KEARIFAN LOKAL
(untuk memenuhi tugas ujian praktek)
Guru Pengampu : Hasan Hariri, S.Pd.I
Nama Kelompok:
1. Ziyad Riziq
2. Mohamad Ajul Ghifar
3. Prasetyo
4. Zaki Mubarok
5. Muhammad Rizky
6. Maulana Iqbal
Disahkan Oleh:
Disetujui Oleh :
Kepala Madrasah
Dra. Maemunah
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah Sosiologi ini yang berjudul “KEARIFAN LOKAL
“Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai kemiskinan, faktor
terjadinya kemiskinan,dampak, serta cara mengatasinya. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan kita informasimengenai bagaimana cara
kita agar dapat menanggulangi kemiskinan dan membuat
Indonesiamenjadi lebih baik lagi. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran darisemua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah
ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada ALLAH SWT. Semoga
Allah SWT senantiasameridhai segala usaha yang sudah kami lakukan. Amin
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................8
BAB III................................................................................................................20
3.1 Simpulan...................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................21
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas
secara panjang lebar pengertian local genius ini (Ayatrohaedi, 1986). Antara
lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural
identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa
tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan
kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sementara Moendardjito
(dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah
potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan
sampai sekarang.
6
1.2 Rumusan Masalah
7
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa, keafiran lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan dan
lokal. Di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kearifan artinya
bijaksana, sedangkan local artinya setempat. Dengan demikian pengertian
kearifan lokal menurut tinjauan bahasa merupakan gagasan-gagasan atau nilai-
nilai setempat atau (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik
yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya di tempat tersebut.
Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan
bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai localgeniuskarena telah teruji
kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-ciri kearifan lokal
tersebut adalah sebagai berikut:
1. mampu bertahan terhadap budaya luar,
2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
3. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya
asli,
4. mempunyai kemampuan mengendalikan,
5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
8
nilai dari alam untuk mengajak dan mengajarkan tentang bagaimana ‘membaca’
potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai tradisi yang diterima secara
universal oleh masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai tradisi untuk
menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara dan
melestarikan alam lingkungan. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin adanya
penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya adalah memahami
bakat dan potensi alam tempatnya hidup; dan diwujudkannya sebagai tradisi.
9
menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai
bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan local tidak hanya
berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan dan tingkah laku,
sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomani manusia
dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari
maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh.
10
sangat baik. Tiap bagian dari kehidupan masyarakat lokal diarahkan secara arif
berdasarkan sistem pengetahuan mereka, dimana tidak hanya bermanfaat dalam
aktifitas keseharian dan interaksi dengan sesama saja, tetapi juga dalam situasi-
situasi yang tidak terduga seperti bencana yang datang tiba-tiba.
11
4. Kearifan lokal dalam hubungan dengan perumahan: disesuaikan dengan iklim
dan bahan baku yang tersedia di wilayah tersebut
Contoh: Rumah orang Eskimo; Rumah yang terbuat dari gaba-gaba di Ambon,
dll.
5. Kearifan lokal dalam hubungan dengan pakaian: disesuaikan dengan iklim dan
bahan baku yang tersedia di wilayah itu.
6. Kearifan lokal dalam hubungan sesama manusia: sistem pengetahuan lokal
sebagai hasil interaksi terus menerus yang terbangun karena kebutuhan-
kebutuhan di atas.
Contoh: Hubungan Pela di Maluku juga berhubungan dengan kebutuhan-
kebutuhan pangan, perumahan, sistem produksi dan lain sebagainya
12
dipercayai berasal dan tumbuh di atas kesadaran bersama, dari sebuah
komunitas terintegrasi.
14
memperlakukan tanah (lahan) seperti menyayangi istri dan ini hubungannya
dengan konservasi alam.
1. Jumlah Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi kebutuhan
pangan dan berbagai produksi lainnya untuk mencukupi kebutuhan manusia.
Robert Malthus menyatakan bahwa penduduk yang banyak merupakan
penyebab kemiskinan, hal ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang
mengikuti deret ukur tidak akan pernah terkejar oleh pertambahan makanan dan
pakaian yang hanya mengikuti deret hitung (Soerjani dkk, 1997:99). Adanya
kebutuhan pangan yang tinggi menuntut orang untuk meningkatklan
produksinya guna mencukupi kebutuhan tersebut, sehingga melakukan
15
modernisasi pertanian dengan melakukan revolusi hijau. Dalam Revolusi hijau
dikembangkan penggunaan bibit unggul, pemupukan kimia, pengendalian hama
penyakit dengan obat-obatan, pembangunan saluran irigasi secara besar-besaran
untuk pengairan dan penggunaan teknologi pertanian dengan traktor untuk
mempercepat pekerjaan.
Sebagai akibat pelaksanaan revolusi hijau yang menekankan pada
tanaman padi secara monokultur dengan bibit unggul maka akan mempengaruhi
kehidupan petani lokal dalam menggunakan bibit lokal yang sebenarnya
mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit, pupuk kandang dan pupuk
organik yang digantikan dengan pupuk kimia, penggunaan hewan untuk
membajak yang digantikan traktor, penggunaan obat-obatan dari tanaman untuk
pertanian dengan obat-obatan kimia. Melalui program pemerintah ini, petani
nampak hanya sebagai obyek, mereka tunduk patuh pada kehendak penguasa
sehingga hak petani untuk mengekspresikan sikap dan kehendaknya terabaikan.
16
Melihat kenyataan tersebut maka mudah dipahami mengapa cita-cita
tentang teknologi lokal cenderung diabaikan, karena kebanyakan orang
beranggapan bahwa teknologi modern selalu memiliki tingkat percepatan yang
jauh lebih dinamis. Menurut Budisusilo dalam Francis Wahono(2005:217)
teknologi lokal sebagai penguatan kehidupan manusia sesungguhnya memiliki
percepatan yang cukup dinamis, misalnya dalam menciptakan lapangan kerja
dan memenuhi kebutuhan dasar. Selain menggusur pengetahuan dan teknologi
lokal teknologi modern dan seluruh sistem kelembagaannya juga mempunyai
potensi “perusakan seperti pembagian hasil yang timpang, pencemaran
lingkungan alam dan perusakan sistem nilai sosial-budaya masyarakat.
17
Percepatan integrasi tersebut telah seperti meningkatnya jumlah
pengangguran, kemiskinan, marginalisasi nilai kemanusiaan, krisis lingkungan,
kerusakan dan konflik sumberdaya alam dan lingkungan.
3. Modal Besar
Eksploitasi terhadap sumberdaya alam dan lingkungan sekarang ini telah
sampai pada titik kritis, yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan
masyarakat. Di samping masalah lingkungan yang terjadi di wilayah-wilayah
dimana dilakukan eksploitasi sumberdaya alam, sebenarnya terdapat masalah
kemanusiaan, yaitu tersingkirnya masyarakat asli (indigenous people) yang
tinggal di dalam dan sekitar wilayah eksploitasi baik eksploitasi sumberdaya
hutan, sumberdaya laut, maupun hasil tambang. Mereka yang telah turun
temurun tinggal dan menggantungkan kehidupannya pada hutan maupun laut,
sekarang seiring dengan masuknya modal besar baik secara legal maupun illegal
yang telah mengeksploitasi sumberdaya alam, maka kedaulatan dan akses
mereka terhadap sumberdaya tersebut terampas.
Fenomena tersebut tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah
dalam pengelolaan sumberdaya alam selama ini yang lebih menitikberatkan
kepada upaya perolehan devisa Negara melalui eksploitasi sumberdaya alam
yang bernilai ekonomis. Besarnya keuntungan yang bias diraih diikuti dengan
meningkatnya devisa dan daya serap tenaga kerja pada sektor yang
bersangkutan, semakin menguatnya legitimasi beroperasinya modal besar di
sektor tersebut. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kekayaan sumberdaya alam
dan hayati yang dimiliki dapat diekstraksi untuk mendapatkan surplus.
Namun demikian di lain pihak, keberhasilan perolehan devisa tersebut
harus dibayar mahal dengan rusaknya ekosistem daerah yang bersangkutan dan
akan berakibat pada terganggunya ekosistem global. Selanjutnya secara sosial
budaya, terjadi konflik kepentingan antara tatanan budaya lokal dan budaya
modern yang melekat pada industrialisasi dari sumberdaya alam yang
18
dieksploitasi. Menurut Rimbo Gunawan dkk, (1998:v) persoalan tersebut di satu
pihak, yaitu modernisasi melihat bahwa tatanan budaya lokal merupakan
hambatan yang harus “dihilangkan” atau “diganti” agar proses pembangunan
tidak mendapat gangguan serius dari komunitas lokal, sementara itu masyarakat
lokal memandang industrialisasi dari hasil sumberdaya alam yang dieksploitasi
sebagai ancaman bagi hak-hak adat mereka terhadap lingkungannya Kejadian-
kejadian tersebut khususnya pada sumberdaya hutan diperparah dengan
banyaknya pengusaha illegal yang hanya mementingkan keuntungan tanpa
mempertimbangkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, yang juga wujud
dari keserakahan.
19
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Fungsi kearifan lokal antara lain yaitu Sebagai penanda identitas sebuah
komunitas; Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan
kepercayaan; Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top down);
Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah komunitas; Local
wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan
kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/ kebudayaan yang
dimiliki; Kearifan lokal dapat berfungsi mendorong terbangunnya kebersamaan
Tantangan kearifan lokal saat ini antara lain Jumlah penduduk yang
tinggi; Teknologi modern dan budaya barat; Modal dan eksploitasi besar-
besaran.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://ariefksmwrdn.blogspot.co.id/2014/06/pengertian-kearifan-lokal.html
diakses pada tanggal 26 November 2015 pukul 18.30 wib
http://lilawatyy95.blogspot.co.id/2013/01/penjelasan-tentang-kearifan-
lokal.html diakses pada tanggal 26 November 2015 pukul 18.30 wib
http://unklebenny.tumblr.com/post/19286691157/kearifan-lokal-masyarakat-
indonesia-dalam.html diakses pada tanggal 26 November 2015 pukul 18.31 wib
21