Oleh :
Garini Listiana Dewi (10040020006)
Alika Fitria R (10040020023)
Vira Marcela (10040020101)
M Rendy Rinaldy (10040020104)
M Herlan Jalary (10040020108)
Secara definisi hukum ekonomi adalah keseluruhan kaidah hukum baik hukum
administrasi negara yang dibuat oleh eksekutif maupun undang-undang yang dibuat oleh
legislatif, bahkan termasuk juga kaidah hukum internasional, yang bertujuan untuk
mengatur, mengawasi dan mengarahkan keseluruhan aktivitas ekonomi dari pelaku usaha
ekonomi di suatu wilayah negara. Dari definisi di atas peraturan perundang-undangan No.
6 Tahun 2014 Tentang Desa merupakan kajian hukum ekonomi karena:
1. Karena salah satu ciri penting dari Hukum Ekonomi, adalah adanya keterlibatan
Negara/Pemerintah dalam pengaturan berbagai kegiatan perdagangan, industri,
dan keuangan. Dalam hal Pemerintah ikut campur pada urusan yang semula
bersifat pribadi untuk mencapai tujuan Negara yaitu : Keadilan dan Kemakmuran.
2. Sebagaimana tercantum dalam : Pasal 1 Angka 8 "Pembangunan Desa adalah
upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar- besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa." Pasal 4 Huruf H"memajukan perekonomian
masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan Pasal 4
Huruf I "memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan." Undang-
Undang tersebut menegaskan bahwa penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika.
3. Sebagai salah satu bentuk pembangunan masyarakat khususnya desa dalam UU
NO 6 TAHUN 2014 Tentang Desa, dalam mewujudkan pembangunan tersebut,
dalam undang-undang tersebut mengatur mengenai BUMD sebagaimana
tercantum dalam: Pasal 1 angka 6 "Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya
disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk sebesar- besarnya kesejahteraan masyarakat Desa."
Kemudian jika dihubungkan dengan teori kelangkaan, maka yang menjadi kelangkaan
berdasarkan peraturan ini adalah adanya Kelangkaan Kelangkaan sumber daya
entrepreneurship. Kelangkaan tersebut merupakan kelangkaan yang bertugas mengelola
dan menggabungkan tiga unsur (alam, manusia, dan modal) untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Kelangkaan ini terjadi akibat sedikitnya orang-orang yang berinovasi dan
berkreasi. Akibatnya sumber-sumber ekonomi tidak bisa dikelola dengan maksimal karena
gagasan kreatif kurang terlaksana dengan baik. Karena untuk berkreasi atau berinovasi
masyarakat desa sulit untuk melakukannya sebab keterbatasan bahan yang mereka butuh
kan, terkadang untuk mempunyai alat yang memadai masyarakat desa harus ke kota untuk
memenuhi kebutuhannya dalam produksi kreativitas dan berinovasi. beberapa faktor
penyebab terjadinya kelangkaan yakni perbedaan letak geografis; pertumbuhan masyarakat
yang cepat; kemampuan produksi; perkembangan teknologi yang tidak merata; bencana
alam. Hal lain yang mempengaruhi adalah dalam pemasaran produk kreativitas desa
tergolong sulit sebab dalam penjualannya masyarakat desa cenderung menjual barang
produksinya ke daerah yang di dekat desanya saja sebab jika di produksi dalam skala besar
kebanyakan masyarakat desa terhambat dalam penyediaan modal dan bahan seperti yang
telah di jelaskan, oleh sebab itu pemerintah pun harus memastikan bahwa masyarakat desa
mendapatkan hal yang haknya termasuk dalam produksi barang kreatif serta pemerintah
pun harus membantu UMKM yang berada di desa agar dalam penjualannya dapat di sebar
secara massal dan skala yang besar dengan memberikan kemudahan dalam mengatasi
faktor yang menghambat produksi barang kreatif terutama di desa.
Hal ini terbukti sebagaimana dijelaskan dalam bagian menimbang yang berbunyi:
“Bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah berkembang
dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat,
maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam
melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera”
“Bahwa Desa dalam susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan perlu diatur tersendiri dengan undang-undang”
Dalam pengelolaan keuangan dan ekonomi di tingkat desa, kaidah-kaidah hukum ekonomi
tersebut harus diterapkan secara seimbang untuk mencapai tujuan pembangunan desa yang
berkelanjutan dan inklusif. Desa harus memperhatikan berbagai aspek dan
mempertimbangkan berbagai faktor dalam mengambil keputusan ekonomi.
Kesimpulan:
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa termasuk ke dalam lingkup kajian
hukum ekonomi karena undang-undang ini mengatur dalam upaya peningkatan kualitas
hidup dan kehidupan untuk kesejahteraan masyarakat desa. Undang-undang ini termasuk
ke dalam lingkup kajian hukum ekonomi karena undang-undang ini mengatur dalam upaya
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk kesejahteraan masyarakat desa. Peraturan
ini menggunakan pendekatan futuristic / antisipatoris sebagaimana banyak disebutkan
dalam undang-undang ini bahwa regulasi ini berasaskan ataupun bertujuan untuk
menunjang keberlanjutan. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 78 yaitu Pembangunan
Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia
serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.