Anda di halaman 1dari 7

OMBUDSMAN DI PERSIMPANGAN JALAN

FURQAN DJAMALUDDIN
2017.14.038

PROGRAM MAGISTER TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
MAKASSAR
2018
Tulisan ini merupakan karya asli saya dan bukan salinan sebagian atau seluruhnya dari karya orang
lain. Jika di dalamnya terdapat pendapat orang lain maka pendapat tersebut saya kutip menurut
norma, etika dan kaidah penulisan ilmiah serta sumbernya dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata saya melanggar pernyataan ini maka saya bersedia memasukkan tulisan lain dalam
waktu 1 (satu) hari sejak pelanggaran tersebut disampaikan kepada saya.
PENDAHULUAN
Ombudsman pertama kali dikenal di Negara Swedia. Istilah Ombudsman berasal dari
Swedia yang arti harfiahnya adalah agen atau perwakilan, dan makna konteksnya adalah
seorang public officer yang mempunyai tugas untuk menanggani laporan masyarakat terhadap
tindakan pemerintah. Ombudsman bukanlah pelaksana kekuasaan, oleh karena itu wewenang
yang dimilikinya hanyalah mencakup aspek - aspek pengawasan agar tidak terjadi
penyimpangan atau penyelewengan. Secara universal diakui bahwa pada hakikatnya
Ombudsman mengemban misi untuk melakukan pengawasan kepada penyelenggara
pemerintahan secara moral.

Akar sejarah perkembangan Ombudsman modern dapat dilacak dari istilah “justitie
Ombudsman” (Ombudsman for Justice) yang didirikan di Stockholm, Swedia, pada tahun
1809. Istilah Ombudsman pada awalnya menunjuk pada sosok orang bukan figur lembaga.
Namun ketika Swedia membentuk Lembaga Ombudsman hampir 200 tahun silam, pengertian
resmi Ombudsman merujuk pada sebuah lembaga negara yang bertugas melindungi
kepentingan individu dari pelanggaran yang dilakukan oleh lembaga negara lainnya. Sistem
pengawasan Ombudsman di Swedia terus mengalami perkembangan hingga secara resmi The
King’s Highest Ombudsman yang pada awalnya merupakan Ombudsman Kerajaan (Executive
Ombudsman) berkembang menjadi Ombudsman Parlemen (Parliamentary Ombudsman)
dengan dimasukkannya Ombudsman dalam Konstitusi Swedia pada tahun 1809.

Sebelum resmi diatur dalam Konstitusi, Parlemen Swedia juga sempat membentuk
lembaga yang fungsinya hampir sama dengan The King’s Highest Ombudsman bernama
Chancellor of Justice. Sebagai institusi pengawasan yang dibentuk Parlemen, Ombudsman
Swedia secara independen menjalankan tugas menerima dan menyelidiki keluhan masyarakat
terhadap penyelenggara negara. Keberadaan Ombudsman di Swedia menyiratkan arti bahwa
lembaga Ombudsman dibentuk oleh, dan bertanggung jawab kepada Parlemen. Namun, tugas
utamanya adalah melindungi hak individu Warga Negara Swedia dari bentuk pelanggaran yang
dilakukan baik oleh pejabat pemerintahaan ataupun aparat penegak hukum negara Eropa
tersebut.

Di Indonesia sendiri dinamika Ombudsman dapat dikategorisasikan dalam dua periode


yaitu periode sebelum penerbitan UU Ombudsman RI dan periode setelah UU Ombudsman RI.
Awalnya Komisi Ombudsman Nasional (KON) dibentuk berdasarkan keputusan Presiden
(Kepres RI) No. 44 tahun 2000 kemudian adanya perubahan landasan hukum yang lebih kuat,
yang awalnya hanya berupa Kepres menjadi Undang - Undang No. 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia (ORI). Ombudsman juga dapat didirikan di daerah provinsi
atau kabupaten/kota. Sesuai dengan pasal 43 ayat 2 UU No. 37 Tahun 2008 menyatakan apabila
dipandang perlu, Ombudsman dapat mendirikan perwakilan Ombudsman di daerah provinsi
atau kabupaten/kota.
ISI
DEFINISI
Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggaran negara dan
pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh badan usaha milik negara (BUMN), badan
usaha milik daerah (BUMD) dan badan hukum milik negara (BHMN) serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas untuk menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Pada dasarnya Ombudsman sangat erat hubungannnya dengan keluhan masyarakat
terhadap suatu tindakan dan keputusan dari pejabat administrasi publik yang dinilai merugikan
masyarakat. Pemilihan anggota Ombudsman dilakukan melalui suatu pemilihan oleh parlemen
dan diangkat oleh kepala negara dalam hal ini presiden setelah berkonsultasi dengan pihak
parlemen. Peranan Ombudsman adalah untuk melindungi masyarakat terhadap pelanggaran
hak, penyalahgunaan wewenang, kesalahan, kelalaian, keputusan yang tidak fair dan
maladministrasi dalam rangka meningkatkan kualitas administrasi publik dan membuat
tindakan-tindakan pemerintah lebih terbuka dan pemerintah serta pegawainya lebih akuntabel
terhadap anggota masyarakat.

PENGGUNAAN NOMENKLATUR OMBUDSMAN


Penggunaan nomenklatur Ombudsman dalam sistem pemerintahan di Indonesia masih
belum tepat jika kita lihat dari pemerataan pendidikan masyarakat Indonesia yang masih
kurang dalam pemahaman bahasa asing. Banyak masyarakat yang tidak akan mengerti arti kata
Ombudsman karena berasal dari bahasa asing, terlebih bagi mereka yang mungkin tinggal di
daerah pedalaman yang bahkan Bahasa Indonesia pun belum tentu paham dengan baik.
Sebaiknya penggunaan nomenklatur Ombudsman diganti menggunakan Bahasa
Indonesia yang merupakan bahasa nasional dan menjadi bahasa persatuan masyarakat
Indonesia. Penggunaan nomenklatur dengan Bahasa Indonesia akan memudahkan masyarakat
awam untuk mengerti fungsi dan tujuan dari lembaga ini. Sehingga secara tidak langsung, bagi
mereka yang menjadi korban maladministrasi akan lebih mudah mencari tempat untuk
mengadukan keluhan mereka.
Adapun jika nomenklatur Ombudsman memang merasa perlu untuk digantikan dengan
penggunaan Bahasa Indonesia, maka nomenklatur yang tepat adalah Lembaga Pengawasan
Pelayanan Publik. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan dari Ombudsman yaitu membantu
masyarakat dalam melakukan pengawasan dalam setiap penyelenggaraan pelayanan publik
yang diselengarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan.

FUNGSI DAN TUJUAN


Fungsi Ombudsman berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008, Pasal 6
adalah untuk mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
Penyelenggara Negara dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan
Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.
Adapun yang menjadi tujuan dari dibentuknya Ombudsman Indonesia, sesuai Pasal 4
Undang-Undanng Nomor 37 Tahun 2008 yaitu Ombudsman bertujuan :
a. Mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera;
b. Mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur,
terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme;
c. Meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap warga negara dan
penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik;
d. Membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan
praktek-praktek Maladministrasi, diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme;
e. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat, dan supremasi
hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan.

PERAN OMBUDSMAN DALAM PELAYANAN PUBLIK DI BIDANG KESEHATAN


Menurut UU No. 25 Thn. 2009 tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik merupakan
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dalam menerima pelayanan publik, masyarakat sering mengeluh atas lemahnya
pelayanan publik. Adapun kelemahan pelayanan publik tersebut antara lain: kurang responsif,
kurang informatif, kurang dapat diakses, kurang koordinasi, terlalu birokratis, kurang mau
mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat, dan inefisien.
Keluhan-keluhan ini yang perlu ditindaklanjuti oleh Penyelenggara Negara.
Kadangkala masyarakat tidak berminat untuk menghadap langsung kepada penyelenggara
pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik memerlukan Ombudsman sebagai lembaga
pengawas yang dapat menampung laporan atau pengaduan dari masyarakat dan juga dapat
memberikan masukan atau koreksi terhadap pelayanan publik.
Mengacu pada data pengaduan masyarakat di beberapa daerah terhadap pelayanan
publik khususnya di bidang kesehatan, maka terdapat tiga instansi yang kerap dilaporkan atau
menjadi penyumbang terbesar komplain publik terkait pelayanan bidang kesehatan yaitu rumah
sakit, puskesmas, dan BPJS Kesehatan. Meski secara kuantitas jumlah laporan kepada tiga
institusi ini tidak banyak, tetapi substansi laporan yang disampaikan masyarakat beraneka
ragam.
Substansi yang dilaporkan antara lain yaitu antrian pada loket pendaftaran pasien BPJS
Center sangat panjang sehingga waktu tunggu pendaftaran pasien menjadi cukup lama.
Akibatnya pelayanan ke poli menjadi terlambat dan jika terdapat pemeriksaan penunjang maka
beberapa pasien tidak bisa menuntaskan seluruh tahapan pemeriksaan kesehatan yang
dibutuhkannya. Selain itu, masih terbatasnya jumlah dokter spesialis di beberapa rumah sakit
sehingga berdampak pula pada waktu pelayanan dan pembatasan jumlah pasien per hari.
Jumlah stok obat juga menjadi salah satu substansi yang dikeluhkan pasien. Terkadang
beberapa jenis obat tertentu di Instalasi Farsmasi rumah sakit kosong atau belum tersedia.
Sehingga obat yang seharusnya dapat diperoleh gratis oleh pasien BPJS terpaksa harus
membeli sendiri obat diluar apotik rumah sakit. Yang tidak kalah penting juga yaitu substansi
aduan terkait sarana dan prasarana beberapa pusat pelayanan kesehatan yang masih belum
memadai.
Berdasarkan beberapa acuan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa peranan
Ombudsman dalam pelayanan publik khuhusnya di bidang kesehatan masih belum efektif
karena terbukti saat ini masih banyak keluhan masyarakat yang belum dapat teratasi dengan
baik. Saat ini tidak semua laporan masyarakat dapat berbuah rekomendasi. Output yang paling
banyak dihasilkan oleh Ombudsman baru sebatas klarifikasi dari instansi yang dilaporkan.
Hasil kerja nyata dari Ombudsman untuk saat ini belum terlihat di masyarakat. Bahkan
terkadang beberapa rekomendasi yang dikeluarkan Ombudsman untuk instansi pemerintah
masih cenderung tidak dianggap oleh instansi pemerintahan tersebut. Ombudsman seharusnya
berada di garda terdepan dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi untuk pembenahan
pelayanan publik. Namun kenyataannya, peran Ombudsman masih jauh dari harapan.
Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara tetangga. Bahkan dikhawatirkan
bahwa keberadaan Ombudsman di Indonesia hanya sebatas untuk pencitraan saja kepada pihak
luar.

SOLUSI ALTERNATIF BAGI OMBUDSMAN UNTUK EFEKTIVITAS PELAYANAN


KELUHAN PELAYANAN PUBLIK
Mengingat efektivitas pelayanan publik saat ini belum begitu baik, maka hal yang
mungkin bisa menjadi pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas Ombudsman dalam
penanganan pelayanan public yaitu Ombudsman harus menempatkan orang – orang yang
memiliki integritas bagus sebagai perwakilannya di pusat maupun daerah. Ombudsman harus
pro aktif dalam menanggapi keluhan masyarakat dan sesegera mungkin melakukan investigasi
dan advokasi terkait keluhan tersebut.
Selain itu, yang membuat terhambatnya kinerja Ombudsman mungkin disebabkan
karena kewenangan Ombudsman yang masih sangat terbatas hanya sekedar memberikan
rekomendasi kepada instansi pemerintahan terkait. Padahal idealnya, Ombudsman juga
berwenang melakukan tindakan tegas demi perbaikan pelayanan publik.
PENUTUP

Ombudsman muncul sebagai lembaga negara yang dapat mengawasi pelayanan publik
dan juga melayani masyarakat dengan mentuntaskan sendiri pengaduan dari masyarakat.
Selain itu Ombudsman juga memiliki kewenangan untuk memberikan saran kepada
penyelenggara negara melakukan perubahan organisasi dan atau prosedur dalam pelayanan
publik.
Apabila kelak Ombudsman mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai lembaga
negara yang dapat mentuntaskan pengaduan masyarakat, maka permasalahan tumpukan
pengaduan akan menjadi permasalahan baru yang tidak dapat dituntaskan dengan penyelesaian
kasus per kasus belaka. Oleh karena itu, Ombudsman perlu mencari alternatif solusi yang dapat
merubah permasalahan yang ada secara komprehensif dengan kewenangan yang dimilikinya.
Pengaduan masalah yang tidak akan ada habis-habisnya mungkin akan diterima
Ombudsman dalam waktu dekat. Oleh karena itu untuk dapat membantu memperbaiki instans
dana tau prosedur terkait, Ombudsman harus lebih aktif memberikan advokasi kepada
penyelanggara pelayanan publik secara intensif dengan memberikan saran untuk melakukan
perbaikan atau perubahan struktur manajemen dalam organisasi dan juga perubahan prosedur
dalam pelayanan publik. Akan tetapi hasil advokasi tersebut haruslah telah dikaji dan dianalisa
terlebih dahulu. Hasil analisis bersumber dari investigasi suatu permasalahan yang dihadapi
oleh penyelenggara pelayanan publik, sehingga penyelenggara pelayanan publik dapat
memiliki struktur manajemen yang fleksibel dalam melayani masyarakat. Hasil rekomendasi
Ombudsman akan bergantung pula pada penyelenggara negara dan pemerintah dalam
menanggapinya untuk mengembangkan pelayanan publik berdasarkan perubahan struktur
manajemen organisasi dan atau perubahan prosedur pelayanan publik ke tingkat yang lebih
professional.

Anda mungkin juga menyukai