi melalui narasumber yang

sudah peneliti wawancarai, mengenai standarisasi berita jurnalistik di

televisi iNews. Peneliti memberikan berbagai pertanyaan kepada

narasumber, guna mengetahui standarisasi berita jurnalistik di iNews.

71
Dalam penelitian ini, peneliti banyak menemukan fakta-fakta serta

peristiwa yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan hasil

penelitian.

Mahareny Hamidah selaku section head news gathering

mengungkapkan bahwa standarisasi berita jurnalistik merupakan

pedoman dalam isi berita yang ditayangkan oleh iNews. Standarisasi

berita jurnalistik akan menjadi acuan dalam sebuah pemberitaan.

“Kalau semua peristiwa, itu yang memenuhi kaidah 5W+1H itu


memang kita harus angkat, standar yang diinginkan oleh
masyarakat. Masyarakat sekarang itu sebetulnya menginginkan
berita yang seperti apasih? Itu yang ingin kami sajikan. Darimana
kita tahu perhitungan dari asimilasem karena kita ada lima kota
terbesar di Indonesia termasuk kota-kota kecil yang selalu
dihitung minat penontonya. Sekali waktu memang antusian ingin
melihat politik, sekali waktu mungkin ingin melihat peristiwa yang
dramatis, tetapi secara keseluruhan masyarakat itu ingin tahu
peristiwa-peristiwa yang terkait dengan human interest terkait
dengan kemanusiaan.”

Karena memang ada aturan atau prinsip dasar yang harus

dipatuhi sebagai pedoman yang tertuang dalam standarisasi berita

jurnalistik, untuk menghasilkan tulisan sesuai dengan standar yang

telah dibuat.

Tidak hanya standarisasi berita jurnalistik yang menjadi point

penting didalam pemberitaan, Mahareny juga mengungkapkan berita

yang ditayangkan harus objektif dan berimbang.

“Objektif itu kalau sudah memenuhi unsur yang berimbang dan


memenuhi unsur 5W+1H, lalu sebisa mungkin berita itu tidak
berpihak dan tidak opini. Kita harus mencari narasumber lain
untuk mengetahui kebenaran, tidak hanya dari satu pihak saja.
iNews sendiri diupayakan berimbang. Kita itu ada
perhitungannya. Ketika misalnya dari kubu Prabowo

72
mengeluarkan pendapat seperti ini, maka kita harus berusaha
untuk mendapatkan keterangan dari pihak lain, apakah itu dari
bawaslu, apakah itu dari KPU sehingga berimbang. Maka tidak
memihak kepada salah satu orang.

iNews selalu berusaha menayangkan berita yang berimbang,

walaupun kepemilikian iNews sendiri memiliki kepentingan politiknya,

akan tetapi berita yang ditayangkan sepenuhnya di kendalikan dan

pertanggung jawabkan oleh pemimpin redaksi.

Tentunya, di era globalisasi ini, tidak mudah bersaing di kancah

dunia media, khususnya bagi instansi media pemberitaan seperti

iNews. Karena memang iNews terbilang baru di dalam media

pemberitaan. iNews ini memang difokuskan full dua puluh empat jam

hanya pemberitaan

“Kalau di iNews itu memang spesialis televisi berita ya,


sekarang juga iNews memiliki program khusus kriminal, terus
kemudian. Contohnya saja di kriminal ya, kita berusaha
memenuhi kaidah yang ditetapkan komisi penyiaran Indonesia,
contohnya tidak boleh secara blak-blakan menayangkan ada
darah-darah pastinya kita blur, misalnya pelaku dibawah umur
kita blur. Nah seperti itu kita berusaha memenuhi kaidah
jurnalistik yang sudah diterapkan.

Berbeda dengan televisi pemeberitaan lain, iNews memiliki

cara pembawaan yang berbeda karena setiap televisi itu mempunyai

karakter yang berbeda, iNews cara membawakan berita-beritanya

terutama kriminal dia lebih varian dibanding televisi lain, karena berita

kriminalnya lumayan banyak seperti Police Line dan GPS.

Dan dalam penulisan sebuah berita, yang diutamakan memang

harus mengadung unsur 5W+1H. setelah memberikan penjelasan

73
mengenai who, what, where, when, why, dan how. Disamping hal-hal

tersebut, yang ditamakan dari sebuah berita media adalah singkat dan

padat.

“Seharusnya memang berita itu harus mengandung 5W+1H,


karena produsernya itu bisa memberikan atau mengolah
berdasarkan 5W+1H kita tidak boleh mengandung opini,
makanya harus cover both side. Karena ini merupakan berita,
jadi lebih baik menyampaikannya tidak bertele-tele agar info
yang di berikan oleh penulis sesuai dengan apa yang ingin
disampaikan.”

Bahwa memang pada dasarnya suatu berita memang harus

mengandung unsur 5W+1H unsur ini untuk mengetahui dengan tepat

apa yang akan disiarkan atau disampaikan dalam bentuk berita, agar

informasi yang disampaikan jelas dan dapat dibuktikan dan dapat

dipahami oleh penontonnya. Dan agar tidak menimbulkan kerancuan

saat menyajikan teks berita.

Saat mencari suatu peristiwa, tidak hanya satu orang saja yang

dijadikan narasumber, tetapi dua atau lebih agar berita yang ditelusuri

sesuai dengan fakta yang ada ditempat. Mahareny juga menuturkan

bahwa berita yang ditunggu oleh masyarakat yaitu berita yang

menyangkut orang banyak, dan memiliki dampak kepada masyarakat

luas.

“berita yang ditunggu oleh masyarakat itu sama ya yang


menyangkut orang banyak, jadi ketika ada peristiwa biasanya
orang pengen tau dampaknya setelah bencana itu apa,
contohnya acara Munajat 212 semalam 21-02-2019,
peristiwanya kita liput tetapi side bar nya pasti akan ada,
misalnya disana ada yang jatuh sakit itu adalah sisi lain yang
luput dari peristiwanya tetapi itu juga diinginkan oleh penonton
jadi kita berusaha untuk meliput sisi lainnya. Misalnya peristiwa

74
212 ada yang melahirkan dan sebagainya ada yang memberi
makan gratis itu adalah side bar-side bar sisi lain yang itupun
kita akan liput, dan itulah yang diinginkan oleh masyarakat.”

Berita yang dipilih memang berita yang memiliki dampak untuk

masyarakat, dan memberikan informasi yang tercepat dan teraktual

sesuai dengan ideologi yang dianut oleh iNews yakni program berita

harian yang menyajikan berita yang inspiratif dan informatif.

Menjaga mutu berita pada pemberitaan juga hal yang harus

dipertahankan bagi sebuah media televisi khususnya iNews tv,

dengan mutu dan kualitas yang bagus, baik dan menarik maka

masyarakat akan terasa tertarik dengan apa yang diinformasikan oleh

iNews. Begitu pula dengan target audience, target audience dalam

pemberitaan iNews sebenarnya untuk semua kalangan, akan tetapi

biasanya lebih pada ke kalangan yang berpendidikan. Mahareny

selaku section head news gathering mengungkapkan bahwa

“menjaga mutu berita berpulang pada konten yang disiarkan


kemudian kemasannya, lalu keapikannya. Keapikannya dalam
arti keindahan, kelayakan sebuah tayangan yang mempunyai
dampak untuk masyarakat. Target iNews yang pastinya semua
kalangan menjadi target karena berita ini ditonton untuk semua
umur, akan tetapi lebih ke kalangan berpendidikan, yakni 17
tahun keatas. Rentan usianya pada 17-65 tahun.”
Kebutuhan segmentasi juga hal yang penting, karena

segmentasi pemberitaan iNews adalah kalangan kelas A dan B. Maka

dari itu pemilihan berita harus dikemas secara apik agar sesuai

dengan segmentasi yang ditargetkan.

75
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melakukan wawancara dengan narasumber, penulis juga

mengamati pemberitaan iNews di televisi. Standarisasi berita jurnalistik

dari iNews ialah bersandar pada Undang-Undang Penyiaran. Tapi

peneliti melihat iNews ini pernah di tegur oleh KPI karena stasiun televisi

iNews ini menayangkan siaran siaran yang dianggap melangar undang-

undang penyiaran. Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat)

berdasarkan kewenangan menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran (UU Penyiaran), pengaduan masyarakat,

pemantauan dan hasil analisis telah menemukan pelanggaran Pedoman

Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI

Tahun 2012 pada Program Siaran Jurnalistik “iNews Pagi” yang

ditayangkan oleh stasiun INEWS TV pada tanggal 19 Februari 2016

mulai pukul 06.27 WIB. Program tersebut memberitakan kasus

pencabulan yang dilakukan oleh Syahrudin terhadap dua orang anak

angkatnya. Selama pemberitaan berlangsung, ditayangkan dengan jelas

alamat dan lokasi rumah para korban di Kampung Timur, Balikpapan.

KPI Pusat menilai tayangan yang memperlihatkan alamat dan lokasi

rumah para korban tersebut secara tidak langsung telah membuka

identitas para korban. Hal tersebut dikhawatirkan dapat berdampak

buruk bagi masa depan para korban yang masih anak-anak. Jenis

pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan

76
anak-anak, prinsip-prinsip jurnalistik serta kewajiban penyamaran

gambar wajah dan identitas korban kejahatan seksual.

KPI Pusat memutuskan bahwa program jurnalistik tersebut telah

melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia

Tahun 2012 Pasal 14 Ayat (2) dan Pasal 22 Ayat (3) serta Standar

Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 15 Ayat

(1) dan Pasal 43 huruf f. Atas dasar tersebut, KPI Pusat menjatuhkan

sanksi administratif Teguran Tertulis. Selain itu, Pasal 5 Kode Etik

Jurnalistik (KEJ) juga melarang untuk menyebutkan identitas korban

kejahatan asusila, yang mana identitas dimaksud merupakan semua

data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan

orang lain untuk melacak. Saudari wajib menjadikan P3 dan SPS KPI

Tahun 2012 sebagai acuan dalam menayangkan program siaran.

Demikian agar sanksi administratif teguran tertulis ini diperhatikan dan

dipatuhi .

Akan tetapi dalam penayangan, iNews terbilang televisi

pemberitaan yang cepat untuk memberikan informasi kepada

masyarakat, karena tim iNews tidak hanya memberitakan pemberitaan di

iNews tv, melainkan di 3 stasiun lainnya yakni RCTI, MNC dan GTV

karena masih dalam satu perusahaan. Maka dari itu tim iNews lebih

cekatan karena iNews selalu berpegang teguh pada visi misi dan

ideologi yang memang harus dilakukan.

77
Merujuk pada penjelasan dan juga skema mengenai model

Hierarchy of Influence yang dikemukakan oleh Pamela Shoemaker dan

Stephen D. Reesen (1996) yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi standarisasi berita

jurnalistik di iNews. Mereka mempengaruhi adanya 5 (lima) factor

tingkatan yang mempengaruhi standarsasi berita jurnalistik dalam

menentukan berita, dimana kelima lapisan tersebut menunjukan bahwa,

pengaruh pada berita dapat terjadi pada tingkatan yang paling kecil

hingga tingkatan yang paling besar.

Lima tingkatan yang mempengaruhi isi media tersebut adalah

individual (individu), routines (rutinitas), organizational (organisasi),

extramedia (institusi), dan ideological/sociocultural (ideology/social

budaya). Setelah melakukan wawancara dengan narasumber yang

bersangkutan, peneliti berusaha untuk mengimplementasikannya dengan

skema tingkatan model Hierarchy of Influences.

1) Individual (Individu)

Faktor ini berhubungan dengan latar belakang dari kepemilikan

media. Level individu melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek

professional dari pemilik media mempengaruhi pemberitaan yang

akan ditampilkan kepada khalayak. Seluruh tema atau isu apapun

yang ditayangkan merupakan hasil keputusan bersama rapat

redaksi dan di pertanngung jawabkan oleh pemimpin redaksi. Dan

tidak ada kaitannya dengan kepemilikan media.

78
“Latar belakang kepemilikan media sama sekali tidak ada
kaitannya dengan berita yang ditayangkan, karena
memang semua yang ditayangkan oleh iNews ditentukan
oleh pemimpin redaksi.”

Maka dari hasil kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemilik media tidak ada kaitannya dengan kepemilikan media. Dan

seluruh peserta rapat redaksi iNews Pagi berhak mengemukakan

pendapat ide atau gagasan dalam menentukan agenda. Yang

dimaksud agenda adalah isu atau masalah yang akan diangkat

untuk diberitakan. Menentukan isu apa yang dianggap penting oleh

publik menjadi tantangan besar bagi para peserta rapat redaksi. Isu

yang telah diputuskan dalam rapat redaksi akan menjadi tema yang

akan ditayangkan.

2) Routines (rutinitas)

Pada tingkatan rutinitas media ini merupakan tahapan-

tahapan para jurnalis sudah dibiasakan untuk menjalankan suatu

pekerjaan dengan cara atau produser yang pasti dan tetap. Faktor

rutinitas ini adalah faktor yang sangat mempengaruhi standar dari

jurnalisik, apa yang diterima media massa dipengaruhi oleh

praktek-praktek komunikasi sehari-hari, termasuk deadline atau

batas waktu dan kendala waktu lainnya, kebutuhan ruang dalam

penayangan, nilai berita dan standar objektifitas.

iNews sebagai media massa yang memburu berita, harus

mempunyai kinerja yang baik dan cepat, agar informasi yang

disampaikan hangat dan bermanfaat.

79
1. Berpedoman pada nilai berita

Dalam melalukan seleksi berita, tim redaksi berpedoman

pada kaidah-kaidah jurnalistik secara umum, yakni hanya

meloloskan peristiwa atau kejadian yang memiliki nilai-nilai

berita, yaitu:

o Ketokohan

Ketokohan merujuk pada peristiwa yang melibatkan seorang

tokoh atau public figure dimasyarakat.

o Memiliki Dampak

Berita yang memiliki dampak artinya yang melibatkan banyak

orang.

“isi berita yang dipilih harus memiliki dampak langsung


terhadap masyarakat, apakah dampak buruk atau baik bagi
masyarakat, sehingga tidak hanya mengkritik saja, tetapi
dapat juga mendukung berita itu berdampak baik bagi
masyarakat.”

o Timeliness

Timeliness merujuk pada ke-aktualisasian berita artinya berita

tersebut masih hangat dan tengah menjadi pertimbangan

dimasyarakat.

Nilai berita menjadi standar ukuran praktek kerja jurnalis di

media massa. Semakin tinggi suatu berita dari sebuah

peristiwa, maka semakin tinggi pula kemungkinan berita

tersebut untuk dipublikasikan ke khalayak. Serta sebaliknya,

bila peristiwa memiliki nilai berita yang rendah, maka semakin

80
kecil kemungkinan untuk dapat dipublikasikan. Jadi nilai berita

menentukan apakah berita tersebut layak untuk diketahui

khalayak.

Nilai berita telah menjadi ideologi jurnalis yang

memberikan panduan bagaimana peristiwa yang demikian

banyak diseleksi dan ditampilkan kemasyarakat. Nilai berita

membatasi jurnalis karena tidak semua peristiwa dapat

dijadikan berita.

Sebagian dari kelompok, seorang jurnalis akan bertindak

sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dikelompoknya.

Norma dan aturan-aturan tersebut mengatur bagaimana

jurnalis harus bertindak. Karena itulah, isi media juga

dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan atau aturan-aturan yang

ditetapkan di media yang bersangkutan.

 Proses Seleksi Berita iNews

Dalam membuat sebuah berita sebelum ditayangkan

dan dinikmati penonton, harus melalui tahapan yang cukup

panjang dan mendalam. Pada setiap tahapan berita dapat

dipengaruhi oleh orang-orang yang ambil bagian pada

tahapan tersebut. Misalnya pada tahapan peliputan berita,

kameramen dan editor serta wartawan dapat mempengaruhi

berita.

81
Untuk menentukan berita –berita yang akan ditayangan

dilakukan rapat redaksi, yang dimana kegiatan rapat tersebut

memilih berita yang sesuai dengan standar jurnalistik.

iNews mempunyai kepala newsroom yang bertugas

untuk mengontrol berita dilapangan oleh para wartawan,

reporter, kameramen yang bertugas mencari dan meliput

berita setiap harinya.

Reporter langsung ke lapangan mencari informasi atau

berita yang telah di instruksikan oleh koordinator liputan

tentang berita yang mesti dikembangkan dengan

menanyakan sejumlah narasumber yang berkompeten

tentang berita, yang kemudian berita tersebut dikembangkan

untuk melengkapinya.

Berita yang sudah didapatkan oleh reporter, setelah itu

membuat naskah dan menentukan angle, setelah naskah

selesai lalu dikirimkan ke koorlip. Kemudian tugas

kameramen mengirimkan video gambarnya dikirimkan

kekantor. Koorlip bertanggung jawab untuk mengsortir

mengirim dan menunggu berita dari reporter kepada

produser pada saat rapat redaksi , pada saat rapat redaksi

itulah penyetoran berita koorlip kepada produser dalam rapat

redaksi.

82
Lalu ditentukan oleh produser apakah berita ini layak

atau tidak untuk disiarkan, setelah itu produser menyusun

susunan rundown, dan rundown dibuat dengan skala

prioritas dari sebuah berita. Jika berita itu mempunyai news

value yang tinggi maka berita itu masuk pada segmen

pertama, dan jika berita itu biasa-biasa saja akan masuk di

segmen kedua ketiga dan keempaat. Setelah rundown

sudah dibuat maka tugas produser untuk mengedit naskah

berita. Lalu menentukan gambar-gambar yang sekiranya

menunjang berita yang akan dibuat si produser. Setelah itu

di kerjakan oleh editor, yang bisa dibilang editor ini adalah

dapurnya. Setelah selesai di editing maka berita tersebut

langsung ditayangkan di televisi.

3) Organisasi

Pada tingkat organisasi sebagaimana telah diajarkan

sebelumnya adalah berita dipengaruhi oleh manajemen

organisasi di media. Siapa yang berkuasa dan bagaimana

standarisasi jurnalistik yang berlaku akan mencerminkan

pemberitaan di media tersebut. Pada tingkatan media, yang

menjadi fokus adalah tujuan organisasi.

Tujuan dan standarisasi organisasi merupakan kekuatan

tersendiri yang tidak dapat dihindarkan. Jadi, pemberitaan

83
media bukanlah hasil kerja yang bersifat perorangan,

melainkan kerja kelompok yang menunjukan aspek kolektifitas.

Pemegang kekuasaan tertinggi dalam sebuah institute

pers adalah pemilik media (owner). Pengaruh dari kepemilikan

media terhadap konten media menjadi perhatian penting dalam

studi mengenai pemberitaan.

Terkadang pemilik sebuah media memiliki kepentingan

politik dan juga pemimpin sebuah partai politik. Inilah yang

memperngaruhi pemberitaan sebuah media karena berkaitan

dengan kepentingan politik pemilik media. Besar kemungkinan

pemberitaan yang diberitakan tidak akan bertentangan dengan

kebijakan politik sebuah organisasi yang berafiliasi dengan

pemilik media.

4) Extramedia (Institusi)

Masih berdasarkan model Hierarki dari Shoemaker dan

Reese, bahwa extra media level merupakan pengaruh-

pengaruh pada pemberita yang berasal dari luar organisasi

media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh dari media itu berasal

dari sumber berita pengiklan dan penonton, kontrol dari

pemerintah dan teknologi. Sumber berita memiliki efek yang

sangat besar pada sebuah media massa. Karena seorang

jurnalis tidak bisa menyertakan pada laporan beritanya apa

yang mereka tidak tahu. Namun, tidak ada sumber berita

84
tertentu yang memiliki pengaruh lebih besar untuk menjadi

berita yang layak tayang.

1. Sumber Berita

iNews mengambil berbagai segala sumber berita.

Kemudian sumber berita juga datang dari berbagai macam

kalangan, mulai dari berbagai macam kalangan, mulai dari

politisi, pemerintah, organisasi-organisasi sosial, hingga

masyarakat umum.

2. Isi berita di iNews tidak terlepas dari pengaruh pengiklan.

Pengaruh pemasangan iklan terlihat pada isi media yang

dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki pola-pola

yang sama dengan pola konsumsi target konsumen.

Pengaruh pemasangan iklan juga terlihat pada

pemberitaan media yang dirancang sedemikian rupa

sehingga memiliki pola-pola yang sama dengan pola

komsumsi target konsumen. Media dalam hal ini mencoba

menyesuaikan pola konsumen yang ingin dicapai oleh para

pengiklan untuk mendapatkan keuntungan sangat besar.

Pemasangan iklan menggunakan kekuatan modalnya yang

membiayai sebuah media, agar berita tidak bertentangan

dengan kepentingan citra dari produknya.

85
5) Ideological/sociocultural (ideologi/social budaya)

Ideologi media juga mempengaruhi standarisasi, ideologi

diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi

tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan

bagaimana mereka menghadapinya.

Setiap institusi pers memiliki ideologi yang menjadi

landasan setiap kegiatan mereka. Segala tindak tanduk kerja

jurnalis harus disesuaikan dengan ideologi mereka, termasuk

dalam membuat berita. ideologi yang dianut iNews tv yakni

program berita harian yang menyajikan informasi yang inspiratif

dan informatif.

“iNews memiliki ideologi setiap berita harian yang


menyajikan informasi informatif dan inspiratif, mulai dari
peristiwa politik, hukum, sosial, budaya dan ekonomi
baik dari dalam ataupun luar negeri.”

Namun bila kita lihat iNews merupakan televisi

pemberitaan yang informatif dan inspiratif. Maka sudah pasti

beritanyapun disesuaikan dengan ideologi dan dari visi dan

misi dari iNews tv. Memang jarang sekali media massa yang

menayangkan 24jam nonstop berita .

Dari semua temuan yang sudah penulis paparkan

diatas, kita dapat melihat bahwa standarisasi berita jurnalistik di

iNews dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seperti faktor

individu, faktor rutinitas media, faktor organisasional, faktor

ekstra media serta faktor ideologi media.

86
Faktor yang lebih berperan dalam mempengaruhi

standar berita yang penulis temukan adalah faktor rutinitas.

Bahwasanya memang benar sekali bahwa standarisasi berita

jurnalistik dilihat dari undang – undang penyiaran, mengandung

5W+1H, memiliki nilai berita, lalu berita yang datang dari para

tokoh, dan yang memiliki dampak untuk masyarakat serta

timeliness.

87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penerapan Model Hirarki Pengaruh pada standarisasi berita

jurnalistik di iNews dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor

individu, faktor rutinitas media, faktor organisasi, faktor ekstra media

serta faktor ideologi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses

penyeleksian berita itu sendiri. Karena pada dasarnya, faktor-faktor yang

mempengaruhi proses penyeleksian berita sama dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi isi berita.

Faktor Rutinitas atau Level Rutinitas ini merupakan tahapan

ketika sudah dibiasakan untuk menjalankan suatu pekerjaan dengan

cara atau prosedur yang pasti dan tetap, dengan kata lain, berita dapat

dipengaruhi oleh cara kerja disebuah media. Rutinitas media dalam

menentukan berita berpedoman pada nilai-nilai berita.

Faktor yang lebih berperan dalam mempengaruhi standarisasi

berita jurnalistik di iNews adalah faktor rutinitas. Bahwasanya para tim

dalam menentukan berita harus sesuai dengan standar berita. Seperti

harus mengunsur pada 5W+1H, sesuai dengan undang-undang

penyiaran dan pemberitaan yang merujuk pada ketokohan pada

peristiwa yang melibatkan seorang tokoh atau public figure dimasyarakat

lalu yang memiliki dampak yang melibatkan banyak orang. Terakhir

Timeliness yang merujuk pada ke-aktualisasian berita artinya berita

88
tersebut masih hangat dan tengah menjadi pertimbangan dimasyarakat.

Tidak hanya itu saja para tim redaksi dan tim dilapangan juga dibiasakan

bekerja dengan deadline. Agar cepat untuk disampaikan kepada

khalayak.

89
5.2 Saran

Tanpa ada niat untuk menggurui, peneliti ingin menyampaikan

beberapa saran khususnya untuk iNews dan juga untuk para pembaca yaitu:

1. iNews harus berpegang teguh kepada visinya, menjadi sebuah televisi

nasional dengan konsep lokal berjaringan yang menayangkan

program-program referensi, memberikan informasi dan inspirasi yang

kaya akan ragam konten lokal, nasional maupun internasional.

2. Dengan segala standarisasi berita jurnalistik yang sudah diatur,

diharapkan pemberitaan iNews dapat meningkatkan kualitas berita.

3. Tingkatkan berita yang aktual, berimbang dan terpercaya.

Kepada para pembaca, jadikanlah hasil peneliti ini bukan sebagai

acuan tunggal, namun sebagai pendukung yang dapat digunakan untuk

melengkapi penelitian-penelitian berikutnya, untuk menyempurnakan

kekurangan sebelumnya. Manfaatkan hasil penelitian ini sebaik mungkin,

karena akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi penulis, bila peneliti

dapat berbagi ilmu, dan juga berguna untuk orang lain.

90
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Bagong, Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Birowo, Antonius. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta; Gitanyali

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta; PT Raja


Grafindo Persada

Burhan, Bungin 2007. Sosiologi Komunikasi. Jakarta; Prenada Media Grup

Burhan, Bungin. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja


Grafindo. Persada.

DeFleur, Melvin L, dan Everette E. Dennis. 2001. Understanding Mass


Comunication: A Libertal Arts Perspective. Boston; Houngton Mifflin
Harcourt

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.


Bandung; Rosdakarya

Hariwijaya, M. 2006. Cara Mudah Menyusun Proposal. Yogyakarta: Citra


Pustaka.

Kriyanto, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh


Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi
Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta; Prenada Media Grup

Lasswell, Harold. 1948. Bryson, L., ed. The Structure and Function of
Communication in Society. The Communication of Ideas. New York:
Institute for Religious and Social Studies

Lasswell, Harold. 1960. The Structure and Function of Communication in


Society, Dalam Mass Communications, a Book of Reading Selected
and Edited by the Director of the Institude for Communication
Research at Stanford University. Editor: Wilbur Schramm. Urbana:
Universty of Illinois Press

91
Iskandar, Maskun. 1990. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta
Adi Pustaka

McQuail, Denis.1996. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga

McQuail, Denis. 2000. Mass Communication Theory. London, Sage

McQuail, Denis 2005. Mass Communication Theory. London, Sage


Publication, Ltd.

McQuail, Denis . 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta; Salemba


Humanika.

Moleong, Lexy J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung;


PT Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; PT


Remaja Rosdakarya

Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran: strategi Mengelola Radio dan


Televisi. Jakarta, Kencana Prenada

Muda, Deddy Iskandar.2005. Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter


Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung;


PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan


Penelitian. Gabungan, Edisi Pertama. Jakarta: Prenadamedia

Nawiroh, Vera. 2008. Pendekatan Komunikasi Massa. Massa. Jakarta:


Renata Pratama Media.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo


Persada

Pawinto, 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif , Yogyakarta : LKIS

Patton, M.Q., 1980, Qualitative Evaluation Methods, Baverly Hills, London.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta; Tiara
Wacana

Shoemaker, Pamela J, dan Stephen D Resse. 1996. Mediating The


massage: Theories of Influence on Mass Media Content. New York;
Longman.

92
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta

Stainback, Susan william Stainback, 1988, Understanding & Conducting


Qualitative Research, Kendall/Hunt Publishing Company, Dubuque,
lowa

Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature


Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama
Media.

Wahyudi, JB. 1986. Media Komunikasi Massa Televisi. Cetakan Pertama.


Bandung: Alumni.

Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta; Grasindo

Wright, Charles, R. 2000. Komunikasi Massa. Jakarta; Grasindo

INTERNET

Whitney. 1960. Penelitian Deskriptif Menurut Whitney. (online) tersedia di


http:/ukisukrianto. blogspot.com/2012/05/penelitian-deskriptif-menurut-
whitney.html

https://www.mncgroup.com/

http://kpi.go.id/index.php/id/lihat-sanksi/33302-teguran-tertulis-program-
siaran-jurnalistik-inews-pagi-inews-tv

https://www.caraprofesor.com/mengenal-pengertian-standarisasi/

93
Narasumber Section Head News Gathering (Mahareny Hamidah)

1. Apa yang menjadi latar belakang pembuatan iNews tv ?

iNews tv sendiri adalah branding dari pemimpin perusahaan yang

menginginkan ada sebuah stasiun televisi untuk menyajikan berita-berita

maka dibuatlah iNews tv (international News). Jadi beritanya itu

menyangkup segala hal yang ada dimasyarakat seperti ekonomi, sosial,

politik dan lain-lain. Tujuannya ialah membuat branding bahwa iNews

adalah salah satu televisi yang berbasis pada pemberitaan, dibanding

dengan tiga stasiun televisi nasional yang dimiliki oleh pemilik

perusahaan ini yakni RCTI, MNC tv dan GTV.

2. Bagamaina standarisasi berita di iNews tv dan bagaimana

prosedurnya ?

Kalau semua peristiwa, itu yang memenuhi kaidah 5W+1H itu memang

kita harus angkat, standar yang diinginkan oleh masyarakat. Masyarakat

sekarang itu sebetulnya menginginkan berita yang seperti apasih? Itu

yang ingin kami sajikan. Darimana kita tahu perhitungan dari asimilasem

karena kita ada lima kota terbesar di Indonesia termasuk kota-kota kecil

yang selalu dihitung minat penontonya. Jadi minat penonton itu

istilahnya popular rating share dan termasuk kita akan mengukur berita

apa yang sering ditonton misalnya katakanlah, banjir di bandung,

kemudian ada kecelakaan maut, dan kasus bunuh diri, nah itu minute by

minute akan ketahuan sebetulnya kecendrungan penonton itu ingin

seperti apasih. Sekali waktu memang antusian ingin melihat politik,

94
sekali waktu mungkin ingin melihat peristiwa yang dramatis, tetapi

secara keseluruhan masyarakat itu ingin tahu peristiwa-peristiwa yang

terkait dengan human interest terkait dengan kemanusiaan, itu paling

banyak ditonton sehingga iNews sekali lagi kalau ada peristiwa misalnya

acara Munajat 212 semalam 21-02-2019 , peristiwanya kita liput tetapi

side bar nya pasti akan ada, misalnya disana ada yang jatuh sakit itu

adalah sisi lain yang luput dari peristiwanya tetapi itu juga diinginkan

oleh penonton jadi kita berusaha untuk meliput sisi lainnya. Misalnya

peristiwa 212 ada yang melahirkan dan sebagainya ada yang memberi

makan gratis itu adalah side bar-side bar sisi lain yang itupun kita akan

liput, dan itulah yang diinginkan oleh masyarakat.

3. Apa yang membedakan iNews tv dengan pemberitaan televisi lain ?

iNews ini memang full berita yang memang tidak berbobot pada

infotainment ataupun hiburan. Pada dasarnya iNews dengan metro tv,

kompas, tv one itu adalah sama-sama tv berita, tetapi yang

membedakan itu adalah editorialnya, masing-masing redaksi televisi itu

berbeda. Contohnya seperti ini, setiap hari mereka ada segmentasi

dialog, ada segmen penayangan berita, ada kebijakan redaksinya, itu

yang membedakan masing-masing berita

4. Menurut anda, apakah fungsi (media informasi, pendidikan, hiburan

dan kontrol sosial) pemberitaan di iNews tv sudah sesuai dengan

UU Penyiaran ?

95
Kalau di iNews itu memang spesialis televisi berita ya, sekarang juga

memiliki program khusus kriminal, terus kemudian ada special sport.

Contohnya saja di kriminal ya, kita berusaha memenuhi kaidah yang

ditetapkan komisi penyiaran Indonesia, contohnya tidak boleh darah-

darah pastinya kita blur, misalnya pelaku dibawah umur kita blur. Nah

seperti itu kita berusaha memenuhi kaidah jurnalistik yang sudah

diterapkan..

5. Apakah berita yang disampaikan sudah memenuhi 5W+1H?

Seharusnya iya, karena produsernya itu bisa memberikan atau

mengolah berdasarkan 5W+1H kita tidak boleh opini, makanya harus

cover both side. Karena ini merupakan berita, jadi lebih baik

menyampaikannya tidak bertele-tele agar info yang didapat oleh

pembaca sesuai dengan apa yang ingin saya sampaikan

6. Apakah berita yang ditayangkan iNews sudah berimbang ?

Diupayakan berimbang. Kita itu ada perhitungannya. . Ketika misalnya

dari kubu Prabowo mengeluarkan pendapat seperti ini, maka kita harus

berusaha untuk mendapatkan keterangan dari pihak lain, apakah itu dari

bawaslu, apakah itu dari KPU sehingga berimbang. Maka tidak memihak

kepada salah satu orang.

7. Menurut anda, bagaimana sebuah berita dikatakan objektif?

Objektif itu kalau sudah memenuhi unsur berimbang dan memenuhi

unsur 5W+1H, lalu sebisa mungkin berita itu tidak berpihak dan tidak

96
opini. Misalnya kasus angel vanesa itu tidak opini, kita harus barengi

keterangan dari kepolisian, apa hasil pemeriksaannya, jadi kita tidak

terjebak dalam opini angel vanessanya

8. Apakah iNews tv mempunyai standarisasi penyiaran sendiri?

Oh tidak, standar penyiaran di iNews sesuai dengan uu penyiaran yang

memang pemimpi redaksinya sendiri ketua dari ikatan jurnalistik televisi

Indonesia, karna beliau yang memilih berita yang layak atau tidak untuk

disiarkan. Kalau memang ada kesalahan kecil penyebutan atau jabatan

itu menjadi koreksi kepada prosudernya.

9. Apakah latar belakang dari pemilik modal mempengaruhi

standarisai berita di iNews tv ?

Tidak sama sekali, otoritas untuk penayangan dalam pemilihan rundown

sampai dengan penayangan di studio itu adalah hak pemimpin redaksi

karena memang pada dasarnya yang bertanggung jawab penuh yakni

pemimpin redaksi. Uniknya iNews ini khusunya peliputan itu ada divisi

sendiri. Mau berita itu naik atau tidak tidak ada urusan. Jadi jika berita itu

sampai dikantor dikemasnya berbeda-beda, dengan bahan yang sama

tetapi dengan angle yang berbeda. Itu sudah hak progratif dari produser

dipantau oleh eksekutif produser dan di pertanggung jawabkan oleh

pemimpin redaksi.

10. Bagaimana ideologi di iNews tv ?

Sebisa mungkin berita yang ditayangkan itu informatif, memang ada

produser yang terpengaruh pada karakteristik dia, tetapi nanti diingatkan.

97
Kemudian kalau bisa inspiratif, tetapi memang semua media

pemberitaan diingatkan agar inspiratif, menggugah orang untuk berbuat

baik. Kita gasuka untuk menjelek-jelekan pihak manapun.

98
LAMPIRAN WAWANCARA

99
RIWAYAT HIDUP

Biodata Lengkap
Nama : Siti Shara Marhulha
NIM : 2014 - 41 -196
Alamat : Jl. Asem Baris X no.11a Rt.005/004,
Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan
Tebet 12830
Nomor Telepon : 0857-7758-6600
Email : Sharamarhulha12@gmail.com
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Kelahiran : 12 April 1996
Status : Belum Menikah
Warga Negara : WNI
Agama : Islam

Riwayat Pendidikan
SDN 013 Pagi Tebet timur, Jakarta (2003-2008)
SMP MTs.MTM Tebet Barat, Jakarta (2008-2011)
SMK Cyber Media, Duren Tiga, Jakarta (2011-2014
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) – Fakultas Ilmu Komunikasi
Jurnalistik

100

Anda mungkin juga menyukai