Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan Masalah .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hubungan Kearifan Lokal dengan Kebudayaan .......................................3
B. Kearifan Lokal sebagai Aset Budaya Bangsa ...........................................5
C. Kearifan Lokal sebagai Pembentukan Karakter ........................................6
D. Kearifan Lokal dalam Konteks Indonesia Kekinian .................................9
E. Dampak Globalisasi terhadap Pelestarian Kearifan Lokal ......................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan Indonesia berakar dari budaya etnik (lokal) di Indonesia yang
memiliki keberagaman. Pantaslah motto “Bhineka Tunggal Ika” menjadi bingkai dalam
memahami isi (nilai) kebudayaan ini. Berkaitan dengan tujuan inilah sangat penting
dipupuk rasa persatuan dalam pembinaaan dan pengembangan kebudayaan Indonesia
untuk memahaminya lewat pendekatan kebudayaan se-Indonesia.
Multikulturalisme dapat dimaknai sebagai sebuah kepercayaan yang menyatakan
bahwa kelompok-kelompok etnik atau budaya (ethnic and cultural groups) dapat hidup
berdampingan secara damai dalam prinsip co-existence yang ditandai oleh kesediaan
menghormati budaya lain. Multikulturalisme juga merupakan sebuah formasi sosial
yang membukakan jalan bagi dibagunnya ruang-ruang bagi identitas yang beragam dan
sekaligus jembatan yang menghubungkan ruang-ruang itu untuk sebuah integrasi
(Sparingga, 2003).
Dengan berpegang pada prinsip bahwa tiada masyarakat dan kebudayaan yang
bersifat statis, maka dalam perspektif kultural, secara garis besar masyarakat dan
kebudayaan lokal telah bergerak secara dinamis. Namun hadirnya Four T Revolution
(Telecommunication, Transformation, Trade, Tourism) telah memunculkan
kecenderungan baru di era globalisasi, seperti terjadinya kesamaan atau homogenitas
budaya antara daerahatau negara, akibatnya sekat antar negara menjadi kabur. Dalam
kaitan ini setiap individu atau masyarakat tentu tidak ingin kehilangan jati dirinya atau
tercerabut dari akar budaya yang dimilikinya. Berbicara tentang jatidiri bangsa atau
identitas suatu kelompok etnik tertentu tampaknya dapat ditelusuri dari tradisi yang
dimiliki oleh kelompoketnik bersangkutan (Giddens, 2003). Sehubungan dengan itu,
maka pemahaman terhadap kebudayaan etnik yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal
dan pembahasan terhadap persoalan kesadaran kolektif lokal yang merefleksikan
identitas suatu kelompok etnik atau bangsa menjadi sangat relevan diangkat
kepermukaan seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa hubungan kebudayaan dengan kearifan lokal?
2. Apa yang dimaksud kearifan sebagai aset budaya bangsa?
3. Apa yang dimaksud kearifan lokal sebagai pembentukan karakter?
4. Bagaimana kearifan lokal dalam konteks kekinian?
5. Bagaimana dampak globalisasi terhadap pelestarian kearifan lokal?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian makalah ini antara lain:
1. Agar pembaca mengetahui apa hubungan kebudayaan dengan kearifan lokal
2. Agar pembaca mengetahui maksud dari kearifan lokal sebagai aset budaya
bangsa
3. Agar pembaca mengetahui maksud dari kearifan lokal sebagai pembentukan
karakter
4. Agar pembaca mengetahui bagaimana kearifan lokal dalam konteks kekinian
5. Agar pembaca mengetahui bagaimana dampak globalisasi terhadap
pelestarian kearifan lokal
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain.
Permendagri Nomor 39 Tahun 2007 pasal 1 mendefinisikan budaya daerah
sebagai “suatu sistem nilai yang dianut oleh komunitas atau kelompok
masyarakat tertentu di daerah, yang diyakini akan dapat memenuhi harapan-
harapan warga masyarakatnya dan di dalamnya terdapat nilai-nilai, sikap
tatacara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupan warga
masyarakatnya”.
Di Indonesia istilah budaya lokal juga sering disepadankan dengan budaya
etnik/ subetnik. Setiap bangsa, etnik, dan sub etnik memiliki kebudayaan yang
mencakup tujuh unsur, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan
kesenian.
Dari definisi-definisi itu, kita dapat memahami bahwa kearifan lokal adalah
pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan
hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya
dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa
bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda,
nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat.
Elly Burhainy Faizal mencontohkan beberapa kekayaan budaya, kearifan
lokal di Nusantara yang terkait dengan pemanfaatan alam yang pantas digali
lebih lanjut makna dan fungsinya serta kondisinya sekarang dan yang akan
datang. Kearifan lokal terdapat di beberapa daerah:
a. Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Gunung
Erstberg dan Grasberg dipercaya sebagai kepala mama, tanah dianggap
sebagai bagian dari hidup manusia. Dengan demikian maka pemanfaatan
sumber daya alam secara hati-hati.
b. Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali
Kelestarian lingkungan terwujud dari kuatnya keyakinan ini yaitu tata nilai
tabu dalam berladang dan tradisi tanam tanjak.
c. Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat.
Masyarakat ini mengembangkan kearifan lingkungan dalam pola penataan
ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan memanfaatkannya.
4
Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan menetapkan masa bera, dan
mereka mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada
teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan.
d. Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh Jawa Barat.
Mereka mengenal upacara tradisional, mitos, tabu, sehingga pemanfaatan
hutan hati-hati. Tidak diperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijin sesepuh
adat.
e. Bali dan Lombok, masyarakat mempunyai awig-awig.
5
etnis Lampung yang dikenal terbuka menerima etnis lain sebagai saudara (adat
muari, angkon), etnis Batak juga terbuka, Jawa terkenal dengan tata-krama dan
perilaku yang lembut, etnis Madura dan Bugis memiliki harga diri yang tinggi, dan
etnis Cina terkenal dengan keuletannya dalam usaha. Demikian juga etnis-etnis lain
seperti, Minang, Aceh, Sunda, Toraja, Sasak, Nias, juga memiliki budaya dan
pedoman hidup masing yang khas sesuai dengan keyakinan dan tuntutan hidup
mereka dalam upaya mencapai kesejehtaraan berasma. Beberapa nilai dan bentuk
kearifan lokal, termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya dan kepercayaan yang ada
sebagian bahkan sangat relevan untuk diaplikasikan ke dalam proses pembangunan
kesejahteraan masyarakat.
6
(c) Kearifan lokal berguna sebagai benteng dari iklim global yang yang sedang
mewabah dalam kehidupan,
(d) Kearifan lokal merupakan produk buatan manusia yang digunakan dalam
mempertahankan hidup.
Sementara karakter yakni suatu halyang dimiliki oleh masing - masing individu
yang bisa dijadikan sebagai ciri khas kepribadian seseorang dan diguanakan sebagai
pembeda atara orang satu dan orang lainnya. Kegunaan ciri khas tersebut sebagai
alat untuk bekerjasama dan hidup dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Peranan kearifan lokal dalam pembentukan karakter bangsa cukup penting, karena
pembentukan karakter itu sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan. dan dengan
menerapkan nilai kearifan lokal akan membentuk karakter yang baik.
Nilai - nilai karakter dan budaya bangsa berasal dari teori - teori pendidikan,
nilai – nilai sosial budaya, pedoman religi, psikologi pendidikan serta suatu
pengalaman yang paling baik dan praktek nyata yang diterapkan pada kehidupan
sehari - hari (Zubaedi, 2011).
Menurut Wibowo (2012) Kemendiknas memaparkan delapan belas nilai dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa, yakni:
1) Relegius, Sikap patuh dalam menjalankanajaran agama.
2) Jujur, Perilaku yang berupaya supaya dirinya pantas untuk diberi amanat.
3) Toleransi, Sikap tenggang rasa terhadap adanya perbedaan.
4) Disiplin, Merupakan suatu perilaku yang menunjukkan sikap tertib.
5) Kerja keras, Sikap yang menunjukkan keulet atau kesungguh – sungguhan.
6) Kreatif, Berpikir dan melakukan hal - hal yang bisa menghasilkan suatu karya.
7) Mandiri, Perilaku yang tidak mengandalkan belas kasih orang lain.
8) Demokratis, Menganggap sama semua hak dan kewajiban yang dimiliki oleh
dirinya maupun orang lain.
9) Rasa ingin tahu, Suatu perilaku yang menununjukkan rasa penasarannya
10) Semangat berkebangsaan, Mengutamakan kepentingan bangsa.
11) Cinta tanah air, Wujud sikap yang menggambarkan kesetian dan
perhatian terhadap bangsanya.
12) Menghargai prestasi, Perilaku menghargai kesuksesan orang lain.
7
13) Bersahabat dan komunikatif, Tingkah laku yang menunjukkan pribadi
yang supel atau mudah bergaul.
14) Cinta damai, Sikap yang menimbulkan kenyamanan pada orang lain.
15) Gemar membaca, Hobi membaca.
16) Peduli lingkungan, Sikap selalu melindungi lingkungannya dan
mencegahnya dari kerusakan.
17) Peduli social, Sikap rasa kemanusian terhadap orang lain.
18) Tanggung jawab Perilaku selalu melaksaknakan tugas dengan baik.
8
keterbukaan. Langkah membangun interaksi sehat ini memerlukan pemahaman
dan latihan yang terus menerus. Bila hal ini berhasil dilakukan akan terbangun
komunitas yang anggota-anggotanya memiliki jalinan hubungan erat. Sikap
luhur seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan toleran sebagaimana
disebutkan sebelumnya akan tumbuh subur dalam lingkungan masyarakat yang
memiliki interaksi sehat.
c. Jalur-jalur interaksi sehat
jalur interaksi sehat merupakan benih tumbuhnya karakter komunitas yang
responsif. Apa itu komunitas responsif? Yaitu menandai para komunitas yang
tidak respresif bagi warganya seperti halnya memaksakan aturan, nilai
dan macam-macam norma yang dianut dalam lingkungan komunitas itu
sehingga hak-hak individu dan hak kewajiban warga negara dalam UUD
1945 Bentuk komunitas responsif mengacu pada prinsip keseimbangan antara
kedua kecenderungan itu dengan menghindari terbentuknya lingkungan yang
bersifat represif terhadap warga dan pada saat yang sama juga menolak
individualisme yang cenderung menghancurkan kebersamaan sehingga hal
tersebut bisa menjadi penyebab lunturnya bhineka tunggal ika.
9
massa dan lingkungannya agar tidak kehilangan identitas setempat. Dahulu
Kebudayaan Nusantara terbentuk dari rangkaian kebudayaan daerah atau etnis yang
berbeda-beda, meliputi bahasa, nilai-nilai, simbol-simbol, dan tradisi yang unik.
Kebudayaan tersebut mengalami proses yang panjang dan mengakar dalam sistem
sosial kemasyarakatan, seperti sistem kepercayaan, bahasa daerah, agama, karya
seni, pengetahuan, norma, termasuk juga budaya bermukim (Meliono, 2011).
Namun pada saat ini, identitas arsitektur Indonesia semakin tergerus oleh
perkembangan arsitektur dunia, terutama dari Eropa dan Amerika. Abel (1997)
menegaskan identitas yang dimaksud adalah jati diri yang menunjukkan suatu
keunikan. Oleh karena itu, memperkuat identitas arsitektur Indonesia yang
diperlukan melalui pengetahuan tentang budaya arsitektur Indonesia itu sendiri.
Menurut Prijotomo (2013), memperkuat pengetahuan tersebut dapat dilakukan
dengan mengubah pola pikir bahwa arsitektur Indonesia berada sejajar dengan
arsitektur Eropa dan Amerika. Dalam dunia pendidikan arsitektur di Indonesia juga
perlu mengubah haluan dari Barat ke Timur. Dengan demikian, dalam pendidikan
arsitektur Indonesia, kearifan lokal yang telah menjadi tradisi-fisik-budaya
(Soedigdo, dkk., 2014) dan dipraktekkan dari generasi ke generasi menjadi sesuatu
yang esensial (Antariksa, 2009). Tulisan ini bertutur tentang bagaimana kearifan
lokal mengalami pergeseran makna karena perkembangan jaman. Kearifan lokal
perlu dimaknai kembali dengan menerapkannya dalam kehidupan modern.
keberadaannya masih perlu dipertahankan dengan memaksimalkan.
10
lainnya adalah masyarakat menjadi orang yang bersifat individualis dalam
bermasyarakat sehingga rasa solidaritas menjadi berkurang.
Suatu kenyataan yang sudah dinikmati manusia di era globalisasi adalah
kemakmuran, kemudahan dan kenyamanan. Namun demikian era yang serba
mudah dan nyaman menimbulkan pengaruh positif dan juga hal negatif yang akan
mengancam dan sulit untuk dihindari. Globalisasi menyebabkan segala aspek
kehidupan terpenaruhi, misalnya system ekonomi, budaya dan lingkungan hidup
manusia.
Era globalisasi dalam hal ini perkambangan terkhnologi dan informasi memberi
andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan tekhnologi juga
menjadi indicator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi
lebih cepat apabila didukung oleh faktor kamajuan tekhnologi. Tekhnologi
merupakan langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan
ekonomi. Makin cangggih tekhnologi berarti makin tinggi efesiensi pertumbuhan
ekonomi suatu negara.
11
Hal tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam
masyarakat mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada
kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini,
hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan
batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kearifan lokal bisa dimengerti sebagai pikiran-pikiran, nilai-
nilai, pandangan pandangan setempat yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam juga dibarengi oleh anggota
masyarakatnya.
Kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam
mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai
bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke
generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita,
legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum
setempat.
Sedangkan Budaya lokal (juga sering disebut budaya daerah) merupakan istilah
yang biasanya digunakan untuk membedakan suatu budaya dari budaya nasional
(Indonesia) dan budaya global.
Keanekaragaman budaya daerah merupakan potensi sosial yang dapat
membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta
merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu
daerah.
Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional
pada suatu tempat, dalam kearifan lokal tersebut banyak mengandung suatu
pandangan maupun aturan agar masyarakat lebih memiliki pijakan dalam
menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat sehari-hari.
Kearifan ini dilakukan secara turun-temurun menjadi tradisi (ajeg) dan oleh
masyarakatnya. Namun dari perspektif lain, seiring perkembangan peradaban
manusia terjadi pergeseran makna. Manusia modern menganggap tradisi adalah
13
sesuatu yang ketinggalan zaman, dan tidak perlu dipraktekkan lagi. Akibatnya,
rantai hubungan antara alam-tradisi-artefak fisik menjadi terputus.
Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap
sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Perkembangan tekhnologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring
remaja-remaja kita kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja
kita diakibatkan oleh gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik.
Selain itu menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar
yang bisa diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja.
Hal tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam
masyarakat mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada
kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini,
hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan
batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.
B. SARAN
Kita sebagai pemakalah dalam menyusun tulisan ini masih memiliki banyak
kekurangan dalam riset dan mencari sumber tulisan. Untuk kedepannya kami akan
berusaha untuk mencari lebih banyak referensi bacaan agar penjelasan dapat lebih
jelas dan detail.
14
Konten Unity Of Science
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan tolong-menolong lah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu
kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat."
15
Keterkaitan Surat Al-Maidah Ayat 2 dengan Materi Kearifan Lokal
Sebagai Aset dan Cerminan Budaya Bangsa
Salah satu pilar dalam Pancasila adalah gotong royong yang menjadi
karakteristik orang Indonesia. Hal itu sesuai dengan sila ketiga dalam Pancasila
yaitu, persatuan Indonesia. Perilaku gotong royong atau saling membantu sudah
ada dan dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Gotong royong
adalah suatu kepribadian bangsa serta budaya yang sudah melekat dan berakar di
dalam kehidupan masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://mayahapsari.wordpress.com/2015/05/05/hubungan-kearifan-lokal-dengan-
kebudayaan/
http://staff.unila.ac.id/abdulsyani/2013/04/17/kearifan-lokal-sebagai-aset-budaya-
bangsa-dan-implementasinya-dalam-kehidupan-masyarakat/
https://guruppkn.com/membangun-karakter-bangsa
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:Cks8_O2AWHwJ:openjournal.unpam.ac.id/index.php/PKn/article/download/
4791/pdf+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id
https://yoursay.suara.com/kolom/2021/12/20/174324/dampak-positif-dan-negatif-
globalisasi-bagi-budaya-lokal
http://blog.unnes.ac.id/yahya1/2015/12/16/pengaruh-globalisasi-terhadap-kearifan-
lokal/
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/surat-al-hujurat-ayat-13-arti-latin-makna
https://katadata-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/katadata.co.id/amp/safrezi/berita/
61e7c4a44a0ab/gotong-royong-adalah-kerja-sama-tolong-menolong-ini-penjelasannya?
17
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16478846084416&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fkatadata.co.id%2Fsafrezi%2Fberita%2F61e7c4a44a0ab%2Fgotong-royong-adalah-
kerja-sama-tolong-menolong-ini-penjelasannya
18