Pada intinya bahwa setiap orang di Belanda dapat menyampaikan keluhan tentang kinerja
Pemerintah kepada Ombudsman Nasional (Nationale Ombudsman) dan Unit Pengelola
Pengaduan Internal di setiap instansi Pemerintah.
Ombudsman Nasional Belanda (DNO) berada di Den Haaq, yang terdiri dari satu
orang Ombudsman dan dua Deputi dengan 170 staf. Sejak april 2015, DNO diketuai
oleh Reinier van Zutphen, dan dibantu oleh para deputi: Joyce Sylvester, Substitute
Ombudsman, dan Margrite Kalverboer sebagai Child Ombudsman.
a. Pendekatan
1) Pada awalnya pengelolaan pengaduan di Ombudsman Nasional dilakukan
dengan pendekatan secara formal sebagaimana diatur dalam sebagaimana
tercantum di dalam UU National Ombudsman Act, yakni atas pengaduan
masyarakat. Melalui pendekatan formal, Ssetelah menerima laporan
pengaduan dari masyarakat, Ombudsman mengirimkan surat formal kepada
pengadu, kemudian dilakukan pertemuan formal untuk mendengarkan kedua
belah pihak, bila diperlukan dilanjutkan dengan investigasi. Selanjutnya dibuat
Laporan.
Hal ini mengakibatkan penyelesaian pengaduan memakan waktu yang lama,
tidak memenuhi harapan masyarakat yang ingin memperoleh penyelesaian
secara cepat.
2) Sejak tahun 2015, DNO mulai menerapkan metode pengelolaan yang baru
yakni dengan menerapkan metode formal dan informal. Pendekatan informal
digunakan karena pimpinan DNO lebih mengutamakan penyelesaian masalah
daripada pendekatan formal.
Pendekatan informal dilakukan dengan cara mengedepankan komunikasi
dengan Pelapor dan Terlapor (komunikasi lebih banyak menggunakan telepon
dan email) dengan menanyakan apa harapan pelapor dan bagaimana terlapor
dapat menyelesaikan laporan tersebut. Bila dalam tahap ini telah terjadi
kesepakatan, maka laporan dianggap selesai dan Ombudsman mengirim surat
kepada pelapor kesepakatan yang telah dicapai.
Pada Tahun 2016 menerima pengaduan sebanyak 35.000 dan 25.000
diantaranya disampaikan melalui telepon.
b. Metode Penyelesaian laporan
Sebagai langkah awal pengelolaan, pengaduan diterima oleh tim penerima
pengaduan yang berada di Ombudsman Plats (Ombudsman Square), baik
pengaduan melalui telepon atau datang langsung, sedangkan yang melalui surat
diterima oleh tim fasilitasi registrasi. Pengaduan melalui surat seluruhnya dipindai
dan dikirimkan kepada tim penerima pengduan melalui email. seluruh pengaduan
memperoleh nomor registrasi tunggal (single registration number). Jika
pengaduan bukan permasalahan terkait pemerintahan maka tidak akan
dilanjutkan untuk ditangani, namun tetap diregistrasi dan diarahkan untuk
mengadu ke tempat lain, kemudian ditutup. Untuk pengaduan online terdapat
formulir pengaduan online.
Selain daripada itu dDalam menyelesaikan pengaduan Ombudsman Nasional
menggunakan 2 (dua) metode/pendekatan, yaitu menggunakan metode intervensi
(intervention) dan metode investigasi.
1) Metode intervensi
mMerupakan bentuk penyelesaian pengaduan informal yang digunakan
Ombudsman Nasional pada hampir seluruh laporan pengaduan yang diterima.
Metode ini digunakan atas laporan pengaduan yang tidak kompleks dan
pengaduan sudah dapat dipastikan dapat diselesaikan secara cepat oleh
instansi yang dikeluhkan. Metode intervensi dilakukan dengan cara
menghubungi nara hubung (contact person) di instansi melalui telepon atau
surat elektronik sehingga mempercepat waktu penyelesaian laporan. Metode
ini mereka anggap lebih informal, efektif dan lerbih cepat menyelesaikan
masalah karena fockus pada solusi, apa yang dapat dilakukan berdasarkan
pembicaraan dengan nara hubung di instansi Terlapor.
Hasil dari pendekatan intervensi yaitu, penyelesaian masalah banyak
diselesaikan secara informal melalui telepon kepada nara hubung, membantu
pemerintah dalam upaya memperbaiki diri dengan menyampaikan secara
langsung permasalahan layanan yang selama ini tidak mereka lihat dan
mendekatkan Ombudsman Nasional dengan masyarakat.
Ombudsman mempunya sekitar 1000 nara hubung yang tersebar di seluruh
instansi di Belanda dan 2 kali dalam setahun mereka dikumpulkan oleh
Ombudsman dalam suatu rapat koordinasi untuk membicarakan permasalahan
dalam melakukan intervensi, atau terkait isu strategis dan terkini lainnya.
2) Metode investigasi
adalah Investigasi dilakukan atas laporan yang diterima. Penyelesaian laporan
setelah dilakukan investigasi, adalah metode dengan cara bersurat dalam
penyelesaian laporan yang pada akhirnya menghasilkan laporan tertulis
dan/atau rekomendasi.
Sebelum melakukan investigasi biasanya dilakukan gelar kasus terlebih
dahulu, yang mana setiap investigator yang mengusulkan investigasi harus
menjabarkan rencana investigasinya di depan Ombudsman, manajer, senior
investigasi dan tim komunikasi. Kemudian seringkali rencana investigasi itu
kemudian disampaikan kepada publik melalui media/rilis.
Metode ini lebih formal dan lebih melihat latar belakang permasalahannya.
Metode ini dipilih pada saat cara informal/intervensi tidak berhasil atau sejak
awal memang dipilih untuk menyelesaikan pengaduan.
selama tahun 2016 sd 2017 Ombudsman Nasional dari 35.000 pengaduan
yang diterima hanya 200 pengaduan yang diselesaikan dengan cara
investigasi. Metode ini dipilih pada saat cara informal/intervensi tidak berhasil
atau sejak awal memang dipilih untuk menyelesaikan pengaduan.
Sebelum melakukan investigasi biasanya dilakukan gelar kasus terlebih
dahulu, yang mana setiap investigator yang mengusulkan investigasi harus
menjabarkan rencana investigasinya di depan Ombudsman, manajer, senior
investigasi dan tim komunikasi. Kemudian seringkali rencana investigasi itu
kemudian disampaikan kepada publik melalui media/rilisDalam melakukan
investigasi, DNO juga melakukan hal berikut:.
a) Metode Investigasi Inisiatif adalah metode formal untuk kasus-kasus
berulang dan/atau berdampak luas.
b) Ombudsman Nasional juga mengenal metode In Take atau mengelola
harapan Pelapor (manage complainant expectation), yaitu memanggil
Pelapor ke kantor Ombudsman, khususnya bagi Pelapor yang memiliki
harapan terlalu besar kepada Ombudsman atau Pelapor yang
menyampaikan pengaduannya secara berbelit-belit. Hal ini dilakukan untuk
memperjelas harapan/keinginan Pelapor dan menyampaikan batas-batas
kewenangan Ombudsman, sehingga dapat ditemukan prakiraan solusi yang
akan diberikan oleh Ombudsman.
c. Jumlah laporan pengaduan
Pada Tahun 2016 menerima pengaduan sebanyak 35.000 dan 25.000
diantaranya disampaikan melalui telepon. Dari jumlah pengaduan yang diterima
tersebut, hanya 200 pengaduan yang diselesaikan dengan cara investigasi.
d. Nara hubung
DNO (Ombudsman)Ombudsman mempunyailiki sekitar 1000 nara hubung yang
tersebar di seluruh instansi di Belanda.
Nara hubung tersebut merupakan penghubung Ombudsman pada masing-masing
instansi. Bila ada laporan terkait instansi tersebut yang disampaikan kepada DNO,
investigator DNO akan menghubungi nara hubung di instansi tersebut untuk
menanyakan laporan tersebut dan tindak lanjut yang dilakukan.
dan 2 kali dalam setahun mereka dikumpulkan oleh OmbudsmanDNO
mengumpulkan para nara hubung 2 kali setahun dalam suatu rapat koordinasi
untuk membicarakan permasalahan dalam melakukan intervensi, atau terkait isu
strategis dan terkini lainnya.
Sebagai langkah awal pengelolaan, pengaduan diterima oleh tim penerima pengaduan
yang berada di Ombudsman Plats (Ombudsman Square), baik pengaduan melalui
telepon atau datang langsung, sedangkan yang melalui surat diterima oleh tim
fasilitasi registrasi. Pengaduan melalui surat seluruhnya dipindai dan dikirimkan
kepada tim penerima pengduan melalui email. seluruh pengaduan memperoleh nomor
registrasi tunggal (single registration number). Jika pengaduan bukan permasalahan
terkait pemerintahan maka tidak akan dilanjutkan untuk ditangani, namun tetap
diregistrasi dan diarahkan untuk mengadu ke tempat lain, kemudian ditutup. Untuk
pengaduan online terdapat formulir pengaduan online.
Sejak tahun 2014 pengelolaan pengaduan dilakukan oleh Solution Service dengan
motto “we will solve it”. Penyampaian pengaduan sebagian besar dilakukan melalui
internet dan telepon. Perubahan ini atas dasar hasil survei terhadap pelanggan
yang berpendapat bahwa meskipun tanggapan melalui surat sudah dikeluarkan
oleh kantor Employee and Insurance Agency, namun uang tetap belum dapat
dicairkan, selain itu pada tahun 2012 telah menerima teguran dari Ombudsman
Nasional.
b. National Police
Lembaga Kepolisian di Belanda terdiri atas satu kepolisan nasional dan
sepuluh kepolisian daerah, dengan kebijakan prosedur pengelolaan
pengaduan yang sama di setiap kantor. Semua hal terkait tugas kepolisian
bisa dikeluhkan kepada kantor kepolisian, kecuali terkait Code of Conduct
(kode etik) kepolisian. Pengaduan juga dapat disampaikan dengan cara
apapun, misalnya telepon, email, surat, datang langsung.
Keluhan yang sering disampaikan kepada kantor kepolisian adalah: perilaku
polisi, intimidasi oleh oknum polisi, perbuatan tidak benar (tidak sesuai
prosedur), pemberian informasi yang tidak benar dan lalu lintas.
Ombudsman Nasional selama tahun 2016 – 2017 menerima pengaduan
terkait Kepolisian sebanyak 1400 pengaduan, yang mana diselesaikan
dengan cara intervensi 75 pengaduan, investigasi 14 pengaduan dan 1311
diteruskan kepada kepolisian untuk diselesaikan.
Dalam menyelesaikan pengaduan Kepolisian Nasional menggunakan 2
tahapan, yaitu Tahapan pertama :
1. menghubungi Pelapor melalui telepon paling lama 5 hari setelah
pengaduan disampaikan
2. Penyelesaian secara informal, melalui telepon
3. Mediasi (berdasarkan kesepakan kedua belah pihak)
4. Memperoleh pertimbangan kepala tim pengelolaan pengaduan (point
of view head of tim)
5. Pengarsipan
Ketika berhadapan dengan komitmen dari pemimpin, maka perlu ada pendorong untuk
memulai, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a. Mulai dengan 1 (satu) atau 2 (dua) orang pemimpin yang tertarik dengan
digitalisasi;
b. Tunjukan kepada mereka kelebihan dan keuntungan menggunakan digitalisasi,
yaitu cepat dan dapat menemukan apapun dalam sistem dengan mudah.
c. Jadikan mereka menikmati menggunakan sistem tersebut, dan
d. Jadikan mereka pengguna kunci untuk menyebarkan kelebihan dan keuntungan
digitalisasi kepada pemimpin yang lain.
Seluruh proses memerlukan waktu yang tidak sebentar dan selalu belajar dari
kesalahan yang dibuat untuk perbaikan. Pastikan seluruh pekerjaan harus dilakukan
menggunakan sistem yang sudah dibangun, sehingga seluruh pegawai harus
menggunakan sistem tersebut tanpa terkecuali. Sistem database yang tidak terintegrasi
dengan pekerjaan sehari-hari (misalnya menyusun konsep surat) tidak akan mendorong
pegawai untuk menggunakan database tersebut.
Akan selalu ada penolakan dan resistensi dari pegawai, namun hal tersebut dapat
diatasi dengan cara memberikan atensi lebih kepada orang-orang tersebut mengenai
bagaimana cara menggunakan sistem, apa keuntungan menggunakan sistem dan
pendekatan lainnya.
Pelatihan pada saat awal sistem selesai dibangun akan dibutuhkan, dilanjutkan dengan
pemberian “Tips of The Week” untuk membantu pegawai memahami sistem atau
pendampingan bagi mereka yang mengalami kesulitan melakukan penyesuaian.
Business Intelegence
Business intelegence adalah sistem yang membantu organisasi untuk memperoleh data
statistik berkenaan dengan proses bisnis secara cepat dan akurat. Data statistik tersebut
akan sangat membantu organisasi untuk mengawasi kinerja pegawai, melihat jumlah
laporan pengaduan yang masuk dan diselesaikan, serta membantu organisasi untuk
memahami kekurangan untuk kemudian dilakukan perbaikan secara terus menerus.
Nationale Ombudsman menggunakan Oracle untuk business intelegence mereka
dengan alasan sistem tersebut mudah digunakan dan terdapat sangat banyak ahli yang
dapat menggunakannya dan memberikan jasa pembangunan dan perbaikan sistem.
Untuk menangani Pelapor sulit, Nationale Ombudsman telah memiliki 3 expert yang
telah terlatih dan berpengalaman yang memiliki kemampuan untuk mengupas inti dari
keluhan Pelapor. Perlu digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan Pelapor sulit
adalah berkaitan dengan tingkah lakunya, dan bukan orangnya. Ketika tim substansi
merasa kesulitan untuk menghadapi Pelapor karena tingkah lakunya yang sulit,
misalnya tujuan dari Laporan Pelapor adalah Melapor, dan bukan untuk mendapatkan
solusi, dengan kata lain Pelapor tersebut sama sekali tidak membuka Peluang untuk
bersama-sama mencari solusi atas permasalahannya, sehingga Pelapor cenderung
menyetir dan memaksakan kehendak agar Ombudsman bekerja sesuai dengan
keinginannya. Apabila hal tersebut terjadi, tim substansi akan mengatur jadwal
bertemu antara Pelapor dengan expert untuk ditangani perilakuknya, namun expert
sama sekali tidak dibebankan atau diberikan gambaran singkat terkait kasus atau
Laporan Pelapor. Penyelesaian Laporan Pelapor sepenuhnya merupakan tanggung
jawab dari tim substansi yang menangani.
Kunci utama dalam menghadapi Pelapor sulit pada dasarnya adalah terlebih dahulu
mengenali diri sendiri. Kita harus mengenali hal-hal yang dapat memicu emosi atau
ketidaknyamanan kita. Dengan demikian, kita dapat berhadapan dengan orang lain
secara profesional dan bertindak selayaknya manusia.
Biasakan untuk selalu jelas dan tegas kepada Pelapor. Konsisten dengan tindakan
kita. Lakukan apa yang kita katakan, dan katakana apa yang kita lakukan. Misalnya,
apabila kita menyampaikan pada Pelapor akan menghubungi esok hari pukul 10,
maka lakukan lah hal tersebut sebagaimana yang kita katakan. Apabila di hari dan
jam yang sama ada agenda lain sehingga kita harus menelepon sebelum atau
setelah waktu yang dijanjikan, sampaikan maaf dan jelaskan kepada Pelapor. Begitu
pula jika pada saat jam pulang kantor, ada Pelapor baru yang datang dan ingin
menyampaikan pengaduan. Sampaikan kepada Pelapor bahwa jam kantor telah
berakhir dan Pelapor dapat datang lagi keesokan harinya. Apabila Pelapor berdalih
bahwa Pelapor berasal dari tempat yang jauh, terima Pelapor dan beri batasan waktu
agar Pelapor dapat menyelesaikan pembicaraannya di waktu yang telah kita
tentukan.
Apabila Pelapor sulit diatasi dan cenderung tidak kooperatif, akhiri pembicaraan
dengan Pelapor secara tegas.Termasuk apabila Pelapor secara terus menerus
menunjukkan tingkah laku yang offensive dan apabila setiap penyelesaian tidak
membuahkan hasil apapun, berikan peringatan kepada Pelapor baik secara langsung
maupun secara tertulis.
Untuk menangani Pelapor sulit, Nationale Ombudsman telah melakukan beberapa
training terhadap para pegawainya terutama para pegawai yang berada di tahap
pertama (first line). Pelatihan tersebut meliputi pelatihan komunikasi khusus tidak
hanya dengan Pelapor, tetapi juga dengan instansi baik komunikasi melalui telepon,
tatap muka, mediasi dan lain sebagainya. Selain itu, untuk komunikasi dengan media
baik media massa maupun sosial media, para pegawai mengikuti training tersendiri.
Pelatihan-pelatihan tersebut dimaksudkan agar para pegawai memiliki kemampuan
untuk mengupas setiap cerita Pelapor menjadi inti masalah yang menjadi pokok
permasalahan dan solusi yang mungkin dapat dilakukan sesuai dengan kewenangan
institusi. Perlu dipahami bahwa kemampuan untuk menemukan fakta dan menggali
kepentingan Pelapor dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yang berbeda.
Untuk membuat laporan, Pegawai juga diberikan pelatihan khusus untuk menulis
agar para pegawai dapat menuangkan informasi yang didapat dari Pelapor dalam
bentuk tulisan menjadi laporan yang informative dan tidak bias atau menimbulkan
salah persepsi. Pelatihan menulis tersebut disesuaikan dengan keinginan dan
kebutuhan Ombudsman karena bisa jadi kebutuhan setiap institusi berbeda, apakah
laporan harus disusun dengan sangat formal yang memuat beberapa konten atau
cukup dituangkan secara singkat saja.
Untuk menghadapi Pelapor sulit, ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh
para insan Ombudsman, yakni:
a. Kesabaran yang ekstra
b. Kemampuan untuk mendengarkan secara penuh tanpa adanya prasangka
buruk kepada Pelapor
c. Kendalikan pembicaraan. Fokuskan pembicaraan pada kewenangan dan
alasan Pelapor datang ke Ombudsman. Jangan biarkan Pelapor untuk
mengendalikan pembicaraan
d. Selalu catat poin penting dari laporan Pelapor dan tegaskan kembali kepada
Pelapor untuk menghindari Pelapor berkelit di kemudian hari
e. Kendalikan harapan Pelapor
f. Selalu berhati-hati dalam pengadministrasian Laporan Pelapor dan berhati-
hati dalam membuat janji
g. Fokus pada solusi dan tujuan penyelesaian laporan
h. Bertindak tegas, jelas dan konsisten
i. Batasi kontak dengan Pelapor. Usahakan berkomunikasi dengan Pelapor
hanya melalui satu nomor kontak saja.
j.
Ada beberapa situasi dan kondisi ketika seorang menangani pelapor berperilaku
sulit sebagai berikut:
Kesulitan dalam menjelaskan permasalahan yang sesungguhnya karena
pelapor berperilaku sulit cenderung menginginkan permasalahannya
diselesaikan dengan jalan yang dia inginkan
Acting out : pelapor berperilaku sulit cenderung hanya berkutat pada
pengalaman subjektifnya dalam menghadapi permasalahan yang dilaporkan
Reaksi yang seringkali timbul adalah emosi dari petugas penerima laporan atau
menghindar dari pelapor dimana hal ini adalah reaksi yang wajar.
Content
Mekonstruksikan kembali pernyataan dari pelapor
Emotion
Memahami kondisi emosional pelaporkan dan menyatakan rasa empati
Intention
Menyatakan kembali niat, tujuan atau keinginan pelapor untuk mencapai solusi
1. Paraphrase
Teknik menyajikan kembali informasi yang sama yang telah dikatakan oleh pelapor
dengan kata-kata yang berbeda. Parafrase memungkinkan pelapor untuk fokus
pada isi dari apa yang dia katakan dan menyesuaikannya.
2. Summarize (Ringkaskan)
Mediator dengan tepat mengulangi beberapa sorotan utama dari diskusi klien.
Dengan menggabungkan elemen yang berbeda dari sesi klien, ringkasan dapat
membantu konselor meninjau keseluruhan kemajuan. Meringkas juga dapat
memungkinkan konselor dan klien mengenali tema dalam apa yang dikatakan
klien.
3. Clarify (Memperjelas)
Ketika seorang konselor meminta klarifikasi, mereka meminta klien untuk
menjelaskan elemen diskusi yang tidak jelas. Contoh pertanyaan yang
menjelaskan termasuk: Saya tidak yakin saya cukup mengerti; atau maksudmu
itu? Pertanyaan-pertanyaan ini memberi klien kesempatan untuk menguraikan dan
memungkinkan konselor kesempatan untuk memeriksa keakuratan pernyataan
klien.
4. Reflection (Renungan)
Merefleksikan mungkin adalah teknik mendengarkan yang paling penting. Ini
adalah teknik yang memberi ruang untuk interpretasi. Untuk merenungkan apa
yang klien katakan adalah untuk mengulang kembali pengaruh, atau perasaan, di
dalam pesan klien. Merefleksikan memberi klien kesempatan untuk mendengar
pemikirannya sendiri dengan cara yang berbeda dan membantu klien untuk
menyadari dan mengenali perasaannya. Mencerminkan juga membantu klien
merasa bahwa dia dipahami dan Anda telah memperhatikan apa yang dia katakan.
Mendengarkan secara aktif melibatkan benar-benar terlibat dalam pesan klien dan
mendengarkan lebih dari sekedar berbicara. Ini membantu seorang konselor untuk
memahami klien dan secara halus menantang klien untuk memperhatikan kata-
katanya sendiri dan mudah-mudahan mulai melakukan beberapa perubahan.
Kepentingan Mendasar
Meta Komunikasi
Di Belanda, dalam hal ini De Nationale Ombudsman menanggapi laporan dengan isu
sensitif adalah laporan yang selalu berulang seperti menyangkut jaminan sosial dan
pajak, jadi tidak serumit dengan laporan di ORI. Laporan di De Nationale Ombudsman
dengan isu sensitif biasanya juga melibatkan keluarga kerajaan dan perdana menteri
yang sebagian kasusnya hanya diketahui oleh beberapa orang yaitu tim khusus yang
dibentuk oleh De Nationale Ombudsman.
Menurut Prof. Dr. Adriaan Bedner, ada beberapa cara untuk menghadapi laporan
dengan isu sensitif yang berpotensi menjadi laporan sulit, yaitu:
a) Media Strategi, adalah perencanaan strategi dengan membangun komunikasi
dengan media lokal maupun nasional, karena media bisa jadi mempublikasikan
laporan yang menekan pemerintah bahkan meredam isu sensitif yang dapat
menimbulkan konflik yang lebih besar.
b) Membuat Nota Kesepahaman (MOU), yaitu membangun komitmen perbaikan
pelayanan pengaduan publik kepada pemerintah daerah sehingga menguatkan
hubungan pekerjaan yang sehat antara Ombudsman dan pemerintah daerah,
sehingga meminimalisir konflik kepentingan.