Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang dibangun dari desa. Desa telah ada sebelum Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini terbentuk, bukti keberadaan desa telah dijelaskan dalam
penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945(sebelum
perubahan). Desa memiliki kedudukan dan peranan yang strategis sebagai unit organisasi
pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Pemerintah desa diyakini mampu
melihat prioritas masyarakat dibandingkan dengan pemerintah kabupaten yang secara nyata
memiliki lingkup permasalahan yang lebih luas. Sehingga desa sebagai organisasi
pemerintahan yang terendah harus diberi kewenangan untuk mengelola keuangannya sendiri,
mulai dari tahapan perencanaan sampai tahap pengawasan dengan melibatkan stakeholders
ditingkat desa, khususnya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan organisasi masyarakat
lainnya.( Sumber: Rokhim Muhammad eat all, 2017 ).
Salah satu bentuk kepedulian pemerintah dalam pembangunan desa adalah
mengalokasikan dana yang bersumber dari APBN yaitu Dana Desa (DD). Dana Desa di
alokasikan dari APBN berdasarkan Pasal 72 Ayat 1 Huruf b UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Dana Desa sangat penting untuk pembiayaan pengembangan wilayah
tertinggal dalam suatu sistem wilayah pengembangan. Tujuan dialokasikannya Dana Desa
adalah untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dengan lebih memeratakan
pendapatan. Pemerintah memposisikan desa sebagai fokus utama dalam hal pembangunan.
Pemberian Dana Desa langsung dari APBN kepada desa merupakan salah satu bukti konkrit
bahwa pemerintah pusat telah melaksanakan janjinya untuk melakukan pembangunan mulai
dari pinggiran kota sampai dengan desa-desa tertinggal. Pembangunan desa sebagai bagian
dari pembangunan daerah mempunyai makna membangun masyarakat pedesaan dengan
mengutamakan aspek kebutuhan masyarakat (Adisasmita, 2006:4). Pedoman pembangunan
desa telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014.
Keberhasilan suatu program pembangunan bukan hanya berdasarkan pada kemampuan
pemerintah, tetapi juga berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam menjalankan program
pembangunan. Pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan
dalam setiap tahap pembangunan yang dimulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap pemanfaatan, serta tahap evaluasi (Huraerah, 2011:110).
Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (musrenbang desa) merupakan upaya
bertahap untuk mewujudkan otonomi desa dan gerakan penguatan otonomi desa, dan
pemberdayaan desa. Musrenbang desa diharapkan dapat menghasilkan program kegiatan
pembangunan desa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat yang nantinya tertuang dalam
APBDesa. Aparat desa dan seluruh komponen masyarakat di desa diharapkan untuk terlibat
aktif menghimpun berbagai kebutuhan dan permasalahan yang ada di desa, kemudian
dimusyawarahkan dan ditetapkan secara bersama, yang nantinya akan dijadikan prioritas
pembangunan di desa masing-masing.

1.2 Identifikasi Masalah

Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa telah
mengatur semua tahapan-tahapan pengelolaan keuangan desa mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Peneliti tertarik untuk
meniliti perencanaan dalam keuangan desa, karena perencanaan merupakan tahapan pertama
dan langkah awal dari pengelolaan keuangan desa. Perencanaan keuangan desa dilaksanakan
dalam bentuk penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang berasal
dari Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) yang dihasilkan dari Musyawarah Rencana
Pembangunan Desa (Musrenbang Desa) dengan berpatokan pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). ( Sumber: Baihaqi eat all, 2017 ).

Laporan menganalisa bagaimana Desa Bilungala Utara dalam merencanakan dan


menganggarkan pembangunan dan apakah pemerintah desa menjalankan perencanaan
pembanguan desa sesuai dengan peraturan yang berlaku serta sejauhmana pemerintah desa
mentaati peraturan tersebut. Laporan ini hanya berfokus pada perencanaan pembanguan desa.
Laporan perencanaan dan penganggaran keuangan desa ini memilih objek yaitu di Desa
Bilungala Utara Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango.

Peraturan Menteri Negeri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa, menyatakan bahwa penetapan APBDesa paling lambat 31 Desember tahun
anggaran berjalan. Secara implisit, ketentuan ini menginginkan agar APBDesa ditetapkan
lebih awal. Sehingga sebelum memasuki tahun anggaran baru, APBDesa sudah tersedia.
Sesuai dengan pengamatan di lapngan bahwa, di Desa Bilungala Utara sampai dengan bulan
Desember belum melakukan musyawarah mengenai perencanaan pembangunan desa untuk
tahun 2023. Penelitian ini ingin menjelaskan kondisi perencanaan dan penganggaran
keuangan desa di Desa Bilungala Utara dan melihat kesesuaian perencanaan dan
penganggaran keuangan desa dengan peraturan yang berlaku.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mekanisme penyusunan anggaran program pembanguan Desa Bilungala
Utara
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme penyusunan anggaran program pembanguan Desa
Bilungala Utara
1.5 Manfaat
1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme penyusunan anggaran program
pembanguan Desa Bilungala Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Desa

Pembangunan masyarakat pedesaan merupakan bagian penting dari perwujudan


pembangunan otonomi daerah dalam rangka pemerataan pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat.Salah satu upayayang dilakukan pemerintah adalah meningkatkan keikutsertaan
masyarakat desa dengan membuat program-program nasional salah satunya adalah program
pemberdayaan masyarakat desa.Seperti kita ketahui, masyarakat pedesaan adalah masyarakat
yang identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan padahal tidak sedikit potensi yang dimiliki
oleh masyarakat desa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat
definisi Desa pada bab 1 ketentuan umum pasal 1, namun untuk memperkuat penjelasan
mengenai Desa, juga terdapat padaUndangundang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan Desa yang berbunyi: “Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawahcamat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.3Jadi, Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli
berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa.Landasan pemikiran dalam mengenai
pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat.
Desa juga dapat melakukan perbuatan Hukum, baik hukum publik maupun hukum
perdata, memiliki kekayaan, harta benda dan bangunan serta dapat di tuntut dan menuntut di
pengadilan.Untuk itu, kepala desa dengan persetujuan BPD mempunyai wewenang untuk
melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.4Peraturan
desa dalam rangka untuk meningkatkan kelancaran dalam penyelenggaraan, pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
reformasi serta dalam rangka mengimplementasikan pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang pencabutan beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri,
Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Intruksi Menteri Dalam Negeri mengenai Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, hal-hal yang berkaitan
dengan peraturan desa perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan. Selanjutnya yang dimaksud
dengan peraturan desa adalah semua peraturan Desa yang ditetapkan oleh kepala desa setelah
dimusyawarahkan dan telah mendapatkan persetujuan Badan Perwakilan Desa. ( Sumber: Putri
Handriani, 2021 )

2.1.1 Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Permendagri Nomor 20 tahun 2018 tentang asas pengelolaan dana desa,
menjelaskan bahwa keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas tranparan, akuntabel,
partisipatif, serta dilakukan dengan tertip dan disiplin anggaran yang melibatkan masyarakat
dalam pembentukan laporan keuangan dan penggunaan anggaran tersebut. Adapun asas-asas
pengelolaan keuangan desa yaitu:
a). Transparansi
Transparansi berati memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan.
Tranparansi yaitu prinsip keterbukan yang memungkinkan masyarakat mengetahui
dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa, karena prinsip
keterbukaan menjadi sebuah indikator bahwa memang keuangan desa dikelola secara jujur,
benar dan tanpa diskriminatif dalam penyelenggaraan pemerintahan desa tersebut.
b). Akuntabel
Akuntabel berasal dari Bahasa Inggris yaitu “Accountable” yang berarti
tanggungjawab. Sedangkan akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atau keadaan untuk
dimintai pertanggungjawaban”. Menurut Sukasmanto, akuntabilitas menyangkut kemampuan
pemerintah desa mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan dalam kaitannya
dengan masalah pembangunan dan pemerintah desa. Pertanggungjawaban yang dimaksud
menyangkut masalah finansial.
Pengertian akuntabilitas diatas sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 60 tentang
pengelolaan dana desa pasal 2 dijelaskan bahwa, dana desa dikelola secara tertib taat pada
ketentuan peraturan peundang-undangan, efisiensi, ekonomis, transparan,dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan serta mengutamakan
kepentingan masyarakat setempat.
c). Partisipatif
Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan
kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan
aktif dalam pengelolaan keuangan desa dan ikut terlibat dalam perumusan kebijakan
pembangunan desa. Peran serta masyarakat dalam merumuskan kebijakan tentang
penyelenggaraan pemerintah gampong merupakan hak dan keawajiban masyarakat untuk
ikut serta dalam mewujudkan pemerintahan desa yang bersih. Hal tersebut juga berarti
masyarakat diminta untuk aktif mengawasi pengelolaan keuangan desa dari peraktik KKN
(kolusi, korupsi dan nepotisme).
Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil oleh para
pimpinan organisasi publik, mencerminkan aspirasi masyarakat. Partisipasi diperlukan dalam
rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, sehingga diharapkan para pimpinan organisasi
sektor publik menyediakan mekanisme saluran komunikasi agar masyarakat dapat
mengutarakan pendapatnya.
d). Tertip dan Disiplin
Anggaran Berdasarkan Permendagri Nomor 113 tahun 2014 menjelaskan bahwa
Pengelolaan keuangan gampong dikelola dalam masa satu tahun anggaran yakni mulai
tanggal 1 januari sampai dengan tanggal 31 desember. Pemerintah desa menulis APBDes
yang berisi tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan juga
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) dimana dalam pembentukannya, melibatkan
masyarakat untuk bermusyawarah dan mengutarakan aspirasinya. Setelah dilaksanakan
musyawarah desa, sekretaris desa dibantu oleh kepala desa membentuk APBDes selambat-
lambatnya bulan oktober tahun berjalan. Setelah APBDes tersebut dibentuk, selanjutnya akan
disampai kepada Bupati/Walikota untuk disahkan menjadi APBDes. ( Sumber: Dewi Ratna,
2019 )

2.2 Pengertian Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melaluianggaran pendapatan dan belanja daerah
kabupaten/walikota dan digunakan untuk membiayai penyeleggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Dana desa dikelola secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat”. Pengelolaan
dana desa dalam APBD kabupaten/walikota dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah.Pengelolaan Dana Desa dalam
APBDesa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang
pengelolaankeuangan desa. Peraturan Menteri Desa, Pembangunnan Daerah tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang prioritas penggunaan Dana
Desa Tahun 2019 ditandatangani oleh Menteri Desa PDTT Eko Putro Sandjojo pada tanggal 20
september 2018.
Pasal 26 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019
menyatakan bahwa: Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi Nomor19 tahun 2017 tentang Penetapan
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 (berita Negara Republik Indonesia tahun 2017
Nomor 1359), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Sehingga Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019 ini merupakan acuan utama bagi Desa di
seluruh Indonesia dalam menyelenggarakan Kewenangan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal
berskala Desa yang dibiayai Dana Desa pada tahun 2019. ( Sumber: Putri Handriani, 2021 )

2.3 Prioritas Penggunaan Dana Desa

Prioritas penggunaa dana desa setiap tahun berbeda sesuai dengan pedoman peraturan
yang berlaku. Prioritas penggunaan dana desa tahun 2019 diatur dalam Permendes PDTT Nomor
16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa yang diharapkan memiliki arah dan
pandangan mengenai pemanfaatan dana desa sesuai dengan pedoman yang berlaku. Menurut
Permendes PDTT Nomor 16 tahun 2018 tersebut, prioritas penggunaan dana desa antara lain:

a). Penggunaan dana desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan
kegiatan di bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat.
b). Penggunaan dana desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan
kegiatan yang bersifat lintas bidang (pengadaan pembangunan, pengembangan,
pemeliharaan sarana dan prasarana), seperti bidang pembangunan yakni bidang kesehatan
masyarakat (seperti penyediaan air bersih dan sanitasi dan pelatihan yang diadakan di
desa), pendidikan dan kebudayaan, transportasi, ekonomi).
c). Prioritas penggunaan dana desa diharapkan memberikan manfaat sebesarbesarnya bagi
masyarakat desa berupa peningkatan kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan dan
penanggulangan kemiskinan serta peningkatan pelayanan publik di desa. ( Sumber: Dewi
Ratna, 2019 ).

2.3.1 Prioritas Penggunaan Dana Desa dalam Bidang Pembangunan Desa

 Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk Pelayanan Sosial Dasar dalam Bidang
Pembangunan Desa. ( Sumber: Putri Handriani, 2021 )
1) Peningkatan kualitas hidup masyarakat Desa diutamakan untuk membiayai pelaksanaan
program dan kegiatan di bidang pelayanan sosial dasar yang berdampak langsung pada
meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Kegiatan pelayanan sosial dasar meliputi:
 Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana
dasar untuk pemenuhan kebutuhan lingkungan pemukiman; transportasi; energi;
dan informasi dan komunikasi.
 Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana
pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat; dan
pendidikan dan kebudayaan.
 Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana
ekonomi masyarakat Desa meliputi usaha pertanian untuk ketahanan pangan;
usaha ekonomi pertanian berskala produktif meliputi aspek produksi, distribusi
dan pemasaran yang difokuskan kepada pembentukan dan pembentukan dan
pengembangan produk unggulan kawasan perdesaan.
 Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaansarana prasarana
lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam
dan konflik sosial; penanganan bencana alam dan bencana sosial; dan pelestarian
lingkungan hidup.
a). Pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrastruktur dan
sarana prasarana lainnya yang sesuai dengan kewenangan desa dan diputuskan
melalui musyawarah desa.
b). Peningkatan pelayanan publik ditingkat desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (3), yang diwujudkan dalam upaya peningkatan gizi masyarakat serta
pencegahan anak kerdil (stunting). Kegiatan pelayanan gizi dan pencegahan anak
kerdil (stunting) sebagaimana dimaksud meliputi:
1. Penyediaan air bersih dan sanitasi;
2. Pemberian makanan tambahan dan bergizi untuk balita;Pelatihan pemantauan
perkembangan kesehatan ibu hamil atau ibu menyusui;
3. Bantuan posyandu untuk mendukung kegiatan pemeriksaan berkala kesehatan ibu
hamil atau ibu menyusui;
4. Pengembangan apotek hidup desa dan produk hotikultura untuk memenuhi
kebutuhan gizi ibu hamil atau ibu menyusui;
5. Pengembangan ketahanan pangan di Desa; dan
6. Kegiatan penanganan kualitas hidup lainnya yang sesuai dengan kewenangan
Desa dan diputuskan dalam musyawarah Desa. ( Sumber: Dewi Ratna, 2019 ).
 Pertimbangan Prioritas Penggunaan Dana Desa dalam Bidang Pembangunan Desa
berdasarkan Tipologi. ( Sumber: Putri Handriani, 2021 )
Desa Dalam penetapan prioritas penggunaan Dana Desa, desa dapat
mempertimbangkan tipologi desa berdasarkan tingkat perkembangan desa yaitu:
1. Desa Tertinggal dan/atau desa sangat Tertinggal memprioritas kegiatan pembangunan
desa pada:
1. Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur dasar;
dan
2. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur ekonomi serta
pengadaan sarana prasarana produksi, distribusi dan pemasaran yang diarahkan
pada upaya pembentukan usaha ekonomi. Pertanian berskala produktif, usaha
ekonomi pertanian lainnya yang difokuskan kepada pembentukan dan
pengembangan produk unggulan desa dan/atau produk unggulan kawasan
perdesaan.
3. Desa Berkembang memprioritaskan kegiatan pembangunan desa pada:
a). Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur ekonomi
serta pengadaan sarana prasarana produksi, distribusi dan pemasaran
untuk mendukung penguatan usaha ekonomi pertanian berskala produktif,
usaha ekonomi untuk ketahanan pangan dan usaha ekonomi lainnya yang
difokuskan kepada pembentukan dan pengembangan produk unggulan
desa dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan;
b). Pengadaan sarana prasarana sosial dasar dan lingkungan yang diarahkan
pada upaya mendukung pemenuhan 30 akses masyarakat desa terhadap
pelayanan sosial dasar dan lingkungan; dan
c). Pengembangan dan pemeliharaan insfraktur dasar.
1. Desa maju dan/atau Desa Mandiri memprioritaskan kegiatan
pembangunan pada:
a. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan
infrastruktur ekonomi serta pegadaan sarana prasarana
produksi, distribusi dan pemasaran untuk mendukung
perluasan/ekspansi usaha ekonomi untuk ketahanan pangan
dan usaha ekonomi lainnya yang difokuskan kepada
pembentukan dan pengembangan produk unggulan desa
dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan.
b. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur sosial dasar
serta pengadaan sarana prasarana sosial dasar dan
lingkungan yang diarahkan pada upaya mendukung
peningkatan kualitas pemenuhan akses masyarakat desa
terhadap pelayanan sosial dasar dan lingkungan; dan
c. Pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur dasar.

Jadi, pada saat pelaksanaan suatu pembangunan dipedesaan khususnya di Desa Bilungala Utara,
modal dan kekayaan yang terpenting dari kegiatan manusia adalah waktu, tenaga dan 31
kemampuannya karena manusia sebagai unsur terpenting mutlak dianalisis dan dikembangkan
dengan cara tersebut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bilungala Utara Kecamatan Bonepantai Kabupaten


Bone Bolango. Lokasi penelitian ini adalah kantor Desa Bilungala Utara Kecamatan Bonepantai
Kabupaten Bone Bolango. Objek dari penelitian ini yakni pemerintah Desa Bilungala Utara
khususnya pada pemerintahan Desa Bilungala Utara yang terlibat dalam urusan pengelolaan
dana desa dan masyarakat Desa Bilungala Utara Sebagai penerima manfaat dan berperan serta
sebagai pengawas dalam proses penggunaan dana desa dalam pembangunan Desa Bilungala
Utara itu sendiri. Desa Bilungala Utara Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dipilih
sebagai lokasi penelitian Karena salah satu desa yang telah menerima dana desa.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif atau metode lapangan. Penelitian
kualitatif (qualitative reseach) adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individu atau kelompok. Pemilihan jenis penelitian kualitatif dalam penelitian ini
dilakukan untuk lebih dapat mengungkap peristiwa dan fakta yang sesuai dengan judul penelitian
yakni prioritas penggunaan dana desa dalam pembangunan Desa Bilungala Utara.

3.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu
pemerintah Desa Bilungala Utara dan masyarakat Desa Bilungala Utara. Dalam
penelitian ini data primer yang peneliti gunakan adalah wawancara. Wawancara
merupakan tanya jawab yang dilakukan dengan informan yang telah ditentukan oleh
Pemerintah Desa Bilungala Utara.
2. Data sekunde
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tulisan ilmiah atau studi
kepustakaan dan dokumentasi. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari
beberapa dokumen yang mendukung hasil penelitian seperti Undang-Undang, Peraturan
Menteri, serta Peraturan Desa tentang pemerintahan Desa Bilungala Utara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data
dalam suatu penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:

a). Observasi
Observasi merupakan teknik penelitian yang melakukan pengamatan
langsung ke lokasi penelitian yang membutuhkan kemampuan peneliti berupa
motif, kepercayaan, perhatian dan prilaku. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan pengamatan dengan langsung mengunjungi lokasi penelitian yaitu
Desa Bilungala Utara.
b). Wawancara
Adalah suatu proses interaksi atau tatap muka antara penulis (seseorang
yang mengharapkan informasi) dari informan (seseorang yang diasumsikan
mempunyai informasi penting mengenai suatu objek) yang dipilih.
c). Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah metode mengumpulkan bahan-bahan dalam
bentuk dokumen yang relevan seperti buku-buku, jurnal, artikel ilmiah, majalah,
dokumen pribadi ataupun dokumen resmi. Pada penelitian ini, dokumen yang
digunakan berupa Undang-Undang yang terkait dengan judul penelitian, jurnal
ilmiah dan dokumen resmi dari lokasi penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisa adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, sampai dengan penarikan
kesimpulan. Selain itu, proses analisis data juga dapat berupa mencatat, memilah-milah,
membuat ikhtisar dan berpikir untuk membut data menjadi suatu yang bermakna mengenai
Prioritas Penggunaan Dana Desa dalam Pembangunan Desa Bilungala Utara Kecamatan
Bonepantai Kabupaten Bone Bolango.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Wilayah
Kondisi fisik suatu wilayah memiliki peran penting karena berhubungan erat dengan
aktivitas penduduknya. Pada kondisi sosial suatu wilayah tidak akan terlepas dari keadaan
fisiknya. Hal ini dikarenakan kondisi fisik suatu wilayah memiliki peran untuk mengetahui
faktor-faktor alami untuk mengetahui keadaan dan potensi yang sesuai untuk kawasan
tersebut sehingga dapat diketahui aktivitas yang sesuai di kawasan tersebut. Batas-batas
wilayah di Desa Bilungala Utara secara geografis adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Desa Pelita Hijau
2) Sebelah Selatan : Desa Bilungala
3) Sebelah Barat : Kecamatan Suwawa Timur
4) Sebelah Timur : Desa Bilungala
Desa Bilungala Utara adalah salah satu Desa yang berada di kecamatan Bonepantai
Kabupaten Bone Bolango Provinsi Grontalo yang memiliki luas wilayah 321.000 Ha yang
terdiri dari 3 Dusun. Desa Bilungala Utara memiliki jumlah penduduk sebanyak 909 jiwa
yang terdiri dari 465 jiwa (55%) laki-laki dan 444 jiwa (45%) perempuan. Jumlah penduduk
sangat penting untuk dipertimbangan karena penduduk merupakan subjek pembangunan dan
menjadi sasaran dari pembangunan. Penduduk memiliki peran dalam sumberdaya
pembangunan di suatu desa. Kualitas sumberdaya penduduk dalam pembangunan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu dari jenis kelamin, kualitas sumber daya manusia, dan
lain–lain. Kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karena akan
mempengaruhi pola pikir, perilaku, dan tindakan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat
pendidikan penduduk, maka kualitas SDM juga akan semakin baik dan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di suatu desa juga akan semakin baik. Semakin tinggi
tingkat partisipasi masyarakat, maka akan semakin cepat dalam meningkatkan kualitas
pembangunan di desa.

2.2 Mekanisme Penyusunan Anggaran Program Pembangunan Desa

Pembangunan desa merupakan upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa,


dalam rangka tersebut maka pemerintah desa harus menyusun perencanaan pembangunan
desa berdasarkan pada kebutuhan dan aspirasi masyarakat, serta memanfaatkan seluruh
potensi atau sumber daya yang dimiliki sesuai kewenangannya dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan kabupaten/kota.

Perencanaan pembangunan desa sebenarnya sudah menjadi agenda rutin yang harus
dilaksanakan oleh Pemerintah Desa setiap tahunnya yang disusun secara berjangka.
Perencanaan pembangunan desa merupakan proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur
masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan desa yang berkelanjutan.

Sesuai dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 79 bahwa Pemerintah
Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya secara
berjangka meliputi :

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 6
(enam) tahun.
2. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
RPJM Desa maupun RKP Desa, keduanya ditetapkan dengan Peraturan Desa, yang
merupakan satu-satunya dokumen perencanaan dan menjadi dasar pedoman dalam
penyusunan APB Desa. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah
kepala desa dilantik, sedangkan RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa mulai bulan Juli
dan ditetapkan maksimal akhir bulan September tahun berjalan. Selain RPJM Desa dan RKP
Desa, ada lagi yang namanya Daftar Usulan Rencana Kerja Pemerintah Desa (DU RKP-
Desa) yang merupakan penjabaran dari RPJM Desa dalam jangka waktu 1 (satu) tahun yang
merupakan bagian dari RKP Desa yang akan diusulkan oleh Pemerintah Desa kepada
Pemerintah Kabupaten dengan mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah. RPJM Desa
memuat visi dan misi Kepala Desa, arah kebijakan pembangunan desa, serta rencana
kegiatan yang meliputi Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa, Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Bidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa.

2.2.1 Tahapan Penyusunan RPJMDesa

Dalam penyusunan RPJM Desa, Kepala Desa mengikutsertakan unsur masyarakat


Desa dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas program dan kegiatan
kabupaten/kota. Berikut ini tahapan penyusunan RPJM Desa :

Tahap 1 :    Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa

Tahap 2 :    Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota

Tahap 3 :    Pengkajian Keadaan Desa

Tahap 4 :    Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Desa

Tahap 5 :    Penyusunan Rancangan RPJM Desa

Tahap 6 :    Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa

Tahap 7 :    Penyempurnaan dan Penetapan Rancangan RPJM Desa

 Catatan :

Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa jika terjadi dalam hal :

terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan
sosial yang berkepanjangan; atau

terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau
pemerintah daerah kabupaten/kota.

Perubahan RPJM Desa dibahas dan disepakati dalam musyawarah perencanaan pembangunan
Desa dan selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Desa.

2.2.2 Tahapan Penyusunan RKPDesa

Pemerintah Desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa sesuai dengan
informasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berkaitan dengan Pagu Indikatif Desa dan
rencana kegiatan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun
berjalan dan ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat akhir bulan
September tahun berjalan yang nantinya akan menjadi dasar Pemerintah Desa dalam
penetapan APB Desa. Dalam menyusun RKP Desa, Kepala Desa mengikutsertakan
masyarakat Desa. Adapun kegiatan dalam penyusunan RKP Desa diantaranya adalah sebagai
berikut :

Tahap 1    :    Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Desa

Tahap 2    :    Pembentukan Tim Penyusun RKP Desa

Tahap 3    :    Pencermatan Pagu Indikatif Desa Dan Penyelarasan Program/Keg. Masuk ke Desa

Tahap 4    :    Pencermatan Ulang RPJM Desa

Tahap 5    :    Penyusunan Rancangan RKP Desa

Tahap 6    :    Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

Tahap 7    :    Penetapan RKP Desa

Tahap 8    :    Perubahan RKP Desa

Tahap 9    :    Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan di atas maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme penyusanan
anggaran program pembangunan desa terbagi dua tahapan yaitu :
1.) Tahapan Penyusunan RPJMDesa
2.) Tahapan Penyusunan RKPDesa

Anda mungkin juga menyukai