Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN MASYARAKAT PEDESAAN

DAN PERKOTAAN DI BANTEN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kebantenan

Dosen Pengampu:

Dr. H. Agung Muttaqien, Pgdip., M.pd

Disusun oleh:

Kelompok 13 (Kelas B)

1. Rina Maryani (3334200023)


2. M. Alfi Alfarizi (3334200031)
3. Auffa Naznabila (3334200046)
4. Ida Risky Angelina H (3334200072)
5. Dwi Rahayu (3334200073)
6. Nurcholifaah (3334200102)

TEKNIK METALURGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Perkembangan dan Perubahan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan di Banten” untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Studi Kebantenan yang diampu oleh dosen Bapak Dr. H. Agung
Muttaqien, PGdip., M.pd. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca untuk menambah wawasan mengenai perkembangan dan perubahan
masyarakat-masyarakat di Banten, baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan


batasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dari berbagai pihak demi
perbaikan penyusunan makalah ini.

Cilegon, 28 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Judul Makalah .................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................. ii

Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II Pembahasan

2.1 Definisi Pedesaan dan Perkotaan ........................................................... 3


2.2 Perkembangan dan Perubahan Kebudayaan Masyarakat Pedesaan
dan Perkotaan di Banten ....................................................................... 3
2.3 Perkembangan dan Perubahan Infrastruktur Pedesaan dan
Perkotaan di Banten ............................................................................. 8
2.4 Perkembangan dan Perubahan IPTEK Masyarakat Pedesaan dan
Perkotaan di Banten ............................................................................. 11

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 14

3.2 Saran .................................................................................................... 15

Daftar Pustaka .................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banten adalah bagian dari wilayah Indonesia yang berada di Ujung Pulau Jawa,
sudah dikenal sejak abad ke-14 (1330 M). Pada abad 16-17, dibawah kekuasaan
Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten menjadi salah satu
kota perdagangan rempah-rempah di kawasan Asia Tenggara dan dikenal sebagai
pusat kerajaan Islam serta pusat perdagangan nusantara. Pada masa itu, Banten
menjadi tempat tempat persinggahan para pedagang dari berbagai belahan dunia,
sekaligus menjadi pusat pertukaran dan persentuhan kebudayaan. Banten
merupakan provinsi relatif baru yang berada di ujung barat pulau Jawa, Indonesia.

Provinsi ini sebelumnya merupakan bagian provinsi Jawa Barat, kemudian


terjadi pemekaran pada tahun 2000, dengan keputusan UU No. 23 tahun 2000
dengan ibukota provinsi berkedudukan di Kota Serang. Adapun Banten terbagi atas
4 Kabupaten dan 4 Kota yaitu : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kota Tangerang Selatan,
Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Selain itu, di berbagai kota dan kabupaten
terrdapat pedesaan yang terus meningkat jumlahnya seiring perkembangan waktu.

Provinsi Banten berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan


banten sebagai gerbang investasi di ujung pulau Jawa. Potensi banten sangat besar
di antaranya kekayaan alam, kebudayaan, pariwisata, bahkan dari segi infrastruktur.
Banten merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang
secara optimal. Keanekaragaman budaya Banten mencerminkan kepercayaan dan
kebudayaan masyarakat setempat.
Banten seakan-akan terpecah menjadi dua yaitu utara dan selatan. Banten
masih belum berhasil memperkecil kesenjangan diantara keduanya. Sesuai
kebijakan nasional yang menetapkan wilayah utara sebagai kawasan industry,
kegiatan perekonomiannya didominasi industry, perdagangan, dan jasa. Sedangkan
wilayah selatan adalah daerah pertanian, pertambangan, perkebunan, dan
pariwisata. Oleh karena itu, perkembangan daerah banten baik perkotaan maupun
pedesaan berbeda dari segi kebudayaan, infrastruktur maupun teknologi.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari dibuatnya makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan pedesaan dan perkotaan?


2. Bagaimana perkembangan dan perubahan kebudayaan masyarakat pedesaan
dan perkotaan Banten seiring dengan perkembangan zaman?
3. Bagaimana perkembangan dan perubahan infrastruktur yang telah dirasakan
masyarakat di pedesaan dan perkotaan Banten?
4. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat di
pedesaan dan perkotaan Banten?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai pedesaan dan perkotaan secara teori.


2. Untuk mengetahui perkembangan dan perubahan masyarakat pedesaan dan
perkotaan Banten dari aspek kebudayaan, infrastruktur, dan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pedesaan dan Perkotaan

Dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia No.22 Tahun 1948


dijelaskan bahwa desa adalah bentuk daerah otonom yang terendah sesudah kota.
Lebih lanjut, di dalam peraturan perundangan RI Indonesia yang lebih baru, yakni
PP No.72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa yang antara lain didasarkan atas
penerapan UU otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, dinyatakan bahwa: “…
desa atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut dengan desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Sedangkan UU No.24 tahun 1992 mendefinisikan bahwa kawasan perkotaan


adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

2.2 Perkembangan dan Perubahan Kebudayaan Masyarakat Pedesaan dan


Perkotaan di Banten

Masyarakat sebagai golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang
dengan sendirinya bertalian golongan dan mempunyai pengaruh satu sama lain
(Shadly, 1963). Menurut Bouman masyarakat adalah pergaulan hidup yang akrab
antara manusia, dipersatukan dengan cara tertentu oleh hasrat-hasrat
kemasyarakatan mereka. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah pengumpulan manusia yang banyak dan bersatu dengan cara
tertentu oleh karena hasrat-hasrat kemasyarakatan yang sama. Jadi ada beberapa
syarat terbentuknya masyarakat, yaitu: 1) harus ada kumpulan manusia yang
banyak, 2) telah bertempat tinggal di suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang
lama, 3) adanya aturan yang mengatur untuk kepentingan bersama.

Hidup bermasyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama yang


mempunyai daerah atau tempat tertentu untuk jangka waktu yang lama. Masing-
masing anggotanya saling berhubungan satu sama lain, hubungan yang
dimaksudkan baik itu sikap, tingkah laku maupun perbuatan. segala tingkah laku,
dan perbuatan itu diatur dalam suatu tata tertib, undang-undang, peraturan, yang
biasa disebut hukum adat.

Kehidupan bermasyarakat tentunya berbeda-beda, antara masyarakat satu


dengan lainnya, perbedaan itu disebabkan oleh struktur masyarakat dan juga faktor
tempat atau daerah yang mempunyai peranan penting. Perbedaan yang menonjol
tampak pada kehidupan masyarakat desa dan masyarakat kota. Berikut ini
merupakan perbedaan masyarakat perkotaan dan pedesaan:

1. Gotong royong
Dalam kehidupan masyarakat pedesaan gotong royong merupakan ciri- ciri
yang paling menonjol. Hal tersebut dapat mendekatkan rasa kekeluargaan yang
mempererat hubungan dan solidaritas anggota masyarakat. Contoh kegiatan
gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Baduy di Desa Kanekes yaitu,
tradisi nyambungan yang merupakan kebiasaan masyarakat baduy mengirim
atau menyumbang sesuatu kepada warga yang sedang melaksanakan hajatan
atau pesta dengan sistem timbal balik. Tradisi lain yang dilakukan oleh
masyarakat Baduy yang mencerminkan gotong royong adalah tunggu lembur,
yakni kegiatan sekelompok masyarakat Baduy yang bersama- sama melakukan
kegiatan menjaga lembur kampung dari berbagai kemungkinan yang akan
membahayakan keamanan kampung tersebut berikut isinya.

4
Masyarakat di perkotaan sudah tidak lagi melakukan gotong royong.
Mereka cenderung bersifat individualistik, maka hubungan satu sama lain
bersifat impersonal, yaitu hubungan tidak langsung yang hanya didasarkan pada
kepentingan yang sama. Dengan adanya hubungan sekunder tersebut maka pada
masyarakat di perkotaan akan terjadi kompetisi dan perjuangan untuk tujuan
sendiri.

2. Pendidikan

Masyarakat pedesaan umumnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih


rendah jika dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Hal ini juga
menyebabkan perbedaan antara perkembangan masyarakat di pedesaan dan
perkotaan. Masyarakat dengan pendidikan yang lebih maju akan mendorong
perkembangan masyarakat lebih cepat, begitu pula sebaliknya.

Pandangan masyarakat Baduy Dalam mengenai deskripsi pendidikan.


masyarakat Baduy Dalam berpandangan bahwa 1) pendidikan dasar mereka
terbatas pada pengetahuan adat yang meliputi materi pembelajaran bidang
pertanian, nilai-nilai kebudayaan, aturan tatanan hukum adat dan keterampilan,
2) model atau bentuk pendidikannya dilakukan secara lisan dan praktik, yang
diwariskan secara turun melalui keluarga, lembaga adat, dan teman sebaya, 3)
masyarakat Baduy Dalam sampai saat ini tetap menolak segala macam bentuk
pendidikan yang tidak sesuai dengan tatanan hukum adat, 4) terdapat perubahan
kehidupan sosial masyarakat Baduy Dalam yang disebabkan semakin
banyaknya kontak langsung dengan pengunjung meskipun bersifat masif.

Masyarakat di perkotaan memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi. Mereka


memiliki kesadaraan akan pentingnya pendidikan untuk masa depan. Sebagai
salah satu contoh yaitu berdasarkan data dari BPS Provinsi Banten di Kota
Tangerang memiliki angka yang tinggi dan cukup stabil di setiap tahunnya.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) anak usia 7-12 mencapai angka 99,70 persen,
anak usia 13-15 tahun mencapai angka 97,45 persen, anak usia 16-18 tahun
mencapai angka 75,61 persen, dan 19-24 tahun mencapai 28,65 persen.

5
3. Perekonomian

Perkembangan perekonomian di pedesaan lebih rendah dibandingkan di


perkotaan, hal ini dapat diketahui dari besarnya income perkapita masyarakat
pedesaan. Oleh karena itu kebutuhan sehari-hari lebih sederhana disebabkan
kemampuan untuk membeli barang-barang kebutuhannya. Daya beli
masyarakat pedesaan lebih rendah.

Masyarakat pedesaan khususnya masyarakat Baduy pada dasarnya


menyandarkan kehidupannya pada produksi pertanian pemula dan berburu.
Sistem pertanian di lahan kering dengan jenis pertanian hanya tergantung pada
padi ladang. Berburu juga dilakukan dalam wilayah yang sempit hanya di area
hutan adat. Sampai saat ini keahlian masyarakat Baduy masih terpusat pada
sektor pertanian, berburu dan mulai melakukan diversifikasi jenis tanaman
perkebunan, buah-buahan dan sayuran untuk keperluan rumah tangga saja.
Dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, tidak sebanding dengan luas lahan
pertanian tradisional Baduy, ekonomi Baduy mendapat tekanan yang sangat
besar. Sistem perekonomian Baduy sejak sekitar tahun 1970 telah sepenuhnya
mengenal ekonomi pasar dengan mengenakan mata uang sebagai alat tukar.
Sistem barter telah ditinggalkan, kecuali untuk keperluan sebatas dalam lingkup
teman dan kerabat.

Masyarakat di perkotaan memiliki pekerjaan non agraris dan pekerjaan yang


sangat beragam. Sehinga pendapatan mereka beragam dan tetap tidak
bergantung pada alam. Selain itu infrastruktur daerah perkotaan sangat
mendukung sektor perekonomian masyarakat kota sehingga perekonomian
masyarakat kota lebih maju jika dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.
Perekonomian masayarakat kota sudah sejak lama meninggalkan sistem barter,
mereka lebih banyak bertransaksi dengan uang.

6
4. Pekerjaan

Pada umumnya pekerjaan di pedesaan masih tergantung kepada alam, di


samping itu jenis pekerjaan juga kurang bervariasi. Oleh karena itu walaupun
terdapat diversifikasi mata pencaharian, namun masih dapat dikatakan bahwa
masyarakat pedesaan merupakan masyarakat agraris, baik yang hidup dari
bercocok tanam, beternak, perikanan maupun kehutanan. Di desa mempunyai
objek tentang tanaman dan hewan. Di desa masyarakat bekerja di tempat
terbuka di bawah terik matahari, pekerjaan banyak dipengaruhi oleh lingkungan
alam.

Masyarakat pedesaan khususnya masyarakat Baduy pada dasarnya


menyandarkan kehidupannya pada produksi pertanian pemula dan berburu.
Sistem pertanian di lahan kering dengan jenis pertanian hanya tergantung pada
padi ladang. Berburu juga dilakukan dalam wilayah yang sempit hanya di area
hutan adat. Masyarakat di perkotaan memiliki pekerjaan non agraris dan
pekerjaan yang sangat beragam. Sehinga pendapatan mereka beragam dan tetap
tidak bergantung pada alam.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi mempengaruhi


perubahan kebudayaan masyarakat baik di perkotaan dan perdesaan, termasuk pada
masyrakat pedesaan dan perkotaan di daerah banten. Banten memiliki budaya yang
sangat kental khusus di pada masyarakat yang tinggal di pedesaan, tetapi
berkembang zaman masyarakat tersebut juga ikut berkembang dimana perubahan
budaya yang terjadi dapat dilihat dengan terkikisnya tradisi setempat dari berbagai
aspek, seperti pola berani menurut adat, rumah adat, kesenian, kehidupan
keagamaan, pendidikan dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut dapat dibuktikan
dengan berubahnya kebiasaan masyarakat jika dibandingkan antara dulu dan
Sekarang misalnya dalam kebiasaan masyrakat yang tidak boleh memakai atap
rumah dari genting saat ini justru hampir setiap rumah menggunakan genting dan
bahan sejenisnya, saat ini masyarakat memasak nasi menggunakan kompor atau
listrik yang mana pada zaman dulu memasak masih menggunakan tungku api

7
tradisional, saat ini masyarakat sudah menumbuk padi dengan menggunakan
penggilingan padi tidak seperti dahulu yang menumbuk padi secara manual, dan
aspek-aspek sejenis yang sudah ditinggalkan karena teknologi yang semakin
modern yang lebih memudahkan masyarakat dalam mengerjakannya.

Selain hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, dahulu kala masyrakat


cenderung selalu mendengarkan petuah dari ketua adat dan melestarikan nilai-nilai
adat yang dianggap memiliki nilai yang sakral. Yang mana saat ini hal tersebut
sudah banyak ditinggalkan dimana masyarakat cenderung lebih menggunakan
musyawarah dan menyesuaikan terhadap kondisi yang ada dalam menentukan suatu
keputusan. Tidak hanya itu budaya kegamaan pada masyarakat pun semakin maju,
pemahaman keagamaan dari masyrakat semakin meluas dimana ajaran islam yang
sebelumnya masih sangat kental dengan tradisi sikretis, lambat-laun sudah mulai
berubah, Yang mana masyarakat semakin cerdas dalam memaknai kehidupan yang
mereka jalani serta memiliki paradigma yang semakin maju dalam mengambil
tindakan. Misalnya munculnya lembaga keagamaan yang semakin banyak ditemui
ataupun generasi penerus yang belajar agama dari luar daerah baik belajar formal
(sekolah madrasah) ataupun belajar non formal (pesantren) Lalu hal tersebut juga
berlaku pada masyrakat di perkotaan.

Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut dapat berasal dari masyarakat luar


yang menetap disana serta memiliki pendidikan dan pemahan yang tinggi yang
dikuti dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang dapat dilihat dari
berbagai media.

2.3 Perkembangan dan Perubahan Infrastruktur Pedesaan dan Perkotaan di


Banten

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk
mempercepat proses pembangunan nasional maupun regional. Infrastruktur juga
memegang peranan penting sebagai salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi.
Banten memiliki potensi yang berkembang pesat dalam pengembangan
infrastruktur seperti pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya. Sejak dulu, Banten

8
sudah dikenal sebagai pelabuhan yang dikunjungi oleh para pedagang. Banten
menjadi pelabuhan Kerajaan Sunda sekitar abad ke-12 sampai abad ke-15 sehingga
nama Banten sendiri sudah terdengar di abad ke-12. Banten merupakan pelabuhan
terbesar kedua setelah pelabuhan Sunda Kelapa di Kerajaan Sunda menurut catatan
Tom Pires saat mengunjungi Banten pada Tahun 1513 M.

Provinsi Banten di masa sekarang dan masa lalu menggambarkan adanya


keterkaitan dari sisi potensi yang dimiliki provinsi Banten. Banyak potensi Banten
di masa lalu yang mulai dilupakan dan ditinggalkan seperti pelabuhan Banten yang
terkenal tempat bertemunya para pedagang dari berbagai negara saat itu. Kondisi
sekarang pelabuhan ini kurang diperhatikan dan sedimentasinya cukup besar. Dari
sisi infrastruktur lain, Banten masa lalu sudah banyak membangun istana-istana,
masjid, jembatan, benteng-benteng, saluran air, penjernihan air, dan sebagainya.
Infrastruktur ini dibangun oleh para ilmuwan-ilmuwan Banten saat itu sehingga
Banten berkembang dari pembangunan infrastrukur dengan makin banyaknya ahli
yang mumpuni dengan berbagai keahlian. Beberapa hal yang terjadi saat ini
pembangunan infrastruktur masih banyak yang mengandalkan tenaga ahli dari luar
Banten.

Namun, pembangunan infrastruktur terus diwujudkan untuk membangun


peradaban di Banten. Pelabuhan yang menjadi pintu gerbang perdagangan terus
dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Jalan, jembatan juga fasilitas-
fasilitas pendukung lainnya terus dibangun untuk memperlancar perekonomian di
Banten. Masyarakat diajak dan dilibatkan dalam pembangunan Banten secara
menyeluruh sehingga rasa memiliki pembangunan yang ada di Banten terwujud.

Provinsi Banten dibagi dua wilayah yaitu Banten Selatan (kabupaten Lebak
dan kabupaten Pandeglang) dan Banten Utara (kabupaten Tangerang, kabupaten
Serang, kota Tangerang, kota Cilegon, kota Serang, kota Tangerang Selatan).
Kedua wilayah diduga mengalami kesenjangan pembangunan antar wilayah karena
perbedaan sumberdaya, struktur keuangan dan ketersediaan infrastruktur. Kondisi
infrastruktur kini dapat terlihat seperti contohnya di Kota Cilegon dan Kota Serang.

9
Kota Cilegon dan Kabupaten Serang memperlihatkan perkembangan infrastruktur
dengan karakter yang sama, yaitu didominasi perkembangan industri, pelabuhan
penyebrangan Merak, dan keberadaan Jalan Tol Jakarta-Merak.

Berbeda dengan kota Tangerang yang didominasi dengan pemukiman dimana


bisa dikatakan karakteristik perkembangan infrastrukturnya sama dengan Jakarta,
Bogor, Depok, Bekasi. Adapun beberapa permasalahan pembangunan infrastruktur
ditangani dengan beberapa isu strategis pembangunan yang telah dibuat diantaranya
tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Tentunya infrastruktur yang baik
juga perlu dukungan pemerintah. Selain itu, integrasi Pembangunan antar wilayah
dan mitigasi bencana dan kualitas sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan.

Undang-undang No.6 Tahun 2014 Pembangunan Desa bertujuan untuk


meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Adapun PPIP
atau program pembangunan infrastruktur perdesaan bertujuan meningkatkan
kualitas kehidupan, kemandirian, dan kesejahteraan masyarakat, melalui partisipasi
dalam memecahkan permasalahan yang terkait kemiskinan dan ketertinggalan desa.
Peranan pemerintah desa dan partisipasi masyarakat sangat berpengaruh bagi
pembangunan diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan, khususnya
pembangunan infrastruktur di desa sesuai dengan program dan perencanaan
pembangunan desa.

Program yang sedang berjalan ada PTSL atau pembuatan sertifikat tanah.
Adapun program pembangunan infrastruktur pedesaan yang sedang berjalan seperti
di Desa Mandalasari Kecamatan Kaduhejo Kabupatan Pandeglang yaitu pembuatan
pembangunan jalan paving blok dan drainase. Tujuan dari pembangunan tersebut
yaitu untuk memberdayakan masyarakat, membuat jalan nya perekonomian dengan
lancar sehingga masyarakat di Desa bisa sejahtera. Namun saat pembangunan
infrastruktur akan dilakukan masih mengalami kendala, yaitu dari lahan

10
masyarakatnya yang masih sengketa dan ada yang mengizinkan ada yang tidak serta
mengizinkan. Saat ini pembangunan infrastruktur yang dilakukan di daerah
pedesaan umumnya masih terkendala oleh terbatasnya akses masyarakat perdesaan
terhadap pengambilan kebijakan pembangunan yang akan dilakukan di desanya, hal
ini disebabkan oleh minimnya koordinasi atau hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat yang ada di desa terkait masalah pembangunan yang akan dilakukan
pemerintah desa terlihat hanya menjadikan desa sebagai objek pembangunan.

Permasalahan pembangunan yang muncul di daerah pedesaan, dapat


ditanggulangi dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu
faktor pendukungnya yaitu partisipasi masyarakat saat perencanaan pembangunan
infrastruktur, pembebasan lahan, dan anggaran yang cukup. Dengan perbaikan
infrastruktur yang ada di desa berdasarkan hal tersebut, pemerintah mulai
memperkenalkan program pembangunan yang melibatkan masyarakat dimulai dari
tahapan pengusulan kegiatan sampai dengan pemeliharaannya.

2.4 Perkembangan dan Perubahan IPTEK Masyarakat Pedesaan dan


Perkotaan di Banten

Minimnya kapasitas masyarakat pedesaan untuk mengakses sumber daya


ekonomi merupakan akar dari isolasi masyarakat dan berdampak pada rendahnya
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pemahaman akan
kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting untuk meningkatkan
kualitas masyarakat pedesaan di Banten dalam perekonomian desa.

Ada orang-orang dibelakang yang membantu menggerakan ilmu pengetahuan


dan teknologi sehingga bisa berkembang seperti sekarang. Kemajuan tersebut
terjadi karena adanya campur tangan orang lain yang mampu mengikuti
perkembangan zaman sehingga tidak ketinggalan dengan kehidupan di perkotaan.

Pemerintah Provinsi Banten ikut andil dalam mendanai pendidikan untuk


masyarakat di pedesaan sehingga murid-murid bisa menikmati fasilitas yang
mendukung program belajar mengajar. Hal ini dapat meningkatkan kualitas

11
masyrakat dalam ilmu pengetahuan, seperti yang sering diketahui biasanya daerah
pedesaan selalu mengalami ketinggalan dalam hal fasilitas pendidikan. Perubahan
dalam sistem pemerintahan membuat perbaikan dalam hal fasilitas pendidikan di
pedesaan seperti tersedianya perpustakaan, buku belajar yang lengkap, dan
komputer. Dengan adanya anak-anak berprestasi di sebuah pedesaan maka bisa
menciptakan sumber daya manusia yang produktif.

Selain itu, masyarakat pedesaan pun semakin banyak yang meiliki rasa ingin
maju. Mereka memiliki kesadaran untuk maju dan berkembang ke arah yang lebih
baik sehingga bisa menerima segala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang masuk ke pedesaaan. Saat ini pun sudah banyak pedesaan yang memiliki SDM
yang berkualitas. Industri, pertanian, dan perkebunan yang semula menggunakan
tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih, itu semua tidak dapat terjadi
tanpa adanya SDM yang berkualitas.

Lahirnya SDM yang berkualitas dapat menunjang kesejahteraan pedesaan itu


sendiri, salah satu contohnya yaitu Desa Cikolelet, Serang yang dapat
memanfaatkan keindahan desanya untuk dijadikan tempat wisata sehingga masuk
ke dalam 50 besar desa wisata terbaik se-Indonesia dalam Lomba Anugerah Desa
Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2021 yang digelar Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.

Tak seperti di desa, masyrakat yang tinggal di daerah perkotaan sangat mudah
untuk mengakses internet, dan kemajuan teknologi sangat terasa di daerah
perkotaan, karena segala kegiatan mulai dari perdagangan, pemerintahan, dan
industri, semuanya terpusat di kota. Jadi tak heran apabila perkembangan teknologi
berkembang sangat pesat di daerah perkotaan.

Perkembangan teknologi mulai banyak terasa di beberapa perkotaan yang ada


di banten, contohnya adalah kota serang yang memiliki semboyan madani yang
artinya daerah yang mandiri kian memantabkan kawasannya sebagai salah satu kota
yang kian berkembang. Pemerintah kota serang telah melakukan pemanfaatan dari
segi teknologi dan informasi untuk menyikapi era revolusi indutsri yaitu dibuatnya

12
e-government. E-government sendiri adalah pemanfaatan teknologi informasi
dalam proses manajemen pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas,
transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan sistem informasi
pemerintah yang menerapkan teknologi informatika dalam pelaksanaan
pemerintahan. Perkembangan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan pemerintah kepada masyarakat dan pihak swasta melalui peningkatan
transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

Selain itu, di salah satu kota di provinsi banten sendiri sudah menerapkan yang
namanya smart city, yaitu kota tangerang. Dimana Pemerintahan Kota Tangerang,
Pronvinsi Banten dengan inovasi aplikasi baru yang terus dikembangkan, kini
sudah selangkah lebih maju pada level yang lebih advance. sehingga mendapatkan
banyak penghagaan, salah satunya adalah top 99 inovasi Pelayanan Publik dari
Kantor Kemententeri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PANRB). Inovasi ini juga mengantarkan Kota Tangerang terpilih dalam 25
Kabupaten/Kota Gerakan 100 Smart City Indonesia oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kemenkominfo). Termasuk juga berbagai penghargaan dan
pengakuan dari skala Nasional dan Internasional. Bahkan, lebih dari 30 Pemerintah
Daerah/Instansi telah mengadopsi aplikasi Pemkot Tangerang.

Namun dengan itu semua kita jadi mengetahui bahwa terdapat kesenjangan
yang jelas terlihat antara perkembangan IPTEK di pedesaan dengan perkotaan.
Dimana untuk mendapat akses internet saja pedesaan kesulitan, berbeda dengan
perkotaan yang semua serba tersedia. Namun dengan seiring waktu dengan bekerja
samanya antara masyarakat dengan pemerintah, diharapkan perkembangan IPTEK
di masing-masing daerah bisa merata, dan mendapatkan kesempataan yang sama
dalam merasakan perkembangan IPTEK.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia No.22 Tahun 1948


dijelaskan bahwa desa adalah bentuk daerah otonom yang terendah sesudah kota.
Sedangkan UU No.24 tahun 1992 mendefinisikan bahwa kawasan perkotaan adalah
kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Masyarakat pedesaan dan perkotaan memiliki banyak sekali perbedaan yaitu,


masyarakat desa lebih bergotong royong sedangkan masyarakat perkotaan lebih
individualis. Tingkat pendidikan masyarakat kota lebih tinggi jika dibandingkan
dengan masyarakat desa. Perekonomian masyarakat kota lebih baik karena
pengaruh beragamnya pekerjaan yang tidak bergantung pada alam, infrastruktur
kota, dan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang baik. Perekonomian
masyarakat desa lebih terbatas karena tidak beragamnya pekerjaan, bergantung
pada alam, dan kurangnya IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi). Banten
memiliki budaya yang sangat kental khusus di masyarakat yang tinggal di pedesaan,
tetapi seiring berkembangnya zaman masyarakat pedesaan juga ikut berkembang
dimana perubahan budaya yang terjadi dapat dilihat dengan terkikisnya tradisi
setempat dari berbagai aspek, seperti pola berani menurut adat, rumah adat,
kesenian, kehidupan keagamaan, pendidikan dan lain sebagainya.
3.2 Saran

Adapaun saran yang dapat kami sampaikan,yaitu:

1. Kegiatan positif seperti gotong royong pada masyarakat pedesaan tetap


dilaksanakan dan dijaga agar terus berjalan.
2. Kesadaran akan pentingnya pendidikan pada masyarakat pedesaan harus
ditingkatkan agar perekonomian di desa menjadi lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdul, H. Malik., Arif Nugroho, dan Ahmad Sururi. (2017). Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Desa Tertinggal Melalui Pemanfaatan IPTEK. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Serang Raya: ResearchGate.
[2] Adon, J. (2017). Sosiologi Perkotaan Memahami Masyarakat Kota dan
Problematikanya.Bandung: CV Pustaka Setia.
[3] Dachlan, dan M. Ali B. 2019. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Baduy di Desa
Kanekes Banten. Jurnal Ilmiah Rinjani, 7(2), 1-10.
[4] Fatah Sulaiman., Asep Ridwan. (2019). Studi Kebantenan dalam perspektif
Budaya dan Teknologi. Serang: Untirta Press.
[5] Mufarrihun, Ahmad. (2019). Strategi Pembangunan Infrastruktur Desa
Mandalasari Kecamatan Kaduhejo Kabupaten Pandeglang. Jurnal KAPemda,
15(9), 62.
[6] Rizka, Agusniar Luthfia. (2013). Menilik Urgensi Desa di Era Otonomi
Daerah. Journal of Rural and Development, 4(2), 136.
[7] Somantri, R.A. 2012. Sistem Gotong Royong pada Masyarakat Baduy di Desa
Kanekes.Provinsi Banten, Jurnal Patanjala,4(1),141-155.

Anda mungkin juga menyukai