Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL REFLEKSI KEGIATAN PEMBELAJARAN MKWK

Disusun oleh:
KELOMPOK 7
Khairunnisa (210801055)

Nama Kelas : Bahasa Indonesia Kelas 7

Dosen Pengampu : Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum


Ketua : Khairunnisa (210801055)
Sekretaris : Anindya Rizqi Diaz (210305092)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................... 2

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 2

1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 5

BAB III HASIL REFLEKSI ................................................................................................................. 9

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................................11

4.1 SIMPULAN ........................................................................................................................ 11

4.2 SARAN ............................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................14

1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, para generasi muda mulai bergejolak mencari jati diri. Para calon pemimpin

bangsa ini mulai bereksplorasi terhadap dirinya,lingkungan dan orang-orang disekitarnya.

Oleh karena nya, perlu bimbingan serta arahan untuk menampung aspirasi dalam proses

pencarian identitas diri para generasi muda atau yang akrab di sebut Generasi Z. Antisipasi

untuk mencegah hal-hal diluar kapasitas para penerus ini perlu di awasi secara seksama.

Sikap dan perilaku toleransi budaya di kalangan Generasi Z perlu ditanamkan sejak dini.

Dengan demikian pemahaman mengenai toleransi itu dapat dijadikan pedoman bersikap

dan bertingkah laku di dalam hidup bermasyarakat mereka nanti. Sikap toleransi budaya

pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan dalam masyarakat.

Pada konteks generasi milenial dalam memahami toleransi toleransi antar umat beragama

merupakan sebuah hal yang patut menjadi perhatian pada saat ini, mengingat pengaruh

global yang sangat deras masuk kedalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara

dapat mengancam rasa toleransi antar umat beragama. Warisan utama dari para founding

fathers Indonesia adalah kemajemukan yang telah menyatu. Bangunan kemajemukan

terwujudkan dalam lambang negara yaitu Pancasila dengan Bhinneka Tunggal Ika sebagai

semboyan adalah wujud rasa cinta terhadap Indonesia.

Meskipun kondisi geografis Indonesia dipisahkan oleh pulau-pulau yang memiliki

kekhasan daerah masing-masing, seperti suku-budaya, kesenian dan bahasa yang beragam,

namun hal tersebut dapat disatukan seperti yang tertuang dalam Sumpah Pemuda. Melalui

2
ikrar tersebut ingin disampaikan bahwa generasi Indonesia berkewajiban untuk menjaga

Indonesia, melestarikan budaya, peka terhadap perubahan namun tidak meninggalkan jati

diri dan nilai-nilai luhur bangsa. Poin itulah yang penting dimiliki oleh para generasi

milenial pada saat ini. Karakteristik Milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan

kondisi sosial-ekonomi. Namun, generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan

penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Di sebagian

besar belahan dunia, pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan liberalisasi politik dan

ekonomi; meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan. Terbukti dengan penelitian yang

telah dilakukan yang mengatakan bahwa generasi milenial tidak terlalu tertarik dengan

politik, akan tetapi berbeda halnya jika dilakukan dengan teknologi.

Pentingnya pemahaman dan penerapan toleransi dalam kehidupan generasi milenial yang

merupakan agen dari sebuah perubahan yang tentunya perlu disikapi dengan serius, dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus diterapkan oleh generasi milenial saat ini.

Maka dari itu, berdasarkan pada uraian diatas kami berinisiatif mengangkat tema yang

sesuai kedalam proyek MKWK kami untuk menelisik sejauh mana pemahaman serta

tanggapan dari beberapa mahasiswa yang dapat kita representasi kan sebagai generasi Z di

masa sekarang ini.

1.2 Tujuan
Tujuan kami mengangkat tema ini sebagai proyek MKWK adalah untuk meningkatkan

kesadaran generasi "Z" atau generasi muda saat ini dalam menghormati perbedaan antara

3
umat beragama dan menjunjung tinggi sikap toleransi tanpa saling menghina bahkan

merendahkan kepercayaan yang dianut orang lain.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Istilah toleransi muncul beriringan dengan adanya konsep pluralisme. Segala yang

ada di bumi ini bersifat plural (beranekaragam). Manusia dari segi fisik memang hanya ada

dua yakni pria dan wanita, namun dari segi lain sangatlah beragam termasuk keyakinan

dan kepercayaan mereka. Rustin Armala (2011) mengungkapkan bahwa keberagaman

tersebut di satu sisi bisa menjadi daya penyatu (sentripental) buktinya Indonesia merdeka

diatas keragaman. Namun disisi lain, keberagaman ini bisa berdampak negatif berupa

daya pemecah (sentrifugal).

Secara etimologis, toleransi berasal dari bahasa Inggris, toleration. Toleransi

merupakan sikap membiarkan orang lain untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

kepentingannya. Sedangkan toleransi beragama artinya masingmasing umat beragama

membiarkan dan menjaga suasana kondusif bagi umat atau pemeluk agama lain untuk

dapat melaksanakan ibadah dan agamanya tanpa dihalang-halangi oleh siapapun. (Suryan,

2015: 185–200.)

Dalam Episteme (2009) Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan

agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap

kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu

masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Dalam beragama, toleransi

bisa didefinisikan sebagai upaya untuk menghargai dan menghormati segala yang menjadi

hak beragama masing-masing. Dengan kata lain, Toleransi Beragama merupakan sebuah

realisasi dari ekspresi keagamaan dalam bentuk komunitas.

5
Menurut Joachim Wach (1958), ada 3 dimensi yang mempengaruhi keberagamaan

seseorang, yang pertama yaitu doktrin, yang kedua adalah ritus, dan yang terakhir

adalah institusi/lingkungan. Dengan demikian, sikap toleransi beragama merupakan

realisasi dari religiusitas yang matang untuk menjaga kerukunan antar sesama manusia

dalam bentuk jalinan sosial antar umat beragama dan juga dalam lingkup intern agama.

Toleransi beragama sangat penting karena merupakan akomodasi dalam lingkup

interaksi sosial. Manusia beragama maupun ateis sejatinya tidak dapat menafikan

keharusan untuk bergaul dan bersosialisasi karena saling membutuhkan dalam perihal

muamalah ataupun lain-lain. Kebutuhan tersebut, tidak hanya meliputi dengan

kelompoknya sendiri melainkan dengan kelompok yang berbeda agama. Umat

beragama dituntut selalu mempunyai sikap toleransi karena untuk menjaga kestabilan

sistem sosial masyarakat sehingga benturan ideologi dan konflik dapat terhindarkan.

Dengan begitu, tiap-tiap umat beragama berkewajiban menahan diri, sehingga

diharapkan tidak menyinggung perasaan umat agama lain. Hal ini akan membawa

kehidupan masyarakat dalam kerukunan tanpa ada pihak-pihak yang merasa

tersudutkan.

Bashori Mulyono (2010) mengungkapkan bahwa dengan toleransi dan

kerukunan ini diharapkan dapat terwujud ketenangan, saling menghargai ketertiban

dan keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinannya masing-masing.

Toleransi terhadap keragaman mengandung pengertian bahwa setiap orang harus

mampu melihat perbedaan pada diri orang lain atau kelompok lain sebagai sesuatu yang

tidak perlu dipertentangkan. Pertentangan bukan hanya melukai hubungan antar agama

namun juga perihal kemanusiaan. Keragaman beragama dalam segala segi kehidupan

6
merupakan realitas yang tidak mungkin untuk dihindari. Namun, dalam keragaman

tersebut seringkali tersimpan juga potensi destruktif yang meresahkan. Di era ini,

keragaman dan kemajemukan masyarakat cenderung menjadi beban terbukti dari

munculnya berbagai masalah yang sumbernya berbau kemajemukan, khususnya bidang

agama.

Sikap toleransi ini ditunjukkan untuk menghormati adanya perbedaan pendapat

agama, ras, dan budaya yang dimiliki kelompok atau indivvidu. Kurang memahami

keragaman dalam masyarakat Indonesia menyebabkan sikap intoleransi. Berdasarkan

Kamus besar Bahasa Indonesia, intoleransi adalah paham atau pandangan yang

mengabaikan seluruh nilai-nilai dalam toleransi. Dapat diartikan sikap intoleransi

merupakan sikap tidak tenggang rasa atau tidak toleran.(kompas.com, 2021)

Setara Institute (Hasani dkk., 2011:14 -16) membedakan antara intoleransi pasif

dengan intoleransi aktif. Intoleransi pasif hanyalah pada tingkat pada tingkat gagasan dan

puritanisme, sedangkan intoleransi aktif sudah diterjemahkan menjadi tindakan dan aksi.

Jika intoleransi dapat dimaknai sebagai kekerasan dalam bentuk pasif atau kekerasan

yang paling rendah, maka eskalasikrisis akan sangat menentukan perubahan sifat pasif

menjadi lebih lunak. Intoleransi pasif sebagai terminologi untuk menunjuk kombinasi

gagasan fundamental, eksklusivisme dan intoleransi yang tidak memanifes menjadi

kekerasan. Kebalikan-nya, intoleransi aktif adalah grade untuk menunjuk gagasan dan cara

pandang intoleran menjadi kekerasan.

Faktor pemicu kelahiran intoleransi dapatdisederhanakan ke dalam dua aspek,

yakni faktorinternal dan faktor eksternal. Faktor internal dimaksudkan sebagai faktor

yang berasal daripaham keagamaan yang berupa kondisi emosidan pendirian teologi

7
dalam wujud keyakinanyang didasarkan atas interpretasi ajaran agama. Faktor eksternal

dimaksudkan sebagai faktor yang koheren dengan pendirian teori-teori sosial dan psikologi

sosial dengan menegaskan bahwa intoleransi dipicu oleh serangkaian variable deprivasi.

Deprivasi adalah kondisi kejiwaan yang berupa perasaan negatif, terabaikan, tertekan

terhadap realitas yang dialami.

Istilah agama atau religion dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin religio

yang berati agama, kesucian, kesalahan, ketelitian batin atau religare yang berarti mengikat

kembali, pengikatan bersama (Djamari, 1988: 8).

Menurut Peter L. Berger dalam Mukhsin Jamil mengatakan bahwa agama sebagai

suatu kebutuhan dasar manusia, karena agama merupakan sarana untuk membela diri

terhadap segala kekacauan yang mengancam manusia. (Mukhsin Jamil, 2008: 26)

Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang hidup dalam harmoni.

Keanekaragaman yang berupa perbedaan secara fisik, golongan, maupunrohani,

sebenarnya merupakan kehendak Tuhan yang seharusnya dijadikan sebagai sebuah potensi

untuk dapat menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi. Dalam

kehidupan sehari-hari, kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan agama, bersamasama

dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. (Elli Setiadi, 2007 151)

8
BAB III HASIL REFLEKSI

3.1 Pengetahuan
Selama perkuliahan kurang lebih 6 bulan ini, saya banyak mempelajari berbagai hal termasuk
bagaimana menuliskan laporan PKM yang baik dan benar serta pembuatan proposal dan juga
bagaimana bekerja sama dengan anggota kelompok di setiap tugas yang dibebankan. Membuat
tulisan sesuai ejaaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, meninjau ulang tulisan yang telah
diketik didalam laporan meningkatkan kemampuan dalam penulisan sehingga dapat menjadi
pembelajaran di masa mendatang.

3.2 Cara Pandang


Kebiasaan pemberian tugas dalam bentuk tim/kelompok menumbuhkan rasa kepedulian
bersama, bagaimana cara mengorganisir suatu kumpulan orang-orang agar dapat mencapai
tujuan yang disepakati serta memberikan pembelajaran bahwa saling mengerti kondisi satu
sama lain perlu di tingkat kan.

3.3 Perubahan Perilaku


Dikesempatan selanjutnya perlu meningkatkan kepedulian sesama terkait kondisi yang sedang
dialami orang lain serta juga berusaha memaksimalkan waktu yang ada untukencapai tujuan
bersama. Pengambilan keputusan harus berdasarkan kajian yang matang serta harus dengan
kesepakatan bersama jika berdasarkan tim.

3.4 Keterampilan Komunikasi dan Substansi Mata Kuliah Sesuai dengan Karakter
BINTANG Universitas Sumatera Utara

Mahasiswa USU Berkarakter BINTANG


1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam bingkai Kebhinnekaan,
Pembuatan proposal pkm serta laporan pkm yang berdasarkan dari judul-judul terbaik yang
sesuai dengan kebinekaan Indonesia memberikan pandangan baru kepada diri mahasiswa
sebagai calon penerus bangsa untuk mewujudkan karakter pemimpin masa depan yang
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan dan kebinekaan.
2. Inovatif yang berintegritas,

9
Kegiatan pkm mendorong kreativitas dan inovasi pada pemikiran-pemikiran mahasiswa
untuk menciptakan suatu produk atau rancangan sistem yang dapat mempermudah
kehidupan bernegara serta meningkatkan kualitas hidup melalui penciptaan produk
berdasarkan inovasi sesuai perubahan zaman.
3. Tangguh dan arif.
Karakteristik yang wajib ada pada mahasiswa demi menunjang pola pikir inovatif dan
kreatif dalam menciptakan suatu kemudahan dalam bernegara dan tetap terbingkai didalam
karakter tangguh pantang menyerah serta arief tanpa bebangga hati.

10
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 SIMPULAN

Kita dapat menarik kesimpulan yaitu bahwa antar umat beragama kita harus saling
menghormati dan menghargai. Toleransi secara bahasa berasal dari bahasa latin “tolerare”,
toleransi berart sabar dan menahan diri. Toleransi juga dapat berarti suatu sikap saling
menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau
dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi,
walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok
masyarakat.

Istilah toleransi mencakup banyak bidang. Salah satunya adalah toleransi

beragama, yang merupakan sikap saling menghormati dan menghargai antar penganut

agama lain, seperti:

• Tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama kita;

• Tidak mencela/menghina agama lain dengan alasan apapun; serta

• Tidak melarang ataupun mengganggu umat agama lain untuk

beribadah sesuai agama/kepercayaannya.

Pada umumnya manusia hidup dengan banyak toleransi: dalam keluarga, dalam

kampung, dalam organisasi, dalam paguyuban beriman, dalam perusahaan, dalam

pemerintahan. Dalam komunitas politik, dalam bidang-bidang nilai, toleransi secara

mutlak diperlukan demi demokrasi. Namun toleransi memang membutuhkan

batas.Batasnya adalah bahwa pelaksanaan toleransi tidak mengganggu ketertiban umum.

4.2 SARAN

11
Langkah yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan rasa toleransi dalam

kehidupan sehari-hari.

1. Berteman dengan Semua Orang.

Di usia produktif menjadi masa dimana mencari teman sebanyak-banyaknya. Di momen

ini pula kita akan bertemu orang dengan latar belakang yang berbeda.

2. Tidak Memotong Pembicaraan Orang.

Sadar atau tidak, masyarakat Indonesia senang sekali berdialog dan berdiskusi,

apalagi mengutarakan pendapat. Akan tetapi, terkadang ada kebiasaan buruk berbicara

dalam forum yang sering dilakukan yaitu memotong pembicaraan orang lain, padahal apa

yang hendak disampaikan belum selesai.

3. Mengutarakan apresiasi dan kritik yang sewajarnya.

Pro dan kontra dalam sebuah diskusi adalah hal yang wajar . Kita bebas mengutarakan

pendapat kita atau kritik.Cara menyampaikan pendapat tanpa menghakimi lawan bicara

yaitu mulai lah dengan apresiasi atas pendapat yang sudah diutarakan oleh lawan bicara,

kemudian sampaikan pendapat dan masukkan dengan tutur kata yang baik.

4. Kurangi menilai seseorang tanpa mengenalnya lebih dulu

Setiap orang berhak menilai sesuatu dan tidak ada yang melarang untuk berpendapat.

Namun, seringkali kita langsung membuat kesimpulan pada tindakan seseorang dan

dihubungkan pada beragam faktor, salah satunya ras atau suku orang tersebut. Padahal,

belum tentu ras atau suku tersebut berkaitan dengan sikap orang yang kamu nilai, bisa jadi

12
ada faktor lain yang mempengaruhinya. Tindakan-tindakan sepele semacam ini kadang

secara nggak sadar kita lakukan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Suryan A. Jamrah, “Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam,” Jurnal


Ushuluddin 23, no. 2 (2015): 185–200.
Hasani, Ismail dkk. 2011.Radikalisme Agama diJabodetabek & Jawa Barat.
Jakarta: SETARA Institute.
Rustin. Relasi Antara Agama Islam, Hindu Dan Kristen: Studi Tentang
Hubungan Umat Beragama. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2011.
Wach, Joachim, The Comparative Study Of Religions. Colombia: University
Press,. 1958
Mulyono, Bashori. Ilmu Perbadingan Agama, Indramayu, Pustaka Sayid Sabiq,
2010.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/22/165337469/dampak-negatif-
intoleransi-dan-cara-menghindarinya
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/temali/article/view/3046/2082

14

Anda mungkin juga menyukai