Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Berakhirnya masa orde baru dalam penyelenggaraan pemerintahan

di Indonesia adalah upaya untuk menciptakan perubahan secara mendasar

terhadap dimensi kehidupan dan esensi dari hadirnya pemerintah. Seperti

apa yang telah diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat, bahwa

kehadiran pemerintah adalah untuk melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah Indonesia dalam rangka memajukan kesejahteraan

umum bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 1

Esensi dari hadirnya pemerintah adalah sebagai fasilitator akan

tersedianya keamanan sosial, peningkatan ekonomi bagi masyarakat

melalui sumber daya yang tersedia, dan peningkatan kualitas pelayanan

publik, serta mampu mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat.2

Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang

Pemerintahan Daerah, Indonesia mulai menerapkan Otonomi Daerah

kepada daerah provinsi, dan kabupaten/kota untuk dapat mengatur serta

mengurus sendiri urusan pemerintahan yang berlandaskan asas otonomi

dan tugas pembantuan.3

1
Pembukaan UUD 1945 alinea Ke-4
2
Muchlis, Hamdi. 2014. Kebijakan Publik: Proses, Analisis, dan Partisipasi. Bogor: Ghalia
Indonesia. Halm 15
3
Pasal 18 ayat (2) UUD 1945

1
2

Sebenarnya otonomi asli dalam tatanan pemerintahan nasional

berada di tingkat Desa, karena sejak dahulu, desa telah memiliki sistem dan

mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing, berdasarkan

hukum adat, yang dalam hal ini dapat menentukan susunan pemerintahan

sendiri, serta mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri.

Maka dari itu, eksistensi desa perlu ditegaskan untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat desa, salah satunya melalui partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat.

Sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang

Desa, posisi desa semakin diperkuat dengan diberikannya beberapa

dukungan pemerintah terkait percepatan dalam penyelenggaraan

pemerintahan di desa berupa Dana Desa untuk pengoptimalan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang diatur dalam

peraturan desa (Perdes) tentang APBDes.

Pengelolaan keuangan desa berpedoman pada Peraturan Menteri

Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 113 tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Keuangan Desa, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi (Permendesa PDTT) Nomor 21 Tahun 2015

Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa, dan Peraturan

Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 247 Tahun 2015 Tentang Tata

Cara Pengalokasian Penyaluraan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.


3

Dana desa merupakan perwujudan program yang dicanangkan oleh

pemerintah pusat sebagai bentuk pengakuan Negara terhadap

pemerintahan desa dalam rangka mewujudkan amanah Sembilan Agenda

Prioritas masa pemerintahan Presiden Jokowi yang lebih dikenal dengan

“Nawacita”, salah satunya terdapat pada Nawacita ke-3, yaitu membangun

Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam rangka Negara Kesatuan. 4

Di tahun 2017, pemerintah telah merespon kebutuhan desa melalui

kebijakan fiskal yang disusun secara cermat untuk menghasilkan APBN

2017 kredibel, efisien, efektif, dan berkesinambungan.

Gambar 1.1
Rincian Dana Desa APBN 2017

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2017

4
Baca Program Nawacita ke-3
4

Tercatat dalam APBN 2017 diatas, bahwa besaran dana transfer ke

daerah dan dana desa dialokasikan sebesar Rp764,9 Triliun. Jumlah

tersebut dinilai lebih besar jika dibandingkan dengan belanja

Kementerian/Lembaga yang sebesar Rp763,5 Triliun.5 Peningkatan alokasi

dana desa menjadi Rp60 Triliun dari Rp47 Triliun pada APBN 2016

bertujuan untuk membangun pemerataan pembangunan, dan membangun

Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penggunaan dana desa diprioritaskan untuk meningkatkan

pemberdayaan masyarakat desa, selain itu juga digunakan terkait

pembiayaan kegiatan yang bersifat pelaksanaan program penyelenggaraan

pemerintahan berskala lokal dengan mengedepankan hak asal usul dalam

pengaturannya.6 Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten

Bungo Provinsi Jambi telah menetapkan Peraturan Bupati Nomor 2 Tahun

2017 Tentang Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Dusun

yang mengintruksikan, bahwa pengelolaan dana dusun harus berlandaskan

pada kegiatan berskala lokal dibidang pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat dusun. 7

Berdasarkan data garis kemiskinan Provinsi Jambi menurut

kabupaten/kota,8 Kabupaten Bungo mengalami kenaikan angka garis

5
Data dari https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017
6
Pasal 2 Permendesa No.21 Tahun 2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa
7
Pasal 7 Perbup Bungo No.2 Tahun 2017 Tentang Tata cara Pembagian dan Penetapan Rincian
Dana Dusun
8
http://jambi.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/86, diakses pada 18 Oktober 2017 pukul 13.25
5

kemiskinan sebesar 292.573 jiwa pada tahun 2016. Angka tersebut naik

sebesar 20.319 jiwa dari tahun sebelumnya yaitu 272.254 ditahun 2015. Hal

ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan program-program pengentasan

kemiskinan di Kabupaten Bungo belum berjalan secara optimal, khususnya

di daerah pedesaan. Maka dari itu, pemerintah pusat mencanangkan

kebijakan Dana Desa dengan tujuan untuk mengentaskan kemiskinan di

desa.

Kabupaten Bungo merupakan kabupaten dari hasil pemekaran

wilayah Bungo Tebo pada tanggal 12 Oktober 1999 yang terdiri dari 17

Kecamatan dan 141 Desa. Salah satu dari 17 Kecamatan di Kabupaten

Bungo adalah Kecamatan Rantau Pandan yang memiliki jumlah penduduk

sebanyak 3.567 jiwa/km2 yang tersebar di 6 dusun, 20 kampung, dan 25

rukun tetangga (RT).9

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor 2 Tahun

2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007

Tentang Penyebutan Kepala Desa menjadi Rio, Desa menjadi Dusun, dan

Dusun menjadi Kampung yang menyatakan bahwa penyebutan desa di

Kabupaten Bungo adalah Dusun, 10 serta penyebutan untuk kepala desa di

Kabupaten Bungo adalah Rio. 11

9
Data BPS Kabupaten Bungo “Kecamatan Rantau Pandan Dalam Angka 2017”. Halm 13
10
Pasa 2 ayat (1) Perda Kab.Bungo No.2 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Perda No.9 Tahun
2007 Tentang Penyebutan Kepala Desa menjadi Rio, Desa menjadi Dusun, dan Dusun menjadi
Kampung
11
Ibid pasal 2 ayat(1)
6

Berkaitan dengan kebijakan penggunaan dana desa, prinsip dasar

dalam pengelolaan dana desa harus berlandaskan pada kegiatan berskala

lokal, dibidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Namun, fenomena yang terjadi, di beberapa Dusun di Kabupaten Bungo

masih ditemukan permasalahan dalam pengenggunaan dana dusun oleh

beberapa Rio. Jambi.tribunnews.com, Muara Bungo. Jumat 25 Agustus

2017 yang berjudul “Kejaksanaan Negeri Bungo Mulai Bidik Dana Desa”

Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Bungo, Sugiyanta yang dihubungi


Tribun Kamis (24/8) mengiyakan ada laporan dugaan
penyelewengan dana desa di sejumlah desa di Bungo. Kata
Sugiyanta laporan yang diterimanya itu datang dari masyarakat di
beberapa desa wilayah kabupaten bungo. Sugiyanta mengatakan
bahwa masih ada waktu untuk memperbaiki bila ada yang tidak
sesuai perencanaan, untuk itu ia menghimbau kepada seluruh Rio
untuk menyelesaikannya sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.12

Artikel dari Jambi.tribunnews.com diatas, menjelaskan bahwa

rendahnya pemahaman dari aparat pemerintah dusun di Kabupaten Bungo

dalam pengelolaan dana dusun secara optimal, sehingga dianggap perlu

memperbaiki kembali penggunaan dana dusun yang tidak sesuai

peruntukannya. Masalah tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain masih minimnya pemahaman sumber daya aparatur

dusun untuk mengelola laporan hasil pengelolaan dana desa, serta dalam

perencanaan pengelolaan keuangan dusun, pemerintah dusun kurang

sosialisasi kepada masyarakat tentang prioritas peggunaan dana desa,

12
Heri Prihartono, “Kejaksaan Negeri Bungo Mulai Bidik Dana Desa”, diakses dari
http://jambi.tribunnews.com/2017/08/25/kejaksaan-negeri-bungo-mulai-bidik-dana-desa, pada
8 Oktober 2017 Pukul 09.37
7

sehingga muncul kesalahpahaman karena ketidaktahuan dari masyarakat

terkait pengelolaan dana desa yang tidak sesuai perencanaan. Padahal

peran serta masyarakat menjadi indikator penting dalam proses

pengambilan keputusan.

Konsep pengaturan pemerintahan desa salah satunya adalah

demokratisasi yang bermakna bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa

harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi melalui Badan

Permusyawaratan Desa sebagai salah satu unsur penyelenggara

pemerintahan di desa, sehingga perlu dilakukannya koordinasi yang

seimbang antar unsur penyelenggara pemerintahan desa agar dapat

mewujudkan perencanaan yang pas dalam rangka menciptakan

kesejahteraan masyarakat desa. Dalam pelaksanaannya, kebijakan dana

desa di Kabupaten Bungo, masih terdapat beberapa kendala yang

disebabkan oleh minimnya koordinasi antar unsur penyelenggara

pemerintah di dusun, seperti yang dilansir Tribunjambi.com, Bangko.

Minggu, 1 Oktober 2017 yang berjudul “Penyelewengan Dana Desa, BPD

Ngaku Tak Dilibatkan.”

“Dugaan penyelewengan dan desa terjadi di Desa Talang Segagah


mencuat di masyarakat. Namun terkait pekerjaan fisik tersebut,
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mengaku tak dilibatkan
dalam pembangunan sejumlah proyek tersebut.”13
Melihat fenomena berdasarkan artikel Tribunjambi.com diatas, tentu

lemahnya koordinasi dan komunikasi menjadi salah satu faktor terjadinya

13
Herupitra, “Penyelewengan Dana Desa, BPD Ngaku Tak Dilibatkan”, diakses dari
http://jambi.tribunnews.com/2017/10/01/penyelewengan-dana-desa-bpd-ngaku-tak-dilibatkan,
pada tanggal 7 Oktober 2017 pukul 14.25
8

kelalaian dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa terkait

pelaksanaan kebijakan dana desa.

Dusun Rantau Pandan merupakan salah satu dusun di Kecamatan

Rantau Pandan Kabupaten Bungo dengan luas wilayah 70,63 km2 yang

melaksanakan kebijakan dana desa. Secara administratif, Dusun Rantau

Pandan memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.567 jiwa/km2 yang tersebar

di 6 kampung dan 18 rukun tetangga (RT).14

Tabel 1.1
Perbandingan Rincian Dana Dusun Rantau Pandan
Tahun 2016-2017

Dana Desa

Dusun 2016 2017


Rantau Pandan
623.031.000,00 789.967.528,00

Sumber: Perbup Bungo No.6 Tahun 2016 dan Perbup Bungo No.2 Tahun 2017 Tentang
Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Dusun di
Kabupaten Bungo (diolah sendiri oleh penulis)

Besaran dana desa yang dikucurkan oleh pemerintah pusat kepada

Dusun Rantau Pandan pada tahun anggaran 2017 terbilang cukup besar

bila dibandingkan dengan tahun anggaran sebelumnya. Maka dari itu,

penyelenggaraan pemerintahan di Dusun Rantau Pandan terkait

penggunaan dana desa harus diprioritaskan secara optimal, salah satunya

dalam pemberdayaan masyarakat dusun,15 terutama dalam peningkatan

14
Diolah dari data BPS Kabupaten Bungo “Kecamatan Rantau Pandan Dalam Angka 2017” Halm
30
15
Pasal 19 PP RI No.60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN
9

kualiltas hidup, penanggulangan kemiskinan, kesejahteraan masyarakat,

serta perluasan skala ekonomi individu dan kelompok.16

Kendala yang dihadapi oleh pemerintah Dusun Rantau Pandan

dalam pengelolaan dana desa disebabkan karena masih minimnya sarana

dan prasarana untuk mendukung pengelolaan dana desa, seperti

keterbatasan jumlah komputer, ruangan kerja kantor pemerintahan dusun

yang kurang memadai serta keterbatasan kompetensi aparat dusun dalam

pengoperasian komputer, hal ini senada dengan pernyataan yang

disampaikan oleh Kasi Pemerintahan Dusun Rantau Pandan yang dimuat

dalam Harian Bungo Pos hari rabu tanggal 7 Juni 2017, beliau mengatakan

bahwa :

Kebijakan dana desa harusnya dapat memberikan manfaat yang


baik dalam kegiatan pemerintahan di dusun. Namun, yang masih
mengganjal bagi kami aparat penyelenggaranya adalah terkait dana
yang diberikan dalam pengelolaannya, terlebih lagi sarana dan
prasarana di dusun kurang memadia, jumlah komputer di dusun ini
saja terbatas dan orang yang mampu mengoperasikan komputer
cuma saya dengan sekdus. Kalau dilihat dari kondisi kantor dusun,
ya biginilah keadaannya, sinyal saja susah, mau kekota juga jauh.17
Permasalahan diatas kemudian dipertegas kembali berdasarkan

berita yang dilansir Suarabutesarko.com, Muara Bungo. Jumat, 25 Agustus

2017 yang berjudul “Kejari Bungo Sosialisasi Dana Desa dan TP4 Terhadap

Rio se Kabupaten Bungo”

Tim Pengawal, Pengaman Pemerintah dan Pembangunan Daerah


(TP4) Muara Bungo, kumpulkan Rio se Kabupaten Bungo di Aula
Kantor Kejaksaan Negeri Muara Bungo, Kamis (24/8). Dengan

16
Dalam Paparan Materi Kebijakan Pengelolaan Dana Desa oleh Direktur Pembiayaan dan
Transfer Non Dana Perimbangan Pada Acara Diseminalsi Dana Desa di Desa Pongok Kabupaten
Klaten, 23 Agustus 2017. Hlm.
17
Harian Bungo Pos, 7 Juni 2017, hlm. 1
10

dikumpulkannya Rio tersebut dalam rangka menggelas sosialisasi


penggunaan dana desa tepat sasaran sesuai dengan nawacita
Persiden Republik Indonesia yakni membangun desa dari dusun ke
kota.18
Sesuai dengan artikel diatas dapat digambarkan bahwa faktor

kurangnya kompetensi SDM serta kesiapan pemerintah dusun di

Kabupaten Bungo dalam pengelolaan dana desa, salah satunya didasari

karena kegiatan sosialisasi penggunaan dana desa di Kabupaten Bungo

baru dilaksanakan pada Agustus 2017, padahal kebijakan dana desa sudah

ada dan dialokasikan oleh pemerintah pusat sejak tahun 2015 sebagai

upaya untuk melakukan pemerataan di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan hasil wawancara penulis menggunakan telepon

terhadap Staf Ahli Pemerintah Kabupaten Bungo, Bapak Tobroni Yusuf

pada tanggal 7 Oktober 2017 diperoleh bahwa:

Pembangunan dusun di Kabupaten Bungo masih belum optimal,


lantaran masih terdapat penggunaan dana dusun yang digunakan
tidak memanfaatkan potensi yang ada di dusun, dimana seharusnya
dalam kegiatan pembangunan dusun, rio harus memanfaatkan
sumber-sumber yang ada di dusun, tapi malah kebutuhan tersebut
dubeli dari tempat lain, harusnya masyarakat dusun yang lebih
dipriotitaskan sebagai tenaga kerja dalam pembangunan dusun,
namun yang terjadi malah rio memanfaatkan tenaga kerja asing
dalam kegiatan pembangunan, sehingga pengotimalan
pemberdayaan masyarakat dusun masih jauh dari yang diharapkan.
Prinsip pembangunan dusun yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Dusun dikelola dengan memprioritaskan swakelola dan

memberdayakan masyarakat setempat serta menggunakan bahan baku

18
https://www.suarabutesarko.com/artikel/1146-kejari-bungo-sosialisasi-dana-desa-dan-tp4-
terhadap-rio-kades-se-kabupaten-bungo, diakses pada 18 Oktober 2017 pukul 20.15
11

lokal, tetapi kondisi yang terjadi, pembangunan Dusun di beberapa Dusun

Kabupaten Bungo dikerjakan seluruhnya oleh pihak ketiga/penyedia jasa.

Berdasarkan kondisi yang telah dikemukakan diatas, maka penulis

tertarik untuk meneliti terkait fenomena yang terjadi, sehingga penulis

dirasa perlu melakukan penelitian dengan judul “Kebijakan Penggunaan

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Dusun Rantau Pandan

Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.”

1.2 Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan

diatas, masalah-masalah penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Rendahnya pemahaman aparat desa dalam mengelola Dana

Desa.

2. Terjadinya miskomunikasi antar penyelenggara pemerintahan

desa.

3. Dana Desa belum dimanfaatkan secara optimal dalam pekerjaan

yang diutamakan secara swakelola dengan memberdayakan

masyarakat lokal, serta dengan memanfaatkan bahan baku lokal.

4. Sarana dan prasarana desa dalam mendukung pengelolaan dana

desa kurang memadai.

5. Belum optimal pelaksanaan sosialisasi tentang prioritas

peggunaan dana desa.


12

6. Lemahnya komitmen unsur penyelenggara pemerintahan desa

dalam mengelola dana desa berdasarkan prioritas pemberdayaan

masyarakat desa.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Dari uraian latarbelakang masalah diatas, maka peneliti membatasi

masalah dan identifikasi masalah diatas, penulis mempersempit ruang

lingkup dalam memberikan batasan masalah pada pemberdayaan

masyarakat dalam konsentrasi Kebijakan Penggunaan Dana Desa di

Dusun Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Bungo.

1.2.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan penggunaan Dana Desa dalam

pemberdayaan masyarakat di Dusun Rantau Pandan Kecamatan

Rantau Pandan Kabupaten Bungo?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi hambatan dalam

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat terkait prioritas

penggunaan Dana Desa di Dusun Rantau Pandan Kecamatan

Rantau Pandan Kabupaten Bungo?

3. Upaya apakah yang paling tepat agar penggunaan Dana Desa di

Dusun Rantau Pandan sesuai dengan tujuan?


13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan

pertimbangan dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam

pelaksanaan kebijakan penggunaan Dana Desa dalam pemberdayaan

masyarakat di Dusun Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan

Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, sehingga pelaksanaan kebijakan dana

desa dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat

desa di Dusun Rantau Pandan dalam rangka mewujudkan amanah

Sembilan Agenda Prioritas masa pemerintahan Presiden Jokowi yang

lebih dikenal dengan Nawacita, khususnya terkait dengan membangun

Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam rangka Negara Kesatuan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencari informasi dan

mendeskripsikan:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pelaksanaan

kebijakan penggunaan Dana Desa dalam pemberdayaan

masyarakat di Dusun Rantau Pandan Kecamatan Rantau

Pandan Kabupaten Bungo.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang

menjadi hambatan dalam pemberdayaan masyarakat terkait


14

prioritas pelaksanaan kebijakan penggunaan Dana Desa di

Dusun Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten

Bungo.

3. Untuk memberikan hasil kajian peneliti terhadap upaya apa yang

tepat agar penggunaan Dana Desa di Dusun Rantau Pandan

sesuai dengan tujuan.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. Membandingkan pengetahuan secara teoritis dengan kondisi

lapangan

2. Memberikan kontribusi pengetahuan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu pemerintahan yang berkaitan

dengan implementasi kebijakan pemerintah di lapangan dan

sebagai tambahan referensi bagi mereka yang ingin mengkaji

lebih jauh tentang kebijakan pemerintah.


15

1.4.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan

sebagai berikut:

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

masukan terkait kebijakan penggunaan Dana Desa dalam

pemberdayaan masyarakat desa.

2. Diharapkan dapat memberikan sumbang saran bagi praktisi,

khususnya kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo dalam

menganalisis permasalahan yang sering terjadi dalam kebijakan

penggunaan Dana Desa terutama dalam prioritas penggunaan

dasa desa pada kegiatan pemberdayaan masyarakat desa. Serta

bagaimana pemerintah Kabupaten Bungo kemudian mengambil

langkah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan

kebijakan penggunaan dana desa, khususnya pada penggunaan

prioritas pemberdayaan masyarakat desa.

3. Disamping itu, bagi praja, khususnya penulis, penelitian ini

bertujuan sebagai media latihan dalam rangka pelaksanaan

tugas nantinya di daerah dan sebagai salah satu syarat dalam

penyelesaian studi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

4. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi

pembaca.

Anda mungkin juga menyukai