Contoh siklus tahunan desa Sumberagung tahun 2013 (keputusan-keputusan kepala Desa
Sumberagung)
1. Rencana kegiatan pembangunan Desa Sumberagung tahun 2013.
2. Penetapan TPK tingkat padukuhan se-Desa Sumberagung.
3. Penetapan tim pengelola Tyto Alba (burung pemangsa tikus) Desa Sumberagung.
4. Pengangkatan sekretaris PPS pemilu 2014.
5. Pembentukan tim pelaksana distribusi beras untuk rumah tangga miskin.
6. Pelaksanaan kegiatan alokasi dana desa.
7. Pembentukan tim pelaksana pendataan (updating & validasi data KB) dan lain-lain.
Peraturan bupati seleman No. 82 Tahun 2009 pasal 1 mendefinisikan pendapatan desa
yang selanjutnya disebut pendapatan adalah semua penerimaan yang melalui rekening desa
yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali
oleh desa. Pendapatan Desa sumberagung tahun anggaran 2013 berasal dari penapatan asli
desa, bagi hasil pajak daerah,bagi hasil retribusi daerah, bagin hasil desa dari dana
perimbangan dari pemerintahan daerah, bantuan keuangan dari pemerintahan
(provinsi,kabupaten dan desa lainnya),dan lain lain pendapatan yang sah.total pendapatan
pada tahun 2013 sebesar Rp 3.199.057.829,00. Pendapatan terbesar berasal dari bantuan
keuangan pemerintahan Rp2.069.697.000,00 kemudian disusul dari hasil swadaya dan
pertisipasi masyarakat sebesar Rp371.184.379,00. Desa sumberagung tidak memperoleh
pendapatan yang bersumber bagian laba BUM-Desa, tanah kas desa,sewa bangunan milik
desa, pemandian umum yang diurus oleh desa, bunga simpanan bank, bantuan keuangan
khusus, hibah, dan sumbangan pihak ketiga.
Desa sumberagung untuk tahun tahun berikutnya perlu mencari sumber sumber
pendapatan lain. Misalnya mendirikan BUMDesa sehingga pendapatan meningkat dan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Hasil kekayaan alam (gerapan) didesa
sumberagung untuk saat ii tidak bias hanya mengandalkan dari sector pertanian dan
perikanan, oleh sebab itu desa perlu merencanakan bangunan untuk disewakan mengingat
sebagian tanah kas desa diwilayah yang strategis untuk melakukan usaha (bisnis).
Belanja desa, yang selanjutnya disebut belanja, adalah pengeluatran dari rekening
desa yang merupakan kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayaran kembali oleh desa. Belanja desa sumber agung sebesar Rp3.199.057.829,00
digunakan untuk belanja langsung yang terdiri dari belanja bahan, belanja jasa kantor,belanja
pemeliharaan kekayan desa, belanja cetak,dan penggadaan,belanja sewa perlengkapan dan
peralatan kantor,belanja makanan dan minuman, belanja pakaian dinas,belanja perjalanan
dinas, belanja modal dan belanja tidak langsung, yaitu belanja pegawai, tunjangan,belanja
operasional kepala dea, perangkat desa dan BPD, belanja bantuan social, belanja bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga. Desa sumberagung tidak melakukan belanja sewa alat
berat, belanja modal pembangunan praserana pemasaran, belanja tambahan penghasilan,
belanja subsidi dan belanja hibah.
Tahun anggran 2013 paling besar adalah belanja modal pembangunan desa sebesar
Rp1.329.722.979,00 kemudian belanja modal lain-lain sebesar Rp522.628300,00.
Pemerintahan daerah seharusnya bias membuat proposal dalam rangka peningkatan
infrastruktur dengan mengajukan proposal ke perusahaan-perusahaan swasta. Dengan adanya
Sustainability Report perusahaan-perusaahan berlomba-lomba untuk memberikan
tanggungjawabnya kepada masyarakat, misalnya pembagunan jalan, sekolah, saluran air
bersih, dan lain-lain. Kerja sama antar desa dan pihak swasta dapat mengurangi belanja dan
mengalokasikan anggaran ke akun lain sehingga akan tercipta pembangunan yang
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat meningkat.
Halim (2004) basis kas menetapkan bahwa pengakuan atau pencatatan transaksi
ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pad akas.
Apabila suatu transaksi belum menimbulkan perubahan pad akas,maka transaksi tersebut
tidak dicatat. Ada beberapa manfaat dan kelemahan akuntansi berdasarkan basis kas
(Mutiarini, 2005).
1. Prinsip-prinsip yang mendasari basis kas sederhana sehingga mudah untuk dipahami
dan dijelaskan
2. Pelaporan yang mungkin lebih cepat karena mengompilasikan informasi yang
didasarkan dengan basis kas relative lebih mudah dilakukan
3. Pelaksanaa sistem akuntansi berbasis kas untuk menyiapkan laporan keuangan
berbasis kas tidak terlalu memerlukan personel yang terlatif
4. Personel yang melaksanakan sistem akuntansi berbasis kas tidak perlu melakukan
pertimbangan untuk menentukan jumlah arus kas pada priode berjalan
5. Mudah bagi berbagai penggunaan laporan keuangan untuk mengakses dan memahami
informasi yang ada karena akuntansi kas tidak membutuhkan pengetahuan akuntansi
yang rinci.
1) Tidak dapat menyediakan informasi yang terkait dengan asset, dan kewajiban,
dan dampak dari konsumsi sumber daya pada periode berjalan
2) Mengabaikan arus sumber daya lainnya yang mungkin memiliki dampak atas
kemampuan pemerintah untuk menyediakan barang dan jasa disaat ini dan di
masa yang akan datang.
3) Tidak mencatat manfaat-manfaat yang diperoleh dari aset selama periode berjalan.
4) Tidak menyediakan informasi yang terkait dengan modal (aset).
5) Membatasi publik untuk menilai akuntabilitas pemerintah dalam penggunaan
sumber daya yang ada.
Table 29.1. Target dan realisasi Pendapatan
Pendapatan
NO Tahun
target Realisasi Lebih (kurang}
1 2008 1.048.446.685 1.289.047.311 240.600.626
2 2009 1.260.020.292 1.246.322.162 4.301.870
3 2010 694.892.798 1.135.998.723 441.105.915
4 2011 814.037.309 1.128.924.724 314.887.415
5 2012 951.421.081 3.227.808.693 2.267.387.612
6 2013 3.131.277.329
Belanja
NO Tahun
Target Realisasi Lebih(Kurang)
1 2008 870.142.430 1.193.496.257 323.353.827
2 2009 1.058.811.900 1.165.273.725 106.461.825
3 2010 791.024.250 1.109.121.753 318.097.503
4 2011 826.783.750 1.125.673.882 298.890.132
5 2012 866.060.150 3.226.221.959 2.360.161.809
6 2013 3.212.923.129
Tahun 2008 targer belanja Desa Sumberagung sebesar Rp870.142.430, realisasi belanja
sebesar Rp1.193.496.257. Tahun 2009 target belanja sebesar Rp1.058.811.900, realisasi sebesar
Rp1.165.273.725. Tahun 2010 target belanja sebesar Rp791.024.250, realisasi sebesar
Rp1.109.121.753. Tahun 2011 target belanja sebesar Rp826.783.750, realisasi sebesar
Rp1.125.673.882. Tahun 2012 target belanja sebesar Rp866.060.150, realisasi sebesar
Rp3.226.221.959, sedangkan pada tahun 2013 belum ada data realisasi belanja karena data dalam
proses penyusunan.
Perubahan APBDesa dapat dilakukan apabila terjadi keadaan yang menyebabkan harus
dilakukan pergeseran antar-jenis belanja, keadaan yang menyebabkan SILPA tahun sebelumnya
harus digunakan dalam tahun berjalan, keadaan darurat dan keadaan luar biasa (Peraturan Bupati
Sleman No. 82 Tahun 2009 Bagian kelima). Perubahan anggaran dilakukan pada bulan Oktober.
Keadaan darurat yang dimaksud adalah keadaan kritis tidak menentu yang mengancam kehidupan
sosial masyarakat dan memerlukan tindakan serba cepat dan tepat di luar prosedur biasa yang
disebabkan oleh bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi dan bencana sosial
seperti kebakaran pemukiman dan kerusuhan sosial seperti kerawanan pangan (Peraturan Bupati
Sleman No. 82 Tahun 2009 Pasal 21).
Bulan Januari sampai dengan bulan Maret pemerintahan desa wajib melaporkan
pertanggungjawabannya kepada Bupati melalui camat. Format laporan pertanggungjawaban
APBDesa sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam Pasal 12 dan 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
37 Tahun 2007 laporan pertanggungjawaban harus dilampirkan dengan buku kas umum, buku kas
pembantu perincian objek penerimaan/buku kas pembantu perincian objek pengeluaran dan buku
kas harian pembantu. Laporan keuangan sebagai output keuangan desa dapat menggambarkan
kegiatan-kegiatan selama 1 tahun anggaran dan disampaikan kepada pihak terkait termasuk
masyarakat. Adanya laporan keuangan tersebut masyarakat diharapkan untuk mengevaluasi dan
memberikan kontribusi perbaikan di masa depan.
Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan good governance adalalh melaksanakan
prinsip akuntabilitas. Lembaga Administratif Negara dalam Abubakar (2012) sebagai kewajiban
untuk memberikan pertanggungjawaban dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan
hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hal atau berwenang untuk meminta
pertanggungjawaban. Akuntabilitas yang baik adalah akuntabilitas yang dapat menunjukkan
peningkatan kinerja instansi pemerintah maupun perubahan positif perilaku pegawainya.
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan Kaho dalam Subroto (2009) menegaskan
bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efcktif dan efisien
tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Faktor keuangan
merupakan salah satu dasar dari kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam
mengurus rumah tangga sendiri.
Pada awal tahun 2014, DPR dan Pemerintah pada akhirnya telah mengesahkan RUU Desa
menjadi UU Desa. Salah satu perubahan yang dinanti dengan adanya UU Desa tersebut adalah
semakin banyaknya dana dari pemerintah yang akan mengucur ke tingkat desa. Hal ini merupakan
suatu harapan agar pembangunan desa dapat lebih maju dan tercipralah pemerataan pembangunan
di daerah dan antara kota dan desa. Namun, kebijakan ini harus diirngi dengan pengelolaan
keuangan desa yang transparan dan akuntabel agar dampak kebijakan tersebut dapat tepat sasaran
dan dirasakan oleh masyarakat desa.
Salah satu perubahan dengan adanya UU Desa yang baru tersebur adalah sebagai berikut.
1. Bertambahnya sumber pendapatan desa. Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tersebut, sumber
pendapatan desa ditambah dua sumber pendapatan, yaitu sumber pendapatan dari alokasi
APBN dan lain-lain pendapatan desa yang sah. Besaran alokasi anggaran yang
peruntukkannya langsung ke desa ditentukan 10% dari dan di luar dana Transfer Daerah (on
top) secara bertahap.
2. Berubahnya formulasi perhitungan bagi hasil pajak, retribusi, dan ADD. Bagian hasil pajak
dan retribusi daerah kabupaten/kota sepuluh persennya diperuntukkan untuk desa.
Sedangkan ADLD besarannya paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota dalam APBD setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
3. Perlindungan terhadap implementasi ADD. Dalam UU desa yang baru disebutkan bahwa
Pemerintah Kabupaten/Kota yang tidak memberikan alokasi ADD maka pemerintah pusat
akan melakukan penunda dan/atau pengurangan sebesar alokasi dana perimbanganserelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke desa. Dengan adanya aturan
tersebut diharapkan pemerintah kabupaten/kota akan serius menangani dan
menyelenggarakan ADD.
Ketiga perubahan tersebut menyiratkan bagi pemerintah dan berbagai pihak untuk segera
menyusun rumusan kebijakan yang mengatur pedoman pengelolaan keuangan desa Begitu besarnya
alokasi dana yang akan didapatkan oleh desa memberikan angin segar bagi kemajuan pembangunan
di desa dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa, namun di sisi lain juga perlu diirngi
dengan aturan teknis yang mengatur pengelolaan keuangan desa yang transparan dan akuntabel.