Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena dengan rahmat karunia serta
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterimakasih Bapak Dr. H. Imam Yahya,
M.Ag. selaku dosen Islam dan Moderasi Beragama yang telah memberikan tugas makalah
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai moderasi beragama dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang plural
dan multikultural. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang , mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
A. Realitas Sejarah dan Modal Sosial Kultural Moderasi Beragama di Indonesia....................................3
B. Pengertian, Batasan dan Strategi Moderasi Beragama di Indonesia...................................................5
C. Model Moderasi Beragama Bagi Masyarakat Indonesia......................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................................9
Kesimpulan..............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Itu kenyataan yang tak bisa disangkal.
Kita adalah bangsa yang terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama, yang tinggal di
pulau-pulau yang terpisah. Karena itu tepat sekali semboyan negara kita, Bhinneka
Tunggal Ika, berbeda tetapi satu. Perbedaan diakui, tidak disangkal atau dipaksa untuk
diseragamkan, tetapi pada saat yang sama, diakui pula adanya titik temu di antara
keragaman itu. Dengan adanya keanekaragaman budaya, agama, suku, bahasa yang
dimilikinya menstabilkan dirinya sebagai salah bangsa yang memiliki masyarakat
multikultural. Namun, realitas pluralitas itu juga dapat menjadi tantangan besar jika tidak
disikapi dengan bijak dan arif, bahkan bisa mengakibatkan perpecahan dan perseteruan.
Di tengah kondisi demikian itu, kehadiran moderasi Islam diharapkan dapat
memberikan solusi dengan karakter cara beragama yang ditawarkan menjadi solusi.
Moderasi Islam tidak berarti bahwa posisi netral yang abu-abu sebagaimana yang sering
dialamatkan kepada term tersebut, tidak juga berarti bahwa moderasi Islam diidentik
dengan bias paradigm Barat yang cendrung memperjuangkan kebebasan yang
kebablasan, akan tetapi moderasi Islam yang dimaksud adalah nilai-nilai universal seperti
keadilan, persamaan, kerahmatan, keseimbangan yang dimiliki oleh agama Islam yang
memiliki akar sejarah yang kuat dalam tradisi Nabi dan Sahabat. Moderasi Islam seperti
itu kemudian dapat dijumpai dalam tiap disiplin keilmuan Islam, mulai dari aspek akidah,
syariah, tasawuf, tafsir hadis dan dakwah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana realitas sejarah dan modal sosial kultural moderasi beragama di
Indonesia?
2. Apakah pengertian, batasan, dan strategi moderasi beragama di Indonesia?
3. Bagaimana model moderasi beragama bagi masyarakat Indonesia?
1
C. Tujuan
4. Untuk mengetahui bagaimana realitas sejarah dan modal sosial kultural moderasi
beragama di Indonesia.
5. Untuk mengetahui apakah pengertian, batasan, dan strategi moderasi beragama di
Indonesia.
6. Untuk mengetahui bagaimana model moderasi beragama bagi masyarakat Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gotong royong merupakan perwujudan nyata dari semangat kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia. Kegiatan ini mempunyai nilai moral yang tinggi, seperti
kebersamaan, rasa empati, saling membantu, dan lebih mengutamakan kepentingan
bersama. Sikap ini dapat kita jumpai dalam aktivitas keseharian masyarakat
Indonesia, seperti perayaan, bakti sosial, aktivitas pertanian, peristiwa bencana atau
kematian, bahkan sosial keagamaan. Sikap ini menggambarkan bagaimana bangsa
Indonesia lebih mengedepankan kemanusiaan dan persamaan daripada perbedaan.
Selain gotong royong, modal sosial lain yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
ialah budaya bermusyawarah yang telah diterapkan oleh masyarakat Indonesia sejak
dahulu. Masyarakat Indonesia sangatlah sadar pentingnya musyawarah dalam
menyelesaikan segala bentuk permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat. Cara
ini menjadi wadah bagi semua orang untuk dapat saling memberikan dan men-
dengarkan pendapat. Di dalam bermusyawarah, tidak ada orang atau kelompok yang
dapat mendominasi dan memaksakan kehendaknya. Budaya ini dipraktikkan oleh
bangsa Indonesia untuk mencapai suatu kesepakatan bersama (mufakat) dalam
mewujudkan kebaikan bersama.
Selain itu, gerakan merajut toleransi dan kebinekaan di negeri ini terus
tumbuh. Tak hanya dalam wadah dialog yang merupakan ruang perjumpaan
masyarakat lintas agama, suku dan ras, melainkan juga dalam aksi solidaritas
kemanusiaan. Di sejumlah daerah, masyarakat menginisiasi membangun monumen
sebagai simbol perdamaian, seperti Monumen Merpati Perdamaian di kota Padang,
Tugu Perdamaian di Kota Sampit, Tugu Cinta Damai di Tanjung Selor Kalimantan
Utara, dan lainlain. Selain itu, ada juga Bukit Kasih di Minahasa Sulawesi Utara
yang didasari oleh sikap masyarakat Minahasa dan Tomohon yang toleran. Aneka
tugu atau monumen perdamaian, bahkan mural, sebagai simbol diam itu menjadi
pengingat pentingnya merajut dan menjaga toleransi.
Berkat pengalaman bangsa Indonesia yang mampu menghadapi tantangan
perbedaan dengan selalu mengedepankan kepentingan bersama, Indonesia seringkali
berperan sebagai penengah dan inisiator perdamaian atas konflik yang terjadi di
kawasan. Misalnya, Indonesia pernah menjadi mediator atas konflik yang terjadi
ketika Vietnam menduduki Kamboja . Tidak hanya itu, modal penting lainnya adalah
4
bahwa masyarakat Indonesia memiliki pengalaman empirik mengimplementasikan
moderasi beragama dalam penyelesaian sejumlah masalah keberagamaan yang
muncul.
5
berlandaskan pada sumber – sumber terpercaya, seperti teks – teks agama, konstitusi
negara, kearifan lokal serta konsensus dan kesepakatan bersama. Moderasi beragama
harus dipahami sebagai sikap beragama yang seimbang antara pengalaman agama
sendiri dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain yang berbeda
keyakinan. Keseimbangan atau jalan tengah dalam 4 praktik beragama ini niscaya
akan menghindarkan dari sikap ekstrem berlebihan, fanatik dan sikap revolusioner
dalam beragama. Seperti telah diisyaratkan sebelumnya, moderasi beragama
merupakan solusi atas hadirnya dua kutub ekstrem dalam beragama, kutub ultra-
konservatif atau ekstrem kanan di satu sisi dan liberal atau ekstrem kiri di sisi lain.
Pada hakikatnya, moderasi beragama merupakan kunci terwujudnya toleransi
dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Pilihan pada
moderasi dengan menolak ekstremisme dan liberalisme dalam beragama adalah
kunci keseimbangan demi terpeliharanya peradaban dan terciptanya perdamaian.
Dengan cara tersebut masing – masing umat beragama dapat menghargai orang lain,
menerima perbedaan yang ada serta hidup bersama dalam damai dan harmoni.
Penerapan moderasi beragama di Indonesia bukanlah sebuah pilihan melainkan
sebuah keharusan karena didalamnya terdapat masyarakat multikultural yang ragam
akan budayanya.
Dalam penerapan moderasi beragama diperlukan beberapa strategi agar
masyarakat dapat memahami dan melaksanakannya dengan baik. Penguatan strategi
beragama dapat dilakukan dengan strategi pendidikan Islam melalui integrasi ilmu
agama dan ilmu umum seperti kearifan lokal, kebangsaan dunia global dan
sebagainya. Selain itu, penerapan moderasi beragama dapat dilakukan dengan
menyisipkan mata kuliah khusus moderasi beragama dalam mata kuliah 5 yang
relevan serta melalui hidden curriculum seperti etika berbicara dan berbahasa,
pendidikan multikultural serta pendidikan karakter Islami.
Strategi penerapan moderasi beragama di Indonesia dapat juga memakai
model pendekatan dan metode strategi-teknis untuk moderasi beragama misalnya
pendekatan saintifik doktriner kontekstual. Tri Pusat Pendidikan juga diperlukan
dalam penguatan strategi moderasi beragama. Tri Pusat Pendidikan tersebut yaitu
pendidikan keluarga, pendidikan masyarakat, dan pendidikan formal. Pewujudan
6
arus utama moderasi beragama dapat melalui sinergitas dan kolaborasi semua pihak,
semua aspek pendekatan keilmuan dan semua aspek sudut pandang sisi kehidupan
baik ekonomi, sosial, politik, dan lain – lain.
7
ideologi multikultural. Upaya revitalisasi dapat dilakukan melalui tiga dimensi
tersebut.
Keluarga juga mampu menjadi wadah bagi tumbuhnya toleransi beragama. Y.
Bagus Wismanto mengingatkan lagi peran keluarga yang menjadi dasar kekuatan
sosial masyarakat. Melalui tulisannya, ia menegaskan tentang toleransi yang sudah
dikenalkan sejak dini di dalam keluarga menjadi bekal setiap orang menjalin relasi
yang toleran di masyarakat. Kehidupan keluarga yang sejahtera secara lahir dan batin
menjadi lahan positif bagi toleransi. Demikianlah secara turun temurun toleransi
telah dikenalkan melalui kearifan keluarga Indonesia.
Strategi penyebaran agama akomodatif dengan kemajemukan masyarakat
juga menjadi salah satu kunci membangun dan menjaga toleransi beragama.
Mochamad Sulthon memaparkan tentang bagaimana dakwah dalam Islam
menjalankan prinsip tersebut. Dengan pendekatan dakwah yang akomodatif, dialogis
dengan budaya lokal maka Islam dapat tampil dalam konteks budaya setempat tanpa
mengurangi esensi ajaran Islam itu sendiri. Bahkan jauh sebelumnya, Islam diajarkan
secara toleran dan akulturatif oleh para Wali.
Toleransi beragama didukung oleh nilai-nilai luhur yangsecara terus menerus
diajarkan dan disosialisasikan. Lelik Ardiyanto membahas tentang keterbukaan
dalam menghargai perbedaan, tidak memaksakan kebenaran keyakinannya pada
keyakinan lain, karena adanya relativitas konteks budaya yang harus dipahami dan
dihargai. Melalui proses observasi dan belajar dari panutan (guru), orang belajar
bagaimana mengembangkan toleransi dalam beragama.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia sangat beruntung memiliki sejumlah organisasi kemasyarakatan keagamaan
yang mampu memberikan kontribusi signifikan dalam penguatan harmoni dan demokrasi. Hal ini
telah mendapat pengakuan luas dari masyarakat global, khususnya dari negara-negara yang juga
plural dan multikultural tapi tidak memiliki ormas keagamaan seperti di Indonesia. Ormas-ormas
keagamaan di Indonesia juga memiliki komiten besar terhadap
kebangsaan, NKRI, demokrasi, serta nilai-nilai luhur tradisi dan kebudayaan yang sudah lama
berkembang, sehingga membentuk karakter nasional bangsa yang religius dan moderat. Dengan
keragaman agama yang ada, Indonesia memang tidak bisa lepas dari konflik yang bernuansa
agama. Masih berdirinya NKRI sampai sekarang menjadi bukti bahwa negeri ini masih punya
modal sosial yang kuat untuk mengatasi konflik yang ada. Salah satu modal sosial yang menjadi
ciri khas bangsa Indonesia adalah budaya gotong royong yang sejak lama telah melekat pada
setiap lapisan masyarakat. Kegiatan ini mempunyai nilai moral yang tinggi, seperti
kebersamaan, rasa empati, saling membantu, dan lebih mengutamakan kepentingan
bersama. Selain gotong royong, modal sosial lain yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ialah
budaya bermusyawarah yang telah diterapkan oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu. Di dalam
bermusyawarah, tidak ada orang atau kelompok yang dapat mendominasi dan memaksakan
kehendaknya. Tak hanya dalam wadah dialog yang merupakan ruang perjumpaan masyarakat
lintas agama, suku dan ras, melainkan juga dalam aksi solidaritas kemanusiaan lain.
Dalam beragama, pemahaman moderat sangatlah diperlukan. Menjadi moderat adalah
kesadaran untuk memandang orang lain sebagai pelita yang menerangi dan menuntut kehadiran
dan membuka sejumlah kemungkinan tentang diri ini. Semangat moderat adalah upaya untuk
membangun sikap toleransi yang dapat menjamin setiap individu atau kelompok tertentu agar
bebas mengaktualisasikan dirinya sendiri. Semangat moderat adalah alat untuk bergerak bersama
dalam mencintai dan mengupayakan kehidupan bersama yang saling menghormati dan
menghargai. Hal tersebutlah yang akan mengokohkan persatuan bangsa Indonesia yang dalam
faktanya memiliki berbagai macam budaya, ras, suku dan agama.
9
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama. (Jakarta:
Kementerian Agama, 2019),
Faizin, Muhammad, Moderasi Beragama dan Urgensinya, 2020
https://uninus.ac.id/moderasi-beragama-dan-urgensinya/
Tapingku, Dr. Joni, Moderasi Beragama sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa, 15
September 2021 https://www.iainpare.ac.id/moderasi-beragama-sebagai-perekat/
Yahya, M. Daud, Moderasi Beragama Rahmat Semesta Bagi Lokalitas, Bangsa dan
Dunia Global, 15 Juli 2020 https://www.uin-antasari.ac.id/moderasi-beragama-
rahmat-semesta-bagi-lokalitas-bangsa-dan-dunia-global/
10