Anda di halaman 1dari 173

SKRIPSI

EFEKTIVITAS KINERJA OMBUDSMAN REPUBLIK


INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA
TIMUR SEBAGAI PENGAWAS PELAYANAN
PUBLIK

Oleh :
DEA HESTIA ANGGRAINI
2016.05.1.0011

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2020
SKRIPSI

EFEKTIVITAS KINERJA OMBUDSMAN REPUBLIK


INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR
SEBAGAI PENGAWAS PELAYANAN PUBLIK

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Administrasi


Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hang Tuah

Oleh :

DEA HESTIA ANGGRAINI

2016.05.1.0011

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2020

i
ii
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini kepada:

Ayah dan Mama tecinta


Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Ayah dan Mama yang telah memberikan
kasih sayang, doa, dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada
mungkin dapat kubalas dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ayah dan Mama
bahagia, karena aku menyadari bahwa selama ini belum bisa berbuat yang lebih
untuk Ayah dan Mama yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami
kasih sayang dan selalu menasehatiku untuk menjadi lebih baik.
Terimakasih Ayah.. Terimakasih Mama..

My Best Friend’s
Buat sahabat-sahabatku Tanti, April, Della, Nabilah, Safira, Teddy, Eki, Dimas,
Ayura, Niaar, Wanti, Putu, dan teman-temanku angkatan 2016 terimakasih atas
bantuan kalian, semangat kalian, dan candaan kalian yang selalu menemaniku. Aku
tak akan melupakan kalian..

Dosen Pembimbing Skripsiku..


Ibu Dra. Sri Umiyati., M.Si dan Ibu Deasy Arieffiani, SIP., M.Si sebagai dosen
pembimbing skripsiku, terimakasih banyak Bu Umi.. Bu Deasy.. saya sudah
dibantu selama mengerjakan tulisan ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak
akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari ibu. Saya ucapkan terimakasih banyak
atas bantuannya selama ini.
Seluruh dosen pengajar FISIP:
saya ucapkan terimakasih atas ilmu yang telah diberikan, didikan, dan pengalaman
yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami..

iv
LEMBAR MOTTO

“Jika hati begitu luas dan kuat, maka ia senantiasa akan tetap
tegar dan menerima segala hal menyakitkan yang
menerpanya, tak perlu resah atau membenci, karena inilah
cerita yang dituliskan Sang Pencipta kepada kita”

v
ABSTRACT

An ombudsman is officially formed in order to enhance the quality of state


services, and the efforts of preventing and eradicating corruption, collusion, and
nepotism, as well as maladministration. In term of duties and implementation, an
ombudsman has an authority to receive the reports upon maladministration
allegation in public administration services. According to the annual report in 2018,
the ombudsman of East Java representatives had received 407 maladministration in
which 35.62% or 145 reports had not been resolved. Furthermore, ombudsman has
had only 16 employees in East Java in which 43.75% or 7 employees have double
positions with different duties and functions. These people handle the reports which
is increasing each year; therefore, it will affect the ombudsman performances.
This study aims to find out the effectiveness of ombudsman performances
in the Republic of Indonesia provincial representatives in East Java as the public
services supervisor. The theoretical framework uses the effectiveness of
organization performances theory stated by Indrawijaya (Manurung, 2018). This
theory is also defined as System Model that includes four criteria: adaptation,
integration, motivation, and production. This study applies descriptive qualitative
method and there are two population sampling techniques, i.e. purposive and
snowball sampling. Data collection techniques are observation, interviews, and
documentation.
According to the indicators of adaptation, integration, motivation, and
production, the ombudsman performances in East Java are relatively effective. On
the other hand, sub-indicators of ombudsman usefulness to the community and the
reports handling are considered ineffective. For this reason, the implementation of
ombudsman duties requires several optimal resolutions, such as the number of
employees should be increased, productivity enhancement, and cooperation among
institutions.

Keywords: Effectiveness of performances, Ombudsman, Public services


supervisor.

ABSTRAK

vi
Ombudsman dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
negara dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan praktik-
praktik KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) dan maladministrasi. Dalam pelaksanaan
tugasnya Ombudsman berwenang untuk menerima laporan atas dugaan
maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Ditinjau dari laporan
tahunan 2018, Ombudsman Perwakilan Jawa Timur menerima sebanyak 407
laporan dan sebanyak 145 (35,62%) laporan yang belum terselesaikan. Selain itu,
jumlah pegawai Ombudsman tergolong sedikit yaitu hanya 16 orang dengan
cakupan wilayah di seluruh Jawa Timur. Diantara jumlah tersebut, ada 7 (43,75%)
pegawai Ombudsman yang merangkap jabatan dengan fungsi dan tugas yang
berbeda-beda dan menangani laporan yang masuk di Ombudsman yang meningkat
setiap tahunnya sehingga mempengaruhi kinerja Ombudsman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kinerja Ombudsman
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengawas pelayanan
publik. Penelitian ini menggunakan teori efektivitas kinerja organisasi dari
Indrawijaya (dalam Manurung, 2018) yang disebut sebagai System Model yang
mencakup empat kriteria, yaitu Adaptasi, Integrasi, Motivasi, dan Produksi. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Teknik penentuan
informan dibagi menjadi 2 yaitu purposive sampling dan snowball sampling.
Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan indikator adaptasi,
integrasi, motivasi, dan produksi secara keseluruhan kinerja Ombudsman
Perwakilan Jawa Timur telah berjalan dengan efektif. Namun jika dilihat
berdasarkan sub indikator yaitu kebermanfaatan Ombudsman bagi masyarakat dan
banyaknya laporan yang ditangani Ombudsman masih belum efektif. Sehingga ada
beberapa hal yang perlu dioptimalkan untuk pelaksanaan tugas Ombudsman
sebagai pengawas pelayanan publik yaitu penambahan tenaga kerja, meningkatkan
produktivitas, dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain.

Kata kunci: Efektivitas Kinerja, Ombudsman, Pengawas Pelayanan Publik

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas segala berkat dan perlindungan-Nya,


sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas
Kinerja Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur”.
Dalam kesempatan ini, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

vii
1. Bapak Laksamana Muda TNI (Purn) Dr. Ir. Sudirman, S.IP., SE, M.AP selaku
Rektor Universitas Hang Tuah Surabaya beserta Wakil Rektor dan staff.
2. Bapak Herman S.Sos., M.SM, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Hang Tuah Surabaya.
3. Bapak M. Husni Tamrin S.AP., M.KP. sebagai Ketua Program Studi
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hang
Tuah Surabaya.
4. Ibu Dra. Sri Umiyati., M.Si. selaku Dosen Pembimbing saya, yang telah
banyak membimbing, memberikan arahan dengan penuh kesabaran,
memberikan motivasi, dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Deasy Arieffiani, SIP., M.Si. yang selalu membimbing dan mengarahkan
dalam awal penulisan skripsi hingga selesai dengan penuh kesabaran.
6. Ibu Dr. Sri Wahyuni, M.Si. atas bantuan dalam memberikan saran dan masukan
yang diberikan kepada penulis.
7. Staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hang Tuah
Surabaya yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Seluruh pegawai Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur yang telah
meluangkan banyak waktu untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.
9. Kedua orangtuaku, teman, dan saudara-saudara yang selalu tidak hentinya
mendoakan dan mendorong saya untuk semangat dalam meraih gelar S-1.
10. Semua teman teman seperjuanganku khususnya Tanti, Nabilah, Della, April,
Safira, Teddy, Eki, Dimas dan seluruh teman-teman angkatan 2016.
11. Gita Ayu Safitri teman sharing dan teman sebimbingan yang selalu
memberikan semangat, memberikan bantuan, dan motivasi agar skripsi ini
dapat terselesaikan.
12. Ardy Bintang Ramaditya yang telah memberikan support agar skripsi ini dapat
terselesaikan.
13. Pengurus BEM FISIP Angkatan 2018-2019 dan HIMAPI Angkatan 2017-2018
dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu hingga terselesaikanya skripsi ini.
Proses penyusunan Skripsi ini telah memberikan pelajaran kehidupan yang
sangat berarti bagi Penulis. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membaca dan mencintai pengetahuan.

Surabaya, 27 Juni 2020

Dea Hestia Anggraini

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ iii
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. iv

viii
LEMBAR MOTTO ................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................14


3.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................................. 14
3.2 Landasan Konseptual ............................................................................................... 21
2.2.1 Efektivitas ....................................................................................................... 21
2.2.1.1 Pengertian Efektivitas ........................................................21
2.2.1.2 Pengukuran Efektivitas ......................................................22
2.2.2 Kinerja Organisasi ........................................................................................... 24
2.2.2.1 Pengertian Kinerja ..............................................................24
2.2.3 Efektivitas Kinerja .......................................................................................... 28
2.2.4 Pengawasan Ombudsman Republik Indonesia .................................................. 34
2.2.4.1 Pengertian Pengawasan ......................................................34
2.2.4.2 Tujuan Pengawasan ............................................................35
2.2.4.3 Jenis-Jenis Pengawasan ......................................................37
2.2.4.4 Ombudsman Republik Indonesia........................................40
2.3 Kerangka Konsep .................................................................................48
2.4 Definisi Konsep .....................................................................................49

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................51


3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................................... 51
3.2 Fokus Penelitian ....................................................................................................... 52
3.3 Lokasi Penelitian ...................................................................................................... 53
3.4 Subyek dan Sumber Informasi .................................................................................. 54
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 55
3.6 Teknik Analisa Data ................................................................................................. 58
3.7 Instrumen Penelitian ................................................................................................. 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................63


4.1 Gambaran Umum Lokasi .......................................................................................... 63
4.1.1 Sejarah Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur ............63
4.1.2 Lokasi Kantor Ombudsman RI Perwakilan Jawa Timur ...............65
4.1.3 Ruang Lingkup Ombudsman RI Perwakilan Jawa Timur .............67
4.1.4 Struktur Organisasi.........................................................................69
4.2 Temuan dan Analisa Data ........................................................................................ 71
4.2.1 Adaptasi..........................................................................................72
4.2.1.1 Pengadaan dan Pengisian Tenaga Kerja ............................73

ix
4.2.1.2 Ruang Lingkup Ombudsman .............................................80
4.2.1.3 Kebermanfaatan Bagi Masyarakat .....................................86
4.2.2 Integrasi ..........................................................................................89
4.2.2.1 Melakukan Sosialisasi, Kerjasama, dan Koordinasi ..........90
4.2.3 Motivasi..........................................................................................98
4.2.4 Produksi........................................................................................104
4.3 Relevansi Hasil Penelitian Saat Ini dengan Penelitian Terdahulu ........................... 119

BAB V PENUTUP .............................................................................................125


5.1 Kesimpulan ..........................................................................................125
5.2 Saran ....................................................................................................128

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................130


LAMPIRAN ........................................................................................................134

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laporan Masyarakat Berdasarkan Mekanisme Penyampaian Tahun


2018 .......................................................................................................................6
Tabel 1.2 Data Substansi Laporan Maladministrasi Pada Tahun 2018 .................8
Tabel 1.3 Data Jumlah Laporan Periode 2016-2018 ................................................9
Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu .............................................................19
Tabel 2.2 Mapping Teori Efektivitas Kinerja Organisasi ...................................33
Tabel 4.1 Analisis Pengadaan dan Pengisian Tenaga Kerja ..................................79
Tabel 4.2 Analisis Ruang Lingkup Kegiatan Ombudsman....................................86
Tabel 4.3 Analisis Kebermanfaatan Ombudsman Perwakilan Jawa Timur
Bagi Masyarakat.....................................................................................88
Tabel 4.4 Program Kegiatan Sosialisasi, Koordinasi, dan Kerjasama Tahun 2018
................................................................................................................................92
Tabel 4.5 Analisis Integrasi Ombudsman Perwakilan Jawa Timur .......................97
Tabel 4.6 Analis Motivasi Ombudsman Perwakilan Jawa Timur........................103
Tabel 4.7 Data Hasil Laporan Dugaan Maladministrasi Tahun 2018 ..................105
Tabel 4.8 Jumlah Penyelesaian Laporan Masyarakat Berdasarkan Tindak
Lanjut Tahun 2018 ...............................................................................106
Tabel 4.9 Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan Daerah Instansi Terlapor ..107
Tabel 4.10 Kegiatan Investigasi Tahun 2018 .......................................................110
Tabel 4.11 Analisis Penilaian Produksi Ombudsman Perwakilan Jawa Timur ...114
Tabel 4.12 Matriks Analasis Efektivitas Kinerja Ombudsman............................116
Tabel 4.13 Relevansi Hasil Penelitian Saat Ini Dengan Penelitian Terdahulu ....122

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ............................................................................48


Gambar 3.1 Teknik Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data ..........................58
Gambar 3.2 Teknik Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data .........................58
Gambar 3.3 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif ..................62
Gambar 4.1 Peta Lokasi Ombudsman Perwakilan Jawa Timur .............................65
Gambar 4.2 Struktur Organisasi .............................................................................70

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan suatu hal yang sangat mendasar bagi instansi

pemerintah. Setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan publik yang baik.

Pemerintah sebagai pelayan masyarakat (publik servant) mempunyai kewajiban

serta tanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang baik. Maka pemerintah

memiliki fungsi untuk memberikan berbagai pelayanan yang dibutuhkan oleh

masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

menerangkan bahwa negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan

penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan

publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang

dilakukan penyelenggara pelayanan publik adalah kegiatan yang harus dilakukan

seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara terkait peningkatan

pelayanan publik. Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan masyarakat,

pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri tetapi juga untuk

melayani masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban dan bertanggung

jawab dalam memberikan pelayanan pemerintahan yang baik dan professional bagi

masyarakat, serta bebas dari segala bentuk praktek maladministrasi.

1
2

Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia, yang dimaksud dengan maladministrasi adalah perilaku atau

perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk

tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau

pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang

dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan

kerugian materiil dan/atau immaterial bagi masyarakat dan perseorangan.

Berdasarkan Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 26 Tahun

2017 Tentang Tata Cara Penerimaan, Pemeriksaan, dan Penyelesaian Laporan

bahwa bentuk-bentuk maladministrasi yang ditangani oleh Ombudsman Republik

Indonesia sebagai pengawas pelayanan publik antara lain; penundaan berlarut, tidak

memberikan pelayanan, tidak kompeten, penyalahgunaan wewenang,

penyimpangan prosedur, permintaan imbalan, tidak patut, berpihak, diskriminasi,

dan konflik kepentingan.

Pada realita saat ini, penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia belum

sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan serta perubahan masyarakat. Hal ini dapat

dilihat dari keluhan yang dirasakan oleh masyarakat dalam mendapatkan pelayanan

seperti ketidakjelasan birokrat dalam melayani, sulitnya masyarakat dalam

mengakses pelayanan yang dibutuhkan, pelayanan yang tidak sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga dianggap sangat berbelit-belit,

banyaknya pungutan liar, ketidakjelasan birokrat dalam memberikan kepastian

waktu pelayanan. Masalah tersebut berkaitan dengan masih rendahnya kualitas

kinerja pelayanan publik. Salah satunya, masih terjadinya pungutan liar dalam

proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk elektronik yang disebabkan karena


3

antrean yang panjang dalam pengurusan E-KTP. Dari pemantauan di 34 provinsi,

Ombudsman menemukan sebanyak 38,24 % terdapat pungutan liar. Sementara

61,76 % bebas dari pungli (www.kompas.com).

Selain itu, permasalahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dapat dilihat dari hasil survei dan observasi yang dilakukan oleh

Ombudsman. Dari keseluruhan survei dan observasi yang telah dilakukan oleh

Ombudsman tahun 2017 terhadap lembaga, kementerian, dan pemerintah daerah

menunjukkan bahwa hasil keseluruhannya tergolong buruk. Artinya adalah

palayanan yang diberikan oleh aparat birokrat kepada masyarakat masih dalam

kategori buruk. Hal ini ditandai dengan pelayanan yang masih diskriminatif,

pungutan liar, penyalahgunaan wewenang, dan penundaan berlarut di dalam

pelayanan birokrasi (www.liputan6.com).

Kasus tersebut menunjukkan masih rendahnya pelayanan publik yang

diberikan oleh pemerintah, di mana masyarakat belum mendapatkan pelayanan

publik yang baik. Pelayanan publik yang baik hanya akan dapat diwujudkan

apabila terdapat; a) sistem pelayanan mengutamakan kepentingan masyarakat,

khususnya pengguna jasa; b) kultur pelayanan dalam organisasi penyelenggaraan

pelayanan, dan c) sumber daya manusia yang berorientasi pada kepentingan

pengguna jasa (Ratminto dkk, 2005). Lemahnya pengawasan dalam

penyelenggaraan pemerintahan terhadap pelayanan publik menyebabkan buruknya

kinerja aparatur birokrasi dalam memberikan pelayanannya. Hal ini membuat

aparat birokrat sering mengabaikan efektivitas dan efisiensi dalam memberikan

pelayan publik kepada masyarakat yang mengakibatkan buruknya kualitas

pelayanan itu sendiri.


4

Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan menciptakan

penyelenggaraan pemerintahan yang baik dibutuhkan penegakan hukum yang kuat

agar terwujud aparatur penyelenggara negara dan pemerintahan yang baik, jujur,

bersih serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Maka diperlukan keberadaan

lembaga pengawas eksternal yang secara efektif mampu mengontrol tugas

penyelenggara negara dan pemerintahan, seperti lembaga Ombudsman. Lembaga

Ombudsman sebagai mediator bagi masyarakat yang menyampaikan keluhannya

demi mendapatkan pelayanan publik yang efektif. Oleh karena itu, jika masyarakat

ingin menyampaikan keluhannya kepada Ombudsman tentunya juga harus

menyampaikan keluhan ke instansi yang dilaporkan terlebih dahulu. Namun jika

tidak ada tanggapan dari instansi yang dilaporkan, masyarakat diperbolehkan untuk

melaporkan keluhan kepada Ombudsman.

Ombudsman dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun

2000 Tentang Komisi Ombudsman Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan

mutu pelayanan negara dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan

pencegahan praktik-praktik KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) dan maladministrasi.

Ombudsman Republik Indonesia menjadi pengawas eksternal yang keberadaannya

diharapkan mampu mengontrol tugas penyelenggara negara dan pemerintahan

dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan penegakan hukum. Sehingga menjadi

alternatif bagi masyarakat dalam mengadukan proses pelayanan publik oleh

birokrasi yang seringkali melakukan penyimpangan penyelenggaraan pelayanan

publik agar terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good

Governance).

Ombudsman Republik Indonesia muncul karena lemahnya pengawasan dari


5

lembaga pengawasan terhadap penyelenggara pelayanan publik. Ombudsman

Republik Indonesia berbeda dengan lembaga-lembaga pengaduan lain karena

memiliki keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga

pengaduan yang lain, seperti pedoman hukum yang dimiliki yaitu Undang-Undang

No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia sehingga lembaga ini

dapat memberikan harapan baru untuk mewujudkan Good Governance.

Ombudsman Republik Indonesia memiliki kewenangan mengawasi pemberian

pelayanan umum oleh penyelenggara negara dan pemerintah kepada masyarakat.

Penyelenggara negara dimaksud meliputi Lembaga Peradilan, Kejaksaan,

Kepolisian, Badan Pertanahan Nasional, Pemerintah Daerah, Instansi Departemen

dan Non-Departemen, BUMN, dan Perguruan Tinggi Negeri, serta badan swasta

dan perorangan yang seluruh/sebagian anggarannya menggunakan APBN/APBD

(Asmara, 2012).

Ombudsman Republik Indonesia tidak hanya ada di pusat, tetapi juga ada

disetiap provinsi di Indonesia. Hal ini karena pemantauan penyelenggaraan

pelayanan tidak mungkin hanya dilakukan di pusat saja, oleh karena itu

Ombudsman membentuk perwakilan di setiap provinsi di Indonesia, diantaranya

Perwakilan Aceh, Perwakilan Sumatera Utara, Perwakilan Riau, Perwakilan

Sumatera Barat, Perwakilan Jambi, Perwakilan Sumatera Selatan, Perwakilan

Bengkulu, Perwakilan Kepulauan Bangka Belitung, Perwakilan Lampung,

Perwakilan Kepulauan Riau, Perwakilan Jakarta Raya, Perwakilan Jawa Barat,

Perwakilan Jawa Tengah, Perwakilan DIY, Perwakilan Jawa Timur, Perwakilan

Banten, Perwakilan Bali, Perwakilan Nusa Tenggara Barat, Perwakilan Nusa

Tenggara Timur, Perwakilan Kalimantan Tengah, Perwakilan Kalimantan Selatan,


6

Perwakilan Kalimantan Barat, Perwakilan Kalimantan Timur, Perwakilan

Kalimantan Utara, Perwakilan Sulawesi Utara, Perwakilan Sulawesi Tengah,

Perwakilan Sulawesi Selatan, Perwakilan Sulawesi Utara, Perwakilan Sulawesi

Barat, Perwakilan Gorontalo, Perwakilan Maluku, Perwakilan Maluku Utara,

Perwakilan Papua, dan Perwakilan Papua Barat. Ombudsman perwakilan ini

bertujuan memperlancar tugas pengawasan penyelenggaraan tugas negara di

daerah, karena Perwakilan Ombudsman merupakan bagian yang tak terpisahan dari

Ombudsman Nasional (Pusat). Seluruh peraturan perundang-undangan yang

berlaku di Ombudsman Nasional (Pusat) juga berlaku bagi Perwakilan Ombudsman

di daerah.

Selama berdirinya Ombdusman RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur pada

akhir tahun 2010, Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa

Timur berupaya dalam meningkatkan perbaikan pelayanan publik. Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur merupakan Lembaga yang

mendapat banyak laporan mengenai buruknya pelayanan publik dari berbagai

instansi penyelenggara pelayanan publik. Kantor Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Jawa Timur pada tahun 2018 telah menerima laporan/pengaduan

masyarakat atas dugaan maladministrasi dalam pelayanan publik sebanyak 407

laporan. Berikut adalah data laporan masyarakat yang diterima berdasarkan

mekanisme penyampaian pada tahun 2018 :

Tabel 1.1 Laporan Masyarakat Berdasarkan Mekanisme Penyampaian


Tahun 2018
No Aspek Jumlah %

1 Datang Langsung 134 32,92%


2 Email 38 9,34%
No Aspek Jumlah %

3 Investigasi Inisiatif 1 0,25%


7

4 Media 7 1,72%
5 Surat 180 44,23%
6 Telepon 46 11,30%
7 Website 1 0,25%
Jumlah 407 100%

Sumber: Data Internal Ombudsman, Tahun 2018

Berdasarkan Tabel 1.1, laporan masyarakat yang masuk berdasarkan

mekanisme penyampaian sebagian besar diterima melalui surat (44,23%). Namun

dalam praktiknya menurut pengamatan peneliti, penyampaian dengan datang

langsung lebih diprioritaskan karena dengan datang langsung pelapor telah

membawa surat atau kelengkapan data yang mendukung dari laporan kasus yang

telah di laporkan kepada Ombudsman. Salah satu kewenangan Ombudsman adalah

melakukan investigasi berdasarkan inisiatif sendiri. Hal ini belum dilaksanakan

secara maksimal. Terbukti bahwa dari Tabel 1.1 tersebut di atas, persentase

investigasi atas inisiatif sendiri hanya 0,25%. Tentunya laporan yang diterima

Ombudsman adalah laporan yang termasuk dalam bentuk-bentuk maladministrasi.

Bentuk-bentuk maladministrasi yang ditangani oleh Ombudsman Perwakilan

Provinsi Jawa Timur disesuaikan dengan Peraturan Ombudsman Republik

Indonesia Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Penerimaan, Pemeriksaan, dan

Penyelesaian Laporan antara lain; penundaan berlarut, tidak memberikan

pelayanan, tidak kompeten, penyalahgunaan wewenang, penyimpangan prosedur,

permintaan imbalan, tidak patut, berpihak, diskriminasi, dan konflik kepentingan.

Secara rinci, bentuk-bentuk maladministrasi dibagi berdasarkan substansi

laporan maladministrasi. Berikut adalah data jumlah laporan yang termasuk dalam

dugaan maladministrasi di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018:

Tabel 1.2 Data Substansi Laporan Maladministrasi Pada Tahun 2018


No. Aspek Jumlah %
1 Administrasi Kependudukan 83 20,39%
8

2 Agama 1 0,25%
3 Agraria/Pertanahan 73 17,94%
4 Air Minum 2 0,49%
5 Asuransi/Jaminan Sosial 5 1,23%
6 Imigrasi 2 0,49%
7 Informasi Publik 3 0,74%
8 Kejaksaan 2 0,49%
9 Kelautan 1 0,25%
10 Kepegawaian 60 14,74%
11 Kepolisian 41 10,07%
12 Kesehatan 7 1,72%
13 Kesejahteraan Sosial 1 0,25%
14 Ketenagakerjaan 12 2,95%
15 Komisi/Lembaga Negara 3 0,74%
16 Lingkungan Hidup 2 0,49%
17 Listrik 10 2,46%
18 Pajak 5 1,23%
19 Pedesaan 7 1,72%
20 Pemukiman/Perumahan 5 1,23%
21 Pendidikan 19 4,67%
22 Pengadaan Barang dan Jasa 1 0,25%
23 Peradilan 16 3,93%
24 Perbankan 15 3,69%
25 Perdagangan dan Industri 3 0,74%
26 Perhubungan/Infrastruktur 7 1,72%
27 Perijinan (PTSP) 14 3,44%
28 Pertahanan dan Keamanan 1 0,25%
29 Sumber Daya Alam dan Energi 4 0,98%
30 Telekoordinasi 1 0,25%
31 Tentara Nasional Indonesia 1 0,25%
Total 407 100%
Sumber: Data Internal Ombudsman, Tahun 2018

Berdasarkan Tabel 1.2 data substansi laporan terbanyak yang masuk pada

tahun 2018 adalah substansi masalah administrasi kependudukan dengan jumlah

laporan 83 (20,39%). Contoh dari administrasi kependudukan antara lain:

pengurusan e-KTP, Kartu Keluarga (KK), dan Akta Kelahiran. Substansi

administrasi kependudukan menjadi substansi yang paling mengecewakan


9

masyarakat Jawa Timur.

Keberadaan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa

Timur diharapkan dapat membantu masyarakat dalam hal menyuarakan keluhan

masyarakat, khususnya masyarakat Provinsi Jawa Timur terhadap instansi

penyelenggaraan pelayanan publik. Namun dalam struktur organisasi Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur peneliti menemukan adanya

beberapa pegawai yang merangkap jabatan. Rangkap jabatan adalah seseorang

yang memengang dua atau lebih jabatan di dalam sebuah organisasi. Adanya

rangkap jabatan ini disebabkan oleh terbatasnya anggaran yang diberikan oleh

APBN untuk melaksanakan rekrutmen pegawai, sehingga mempengaruhi kinerja

yang dilakukan oleh Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur

khususnya pada proses penyelesaian laporan. Berikut adalah data jumlah laporan

periode 2016-2018 :

Tabel 1.3 Data Jumlah Laporan Periode 2016-2018


No. Tahun Status Laporan Jumlah Persentase (%)
1. Laporan belum selesai atau masih proses 26 7,51%
2. 2016 Laporan selesai 320 92,49%
Jumlah 346 100%
1. Laporan belum selesai atau masih proses 28 7,51%
2. 2017 Laporan selesai 345 92,49%
Jumlah 373 100%
1. Laporan belum selesai atau masih proses 145 35,62%
2. 2018 Laporan selesai 262 64,37%
Jumlah 407 100%
Sumber: Data Internal Ombudsman, Tahun 2018

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat masih adanya laporan yang belum terselesaikan

di setiap tahunnya. Pada tahun 2016 Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur

menerima laporan sebanyak 346 dan laporan yang belum terselesaikan atau masih

dalam proses sebanyak 26 (7,51%). Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2017

yakni sebanyak 373 dan laporan yang belum terselesaikan atau masih dalam proses
10

sebanyak 28 (7,51%). Laporan tersebut meningkat lagi pada tahun 2018 sebanyak

407 dan laporan yang belum terselesaikan atau masih dalam proses meningkat

secara signifikan dari tahun sebelumnya dengan persentase sebelumnya sebesar

7,51% menjadi 35,62% pada tahun 2018.

Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara dengan tim asisten

pemeriksaan laporan bahwa Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur belum

menyelesaikan kasus yang masih tertunda disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

laporan masuk pada akhir bulan (November-Desember), laporan masih

memerlukan data lain, dan permintaan kelengkapan data belum terpenuhi oleh

pelapor.

Hasil penelitian yang dilakukan Mahardhika (2018) di Ombusman

Perwakilan Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa jumlah pegawai

Ombudsman hanya ada 15 orang sehingga peran dari petugas pengawasan mampu

mempengaruhi hasil atau output dari pengawasan. Karena keterbatasan jumlah

pegawai, megakibatkan laporan yang seharusnya ditangani oleh asisten berdasarkan

substansi sesuai dengan laporannya dibantu oleh asisten lain diluar dari substansi

laporan tersebut. Selain itu juga ditemukan adanya laporan pengaduan dengan

status yang belum terselesaikan sehingga laporan tersebut diselesaikan pada tahun

berikutnya. Sejalan dengan penelitian Saleh (2016) di Ombudsman Perwakilan

Provinsi Gorontalo menyatakan bahwa ada beberapa hambatan yang dihadapi

Ombudsman dalam melaksanakan tugasnya, salah satunya yaitu keberadaan

Ombudsman yang tidak familiar di kalangan masyarakat karena kurangnya

anggaran dalam menjalankan sosialisasi pengenalan lembaga. Hal tersebut juga

dipengaruhi oleh minimnya jumlah anggota Ombudsman baik nasional maupun


11

perwakilannya. Sependapat dengan penelitian Saleh, hasil penelitian Putri (2017)

di Perwakilan Provinsi Riau juga megidentifikasi bahwa faktor penghambat dalam

menangani pengaduan maladministrasi seperti kurangnya sumber daya manusia,

anggaran yang terbatas, kurangnya fasilitas untuk mendukung kinerja. Sejalan

dengan pendapat Saleh dan Putri, penulis telah melakukan observasi di

Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur bahwa jumlah pegawai Ombudsman

hanya 16 orang. Diantara jumlah tersebut, ada 7 (43,75%) pegawai Ombudsman

yang merangkap jabatan dengan fungsi dan tugas yang berbeda-beda dan

menangani laporan yang masuk di Ombudsman yang meningkat setiap tahunnya

sehingga mempengaruhi kinerja Ombudsman.

Berdasarkan seluruh uraian diatas maka efektivitas kinerja Ombudsman

sebagai lembaga pengawas eksternal perlu dikaji, sehingga penulis tertarik

melakukan sebuah penelitian mengenai efektivitas kinerja Ombudsman Republik

Indonesia Provinsi Jawa Timur sebagai pengawas pelayanan berdasarkan tugas dan

wewenangnya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas

kinerja Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Jawa Timur sebagai pengawas

pelayanan publik?
12

1.3 Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas kinerja Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengawas pelayanan publik.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yaitu manfaat yang berkaitan dengan pengembangan Ilmu

Administrasi Publik khususnya pada bidang Pelayanan Publik. Manfaat teoritis

dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1) Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang Pelayanan Publik pada program studi Ilmu

Admnistrasi Publik.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur

dalam dunia kepustakaan tentang efektifitas kinerja Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengawas

pelayanan publik. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

terhadap penelitian-penelitian sejenis.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan ini yang berkaitan dengan

pemecahan masalah. Manfaat praktis dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1) Sebagai salah satu sumber pemikiran, informasi, dan referensi bagi

penelitian selanjutnya, khususnya pada bidang yang sama.


13

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi masukan

kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan

permasalahan yang diteliti dan dapat dipakai sebagai sarana yang efektif

dan memadai dalam upaya mempelajari dan memahami Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu yang relevan

dengan permasalahan yang akan diteliti tentang efektivitas kinerja Ombudsman

Perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengawas pelayanan publik, antara lain :

Kajian penelitian yang pertama dilakukan oleh Fahrian Saleh (2016) dengan

judul “Efektivitas Kinerja Lembaga Ombudsman Dalam Mengawasi Pelayanan

Publik (Suatu Studi di Kantor Lembaga Ombudsman Perwakilan Provinsi

Gorontalo)”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

analisis data kualitatif. Penelitian ini menguunakan teori Martani dan Lubis

(1987), yakni: pendekatan sumber (resource approach), pendekatan proses

(process approach), pendekatan sasaran (goals approach) dengan fokus pada

penelitian ini yaitu pada penerapan program kinerja Ombudsman Perwakilan

Gorontalo dengan titik dasar pertamanya pada sosialisasi dan kinerja dalam

mengawasi penyelenggara pelayanan publik. Adapun hasil penelitian ini bahwa

dalam menjalankan tugasnya Ombudsman Perwakilan Provinsi Gorontalo lebih

menekankan pada kegiatan sosialisasi yang dilakukan. Lembaga Ombudsman

Perwakilan Provinsi Gorontalo juga menemui hambatan yang ada seperti

kurangnya anggaran dalam menjalankan sosialisasi pengenalan lembaga termasuk

dalam bentuk iklan, brosur, spanduk, seminar dan kegiatan lain-lain.

14
15

Kajian penelitian yang kedua dilakukan oleh Ria Novia Sari (2016) dengan

judul “Efektivitas Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau

Dalam Menyelesaikan Laporan Masyarakat Di Bidang Pelayanan Publik

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia Di Provinsi Riau Tahun 2013-2014”. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisis data kualitatif.

Penelitian ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang

Ombudsman Republik Indonesia sebagai teori. Hasil penelitian ini dapat

disimpulkan masih ada beberapa tugas Ombudsman dari Perwakilan Republik

Indonesia Perwakilan Provinsi Riau yang masih belum berjalan sama efektif, hal

ini disebabkan karena kendala yang ada antara lain kurangnya sumber daya

manusia, dana terbatas, kurangnya fasilitas untuk mendukung kinerja Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau, masih ada kekurangan keberadaan

keberadaan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau. Saran

penulis yaitu kebutuhan akan sumber daya manusia tambahan, peningkatan dana,

fasilitas pendukung tambahan, dan kebutuhan sosialisasi secara merata di setiap

kota/kabupaten di Provinsi Riau terkait dengan keberadaan Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Provinsi Riau.

Kajian penelitian yang ketiga dilakukan oleh Kelani Putri (2017) dengan

judul “Efektivitas Kinerja Ombudsman Dalam Menangani Pengaduan Pelayanan

(Kasus Maladministrasi di Kota Pekanbaru)”. Penelitian ini menggunakan teori

Ricard M. Steers (2005) dengan indikator meliputi: produktivitas, kemampuan

adaptasi, kepuasan kerja, pencarian SDM. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu deskriptif kualitatif dengan analisa data kualitatif. Adapun hasil penelitian
16

ini menunjukkan bahwa Ombudsman Perwakilan Provinsi Riau dalam menangani

pengaduan maladministrasi belum efektif, terutama dalam pencegahan dan

penyelesaian laporan. Adapun hambatan dalam menangani pengaduan

maladministrasi seperti kurangnya sumber daya manusia, anggaran yang terbatas,

kurangnya fasilitas untuk mendukung kinerja Ombudsman Perwakilan Provinsi

Riau.

Kajian penelitian yang keempat dilakukan oleh Tri Yanti Nur Irson Sitorus

dan Dyah Hariani (2019) dengan judul “Analisis Kinerja Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Jawa Tengah Dalam Rangka Pennyelesaian Laporan

Masyarakat”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

analisis data berupa pengumpulan data, reduksi data, uji keabsahan, penyajian

data, danpenarikan kesimpulan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teori kinerja organisasi menurut Dwiyanto terdapat 5 indikator yaitu:

produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produktivitas Perwakilan Ombudsman

Republik Indonesia di Jawa Tengah tidak maksimal karena penyelesaian laporan

bahwa masyarakat belum mencapai target. Kualitas layanan dalam menyelesaikan

laporan juga tidak optimal, karena Ombudsman masih lambat dalam menangani

laporan publik. Responsif Ombudsman Republik Indonesia kepada Perwakilan

Jawa Tengah belum dimaksimalkan karena keahlian yang terbatas dalam mengkaji

dan mendiskusikan keinginan wartawan dan pihak yang dilaporkan. Tanggung

jawab Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia di Jawa Tengah tidak maksimal

dan tidak akuntabel dan transparan kepada masyarakat. Faktor-faktor yang

menghambat kinerja adalah kurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia
17

dalam menyelesaikan laporan, tidak adanya mekanisme sistem kerja, kurangnya

fasilitas dan infrastruktur, keterbatasan anggaran, kurangnya pengetahuan publik

tentang keberadaan Ombudsman di Jawa Tengah, dan kepemimpinan dan tim yang

mendorong kinerja Ombudsman. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

kinerja Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah dalam rangka

penyelesaian laporannya belum maksimal dilihat dari produktivitas, kualitas

layanan, responsivitas, responsibilitasnya, dan akuntabilitas.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu meliputi beberapa aspek

antara lain, aspek permasalahan yang diteliti karena dari penelitian terdahulu

peneliti sama-sama mengkaji dan membahas permasalahan tentang efektivitas

kinerja ombdudsman.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini meliputi beberapa

aspek, antara lain sebagai berikut:

1. Aspek Teori

a. Penelitian Fahrian Saleh (2016) menggunakan teori menurut Martani

dan Lubis (1987) dengan indikator efektivitas organisasi, yaitu

pendekatan sumber ( resource approach), pendekatan proses ( process

approach), dan pendekatan sasaran ( goals approach).

b. Penelitian Ria Novia Sari (2016) mengacu pada Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2009 Tentang Ombudsman Republik Indonesia

sebagai teori.

c. Penelitian Kelani Putri (2017) menggunakan teori efektivitas Ricard M.

Steers (2005) indikatornya meliputi: produktivitas, kemampuan

adaptasi, kepuasan kerja, dan pencarian sumber daya manusia.


18

d. Penelitian Tri Yanti Nur Irson Sitorus dan Dra. Dyah Hariani (2019)

menggunakan teori kinerja organisasi menurut Dwiyanto dengan

indikator yaitu produktivitas, kualitas layanan, responsivitas,

responsibilitas, dan akuntabilitas.

2. Aspek Lokasi

a. Penelitian yang dilakukan Fahrian Saleh (2016) berlokasi di Kantor

Lembaga Ombudsman Perwakilan Provinsi Gorontalo.

b. Penelitian yang dilakukan Ria Novia Sari (2016) berlokasi di Provinsi

Riau.

c. Penelitian yang dilakukan Kelani Putri (2017) berlokasi di Kota

Pekanbaru.

d. Penelitian yang dilakukan Tri Yanti Nur Irson Sitorus dan Dra. Dyah

Hariani (2019) berlokasi di Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Jawa Tengah.

Berikut adalah Tabel 2.1 mengenai matriks antara penelitian terdahulu

dengan penelitian saat ini:


19

Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu


No. Nama/Tahun Judul Variabel Metode Alat Analisis Persamaan Perbedaan
1. Fahrian Saleh, Efektivitas Kinerja Martani dan Lubis Deskriptif Analisa Mengkaji dan Perbedaan teori dan
2016 Lembaga Ombudsman (1987:55), efektivitas Kualitaif Kualitatif membahas lokus penelitian
Dalam Mengawasi organisasi yakni: Pendekatan tentang efektivitas Ombudsman
Pelayanan Publik (Suatu Sumber (resource approach) kinerja Perwakilan Provinsi
Studi di Kantor Pendekatan proses (process Ombudsman Gorontalo.
Lembaga Ombudsman approach) sebagai pengawas
Perwakilan Provinsi Pendekatan sasaran (goals pelayanan publik.
Gorontalo) approach)
2. Ria Novia Efektivitas Ombudsman Undang-Undang Nomor 37 Deskriptif Analisas Mengkaji dan Perbedaan teori dan
Sari, 2016 Republik Indonesia Tahun 2009 Tentang Kualitaif Kualitatif membahas lokus penelitian
Perwakilan Provinsi Ombudsman Republik efektivitas kinerja Ombudsman
Riau Dalam Indonesia Ombudsman Perwakilan Provinsi
Menyelesaikan Laporan dengan mengacu Riau
Masyarakat Di Bidang pada UU No. 37
Pelayanan Publik Tahun 2008
Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 37
Tahun 2009 Tentang
Ombudsman Republik
Indonesia Di Provinsi
Riau Tahun 2013-2014
3. Kelani Putri, Efektivitas Kinerja Ricard M. Steers (2005) Deskriptif Analisa Mengkaji dan Perbedaan teori dan
2017 Ombudsman Dalam meliputi: Kualitaif Kualitatif membahas focus penelitian
Menangani Pengaduan 1. Produktivitas. efektivitas kinerja mengenai
Pelayanan (Kasus 2. Kemampuan adaptasi. Ombudsman. pengaduan
Maladministrasi di Kota 3. Kepuasan kerja. pelayanan dalam
Pekanbaru) 4. Pencarian SDM. hal maladministrasi
serta, lokus
penelitian di
Ombudsman
Perwakilan Provinsi
Riau.

No. Nama/Tahun Judul Variabel Metode Alat Analisis Persamaan Perbedaan


20

4. Tri Yanti Nur Analisis Kinerja Menurut Dwiyanto, terdapat Deskriptif Pengumpulan Mengkaji dan Perbedaan teori dan
Irson Sitorus Ombudsman Republik 5 indikator untuk mengukur Kualitaif data, reduksi membahas fokus penelitian
dan Dra. Dyah Indonesia Perwakilan kinerja organisasi, yaitu: data, uji tentang kinerja pada penyelesaian
Hariani, Jawa Tengah Dalam a. Produktivitas keabsahan, Ombudsman laporan serta lokus
2019 Rangka Pennyelesaian b. Kualitas layanan penyajian penelitian di
Laporan Masyarakat c. Responsivitas data, Ombudsman
d. Responsibilitas penarikan Perwakilan Jawa
e. Akuntabilitas kesimpulan. Timur

Sumber: Diolah Peneliti (2019)


21

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Efektivitas

2.2.1.1 Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari Bahasa Inggris effective yang artinya berhasil.

Menurut Supriyono (2000) mendefinisikan pengertian efektivitas sebagai

berikut: Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat

tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin besar

kontribusi daripada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian

sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit tersebut.

Menurut Kurniawan (2005) mendefinisikan efektivitas adalah

kemampuan melaksanakan tugas dan fungsi dari suatu organisasi atau

sejenisnya dengan tidak ada tekanan atau ketegangan diatara

pelaksanaannya.

Gibson, dkk. (1994) mendefinisikan efektivitas dengan menggunakan

pendekatan sistem yaitu, 1) seluruh siklus input-proses-output, tidak hanya

output saja, dan 2) hubungan timbal balik antara organisasi dan

lingkungannya.

Menurut Siagian, (2001) efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya,

sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa yang kegiatan

yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi

tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan, jika hasil kegiatan semakin

mendekati sasaran, maka akan semakin tinggi tingkat efektifitasnya.

Menurut Yukl (1994) efektivitas berkaitan dengan tepat atau tidaknya


22

pemilihan sesuatu sehingga mampu mencapai sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan. Istilah efektivitas sering digunakan dalam lingkungan organisasi

atau perusahaan yakni untuk mengimajinasikan tepat atau tidaknya sasaran

yang telah digunakan oleh organisasi tersebut.

Menurut Mardiasmo (2009) efektivitas pada dasarnya berhubungan

dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Sedangkan

Menurut H. Emerson (dalam Handayaningrat, 1996) efektivitas merupakan

ukuran tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi

efektivitas juga dapat diartikan sebagai ukuran berhasil tidaknya suatu

organisasi mencapai tujuannya.

2.2.1.2 Pengukuran Efektivitas

Pengukuran efektivitas dapat dilakukan dengan melihat hasil kerja yang

dicapai oleh suatu organisasi. Efektivitas dapat diukur melalui berhasil

tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Adapun

indikator atau kriteria dari efektivitas menurut Tangkilisan (2005) yaitu

sebagai berikut:

1. Pencapaian Target

Hal ini dapat dillihat dari sejauh mana tujuan organisasi dalam

mencapai target sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Kemampuan Adaptasi (fleksibilitas)

Keberhasilan suatu organisasi dilihat dari sejauh mana organisasi

dapat menyesuaikan diri dengan perubaahn-perubahan yang terjadi

baik dari dala organnisasi dan di luar organisasi.


23

3. Kepuasan Kerja

Suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruhanggota organisasi yang

mampu memberikan kenyamanan dan motivasi bagi peningkatan

kinerja organisasi yang menjadi fokus elemen ini adalah antara

pekerjaan dan kesesuaian imbalan atau system intensif yang

diberlakukan bagi anggota organisasi yang berprestasi dalam

melakukan pekerjaan melebihi beban kerja yang ada.

4. Tanggung Jawab

Organisasi dapat melaksanakan mandat yang telah diembannya

sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat sebelumnya, dan bisa

menghadapu serta menyelesaikan masalah yang terjadi dengan

pekerjaannya.

Menurut Makmur (2011) dari segi kriteria efektivitas, unsur-

unsurnya antara lain:

a. Ketepatan penentuan waktu

b. Ketepatan perhitungan biaya

c. Ketepatan dalam pengukuran

d. Ketepatan dalam menentukan pilihan

e. Ketepatan berpikir

f. Ketepatan dalam melakukan perintah

g. Ketepatan dalam menentukan tujuan

h. Ketepatan sasaran

Sedangkan menurut Duncan (dalam Richard M. Steers, 1985)

ukuran efektivitas, sebagai berikut:


24

1. Pencapaian Tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus

dipandang sebagai suatu proses. Agar pencapaian tujuan akhir semakin

terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan

pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti

periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu

kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkrit.

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu

organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus

dan koordinasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi

menyangkut proses sosialisasi.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses

pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

2.2.2 Kinerja Organisasi

2.2.2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam

mewujudan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan

melakui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan

diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria


25

atau standar keberhasilan tolok ukur yang ditetapkan oleh organisasi

(Moeheriono, 2012).

Arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata job performance dan

disebut juga actual performance atau prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang telah dicapai oleh seseorang karyawan. Menurut Oxford

Dictionary (dalam Moeheriono, 2012) kinerja merupakan suatu tindakan

proses atau cara bertindak atau melakukan fungsi organisasi. Sedangkan

menurut Robbins (dalam Moeheriono, 2012), mengatakan bahwa kinerja

merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan.

Menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2013) kinerja

merupakan tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara

mengerjakannya serta kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai

hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasaan konsumen,

dan memberikan kontribusi ekonomi.

Menurut Rogers (dalam Mahmudi, 2015) kinerja merupakan hasil kerja

itu sendiri, karena memberikan keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan

strategik organisasi, kepuasaan pelanggan, dan kontribusi ekonomi.

Menurut Whitmore (dalam Hamzah, 2012) mendefinisikan kinerja

adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang. Menurut

Whitmore kinerja merupakan pengertian yang menuntut kebutuhan paling

minim untuk berhasil. Oleh karena itu, menurut Whitmore kinerja yang

dianggapnya representatif, maka tergambarnya tanggung jawab yang besar

dari pekerjaan sesorang.

Menurut Dessler (2000) kinerja adalah prestasi kerja, yaitu


26

perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang ditetapkan. Sedangkan

menurut Mangkunegara, (2009) kinerja adalah hasil kerja baik secara

kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka kinerja dapat disimpulkan

sebagai kemampuan seseorang yang telah membuahkan hasil atas

pekerjaannya setelah memenuhi sejumlah persyaratan. Menurut Manurung

(2018) unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari:

1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai

seperti motivasi, kecakapan, presepsi peranan, dan sebagainya

3. Pencapaian tujuan organisasi

4. Periode waktu tertentu

Adapun faktor yang berkaitan dengan kinerja, menurut Mathis dan

Jackson (Manurung, 2018) yaitu (1) kemampuan individu melakukan

pekerjaan, (2) usaha yang dilakukan, (3) dukungan organisasi, yang

termasuk ke dalam kemampuan individu adalah talenta, keterampilan,

kecerdasan, pengetahuan, minat, karakteristik kepribadian, dll. Adapun

usaha yang dicurahkan antara lain: motivasi, etika kerja, kehadiran,

pergantian pegawai, desain pekerjaan. Dukungan organisasi yang dimaksud

yaitu mencakup pelatihan dan pengembangan, peralatan dan teknologi,

standar kinerja, manajemen dan rekan kerja, dan lain-lain.

Bastian (dalam Tangkilisan, 2005) kinerja organisasi adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi,


27

dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi tersebut.

Menurut Wibowo (2013) kinerja organisasi juga ditunjukkan oleh

bagaimana proses berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut.

Didalam proses pelaksanaan aktivitas harus selalu dilakukan monitoring,

penilaian, dan review atau peninjauan ulang terhadap kinerja sumber daya

manusia.

Menurut Dwiyanto (dalam Sudarmanto, 2014) terdapat 5 indikator

untuk mengukur kinerja organisasi, yaitu:

a. Produktivitas, dengan mengukur tingkat efisiensi, efektivitas

pelayanan, dan tingkat pelayanan publik dalam rangka mencapai

hasil yang diharapkan.

b. Kualitas layanan, dengan mengukur kepuasaan masyarakat terhadap

layanan yang diberikan.

c. Responsivitas, dengan mengukur kemampuan organisasi untuk

mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas

pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan

publik yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

d. Responsibilitas, menjelaskan/ mengukur kesesuaian pelaksanaan

kegiatan organisasi publik yang dilakukan dengan prinsip-prinsip

administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi.

e. Akuntabilitas, seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi

publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat atau

ukuran yang menunjukkan tingkat kesesuaian penyelenggaraan


28

pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma eksternal yang ada

di masyarakat atau yang dimiliki para stakeholder.

2.2.3 Efektivitas Kinerja

Etzioni (1982) mengemukakan bahwa efektivitas organisasi dapat

dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk

mencapai tujuan atau sasaran. Efektivitas organisasi dapat diukur dari tingkat

sejauh mana ia berhasil mencapai tujuannya. Moeheriono (2012) mengatakan

bahwa kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis

suatu organisasi. Pendapat ini didukung Danim (2004) yang menerangkan

bahwa efektivitas kinerja kelompok berhubungan dengan kemampuan

anggota-anggota untuk memilih atau melakukan sesuatu yang tepat demi

kepentingan bersama.

Jadi pengertian efektivitas kinerja adalah keberhasilan dari hasil kerja yang

yang dilakukan di dalam organisasi. Efektivitas kinerja akan meningkat apabila

seseorang memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan

kerja.

Efektivitas kinerja dalam konteks organisasi atau perusahaan berkaitan

dengan kemampuan organisasi melakukan atau memilih sesuatu yang dapat

memberikan keuntungan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Sebuah organisasi atau perusahaan akan memiliki kinerja yang efektif, apabila

setiap komponen yang terdapat di dalamnya mampu bekerjasama dan


29

berkoordinasi untuk melakukan program yang telah ditetapkan. Sebuah

organisasi yang tidak terkoordinasi secara baik, tidak akan mampu mencapai

efektivitas kinerja karena setiap bagian masing-masing memiliki kepentingan

yang berbeda (Ekvall dan Arvonen, 1994).

Terkait dari konsep kinerja tersebut, Rummler dan Brache dalam

(Sudarmanto, 2014) mengemukakan ada tiga level kinerja, yaitu:

a. Kinerja organisasi.

Merupakan pencapaian hasil pada level atau unit analisis organisasi.

Kinerja pada level organisasi ini terkait dengan tujuan organisasi,

rancangan organisasi, dan manajemen organisasi.

b. Kinerja proses

Merupakan kinerja pada proses tahapan dalam menghasilkan produk

atau pelayanan. Kinerja pada level proses ini dipengaruhi oleh tujuan

proses, rancangan proses dan manajemen proses.

c. Kinerja individu/pekerjaan

Merupakan pencapaian atau efektivitas pada tingkat pegawai atau

pekerjaan. Kinerja pada level ini dipengaruhi oleh tujuan pekerjaan dan

manajemen pekerjaan serta karakteristik individu.

Menurut Steers, (1985) alat ukur efektivitas kinerja meliputi :

1) Kemampuan Menyesuaikan Diri

Kemampuan manusia terbatas dalam segala hal, sehingga dengan

keterbatasannya itu menyebabkan manusia tidak dapat mencapai

pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama dengan orang lain.

Kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam pencapaian tujuan.


30

Setiap orang yang masuk dalam organisasi dituntut untuk dapat

menyesuaikan diri dengan orang yang bekerja di dalam organisasi

tersebut maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut.

2) Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada seseorang yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu. Dari

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kecakapan,

pengalaman, kesungguhan dan waktu yang dimiliki oleh seorang pegawai

maka tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggung

jawab yang dibebankan kepadanya.

3) Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja yang dimaksud adalah tingkat kesenangan yang

dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi.

Tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang

setimpal, dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi

tempat mereka berada.

4) Kualitas

Kualitas dari jasa atau produk primer yang dihasilkan oleh organisasi

menentukan efektivitas kinerja dari organisasi itu. Kualitas mungkin

mempunyai banyak bentuk operasional, terutama ditentukan oleh jenis

produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi tersebut.

5) Penilaian Oleh Pihak Luar

Penilaian mengenai organisasi atau unit organisasi diberikan oleh


31

mereka (individu atau organisasi) dalam lingkungan organisasi itu sendiri,

yaitu pihak-pihak dengan siapa organisasi ini berhubungan. Kesetiaan,

kepercayaan dan dukungan yang diberikan kepada organisasi oleh

kelompok-kelompok seperti para petugas dan masyarakat umum.

Menurut Tangkilisan (dalam Manurung, 2018) mengatakan bahwa

efektivitas kinerja dapat dilihat dari:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan atau visi organisasi harus

sudah ditetapkan terlebih dahulu dan diketahui oleh anggota di dalam

organisasi tersebut.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan. Dalam hal ini, suatu organisasi

harus mempunyai misi dan strategi yang matang agar tujuan dapat

tercapai.

c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap. Hal ini

berkaitan dengan respon organisasi terhadap tuntutan lingkungan

maupun stakeholder terkait. Sehingga melalui analisis yang matang

dapat diambil suatu kebijakan maupun keputusan yang lebih baik.

d. Perencanaan yang matang. Perencanaan merupakan awal dari seluruh

kegiatan organisasi, sehingga dituntut suatu perencanaan yang matang

agar organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien.

e. Penyusunan program yang tepat. Untuk mencapai tujuan organisasi maka

salah satu hal yang penting adalah menyusun program yang tepat

sehingga melalui program tersebut tujuan organisasi dapat tercapai.


32

f. Tersedianya sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana sangat

menentukan keberhasilan suatu organisasi. Sarana dan prasarana yang

memadai akan berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi.

g. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.

Indrawijaya (dalam Manurung, 2018) mengemukakan pendekatan dalam

penilaian efektivitas kinerja suatu organisasi yang disebutnya sebagai System

Model yang mencakup empat kriteria, yaitu:

a. Adaptasi, yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Indikator ini antara lain adalah tolok ukur proses

pengadaan dan pengisian tenaga kerja, ruang lingkup kegiatan organisasi,

dan kebermanfaatan organisasi bagi masyarakat.

b. Integrasi, yaitu penilaian terhadap tingkat kemampuan organisasi untuk

mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan koordinasi

dengan berbagai macam organisasi lainnya.

c. Motivasi, yaitu keterikatan dan hubungan antara pelaku organisasi

dengan organisasinya dan kelengkapan sarana bagi pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi organisasi.

d. Produksi, yaitu berhubungan dengan jumlah dan mutu keluaran

organisasi serta intensitas kegiatan suatu organisasi.

Efektivitas kinerja dari Indrawijaya yang dikutip dari Etzioni merupakan

satu kesatuan dari konsep efektivitas organisasi.

Berikut adalah mapping teori efektivitas kinerja seperti pada Tabel 2.2:

Tabel 2.2 Mapping Teori Efektivitas Kinerja

No. Indikator

Richard dan M. Steers Tangkilisan (dalam Manurung, 2018) Indrawijaya (dalam


33

1 (1985) Manurung, 2018)

1. Kemampuan 1. Kejelasan Tujuan 1. Adaptasi


Menyesuaikan Diri 2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan 2. Integrasi
2. Prestasi Kerja 3. Proses analisis dan perumusan 3. Motivasi
3. Kepuasan Kerja kebijaksanaan yang mantap. 4. Produksi
4. Kualitas 4. Perencanaan yang matang.
5. Penilaian Oleh 5. Penyusunan program yang tepat.
Pihak Luar 6. Tersedianya Sarana dan Prasarana
7. Sistem Pengawasan dan
Pengendalian yang Bersifat
Mendidik
Sumber: Diolah Peneliti (2019)

Dalam mapping teori efektivitas kinerja di atas dapat dilihat bahwa ada

3 teori efektivitas kinerja yaitu menurut Richard M. Steers (1985), Tangkilisan

(dalam Manurung, 2018), dan Indrawijaya (dalam Manurung, 2018). Namun

dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Indrawijaya (dalam Manurung,

2018) dengan indikator yaitu: adaptasi, motivasi, integrasi, dan produksi.

Menurut peneliti, teori tersebut paling relevan dengan penelitian tentang

efektivitas kinerja Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa

Timur sebagai pengawas pelayanan publik karena indikator-indikator dari teori

Richard dan Tangkilisan sudah tercakup dalam indikator teori Indrawijaya.

2.2.4 Pengawasan Ombudsman Republik Indonesia

2.2.4.1 Pengertian Pengawasan

Pengawasan dalam Bahasa Inggris disebut controlling yang berarti

suatu kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar penyelenggaraan kegiatan

sesuai dengan rencana. (Asmara, 2012) Dikaitkan dengan hukum

pemerintahan, pengawasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

ditujukan untuk menjamin sikap tindak pemerintah/aparat administrasi

berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku. Jika dikaitkan dengan hukum tata
34

negara, pengawasan berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk menjamin

terlaksananya penyelenggaraan negara oleh lembaga- lembaga kenegaraan

sesuai dengan huku yang berlaku.

Siagian (dalam Makmur 2011) mendefinisikan pengawasan adalah

proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk

menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut

Situmorang (dalam Makmur, 2011) pengawasan adalah setiap usaha dan

tindakan dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang

dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai.

Menurut Makmur (2011) mendefinisikan suatu bentuk pola pikir dan

pola tindakan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kepada seseorang

atau beberapa orang yang diberikan tugas untuk dilaksanakan dengan

menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia secara baik dan benar,

sehingga tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan yang sesungguhnya dapat

menciptakan kerugian oleh lembaga atau organisasi yang bersangkutan.

Jadi pengawasan adalah suatu bentuk aktivitas atau tindakan untuk

meninjau pelaksanaan tugas yang telah diberikan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan.

2.2.4.2 Tujuan Pengawasan

Tujuan diadakan pengawasan terutama pengawasan terhadap

penyelenggaraan pemerintah adalah (Asmara, 2012) :


35

1) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan wewenang oleh pejabat atau

badan tata usaha negara telah sesuai dengan makskud dan tujuan

pemberiannya;

2) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan wewenang oleh pejabat atau

badan tata usaha negara telah sesuai dengan prinsip-prinsip

enyelenggaraan pemerintahan yang baik.

3) Untuk mengetahui kemungkinan adanya kendala-kendalan atau

kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan dala pelaksanaan

wewenang yang telah diberikan Pejabat/Badan Tata Usaha Negara,

sehingga dapat diadakan perubahan-perubahan untuk memperbaiki

serta mencegah pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah.

4) Untuk melindungi hak asasi manusia yang telah dijamin oleh

undang-undang dari kemungkinan tindakan penyalahgunaan

kekuasaan/wewenang oleh aparatur pemerintah.

5) Untuk menghindari terjadinya perbuatan (pemerintah) yang dapat

merugikan kepentingan masyarakat, setidak-tidaknya untuk

menekan seminimal mungkin terjadinya perbuatan tersebut.

Sedangkan menurut Situmorang dan Jusuf Jukir (dalam Asmara, 2012)

menyebutkan tujuan pengawasan di lingkungan pemerintahan meliputi:

a. Agar tercipta aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa yang

didukung oleh suatu system manajemen pemerintah efektif dan efisien

serta dirunjangnya oleh partisipasi masyarakat yang konstruktif dan

terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat yang objektif, sehat dan

bertanggung jawab.
36

b. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparatur

pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat. Agar ada kelugasan

dalam melaksanakan tugas, fungsi atau kegiatan, tumbuh budaya malu

dalam diri masing-masing aparat, rasa bersalah, dan rasa berdosa yang

lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat

dan ajaran agama.

Adapun prinsip-prinsip dalam melakukan pengawasan menurut

Simbolon (2004) yaitu sebagai berikut:

a. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi

b. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum

daripada kepentingan pribadi

c. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan

yang berlaku (wetmatigheid), berorientasi terhadap kebenaran atas

prosedur yang telah ditetapkan (rech-matigheid) dan berorientasi terhadap

tujuan (manfaat) dalam pelaksanaan pekerjaan (doelmatigheid)

d. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan

e. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti (accurate),

dan tepat

f. Pengawasan harus terus-menerus (continue)

g. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feed back)

terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan

dan kebijaksanaan waktu yang akan datang.

2.2.4.3 Jenis-jenis Pengawasan


37

Peranan keberadaan pengawasan sangat penting artinya dalam setiap

kehidupan manusia. Berikut adalah jenis-jenis pengawasan menurut Makmur

(2011) :

1) Pengawasan fungsional

2) Pengawasan masyarakat

3) Pengawasan administrasi

4) Pengawasan teknis

5) Pengawasan pimpinan

6) Pengawasan barang

7) Pengawasan jasa

8) Pengawasan internal

9) Pengawasan eksternal

Menurut Asmara (2012) ada beberapa jenis pengawasan, yakni:

a. Pengawasan ditinjau dari segi Institusi/lembaga yang melakukan

pengawasan.

Ditinjau dari segi institusi atau lembaga yang malakukan pengawasan,

ada dua macam pengawasan, yakni pengawasan internal dan pengawasan

eksternal. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh

aparat dalam organisasi/pemeritah itu sendiri. Tanggung jawab atas

berjalan atau tidaknya system pengawasan internal ini melekat pada

pundak setiap atasan, maka ia kemudian dikenal sebagai pengawasan atas

lagsung atau pengawasan melekat. Melalui mekanisme pengawasan

atasan langsung ini, pemerintah bermaksud mengendalikan setiap

kegiatan aparaturnya supaya dapat dijaga kesesuaiannya dengan rencana,


38

ketentuan, dan undang-undang yang berlaku. Sedangkan pengawasan

eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga pengawas

yang sama sekali berada di luar organisasi/birokrasi pemerintah.

Mekanisme pengawasan eksternal yang dibangun antara pengawas

dengan yang diawasi tidak lagi mendukung sifat kedinasan.

b. Pengawasan dari segi substansi/objek yang diawasi.

Dari segi substansi/objeknya, pengawasan dapat dilakukan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan lansung dilakukan

secara pribadi oleh pemimpin atau pengawas dengan mengamati,

meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara “on the spot” ditempat

pekerjaan terhadap objek yang diawasi. Jenis pengawasan semacam ini

sering disebut pula dengan inspeksi atau operasi mendadak (sidak).

Sedang pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari

laporan-laporan yang diterima baik lisan maupun tertulis, mempelajari

masukan masyarakat dan sebagainya tanpa terjun langsung di lapangan.

Objek yang diawasi dalam jenis engawasan ini adalah pengawasan

terhadap semua urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangannya.

Missal pengawasan pada bidang linkungan hidup, pariwisata, pendidikan,

kesehatan, pemerintahan, dan sebagainya. Sifat pengawasannya bisa

menyangkut soal administratifnya, dari segi legalitas hukumnya maupun

pertimbangan kemanfaatannya.

c. Pengawasan dari segi waktu

Pengawasan dari segi waktu dapat dibedakan dalam pengawasan

preventif dan pengawasan represif. Pengawasan preventif adalah


39

pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan (masih bersifat

rencana) atau sebelum dikeluarkan kebijakan oemerintah (baik berupa

peraturan maupun ketetapan). Tujuan utama pengawasan preventif ini

adalah untuk mencegah atau menghindari terjadinya kekeliruan.

Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan etelah pekerjaan

dilaksanakan atau setelah pekerjaan dilaksanakan atau setelah peaturan

atau ketepatan pemerintah dikeluarkan. Titik berat pada pengawasan

represif ini bersifat korektif dn memulihkan suatu kebijakan yang keliru.

Dalam praktiknya, dari dua jenis pengawasan di atas, pengawasan

preventif sering diabaikan, sebaliknya pengawasan represif dilakukan

dengan berlebihan. Dari sisi manajemen, praktik kedua jenis pengawasan

semacam ini sama-sama tidak mengantarkan kepada penyelenggaraan

pemerintah (daerah) secara efektif dan efisien.

2.2.4.4 Ombudsman Republik Indonesia

Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008

Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman

adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi

penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh

penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan

oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan

Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi

tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau

seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara


40

dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Ombudsman Republik Indonesia merupakan lembaga yang tidak

memiliki hubungan struktural atau hirearkis dengan lembaga negara atau

lembaga lain. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 menempatkan

Ombudsman Republik Indonesia sebagai lembaga negara yang tidak berada

dalam ranah cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

Namun tidak pula menjadi lembaga yang diperlakukan sebagai organisasi

swasta ataupun lembaga non pemerintah. Kewenangan Ombudsman

Republik Indonesia tidak diberikan secara langsung oleh Undang-Undang

Dasar Negara RI Tahun 1945. Lembaga Negara yang pembentukannya

diluar konstitusi seringkali disebut lembaga negara tambahan (extra

auxiliary) atau lembaga negara secondary. Munculnya lembaga negara

bantu (state auxiliary institution) dimaksudkan pula untuk menjawab

tuntutan masyarakat atas terciptanya prinsip-prinsip demokrasi dalam setiap

penyelenggaraan pemerintahan melalui lembaga yang akuntabel,

independen, dapat dipercaya serta bebas dari kepentingan politik

(www.Ombudsman.go.id).

Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia, tujuan Ombudsman yaitu sebagai berikut:

a. Mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera;

b. Mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif

dan efisien, jujur, terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi dan

nepotisme;
41

c. Meningkatkan mtu pelayanan negara di segala bidang agar setiap

warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan

kesejahteraan yang semakin baik;

d. Membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk

pemberantasan dan pencegahan praktek-praktek maladministrasi,

diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme;

e. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat

yang berintikan kebenaran serta keadilan.

Masthuri (2005) menyebutkan jenis-jenis Ombudsman, yaitu:

1. Dari kurun waktu pembentukannya, institusi Ombudsman dapat

dibedakan menjadi Ombudsman Klasik dan Ombudsman Modern.

Ombudsman klasik dapat ditelusuri sejak pertama kali Raja Charles

XII di Swedia membentuk Highest Ombudsman, Chief Justice di

Turki, Control Yuan di China sampai dengan Qadi Al Quadat di

zaman Khalifah Umar. Sedangkan Ombudsman modern berdiri sejak

tahun 1953 di Denmark dan tahun 1962 di New Zealand.

2. Dilihat dari mandat dan mekanisme pertanggungjawabannya;

a. Ombudsman Parlementer yaitu Ombudsman yang dipilih oleh

Parlemen dan bertanggung jawab (laporan) kepada Parlemen.

Contoh: Ombudsman Swedia, Ombudsman Finlandia,

Ombudsman Denmark, dan sebagainya.

b. Ombudsman Eksekutif yaitu Ombudsman yang dipilih oleh

Presiden, Perdana Menteri atau Kepala Daerah dan bertanggung

jawab kepada Presiden, Perdana Menteri dan Kepala Daerah.


42

Contoh: Ombudsman Indonesia, Commonwealth Ombudsman

Australia dan sebagainya.

3. Dilihat dari jenis isu dan institusi yang membentuk;

a. Ombudsman Publik adalah Ombudsman yang dibentuk oleh

Institusi Publik untuk mengawasi proses pemberian pelayanan

umum bagi masyarakat sebuah negara. Contoh: Ombudsman

Indonesia, Ombudsman Polisi Irlandia Utara, Ombudsman

Thailand, dan sebagainya.

b. Ombudsman swasta yaitu Ombudsman yang dibentuk oleh

institusi swasta untuk mengawasi proses pelayanan umum

perusahaan swasta terhadap kosumennya. Contoh: Ombudsman

Asuransi, Ombudsman Perbankan, dan sebagainya.

c. Ombudsman Hybrid yaitu Ombudsman yang dibentuk oleh

swasta atas mandat yang diberikan negara untuk mengawasi

proses pelayanan umum di sektor swasta.

4. Dilihat dari batas wilayah yuridiksinya:

a. Ombudsman Nasional yang mana wilayah kerjanya mencakup

seluruh wilayah negara dimana Ombudsman berada. Misalka

Ombudsman Nasional Republik Indonesia.

b. Ombudsman Daerah yang mana wilayah kerjanya hanya terbatas

pada satu daerah tertentu disebuah negara, bisa dalam level

Provinsi (province), Kabupaten/Kota (regency/municipal),

maupun negara bagian (state). Contoh: Ombudsman Daerah

Yogyakarta dan sebagainya.


43

c. Ombudsman Multinasional yang mana wilayah kerjanya

sekaligus mencakup beberapa negara. Ombudsman ini dibentuk

atas kesepahaman masing-masing negara akan perlunya

membangun system pengawasan bersama dalam proses

pelayanan umum tertentu. Contoh: Ombudsman Eropa.

Dalam menjalankan fungsi dan tugas, Ombudsman memiliki

wewenang sebagai berikut: a) meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis

dari Pelapor, Terlapor, atau pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang

disampaikan kepada Ombudsman; b) memeriksa keputusan, surat-menyurat,

atau dokumen lain yang ada pada Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan

kebenaran suatu Laporan; c) meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi

dokumen yang diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan

dari instansi Terlapor; d) melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor,

dan pihak lain yang terkait dengan Laporan; e) menyelesaikan laporan melalui

mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak; f) membuat Rekomendasi

mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk membayar

ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan; g) demi

kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan

Rekomendasi.

Selain wewenang sebagaimana dimaksud di atas, Ombudsman juga

berwenang: a) menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau

pimpinan Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan

organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik; b) menyampaikan saran kepada

Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat


44

Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap undang-undang dan peraturan

perundang-undangan lainnya diadakan perubahan dalam rangka mencegah

Maladministrasi.

Sebelum terbentuknya Lembaga Ombudsman Republik Indonesia

perwakilan Provinsi Jawa Timur, di wilayah Jawa Timur sudah berdiri terlebih

dahulu lembaga pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bersama-sama dengan Gubernur Jawa

Timur telah membentuk Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 dan Surat

Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/267/KPTS/013/2006 tentang

Pelayanan Publik di Jawa Timur. Melalui Perda ini telah dibentuk sebuah

institusi independen yang serupa dengan Komisi Ombudsman, bernama

Komisi Pelayanan Publik (KPP).

Komisi Pelayanan Publik (KPP) berfungsi menerima pengaduan dan

bertugas mengadakan verifikasi, memeriksa, dan menyelesaikan sengketa

pelayanan publik. Komisi Pelayanan Publik merupakan merupakan lembaga

pembantu (auxulary) pertama di tingkat Provinsi Jawa Timur yang dibentuk

berdasarkan keputusan politik di tingkat lokal. Lembaga ini memiliki tiga pisau

dalam menjalankan tugasnya, yakni: Pertama, Pisau Hukum. Berdasarkan

Perda No. 11/2005, KPP berwenang mengundang instansi yang diadukan

masyarakat. Instansi yang bersangkutan wajib memenuhi undangan itu untuk

diverifikasi. Kegiatan tersebut menghasilkan rekomendasi yang kemudian

disampaikan ke Gubernur Jawa Timur. Sesuai rekomendasi Gubernur dapat

menjatuhkan sanksi kepada pelayan publik terkait; Kedua, Pisau Politis, yakni

DPRD Jatim. Melalui Komisi A DPRD Jatim mendukung KPP untuk


45

mengawasi dan mengeluarkan rekomendasi dalam mengatasi buruknya

pelayanan publik di Jawa Timur. Adapun Pisau ketiga adalah Media Massa.

Empat bulan sekali KPP memberikan laporan kepada publik melalui DPRD.

Laporan ini kemudian disampaikan kepada masyarakat melalui media massa.

Dengan adanya tekanan media massa, diharapkan pegawai negeri yang

memberikan pelayanan publik mendapatkan tekanan moral untuk memberikan

pelayanan yang lebih baik (Sukriono, 2007).

Menurut Sukriono, (2007) fungsi KPP ini masih abstrak, karena tidak

diatur mengenai mekanisme prosedur pengajuan keberatan/ komplain,

mekanisme sanksi, artinya untuk penerapan sanksi ini dilarikan ke peraturan

kepegawaian, mekanisme dana, karena berada di bawah organisasi Pemerintah

Provinsi, sehingga persoalan mengenai pengaturan masalah keuangan masih

diatur oleh pihak Pemprov, KPP tidak memiliki kewenangan untuk

mengaturnya, inilah yang sering mengarah ke tindakan korupsi. Artinya bahwa

ada atau tidaknya KPP ini sama saja, karena dia bukan lembaga eksekusitorial,

tetapi memang dalam hal inisiatif/ikhtiar untuk mengatasi masalah-masalah

pelayanan publik sudah cukup bagus, hanya saja ikhtiar atau inisiatif tersebut

tidak akan memecahkan masalah-masalah yang akan timbul.

Dalam hal penanganan laporan juga terdapat perbedaan yang

fundamental antara KPP dengan Ombudsman, karena Ombudsman diberi

kewenangan besar dan memiliki kekuatan memaksa, rekomendasi yang

bersifat mengikat, investigasi, serta sanksi pidana bagi yang mengahalang-

halangi Lembaga Ombudsman dalam menangani laporan (Latifah, 2016).

Kemudian pada tahun 2016 kehadiran KPP ini dibubarkan karena telah hadir
46

Ombudsman sebagai lembaga pengawas eksternal yang memiliki tugas, pokok,

dan fungsi yang sama dengan KPP. Selain itu juga sebagai upaya antisipasi

agar tidak ada tupoksi yang saling tindih termasuk soal anggaran.

Lahirnya Ombudsman di Indonesia bertujuan untuk membantu dan

menciptakan dan atau mengembangkan kondisi yang kondusif dalam

melaksanakan pemberantasan KKN serta meningkatkan perlindungan hak-hak

masyarakat agar memperoleh pelayanan umum, keadilan dan kesejahteraan

secara lebih baik. Awalnya tugas pokok Komisi Ombudsman Nasional adalah

menyiapkan konsep RUU Ombudsman, menyebarluaskan pemahaman

mengenai lembaga Ombudsman, melakukan koordinasi dan atau kerja sama

dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat,

para ahli, praktisi, organisasi profesi dan lain-lain. Serta melakukan langkah

untuk menindaklanjuti laporan atau informasi tentang penyimpangan yang

dilakukan oleh penyelenggara negara pada saat melaksanakan tugasnya

maupun dalam memberikan pelayanan umum (Masthuri, 2005).

Ombudsman Republik Indonesia memiliki perwakilan di setiap

provinsi di Indonesia termasuk di Jawa Timur. Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Jawa Timur berfungsi sebagai lembaga pengawasan

masyarakat yang bersifat independen yang diberi kewenangan untuk

melakukan klarifikasi, investigasi, dan rekomendasi terhadap laporan atau

pengaduan maladministrasi khususnya di Provinsi Jawa Timur. Selanjutnya

tugas Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur

meliputi: a) Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, b) Melakukan pemeriksaan substansi atas


47

laporan, c) Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup

kewenangan Ombudsman, d) Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri

terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelengaraan pelayanan publik, e)

Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga

pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan, f)

Membangun jaringan kerja, g) Melakukan upaya pencegahan maladministrasi

dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dan melakukan tugas lain yang

diberikan oleh undang-undang, h) Menindaklanjuti pengaduan tersebut dan

memberikan rekomendasi untuk perbaikan, serta meningkatkan kualitas

pelayanan kepada publik.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan alur pemikiran penelitian yang diharapkan

dapat menjawab masalah yang disajikan dalam penelitian. Biasanya kerangka

penelitian ini menggunaan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan antar

variabel dalam proses analisisnya. Adapun gambar kerangka konseptual dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 :


UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 7 Efektivitas Kinerja sebagai


Tugas Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur System Model (Indrawijaya,
meliputi: dalam Manurung, 2018)
a) Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan meliputi indikator yaitu:
pelayanan publik. 1. Adaptasi
b) Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan. 2. Integrasi
c) Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup 3. Motivasi
kewenangan ombudsman. 4. Produksi
d) Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
maladministrasi dalam penyelengaraan pelayanan publik.
e) Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau
lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan
Efektivitas Kinerja
perseorangan.
Ombudsman Republik
f) Membangun jaringan kerja.
Indonesia Perwakilan
g) Melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan Provinsi Jawa Timur
pelayanan publik, dan melakukan tugas lain yang diberikan oleh
Sebagai Pengawas
undang-undan.
Pelayanan Publik.
h) Menindaklanjuti pengaduan tersebut dan memberikan rekomendasi
untuk perbaikan, serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik.
48

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


Sumber: Diolah Peneliti (2019)

2.4 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995), konsep adalah istilah dan definisi yang

digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau

individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti

diharapkan akan menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah

untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Konsep sangat

penting dalam penelitian karena dia menghubungkan dunia teori dan dunia

observasi, antara abstraksi dengan realitas.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing

konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari

penelitian, yaitu:

1) Efektivitas kinerja adalah kemampuan organisasi dalam hal ini Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur untuk mencapai

tujuannya yang meliputi adaptasi, integrasi, motivasi dan produksi.

a. Adaptasi dalam hal ini menekankan pada pengadaan dan pengisian

tenaga kerja, ruang lingkup Ombudsman, dan kebermanfaatan

Ombudsman dengan masyarakat.

b. Integrasi dalam hal ini yaitu berintegrasi dengan dinas-dinas atau

lembaga pelayanan publik di Provinsi Jawa Timur.


49

c. Motivasi dalam hal ini menekankan pada motivasi kelembagaan

Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur.

d. Produksi dalam hal ini adalah output yang dihasilkan oleh Ombudsman

Perwakilan Provinsi Jawa Timur.

2) Pengawasan pelayanan publik adalah suatu tindakan pemeriksaan dalam hal

ini dilakukan oleh Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur untuk

menjamin apakah kebijakan, program ataupun aktivitas sudah dilaksanakan

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan guna menghindari dan

memperbaiki kesalahan yang ada ataupun yang akan datang.

Penulis memberikan penilaian terhadap indikator diatas sebagai berikut:

a. Efektif (+) apabila semua hasil analisa data sesuai dengan indikator efektifitas

kinerja.

b. Belum efektif (-) apabila hasil analisa data tidak sesuai dengan indikator

efektifitas kinerja.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Melihat perumusan permasalahan dan tujuan dari penelitian yang ada maka

penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

dimaksud ini mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu

keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto,

2010).

Metode deskriptif dititik beratkan pada observasi dan suasana alamiah.

Peneliti dengan metode deskriptif mensyaratkan sebagai berikut:

1. Peneliti harus memiliki sifat yang reprensif, ia harus selalu mencari bukan

menguji.

2. Harus memiliki kekuatan integratif, kekuatan untuk memadukan berbagai

macam informasi yang diterimanya sebagai satu kesatuan penafsiran.

Adapun pendekatan yang akan digunakan dalam analisa data adalah

menggunakan analisa kualitatif, dimana data deskriptif maupun data yang lainnya

dapat diinterpretasikan dengan menggunakan kata-kata lisan disertai penganalisaan

terhadap keadaan atau perilaku yang ada atau akan muncul di Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur.

Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan atau menggambarkan

secara detail tentang efektivitas kinerja Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai pengawas pelayanan publik. Adapun

50
51

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang

bermaksud untuk memahami feomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian serta menginterpretasikan berdasarkan analisa keadaan atau perilaku

yang ada dan muncul di Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa

Timur.

3.2 Fokus Penelitian

Untuk membatasi permasalahan dalam penelitian dalam penelitian ini

digunakan batasan masalah yang disebut fokus penelitian. Fokus penelitian

mengungkapkan data yang akan dikumpulkan dan dalam pelaksanaannya bisa

menambah dan memperluas dan menggeser fokus penelitian. Fokus penelitian

secara tersurat berisi mengenai definisi operasional yang digunakan dalam

penelitian, dimana terdapat indikator-indikator (dimensi) yang akan menyaring

berbagai informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang diangkat

sekaligus sebagai upaya pengukuran atas fenomena yang ada. Untuk membatasi

kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini maka akan menggunakan fokus dan

indikator berdasarkan System Model menurut Indrawijaya (dalam Manurung, 2018)

sebagai berikut:

1. Adaptasi yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Adaptasi dapat diukur melalui proses pengadaan dan

pengisian tenaga kerja, ruang lingkup kegiatan organisasi, dan

kebermanfaatan organisasi bagi masyarakat. Dalam ruang lingkup kegiatan

Ombudsman adaptasi diukur melalui menerima laporan atas dugaan

maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan melakukan


52

pemeriksaan substansi atas laporan, menindaklanjuti pengaduan tersebut

dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.

2. Integrasi yaitu penilaian terhadap tingkat kemampuan organisasi untuk

mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan koordinasi dengan

berbagai macam organisasi lainnya. Dalam indikator ini dapat diukur

melalui tugas Ombudsman yaitu melakukan koordinasi dan kerjasama

dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga

kemasyarakatan dan perseorangan dan membangun jaringan kerja.

3. Motivasi yaitu keterikatan dan hubungan antara pelaku organisasi dengan

organisasinya dan kelengkapan sarana bagi pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi organisasi. Motivasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang

mendorong organisasi untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan

organisasi. Dalam hal ini motivasi dapat diukur melalui:

a. Hubungan dan keterikatan antara pelaku organisasinya

b. Sarana-prasarana bagi pelaksanaan tugas dan pokok fungsi organisasi

4. Produksi adalah hasil dari output organisasi yang berhubungan dengan

jumlah dan mutu keluaran organisasi serta intensitas kegiatan suatu

organisasi. Hal ini berkaitan dengan banyaknya laporan masuk yang

ditangani, upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik, dan kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi pelayanan

publik guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian harus merupakan tempat dimana permasalahan atau

fenomena sosial yang akan diteliti itu terjadi. Penelitian ini mengambil lokasi di
53

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur bertempat di

Jalan Ngagel Timur No.56, Surabaya dengan pertimbangan Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur adalah lembaga pengawas

penyelenggara pelayanan publik yang tiap tahunnya banyak laporan pengaduan

masyarakat belum terselesaikan. Atas dasar pertimbangan itu maka menurut

penulis Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur tepat

untuk dijadikan objek penelitian.

3.4 Subyek dan Sumber Informasi

Pada penelitian ini yang di maksud dengan sumber data adalah subyek dari

mana data dapat diperoleh dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber

data yaitu:

1. Data primer, adalah data diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer

yaitu seseorang yang diwawancarai mengenai hal yang berhubungan dengan

masalah penelitian maupun data yang diperoleh dari observasi langsung di

lapangan.

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari berbagai buku kepustakaan,

jurnal penelitian, peraturan perundang-undangan, serta referensi lainnya

yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yang diperoleh dari pihak

lain yang berkompeten dan relevan teerutama yang berupa dokumem,

catatan dana arsip mengenai kinerja Ombudsman.

Subyek dalam penelitian ini adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2014).

Penentuan subyek dalam penelitian atau responden dalam peneltian ini dilakukan
54

dengan cara purposive sampling. Purposive sampling menurut Satori, dkk (2009)

merupakan teknik pengambilan informan yang ditentukan dengan menyesuaikan

ada tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu. Namun, mengingat keterbatasan

kemampuan peneliti maka dimungkinkan pula menggunakan snowball sampling,

jika penjelasan informan belum memberkan informasi secara jelas dan perlu

tambahan informasi dengan informasi lain di bawahnya yang lebih tahu atau yang

direkomendasikan oleh informan utama. Maka, dalam penelitian ini yang menjadi

subyek yaitu:

1) Informan Kunci (Key information)

a. Kepala Perwakilan Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur.

b. Asisten Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur.

2) Informan Pendukung

a. Masyarakat

b. Pramu bhakti

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Bagian terpenting dalam suatu penelitian adalah proses pengumpulan data.

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang relevan

dengan jenis penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan melalui 4 (empat)

cara sebagai berikut :

2.1 Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data penelitian dengan

mempunyai sifat dasar naturalistik yang berlangsung dalam konteks natural,


55

pelakunya berpartisipasi secara wajar dalam interaksi (Supriyanti, 2011).

Menurut Nizar (2014), pengumpulan data melalui observasi langsung adalah

cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa pertolongan alat untuk

keperluan tersebut.

Observasi/pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah pengamatan

peneliti secara langsung pada objek yang diteliti, yang dalam hal ini adalah

efektivitas kinerja Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur.

2.2 Wawancara

Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara mendalam (indeph

interviewing) yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya langsung kepada

informan dengan pertanyaan yang bersifat openended dan mengarah pada

kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal

terstruktur guna menggali pandangaan subjek yang diteliti tentang banyak hal

yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya

secara lebih jauh dan mendalam. Teknik wawancara adalah cara yang dipakai

untuk memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti

dan yang diteliti (Slamet, 2006).

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

mangajukan pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur karena peneliti akan

menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis sebagai

pengukuran atas pertanyaan yang akan diajukan. Agar memperkuat dan

memperjelas data yang diperoleh melalui metode observasi, teknik wawancara

sangat diperlukan. Dalam merode wawancara ini data yang akan diambil adalah

data mengenai kinerja Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai


56

lembaga pengawas pelayanan publik.

2.3 Dokumentasi

Menurut Moleong (2014) dokumentasi digunakan karena merupakan

sumber yang stabil, kaya, dan mendorong serta dokumentasi yang bersifat

alamiah artinya sesuai dengan konteks lahiriah tersebut. Teknik pengumpulan

data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen – dokumen. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa arsip-arsip,

catatan pribadi, laporan kelembagaan, referensi- referensi, atau peraturan

peraturan yang relevan dengan fokus penelitian. Metode dokumentasi ini

dipergunakan untuk mencari data laporan kinerja Ombudsman Perwakilan

Provinsi Jawa Timur.

2.4 Triangulasi

Menurut Moloeng (2014) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiyono (2011)

triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti

menggunakan obsevasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama secara serempak. Sedangkan triangulasi sumber

berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
57

yang sama. Berikut adalah gambar dari triangulasi teknik dan triangulasi

Observasi
partisipatif

Wawancara Sumber data


mendalam sama

Dokumentasi

Sumber: Sugiyono (2011)

Gambar 3.1 Triangulasi “teknik” Pengumpulan Data

Wawancara
mendalam B

Sumber: Sugiyono (2011)

Gambar 3.2 Triangulasi “sumber” Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan triangulasi teknik dan

triangulasi sumber yang berarti peneliti mengumpulkan data sekaligus juga

menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai

teknik pengumpulan dan sumber data dalam penelitian kualitatif.

3.6 Teknik Analisa Data

Dalam menjawab pertanyaan permasalahan ini, maka digunakan metode

analisa kualitatif. Kualitatif bermakna sebagai suatu pengertian analisis yang

didasarkan pada argumentasi logika. Namun materi argumentasi didasarkan pada

data yang diperoleh melalui kegiatan teknik pengumpulan data. Baik studi lapangan
58

maupun studi pustaka, di dalam proses penganalisaannya tidak mendasarkan pada

perhitungan-perhitungan yang bersifat kualitatif, tetapi pada kemampuan nalar

peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta, pendalaman data informasi. Data

diperoleh akan disusun secara sistematis pada setiap kategori. Kecenderungan

masing-masing kategori akan dianalisa melalui pendekatan teoritis sehingga

diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan

penelitian.

Menurut Moleong (2014) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Secara holistic dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Kemudian untuk memahami dan mengkaji mengenai data-data yang diperoleh

melalui kasus penelitian yang terjadi, maka analisa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan model Miles dan Huberman (2014) yang

disebut sebagai interactive model of analysis. Model ini terdiri dari empat

komponen pokok yaitu aktivitas pengumpulan data, data condencation (kondensasi

data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing atau penarikan

kesimpulan/verifikasi (Miles, Huberman dan Saldana 2014). Adapun

penjelasannya yaitu sebagai berikut :

1. Pengumpulan data

Data yang muncul dalam wujud kata-kata dan bukan angka dikumpulkan

melalui berbagai cara seperti observasi, wawancara, pengumpulan dokumentasi,

dan rekaman yang diproses melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau


59

alih-tulis.

2. Data condentation (kondensasi data)

Kondensasi data merujuk pada proses pemilihan (selecting), pengerucutan

(focusing), penyederhanaan (simplifiying), peringkasan (abstracting), dan

transformasi data (transforming). Dalam kondensasi data merujuk kepada proses

menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi dan

mentransformasi data yang terdapat pada catatan lapangan maupun transkrip

dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a. Selecting

Menurut Miles dan Huberman (2014) peneliti harus bertindak selektif,

yaitu menentukan dimensi-dimensi mana yang lebih penting, hubungan-

hubungan mana yang mungkin lebih bermakna, dan sebagai

konsekuensinya, informasi apa yang dapat dikumpulkan dan dianalisis.

Informasi-informasi yang berhubungan dengan kinerja Ombudsman

sebagai pengawas pelayanan publik dikumpulkan pada tahapan ini. Peneliti

mengumpulkan seluruh informasi tersebut untuk memperkuat penelitian.

b. Focusing

Miles dan Huberman (2014) menyatakan bahwa memfokuskan data

merupakan bentuk praanalisis. Pada tahap ini, peneliti memfokuskan data

yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian. Tahap ini

merupakan kelanjutan dari tahap seleksi data. Peneliti hanya membatasi

data yang berdasarkan rumusan masalah.

c. Abstracting
60

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di

dalamnya. Pada tahap ini, data yang telah terkumpul dievaluasi, khususnya

yang telah terkumpul dievaluasi, khususnya yang berkaitan dengan kualitas

dan kecukupan data. Jika data yang menunjukkan kinerja Ombudsman

sebagai pengawas pelayanan publik sudah dirasakan baik dan jumlah data

sudah cukup, data tersebut digunakan untuk menjawab masalah yang

diteliti.

d. Simplifying dan Transforming

Data dalam penelitian ini selanjutnya disederhanakan dan

ditransformasikan dalam berbagai cara, yakni melalui seleksi yang ketat,

melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan data dalam satu pola

yang lebih luas, dan sebagainya.

3. Data display (Penyajian data)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Namun untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.

4. Conclusion drawing (Penarikan kesimpulan/verifikasi)

Langkah keempat adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan menemukan makna data yang telah disajikan. Dari

data-data yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dan

kemudian kesimpulan tersebut diverifikasi serta diuji validitasnya. Secara lebih


61

terperinci, langkah-langkah sesuai teori Miles, Huberman dan Salda (2014) akan

diterapkan sebagaimana berikut:

Sumber: Miles dan Huberman (Miles, Huberman dan Saldana, 2014)

Gambar 3.3 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data

dalam penelitian ini. Moleong (2014) menyatakan penelitian dengan metode

kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta. Oleh karena itu

yang menjadi instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan sekaligus

berperan sebagai pengumpul data, peneliti juga menjadi segalanya dari keseluruhan

proses penelitian di samping bantuan orang lain (narasumber).

Peneliti sebagai instrumen penelitian dengan melalui penelitian ke lapangan dan

melakukan pengamatan, wawancara kepada informan menggunakan interview

guide. Sebagai alat bantu dalam pengumpulan data digunakan pula buku catatan,

kamera untuk mengambil gambar selama proses penelitian, recorder untuk

merekam kegiatan selama proses penelitian berlangsung.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi

4.1.1 Sejarah Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi

Jawa Timur

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur berfungsi

sebagai lembaga pengawasan masyarakat yang bersifat independen yang diberi

kewenngan untuk klarifikasi, investigasi, dan rekomendasi terhadap laporan atau

pengaduan dari masyarakat mengenai penyelenggaraan pelayanan publik terhadap

dugaan maladministrasi khususnya di daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok

dan fungsinya berpedoman pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37

Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, dan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Ombudsman Jawa Timur dibentuk pada 15 Oktober tahun 2010, dengan

melibatkan empat staf Ombudsman Jawa Timur untuk diambil sumpah di Hotel

Surabaya. Sebelumnya Ombudsman Perwakilan Provinsi sudah berdiri di empat

provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Papua. Sebelum

mendapat kantor resmi di Ngagel Timur, kantor Ombudsman Jawa Timur terletak

di Jalan Embong Kemiri. Ombudsman Jatim mulai aktif menerima laporan

maladministrasi dari masyarakat pada tahun 2011. Pada waktu itu Ombudsman

Jawa Timur masih menjalin erat koordinasi dengan penyelenggara pelayanan

publik di Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pada saat awal dibentuk Ombudsman

62
63

Jawa Timur sangat gencar melakukan sosialisasi baik kepada penyelenggara

pelayanan publik maupun ke masyarakat serta media dan LSM. Saat Kantor

Ombudsman Jawa Timur masih berpusat di Jalan Embong Kemiri pada tahun 2010

sampai 2016, laporan yang masuk ke Ombudsman Jatim terus meningkat. Selain

menerima laporan, Ombudsman Jawa Timur juga terbagi dalam bidang

penyelesaian laporan, bidang pencegahan. Di bidang pencegahan, pihak

Ombudsman Jawa Timur sering melakukan sosialisasi dengan menjadi narasumber

baik sebagai penyelenggara maupun di media, tidak jarang Ombudsman Jawa

Timur masuk ke kampus-kampus di Jawa Timur. Sedangkan, untuk bidang

penyelesaian laporan terdapat dalam struktur yang ada pada Ombudsman

Perwakilan. Kepala Perwakilan yang dibagi kedalam tim-tim koordinator, dimana

Ombudsman Jatim sendiri terdapat tiga Tim Koordinator sesuai dengan

substansinya masing-masing. Pada tahun 2017 terdapat MOU baru lagi dimana

dalam struktur Ombudsman Perwakilan dibentuk bidang PVL (Penerimaan

Verifikasi Laporan). Dari laporan yang masuk langsung ke Tim PVL untuk

diperiksa syarat formil dan materilnya. Dalam menerima laporan secara langsung,

Ombudsman Perwakilan juga diberikan kewenangan untuk mencari data melalui

permintaan klarifikasi dari pihak terlapor dan pelapor yang kemudian dapat

dijadikan bahan oleh Ombudsman Perwakilan untuk memberikan saran 10

perbaikan, untuk pidana Ombudsman hanya boleh menyarankan kepada pihak

kepolisian untuk melakukan tindakan.


64

4.1.2 Lokasi Kantor Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa

Timur

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kantor Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Jawa Timur yang terletak di Jalan Ngagel Timur No. 56 Kota

Surabaya. Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur merupakan

salah satu perwakilan dari 34 perwakilan lembaga pengawas pelayanan publik yang

ada di setiap provinsi seluruh Indonesia yang berfungsi sebagai lembaga

pengawasan masyarakat yang bersifat independen yang diberi kewenngan untuk

klarifikasi, investigasi, dan rekomendasi terhadap laporan atau pengaduan dari

masyarakat mengenai penyelenggaraan pelayanan publik terhadap dugaan

maladministrasi khususnya di daerah.

Adapun lokasi Kantor Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi

Jawa Timur ini dapat dilihat pada gambar peta berikut:

Gambar 4.1 Peta Lokasi Ombudsman Perwakilan Jawa Timur

Sumber: https://maps.google.com/

Saat ini kantor Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa

Timur ini terletak di Jalan Ngagel Timur No. 56, Surabaya. Telepon: (031)

99443737 dan Faximile: (031) 5041537.


65

Demi memberikan gambaran tentang kondisi masa depan yang ingin

diwujudkan serta memberikan pandangan terkait kinerja dalam mengawasi

penyelenggaraan pelayanan publik, Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan

Provinsi Jawa Timur berlandaskan pada visi dan misi Ombudsman Republik

Indonesia Pusat.

Visi:

“Ombudsman Republik Indonesia yang Berwibawa, Efektif dan Adil”

Misi:

a. Memperkuat Kelembagaan.

b. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Ombudsman Republik Indonesia.

c. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat.

d. Mendorong Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

e. Memperkuat pemberantasan dan pencegahan maladministrasi dan korupsi.

Asas:

Ombudsman dalam menjalankan tugas dan wewenangnya berasaskan:

a. Kepatuhan;

b. Keadilan;

c. Non-diskriminasi;

d. Tidak memihak;

e. Akuntabilitas;

f. Keseimbangan;

g. Keterbukaan; dan

h. Kerahasiaan.
66

4.1.3 Ruang Lingkup Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan

Jawa Timur

Perwakilan Omudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan

publik di wilayah kerjanya baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara

dan pemeritahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara,

Badan Usaha Milik Daerah dan Badan Usaha Milik Negara serta badan swasta atau

perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang

sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Jawa Timur memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

Tugas Pokok

a. Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik,

b. Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan,

c. Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan

Ombudsman,

d. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi

dalam penyelengaraan pelayanan publik,

e. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga

pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan,

f. Membangun jaringan kerja,

g. Melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik, dan melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-

undang,
67

h. Menindaklanjuti pengaduan tersebut dan memberikan rekomendasi untuk

perbaikan, serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik.

Wewenang

a. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau

pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada

Ombudsman;

b. Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada

Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;

c. Meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan

dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;

d. Melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang

terkait dengan Laporan;

e. Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para

pihak;

f. Membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk

Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak

yang dirugikan;

g. Demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan

Rekomendasi;

h. Menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan

Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan

organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;

i. Menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap


68

undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya diadakan

perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi;

4.1.4 Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan

Jawa Timur adalah sebagai berikut:


69

KEPALA PERWAKILAN
Dr. Agus Widiyarta, S.Sos., M.Si.

KEASISTENAN KEASISTENAN KEASISTENAN PENCEGAHAN SEKRETARIAT


PENERIMAAN DAN PEMERIKSAAN
VERIFIKASI LAPORAN

KEPALA KEPALA KEASISTENAN KEPALA KEASISTENAN


KEASISTENAN PEMERIKSAAN PENCEGAHAN
PENERIMAAN DAN Ach. Choiruddin, S.T., M.H. Muflihul Hadi, S.H., M.H.
KOORDINATOR KOORDINATO KOORDINATO ANGGOTA ANGGOTA PENYUSUN
VERIFIKASI R TIM II TIM TIM STAFF RUMAH
TIM I R TIM III LAPORAN
LAPORAN Dr. Nuryanto, PENCEGAHA PENCEGAHA TANGGA
ANGGOTA Ach. Choiruddin, Muflihul Hadi, KEUANGAN
Dr. Nuryanto, S.H., M.H. S.H., M.H. N N Drg. Bagus
TIM PVL S.T., M.H. S.H., M.H. Wisnu Widhi
(Pensiun) Vice Admira A. Azmi Priambodo, Sp. KG.
Fatih Sabilul ANGGOTA ANGGOTA TIM ANGGOTA TIM Hanggoro, S.E.
TIM I II III F., S.Pd.
ANGGOTA ANGGOTA
Musyadad, S.IP.
Islam, S.E. TIM
Sidik Aji N. Fikri Mustofa, Vice Admira F., M.P.A.
TIM M.IP.
ANGGOTA ANGGOTA PENCEGAHA
TIM PVL S.Kom TIM S.Pd.I. ANGGOTA TIM
S.Pd. M.P.A. PENCEGAHA
I III N N
Silvia Risky, S.H. Muslih, S.Pd. A. Azmi Musyadad, Sidik Aji N.
Muslih, S.Pd.
Perwakilan Provinsi Jawa Timur 2018S.Kom
S.IP. M.IP.
Sumber: Ombudsman
Gambar 4.2 Struktur Organisasi
70

4.2 Temuan dan Analisa Data


Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur adalah lembaga

pengawas penyelenggaraan pelayanan publik yang memiliki fungsi sebagai

lembaga pengawasan masyarakat terhadap laporan atau pengaduan maladministrasi

khususnya di Provinsi Jawa Timur. Dalam melaksanakan pengawasan terhadap

penyelenggaraan pelayanan publik di Jawa Timur maka Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Jawa Timur bekerja berlandaskan pada Undang-Undang

yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 37 Tahun 2008. Berdasarkan Undang-

Undang No. 37 Tahun 2008 Ombudsman merupakan salah satu unsur dalam sistem

pengawasan di Indonesia yakni unsur pengawasan masyarakat. Pengawasan

masyarakat adalah salah satu bentuk pengawasan yang bersifat eksternal yang

dilakukan oleh masyarakat secara langsung atau oleh organisasi masyarakat, pers,

NGO (Non Goverment Organization) dan lain-lain.

Dalam sistem pengawasan Ombudsman, tentunya partisipasi masyarakat

adalah kunci penting dalam pelaksanaannya. Hal ini menjadi penting karena

masyarakat memegang peranan utama dalam mengawasi penyelenggaraan

pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik menerima mandat dari

masyarakat untuk menjamin bahwa kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut

dapat terpenuhi. Dengan adanya Ombudsman ini, perwujudan negara demokrasi

dapat dilihat dengan jelas bahwa masyarakat tidak hanya dilibatkan dalam

pemilihan umum saja tetapi masyarakat juga memegang peranan penting untuk

melakukan pengawasan terhadap kinerja birokrat-birokrat yang telah dipilihnya.

Bagian ini menyajikan dan menganalisa temuan lapangan yang berhubungan

dengan Kinerja Ombudsman sebagai Lembaga Pengawas Pelayanan Publik.


71

Deskripsi pada bagian ini akan menguraikan Efektivitas Kinerja Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur Sebagai Lembaga Pengawas Pelayanan

Publik seperti dalam fokus penelitian yaitu meliputi adaptasi, integrasi, motivasi

dan produksi. Adapun deskripsi temuan dan analisa akan disampaikan pada bagian

berikut:

4.2.1 Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa

Timur untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam proses

menyesuaikan diri artinya Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur

dapat menyesuaikan atau menyelaraskan dirinya sehingga mampu bermanfaat di

dalam lingkungan tuugasnya yaitu wilayah Jawa Timur. Dalam menilai efektivitas

kinerja Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur terdapat beberapa

indikator dalam beradaptasi yaitu pengadaan dan pengisian tenaga kerja, ruang

lingkup kegiatan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur, dan

kebermanfaatan Ombudsman bagi Jawa Timur.

Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia adalah Kantor Ombudsman di

Provinsi atau Kabupaten/Kota yang mempunyai hubungan hirarkis dengan

Ombudsman Pusat. Terkait dengan pengadaan dan pengisian tenaga kerja pada

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur dalam hal ini yaitu

Kepala Perwakilan dan Asisten Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa

Timur dilakukan secara terbuka dan nasional. Pegawai yang ada di Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur sendiri apabila diperhatikan di dalam

struktur terdiri dari Kepala Perwakilan, Asisten, PNS, dan staff pendukung lainnya.
72

Berdasarkan Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015

dijelaskan bahwa asisten adalah pegawai tetap Ombudsman yang diangkat oleh

Ketua Ombudsman berdasarkan persetujuan rapat anggota Ombudsman untuk

membantu Ombudsman dalam menjalankan fungsi, tugas, dan kewenangannya.

4.2.2.4 Pengadaan dan Pengisian Tenaga Kerja

Dalam proses pengisian tenaga kerja menurut UU No. 37 Tahun 2008 Pasal

15 Tentang Ombudsman Republik Indonesia, sebelum mengajukan calon anggota

Ombudsman kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden membentuk panitia

seleksi calon anggota Ombudsman. Panitia seleksi tersebut terdiri atas unsur

pemerintah, praktisi hukum, akademisi, dan anggota masyarakat. Dalam proses

penerimaan calon anggota Ombudsman panitia seleksi sangat teliti dan selektif. Hal

ini dapat dilihat dari Ombudsman yang telah menyiapkan panitia seleksi, persiapan

tes, serta anggaran dalam rangka memilah calon anggota Ombudsman. Seperti yang

telah disampaikan oleh Bapak Hadi selaku Kepala Keasistenan Pencegahan yaitu:

“Itu yang menyeleksi Pusat akses pimpinan, tetapi ada panitia lokal
yang mengurusi cari tempatnya. Nanti semua soal-soal (tes) itu semua
yang menyediakan Jakarta termasuk anggarannya. Biasanya nanti kita
ambil kaya kemarin diambil 20 besar biasanya ada tes lanjutan setelah
tes tulis, tes psikologi, dan macem-macem. Nanti terakhirnya setelah itu
setelah tes psikologi, tes macem-macem itu terakhir wawancara sama
pimpinan untuk yang diambil itu” (hasil wawancara pada tanggal 16
Desember 2019).

Adapun tugas dari Panitia Seleksi sebagai berikut:


a. Mengumumkan pendaftaran penerimaan calon anggota Ombudsman:

b. Melakukan pendaftaran calon anggota Ombudsman dalam jangka waktu 15

(lima belas) hari kerja;


73

c. Melakukan seleksi administrasi calon anggota Ombudsman dalam jangka

waktu 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pengumuman

pendaftaran berakhir;

d. Mengumumkan daftar nama calon untuk mendapatkan tanggapan

masyarakat

e. Melakukan seleksi kualitas dan integritas calon anggota Ombudsman dalam

jangka waktu 60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal seleksi

administrasi berakhir;

f. Menentukan dan menyampaikan nama calon anggota Ombudsman

sebanyak 18 (delapan belas) orang kepada Presiden dalam jangka waktu

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal seleksi kualitas

dan integritas berakhir.

Proses penerimaan pendaftaran calon pegawai Ombudsman dapat dilakukan

secara online maupun offline. Cara mengetahui pendaftaran penerimaan pegawai di

Ombudsman dapat dilihat melalui www.Ombudsman.go.id serta melalui online,

media cetak, maupun media sosial. Hal ini disampaikan oleh Bapak Hadi selaku

Kepala Keasistenan Pencegahan: “Diumumkan ada iklannya di media cetak, online,

dimana-mana serentak se-Indonesia.” (hasil wawancara pada tanggal 6 Januari

2020).

Dalam proses rekrutmen Ombudsman juga dilakukan secara serentak dan

terbuka di seluruh Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus selaku

Kepala Perwakilan Ombudsman Jawa Timur:

“Ombudsman sifatnya adalah open biding semua ya jadi rekruitmennya


melalui reikrutmen terbuka” (hasil wawancara pada tanggal 16
Desember 2019)
74

Hal tersebut juga disampaikan oleh informan pendukung yaitu pramubhakti

Ombudsman Perwakilan Jawa Timur: “Biasanya ya satu perekrutan secara

terbuka” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2019).

Pendapat serupa mengenai rekrutmen menurut hasil wawancara dengan

Bapak Hadi selaku Kepala Keasistenan Pencegahan menyatakan bahwa:

“Kalau (rekrutmen) asisten itukan ada pengumuman resminya,


biasanya serentak se-Indonesia” (hasil wawancara pada tanggal 6
Januari 2020)
Selain itu, perekrutan tenaga di Ombudsman juga dibagi menjadi 4, yaitu

tenaga kerja kepala perwakilan, asisten, PNS (Pegawai Negeri Sipil), dan tenaga

kontrak seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus sebagai berikut:

“Kita kan tenaga kerjanya macem-macem. Pertama pengadaan tenaga


kerja untuk kepala perwakilan, kepala perwakilan itu open biding jadi
semua dengan persyaratan tertentu itu boleh daftar, kemudian yang
kedua itu asisten, asisten juga begitu open biding dengan kualifikasi
tertentu siapapun boleh mendaftar kemudian ada tes sama dengan
kepala perwakilan. Yang ketiga PNS, sekretariatan itu juga seperti itu
(open biding) siapapun boleh mendaftar jangka waktu tertentu.
Rekrutmen CPNS kan itu. Yang ke empat adalah pegawai kontrak atau
pramubhakti dan security atau keamanan ini mereka ini sangat
tergantung dengan kepala perwakilan dengan persyaratan tertentu,
umpamanya minimal ijazah SMA begitu tetapi tidak dibuka untuk
umum itu tidak.” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2019)

Setelah melaksanakan rekrutmen Ombudsman akan memberikan pelatihan

untuk calon asisten sebelum diangkat menjadi pegawai tetap. Seperti yang

disampaikan oleh Bapak Hadi sebagai berikut:

”Ada pelatihan awal sebelum diangkat menjadi calon asisten, calon


asisten itu 1 tahun mengabdi baru diangkat menjadi asisten. Pelatihan
untuk asisten di Jakarta, kalau yang terkait PNS itu sama dengan
lembaga-lembaga yang lain seleksinya dan macem-macem sama. Ada
lagi diminta namanya tenaga kontrak kayak security, pramubhakti Itu
yang mengajukan kita nanti ke Jakarta baru di tanda tangan kontrak
nanti yang datang Jakarta.”
Ombudsman Perwakilan Jawa Timur sangat berupaya dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya dengan baik. Namun dalam hasil pengamatan penulis,
75

masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan pengawasan pelayanan publik di

Jawa Timur terkait pengadaan tenaga kerja sehingga ada beberapa asisten

dengan tugas dan fungsi yang berbeda dengan terpaksa merangkap jabatan

karena masih kurangnya jumlah pegawai. Seperti yang disampaikan oleh Bapak

Agus bahwa:

“Tapi tentang personilnya yang ngerangkap dua itu tidak menjadi


masalah karena memang keterbatasan jumlah.” (hasil wawancara pada
tanggal 16 Desember 2019)

Hal tersebut dipertegas lagi bahwa jumlah asisten yang ditetapkan belum

sesuai dengan analisis beban kerja seperti hasil wawancara dengan Bapak Agus

sebagai berikut:

“Di analisa beban kerja kita seharusnya itu asisten jumlahnya 16 tetapi
sekarang baru punya 9 kemudian di PNS itu di analisa beban kerja kita
itu butuhnya itu 3. Sekarang masih ada 2” (hasil wawancara pada
tanggal 16 Desember 2019)

Keterbatasan jumlah pegawai merupakan salah satu hambatan yang dialami

Ombudsman Jawa Timur dalam melaksanakan tugasnya terkait penyelesaian

laporan. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus bahwa:

”Kemudian dari internal sendiri itu adalah ya biasa jumlah SDM dan
dana/anggaran yang tersedia.” (hasil wawancara pada tanggal 16
Desember 2019)

Sumber daya manusia menjadi elemen utama dalam pembangunan dan

pencapaian suatu organisasi dalam hal ini Ombudsman Perwakilan Jawa Timur.

Hal ini bukan berarti bahwa semakin banyak jumlah sumber daya manusia maka

kinerja organisasi tersebut dikatakan baik. Namun jumlah sumber daya manusia

di dalam organisasi harus sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut

(Manurung, 2018). Dalam hal ini dengan jumlah pegawai yang sedikit, maka

Ombudsman Perwakilan Jawa Timur harus bekerja serta berusaha lebih keras.
76

Beban kerja yang tidak sedikit ditambah dengan wilayah kerja yang luas serta

anggaran yang diberikan terbatas merupakan hambatan dan tantangan tersendiri

bagi Ombudsman Perwakilan Jawa Timur seperti yang dikatakan oleh Bapak

Hadi bahwa:

“Sebenarnya kita kurang banyak dari segi kebutuhan dan dari segi
ketentuannya kita kurang banyak. Kemarin yang pengadaan itu
perwakilan Jawa Barat, Kalimantan Utara, ada sekitar 12 perwakilan,
Jawa Timur gak masuk.” (hasil wawancara pada tanggal 6 Januari
2020)

Karena anggaran yang diberikan oleh negara terbatas maka Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur belum dapat menambah jumlah pegawainya. Hal ini

disampaikan oleh Bapak Agus bahwa:

“Karena memang jumlah yang diberikan oleh negara itu sangat kecil,
sedangkan yang harus dibiayai lebih banyak. Makanya kalau (asisten)
sampai 16 dalam waktu dekat gak mungkin. Tahun ini aja hanya
ngelengkapin yang keluar sehingga nanti tambah 2 itu jadi hanya (9+2)
11 jadi masih ada swot 5 yang gak tau kapan diisi sesuai dengan
kemampuan keuangan.” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember
2019)

Dalam pembagian tugas Ombudsman telah diatur dalam Peraturan

Ombudsman Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 Pasal 10 yang membagi

asisten ke dalam tiga bagian yaitu asisten untuk pemeriksaan laporan,

pencegahan, serta pengawasan. Ombudsman Perwakilan Jawa Timur telah

melakukan pembagian tugas sesuai dengan peraturan dan struktur yang

ditetapkan dengan membagi asisten menjadi tiga dan membentuk satu asisten

tambahan yaitu penerimaan dan verifikasi laporan seperti yang disampaikan

oleh Bapak Agus bahwa:

“Ada strukturnya membagi tugasya berdasarkan struktur tadi, ada


kepala perwakilan, ada 3 koordinator asisten, yaitu ada koordinator
PVL (penerimaan dan verifikasi laporan) ada koordinator pemeriksaan
laporan, ada koordinator pencegahan.” (hasil wawancara pada tanggal
77

16 Desember 2019)

Dalam kegiatan pemeriksaan laporan, asisten PVL tidak dilibatkan ke dalam

tugas tersebut karena PVL lebih fokus pada penerimaan dan verifikasi laporan.

Jadi PVL hanya menentukan status laporan. Sedangkan asisten pencegahan

tergabung dalam pemeriksaan laporan. Jadi asisten pencegahan juga termasuk

di dalam tim kerja (1,2,3). Seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus bahwa:

“Nah, yang PVL ini karena konsentrasi pada penerimaan dan verifikasi
laporan maka PVL tidak ikut terlibat di dalam kegiatan pemeriksaan
laporan. Tetapi kalau tim pencegahan itu tergabung dalam pemeriksaan
laporan juga.” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2019)
Lebih lanjut, pembagian tugas khusus asisten pemeriksaan laporan dibagi

menjadi tiga tim kerja berdasarkan substansi laporan. Seperti yang disampaikan

oleh Bapak Hadi bahwa:

“Pembagian tugasnya Korbid Riksa (Koor Bidang Pemeriksaan) itu


dipegang Pak Udin, Koorbid ini membawahi PVL dan 3 Tim Substansi
(1,2,3) tadi” (hasil wawancara pada tanggal 6 Januari 2020)

Pendapat serupa disampaikan oleh informan pendukung yaitu pramubhakti

Ombudsman Perwakilan Jawa Timur mengenai pembagian tugas asisten

pemeriksaan laporan, sebagai berikut:

“Membagi tugasnya itu sesuai substansinya Mbak. Tergantung


substansinya misalnya tentang dinas atau lembaga A atau pelayanan
pemerintahan daerah, kepolisian itu disini sudah dibagi-bagi.” (hasil
wawancara pada tanggal 16 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Agus, Bapak Hadi, dan

informan pendukung dapat disimpulkan bahwa pengadaan dan pengisian tenaga

kerja yang dilakukan Ombudsman Perwakilan Jawa Timur telah berjalan

dengan efektif dan sesuai dengan undang-undang.

Tabel 4.1 Analisis Pengadaan dan Pengisian Tenaga Kerja


No. Sub Kondisi Analisis Data Penilaian Hasil Analisa
Indikator
78

1 Pengisian Ombudsman telah Proses pengadaan + Berdasarkan hasil


dan tenaga melakukan dan pengisian wawancara, Ombudsman
kerja pengadaan dan tenaga kerja melakukan pengisian
pengisian tenaga Ombudsman sudah tenaga kerja berdasarkan
kerja sesuai sesuai dengan UU UU No. 37 Tahun 2008
dengan UU No. 37 No. 37 Tahun 2008 mulai dari rekrutmen,
Tahun 2008 tetapi terdapat pelaksanaan tes,
kendala yaitu pelatihan, dan
anggaran yang pembagian tugas. Hasil
diberikan negara anallisa dapat dinyatakan
terbatas sehingga dalam indikator
jumlah asisten pengisian dan tenaga
Ombudsman yang kerja telah berjalan
ditarget tidak dapat dengan efektif walaupun
terpenuhi. anggaran yang diberikan
terbatas, sehingga
menyebabkan
Ombudsman Perwakilan
Provinsi Jawa Timur
melakukan rangkap
jabatan.
Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)

Hal ini menunjukkan bahwa hasil analisa pengadaan dan pengisian tenaga

kerja Ombudsman Perwakilan Jawa Timur sudah efektif karena sesuai dengan

Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 mulai dari rekrutmen, pelaksanaan tes,

pelatihan dan pembagian tugas dan terlaksana dengan efektif. Namun temuan

di lapangan penulis menemukan kendala terkait pengisian tenaga kerja yaitu

anggaran yang diberikan negara terbatas sehingga jumlah pegawai di

Ombudsman Provinsi Jawa Timur menurut ketentuan dapat diisi 16 orang pada

realitanya hanya terisi 9 orang dan mengakibatkan adanya rangkap jabatan.

4.2.2.5 Ruang Lingkup Ombudsman

Berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman

Republik Indonesia Pasal 7 bahwa Ombudsman memiliki tugas dan wewenang

yang mencakup dalam ruang lingkup Ombudsman Republik Indonesia sebagai

berikut:

Tugas Pokok:
79

c. Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik,

d. Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan,

e. Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan

Ombudsman,

f. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan

maladministrasi dalam penyelengaraan pelayanan publik,

g. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga

pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan,

h. Membangun jaringan kerja,

i. Melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik, dan melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-

undang,

j. Menindaklanjuti pengaduan tersebut dan memberikan rekomendasi untuk

perbaikan, serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik.

Ruang lingkup Ombudsman tertulis dalam Undang-Undang No. 37 Tahun

2008, seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus bahwa:

“Jadi sesuai UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik


Indonesia tugas Ombudsman adalah sebagai lembaga pengawas
pelayanan publik. Nah ruang lingkupnya ada dua yang pertama adalah
pencegahan, yang kedua adalah program penyelesaian laporan. Jadi
pengawasan itu dibedah jadi dua yang kesatu pencegahan dan kedua
penyelesaian laporan.” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember
2019)

Pernyataan informan ini di dukung oleh pernyataan informan lain yaitu Bapak

Hadi menyatakan bahwa:

”Ruang lingkupnya ada 2 kita ada namanya Bidang Pencegahan dan


Bidang Pemeriksaan Laporan. Bidang Pencegahan kita bagi ada 4, satu
80

namanya Tim PVL, Tim Substansi ada 3 (Tim 1, Tim 2, Tim 3). Saya
mengepalai Tim 2. Tim satu nya Mbak Vice sama yang satunya Pak
Udin. Terus untuk Tim Pencegahan itu ada banyak (fokus) sebetulnya,
cuman saya nggak membagi itu karena orangnya gak ada. Cuman 3-4
orang ya wes semua mengerjakan semua.” (hasil wawancara pada
tanggal 6 Januari 2020)
Dalam proses penerimaan laporan Ombudsman Perwakilan Jawa Timur

berdasarkan Peraturan Ombudsman Republik Indonesia No. 26 Tahun 2017

Pasal 2 bahwa Asisten Pemeriksaan dan Verifikasi Laporan menerima laporan

yang disampaikan dengan cara datang langsung, surat dan/atau surat elektronik,

telepon, email, media sosial, dan media lainnya yang ditujukan langsung kepada

Ombudsman.

Penerimaan laporan yang dilakukan dengan cara datang langsung maka

pelapor wajib mengisi data formulir penyerahan laporan dan memberikan tanda

terima laporan. Kemudian laporan tersebut akan diserahkan ke asisten PVL

untuk dilakukan verifikasi syarat formil dan materiil. Pada tahap penerimaan

dan verifikasi laporan berperan dalam menentukan status laporan, lengkap dan

tidak lengkapnya syarat formil dan materiil . Berikut ini adalah syarat formil

yang meliputi:

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan, pekerjaan dan

alamat lengkap pelapor serta dilengkapi dengan fotokopi identitas

b. Surat kuasa apabila laporan dikuasakan kepada pihak lain

c. Memuat uraian peristiwa, tindakan, atau keputusan yang dilaporkan secara

rinci

d. Sudah menyampaikan laporan secara langsung kepada pihak terlapor atau

atasannya tetapi laporan tersebut tidak mendapat penyelesaian sebagaimana

mestinya
81

e. Peristiwa, tindakan, atau keputusan yang dilaporkan belum lewat 2 tahun

sejak peristiwa, tindakan, atau keputusan yang bersangkutan terjadi

Kemudian dilanjutkan syarat materiil sebagai berikut:

a. Substansi laporan tidak sedang dan telah mejadi objek Pemeriksaan

Pengadilan, kecuali laporan tersebut menyangkut tindakan maladministrasi

dalam proses Pemeriksaan di Pengadilan

b. Laporan tidak sedang dalam proses penyelesaian oleh instansi yang

dilaporkan dan menurut Ombudsman, proses penyelesaiannya masih dalam

tenggang waktu yang patut

c. Pelapor belum memperoleh penyelesaian dari instansi yang dilaporkan

d. Substansi yang dilaporkan sesuai dengan ruang lingkup kewenangan

Ombudsman

e. Substansi yang dilaporkan sedang dan/atau telah ditindaklanjuti oleh

Ombudsman

Setelah melakukan verifikasi laporan, kemudian Ombudsman melakukan

pemeriksaan laporan. Pada tahap ini tim pemeriksaan laporan bertugas dalam

melakukan pemeriksaan substansi untuk menyelesaikan laporan sesuai dugaan

maladministrasi. Ketika laporan tersebut merupakan wewenang ombdusman

maka laporan tersebut akan diterima. Jika sudah diverifikasi dan merupakan

bukan kewenangan Ombudsman maka laporan tersebut akan ditolak dan

dianggap selesai dengan dikeluarkannya BAP (Berita Acara Penutupan). Jika

laporan tersebut diterima maka setelah diverifikasi oleh asisten PVL akan

diterukan ke Pemeriksaan Laporan sesuai substansinya yang terdiri dari 3 Tim

untuk ditindaklanjuti.
82

Dalam pemeriksaan laporan Ombudsman melakukan pembagian tugas

dengan dibentuknya tim berdasarkan substansi. Seperti yang disampaikan oleh

Bapak Agus bahwa:

“Nah kemudian pemeriksaan laporan dibagi lagi ada spesifikasi kasus,


ada tim. Kita bagi menjadi 3 tim. Tim 1 berhubungan dengan urusan
Hukum, Pemerintahan, Pertanahan. Tim 2 berhubungan dengan
pendidikan, kesehatan seperti itu.” (hasil wawancara pada tanggal 16
Desember 2019)

Berikut ini adalah pembagian tugas tim kerja dari asisten pemeriksaan

laporan berdasarkan substansi, sebagai berikut:

Tim 1: Energi (SDA), data informasi, kelautan, lingkungan hidup (LH),

pemukiman/perumahan, penanaman modal, perdagangan dan industri, perijinan

(PTSP), perikanan, perkebunan/kehutanan, pertanahan, pertanian, tembusan,

kemaritiman.

Tim 2: Adminitrasi kependudukan, agama, asuransi/jaminan sosial, bea cukai,

kepegawaian, kesehatan, ketenagakerjaan, perbankan, TKI, urusan haji,

tembusan, pajak.

Tim 3: Air minum, imigrasi, kejaksaan, kepolisian, pelayanan komisi/lembaga

negara, lembaga pemasyarakatan, listrik, pendidikan, layanan peradilan,

perhubungan/infrastruktur, telekoordinasi, TNI, transmigrasi, tembusan,

koperasi, pegadaian, hak kekayaan intelektual, pemerintahan dalam negeri,

administrasi hukum umum.

Setelah dilakukan pemeriksaan laporan ombdudsman akan memberikan

tindak lanjut yang dapat berupa:


83

1. Klarifikasi, klarifikasi dapat dilakukan dengan cara lisan maupun tertulis.

Klarifikasi bertujuan untuk memberi hak jawab kepada terlapor tentang

benar atau tidaknya atas laporan yang ada.

2. Klarifikasi lanjutan, klarifikasi ini dilakukan ketika pejabat publik tidak

kooperatif dalam memberikan jawaban atau tanggapan.

3. Setelah rangkaian proses tersebut, maka keluarlah hasil akhir Ombudsman

yang dapat berupa kesimpulan LAHP (Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan),

Rekomendasi (yang dikeluarkan oleh Ombudsman Pusat), dan BAP (Berita

Acara Penutupan).

Namun jiika dalam pelaksanaannya tidak ditindaklanjuti oleh telapor maka

laporan akan diserahkan kepada Unit Monitoring atau Laporan untuk diambil

langkah penyelesaian. Laporan telah dinyatakan selesai ketika:

a. Telah memperoleh penyelesaian dari terlapor

b. Tidak ditemukan maladministrasi

c. Laporan dalam proses penyelesaian oleh instansi dalam tenggang waktu

yang patut

d. Ombudsman tidak berwenang melanjutkan pemeriksaan

e. Substansi yang dilaporkan ternyata bukan wewenang Ombudsman

f. Substansi telah atau sedang menjadi objek pemeriksaan di Pengadilan

g. Telah mencapai kesepakatan dalam Konsiliasi dan/atau mediasi: atau

h. Telah diterbitkan rekomendasi

Rekomendasi Ombudsman dikeluarkan apabila:

a) Mediasi dan/atau Konsiliasi gagal dilaksanakan

b) Mediasi dan/atau Konsiliasi tidak mencapai kesepakatan


84

c) Ditemukan bentuk Maladministrasi

Pada tahap resolusi dan monitoring tim asisten bertugas untuk melanjutkan

proses penanganan kepada tahap rekomendasi, ajudikasi dan kemungkinan

mediasi. Pemantauan (monitoring) pelaksanaan rekomendasi ini dilaksanakan

dalam rentang waktu enam puluh hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya.

Apabila dalam waktu 60 hari kerja tersebut dan rekomendasi tidak dilaksanakan

maka Ombudsman berhak meyampaikan rekomendasi penjatuhan sanksi

kepada pejabat dua tingkat di atas terlapor atau pejabat yang dapat menjatuhkan

sanksi administratif. Jika sanksi tersebut masih tidak dilaksanakan juga, maka

Ombudsman dapat menyampaikan laporan kepada DPR dan Presiden atau

DPRD dan Kepala Daerah. Ombusman memiliki hak untuk mempublikasikan

terlapor dan/atau atasan terlapor yang tidak melaksanakan sebagian

rekomendasi tanpa alasan yang patut oleh Ombudsman.

Berdasarkan hasil wawancara saya, dapat disimpulkan bahwa ruang

lingkup Ombudsman Provinsi Jawa Timur telah sesuai dengan Undang-Undang

No. 37 Tahun 2008 dan terlaksana dengan efektif. Berikut ini adalah tabel

penilaian ruang lingkup kegiatan telah sesuai atau belum di Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur:

Tabel 4.2 Analisis Ruang Lingkup Kegiatan Ombudsman


No. Sub Kondisi Analisis Data Penilaian Hasil Analisa
Indikator
1 Ruang Kegiatan yang Kegiatan yang + Berdasarkan hasil
lingkup dilakukan dilakukan oleh wawancara, kegiatan yang
kegiatan Ombudsman Ombudsman dilakukan Ombudsman
Ombudsman Perwakilan sudah sesuai dapat dikatakan baik dalam
Perwakilan Jawa Timur dengan Ruang regulasi sudah sesuai
Jawa Timur terlaksana Lingkup dengan UU No. 37 Tahun
dengan baik Ombudsman 2008 Tentang Ombudsman
sesuai yang ada pada Republik Indonesia. Hasil
berdasarkan UU No. 37 anailisa dapat dinyatakan
UU No. 37 Tahun 2008 dan bahwa indikator ruang
Tahun 2008 terlah terlaksana lingkup ombusman
85

Tentang dengan efektif. berjalan dengan efektif


Ombudsman
Republik
Indonesia.
Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)

Hal ini menunjukkan bahwa dengan hasil analisa kegiatan yang dilakukan

Ombudsman Perwakilan Jawa Timur telah terlaksana dengan efektif dan sudah

sesuai dengan Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia.

4.2.2.6 Kebermanfaatan Bagi Masyarakat

Salah satu pengukuran adaptasi dari suatu organisasi adalah kebermanfaatan

organisasi bagi masyarakat. Dalam hal ini adalah Ombudsman Perwakilan Jawa

Timur bermanfaat bagi masyarakat Jawa Timur. Ombudsman dalam melakukan

pengawasan pelayanan publik bahwa penerima manfaat atas satu laporan

pengaduan yang telah diselesaikan dapat memberikan manfaat bagi banyak

orang. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Hadi sebagai berikut:

“Ya kalau penerima manfaat bisa lebih, 1 laporan itu penerima


manfaatnya bisa 10-20. Kayak jalan tol Mas Fatih yang menangani itu
penerima manfaatnya bisa ratusan orang bahwa laporannya satu tapi
kan mewakili (daerahnya).” (hasil wawancara pada tanggal 6 Januari
2020)

Berbanding terbalik dengan pernyataan informan di atas, informan lain

menyatakan bahwa Ombudsman Perwakilan Jawa Timur belum memberikan

manfaat terkait kasus penggusuran yang dilaporkan pada tahun 2016. Seperti

yang disampaikan oleh Lusi bahwa: “Nggak ada (manfaat). Nggak ada sama

sekali.” (hasil wawancara pada tanggal 23 Januari 2020)

Hal ini dirasakan oleh informan karena Ombudsman dalam memberikan

surat balasan terlalu lama yaitu maksimal selama 14 hari. Sedangkan kasus
86

penggusuran bersifat urgensi, sehingga selama 14 hari informan belum

mendapatkan surat balasan dari Ombudsman. Seperti yang disampaikan oleh

Lusi sebagai masyarakat bahwa:

“Masalahnya adalah dia menolak untuk mengirimkan surat sebelum 2


minggu dan dia telfon tapi by telfon ngomongnya kalau kita
(Ombudsman) nggak bisa kirim surat pada saat itu. Aku alasannya
kurang cukup jelas karena pertama... jadi gini dia (Ombudsman) nggak
ada kabar seminggu pertama kita telfon terus sampai 2 minggu karena
kita tau kayak gimana kan.. tapi itu warga udah mau siap digusur
sebenarnya tapi kita tetap cari bala bantuan kemanapun gitu kan. Aku
telfon terus sampai dia angkat terus dia bilang kalau itu bukan
kewenangannya dia.” (hasil wawancara pada tanggal 23 Januari 2020)

Pendapat informan lain menyatakan bahwa Ombudsman hanya memberikan

sebatas pengaruh. Seperti yang disampaikan oleh Mas Sahura sebagai

masyarakat bahwa:

“Cuman ada sebatas pengaruh ketika kita mengatakan Ombudsman


sudah melakukan investigasi itu dalam satu kasus kami. Itu surat
Ombudsman kami jadikan salah satu alat bukti di pengadilan dan saya
pikir memang bukan hanya satu-satunya surat ini yang mempengaruhi
sehingga gugatan kami disetujui PTUN waktu itu. Cuman setidaknya
kami punya daya tawar bahwa ini kami ada rekomendasi dari
Ombudsman. Cuman dalam tatanan eksekusi nggak di eksekusi juga.”
(hasil wawancara pada tanggal 21 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara saya, dapat disimpulkan bahwa

kebermanfaatan Ombudsman Provinsi Jawa Timur masih kurang dapat

dirasakan oleh masyarakat. Berikut ini adalah tabel penilaian kebermanfaatan

Ombudsman bagi masyarakat di Ombudsman Perwakilan Jawa Timur:

Tabel 4.3 Analisis Kebermanfaatan Ombudsman Perwakilan Jawa


Timur Bagi Masyarakat
No. Sub Kondisi Analisis Data Penilaian Hasil Analisa
Indikator
1. Kebermanfaat Kebermanfaatan Masyarakat - Berdasarkan hasil
an Ombudsman masih belum wawancara menunjukkan
Ombudsman belum dapat merasakan bahwa masyarakat belum
Perwakilan dirasakan oleh manfaat dari merasakan manfaat dari
Jawa Timur masyarakat. Ombudsman Ombudsman terkait
bagi Artinya dilihat dari laporan yang diadukan dan
Masyarakat masyarakat lamanya respon masih belum selesai
87

belum puas surat balasan ditangani artinya


karena respon dari Ombudsman belum
dari Ombudsman memberikan kepuasan
oOmbudsman sehingga terhadap masyarakat
yang kurang mempengaruhi karena keterlambatan
aktif. kasus yang respon yang diberikan. Hal
dilaporkan oleh ini berpengaruh dalam
masyarakat kinerja Ombudsman
menjadi tidak sebagai pengawas
selesai. pelayanan publik. Hasil
analisa menunjukkan
bahwa kebermanfaatan
oOmbudsman belum
efektif
Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)

Hal ini menunjukkan bahwa hasil analisa kebermanfaatan Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur belum efektif. Hal ini dilihat dari hasil wawancara

masyarakat yang belum memperoleh manfaat dari keberadaan Ombudsman. Hal ini

terjadi karena laporan yang diadukan oleh masyarakat belum kunjung selesai

ditangani Ombudsman. Hal ini berpengaruh dalam kinerja Ombudsman sebagai

pengawas pelayanan publik yang menyebabkan pada akhirnya laporan yang belum

selesai akan diselesaikan pada tahun berikutnya. Selain itu keterlambatan respon

dari Ombudsman yang juga merupakan faktor penyebab masyarakat merasa

Ombudsman belum memberikan manfaat atas laporan yang diadukan. Sehingga

dari hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat belum mendapatkan

manfaat dari keberadaan Ombudsman yang disebabkan oleh laporan belum

diselesaikan dan keterlambatan respon Ombudsman.

4.2.2 Integrasi

Integrasi adalah kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi,

pengembangan konsensus dan koordinasi dengan berbagai macam organisasi

lainnya (Indrawijaya dalam Manurung, 2018). Integrasi perlu dilakukan mengingat

Ombudsman Perwakilan Jawa Timur juga memiliki keterbatasan dalam melakukan


88

tugasnya. Oleh karena itu, Ombudsman memebangun integrasi dengan organisisi

atau instansi lain, kelompok-kelompok peduli pelayanan publik, media massa atau

pers bahkan dengan masyarakat individu yang disebut dengan Sahabat Ombudsman

sebagai mitra Ombudsman.

Sahabat Ombudsman adalah sekumpulan kelompok masyarakat yang

dibentuk oleh Ombudsman bersama masyarakat untuk secara sukarela turut

mengawasi dan membantu publik di sekitarnya dengan tujuan untuk mendapatkan

pelayanan publik yang baik. Dengan dibentuknya Sahabat Ombudsman, diharapkan

bisa mendorong komunitas-komunitas masyarakat yang memiliki keberdayaan,

kepekaan, dan kesadaran serta kritis untuk mengawsi dan melaporkan pelayanan

publik yang dirasa buruk. Sahabat Ombudsman juga merupakan mitra bagi

Ombudsman RI dalam mempromosikan pelayanan publik yang baik,

menyebarluaskan tugas dan wewenang Ombudsman kepada masyarakat luas

(Novayana dkk., 2016).

Dalam tata kerja Ombudsman Perwakilan Jawa Timur yang tertuang dalam

Peraturan Ombudsman No. 4 Tahun 2010 Pasal 28 menyatakan bahwa setiap

pimpinan satuan organisasi wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan

sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi

di lingkungan Ombudsman serta dengan instansi lain di luar Ombudsman sesuai

dengan tugas masing-masing.

4.2.2.1 Melakukan Sosialisasi, Kerjasama, dan Koordinasi

Dalam melakukan upaya pencegahan maladministrasi Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur melakukan sosialisasi, kerjasama, dan koordinasi


89

dengan organisasi atau instansi lain. Sosialisasi yang dilakukan Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur bertujuan untuk mengenalkan tugas pokok dan fungsi

Ombudsman agar organisasi lain dan masyarakat lebih mengenal dan paham

dengan adanya keberadaan Ombudsman. Sosialisasi juga dilakukan di berbagai

kelompok, seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus bahwa:

“Sosialisasi dilakukan di tahun awal tentang tupoksi Ombudsman.


Pertama kepada masyarakat. Dilakukan di kelompok-kelompok
masyarakat seperti kelompok pendidikan, tenaga kerja, difabel, ke Non
Government Organization (NGO). Kemudian yang kedua sosialisasi
kepada birokrat pemerintah jadi kita sudah mendatangi seluruh
Kabupaten/Kota di seluruh Jawa Timur juga pemerintah kota,
pemerintah provinsi di Jawa Timur maupun instansi vertikal, yang ke
tiga sosialisasi melalui media massa baik itu media cetak maupun media
elektronik. Kita siaran dengan SBO TV, dengan TVRI, kemudian
dengan media cetak kita berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh Ombudsman.” (hasil wawancara pada tanggal 16
Desember 2019)
Selain sosialisasi dengan organisasi lain, Ombudsman juga melakukan

integrasi yang disebut sebagai forum tertinggi yaitu rapat pleno PVL yang

dilakukan setiap satu bulan sekali. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Hadi

sebagai berikut:

”Bentuk integrasi ya, misalnya PVL untuk menentukan laporan


diterima atau tidak itu rapat pleno, rapat pleno itu semua melibatkan
asisten. Itu bentuk integrasi karena itu memang forum tertinggi.” (hasil
wawancara pada tanggal 6 Januari 2020)

Sosialisasi yang dilakukan oleh Ombudsman Perwakilan Jawa Timur

bertujuan agar masyarakat lebih mengenal Ombudsman terkait tugas, fungsi dan

wewenang Ombudsman. Hal ini didukung oleh pernyataan informan pendukung

yaitu pramubhakti Ombudsman Perwakilan Jawa Timur sebagai berikut:

“Kita kalau sosialisasi tapi sosialisasinya bukan ke dinas. Biasanya


dinas yang meminta kita supaya mensosialisasikan Ombudsman, kita
sebagai narasumbernya kan begitu. Tapi kalau kita sosialisasi itu tidak
di dinasnya tapi di universitas atau lembaga swaadaya masyarakat
kayak gitu. Kalau dinasnya kan otomatis sudah tau, kalau untuk
90

masyarakat atau lembaga-lembaga kan masih awam jadi kita


sosialisasinya ya harus kesana. Bahkan kita kan sudah membentuk
Sahabat Ombudsman” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember
2019)

Selanjutnya kerjasama dan koordinasi adalah upaya yang dilakukan

Ombudsman Perwakilan Jawa Timur dalam menyelaraskan kegiatannya dengan

organisasi lain agar dapat mencapai tujuan bersama. Seperti yang disampaikan

oleh informan pendukung yaitu pramubhakti Ombudsman Perwakilan Jawa

Timur bahwa:

“Kalau kerjasama antar lembaga-lembaga itu ada, ya memang kita


harus melakukan pendekatan-pendekatan ya intinya penyelesaian
secara persuasif itu. Kembali lagi ke asisten yang lebih tau soal itu.”
(hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2019)
Dalam rangka meningkatkan penyadaran kepada masyarakat dan kualitas

penyelenggara pelayanan Ombudsman Perwakilan Jawa Timur melakukan

kegiatan sosialisasi, koordinasi, maupun kerjasama Ombudsman banyak terlibat

dalam kegiatan sosialisasi, koordinasi dan kerjasama bersama Pemerintah

Daerah, BUMN, Perguruan Tinggi, Sekolah, Rumah Sakit, Media Massa, dan

Lembaga Swadaya Masyarakat pelayanan publik. Adapun program dan kegiatan

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur terkait berintegrasi

dengan organisasi lain dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Program Kegiatan Sosialisasi, Koordinasi, dan Kerjasama


Tahun 2018
No. Uraian Waktu Lokasi/ Tempat Output
Pelaksanaan
1. Koordinasi 2 Januari 2018 Kantor TVRI Jawa Silaturahmi dengan TVRI Jawa Timur
Timur
2. Koordinasi 3 Januari 2018 Mapolda Jawa Timur Menghadiri undangan dari Kapolda Jawa
Surabaya Timur perihal kegiatan Video Conference
dengan Kapolri dalam agenda membahas
hasil uji kepatuhan Ombudsman Republik
Indonesia Tahun 2017
3. Sosialisasi 4 Januari 2018 Mapolda Jawa Timur Menjadi narasumber dalam kegiatan
Surabaya bimbingan teknis survei Uji Kepatuhan
Ombudsman Republik Indonesia tahun
2017 dengan Irwasda Polda Jatim di
91

Ruang rapat irwasda

4. Kerjasama 4 Januari 2018 Kantor KPU Jawa Pertemuan dengan KPU Jatim dalam rangka
Timur audiensi materi debat kandidat Pilgub
Jatim
5. Kerjasama 5 Januari 2018 Kantor OmbudsmanPertemuan dengan Dinkes Surabaya terkait
Jawa Timur Hasil OMI Puskesmas Surabaya
6. Kerjasama 5 Januari 2018 Kantor OmbudsmanRelease Media terkait OMI Puskesmas di
Jawa Timur Surabaya

7. Sosialisasi 10 Januari 2018 Hotel Grand Park Menjadi pemateri dalam Workshop Pelayanan
Malang Publik yang diselenggarakan oleh Malang
Corruption Watch
8. Kerjasama 16 Januari 2018 Kabupaten Jember Narasumber pelatihan pelayanan publik untuk
masyarakat (Parakarsa Jatim-Yappika-
USAID)
9. Sosialisasi 17 Januari 2018 Sidoarjo Narasumber OMI Terkait penyelesaian
temuan pemerintah luput dalam pelayanan
kesehatan

No. Uraian Waktu Lokasi/ Tempat Output


Pelaksanaan
10. Kerjasama 18 Januari 2018 Kantor Ombudsman Release Media terkiat OMI BPJS
Jawa Timur Kesehatan di Jl. Darmahusada Surabaya

11. Sosialisasi 19 Januari 2018 Surabaya Mendampingi Ketua Ombudsman ORI


acara sosialisasi gerakan Coklit Serentak
di Indonesia oleh KPU-RI di Kantor
Walikota Surabaya

12. Koordinasi 22 Januari 2018 Kantor Ombudsman Pertemuan dengan Bagian Organisasi
Republik Indonesia Kabupaten Bojonegoro dalam acara
Perwakilan Jawa kunjungan kerja atas survey uji kepatuhan
Timur Ombudsman Tahun 2017
13. Koordinasi 23 Januari 2018 Kantor Ombudsman Wawancara dengan jurnalis terkait tindak
Jawa Timur lanjut hasil temuan OMI BPJS Kesehatan
di Jl. Darmahusada Surabaya
14. Sosialisasi 23 januari 2018 Kantor Ombudsman Narasumber pada mahsiswa magang UB
Republik Indonesia dan UPN di ORI Jatim terkait, mekanisme
JATIM penyelesaian Laporan ketenagakerjaan
15. Koordinasi 26 Januari 2018 Kantor Ombudsman Pertemuan dengan Bagian Organisasi
Republik Indonesia Kabupaten Kediri dalam acara kunjungan
Perwakilan Jawa kerja atas survey uji kepatuhan
Timur Ombudsman Tahun 2017
16. Koordinasi 31 Januari 2018 Kantor Ombudsman Wawancara dengan Jurnalis terkait
Jawa Timur laporan dugaan Maladministrasi dalam
pelayanan di RSUD DR. Soetomo
17. Sosialisasi 31 Januari 2018 Kantor Ombudsman Narasumber terkait materi layanan
Jawa Timur kepolisian kepada mahasiswa penelitian
dari Universitas Brawijaya
18. Kerjasama 5 Februari 2018 Kabupaten Melakukan Press Release dengan media
Lamongan online dan cetak Di Hotel Lamongan
19. Kerjasama 5 Februari 2018 Kantor ORI Jatim Menjelaskan ke peserta magang cara
untuk membuat resume dan mengkoreksi
pekerjaan peserta magang
20. Sosialisasi 6 Februari 2018 Kantor Bupati Menjadi narasumber dalam acara
Bojonegoro Bimbingan teknis implementasi SOP dan
92

SPP pelayanan publik dengan Seluruh


SKPD/OPD Pemerintah Kabupaten
Bojonegoro
21. Sosialisasi 7 Februari 2018 Surabaya Menjadi narasumber di Dirgahayu Forkas
ke 3, di rumah makan RIA Delecias
22. Sosialisasi 8 Februari 2018 Kab. Ponorogo Narasumber sosialisasi kontribusi pemuda
dalam mengawal komitmen pelayanan
publik

23. Kerjasama 9 Februari 2018 Ombudsman Rilis media terkait launching kegiatan
Perwakilan Jatim pembukaan posko Ombudsman dengan
YLPK
24. Koordinasi 13 Februari Ombudsman Kunjungan dari KPU Surabaya (Studi
2018 Perwakilan Jatim Banding kepada Ombudsman);
25. Koordinasi 13 Februari Ombudsman Menerima wawancara dari Children and
2018 Perwakilan Jatim Social Welfare Resilience Development
Initiative mengenai pengaduan masalah
anak di ORI

No. Uraian Waktu Lokasi/ Tempat Output


Pelaksanaan
26. Koordinasi 15 Februari Kabupaten Kediri Menghadiri acara pembekalan standar
2018 pelayanan publik sesuai UU No. 25 Tahun
2009 di Pendopo Kab. Kediri
27. Sosialisasi 15 Februari Kab. Madiun Menghadiri acara zona integritas KPKNL
2018 Madiun
28. Sosialisasi 19 Februari Kab. Gesik Narasumber “ Peran PEMDA dalam
2018 rangka Penguatan Fungsi PPID dan
urgensi pengelolaan Pengaduan” di
Pemkab Gresik
29. Koordinasi 26 Februari Kampus FH Unair Menghadiri undangan Diskusi seputar
2018 pendidikan, “Menolak Diam”
30. Koordinasi 27 Februari Kantor Ombudsman Pertemuan dengan Sekda Kabupaten
2018 Republik Indonesia Tulungagung, Sekda Kabupaten Lumajang
Perwakilan Jawa dan Sekda Kota Malang dalam rangka
Timur koordinasi pelaksanaan uji kepatuhan
terhadap standar pelayanan publik pada
tahun anggaran 2018
Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)

Berdasarkan Tabel 4.4 Ombudsman Perwakilan Jawa Timur telah berintegrasi

dengan organisasi lain melakukan sosialisasi, kerjasama, dan koordinasi. Seperti

bentuk sosialisasi yang sering dilakukan mengenai pelayanan publik dan sebagai

narasumber di berbagai acara. Ombudsman juga melakukan sosialisasi ke

perguruan tinggi di Jawa Timur untuk mengenalkan lebih luas tentang Ombudsman.

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Hadi bahwa:

”Kalau Ombudsman itu memang kami terbuka dengan siapapun dengan


organisasi mahasiswa, saya kalau melakukan investigasi ke luar kota
93

saya sempatkan untuk mampir ke perguruan tinggi atau ke organisasi


mahasiswa Kemarin saya datang ke Lamongan misalnya, saya mampir
saya surati Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan kemudian
STIKES saya surati bahwa kami ingin silahturahmi, kami ingin
sosialisasi. Tiba tiba membuat forum, kami datang mereka sudah siap
semua fotonya, pesertanya.” (hasil wawancara pada tanggal 6 Januari
2020)

Kemudian bentuk kerjasama yang dilakukan Ombudsman Perwakilan Jawa

Timur banyak yang dilakukan terkait rilis media dan melakukan pertemuan internal

dengan organisasi lain. Ombudsman juga membentuk MOU (Memorandum of

Understanding) dengan organisasi lain seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus

bahwa:

“Kalau kerjasama melalui MOU ya. Pertama MOU dengan Pemerintah,


yaitu dengan Pemerintah Daerah maupun instansi vertikal yang ada di
Daerah. Seperti kita membuat MOU dengan Prov. Jawa Timur
kemudian membuat MOU dengan Universitas.” (hasil wawancara pada
tanggal 16 Desember 2019)

Selain itu, Ombudsman juga melakukan kerjasama kelembagaan sebagai bentuk

kerjasama dengan organisasi lain. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Hadi

bahwa:

”Kalau yang sifatnya formal itu tidak ada ya, kalau MOU itu hanya
dilakukan oleh Ombudsman Pusat. Tetapi kalau dalam konteks
kerjasama kelembagaan itu jejaring kami banyak, misalnya dengan
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Yayasan Lembaga Perlindungan
Konsumen (YLPK)” (hasil wawancara pada tanggal 6 Januari 2020)

Selanjutnya bentuk koordinasi yang dilakukan Ombudsman Perwakilan Jawa

Timur dapat dilihat dari kunjungan dan pertemuan mengenai uji kepatuhan dengan

instansi lain. Uji kepatuhan ini merupakan program dan kegiatan yang termasuk di

dalam ruang lingkup Ombudsman yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Seperti

yang disampaikan oleh informan pendukung yaitu pramubhakti Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur sebagai berikut:


94

“Oh iya paham lah, misalnya kan lingkupnya biasanya ya penyelesaian


laporan sama sosialisasi atau kegiatan-kegiatan yang lain yang sifatnya
ya hanya sosialisasi itu dan kalau kita pengawasan ya ada program
namanya kepatuhan itu mbak dilaksanakan tiap tahun sekali itu. Tapi
biasanya program kepatuhan itu ya tergantung personilnya kalau
personilnya kurang bisa melibatkan tenaga-tenaga kontrak itu sendiri”
(hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2019)
Tujuan dilakukan uji kepatuhan adalah untuk melihat apakah instansi-instansi

di Jawa Timur telah menyelenggarakan pelayanan sudah sesuai dengan asas dan

prinsip pelayanan serta sesuai dengan tugas dan fungsi instansi tersebut. Walaupun

jumlah pegawai di Ombudsman terbatas, tapi pelaksanaan program dapat

melibatkan tenaga kontrak untuk mempermudah kinerja Ombudsman agar berjalan

dengan maksimal. Integrasi yang dilakukan Ombudsman juga telah mencakup

wilayah di seluruh Provinsi Jawa Timur dan dibantu dengan Sahabat Ombudsman

yang merupakan mitra Ombudsman. Seperti yang dikatakan oleh informan

pendukung yaitu pramubhakti Ombudsman Perwakilan Jawa Timur bahwa:

“Kalau dengan organisasi lain ya seperti tadi saya bilang kita


membentuk semacam namanya sudah Sahabat Ombudsman jadi kinerja
Ombudsman biar dibantu mereka-mereka. Sebelum ada laporan masuk
mereka (sahabat Ombudsman) harus peka gitu sebagai wadah di
daerah-daerah jadi makanya kita membentuk itu Sahabat Ombudsman
sifatnya juga sosial, jadi mereka sukarela mensosialisasikan,
menginginkan pelayanan di daerah-daerah lebih baik karena ada
pengawasnya dimana itu binaan dari Ombudsman” (hasil wawancara
pada tanggal 16 Desember 2019)

Selain itu, Ombudsman juga melakukan koordinasi dengan instansi lain terkait

tindak lanjut dari laporan yang sedang ditangani seperti yang disampaikan oleh

Bapak Hadi bahwa:

“Kita juga rutin mengadakan koordinasi dengan Polda Jatim untuk


menangani permasalahan tentang Kepolisian kita juga rutin di
Kab/Kota maupun Pemerintah Provinsi untuk menindaklanjuti laporan-
laporan masyarakat dengan LSM kita koordinasinya rutin dalam bentuk
kegiatan-kegiatan bersama dengan Ombudsman dengan Non
Government Organization (NGO) atau apa” (hasil wawancara pada
tanggal 6 Januari 2020)
95

Dengan melakukan integrasi maka akan kesempatan bagi Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur untuk lebih mengenalkan dirinya kepada masyarakat lebih

besar. Kemudian dengan adanya integrasi ini juga akan menciptakan jaringan kerja

Ombudsman atau yang disebut sebagai mitra Sahabat Ombudsman. Dengan

terbentuknya Sahabat Ombudsman ini, diharapkan semakin banyak yang

melakukan tugas sosialisasi akan keberadaan Ombudsman dan masyarakat yang

paham terkait tugas dan fungsi Ombudsman itu sendiri. Apabila semakin banyak

masyarakat yang memahami fungsi pengawasan yang dimilikinya, maka perbaikan

kualitas layanan akan tercipta.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur telah melakukan integrasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat

dari program kegiatan yang dilakukan Ombudsman Perwakilan Jawa Timur dalam

bentuk sosiallisasi, kerjasama, dan koordinasi dengan instansi atau organisasi lain

yang membantu Ombudsman dalam melakukan kinerjanya sebagai pengawas

pelayanan publik. Walaupun jumlah pegawai Ombudsman Perwakilan Jawa Timur

terbatas, Ombudsman telah membentuk jaringan Ombudsman yang disebut sebagai

Sahabat Ombudsman yang juga membantu tugas Ombudsman dalam pengawasan

di daerah khususnya Jawa Timur. Sehingga menjadi langkah strategis agar kinerja

Ombudsman bisa dilakukan dengan efektif dan efisien. Berikut ini adalah tabel

penilaian integrasi yang dilakukan oleh Ombudsman Perwakilan Jawa Timur:

Tabel 4.5 Analisis Integrasi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan


Jawa Timur
No. Sub Kondisi Analisis Data Penilaian Hasil Analisa
Indikator
1. Sosialisasi Ombudsman Ombudsman telah + Berdasarkan hasil wawancara
melakukan melakukan terlihat bahwa Ombudsman
sosialisasi sosialisasi di sudah melakukan sosialisasi
dengan berbagai instansi dalam upaya pencegahan di
instansi lain dan perguruan berbagai organisasi seperti
96

dan dibantu tinggi mengenai kelompok-kelompok


dengan pelayanan publik masyarakat, kelompok
tenaga dan sebagai pendidikan, Non Government
kontrak serta narasumber di Organization (NGO) hingg ke
sahabat berbagai acara media di seluruh Jawa Timur.
Ombudsman untuk mengenalkan Terkait kinerja Ombudsman
lebih luas tentang dalam melakukan sosialisasi
Ombudsman. dapat dinyatakan sudah efektif.
No. Sub Kondisi Analisis Data Penilaian Hasil Analisa
Indikator
2. Kerjasama Ombudsman Ombudsman telah + Berdasarkan hasil wawancara
melakukan melakukan menunjukkan bahwa
kerjsama kerjasama dengan Ombudsman telah melakukan
dengan instansi lain seperti banyak kerjasama dengan
instansi lain. membentuk MOU organisasi di seluruh Jawa
dan melakukan Timur. Mulai dri kerjasama
kerjasama kelembagaan, kerjasama dengan
kelembagaan sahabat Ombudsman, sampai
membentuk MOU dengan
pemda. Terkait kinerja
Ombudsman dalam melakukan
kerjasama dapat dinyatakan
sudah efektif.
3. Koordinasi Ombudsman Ombudsman telah + Berdasarkan hasil wawancara
melakukan melakukan dapat dilihat bahwa
koordinasi koordinasi dengan Ombudsman telah melakukan
dengan instansi lain dalam koordinasi dengan jaringan
instansi lain. hal tindak lanjut kerja Ombudsman yang disebut
laporan yang sahabat Ombudsman dan
ditangani koordinasi dengan instansi lain
untuk membantu tugas
Ombudsman di Jawa Timur.
Saat ini Ombudsman telah
menjalin koordinasi dengan
baik. Terkait kinerja
Ombudsman dalam melakukan
koordinasi dapat dinyatakan
sudah efektif.
Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)

Hal ini menunjukkan bahwa hasil analisa tentang integrasi Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur dan temuan di lapangan dengan hasil analisa sosialisasi,

kerjasama, dan koordinasi sudah efektif. Dapat dilihat dari indikator yang saling

mendukung integrasi yang sudah dilakukan Ombudsman Perwakilan Jawa Timur

semuanya berjalan dengan efektif.

4.2.3 Motivasi

Motivasi menurut Indrawijaya (dalam Manurung, 2018) adalah keterikatan dan


97

hubungan antara pelaku organisasi dengan organisasinya dan kelengkapan sarana

bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. Dalam hal ini adalah pegawai

Ombudsman dengan Ombudsman itu sendiri. Berdasarkan PP No. 21 Tahun 2011

Pasal 1 menyatakan bahwa Ombudsman adalah lembaga negara artinya status

pegawai di Ombudsman Perwakilan Jawa Timur adalah Pegawai Lembaga Negara

yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik.

Motivasi sangatlah penting bagi pegawai untuk melakukan setiap tugas yang

diberikan guna menunjang efektifitas kinerja Ombudsman. Berbagai bentuk

motivasi telah dilakukan oleh Kepala Perwakilan Jawa Timur kepada pegawainya

yang disampaikan sebagai berikut:

“Yang pertama saya memberikan motivasi melalui apresiasi-apresiasi


terhadap pekerjaan yang telah diselesaikan. Contohnya kemarin kita
mengadakan pekan pelayanan publik itu ternyata sudah selesai lalu
dikasih selamat temen-temen sudah selesai gitu. Atau mungkin dalam
penyelesaian laporan ada ucapan terimakasih dari pelapor nah ini kita
upload di grup kemudian kita beri selamat sudah menyelesaikan dengan
baik kan gitu. Yang jelas apresiasi selalu saya berikan kepada temen-
temen insan Ombudsman yang sudah bekerja dan sudah selesai di
dalam pekerjaannya. Motivasi yang kedua ya kita berikan dalam bentuk
perjalanan dinas kemudian juga mewakili kepala perwakilan sebagai
narasumber itu adalah sebuah bentuk motivasi agar mereka bekerja
dengan baik. Yang ketiga ya motivasi paling gampang dilakukan
dengan bonus, tetapi bonus ini dilakukan oleh Pusat. Saya hanya
mengusulkan untuk mendapatkan bonus namanya insentif kinerja.
Insentif kerja itu dia akan mendapatkan tiap tanggal 15 itu berdasarkan
penilaian Kepala Perwakilan kepada Asisten Ombudsman untuk di
dalam pekerjaannya. Kemudian dia akan mendapatkan insentif
kinerja.” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2019)

Pendapat informan lain terkait motivasi yang diberikan oleh Kepala

Perwakilan juga disampaikan oleh Bapak Hadi bahwa:

”Kan biasanya kami itu ada laporan triwulan, nah anggota itu sering
mantau bulanan gitu dipantau. Kan kami punya aplikasi, misalnya jawa
timur ini laporannya baru sekian yang selesai. Nah Pak Agus di WA
(whatsapp) sama pimpinan “gimana pak Agus ini gini gini” nah Pak
Agus bilang “ayo rek di selesaikan rek” nah gitu.” (hasil wawancara
98

pada tanggal 6 Januari 2020)


Selain motivasi dari atasan, motivasi dalam diri sendiri juga dilakukan oleh

informan lain. Seperti yang disampaikan oleh informan pendukung yaitu

pramubhakti Ombudsman Perwakilan Jawa Timur bahwa:

“Motivasinya ya intinya kita kan bekerja sebagai pembantu masyarakat


apalagi notabene laporan, laporan ya otomatis permasalahan yang
pelik-pelik kalau nggak pelik-pelik kenapa harus dilaporin kan gitu.
Intinya kita bisa membantu masyarakat lah, banyak sih motivasinya
kita” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2019)

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tentunya Ombdsman Perwakilan

Jawa Timur harus didukung oleh adanya sarana prasarana untuk dapat menunjang

kinerja Ombudsman. Terkait sarana dan prasarana ini disampaikan oleh Bapak

Agus sebagai berikut:

“Jadi yang mendukung kami yang pertama adalah gedung atau kantor.
Walaupun ini masih meminjam miliknya Pemprov. Jatim tapi dengan
punya gedung ini fasilitas yang paling bagus. Kedua adalah fasilitas
kendaraan, walaupun hanya satu tetapi bisa digunakan untuk
operasional, yang ketiga adalah alat-alat untuk investigasi seperti alat
perekam kemudian kamera kemudian printer kemudian laptop, itu
semua tersedia dengan baik di dalam rangka melakukan klarifikasi
maupun investigasi itu.” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember
2019)

Pendapat serupa mengenai sarana dan prasarana Ombudsman disampaikan

oleh masyarakat sebagai informan pendukung bahwa:

“Kalau itu saya pikir cukup memadai ya, Ombudsman itu kalau gak
salah kedua kali dia pindah setau saya dulu itu di Kayoon itu dulu
pernah disana dia kemudian pindah di Ngagel itu. Saya pikir bagi kami
kantor itu bukan problem utama yang paling penting adalah kinerja.”
(hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2019)
Pendapat informan lain mengenai sarana dan prasarana Ombudsman disampaikan

oleh informan pendukung yaitu pramubhakti Ombudsman yang menyampaikan

bahwa:

“Sarana prasarana ya sudah mencukupi ya. Saya rasa sudah


menompang ya karena untuk gedung sendiri juga sudah, untuk
99

operasional keluar juga ada, alat-alat untuk investigasi juga sudah ada
kan gitu yang penting menompang ya sebenernya solid juga.” (hasil
wawancara pada tanggal 16 Desember 2019)
Lebih lanjut informan menyampaikan bahwa kesolidan antar pegawai

Ombudsman juga merupakan satu kesatuan antara hubungan pegawai dengan

Ombudsman walaupun dari kuantitas masih terbatas. Seperti pernyataan yang

disampaikan oleh informan pendukung yaitu pramubhakti Ombudsman bahwa:

“Katakanlah wilayah kerja kita seluruh Jawa Timur dengan personil


yang terbatas tapi kok bisa solid ya karena itu kita satu-kesatuan.
Contoh disini kita ada laporan yang notabene tidak dapat diselesaikan
hanya dengan salah satu asisten. Mulai tiap hari senin kita datang rapat
pleno, maksudnya pleno itu kita mengupas sebuah kasus ini yang pelik
ayo kita selesaikan bersama. Akhirnya hubungan karyawan dengan
persoalan itukan enak.” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember
2019)

Berbanding terbalik dengan pernyataan informan lain yaitu Bapak Hadi yang

menyampaikan bahwa:

”Sarananya sangat kurang ya. Tapi karena memang ini lembaga negara
yang sangat anggarannya terbatas ya kami maklumi. Sebenernya kami
butuh misalnya kalau di Walikota itu ada panabard papan tulis yang
ada printernya di bawah. Jadi kalau habis rapat ditulis hasilnya apa,
yang hadir siapa, tanda tangan langsung di print. Kami juga pengen
begitu atau yang lebih canggih lagi sekarang di beberapa pengadilan di
PA (Pengadilan Agama) Kab. Malang itu punya jadi kalau saya
memeriksa saksi itu kamu gak perlu ngetik satu-satu, jadi begitu saya
ambil keterangan ada alat recorder kalau dipencet dia langsung keluar
dalam bentuk tulisan. Nah kayak gitu.” (hasil wawancara pada tangal 6
Januari 2020)
Dari pernyataan tersebut, pegawai Ombudsman mengharapkan fasilitas yang

dapat membantu memudahkan penyelesaian laporan. Namun karena anggaran yang

diberikan oleh APBN terbatas sehingga juga menghambat pekerjaan yang

dilakukan pegawai Ombudsman. Hal ini disampaikan oleh Bapak Hadi bahwa:

”Iya sudah tidak manual. Jadi Ombudsman sudah harus begitu karena
volume laporannya yang tinggi sulit-sulit sehingga kami yang
mengerjakan laporannya begitu misalnya saya ngetik keterangan saksi
aja bisa 1 hari. Bagaimana saya bisa mengerjakan yang lain.” (hasil
wawancara pada tangal 6 Januari 2020)
100

Selain itu terwujudnya ruangan kantor bagi setiap pegawai diharapkan oleh

informan, seperti yang disampaikan oleh Bapak Hadi bahwa:

”Penunjang ya, kan masyarakat juga berekspektsi tinggi, lapor ke


Ombudsman ini 2 bulan gak selesai-selesai. Banyak sih sebenernya
kalau saya urai, itu sebagian yang paling penting misalnya ruangan
masing-masing. Ruangan asisten sempit. Kami juga harus berdua.
misalnya kalau mau ideal ya masing-masing kami juga harus dikasih
ruangan karena disini kan stressfull kerjaannya, ketemu orang
bermasalah kita setiap hari menyelesaikan masalah jadi ruangannya
harus segar harus dikasih ruangan yang nyaman. Itu harapan lah.” (hasil
wawancara pada tangal 6 Januari 2020)
Melihat bahwa Ombudsman Perwakilan Jawa Timur dengan tugas dan

kewenangannya yang sangat luas memiliki keterbatasan dalam sarana dan

prasarananya. Hal ini sangat berkaitan dengan ketersediaan anggaran yang

diberikan oleh pusat yaitu Ombudsman Republik Indonesia. Ombudsman Republik

Indonesia pada dasarnya pembiayaannya bersumber pada APBN namun, anggaran

tersebut juga dibagi dengan Perwakilan Ombudsman di daerah-daerah seluruh

Indonesia. Sehingga dapat dikatakan anggaran yang dimiliki Perwakilan

Ombudsman ini sangat sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan

melalui wawancara yang dilakukan peneliti yang mengungkapkan bahwa

banyaknya kendala yang mereka alami terkait dengan keterbatasan anggaran.

Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Hadi bahwa:

”Ya tadi misal sarananya dan termasuk gaji dan tunjangannya beda
jauh…. istilahnya semua fasilitas disini di kantor Ombudsman masih
kalah dengan lembaga apapun begitu. Kantor masih pinjam, kendaraan
masih sewa, jadi kita hampir tidak punya apa-apa disini.” (hasil
wawancara pada tangal 6 Januari 2020)
Pendapat serupa mengenai hambatan dari internal yang dialami oleh

Ombudsman Perwakilan Jawa Timur yaitu keterbatasan anggaran yang diberikan

oleh pusat. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus bahwa:

“Kemudian dari internal sendiri itu adalah ya biasa jumlah SDM dan
dana/anggaran yang tersedia.” (hasil wawancara pada tangal 16
101

Desember 2019)
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa motivasi yang

diberikan oleh Kepala Perwakilan dan hubungan internal organisasi sudah baik.

Dilihat dari pegawai yang mendapatkan motivasi dalam bentuk materi juga

motivasi yang diberikan oleh atasan. Dalam hal sarana prasarana dapat dikatakan

kurang baik, hal ini dapat dilihat dari ruangan setiap pegawai yang masih bergabung

dengan pegawai yang lainnya, kantor yang masih milik provinsi, kendaraan untuk

kegiatan operasional masih menyewa dan alat-alat bantu lainnya seperti panaboard.

Berikut ini adalah tabel penilaian motivasi yang dilakukan Ombudsman Perwakilan

Jawa Timur:

Tabel 4.6 Analis Motivasi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa


Timur
No. Sub Kondisi Analisis Data Penilaian Hasil Analisa
Indikator
1. Hubungan Hubungan pegawai Hubungan + Berdasarkan hasil
pegawai dengan Ombudsman pegawai wawancara terlihat
dengan adalah sebagai Ombudsman bahwa hubungan
organisasi pegawai lembaga sangat baik pegawai Ombudsman
negara yang antara satu sangat solid satu
memilikikewenangan dengan yang sama lain. Motivasi
untuk mengawasi lain. yang diberikan oleh
penyelenggaraan Ombudsman Kepala Perwakilan
pelayanan publik. memberikan juga sudah dilakukan
motivasi yang dalam bentuk materi
diberikan oleh maupun non materi.
Kepala Hubungan ini sangat
Perwakilan mempengaruhi
dalam bentuk kinerja dari
materi maupun ombudman dan
non materi. menunjukkan bahwa
hubungan pegawai
Ombudsman berjalan
dengan efektif.

No. Sub Kondisi Analisis Data Penilaian Hasil Analisa


Indikator
2. Sarana dan Sarana dan prasarana Sarana dan + Berdasarkan hasil
prasarana yang difasilitasi prasarana yang wawancara dapat
Ombudsman sudah difasilitasi dilihat bahwa sarana
cukup memadai Ombudsman dan prasarana yang
walaupun masih sudah cukup difasilitasi
terdapat kekurangan memadai Ombudsman sudah
fasilitas yang belum walaupun masih cukup. Walaupun
terpenuhi namun terdapat karena keterbatasan
102

tidak mempengaruhi kekurangan anggaran, ada


dari kinerja yang disebabkan beberapa fasilitas
Ombudsman. oleh yang belum terpenui
Kekurangan tersebut keterbatasan namun tidak
hanya sebatas alat anggaran yang mempengaruhi
yang dapat menjadi diberikan. kinerja dari
alternatif untuk Namun tidak Ombudsman. Dari
melakukan klarifikasi mempengaruhi hasil analisa dapat
seperti panaboard. dari kinerja dinyatakan bahwa
Ombudsman sarana prasarana
Ombudsman sudah
efektif.
Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)
Hasil analisis menunjukkan bahwa indikator motivasi dan saranna prasarana

sudah terlaksana dengan efektif. Namun ada beberapa fasilitas yang belum

terpenuhi, seperti alat pendukung untuk membantu pegawai melakukan klarifikasi

atau investigasi yaitu panaboard, ruangan setiap pegawai yang seharusnya tidak

digabung dengan pegawai dari keasistenan yang lain, kendaraan yang masih

menyewa. Kurangnya fasilitas yang belum dapat terpenuhi karena faktor

keterbatasan anggaran yang diberikan oleh pusat kepada Ombudsman Perwakilan

Jawa Timur. Kekurangan tersebut hanya bersifat teknis, sehingga tidak

mempengaruhi kinerja Ombudsman dalam menangani laporan masyarakat.

4.2.4 Produksi

Produksi yaitu berkaitan dengan jumlah dan mutu keluaran organisasi serta

intensitas kegiatan suatu organisasi (Indrawijaya, dalam Manurung 2018). Dalam

hal ini adalah banyaknya jumlah laporan masuk yang ditangani Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur, upaya pencegahan maladministrasi dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, dan kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi

pelayanan publik guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik.

Berikut ini adalah jumlah laporan masuk yang termasuk dugaan

maladministrasi yang ditangani oleh Ombudsman Perwakilan Jawa Timur Tahun


103

2018 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Data Hasil Laporan Dugaan Maladministrasi Tahun 2018


No. Aspek Jumlah %
1. Berpihak 9 2,21%
2. Diskriminasi 3 0,74%
3. Konflik Kepentingan 4 1%
4. Penundaan Berlarut 146 35,8%
5. Penyalahgunaan Wewenang 20 4,91%
6. Penyimpangan Prosedur 68 16,7%
7. Permintaan Imbalan Uang, Barang dan Jasa 17 4,18%
8. Tidak Kompeten 37 9,1%
9. Tidak Memberikan Pelayanan 100 24,6%
10. Tidak Patut 3 0,74%
Total 407 100%
Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)

Berdasarkan Tabel 1.3 data laporan dugaan maladministrasi pada tahun 2018

bentuk maladministrasi yang paling banyak diadukan ke Ombudsman Perwakilan

Jawa Timur yaitu bentuk maladministrasi dugaan penundaan berlarut dengan

jumlah laporan sebanyak 146 (35,8%). Contoh penundaan berlarut misalnya pada

pengurusan E-KTP yang tidak segera dilayani oleh dinas terkait sehingga

menunggu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun agar E-KTP diterbitkan.

Dalam proses penanganan laporan masyarakat yang diterima oleh Ombudsman

dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, baik secara administratif

maupun substantif. Dalam proses penanganan laporan/pengaduan, sebelum sampai

pada kesimpulan terhadap permasalahan yang diadukan, diperlukan data

pendukung yang diperoleh melalui kegiatan investigasi maupun pengamatan

langsung terhadap instansi yang diduga melakukan tindakan maladministrasi dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tindak lanjut atas laporan masyarakat

dapat berupa: permintaan klarifikasi kepada terlapor, pemberitahuan kepada

pelapor, dan penyampaian saran kepada terlapor dan atasannya. Pada tahun 2018

dari 407 jumlah laporan yang telah diterima sebanyak 145 laporan (35,62%) dalam

proses penyelesaian, sedangkan 262 laporan (64,37%) telah diselesaikan. Berikut


104

ini adalah tabel tindak lanjut penyelesaian dari laporan yang telah selesai ditangani

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Jumlah Penyelesaian Laporan Masyarakat Berdasarkan Tindak


Lanjut Tahun 2018
No. Tindak Lanjut Jumlah %
1. Bukan Wewenang 14 5,34%

2. Investigasi Lapangan 43 16,41%

3. Klarifikasi Lisan 36 13,74%

4. Klarifikasi Tertulis 59 22,52%

5. Mediasi/Konsiliasi 11 4,20%

6. Pelimpahan/Diteruskan 1 0,38%

7. Permintaan Pelapor 5 1,91%

8. Saran 25 9,54%

9. Tidak Ditemukan Maladministrasi 62 23,66%

10. Tidak Melengkapi Data 6 2,29%

JUMLAH 262 100%


Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)
Berdasarkan Tabel 4.8 jumlah penyelesaian laporan berdasarkan tindak

lanjut yang paling banyak didominasi oleh laporan yang tidak ditemukan

maladministrasi sebanyak 23,66%. Artinya laporan yang diadukan masyarakat

kepada Ombudsman setelah ditindak lanjuti dinyatakan bahwa tidak ditemukan

maladministrasi.

Laporan yang ditindak lanjuti oleh Ombudsman terdiri dari instansi terlapor

yang dilaporkan masyarakat kepada Ombudsman di seluruh Jawa Timur Berikut ini

adalah daerah instansi terlapor menunjukkan yang paling banyak dilaporkan oleh

masyarakat:

Tabel 4.9 Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan Daerah Instansi


105

Terlapor
No. Lokasi Jumlah %
1. BANGKALAN 2 0,49%

2. BANYUWANGI 4 0,98%

3. BLITAR 5 1,23%

4. BOJONEGORO 3 0,74%

5. BONDOWOSO 1 0,25%

6. GRESIK 15 3,69%

7. JEMBER 6 1,47%

8. JOMBANG 6 1,47%

9. KEDIRI 8 1,97%

10. KOTA BATU 3 0,74%

11. KOTA BLITAR 2 0,49%

12. KOTA KEDIRI 14 3,44%

13. KOTA MADIUN 4 0,98%

14. KOTA MALANG 11 2,70%

15. KOTA MOJOKERTO 3 0,74%

16. KOTA PASURUAN 3 0,74%

17. KOTA PROBOLINGGO 2 0,49%

No. Lokasi Jumlah %

18. KOTA SURABAYA 205 50,37%

19. LAMONGAN 4 0,98%

20. LUMAJANG 7 1,72%

21. MADIUN 3 0,74%

22. MALANG 19 4,67%


106

23. MOJOKERTO 5 1,23%

24. NGANJUK 2 0,49%

25. NGAWI 4 0,98%

26. PAMEKASAN 5 1,23%

27. PASURUAN 6 1,47%

28. PONOROGO 3 0,74%

29. PROBOLINGGO 4 0,98%

30. SAMPANG 4 0,98%

31. SIDOARJO 35 8,60%

32. SITUBONDO 1 0,25%

33. SUMENEP 2 0,49%

34. TRENGGALEK 1 0,25%

35. TUBAN 3 0,74%

36. TULUNGAGUNG 2 0,49%

Total 407 100%


Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa instansi terlapor banyak

dilaporkan dari Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Menurut peneliti hal itu

terjadi karena lokasi kantor Ombudsman Perwakilan Jawa Timur berada di Kota

Surabaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Ombudsman masih belum dapat

menghimpun partisipasi masyarakat dan mengenalkan keberadaannya untuk lebih

diketahui masyarakat Jawa Timur jadi hanya dikenal oleh masyarakat Kota

Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.

Sebagai pengawas pelayanan publik Ombudsman juga mempunyai tugas

yang dilakukan atas inisiatif sendiri yaitu investigasi atas prakarsa sendiri.

Investigasi atas prakarsa sendiri ini dilakukan bertujuan untuk memberi masukan
107

kepada instansi terkait. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Agus bahwa:

“Nah OMI (On Motion Invesigation) atau investigasi atas prakarsa


sendiri itu bertujuan untuk melaksanakan tugas Ombudsman dengan
UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia
bahwa Ombudsman mempunyai tugas untuk memberikan masukan
kepada penyelenggara pelayanan publik, pemerintah daerah ataupun
pemerintah pusat. Nah langkah yang dilakukan dalam masukan ini
salah satunya adalah melakukan investigasi atas prakarsa sendiri. Ada
2 cara yang dilakukan, pertama adalah inisiatif dari perwakilan sendiri
kemudian diajukan ke pusat, kemudian dana itu diluncurkan ke dalam
POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) kita disitu sudah ada
anggarannya. Kedua investigasi atas prakarsa sendiri juga dilakukan
dalam rangka bagian dari Tim Ombudsman Pusat yang melakukan
investigasi atas prakarsa sendiri atau OMI di Jawa Timur.” (hasil
wawancara pada tanggal 16 Desember 2019).
Lebih lanjut informan lain memberikan satu contoh kasus yang pernah

dilakukan dalam investigasi atas prakarsa sendiri seperti yang dismpaikan Bapak

Hadi seagai berikut:

“Pernah terjadi lagi kasus PDAM sehari-hari katanya airnya mampet,


langsung saya turun ke rumah penduduk sama Jawa Pos. Saya datangi
ke PDAM ternyata sebabnya pipa yang gede itu bocor kena proyek, tapi
saya kasih penjelasan ke wartawan kira-kira begitu. Jadi kalau ada yang
namanya darurat itu nanti inisiatif, jadi kami tanpa ada laporan bisa dari
berita, informasi gitu. Jadi kami nggak pernah menunggu laporan. Tapi
yaitu kami biasanya melihat satu apakah itu kebutuhan masyarakat
secara umum dan banyak korbannya. Jadi kalau cuman 1 orang kenanya
itu, nggak sumbut nek tetetek gawe (nggak ada gunanya), jadi kalau
korbannya banyak kita jadi semangat gitulo untuk menyelesaikan yaa
dapat nilai ibadahnya lebih banyak lah. Kalau orang per orang kan ya
besok selesai gitu, tapi kalau banyak orang itukan semangatnya jadi
atensinya masyarakat dan media itukan bagus untuk lembaga.” (hasil
wawancara pada tanggal 6 Januari 2020)
Pada tahun 2018 Ombudsman Perwakilan Jawa Timur melakukan

investigasi atas prakarsa sendiri. Hal ini disampaikan oleh Bapak Agus bahwa:

“2018 yang terprogram di POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) kita


kan 1 itu kita bicara tentang GTT (Guru Tidak Tetap) PTT (Pegawai
Tidak Tetap), yang berhubungan dengan pemeriksaan laporan mungkin
lebih dari 5-10an. Semua sudah terealisasi dan kita sudah sampaikan
kepada instansi.” (hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2019)

Investigasi atas prakarsa sendiri dilakukan ketika ada sebuah kasus yang
108

memang mengharuskan adanya masukan atau perbaikan sistem yang dibutuhkan.

Adapun kegiatan investigasi yang dilakukan oleh Ombudsman Perwakilan Jawa

Timur:

Tabel 4.10 Kegiatan Investigasi Tahun 2018


No. Uraian Waktu Lokasi/Tempat Output
Pelaksanaan
1. Investigasi 8 Januari 2018 Kantor Ombudsman Pertemuan dengan Pelapor/PT. Nampi
Republik Indonesia Kawan Baru terkait permintaan hasil
Perwakilan Jawa Timur tindak lanjut penyelesaian laporan.
2. Investigasi 8 Januari 2018 Kantor ORI Jatim Berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan
dan UPTD Metrologi legal Kota Surabaya
terkait laporan masyarakat a.n. Hadi
Purnomo.
3. Investigasi 9 januari 2018 Kantor Ombudsman Rapat koordinasi penyelesaian laporan
Republik Indonesia Jatim masyarakat dengan PDAM Surya
Sembada Surabaya, terkait laporan sdr.
Ernawati
4. Investigasi 9 Januari 2018 Dharmahusada Indah Pemeriksaan lapangan laporan sdr. Edward
Surabaya
5. Investigasi 9 Januari 2018 Kantor Imigrasi Klas I Pertemuan dengan Kepala Kantor Imigrasi
Khusus Surabaya Klas I Khusus Surabaya Sidoarjo dan staf
Sidoarjo terkait klarifikasi langsung atas
penyelesaian laporan masyarakat terkait
pelayanan pecegahan/pencekalan

6. Investigasi 9 Januari 2018 Rumah susun keputih Pemeriksaan lapangan (rumah susun)
Surabaya
7. Investigasi 11 Januari Kantor Ombudsman Pertemuan dengan Pelapor/Sdr. Yakubus
2018 Republik Indonesia Wellyanto terkait permintaan penjelasan
Perwakilan Jawa Timur hasil tindak lanjut penyelesaian laporan

8. Investigasi 11 Januari Kantor Ombudsman Rapat koordinasi dengan OJK wilayah IV


2018 Republik Indonesia
JATIM
No. Uraian Waktu Lokasi/Tempat Output
Pelaksanaan
9. Investigasi 17 Januari Kantor Ombudsman Pertemuan dengan Kepala kantor
2018 Republik Indonesia Jawa Pelayanan Pajak Pratama Surabaya
Timur Genteng perihal penyelesaian laporan
masyarakat terkait dengan penetapan pajak
PT. Tinelo
10. Investigasi 17 Januari Desa masangan Ke. Investigasi atas inisitiaf sendiri terkait
2018 Sokodono, Sidoarjo penderita malpraktek yang dialami oleh
sdr. Dava Andika Putra, keluarga miskin
yang tidak mendapatkan layanan BPJS.
11. Investigasi 17 Januari Kantor Ombudsman Tindak lanjut penyelesaian OMI ke
2018 Republik Indonesia Jawa Pemerintah Kota Madiun
Timur
12. Investigasi 18 Januari Kantor Ombudsman Rapat koordinasi penyelesaian laporan
2018 Republik Indonesia Jawa Masyarakat dengan Disnaker Kota
Timur Surabaya
13. Investigasi 18 Januari Kantor Ombudsman Pertemuan dengan PLN Ngagel terkait
2018 Republik Indonesia Jawa keberatan warga atas denda P2TL
109

Timur
14. Investigasi 18 Januari Kantor Ombudsman Pertemuan dengan pelapor, Dinas
2018 Republik Indonesia Jawa Kesehatan dan RS terkait dengan dugaan
Timur Malpraktek pelayanan di RS DR. Soetomo
Surabaya
15. Investigasi 18 Januari Kantor Ombudsman Klarifikasi langsung atas laporan
2018 Republik Indonesia Jawa masyarakat a.n. Stefanus Mimosa
Timur
16. Investigasi 19 Januari Surabaya Sidak Pelayanan 24 Jam di Polsek
2018 Tegalsari, Pintu Air Jagir, RSUD DR.
Soetomo dan Pemadam Kebakaran
Surabaya
17. Investigasi 22 Januari Surabaya Melakukan sidak di Kantor KKP
2018 Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
bersama SBO TV
18. Investigasi 23 januari Kantor Disnaker Prov Rapat Koordinasi penyelesaian laporan
2018 Jatim Masyarakat a.n. Yeremas Renaldo, Dkk
dan 4 Laporan lainya terkait pengawasan
ketenagakerjaan di Disnaker Prov. Jatim
19. Investigasi 23 januari Kantor Ombudsman Pertemuan dengan Kepala ESDM Propinsi
2018 Republik Indonesia Jatim Jatim, Kepala DPMPTSP Kabupaten
Malang, Pelapor (Najib Attamimi, dkk)
dalam rangka koordinasi penyelesaian
laporan atas permohonan Ijin
Pertambangan Rakyat (IPR)
20. Investigasi 23 Januari Kantor Ombudsman Klarifikasi langsung terkait laporan
2018 Republik Indonesia masyarakat a.n. Samsul Huda
Perwakilan Jawa Timur
21. Investigasi 23 Januari Kantor ORI Jatim Menemui pemerintah kabupaten gresik
2018 terkait laporan masyarakat tentang rumah
peribadatan di Kab. Gresik. Pemkab
menyampaikan jawaban tertulis yang
disampaikan langsung beserta penjelasan
singkat
22. Investigasi 24 Januari Kota Malang Penyelesaian Laporan Masyarakat di Dinas
2018 Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota
Malang.

No. Uraian Waktu Lokasi/Tempat Output


Pelaksanaan
23. Investigasi 24 Januari Kantor Ombudsman Republik Pertemuan dengan Lurah Bangkingan,
2018 Indonesia Perwakilan Kecamatan Lakarsantri, Kota Surabaya
Jawa Timur dalam acara klarifikasi langsung
penyelesaian laporan masyarakat atas
nama Vice Admira Firnaherera terkait
permohonan administrasi pertanahan di
Kelurahan Bangkingan
24. Investigasi 24 Januari Kota Malang Penyelesaian Laporan Masyarakat di Dinas
2018 Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota
Malang.
25. Investigasi 25 Januari Kabupaten Blitar Pertemuan klarifikisai dengan kelurahan
2018 dan pelapor di Desa Serang Kabupaten
Blitar.
26. Investigasi 25 Januari Kantor ORI Jatim Pertemuan dengan kelurahan ngagelrejo
2018 dan pelapor atas nama Ninuk Triana.
27. Investigasi 25 Januari Kabupaten Blitar Pertemuan klarifikasi dengan Kepolisian
2018 Resort Kabupaten Blitar.
110

28. Investigasi 26 Januari Surabaya Pertemuan dengan Lurah Putat Jaya terkait
2018 permohonan pengantar nikah pelapor a.n.
Naufal Fairus Zamzam.
29. Investigasi 30 Januari Surabaya Pertemuan dengan Lurah Simo Mulyorejo,
2018 Kecamatan Sukomanunggal, Kota
Surabaya dalam rangka penyelesaian
laporan masyarakat terkait pembangunan
jembatan.
30. Investigasi 30 Januari Surabaya Ke kelurahan Dukuh Sutorejo terkait
2018 pecah KK.
Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)
Sebagai pengawas pelayanan publik dalam melaksanakan tugas dan

kewenangannya muncul hambatan dan tantangan yang dirasakan oleh Ombudsman

Perwakilan Jawa Timur. Salah satunya adalah kurangnya komitmen dan

penyelenggara pelayanan publik untuk melaksanakan temuan-temuan

Ombudsman. Hal ini disampaikan oleh Bapak Agus bahwa:

“Jadi pertama adalah dari pemerintah dulu, dari instansi penyelenggara


pelayanan publik yaitu kurangnya komitmen dan penyelenggara
pelayanan publik untuk melaksanakan temuan-temuan Ombudsman.
Nah yang pertama itu. Yang kedua adalah hambatan dari instansi
pelayanan publik adalah mereka tidak memberikan data-data secara
lengkap ketika dilakukan pemeriksaan oleh Ombudsman. Kemudian
dari masyarakat hambatan/kendala yang pertama adalah sifat apatis dari
masyarakat, artinya masyarakat baru mendapatkan pelayanan publik
yang tidak bagus itupun tidak mau mengadu atau melaporkan kepada
Ombudsman, yang kedua mungkin juga harapan dari masyarakat yang
terlalu tinggi terhadap Ombudsman. Sehingga hal-hal yang tidak
berhubungan dengan pelayanan publik pun dilaporkan kepada
Ombudsman yang tentu saja Ombudsman akan menolak hal itu.
Akhirnya masyarakat kecewa padahal itu bukan kewenangannya
Ombudsman gitu ya. Itu contohnya begitu.“ (hasil wawancara pada
tanggal 16 Deember 2019)
Pendapat serupa juga disampaikan oleh informan pendukung yaitu

pramubhakti Ombudsman yang menyatakan bahwa:

“Kendalanya begini.. masyarakat itukan biasanya sangat berharap besar


kepada Ombudsman sedangkan mereka tidak tahu padahal disini ada
kewenangannya, batas-batas wewenangnya kan ada. Tapi masyarakat
itu sudah pengen bener-bener ‘saya itu pengen seperti ini’ gitu tapi
ketika jadi laporan tidak ditemukan maladministrasi mereka akhirnya
kecewa ‘kok gini’ ‘kok gitu’ kebanyakan mereka yang ke Ombudsman
karena dimana-mana tidak diberikan solusi yaitu kendalanya
masyarakatnya sendiri dan dinas-dinas terkait.” (hasil wawancara pada
tanggal 16 Deember 2019)
111

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa hasil dari output

organisasi yang berhubungan dengan jumlah dan mutu keluaran organisasi serta

intensitas kegiatan suatu organisasi sudah terealisasi dengan baik. Hal ini dapat

dilihat dari banyaknya laporan masuk yang diselesaikan oleh Ombudsman

Perakilan Jawa Timur sebanyak 262 (64,37%) sedangkan upaya pencegahan

maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik sudah dilakukan dalam

bentuk sosialisasi, kerjasama, dan koordinasi dengan instansi lain yang ada di Jawa

Timur, serta kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi pelayanan publik seperti

melakukan investigasi atas prakarsa sendiri yang merupakan hak dari Ombudsman

sendiri. Berikut ini adalah tabel penilaian produksi yang terdiri dari jumlah dan

mutu luaran organisasi dan intensitas kegiatan suatu organisasi. Berikut adalah

Tabel 4.11 tentang analisis penilaian produksi pada Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur:

Tabel 4.11 Analisis Penilaian Produksi Ombudsman Perwakilan Jawa Timur


No. Sub Indikator Kondisi Analisis Data Penilaian Hasil Analisa
1. Banyaknya Laporan yang Berdasarkan data - Berdasarkan data yang
jumlah laporan diselesaikan yang diperoleh diperoleh menunjukkan
yang ditangani Ombudsman Ombudsman bahwa laporan yang
Ombudsman belum dapat menerima 407 diselesaikan Ombudsman
memenuhi laporan yang belummencapai 100%
target 100% masuk dan hanya sehingga sisa laporan yang
menyelesaikan masih dalam proses
262 laporan memakan waktu lebih
dengan persentase lama agar laporan dapat
64,7% diselesaikan. Selain itu
dengan adanya rangkap
jabatan yang terjadi
mempengaruhi target
penyelesaian laporan yang
diihasilkan Ombudsman.
Hal ini berpengaruh dalam
kinerja Ombudsman
sehingga hasil analisa
menunjukkan bahwa
banyaknya jumlah laporan
112

yang ditangani
Ombudsman belum
berjalan dengan efektif.
2. Intensitas Ombudsman Program dan + Berdasarkan hasil
kegiatan yang melakukan kegiatan wawancara Ombudsman
dilakukan kegiatan di Ombudsman melaksanakan program
Ombudsman bidang berjalan dengan kegiatan dengan baik. Hal
pencegahan baik dan ini dapa dilihat dari data
maladministra dilakukan upaya yang diperoleh dari
si, bidang pencegahan di Ombudsman yang telah
penyelesaian berbagai daerah melaksanakan seluruh
laporan dan Jawa Timur mulai kegiatan yang terpogram.
melakukan dari sosialisasi, Sehingga hasil analisa
investigasi kerjasama, dan dapat dinyatakan berjalan
atas prakarsa koordinasi. dengan efektif
sendiri Ombudsman
juuga melakukan
investigasi guna
menyelesaikan
laporan serta
investigasi atas
prakarsa sendiri
dengan tujuan
meningatkan
kualitas pelayanan
publik
Sumber: Diolah oleh penulis, (2020)
Dari Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa Ombudsman dalam melakukan

penyelesaian laporan masih dikatakan belum efektif karena sebanyak 145 laporan

(35,62%) masih dalam proses penyelesaian artinya pada tahun 2018 Ombudsman

belum menyelesaikan laporan tersebut. Menurut pengamatan peneliti hal ini

disebabkan karena Ombudsman kurang mendapatkan data pendukung pelapor dan

laporan yang terlalu menumpuk sehingga Ombudsman belum mampu

menyelesaikan pada tahun saat itu juga. Selain itu rangkap jabatan yang terjadi juga

merupakan fakktor penyebab laporan masyarakat belum mencapai target.

Akibatnya laporan yang masih dalam proses penyelesaian ditindaklanjuti pada

tahun berikutnya. Sedangkan intensitas kegiatan yang dilakukan oleh Ombudsman

sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari program kegiatan dalam upaya pencegahan

maladministrasi yang sudah dilakukan oleh Ombudsman mulai dari sosialisasi,

kerjasama, dan koordinasi.


113

Berikut adalah Tabel 4.12 mengenai matriks analisis efektivitas kinerja

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur.


114

Tabel 4.12 Matriks Analisis Efektivitas Kinerja Ombudsman


No. Indikator Kinerja Kondisi Existing Yang Diharapkan Penilaian
1. Adaptasi Belum
Efektif
Pengadaan dan Ombudsman Proses pengadaan dan +
pengisian tenaga melakukan pengisian pengisian tenaga kerja
kerja tenaga kerja yang dilakukan
berdasarkan UU No. Ombudsman sesuai
37 Tahun 2008 mulai dengan UU No. 37
dari rekrutmen, Tahun 2008 Tentang
pelaksanaan tes, Ombudsman Republik
pelatihan, dan Indonesia diharapkan
pembagian tugas. anggaran yang diberikan
Namun masih terdapat dapat disesuaikan
kendala dalam proses dengan kebutuhan
pengisian tenaga kerja sehingga tidak terjadi
yaitu terbatasnya kekurangan pegawai
anggaran yang yang mengakibtakan
diberikan oleh negara kinerja menjadi kurang
sehingga ada beberapa efektif.
asisten Ombudsman
yang merangkap
jabatan.
Ruang lingkup Kegiatan yang Seluruh program dan +
kegiatan dilakukan Ombudsman kegiatan yang dilakukan
Ombudsman dapat dikatakan baik Ombudsman sesuai UU
mulai dari bidang No. 37 Tahun 2008
pencegahan, Tentang Ombudsman
pemeriksaan laporan Republik Indonesia
sampai penyelesaian mengenai ruang lingkup
laporan dan sudah kegiatan.
sesuai dengan UU No.
37 Tahun 2008
Tentang Ombudsman
Republik Indonesia.
Kebermanfaatan Masyarakat belum Keberadaan -
Ombudsman merasakan manfaat Ombudsman dapat
Perwakilan Jawa dari Ombudsman memberikan manfaat
Timur bagi dilihat dari respon bagi masyarakat
masyarakat negatif masyarakat khususnya masyarakat
mengenai Jawa Timur, diharapkan
kebermanfaatan kecepatan respon
Ombudsman. Selain Ombudsman dalam
itu keterlambatan memberikan tanggapan
respon dari kepada masyarakat lebih
Ombudsman yang diutamakan sehingga
merupakan faktor laporan masyarakat
penyebab masyarakat dapat ditangani dengan
merasa Ombudsman optimal..
belum memberikan
manfaat atas laporan
yang diadukan kepada
Ombudsman
Perwakilan Jawa
Timur.
2. Integrasi Efektif
Sosialisasi Ombudsman sudah Sebagai lembaga +
115

melakukan sosialisasi pengawas pelayanan


dalam upaya publik Ombudsman
pencegahan telah melakukan
maladministrasi di sosialisasi dengan
berbagai organisasi instansi lain di Jawa
seperti kelompok- Timur sebagai upaya
kelompok masyarakat, pencegahan
kelompok pendidikan, maladministrasi.
Non Government Kedepannya
Organization (NGO), Ombudsman dapat
kelompok pemerintah melakukan sosialisasi
baik pemerintah mengenai peningkatan
kota/kabupaten dan kualitas pelayanan
pemerintah provinsi publik.
Jawa Timur hingga ke
media di seluruh Jawa
Timur.
No. Indikator Kinerja Kondisi Existing Yang Diharapkan Penilaian
2. Integrasi Efektif
Kerjasama Ombudsman telah Ombudsman dapat +
melakukan banyak melakukan kerjasama
kerjasama dengan dengan lebih banyak
organisasi di seluruh organisasi dalam hal
Jawa Timur. Mulai pencegahan
dari kerjasama maladministrasi dan
kelembagaan, peningkatan kualitas
kerjasama dengan pelayanan publik.
sahabat Ombudsman,
sampai membentuk
MOU dengan
pemerintah daerah.
Koordinasi Ombudsman telah Koordinasi yang sudah +
melakukan koordinasi dilakukan Ombudsman
dengan jaringan kerja dengan organisasi lain
Ombudsman yang dapat terjalin dengan
disebut sahabat baik dan partisipasi
Ombudsman dan sahabat Ombudsman
koordinasi dengan dalam membantu
instansi lain untuk Ombudsman untuk
membantu tugas melakukan pencegahan
Ombudsman di Jawa maladministrasi di
Timur. Saat ini daerahnya dapat
Ombudsman telah dilakukan dengan baik
menjalin koordinasi
dengan baik.
3. Motivasi Efektif
Hubungan pegawai Hubungan pegawai Hubungan dpegawai +
dengan organisasi Ombudsman sangat satu sama lain dan
solid satu sama lain. motivasi yang diberikan
Motivasi yang dapat ditingkatkan.
diberikan oleh Kepala
Perwakilan juga sudah
dilakukan dalam
bentuk materi maupun
non materi.
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana Pengadaan sarana dan +
yang difasilitasi prasarana yang
Ombudsman sudah dibutuhkan untuk
116

cukup. Walaupun mengerjakan laporan


karena keterbatasan masyarakat seperti
anggaran, ada panaboard dapat
beberapa fasilitas yang terpenuhi, kendaraan
belum terpenui namun untuk kegiatan
tidak mempengaruhi operasional diharapkan
kinerja dari sudah tidak menyewa,
Ombudsman. Dari penempatan ruangan
hasil analisa dapat khusus setiap pegawai
dinyatakan bahwa dapat terealisasikan.
sarana prasarana
Ombudsman sudah
efektif.
4. Produksi Belum
Efektif
Banyaknya jumlah Laporan yang Laporan yang ditangani -
laporan yang diselesaikan Ombudsman yang
ditangani Ombudsman belum diterima setiap tahun
Ombudsman mencapai 100% dapat diselesaikan
sehingga sisa laporan dengan persentase 100%
yang masih dalam agar tidak terdapat
proses memakan waktu laporan yang masih
lebih lama agar dalam proses atau belum
laporan dapat di proses. Sehingga
diselesaikan. Selain tahun berikutnya laporan
itu dengan adanya Ombudsman tidak
rangkap jabatan yang menumpuk.
terjadi mempengaruhi
target penyelesaian
laporan yang
diihasilkan
Ombudsman.
No. Indikator Kinerja Kondisi Existing Yang Diharapkan Penilaian
4. Produksi Efektif
Intensitas kegiatan Ombudsman Ombudsman telah +
yang dilakukan melaksanakan program banyak melaksanakan
Ombudsman kegiatan dengan baik. program dan kegiatan di
Hal ini dapat dilihat setiap tahunnya.
dari data yang Kedepannya
diperoleh dari Ombudsman dapat
Ombudsman yang menambah kegiatan
telah melaksanakan yang ditujukan kepada
seluruh kegiatan yang masyarakat.sebagai
terprogram. upaya pencegahan
maladministrasi dan
meningkatkan kualitas
pelayanan publik.
Sumber : Diolah oleh penulis, (2020)
117

4.3 Relevansi Hasil Penelitian Saat Ini dengan Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah uraian dari hasil penelitian terdahulu yang mendukung

hasil penelitian yang dilakukan penulis:

Penelitian pertama yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah

“Efektivitas Kinerja Lembaga Ombudsman Dalam Mengawasi Pelayanan Publik

(Suatu Studi di Kantor Lembaga Ombudsman Perwakilan Provinsi

Gorontalo)” oleh Fahrian Saleh tahun 2016. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Fahrian Saleh memiliki perbedaan dengan penulis yaitu dari segi integrasi

yang dilakukan oleh Ombudsman Perwakilan Provinsi Gorontalo tidak

terkoordinasi dengan baik. Selain itu sosialisasi yang dilakukan tidak menyeluruh

sampai ke penjuru khususnya di masyarakat pedalaman khususnya dari daerah ibu

kota Provinsi Gorontalo. Dalam menjalankan tugasnya Ombudsman Perwakilan

Provinsi Gorontalo lebih menekankan pada kegiatan sosialisasi yang dilakukan.

Dari indikator yang berbeda dengan penulis, hasil penelitian penulis dari segi

integrasi ini Ombudsman Perwakilan Jawa Timur dapat berintegrasi dengan baik.

Integrasi yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, kerjasama, dan koordinasi

dengan instansi lain.

Persamaan hasil penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh

penulis saat ini adalah dari segi sumber daya manusia yang menjadi penghambat

dalam melakukan pengawasan. Jumlah personil yang dimiliki Ombudsman

Perwakilan Provinsi Gorontalo dan Ombudsman Perwakilan Jawa Timur hanya

sedikit sehingga dalam pembagian tugasnya dilakukan berdasarkan tim kerja

substansi yang juga merangkap tugas.

Kedua, penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan


118

penulis sekarang yaitu hasil dari penelitian Ria Novia tahun 2016 dengan judul

“Efektivitas Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau Dalam

Menyelesaikan Laporan Masyarakat Di Bidang Pelayanan Publik Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia

Di Provinsi Riau Tahun 2013-2014”. Penelitian yang dilakukan Ria memfokuskan

pada mekanisme penyelesaian laporan yang ditangani oleh Ombudsman hanya

berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Repubik

Indonesia. Sedangkan peneliti yang dilakukan penulis memfokuskan pada kinerja

Ombudsman sebagai pengawas pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang No.

37 Tahun 2008 dan teori efektivitas kinerja untuk melihat efektivitas kinerja

Ombudsman secara menyeluruh.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis

sekarang adalah terletak pada indikator yang digunakan pertama dari segi

banyaknya laporan Ombudsman yang ditangani. Laporan yang diterima oleh

Ombudsman tidak seluruhnya diselesaikan, ada beberapa persen laporan yang

masih dalam proses sehingga Ombudsman akan menyelesaikannya pada tahun

berikutnya. Selanjutnya dari segi pengadaan dan pengisian tenaga kerja jumlah

sumber daya sama-sama kurang sehingga menjadi hambatan dalam penyelesaian

laporan maupun dalam hal pencegahan maladministrasi. Kemudian dari segi

sarana-prasarana yang ada di Ombudsman juga sama-sama masih kurang sehingga

membuat kinerja Ombudsman terbatas. Anggaran yang diberikan oleh APBN juga

sama-sama terbatas sehingga mempengaruhi pelaksanaan tugas Ombudsman.

Ketiga, hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian yang

dilakukan penulis sekarang yaitu penelitian Kelani Putri tahun 2017 dengan judul
119

“Efektivitas Kinerja Ombudsman Dalam Menangani Pengaduan Pelayanan (Kasus

Maladministrasi di Kota Pekanbaru)”. Perbedan penelitian tesebut dengan

penelitian yang dilakukan penulis adalah dari segi indikator adaptasi yang

dilakukan oleh Ombudsman Perwakilan Provinsi Riau dengan melakukan

koordinasi. Dalam hal ini seberapa jauh interaksi antara sesama pegawai maupun

masyarakat. Kemudian dalam adaptasi juga melakukan penyebarluasan informasi

dalam bentuk sosialisasi untuk memberikan pemahaman kepada mayarakat,

memberikan kesadaran atas hak mendapatkan layanan pemerintahan. Sedangkan

adaptasi yang dilakukan Ombudsman perwakilan Jawa Timur yaitu mengenai

pengadaan dan pengisian tenaga kerja, ruang lingkup kegiatan Ombudsman dalam

menjalankan tugasnya sebagai pengawas pelayanan publik, dan kebermanfaatan

bagi masyarakat.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis

sekarang adalah hasil penelitian dari segi sarana-prasarana yang sama-sama masih

kurang sehingga membuat kinerja Ombudsman terbatas. Selain itu anggaran yang

diberikan oleh APBN terbatas dan kurangnya jumlah pegawai yang mempengaruhi

pelaksanaan tugas Ombudsman sebagai pengawas pelayanan publik.

Keempat, hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Yanti Nur Irson Sitorus dan

Dyah Hariani tahun 2019 dengan judul “Analisis Kinerja Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Jawa Tengah Dalam Rangka Pennyelesaian Laporan

Masyarakat”. Perbedan penelitian tesebut dengan penelitian yang dilakukan penulis

adalah dari kebermanfaatan Ombdusman bagi masyarakat di Ombudsman

Perakilan Jawa Tengah yang puas dan merasa terbantukan dengan adanya

Ombudsman. Ada juga yang tidak puas dengan pelayanan Ombudsman


120

dikarenakan masih terdapatnya keterbatasan yang dimiliki Ombudsman dalam

rangka meningkatkan pelayanannya yaitu keterbatasan anggaran. Sedangkan

kebermanfaatan bagi masyarakat di Ombudsman Perwakilan Jawa Timur yang

merasa belum mendapatkan manfaat dari adanya Ombudsman dikarenakan

keterlambatan respon yang diberikan Ombudsman.

Persamaan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis sekarang adalah segi produksi yang berkaitan dengan laporan masyarakat

yang dapat diselesaikan belum mencapai target yang disebabkan oleh keterbatasan

waktu, jumlah sumber daya manusia, fasilitas yang kurang, serta keterbatasan

anggaran dalam melaksanakan tugas.

Tabel 4.13 Relevansi Hasil Penelitian Saat Ini Dengan Penelitian Terdahulu
No. Nama/Tahun dan Hasil Persamaan Perbedaan
Judul
1 Fahrian Saleh tahun Dalam menjalankan tugasnya Mengkaji dan Penelitian ini
2016. Ombudsman perwakilan provinsi membahas lebih fokus pada
Efektivitas Kinerja gorontalo lebih menekankan pada tentang sumber kegiatan
Lembaga kegiatan sosialisasi yang daya manusia, sosialisasi dan
Ombudsman Dalam dilakukan. Terhitung lembaga ini pelaksanaan program kegiatan
Mengawasi baru didirikan di provinsi program Omudsman.
Pelayanan Publik Gorontalo sehingga perlu ada (integrasi) dan Lokasi penelitian
(Suatu Studi di pengenalan secara mendalam dan hasil (output) di Ombudsman
Kantor Lembaga menyeluruh tentang lembaga organisasi. Perwakilan
Ombudsman Ombudsman dalam masyarakat. Provinsi
Perwakilan Lembaga Ombudsman Gorontalo.
Provinsi Gorontalo) Perwakilan Provinsi Gorontalo
juga menemui hambatan yang ada
seperti kurangnya anggaran dalam
menjalankan sosialisasi
pengenalan lembaga termasuk
dalam bentuk iklan, brosur,
spanduk, seminar dan kegiatan
lain-lain.

No. Nama/Tahun dan Hasil Persamaan Perbedaan


Judul
2. Ria Novia Sari tahun Dari penelitian, dapat Mengkaji dan Penelitian ini
2016. disimpulkan masih ada beberapa membahas mengkaji dan
Efektivitas tugas Ombudsman dari hambatan yang membahas upaya
Ombudsman Perwakilan Republik Indonesia terjadi terkait pencegahan dan
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau yang sumber daya penyelesaian
Perwakilan Provinsi masih belum berjalan sama manusia, kasus. teori dan
Riau Dalam efektif, hal ini disebabkan karena fasilitas, dan lokasi penelitian
121

Menyelesaikan kendala yang ada antara lain anggaran di Ombudsman


Laporan Masyarakat kurangnya sumber daya manusia, Perwakilan
Di Bidang Pelayanan dana terbatas, kurangnya fasilitas Provinsi Riau
Publik Berdasarkan untuk mendukung kinerja
Undang-Undang Ombudsman Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun Perwakilan Provinsi Riau, masih
2008 Tentang ada kekurangan keberadaan
Ombudsman Ombudsman Republik Indonesia
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau.
Di Provinsi Riau
Tahun 2013-2014

3. Kelani Putri tahun Ombudsman Perwakilan Provinsi Mengkaji dan Perbedaan teori
2017. Riau dalam menangani pengaduan membahas dan fokus
Efektivitas Kinerja maladministrasi belum efektif, efektivitas penelitian
Ombudsman Dalam terutama dalam pencegahan dan kinerja mengenai
Menangani penyelesaian laporan. Terdapat Ombudsman penanganan
Pengaduan hambatan seperti kurangnya pada indikator laporan yang
Pelayanan (Kasus sumber daya manusia, terbatasnya produktivitas, diadukan dalam
Maladministrasi di anggaran, kurangnya fasilitas kemampuan hal
Kota Pekanbaru) untuk mendukung kinerja adaptasi, dan maladministrasi
Ombudsman Republik terkait pencarian serta. Lokasi
Indonesiaau Perwakilan Provinsi. sumber daya. penelitian di
Ombudsman
Perwakilan
Provinsi Riau.
4. Tri Yanti Nur Irson Menunjukkan bahwa Mengkaji dan Perbedaan teori
Sitorus dan Dra. produktivitas Perwakilan membahas dan fokus
Dyah Hariani tahun Ombudsman Republik Indonesia tentang kinerja penelitian ini
2019. di Jawa Tengah tidak maksimal Ombudsman terletak pada
Analisis Kinerja karena penyelesaian laporan pada indikator responsiviitas,
Ombudsman bahwa masyarakat belum produktivitas, akuntabilitas,
Republik Indonesia mencapai target. Kualitas layanan kualitas layanan responsibilitas.
Perwakilan Jawa dalam menyelesaikan laporan mengenai Lokasi penelitian
Tengah Dalam juga tidak optimal, karena anggaran dan di Ombudsman
Rangka Ombudsman masih lambat dalam sumber daya Perwakilan Jawa
Pennyelesaian menangani laporan publik. manusia Tengah
Laporan Masyarakat. Responsif Ombudsman Republik
Indonesia kepada Perwakilan
Jawa Tengah belum
dimaksimalkan karena keahlian
yang terbatas dalam mengkaji dan
mendiskusikan keinginan
wartawan dan pihak yang
dilaporkan. Tanggung jawab
Perwakilan Ombudsman Republik
Indonesia di Jawa Tengah tidak
maksimal dan tidak akuntabel dan
transparan kepada masyarakat.
No. Nama/Tahun dan Hasil Persamaan Perbedaan
Judul
5. Penulis. 2020. Menunjukkan bahwa kinerja Mengkaji dan Fokus penelitian
Efektivitas Kinerja Ombudsman Perwakilan Provinsi membahas ini terletak pada
Ombudsman Jawa Timur sebagai pengawas tentang kinerja teori yang
Republik Indonesia pelayanan publik sudah efektif, Ombudsman digunakan dan
Perwakilan Provinsi akan tetapi masih ada kekurangan dengan berdasarkan UU
Jawa Timur Sebagai yang perlu diperbaiki guna indikator No. 37 Tahun
Pengawas Pelayanan meningkatkan kualitas pelayanan adaptasi, 2008 Lokasi
122

Publik. publik, yaitu responsivitas dalam integrase, penelitian di


menangani laporan masyarakat, motivasi, dan Ombudsman
penambahan tenaga kerja, dan produksi Perwakilan Jawa
pengadaan fasilitas pendukung. Timur

Sumber: Diolah Oleh Penulis, (2020)

Penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki kebaruan yaitu dalam bentuk

teori dan fokus penelitian. Dari segi teori peneliti menggunakan Teori Indrawijaya

(dalam Manurung, 2018) yang menurut peneliti teori ini belum digunakan pada

penelitian terdahulu sehingga hal ini merupakan kebaruan dalam penelitian yang

dilakukan oleh penulis. Dari segi fokus penelitian, peneliti menggunakan teori dan

mengacu pada Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik

Indonesia untuk melihat tugas yang dilakukan oleh Ombudsman Perwakilan Jawa

Timur dan menganalisis efektivitas kinerja Ombudsman.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai efektivitas kinerja Ombudsman Perwakilan Provinsi

Jawa Timur sebagai pengawas pelayanan publik berdasarkan teori Indrawijaya

(dalam Manurung, 2018) dengan indikator adaptasi, integrasi, motivasi, dan

produksi dan ditinjau secara keseluruhan berdasarkan sub indikator dapat

disimpulkan bahwa kinerja Ombudsman Perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai

pengawas pelayanan publik adalah efektif dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Adaptasi, yang terdiri dari pengadaan dan pengisian tenaga kerja, ruang

lingkup kegiatan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur, dan

kebermanfaatan Ombudsman bagi Jawa Timur belum efektif.

a) Pengadaan dan pengisian tenaga kerja

Ombudsman telah melakukan pengisian tenaga kerja berdasarkan UU No.

37 tahun 2008. Namun karena terbatasnya anggaran mengakibatkan

kurangnya jumlah pegawai, sehingga terjadi rangkap jabatan dalam

pelaksanaan tugasnya. Dapat disimpulkan dari indikator pengadaan dan

pengisian tenaga kerja yang dilakukan Ombudsman berjalan dengan

efektif.

b) Ruang lingkup kegiatan Ombudsman

Ombudsman telah melaksanakan kegiaitan sosialisasi, koordinasi, dan

kerjasama, pemeriksaan laporan, dan penyelesaian laporan. Dapat

disimpulkan bahwa indikator ruang lingkup kegiatan yang dilakukan

Ombudsman berjalan dengan efektif dan sesuai dengan UU No. 37

123
124

Tahun 2008

c) Kebermanfaatan Ombudsman bagi Masyarakat Jawa Timur

Manfaat Ombudsman belum dapat dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat.

Hal ini diesbabkan karena laporan yang ditangani belum selesai dan

respon dari Ombudsman yang lambat. Dari indikator ini dapat

disimpulkan bahwa kebermanfaatan Ombudsman bagi masyarakat

belum efektif.

b. Integrasi, yang terdiri dari sosialisasi, koordinasi, dan kerjasama yang

dilakukan Ombudsman Perwakilan Jawa Timur sudah efektif.

a) Sosialisasi

Sosialisasi sebagai upaya pencegahan maladministrasi sudah dilakukan

seperti sosialisasi kepada kelompok masyarakat, kelompok pemerintah,

dan kelompok media massa. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan

sosialisasi yang dilakukan Ombudsman telah berjalan dengan efektif.

b) Kerjasama

Ombudsman melakukan kerjasama dengan organisasi lain seperti Lembaga

Bantuan Hukum (LBH) dan Yayasan Lembaga Perlindungan

Konsumen (YLPK) dan Sahabat Ombudsman. Dapat disimpulkan

bahwa kegiatan kerjasama yang dilakukan Ombudsman telah berjalan

dengan efektif.

c) Koordinasi

Koordinasi yang sudah dilakuksanakan Ombudsman yaitu terkait dengan

pemeriksaan substansi laporan dengan organisasi lain. Dapat

disimpulkan bahwa koordinasi yang dilakukan Ombudsman telah


125

berjalan dengan efektif.

c. Motivasi, yang terdiri dari hubungan dan keterikatan antara pelaku

organisasinya dan sarana-prasarana bagi pelaksanaan tugas dan pokok fungsi

organisasi sudah efektif.

a) Hubungan dan keterikatan antara pegawai dengan Ombudsman

Hubungan antara pegawai Ombudsman satu dengan yang lain sangat solid

didukung dengan motivasi atasan yaitu kepala perwakilan yang

memberikan motivasi dalam menjalankan tugasnya. Dari indikator ini

menunjukkan bahwa hubungan dan keterikatan pegawai dengan

Ombudsman berjalan dengan efektif.

b) Sarana dan prasarana yang difasilitasi Ombudsman

Sarana dan prasarana yang difasilitasi Ombudsman sudah cukup memadai.

Walaupun karena keterbatasan anggaran, ada beberapa fasilitas yang

belum terpenui namun tidak mempengaruhi kinerja dari Ombudsman.

Dari indikator ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang

difasilitasi Ombudsman berjalan dengan efektif.

d. Produksi, yang terdiri dari banyaknya jumlah laporan yang ditangani dan

intensitas kegiatan yang dilakukan Ombudsman belum efektif.

a) Banyaknya jumlah laporan yang ditangani Ombudsman

Belum terselesaikannya laporan yang ditangani Ombudsman menyebabkan

sisa laporan yang belum terselesaikan memakan waktu lebih lama.

Adanya rangkap jabatan juga berpengaruh dalam penyelesaian laporan.

Dapat disimpulkan dari indikator tersebut menunjukkan bahwa laporan

yang ditangani Ombudsman belum efektif.


126

b) Intensitas kegiatan yang dilakukan Ombudsman

Kegiatan yang telah dilakukan adalah sosialisasi, kerjasama, dan koordinasi

yang bertujuan untuk mengenalkan tugas pokok dan fungsi

Ombudsman masyarakat serta menyelaraskan kegiatan Ombudsman

dengan organisasi lain agar dapat mencapai tujuan bersama. Dapat

disimpulkan bahwa intensitas kegiatan yang dilakukan Ombudsman

berjalan dengan efektif.

5.2 Saran

Ombudsman Perwakilan Jawa Timur dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pengawas pelayanan publik apabila dilihat dari efektivitas kinerjanya sudah terlihat

baik, akan tetapi masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki guna meningkatkan

kualitas pelayanan publik. Adapun saran tersebut yaitu:

1. Penambahan tenaga kerja

Keterbatasan tenaga kerja membuat pegawai Ombudsman harus merangkap

jabatan. Seharusnya Ombudsman Pusat perlu menambah jumlah pegawai di

setiap Ombudsman perwakilan sehingga dalam melaksanakan tugas

penyelesaian laporan dan melakukan upaya pencegahan maladministrasi

dapat berjalan dengan efektif.

2. Meningkatkan produktivitas

Melihat kondisi bahwa anggaran yang diberikan untuk pelaksanaan tugas dan

fungsi Ombudsman keterbatasan. Dapat dilakukan alternatif selain

penambahan tenaga kerja yaitu dengan meningkatkan produktivitas kerja

dari pegawai Ombudsman. Sehingga laporan yang masuk tiap tahunnya


127

tidak menumpuk dan dapat terselesaikan dengan target 100%.

3. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain

Dalam memaksimalkan fungsi dari Ombudsman sebagai pengawas pelayanan

publik dengan menyelesaikan laporan pengaduan. Ombudsman dapat

memperkuat kerjasama dengan tujuan agar laporan yang ditangani

Ombudsman dapat terselesaikan dengan baik. Kerjasama yang harus

dilakukan seperti memperkuat kerjasama bersama perguruan tinggi,

mengoptimalkan adanya program magang, dan meningkatkan fungsi dari

adanya mitra kerja yaitu Sahabat Ombudsman.

4. Sahabat Ombudsman yang berperan penting dalam membantu

menyosialiasikan kegiatan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan

Provinsi Jawa Timur merupakan temuan yang menarik untuk diteliti lebih

lanjut dalam penelitian berikutnya.


128
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Anendya Niervana. 2017. Ombudsman Republik Indonesia: Pelayanan Publik Kita Masih Buruk.
https://www.liputan6.com/news/read/3185999/Ombudsman-ri-pelayanan-publik-kita-
masih-buruk (Diakses Pada Tanggal 12 September 2019 Pukul 11.58)

Asmara, Galang. 2012. Ombudsman Republik Indonesia dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia. Surabaya: Laksbang Yustitia Surabaya.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Dessler, Gary. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Terjemahan. Jakarta: PT.
Prenhallindo.

Ekvall, Göran dan Jouko Arvonen. 1994. Leadership Profiles, Situation and Effectiveness. Journal
of Creativity and Innovation Management Vol 3. No. 3.

Etzioni, Amitai. 1982. Organisasi-Organisasi Modern. Jakarta: Universitas Indonensia (UI –


Press).

Google Maps. Peta Lokasi Ombudsman Jawa Timur. https://maps.google.com/ (Diakses pada
tanggal 27 Mei 2020 12.32)

Gibson, James L. dkk. 1994. Organisasi dan Manajemen. Perilaku, Struktur, Proses. Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.

Hamzah dan Nina. 2012. Teori Kinerja dan Pengukurannya. Gorontalo: Bumi Aksara.

Handayaningrat, Soewarno. 1996. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: PT
Gunung Agung Sumiaty.

Ihsanuddin. 2016. Ombudsman Masih Temukan Pungli Pembuatan E-KTP.


https://nasional.kompas.com/read/2016/11/07/13532851/Ombudsman.masih.temukan.p
ungli.pembuatan.e-KTP (Diakses Pada Tanggal 5 September 2019 Pukul 12.55)

Imam Dani. 2018. Independensi Ombudsman. https://Ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--


independensi-Ombudsman (Diakses Pada Tanggal 18 September 2019 Pukul 07.13)

Kelani, Putri. 2017. Efektivitas Kinerja Ombudsman Dalam Menangani Pengaduan Pelayanan
(Kasus Maladministrasi di Kota Pekanbaru). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Vol. 4 No. 1. Universitas Riau.

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 Tentang Komisi Ombudsman Nasional.

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaharuan.

Latifah, Mir’atul dkk. 2016. Responsivitas Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur Dalam Menangani Keluhan Masyarakat. Jurnal Mahasiswa Unesa.
129
Mahardhika, Clearesta. 2018. Optimalisasi Fungsi Pengawasan Ombudsman Perwakilan Provinsi
Jawa Timur Terhadap Kantor Pertanahan Kota Surabaya I & II. Jurnal Kebijakan dan
Manajemen Publik. Universitas Airlangga

Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Kedua.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Manurung, Reliska. 2018. Efektivitas Kinerja Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan


Sumatera Utara Dalam Pengawasan Pelayanan Publik. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi IV. Yogyakarta: BPFE.

Masthuri, Budi. 2005. Mengenal Ombudsman Indonesia,. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Miles, M. Huberman, A. M. dan Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis, A. Methodes


Sourcebook. Edition 3. USA: Sage Publikation. Edisi Terjamahan Oleh Tjejep Rohindi
Rohidi. UI-Press.

Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja.
Rosdakarya.

Nizar, Moch. 2014. Metode Penelitian. Bandung: Ghallia Ikapi.

Novayana, Wilda dan Miranda Hanathasia. 2016. Penerapan Komunitas Merek Organisasi Non
Profit Dari Perspektif Sosial Marketing Publik Relations (Studi Komunitas Merek
“Sahabat Ombudsman”). Indonesian Conference On Management, Politics, Accounting,
and Communications. Universitas Bakrie, Jakarta.

Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia.

Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia.

Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Penerimaan,
Pemeriksaan, dan Penyelesaian Laporan.

Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rochmatun. 2016. Kinerja Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur Sebagai
Lembaga Pengawas Eksternal Pelayanan Publik. Jurnal Administrasi Publik Vol. 4 No.
4. Universitas Brawijaya.

Saleh, Fahrian. 2015. Efektivitas Kinerja Lembaga Ombudsman Dalam Mengawasi Pelayanan
Publik (Suatu Studi di Kantor Lembaga Ombudsman Perwakilan Provinsi
Gorontalo). Jurnal Eksekutif. Sumatera Utara.

Satori, Djamaan dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta
130
Sari, Ria Novia. 2016. Efektivitas Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau
Dalam Menyelesaikan Laporan Masyarakat Di Bidang Pelayanan Publik Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia Di
Provinsi Riau Tahun 2013-2014. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Hukum Vol. 3 No.
2. Riau.

Siagian, Sondang P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Simbolon, Maringan Masry. 2004. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Sitorus, Tri Yanti Nur Irson dan Dra. Dyah Hariani. 2019. Analisis Kinerja Ombudsman Republik
Indonesia Perwakilan Jawa Tengah Dalam Rangka Pennyelesaian Laporan Masyarakat.
Journal Of Publik Policy And Management Review Vol. 8 No. 2. Universitas Diponegoro.

Slamet, Yulius. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.

Steers. Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Sudarmanto. 2014. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukriono, Didik. 2007. Peranan Pengawasan Komisi Pelayanan Publik (KPP) Menuju
Penyelenggaran Pelayanan Publik Yang Berbasis Tata Pemerintahan Yang Baik Di Kota
Malang. Journal Law Enforcement Vol. 1 No.2.

Suleman, Sukur. 2018. Kinerja Ombudsman Perwakilan Maluku Utara dalam Mewujudkan
Pelayanan Publik yang Prima Di Kota Ternate. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol. 6
No. 2. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Supriyanti. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: Labkat Press.

Supriyono, S.U. 2000. Akuntansi Manajemen. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Tangkilisan, Hessel Nogi. S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia.

Yulk, Garry. 1994. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi Terjemahan. Prenhallindo: Jakarta.

Wibowo. 2013. Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
131
Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA (INTERVIEW GUIDE)

A) Pertanyaan untuk pemberi layanan


Nama Instansi: Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur
Nama:………………………………………………………..
Jabatan:………………………………………………………
Tanggal Wawancara:…………………………………………
Pertanyaan mengenai efektivitas kinerja Ombudsman
1. Adaptasi
a. Pengadaan dan pengisian tenaga kerja.
1) Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur
dalam melaksanakan pengadaan dan pengisian tenaga kerja?
2) Berapa jumlah anggota Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa
Timur?
b. Ruang lingkup Ombudsman.
1) Apa saja ruang lingkup kegiatan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur?
2) Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur
dalam melaksanakan pembagian tugas?
2. Integrasi
a. Sosialisasi.
1) Apa saja bentuk integrasi yang dilakukan Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Timur?
2) Bagaimana integrasi yang dilakukan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur?
3) Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur
melakukan sosialisasi dengan organisasi lain?
b. Pengembangan konsensus.
1) Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur
melakukan kerjasama dengan organisasi lain ?
c. Koordinasi.
1) Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur
melakukan koordinasi dengan organisasi lain?
3. Motivasi.
a. Hubungan dan keterikatan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa
Timur dengan Ombudsman Pusat.
1) Bagaimana hubungan dan keterikatan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur dengan Ombudsman Pusat?
2) Bagaimana bentuk motivasi yang diberikan Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Timur kepada anggotanya?
b. Sarana dan prasarana.
1) Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Timur?

4. Produksi.
a. Jumlah dan mutu keluaran.
1) Bagaimana output yang diihasilkan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur?
2) Sebagai pengawas pelayanan publik, apa saja hambatan dan tantangan Ombudsman
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan
tugasnya?
b. Intensitas kegiatan suatu organisasi.
132
1) Sebagai pengawas pelayanan publik, berapa lama Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Timur menyelesaikan laporan pengaduan dari
masyarakat?
2) Dalam menjalankan tugasnya, Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur berhak melakukan investigasi atas prakarsa sendiri.
3) Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur
melakukan investigasi atas prakarsa sendiri?

B) Pertanyaan untuk penerima layanan (masyarakat)


Nama:………………………………………………………..
Tanggal Wawancara:…………………………………………
Pertanyaan mengenai pelayanan yang diberikan
1. Bagaimana pandangan Anda terhadap jumlah pegawai Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Jawa Timur?
2. Bagaimana proses melapor di Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur?
3. Dampak dan manfaat apa yang Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur
berikan kepada Anda?
4. Apakah Anda merasa puas saat melapor ke Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Jawa Timur?
5. Bagaimana tanggapan Anda terkait kantor perwakilan Jawa Timur?
6. Berapa lama Anda mendapatkan respon dari Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Jawa Timur?
7. Kendala atau hambatan saat melapor ke Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Jawa Timur?
8. Apa yang Anda harapkan dari Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur?

Lampiran 2

TRANSKIP WAWANCARA
Nama: Dr. Agus Widiyarta, S.Sos., M.Si.

Jabatan: Kepala Perwakilan Ombudsman


Tanggal Wawancara: 16 Desember 2019
(P) Peneliti (N) Narasumber

P: “Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam


melaksanakan pengadaan dan pengisian tenaga kerja?”
N: “Ombudsman sifatnya adalah open biding semua ya jadi rekrutmennya melalui rekrutmen
terbuka. Jadi umpamanya untuk pengadaan tenaga kerja …. Kita kan tenaga kerjanya macem-
macem. Pertama pengadaan tenaga kerja untuk kepala perwakilan, kepala perwakilan itu open
biding jadi semua dengan persyaratan tertentu itu boleh daftar, kemudian yang kedua itu asisten,
asisten juga begitu open biding dengan kualifikasi tertentu siapapun boleh mendaftar kemudian
ada tes sama dengan kepala perwakilan. Yang ketiga PNS, sekretariatan itu juga seperti itu (open
biding) siapapun boleh mendaftar jangka waktu tertentu. Rekrutmen CPNS kan itu. Yang ke empat
adalah pegawai kontrak atau pramubhakti dan security atau keamanan ini mereka ini sangat
tergantung dengan kepala perwakilan dengan persyaratan tertentu, umpamanya minimal ijazah
SMA begitu tetapi tidak dibuka untuk umum itu tidak.”
133
P: “Wewenang dari kepala perwakilan?”
N: ”Yaa kepala perwakilan yang mencari orang untuk bisa menjadi pramubhakti karena itu
sifatnya tahunan”.
P: “Yang mengadakan rekrutmen itu dari pusat ya pak?”
N: “Iyaa, kalau kepala perwakilan, asisten dan PNS itu dari Pusat”
P: “Dari perwakilan sendiri misalnya membutuhkan pegawai nanti pusat memfasilitasi apakah
seperti itu?”
N: “Setiap tahun kita selalu ditanya berapa analisis beban kerja, nah dianalisis beban kerja itu jawa
timur itu perlu berapa jumlah asisten, umpamanya untuk tahun ini karena yang keluar itu 2 orang,
maka butuhnya itu 2. Jadi bukan mengusulkan tapi sudah ada analisis beban kerja yang dilakukan
oleh pusat kemudian itu yang harus diisi jadi kita nggak mengusulkan berapa gitu enggak karena
analisis beban kerja sudah diitung sama pusat. Jadi sudah tau berapa jumlahnya, Asisten Surabaya
(Jawa Timur) ini maksimal 16 orang itu sudah begitu. Nah sekarang mereka mempunyai kekuatan
(keuangan) untuk mengadakan berapa”
P: “Nah untuk jumlah pegawai di Ombudsman Jawa Timur berapa pak?”
N: “Kepala perwakilan 1, asisten Ombudsman 9, kemudian pramubhakti dan security ada 3,
kemudian PNS nya ada 2 total 15 orang”
P: “Tapi kalau saya melihat di struktur organisasinya ya pak itu masih ada 1 orang bernama
Nuryanto. Itu apakah masih berkerja disini ya pak?
N: “Oh iyaa itu sudah keluar mengundurkan diri”
P: “Berarti sudah tidak bekerja disini ya pak?”
N: “Sudah tidak bekerja disini jadi jumlahnya asisten 9 tadi.”
P: “Apa saja ruang lingkup kegiatan Ombudsman Jawa Timur?”
N: “Jadi sesuai UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia tugas
Ombudsman adalah sebagai lembaga pengawas pelayanan publik. Nah ruang lingkupnya ada dua
yang pertama adalah pencegahan, yang kedua adalah program penyelesaian laporan. Jadi
pengawasan itu dibedah jadi dua yang kesatu pencegahan dan kedua penyelesaian laporan.”
P: “Bagaimana Ombudsman melakukan pembagian tugasnya?”
N: “Ada strukturnya, membagi tugasya berdasarkan struktur tadi ada kepala perwakilan, ada 3
koordinator asisten, yaitu ada koordinator PVL (penerimaan dan verifikasi laporan) ada
koordinator pemeriksaan laporan, ada koordinator pencegahan. Membagi pekerjaannya dari situ.
Nah kemudian pemeriksaan laporan dibagi lagi ada spesifikasi kasus, ada tim. Kita bagi menjadi
3 tim. Tim 1 berhubungan dengan urusah Hukum, Pemerintahan, Pertanahan. Tim 2 berhubungan
dengan pendidikan, kesehatan seperti itu.”
P: “Tapi dari Tim PVL sendiri juga ikut serta atau tidak pak?”
N: “Nah, yang PVL ini karena konsentrasi pada penerimaan dan verifikasi laporan maka PVL
tidak ikut terlibat di dalam kegiatan pemeriksaan laporan. Tetapi kalau tim pencegahan itu
tergabung dalam pemeriksaan laporan juga.”
P: “Itu memang di pusat diatur seperti itu atau bagaimana?”
N: “Oh enggak, ndak ada aturan dari pusat. Yang ada aturan dari pusat yaitu hanya membagi dalam
kelompok-kelompok tadi. PVL, pencegahan, pemeriksaan laporan. Tapi tentang personilnya yang
ngerangkap dua itu tidak menjadi masalah karena memang keterbatasan jumlah.
P: “Oh jadi karena keterbatasan SDM makanya dirangkap dua seperti itu ya pak”
N: “Iyaa. Di analisa beban kerja kita seharusnya itu asisten jumlahnya 16 tetapi sekarang baru
punya 9 kemudian di PNS itu di analisa beban kerja kita itu butuhnya itu 3. Sekarang masih ada
2.”
P: “Jadi misalnya apabila ditambahkan jadi 16 itu boleh ya pak?”
N: “Boleh dan itu harus, tetapi sangat tergantung dengan kondisi keuangan. Merekrut banyak tetapi
tidak bisa membayar (gaji) itu kan tidak bagus. Hari ini pun itu kita sudah 60% dari anggaran kita
untuk kegiatan operasional termasuk gaji dan sebagainya, sehingga untuk substansi itu hanya 35%
itukan gak bagus. Yang bagus itu kalo korbisnisnya kita itu lebih banyak anggarannya daripada
yang administratif harusnya. Ini dibalik. Karena memang jumlah yang diberikan oleh negara itu
sangat kecil, sedangkan yang harus dibiayai lebih banyak. Makanya kalau (asisten) sampai 16
dalam waktu dekat gak mungkin. Tahun ini aja hanya ngelengkapin yang keluar sehingga nanti
tambah 2 itu jadi hanya (9+2) 11 jadi masih ada swot 5 yang gatau kapan diisi sesuai dengan
kemampuan keuangan”
134
P: “Apa saja bentuk intergasi yang dilakukan Ombudsman Jawa Timur?
N: “Sosialisasi, dilakukan di tahun awal tentang tupoksi Ombudsman. Pertama kepada masyarakat.
Dilakukan di kelompok-kelompok masyarakat seperti kelompok pendidikan, tenaga kerja, difabel,
ke NGO. Kemudian yang kedua sosialisasi kepada birokrat pemerintah jadi kita sudah mendatangi
seluruh Kabupaten/Kota di seluruh Jawa Timur juga pemerintah kota, pemerintah provinsi di jawa
timur maupun instansi vertikal. Yang ke tiga sosialisasi melalui media massa baik itu media cetak
maupun media elektronik. Kita siaran dengan SBO TV, dengan TVRI, kemudian dengan media
cetak kita berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Ombudsman.
P: “Bagaimana integrasi yang dilakukan oleh Ombudsman Jawa Timur?”
N: “Selain itu bentuk sosialisasi kita adalah membentuk sebuah kelompok-kelompok yang peduli
tentang pelayanan publik. Kita sudah membentuk beberapa sahabat Ombudsman namanya. Ada
santri Ombudsman, ada perempuan peduli pelayanan publik, ada nelayan peduli pelayaan publik,
ada difable peduli pelayanan publik dsb. Jadi integrasi selain sosialisasi kita juga membuat
kelompok-kelompok peduli pelayanan publik.”
P: “Ini di seluruh Jawa Timur ya pak?”
N: “Iyaa seluruh Jawa Timur”
P: “Jadi di setiap kota ada?”
N: “Oh enggak misalnya perempuan peduli pelayanan publik itu kita bikinnya di Bondowoso,
nelayan peduli pelayanan publik kita bikinnya di Pacitan. Tidak mungkin kita membuat semuanya
(di tiap provinsi) nanti repot jadinya. Tapi itu adalah salah satu bentuk untuk mengintegrasikan
Ombudsman di masyarakat selain sosialisasi.”
P: “Bagaimana Ombudsman melakukan sosialisasi dengan organisasi lain?”
N: “Ada 2 cara yang pertama dengan dana Ombudsman seperti kita mengumpulkan NGO-NGO
di suatu tempat misalnya di kabupaten Tuban kita mengundang beberapa NGO kemudian kita
sosialisasi tentang Ombudsman atau kita juga melakukan TOT (Training Of Trainer) untuk
partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik kita umumkan beberapa komponen dari
masyarakat. Yang kedua dari mereka yang mengadakan. Artinya kita diundang jadi seperti kaum
difabel ini mengadakan kegiatan kemudian mengundang pembicara dengan Ombudsman atau
mungkin umpamanya lembaga masyarakat tertentu mengadakan acara mengundang Ombudsman.
P: “Bagaimana pengembangan konsensus?”
N: “Kalau kerjasama melalui MOU ya. Pertama MOU dengan Pemerintah, yaitu dengan
Pemerintah Daerah maupun instansi vertikal yang ada di Daerah. Seperti kita membuat MOU
dengan Prov. Jawa Timur kemudian membuat MOU dengan Universitas. Contohnya dengan
UNESA atau membuat MOU dengan instansi vertikal seperti ini kepanjangan (tangan) aja MOU
Ombudsman dengan Kapolri tapi kemudian ditindak lanjuti dengan perjanjian kerja sama antara
Ombudsman perwakilan dengan Polda begitu. Begitu juga dengan LSM, NGO, atau Organisasi
masyarakat yang lain. Kita bisa melakukan MOU. Tetapi ini jarang kita lakukan, hati-hati karena
dalam melakukan kerjasama dengan sebuah lembaga ada persyaratan-persyaratan, seumpama
untuk Universitas tidak semua universitas hanya universitas dengan akreditasi tertentu. Ada
ketentuan-ketentuannya di Undang-undangnya.
P: “Bagaimana Ombudsman melakukan koordinasi dengan organisasi lain?”
N: “Kordinasi pertama dengan pihak pemerintah. Koordinasi kita bisa kita lakukan dalam model
kerjasama untuk penyelesaian laporan. Contohnya kita rutin melakukan pertemuan dengan Kanwil
BPN untuk menangani permasalahan pertanahan yang ada di Jawa Timur. Kita juga rutin
mengadakan koordinasi dengan Polda Jatim untuk menangani permasalahan tentang Kepolisian
kita juga rutin di Kab/Kota maupun Pemerintah Provinsi untuk menindaklanjuti laporan-laporan
masyarakat dengan LSM kita koordinasinya rutin dalam bentuk kegiatan-kegiatan bersama dengan
Ombudsman dengan NGO atau apa. Ombudsman dengan Koalisi Perempuan Indonesia
umpamanya. Jadi bisa saja mereka datang kesini. Bisa saja kita yang berkunjung, contohnya kita
ke HMI atau mungkin ke GMNI atau ke Universitas atau ke NGO tertentu nah itu kita sering
melakukan itu.”
P: “Kalau untuk motivasi sendiri, nah bagaimana hubungan dan keterikatan Ombudsman Jawa
Timur ini dengan Ombudsman Pusat?”
N: “Pertama di Ombudsman Pusat sudah membentuk Pengampu. Jadi disana (Ombudsman Pusat)
ada anggota Ombudsman yang diberi tuga untuk Pengampu Jawa Timur, itu bagian untuk
koordinasi namanya Ibu Ninik Rahayu. Kedua untuk masalah administratif dibantu juga oleh Tim
135
Fasilitator khusus Jawa Timur yang ada di Seketariat Jendral Ombudsman. Jadi disana ada Biro
namanya Biro Fasilitasi. Nah di Biro Fasilitasi itu kemudian dibagi-bagi. Untuk Jawa Timur itu
berhubungannya dengan PNS namanya A, jadi kalau ada permasalahan tertentu tentang rumah
tangga, kepegawaian, tentang keuangan dan maem-macem itu berhubungannya dengan si A tadi.
Kemudian rutin kita mengirim laporan triwulan (3 bulan sekali) terus yang terakhir kita
mengadakan rapat kerja di Pusat itu menghadirkan perwakilan-perwakilan Ombudsman.”
P: “Kemudian bagaimana bentuk motivasi yang diberikan Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Timur kepada anggotanya?
N: “Yang pertama saya memberikan motivasi melalui apresiasi-apresiasi terhadap pekerjaan yang
telah diselesaikan. Contohnya kemarin kita mengadakan pekan pelayanan publik itu ternyata sudah
selesai lalu dikasih selamat temen-temen sudah selesai gitu. Atau mungkin dalam penyelesaian
laporan ada ucapan terimakasih dari pelapor nah ini kita upload di grup kemudian kita beri selamat
sudah menyelesaikan dengan baik kan gitu. Yang jelas apresiasi selalu saya berikan kepada temen-
temen insan Ombudsman yang sudah bekerja dan sudah selesai di dalam pekerjaannya. Motivasi
yang kedua ya kita berikan dalam bentuk perjalanan dinas kemudian juga mewakili kepala
perwakilan sebagai narasumber itu adalah sebuah bentuk motivasi agar mereka bekerja dengan
baik. Yang ketiga ya motivasi paling gampang dilakukan dengan bonus, tetapi bonus ini dilakukan
oleh Pusat. Saya hanya mengusulkan untuk mendapatkan bonus namanya insentif kinerja. Insentif
kerja itu dia akan mendapatkan tiap tanggal 15 itu berdasarkan penilaian Kepala Perwakilan
kepada Asisten Ombudsman untuk di dalam pekerjaannya. Kemudian dia akan mendapatkan
insentif kinerja.”
P: “Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur?”
N: “Jadi yang mendukung kami yang pertama adalah gedung atau kantor. Walaupun ini masih
meminjam miliknya Pemprov. Jatim tapi dengan punya gedung ini fasilitas yang paling bagus.
Kedua adalah fasilitas kendaraan, walaupun hanya satu tetapi bisa digunakan untuk operasional.
Yang ketiga adalah alat-alat untuk investigasi seperti alat perekam kemudian kamera kemudian
printer kemudian laptop, itu semua tersedia dengan baik di dalam rangka melakukan klarifikasi
maupun investigasi itu.”
P: “Bagaimana output yang dihasilkan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa
Timur?”
N: “Ya outputnya jadi setiap tahun itu kita mempunyai rencana kegiatan, punya target. Nah
outputnya semua terlaksana dengan baik. Contohnya umpamanya dalam penyelesaian laporan
target kita akan mendapatkan jumlah pelapor 300 orang per tahun dan penyelesaiannya di atas
50%, outputnya ya terjadi itu. Kemudian di pencegahan umpamanya kita mempunyai target untuk
mengadakan sosialisasi dalam bentuk macam-macam kira-kira jumlahnya di target seumpama kita
target 50, ternyata juga outputnya ada pelaksanaan kegiatan itu. Kemudian ada namanya
membentuk Sahabat Ombudsman, nah 1 Sahabat Ombudsman setiap tahun terbukti ada Sahabat
Ombudsman yang terbentuk. Nah Kajian RA ini 1. Jadi outputnya 100% semua kelihatan baik itu
di dalam penyelesaian laporan, pemeriksaan laporan, maupun di pencegahan.”
P: “Kalau untuk kepatuhan itu apakah output dari Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur?”
N: “Kepatuhan termasuk output. Kepatuhan itu program dari pencegahan bagian dari tugas untuk
memberi masukan kepada instansi pemerintah. Nah itu kita punya salah satu kegiatan namanya
Uji Kepatuhan. Target kita adalah 16 Kab/Kota tahun ini, kemudian outputnya sudah dilaksanakan
uji kepatuhan 16.
P: “Sebagai pengawas pelayanan publik, apa saja hambatan dan tantangan Ombudsman Republik
Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan tugasnya?”
N: “Jadi pertama adalah dari pemerintah dulu, dari instansi penyelenggara pelayanan publik yaitu
kurangnya komitmen dan penyelenggara pelayanan publik untuk melaksanakan temuan-temuan
Ombudsman nah yang pertama itu. Yang kedua adalah hambatan dari instansi pelayanan publik
adalah mereka tidak memberikan data-data secara lengkap ketika dilakukan pemeriksaan oleh
Ombudsman. Kemudian dari masyarakat hambatan/kendala yang pertama adalah sifat apatis dari
masyarakat, artinya masyarakat baru mendapatkan pelayanan publik yang tidak bagus itupun tidak
mau mengadu atau melaporkan kepada Ombudsman, yang kedua mungkin juga harapan dari
masyarakat yang terlalu tinggi terhadap Ombudsman. Sehingga hal-hal yang tidak berhubungan
136
dengan pelayanan publik pun dilaporkan kepada Ombudsman yang tentu saja Ombudsman akan
menolak hal itu. Akhirnya masyarakat kecewa padahal itu bukan kewenangannya Ombudsman
gitu ya. Itu contohnya begitu. Kemudian dari internal sendiri itu adalah ya biasa jumlah SDM dan
dana/anggaran yang tersedia.
P: “Berapa lama Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur menyelesaikan
laporan pengaduan dari masyarakat?”
N: “Nah kita punya 3 kategori laporan masyarakat. Ada yang kategori mudah, ada yang kategori
sedang, dan ada kategori sulit. Nah untuk yang mudah mungkin 7 hari sudah selesai, untuk yang
sedang butuh waktu 1 bulan, kalau yang sulit itu 3 bulan. Tergantung persoalan kita nanti yang
menentukan kategorinya. Saya kurang tau pastinya berapa nanti kamu cek ke Tim PVL yak e mbak
Silvi di bagian itu. Tetaapi dalam pelaksanaannya ada yang lebih cepat dari waktu yang disediakan,
ada yang lebih lama kenyataannya seperti itu. Tapi rata-rata waktu yang diselesaikan itu ya masih
dalam rentan yang normal.”
P: “Tapi adakah masyarakat atau pelapor yang komplain terhadap laporannya yang belum
terselesaikan?”
N: “Ada laporan yang tidak terselesaikan itu banyak dan mengadu ke saya selaku control dari
pekerjaannya asisten. Nah begitu.”
P: “Kemudian bagaimana cara Bapak untuk menenangkan mereka?.”
N: “Pertama saya koordinasi dulu dengan Tim Pemeriksaan kemudian kita rapatkan di Pleno ini
mau diapakan jadi kasus ini akan saya sampaikan ada laporan masyarakat sehubungan dengan
pemeriksaan laporan atas nama ini. Kenapa kok belum selesai umpamanya begitu atau
kesimpulannya tidak seperti yang diharapkan oleh pelapor nah ini dievaluasi.
P: “Dalam menjalankan tugasnya, Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa
Timur berhak melakukan investigasi atas prakarsa sendiri. Bagaimana Ombudsman Republik
Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur melakukan investigasi atas prakarsa sendiri?
N: “Nah OMI (On Motion Invesigation) atau investigasi atas prakarsa sendiri itu bertujuan untuk
melaksanakan tugas Ombudsman dengan UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik
Indonesia bahwa Ombudsman mempunyai tugas untuk memberikan masukan kepada
penyelenggara pelayanan publik, pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat. Nah langkah yang
dilakukan dalam masukan ini salah satunya adalah melakukan investigasi atas prakarsa sendiri.
Ada 2 cara yang dilakukan, pertama adalah inisiatif dari perwakilan sendiri kemudian diajukan ke
pusat, kemudian dana itu diluncurkan ke dalam POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) kita disitu
sudah ada anggarannya. Kedua investigasi atas prakarsa sendiri juga dilakukan dalam rangka
bagian dari Tim Ombudsman Pusat yang melakukan investigasi atas prakarsa sendiri atau OMI di
Jawa Timur.”
P: “Pelaksanaannya itu langsung datang kesana atau pakai surat terlebih dahulu pak?”
N: “Contohnya begini ada yang masuk di anggaran tadi ya. Kita punya program contohnya tahun
ini kita melakukan OMI atau investigasi atas prakarsa sendiri dalam bentuk RA (Rapid Assesment)
untuk OMI yaitu tentang mitigasi bencana itu maka kita melakukan penelitian kajian atau mungkin
program pusat yang ada di daerah umpamanya meneliti tentang OMI untuk melihat tentang
lembaga bantuan hukum bagi masyarakat kita ikut terlibat itu. Nah bisa saja kita di dalam
pemeriksaan laporan kita melakukan investigasi atas prakarsa sendiri umpamanya ada berkembang
di masyarakat bahwa banyak calo sekarrang di Samsat. Makanya tanpa pemberitahuan Samsat kita
datang langsung kemudian melakukan pengumpulan data lalu dataitu hasilnya kemudian kita olah
kemudian kita sampaikan kepada pimpinan di atasnya. Umpamanya ada Pungli di sekolah. Ya
seperti itu kita lakukan.
P: ”Kalau tahun kemarin (2018) berapa kali Ombudsman melaksanakan investigasi atas prakarsa
sendiri?”
N: “2018 yang terprogram di POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) kita kan 1 itu kita bicara
tentang GTT (Guru Tidak Tetap) PTT (Pegawai Tidak Tetap), yang berhubungan dengan
pemeriksaan laporan mungkin lebih dari 5-10 an. Semua sudah terealisasi dan kita sudah
sampaikan kepada instansi.”
P: “Baik, lalu menurut bapak efektivitas kinerja Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur ini sudah efektif atau belum?”
N: “Menurut saya sudah efektif. efektif itukan sudah sampai kepada tujuan yang ditetapkan kalau
kita melihat kinerja Ombudsman untuk tahun 2018 kita sudah punya target mengenai 2 program
137
pertama, program penyelesaian laporan, yang kedua program pencegahan. Dua-duanya sudah
terlaksana semua dan bahkan di atas target yang kita tentukan jadi ya saya kira efektivitas kita
sangat efektif menurut saya.
P: “Baik terimakasih banyak pak atas waktunya.”

Transkip Wawancara Pemberi Layanan Ombudsman


Nama: Muflihul Hadi, S.H., M.H.
Jabatan: Kepala Keasistenan Pencegahan
Tanggal Wawancara: 6 januari 2020
(P) Peneliti (N) Narasumber

P: ”Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam


melaksanakan pengadaan dan pengisian tenaga kerja?”
N: ”Kalau asisten itukan ada pengumuman resminya, biasanya serentak se-Indonesia
P: ”Seperti CPNS gitu ya pak?
N: ”Iya seperti CPNS diumumkan ada iklannya di media cetak, online, dimana-mana serentak se-
Indonesia. Itu yang menyeleksi Pusat akses pimpinan, tetapi ada panitia lokal yang mengurusi cari
tempatnya. Nanti semua soal-soal itu semua yang menyediakan Jakarta termasuk anggarannya.
Biasanya nanti kita ambil kaya kemarin diambil 20 besar biasanya ada tes lanjutan setelah tes tulis,
tes psikologi, dan macem-macem. Nanti terakhirnya setelah itu setelah tes psikologi, tes macem-
macem itu terakhir wawancara sama pimpinan untuk yang diambil itu.
P: ”Ada pelatihan juga ya pak?”
N: ”Ada pelatihan awal sebelum diangkat menjadi calon asisten, calon asisten itu 1 tahun
mengabdi baru diangkat menjadi asisten. Pelatihan untuk asisten di Jakarta, kalau yang terkait PNS
itu sama dengan lembaga-lembaga yang lain seleksinya dan macem-macem sama. Ada lagi
diminta namanya tenaga kontrak kayak security, pramubhakti Itu yang mengajukan kita nanti ke
Jakarta baru di tanda tangan kontrak nanti yang datang Jakarta.”
P: ”Jadi kalau tenaga kontrak itu dari Ombudsman Jawa Timur sendiri?”
N: ”Jawa Timur yang mengadakan, mengusulkan ke Jakarta, Jakarta yang mengacc. Jadi Jakarta
terima beres gitulah.”
P: ”Kalau yang asisten itu dari Jakarta sendiri atau atas permintaan Jawa Timur?”
N: ”Kalau pengadaan itu kebijakan Jakarta. Sebetulnya tahun ini kita minta tetapi Jakarta beralasan
udahlah itu dulu gitu. Sebenarnya kita kurang banyak dari segi kebutuhan dan dari segi
ketentuannya kita kurang banyak. Kita kemarin direncanakan tahun 2020 nanti di akhir tahun ada
seleksi. Kemarin yang pengadaan itu perwakilan Jawa Barat, Kalimantan Utara, ada sekitar 12
perwakilan, Jawa Timur gak masuk.”
P: ”Kemudian, berapa jumlah pegawai di Ombudsman Jawa Timur ini pak?”
N: ”Jumlah di Jawa Timur sendiri hari ini ada 10 asisten, security 2, pramubhakti 1, sama 1 kepala
perwakilan”
P: ” Apa saja ruang lingkup kegiatan Ombudsman Jawa Timur?”
N: ”Ruang lingkupnya ada 2 kita ada namanya Bidang Pencegahan dan Bidang Pemeriksaan
Laporan. Bidang Pencegahan kita bagi ada 4, satu namanya Tim PVL, Tim Substansi ada 3 (Tim
1, Tim 2, Tim 3). Saya mengepalai Tim 2. Tim satu nya Mbak Vice sama yang satunya Pak Udin.
Terus untuk Tim Pencegahan itu ada banyak sebetulnya, cuman saya nggak membagi itu karena
orangnya gak ada. Cuman 3-4 orang ya wes semua mengerjakan semua. Kalau di Jakarta Tim
Pencegahan juga menjadi Tim Kajian, jadi Tim Kajian itu kerjanya meneliti, riset, kajian, macem-
macem dan tahun ini kita ada 4 kajian. Kemudian ada Tim Parmas (Partisipasi Masyarakat)
kerjanya sosialisasi, mengisi di radio, diskusi dengan mahasiswa, kampanye kayak kemarin acara
di Sidoarjo rame-rame jadi itu namanya Parmas. Kegiatannya bentuknya sosialisasi, kampanye
kayak gitu-gitu. Jadi secara garis besarnya ada 2 bidang itu sih. Ada Parmas ada namanya Kajian
cuman di proker (program kerja) tidak saya beda-bedakan, saya lebur semua wes pokoknya Tim
Pencegahan strukturnya saya dan temen-temen gitu aja. Jadi nggak saya bedakan Tim Kajian itu
ini, jadi semua kerja semua ikut membantu.”
P: ”Jadi semua asisten ikut dalam Bidang Pencegahan juga ya pak?”
138
N: ”Iya, kecuali ada yang tidak Asisten PVL terus Pak Udin juga enggak. Pak Udin kepala
pemeriksaan jadi beda, yang lain-lain saya ikutkan semua.”
P: ”Itu memang dibuat seperti itu karena kekurangan SDM?”
N: ”Iya itu kebijakannya pimpinan. Kebijakannya Pak Agus (Kepala Perwakilan). Di perwakilan
yang lain dengan personil yang ada ya ada juga yang dibuat pencegahan 2 orang sisanya PL
(Pemeriksaan Laporan) gitu, karena memang pencegahan ini kan kegiatan yang kayak awal bulan
gini pencegahan gak bisa melakukan kegiatan apa-apa karena gak ada anggaran. Anggaran itu
biasanya mulai Februari akhir atau awal Maret nah biasanya bulan November sudah selesai. Kalau
PL (Pemeriksaan Laporan) kan gak ada titiknya (stop), jadi koma terus (lanjut) karena orang
laporan kan nggak ada istilah mengenal waktu libur, mengenal hari, bulan Januari atau Desember
jadinya orang lapor hari ini jadi semua terus. Kalau pencegahan itu ya sebetulnya hampir sibuknya
selama 8 bulan pertama selesai laporan ya selesai wes. Kemudian program cuman ada 5 ya
dikerjakan sekaligus selesai ya selesai, kalau laporan kan gak ada berhentiya. Kadang-kadang
mungkin pimpinan merasa kalau di taruh di pencegahan nanti kasian yang penyelesaian laporan
ada yang udah selesai pekerjaannya yang penyelesaian laporan map kuning enggak selesai-selesai
kan gak ada matinya kerjaannya gak ada selesainya”
P: ”Kalau di pencegahan sendiri setip tahunnya ada berapa program yang harus dilaksanakan?
N: ”Banyak sekali sebenernya, karena program yang kita laksanakan bukan hanya perwakilan, tapi
termasuk dengan Jakarta. Saya sebutkan ya untuk kajian, kita kemarin ada kajian RA Mitigasi
Bencana (Perwakilan Jawa Timur) terus ada program RA dengan Jakarta kajian terkait Lembaga
Bantuan Hukum, terus ada kajian terkait banyaknya korban petugas penyelenggara Pemilu, KPPS
yang meninggal itu, terus ada kajian terkait TP4D (Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintah dan
Pembangunan Daerah) yang untuk program kejaksaan tetapi sekarang sudah dibubarkan sama
MENKOPOLHUKAM Pak Mahfud. Dulu ada kejaksaan itu membentuk tim untuk mengawal
proyek-proyek oleh Pemkab/Pemprov namanya TP4D tapi pas dievaluasi nggak efektif bahkan
ada jaksa yang merangkap menjadi makelar minta proyek akhirnya sduh dibubarkan sama Pak
Mahfud itu ada kajiannya. Terus kita juga ada kajian PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru)
pengawasan sekaligus kajiannya jadi setelah melihat proses di Surabaya di Jawa Timur itu kira-
kira apa yang perlu diperbaiki sistemnya begini zonasinya begini itu ada, ada laporannya, ada
kajiannya. Pokoknya banyak sekali (program) kita kajian dengan tim Jakarta. Jadi kita misalnya
Jakarta membentuk 9 perwakilan sebagai sampling respondennya atau obyeknya gitulo kita
diminta kalau kemarin kayak OBH (Organisasi Bantuan Hukum) kita diminta ngambil sebuah
tempat LBH Surabaya sama YLPK Jatim. Dapat anggaran berapa, apa saja keluhannya jadi tak
evaluasi kita berikan rekomendasi hasilnya ke Kementerian Hukum dan HAM jadi laporannya
juga ada.”
P: ”Banyak sekali berarti ya pak?”
N: ”Banyak, ada lagi yang …. Saya lupa yang pendidikan itu, yang predikat itu mastiin. Saya lupa
judulnya apa dengan yang di Jakarta. Sudah ketemu Rektor Unair, UIN Malang, tapi Surabaya
enggak. Itu ada kajian terkait denga konteks pendidikan perguruan tinggi negeri itu ada kajiannya
saya lupa judulnya apa. Jadi banyak sekali, kita nasional sampai juara 1 terkait dengan pelibatan
kajian oleh Ombudsman Republik Indonesia. Kita ikut semua kajian yang dibentuk oleh Jakarta
kita semua ikut. Kita juara 1 kemarin se-Indonesia paling banyak mengikuti kajian itu dan dapat
penghargaan. Penghargaannya dibawa oleh Pak Agus. Itu bidang kajian. Kalau bidang Parmas
(Partisipasi Masyarakat) itu ada namanya TOT (Training of Trainer) kita kemarin lakukan di
Tuban. Terus ada pertemuan berkala itu kemarin kita lakukan di Jombang sama Santri
Ombudsman.”
P: ”Oh ada santrinya disana?”
N: ”Ada. Kita membentuk komunitas di sana. Setiap pesantren kita undang di forum itu 2 orang
terus ada beberapa muslimat aisiyah, fatayat, PMI, HMI, saya undang di satu tempat terus dibentuk
namanya Santri (Sarana untuk Bermitra dan Mandiri) itu ide saya, mereka oke-oke saja. Terus ada
program sosialisasi kemarin kita lakukan kayak di Sidoarjo, kita lakukan pertemuan dengan BEM
se-Surabaya kemarin. Acaranya kayak gitu-gitu sih ketemu masyarakat kita ngomong
Ombudsman itu begini kayak gitu, ke komunitas gitu”
P: ” Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam
melaksanakan pembagian tugas?
N: ”Pembagian tugasnya korbid riksa (Koor Bidang Pemeriksaan) itu dipegang Pak Udin, Koorbid
139
ini membawahi PVL dan 3 Tim Substansi (1,2,3) tadi, nah kemudian tim pencegahan saya
mengepalai karena saya dan Pak Udin dianggap paling senior disini karena 2010 saya masuk ke
Ombudsman ini yang paling lama 2 orang ini yang lain baru-baru. Kemudian masing-masing
asisten ya masuk di penyelesaian laporan dan masuk pencegahan, kecuali PVL. PVL aja Mas
Muslih saya libatkan termasuk Mbak Silvy saya llibatkan walaupun di struktur sebenarnya tidak
ada kemarin. Tak libatkan aja kegiatannya karena kita kurang personil kekurangan orang gitu. Jadi
di pencegahan masing-masing saya bagi, misalnya setahun ada sekitar sekian program. Masing-
masing asisten saya kasih 1 PJ (Penanggung Jawab). Misalnya penanggung jawab bidang kajian
itu ada Mbak Vice sama Mas Azmi, program sosialisasi kemarin lomba foto Mas Fikri,
penanggung jawab mahasiswa magang itu Mas Sidik, saya bagi-bagi semua. Tetapi setiap program
saya menempel. Jadi misalnya Mas Fikri mengadakan lomba foto saya menempel, karena saya
bertanggung jawab secara moral karena saya kepala PJ nya jadi saya menempel. Mas Fikri gimana
pengembangannya, terus saya setiap kegiatan menempel disitu. Termasuk Mas Sidik yang buat-
buat termasuk kemarin pakta integritas apa-apa semua bahannya dari saya, saya mintakan dari
jogja. Tapi saya serahkan kepada satu asisten supaya dia yang mengurusi semua tapi saya selalu
pantau, diskusi terkait dengan hasil akhirnya.
P: ”Apa saja bentuk integrasi yang dilakukan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur?
N: ”Bentuk integrasi ya, misalnya PVL untuk menentukan laporan diterima atau tidak itu rapat
pleno, rapat pleno itu semua melibatkan asisten. Itu bentuk integrasi karena itu memang forum
tertinggi. Terus pencegahan, sebetulnya dari Jakarta untuk bisa membuat kajian itu harus
berdasarkan map kuning (laporan masyarakat). Contoh kita membuat kajian mitigasi bencana,
karena ada banyak laporan dari masyarakat terkait bantuan di Ponorogo itu yang gak nyampe pada
korban. Kalau yang tahun kemarin kita buat kajian terkait bantuan sekolah SMA yang alih dari
Kabupaten ke Provinsi karena kita banyak keluhan guru-guru honorer yang awalnya mendapat
tunjangan dari Kabupaten setelah ke Provinsi dia gak dapet, tapi sekarang Bu Khofifah sudah
memberikan tambahan lagi 750 kuotanya sudah ditambah. Jadi memang berangkatnya kajian itu
dari peristiwa laporan. Laporan itu tidak harus masyarakat melapor, laporan bisa karena inisiatif
Ombudsman karena ada fakta yang terjadi misalnya kajian terkai banyaknya (penjaga) TPS yang
meninggal itu kan rame di media riuh, akhirnya Ombudsman masuk itu saya wawancara sama
Ketua KPU Jatim, Ketua KPU Surabaya, saya turun kepada korban ke keluarganya saya
wawancara hasilnya saya kirim ke Jakarta. Kemudian beberapa program dianalisis jadi dokumen
rekomendasi kira-kira begitu. Termasuk misalnya kajian terkait PPDB itu kan rame zonasi kemarin
sampai yang sulu sekolahnya favorit sekarang gak bisa, ya sekolahmu disitu itukan rame riuh itu.
Akhirnya sekarang dibuat kajian lagi, yang saya dengar sekarang orang boleh pilih siswa itu boleh
milih (sekolah) favorit cuman ada kuotanya. Saya gak tau kalau ada kajian lagi, jadi kajian itu
basisnya basis data yang berdasarkan laporan masyarakat. Laporan itu tidak harus laporan orang
datang gitu ke Ombudsman, tapi ada namanya laporan inisiatif jadi banyak fakta di lapangan
menjadi pemberitaan media menjdi atensi masyarakat, Ombudsman turun untuk inisiatif untuk
merembuk menyelesaikan dengan kajian supaya mendapatkan input untuk keluar rekomendasi
supaya bisa di eksekusi oleh instansi yang berwenang.”
P: ”Berarti bentuk integrasinya tadi rapat pleno, melakukan kajian, kemudian ada sosialisasi juga”
N: ”Iya, kajian itu berdasarkan data laporan”
P: ”Kemudian bagaimana integrasi yang dilakukan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur?”
N: ”Ya itu tadi, misalnya basis pencegahan itu harus berdasarkan laporan masyarakat, kemudian
termasuk dengan konteks penyelesaian laporan. Kami dengan jejaring harus sering-sering
melakukan koordinasi karena kan kadang input administrasi itukan banyak dari jejaring dan
sahabat Ombudsman, jadi dari Jombang dari temen-temen yang lain itukan karena dia sudah punya
banyak stakeholder, banyak jejaring dibawah sehingga mereka tau peristiwa-peristiwa di lapangan
harus dilaporkan ke Ombudsman.”
P: ” Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur melakukan
sosialisasi dengan organisasi lain?”
N: ”Kalau Ombudsman itu memang kami terbuka dengan siapapun dengan organisasi mahasiswa,
saya kalau melakukan investigasi ke luar kota saya sempatkan untuk mampir ke perguruan tinggi
atau ke organisai mahasiswa jadi walaupun saya datangnya ke satu kota itu bukan pake anggaran
140
pencegahan saya pakai anggaran penyelesaian laporan. Kemarin saya datang ke Lamongan
misalnya, saya mampir saya surati Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan kemudian
STIKES saya surati bahwa kami ingin silahturahmi, kami ingin sosialisasi. Tiba tiba membuat
forum, kami datang mereka sudah siap semua fotonya, pesertanya saya bilang “saya jangan dikasih
honor. Saya pengen silaturahmi, kami ingin sosialisasi Ombudsman dengan pihak civitas
akademika. Kami pernah datang ke Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas Merdeka
Madiun, ke Universitas Islam Malang, banyak sekali termasuk agensi mahasiswa datang ke HMI,
datang ke PMI, jadi saya sempatkan malah kan dari dulu punya keinginan untuk datang ke
organisasi keagamaan datang ke PGI, ke NU tapi belum pernah kami lakukan karena kesulitan
karena kaya gini itukan biasanya cepet. Misalnya besok kami mau ke Bojonegoro, nah kalau
dengan organisasi mahasiswa kampus kan saya biasanya punya kontak jadi tinggal kontak. Surat
itukan ibarat tinggal istilahnya aja tapi kalau tidak ada koordinasi itukan kadang-kadang sullit
karena waktunya cepet harus begini-begini. Nah itu kai belum pernah lakukan (di organisasi
keagamaan) tapi keinginan itu ada.”
P: ”Masih dalam perencanaan ya pak?”
N: ”Iya, kalau yang temporal itu banyak. Misalnya kemarin ada pertemuan mahasiswa BEM
Nusantara, jadi UNESA mengundang Ombudsman ya kami datang. Ada permintaan narasumber
dari macem-macem mahasiswa apa gitu kami datang. Jadi memang kami tidak membatasi diri
sepanjang kami bisa akses, kami katakana tidak perlu mengasih honor, bapak mengundang kami,
kami seneng dan kami akan datang”
P: ”Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur melakukan
kerjasama dengan organisasi lain ?”
N: ”Kalau yang sifatnya formal itu tidak ada ya, kalau MOU itu hanya dilakukan oleh Ombudsman
Pusat. Tetapi kalau dalam konteks kerjasama kelembagaan itu jejaring kami banyak, misalnya
dengan LBH, YLPK ya awalnya memang hubungannya personal sih kami karena ya kami lama di
NGO saya sebelum masuk ke Ombudsman itu lama di NGO kenal semua tokoh-tokoh LBH,
YLPK, temen-temen jurnalis senior jadi ketika ada apa-apa tinggal saya kontak gini-gini selesai.
Contoh misalnya saya tahun 2018 kemarin kan buka Posko Pengaduan Penipuan Travel Umroh,
kerjasama dengan YLPK saya gak perlu pakai surat resmi apa-apa. Saya tinggal telpon dengan
Pak Said, karena sangking berlamanya kita bersahabat sehingga sekat-sekat birokrasi itu tidak ada.
Seperti kemarin kita riset Organisasi Bantuan Hukum saya kontak direktur LBH nya tinggal
telpon, jadi gak pake surat-surat nunggu dulu gitu kesuwen kira-kira gitu. Jadi kalau dalam kontek
formal tidak ada, tapi insyaallah kalau semua lembaga jejaring kami punya, termasuk perguruan
tinggi negeri/swasta sering melakukan kegiatan-kegiatan gitu.”
P: ”Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur melakukan
koordinasi dengan organisasi lain?”
N: ”Ya kalau koordinasi secara kelembagaan sih gak ada ya, itu lebih baik misalnya pas kami
punya program itu kami biasanya lakukan kontak-kontak untuk koordinasi”.
P: ”Bagaimana hubungan dan keterikatan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi
Jawa Timur dengan Ombudsman Pusat?
N2: ”Ya kami ini lembaga struktural, semua kebijakan di perwakilan itu harus diketahui dan
seizing Ombudsman Pusat.
P: ”Semua peraturan juga yang berlaku di Pusat juga berlaku di Perwakilan, begitu ya pak?.”
N: ”Mestinya ya kira-kira begitu. Jadi kami ini bahwa kami seperti lembaga otonomi cuman tetep
keputusan/kebijakan akhir ada di Jakarta. Kalau lembaga struktural ya berbeda dengan lembaga-
lembaga yang sifatnya fungsional ya, kan ada misalnya Jawa Timur punya KPID tapi di Jakarta
ada KPI karena pembiayanya di Jawa Timur kan maka disini bukan struktural KPI tapi fungsional
kelembagaan. Kalau ini (Ombudsman) resmi, anggarannya perwakilan menginduk ke
Ombudsman Republik Indonesia. Semua aturan menginduk ke Ombudsman Republik Indonesia
lembaga strukturalnya.”
P: ”Bagaimana bentuk motivasi yang diberikan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur kepada anggotanya?”
N: ”Kan biasanya kami itu ada laporan triwulan, nah anggota itu sering mantau bulanan gitu
dipantau. Kan kami punya aplikasi, misalnya jawa timur ini laporannya baru sekian yang selesai.
Nah Pak Agus di WA (whatsapp) sama pimpinan “gimana pak Agus ini gini gini” nah Pak Agus
bilang “ayo rek di selesaikan rek” nah gitu.”
141
P: ”Memberi semangat gitu ya pak?”
N: ”Iya, ya diingatkan misalnya ini kok pencegahan ini 5 program kok baru 1 ini kapan. Nah
diingatkan gitu”
P: ”Kalau boleh tau nama aplikasinya apa ya pak?”
N: ”Kalau untuk laporan namanya Simpel. Kalau kamu butuh laporan hari ini misalnya se-
Indonesia laporan kepolisian berapa tau kan, pengen tau di Jawa Tengah laporan pendidikan
berapa bisa. Di seluruh Indonesia jadi satu sistem. Jadi kinerja dari masing-masing perwakilan bisa
dilihat dari laptop. Semua bisa lihat khusus untuk yang internal Ombudsman, orang lain tidak bisa
buka”
P: ”Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur?”
N: ”Sarananya sangat kurang ya. Tapi karena memang ini lembaga negara yang sangat
anggarannya terbatas ya kami maklumi. Sebenernya kami butuh misalnya kalau di Walikota itu
ada panabard papan tulis yang ada printernya di bawah. Jadi kalau habis rapat ditulis hasilnya apa,
yang hadir siapa, tanda tangan langsung di print. Kami juga pengen begitu atau yang lebih canggih
lagi sekarang di beberapa pengadilan di PA Kab Malang itu punya jadi kalau saya memeriksa saksi
itu kamu gak perlu ngetik satu-satu, jadi begitu saya ambil keterangan ada alat recorder kalau
dipencet dia langsung keluar dalam bentuk tulisan. Nah kayak gitu.”
P: ”Oh jadi sudah nggak manual ya pak.”
N: ”Iya sudah tidak manual. Jadi Ombudsman sudah harus begitu karena volume laporannya yang
tinggi sulit-sulit sehingga kami yang mengerjakan laporannya begitu misalnya saya ngetik
keterangan saksi aja bisa 1 hari. Bagaimana saya bisa mengerjakan yang lain.”
P: ”Itu sarana yang perlu…”
N: ”Penunjang yaa, kan masyarakat juga berekspektsi tinggi, lapor ke Ombudsman ini 2 bulan gak
selesai-selesai. Banyak sih sebenernya kalau saya urai, itu sebagian yang paling penting misalnya
ruangan masing-masing. Ruangan asisten sempit. Kami juga harus berdua. misalnya kalau mau
ideal ya masing-masing kami juga harus dikasih ruangan karena disini kan stressfull kerjaannya,
ketemu orang bermasalah kita setiap hari menyelesaikan masalah jadi ruangannya harus segar
harus dikasih ruangan yang nyaman. Itu harapan lah ”
P: ”Baik. Bagaimana output yang diihasilkan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur?
N: ”Ya saya kira hampir setiap tahun itu kita bagus ya. Tahun kemarin (2018) kita sampai 90%
yang selesai. Tahun ini ngga sampai, 80, sekian. Kalau dulu kita Z-score nya tertinggi se-Indonesia
nomer satu, Z skor itu jumlah asisten dengan beban laporan itu kita nomer satu se-Indonesia. Tahun
ini kita nomer 3.
P: ”Sebagai pengawas pelayanan publik, apa saja hambatan dan tantangan Ombudsman Republik
Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan tugasnya?
N: ”Ya tadi misal sarananya dan termasuk gaji dan tunjangannya beda jauh. Misalnya kami ini kan
kerjaannya beresiko, pelapor resiko, terlapor resiko kan orang datang ke Ombudsman dengan
persoalan yang sudah rumit yang begini. Gaji kami masih setara dengan pegawai-pegawai biasa,
tidak ada asuransi keamanan apapun lah yang itu. Bagaimana pekerjaan seberat ini tapi dengan
TOT yang standar begitu. Belum lagi kita ngomong istilahnya semua fasilitas disini di kantor
Ombudsman masih kalah dengan lembaga apapun begitu. Kantor masih pinjam, kendaraan masih
sewa, jadi kita hampir tidak punya apa-apa disini. Tapi saya heran, teman-teman disini
semangatnya tidak kalah dengan lembaga-lembaga lain semua bisa. Kalo kita dengan semangat
yang istilahnya spedometernya 60km mungkin laporan tidak cepat selesai, persoalan jadi rumit
teman-teman semangat semua, itu ajasih tinggal spiritnya yang tidak kurang kalau itu kurang bisa
bahaya itu.”
P: ”Sebagai pengawas pelayanan publik, berapa lama Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur menyelesaikan laporan pengaduan dari masyarakat?”
N: ”ya kategorisasi tadi nanti dikonfirmasi ke Mbak Silvi, intinya itu baru 2018 akhir kemarin ada
surat edaran. Saya dulu punya ide begitu itu terkait dengan tunjangan aja, misalnya gini kalau di
penyidik kepolisian, kejaksaan, satu berkas penyidikan itu ada nilainya. Satu berkas kalau di
penyidikan itu dulu kalau di kejaksaan ada nilainya 7 juta atau 10 juta gitu. Saya dulu pengen
begitu, kalau yang laporan sederhana tidak perlu dinilai dengan uang, misalnya laporan PPDB,
PDAM kami telfon selesai itu tidak perlu (uang), tetapi ada laporan yang sulit itu kalau nggak
142
tenaga pikiran kita untuk belajar untuk ini, bertemu di lapangan berbulan-bulan, setahun bahkan
berkas tadi yang saya tanda tangan baru setahun selesai. Nah kaya gitu harus ada nilai ongkos, kita
menguras pikiran, tenaga, kadang kita pertaruhkan nyawa di lapangan, walaupun tidak sering tapi
ada jadi jangan disamakan. Nah kita kan di Ombudsman masih, jadi ada yang bekerja di Jawa
Timur yang laporanya tinggi dengan bekerja di PerwakilanKaltara yang hanya 50 laporan setahun.
Gaji dan tunjangannya sama itukaan repot karena gak ada penilaiannya dalam konteks menangani
laporan, jadi yang hanya digaji yaitu regulatif gaji sekian tunjangan sekian padahal bebannya
berbeda. Kalau di kepolisian mbak di penyidikan korupsi, satu penyidikan itu ada ongkosnya nah
itu yang kami harapkan sebetulnya supaya orang itu bisa menilai “oh ini ringan” nah itu masuk
gaji tapi kalau yang sulit-sulit itu nanti kan tambahan untuk temen-temen untuk bisa meningkatkan
upgrade diri, bisa S2, bisa kursus, bisa pelatihan. Kalau tidak begitu kan ya tiap hari gaji dan
tunjangannya cukup untuk makan aja. Harus upgrading namanya, kira-kira itu sih. Saya dulu
termasuk yang mengusulkan begitu, ada kategorisasi sulit, sedang, sederhana.”
P: ”Kalau menurut kategori sulit, sedang, sederhana mana yang paling diutamakan pak? Atau yang
sulit dulu karena memakan waktu lama atau bagaimana?”
N: ”Tidak, kita sebagai manusia dia akan cenderung mengerjakan yang mudah dulu, yang ringan
dulu selesai baru mikir yang berat. Sama seperti kita mengerjakan soal, kalau dapat “oh ini bukan
kewenangan tak suratane” selesai satu ditumpuk. Kalau grup terakhir nah ini wakktunya belajar
dulu, dibaca dulu, dokumennya nggak lengkap telfon dulu, kan panjang ini bukunya tebel gitu
harus dibaca dulu.”
P: “Bertahap gitu ya pak?”
N: “Iya, kan gak bisa kalau ‘ah gini aja’ gitu.”
P: “Baik kemudian, dalam menjalankan tugasnya, Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur berhak melakukan investigasi atas prakarsa sendiri. Bagaimana Ombudsman
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur melakukan investigasi atas prakarsa sendiri?
N: “Ya biasanya begini, contoh yang pernah kita lakukan dulu di Surabaya ada SMA swasta
menahan ijazah jadi saya pagi-pagi baca 3 orang siswa ijazahnya ditahan karena belum bayar SPP.
Langsung saya ijin dan turun ketemu kepala sekolahnya ‘sudahlah pak itukan buat bekerja kalau
begitu panggil aja orang tuanya, utangnya 300ribu dia kuat nyicil berapa tiap bulannya,
jaminannya saya kalau sampai dia tidak bayar saya yang bayar’ akhirnya mau terus tanda tangan
ijazahnya diberikan. Itu contoh ya. Pernah terjadi lagi kasus PDAM sehari-hari katanya airnya
mampet, langsung saya turun ke rumah penduduk sama Jawa Pos. Saya datangi ke PDAM ternyata
sebabnya pipa yang gede itu bocor kena proyek, tapi saya kasih penjelasan ke wartawan kira-kira
begitu. Jadi kalau ada yang namanya darurat itu nanti inisiatif, jadi kami tanpa ada laporan bisa
dari berita, informasi gitu. Terakhir di Malang itu saya baca berita di Birawa, habis baca di Birawa
di Jawa Pos ada rame (kasus yang ramai) waktu itu gur-guru yang dapa sertifikasi diwajibakan
membeli laptop. Laptop itu pengadannya oleh Dinas Pendidikan, alasannya guru nggak punya
laptop. Akhirnya saya surati hari itu juga, saya express tapi surat itu saya fax ke media Malang,
saya fax ke radar Malang, saya fax ke wartawan Malang, ke Malang Post waktu itu. Rame besok
beritanya itu sudah riuh disana. Akhirnya walikota memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan untuk
membatalkan proyek pengadaan itu contoh aja. Jadi kami nggak pernah menunggu laporan. Tapi
yaitu kami biasanya melihat satu apakah itu kebutuhan masyarakat secara umum dan banyak
korbannya. Jadi kalau cuman 1 orang kenanya itu, nggak sumbut nek tetetek gawe (nggak ada
gunanya), jadi kalau korbannya banyak kita jadi semangat gitulo untuk menyelesaikan yaa dapat
nilai ibadahnya lebih banyak lah. Kalau orang per orang kan ya bsok selesai gitu, tapi kalau banyak
orang itukan semangatnya jadi atensinya masyarakat dan media itukan bagus untuk lembaga.”
P: ”Iya apalagi untuk menunjang kinerja kayak tadi Dinas..”
N: ”Iya banyak sih kalau saya cerita banyak, nggak hanya itu. Itu cerita-cerita aja contoh kasus.”
P: ”Jadi menurut Pak Hadi sendiri, gimana pak efektivitas kinerja dari Ombudsman ini?”
N: ”Ya Alhamdulillah, saya membayangkan gini Ombudsman kan lembaga yang tidak dibekali
dengan pistol, tidak dibekali dengan penahanan jeruji dan kami ini dibentuk berdasarkan undang-
undang yang kami.. apa ya… ini kita ngomong bernegara alhamdulillah budaya hukum kita
walaupun belum sampai pada topik media ya alhamdulillah banyak instansi yang kalau kami
undang dia hadir, kalau kami ajak ngomong mau melaksanakan, kalau saya kasih rekomendasi
saran ya melaksanakan. Saya coba membayangkan kalau instansi mogok dan tidak mau bekerja
sama serta menolak klarifikasi, investigasi, mediasi saya tidak bisa membayangkan pasti
143
Ombudsman tidak dihargai orang. Tapi alhamdulillah, saya cerita misalnya tahun 2018 90%
laporan selesai artinya selesai itukan instansi mau mendengarkan kita saya ajak ngobrol mau dia,
‘ini kamu keliru’ dia mau melaksanakan jadi banyak kita yang selesai (laporan). Ini di
Tulungagung misalnya Sunarti penolakan dua selesai buanyak lah pokoknya.
P: ”Berarti sudah efektif pak?”
N: ”Iya sudah efektif bahwa ada catatan satu, dua, ada saja namanya orang. Ada kepala desa yang
mokong juga ada saya surati tidak balas, diundang nggak hadir, didatangi lari itu ada. Tetapi itu
minim.
P:”Mayoritas sudah menurut semua?”
N: ”Ya bukan menurut, artinya mereka mau bahwa Ombudsman ini bukan musuh karena kami
bukan istilahnya yang cari-cari kesalahan tidak. Bahwa ada laporan masyarakat sepanjang instansi
atau aparatur dengan kita baik dan bekerjasama, kalau keliru tolong dperbaiki. Kami nggak akan
sampai memberikan rekomendasi sanksi tapi kalau sudah keterlaluan sudah dibilangi kalau kamu
ini keliru tolong diperbaiki, tolong uangnya dikembalikan nggak mau ya tentu Ombudsman akan
bertindak. Kami akan kirim ke atasannya untuk memberikan sanksi pencopotan dan sebagainya.
Jadi gitu kira-kira Ombudsman kalau orangnya enak jadi efektif, tapi kalau klarifikasi ke pelapor
itu bukan kayak penyidik ‘apakah saudara….’ Enggak. Kami ajak ngobrol ‘gimana pak kalau
begini, bisa kan..’ jadi enak kalau kami meriksa orang itu nggak wah becungik (seperti orang
marah) gitu ‘jawab!!!’ jadi kami bukan seperti penegak hukum. Tapi kalau kami sudah ketemu
orang kalau diperiksa mbujuki (bohong) ada yang kaya gitu ya saya pernah pengalaman ya
misalnya memberikan keterangan padahal faktanya tidak begitu. Nah saya baru pasang kuda-kuda
saya buatkan berita ‘Sumpah Demi Allah’ iya saya pernah begitu karena dibujuki (dibohongi)
saya, ngomongnya belum keluar tapi ada bukti kalau sudah keluar dokumennya kayak gitu itu kita
harus hati-hati. Namanya orang yang begitu itu ada pasti, nah kayak gitu itu kita harus siapkan
scenario itu kana da orang yang kooperatif dan tidak kooperatif. Kita harus siap begitu orang tidak
kooperatif gimana ini. Tapi alhamdulillah lah secara umum enak, efektif. Coba kalau tidak efektif
orang nggak berani lapor ke Ombudsman 400 pengaduan.
P: ”Tahun kemarin (2018) 400 lebih pengaduan ya pak?”
N: ”Ya kalau penerima manfaat bisa lebih, 1 laporan itu penerima manfaatnya bisa 10-20. Kayak
jalan tol Mas Fatih yang menangani itu penerima manfaatnya bisa ratusan orang. Bahwa
laporannya satu tapikan mewakili. Contoh Nganjuk ya ini yang saya kasih surat tadi dari Herianto,
ini mewakili seluruh masyarakat Kab. Nganjuk.
P: ”Itu terkait apa pak kalu boleh tau?”
N: ”Terkait kebijakan ee.. pajak progresif dan akumulatif. Jadi kalau kamu beli rumah di Nganjuk
kamu sepakat harga 100 juta itukan harus bayar pajak namanya BPHTB (Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan) supaya sertifikatnya bisa ganti nama, kamu bayar pajak ke Pemkab. Pemkab
nggak mau, di survey dulu ‘oh nggak nggak bisa.. ini harganya bukan 100 juta tapi 200 juta kamu
harus bayar pajaknya 10 juta’ nah itu. Tapi nggak ada Perda nggak ada Pergubnya menurut
pelapor, menurut Notaris Nganjuk yang lapor. Ini seluruh masyarakat Kab. Nganjuk penerima
manfaatnya. Kalau saya bisa menghentikan kebijakan ini yang menerima berapa juta warga
Nganjuk kan begitu. Itu contoh aja, ini seluruh masyarakat Kab. Nganjuk laporannya tercatat satu”
P: ”Berarti nanti Bapak juga kesana ya pak?”
N: ”Iya ini saya klarifikasi teryulis dulu nanti bisa ketemuan. Nanti saya belajar di Surabaya seperti
apasih Pergubnya Surabaya seperti apa saya pengen belajarin itu”
P: ”Kalau mau klarifikasi missal ke luar kota itu dilihat laporannya dulu tergolong prioritas atau
tidak begitu?”
N: ”Iya. Kalau sudah dijawab sudah selesai ngapain kita kesana. Misalnya nggak penting ini nanti-
nanti dulu aja”
P: ”Diliat yang prioritas dulu ya”
N: ”Iya prioritas dulu”
P: ”Baik terimakasih Pak atas waktunya.”
144
Transkip Wawancara Informan Pendukung
Nama: (tidak ingin disebutkan)
Jabatan: Pramubhakti Ombudsman
Tanggal Wawancara: 16 Desember 2019
(P) Peneliti (N) Narasumber

P: “Bagaimana Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam


melaksanakan pengadaan dan pengisian tenaga kerja?”
N: “Biasanya ya satu perekrutan secara terbuka itu dan kalau sebagai karyawan seperti saya ini
kan sebagai (tenaga) supportingnya itu biasanya kan statusnya hanya karyawan kontrak dimana
itu diperbantukan untuk karyawan-karyawan tetapnya Ombudsman ya di bawah naungannya
PNSnya Ombudsman, karena di Ombudsman sendiri itukan terdiri dari PNS kalau (kantor)
perwakilan yang diganti dengan asistennya sedangkan PNS itu yang jatah dari Ombudsman Pusat
dibantu dengan karyawan-karyawan seperti saya ini. Untuk perekrutan seperti karyawan semacam
saya ini kan seharusnya outsourcing, sedangkan kan tidak memungkinkan kalau dilaksanakan
secara outsourcimg karena hanya di setiap perwakilan itu memerlukan yang namanya kalau saya
ini istilahnya pramu bhaktinya ya itukan hanya satu.”
P: “Itu di setiap perwakilannya?”
N: “Iya setiap perwakilan hanya satu, jadi biasanya direkrut melalui ya katakanlah dari asisten.
Asisten pertamanya kalau dari riwayat saya kan dari asisten mengenakan saya untuk ‘mau nggak
kerja disini’ yang seperti itu. Akhirnya setelah… saat itukan masih transisilah intinya Ombudsman
awal itu masih hanya empat orang dan itupun kalau karyawan kayak saya datang trus akhirnya jadi
sukarelawan dulu karena belum ada aturannya. Akhirnya ketika ada aturan yang jelas baru saya
bisa jadi karyawan disini tapi statusnya hanya kontrak per satu tahun sekali, kalau kinerjanya bagus
baru diperpanjang seperti itu.”
P: “Kalau boleh tau Bapak sudah berapa lama bekerja disini?”
N: “Yaa.. tujuh tahunan lah”
P: “Kemudian, untuk jumlah pegawai di Ombudsman Jawa Timur disini ada berapa Pak?”
N: “Kalau awal dulu itukan hanya 5 itu dari 1 kepala perwakilan, 3 asisten sama saya ya sebagai
pembantunya itu dan juga belum ada PNS nya itu dari awal-awal tahun pertama itu ya. Setelah itu,
sampai sekarang ini sudah ada 15 karyawan dan itu sebagai supportingnya kayak saya, tenaga
PNS, sama tenaga-tenaga kontrak itu sudah ada 5 dan untuk keseluruhannya ada 15, 1 kepala
perwakilan yang 9 itu asistennya”
P: “Oh iya pak setau saya seperti Pak Udin dan Pak Hadi itu merangkap jabatan ya pak?”
N: “Bukan merangkap, itu intinya juga sebagai asisten ya asisten kan terdiri dari asisten tama,
madya kan macem-macem dan kebetulan mereka (Pak Udin dan Pak Hadi) itu kan senior. Bukan
merangkap jadi dia mengepalai tim. Kan ada tim 1, 2, dan 3 nanti sampean tanyakan kepada
asisten-asisten itu”
P: “Baik pak, soalnya saya melihat di struktur organisasinya itukan memang dobel pak, ada Pak
Hadi megang jabatan dua, ada jabatan ini (Kepala Keasistenan Pencegahan) dan ini (Asisten
Pemeriksaan)”
N: “Iya dobel, yak arena satu ada yang dibidang apa gitu”
P: “Setau bapak ruang llingkup Ombudsman ini apa saja pak?”
N: “Lingkup kegiatan maksudnya kegiatan apa?”
P: “Yang terkait pengawasan seperti melakukan….”
N: “Oh iya paham lah, misalnya kan lingkupnya biasanya ya penyelesaian laporan sama sosialisasi
atau kegiatan-kegiatan yang lain yang sifatnya ya hanya sosialisasi itu dan kalau kita pengawasan
ya ada program namanya kepatuhan itu mbak dilaksanakan tiap tahun sekali itu. Tapi biasanya
program kepatuhan itu ya tergantung personilnya kalau personilnya kurang bisa melibatkan
tenaga-tenaga kontrak itu sendiri”
P: “Jadi pekerjaan bapak fleksibel gitu ya pak”
N: “Ya ya seperti itu, fleksibelnya ya karena keadaan”
P: “Bagaimana Ombudsman melakukan pembagian tugasnya pak?”
N: “Membagi tugasnya itu sesuai substansinya mbak. Jadi tidak perdaerah begitu, tergantung
substansinya misalnya tentang dinas atau lembaga A atau pelayanan pemerintahan daerah,
145
kepolisian itu disini sudah dibagi-bagi”
P: “Sesuai per timnya tadi ya pak?”
N: “Iya jadi Tim 1 itu terkait apa, jadi bukan antar wilayah. Tapi untuk idealnya ketika kita ada
program sosialisasi itu kita campur atau tambahkan untuk PL (Penyelesaian Laporan) nya sekalian
biar efisien seperti itu”
P: “Bagaimana integrasi yang dilakukan oleh Ombudsman Jawa Timur?”
N: “Kalau kerjasama antar lembaga-lembaga itu ada, ya memang kita harus melakukan
pendekatan-pendekatan ya intinya penyelesaian secara persuasif itu. Kembali lagi ke asisten yang
lebih tau soal itu.”
P: “Baik. Bagaimana cara Ombudsman melakukan integrasi ini?”
N: “Ya biasanya kita datang kesana, tapi kebanyakan mereka yang melakukan MOU itu. Itu
sifatnya gimana ya perintah dari pusat lah intinya seperti itu. Tapi kebanyakan dinas-dinas itu yang
menginginkan MOU itu”
P: “Kalau melakukan sosialisasi dengan organisasi lain itu bagaimana pak?”
N: “Biasanya ya ada kita kalau sosialisasi tapi sosialisasinya bukan ke dinas. Biasanya dinas yang
meminta kita supaya mensosialisasikan Ombudsman, kita sebagai narasumbernya kan begitu. Tapi
kalau kita sosialisasi itu tidak di dinasnya tapi di universitas atau lembaga swaadaya masyarakat
kaya gitu. Kalau dinasnya kan otomatis sudah tau, kalau untuk masyarakat atau lembaga-lembaga
kan masih awam jadi kita sosialisasinya ya harus kesana. Bahkan kita kan sudah membentuk
Sahabat Ombudsman”
P: “Tapi pernah atau tidak Ombudsman sendiri yang ingin melakukan kerjasama gitu dengan
organisasi lain?”
N: “Ya kalau ke swastanya bisa, kalau dengan organisasi lain ya seperti tadi saya bilang kita
membentuk semacam namanya sudah Sahabat Ombudsman jadi kinerja Ombudsman biar dibantu
mereka-mereka. Sebelum ada laporan masuk mereka (sahabat Ombudsman) harus peka gitu
sebagai wadah di daerah-daerah jadi makanya kita membentuk itu Sahabat Ombudsman sifatnya
juga sosial, jadi mereka sukarela mensosialisasikan, menginginkan pelayanan di daerah-daerah
lebih baik karena ada pengawasnya dimana itu binaan dari Ombudsman”
P: “Kemudian terkait koordinasi, di Ombudsman bagaimana melakukan koordinasi dengan
organisasi lain?”
N: “Ya biasanya telfon, ada laporan kita saling tukar nomer telpon barangkali nantinya ada laporan.
Memang itu yang paling penting adalah pendekatan. Jadi semua laporan itu kalau kita saling dekat
dengan kepala dinas atau apa gitu kita bisa cepet menyelesaikannya. Makanya tadi kan
penyelesaian secara persuasif itu. Lebih mudah seharusnya kita koneksivitasnya dengan mereka
itu enak, ya yang paling penting itu koordinasi, saling bekerjasama dengan dinas-dinas terkait.
Kalau ada persoalan jadi biar cepet”
P: “Kemudian, bagaimana hubungan dan keterikatan Ombudsman Jawa Timur ini dengan
Ombudsman Pusat?”
N: “Gini kan setiap perwakilan itu ada pengampunya dari pusat, jadi pengampunya itu yang
mengontrol kinerja dari Ombudsman itu sendiri. Dari mulai kinerja kita di perwakilan sampai ke
arah penyelesaian laporan, jadi koordinasi itu gini intinya di Jawa Timur ini ada pengawasnya
yang dari pusat itu istilahnya pengampu. Jadi bener-bener keterikatannya bahkan mereka saling
memonitor kita sedangkan kita kalau ada persoalan yang pelik itu kita langsung berkoordinasi
dengan pengampunya. Contoh gini, ada persoalan ya belum selesei lah dan di perwakilan ‘belum
bisa menyelesaikan’ kan nanti pengampunya itu kadang 1 bulan sekali paling lama ya 2 bulan
sekali itukan pasti datang ke Jawa Timur. Nah nanti disana ada evaluasi, gimana apakah ada
laporan yang harus kita bahas. Jadi bener-bener sambung terus”
P: “Baik kemudian, bagaimana bentuk motivasi yang diberikan Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Timur kepada pegawainya?”
N: “Motivasinya ya intinya kita kan bekerja sebagai pembantu masyarakat apalagi notabene
laporan, laporan ya otomatis permasalahan yang pelik-pelik kalau nggak pelik-pelik kenapa harus
dilaporin kan gitu. Intinya kita bisa membantu masyarakat lah, banyak sih motivasinya kita”
P: “Kalau dari atasan sendiri bagaimana memberikan motivasinya pak?”
N: “Motivasinya ya begitu, nyuwun sewu walaupun disini saya hanya sebagai tukang bersih-bersih
lah tapi kita tidak boleh minder, tunjukkan bahwasannya kita itu lembaga yang wibawa jadi mulai
dari tukang bersih-bersih, security, dari kemampuan mereka untuk interaksi kalau sebagai pelayan
146
yang melayani. Jadi itu bener-bener di motivasi oleh kepala perwakilan.”
P: “Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi Jawa Timur?”
N: “Sarana prasarana ya sudah mencukupi ya. Saya rasa sudah menompang ya karena untuk
gedung sendiri juga sudah, untuk operasional keluar juga ada, alat-alat untuk investigasi juga sudah
ada kan gitu yang penting menompang ya sebenernya solid juga. Katakanalah wilayah kerja kita
seluruh Jawa Timur dengan personil yang terbatas tapi kok bisa solid ya karena itu kita satu-
kesatuan. Contoh disini kita ada laporan yang notabene tidak dapat diselesaikan hanya dengan
salah satu asisten. Mulai tiap hari senin kita datang rapat pleno, maksudnya pleno itu kita
mengupas sebuah kasus ini yang pelik ayo kita selesaikan bersama. Akhirnya hubungan karyawan
dengan persoalan itukan enak.”
P: “Jadi kalau belum selesai kita diskusikan gitu ya pak?”
N: “Iyaaa betul”
P: “Bagaimana output yang dihasilkan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa
Timur?”
N: “Ya itu tadi kayak program kepatuhan. Program kepatuhan itu program yang paling efektif
yang dilaksanakan oleh Ombudsman, karena bagaimana penilaian Ombudsman sangat
berpengaruh karena penilaian itu nanti langsung dilaporkan ke presiden gitu. Jadi tiap tahun ada
(kepatuhan) katakanlah di Surabaya ini pelayanannya nilainya apa hijau, merah, atau kuning itu
setiap tahun dievaluasi. Ada yang kemarin merah jadi hijau, ada yang hijau jadi kuning ya macem-
macem lah. Tapi kebanyakan yang merah jadi hijau, yang tetep aja juga ada. Adanya program
kepatuhan akhirnya mereka ‘mana sih sop dasar untuk pelayanan’ mereka akhirnya mengundang
Ombudsman sebagai narasumber”
P: “Sebagai pengawas pelayanan publik, apa saja hambatan dan tantangan Ombudsman Republik
Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan tugasnya?”
N: “Kalau dari kepala dinas pelayanannya itu kalau mau dengan sungguh-sungguh menyelesaikan
laporan ya cepet selesai kan gitu. Contohnya gini lah, ada laporan yang kita kira itu sederhana tapi
jadi pelik, ada laporan yang pelik tapi jadi sederhana. Kesimpulannya kembali lagi ke kepala
dinasnya dan juga kendalanya begini.. masyarakat itukan biasanya sangat berharap besar kepada
Ombudsman sedangkan mereka tidak tahu padahal disini ada kewenangannya, batas-batas
wewenangnya kan ada. Tapi masyarakat itu sudah pengen bener-bener ‘saya itu pengen seperti
ini’ gitu tapi ketika jadi laporan tidak ditemukan maladministrasi mereka akhirnya kecewa ‘kok
gini’ ‘kok gitu’ kebanyakan mereka yang ke Ombudsman karena dimana-mana tidak diberikan
solusi yaitu kendalanya masyarakatnya sendiri dan dinas-dinas terkait. Kalau Ombudsmannya
sendiri pasti ditangani laporan itu. Wong kita kan transparan”
P: “Terakhir pak lalu menurut bapak efektivitas kinerja Ombudsman Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Timur ini sudah efektif atau belum?”
N: “Ya sebenernya belum efektif, karena apa efektifnya disini itu kurang. Katakanlah kita butuh
tenaga 2 kali lipat dari ini tapi kita masih bisa berjalan dengan keluh kesahnya. Masa saya
menangani laporan kan gak bagus jadinya”
P: “Baik terimakasih atas waktunya pak.”

Transkip Wawancara Pengguna Layanan (Masyarakat)


147
NARASUMBER 1
Nama: Mas Sahura
Jabatan: Ketua LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Surabaya (Mas Sahura)
Tanggal Wawancara: 21 Januari 2020
Keterangan: Pengguna Layanan Ombudsmamn
(P) Penulis (N) Narasumber

P: “Apakah Mas sudah pernah ke kantor Ombudsman? ”


N: “Sudah, intinya LBH sudah beberapa kali mengadukan kasus ke Ombudsman”
P: “ Nah pandangan Mas Sahura ini terhadap jumlah pegawai yang ada di sana bagaimana?”
N: “Kalau jumlah pegawai, kita tidak memperhatikan soal jumlah pegawai karena bagi kami
bagaimana pelaporan kami diproses dan ada tindak lanjut itu yang penting bagi kami. Soal jumlah
kami memang nggak terlalu ngerti.”
P: “Kalau proses melapor ke Ombudsman sendiri bagaimana?”
N: “Ombudusman sebenarnya sudah cukup berkembang di soal penerimaan laporan bahkan lapor
pun bisa melalui surat saat ini, jadi tidak mesti langsung datang kesana. Namun yang menjadi
problem adalah soal tindak lanjut laporan itu yang kami nilai itu agak lama karena kasus itukan
ada yang butuh respon cepat dan ada yang tidak terlalu dibutuhkan kecepatannya, namun
sepertinya kami lihat Ombudsman tidak memperhatikan urgensitas dari apa yang diajukan
sehingga kayaknya proses sama saja. Lempang-lempengnya walaupun cepet tetep sama aja gitu
yaitu yang menjadi problem”
P: “Jadi kalau kasusnya hari ini diberikan tapi tanggapannya masih lama?”
N: “Ya, karena ada kasus yang butuh cepat itu dalam arti ada yang dikejar waktu misalnya itu
perburuhan. Perburuhan itu ada pidana, nah batas waktunya dalam kasus perburuhan itu ketika
perdatanya udah jalan maka pidananya hapus. Nah inikan akhirya dia mengejar gitu ketika perdata
jalan berartikan pidana dihapus sementara yang dikejarkan pidana agar segera dipross atau kalau
kasus yang sifatnya publik misalkan penggusuran itukan kita butuh segera surat dari Ombudsman
karena kalau tidak segera ini ‘barang’ sudah dieksekusi, kalau sudah dieksekusi menjadi percuma
apa yang dikeluarkan Ombudsman, dan menjadi problem.”
P: “Kemudian sejauh ini dampak dan manfaat apa yang Ombudsman berikan?”
N: “Nah soal dampak dan manfaat ini di satu sisi juga Ombudsman ini kan problem juga adalah
lembaga yang tidak mempunyai kekuatan untuk meberikan sanksi. Dia hanya punya kewenangan
untuk memanggil paksa kalau tidak salah seseorang untuk diperiksa tapi apakah kewenangan itu
pernah dilakukan kami belum begitu paham. Nah soal dampak kemudian itukan tergantung
kepatuhan pejabat publik yang dilaporkan, karena dia sifatnya adalah himbauan. Nah himbauan
itu tidak dilaksanakan, tidak ada efek hukumnya jadi itu problem di Ombudsman.”
P: “Memang ada kekosongan hukum di sana”
N: “Cuman ada sebatatas pengaruh ketika kita mengatakan Ombudsman sudah melakukan
investigasi itu dalam satu kasus kami. Itu surat Ombudsman kami jadikan salah satu alat bukti di
pengadilan dan saya pikir memang bukan hanya satu-satunya surat ini yang mempengaruhi
sehingga gugatan kami disetujui PTUN waktu itu. Cuman setidaknya kami punya daya tawar
bahwa ini kami ada rekomendasi dari Ombudsman. Cuman dalam tatanan eksekusi nggak
dieksekusi juga. Memang konsep Ombudsman itukan konsep ‘macan ompong’ seperti itu, dia
sepertinya sangar tapi enggak, karena itu berkaitan dengan moral pejabat publik apakah dia ketika
‘disentil’ oleh lembaga negara dia mau taat atau tidak itu problem. Nah bagi pejabat yang tidak
cukup punya rasa malu soal itu ya gak ada gunanya.”
P: “Tapi memangnya ada batasan-batasan wewenang dari Ombudsman.”
N: “Iya, Ombudsman memang tidak bisa memberikan sanksi. Misalnya ini ada anjuran tapi tidak
dilaksanakan yaudah selesai mau apalagi.”
P: “Menurut Mas Sahura, apakah puas melapor ke Ombudsman?”
N: “Kalau secara pelayanan Ombudsman perlu meningkatkan kinerja ya, karena beberapa kawan
kami di LBH yang melaporkan itu mengeluhkan. Misalkan ini hanya laporan untuk menerima
laporan saja, dia harus gelar perkara. Gelar perkara itu rapat internal untuk menentukan apakah
kasus itu diterima atau tidak. Cuman problemnya kan begini, ketika laporan itu hanya sepihak dan
tidak cukup banyak bukti yang diberikan misalkan bagaimana mungkin apa dasar mereka
menentukan diterima atau tidak itu problemnya. Mestinya kan kalau di kami (LBH) menentukan
148
kasus yang kami damping atau tidak, kami investigasi dulu didalami punya dasar bahwa oh ini
kasus layak dan ini tidak (layak) gitu. Nah problemnya Ombudsman kan belum investigasi
menentukan diterima atau tidak apa dasar dia menentukan diterima atau tidak. Kalau hanya bukti
sepihak atau bukti yang kurang bisa jadi ini kasus yang urgent karena pelapor nggak punya cukup
bukti, nggak punya cukup akses untuk medapatkan bukti, berarti bisa ditolak dong? Padahal posisi
kasus itu bisa ketemu ketika Ombudsman itu turun, mestinya menurut kami ada kasus dia harus
segera turun segera gelar, diterima atau tidak, ditindak lanjuti atau tidak gitukan, yang pasti kan
dia harus investigasi atau minimal harus ada beberapa proses pemanggilan apapun bentuknya.
Intinya investigasi untuk menentukan kasus itu diterima atau tidak.”
P: “Tetapi malah kebalikannya ya?. ”
N: “Iya kebalik! Rapat internal dulu itu artinya kalau demikian Ombudsman itu pandangan kami
mewajibkan pelapor itu harus punya banyak bukti, sehingga dia jadikan dasar untuk turun atau
tidak. Pertanyaannya kemudian kalau begitu kalau kita mikir jahatnya ya gimana kalau pelapor
memanipulasi bukti, itukan bukti sepihak biasanya kalau pelapor itukan sepihak apalagi pelapor
itukan bawa kepentingannya sendiri pasti dia mengumpulkan bukti yang menguntungkan dia.
Nggak tahu apakah Ombudsman punya pertimbangan lain tapi ini problem bagi kami, karena
banyak kasus yang enggak punya bukti apapun yang sama. Misalkan kasus-kasus yang sifatnya
tanah bangunan, dia gak punya petok D gak punya apa-apa sementara ke lurah mau minta petok
D, Lurah nggak ngasih. Terus apa yang dia punya? itukan menjadi problem.”
P: “ Berarti secara keseluruhan masih belum puas dan perlu diperbaiki?”
N: “Iya perlu diperbaiki, karena kamipun sebagai pelapor juga pernah mengalami hal yang sama,
bahkan yang paling ekstrim yang kami alami itu Ombudsman itukan memproses pelayanan dari
pejabat publik. Pelayanannya dia gak masuk substansi, pelayanan itu artinya misalkan ada orang
mau ngurus KTP kemudian tidak dilayani, Ombudsman datang bukan mengadili ketika misalkan
ada orang ngurus KTP dilayani tapi misalkan ada penolakan atau apapun yang sifatnya substansi.
Substansi orang ini gak layak dapat KTP, kan nggak masuk kesana tapi sejauh mana pejabat publik
melayani intinya kan disitu. Nah di kami itu pernah melaporkan salah satu dinas, dinas
ketenagakerjaan tepatnya itu karena dia tidak memproses pidana perburuhan yang kami laporkan,
namun kemudian yang muncul dari hasil yang dikeluarkan Ombudsman adalah mengatakan bahwa
itu kasus bukan pidana tapi kasus perselisihan industrial (PHI) inikan menjadi offside dia kan
mengadili jenis kasusnya akhirnya, padahal kan harusnya yang dia tangani adalah kenapa intinya
disnaker tidak melakukan proses itu saja, bukan kemudian dia mengadili dia pidana atau bukan
itukan masuk substansi kasus kalau begitu dia jadi hakim. Menurut kami ini offside seandainya
yang dia keluarkan misalkan sudah melakukan investigasinya dan temuannya bahwa disnaker
sudah melakukan berbagai upaya misalkan buktinya sudah punya macem-macem. Namun menurut
disnaker ini misalkan bukan ranah pidana itu masih masuk akal, yang paling pentingkan kita ingin
menguji pejabat ini melakukan tugasnya atau tidak. Tapi tiba-tiba mengeluarkan ini bukan pidana
ya susah apa bedanya, itu pernah kami alami.”
P: “Memang setahu saya kalau di Ombudsman itu saat saya magang itu memamg dilihat dulu
kronologinya jadi menurut saya dia menyimpulkan dari kronologinya itu.”
N: “Bagaimana dia menyimpulkan itu oke lah tapi kewenangan itukan harus di pegang.
Kewenangan dia itu adalah meneliti atau mengawasi pelayanan, tindakannya bukan soal substansi
kasus yang dilaporkan orang. ”
P: “Nah kemudian untuk kantornya sendiri bagaimana pendapat Mas Sahura terkait kondisi
kantornya sendiri? ”
N: “Kalau itu saya pikir cukup memadai ya, Ombudsman itu kalau gak salah kedua kali dia pindah
setau saya dulu itu di Kayoon itu dulu pernah disana dia kemudian pindah di Ngagel itu. Saya pikir
bagi kami kantor itu bukan problem utama yang paling penting adalah kinerja.”
P: “Tapi kalau Mas Sahura waktu datengitu langsung dilayani atau nunggu dulu?”
N: “Kalau pelayanan iya, dia ada petugas penerima tamu juga, penerima laporan itukan ada waktu
itu saya kesana. Bagi kami udah standar pelayanan itu udah cukup memadai karena kalau kami
sebenarnya nggak begitu mempersoalkan bagaimana pola pelaporan siapa yang melayani yang
paling penting masyarakat datang kami mengadu ada yang melayani kemudian ditindak lanjuti itu
yang paling penting.”
P: “Berapa lama Mas Sahura ini mendapatkan respon dari Ombudsman?”
N: ”Ada beberapa yang lama malah, ada yang waktu kasus perburuhan itu lebih lama sekitar satu
149
bulanan kasus yang lain ada yang lebih deket itu kalo tidak salah 15 hari itu kasus perburuhaan
juga, kemudian kami sudah dapat jawaban dari surat itu dan dalam hal ini cukup bagus karena dia
sudah turun, menginvestigasi hasil nya pun juga sesuai dengan yang kami harapkan karena ada
persoalan pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat publik. Tapi kalau dikasus perburuhan sama
ada kasus penggusuran itu memang cukup mengecewakan bagi kami, jadi masih ada lah case by
case ya ada hal-hal yang berbeda sifatnya itu jadi nggak bisa di generalkan kalau ngomong
pengalaman yaa yang satu ini kami dilayani dengan baik dan hasilnyapun sesuai dengan yang kami
harapkan dan itu sesuai dengan ketentuan hukum menurut kami, yang satu ini kok menjadi offside
ke substansi gitu yang satunya ini kok lemot padahal ini ‘barang’ ini sudah mau digusur.”
P: “Kalau sekarang sudah selesai? ”
N3: “Kalau sekarang itu sudah selesai, kasusnya pun sudah selesai sebenernya.”
P: “Enggak maksudnya tindak lanjut dari Ombudsman.”
N: “Kalau tindak lanjut satu kasus belum di eksekusi, nggak ada apa-apa. Ya memang sebatas itu
kewenangannya Ombudsman. Kami paham itu nggak bisa ngapa-ngapain, dia hanya beri
himbauan menuntut kepala desa untuk segera mengangkat perangkat desanya, ya gak diangkat
sampai sekarang udah 1 tahun lebih, yaa memang gak bisa apa-apa. Trus Ombudsman mau apa
kalau kami lapor ke Ombudsman lagi saya tau Ombudsman gak mungkin bisa apa-apa ya sebatas
ini kewenangannya gitu.”
P: “Cuman mediasi aja gitu?.”
N: “Satu kasus dulu dimediasi yang ini (penggusuran) dia nggak mediasi cukup buat himbauan aja
karena percuma juga.”
P: “Baik kemudian, apakah ada hambatan saat melapor ke Ombudsman?.”
N: “Saya pikir secara teknis tidak ada ”
P: “Kemudian yang Mas Sahura harapkan ini ke depannya untuk Ombudsman seperti apa? ”
N: “Saya pikir satu ya, Ombudsman itu harus responsif karena ini lembaga yang ompong menurut
kami tapi ini cukup dijadikan oleh masyarakat itu sebagai legitimasi bahwa tindakan dia itu bener
misalkan atau dalam tatanan lain tindakan yang dilakukan pejabat itu salah apalagi kasus yang
mau masuk ke peradilan itukan kejar-kejaran waktu, jadi oh ini bisa dijadikan salah satu bukti dan
sebagaina. Jadi harus responsif, saya pikir harus cepet segera turun investigasi segera ada
kesimpulan yak arena sebatas itu kewenangannya.”
P: “Berarti harus memperbaiki standart pelayanannya ya.”
N: “Iya harus cepetlah intinya harus cepet tetep.”
P: “Karena memang setau saya itu setiap tahun ada laporan sekitar 400 lebih orang yang melapor.”
N: “Iya, namun bagaimanapun juga kalau dia kekurangan personil ya harus selesaikan. Harus
diselesaikan bahwa artinya gini kesadaran masyarakat untuk menggunakan lembaga negara itu
semakin tinggi maka itu semakin bagus gitu. Artinya dengan demikian orang tidak akan main
hakim sendiri, tidak akan menyelesaikan itu (kasus) diluar jalur hukum itu digunakan dengan
kesadaran masyarakat yang mulai tumbuh itu harus disambut baik oleh Ombudsman dalam hal itu.
Disambut baik dalam artiya kalau mereka tidak cukup jumlahnya personilnya kekurangan yam
mau gak mau ya ambil (rekrut) lagi gitu nggak mungkin membatasi pelapor kan gitu artinya
harapan ombudsaman cepet itu ya harus, karena kalau sudah terlambat nggak ada yang mau dan
nggak ada gunanya. Kasus sudah selesai sudah dieksekusi dia baru mengeluarkan surat ya untuk
apa gitu ya walaupun kadang-kadang suratnya juga nggak dipake nggak dipertimbangkan, tapi
tetep saya pikir kecepatan (yang harus diperbaiki). Kami tiap tahun juga meningkat melayani kasus
kami. Terakhir 590an sekian gitu per tahun, ketika kami merasa oh kami nggak cukup mampu ya
kami rekrut orang. Jangan kemudian dengan alasan wah di kami ada 400 (laporan) nih sementara
personil misalkan nggak sampai 10 orang ini gimana mau menginvestigasi, ya harus diperbaiki.
Tidak boleh dengan alasan itu layanan terhadap masyarakat tertunda, karena ada hal yang sifatnya
sangat penting misalkan kalian mau (urus) beasiswa mengurus KTP, nggak cepet diurus sama
Dispendukcapil juga nggak dikeluarkan keterangan apapun sementara ngajuin beasiswa ada
deadline waktunya, lapor dulu ke Ombudsman menunggu 15 hari proses tanggal selesai terus
keluar rekomedasi terus bisa apa? Udah ilang nggak dapat beasiswa.”
P: “Baik terimakasih Mas Sahura atas waktunya”

NARASUMBER 2
150
Nama: Mbak Lusi
Jabatan: Mahasiswa
Tanggal Wawancara: 23 Januari 2020
Keterangan: Pengguna Layanan Ombudsmamn
(P) Penulis (N) Narasumber

P: “Mbak tau nggak jumlah pegawai Ombudsman itu berapa?”


N2: “7-10 sih aku taunya tapi kayaknya 10 sih ya”
P: “Nah itu gimana pandangannya Mbak sendiri terhadap jumlah pegawai Ombudsman?”
N2: “Sebenernya gini yaa.. ehmm ngomongin soal Ombudsman itukan berarti kan harus kayak
ngomongin soal kesejarahan dan maksudnya kebijakan dan lain sebagainya gitukan. Aku kurang
tau soal (kebijakan dan sejarahnya) itu. Tapi sepengetahuanku Ombudsman itu diadakan untuk
menjadi aurokritik daripada pemerintah daeippada eksekutif di zaman orde baru sebenernya gitu
kan. Nah aku nggak tau siapa yang menginisiasi sebenernya. Tapi ini sebagai burgening power
bagi rakyatunruk mengetahuo bahwasannya ada peosedural ada tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh pemerintah itu tidak sesuai dengan aturan-aturan gitu kan. Nah yang aku tau kayak gitu. Nah
soal 10 orang ini aku nggak tau apakah 1 orang itu dibidang apa atau apa aku nggak tau gitu. Tapi
10 orang ini aku juga nggak tau apakah dia diambil... sebenernya dia diambil berdasarkan apa gitu.
Direkrut berdasarkan apa gitu dan apakah dimungkinkan 10 orang ini cukup gitu. Pasti ada
tindakan-tindakan lain gitu kan maksudnya tindakan preventifnya si Ombudsman sendiri untuk
mengatasi kekurangan sdm ini gitu. Nah kalau menururku sendiri ee secara umum aja ngomongin
administratif itu ngomongin soal “printilan-printilan” kecil yang sebenernya gak penting yg
menghambat proses birokrasi tapi dia itu penting karena untuk pwngarsipan gitukan. Nah itu tu
harus... aku sendiri pandanganku gak tau kalau misalnya 10 orang ini bisa diberdayakan secara
maksimal bisa jadi mungkin memang dia emm bisa 10 orang ini aja itu cukup gitu. Maksudnya
kuantitas ini itu nggak akan berpengaruh terhadap effort mereka bekerja gitu kalau di
maksimalkan. Tapi aku juga gak tau pemaksimalannya seerti apa gitu. Tapi kalau misalnya
memang tidak bisa berarti mungkin mereka harus terbuka untuk merekrut orang baru lagi gitu.
Tapi masalahnya di aturannya juga 10 doang gitu. Nah masalahnya aku juga nggak tau di aturannya
itu naskah akademiknya dan bagaimana dia menyusun hingga akhirnya menjadi 10 orang itu
seperti apa.”
P: “Jadi gimana menurut mbak Lusi sudah cukup atau belum?
N2: “Enggak. Apa pendapatku tadi belum menjawab ya?”
P: “Masih menggantung sih.”
N2: “Kalau memang itu dinilai sudah maksimal yaudah berarti cukup tapi kalau misalnya enggak
ya mereka harua open minded sadar diri gutu bahwasannya mereka tidak cukup mampu 10 orang
itu untuk mengatasi persoalan di Jawa Timur kayak gitu sih.”
P: “Baik. Ini sekedar informasi saja waktu wawancara kemarin, pegawai Ombudsman jumlahnya
saat ini 15 orang. Nah Mbak Lusi sendiri tau nggak proses melapor ke Ombudsman itu gimana?”
N2: ”Aku kurang tau detailnya ya tapi yang setauku proses melapornya itu dia kayak bikin surat
yakan. Jadi surat itu nanti lampirannya itu lampiran ada bukti.. kan dia ngelaporin soal misalnya
dia mau ngelaporin soal malprakrik kah, penyalahgunaan kewenangan diantara itu yang mau
dilaporin yang mana gitu. Nah kalau kemarin aku itu penyalahgunaan kewenangan. Jadi memang
ngelaporinnya kita bikin surat atas nama warga kayak paguyuban gitu ditandatangani oleh ketua
paguyubannya terus kita kasih bukti bahwasannya mana yang salah kayak gitu terus dikirim
langsung ke Ombudsman.”
P: “Oke sejauh ini dampak dan manfaat apa yang Mbak Lusi terima dari Ombudsman?”
N2: “Nggak ada. Nggak ada sama sekali. Kalian tau kan kalau Ombudsman itu harus mengirimkan
surat maksimal 2 minggu (14 hari) itu kan.”
P: “Iyaa tauu 14 hari.”
N2: ”Masalahnya adalah dia menolak untuk mengirimkan surat sebelum 2 minggu dan dia telfon
tapi by telfon ngomongnya kalau kita nggak bisa kirim surat pada saat itu. Aku alasannya kurang
cukup jelas karena pertama... jadi gini dia (Ombudsman) nggak ada kabar seminggu pertama kita
telfon terus sampai 2 minggu karena kita tau kayak gimana kan.. tapi itu warga udah mau siap
digusur sebenernya tapi kita tetep cari bala bantuan kemanapun gitu kan. Aku telfon terus sampai
dia angkat terus dia bilang kalau itu bukan kewenangannya dia. Terus dia lepas tangan gitu dia gak
151
bisa apa-apa.”
P: “Apakah Mbak Lusi puas telah melapor ke Ombudsman?”
N2: “Jelas tidak lah karena nggak ada transparansi sama sekali gitu.”
P: “Kemudian bagaimana tanggapan terhadap kantor Ombudsman?”
N2: “Maaf kayak kumuh gitu gak sih kayak gak ada kehidupan di dalamnya.”
P: “Iya memang sepi. Mbak Lusi berapa lama mendapatkan respon dari Ombudsman terkait
laporan penggusuran tadi?”
N2: “Penggusuran itu kita hampir 1 minggu lebih sekitar 10 hari. Dia hanya bilang kalau kasus ini
bukan kewenangannya jadi bilang langsung aja ke camatnya gitu. Dia bilangnya kayak gitu doang.
Seingetku yaa ini tahun 2016 sih jadi agak lupa.”
P: “Baik. Kendala atau hambatan apa saat melapor ke Ombudsman?”
N2: “Pertama, kita kebingungan saat itu gimana cara melapornya. Karena kita pikir Ombudsman
ini boleh dijadikan suatu alternatif gitukan. Alternatuf penyelesaian permasalah kita itukan. Terus
kita agak bingung dan kita harus baca undang-undangnya terlebih dahulu untuk akhirnya paham
gimana Ombudsman”
P: “Iya karena ada wewenangnya sendiri.”
N2: “Harapan untuk Ombudsman ini?”
P: “Harapanku Ombudsman bubar aja”
N2: “Baik terimakasih Mbak Lusi atas waktunya”
152

Lampiran 3

DOKUMENTASI
153
154
155
156
157
158

Gambar 1. Wawancara dengan Kepala Perwakilan Ombudsman Jawa Timur


159
(Bapak Agus Widiyarta)

Gambar 2. Wawancara dengan Kepala Keasistenan Pencegahan


(Bapak Muflihul Hadi)
160

Gambar 3. Wawancara dengan Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH)


(Mas Sahura)

RIWAYAT HIDUP
Dea Hestia Anggraini, anak tunggal dari pasangan bapak Rinaldi Sutopo dan ibu Ismiyatun. Lahir
pada tanggal 24 Desember 1998 di Surabaya, Jawa Timur dengan jenis kelamin perempuan. Saat
ini penulis tinggal di Jl. Gunung Anyar Tambak Kav C / 36 A, Surabaya dengan status belum
menikah. Beragama Islam, Kewarganegaraan Indonesia dan suku bangsa Jawa. Pendidikan formal
yang ditempuh: SDN Putat Gede II/95 urabaya (tahun 2004-2010), SMP Negeri 23 (tahun 2010-
2013), serta Universitas Hang Tuah Surabaya (tahun 2016-2020). Alamat E-mail:
deahestiaanggraini@gmail.com atau deahestia.fisip16@hangtuah.ac.id
Dengan ketekunan, do’a, dan motivai tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah berhasil
menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan tugas akhir ini mampu
memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas terselesaikannya skripsi
yang berjudul “Efektivitas Kinerja Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi
Jawa Timur Sebagai Pengawas Pelayanan Publik”.

Anda mungkin juga menyukai