Anda di halaman 1dari 20

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya
rahmat nya Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, yang disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata pelajaran pendidikan agama islam, dengan judul “Menguatkan
Kerukunan melalui Toleransi dan Memelihara Kehidupan Manusia”

Makalah ini disusun dengan tujuan supaya kita sebagai umat muslim,
mengetahui bahwa pentingnya sikap toleransi yang berarti saling menghormati dan
menghargai didalam kehidupan beragama. Hal ini bertujuan agar masyarakat yang
multikultural dengan berbagai keragaman, baik budaya maupun keagamaan bisa hidup
saling berdampingan. Dengan begitu seluruh umat manusia bisa memiliki kehidupan
yang damai dan harmonis dengan mengedepankan sikap saling menghormati atau
bersikap moderat yaitu bersikap tengah-tengah tidak memihak suatu golongan..

Dari penulisan makalah ini, baik dari segi materi maupun tata bahasa masih jauh
dari sempurna, mengingat kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Sebelumnya, mohon maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.


Semoga dengan penyusunan makalah ini memberikan manfaat bagi para pembaca
sehingga dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman diri. Akhir kata,
terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan
makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Surabaya, 15 Januari 2024

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................5
1.1. LatarBelakang..................................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................6
1.3. Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN HAKIKAT DAN ARTI PENTING TOLERANSI ......................7
2.1. Toleransi Umat Beragama....................................................................................7
2.1.1. Pengertian Toleransi..................................................................................7
2.1.2. Prinsip Toleransi dalam Islam...................................................................7
2.1.3. Manfaat Toleransi Umat Beragama...........................................................8
2.1.4. Mengkaji Q.S Yunus/10: 40-41 (Toleransi)...............................................8
2.1.5. Penjelasan Kandungan Surah (Tafsir Ayat)...............................................8
2.1.6. Macam-Macam Toleransi..........................................................................8
2.1.7. Penerapan Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari...................................8
2.2. Memelihara Kehidupan Sesama Umat Manusia..................................................9
2.2.1. Kerukunan Masyarakat..............................................................................9
2.2.2. Prinsip Menjaga Kehidupan Manusia.....................................................10
2.2.3. Kandungan Surah QS Al-Maidah/5: 32 (Tafsir Ayat)..............................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................................22
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................22
3.2. Saran................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial.


Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu berinteraksi dengan
individu/manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dalam menjalani kehidupan
sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-
kelompok yang berbeda dengannya salah satunya adalah perbedaan
kepercayaan/agama.
Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka
diperlukan sikap saling menghormati dan menghargai. Sehingga, gesekan-gesekan yang
dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Selain itu, masyarakat juga dituntut
untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara satu sama lain.
Dalam konteks toleransi antar beragama, islam memiliki konsep yang sangat
jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”. “bagimu Agamamu, bagiku agamaku”
merupakan contoh popular dari toleransi dalam islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat
lain yang tersebar dalam surat dan juga sejumlah hadits serta praktik toleransi dalam
sejarah islam. Fakta-fakta historis itu menunjukan bahwa masalah toleransi dalm islam
bukanlah konsep asing.1
Menurut agama islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga
alam semesta, binatang, serta lingkungan hidup. Dengan cakupan toleransi yang luas
maka toleransi antar umat beragama dalam islam merupakan perhatian yang penting
dan serius.2 Karena tolerasi beragama menyangkut keyakinan manusia yang sangat
1
Baidi Bukhori, Toleransi Terhadap Umat Krsitiani, (Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2012).
2
Abdussami,dkk, Islam dan Hubungan Antar Agama (Wawasan untuk Para Da’i), (Yogyakarta:
LKiS,2003),116

3|Page
sensitive dan mudah menimbulkan konflik. Oleh karena itu, makalah berikut ini akan
mengulas pandangan islam terhadap toleransi dalam beragama.
Dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-
gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan
dengan agama atau ras. Dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan dalam
masyarakat maka diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati, sehingga tidak
terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian.
Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuh
kembangkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada. Agar tidak
terjadi konflik antarumat beragama, toleransi harus menjadi kesadaran kolektif seluruh
kelompok masyarakat, dari tingkat anak-anak hingga orang tua. Toleransi tersebut dapat
terwujud salah satunya melalui pendidikan agama. Dalam arti sederhana, pendidikan
sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Kemudian terjadinya konflik-konflik
keagamaan yang pernah terjadi di Indonesia menjadi salah satu agar toleransi umat
beragama harus ditegakkan sejak dini.
Beberapa kasus intoleransi yang pernah terjadi di Indonesia sebagai tonggak
bahwa toleransi beragama haruslah ditegakkan sedini mungkin. Islam adalah agama
yang toleran, karena sejak zaman Rasulullah Saw. Islam adalah agama yang toleran,
Bahwa Rasulullah sudah mengajarkan kepada semua umatnya untuk bersikap toleransi
dalam kehidupan sehari-hari, dalam berinteraksi kepada sesama manusia. Allah Swt.
Sudah berfirman dalam kalamnya QS. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya: “Dan tiada-lah
kami mengutus kamu, melainkan (untuk) menjadi rahmat bagi alam semesta”.
Kalam diatas menjelaskan bahwa Islam mengajarkan agar kita hidup
berdampingan (bertoleransi) kepada sesama manusia. Toleransi dalam pergaulan hidup
antarumat beragama berpangkal dari penghayatan ajaran agama masing-masing. Demi
memelihara kerukunan beragama sikap toleransi harus dikembangkan untuk
menghindari konflik. Biasanya konflik antar umat beragama disebabkan oleh sikap
merasa paling benar (truth claim) dengan cara mengeliminasi kebenaran dari orang lain.
Pendidikan merupakan sebuah proses untuk mengembangkan sumberdaya
manusia untuk menciptakan kemampuan sosial dan individu yang optimal, serta sebagai
relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan masyarakat dengan budaya. 3

3
Rustam Ibrahim, Pendidikan Multikultiralisme: Peegertian, Prinsip, Tujuan dan Relasinya Dengan
Pendidikan Islam, Jurnal Addin, Vol. 7 No.1, Februari 2013. 131.

4|Page
Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan penting dalam
menanamkan dan mentransfer nilai-nilai keagamaan melalui pribadi guru, mata
pelajaran yang diajarkan, program yang dibuat dan sebagainya.
Sehingga pada gilirannya nanti akan membentuk suatu sikap dan perilaku
toleransi siswa terhadap kehidupan beragama, toleransi interen umat beragama dan
toleransi umat beragama dengan pemerintah. Sehingga terwujudnya tujuan pendidikan
agama islam yaitu membina keterampilan beragama secara mendalam sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman hidup, baik hubungan dirinya dengan Allah SWT,
sehubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dirinya dengan alam sekitar.
Guru Pendidikan Agama Islam juga yang tentunya bertanggung jawab terhadap
pemahaman siswa akan toleransi yang baik dan benar, sesuai dengan Al-Qur’an dan
Sunnah. Hal ini menjadi perhatian yang penting dalam dunia pendidikan, peserta didik
yang dihadapi terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda, dengan adanya
pemahaman tentang toleransi, seluruh komponen pendidikan mampu bersikap baik
sesama Muslim dan non-Muslim, baik di lingkungan sekolah, maupun masyarakat.
Pendidikan Agama Islam dibutuhkan untuk lebih menekankan pada sikap saling
menghargai, saling menghormati sesama suku maupun berbeda suku, seagama maupun
berbeda keyakinan beragama. Institusi pendidikan dalam hal ini sekolah perlu
memfasilitasi siswa dalam memahami nilai toleransi.4

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam menyusun makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa hakikat arti penting toleransi dalam berkehidupan baik sosial
budaya maupun beragama?
2. Bagaimana sikap toleransi ini berpengaruh terhadap kehidupan sesama
umat manusia?
3. Seberapa penting nya sikap toleransi ini diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat?
4. Bagaimana ajaran islam, mengajarkan bagaimana contoh
mengimplementasikan sikap saling menghormati?

4
Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2010), 131.

5|Page
5. Apa dampak yang ditimbulkan jika rasa toleransi tidak ada dalam
kehidupan bermasyarakat?
6. Apakah sikap toleransi mampu memelihara kehidupan sesama manusia?
7. Apa saja keteladanan yang dicontohkan oleh Rasulullah terkait sikap
toleransi?

1.3. TujuandanManfaat

Tujuan dan manfaat dalam menyusun makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami hakikat arti penting toleransi dalam berkehidupan baik sosial
budaya maupun beragama
2. Pengaruh sikap toleransi terhadap kehidupan sesama umat manusia
3. Memahami pentingnya sikap toleransi dalam bermasyarakat
4. Mengetahui contoh pengimplementasian sikap toleransi sesama manusia
5. Mengetahui dampak yang ditimbulkan jika masyarakat tidak memiliki
sikap toleransi
6. Memahami makna toleransi dapat memelihara kehidupan sesama umat
7. Mengetahui contoh keteladanan Rasullullah yang patut diteladani
sebagai umat muslim

BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT DAN ARTI PENTING TOLERANSI

2.1. Toleransi Umat Beragama

2.1.1. Pengertian Toleransi

Secara etimologis, toleransi berasal dari bahasa Inggris, toleration, di


Indonesiakan menjadi toleransi, dalam bahasa Arab disebut altasamuh, yang berarti
antara lain, sikap tenggang rasa, teposelero, dan sikap membiarkan. Sedangkan secara

6|Page
terminologis, toleransi adalah sikap membiarkan orang lain melakukan sesuatu sesuai
dengan kepentingannya.5
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia toleransi di artikan sebagai sikap atau
sifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan kelakuan) yang lain atau bertentangan dengan
pendiriannya.
Menurut Mukti Ali : “Toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti
menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang lain berpendapat berbeda, berhati
lapang dan tenggang rasaltepo seliro (jawa) terhadap orang yang berlainan pandangan,
keyakinan, dan Agama.”.6
Dalam percakapan sehari-hari, di samping kata toleransi juga dipakai kata
“tolerer". Kata ini berasal dari bahasa Belanda berarti membolehkan, membiarkan;
dengan pengertian membolehkan atau membiarkan yang pada prinsipnya tidak perlu
terjadi. Jadi toleransi mengandung konsesi. Konsesi ialah pemberian yang hanya
didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan kepada hak.
Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan
menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu tanpa mengorbankan prinsip
sendiri.7

Muhammad Ali menjelaskan, toleransi merupakan suatu sikap keberagaman


yang terletak antara dua titik ekstrim sikap keberagaman, yaitu eksklusif dan pluralis.
Pada titik yang eksklusif: menutup diri dari (seluruh atau sebagian) kebenaran pada
yang lain. Ada yang bersikap toleran: membiarkan yang lain, namun masih secara
pasif, tanpa kehendak memahami, dan tanpa keterlibatan aktif untuk bekerja sama.
Bersikap toleran sangat dekat dengan sikap selanjutnya yaitu pada titik pluralis. Yakni
sikap meyakini kebenaran diri sendiri, sambil berusaha memahami, menghargai, dan
menerima kemungkinan kebenaran yang lain, serta lebih jauh lagi, siap bekerja sama
secara aktif ditengah perbedaan umat itu.8

5
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta:PT Mahmud Yunus Wadzuryah, 1990),h.178
6
Mukti Ali, Pluralisme Agama di Persimpangan Menuju Tuhan (Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2006). H. 87
7
Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Umat Beragama (Jakarta: Ciputat Pess, 2003). H. 13
8
Darwis Muhdina, Kerukunan Agama Dalam Kearifan Lokal Kota Makassar (Makassar: Perpustakaan
Nasional, 2016), h.37

7|Page
2.1.2. Prinsip Toleransi dalam Islam

Toleransi, seperti telah dikemukakan di dalam pengertian, adalah sikap


tenggang rasa dan dengan lapang dada membiarkan orang lain untuk melakukan apa
yang diinginkan. Toleransi agama, menurut Islam, adalah sebatas membiarkan umat
agama lain untuk melaksanakan ibadah dan ajaran agamanya, sejauh aktivitas tersebut
tidak mengganggu ketertiban dan ketenangan umum. Toleransi disini bukanlah dalam
bidang Aqidah Islamiyah (keimanan), karena aqidah telah digariskan secara tegas dalam
Al-Qur’an dan As-sunah
Fuad menambahkan yang dilarang dalam hal toleransi adalah toleransi yang
berarti mendukung keyakinan pemeluk agama lain dengan mengorbankan keimanan
Islam (akidah).9 Adapun dalam bidang aqidah atau keimanan seorang muslim
hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan keyakinan
yang dianutnya sesuai dengan firman Allah Swt dalam al-qur’an surat Ali-Imran 19 dan
85 sebagai berikut:

‫ِإَّن الِّد يَن ِع نَد ِهَّللا اِإْل ْساَل ُم َوَم ا اْخ َتَلَف اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِكَتاَب ِإاَّل ِم ْن َبْع ِد َم اَج اَء ُهُم اْلِع ْلُم َبْغ ًيا َبْيَنُهْم َوَم ن َيْكُفْر ِبَشاَياِت ِهَّللا‬
)١٩( ‫َفِإَّن َهَّللا َس ِريُع اْلِحَس اب‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang
kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS.
Ali-Imran :19)10
)٨٧( ‫َوَم ن َيْبَتِغ َغْيَر اِإْل ْساَل ِم ِد يًنا َفَلن ُيْقَبَل ِم ْنُه َو ُهَو ِفي اآْل ِخ َرِة ِم َن اْلَخ اِس ِريَن‬
Terjemahnya:
“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.” (QS. Ali-Imran :85)11
Kalau Islam mengajarkan dan menekankan keniscayaan akhlak toleransi dalam
pergaulan antarumat beragama, maka tidak mungkin Islam merusak toleransi tersebut
atas nama agama pula. Namun, di lain pihak, dalam pergaulan antar umat beragama,
9
Fuad Fachruddin, Agama dan Pendidikan Demokrasi. Pengalaman Muhammadiyah dan Nahdahul Ulama
(Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h. 244
10
Departemen Agama RI. Op. cit., h.53
11
Ibid hal 62

8|Page
Islam juga sangat ketat menjaga kemurnian akidah dan syariah Islamiah dari noda-noda
yang datang dari luar. Maka bagi Islam kemurnian akidah dan syariah Islamiah tersebut
tidak boleh dirusak atau ternoda oleh praktik toleransi.12 Oleh sebab itu, Islam memiliki
prinsip dan ketentuan tersendiri, yang harus dipegang teguh oleh muslimin di dalam
bertoleransi.

2.1.3. Manfaat Toleransi Umat Beragama

Toleransi umat beragama merupakan pondasi dasar dalam segala aspek


kehidupan yang plural ini, termasuk dalam hal kemajuan suatu bangsa dari segi sumber
daya manusianya maupun pembangunan untuk kemaslahatan. Dan kerukunan adalah
dambaan serta harapan semua orang, sehingga setiap orang bisa melaksanakan hak dan
kewajibannya dengan aman dan suka cita tanpa ada kekhawatiran yang menyelimuti
Menurut Jirhanuddin Adapun manfaat toleransi umat beragama, antara lain :
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan keberagaman masing- masing
agama. Masing-masing penganut agama dengan adanya kenyataan agama
lain, akan semakin mendorong menghayati dan sekaligus memperdalam
ajaran-ajaran agamanya serta semakin berusaha untuk mengamalkannya.
Maka dengan demikian keimanan dan keberagamaan masing-masing
penganut agama akan dapat lebih meningkat lagi. Hal ini semacam
persaingan yang positif yang perlu dikembangkan dan ditanamkan pada
tiap-tiap umat beragama.
2. Menciptakan stabilitas nasional yang mantap. Dengan terwujudnya
kerukunan hidup antar umat Bergama, secara praktis ketegangan-
ketegangan yang ditimbulkan akibat perbedaan paham yang berpangkal
pada keyakinan keagamaan dapat dihindari. Ketertiban dan keamanan
nasional akan terjamin, sehingga mewujudkan stabilitas nasional yang
mantap.
3. Menunjang dan mensukseskan pembangunan. Dari tahun ke tahun
pemerintah senantiasa berusaha untuk mensukseskan pembangunan dari
segala bidang, namun apabila umat beragama selalu bertikai dan saling
mencurigai satu sama lain, maka hal itu akan menghambat usaha
pembangunan itu sendiri. Dan salah satu usaha agar kemakmuran dan

12
Muhammad Quraish Shihab, Op.cit., h.371

9|Page
pembangunan di segala bidang selalu berjalan dengan baik, sukses dan
berhasil diperlukan toleransi antar umat beragama sehingga terciptanya
masyarakat yang rukun.
4. Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat. Ketika antar sesama
manusia bisa hidup harmonis dalam bingkai kerukunan tanpa ada
pembedaan yang menyakiti atau menindas pihak lain, maka yang tercipta
adalah suasana damai dalam masyarakat. Kedamaian juga merupakan
tujuan dari hidup bermasyarakat, kebersamaan dan toleransi antar umat
beragama menjadi kunci perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan dan silaturahim antar umat
beragama. Memelihara dan mempererat persaudaraan sesama umat
manusia atau dalam bahasa agama Ukhuwah Insaaniyah sangat diperlukan
bagi bangsa yang majemuk atau plural kehidupan keberagamaannya.
Dengan toleransi umat beragama, maka Ukhuwah Insaaniyah tersebut akan
melekat dan percekcokan atau perselisihan akan bisa teratasi.
6. Menciptakan rasa aman bagi agama-agama minoritas dalam. Melaksanakan
ibadahnya masing-masing. Rasa aman bagi umat beragama dalam
melaksanakan peribadatan dan ritual keyakinan yang dianutnya merupakan
harapan hakiki dari semua pemeluk agama. Dan salah satu manfaat
terciptanya toleransi umat beragama adalah menjamin itu semua, tidak
memandang umat mayoritas maupun umat minoritas. Toleransi umat umat
beragama menjadi pengingat bahwasanya dalam. Beragama tidak ada unsur
keterpaksaan untuk semua golongan,
7. Meminimalisir konflik yang terjadi yang mengatas namakan agama.
Konflik merupakan suatu keniscayaan yang mengiringi kehidupan.
Manusia, selama ada kehidupan potensi konflik akan selalu ada. Konflik
disebabkan dari berbagai sumber, termasuk juga dalam hal keagamaan.
Konflik yang mengatasnamakan agama menjadi sangat sensitif bahkan
sangat berbahaya bagi masyarakat, karena melibatkan sisi terdalam
manusia. Akan tetapi, apabila setiap pemeluk agama bisa saling
menghormati dan saling toleran hal ini akan bisa meminimalisir terjadinya
konflik atas nama agama.

10 | P a g e
2.1.4. Mengkaji Q.S Yunus/10: 40-41 (Toleransi)

‫) َوِإْن َك َّذ ُبوَك َفُقْل ِلي َع َم لي َو َلُك ْم َع َم لُك ْم َأْنُتْم‬٤٠( ‫َوِم ْنُهْم َم ْن ُيْؤ ِم ُن ِبِه َوِم ْنُهْم َم ْن ال ُيْؤ ِم ُن ِبِه َو َر ُّبَك َأْعَلُم ِباْلُم ْفِس ِد يَن‬
]٤٠ – ٤١/‫) [يونس‬٤١( ‫َبِريُئوَن ِمَّم ا َأْع َم ُل َبِريٌء ِمَّم ا َتْع َم ُلوَن‬
Terjemahan ;
Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Qur'an),
dan diantaranya ada (pula) ada orang-orang yang tidak beriman kepadanya.
Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
(40)
Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah,
"bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak pertanggung jawab terhadap apa
yang kamu kerjakan." (41)

2.1.5. Penjelasan Kandungan Surah (Tafsir Ayat)

Surat Yunus yang merupakan surat kesepuluh diturunkan di Mekkah,


menceritakan kisah Nabi Yunus a.s. dan pengikut-pengikutnya. Dalam ayat ke-40 Allah
SWT berfirman bahwa di dunia terdapat dua golongan manusia yaitu orang yang
beriman kepada Al-Qur'an dan yang tidak beriman kepada Al-Qur'an. Hal ini diperkuat
dalam buku tafsir Al-Qur'an dan terjemahan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama
(Depag RI) halaman 316, yang bertulis:
"Allah menjelaskan kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya bahwa
keadaan orang musyrikin yang mendustakan ayat-ayat Al-Qur'an akan terbagi menjadi
dua golongan. Segolongan yang benar-benar mempercayai Al-Qur’an dengan itikad
yang kuat dan segolongan lainnya tidak memercayainya dan terus menerus berada
dalam kekafiran. Namun demikian, mereka tidak akan diazab secara langsung di dunia
seperti nasib yang telah dialami oleh kaum sebelum Nabi Muhammad saw”.
Di kahir ayat dijelaskan bahwa Allah lebih mengetahui tentang orang-orang
yang berbuat kerusakan di bumi, hal itu disebabkan karena fitrah mereka telah rusak.
Allah dengan kekuasaanya akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih.
Pada ayat ke-41, Allah memberikan penjelasan bahwa apabila orang-orang
tersebut tetap mendustakan Al-Qur’an, maka Allah memrintahkan nabi Muhammad
untuk melepas tanggung jawab atas mereka. Seperti yang tertuang dalam buku yang
sama, yakni tafsir Al-Qur’an dan tafsirnya halaman 316:

11 | P a g e
“….apabila orang musyrikin itu tetap mendustakan Muhammad saw, maka
Allah memerintahkan kepadanya untuk mengatakan kepada mereka bahwa Nabi
Muhammad saw berkewajiban meneruskan tugasnya yaitu meneruskan tugas-tugas
kerasulannya, sebagai penyampai perintah Allah yang kebenarannya jelas, perintah yang
mengandung peringatan dan janji- janji serta tuntunan ibadah berikut pokok-pokok
kemaslahatan yang menjadi pedoman untuk kehidupan dunia. Nabi Muhammad tidak
diperintahkan untuk menghakimi mereka, apabila mereka tetap mempertahankan sikap
mereka yang mendustakan Al-Qur’an dan mempersekutukan Allah..”
Tafsir ini juga diperkuat dengan firma Allah dalam surah Al-Isra’ ayat 84:
Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-
masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. Serta dalam
surah Asy-Syu’ra ayat 216: “Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah
(Muhammad), “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu
kerjakan.”
Ini berarti mereka tidak bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad saw dan Nabi Muhammad pun tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang mereka lakukan. Maksudnya Allah tidak akan menjatuhkan hukuman kepada
seseorang karena kesalahan orang lain. Nabi Muhammad juga tidak akan dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang mereka kerjakan.

2.1.6. Macam-Macam Toleransi


Toleransi dalam pergaulan hidup manusia antar umat beragama berpangkal dari
penghayatan dari ajaran masing-masing. Menurut Said Aqil Munawar ada 2 macam
toleransi yaitu statis dan toleransi dinamis. Toleransi statis adalah toleransi dingin atau
tidak melahirkan kerjasama hanya bersifat teoritis. Sedangkan toleransi dinamis adalah
toleransi yang aktif atau melahirkan kerjasama untuk tujuan bersama, sehingga
kerukunan antar umat beragama bukan dalam bentuk teoritis, tetapi sebagai refleksi dari
kebersamaan umat beragama sebagai satu bangsa. 13 Toleransi dibagi menjadi dua
macam yaitu sebagai berikut:
A. Toleransi Dengan Sesama Muslim Agama islam adalah agama yang
membawa misi Rahmatan lil ‘alamin. Adapun kaitannya dengan agama
yakni toleransi beragama yakni toleransi yang mencakup masalah-masalah

13
Umar Hasyim, “Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam. Sebagai Dasar Menuju Dialog dan
Kerukunan Antar Umat Beragama”. (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), hal. 22

12 | P a g e
keyakinan pada diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau yang
berhubungan dengan ketuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberi
kebebasan untuk menyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah)
masing- masing yang dipilih serta memberikan penghormatan atas
pelaksanaan ajran-ajaran yang diyakininya. Toleransi mengandung maksud
supaya membolehkan terbentuknya sistem yang menjamin unsur-unsur
minoritas yang terdapat dalam masyarakat dengan menghormati agama,
moralitas mereka serta menghargai pendapat orang lain dan menghargai
perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungan tanpa harus berselisih dengan
sesama karena dengan adanya sebuah perbedaan agama.14
B. Toleransi Dengan Non Muslim
Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah Ayat 213 sebagai
berikut:
‫كان الناس أمة وحدة فبعث هللا التبين مترين وُم ْنِذ ِريَن َو َأنَز َل َم َع ُهْم الكتب بالحق ليحكم بين الناس فيما‬
‫الخَتَلُفوا ِفيِه َوَم ا اختلف فيه اال للذين أوتوه ِم ن َبْع ِد ما جاءتهم البينت َبْغ ًيا َبْيَنُهْم َفَهَدى ُهَّللا اَّلِذ يَن امنوا لما‬
‫اختلفوا فيه من الحق بإذنه وهللا َيْهِد ي َم ْن َيَشاُء إلى ميرط‬

Artinya: “manusia adalah umat yang satu. Kemudian Allah SWT mengutus
para nabi sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka kitab dengan benar untuk memberi keputusan diantara manusia
tentang perkara yang mereka selisihkan. Tentang kitab tersebutmelainkan
orang yang telah didatangkan kepada mereka (kitab) yaitu setelah datang
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu
dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk bagi orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Baqarah:213).15
M. Quraish Shihab menafsirkan ayat ini menukil pendapat ulama yang
menghubungkan dengan penggalan surah Yunus ayat 19 yang menyatakan “manusia
dulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih”. Ayat ini perlu disisipi kata
“maka berselisih” yang ada pada surah Yunus, sehingga surah Al-Baqarah ayat 213

14
Masykuri Abdullah, “Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman”, (Jakarta: Bulan Bintang,
2002), hal. 13
15
Al-Qur’an, Al-Baqarah Ayat 213, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung: Departemen Agama RI,
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an dan PT Syaamil Qur’an, 2012), hal.33

13 | P a g e
yang pada awalnya dipahami dengan dahulu umat manusia hanya satu dalam
kepercayaan Tauhid, tetapi kemudian tidak demikian, karena mereka berselisih.
Sedangkan kata “al-nas” pada ayat tersebut tidak hanya sebatas pengertiannya kepada
orang-orang arab saja, karena penciptaan manusia secara fitrah mengakui ke-Esaan
Allah SWT. Maka dari itu keyakinan terseut melekat pada seluruh umat manusia sejak
lahir, tapi karena dosa dan pelanggaran yang dilakukan oleh manusia, akhirnya fitrah
keyakinan tersebut memudar pada diri sebagian manusia.16

2.1.7. Penerapan Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari

Toleransi bukan hanya tentang menghormati perbedaan, tetapi juga tentang saling
menghargai dan bekerja sama dalam menghadapi perbedaan- perbedaan tersebut.
Berikut contoh toleransi dalam kehidupan sehari – hari yang dapat diterapkan dalam
berbagai aspek kehidupan, mulai dari masyarakat hingga dunia politik. Contoh Toleransi
dalam Masyarakat :
1. Menghargai keberagaman budaya, menghormati dan memahami budaya dan
tradisi orang lain, bahkan jika berbeda dari budaya kita sendiri.
2. Menjaga keterbukaan terhadap pendapat lain, mendengarkan dengan baik dan
terbuka terhadap pandangan dan pendapat orang lain, bahkan jika berbeda
dengan pandangan kita sendiri.
3. Membantu tetangga, dengan menawarkan bantuan kepada tetangga yang
membutuhkan, tanpa memandang perbedaan status sosial atau ekonomi.
4. Berpartisipasi dalam proyek sosial, Bersama-sama dengan komunitas,
berpartisipasi dalam proyek sosial yang bermanfaat bagi semua orang.
5. Menghormati hak asasi manusia, memastikan bahwa hak asasi manusia setiap
individu dihormati dan dilindungi.
6. Menghormati tempat ibadah, menghormati tempat ibadah agama lain dan tidak
mengganggu ritual ibadah mereka.
7. Membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua
agama, di mana setiap orang merasa dihormati dan diterima tanpa memandang
keyakinan agama mereka.

16
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah”, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol.1, hal. 454

14 | P a g e
8. Menaati peraturan sekolah, Penting bagi siswa-siswi untuk mematuhi peraturan
sekolah, termasuk menjaga ketertiban di kelas, menghormati guru, dan
merawat fasilitas sekolah.
2.2. Memelihara Kehidupan Sesama Umat Manusia

2.2.1. Kerukunan Masyarakat

Adapun pengertian kerukunan masyarakat menurut Said Agil Husain Al Munawar:


Secara etimologis kata kerukunan berasal dari kata dasar rukun berasal dari bahasa Arab,
yaitu “ruknun” berarti tiang, dasar, sila. Jamak ruknun adalah “arkan”; artinya suatu
bangunan sederhana yang terdiri dari berbagai unsur. Dari kata arkan diperoleh
pengertian, bahwa kerukunan merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur
yang berlainan dan setiap unsur tersebut. Saling menguatkan. Kesatuan tidak dapat
terwujud apabila ada diantara unsur tersebut yang tidak berfungsi.17
Sebagaimana pemaknaan dalam ilmu fiqih yang mengartikan rukun sebagai
sesuatu yang harus dipenuhi dalam suatu ibadah, dan kalau rukun tersebut ditinggalkan
maka ibadah tersebut menjadi tidak sah. Sehingga kata rukun diartikan sebagai bagian
yang tak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain. Kerukunan menyangkut
keseimbangan sosial dalam masyarakat, dimana masyarakat berada dalam situasi bebas
konflik tanpa pertikaian. Terkadang sulit untuk menciptakan kondisi yang benar-benar
tentram dan damai. Pertikaian yang terjadi dalam masyarakat bisa saja disebabkan oleh
banyak faktor kepentingan. Dan kepentingan-kepentingan yang bersinggungan inilah
yang mengakibatkan ketidak harmonisannya hubungan dalam kehidupan bermasyarakat.

2.2.2. Prinsip Menjaga Kehidupan Manusia

Manusia adalah ciptaan yang paling sempurna (fi ahsani taqwim) dibandingkan
dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, sebab manusia satu- satunya makhluk yang
diberikan potensi oleh Allah Swt berupa akal sebagai alat untuk melakukan aktivitas
berfikir tentang berbagai hal yang ada di alam raya ini.Manusia ketika dilahirkan bukan
hanya dikaruniai potensi individualis dan sosialitas, melainkan juga potensi moralitas
atau kesusilaan. Maksudnya adalah bahwa dalam diri manusia ada kemampuan untuk
berbuat kebaikan. Dalam arti susila atau moral, seperti bersikap jujur, dan berlaku adil,

17
Said Agil Husain Al Munawar., op.cit. h.4

15 | P a g e
untuk mengembangkan potensi tersebut, tanamkan pada anak dengan banyak diberi
kesempatan untuk melakukan kebaikan.
Manusia, makhluk sosial juga diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang
berawal dari pasangan laki-laki dan wanita, kemudian berkembang menjadi suku dan
bangsa, untuk saling kenal mengenal (QS: al- Hujurat: 13). Islam mengajarkan
pentingnya penghormatan dan penghargaan sesama manusia, dan memberikan
penghargaan yang tinggi kepada hak-hak asasi manusia karena Islam sebagai agama
yang membebaskan dan memanusiakan manusia, hal ini tercermin dalam al-Quran surah
al-Hujurat: 13.18
Banyak relawan kemanusian. Mereka menolong warga sipil yang berada di tengah
daerah konflik yang berasaskan kemanusiaan, tidak jarang ia harus bertaruh dengan jiwa
raganya. Ada yang terbunuh, luka-luka, ditangkap dan disandera saat menjalankan misi
kemanusiaan. Namun semua itu dilakukannya demi terwujudnya rasa kemanusiaan dan
rasa kepedulian terhadap sesama."19
Perihal harus adanya tindakan penyelesaian dari bentuk penyiksaan, penindasan
dan pembunuhan tertera jelas dalam surat al-Maidah: 32.
As-Suyuthi menjelaskan bahwa: "Barang siapa yang membunuh jiwa bukan
karena orang lain membunuh maka dihukumi dosa besar dan barang siapa yang
menyelamatkan seseorang dari kerusakan maka seakan-akan telah memelihara manusia
seluruhnya. as-Suyuthi mengkategorikan pelaku pembunuh sebagai manusia yang
berdosa besar tidak diampuni kecuali keluarga korban memaafkan".20

2.2.3. Kandungan Surah QS Al-Maidah/5: 32 (Tafsir Ayat)

Al- Qurtubi menafsirkan QS Al-Maidah: 32 bahwa: “ Hukum membunuh manusia


bukan karena orang itu membunuh orang lain maka dihukumi membunuh, kecuali ada
tiga membunuh yang diharamkan yaitu seseorang yang kafir kemudian ia telah beriman,
zina setelah bertaubat dan membunuh jiwa yang dzalim setelah sadar.21

18
Yahya Ahmad Zein, “Konsepsi Hak Asasi Manusia dalam Islam (Mengungkap Korelasi Antara Islam
Dengan HAM), Jurnal Garuda, Vol 1, No 1,2015 hlm. 92.
19
Dio Dyantara, “Perlindungan Relawan Kemanusiaan Suatu Tinjauan Hukum Humaniter Internasional”,
Skripsi (Makassar: Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, 2014), hlm.. 18.
20
Jalaludin As-Suyuthi, Dar al Mansur, (Kairo: Mesir, 2003) dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibn
Jarir dari Ibnu Sa’id… hlm. 278
21
Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr al-Qurtubi,al-Jami’ li ahkam al-Quran wal Mubayyin
Lima tadammanah Min al-Sunnah wa Ayi>l Furqan, Maktabah, Al- Risalah, (Bairut: Lubnan, 2006) hlm 429

16 | P a g e
At- Thabari menafsirkan QS Al-Maidah 32 bahwa: “ Kejahatan anak Adam kepada
saudaranya adalah perbuatan dzalim, dan dihukumi hukum qisas. Manusia yang
membunuh jiwa tanpa kesalahan baik merusak alam, memerangi Allah dan rasulnya,
membunuh nabi, membunuh Imam yang adil, dan yang demikian itu disebut membunuh.
Maka Allah Swt akan memberi balasan berupa neraka jahannam dan Allah Swt akan
melaknat dengan siksaan yang pedih.22
M Quraish Shihab menafsirkan QS al-Maidah: 32” melukiskan betapa merugi si
pembunuh dan si pembunuh menanggung dosa pembunuhannya dan terpaksa memikul
dosa yang dibunuhnya secara aniaya. Pembunuhan secara tidak sah ini amat sangat
buruk, buruk buat yang bersangkutan dan buruk buat masyarakat secara umum.”23
Kementerian Agama ketika menafsirkan QS Al-Maidah: 32 ini menjelaskan
tentang keharusan adanya kesatuan umat dan kewajiban masing- masing terhadap yang
lain yaitu harus menjaga keselamatan hidup dan kehidupan bersama dan menjauhi hal-
hal yang membahayakan orang lain.24
Lima penafsiran mufassir terdapat persamaan dan perbedaaan. Persamaannya
adalah sama-sama menyatakan bahwa hukum membunuh termasuk perbuatan dzalim
dan dosa besar. Letak perbedaannya pada penjelasan kementerian Agama yang
menekankan keharusan adanya saling menjaga keselamatan hidup antar sesama umat
dalam menjalankan kehidupan bersama dan menjahui hal-hal yang membahayakan
orang lain.25
Salah seorang mufassir modern M Quraish Shihab menafsirkan QS al-Maidah ayat
32 menyatakan bahwa betapa merugi pembunuh karena menanggung dosa sendiri dan
memikul dosa yang dibunuhnya secara aniaya.26
Itulah sebabnya mengapa suami atau istri yang menyiksa atau membunuh
pasangannya dikenakan hukuman. Orang tua yang membunuh anak harus dihukum.
Anak yang membunuh orang tua juga diproses di pengadilan. Hal semacam ini tidak
hanya berlaku untuk manusia tetapi juga buat hewan-hewan langka. Penyiksaan atau
pembunuhan itu menjadi sangat penting untuk ditindak. Apalagi jika hal tersebut terjadi
kepada manusia yang memang mempunyai tugas mengelola bumi ini.

22
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir at-Thabari, Jami’ul Bayan an Ta’wil Qura>n, Maktabah Ibnu Taymiyah,
Kairo: Mesir, 2001) hlm. 347-351
23
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h/, (Jakarta: Lentera Hati, 2000) hlm. 651
24
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Bumirestu, 1990) hlm.
25
M.Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, Fungsi dan Peran wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat,
(Bandung: Mizan, 1994), hlm 16
26
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah/, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm. 651,

17 | P a g e
Permasalahan tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian ini diberi
judul “Hak Hidup Manusia: Analisis pendapat Para Mufassir tentang QS al-Maidah/5:
32 dengan pendekatan Maqashid. Alasan yang mendasari pemilihan surat al-Maidah ayat
32 adalah menghabisi nyawa manusia konteks zaman sekarang di antaranya kasus etnis
Rohingya dan konflik antara Palestina dan Israel. Bahkan pembunuhan antara manusia
sudah menyebar dimana-mana termasuk di negara kita.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulannya adalah, Bahwa pada Qs. Al-Maidah ayat 32 ini menjelaskan hak
hidup bagi seluruh umat manusia. Hak dapat diartikan sebagai kekuasaan dalam
melakukan sesuatu atau kepunyaan, sedangkan asasi adalah hal yang utama, dasar.
Sehingga hak asasi manusia atau sering disebut sebagai HAM dapat diartikan sebagai
kepunyaan atau milik yang bersifat pokok dan melekat pada setiap insan sebagai
anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Hak asasi manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

18 | P a g e
Ayat ini juga mengajarkan kepada kita bagaimana kita dapat memelihara
lingkungan dengan baik. Berdasarkan ayat ini kita dapat mengambil hikmah, bahwa
hukum qishas sebenarnya bukan hanya untuk orang-orang yang membunuh atau
menghilangkan nyawa orang lain saja, akan tetapi seharusnya hukum qishas juga dapat
dilakukan bagi orang-orang yang membuat kerusakan ekosistem/lingkungan (misalnya,
illegal logging tanpa replanting, membuang limbah B3 tanpa menyaring sehingga
membuat kerusakan di ekosistem, atau perbuatan-perbuatan yang merusak ekosistem).

3.2. Saran

Perlu disadari, mereka yang terlibat dalam pertikaian, pertengkaran, perkelahian,


tawuran, dan sejenisnya pada umumnya hanya dipicu oleh permasalahan yang sepele
seperti saling mengejek atau karena cemburu. Sungguh sayang jika masalah yang sepele
itu berujung pada pertikaian yang nantinya ada yang cidera, dirawat di rumah sakit,
bahkan sampai ada yang meninggal dunia. Untuk itu jauhilah perbuatan keji ini mulai
dari diri kita masing-masing dan mulai dari sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Rahman. Abd, HeryNugroho, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Bab 6
Menguatkan Kerukunan melalui Toleransi dan Memelihara Kehidupan Manusia, Jakarta:
PT. Global Offset Sejahtera, 2021

Debby Sulistia, Skripsi. “Pola Penanaman Nlai-Nilai Toleransi dalam Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural pada Interaksi Sosial Siswa Muslim dan
Non Muslim”, (Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2020).

Al-Munawar, Said Aqil Husin. 2003. Fikih Hubungan Antar Agama. Jakarta: Ciputat Press

19 | P a g e
Hassan, Riaz. 2006. Keragaman Iman (Studi Komparatif Masyarakat Muslim). Jakarta:
Raja Grafindo Persada

Muhammad, Nur Hidayat. 2014. Fikih Sosial dan Toleransi Beragama Kediri: Nasyrul’ilmi

Yaqin, M. Ainul. 2007. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pilar Media

Zainuddin. 2010. Pluralisme Agama Pergulatan Dialogis Islam-Kristen di Indonesia.


Malang: Maliki Press

Azizah, Utami Yuliyanti.2017.Nilai-Nilai Toleransi Antar Umat Beragama dan Teknik


Penanamannya dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa. UIN Raden Intan Skripsi

Burhanuddin, Muhamad.2016. Toleransi Antar Umat Beragama Islam dan “Tri Dharma”
(Studi Kasus di Desa Karangturi Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang).UIN Walisongo.
Skripsi.

Casram. 2016. Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural. Dalam
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya. Vol. 1 No. 2. Hal. 187-198

Fidiyani, Rini. 2013. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia (Belajar Keharmonisan dan
Toleransi Umat Beragama di Desa Cikakak, Kec. Wangon, Kab. Banyumas). Dalam
Dinamika Hukum.No. 3. Hal 468-492

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai