Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Kearifan Lokal Sebagai Aset dan Cerminan Budaya Bangsa


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ekonomi Budaya dan Kearifan Lokal
Dosen Pengampu: Sokhikhatul Mawadah, M.E.I

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Nisaul Layyinah 2005026053


2. Abraham Zahir Ali 2005026055
3. Muhamad Saiful Muslim 2005026096

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


segala puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya diakhirat nanti, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah
mata kuliah Keuangan Publik Islam dengan judul “KEARIFAN LOKAL SEBAGAI
ASET DAN CERMINAN BUDAYA BANGSA”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Terima kasih kepada pihak yang turut memberi bantuan kepada penulis sehingga
tercapainya makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semarang, 18 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan Masalah .........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Hubungan Kearifan Lokal dengan Kebudayaan .......................................3
B. Kearifan Lokal sebagai Aset Budaya Bangsa ...........................................5
C. Kearifan Lokal sebagai Pembentukan Karakter ........................................6
D. Kearifan Lokal dalam Konteks Indonesia Kekinian .................................9
E. Dampak Globalisasi terhadap Pelestarian Kearifan Lokal ......................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................13
B. Saran ........................................................................................................14

Konten Unity Of Science ......................................................................................15


DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan Indonesia berakar dari budaya etnik (lokal) di Indonesia yang
memiliki keberagaman. Pantaslah motto “Bhineka Tunggal Ika” menjadi bingkai dalam
memahami isi (nilai) kebudayaan ini. Berkaitan dengan tujuan inilah sangat penting
dipupuk rasa persatuan dalam pembinaaan dan pengembangan kebudayaan Indonesia
untuk memahaminya lewat pendekatan kebudayaan se-Indonesia.
Multikulturalisme dapat dimaknai sebagai sebuah kepercayaan yang menyatakan
bahwa kelompok-kelompok etnik atau budaya (ethnic and cultural groups) dapat hidup
berdampingan secara damai dalam prinsip co-existence yang ditandai oleh kesediaan
menghormati budaya lain. Multikulturalisme juga merupakan sebuah formasi sosial
yang membukakan jalan bagi dibagunnya ruang-ruang bagi identitas yang beragam dan
sekaligus jembatan yang menghubungkan ruang-ruang itu untuk sebuah integrasi
(Sparingga, 2003).
Dengan berpegang pada prinsip bahwa tiada masyarakat dan kebudayaan yang
bersifat statis, maka dalam perspektif kultural, secara garis besar masyarakat dan
kebudayaan lokal telah bergerak secara dinamis. Namun hadirnya Four T Revolution
(Telecommunication, Transformation, Trade, Tourism) telah memunculkan
kecenderungan baru di era globalisasi, seperti terjadinya kesamaan atau homogenitas
budaya antara daerahatau negara, akibatnya sekat antar negara menjadi kabur. Dalam
kaitan ini setiap individu atau masyarakat tentu tidak ingin kehilangan jati dirinya atau
tercerabut dari akar budaya yang dimilikinya. Berbicara tentang jatidiri bangsa atau
identitas suatu kelompok etnik tertentu tampaknya dapat ditelusuri dari tradisi yang
dimiliki oleh kelompoketnik bersangkutan (Giddens, 2003). Sehubungan dengan itu,
maka pemahaman terhadap kebudayaan etnik yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal
dan pembahasan terhadap persoalan kesadaran kolektif lokal yang merefleksikan
identitas suatu kelompok etnik atau bangsa menjadi sangat relevan diangkat
kepermukaan seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa hubungan kebudayaan dengan kearifan lokal?
2. Apa yang dimaksud kearifan sebagai aset budaya bangsa?
3. Apa yang dimaksud kearifan lokal sebagai pembentukan karakter?
4. Bagaimana kearifan lokal dalam konteks kekinian?
5. Bagaimana dampak globalisasi terhadap pelestarian kearifan lokal?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian makalah ini antara lain:
1. Agar pembaca mengetahui apa hubungan kebudayaan dengan kearifan lokal
2. Agar pembaca mengetahui maksud dari kearifan lokal sebagai aset budaya
bangsa
3. Agar pembaca mengetahui maksud dari kearifan lokal sebagai pembentukan
karakter
4. Agar pembaca mengetahui bagaimana kearifan lokal dalam konteks kekinian
5. Agar pembaca mengetahui bagaimana dampak globalisasi terhadap
pelestarian kearifan lokal

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Kearifan Lokal dengan Kebudayaan


1. Pengertian Kearifan Lokal
Pengertian kearifan lokal menurut kamus bahasa Inggris Indonesia, terdapat
dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local maksudnya setempat
dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom
bisa dimengerti sebagai pikiran-pikiran, nilai-nilai, pandangan-pandangan
setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam
juga dibarengi oleh anggota masyarakatnya.
Sementara itu, keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah seluruh
bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan juga adat kebiasaan
atau etika yang mengarah perilaku manusia dalam kehidupan didalam komunitas
ekologis.
Selanjutnya francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa kearifan lokal
merupakan kepandaian dan usaha-usaha pengelolaan alam semesta dalam
menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai
bencana dan kendala juga keteledoran manusia.
Secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem pengetahuan
masyarakat lokal/pribumi (indigenous knowledge systems) yang bersifat empirik
dan pragmatis. Bersifat empirik karena hasil olahan masyarakat secara lokal
berangkat dari fakta-fakta yang terjadi di sekeliling kehidupan mereka.
Bertujuan pragmatis karena seluruh konsep yang terbangun sebagai hasil olah
pikir dalam sistem pengetahuan itu bertujuan untuk pemecahan masalah sehari-
hari (daily problem solving).
2. Pengertian Kebudayaan
Budaya lokal (juga sering disebut budaya daerah) merupakan istilah yang
biasanya digunakan untuk membedakan suatu budaya dari budaya nasional
(Indonesia) dan budaya global. Budaya lokal adalah budaya yang dimiliki oleh
masyarakat yang menempati lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari

3
budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain.
Permendagri Nomor 39 Tahun 2007 pasal 1 mendefinisikan budaya daerah
sebagai “suatu sistem nilai yang dianut oleh komunitas atau kelompok
masyarakat tertentu di daerah, yang diyakini akan dapat memenuhi harapan-
harapan warga masyarakatnya dan di dalamnya terdapat nilai-nilai, sikap
tatacara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupan warga
masyarakatnya”.
Di Indonesia istilah budaya lokal juga sering disepadankan dengan budaya
etnik/ subetnik. Setiap bangsa, etnik, dan sub etnik memiliki kebudayaan yang
mencakup tujuh unsur, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan
kesenian.
Dari definisi-definisi itu, kita dapat memahami bahwa kearifan lokal adalah
pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan
hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya
dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa
bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda,
nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat.
Elly Burhainy Faizal mencontohkan beberapa kekayaan budaya, kearifan
lokal di Nusantara yang terkait dengan pemanfaatan alam yang pantas digali
lebih lanjut makna dan fungsinya serta kondisinya sekarang dan yang akan
datang. Kearifan lokal terdapat di beberapa daerah:
a. Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Gunung
Erstberg dan Grasberg dipercaya sebagai kepala mama, tanah dianggap
sebagai bagian dari hidup manusia. Dengan demikian maka pemanfaatan
sumber daya alam secara hati-hati.
b. Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali
Kelestarian lingkungan terwujud dari kuatnya keyakinan ini yaitu tata nilai
tabu dalam berladang dan tradisi tanam tanjak.
c. Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat.
Masyarakat ini mengembangkan kearifan lingkungan dalam pola penataan
ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan memanfaatkannya.

4
Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan menetapkan masa bera, dan
mereka mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada
teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan.
d. Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh Jawa Barat.
Mereka mengenal upacara tradisional, mitos, tabu, sehingga pemanfaatan
hutan hati-hati. Tidak diperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijin sesepuh
adat.
e. Bali dan Lombok, masyarakat mempunyai awig-awig.

Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional


pada suatu tempat, dalam kearifan lokal tersebut banyak mengandung suatu
pandangan maupun aturan agar masyarakat lebih memiliki pijakan dalam
menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat sehari-hari. Pada
umumnya etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan
turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara
lain dalam bentuk pepatah dan peribahasa, folklore), dan manuskrip (Suyono
Suyatno, 2013). Kearifan lokal yang diajarkan secara turun-temurun tersebut
merupakan kebudayaan yang patut dijaga, masing-masing wilayah memiliki
kebudayaan sebagai ciri khasnya dan terdapat kearifan lokal yang terkandung di
dalamnya. Pembentukan dan perkembangan budaya sangat mempengaruhi jati diri
bangsa, kesatuan masyarakat berperan serta dalam pembentukkannya.
Menurut Edi Sedyawati (2010: 328), menjelaskan di dalam masing-masing
kesatuan kemasyarakatan yang membentuk bangsa, baik yang berskala kecil
ataupun besar, terjadi proses-proses pembentukan dan perkembangan budaya yang
berfungsi sebagai jati diri bangsa tersebut.

B. Kearifan Lokal Sebagai Aset Budaya Bangsa


Dari sisi etnis dan budaya daerah sejatinya menunjuk kepada karaktreristik
masing-masing keragaman bangsa Indonesia. Pada sisi yang lain, karakteristik itu
mengandung nilai-nilai luhur memiliki sumber daya kearifan, di mana pada masa-
masa lalu merupakan sumber nilai dan inspirasi dalam strategi memenuhi
kebutuhan hidup, mempertahankan diri dan merajut kesejehteraan kehidupan
mereka. Artinya masing-masing etnis itu memiliki kearifan lokal sendiri, seperti

5
etnis Lampung yang dikenal terbuka menerima etnis lain sebagai saudara (adat
muari, angkon), etnis Batak juga terbuka, Jawa terkenal dengan tata-krama dan
perilaku yang lembut, etnis Madura dan Bugis memiliki harga diri yang tinggi, dan
etnis Cina terkenal dengan keuletannya dalam usaha. Demikian juga etnis-etnis lain
seperti, Minang, Aceh, Sunda, Toraja, Sasak, Nias, juga memiliki budaya dan
pedoman hidup masing yang khas sesuai dengan keyakinan dan tuntutan hidup
mereka dalam upaya mencapai kesejehtaraan berasma. Beberapa nilai dan bentuk
kearifan lokal, termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya dan kepercayaan yang ada
sebagian bahkan sangat relevan untuk diaplikasikan ke dalam proses pembangunan
kesejahteraan masyarakat.

Keanekaragaman budaya daerah tersebut merupakan potensi sosial yang dapat


membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta
merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu
daerah. Di samping itu, keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan
kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Seiring dengan
peningkatan teknologi dan transformasi budaya ke arah kehidupan modern serta
pengaruh globalisasi, warisan budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat adat
tersebut menghadapi tantangan terhadap eksistensinya. Hal ini perlu dicermati
karena warisan budaya dan nilai-nilai tradisional tersebut mengandung banyak
kearifan lokal yang masih sangat relevan dengan kondisi saat ini.

C. Kearifan Lokal Sebagai Pembentuk Karakter Bangsa


Kearifan lokal adalah bentuk kearifan daerah setempat yang mengandung ide
pemikiran dan pengetahuan domestik yang memiliki sifat penuh kearifan, bijaksana
mempunyai nilai baik, berbudi luhur dan dijadikan pedoman serta dilakukan oleh
masyarakat sekitar.

Konsep dalam kearifan lokal adalah:


(a) Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan yang kemudian diendapkan
menjadi panduan seseorang dalam bertingkah laku,
(b) Kearifan lokal menggambarkan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari
lingkungan pemiliknya ,

6
(c) Kearifan lokal berguna sebagai benteng dari iklim global yang yang sedang
mewabah dalam kehidupan,
(d) Kearifan lokal merupakan produk buatan manusia yang digunakan dalam
mempertahankan hidup.
Sementara karakter yakni suatu halyang dimiliki oleh masing - masing individu
yang bisa dijadikan sebagai ciri khas kepribadian seseorang dan diguanakan sebagai
pembeda atara orang satu dan orang lainnya. Kegunaan ciri khas tersebut sebagai
alat untuk bekerjasama dan hidup dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Peranan kearifan lokal dalam pembentukan karakter bangsa cukup penting, karena
pembentukan karakter itu sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan. dan dengan
menerapkan nilai kearifan lokal akan membentuk karakter yang baik.
Nilai - nilai karakter dan budaya bangsa berasal dari teori - teori pendidikan,
nilai – nilai sosial budaya, pedoman religi, psikologi pendidikan serta suatu
pengalaman yang paling baik dan praktek nyata yang diterapkan pada kehidupan
sehari - hari (Zubaedi, 2011).
Menurut Wibowo (2012) Kemendiknas memaparkan delapan belas nilai dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa, yakni:
1) Relegius, Sikap patuh dalam menjalankanajaran agama.
2) Jujur, Perilaku yang berupaya supaya dirinya pantas untuk diberi amanat.
3) Toleransi, Sikap tenggang rasa terhadap adanya perbedaan.
4) Disiplin, Merupakan suatu perilaku yang menunjukkan sikap tertib.
5) Kerja keras, Sikap yang menunjukkan keulet atau kesungguh – sungguhan.
6) Kreatif, Berpikir dan melakukan hal - hal yang bisa menghasilkan suatu karya.
7) Mandiri, Perilaku yang tidak mengandalkan belas kasih orang lain.
8) Demokratis, Menganggap sama semua hak dan kewajiban yang dimiliki oleh
dirinya maupun orang lain.
9) Rasa ingin tahu, Suatu perilaku yang menununjukkan rasa penasarannya
10) Semangat berkebangsaan, Mengutamakan kepentingan bangsa.
11) Cinta tanah air, Wujud sikap yang menggambarkan kesetian dan
perhatian terhadap bangsanya.
12) Menghargai prestasi, Perilaku menghargai kesuksesan orang lain.

7
13) Bersahabat dan komunikatif, Tingkah laku yang menunjukkan pribadi
yang supel atau mudah bergaul.
14) Cinta damai, Sikap yang menimbulkan kenyamanan pada orang lain.
15) Gemar membaca, Hobi membaca.
16) Peduli lingkungan, Sikap selalu melindungi lingkungannya dan
mencegahnya dari kerusakan.
17) Peduli social, Sikap rasa kemanusian terhadap orang lain.
18) Tanggung jawab Perilaku selalu melaksaknakan tugas dengan baik.

Langkah Membangun Karakter Bangsa


Dengan demikian upaya yang harus dilakukan untuk membangun karakter bangsa
dapat dilakukan antara lain melalui langkah- langkah berikut:
a. Menggali potensi pada diri
Yaitu dengan melakukan evaluasi dan juga seleksi dari nilai dan macam-macam
norma yang terunggul untuk dikembangkan mendorong dan meningkatkan
karakteristik suatu bangsa.  Tiga nilai atau karakterteristik strategis yang
mungkin perlu dikembangkan yakni, adil, tanggung jawab, dan sifat jujur. Bila
Indonesia berhasil mengembangkan ketiga karakter ini, akan tumbuh masyarakat
saling percaya (high trust society)  dan kredibilitas Indonesia akan meningkat di
mata internasional. Menurut Pramoeda (2013) pentingnya penggunaan akan dan
sikap pemberani sebagai persyaratan terjadinya perubahan. Pramodya pun
menunjuk generasi muda sebagai seseorang yang mampu menjadi mesin
penggerak perubahan dan pembaharuan. Selain sikap yang disebutkan ini, tentu
banyak lagi sikap luhur lain yang dapat digali dalam masyarakat Indonesia.
Beragam kearifan lokal seperti tingginya penghargaan terhadap seni dan
kesukaan pada gotong-royong, dapat menjadi bagian penting untuk mendukung
perubahan dengan begitu manfaat organisasi dalam masyarakat sangat
dibutuhkan.
b. Upaya mengembangkan karakter luhur
Hal itu hanya akan terjadi bila dalam masyarakat terjadi proses komunikasi yang
sehat di dalam anggota-anggotanya. Interaksi sehat terlaksana jika tiap pihak
menjalankan prinsip persamaan derajat, kesamaan atas keterlibatan dan

8
keterbukaan. Langkah membangun interaksi sehat ini memerlukan pemahaman
dan latihan yang terus menerus. Bila hal ini berhasil dilakukan akan terbangun
komunitas yang anggota-anggotanya memiliki jalinan hubungan erat. Sikap
luhur seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan toleran sebagaimana
disebutkan sebelumnya akan tumbuh subur dalam lingkungan masyarakat yang
memiliki interaksi sehat.
c. Jalur-jalur interaksi sehat
jalur interaksi sehat merupakan benih tumbuhnya karakter komunitas yang
responsif. Apa itu komunitas responsif? Yaitu menandai para komunitas yang
tidak respresif bagi warganya seperti halnya memaksakan aturan, nilai
dan macam-macam norma yang dianut dalam lingkungan komunitas itu
sehingga hak-hak individu dan hak kewajiban warga negara dalam UUD
1945 Bentuk komunitas responsif mengacu pada prinsip keseimbangan antara
kedua kecenderungan itu dengan menghindari terbentuknya lingkungan yang
bersifat represif terhadap warga dan pada saat yang sama juga menolak
individualisme yang cenderung menghancurkan kebersamaan sehingga hal
tersebut bisa menjadi penyebab lunturnya bhineka tunggal ika.

D. Kearifan Lokal dalam Konteks Kekinian


Karakter dan identitas budaya Indonesia terbentuk dari keanekaragaman budaya
dari berbagai daerah. Keanekaragaman budaya ini menjadi kekayaan intelektual
dan warisan budaya yang perlu dilestarikan. Identitas, harkat dan martabat manusia
terbentuk dari kearifan lokal yang terdiri dari gagasan yang berlaku dan nilai-nilai
kearifan lokal dan konsepsi. Kearifan ini dilakukan secara turun-temurun menjadi
tradisi (ajeg) dan oleh masyarakatnya. Namun dari perspektif lain, seiring
perkembangan peradaban manusia terjadi pergeseran makna. Manusia modern
menganggap tradisi adalah sesuatu yang ketinggalan zaman, dan tidak perlu
dipraktekkan lagi. Akibatnya, rantai hubungan antara alam-tradisi-artefak fisik
menjadi terputus. Tulisan ini bertutur tentang bagaimana kearifan lokal mengalami
makna karena perkembangan jaman. Kearifan lokal perlu dimaknai kembali dengan
menerapkannya dalam kehidupan modern. keberadaannya masih perlu
dipertahankan dengan memaksimalkan peran arsitek dalam merancang gubahan

9
massa dan lingkungannya agar tidak kehilangan identitas setempat. Dahulu
Kebudayaan Nusantara terbentuk dari rangkaian kebudayaan daerah atau etnis yang
berbeda-beda, meliputi bahasa, nilai-nilai, simbol-simbol, dan tradisi yang unik.
Kebudayaan tersebut mengalami proses yang panjang dan mengakar dalam sistem
sosial kemasyarakatan, seperti sistem kepercayaan, bahasa daerah, agama, karya
seni, pengetahuan, norma, termasuk juga budaya bermukim (Meliono, 2011).
Namun pada saat ini, identitas arsitektur Indonesia semakin tergerus oleh
perkembangan arsitektur dunia, terutama dari Eropa dan Amerika. Abel (1997)
menegaskan identitas yang dimaksud adalah jati diri yang menunjukkan suatu
keunikan. Oleh karena itu, memperkuat identitas arsitektur Indonesia yang
diperlukan melalui pengetahuan tentang budaya arsitektur Indonesia itu sendiri.
Menurut Prijotomo (2013), memperkuat pengetahuan tersebut dapat dilakukan
dengan mengubah pola pikir bahwa arsitektur Indonesia berada sejajar dengan
arsitektur Eropa dan Amerika. Dalam dunia pendidikan arsitektur di Indonesia juga
perlu mengubah haluan dari Barat ke Timur. Dengan demikian, dalam pendidikan
arsitektur Indonesia, kearifan lokal yang telah menjadi tradisi-fisik-budaya
(Soedigdo, dkk., 2014) dan dipraktekkan dari generasi ke generasi menjadi sesuatu
yang esensial (Antariksa, 2009). Tulisan ini bertutur tentang bagaimana kearifan
lokal mengalami pergeseran makna karena perkembangan jaman. Kearifan lokal
perlu dimaknai kembali dengan menerapkannya dalam kehidupan modern.
keberadaannya masih perlu dipertahankan dengan memaksimalkan.

E. Dampak Globalisasi terhadap Pelestarian Kearifan Lokal


Kehadiran globalisasi memberikan dampak positif dalam perkembangan budaya
lokal. Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi berkembang dan dapat mendorong
masyarakat untuk berpikir lebih maju.
Pengaruh positif lainnya adalah berkembangnya ekonomi pariwisata dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, globalisasi memberikan
pengaruh positif dalam etos kerja dan kemandirian. Masyarakat memiliki niat untuk
bekerja keras, mandiri, disiplin, sportif, dan lain-lain.
Dampak yang diberikan dari globalisasi juga menimbulkan pengaruh negatif.
Pengaruh negatif yang utama adalah lunturnya nilai budaya lokal. Dampak negatif

10
lainnya adalah masyarakat menjadi orang yang bersifat individualis dalam
bermasyarakat sehingga rasa solidaritas menjadi berkurang.
Suatu kenyataan yang sudah dinikmati manusia di era globalisasi adalah
kemakmuran, kemudahan dan kenyamanan. Namun demikian era yang serba
mudah dan nyaman menimbulkan pengaruh positif dan juga hal negatif yang akan
mengancam dan sulit untuk dihindari. Globalisasi menyebabkan segala aspek
kehidupan terpenaruhi, misalnya system ekonomi, budaya dan lingkungan hidup
manusia.
Era globalisasi dalam hal ini perkambangan terkhnologi dan informasi memberi
andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan tekhnologi juga
menjadi indicator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi
lebih cepat apabila didukung oleh faktor kamajuan tekhnologi. Tekhnologi
merupakan langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan
ekonomi. Makin cangggih tekhnologi berarti makin tinggi efesiensi pertumbuhan
ekonomi suatu negara.

Namun demikian kemajuan tekhnologi tidak hanya memberikan dampak-


dampak positif pada sistem ekonomi, dampak negatif juga muncul secara
bersamaan. Hal ini juga dapat menjurus kepada pemborosan sumber daya alam,
meningkatkan kriminalitas dan timbulnya berbagai masalah akibat semakin
makmurnya dan sejahteranya ekonomi suatu negara, sementara di daerah atau
negara lain.
Selain dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap
sosial budaya masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya
pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat.
Perkembangan tekhnologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring
remaja-remaja kita kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja
kita diakibatkan oleh gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik.
Selain itu menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar
yang bisa diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja.

11
Hal tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam
masyarakat mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada
kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini,
hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan
batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kearifan lokal bisa dimengerti sebagai pikiran-pikiran, nilai-
nilai, pandangan pandangan setempat yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam juga dibarengi oleh anggota
masyarakatnya.
Kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam
mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai
bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke
generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita,
legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum
setempat.
Sedangkan Budaya lokal (juga sering disebut budaya daerah) merupakan istilah
yang biasanya digunakan untuk membedakan suatu budaya dari budaya nasional
(Indonesia) dan budaya global.
Keanekaragaman budaya daerah merupakan potensi sosial yang dapat
membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta
merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu
daerah.
Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional
pada suatu tempat, dalam kearifan lokal tersebut banyak mengandung suatu
pandangan maupun aturan agar masyarakat lebih memiliki pijakan dalam
menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat sehari-hari.
Kearifan ini dilakukan secara turun-temurun menjadi tradisi (ajeg) dan oleh
masyarakatnya. Namun dari perspektif lain, seiring perkembangan peradaban
manusia terjadi pergeseran makna. Manusia modern menganggap tradisi adalah

13
sesuatu yang ketinggalan zaman, dan tidak perlu dipraktekkan lagi. Akibatnya,
rantai hubungan antara alam-tradisi-artefak fisik menjadi terputus.
Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap
sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Perkembangan tekhnologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring
remaja-remaja kita kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja
kita diakibatkan oleh gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik.
Selain itu menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar
yang bisa diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja.
Hal tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam
masyarakat mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada
kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini,
hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan
batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.

B. SARAN
Kita sebagai pemakalah dalam menyusun tulisan ini masih memiliki banyak
kekurangan dalam riset dan mencari sumber tulisan. Untuk kedepannya kami akan
berusaha untuk mencari lebih banyak referensi bacaan agar penjelasan dapat lebih
jelas dan detail.

14
Konten Unity Of Science

A. Q.S Al-Isra Ayat 23-24


‫دَك ْال ِك َب َر اَ َح ُد ُه َمٓا اَ ْو ك ِٰل ُه َما َفاَل َتقُ ْل لَّ ُه َمٓا اُفٍّ وَّ اَل َت ْن َهرْ ُه َما‬
َ ‫ْن اِحْ ٰس ًن ۗا ِامَّا َيبْلُ َغنَّ عِ ْن‬
ِ ‫ك اَاَّل َتعْ ُبد ُْٓوا ِآاَّل ِايَّاهُ َو ِب ْال َوالِدَ ي‬ ٰ ‫َو َق‬
َ ‫ضى َر ُّب‬

‫َوقُ ْل لَّ ُه َما َق ْواًل َك ِر ْيمًا‬

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Keterkaitan Surat Al-Isra ayat 32-24 dengan Materi Kearifan Lokal


Sebagai Aset dan Cerminan Budaya Bangsa
Sebagai bangsa multikurtural, Indonesia memiliki beragam tradisi dan budaya
yang berbeda dari bangsa-bangsa lain, termasuk tradisi dan budaya tentang
bagaimana etika dan akhlak seorang anak terhadap orang tuanya, seperti
mencium tangan, unggah-ungguh dalam berbicara, dan lain sebagainya.

B. Q.S. Al-Maidah Ayat 2

۟ ُ‫وا َعلَى ٱ ْثم َو ْٱلع ُْد ٰ َو ِن ۚ َوٱ َّتق‬


ِ ‫وا ٱهَّلل َ ۖ ِإنَّ ٱهَّلل َ َشدِي ُد ْٱل ِع َقا‬
‫ب‬ ۟ ‫وا َعلَى ْٱل ِبرِّ َوٱل َّت ْق َو ٰى ۖ َواَل َت َع َاو ُن‬
۟ ‫َو َت َع َاو ُن‬
ِ ‫ِإْل‬

Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu
kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat."

15
Keterkaitan Surat Al-Maidah Ayat 2 dengan Materi Kearifan Lokal
Sebagai Aset dan Cerminan Budaya Bangsa

Salah satu pilar dalam Pancasila adalah gotong royong yang menjadi
karakteristik orang Indonesia. Hal itu sesuai dengan sila ketiga dalam Pancasila
yaitu, persatuan Indonesia. Perilaku gotong royong atau saling membantu sudah
ada dan dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Gotong royong
adalah suatu kepribadian bangsa serta budaya yang sudah melekat dan berakar di
dalam kehidupan masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafat.,


Jurnal Filsafat
Departemen Sosial RI. (2006). Memberdayakan Kearifan Lokal bagi Komunitas Adat
Terpencil

https://mayahapsari.wordpress.com/2015/05/05/hubungan-kearifan-lokal-dengan-
kebudayaan/
http://staff.unila.ac.id/abdulsyani/2013/04/17/kearifan-lokal-sebagai-aset-budaya-
bangsa-dan-implementasinya-dalam-kehidupan-masyarakat/

https://guruppkn.com/membangun-karakter-bangsa

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:Cks8_O2AWHwJ:openjournal.unpam.ac.id/index.php/PKn/article/download/
4791/pdf+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id

https://yoursay.suara.com/kolom/2021/12/20/174324/dampak-positif-dan-negatif-
globalisasi-bagi-budaya-lokal

http://blog.unnes.ac.id/yahya1/2015/12/16/pengaruh-globalisasi-terhadap-kearifan-
lokal/

https://www.inews.id/lifestyle/muslim/surat-al-hujurat-ayat-13-arti-latin-makna

https://katadata-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/katadata.co.id/amp/safrezi/berita/
61e7c4a44a0ab/gotong-royong-adalah-kerja-sama-tolong-menolong-ini-penjelasannya?

17
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16478846084416&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fkatadata.co.id%2Fsafrezi%2Fberita%2F61e7c4a44a0ab%2Fgotong-royong-adalah-
kerja-sama-tolong-menolong-ini-penjelasannya

18

Anda mungkin juga menyukai