Anda di halaman 1dari 134

SKRIPSI

ANALISIS KINERJA ANGGOTA DEWAN


PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
DI KABUPATEN POSO

ALPIN MANDJORO
2013.233.00.074

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
MAKASSAR
2018
SKRIPSI

ANALISIS KINERJA ANGGOTA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DI KABUPATEN POSO

Disusun dan diajukan oleh

ALPIN MANDJORO

2013.233.00.074

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarajana Administrasi Publik

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

KOSENTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
MAKASSAR
2018

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Analisis

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Kabupaten Poso” .

Penulis menyampaikan terima kasih petama-tama kepada Ibu Dr. Rohana Thahier, M.Pd.

selaku pembimbing bagi penulis atas segala perhatian, kesabaran, ketelitian, nasehat, serta petunjuk

dalam memberikan bimbingan sehingga selesai penulisan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

memberi bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Amir Imbaruddin, MDA.,Ph.D selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi

Lembaga Administrasi Negara (STIA LAN) Makassar atas kesempatan yang diberikan untuk

menimba ilmu di institusi pendidikan ini.

2. Bapak Dr. Alam Tauhid Syukur, S. Sos, M.Si selaku Seketaris Seminar Proposal.

3. Ibu Erni Cahyani Ibarahim, S.E., Ak, M.M. Selaku Penasehat Akademik.

4. Dosen pada STIA LAN Makassar yang telah membagi Ilmu Penetahuan kepada penulis,

pegawai akademik dan non-akademik STIA LAN Makassar yang telah memberikan arahan dan

petunjuk perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini, serta pendukung perkuliahan lainya.

5. Seluruh staff akademik dan keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi

Negara Makassar yang membantu kelancaran pengurusan skripsi.

6. Drs. Fredrik Torude yang telah banyak membantu saya dalam menyusun skripsi ini.

7. Seluruh anggota DPRD Kabupaten Poso, yang sudah memberika saya waktu untuk melakuka

penelitian.

8. Special untuk pacarku tersayang Debi Ferni Rantedongi yang selalu setia menemani, membantu

dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang selalu memberi semangat yang penuh

dengan cinta dan kasih sayang.

v
9. Untuk kakak-kakak’ku, Victor, Ani, Kris, Octaviuanus Batara dan ponakan-panakan tersayang,

Ignasius, Evan, Regina, Ian, Edo yang selalu menjadi penyemangat hidupku dalam

menyelesaikan skrpsi.

10. Untuk Kaka Stevra Silvanus Bole, S.Kom yang telah membantu dalam proses penyusunan

skripsi ini sampai selesai.

11. Kepada teman-teman seangkatan MEP dan MPD terima kasih atas kebersamaannya selama di

kampus.

12. Sahabat-sahabatku Marto, Dicki, Kong dan Tito yang selalu memberi semangat, menemani

dalam canda dan tawa bersama.

13. Terima kasih banyak kepada seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk wawancara dan memberikan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.

14. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu terima kasih atas

bantuannya.

Ucapan terima kasih yang istimewa kepada yang tercinta dan tersayang sumber inspirasi

terbesar, penyemangat hidup tanpa henti Ibunda Yurni Tasiabe dan Ayahanda Amonsius Mandjoro

yang tak henti-hentinya memberi dukungan doa restu dan semangat yang terus mengiringi perjalanan

kehidupan peneliti.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga

amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa

Makassar, November 2018


Penulis,

Alpin Mandjoro

vi
INTISARI

ANALISIS KINERJA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DI


KABUPATEN POSO

Penulis : Alpin Mandjoro


Penasehat : Rohana Thahier

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana kinerja DPRD
Kabupaten Poso Periode 2014 – 2019, dalam menjalankan fungsinya sebagai mitra kerja
pemerintah dalam pembangunan kabupaten poso. Penelitian ini dilakukan di Kantor DPRD
Kabupaten Poso dimana terbagi dalam 3 komisi dan 5 fraksi.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa kinerja DRPD kabupaten poso. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan
teknik interview, observasi dan wawancara sebagai pengumpulan data. Setelah data
terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dengan
menginterpretasikannya dalam kalimat sederhana sehingga sehingga dapat diambil
kesimpulannya sebagai hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 indikator yaitu Responsivitas, Responsibilitas
dan Akuntabilitas yang dipakai untuk mengukur kinerja DPRD kabupaten poso dari sisi
responsivitas sudah optimal. Dari sisi responsibilitas, Akuntabilitas masih kurang optimal.
Dengan memakai 3 indikator tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja DPRD Kabupaten Poso
Periode 2014-2019 belum optomal maka dirasa perlu evaluasi dalam peningkatan kinerja
DPRD Kabupaten Poso.

Kata Kunci : Kinerja, DPRD, Kabupaten Poso

vii
ABSTRACT

ANALYSIS PERFORMANCE OF REGIONAL REPRESENTATIVE COUNCIL


IN DISTRICT POSO

Author : Alpin Mandjoro


Supervisors : Rohana Thahier

This Essay Parliament entitled Performance Functionality In Implementing Legislation


(Studies in Parliament Poso). The main functions of Parliament as a legislative body is a partner of
the Local Government area of policy formulation process. The regional policies outlined in the
preparation and discussion of the district local regulations. In carrying out their legislative functions,
Parliament felt Poso is not maximized, it is seen from only three Regional Regulation Council
initiatives. The purpose of this study was to determine the performance of Poso district legislature
period 2014-2019 in implementing legislative function. The data used in this study are primary and
secondary data obtained by interview, observation and documentation study. Interviews were
conducted with members of parliament and the parties related to the implementation of the legislative
function of Parliament Poso. To measure the performance of Parliament in this study using
indicators: Responsiveness, Responsibility and Accountability. The analysis method used in this
research is descriptive qualitative.
The results of the studi indicate that the performance of Parliament Poso period 2014-2019 in
implementing the legislative function of the indicators Re:;ponsiveness is optimal implemented. Some
of the aspirations of the people who submitted to Parliament Poso has followed up Parliament to
establish several regional regulations. The Parliament Poso Regency function as a regulator capable
of bridging different interests conflict among community groups or between such groups and the
Regional Government have been met. Responsibility functions of Parliament as a connector
aspirations of the people in Poso is not optimal. Activities of the process of drafting, discussion and
detennination of the draft law into law committed by the local legislative bodies Poso is not in
accordance with the principles of proper administration, so as to perform the function of Poso
Regency legislation has not kept pace with the duties, powers and programs parliament.
Accountability for implementing the legislative function of Parliament is still low. This can be seen in
terms of the the public interest has never been a primary orientation. Besides, it is also accountable to
the public remains low, which is where the accountability report any activities of legislators never
communicated to constituents.

Keywords: Performance, Parliament Poso, Representative Council

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................. iv

KATA PENANTAR ............................................................................ v

INTISARI ............................................................................................. vii

ABSTRACT ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 12

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 12

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 14

A. Tinjauan Teori .................................................................. 14

1. Pengertian dan Tujuan Otonomi Daerah ................ 14

a. Pengertian Otonomi Daerah .......................... 14

b. Tujuan Otonomi Daerah ................................ 15

ix
c. Prinsip Otonomi Daerah ................................ 15

d. Titik Berat Otonomi Daerah .......................... 16

2. Kinerja Organisasi Publik ....................................... 17

a. Pengertian Kinerja ......................................... 17

b. Pengukuran Kinerja ....................................... 20

1) Produktivitas ........................................ 23

2) Responsivitas ....................................... 23

3) Akuntabilitas ......................................... 23

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ............ 24

a. Tinjauan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah .... 24

b. Fungsi, Tugas dan Wewenang, Sera Hak dan Kewajiban Anggota

DPRD ................................................. 25

B. Defenisi Konsep ................................................................ 29

1. Fungsi Legislasi ....................................................... 29

2. Fungsi Anggaran ...................................................... 30

3. Fungsi Pengawasan .................................................. 31

C. Kerangka Pemikiran .......................................................... 32

D. Pertanyaan Penelitian ........................................................ 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 35

A. Metode Penelitian ............................................................. 35

B. Unit Analisis ...................................................................... 35

C. Instrumen Penelitian .......................................................... 35

D. Teknik Pengmpulan dan Pengolahan Data ........................ 38

E. Teknik Analisis Data ......................................................... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 40

x
A. Deskripsi Objek Penelitian ....................................................... 40

1. Gambaran Umum Kabupaten Poso .................................... 40

a. Letak Geografis Kabupaten Poso ................................. 40

b. Keadan Demografis ..................................................... 42

2. Gambaran Umum DPRD Kabupaten Poso ....................... 44

a. Keanggotaan DPRD ................................................... 44

b. Pembentukan Pimpinan DPRD .................................... 46

c. Kedudukan, Tugas dan Kewajiban Fraksi DPRD ........ 47

d. Komisi-Komisi DPRD ................................................. 50

3. Tugas dan Wewenang DPRD Kabupaen Poso .................. 53

4. Rapat-Rapat Yang Dilakukan DPRD ................................ 55

B. Hasil Penelitian ....................................................................... 57

1. Kinerja DPRD Kabupaten Poso ....................................... 57

2. Pengukuran Kinerja DPRD Kabupaten Poso .................. 65

a. Resposivitas ............................................................... 65

b. Responsibilitas ........................................................... 71

c. Akuntabilitas .............................................................. 83

BAB V PENUTUP ........................................................................... 90

A. Kesimpulan ............................................................................ 90

1. Responsivitas ................................................................... 90

2. Responsibilitas ................................................................. 90

3. Akuntablitas .................................................................... 91

B. Saran ..................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Partai dan Fraksi DPRD Kab. Poso ......................................... 4

Tabel 2 Key Informan ........................................................................................ 36

Tabel 3 Keadaan Demografis ............................................................................. 41

Tabel 4 Jumlah Penduduk ................................................................................... 42

Tabel 5 Nama-nama dan Partai Politik Periode 2014-2019 ................................ 44

Tabel 6 Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi I DPRD Kabupaten Poso ... 48

Tabel 7 Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi II DPRD Kabupaten Poso .. 49

Tabel 8 Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi III DPRD Kabupaten Poso .. 49

Tabel 9 Jumlah Usulan dan Keputusan Perda Kab. Poso Periode 2014-2019 ..... 54

Tabel 10 Jumlah Audensi Masyarakat ke DPRD Kab. Poso Periode 2014-2019 .. 61

Tabel 11 Jadwal Masa Reses DPRD dalam 1 Tahun ............................................. 63

Tabel 12 Jadwal Rapat/Persidangan Pembahasan dan Penetapan Perda ............... 74

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir ................................................................ 32

Gambar 2 Alur Sumber Informasi .............................................................. 37

Gambar 3 Siklus Proses Analisis Data ....................................................... 38

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matriks Penelitian Kualitatif

Lampiran 2 Riwayat Hidup Penulis

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Pedoman Observasi

Lampiran 5 Pedoman Telaah Dokumen

Lampiran 6 Surat Pernyataan Orisinalitas Jurnal

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dinamika demokrasi telah mendorong perubahan dan perkembangan sistem

pemerintahan didaerah. Hal ini menjadikan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

secara terus menerus semakin dituntut oleh masyarakat agar memiliki kemampuan yang

dapat dihandalkan dalam menggerakkan roda pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan. Tuntutan tersebut didasarkan atas kemauan masyarakat agar DPRD

dapat memperhatikan, menampung, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi

masyarakat yang diwakilinya dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Untuk memenuhi tuntutan itu diperlukan kinerja DPRD. Melalui prinsip

desentralisasi, pemerintah pusat telah memlimpahkan kekuasaan kepada pemerintah

daerah untuk melaksanakan otonomi daerah.

Hal ini sebagai tindak lanjut amanat Undang Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan pemerintah daerah berwenang untuk

mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

bantuan. Pemberian otonomi luas diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran

serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu

meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,

1
keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi keanekaragaman daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam hubungan inilah pemerintah pusat perlu melaksanakan pembagian

kekuasaan kepada pemerintah daerah yang dikenal dengan istilah desentralisasi. Pada

pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah

menyebutkan; Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah

Pusat kepada daerah otonomi berdasarkan Asas Otonomi.

Desentralisasi dipahami sebagai penyerahan wewenang politik dan perundang

undangan untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen pemerintah dari

pemerintah (pusat) kepada unit-unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi negara

atau kelompok kelompok fungsional atau organisasi non pemerintah/swasta. Selain dari

desentralisai tersebut diatas, mengingat kondisi geografis yang sangat luas maka untuk

mencapai efektifitas dan efisiensi pembinaan serta pengawasan urusan pemerintahan

yang menjadi wewenang daerah kabupaten/kota maka pemerintah pusat melimpahkan

wewenang dekosentrasi kepada pemerintah daerah.

Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa : Dekonsentrasi adalah pelimpahan
sebagaian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewengan Pemerintah Pusat
kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi verikal
diwilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai
tanggung jawab urusan pemerintahan umum.

Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, DPRD adalah mitra yang

berkedudukan sejajar dengan kepala daerah pada bidangnya masing-masing. Dalam

posisi inilah sesungguhnya DPRD memiliki kekuatan yang cukup utuk melaksanakan

peran dan fungsinya baik sebagai wakil rakyat maupun sebagai Unsur Penyelenggara

2
pemerintahan di daerah. Melalui fungsi DPRD baik fungsi legelasi (pembentukan

peraturan daerah), fungsi anggaran dan fungsi pengawasan, diharapkan DPRD dapat

membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Terdapat empat pilar untuk membangun kesejahteraan masyarakat yakni ;

penegakan hukum yang adil, demokrasi politik yang bermoral, pertumbuhan ekonomi

yang cukup dan manajemen pemerintahan yang baik (good governance). Dalam

aplikasinya dituntut peran dan fungsi yang diwujudkan melalui kinerja DPRD. Kinerja

merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengukur suatu keberhasilan lembaga

DPRD dalam menjalankan fungsinya yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu

agar dapat dicapainya tujuan yang diharapkan. Menjadi kewajiban bagi suatu organisasi

seperti lembaga DPRD untuk melakukan evaluasi dan/atau bersedia menerima kritik

dan saran sebagai bahan evaluasi terhadap kinerjanya agar daapat mengetahui sejauh

mana tujuan serta hasil yang telah dan akan dicapai. Kinerja organisasi (DPRD) juga

merupakan tingkat kemampuan dalam memenuhi fungsi serta aturan yang ditetapkan

dalam mencapai tujuan, maka kinerja suatu organisasi hendaknya dilakukan oleh

segenap sumberdaya manusia dalam organisasi tersebut, baik unsur pimpinan, bawahan

atau anggota-anggota organisasi. Dalam prosesnya prilaku individu-individu akan

berpengaruh pada prilaku kelompok dan pada akhirnya akan mempengaruhi prilaku dan

kinerja organisasi. Berangkat dari hal itu maka menjadi sangat utama apabila suatu

organisasi memiliki anggota angota yang berkepribadian positif atau mental yang baik.

Dalam hal ini dapat diartikan bahwa untuk mencapai kinerja yang setinggitingginya

dituntut “perilaku sesuai“ antara anggota dengan harapan organisasi. Pada penerapannya

ada deskripsi tentang perilaku yang harus dikerjakan perilaku (intra-role) dan ada pula

3
perilaku yang tidak terdeskripsi secara formal yang dilakukan oleh anggota organisasi

termasuk anggota DPRD, seperti bersinergi dan membantu rekan kerja menyelesaikan

tugas, keseriusan dalam mengikuti rapat baik rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat

fraksi, rapat paripurna, rapat dengar pendapat dengan pihak eksekutif, swasta, organisasi

masyarakat dan masyarakat itu sendiri, serta pelaksanaan fungsi dan tugas lainya.

Perilaku yang lebih mementingkan orang banyak ketimbang diri sendiri, juga disebut

perilaku extra-role. Perilaku extra-role merupakan perilaku yang sangat dihargai ketika

dilakukan oleh anggota organisasi meski tidak terdeskripsi secara formal karena

meningkatkan efektivitas organisasi.

Tabel 1
Jumlah Partai dan Fraksi DPRD Kab. Poso
Partai Jumlah Kursi Fraksi
Demokrat 8 Fraksi Demokrat
Golkar 5 Fraksi Golkar
Gerindra 4 Faksi Keadilan
PDI – P 3 Fraksi PDI-P
PKS 2 Fraksi Keadilan
PAN 2 Fraksi Keadilan
Hanura 2 Fraksi Sintuwu Maroso
Nasdem 2 Fraksi Sintuwu Maroso
PPP 1 Fraksi Sintuwu Maroso
PKPI 1 Fraksi Keadilan
Sumber: Data sudah diolah, DPRD Kabupaten Poso 2018

Dewasa ini banyak kalangan masyarakat mempertanyakan kinereja DPRD baik

dalam kedudukannya sebagai wakil rakyat maupun sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah. Masyarakat merasa bahwa DPRD belum sepenuhnya mampu

4
melaksanakan peran dan fungsi sebagaimana yang diharapkan, meskipun sesungguhnya

peluang dan kesempatan untuk itu telah tersedia dan termuat dalam peraturan

perundang-undangan. Seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR,

DPR, DPD dan DPRD (MD3), sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 2014 Tentang MPR,DPR,DPD dan DPRD (MD3) dan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah sebagai mana telah diubah

dengan Perpu Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Ada beberapa persoalan yang dapat

diindentifikasi sebagai bentuk lemahnya kinerja lembaga DPRD dalam melaksanakan

fungsinya antara lain sebagai berikut:

Pertama: Dalam pelaksanaan fungsi legislasi atau pembuatan peraturan daerah

(perda); sebagaian besar perda yang dihasilkan dari tahun ketahun dalam priode berjalan

pada lembaga DPRD, lebih banyak diajukan atas prakarsa lembaga eksekutif dari pada

lembaga legislatif, pada hal sebagai lembaga legeslatif semestinya DPRD dapat

melaksanakan fungsinya secara maksimal untuk memprakarsai terbentuknya peraturan

daerah (perda).

DATA PERATURAN DAERAH PERIODE 2009-2014


Tahun 2009
Nomor 1 Tahun 27 Januari 2009 LD. Kab. Poso APBD Kab. Poso Tahun
2009 tahun 2009 No. 1 Anggaran 2009
24 Januari 2009
Nomor 2 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso Pertanggungjawaban
2009 tahun 2009 No. 2 Pelaksanaan APBD Kab.
24 Januari 2009 Poso T.A 2009
Nomor 3 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso Sekertariat Dewan

5
2009 tahun 2009 No. 3 Pengurus Kabupaten
24 Januari 2009 KORPS Pegawai Republik
Indonesia
Nomor 4 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso Badan Narkotika
2009 tahun 2009 No. 4 Kabupaten Poso
24 Januari 2009
Nomor 5 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2009 tahun 2009 No. 5 Poso T.A 2009
24 Januari 2009
Nomor 6 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2009 tahun 2009 No. 6 2010
24 Januari 2009

Tahun 2010
Nomor 1 tahun 6 Agustus 2009 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2010 tahun 2010 No. 1 pelaksanaan APBD T.A
31 Juli 2010 2009
Nomor 2 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan Nama
2010 tahun 2010 No. 2 Kecamatan Pamona Utara
27 Oktober 2010 Menjadi Kecamatan
Pamona Puselemba di
Wilayah Kab. Poso
Nomor 3 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan Pertama atas
2010 tahun 2010 No. 3 PERDA Kab. Poso No. 26
27 Oktober 2010 Tahun 2008 ttg
Pembentukan,
Penghapusan,
Penggabungan Desa dan
Peubahan Status Desa
Menjadi Kelurahan.
Nomor 4 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Penyerahan Urusan
2010 tahun 2010 No. 4 Pemerintah Kab. Poso
27 Oktober 2010 Kepada Desa
Nomor 5 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Pembentukan Lembaga
2010 tahun 2010 No. 5 Kemasyarakatan di
27 Oktober 2010 Desa/Kelurahan
Nomor 6 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso IRIGASI
2010 tahun 2010 No. 6
27 Oktober 2010
Nomor 7 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Izin Usaha Peternakan
2010 tahun 2010 No. 7
27 Oktober 2010
Nomor 8 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Sistem Perencanaan

6
2010 tahun 2010 No. 8 Pembangunan Daerah
27 Oktober 2010
Nomor 9 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2010 tahun 2010 No. 9 Poso Tahun 2010
27 Oktober 2010
Nomor 10 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Pembentukan Kecamatan
2010 tahun 2010 No. 10 Pamona Utara Menjadi
27 Oktober 2010 Wilayah Kab. Poso Tahun
2010
Nomor 11 tahun 23 November L.D Kab. Poso Perubahan Atas PERDA
2010 2010 tahun 2010 No. 11 Kab. Poso No. 2 Tahun
23 November 2008 ttg Organisasi dan
2010 Tata Kerja Sekertaris
DPRD dan Staf Ahli Kab.
Poso
Nomor 12 tahun 23 November L.D Kab. Poso Status Polisi Pamong Praja
2010 2010 tahun 2010 No. 12
23 November
2010
Nomor 13 tahun 31 Desember L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2010 2010 tahun 2010 No. 13 2011
31 Desember
2010

Tahun 2011
Nomor 1 Tahun 9 Maret 2011 L.D Kab. Poso Rencana Pembangunan
2011 tahun 2011 No. 1 Jangka Menengah Daerah
9 Maret 2011 Kab. Poso
Nomor 2 Tahun 27 April 2011 L.D Kab. Poso BEA Perolehan Hak Atas
2011 tahun 2011 No. 2 Tanah dan Bangunan
27 April 2011
Nomor 3 Tahun 8 Agustus 2011 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2011 tahun 2011 No. 3 Pelaksanaan APBD T.A
8 Agustus 2011 2010
Nomor 4 Tahun 29 September L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2011 2011 tahun 2011 No. 4 Poso T.A 2011
29 September
2011
Nomor 5 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Pajak Daerah
2011 2011 tahun 2011 No. 5
18 November
2011
Nomor 6 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Pajak Bumi dan Bangunan

7
2011 2011 tahun 2011 No. 6 Perdesaan dan Perkotaan
18 November
2011
Nomor 7 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso Retribusi Jasa Usaha
2011 2011 tahun 2011 No. 7
27 Desember
2011
Nomor 8 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso Retribusi Perizinan
2011 2011 tahun 2011 No. 8 Tertentu
27 Desember
2011
Nomor 9 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2011 2011 tahun 2011 No. 9 2012
27 Desember
2011

Tahun 2012
Nomor 1 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Sumbangan Pihak Ketiga
2012 tahun 2012 No. 1 Kepada Daerah
25 Mei 2012
Nomor 2 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Tata Cara Tuntutan
2012 tahun 2012 No. 2 Pembendaharaan dan
25 Mei 2012 Tuntutan Ganti Rugi
Keuangan dan Barang
Milik Daerah
Nomor 3 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Penyertaan Modal
2012 tahun 2012 No. 3 Pemerintah Daerah Kab.
25 Mei 2012 Poso pada PT. Bank
Sulteng
Nomor 4 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Tata Cara Penyusunan dan
2012 2012 tahun 2012 No. 4 Pengelolaan Program
27 Mei 2012 Legislasi Daerah
Nomor 5 Tahun 10 Agustus 2012 L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso 2013
2012 tahun 2012 No. 5
10 Agustus 2012

Tahun 2013
Nomor 1 Tahun 26 April 2013 L.D Kab. Poso Pemberian Intensif dan
2013 tahun 2013 No. 1 Pemberian Kemudahan
22 April 2013 Penanaman Model

8
Nomor 2 Tahun 26 April 2013 L.D Kab. Poso Perlindungan Lahan
2013 tahun 2013 No. 2 Pertanian Pangan
22 April 2013 berkelanjutan
Nomor 3 Tahun 4 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 tahun 2013 No. 3 PERDA Kab. Poso No. 12
28 Mei 2013 Tahun 2010 ttg Organisasi
dan Tata Kerja Dinas
Daerah
Nomor 4 Tahun 4 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 tahun 2013 No. 4 PERDA Kab. Poso No. 13
28 Mei 2013 Tahun 2010 ttg Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga
Tekhnis
Nomor 5 Tahun 28 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan atas PERDA
2013 tahun 2013 No. 5 Kab. Poso No. 7 Tahun
27 Juni 2013 2011 ttg Retribusi Jasa
Umum
Nomor 6 Tahun 28 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan atas PERDA
2013 tahun 2013 No. 6 Kab. Poso No. 1 Tahun
27 Juni 2013 2011 ttg Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kab.
Poso Tahun 2010-2015
Nomor 7 Tahun 8 Juli 2013 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2013 tahun 2013 No. 7 Pelaksanaan APBD Kab.
8 Juli 2013 Poso T.A 2012
Nomor 8 Tahun 27 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2013 2014 tahun 2013 No. 8 2015
27 November
2013
Nomor 9 Tahun 5 September L.D Kab. Poso Penanaman Modal
2013 2013 tahun 2013 No. 9
4 September
2013
Nomor 10 Tahun 5 September L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 2013 tahun 2013 No. 10 Peraturan Daerah
4 September Kabupaten Poso Nomor 9
2013 Tahun 2010 ttg Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah
Pada Perusahaan Daerah
Air Minum Kabupaten
Poso
Nomor 11 Tahun 25 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2013 2013 tahun 2013 No. 11 2014

9
25 November
2013
Nomor 12 Tahun 25 November L.D Kab. Poso Danau
2013 2013 tahun 2013 No. 12
25 November
2013

Tahun 2014
Nomor 1 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 1 Sekertariat Daerah dan
29 April 2014 Sekertariat DPRD
Nomor 2 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 2 Dinas Daerah
29 April 2014
Nomor 3 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 3 Lembaga Tekhnis Daerah
29 April 2014
Nomor 4 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Perubahan Bentuk Hukum
2014 tahun 2014 No. 4 Perusahaan Daerah
29 April 2014 Pembangunan Menjadi
Perseroan Terbatas Lemba
Poso Mposo Global
Mandiri
Nomor 5 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Pembentukan Perseroan
2014 tahun 2014 No. 5 Terbatas Sumomba Jaya
29 April 2014
Nomor 6 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2014 tahun 2014 No. 6 Pelaksanaan APBD Kab.
2 Juli 2014 Poso T.A 2013
Nomor 7 Tahun 11 September L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2014 2014 tahun 2014 No. 7 Poso T.A 2014
8 Agustus 2014
Nomor 8 Tahun 27 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A
2014 2014 tahun 2014 No. 8 2015
27 November
2014

Kedua: Dalam pelaksanaan fungsi anggaran; kurang maksimalnya lembaga DPRD

dalam membahas APBD yang berpihak kepada rakyat, hali ini terihat dari sisi

pendapatan yang masih sangat mengandalkan sumbangan/pemberian dari pemerintah

10
pusat, dimana Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang seharusnya dapat dijadikan cermin

bagi kemandirian pelaksanaan otonomi daerah, dalam kenyataannya masih jauh dari

harapan untuk mengimbangi keperluan belanja daerah. Pada sisi belanja, belanja tidak

langsung terhitung sering lebih besar nilainya dari belanja langsung. Tergambar disini

bahwa belanja rutin pemerintahan lebih besar dari belanja pembangunan

(masyarakat/publik). Pada hal otonomi daerah memberi kewenangan bagi pemerintah

daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan tugas bantuan. Dapat diartikan bahwa program-program kerja daerah yang

dituangkan dalam APBD semestinya mencerminkan kemandirian daerah dalam sisi

pendapatan, mencerminkan belanja yang berpihak kepada rakyat dimana belanja

langsung seharusnya lebih besar dari belanja tidak langsung atau setidaktidaknya

berbanding lurus, berimbang dan dinamis, serta ditopang dengan pembiayaan yang

memadai.

Ketiga: Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan; masih terdapat peraturan daerah

(perda) yang belum berjalan secara efesien dan efektif yang semestinya perlu dikaji dan

dievaluasi oleh DPRD apa hambatan dan kendalanya, kemudian direvisi atau

dicabut/dibatalkan karena sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi yang ada.

Selain dari pada itu perlu peran aktif yang dilakukan oleh DPRD untuk meningkatkan

fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui kinerja DPRD. Adalah hal

yang wajar bila muncul pertanyaan-pertanyaan ditengah tengah masayarakat yang

berkaitan dengan kinerja DPRD yakni: apakah kebijakan kebijakan yang di hasilkan

oleh DPRD telah memenuhi aspirasi dan kepentingan masyarakat publik?

bagaimanakah kinerja DPRD dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugas untuk

11
meningkatkan kesejahteraan masyarakat? dan apakah kinerja DPRD telah

mengindahkan prinsip-prinsip good governance?.

Oleh karena itu kebijakan publik yang dihasilkan DPRD haruslah kebijakan yang

tidak mudah rapuh (kuat), sehingga menjadi penyangga bagi kebijakan negara, dengan

demikian diperlukan kinerja DPRD yang berkualitas. Untuk menjawab masalah

masalah tersebut diatas diperlukan penelitian akademis sehingga hasilnya dapat

dipertanggung jawabkan. Oleh karenanya sebagai variabel dalam penelitian ini penulis

melaksanakan studi pada DPRD Kabupaten Poso, hal ini disebabkan penulis tertarik

dengan pelaksanaan fungsi DPRD yang dirasakan masih belum berjalan secara

maksimal, antara lain :

1. Fungsi legislasi

Fungsi legislasi atau pembentukan peraturan daerah Pembentukan peraturan

daerah pada periode 2014-2019 masih didominasi oleh prakarsa dari pemerintah

daerah.

2. Fungsi Pendapatan

Pendapatan Belum tergalinya secara maksimal pendapatan yang berasal dari

Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama periode 2014-2019 yang perlu

mendapat perhatian, kritik, saran dan pendapat dari DPRD. Kepada pemerintah

daerah.

3. Fungsi pengawasan.

Terdapat Perda yang tergolong tidak efektif dan perlu mendapat perhatian

(pengawasan) dari DPRD untuk dicarikan solusinya, mengingat Peraturan Daerah

merupakan piranti hukum didaerah yang digunakan sebagai landasan untuk

12
melaksanakan jalannya pemerintahan daerah, pelayanan masyarakat dan

pembangunan. Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

pengkajian lebih mendalam terhadap penelitian ini dengan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Kabupaten Poso ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis kinerja DPRD

Kabupaten Poso.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

peningkatan kinerja organisasi sektor publik (DPRD) khususnya DPRD

Kabupaten Poso dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah untuk

mewujudkan good governance.

2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran bagi

DPRD Kabupaten Poso untuk :

a. Memberi masukan yang konstruktif dalam rangka meningkatkan

kinerja DPRD dalam melaksanakan fungsinya baik fungsi legeslasi,

anggaran dan fungsi pengawasan.

b. Memberi sumbangsih pemikiran dalam pengembangan strategi dan

mekanisme peningkatan kinerja DPRD pada masa yang akan datang.

13
14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian dan Tujuan Otonomi Daerah

a. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi atau Automi berasal dari Bahasa Yunani yaitu auto yang berarti

sendiri dan Nomous yang berarti hukum atau peraturan. Otonomi adalah peraturan

sendiri atau mengatur diri sendiri. Dengan pengertian dasar tersebut maka

rumusan Otonomi Daerah dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah:

“Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban Daerah otonom


untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemrintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”
(Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Pasal 1 Ayat 6).
Sedangkan yang dimaksud dengan Daerah Otonom adalah:

“Daerah otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat


hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut parakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia” (Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 1 Ayat 12).

Dari uraian diatas bahwa Otonomi Daerah dapat dipandang sebagai cara

untuk mewujudkan secara nyata penyelenggaraan Pemerintah yang efektif, efesien

14
dan berwibawa yang mewujudakan pelayanan kepada masyarakat dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu Daerah

dalam sistem NKRI.

b. Tujuan Otonomi Daerah

Telah dijelaskan bahwa sebagai konsekuensi atau sesuai amanat dari Pasal

18, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Pemerintah Daerah berwenang untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan

Tugas Pembantuan. Pembagian Otonomi kepada Daerah di arahkan untuk

mempercepat terwujudanya kesejahtraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Daerah di harapkan mampu

meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,

keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi, dan keanekaragamaan

Daerah dalam sistem NKRI.

Agar mampu menjalankan perannya tersebut, Daerah diberikan kewenangan

yang seluas-luasnya di sertai dengan pemberian hak dan kewajiban

menyelanggarakan Otonomi Daerah dalam kesatuan dan sistem penyelenggaran

Pemerintahan negara.

c. Prinsip Otonomi Daerah

Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip Otonomi seluas-luasnya

dalam arti Daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan

Pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintahan yang ditetapkan Undang-

15
Undang. Daerah memiliki kewenangan membentuk kebijakan Daerah untuk

memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahtraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula Prinsip Otonomi yang

nyata dan bertanggung jawab. Prinsip Otonomi yang Nyata adalah suatu prinsip

bahwa untuk menengani urusan Pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,

wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk

tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan suatu

Daerah. Dengan demikian, isi dan jenis Otonomi bagi setiap Daerah tidak selalu

sama dengan Daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan Otonomi yang

bertanggung jawab adalah Otonomi yang dalam penyelenggaraanya harus benar-

benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian Otonomi, yang pada dasarnya

untuk memberdayakan Daerah termasuk meningkatkan kesejahtraan rakyat yang

merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

Selain itu, penyelenggaraan Otonomi Daerah juga harus menjamin

keserasian hubungan antara Daerah dengan Daerah lainnya, artinya mampu

membangun kerjasama antar Daerah untuk meningkatkan kesejahtraan bersama

dan mencegah ketimpangan antar Daerah.

d. Titik Berat Otonomi Daerah

Untuk melaksanakan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab

dan dapat terwujudnya Otonomi yang seluas-luasnya, pelaksanaan pembangunan,

dan pelayanan kepada masyarakat. Maka titik berat Otonomi Daerah perlu

16
diletakan di Kabupaten/Kota yang kedudukannya langsung berhubungan dengan

masyarakat.

Hal tersebut berarti bahwa Kabupaten/Kota merupakan aparat terdepan yang

diberi wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas-tugas rasional

dalam penyelenggaran Pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan

masyarakat sehingga tercipta iklim yang memungkinkan peran aparatur negara

selaku abdi masyarakat mengayomi, meneladani, melayani serta mampu

mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat dalam kegiatan Pemerintahan

pembangunan.

2. Kinerja Organisasi Publik

a. Pengertian Kinerja

Keberhasilan suatu organisasi publik sangat ditentukan oleh kinerja yang

ditujukan oleh organisasi publik sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan misinya.

Oleh karena itu penilaian suatu kinerja terhadap organisasi publik merupakan

suatu yang sangat urgen. Melalui kinerja inilah dapat dilihat, apakah organisasi

publik memenuhi harapan atau tidak kepada para pihak-pihak yang

berkepentingan (stakeholders).

Menurut Tika (2006:212), “Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi


pekerjaan/kegiatan seorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu”.

Menurut Guritno dan Waridin (2005), “Kinerja merupakan


perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang
telah ditentukan”.

17
Menurut Hakim (2006:127) “Mendifinisikan kinerja sebagai hasil
kerja yang dicapai oleh individu dalam suatu perusahaan pada periode
waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar
tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja”.

Agus Dwiyanto (1995:2) Mengemukakan pentingnya memahami atau


melakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan
yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai misinya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat dijelaskan bahwa kinerja

berhubungan dengan bagaimana melakukan suatu pekerjaan dan

menyempurnakan hasil pekerjaan berdasarkan tanggung jawab namun tetap

mentaati segala peraturan-peraturan, moral maupun etika.

Sejalan dengan pengertian diatas, Bernardin dan Rusell (1993:379)


menyebutkan bahwa ; “ Performance is defined as the record of out comes
product on a specified job function or activity during a specified period “.
(Kinerja merupakan tingkat pencapaian/rekor produksi akhir pada suatu
aktivitas organisasi atau fungsi kerja khusus selama periode tertentu).

Konsep dasar kinerja (the basic conceptions of performance) dapat


dilakukan pendekatan melalui the engineering approach defines
performancedan the economic marketplace approace. Kinerja menurut
Engineering approach diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara sumber
daya yang digunakan (input) dengan standar unit-unit kerja yang dihasilkan.
Sedangkan the economic marketplace approach berkaitan dengan tingkat
produksi yang dihasilkan, disesuaikan dengan penggunaan sumber daya
tertentu (Widodo, 2001:207).

Dari beberapa pendapat pakar tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa kinerja adalah hasil seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi

yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam

periode waktu tertentu dan dilakukan secara legal, tidak melanggar hukum serta

sesuai dengan moral dan etika. Dalam konteks DPRD maka kinerja merupakan

pelaksanaan Fungsi, Tugas dan Wewenang, serta Hak yang diberikan kepada

18
anggota dan/atau DPRD pada periode tertentu. Sebagi wakil rakyat DPRD harus

dapat memperhatikan, menampung, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi

rakyat yang diwakili. Sedangkan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

diDaerah maka DPRD harus dapat melaksanakan fungsinya baik fungsi legislasi,

anggaran dan pengawasan, bekerja sama dengan kepala Daerah untuk

mewujudkan cita-cita Otonomi Daerah yakni “ meningkatnya kesejahteraan

masyarakat“.

Apter (1985:230) berpendapat bahwa fungsi pertama Badan Legilatif


dalam semua sistem demokrasi adalah mewakili rakyat, dan fungsi kedua
adalah membuat undang-undang atas nama mereka (rakyat).

Dalam konteks Indonesia, fungsi lembaga legislatif di Daerah (DPRD)

secara eksplisit dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, yakni fungsi legislatif, fungsi anggaran dan fungsi

pengawasan. Dua fungsi (legislasi dan anggaran) menempatkan hubungan

kekuasaan secara horisontal antara DPRD dan Kepala Daerah, sedangkan fungsi

pengawasan menempatkan hubungan kekuasaan yang vertikal di mana DPRD

diberi wewenang untuk mengontrol pelaksanaan tugas-tugas eksekutif dalam

menjalankan tugas-tugas Pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan

pembinaan kemasyarakatan di Daerah. Fungsi legislasi merupakan kewenangan

membentuk Peraturan Daerah (Perda). Implementasi fungsi ini baik DPRD

maupun Kepala Daerah diberi hak untuk mengajukan rancangan Perda guna

dibahas dan mendapatkan persetujuan bersama antara DPRD dan Kepala Daerah.

Dalam prakteknya, sangat jarang ditemuai DPRD menggunakan hak inisiatifnya

mengajukan usul Rencana Perda sebagai bentuk tanggungjawabnya mewakili

19
rakyat menata kehidupan bersama dalam penyelenggaraan Otonomi darerah.

Fungsi anggaran merupakan kewenangan DPRD untuk menetapkan APBD

bersama kepala Daerah. Pelaksanaan fungsi ini dalam bentuk pembahasan

Rancangan APBD bersama Kepala Daerah untuk mendapatkan persetujuan

bersama sehingga melahirkan produk dalam bentuk APBD. Fungsi ini merupaka

bagian dari kebijakan publik yang di desain dalam bentuk program-program

pembangunan dengan pembiayaan APBD yang diarahkan dalam rangka

menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat di Daerah. Rancangan APBD ini selalu

berasal dari pihak Pemerintah (eksekutif) dan belum pernah ditemui usulan yang

berasal dari DPRD. Fungsi pengawasan adalah kewenangan untuk melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan serta kebijakan

yang dilaksanakan Pemerintah Daerah. Secara empirik fungsi ini dijalankan pada

aras pragmatis dan masih jauh dari substansi pengawasan itu sendiri. Pengawasan

(kontrol) pihak DPRD terhadap kebijakan Pemerintah hanya mencapai tingkat

output suatu program dan hampir sulit bagi para anggota DPRD untuk dapat

melakukan analisis kinerja dari suatu program hingga pada taraf out-come bahkan

benefit maupun impact.

b. Pengukuran Kinerja

Bagi organisasi pelayanan publik, Informasi mengenai kinerja tentu sangat

berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu

memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaian

terhadap kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis. Informasi

mengenai kinerja juga penting agar dapat menciptakan tekanan kepada pejabat

20
penyelenggara pelayanan dalam melakukan perubahan perubahan organisasi.

Dengan adanya informasi mengenai kinerja maka benchmarking dengan mudah

dilakukan dan dorongan untuk memperbaiki kinerja bisa diciptakan (Dwiyanto,

2002: 45).

Dalam melakukan penilaian kinerja birokrasi publik itu diperlukan

indikator-indikator. Melalui indikator-indikator tersebut, ukuran kinerja birokrasi

publik menjadi jelas.

Mengikuti pendapat Dwiyanto (2002 : 45), ada 5 (lima) indikator


untuk mengukur kinerja birokrasi publik yakni ; Produksivitas, Kualitas
Layanan, Responsivitas, Responsibilitas, dan Akuntabilitas.

Mirip dengan pendapat tersebut Lenvine mengusulkan 3 (tiga) kriteria


untuk mengukur kinerja organisasi publik, yaitu : Responsivenees,
responsibility dan accountabiliy (dalam Dwiyanto, 1995:7)

Selain dari pada itu menurut Kumorotomo, sebagai mana dikutip oleh
Dwiyanto (2002:500) dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik
mengunakan 4 (empat) kriteria yaitu : Efisiensi, Efektifitas, Keadilan dan
Daya Tanggap.

Selim dan Woodward dalam Nasucha (2004:108) mengemukakan bahwa


ada lima dasar yang bisa dijadikan indikator kinerja sektor publik antara
lain:
a. Pelayanan, yang menunjukkan seberapa besar pelayanan yang
diberikan,
b. Ekonomi, yang menunjukkan apakah biaya yang digunakan lebih
murah daripada yang direncanakan,
c. Efisien, yang menunjukkan perbandingan hasil yang dicapai dengan
pengeluaran,
d. Efektivitas, yang menunjukkan perbandingan hasil yang seharusnya
dengan hasil yang dicapai,
e. Equity, yang menunjukkan tingkat keadilan potensial dari kebijakan
yang dihasilkan.

Sedangkan Keban (1995:6-7) berpendapat bahwa untuk mengukur


kinerja organisasi publik dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu
pendekatan managerial dan pendekatan kebijakan. Dengan asumsi bahwa
efiktifitas dari tujuan organisasi publik tergantung dari kedua kegiatan

21
pokok tersebut, yaitu : Public Management and Polcy (manajemen publik
dan kebijakan).

Seperti diketahui bahwa harapan, tujuan dan misi utama kehadiran

organisasi publik adalah untuk memenuhi dan melindungi kepentingan publik.

Namun demikian masih terdapat keanekaragaman para pakar dalam menentukan

indikator keberhasilan kinerja organisasi publik, sebagai mana disebut diatas.

Dwiyanto (1995:1) telah mengemukakan kesulitan dalam pengukuran


kinerja organisasi publik : “Kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi
publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik seringkali
bukan hanya sangat kabur, tetapi juga bersifat multidemensional”.

Organisasi publik memiliki stakeholders yang jauh lebih kompleks

ketimbang organisasi swasta. Stakeholders organisasi publik seringkali memiliki

kepentingan yang berbenturan antara satu sama lain “. Akibat masih sulitnya

menentukan kriteria kinerja organisasi publik maka; organisasi publik dikatakan

dapat berhasil apabila mampu mewujudkan tujuan dan misinya dalam memenuhi

kepentingan dan kebutuhan publik itu sendiri. Dari kutipan-kutipan diatas, dapat

dilihat bahwa untuk menilai kinerja birokrasi publik/organisasi publik/birokrasi

pelayanan publik dapat digunakan berbagai indikator. Dengan kata lain kinerja

organisasi publik itu dapat dilihat dari berbagai perspektif yang bervariasi.

Berbagai indikator atau parameter pada dasarnya berangkat dari dua hal, yiatu dari

segi pemberi pelayanan (aparat) dan dari pengguna jasa. Kinerja merupakan

konsep yang disusun dari berbagai Indikator, yang sangat bervariasi sesuai dengan

fokus dan konteks penggunaannya.

Mengutip pendapat Dwiyanto (2002:500) dan beberapa pakar yang


disesuaikan dengan konteks penggunaannya maka indikator yang dipakai dalam
mengukur kinerja DPRD Kabupaten Poso adalah produktivitas, responsivitas dan
akuntabilitas :

22
1) Produksivitas
Beberapa konsep produktifitas, antara lain sebagai berikut :
a) Konsep produksivitas menurut Dwiyanto (2002) tidak hanya
mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan.
Produksivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input
dengan output.
b) Dewan Produktivitas Nasional (DPN) mendefinisikan produktivitas
adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.
c) General Accounting Office (GAO), mencoba mengembangkan satu
ukuran produksivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa
besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai
salah satu indikator kinerja yang penting.
2) Responsivitas
Beberapa konsep resposivitas, antara lain sebagai berikut :
a) Menurut Dwiyanto (2002:46) Responsivitas adalah kemampuan
organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun
agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program
program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat resposivitas di sini menujukan pada
keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
b) Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Atik Septi
Winarsih (2005:175) responsivitas adalah kerelaan untuk menolong
dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
c) Lenvinne dalam Ratminto dan Winarsih (2005:175) responsivitas ini
mengukur daya tanggap terhadap harapan, keinginan, aspirasi serta
tuntutan. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator
kerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan
kemampuan organisasi publik menjalankan misi dan tujuannnya,
terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
3) Akuntabilitas.
Beberapa konsep akuntabilitas, antara lain sebagai berikut :
a) Menurut Dwiyanto (2002:57) Akuntabilitas publik menunjukkan
pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk
pada para pejabat politik yang dipilih rakyat. Asumsinya adalah
bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat,
dengan sendirinya akan selalu meresprentasikan kepentingan rakyat.
b) Akuntabilitas menurut Suherman (2007:29) yaitu berfungsinya
seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan sesuai dengan tugas
dan kewenangannya masing-masing.
c) Menurut Mardiasmo (2004:20) Akuntabilitas adalah kewajiban
pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban,
mengajukan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktifitas dan
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi

23
amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut Konsep akuntabilitas publik dapat
digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan
organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

a. Tinjauan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Seperti diketahui bahwa Pemerintah Daerah provinsi, Daerah Kabupaten

dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang anggotanya

dipilih melalui pemilihan umum . Ini berarti dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah juga mengikut sertakan seluruh rakyat untuk mewujudkan

demokrasi dan demokratisasi di Daerah melalui wakil-wakilnya di DPRD. Hal itu

merupakan manifestasi bahwa negara dibentuk berdasarkan suatu perinsip

demokrasi sebagai mana formulasi yang terkenal dari Abraham Lincoln disebut “

The Gettysburg Formula“ yakni “government of the people, for the people“

(Pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat).

Menurut Budiarjo (2005:30) menyebutkan “DPRD adalah lembaga


yang legislate atau membuat peraturan, peraturan perundang undangan yang
dibuatnya mencerminkan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu. Dapat dikatakan
bahwa ia merupakan badan yang membuat keputusan yang menyangkut
kepentingan umum”.

Selanjutnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah mengamanatkan bawah Pemerintah Daerah adalah penyelenggara Urusan

Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD). Dapat juga diartikan bahwa DPRD sebagai salah satu unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah. DPRD berkedudukan sebagai mitra sejajar

dengan Kepala Daerah dalam melaksanakan fungsinya masing masing. Dari

24
beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa : “DPRD

merupakan lembaga perwakilan rakayat yang berada di Daerah dan sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah“. Sebagai lembaga perwakilan rakyat yang

anggotanya dipilih melalui pemilihan umum maka DPRD harus memperhatikan,

menyerap aspirasi masyarakat, mengagregasi kepentingan rakyat, dan

memperjuangkan aspirasi masyarakat dalam proses berPemerintahan dan

bernegara. Sedangkan sebagai Unsur Penyelenggra Pemerintahan Daerah maka

DPRD berkedudukan sebagai mitra sejajar dengan Kepala Daerah. Dan dalam

melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang serta hak DPRD berpedoman pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Fungsi, Tugas dan Wewenang, Serta Hak dan Kewajiban

Anggota DPRD dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Fungsi DPRD memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan

pelaksanaan Pemerintahan yang baik (good governance). Fungsi yang melekat

pada DPRD memberikan kewenangan dan tugas bagi DPRD untuk

menyelenggarakan Pemerintahan bersama kepala Daerah berdasarkan prinsip

saling mengimbangi Cheks and Balance, dengan demikian akan meningkatkan

kepercayaan masyarakat kepada lembaga perwakilan rakyat yang merupakan

repersentase dalam memperjuangkan aspirasi rakyat.

Mengenai fungsi DPRD, menurut Sanit (1985:252) mengatakan bahwa


aktifitas DPRD bertujuan untuk menjalankan fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi perwakilan, melalui fungsi ini badan legislatif membuat kebijakan
atas nama anggota masyarakat yang secara keseluruhan terwakili dalam
lembaga tersebut. Dalam hal ini DPRD bertindak sebagai pelindung
kepentingan dan penyalur aspirasi masyarakat yang diwakilinya.

25
b. Fungsi perundang-undangan, memungkinkan badan legislatif sebagai wakil
rakyat menuangkan kepentingan dan aspirasi aggota masyarakat kedalam
kebijaksanaan formal dalam bentuk undang-undang.
c. Fungsi pengawasan, dimana lembaga legislatif melindungi kepentingan
rakyat, sebab penggunaan pengawasan yang dilandasi fungsi DPRD dapat
mengoreksi semua kegiatan lembaga kenegaraan lainnya melalui
pelaksanaan berbagai hak.
Sedangkan Kaho (2005:78) menyebutkan bahwa DPRD mempunyai dua fungsi,
yakni:
a. Sebagai partner Kepala Daerah dalam merumuskan kebijaksanaan Daerah.
b. Sebagai pengawas atas pelaksanaan kebijaksanaan Daerah yang dijalankan
oleh kepala Daerah Dalam perkembangannya fungsi-fungsi DPRD
mengalami perubahan yang disesuaikan dengan keadaan dan peraturan yang
berlaku, seperti dalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah, diantaranya telah mengatur 3 (tiga) fungsi DPRD
yakni:
1) Fungsi legislasi (Pembentukan Peraturan Daerah). Untuk
penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah
membentuk Peraturan Daerah (Perda), dalam pelaksanaannya DPRD
membahas bersama kepala dearah dan menyetujui atau tidak
menyetujui atas Rancangan Peraturan Daerah, selanjutnya
mengajukan usul Rancangan Peraturan Daerah dan menyusun
program pembentukan Peraturan Daerah bersama kepala Daerah.
2) Fungsi anggaran. Fungsi anggaran diwujudkan dalam bentuk
pembahasan untuk mendapat persetujuan bersama terhadap
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang diajukan oleh kepala Daerah.

Menurut Pasal 41 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Ayat (1). Hak DPRD
dan Hak Serta Kewajiban Anggota DPRD. Untuk menjalankan fungsi, tugas dan
wewenang maka DPRD diberikan hak :
a. Hak interpelasi; adalah Hak DPRD untuk meminta keterangan kepada
kepala Daerah mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan
strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat dan bernegara.
b. Hak angket adalah; Hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap
kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis dan berdampak
luas pada kehidupan masyarakat, Daerah dan negara yang di duga
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat
terhadap kebijakan kepala Daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang
terjadi di Daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau tindak
lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk melaksakan
fungsi, tugas dan wewenang serta hak DPRD, maka anggota DPRD
memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut. Anggota DPRD mempunyai
hak :

26
Menurut Pasal 41 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Ayat (2).
1) Pengajukan Rancangan Peraturan Daerah;
2) Mengajukan Pertanyaan;
3) Menyampaikan Usul dan Pendapat;
4) Memilih dan dipilih;
5) Membela diri;
6) Imunitas;
7) Mmengikuti Orientasi dan Pendalaman Tugas;
8) Protokoler; dan
9) Keuangan dan Administratif.

Menurut Pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Anggota


DPRD mempunyai kewajiban :
1) Memegang Teguh dan Mengamalkan Pancasila;
2) Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) Mempertahankan dan Memelihara Kerukunan Nasional dan Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4) Mendahulukan Kepentingan Negara diatas Kepentingan Pribadi,
Kelompok, dan Golongan;
5) Memperjuangkan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat;
6) Menaati Prinsip Demokrasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah;
7) Menaati Tata Tertib dan Kode Etik;
8) Menjaga Etika dan Norma dalam Hubungan Kerja dengan Lembaga
lain dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
9) Menyerap dan Menghimpun Aspirasi Konstituen melalui Kunjungan
Kerja secara berkala;
10) Menampung dan Menindaklanjuti Aspirasi dan Pengaduan
Masyarakat; dan
11) Memberi Pertanggungjawaban secara Moral dan Politis kepada
Konstituen di Daerah pemilihannya.

Fungsi, Tugas dan Wewenang serta Hak DPRD dan hak serta kewajiban

Anggota DPRD tersebut diatas diberikan kepada DPRD maupun anggota DPRD

sebagai instrument DPRD untuk melaksanakan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah.

B. Defenisi Konsep

Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang penelitian ini bahwa

dengan adanya perkembangan sistem Pemerintahan Daerah maka Otonomi

27
Daerah telah memberikan porsi yang penting kepada peran dan fungsi DPRD

untuk mewujudkan cita-cita Otonomi Daerah yaitu meningkatnya pembangunan

dan Kesejahteraan Masyarakat. Terdapat harapan masyarakat yang tertumpu pada

DPRD merupakan konsekuensi logis yang harus dijawab dan dilakukan oleh

DPRD baik kedudukannya sebagai wakil rakyat maupun kedudukan nya sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Perwujudan cita-cita Otonomi Daerah

tersebut tidak terlepas dari Kinerja DPRD. Peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan Otonomi Daerah yang saat ini diatur dengan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, telah memberi porsi yang

besar terhadap DPRD untuk memainkan perannya baik sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan di Daerah maupun sebagai wakil rakyat di lembaga

DPRD. yang memiliki fungsi Legislasi, Anggaran dan Pengawasan untuk

mewujudkan terpenuhinya aspirasi masyarakat baik kepentingannya dalam bidang

Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan itu sendiri., selanjutnya dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Fungsi Legislasi

DPRD dalam melaksanakan fungsi legislasi berperan sebagai pembuat

kebijakan (policy maker) dan bukan pelaksana kebijakan (policy implementer) di

Daerah. Artinya, antara DPRD sebagai pejabat publik dengan masyarakat sebagai

stakeholders ada kontrak. Menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku,

melalui fungsi legislasi ; Pemerintah (eksekutif) bersama DPRD (legislatif) dapat

membentuk Peraturan Daerah yang merupakan payung hukum di Daerah untuk

melaksanakan dan menggerakkan jalannya roda Pemerintahan, Pembangunan dan

28
Kemasyarakatan. Sehingga dengan adanya peraturan Daerah maka; Pemerintah,

Swasta dan Masyarakat memiliki kepastian hukum untuk melakukan upaya-upaya

yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan.

2. Fungsi Anggaran

Fungsi penganggaran merupakan penyusunan dan penetapan anggaran

pendapatan dan belanja Daerah bersama-sama Pemerintah Daerah. DPRD dalam

menjalankan fungsi ini harus terlibat secara aktif, proaktif, dan bukan reaktif dan

sebagai legitimator usulan APBD ajuan Pemerintah Daerah. Dalam prosesnya

DPRD memiliki peluang yang sangat luas untuk menyampaikan aspirasi mulai

dari dan/atau melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat

desa, tingkat kecamatan hingga tingkat Kabupaten/kota hingga akhirnya sampai

pada tingkat pembahasan RAPBD bersama Pemerintah (eksekutif). Anggaran

Pendapatan Daerah (APBD) adalah rencana Keuangan tahunan Pemerintahan

Daerah yang dibahas dan disetujui bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD.

Didalamnya memuat program-program disertai dengan estimasi biaya yang

diperlukan dalam rangka menggerakan berbagai aspek kepentingan baik

Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. Sebagian masyarakat

berpendapat bahwa pembahasan APBD yang dilakukan oleh DPRD belum

maksimal dan belum berpihak kepada rakyat, disana sini masih banyak aspirasi

pembangunan dari masyarakat yang belum terpenuhi. Oleh karenanya wajar

apabila masyarakat menaruh perhatian kepada kinerja DPRD.

29
3. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen untuk

menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah

ditetapkan serta memastikan tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Fungsi pengawasan ini mengandung makna penting, baik bagi Pemerintah Daerah

maupun pelaksana pengawasan. Bagi Pemerintah Daerah, fungsi pengawasan

merupakan suatu mekanisme peringatan dini (early warning system), untuk

mengawal pelaksanaan aktivitas mencapai tujuan dan sasaran. Sedangkan bagi

pelaksana pengawasan, fungsi pengawasan ini merupakan tugas mulia untuk

memberikan teladahan dan saran, berupa tindakan perbaikan. Fungsi pengawasan

sebagai mana diatur dalam Peraturan Undang-undang yang berlaku adalah

diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap :

a. Pelaksanaan Perda Kabupaten/kota dan peraturan Bupati/wali kota,

b. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait

dengan penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota dan

c. Pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan dari Badan

Pemeriksa Keuangan. Apabila fungsi pengawasan ini dilaksanakan secara

berkualitas maka aspek yang muncul adalah terwujudnya Pemerintah yang

bersih dan berwibawa serta Pemerintahan yang baik (Cland Governance dan

Good Governance). Untuk melaksanakan peran terhadap ke tiga fungsi

tersebut diperlukan kesungguhan dari kinerja DPRD.

30
C. Kerangka Pemikiran

Masyarakat semakin kritis terhadap pelaksanaan dan kebijakan-kebijakan

Pemerintah yang dirasakan tidak mencerminkan keadilan serta keberpihakan

kepada mereka. Sebagai rakyat yang telah memilih wakil-wakilnya untuk menjadi

anggota DPRD pada saat pemilihan umum tentu banyak menaruh harapan agar

anggota DPRD yang terpilih mampu memperjuangkan aspirasinya. Adalah hal

yang patut apabila masyarakat banyak menuntut dan menyuarakan aspirasinya

kepada lembaga legislatif (DPRD) agar dapat berperan memperjuangkan

kepentingan masyarakat dalam pembangunan. Hal tersebut merupakan suatu

konsekwensi logis karena negara dibentuk berdasarkan suatu prinsif demokrasi

sebagai mana formulasi yang terkenal dari Abraham Lincoln disebut “The

Gettysburg Formula “ yakni “Government Of The People, For The People “

(Pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat). DPRD yang memiliki peran ganda

yakni; sebagai wakil rakyat dan unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah

diharapkan mampu melaksanakan fungsinya untuk mewujudkan cita- cita

Otonomi Daerah.

Terdapat tiga fungsi DPRD yang diberikan menurut UU masing-masing

adalah Fungsi Legeslasi, Fungsi Anggaran dan Fungsi Pengawasan. Fungsi-fungsi

inilah yang diperankan oleh DPRD bekerja sama dengan Kepala Daerah untuk

menghasilkan Kebijakan Publik yang baik dan kuat dalam pelaksanaan

Pemerintahan, Pelayananan Masyarakat dan Peningkatan Pembangunan, sehingga

akan terwujud cita-cita Otonomi Daerah yaitu “ Meningkanya Kesejahteraan

31
Masyarakat “ Sejauh mana pelaksanaan kinerja DPRD dalam melaksanakan

fugsinya.

Pada penelitian ini penulis ingin menganalisis kinerja DPRD dalam

kebijakan publik dengan melakukan studi pada DPRD Kabupaten Poso.

Selanjutnya kerangka pemikiran penulis dapat dilihat dari bagan pemikiran seperti

gambar berikut:

Gambar 1

Bagan Kerangka Pikir

Pemerintahan Daerah

Kepala Daerah DPRD

Bagaimana Kinerja DPRD Kab.


Poso di Lihat Dari :

 Sisi Responsivitas

 Sisi Responsibilitas

 Sisi Akutablitas

Hasil

32
D. Pertanyaan Penelitian

1) Bagaimana Kinerja DPRD Kota Poso dalam pelaksanaan fungsi

Legislasi?

2) Bagaimana Kinerja DPRD Kota Poso dalam pelaksanaan

Penganggaran?

3) Bagaimana Kinerja DPRD Kota Poso dalam pelaksanaan fungsi

Pengawasan?

33
34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Perspektif pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, hal ini sessusai dengan tujuan yang hendak dicapai adalah

untuk mengungkapkan kinerja DPRD Kabupaten Poso. Dalam penelitian ini,

penulis ingin melakukan Analisis Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD).

B. Unit Analisis

Untuk melakukan Analisis Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) maka penulis memilih variabel dengan melakukan Studi Kinerja DPRD

Kabupaten Poso untuk itu maka lokasi penelitian ini adalah pada DPRD Kabupaten

Poso Provinsi Sulawesi Tengah.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah diri peneliti sendiri. Dalam hal ini

peneliti bertindak sebagai Perencana, Pelaksana Pengumpulan Data, Melakukan

Analisis, Menafsirkan Data dan akhirnya menjadi Pelopor Hasil Penelitian. Dapat

diartikan bahwa dalam hal ini peneliti menjadi “segalanya” dalam keseluruhan

proses penelitian. Untuk memaksimalkan kemampuan peneliti sebagai instrumen

maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut : melihat dari dekat adanya situasi

baru untuk memperoleh pengalaman, berusaha mewawancarai dan mencatat

34
informasi dari beberapa orang yang dianggap memahami, mencatat situasi dan

kondisi yang terjadi dilapangan (selain wawancara) dan mendokumentasikannya.

Guna membantu kelancaran penelitian dalam melaksanakan keseluruhaan

penelitian, paling utama pada saat pengumpulan data, penelti menggunakan alat

bantu berupa fotografi, dokumen.

Harapan peneliti melalui alat bantu tersebut maka tindakan, perilaku,

informasi, masalah dan segala sesuatu yang terjadi dan berkenaan dengan penelitian

ini dapat memperoleh hasil penelitian yang berkualitas.

Sehubungan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka teknik pemilihan

sumber data (sampel) yang digunakan adalah snow ball, artinya dari seluruh sumber

data, kemudian dipilih dari sumber data tertentu yang dianggap mengerti

permasalahan dan tujuan penelitian. Sumber data yang dipilih tersebut disebut key

informan. Sumber data dalam penelitian ini adalah anggota DPRD periode 2014

2019, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum (konstituen). Diharapkan

informasi yang didapat terus bergulir dan berkembang semakin besar, sehingga

sampai permasalahannya dapat terungkap. Oleh karena itu infoman dalam

penelitian ini adalah orang-orang yang benar-benar tahu atau pelaku yang terlibat

dalam permasalahan penelitian kinerja DPRD Kabupaten Poso periode 2014-2019.

Selanjutnya disajikan tabel personal yang terpilih sebagai key informan sebagai

berikut :

35
Tabel 2
Key Informan

1 Morthen Djaya, SH.MH Anggota Komisi I


2 Herningsih G. Tampai Sekretaris DPRD Kab. Poso
3 Drs. Fredrik Torunde Ketua Baleg DPRD Kab. Poso
- Darmiaty Sigilipu
- Stenly Julianto
4 - Hasan S Masyarakat
- Sulaiman
- Ahas
5 Dr. Syamsu Alam Anggota Komisi III
6 Ardin Pilongo Anggota Komisi II
7 Yohanis B Anggota Baleg
8 Alpius Bagian Hukum
9 Victor Bole Dishubkominfo

Personil yang berada didalam tabel key informan tersebut adalah nama

sumber kunci yang diharapkan dapat memberi informasi yang sesuai dengan fokus

penelitian. Selain informan kunci, personil-personil tersebut juga dimanfaatkan

sebagai informan biasa sehingga akan menambah informasi yang digunakan untuk

melengkapi penelitian.

Alur pemilihan sumber informasi dapat dilihat dalam skema sebagai berikut :

36
Gambar 2
Alur Sumber Informasi

Peneliti

Informan Kunci Informan Kunci Informan Kunci

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

ini, maka pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam

(InDepth-Interview). Teknik wawancara yang digunakan adalah dengan

menggunakan petunjuk umum wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar

tentang proses dan isinya, agar terjaga pokok-pokok dan yang direncanakan dapat

dicapai. Sebagai pelengkap digunakan teknik pengamatan dan dokumentasi. Untuk

menguji keabsahan data atau kebenaran hasil wawancara, pengamatan dan

dokumentasi.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data untuk masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian

ini, digunakan berdasarkan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles

37
dan Huberman (1994). Teknik analisis interaktif ini terdiri dari empat komponen

analisis, yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Adapun siklus dari keseluruhan proses analisis data

digambarkan dalam skema dibawah ini :

Gambar 3
Siklus Proses Analisis Data

38
39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Poso

a. Letak geografis Kabupaten Poso

Secara geografis, Kabupaten Poso terletak di pesisir selatan Teluk Tomini,

berada pada koordinat 1°06’44,892” - 2°12’53,172” Lintang Selatan dan

120°05’96” - 120°52’4,8” Bujur Timur. Kabupaten Poso yang merupakan salah

satu Kabupaten di Pesisir Timur Provinsi Sulawesi Tengah dengan jarak 220 Km

dari Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah (Palu), dapat di lalui dengan menggunkan

angkutan darat dan udara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten

Poso Luas Wilayah Kabupaten Poso adalah 8.712,25 Km2 atau 12,81 persen dari

luas daratan Provinsi Sulawesih Tengah. Secara administrative Kebupaten Poso

terbagi dalam 19 kecamatan yang meliputi 142 Desa dan 28 Kelurahan. Luas

Kecamatan yang tersebar berada pada Kecamatan Lore Barat yaitu 976,37 Km2

atau 11,18% dari luas wilayah Kabupaten Poso, sedangkan Kecamatan yang

luasnya terkecil berada pada Kecamatan Poso Kota yaitu seluas 12,08 Km2 atau

0,14% dari total luas wilayah Kabupaten Poso.

Pada Tahun 1959, berdasarkan UU No. 29 Tahun 1959 Daerah Otonom

Poso dipecah menjadi dua Daerah Kabupaten, yakni Kabupaten Poso dengan

Ibukotanya Poso dan Kabupaten Banggai dengan Ibukotanya Luwuk. Kepala

Pemerintahan atau Bupati pertama ialah R. Pusadan yang memerintah pada Tahun

39
1948-1952. Selanjutnya terjadi pergantian kursi kepemimpinan sebanyak 15 kali,

saat ini dijabat oleh Darmin A. Sigilipu bersama wakilnya Toto Samsuri.

Pemerintah Kabupaten Poso membawa visi: terwujudnya Kabupaten Poso

yang Aman, Damai, Demokratis, Bebas Korupsi, dan Masyarakat Poso yang

Sejahtera, Sehat, Cerdas, produktif yang didukung SDM yang handal dan berdaya

saing pada 2015. Wilayah Administrasi Kabupaten Poso saat ini terdiri dari 19

Kecamatan, yang membawahi 133 desa dan 23 kelurahan.

Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan antara lain

di sektor perkebunan dengan komoditi utama yang dihasilkan berupa Kakao,

Kelapa, Kayu Eboni, Cengkeh, Lada, dan Jambu Mente. Untuk kegiatan pertanian

di Daerah ini tanaman pangan masih menjadi andalan yang utama berupa padi,

tanaman Holtikultura, dan Palawija. Untuk sektor Pariwisata, Pulau Togean yang

semakin ramai dikunjungi wisatawan mancanegara menjadi modal utama

pengembangan wisata bahari, disamping itu terdapat Festival Danau Poso (FDP)

yang pernah menjadi barometer perkembangan pariwisata. Dari hasil pertanian ini

berdampak besar juga terhadap perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata

pencaharian penduduk setelah pertanian. keberadaan infrastruktur berupa jalan

darat yang memadai akan lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi

sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa, Daerah ini juga telah

terdapat Bandara Kasinguncu dan Pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Poso, serta

terdapat berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya sarana Pembangkit

Tenaga Listrik Air (PLTA), Air Bersih dan Jaringan Telekomunikasi.

40
b. Keadaan Demografis

Tabel 3
Keadaan Demografis Kabupaten Poso 2018

No Kecamatan Luas Wilayah Presentase


(Km2) Terhadap Luas
Kabupaten (%)
1Pamona Selatan 399,86 4,58
2Pamona Barat 272,16 3,12
3Pamona Tenggara 487,40 5,58
4Pamona Utara 634,27 7,26
5Pamona Puselemba 540,39 6,42
6Pamona Timur 701,95 8,04
7Lore Selatan 569,49 6,52
8Lore Utara 428,02 4,90
9Lore Tengah 864,61 9,90
10
Lore Barat 976,37 11,18
11
Lore Peore 423,87 4,86
12
Lore Timur 327,87 3,76
13
Poso Pesisir 437,39 5,01
14
Poso Pesisir Selatan 563,06 6,45
15
Poso Pesisir Utara 623,47 7,14
16
Poso Kota 12,08 0,14
17
Poso Kota Utara 20,04 0,23
18
Poso Selatan 27,62 0,32
19
Lage 401,43 4,60
Jumlah 8.712,25 100
Sumber: BPS Kabupaten Poso, 2018

Jumlah penduduk Kabupaten Poso pada Tahun 2016 mencapai 235.567

jiwa. Jumlah ini merupakan hasil proyeksi penduduk berdasarkan hasil Sensus

Penduduk (SP) Tahun 2016. Jumlah penduduk laki-laki mencapai 109.500 jiwa,

sementara jumlah penduduk perempuan 126067 jiwa. Berdasarkan kepadatan

penduduk pada tingkat kecamatan dapat dilihat sebagian besar penduduk terpusat

di Ibukota Kabupaten yaitu sebesar 9,68 persen dengan 22.815 jiwa, diikuti

Kecamatan Poso Pesisir sebesar 9,61 persen dengan jumlah penduduk 22.644 jiwa

dan Kecamatan Pamona selatan sebesar 8,78 persen dengan jumlah penduduk

20.697 jiwa.

41
Berdasarkan akumulasi data pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Poso,

diperoleh jumlah penduduk Kabupaten Poso sebagaimana terlihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4
Jumlah Penduduk Kabupaten Poso 2018

Jumlah Luas Kepadatan


No Kecamatan Desa Kelurahan Penduduk Wilayah Penduduk
(Jiwa) (Km2) Per Km2
1 2 3 4 5 6 7
1 Pamona Selatan 12 - 20.697 399,86 51
2 Pamona Barat 6 - 10.514 272,16 39
3 Pamona Tenggara 9 - 7.293 487,40 15
4 Pamona Utara 7 3 13.755 634,27 22
5 Pamona 8 3 20.249 540,39 37
6 Puselemba 13 - 10.727 701,95 35
7 Pamona Timur 8 - 6.332 569,49 11
8 Lore Selatan 7 - 13.403 428,02 31
9 Lore Utara 8 - 4.532 864,61 5
10 Lore Tengah 6 - 3.164 976,37 3
11 Lore Barat 5 - 3.305 423,87 8
12 Lore Peore 5 - 5.481 327,87 17
13 Lore Timur 13 3 22.644 437,39 52
14 Poso Pesisir 9 - 9.953 563,06 18
15 Poso Pesisir 10 - 17.659 623,47 28
16 Selatan - 7 22.815 12,08 1.888
17 Poso Pesisir Utara - 7 12.451 20,04 621
18 Poso Kota - 5 10.123 27,62 366
19 Poso Kota Utara 16 - 20.470 401,43 51
Poso Kota Selatan
Lage
Jumlah 142 28 235.567 8.712,25 2.705
Sumber: Data Estimasi Penduduk BPS Kabupaten Poso, 2018

Data di atas menunjukkan bahwa Kecamatan dengan jumlah penduduk

terbanyak berada di Kecamatan Poso Kota sebanyak 22.815 jiwa (9,68% dari

penduduk Kabupaten Poso). Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk

sedikit adalah Kecamatan Lore Barat yang berjumlah 3.164 jiwa (1,34 % dari

penduduk Kabupaten Poso).

42
2. Gambaran Umum DPRD Kabupaten Poso

a. Anggotaan DPRD

Keberadaan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Poso

sebagai salah satu simbol demokrasi sebenarnya telah melalui perjalanan sejarah

yang cukup panjang yang dimulai sejak masa penjajahan Belanda sebagai Lembaga

Perwakilan Rakyat sebagaimana yang ada sekarang. Kondisi yang ada dimasa

sekarang tidak dapat dipisahkan dengan berbagai peristiwa yang mendahului

seperti: bentuk Pemerintahan, Sistem Politik, serta berbagai perkembangan sosial

kemasyarakatan yang cenderung lebih dinamis dan kritis dibandingkan dengan

masa-masa sebelumnya.

Pada Pemilu 2014-2019 di Kabupaten Poso terdapat peningkatan jumlah

Anggota DPRD Kabupaten Poso dari 25 orang Anggota menjadi 30 Anggota.

Peningkatan ini disebabkan terdapat jumlah peningkatan jumlah pemilih di

Kabupaten Poso. Anggota DPRD yang berjumlah 30 orang ini merupakan hasil

pemilu yang berasal dari 19 Kecamatan. Dari 19 Kecamatan ini dibagi menjadi 4

Daerah pemilihan (Dapil). Daerah pemilihan 1 terdiri dari Kecamatan Poso Kota,

Poso Kota Utara, Poso Kota Selatan dan Kecamatan Lage. Daerah pemilihan 2

terdiri dari Kecamatan Pamona Utara, Pamona Puselemba, Pamona Barat, Pamona

Timur, Pamona Tengara dan Pamona Selatan. Daerah pemilihan 3 terdiri dari

Kecamatan Lore Peore, Lore Tmur, Lore Barat, Lore Selatan dan Lore Tegah.

Daerah Pemilihan 4 terdiri dari Kecamata Poso Pesisir, Poso Pesisir Selatan dan

Poso Pesisir Utara. Dari 19 Kecamatan ini menghasilkan legislator dari beberapa

partai seperti tabel di bawah ini :

43
Tabel 5
Nama-nama Legislator dan Partai Periode 2014-2019

No Nama Partai
1 Ellen Ester Pelealu DEMOKRAT
2 Drs. Dharma B Pesudo DEMOKRAT
3 Iskandar Lamuka DEMOKRAT
4 Rofiqo S Machmoed DEMOKRAT
5 Hemawan Nggau DEMOKRAT
6 Mariones Biralino DEMOKRAT
7 Ardin Pilongo DEMOKRAT
8 Berkat Megati DEMOKRAT
9 Soeharto Kandar GOLKAR
10 Syarifudin Odjobolo GOLKAR
11 Norma Sinta Kalahe GOLKAR
12 Herlina Lawodi GOLKAR
13 Sahir T Sampeali GOLKAR
14 Darma G Mondolu GERINDRA
15 Hidayat Bungasawa GERINDRA
16 Yohanis Bando GERINDRA
17 I Ketut Suano GERINDRA
18 Yames Salarupa PKPI
19 Fredrik Torunde PDI PERJUANGAN
20 Yus Ama PDI PERJUANGAN
21 Markus Lolo PDI PERJUANGAN
22 Muhaimin PAN
23 Dewa Nyoman Ariebowo PAN
24 Amir Kusa PKS
25 Usman Abdukarim PKS
26 Dr. Syamsu Alam NASDEM
27 Sugeng Sunaryo NASDEM
28 Gafar Patu HANURA
29 Abram Badilo HANURA
30 Baharudin Sapi’i PPP
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018

Anggota DPRD Kabupaten Poso yang terpilih ini merupakan Anggota Partai

Politik peserta pemilu yang terpilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Anggota

DPRD Kabupaten Poso pelantikannya ditetapkan dengan Keputusan Gubernur

Sulawesi Tengah Nomor 526 Tahun 2009, tanggal 8 September 2009 sebagai Wakil

44
Pemerintah Pusat dan bertindak atas nama Presiden berdasarkan usul Bupati sesuai

Laporan Hasil Rekapitulasi perolehan suara oleh KPUD Kabupaten Poso. Sebelum

memangku jabatan, Anggota DPRD ini harus mengucapkan sumpah/janji yang

dipandu oleh Ketua atau Wakil Ketua Pengadilan sesuai dengan tingkatan dalam

rapat Paripurna DPRD yang bersifat istimewa.

b. Pembentukan Pimpinan DPRD

Anggota DPRD terpilih selanjutnya disumpah dengan Pimpinan belum

terbentuk, maka DPRD dipimpin oleh Pimpinan sementara dengan tugas pokok

memimpin rapat-rapat DPRD, memfasilitasi pembentukan fraksi, menyusun

rancangan Peraturan Tata tertib DPRD, dan memproses pemilihan Pimpinan

definitif. Pimpinan sementara berasal dari dua partai politik yang memperoleh kuris

terbanyak pertama dan kedua di DPRD untuk menduduki jabatan Ketua dan Wakil

Ketua yang ditentukan secara musyawarah oleh wakil partai politik bersangkutan

yang ada di DPRD. Jika tidak terdapat kata kesepakatan maka ditetapkan seseorang

yang tertua dan termuda usianya dari partai politik yang bersangkutan.

Selanjutnya calon Pimpinan DPRD yang akan ditetapkan secara definitif

diusulkan oleh fraksi. Fraksi yang berhak mengajukan calon Pimpinan DPRD

ditentukan berdasarkan perolehan suara terbanyak hasil pemilihan umum.

Pemilihan Pimpinan DPRD dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan

adil. Pimpinan DPRD berhenti atau diberhentikan dari jabatannya karena :

1) Meninggal dunia;
2) Mengundurkan diri atas perrnintaan sendiri secara tertulis;
3) Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
sebagai Pimpinan DPRD;
4) Melanggar kode etik berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Kehorrnatan DPRD;

45
5) Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman
hukuman serendah-rendahnya 5 Tahun penjara;
6) Ditarik Keanggotaannya sebagai Anggota DPRD oleh partai politiknya.
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018

Pemberhentian Pimpinan DPRD untuk tingkat Provinsi diresmikan dengan

Penetapan Keputusan Menteri Dalam Negeri, sedangkan untuk Pimpinan DPRD

Kabupaten/Kota diresmikan dengan penetapan Keputusan Gubemur yang masing-

masing atas nama Presiden. Pengisian Pimpinan DPRD yang diberhentikan dipilih

dari dua orang calon yang diusulkan oleh fraksi asal Pimpinan DPRD yang

diberhentikan.

c. Kedudukan, Tugas dan Kewajiban Fraksi DPRD


1) Kedudukan Fraksi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, 3 partai yang memperoleh 1
fraksi yaitu partai Golkar, Demokrat dan PDI-P dan yang lainnya
merupakan fraksi gabungan beberapa partai. Partai golkar berjumlah
5 orang, Partai Demokrat berjumlah 8 orang dan PDI-P berjumlah 3
orang. Dari tabel 4.3, fraksi Sintuwu Maroso terdiri dari 5 kursi
yakni partai Hanura 2 kursi, partai Nasdem 2 kursi dan PPP 1 kursi.
Fraksi Keadilan terdiri dari 9 kursi yakni partai Gerindra 4 kursi,
PKS 2 kursi, PAN 2 kursi dan PKPI 1 kursi.
Selanjutnya kedudukan fraksi-fraksi di DPRD adalah sebagai
berikut :
a) Setiap Anggota DPRD adalah Anggota salah satu fraksi;
b) Nama dan susunan Pimpinan fraksi ditentukan oleh masing-
masing Dewan Pimpinan Partai Tingkat Provinsi atau
Kabupaten/Kota dan dilaporkan kepada Pimpinan DPRD;
c) Nama dan susunan fraksi gabungan ditentukan oleh
kesepakatan fraksi yang bergabung dan dilaporkan kepada
Pimpinan DPRD;
d) Susunan dimaksud ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan
DPRD;
(Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018)

2) Kedudukan Fraksi
Adapun tugas dan kewajiban fraksi yang ada di DPRD adalah
sebagai berikut:
a) Merumuskan dan menyalurkan hal-hal yang menjadi
kebijakan partai politiknya;

46
b) Menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi Anggota
masing-masing fraksinya;
c) Menentukan dan mengatur segala yang menyangkut urusan
fraksi masing-masing;
d) Meningkatkan kemampuan, disiplin, tanggung jawab,
motivasi, kerjasama, efisiensi dan efektivitas kinerja bagi
para Anggota DPRD dalam menjalankan tugas yang
tercermin di setiap kegiatan DPRD;
e) Menetapkan setiap Anggotanya dalam penugasan di
komisikomisi dan panitia-panitia;
f) Melakukan pengawasan terhadap kehadiran dan kinerja
Anggotanya dalam setipa kegiatan DPRD;
g) Fraksi-fraksi dapat memberikan pertimbangan kepada
Pimpinan DPRD mengenai hal-hal yang dianggap perlu di
bidang tugas DPRD, baik diminta atau tidak;
h) Dalam melakukan tugas, fraksi mendapat bantuan sarana dan
dukungan teknis administratif dari Sekretariat DPRD. Tugas
Anggota DPRD dalam menjalankan fungsinya, diantaranya
melalui konsultasi publik yang dilakukan pada masa sidang
memberi peran penting pada komisi-komisi sesuai
bidangnya untuk merespon aspirasi masyarakat, baik yang
diaspirasikan langsung ke DPRD maupun ketika DPRD
melakukan kunjungan kerja ke Lembaga Pemerintah Daerah
untuk mencari informasi berkaitan dengan aspirasi
masyarakat yang disalurkan melalui DPRD.
(Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018)

d. Komisi-Komisi DPRD

Komisi sebagai alat kelengkapan DPRD bersifat tetap dan dibentuk oleh

DPRD pada awal masa jabatan keAnggotaan DPRD. Setiap Anggota DPRD kecuali

Pimpinan DPRD wajib menjadi Anggota kornisi dan jika terjadi perpindahan antar

kornisi hanya dapat dilakukan atas dasar usul dari fraksinya yang diputuskan dalam

rapat Paripurna DPRD.

DPRD Kabupaten Poso mernpunyai 3 Komisi yaitu Komisi I yang

mernbidangi Hukum dan Pernerintahan, Komisi II yang mernbidangi Ekonomi dan

47
Keuangan, dan Komisi III yang membidangi Pembangunan dan Kesejahteraan

Rakyat. Adapun uraian tugas komisi dapat dilihat dalarn tabel-tabel berikut ini :

Tabel 6
Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi I DPRD Kabupaten Poso

No Jumlah Anggota Keduduka Dalam Komisi Bidang Tugas Komisi


1. 10(sepuluh) Ketua Bidang Hukum dan
orang Wakil Ketua Pemerintahan meliputi:
Seketaris Bidang Hukum,
Anggota 7 orang Perundang-undangan,
Ketertiban Umum,
Kependudukan dan
CaTatan Sipil, Penerapan
dan Pers, Kepegawaian
dan Aparatur, Perizinan,
Sosial, Politik, Organisasi
Masyarakat, Kebudayaan,
Pertanahan, Kerjasama
Intemasional, Pendidikan,
Kesehatan,
Ketenagakerj aan,
Transmigrasi, Aset
Daerah, Agama, KB dan
Pemberdayaan Wanita.
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018

Berdasarkan tabel di atas, Komisi I terdiri dari beberapa partai yang

mewakili dan mempunyai keberagaman pendidikan. Partai Hanura 1 orang yaitu

Ketua Komisi, sedangkan PKS 1 orang, PPP 1 orang, PDIP 2 orang, Demokrat 2

orang, Partai Gerindra 2 orang, Golkar 1 orang.

Selanjutnya Jumlah Anggota dan kewenangan Komisi II terlihat dalam tabel

berikut ini:

48
Tabel 7
Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi II DPRD Kabupaten Poso

No Jumlah Anggota Kedudukan Bidang Tugas Komisi


Dalam Komisi
1. 10 (sepuluh) Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan
orang Wakil Ketua meliputi: Bidang Perdangangan,
Seketaris Perindustrian, Pertanian,
Anggota 7 orang Perikanan, Petemakan,
Perkebunan, Kehutanan,
Ketahanan Pangan,
Logistik, Koperasi dan
UKM, Perpajakan,
Retribusi, Perbankan,
Badan Usaha Milik
Daerah, Penanaman
Modal, dan Dunia Usaha,
serta Perhubungan dan
Pariwisata.
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018

Berdasarkan tabel diatas, Komisi B terdiri dari beberapa partai yang masing-

masing diwakili oleh PKPI 1 orang, sedangkan Partai Demokrat 3 orang, Partai

NASDEM 1 orang, PDIP 1 orang, Partai Golkar 2 orang, PAN 1 orang dan Partai

Gerindra 1 orang. Untuk Komisi III, Jumlah Anggota dan Kewenangannya dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 8
Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi III DPRD Kabupaten Poso
No Jumlah Kedudukan Bidang Tugas Komisi
Anggota Dalam Komisi
1. 10 (sepuluh) Ketua Bidang Pembangunan dan
orang Wakil Ketua Kesejahteraan Rakyat meliputi:
Seketaris Bidang Pekerjaan Umum,
Anggota 7 orang Tata Kota, Pertamanan,
Kebersihan, Sosial,
Pertambangan dan Energi,
Perumahan Rakyat,
Lingkungan Hidup,
Kepemudaan dan Olahraga.
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018

49
Berdasarkan tabel diatas, Komisi III terdiri dari PKS 1 orang, Partai

HANURA 1 orang, Partai Golkar 2 orang, Partai Nasdem 1 orang , Demokrat 3

orang, PAN 1 orang dan Patai GERINDRA I orang.

Selanjutnya tugas Komisi-komisi secara terperinci sebagai berikut:

1) Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan NKRI


dan Daerah;
2) Melakukan pembahasan terhadap rancangan PERDA dan rancangan
Keputusan DPRD;
3) Melaksakan pengawasan terhadap pembangunan, Pemerintahan, dan
kemasyarakatan sesuai dengan bidang komisi masing-masing;
4) Membantu Pimpinan DPRD dalam mengupayakan penyelesaian masalah
yang disampaikan oleh Kepala Daerah dan masyarakat kepada DPRD;
5) Menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi
masyarakat;
6) Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di Daerah;
7) Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan
Pimpinan DPRD;
8) Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat;
9) Mengajukan usul kepada Pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang
lingkup bidang tugas masing-masing komisi;
10) Serta memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil
melaksanakan tugas komisi.
(Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018)

3. Tugas dan Wewenang DPRD Kabupaten Poso

Berdasarkan Pasal 1 butir keempat UU Nomor 9 Tahun 2015 disebutkan

bahwa: "Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD

adalah Lembaga Perwakilan rakyat sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah". Pasal tersebut menunjukkan bahwa DPRD mempunyai kedudukan

yakni sebagai wakil rakyat dan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah. Kedua kedudukan tersebut dalam prakteknya seringkali menimbulkan

konflik kepentingan yang mempersulit posisi DPRD. Menurut UU Republik

Indonesia Nomor 17 Tahun 2014.

50
a. Membentuk Peraturan Daerah bersama Bupati;
b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan Peraturan Peraturan
Daerah mengenai APBD yang diajukan oleh Bupati;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah dan
APBD;
d. Mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Bupati dan Wakil
Bupati kepada Mentri dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan
pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;
e. Memilih Wakil Bupati dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Bupati;
f. Memberikian pendapat dan pertimbanagan kepada Bupati terhadap rencana
perjanjian Internasional di Daerah;
g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama Internasional yang
dilakukan oleh Bupati;
h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
i. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan Daerah lain
atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah;
j. Mengupayakan terlaksananya kewajiban Daerah sesuai dengan ketenteuan
Peraturan perundang-undangan; dan
k. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
Peraturan perundang-undangan.

DPRD sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah mempunyai peran

dalam membuat kebijakan berupa pengaturan dalambentuk Peraturan Daerah

(Fungsi Legislasi atau lebih tepat disebut sebagai fungsi pengaturan), fungsi

Anggaran dan fungsi pengawasan politik. Sebagai wakil rakyat, DPRD mempunyai

fungsi mewakili kepentingan masyarakat apabila berhadapan dengan pihak

Eksekutif maupun pihak lain (Daerah yang lebih tinggi tingkatannya atau

Pemerintah pusat, serta fungsi advokasi yakni melakukan agregasi aspirasi

masyarakat.

4. Rapat-Rapat Yang Dilakukan DPRD

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebelum mengambil suatu keputusan atau

membuat suatu Peraturan dapat mengadakan rapat Anggota, adapun rapat yang

sering dilakukan adalah sebagai berikut :

51
a. DPRD mengadakan rapat secara berkala paling sedikit 3 (tiga) kali dalam
satu Tahun.
b. Kecuali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas permintaan sekurang-
kurangnya 1/5 (satu per lima) dari jumlah Anggota DPRD atau atas
permintaan Kepala Daerah, DPRD dapat mengundang Anggotanya untuk
mengadakan rapat selambat lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan setelah
permintaan itu diterima.
DPRD mengadakan rapat atas undangan Ketua DPRD.
(Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018)

Adapun jenis rapat DPRD terdiri dari :

a. Rapat Paripurna merupakan rapat Anggota DPRD yang dipimpin oleh


Ketua dan Wakil Ketua dan merupakan forum tertinggi dalam
melaksanakan wewenang dan tugas DPRD antara laim untuk menyetujui
rancangan Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah dan menetapkan
Keputusan DPRD.
b. Rapat Paripurna Istimewa merupakan rapat Anggota DPRD yang dipimpin
oleh Ketua dan Wakil Ketua untuk melaksanakan suatu acara tertentu
dengan tidak mengambil keputusan.
c. Rapat kerja merupakan rapat antara DPRD I Panitia Anggaran I komisi I
gabungan komisi I panitia khusus dengan Kepala Daerah atau Pejabat yang
ditunjuk.
d. Rapat dengar pendapat merupakan rapat antara DPRD I Panitia Anggaran I
komisi I gabungan komisi I panitia khusus dengan Lembaga I badan I
Organisasi kemasyarakatan.

DPRD mengatur Tata cara setiap jenis rapat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 45 disesuaikan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yaitu

Peraturan-Peraturan yang tertkait dengan susunan dan kedudukan DPRD maupun

yang terkait dengan Pelaksanaan Otonomi Daerah lainnya. Misalnya, dalam

Peraturan perundang undangan yang terkait dengan Tata cara pemilihan,

pengesahan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diatur

tentang rapat Paripurna khusus tingkat pertama dan rapat paripurna khusus tingkat

kedua. DPRD mengatur Tata cara rapat Paripurna seperti ini sesuai kebutuhan

pokoknya, yaitu pada saat pemilihan Kepala Daerah.

52
B. Hasil Penelitian

1. Kinerja DPRD Kabupaten Poso

Kebijakan Otonomi Daerah yang sedang dijalankan telah memberikan

peluang yang sangat besar bagi penguatan fungsi Lembaga Legislatif Daerah. Hal

ini sejalan dengan semangat untuk melaksanakan demokratisasi dalam aspek

Pemerintahan. Kondisi ini sangat kontradiktif dengan pengalaman sebelumnya,

dimana DPRD diletakkan setingkat lebih rendah dari Kepala Daerah. Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 memberikan kewenangan yang sangat besar bagi

DPRD, mulai dari pembuatan Peraturan Daerah yang dibahas dengan Kepala

Daerah untuk mendapat persetujuan bersama, menetapkan APBD, mengusulkan

pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kepada

Presiden melalui Gubernur sampai dengan memberikan persetujuan terhadap

rencana kerjasama antara Daerah dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat

dan Daerah. Tentu saja hal ini berimplikasi sangat luas, terlebih karena pengalaman

kita didalam berdemokrasi sangat terbatas, bahkan tidak jarang DPRD seringkali

dihujat karena keterlibatannya dalam tindakan-tindakan yang tidak sepantasnya

sesuai dengan etika politik dan Pemerintahan.

Sebagai konsekuensi dari kebijakan Otonomi Daerah yang didasarkan pada

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, maka penyelenggaraan Pemerintahan di

Daerah dijalankan secara demokratis, artinya dalam lingkup Daerah pun

masyarakat perlu dilibatkan dalam proses pembuatan dan penentuan kebijakan

Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, DPRD sebagai salah satu unsur Pemerintahan

Daerah otonom menjadi penting keberadaannya dalam membangun Pemerintah

53
Daerah yang demokratis. Dalam konteks penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah,

posisi Legislatif Daerah menjadi sangat strategis di era sekarang ini, karena ketika

Daerah diberi tanggung jawab untuk mengurus rumah tangganya sendiri (Otonomi

Daerah), maka Legislatif lokallah yang memproduksi sekaligus mengendalikan

berbagai kebijakan yang diperlukan dan atau tidak diperlukan.

Berdasarkan rekapitulasi keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan

oleh DPRD Kabupaten Poso bersama Pemerintah Daerah periode 2014-2019

menjadi Peraturan Daerah yang merupakan produk Fungsi Legislasi dapat dilihat

dalam tabel berikut :

Tabel 9
Jumlah Usulan dan Keputusan Perda Kabupaten Poso Periode 2014-2019

No Tahun Usulan Keputusan


1 2014 10 9
2 2015 19 17
3 2016 19 14
4 2017 8 8
5 2018 11 10
Sumber: Bagian Hukum Setda Kab. Poso, 2018

Peraturan Daerah inisiatif DPRD yang sudah diputuskan Tahun 2014-2018

yang dapat dilihat dalam Tabel berikut ini :

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Tahun 2014

1. Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekertariat
Daereh dan Sekertariat DPRD.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah.

54
4. Perda Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan bentuk Hukum Perusahaan
Daerah Kabupaten Poso menjadi Perseroan Terbatas Lembamposo Global
Mandiri.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pembentukan Perseroan terbatas
Sumomba Jaya.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanan
APBD Kabupaten Poso 2013.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perubahan APBD Kabupaten Poso
Tahun Anggaran 2014.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Matiandaya.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2015.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Tahun 2015

1. Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian
Wilayah Perkotaan Poso 2015-2035.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian
Wilayah Perkotaan Tentena 2015-2035.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2015 tentang Jaminan Pelayanan Kesehatan.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pembinaan Jasa Konstruksi.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Rabies.
10. Perda Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penertiban Ternak.
11. Perda Nomor 11 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Poso Nomor 38 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

55
12. Perda Nomor 12 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Poso Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah.
13. Perda Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Poso Nomor 5 Tahun 2009 tentang Badan Penanggulangan
Bencana Daerah.
14. Perda Nomor 14 Tahun 2015 Tahun tentang Perubahan kedua atas Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Poso.
15. Perda Nomor 15 Tahun 2015 tenang Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Poso
Tahun Anggaran 2014.
16. Perda Nomor 16 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2015.
17. Perda Nomor 17 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2016.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016

1. Perda Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala Desa.


2. Perda Nomor 2 Tahun 2016 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Poso.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2016 tentang Penyelengaraan Kepariwisataan.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Penyelengaraan Administrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pencabutan Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Daerah Rumah Sakit Umum
Matiandaya.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2016 tentang Dana Siap Pakai Pada Keadaan Darurat
Bencana.

56
7. Perda Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanggulangan,
Penyalahgunaan dan Peredaran Nelap Narkotika, Psikotropika dan Bahan
Adiktif.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Poso.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2016 tentang Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Poso
Tahun Anggaran 2015.
10. Perda Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2016.
11. Perda Nomor 11 Tahun 2016 tentang atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2016 tentang Penyertaan Modal Pemeintah Daerah pada Perusahaan Air
Minum Kabupaten Poso.
12. Perda Nomor 12 Tahun 2016 tentang Urusan Pemerintahan Daerah.
13. Perda Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah.
14. Perda Nomor 14 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2017.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Tahun 2017

1. Perda Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Daerah
Nomor 7 Tahun 2011 tentang retribusi jasa umum.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pemberdayaan Koperasi dan Usaha
Mikro.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Aggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangkah Menegah
Kabupaten Poso Tahun 2016-2021.

57
5. Perda Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Keuangan dan
Administrasi Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Poso.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Kabupaten Poso Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2017.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2017 tentang Badan Permusyawaratan Desa.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Tahun 2018

1. Perda Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian


Perangkat Desa.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2018 tentang Ketertiban Umum.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pengendalian Ternak Sapi dan Kerbau
Betina Produktif.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pernyataan Modal pada Perseroan
terbatas Sarana Penjamin Provinsi Sulawesi Tengah.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun
Anggaran 2017.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pertanggungjawaban Modal
Pemerintah Daerah pada PDAM.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2018 tentang Metrologi Legal.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2018.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2018 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha.
10. Perda Nomor 10 Tahun 2018 tentang Retribusi Perijinan tertentu.

Disamping menghasilkan Perda, DPRD Kabupaten Poso menerbitkan

Keputusan. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jika dijalankannya fungsi

58
Iegislasi oleh DPRD, kebijakan-kebijakan Pemerintah akan lebih mencerminkan

kehendak rakyat di Daerah melalui aspirasi yang disampaikan masyarakat kepada

DPRD. Dalam prakteknya fungsi pembuatan Peraturan ini berjalan sebagaimana

mestinya.

Terkait dengan hasil temuan jumlah Perda dan Keputusan DPRD dalam

tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa kinerja DPRD dalam menjalankan

Fungsi Legislasinya sudah optimal. Seharusnya sebagai Lembaga Legislatif yang

mempunyai fungsi utama di bidang legislasi, DPRD Kabupaten Poso lebih banyak

memberikan kontribusi dalam penyusunan raperda. Hal ini sudah sesuai dengan

pendapat Keban (1995:7) yang mengatakan untuk mengukur kinerja DPRD dilihat

dari pendekatan kebijakan, yaitu seberapa jauh kebijakan yang ditetapkan telah

secara efektif memecahkan masalah publik. Artinya apakah kebijakan yang

dihasilkan DPRD dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan memecahkan

masalah publik dengan tepat. Pendapat tersebut menggambarkan ukurun kinerja

DPRD dilihat dari produk kebijakan yang dihasilkan sebab keterlibatan DPRD

dalam penyelenggaraan Pemerintahan lebih pada "policy making". Pendapat ahli

lainnya mengenai fungsi pembuatan kebijakan, Marbun (1990) menyatakan bahwa

ini merupakan fungsi utama dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai badan

legsilatif. Melalui pembuatan undang-undang atau Peraturan-Peraturan yang

dihasilkan oleh DPRD menjadi ukuran kemampuan DPRD itu sendiri dalam

menjalankan fungsinya serta menjamin eksistensinya. Oleh karena itu, jika dilihat

dari data di atas, Perda yang dihasilkan merupakan Perda rutinitas dan amanat dari

Peraturan perundang-undangan dan perda yang berpihak pada kebutuhan

59
masyarakat diDaerah. Disamping itu, dalam penyusunan raperda diharapkan

kontribusi DPRD Kabupaten Poso sebanding dengan Pemerintah Daerah.

2. Pengukuran Kinerja DPRD Kabupaten Poso

Berdasarkan penjelasan pada Bab sebelumnya, dan untuk menjawab

pertanyaan penelitian ini, dalam menilai kinerja DPRD Kabupaten Poso dalam

Pelaksanaan Fungsi Legislasi, maka ada beberapa indikator yang dapat digunakan

dan dapat menjelaskan sebagai berikut :

a. Responsivitas

Responsivitas disini akan diukur dari kemampuan DPRD Kabupaten Poso

untuk lebih tanggap dan bisa memahami kondisi yang berkembang dan apa yang

menjadi proritas untuk ditangani sesuai dengan aspirasi masyarakat yang sedang

berkembang. Responsivitas dimasukkan sebagai sebagai salah satu indikator karena

secara langsung kemampuan Anggota DPRD dalam menjalankan misi dan tujuan

yang diembannya, khususnya menjalankan fungsi sebagai Lembaga Legislatif

Daerah yang berfungsi menjembatani masyarakat atau antara kelompok tersebut

dengan Pemerintah Daerah.

Dalam operasionalisasinya, responsivitas Lembaga Legislatif dijabarkan

melalui kemampuan Organisasi Lembaga DPRD untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan

program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat. Responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan

Organisasi DPRD untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini,

Responsivitas DPRD adalah kemampuan DPRD untuk membuat kebijakan secara

60
cepat dan tepat, program dan kegiatan yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi

dan kebutuhan yang diinginkan masyarakat.

Terkait dengan bagaimana kinerja DPRD Kabupaten Poso Periode 2014-

2019 dalam merespon kondisi yang berkembang di masyarakat dan tindakan yang

telah dilakukannya dalam menjalankan fungsi utama sebagai Lembaga Legislatif,

dapat digambarkan melalui beberapa pernyataan Anggota DPRD mewakili keadaan

yang terjadi. Hasil wawancara dengan Anggota Komisi I (Morthen Djaya, SH.MH)

yang mengatakan bahwa:

"Kalau menurut hasil pengamatan, DPRD selalu merespon terhadap aspirasi yang
disampaikan masyarakat terbukti pernah kita memanggil Eksekutif untuk dengar
pendapat tentang aspirasi tersebut dan bahkan jika memungkinkan DPRD
langsung mengadakan kunjungan kerja ke tempat timbulnya aspirasi masyarakat
tersebut. Sebagai contoh pernah kita minta pendapat kepada Dinas Pendidikan
tentang aspirasi para guru berkaitan dengan tunjangan Daerah terpencil yang
tidak merata ". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut disampaikan tentang bagaimana DPRD menampung aspirasi rakyat:

"Cukup baik, terutama pernah memanggil Dinas Pendidikan untuk dengar


pendapat tentang kasus yang disampaikan para guru kepada DPRD Kabupaten
Poso, kemudian juga DPRD sering mengadakan kunjungan kerja ke masing-
masing Kecamatan dan Desa". (wawancara, Juli 2018).

Berdasarkan hasil observasi di DPRD Kabupaten Poso, berikut ditampilkan

audiensi atau penyampaian aspirasi yang pernah diterima oleh DPRD Kab. Poso:

Tabel 10
Jumlah Audensi Masyarakat ke DPRD Kab. Poso Periode 2014-2019

No Tahun Jumlah Tindak Lanjut dengan Keteragan


Perda
1 2014 5 3 Aspirasi Masyarakat
2 2015 4 4 Aspirasi Masyarakat
3 2016 6 4 Aspirasi Masyarakat
4 2017 8 3 Aspirasi Masyarakat
5 2018 5 3 Aspirasi Masyarakat
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso, 2018

61
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam usaha menanggapi dan

merespon aspirasi masyarakat, DPRD Kabupaten Poso sudah berjalan baik.

Berdasarkan temuan dokumentasi, bahwa sebagai tindak lanjut dari audiensi

masyarakat dari Tahun 2014-2018, maka DPRD Kabupaten Poso mengusulkan 3

(tiga) raperda inisiatif yang realisasi pembahasan dan penetapannya pada Tahun

2014.

Ketika data audiensi masyarakat tersebut disampaikan kepada Sekretaris DPRD,


(Herningsih G. Tampai) beliau mengatakan bahwa :

''Dalam hal menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, DPRD sudah


berjalan baik, namun terkadang aspirasi yang disampaikan masyarakat sifatnya
hanya insidentil pada satu kasus, sehingga hal tersebut tidak semuanya dapat
ditindak lanjuti oleh DPRD dalam bentuk kebijakan Daerah yang dituangkan
dalam perda ". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut Sekretaris DPRD mengatakan :

"Selain berdasarkan aspirasi masyarakat yang disampaikan secara langsung ke


Kantor DPRD, untuk menjaring aspirasi masyarakat, Anggota DPRD juga turun
langsung ke Kecamatan di Dapilnya masing-masing melalui kegiatan Reses.
Adapun Reses dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu Tahun ". (wawancara, Juli
2018)

Ketika pernyataan ini dikonfirmasikan kepada masyarakat, masalah ini dapat


diketahui dari pernyataan masyarakat (Ibu Darmiaty Sigilipu) berikut ini bahwa :

"Aspirasi yang kami sampaikan kepada DPRD tidakjuga hanya dilakukan dengan
cara datang audiensi ke kantor DPRD, akan tetapi pada saat Anggota DPRD Reses
ke Kecamatan dan juga pada Musrenbang di Tingkat Kecamatan, dimana Anggota
DPRD biasanya hadir pada masing-masing Dapilnya ". (wawancara, Juli 2018)

Tabel berikut menunjukkan jadwal masa Reses Anggota DPRD Kabupaten Poso
dalam 1 Tahun:

62
Tabel 11
Jadwal Masa Reses DPRD dalam 1 Tahun

No Masa Reses Bulan


Masa Reses dalam 1 Tahun 3 kali Pelaksanaan 1. Bulan Mei
2. Bulan Agustus
3. Bulan Desember
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso 2018

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa masa Reses I dilakukan pada

bulan Mei yaitu pada saat Musrenbang di Tingkat Kecamatan. Reses ini dilakukan

untuk menjaring aspirasi masyarakat atau konstituen pada Dapil masing-masing

dengan tujuan menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) pada Tahun

Anggaran berikutnya. Biasanya Reses ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan

Musrenbang di tingkat Kecamatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

mealalui leading sektornya yaitu Bappeda. Pada saat Musrenbang ini diharapkan

Anggota DPRD berdasarkan Dapilnya masing-masing hadir. Reses II pada bulan

agustus biasanya dilakukan dengan tujuan untuk menjaring aspirasi masyarakat

yang akan diusulkan pada saat Perubahan APBD Tahun berkenaan. Reses tahap III

pada bulan Desember dilakukan untuk menampung aspirasi masyarakat yang akan

diusulkan dan dimasukkan dalam penyusunan APBD tahun berikutnya, yang

biasanya pembahasan APBD pada bulan Oktober dan November.

Berdasarkan pada beberapa pernyataan di atas dan temuan di lapangan,

dapat diketahui bahwa sikap Anggota DPRD dalam merespon dan menindaklanjuti

aspirasi dari masyarakat sudah berjalan baik yaitu dilakukan dengan cara kunjungan

kerja atau Reses, Musrenbang dan juga dapat berupa penyampaian aspirasi atau

unjuk rasa masyarakat langsung ke kantor DPRD Kabupaten Poso. Diantara

63
beberapa aspirasi masyarakat sebagian juga telah ditindak lanjuti dengan Peraturan

Daerah yang dibahas bersama Pemda.

Untuk menjelaskan lebih jauh bagaimana dimensi responsivitas, selama

satu periode (2014-2019) DPRD Kabupaten Poso telah mengusulkan 3 (tiga)

Raperda, lantas apakah raperda tersebut sudah sesuai dengan aspirasi dan

kebutuhan masyarakat Kabupaten Poso serta menjadi skala prioritas DPRD dan

Pemerintah Daerah dalam penyusunan dan pembahasannya.

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan Ketua Baleg (Bapak Drs.

Fredrik Torunde) DPRD Kabupaten Poso yang mengatakan:

"Selama satu periode ada tiga raperda inisiatif dari DPRD yang kita usulkan yaitu
pada Tahun 2015-2035. Raperda tersebut tentang rencana detail Tata ruang
bagian wilayah perkotaan tentena dan rencana detail Tata ruang bagian wilayah
perkotaan Poso Kedua raperda itu murni ide dari Anggota DPRD dan menjadi
skala prioritas Prolegda pada Tahun 2015 ". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut menurut Ketua Baleg mengatakan :

"Memang kami rasa selama satu periode, sangat minim raperda yang merupakan
inisiatif DPRD jika dibandingkan dengan jumlah raperda yang telah dibahas dan
ditetapkan bersama Pemerintah Daerah. Karena mayoritas perda yang telah
ditetapkan sebagian besar adalah usulan dari Eksekutif. (wawancara, Juli 2018)

Penuturan Ketua Baleg DPRD Kabupaten Poso tersebut diperkuat oleh Anggota
Komisi III (Bapak Dr. Syamsu Alam) yang mengatakan :

"Selama periode tersebut kita banyak membahas raperda usulan dari Eksekutif.
Adapun raperda inisiatif tersebut berdasarkan aspirasi masyarakat yang
disampaikan kepada DPRD pada Tahun 2014 yang kita tindak lanjuti dimasukan
pada Prolegda 2015 dan alhamdulilah dapat ditetapkan ". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut informan dari masyarakat mengatakan bahwa (Bapak Hasan):

"Adapun usulan-usulan yang biasanya masyarakat sampaikan ke Anggota DPRD


adalah kebutuhan berupa pembangunan di kota dan kecamatan masing-masing,
dan usulan ini biasanya dilakukan pada saat Musrenbang. Terhadap usulan-usulan
tersebut, sebagian besar disetujui oleh Anggota DPRD karena mereka mempunyai
dana aspirasi yang ditampung dalam APBD ". (wawancara, Juni 2018)

64
Berdasarkan pemaparan pembahasan di atas, dilihat dari indikator

responsivitas yang diukur dari kemampuan DPRD Kabupaten Poso untuk lebih

tanggap dan bisa memahami kondisi yang berkembang, menyusun agenda dan

prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik

sesuai dengan proritas kebutuhan dan aspirasi masyarakat, khususnya berkaitan

dengan Fungsi Legislasi DPRD, maka Responsivitas DPRD Kabupaten Poso sudah

terlaksana optimal. Hal ini telah sesuai dengan pendapat Lenvine (1990:188) bahwa

responsivitas (responsiveness) disini adalah kemampuan Organisasi untuk

mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan

aspirasi masyarakat. Semakin banyak kebutuhan dan keinginan masyarakat yang

diprogramkan dan dijalankan oleh Organisasi publik maka kinerja Organisasi

tersebut dinilai semakin baik. Dalam hal ini sudah ada beberapa aspirasi masyarakat

kepada DPRD Kabupaten Poso yang segera ditindak lanjuti DPRD dan Pemerintah

Daerah dengan menetapkan beberapa Peraturan Daerah.

Jadi tindakan DPRD tersebut juga dapat dikatakan telah menjalankan salah

satu fungsi dasarnya yang menurut Imawan (2000:8) yang menyatakan Fungsi

Legislasi (perundangan) meliputi pembuatan aturan sendiri, menentukan pucuk

Pimpinan Eksekutif secara mandiri, serta menjadi mediator kepentingan rakyat dan

Pemerintah.

b. Responsibilitas

Responsibilitas (responsibility) disini menjelaskan apakah Pelaksanaan

kegiatan Organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip

65
Administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijaksanaan Organisasi, baik yang

Implisit atau Eksplisit. Semakin jelas Organisasi publik itu dilaksanakan sesuai

dengan prinsip-prinsip Administrasi, Peraturan dan Kebijaksanaan Organisasi,

maka kinerjanya dinilai semakin baik.

Responsibilitas disini akan diukur dari apakah tujuan, Rencana dan Program

Lembaga DPRD dalam menyusun Raperda bersama Pemerintah Daerah, telah

sesuai dengan dengan fungsi dan wewenangnya yang telah diatur dalam Peraturan

Perundang-undangan. Responsibilitas dimasukkan sebagai sebagai salah satu

indikator karena secara langsung kemampuan Anggota DPRD dalam menjalankan

Fungsi Legislasinya, apakah sudah sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip

Administrasi yang benar. Hal ini akan terlihat dari Lembaga DPRD melaksanakan

tugas dan fungsinya yang sudah sesuai atau belum dengan Tata tertib yang telah

ditetapkan dengan Peraturan DPRD Kabupaten Poso Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Tata Tertib DPRD Kabupaten Poso dan Peraturan Perundang-undangan lainnya.

Salah satu fungsi DPRD adalah Fungsi Legislasi yaitu bagaimana

Peraturan-Peraturan Daerah yang dibuat oleh Legislatif dan Eksekutif dapat

menjembatani kepentinga-kepentingan masyarakat secara umum. Dalam hal ini,

DPRD sebagai Lembaga legislasi harus paham bahwa setelah mendapatkan mandat

dan kepercayaan dari rakyat, maka DPRD bertugas menyerap aspirasi dan

mengartikulasi kepentingan rakyat serta merumuskannya dalam sebuah kebijakan

Daerah (Perda). Penetapan Perda dilakukan oleh Kepala Daerah dan DPRD untuk

mendapat persetujuan bersama sesuai dengan pasal 42 UU No 23 Tahun 2014.

Kedudukan Perda diantara Peraturan Perundang-undangan dapat dijelaskan bahwa

66
Perda adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan

persetujuan bersama Kepala Daerah. Materi muatan Perda adalah seluruh materi

muatan dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah dan tugas pembantuan.

Termasuk juga menampung kondisi khusus Daerah berdasarkan asas Otonomi

Daerah serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-

undangan yang lebih tinggi.

Dapat dijelaskan bahwa Raperda dapat berasal dari Inisiatif DPRD atau

Bupati. Raperda yang berasal dari DPRD atau Bupati disertai penjelasan atau

keterangan. Raperda diajukan berdasarkan Program Legislasi Daerah (Prolegda)

yang disusun bersama antara DPRD dan Bupati dan disepakati dalam bentuk

Keputusan DPRD. Raperda yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh Anggota

DPRD, Komisi, Gabungan Komisi, atau Badan Legislasi Daerah dan disampaikan

secara tertulis kepada Pimpinan DPRD disertai penjelasan atau keterangan dan atau

Naskah Akademik, daftar nama dan tanda tangan pengusul dan diberikan Nomor

Pokok oleh Sekretariat DPRD. Setelah dari Pimpinan DPRD lalu disampaikan

kepada Baleg untuk dilakukan pengkajian pada rapat paripurna DPRD. Dalam rapat

Paripurna DPRD yaitu adanya pengusul memberikan penjelasan, fraksi dan

Anggota DPRD lainnya memberikan pandangan, dan pengusul memberikan

jawaban atas pandangan fraksi dan Anggota DPRD lainnya. Di rapat paripurna

DPRD memutuskan usul Raperda berupa: a) Persetujuan, b) Persetujuan dengan

Pengubahan, dan c) Penolakan. Raperda yang berasal dari Bupati diajukan oleh

Bupati dengan Surat kepada Pimpinan DPRD. Raperda tersebut disiapkan dan

diajukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Selanjutnya

67
Raperda yang berasal dari DPRD atau Bupati dibahas bersama oleh DPRD dan

Bupati untuk mendapatkan Persetujuan Bersama.

Berdasarkan Permendagri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan

Produk Hukum Daerah bahwa Perencanaan Pembentukan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota ditetapkan dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda). Prolegda

adalah rencana pembentukan Peraturan Daerah untuk 1 Tahun Anggaran. Prolegda

ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama DPRD dan Pemerintah Daerah untuk

setiap Tahun. Dalam daftar prolegda dimuat Raperda yang akan dibahas dan

ditetapkan beserta pendanaannya pada Tahun berkenaan, sehingga memudahkan

proses Perencanaan dan Pembahasannya.

Berkaitan dengan proses Program Legislasi Daerah, berdasarkan observasi

dan penelusuran dokumen, ditemukan bahwa selama periode 2014-2019, DPRD

Kabupaten Poso dan Pemerintah Daerah tidak pernah menyusun Program Legislasi

Daerah dalam rangka pembentukan Peraturan Daerah. Sehingga Raperda yang akan

dibahas dan ditetapkan tidak terarah dan hanya bersifat rutin Pemerintahan Daerah

maupun Pelaksanaan dari Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Terkait dengan penyusunan Prolegda yang tidak pernah dilakukan oleh DPRD,

hasil wawancara dengan Ketua Baleg (Bapak Drs. Fredrik Torunde) :

"Memang kita akui bahwa selama periode 2014-2019 DPRD tidak pernah
menyusun Prolegda bersama Pemerintah Daerah, adapun Pembahasan Raperda
hanya berdasarkan usulan dari Eksekutif. Terkait dengan ini boleh dikatakan
bahwa Baleg DPRD Kabupaten Poso kinerjanya masih jauh dari harapan.
Seharusnya untuk setiap Tahun Prolegda itu disepakati dengan Pemda, sehingga
memudahkan penganggarannya ". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut Ketua Baleg DPRD Kabupaten Poso menyatakan :

68
"Banyak faktor yang menyebabkan masih kurangnya pekerjanya Baleg DPRD,
diantaranya kurang pemahaman Anggota DPRD dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai Lembaga Legislatif, sehingga Baleg tidak bisa bekerja secara
maksimal ". (wawancara, Juli 2018)

Pendapat Ketua Baleg tersebut diperkuat oleh Anggota Baleg (Bapak Yohanis B) :

"Berdasarkan pada Peraturan yang berlaku, seharusnya Raperda yang akan


dibahas dengan Pemda terlebih dahulu disepakati bersama dan dituangkan dalam
Prolegda. Tetapi Penyusunan Prolegda ini tidak pernah kita lakukan, sehingga
menyulitkan penganggaran untuk pembahasan Raperda dalam APBD. Hal tersebut
karena DPRD masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan perancangan
Raperda ". (wawancara, Juli 2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dan observasi dapat diketahui bahwa

kondisi ini dapat dipahami karena berbagai keterbatasan DPRD dibanding dengan

Eksekutif, diantaranya Informasi, Data, Tenaga Terampil dan Kemampuan

Menganalisis berbagai aspek yang diperlukan dalam menyusun suatu Rancangan

Peraturan Daerah yang dimiliki oleh Eksekutif masih lebih lengkap dibanding

dengan apa yang dimiliki oleh DPRD.

1) Informasi yang dimaksudkan adalah informasi di bidang Peraturan

Perundang-undangan, mulai dari Peraturan Tingkat Pusat sampai kepada

Peraturan Daerah. Informasi disini penting dimiliki oleh Anggota DPRD

karena terkait dengan status legalitas suatu Peraturan apakah masih berlaku,

sudah berubah atau bahkan sudah dicabut. Status legalitas suatu Peraturan

sangat penting dalam penyusunan dan pembahasan Perda, karena

merupakan pijakan dasar atau dasar hukum dalam penyusunan sebuah

Perda.

2) Data juga penting bagi Anggota DPRD dalam menyusun Perda. Data

dimaksudkan disini adalah data perda Kabupaten Poso mulai dari awal

69
terbentuknya Kabupaten Poso sampai sekarang. Dengan adanya data, maka

Anggota DPRD dapat mengetahui Perda apa saja yang sudah tidak sesuai

dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan kondisi sekarang.

Jika tidak sesuai lagi, maka diharapkan disusun kembali untuk disesuikan

dengan Peraturan yang berlaku dan kondisi masyarakat sekarang.

3) Tenaga terampil yaitu staf pendukung khususnya di Bagian Legislasi pada

Sekretariat DPRD Kabupaten Poso yang mempunyai kemampuan dalam

teknis penyusunan dan perancang Peraturan Perundang-undangan. Sama

halnya dengan penyusunan Undang-Undang, maka penyusunan Perda harus

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dalam hal inilah tenaga

terampil sangat diperlukan oleh DPRD Kabupaten Poso.

Ketika pernyataan Ketua dan Anggota Baleg tersebut dikonfirmasikan

kepada pihak Pemerintah Daerah, hal yang senada juga dikemukakan oleh informan

dari instansi teknis lainnya (Bapak Alpius/Bagian Hukum) ketika di wawancarai

mengatakan:

"Selama satu periode yaitu 2014-2019, tidak pernah ada yang namanya Prolegda
disusun bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD, sehingga sebagian besar
usulan Raperda berasal dari Eksekutif dan DPRD hanya berfungsi untuk
mambahasnya ". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut pernyataan diatas diperkuat oleh Sekretaris DPRD Kabupaten Poso
(Herningsih G. Tampai) yang mengatakan bahwa:

"Selama periode 2014-2019, DPRD Kabupaten Poso lebih banyak memproses


Perda usulan dari Pemerintah Daerah, dan DPRD tidak pernah berusaha untuk
menyusun prolegda yang berguna untuk menetapkan prioritas dan nonprioritas
pembentukan Perda. Sehingga tidak jelas ranah Raperda yang seharusnya
merupakan inisiatif DPRD dan yang mana usulan Pemerintah Daerah. Hal ini

70
akan berdampak pada penilaian masyarakat terhadap kinerja DPRD di bidang
legislasi". (wawancara, Juli 2018)

Berdasarkan pernyataan informan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa

Kinerja Lembaga DPRD Kabupaten Poso dalam melaksanakan Fungsi Legislasi

belum berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dengan tidak adanya penyusunan

Program Legislasi Daerah sebagai dasar penyusunan dan pembentukan Peraturan

Daerah Kabupaten Poso pada setiap Tahun. Hal ini tidak sejalan dengan amanat

UU dan Permendagri yang menyatakan bahwa dalam penyusunan Raperda

hendaknya disepakati Prolegda terlebih dahulu antara Pemerintah Daerah dan

DPRD guna memudahkan pembahasan dan juga pengAnggarannya.

Program dan Kegiatan DPRD selanjutnya setelah Penyusunan Program

Legislasi Daerah disepakati bersama DPRD adalah Pembahasan Raperda yang telah

dimuat dalam daftar Prolegda setiap Tahunnya.

Berkaitan dengan proses penyusunan Raperda, hasil wawancara dengan Anggota


Baleg (Bapak Yohanis B) :

"Sebagai Anggota DPRD, dalam menjalankan tugas dan fungsinya kita mengacu
pada aturan, dalam penyusunan dan pembahasan raperda di DPRD ada badan
legislasi, raperda yang diajukan Pemerintah Daerah maupun inisiatif kita
seharusnya terlebih dahulu dibahas di baleg sebelum di paripurnakan bersama
Pemerintah Daerah, namun ini terbalik, tiba-tiba langsung rapat Paripurna
dengan Pemerintah Daerah ". (wawancara, Juli 2018)

Pernyataan ini diperkuat oleh Anggota komisi I (Bapak Morthen Djaya, SH.MH)
yang mengatakan :

"Guna membahas raperda yang diusulkan oleh Eksekutif. Di Lembaga kita ada
Badan Legislasi (Baleg) yang bertugas dan mempunyai fungsi penyusunan dan
pembahasan awal Raperda sebelum di bahas bersama Eksekutif dalam rapat
paripurna, namun selama ini yang terjadi adalah Raperda tersebut tidak pernah
dibahas di tingkat Baleg pada tahap pembahasan awal" (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut, beliau mengatakan :

71
"Alangkah lebih baik lagi jika pembahasan awal Raperda itu, DPRD membentuk
Panitia Kerja atau Panja maupun Panitia Khusus (Pansus) untuk membahasa dan
mengkaji Raperda yang diusulkan. Tetapi pengalaman saya selama menjadi
Anggota DPRD kayaknya belum pernah dibentuk Pansus ". (wawancara, Juli 2018)

Menurut informan dari instansi teknis yang mewakili pihak Pemerintah (Bapak
Victor Bole /Dishubkominfo) ketika di wawancarai mengatakan :

"Aturannya raperda yang kami usulkan ke DPRD melalui Bagian Hukum Setda
terlebih dahulu akan dibahas oleh baleg DPRD atau Panitia Kerja dengan cara
mengundang SKPD terkait dan Bagian Hukum sebelum dibahas di paripurna
bersama Bupati. Namun kami tidak tahu apakah pernah dilakukan oleh DPRD atau
tidak hal tersebut, karena biasanya langsung diundang rapat oleh DPRD pada saat
Paripurna hersama Bupati ". (wawancara, Juli 2018)

Hal yang senada juga dikemukakan informan dari instansi teknis lainnya (Bapak
Alpius L/Bagian Hukum) ketika di wawancarai mengatakan :

"Setelah Raperda yang Bagian Hukum (Pemda) usulkan ke DPRD, prosedurnya


piliak DPRD melalui Baleg atau Panja mengundang kami dari Bagian Hukum dan
SKPD terkait untuk pembahasan awal terhadap Raperda yang diusulkan oleh
Pemerintah. Baru selanjutnya dibawa ke rapat Paripurna pembahasan bersama
Bupati dan DPRD. Akan tetapi hal ini tidak pernah dilakukan oleh DPRD dengan
cara mengundang kami. Justru biasanya surat dari DPRD datang kepada Bupati
langsung penetapan jadwal Paripurna Persidangan Pembahasan Raperda ".
(wawancara, Juli 2018)

Berdasarkan beberapa pernyataan informan tersebut, dapat dikatakan bahwa

sebagai Lembaga Legislatif yang melaksanakan Fungsi Legislasi, dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya, DPRD Kabupaten Poso belum berjalan

dengan baik. Hal ini terbukti dengan tidak adanya pembahasan awal Raperda yang

diusulkan oleh Pemerintah Daerah pada tingkat Baleg. Seharusnya sesuai dengan

prosedur pembahasan Raperda yaitu pada Pembahasan tingkat awal dilakukan oleh

Badan Legislasi DPRD ataupun DPRD dapat juga membentuk Panitia Kerja untuk

melakukan pengkajian terhadap Raperda tersebut. Akan tetapi pada kenyataannya

DPRD tidak pernah melakukan rapat Badan Legislasi ataupun Rapat Panitia Kerja

sebagaimana telah diatur dalam Peraturan DPRD Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata

72
Tertib DPRD Kabupaten Poso yang menyebutkan bahwa salah satu jenis Rapat

yang dilakukan oleh DPRD adalah Rapat kerja yaitu merupakan rapat antara DPRD

IPanitia Anggaran/komisi/gabungan komisi/panitia khusus dengan Kepala Daerah

atau Pejabat yang ditunjuk. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam

Pembahasan Raperda, DPRD belum menjalankan tugas dan fungsinya sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam Peraturan, sehingga dengan kata lain

dapat juga dikatakan bahwa responsibilitas internal DPRD masih rendah.

Permasalahan lebih lanjut yang penulis temukan di DPRD Kabupaten Poso

adalah pada saat Proses Pembahasan dan Penetapan Raperda menjadi Perda. Sesuai

dengan ketentuan dalam Peraturan DPRD Kabupaten Poso Nomor 1 Tahun 2009

tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Poso telah mengatur Tata Cara Rapat atau

Persidangan yang dilakukan oleh DPRD sesuai dengan masalah yang dibahas.

Salah satu jenis rapat yaitu Rapat Paripurna yang merupakan rapat Anggota DPRD

yang dipimpin oleh Ketua dan Wakil Ketua dan merupakan forum tertinggi dalam

melaksanakan wewenang dan tugas DPRD antara lain untuk menyetujui rancangan

Peraturan Daerah menjadi Peraturan Daerah dan menetapkan Keputusan DPRD.

Berdasarkan alur penyusunan dan pembahasan Raperda sebagaimana yang

telah dipaparkan di atas, bahwa usulan Raperda yang telah dilakukan pengkajian

dan pembahasan oleh Baleg atau Panja akan dilanjutkan dengan Rapat Paripurna

bersama dengan Bupati dan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Poso

selaku pihak Eksekutif.

Temuan observasi penulis di lapangan diketahui bahwa biasanya

Pembahasan Raperda dalam Rapat Paripurna memerlukan waktu selama 2 minggu.

73
Tabel berikut menunjukkan lamanya proses pembahasan Raperda untuk disetujui

oleh DPRD menjadi Perda di Kabupaten Poso.

Tabel 12
Jadwal Rapat/Persidangan Pembahasan dan Penetapan Perda

No Tahapan Waktu Agenda Persidangan


1 Masa Persidangan I Januari/Mei Pembahasan LKPJ
Bupati
2 Masa Persidangan II Mei/September Pembahasan APBD
Perhitungan
3 Masa Persidangan III September/Desember Pembahasan APBD
dan APBD Penetapan
Anggaran Tahun
Berikutnya
Sumber: Sekretariat DPRD Kab. Poso, 2018

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk membahas dan menetapkan

satu Raperda menjadi Perda memerlukan waktu kurang lebih dua minggu. Hal ini

telah di atur dalam Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan DPRD Kabupaten

Poso Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Poso. Seharusnya

dalam melaksanakan rapat atau persidangan pembahasan dan penetapan Raperda,

DPRD dapat mengacu kepada jadwal yang telah ditetapkan tersebut. Namun

terkadang yang terjadi masih ditemukan bahwa pembahasan dan penetapan

Raperda di DPRD Kabupaten Poso melebihi dari jadwal sebagaimana yang telah

ditentukan tersebut.

Berikut penuturan salah satu Anggota Komisi II (Hidayat B) ketika diwawancarai:

"Sesuai dengan agenda persidangan waktu yang diperlukan untuk membahasan


dan menetapkan sebuah raperda menjadi perda adalah kurang lebih dua minggu.
Namun terkadang bisa molor tidak sesuai dengan jadwal, penyebab biasanya
adalah minimnya Anggota kita yang hadir karena tugas luar dan kesibukan
lainnya".(wawancara, Juli 2018)

74
Penuturan di atas diperkuat oleh Anggota DPRD lainnya yaitu Anggota Komisi III
(Amir Kusa) ketika diwawancarai :
"Sidang pembahasan raperda biasanya tidak selalu sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan, hal ini dikarenakan lerkadang pada waktu jawaban Bupati itu,
bukan Bupati yang hadir mewakili Pemda tetapi diwakili oleh Sekda, karena mgkin
Bupati ada kegiatan lain. DPRD juga maklum dengan kesibukan Bupati. Sehingga
sidang kita skor atau tunda sampai Bupati ada waktu bersedia hadir". (wawancara,
Juli 2018)

Pernyataan kedua Anggota Komisi di atas diperkuat oleh Sekretaris DPRD (Ibu.
Herningsih G. Tampai) yang mengatakan :

"Memang normatifnya sidang pembahasan raperda itu memerlukan waktu dua


minggu untuk sebuah raperda. Setelah Pimpinan DPRD menyurati Bupati
mengenai jadwal persidangan, maka akan ditindaklanjut oleh Sekda melalui
Bagian Hukum untuk membuat undangan ke setiap SKPD. Akan tetapi tidak jarang
jadwal persidangan mengalami Perubahan karena disebabkan oleh beberapa hal
baik itu dari pihak Eksekutif maupun Legislatif. Langkah kami selanjutnya yaitu
menjadwalkan ulang dan menyurati kembali Bupati terkait Perubahan jadwal
persidangan". (wawancara, Juli 2018)

Untuk memvalidasi beberapa pernyataan informan di atas, peneliti croschek dengan


informan dari Bagian Hukum yang biasanya membuat undangan rapat pembahasan
Raperda, informan Bagian Hukum (Bapak Alpius) mengatakan:

"Pimpinan DPRD menyurati Bupati melalui Sekda terkait jadwal persidangan


pemhahasan raperda. Selanjutnya Sekda memerintahkan bagian hukum membuat
dan mengedarkan undangan untuk SKPD sesuai dengan jadwal dari DPRD.
Setelah kami edarkan undangan dan sidang berjalan pada agenda I dan II
terkadang terjadi Perubahan jadwal persidangan, kami juga tidak mengerti apa
kendala yang dialami DPRD sehingga menunda sidang. Dan kami harus membuat
surat ralat jadwal persidangan. Sudah barang tentu ini merepotkan bagian hukum
khususnya untuk meralat kembali jadwal yang tel ah beredar". (wawancara, Juli
2018)

Lebih lanjut informan dari Bagian Hukum mengatakan:

"Pernah pengalaman kami sekali Tahun 2015 waktu membahas Raperda Tata
ruang, itu ditundanya hampir satu Tahun. Waktu itu persidangan mulai bulan
maret dan pada waktu rapat konsultasi Eksekutif dan Legislatif haru membahas
sampai pada Pasal 19 raperda Tata ruang, sidang pun ditunda oleh DPRD sampai
waktu yang tidak jelas. Rupanya kelanjutan sidang tersebut baru dilaksanakan
pada akhir Desember 2015, sehingga peNomoran Perda Rencana Tata Ruang
Wilayah itu pada Tahun 2017, karena harus menunggu evaluasi Pemerintah pusat
melalui Kementerian PU". (wawancara, Juli 2018)

75
Untuk memperkuat hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut,

peneliti melakukan observasi dan penelusuran dokumentasi di DPRD Kabupaten

Poso. Dari hasil penelusuran dokumentasi berupa Risalah Persidangan untuk setiap

pembahasan raperda, peneliti menemukan bahwa memang benar adanya seperti

yang informan katakan. Dari hasil persidangan tersebut diketahui dalam

pembahasan dan penetapan raperda ada beberap kali terjadi Perubahan jadwal dan

waktu yang tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Seperti yang peneliti

temukan pada risalah persidangan pembahasan raperda rencana Tata ruang dan

wilayah Kabupaten Poso, memang benar pernyataan Kepala Bagian Hukum yang

mengatakan bahwa penundaan persidangan itu hampir satu Tahun lamanya.

Sehingga berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Hukum Perda Rencana Tata

Ruang dan Wilayah Kabupaten Poso tersebut penomorannya menjadi Perda Nomor

1 Tahun 2014. Berdasarkan beberapa pernyataan informan tersebut dan studi

dokumentasi, dapat dikatakan bahwa sebagai Lembaga Legislatif yang

melaksanakan Fungsi Legislasi, dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

DPRD Kabupaten Poso belum berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dengan

pembahasan dan penetapan raperda menjadi perda tidak sesuai dengan jadwal yang

telah ditetapkan oleh Pimpinan dan Anggota DPRD. Seharusnya sesuai ketentuan

yang telah diatur dalam Tata Tertib DPRD, maka sayangnya harus ditaati dan

dilaksanakan agar pembahasan Raperda tersebut tidak molor dan tepat waktu.

Sehingga akan berdampak kepada implementasi Peraturan Daerah tersebut secara

baik, yang mana Perda tersebut merupakan kebijakan publik yang menyangkut

kepentingan masyarakat banyak.

76
Oleh karena itu, secara Administrasi dapat dikatakan bahwa dalam

Pembahasan dan Penetapan Raperda, DPRD belum menjalankan tugas dan

fungsinya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam Peraturan. Melalui

proses penyusunan, pembahasan dan penetapan Peraturan Daerah, berarti DPRD

telah menunjukkan warna dan karakter serta kualitasnya, baik secara materil

maupun secara fungsional. Kemampuan DPRD untuk membahas dan menetapkan

Peraturan Daerah disini akan menjadi tolak-ukur dalam menjalankan Fungsi

Legislasinya dari sisi Administrasi. Menurut Lenvine (1990:188) Responsibilitas

(responsibility) disini menjelaskan apakah Pelaksanaan kegiatan Organisasi publik

itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip Administrasi yang benar atau sesuai

dengan kebijaksanaan Organisasi. Terkait dengan Responsibilitas (responsibility),

maka dapat dikatakan bahwa dalam Pelaksanaan kegiatan Lembaga DPRD itu

dilakukan belum sesuai dengan prinsip-prinsip Administrasi yang benar atau sesuai

dengan kebijaksanaan Organisasi, sehingga kinerjanya dapat dinilai kurang baik.

Dari gambaran hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi di lapangan

sebagaimana telah dijelaskan dapat dikatakan bahwa tingkat responsibilitas fungsi

DPRD dalam menjalankan Fungsi Legislasi kurang optimal. Hal ini dapat dilihat

kegiatan pada proses penyusunan, pembahasan dan penetapan Raperda menjadi

Perda yang dilakukan oleh Lembaga DPRD Kabupaten Poso belum sesuai dengan

prinsip-prinsip Administrasi Pemerintahan yang benar, sehingga dalam

menjalankan Fungsi Legislasinya DPRD Kabupaten Poso belum sejalan dengan

tugas, wewenang dan programnya DPRD.

77
c. Akuntabilitas

DPRD sebagai Lembaga Perwakilan rakyat yang dipilih oleh rakyat melalui

pemilihan umum secara langsung, maka sudah merupakan kewajiban DPRD

sebagai pejabat politik dalam membuat kebijakan dan kegiatannya tunduk pada

rakyat. Oleh karena itu, DPRD sebagai Lembaga Legislatif Daerah yang

keAnggotannya didasarkan pada pilihan rakyat, jelas tidak bisa menghindarkan diri

dari prinsip akuntabilitas ini, ketika berkinerja atau melaksanakan tugas, wewenang

dan fungsinya. Semua aktivitasnya tidak bisa tidak harus dapat

dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada publik. Prinsip akuntabilitas ini

berfungsi untuk mengawal agar kinerja DPRD tidak keluar dari jalur yang telah

ditentukan. Akuntabilitas yang akan diukur disini khususnya lebih ditekankan pada

kinerja DPRD Kabupaten Poso dalam menjalankan Fungsi Legislasinya. Dari

Fungsi Legislasinya dapat dinilai dari keluaran (output) berupa produk kebijakan

Daerah atau Perda sudah mencerminkan kehendak rakyat atau belum, serta

pertanggungjawaban DPRD Kabupaten Poso secara terbuka kepada masyarakat.

Dengan kata lain, apa yang dilakukan DPRD dalam menjalankan Fungsi Legislasi

semestinya dalam rangka menuju apa yang menjadi harapan masyarakat dan tentu

saja kesemuanya itu harus mampu dipertanggungjawabkan kepada masyarakatnya.

DPRD Kabupaten Poso periode 2014-2019 sudah sepantasnya

mengedepankan akuntabilitas dalam bekerja, terutama disini dalam menjalankan

Fungsi Legislasi yaitu fungsi sebagai pembuat Peraturan. Terkait akuntabilitas

DPRD Kabupaten Poso, hasil wawancara dengan informan masyarakat (Hasan)

mengungkapkan hal berikut:

78
"Kebijakan yang dibuat oleh DPRD Kabupaten Poso dalam hal Peraturan Daerah
masih banyak yang merupakan usulan dari Pemerintah Kabupaten Poso.
Kebijakan dari Pemerintah Kabupaten masih cenderung untuk mencari dan
meningkatkan APBD dan kebijakan dimaksud bersifat membebankan masyarakat
dan bukan dari keinginan atau aspirasi masyarakat, Anggota DPRD masih pasif
menjemput aspirasi dari masyarakat ". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut beliau mengatakan:

"Jika kita lihat beberapa Perda yang telah ditetapkan selama periode 2014-2019,
sebagian besar merupakan usulan Eksekutif yang sifatnya masalah-masalah
rutinitas dan merupakan tindaklanjut dari Peraturan diatasnya. Yang saya lihat
belum ada perda tentang pelayanan publik yang sangat penting bagi masyarakat
di Kabupaten Poso". (wawancara, Juli 2018)

Senada dengan penuturan Anggota masyarakat tersebut di atas, salah satu Anggota
masyarakat lain (Bapak Sulaiman) yang penulis wawancarai mengatakan :

"Jika saya boleh menilai, dalam menilainkan Fungsi Legislasinya DPRD


Kabupaten Poso belum cukup baik, ini nampak dari banyaknya perda yang telah
ditetapkan hanya sedikit sekali yang berpiahak dan menyangkut kepentingan
masyarakat. Rata-rata perda yang telah ditetapkan sifatnya berupa tindaklanjut
dari Peraturan Pemerintah pusat yang merupakan usulan Eksekutif sebagai
pelaksana Pemerintaha ". (wawancara, Juli 2018).

Penuturan kedua Anggota masyarakat tersebut di atas, dipertajam oleh


masyarakat lain (Bapak Ahas) yang penulis wawancarai dengan mengatakan :

"Bagi saya tingkat akuntabilitas DPRD terkait Fungsi Legislasinya sangat rendah,
baik dari segi kuantitas maupun kualitas produk hukum yang dihasilkannya. Lihat
saja selama satu periode hanya tiga perda inisiatif, belum lagi perda yang
ditetapkan bersama Pemerintah sebagian besar terkait penyertaan modal, pajak
dan retribusi, tidak ada yang menyangkut kepentingan ma.syarakat bawah, misal
terkait pertanian, perikanan dan lain-lain". (wawancara, Juli 2018).

Ketika kedua pernyataan tersebut dikonfirmasi kepada Ketua Baleg (Fredrik


Torunde) mengatakan:

"Selama ini kita membahas dan menetapkan raperda yang diusulkan oleh Pemda,
walaupun kadang-kadang kita melihat Raperda tersebut dapat memberatkan
masyarakat, misalnya raperda bidang pajak dan retribusi. Memang tujuan perda
tersebut untuk meningkatkan APBD, namun terkadang kita juga berpikir mungkin
saja perda ini dapat menambah beban masyarakat kita. Dan selama ini kita belum
pernah menolak untuk menetapkan Perda yang sifatnya memberatkan masyarakat.
Tetapi yang sering kita lakukan pada waktu pembahasan adalah menyetujui

79
dengan merekomendasikan beberapa pengubahan agar sesuai dengan Peraturan
yang lebih tinggi dan kepentingan masyarakat banyak". (wawancara, Juli 2018)

Pernyataan ini diperkuat oleh salah seorang Anggota Baleg (Yohanis B)


yang mengatakan bahwa :

"Biasanya untuk penyusunan dan pembahasan perda, kita tidak pernah melibatkan
masyarakat untuk memberikan masukan dan saran melalui feed back (umpan balik)
agar perda yang akan ditetapkan setidaknya tidak memberatkan masyarakat.
Langkah yang baik sebetulnya setelah raperda di ajukan oleh Pemda, kita
melakukan kajian dan sosialisasi kepada mmyarakat untuk mendengar aspirasi dan
pendapat masyarakat agar jika perda tersebut dibahas dan ditetapkan tidak
bertentangan dengan UU yang lebih tinggi dan yang lebih penting tidak
memberatkan beban masyarakat". (wawancara, Juli 2018)

Sekretaris DPRD juga berpendapat:

"Pengenai pembahasan Perda Kabupaten Poso, yang selama ini kita lakukan
adalah pemhahasan di tingkat Baleg dan selanjutnya di bahas dalam rapat
paripurna bersama Pemerintah Daerah. Terkait siapa-siapa yang diundang,
apakah mengundang tokoh-tokoh masyarakat atau pihak yang berkepentingan
lainnya dalam pembahasan paripurna, bukan kewenangan DPRD, undangan rapat
penanggung jawab ada pada Pemerintah Daerah ". (wawancara, Juli 2018)

Dari beberapa pernyataan informan diatas, kelihatan secara jelas bahwa

akuntabilitas publik belum menjadi bagian yang integral dari kegiatan DPRD

Kabupaten Poso dalam menjalankan Fungsi Legislasinya, baik itu secara

keterlibatan masyarakat dalam proses menetapkan Perda maupun keberpihakan

Perda tersebut kepada kepentingan masyarakat.

Dari penjelasan tersebut diatas dan berdasarkan pengamatan langsung serta

studi dokumentasi pada Peraturan Daerah yang telah ditetapkan oleh DPRD periode

2014-2019 bersama dengan Pemerintah Daerah berupa Perda Rutinitas yaitu Perda

APBD dan Perubahan APBD, Perda Pertanggungjawaban APBD, Perubahan dari

Perda perda sebelumnya, sebagian besar Perda penyertaan modal, dan Perda Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebijakan

80
yang telah dihasilkan DPRD belum mampu menjawab berbagai persoalan yang ada

dimasyarakat, semisal perda pelayanan publik dan lain sebagainya. DPRD juga

dalam menentukan kebijakan hanya sifatnya menyetujui rancangan perda yang

diajukan oleh Pemerintah Daerah yang terkadang dirasakan memberatkan

masyarakat seperti Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pada dasarnya

mempunyai tujuan untuk peningkatan PAD.

Menurut Lenvine (1990:188), akuntabilitas (accountability) publik

menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan Organisasi publik tunduk

pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat (elected officials) dengan asumsi

bahwa para pejabat politik tersebut dalam hal ini DPRD, karena dipilih oleh rakyat,

dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Dalam

konteks ini kinerja Organisasi DPRD Kabupaten Poso sebagian besar kegiatan dan

kebijakannya belum didasarkan pada upaya-upaya untuk memenuhi harapan dan

keinginan para wakil-wakil rakyat. Berdasarkan hal tersebut tidak terlalu berlebihan

jika dikatakan bahwa akuntabilitas Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kabupaten

Poso masih rendah. Di samping masih kurangnya kebijakan yang ditetapkan oleh

DPRD berpihak pada masyarakat, secara pertanggungjawaban dalam Pelaksanaan

kegiatan Fungsi Legislasi DPRD Kabupaten Poso dijelaskan sebagai berikut :

Dari segi pertanggungjawaban kegiatan penyusunan dan pembahasan

Raperda yang telah dilaksanakan kepada masyarakat tidak selalu dilakukan secara

rutin pada saat akhir Tahun atau pada masa Reses kunjungan Anggota DPRD

Kabupaten Poso kepada konstituennya. Berdasarkan hasil penelitian dan

81
wawancara dengan Anggota masyarakat terkait dengan pertanggungjawaban

Anggota DPRD dalam Pelaksanaan tugasnya, berikut penuturan Bapak Ahas :

"Selama int kita tidak pernah tahu bagaimana bentuk pertanggungjawaban


Anggota DPRD kepada kita, apakah bentuknya seperti laporan atau bagaimana.
Dan kami juga tidak tahu apakah pertanggungjawaban itu wajib atau tidak untuk
disampaikan kepada masyarakat. Adapun yang biasa kami lakukan pada saat
kunjungan kerja DPRD ke Desa atau Kecamatan, paling kami hanya mengusulkan
untuk diberikan bangunan atau jalan sesuai kebutuhan kami ". (wawancara, Juli
2018).

Senada dengan penuturan Anggota masyarakat tersebut di atas, salah satu Anggota
masyarakat lain (Bapak Sulaiman) yang penulis wawancarai mengatakan :

"Paling-paling kami masyarakat sebagai konstituen sifatnya lebih banyak


mengusulkan kepada Anggota Dewan terkait dengan kebutuhan desa atau
kecamatan kami untuk di anggarkan di APBD, usulan tersebut kami kemukakan
pada saat masa Reses atau pada saat Musrenbang tingkat desa atau kecamatan.
Mengenai pertanggungjawaban Dewan kepada kami selaku masyarakat,
selebihnya kami tidak pernah dikasih tahu". (wawancara, Juli 2018).

Ketika kedua pernyataan masyarakat tersebut diatas peneliti konfirmasikan kembali


kepada salah seorang Anggota DPRD yang juga kebetulan Anggota Komisi III,
beliau mengatakan bahwa:

"Sesuai dengan Peraturan tatib DPRD, bahwa Anggota DPRD secara perorangan
atau kelompok wajib membuat laporan tertulis atas hasil Pelaksanaan pada setiap
tugasnya, baik itu berupa kegiatan Reses atau kegiatan-kegiatan lainnya".
(wawancara, Juli 2018).

Lebih lanjut beliau mengatakan:

"Laporan pertanggunjawaban di kita DPRD itu ada beberapa jenis seperti laporan
kegiatan Reses, laporan laporan persidangan, laporan Tahunan dan laporan akhir
masa periode. Kadang-kadang laporan itu kita sampaikan juga secara lisan di
hadapan konstituen kita yaitu masyarakat sesuai Dapil. Dan juga jika mmyarakat
minta dengan datang ke kantor DPRD pasti akan di kasih".(wawancara, Juli 2018).

Dari beberapa pernyataan informan diatas, kelihatan secara jelas bahwa

akuntabilitas publik berupa pertanggungjawaban DPRD kepada masyarakat belum

baik. Hal ini terlihat dari penuturan masyarakat yang tidak pernah tahu bagaimana

82
bentuk pertanggungjawaban setiap Pelaksanaan kegiatan Anggota DPRD

Kabupaten Poso. Masyarakat tidak mengerti apakah laporan Anggota DPRD

tersebut wajib atau tidak untuk disampaikan kepada mereka selaku konstituennya

sesuai dengan Peraturan yang ada di DPRD Kabupaten Poso.

Dari penjelasan tersebut diatas dan berdasarkan pengamatan langsung serta

studi dokumentasi pada Sekretariat DPRD Kabupaten Poso ditemukan bahwa

laporan setiap kegiatan Anggota DPRD wajib untuk dibuat oleh masing-masing

Anggota dan wajib untuk disampaikan kepada masyarakat di Dapilnya masing-

masing. Hal ini telah diatur dalam Peraturan DPRD Kabupaten Poso Nomor 1

Tahun 2009 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Poso. Laporan tersebut wajib

untuk disampaikan kepada konstituennya, baik itu diminta maupun tidak oleh

masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui setiap kegiatan Anggota DPRD.

Berdasarkan observasi, diketahui bahwa pada prakteknya jarang sekali Anggota

DPRD membuat laporan tertulis. Laporan tersebut biasanya dibuat oleh staf

sekretariat DPRD.

Menurut Gafar (2000:7) bahwa akuntabilitas adalah setiap pemegang

jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggung jawabkan

kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya. Tidak hanya itu, juga harus

dapat mempertanggungjawabkan ucapan atau kata-katanya. Dan yang tidak kalah

pentingnya adalah prilaku dalam kehidupan yang pernah, sedang bahkan akan

dijalaninya. Terkait dengan pertanggungjawaban kinerja Organisasi DPRD

Kabupaten Poso tidak sesuai dengan pendapat Gafar tersebut, bahwa Anggota

DPRD karena dipilih oleh rakyat wajib menyampaikan pertanggungjawabannya

83
kepada rakyat baik itu diminta atau tidak oleh rakyat. Berdasarkan hal tersebut tidak

terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa akuntabilitas DPRD Kabupaten Poso masih

rendah.

Dari uraian di atas untuk DPRD Kabupaten Poso periode 2014-2019 dapat

disimpulkan bahwa dari segi akuntabilitas Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD

belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat ketika DPRD menjalankan Fungsi

Legislasi, kepentingan publik tidak pernah menjadi orientasi utamanya. Disamping

itu juga pertanggungjawaban kepada masyarakat masih rendah, yang mana laporan

pertanggungjawaban setiap kegiatan Anggota DPRD tidak pernah disampaikan

kepada konstituennya, baik ketika tidak diminta ataupun diminta oleh masyarakat.

84
85

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil temuan lapangan dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka

dapat disimpulkan:

1. Responsivitas

Kinerja DPRD Kabupaten Poso periode 2014-2019 dari dimensi

responsivitas sudah terlaksana optimal. Dalam hal ini sudah ada beberapa

aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD Kabupaten Poso telah

ditindak lanjuti DPRD dan Pemerintah Daerah dengan menetapkan

beberapa Peraturan Daerah. Fungsi DPRD Kabupaten Poso sebagai

fasilitator yang mampu menjembatani perbedaan kepentingan antara

masyarakat atau antara kelompok tersebut dengan Pemerintah Daerah telah

terpenuhi.

2. Responsibilitas

Responsibilitas DPRD Kabupaten Poso periode 2014-2019 dalam

menjalankan fungsi legislasi kurang optimal. Hal ini dapat dilihat pada

kegiatan proses penyusunan, pembahasan dan penetapan Raperda menjadi

Perda yang dilakukan oleh lembaga DPRD Kabupaten Poso belum sesuai

dengan prinsip-prinsip administrasi pemerintahan yang benar, sehingga

dalam menjalankan fungsi legislasinya DPRD Kabupaten Poso belum

sejalan dengan tugas, wewenang dan programnya DPRD.

85
3. Akuntabilitas

Dari sisi akuntabilitas DPRD Kabupaten Poso periode 2014-2019

belum berjalan dengan baik Di samping itu Juga pertanggung jawaban

kepada masyarakat masih rendah, yang mana laporan pertanggung jawaban

setiap kegiatan anggota DPRD tidak pernah disampaikan kepada

konstituennya, baik ketika tidak diminta ataupun diminta oleh masyarakat.

B. Saran

Dalam rangka peningkatan kinerja Lembaga Legislatif Daerah khususnya

kinerja DPRD Kabupaten Poso dalam melaksanakan fungsi legislasinya, ditinjau

dari faktor Responsivitas, Responsibilitas, dan Akuntabilitas, perlu diadakan

perbaikan yakni :

1. Untuk lebih mengoptimalkan lagi responsivitas DPRD, maka

anggota DPRD dapat mamaksimalkan masa resesnya atau pada saat

musrenbang untuk berkomunikasi dan mendengarkan kebutuhan

masyarakat sebagai referensi dalam penyusunan kebijakan daerah.

2. Dalam kegiatan proses penyusunan, pembahasan dan penetapan

Raperda menjadi Perda, hendaknya lembaga DPRD Kabupaten Poso

mempedomani Peraturan Perundang-undangan baik itu pusat

maupun Peraturan DPRD itu sendiri, sehingga nantinya setiap

kegiatan legislasi DPRD sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi

pemerintahan yang benar. Dalam menyusun Program Legislasi

Daerah, DPRD dapat meningkatkan kemampuannya dengan

mengikuti Bimtek atau Diklat khususnya Bidang Legislasi,

86
menyelenggarakan kerja sama dengan lembaga-lembaga kajian,

ataupun jika memungkinkan DPRD dapat menugaskan staf ahli

untuk menunjang kinerjanya.

3. Untuk pertanggungjawaban kegiatannya, sebaiknya anggota DPRD

membuat laporan pada setiap akhir kegiatan, setiap semester,

laporan tahunan dan Iaporan akhir masa periode. Laporan tersebut

disampaikan kepada masyarakat konstituennya sesuai Dapil atau

Iebih baik lagi se Kabupaten Poso. Di samping itu akan lebih baik

jika DPRD Kabupaten Poso membuka saluran komunikasi melalui

web DPRD Kabupaten Poso untuk mempublikasikan

pertanggungjawaban kegiatannya.

87
DAFTAR PUSTAKA

BUKU – BUKU

Apter, David E. 1985. K.J. Holsti : Pengantar Analisa Politik Inernasional


Cetakan Pertama. Jakarta: LP3ES.
Bernardin, John H., dan Russel, Joyce E. A., Human Resource Management: An
Experiental Approach (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993).
Budiarjo, Miriam. 2005. Dasar-asar Ilmu Politik. Jakrta : Gramedia Pustaka
Utama.

Chaizi Nasucha, 2004. Reformasi Administrasi Publk. Jakarta: PT. Grasindo.

Dwiyanto, Agus. 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Pusat Studi


Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan


Publik. UGM. Yogyakarta.

Dwiyanto, Agus. 2006. Reformasi Birokrasi Publik Indonesia. Yogyakarta : Pusat


Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada.

Guritno, Bambang dan Waridin. 2005. Pengaruh Presepsi Karyawan Mengenai


Perilaku Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja.
JRBI. Vol 1.

Hakim, Abdul. 2006. Analisis Pengaruh Motovasi, Komitmen Organisasi Dan


Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Dan
Telekomunikasi Provinsi Jawa Tengah. JRBI. Vol 2.

Imawan. Riswandha. 2000. Pembangunan Politik, Demokratisasi dan Integrasi


Nasional. Yogyakarta. Pustakaan Pelajar.

Kaho, Josef Riwu. 2005. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia:
Indentifikasi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penyelenggaran Otonomi
Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Keban, T., Yeremis, 1995. Indikator Kinerja Pemerintah Daerah, Pendekatan


Manajemen dan Kebijakan, Fisipol Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kumorotomo, 1995. Kriteria Kinerja Organisasi. Rineka Cipta. Jakarta.
Marbun, B.N.,S.H. 2005. DPRD & Otonomi Daerah (setelah Amandemen UUD
1945 & UU Otonomi Daerah 2004). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi

Miriam Budiarjo dan Ibrahim Ambong, 1995. Dasar-dasar Ilmu Poitik, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ratminto dan Atik Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

Suherman S. K., 2007. Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam: Gunawan, S.G
Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sanit, Arbi. 1985. Keserasian Para Wakil Rakyat. Bumi Aksar. Jakarta.
Sedermayanti, 2003. Good Governance (kepemerintahan yang baik) dalam
Rangka Otonomi Daerah). CV. Mandar Maju. Bandung.

Tika, P. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, PT. Bumi
Aksara. Jakarta.

Widodo, Joko. 2001a. Kinerja Sebagai Hasil Kerja. Bumi Aksara. Jakarta.

Widodo, Joko. 2001b. Good Governance: Telaah dari Dimensi dan Kontrol
Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Dearah. Insan Cendikia.
Jakarta.

DOKUMEN

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD
(MD3), sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014
Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 TentangP Pemeritah Daerah. Perpu Nomor


2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah.

INTERNET

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Poso
Lampiran 1
MATRIKS PENELITIAN KUALITATIF

JUDUL VARIABEL SUB INDIKATOR SUMBER METODOLOGI HIPOTESIS


VARIABEL DATA DAN
PENELITIAN
Analisis A. Pembentukan 1. Analisis 1. Indikator 1. Data primer  Pendekatan - Menampung serta
Kinerja Peraturan DPRD Responsivitas yaitu data yang tindak lanjuti
Dewan Daerah Kabupaten 2. Indikator yang digunakan aspirasi masyarakat,
Perwakilan B. Efektifitas Poso dalam Resposibilitas diperoleh dalam pendekatan terhadap
Daerah di dan Efisiensi melakukan 3. Indikator dari penelitian ini masyarakat.
Kabupaten kinerja fungsi Akuntabilitas wawancara adalah studi - Penyusunan,
Poso C. Transparansi Legislasi dari DPRD kasus yang di Pembahasan dan
dan 2. Analisis Kab Poso dukung penetapan Raperda
Akuntabel kinerja dan survey menajdi Perda
Kinerja DPRD masyarakat. (InDepth- - Pertanggungjawaban
dalam 2. Data Interview) kegiatan DPRD
melakukan sekunder  Metode kepada konstituen
fungsi yaitu data analisis yang - Hubungan antara
pengawasan yang digunakan DPRD selaku
3. Analisis diperoleh adalah model legislasi dengan
kinerja dari analisis pemerintah daerah
DPRD Observasi interaktif.
dalam dan  Siklus proses
proses dokumentasi analisis data.
pengawasan dari DPRD
anggaran di Kab Poso
kabupaten dan
poso masyarakat.
Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA

Informan Kunci :

1. Apakah DPRD Kabupaten Poso periode 2014-2019 cukup tanggap dalam keluhan

masyarakat? (Bpk. Morthen Djaya, SH, MH)

"Kalau menurut hasil pengamatan, DPRD selalu merespon terhadap aspirasi yang
disampaikan masyarakat terbukti pernah kita memanggil Eksekutif untuk dengar
pendapat tentang aspirasi tersebut dan bahkan jika memungkinkan DPRD langsung
mengadakan kunjungan kerja ke tempat timbulnya aspirasi masyarakat tersebut.
Sebagai contoh pernah kita minta pendapat kepada Dinas Pendidikan tentang aspirasi
para guru berkaitan dengan tunjangan daerah terpencil yang tidak merata ".
(wawancara, Juli 2018)
Lebih lanjut disampaikan tentang bagaimana DPRD menampung aspirasi rakyat:

"Cukup baik, terutama pernah memanggil Dinas Pendidikan untuk dengar pendapat
tentang kasus yang disampaikan para guru kepada DPRD Kabupaten Poso, kemudian
juga DPRD sering mengadakan kunjungan kerja ke masing-masing Kecamatan dan
Desa". (wawancara, Juli 2018).
''dalam hal menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, DPRD sudah
berjalan baik, namun terkadang aspirasi yang disampaikan masyarakat sifatnya hanya
insidentil pada satu kasus, sehingga hal tersebut tidak semuanya dapat ditindak lanjuti
oleh DPRD dalam bentuk kebijakan daerah yang dituangkan dalam perda ".
(wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut Sekretaris DPRD mengatakan : (Ibu Herningsih G. Tampai)

"selain berdasarkan aspirasi masyarakat yang disampaikan secara langsung ke Kantor


DPRD, untuk menjaring aspirasi masyarakat, anggota DPRD juga turun langsung ke
Kecamatan di Dapilnya masing-masing melalui kegiatan Reses. Adapun reses
dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu tahun ". (wawancara, Juli 2018).

2. Bagaimana tanggapan masyarakat dengan pendekatan DPRD dalam menyerap aspirasi

masyarakat Kabupaten Poso? (Ibu Darmiaty Sigilipu)

"aspirasi yang kami sampaikan kepada DPRD tidakjuga hanya dilakukan dengan cara
datang audiensi ke kantor DPRD, akan tetapi pada saat anggota DPRD Reses ke
Kecamatan dan juga pada Musrenbang di Tingkat Kecamatan, dimana anggota DPRD
biasanya hadir pada masing-masing Dapilnya ". (wawancara, Juli 2018)
3. Dalam tiga tahun terakhir Peraturan Daerah apa saja yang inisiatifnya dari DPRD

Kabupaten Poso, dan apakah Perda itu memang sesuai dengan aspirasi masyarakat

Poso? (Bpk. Drs. Fredrik Torunde)

"selama satu periode ada tiga raperda inisiatif dari DPRD yang kita usulkan yaitu
pada tahun 2015-2035. Raperda tersebut tentang rencana detail tata ruang bagian
wilayah perkotaan tentena dan rencana detail tata ruang bagian wilayah perkotaan
poso Kedua raperda itu murni ide dari anggota DPRD dan menjadi skala prioritas
prolegda pada tahun 2015 ". (wawancara, Juli 2018)

"memang kami rasa selama satu periode, sangat minim raperda yang merupakan
inisiatif DPRD jika dibandingkan dengan jumlah raperda yang telah dibahas dan
ditetapkan bersama pemerintah daerah. Karena mayoritas perda yang telah ditetapkan
sebagian besar adalah usulan dari eksekutif. (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut di katakan anggota komisi 3 (Bapak Dr. Syamsu Alam)

"selama periode tersebut kita banyak membahas raperda usulan dari eksekutif. Adapun
raperda inisiatif tersebut berdasarkan aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada
DPRD pada tahun 2014 yang kita tindak lanjuti dimasukan pada Prolegda 2015 dan
alhamdulilah dapat ditetapkan ". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut di katakan informan dari masyarakat mengatakan : (Bapak Stenly)

"adapun usulan-usulan yang biasanya masyarakat sampaikan ke anggota DPRD


adalah kebutuhan berupa pembangunan di kota dan kecamatan masing-masing, dan
usulan ini biasanya dilakukan pada saat musrenbang. Terhadap usulan-usulan
tersebut, sebagian besar disetujui oleh anggota DPRD karena mereka mempunyai
dana aspirasi yang ditampung dalam APBD ". (wawancara, Juni 2018)

4. Bagaimana tanggapan bapak mengenai penyusunan prolegda antara DPRD dan

pemerintah daerah, dalam hal ini exekutif. (Bpk. Drs. Fredrik Torunde)

"memang kita akui bahwa selama periode 2014-2019 DPRD tidak pernah menyusun
Prolegda bersama Pemerintah Daerah, adapun Pembahasan Raperda hanya
berdasarkan usulan dari eksekutif. Terkait dengan ini boleh dikatakan bahwa Baleg
DPRD Kabupaten Poso kinerjanya masih jauh dari harapan. Seharusnya untuk setiap
tahun Prolegda itu disepakati dengan Pemda, sehingga memudahkan
penganggarannya ". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut dikatakan :

"banyak faktor yang menyebabkan masih kurangnya pekerjanya Baleg DPRD,


diantaranya kurang pernahaman anggota DPRD dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai lembaga legislatif, sehingga Baleg tidak bisa bekerja secara
maksimal ". (wawancara, Juli 2018)
Pendapat ketua Baleg tersebut, diperkuat oleh anggota Baleg : (Bpk Yohanis B)

"berdasarkan pada Peraturan yang berlaku, seharusnya Raperda yang akan dibahas
dengan Pemda terlebih dahulu disepakati bersama dan dituangkan dalam Prolegda.
Tetapi Penyusunan Prolegda ini tidak pernah kita lakukan, sehingga menyulitkan
penganggaran untuk pembahasan Raperda dalam APBD. Hal tersebut karena DPRD
masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan perancangan Raperda ".
(wawancara, Juli 2018)

Informan dari Instansi teknis mengatakan bahwa : (Bapak Alpius/Bagian Hukum)

"selama satu periode yaitu 2014-2019, tidak pernah ada yang namanya prolegda
disusun bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD, sehingga sebagian besar
usulan Raperda berasal dari eksekutif dan DPRD hanya berfungsi untuk
mambahasnya". (wawancara, Juli 2018)

Sekretaris DPRD Mengatakan : (Ibu Herningsih G. Tampai)

"selama periode 2014-2019, DPRD Kabupaten Poso lebih banyak memproses Perda
usulan dari pemerintah daerah, dan DPRD tidak pernah berusaha untuk menyusun
prolegda yang berguna untuk menetapkan prioritas dan nonprioritas pembentukan
Perda. Sehingga tidak jelas ranah Raperda yang seharusnya merupakan inisiatif
DPRD dan yang mana usulan pemerintah daerah. Hal ini akan berdampak pada
penilaian masyarakat terhadap kinerja DPRD di bidang legislasi". (wawancara, Juli
2018)

5. Bagaimana Kinerja Baleg DPRD dalam menajalankan tugas dan fungsinya?

"sebagai anggota DPRD, dalam menjalankan tugas dan fungsinya kita mengacu pada
aturan, dalam penyusunan dan pembahasan raperda di DPRD ada badan legislasi,
raperda yang diajukan pemerintah daerah maupun inisiatif kita seharusnya terlebih
dahulu dibahas di baleg sebelum di paripurnakan bersama Pemerintah Daerah, namun
ini terbalik, tiba-tiba langsung rapat Paripurna dengan Pemerintah Daerah ".
(wawancara, Juli 2018)

Diperkuat oleh anggota komisi 1 (Bapak Morthen Djaya, SH.MH)

"guna membahas raperda yang diusulkan oleh eksekutif. Di lembaga kita ada Badan
Legislasi (Baleg) yang bertugas dan mempunyai fungsi penyusunan dan pembahasan
awal raperda sebelum di bahas bersama eksekutif dalam rapat paripurna, namun
selama ini yang terjadi adalah Raperda tersebut tidak pernah dibahas di tingkat Baleg
pada tahap pembahasan awal" (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut dikatakan :

"alangkah lebih baik lagi jika pembahasan awal Raperda itu, DPRD membentuk
Panitia Kerja atau Panja maupun Panitia Khusus (Pansus) untuk membahasa dan
mengkaji Raperda yang diusulkan. Tetapi pengalaman saya selama menjadi anggota
DPRD kayaknya belum pernah dibentuk Pansus ". (wawancara, Juli 2018)
6. Bagaimana mekanisme pembahasan Perda Kabupaten Poso antara DPRD dan

Pemerintah daerah kabupaten Poso (Informan, Bapak Victor/Dishubkominfo)

"aturannya raperda yang kami usulkan ke DPRD melalui Bagian Hukum Setda terlebih
dahulu akan dibahas oleh baleg DPRD atau Panitia Kerja dengan cara mengundang
SKPD terkait dan Bagian Hukum sebelum dibahas di paripurna bersama Bupati.
Namun kami tidak tahu apakah pernah dilakukan oleh DPRD atau tidak hal tersebut,
karena biasanya langsung diundang rapat oleh DPRD pada saat Paripurna hersama
Bupati ". (wawancara, Juli 2018)

Informan dari Instansi hukum mengatakan (Bapak Alpius)

"setelah Raperda yang Bagian Hukum (Pemda) usulkan ke DPRD, prosedurnya piliak
DPRD melalui Baleg atau Panja mengundang kami dari Bagian Hukum dan SKPD
terkait untuk pembahasan awal terhadap Raperda yang diusulkan oleh Pemerintah.
Baru selanjutnya dibawa ke rapat Paripurna pembahasan bersama Bupati dan DPRD.
Akan tetapi hal ini tidak pernah dilakukan oleh DPRD dengan cara mengundang kami.
Justru biasanya surat dari DPRD datang kepada Bupati langsung penetapan jadwal
Paripurna Persidangan Pembahasan Raperda ". (wawancara, Juli 2018)

7. Dalam pembahasan dan penetapan Perda apakah diadakan sesuai jadwal yang sudah

ditentukan ? Anggota DPRD Komisi III (Bapak Dr. Syamsu Alam)

"sidang pembahasan raperda biasanya tidak selalu sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan, hal ini dikarenakan lerkadang pada waktu jawaban Bupati itu, bukan
Bupati yang hadir mewakili Pemda tetapi diwakili oleh Sekda, karena mgkin Bupati
ada kegiatan lain. DPRD juga maklum dengan kesibukan Bupati. Sehingga sidang kita
skor atau tunda sampai Bupati ada waktu bersedia hadir ". (wawancara, Juli 2018)

"sesuai dengan agenda persidangan waktu yang diperlukan untuk membahasan dan
menetapkan sebuah raperda menjadi perda adalah kurang lebih dua minggu. Namun
terkadang bisa molor tidak sesuai dengan jadwal, penyebab biasanya adalah minimnya
anggota kita yang hadir karena tugas luar dan kesibukan lainnya". (wawancara, Juli
2018)

Sekretaris DPRD mengatakan bahwa :

"memang normatifnya sidang pembahasan raperda itu memerlukan waktu dua minggu
untuk sebuah raperda. Setelah Pimpinan DPRD menyurati Bupati mengenai jadwal
persidangan, maka akan ditindaklanjut oleh Sekda melalui Bagian Hukum untuk
membuat undangan ke setiap SKPD. Akan tetapi tidak jarang jadwal persidangan
mengalami perubahan karena disebabkan oleh beberapa hal baik itu dari pihak
eksekutif maupun legislatif. Langkah kami selanjutnya yaitu menjadwalkan ulang dan
menyurati kembali Bupati terkait perubahan jadwal persidangan ". (wawancara, Juli
2018)
Informan bagian hukum mengatakan :

"Pimpinan DPRD menyurati Bupati melalui Sekda terkait jadwal persidangan


pemhahasan raperda. Selanjutnya Sekda memerintahkan bagian hukum membuat dan
mengedarkan undangan untuk SKPD sesuai dengan jadwal dari DPRD. Setelah kami
edarkan undangan dan sidang berjalan pada agenda I dan II terkadang terjadi
perubahan jadwal persidangan, kami juga tidak mengerti apa kendala yang dialami
DPRD sehingga menunda sidang. Dan kami harus membuat surat ralat jadwal
persidangan. Sudah barang tentu ini merepotkan bagian hukum khususnya untuk
meralat kembali jadwal yang tel ah beredar ". (wawancara, Juli 2018)

"Pernah pengalaman kami sekali tahun 2015 waktu membahas Raperda tata ruang, itu
ditundanya hampir satu tahun. Waktu itu persidangan mulai bulan maret dan pada
waktu rapat konsultasi eksekutif dan legislatif haru membahas sampai pada Pasal 19
raperda tata ruang, sidang pun ditunda oleh DPRD sampai waktu yang tidak jelas.
Rupanya kelanjutan sidang tersebut baru dilaksanakan pada akhir Desember 2015,
sehingga penomoran Perda Rencana tata Ruang Wilayah itu pada tahun 2017, karena
harus menunggu evaluasi pemerintah pusat melalui Kementerian PU.". (wawancara,
Juli 2018)

8. Prioritas kebijakan apa saja yang dibuat DPRD Kabupaten Poso dalam penyusuan

Peraturan Daerah? Informan Masyarakat (Bpk. Hasan)

"Kebijakan yang dibuat oleh DPRD Kabupaten Poso dalam hal peraturan daerah
masih banyak yang merupakan usulan dari Pemerintah Kabupaten Poso. Kebijakan
dari Pemerintah Kabupaten masih cenderung untuk mencari dan meningkatkan APBD
dan kebijakan dimaksud bersifat membebankan masyarakat dan bukan dari keinginan
atau aspirasi masyarakat, anggota DPRD masih pasif menjemput aspirasi dari
masyarakat ". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut dikatakan :

"jika kita lihat beberapa perda yang telah ditetapkan selama periode 2014-2019,
sebagian besar merupakan usulan eksekutif yang sifatnya masalah-masalah rutinitas
dan merupakan tindaklanjut dari peraturan diatasnya. Yang saya lihat belum ada
perda tentang pelayanan publik yang sangat penting bagi masyarakat di kabupaten
Poso ". (wawancara, Juli 2018)

9. Bagaimana penilaian masyarakat kabupaten poso dari sisi Akuntabilitas DPRD

kabupaten poso? Informan masyarakat (Bpk Sulaiman)

"jika saya boleh menilai, dalam menilainkan fungsi legislasinya DPRD Kabupaten
Poso belum cukup baik, ini nampak dari banyaknya perda yang telah ditetapkan hanya
sedikit sekali yang berpiahak dan menyangkut kepentingan masyarakat. Rata-rata
perda yang telah ditetapkan sifatnya berupa tindaklanjut dari peraturan pemerintah
pusat yang merupakan usulan eksekutif sebagai pelaksana pemerintahan ".
(wawancara, Juli 2018).

Bapak Ahas Mengatakan :

"bagi saya tingkat akuntabilitas DPRD terkait fungsi legislasinya sangat rendah, baik
dari segi kuantitas maupun kualitas produk hukum yang dihasilkannya. Lihat saja
selama satu periode hanya tiga perda inisiatif, belum lagi perda yang ditetapkan
bersama pemerintah sebagian besar terkait penyertaan modal, pajak dan retribusi,
tidak ada yang menyangkut kepentingan ma.syarakat bawah, misal terkait pertanian,
perikanan dan lain-lain". (wawancara, Juli 2018).

10. Bagaimana DPRD merespon usulan Raperda yang disampaikan oleh Pemda? (Bpk

Drs. Fredrik Torunde)

"selama ini kita membahas dan menetapkan raperda yang diusulkan oleh pemda,
walaupun kadang-kadang kita melihat raperda tersebut dapat memberatkan
masyarakat, misalnya raperda bidang pajak dan retribusi. Memang tujuan perda
tersebut untuk meningkatkan APBD, namun terkadang kita juga berpikir mungkin saja
perda ini dapat menambah beban masyarakat kita. Dan selama ini kita belum pernah
menolak untuk menetapkan Perda yang sifatnya memberatkan masyarakat. Tetapi yang
sering kita lakukan pada waktu pembahasan adalah menyetujui dengan
merekomendasikan beberapa pengubahan agar sesuai dengan peraturan yang lebih
tinggi dan kepentingan masyarakat banyak". (wawancara, Juli 2018)

Lebih lanjut dikatakan anngota Baleg (Bapak Yohanis B)

"biasanya untuk penyusunan dan pembahasan perda, kita tidak pernah melibatkan
masyarakat untuk memberikan masukan dan saran melalui feed back (umpan balik)
agar perda yang akan ditetapkan setidaknya tidak memberatkan masyarakat. Langkah
yang baik sebetulnya setelah raperda di ajukan oleh Pemda, kita melakukan kajian dan
sosialisasi kepada mmyarakat untuk mendengar aspirasi dan pendapat masyarakat
agar jika perda tersebut dibahas dan ditetapkan tidak bertentangan dengan uu yang
lebih tinggi dan yang lebih penting tidak memberatkan beban masyarakat".
(wawancara, Juli 2018)

Sekretaris DPRD menambahkan :

"mengenai pembahasan Perda Kabupaten Poso, yang selama ini kita lakukan adalah
pemhahasan di tingkat Baleg dan selanjutnya di bahas dalam rapat paripurna bersama
pemerintah daerah. Terkait siapa-siapa yang diundang, apakah mengundang tokoh-
tokoh masyarakat atau pihak yang berkepentingan lainnya dalam pembahasan
paripurna, bukan kewenangan DPRD, undangan rapat penanggung jawab ada pada
pemerintah daerah ". (wawancara, Juli 2018)
11. Apakah DPRD Kabupaten Poso selalu mempertanggung jawabkan penyusunan yang

telah dilakukan kepada masyarakat, pemerintah desa, maupun tokoh masyarakat?

Bagaimana mekanismenya dan bagaimana hasilnya? (Informan masyarakat Bpk. Ahas)

"selama int kita tidak pernah tahu bagaimana bentuk pertanggung jawaban anggota
DPRD kepada kita, apakah bentuknya seperti laporan atau bagaimana. Dan kami juga
tidak tahu apakah pertanggung jawaban itu wajib atau tidak untuk disampaikan
kepada masyarakat. Adapun yang biasa kami lakukan pada saat kunjungan kerja
DPRD ke Desa atau Kecamatan, paling kami hanya mengusulkan untuk diberikan
bangunan atau jalan sesuai kebutuhan kami ". (wawancara, Juli 2018).

Bpk Sulaiman menambahkan :

"paling-paling kami masyarakat sebagai konstituen sifatnya lebih banyak mengusulkan


kepada anggota dewan terkait dengan kebutuhan desa atau kecamatan kami untuk di
anggarkan di APBD, usulan tersebut kami kemukakan pada saat masa reses atau pada
saat musrenbang tingkat desa atau kecamatan. Mengenai pertanggungjawaban Dewan
kepada kami selaku masyarakat, selebihnya kami tidak pernah dikasih tahu ".
(wawancara, Juli 2018).

12. Apakah DPRD Kabupaten Poso selalu mempertanggungjawabkan penyusunan yang

telah dilakukan kepada masyarakat, pemerintah desa, maupun tokoh masyarakat?

Bagaimana mekanismenya dan bagaimana hasilnya? (Anggota DPRD Bapak Dr.

Syamsu Alam)

"sesuai dengan peraturan tatib DPRD, bahwa anggota DPRD secara perorangan atau
kelompok wajib membuat laporan tertulis atas hasil pelaksanaan pada setiap tugasnya,
baik itu berupa kegiatan reses atau kegiatan-kegiatan lainnya ". (wawancara, Juli
2018).

Lebih lanjut dikatakan :

"laporan pertanggunjawaban di kita DPRD itu ada beberapa jenis seperti laporan
kegiatan reses, laporan laporan persidangan, laporan tahunan dan laporan akhir masa
periode. Kadang-kadang laporan itu kita sampaikan juga secara lisan di hadapan
konstituen kita yaitu masyarakat sesuai Dapil. Dan juga jika mmyarakat minta dengan
datang ke kantor DPRD pasti akan di kasih ". (wawancara, Juli 2018).

Lampiran 3
PEDOMAN OBSERVASI
A. Identitas Tempat Observasi

1. Nama Tempat : DPRD KABUPATEN POSO


2. Alamat : Jl. P. BURU No, 2
3. Waktu Obserasi : Juli 2018

B. Hal-Hal Yang Diobservasi

1. Kondisi media komunikasi

LAYAK

2. Kelayakan implementor

LAYAK

3. Ketresediaan sarana/fasilitas pendukung Seperti LCD/proyektor, pengeras suara, bahan dan


lainnya

TERSEDIA

4. Kondisi tempat/ruang dalam proses implementasi

LAYAK

5. Kesimpulan obsever

ADA TIMBAL BALIK, MERESPON

Lampiran 4
PEDOMAN TELAAH DOKUMEN

A. Identitas Tempat Pengambilan Dokumen

1. Nama Tempat : DPRD KEBUPATEN POSO


2. Alamat : Jl. P. BURU No, 2
3. Waktu Pengambilan : Juli 2018
Dokumen

B. Dokumen Yang Berhubungan Dengan Implementasi Kebijakan :

1. Dokumen/arsip Peraturan Daerah Kabupaten Poso 2014 - 2018.


Tersedia O Tidak Tersedia

2. Jadwal Reses dalam 1 Tahun.


Tersedia O Tidak Tersedia

3. Dokumen/arsip Peraturan Daerah Kabupaten Poso 2009 - 2013.


Tersedia O Tidak Tersedia

4. Dokumen/arsip Jumlah Parai dan Fraksi DPRD Kabupaten Poso.


Tersedia O Tidak Tersedia

5. Daftar nama Legislator dan Partai Priode 2014 - 2019.


Tersedia O Tidak Tersedia

6. Jumlah Komisi dan Fraksi di DPRD Kabupaten Poso Periode.


Tersedia O Tidak Tersedia

7. Dokumen/arsip Tugas dan Wewenang DPRD Kabupaten Poso.


Tersedia O Tidak Tersedia

8. Dokumentasi/foto-foto pada saat malaksanakan Penelitian.


Tersedia O Tidak Tersedia
Peraturan Daerah Kabupaten Poso Tahun 2014

1. Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekertariat Daereh dan
Sekertariat DPRD.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan bentuk Hukum Perusahaan Daerah
Kabupaten Poso menjadi Perseroan Terbatas Lembamposo Global Mandiri.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pembentukan Perseroan terbatas Sumomba Jaya.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanan APBD
Kabupaten Poso 2013.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perubahan APBD Kabupaten Poso Tahun
Anggaran 2014.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Matiandaya.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2015.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Tahun 2015

1. Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Poso 2015-2035.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah
Perkotaan Tentena 2015-2035.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2015 tentang Jaminan Pelayanan Kesehatan.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pembinaan Jasa Konstruksi.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Rabies.
10. Perda Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penertiban Ternak.
11. Perda Nomor 11 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Poso
Nomor 38 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
12. Perda Nomor 12 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Poso
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah.
13. Perda Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Poso
Nomor 5 Tahun 2009 tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
14. Perda Nomor 14 Tahun 2015 Tahun tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2010 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Poso.
15. Perda Nomor 15 Tahun 2015 tenang Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2014.
16. Perda Nomor 16 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2015.
17. Perda Nomor 17 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2016.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016

1. Perda Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala Desa.


2. Perda Nomor 2 Tahun 2016 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Poso.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2016 tentang Penyelengaraan Kepariwisataan.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 36 Tahun
2008 tentang Penyelengaraan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pencabutan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Daerah Rumah Sakit Umum Matiandaya.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2016 tentang Dana Siap Pakai Pada Keadaan Darurat Bencana.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanggulangan, Penyalahgunaan
dan Peredaran Nelap Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Poso.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2016 tentang Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2015.
10. Perda Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2016.
11. Perda Nomor 11 Tahun 2016 tentang atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016
tentang Penyertaan Modal Pemeintah Daerah pada Perusahaan Air Minum Kabupaten
Poso.
12. Perda Nomor 12 Tahun 2016 tentang Urusan Pemerintahan Daerah.
13. Perda Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.
14. Perda Nomor 14 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2017.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Tahun 2017

1. Perda Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2011 tentang retribusi jasa umum.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Aggaran dan
Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
2016 tentang Rencana Pembangunan Jangkah Menegah Kabupaten Poso Tahun 2016-
2021.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Keuangan dan Administrasi Pimpinan
dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Poso.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Poso
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2017.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2017 tentang Badan Permusyawaratan Desa.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Tahun 2018

1. Perda Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa.
2. Perda Nomor 2 Tahun 2018 tentang Ketertiban Umum.
3. Perda Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pengendalian Ternak Sapi dan Kerbau Betina
Produktif.
4. Perda Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pernyataan Modal pada Perseroan terbatas Sarana
Penjamin Provinsi Sulawesi Tengah.
5. Perda Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2017.
6. Perda Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pertanggungjawaban Modal Pemerintah Daerah
pada PDAM.
7. Perda Nomor 7 Tahun 2018 tentang Metrologi Legal.
8. Perda Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Poso Tahun Anggaran 2018.
9. Perda Nomor 9 Tahun 2018 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha.
10. Perda Nomor 10 Tahun 2018 tentang Retribusi Perijinan tertentu.
Jadwal Masa Reses DPRD dalam 1 Tahun

No Masa Reses Bulan


Masa Reses dalam 1 Tahun 3 kali Pelaksanaan 1. Bulan Mei
2. Bulan Agustus
3. Bulan Desember
DATA PERATURAN DAERAH PERIODE 2009-2014
Tahun 2009
Nomor 1 Tahun 27 Januari 2009 LD. Kab. Poso APBD Kab. Poso Tahun
2009 tahun 2009 No. 1 Anggaran 2009
24 Januari 2009
Nomor 2 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso Pertanggungjawaban
2009 tahun 2009 No. 2 Pelaksanaan APBD Kab.
24 Januari 2009 Poso T.A 2009
Nomor 3 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso Sekertariat Dewan Pengurus
2009 tahun 2009 No. 3 Kabupaten KORPS Pegawai
24 Januari 2009 Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso Badan Narkotika
2009 tahun 2009 No. 4 Kabupaten Poso
24 Januari 2009
Nomor 5 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso Perubahan APBD Kab. Poso
2009 tahun 2009 No. 5 T.A 2009
24 Januari 2009
Nomor 6 Tahun 19 Agustus 2009 LD. Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2010
2009 tahun 2009 No. 6
24 Januari 2009

Tahun 2010
Nomor 1 tahun 6 Agustus 2009 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2010 tahun 2010 No. 1 pelaksanaan APBD T.A
31 Juli 2010 2009
Nomor 2 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan Nama
2010 tahun 2010 No. 2 Kecamatan Pamona Utara
27 Oktober 2010 Menjadi Kecamatan
Pamona Puselemba di
Wilayah Kab. Poso
Nomor 3 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan Pertama atas
2010 tahun 2010 No. 3 PERDA Kab. Poso No. 26
27 Oktober 2010 Tahun 2008 ttg
Pembentukan,
Penghapusan,
Penggabungan Desa dan
Peubahan Status Desa
Menjadi Kelurahan.
Nomor 4 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Penyerahan Urusan
2010 tahun 2010 No. 4 Pemerintah Kab. Poso
27 Oktober 2010 Kepada Desa
Nomor 5 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Pembentukan Lembaga
2010 tahun 2010 No. 5 Kemasyarakatan di
27 Oktober 2010 Desa/Kelurahan
Nomor 6 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso IRIGASI
2010 tahun 2010 No. 6
27 Oktober 2010
Nomor 7 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Izin Usaha Peternakan
2010 tahun 2010 No. 7
27 Oktober 2010
Nomor 8 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Sistem Perencanaan
2010 tahun 2010 No. 8 Pembangunan Daerah
27 Oktober 2010
Nomor 9 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2010 tahun 2010 No. 9 Poso Tahun 2010
27 Oktober 2010
Nomor 10 tahun 27 Oktober 2010 L.D Kab. Poso Pembentukan Kecamatan
2010 tahun 2010 No. 10 Pamona Utara Menjadi
27 Oktober 2010 Wilayah Kab. Poso Tahun
2010
Nomor 11 tahun 23 November L.D Kab. Poso Perubahan Atas PERDA
2010 2010 tahun 2010 No. 11 Kab. Poso No. 2 Tahun
23 November 2008 ttg Organisasi dan
2010 Tata Kerja Sekertaris
DPRD dan Staf Ahli Kab.
Poso
Nomor 12 tahun 23 November L.D Kab. Poso Status Polisi Pamong Praja
2010 2010 tahun 2010 No. 12
23 November
2010
Nomor 13 tahun 31 Desember L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2011
2010 2010 tahun 2010 No. 13
31 Desember
2010

Tahun 2011
Nomor 1 Tahun 9 Maret 2011 L.D Kab. Poso Rencana Pembangunan
2011 tahun 2011 No. 1 Jangka Menengah Daerah
9 Maret 2011 Kab. Poso
Nomor 2 Tahun 27 April 2011 L.D Kab. Poso BEA Perolehan Hak Atas
2011 tahun 2011 No. 2 Tanah dan Bangunan
27 April 2011
Nomor 3 Tahun 8 Agustus 2011 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2011 tahun 2011 No. 3 Pelaksanaan APBD T.A
8 Agustus 2011 2010
Nomor 4 Tahun 29 September L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2011 2011 tahun 2011 No. 4 Poso T.A 2011
29 September
2011
Nomor 5 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Pajak Daerah
2011 2011 tahun 2011 No. 5
18 November
2011
Nomor 6 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Pajak Bumi dan Bangunan
2011 2011 tahun 2011 No. 6 Perdesaan dan Perkotaan
18 November
2011
Nomor 7 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso Retribusi Jasa Usaha
2011 2011 tahun 2011 No. 7
27 Desember
2011
Nomor 8 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso Retribusi Perizinan
2011 2011 tahun 2011 No. 8 Tertentu
27 Desember
2011
Nomor 9 Tahun 27 Desember L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2012
2011 2011 tahun 2011 No. 9
27 Desember
2011

Tahun 2012
Nomor 1 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Sumbangan Pihak Ketiga
2012 tahun 2012 No. 1 Kepada Daerah
25 Mei 2012
Nomor 2 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Tata Cara Tuntutan
2012 tahun 2012 No. 2 Pembendaharaan dan
25 Mei 2012 Tuntutan Ganti Rugi
Keuangan dan Barang
Milik Daerah
Nomor 3 Tahun 29 Mei 2012 L.D Kab. Poso Penyertaan Modal
2012 tahun 2012 No. 3 Pemerintah Daerah Kab.
25 Mei 2012 Poso pada PT. Bank
Sulteng
Nomor 4 Tahun 18 November L.D Kab. Poso Tata Cara Penyusunan dan
2012 2012 tahun 2012 No. 4 Pengelolaan Program
27 Mei 2012 Legislasi Daerah
Nomor 5 Tahun 10 Agustus 2012 L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso 2013
2012 tahun 2012 No. 5
10 Agustus 2012

Tahun 2013
Nomor 1 Tahun 26 April 2013 L.D Kab. Poso Pemberian Intensif dan
2013 tahun 2013 No. 1 Pemberian Kemudahan
22 April 2013 Penanaman Model
Nomor 2 Tahun 26 April 2013 L.D Kab. Poso Perlindungan Lahan
2013 tahun 2013 No. 2 Pertanian Pangan
22 April 2013 berkelanjutan
Nomor 3 Tahun 4 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 tahun 2013 No. 3 PERDA Kab. Poso No. 12
28 Mei 2013 Tahun 2010 ttg Organisasi
dan Tata Kerja Dinas
Daerah
Nomor 4 Tahun 4 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 tahun 2013 No. 4 PERDA Kab. Poso No. 13
28 Mei 2013 Tahun 2010 ttg Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga
Tekhnis
Nomor 5 Tahun 28 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan atas PERDA
2013 tahun 2013 No. 5 Kab. Poso No. 7 Tahun
27 Juni 2013 2011 ttg Retribusi Jasa
Umum
Nomor 6 Tahun 28 Juni 2013 L.D Kab. Poso Perubahan atas PERDA
2013 tahun 2013 No. 6 Kab. Poso No. 1 Tahun
27 Juni 2013 2011 ttg Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kab.
Poso Tahun 2010-2015
Nomor 7 Tahun 8 Juli 2013 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2013 tahun 2013 No. 7 Pelaksanaan APBD Kab.
8 Juli 2013 Poso T.A 2012
Nomor 8 Tahun 27 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2015
2013 2014 tahun 2013 No. 8
27 November
2013
Nomor 9 Tahun 5 September 2013 L.D Kab. Poso Penanaman Modal
2013 tahun 2013 No. 9
4 September 2013
Nomor 10 Tahun 5 September 2013 L.D Kab. Poso Perubahan Kedua atas
2013 tahun 2013 No. 10 Peraturan Daerah
4 September 2013 Kabupaten Poso Nomor 9
Tahun 2010 ttg Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah
Pada Perusahaan Daerah
Air Minum Kabupaten
Poso
Nomor 11 Tahun 25 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2014
2013 2013 tahun 2013 No. 11
25 November
2013
Nomor 12 Tahun 25 November L.D Kab. Poso Danau
2013 2013 tahun 2013 No. 12
25 November
2013

Tahun 2014
Nomor 1 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 1 Sekertariat Daerah dan
29 April 2014 Sekertariat DPRD
Nomor 2 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 2 Dinas Daerah
29 April 2014
Nomor 3 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Organisasi dan Tata Kerja
2014 tahun 2014 No. 3 Lembaga Tekhnis Daerah
29 April 2014
Nomor 4 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Perubahan Bentuk Hukum
2014 tahun 2014 No. 4 Perusahaan Daerah
29 April 2014 Pembangunan Menjadi
Perseroan Terbatas Lemba
Poso Mposo Global
Mandiri
Nomor 5 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Pembentukan Perseroan
2014 tahun 2014 No. 5 Terbatas Sumomba Jaya
29 April 2014
Nomor 6 Tahun 2 Mei 2014 L.D Kab. Poso Pertanggungjawaban
2014 tahun 2014 No. 6 Pelaksanaan APBD Kab.
2 Juli 2014 Poso T.A 2013
Nomor 7 Tahun 11 September L.D Kab. Poso Perubahan APBD Kab.
2014 2014 tahun 2014 No. 7 Poso T.A 2014
8 Agustus 2014
Nomor 8 Tahun 27 November L.D Kab. Poso APBD Kab. Poso T.A 2015
2014 2014 tahun 2014 No. 8
27 November
2014
Jumlah Partai dan Fraksi DPRD Kab. Poso

Partai Jumlah Kursi Fraksi


Demokrat 8 Fraksi Demokrat
Golkar 5 Fraksi Golkar
Gerindra 4 Faksi Keadilan
PDI – P 3 Fraksi PDI-P
PKS 2 Fraksi Keadilan
PAN 2 Fraksi Keadilan
Hanura 2 Fraksi Sintuwu Maroso
Nasdem 2 Fraksi Sintuwu Maroso
PPP 1 Fraksi Sintuwu Maroso
PKPI 1 Fraksi Keadilan
Nama-nama Legislator dan Partai Periode 2014-2019

No Nama Partai
1 Ellen Ester Pelealu DEMOKRAT
2 Drs. Dharma B Pesudo DEMOKRAT
3 Iskandar Lamuka DEMOKRAT
4 Rofiqo S Machmoed DEMOKRAT
5 Hemawan Nggau DEMOKRAT
6 Mariones Biralino DEMOKRAT
7 Ardin Pilongo DEMOKRAT
8 Berkat Megati DEMOKRAT
9 Soeharto Kandar GOLKAR
10 Syarifudin Odjobolo GOLKAR
11 Norma Sinta Kalahe GOLKAR
12 Herlina Lawodi GOLKAR
13 Sahir T Sampeali GOLKAR
14 Darma G Mondolu GERINDRA
15 Hidayat Bungasawa GERINDRA
16 Yohanis Bando GERINDRA
17 I Ketut Suano GERINDRA
18 Yames Salarupa PKPI
19 Fredrik Torunde PDI PERJUANGAN
20 Yus Ama PDI PERJUANGAN
21 Markus Lolo PDI PERJUANGAN
22 Muhaimin PAN
23 Dewa Nyoman Ariebowo PAN
24 Amir Kusa PKS
25 Usman Abdukarim PKS
26 Dr. Syamsu Alam NASDEM
27 Sugeng Sunaryo NASDEM
28 Gafar Patu HANURA
29 Abram Badilo HANURA
30 Baharudin Sapi’i PPP
Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi I DPRD Kabupaten Poso

No Jumlah Anggota Keduduka Dalam Komisi Bidang Tugas Komisi


1. 10(sepuluh) Ketua Bidang Hukum dan Pemerintahan
orang Wakil Ketua meliputi: Bidang Hukum, Perundang-
Seketaris undangan, Ketertiban Umum,
Anggota 7 orang Kependudukan dan
CaTatan Sipil, Penerapan
dan Pers, Kepegawaian
dan Aparatur, Perizinan,
Sosial, Politik, Organisasi
Masyarakat, Kebudayaan,
Pertanahan, Kerjasama
Intemasional, Pendidikan,
Kesehatan,
Ketenagakerj aan,
Transmigrasi, Aset
Daerah, Agama, KB dan
Pemberdayaan Wanita.

Berdasarkan tabel diatas, Komisi I terdiri dari beberapa partai yang mewakili dan

mempunyai keberagaman pendidikan. Partai Hanura 1 orang yaitu Ketua Komisi, sedangkan

PKS 1 orang, PPP 1 orang, PDIP 2 orang, Demokrat 2 orang, Partai Gerindra 2 orang, Golkar

1 orang.

Selanjutnya Jumlah Anggota dan kewenangan Komisi II terlihat dalam tabel berikut ini:

Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi II DPRD Kabupaten Poso

No Jumlah Anggota Kedudukan Dalam Bidang Tugas Komisi


Komisi
1. 10 (sepuluh) Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan meliputi:
orang Wakil Ketua Bidang Perdangangan, Perindustrian,
Seketaris Pertanian, Perikanan, Petemakan,
Anggota 7 orang Perkebunan, Kehutanan,
Ketahanan Pangan,
Logistik, Koperasi dan
UKM, Perpajakan,
Retribusi, Perbankan,
Badan Usaha Milik
Daerah, Penanaman
Modal, dan Dunia Usaha,
serta Perhubungan dan
Pariwisata.
Berdasarkan tabel diatas, Komisi B terdiri dari beberapa partai yang masing-masing

diwakili oleh PKPI 1 orang, sedangkan Partai Demokrat 3 orang, Partai NASDEM 1 orang,

PDIP 1 orang, Partai Golkar 2 orang, PAN 1 orang dan Partai Gerindra 1 orang.

Untuk Komisi III, Jumlah Anggota dan Kewenangannya dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini :

Jumlah Anggota dan Kewenangan Komisi III DPRD Kabupaten Poso

No Jumlah Anggota Kedudukan Dalam Bidang Tugas Komisi


Komisi
1. 10 (sepuluh) Ketua Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan
orang Wakil Ketua Rakyat meliputi: Bidang Pekerjaan Umum,
Seketaris Tata Kota, Pertamanan,
Anggota 7 orang Kebersihan, Sosial,
Pertambangan dan Energi,
Perumahan Rakyat,
Lingkungan Hidup,
Kepemudaan dan
Olahraga.

Berdasarkan tabel diatas, Komisi III terdiri dari PKS 1 orang, Partai HANURA 1 orang,

Partai Golkar 2 orang, Partai Nasdem 1 orang , Demokrat 3 orang, PAN 1 orang dan Patai

GERINDRA I orang.
Tugas dan Wewenang DPRD Kabupaten Poso

Berdasarkan Pasal 1 butir keempat UU Nomor 9 Tahun 2015 disebutkan bahwa: "Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan rakyat

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah". Pasal tersebut menunjukkan bahwa

DPRD mempunyai kedudukan yakni sebagai wakil rakyat dan sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah. Kedua kedudukan tersebut dalam prakteknya seringkali menimbulkan

konflik kepentingan yang mempersulit posisi DPRD. Menurut UU Republik Indonesia Nomor

17 Tahun 2014.

a. Membentuk Peraturan Daerah bersama Bupati;


b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan Peraturan Peraturan Daerah
mengenai APBD yang diajukan oleh Bupati;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah dan APBD;
d. Mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati kepada
Mentri dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan
dan/atau pemberhentian;
e. Memilih Wakil Bupati dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Bupati;
f. Memberikian pendapat dan pertimbanagan kepada Bupati terhadap rencana perjanjian
Internasional di Daerah;
g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama Internasional yang dilakukan
oleh Bupati;
h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati dalam penyelenggaraan
Pemerintah Daerah;
i. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan Daerah lain atau dengan
pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah;
j. Mengupayakan terlaksananya kewajiban Daerah sesuai dengan ketenteuan Peraturan
perundang-undangan; dan
k. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan Peraturan
perundang-undangan.

DPRD sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah mempunyai peran dalam

membuat kebijakan berupa pengaturan dalambentuk Peraturan Daerah (Fungsi Legislasi atau

lebih tepat disebut sebagai fungsi pengaturan), fungsi Anggaran dan fungsi pengawasan politik.

Sebagai wakil rakyat, DPRD mempunyai fungsi mewakili kepentingan masyarakat apabila

berhadapan dengan pihak Eksekutif maupun pihak lain (Daerah yang lebih tinggi tingkatannya

atau Pemerintah pusat, serta fungsi advokasi yakni melakukan agregasi aspirasi masyarakat.
FOTO PADA SAAT PROSES PENELITIAN
RAPAT KOMISI 1

RAPAT KOMISI 3

RAPAT KOMISI 2
RAPAT PARIPURNA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

FOTO

Nama : Alpin Mandjoro Tasiabe

Tempat dan Tanggal Lahir : Poso, 18 Mei 1993

Email : alpinmandjoro@gmail.com

Alamat : Ranonuncu

Nama Instansi : Perwakilan MESS PEMDA Poso di Palu

Alamat : Jl. Sam Ratulangi No. 18, Besusu Barat, Kota Palu Sulawesi

Tengah

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 12 Poso

2. SMP Kristen Poso

3. SMA Negeri 12 Poso

Riwayat Pekerjaan : Perwakilan MESS PEMDA Poso pada Tahun 1 April 2012

Jabatan : Staf Setda Kab. Poso

Anda mungkin juga menyukai