Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

Diajukan kepada DR. RATNA JANUARITA, S.H., LL.M., M.H. dan


ASEP HAKIM ZAKIRAN, S.H., M.H
Tugas Ini Diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Hukum Ekonomi Pembangunan C

Oleh :
Garini Listiana Dewi (10040020006)
Alika Fitria R (10040020023)
Vira Marcela (10040020101)
M Rendy Rinaldy (10040020104)
M Herlan Jalary (10040020108)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2023
1.1 UNDANG – UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 DALAM KAJIAN HUKUM
EKONOMI DAN DI HUBUNGKAN DENGAN TEORI KELANGKAAN

Secara definisi hukum ekonomi adalah keseluruhan kaidah hukum baik hukum
administrasi negara yang dibuat oleh eksekutif maupun undang-undang yang dibuat oleh
legislatif, bahkan termasuk juga kaidah hukum internasional, yang bertujuan untuk
mengatur, mengawasi dan mengarahkan keseluruhan aktivitas ekonomi dari pelaku usaha
ekonomi di suatu wilayah negara. Dari definisi di atas peraturan perundang-undangan No.
6 Tahun 2014 Tentang Desa merupakan kajian hukum ekonomi karena:
1. Karena salah satu ciri penting dari Hukum Ekonomi, adalah adanya keterlibatan
Negara/Pemerintah dalam pengaturan berbagai kegiatan perdagangan, industri,
dan keuangan. Dalam hal Pemerintah ikut campur pada urusan yang semula
bersifat pribadi untuk mencapai tujuan Negara yaitu : Keadilan dan Kemakmuran.
2. Sebagaimana tercantum dalam : Pasal 1 Angka 8 "Pembangunan Desa adalah
upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar- besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa." Pasal 4 Huruf H"memajukan perekonomian
masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan Pasal 4
Huruf I "memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan." Undang-
Undang tersebut menegaskan bahwa penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika.
3. Sebagai salah satu bentuk pembangunan masyarakat khususnya desa dalam UU
NO 6 TAHUN 2014 Tentang Desa, dalam mewujudkan pembangunan tersebut,
dalam undang-undang tersebut mengatur mengenai BUMD sebagaimana
tercantum dalam: Pasal 1 angka 6 "Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya
disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk sebesar- besarnya kesejahteraan masyarakat Desa."

Kemudian jika dihubungkan dengan teori kelangkaan, maka yang menjadi kelangkaan
berdasarkan peraturan ini adalah adanya Kelangkaan Kelangkaan sumber daya
entrepreneurship. Kelangkaan tersebut merupakan kelangkaan yang bertugas mengelola
dan menggabungkan tiga unsur (alam, manusia, dan modal) untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Kelangkaan ini terjadi akibat sedikitnya orang-orang yang berinovasi dan
berkreasi. Akibatnya sumber-sumber ekonomi tidak bisa dikelola dengan maksimal karena
gagasan kreatif kurang terlaksana dengan baik. Karena untuk berkreasi atau berinovasi
masyarakat desa sulit untuk melakukannya sebab keterbatasan bahan yang mereka butuh
kan, terkadang untuk mempunyai alat yang memadai masyarakat desa harus ke kota untuk
memenuhi kebutuhannya dalam produksi kreativitas dan berinovasi. beberapa faktor
penyebab terjadinya kelangkaan yakni perbedaan letak geografis; pertumbuhan masyarakat
yang cepat; kemampuan produksi; perkembangan teknologi yang tidak merata; bencana
alam. Hal lain yang mempengaruhi adalah dalam pemasaran produk kreativitas desa
tergolong sulit sebab dalam penjualannya masyarakat desa cenderung menjual barang
produksinya ke daerah yang di dekat desanya saja sebab jika di produksi dalam skala besar
kebanyakan masyarakat desa terhambat dalam penyediaan modal dan bahan seperti yang
telah di jelaskan, oleh sebab itu pemerintah pun harus memastikan bahwa masyarakat desa
mendapatkan hal yang haknya termasuk dalam produksi barang kreatif serta pemerintah
pun harus membantu UMKM yang berada di desa agar dalam penjualannya dapat di sebar
secara massal dan skala yang besar dengan memberikan kemudahan dalam mengatasi
faktor yang menghambat produksi barang kreatif terutama di desa.
Hal ini terbukti sebagaimana dijelaskan dalam bagian menimbang yang berbunyi:
“Bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah berkembang
dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat,
maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam
melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera”
“Bahwa Desa dalam susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan perlu diatur tersendiri dengan undang-undang”

1.2 PERAN PEMERINTAH


1. Menciptakan Kepastian Hukum
Kepastian hukum dapat diartikan sebagai kejelasan norma sehingga dapat dijadikan
pedoman bagi masyarakat yang dikenakan oleh suatu peraturan. Dalam kaitannya dengan
Undang – Undang ini, desa diberi kewenangan penuh mengelola sumber daya. Undang-
undang tersebut mengatur tata kelola pemerintahan desa, baik perangkat, masyarakat,
maupun pengembangan ekonomi yang mungkin dikembangkan di desa serta penguatan
sistem informasi desa. Pemerintah desa memiliki kewenangan tinggi dalam pengembangan
desa. Selain itu, dibangunnya mekanisme checks and balances kewenangan di desa dengan
pengaktifan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk mendorong akuntabilitas
pelayanan yang lebih baik kepada warga desa.
2. Meningkatkan Kualitas Hidup Penduduk Desa
Pembangunan desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
menjelaskan bahwa tujuan pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan
potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan. Disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
merupakan optimisme serta harapan akan terwujudnya desa yang madiri serta sejahtera
dalam berkehidupan. Dan ketika kita bandingkan dengan Undang-Undang tentang desa
yang diterapkan sebelumnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 lebih bisa
mengakomodasi sistem desa serta aparaturnya untuk menjadi mandiri karena undang-
undang tersebut mengandung nilai-nilai reformasi.
3. Meningkatkan Pembangunan Desa
UU Desa telah memberi suatu kerangka aturan untuk terlaksananya proses pembangunan
desa secara mandiri mulai dari tahap awal, yaitu: perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi yang mana desa dijadikan sebagai subjek dalam keseluruhan prosesnya. Undang-
Undang Desa No. 6 Tahun 2014 dapat dikatakan sebagai proses mengembalikan
kepercayaan negara kepada desa yang selama ini menjadi objek pembangunan baik dari
kabupaten maupun pusat. Dengan dibuktikannya penerapan Asas recognisi dan asas
subsidiaritas yang merupakan upaya konkret dalam mewujudkan kemandirian desa
tersebut. Secara substansial Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa mengatur
mengenai Kedudukan dan Jenis Desa, Penataan Desa, Kewenangan Desa,
Penyelenggaraan pemerintahan desa; hak dan kewaiban desa dan masyarakat desa;
keuangan desa dan aset desa; pembangunan desa dan pembangunan kawasan pedesaan.
Sebagai paraturan yang baru undang- undang desa ini senantiasa diikuti dengan perubahan
atau perkembangan yang disesuaikan dengan globalisasi dan modernisasi seperti yang ada
saat ini. Tentunya pemberlakuan peraturan desa tersebut juga akan memberikan implikasi
positif dan negatif pada pemerintahan desa. Dampak positif salah satunya adalah sebagai
wujud nyata pengakuan terhadap keberadaan desa di tengah era globalisasi dan dampak
negatifnya adalah kecenderungan sumber daya desa dan sumber daya manusia nya yang
tidak mampu akan mengakibatkan masyarakat desa dan pemerintah desa akan semakin
terpuruk yang terkesan dipaksakan.
4. Menciptakan Kesejahteraan Bagi Masyarakat
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu harapan bahwa desa dapat medapatkan
kesejahteraan dengan otonomi yang diberikan. Melihat dari Undang-Undang sebelumnya
bahwa, desa tidak memiliki otonomi untuk mengurus wilayah sendiri yang menyebabkan
kemajuan desa semakin terhambat. Pada masa Orde Baru dalam Undang- Undang Nomor
5 Tahun 1979, yang menyebabkan merosotnya nilai-nilai sosial budaya desa serta
kesejahteraan, hal tersebut disebabkan dicabutnya otonomi desa serta struktur desa dan
nama desa dibuat seragam. Kemudian runtuhnya Orde Baru masuk era reformasi,
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Desa yang
mengembalikan pengakuan terhadap keragaman dan keunikan desa sebagai self governing
community. Kemudian Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Desa, yang memberikan kewenangan otonom bagi pemerintahan desa. Dan Undang-
Undang 6 Tahun 2014 adalah semangat baru terwujudnya a local self government dan self
governing community. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
berperan sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah
Desa di sini sebagai Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Selain sebagai regulator sebagaimana dijelaskan di atas, pemerintah juga berperan sebagai
pelaku ekonomi, dimana pemerintah melalui peraturan ini bertindak atau ikut serta dalam
perekonomian daerah terutama dalam hal pendistribusian modal ataupun uang yang
beredar di daerahnya.

1.3 RUANG LINGKUP


Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa termasuk ke dalam Ruang Lingkup
Hukum Ekonomi Pembangunan dimana Undang-undang ini melalukan pembangunan desa
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan dan pembangunan
desa disesuaikan dan mengacu kepada perencanaan pembangunan kabupten/kota yang di
selenggarakan dengan mengikut sertakan masyarakat desa melalui musyawarah
perencanaan pembangunan desa yang berkaitan dengan penetapam prioritas, program,
kegiatan dan kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh APBD desa, swadaya
masyarakat desa, dan atau berasal dari APBD Kabupaten/Kota. Pembangunan desa
bersumber dari pendapatan desa yaitu: Pendapatan asli desa yaitu hasil usaha, aset dan
pendapatan lain asli desa, Alokasi anggaran pendapatan dan belanja negara, Bagian dari
hasil pajak daerah Kabupaten/Kota, Alokasi Dana Desa, Bantuan keuangan dari anggaran
pendapatan dan belanja provinsi atau Kabupaten/kota, Hibah dan sumbangan. Bila UU
Desa ini diterapkan secara konsisten , maka akan terjadi pemberdayaan dari unit
pemerintahan desa untuk menggerakkan roda pembangunan. Otonomi desa ini harus
diiringi kesadaran akan pemahaman spirit otonomi bagi seluruh penggerak warga desa dan
kapasitas perangkat juga masyarakat dalam memahami tata kelola pemerintahan.
UU ini sangat penting sebagai upaya mengoreksi sistem pengelolaan ekonomi yang selama
ini terlalu bertumpu pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi kurang memperhatikan
kualitas dari pertumbuhan itu sendiri, dan lebih condong ke model perkotaan. Undang-
undang tersebut mengatur tata kelola pemerintahan desa, baik perangkat, masyarakat,
maupun pengembangan ekonomi yang mungkin dikembangkan di desa serta penguatan
sistem informasi desa. Pemerintah desa memiliki kewenangan tinggi dalam pengembangan
desa. Selain itu, dibangunnya mekanisme checks and balances kewenangan di desa dengan
pengaktifan BPD untuk mendorong akuntabilitas pelayanan yang lebih baik kepada warga
desa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut:
 Memberikan kewenangan yang luas kepada desa dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi yang ada di desa.
 Memberikan kewenangan kepada desa dalam perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan di desa.
 Memberikan kewenangan kepada desa dalam pengelolaan keuangan desa secara
mandiri.
 Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa melalui musyawarah
desa dan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang demokratis.
 Menjamin hak-hak masyarakat desa dalam pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan kepentingan desa.
 Memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat desa dalam mengelola
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi di desa.
 Mendorong terciptanya kemandirian desa dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
desa.
Secara umum, karakteristik Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bertujuan
untuk memberikan kewenangan yang lebih luas dan mandiri kepada desa dalam mengelola
pembangunan dan sumber daya di wilayahnya, serta meningkatkan partisipasi dan
perlindungan hak-hak masyarakat desa dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan
sumber daya.

1.4 METODE PENDEKATAN HUKUM EKONOMI


Dalam peraturan ini mengandung metode pendekatan hukum ekonomi, yaitu Pendekatan
Ekonomi Futuristik dan Pendekatan Ekonomi Interdisipliner.
Pendekatan Ekonomi Futuristik merupakan metode pendekatan yang memperhatikan
aspek- aspek yang berkaitan dengan masa yang akan datang atau melihat kemungkinan-
kemungkinan masalah akan muncul di masa depan. Peraturan ini menggunakan pendekatan
futuristic / antisipatoris sebagaimana banyak disebutkan dalam undang-undang ini bahwa
regulasi ini berasaskan ataupun bertujuan untuk menunjang keberlanjutan. dalam hal ini
keberlanjutan yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi, terintegrasi, dan
berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan Desa.
Sedangkan Pendekatan Ekonomi Interdisipliner ini adalah pendekatan dalam pemecahan
suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang
relevan secara terpadu. Jika dihubungkan dengan Peraturan ini, tentu saja peraturan ini
disusun dengan metode pendekatan interdisipliner, karena dalam penyusunannya, tidak
hanya tinjauan disiplin ilmu Ekonomi saja yang dibutuhkan namun tinjauan disiplin ilmu
hukum juga dibutuhkan, seperti hukum pidana dan HTN.
Adapun bukti pasal-pasal yang mendukung adalah sebagai berikut:
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 78 yaitu Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana
Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan secara berkelanjutan. Dan juga dalam Pasal 43 yang berbunyi sebagai berikut :
“Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dan
Pasal 42 diberhentikan oleh Bupati/Walikota setelah dinyatakan sebagai terpidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.”
1.5. ASAS-ASAS HUKUM EKONOMI
Asas yang terkandung dalam Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
adalah:
1. Kebebasan Ekonomi
Asas kebebasan ekonomi dapat ditemukan dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014 Pasal 92,
yang menyatakan bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengelola
kegiatan perekonomian desa. Dalam pelaksanaannya, desa dapat memilih model ekonomi
yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi ekonomi desa. Desa dapat menerapkan model
ekonomi pasar, model ekonomi campuran, atau model ekonomi yang didasarkan pada asas
gotong royong. Asas kebebasan ekonomi dalam UU Desa ini memberikan kesempatan bagi
desa untuk mengembangkan potensi ekonomi dan mencapai kemandirian ekonomi.
2. Keadilan Ekonomi
Asas keadilan ekonomi dapat ditemukan dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014 Pasal 7, yang
menyatakan bahwa tujuan dari pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mengurangi kesenjangan antara desa dan kota. Dalam pelaksanaannya,
desa harus memastikan bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya
menguntungkan segelintir orang, tetapi juga mampu memberikan manfaat bagi seluruh
masyarakat desa. Desa juga harus memperhatikan keseimbangan antara kepentingan
ekonomi dan kepentingan sosial dalam pengambilan keputusan.
3. Efisiensi Ekonomi
Asas efisiensi ekonomi dapat ditemukan dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014 Pasal 96, yang
menyatakan bahwa desa harus mengelola keuangan dan aset desa secara efektif, efisien,
dan akuntabel. Dalam pelaksanaannya, desa harus memastikan bahwa penggunaan sumber
daya desa dilakukan secara optimal dan menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat desa. Desa juga harus memastikan bahwa setiap kegiatan ekonomi yang
dilakukan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, sehingga dapat memberikan manfaat yang
maksimal bagi masyarakat desa.
4. Transparansi dan Akuntabilitas
Asas transparansi dan akuntabilitas dapat ditemukan dalam UU Desa No. 6 Tahun
2014 Pasal 92 ayat (3), yang menyatakan bahwa setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh desa harus dilakukan secara terbuka dan transparan. Desa harus menyampaikan
informasi mengenai kegiatan ekonomi dan pengelolaan keuangan desa kepada masyarakat
secara berkala. Desa juga harus memastikan bahwa penggunaan sumber daya desa
dilakukan secara akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam pengelolaan keuangan dan ekonomi di tingkat desa, asas-asas hukum
ekonomi tersebut harus diterapkan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
pembangunan desa yang berkelanjutan dan inklusif.

1.6. KAIDAH-KAIDAH HUKUM EKONOMI


Berikut ini adalah beberapa kaidah hukum ekonomi yang dapat ditemukan dalam Undang-
Undang Desa:
1. Kaidah Pasar
Kaidah pasar adalah kaidah hukum ekonomi yang mengacu pada interaksi antara
penawaran dan permintaan. Kaidah ini dapat ditemukan dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014
Pasal 92, yang memberikan kewenangan kepada desa untuk mengatur dan mengelola
kegiatan perekonomian desa dengan menggunakan model ekonomi pasar. Desa dapat
memanfaatkan potensi ekonomi lokal dan memanfaatkan mekanisme pasar dalam
mengelola sumber daya desa.
2. Kaidah Keseimbangan
Kaidah keseimbangan adalah kaidah hukum ekonomi yang menekankan pentingnya
menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan sosial. Kaidah ini
dapat ditemukan dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014 Pasal 7, yang menetapkan bahwa
tujuan dari pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mengurangi kesenjangan antara desa dan kota. Dalam pelaksanaannya, desa harus
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan sosial dalam
pengambilan keputusan.
3. Kaidah Efisiensi
Kaidah efisiensi adalah kaidah hukum ekonomi yang menekankan pentingnya penggunaan
sumber daya secara efektif dan efisien. Kaidah ini dapat ditemukan dalam UU Desa No. 6
Tahun 2014 Pasal 96, yang menetapkan bahwa desa harus mengelola keuangan dan aset
desa secara efektif, efisien, dan akuntabel. Dalam pelaksanaannya, desa harus memastikan
bahwa penggunaan sumber daya desa dilakukan secara optimal dan menghasilkan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat desa.
4. Kaidah Keadilan
Kaidah keadilan adalah kaidah hukum ekonomi yang menekankan pentingnya adil dalam
membagi dan mendistribusikan hasil kegiatan ekonomi. Kaidah ini dapat ditemukan dalam
UU Desa No. 6 Tahun 2014 Pasal 7, yang menetapkan bahwa tujuan dari pembangunan
desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kesenjangan antara
desa dan kota. Dalam pelaksanaannya, desa harus memastikan bahwa kegiatan ekonomi
yang dilakukan tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi juga mampu
memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat desa.

Dalam pengelolaan keuangan dan ekonomi di tingkat desa, kaidah-kaidah hukum ekonomi
tersebut harus diterapkan secara seimbang untuk mencapai tujuan pembangunan desa yang
berkelanjutan dan inklusif. Desa harus memperhatikan berbagai aspek dan
mempertimbangkan berbagai faktor dalam mengambil keputusan ekonomi.

Kesimpulan:
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa termasuk ke dalam lingkup kajian
hukum ekonomi karena undang-undang ini mengatur dalam upaya peningkatan kualitas
hidup dan kehidupan untuk kesejahteraan masyarakat desa. Undang-undang ini termasuk
ke dalam lingkup kajian hukum ekonomi karena undang-undang ini mengatur dalam upaya
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk kesejahteraan masyarakat desa. Peraturan
ini menggunakan pendekatan futuristic / antisipatoris sebagaimana banyak disebutkan
dalam undang-undang ini bahwa regulasi ini berasaskan ataupun bertujuan untuk
menunjang keberlanjutan. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 78 yaitu Pembangunan
Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia
serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai