DANA DESA
Disusun oleh :
UNIVERSITAS TIDAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya, saya
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “FUNGSI PENGAWASAN
PEMERINTAHAN DALAM TRANSPARANSI DANA DESA”. Meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,
tetapi kami berhasil menyelesaikannya tepat pada waktunya.
Makalah ini kami bahas guna memenuhi tugas mata kuliah “Hukum Administrasi
Negara (HAN)”.Tentunya juga untuk memberikan informasi yang bermanfaat
bagi pembaca dan untuk pengembangan wawasan ilmu pengatahuan.
Demikian makalah ini kami buat semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Tentunya kami juga mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
4.2 Saran..................................................................................................................... 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk membangun basis yang kuat bagi demokrasi, partisipasi rakyat, keadilan,
dan pemerataan pembangunan sekaligus memperhatikan kebutuhan masyarakat
lokal yang berbeda-beda, pemerintah bersama lembaga legislatif mengesahkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Unsur penting dalam kedua undang-undang ini adalah bahwa penguasa daerah
(gubernur, bupati, walikota) harus lebih bertanggungjawab kepada rakyat di
daerah. Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 daerah diberikan otonomi yang
seluas-luasnya untuk mengurus semua penyelenggaraan pemerintah diluar
kewenangan pemerintah pusat untuk membuat kebijakan daerah yang
berhubungan dengan peningkatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, serta
otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Nyata artinya, melaksanakan apa
yang menjadi urusannya berdasarkan kewenangan yang diberikan dan
karakteristik dari suatu wilayah sedangkan bertanggung jawab adalah otonomi
yang dalam penyelenggaraannya harus sejalan dengan maksud dan tujuan
pemberian otonomi yaitu memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
4
Pemberian ADD merupakan wujud pemenuhan hak desa dalam rangka
penyelenggaraan otonomi desa. ADD bersumber dari bagian dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten diluar Dana Alokasi
Khusus (DAK) setelah dikurangi belanja pegawai. Sasaran ADD adalah seluruh
desa yang ada dalam wilayah kabupaten setempat. Penggunaan ADD 30% untuk
mendukung penyelanggaraan pemerintahan desa dan penguatan peran
kelembagaan masyarakat desa, sedangkan 70% untuk mendukung program
pemberdayaan masyarakat desa.
1.3 Tujuan.
a) Mengetahui hubungan pemerintah pusat dengan desa
b) Mengetahui makna da nisi UU No 6 tahun 2014 tentang desa
c) Mengatahui realisasi dana desa dalam masyarakat
d) Mengetahui dampak yang mungkin timbul dari dana desa
e) Pengawasan dan pertanggungjawaban dana desa
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca yang
berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa
atau village yang diartikan sebagai “ a groups of houses or shops in a country
area, smaller than and town “. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasiona dan berada di
Daerah Kabupaten. Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul
“Otonomi Desa” menyatakan bahwa: 1Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat
istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat. Menurut R. Bintarto2, berdasarkan tinajuan geografi yang
dikemukakannya, desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis, sosial,
politik, dan cultural yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal
balik dengan daerah lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia3, desa adalah
suatu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai
system pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan. Pengertian
tentang desa menurut undang-undang adalah: Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 Tentang Desa Pasal 14 ,Desa atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi
yang ditransfer melalui APBD kabupaten dan kota yang digunakan untuk
1
Prof. Drs. Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. Hlm. 3.
2
R. Bintaro, Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1989)
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Medan: Bitra Indonesia, 2013. Hlm.2.
4
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, penjelasan mengenai Desa.
6
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan.5
Dana desa adalah salah satu issu krusial dalam undang-undang desa, penghitungan
anggaran berdasarkan jumlah desa dengan mempertimbangkan jumlah penduduk,
angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa. Karena issu
yang begitu krusial, para senator menilai, penyelenggaraan pemerintahan desa
membutuhkan pembinaan dan pengawasan, khususnya penyelenggaraan kegiatan
desa.
Anggaran Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan yang diperoleh
dari Bagi Hasil Pajak dan bagian dari Dana Perimbangan Kuangan Pusat dan
Daerah yang diterima oleh kabupaten. Sumber pendapatan desa tersebut secara
keseluruhan digunakan untuk menandai seluruh kewenangan yang menjadi
tanggungjawab desa. Dana tersebut digunakan untuk menandai penyelenggaraan
kewenangan desa yang menacakup penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Dengan
demikian, pendapatan yang bersumber dari APBN juga digunakan untuk
menandai kewenangan tersebut.
7
fiscal yang mengatur besarnya anggaran desa berdasarkan kebutuhan serta
kemampuannya mengelola melalui peraturan pemerintah.
Dana desa dikelola secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan
masyarakat setempat. Pemerintah menganggarkan Dana Desa secara nasional
dalam APBN setiap tahun. Dana Desa sebagaimana bersumber dari belanja
Yang dinamakan pengawasan ialah suatu proses untuk menegaskan bahwa seluruh
aktifitas yang terselenggara telah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan
sebelumnya.
Jenis Jenis Pengawasan
Pengawasan internal dan eksternal: pengawasan internalmerupakan
suatu pengawasan yang dilaksanakan oleh orang atau badan yang ada
didalam lingkungan unit lembaga atau organisasinya.
Sedangkan pengawasan eksternalialah pengawasan yang dilaksanakan
oleh unit pengawasan yang terdapat diluar unit lembaga atau organisasi
yang diawasinya.
Pengawasan preventif represif: pengawasn preventif ialah suatu bentuk
pengawasan yang dilaksnakan pada kegiatan sebelum kegiatan tersebut
dilakukan, sehingga mampu mencegah terjadinya kegiatan yang
melenceng. Contohnya: pengawasan yang dilakukan pemerintah untuk
menangkal penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang berpotensi
akan merugikan negara. Sedangkan pengawasan represif ialah suatu
bentuk pengawasan yang dilaksanakan pada kegiatan setelah kegiatan itu
sudah selesai dilakukan. Conthonya: pengawasan pada anggaran akhir
tahun, dimana anggaran yang telah ditentukan disampaikan laporannya.
Pengawasan aktif dan pasif: pengawasan aktif ialah merupakan suatu
bentuk pengawasan yang dilaksanakan ditempat kegiatan yang
bersangkutan. Sedangkan pengawasan pasif ialah merupakan suatu bentuk
pengawasan yang dilaksanakan melalui penelitian dan pengujian terhadap
surat-surat ataupun laporan pertanggungjawab yang disertai dengan bukti-
bukti penerimaan dan pengeluaran.
Pengawasan kebenaran formil: merupakan suatu bentuk pengawasan
menurut hak dan (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materi
ihwal maksud dan tujuan pengeluaran (doelmatigheid).
8
BAB III
PEMBAHASAN
Secara yuridis normatif, desa telah diberikan atau lebih tepatnya diakui
kewenangan-kewenangan tradisionalnya menurut Pasal 18 ayat (2) UUD NRI
Tahun 1945 yang menegaskan: “negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang”. Jadi,
menururt UUD 1945 pengakuan terhadap kesatuan maasyarakat hukum adat
termasuk didalamnya dalah desa berserta hak-hak tradisionalnya harus
didasarkan pada prinsip “tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.6 Beberapa pengertian Desa menurut UU terdahulu seperti dalam:
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.
9
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakatat hak
asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sifat dasar manusia adalah hidup secara berkelompok dan berkomunikasi satu
dengan yang lainnya. Setiap kelompok terbentuk oleh adanya suatu faktor
pengikat yang diakui dan ditaati bersama, melebihi faktor-faktor lain yang
bersifat membeda-bedakan satu kelompok dengan yang lainnya7. Faktor
pengikat tersebut ada bermacam-macam, salah satu di antaranya adalah adat.
Studi tentang keanekaragaman adat di Indonesia menghasilkan kesimpulan
antara lain bahwa sistem hukum adat di Indonesia dapat dipandang sebagai
terbagi atas 19 lingkaran atau sub sistem hukum adat8.
Suatu masyarakat yang tingkah laku dan kehidupannya diatur lurus dan diurus
menurut hukum adat tertentu disebut dengan masyarakat hukum adat. Dalam
hal adat yang bersangkutan mengikat masyarakat menurut pertalian daerah atau
kekerabatan, masyarakat itu disebut masyarakat genealogis. Jika menurut
daerah tertentu maka disebut dengan masyarakat teritorial. Dengan pendekatan
tersebut pengertian desa diambil dari istilah bahasa Jawa yang menunjukkan
satu bentuk satuan masyarakat hukum adat Jawa. Kendatipun istilah desa
adalah bahasa Jawa namun telah diterima dan lazim digunakan. Istilah desa
7
Talizidhuhu Ndraha, Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1981,
hlm. 14
8
Ateng Syafrudin, Republik Desa Pergulatan Hukum Tradisional dan Hukum Modern
Dalam Desain Otonomi Desa, PT. Alumni, Bandung, 2010, hlm. 45
10
dimaksudkan sebagai penganti istilah Inlandsche Gementee (IG) dalam
perundang-undangan Hindia Belanda terdahulu yang tidak hanya meliputi
desa-desa di Jawa melainkan juga mencakup satuan-satuan seperti itu di luar
jawa yang nama aslinya disebut kampung, negeri, marga, dan lain-lain9. Desa-
desa asli yang telah ada sejak jaman dahulu kala memiliki hak dan wewenang
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya. Hak dan wewenang untuk
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri disebut dengan hak otonomi.
Dalam hal ini berarti desa memiliki hak itu disebut dengan desa otonom.
Unsur-unsur otonomi desa yang penting antara lain adalah:
1. Adat tertentu yang mengikat daan ditaati oleh masyarakat di desa yang
bersangkutan.
2. Tanah, pusaka dan kekayaan desa.
3. Sumber-sumber pendapatan desa.
4. Urusan rumah tangga desa.
5. Pemerintah desa yang dipilih oleh dan dari kalangan masyarakat desa yang
bersangkutan yang sebagai alat desa yang memegang fungsi mengurus.
6. Lembaga atau badan perwakilan atau musyawarah yang sepanjang
penyelenggaraaan urusan rumah tangga desa memegang fungsi mengatur10.
9
Ibid, hlm. 16
10
Ibid, hlm. 18
11
Pasal 1 angka ke (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
11
desa adalah mitra Pemerintah Pusat untuk memacu kesejahteraan masyarakat
Indonesia di pedesaan12. Adapun hubungan Pemerintahan Desa dengan
Pemerintah Pusat (the relation village government with central government)
telah termaktub dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Salah satu titah atau amanat dari undang-undang (wet) tersebut ialah ihwal
kepastian dari anggaran pusat untuk desa (vide Pasal 72 ayat (1) huruf b jo
Pasal 113 huruf h). In casu a quo, adalah adanya dana alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diderivasikan langsung ke
desa13. Indonesia sendiri memiliki jumlah desa kurang lebihnya 74.000.
Adapun hak per desa dari hal itu tetaplah sama, baik yang maju ataupun
tertinggal. Dana tersebut sepenuhnya milik tanggung jawab daerah, sehingga
hak penuh berada di tangan daerah setempat14. Sehingga masing-masing desa
diperkirakan akan memperoleh kalkulasi dana sekitar Rp 1,2 miliar sampai
dengan Rp1,4 miliar per tahun, yang bila dibagi rata perbulannya akan
mendapat sekitar 100 juta perbulan. Tentu saja dana yang cukup besar tersebut
menuntut desa untuk melakukan perubahan, penguatan secara internal secara
organisasi pemerintahan desa yang lebih efektif, profesional, transparan, dan
akuntabel.
12
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2015/02/27/dana-desa-dari-hulu-sampai-hilir-
726683.html, diakses 10 Maret 2015, pukul 18.30 Wib.
13
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2015/01/11/akuntabilitas-pemerintah-daerah-terhadap-
uu-desa-no-6-2014-716018.html, diakses 10 Maret 2015, pukul 19.45 Wib.
14
Tajuk Rencana, Kedaulatan Rakyat, 1 Maret 2015, hlm. 12
15
Herry Firdaus, 2014, Membangun Desa Mandiri, Koran Sindo, 24 Desember 2014, hlm. 7
12
Dana desa menjadi salah satu isu krusial dalam UU No. 6 Tahun 2014.
Penghitungan anggarannya berdasarkan jumlah desa dengan
mempertimbangkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan
tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
pemerataan pembangunan desa. Selebihnya, kedua hal ini diatur dalam PP
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana UU Desa serta PP Nomor
60 Tahun 2014 tentang Dana Desa. Salah satu yang menjadi pertanyaan adalah
bagaimana penyaluran dan pembinaannya.
Dana desa nantinya akan disalurkan melalui kabupaten. Hal ini menjawab
perbedaan persepsi yang sebelumnya diperdebatkan tentang kewenangan
terhadap desa dari nomenklatur kementerian di kabinet kerja. Kemendagri
sebelumnya mendasarkan pada UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah yang melihat urusan pemerintahan mulai dari pusat hingga desa yang
tidak boleh terputus. Sementara, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi menggunakan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa yang menyatakan bahwa masalah-masalah desa diurus oleh kementerian
yang membidangi desa.
16
Ivanovich Agusta, Berebut Pemerintahan Desa, Kompas, 10 Januari 2015, hlm. 6
13
kehidupan masyarakat” Karenanya, perubahan yang diharapkan
masyarakat dalam pengelolaan dan penggunaan dana adalah17:
1. Tercapainya kesejahteraan masyarakat dan berkembangnya
BUMDes. Namun tantangan mewujudkan harapan tersebut harus
diikuti dengan meningkatnya konsolidasi internal di Desa antara
masyarakat – Kepala Desa – dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Artinya bahwa dalam mengelola dan menggunakan dana
Desa bukan hanya otoritas dari Kepala Desa (walaupun sebagai
penguasa di Desa), namun harus melibatkan unsur- unsur
masyarakat dan BPD, mulai dari menyusun hingga mengawasi
program.
2. Meningkatnya infrastruktur Desa dan peringkat Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). IPM dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana
penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk atas
tiga dimensi dasar, yaitu; umur panjang dan hidup sehat; pengetahuan; dan
standard hidup layak. Artinya bahwa pemanfaatan yang sebesar-besarnya
dari dana Desa untuk kepentingan masyarakat bukan hanya pembangunan
fisik tetapi juga pembangunan non-fisik yaitu peningkatan kualitas
manusia.
3. Mendorong pertumbuhan pembangunan daerah dan sinkronnya
pembangunan Desa berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah
(RTRW) daerah. Jumlah Dana Desa yang diterima dalam jumlah besar
sebenarnya dapat mendorong percepatan pembangunan daerah, mengingat
Daerah juga memiliki keterbatasan sumberdaya keuangan. Sehingga Dana
Desa diharapkan dapat menjadi sugesti mendorong pertumbuhan
pembangunan daerah dan pemanfaatan Dana Desa akan sinkron dengan
kebijakan pembangunan Daerah.
17
Viva News, UU Desa Disahkan, Tiap Desa dapat Rp 1 Miliar Per Tahun (Online),
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/467314-uu-desa-disahkan--tiap-desa-dapat-rp1-4-miliar-
per-tahun, 2013, diakses 29 Maret 2019.
14
Kebijakan dana Desa bagi masyarakat dan pembangunan, diantaranya:18
1. Sarana-prasarana Desa seperti jalan desa, penyulingan air dan
irigasi lebih mumpuni sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat terutama petani.
2. Semakin giatnya kegiatan ekonomi masyarakat Desa, ditandai
dengan tumbuh dan berkembangnya Badan Usaha Milik Desa
(BUMDesa), sedangkan disisi lain memudarnya semangat gotong
royong tetapi partisipasi masyarakat melalui prinsip swakelola
meningkat.
3. Dampak psikologisnya; mendorong warga menjadi calon untuk
mengikuti pemilihan Kepala Desa, dengan harapan terpilih menjadi
Kepala Desa. Namun dengan makin banyaknya calon Kepala Desa
ternyata berimplikasi terhadap terkelompok-kelompoknya
masyarakat.
4. Dampak Dan Permasalahan Dana Desa.
Dana Desa merupakan barang publik dan dikonsumsi secara luas
oleh masyarakat, seperti jalan–jembatan–irigasi, fasilitas
pendidikan–kesehatan, dan lain-lain. Namun permasalahannya,
apakah setelah barang publik tersebut diproduksi, bermanfaat bagi
masyarakat dan makin membaiknya pelayanan kepada publik,
padahal outcome dari penggunaan Dana Desa adalah mencoba
mendekatkan layanan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat Desa. Peran Negara idealnya berkewajiban
menyelenggarakan pelayanan maksimal kepada masyarakat.19
fungsionaris administratif adalah pelayan publik, bukan elit
teknokratik sebagai tuan“. Ini berarti, kedudukan Negara selaku
Produsen memiliki hak otoritas monopoli pengendalian terhadap
Desa, dan berperan sebagai pelayan guna memenuhi kebutuhan
18
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 14-24
19
Weber dikutip Ostrom (1973), dalam Fredericksen (2012); “fungsionaris administrative”
15
dan mengatasi permasalahan masyarakat, bukan sebagai
“Tuan” atau pemilik.
16
Kebijakan dana Desa memperhatikan kebijakan
mengandung nilai pembangunan daerah. Karena Desa
ekonomis dan politis. memiliki kewenangan yang
Secara ekonomis; dengan ditugaskan oleh Pemerintah
meningkatnya infrastruktur berdasarkan UU Desa.
mendorong produktivitas Dengan kewenangan itu tercipta
masyarakat dalam ego-sektoral setiap Desa, sehingga
mengelola potensi yang terjadi persaingan antar Desa, dan
dimiliki. Secara politis tidak munculnya sinkronisasi
memacu kesadaran program untuk mendorong
masyarakat akan haknya pencapaian prioritas pembangunan
ikut terlibat dalam kawasan dan daerah.
pemerintahan dan Pemerintah Daerah kurang
pembangunan. memiliki power terhadap
penggunaan Dana Desa. Daerah
hanya berwenang memantau dan
mengevaluasi.
Pembangunan Desa tidak
terintegrasi dengan arah dan
kebijakan pembangunan Daerah.
17
tahunan, tahun 2016 dan 2017 telah mengamanatkan kepada inspektorat
daerah untuk melakukan pengawasan dana desa. Adapun prosedur pengawasan
dana desa adalah yaitu20:
20
Surat Edaran Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri Nomor 700 / 1281 /A.1/IJ Tahun
2016
18
Dalam tahap penyaluran dan penggunaan terdapat juga 3 aspek penting yakni:
1. Aspek Keuangan Dalam Penggunaan Dana Desa.
a) Ketepatan waktu penyaluran Dana Desa dari Rekening Kas Umum
Daerah ke Rekening Kas Desa.
b) Kesesuaian pemanfaatan Dana Desa dengan ketentuan perundang-
undangan.
2. Aspek Pengadaan Barang/Jasa dalam Penggunaan Dana Desa.
3. Aspek Kehandalan SPI.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya serta
penyajian data dan pembahasan maka dapat diberikan saran antara lain
20
Daftar pustaka
21