ALPIN MANDJORO
2013.233.00.074
DI KABUPATEN POSO
ALPIN MANDJORO
2013.233.00.074
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Analisis
Penulis menyampaikan terima kasih petama-tama kepada Ibu Dr. Rohana Thahier, M.Pd.
selaku pembimbing bagi penulis atas segala perhatian, kesabaran, ketelitian, nasehat, serta petunjuk
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
memberi bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Amir Imbaruddin, MDA.,Ph.D selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Lembaga Administrasi Negara (STIA LAN) Makassar atas kesempatan yang diberikan untuk
2. Bapak Dr. Alam Tauhid Syukur, S. Sos, M.Si selaku Seketaris Seminar Proposal.
3. Ibu Erni Cahyani Ibarahim, S.E., Ak, M.M. Selaku Penasehat Akademik.
4. Dosen pada STIA LAN Makassar yang telah membagi Ilmu Penetahuan kepada penulis,
pegawai akademik dan non-akademik STIA LAN Makassar yang telah memberikan arahan dan
petunjuk perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini, serta pendukung perkuliahan lainya.
5. Seluruh staff akademik dan keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi
6. Drs. Fredrik Torude yang telah banyak membantu saya dalam menyusun skripsi ini.
7. Seluruh anggota DPRD Kabupaten Poso, yang sudah memberika saya waktu untuk melakuka
penelitian.
8. Special untuk pacarku tersayang Debi Ferni Rantedongi yang selalu setia menemani, membantu
dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang selalu memberi semangat yang penuh
v
9. Untuk kakak-kakak’ku, Victor, Ani, Kris, Octaviuanus Batara dan ponakan-panakan tersayang,
Ignasius, Evan, Regina, Ian, Edo yang selalu menjadi penyemangat hidupku dalam
menyelesaikan skrpsi.
10. Untuk Kaka Stevra Silvanus Bole, S.Kom yang telah membantu dalam proses penyusunan
11. Kepada teman-teman seangkatan MEP dan MPD terima kasih atas kebersamaannya selama di
kampus.
12. Sahabat-sahabatku Marto, Dicki, Kong dan Tito yang selalu memberi semangat, menemani
13. Terima kasih banyak kepada seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk wawancara dan memberikan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.
14. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu terima kasih atas
bantuannya.
Ucapan terima kasih yang istimewa kepada yang tercinta dan tersayang sumber inspirasi
terbesar, penyemangat hidup tanpa henti Ibunda Yurni Tasiabe dan Ayahanda Amonsius Mandjoro
yang tak henti-hentinya memberi dukungan doa restu dan semangat yang terus mengiringi perjalanan
kehidupan peneliti.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga
amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa
Alpin Mandjoro
vi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana kinerja DPRD
Kabupaten Poso Periode 2014 – 2019, dalam menjalankan fungsinya sebagai mitra kerja
pemerintah dalam pembangunan kabupaten poso. Penelitian ini dilakukan di Kantor DPRD
Kabupaten Poso dimana terbagi dalam 3 komisi dan 5 fraksi.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa kinerja DRPD kabupaten poso. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan
teknik interview, observasi dan wawancara sebagai pengumpulan data. Setelah data
terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dengan
menginterpretasikannya dalam kalimat sederhana sehingga sehingga dapat diambil
kesimpulannya sebagai hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 indikator yaitu Responsivitas, Responsibilitas
dan Akuntabilitas yang dipakai untuk mengukur kinerja DPRD kabupaten poso dari sisi
responsivitas sudah optimal. Dari sisi responsibilitas, Akuntabilitas masih kurang optimal.
Dengan memakai 3 indikator tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja DPRD Kabupaten Poso
Periode 2014-2019 belum optomal maka dirasa perlu evaluasi dalam peningkatan kinerja
DPRD Kabupaten Poso.
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
c. Prinsip Otonomi Daerah ................................ 15
1) Produktivitas ........................................ 23
2) Responsivitas ....................................... 23
3) Akuntabilitas ......................................... 23
DPRD ................................................. 25
x
A. Deskripsi Objek Penelitian ....................................................... 40
a. Resposivitas ............................................................... 65
b. Responsibilitas ........................................................... 71
c. Akuntabilitas .............................................................. 83
A. Kesimpulan ............................................................................ 90
1. Responsivitas ................................................................... 90
2. Responsibilitas ................................................................. 90
3. Akuntablitas .................................................................... 91
B. Saran ..................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 6 Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi I DPRD Kabupaten Poso ... 48
Tabel 8 Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi III DPRD Kabupaten Poso .. 49
Tabel 9 Jumlah Usulan dan Keputusan Perda Kab. Poso Periode 2014-2019 ..... 54
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
pemerintahan didaerah. Hal ini menjadikan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
secara terus menerus semakin dituntut oleh masyarakat agar memiliki kemampuan yang
yang berlaku. Untuk memenuhi tuntutan itu diperlukan kinerja DPRD. Melalui prinsip
Hal ini sebagai tindak lanjut amanat Undang Undang Dasar Negara Republik
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu
1
keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi keanekaragaman daerah dalam
kekuasaan kepada pemerintah daerah yang dikenal dengan istilah desentralisasi. Pada
pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah
atau kelompok kelompok fungsional atau organisasi non pemerintah/swasta. Selain dari
desentralisai tersebut diatas, mengingat kondisi geografis yang sangat luas maka untuk
posisi inilah sesungguhnya DPRD memiliki kekuatan yang cukup utuk melaksanakan
peran dan fungsinya baik sebagai wakil rakyat maupun sebagai Unsur Penyelenggara
2
pemerintahan di daerah. Melalui fungsi DPRD baik fungsi legelasi (pembentukan
peraturan daerah), fungsi anggaran dan fungsi pengawasan, diharapkan DPRD dapat
penegakan hukum yang adil, demokrasi politik yang bermoral, pertumbuhan ekonomi
yang cukup dan manajemen pemerintahan yang baik (good governance). Dalam
aplikasinya dituntut peran dan fungsi yang diwujudkan melalui kinerja DPRD. Kinerja
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengukur suatu keberhasilan lembaga
DPRD dalam menjalankan fungsinya yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu
agar dapat dicapainya tujuan yang diharapkan. Menjadi kewajiban bagi suatu organisasi
seperti lembaga DPRD untuk melakukan evaluasi dan/atau bersedia menerima kritik
dan saran sebagai bahan evaluasi terhadap kinerjanya agar daapat mengetahui sejauh
mana tujuan serta hasil yang telah dan akan dicapai. Kinerja organisasi (DPRD) juga
merupakan tingkat kemampuan dalam memenuhi fungsi serta aturan yang ditetapkan
dalam mencapai tujuan, maka kinerja suatu organisasi hendaknya dilakukan oleh
segenap sumberdaya manusia dalam organisasi tersebut, baik unsur pimpinan, bawahan
berpengaruh pada prilaku kelompok dan pada akhirnya akan mempengaruhi prilaku dan
kinerja organisasi. Berangkat dari hal itu maka menjadi sangat utama apabila suatu
organisasi memiliki anggota angota yang berkepribadian positif atau mental yang baik.
Dalam hal ini dapat diartikan bahwa untuk mencapai kinerja yang setinggitingginya
dituntut “perilaku sesuai“ antara anggota dengan harapan organisasi. Pada penerapannya
ada deskripsi tentang perilaku yang harus dikerjakan perilaku (intra-role) dan ada pula
3
perilaku yang tidak terdeskripsi secara formal yang dilakukan oleh anggota organisasi
termasuk anggota DPRD, seperti bersinergi dan membantu rekan kerja menyelesaikan
tugas, keseriusan dalam mengikuti rapat baik rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat
fraksi, rapat paripurna, rapat dengar pendapat dengan pihak eksekutif, swasta, organisasi
masyarakat dan masyarakat itu sendiri, serta pelaksanaan fungsi dan tugas lainya.
Perilaku yang lebih mementingkan orang banyak ketimbang diri sendiri, juga disebut
perilaku extra-role. Perilaku extra-role merupakan perilaku yang sangat dihargai ketika
dilakukan oleh anggota organisasi meski tidak terdeskripsi secara formal karena
Tabel 1
Jumlah Partai dan Fraksi DPRD Kab. Poso
Partai Jumlah Kursi Fraksi
Demokrat 8 Fraksi Demokrat
Golkar 5 Fraksi Golkar
Gerindra 4 Faksi Keadilan
PDI – P 3 Fraksi PDI-P
PKS 2 Fraksi Keadilan
PAN 2 Fraksi Keadilan
Hanura 2 Fraksi Sintuwu Maroso
Nasdem 2 Fraksi Sintuwu Maroso
PPP 1 Fraksi Sintuwu Maroso
PKPI 1 Fraksi Keadilan
Sumber: Data sudah diolah, DPRD Kabupaten Poso 2018
4
melaksanakan peran dan fungsi sebagaimana yang diharapkan, meskipun sesungguhnya
peluang dan kesempatan untuk itu telah tersedia dan termuat dalam peraturan
DPR, DPD dan DPRD (MD3), sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2014 Tentang MPR,DPR,DPD dan DPRD (MD3) dan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah sebagai mana telah diubah
dengan Perpu Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Ada beberapa persoalan yang dapat
(perda); sebagaian besar perda yang dihasilkan dari tahun ketahun dalam priode berjalan
pada lembaga DPRD, lebih banyak diajukan atas prakarsa lembaga eksekutif dari pada
lembaga legislatif, pada hal sebagai lembaga legeslatif semestinya DPRD dapat
daerah (perda).
5
2009 tahun 2009 No. 3 Pengurus Kabupaten
24 Januari 2009 KORPS Pegawai Republik
Indonesia
Nomor 4 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso Badan Narkotika
2009 tahun 2009 No. 4 Kabupaten Poso
24 Januari 2009
Nomor 5 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2009 tahun 2009 No. 5 Poso T.A 2009
24 Januari 2009
Nomor 6 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2009 tahun 2009 No. 6 2010
24 Januari 2009
Tahun 2010
Nomor 1 tahun 6 Agustus 2009 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2010 tahun 2010 No. 1 pelaksanaan APBD T.A
31 Juli 2010 2009
Nomor 2 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan Nama
2010 tahun 2010 No. 2 Kecamatan Pamona Utara
27 Oktober 2010 Menjadi Kecamatan
Pamona Puselemba di
Wilayah Kab. Poso
Nomor 3 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan Pertama atas
2010 tahun 2010 No. 3 PERDA Kab. Poso No. 26
27 Oktober 2010 Tahun 2008 ttg
Pembentukan,
Penghapusan,
Penggabungan Desa dan
Peubahan Status Desa
Menjadi Kelurahan.
Nomor 4 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Penyerahan Urusan
2010 tahun 2010 No. 4 Pemerintah Kab. Poso
27 Oktober 2010 Kepada Desa
Nomor 5 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Pembentukan Lembaga
2010 tahun 2010 No. 5 Kemasyarakatan di
27 Oktober 2010 Desa/Kelurahan
Nomor 6 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso IRIGASI
2010 tahun 2010 No. 6
27 Oktober 2010
Nomor 7 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Izin Usaha Peternakan
2010 tahun 2010 No. 7
27 Oktober 2010
Nomor 8 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Sistem Perencanaan
6
2010 tahun 2010 No. 8 Pembangunan Daerah
27 Oktober 2010
Nomor 9 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2010 tahun 2010 No. 9 Poso Tahun 2010
27 Oktober 2010
Nomor 10 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Pembentukan Kecamatan
2010 tahun 2010 No. 10 Pamona Utara Menjadi
27 Oktober 2010 Wilayah Kab. Poso Tahun
2010
Nomor 11 tahun 23 November L.D Kab. Poso Perubahan Atas PERDA
2010 2010 tahun 2010 No. 11 Kab. Poso No. 2 Tahun
23 November 2008 ttg Organisasi dan
2010 Tata Kerja Sekertaris
DPRD dan Staf Ahli Kab.
Poso
Nomor 12 tahun 23 November L.D Kab. Poso Status Polisi Pamong Praja
2010 2010 tahun 2010 No. 12
23 November
2010
Nomor 13 tahun 31 Desember L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2010 2010 tahun 2010 No. 13 2011
31 Desember
2010
Tahun 2011
Nomor 1 Tahun 9 Maret 2011 L.D Kab. Poso Rencana Pembangunan
2011 tahun 2011 No. 1 Jangka Menengah Daerah
9 Maret 2011 Kab. Poso
Nomor 2 Tahun 27 April 2011 L.D Kab. Poso BEA Perolehan Hak Atas
2011 tahun 2011 No. 2 Tanah dan Bangunan
27 April 2011
Nomor 3 Tahun 8 Agustus 2011 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2011 tahun 2011 No. 3 Pelaksanaan APBD T.A
8 Agustus 2011 2010
Nomor 4 Tahun 29 September L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2011 2011 tahun 2011 No. 4 Poso T.A 2011
29 September
2011
Nomor 5 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Pajak Daerah
2011 2011 tahun 2011 No. 5
18 November
2011
Nomor 6 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Pajak Bumi dan Bangunan
7
2011 2011 tahun 2011 No. 6 Perdesaan dan Perkotaan
18 November
2011
Nomor 7 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso Retribusi Jasa Usaha
2011 2011 tahun 2011 No. 7
27 Desember
2011
Nomor 8 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso Retribusi Perizinan
2011 2011 tahun 2011 No. 8 Tertentu
27 Desember
2011
Nomor 9 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2011 2011 tahun 2011 No. 9 2012
27 Desember
2011
Tahun 2012
Nomor 1 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Sumbangan Pihak Ketiga
2012 tahun 2012 No. 1 Kepada Daerah
25 Mei 2012
Nomor 2 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Tata Cara Tuntutan
2012 tahun 2012 No. 2 Pembendaharaan dan
25 Mei 2012 Tuntutan Ganti Rugi
Keuangan dan Barang
Milik Daerah
Nomor 3 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Penyertaan Modal
2012 tahun 2012 No. 3 Pemerintah Daerah Kab.
25 Mei 2012 Poso pada PT. Bank
Sulteng
Nomor 4 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Tata Cara Penyusunan dan
2012 2012 tahun 2012 No. 4 Pengelolaan Program
27 Mei 2012 Legislasi Daerah
Nomor 5 Tahun 10 Agustus 2012 L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso 2013
2012 tahun 2012 No. 5
10 Agustus 2012
Tahun 2013
Nomor 1 Tahun 26 April 2013 L.D Kab. Poso Pemberian Intensif dan
2013 tahun 2013 No. 1 Pemberian Kemudahan
22 April 2013 Penanaman Model
8
Nomor 2 Tahun 26 April 2013 L.D Kab. Poso Perlindungan Lahan
2013 tahun 2013 No. 2 Pertanian Pangan
22 April 2013 berkelanjutan
Nomor 3 Tahun 4 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 tahun 2013 No. 3 PERDA Kab. Poso No. 12
28 Mei 2013 Tahun 2010 ttg Organisasi
dan Tata Kerja Dinas
Daerah
Nomor 4 Tahun 4 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 tahun 2013 No. 4 PERDA Kab. Poso No. 13
28 Mei 2013 Tahun 2010 ttg Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga
Tekhnis
Nomor 5 Tahun 28 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan atas PERDA
2013 tahun 2013 No. 5 Kab. Poso No. 7 Tahun
27 Juni 2013 2011 ttg Retribusi Jasa
Umum
Nomor 6 Tahun 28 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan atas PERDA
2013 tahun 2013 No. 6 Kab. Poso No. 1 Tahun
27 Juni 2013 2011 ttg Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kab.
Poso Tahun 2010-2015
Nomor 7 Tahun 8 Juli 2013 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2013 tahun 2013 No. 7 Pelaksanaan APBD Kab.
8 Juli 2013 Poso T.A 2012
Nomor 8 Tahun 27 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2013 2014 tahun 2013 No. 8 2015
27 November
2013
Nomor 9 Tahun 5 September L.D Kab. Poso Penanaman Modal
2013 2013 tahun 2013 No. 9
4 September
2013
Nomor 10 Tahun 5 September L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 2013 tahun 2013 No. 10 Peraturan Daerah
4 September Kabupaten Poso Nomor 9
2013 Tahun 2010 ttg Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah
Pada Perusahaan Daerah
Air Minum Kabupaten
Poso
Nomor 11 Tahun 25 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2013 2013 tahun 2013 No. 11 2014
9
25 November
2013
Nomor 12 Tahun 25 November L.D Kab. Poso Danau
2013 2013 tahun 2013 No. 12
25 November
2013
Tahun 2014
Nomor 1 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 1 Sekertariat Daerah dan
29 April 2014 Sekertariat DPRD
Nomor 2 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 2 Dinas Daerah
29 April 2014
Nomor 3 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 3 Lembaga Tekhnis Daerah
29 April 2014
Nomor 4 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Perubahan Bentuk Hukum
2014 tahun 2014 No. 4 Perusahaan Daerah
29 April 2014 Pembangunan Menjadi
Perseroan Terbatas Lemba
Poso Mposo Global
Mandiri
Nomor 5 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Pembentukan Perseroan
2014 tahun 2014 No. 5 Terbatas Sumomba Jaya
29 April 2014
Nomor 6 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2014 tahun 2014 No. 6 Pelaksanaan APBD Kab.
2 Juli 2014 Poso T.A 2013
Nomor 7 Tahun 11 September L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2014 2014 tahun 2014 No. 7 Poso T.A 2014
8 Agustus 2014
Nomor 8 Tahun 27 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2014 2014 tahun 2014 No. 8 2015
27 November
2014
dalam membahas APBD yang berpihak kepada rakyat, hali ini terihat dari sisi
10
pusat, dimana Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang seharusnya dapat dijadikan cermin
bagi kemandirian pelaksanaan otonomi daerah, dalam kenyataannya masih jauh dari
harapan untuk mengimbangi keperluan belanja daerah. Pada sisi belanja, belanja tidak
langsung terhitung sering lebih besar nilainya dari belanja langsung. Tergambar disini
daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas bantuan. Dapat diartikan bahwa program-program kerja daerah yang
langsung seharusnya lebih besar dari belanja tidak langsung atau setidaktidaknya
berbanding lurus, berimbang dan dinamis, serta ditopang dengan pembiayaan yang
memadai.
(perda) yang belum berjalan secara efesien dan efektif yang semestinya perlu dikaji dan
dievaluasi oleh DPRD apa hambatan dan kendalanya, kemudian direvisi atau
dicabut/dibatalkan karena sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi yang ada.
Selain dari pada itu perlu peran aktif yang dilakukan oleh DPRD untuk meningkatkan
fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui kinerja DPRD. Adalah hal
berkaitan dengan kinerja DPRD yakni: apakah kebijakan kebijakan yang di hasilkan
bagaimanakah kinerja DPRD dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugas untuk
11
meningkatkan kesejahteraan masyarakat? dan apakah kinerja DPRD telah
Oleh karena itu kebijakan publik yang dihasilkan DPRD haruslah kebijakan yang
tidak mudah rapuh (kuat), sehingga menjadi penyangga bagi kebijakan negara, dengan
dipertanggung jawabkan. Oleh karenanya sebagai variabel dalam penelitian ini penulis
melaksanakan studi pada DPRD Kabupaten Poso, hal ini disebabkan penulis tertarik
dengan pelaksanaan fungsi DPRD yang dirasakan masih belum berjalan secara
1. Fungsi legislasi
daerah pada periode 2014-2019 masih didominasi oleh prakarsa dari pemerintah
daerah.
2. Fungsi Pendapatan
Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama periode 2014-2019 yang perlu
mendapat perhatian, kritik, saran dan pendapat dari DPRD. Kepada pemerintah
daerah.
3. Fungsi pengawasan.
Terdapat Perda yang tergolong tidak efektif dan perlu mendapat perhatian
12
melaksanakan jalannya pemerintahan daerah, pelayanan masyarakat dan
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
pengkajian lebih mendalam terhadap penelitian ini dengan rumusan masalah sebagai
berikut:
Kabupaten Poso ?
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Poso.
D. Manfaat Penelitian
13
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
Otonomi atau Automi berasal dari Bahasa Yunani yaitu auto yang berarti
sendiri dan Nomous yang berarti hukum atau peraturan. Otonomi adalah peraturan
sendiri atau mengatur diri sendiri. Dengan pengertian dasar tersebut maka
Dari uraian diatas bahwa Otonomi Daerah dapat dipandang sebagai cara
14
dan berwibawa yang mewujudakan pelayanan kepada masyarakat dalam
Telah dijelaskan bahwa sebagai konsekuensi atau sesuai amanat dari Pasal
mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan
Pemerintahan negara.
dalam arti Daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
15
Undang. Daerah memiliki kewenangan membentuk kebijakan Daerah untuk
nyata dan bertanggung jawab. Prinsip Otonomi yang Nyata adalah suatu prinsip
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk
tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan suatu
Daerah. Dengan demikian, isi dan jenis Otonomi bagi setiap Daerah tidak selalu
sama dengan Daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan Otonomi yang
benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian Otonomi, yang pada dasarnya
dan pelayanan kepada masyarakat. Maka titik berat Otonomi Daerah perlu
16
diletakan di Kabupaten/Kota yang kedudukannya langsung berhubungan dengan
masyarakat.
pembangunan.
a. Pengertian Kinerja
ditujukan oleh organisasi publik sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan misinya.
Oleh karena itu penilaian suatu kinerja terhadap organisasi publik merupakan
suatu yang sangat urgen. Melalui kinerja inilah dapat dilihat, apakah organisasi
berkepentingan (stakeholders).
17
Menurut Hakim (2006:127) “Mendifinisikan kinerja sebagai hasil
kerja yang dicapai oleh individu dalam suatu perusahaan pada periode
waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar
tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja”.
bahwa kinerja adalah hasil seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu dan dilakukan secara legal, tidak melanggar hukum serta
sesuai dengan moral dan etika. Dalam konteks DPRD maka kinerja merupakan
pelaksanaan Fungsi, Tugas dan Wewenang, serta Hak yang diberikan kepada
18
anggota dan/atau DPRD pada periode tertentu. Sebagi wakil rakyat DPRD harus
diDaerah maka DPRD harus dapat melaksanakan fungsinya baik fungsi legislasi,
masyarakat“.
kekuasaan secara horisontal antara DPRD dan Kepala Daerah, sedangkan fungsi
maupun Kepala Daerah diberi hak untuk mengajukan rancangan Perda guna
dibahas dan mendapatkan persetujuan bersama antara DPRD dan Kepala Daerah.
19
rakyat menata kehidupan bersama dalam penyelenggaraan Otonomi darerah.
bersama sehingga melahirkan produk dalam bentuk APBD. Fungsi ini merupaka
berasal dari pihak Pemerintah (eksekutif) dan belum pernah ditemui usulan yang
yang dilaksanakan Pemerintah Daerah. Secara empirik fungsi ini dijalankan pada
aras pragmatis dan masih jauh dari substansi pengawasan itu sendiri. Pengawasan
output suatu program dan hampir sulit bagi para anggota DPRD untuk dapat
melakukan analisis kinerja dari suatu program hingga pada taraf out-come bahkan
b. Pengukuran Kinerja
berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu
terhadap kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis. Informasi
mengenai kinerja juga penting agar dapat menciptakan tekanan kepada pejabat
20
penyelenggara pelayanan dalam melakukan perubahan perubahan organisasi.
2002: 45).
Selain dari pada itu menurut Kumorotomo, sebagai mana dikutip oleh
Dwiyanto (2002:500) dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik
mengunakan 4 (empat) kriteria yaitu : Efisiensi, Efektifitas, Keadilan dan
Daya Tanggap.
21
pokok tersebut, yaitu : Public Management and Polcy (manajemen publik
dan kebijakan).
kepentingan yang berbenturan antara satu sama lain “. Akibat masih sulitnya
dapat berhasil apabila mampu mewujudkan tujuan dan misinya dalam memenuhi
kepentingan dan kebutuhan publik itu sendiri. Dari kutipan-kutipan diatas, dapat
pelayanan publik dapat digunakan berbagai indikator. Dengan kata lain kinerja
organisasi publik itu dapat dilihat dari berbagai perspektif yang bervariasi.
Berbagai indikator atau parameter pada dasarnya berangkat dari dua hal, yiatu dari
segi pemberi pelayanan (aparat) dan dari pengguna jasa. Kinerja merupakan
konsep yang disusun dari berbagai Indikator, yang sangat bervariasi sesuai dengan
22
1) Produksivitas
Beberapa konsep produktifitas, antara lain sebagai berikut :
a) Konsep produksivitas menurut Dwiyanto (2002) tidak hanya
mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan.
Produksivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input
dengan output.
b) Dewan Produktivitas Nasional (DPN) mendefinisikan produktivitas
adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.
c) General Accounting Office (GAO), mencoba mengembangkan satu
ukuran produksivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa
besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai
salah satu indikator kinerja yang penting.
2) Responsivitas
Beberapa konsep resposivitas, antara lain sebagai berikut :
a) Menurut Dwiyanto (2002:46) Responsivitas adalah kemampuan
organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun
agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program
program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat resposivitas di sini menujukan pada
keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
b) Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Atik Septi
Winarsih (2005:175) responsivitas adalah kerelaan untuk menolong
dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
c) Lenvinne dalam Ratminto dan Winarsih (2005:175) responsivitas ini
mengukur daya tanggap terhadap harapan, keinginan, aspirasi serta
tuntutan. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator
kerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan
kemampuan organisasi publik menjalankan misi dan tujuannnya,
terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
3) Akuntabilitas.
Beberapa konsep akuntabilitas, antara lain sebagai berikut :
a) Menurut Dwiyanto (2002:57) Akuntabilitas publik menunjukkan
pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk
pada para pejabat politik yang dipilih rakyat. Asumsinya adalah
bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat,
dengan sendirinya akan selalu meresprentasikan kepentingan rakyat.
b) Akuntabilitas menurut Suherman (2007:29) yaitu berfungsinya
seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan sesuai dengan tugas
dan kewenangannya masing-masing.
c) Menurut Mardiasmo (2004:20) Akuntabilitas adalah kewajiban
pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban,
mengajukan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktifitas dan
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi
23
amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut Konsep akuntabilitas publik dapat
digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan
organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.
dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang anggotanya
demokrasi sebagai mana formulasi yang terkenal dari Abraham Lincoln disebut “
The Gettysburg Formula“ yakni “government of the people, for the people“
(DPRD). Dapat juga diartikan bahwa DPRD sebagai salah satu unsur
24
beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa : “DPRD
merupakan lembaga perwakilan rakayat yang berada di Daerah dan sebagai unsur
DPRD berkedudukan sebagai mitra sejajar dengan Kepala Daerah. Dan dalam
melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang serta hak DPRD berpedoman pada
25
b. Fungsi perundang-undangan, memungkinkan badan legislatif sebagai wakil
rakyat menuangkan kepentingan dan aspirasi aggota masyarakat kedalam
kebijaksanaan formal dalam bentuk undang-undang.
c. Fungsi pengawasan, dimana lembaga legislatif melindungi kepentingan
rakyat, sebab penggunaan pengawasan yang dilandasi fungsi DPRD dapat
mengoreksi semua kegiatan lembaga kenegaraan lainnya melalui
pelaksanaan berbagai hak.
Sedangkan Kaho (2005:78) menyebutkan bahwa DPRD mempunyai dua fungsi,
yakni:
a. Sebagai partner Kepala Daerah dalam merumuskan kebijaksanaan Daerah.
b. Sebagai pengawas atas pelaksanaan kebijaksanaan Daerah yang dijalankan
oleh kepala Daerah Dalam perkembangannya fungsi-fungsi DPRD
mengalami perubahan yang disesuaikan dengan keadaan dan peraturan yang
berlaku, seperti dalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah, diantaranya telah mengatur 3 (tiga) fungsi DPRD
yakni:
1) Fungsi legislasi (Pembentukan Peraturan Daerah). Untuk
penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah
membentuk Peraturan Daerah (Perda), dalam pelaksanaannya DPRD
membahas bersama kepala dearah dan menyetujui atau tidak
menyetujui atas Rancangan Peraturan Daerah, selanjutnya
mengajukan usul Rancangan Peraturan Daerah dan menyusun
program pembentukan Peraturan Daerah bersama kepala Daerah.
2) Fungsi anggaran. Fungsi anggaran diwujudkan dalam bentuk
pembahasan untuk mendapat persetujuan bersama terhadap
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang diajukan oleh kepala Daerah.
Menurut Pasal 41 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Ayat (1). Hak DPRD
dan Hak Serta Kewajiban Anggota DPRD. Untuk menjalankan fungsi, tugas dan
wewenang maka DPRD diberikan hak :
a. Hak interpelasi; adalah Hak DPRD untuk meminta keterangan kepada
kepala Daerah mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan
strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat dan bernegara.
b. Hak angket adalah; Hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap
kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis dan berdampak
luas pada kehidupan masyarakat, Daerah dan negara yang di duga
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat
terhadap kebijakan kepala Daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang
terjadi di Daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau tindak
lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk melaksakan
fungsi, tugas dan wewenang serta hak DPRD, maka anggota DPRD
memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut. Anggota DPRD mempunyai
hak :
26
Menurut Pasal 41 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Ayat (2).
1) Pengajukan Rancangan Peraturan Daerah;
2) Mengajukan Pertanyaan;
3) Menyampaikan Usul dan Pendapat;
4) Memilih dan dipilih;
5) Membela diri;
6) Imunitas;
7) Mmengikuti Orientasi dan Pendalaman Tugas;
8) Protokoler; dan
9) Keuangan dan Administratif.
Fungsi, Tugas dan Wewenang serta Hak DPRD dan hak serta kewajiban
Anggota DPRD tersebut diatas diberikan kepada DPRD maupun anggota DPRD
Daerah.
B. Defenisi Konsep
27
Daerah telah memberikan porsi yang penting kepada peran dan fungsi DPRD
DPRD merupakan konsekuensi logis yang harus dijawab dan dilakukan oleh
DPRD baik kedudukannya sebagai wakil rakyat maupun kedudukan nya sebagai
terkait dengan Otonomi Daerah yang saat ini diatur dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, telah memberi porsi yang
1. Fungsi Legislasi
Daerah. Artinya, antara DPRD sebagai pejabat publik dengan masyarakat sebagai
28
Kemasyarakatan. Sehingga dengan adanya peraturan Daerah maka; Pemerintah,
2. Fungsi Anggaran
menjalankan fungsi ini harus terlibat secara aktif, proaktif, dan bukan reaktif dan
DPRD memiliki peluang yang sangat luas untuk menyampaikan aspirasi mulai
Daerah yang dibahas dan disetujui bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD.
maksimal dan belum berpihak kepada rakyat, disana sini masih banyak aspirasi
29
3. Fungsi Pengawasan
menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah
ditetapkan serta memastikan tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Fungsi pengawasan ini mengandung makna penting, baik bagi Pemerintah Daerah
bersih dan berwibawa serta Pemerintahan yang baik (Cland Governance dan
30
C. Kerangka Pemikiran
kepada mereka. Sebagai rakyat yang telah memilih wakil-wakilnya untuk menjadi
anggota DPRD pada saat pemilihan umum tentu banyak menaruh harapan agar
sebagai mana formulasi yang terkenal dari Abraham Lincoln disebut “The
(Pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat). DPRD yang memiliki peran ganda
Otonomi Daerah.
inilah yang diperankan oleh DPRD bekerja sama dengan Kepala Daerah untuk
31
Masyarakat “ Sejauh mana pelaksanaan kinerja DPRD dalam melaksanakan
fugsinya.
Selanjutnya kerangka pemikiran penulis dapat dilihat dari bagan pemikiran seperti
gambar berikut:
Gambar 1
Pemerintahan Daerah
Sisi Responsivitas
Sisi Responsibilitas
Sisi Akutablitas
Hasil
32
D. Pertanyaan Penelitian
Legislasi?
Penganggaran?
Pengawasan?
33
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
pendekatan kualitatif, hal ini sessusai dengan tujuan yang hendak dicapai adalah
(DPRD).
B. Unit Analisis
(DPRD) maka penulis memilih variabel dengan melakukan Studi Kinerja DPRD
Kabupaten Poso untuk itu maka lokasi penelitian ini adalah pada DPRD Kabupaten
C. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah diri peneliti sendiri. Dalam hal ini
Analisis, Menafsirkan Data dan akhirnya menjadi Pelopor Hasil Penelitian. Dapat
diartikan bahwa dalam hal ini peneliti menjadi “segalanya” dalam keseluruhan
maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut : melihat dari dekat adanya situasi
34
informasi dari beberapa orang yang dianggap memahami, mencatat situasi dan
penelitian, paling utama pada saat pengumpulan data, penelti menggunakan alat
informasi, masalah dan segala sesuatu yang terjadi dan berkenaan dengan penelitian
sumber data (sampel) yang digunakan adalah snow ball, artinya dari seluruh sumber
data, kemudian dipilih dari sumber data tertentu yang dianggap mengerti
permasalahan dan tujuan penelitian. Sumber data yang dipilih tersebut disebut key
informan. Sumber data dalam penelitian ini adalah anggota DPRD periode 2014
informasi yang didapat terus bergulir dan berkembang semakin besar, sehingga
penelitian ini adalah orang-orang yang benar-benar tahu atau pelaku yang terlibat
Selanjutnya disajikan tabel personal yang terpilih sebagai key informan sebagai
berikut :
35
Tabel 2
Key Informan
Personil yang berada didalam tabel key informan tersebut adalah nama
sumber kunci yang diharapkan dapat memberi informasi yang sesuai dengan fokus
sebagai informan biasa sehingga akan menambah informasi yang digunakan untuk
melengkapi penelitian.
Alur pemilihan sumber informasi dapat dilihat dalam skema sebagai berikut :
36
Gambar 2
Alur Sumber Informasi
Peneliti
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
menggunakan petunjuk umum wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar
tentang proses dan isinya, agar terjaga pokok-pokok dan yang direncanakan dapat
dokumentasi.
Teknik analisis data untuk masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian
ini, digunakan berdasarkan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles
37
dan Huberman (1994). Teknik analisis interaktif ini terdiri dari empat komponen
analisis, yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Adapun siklus dari keseluruhan proses analisis data
Gambar 3
Siklus Proses Analisis Data
38
39
BAB IV
satu Kabupaten di Pesisir Timur Provinsi Sulawesi Tengah dengan jarak 220 Km
dari Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah (Palu), dapat di lalui dengan menggunkan
angkutan darat dan udara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Poso Luas Wilayah Kabupaten Poso adalah 8.712,25 Km2 atau 12,81 persen dari
terbagi dalam 19 kecamatan yang meliputi 142 Desa dan 28 Kelurahan. Luas
Kecamatan yang tersebar berada pada Kecamatan Lore Barat yaitu 976,37 Km2
atau 11,18% dari luas wilayah Kabupaten Poso, sedangkan Kecamatan yang
luasnya terkecil berada pada Kecamatan Poso Kota yaitu seluas 12,08 Km2 atau
Poso dipecah menjadi dua Daerah Kabupaten, yakni Kabupaten Poso dengan
Pemerintahan atau Bupati pertama ialah R. Pusadan yang memerintah pada Tahun
39
1948-1952. Selanjutnya terjadi pergantian kursi kepemimpinan sebanyak 15 kali,
saat ini dijabat oleh Darmin A. Sigilipu bersama wakilnya Toto Samsuri.
yang Aman, Damai, Demokratis, Bebas Korupsi, dan Masyarakat Poso yang
Sejahtera, Sehat, Cerdas, produktif yang didukung SDM yang handal dan berdaya
saing pada 2015. Wilayah Administrasi Kabupaten Poso saat ini terdiri dari 19
Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan antara lain
Kelapa, Kayu Eboni, Cengkeh, Lada, dan Jambu Mente. Untuk kegiatan pertanian
di Daerah ini tanaman pangan masih menjadi andalan yang utama berupa padi,
tanaman Holtikultura, dan Palawija. Untuk sektor Pariwisata, Pulau Togean yang
pengembangan wisata bahari, disamping itu terdapat Festival Danau Poso (FDP)
yang pernah menjadi barometer perkembangan pariwisata. Dari hasil pertanian ini
darat yang memadai akan lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi
sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa, Daerah ini juga telah
terdapat Bandara Kasinguncu dan Pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Poso, serta
40
b. Keadaan Demografis
Tabel 3
Keadaan Demografis Kabupaten Poso 2018
jiwa. Jumlah ini merupakan hasil proyeksi penduduk berdasarkan hasil Sensus
Penduduk (SP) Tahun 2016. Jumlah penduduk laki-laki mencapai 109.500 jiwa,
penduduk pada tingkat kecamatan dapat dilihat sebagian besar penduduk terpusat
di Ibukota Kabupaten yaitu sebesar 9,68 persen dengan 22.815 jiwa, diikuti
Kecamatan Poso Pesisir sebesar 9,61 persen dengan jumlah penduduk 22.644 jiwa
dan Kecamatan Pamona selatan sebesar 8,78 persen dengan jumlah penduduk
20.697 jiwa.
41
Berdasarkan akumulasi data pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Poso,
berikut ini :
Tabel 4
Jumlah Penduduk Kabupaten Poso 2018
terbanyak berada di Kecamatan Poso Kota sebanyak 22.815 jiwa (9,68% dari
sedikit adalah Kecamatan Lore Barat yang berjumlah 3.164 jiwa (1,34 % dari
42
2. Gambaran Umum DPRD Kabupaten Poso
a. Anggotaan DPRD
sebagai salah satu simbol demokrasi sebenarnya telah melalui perjalanan sejarah
yang cukup panjang yang dimulai sejak masa penjajahan Belanda sebagai Lembaga
Perwakilan Rakyat sebagaimana yang ada sekarang. Kondisi yang ada dimasa
masa-masa sebelumnya.
Kabupaten Poso. Anggota DPRD yang berjumlah 30 orang ini merupakan hasil
pemilu yang berasal dari 19 Kecamatan. Dari 19 Kecamatan ini dibagi menjadi 4
Daerah pemilihan (Dapil). Daerah pemilihan 1 terdiri dari Kecamatan Poso Kota,
Poso Kota Utara, Poso Kota Selatan dan Kecamatan Lage. Daerah pemilihan 2
terdiri dari Kecamatan Pamona Utara, Pamona Puselemba, Pamona Barat, Pamona
Timur, Pamona Tengara dan Pamona Selatan. Daerah pemilihan 3 terdiri dari
Kecamatan Lore Peore, Lore Tmur, Lore Barat, Lore Selatan dan Lore Tegah.
Daerah Pemilihan 4 terdiri dari Kecamata Poso Pesisir, Poso Pesisir Selatan dan
Poso Pesisir Utara. Dari 19 Kecamatan ini menghasilkan legislator dari beberapa
43
Tabel 5
Nama-nama Legislator dan Partai Periode 2014-2019
No Nama Partai
1 Ellen Ester Pelealu DEMOKRAT
2 Drs. Dharma B Pesudo DEMOKRAT
3 Iskandar Lamuka DEMOKRAT
4 Rofiqo S Machmoed DEMOKRAT
5 Hemawan Nggau DEMOKRAT
6 Mariones Biralino DEMOKRAT
7 Ardin Pilongo DEMOKRAT
8 Berkat Megati DEMOKRAT
9 Soeharto Kandar GOLKAR
10 Syarifudin Odjobolo GOLKAR
11 Norma Sinta Kalahe GOLKAR
12 Herlina Lawodi GOLKAR
13 Sahir T Sampeali GOLKAR
14 Darma G Mondolu GERINDRA
15 Hidayat Bungasawa GERINDRA
16 Yohanis Bando GERINDRA
17 I Ketut Suano GERINDRA
18 Yames Salarupa PKPI
19 Fredrik Torunde PDI PERJUANGAN
20 Yus Ama PDI PERJUANGAN
21 Markus Lolo PDI PERJUANGAN
22 Muhaimin PAN
23 Dewa Nyoman Ariebowo PAN
24 Amir Kusa PKS
25 Usman Abdukarim PKS
26 Dr. Syamsu Alam NASDEM
27 Sugeng Sunaryo NASDEM
28 Gafar Patu HANURA
29 Abram Badilo HANURA
30 Baharudin Sapi’i PPP
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018
Anggota DPRD Kabupaten Poso yang terpilih ini merupakan Anggota Partai
Politik peserta pemilu yang terpilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Anggota
Sulawesi Tengah Nomor 526 Tahun 2009, tanggal 8 September 2009 sebagai Wakil
44
Pemerintah Pusat dan bertindak atas nama Presiden berdasarkan usul Bupati sesuai
Laporan Hasil Rekapitulasi perolehan suara oleh KPUD Kabupaten Poso. Sebelum
dipandu oleh Ketua atau Wakil Ketua Pengadilan sesuai dengan tingkatan dalam
terbentuk, maka DPRD dipimpin oleh Pimpinan sementara dengan tugas pokok
definitif. Pimpinan sementara berasal dari dua partai politik yang memperoleh kuris
terbanyak pertama dan kedua di DPRD untuk menduduki jabatan Ketua dan Wakil
Ketua yang ditentukan secara musyawarah oleh wakil partai politik bersangkutan
yang ada di DPRD. Jika tidak terdapat kata kesepakatan maka ditetapkan seseorang
yang tertua dan termuda usianya dari partai politik yang bersangkutan.
diusulkan oleh fraksi. Fraksi yang berhak mengajukan calon Pimpinan DPRD
Pemilihan Pimpinan DPRD dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan
1) Meninggal dunia;
2) Mengundurkan diri atas perrnintaan sendiri secara tertulis;
3) Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
sebagai Pimpinan DPRD;
4) Melanggar kode etik berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Kehorrnatan DPRD;
45
5) Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman
hukuman serendah-rendahnya 5 Tahun penjara;
6) Ditarik Keanggotaannya sebagai Anggota DPRD oleh partai politiknya.
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018
masing atas nama Presiden. Pengisian Pimpinan DPRD yang diberhentikan dipilih
dari dua orang calon yang diusulkan oleh fraksi asal Pimpinan DPRD yang
diberhentikan.
2) Kedudukan Fraksi
Adapun tugas dan kewajiban fraksi yang ada di DPRD adalah
sebagai berikut:
a) Merumuskan dan menyalurkan hal-hal yang menjadi
kebijakan partai politiknya;
46
b) Menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi Anggota
masing-masing fraksinya;
c) Menentukan dan mengatur segala yang menyangkut urusan
fraksi masing-masing;
d) Meningkatkan kemampuan, disiplin, tanggung jawab,
motivasi, kerjasama, efisiensi dan efektivitas kinerja bagi
para Anggota DPRD dalam menjalankan tugas yang
tercermin di setiap kegiatan DPRD;
e) Menetapkan setiap Anggotanya dalam penugasan di
komisikomisi dan panitia-panitia;
f) Melakukan pengawasan terhadap kehadiran dan kinerja
Anggotanya dalam setipa kegiatan DPRD;
g) Fraksi-fraksi dapat memberikan pertimbangan kepada
Pimpinan DPRD mengenai hal-hal yang dianggap perlu di
bidang tugas DPRD, baik diminta atau tidak;
h) Dalam melakukan tugas, fraksi mendapat bantuan sarana dan
dukungan teknis administratif dari Sekretariat DPRD. Tugas
Anggota DPRD dalam menjalankan fungsinya, diantaranya
melalui konsultasi publik yang dilakukan pada masa sidang
memberi peran penting pada komisi-komisi sesuai
bidangnya untuk merespon aspirasi masyarakat, baik yang
diaspirasikan langsung ke DPRD maupun ketika DPRD
melakukan kunjungan kerja ke Lembaga Pemerintah Daerah
untuk mencari informasi berkaitan dengan aspirasi
masyarakat yang disalurkan melalui DPRD.
(Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018)
d. Komisi-Komisi DPRD
Komisi sebagai alat kelengkapan DPRD bersifat tetap dan dibentuk oleh
DPRD pada awal masa jabatan keAnggotaan DPRD. Setiap Anggota DPRD kecuali
Pimpinan DPRD wajib menjadi Anggota kornisi dan jika terjadi perpindahan antar
kornisi hanya dapat dilakukan atas dasar usul dari fraksinya yang diputuskan dalam
47
Keuangan, dan Komisi III yang membidangi Pembangunan dan Kesejahteraan
Rakyat. Adapun uraian tugas komisi dapat dilihat dalarn tabel-tabel berikut ini :
Tabel 6
Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi I DPRD Kabupaten Poso
Ketua Komisi, sedangkan PKS 1 orang, PPP 1 orang, PDIP 2 orang, Demokrat 2
berikut ini:
48
Tabel 7
Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi II DPRD Kabupaten Poso
Berdasarkan tabel diatas, Komisi B terdiri dari beberapa partai yang masing-
masing diwakili oleh PKPI 1 orang, sedangkan Partai Demokrat 3 orang, Partai
NASDEM 1 orang, PDIP 1 orang, Partai Golkar 2 orang, PAN 1 orang dan Partai
Gerindra 1 orang. Untuk Komisi III, Jumlah Anggota dan Kewenangannya dapat
Tabel 8
Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi III DPRD Kabupaten Poso
No Jumlah Kedudukan Bidang Tugas Komisi
Anggota Dalam Komisi
1. 10 (sepuluh) Ketua Bidang Pembangunan dan
orang Wakil Ketua Kesejahteraan Rakyat meliputi:
Seketaris Bidang Pekerjaan Umum,
Anggota 7 orang Tata Kota, Pertamanan,
Kebersihan, Sosial,
Pertambangan dan Energi,
Perumahan Rakyat,
Lingkungan Hidup,
Kepemudaan dan Olahraga.
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018
49
Berdasarkan tabel diatas, Komisi III terdiri dari PKS 1 orang, Partai
50
a. Membentuk Peraturan Daerah bersama Bupati;
b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan Peraturan Peraturan
Daerah mengenai APBD yang diajukan oleh Bupati;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah dan
APBD;
d. Mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Bupati dan Wakil
Bupati kepada Mentri dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan
pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;
e. Memilih Wakil Bupati dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Bupati;
f. Memberikian pendapat dan pertimbanagan kepada Bupati terhadap rencana
perjanjian Internasional di Daerah;
g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama Internasional yang
dilakukan oleh Bupati;
h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
i. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan Daerah lain
atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah;
j. Mengupayakan terlaksananya kewajiban Daerah sesuai dengan ketenteuan
Peraturan perundang-undangan; dan
k. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
Peraturan perundang-undangan.
(Fungsi Legislasi atau lebih tepat disebut sebagai fungsi pengaturan), fungsi
Anggaran dan fungsi pengawasan politik. Sebagai wakil rakyat, DPRD mempunyai
Eksekutif maupun pihak lain (Daerah yang lebih tinggi tingkatannya atau
masyarakat.
membuat suatu Peraturan dapat mengadakan rapat Anggota, adapun rapat yang
51
a. DPRD mengadakan rapat secara berkala paling sedikit 3 (tiga) kali dalam
satu Tahun.
b. Kecuali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas permintaan sekurang-
kurangnya 1/5 (satu per lima) dari jumlah Anggota DPRD atau atas
permintaan Kepala Daerah, DPRD dapat mengundang Anggotanya untuk
mengadakan rapat selambat lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan setelah
permintaan itu diterima.
DPRD mengadakan rapat atas undangan Ketua DPRD.
(Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018)
DPRD mengatur Tata cara setiap jenis rapat sebagaimana dimaksud dalam
pengesahan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diatur
tentang rapat Paripurna khusus tingkat pertama dan rapat paripurna khusus tingkat
kedua. DPRD mengatur Tata cara rapat Paripurna seperti ini sesuai kebutuhan
52
B. Hasil Penelitian
peluang yang sangat besar bagi penguatan fungsi Lembaga Legislatif Daerah. Hal
dimana DPRD diletakkan setingkat lebih rendah dari Kepala Daerah. Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 memberikan kewenangan yang sangat besar bagi
DPRD, mulai dari pembuatan Peraturan Daerah yang dibahas dengan Kepala
pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kepada
rencana kerjasama antara Daerah dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat
dan Daerah. Tentu saja hal ini berimplikasi sangat luas, terlebih karena pengalaman
kita didalam berdemokrasi sangat terbatas, bahkan tidak jarang DPRD seringkali
Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, DPRD sebagai salah satu unsur Pemerintahan
53
Daerah yang demokratis. Dalam konteks penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah,
posisi Legislatif Daerah menjadi sangat strategis di era sekarang ini, karena ketika
Daerah diberi tanggung jawab untuk mengurus rumah tangganya sendiri (Otonomi
menjadi Peraturan Daerah yang merupakan produk Fungsi Legislasi dapat dilihat
Tabel 9
Jumlah Usulan dan Keputusan Perda Kabupaten Poso Periode 2014-2019
1. Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekertariat
Daereh dan Sekertariat DPRD.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah.
54
4. Perda Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan bentuk Hukum Perusahaan
Daerah Kabupaten Poso menjadi Perseroan Terbatas Lembamposo Global
Mandiri.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pembentukan Perseroan terbatas
Sumomba Jaya.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanan
APBD Kabupaten Poso 2013.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perubahan APBD Kabupaten Poso
Tahun Anggaran 2014.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Matiandaya.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2015.
1. Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian
Wilayah Perkotaan Poso 2015-2035.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian
Wilayah Perkotaan Tentena 2015-2035.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2015 tentang Jaminan Pelayanan Kesehatan.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pembinaan Jasa Konstruksi.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Rabies.
10. Perda Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penertiban Ternak.
11. Perda Nomor 11 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Poso Nomor 38 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
55
12. Perda Nomor 12 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Poso Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah.
13. Perda Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Poso Nomor 5 Tahun 2009 tentang Badan Penanggulangan
Bencana Daerah.
14. Perda Nomor 14 Tahun 2015 Tahun tentang Perubahan kedua atas Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Poso.
15. Perda Nomor 15 Tahun 2015 tenang Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Poso
Tahun Anggaran 2014.
16. Perda Nomor 16 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2015.
17. Perda Nomor 17 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2016.
56
7. Perda Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanggulangan,
Penyalahgunaan dan Peredaran Nelap Narkotika, Psikotropika dan Bahan
Adiktif.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Poso.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2016 tentang Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Poso
Tahun Anggaran 2015.
10. Perda Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2016.
11. Perda Nomor 11 Tahun 2016 tentang atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2016 tentang Penyertaan Modal Pemeintah Daerah pada Perusahaan Air
Minum Kabupaten Poso.
12. Perda Nomor 12 Tahun 2016 tentang Urusan Pemerintahan Daerah.
13. Perda Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah.
14. Perda Nomor 14 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2017.
1. Perda Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Daerah
Nomor 7 Tahun 2011 tentang retribusi jasa umum.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pemberdayaan Koperasi dan Usaha
Mikro.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Aggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangkah Menegah
Kabupaten Poso Tahun 2016-2021.
57
5. Perda Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Keuangan dan
Administrasi Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Poso.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Poso Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2017.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2017 tentang Badan Permusyawaratan Desa.
Keputusan. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jika dijalankannya fungsi
58
Iegislasi oleh DPRD, kebijakan-kebijakan Pemerintah akan lebih mencerminkan
mestinya.
Terkait dengan hasil temuan jumlah Perda dan Keputusan DPRD dalam
tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa kinerja DPRD dalam menjalankan
mempunyai fungsi utama di bidang legislasi, DPRD Kabupaten Poso lebih banyak
memberikan kontribusi dalam penyusunan raperda. Hal ini sudah sesuai dengan
pendapat Keban (1995:7) yang mengatakan untuk mengukur kinerja DPRD dilihat
dari pendekatan kebijakan, yaitu seberapa jauh kebijakan yang ditetapkan telah
DPRD dilihat dari produk kebijakan yang dihasilkan sebab keterlibatan DPRD
ini merupakan fungsi utama dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai badan
dihasilkan oleh DPRD menjadi ukuran kemampuan DPRD itu sendiri dalam
menjalankan fungsinya serta menjamin eksistensinya. Oleh karena itu, jika dilihat
dari data di atas, Perda yang dihasilkan merupakan Perda rutinitas dan amanat dari
59
masyarakat diDaerah. Disamping itu, dalam penyusunan raperda diharapkan
pertanyaan penelitian ini, dalam menilai kinerja DPRD Kabupaten Poso dalam
Pelaksanaan Fungsi Legislasi, maka ada beberapa indikator yang dapat digunakan
a. Responsivitas
untuk lebih tanggap dan bisa memahami kondisi yang berkembang dan apa yang
menjadi proritas untuk ditangani sesuai dengan aspirasi masyarakat yang sedang
secara langsung kemampuan Anggota DPRD dalam menjalankan misi dan tujuan
60
cepat dan tepat, program dan kegiatan yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi
2019 dalam merespon kondisi yang berkembang di masyarakat dan tindakan yang
yang terjadi. Hasil wawancara dengan Anggota Komisi I (Morthen Djaya, SH.MH)
"Kalau menurut hasil pengamatan, DPRD selalu merespon terhadap aspirasi yang
disampaikan masyarakat terbukti pernah kita memanggil Eksekutif untuk dengar
pendapat tentang aspirasi tersebut dan bahkan jika memungkinkan DPRD
langsung mengadakan kunjungan kerja ke tempat timbulnya aspirasi masyarakat
tersebut. Sebagai contoh pernah kita minta pendapat kepada Dinas Pendidikan
tentang aspirasi para guru berkaitan dengan tunjangan Daerah terpencil yang
tidak merata ". (wawancara, Juli 2018)
audiensi atau penyampaian aspirasi yang pernah diterima oleh DPRD Kab. Poso:
Tabel 10
Jumlah Audensi Masyarakat ke DPRD Kab. Poso Periode 2014-2019
61
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam usaha menanggapi dan
(tiga) raperda inisiatif yang realisasi pembahasan dan penetapannya pada Tahun
2014.
"Aspirasi yang kami sampaikan kepada DPRD tidakjuga hanya dilakukan dengan
cara datang audiensi ke kantor DPRD, akan tetapi pada saat Anggota DPRD Reses
ke Kecamatan dan juga pada Musrenbang di Tingkat Kecamatan, dimana Anggota
DPRD biasanya hadir pada masing-masing Dapilnya ". (wawancara, Juli 2018)
Tabel berikut menunjukkan jadwal masa Reses Anggota DPRD Kabupaten Poso
dalam 1 Tahun:
62
Tabel 11
Jadwal Masa Reses DPRD dalam 1 Tahun
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa masa Reses I dilakukan pada
bulan Mei yaitu pada saat Musrenbang di Tingkat Kecamatan. Reses ini dilakukan
dengan tujuan menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) pada Tahun
mealalui leading sektornya yaitu Bappeda. Pada saat Musrenbang ini diharapkan
yang akan diusulkan pada saat Perubahan APBD Tahun berkenaan. Reses tahap III
pada bulan Desember dilakukan untuk menampung aspirasi masyarakat yang akan
dapat diketahui bahwa sikap Anggota DPRD dalam merespon dan menindaklanjuti
aspirasi dari masyarakat sudah berjalan baik yaitu dilakukan dengan cara kunjungan
kerja atau Reses, Musrenbang dan juga dapat berupa penyampaian aspirasi atau
63
beberapa aspirasi masyarakat sebagian juga telah ditindak lanjuti dengan Peraturan
Raperda, lantas apakah raperda tersebut sudah sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat Kabupaten Poso serta menjadi skala prioritas DPRD dan
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan Ketua Baleg (Bapak Drs.
"Selama satu periode ada tiga raperda inisiatif dari DPRD yang kita usulkan yaitu
pada Tahun 2015-2035. Raperda tersebut tentang rencana detail Tata ruang
bagian wilayah perkotaan tentena dan rencana detail Tata ruang bagian wilayah
perkotaan Poso Kedua raperda itu murni ide dari Anggota DPRD dan menjadi
skala prioritas Prolegda pada Tahun 2015 ". (wawancara, Juli 2018)
"Memang kami rasa selama satu periode, sangat minim raperda yang merupakan
inisiatif DPRD jika dibandingkan dengan jumlah raperda yang telah dibahas dan
ditetapkan bersama Pemerintah Daerah. Karena mayoritas perda yang telah
ditetapkan sebagian besar adalah usulan dari Eksekutif. (wawancara, Juli 2018)
Penuturan Ketua Baleg DPRD Kabupaten Poso tersebut diperkuat oleh Anggota
Komisi III (Bapak Dr. Syamsu Alam) yang mengatakan :
"Selama periode tersebut kita banyak membahas raperda usulan dari Eksekutif.
Adapun raperda inisiatif tersebut berdasarkan aspirasi masyarakat yang
disampaikan kepada DPRD pada Tahun 2014 yang kita tindak lanjuti dimasukan
pada Prolegda 2015 dan alhamdulilah dapat ditetapkan ". (wawancara, Juli 2018)
64
Berdasarkan pemaparan pembahasan di atas, dilihat dari indikator
responsivitas yang diukur dari kemampuan DPRD Kabupaten Poso untuk lebih
tanggap dan bisa memahami kondisi yang berkembang, menyusun agenda dan
dengan Fungsi Legislasi DPRD, maka Responsivitas DPRD Kabupaten Poso sudah
terlaksana optimal. Hal ini telah sesuai dengan pendapat Lenvine (1990:188) bahwa
tersebut dinilai semakin baik. Dalam hal ini sudah ada beberapa aspirasi masyarakat
kepada DPRD Kabupaten Poso yang segera ditindak lanjuti DPRD dan Pemerintah
Jadi tindakan DPRD tersebut juga dapat dikatakan telah menjalankan salah
satu fungsi dasarnya yang menurut Imawan (2000:8) yang menyatakan Fungsi
Pimpinan Eksekutif secara mandiri, serta menjadi mediator kepentingan rakyat dan
Pemerintah.
b. Responsibilitas
65
Administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijaksanaan Organisasi, baik yang
Implisit atau Eksplisit. Semakin jelas Organisasi publik itu dilaksanakan sesuai
Responsibilitas disini akan diukur dari apakah tujuan, Rencana dan Program
sesuai dengan dengan fungsi dan wewenangnya yang telah diatur dalam Peraturan
Administrasi yang benar. Hal ini akan terlihat dari Lembaga DPRD melaksanakan
tugas dan fungsinya yang sudah sesuai atau belum dengan Tata tertib yang telah
ditetapkan dengan Peraturan DPRD Kabupaten Poso Nomor 1 Tahun 2009 tentang
DPRD sebagai Lembaga legislasi harus paham bahwa setelah mendapatkan mandat
dan kepercayaan dari rakyat, maka DPRD bertugas menyerap aspirasi dan
Daerah (Perda). Penetapan Perda dilakukan oleh Kepala Daerah dan DPRD untuk
66
Perda adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan
persetujuan bersama Kepala Daerah. Materi muatan Perda adalah seluruh materi
Dapat dijelaskan bahwa Raperda dapat berasal dari Inisiatif DPRD atau
Bupati. Raperda yang berasal dari DPRD atau Bupati disertai penjelasan atau
yang disusun bersama antara DPRD dan Bupati dan disepakati dalam bentuk
Keputusan DPRD. Raperda yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh Anggota
DPRD, Komisi, Gabungan Komisi, atau Badan Legislasi Daerah dan disampaikan
secara tertulis kepada Pimpinan DPRD disertai penjelasan atau keterangan dan atau
Naskah Akademik, daftar nama dan tanda tangan pengusul dan diberikan Nomor
Pokok oleh Sekretariat DPRD. Setelah dari Pimpinan DPRD lalu disampaikan
kepada Baleg untuk dilakukan pengkajian pada rapat paripurna DPRD. Dalam rapat
jawaban atas pandangan fraksi dan Anggota DPRD lainnya. Di rapat paripurna
Pengubahan, dan c) Penolakan. Raperda yang berasal dari Bupati diajukan oleh
Bupati dengan Surat kepada Pimpinan DPRD. Raperda tersebut disiapkan dan
67
Raperda yang berasal dari DPRD atau Bupati dibahas bersama oleh DPRD dan
setiap Tahun. Dalam daftar prolegda dimuat Raperda yang akan dibahas dan
Kabupaten Poso dan Pemerintah Daerah tidak pernah menyusun Program Legislasi
Daerah dalam rangka pembentukan Peraturan Daerah. Sehingga Raperda yang akan
dibahas dan ditetapkan tidak terarah dan hanya bersifat rutin Pemerintahan Daerah
Terkait dengan penyusunan Prolegda yang tidak pernah dilakukan oleh DPRD,
"Memang kita akui bahwa selama periode 2014-2019 DPRD tidak pernah
menyusun Prolegda bersama Pemerintah Daerah, adapun Pembahasan Raperda
hanya berdasarkan usulan dari Eksekutif. Terkait dengan ini boleh dikatakan
bahwa Baleg DPRD Kabupaten Poso kinerjanya masih jauh dari harapan.
Seharusnya untuk setiap Tahun Prolegda itu disepakati dengan Pemda, sehingga
memudahkan penganggarannya ". (wawancara, Juli 2018)
68
"Banyak faktor yang menyebabkan masih kurangnya pekerjanya Baleg DPRD,
diantaranya kurang pemahaman Anggota DPRD dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai Lembaga Legislatif, sehingga Baleg tidak bisa bekerja secara
maksimal ". (wawancara, Juli 2018)
Pendapat Ketua Baleg tersebut diperkuat oleh Anggota Baleg (Bapak Yohanis B) :
kondisi ini dapat dipahami karena berbagai keterbatasan DPRD dibanding dengan
Peraturan Daerah yang dimiliki oleh Eksekutif masih lebih lengkap dibanding
karena terkait dengan status legalitas suatu Peraturan apakah masih berlaku,
sudah berubah atau bahkan sudah dicabut. Status legalitas suatu Peraturan
Perda.
2) Data juga penting bagi Anggota DPRD dalam menyusun Perda. Data
dimaksudkan disini adalah data perda Kabupaten Poso mulai dari awal
69
terbentuknya Kabupaten Poso sampai sekarang. Dengan adanya data, maka
Anggota DPRD dapat mengetahui Perda apa saja yang sudah tidak sesuai
Jika tidak sesuai lagi, maka diharapkan disusun kembali untuk disesuikan
kepada pihak Pemerintah Daerah, hal yang senada juga dikemukakan oleh informan
mengatakan:
"Selama satu periode yaitu 2014-2019, tidak pernah ada yang namanya Prolegda
disusun bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD, sehingga sebagian besar
usulan Raperda berasal dari Eksekutif dan DPRD hanya berfungsi untuk
mambahasnya ". (wawancara, Juli 2018)
Lebih lanjut pernyataan diatas diperkuat oleh Sekretaris DPRD Kabupaten Poso
(Herningsih G. Tampai) yang mengatakan bahwa:
70
akan berdampak pada penilaian masyarakat terhadap kinerja DPRD di bidang
legislasi". (wawancara, Juli 2018)
belum berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dengan tidak adanya penyusunan
Daerah Kabupaten Poso pada setiap Tahun. Hal ini tidak sejalan dengan amanat
Legislasi Daerah disepakati bersama DPRD adalah Pembahasan Raperda yang telah
"Sebagai Anggota DPRD, dalam menjalankan tugas dan fungsinya kita mengacu
pada aturan, dalam penyusunan dan pembahasan raperda di DPRD ada badan
legislasi, raperda yang diajukan Pemerintah Daerah maupun inisiatif kita
seharusnya terlebih dahulu dibahas di baleg sebelum di paripurnakan bersama
Pemerintah Daerah, namun ini terbalik, tiba-tiba langsung rapat Paripurna
dengan Pemerintah Daerah ". (wawancara, Juli 2018)
Pernyataan ini diperkuat oleh Anggota komisi I (Bapak Morthen Djaya, SH.MH)
yang mengatakan :
"Guna membahas raperda yang diusulkan oleh Eksekutif. Di Lembaga kita ada
Badan Legislasi (Baleg) yang bertugas dan mempunyai fungsi penyusunan dan
pembahasan awal Raperda sebelum di bahas bersama Eksekutif dalam rapat
paripurna, namun selama ini yang terjadi adalah Raperda tersebut tidak pernah
dibahas di tingkat Baleg pada tahap pembahasan awal" (wawancara, Juli 2018)
71
"Alangkah lebih baik lagi jika pembahasan awal Raperda itu, DPRD membentuk
Panitia Kerja atau Panja maupun Panitia Khusus (Pansus) untuk membahasa dan
mengkaji Raperda yang diusulkan. Tetapi pengalaman saya selama menjadi
Anggota DPRD kayaknya belum pernah dibentuk Pansus ". (wawancara, Juli 2018)
Menurut informan dari instansi teknis yang mewakili pihak Pemerintah (Bapak
Victor Bole /Dishubkominfo) ketika di wawancarai mengatakan :
"Aturannya raperda yang kami usulkan ke DPRD melalui Bagian Hukum Setda
terlebih dahulu akan dibahas oleh baleg DPRD atau Panitia Kerja dengan cara
mengundang SKPD terkait dan Bagian Hukum sebelum dibahas di paripurna
bersama Bupati. Namun kami tidak tahu apakah pernah dilakukan oleh DPRD atau
tidak hal tersebut, karena biasanya langsung diundang rapat oleh DPRD pada saat
Paripurna hersama Bupati ". (wawancara, Juli 2018)
Hal yang senada juga dikemukakan informan dari instansi teknis lainnya (Bapak
Alpius L/Bagian Hukum) ketika di wawancarai mengatakan :
dengan baik. Hal ini terbukti dengan tidak adanya pembahasan awal Raperda yang
diusulkan oleh Pemerintah Daerah pada tingkat Baleg. Seharusnya sesuai dengan
prosedur pembahasan Raperda yaitu pada Pembahasan tingkat awal dilakukan oleh
Badan Legislasi DPRD ataupun DPRD dapat juga membentuk Panitia Kerja untuk
DPRD tidak pernah melakukan rapat Badan Legislasi ataupun Rapat Panitia Kerja
sebagaimana telah diatur dalam Peraturan DPRD Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata
72
Tertib DPRD Kabupaten Poso yang menyebutkan bahwa salah satu jenis Rapat
yang dilakukan oleh DPRD adalah Rapat kerja yaitu merupakan rapat antara DPRD
atau Pejabat yang ditunjuk. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam
dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam Peraturan, sehingga dengan kata lain
adalah pada saat Proses Pembahasan dan Penetapan Raperda menjadi Perda. Sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan DPRD Kabupaten Poso Nomor 1 Tahun 2009
tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Poso telah mengatur Tata Cara Rapat atau
Persidangan yang dilakukan oleh DPRD sesuai dengan masalah yang dibahas.
Salah satu jenis rapat yaitu Rapat Paripurna yang merupakan rapat Anggota DPRD
yang dipimpin oleh Ketua dan Wakil Ketua dan merupakan forum tertinggi dalam
melaksanakan wewenang dan tugas DPRD antara lain untuk menyetujui rancangan
telah dipaparkan di atas, bahwa usulan Raperda yang telah dilakukan pengkajian
dan pembahasan oleh Baleg atau Panja akan dilanjutkan dengan Rapat Paripurna
73
Tabel berikut menunjukkan lamanya proses pembahasan Raperda untuk disetujui
Tabel 12
Jadwal Rapat/Persidangan Pembahasan dan Penetapan Perda
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk membahas dan menetapkan
satu Raperda menjadi Perda memerlukan waktu kurang lebih dua minggu. Hal ini
Poso Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Poso. Seharusnya
DPRD dapat mengacu kepada jadwal yang telah ditetapkan tersebut. Namun
Raperda di DPRD Kabupaten Poso melebihi dari jadwal sebagaimana yang telah
ditentukan tersebut.
74
Penuturan di atas diperkuat oleh Anggota DPRD lainnya yaitu Anggota Komisi III
(Amir Kusa) ketika diwawancarai :
"Sidang pembahasan raperda biasanya tidak selalu sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan, hal ini dikarenakan lerkadang pada waktu jawaban Bupati itu,
bukan Bupati yang hadir mewakili Pemda tetapi diwakili oleh Sekda, karena mgkin
Bupati ada kegiatan lain. DPRD juga maklum dengan kesibukan Bupati. Sehingga
sidang kita skor atau tunda sampai Bupati ada waktu bersedia hadir". (wawancara,
Juli 2018)
Pernyataan kedua Anggota Komisi di atas diperkuat oleh Sekretaris DPRD (Ibu.
Herningsih G. Tampai) yang mengatakan :
"Pernah pengalaman kami sekali Tahun 2015 waktu membahas Raperda Tata
ruang, itu ditundanya hampir satu Tahun. Waktu itu persidangan mulai bulan
maret dan pada waktu rapat konsultasi Eksekutif dan Legislatif haru membahas
sampai pada Pasal 19 raperda Tata ruang, sidang pun ditunda oleh DPRD sampai
waktu yang tidak jelas. Rupanya kelanjutan sidang tersebut baru dilaksanakan
pada akhir Desember 2015, sehingga peNomoran Perda Rencana Tata Ruang
Wilayah itu pada Tahun 2017, karena harus menunggu evaluasi Pemerintah pusat
melalui Kementerian PU". (wawancara, Juli 2018)
75
Untuk memperkuat hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut,
Poso. Dari hasil penelusuran dokumentasi berupa Risalah Persidangan untuk setiap
pembahasan dan penetapan raperda ada beberap kali terjadi Perubahan jadwal dan
waktu yang tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Seperti yang peneliti
temukan pada risalah persidangan pembahasan raperda rencana Tata ruang dan
wilayah Kabupaten Poso, memang benar pernyataan Kepala Bagian Hukum yang
Sehingga berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Hukum Perda Rencana Tata
Ruang dan Wilayah Kabupaten Poso tersebut penomorannya menjadi Perda Nomor
DPRD Kabupaten Poso belum berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dengan
pembahasan dan penetapan raperda menjadi perda tidak sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan oleh Pimpinan dan Anggota DPRD. Seharusnya sesuai ketentuan
yang telah diatur dalam Tata Tertib DPRD, maka sayangnya harus ditaati dan
dilaksanakan agar pembahasan Raperda tersebut tidak molor dan tepat waktu.
baik, yang mana Perda tersebut merupakan kebijakan publik yang menyangkut
76
Oleh karena itu, secara Administrasi dapat dikatakan bahwa dalam
fungsinya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam Peraturan. Melalui
telah menunjukkan warna dan karakter serta kualitasnya, baik secara materil
itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip Administrasi yang benar atau sesuai
maka dapat dikatakan bahwa dalam Pelaksanaan kegiatan Lembaga DPRD itu
dilakukan belum sesuai dengan prinsip-prinsip Administrasi yang benar atau sesuai
DPRD dalam menjalankan Fungsi Legislasi kurang optimal. Hal ini dapat dilihat
Perda yang dilakukan oleh Lembaga DPRD Kabupaten Poso belum sesuai dengan
77
c. Akuntabilitas
DPRD sebagai Lembaga Perwakilan rakyat yang dipilih oleh rakyat melalui
sebagai pejabat politik dalam membuat kebijakan dan kegiatannya tunduk pada
rakyat. Oleh karena itu, DPRD sebagai Lembaga Legislatif Daerah yang
keAnggotannya didasarkan pada pilihan rakyat, jelas tidak bisa menghindarkan diri
dari prinsip akuntabilitas ini, ketika berkinerja atau melaksanakan tugas, wewenang
berfungsi untuk mengawal agar kinerja DPRD tidak keluar dari jalur yang telah
ditentukan. Akuntabilitas yang akan diukur disini khususnya lebih ditekankan pada
Fungsi Legislasinya dapat dinilai dari keluaran (output) berupa produk kebijakan
Daerah atau Perda sudah mencerminkan kehendak rakyat atau belum, serta
Dengan kata lain, apa yang dilakukan DPRD dalam menjalankan Fungsi Legislasi
semestinya dalam rangka menuju apa yang menjadi harapan masyarakat dan tentu
78
"Kebijakan yang dibuat oleh DPRD Kabupaten Poso dalam hal Peraturan Daerah
masih banyak yang merupakan usulan dari Pemerintah Kabupaten Poso.
Kebijakan dari Pemerintah Kabupaten masih cenderung untuk mencari dan
meningkatkan APBD dan kebijakan dimaksud bersifat membebankan masyarakat
dan bukan dari keinginan atau aspirasi masyarakat, Anggota DPRD masih pasif
menjemput aspirasi dari masyarakat ". (wawancara, Juli 2018)
"Jika kita lihat beberapa Perda yang telah ditetapkan selama periode 2014-2019,
sebagian besar merupakan usulan Eksekutif yang sifatnya masalah-masalah
rutinitas dan merupakan tindaklanjut dari Peraturan diatasnya. Yang saya lihat
belum ada perda tentang pelayanan publik yang sangat penting bagi masyarakat
di Kabupaten Poso". (wawancara, Juli 2018)
Senada dengan penuturan Anggota masyarakat tersebut di atas, salah satu Anggota
masyarakat lain (Bapak Sulaiman) yang penulis wawancarai mengatakan :
"Bagi saya tingkat akuntabilitas DPRD terkait Fungsi Legislasinya sangat rendah,
baik dari segi kuantitas maupun kualitas produk hukum yang dihasilkannya. Lihat
saja selama satu periode hanya tiga perda inisiatif, belum lagi perda yang
ditetapkan bersama Pemerintah sebagian besar terkait penyertaan modal, pajak
dan retribusi, tidak ada yang menyangkut kepentingan ma.syarakat bawah, misal
terkait pertanian, perikanan dan lain-lain". (wawancara, Juli 2018).
"Selama ini kita membahas dan menetapkan raperda yang diusulkan oleh Pemda,
walaupun kadang-kadang kita melihat Raperda tersebut dapat memberatkan
masyarakat, misalnya raperda bidang pajak dan retribusi. Memang tujuan perda
tersebut untuk meningkatkan APBD, namun terkadang kita juga berpikir mungkin
saja perda ini dapat menambah beban masyarakat kita. Dan selama ini kita belum
pernah menolak untuk menetapkan Perda yang sifatnya memberatkan masyarakat.
Tetapi yang sering kita lakukan pada waktu pembahasan adalah menyetujui
79
dengan merekomendasikan beberapa pengubahan agar sesuai dengan Peraturan
yang lebih tinggi dan kepentingan masyarakat banyak". (wawancara, Juli 2018)
"Biasanya untuk penyusunan dan pembahasan perda, kita tidak pernah melibatkan
masyarakat untuk memberikan masukan dan saran melalui feed back (umpan balik)
agar perda yang akan ditetapkan setidaknya tidak memberatkan masyarakat.
Langkah yang baik sebetulnya setelah raperda di ajukan oleh Pemda, kita
melakukan kajian dan sosialisasi kepada mmyarakat untuk mendengar aspirasi dan
pendapat masyarakat agar jika perda tersebut dibahas dan ditetapkan tidak
bertentangan dengan UU yang lebih tinggi dan yang lebih penting tidak
memberatkan beban masyarakat". (wawancara, Juli 2018)
"Pengenai pembahasan Perda Kabupaten Poso, yang selama ini kita lakukan
adalah pemhahasan di tingkat Baleg dan selanjutnya di bahas dalam rapat
paripurna bersama Pemerintah Daerah. Terkait siapa-siapa yang diundang,
apakah mengundang tokoh-tokoh masyarakat atau pihak yang berkepentingan
lainnya dalam pembahasan paripurna, bukan kewenangan DPRD, undangan rapat
penanggung jawab ada pada Pemerintah Daerah ". (wawancara, Juli 2018)
akuntabilitas publik belum menjadi bagian yang integral dari kegiatan DPRD
studi dokumentasi pada Peraturan Daerah yang telah ditetapkan oleh DPRD periode
2014-2019 bersama dengan Pemerintah Daerah berupa Perda Rutinitas yaitu Perda
Perda perda sebelumnya, sebagian besar Perda penyertaan modal, dan Perda Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebijakan
80
yang telah dihasilkan DPRD belum mampu menjawab berbagai persoalan yang ada
dimasyarakat, semisal perda pelayanan publik dan lain sebagainya. DPRD juga
masyarakat seperti Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pada dasarnya
menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan Organisasi publik tunduk
pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat (elected officials) dengan asumsi
bahwa para pejabat politik tersebut dalam hal ini DPRD, karena dipilih oleh rakyat,
konteks ini kinerja Organisasi DPRD Kabupaten Poso sebagian besar kegiatan dan
keinginan para wakil-wakil rakyat. Berdasarkan hal tersebut tidak terlalu berlebihan
Poso masih rendah. Di samping masih kurangnya kebijakan yang ditetapkan oleh
Raperda yang telah dilaksanakan kepada masyarakat tidak selalu dilakukan secara
rutin pada saat akhir Tahun atau pada masa Reses kunjungan Anggota DPRD
81
wawancara dengan Anggota masyarakat terkait dengan pertanggungjawaban
Senada dengan penuturan Anggota masyarakat tersebut di atas, salah satu Anggota
masyarakat lain (Bapak Sulaiman) yang penulis wawancarai mengatakan :
"Sesuai dengan Peraturan tatib DPRD, bahwa Anggota DPRD secara perorangan
atau kelompok wajib membuat laporan tertulis atas hasil Pelaksanaan pada setiap
tugasnya, baik itu berupa kegiatan Reses atau kegiatan-kegiatan lainnya".
(wawancara, Juli 2018).
"Laporan pertanggunjawaban di kita DPRD itu ada beberapa jenis seperti laporan
kegiatan Reses, laporan laporan persidangan, laporan Tahunan dan laporan akhir
masa periode. Kadang-kadang laporan itu kita sampaikan juga secara lisan di
hadapan konstituen kita yaitu masyarakat sesuai Dapil. Dan juga jika mmyarakat
minta dengan datang ke kantor DPRD pasti akan di kasih".(wawancara, Juli 2018).
baik. Hal ini terlihat dari penuturan masyarakat yang tidak pernah tahu bagaimana
82
bentuk pertanggungjawaban setiap Pelaksanaan kegiatan Anggota DPRD
tersebut wajib atau tidak untuk disampaikan kepada mereka selaku konstituennya
laporan setiap kegiatan Anggota DPRD wajib untuk dibuat oleh masing-masing
masing. Hal ini telah diatur dalam Peraturan DPRD Kabupaten Poso Nomor 1
Tahun 2009 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Poso. Laporan tersebut wajib
untuk disampaikan kepada konstituennya, baik itu diminta maupun tidak oleh
DPRD membuat laporan tertulis. Laporan tersebut biasanya dibuat oleh staf
sekretariat DPRD.
kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya. Tidak hanya itu, juga harus
pentingnya adalah prilaku dalam kehidupan yang pernah, sedang bahkan akan
Kabupaten Poso tidak sesuai dengan pendapat Gafar tersebut, bahwa Anggota
83
kepada rakyat baik itu diminta atau tidak oleh rakyat. Berdasarkan hal tersebut tidak
terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa akuntabilitas DPRD Kabupaten Poso masih
rendah.
Dari uraian di atas untuk DPRD Kabupaten Poso periode 2014-2019 dapat
belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat ketika DPRD menjalankan Fungsi
itu juga pertanggungjawaban kepada masyarakat masih rendah, yang mana laporan
kepada konstituennya, baik ketika tidak diminta ataupun diminta oleh masyarakat.
84
85
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil temuan lapangan dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka
dapat disimpulkan:
1. Responsivitas
responsivitas sudah terlaksana optimal. Dalam hal ini sudah ada beberapa
terpenuhi.
2. Responsibilitas
menjalankan fungsi legislasi kurang optimal. Hal ini dapat dilihat pada
Perda yang dilakukan oleh lembaga DPRD Kabupaten Poso belum sesuai
85
3. Akuntabilitas
B. Saran
perbaikan yakni :
86
menyelenggarakan kerja sama dengan lembaga-lembaga kajian,
Iebih baik lagi se Kabupaten Poso. Di samping itu akan lebih baik
pertanggungjawaban kegiatannya.
87
DAFTAR PUSTAKA
BUKU – BUKU
Kaho, Josef Riwu. 2005. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia:
Indentifikasi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penyelenggaran Otonomi
Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Miriam Budiarjo dan Ibrahim Ambong, 1995. Dasar-dasar Ilmu Poitik, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suherman S. K., 2007. Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam: Gunawan, S.G
Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sanit, Arbi. 1985. Keserasian Para Wakil Rakyat. Bumi Aksar. Jakarta.
Sedermayanti, 2003. Good Governance (kepemerintahan yang baik) dalam
Rangka Otonomi Daerah). CV. Mandar Maju. Bandung.
Tika, P. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, PT. Bumi
Aksara. Jakarta.
Widodo, Joko. 2001a. Kinerja Sebagai Hasil Kerja. Bumi Aksara. Jakarta.
Widodo, Joko. 2001b. Good Governance: Telaah dari Dimensi dan Kontrol
Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Dearah. Insan Cendikia.
Jakarta.
DOKUMEN
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD
(MD3), sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014
Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3)
INTERNET
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso
Lampiran 1
MATRIKS PENELITIAN KUALITATIF
PEDOMAN WAWANCARA
Informan Kunci :
1. Apakah DPRD Kabupaten Poso periode 2014-2019 cukup tanggap dalam keluhan
"Kalau menurut hasil pengamatan, DPRD selalu merespon terhadap aspirasi yang
disampaikan masyarakat terbukti pernah kita memanggil Eksekutif untuk dengar
pendapat tentang aspirasi tersebut dan bahkan jika memungkinkan DPRD langsung
mengadakan kunjungan kerja ke tempat timbulnya aspirasi masyarakat tersebut.
Sebagai contoh pernah kita minta pendapat kepada Dinas Pendidikan tentang aspirasi
para guru berkaitan dengan tunjangan daerah terpencil yang tidak merata ".
(wawancara, Juli 2018)
Lebih lanjut disampaikan tentang bagaimana DPRD menampung aspirasi rakyat:
"Cukup baik, terutama pernah memanggil Dinas Pendidikan untuk dengar pendapat
tentang kasus yang disampaikan para guru kepada DPRD Kabupaten Poso, kemudian
juga DPRD sering mengadakan kunjungan kerja ke masing-masing Kecamatan dan
Desa". (wawancara, Juli 2018).
''dalam hal menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, DPRD sudah
berjalan baik, namun terkadang aspirasi yang disampaikan masyarakat sifatnya hanya
insidentil pada satu kasus, sehingga hal tersebut tidak semuanya dapat ditindak lanjuti
oleh DPRD dalam bentuk kebijakan daerah yang dituangkan dalam perda ".
(wawancara, Juli 2018)
"aspirasi yang kami sampaikan kepada DPRD tidakjuga hanya dilakukan dengan cara
datang audiensi ke kantor DPRD, akan tetapi pada saat anggota DPRD Reses ke
Kecamatan dan juga pada Musrenbang di Tingkat Kecamatan, dimana anggota DPRD
biasanya hadir pada masing-masing Dapilnya ". (wawancara, Juli 2018)
3. Dalam tiga tahun terakhir Peraturan Daerah apa saja yang inisiatifnya dari DPRD
Kabupaten Poso, dan apakah Perda itu memang sesuai dengan aspirasi masyarakat
"selama satu periode ada tiga raperda inisiatif dari DPRD yang kita usulkan yaitu
pada tahun 2015-2035. Raperda tersebut tentang rencana detail tata ruang bagian
wilayah perkotaan tentena dan rencana detail tata ruang bagian wilayah perkotaan
poso Kedua raperda itu murni ide dari anggota DPRD dan menjadi skala prioritas
prolegda pada tahun 2015 ". (wawancara, Juli 2018)
"memang kami rasa selama satu periode, sangat minim raperda yang merupakan
inisiatif DPRD jika dibandingkan dengan jumlah raperda yang telah dibahas dan
ditetapkan bersama pemerintah daerah. Karena mayoritas perda yang telah ditetapkan
sebagian besar adalah usulan dari eksekutif. (wawancara, Juli 2018)
"selama periode tersebut kita banyak membahas raperda usulan dari eksekutif. Adapun
raperda inisiatif tersebut berdasarkan aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada
DPRD pada tahun 2014 yang kita tindak lanjuti dimasukan pada Prolegda 2015 dan
alhamdulilah dapat ditetapkan ". (wawancara, Juli 2018)
pemerintah daerah, dalam hal ini exekutif. (Bpk. Drs. Fredrik Torunde)
"memang kita akui bahwa selama periode 2014-2019 DPRD tidak pernah menyusun
Prolegda bersama Pemerintah Daerah, adapun Pembahasan Raperda hanya
berdasarkan usulan dari eksekutif. Terkait dengan ini boleh dikatakan bahwa Baleg
DPRD Kabupaten Poso kinerjanya masih jauh dari harapan. Seharusnya untuk setiap
tahun Prolegda itu disepakati dengan Pemda, sehingga memudahkan
penganggarannya ". (wawancara, Juli 2018)
"berdasarkan pada Peraturan yang berlaku, seharusnya Raperda yang akan dibahas
dengan Pemda terlebih dahulu disepakati bersama dan dituangkan dalam Prolegda.
Tetapi Penyusunan Prolegda ini tidak pernah kita lakukan, sehingga menyulitkan
penganggaran untuk pembahasan Raperda dalam APBD. Hal tersebut karena DPRD
masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan perancangan Raperda ".
(wawancara, Juli 2018)
"selama satu periode yaitu 2014-2019, tidak pernah ada yang namanya prolegda
disusun bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD, sehingga sebagian besar
usulan Raperda berasal dari eksekutif dan DPRD hanya berfungsi untuk
mambahasnya". (wawancara, Juli 2018)
"selama periode 2014-2019, DPRD Kabupaten Poso lebih banyak memproses Perda
usulan dari pemerintah daerah, dan DPRD tidak pernah berusaha untuk menyusun
prolegda yang berguna untuk menetapkan prioritas dan nonprioritas pembentukan
Perda. Sehingga tidak jelas ranah Raperda yang seharusnya merupakan inisiatif
DPRD dan yang mana usulan pemerintah daerah. Hal ini akan berdampak pada
penilaian masyarakat terhadap kinerja DPRD di bidang legislasi". (wawancara, Juli
2018)
"sebagai anggota DPRD, dalam menjalankan tugas dan fungsinya kita mengacu pada
aturan, dalam penyusunan dan pembahasan raperda di DPRD ada badan legislasi,
raperda yang diajukan pemerintah daerah maupun inisiatif kita seharusnya terlebih
dahulu dibahas di baleg sebelum di paripurnakan bersama Pemerintah Daerah, namun
ini terbalik, tiba-tiba langsung rapat Paripurna dengan Pemerintah Daerah ".
(wawancara, Juli 2018)
"guna membahas raperda yang diusulkan oleh eksekutif. Di lembaga kita ada Badan
Legislasi (Baleg) yang bertugas dan mempunyai fungsi penyusunan dan pembahasan
awal raperda sebelum di bahas bersama eksekutif dalam rapat paripurna, namun
selama ini yang terjadi adalah Raperda tersebut tidak pernah dibahas di tingkat Baleg
pada tahap pembahasan awal" (wawancara, Juli 2018)
"alangkah lebih baik lagi jika pembahasan awal Raperda itu, DPRD membentuk
Panitia Kerja atau Panja maupun Panitia Khusus (Pansus) untuk membahasa dan
mengkaji Raperda yang diusulkan. Tetapi pengalaman saya selama menjadi anggota
DPRD kayaknya belum pernah dibentuk Pansus ". (wawancara, Juli 2018)
6. Bagaimana mekanisme pembahasan Perda Kabupaten Poso antara DPRD dan
"aturannya raperda yang kami usulkan ke DPRD melalui Bagian Hukum Setda terlebih
dahulu akan dibahas oleh baleg DPRD atau Panitia Kerja dengan cara mengundang
SKPD terkait dan Bagian Hukum sebelum dibahas di paripurna bersama Bupati.
Namun kami tidak tahu apakah pernah dilakukan oleh DPRD atau tidak hal tersebut,
karena biasanya langsung diundang rapat oleh DPRD pada saat Paripurna hersama
Bupati ". (wawancara, Juli 2018)
"setelah Raperda yang Bagian Hukum (Pemda) usulkan ke DPRD, prosedurnya piliak
DPRD melalui Baleg atau Panja mengundang kami dari Bagian Hukum dan SKPD
terkait untuk pembahasan awal terhadap Raperda yang diusulkan oleh Pemerintah.
Baru selanjutnya dibawa ke rapat Paripurna pembahasan bersama Bupati dan DPRD.
Akan tetapi hal ini tidak pernah dilakukan oleh DPRD dengan cara mengundang kami.
Justru biasanya surat dari DPRD datang kepada Bupati langsung penetapan jadwal
Paripurna Persidangan Pembahasan Raperda ". (wawancara, Juli 2018)
7. Dalam pembahasan dan penetapan Perda apakah diadakan sesuai jadwal yang sudah
"sidang pembahasan raperda biasanya tidak selalu sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan, hal ini dikarenakan lerkadang pada waktu jawaban Bupati itu, bukan
Bupati yang hadir mewakili Pemda tetapi diwakili oleh Sekda, karena mgkin Bupati
ada kegiatan lain. DPRD juga maklum dengan kesibukan Bupati. Sehingga sidang kita
skor atau tunda sampai Bupati ada waktu bersedia hadir ". (wawancara, Juli 2018)
"sesuai dengan agenda persidangan waktu yang diperlukan untuk membahasan dan
menetapkan sebuah raperda menjadi perda adalah kurang lebih dua minggu. Namun
terkadang bisa molor tidak sesuai dengan jadwal, penyebab biasanya adalah minimnya
anggota kita yang hadir karena tugas luar dan kesibukan lainnya". (wawancara, Juli
2018)
"memang normatifnya sidang pembahasan raperda itu memerlukan waktu dua minggu
untuk sebuah raperda. Setelah Pimpinan DPRD menyurati Bupati mengenai jadwal
persidangan, maka akan ditindaklanjut oleh Sekda melalui Bagian Hukum untuk
membuat undangan ke setiap SKPD. Akan tetapi tidak jarang jadwal persidangan
mengalami perubahan karena disebabkan oleh beberapa hal baik itu dari pihak
eksekutif maupun legislatif. Langkah kami selanjutnya yaitu menjadwalkan ulang dan
menyurati kembali Bupati terkait perubahan jadwal persidangan ". (wawancara, Juli
2018)
Informan bagian hukum mengatakan :
"Pernah pengalaman kami sekali tahun 2015 waktu membahas Raperda tata ruang, itu
ditundanya hampir satu tahun. Waktu itu persidangan mulai bulan maret dan pada
waktu rapat konsultasi eksekutif dan legislatif haru membahas sampai pada Pasal 19
raperda tata ruang, sidang pun ditunda oleh DPRD sampai waktu yang tidak jelas.
Rupanya kelanjutan sidang tersebut baru dilaksanakan pada akhir Desember 2015,
sehingga penomoran Perda Rencana tata Ruang Wilayah itu pada tahun 2017, karena
harus menunggu evaluasi pemerintah pusat melalui Kementerian PU.". (wawancara,
Juli 2018)
8. Prioritas kebijakan apa saja yang dibuat DPRD Kabupaten Poso dalam penyusuan
"Kebijakan yang dibuat oleh DPRD Kabupaten Poso dalam hal peraturan daerah
masih banyak yang merupakan usulan dari Pemerintah Kabupaten Poso. Kebijakan
dari Pemerintah Kabupaten masih cenderung untuk mencari dan meningkatkan APBD
dan kebijakan dimaksud bersifat membebankan masyarakat dan bukan dari keinginan
atau aspirasi masyarakat, anggota DPRD masih pasif menjemput aspirasi dari
masyarakat ". (wawancara, Juli 2018)
"jika kita lihat beberapa perda yang telah ditetapkan selama periode 2014-2019,
sebagian besar merupakan usulan eksekutif yang sifatnya masalah-masalah rutinitas
dan merupakan tindaklanjut dari peraturan diatasnya. Yang saya lihat belum ada
perda tentang pelayanan publik yang sangat penting bagi masyarakat di kabupaten
Poso ". (wawancara, Juli 2018)
"jika saya boleh menilai, dalam menilainkan fungsi legislasinya DPRD Kabupaten
Poso belum cukup baik, ini nampak dari banyaknya perda yang telah ditetapkan hanya
sedikit sekali yang berpiahak dan menyangkut kepentingan masyarakat. Rata-rata
perda yang telah ditetapkan sifatnya berupa tindaklanjut dari peraturan pemerintah
pusat yang merupakan usulan eksekutif sebagai pelaksana pemerintahan ".
(wawancara, Juli 2018).
"bagi saya tingkat akuntabilitas DPRD terkait fungsi legislasinya sangat rendah, baik
dari segi kuantitas maupun kualitas produk hukum yang dihasilkannya. Lihat saja
selama satu periode hanya tiga perda inisiatif, belum lagi perda yang ditetapkan
bersama pemerintah sebagian besar terkait penyertaan modal, pajak dan retribusi,
tidak ada yang menyangkut kepentingan ma.syarakat bawah, misal terkait pertanian,
perikanan dan lain-lain". (wawancara, Juli 2018).
10. Bagaimana DPRD merespon usulan Raperda yang disampaikan oleh Pemda? (Bpk
"selama ini kita membahas dan menetapkan raperda yang diusulkan oleh pemda,
walaupun kadang-kadang kita melihat raperda tersebut dapat memberatkan
masyarakat, misalnya raperda bidang pajak dan retribusi. Memang tujuan perda
tersebut untuk meningkatkan APBD, namun terkadang kita juga berpikir mungkin saja
perda ini dapat menambah beban masyarakat kita. Dan selama ini kita belum pernah
menolak untuk menetapkan Perda yang sifatnya memberatkan masyarakat. Tetapi yang
sering kita lakukan pada waktu pembahasan adalah menyetujui dengan
merekomendasikan beberapa pengubahan agar sesuai dengan peraturan yang lebih
tinggi dan kepentingan masyarakat banyak". (wawancara, Juli 2018)
"biasanya untuk penyusunan dan pembahasan perda, kita tidak pernah melibatkan
masyarakat untuk memberikan masukan dan saran melalui feed back (umpan balik)
agar perda yang akan ditetapkan setidaknya tidak memberatkan masyarakat. Langkah
yang baik sebetulnya setelah raperda di ajukan oleh Pemda, kita melakukan kajian dan
sosialisasi kepada mmyarakat untuk mendengar aspirasi dan pendapat masyarakat
agar jika perda tersebut dibahas dan ditetapkan tidak bertentangan dengan uu yang
lebih tinggi dan yang lebih penting tidak memberatkan beban masyarakat".
(wawancara, Juli 2018)
"mengenai pembahasan Perda Kabupaten Poso, yang selama ini kita lakukan adalah
pemhahasan di tingkat Baleg dan selanjutnya di bahas dalam rapat paripurna bersama
pemerintah daerah. Terkait siapa-siapa yang diundang, apakah mengundang tokoh-
tokoh masyarakat atau pihak yang berkepentingan lainnya dalam pembahasan
paripurna, bukan kewenangan DPRD, undangan rapat penanggung jawab ada pada
pemerintah daerah ". (wawancara, Juli 2018)
11. Apakah DPRD Kabupaten Poso selalu mempertanggung jawabkan penyusunan yang
"selama int kita tidak pernah tahu bagaimana bentuk pertanggung jawaban anggota
DPRD kepada kita, apakah bentuknya seperti laporan atau bagaimana. Dan kami juga
tidak tahu apakah pertanggung jawaban itu wajib atau tidak untuk disampaikan
kepada masyarakat. Adapun yang biasa kami lakukan pada saat kunjungan kerja
DPRD ke Desa atau Kecamatan, paling kami hanya mengusulkan untuk diberikan
bangunan atau jalan sesuai kebutuhan kami ". (wawancara, Juli 2018).
Syamsu Alam)
"sesuai dengan peraturan tatib DPRD, bahwa anggota DPRD secara perorangan atau
kelompok wajib membuat laporan tertulis atas hasil pelaksanaan pada setiap tugasnya,
baik itu berupa kegiatan reses atau kegiatan-kegiatan lainnya ". (wawancara, Juli
2018).
"laporan pertanggunjawaban di kita DPRD itu ada beberapa jenis seperti laporan
kegiatan reses, laporan laporan persidangan, laporan tahunan dan laporan akhir masa
periode. Kadang-kadang laporan itu kita sampaikan juga secara lisan di hadapan
konstituen kita yaitu masyarakat sesuai Dapil. Dan juga jika mmyarakat minta dengan
datang ke kantor DPRD pasti akan di kasih ". (wawancara, Juli 2018).
Lampiran 3
PEDOMAN OBSERVASI
A. Identitas Tempat Observasi
LAYAK
2. Kelayakan implementor
LAYAK
TERSEDIA
LAYAK
5. Kesimpulan obsever
Lampiran 4
PEDOMAN TELAAH DOKUMEN
1. Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekertariat Daereh dan
Sekertariat DPRD.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan bentuk Hukum Perusahaan Daerah
Kabupaten Poso menjadi Perseroan Terbatas Lembamposo Global Mandiri.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pembentukan Perseroan terbatas Sumomba Jaya.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanan APBD
Kabupaten Poso 2013.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perubahan APBD Kabupaten Poso Tahun
Anggaran 2014.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Matiandaya.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2015.
1. Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Poso 2015-2035.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Tentena 2015-2035.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2015 tentang Jaminan Pelayanan Kesehatan.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pembinaan Jasa Konstruksi.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Rabies.
10. Perda Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penertiban Ternak.
11. Perda Nomor 11 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Poso
Nomor 38 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
12. Perda Nomor 12 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Poso
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah.
13. Perda Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Poso
Nomor 5 Tahun 2009 tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
14. Perda Nomor 14 Tahun 2015 Tahun tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2010 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Poso.
15. Perda Nomor 15 Tahun 2015 tenang Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2014.
16. Perda Nomor 16 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2015.
17. Perda Nomor 17 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2016.
1. Perda Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2011 tentang retribusi jasa umum.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Aggaran dan
Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
2016 tentang Rencana Pembangunan Jangkah Menegah Kabupaten Poso Tahun 2016-
2021.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Keuangan dan Administrasi Pimpinan
dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Poso.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Poso
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2017.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2017 tentang Badan Permusyawaratan Desa.
1. Perda Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2018 tentang Ketertiban Umum.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pengendalian Ternak Sapi dan Kerbau Betina
Produktif.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pernyataan Modal pada Perseroan terbatas Sarana
Penjamin Provinsi Sulawesi Tengah.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2017.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pertanggungjawaban Modal Pemerintah Daerah
pada PDAM.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2018 tentang Metrologi Legal.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2018.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2018 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha.
10. Perda Nomor 10 Tahun 2018 tentang Retribusi Perijinan tertentu.
Jadwal Masa Reses DPRD dalam 1 Tahun
Tahun 2010
Nomor 1 tahun 6 Agustus 2009 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2010 tahun 2010 No. 1 pelaksanaan APBD T.A
31 Juli 2010 2009
Nomor 2 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan Nama
2010 tahun 2010 No. 2 Kecamatan Pamona Utara
27 Oktober 2010 Menjadi Kecamatan
Pamona Puselemba di
Wilayah Kab. Poso
Nomor 3 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan Pertama atas
2010 tahun 2010 No. 3 PERDA Kab. Poso No. 26
27 Oktober 2010 Tahun 2008 ttg
Pembentukan,
Penghapusan,
Penggabungan Desa dan
Peubahan Status Desa
Menjadi Kelurahan.
Nomor 4 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Penyerahan Urusan
2010 tahun 2010 No. 4 Pemerintah Kab. Poso
27 Oktober 2010 Kepada Desa
Nomor 5 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Pembentukan Lembaga
2010 tahun 2010 No. 5 Kemasyarakatan di
27 Oktober 2010 Desa/Kelurahan
Nomor 6 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso IRIGASI
2010 tahun 2010 No. 6
27 Oktober 2010
Nomor 7 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Izin Usaha Peternakan
2010 tahun 2010 No. 7
27 Oktober 2010
Nomor 8 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Sistem Perencanaan
2010 tahun 2010 No. 8 Pembangunan Daerah
27 Oktober 2010
Nomor 9 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2010 tahun 2010 No. 9 Poso Tahun 2010
27 Oktober 2010
Nomor 10 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Pembentukan Kecamatan
2010 tahun 2010 No. 10 Pamona Utara Menjadi
27 Oktober 2010 Wilayah Kab. Poso Tahun
2010
Nomor 11 tahun 23 November L.D Kab. Poso Perubahan Atas PERDA
2010 2010 tahun 2010 No. 11 Kab. Poso No. 2 Tahun
23 November 2008 ttg Organisasi dan
2010 Tata Kerja Sekertaris
DPRD dan Staf Ahli Kab.
Poso
Nomor 12 tahun 23 November L.D Kab. Poso Status Polisi Pamong Praja
2010 2010 tahun 2010 No. 12
23 November
2010
Nomor 13 tahun 31 Desember L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2011
2010 2010 tahun 2010 No. 13
31 Desember
2010
Tahun 2011
Nomor 1 Tahun 9 Maret 2011 L.D Kab. Poso Rencana Pembangunan
2011 tahun 2011 No. 1 Jangka Menengah Daerah
9 Maret 2011 Kab. Poso
Nomor 2 Tahun 27 April 2011 L.D Kab. Poso BEA Perolehan Hak Atas
2011 tahun 2011 No. 2 Tanah dan Bangunan
27 April 2011
Nomor 3 Tahun 8 Agustus 2011 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2011 tahun 2011 No. 3 Pelaksanaan APBD T.A
8 Agustus 2011 2010
Nomor 4 Tahun 29 September L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2011 2011 tahun 2011 No. 4 Poso T.A 2011
29 September
2011
Nomor 5 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Pajak Daerah
2011 2011 tahun 2011 No. 5
18 November
2011
Nomor 6 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Pajak Bumi dan Bangunan
2011 2011 tahun 2011 No. 6 Perdesaan dan Perkotaan
18 November
2011
Nomor 7 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso Retribusi Jasa Usaha
2011 2011 tahun 2011 No. 7
27 Desember
2011
Nomor 8 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso Retribusi Perizinan
2011 2011 tahun 2011 No. 8 Tertentu
27 Desember
2011
Nomor 9 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2012
2011 2011 tahun 2011 No. 9
27 Desember
2011
Tahun 2012
Nomor 1 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Sumbangan Pihak Ketiga
2012 tahun 2012 No. 1 Kepada Daerah
25 Mei 2012
Nomor 2 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Tata Cara Tuntutan
2012 tahun 2012 No. 2 Pembendaharaan dan
25 Mei 2012 Tuntutan Ganti Rugi
Keuangan dan Barang
Milik Daerah
Nomor 3 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Penyertaan Modal
2012 tahun 2012 No. 3 Pemerintah Daerah Kab.
25 Mei 2012 Poso pada PT. Bank
Sulteng
Nomor 4 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Tata Cara Penyusunan dan
2012 2012 tahun 2012 No. 4 Pengelolaan Program
27 Mei 2012 Legislasi Daerah
Nomor 5 Tahun 10 Agustus 2012 L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso 2013
2012 tahun 2012 No. 5
10 Agustus 2012
Tahun 2013
Nomor 1 Tahun 26 April 2013 L.D Kab. Poso Pemberian Intensif dan
2013 tahun 2013 No. 1 Pemberian Kemudahan
22 April 2013 Penanaman Model
Nomor 2 Tahun 26 April 2013 L.D Kab. Poso Perlindungan Lahan
2013 tahun 2013 No. 2 Pertanian Pangan
22 April 2013 berkelanjutan
Nomor 3 Tahun 4 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 tahun 2013 No. 3 PERDA Kab. Poso No. 12
28 Mei 2013 Tahun 2010 ttg Organisasi
dan Tata Kerja Dinas
Daerah
Nomor 4 Tahun 4 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 tahun 2013 No. 4 PERDA Kab. Poso No. 13
28 Mei 2013 Tahun 2010 ttg Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga
Tekhnis
Nomor 5 Tahun 28 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan atas PERDA
2013 tahun 2013 No. 5 Kab. Poso No. 7 Tahun
27 Juni 2013 2011 ttg Retribusi Jasa
Umum
Nomor 6 Tahun 28 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan atas PERDA
2013 tahun 2013 No. 6 Kab. Poso No. 1 Tahun
27 Juni 2013 2011 ttg Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kab.
Poso Tahun 2010-2015
Nomor 7 Tahun 8 Juli 2013 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2013 tahun 2013 No. 7 Pelaksanaan APBD Kab.
8 Juli 2013 Poso T.A 2012
Nomor 8 Tahun 27 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2015
2013 2014 tahun 2013 No. 8
27 November
2013
Nomor 9 Tahun 5 September 2013 L.D Kab. Poso Penanaman Modal
2013 tahun 2013 No. 9
4 September 2013
Nomor 10 Tahun 5 September 2013 L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 tahun 2013 No. 10 Peraturan Daerah
4 September 2013 Kabupaten Poso Nomor 9
Tahun 2010 ttg Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah
Pada Perusahaan Daerah
Air Minum Kabupaten
Poso
Nomor 11 Tahun 25 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2014
2013 2013 tahun 2013 No. 11
25 November
2013
Nomor 12 Tahun 25 November L.D Kab. Poso Danau
2013 2013 tahun 2013 No. 12
25 November
2013
Tahun 2014
Nomor 1 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 1 Sekertariat Daerah dan
29 April 2014 Sekertariat DPRD
Nomor 2 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 2 Dinas Daerah
29 April 2014
Nomor 3 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 3 Lembaga Tekhnis Daerah
29 April 2014
Nomor 4 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Perubahan Bentuk Hukum
2014 tahun 2014 No. 4 Perusahaan Daerah
29 April 2014 Pembangunan Menjadi
Perseroan Terbatas Lemba
Poso Mposo Global
Mandiri
Nomor 5 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Pembentukan Perseroan
2014 tahun 2014 No. 5 Terbatas Sumomba Jaya
29 April 2014
Nomor 6 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2014 tahun 2014 No. 6 Pelaksanaan APBD Kab.
2 Juli 2014 Poso T.A 2013
Nomor 7 Tahun 11 September L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2014 2014 tahun 2014 No. 7 Poso T.A 2014
8 Agustus 2014
Nomor 8 Tahun 27 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2015
2014 2014 tahun 2014 No. 8
27 November
2014
Jumlah Partai dan Fraksi DPRD Kab. Poso
No Nama Partai
1 Ellen Ester Pelealu DEMOKRAT
2 Drs. Dharma B Pesudo DEMOKRAT
3 Iskandar Lamuka DEMOKRAT
4 Rofiqo S Machmoed DEMOKRAT
5 Hemawan Nggau DEMOKRAT
6 Mariones Biralino DEMOKRAT
7 Ardin Pilongo DEMOKRAT
8 Berkat Megati DEMOKRAT
9 Soeharto Kandar GOLKAR
10 Syarifudin Odjobolo GOLKAR
11 Norma Sinta Kalahe GOLKAR
12 Herlina Lawodi GOLKAR
13 Sahir T Sampeali GOLKAR
14 Darma G Mondolu GERINDRA
15 Hidayat Bungasawa GERINDRA
16 Yohanis Bando GERINDRA
17 I Ketut Suano GERINDRA
18 Yames Salarupa PKPI
19 Fredrik Torunde PDI PERJUANGAN
20 Yus Ama PDI PERJUANGAN
21 Markus Lolo PDI PERJUANGAN
22 Muhaimin PAN
23 Dewa Nyoman Ariebowo PAN
24 Amir Kusa PKS
25 Usman Abdukarim PKS
26 Dr. Syamsu Alam NASDEM
27 Sugeng Sunaryo NASDEM
28 Gafar Patu HANURA
29 Abram Badilo HANURA
30 Baharudin Sapi’i PPP
Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi I DPRD Kabupaten Poso
Berdasarkan tabel diatas, Komisi I terdiri dari beberapa partai yang mewakili dan
mempunyai keberagaman pendidikan. Partai Hanura 1 orang yaitu Ketua Komisi, sedangkan
PKS 1 orang, PPP 1 orang, PDIP 2 orang, Demokrat 2 orang, Partai Gerindra 2 orang, Golkar
1 orang.
Selanjutnya Jumlah Anggota dan kewenangan Komisi II terlihat dalam tabel berikut ini:
diwakili oleh PKPI 1 orang, sedangkan Partai Demokrat 3 orang, Partai NASDEM 1 orang,
PDIP 1 orang, Partai Golkar 2 orang, PAN 1 orang dan Partai Gerindra 1 orang.
Untuk Komisi III, Jumlah Anggota dan Kewenangannya dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini :
Berdasarkan tabel diatas, Komisi III terdiri dari PKS 1 orang, Partai HANURA 1 orang,
Partai Golkar 2 orang, Partai Nasdem 1 orang , Demokrat 3 orang, PAN 1 orang dan Patai
GERINDRA I orang.
Tugas dan Wewenang DPRD Kabupaten Poso
Berdasarkan Pasal 1 butir keempat UU Nomor 9 Tahun 2015 disebutkan bahwa: "Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan rakyat
DPRD mempunyai kedudukan yakni sebagai wakil rakyat dan sebagai unsur penyelenggara
konflik kepentingan yang mempersulit posisi DPRD. Menurut UU Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2014.
membuat kebijakan berupa pengaturan dalambentuk Peraturan Daerah (Fungsi Legislasi atau
lebih tepat disebut sebagai fungsi pengaturan), fungsi Anggaran dan fungsi pengawasan politik.
Sebagai wakil rakyat, DPRD mempunyai fungsi mewakili kepentingan masyarakat apabila
berhadapan dengan pihak Eksekutif maupun pihak lain (Daerah yang lebih tinggi tingkatannya
atau Pemerintah pusat, serta fungsi advokasi yakni melakukan agregasi aspirasi masyarakat.
FOTO PADA SAAT PROSES PENELITIAN
RAPAT KOMISI 1
RAPAT KOMISI 3
RAPAT KOMISI 2
RAPAT PARIPURNA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
FOTO
Email : alpinmandjoro@gmail.com
Alamat : Ranonuncu
Alamat : Jl. Sam Ratulangi No. 18, Besusu Barat, Kota Palu Sulawesi
Tengah
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 12 Poso
Riwayat Pekerjaan : Perwakilan MESS PEMDA Poso pada Tahun 1 April 2012