Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 13 (Kelas B)
TEKNIK METALURGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Perkembangan dan Perubahan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan di Banten” untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Studi Kebantenan yang diampu oleh dosen Bapak Dr. H. Agung
Muttaqien, PGdip., M.pd. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca untuk menambah wawasan mengenai perkembangan dan perubahan
masyarakat-masyarakat di Banten, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Banten adalah bagian dari wilayah Indonesia yang berada di Ujung Pulau Jawa,
sudah dikenal sejak abad ke-14 (1330 M). Pada abad 16-17, dibawah kekuasaan
Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten menjadi salah satu
kota perdagangan rempah-rempah di kawasan Asia Tenggara dan dikenal sebagai
pusat kerajaan Islam serta pusat perdagangan nusantara. Pada masa itu, Banten
menjadi tempat tempat persinggahan para pedagang dari berbagai belahan dunia,
sekaligus menjadi pusat pertukaran dan persentuhan kebudayaan. Banten
merupakan provinsi relatif baru yang berada di ujung barat pulau Jawa, Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Masyarakat sebagai golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang
dengan sendirinya bertalian golongan dan mempunyai pengaruh satu sama lain
(Shadly, 1963). Menurut Bouman masyarakat adalah pergaulan hidup yang akrab
antara manusia, dipersatukan dengan cara tertentu oleh hasrat-hasrat
kemasyarakatan mereka. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah pengumpulan manusia yang banyak dan bersatu dengan cara
tertentu oleh karena hasrat-hasrat kemasyarakatan yang sama. Jadi ada beberapa
syarat terbentuknya masyarakat, yaitu: 1) harus ada kumpulan manusia yang
banyak, 2) telah bertempat tinggal di suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang
lama, 3) adanya aturan yang mengatur untuk kepentingan bersama.
1. Gotong royong
Dalam kehidupan masyarakat pedesaan gotong royong merupakan ciri- ciri
yang paling menonjol. Hal tersebut dapat mendekatkan rasa kekeluargaan yang
mempererat hubungan dan solidaritas anggota masyarakat. Contoh kegiatan
gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Baduy di Desa Kanekes yaitu,
tradisi nyambungan yang merupakan kebiasaan masyarakat baduy mengirim
atau menyumbang sesuatu kepada warga yang sedang melaksanakan hajatan
atau pesta dengan sistem timbal balik. Tradisi lain yang dilakukan oleh
masyarakat Baduy yang mencerminkan gotong royong adalah tunggu lembur,
yakni kegiatan sekelompok masyarakat Baduy yang bersama- sama melakukan
kegiatan menjaga lembur kampung dari berbagai kemungkinan yang akan
membahayakan keamanan kampung tersebut berikut isinya.
4
Masyarakat di perkotaan sudah tidak lagi melakukan gotong royong.
Mereka cenderung bersifat individualistik, maka hubungan satu sama lain
bersifat impersonal, yaitu hubungan tidak langsung yang hanya didasarkan pada
kepentingan yang sama. Dengan adanya hubungan sekunder tersebut maka pada
masyarakat di perkotaan akan terjadi kompetisi dan perjuangan untuk tujuan
sendiri.
2. Pendidikan
5
3. Perekonomian
6
4. Pekerjaan
7
tradisional, saat ini masyarakat sudah menumbuk padi dengan menggunakan
penggilingan padi tidak seperti dahulu yang menumbuk padi secara manual, dan
aspek-aspek sejenis yang sudah ditinggalkan karena teknologi yang semakin
modern yang lebih memudahkan masyarakat dalam mengerjakannya.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk
mempercepat proses pembangunan nasional maupun regional. Infrastruktur juga
memegang peranan penting sebagai salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi.
Banten memiliki potensi yang berkembang pesat dalam pengembangan
infrastruktur seperti pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya. Sejak dulu, Banten
8
sudah dikenal sebagai pelabuhan yang dikunjungi oleh para pedagang. Banten
menjadi pelabuhan Kerajaan Sunda sekitar abad ke-12 sampai abad ke-15 sehingga
nama Banten sendiri sudah terdengar di abad ke-12. Banten merupakan pelabuhan
terbesar kedua setelah pelabuhan Sunda Kelapa di Kerajaan Sunda menurut catatan
Tom Pires saat mengunjungi Banten pada Tahun 1513 M.
Provinsi Banten dibagi dua wilayah yaitu Banten Selatan (kabupaten Lebak
dan kabupaten Pandeglang) dan Banten Utara (kabupaten Tangerang, kabupaten
Serang, kota Tangerang, kota Cilegon, kota Serang, kota Tangerang Selatan).
Kedua wilayah diduga mengalami kesenjangan pembangunan antar wilayah karena
perbedaan sumberdaya, struktur keuangan dan ketersediaan infrastruktur. Kondisi
infrastruktur kini dapat terlihat seperti contohnya di Kota Cilegon dan Kota Serang.
9
Kota Cilegon dan Kabupaten Serang memperlihatkan perkembangan infrastruktur
dengan karakter yang sama, yaitu didominasi perkembangan industri, pelabuhan
penyebrangan Merak, dan keberadaan Jalan Tol Jakarta-Merak.
Program yang sedang berjalan ada PTSL atau pembuatan sertifikat tanah.
Adapun program pembangunan infrastruktur pedesaan yang sedang berjalan seperti
di Desa Mandalasari Kecamatan Kaduhejo Kabupatan Pandeglang yaitu pembuatan
pembangunan jalan paving blok dan drainase. Tujuan dari pembangunan tersebut
yaitu untuk memberdayakan masyarakat, membuat jalan nya perekonomian dengan
lancar sehingga masyarakat di Desa bisa sejahtera. Namun saat pembangunan
infrastruktur akan dilakukan masih mengalami kendala, yaitu dari lahan
10
masyarakatnya yang masih sengketa dan ada yang mengizinkan ada yang tidak serta
mengizinkan. Saat ini pembangunan infrastruktur yang dilakukan di daerah
pedesaan umumnya masih terkendala oleh terbatasnya akses masyarakat perdesaan
terhadap pengambilan kebijakan pembangunan yang akan dilakukan di desanya, hal
ini disebabkan oleh minimnya koordinasi atau hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat yang ada di desa terkait masalah pembangunan yang akan dilakukan
pemerintah desa terlihat hanya menjadikan desa sebagai objek pembangunan.
11
masyrakat dalam ilmu pengetahuan, seperti yang sering diketahui biasanya daerah
pedesaan selalu mengalami ketinggalan dalam hal fasilitas pendidikan. Perubahan
dalam sistem pemerintahan membuat perbaikan dalam hal fasilitas pendidikan di
pedesaan seperti tersedianya perpustakaan, buku belajar yang lengkap, dan
komputer. Dengan adanya anak-anak berprestasi di sebuah pedesaan maka bisa
menciptakan sumber daya manusia yang produktif.
Selain itu, masyarakat pedesaan pun semakin banyak yang meiliki rasa ingin
maju. Mereka memiliki kesadaran untuk maju dan berkembang ke arah yang lebih
baik sehingga bisa menerima segala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang masuk ke pedesaaan. Saat ini pun sudah banyak pedesaan yang memiliki SDM
yang berkualitas. Industri, pertanian, dan perkebunan yang semula menggunakan
tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih, itu semua tidak dapat terjadi
tanpa adanya SDM yang berkualitas.
Tak seperti di desa, masyrakat yang tinggal di daerah perkotaan sangat mudah
untuk mengakses internet, dan kemajuan teknologi sangat terasa di daerah
perkotaan, karena segala kegiatan mulai dari perdagangan, pemerintahan, dan
industri, semuanya terpusat di kota. Jadi tak heran apabila perkembangan teknologi
berkembang sangat pesat di daerah perkotaan.
12
e-government. E-government sendiri adalah pemanfaatan teknologi informasi
dalam proses manajemen pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas,
transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan sistem informasi
pemerintah yang menerapkan teknologi informatika dalam pelaksanaan
pemerintahan. Perkembangan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan pemerintah kepada masyarakat dan pihak swasta melalui peningkatan
transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.
Selain itu, di salah satu kota di provinsi banten sendiri sudah menerapkan yang
namanya smart city, yaitu kota tangerang. Dimana Pemerintahan Kota Tangerang,
Pronvinsi Banten dengan inovasi aplikasi baru yang terus dikembangkan, kini
sudah selangkah lebih maju pada level yang lebih advance. sehingga mendapatkan
banyak penghagaan, salah satunya adalah top 99 inovasi Pelayanan Publik dari
Kantor Kemententeri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PANRB). Inovasi ini juga mengantarkan Kota Tangerang terpilih dalam 25
Kabupaten/Kota Gerakan 100 Smart City Indonesia oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kemenkominfo). Termasuk juga berbagai penghargaan dan
pengakuan dari skala Nasional dan Internasional. Bahkan, lebih dari 30 Pemerintah
Daerah/Instansi telah mengadopsi aplikasi Pemkot Tangerang.
Namun dengan itu semua kita jadi mengetahui bahwa terdapat kesenjangan
yang jelas terlihat antara perkembangan IPTEK di pedesaan dengan perkotaan.
Dimana untuk mendapat akses internet saja pedesaan kesulitan, berbeda dengan
perkotaan yang semua serba tersedia. Namun dengan seiring waktu dengan bekerja
samanya antara masyarakat dengan pemerintah, diharapkan perkembangan IPTEK
di masing-masing daerah bisa merata, dan mendapatkan kesempataan yang sama
dalam merasakan perkembangan IPTEK.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdul, H. Malik., Arif Nugroho, dan Ahmad Sururi. (2017). Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Desa Tertinggal Melalui Pemanfaatan IPTEK. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Serang Raya: ResearchGate.
[2] Adon, J. (2017). Sosiologi Perkotaan Memahami Masyarakat Kota dan
Problematikanya.Bandung: CV Pustaka Setia.
[3] Dachlan, dan M. Ali B. 2019. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Baduy di Desa
Kanekes Banten. Jurnal Ilmiah Rinjani, 7(2), 1-10.
[4] Fatah Sulaiman., Asep Ridwan. (2019). Studi Kebantenan dalam perspektif
Budaya dan Teknologi. Serang: Untirta Press.
[5] Mufarrihun, Ahmad. (2019). Strategi Pembangunan Infrastruktur Desa
Mandalasari Kecamatan Kaduhejo Kabupaten Pandeglang. Jurnal KAPemda,
15(9), 62.
[6] Rizka, Agusniar Luthfia. (2013). Menilik Urgensi Desa di Era Otonomi
Daerah. Journal of Rural and Development, 4(2), 136.
[7] Somantri, R.A. 2012. Sistem Gotong Royong pada Masyarakat Baduy di Desa
Kanekes.Provinsi Banten, Jurnal Patanjala,4(1),141-155.