tentang
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN
RUMPUN ATAU GALUR HEWAN/TERNAK
TIM PENYUSUN
Atien Priyanti
I Gusti Ayu Putu Mahendri
Ketut G. Murdiata
F.F. Bayu Ruikana
Hesty Natalia
Warsidi
Lutful Hakim
Ismeth Inounu
Eko Handiwirawan
Hasanatun Hasinah
Susan M. Noor
Dwi Priyanto
Cece Sumantri
Didiek Purwanto
iii
Perlindungan Galur atau Rumpun Hewan/Ternak yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam mengimplementasikan hasil
riset peternakan dalam pembentukan galur atau rumpun ternak
baru.
Penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya
disampaikan kepada tim penyusun naskah akademik dimaksud
dan seluruh pihak yang membantu hingga selesainya dokumen
ini. Naskah akademik ini merupakan dokumen dinamis yang
masih harus terus disempurnakan sampai diterbitkannya
undang-undang tersebut. Semoga naskah akademik ini
bermanfaat bagi pemahaman bersama dalam aspek
perlindungan galur atau rumpun hewan/ternak baru.
iv
DAFTAR ISI
v
BAB IV. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN
YURIDIS ................................................................ 79
A. Landasan filosofis .......................................... 79
B. Landasan sosiologis ...................................... 81
C. Landasan yuridis ............................................ 88
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
2
Pendahuluan
3
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
4
Pendahuluan
5
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
6
Pendahuluan
B. Identifikasi masalah
7
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
8
Pendahuluan
D. Metode
9
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
10
BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian teoritis
11
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
12
Kajian Teoritis dan Empiris
13
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
14
Kajian Teoritis dan Empiris
15
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
16
Kajian Teoritis dan Empiris
4. Ketahanan pangan
17
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
18
Kajian Teoritis dan Empiris
19
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
20
Kajian Teoritis dan Empiris
21
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
22
Kajian Teoritis dan Empiris
teknologi; dan (4) Praktik usaha yang tidak baik yang dilakukan
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan tidak
memiliki etika bisnis. Praktik bisnis yang menghalalkan segala
cara demi memperoleh keuntungan menjadi ancaman bagi
industri perbibitan atau pemulia perorangan .
Oleh karena itu, kegiatan pemuliaan perlu dilindungi,
didorong dan dikembangkan melalui pemberian iklim berusaha
yang kondusif, seperti peningkatan kualitas sumber daya
manusia pemulia, penemuan teknologi (inovasi) baru yang
mampu mendukung kinerja pemulia, dan yang tidak kalah
penting adalah melalui pemberian insentif bagi pemulia baik
pemulia perorangan, instansi atau badan usaha yang bergerak
di bidang pemuliaan ternak yang menghasilkan galur unggul
baru sehingga mampu memberikan nilai tambah lebih besar
bagi konsumen. Insentif dimaksudkan untuk mengakomodasi
kebutuhan pemulia terutama yang ada pada industri perbibitan
ternak, antara lain perlunya kenyamanan dalam berusaha
melalui aturan yang jelas, serta adanya jaminan keamanan dan
kepastian hukum apabila terjadi permasalahan. Insentif
tersebut dimaksudkan agar usaha perbibitan ternak lebih
menguntungkan dan akan meningkatkan minat investor dan
pada gilirannya akan meningkatkan kontribusi positif dalam
pembangunan nasional.
Inovasi bibit unggul hasil pemuliaan ternak tersebut selain
berdampak pada peningkatan produksi dan populasi ternak
yang mendukung penyediaan pangan asal ternak dalam negeri,
juga diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk-
produk Indonesia agar dapat menembus pasar luar negeri.
Perlindungan Rumpun/Galur Hewan/Ternak hasil inovasi
tersebut diharapkan dapat mendorong para pemulia untuk terus
berinovasi. Pemuliaan ke depan tidak semata-mata productivity
23
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
24
Kajian Teoritis dan Empiris
25
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
26
Kajian Teoritis dan Empiris
27
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
28
Kajian Teoritis dan Empiris
29
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
30
Kajian Teoritis dan Empiris
31
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
32
Kajian Teoritis dan Empiris
33
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
34
Kajian Teoritis dan Empiris
35
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
36
Kajian Teoritis dan Empiris
- pewarisan;
- hibah;
- wasiat;
- perjanjian dalam bentuk akta notaris; atau
- sebab lain yang dibenarkan oleh undang-undang.
q. Lisensi
Pemegang hak PVT berhak memberi lisensi kepada orang
atau badan hukum lain berdasarkan surat perjanjian
lisensi.
r. Lisensi wajib
Lisensi wajib merupakan lisensi untuk melaksanakan suatu
hak PVT yang diberikan oleh pengadilan negeri setelah
mendengar konfirmasi dari pemegang hak PVT yang
bersangkutan dan bersifat terbuka.
Setiap orang atau badan hukum, setelah lewat jangka
waktu 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal
pemberian hak PVT, dapat mengajukan permintaan lisensi
wajib kepada pengadilan negeri untuk menggunakan hak
PVT yang bersangkutan.
Permohonan lisensi wajib hanya dapat dilakukan dengan
alasan bahwa:
- hak PVT yang bersangkutan tidak digunakan di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9;
- hak PVT telah digunakan dalam bentuk dan cara yang
merugikan kepentingan masyarakat.
s. Ketentuan pidana
Pelanggaran terhadap hak PVT dipidana dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun dan denda paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
37
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
1. Sumber hukum
2. Cakupan pengaturan
38
Kajian Teoritis dan Empiris
4. Subyek perlindungan
39
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
40
Kajian Teoritis dan Empiris
7. Ketentuan hukum
41
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
42
Kajian Teoritis dan Empiris
b. Georgia
1. Sumber Hukum
2. Cakupan pengaturan
43
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
4. Subyek perlindungan
44
Kajian Teoritis dan Empiris
45
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
d. Stabil (stable)
- Galur atau rumpun ternak baru dianggap stabil jika
karakteristik yang relevan tidak berubah setelah
dilakukan perbanyakan pada setiap siklus budi daya.
Hal yang sama juga terjadi pada varietas baru.
e. Diberi nama (denomination)
- Pemohon harus mengajukan usulan nama dari galur
atau rumpun ternak ataupun varietas tanaman yang
baru.
- Pemberian nama dari galur atau rumpun ternak baru
harus menunjukkan nama yang mudah untuk
diidentifikasi, singkat dan jelas, harus berbeda dari
setiap pemberian nama dari galur atau rumpun ternak
lain atau yang relatif hampir sama dengan ternak
tersebut, harus tidak bertentangan dengan hal-hal
umum yang telah dikenal secara moral, harus tidak
mengganggu secara agama, harus tidak terdiri hanya
dari gambar, kecuali jika terdapat Praktik-Praktik yang
telah dijalankan dan tidak menyebabkan kerancuan
terkait dengan karakteristik, asal, nilai ternak atau
identitas dari peneliti pemulia.
- Apabila pemberian nama galur atau rumpun ternak baru
maupun varietas tanaman baru masing-masing tidak
memenuhi persyaratan tersebut di atas, atau
sebelumnya ada pihak lain yang telah mengajukan
nama tersebut sebelum usulan pemohon, maka
pemohon harus kembali mengajukan permohonan
pemberian nama dalam waktu 1 bulan setelah notifikasi
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
46
Kajian Teoritis dan Empiris
47
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
7. Masa perlindungan
8. Ketentuan hukum
48
Kajian Teoritis dan Empiris
49
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
50
Kajian Teoritis dan Empiris
51
BAB III. EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
A. Sinkronisasi vertikal
53
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
B. Sinkronisasi horizontal
54
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
55
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
56
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
57
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
58
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
59
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
60
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
61
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
62
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
63
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
64
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
65
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
Pasal 76
(1) Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada pihak
lain berdasarkan perjanjian lisensi baik eksklusif maupun
non-eksklusif untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19.
(2) Perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat mencakup semua atau sebagian perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.
(3) Perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berlaku selama jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku
di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 92
(1) Penerima lisensi-wajib harus membayar imbalan kepada
pemegang paten.
(2) Ketentuan mengenai besaran imbalan dan cara
pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan menteri.
Berdasarkan analog karakteristik paten yang analog
dengan rumpun/galur sebagai invensi yang didaftarkan sebagai
kekayaan intelektual, perlu mendapatkan perlindungan beserta
hak dan kewajiban bagi inventornya, dan diatur dalam suatu
peraturan perundang-undangan yang disahkan negara.
66
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
67
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
68
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
69
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
70
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
71
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
72
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
73
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
74
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
75
Naskah Akademik Tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
76
Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
77
BAB IV. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS
DAN YURIDIS
A. Landasan filosofis
79
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
80
Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
B. Landasan sosiologis
81
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
82
Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
83
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
84
Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
85
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
86
Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
87
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
C. Landasan yuridis
88
Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
89
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
90
Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
91
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
92
Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
93
BAB V. JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG
A. Sasaran
95
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
96
Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup
Materi Muatan Undang-Undang
97
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
98
Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup
Materi Muatan Undang-Undang
99
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
100
Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup
Materi Muatan Undang-Undang
101
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
6. Biaya
102
Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup
Materi Muatan Undang-Undang
8. Hak menuntut
9. Penyidikan
103
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
104
Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup
Materi Muatan Undang-Undang
105
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
106
Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup
Materi Muatan Undang-Undang
107
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
108
Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup
Materi Muatan Undang-Undang
9. Lisensi
109
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
D. Ketentuan umum
110
Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup
Materi Muatan Undang-Undang
111
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
112
Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup
Materi Muatan Undang-Undang
113
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
115
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
116
Penutup
B. Saran
117
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
118
DAFTAR PUSTAKA
119
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
atau Galur Hewan/Ternak
120
Daftar Pustaka
121
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekapitulasi nama rumpun galur ternak tahun 2010-2019 yang telah ditetapkan
dan dilepaskan sesuai Keputusan Menteri Pertanian
Nama Keputusan Menteri Pertanian
No Provinsi Rumpun Jenis
No Tentang Tanggal
Galur Ternak
1 Bali Sapi bali Sapi 325/Kpts/OT.140/1/2010 Penetapan rumpun 22-Jan-10
sapi bali
2 Jawa Tengah Kambing Kambing 2591/Kpts/PD.400/7/2010 Penetapan galur 19-Jul-10
kaligesing kambing kaligesing
3 Jatim Sapi madura Sapi 3735/Kpts/HK.040/11/2010 Penetapan rumpun 23 Nov 2010
sapi madura
4 Aceh Sapi aceh Sapi 2907/Kpts/OT.140/6/2011 Penetapan rumpun 17-Jun-11
sapi aceh
5 Sumbar Sapi pesisir Sapi 2908/Kpts/OT.140/6/2011 Penetapan rumpun 17-Jun-11
sapi pesisir
6 NTB Sapi Sapi 2909/Kpts/OT.140/6/2011 Penetapan rumpun 17-Jun-11
sumbawa sapi sumbawa
7 NTB Kerbau Kerbau 2910/Kpts/OT.140/6/2011 Penetapan rumpun 17-Jun-11
sumbawa kerbau sumbawa
8 Maluku Kerbau moa Kerbau 2911/Kpts/OT.140/6/2011 Penetapan rumpun 17-Jun-11
kerbau moa
9 Maluku Kambing Kambing 2912/Kpts/OT.140/6/2011 Penetapan rumpun 17-Jun-11
lakor kambing lakor
123
Lampiran
124
Nama Keputusan Menteri Pertanian
No Provinsi Rumpun Jenis
Galur Ternak No Tentang Tanggal
10 Maluku Domba kisar Domba 2913/Kpts/OT.140/6/2011 Penetapan rumpun 17-Jun-11
domba kisar
11 Jawa Barat Domba garut Domba 2914/Kpts/OT.140/6/2011 Penetapan rumpun 17-Jun-11
domba garut
atau Galur Hewan/Ternak
125
Lampiran
126
Nama Keputusan Menteri Pertanian
No Provinsi Rumpun Jenis
Galur Ternak No Tentang Tanggal
30. Kaltim Kerbau Kerbau 2843/Kpts/LB.430/8/2012 Penetapan Rumpun 10-Aug-12
kalimantan Kerbau Kalimantan
timur Timur
31. Kalsel Kerbau Kerbau 2844/Kpts/LB.430/8/2012 Penetapan Rumpun 10-Aug-12
atau Galur Hewan/Ternak
127
Lampiran
128
Nama Keputusan Menteri Pertanian
No Provinsi Rumpun Jenis
Galur Ternak No Tentang Tanggal
50. Sulsel Kambing Kambing 580/Kpts/SR.120/4/2014 Penetapan Rumpun 30-Apr-14
marica Kambing Marica
51. Bali Anjing Anjing 581/Kpts/SR.120/4/2014 Penetapan Rumpun 30-Apr-14
kintamani Anjing Kintamani
atau Galur Hewan/Ternak
129
Lampiran
130
Nama Keputusan Menteri Pertanian
No Provinsi Rumpun Jenis
Galur Ternak No Tentang Tanggal
70. Jawa Tengah Kambing Kambing 301/Kpts/SR.120/5/2017 Penetapan Rumpun 04 Mei 2017
Kejobong Kambing Kejobong
71. Aceh Kerbau Gayo Kerbau 302/Kpts/SR.120/5/2017 Penetapan Rumpun 04 Mei 2017
Kerbau Gayo
atau Galur Hewan/Ternak
72. Puslitbangnak Kelinci Rexsi- Kelinci 303/Kpts/SR.120/5/2017 Pelepasan Galur 04 Mei 2017
Agrinak Kelinci Rexsi-
Agrinak
73 BPTU Ayam Ayam 774/Kpts/PK.020/11/2018 Pelepasan galur 06 Nov'18
Sembawa Sembawa ayam Sembawa
74 PT ULU Ayam Pelung Ayam 777/Kpts/PK.020/11/2018 Pelepasan galur 06 Nov'18
ULU ayam Pelung Ulu
75 PT. Putra Itik Gunsi Itik 366/Kpts/PK.020/05/2019 Pelepasan Rumpun 15' Mei 2019
Perkasa PKC (Peking Itik Gunsi PKC
Genetika Khaki
Chambell)
76 Institut Ayam IPB D1 Ayam 693/Kpts/PK.230/M/9/2019 Pelepasan Rumpun 30' Sept
Pertanian Ayam IPB D1 2019
Bogor
77 BPTU HPT Sapi Sapi 04/Kpts/PK.040/M/1/2020 Pelepasan Rumpun 03' Januari
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Rumpun
131
Lampiran
132
Nama Keputusan Menteri Pertanian
No Provinsi Rumpun Jenis
Galur Ternak No Tentang Tanggal
86 PT. Indogal Sapi Galician 620/KPTS/PK.020/M/9/2020 Pelepasan Itroduksi 30`
Blond Rumpun Sapi September
Galicaian Blond 2020
87 Kab. Sapi Galekan 617/KPTS/PK.020//M/9/2020 Penetapan Rumpun 30`
atau Galur Hewan/Ternak