Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MODERASI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA YANG


PLURAL DAN MULTIKULTURAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Moderasi Beragama
Dosen Pengampu : Bapak Dr. H. Imam Yahya, M.Ag.

Disusun Oleh :

Nabila Nida’ Musyaffa’ (2105036053)


Tia Nurholis (2105036054)
Salsabila Anis Widya (2105036055)
Yusuf Amin (2105036080)

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN WALISONGO SEMARANG
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena dengan rahmat karunia serta
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterimakasih Bapak Dr. H. Imam Yahya,
M.Ag. selaku dosen Islam dan Moderasi Beragama yang telah memberikan tugas makalah
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai moderasi beragama dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang plural
dan multikultural. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang , mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Semarang , November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
A. Realitas Sejarah dan Modal Sosial Kultural Moderasi Beragama di Indonesia....................................3
B. Pengertian, Batasan dan Strategi Moderasi Beragama di Indonesia...................................................5
C. Model Moderasi Beragama Bagi Masyarakat Indonesia......................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................................9
Kesimpulan..............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Itu kenyataan yang tak bisa disangkal.
Kita adalah bangsa yang terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama, yang tinggal di
pulau-pulau yang terpisah. Karena itu tepat sekali semboyan negara kita, Bhinneka
Tunggal Ika, berbeda tetapi satu. Perbedaan diakui, tidak disangkal atau dipaksa untuk
diseragamkan, tetapi pada saat yang sama, diakui pula adanya titik temu di antara
keragaman itu. Dengan adanya keanekaragaman budaya, agama, suku, bahasa yang
dimilikinya menstabilkan dirinya sebagai salah bangsa yang memiliki masyarakat
multikultural. Namun, realitas pluralitas itu juga dapat menjadi tantangan besar jika tidak
disikapi dengan bijak dan arif, bahkan bisa mengakibatkan perpecahan dan perseteruan.
Di tengah kondisi demikian itu, kehadiran moderasi Islam diharapkan dapat
memberikan solusi dengan karakter cara beragama yang ditawarkan menjadi solusi.
Moderasi Islam tidak berarti bahwa posisi netral yang abu-abu sebagaimana yang sering
dialamatkan kepada term tersebut, tidak juga berarti bahwa moderasi Islam diidentik
dengan bias paradigm Barat yang cendrung memperjuangkan kebebasan yang
kebablasan, akan tetapi moderasi Islam yang dimaksud adalah nilai-nilai universal seperti
keadilan, persamaan, kerahmatan, keseimbangan yang dimiliki oleh agama Islam yang
memiliki akar sejarah yang kuat dalam tradisi Nabi dan Sahabat. Moderasi Islam seperti
itu kemudian dapat dijumpai dalam tiap disiplin keilmuan Islam, mulai dari aspek akidah,
syariah, tasawuf, tafsir hadis dan dakwah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana realitas sejarah dan modal sosial kultural moderasi beragama di
Indonesia?
2. Apakah pengertian, batasan, dan strategi moderasi beragama di Indonesia?
3. Bagaimana model moderasi beragama bagi masyarakat Indonesia?

1
C. Tujuan
4. Untuk mengetahui bagaimana realitas sejarah dan modal sosial kultural moderasi
beragama di Indonesia.
5. Untuk mengetahui apakah pengertian, batasan, dan strategi moderasi beragama di
Indonesia.
6. Untuk mengetahui bagaimana model moderasi beragama bagi masyarakat Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Realitas Sejarah dan Modal Sosial Kultural Moderasi Beragama di


Indonesia
Agama pemegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia
terutama dalam menyusun norma-norma sosial kemasyarakatan. Indonesia sangat
beruntung memiliki sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan yang
mampu memberikan kontribusi signifikan dalam penguatan harmoni dan demokrasi.
Hal ini telah mendapat pengakuan luas dari masyarakat global, khususnya dari
negara-negara yang juga plural dan multikultural tapi tidak memiliki ormas
keagamaan seperti di Indonesia. Tokoh-tokoh demokrasi, tokoh agama, dan para
cendekiawan di Indonesia pun meyakini bahwa ormas keagamaan di Indonesia telah
memberikan bantuan tak terhingga terhadap keberlangsungan kehidupan berbangsa
dan beragama. Ormas-ormas keagamaan di Indonesia juga memiliki komiten besar
terhadap kebangsaan, NKRI, demokrasi, serta nilai-nilai luhur tradisi dan
kebudayaan yang sudah lama berkembang, sehingga membentuk karakter nasional
bangsa yang religius dan moderat.
Dengan keragaman agama yang ada, Indonesia memang tidak bisa lepas dari
konflik yang bernuansa agama. Kasus-kasus yang pernah terjadi di sejumlah wilayah
di Indonesia menunjukkan masih adanya individu atau kelompok tertentu di
Indonesia yang belum bisa toleran. Hal ini juga mengkonfirmasi bahwa keadaan
masyarakat Indonesia yang telah hidup ratusan tahun dalam keragaman tidak
menjamin kekebalan akan konflik dan perselisihan, termasuk di antaranya masalah
keberagamaan. Namun, optimisme bahwa Indonesia dapat menghadapi tantangan
tersebut harus tetap dipupuk. Masih berdirinya NKRI sampai sekarang menjadi bukti
bahwa negeri ini masih punya modal sosial yang kuat untuk mengatasi konflik yang
ada.
Salah satu modal sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia adalah
budaya gotong royong yang sejak lama telah melekat pada setiap lapisan masyarakat.

3
Gotong royong merupakan perwujudan nyata dari semangat kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia. Kegiatan ini mempunyai nilai moral yang tinggi, seperti
kebersamaan, rasa empati, saling membantu, dan lebih mengutamakan kepentingan
bersama. Sikap ini dapat kita jumpai dalam aktivitas keseharian masyarakat
Indonesia, seperti perayaan, bakti sosial, aktivitas pertanian, peristiwa bencana atau
kematian, bahkan sosial keagamaan. Sikap ini menggambarkan bagaimana bangsa
Indonesia lebih mengedepankan kemanusiaan dan persamaan daripada perbedaan.
Selain gotong royong, modal sosial lain yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
ialah budaya bermusyawarah yang telah diterapkan oleh masyarakat Indonesia sejak
dahulu. Masyarakat Indonesia sangatlah sadar pentingnya musyawarah dalam
menyelesaikan segala bentuk permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat. Cara
ini menjadi wadah bagi semua orang untuk dapat saling memberikan dan men-
dengarkan pendapat. Di dalam bermusyawarah, tidak ada orang atau kelompok yang
dapat mendominasi dan memaksakan kehendaknya. Budaya ini dipraktikkan oleh
bangsa Indonesia untuk mencapai suatu kesepakatan bersama (mufakat) dalam
mewujudkan kebaikan bersama.
Selain itu, gerakan merajut toleransi dan kebinekaan di negeri ini terus
tumbuh. Tak hanya dalam wadah dialog yang merupakan ruang perjumpaan
masyarakat lintas agama, suku dan ras, melainkan juga dalam aksi solidaritas
kemanusiaan. Di sejumlah daerah, masyarakat menginisiasi membangun monumen
sebagai simbol perdamaian, seperti Monumen Merpati Perdamaian di kota Padang,
Tugu Perdamaian di Kota Sampit, Tugu Cinta Damai di Tanjung Selor Kalimantan
Utara, dan lainlain. Selain itu, ada juga Bukit Kasih di Minahasa Sulawesi Utara
yang didasari oleh sikap masyarakat Minahasa dan Tomohon yang toleran. Aneka
tugu atau monumen perdamaian, bahkan mural, sebagai simbol diam itu menjadi
pengingat pentingnya merajut dan menjaga toleransi.
Berkat pengalaman bangsa Indonesia yang mampu menghadapi tantangan
perbedaan dengan selalu mengedepankan kepentingan bersama, Indonesia seringkali
berperan sebagai penengah dan inisiator perdamaian atas konflik yang terjadi di
kawasan. Misalnya, Indonesia pernah menjadi mediator atas konflik yang terjadi
ketika Vietnam menduduki Kamboja . Tidak hanya itu, modal penting lainnya adalah

4
bahwa masyarakat Indonesia memiliki pengalaman empirik mengimplementasikan
moderasi beragama dalam penyelesaian sejumlah masalah keberagamaan yang
muncul.

B. Pengertian, Batasan dan Strategi Moderasi Beragama di Indonesia


Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin “Moderatio” yang berarti sedang – sedang
(tidak lebih dan tidak kurang). Dalam KBBI, moderasi memiliki dua makna yakni
pengurangan kekerasan dan penghindaran keekstreman. Moderasi adalah sikap dan
pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan tidak radikal. Seperti yang
dijelaskan dalam Q.S Al – Baqarah : 143 yang menjelaskan bahwa umat Islam lebih
unggul dibandingkan umat lainnya. AlQur'an mengajarkan keseimbangan antara
hajat manusia akan sisi spiritualitas atau tuntutan batin akan kehadiran Tuhan, juga
menyeimbangkan tuntutan manusia akan kebutuhan materi.
Jadi, secara istilah moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam
beragama secara moderat, yaitu mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran
agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Bersikap
moderat dapat dilakukan dengan memiliki sikap yang terbuka, berpikir secara
rasional, bersikap tawadhu’ atau rendah hati dan selalu berpikir bahwa apa yang
dilakukannya harus membawa manfaat. Sikap moderat merupakan usaha untuk 3
mengikis heterofobia atau ketakutan terhadap yang lain. Menjadi moderat adalah
kesadaran untuk memandang orang lain sebagai pelita yang menerangi dan menuntut
kehadiran dan membuka sejumlah kemungkinan tentang diri ini. Semangat moderat
adalah upaya untuk membangun sikap toleransi yang dapat menjamin setiap individu
atau kelompok tertentu agar bebas mengaktualisasikan dirinya sendiri. Semangat
moderat adalah alat untuk bergerak bersama dalam mencintai dan mengupayakan
kehidupan bersama yang saling menghormati dan menghargai. Hal tersebutlah yang
akan mengokohkan persatuan bangsa Indonesia yang dalam faktanya memiliki
berbagai macam budaya, ras, suku dan agama.
Dalam moderasi beragama, diperlukan adanya ukuran, batasan dan indikator
untuk menentukan apakah sebuah cara pandang, sikap dan perilaku beragama
tersebut tergolong moderat atau ekstrem. Ukuran tersebut dapat dibuat dengan

5
berlandaskan pada sumber – sumber terpercaya, seperti teks – teks agama, konstitusi
negara, kearifan lokal serta konsensus dan kesepakatan bersama. Moderasi beragama
harus dipahami sebagai sikap beragama yang seimbang antara pengalaman agama
sendiri dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain yang berbeda
keyakinan. Keseimbangan atau jalan tengah dalam 4 praktik beragama ini niscaya
akan menghindarkan dari sikap ekstrem berlebihan, fanatik dan sikap revolusioner
dalam beragama. Seperti telah diisyaratkan sebelumnya, moderasi beragama
merupakan solusi atas hadirnya dua kutub ekstrem dalam beragama, kutub ultra-
konservatif atau ekstrem kanan di satu sisi dan liberal atau ekstrem kiri di sisi lain.
Pada hakikatnya, moderasi beragama merupakan kunci terwujudnya toleransi
dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Pilihan pada
moderasi dengan menolak ekstremisme dan liberalisme dalam beragama adalah
kunci keseimbangan demi terpeliharanya peradaban dan terciptanya perdamaian.
Dengan cara tersebut masing – masing umat beragama dapat menghargai orang lain,
menerima perbedaan yang ada serta hidup bersama dalam damai dan harmoni.
Penerapan moderasi beragama di Indonesia bukanlah sebuah pilihan melainkan
sebuah keharusan karena didalamnya terdapat masyarakat multikultural yang ragam
akan budayanya.
Dalam penerapan moderasi beragama diperlukan beberapa strategi agar
masyarakat dapat memahami dan melaksanakannya dengan baik. Penguatan strategi
beragama dapat dilakukan dengan strategi pendidikan Islam melalui integrasi ilmu
agama dan ilmu umum seperti kearifan lokal, kebangsaan dunia global dan
sebagainya. Selain itu, penerapan moderasi beragama dapat dilakukan dengan
menyisipkan mata kuliah khusus moderasi beragama dalam mata kuliah 5 yang
relevan serta melalui hidden curriculum seperti etika berbicara dan berbahasa,
pendidikan multikultural serta pendidikan karakter Islami.
Strategi penerapan moderasi beragama di Indonesia dapat juga memakai
model pendekatan dan metode strategi-teknis untuk moderasi beragama misalnya
pendekatan saintifik doktriner kontekstual. Tri Pusat Pendidikan juga diperlukan
dalam penguatan strategi moderasi beragama. Tri Pusat Pendidikan tersebut yaitu
pendidikan keluarga, pendidikan masyarakat, dan pendidikan formal. Pewujudan

6
arus utama moderasi beragama dapat melalui sinergitas dan kolaborasi semua pihak,
semua aspek pendekatan keilmuan dan semua aspek sudut pandang sisi kehidupan
baik ekonomi, sosial, politik, dan lain – lain.

C. Model Moderasi Beragama Bagi Masyarakat Indonesia


Kehidupan beragama di Indonesia umumnya berlangsung harmonis karena
adanya toleransi antarumat beragama. Negara juga menjamin kebebasan warganya
beribadah menurut agamanya masing-masing seperti termuat dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Jauh sebelum Indonesia merdeka, keragaman agama
telah menjadi mosaik di bumi Nusantara. Hal tersebut karena penyebaran agama
lebih banyak dengan pendekatan akulturasi sehingga mampu membentuk hubungan
antarumat beragama yang toleran. Dalam periode panjang toleransi telah membumi
menjadi kearifan lokal masyarakat dan memiliki peran penting membangun
kerukunan beragama di Indonesia. Nilai-nilai toleransi telah tertanam dalam
konstruksi keyakinan (belief) pada tataran personal maupun sosial, dilestarikan
melalui tradisi dan ajaran luhur, ditampilkan dalam karya budaya sebagai penanda
hadirnya toleransi beragama di tengah masyarakat. Di tengah ancaman intoleransi
yang terkesan menguat, upaya revitalisasi toleransi beragama berbasis kearifan lokal
diharapkan mampu menjadi peredam bahkan solusi.
Berangkat dari latarbelakang tersebut maka upaya memahami secara lebih
komprehensif kearifan toleransi beragama dan bagaimana upaya revitalisasi menjadi
penting. Untuk itu kami mengundang kontribusi pemikiran kolega diskusi melalui
makalah yang terkait dengan hal di atas. Dari tulisan yang terkumpul maka dapat
ditarik benang merah pemikiran, bahwa toleransi beragama di Indonesia mampu
berkembang subur karena adanya wadah ataupun habitat yang menunjang. Dari
tulisan yang ada, wadah itu dapat berupa budaya dan keluarga. DP Budi Susetyo
menyoroti dalam peran budaya multikultural yang selama ini telah berkembang
bahkan telah ada sebelum Indonesia merdeka, menjadi lahan subur bagi toleransi
beragama. Dalam perspektif psikologi multikultural dapat ditelaah bahwa toleransi
dapat berlangsung karena faktor kepribadian multikultural, relasi multikultural dan

7
ideologi multikultural. Upaya revitalisasi dapat dilakukan melalui tiga dimensi
tersebut.
Keluarga juga mampu menjadi wadah bagi tumbuhnya toleransi beragama. Y.
Bagus Wismanto mengingatkan lagi peran keluarga yang menjadi dasar kekuatan
sosial masyarakat. Melalui tulisannya, ia menegaskan tentang toleransi yang sudah
dikenalkan sejak dini di dalam keluarga menjadi bekal setiap orang menjalin relasi
yang toleran di masyarakat. Kehidupan keluarga yang sejahtera secara lahir dan batin
menjadi lahan positif bagi toleransi. Demikianlah secara turun temurun toleransi
telah dikenalkan melalui kearifan keluarga Indonesia.
Strategi penyebaran agama akomodatif dengan kemajemukan masyarakat
juga menjadi salah satu kunci membangun dan menjaga toleransi beragama.
Mochamad Sulthon memaparkan tentang bagaimana dakwah dalam Islam
menjalankan prinsip tersebut. Dengan pendekatan dakwah yang akomodatif, dialogis
dengan budaya lokal maka Islam dapat tampil dalam konteks budaya setempat tanpa
mengurangi esensi ajaran Islam itu sendiri. Bahkan jauh sebelumnya, Islam diajarkan
secara toleran dan akulturatif oleh para Wali.
Toleransi beragama didukung oleh nilai-nilai luhur yangsecara terus menerus
diajarkan dan disosialisasikan. Lelik Ardiyanto membahas tentang keterbukaan
dalam menghargai perbedaan, tidak memaksakan kebenaran keyakinannya pada
keyakinan lain, karena adanya relativitas konteks budaya yang harus dipahami dan
dihargai. Melalui proses observasi dan belajar dari panutan (guru), orang belajar
bagaimana mengembangkan toleransi dalam beragama.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Indonesia sangat beruntung memiliki sejumlah organisasi kemasyarakatan keagamaan
yang mampu memberikan kontribusi signifikan dalam penguatan harmoni dan demokrasi. Hal ini
telah mendapat pengakuan luas dari masyarakat global, khususnya dari negara-negara yang juga
plural dan multikultural tapi tidak memiliki ormas keagamaan seperti di Indonesia. Ormas-ormas
keagamaan di Indonesia juga memiliki komiten besar terhadap
kebangsaan, NKRI, demokrasi, serta nilai-nilai luhur tradisi dan kebudayaan yang sudah lama
berkembang, sehingga membentuk karakter nasional bangsa yang religius dan moderat. Dengan
keragaman agama yang ada, Indonesia memang tidak bisa lepas dari konflik yang bernuansa
agama. Masih berdirinya NKRI sampai sekarang menjadi bukti bahwa negeri ini masih punya
modal sosial yang kuat untuk mengatasi konflik yang ada. Salah satu modal sosial yang menjadi
ciri khas bangsa Indonesia adalah budaya gotong royong yang sejak lama telah melekat pada
setiap lapisan masyarakat. Kegiatan ini mempunyai nilai moral yang tinggi, seperti
kebersamaan, rasa empati, saling membantu, dan lebih mengutamakan kepentingan
bersama. Selain gotong royong, modal sosial lain yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ialah
budaya bermusyawarah yang telah diterapkan oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu. Di dalam
bermusyawarah, tidak ada orang atau kelompok yang dapat mendominasi dan memaksakan
kehendaknya. Tak hanya dalam wadah dialog yang merupakan ruang perjumpaan masyarakat
lintas agama, suku dan ras, melainkan juga dalam aksi solidaritas kemanusiaan lain.
Dalam beragama, pemahaman moderat sangatlah diperlukan. Menjadi moderat adalah
kesadaran untuk memandang orang lain sebagai pelita yang menerangi dan menuntut kehadiran
dan membuka sejumlah kemungkinan tentang diri ini. Semangat moderat adalah upaya untuk
membangun sikap toleransi yang dapat menjamin setiap individu atau kelompok tertentu agar
bebas mengaktualisasikan dirinya sendiri. Semangat moderat adalah alat untuk bergerak bersama
dalam mencintai dan mengupayakan kehidupan bersama yang saling menghormati dan
menghargai. Hal tersebutlah yang akan mengokohkan persatuan bangsa Indonesia yang dalam
faktanya memiliki berbagai macam budaya, ras, suku dan agama.

9
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama. (Jakarta:
Kementerian Agama, 2019),
Faizin, Muhammad, Moderasi Beragama dan Urgensinya, 2020
https://uninus.ac.id/moderasi-beragama-dan-urgensinya/

Online, NU, Strategi Moderasi Antarumat Beragama, 27 Juli 2018


https://www.nu.or.id/post/read/93454/strategi-moderasi-antarumat-beragama

Tantizul, Bimas Islam, Moderasi Beragama, 04 Maret


2021http://purbalingga.kemenag.go.id/

Tapingku, Dr. Joni, Moderasi Beragama sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa, 15
September 2021 https://www.iainpare.ac.id/moderasi-beragama-sebagai-perekat/

Yahya, M. Daud, Moderasi Beragama Rahmat Semesta Bagi Lokalitas, Bangsa dan
Dunia Global, 15 Juli 2020 https://www.uin-antasari.ac.id/moderasi-beragama-
rahmat-semesta-bagi-lokalitas-bangsa-dan-dunia-global/

10

Anda mungkin juga menyukai