Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR KEARIFAN LOKAL DALAM TRANSAKSI

KEUANGAN DAN BISNIS

Makalah ini
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Kearifan Lokal dalam Transaksi Keuangan dan Bisnis
Dosen Pengampu: Nurudin, SE., MM

Disusun oleh:
Osama Donny Kosasih (1705026077)
Milhatun Nisa’ (1705026081)
Nur Burhanuddin (1705026117)

EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur hanya milik Allah SWT. Hanya karena izin-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kearifan Lokal
dalam Transaksi Keuangan dan Bisnis yang berjudul konsep dasar kearifan lokal
dalam transaksi keuangan dan bisnis. Dalam penyelesaian makalah ini, kami
mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Nurudin, SE., MM selaku dosen mata kuliah Kearifan Lokal dalam
Transaksi Keuangan dan Bisnis.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan semangat dan bantuan, baik moril
maupun materil.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami cukup menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi
harapan berbagai pihak. Amiin.

Semarang, 12 Februari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3

C. Tujuan ................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kearifan Lokal ................................................................................. 4

B. Urgensi Mengenal Kearifan Lokal ..................................................................... 5

C. Implementasi Kearifan Lokal dalam Transaksi Keuangan dan Bisnis ............... 7

D. Toleransi Ekonomi Islam terhadap Kearifan Lokal ........................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Identitas masa dan ruang mempunyai makna penting dalam permasalahan
kebudayaan. Bagi sebuah negara modern seperti Indonesia, bukan hanya
berwujud sebuah unit geopolitik semata, namun dalam kenyataannya senantiasa
mengandung keragaman kelompok sosial dan sistem budaya yang tercermin
pada keanekagaraman kebudayaan suku bangsa. Melalui perjalanan sejarah,
berbagai proses kehidupan manusia telah melahirkan ciri keanekagaraman
bentuk budaya.

Bermodal pada suasana awal hubungan antar kelompok etnis yang tersebar
di seluruh Kawasan nusantara ini. Sehubungan dengan itu, maka pemahaman
terhadap kebudayaan etnik yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal dan
pembahasan terhadap persoalan kesadaran kolektif local yang merefleksikan
identitas suatu kelompok etnik atau bangsa menjadi sangat relevan dalam
kehidupan berbangsa dan negara, tak terkecuali dalam transaksi keuangan dan
bisinis yang memiliki peran penuh dalam keberlangsungan ekonomi yang sehat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kearifan Lokal?
2. Bagaiamana Urgensi Mengenal Kearifan Lokal?
3. Bagaimana Implementasi Kearifan Lokal dalam Transaksi Keuangan dan
Bisnis?
4. Bagaimana Toleransi Ekonomi Islam terhadap Kearifan Lokal?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Kearifan Lokal
2. Mengetahui Urgensi Mengenal Kearifan Lokal
3. Mengetahui Implementasi Kearifan Lokal dalam Transaksi Keuangan dan
Bisnis
4. Mengetahui Toleransi Ekonomi Islam terhadap Kearifan Lokal

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kearifan Lokal


Terminologi kearifan lokal terdiri dari dua kata yang masing-masing
secara umum telah dipahami maknanya. Kearifan sinonim dengan kata
kebijaksanaan, sedangkan lokal berarti setempat. Dalam Bahasa Inggris, istilah
kearifan lokal disebut dengan Local Wisdom (Wijayanto, Kearifan Lokal dalam
Praktik Bisnis di Indonesia, 2012, p. 2). Local berarti setempat, sedangkan
Wisdom sama dengan kearifan atau kebijaksanaan. Adapun definisi kearifan
local menurut beberapa ahli, diantaranya:
a. Samudra mengartikan kearifan lokal sebagai gagasan-gagasan
setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,
yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal
merupakan usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognitif)
untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa
yang terjadi dalam ruang tertentu (Samudra, 2010).
b. Meliono (Meliono, 2011, p. 2) dalam tulisannya “Understanding the
Nusantara Thought and Local Wisdom as an Aspect of the Indonesian
Education” mengemukakan bahwa kearifan lokal di Indonesia
merupakan bentuk ekspresi dari suku-suku yang ada di Indonesia,
dimana orang-orang melakukan kegiatan dan berperilaku sesuai dengan
gagasan yang akhirnya menghasilkan karya-karya tertentu.
c. Dalam Kamus Inggris Indonesia I. Markus Willy P. S. Pd, M. Dikkie
Darsyah S. Pd dan Mieke Ch, local berarti setempat, sedangkan
wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka
local wisdom (kearifan setempat atau kearifan lokal) dapat dipahami
sebagai, gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya (Yulianti, 2010, p. 104).

4
Jadi, kearifan lokal dapat diartikan sebagai kebiasaan-kebiasaan, aturan, dan
nilai-nilai sebagai hasil dari upaya kognitif yang dianut masyarakat tertentu atau
masyarakat setempat yang dianggap baik dan bijaksana, yang dilaksanakan dan
dipatuhi oleh masyarakat tersebut.
Sementara Poespowardojo dalam karyanya “Pengertian Local Genius dan
Relevansinya dalam Modernisasi” menyebutkan bahwa sifat-sifat hakiki kearifan
lokal adalah (Brata, Kearifan Budaya Lokal Perekat Identitas Bangsa, 2016, p. 11):
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
3. Mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur-unsur budaya luar ke
dalam kebudayaan asli
4. Mampu mengendalikan
5. dan mampu memberikan arah pada perkembangan budaya
Atas dasar itu kearifan lokal dapat dimaknai sebagai kebijakan manusia dan
komunitas dengan bersandar pada filosofi, nilai-nilai, etika, cara-cara, dan perilaku
yang melembaga secara tradisional mengelola berbagai kebutuhan hidup (Brata,
Kearifan Budaya Lokal Perekat Identitas Bangsa, 2016, p. 11).
B. Urgensi Mengenal Kearifan Lokal
Sudah suatu keniscayaan apabila zaman dan peradaban itu akan berubah dan
berkembang. Bahkan perubahan dan pengembangan ini meliputi segala aspek
kehidupan. Salah satunya pada perabadan sekarang, kehidupan manusia
disuguhkan dengan ide-ide sosial baru yang berskala multinasional yakni
cangkupan wilayahnya adalah seluruh dunia yang bernama modernisasi dan
globalisasi. Dua hal ini masuk dengan membawa gebrakan yang berpengaruh
kepada etik baru yakni ‘four T Revolution (Telecommunication, Transformation,
Trade, Tourism) membawa perilaku dan kultur baru yang bersifat penyamaan
perilaku manusia diberbagai tempat. Gebrakan four T Revolution ini mampu sedikit
menyalahi dasar awal yang mana kehidupan manusia ini tidaklah statis, sehingga
dengan berbagai macam perbedaan di tiap-tiap tempat membuat perilaku manusia
semakin dinamis dalam menanggapi problema-problema yang ada. akan tetapi
hadirnya Modernisasi dan Globalisasi secara bersamaan dan melahirkan Four T

5
Revolution ini membuat masyarakat dikancah internasional hampir-hampir
memiliki perilaku hidup yang sama. (Brata, Kearifan Budaya Lokal Perekat
Identitas Bangsa, 2016, hal. 10)

Sebagai Bangsa yang mendapati perjalanan hidup yang Panjang, Bangsa


indonesia adalah bangsa yang besar dan memiliki kebudayaan yang
beranekaragam, kekayaan kultur, dan budi luhur tinggi menemui permasalahannya
yang mampu mengkikis nilai-nilai kearifan lokal tersebut. Hadirnya Globalisasi
membuat Skat antar negara atau antar peradaban seolah tidaklah berbeda, hal ini
membuat bangsa indonesia perlu menunjukkan sisi yang ia punya agar tidak
tergerus arus modernisasi yang mampu membuat indonesia tunduk kepada
peradaban barat sebagai kiblat gaya hidupnya. (Brata, Kearifan Budaya Lokal
Perekat Identitas Bangsa, 2016, hal. 10)

Selain hal itu, manfaat dari mempertahankan jati diri bangsa dengan
menjunjung tinggi local wishdom dapat kita ketahui sebagai berikut:

a. kearifan lokal sebagai metode dalam mempertahankan eksistensi geopolitik


indonesia dalam menghadapi efek buruk ideologi luar Seperti adu domba,
separatisme, rasisme, dan lain-lain. (Khotimah, 2018)
b. Kearifan lokal sebagai sarana Pendidikan Karakter demi tercapainya Pribadi
yang Mulia. (Jati, 2013)
c. Kearifan Lokal sebagai sarana penguatan ekonomi lokal melalui pariwisata.
(Jupir, 2013) dan lain sebagainya.

Local Wishdom atau yang juga disebut dengan Local Genius lahir dari
perilaku masyarakat sejak dahulu salah satunya sebagai sarana untuk
mempertahankan hidup, bersosial, dan perilaku hidup lainnya. sehingga wajar saja
apabila Kearifan Lokal dapat ditemui disetiap sendi kehidupkan tidak hanya sebatas
upacara-upacara adat saja. Begitu luasnya bahkan dapat ditemui juga dalam praktik-
praktik ekonomi.

6
C. Implementasi Kearifan Lokal dalam Transaksi Keuangan dan Bisnis
Kegiatan Ekonomi adalah suatu keharusan dan melekat pada pribadi
manusia. Peraktik tentang perekonomian sebenarnya sudah dilakukan manusia
sejak zaman dahulu sebelum manusia mengenal tulisan. Pada masa berikutnya,
manusia sudah medapati perkembangan budaya dan perabadan yang lebih maju,
kemajuan itu terus bertambah dan terus mendapat perbaikan seiring dengan
berjalannya waktu dan kebutuhan yang cangkupannya makin meluas. Kebiasaan
berekonomi ini terus dilakukan hingga saat ini berdampingan dengan
berkembangnya dan makin majunya gagasan-gagasan globalisasi dan modernisasi
yang mempengaruhi seluruh sendi kehidupan.

Kearifan Lokal dalam hal Transaksi Keuangan dan Bisnis menjadi salah satu
cabang dari Budaya luhur yang dimiliki Masyarakat Indonesia yang juga Perlu
dilestarikan. Karena banyak dari bentuk-bentuk transaksi ini dirasa lebih cocok bagi
masyarakat daerah daripada sistem modern (kapital) karena dirasa lebih humanis.
berikut Bentuk-bentuk transaksinya yang dapat penulis rangkum:

1. Local Wishdom pada masyarakat Gili kecamatan Sumberasih, Probolinggo,


Jawa Timur.
Masyarakat gili pada umumnya bermata pencaharian sebagai Nelayan,
dalam kesehariannya terdapat beberapa Kearifan Lokal yang dapat dilihat
dari aktivitas ekonomi masyarakat gili ketapang. Dilihat dari Manajemen
Kontrak Kerja, masyarakat gili ketapang sudah biasa dengan istilah bagi
hasil. Untuk kegiatan Perburuan ikan, biasa diterapkan hubungan antara
buruh nelayan (pandega) dengan juragan (pemiliki properti nelayan),
pendapatan hasil menangkap ikan katakan Rp. 900.000,00. sebelum dibagi
antara Pandega dan Juragan, maka akan dipotong biaya melaut, katakan Rp.
200.000,00. Sisa Rp.700.000 akan diambil katakan pula Rp.300.000,00
untuk Juragan, dan sisa Rp. 400.000,00 menjadi bagian Pandega. Selain itu,
apabila Pandega memiliki hutang kepada juragannya, Pandega tidak boleh
berganti juragan. Ada pula Onjem dan Rumpon, salah satu trik khas
masyarakat Gili ketapang untuk meningkatkan hasil buruannya dengan cara

7
memasang perangkap ikan khas gili ketapang di antara terumbu-terumbu
karang. (Juniarta, Susilo, & Primyastanto, 2013)
2. Local Genius pada Kabupaten Manggarai Barat. Kabupaten Manggarai
Barat memiliki suatu potensi daerah yang dapat dimanfaatkan
keberadaannya yakni Pariwisata berbasis Kebudayaan. Pariwisata ini
diadakan dengan kombinasi kerja dari Pemerintah, warga sekitar, dan
pengembang. Kegiatan yang terselenggara dalam pariwisata Manggarai
Barat ini antara lain Pentas seni dan parodi kebudayaan, Pagelaran Budaya,
Perekaman suara dan Gambar (mbata, sanda, danding, dan korong). Serta
dalam memajukannya terdapat banyak gerakan sebagai pendorong potensi
daerah ini makin berkembang diantaranya adalah Seminar Kebudayaan,
Revitalisasi lembaga-lembaga adat, pembentukan dewan kesenian.
Hadirnya pariwisata ini menjadi suatu mata pencaharian khusus bagi
beberapa warga disana khususnya aktivis kesenian. (Jupir, 2013)
3. Kearifan lokal yang dijunjung sebagai falsafah dalam berbisnis juga banyak
didapati dan tersebar di banyak penjuru negeri. Khususnya yang paling
mencolok adalah Suku Jawa, Bugis, Minang, dan Madura. Masing-masing
memiliki etos kerja yang kuat sebagai bentuk kearifan lokal dalam hal
prinsip hidup / falsafah hidup. Orang jawa mengangkat konsep ‘alon-alon
penting kelakon’ dewasa ini kata mutiara ini sangat disalahartikan sebagai
penundaan suatu pekerjaan, padahal nilai moral yang terkadung bukanlah
demikian. kata mutiara tersebut bermakna sebagai dorongan untuk manusia
agar teliti dan bijak dalam menentukan langkah menghadapi suatu
permasalahan, tidak tergesa-gesa dan terencana. Bagi masyarakat Madura,
mereka memegang teguh falsafah hidup abantal omba’ asapo’ angin
(Berbantal Ombak dan Berselimut angin), ini memiliki makna orang
madura tak kenal lelah dalam berusaha dan memaksimalkan etos kerja
mereka. Sementara Etos Kerja pada Masyarakat bugis dapat dilihat dari nilai
luhur prinsip mereka Lempu’ (Jujur), Warani (Berani), Acca (Cerdas),
Getteng (Integritas), Sipakatau (Humanis). (Wijayanto, Kearifan Lokal
dalam Praktik Bisnis di Indonesia, 2012)

8
4. Kearifan Lokal di Indonesia juga sangat mencolok dibidang Kulinernya,
lihat saja bahwa Rendang menempati peringkat pertama makanan dunia
yang paling digemari. Selain rendang banyak juga kearifan lokal berbentuk
kuliner di Indonesia antara lain Nasi Rawon, Soto Betawi, Gudeg, Ampang,
empek-empek, kue Puthu’, dan masih banyak lagi. Banyaknya aneka ragam
makanan khas ini juga menjadi bentuk keragaman identitas dari etnis-etnis
yang ada di seluruh penjuru nusantara. Kearifan lokal dari bidang kuliner
inilah menjadi salah satu peluang bisnis yang paling mainstream di
Indonesia. (Zahrulianingdyah, 2018)
D. Toleransi Ekonomi Islam terhadap Kearifan Lokal
Ekonomi Islam di Indonesia secara riil sudah dilaksanakan dalam kehidupan
masyarakat muslim pada tingkat keluarga. Bahkan komunitas muslim tertentu telah
menjalankan tata cara pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan penuh kearifan dan
kebijaksanaan. Nilai-nilai wisdom (kearifan) tersebut dijadikan acuan di dalam
melakukan kegiatan ekonomi. Dalam hal ini, ekonomi Islam difahami sebagai tata
cara pemenuhan kebutuhan hidup yang orientasinya didasarkan pada aturan
syari’ah Islam untuk pencapaian keridhaan Allah Swt (Yulianti, 2010, p. 107).
Kearifan lokal dalam perspektif hukum ekonomi Islam sendiri adalah ’urf.
Secara etimologi ’urf berarti baik, kebiasaan dan sesuatu yang dikenal. ‘Urf sering
diartikan dengan segala sesuatu yang sudah saling dikenal di antara manusia yang
telah menjadi kebiasaan atau tradisi, baik bersifat perkataan, perbuatan atau dalam
kaitannya dengan meninggalkan perbuatan tertentu.14 ‘Urf tidak terjadi pada
individu tetapi merupakan kebiasaan orang banyak atau kebiasaan mayoritas suatu
kaum dalam perkataan atau perbuatan. ‘Urf bukan kebiasaan alami, tetapi muncul
dari praktik mayoritas umat yang telah mentradisi (Yulianti, 2010, p. 106).
Penerimaan ’urf suatu komunitas maupun daerah setempat sebagai bagian
yang menyatu dari suatu sistem hukum, sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsipprinsip hukum ekonomi Islam, maka dibolehkan dalam Islam. Penetapan
hukum atas fenomena ekonomi dari pengalaman suatu masyarakat atau kawasan
tertentu yang lebih dikenal dengan kearifan lokal, dalan kajian ilmu ushul fiqh para
ulama mendasarkan kepada kaidah Al ’Adah Muhakkamah (Yulianti, 2010, p. 107).

9
Di Indonesia terdapat banyak kearifan lokal di bidang ekonomi yang telah
diimplementasikan oleh masyarakat maupun upaya pengembangan ekonomi Islam
yang bisa dilakukan oleh lembaga keuangan syari’ah. Sebagai contoh dalam praktik
bagi hasil. Praktik-praktik bagi hasil dalam komunitas-komunitas adat ditentukan
oleh prinsip-prinsip ekonomi yang dianut masing-masing komunitas adat (Yulianti,
2010, p. 108).
Salah satu contoh kearifan lokal yang diterima dalam ekonomi islam yakni
kasus kontrak kerja di Desa Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih, Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur. Kilasnya transaksi ini jika ditelaah dapat menggunakan
musyarkah mutanaqishah. Ketika antara juragan dan pandega, apabila pandega
memiliki hutang kepada juragan, si pandega tidak memiliki hak untuk ikut kerja
atau berpindah juragan sebelum hutang yang dimilikinya dilunasi. Kemudian dari
segi pembagian hasil. Misalkan tangkapan setelah diungkan mendapatkan 1 juta
rupiah, maka pertama dipotong biaya melaut, semisal Rp200.000 sedangkan sisa
Rp800.000 dibagi anatara juragan dengan pandega. Bagian pandega nantinya masih
dipotong untuk mencicil hutang kepada juragan tersebut (Hagi Primadasa Juniarti,
Edi Susilo, Mimit Primyastanto, 2013, p. 18).

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kearifan lokal merupakan kebiasaan-kebiasaan, aturan, dan nilai-nilai
sebagai hasil dari upaya kognitif yang dianut masyarakat tertentu atau masyarakat
setempat yang dianggap baik dan bijaksana, yang dilaksanakan dan dipatuhi oleh
masyarakat tersebut. Terdapat berbagai nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi
landasan bagi berbagai praktik bisnis di Indonesia. Nilai-nilai tersebut umumnya
bervariasi menurut etnik mengingat bahwa Indonesia terdiri dari berbagai
sukubangsa. Pun penerapannya dalam ekonomi islam dilandaskan dengan kaidah
syariah yang telah ada.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu kami meminta kritik dan saran untuk evaluasi agar dalam
penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik dari makalah sebelumnya. Kritik
dan saran yang diberikan mampu memotivasi kami untuk terus belajar. Dan semoga
makalah yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi teman-teman semua dan para
pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Brata, I. B. (2016). Kearifan Budaya Lokal Perekat Identitas Bangsa. Jurnal Bakti
Saraswati Vol. 5 No. 01, 10.

Jati, W. R. (2013). Kearifan Lokal Sebagai Resolusi Konflik Keagamaan.


Walisongo Vol. 21 No. 2, 393-416.

Juniarta, H. P., Susilo, E., & Primyastanto, M. (2013). Kajian Profil Kearifan
Lokal Masyarakat Pesisir Pulau gili Kecamatan Sumberasih Kabupaten
Probolinggo Jawa Timur. Economic and Social of Fisheries and Marine
Journal, 11-25.

Jupir, M. M. (2013). Implementasi Kebijakan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal


(Studi di Kabupaten Manggarai Barat). Journal of Indonesian Tourism and
Development Studies, 28-37.

Khotimah, K. (2018). Membangun kekuatan pertahanan melalui pengelolaan


energi terbarukan berbasis kearifan lokal masyarakat. Jurnal Pertahanan
dan Bela Negara Vol. 8 No. 3, 25-46.

Meliono, I. (2011). Understanding The Nusantara Thought and Local Wisdom.


International Journal for Historical Studies, 2.

Samudra, A. A. (2010, Juli 31). Pertimbangan Kearifan Lokal dalam Prespektif


Administrasi Publik dan Public Finance. (G. B. Bali, Performer) Pidato
Pengukuhan Guru Besar Universitas Ngurah Rai Balu, Bali, Ngurah Rai,
Ngurah Rai.

Wijayanto, A. (2012). Kearifan Lokal dalam Praktik Bisnis di Indonesia.


Administrasi Bisnis FISIP Universitas Diponegoro, 2.

Wijayanto, A. (2012). Kearifan Lokal dalam Praktik Bisnis di Indonesia. Forum


Vol. 40 No. 2, 1-7.

Yulianti, R. T. (2010). Ekonomi Islam dan Kearifan Lokal. FIAI Universitas


Islam Indonesia Yogyakarta, 104.

Zahrulianingdyah, A. (2018). Kuliner Sebagai pendukung Industri Pariwisata


Berbasis Kearifan Lokal. TEKNOBUGA Vol. 6 No. 1, 1-9.

12

Anda mungkin juga menyukai