Anda di halaman 1dari 16

SURAT GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN

OLEH BADAN DAN/ATAU PEJABAT PEMERINTAHAN (ONRECHTMATIGE


OVERHEIDSDAAD)

Jakarta, 7 Oktober 2019

Kepada Yang Terhormat,


Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
Jl. Sawo Kecik No. 70
Kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur
Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Perihal: Gugatan Tata Usaha Negara mengenai Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad)

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Fajar Lesmana, S.H., M.H.
2. Aji, S.H.
3. Muhammad Risal, S.H., M.H.
4. Firli Amir, S.H.

Kesemuanya merupakan Advokat di Yaskum Law Office yang berdomisili hukum di beralamat
di Jalan Raya Kembangan Baru No. 21 – 22, Kembangan Utara, Jakarta Utara, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus Nomor 69/SKK-TUN/IX/2019 tertanggal 13 September 2019 bertindak,
baik sendiri maupun secara bersama-sama, untuk dan atas nama Pemberi Kuasa:

Nama : Sujono Kusni


Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Taman Kebon Jeruk Intercon, Blok P1, No. 66, Kebon Jeruk,
Jakarta Barat, atau Jalan Pluit Sakti V, No. 27, RT.004/RW.007,
Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara

Untuk selanjutnya disebut sebagai --------------------------------------------------- PENGGUGAT

Bahwa dengan ini PENGGUGAT mengajukan gugatan tata usaha negara mengenai Perbuatan
Melawan Hukum yang dilakukan oleh Pejabat dan/atau Badan Pemerintahan (Onrechtmatige
Overheidsdaad) kepada:

1
Kejaksaan Negeri Jakarta Utara yang beralamat di Jalan Enggano No.1, RT.6/RW.8,
Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Untuk selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------------------ TERGUGAT

Adapun sebab-sebab diajukannya gugatan tata usaha negara mengenai Perbuatan


Melawan Hukum yang dilakukan oleh Pejabat (Onrechtmatige Overheids Daad) terhadap
TERGUGAT adalah sebagai berikut:

A. Objek Gugatan

1. Bahwa objek gugatan tata usaha negara dari PENGGUGAT adalah tindakan
TERGUGAT yang tidak melaksanakan Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah
Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 tertanggal 14 November 2018 (vide Bukti P-1),
khususnya amar Putusan angka 5 huruf b yang berbunyi: “Menyatakan barang bukti
berupa: Barang bukti yang disita dari SUJONO KUSNI alias BENI berupa barang
bukti nomor 1 sampai dengan nomor 10 dikembalikan kepada SUJONO KUSNI alias
BENI;”

2. Bahwa berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Perubahan Kedua Atas Undang-Undang nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, obyek gugatan tata usaha negara adalah Keputusan Tata Usaha Negara.

3. Bahwa berdasarkan Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Perubahan Kedua Atas Undang-Undang nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata
usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata.

4. Bahwa berdasarkan Pasal 87 huruf (a) Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan tata Usaha Negara sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 51

2
Tahun 2009 harus dimaknai sebagai “penetapan tertulis yang juga mencakup
tindakan faktual.”

5. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Mahkamah Agung R.I Nomor 2 Tahun
2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan dan
Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum oleh Badan Dan/Atau Pejabat
Pemerintahan (Ontechtmatige Overheidsdaad), yang dimaksud dengan Tindakan
Pemerintah adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya
untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan konkret dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan.

6. Bahwa menurut Dr. Ridwan HR dalam bukunya, “Hukum Administrasi Negara”,


konkret berarti obyek yang diputuskan dalam KTUN itu tidak abstrak, tetapi berwujud,
tertentu, atau dapat ditentukan; individual artinya KTUN itu tidak ditujukan untuk
umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju; final artinya sudah definitif
dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum.

7. Bahwa Tindakan TERGUGAT yang tidak melaksanakan Putusan Peninjauan Kembali


Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 termasuk ke dalam “tindakan faktual”
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 huruf (a) Undang-Undang No. 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan, sehingga Tindakan TERGUGAT dapat
dikualifikasikan sebagai Keputusan Tata Usaha Negara.

8. Bahwa Tindakan TERGUGAT yang tidak melaksanakan Putusan Peninjauan Kembali


Mahkamah Agung R.I No. 58 PK/Pid/2018 termasuk ke dalam kualifikasi Keputusan
Tata Usaha Negara yang bersifat konkrit, individual, dan final sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 huruf (a) Undang-Undang nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubaha
Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahunj 1980 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.

9. Bahwa Tindakan TERGUGAT bersifat konkret, dalam artian bahwa Tindakan


TERGUGAT yang tidak melaksanakan Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah
Agung R.I No. 58 PK/Pid/2018 memiliki objek yang tidak abstrak, tetapi berwujud,
tertentu, atau dapat ditentukan, yakni
3
10. Bahwa Tindakan TERGUGAT bersifat individual, dalam artian bahwa Tindakan
TERGUGAT yang tidak melaksanakan Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah
Agung R.I No. 58 PK/Pid/2018 tertuju pada satu suatu alamat atau perseorangan
tertentu, dalam hal ini Tindakan TERGUGAT secara individual dialamatkan kepada
PENGGUGAT.

11. Bahwa Tindakan TERGUGAT bersifat final, dalam artian bahwa Tindakan
TERGUGAT yang tidak melaksanakan Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah
Agung R.I No. 58 PK/Pid/2018 sudah definitif dan dapat menimbulkan akibat hukum.

12. Bahwa Tindakan TERGUGAT yang tidak melaksanakan Putusan Peninjauan Kembali
Mahkamah Agung R.I No. 58 PK/Pid/2018 menimbulkan akbiat hukum bagi
PENGGUGAT, yang mana akan dijabarkan dalam bagian [C] Surat Gugatan ini.

13. Bahwa dengan demikian, objek Gugatan berupa Tindakan TEGUGAT yang tidak
melaksanakan isi Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I No.58
PK/Pid/2018, khususnya amar Putusan angka 5 huruf b yang berbunyi: “Menyatakan
barang bukti berupa: Barang bukti yang disita dari SUJONO KUSNI alias BENI
berupa barang bukti nomor 1 sampai dengan nomor 10 dikembalikan kepada SUJONO
KUSNI alias BENI;” merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan objek
Gugatan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 9 jo. Pasal
53 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

B. Tenggang Waktu Gugatan

14. Bahwa PENGGUGAT menerima Relaas Pemberitahuan isi Putusan Peninjauan


Kembali Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 pada tanggal 20 Desember 2018
(vide Bukti P-2). Kemudian PENGGUGAT mengajukan Permohonan Pelaksanaan Isi
Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I. No. 58PK/PID/2018 kepada
TERGUGAT khusus mengenai pengembalian barang bukti melalui Surat No. 002/TI-
LO/I/2019 tanggal 08 Januari 2019 (vide Bukti P-3) dan No. 12/YI-LO/I/2019 tanggal
2019 (vide Bukti P-4), namun PENGGUGAT tidak mendapatkan tanggapan apapun
dari TERGUGAT.

4
15. Bahwa PENGGUGAT kemudian mengirimkan Surat Nomor 230/YI-LO/IX/2019
tanggal 04 September 2019 (vide Bukti P-5) sebagai upaya administrasi untuk meminta
kepastian hukum tentang pengembalian barang bukti dari TERGUGAT sebagai
pelaksanaan isi putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, namun TERGUGAT
tidak menanggapi dan tidak melaksanakan isi amar putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap mengenai pengembalian alat bukti.

16. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Gugatan Tata Usaha Negara dapat diajukan hanya dalam tenggang
waktu sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya
Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.

17. Bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) jo. Pasal 4 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung
R.I Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan
Pemerintahan dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum oleh Badan
Dan/Atau Pejabat Pemerintahan (Ontechtmatige Overheidsdaad), Gugatan diajukan 90
(sembilan puluh) hari sejak Tindakan Pemerintah dilakukan oleh Badan dan/atau
Pejabat Administrasi Pemerintahan dan selama Warga Masyarakat menempuh upaya
administrasi, tenggang waktu terbantar sampai keputusan upaya administratif diterima.

18. Bahwa waktu yang tepat digunakan untuk menimbang apakah Gugatan
PENGGUGAT memenuhi tenggang waktu sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang nomor
5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Peraturan Mahkamah Agung
R.I Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan
Pemerintahan dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum oleh Badan
Dan/Atau Pejabat Pemerintahan (Ontechtmatige Overheidsdaad) adalah pada tanggal
29 September 2019 ketika PENGGUGAT mengajukan upaya administratif terhadap
TERGUGAT.

19. Bahwa dengan demikian, Gugatan yang diajukan oleh PENGGUGAT pada 7 Oktober
2019 masih memenuhi tenggang waktu mengajukan Gugatan sebagaimana diatur
5
dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

C. Kepentingan Penggugat yang Dirugikan

20. Bahwa PENGUGGAT adalah Pemohon Peninjauan Kembali No.58 PK/Pid/2018 yang
sebelumnya diperiksa dan diadili sebagai Terdakwa dalam Perkara Pidana sebagaimana
telah diputus Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No. 9/PID.SUS/2018/PT.DKI.,
tanggal 7 Februari 2018 (vide Bukti P-6) jo. Putusan PN Jakarta Utara No.
981/Pid.Sus/2017/PN.Jkt.Utr, tanggal 11 Desember 2017 (vide Bukti P-7).

21. Bahwa Amar Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018
pada tanggal 20 Desember 2018 adalah sebagai berikut:
MENGADILI:
Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan
Kembali/Terpidana SUJONO KUSNI alias BENI tersebut;
Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor:
9/Pid.Sus/2018/PT.DKI tanggal 7 Februari 2018 yang menguatkan Putusan
Sela Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor: 981/Pid.Sus/2017/PN.Jkt.Utr.
tanggal 28 September 2017 dan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara
Nomor: 981/Pid.Sus/2017/PN.Jkt.Utr. tanggal 11 desember 2017 tersebut;

MENGADILI KEMBALI:
[...]
5. Menyatakan barang bukti berupa:
b. Barang bukti yang disita dari SUJONO KUSNI alias BENI berupa
barang bukti nomor 1 sampai dengan nomor 10 dikembalikan kepada
SUJONO KUSNI alias BENI

22. Bahwa TERGUGAT selaku Jaksa Penuntut Umum yang berwenang dalam
melaksanakan eksekusi terhadap Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap, tidak melaksanakan Amar Putusan Peninjauan Kembali No. 58PK/Pid/2019
tanggal 14 November 2018 berupa pengembalian barang bukti pada Amar Putusan
angka 5 huruf b.

23. Bahwa Tindakan TERGUGAT memiliki akibat hukum bagi kepentingan


PENGGUGAT. Bahwa Tindakan TERGUGAT tersebut mengakibatkan barang-
barang milik PENGGUGAT tidak kembali ke PENGGUGAT sehingga
PENGGUGAT kehilangan hak-haknya atas barang pribadi PENGGUGAT.

6
24. Bahwa dengan demikian, Tindakan TERGUGAT telah memenuhi ketentuan Pasal 1
angka 9 jo. Pasal 53 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
mengenai Keputusan Tata Usaha Negara, yakni memiliki akibat hukum kepada
perseorangan atau badan hukum.

D. Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara

25. Bahwa terdapat dua macam kewenangan Pengadilan dalam memutus suatu perkara:
absolut dan relatif.

26. Bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta memenuhi [1] kewenangan absolut dan
[2] kewenangan relatif memutus perkara Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (onrechtmatige overheidsdaad) yang
dilakukan oleh TERGUGAT.

1. Kewenangan Absolut Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta

27. Bahwa berdasarkan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis
kepada Pengadilan Tata Usaha Negara yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan
Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau
tanpa disertai tuntutan gati rugi dan/atau rehabilitasi

28. Bahwa berdasarkan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, pengadilan tata usaha negara baru berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara apabila seluruh upaya administratif telah
digunakan.

29. Bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung R.I No. 6 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Pemerintahan Setelah Menempuh Upaya
Administratif, Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang menerima, memutus, dan

7
menyelesaikan sengketa administrasi pemerintahan setelah menempuh upaya
administratif.

30. Bahwa PENGGUGAT telah mengirimkan Surat Nomor 230/YI-LO/IX/2019 tanggal


04 September 2019 (vide Bukti P-5) sebagai upaya administrasi untuk meminta
kepastian hukum tentang pengembalian barang bukti dari TERGUGAT sebagai
pelaksanaan isi putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.

31. Bahwa dengan demikian, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta telah memenuhi
kompetensi absolut yakni menerima, memutus, dan menyelesaikan sengketa
administrasi pemerintahan setelah menempuh upaya administratif.

32. Bahwa kewenangan mengadili Perbuatan Melawan Hukum Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan semula dipegang oleh Pengadilan Negeri dengan merujuk pada ketentuan
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/Burgerlijk Wetboek.

33. Bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung R.I Nomor 2 Tahun
2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan dan
Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum oleh Badan Dan/Atau Pejabat
Pemerintahan (Ontechtmatige Overheidsdaad), yang berbunyi: “Perkara perbuatan
melanggar hukum oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (onrechtmatige
overheidsdaad) merupakan kewenangan peradilan tata usaha negara,” maka terjadi
peralihan kewenangan mengadili Perbuatan Melanggar Hukum oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan ke Pengadilan Tata Usaha Negara

34. Bahwa dengan demikian, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta telah memenuhi
kewenangan absolut menerima, memeriksa, dan mengadili perkara perbuatan
melanggar hukum oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (onrechtmatige
overheidsdaad) yang in casu dilakukan oleh TERGUGAT.

35. Bahwa dengan demikian, Pengadilan Tata Usaha Negara memiliki kewenangan absolut
untuk mengadili Tindakan TEGUGAT yang tidak melaksanakan Putusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 yang termasuk Perbuatan
Melanggar Hukum yang dilakukan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.
8
2. Kewenangan Relatif Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta

36. Bahwa berdasarkan Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009, Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada
Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
Tergugat.

37. Bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, Pengadilan Tata Usaha Negara
berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota dan daerah hukumnya meliputi wilayah
kabupaten/kota.

38. Bahwa berdasarkan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1990 tentang
Pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara di Jakarta, Medan, Palembang, Surabaya,
dan Ujung Pandang, wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta meliputi
seluruh wilayah Kotamadya yang terdapat dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

39. Bahwa TERGUGAT, adalah badan pemerintahan yang memiliki kedudukan di Jalan
Enggano No.1, RT.6/RW.8, Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang mana merupakan
wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

40. Bahwa dengan demikian, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta memiliki kewenangan
untuk memeriksa dan pengadili Perbuatan Melanggar Hukum yang dilakukan oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang dilakukan oleh TERGUGAT melalui
Tindakan TERGUGAT yang tidak melaksanakan Putusan Peninjauan Kembali
Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018.

E. Posita

41. Bahwa pada Tahun 2017, PENGGUGAT telah didakwa oleh TERGUGAT
melakukan Tindak Pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 372 dan Pasal 378 KUHP
serta Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, di mana berdasarkan

9
Putusan PN Jakarta Utara 981/Pid.Sus/2017/PN.Jkt.Utr, tanggal 11 Desember 2017
(vide Bukti P-7), PENGGUGAT dinyatakan bersalah melakuakn Tindak Pidana
Penipuan dan dihukum penjara 3 (tiga) tahun dan barang bukti yang disita dari
PENGGUGAT dan Wong Mui Choo (Istri PENGGUGAT) dirampas dan diserhkan
kepada korban;

42. Bahwa PENGGUGAT mengajukan Permohonan Banding yang mana Pengadilan


Tinggi DKI Jakarta dalam amar Putusannya No. 9/PID.SUS/2018/PT.DKI., tanggal 7
Februari 2018 (vide Bukti P-6) menguatkan Putusan PN Jakarta Utara No.
981/Pid.Sus/2017/PN.Jkt.Utr, tanggal 11 Desember 2017 (vide Bukti P-7).

43. Bahwa PENGGUGAT mengajukan Upaya Hukum Kasasi, namun upaya hukum
Kasasi tersebut diacbut oleh PENGGUGAT dan PENGGUGAT mengajukan Upaya
Hukum Luar Biasa yaitu Permohonan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung R.I.
yang telah diputus oleh Mahkamah Agung R.I pada tanggal 14 November 2018 dengan
No. R.I No.58 PK/Pid/2018 pada tanggal 20 Desember 2018 dengan amar sebagaimana
telah tercantum di atas.

44. Bahwa sebagiamana telah disampaikan sebelumnya, PENGGUGAT menerima Relaas


Pemberitahuan isi Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I No.58
PK/Pid/2018 pada tanggal 20 Desember 2018 (vide Bukti P-2). Kemudian
PENGGUGAT mengajukan Permohonan Pelaksanaan Isi Putusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung R.I. No. 58PK/PID/2018 kepada TERGUGAT khusus
mengenai pengembalian barang bukti melalui Surat No. 002/TI-LO/I/2019 tanggal 08
Januari 2019 (vide Bukti P-3) dan No. 12/YI-LO/I/2019 tanggal 2019 (vide Bukti P-
4), namun PENGGUGAT tidak mendapatkan tanggapan apapun dari TERGUGAT.
Kemudian PENGGUGAT mengirimkan Surat Nomor 230/YI-LO/IX/2019 tanggal 04
September 2019 (vide Bukti P-5) sebagai upaya administrasi untuk meminta kepastian
hukum tentang pengembalian barang bukti dari TERGUGAT sebagai pelaksanaan isi
putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, namun TERGUGAT tidak menanggapi
dan tidak melaksanakan isi amar putusan yang telah berkekuatan hukum tetap mengenai
pengembalian alat bukti.

10
45. Bahwa TERGUGAT sesungguhnya telah menerima Relaas Pemberitahuan isi
Peninjauan Kembali No. 58/PK/PID/2018 pada tanggal 26 Desember 2018, di mana
TERGUGAT baru melaksanakan isi Putusan yang telah Berkekuatan Hukum Tetap
berupa pembebasan diri PENGGUGAT pada tanggal 3 Januari 2019 sebagaimana
surat perintah yang diterbitkan TERGUGAT mengenai pelaksanaan putusan
pengadilan tanggal 3 Januari 2019 No. Prin: 03/0.1.11/Epp.3/01/2019 (vide Bukti P-8)
disertai Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan (vide Bukti P-9). Namun,
Pelaksanaan Putusan oleh TERGUGAT sangatlah tidak lengkap, yaitu hanya memuat
pembebasan diri PENGGUGAT tanpa pengembalian barang bukti kepada
PENGGUGAT.

46. Bahwa PENGGUGAT telah berupaya mengajukan permohonan pelaksanaan putusan


yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut berulang kali kepada TERGUGAT,
namun sampai akhir pengiriman Surat Nomor 230/YI-LO/IX/2019 tanggal 04
September 2019 (vide Bukti P-5) sebagai upaya administrasi untuk meminta kepastian
hukum tentang pengembalian barang bukti dari TERGUGAT sebagai pelaksanaan isi
putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, TERGUGAT tetap tidak melaksanakan
isi putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I yang telah berkekuatan hukum
tetap tersebut.

47. Bahwa barang bukti yang tidak dikembalikan oleh TERGUGAT kepada
PENGGUGAT terdiri dari:
1. 1 (satu) unit Apartemen Taman Anggrek Residence Tower Azalea Nomor
52 E, yang beralamat di Tanjung Dureg Grogol Jakarta Barat atas nama
SUJONO KUSNI alias BENI;
2. 1 (satu) unit Apartemen Taman Anggrek Residence Tower Dofodil Nomor
21 M, yang beralamat di Tanjung Duren Grogol Jakarta Barat atas nama
SUJONO KUSNO alias BENI;
3. Dokumen-dokumen terkait kepemilikan kedua apartemen tersebut;
4. 1 (satu) unit mobil Toyota Kijang Inova warna gold tahun 2015 No. Pol, :
B-333-SJK atas nama SUJONO KUSNI alias BENI yang berada di Taman
Kebun Jeruk Intercom Blok PI No. 6 Kebun Jeruk Jakarta Barat;
5. 1 (satu) unit Apartemen GP Lantai 16 Unit No. 16AN6 type Montana Jl.
Gelora II No.1 Kec. Tanah Abang Jakarta Pusat am. KIE KIM NGO an.
SUJONO KUSNI alias BENI;
6. 1 (satu) lembar dokumen Payment Schedule atas nama SUJONO KUSNI
alamat Jl. Pluit Sakti V No 27 RT 005/007 Kel. Pluit Kec. Penjaringan
Jakarta Utara;
7. Dokumen-Dokumen terkait kepemilikan kedua Apartemen tersebut;

11
8. 1 (satu) lembar dokumen Payment Schedule atas nama SUJONO KUSNI
alamat Jl. Pluit Sakti V No. 27 RT 004/007 Kel. Pluit Kec. Penjaringan
Jakarta Utara;
9. 1 (satu) lembar surat pesanan nomor: COLAP000318 tanggal 26 Mei 2015
unit Apartemen Anaheim Tower GP Plaza lantai 16 Unit No. 16AN6 Gatot
Subroto seluas 28.68 M2 seharga Rp. 825.000.000,- (delapan ratus dua
puluh lima juta rupiah) atas nama KIE KIM NGO tanggal 26 Mei 2015;
10. 1 (satu) lembar surat pesanan nomor: COLAP000312 tanggal 26 Januari
2015 Unit Apartemen Anaheim Tower GP Plaza lantai 16 Unit No. 16 AN6
Gatot Subroto seluas 51,84 M2 seharga Rp. 1.463.000.000,- (Satu milyar
empat ratus enam puluh tiga juta rupiah);

48. Bahwa berdasarkan Pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung R.I. No. 2 Tahun 2019 tentang
Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan dan Kewenangan Mengadili
Perbuatan Melanggar Hukum oleh Badan Dan/Atau Pejabat Pemerintahan
(Ontechtmatige Overheidsdaad), Warga Masyarakat dapat mengajukan Gugatan
Tindakan Pemerintahan secara tertulis kepada Pengadilan yang berwenang dengan
menyebutkan alasan:
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; dan
b. bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

49. Bahwa dengan demikian, PENGGUGAT akan menguraikan bahwa tindakan


TERGUGAT [1] bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, serta [2]
bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

1. Tindakan TERGUGAT bertentangan dengan Peraturan Perundang-


undangan

50. Bahwa berupa Tindakan TEGUGAT yang tidak melaksanakan isi Putusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 bertentangan dengan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.

51. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 270 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana atau Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan
kepadanya.

12
52. Bahwa dengan demikian, Tindakan TERGUGAT yang tidaj melaksanakan Putusan
Peninjauan Kembali yang telah berkekuatan hukum tetap bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang hukum acara pidana.

2. Tindakan TERGUGAT bertentangan dengan Asas-Asas Umum


Pemerintahan yang Baik

53. Bahwa berdasarkan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB)
meliputi antara lain:
a. Kepastian hukum;
b. Kemanfaatan;
c. Ketidakberpihakan;
d. Kecermatan;
e. Tidak menyalahgunakan kewenangan;
f. Keterbukaan;
g. Kepentingan umum; dan
h. Pelayanan yang baik.

54. Bahwa Tindakan TEGUGAT yang tidak melaksanakan isi Putusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 bertentangan dengan AUPB, yakni
Asas kepastian hukum dan asas pelayanan yang baik.

55. Bahwa menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang


Administrasi Pemerintahan, yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah
asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, keajegan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan.

56. Bahwa menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang


Administrasi Pemerintahan, yang dimaksud dengan “asas pelayanan yang baik” adalah
asas yang memberikan pelayanan yang tepat waktu, prosedur dan biaya yang jelas,
sesuai dengan standar pelayanan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

13
57. Bahwa Tindakan TEGUGAT yang tidak melaksanakan isi Putusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 bertentangan dengan asas
kepastian hukum karena tindakan TERGUGAT tersebut mengabaikan amar putusan
Peninjauan Kembali, sedangkan sebagai suatu negara hukum, TERGUGAT sebagai
Badan Pemerintahan seharusnya melaksanakan perintah putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dengan sesegera mungkin untuk memenuhi kepastian hukum,
khususnya bagi Terdakwa yang in casu adalah PENGGUGAT. Namun, Tindakan
TERGUGAT yang tidak melaksanakan isi Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah
Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 telah menciptakan suatu ketidakpastian hukum bagi
PENGGUGAT mengenai hak-haknya atas kebendaan yang disita oleh TERGUGAT.

58. Bahwa Tindakan TEGUGAT yang tidak melaksanakan isi Putusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 bertentangan dengan asas
pelayanan yang baik. Tindakan TERGUGAT yang tidak melaksanakan isi Putusan
Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 meskipun telah tiga
kali diminta oleh PENGGUGAT sama sekali tidak mencerminkan pelayanan yang
tepat waktu dengan prosedur yang jelas serta sesuai dengan standar pelayanan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Seharusnya TERGUGAT melaksanakan isi
putusan tersebut segera setelah menerima Relaas Pemberitahuan Isi Putusan Peninjauan
Kembali Nomor 58 PK/Pid/2018 pada tanggal 26 Desember 2018. Namun
TERGUGAT tidak melakukan hal tersebut, sehingga bertentangan dengan asas
pelayanan yang baik.

59. Bahwa dengan demikian, Tindakan TEGUGAT yang tidak melaksanakan isi Putusan
Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 merupakan Perbuatan
Melanggar Hukum yang dilakukan oleh badan dan/atau Pejabat Pemerintahan sesuai
dengan ketentuan Pasal Pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung R.I. No. 2 Tahun 2019,
karena Tindakan TERGUGAT bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku serta bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan
yang Baik sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1) UU 30 Tahun 2014.

F. Petitum/Tuntutan

14
Bahwa berdasarkan hal-hal sebagaimana diuraikan tersebut, maka PENGGUGAT
memohon dengan segala hormat kepada Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta berkenan
memutuskan bahwa:

PRIMAIR:

1. Mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;


2. Menyatakan batal atau tidak sah tindakan TERGUGAT yang tidak melaksanakan
Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 tertanggal 14
November 2018, khususnya amar Putusan angka 5 huruf b yang berbunyi:
“Menyatakan barang bukti berupa: Barang bukti yang disita dari SUJONO KUSNI
alias BENI berupa barang bukti nomor 1 sampai dengan nomor 10 dikembalikan
kepada SUJONO KUSNI alias BENI;”
3. Mewajibkan TERGUGAT untuk melaksanakan Putusan Peninjauan Kembali
Mahkamah Agung R.I No.58 PK/Pid/2018 tertanggal 14 November 2018, khususnya
amar Putusan angka 5 huruf b yang berbunyi: “Menyatakan barang bukti berupa:
Barang bukti yang disita dari SUJONO KUSNI alias BENI berupa barang bukti nomor
1 sampai dengan nomor 10 dikembalikan kepada SUJONO KUSNI alias BENI;”
4. Menghukum TERGUGAT untuk membayar seluruh biaya perkara dalam perkara ini.

Atau,

SUBSIDAIR

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, maka kami mohonkan putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).

Hormat Kami,

Kuasa Hukum Penggugat

Fajar Lesmana, S.H., M.H.

15
Aji, S.H.

Muhammad Risal, S.H., M.H.

Firli Amir, S.H.

16

Anda mungkin juga menyukai