Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Repablik Indonesia, seuatu kesatuan hukum serta

mengikuti asas - asas desentralisasi untuk terseelenggarakan pemerintah dengan

pola memberi peluang terhadap daerah demi menyelenggaraken otonom (Haw

Wijaya, 2009 : 1). Pembagian daerah Indonesia yang merupakan daerah besar

dannkecil dengan bentukkdan susunann pemerintahannyaaditetapkan berdasarkan

undang-undang..Pengakuan ini tidak terbatas pada suatu bentuk lembaga tetapi

juga aspek struktural organisasi-oganisasi, mekanisme kerja, dan peraturan yang

terkand ung didalamnya,sserta sebagai hak dan suatu kewajiban yang berada

didalam suatu sistem tertentu serta kelembagaan. (Agustin Teras Narang, 2003 :

98-99).

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi,

daerah-daerah Provinsi dibagi atas kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintah

daerah yang diatur dengan Undang-Undang. Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945. Daerah yang mempunyai otonomi memberikan

suatu ruang dan lingkup bergerak kepada masyarakat yang turut berpartisispan

dalam pembangunan dan menciptakan masyarakat sosial yang tidak tertuju

terhadap objek-objek pembangunan melainkan partisipasi-partisipasi ini juga

dapat selaras dengan hasil pembangunan yang secepatnya di wujudkan dan

diperdayagunakan terhadap kehidupan yang berkuliatas dan mengalami

peingkatan didalam lingkup sosial.

1
BPD (Badan Permusyawaratan Desa) salah satu wujud demokrasi

didalam pelaksanaan pemerintahan desa yang merupakan unsur dalam

penyelenggara pemerintah desa. Hirarki BPD didalam pemerintah desa yakni

sebagai bukti keterlibatan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah.

Ketika orde baru (orba) keterlibatan masyarakat didalam penyelengaraan

pemerintah desa dilaksanakan sesuai dengan pembentukan LMD (Lambaga

Musawarah Desa ) yang juga LKMD (Lambaga Keterahanan Masarakat Desa).

Undang undang Nomer 23 Tahun 2014 perihal pemerintah daerah tertera

pada aturan Pasal 1 yakni Desa merupakan budaya sering dibilang kata asing,

yang merupa kesatuan elemen masyarakat yang memiliki hukum juga memiliki

tapal berbatas serta bertugas perihal mendatariskan melaksanakan perihal demi

kepenting yang mendulukan rakyatnya sekitar yang berdasar oleh komponen dan

aspirasi terkemuka, sertakan ide tradasional diklaem juga dihargai seperti model

pemerintah sebagai NKRI-nya.

Kelurahan punya wewenang khusus berdasar peraturan pemerintah

sebagaimana dimaksud pada yakni:

1. Menjalankan segala urusan pemerintah berdasarkan, hak dan wewenang

yang pada suatu desa.

2. Mempunyaii andil didalam segala aspek yang menyangkut tentang

pemerintahan baik itu berada didalam kota maupun daerah kabupaten,

yang sepenuhnya diberikan mandatnya kepada kepala kelurahan

maupun desa yaitu urusan pemerintah, persoalan menyangkut langsung

yang berdampak pada peningkatan pelayanan di masayarakat.

2
3. Fungsi dan tugas pokok pembantu oleh pemerintah baik itu pada tataran

tingkat provinsi dan pemerintah daerah.

4. Wewenang pemerintah lainnya sesuai dengan aturan terbentuk

diberikan terhadap pemerintahan kelurahan.

Bemodalkan atas regulasi mempunyai hak serta kewajibannya dalam

pengelolaan anggaran dana desa yaitu:

1. Terselenggaranya urusan pemerintahan yang telah ada sesuai dengan

kesepakatan yang telah ditentukan.

2. Terselanggaranya urusan pemerintah terhadap kewenangan daerah baik

itu tingkat kota/kabupaten yang diberikan sepenuhnya untuk desa dalam

urusan penyelenggaraan pemerintahan yang secara langsung berdampak

pada peningkatan pelayanan kerja.

3. Tujuan pembantuan oleh pemerintahan pusat, pemerintah daerah baik

itu provinsi maupun kabupaten dan kota.

4. Urusan-urusan pemerintah lainnya sesuai dengan undang-undang

deberikan sepenuhnya untuk desa.

Bersamaan dengan diterbitkannya aturan yang terbentuk, maka

memperlihatkan ragam kemampuan politik kusus ekonomi pemerintahnya

mewujudkan desa sebaga bentuk wujud pembangunan, dimana negara memberi

upaya perlindungan dan pemberdayaan desa agar lebih kuat serta sejahtera,

mandiri dan demokrasi, sehingga tercipta landasan yang kuat dalam melaksanakan

penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan menuju

terciptanya masyarakat perdesaan yang adil, makmur dan sejahtera.

3
Upaya tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis bagi bangsa

indonesia yang pada dasarnya sebahagian besar penduduk yang hidup di daerah

pedesaan sehingga mencapai 70 persen dari keseluruhan penduduk yang ada di

indonesia. Dalam hal ini pembangunan pedesaan merupakan penempatan yang

ada khususnya hal perekonomian. Namun saat ini apa yang terjadi, kesenjangan

dan ketimpangan perekonomian antara masyarakat desa dan masyarakat kota

dapat terlihat, dimana persentase penduduk kurang mampu yang lebih domain

banyak tercatat berada di pedesaan. Mayoritas masyarakat miskin yang terletak di

desa ini semakin lama semakin naik dari 13,76 persen pada september 2014

menjadi 14, 21% pada maret 2015 (Tempo, 2016). Menurut Hanif Nurcholis

(2011 : 52) fakta menunjukan bahwa desa mulai bangsa Belanda menjajah

Indonesia hingga jauh sebelum berdirinya sebuah kerajaan seperti Sriwijaya,

Majapahit, Demak, dan Mataram Islam berdiri, desa sudah berdiri dengan

lembaganya yang teratur dan tertib. Berdasarjan fakta tersebut maka dari itu para

Tokoh pendiri bangsa menghendaki agar dalam menyusun struktur pemerintahan

pada era Indonesia merdeka Indonesia harus menjadi dasar kelembagaannya.

Usulan founding fathers tentang desa beranjak dari hasil kajian yang dilakukan

para ahli khususnya bangsa Belanda. Para ahli bangsa menemukan telah adadan

memiliki kelembagaan yang lengkap dan mantap.

Proses pelaksanaan penataan dan pengelolaan terhadap pemerintahan desa

harus senantiasa dilaksanaan berdasarkan dari peraturan yang ditetapkan pada

desa tersebut. Maka tujuan penataan ini penatan oleh yang wajib memiliki tujuan

untuk mewujudkan efektivitas didalam proses penyelenggaraan pemerintahan dsa,

4
demi kesempatan untuk percepatan peningkatan sejahtranya suatu pedesaan

setempat sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan lainnya dari proses

pelaksanaan penataan desa oleh unsur pemerintah, unsurnya ragam, unsur daerah

kota-kota adalah dapat meningkatkatkan kualitas terhadap proses penyelenggaraan

pelayanan publik kepada unsur masyarakat desasebagai bagian yang dilayani, dan

juga bertujuan untuk percepatan terhadap peningkatan dari kualitas tata kelola

pemerintahan desa, serta dalam upaya untuk meningkatkan nilai-nilai daya saing

dari pemerintahan dan masyarakat desa (Rahyunir Rauf, 2016 : 197).

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini sangat diperlukan

suatau proses pemberdayaan, dimana keberadaannya dipengaruhi oleh berbagi

faktor pendukungsebagai persyaratannya. Diantaranya adalah faktor pendidikan,

kesehatan keterpaduan, dari berbagai faktor tersebut secara serasi akan

membentuk suatu kekuatan yang memungkinkan diri secara mandiri dalam

kondisi apappun untuk mencapai tujuan hidupnya.

Demi rangka meningkatnya kesejahteraan masarakat, Pemerintahan

Indonesia melaui badan pemberdayaan masarakat serta pembangun desa

membetuk sesuatu badan berkeuangan yang yang mempunyai lembaga tersendiri

didalam desa tersebut. Bumdesnya ini berupa asset dari lurah tersebut diproses

langsung olehnya pengurus strukturalnya namun tidak termasuk dalam structural

pejabat desa, yang dimanfaatkan langsung oleh masyarakat baik itu untuk

keperluan yang dalam hal ini dipergunakan untuk usaha maupun kebutuhan yang

nantinya dikembangkan. (Permen Desa, 4 Tahun 2015 : 1 ayat (2) )

5
Dalam pasal 213 Ayat (1-3) Undang – Undang diatas menyatakan bahwa

“Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai kebutuhan dan potensi

milik desa”. Selanjutnya dikuatkan dalam peraturan pemerintahan daerah

kabupaten Rokan Hulu. Yang dalam hal ini tertuang dalam peratauran tersebut

bahwa badan usaha milik desa sepenuhnya dipergunakan demi kesejahteraan

masyarakat desa setempat.

Adapun tujuan didirikannya Badan Usaha Milik Desa yaitu dengan

maksud agar dijadikannya sebagai pemanfaatan yang tepat sasaran guna

kesejahteraan masyarakat desa yang dalam hal ini seluruh komponen dan lapisan

masyarakat guna menunjang perekonomian yang diberikan kepercayaan

sepenuhnya kepada peminjam, dan mempunyai tujuannya sebagai berikut:

1. Membantu meningkatkan giatnya ekonomi bagi rakyat keseluruhan

setempat.

2. Meningkatnya kreatif juga pada komponene rakyat ini, keangotaan

masyarakatkan kelurahan juga berpendapatan dibawah rata-rata.

3. Menunjang pertumbuhan usaha-usaha kecil masyarakat setempat dalam

menciptakan inovasi dan lapangan pekerjaan tingkat desa maupun

kelurahan dengan tidak mengambil keuntungan besar.

4. Menunjuang sumber pendapatan yang ada pada desa serta mengurangi

beban pengeluaran desa.

5. Meningkatkan kesempatn berusaha dalam mengurangi pengangguran

dan juga membantu pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

bagai masyarakat miskin.

6
6. Sebagai pusat pelayanan ekonomi dan merupakan satu kesatuan

ekonomi masyarakat desa.

Usaha-usaha yang berbentuk badan mempunya jenis – jenis hasil dapat

dilihat dalam (Pembentukan Badan Usaha Milik Desa, 1 Tahun 2011) pada pasal

5 ayat (2) yakni :

a) Pelayanan jasa yang meliputi simpan pinjam, perkreditan, angkutan

darat, penerangan dan hal yang menyangkut lainnya.

b) Penyaluran bagi setiap komponen desa yang memerlukannya.

c) Permodalan dan system pasar dalam sector pertanian dan hasil

perkebunan milik masayarakat yang nantinya dijadikan sebagai hasil

dari perekonomiannya.

d) Usaha dan industry kecil micro masyarakat.

e) Aktifitas dalam bidang ekonomi yang lain sesuai dengan kemapuan

dari warganya dalam mengembangkan sector pertanian dan

memanfaatkanya sebagai sumber pendapatan ekonomi masyarakat.

Demi melayani kepentingan masyarakat desa tersebut maka dibentuk suatu

(Nasional, 2007) Sistem birokrasidalam pengendalian dan pemanfaatan badan

usaha milik desa sesuai kemampuan dan kebutahan dari pihak peminjam dalam

menjalankan usaha yang didapat dari pinjaman tersebut maka dalam fasilitas yang

didapatkannya dengan kebutuhan yang memadai, maka model pengelolaan ini

sesuai dengan system ama hanya saja berbeda dengan pola kerja yang sekarang.

Dalam hal ini pula telah diatur didalam badan pemberdayaan yang ditetapkan

pada pemerintahan provinsi Riau.

7
Program daerah Rokan Hulu sesuai (PPD) membentuk suatu instansi

dengan bertujuan untuk mensejahtrekan masyarakat desa yang ada di Rohul,

selanjutnya usaha yang berbentuk badan yang berkedudukan di Desa Sungai

Sitolang Kecamatan Rambah Hilir kabupaten Rokan Hulu yang dulunya dari

tahun 2007 hingga 2011 bernama Usaha Ekonomi Simpan-Pinjam (UED-SP)

Sungai Pandu di ubah menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bina Usaha,

terhitung sejak sejak digantikannya dan ditetapkan nama yang baru pada tanggal

20 September 2011, dengan dikuatkanya lahirnya Peraturn Daera Kebupaten

ROHUL Nomor 8 Tahun 2017. (Anggaran Dasar Rumah Tangga BUMDes Bina

Usaha)

Dalam pelaksanaan pelayanan sistem administrasi dan birokrasi Badan

Usaha Milik Desa Bina Usaha yang berkedudukan sebagai organisasi ekstra

struktural pemerintahan desa, namun masih dibawah pengawasan pemerintahan

desa tersebut. Dengan demikian BUMDes Bina Usaha tersebut juga mempunyai

jabatan struktural pengelolaan yang di ambil dari masyarakat Desa Sungai

Sitolang melalui diadakannya pemilihan secara musyawarah desa.

Dengan demikian yang mempunya susunan struktural sebagai berikut:

1. Penasehat /Penanggung Jawab

2. Pengawas

3. Direktur

4. Kepala Unit Administrasi

5. Staf Analisis

8
berkat hadirnya bedan usaha milik desa tentunya masarakat Desa Sungai

Sitolang masyarakat setempat menyambut gembira atas kehadirannya, karena

dapat meminjam modal untuk dipergunakan dan di manfaatkan sesuai kebutuhan

usaha yang dimilikinya. Dalam sitem palayanan administrasi ini pula masayrakat

harus menyesuaikan dengan peraturan yang tertera dalam Badan Usaha Milik Dsa

Bina Usaha, supaya nantinya dalam pengelolaan dana tersebut agar tersalurkan

sesui dan tepat sasaran.

Pengendalian birokrasi desa yang sistematik dan akuntabel sihingga bias

dipertanggung jawabkan sesuai dengan prosedur kerja yang sudah ditetapkan

berdasarkan dengan pedoman umum yang diberikan oleh pengelolaan program

Usaha Ekonomi Desa yang telah dikeluarkan oleh Badan Pemberdayaan dan

Perlindungan Masyarakat (BPPM) Pemerintah Provinsi Riau yang telah

diterapkan pada calon peminjam/pemanfaat sesuai berdasarkan procedural yang

ada yakni:

1. Pihak yang ingin melakukan pinjaman haruslah mengajukan

permohonan kepada BUMDes Bina Usaha sebagai penunjang dan

pemanfaatan dana yang akan dimanfaatkan.

2. Calon peminjam mengajukan proposal kepada BUMDes Bina Usaha

dengan melampirkan data – data pendukung dana, guna sebagai

jaminan dan rujukan selama dalam fase peminjaman.

3. Pihak pengelola BUMDes bina Usaha memerikasa semua berkas yang

telah ditentukan dengan catatan lengkap atau tidak guna pencairan

yang berlaku. Apabila proses pengajuan proposal dianggap telah

9
memenuhi syarat dan keriteria yang dimaksud, maka akan dilalukan

pemeriksaan oleh tim verifikasi.

4. Pihak yang berkaitan menyeleksi berkas administrasi kepada calon

nasabah dan pemeriksa kebanaran sesuai dengan proposal yang

diajukan. Dalam hal ini yang bertindak sebagai tim verifikasi adalah

staf analisis.

5. Seturusnya hasilnya akan menjadi bahagian rekomendasi tahap

pertama bagi pihak peminjam dan peninjauan bakal tempat usaha oleh

tim verifikasi

6. Seling waktu 2 hari terhitung sejak dilakukannya peninjauan lapangan

oleh tim verifikasi, proposal yang diajukan diberi kesempatan untuk

melakukan perbaikan jika dianggap perlu.

7. Setelah proposal dianggap telah diperbaiki atau sudah sesuai dengan

data dilapangan , maka tim verifikasi mengadakan pemeriksaan akhir

usulan yang disebut dengan verifikasi akhir yang nantinya dibicarakna

pada forum musyawarah desa atau musyawarah desa optimal (jika

sudah tahap perguliran).

8. Ketika musyawarah yang melibatkan seluruh elemen masyarakat

seluruh calon peminjam (hasil verifikasi akhir) di undang untuk hadir

guna menetapkan perengkingan, suku bunga serta jadwal

pengembalian serta menyepakati sanksi – sanksi untuk pelaksanaan

kegiatan BUMDes. Hasil dari musyawrah desa atau musyawarah desa

10
pemanfaatan sepenuhnya dengan ini dapatlah urutan bergulir yang

dituang disebuah laporan-laporan.

9. Dana yang akan dicaikan maka akan ada setelah musyawarah desa atau

musyawarah optimalisasi desa berlandaskan oleh mampunya dari desa

ini dapat diperkira oleh peminjam atau pemanfaat yang telah

membayar angsuran. Pengelola BUMDes Bina Usaha membuat Surat

Perjanjian Pemberian Pinjaman dengan pemegang otoritas rekening

Dana Usaha Desa yang diketahui oleh pendamping desa dan ketua

BPD yang telah dilengkapi dengan dokumen usulan kegiatan hasil

pembahsan pada forum musyawarah.

10. Mandatnya Dana Usaha Desa kesesuai Perjanjian Pemberian

Peminjaman dari pengelola BUMDes, mentransfer ke rekening

BUMDes sesuai dengan jumlah yang diajukan dilengkapi oleh surat

perintah bayar (SPB), Surat Perjanjian Pemberian Peminjaman (SP3),

dan daftar pemanfaat/peminjam serta jumlah masing-masing peminjam

11. Pejabat BUMDes membuatkan laporan dana yang nantinya akan

dicairkan sessuai yang diajukan setelah melengkapi berkas dan tanggal

pembayaran.

12. Sesudah pengajuan dana cair, selanjutnya pihak BUMDes memanggil

calon-calon peminjam serat memberikan Surat Perjanjian Pemberian

Kredit (SP2K), yang telah ditanda tangani oleh kedua belah phak

diatas materai.

11
13. Penggunaan yang telah digunakan tidak terlepas dari pembayaran

simpanan wajib bayar yang sudah dipatokkan, asurance, juga wajib

berbelanja dan tersebut berdasar canangan acara yang akan dibuat

akan di usulkan dengan mempetimbangkan aturan, dan sanksinya

diaturnya dalam perjanjian ini agar dana pinjam sesuai alur dan berkas

persyaratan (Buku Panduan BUMDes Bina Usaha , 2011)

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut maka dari itulah saya

mengambil topik dan penelitian “ Wewenang Kepala Desa dalam Pengawasan

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Sungai Sitolang Kecamatan Rambah

Hilir Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa”

B. Rumusan Masalah

Dari persoalan diatas dan karna paparkan pada keterbukaan masalah, maka

saya tarik pokok persoalana yang ingin dibahas dan kembangkan dalam

perumusan ini:

1. Bagamainakah Wewenang kades demi rangka pengawasan dan tata

kelola usaha desa Sungai Sitolang berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ?

2. Apa saja Faktor Penghambat dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik

Desa Sungai Sitolang ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan pokok diatas, maka adapula tujuan

penelitian ini untuk sebagai berikut:

12
a. Agar tahu Tugas dan Fungsi Kepala Desa dalam rangka

pelaksanaan pengawasan dan pengelolaan Badan Usaha Milik

Desa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa, di Desa Sungai Sitolang Kecamatan Rambah Hilir

Kabupaten Rokan Hulu.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat pengelolaan Badan Usaha

Milik Desa, sebagai salah satu penopang perekonoian masyarakat

Desa Sungai Sitolang Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan

Hulu.

2. Manfaat Penelitian

Adapula manfaatnya, dalam dilakukan penelitian tersebut agar:

a. Manfaatnya Secara Teoritis.

Secara teori hasil penelitian tersebut supaya nantinya menjadi

bahan acuan dan pembelajaran dan wawasan yang bermanfaat bagi

penulis juga peneliti yang akan dating keadaan perekonomian

Desa/kelurahan dan pengelolan Badan Usaha Milik Desa serta

peran aktif masyarakat setempat dalam keterlibatan pertumbuhan

perekonomian Desa.

b. Manfaat Praktisnya.

Sesuai dengan hasil dari pengerjaan ini bisa meberikan sumbangsih

pemikiran bagi pemerintahan Rokan Hulu, sebagai bahan

pengetahuan terhadap keaadan Desa tersebut agar lebih

diperhatikan.

13
D. Tinjauan Pustaka

Di dalam dunia Hukum sering terdengar Dekonsentrasi yaitu distribusi

wewenang administrasi didalam struktural pemerintahan. Delegasi yaitu

pendelegasian otoritas manajemen serta pengembalian keputusan atas fungsi-

fungsi tertentu, yang sangat spesifik terhadap organisasi yang bertindak secara

langsung maupun tidak dibawah control pemerintah. Devolusi adalah penyerahan

suatu fungsi dan otoritas pemerintahan pusat kepada daerah otonom. Swastanisasi

yaitu penyerahan beberapa tanggungjawab administrasi tertentu terhadap suatu

organisasi swasta.

Dalam pembangunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) perlu dilakukan

berdasarkan pemberdayaan ekonomi dimana masyarakat memperoleh kesempatan

dan kebebasan untuk mengembangkan aktifitas ekonominya merekasecara

relative dapat melepaskan ketergantungan yang merupakansalah satu bentuk

intervensi, termasuk didalamnya membiasakan pola pikir pembangunan yang

berorientasi terhadap masyarakat. Konsep pemberdayaan ekonomi seperti ini yang

paling telah sejalan, dengan kultur dan keadaan masyarakat. yang berarti diberiin

kebebasan kewenangn mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar

yang menjadi urusan pemerintahan pusat yang ditetapkan didalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Darise, 2006: 13-

14).

Desa/kelurahan tidak terlepas dari perbuatan hukum baik itu secara perdata

maupun hukum public yang memiliki banyak kekayaan sehingga mengakibatkan

dari perbutan baik secara hukum maupun melawan hukum yang nantinya akan

14
akan besinggungan dengan ranah pengadilan dan kejaksaan. Sehingga dalam hal

ini melahirkan sutu kesepakatan diantara kedua belah pihak yang

menguntungkannya (Widjaja, 2003: 167).

Alasaannya supaya nantinya terselenggara merupakan kali berhak

memungut pajak sendiri (Kartohadikoesoema, 1953:34). Berdasarkan Peratuaran

Menteri Desa, Pembangunan Daearah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4

Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, Dan Pembubaran

Badan Usaha Milik Desa disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan Desa dalam rangka menggali potensi yang ada dan memajukan

kesejahteraan perekonomian desa maka perlu dibentuk adanya suatu badan usaha

milik desa.

Asas-asas Badan usaha milik desa:

1. Pengolaan kegiatan bumdesa yakni dengan dilakukannya melalui

metode-metode keterbukaan tanggung jawab

2. Warga masyarakat turut serta terlibat aktif,

3. Pengelolaan kegiatan perlu berkelanjutan.

Berdasarkan asas-asas diatas diketahui bahwa pengelolaan Badan Usaha

Milik Desa memiliki asas keterbukaan sehingga dapat diketahui, diikuti, dipantau,

dawasi, dan dapat di evaluasi warga masyarakat setempat secara luas, dan dapat

dipertangung jawabkan segala bektuk pelayanan administrasi dan birokrasi

didalam pengeloUsaha Milik Desa.

Selain dari itu pula pihak kades dan lurah menjalankan tugas sebagaimana

fungsinya dalam rangka membentuk rakyat sosial desa maupun mengembangkan

15
kemampuan masyarakat desa itu sendiri. Peranan penting Kepala Desa Maupun

Kepala Kelurahan sebagai penasehat badan usaha milik desa mampu membina

melalui rangka pengembangan ekonomi perdesaan yang berasaskan system

kekerabatan. Maka dengan lahirnya kekerabatan fdalam sutu amanat yang

diemban oleh kades dan lurah berharap dapat menjalankan tugas sebagaimana

mestinya sesuai dengan amanah dari keseluruhan eleman dan lapisan masyarakat

dan komponenenya serta tanggung jawab utama dibidang pembangunaan yang

dibantu oleh Lembaga Sosial Desa dan juga perekonomian desa (Cristine, 2001:8)

Pemberian nama badan hukum Bada Usaha Milik Desa, pengesahan

perubahan Anggaran Dasar, dan pembinaan Badan Usaha Milik Desa merupakan

wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah, menciptakan dan mengembangkan iklim serta kondisi yang

mendorong pertumbuhan dan permasyarakatan Badan Usaha Milik Desa.

Berdasarkan pada ketentuan undang-undang Nomer 06 Tahun 2014

tantang desa, atas terkait dengan beradanya badan usah milik desa dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Desa diberi kesempatan untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa

yang disebut dengan BUMDes.Badan Usaha Milik Desa ini dibentuk

atau didirikan oleh pemerintah Desa dengan tujuan mendayagunakan

segala potensi desa, kelembagaan perekonomian desa, serta menggali

sumber daya potensi alam dan sumber daya manusia dalam rangka

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

16
2. Badan Usaha Milik Desa dikembangkan dengan semangat

kekeluargaan dan kegotongroroyongan. Hal ini dikarenakan Badan

Usaha Milik Desa secara Spesifik dan fungsinya tidak dapat

disamakan dengan badan hukum seperti missal Perseroan Terbatas,

CV, atau Koperasi. Oleh karena itu Badan Usaha Milik Desa

Bercirikan suatu badan milik desa yang kegunaannya untuk

kesejahteraan masyarakat desa, dalam aktivitas pelakasanaannya dan

kegiatannya membantu pemerintahan desa, dapat membantu

kebutuhan masyarakat desa serta Badan Usaha Milik Desa dapat

melaksanakan fungsi pelayanan jasa, dan pengembangan jenis

ekonomi lainnya di desa ( Rahyunir Rauf, 2016: 47)

Dalam pemerintah desa, tugas pemerintahan desa tadak hanya

melaksanakan pelayanan tehadap masyarakat dsa, akan tetapi juga melaksanakan

pemberdayaan tehadap masyarakat desa. Istilah pemebrdayaan dalam bahasa

inggrisnya “Empowerment” terjemahannya secara harfiah yaitu “Pemberkuasaan”

atau juga “Permberdayaan” yang diartikan sebagai memberikan atau

meningkatkan kekuasaan keberdayaan kepada masyarakat. Pernyataan terhadap

pemberdayaan dinyatakan oleh Rappaport dalam Yulianti (Dr. Rahyunir Rauf,

2016: 33)para ahli pemasyarakatan telah mengembangkan teori pemberdayaan

selama 20 tahun terakhir ini, oleh karena itu suatu pemberdayaan diartikan

sebagai suatu proses, suatu mekanisme, dalam hal ini akan masalah-masalah yang

mereka hadapi. Maka teori pemberdayaan mengasumsikan bahwa:

17
1. Pemberdayaan akan berbeda untuk orang yang berbeda. Persepsi

keahlian dan tindakanyang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

tenaga kerja akan berbeda antara remaja yang belum menikah, dan

wanita dewasa yang sedang hamil. Latar belakang situasi dan

kematangan seseorang sangatlah menentukan.

2. Pemberdayaan akan berbeda konteks dengan bentuk konteks yang

berda juga. Persepei keahlian dan tindakan yang diperlukan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan tertentu akan berbeada akan berbeda di

oraganisasi otoratif dabn pekerja di organisasi partisipatif.

3. Pemberdayaan akan berfluktasi atau berubah-ubah sejalan dengan

waktu. Seorang akan dapat merasa diperdayakan dengan sisa waktu

yang lain, hal ini sangat bergantung dengan hal yang dihadapi pada

suatu waktu tertentu.

Dalam pelaksanan pembangunan perdesaan salah satu penekanan adalah

terkait dengan pemebrdaayan masyarakat, baik penekanan terhadap masyarakat

secara individual maupun pemberdayaan masyarakat secara kelembagaan, dengan

memberi fungsi dan peran kepada masyarakat desa khususnya lembaga

kemasyarakatan desa seperti lembaga Rukun Warga (RW), lembaga Rukun

Tetangga (RT), Lemabag Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga

Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), lembaga Karang Taruna dan

lembaga kemasyarakatn desa lainnya.

Berbagai bentuk program pemberdayaan masyarakat desa juga telah

dilakukan dalam bentuk badan usahanya miliknya desa dengan tambahan modal

18
dari sewadaya murni masarakat setempat. Sehingga desa masyarakat setampat

dapat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri melaluli kelembagaan masyarakat

yang dibentuk oleh masyarakat desa itu sendiri dan pemerintah daerah yang

sifatnya hanya mengakui dan melakukan pembinaan terhadap lembaga

kemasyarakatan desa tersebut.

E. Konsep Operasional

Berkaitan dengan judul penulis, penulis memberikan batasannya sebutan

terhadap judul dibahas diangkat kepada mengecualikan pengertiannya, serta

penafsirnya salah terhadapnya peneliti disebut. Fungsi menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah kedudukan atau tugas. Suatu kedudukan atau jabatan

yang diberikan kepada seseorang (Alwi, 2003 : 71). Berkenan dengan arti dan

maksud judul penelitian wewenangnya kadesa demi terkelolanya beadan seusaha

kepeilik desa, Sungai Sitolang berkecamatan Rambah Hilir Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Tugas dalah yang wajib dikerjakan atau ditentukan untuk melakukan

pekerjaanya telah menjadikan tanggungan perjawab orang, pekerja tersebt

ditangguhkan.

Kades adalah kepalanya pemerintah kelurahan-desa, yakni memegang

kuasa pengelola duit. Sumber pendapatan desa dalah pendapatan asli desa yang

meliputi bagi hasi pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagaian dari

dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterema oleh kabupaten kota,

bantuan dari pemerintah, pemerintahan provinsi dan kabupaten daerah, dan

terakhir hibah sumbangan dari pihak ketiga. (Kartika, 2016: 16).

19
Bumdesa adalah merupa peusaha dalam kelola terhadap pemerintahan

desa-kelurahan, yang merupa badan hukumnya. Pemerintahan desa-desa

mendirikanya Bumdes suai kepada kebutuhannya serta berpotensi didesa.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal ususl, dan atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Kesatuan

negara Republik Indonesia.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis, penelitian yang dipergunakan didalam penelitian berdasar

merupa suatu bentuk peneliti observation rhesearch adalah model bentuk

survei mentinjau secaraa lansung ditempat menelitian modenya digunakan

alatnya pengumpulan berkas yakni dalam bentuk wawancaraa.

Sedangken ciri ini penelitiannya yaitu sifatnya deskripsi merupakan

penulisnya coba digunakan memberi gambara umum seluruhan rincian perihal

Wewenang kadesa hal pengawasan mengelolaan berbentuk paying hukum

bumdesanya Sungai Sitolang berkecamatan Rambah Hilir Berdasarkan undang-

undang Nomer 6 Tahon 2014 Tntang desa.

2. Lokasi Penelitiannya

Penelitianya di lakukan dekat wilayah desa Sungai Sitolang

becamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu dan lembaga pemerintahan

Desa yang berkaitan terhadap Wewenang Kepala Desa dalam pengelolaan Badan

20
Usaha Milik Desa. Desa Sungai Sitolang ini dijadikan tempat penelitian

dikarenakan desa ini masih memiliki tingkat perekonomiannya yang masih rendah

dan Badan Usaha Milik Desa nya memiliki masalah dan hambatan dalam

pertumbuhan perekonomian desa.

3. Populasi dan Responden

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek denag ciri yang sama

(Sunggono, 2005: 118). Sampeling yakni kumpulan bagia ataupn sebagianya

popolasi yang bisa mewakilin keseluruhanya objek penelitianya agar

mempermuda penelitiya menentukannya peneliti (Sunggono, 2005). Respoden

merupakan kumpulan personal dari objek yang diambil sebagai penelitian sesuai

dengan waktu dan lokasinya.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat yang

menerima pembinaan perekonomian Badan Usaha MIlik Desa di Desa Sungai

Sitolang jumlah terhitung rekapitulasi terakhir pada 2018 sebanyak 20 orang. Dari

20 tersebut secara purposive sampling (Singamangarimbun, 2012: 172). Diambil

50% yaitu dari 50/100 x 20= 10 orang sebagai sampel. Semua sampel itu

dijadikan responden dalam penelitian ini. Responden itu dari:

1. Kepala Desa Sungai Sitolang

2. Ketua Badan Permusyawaratan Desa Sungai Sitolang

3. Direktur Badan Usaha Milik Desa Bina Usaha

4. Masyarakat yang menerima pembinaan perekonomian Desa Sungai

Sitolang sebsnysk 10 orang.

21
Tabel I.1
Responden

Jumlah
NO Klasifikasi Responden
Responden

1 Kepala Desa Sungai Sitolang 1

2 Ketua BPD Desa Desa Sungai Sitolang 1

Direktur BUMDesa Bina Usaha DesaSungai


3 1
Sitolang

Masyarakat Yang Memanfatkan Dana BUMDes


4 20
Sungai Sitolang

23
Sumber Data Lapangan Tahun 2019

4. Sumber Data

Yang menjadi pembahasan didalam penelitian dengan cara memelajari

serta membedah berdasarkan data peneliti yakni :

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden dengen wawancara

yang dilakukan terhadap Kepala Desa Sungai Sitolang, BPD Sungai

Sitolang, Dirut BUMDes Bina Usaha, dan masyarakat Desa Sungai

Sitolang.

2. Data Sekunder

Sumber data yang didapatkan langsung dari literasi buku dan

litelatur lainnya yakni:

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

22
b. Undang-undang Namor 6 Tahun 2014 Tentang pedesa.

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah.

d. Peaturan Mentri Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan

transmigrasi Republik Indonesia Nomer 14 Tahun 2014 Tentang

Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran

Beadan Usah Miliki Daesa.

e. Peraturan wilayah Bupati Rokon Hulu Nomer 8 Tahun 2007

perihal Bumdes.

f. Sumber bahan yangingin menjadi pendukung lainnya yang

berbentuk redaksi maupun tulisan sesui yang didapat oleh

peneliti untuk mendukung penelitian-penelitian.

5. Alat Pengumpul Data

Agar memperoleh data dalam melakukan penelitian maka dibutuhkan

sebagai sebagai alat pengumpul data yang akan di pakai yaitu:

a. Wawancara yang dilakukan secara langsung dengan para

responden daengan cara tanya-jawab yang dilakukan peneliti

terhadap responden guna mendapatkan pengetahuan dan informasi

b. Kuision yakni berupa pengumpul berkas melalui daftar-daftar tanya

melalaui diajukan secara tertulis untuk mendapatkan jawaban atau

tanggapan informasi yang diperlukan oleh peneliti

23
6. Analisis Data

Berdasarkan uraian yang telah ditemukan didalam penelitian maka

setelah itu dilakukannya pengambilan sample kasus sesuai dengan metode

penelitian dilapangan. Dalam pemaparan inipula peneliti memamaparkan dari segi

kulitatif dan kuantitatif untuk menguatkan pendapat dari peneliti. Dari sisi lain

pula maka peneliti mengambil kecocokan data sesuai dengan literatur buku dan

peraturan-peraturan serat regulasi yang ada, maka dapat dirumuskan sesuai

dengan data yang didaat dilapangan. Secara umum yakni gambaran hasil

penelitian yang disimpulkan secara garis besar mengenai tugas kepala desa dalam

pelaksanaan terhadap wewenangnya dalam pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa.

24
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Gambar Umum Tentang Wilayah Rohul

Pembentukan kawasan Rohul didasarkan pada Udang-Undang pada

Nomer 53 tertahun 1999 mengenai Pembentukanya kawasan-kawasan Pelalawan

Kabupate rohol kawasannya Rohil daerah siak, daerah karmun Keabupaten

natuna. Kabupatn kuansinggi serta daerah batam (Lembaga Negeri Indonesia

Tahon 1999 Nomer 181. Ditambahan Lembarannya Negari Republic Indonesia

Nomer 3901) sebagaiannya sudah diganti berdasarken Undang-Udang Repoblik

Indonesia Nomor 11 Tahon 2003 hal Perubahan Atas tentang Pembentukanya

Kekabupaten Pelalawan. Kabopaten Rokan Hulu. Perabupaten Rukan Hili.

Kabopaten Shiak, Kabupaten Kariun, Kabupatan Natun, Kabuaten Kuansingingi

juga dikota Batam (Lembarannya Negari kepublik Indonesia Tahon 2003

bernomor 31 ditambahan Lembar Negaranya Republic Indonesia Nemor 4247).

Pemekar itu diresmikan Mentri didalam Negri tertanggal 13 Okteber 1999 daerah

Jayakarta serta ditindaklanjuti Gubernuran Riau-kepri pada tanggal 5 Desember

1999. Sebagai kabupaten pemekaran Kabupaten Kampar, saat terbentuk

kabupaten ini belum memiliki Dewan-dewan wakil masarakat didaerah

Kebupaten.Sejak awal terbentuknya Kabupatenya Rohul sendiri tahun 1999,

Kawasan rohul ini dipimpin oleh H. Nurhasyim, SH sebagai Pejabat Bupati.Pada

bulan Maret 2001 dilaksanakan pemilihan Bupati Kabupaten Rokan Hulu pertama

oleh DPRD Kabupaten Rokan Hulu.

25
Berdasarkan administrasi pemerintahan, padat awaln Hulu terdiri dari

Kebupaten Rokan 7 (tujuh), Kecamatan Tambusai jumlah dan Kecamatan

Tambusai Utara pecahan kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu bertambah (luas ±

1.759,25 km2 ), Kecamatan Kunto Rokan IV Kecamatan dan Utara.Koto (luas ±

1.151, Darussalam (luas ± 1.432,87 km2 ), Kecamatan 52 km2 kecamatan dengan

luas ± 7.089,91 Koto Rambah km2 yaitu), Kecamatan Rambah (luas ± 907,39

Kecamatan Kepenuhan (luas ± 816,80 km2 ), Kecamatan Rambah Samo (luas ±

214,90 km2 ), Kecamatan Tandun (luas + 772,18 km2 ) dan km2). Pada tahun

2002 j menjadi 10 (sepuluh) kecamatan. yaitu Kecamatan Tambusai Kecamatan

sebagai pecahan dari Kecamatan imana ada dua Rambah Hilir dan Kecamatan

Bangun Purba dipecah menjadi tiga kecamatan yang dan Rambah dari Keca matan

Tambusai. Dengan demikian, kecamatan yang ada adalah Kecamatan Purba, ,

Kecamatan Kunto Darussalam, , Kecamatan Rambah, Kecamatan Kepenuhan,

Kecamatan Tandun, Kecamatan Kecamatan Rokan IV 19 Samo Tambusai,

Bangun camat Rambah Hilir dua kecamatan

(Tandun, Kabun dan Aliantan), sehingga Tandun menjadi 12 jumlah

kecamatan (dua belas) kecamatan, Pada akhir tahun 2003, dan 120 (seratus dua

puluh) desa. Dua kecamatan baru yaitu kecamatan kecamatan yang lama berubah

nama menjadi Kecamatan dan Kecamatan Kabun yang dibentuk setelah 3 (tiga)

desa 6 (enam) kelurahan yang berasal dari Kabupaten daerah 20 an (dua puluhan)

ini kembali dimekarkan Kampar yang resmi masuk ke Kecamatan Tandun

Kabupaten Rokan Hulu berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2003.,

Ujung Batu. Seentara itu desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu pada

26
tahun 2003 sebanyak merupakan Desa Rokan Hulu di Kabupaten Swasembada

dan 32 terdiri (tiga puluh dua) desa (25,40 %) Desa 94 (sembilah puluh empat)

desa (74,60 %) Swakarsa dan terakhir ini kembali yang ada dimekarkan sehingga

Kabupaten dari 16 (enam belas) kecamatan. Berkaitan seluas Rohul.

Tabel II. 1
Statistik Pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu
No. Wilayah Administrasi 2008 2009 2010 2011/2015
1 Kecamatan 16 16 16 16
2 Kelurahan 6 6 6 6
3 Desa 142 142 146 147

Searah dengan meningkatnya kebutuhan dan tantangan pemerintah daerah

Kabupaten Rokan Hulu dalam menanggapi isu-isu sosial, ekonomi, politik,

budaya, dan tata pemerintahan, maka untuk menjawab hal tersebut dilakukan

pemekaran wilayah yang memnuhi ketentuan perundang-undangan. Pada tahun

2015 Kabupaten Rokan Hulu memiliki wilayah kerja administrasi kelurahan/desa

berjumlah 153 yang ada di Kabupaten Rokan Hulu.

Secara geografis Kabupaten Rokan Hulu terletak antara 10 .25” LU dan 0

0 .20” LS serta anatara 1000 .42” sampai 1030 .28 BT dengan batas-batas daerah

Kabupaten Rokan Hulu adalah sebagai berikut : - Sebelah Uatara berbatasan

dengan Kabupaten Rokan Hilir dan Provinsi Sumatera Utara - Sebelah selatan

berbatasan dengan Kecamatan XIII Koto Kampar dan Kecamatan Bangkinang

Barat Kabupaten Kampar - Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera

Barat - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tapung dan Kecamatan

Bangkinang Kabupaten Kampar. Kabupaten Rokan Hulu memiliki wilayah seluas

27
834,497 Ha atau 7,90 % dari luas wilayah Provinsi Riau. Melihat kondisi

geografis dan aspek jarak tempuh yang sangat bervariatif, jarak lurus antara

ibukota kecamatan dengan ibukota kabupaten dimana jarak lurus yang terdekat

adalah ibukota Kecamatan Rambah yang merupakan sebagai ibukota kabupaten,

sedangkan jarak terjauh 21 dari ibukota kabupaten adalah kecamatan Kabun yaitu

84 Km2 dengan menempuh waktu perjalanan darat mencapai waktu + 1 jam 40

menit dari ibukota kabupaten. Kendati demikian, sejalan dengan luas wilayah

Kabupaten Rokan Hulu sebesar 834,497 Ha yang memiliki teritorial wilayah

desa/kelurahan maupun kecamatan memberikan perhatian penuh terhadap

perluasan wilayah pemukiman masyarakat.

Tabel II. 2
Jumlah luas kecamatan, kelurahan dan desa di Kabupaten Rokan
Hulu Tahun 2016
No Kecamatan Kelurahan Desa Luas
1 Rokan IV Koto 1 13 99,597
2 Tandun - 9 8,808
3 Kabun - 6 52,040
4 Ujung Batu 1 4 26,876
5 Rambah Samo - 14 41,031
6 Rambah 1 13 34,944
7 Rambah Hilir - 13 27,530
8 Bangun Purba - 77 19,333
9 Tambusai 1 11 62,334
10 Tambusai Utara - 11 132,021
11 Kepenuhan 1 12 52,195
12 Kunto Darussalam 1 12 84,939
13 Pagaran Tapah - 5 19,596

28
14 Bonai Darussalam - 7 125,615
15 Pendalian IV Koto - 5 23,631
16 Kepenuhan Hulu - 5 24,727
Jumlah 147 834,497
Sumber: Bagian Tapem Setda Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2016
Data kependudukan (demografi) dan perkembangan penduduk merupakan

faktor penting dalam membuat program pembangunan daerah. Berdasarkan data

dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hulu, menjelaskan jumlah penduduk

Kabupaten Rokan Hulu menurut pertengahan tahun 2015 sebesar 557.325 jiwa

yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 286.429 jiwa (51,3 %) dan

penduduk perempuan 271.895 jiwa (48,7 %).

Table II. 3
Jumlah Penduduk Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2015
No Kantor Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan L+P
1 Rokan IV Koto 12.089 11.508 23.597
2 Tandun 14.717 14.088 28.805
3 Kabun 13.012 12.504 25.516
4 Ujung Batu 24.141 23.202 47.343
5 Rambah Samo 17.328 16.872 34.200
6 Rambah 24.651 24.131 48.782
7 Rambah Hilir 20.516 19.201 39.717
8 Bangun Purba 9.054 7.825 16.879
9 Taambusai 33.379 33.154 66.533
10 Tambusai Utara 44.751 44.450 89.201
11 Kepenuhan 12.525 11.875 24.400
12 Kunto Darussalam 24.865 22.962 47.827
13 Pagaran Tapah 7.767 5.849 13.616

29
14 Bonai Darussalam 12.265 11.274 23.539
15 Pendalian IV Koto 6.483 5.465 11.948
16 Kepenuhan Hulu 8.886 8.110 16.996
Total 286.429 272.470 558.899

B. Tinjauan Umum Tentang Pemerintahan Desa.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Pemusyawaratan Desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal – usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerinthan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. ( Widjaja Haw, 2002 : 24 )

Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut

dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaraan

Pemerintahan Desa.

Pemerintahan Desa merupakan bagian dari pemerintahan Nasional yang

penyelenggaraannya ditunjukan pada pedesaan. Pemerintahan Desa adalah suatu

proses dimana usaha – usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat. ( Maria Eni Surasih, 2006 : 23 ) Pemerintah Desa merupakan suatu

kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh

pemerintah desa yaitu kepala desa dan perangkat desa. Penyelenggaraaan

Pemerintahan Desa merupakan Subsistem dari sistem penyelenggaraan

Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus

30
kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung jawab kepada Badan

Pemusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada

Bupati.

Pemerintahan Desa sebagai penyelenggara pemerintah yang terendah dan

langsung berhadapan dengan rakyat mempunyai beban tugas yang cukup berat

karena selain harus melaksanakan segala urusan yang datangnya dari pihak atasan

juga harus mengurus berbagai urusan rumah tangga desa yang pertanggung

jawabannya langsung kepada rakyat. (Misdayanti dan Kartasapoetra, 1993 : 53)

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah

desa dan badan pemusyawaratan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal – usul dan adat istiadat setempat yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Selain itu, penyelenggaraan desa adalah seluruh kegiatan manajemen

pemerintahan dan pembangunan desa berdasarkan kewenangan desa yang ada,

meliputi : perencanaan, penetapan kebijakan, pelaksanaan, pengorganisasian,

pengawasan, pengendalian, pembiayaan, kordinasi, pelestarian, penyempurnaan

dan pengembangannya. Sebagai penyelenggaraan unsur pemerintahan desa,

pemerintahan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintah,

pembangunan, dan kemasyarakatan. Oleh sebab itu fungsi pemerintah desa adalah

sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa,

2. Melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan,

31
3. Melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong royong

masyarakat,

4. Melaksanakan pembinaan ketentraman dan kepentingan masyarakat,

5. Melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan

6. Melaksanakan pembinaan perekonomian desa. ( Sedarmayanti, 2003 :

73 )

Menurut pemerintahan desa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, pemerintahan desa oleh pemerintah desa

dan BPD, adalah organisasi yang dilakukan Pemerintah Desa yang terdiri atas :

a. Unsur pimpinan yaitu kepala desa.

b. Unsur pembantu kepala desa yang terdiri atas :

1) Unsur pelaksanaan teknis yang melaksanakan unsur teknis

lapangan seperti unsur pengairan diketuai oleh sekretaris

desa.

2) Sekretaris desa, yaitu unsur staf atau yang, yaitu lain unsur

pembantu kepala desa lain, dan keagamaan pelayanan

3) kepala dusun, yaitu kepala pembantu desa diwilayah

kerjanya seperti Unsur kewilayahan. ( Nurcholis Hanafi,

2011 : 87 )

sebagai tata desa pemerintahan aspek adalah berikut :

a. Administratif pemerintah daerah, yakni pelaporan kegiatan dan

pencatatanya serta kegiatan pemerintahan proses penyelenggaraan,

32
perkantor kades, biro uang didesa, idpeda, penduduk, petahanan,

tantibmas, seterusnya jika diperlukan.

b. Administratif pembanguna didesa, adalah progres terselenggaranya

dalam pencatat juga ikut pelopor agenda-agenda perbantuan

bangunan didesa, pendapat warga, pencanangan yang dibangun

wilayah, pengaturan bangunan – bangunan, lomba desa, LKMD dan

sebagainya.

c. Administratifikasi pembina rakyat-rakyat proges penyelenggaraa

serta pencatatanya juga pelapor agenda terbinaan masyarakatnya

kelurahan bersifat terselenggaranya kepada kalangan inspektorat

juga warga binaan.

d. Memotivasi Managemen desa orang yang menduduki adalah suatu

actuating proses, desa manajemen tujuan desa yang meliputi

perencanaan, perorganisasian, desa adalah suatu pencapaian dan

pengawasan desa. kepemimpinan dan pembangunan pemimpin

formal kepemimpinan kelompok posisi Sedangkan formal dalam dan

efisien pembangunan desa sehingga desa tercapai dan untuk

berpartisipasi warga maupun non secara dalam membangkitkan

efektif. ( Sudirwo Daeng, 1991 : 89 )

Berdasarkan uraian diatas, tujuan pembangunan penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan

Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu kepala desa dan

perangkat desa.

33
C. Tinjauan Umum Tentang BUMDesa.

BUMDesa merupakan lembaganya peusaha kelurahan dalam kelola

terhadap masarakat jugaitu pemerintah lurah bentuk kierja erat dibangun

perekonomi kelurahan serta dibuat sesuaidengan keperluaran warga kelurahan.

BUMDesa kata dari aturan-aturan yang ada dalam bentuk komponen struktur

wilayah tidak lain juga tidak bukan hanya mengharap dari Pendapat Aslinya

Derah (PADes). Untuk kelembagaan perekonomian juga mempunyai berpotensi

diperdesaan, bumesa kudu punya ciri kasnya dengan lembaga-lembaga perkonomi

seperti umum. Rangka memempunyai tujuan agar memeilih alternatif bumdes

biasa kasih kontributnya demi menyelenggarakan terhadap peningkatan sejahtera

rakyatnya itu. Disis lainnya agar nantinya berkembangnya lebih mandiri untuk

perdesaan yangnantinya berimbas karena terganggu kaedah hidup dalam sosial.

Ada tuju ciri-ciri keutamaan dalam membeda bumdesa ini terhadap

perekonomian komersel seperti layaknya :

1) Struktural untuk modal oleh kelurahan-desa digarap bareng-bareng

2) Aset untuk bermodal berasal dari, (52%) lingkup sosialnya (48%)

dibarenge dengan disertakannya permodalan,

3) Operasionalnya dipakai dari istilah filsafat berbisnis berseumber dari

kebudayaan kita,

4) Kejuruan peusahanya dimotori oleh potensi-potensi yang tumbuh

kembang dari pasaran,

34
5) Untungnya didapat dari ditujukan kepada meningkatnya kesenjangan

sejahteraan sosial punya keanggotaan dibidang modal juga masarakat

dari kebijakan-kebijakan desa

6) Diberi fasilitas dari pemerintah desa, pemerintah kota/kabupaten, prov

7) Penjalanan operasional dikendalikan langsung oleh pedes,bpbd,dan

keanggotaan.

Bumdesanya merupaken wadah untuk menumbuhkan perekonomian

permodalan dalam berusaha dibuat berdasar inisiasi rakyat sekitar setempat.

Kategori yang disebut merupa yang menyumber . Meskipun oleh warganya, bisa

saja usaha ini diajuakan demi pinjam untuk usaha oleh orang kedua mungkin

orang pemodal eksrn, contoh nya saja didapat dari orang ke-3 demi memncapai

modal. Berupa kategori tersebut perundang – undanganya. Penjelasanya sangatlah

bersifat terpenting demi persiapan berdirinya bumdesa ini, sebab

pengimplikasinya bertemu oleh peraturannya didalam pendiriannya di daerah

ataupun peraturannya didesa.

Ada empat pilar terpenting dalam berdirinya bumdesa ini yang paling

terutama adalah :

1) Meningkatnya sektor ekonomi didesa

2) Meningkatkanya penghasilan dari kelurahan/desa

3) Meningkatnya pengolahan potensial didesa berdasar atas butuhan

rakyat nya

4) Menjadikannya pundak tubuh ekonomi didesa agar merata dalam

berdesa

35
Pendiriannya bumdesa ini atas dasar kegotong royongan yakni

merupakanya keterwujudan dari ekonomian didesa atau juga kelurahan dicapai

dengan koperatif, partisipasif, emansipasif, tranparans, akuntabeli, dan

sustainabel. Maka dari itu butuh adanya keserisuan dalam meciptapkan terkelola

berbadan hukum usaha ini dapat tercapai, efisiensi, profesionalisasi, kemandirian

demi tercapainya yang bertujuan dalam usaha mikro ini dalam terpenuhi

(produktip juga konsumtip) masarakat melalu pelayanannya pendistibusian

barang-jasa pengelolaannya atas dasar pemdesa. Keterpenuhan suatu keterbutuhan

diharapkan tak membebankan waraga, memikirkan bumdesa pasti berubah jadi

peusaha pedesaan lebih mengarah terhadap domain masarakatnya tersebut.

Kelembagaan tersebut memeliki tuntunan dalam memeberi pelayananya oleh

keanggota diluar desanya, mengutamakan penempatannya pada pelayannan publik

sesuai standarisasi pasaran yang berarti terdapatnya metode lembaga tata cara

peraturan kesepakatan bersamanya, agar menilainya tidak berakibat distrosi

ekonominya diperdesaan disebabkannya upaya dalam pengupayaan bumdesa.

Dinyataken didalam undang-undangnya bahwa bumdesa ini bisa mengali

potencial pedesaaanya. Apakah dari makna “kebutuhan dan potensi desa” tersebut

1) Keterbutuhan untuk memenuhi keterbutuhan primernya masarakat

2) Ketersedian sumber daya pedesaan dalam pemanfaatan yang

sebelumnya belum mengoptimalkan keterutamaan warga

3) Ketersedia potensi nya masyarakat untuk pengelolaan usaha ini

berbentuk asetnya yang dapat digerakan untuk ekonomi

36
4) Tersedianya barang jasa untuk unit tertentu dalam menjawab

kebutuhan warganya salah satu bentuk sarana warga dalam

pengembangan usaha

Pendiriannya bumdesa berlandaskan aturan-aturan perundangan nomer 32

tesebut sesusai peraturan pemerintahanannya, yang tertuang sesuai dengan

regulasi tertentu terperinci maupun terdeskriptif, dua-duanya sama saja dalam

bentuk peraturan yang menjdai payung hukumnya usaha tersebut :

1. Undang – Undang Nomer 3 Tahun 2OO4 hal Pemerintahan

daerahnya, Pasal 21 ayat 1 berbunyi

“Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan

kebutuhan dan potensi desa”.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2OO5 perihal Desa :

Pasal 7,

1) Demi meningkatkannya potensial desa tersebut maka dari

itu pemerintahan didesa bisa mendirikannyabumdesa ini

demi ketrerbutuhan yang ada di desanya.

2) Keterbentukan bumdesnya melalui amanat perundangan

pada bagian yang ada didalamnya yang dibentuk dan

disusun sedemikian rupa

3) Badan hukum yang bermuatana pada usaha pengelulaan

pada usaha yang dimanfaatkan waraganya mempunyai

payung kekuatan aturan dan regulasi.

Pasal8

37
1) Dalam pasal ini yang dimaksudkan didalamnya bermuatan

pada pengusaha mikro kecil menengah dalam membantu

kemajuan desa

2) Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari :

a) Pemerintah Desa,

b) Tabungan masyarakat,

c) Bantuan Pemerintah, pemerintah Privinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota,

d) Pinjaman,

e) Penyertaan modal pihak atau kerja sama bagi hasil

atas dasar saling menguntungkan.

3) Kepengurusannya BUMDESA ini tersusun dari aparttur

desa.

Pasal9

1) Pinjam-meminjam seusuai aturan pemerintan dalam

bentuk undang

2) Perpinjaman bisa dilaksanakan susai disepakati dari dewan

desa yg bermusawarat.

Pasal10

1) Ketentuannya melebihi kelanjutan dalam bentuk tatacara

pembentuk serta pengelolaanya bumdesa ini diaturdidalam

peraturann daerah-daerah wewenangnya.

38
2) Peaturan Dearah pemprov sekabupaten dan sekota telah

direncanakan selebih-kurangnya termuat :

a) Berbentuk payung perlindungan

b) Kepengurusannya

c) Hak dan kewajiban,

d) Permodalanya

e) Sistem bagi untung dan rugi

f) Kerja sama kepada orang lain

g) Mekanism manajemen kelola pertangungjawaban.

Berdasarkan uraian diatas oleh karena peneliti memberi kesimpulannya

bahwasannya berdirinya bumdesa ini merupakan unsur pemanfaatan

memeberdayakan berbagi potensil peusaha yang ada didesa, meringankan juga

mengakomodir tumbuh kembangnya infrasrtuktur pembangunan dan pemerata

ekonom perdesan.

Aktifatif mepersiakan berdirinya bumdesa ini harus mencakup seluruh

unsur :

1. Mendisen strukturalan oran


Bumdesa yang berupa organ ini perlu diadakannya seteruktur
organism dalam gambaran dibidang pekerja yang mencakup apapun
itu didalam organ (intruksip, konsultarip, pertanggungjawaban) antara
personilnya ataupun pihak kelola.

2. Merangkai deskriptip tender


Menyusun rangkainan deskriptif untuk person pemakai dana bumdesa
ini sesuai yang dibutuhkannya saja jadi agar bisa diperjelas fungsi
bagaian peminjam, maka darinya dapat diketahui
pertanggungjawabannya, kesewnangannya dalam memegang
jabatannya susuai diimpelementasikan dalam ranah lingkup pengawas
maupun perkerja dilingkup seterukturalan.
3. Menciptakan pola kordinasi

39
Kordinasi ialah aktifasi dalam mempersatu visi yang sama dengan
sifat parsialis kedalam setujuan pada umumnya berdasarkan ketetapan
pola kordinasi serupa dapat kemungkinan dibentuknaya kinerja bentuk
kesamaan antar komponen dalam berbagai lintasan yang berjalan
efektifitas

4. Penyusunan dalam rupa kerja sama antar orang ke tiga


Dalam rupa bentuk kerja susunana angarannya sama tapi takseama
semedti agar kerja sama oleh orang ke-3 ini mencipta keuntungan
5. Penyusun panduan BUMDESA
Supaya orang-orang yang punya kepentinhgan ini paham atasa
peraturan pekerja organ oleh kerananya dibuatlah acuan
perpedomanan atas asas prinsip pengolela agar terkelola dengan baik
6. Membuat disen sitim pemberitahuan
bumdesa ialah lembahga ekonom yang butuh disen matang tentunya
sebelum melakukan pemunjaman tentu dengan rangka perencanaan
dala bentuk proposalnya, maka darinya perlu keberadaah sehigga
dapat didukung oleh seluruh komponen
7. Membuat perencanaan
Membikin secara terencana bentuk usahanya kedalam batas
keperiodean satu tahun hinnga tiga, maka dari itu didapat lah
pengelolaannya secara masip juga punya kepedoman yang jelas dan
terang, kinerjanya juaga akan disampaikan ketika terukurnya kinerja
ini kesebuah penyusun tercanag bersamaan dirut bumdesa
8. Penyusunan sistim administratif
Penyusunan administratif tergolong dalam keuangannya musti
dibuatkan kedalam formatur muda, tapi sanggup menjalankan
penggambaran aktistasi berjalan dalam bumdes karena pada
hakekatnya disistem administratip dalam pembukuannya merupakan
dokumentasi berbetuk informasi tercatat pada pertanggungjawabannya
dengan model diprmudah sehingga bisa didapatkannya, diadakan
apabila ada orang yang ada kepentingan
9. Memakai pola rekruitmen
Agar ditetapkan oleh pengajuan santun terjadi pada pihak pengelolaan
usaha mikro ini dijalanka melalui musawarah, tetapi pemilihan musti
berdasarkan keriterianya pada ketentuan umumnya, keriteria yang
dimaksudka supaya pemangku kekuasaan ini bisa berjalan tugasnya
secara apik. Maka dari itu sarat pemegang jabatan akan melakukan
musawyarah rembuk pembangunan didesa yang di isolasikan juga
ditawaran pelamaran pekerja sesuai keabsahan ketentuan pada
keriteria yang dibuatkan

10. Penetapan sistim gaji


Supaya terkelolanya bumdesa ini dan memotivasi pekerja dalam
berjalannya tanggung jawab dalam mengemban pekerjaanya oleh
sebab itu sangat dibutuhkan imbal balik maupun upahnya supaya lebih

40
bernilainya upah tersebut,dlam memberikan upah biasa dipakai
berbentuk polaseperti halnya insetif jika pengelola mampu mencapai
target yang ditetapkan selam priode tertentu. Besar kecilnya jumlah
uang yang dapat dibayarkan kepada pengelola BUMDes juga harus
didasarkan pada tingkat keuntungan yang kemungkinan dapat dicapai.
Pemberian imbalan kepada pengelola BUMDes harus semenjak awal
disampaikan agar mereka memiliki tanggungjawab dalam
melaksanakan tugas – tugasnya. Sebab pemberian imbalan merupakan
ikatan bagi setiap orang untuk memenuhi kinerja yang diminta. (Pusat
Kajian Dinamika Sistem Pembanguna, 2007)

Berdasarken yang terurai diatas olehkarenanya sangat perlu diberi

simpulan serta pengupayaan kerkempangan sitim pengelola bumdesa musti

dilakukuan model perencanan yang berkaitan juga bersama lain nya didalam

langkah yang bertujuan sama seperti penetapan sebelum ini

D. Sistem Pengelola BUMDESA

Berdasarkn pada suatu pengkajian sistim pembangun pengolahan

BUMDESA seharusnya berjalankan dengan poros lajur perkembangan bangunan

suai metode yang dipakai koperatip, partisipasip, emansipatip, transparantip,

akutable, serta sustable, dipakai langakah keanggotaan ditempat serta pertolongan

sendiri dilakukan dengan propesional kemandirian. Bertepat oeleh perihal yang

disebut, demi terwujudnya bumdes ini maka butuh info yang acurat yang juga pas

sesuai karakter tata kelokalannya, termaktub bentuk adat tradisis dalam

berpeluang pasaran terhadap prodak pengeloa baik jasa ataupun barang-barang

BUMDESA merupakan sebuah ekonomi simpan pinjam didirikan dengan

modrl inisiasi warga yang berasaskan kemandiriaan, yang paling utama dalam

permodalan haruslah bersumber masarakat beserta pemdesa. Mesti demikianitu

tidaklah menutupi kemungkinannya, sepertihalnya pemerintahan kebupaten

maupun perpihak lainnya, justru bisa juga dipinjamkan oleh orang ketiga,

41
sepertihal pengaturannya, pengaturan terlanjutnya tentang buumdesa inisudah

barang tentu diaturnya lewat jalur pengaturan daerahnya

BUMDESA berdiri besas dasar tujuannya dijelaskan. Penujuan ini

berencana direalisasikan diantaralain daam bentuk pelayanannya dibutuhkan

kebutuhan produksi yang utam bagi kalangan tidak mampu diperdesaan,

menghilangkan manipulasi renteetan dilepasnya keuangan yang dibuat pemeratan

peluang dalam usaha, yang meningkatny pedapatan masarakat perdesaan.

Perihal terpenting sisilainnya ialah musti bisa buat didikan warganya yang

menjadi kebiasaan menyimpan uangnya akan memebuat langkah kongkrit dalam

pengbangunan secara perekonominya masarakat tempatan. Pihak pengelola

bumdesa ini harus melibatkannya kesemua unsur pastinya yang bukan dampak

dari masarakat daerahnya tersendiri, tapi masarakat melalui cakupan lluasanya

tidak tejangkau. Maka darinya berdirinya bumdesa haruslah ada inisiatif dari

masarakat dengan pertimbangan potensil yang ada di desanya perekonomian

pedesaan yang didukung, tanggungjawab atas pajaknya serta patuh terhadap

aturan main di perdesaan. Dari sesluruhnya harus ada peran juga dari daerahnya.

Karakternya masarakat didesa yang harus mendapat keutaman yang

dilayani yakni:

1. Masarakat pedesaan harus dicukupi kebutuhannya dalam hidup seperti

panganan, sandangan serta rumah, dari beberapa yang mumpuni oleh

sektoral perkebunan dilakukan model agenda kereatif menegah kecil

dari sumber yang jelas

42
2. Masarakatnya yang berad didesa berpenghasilan amat teramat cukup,

payah untuk menyelipkan sedikit hasil yang dipakai dallam modelnya

berupa kemajuan lainnya

3. Masarakat didalamnya harus tercukupi sebuah segala yang dibutuhkan

dirisendiri, yang mengakibatkannya pindah tangan kepada bos sama

pemodal yang besar

4. Warga tempatan kelurahan berbentuk pada keterpurukanrburuk kepada

sistim pasaran dengan memberi kesempatan untuk permodalan lainnya

sehinnga bertekanan harganya dan terus kecenderungan berupaya

pemerasan yang bisa dinikmati dari keseluruhan masarakat setempat

dan tetangga.

Berdasar keterjelasan komponen atas penjelasan oleh sebab itu bisa

menyimpulkan teramat berfaidah, yang punya usaha produktip tidak dilakukan

secara bersamaan berekmbangnya masarakat didesa dengan moda barengan.

Karakteristik BUMDESA atas dasa ciri tersebut dalam ambisi,yang

jadipatronan, bentuk penjalananya . kesemuanya kusus bumdes yang termaksud

yakni: :

a. Pengoptimalisasian melayani untuk masarakat kalangan yang

setandarisasinya mempunyai perkembangan didesanya

b. Memanfaatkan kelurahan untuk kawasan otonomi bersamaan

bersama pelaku peminjam produktifitas terhadap usaha pengetasan

orang miskin

43
c. Meningkatnya secara mandiri dalam kapasitasme daerah juga

warga didalam melakukan pemerkuatan ekonomi.

Sesuai yang dijelaskan dibawah nantinya bisa menarik kesimpulan

mempunyai peranan terpenting didalam upaya berikan pelayanannya terhadap

rakyat berupa meningkatken konteribusinya dalam peningkattan beperndapatan

aslinya di desa yang menunjangnya progrees terbangunnya didesa.

Prinsipannya dikelolakan oleh pelaku simpan pinjam dikolaborasikan

diurai supaya dimengertikan serta dipeserpsikan oleh inisiasi pemerintahan

desanya. Keanggotaan pembawa modal mulai tingkatan desa, tingkatan

kabupaten, tingkatan provensi dalam bentuk 6 point kesinambunag:

1. Koperatif

Seluruh unsur intrinsik keterlibatannya dengan merumuskan

mesti bisa melakukan kerjsamaan untuk membagunya dlam

berkembangsecara langsung dalam upayanya.

Secara komersial fungsi kelembagaan sosialis yang mendapat

kerjasamaan demi perolehan sinergitas dalam pengursan pemerintahan

didesa masarakat dalam institut setempat. Badan usaha ini harus

keberpihakakan dalam meberikan kotributnya menyediakan pelayan

soaialnya. Sedang saja memeperoleh komersialnay tujuannya adalah

demi dapat keuntunganyadalam proses penawarannya. Dalam

menjalankan usahanya prinsip koperatif harus selalu ditekankan.

Bumdesaanya memiliki payung hokum bebentuk dasaran perundangan

sesua berlakunya, mencapai ksepakatan untuk hubungan keberlakuan .

44
2. Partisipatif

Seluruhnya stekhold turut berlibat didalam bumdesanya

ketersediaan dengan model skuarelawan maupun diambil dari

pendukung yang memiliki kontribute

Partisipasipan masarakat melalui pengolahan BUMDesnya

amat ditunngu dari pemerintahnya untuk lakukan sosialisasinya serta

memberi arahan terhdap orang pedesaan dari pemprov itu sendiri

kepentingan informasi bagi masarakat desa dinilai butuh perhatiannya

untuk kelola dana yang diserahkan didesa melalui pemdesa. Lajur

pemerintahan didesadapat termotivasi sadar untuk disiapkan dalam

pengembangan hidupnya

BUMDesanya merupakan kelembagaan perekonomian

permodalan yang di bangun dari inisiasi masarakat yang mengikuti

langkah partisapatip. Yang memeiliki arti dari penuhnya permodalan

dari peminjam luar. Walaupun memungkinkan apabila usaha ini

pinjam modal dari majemen lain, sepertihalnya pemerintahan didesa

maupun lainnya. Ini semua sama seperti aturan perundang – undangan

(Undangan – Undang Nomer 31 Tahun 2OO4 hal Pemerintah Dearah

Pasal 13 ayat( 3) penjelasanya organ terpenting dari berdirinya

bumdesa sebab impilkasinya memmungkinkan bergesekan oleh

peraturannya untuk pengaturan daeranya ataupun pengaturan yang

berada didesa

3. Emansipatip

45
Seluruh komponennyamelibatkan langsung dari bumdesa ini

sangatlah perlu demi mejamin seluruh upaya yang tidak membeda-

bedakan antar ras suku tradisi.

Mekanisasi opersionelnya dari peusaha ini wajib perlunya

sesamatidak terkecuali adanya pembeda. Makanya masarakat di

daerah mesti diperiapakan lebih awal supaya bisa menerimanya

masukan terbaru kelembagaannya yang punya dua fungsinya

sekaligus yaitu sifatnya sosialis komersional. Menghargai norma yang

ada didesa dengan upaya pegangteguh dari karakter leluhur yang nesti

dihormati. Olehkarena itu dinilai amat baik yang merupakan dari

tumpuan pendidikannya, sosial, serta melatih kemahiran dengan pola

meningkatkan standarisasi kehidupan bermasarakat didesa

4. Transparansi

Keaktifan memiliki pengaruh oleh kepentingannya masarakat

pada layaknya diketaui bagi keseluruhannya komponen masarakat

yang terjangkau juga memiliki keterbukaan.

Tranparansif didalam pengolaan BUMDes amat dibutuhkan

sebab bumdesanya berupa lembaganya ekonom memiliki potensial

diperdesaanya yang termasuk normanya wajib dijunjung tinggi inilah

jujur lagi terbuka. Kinerjnya badan usaha ini sanggup memberi

kontribusinya secara sinifikan kepada peningkatannya sejahteranya

masarakat dipedesaan. Disisi lain pula agar tak mudah banyaknya

46
tipikal berusaha seperti kapitalis yang menyebar di perdesan hingga

menyebabkan tercemarnya norma kaidah adat sitiadat.

Kehadiran bumdesa ini berharap agar bisa terdorongnya

efektivitas perekonomian yang tumbuh diperdesan. Peranan

pemerintahan kelurahan juga pedesan demi terwujudnya terpenuhin

standarisasimuatan minim yang dipengaruhi oleh berkembangnya

komunitasnya Depelopment Basecd Comunity diperdesaan dengan

melebihi pemberdayaan serta terpenuhi teguh pendirian didalam

pengelolan.

5. Akuntable

Semua yang terkandung makna polarisasi giat bisa di

pertanggungjawabkan dengan cara teknik dan administrasi.

Berdirinya mulai dari pengolahan bumdesa ini hingga

terwujudnya misi diawal dalam pengolan usaha memiliki produktifitas

yang tinggi dengan dilakukanya akuntable. Maka darinya harus ada

keseriusan dalam menjadaiin pengolaan bumdesa ini dengan cara

efektifitas, efisiensi, profesionalis, mandir juga tanggung jawab. Agar

tercapainya suatu keinginan maka bumdes melakukan melauli

berkebutuhan (produksi dan konsumsi) masarakat lewat layanan

distributif barang, serta kemahiran sesorang maka bisa dimanfaatkan

bagi masarakat juga pemdesa.

Pemenuh keterbutuhan bisa di upayakan tak memebankan

warganya, karena menimbang bumdesa ini lebih domain didalam

47
mengerakkan perekonomian didesa. Upaya tersebut diminta supaya

agar bisa beri pelayanannya terhadap bukan anggotanya.maka dari itu

ditempatkannya haraga serta layanan diberlakunya di wilayah lainnya.

Maknanya ada strategis lembaga maupun peraturan secara

kesepakatan bersamaan, yang menjadi dan timbul sebab ekonom

diperdesaan yang menyebab usahanya digerakan bumdesa.

6. Sustainable

Aktifitas ini haruslah dikembangkan serta di lestarikan dari

masarakat di sebuah pengumpulan guna partisipatif bumdesa ini

sendiri. Karena berdirinya bumdesa ini guan meningkat

perekonimiannya marakat perdesaan

Gapaian ini musti tercaoai walaupun model bentuk

pemberian fasilitas terhadap keterampilan yang aktif dalam

pengembangan, yang pada intinya terhadap segelintir pengelompokan

perdesaan, menghilangkan praktik pungutan serta pembiaran modal,

membuat kesinambungan kesetaraan yang merata serta mendongkrak

hasil dari masarakat ditempat. Pola yang harus diterapkan dengan

mode lainnya ialah meningkatkan pengasilan warga, melalui model

tersebut dinilai akan membantu kemajuan dari wilayahnya sendiri

dengan model perseorangan serta jangka panjang.

Berkaitan polarasisasi ini yang membahas mengenai anggaran pengadaan

permodalan,dengan harapan supaya lebih besar. Keterbelakangan yang

menyebabkan suatu tumpuan yaitu besarnya pengeluaran modal. Sehiga mungkin

48
bisa saja menjadi tersedianya modal dalam mendirikan budesanya itu apabila hal

tersebat diberlakukan seiras menyebabakan meningkatnya pendapatanDes

setelahnya baru dipakai untuk pembangunan.

Sesuai rincian diatas sehingga bias menyingkatkanya dalam berbagai

komponen terpentingnya yang kuat dan mempunyai kerja sama,

terbangunnya/terjalinnya kelengketan seluruh elmen struktura didesa yang

menjadi daya tarik tersendiri untuk mengempaskan warga kurang mampu yang

masuk dalam kategoro oranang-orang miskin/kurang mampu dapat dientas

melalui persaingan.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Wewenang Kepala Desa dalam rangka pengawasan pengelolaan

Badan Usaha Milik Desa Sungai Sitolang berdasarkan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

BUMDesanya berupa dan berbadan beusaha serta miliki diesa nya

memilikinya dwifungsi pengoptimalan potensial desanya didalam meningkatken

kesejahteran masarakat. kadesa Sungai Sitolang menyebut bahwasanya, BUMDs

b e r wajib adanya disetiap Desanya bahwasanya bumdesa di bentuk olehnya

Pemerintahan desa-desa kepada adidayaguna seluruh potensil ekonom,

kelembagan ekonomi beserta potensial sda juga sumbernya b e r daya

49
k emanusiaa d i dalam ke rangka meningkat kesejahteran masarakat didesa.

(hasil wawancara pada tanggal 24 Februari 2020)

Walaupun bumdesa terbelah oleh struktural informal pemerintahan didesa.

BUMDes bukan tegak model eklusif. perkebijakan pendirianya BUMDesnya mesti lewat

aturan didesa, dengan disiapkan terhadap kadesa bersamaan dewan desa kewenangan di

lakukan pengawasanya terbuka kepada bumdesa demi terjaganya bumdesa berjalanya

melalui pertanggungjawaban. (Hery Kamaroesid, 2016 : 33)

Pendanaanya didesa melalui bumdesa tersebut dipisah, mengakibatkan

didalam pengelolaan bumdesnya tegak perseorangan, tetapi juga bisa didalam

naunganya pemerintahan diesa. Sebagaianya didesa persorangan berupa dana,

sehigga bisa terbantu permodalanya peusaha masarakat. Berdasarkan

pengelolaanya, BUMD hidup seorang, tetapi pendapatanya oleh setia-setiap

bentuk usahanya dalam pengelolaan terhadap BUMDesa masuknya kedasar

sumber didesa seterusnya duit itu di salurkan teruntuk di gunakan pembangunan

sarana didesa serta agenda pemberdayan masarakat.

Penulis membuat Tanya jawab kepada kepengurusan BUMDes. Ibu Airina

selaku Kepala BUMDesa Bina Usaha Desa Sungai Sitolang menjelaskan bahwa :

“Pengelolaan BUMDes ini masih minim, sebenarnya sangat-sangat

disayangkan BUMDes BINA USAHA ± 9 tahun berdiri namun unit

usaha belum banyak yang dikembangkan, masih banyak potensi Desa

Sungai Sitolang yang belum dikelola oleh BUMDes, seperti parkir desa,

penyediaan ala-alat pertanian karena sebagian besar masyarakat bekerja

sebagai petani dan jual beli hasil bumi. Peran pemerintah desa dalam

pengelolaan BUMDes ini belum terlihatkan, dimana tidak ada usaha

50
pemerintah desa selama ini untuk bersosialisasi mengenai BUMDes”.

(hasil wawancara pada tanggal 24 Februari 2020)

Keberadaan BUMDes di Desa Sungai Sitolang diharapkan mampu

berperan kepada masyarakat. Dalam RPJM Desa dimuat mengenai visi, misi,

strategi dan kebijakan yang ditempuh oleh Kepala Desa terpilih selam jabatannya

yaitu enam tahun. RPJM Desa disusun berdasarkan dokumen Perencanaan Jangka

Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang

disesuaikan dengan kondisi obyektif keadaan desa yang berkaitan.

Visi dan misi yang diemban oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa dan Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan,

dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa merupakan komitmen negara dalam

melindungi dan memberdayakan desa melalui BUMDes agar menjadi kuat demi

terciptanya masyarakat yang makmur dan berdaulat.

Pengorganisian BUMDesa didesa Sungai Sitolang terbentuk oleh

Penasihatnya, Pengawasnya, Ketuanya, Sekretarisnya, Bendaharanya serta

Pengelolanya dalam bentuk. Pengorganisasian Pengelola bumdesa terdapat

beberapa :

1. Komisaris/penasihatnya

Penasehatnya d i dalam structural k e o rganisasian bumdesa

Bina Usaha diduduki kepada Kadesnya berecara da ri l u a r juga

didalamnya pengelola di laksanakan memakai pemberian penasihatan

kepada ketupel operasionalnya bumdesa dimintai juga tidaklah,

51
didampingi ketuanya pelaksanaan pengoperasionalan didalam

melakukanya pengembang jaringannya negosiasi didalam usahanya

bumdesnya juga pelindung bumdesnya sedari sesuatu bisa didapat

terancam kelangsunganya pelaksanan pengusaha bumdesa.

Kadesa sebagai penasehatnya miliki berkewajiban dalam hal

yakni :

a) Memberi penasehatan pada pelaksananya operasionalis

d i dalam pelaksanaan pengelola bumdesa;

b) Memberikanya saranya juga pendapatnya tentang persoalan

teranggap bahwa terpenting terhadap pengelolaanya

bumdesa; serta

c) Pengendalian pelaksanaan kegiatanya pengolaan bumdesa.

Penasihatnya memiliki wewenang :

a) Minta penjelasanya kepada ketupel pengoperasional perihal

persoalanya menyangkutnya pengelola pe ngusaha didesa;

juga

b) Melindunginya pengusaha didesa untuk perihal dalam

penurunan ketekunnannya bumdesa ini. (Anggaran Dasar

Badan Usaha Milik Desa Sungai Sitolang)

Menurutnya penelitian, didalam pelaksana pengelolaanya

bumdesa, Kadesnya tidaklah domain d i dalam pemberian

motivator, kritikan, nasihatnya juga masukanya terhadap pelaksananya

52
pengoperasional bumdesa Bina Usaha didesa Sungai Sitolang.

Struktural pengorganisasian bumdesa Bina Usaha sudahlah

terbntuknya berdasar putusan kadesnya Sungai Sitolang bahwa

strukturalnya keorganisasian bumdesa terpisahnya terhadap

kestrukturan pengorganisasian Pemerintahan diesa. Pokok ini

sepemikir oleh tidaknya ada Perangkatan diesa dalam jabatan

dalamnya struktural keorganisasian bumdesa, terkecuali kadesa dalam

wujud strukturalnya organisasi-organisasi bumdesa di posisinya untuk

komutnya. Daripadanya keperangkatan didesa lainnya seperti hal

Sungai Sitolang nihil untuk perangkapan jabatanya untuk membuat

kepengurusan bumdesa. Ibu Airina sebagai kepala BUMDesa

menyebutkan :

“Pada dasarnya perangkat desa tidak boleh menjabat sebagai

penggurus BUMDes, tapi kenyataannya, ada beberapa unit

usaha dikelola oleh Kepala Desa dan anak Kepala Desa, modal

sudah ditentukan tetapi selama operasional usaha tersebut

kami tidak mengetahui seberapa besar omset yang diterima”.

(hasil wawancara pada tanggal 24 Februari 2020)

Berdasarkan hal di atas, kebijakan Pemerintah Desa

merupaka bentuk bertepat denganya memberi ruangnya

berpartisipasi masarakat dalamnya melaksanakan pengolaan

BUMDesa kepada tidaknya dijadikan pejabat diesa untuk

melaksanaan operasionalis didalam struktural keorganisasi

53
bumdesa, daripada itu Pemerintahan didesa juga bumdesnya ini

mempunyai perbedan, kususnya bumdesa berupa suatu

kelembagaan diesa dalam bergeraknya di ranah pengusaha dalam

membutuhkanya sdm merupakan tidaklah sama ialah masarakat

didesa tersebut betul-betul kompeten di bidangnya.

berdasarkan penelitian supaya bumdesa Bina Usaha tersebut

maju kembang didalam pengolaannya, dengan ini struktural

keorganisasian di serahkan kepadanya kepengurusan bumdesa

dalam juga p e n u n j u k a n y a n g diamandatariskan . Tidaklah

adanya struktural didesa dalam merangkapkan perangkapnya

jabatanya menjadikan kepengurusan bumdesa serta Pemerintahan

didesanya memiliki peranan dalamnya pembina serta pengawas

bumdesa ini.

2. Pelaksanaan Pengoperasionalan

Pelaksanaan operasionalnya didalam struktural k e organisasian

bumdesa merupakan rtugas dalam pengurusanna juga menggelolanya

bumdesa berdasarkan terhadap permodalan juga Anggaran operasional.

dialam struktural keorganisasian bumdesanya pelaksanaan

pengoperasionalan terdapat oleh sorang kepala, sama payung

sekretariat sesatu orangnya pendahara, juga dalamnya kanit mikro.

Pelaksana operasional tesebut dipilih berdasarkan musyawarah

Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan lembaga

Desa yang lain ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa. Ketua

54
pelaksana operasional di Desa Sungai Sitolang bertanggung jawab

penuh atas pelaksanaan BUMDes Bina Usaha, dengan demikian ketua

pelaksana operasional mendapatkan nasihat dari Pemerintah Desa

untuk kemudian disampaikan pada pelaksana operasional lainya

seperti sekretaris, bendahara dan kepala unit usaha. (Hery

Kamaroesid, 2016 : 29 )

Pelaksana operasional di Desa Sungai Sitolang menjalankan

fungsi dan kewenangan dengan berdasarkan anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga yang mana anggota pelaksana operasional

menajalankan pengelolaan BUMDes Bina Usaha dengan memenuhi

peraturan perundang-undang, serta menjalankan prinsip- prinsip

profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas dan

kewajaran. Di dalam pelaksanaannya, pelaksana operasional BUMDes

Bina Usaha mengemban tugas yang tidak sederhana menerima

sejumlah penyertaan modal kemudian mendirikan unit usaha, yang

sudah banyak dimiliki masyarakat desa, maka tugas pelaksana

operasional pengelola BUMDes tidak hanya sebatas mengembangkan

penyertaan modal yang telah diberikan. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Ibu Airina selaku Ketua BUMDes Bina Usaha menjelaskan

bahwasanya, :

“Kami selaku pelaksana operasional ini harus bisa melihat

peluang usaha, usaha mana yang sesuai dengan potensi Desa

dan kebutuhan masyarakat, karena kami diberikan amanah

55
untuk mengelola BUMDes, kami di beri amanah dengan

penyertaan modal, jadi kami harus menjalankan amanah yang

diberikan.” (hasil wawancara pada tanggal 24 Februari 2020)

Pelaksana operasional sudah menerapkan manajemen BUMDes

yang baik berdasarkan standar dasar akutansi yaitu dengan rapat

harian, rapat bulanan dan rapat tahunan. Menurut peneliti, pelaksana

operasional pengelolaan BUMDes Bina Usaha sudah baik sesuai

dengan Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) serta

memenuhi prinsip-prinsip dan manajemen pengelolaan BUMDes

3. Pengawasan

Pengawas sebagai salah satu proses di dalam pelaksana

pekerjaan untuk mengetahui kualitas pekerjaan yang kemudian

dikoreksi dengan peraturan yang telah ditetapkan pengawas, termasuk

kedalam struktur organisasi BUMDes.

Pengawas perlu diadakan untuk mendukung dan

mensukseskan pelaksanaan kegiatan BUMDes. Pengawas didalam

struktur organisasi BUMDes merupakan posisi yang tidak kalah

penting dibandingkan dengan penasihat dan operasional/direktur

BUMDes, hal ini dikarenakan fungsi pengawasan sendiri di dalam

manajemen merupakan salah satu fungsi yang dapat menentukan suatu

tujuan pencapaian menejemen itu sendiri.

Pengawas didalam struktur organisasi BUMDes dijabat oleh

BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Pengawasan merupakan yang

56
mewakili kepentingan masyarakat. BUMDes Bina Usaha dilaksanakan

oleh BPD berdasarkan musyawarah Pemerintah Desa, BPD, Lembaga

Desa yang lain dan ditetapkan dengan keputusan kepala Desa.

Pengawas mempunyai kewajiban menyelenggarakan rapat umum

untuk membahas kinerja BUMDes sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun

sekali. Pengawas berwenang menyelenggarakan rapat umum pengawas

untuk:

a) Pemilihan dan pengangkatan pengurus,

b) Penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari

BUMDes,

c) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi teradap kinerja

pelaksana operasional.

Berdasarkan Peraturan Pendirian BUMDes Bina Usaha Desa

Sungai Sitolang Pasal 9, kewajiban pengawas sebagai berikut :

a) Melindungi dan menjaga kelangsungan hidup Badan Usaha

Milik Desa.

b) Melaksanakan pengawas dan mengikuti perkembangan

kegiatan usaha Desa.

c) Memberikan nasihat dan saran kepada Badan Usaha Pengurus

dan Dewan Direksi dalam melaksanakan pengelolaan Badan

Usaha Milik Desa. ( Anggaran Dasar BUMDes Bina Usaha

Tahun, 2018 : 9 )

57
Dalam pelaksanaan pengawasan BUMDes Bina Usaha

dilaksanakan oleh Bapak Sukandi selaku Ketua Badan Perwakilan

Desa (BPD). Dalam pelaksanaannya, pengawas BUMDes Bina Usaha

terdapat beberapa Rapat Umum yang diadakan, yaitu sebagai berikut:

a) Musyawarah Desa,

b) Musyawarah tahunan,

c) Musyawarah penggurus,

d) Musyawarah pelaksanaan operasional.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Airina selaku ketua

BUMDes mengatakan bahwa :

“Tidak adanya upaya oleh pemerintah Desa untuk membina

atau mengawas kinerja operasional BUMDes, bahkan kami

selaku pengurus BUMDes selalu meminta binaan kepada

pemerintah Desa, kami meminta informasi mengenai BUMDes,

kami selalu menemui Sekretaris Desa untuk meminta binaan”.

(hasil wawancara pada tanggal 24 Februari 2020)

Ketua BPD mengatakan bahwa, saya hanya melihat aktivitas

BUMDes saja, untuk laporan belum ada yang resmi, belum ada

laporan pengawasan BUMDes. (hasil wawancara pada tanggal 24

Februari 2020)

Menurut peneliti, tahap pengawasan yang dilakukan

berpanduan pada peraturan yang telah ada dan selalu diawasi dalam

bentuk administrasi maupun kegiatan. Dalam melakukan pengawasan

58
peran Pemerintah Desa belum terlihatkan, pengelola operasional yang

meminta untuk diawasi dari kinerja BUMDes. Pengawasan dalam

BUMDes sangat penting karena untuk mengukur tujuan yang telah di

capai oleh BUMDes.

Pemerintah Desa dalam Pengelolaan BUMDes Bina Usaha

belum berperan secara keseluruhan. Pemerintah Desa hanya berperan

dalam pengelolaan BUMDes yaitu sebagai pendiri dan perencanan unit

usaha saja dan untuk penasehat, pengawasan serta pelaksana

operasional belum terlihatkan. Untuk kemajuan Badan Usaha Milik

Desa Bina Usaha pemerintah Desa Sungai Sitolang harus memberikan

perhatian khusus untuk mengawas kegiatan BUMDes. Dalam berbagai

kegiatan BUMDes seharusnya masyarakat dilibatkan, masyarakat tidak

dijadikan sebagai objek program saja, akan tetapi akan timbul rasa

memiliki dan terjadi keharmonisan antara Pemerinta Desa dan

masyarakat sehingga dengan menuju cita-cita dalam meningkatkan

perekonomian Desa akan mudah tercapai.

4. Kinerja Keuangan Unit Simpan Pinjam

a) Jumlah Dana Alokasi Unit Simpan Pinjam : Rp. 453.349.907,00

b) Jumlah Dana Perguliran Sampai Saat Ini : Rp. 2.441.091.000,00

c) Jumlah Kas : Rp. 103.561.500,00

1) Kas Modal Kerja (MK) : Rp. 9.911.000,00

59
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) : Rp. –

3) Kas Pinjaman Bank (PB) : Rp. 4.667.000,00

d) Jumlah Bank : Rp. 205.067.562,00

1) BRI : Rp. 4.097.479,00

2) Bank Riau-Kepri : Rp. 200.970.083,00

e) Jumlah Anggota Awal : 34 Orang


1) Laki-Laki : 31 Orang
2) Perempuan : 3 Orang
f) Jumlah Anggota Saat Ini : 232 Orang
1) Laki-laki : 204 Orang
2) Perempuan : 28 Orang
g) Jumlah Pengembalian : 94,68%
1) Kas Modal Kerja (MK) : 98,05%
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) :-%
3) Kas Pinjaman Bank (PB) :-%
h) Jumlah Penunggak : 37 Orang
1) Kas Modal Kerja (MK) : 26 Orang
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) : 5 Orang
3) Kas Pinjaman Bank (PB) : 6 Orang
i) Jumlah Tunggakan : Rp. 173.424.046
1) Kas Modal Kerja (MK) : Rp. ---
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) : Rp. ---
3) Kas Pinjaman Bank (PB) : Rp. ---
j) Jumlah Pinjaman (berdasarkan SP2K) : Rp. 3.422.375.571
1) Kas Modal Kerja (MK) : Rp. 3.422.375.571
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) : Rp. ---
3) Kas Pinjaman Bank (PB) : Rp. ---
k) Jumlah Peminjam (berdasarkan SP2K) : 337 Orang
1) Kas Modal Kerja (MK) : 337 Orang

60
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) : ---- Orang
3) Kas Pinjaman Bank (PB) : ---- Orang
l) Jumlah Pinjaman Berdasarkan Jenis Usaha : Rp. 3.422.375.571
1) Kas Modal Kerja (MK) : Rp. 3.422.375.571
Perdagangan (17 Orang) : Rp. 212.690.000
Perkebunan (215 Orang) : Rp. 2.312.359.000
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) : Rp.----
Perdagangan (3 Orang) : Rp.----
Perkebunan (8 Orang) : Rp.-----
3) Kas Pinjaman Bank (PB) : Rp.-----
Perdagangan (1 Orang) : Rp.-----
Perkebunan (11 Orang) : Rp.-----
m) Jumlah Piutang (dana beredar dipeminjam) : Rp. 3.315.229.805
1) Kas Modal Kerja (MK) : Rp. 2.992.350.705
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) : Rp. 29.220.000
3) Kas Pinjaman Bank (PB) : Rp. 293.659.100
n) Jumlah Pendapatan Kumulatif
Periode awal Januari s/d Desember 2013 : Rp. 310.435.134
o) Jumlah Biaya Kumulatif
Periode awal Januari s/d Desember 2013 : Rp. 313.391.634
p) Rasio Biaya Terhadap Pendapatan, Merupakan Perbandingan Jumlah
Biaya Terhadap Pendapatan Dikali 100% : 97,47%
1) Kas Modal Kerja (MK) : 104,78%
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) : 111,36%
3) Kas Pinjaman Bank (PB) : 76,26%
q) Rasio Cadangan Teradap Resiko, Merupakan Perbandingan Jumlah
Cadangan Modal Terhadap Tunggakan Dikali 100% : 163,24%
1) Kas Modal Kerja (MK) : 3,73%
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) : 399,21%
3) Kas Pinjaman Bank (PB) : 86,77%

61
r) Tingkat Pertumbuhan kekayaan, Merupakan Perbandingan Selisih
Kekayaan Tahun Ini Dikurangi Kekayaan Tahun lalu Terhadap
Kekayaan Tahun Lalu Dikali 100% :
1) Kas Modal Kerja (MK) : 10,27%
2) Kas Pinjaman Konsumtif (PK) : 0,00%
3) Kas Pinjaman Bank (PB) : -0,61%
s) Dan lain-Lain.
B. Faktor Penghambat dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Sungai Sitolang.

Keberadaan BUMDes dalam melaksanakan program dan usaha tidak bisa

lepas dari anggaran yang dimiliki. Sebagaimana lembaga usaha keberadaan modal

usaha salah satu nadi untuk hidup dan berkembang. Kesiapan dana usaha terbatas

memiliki tingkat kemampuan pengelola usahapun akan mengalami kemunduran.

Keberadaan BUMDes pada masyarakat perdesaan kawasan perkebunan

sawit di Kabupaten Rokan Hulu sebagai alternative dalam mengembangkan usaha

ekonomi masyarakat. Di dalam pelaksanaan pengawasan terhadap pengelolahan

BUMDes Bina Usaha Sungai Sitolang, ada beberapa hambatan yang dihadapi,

sesuai dengan hasil kuesioner yang penelitian lakukan yaitu :

Tabel III. 1
Apakah Mengetahui Tentang BUMDes Bina Usaha

No Responden Jumlah Persentase

1 Mengetahui 15 Orang 75 %

62
2 Tidak Mengetahui 5 Orang 25%

Jumlah Total 20 Orang 100 %

Sumber : Data Kuesioner Tahun 2020

Sesuai penjelasan Tabel diatas bahwa 15 orang yaitu 75 % menjawab

mengetahui tentang adanya BUMDes Bina Usaha, dan 5 orang yaitu 5 % yang

menjawab tidak mengetahui tentang adanya BUMDes Bina Usaha. Dari 20 orang

atau 100 % masyarakat yang menjadi responden dari penelitian atau hasil

kuesioner yang peneliti sebarkan.

Otonomi desa merupakan peluang bagi desa dalam mengembangkan desa

sesuai dengan potensi yang dimiliki. Keberadaan BUMDes sebagai instrumen

dalam meningkatkan kesejahteraan dengan melibatkan masyarakat dalam

pengelolahan.

Keterlibatan masyarakat dalam program BUMDes memiliki keterbatasan

dalam mengembangkan usaha. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis

lakukan serta penjelasan ketua BUMDes Bina Usaha menyebutkan,

“bahwa keterlibatan masyarakat di dalam kemajuan BUMDes sangat

terbuka, namun kendala di masyarakat masih rendah pada tingkat SDM

pengelola. Usaha yang kami lakukan dengan mengadakan pelatihan-

pelatihan yang mendukung program BUMDes yang sedang dikelolah”.

(hasil wawancara pada tanggal 24 Februari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa

keberadaan BUMDes masih membutuhkan dukungan semua pihak dalam

63
meningkatkan sumber daya manusia pengelola. Bahwa persebaran program

BUMDes di desa Sungai Sitolang dapat lebih fokus pada program simpan pinjam

dibandingkan dengan programlainnya. Program ini belum optimal karena masih

rendahnya sumber daya manusia dan enterpreneurshif dan perlu adanya pelatihan

pendukung guna meningkatkan tata kelola BUMDes secara berkelanjutan.

Karakteristik program BUMDes pada perdesaan kawasan perkebunan di

Desa Sungai Sitolang menitik beratkan pada bidang usaha dari simpan pinjam dan

tingkat perkembangan usahanya rendah karena tingkat sumber daya manusia dan

tanggung jawab pihak desa dalam memanfaatkan program dalam meningkatakan

kesejahteraan masyarakat. Keberadaan BUMDes belum mampu memberikan

manfaat dalam meningkatkan sumber daya manusia dan tata kelola yang tidak

berkelanjutan. Sinergitas pengelola BUMDes dan masyarakat dalam partisipasi

secara aktif dari dalam perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi guna

memberikan manfaat keberadaan BUMDes ditengah masyarakat.

Tabel III. 2
Bagaimana penilaian terhadap pelayanan dari BUMDes Bina Usaha

No Responden Jumlah Persentase

1 Puas 11 Orang 52 %

2 Tidak Puas 9 Orang 48 %

64
Jumlah Total 20 Orang 100 %

Sumber : Data Kuesioner Tahun 2020

Sesuai penjelasan Tabel diatas bahwa 11 orang yaitu 52 % menjawab puas

tentang pelayanan dari BUMDes Bina Usaha, dan 9 orang yaitu 48 % yang

menjawab tidak puas tentang pelayanan dari BUMDes Bina Usaha. Dari 20 orang

atau 100 % masyarakat yang menjadi responden dari penelitian atau hasil

kuesioner yang peneliti sebarkan.

Pemberdayaan BUMDes melalui kelompok ekonomi kewirausahan secara

partisipatif adalah untuk mewujudkan kemandirian ekonomi desa melalui

pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan pengelolahan usaha ekonomi

masyarakat yang dilaksanakan dengan ketertiban masyarakat, dan swasta sehingga

semua stake holder didesa berperan optimal dalam menumbuhkan kembangkan

perekonomian desa.

Pelayanan yang diberikan maupun pemahaman yang disampaikan ke

masyarakat tentang tujuan dan manfat dari BUMDes seharusnya di sampaikan

dengan baik, agar daya tarik dari masyarakat desa begitu baik guna meningkatkan

hasil dari program desa melalui BUMDes tersebut. Karna BUMDes adalah salah

satu pemasukan dari anggaran pembelanjan daerah desa terbut, membantu

mensejahterakan masyarakat desa baik dari perekonomian maupun insfrastruktur.

Kerterlibatan pihak swasta dalam pengembangan usaha BUMDes akan

dapat menumbuhkan usaha secara berkelanjutan. Berdasarkan wawancara yang

65
penulis lakukan kepada ketua BUMDes Bina Usaha Ibu Airina mengatakan

bahwa :

“program dari BUMDes dengan pengadaan berasal dari desa semata.

Namun pada pihak swasta masih terbatas pada program-program tertentu.

Apalagi dengan hadirnya perusahan swasta yang mulai muncul di Desa

Sungai Sitolang”. (hasil wawancara pada tanggal 24 Februari 2020)

Peran swasta dalam pengembangan masyarakat melalui pandangan social

yang dimiliki sebagai bentuk tangung jawab social pada masyarakat. Menurut The

Organization for Economic Coorporation and Development, merumuskan CSR

sebagai berikut :

1. Kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta adanya

perilaku korporasi yang tidak semata-mata menjamin adanya

pengembalian kepada pemegang saham,

2. Upaya bagi para pelanggan,

3. Pembuatan produk serta jasa bagi para pelanggan.

Perusahaan bisnis juga harus memberi perhatian terhadap berbagai hal

yang dianggap penting serta nilai-nilai masyarakat.

Pengembangan Badan Usaha Milik Desa sebagai basis ekonomi warga

Desa sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala sebagaimana yang

dijelaskan Sutoro Eko didalam bukunya Desa membangun Indonesia antara lain.

Pertama Kepemimpinan, manajerial dan tata kelola (KMT) merupakan

faktor dasar yang menyokong kesehatan dan keberlanjutan Badan Usaha Milik

66
Desa. Jika kepemimpinan, manajerial dan tata kelola sangat buruk, maka Badan

Usaha Milik Desa dengan sangat cepat akan mati suri. Studi Sahrul Aksa (2013)

antara lain menegaskan, Di kalangan pengelola Badan Usaha Milik Desa (direksi,

komisaris, dan badan pengawas) berlum terjadi relasi yang ideal sebagai kondisi

tumbuh- kembangnya Badan Usaha Milik Desa. Antara pengurus satu dengan

yang lain masih ada kecurigaan karena tidak terjadi komunikasi yang baik.

Demikian juga problem administrasi keuangan sering menjadi pemicu masalah,

padahal bagi pendamping, kekacauan administrasi keuangan adalah awal

kekacauan Badan Usaha Milik Desa.

Suharyanto Hastowiyono menjelaskan, dari semua persoalan dilingkup

pengurus Badan Usaha Milik Desa, yang paling serius ialah :

1. kualitas dan kapasitas direktur, Ketokohan seseorang yang

membuatnya terpilih sebagai direktur tidak serta merta menjamin

adanya kapasitas kewirausahaan.

2. Skala dan Jangkauan Usaha, Badan Usaha Milik Desa yang

menjalankan bisnis eksternal (produksi dan distribusi hasil pertanian

keluar Desa) umumnya rentan dan gulung tikar karena skala ekonomi

yang kecil dan kapasitas ekonomi yang terbatas.

3. Emansipasi Lokal Badan Usaha Milik Desa yang tumbuh dari

emansipasi lokal jauh lebih kuat dan berkelanjutan ketimbang Badan

Usaha Milik Desa yang lahir karena imposisi pemerintah dari atas

atau Badan Usaha Milik Desa yang lahir dari Pemerintah Daerah.

Badan Usaha Milik Desa yang lahir karena imposisi pemerintah dari

67
atas umumnya berjalan tidak mulus. Kesan pertama yang muncul

dari masyarakat adalah bahwa Badan Usaha Milik Desa adalah proyek

pemerintah, seperti halnya proyek- proyek lainnya yang masuk ke

Desa, sehingga legitimasi dan daya lekat Badan Usaha Milik Desa

sangat lemah.

4. Kerjasama, tidak adanya kerjasama ataupun tidak menjalin

hubungan kerjasama yang baik atara Badan Usaha Milik Desa akan

menghambat pertumbuhan Badan Usaha Milik Desa.

5. Tradisi Berdesa, tidak adanya tradisi berdesa yang paralel dengan

kekayaan modal sosial dan modal politik, berpengaruh terhadap daya

tahan dan keberlanjutan Badan Usaha Milik Desa. Seperti tidak

adanya tradisi solidaritas, kerjasama, swadaya dan gotong royong

akan menghambat tumbuh dan berkembangnya Badan Usaha Milik

Desa.

Suharyanto Hastowiyono juga menyebutkan tumbuh kembangnya Badan

Usaha Milik Desa di Desa ternyata dipengaruhi oleh tradisi berdesa. Desa-desa

yang sudah tua biasanya memiliki tradisi berdesa yang cukup kuat dibandingkan

dengan Desa bentukan program transmigrasi yang usianya baru beberapa tahun.

Selain itu Suharyanto Hastowiyono dalam buku Pelembagaan Badan

Usaha Milik Desa menjelaskan Pengembangan Bandan Usaha Milik Desa sebagai

basis ekonomi warga Desa sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala

antara lain ketidak pahaman warga akan Badan Usaha Milik Desa, pemilihan

unit usaha yang tidak tepat, pembentukan kepengurusan, kelembagaan,

68
pengelolaan, keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholders), regulasi,

dukungan Desa dan supra Desa. (Hastowiyono Suharyanto, 2014 : 5)

Tabel III. 3
Pelaksanaan pembayaran pinjaman yang dilakukan ke BUMDes Bina Usaha

No Responden Jumlah Persentase

1 Lancar 13 Orang 60 %

2 Tidak Lancar 7 Orang 40 %

Jumlah Total 20 Orang 100 %

Sumber : Data Kuesioner Tahun 2020

Sesuai penjelasan Tabel diatas bahwa 13 orang yaitu 60 % menjawab

lancar tentang Pelaksanaan pembayaran pinjaman yang dilakukan ke BUMDes

Bina Usaha, dan 7 orang yaitu 40 % yang menjawab tidak lancar tentang

Pelaksanaan pembayaran pinjaman yang dilakukan ke BUMDes Bina Usaha. Dari

20 orang atau 100 % masyarakat yang menjadi responden dari penelitian atau

hasil kuesioner yang peneliti sebarkan.

Badan Usaha Milik Desa Bina Usaha Desa Sungai Sitolang dibilang tidak

mendapatkan dukungan yang penuh dari Pemerintah Pusat, Pemerintah

Kabupaten dan Pemerintah Desa. Dimana tidak maksimalnya bantuan yang

diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada Badan Usaha Milik Desa Bina

Usaha dalam hal proses pemberian bantuan dana yang dilakukan secara bertahap

membuat Badan Usaha Milik Desa Bina Usaha sulit berkembang dikarenakan

minimnya modal yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Desa.

69
Kemudian sesuai dari hasil kuesioner yang penulis lakukan, bahwa masih

ada dari beberapa masyarakat desa yang tidak taat ataupun tidak lancar dalam

melaksanakan kewajibannya untuk membayarkan pinjamannya kepada BUMDes

Bina Usaha Sungai Sitolang. Padahal BUMDes Bina Usaha Sungai Sitolang

sangat sedikit ataupun minim didalam hal permodalan yang di lakukan, maka

peran serta yang aktif dari masyarakat desa menjadi salah satu dorongan yang

benting guna terlaksannya BUMDes tersebut dengan lancar hingga menjapai

suatu tujuan dan manfaat yang dicita-citakan.

Dalam mengelola Badan Usaha Milik Desa, pengelola Badan Usaha Milik

Desa Bina Usaha menghadapi kendala yang mana masih banyaknya masyarakat

yang nunggak dalam mengembalikan uang yang mereka pinjam di Badan Usaha

Milik Desa Bina Usaha. Untuk menanggapi permasalahan tersebut, pengelola

Badan Usah Milik Desa berusaha memberi peringatan dengan mengirimkaan surat

kepada pemanfaat untuk dapat membayar kewajibannya terhadap Badan Usaha

Milik Desa agar Badan Usaha Milik Desa bisa berjalan sebagaimana mestinysa.

Tradisi berdesa mampu memiliki kekuasaan dan berpemerintahan, yang di

dalamnya mengandung otoritas (kewenangan) dan akuntabilitas untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Ketika mandat dari rakyat

koheren dengan otoritas dan akuntabilitas, maka legitimasi dan kepercayaan akan

menguat. Sehingga Desa mampu menjalankan fungsi proteksi dan distribusi

pelayanan dasar kepada masyarakat.

Di Desa Sungai Sitolang, tradisi berdesa saat sekarang ini bisa dikatakan

tidak adanya tradisi berdesa lagi, yang mana dapat dilihat di Desa Sungai Sitolang

70
tidak adanya lagi asas gotongroyong, kerjasama dan kekerabatan yang terjadi di

Desa Sungai Sitolang. Tradisi berdesa di Desa Sungai Sitolang menghilang

dikarekan setiap pembangunan yang diselenggarakan di Desa Sungai

S i t o l a n g dijadikan suatu proyek untuk mengambil keuntungan oleh para

pemangku kepentingan yang ada di Desa Sungai Sitolang. Tidak adanya tradisi

berdesa di Desa Sungai Sitolang membuat sulitnya untuk memajukan Badan

Usaha Milik Desa Bina Usaha. Tradisi berdesa merupakan hal yang bisa membuat

suatu Badan Usaha Milik Desa berkembang dengan baik. Karena dalam tradisi

berdesa kepercayaan warga Desa terhadap kepemimpinan kepala Desa serta

perangkat Desa dan Badan Usaha Milik Desa cukup tinggi. Kontrol masyarakat

terhadap penyelenggaraan Pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan juga

cukup kuat, sehingga kepala Desa dan perangkat Desa serta pengelola Badan

Usaha Milik Desa lainnya menjunjung tinggi amanah tersebut.

Tabel III. 4
Manfaat dan tujuan dari adanya BUMDes Bina Usaha

No Responden Jumlah Persentase

1 Mengetahui 10 Orang 50 %

2 Tidak Mengetahui 10 Orang 50 %

Jumlah Total 20 Orang 100 %

Sumber : Data Kuesioner Tahun 2020

Sesuai penjelasan Tabel diatas bahwa 10 orang yaitu 50 % menjawab

mengetahui tentang manfaat dan tujuan dari adanya BUMDes Bina Usaha, dan 10

71
orang yaitu 50 % yang menjawab tidak mengetahui tentang manfaat dan tujuan

dari adanya BUMDes Bina Usaha. Dari 20 orang atau 100 % masyarakat yang

menjadi responden dari penelitian atau hasil kuesioner yang peneliti sebarkan.

BUMDES merupakan suatu badan usaha yang mengelola potensi desa

sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa, telah banyak BUMDes

berdiri setelah diterbitkannya Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014, seperti di

Desa Sungai Sitolang. BUMDes Desa Sungai Sitolang telah berjalan kurang lebih

selama 9 tahun sudah memiliki beberapa jenis unit usaha. Adapun berdasarkan

teori yang telah peneliti paparkan di bab II, peneliti mengklasifikasi jenis unit

usaha BUMDes sebagai berikut:

1. Lembaga Perantara / Brokering

BUMDes menjadi perantara antara komoditas yang dihasilkan

warga pada pasar yang lebih luas sehingga BUMDes memperpendek

jalur distribusi komoditas menuju pasar. Cara ini akan memberikan

dampak ekonomi yang besar pada warga sebagai produsen karena

tidak lagi dikuasai tengkulak.

2. Keuangan / Banking

BUMDes bisa membangun lembaga keuangan untuk membantu

warga mendapatkan akses modal dengan cara yang mudah dengan

bunga semurah mungkin. Bukan rahasia lagi, sebagian besar bank

komersil di negeri ini tidak berpihak pada rakyat kecil pedesaan.

Selain mendorong produktivitas usaha milik warga dari sisi

72
permodalan, jenis usaha ini juga bisa menyelamatkan nasib warga dari

cengkeraman renternir yang selama ini berkeliaran di desa-desa.

Dalam BUMDes Bina Usaha bergerak dibidang unit Keuangan /

Banking, yaitu permodalan kepada masyarakat untuk mengembangkan

usahanya dengan ketentuan usaha sudah berjalan. Adapun ketentuan

yang harus dipenuhi bagi masyarakat yang ingin meminjam modal di

BUMDes yaitu harus memiliki usaha dan juga adanya jaminan yaitu

seperti surat tanah ataupun BPKB motor yang di serahkan ke

BUMDes selama melakukan peminjaman. Setiap peminjaman yang

dilakukan dikenakan 5% untuk BUMDes dengan waktu maksimal

tempo selama 6 bulan, pengenaan 5% tersebut diberikan oleh

peminjam pada saat melakukan pembayaran angsuran. Dari hasil

wawancara dengan ibu Arini selaku Ketua BUMDes Bina Usaha

menjelaskan sebagai berikut :

“Unit Simpan Pinjam ini kurang lebih berjalan selama 9

tahun, namun unit usaha ini tidak berjalan dengan baik,

dikarenakan perilaku peminjam yang kurang baik, dana yang

dicairkan untuk modal pengembangan usaha ternyata digunakan

untuk kebutuhan lain, sehingga pengembangan usaha tidak

lancar dan berimbas terhadap pembayaran angsuran yang telat

jatuh tempo berbulan - bulan. Karena itulah perputaran uang di

Unit Simpan Pinjam tersendat.” (hasil wawancara pada tanggal

24 Februari 2020)

73
Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa Unit Simpan

Pinjam telah berjalan. Namun unit tidak berjalan dengan baik, karena

perilaku peminjam dalam menggunakan dana pinjaman kurang bijak

menyebabkan perputaran modal di Unit Simpan Pinjam tidak

berjalan sesuai harapan pengelola.

3. Bisnis Sosial / Serving

Melakukan pelayanaan pada warga sehingga warga

mendapatkan manfaat sosial yang besar. Pada model usaha seperti ini

BUMDes tidak menargetkan keuntungan. Jenis bisnis ini seperti

pengelolaan air minum, pengolahan sampah dan sebagainya.

4. Usaha Bersama/ Holding

BUMDes membangun sistem usaha terpadu yang melihatkan

banyak usaha di desa. Misalnya, BUMDes mengelola wisata desa dan

membuka akses seluasnya pada penduduk untuk bisa mengambil

berbagai peran yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha wisata itu.

Setelah peneliti paparkan mengenai klasifikasi unit usaha yang h a r u s

ada d i d a l a m penerapan BUMDes berdasarkan teori, peneliti juga ingin

menghubungkan dengan upaya yang dilakukan pemerintah Desa Sungai Sitolang

dalam pembangunan masyarakat desa. Pembangunan masyarakat desa pada

dasarnya merupakan gerakan masyarakat yang didukung oleh pemerintah untuk

memajukan masyarakat desa. Oleh karena itu, pendekatan utama yang digunakan

dalam pembangunan masyarakat desa adalah sebagai berikut:

74
1. Pendekatan partisipatif yang melibatkan warga masyarakat desa

dalam segenap proses pembangunan, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatan hasilnya.

2. Pendekatan kemandirian yang menitik beratkan pada kegiatan dan

usaha berdasarkan kemandirian lokal. (Kartasasmita Ginandjar, 1996 :

391 )

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan pada bab pembahasan

dan berdasarkan masalah pokok yang peneliti angkat, kemudian menyimpulkan

hasil penelitian sebagai berikut :

1. Peran dari Kepala Desa dalam rangka pengawasan dan pengelolaan

BUMDes Bina Usaha sudah berperan dari sisi pendirian maupun

perencanaan unit-unit usaha, hanya saja peran pemerintah masih

75
kurang maksimal dalam pengawasan dan penasehatan kinerja

BUMDes, kemudian peran dari BPD sangat erat dengan hal

pengawasan di dalam pengelolahan BUMDes ini. Badan Usaha Milik

Desa Bina Usaha telah berdiri ±9 tahun dan belum dapat

memaksimalkan perannya dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Desa Sungai Sitolang. Manfaat yang dirasakan oleh

masyarakat dari BUMDes Bina Usaha hanya pemenuhan kebutuhan

sehari-hari/ jenis usaha trading.

2. Faktor Penghambat dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Sungai Sitolang dari sisi anggaran yang dimiliki sangat minim, peran

serta dari pemerintah pusat dan daerah yang kemudian kebijakan dari

kepala desa sendiri masikmkurang maksimal di dalam hal

permodalan, kemudian kurang efesiennya funsi dari BUMDes Bina

Usaha dalam mencapai tujuannya di karenakan perilaku peminjam

yang kurang baik, dana yang dicairkan untuk modal pengembangan

usaha ternyata digunakan untuk kebutuhan lain, sehingga

pengembangan usaha tidak lancar dan berimbas terhadap pembayaran

angsuran yang telat jatuh tempo berbulan - bulan. Karena itulah

perputaran uang di Unit Simpan Pinjam tersendat, padahal BUMDes

merupakan salah satu peluang guna menyukseskan kesejahteran dan

perekonomian di desa tersebut, selain dari anggaran pendapan belanja

desa.

B. Saran

76
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan diatas penulis

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Untuk pemerintah Desa Sungai Sitolang diharapkan memberikan

perhatian khusus dalam pengelolaan BUMDes Bina Usaha baik

dengan sosialisasi, pengawasan, pembinaan, memberikan nasihat,

motivasi, saran, serta memperbaiki komunikasi dengan pengurus

BUMDes, BPD dan maupun bagian struktural lainnya, termasuk

menarik antusias dari masyarakat perdesaan tersebut. Agar dimana

seluruh stekholder baik pemimpin desa maupun masyarakat desa

saling bergotong royong guna mencapai tujuan dari BUMDes yang

telah dicita – citakan bersama agar terciptanya kesejahteraan

masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang baik dan layak.

2. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa

seharusnya memberikan dukungan yang penuh terhadap proses

tumbuh dan berkembangnya Badan Usaha Milik Desa Bina Usaha

dalam upaya membangun masyarakat Desa. Kemudian terhadap

masyarakatdesa yang memanfaatkan fasilitas dana yang ada di dalam

BUMDes Bina Usaha harus menjalankan kewajiban sesuai dengan

semestinya, tidak boleh lagi penunggakan pembayaran ataupun alih

fungsi dari apa yang ditujukan di awal, supaya menciptakan

perekonomian yang lancar di tengah – tengah masyarakat di perdesaan

Sungai Sitolang tersebut, dengan melalui bantuan BUMDes Bina

Usaha.

77
78

Anda mungkin juga menyukai