Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN SOLUSI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT


SERTA

KAITAN TOPIK DENGAN PERMASALAHAN BIDAN

DOSENPEMBIMBING :IIN FITRANIAR, SST.

MATA KULIAH :ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

DISUSUN

KELOMPOK IV

 SITI ALIA FAHLENA


 SITI BUNAIYAL FATI’AH
 SYAHARANI
 ULFIA RAHMA
 WILDA ANDRIANI
 YULIA HILDA
 YULIANISAH B.
 YULIZA ANDARI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES


ACEH
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang berjudul
‘‘PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN SOLUSI DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT SERTA KAITAN TOPIK DENGAN PERMASALAHAN BIDAN ’’

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari pembaca guna untuk
menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang agar lebih baik lagi. Semoga makalah
yang sederhana ini bermanfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, 16 Oktober

2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTARISI…............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang…..............................................................................................................

1.2 Identifikasi Masalah….....................................................................................................

1.3 Tujuan...............................................................................................................................

BAB II PEMBASAN

2.1 Makna Keragaman..........................................................................................................

2.2 Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia…..............................................

2.3 Pengaruh Keragaman Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara, dan


Kehidupan Global............................................................................................................

2.4 Problematika Diskriminasi..............................................................................................

2.5 Manusia Beradab Dalam Keragaman..............................................................................

2.6 Problematika Keragaman Dan Solusi Dalam Kehidupan Masyarakat Serta Kaitan Topik
Dengan Permasalahan Bidan...........................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................

3.2 Saran.................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Adanya perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan
keyakinan, ideologi, adat kesopanan, serta situasi ekonomi dalam masyarakat menjadi sesuatu yang
dapat memunculkan konflik diantaranya masyarakatitu, dalam perbedaan dan keragaman yang ada
itu, manusia tetap memiliki satu tingkatan hierarki yang secara tidak langsung membuat masyarakat
hidup rukun dan berdampingan.

Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangat beragam.
Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-
ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran-ukuran tubuh, mata, ukuran
kepala, dan lain sebagainya.

Masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi menengah kebawah serta merupakan
masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, dan strata sosial yang hierarkis. Hal
ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat dihindari lagi.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penyusun mengidentifikasi
masalah yang meliputi :
 Makna Keragaman
 Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia
 Pengaruh Keragaman Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan
Kehidupan Global
 Problematika Diskriminasi
 Manusia Beradab dalam Keragaman
 Problematika Keragaman dan Solusi dalam Kehidupan Masyarakat serta Kaitan Topik dalam
Permasalahan Bidan

1.3. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Makna Keragaman

Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat perbedaan-perbedaan dalam
berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan, serta
situasi ekonomi.

2.2. Unsur-unsur Keragaman dalam Masyarakat Indonesia

a. Suku Bangsa dan Ras

Di Indonesia, terutama bagian barat mulai dari Sulawesi adalah termasuk ras Mongoloid Melayu Muda
(Deutero Malayan Mongoloid). Kecuali Batak dan Toraja yang termasuk Mongolid Melayu Tua (Proto
Malayan Mongoloid). Sebelah Timur Indonesia termasuk ras Austroloid, termasuk bagian NTT.
Sedangkan kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan China yang
termasuk Astratic Mongoloid.

b. Agama dan Keyakinan

Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud
berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat
ditangkap dengan panca indra, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan
manusia sehari-hari (Harun Nasution:10 dalam Elly,dkk: 146).

Agama sebagai bentuk keyakinan memang sulit diukur secara tepat dan rinci. Hal ini pula yang
barangkali menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apapun
bentuk kepercayaan yang dianggap sebagai agama, tampaknya memang memiliki ciri umum yang hampir
sama, baik dalam agama primitif maupun agama monoteisme. Menurut Robert H. Thouless, fakta
menunjukkan bahwa agama berpusat pada Tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan yang
tak boleh diabaikan (Psikologi Agama: 14 dalam Elly, dkk:147).

Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari Kehidupan masyarakat. Dalam praktiknya fungsi
agama dalam masyarakat antara lain adalah :

 Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang
 Berfungsi penyelamat
 Berfungsi sebagai perdamaian
 Berfungsi sebagai sosial kontrol
 Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
 Berfungsi transformatif
 Berfungsi kreatif
 Berfungsi sublimatif

Pada dasarnya agama dan keyakinan merupakan unsur penting dalam keragaman bangsa Indonesia.
Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang diakui di Indonesia.

c. Ideologi dan Politik

Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku
dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental.
Ideologi membantu untuk lebih memperkuat landasan moral bagi sebuah tindakan. Politik mencakup baik
konflik antara individu-individu dan kelompok untuk memperoleh kekuasaan, yang digunakan oleh
pemenang bagi keuntungannhya sendiri atas kerugian dari yang ditaklukan. Politik juga bermakna usaha
untuk menegakkan ketertiban sosial.
Keragaman masyarakat Indonesia dalam ideologi dan politik dapat dilihat dari banyaknya partai politik
sejak berakhirnya orde lama. Meskipun pada dasarnya Indonesia hanya mengakui satu ideologi, yaitu
Pancasila yang benar-benar mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

d. Tata Krama

Tata krama berasal dari bahasa Jawa yang berarti “adat sopan santun, basa-basi” pada dasarnya ialah
segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu.
Tata krama dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat dan terdiri dari aturan-aturan yang kalau
dipatuhi diharapkan akan tercipta interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam masyarakat yang
bersangkutan. Indonesia memiliki beragam suku bangsa di mana setiap suku bangsa memiliki adat
tersendiri meskipun karena adanya sosialisasi nilai-nilai dan norma secara turun-temurun dan
berkesinambungan dari generasi ke generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam suatu suku
bangsa yang sama akan memiliki adat kesopanan yang relatif sama.

e. Kesenjangan Ekonomi

Bagi sebagian negara berkembang, perekonomian akan menjadi salah satu perhatian yang terus
ditingkatkan. Namun umumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi menengah
kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat dihindari lagi.

f. Kesenjangan Sosial

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, dan
strata sosial yang hierarkis. Hal ini dapat terlihat dan dirasakan dengan jelas yaitu adanya penggolongan
orang berdasarkan kasta. Hal inilah yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial yang tidak saja dapat
menyakitkan, namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak hanya itu, bahkan bisa
menjadi sebuah pemicu perang antar etnis dan suku.

2.3. Pengaruh Keragaman Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara, dan


Kehidupan Global

Berdirinya negara Indonesia dilatarbelakangi oleh masyarakat yang demikian majemuk, baik secara
etnis, geografis, kultural, maupun religius. Kita tidak dapat mengingkari sifat pluralistik bangsa kita.
Sehingga kita perlu memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan
beragama yang dianut oleh warga negara Indonesia. Masalah suku bangsa dan kesatuan-kesatuan
nasiaonal di Indonesia telah menunjukkan kepada kita bahwa suattu negara yang multietnik memerlukan
suatu kebudayaan nasional untuk menginfestasikan peranan identitas nasional dan solidaritas nasional di
antara warganya. Gagasan tentang kebudayaan nasional Indonesia yang menyangkut kesadaran dan
identitas sebagai suatu bangsa telah dirancang saat bangsa kita belum merdeka.
Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusunng nilai harmoni. Perbedaan yang
mewujud baik secara fisik maupun mental, sebenarnya merupakan kehendak Tuhan yang seharusnya
dijadikan sebagai sebuah potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan sehari-hari, kebudayaan suku
bangsa dan kebudayaan agama, bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara,
mewarisi perilaku dan kegiatan kita. Berbagai kebudayaan itu beriringan, saling melengkapi. Bahkan
mampu untuk saling menyesuaikan (fleksibel) dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi seringkali yang terjadi
malah sebaliknya. Perbedaan-perbedaan tersebut menciptakan ketegangan hubungan antar anggota
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh sifat dasar yang selalu dimiliki oleh masyarakatt majemuk
sebagaimana dijelaskan oleh Van de Berghe :

 Terjadinya segmenntasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki kebudayaan yang


berbeda.
 Memiliiki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non-
komplementer.
 Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial
yang bersifat dasar.
 Secara relatif seringkali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lainnya.
 Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang
ekonomi
 Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Realitas diatas harus diakui dengan sikap terbuka, logis dan dewasa karena dengannya,
kemanajemukan yang ada dapat dipertumpul. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap
dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan
dan kesatuan bangsa, seperti :

 Disharmonisasi adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan
lingkunganya. Disharmonisasi dibawa oleh virus paradoks yang ada dalam globalisasi. Paket
globalisasi begitu memikat masyarakat dunia dengan tawarannya akan keseragaman global untuk
maju bersama dalam komunikasi gaya hidup manusia yang bebas dan harmonis dalam tatanan
dunia, dengan keberagaman manusia sebagai pelaku utamanya.

 Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan memunculkan
masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak
menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Eklusivisme, rasialis, bersumber dari superiotas diri, alasannya dapat bermacam-macam, antara
lain; keyakinannya bahwa secara kodrati ras/sukunya kelompoknya lebih tinggi dari
ras/suku/kelompok lain.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu :

 Semangat religious
 Semangat nasionalisme
 Semangat pluralism
 Semangat humanism
 Dialog antar umat beragama
 Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar agama,
media massa, dan harmonisasi dunia.

Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif, serta kesadaran
kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modal yang sangat menentukan bagi terwujudnya
sebuah bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Menyatu dalam keragaman, dan beragam dalam kesatuan.
Segala bentuk kesenjangan didekatkan, segala keanekaragaman dipandang sebagai kekayaan bangsa,
milik bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan dalam pola pikir masyarakat untuk menuju
Indonesia Raya merdeka.

2.4. Problematika Diskriminasi

Disriminasi adalah sikap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok
orang berdasarkan ras, suku, agama, etnis, kelompok, golongan, status, dan kelas sosial-ekonomi, jenis
kelamin, kondisi fisik tubuh, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik, serta batas negara
dan kebangsaan seseorang.

Tuntunan atas kesamaan hak bagi setiap manusia di dasarkan pada prinsip – prinsip Hak Asasi
Manusia (HAM. Sifat dari HAM adalah universal dan tanpa pengecualian, tidak dapat dipisahkan, dan
saling tergantung. Berangkat dari pemahaman tersebut syogianya sikap – sikap yang di dasarkan pada
ethnosentrisme, rasisme, religius fanatisme, dan descrimination harus dipandang sebagai tindakan yang
menghambat pengembangan kesederajatan dan demokrasi, penegakan hukum dalam rangka pemajuan
dan pemenuhan HAM.

Pasal 281 Ayat (2) UUD NKRI 1945 telah menegaskan bahwa : “Setiap orang berhak bebas dari
perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Sementara itu pasal 3 UU no. 30 Tahun 1999 tentang HAM
telah menegaskan “Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat yang sama dan sederajat”.
Ketentuan tersebut merupakan landasan hukum yang mendasari prinsip non diskriminasi di indonesia.

Pencantuman prinsip ini pada awal pasal dan berbagi instrumen hukum yang mengatur HAM pada
dasarnya menunjukkan bahwa diskriminasi telah menjadi sebuah realitas yang problematik, sehingga :

a. Komunitas internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih terjadi di berbagai belahan
dunia dan
b. Prinsip nondiskriminasi harus mengawali keepakatan antar bangsa untuk dapat hidup dalam
kebebasan, keadilan dan perdamaian.
Dalam demokrasi, diskriminasi seharusnya telah ditiadakan dengan adanya kesetaraan
dalam bidang hukum, kesederajatan dalam perakuan adalah salah satu wujud ideal dalam
kehidupan negara yang demokratis. Akan tetapi, berbagai penelitian dan pengkajian menunjukkan
bahwa kondisi di indonesia saat ini belum mencerminkan penerapan asas persaman dimuka
hukum secara utuh.

Padadasarnya diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi karena adanya beberapa
faktor penyebabnya,antara lain adalah :

a. Persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan, terutama ekonomi.
Timbullah persaingan antara kelompok pendatang dan kelompok pribumi, yang kerap kali
menjadi awal pemicu terjadinya diskriminasi.

b. Tekanann dan intimidasi biasanya dilakukan oleh kelompok yang dominan terhadap
kelompok atau golongan yang lebih lemah. Aristoteles membagi masyarakat dalam suatu
negara menjadi tiga kelompok : kaya, miskin, dan yang berada diantaranya.Kelompok –
kelompok kaya (bangsawan, tuan tanah) biasanya melakukan intimidasi dan tekanan sehingga
mendiskriminasikan orang – orang miskin.

c. Ketidakbrdayaan golongan miskin akan intimidasi yang mereka dapatkan membuat mereka
terus terpuruk dan menjadi korban diskriminasi.

Problematika lainnya yang timbul dan harus diwaspadaiadalah adanya integrasi bangsa.
Dari kajian yang dilakukan terhadapberbagai kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya sebuah
negara,dapat disimpulkan adanya enam faktor utama yang secara gradual bisa menjadi penyebab
utama proses itu, yaitu :
a. Kegagalan kepemimpinan
Integrasi bangsa adalah landasan bagi tegaknya sebuah negara modern. Keutuhan wilayah
negara amat ditentukan oleh kemampuan para pemimpin dan masyarakat warga negara
memelihara komitmen kebersamaan sebagai suatu bangsa.

b. Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama


Krisis di sektor ini selalu merupakan amat signifikan dalam mengawali lahirnya krisis yang
lain (politik, pemerintahan, hukum dan sosial).

c. Krisis politik
Krisis politik merupakan perpecahan elite di tingkat nasional, sehingga menyulitkan lahirnya
kebijakan utuh dalam mengatasi kriisekonomu. Krisis politik juga dapat dilihat dari
absennya kepemimpinan politik yang mampu membangun solidaritas sosial untuk so,id
mengahadapi krisis ekonomi. Semua ini mengakibatkan kepemimpinan nasinl semakin tidak
efektif, maka kemampuan pemerintah dalam memberi pelayanan publik nakan makin
merosot.

d. Krisis sosial
Krisis sosial dimulai dari adanya disharmonisasi dan bermuara pada meletusnya
konflikkekerasan diantara kelompok – kelompok masyarakat (suku, agama, ras).

e. Demoralisas tentara dan polisi


Demoralisasi ttentara dan polisi dalam bentuk pupusnya keyakinan mereka atas makna
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Bhayangkari negara. Demoralisasi itu,
pada kadar yang rendah dipengaruhi oleh merosotnya nilai gaji yang mereka terima akibat
krisis ekonomi.

f. Intervensi asing
Intervensi internasional yang brtujuan memecah belah, secara mengambil keuntungan dari
perpecahan itu melalui dominasi pengaruhnya terhadap kebijakan politik dan ekonomi
negara –negara baru pasca integrasi. Intervensi itu bergerak dariyang paling lunak hingga
berupa provokasi terhadap kelompok – kelompok yang berkonflik.

2.5. Manusia Beradab dalam Keragaman

Hubungan antara kebudayaan dengan peradaban sangat erat, Peradaban adalah salah satu
perwujudan kebudayaan yang bernilai tinggi, indah dan harmonis yang mencerminkan tingkat
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, misalnya : adat,sopan, budi pekerti,seni dan sebagainya.
Masyarakat sebagai suatu komunitas yang beragam penuh perbedaan pandangan bahkan kepentingan,
Tuhan yang menciptakan manusia dalam wujud perbedaan status, kondisi ekonomi, relasi, sosial dan
sampai cita – cit perorangan maupun kelompok tanpa dilandasi sikap arif dalam memandang perbedaan
akan menuai konsentrasi panjang berupa konflik dan bahkan kekerasan ditengah – tengah kita.
Sebagaimana konsepsi dari SN Kartikasari adalah hubungan antara dua pihak atau lebih yang memiliki
atau merasa memiliki sasaran yang tidak sejalan, pihak yangterlibat di dalamnya bisa peroranganataupun
kelompok, yang pasti memiliki kepentingan dan sasaran yang hendak ditujunya.

Dalam hal ini maka terdapat teori yang menunjukkan penyebab kinflik ditengah masyarakat, antara
lain :

a. Teori hubungan masyarakat, memiliki pandangan bahwa konflik yang sering muncul ditengah
masyarakat disebabkan polarisasi yang terus tejadi, ktidakpercayaan dan permusuhan diantara
kelompok yang berbeda, perbedaan bisa dilatarbelakangi SARA bahkan pilihan ideology
poltiknya.

b. Teori identitas yang melihat bahwa konflik yang mengeras dimasyarakat tidak lain disebabkan
identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatuatau penderitaan maa
laluyang tidak terselesaikan.

c. Teori kesalah pahaman antar budaya, teori ini melihat konflik disebabkan ketidakcocokan dalam
cara – cara berkomunikasi diantara budaya yang berbeda.

d. Teori transformasi yang memfokuskan pada penyebab terjadinya konflik adalah ketidaksetaraan
dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial – budaya dan ekonomi.

Realitas kerasgaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan
gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan masyarakat, oleh sebab itun
manusia yang beradab harus bersikap terbuka dalam melihat semua perbedaan dalam keragaman
yang ada, menjunjung tinggi nilai – nilai kesopanan dan tidak menjadikan keragaman sebagai
kekayaan bangsa, alat pengikat persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beranek a
ragam.

2.6. Problematika Keragaman Dan Solusi Dalam Kehidupan Masyarakat Serta Kaitan Topik
Dengan Permasalahan Bidan

Problem Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan Masyarakat

Masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai
berikut :

 Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan


yang berbeda
 Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer
 Kurang mengembangkan consensus di antara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai
sosial yang bersifat dasar
 Secara relatif, sering sekali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lainnya
 Secara relatif, intregasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam
bidang ekonomi
 Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman budaya daerah memang
memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang
multicultural. Namun, kondisi aneka budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan
subur bagi konflik dan kecemburuan sosial. Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri dari dua fase,
yaitu fase disharmoni dan fase disintegrasi.

Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan
tindakan antar kelompok. Disentigrasi merupakan fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya
pandangan, nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antar kelompok.
Konflik horizontal yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman itu sendiri.

Adanya perbedaan ras, etnik, dan agama tidaklah harus menjadikan kita bertikai dengan pihak lain.
Yang menjadi penyebab adalah tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok
masyarakat dan budaya lain, inilah justru yang dapat memicu konflik. Kesadaranlah yang dibutuhkan
untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar
masyarakat tersebut. Satu hal yang penting adalah meningkatkan pemahaman antar budaya dan
masyarakat yang mana sedapat mungkin menghilangkan penyakit budaya. Penyakit budaya tersebut
adalah etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space goating. (Sutarno, 2007).

Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain
dengan standar budayanya sendiri. Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap seseorang
berdasarkan katagori yang bersifat subjektif, hanya karena dia yang berasal dari kelompok yang berbeda.
Prasangka adalah sikap emosi yang mengarah pada cara berpikir dan berpandangan secara negative dan
tidak melihat fakta yang nyata ada. Rasisme bermakna anti terhadap ras lain atau ras tertentu di luar ras
sendiri. Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok
dominan terhadap kelompok subordinasinya. Space goating artinya perkambinghitaman.

Solusi lain yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman adalah sebagai berikut :

 Semangat religious
 Semangat nasionalisme
 Semangat pluralisme
 Doialog antar umat beragama
 Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antaragama,
media massa, dan harmonisasi dunia.

KETERKAITAN ANTARA TOPIK (PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN SOLUSI DALAM


KEHIDUPAN MASYARAKAT) DENGAN PERMASALAHAN BIDAN

Keterkaitan antara topik tersebut dengan permasalahan bidan misalnya pada problem keragaman
yang dialami dimasyarakat ialah adanya perbedaan derajat yang dilihat dari agama, suku, ras, gender dan
golongan yang saling berkaitan dengan permasalahan yang dialami oleh seorang bidan, seperti :

1. Masih banyak golongan tertentu terutama dikalangan masyarakat desa yang memilih-milih bidan
dalam berobat/mendapatkan asuhan kebidanan melalui agama yang dianut oleh bidan tersebut.

2. Masih ada dikalangan tertentu memiliki budaya untuk lebih mempercayai tenaga non-medis
daripada tenaga medis dalam melakukan persalinan terutama didaerah terpencil.

3. Masih ada yang membeda-bedakan kasta dan memilih-milih bidan dalam menerima pelayanan.

4. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan budaya untuk selalu menjaga kesehatannya
terutama yang berkaitan dengan sistem reproduksi.

5. Masih banyak masyarakat yang malas untuk memeriksa kesehatan kehamilan pada
bidan/melakukan konseling.

6. Misalnya seperti program imunisasi, sebagian masyarakat masih belum meyakini pentingnya
imunisasi.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat perbedaan-perbedaan dalam
berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan,
serta situasi ekonomi.

b. Unsur-unsur keragaman dalam Masyarakat Indonesia yaitu Suku Bangsa dan Ras, Agama dan
Keyakinan, Ideologi dan Politik, Tata Krama, Kesenjangan Ekonomi serta Kesejangan Sosial.

c. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-
masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa, seperti : Disharmonisasi, Perilaku
diskriminatif serta Eklusivisme, rasialis.

d. Diskriminasi adalah sikap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau
sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, dan kelas-
ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi dan
politik, serta batas negara dan kebangsaan seseorang.

e. Problematika diskriminasi yang timbul dan harus diwaspadai adalah adalah disentegrasi bangsa.
Dari kajian yang dilakukan terhadap berbagai kasus disentegrasi bangsa dan bubarnya sebuah
negara, dapat disimpulkan adanya enam faktor utama yang secara gradual bisa menjadi penyebab
utama proses itu, yaitu : Kegagalan kepemimpinan, Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung
lama, Krisis politik, Krisis social, Demoralisasi tentara dan polisi, serta Intervensi asing.

3.2. Saran

Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika yang merupakan ungkapan
yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang “majemuk” atau “heterogen”. Masyarakat Indonesia
terwujud sebagai hasil interaksi sosial dari banyaknya suku bangsa dan beraneka ragam latar belakang
kebudayaan, agama, sejarah, dan tujuan yang sama yang disebut Kebudayaan Nasional.

Terciptanya “tunggal ika” dalam masyarakat yang “bhineka” dapat diwujudkan melalui “integrasi
kebudayaan” atau “integrasi nasional”. Dalam hubungan ini, pengukuhan ide “tunggal ika” yang
dirumuskan dalam wawasan nusantara dengan menekankan pada aspek persatuan di segala bidang
merupakan tindakan yang positif. Namun tentu saja makna Bhineka Tunggal Ika ini harus benar-benar
dipahami dan menjadi sebuah pedoman dalam berbangsa dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly. M, dkk, 2008, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta : Kencana

https://sawuris-ti.blogspot.com/2018/08/problematika-keragaman-dan-kesetaraan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai