Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Islam dan Toleransi)

Dosen Pengampuh :

Suhardiman Izini

Disusun Oleh :

Irnayanti : 162101114

Annisa Fadila Putri. NA : 162101126

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Islam
dan Toleransi”

Adapun makalah tentang Islam dan Toleransi ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dan semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebamya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang Islam dan Toleransi ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, 14 Oktober 2021

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

A. Latar Belakang ............................................................................................................


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................
C. Tujuan Makalah ..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam dan Toleransi ................................................................................


B. Toleransi Dalam Al-Qur’an ......................................................................................
C. Dampak Toleransi Terhadap
Perkembangan Pendidikan Islam di dusun Trenceng .....................................................
D. Prinsip Toleransi dalam Islam ........................................................................

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................

A. Kesimpulan ..................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa yang kompetisi etnisnya sangat beragam. Begitu pula dengan
agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, orientasi kultur kedaerahan serta pandangan
hidupnya. Jika diurai lebih terinci, bangsa Indonesia memiliki talenta, watak, karakter, hobi,
tingkat pendidikan, warna kulit, status ekonomi, kelas sosial, pangkat dan kedudukan, varian
keberagamaan, cita-cita, perspektif, orientasi hidup. Tingginya pluralisme bangsa Indonesia
membuat potensi konflik bangsa Indonesia juga tinggi. Potensi perpecahan dan kesalahpahaman
juga tinggi. Baik konflik dalam skala kecil maupun besar. Dalam skala kecil, konflik tercermin
pada komunikasi yang tidak tersambung atau tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga
menyebabkan rasa tersinggung, marah, frusatasi, kecewa, dongkol, bingung, bertanya-tanya dan
lain-lain. Sementara itu konflik dalam skala besar mewujud dalam, misalnya kerusuhan sosial,
kekacauan multi budaya, perseturuan antar ras, etnis, dan agama dan lainlain.

Setiap masyarakat selalu menghadapi persoalan bagaimana meneruskan peranan sosial yang
telah dibangun dan diwariskan pada generasi berikunya. Proses ini disebut sosialisasi. Dalam
sosialisasi, setiap makna dari proses sosial perlu ditafsirkan sedemikian rupa sehingga dapat
diterima oleh individu. Manusia dengan wujudnya berbangsa-bangsa dan bergolongan-golangan
ini merupakan sumbangan yang tak ternilai baginya dalam mempelajari dirinya sendiri sehingga
melahirkan berbagai ilmu pengetahuan yang berfaedah, seperti: antropologi, sosiologi, sejarah,
kebudayaan, bahasa, politik dan lain-lain. Dengan ilmu-ilmu ini akan memudahkan bagi manusia
itu sendiri dalam membina dan memelihara hubungan antar sesamanya, baik amtara golongan,
dalam bermassyarakat maupun antar bangsa ditingkat internasional. Hubungan ini dikonkritkan
dengan berbagai aktifitas yang pada hakekatnya untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.
Tepat sekali dikatakan, bahwa hidup bersama mutlak perlu bagi manusia dalam mempertahankan
hidupnya, baik secara sendiri-sendiri, secara berkelompok maupun secara berbangsa.

Dalam kelompok manusia membentuk dan menentukan corak masyarakat yang dikehendaki.
Agar bentuk dan corak yang dikehendaki dapat terwujud, setiap golongan hendaklah memelihara
kebaragaman ini. Karena keberagaman ini merupakan kenyataan yang telah ditetapkan oleh
Yang Punya semesta alam ini.

Namun pada kenyataannya banyak umat beragama tidak meneladani sifat toleransi. Baik itu
dalam perbedaan pemahaman ajaran terkstual yang pada hal ini menghasilkan pengamalan yang
berbeda dalam internal keagaamaan, ada pula yang menganggap kelompoknya paling benar.
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Islam dan Toleransi?


2. Jelaskan Toleransi dalam Al-Qur’an?
3. Bagaimana dampak toleransi terhadap perkembangan pendidikan Islam di dusun
Trenceng?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui toleransi antar umat beragama di dusun Trenceng.
2. Untuk mengetahui dampak toleransi terhadap perkembangan pendidikan Islam di
dusun Trenceng.
3. Untuk mengetahui dampak toleransi terhadap perkembangan pendidikan Islam di
dusun Trenceng?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian toleransi

Toleransi berasal dari bahasa latin, “tolerare” yang berarti menahan diri, bersikap sabar,
menghargai orang lain berpendapat lain, berhati lapang dan tenggang rasa terhadap orang yang
berlainan pandangan atau agama. Dalam kamus besar bahasa Indonesia diterangkan bahwa
toleransi adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan kelakuan) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendiriannya sendiri.

Secara umum istilah toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang dada suka rela dan
kelembutan. Unesco mengartikan tolerasi sebagai sikap saling menghormati, saling menerima,
saling menghargai di tengah keragaman budaya kebebasan berekspresi dan karakter manusia.
Toleransi haarus didukung oleh cakrawala pengetahuan yang luas, bersiakap terbuka, dialog,
kebebasan berfikir dan beragama. Pendek kata toleransi setara dengan sikap positif, dan
menghargai orang lain dalam rangka menggunakan kebebasan asasi sebagai manusia.

Toleransi merupakan bentuk akomodasi dalam interaksi sosial. Manusia beragama secara
sosial tidak bisa menafikan bahwa mereka harus bergaul bukan hanya kelompoknya sendiri. Tapi
juga dengan kelompok berbeda agama. Umat beragama mesti berupaya memunculkan toleransi
untuk menjaga kestabilan sosial sehingga tidak terjadi benturan-benturan ideologi dan fisik di
antara umat beragama.

Dari data-data yang sudah penulis uraikan, maka dapat dibuktikan bahwa pada dasarnya
toleransi dalam Islam itu sudah ada sejak dulu, yaitu sejak zaman nabi Muhammad SAW sampai
sekarang. Kebenaran toleransi antar umat beragama dalam Islam seharusnya tidak diragukan lagi
apalagi dengan adanya bukti-bukti yang telah diuraikan. Dengan data-data tersebut tergambarlah
bahwa sikap lapang dada umat Islam, baik yang ditunjukkan oleh Rasulullah, para sahabat serta
para pejuang Islam ketika menyiarkan agama Islam yang berhadapan dengan agama lain
sangatlah tinggi, sebab meskipun mereka dihina atau disakiti mereka tetap tenang saja dan selalu
bersikap ramah tamah terhadap orang yang menyakitinya itu. Hal inilah yang membuat orang-
orang non Muslim tertarik dan kagum dengan agama Islam, yang akhirnya membawa mereka.
Wahid Nur Tualeka_Kajian Kritis Tentang Toleransi Beragama dalam Islam untuk ikut dan
memeluk agama yang dibawa oleh nabi besar Muhammad saw. Dan membuktikan bahwa agama
Islam itu tidak disiarkan dengan jalan kekerasan dan peperangan.

Adanya toleransi antar umat beragama dalam Islam ini juga telah dijelaskan dalam al-Qur'an
dan al-Hadits, yang keduanya merupakan pedoman hidup bagi umat Islam, yang berisikan
petunjuk dari Allah SWT berupa larangan yang harus dihindari dan kewajiban yang harus
dikerjakan oleh umat Islam.

Sikap toleransi yang ditunjukkan oleh Rasulullah beserta para sahabatnya merupakan sikap
yang terpuji, meskipun sikap tersebut terkadang tidak dihargai dengan baik oleh kaum non
Muslim tetapi mereka selalu menerimanya dengan lapang dada. Hal ini dapat dibuktikan pada
waktu nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan kaum kafir Mekkah (Perjanjian
Hudaibiyah). Pada waktu mengadakan perjanjian ini sudah terlihat bahwa sikap kaum kafir
Mekkah itu tidak terpuji, mereka bersikap congkak dan semena-mena.

Contohnya dalam isi perjanjian itu tertulis apabila ada yang keluar dari Mekkah dan
bergabung dengan nabi saw untuk masuk Islam maka harus dikembalikan, sebaliknya apabila
ada orang Islam atau pengikut nabi yang keluar dan bergabung dengan kaum kafir Mekkah,
maka tidak wajib untuk dikembalikan ke Madinah. Syarat ini pun diterima oleh nabi Muhammad
saw dengan sikap yang ramah dan lapang dada meskipun ada kaum Muslimin yang tidak setuju.
Karena kaum Muslimin tidak mau dianggap lemah oleh orang-orang kafir, dan mereka ingin
mengadakan perhitungan dengan kaum kafir, tetapi hal tersebut tidak dibolehkan oleh nabi
Muhammad SAW, sebab nabi saw tidak mau ada kekerasan pada masa itu. Sehingga akhirnya
pengikut nabi mengikuti apa yang dikatakan oleh nabi dan mereka mau menerima persyaratan
tersebut.

B. Toleransi Dalam Al-Qur’an

Dalam kamus bahasa Arab yang serupa dengan kata toleransi yaitu tasammuh dan ihtimal
yang memiliki makna tindakan yang bebas serta kesabaran. Kata tasammuh berasal dari fi’il
thulathi mujarrad dari bab kelima yang kata asalnya adalah samuha-yasmuhu-samhan yang
bermakna murah hati, dan sikap mudah berbagi.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata toleransi mempunyai arti bersikap atau
bersifat menenangkan rasa (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian dalam
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau tidak sesuai dengan
prinsip seseorang.Toleransi dalam artian ini, membebaskan dan memberi keluasan terhadap
penganut agama lain, berupa sikap atau perilaku yang harus di munculkan ketika berhadapan
langsung dengan kenyataan yang ada.

Heiler berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh Djam’annuri bahwa makna toleransi yang
diadakan dalam kata dan perbuatan harus dijadikan sebuah sikap untuk menghadapi keadaan
keagamaan yang dilandasi dengan kesadaran ilmiah serta harus dilakukan dengan kerja sama
yang erat dan baik antar pemeluk agama.

Lely Nisvilyah menyatakan bahwa toleransi beragama memiliki beberapa prinsip, yaitu: 1)
tidak ada paksaan dalam beragama, baik paksaan bersifat halus atau kasar. 2) masyarakat berhak
memilih ataupun memeluk agama yang menurutnya benar dan di persilahkan untuk beribadat
sesuai dengan keyakinannya. 3) tidak adanya tindakan pemaksaan dari seseorang agar mengikuti
keyakinannya. 4) Tuhan tidak melarang hidup bermasyarakat dengan yang tidak seagama.

Alquran telah menjelaskan bahwa toleransi merupakan bagian dari ukhuwah/ persaudaraan
yang menjadi salah satu ajaran penting dalam Islam. Di dalam Alquran, kalimat yang
menerangkan tentang persaudaraan disebutkan sebanyak 52 kali, hal ini menyangkut berbagai
persamaan, baik persamaan keturunan, ras, bangsa, masyarakat, dan agama.

Ayat–ayat Tentang Toleransi Dalam Alquran Persfektif Tafsi>r Marah} Labi>d Q.S. al-
Baqarah ayat 256

ِ َ‫ٱلط ٰ غ ُ و وتِ َ يـ ُ ؤ ْ م ِ ن ۢ ب ِ فـ ِ ٱ قَ د‬ ْ ‫َ ّ فى ِ ٱلد ِ ق ۖ ين ِ َ تـبـ د َ ينَ ٱلر ش ْد ُ م ِ ن َ ْٱلغ ىَ ّ ف ۚ ِ مَ َ ي ن َ ك‬


ِ ‫ف ُر ْ ب‬
‫ٱس ْ ت مَ سْ َ ب كَ ْٱلعِ ُ ر ْ و َ ة ٱ ْلو ِ ُ ثـقْ ىَ ٰ ٱنف ل َ صِ َ ام َ له َ َ و ۗ ا َ ٱ ُ َ سمِيع ٌ ع َ ل ِ يم ٌ إ لا ِ ك ْر َ اه‬

“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat Kuat
(Islam) yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat di atas mengindikasikan adanya suatu larangan bagi golongan yang memaksa orang lain
untuk memeluk keyakinan yang dianutnya, sebab Allahlah yang memberi kehendak kepada
setiap makhluknya agar bisa merasakan damai. Sedangkan adanya paksaan dapat menyebabkan
masyarakat tidak lagi merasakan adanya kedamaian. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
unsur paksaan terhadap orang-orang yang non muslim untuk menganut atau memeluk agama
Islam. Namun, dalam teks ayat ini sudah jelas bahwa jalan yang benar yang di ridhoi Allah
adalah agama Islam.

Toleransi Dalam Al-Qur’an Kata toleransi secara eksplisit memang tidak ditemukan dalam
alQur’an, namun bila yang dimaksud adalah sikap saling menghargai, menerima serta
menghormati keragaman budaya, perbedaan berekspresi maka al-Qur’an secara terang-terangan
banyak menyinggung tema-tema di atas.

Salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis
adalah menampilkan sikap yang menghargai kemajemukan perbedaan suku, ras, etnis, budaya
maupun agama. Masyarakat majemuk memiliki budaya dan aspirasi yang berbeda-beda satu
sama lain tetapi memiliki kedudukan setara, tidak ada superioritas antar suku, ras, etnis, maupun
agama. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik antar suku, ras, etnis budaya
maupun agama apabila tidak disikapi secara baik. Hampir semua masyarakat yang berbudaya
kini mengakui kemaemukan sosial tetapi kenyataanya masih timbul konflik-konflik.

Adanya toleransi antar umat beragama merupakan hal yang sangat penting, sebab
keberadaan toleransi dapat menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama. Toleransi
merupakan awal adanya kerukunan, tanpa adanya toleransi tidak mungkin ada sikap saling
hormat-menghormati, kasihmengasihi dan gotong-royong antar umat beragama. Tetapi pada
masa sekarang ini toleransi sering disalah-artikan dengan mengakui kebenaran semua agama,
sehingga tidak jarang ada orang mengikuti perayaan keagamaan lain tanpa diketahui, apakah itu
acara biasa atau acara meriah dengan dalih toleransi.
Toleransi dalam Islam atau bahasa Arab disebut al-tasamuh.
Walaupun kalimat al-tasamuh tidak ditemukan dalam Al-Quran, menurut buku karya Zuhairi
Misrawi ini kitab suci Al Quran menulis semua toleransi dalam sikap saling menghargai,
menerima, serta menghormati keragaman budaya dan perbedaan berekspresi. "Maka Al-Quran
merupakan kitab suci yang secara nyata memberikan perhatian terhadap toleransi. Hal tersebut
dapat ditemukan dalam ratusan ayat yang secara gamblang mendorong toleransi serta menolak
intoleransi," bunyi buku itu.

Contoh toleransi dalam Islam juga tertulis dalam Quran surat Al Mumtahanan ayat 8-9. Dalam
surat tersebut, Allah SWT berfirman agar setiap Muslim berperilaku baik kepada umat beragama
lain selama tidak ada sangkut pautnya dalam agama.

Arab: ‫ّللاُ يَ ْنهٰ ىكُ ُم َل‬ ٰ ‫ع ِن‬ َ َ‫اركُ ْم ّم ِْن ي ُْخ ِر ُج ْوكُ ْم َولَ ْم ال ِدّي ِْن فِى يُ َقاتِلُ ْوكُ ْم لَ ْم ال ِذيْن‬ ِ َ‫ّللا اِن اِلَ ْي ِه ۗ ْم َوت ُ ْق ِسطُ ْاوا تَبَر ْوهُ ْم ا َ ْن ِدي‬
َ ٰ ‫يُحِ ب‬
َ‫ْال ُم ْقسِطِ يْن‬
َ ‫ع ٰلاى َو‬ ٰٰۤ ُ
‫ّللاُ َي ْنهٰ ىكُ ُم اِن َما‬ َ َ‫اركُ ْم ِّم ْن َوا َ ْخ َر ُج ْوكُ ْم ال ِّدي ِْن فِى قَاتَلُ ْوكُ ْم ال ِذيْن‬
ٰ ‫ع ِن‬ ِ ‫ظاه َُر ْوا ِد َي‬ َ ‫اجكُ ْم‬ِ ‫ولىِٕكَ يت ََول ُه ْم َو َم ْن ت ََول ْوهُ ۚ ْم ا َ ْن ا ِْخ َر‬ ‫هُ ُم فَا‬
ٰ ‫ال‬
َ‫ظ ِل ُم ْون‬

Latin: lā yan-hākumullāhu 'anillażīna lam yuqātilụkum fid-dīni wa lam yukhrijụkum min


diyārikum an tabarrụhum wa tuqsiṭū ilaihim, innallāha yuḥibbul-muqsiṭīn. Innamā yan-
hākumullāhu 'anillażīna qātalụkum fid-dīni wa akhrajụkum min diyārikum wa ẓāharụ 'alā
ikhrājikum an tawallauhum, wa may yatawallahum fa ulā`ika humuẓ-ẓālimụn

Artinya: Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu.
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya
melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam
urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang
zalim.

Selain itu, dalam Quran surat Luqman ayat 15, Allah SWT berfirman mengenai tetap berperilaku
baik kepada keluarga atau saudara non Islam, walaupun mereka sempat mengajak untuk
mempersekutukan Allah SWT.

Arab: ‫ع ٰلاى َجا َه ٰدكَ َوا ِْن‬ َ ‫صاحِ ْب ُه َما تُطِ ْع ُه َما فَ َل ع ِْل ٌم بِه لَكَ لَي‬
َ ‫ْس َما ِب ْي ت ُ ْش ِركَ ا َ ْن‬ َ ‫سبِ ْي َل واتبِ ْعۖ َم ْع ُر ْو ًفا الد ْنيَا فِى َو‬ َ ‫ثُم اِلَ ۚي اَن‬
َ ‫َاب َم ْن‬
‫ت َ ْع َملُ ْونَ كُ ْنت ُ ْم ِب َما فَاُنَ ِبّئُكُ ْم َم ْر ِجعُكُ ْم اِلَي‬

Latin: wa in jāhadāka 'alā an tusyrika bī mā laisa laka bihī 'ilmun fa lā tuṭi'humā wa ṣāḥib-humā
fid-dun-yā ma'rụfaw wattabi' sabīla man anāba ilayy, ṡumma ilayya marji'ukum fa unabbi`ukum
bimākuntumta'malụn.

Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.
Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan.

Toleransi Dalam Hadis

Selain dalam al-Qur’an, maka perlu juga untuk meneliti toleransi dari hadis, karena biar
bagaimanapun hadis adalah sumber primer dalam dalam ajarn umat Islam, maka dalam bab ini
akan memuat beberapa hadis yang sering digunakan sebagai dasar akan toleransi khususnya
antar umat beragama. Berikut ini adalah hadis yang membahas tentang toleransi antar umat
beragama: 1. Beragama deangan ramah dan santun.

‫ق ا نَ د ْ َ او دث َ َد ح ُ نَ ِ أبى حدثنى هللاا عبد ا‬


َ ‫ل اَ حُ ب ُمد َ نْ إ ُ سِ حْ َ ع‬
َ ‫ي م أنا‬ِ ‫ل يَ هْ ِ ي حدثنى َ ق دُ ز‬ َ ُ ‫ىهع‬
‫ل ِ الل‬
َ ‫س با ق لَ اَ ِ يل ل َ رِ سَ الل ِولُ ه ص‬ٍ ‫ن َ ع نِ ْ َ ق‬ِ ‫ن ع ْ كِر ْم ِ ةَ ع َ اب‬
َ ْ‫ن‬ ِ ‫ِ يف ِ ية سم ال ُ حْ ةَ ُ ب ْالح نِ ْ صيَ ُ ع‬
َ ‫ي َ ان أَح ِ َ إ ب ِ الل لَى ه ق ِ ْالح‬
‫ل اَ َ ن‬ ْ ْ‫س لَ م ا ي أ َ َ ألَد‬
َ ‫ و‬١١

Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq
dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada
Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda: "Al-
Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran).
 Toleransi dalam Alquran dan Sunnah

Alquran dan sunnah merupakan al-mashâdhîr al-asâsiyyah (sumber utama) dalam kerangka
epistemologi Islam. Untuk merumuskan konsep toleransi dalam Islam, diperlukan pemahaman yang
komprehensif terhadap nilai-nilai toleransi yang terkadung dalam keduanya. Sehingga nilai-nilai tersebut
dapat terintegrasi secara nyata dalam kehidupan saat ini. Terdapat banyak redaksi dalam alquran dan
sunnah yang menyebutkan tentang kewajiban seorang muslim untuk berbuat baik dan adil terhadap semua
manusia, tanpa membedakan agama dan kepercayaannya. Alquran tidak menyebut secara spesifik kata
tasâmuh dalam redaksinya.

Namun ada beberapa kata yang sepaham dengan nilai yang dikandung toleransi. Diantaranya adalah
kata al-shafhu (berlapang dada), al-‘afuwwu (sikap memaafkan), al-ihsânu (berbuat baik), al-birru
(kebaikan), dan alqishthu (keadilan). Kata al-shafhu dan al-‘afuwwu disebutkan dalam Surah Al-Baqarah
(2) : 109. Muhammad Thantawi menjelaskan bahwa kata al-‘afuwwu berarti tarku al-‘iqāb ‘ala al-dzanbi
(meniadakan hukuman atas dosa yang dilakukan), sedangkan kata al-shofhu yaitu tarku al-muākhodzah
(tidak melakukan pembalasan).15 Ayat tersebut turun berkenaan dengan kekalahan umat Islam dalam
perang Uhud. Orang-orang Yahudi mendatangi Nabi dan para sahabatnya di Madinah untuk mengolok-
olok dan menghina. mengatakan: “Jika memang agama kalian itu benar, pastilah kalian tidak akan kalah
perang. Maka kembalilah kepada agama kami, karena itu yang lebih baik.” Kemudian turun ayat
tersebut yang memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya untuk bersabar dan
memaafkan atas kejahatan yang mereka lakukan.16

Kata al-ihsân disebutkan dalam Surah An-Nahl: 125. Ayat tersebut turun berkenaan dengan
mujādalah (perdebatan) antara Nabi Muhammad saw. dengan ahli kitab. Ibnu Katsir menjelaskan
kalimat wa jādilhum billati hiya ahsan yaitu siapa saja yang hendak melakukan munādharah (diskusi)
ataupun mujādalah (perdebatan) haruslah dengan cara yang baik dan penyampaian yang bagus.17
Menurut Zamakhsari, mujādalah yang baik, yaitu dengan cara atau metode yang baik, serta sikap sopan,
kelemah kembutan, dan tanpa adanya kekerasan ataupun pemaksaan.18 Melakukan mujādalah dengan
baik, termasuk diantaranya dengan menggunakan wasīlah (perangkat) yang dapat mempengarui hati
orang yang diajak berdebat untuk menerima apa yang kita sampaikan.19 Kata al-birru dan al-qisthu
disebutkan dalam Surah Al-Mumtahanah: 8. Ayat ini ini turun berkenaan tindakan Asma’ binti Abi Bakar
yang menolak hadiah pemberian dari ibunya (Qutailah) yang merupakan non muslim. Kemudian
Rasulullah saw. Memerintahkan Asma untuk menerima hadiahnya dan mempersilahkan ibunya untuk
masuk rumah.
Sedangkan dalam Sunnah, terdapat beberapa teks yang menjelaskan tentang tasâmuh (toleran).
Diantaranya: Dari Ibnu Abbas berkata, dikatakan kepada Nabi Saw. : agama apa yang yang paling dicintai
Allah? Nabi menjawab: Agama yang lurus dan toleran.21 Dalam redaksi lain juga disebutkan tentang
pentingnya toleransi terhadap semua orang tanpa memandang identitas keagamaannya. Dari Jabir bin
'Abdullah RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Allah merahmati orang yang memudahkan ketika
menjual dan ketika membeli dan juga orang yang meminta haknya". (HR. Bukhori)22 Hadits tersebut
mencakup muamalah dengan seorang muslim dan non muslim. Ibnu Hajar al-‘Asqalani menjelaskan kata
al-samhu yaitu al-sahlatu (mudah). Hadits tersebut merupakan anjuran kepada setiap Muslim untuk
toleran dan berakhlak mulia dalam bermu’amalah dengan orang lain, baik itu muslim atau non muslim.

C. Dampak Toleransi Terhadap Perkembangan Pendidikan Islam di dusun Trenceng.

Masyarakat dusun Trenceng terbagi menjadi dua keyakinan agama, yakni agama Islam dan
Kristen, akan tetapi toleransi mereka sangat erat dalam bidang sosial. Bahkan dalam acara hari
raya idul fitri pun orang Kristen bersilaturrahmi ke umat Islam dan sebaliknya. Dampak dari
toleransi beragama bagi umat muslim yaitu semakin meningkatnya keimanan umat muslim dan
kegiatan pendidikan, misalnya di lembaga pendidikan Diniyah. Fakta lain unik yang lain terkait
dengan pola hubungan sosial kemasyarakatan di desa ini, antaranya masyarakat Trenceng ketika
orang Islam punya hajat terkadang orang Kristen yang membacakan doa, selain itu mereka juga
ikut acara Yasinan ketika ada seorang umat Islam yang meninggal sedangakan akidah mereka
sudah berbeda Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui toleransi antar umat beragama di
dusun Trenceng dan untuk mengetahui dampak toleransi terhadap perkembangan pendidikan
Islam di dusun Trenceng.

Sedangkan teknik keabsahan data menggunakan ketekunan dan triangulasi. Hasil penelitian
ini meliputi Bentuk kegiatan toleransi antar umat beragama di dusun Trenceng desa Mrican
Ponorogo adalah sebagai berikut:

1) kerja bakti
2) Gotong-royong, dan
3) perawatan jenazah

Sedangkan dampak toleransi antar umat beragama terhadap perkembangan pendidikan Islam
di dusun Trenceng desa Mrican Ponorogo, adalah sebagai berikut:
1) Memperkuat tali persatuan Toleransi di dusun Trenceng desa Mrican Jenangan
Ponorogo dapat memperkuat tali persatuan antar umat beragama melalui kegiatan hari
raya umat Muslim dan hari raya umat Kristen, yang sesuai dengan teori Husin Said
Agil Al-Munawar.
2) Penguatan perkembangan pendidikan Islam. Dampak toleransi antar umat beragama di
dusun Trenceng desa Mrican Jenangan Ponorogo, berdampak dalam penguatan
perkembangan pendidikan Islam melalui kegiatan menghadiri perayaan Natal, dan
ketika menghadiri kematian umat Kristen. Toleransi ini sesuai dengan teori Haidar
Putra Daulay.
3) Penguatan keimanan. Melalui beberapa kegiatan toleransi seperti perayaan hari raya
dan kematian juga berdampak terhadap keimanan umat Muslim. Hal ini sesuai dengan
teori Adian Husaini.
4) Penguatan lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan Islam seperti TPA dan BA
di dusun Trenceng desa Mrican Jenangan Ponorogo sangat berpengaruh dalam
perkembangan pendidikan Islam yang sesuai dengan teori Mangun Budianto.

Manusia dengan wujudnya berbangsa-bangsa dan bergolongan-golangan ini merupakan


sumbangan yang tak ternilai baginya dalam mempelajari dirinya sendiri sehingga melahirkan
berbagai ilmu pengetahuan yang berfaedah, seperti: antropologi, sosiologi, sejarah, kebudayaan,
bahasa, politik dan lain-lain. Dengan ilmu-ilmu ini akan memudahkan bagi manusia itu sendiri
dalam membina dan memelihara hubungan antar sesamanya, baik amtara golongan, dalam
bermassyarakat maupun antar bangsa ditingkat internasional. Hubungan ini dikonkritkan dengan
berbagai aktifitas yang pada hakekatnya untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Tepat
sekali dikatakan, bahwa hidup bersama mutlak perlu bagi manusia dalam mempertahankan
hidupnya, baik secara sendiri-sendiri, secara berkelompok maupun secara berbangsa.

Dalam kelompok manusia membentuk dan menentukan corak masyarakat yang dikehendaki.
Agar bentuk dan corak yang dikehendaki dapat terwujud, setiap golongan hendaklah memelihara
kebaragaman ini. Karena keberagaman ini merupakan kenyataan yang telah ditetapkan oleh
Yang Punya semesta alam ini. Tapi bila ada yang menolak, ia akan menemui kesulitan, karena
berhadapan dengan kenyataan itu sendiri. Manusia dengan keterbatasannya mempunyai masalah
yang serba kompleks dan penuh dinamik dalam menjalin interaksi sosial. Dalam memelihara
keharmonisan hubungan antara sesamanya belum tentu berjalan lancar. Untuk memelihara
keharmonisan hubungan ini, Tuhan menurunkan agama yang mengandung pedoman dasar dalam
mengatur hubungan antara sesama manusia itu sendiri.

Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama
merupakan bagian usaha menciptakan kemaslahatan umum serta kelancaran hubungan antara
manusia yang berlainan agama, sehingga setiap golongan antar umat beragama dapat
melaksanakan bagian dari tuntutan agama masing-masing.

Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama menjadi setiap golongan
antar umat beragama sebagai golongan terbuka, sehingga memungkinkan dan memudahkan
untuk saling berhubungan. Bila anggota dari suatu golongan umat beragama telah berhubungan
baik dengan anggota dari golongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk
mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam bermasyarakat dan
bernegara.

Agama merupakan sebuah sistem keyakinan yang berisikan suatu ajaran dan petunjuk bagi
para penganutnya supaya selamat (dari api neraka) dalam kehidupan setelah mati. Begitu juga
agama sebagai suatu sarana manusia untuk melakukan hubungan/komunikasi dari agama yang
satu kepada agama yang lainnya. Negara Indonesia ini telah memberikan kebebasan untuk
memilih/memeluk agama yang merupakan wujud dari terselenggaranya demokrasi dan hidup
saling menghormati satu dengan yang lainnya.

Harus diakui pada mulanya agama-agama selain Islam seperti yahudi dan Nasrani berasal
dari Tuhan, namun dalam perjalanan seejarahnya agamaagama tersebut sudah tidak memelihara
lagi kemurniannya. Islam tidak mengingkari kebenaran–kebenaran agama-agama lain, akan
tetapi menyatakan bahwa pengikut–pengikutnya yang terkemudian telah memalsukan kebenaran
tersebut dengan ide–ide mereka sendiri. Dalam ajaran Nasrani yang dibawa oleh Nabi Isa as.
misalnya, pada mulanya agama ini mengakui bahwa yang wajib disembah hanyalah Allah.
Namun dalam perkembangan selanjutnya mereka mengganti Tuhannya dengan doktrin Trinitas
(tuhan dalam tiga dimensi: Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus). Dalam Al-Qur’an
dinyatakan bahwa orang yang membuat dan mengakui doktrin tersebut sebagai kafir. Karena
itulah Allah mengutus Rasulullah Muhammad SAW. untuk mensucikan kembali agama–
agamNya. Masing–masing agama sebelum Islam memperlihatkan aspek–aspek tertentu dari
kebutuhan yang sama, tetapi dengan penekanan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan manusia
pada massanya, atau dengan rasnya. Islamlah agama yang diperuntukkan bagi seluruh manusia
dengan manifestasi kebenaran yang paling menyeluruh, serta memberikan metode yang lengkap
dan keseimbangan yang sempurna.

Karakteritik ajaran Islam dapat dilihat dari ajarannya di bidang sosial. Ajaran Islam
sebagaimana telah disebutkan di atas pada akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia.
Namun khusus dalam bidang sosial ini Islam menjunjung tinggi tolong–menolong, saling
menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang
rasa dan kebersamaan. Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan Islam bukan
ditentukan oleh nenek moyangnya, kebangsannya, warna kulit, bahasa, jenis kelamin dan lain
sebagainya yang berbau rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh
ketakwaannya yang ditunjukkan oleh prestasi kerjanya yang bermnafaat bagi manusia. Atas
dasar ukuran ini, maka dalam Islam semua orang memiliki kesempatan yang sama.

D. Prinsip Toleransi dalam Islam

Agama Islam memulai dakwahnya dengan penuh kedamaian. Nabi Muhammad menjadikan
keteladanannya dalam berdakwah sebagai titik tolak perubahan sosial di wilayah sekitar Arab.
Salah satu dari bentuk keteladanan tersebut adalah toleransi yang dijunjung tinggi dalam
berinteraksi antara sesama muslim dan dengan non muslim.

Konsep toleransi merupakan solusi dalam membina interaksi yang harmonis antar umat
manusia. Namun toleransi tidak berarti membebaskan orang untuk berlaku sekehendaknya.
Diperlukan aturan dan batasan dalam mewujudkan konsep ini. Toleransi dalam Islam memiliki
beberapa prinsip.

Prinsip yang pertama, Al-hurriyyah al-dîniyyah (kebebasan beragama dan berkeyakinan).


Kebebasan beragama dan berkeyakinan merupakan hak dasar yang dimiliki setiap manusia.
Allah SWT. membebaskan setiap hambanya untuk menentukan pilihan keyakinannya. Melalui
QS. al-Baqarah: 256, Allah juga melarang setiap tindakan pemaksaan untuk memilih agama dan
kepercayaan tertentu.
Thohir Ibnu ‘Asyur menjelaskan bahwa peniadaan ikrāh (pemaksaan) dalam ayat tersebut
berarti larangan terhadap setiap pemaksaan untuk memeluk agama. Sedangkan penggunaan
huruf la nāfiah li al-jinsi mengindikasikan tentang umumnya larangan tersebut. Pemaksaan
agama dengan berbagai macam caranya merupakan larangan dalam Islam. Karena perkara iman
bukan datang melalui pemaksaan, melainkan dengan proses istidlāl (pembuktian), nadr
(penalaran), dan ikhtiyār (pemilihan).

Sir Thomas W. Arnold mengatakan bahwa kekuatan senjata bukan merupakan faktor yang
menentukan dalam perluasan agama Islam. Hal ini diketahui dari fakta terjalinnya hubungan
persahabatan antara orang-orang Kristen dengan orang-orang Arab Muslim. Nabi sendiri sering
mengadakan perjanjian dengan beberapa suku yang beragama Kristen, di mana Nabi
memberikan perlindungan dan kebebasan untuk tetap menganut dan mempraktekkan agama
mereka serta perlindungan terhadap rumah suci.

Salah satu prinsip kebebasan beragama yaitu memahami dan menghargai realitas perbedaan.
Maka setiap perbedaanya haruslah dikomunikasikan dengan cara yang baik dan bijak. Penistaan
serta penghinaan terhadap ajaran agama orang lain tentunya bertentangan dengan prinsip
kebebasan beragama. Dalam QS: al-An’am: 108 disebutkan secara tegas tentang larangan untuk
memaki pemeluk agama lain.

Kedua, al-insâniyyah (kemanusiaan). Manusia merupakan khalifatu fi al-ardh (pemimpin di


bumi). Ia diciptakan untuk hidup saling berdampingan di atas perbedaan. Nabi Muhammad Saw.
datang dengan risalah Islam yang rahmatan li al-alamin (rahmat bagi seluruh alam). Kebaikan
bagi seorang muslim bukan hanya ditujukan kepada saudara seagamanya saja, tetapi juga
mencakup seluruh yang ada di bumi. Rasulullah Saw. bersabda:

Dari Abdullah bin Amru menyampaikan dari Nabi saw. (beliau bersabda): "Para penyayang
akan disayangi oleh Ar Rahman (Allah). Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan
disayangi oleh siapa saja yang di langit". (HR. Abu Dawud).

Toleransi dalam Islam mengajarkan untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu
diantaranya adalah prinsip keadilan. Keadilan hendaknya menjadi asas pertama dalam
menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis. Keadilan mencakup persamaan di berbagai
dimensi, terutama dalam bidang hukum, politik dan keamanan.Tidak boleh melakukan perbuatan
yang diskriminatif, sehingga non-muslim tidak dapat memperoleh hak yang semestinya
diperoleh.Juga memberikan kesempatan yang sama dalam bekerja, berpolitik, dan berkontribus
bagi negara.

Keadilan merupakan prinsip utama dalam mewujudkan nilai kemanusiaan dalam kehidupan
yang damai diantara manusia. Keadilan salah satu wasilah untuk mengembalikan keteraturan
dalam kehidupan. Yusuf Qaradhawi menyebutkan seorang non-muslim yang hidup dalam
komunitas muslim wajib mendapatkan dua perlindungan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan dalam skripsi ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Islam termasuk agama samawi yang terakhir yang mengajarkan tentang
pentingnya toleransi kehidupan antar umat beragama sebagai bagian dari
kehidupan bersama antar umat beragama.
2. Islam mengajarkan dan menekankan adanya toleransi antar umat beragama dalam
segala bidang kehidupan terutama sosial kemasyarakatan, selama tidak
bertentangan dengan akidah dan syari‟ah. Toleransi beragama bukan harus
menjual aqidah Islamiyah.
3. Tidak hanya secara normatif doktrinal dengan ayat-ayat dan hadits tentang
toleransi, melainkan toleransi itu telah dimplementasikan kaum Muslimin dari
masa ke masa hingga dewasa ini.
B. Saran-Saran
1. Sebagai umat beragama dan hidup dalam masyarakat yang majemuk, harus dapat
beradaptasi, untuk itu dituntut untuk memiliki sikap lapang dada dan luas pandangan.
2. Di Indonesia mayoritas umatnya beragama Islam meskipun begitu sebagai umat Islam
tidak boleh menyombongkan diri dan harus menghormati agama dan keyakinan orang
lain.
3. Toleransi antar umat beragama merupakan hal yang positif, untuk itu perlu dibina
dengan baik agar tercipta kerukunan di antara umat beragama.
4. Pemerintah telah mencanangkan beberapa peraturan sebagai dasar toleransi antar
umat beragama, melalui FKUB, tatapi peraturan-peraturan itu banyak dilecehkan oleh
orang-orang non Islam. Karena banyaknya orang-orang non Islam yang melecehkan
peraturan pemerintah, maka harus ada tindakan dan orang-orang non Islam dituntut
kesadarannya untuk mematuhi peraturan, agar terjadi keselarasan dalam bertoleransi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/best-seller/toleransi-dalam-islam/

https://news.detik.com/berita/d-5033038/soal-toleransi-dalam-islam-ini-pengertian-dan-
contohnya-dalam-al-quran

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/13522/6/Bab%20II.pdf

https://news.detik.com/berita/d-5033038/soal-toleransi-dalam-islam-ini-pengertian-dan-
contohnya-dalam-al-
quran#:~:text=Toleransi%20dalam%20Islam%20atau%20bahasa%20Arab%20disebut%20al%2
Dtasamuh.&text=Walaupun%20kalimat%20al%2Dtasamud%20tidak,keragaman%20budaya%2
0dan%20perbedaan%20berekspresi.

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1052329&val=9462&title=AYAT%2
0TOLERANSI%20DALAM%20AL-QURAN%20Tinjauan%20Tafsir%20Marah%20Labid

http://eprints.umpo.ac.id/2444/2/1.%20HALAMAN%20DEPAN.pdf

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=646949&val=11045&title=Kajian%2
0Kritis%20Tentang%20Toleransi%20%20Beragama%20dalam%20Islam

Anda mungkin juga menyukai