PRODI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RONGGOLAWE 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul "Islam Membangun Kesatuan
dalam Keberagaman" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah ini dapat
diambil manfaatnya dan dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini kita hidup di dalam dunia yang bergerak begitu cepat kea rah yang
pluralis dengan beragama agama, bahasa dan budaya sebagai akibat dari
perkembangan modernisasi, liberalisasi, dan globalisasi. Ditengan gemerlap yang
dahsyat itu. negeri ini justru memperlihatkan dengan sebaliknya : kekerasan, zero
tolerance, dan konflik.1
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, terdiri atas berbagai
suku, bahasa dan adat istiadat dan penganut agama. Kemajemukan tersebut
merupakan suatu kenyataan yang harus di syukuri sebagai kenyataan bangsa.
Namun, hal ini dapat menimbulkan konflik kerawanan.2
Untuk itulah, dalam pembahasan ini penyusun akan membahas bagaimana
islam menyikapi perbedaan di dalam kehidupan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Konsep Islam tentang Pluralitas.
2. Mengetahui Konsep Islam tentang Toleransi.
3. Mengetahui Konsep Islam tentang Multikulturalisme.
1
Mu’im. A, Sirry, Membendung Militansi Agama (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 170
2
Ibid.hlm. 170
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ahmad Khotib, Skripsi : “Pluralisme Agama Menurut Al-Qur’an (Studi Al-Qur’an Dan Tafsirnya)”
(Tulunggagung: IAIN Tulungagung, 2015), Hal. 19 – 20.
4
https://www.youtube.com/watch?v=PhcKVJRhBOc&t=10s diakses tanggal 17 september 2019
5
Nina Rizki, Skripsi: “Pluralitas Agama Perspektif Islam Pada Koran Seputar Indonesia” (Jakarta:
UIN SYARIF H, 2015), Hal. 32.
2
yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri
spesifik atau ajaran masing-masing agama.6
Terkait dengan nilai-nilai pluralisme dalam Islam, Al-Qur’an sebagai kitab
kaum muslim juga memberikan penjelasan terkait dengan pluralitas, yang jika
dihayati maka hubungan antar sesama manusia dengan segala macam
keanekaragaman ideologi, background sosial, etnik dan sebagainya dapat
dijembatani melalui nilai-nilai pluralisme dalam Islam.7
Menurut Alwi Shihab pluralisme artinya: “bukan satu, tetapi plural, banyak.
Dan banyak itu artinya berbeda, karena tidak ada yang sama. Maka kita harus bisa
menghargai pendapat orang lain, karena dia berbeda dengan kita. Itulah yang
sebenarnya kita inginkan di Indonesia ini, yaitu adanya respect terhadap pendapat
orang lain, dan inilah arti demokrasi. Tidak memaksakan kehendak satu kelompok
kepada kelompok yang lain. Tetapi saling berinteraksi dengan baik. Saling
menghormati pendapat orang lain.”8
Pluralitas merupakan suatu keadaan yang berkaitan dengan Kehendak
Tuhan atas kekhususan dan karakteristik atas makhluk yang diciptakanNya.
Sehingga keragaman tersebut tidak mungkin ditolak ataupun dihindari. Dan
pluralitas yang menyangkut agama menurut Muhammad Salim Al-Awwa yang
berarti: “pengakuan akan eksistensi agama-agama yang berbeda dan beragam
dengan seluruh karakteristik dan kekhususannya, dan menerima ke”lain”an yang
lain beserta haknya untuk berbeda dalam beragam dan berkeyakinan.”9
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pluralitas agama
dan pluralisme merupakan hal yang sangat berbeda. Dalam buku Adian Husaini
dijelaskan bahwa pluralitas agama merupakan keadaan di mana terdapat berbagai
pemeluk agama yang hidup secara berdampingan dalam suatu wilayah tertentu.
Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas
agama) dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan akidah dan ibadah, umat
6
Nina, Skripsi: “Pluralitas Agama Perspektif…”” (Jakarta: UIN SYARIF H, 2015), Hal. 33.
7
Ibid, Hal. 33.
8
Ibid, Hal. 33.
9
Ibid, Hal. 33 dan 34.
3
Islam tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang
tidak saling merugikan.10
Sedangkan pluralisme agama merupakan paham yang mengajarkan bahwa
semua agama adalah sama dan kebenaran agama bersifat relatif. Menurut Frans
Magis, menganggap bahwa paham pluralisme menanamkan nilai sikap toleransi,
karena hakikatnya toleransi tidak menuntut kita menjadi sama, baru kita bersedia
saling menerima. Toleransi yang sebenarnya berarti menerima orang lain,
kelompok lain, keberadaan agama lain, dengan baik, mengakui dan menghormati
keberadaan mereka dalam keberlainan mereka.11
10
Ibid, Hal. 32.
11
Ibid, Hal. 34.
12
Ahmad Khotib, Skripsi : “Pluralisme Agama Menurut Al-Qur’an (Studi Al-Qur’an Dan Tafsirnya)”
(Tulunggagung: IAIN Tulungagung, 2015), Hal. 25.
13
Ibid. Hal. 25-26.
4
dan eksklusif. Menuju teologi yang saling menghormati, saling mengakui
eksistensi, berfikir dan bersikap positif, serta saling memperkaya iman. Hal ini
dengan tujuan untuk membangun interaksi umat beragama dan antar umat
beragaama yang tidak hanya berkoeksistensi secara harmonis dan damai, tetapi juga
bersedia aktif dan pro aktif bagi kemanusiaan.14
Pada awal abad modern, pluralisme agama dijadikan sebagai respons dari
terjadinya persoalan politik yang ditimbulkan oleh peletak dasar-dasar demokrasi.
Dunia barat pada saat itu ingin melakukan modernisasi di segala bidang. Dan salah
satu ciri dari modern adalah demokrasi, globalisasi dan HAM. Maka, dari sinilah
lahir literasi politik. Jika dilihat dari konteks ini, maka pluralisme agama pada
hakikatnya adalah gerakan politik bukan gerakan agama. Setiap manusia dipandang
sama, tidak ada ras, suku, bangsa, atau agama yang berhak mengklaim bahwa
dirinya paling unggul.15
Yang melatar belakangi kemunculan pluralisme memang tidak terlalu jauh
membahas tentang keanekaragaman dan konflik internal agama. Dalam pergaulan
antar agama dewasa ini, memang semakin hari semakin merasakan intensnya
pertemuan agama-agama itu. Pada tingkat pribadi, sebenarnya hubungan antar
tokoh-tokoh agama di Indonesia pada khususnya, kita melihat suasana yang
semakin akrab, penuh toleransi, dengan keterlibatan yang sungguh-sungguh dalam
usaha memecahkan persoalan-persoalan hubungan antar agama yang ada di dalam
masyarakat. Tetapi pada tingkat teologis yang merupakan dasar dari agama itu
muncul kebingungan-kebingungan, khususnya menyangkut bagaimana kita harus
mendefinisikan diri di tengah agama-agama lain yang juga eksis dan punya
keabsahan. Dalam persoalan ini di diskusikanlah apakah ada kebenaran dalam
agama lain yang implikasinya adalah berakar dalam pertanyaan teologis yang
sangat mendasar. Faktor tersebutlah yang paling utama melatarbelakangi
munculnya pluralisme.16
14
Ibid. Hal. 26.
15
Nina, Skripsi: “Pluralitas” (Jakarta: UIN SYARIF H, 2015), Hal. 35-36.
16
Ahmad, Skripsi : “Pluralisme…)” Hal. 26.
5
Dalam sebuah aliran, gerakan, organisasi, ataupun sebuah paham tentulah
mempunyai sebuah tantangan, begitu pula dengan pluralisme agama yang tidak
asing lagi. Secara jujur harus diakui bahwa pemahaman dan sekaligus kesadaran
sebagian kaum muslimin di Indonesia terhadap pluralisme masih mengalami
kesenjangan yang sangat jauh. Pluralisme masih diposisikan sebagai musuh
bersama atas nama ‟agama‟ yang harus dilenyapkan dari segenap nalar kaum
muslimin. Hal ini dikarenakan pluralisme dipandang sebagai satu paham yang
mengarah pada praktik penghancuran terhadap batas-batas agama, dan akibat
lanjutannya adalah kabur atau hilangnya identitas agama.17
Pada 28 Juli 2005, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa
melarang paham pluralisme dalam agama Islam. Dalam fatwa tersebut, pluralisme
didefiniskan sebagai "Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah
sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap
pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar
sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua
pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga".18
Islam adalah agama yang membawa tujuan keselamatan bagi manusia.
Kehadiran agama Islam guna menanamkan akhlak bagi manusia dalam kehidupan
sosial. Oleh karena itu, Islam sangat menjunjung tinggi nilai kemanusian, selain
bertujuan untuk mengajarkan nilai tauhid ketuhanan. Kehadiran agama Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad tidak menghilangkan agama samawi dan tradisi oleh
Islam, sehingga dapat berjalan sesuai dengan kodratnya. Syari‟at Islam telah
meletakkan ketentuan dan dasar teoritis yang tidak dilandaskan pada filsafat yang
berasal dari luar, melainkan dilandaskan langsung pada Al-Qur’an dan Sunnah.19
Dalam artian, haram mencampuradukkan akidah dan ibadah umat Islam
dengan akidah dan ibadah umat beragama lainnya. Mengenai pluralitas di
masyarakat MUI pun menyinggungnya. Bagi yang tinggal bersama pemeluk agama
17
Ahmad, Skripsi : “Pluralisme….”, Hal. 43
18
Najamuddin dan Mardinah,”Pluralisme dalam Perspektif Islam, Jurnal Agama Vol -, No-,-Hal 4
19
Nina, Skripsi: “Pluralitas….”, Hal. 32.
6
lain, dalam masalah sosial yang tak berkaitan dengan akidah dan ibadah, umat Islam
bersikap inklusif.20
Menurut MUI, ini berarti Muslim tetap menjalin pergaulan sosial dengan
pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan. Dalam memutuskan fatwa
tersebut, lembaga ini merujuk pada sejumlah ayat Alquran dan hadis sebagai dasar.
Di antaranya, Surah Ali Imran ayat 19, yang menyatakan agama yang diridhai di
sisi Allah SWT hanyalah Islam.21
20
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/18/m5t1qz-islam-
menentang-pluralisme-agama diakses tanggal 18 September 2019
21
Ibid
22
Al-Qur’an tafsir Referensi: https://tafsirweb.com/1151-surat-ali-imran-ayat-19.html diakses
tanggal 18 september 2019
23
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2003), hlm. 595.
7
Indonesia artinya (kurang lebih) adalah : memberi kebebasan (membiarkan)
pendapat orang lain dan berlaku sabar menghadapi orang lain.24
Dalam Bahasa Arab padanan istilah toleransi adalah tasamuh, artinya
membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan, saling memudahkan.25 Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia sifat atau sikap toleran: dua kelompok yang
berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh, batas ukur untuk
penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, penyimpangan yang
masih dapat diterima dalam pengukuran kerja.26
Salah satu alasan yang dijelaskan Al-Qur’an adalah bahwa manusia itu satu
sama lain bersaudara lain bersaudara karena merasa berasal dari sumber yang satu,
Q.S. al-Hujarat/49: 13 menegaskan hal ini;27
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesunggunya
Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.”
Persamaan seluruh umat manusia ini juga ditegaskan oleh Allah dalam surat
al-Nisa’/4 ayat 1
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah , mnciptakan
kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya pasangannya; Allah
24
Daud Ali, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hokum, Social, Dan Politik, (Jakarta: Departemen Agama,
1996), hlm. 75.
25
https://qaamus.com/indonesia-arab/toleransi/1 diakses tanggal 15 september 2019.
26
https://kbbi.web.id/toleransi diakses tanggal 15 september 2019.
27
Ali Nurdin, Quranic Socieity (Pamulang : Penerbit Erlangga, 2006), hlm.279-280.
8
memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki yang banyak perempuan. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan
(pelihara pula) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah Maha Mengawasi
kamu.”
Dalam Hadist dijelaskan tentang toleransi
ََع رسو ل هلال صلََ علَ وسل َد حت ََع َن رضي هلال َ َفسى ب ي
َ َد ه َ وال:ى َ ’َال
َ َم قى هلال ي َ ه َ
ن َسأَ ن ع َل ؤ َمن َ
َه َأ َب َذى
َ
ن َ
َل َم و أ َ َبو ي َعلَى َ أ- َي لن َف س َه َحب لجا َر
مس َ َح ب َخ َرجه ه
َ
ما
Dari Anas bin Malik RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Demi (Allah)
yang nyawaku di tangan - Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia
mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Muslim
dan Abu Ya’la: 2967).
َ َي أَحب ال َ َ َد ي
َن إَلى الهل الح ن
َفيََةَ ال محة
agama yang paling dicintai di sisi Allah adalah agama yang berorientasi pada
semangat mencari kebenaran secara toleran dan lapang].
28
Daud Ali, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hokum, Social, Dan Politik, (Jakarta: Departemen Agama,
1996), hlm. 75.
9
kamu dari kampungmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
jujur (Q.S. 6O : 80.
Dari kutipan ayat-ayat Al-Qur'an tersebut di alas dapat di tarik bebarapa
garis hukum, beberapa prinsip mengenai toleransi dalam ajaran Islam. Di antara
prinsip - prinsip itu adalah bahwa menurut ajaran Islam (1) tidak boleh ada paksaan
dalam beragama baik paksaan itu halus, apalagi kalau dilakukan dengan kasar, (2)
manusia berhak untuk memilih dan memeluk agama yang diyakininya dan
beribadat menurut keyakinannya itu, (3) tidak ada gunanya memaksa seseorang
agar in menjadi seorang muslim. Di samping itu dalam ayat tersebut di atas terdapat
prinsip lain yakni prinsip bahwa (4) Allah tidak melamng hidup bermasyarakat
dengan mereka yang tidak sefaham atau tidak seagama. asal mereka itu tidak
memusuhi umat Islam.29
29
Daud Ali. Islam Untuk…, hlm. 76.
30
Ibid. hlm. 76
10
“Hai orang-orang kafir: Aku tidak akan menyembah apa yang kamu ' sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu adalah agamamu, untukku adalah
agamaku.”
Di surat lain Allah menegaskan prinsip yang harus dipegang teguh oleh
scorang muslim, dalam berhubungan dengan orang berlainan agama dengan
mengucapkan kata-kata untuk kamu amal (ibadah) kamu dan untuk kami amal
(ibadah) kami.Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu (Q.S. 42: 15).31
Dari kutipan dua ayat tersebut di atas sangat jelas prinsip Islam dalam
masalah toleransi agama. Islam tidak mengenaltoleransi akidah. Ini berarti bahwa
umat Islam tidak dibenarkan beribadah selain dari kepada Allah dan melaksanakan
peribadatan itu menurut cara-cara yang ditentukan dalam agama lain. Penganut
agama Iain pun tidak dibenarkan melaksanakan ibadah agamanya menurut
ketentuan yang ditetapkan oleh agama Islam. Toleransi melaksanakan ibadah
bersama dengan pemeluk agama lain tidak dibenarkan oleh ajaran Islam, karena ha]
itu akan merusak kemurnian akidah masing-masing agama itu32
Toleransi sosial yakni toleransi kemasyarakatan. Dalam urusan
kemasyarakatan ini, Allah tidak melarang manusia untuk hidup bermasyarakatan
ini, Allah tidak melarang manusia untuk hidup bermasayarakat dengan mereka yang
tidak seiman atau keyakinan agama. Dasar pembolehan itu disebutkan dengan jelas
di dalam Al- Qur’an surat Al-Mumthahinah (60) ayat 8 :
31
Daud , Islam Untuk Disiplin, (Jakarta: Departemen Agama, 1996), hlm. 77.
32
Ibid hlm. 77.
11
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Berbagai contoh mengenai toleranSi sosial ini dapat disebutkan dalam
ajaran Islam. Diantaranya adalah mengenai soal makanan. Dalam hal ini, ummat
Islam dan pemeluk agama lain boleh saling memakan makanan masing-masing.
Daging hewan yang disembelih oleh pemeluk agama lain yakni pemeluk agama
ahlul kitab (Yahudi dan Nasran), boleh dimakan oleh ummat Islam. Ini disebutkan
dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah (5) ayat 5 :33
33
Ibid, hlm. 80
34
Ali, Quranic , hlm. 285
35
Ibid. hlm. 285
36
Ibid. hlm. 289
12
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain
Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan
mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia
memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”(Q.S. al-An’am
/6 : 108)
Ayat ini secara tegas ingin mengajarkan kepada kaum muslimin untuk dapat
memelihara kesucian agamanya dan guna menciptakan rasa aman serta hubungan
harmonis antar umat beragama. Manusia sangat mudah terpancing emosinya bila
agama dan kepercayaannya disinggung. Ini merupakan tabiat manusia, apapun
kedudukan social dan tingkat pengetahuannya, karena agama bersemi di dalam hati
penganutnya, sedangkan hati adalah sumber emosi. Berbeda dengan mudah
seseorang mengubah pendapat ilmiahnya, tetapi sangat sulit mengubah
kepercayaannya walau bukti-bukti kekeliruan kepercayaan ada di hadapannya.37
37
Ali Nurdin, Quranic Socieity (Pamulang : Penerbit Erlangga, 2006), hlm. 290
38
Daud Ali, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hokum, Social, Dan Politik, (Jakarta: Departemen Agama,
1996), hlm. 77.
13
Multikutural dapat pula dipahami sebagai “kepercayaan” kepada
normalitas dan penerimaan keragaman. Pandangan dunia multicultural seperti ini
dapat di pandang sebagai titik tolak dan fondasi bagi kewarganearaan yang
berkeadaban. Disini, multicultural dapat dipandang sebagai landasan budaya
(Cultural Basis) tidak hanya bagi kewargaan dan kewarganegaraan, tetapi juga bagi
pendidikan.39
Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian
dapat di terjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekan
pemerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multicultural yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami
sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam keadaan politik.40
39
Azyumardi Azra, Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia, (Jakarta
: PPIM, 2007), h. 34.
40
Ibid hlm. 34.
14
Sesungguuhnya Allah maha mengetahui lagi mahamengenal” (Q.S. al-Hujurat
[49]: 13).
c. Sebagai ujian dan sarana manusia dalam berlomba menuju kebaikan dan
prestasi.
ُ حكُ ُم بَ َُما أَ ُن َُز َُل ُ ُي م َن ا ُل ب و ُم علَُ ي ق ُد َُ ي ُ وأ َُ ُن َُز ك ا ُل ب ا
ُ ُه ُ ي
ُ َُن ُه َُه ي ُ ُكت َُ ا ه ن
َ ا
م ُل َُنا إلَُ ُكت َُ ُلح م ق
’
ُم فَُ ا ُمنُا َد ُا ل ا ُي
ص
ُ جعَ ُنك ُعة ُن جا ول شا َلج َُ ع َلك ُم جا م َن ا َُ و ََُُل ُ ُُلل
ت َُ ت َُ ُبُ ُع ُ َُءك ُلح لكُ ُلن ُمم ر ُ َُها ُ َُ َُء ُلل
ُو ش و ُم ُ َُ ا’لق أ َُ ه َُوا َُء م ما
ع
ُمي عا َُ ما كُنت ُم ُلُ ما آت َُ اكُ ستَُ ُي ت ُ ُ ُجع ُك أ ُحدَة ُك ل َُي ب
’ُقُو َُراخ إلَُ ُل ُم م ُر ف َُيُنَُ ب وا ُنو َُوكُ ُم ُم ُ ا ب َُ ُمة
ُئ ُكُ ُمج ى ال ُ
اا ل ل
َ ُ
في
ُي ُه ت َُ خت َُ ُلفُو َن
ف
“…untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikannya satu uma
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamuterhadap pemberiannya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukannya kepadamku apa yang telah kamu
perselisihkan itu” (Q.S. al-Maidah [5]: 48).
d. Sebagai motivasi beriman dan beramal sholeh.
ُنُا عُلَُم َُ ر م ُنهُ عش ع ي ُى لقَُ ُو ُم ُ ُب صاك ا ج ُن َف َُو ُإ ُذ س تسق
تج اثُنَُ ت َُرة ُ د لح َُر ا ُ ُ
ُه فَق ر َُع ب ا َُ ُى موس
َُ َُ ا ُ ُلنَُ ا ا ض
ُث َُ م ُفس ُدي َن
ُ و ََُُل ت َُ ع واش ُ ُز ُُل أ ُنَُ اس مش َُر َُب ُه
ُوا فُي ا ض ُل قر ن ُم ُ َُربُوا
ُل ُرَُ ُ ال م كُلُوا
“Dan (ingatlah), ketika musa memohon air untuk kaumnya, lalu Allah
berfirman: “pukullah batu itu dengan tongkatmu” Lalu memancarlah
daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat
minumnya masing-masing makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah,
dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan” (Q.S.
al-Baqarah [2]: 60).
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/18/m5t1qz-islam-
menentang-pluralisme-agama diakses tanggal 18 September 2019.
https://www.youtube.com/watch?v=PhcKVJRhBOc&t=10s diakses tanggal 17
september 2019
Najamuddin dan Mardinah,”Pluralisme dalam Perspektif Islam, Jurnal Agama Vol
-, No-,-Hal 4
Nina R. 2015. Pluralitas Agama Perspektif Islam Pada Koran Seputar Indonesia
[skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif H.
Nurdin, Ali. 2006. Quranic Soecity. Pamulang : Erlangga.
17
18
19