Disusun oleh:
KELOMPOK 7
Khairunnisa (210801055)
2022
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................... 2
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 3
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, para generasi muda mulai bergejolak mencari jati diri. Para calon pemimpin
Oleh karena nya, perlu bimbingan serta arahan untuk menampung aspirasi dalam proses
pencarian identitas diri para generasi muda atau yang akrab di sebut Generasi Z. Antisipasi
untuk mencegah hal-hal diluar kapasitas para penerus ini perlu di awasi secara seksama.
Sikap dan perilaku toleransi budaya di kalangan Generasi Z perlu ditanamkan sejak dini.
Dengan demikian pemahaman mengenai toleransi itu dapat dijadikan pedoman bersikap
dan bertingkah laku di dalam hidup bermasyarakat mereka nanti. Sikap toleransi budaya
Pada konteks generasi milenial dalam memahami toleransi toleransi antar umat beragama
merupakan sebuah hal yang patut menjadi perhatian pada saat ini, mengingat pengaruh
global yang sangat deras masuk kedalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara
dapat mengancam rasa toleransi antar umat beragama. Warisan utama dari para founding
terwujudkan dalam lambang negara yaitu Pancasila dengan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
kekhasan daerah masing-masing, seperti suku-budaya, kesenian dan bahasa yang beragam,
namun hal tersebut dapat disatukan seperti yang tertuang dalam Sumpah Pemuda. Melalui
2
ikrar tersebut ingin disampaikan bahwa generasi Indonesia berkewajiban untuk menjaga
Indonesia, melestarikan budaya, peka terhadap perubahan namun tidak meninggalkan jati
diri dan nilai-nilai luhur bangsa. Poin itulah yang penting dimiliki oleh para generasi
milenial pada saat ini. Karakteristik Milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan
penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Di sebagian
besar belahan dunia, pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan liberalisasi politik dan
telah dilakukan yang mengatakan bahwa generasi milenial tidak terlalu tertarik dengan
Pentingnya pemahaman dan penerapan toleransi dalam kehidupan generasi milenial yang
merupakan agen dari sebuah perubahan yang tentunya perlu disikapi dengan serius, dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus diterapkan oleh generasi milenial saat ini.
Maka dari itu, berdasarkan pada uraian diatas kami berinisiatif mengangkat tema yang
sesuai kedalam proyek MKWK kami untuk menelisik sejauh mana pemahaman serta
tanggapan dari beberapa mahasiswa yang dapat kita representasi kan sebagai generasi Z di
1.2 Tujuan
Tujuan kami mengangkat tema ini sebagai proyek MKWK adalah untuk meningkatkan
kesadaran generasi "Z" atau generasi muda saat ini dalam menghormati perbedaan antara
3
umat beragama dan menjunjung tinggi sikap toleransi tanpa saling menghina bahkan
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Istilah toleransi muncul beriringan dengan adanya konsep pluralisme. Segala yang
ada di bumi ini bersifat plural (beranekaragam). Manusia dari segi fisik memang hanya ada
dua yakni pria dan wanita, namun dari segi lain sangatlah beragam termasuk keyakinan
tersebut di satu sisi bisa menjadi daya penyatu (sentripental) buktinya Indonesia merdeka
diatas keragaman. Namun disisi lain, keberagaman ini bisa berdampak negatif berupa
merupakan sikap membiarkan orang lain untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan
membiarkan dan menjaga suasana kondusif bagi umat atau pemeluk agama lain untuk
dapat melaksanakan ibadah dan agamanya tanpa dihalang-halangi oleh siapapun. (Suryan,
2015: 185–200.)
Dalam Episteme (2009) Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu
bisa didefinisikan sebagai upaya untuk menghargai dan menghormati segala yang menjadi
hak beragama masing-masing. Dengan kata lain, Toleransi Beragama merupakan sebuah
5
Menurut Joachim Wach (1958), ada 3 dimensi yang mempengaruhi keberagamaan
seseorang, yang pertama yaitu doktrin, yang kedua adalah ritus, dan yang terakhir
realisasi dari religiusitas yang matang untuk menjaga kerukunan antar sesama manusia
dalam bentuk jalinan sosial antar umat beragama dan juga dalam lingkup intern agama.
interaksi sosial. Manusia beragama maupun ateis sejatinya tidak dapat menafikan
keharusan untuk bergaul dan bersosialisasi karena saling membutuhkan dalam perihal
beragama dituntut selalu mempunyai sikap toleransi karena untuk menjaga kestabilan
sistem sosial masyarakat sehingga benturan ideologi dan konflik dapat terhindarkan.
diharapkan tidak menyinggung perasaan umat agama lain. Hal ini akan membawa
tersudutkan.
mampu melihat perbedaan pada diri orang lain atau kelompok lain sebagai sesuatu yang
tidak perlu dipertentangkan. Pertentangan bukan hanya melukai hubungan antar agama
namun juga perihal kemanusiaan. Keragaman beragama dalam segala segi kehidupan
6
merupakan realitas yang tidak mungkin untuk dihindari. Namun, dalam keragaman
tersebut seringkali tersimpan juga potensi destruktif yang meresahkan. Di era ini,
agama.
agama, ras, dan budaya yang dimiliki kelompok atau indivvidu. Kurang memahami
Kamus besar Bahasa Indonesia, intoleransi adalah paham atau pandangan yang
Setara Institute (Hasani dkk., 2011:14 -16) membedakan antara intoleransi pasif
dengan intoleransi aktif. Intoleransi pasif hanyalah pada tingkat pada tingkat gagasan dan
puritanisme, sedangkan intoleransi aktif sudah diterjemahkan menjadi tindakan dan aksi.
Jika intoleransi dapat dimaknai sebagai kekerasan dalam bentuk pasif atau kekerasan
yang paling rendah, maka eskalasikrisis akan sangat menentukan perubahan sifat pasif
menjadi lebih lunak. Intoleransi pasif sebagai terminologi untuk menunjuk kombinasi
kekerasan. Kebalikan-nya, intoleransi aktif adalah grade untuk menunjuk gagasan dan cara
yakni faktorinternal dan faktor eksternal. Faktor internal dimaksudkan sebagai faktor
yang berasal daripaham keagamaan yang berupa kondisi emosidan pendirian teologi
7
dalam wujud keyakinanyang didasarkan atas interpretasi ajaran agama. Faktor eksternal
dimaksudkan sebagai faktor yang koheren dengan pendirian teori-teori sosial dan psikologi
sosial dengan menegaskan bahwa intoleransi dipicu oleh serangkaian variable deprivasi.
Deprivasi adalah kondisi kejiwaan yang berupa perasaan negatif, terabaikan, tertekan
Istilah agama atau religion dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin religio
yang berati agama, kesucian, kesalahan, ketelitian batin atau religare yang berarti mengikat
Menurut Peter L. Berger dalam Mukhsin Jamil mengatakan bahwa agama sebagai
suatu kebutuhan dasar manusia, karena agama merupakan sarana untuk membela diri
terhadap segala kekacauan yang mengancam manusia. (Mukhsin Jamil, 2008: 26)
Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang hidup dalam harmoni.
sebenarnya merupakan kehendak Tuhan yang seharusnya dijadikan sebagai sebuah potensi
untuk dapat menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi. Dalam
8
BAB III HASIL REFLEKSI
3.1 Pengetahuan
Selama perkuliahan kurang lebih 6 bulan ini, saya banyak mempelajari berbagai hal termasuk
bagaimana menuliskan laporan PKM yang baik dan benar serta pembuatan proposal dan juga
bagaimana bekerja sama dengan anggota kelompok di setiap tugas yang dibebankan. Membuat
tulisan sesuai ejaaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, meninjau ulang tulisan yang telah
diketik didalam laporan meningkatkan kemampuan dalam penulisan sehingga dapat menjadi
pembelajaran di masa mendatang.
3.4 Keterampilan Komunikasi dan Substansi Mata Kuliah Sesuai dengan Karakter
BINTANG Universitas Sumatera Utara
9
Kegiatan pkm mendorong kreativitas dan inovasi pada pemikiran-pemikiran mahasiswa
untuk menciptakan suatu produk atau rancangan sistem yang dapat mempermudah
kehidupan bernegara serta meningkatkan kualitas hidup melalui penciptaan produk
berdasarkan inovasi sesuai perubahan zaman.
3. Tangguh dan arif.
Karakteristik yang wajib ada pada mahasiswa demi menunjang pola pikir inovatif dan
kreatif dalam menciptakan suatu kemudahan dalam bernegara dan tetap terbingkai didalam
karakter tangguh pantang menyerah serta arief tanpa bebangga hati.
10
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 SIMPULAN
Kita dapat menarik kesimpulan yaitu bahwa antar umat beragama kita harus saling
menghormati dan menghargai. Toleransi secara bahasa berasal dari bahasa latin “tolerare”,
toleransi berart sabar dan menahan diri. Toleransi juga dapat berarti suatu sikap saling
menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau
dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi,
walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok
masyarakat.
beragama, yang merupakan sikap saling menghormati dan menghargai antar penganut
Pada umumnya manusia hidup dengan banyak toleransi: dalam keluarga, dalam
4.2 SARAN
11
Langkah yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan rasa toleransi dalam
kehidupan sehari-hari.
ini pula kita akan bertemu orang dengan latar belakang yang berbeda.
Sadar atau tidak, masyarakat Indonesia senang sekali berdialog dan berdiskusi,
apalagi mengutarakan pendapat. Akan tetapi, terkadang ada kebiasaan buruk berbicara
dalam forum yang sering dilakukan yaitu memotong pembicaraan orang lain, padahal apa
Pro dan kontra dalam sebuah diskusi adalah hal yang wajar . Kita bebas mengutarakan
pendapat kita atau kritik.Cara menyampaikan pendapat tanpa menghakimi lawan bicara
yaitu mulai lah dengan apresiasi atas pendapat yang sudah diutarakan oleh lawan bicara,
kemudian sampaikan pendapat dan masukkan dengan tutur kata yang baik.
Setiap orang berhak menilai sesuatu dan tidak ada yang melarang untuk berpendapat.
Namun, seringkali kita langsung membuat kesimpulan pada tindakan seseorang dan
dihubungkan pada beragam faktor, salah satunya ras atau suku orang tersebut. Padahal,
belum tentu ras atau suku tersebut berkaitan dengan sikap orang yang kamu nilai, bisa jadi
12
ada faktor lain yang mempengaruhinya. Tindakan-tindakan sepele semacam ini kadang
13
DAFTAR PUSTAKA
14