Anda di halaman 1dari 7

A.

Data dan Analisis


1. Bagaimana peranan Ombudsman RI Perwakilan Jawa Timur dalam melakukan
pengawasan dan menindaklajuti pengaduan publik untuk mencapai
pemerintahan yang baik (Good Goverment)?

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur adalah lembaga


pengawas penyelenggaraan pelayanan publik yang memiliki fungsi sebagai lembaga
pengawasan masyarakat terhadap laporan atau pengaduan maladministrasi khususnya
di Provinsi Jawa Timur. Dalam melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pelayanan publik di Jawa Timur maka Ombudsman Republik IndonesiaPerwakilan
Jawa Timur bekerja berlandaskan pada Undang-Undang yang berlaku yaitu Undang-
Undang No. 37 Tahun 2008. Berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2008
Ombudsman merupakan salah satu unsur dalam sistem pengawasan di Indonesia
yakni unsur pengawasan masyarakat. Pengawasan masyarakat adalah salah satu
bentuk pengawasan yang bersifat eksternal yang dilakukan oleh masyarakat secara
langsung atau oleh organisasi masyarakat.

Dalam sistem pengawasan Ombudsman, tentunya partisipasi masyarakat


adalah kunci penting dalam pelaksanaannya. Hal ini menjadi penting karena
masyarakat memegang peranan utama dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan
publik. Penyelenggara pelayanan publik menerima mandat dari masyarakat untuk
menjamin bahwa kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut dapat terpenuhi. Dengan
adanya Ombudsman ini, perwujudan negara demokrasi dapat dilihat dengan jelas
bahwa masyarakat tidak hanya dilibatkan dalam pemilihan umum saja tetapi
masyarakat juga memegang peranan penting untuk melakukan pengawasan terhadap
kinerja birokrat-birokrat yang telah dipilihnya.

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu fungsi negara dalam


rangka menciptakan kesejahteraan rakyat. Pelayanan publik yang berkualitas
merupakan hak setiap warga negara. Pemerintah wajib melindungi hak setiap warga
negaranya dan memastikan bahwa mereka telah mendapatkan pelayanan publik
dengan baik. Untuk bisa melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka
organisasi atau pemerintah harus lebih profesional, aspiratif, dan memiliki
responsivitas yang tinggi terhadap tuntutan masyarakat agar masyarakat merasa puas
terhadap pelayanan yang diterimanya.

Dalam rangka menegakkan pemerintahan yang baik dan upaya meningkatkan


pelayanan publik kepada masyarakat, maka diperlukan keberadaan lembaga pengawas
yang secara efektif mampu mengontrol penyelenggaraan tugas aparatur publik.
lembaga pengawas eksternal agar mekanisme pengawasan pemerintahan bisa
diperkuat dan berjalan lebih efektif untuk mewujudkan birokrasi yang bersih,
transparan dan responsif terhadap kebutuhan public. Hal ini tertulis dalam Undang-
Undang No. 37 Tahun 2008 yang disampaikan oleh Bapak Ahmad Hariyanto bahwa:

“Jadi sesuai UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik


Indonesia tugas Ombudsman adalah sebagai lembaga pengawas pelayanan
publik. Nah ruang lingkupnya ada dua yang pertama adalah pencegahan,
yang kedua adalah program penyelesaian laporan. Jadi pengawasan itu
dibedah jadi dua yang kesatu pencegahan dan kedua penyelesaian laporan.”

Pernyataan informan ini di dukung oleh pernyataan informan lain yaitu Bapak
Hadi menyatakan bahwa:

“Ruang lingkupnya ada 2 kita ada namanya Bidang Pencegahan dan


Bidang Pemeriksaan Laporan. Bidang Pencegahan kita bagi ada 4, satu
namanya Tim PVL, Tim Substansi ada 3 (Tim 1, Tim 2, Tim 3). Saya
mengepalai Tim 2. Tim satu nya Mbak Vice sama yang satunya Pak Udin.
Terus untuk Tim Pencegahan itu ada banyak (fokus) sebetulnya, cuman saya
nggak membagi itu karena orangnya gak ada. Cuman 3-4 orang ya wes semua
mengerjakan semua.”

Dalam proses penerimaan laporan Ombudsman Perwakilan Jawa Timur


berdasarkan Peraturan Ombudsman Republik Indonesia No. 26 Tahun 2017 Pasal 2
bahwa Asisten Pemeriksaan dan Verifikasi Laporan menerima laporan yang
disampaikan dengan cara datang langsung, surat dan/atau surat elektronik, telepon,
email, media sosial, dan media lainnya yang ditujukan langsung kepada Ombudsman.
Penerimaan laporan yang dilakukan dengan cara datang langsung maka pelapor wajib
mengisi data formulir penyerahan laporan dan memberikan tanda terima laporan.
Kemudian laporan tersebut akan diserahkan ke asisten PVL untuk dilakukan verifikasi
syarat formil dan materiil. Pada tahap penerimaan dan verifikasi laporan berperan
dalam menentukan status laporan, lengkap dan tidak lengkapnya syarat formil dan
materiil. Berikut ini adalah syarat formil yang meliputi:

1. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan, pekerjaan dan
alamat lengkap pelapor serta dilengkapi dengan fotokopi identitas.
2. Surat kuasa apabila laporan dikuasakan kepada pihak lain.
3. Memuat uraian peristiwa, tindakan, atau keputusan yang dilaporkan secara
rinci.
4. Sudah menyampaikan laporan secara langsung kepada pihak terlapor atau
atasannya tetapi laporan tersebut tidak mendapat penyelesaian
sebagaimana mestinya.
5. Peristiwa, tindakan, atau keputusan yang dilaporkan belum lewat 2 tahun
sejak peristiwa, tindakan, atau keputusan yang bersangkutan terjadi.

Kemudian dilanjutkan syarat materiil sebagai berikut:

a. Substansi laporan tidak sedang dan telah mejadi objek Pemeriksaan


Pengadilan, kecuali laporan tersebut menyangkut tindakan
maladministrasi dalam proses Pemeriksaan di Pengadilan.
b. Laporan tidak sedang dalam proses penyelesaian oleh instansi yang
dilaporkan dan menurut Ombudsman, proses penyelesaiannya masih
dalam tenggang waktu yang patut.
c. Pelapor belum memperoleh penyelesaian dari instansi yang dilaporkan.
d. Substansi yang dilaporkan sesuai dengan ruang lingkup kewenangan
Ombudsman.
e. Substansi yang dilaporkan sedang dan/atau telah ditindaklanjuti oleh
Ombudsman.

Setelah melakukan verifikasi laporan, kemudian Ombudsman melakukan


pemeriksaan laporan. Pada tahap ini tim pemeriksaan laporan bertugas dalam
melakukan pemeriksaan substansi untuk menyelesaikan laporan sesuai dugaan
maladministrasi. Ketika laporan tersebut merupakan wewenang ombdusman maka
laporan tersebut akan diterima. Jika sudah diverifikasi dan merupakan bukan
kewenangan Ombudsman maka laporan tersebut akan ditolak dan dianggap selesai
dengan dikeluarkannya BAP (Berita Acara Penutupan). Jika laporan tersebut diterima
maka setelah diverifikasi oleh asisten PVL akan diterukan ke Pemeriksaan Laporan
sesuai substansinya yang terdiri dari 3 Tim untuk ditindaklanjuti.

Dalam pemeriksaan laporan Ombudsman melakukan pembagian tugas dengan


dibentuknya tim berdasarkan substansi. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Ahmad
Hariyanto bahwa:

“Nah kemudian pemeriksaan laporan dibagi lagi ada spesifikasi


kasus, ada tim. Kita bagi menjadi 3 tim. Tim 1 berhubungan dengan urusan
Hukum, Pemerintahan, Pertanahan. Tim 2 berhubungan dengan pendidikan,
kesehatan seperti itu.”

Setelah dilakukan pemeriksaan laporan ombdudsman akan memberikan tindak


lanjut yang dapat berupa:

1. Klarifikasi, klarifikasi dapat dilakukan dengan cara lisan maupun tertulis.


Klarifikasi bertujuan untuk memberi hak jawab kepada terlapor tentang benar
atau tidaknya atas laporan yang ada.
2. Klarifikasi lanjutan, klarifikasi ini dilakukan ketika pejabat publik tidak
kooperatif dalam memberikan jawaban atau tanggapan.
3. Setelah rangkaian proses tersebut, maka keluarlah hasil akhir Ombudsman
yang dapat berupa kesimpulan LAHP (Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan),
Rekomendasi (yang dikeluarkan oleh Ombudsman Pusat), dan BAP (Berita
Acara Penutupan).

Namun jiika dalam pelaksanaannya tidak ditindaklanjuti oleh telapor maka


laporan akan diserahkan kepada Unit Monitoring atau Laporan untuk diambil langkah
penyelesaian. Laporan telah dinyatakan selesai ketika:

a. Telah memperoleh penyelesaian dari terlapor


b. Tidak ditemukan maladministrasi
c. Laporan dalam proses penyelesaian oleh instansi dalam tenggang waktu yang
patut
d. Ombudsman tidak berwenang melanjutkan pemeriksaan
e. Substansi yang dilaporkan ternyata bukan wewenang Ombudsman
f. Substansi telah atau sedang menjadi objek pemeriksaan di Pengadilan
g. Telah mencapai kesepakatan dalam Konsiliasi dan/atau mediasi: atau
h. Telah diterbitkan rekomendasi

Pada tahap resolusi dan monitoring tim asisten bertugas untuk melanjutkan
proses penanganan kepada tahap rekomendasi, ajudikasi dan kemungkinan mediasi.
Pemantauan (monitoring) pelaksanaan rekomendasi ini dilaksanakan dalam rentang
waktu enam puluh hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya. Apabila dalam
waktu 60 hari kerja tersebut dan rekomendasi tidak dilaksanakan maka Ombudsman
berhak meyampaikan rekomendasi penjatuhan sanksi kepada pejabat dua tingkat di
atas terlapor atau pejabat yang dapat menjatuhkan sanksi administratif. Jika sanksi
tersebut masih tidak dilaksanakan juga, maka Ombudsman dapat menyampaikan
laporan kepada DPR dan Presiden atau DPRD dan Kepala Daerah. Ombusman
memiliki hak untuk mempublikasikan terlapor dan/atau atasan terlapor yang tidak
melaksanakan sebagian rekomendasi tanpa alasan yang patut oleh Ombudsman.

Berdasarkan hasil wawancara saya, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup


Ombudsman Provinsi Jawa Timur telah sesuai dengan Undang-Undang No. 37 Tahun
2008 dan terlaksana dengan efektif.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan hasil analisa kegiatan yang dilakukan
Ombudsman Perwakilan Jawa Timur telah terlaksana dengan efektif dan sudah sesuai
dengan Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik
Indonesia.

Salah satu pengukuran adaptasi dari suatu organisasi adalah kebermanfaatan


organisasi bagi masyarakat. Dalam hal ini adalah Ombudsman Perwakilan Jawa
Timur bermanfaat bagi masyarakat Jawa Timur. Ombudsman dalam melakukan
pengawasan pelayanan publik bahwa penerima manfaat atas satu laporan pengaduan
yang telah diselesaikan dapat memberikan manfaat bagi banyak orang. Seperti yang
disampaikan oleh Bapak Hadi sebagai berikut:

“Ya kalau penerima manfaat bisa lebih, 1 laporan itu penerima


manfaatnya bisa 10-20. Kayak jalan tol Mas Fatih yang menangani itu
penerima manfaatnya bisa ratusan orang bahwa laporannya satu tapi kan
mewakili (daerahnya).”
Berbanding terbalik dengan pernyataan informan di atas, informan lain
menyatakan bahwa Ombudsman Perwakilan Jawa Timur belum memberikan manfaat
terkait kasus penggusuran yang dilaporkan pada tahun 2016. Seperti yang
disampaikan oleh Alda bahwa:

“Nggak ada (manfaat). Nggak ada sama sekali.”

Hal ini dirasakan oleh informan karena Ombudsman dalam memberikan surat
balasan terlalu lama yaitu maksimal selama 14 hari. Sedangkan kasus penggusuran
bersifat urgensi, sehingga selama 14 hari informan belum mendapatkan surat balasan
dari Ombudsman. Seperti yang disampaikan oleh Alda sebagai masyarakat bahwa:

“Masalahnya adalah dia menolak untuk mengirimkan surat sebelum 2


minggu dan dia telfon tapi by telfon ngomongnya kalau kita (Ombudsman)
nggak bisa kirim surat pada saat itu. Aku alasannya kurang cukup jelas
karena pertama... jadi gini dia (Ombudsman) nggak ada kabar seminggu
pertama kita telfon terus sampai 2 minggu karena kita tau kayak gimana kan..
tapi itu warga udah mau siap digusur sebenarnya tapi kita tetap cari bala
bantuan kemanapun gitu kan. Aku telfon terus sampai dia angkat terus dia
bilang kalau itu bukan kewenangannya dia.”

Pendapat informan lain menyatakan bahwa Ombudsman hanya memberikan


sebatas pengaruh. Seperti yang disampaikan oleh Mas Sahrul sebagai masyarakat
bahwa:

“Cuman ada sebatas pengaruh ketika kita mengatakan Ombudsman


sudah melakukan investigasi itu dalam satu kasus kami. Itu surat Ombudsman
kami jadikan salah satu alat bukti di pengadilan dan saya pikir memang
bukan hanya satu-satunya surat ini yang mempengaruhi sehingga gugatan
kami disetujui PTUN waktu itu. Cuman setidaknya kami punya daya tawar
bahwa ini kami ada rekomendasi dari Ombudsman. Cuman dalam tatanan
eksekusi nggak di eksekusi juga.”

Berdasarkan hasil wawancara saya, dapat disimpulkan bahwa kebermanfaatan


Ombudsman Provinsi Jawa Timur masih kurang dapat dirasakan oleh masyarakat. Hal
ini menunjukkan bahwa hasil analisa kebermanfaatan Ombudsman Perwakilan Jawa
Timur belum efektif. Hal ini dilihat dari hasil wawancara masyarakat yang belum
memperoleh manfaat dari keberadaan Ombudsman. Hal ini terjadi karena laporan
yang diadukan oleh masyarakat belum kunjung selesai ditangani Ombudsman. Hal ini
berpengaruh dalam kinerja Ombudsman sebagai pengawas pelayanan publik yang
menyebabkan pada akhirnya laporan yang belum selesai akan diselesaikan pada tahun
berikutnya. Selain itu keterlambatan respon dari Ombudsman yang juga merupakan
faktor penyebab masyarakat merasa Ombudsman belum memberikan manfaat atas
laporan yang diadukan. Sehingga dari hasil wawancara menunjukkan bahwa
masyarakat belum mendapatkan manfaat dari keberadaan Ombudsman yang
disebabkan oleh laporan belum diselesaikan dan keterlambatan respon Ombudsman.

Anda mungkin juga menyukai