Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PEMERINTAHAN DAERAH

DESA YANG DIKATEGORIKAN MAJU DAN TERTINGGAL


DOSEN PENGAMPU: Dr.Rossi Maunofa Widayat ,S.IP.,M.A.

DISUSUN OLEH :
FAIJAH MARDIAH (2021B1D022)
JODI (2021B1D026)
MUHAMMAD DASTIN(2021B1D033)
NURAHMI YULLAH (2021B1D037)
SAFIRAH ANDAYANI (2021B1D040)

PROGRAM STUDY ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmannirrahim.....

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan banyak limpahan
nikmatnya, nikmat sehat maupun nikmat kecerdasan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Kedua kalinya tak lupa sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada sang pembawa kebenaran Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan
kita kejalan yang diridhoi oleh Allah.

Makalah ini merupakan latihan dalam proses pembelajaran mahasiswa untuk


membiasakan menyusun makalah yang baik dan benar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semuanya khususnya bagi generasi muda yang peduli terhadap bahasa nasionalnya sendiri
dan saran tetap kami harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini, karena kami
yakin makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Mataram,11 Oktober 2022

Kelompok 1
Daftar Isi

Halaman Judul………………………………………………………………..….i

Kata Pengantar......................................................................................................ii

Daftar Isi ..............................................................................................................iii

 BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….…1

 1.1 Latar Belakang ................................................................................................1

 1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................2

1.3 Tujuan………………………………………………………………………..2

 BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...3

 2.1 Pancasila Sebagai Konstitusi Negara………………………………………...3

 2.2 Sejarah Konstitusi di Indonesia.......................................................................6

 2.3 Hukum Sebagai Norma Sosial.........................................................................8

 BAB III PENUTUP……………………………………………………………..11

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................11

3.2 Saran…………………………………………………………………………11

 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................12
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap undang-undang memiliki keistimewaan sendiri-sendiri. UU Desa pastilah
istimewa. UU 6 tahun 2014 tentang Desa telah mengubah dan mendorong masyarakat desa
untuk lebih agresif membangun desanya. Apa yang dilakukan warga desa-desa ini jika
diakumulasikan dalam gerakan nasional atau capaian pembangunan tentu adalah hal yang
mustahil dicapai negara pada masa-masa yang lampau, atau bahkan negara lain. Mengapa?
semangat gotong-royong membangun desa adalah hal yang tidak bisa dinilai dengan uang,
atau tidak sebanding dengan capaian yang dihasilkannya.
Desa menjadi ujung tombak dalam pembangunan maupun ketahanan ekonomi nasional.
Suasana sulit seperti pandemi COVID-19 dapat dilalui karena dukungan masyarakat terutama
masyarakat desa yang sebagai komunitas dapat menelaah peraturan-peraturan dan informasi-
informasi penting dari pemerintah untuk diimplementasikan di desanya. UU Desa ada
ataupun tidak, masyarakat desa akan tetap ada dan eksis. Dorongan UU 6 tahun 2014 tentang
Desa semestinya menjadi hal positif untuk bisa dimanfaatkan demi kemaslahatan bernegara.
Apalagi ditunjang dengan adanya Kementerian Desa, desa akan lebih bisa melompat jauh,
karena ada pemerintah yang memiliki kekhususan mengurusi desa.
Desa memang pelik, memiliki berbagai komponen yang perlu didorong untuk dapat
bermanfaat bagi warganya. Pelik karena berhubungan langsung dengan keperluan dan
kebutuhan masyarakat yang secara cepat harus bisa dirampungkan. Selain kepelikan tersebut
adalah kekuatan, dimana pengendalian inflasi maupun perekonomian yang nyata ada di
masyarakat ada di sini. Kenyamanan dan kesejahteraan masing-masing orang di desa
merupakan kekuatan dan modal menghalau bayangan krisis ekonomi yang menghadang
setiap saat. Mereka menggunakan dan mengumpulkan uang dari hasil bumi dan desanya,
membelanjakan di lingkungan demi perputaran ekonomi. Jika dihitung satu per satu mungkin
tidak begitu fantastis namun apabila diakumulasikan, merekalah sebenaranya sumbu
ekonomi nasional.
UU 6 tahun 2014 tentang desa ini mendefinisikan bahwa desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan NKRI.
Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan
hidupnya dalam NKRI. Sebelum adanya UU 6 tahun 2014 tentang Desa. Banyak perubahan
aturan namun belum dapat mewadahi semuanya sebagaimana banyak perubahan dalam
sejarah pengaturan desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah,


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan
Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik
Indonesia,
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah,
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa,
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir
dengan
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat kita simpulkan beberapa rumusan
masalah sebagi berikut:
1.Apa saja indikator suatu desa dapat dikatakan maju ?
2.Carilah desa yang dikategorikan maju dan tertinggal ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui apa saja indikator desa dikatakan maju
2.Untuk mengetahui desa-desa yang tergolong kedalam desa maju dan tertinggal
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Indikator Desa Dikatakan Maju

Pemerintah negara Republik Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa


Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang merupakan
penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan negara Indonesia. Desa yang memiliki hak asal
usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan
demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kukuh dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Dengan
demikian, tujuan ditetapkannya pengaturan Desa dalam Undang-Undang ini merupakan
penjabaran lebih lanjut dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (7) dan Pasal
18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:

1. memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
2. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia;
3. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
4. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
5. membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka,
serta bertanggung jawab;
6. meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat
perwujudan kesejahteraan umum;
7. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan
masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari
ketahanan nasional;
8. memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional; dan
9. memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

Asas Pengaturan

Asas pengaturan dalam Undang-Undang ini adalah:

1. Rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul;


2. Subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan
keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat Desa;
3. keberagaman, yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat Desa, tetapi dengan tetap mengindahkan sistem nilai
bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
4. kebersamaan, yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerja sama dengan
prinsip saling menghargai antara kelembagaan di tingkat Desa dan unsur
masyarakat Desa dalam membangun Desa;
5. kegotongroyongan, yaitu kebiasaan saling tolong-menolong untuk membangun
Desa;
6. kekeluargaan, yaitu kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai bagian dari satu
kesatuan keluarga besar masyarakat Desa;
7. musyawarah, yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat Desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan;
8. demokrasi, yaitu sistem pengorganisasian masyarakat Desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat Desa atau dengan persetujuan
masyarakat Desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan dijamin;
9. kemandirian, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan
masyarakat Desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi
kebutuhannya dengan kemampuan sendiri;
10. partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan;
11. kesetaraan, yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran;
12. pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat Desa melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa; dan
13. keberlanjutan, yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi,
terintegrasi, dan berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan
program pembangunan Desa.

Anda mungkin juga menyukai