Di Susun Oleh :
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari brbagai pihak demi
perbaikan makalah inni. Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah
ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
2. Rumusan Masalah
o Apa pengertian dari pluralisme?
o Apa pengertian dari multikukturalisme?
o Bagaimana Islam memandang pluralisme?
o Seperti apa multikulturalisme dalam Islam?
3. Tujuan
Pembahasan Untuk mengetahui rumusan masalah
diatas, perlu adanya tujuan pembahasan. Adapun tujuan
pembahasan mengenai makalah ini, yaitu :
1) Mendalami maksud dari pluralisme.
2) Memahami arti dari multikulturalisme.
3) Mengenal cara pandang islam mengenai pluralisme.
4) Mengetahui multikulturalisme dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PLURALISME
Pluralisme adalah suatu paham atau pandangan hidup yang
menerima kemajemukan keanekaragaman dalam masyarakat.
Kemajemukan bisa dari segi agama, suku, ras, adat, dan
banyak hal lainnya. Menerima kemajemukan artinya menerima
perbedaan dan menerima hal-hal yang tidak sama. Pluralisme
berasal dari dua kata yaitu plural yang artinya jamak atau lebih
dari satu dan isme yang berarti ajaran. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pluralisme adalah
keadaan masyarakat yang majemuk bersangkutan dengan
sistem sosial dan politiknya. Pluralisme sebetulnya selaras
dengan bangsa Indonesia terlebih lagi apabila melihat pedoman
dari bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika, yang
artinya berbeda-beda tetapi tetap menjadi satu jua, yang
mengingatkan kita betapa pentingnya pluralisme untuk
menjaga persatuan dari kebhinekaan bangsa.
Pluralisme terjadi karena adanya faktor internal dan
eksternal. Faktor internal, yaitu masalah teologis atau keyakinan
seseorang dari apa yang telah ia percaya, dan merupakan suatu
hal yang wajar sehingga muncul teori relativisme agama.
Pemikiran relativisme ini merupakan sebuah sikap pluralisme
terhadap agama. Sedangkan faktor eksternalnya adalah dari
faktor sosio-politik dan faktor keilmuan, faktor sosio-politik
ini berhubungan dengan liberalisme yang merupakan paham
yang menganut kebebasan, toleransi, kesamaan, dan pluralisme.
Ada Empat Nilai-nilai Pluralisme
1. Nilai kebebasan dan pengakuan terhadap eksistensi
agama lain
Allah menciptakan manusia dengan
menganugerahkan kepada mereka kemampuan berikhtiar
dan berusaha dengan penuh pertimbangan. Daya
pertimbangan itu sejak azali diberikan kepada manusia.
Pahala dan siksa berkaitan erat dengan pilihan dan
pertimbangan itu. Masing-masing mereka diminta
pertanggung jawaban terhadap segala perbuatan yang
dihasilkan oleh pertimbangan dan pilihan mereka itu.
Muhammad Quraisy Shihab dalam Wawasan Al-Qur‟an
menyatakan bahwa Allah memberikan kebebasan kepada
manusia untuk memilih jalan yang dianggapnya baik,
mengemukakan pendapatnya secara jelas dan
bertanggung jawab. Di sini dapat ditarik kesimpulan
bahwa kebebasan berpendapat, termasuk kebebasan
memilih agama adalah hak yang dianugerahkan Tuhan
kepada setiap insan. Dalam kaitannya dengan pluralisme
agama, ketika manusia meyakini bahwa kebenaran ada
dalam genggaman Tuhan, hendaknya juga diyakini
adanya kerelatifan manusia dalam menangkap kebenaran
Tuhan tersebut.
2. Nilai Keadilan
Keadilan, menurut Zainuddin Ali dalam Pendidikan
Agama Islam, adalah kata jadian dari kata adil yang
terambil dari bahasa Arab, yaitu “adl”. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata adil diartikan sebagai tidak
berat sebelah atau tidak memihak, berpijak kepada
kebenaran, dan berarti sepatutnya atau tidak sewenang-
wenang. Dalam perspektif Islam, keadilan-sebagai
prinsip yang menunjukkan kejujuran, keseimbangan
kesederhanaan, dan keterusterangan.
dalam Nilai - nilai Pluralisme, mengatakan terdapat
beberapa tuntunan demi tegaknya keadilan. Paling tidak,
dua hal dapat disebut: pertama, keadilan menuntut
agar ketidakadilan ditiadakan. Hal itu, agar setiap orang
diberlakukan menurut hak-haknya, dan agar tidak ada
perbedaan yang sewenang-wenang dalam
memperlakukan anggota-anggota masyarakat. Kedua,
keadilan menuntut perlakuan sama dalam situasi yang
secara obyektif sama dan hormat terhadap hak semua pihak
yang bersangkutan. Namun nilai-nilai Islam secara umum
dan nilai-nilai keadilan secara khusus perlu dilepaskan
dari segala atribut dan interes di luar nilai-nilai itu.
3. Nilai tenggang rasa dan saling menghormati
Dalam masyarakat majemuk yang menghimpun
penganut beberapa agama, teologi eksklusivis tidak
dapat dijadikan landasan untuk hidup berdampingan
secara damai dan rukun. Indonesia dengan mayoritas
penduduk Islam harus mampu memberi contoh pada
umat agama lain bahwa teologi eksklusivis bagaikan
tanaman yang tidak senyawa dengan bumi Indonesia.
Al- Qur‟an jauh sebelumnya telah menegaskan semangat
saling menghormati demi tercapainya kehidupan
keagamaan yang harmonis. Oleh karena itu merupakan
tanggung jawab suci pemuka-pemuka agama. Semangat
saling menghormati ini juga diberikan contoh oleh
Rosullulah SAW yaitu, Pada saat Nabi Muhammad SAW.
bersama para sahabatnya berkumpul, tiba-tiba ada mayat
Yahudi yang lewat di hadapan Rasulullah dan para
sahabatnya, maka Rasul beserta sahabatnya serentak
berdiri. Di antara sahabat yang berdiri tersebut, ada
yang berkata kepada Nabi Muhammad SAW. bahwa
mayat yang lewat itu adalah mayat orang Yahudi, tetapi
Rasulullah tetap berdiri dan bersabda, bahwa mereka pun
adalah manusia juga yang berhak mendapat penghormatan.
2. PENGERTIAN MULTIKULTURALISME
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pandangan seseorang tentang keragaman
kehidupan di dunia atau kebijakan budaya yang mempromosikan
penerimaan keragaman dan berbagai jenis kebiasaan
(multikultural) dalam kehidupan masyarakat dalam kaitannya
dengan nilai, sistem, kebiasaan dan adat istiadat. ditekankan.
kebiasaan dan kebijakan mereka. Warga negara multikultural
adalah warga negara yang terdiri dari berbagai jenis
komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan
gagasan yang sedikit berbeda tentang lingkungan, sistem
penggunaan, nilai, struktur organisasi sosial, sejarah,
kebiasaan, dan adat istiadat.
Ada lima alasan mengapa pendidikan multicultural
diperlukan, yaitu:
1. Perubahan kehidupan manusia di Indonesia akibat
kemajuan ekonomi telah memperlebar kesenjangan
sosial antara golongan atas dan golongan bawah.
2. Pergerakan dan mobilitas penduduk yang cukup
tinggi menyebabkan sering dan intensnya
perjumpaan antar kelompok budaya yang berbeda.
3. Daerah pedesaan yang semakin terbuka.
4. Beberapa konflik sosial budaya yang muncul akhir
akhir ini menunjukkan kesalahpahaman budaya yang
besar antara kelompok-kelompok yang berkonflik.
5. Menghapus mitos dan interpretasi sejarah yang tidak
mengarah pada persatuan nasional.
Oleh karena itu, pengembangan pendekatan
multikultural harus didasarkan pada tiga prinsip. Pertama,
keragaman budaya merupakan dasar untuk mendefinisikan
filsafat. Kedua, keragaman budaya dijadikan dasar untuk
mengembangkan berbagai komponen kurikulum, seperti
tujuan, isi, proses, dan penilaian. Ketiga, budaya dalam
lingkungan pendidikan merupakan sumber belajar dan mata
pelajaran yang harus menjadi bagian dari kegiatan belajar
generasi muda.
1. KESIMPULAN
Konsep pluralisme dan multikulturalisme amat penting
untuk kita aplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Sikap
menghargai dan menghormati menjadi faktor penting dalam
memahami arti pluralisme dan multikulturalisme itu sendiri.
Sikap saling menghormati dan menghargai sudah lebih dari cukup
dalam menjalin perbedaan. Penyimpangan menjadi hal yang
paling dikhawatirkan dalam mengartikan konsep pluralisme
maupun multikulturalisme. Maka dari itu, kekuatan Iman dan
Taqwa menjadi acuan yang paling utama dalam menghadapi
perbedaan yang ada di sekitar. Dalam Islam sendiri, pluralisme
dan multikulturalisme termasuk penting. Islam adalah agama
yang menebar kasih, mengajarkan kedamaian, dan mencintai
keberagaman. Jika Islam mengajari itu semua, tentu umatnya
harus melaksanakannya agar tercipta kerukunan antar manusia.
Islam adalah agama terbuka, tidak menutup diri, dan
memberikan kebebasan berpikir kepada umatnya. Ajarannya
mengajak umatnya untuk saling berinteraksi antar sesame
manusia tanpa membeda – bedakan antara satu dengan yang
lainnya. Serta, senantiasa untuk mengajak seluruh umatnya
berdialog untuk mencari kebenaran yang hakiki dengan pihak
lain dan dilakukan secara baik – baiik.
2. PENUTUP
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas Ridha serta
InayahNya, makalah ini bisa terselesaikan. Kami dari
‘Kelompok 3’ selaku penulis dari makalah ini mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam proses pengerjaan makalah ini. Tidak lupa, kritik dan
saran yang membangun sangat kami perlukan agar kami bisa
menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Jika terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami haturkan maaf
yang sebesar – besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA