Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PLURALITAS MULTIKULTURAL dan KERUKUNAN


HIDUP BANGSA
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Agama
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Novianty Djafri, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun oleh
Nama: Sri Purwandaningsih Waluya
NIM: 411421016
Kelas:B.Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pluralitas Multikultural” dan
Kerukunan Hidup Beragama” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Prof Dr. Novianty Djafri, S.Pd.I, M.Pd.I pada mata kuliah agama. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Islam dan Pluralitas Kerukunan dan
Kerja Sama” bagi para pembaca dan juga penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah agama yang telah
memberikan tugas ini agar menambah pengetahuan dan wawasan kepada saya sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 16 September 2021

Sri Purwandaningsih Waluya


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................I


DAFTAR ISI ......................................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................4
A. Latar Belakang ............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................4
C. Tujuan Masalah ..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................6
A. Pengertian Pluralisme Menurut Para Ahli...................................................................6
B. Pengertian Multikultural Menurut Para Ahli..............................................................7
C. Pluralisme dan Multikultural Dalam Perspektif Islam................................................8
D. Kerukunan Umat Beragama.......................................................................................10
E. Kerja Sama Intern Umat Beragama............................................................................11
F. Kerja Sama Antar Umat Beragama.............................................................................12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................14
A. Kesimpulan .................................................................................................................14
B. Saran ..........................................................................................................................15
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan bertoleransi kepada
pemeluk agama lain merupakan hal yang mutlak untuk dijalankan, tentunya
sebagian dari keberagaman (pluralisme) dan penanaman moral. Indonesia ialah
salah satu negara yang memiliki tingkat pluralitas yang cukup tinggi dan
multikultural terbesar di dunia. Kebenaran dari pernyataan pluralitas dan
multikultural tersebut dapat dilihat baik dalam bidang bahasa, etnis, budaya,
suku bangsa maupun agama dalam kondisi sosio-kultural maupun geografis
yang begitu beragam dan luas..
Keberagaman di Indonesia yang meliput bahasa, etnis, budaya, suku
bangsa, ras maupun agama sewaktu-waktu akan memicu permasalahan-
permasalahan, yang paling sering yaitu permasalahan agama yang menyebabkan
kerawanan dan ancaman permusuhan antar warga. Dengan perubahan dan
kemajuan era seperti sekarang, diharapkan kesadaran masyarakat akan arti
persatuan dan kesatuan semakin baik. Dalam beberapa waktu kerukunan umat
beragama di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan bahkan bisa dibanggakan.
Pluralisme agama tidak mengatakan bahwa semua agama yaitu sama.
Agama-agama jelas berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan itu diantaranya
perbedaan syariat yang menyertai agama-agama menunjukkan bahwa agama
tidaklah sama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pluralisme menurut para ahli?
2. Apa pengertian Multikultural menurut para ahli?
3. Bagaimana Pluralisme dan Multikultural menurut perspektif Islam?
4. Bagaimana kerukunan umat beragama?
5. Bagaimana kerja sama intern umat beragama?
6. Bagaimana kerja sama antar umat beragama?
C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan pengertian Pluralisme menurut para ahli.
2. Mendeskripsikan pengertian Multikultural menurut para ahli.
3. Menjelaskan Pluralisme dan Multikultural menurut perpektif Islam.
4. Menjelaskan kerukunan umat beragama.
5. Menjelaskan kerja sama intern umat beragama.
6. Menjelaskan kerja sama antar umat beragama.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pluralitas (Pluralisme) Menurut Para Ahli


Menurut Muhammad Imarah (1999: 9) pluralitas adalah kemajemukan
yang didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Konsep pluralitas
mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu (many), keragaman
menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda,
heterogen, dan bahkan tak dapat disamakan.
Menurut Mohamed Fathi Osman (2006) Makna pluralisme ialah
penerimaan keberagaman sehingga setiap manusia dapat hak dan kewajibannya
yang sejajar dengan manusia lain.
Menurut Moh. Shofan pluralisme yaitu upaya untuk membangun, tidak
saja kesadaran normatif teologis tetapi juga kesadaran sosial, di mana kita hidup
di tengah masyarakat yang plural dari segi agama, budaya, etnis, dan berbagai
keragaman sosial lainnya.
Menurut Mujiburrohman yang dimaksud pluralisme yaitu suatu
pandangan yang positif terhadap keragaman, disertai dengan usaha yang
sungguh-sungguh untuk mengelola keragaman itu secara damai dan berkeadilan.
John Hick sebagai tokoh awal pluralisme menyatakan “other religion are
equally valid ways to the same truth”. Gagasan dasar pluralisme agama
meyakini bahwa semua agama benar adanya. Sekian agama yang ada tak lebih
sebagai jalan menuju keselamatan.
Pluralisme berasal dari kata plural yang berarti jamak atau lebih dari
satu. Pluralis yaitu bersifat jamak (banyak). Pluralisme adalah hal yang
mengatakan jamak atau tidak satu kebudayaan atau berbagai kebudayaan yang
berbeda-beda disuatu masyarakat.
Dalam kamus teologi, pluralisme merupakan pandangan filosofis yang
tidak mereduksikan segala sesuatu pada satu prinsip terakhir, melainkan
menerima adanya keberagaman. Pluralisme dapat menyangkut bidang kultural,
politik dan religius.
Pluralisme agama tentunya tidak menghendaki keseragaman dalam
bentuk agama. Sebab jika keseragaman terjadi, maka tidak ada lagi pluralitas
agama (religious plurality).
Pluralisme merupakan pemahaman tentang menghargai adanya
perbedaan dalam suatu kelompok atau masyarakat dan menerimanya. Juga
memperbolehkan kelompok yang berbeda tetap menjaga keunikan dari budaya
mereka tersebut.

B. Pengertian Multikultural Menurut Para Ahli


Multikural sendiri yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pandangan seseorang tentang berbagai kehidupan di bumi sedangkan
multikuralisme menurut (Suparlan 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary
1991, Watson 2000) adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan dalam kesetaraan baik individu dan budaya.
Menurut J.S Furnival masyarakat multikultural adalah masyarakat yang
terdiri dari dua atau lebih komunitas (kelompok) yang secara kultural dan
ekonomi terfragmentasi dan memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu
sama lain.
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
pandangan tentang ragam kehidupan di dunia, atau kebijakan kebudayaan yang
menekankan penerimaan tentang adanya keragaman, kebhinekaan, pluralitas,
sebagai realitas utama dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai,
sistem sosial- budaya, dan politik yang mereka anut (Roald, 2009).
Pluralisme dengan multikultural merupakan dua hal yang saling
bersinambungan dalam artiannya hampir sama yaitu sebuah konteks dalam
mengakui keberagaman, perbedaan maupun kemajemukan budaya, bahasa, suku
bangsa, etnis, agama dll.
Menurut ketua Dakwah Islmiah Indonesia, Adian Husaini, paham
pluralisme dan multikultural merupakan paham yang dapat memberikan
keadilan bagi setiap orang yang berbudaya.
C. Pluralisme dan Multikural Menurut Perspektif Islam
Dalam Al-Qur’an sruah Al-Baqarah ayat 62 berbunyi:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat
pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak
bersedih hati”. (Q.S Al-Baqarah: 62).
Ayat di atas menjelaskan tentang pluralisme dalam Islam. Wahyu yang
diterima mengandung pluralitas agama sebagai satu keniscayaan sehingga kaum
muslim harus menegosisikan, mentransferkan, dan menekan kesatuan
fundamental umat manusia sebagai sama-sama makhluk yang berasal dan
diciptakan Tuhan.
Al-Qur’an menegaskan bahwa keberagamanan suatu individu tidak
terelakan jumlah suatu budaya untuk menetapkan keyakinan umum nilai, dan
tradisi yang perlu bagi kehidupan masyarakat.
Menjalin kedekatan dengan Al-Qur’an sangat lah penting, karena dengan
menjalin kedekatan tersebut umat muslim akan semakin tinggi rasa tolerannya
jika memahami kandungan Al-Qur’an dengan baik. Menurut Nurcholis Madjid
yang menjadikan orang Islam tidak toleran ialah ketidaktahuannya akan Al-
Qur’an.
Keberagaman merupakan sunnatulah harus direnungi dan diyakini setiap
umat, kesadaran umat beragama menjadi kunci bagi keberlangsungan dalam
menjalankan agamanya masing-masing.
Dengan adanya klaim kebenaran dalam setiap agama, sering kali hal
tersebut dapat memicu terjadi pertikaian atau ketegangan antar agama.
Kebencian terhadap agama lain akan melahirkan sikap fanatisme yang gampang
membuat api permusuhan yang menyeret kepada kekerasan terhadap diri dan
orang lain.
Pluralitas agama dan umat beragama adalah kenyataan. Sebab sebelum
Islam datang, di Arab sudah muncul berbagai jenis agama diantaranya Yahudi,
Nashrani, Majusi Zoroaster dan Shabi’ah.
Dalam fatwa MUI Juli 2005 menegaskan bahwa pengaharaman
pluralisme terjadi karena pluralisme adalah suatu paham yang mengajarkan
bahwa semua agama adalah sama, dan oleh karena itu semua agama relatif.
Namun agama-agama jelas berbeda-beda satu sama lain. Pluralisme
agama tidak mengatakan bahwa semua agama yaitu sama. Agama-agama jelas
berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan itu diantaranya perbedaan syariat yang
menyertai agama-agama menunjukkan bahwa agama tidaklah sama.
Multikultural mengandung tiga prinsip dasar, yaitu toleran, kesetaraan,
dan persamaan hak bagi kelompok kultural yang lain. Sikap saling
menghormati, saling toleransi, saling mencintai, dan saling menolong
merupakan realisasi dan refleksi ajaran Islam dan sekaligus merupakan bentuk
multikultural.
Islam menyampaikan kepada umatnya agar hidup di dalam masyarakat
saling mnghormati, saling menghargai, saling toleransi, saling mencintai, dan
saling tolong menolong kepada sesamanya tanpa melihat suku bangsa, ras,
budaya, dan agama.
Suatu masyarakat dapat disebut masyarakat multikultural apabila dalam
suatu masyarakat hidup dua atau lebih kultural dan mereka saling menghormati,
menghargai, dan toleran.
Berdasarkan perspektif Islam, diambil contoh masyarakat Indonesia
yang memeluk Islam atau agama lain, dalam hidup di masyarakat, pada
umumnya juga tidak mempersoalkan agama yang dipeluk oleh orang lain.
Karena mereka saling menghormati, menghargai, dan toleran terhadap pemeluk
agama lain.
Ajaran Islam dan multikultural mengandung kesamaan, yaitu sama- sama
mengajarkan agar setiap manusia saling menghormati, menghargai, mencintai,
toleran, meskipun mempunyai latar belakang suku bangsa, bangsa, ras, budaya,
dan agama yang berbeda-beda.
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam haditsnya yang berarti sebagai
berikut “Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada
saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari
Dawud bin Al-Husain dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata; Ditanyakan
kepada Rasulullah saw. “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?”
maka beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah As-Ssamhah (yang lurus lagi toleran).
Dari hadist tersebut dapat kita simpulkan bahwa Rasul menganjurkan
umatnya untuk bertoleransi supaya dicintai oleh Allah SWT. Dengan
bertoleransi, maka menghargai dan menghormati segala perbedaan yang ada.
Sehingga tiada terjadi suatu permusuhan yang dapat menggangggu fungsi
kehidupan ummat manusia.
Dalam multikultural, meskipun mengakui adanya keanekaragaman, baik
dalam suku bangsa, budaya, maupun agama namun, ada tiga prinsip dasar yang
harus ada dalam pandangan multikultural, yaitu adanya persamaan pengakuan
terhadap kelompok yang lain, toleran, kesetaraan, dan persamaan hak bagi
kelompok kultural yang lain (Taufik, 2014: 18 dan 24).
Multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara
sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, jender,
bahasa, ataupun agama. Dalam konteks tersebut, memperbincangkan diskursus
Islam multikultural di Indonesia menemukan momentumnya. Sebab, selama ini
Islam secara realitas seringkali ditafsirkan tunggal bukan jamak atau
multikultural.
Pluralitas dan multikulturalitas adalah keniscayaan yang tidak dapat kita
tolak. Berjalan sesuai dengan sunnatullah dengan banyak bukti Allah swt telah
menciptakan dunia ini dengan beraneka ragam suku bahasa bangsa dan agama.

D. Kerukunan Umat Beragama


Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan ialah damai dan
perdamaian. Dengan pengertian tersebut terlihat jelas, bahwa kata kerukunan
hanya dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan. Kerukunan antar umat
beragama adalah cara atau sarana untuk mempertemukan, mengatur hubungan
luar antara orang yang tidak seagama atau antara golongan umat beragama
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan
Istilah kerukunan umat beragama perdana kali dikemukakan oleh
Menteri Agama, K.H. M. Dachlan, dalam pidato pembukaan Musyawarah Antar
Agama tanggal 30 Nopember 1967 yang menyatakan: "Adanya kerukunan
antara golongan beragama adalah merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya
stabilitas politik dan ekonomi yang menjadi program Kabinet AMPERA.
Dari pidato K.H. M Dachlan tersebut istilah kerukunan hidu umat
beragama mulai muncul dan menjadi istilah baku dalam berbagai dokumen
negara dan juga perundang-undangan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pluralitas
penduduk yang cukup tinggi. Pluralitas itu meliputi pluralitas suku, etnis,
budaya dan agama, untuk itu diperlukan adanya rasa toleransi antar suku, etnis,
budaya dan agama tersebut, demi menghindari terjadinya konflik yang mengarah
pada tindak kekerasan.
Kerukunan umat beragama indentik dengan yang namanya toleransi.
Istilah toleransi menunjukkan pada arti saling memahami, saling mengerti, dan
saling, membuka diri dalam bingkai persaudaraan. Bila pemaknaan ini dijadikan
sebagai pegangan, maka toleransi dan kerukunan adalah sesuatu yang ideal dan
didambakan oleh masyarakat manusia.
Islam sangatlah menjunjung tinggi toleransi. Konsep toleransi beragama
dalam Islam bukanlah membenarkan dan mengakui semua agama dan keyakinan
yang ada saat ini, karena hal tersebut merupakan persoalan akidah dan keimanan
yang harus dijaga dengan baik oleh setiap pribadi muslim. Agama tidak bisa
dirukunkan sebab setiap agama mempunyai kitab suci sendiri-sendiri, yang bisa
dirukunkan hanyalah umatnya/manusianya.
Ajaran Islam yang mengungkapkan hidup damai, rukun dan toleran,
diantaranya beberapa poin di bawah ini :
1. Manusia adalah mahluk sosial yang diciptakan berbeda-beda.
2. Perbedaan keyakinan tidak bisa dipungkiri.
3. Tidak ada paksaan dalam beragama.
4. Mengikuti Keteladanan Rasulullah

E. Kerja Sama Intern Umat Beragama


Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam yang dimaksudkan bukan hanya
sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud
dengan persaudaraan dalam Islam ialah persaudaraan yang diikat oleh tali akidah
(sesama Muslim) dan persaudaraan karena fungsi kemanusiaan (sesamamanusia
makhluk Allah S.W.T.). Kedua persaudaraan tersebut sangat jelas di jelaskan
oleh Rasulullah S.A.W, yaitu mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan
kaum Anshar, serta menjalin hubungan persaudaraan dengan suku-suku lain
yang tidak seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka.
Ukhuwah Islamiyah dibagi kedalam empat macam yaitu:
1. Ukhuwah’ubudiyah atau saudara semakhukan dan kesetundukkan kepada
Allah.
2. Ukhuwah insaniyah (basyariyah), dalam arti seluruh umat manusia
bersaudara, karena berasal dari ayah dan ibu yang sama yaitu Adam dan
Hawa.
3. Ukhuwah wathaniyah wannasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan
dan kebangsaan.
4. Ukhuwah fid din al islam, persaudaraan sesama muslim.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan setiap mukmin merupakan saudara yang
diperintahkan Allah S.W.T. untuk saling mengikrarkan perdamaian dan berbuat
kebajikan di antara satu dengan yang lainnya dalam rangka taat kepada-Nya.
Adapun ayat Al-Qur’an yang terkandung tentang persaudaraan atau
ukhuwah Islamiyah yaitu Q.S Al-Maidah ayat 48, Q.S Al-Hujurat ayat 10, Q.S
Al-Imran ayat 103.
Permasalahan yang dihadapi umat muslim sekarang yaitu kurangnya rasa
persatuan dan kesatuan sehingga kekuatan mereka menjadi lemah. Salah satu
penyebab rasa persatuan dan kesatuan dalam umat muslim lemah yaitu
kurangnya penghayatan terhadap nilai-nilai Islam.
Faktor yang penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas ataupun sempit
adalah persamaan. Semakin banyak persamaan akan semakin kokoh pula
persaudaraan. Persamaan rasa dan cita merupakan faktor dominan yang
mendahului lahirnya persaudaraan dan pada akhirnya menjadikan seseorang
merasakan derita saudaranya, mengulurkan tangan sebelum diminta, serta
memperlakukan saudaranya bukan atas dasar menerima dan memberi. Dan telah
dijelaskan dalam surah Al-Hasyr.
“Mengutamakan orang lain atas diri mereka, walau diri mereka sendiri
kekurangan” (QS Al-Hasyr 59: 9).

F. Kerja Sama Antar Umat Beragama


Kerja sama antar umat beragama dapat dikembangkan dalam hal-hal
berikut ini yaitu
1. Menanamkan sikap saling menghargai antar umat beragama
2. Memiliki kesadaran terhadap diri sendiri bahwa perbedaan adalah sebuah
realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh karena itu kita harus bisa
menerima perbedaan antar umat beragama
3. Saling mengasihi satu sama lain sebagai makhluk ciptaan tuhan, dan
menghilangkan prasangka buruk terhadap perbedaan satu sama lain
4. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang nyaman dan kondusif
untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar umat beragama.
Menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat tidak selalu
hanya diharapkan dalam kehidupan muslim. Namun, bisa saja diterima
dikalangan masyarakat manapun, sebab ajaran Islam itu bersifat universal. Islam
yang fundamental hanya ditunjukan kepada konsep Al-Qur’an dan As-Sunnah,
tetapi dampaknya berupa dampak sosial dll dapat dirasakan oleh manusia secara
keseluruhan secara konsekuen.
Abdurrahman Wahid mempertegas dalam pernyataan nya yaitu Islam
bukan sekadar sebagai jargon semata. Ajaran universalisme Islam telah teruji
sejarah dan berkontribusi dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan yang
bermartabat. Abdurrahman Wahid menegaskan kembali bahwa, Universalisme
tercermin pada ajaran-ajaran yang memiliki kepedulian terhadap unsur-unsur
kemanusiaan yang diimbangi dengan kearifan yang muncul dari keterbukaan
peradaban Islam sendiri.
Pemikiran tentang universalisme Islam Abdurrahman Wahid digali dari
khazanah pemikiran Islam klasik. Menurut Abdurrahman Wahid, universalisme
Islam tampil sebagai sebuah ajaran yang sempurna dalam lima buah jaminan
dasar. Adapun kelima jaminan tersebut mencakup jaminan dasar atas
1. Keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar
ketentuan hukum.
2. Keselamatan keyakinan agama masing-masing, tanpa ada paksaan untuk
berpindah agama.
3. Keselamatan keluarga dan keturunan.
4. Keselamatan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur Hukum.
5. Keselamatan profesi.
Kelima jaminan dasar tersebut menampilkan universalitas pandangan
hidup yang utuh dan bulat .Semua nilai-nilai ajaran Islam bersumber dari Al-
Qur’an, Al-Hadist, As-Sunnah dll. Kedua sumber tersebut sangat penting dalam
kehidupan umat muslim.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Muhammad Imarah (1999: 9) pluralitas (isme) adalah
kemajemukan yang didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Konsep
pluralitas mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu (many), keragaman
menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda,
heterogen, dan bahkan tak dapat disamakan.
Multikural sendiri yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pandangan seseorang tentang berbagai kehidupan di bumi sedangkan
multikuralisme menurut (Suparlan 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary
1991, Watson 2000) adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan dalam kesetaraan baik individu dan budaya.
Pluralisme dengan multikultural merupakan dua hal yang saling
bersinambungan dalam artiannya hampir sama yaitu sebuah konteks dalam
mengakui keberagaman, perbedaan maupun kemajemukan budaya, bahasa, suku
bangsa, etnis, agama dll.
Ayat dalam Al-Quran ayat 62 menjelaskan tentang pluralisme dalam
Islam. Wahyu yang diterima mengandung pluralitas agama sebagai satu
keniscayaan sehingga kaum muslin harus menegosisikan, mentransferkan, dan
menekan kesatuan fundamental umat manusia sebagai sama-sama makhluk yang
berasal dan diciptakan Tuhan.
Multikultural mengandung tiga prinsip dasar, yaitu toleran, kesetaraan,
dan persamaan hak bagi kelompok kultural yang lain. Sikap saling
menghormati, saling toleransi, saling mencintai, dan saling menolong
merupakan realisasi dan refleksi ajaran Islam dan sekaligus merupakan bentuk
multikultural. Sikap-sikap tersebut direalisasikan tanpa memandang ras, suku,
agama dll.
B. Saran dan Kritik
Saya tentunya menyadari bahwa makalah ini banyak terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Dengan adanya sebuah pedoman yang bisa
dipertanggung jawabkan dan banyaknya sumber penulis saya akan memperbaiki
makalah tersebut.
Dan juga jika ada saran dan kritik yang membangun akan saya terima
demi membuat makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal dan website:


Suparman, H. (2017). Multikultural dalam perspektif Alquran. AL QUDS: Jurnal Studi
Alquran dan Hadis, 1(2), 185-204.
Rozi, M. F. (2017). PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME DALAM
MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI; KAJIAN PARADIGMATIK. AL-
IBRAH, 2(2), 104-127.
Masduki, H. (2016). Pluralisme Dan Multikulturalisme Dalam Perspektif Kerukunan
Antar Umat Beragama (Telaah Dan Urgensinya Dalam Sistem Berbangsa Dan
Bernegara). DIMENSI-Journal of Sociology, 9(1).
Maksum, A. (2011). Pluralisme dan multikulturalisme: paradigma baru pendidikan
agama Islam di Indonesia. Aditya Media Pub..
Aravik, H., & Choiriyah, C. (2018). Islam dan Pluralisme Agama. Mizan: Journal of
Islamic Law, 4(2).
Mujiburrahman, M. (2015). ISLAM MULTIKULTURAL: Hikmah, Tujuan, dan
Keanekaragaman dalam Islam. Addin, 7(1).
M. Syaiful Rahman. (2014). Islam dan Pluralisme. Fikrah, 2(1).
Rusydi, I., & Zolehah, S. (2018). Makna Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam
Konteks Keislaman Dan Keindonesian. Al-Afkar, Journal For Islamic Studies, 1(1,
January), 170-181.
Supratno, H. (2016). Multikultural Dalam Perspektif Islam: Studi Kasus Novel Ayat-
Ayat Cinta Dan Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. Jurnal Pena Indonesia,
1(1), 50-78.
Winarno, H. (2017). Pluralisme Agama Dalam Al-Qur'an Telaah Terhadap Tafsir
Departemen Agama. Almarhalah| Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 69-81.
Anggriana, A. J. MULTIKULTURALISME DALAM PERSPEKTIF AGAMA DAN
BUDAYA. AGAMA DAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL Pilar-pilar
Membangun Kebersamaan dalam Perbedaan, 45.
Hasan, N. (2015). Kerukunan Intern Umat Beragama Di Kota Gerbang Salam (Melacak
Peran Forum Komunikasi Ormas Islam [Fokus] Pamekasan). NUANSA: Jurnal
Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam, 12(2), 415-444.
Naim, N. (2017). Abdurrahman Wahid: Universalisme Islam dan Toleransi. KALAM,
10 (2), 423-444.
https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/ukhuwah-islamiyah-pondasi-kerukunan-umat-
beragamahttps://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-multikultural/
https://www.indonesiastudents.com/pengertian-pluralisme-menurut-para-ahli-lengkap/
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/multikulturalisme-dalam-
perspektif-agama-dan-kepercayaan/
http://pps.unida.gontor.ac.id/pluralisme-dan-pluralitas-menurut-islam/
http://p2k.unhamzah.ac.id/q7a/3073-2970/Ukhuwah_29_2221131_p2k-unhamzah.html
https://binus.ac.id/character-building/2020/05/toleransi-dan-kerjasama-antar-umat-
beragama/

Buku:
Rachman, B. M. 2010. Argumen Islam untuk pluralisme. Jakarta: Grasindo.
Setiawan, Asep. 2021. Pluralisme Agama dalam Perspektif Islam (Studi Kritis atas
Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesia). Yogyakarta: Bintang Pustaka
Madani.
Rakhmat, Jalaludin. 2006 . Islam dan pluralisme akhlak Quran menyikapi perbedaan.
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Yaqin, Ainul. 2021. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: LKiS.
Mustafida, Fita. 2020. Pendidikan Islam Multikultural (Konsep dan Implementasi
Proses Pembelajaran PAI Berbasis Nilai-nilai Multikultural). Depok: Rajawali
Pers.
Syarbini, Amirulloh. 2011. Al-Qur’an dan Kerukunan Hidup Beragama. Jakarta: PT
Alex Media Komputindo.
Ismail,, Faisal. 2019. Islam, Konstitusionalisme dan Pluralisme. Yogyakarta: IRCiSoD.
Rachma, Budhy Munawar dan Moh. Shofan. 2010. Argumen Islam untuk pluralism.
Bintaro: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Kustini. 2019. Monografi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Jakarta Pusat:
Litbangdiklat Press.
Rahman, Amri. 2016. Potret Ajaran Kedamaian dalam Islam: Upaya Membangun
Kerukunan Umat Beragama. Makasar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar.
Majalah: Tim Redaksi Majalah Tebuireng. 2019. Ukhuwah Islamiyah: Bersatu atau
Berseteru?. Majalah Tebuireng Edisi 61.
Ayat Al-Qur’an: Q.S Al-Baqarah/2:62.

Anda mungkin juga menyukai