Anda di halaman 1dari 39

ETOS KERJA PARA PEDAGANG PASAR

Penelitian Terhadap Pedagang Suku Banjar di Desa Bangkuang


dalam Perspektif Weberian

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Pernyataan


Dalam Memperoleh Gelar Sarjana ( S 1 )

SOSIOLOGI

Diajukan Kepada
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

Oleh :

RIDO WARDO
NIM. GAA 116 048

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021

1
i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ,,ETOS KERJA
PARA PEDAGANG PASAR ,Penelitian Terhadap Pedagang Suku Banjar di
Desa Bangkuang Dalam PevKATA PENGANTAR

Penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika dalam penulisan terdapat


kekurangan ataupun kesalahan kalimat pada skripsi ini. Skripsi ini juga tidak
dapat terselesaikan apabila tidak ada dorongan dan motivasi dari berbagai pihak
oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kepada Bapak Prof. Drs. Kumpiady Widen, MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya, Penulis mengucapkan
terima kasih atas motivasi sehingga penulis dapat belajar dan menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dr. Syamsuri, S.sos., M.si selaku Pembantu Dekan I Fakultas ILmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya.

3. Bapak Drs. Nuhing Tasi, M.Pd selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya.

4. Bapak Dr. Jhon Retei alfi Sandi, S.sos., M.Si selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya.

5. Kepada Ibu Merrisa Octora, SS., MA., selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya. Penulis mengucapkan
terima kasih.

6. Kepada Bapak Dr Joni Rosmanto., M.Si selaku pembimbing utama, penulis


mengucapkan terima kasih atas kesabaran, masukan dan motivasi kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

iii
7. Kepada Bapak Evi Nurleni, M.Si selaku pembimbing kedua, penulis
mengucapkan terimakasih atas kesabaran, masukan dan motivasi kepada
penulis sehingga skripsi ini dpat terselesaikan dengan baik.

8. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Palangka Raya penulis mengucapkan terima kasih atas pengajaran dan ilmu yang
telah dibagikan kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas
Ilmu Sosial dan ILmu Politik Universitas Palangka Raya.

9. Kepada seluruh staf di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Palangka Raya penulis mengucapkan terima kasih.

10. Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universita Palangka Raya dan
almamater Kebanggaanku. Terima kasih berkat kampus dan Universitas
tercinta ini penulis boleh menuntut ilmu dan mendapatkan ilmu yang akan
penulis pergunakan sebagaimana mestinya.

11. Kepada Orang Tua tercinta Mamah dan Papah terimaksih atas segala kasih
saying serta dorongan dan motivasi yang diberikan sehingga penulis boleh
menyelesaikan skripsi dengan baik

Palangka Raya,

Hormat Penulis,

Rido wardo
NIM. GAA116048

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Terdahulu ......................................................... 8
2.1.1. Etika, dan Etos Kerja ............................................. 8
2.2. Teori Etos Kerja ................................................................ 11
2.2.1. Sikap yang jujur dalam bekerja .............................. 14
2.2.2. Terampil dan Istiqomah dalam bekerja .................. 15
2.2.3. Pengetahuan dan Cerdas dalam Bekerja ................. 16
2.2.4. Pengalaman Dalam Bekerja ................................... 17
2.3. Motivasi dalam Bekerja..................................................... 18
2.3.1. Motivasi Intrinsik .................................................. 19
2.3.2. Motivasi Ekstrinsik ................................................ 19
2.4. Etos Kerja Pedagang Pasar Suku Banjar Tinjauan Teori
Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme Max Weber ........... 19

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Penelitian Terdahulu ............................................................ 22
3.2. Lokasi Penelitian ................................................................ 23
3.3. Sumber Data ....................................................................... 24
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 24
3.4.1 Observasi ............................................................... 25
3.4.2 Wawancara .............................................................. 26
3.4.3 Dokumentasi ............................................................ 28
3.5. Teknik Analisis Data ......................................................... 28

v
3.5.1 Reduksi Data ........................................................... 29
3.5.2 Penyajian Data .......................................................... 30
3.5.3 Menarik Kesimpulan ............................................... 30
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perekonomian di Indonesia saat ini sudah mulai maju dan berkembang

salah satunya di sektor perdagangan baik produk maupun jasa. Salah satu

tempat untuk mendistribusikannya adalah pasar. Pasar merupakan tempat

yang paling banyak dikunjungi masyarakat. Definisi pasar secara sederhana

yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung. Sedangkan

pasar dalam arti luas adalah suatu kejadian di mana berlangsung transaksi

jual-beli antara konsumen dan produsen. Pasar tradisional adalah pasar yang

berperan penting dalam memajukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan

memiliki keunggulan bersaing secara alamiah. Keberadaan pasar tradisional

ini sangat membantu, tidak hanya bagi pemerintah daerah ataupun pusat

tetapi juga para masyarakat yang menggantungkan hidupnya dalam kegiatan

berdagang, karena didalam pasar tradisional terdapat banyak aktor yang

memiliki arti penting dan berusaha untuk mensejahterakan kehidupannya baik

itu pedagang, pembeli, pekerja panggul dan sebagainya. Mereka semua

adalah aktor yang berperan penting dalam mempertahankan eksistensi pasar

tradisional di Indonesia sebagai alat politik untuk menukar informasi penting

di zamannya. Bahkan saat masuknya peradaban Islam ditanah pangsa pasar

kembali. Hal ini menjadi contoh bahwa eksistensi pasar tradisional dapat

dirasakan saat cara-cara berdagang yang benar menurut ajaran Islam.

Sekarang telah menunjukkan persaingannya untuk mendapatkan Keberadaan

1
pasar tradisional telah ada sejak puluhan abad yang lalu, diperkirakan sudah

muncul sejak zaman kerajaan Kutai Kartanegara pada abad ke 5 Masehi,

dimulai dari barter (tukar-menukar) barang kebutuhan sehari-hari dengan para

pelaut dari Cina. Masyarakat mulai menyusun barang dagangannya pada

tikar-tikar kemudian terjadilah transaksi jual beli tanpa mata uang. Selain itu

dapat dilihat juga bahwa pasar pada zaman kerajaan dijadikan tempat

bertemunya masyarakat atau kaum bangsawan dari penjuru desa bahkan

dijadikan air pada abad 12 Masehi, pasar digunakan sebagai alat untuk

berdakwah dimana para wali mengajarkan masyarakat mengenai ini Pasar

tradisional bergerak pada sektor informal, sehingga siapa saja memiliki

peluang untuk mendapatkan pekerjaan di pasar ini, karena tidak dibutuhkan

syarat-syarat khusus untuk dapat memperoleh pekerjaan disini, tidak seperti

pada kegiatan perkantoran atau disebut dengan formal dimana banyak syarat

yang harus dipenuhi untuk dapat diterima kerja misalnya mengenai tingkat

pendidikan yang dibutuhkan seperti pendidikan SMU sederajat atau bahkan

tamatan Sarjana, sedangkan di sektor informal seperti pasar tradisional ini,

dimana semua masyarakat yang mempunyai kemauan yang keras, keuletan

dan modal yang cukup dalam merintis usaha dari yang kecil terlebih dahulu,

bahkan bukan hanya sebagai pedagang saja tetapi banyak lagi kesempatan

kerja yang ditawarkan di sektor informal ini seperti menjadi penjaga atau

karyawan di pasar tersebut dari para pedagang yang membutuhkan jasa

pekerja, kuli panggul dan lain sebagainya yang tidak terlepas dari kegiatan di

2
pasar tradisional1. Salah satu hal yang penting untuk menjadi seorang

pedagang di pasar tradisional yaitu mempunyai etos kerja.

Etos kerja merupakan semangat yang terdapat didalam diri suatu

individu, tetapi tinggi rendahnya etos bukan semata-mata dilandasi oleh

tumbuh atau patahnya semangat2. Etos kerja seseorang terbentuk oleh adanya

motivasi yang terpancar dari sikap hidupnya yang mendasar terhadap kerja.

Sikap itu mungkin bersumber dari akal dan pandangan hidup/nilai-nilai yang

dianut tanpa harus terkait dengan iman atau ajaran agama. Khusus bagi orang

yang beretos kerja islami, etos kerjanya terpancar dari sistem

keimanan/aqidah islam berkenaan dengan kerja yang bertolak dari ajaran

wahyu bekerja sama dengan akal. Sistem keimanan itu identik dengan sikap

hidup mendasar (aqidah kerja). Ia menjadi sumber motivasi dan sumber nilai

bagi terbentuknya etos kerja islami. Etos kerja ini secara dinamis selalu

mendapat pengaruh dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal,

sesuai dengan kodrat manusia selaku makhluk psikofisik yang tidak kebal

dari berbagai rangsang, baik langsung maupun tidak langsung. Dengan

demikian, proses terbentuknya etos kerja (termasuk etos kerja islami), seiring

dengan kompleksitas manusia yang bersifat kodrati, melibatkan kondisi,

prakondisi dan faktor-faktor yang banyak seperti fisik biologis, mental-psikis,

1
Indri Ajuah, “Mengangkat Eksistensi Pasar Tradisional dengan Konsep
Revitalisasihttp://indrisama.wordpress.com/2011/01/13/mengangkat-eksistensi-pasar-tradisional-
dengankonsep-revitalisasi.html (online 11 mei 2017)
2
Ekonomika Mikro. Bandung: PT. Refika Aditama, 2014, h. 17. 2Akhmad Mujahidin,
Ekonomi Islam, Jakarta: PT. 1Lia Amaliawiati RajaGrafindo Persada, 2007, h.144

3
sosio kultural dan mungkin spiritual transendental3. Jadi, etos kerja bersifat

kompleks serta dinamis penelitian di pasar bangkuang.

Berdasarkan observasi awal peneliti, pedagang yang ada di pasar

Bangkuang kebanyakan berasal dari Suku banjar tetapi ada juga pedagang

lainnya yang berasal dari Suku jawa Suku Dayak, dan Suku Madura

Keberagaman inilah yang membuat pasar tradisional menjadi lebih menarik,

terdapat berbagai jenis suku dalam suatu kegiatan usaha guna memajukan.

Eksistensi pasar tradisional itu sendiri secara tidak langsung disamping dari

pemenuhan kebutuhan masing-masing pedagang. Dalam kesehariannya

masing-masing pedagang menjajakan barang dagangannya dipinggiran jalan,

hal ini dapat mempermudah bagi pembeli ataupun pengunjung untuk membeli

barang dagangan mereka tersebut.

Barang dagangan terlihat rapi disusun mulai dari pukul 07.00 WIB,

ada yang meletakkan di atas tikar, dalam keranjang, dan ada juga yang

meletakkan di gerobak maupun mobil pickup Bermacam-macam barang

dagangan yang dijual seperti sayur-sayuran, buah-buahan, ikan,sembako, dan

lain sebagainya. Setelah selesai berjualan para pedagang berkemas barang-

barang dagangannya yang belum laku dan memasukkan ke dalam gerobak

maupun mobil pick up kembali. Pasar Bangkuang biasanya tutup pada siang

hari pukul 12.00 WIB4.

3
Ahmat Janan Asifudin, Etos Kerja Islam, Surakarta: Muhamadiyah University Press,
2004, h. 90
4
Observasi awal,etos kerja pedagang pasar Bangkuang hari senin tanggal 22 mei 2017
puku l 07 .00WIb

4
Etos kerja yang ditunjukkan oleh pedagang pada pasar bangkuang

yang menjadi daya tarik sendiri seperti berjualan sekali seminggu dikarena

kan para pedagang pasar dibangkuang rata -rata orang suku banjar dengan

pagi hari mereka mulai membuka pasar dan niatnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi keluarganya, dan peneliti ingin mengetahui lebih jauh

motivasi-motivasi yang menjadi latar mengadakan penelitian mengenai “Etos

Kerja Para Pedagang Pasar Penelitian terhadap Pedagang Suku Banjar di

Desa Bangkuang dalam Perspektif Weber”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapa tdirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana etos kerja pedagang suku Banjar di Pasar Bangkuang ?

2. Bagaimana bentuk etos kerja Mempengaruhi eksistensi Pedagang Banjar

di pasar Bangkuang dalam perspektif weberian terhadap orang banjar ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Meneliti dan menjelaskan etos kerja pedagang pasar suku Banjar dipasar

Bangkuang ?

2. Meneliti dan menjelasakan agama terhadap hubungan etos kerja dengan

eksistensi pedagang suku Banjar ?

5
1.4. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharap dapat memberikan kontribusi bagi

civitas akademik baik secara akademis maupun praktis:

1. Secara Akademis

Manfaat secara akademis daripada penelitian ini adalah menambah

khasanah ilmu dalam bidang sosiologi, terutama berhubungan dengan

studi mengenai Stratifikasi sosial. karena dengan diadakannya penelitian

ini menganalisis tentang etos kerja, membahas suku banjar dalam etos

kerja pedagang pasar

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, karena

dengan memahami penelitian ini akan membuka wawasan sekaligus

memberikan pedoman dalam praktiknya tentang etos kerja pedagang

pasar suku banjar dalam perspektif weberian di desa bangkuang

Khususnya bagi masyarakat banjar agar selalu menjaga etos kerja dengan

baik dan bersungguh sungguh dalam bekerja. Karena dengan

menempatkan etos kerja masyarakat semakin disiplin terhadap waktu,

komitmen, jujur dan memiliki jiwa tanggung jawab.

Lebih daripada itu, nilai keagamaan dalam hal ini semakin kuat,

karena memadukan kedua unsur tersebut sehingga senantiasa mendorong

seseorang untuk sukses di dunia maupun di akhirat Dan manfaat bagi

peneliti yaitu peneliti bisa menyalurkan keilmuan yang telah di dapat di

bangku perkuliahan, kepada para pedagang, khalayak, atau masyarakat

6
tentang etos kerja pedagang pasar dalam melihat eksistensi,suku banjar

yang di perspektif oleh weberian memberikan tips-tips atau strategi

sukses dalam bedagang.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1.1. Etika, dan Etos Kerja

Secara sosio-antropologis menyebutkan bahwa tindakan

manusia dalam hidupnya dilandasi oleh berbagai faktor ideal, yang

merupakan kerangka berfikir normatif. Kluckhohn dalam

Koentjaraningrat (1979) menyatakan, faktor ideal dari kerangka

berfikir normatif manusia itulah yang disebut dengan pandangan

hidup (worldview).

Manusia norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau

masyarakat dalam mengatur pendukung kebudayaan, etika berada

pada tataran kognitif atau kata lain etika merupakan bentuk senantiasa

memikirkan bagaimana seharusnya aktivitas itu dilakukan atau tidak

perlu dilakukan. Faktor ideal yang dianggap penting dalam

mempengaruhi tingkah laku manusia adalah etika.Etika diartikan

sebagai nilai dan normatif yang hanya menjadi pengetahuan manusia

atau masyarakat. Selain itu, etika senantiasa berkaitan erat dengan

masalah baik dan buruk, yaitu norma yang mengandung prinsip

moralitas, masalah yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan

dalam melaksanakan norma tingkah laku yang berlaku.Etos, menurut

Tasmara (2008) diartikan sebagai sikap, kepribadian, karakter serta

keyakinan yang di miliki seseorang at au masyarakat yang

8
terbentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya dan sistem nilai

yang diyakininya.

Perbedaaan antara etika dengan etos adalah, etika esensinya

hanya menempati aspek kognitif kehidupan manusia. Etika akan

menjadi etos bilamana norma-norma yang dikonsepsikan tersebut

telah dihayati dan menjadi pilihan seseorang atau masyarakat serta

mempengaruhi tingkah laku yang selanjutnya menjadi karakter sikap

budaya (Abdullah,1982). Dengan demikian etika masih berada pada

tataran normatif, sedangkan etos berada pada tataran praksis sebagai

pengejawantah.

Kalau dalam etika Protestan, Weber menekankan pentingnya

predestinasi yang dalam ajaran Calvin diyakini dapat memotivasi etos

kerja keras, sebaliknya dalam Islam menurut Weber (2006) ada

keyakinan terhadap predeterminasi. Dalam predeterminasi ini ada

keyakinan kalau manusia tidak memiliki kebebasan menentukan ma sa

depannya, meskipun manusi a da pat didorong untuk berusaha tetapi

Tuhan akhirnya yang menjadi penentunya. Hal inilah kemudian yang

mendorong munculnya sikap fatalistik dalam Islam, yaitu sikap pasrah

karena segala sesuatu telah ditentukan. Menurut Weber, dunia Islam

sangat sulit memunculkan prasyarat sebagai masyarakat kapitalis,

karena tidak ditemukan adanya hukum yang sarat dengan prinsip

humanisme-rasional, independensi masyarakat sipil, otonomi daerah,

serta stabilitas politik. Monoteisme dalam Islam tidak mampu menjadi

9
agama yang penuh nilai asketisme, karena disebarkan oleh para

prajurit melalui peperangan. Dalam hal ini Islam dinilai Weber

sebagai agama “kelas prajurit” yang pemerintahannya dijalankan

semata-mata dengan prinsip agama (teokratis) dan sentralistis untuk

kepentingan feodal (Husain, 2004). Model hukum yang teokratis,

otoriter-patriarkal dan sentralistis ini menciptakan etos kerja Islam

yang tidak bebas dan cenderung konservatif, karena adanya pengaruh

kekuasaan teokratik-politis yang besar. Dengan demikian Weber

menilai etos kerja dalam Islam5.

Dalam buku Penjaja dan Raja yang ditulis Geertz (1977), para

santri di salah satu kota kecil Jawa Timur memiliki etos kerja tinggi,

mereka merupakan pekerja yang sangat taat beribadah dan aktif dalam

kegiatan organisasi sosial moderen. Sikap yang taat dalam beribadah

telah memberikan pengaruh mendalam pada sifat kewiraswastaannya,

yaitu bersikap jujur, disiplin, hemat dan pekerja keras. Demikian pula

penelitian Lance Castles (1982) tentang Tingkah Laku Agama, Politik

dan Ekonomi di Jawa dengan mengambil kasus pada industri rokok

kretek di Kudus dan penelitian Nakamura (1983) di Kota Gede

Yogyakarta dalam bukunya yang berjudul Bulan Sabit Muncul dari

Balik Pohon Beringin menunjukkan bahwa orang-orang kaya di

5
Kritikannya adalah, 1) Weber dengan sembarangan telah membuat asumsi bahwa
agama merupakan satu-satunya sumber tumbuhnya “etos spiritual”. 2). Weber hanya menganggap
bahwa sekularisasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses modernisasi dan sivilisasi.
Menurut Davis, masyarakat moderen hakekatnya memiliki berbagai macam spirit yang
diasumsikan berbeda, sehingga masyarakat tersebut tidak dapat spiritnya mengalami sekularisasi

10
daerah tersebut adalah para santri yang berafiliasi dengan organisasi

sosial keagamaan moderen, mereka memiliki etos kerja tinggi, hemat,

menjauhi perilaku konsumtif dan pekerja keras. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa budaya kerja merupakan pola kebiasaan

yang didasarkan dari cara pandang atau cara seseorang memberi

makna terhadap hakekat kerja. Makna kerja tersebut diyakini sebagai

suasana hati dan keyakinan yang kuat atas nilai- nilai yang dipercaya,

serta memiliki semangat bersungguh-sungguh untuk mewujudkan

kerja yang berprestasi.

2.2. Teori Etos Kerja

Dalam dunia kerja saat ini banyak sekali tantangan yang harus

dihadapi bagi masyarakat. Seperti halnya persaingan dalam dunia kerja,

bisnis atau dunia perdagangan jual beli. Hal ini tentu akan menciptakan

sebuah semangat Etos Kerja pada masyarakat. Dalam kamus ilmiah populer

etos diartikan sebagai semangat, jiwa atau pandangan hidup khas bangsa.

Etos menggambarkan sebuah kondisi semangat seseorang dalam

dunia kerja, etos kerja melekat pada jiwa seseorang. Mereka yang memegang

prinsip ini cenderung memiliki kualitas unggul. ( 13 Hendro Darmawan.

Kamus Ilmiah Populer Lengkap. (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2010),

Hlm. 141.hidup yang baik, menerapkan disiplin yang tinggi serta

memanajemen waktu dengan baik. Meski dalam keadaan sulit, dalam

keadaan tertekan bagi para pekerja, pedagang, pegawai yang memegang

standard etos kerja akan cenderung lebih tenang dalam mencari solusi

11
tentang permasalahan yang dihadapi. Sukses atau tidaknya seseorang dalam

menjalankan kerja sangat tergantung dari etos yang dimiliki. Semangat untuk

mau berkembang, kegigihan, pantang menyerah, serta tidak mudah putus asa

adalah bagian dari seseorang yang harus dimiliki. Ukuran sukses dari

penelitian ini diarahkan pada sistem i sosial, seorang pedagang yang

memiliki asset materi dalam jumlah banyak maka dianggap menempati

kedudukan yang tanggi. Sebaliknya pedagang yang memiliki sedikit materi

akan menempati sistem ekonomi yang rendah. Etos kerja merupakan suatu

bentuk penerapan nilai-nilai ide-ide didalam hal pekerjaan. Nilai-nilai dan

ide-ide dalam pengartiannya, bisa berupa sifat-sifat atau tindakan-tindakan

yang sesuai dengan perasaan tulus setiap individunya. Etos muncul sebagai

suatu proses penghayatan dimana seseorang telah menemukan ritme dalam

setiap aktivitas pekerjaan yang dijalani. Seseorang yang telah terilhami

menganggap etos sebagai suatu keserasian atau penyatuan dalam dunia kerja.

Dalam bukunya yang berjudul Menuju etos pekerjaan yang bagaimana,

Frans Von Magnis menyatakan Etos juga berkaitan dengan kejiwaan

seseorang, oleh karena itu hendaknya setiap pribadi muslim harus

mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif dan ada semacam

kerinduan untuk menunjukkan semacam kepribadiannya . sebagai seorang

muslim dalam hasil kerja sikap dan perilakuperilaku yang menuju atau

mengarah kepada hasil yang lebih sempurna. Akibatnya cara dirinya

mengekspresi sesuatu selalu berdasarkan semangat untuk menuju kepada

12
perbaikan (improvement) dan terus berupaya dengan amat bersungguh-

sungguh menghindari yang negatif (fasad).6

Selanjutnya etos kerja pedagang merupakan sebuah langkah-langkah

kongkrit pedagang dalam menerapkan suatu nilai atau ide-ide, agar mampu

meningkatkan mutu kualitas suatu pekerjaan. Hal ini dilandasi karena,

adanya persaingan dari kompetitor sehingga kualitas mutu seorang pedagang

perlu untuk ditingkatkan lagi. Dari hasil etos kerja ini, melahirkan suatu

strategi dalam bidang penjualan suatu produk. Para ahli mengatakan bahwa

etos kerja seseorang sangat dipengaruhi olehbeberapa hal diantaranya :

▪ Bagaimana caranya melihat arti kerja dalam kehidupan;

▪ Bagaimana caranya melaksanakan pekerjaannya;

▪ Bagaimana memahami hakikat bekerja yang dikaitkan dengan iman dan

nilai-nilai spiritualitas yang diyakininya

Dengan demikian, etos kerja terbaik dan mulia berbasis nurani dapat

diartikan sebagai sikap, perilaku, watak, karakter, akhlak, dan etika

seseorang dalam bekerja yang tak lepas dari landasan keyakinan nilai-nilai

spiritualitas yang bersumber dari hati nurani. “Membudayakan etos kerja

terbaik dan mulia berarti mengaktualisasikan seluruh potensi hati, iman,

pikiran, ilmu yang kita miliki,untuk membentuk sikap,akhlakdan tingkah

laku kita dalam bekerja7 Sedangkan budaya bisa diartikan sebagai akal

pikiran, nilai-nilai dan sikap mental. Dengan demikian membudayakan etos

6
Frans Von Magnis. “Menuju Etos Pekerjaan Yang Bagaimana?”,1978. Prisma No II.
Hlm. 16.
7
Ibid. 16 .

13
kerja terbaik dan mulia akan berkaitan erat dengan persepsi dan nilai-nilai

yang melahirkan makna dan pandangan hidup seseorang, inilah yang akan

mempengaruhi sikap, karakter, dan tingkah laku seseorang dalam bekerja.

Kerja adalah bentuk aktualisasi dari nilai-nilai keyakinan dalam hati. Nilai

yang kita yakini sebagai makna hidup akan melahirkan cara kita bersikap

dan bertingkah laku. Penghayatan terhadap nilai, makna hidup, pengalaman

dan pendidikan dapat diarahkanKesemuanya itu saling terintegrasi satu

dengan lainnya dalam mempengaruhi profesionalisme seseorang dalam

bekerja, berkarya atau berbisnis untuk menciptakan etos kerja profesional

dan akhlak yang baik. Garis singgung antara etos kerja dan akhlak mulia ini

lah yang menjadikan performance seseorang profesional yang berakhlak

mulia.

2.2.1. Sikap yang jujur dalam bekerja

Jujur adalah sebuah sikap apa adanya yang dimiliki seseorang, tanpa

harus menambah dan mengurangi sebuah kondisi yang terjadi. Seseorang

yang memiliki sikap jujur selalu berusaha teliti, cermat dan berhati-hati

dalam setiap tindakannya. Dalam kaitannya dengan etos kerja, sikap jujur

perlu diterapkan dan diutamakan agar terjadi sebuah pencapaian yang

maksimal menuju kesuksesan. Karena betapa pentingnya jujur dalam

islam, Allah SWT, memerintahkan kaum muslimin untuk selalu berpegang

teguh dengan kejujuran. Ia berfirnan, “hai orang-orang yang beriman

bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang

benar.”(at-Taubah:119). Ayat tersebut menyerukan kepada orang-orang

14
yang beriman agar selalu berperilaku jujur. Dalam halnya di dunia

pekerjaan sikap ini wajib diterapkan secara kuat meskipun ada hasutan dari

dunia luar (eksternal) untuk berperilaku tidak jujur. Hasutan tersebut berupa

korupsi terhadap waktu, tidak disiplin terhadap aturan, selalu bolos dalam

bekerja tanpa ada alasan yang jelas8.

Dalam dunia jual beli perilaku jujur ini perlu diterapkan antara

pedagang dan pembeli. Pedagang yang jujur akan senantiasa bersifat

terbuka dan transparan dalam menjelaskan produk yang dijualnya, tanpa

harus mengurangi timbangan neraca perdagangan. Jika para pedagang

mampu menerapkan konsep kejujuran seperti ini, tentu akan menimbulkan

sebuah keberkahan dan keberuntungan dalam usahanya. Konsumennya

akan bertambah banyak, usahanya bertambah besar dan kelangsungan

bisnisnya bertambah lama.

2.2.2. Terampil dan Istiqomah dalam bekerja

Terampil dan istiqomah adalah dua perpaduan sikap positif dalam

dunia kerja. Sikap terampil menunjukkan kesanggupan seseorang berupa

(skill) dan istiqomah merupakan sebuah sikap yang dijalankan seseorang

secara terus menerus dan konsisten. Yang dimaksud dengan istiqomah

sesungguhnya adalah berpegang teguh pada ajaran islam, baik dalam hal

aqidah, amal dan perilaku. Huruf Sin dan ta’ dalam kata ini menunjukkan

makna penguatan dalam kelurusan dan ketidakmenyimpangan dari jalan

8
Eko Jalu Santoso, Good Ethos: 7 Etos kerja terbaik dan mulia (Jakarta: Gramedia,
2012),hlm 6-8

15
penghambaan (kepada Allah).18 Kunci utama istiqomah adalah berpegang

teguh pada ajaran Islam. Maksudnya adalah menjalankan apa yang syariat

islam anjurkan, dan menjauhi apa yang dilarang dalam islam. Istiqomah

dalam pembahasan ini mengajak seseorang untuk melakukan kebajikan,

bukan istiqomah yang mengajak seseorang kejalan yang sesat.Seseorang

yang mempunyai prinsip istiqomah, tentu memiliki keunggulan etos kerja

dan keterampilan skill yang baik. Mereka akan cenderung memanajement

waktu dengan sebaik-baiknya dan berusaha untuk komitmen

meningkatkan keahlian dalam dunia kerja serta menempatkan sesuatu pada

tempatnya9.

2.2.3. Pengetahuan dan Cerdas dalam Bekerja

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang didapatkan dari

serangkaian peristiwa atau informasi. Pengetahuan muncul dari

serangkaian proses pembelajaran yang dialami seseorang. Dalam dunia

kerja pengetahuan memiliki fungsi sebagai pedoman untuk bertindak,

disamping itupengetahuan juga berfungsi sebagai pengontrol diri

seseorang agar senantiasa berhati-hati dalam menjalankan aktivitas

bekerja. Maksud pengetahuan sebagai pedoman, diartikan bahwa dalam

dunia kerja tentu terdapat berbagai problematika, atau persoalan.

Seseorang dalam menjalankan rutinitas pekerjaan tentu tak terlepas dari

masalah entah dari dalam diri sendiri atau faktor eksternal.

9
Musnid al-Qathany, Meniti Jalan Istiqomah (Mirqat: Pustaka Al-Bashirah, 2008),hlm. 1

16
Masalah dari dalam diri sendiri muncul karena keadaan emosi

yang kurang stabil, sedangkan masalah yang ditimbulkan dari faktor

eksternal dipicu dari rekan kerja,keluarga, dan tempat pekerjaan yang

kurang mendukung. Sehingga pengetahuan disini muncul sebagai

pedoman seseoranguntuk memecahkan sekaligus mencari solusi tentang

masalah yang dihadapi. Dalam etos kerja, pengetahuan juga dapat

digunakan sebagai alat untuk mencapai atau mengejar target produksi.

Para pengusaha, pebisnis, dan pedagang yang sukses selalu menggunakan

konsep pengetahuan yang tersusun secara matang dan menggunakan

perincian yang tepat agar usaha mereka semakin maju. Pengetahuan

mendorong seseorang untuk cerdas dalam bekerja.

2.2.4. Pengalaman Dalam Bekerja

Pengalaman kerja telah menjadi tonggak dasar dalam setiap

lembaga, kreativitas di setiap pelaku organisasi menjadi kebutuhan dasar.

Organisasi akan mengalami peningkatan kemajuan peningkatan

produktivitas manakala setiap perilaku organisasi memiliki pengalaman

kerja setiap pegawainya dengan baik. Suatu organisasi memerlukan

dukungan para anggota berupa pengalaman kerja guna memperbesar

peluang organisasi tersebut dalam memberikan pelayanan terhadap

masyarakat.

Hasil pengalaman kerja individu yang terlibat dalam sebuah

organisasi yang sebagai mana di maksudkan adalah hasil kerja yang ia

selesaikan secara maksimal. Hasil pengalaman kerja yang dimiliki setiap

17
pelaku organisasi memiliki peran tersendiri terhadap organisasi tersebut,

pengalaman kerja pada dasarnya memberikan peran serta dalam diri

individu untuk disini diartikan sebagai ketepatan dalam mengambil

keputusan, tidak keliru dalam bertindakmengaktualkan kelebihan-

kelebihan dirinya dalam membangun upaya pencapaian tujuan

organisasinya10.

2.3. Motivasi dalam Bekerja

Motivasi diartikan sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan

mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu

kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Faktor-

faktor itu sering disebut motivasi, sebagai tujuan yang diinginkan yang

mendorong orang berperilaku tertentu, sehingga motivasi sering pula

diartikan dengan keinginan, tujuan kebutuhan atau dorongan. Motivasi sering

diartikan dengan istilah dorongan atau daya penggerak.

Motivasi merupakan kondisi yang mendorong individu untuk

melakukan sesuatu Motivasi dalam konteks pembahasan ini mendorong

perilaku seseorang kearah yang positif bukan ke hal-hal yang sifatnya negatif.

Seseorang yang memiliki motivasi kerja memiliki perasaan optimisme

percaya diri yang tinggi dalam dirinya. Mereka senantiasa terpacu untuk

bekerja keras untuk maju kearah yang lebih progresif. Ada dua jenis motivasi,

yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik:


10
Aswar Annas, Interaksi Pengambilan Keputusan dan Evaluasi Kebijakan
(Makassar:Celebes Media Perkasa, 2017), hlm 34. 20 Marihot Tua Efendi Hariandja, Manajemen
Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT Gramedia Widasarana Indonesia, 2002),hlm 321

18
2.3.1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi atau dorongan yang muncul dari

dalam diri sendiri. Motivasi ini muncul karena keinginan seseorang untuk

berubah kearah yang progresif.

2.3.2. Motivasi Ekstrinsik


Motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau dorongan yang muncul

dari luar. Motivasi ini muncul karena adanya kompetitor dari dunia luar.

Etos kerja pada bentuk ini menciptakan daya saing positif antar seseorang.

Dalam dunia kerja misalnya si A menduduki jabatan sebagai kepala

bagian, kemudian si B seabagai karyawan biasa. Jabatan sebagai kepala

bagian tentu diinginkan oleh sebagian pekerja karena memiliki tunjangan

gaji yang lebih besar, dan kepala bagian secara otomatis menduduki strata

yang lebih dihormati dari pada karyawan biasa. Oleh karena si B adalah

seorang karyawan biasa, maka terdoronglah keinginan si B untuk

mencapai kedudukan si A menjadi kepala bagian, dengan menunjukkan

semangat etos kerja yang lebih progresif

2.4. Etos Kerja Pedagang Pasar Suku Banjar Tinjauan Teori Etika Protestan
dan Spirit Kapitalisme Max Weber

Dalam penelitian ini menggunakan sebuah Tinjauan Teori Etika

Protestan dan Spirit Kapitalisme Max Weber. Teori ini menjelaskan

tentang sebuah kesuksesan dalam bekerja yang sangat dipengaruhi oleh

doktrin agama Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa latar belakang

penduduk suku Banjar mayoritas beragama Islam. Dari segi profesi

sebagian besar penduduknya adalah berdagang, hal tersebut dapat

19
dibuktikan di sekitar pemukiman warga desa bangkuang yang digunakan

untuk berdagang. Sepanjang lokasi pasar memasuki desa bangkuang kita

bisa menjumpaii para pedagang yang berderet di pinggir jalan. Tetapi pada

penelitian ini di fokuskan pada Etos Kerja Pedagang Pasar dalam

perspektif weber terhadap suku banjar yang mempunyai relefansi dengan

konsep teori Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme.

Weber dalam konteks Eropa menyebut agama (Protestan) sebagai

faktor utama yang mendorong tumbuhnya (spirit) kapitalisme dalam

kegiatan ekonomi sekaligus menjadi etika dan doktrin yang berlaku.

Kapitalisme berevolusi ketika semangat etika protestan (terutama calvinis)

mempengaruhi sejumlah besar orang untuk terlibat aktif dalam kerja

ekonomi, mengembangkan perusahaan mereka sendiri, dan terlibat dalam

perdagangan dan akumulasi modal untuk berinvestasi. Jelasnya, Etika

kerja Protestan adalah kekuatan dibalik perkembangan kapitalisme pada

waktu itu. Menurut Weber, Etika Protestan mengajarkan bahwa bekerja

keras itu merupakan calling atau panggilan suci bagi kehidupan manusia.

Berlaku hemat dengan cara menggunakan hasil kerjanya dengan tidak

untuk bersenang-senang. Dalam karya monumentalnya, the protestan

ethic and the spirit of Capitalism, mengapa Etika Protestan yang

dirumuskan Calvin (Calvinisme) demikian penting bagi kemajuan

peradaban Eropa. Calvinisme mengajarkan bahwa kerja merupakan

panggilan tuhan (Calling of God) (Bahasa Jerman Beruf). Demikian juga

sifat menghargai waktu, rasional dalam berpikir dan bertindak,

20
berorientasi kemasa depan, hemat dalam kegiatan ekonomi sehari-hari

adalah etika yang sepenuhnya sesuai dengan tuntutan doktrin-doktrin

Kristiani. Jadi menurut Weber terdapat pertautan khusus antara etika

Kristiani dengan semangat (etos) Kapitalisme. Doktrin Reformasi

Protestan ini berdampak luas pada perilaku ekonomi orang-orang Kristen

di Barat. Mereka menjadi pekerja dan pengusaha yang tekun bekerja,

mengumpulkan harta dan hidup hemat tanpa merasa apa yang

dilakukannya sebagai suatu kekeliruan11.

Dengan kata lain, etika Protestan telah dijadikan dasar doktrin bagi

perkembangan kapitalisme Eropa. Karena ada perkembangan kapitalisme

itu, Eropa kemudian memiliki infrastrekonomi yang kokoh bagi

terbentuknya sebuah peradaban yang intens, perkembangan dunia

pendidikan yang relatif pesatuktur sosial.12

11
Muhammad Zakki. Spiritual Enterpreuneurship Transformasi Spiritualitas
Kewirausahaan.(Yogyakarta: LkiS. 2013), hlm. 8
12
The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism, (trans. By Talcott Parson), London:
Unwin University Book, 1967. Komentar Kritis terhadap Tesis Weber ditulis R.H Tawney,
Religion and the Rise Of Capitalism, Pelican Book, 193

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

datadeskriptif. Penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengexplorasi

dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial dan

kemanusiaan, berfokus pada makna individual dan menterjemahkan

kompleksitas suatu persoalan Sesuai dengan judul penelitian yang diangkat

oleh saya sendiri, yaitu “Etos kerja pedagang pasar Dalam penelitian

pedagang suku banjar dalam perspektif weberian (Sebuah Tinjauan Teori

Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme)” maka penelitimenggunakan

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan jenispendekatan yang

data temuannya tidak diperoleh secara statistic atau bentuk hitungan lainnya.

Penelitian kualitatif bertujuan mengungkapgejala secara holistik-kontekstual

melalui pengumpulan data dari lataralami dengan latar alami dengan

memanfaatkan peneliti itu sendiri sebagai instrument kunci.28 Dalam

penelitian kualitatif proses dan makna berdasarkan perspektif subjek lebih

menonjol.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

deskriptif kualitatif. Menurut Lexy J. Maleong penelitian kualitatif

adalahprosedur penelitian yang menghasilan data deskriptif baik berupa kata-

katatertulis maupun tulisan dari orang-orang yang orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Dan tujuan dari metode penelitian kualitatif deskriptif ini

22
adalah untuk meneliti kondisi kelompok sosial, baik itu suatu sistem

pemikiran yang terjadi dalam masa sekarang13.

Penelitian beralasan dengan menggunakan metode penelitian

kualitatifdeskriptif ini sangatlah sesuai dengan permasalahan dan tema yang

diangkat oleh peneliti karena metode penelitian kualitatif deskriptifprosedur

penulisannya berbentuk kata-kata, gambar, dan datanya meliputitranskrip

wawancara, catatan data lengkap, foto-foto, dokumentasi pribadiserta

dokumentasi pribadi serta deskripsi mengenai data situasi. Metod penelitian

jenis kualitatif deskriptif ini dapat digunakan untuk menjawab.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di desa Bangkuang. Letaknya berada di sebelah

timur tepatnya 8 Km seberang desa Teluk Betung . Secara regional berada di

wilayah dataran rendah, yangmemiliki tingkat kepadatan penduduk yang

tinggi. Secara standarisasi hidup desa bangkuang sangat bagus letaknya yang

strategis dekat dengan Rumah sakit, pasar, dan kompleks pertokoan yang

berjajar. Alasan memilih desa ini karena di desa ini terdapat banyak pedagang

pasar suku banjar telah ditentukan dan selama proses penelitian berlangsung.

Pemilihan subjek dalam penelitian ini adalah etos kerja pedagang pasar

Terhadap suku banjar dari kelas bawah, kelas menengah, atau kelas atas. Dari

kelasbawah sampai kelas atas maksudnya adalah kelompok pedagang kelas

13
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010)

23
pengecer yang menjajakan secara keliling, atau pedagang yang sudah

memiliki toko atau grosir.

3.3. Sumber Data


a. Data primer dalam penelitian ini merupakan hasil yang diperoleh dari

wawancara secara langsung dengan informan yaitu pedagang pasar suku

banjar dalam etos kerjanya dari perspektif weber dengan data yang dicari

peneliti yaitu tentang etos kerja para pedagang pasar dalam meningkatkan

etos kerja mereka.

b. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari penjelasan penjelasan

teoretis yang berkaitan dengan tema penelitian dengan mengambil dari

berbagai referensi pustaka.data sekunder ini dapat memberika keterangan

atau pelengkap data sebagai bahan pembanding.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat

digunakan olehpeneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen

pengumpulan data adalah alatbantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkandata agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan lebih mudah. Dalam penelitian ini, peneliti

bertindak sebagai instrumen sekaligus sebagai pengumpul data. Prosedur

yang di pakai dalam pengumpulan data yaitu: (1) Observasi, (2)

Wawancara, dan (3) Dokumentasi, yaitu sebagai berikut:

24
3.4.1 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

melaluipengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku obyek sasaran. Observasi yang akan dilakukan di

pasar bangkuang terhadap pedagang suku banjar dengan judul penelitian

ini.

a. Observasi Langsung

Observasi langsung merupakan teknik pengumpulan data,

dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat daridekat kegiatan yang dilakukan, serta untuk

menghimpun keterangan-keterangandari pihak-pihak terkait yang dapat

membantu dan menemukan data yangberkaitan dengan masalah yang

akan diteliti. Serta dapat mendukung data yangdiperoleh dari data

wawancara, sehingga akan diketahui apakah data yangdiberikan oleh

informan terkait masalah penelitian sesuai dengan keadaan

yangsebenarnya. Dengan observasi langsung ini peneliti bisa turun

kelapangan danmelakukan pnelitian dengan melihat kegiatan yang

terjadi sebenarnya dilapangan dengan begitu hasil penelitian nanti akan

lebih terjamin keaslian datanya

b. Observasi Tidak Langsung

Observasi tidak langsung ini merupakan teknik pengumpulan

data, dimana peneliti mengumpulkan data dengan tidak perlu

kelapangan atau ketempatpenelitian. Dengan kata lain peneliti hanya

akan memakai penelitian terdahulunya sebagai acuan atau

25
menggunakan buku, majalah, internet dan lain-lain sebagai sumber data.

Observasi tidak langsung ini juga mungkin bisa dipakai peneliti karena

mengingat kita sekarang dalam keadaan pandemi Covid-19 yang

mengharuskan kita untuk tidak bergerombol atau membuat kerumunan,

jadi dengan begitu ada kemungkinan peneliti nantinya akan

menggunakan teknik observasi tidak langsung ini.

3.4.2 Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dalam

berwawancaraterdapat proses interaksi antara pewawancara dengan

informan. Wawancara secaragaris besar dibagi menjadi dua, yakni

wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak

terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif,

wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (open ended interview).

Sedangkan wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku

(standardized interview) yang susunan pertanyaannya sudah

ditetapkansebelumnya biasanya tertulis. Melalui wawancara ini penulis

mengharapkan bisa menemukan informasi yang diperlukan untuk

kepentingan penelitian ini. Untuk mengetahui bagaimana fungsi sosial pasar

Kahayan serta bagaimana pasar bangkuang ini sebagai tempat ruang jual

beli pedagang antar pembeli Informan yang akan di wawancarai adalah

pedagang dan pembeli yang dianggap mengetahui informasi yang

diperlukan

26
a. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan

datayang dilakukan dengan persiapan jauh harinya seperti semua

pertanyaan kepada narasumber sudah dibuat sebelumnya. Wawancaar ini

sudah terencana sebelumya seperti sudah mengatur janji kepada

narasumber untuk melakukan wawancara. Dengan wawancara terstruktur

ini setiap narasumber diajukan pertanyaan yang telah disiapkan dengan

tujuan agar mendapatkan data yang di perlukan

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lenkap untuk mengumpulkan datanya

pedoman yang digunakan hanya garis-garis besar dari permasalahan yang

akan ditanyakan (Sugiono 2007: 74).

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui

data apa yang akan di peroleh, sehingga peneliti lebih banyak

mendengarkan apayang akan diceritakan oleh narasumber.

Berdasarkan setiap analisis jawaban dari narasumber tersebut,

maka peneliti dapat mengajukan berbagai macan pertanyaan berikutnya

yang lebih terarah pada suatu tujuan. “Dalam melakukan wawancara

dapat menggunakan cara “berputar-putar barumenukik” artinya pada awal

wawancara, yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan

27
tujuan, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu

yang menjadi tujuan maka segera ditanyakan” (Sugiono 2007: 75).

3.4.3 Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk melengkapi sekaligus

menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan

dari bahan-bahan dokumentasi yang ada di lapangan serta dapat dijadikan

bahan dalam pengecekan keabsahan data. Analisis dokumentasi dilakukan

untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang

berada ditempat penelitian atau yangberada diluar tempat penelitian yang

ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Fungsinya

sebagai pendukung dan pelengkap bagi data-data yang diperoleh melui

observasi dan wawancara. Untuk dokumentasi ini karena pen eliti

melakukan penelitian di pasar bangkuang maka dokumentasinya berupa foto

keadaan pasar, foto bersama informandan lain sebagainya.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Diantaranya adalah melalui tiga tahap model air, yaitu

reduks data, penyajian data, dan verifikasi. Analisis data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisir data,

28
memilah milahnya menjadikan satuan yang dapat dikelola,

mensistensikannya, mencari dan menemukan14

3.5.1 Reduksi Data

Reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis sehingga pilihan-

pilihan penelitian tentang bagian data mana yang dikode, dibuang, pola-pola

mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebut, cerita-cerita apa yang

berkembang, merupakan pilihan-pilihan analitis. Dengan begitu, proses

reduksi data dimaksudkan untuk lebih menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang bagian yang tidak diperlukan, serta

mengorganisasi data sehingga memudahkan untu dilakukan penarikan

kesimpulan yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses verifikasi.

Lazimnya dari hasil observasi penelitian akan di peroleh banyak data yang

berupa catatan-catatan narasi di lapangan. Catatan-catatan itu bukanlah

datayang akan di tampilkan begitu saja dalam laporan penelitian, tetapi harus

melalui proses reduksi data sehingga banyaknya catatan narasi di lapangan

bukan menjadi sekedar alasan bagi peneliti untuk menebalkan jumlah

halaman laporanpenelitian kualitatif, atau justru menjadi beban peneliti

dalam melakukan analisisnya.

Untuk itu, proses reduksi data sebagai bagian awal dalam

analisisiskualitataif model interaktif ini hendaknya dilakukan dengan cara

yang cermat. Dari hasil proses reduksi, dapat di tampilkan tema-tema yang

akan dianalisis.Dengan begitu, jangan keliru dengan memasukkan seluruh

14
Lexy J. Moeleong.Metode Penelitian Kualitatif hal 248

29
catatan naratif dilapangan sebagai data yang harus disajikan. Data tersebut

dapat saja dilampirkan sebagai penguat temuan.

3.5.2 Penyajian Data

Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah

penyajian data, yang dimaknai oleh sebagai sekumpulan informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, penelitian akan lebih

mudahmemahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

Artinya apakah penelitian meneruskan analisisnya atau mencoba untuk

mengambilsebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut Seluruh

hasil wawancara dan pengamatan yang penulis lakukan, maka penulis akan

menggabungkan informasi tersebut dalam bentuk yang padu dan menjadi

satu kesatuan yang utuh, sehingga data yang kemudian nantinya yang di

sajikan akan menjadi sangat mudah untuk dapat di pahami maksud dan

tujuan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan.

3.5.3 Menarik Kesimpulan

Tahap akhir proses pengumpulan data adalah verifikasi dan

penarikan kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah

ditampilkan.Pemberian makna ini tentu saja pemahaman peneliti dan

interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam

proses ini adalah melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang

30
sama, pengelompokan, dan pencarian kasus-kasus negatif (kasus khas,

berbeda, mungkin pula menyimpan dari kebiasaan yang ada di masyarakat.

Dalam kegiatan penelitian kualitatif ini, penarikan kesimpulan

berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung, kemudian

dilakukan reduksi dan penyajian data. Hanya saja perlu disadari bahwa

kesimpulan yang dibuat ini bukan sebagai sebuah kesimpulan final. Hal

tersebut setelah proses penyimpangan, peneliti dapat melakukan verifikasi

hasil temuan ini kembali di lapangan. Dengan demikian, kesimpulan yang

diambil sebagai pemicu peneliti untuk lebih memperdalam lagi proses

observasi dan wawancaranya. Proses verifikasi hasil temuan ini dapat saja

berlangsung singkat dan dilakukan oleh peneliti tersendiri, yaitu dilakukan

secara selintas dengan mengingat hasil-hasil temuan terdahulu dan

melakukan cek silang (cross check) dengan temuan lainnya. Namun, proses

verifikasi dapat juga berlangsung lebih lama, jika peneliti melakukannya

dengan anggota penelitian lainya atau dengankoleganya. Proses ini dapat

menghasilkan model “kesepakatan intersubjektif” dan dapat dianggap bahwa

data tersebut bernilai valid dan reliable.

31
DAFTAR PUSTAKA

Al Kumayi, Sulaiman 2006. “Semangat Kewirausahaan dalam Etika Protestan


dan Manajemen Qolbu: Sebuah Perbandingan”, Ulumuna, Volume X
Nomor 1 Januari-Juni 2006.

Bagja, Waluya. 2007.Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.


Bandung, PT Setia Puma Invess.

Moleong, Lexi J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, PT Remaja


Rosdakarya.
Rafapustaka, Team. 2010. Kamus Sosiologi Edisi Lengkap. Jakarta: Rafapustaka.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada.

Suhelmi, Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta, PT Gramedia Pustaka


Utama.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung,


ALFABETA CV.

Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta, Gema Insani
Waluya, Bagja.

Ummah, Sun Choirol. 2017. “Melacak Etika Protestan dalam Masyarakat


Muslim Indonesia”, Jurnal Humanika, no 1. September 2017.

32

Anda mungkin juga menyukai