Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEARIFAN LOKAL SEBAGAI ASET DAN CERMINAN BUDAYA BANGSA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Budaya dan Kearifan Lokal
Dosen Pengampu : Bapak Suhirman, S.H.I,MA.Ek

Oleh Kelompok 5 :

Nabila Nida’ Musyaffa’ (2105036053)


Tia Nurholis (2105036054)
Salsabila Anis Widya (2105036055)
Yusuf Amin (2105036080)

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN WALISONGO SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kearifan Lokal Sebagai Aset dan Cerminan Budaya Bangsa” ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Suhirman,
S.H.I.,MA.EK pada mata kuliah Ekonomi dan Kearifan Budaya Lokal.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan tentang Kearifan Lokal
Sebagai Aset dan Cerminan Budaya Bangsa bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami berterimakasih kepada Bapak Suhirman, S.H.I.,MA.EK selaku
dosen mata kuliah Ekonomi dan Kearifan Budaya Lokal yang telah
memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami dapat menambah wawasan
dan pengetahuan sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian ilmu pengetahuannya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga menyadari makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Semarang, 20 September 2021

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB II : PEMBAHASAN
A. Hubungan Kebudayaan dengan Kearifan Lokal .......................................... 6
B. Kearifan Lokal sebagai Aset Budaya Bangsa .............................................. 7
C. Kearifan Lokal sebagai Kebentukan Karakter Bangsa ................................10
D. Kearifan Lokal dalam Konteks Indonesia Kekinian ....................................11
E. Dampak Globalisasi terhadap Pelestarian Kearifan Lokal ...........................14
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan mereka. Perilaku yang bersifat dan berlaku di masyarakat secara
meluas, turun temurun, akan berkembang menjadi nilai-nilai yang dipegang
teguh, yang selanjutnya disebut sebagai budaya.
Kearifan lokal mengandung kebaikan bagi kehidupan, sehingga prinsip
mentradisi dan melekat kuat pada kehidupan masyarakat setempat. Meskipun
ada perbedaan karakter dan intensitas hubungan sosial budaya, tapi dalam
jangka yang lama dapat terikat dalam persamaan visi dalam menciptakan
kehidupan yang bermartabat dan sejahtera bersama. Dalam bingkai kearifan
lokal ini, antar individu, antar kelompok masyarakat saling melengkapi,
bersatu dan berinteraksi dengan memelihara nilai dan norma sosial yang
berlaku
Keanekaragaman budaya daerah merupakan potensi sosial yang dapat
membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah,
serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya
suatu daerah. Di samping itu, keanekaragaman merupakan kekayaan
intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu
dilestarikan. Seiring dengan peningkatan teknologi dan transformasi budaya
ke arah kehidupan modern serta pengaruh globalisasi, warisan budaya dan
nilai-nilai tradisional masyarakat adat menghadapi tantangan terhadap
eksistensinya. Hal ini perlu dicermati karena warisan budaya dan nilai-nilai
tradisional tersebut mengandung banyak kearifan lokal yang masih sangat
relevan dengan kondisi saat ini, dan seharusnya dilestarikan, diadaptasi atau
bahkan dikembangkan lebih jauh..

B. Rumusan Masalah

4
1. Bagaimana hubungan kebudayaan dengan kearifan lokal?
2. Bagaimana kearifan lokal sebagai aset budaya bangsa?
3. Bagaimana kearifan lokal sebagai kebentukan karakter bangsa?
4. Bagaimana kearifan lokal dalam konteks Indonesia kekinian?
5. Bagaimana dampak globalisasi terhadap pelestarian kearifan lokal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kebudayaan dengan kearifan
lokal?
2. Untuk mengetahui bagaimana kearifan lokal sebagai aset budaya bangsa?
3. Untuk mengetahui bagaimana kearifan lokal sebagai kebentukan karakter
bangsa?
4. Untuk mengetahui bagaimana kearifan lokal dalam konteks Indonesia
kekinian?
5. Untuk mengetahui bagaimana dampak globalisasi terhadap pelestarian
kearifan lokal?

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. Hubungan Kebudayaan dengan Kearifan Lokal

Pengertian kearifan lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri


dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti
setempat dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka
local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai,
pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya.
Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat
setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal
merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus
dijadikan pegangan hidup. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan
budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas.
Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara
terus-menerus dijadikan pegangan hidup.
Secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem
pengetahuan masyarakat lokal/pribumi (indigenous knowledge systems)
yang bersifat empirik dan pragmatis. Bersifat empirik karena hasil olahan
masyarakat secara lokal berangkat dari fakta-fakta yang terjadi di
sekeliling kehidupan mereka. Kearifan lokal merupakan sesuatu yang
berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu (budaya lokal) dan
mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu (masyarakat lokal).
Dengan kata lain, kearifan lokal bersemayam pada budaya lokal (local
culture).
Di Indonesia istilah budaya lokal juga sering disepadankan dengan
budaya etnik / subetnik. Setiap bangsa, etnik, dan sub etnik memiliki
kebudayaan yang mencakup tujuh unsur, yaitu: bahasa, sistem

6
pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi,
sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian.kearifan lokal bukan
sekedar nilai tradisi atau ciri lokalitas semata melainkan nilai tradisi yang
mempunyai daya-guna untuk untuk mewujudkan harapan atau nilai-nilai
kemapanan yang juga secara universal yang didamba-dambakan oleh
manusia.
Kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para
leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan
pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta
meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan
tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian-
nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat. Kearifan
lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal yang
mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu
sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah, kearifan lokal
dapat disebut sebagai jiwa dari budaya lokal.
Hubungan dari kebudayaan dengan kearifan lokal adalah sangatlah
erat. Seperti contoh adalah gotong royong, gotong royong merupakan
salah satu budaya yang tercipta dari jaman dahul hingga sekarang.
Gotong royong juga bisa menjadi pedoman hidup rukun antar manusia
dalam menjalin kerukunan antar manusia dan bisa menjadi bukti sebagai
identitas suatu daerah.

B. Kearifan Lokal sebagai Aset Budaya Bangsa


Dari sisi etnis dan budaya daerah sejatinya menunjuk kepada
karaktreristik masing-masing keragaman bangsa Indonesia. Pada sisi yang
lain, karakteristik itu mengandung nilai-nilai luhur memiliki sumber daya
kearifan, di mana pada masa-masa lalu merupakan sumber nilai dan
inspirasi dalam strategi memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan diri

7
dan merajut kesejehteraan kehidupan mereka. Artinya masing-masing
etnis itu memiliki kearifan lokal sendiri, seperti etnis Lampung yang
dikenal terbuka menerima etnis lain sebagai saudara (adat muari, angkon),
etnis Batak juga terbuka, Jawa terkenal dengan tata-krama dan perilaku
yang lembut, etnis Madura dan Bugis memiliki harga diri yang tinggi, dan
etnis Cina terkenal dengan keuletannya dalam usaha. Demikian juga etnis-
etnis lain seperti, Minang, Aceh, Sunda, Toraja, Sasak, Nias, juga
memiliki budaya dan pedoman hidup masing yang khas sesuai dengan
keyakinan dan tuntutan hidup mereka dalam upaya mencapai
kesejehtaraan bersama. Beberapa nilai dan bentuk kearifan lokal, termasuk
hukum adat, nilai-nilai budaya dan kepercayaan yang ada sebagian bahkan
sangat relevan untuk diaplikasikan ke dalam proses pembangunan
kesejahteraan masyarakat.
Dalam bingkai kearifan lokal ini, antar individu, antar kelompok
masyarakat saling melengkapi, bersatu dan berinteraksi dengan
memelihara nilai dan norma sosial yang berlaku.Keanekaragaman budaya
daerah tersebut merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter
dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan
bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah.
Di samping itu, keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan
kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Seiring dengan peningkatan teknologi dan transformasi budaya ke arah
kehidupan modern serta pengaruh globalisasi, warisan budaya dan nilai-
nilai tradisional masyarakat adat tersebut menghadapi tantangan terhadap
eksistensinya. Hal ini perlu dicermati karena warisan budaya dan nilai-
nilai tradisional tersebut mengandung banyak kearifan lokal yang masih
sangat relevan dengan kondisi saat ini, dan seharusnya dilestarikan,
diadaptasi atau bahkan dikembangkan lebih jauh.Namun demikian dalam
kenyataannya nilai-nilai budaya luhur itu mulai meredup, memudar,

8
kearifan lokal kehilangan makna substantifnya. Upaya-upaya pelestarian
hanya nampak sekedar pernyataan simbolik tanpa arti, penghayatan dan
pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa
pada tahun terakhir, budaya masyarakat sebagai sumber daya kearifan
lokal nyaris mengalami reduksi secara menyeluruh, dan nampak sekadar
pajangan formalitas, bahkan seringkali lembaga-lembaga budaya pada
umumnya dimanfaatkan untuk komersialisasi dan kepentingan
kekuasaan.Kenyataaan tersebut mengakibatkan generasi penerus bangsa
cenderung kesulitan untuk menyerap nilai-nilai budaya menjadi kearifan
lokal sebagai sumber daya untuk memelihara dan meningkatkan martabat
dan kesejahtaraan bangsa. Generasi sekarang semakin kehilangan
kemampuan dan kreativitas dalam memahami prinsip kearifan lokal.
Khusus kearifan lokal Lampung adalah prinsip hidup Piil Pesenggiri. Hal
ini disebabkan oleh adanya penyimpangan kepentingan para elit
masyarakat dan pemerintah yang cenderung lebih memihak kepada
kepentingan pribadi dan golongan dari pada kepentingan umum.
Kepentingan subyektivitas kearifan lokal ini selalu dimanfaatkan untuk
mendapatkan status kekuasaan dan menimbun harta dunia. Para elit ini
biasanya melakukan pencitraan ideal kearifan lokal di hadapan publik
seolah membawa misi kebaikan bersama. Akan tetapi sebagaimana
diketahui bahwa pada realisasinya justeru nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya tidak lebih hanya sekedar alat untuk memperoleh
dan mempertahan kekuasaan. Pada gilirannya, masyarakat luas yang
struktur dan hubungan sosial budayanya masih bersifat obyektif sederhana
makin tersesat meneladani sikap dan perilaku elit mereka, juga makin
lelah menanti janji masa depan, sehingga akhirnya mereka pesimis, putus
asa dan kehilangan kepercayaan.Namun demikian, meski masyarakat
cemas bahkan ragu terhadap kemungkinan nilai-nilai luhur budaya itu
dapat menjadi model kearifan lokal, akan tetapi upaya menggali kearifan

9
lokal tetap niscaya dilakukan. Masyarakat adat daerah memiliki kewajiban
untuk kembali kepada jati diri mereka melalui penggalian dan pemaknaan
nilai-nilai luhur budaya yang ada sebagai sumber daya kearifan lokal.
Upaya ini perlu dilakukan untuk menguak makna substantif kearifan lokal,
di mana masyarakat harus membuka kesadaran, kejujuran dan sejumlah
nilai budaya luhur untuk sosialisasikan dan dikembangkan menjadi prinsip
hidup yang bermartabat.

C. Kearifan Lokal sebagai Kebentukan Karakter Bangsa


Kearifan lokal adalah warisan masa lalu yang berasal dari leluhur,
yang tidak hanya terdapat dalam sastra tradisional (sastra lisan
penuturnya, tetapi terdapat dalam berbagai pandangan hidup, kesehatan,
dan arsitektur.
Kearifan lokal hanya akan abadi kalau kearifan lokal
terimplementasikan dalam kehidupan konkret sehari-hari sehingga mampu
merespons dan menjawab arus zaman yang telah berubah. Kearifan lokal
juga harus terimplementasikan dalam kebijakan negara, misalnya dengan
menerapkan kebijakan ekonomi yang berasaskan gotong-royong dan
kekeluargaan sebagai salah satu wujud kearifan lokal kita. Untuk
mencapai itu, perlu implementasi ideologi negara (yakni Pancasila) dalam
berbagai kebijakan negara. Dengan demikian, kearifan lokal akan efektif
berfungsi sebagai senjata tidak sekadar pusaka yang membekali
masyarakatnya dalam merespons dan menjawab arus zaman. Revitalisasi
kearifan lokal dalam merespons berbagai persoalan akut yang dihadapi
bangsa dan negara, seperti korupsi, kemiskinan, dan kesenjangan sosial,
hanya akan berjalan jika didukung oleh kebijakan negara yang disertai
dengan keteladanan. Tanpa kedua hal tersebut, kearifan lokal hanya
merupakan aksesori budaya yang tidak bermakna. Kearifan lokal di
berbagai daerah pada umumnya mengajarkan budaya malu (jika berbuat

10
salah). Akan tetapi, dalam realitas sekarang, budaya malu seolah telah
luntur. Peraturan yang ada pun kadang-kadang memberi peluang kepada
seorang terpidana atau bekas terpidana untuk menduduki jabatan publik.
Menggali dan melestarikan berbagai unsur kearifan lokal, tradisi dan
pranata lokal, termasuk norma dan adat istiadat yang bermanfaat dan dapat
berfungsi efektif dalam pendidikan karakter, sambil melakukan kajian dan
pengayaan dengan kearifan-kearifan baru. Mengacu pada teori Social
Learning, bahwa sesungguhnya budaya merupakan pola perilaku yang
dipelajari, artinya bahwa masyarakatpun dapat “tidak belajar untuk keras”
alias mempunyai karakter yang baik. Kearifan lokal apabila diterjemahkan

secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada di
dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan
lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya
yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut.
Sudah selayaknya, kita untuk menggali kembali nilai-nilai kearifan
lokal yang ada agar tidak hilang ditelan perkembangan jaman, dan
menjadi karakter bangsa Indonesia.

D. Kearifan Lokal dalam Konteks Indonesia Kekinian


Keragaman bangsa Indonesia dari sisi etnis, suku, budaya dan lainnya
sejatinya juga menunjuk kepada karaktreristik masing-masing. Pada saat
yang sama, kekhasan itu pada umumnya memiliki kearifan yang pada
masa-masa lalu menjadi salah satu sumber nilai dan inspirasi dalam
merajut dan menapaki kehidupan mereka.
Sejarah menunjukkan bahwa masing-masing etnis dan suku memiliki
kearifan lokal sendiri. Seperti, suku Batak yang kental dengan
keterbukaan, suku Jawa yang nyaris identik dengan kehalusan, suku
Madura yang memiliki harga diri yang tinggi, dan etnis Cina yang terkenal

11
dengan keuletan. Lebih dari itu, masing-masing memiliki keakraban dan
keramahan dengan lingkungan alam yang ada di sekitar mereka. Kearifan
lokal tersebut tentu tidak muncul begitu saja, namun berproses panjang
sehingga akhirnya terbukti, hal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan
mereka. Keterujiannya dalam hal ini membuat kearifan lokal menjadi
budaya yang melekat kuat pada kehidupan masyarakat. Artinya, sampai
batas tertentu ada nilai-nilai perenial yang berakar kuat pada setiap aspek
lokalitas budaya ini. Semua terlepas dari perbedaan intensitasnya,
menggenggam visi terciptanya kehidupan bermartabat, sejahtera dan
damai. Dalam bingkai kearifan lokal ini, masyarakat bereksistensi dan
berkoeksistensi antara satu dengan yang lainnya.
Namun dari waktu ke waktu nilai-nilai luhur itu mulai meredup,
memudar, dan kehilangan makna substantifnya. Yang tertinggal hanyalah
kulit permukaan semata yang bahkan tidak ada maknanya. Bahkan akhir-
akhir ini budaya masyarakat hampir secara keseluruhan mengalami
reduksi, menampakkan diri sekadar pajangan yang sarat formalitas.
Kehadirannya tak lebih untuk komersialisasi dan mengeruk keuntungan.
Banyak faktor yang membuat kearifan lokal dan budaya masyarakat
secara umum kehilangan geliat kekuatannya. Selain kekurangmampuan
masyarakat dalam memaknai secara kreatif dan kontekstual kearifan lokal
mereka, faktor lainnya adalah pragmatisme dan keserakahan yang
biasanya dimulai dari sebagian elit masyarakat. Kepentingan subyektif diri
mengantarkan mereka untuk “memanfaatkan” kearifan lokal. Mereka
menggunakannya secara artifisial, tapi sekaligus menghancur-leburkan
nilai-nilai luhur yang dikandungnya. Pada gilirannya, masyarakat luas
yang struktur dan hubungannnya masih bersifat patron-client akan
“meneladani” sikap dan perilaku elit mereka. Pada saat itulah bencana
budaya mulai merambah dalam masyarakat. Dalam kondisi seperti itu,
masyarakat tidak akan mampu menyelesaikan secara bijaksana segala

12
persoalan yang menimpa mereka. Krisis demi krisis akan menjadi bagian
hidup bangsa dan negara.
Persoalan tersebut belum tentu akan selesai dengan mudahnya, maka
adanya rekonstruksi kearifan lokal sangat diperlukan. Masyarakat
Indonesia sudah sepatutnya untuk kembali kepada jati diri mereka melalui
pemaknaan kembali dan rekonstruksi nilai-nilai luhur budaya mereka.
Pada peristiwa tersebut, upaya yang perlu dilakukan adalah menguak
makna substantif kearifan lokal. Seperti contoh, keterbukaan
dikembangkan dan dikontekstualisasikan menjadi kejujuran dan nilai
turunan lainnya. Kehalusan diformulasi sebagai keramahtamahan yang
tulus. Harga diri diletakkan dalam upaya pengembangan prestasi dan
demikian seterusnya. Pada saat yang sama, hasil rekonstruksi ini perlu
disebarluaskan ke seluruh masyarakat sehingga menjadi identitas kokoh
bangsa, bukan sekadar menjadi identitas suku atau masyarakat tertentu.
Oleh karena itu, sebuah ketulusan memang perlu dijadikan modal
dasar bagi segenap unsur bangsa. Ketulusan untuk mengakui kelemahan
diri masing-masing dan ketulusan untuk membuang egoisme,
keserakahan, serta mau berbagi dengan yang lain sebagai entitas dari
bangsa yang sama. Para elit di berbagai tingkatan perlu menjadi garda
depan bukan dalam ucapan, akan tetapi dalam praksis konkret untuk
memulai. Dari ketulusan tersebut, seluruh elemen bangsa akan merajut
kebhinnekaan, menjadikannya untaian yang kokoh dan indah. Dengan
untaian yang menyatukan satu dengan yang lain, mereka  bersama-sama
menyelami kehidupan secara arif dan bijak. Di sana pijar-pijar lampu
kehidupan pasti akan menerangi menuju kehidupan yang lebih baik,
sejahtera, damai dan penuh keadilan.

E. Dampak Globalisasi terhadap Pelestarian Kearifan Lokal

13
Globalisasi adalah proses integrasi inernastional yang terjadi karena
pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran dan aspek kebudayaan
lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi
merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong
saling ketergantungan (interpendensi) aktivitas ekonomi dan budaya1.
Globalisasi juga memengaruhi seluruh aspek kehidupan seperti sistem
ekonomi, budaya dan lingkungan hidup manusia. Perkembangan teknologi
dan informasi di era globalisasi ini sangat memberi andil pada
pertumbuhan perekonomian dunia. bahkan teknologi juga menjadi
indikator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi
lebih cepat apabila didukung oleh faktor kemajuan teknologi. Teknologi
merupakan langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk
perkembangan ekonomi. Semakin cangggih teknologi berarti semakin
tinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi suatu negara2.
Kemajuan teknologi memiliki beberapa dampak positif dan negatif
yang muncul secara bersamaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Tilaar (1998) bahwa dampak positifnya akan menyebabkan munculnya
masyarakat mega kompetisi, dimana setiap orang berlomba untuk berbuat
yang terbaik untuk mencapai yang terbaik pula. Untuk berkompetisi di era
ini diperlukan kualitas yang tinggi. Era globalisasi ini adalah era mengejar
keunggulan dan kualitas, sehingga masyarakat menjadi dinamis, aktif dan
kreatif. Sebaliknya, globalisasi juga bisa menjadi ancaman bagi budaya
bangsa. Rendahnya tingkat pendidikan dan sikap anomie akan menjadi
salah satu penyebab masyarakat terseret dalam arus globalisasi. Selain itu,
dampak negatif lainnya yang ditimbulkan ialah pemborosan sumber daya

1
wikipedia
2
http://nartocalonlegislator.blogspot.com/2013/11/pengaruh-globalisasi-terhadap-kearifan.html

14
alam, meningkatnya kriminalitas dan timbulnya berbagai masalah dalam
segala aspek.
Globalisasi tidak hanya memengaruhi aspek perekonomian, tetapi juga
berdampak pada aspek sosial masyarakat atau kearifan lokal. Globalisasi
telah mendorong terjadinya perubahan dalam segala aspek termasuk
terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Orientasi kehidupan global yang individualis, , kapitalis dan
materialistik mampu menggeser berbagai sistem nilai sosial, moral, dan
sebagainya. Hal tersebut yang menyebabkan rusaknya mental dan moral
para remaja. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan terus terjadi. Untuk
mengatasi kondisi tersebut upaya revitalisasi nilai-nilai luhur budaya lokal
perlu dilakukan, agar generasi bangsa tidak terseret gaya hidup bangsa
barat dan arus globalisasi. Untuk unggul dalam membangun sebuah
peradaban tentunya kearifan lokal tidak harus ditinggalkan karena nilai –
nilai luhur budaya lokal merupakan akar kebangsaan yang berfungsi
sebagai tempat berpijak bagi peradaban dalam menaungi era globalisasi.
Salah satu strategi dalam menghadapi globalisasi adalah dengan cara
memperkuat akar kebangsaan. Secara sederhana, kearifan lokal dapat
dikatakan sebagai sekumpulan tata nilai yang dipegang dan dijalankan
oleh masyarakat dengan mengacu pada nilai – nilai hubungan antara
manusia dengan lingkungan, budaya setempat dan nilai – nilai yang
berlaku dalam masyarakat. Kearifan lokal itu mencakup segala komponen
yang membentuk struktur keberadaan suatu bangsa. Hal itu meliputi
sumber daya alam, posisi demografis negara, keberagaman, warisan luhur
bangsa serta nilai – nilai bamgsa dan manusia sebagai warga negara yang
mengelola sumber daya bangsanya. Budaya kearifan lokal harus
dikembangkan dan dilestarikan agar nilai – nilai luhur yang diwariskan
tidak luntur karena masuknya budaya asing di negara kita. Menggali dan
mengembangkan budaya kearifan lokal dapat dilakukan dengan

15
meningkatkan kualitas SDM, bijak dalam memanfaatkan alam, dan
membangun rasa solidaritas bangsa secara keseluruhan. Nilai-nilai budaya
yang dimaksud bukan hanya berupa prinsip-prinsip hidup yang
bermanfaat dalam mengasah keterampilan akal, tetapi juga berupa nilai-
nilai kehidupan yang dibutuhkan guna menghadapi tantangan peradaban
di masa depan. Dengan kata lain nilai-nilai tersebut merupakan prinsip
hidup yang mengandung orientasi budaya positif yang berupa prinsip
disiplin, kerja keras, kejujuran, ketangguhan, peningkatkan kompetensi
diri, serta mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman yang kompetitif.
Intinya bahwa globalisasi merupakan kenyataan sejarah yang tidak
terbantahkan oleh siapapun. Globalisasi menerpa setiap bangsa bahkan
manusia sebagai anggota masyarakat tidak dapat menghindarkan diri dari
pengaruh-pengaruh global. Penguatan akar kebangsaan kita akan
membentengi bangsa Indonesia dari pengaruh negatif yang berasal dari
luar. Dengan demikian bangsa Indonesia mampu mengarungi globalisasi
tanpa kehilangan jati diri bangsa.
Berikut beberapa tempat wisata di Indonesia yang mengandung
kearifan lokal adalah:
1. Museum Ganesha Malang museum ini menawarkan jejak
warisan budaya pulau Jawa mulai dari masa kerajaan Singosari
hingga kerajaan Majapahit, museum ini juga memiliki galeri
topeng yang menampilkan lebih dari 1000 koleksi topeng
tradisional dan modern yang menggambarkan perkembangan
seni di tanah air.
2. kampung naga Tasikmalaya destinasi wisata budaya ini terletak
di bawah perbukitan dan memiliki 110 rumah panggung yang
tertata dengan rapi dan menawan dalam rangka melestarikan
budaya serta lingkungan, masyarakat pedesaan Sunda tersebut
masih berpegang teguh pada tradisi dan leluhurnya.

16
BAB III

KESIMPULAN

17
Keanekaragaman nilai sosial budaya masyarakat yang terkandung di
dalam kearifan lokal itu umumnya bersifat verbal dan tidak sepenuhnya
terdokumentasi dengan baik. Di samping itu ada norma-norma sosial, baik
yang bersifat anjuran, larangan, maupun persyaratan adat yang ditetapkan
untuk aktivitas tertentu yang perlu dikaji lebih jauh. Harapannya adalah
untuk menyatukan gerak langkah antara satu sama lain, masyarakat
bersama-sama menggali sumber kehidupan secara arif dan bijak, sehingga
ada jalan menuju kehidupan yang lebih baik, damai, adil dan
sejahtera.Upaya yang perlu dilakukan adalah menguak makna substantif
nilai-nilai kearifan lokal.Keterbukaan dikembangkan menjadi kejujuran
dalarn setiap aktualisasi pergaulan, pekerjaan dan pembangunan, beserta
nilai-nilai budaya lain yang menyertainya. Ketulusan untuk mengakui
kelemahan diri masing-masing, dan ketulusan untuk membuang egoisme,
keserakahan, serta mau berbagi dengan yang lain sebagai entitas dari
bangsa yang sama. Dari ketulusan, seluruh elemen bangsa yang majernuk
masing-masing merajut kebhinnekaan, kemudian menjadikannya sebagai
semangat nasionalisme yang kokoh.

DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/budaya-dan-kearifan-lokal-sebagai-aset-budaya-
bangsa.html

18
http://girivixi.blogspot.com/2015/05/hubungan-kearifan-lokal-dengan.html
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkalbar/peran-kearifan-lokal-dalam-
pembangunan-karakter-bangsa/
http://kisswisuda.blogspot.com/2015/05/hubungan-kearifan-lokal-dengan-
budaya.html
http://staff.unila.ac.id/abdulsyani/2013/04/17/kearifan-lokal-sebagai-aset-
budayabangsa-dan-implementasinya-dalam-kehidupan-masyarakat/
wikipedia

19

Anda mungkin juga menyukai