Anda di halaman 1dari 19

UNDANG - UNDANG DESA

DOSEN: DRA.AZIMA DIMYATI.MM


ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

DI SUSUN OLEH:
1. Razanah Desmi Ayu
2. Yuanita Damayanti
3. Rananda Dwi Hani Agustin

15111009
15111016
15111o45

UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
2016/2017

KATA PENGANTAR
1

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Media promosi kesehatan Sebagai Barang Berguna ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah,
dan juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

BandarLampung,

Desember 2016

Penyaji

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.

Latar Belakang................................................................................1
Rumusan Masalah...........................................................................2
Tujuan Penulisan.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengerrtian Undang-undang Desa......................................................3
B. Keuntungan dari UU tentang Desa...................................................11
C. Kekurangan dari UU tentang Desa ..................................................13
BAB III PENUTUP
A.
B.

Kesimpulan...................................................................................16
Saran.............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa adalah suatu bagian terdepan dari upaya gerakan pemerintah
dalam pembangunan yang mana berasal dari masyarakat itu sendiri, guna
mencapai kesejahteraan dan kemakmuran sekaligus berkeadilan dan
berkesinambungan. Pengaturan desa didasarkan pada amanat UUD 1945
pasal 18B ayat (2) yang berbunyi Negara mengakui dan menghormati
kesatuan masyarakat hukum adat berserta hak-hak tredisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesui dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip negera kesatuan Rpublik Indonesia yang diatur dalam
undang-undang.

Sehingga dapat di simpulkan bahwa RUU tentang

Desa memberikan suatu pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum


adat sebagai Desa atau yang disebut dengan nama lan yang telah ada
sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk..
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam konsideran
Undang-Undang tersebut disampaikan bahwa Desa memiliki hak asal usul
dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Selain itu dengan ditetapkannya UU tentang Desa No.6 tahun 2014
diharapkan padat membawa paragdima baru dalam pembangunan, mampu
mengubah car pandang pembangunan, kesejahterraan ekonomi tidak hanya
berada dikota namun dapat menyebar sampai ke desa, sehingga dalam
pembanguna Negara Indonesia haruslah di mulai dari desa.
Berdasarkan Undang-Undang ini, setiap desa di seluruh Indonesia
akan menerima alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang bersumber dari belanja pusat. Total dana yang
dialokasikan tersebut mencapai 10% dari dana perimbangan yang diterima
oleh Kabupaten/Kota dalam APBD setelah dikurangi dengan Dana Alokasi
Khusus (DAK). Jika dana yang tersedia adalah Rp. 104,6 triliun dan dibagi

untuk kurang lebih 72 ribu desa yang ada di seluruh Indonesia, maka
setiap desa akan menerima Rp. 1,4 miliar setiap tahunnya. Tentu saja
penerimaan setiap desa akan berbeda, sesuai kondisi geografis, jumlah
penduduk, jumlah penduduk miskin dan parameter lainnya.
Desa yang memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berperan mewujudkan
cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar Negara republic
Indonesia tahun 1945 perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi
kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan
yang kukuh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
B.

Rumusan Masalah
a. Apa saja permasalahan yang ditimbulkan dari undang - desa ?
b. Siapa sajakah yang berperan penting dalam menjalankan undang
undang desa?
c. Mengapa undang undang desa berpengaruh dalam kehidupan
bermasyarakat?

C.

Tujuan Penulisan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Mahasiswa mampu memahami tentang UU Desa


Mahasiswa mampu memahami tentang tujuan dan asas dari UU desa
Mahasiswa mampu memahami tentang pembangunan desa
Mahasiswa mampu memahami tentang keuangan desa
Mahasiswa mampu memahami tentang adat desa
Mahasiswa mampu memahami tentang kelembagaan desa
Mahasiswa mampu memahami tentang permusyawaratan desa
Mahasiswa mampu memahami tentang bada usaha milik desa
Mahasiswa mampu memahami tentang keuntungan dan kerugian dari
UU tentang desa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengerrtian Undang-undang Desa


1. Undang-undang tentang Desa
Undang-undang desa adalah seperangkat aturan mengenai
penyelenggaran

pemerintah

desa

dengan

pertimbangan

telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan


diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis
sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil,
makmur, dan sejahtera. Ditetapkannya UU tentang Desa Nomor 6
tahun 2014 diharapkan dapat membawa paradigma baru dalam
pembangunan, mampu mengubah cara pandang pembangunan, bahwa
kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi tidak selamanya berada di
kota atau perkotaan, tetapi dalam membangun Indonesia haruslah
dimulai dari Desa.
Undang-Undang ini juga mengatur materi mengenai Asas
Pengaturan, Kedudukan dan Jenis Desa, Penataan Desa, Kewenangan
Desa, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Hak dan Kewajiban Desa
dan Masyarakat Desa, Peraturan Desa, Keuangan Desa dan Aset Desa,
Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Badan
Usaha Milik Desa, Kerja Sama Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa
dan Lembaga Adat Desa, serta Pembinaan dan Pengawasan.
2. Ketentuan umum
Dalam ketentuan umum UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah menyatakan, desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya
disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia, Dalam UU tersebut juga ditegaskan desa adalah
kesa tuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan ma syarakat setempat
berda sar kan prakarsa masyarakat, hak-asal usul dan atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan Republik Indonesia.
3. Tujuan dan asas pengaturan desa

a. Tujuan pengaturan
Pemerintah negara Republik Indonesia dibentuk untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional telah menetapkan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan
dibentuknya pemerintahan negara Indonesia
Desa yang memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilindungi dan
diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis
sehingga dapat menciptakan landasan yang kukuh dalam
melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat
yang adil, makmur, dan sejahtera. Dengan demikian, tujuan
ditetapkannya pengaturan Desa dalam Undang-Undang ini
merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (7) dan Pasal 18B ayat (2) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:
1) Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang
sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2) Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa
dalam

sistem ketatanegaraan

Republik

Indonesia

demi

mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;


3) Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya
masyarakat Desa;

4) mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa


untuk

pengembangan

potensi

dan

Aset

Desa

guna

kesejahteraan bersama;
5) membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan
efektif, terbuka, serta bertanggung jawab;
6) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa
guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;
7) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara
kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
8) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi
kesenjangan pembangunan nasional; dan
9) memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
b. Asas pengaturan
Asas pengaturan dalam Undang-Undang ini adalah:
1) rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul
2) subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan
pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan
masyarakat Desa
3) keberagaman, yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap
sistem nilai yang berlaku di masyarakat Desa, tetapi dengan
tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
4) kebersamaan, yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerja
sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat Desa dan unsur masyarakat Desa dalam membangun
Desa
5) kegotongroyongan, yaitu kebiasaan saling tolong-menolong
untuk membangun Desa
6) kekeluargaan, yaitu kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai
bagian dari satu kesatuan keluarga besar masyarakat Desa

7) musyawarah, yaitu proses pengambilan keputusan yang


menyangkut kepentingan masyarakat Desa melalui diskusi
dengan berbagai pihak yang berkepentingan
8) demokrasi, yaitu sistem pengorganisasian masyarakat Desa
dalam suatu system pemerintahan yang dilakukan oleh
masyarakat Desa atau dengan persetujuan masyarakat Desa
serta keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan dijamin
9) kemandirian, yaitu suatu proses yang dilakukan

oleh

Pemerintah Desa dan masyarakat Desa untuk melakukan suatu


kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya dengan
kemampuan sendiri
10) partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan
11) kesetaraan, yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran
12) pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat Desa melalui penetapan kebijakan,
program, dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat Desa, dan
13) keberlanjutan, yaitu suatu proses yang dilakukan secara
terkoordinasi, terintegrasi, dan berkesinambungan dalam
merencanakan dan melaksanakan program pembangunan Desa.
4. Pembangunan desa
Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan

melalui

penyediaan

pemenuhan

kebutuhan

dasar,

pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi


local, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan. Untuk itu, undang-undang ini menggunakan dua
pendekatan yaitu desa membangun dan membangun desa yang
diintgrasikan dalam perancanaan pembangunan desa.
Perencanaan pembangunan desa diselenggarakan dengan
mengikutsertakan masyarakat desa melalui musyawarah perencanaan
pembangunan desa menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan
kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh anggaran pendapatan

dan belanja desa, swadaya masyarakat desa, dan/atau pendapatan dan


belanja daerah kabupaten/kota berdasarkan peniliaian terhadap
kebutuhan masyarakat.
Pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dan
masyarakat desa dengan semangat gotong royong serta memanfaatkan
kearifan local dan sumber daya alam desa. Pelaksanaan program sector
yang masuk ke desa diinformasikan kepada pemerintah desa dan
diintegrasikan dengan rencana pembangunan desa. Masyarakat desa
berhak mendapatkan informasi dan melakukan pemantauan mengenai
rencana dan pelaksanaan pembangunan.
5. Keuangan desa
Salah satu subtansi penting yang tertuang dalam UU tentang
desa adalah pengaturan tentang keuangan desa, sebagaimana tertuang
dalam pasal 72 UU desa, bahwa desa mempunyai sumber pendapatan
yang terdiri :
a. Pendapatan asli desa
b. Alokasi anggaran APBN
Bersumber dari belanja pusat dengan mengefektifkan program
yang berbasis desa secara merata dan keadilan. Didalam pasal
dijelaskan bahwa besaran alokasi anggaran yang peruntukannya
langsung ke desa ditentukan 10% dari dan di luar dana transfer
daerah (on top) secara bertahap. Anggaran tersebut dihitung
berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan memperhatikan
jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesuliatan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
pemerataan pembangunan desa.
c. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota
d. Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana penimbangan
keunagan

pusat

dan

daerah

yang

diterima

oleh

kabupaten/kota]bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan


belanja daerah (APBD) provinsi dan anggaran pendapatan dan
belanja daerah kabutan/kota
e. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga, serta
f. Lain-lain pendapatan desa yang sah
7

Pengaturan tentang keuangan desa dalam UU desa telah memberikan


ruang yang sangat besar terhadap upaya peningkatan pembangunan
ekonomi desa guna mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat.
6. Desa dan adat desa
Desa atau yang disebut dengan nama lain mempunyai
karakteristik yang berlaku umum untuk seluruh Indonesia, sedangkan
Desa Adat atau yang disebut dengan nama lain mempunyai
karakteristik yang berbeda dari Desa pada umumnya, terutama karena
kuatnya

pengaruh

adat

terhadap

sistem

pemerintahan

lokal,

pengelolaan sumber daya lokal, dan kehidupan sosial budaya


masyarakat Desa.
Desa Adat pada prinsipnya merupakan warisan organisasi
kepemerintahan masyarakat lokal yang dipelihara secara turuntemurun yang tetap diakui dan diperjuangkan oleh pemimpin dan
masyarakat Desa Adat agar dapat berfungsi mengembangkan
kesejahteraan dan identitas social budaya lokal. Desa Adat memiliki
hak asal usul yang lebih dominan daripada hak asal usul Desa sejak
Desa Adat itu lahir sebagai komunitas asli yang ada di tengah
masyarakat. Desa Adat adalah sebuah kesatuan masyarakat hukum adat
yang secara historis mempunyai batas wilayah dan identitas budaya
yang terbentuk atas dasar teritorial yang berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat Desa berdasarkan hak asal usul.
Pada dasarnya kesatuan masyarakat hukum adat terbentuk
berdasarkan tiga prinsip dasar, yaitu genealogis, teritorial, dan/atau
gabungan genealogis dengan teritorial. Yang diatur dalam UndangUndang ini adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang merupakan
gabungan antara genealogis dan teritorial. Dalam kaitan itu, negara
mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Implementasi dari kesatuan masyarakat hukum adat tersebut
telah ada dan hidup di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
8

seperti huta/nagori di Sumatera Utara, gampong di Aceh, nagari di


Minangkabau, marga di Sumatera bagian selatan, tiuh atau pekon di
Lampung, desa pakraman/desa adat di Bali, lembang di Toraja, banua
dan wanua di Kalimantan, dan negeri di Maluku.
7. Kelembagaan desa
Di dalam Undang-Undang ini diatur mengenai kelembagaan
Desa/Desa Adat, yaitu lembaga Pemerintahan Desa/Desa Adat yang
terdiri atas Pemerintah Desa/Desa Adat dan Badan Permusyawaratan
Desa/Desa Adat, Lembaga Kemasyarakatan Desa, dan lembaga adat.
Kepala Desa/Desa Adat atau yang disebut dengan nama lain
merupakan kepala Pemerintahan Desa/Desa Adat yang memimpin
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Kepala Desa/Desa Adat atau
yang disebut dengan nama lain mempunyai peran penting dalam
kedudukannya sebagai kepanjangan tangan negara yang dekat dengan
masyarakat dan sebagai pemimpin masyarakat. Dengan posisi yang
demikian itu, prinsip pengaturan tentang Kepala Desa/Desa Adat
adalah:
a. Sebutan Kepala Desa/Desa Adat disesuaikan dengan sebutan lokal;
b. Kepala Desa/Desa Adat berkedudukan sebagai kepala Pemerintah
Desa/Desa Adat dan sebagai pemimpin masyarakat;
c. Kepala Desa dipilih secara demokratis dan langsung oleh
masyarakat setempat, kecuali bagi Desa Adat dapat menggunakan
mekanisme lokal; dan
d. pencalonan Kepala Desa dalam pemilihan langsung tidak
menggunakan basis partai politik sehingga Kepala Desa dilarang
menjadi pengurus partai politik.
Mengingat kedudukan, kewenangan, dan Keuangan Desa yang
semakin kuat, penyelenggaraan Pemerintahan Desa diharapkan lebih
akuntabel

yang

didukung

dengan

sistem

pengawasan

dan

keseimbangan antara Pemerintah Desa dan lembaga Desa. Lembaga


Desa,

khususnya

Badan

Permusyawaratan

Desa

yang

dalam

kedudukannya mempunyai fungsi penting dalam menyiapkan.


kebijakan Pemerintahan Desa bersama Kepala Desa, harus mempunyai

visi dan misi yang sama dengan Kepala Desa sehingga Badan
Permusyawaratan Desa tidak dapat menjatuhkan Kepala Desa yang
dipilih secara demokratis oleh masyarakat Desa.
8. Badan permusyawarahan desa
Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
Badan

Permusyawaratan

Desa

merupakan

badan

permusyawaratan di tingkat Desa yang turut membahas dan


menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Desa. Dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat
Desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan

masyarakat,

Pemerintah

Desa

dan/atau

Badan

Permusyawaratan Desa memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah


Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
forum musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah
Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal
yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan
dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh Badan
Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa dalam menetapkan
kebijakan Pemerintahan Desa.
9. Badan usaha milik desa
UU tentang desa mengatur mengenai Badan Usaha Milik Desa,
(pasal 87) yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola asset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat desa. BUM desa dibentuk oleh pemerintah desa untuk
emndayagunakan

segala

potensi

10

ekonomi,

kelambagaan

perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya


manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Dalam meningkatkan sumber pendapatan desa, BUM desa
dapat menghimpun tabungan dalam skala local masyarakat desa, antara
lain melalui pengelolaan dan bergulir dan simpan pinjam.
B. Keuntungan dari UU tentang Desa
Pada UU Desa ini, terdapat poin yang memang sudah
dicanangkan sekitar 7 tahun lamanya. Yaitu, adanya aturan yang
membahas terkait alokasi anggaran untuk desa. Di dalam penjelasan
Pasal 72 Ayat 2 tentang keuangan desa. Jumlah alokasi anggaran yang
langsung ke desa, ditetapkan sebesar 10 persen dari dan di luar dana
transfer daerah dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah, kesulitan geografi. Dengan adanya dana
alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
tersebut, tentu diharapkan pembangunan di desa semakin baik dan
dapat mensejahterakan masyarakat desa dengan pemanfaatan dana
alokasi secara maksimal. Jika mampu mengelola dengan baik dan
bijaksana, maka bukan hal yang mustahil jika masyarakat desa yang
berada di garis kemiskinan dapat berkurang dan mungkin saja dapat
bersaing dengan masyarakat desa lainnya atau bahkan masyarakat
global secara umumnya.
Pada perangkat desa seperti kepala desa juga tidak luput dari
pembahasan dalam UU Desa. kepala desa menurut UU Desa pasal 26
ayat 1, bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Pada pasal
yang sama di ayat 3 huruf c, dijelaskan bahwa kepala desa menerima
penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya
yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan. Selain itu, segala hal
yang berhubungan dengan kepala desa, baik itu tugas, wewenang,
larangan, hingga masa jabatan seorang kepala desa, juga tertuang di
UU Desa. Pada jajaran perangkat desa lainnya, seperti Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) juga diberikan penjelasan-penjelasan

11

terhadap seperti apa fungsi BPD, tugas-tugasnya, wewenang,


kewajiban, hingga larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh
BPD.
Secara umum, UU Desa telah menjabarkan secara sistematis
dan mampu memberikan hak-hak pada setiap desa di Indonesia untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada di desanya. Dengan adanya
UU ini, maka setiap desa dapat menyejahterakan masyarakatnya
sesuai dengan prakarsanya pada masing-masing desa. Adanya UU ini
juga menjadi dasar hukum yang sangat berarti bagi setiap desa, karena
UU ini bisa dijadikan sebagai dasar pijakan dalam menjalankan
pembangunan-pembangunan di desa. Maka, kelebihan UU Desa yang
paling terlihat adalah telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap
desa di Indonesia.

C. Kekurangan dari UU tentang Desa


Dari segi isi, terdapat kekurangan terutama dalam pengertian
desa adat. Sebelum terbitnya UU ini, setiap wilayah memiliki
pengertian desa adat yang berbeda-beda. Sebagai contohnya, di Bali.
Pengertian desa adat adalah tempat pelaksanaan ajaran agama dalam
sprit takwa, etika, dan upacara yang bertalian pada wilayah pawongan
(warga/krama desa), palemahan (wilayah desa), dan parahyangan
(keyakinan agama). Sedangkan menurut UU Desa, desa adat adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat.
Maka dari itu, harus ada penyeragaman pengertian arti desa adat, agar
tidak ada gelojak dikemudian hari.
Masih dalam segi isi UU Desa, dikatakan bahwa setiap desa
akan mendapatkan dana alokasi dari Anggaran Pendapatan dan

12

Belanja Negara (APBN) paling sedikit 10 persen setiap tahunnya.


Maka, dapat diperkirakan setiap desa akan mendapatkan dana sekitar
1.2 hingga 1.4 miliar setiap tahunnya. Berdasarkan perhitungan dalam
penjelasan UU Desa yaitu, 10 persen dari dan transfer daerah menurut
APBN untuk perangkat desa sebesar Rp. 59, 2 triliun, ditambah
dengan dana dari APBD sebesar 10 persen sekitar Rp. 45,4 triliun.
Total dana untuk desa adalah Rp. 104, 6 triliun yang akan dibagi ke 72
ribu desa se-Indonesia.
Dengan total dana sebanyak itu, tidak mustahil akan
diselewengkan oleh perangkat desa yang tidak bertanggungjawab.
Maka, penting adanya pengawasan, dalam hal ini adalah tugas BPD
dan pemerintah daerah setempat, yang dilakuan secara berkala
terhadap setiap desa agar pembangunan desa lebih tepat sasaran.
Masalah lainnya juga akan ditimbul, yaitu adanya perbedaanperbedaan keadaan atau kondisi desa yang ada di Indonesia. Ada desa
yang memang sudah mandiri dan sudah mampu menyejahterakan
masyarakatnya dengan berbagai cara sebelum adanya lahirnya UU
Desa. Akan tetapi, ada pula desa yang tertinggal dan masih belum
belum bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Jika nantinya
akan dikucurkan dana alokasi tersebut, dikhawatirkan akan mubazir
bagi desa maju dan akan tetap merasa kekurangan bagi desa
tertinggal. Sekali lagi, peran pengawasan sangat diharapkan mampu
mengawasi penggunaan dana alokasi tersebut agar dana alokasi
tersebut tepat sasaran sesuai kebutuhan dan keperluan masing-masing
desa.
Masa jabatan kepala desa juga mungkin saja akan menjadi
permasalahan. Pada UU Desa, dijelaskan masa jabatan kepala desa
adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali dalam 3 periode, boleh
berturut-turut atau tidak. Masa jabatan yang tergolong lama ini,
ditakutkan akan lahir raja-raja kecil di desa. Terlebih lagi, dengan
kewenangan yang diberikan pada setiap kepala desa cukup bebas dan
keuntungan-keuntungan menjadi kepala desa yang dapat mengiurkan

13

bagi setiap orang, memungkinkan seseorang dengan segala cara agar


dapat menduduki jabatan sebagai kepala desa. Untuk itu, masyarakat
desa harus jeli memilih kepala desa yang memang berkompeten dalam
menanggulangi permasalahan-permasalahan yang ada di desanya.
Dengan menggunakan pemilihan secara langsung, masyarakat desa
diharapkan mampu menepatkan orang-orang terbaik di desanya pada
setiap posisi di perangkat desanya, terlebih pada posisi kepala desa.
Tingkatan kepedulian masyarakat desa dalam berdemokrasi, secara
tidak langsung, juga akan berpengaruh dalam pembangunanpembangunan di wilayahnya. Penepatan orang baik dan memang
mampu mengatasi permasalahan desa pada tingkat kepala desa,
pastilah akan berdampak positif dalam perubahan-perubahan yang
terjadi ke depannya. Sebaliknya, jika salah memilih, bukan malah
mengatasi permasalahan tetapi akan menimbulkan permasalahan baru
yang mungkin lebih besar lagi.
Masih

berkaitan

dengan

pentingnya

masyarakat

desa

memahami demokrasi, maka masyarakat desa mau tidak mau harus


memiliki pemahaman berdemokrasi itu sendiri. Salah satu caranya
adalah dengan jalur pendidikan. Dengan pendidikan yang baik dan
benar, akan menghasilkan masyarakat desa yang melek berdemokrasi
dan juga dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunanpembangunan di desanya. Ini berkaitannya dengan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berbeda-beda ada pada setiap desa. Peran
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, juga
harus mampu turun tangan dalam meningkatkan SDM masyarakat
desa ini. Mengenai SDM, juga berkaitan erat dengan tata kelola yang
akan dikerjakan oleh perangkat desa. Maka dari itu, dengan
meningkatnya SDM di suatu desa, juga akan berdampak baik terhadap
tata kelola pemerintahan desanya.
Lalu, pada penempatan perangkat desa itu sendiri, UU Desa
tidak secara khusus menjelaskan tentang keberadaan perempuan
minimal 30 persen di perangkat desa. Hal tersebut dianggap penting,

14

karena jangan sampai perempuan-perempuan di desa hanya akan


dijadikan obyek pengaturan, bukan sebagai subyek. Dengan adanya
perempuan di perangkat desa, diharapkan dapat menyalurkan aspirasi
perempuan-perempuan lainnya di desa tersebut.
Dari sekian kelebihan dan kekurangan yang telah disampaikan,
UU Desa ini harus diapresiasikan. UU ini memberikan pengakuan
terhadap setiap desa yang ada di Indonesia sebagai ujung tombak
pemerintahan. UU ini juga memberikan keleluasaan pada setiap desa
untuk mengatur pembangunan di desanya yang bertujuan sebesarbesarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat desa. UU
Desa akan berfungsi baik jika semua pihak saling mendukung dan
saling membantu dalam menjalankan amanah UU tersebut. Jika semua
pihak mampu menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan yang
diamanahkan, maka bukan tidak mungkin pembangunan di desa akan
semakin baik dan dapat menyejahterakan masyarakat desa itu sendiri
serta membantu pembangunan nasional secara keseluruhan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa telah
memberikan pemerintah desa dalam melakukan pembangunan desa
dengan sebesar-besarnya memanfaatkan sumber daya desa yang ada
dengan kewenangan yang dimilikinya. Arah pembangunan Indonesia harus
dimulai dari desa hingga bisa menjadi magnet bagi peningkatan
pembangunan ekonomi rakyat yang jelas akan berdampak pada
meningkatnya kesejahteraan rakyat desa menjadi lebih menarik.
Adapun kelebihan UU Desa yang paling terlihat adalah
pemanfaatan UU Desa sebagai dasar pijakan dan dasar hukum yang jelas
bagi setiap desa di Indonesia. Sedangkan, kekurangan UU Desa terletak
pada pengertian desa adat yang berbeda dengan pengertian masyarakat
desa adat itu sendiri. Perbedaan ini mungkin saja akan menimbulkan

15

dampak dikemudian hari jika tidak ditanggulangi sejak diri. Dana alokasi
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
tergolong cukup besar terhadap setiap desa per tahunnya, juga bisa
menjadi permasalahan jika tidak diawasi secara maksimal dan berkala.
Kemudian, tidak adanya pembahasan secara khusus pada UU Desa tentang
penempatan perempuan minimal 30 persen pada perangkat desa. Dan yang
terpenting adalah, belum siapnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada
di desa untuk menjalankan UU Desa ini dan tentunya akan berdampak
terhadap tata kelola pemerintahan desa itu sendiri.
B. Saran
Pemerintah dan masyarakat harus tetap bekerja sama dengan niat yang
baik agar dapat menjalankan Undang Undang Desa yg telah ada dan
dibuat. Dan sangat diharapkan bagi masyarakat agar dapat terus
bersosialisasi dengan baik sesama masyarakat agar dapat mengurangi
timbulnya masalah dalam kehidupan bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa.
2. http://setkab.go.id/berita-11923-presiden-teken-uu-desa-kepaladesa-kini-dapat-gaji-dan-tunjangantetap.html
(http://www.jurnas.com/news/133227/AntisipasiPermasalahan-dan-Usulan-Revisi-UU-Desa2014/1/Nasional/Opini
3. http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-nisa-ayat-56-63.html

16

Anda mungkin juga menyukai