Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKUNTANSI DESA: STUDI PADA DESA SUMBERAGUNG


TAHUN ANGGARAN 2008-2013

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Akuntansi Sektor Publik

Dosen Pengampu:

Oktobria Yusirat Asi, SE., M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 12

Aurora Laurenchio 193020303098


Natasya Yesvita Putrianti 193030303142
Maria Magdalena 193030303166
Vania Felicia 193010303044
Yosua Kristiano 193010303039

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

TAHUN 2020/2021

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan karunianNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu


kami menyelesaikan makalah ini dengan menyumbangkan ide-ide serta dukungan
sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya


serta menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. kami menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kami selaku penulis meminta
maaf atas kekurangannya.

2|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................6

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................7

A. Akuntansi Desa Pada Desa Sumberagung Tahun Anggaran 2008-2013.................7

B. Tantangan Dengan Adanya UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa..................15

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................17

A. Kesimpulan..........................................................................................................17

B. Saran....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

3|Page
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan otonomi daerah membawa perubahan pada sistem
pemerintah daerah. Wilayah Indonesia yang begitu luas dengan sumber
daya yang berbeda-beda akan membawa pengaruh yang besar pada
keberhasilan otonomi daerah. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah pusat telah
memberikan kepada pemerintah daerah kewenangan yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab. Maksudnya adalah memberi peluang bagi daerah
untuk mengatur dan melaksanakan kewenangan atas prakarsa sendiri
sesuai dengan kepentingan masyarakat dan potensi daerah setempat. Untuk
menyelenggarakan otonomi daerah tentunya diperlukan kewenangan dan
kemampuan untuk mencari sumber-sumber keuangan sendiri dan
didukung dengan bantuan keuangan dari pusat dan daerah.
Salah satu dampak positif dari otonomi daerah adalah terjadinya
perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralistik ke sistem
desentralistik (Kindarsih, 2008). Desentralisasi dalam otonomi daerah
berarti ada pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk menangani beberapa sektor. Mardiasmo (2009)
secara teoretis menjelaskan bahwa desentralisasi diharapkan menghasilkan
2 (dua) manfaat nyata, yaitu: pertama, mendorong peningkatan partisipasi,
prakarsa, dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan serta mendorong
pemerataan hasil-hasil pembangunan di seluruh daerah dengan
memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di masing-masing
daerah. Kedua, memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui
pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah
yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap. Salah
satu sektor yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah desa. Desa
merupakan unit terkecil dalam susunan organisasi pemerintahan yang

4|Page
berfungsi memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat, misalnya
pelayanan administratif, kependudukan, pernikahan, kematian, dan lain-
lain. Selain itu pemerintahan desa mempunyai peran yang penting dalam
membantu proses penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.
Terbatasnya alokasi dana dari pemerintah adalah salah satu kendala yang
dapat menurunkan pelayanan kepada masyarakat dan penurunan tatanan
ekonomi masyarakat setempat. Pengelolaan dana desa harus dilandasi
dengan akuntabilitas dan transparansi.
Kemampuan sumber daya manusia untuk mengimplementasi
otonomi akan menjadi sumber kekuatan bagi desa dalam mengurus dan
mengatur entitas tersebut. Dengan adanya otonomi desa maka desa boleh
mencari sumber pendapatan lain yang tidak tergantung kepada pemerintah
pusat maupun daerah dan dapat menekan belanja daerah asalkan tidak
mengurangi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan tidak
melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Desa Sumberagung merupakan entitas sektor publik dalam tatanan
pemerintahan nasional yang resmi. Kewenangan untuk mengatur
pemerintahan tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dan Peraturan
Bupati Sleman No. 82 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa. Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut diharapkan
desa memiliki kepastian hukum dan kepastian nilai sehingga desa mampu
mengelola keuangannya secara tepat dan mandiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana akuntansi desa pada Desa Sumberagung tahun anggaran
2008-2013.
2. Apa tantangan yang terjadi dengan adanya UU Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa?

5|Page
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui akuntansi desa pada Desa Sumberagung tahun
anggaran 2008-2013.
2. Untuk mengetahui tantangan yang terjadi dengan adanya UU Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa.

6|Page
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Akuntansi Desa Pada Desa Sumberagung Tahun Anggaran 2008-2013


Secara administratif berdasarkan data statistik kabupaten/kota
provinsi DIY pada tahun 2009 kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan
dan 86 desa. Wilayahnya berbatasan dengan semua kabupaten yang ada di
Provinsi Daerah Istemewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa tengah.
Peraturan pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang Desa Bab 1 Pasal
1 mendefinisikan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Desa Sumberagung adalah salah satu desa yang berada di
kecamatan Moyudan. Desa Sumberagung mempunyai 21 padukuhan.
Susunan organisasi pemerintahan Desa Sumberagung terdiri dari 34 orang
dengan kepala desa Dwini Santono. Kepala desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintah desa. Kepala desa pada dasarnya bertanggung
jawab kepada rakyat yang prosedur pertanggungjawabannya disampaikan
kepada Bupati Sleman melalui Camat Moyundan. Badan Pemusyawaratan
Desa dalam Pasal 34 PP No. 72 Tahun 2005 berfungsi menetapkan
peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat. Badan Perwakilan Desa berjumlah 11 orang dengan
ketua Drs. H. Zamroni, M.M. Kepala desa wajib memberikan keterangan
laporan pertanggungjawaban, kepada rakyat menyampaikan informasi
pokok-pokok pertanggungjawaban dan tetap memberikan peluang kepada
masyarakat melalui BPD untuk menanyakan atau meminta keterangan
lebih lanjut.
Anggaran pendapatan dan belanja desa sering tidak seimbang
antara pendapatan dan pengeluaran. Kenyataan seperti ini disebakan oleh

7|Page
empat faktor yaitu sebagai berikut (Hudayana & FPPD dalam Subroto,
2009).
1. Desa memiliki anggaran pendapatan dan belanja kecil dan sumber
pendapatannya sangat bergantung pada bantuang yang sangat kecil
pula.
2. Tingkat kesejahteraan masyarakt desa rendah.
3. Rendahnya dana operasional desa untuk menjalankan pelayanan.
4. Banyak program pembagunan masuk desa tetapi pengelolaan
dilakukan oleh dinas terkait.
Subroto (2009) menjelaksan bahwa pendanaan pembangunan yang
dilakukan pemerintah daerah termasuk di dalamnya pemerintah desa
menganut prinsip money follows function yang berarti pendanaan
mengikuti fungsi pemerintah yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab
masing-masing tingkat pemerintahan.
Siklus penyusunan keuangan desa terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu
sebagai berikut (data Desa Sumberagung, 2013).
1. Bulan November sampai Desember: Penyusunan siklus tahunan desa.
2. Bulan Oktober: Perubahan anggaran.
3. Bulan Januari sampai Maret: Laporan pertanggungjawaban.
Peraturan Bupati Sleman No. 82 Tahun 2009 di dalam paragraf 2
bahwa sekretaris desa mengoordinasikan penyusunan rancangan peraturan
desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa. Sekretaris kemudian
menyampaikan rancangan peraturan Desa kepada Kepala Desa untuk
memperoleh persetujuan. Kepala desa menyampaikan rancangan peraturan
desa kepada BPD paling lambat minggu pertama bulan November tahun
anggaran sebelumnya, untuk dibahas bersama. Rancangan peraturan desa
tentang APBDesa yang telah disetujui bersama BPD disampaikan paling
lama 3 hari kepada Camat untuk dilakukan pengkajian dan penelitian
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengkajian paling lambat 6 hari sejak tanggal diterimanya APBDesa.
Bupati menetapkan hasil evaluasi rancangan APBDesa paling lambat 15
hari sejak tanggal diterimanya rancangan APBDesa yang dikirim oleh

8|Page
Camat. Apbila Bupati tidak memberikan hasil evaluasi sampai dengan
batas waktu, kepala desa dapat menetapkan rancangan peraturan desa
tentang APBDesa menjadi peraturan desa.
Contoh siklus tahunan Desa Sumberagung tahun anggaran 2013
(Daftar peraturan-peraturan Desa Sumberagung).
1. APBDesa Sumberagung tahun 2013.
2. Pengelolaan tanah kas desa.
3. Pungutan desa.
4. Menyewakan tanah kas desa kepada PT Telefon Seluler.
5. Pertanggungjawaban APBDesa tahun 2012 dan lain-lain.
6. Perubahan APBDesa tahun 2013.
Contoh siklus tahunan Desa Sumberagung tahun 2013 (Keputusan-
keputusan Kepala Desa Sumberagung).
1. Rencana kegiatan pembangunan Desa Sumberagung tahun 2013.
2. Penetapan TPK tingkat padukuhan se-Desa Sumberagung.
3. Pengangkatan sekretaris PPS Pemilu 2014.
4. Pembentukan tim pelaksana distribusi beras untuk rumah tangga
miskin.
5. Pembentukan tim pelaksana distribusi beras untuk rumah tangga
miskin.
6. Pelaksanaan kegiatan alokasi dana desa.
7. Pembentukan tim pelaksana pendataan (updating & validasi data KB)
dan lain-lain).
PP No.72 Tahun 2005 Pasal 67 menjelaskan bahwa
penyelenggaraan urusan pemerintahan desa menjadi kewenangan desa
didanai dari anggaran pendapatan dan belanja desa, bantuan pemerintah
dan pemerintah daerah. Bagian II Peraturan Bupati Sleman No. 82 Tahun
2009 menyebutkan struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri
dari pemdapatan, belanja, dan pembiayaan.
Peraturan Bupati Sleman No. 82 Tahun 2009 Pasal 1
mendefinisikan pendapatan desa yang selanjutnya disebut pendapatan
adalah semua penerimaan yang melalui rekening desa yang merupakan

9|Page
hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali
oleh desa. Pendapatan Desa Sumberagung tahun anggaran 2013 berasal
dari pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah, bagi hasil retribusi
daerah, bagi hasil desa dari dana perimbangan dari pemerintah daerah,
bantuan keuangan dari pemerintah (provinsi, kabupaten, dan desa lainnya),
dan lain-lain pendapatan yang sah. Total pendapatan pada tahun 2013
sebesar Rp3.199.057.829,00. Pendapatan terbesar berasal dari bantuan
keuangan dari pemerintah Rp2.069.697.000,00 kemudian disusul dari hasil
swadaya dan partisipasi masyarakat sebesar Rp371.184.379,00. Desa
Sumberagung tidak memperoleh pendapatan yang bersumber dari bagian
laba BUM-Desa, tanah kas desa, sewa bangunan milik desa, pemandian
umum yang diurus oleh desa, bunga simpanan bank, bantuan keuangan
khusus, hibah, dan sumbangan pihak ketiga.
Desa Sumberagung untuk tahun-tahun berikutnya perlu mencari
sumber-sumber pendapatan lain. Misalnya mendirikan BUMDesa
sehingga pendapatan meningkat dan dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat setempat. Hasil kekayaan alam (garapan) di Desa
Sumberagung untuk saat ini tidak bisa hanya mengandalkan dari sektor
pertanian dan perikanan, oleh sebab itu desa perlu merencanakan
bangunan (kios atau toko) untuk disewakan. Pertimbangan merencanakan
bangunan untuk disewakan mengingat sebagian tanah kas desa di wilayah
yang strategis untuk melakukan usaha (bisnis).
Belanja desa, yang selanjutnya disebut belanja, adalah pengeluaran
dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa.
Belanja Desa Sumberagung sebesar Rp3.199.057.829,00 digunakan untuk
belanja langsung yang terdiri dari belanja bahan, belanja jasa kantor,
belanja pemeliharaan kekayaan desa, belanja cetak dan penggandaan,
belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor, belanja makanan &
minuman, belanja pakaian dinas, belanja perjalanan dinas, belanja modal
dan belanja tidak langsung yaitu belanja pegawai, tunjangan, belanja
operasional kepala desa, perangkat desa & BPD, belanja bantuan sosial,

10 | P a g e
belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Desa Sumberagung
tidak melakukan belanja sewa alat berar, belanja modal pembangunan
prasarana pemasaran, belanja tambahan penghasilan, belanja subsidi &
belanja hibah.
Tahun anggaran 2013 belanja paling besar adalah belanja modal
pembangunan desa sebesar Rp1.329.722.979,00 kemudian belanja modal
lain-lain sebesar Rp522.628.300,00. Pemerinctah desa seharusnya bisa
membuat proposal dalam rangka peningkatan infrastruktur dengan
mengajukan proposal ke perusahaan-perusahaan swasta. Dengan adanya
Sustainability Report perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk
memberikan tanggung jawabnya kepada masyarakat, misalnya
pembangunan jalan, sekolah, saluran air bersih, dan lain-lain. Kerja sama
antar-desa dan pihak swasta dapat mengurangi belanja atau
mengalokasikan anggaran ke akun lain sehingga akan tercipta
pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat
meningkat.
Pembiayaan desa yang selanjutnya disebut pembiayaan adalah
semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Desa Sumberagung
penerimaan pembiayaan sebesar Rp25.000.000.000 dari sisa lebih
perhitungan anggaran (SiLPA) rahun sebelumnya.
Sistem akuntansi yang digunakan di Desa Sumberagung
menggunakan sistem akuntansi kas, ini menunjukkan bahwa pada tingkat
desa pencatatan akuntansi masih sangat sederhana. Peraturan Bupati
Sleman No. 82 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa dalam bagian keempat menyebutkan bahwa setiap pendapatan dan
belanja harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah dan
dimasukkan di rekening desa atas nama pemerintah desa. Penerapan
sistem akuntansi berbasis kas bertentangan dengan Permendagri No. 64
Tahun 2013 yang mewajibkan pemerintah sektor publik menerapkan
sistem akuntansi berbasis akrual. Tahun 2014 harus sudah mempersiapkan

11 | P a g e
untuk tahun anggaran 2015. Keterbatasan sumber daya manusia di desa
menyebabkan desa tidak secepat sektor-sektor yang lain dalam
mengimplementasi undang-undang dan peraturan menteri.
Halim (2004) basis kas menetapkan bahwa pengakuan atau
pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut
menimbulkan perubahan pada kas. Apabila suatu transaksi belum
menimbulkan perubahan pada kas, maka transaksi tersebut tidak dicatat.
Ada beberapa manfaat dan kelemahan akuntansi berdasarkan basis kas
(Mutiarini, 2005).
Manfaat-manfaat penerapan basis Kas, yaitu sebagai berikut.
1. Prinsip-prinsip yang mendasari basis kas sederhana sehingga mudah
untuk dipahami dan dijelaskan.
2. Pelaporan yang mungkin lebih cepat karena mengompilasikan
informasi yang didasarkan dengan basis kas relatif lebih mudah
dilakukan.
3. Pelaksanaan sistem akuntansi berbasis kas untuk menyiapkan laporan
keuangan berbasis kas tidak terlalu memerlukan personel yang terlatih.
4. Personel yang melaksanakan sistem akuntansi berbasis kas tidak perlu
melakukan pertimbangan untuk menentukan jumlah arus kas pada
periode berjalan.
5. Mudah bagi berbagai pengguna laporan keuangan untuk mengakses
dan memahami informasi yang ada karena akuntansi kas tidak
membutuhkan pengetahuan akuntansi yang rinci.
Kelemahan-kelemahan penerapan basis kas, yaitu sebagai berikut.
1. Tidak dapat menyediakan informasi yang terkait dengan ‘aset,
kewajiban, dan dampak dari konsumsi sumber daya pada periode
berjalan.
2. Mengabaikan arus sumber daya lainnya yang mungkin memiliki
dampak atas kemampuan pemerintah untuk menyediakan barang dan
jasa di saat ini dan di masa yang akan datang.
3. Tidak mencatat manfaat-manfaat yang diperoleh dari aset selama
periode berjalan.

12 | P a g e
4. Tidak menyediakan informasi yang terkait dengan modal(aset).
5. Membatasi publik untuk menilai akuntabilitas pemerintah dalam
pengunaan sumber daya yang ada.

Tabel Target dan Realisasi Pendapatan

No Pendapatan
Tahun
. Target Realisasi Lebih (Kurang)
1 2008 1.048.446.685 1.289.047.311 240.600.626
2 2009 1.260.020.292 1.264.322.162 4.301.870
3 2010 694.892.798 1.135.998.723 441.105.915
4 2011 814.037.309 1.128.924.724 314.887.415
5 2012 951.421.981 3.227.808.693 2.276.387.612
6 2013 3.131.277.329 - -

Pada tahun 2008 Desa Sumberagung menargetkan pendapatan


sebesar Rp1.048.446.685, realisasi pendapatan sebesar Rp1.289.047.311
dan kelebihan pendapatan sebesar Rp240.600.626. Kelebihan pendapatan
juga terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp4.301.870, tahun 2010 sebesar
Rp441.105.915, tahun 2011 sebesar Rp314.887.415 dan tahun 2012
sebesar Rp2.276.387.612 sedangkan pada tahun 2013 belum ada data
realisasi pendaparan karena data dalam proses penyusunan.
Tabel Target dan Realisasi Belanja

No Belanja
Tahun
. Target Realisasi Lebih (Kurang)
1 2008 870.142.430 1.193.496.257 323.353.827
2 2009 1.058.811.900 1.165.273.725 106.461.825
3 2010 791.024.250 1.109.121.753 318.097.503
4 2011 826.783.750 1.125.673.882 298.890.132
5 2012 866.060.150 3.226.221.959 2.360.161.809
6 2013 3.212.923.129 - -

13 | P a g e
Tahun 2008 target belanja Desa Sumberagung sebesar
Rp870.142.430, realisasi belanja sebesar Rp1.193.496.257. Tahun 2009
target belanja sebesar Rp1.058.811.900, realisasi sebesar
Rp1.165.273.725. Tahun 2010 target belanja sebesar Rp791.024.250,
realisasi sebesar Rp1.109.121.753. Tahun 2011 target belanja sebesar
Rp826.783.750, realisasi sebesar Rp1.125.673.882. Tahun 2012 target
belanja sebesar Rp866.060.150, realisasi sebesar Rp3.226.221.969,
sedangkan pada tahun 2013 belum ada data realisasi belanja karena data
dalam proses penyusunan.
Perubahan APBDesa dapat dilakukan apabila terjadi keadaan yang
menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar-jenis belanja, keadaan
yang menyebabkan SILPA tahun sebelumnya harus digunakan dalam
tahun berjalan, keadaan darurat dan keadaan luar biasa (Peraturan Bupati
Sleman No. 82 Tahun 2009 Bagian kelima). Perubahan anggaran
dilakukan pada bulan Oktober. Keadaan darurat yang dimaksud adalah
keadaan kritis tidak menentu yang mengancam kehidupan sosial
masyarakat dan memerlukan tindakan serba cepat dan tepat di luar
prosedur biasa yang disebabkan oleh bencana alam seperti gempa bumi,
letusan gunung berapi dan bencana sosial seperti kebakaran pemukiman
dan kerusuhan sosial seperti kerawanan pangan (Peraturan Bupati Sleman
No. 82 Tahun 2009 Pasal 21).
Bulan Januari sampai dengan bulan Maret pemerintahan desa wajib
melaporkan pertanggungjawabannya kepada Bupati melalui camat. Format
laporan pertanggungjawaban APBDesa sesuai dengan Lampiran Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa. Dalam Pasal 12 dan 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 37 Tahun 2007 laporan pertanggungjawaban harus dilampirkan
dengan buku kas umum, buku kas pembantu perincian objek
penerimaan/buku kas pembantu perincian objek pengeluaran dan buku kas
harian pembantu. Laporan keuangan sebagai output keyangan desa dapat
menggambarkan kegiatan-kegiatan selama 1 tahun anggaran dan
disampaikan kepada pihak terkait termasuk masyarakat. Adanya laporan

14 | P a g e
keuangan tersebut masyarakat diharapkan untuk mengevaluasi dan
memberikan kontribusi perbaikan di masa depan.
Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan good governance
adalah melaksanakan prinsip akuntabilitas. Lembaga Administratif Negara
dalam Abubakar (2012) sebagai kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban dan menerangkan kinerja dan tindakan
seseorang/badan hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang
memiliki hal atau berwenang untuk meminta pertanggungjawaban.
Akunrabilitas rersebut meliputi keberhasilan maupun kegagalan
pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. Akuntabilitas yang baik
adalah akuntabilitas yang dapat menunjukkan peningkatan kinerja instansi
pemerintah maupun perubahan positif perilaku pegawainya.
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan Kaho dalam
Subroto (2009) menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat
melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang
cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Faktor keuangan
merupakan salah satu dasar dari kriteria untuk mengetahui secara nyata
kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangga sendiri.
B. Tantangan Dengan Adanya UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pada awal tahun 2014, DPR dan Pemerintah pada akhirnya telah
mengesahkan RUU Desa menjadi UU Desa. Salah satu perubahan yang
dinanti dengan adanya UU Desa tersebut adalah semakin banyaknya dana
dari pemerintah yang akan mengucur ke tingkat desa. Hal ini merupakan
suatu harapan agar pembangunan desa dapat lebih maju dan terciptalah
pemerataan pembangunan di daerah dan antara kota dan desa. Namun,
kebijakan ini harus diirngi dengan pengelolaan keuangan desa yang
transparan dan akuntabel agar dampak kebijakan tersebut dapat tepat
sasaran dan dirasakan oleh masyarakat desa.
Salah satu perubahan dengan adanya UU Desa yang baru tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Bertambahnya sumber pendapatan desa. Dalam UU Nomor 6 Tahun
2014 tersebut, sumber pendapatan desa dicambah dua sumber

15 | P a g e
pendapacan, yaitu sumber pendapatan dari alokasi APBN dan lain-lain
pendapatan desa yang sah. Besaran alokasi anggaran yang
peruntukkannya langsung ke desa ditentukan 10% dari dan di luar dana
Transfer Daerah (on top) secara bertahap.
2. Berubahnya formulasi per hitungan bagi hasil pajak, recribusi, dan
ADD. Bagian hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota sepuluh
persennya diperuntukkan untuk desa. Sedangkan ADD besarannya
paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota dalam APBD setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
3. Perlindungan terhadap implementasi ADD. Dalam UU desa yang baru
diseburkan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota yang tidak memberikan
alokasi ADD maka pemerintah pusat akan melakukan penundaan
dan/atau pengurangan sebesar alokasi dana perimbangan setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke desa.
Dengan adanya aturan tersebut diharapkan pemerintah kabupaten/kota
akan serius menangani dan menyelenggarakan ADD.
Ketiga perubahan tersebut menyiratkan bagi pemerintah dan
berbagai pihak untuk segera menyusun rumusan kebijakan yang mengatur
pedoman pengelolaan keuangan desa. Begitu besarnya alokasi dana yang
akan didapatkan oleh desa memberikan angin segar bagi kemajuan
pembangunan di desa dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa,
namun di sisi lain juga perlu diirngi dengan aturan teknis yang mengatur
pengelolaan keuangan desa yang transparan dan akuntabel.

16 | P a g e
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Desa Sumberagung untuk tahun-tahun berikutnya perlu mencari
sumber-sumber pendapatan lain. Misalnya, mendirikan BUMDesa,
membangun kios yang bisa disewakan dan sektor perekonomian yang
lain sehingga pendapatan meningkat dan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat
2. Pemerintah Desa Sumberagung perlu menjalin kerja sama dengan
pihak swasta dalam hal pendanaan dan tanggung jawab sosial sehingga
dapat mengurangi ketergantungan dengan pemerintah daerah/pusat.
3. Laporan keuangan di pemerintahan Desa Sumberagung masih
menggunakan basis kas diharapkan untuk tahun-berikutnya
menggunakan basis akrual dengan dukungan pelatihan sumber daya
manusia dan pendampingan dari pemerintah daerah guna penyesuaian
perubahan perundang-undangan.
4. Pemerintahan Desa Sumberagung diharapkan dapat mandiri dalam
segala bidang khususnya kemandirian dalam hal pendanaan dan
pengelolaan keuangan
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan kepada desa Sumberagung adalah
untuk lebih meningkatkan kualitas desa dalam berbagai bidang terutama
dalam bidang keuangan.
Kami juga menyarankan agar para peneliti lainnya lebih banyak
lagi membahas tentang akuntansi desa di berbagai desa di Indonesia.
Dengan hal itu maka kita bisa meningkatkan perkonomian desa yang ada
di Indonesia. Selain itu juga, kita dapat mengatasi beberapa kecurangan
yang mungkin saja terjadi seperti tindak korupsi.

17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Andri P. 2012. Pengaruh Manajemen Berbasis Kinerja dan


Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja dan Akuntabilitas Pemerintah
Daerah. Tesis Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.

http:/www.slemankab.go.id/

Kindarsih, L. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Anggaran


Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS) SMA Negeri di Yogyakata. Tesis
Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset.

Mutiarini, Emmy. 2005. Implementasi Kebijakan Akuntansi pada Pemerintah


Daerah di Indonesia: Suatu Persepsi Auditor Eksternal. Tesis Mahasiswa
Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Peraturan Bupati No. 82 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendaparan dan Belanja
Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 centang Penerapan Standar
Akunransi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 2005 tentang Desa.

Subroto, Agus. 2009, Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus


Pengelolaan Dana Desa di Desa-Desa dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo
Kabupaten Temanggung Tahun 2008), Tesis Mahasiswa Program Studi Magister
Sains Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai