Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Sistem Tata Nilai Dan Kearifan Lokal

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah wawasan Iptek

Disusun Oleh:

KELOMPOK I

Musdalifah Sam (2021409014)

M. A. Fadhlan Irwan Atjo (2022409001)

Nursabrinah Sabirah (2022409008)

Nurfalaq (2022409015)

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AL-ASYARIYAH MANDAR


2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Sistem Tata Nilai dan Kearifan Lokal
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Polewali, 5 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Sistem Tata Nilai.................................................................................................6
B. Kearifan Lokal......................................................................................................7
C. Tipe-Tipe Kearifan Lokal....................................................................................9
D. Fungsi Kearifan Lokal.......................................................................................10
E. Contoh-contoh nyata Kearifan Lokal..............................................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia.
Perubahan-perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan
lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya manusia. Hubungan erat
antara manusia dan lingkungan kehidupan fisiknya itulah yang melahirkan
budaya manusia. Budaya lahir karena kemampuan manusia mensiasati
lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk ditinggali waktu demi waktu.
Kebudayaan dipandang sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau
kelompok orang yang selalu mengubah alam.

Kebudayaan merupakan usaha manusia, perjuangan setiap orang atau


kelompok dalam menentukan hari depannya. Kebudayaan merupakan
aktivitas yang dapat diarahkan dan direncanakan. Oleh sebab itu dituntut
adanya kemampuan, kreativitas, dan penemuan-penemuan baru. Manusia
tidak hanya membiarkan diri dalam kehidupan lama melainkan dituntut
mencari jalan baru dalam mencapai kehidupan yang lebih manusiawi.
Dasar dan arah yang dituju dalam perencanaan kebudayaan adalah
manusia sendiri sehingga humanisasi menjadi kerangka dasar dalam
strategi kebudayaan.

Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari 2 kata
yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan
wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local
wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai,
pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya.

Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini
merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales.
Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius

1
ini (Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa
local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya
bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan
mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri
(Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi,
1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai
local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai
sekarang.

Kelompok kami membahas mengenai kearifan lokal di latar belakangi


oleh Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu
pulau,budaya,suku bangsa, bahasa, adat istiadat serta terdiri dari
beberapa agama. oleh sebab itulah kami angkat judul ini mengingat agar
kaum muda penerus bangsa dapat mempertahankan kearifan lokal yang
sudah dari dulu ada seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi
saat ini. diharapkan agar anak muda di Indonesia tidak terlena dengan
perkembangan zaman yang serba praktis di dunai yang super canggih
dan sudah modern akibat berkembangnya dunia teknoligi dan informasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem tata nilai?
2. Apa yang dimaksud dengan Kearifan lokal ?
3. Apa saja tipe kearifan lokal ?
4. Apa saja fungsi kearifan local ?
5. Apa saja contoh kearifan lokal yang ada di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan system tata nilai
2. Mengetahui apa itu kearifan lokal
3. Mengetahui tipe kearifan local
4. Mengetahui fungsi kearifan local
5. Mengetahui contoh kearifan lokal yang ada di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Tata Nilai


Sistem tata nilai merupakan standar normative yang mempengaruhi
manusia dalam penetapan tindakan diantara beragam alternatif pilihan
sesuai dengan persepsinya. System tata nilai secara esensi merupakan
sikap (penilaian) berdasarkan suatu keyakinan terhadap suatu peristiwa
atau gejala bahwa sesuatu itu akan menguntungkan atau merugikan bagi
seseorang, kelompok atau lembaga, dan seterusnya. Sistem tata nilai
yang dimaksud adalah nilai duniawi secara dinamis diserahkan
sepenuhnya kepada kita harus memiliki makna yang utuh baik duniawi
maupun ukhrawi.

Nilai sebagai khalifah untuk menggali , menghidupkan dan


memeliharanya dan nilai-nilai ukhrawi adalah nilai-nilai ilahiyah yang
bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus kita gali dan
sinergikan agar kita sebagai khalifah yang di titip amanah secuil dari nilai-
nilai ilahiyah tersebut dapat memancarkan dalam aktifitas kehidupan,
sebagai wujud pertanggung jawaban kita. Salah satu tata nilai adalah nilai
kearifan lokal yang akan memperkaya nilai-nilai kearigan nasional.

Nilai-nilai kearifan local kita begitu beragam, mulai dari nilai-nilai


kebaharian, nilai-nilai kejuangan, nilai-nilai kesantunan, nilai-nilai
kegotongroyongan, dan lain-lain yang ternyata Negara kita Indonesia
sangat kaya dan perlu dihidupkan agar dapat menginspirasi nilai-nilai
kejuangan kita sebagai generasi penerus bangsa, diera kemajuan IPTEKS
sekarang ini. Simaklah beberapa diantara nilai-nilai kearifan local tersebut,
berupa bait atau kata-kata mutiara dan berbagai daerah, yang di
dalamnya terkandung pesan-pesan yang cukup dalam dan bermakna.
Nilai-nilai kearifan lokal ini, dapat dijadikan dasar untuk pendidikan
karakter yang substansial karena sarat dengan nilai kebenaran dan
kebaikan. Diatara karya-karya tersebut diantaranya dari beberapa etnis.

3
B. Kearifan Lokal
Menurut bahasa, keafiran lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan dan
lokal. Di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kearifan artinya
bijaksana, sedangkan lokal artinya setempat. Dengan demikian pengertian
kearifan lokal menurut tinjauan bahasa merupakan gagasan-gagasan atau
nilai-nilai setempat atau (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya di
tempat tersebut.

Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41)


mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius
karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-
ciri kearifan lokal tersebut adalah sebagai berikut:

1. mampu bertahan terhadap budaya luar,


2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
3. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke
dalam budaya asli,
4. mempunyai kemampuan mengendalikan,
5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari


tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-
bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan
kawasan (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Dari
penjelasan beliau dapat dilihat bahwa kearifan lokal merupakan langkah
penerapan dari tradisi yang diterjemahkan dalam artefak fisik. Hal
terpenting dari kearifan lokal adalah proses sebelum implementasi tradisi
pada artefak fisik, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak dan
mengajarkan tentang bagaimana ‘membaca’ potensi alam dan
menuliskannya kembali sebagai tradisi yang diterima secara universal
oleh masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai tradisi untuk
menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara
dan melestarikan alam lingkungan. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin

4
adanya penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya adalah
memahami bakat dan potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya
sebagai tradisi.

Menurut Putu Oka Ngakan dalam Andi M. Akhmar dan Syarifudin


(2007) kearifan local merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat
lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif.
Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang
berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh
tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga
pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan
berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan
maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan
lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan dengan
waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di
masyarakat.

Sementara itu Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah


semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta
adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam
kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini
dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi
sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia,
alam maupun gaib.

Selanjutnya Francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa kearifan lokal


adalah kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta dalam
menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh
berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan local
tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan
dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang
memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam
konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia
yang lebih jauh.

5
Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya
yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk
mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa
memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah
tersebut. Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah
diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku
anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan tepa salira
merupakan contoh kecil dari kearifan lokal.

Dari definisi-definisi itu, kita dapat memahami bahwa kearifan lokal


adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam
mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu
sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu
dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu
muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-
ritual, dan juga aturan atau hukum setempat.

Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika


masyarakat lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima
dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan
cara itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dari budaya lokal. Hal
itu dapat dilihat dari ekspresi kearifan lokal dalam kehidupan setiap hari
karena telah terinternalisasi dengan sangat baik. Tiap bagian dari
kehidupan masyarakat lokal diarahkan secara arif berdasarkan sistem
pengetahuan mereka, dimana tidak hanya bermanfaat dalam aktifitas
keseharian dan interaksi dengan sesama saja, tetapi juga dalam situasi-
situasi yang tidak terduga seperti bencana yang datang tiba-tiba.

C. Tipe-Tipe Kearifan Lokal


Kearifan lokal adalah persoalan identitas. Sebagai sistem pengetahuan
lokal, ia membedakan suatu masyarakat lokal dengan masyarakat lokal
yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari tipe-tipe kearifan lokal yang
dapat ditelusuri:

6
1. Kearifan lokal dalam hubungan dengan makanan: khusus
berhubungan dengan lingkungan setempat, dicocokkan dengan
iklim dan bahan makanan pokok setempat.
Contoh: Sasi laut di Maluku dan beberapa tempat lain sebagai
bagian dari kearifan lokal dengan tujuan agar sumber pangan
masyarakat dapat tetap terjaga
2. Kearifan lokal dalam hubungan dengan pengobatan: untuk
pencegahan dan pengobatan.
Contoh: Masing-masing daerah memiliki tanaman obat tradisional
dengan khasiat yang berbeda-beda.
3. Kearifan lokal dalam hubungan dengan sistem produksi: Tentu saja
berkaitan dengan sistem produksi lokal yang tradisional, sebagai
bagian upaya pemenuhan kebutuhan dan manajemen tenaga kerja.
Contoh: Subak di Bali; di Maluku ada Masohi untuk membuka lahan
pertanian, dll.
4. Kearifan lokal dalam hubungan dengan perumahan: disesuaikan
dengan iklim dan bahan baku yang tersedia di wilayah tersebut
Contoh: Rumah orang Eskimo; Rumah yang terbuat dari gaba-gaba
di Ambon, dll.
5. Kearifan lokal dalam hubungan dengan pakaian: disesuaikan
dengan iklim dan bahan baku yang tersedia di wilayah itu.
6. Kearifan lokal dalam hubungan sesama manusia: sistem
pengetahuan lokal sebagai hasil interaksi terus menerus yang
terbangun karena kebutuhan-kebutuhan di atas.
Contoh: Hubungan Pela di Maluku juga berhubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan pangan, perumahan, sistem produksi dan
lain sebagainya

D. Fungsi Kearifan Lokal


Setidaknya ada enam signifikasi serta fungsi sebuah kearifan lokal.
Diantaranya :

1. Sebagai penanda identitas sebuah komunitas.

7
2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan
kepercayaan.
3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top down),
tetapi sebuah unsur kultural yang ada dan hidup dalam
masyarakat. Karena itu, daya ikatnya lebih mengena dan bertahan.
4. Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah
komunitas.
5. Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik
individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common
ground/ kebudayaan yang dimiliki.
6. Kearifan lokal dapat berfungsi mendorong terbangunnya
kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme
bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang meredusir,
bahkan merusak, solidaritas komunal, yang dipercayai berasal dan
tumbuh di atas kesadaran bersama, dari sebuah komunitas
terintegrasi.

Keenam fungsi kearifan lokal yang diurai di atas menegaskan


pentingnya pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai atau kearifan lokal
(local wisdom), dimana sumber-sumber budaya menjadi penanda identitas
bagi kelangsungan hidup sebuah kelompok maupun aliran kepercayaan.

E. Contoh-contoh nyata Kearifan Lokal


Keanekaragaman budaya yang ada di Kabupaten Polewali Mandar
sangat cocok diangkat sebagai bahan ajar di sekolah. Disamping untuk
memfasilitasi siswa dalam pembelajaran sebagai tugas utama seorang
guru, yaitu fasilitator dalam proses pembelajaran agar siswa lebih mudah
memahami materi-materi dan menambah wawasan siswa yang berkaitan
dengan kebudayaan, hal yang lebih penting lainnya, yaitu menjaga
kelestarian budaya melalui pengenalan budaya lokal lewat jalur
pendidikan di sekolah.

Beberapa kearifan lokal Polewali Mandar yang dapat disajikan


pada bahan ajar di sekolah yaitu:

8
1. Tarian daerah dan pertunjukkan rakyat
a. Tari Sayyang Pattuqduq
Sayyang pattuqduq oleh masyarakat Mandar diselenggarakan
dalam kegiatan memperingati khataman AlQur’an (mappatammaq)
anak-anak,dan beberapa masyarakat merangkaikannya dalam
acarakhitanan (massunnaq), maulid Nabi (mammunuq),
perkawinan (tokaweng), atau memeriahkan acara syukuran.
Sayyang pattuqduq ditunggangi oleh gadis-gadis cantik dan anak
laki-laki yang telah khatam Al-Qurán diiringi dengan irama tabuhan
rebana sambal berkeliling kampung. Sementara itu, sekelompok
orang saling berbalas pantun dalam bahasa Mandar (kalindaqdaq)
di depan kuda menari tersebut.

b. Lopi Sandeq Lopi


Sandeq adalah puncak kebudayaan Mandar dalam bidang
kebaharian. Lopi Sandeq merupakan jenis perahu tradisional
dengan layar lebar, bercadik, katir panjang, serta bentuk haluan
dan buritan yang pipihruncing. Karena bentuk buritan yang pipih-
runcing itulah, maka disebut sandeq, yang berarti runcing.
Berkaitan dengan fungsinya, lopi sandeq digunakan para nelayan
(Posasiq) sebagai sarana transfortasi berburu telur ikan terbang
(Motangga), sekarang lebih berkembang menjadi sarana kegiatan
olahraga Sandeq Race dalam memeriahkan perayaan hari
kemerdekaan Indonesia yang diikuti berbagai kalangan di Sulawesi
hingga mancanegara. Lopi sandeq pada tahun 1997, dipamerkan
pada Pameran Bahari 1997 di Museum Nasional d’historie
Naturalle Paris, benda budaya tradisional Mandar yaitu Lopi
Sandeq dipilih dan ditetapkan sebagai Mascot pada pameran
tingkat internasional di Benua Eropa sebagai duta bahari mewakili
perahu tradisional Indonesia. Perahu nelayan putih yang ramping,

9
Lopi Sandeq dari Mandar, Sulawesi Barat kembali dipilih untuk
mewakili Indonesia di ajang Tonnerres Les Spektakuler de Brest
Festival 2012 di Bretagne, Prancis.
2. Pertunjukkan dan kesusastraan
a. Pakkacaping
Masyarakat Mandar dalam kehidupan berkesenian terdapat sebuah
seni pertunjukkan yang disebut pakkacaping. Seni pertunjukkan ini
sering digunakan sebagai media mappadottong tinjaq (memenuhi
nazar) dalam berbagai upacara adat seperti khatam, khitan, dan
perkawinan. Kacaping adalah jenis alat musiknya yang dimainkan
dengan cara dipetik dan orang yang memainkannya biasa disebut
pakkacaping. Cerita yang dibawakan ini berurutan berupa paket
masala (agama), toloq (kisah), dan tedhe (sindiran) dibawakan
dengan menggunakan bahasa Mandar. Setiap paket menyajikan
cerita yang berbedabeda. Paket masaala memaparkan ajaran
agama Islam dalam bentuk teka-teki seperti contohnya
Ditirakkaqna Alang (terbukanya alam). Paket toloq menyajikan
cerita berupa kisah seseorang seperti contohnya toloqna I Hadara
Anna I toangguru Mattata (kisah antara Haddara dengan Mattata)
dan bertemakan sosial-kemasyarakatan. Paket tedhe tidak
mempunyai bentuk cerita baku, karena dibuat berdasarkan hasil
improvisasi penutur cerita pada saat pertunjukkan pakkacaping
digelar, dan biasanya selalu bertemakan percintaan.
b. Parrawana
Parrawana adalah jenis pertunjukan musik tradisional yang ada di
Mandar sejak masuknya Islam di Mandar, yang biasa ditampilkan
pada acara keagamaan seperti mengiringi peserta khataman baca
Al Qur’an dan juga mengiringi iringan pengantin. Parrawana tidak
hanya dimainkan oleh kelompok laki-laki tapi juga kelompok
perempuan yang disebut parrawana towaine. Syair-syair yang
dinyanyikan adalah lagu-lagu yang bernuansa agama baik dalam
konteks syar’i maupun dalam nuansa tasawuf yang dalam bahasa

10
Mandar biasa disebut dengan Masaala. Disamping sesekali
mengambil syair-syair dalam bait Barzanji.
c. Kalindaqdaq
Salah satu kesusastraan lokal yang ada di Indonesia adalah
kesusastraan dari Mandar (Provinsi Sulawesi Barat), yang oleh
masyarakat setempat menamainya Kalindaqdaq. Asal kata dari
Kalindaqdaq banyak versi, setelah islam diterima dan menjadi
agama orang Mandar, asal kataKalindaqdaq banyak dihubungkan
dengan bahasa Arab, seperti kata 1) Qaldan yang berarti memintal
(membuat kalindaqdaq) sama dengan kehati-hatian dalam
memintal benang, 2) Qillidun yang berarti gudang (yakni segudang
kata-kata), dan 3) Qiladah atau Qalaid yang berarti kalung
perhiasan perempuan (dimana rangkaian kata yang indah
menyerupai kalung perhiasan wanita yang indah). Namun yang
paling populer adalah berasal dari suku kata Kali (gali) dan Daqdaq
(dada). Jadi, secara bahasa, kalindaqdaq dapat diartikan “isi dada”
atau “ungkapan perasaan dan pikiran yang dinyatakan dalam
kalimatkalimat yang indah. Ada beberapa tema atau jenis
kalindaqdaq, antara lain Kalindaqdaq Masaala (agama),
Kalindaqdaq Tomawuweng (orang tua), Kalindaqdaq
Pettomuaneang (kesatria), Kalindaqdaq Naqibaine (gadis),
Kalindaqdaq Nanaqeke (anakanak), Kalindaqdaq Pepatudu
(nasihat), Kalindaqdaq Pangino (humor), Kalindaqdaq Paelle
(menyindir), Kalindaqdaq Sipomongeq (Romantisme atau
percintaan), dan Kalindaqdaq Pappakaingaq (kritik sosial).

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sistem tata nilai merupakan standar normative yang mempengaruhi


manusia dalam penetapan tindakan diantara beragam alternatif pilihan
sesuai dengan persepsinya. Salah satu tata nilai adalah nilai kearifan lokal
yang akan memperkaya nilai-nilai kearigan nasional. Menurut bahasa,
keafiran lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan dan lokal. Di dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), kearifan artinya bijaksana, sedangkan
lokal artinya setempat

Tipe-tipe kearifan lokal yang dapat ditelusuri : Kearifan lokal dalam


hubungan dengan makanan, Kearifan lokal dalam hubungan dengan
pengobatan, Kearifan lokal dalam hubungan dengan sistem produksi,
Kearifan lokal dalam hubungan dengan perumahan, Kearifan lokal dalam
hubungan dengan pakaian, dan Kearifan lokal dalam hubungan sesama
manusia

Setidaknya ada enam signifikasi serta fungsi sebuah kearifan lokal.


Diantaranya : Sebagai penanda identitas sebuah komunitas, Elemen
perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan kepercayaan,
Kearifan lokal tidak bersifat memaksa, Kearifan lokal memberikan warna
kebersamaan bagi sebuah komunitas, Local wisdom, Kearifan lokal dapat
berfungsi mendorong terbangunnya kebersamaan. Beberapa kearifan
lokal Polewali Mandar yang dapat disajikan pada bahan ajar di sekolah
yaitu: Tarian daerah dan pertunjukkan rakyat, Pertunjukkan dan
kesusastraan

B. SARAN

Sebagai generasi muda yang akan meneruskan nilai-nilai leluhur, kita


harus menjaga nilai-nilai kearifan yang ada pada daerah kita sendiri yang
dimana hal itu yang menandakan atau ciri khas dari daerah kita sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana. 2014. Pengembangan Modul Geografi Model Depdiknas


Berbasis Kearifan Lokal Bali Pada Kompetensi Inti Pengetahuan
Tentang Lingkungan Hidup SMA/MA Kelas XI. Tesis tidak
diterbitkan. Malang: PPs-Universitas Negeri Malang.

Astawa. 2015. Pengembangan Kurikulum Geografi Berbasis Kearifan


Lokal Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pada Kawasan
Upland Bali dan Implikasinya Terhadap Sikap Kosmosentris Siswa.
Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPs-Universitas Negeri Malang.

Amir, Hazim. 1991. Nilai-nilai Etis dalam Wayang. Jakarta : Penebar


Swadaya.

Bastomi, Suwaji. 1995. Gemar Wayang. Semarang : Dahara Prize.

Mulyono, Sri. 1982. Wayang Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya.


Jakarta : Gunung Agung.

Bastomi, Suwaji. 1995. Gemar Wayang. Semarang : Dahara Prize.

KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kearifan Lokal

S,Haryanto. 1988. Sejarah dan Perkembangan Wayang. Jakarta :


Djambatan

Soekatno. 1992. Mengenal Wayang Kuli Purwa.Semarang : Aneka Ilmu.

13

Anda mungkin juga menyukai