Anda di halaman 1dari 13

“PLURASISME Dan INKLUSIVISME Dalam Dakwah’’

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Filsafat


Dakwah

Disusun Oleh
Kelompok 9
M.FAHRURROZI (2130504057)
M.MALIK ABDUL AZIZ (2130504056)

Dosen Pengampu : Dr, NURSERI HASANAH NASUTION, M.ag

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKSAI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG

2022
Kata Pengantar

Assalammualaikum Wr.Wb
Bismillahirahmaanirrohiim

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat kelak.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun rohani, sehingga kami mampu menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Dasar-dasar Manajemen Dakwah yang berjudul
“Landasan Manajemen Dakwah”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran untuk makalah ini, supaya nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya maupun kepada pembaca umumnya. Terima Kasih.
Wassalammualikum Wr.Wb.

Rabu, Palembang 11 Mei 2022

….……………………………

I I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….……..I
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………II
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………..……1
B. RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………….…2
C. TUJUAN MASALAH……………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian PLURASISME…………………………………………………….…...3
B. Pengertian INKLUVISISME ………………………………………………..….….5
C. Hubungan PLURASISME dalam Islam…………………………………..……..…7
D. Hubungan INKLUVISISME Dalam Islam……………………………………...…8
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN………………………………………………………………………..9
SARAN…………………………………………………………………………..……9

II I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pluralisme sebagai sebuah sikap mengakui adanya perbedaan-perbedaan harus
diterapkan agar dapat bersikap inklusif di dalam keberagaman. Sebagaimana
diungkapkan Muhammad Arkoun yang menolak menggunakan referensi teologis
sebagai system cultural untuk bersikap ekslusif.
Umat Islam seharusnya menjauhi sifat hegemoni yang berlebihan yang dapat
memarginalisasi kelompok masyarakat lain. Penting bagi seorang Muslim untuk
menjaga moralitas dalam kehidupan karena eklusivisme beragama dan dominasi
Muslim atau nonMuslim dapat merusak iklim pluralisme agama dan persatuan
nasional sehingga sulit dibenarkan oleh prinsip Universalisme Islam itu
sendiri.Bagaimana pandangan Islam terhadap pluralisme. Sebagai agama samawi,
Islam memiliki pandangan tersendiri dalam menyikapi pluralisme dan pluralistis.
Berkaitan dengan tema pluralisme, atau lebih tepatnya memperkenalkan
prinsipprinsip pluralisme, atau lebih tepatnya pengakuan terhadap pluralistis dalam
kehidupan manusia.
Pengakuan Islam terhadap adanya pluralistis itu dapat dielaborasi ke dalam
dua perpektif, pertama teologis dan kedua sosiologis.Pluralistis agama dalam
pandangan Islam masuk ke dalam perspektif teologi Islam tentang agama-agama.
Dalam dikursus kontemporer, pembahasan tentang agama-agama dan relasinya ini
mengambil bentuk dalam Ilmu Perbandingan Agama, sebuah disiplin ilmu yang
berkembang luas di Indonesia setelah diperkenalkan oleh almarhum Mukti Ali,
mantan Guru Besar Ilmu Perbandingan Agama di IAIN (sekarang UIN) Yogyakarta.
Concern Mukti Ali adalah menciptakan suatu dialog positif antar Agama-agama yang
ada, terutama tiga agama besar yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang berkaitan
dengan makalah ini, yaitu :
1) Apa pengertian Plurasisme ?
2) Apa pengertian Inkluvisisme ?
3) Bagaimana Hubungan Plurasisme dalam Islam ?
4) Bagaimana Hubungan Inkluvisisme dalam Islam ?

C.Tujuan Masalah
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas ,diketahui tujuan penulisan makalah ini,
yaitu:
1) Mengetahui apa itu plurasisme ?
2) Dapat mengetahui apa itu Inkluvisime ?
3) Mengetahui Hubungan Plurasisme Dalam Islam ?
4) Mengetahui Hubungan Inkluvisisme Dalam Islam ?

2 I
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Plurasisme

Apa itu pluralisme?  Istilah ini juga bisa dikenal sebagai pluralisme, yang terdiri dari
dua kata yakni plural (beragam) dan isme (paham) sehingga memiliki arti paham atas
keberagaman. Secara umum, pluralisme merupakan sebuah paham yang menghargai
adanya perbedaan di tengah kehidupan masyarakat dan mengizinkan kelompok
berbeda itu tetap menjaga budayanya sebagai ciri khas.

Pengertian pluralisme juga bisa diartikan sebagai kesediaan menerima keberagaman


untuk hidup toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, golongan, agama,
adat dan pandangan hidup.

Pluralisme mengimplikasikan tindakan yang fokus pada pengakuan kebebasan


beragama, kebebasan berpikir atau mencari informasi, sehingga seseorang atau suatu
kelompok butuh kematangan kepribadian mereka untuk mencapai pluralisme.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pluralisme adalah keadaan masyarakat


yang majemuk (bersangkutan dalam sistem sosial dan politiknya), berbagai
kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu masyarakat.

Sedangkan, menurut Webster’s Revised Unabridge Dictionary, pluralisme meliputi:

- Hasil atau keadaan menjadi plural.

- Keadaan seorang pluralis, yang memiliki lebih dari satu keyakinan.

Pengertian Pluralisme Menurut Para Ahli

Adapun pengertian pluralisme menurut para ahli yang memiliki pandangan berbeda-
beda.

1.Geralrd O’Collins & Edward G. Farrugia

3 I
Pengertian pluralisme menurut Geralrd O’Collins & Edward G. Farrugia, yakni cara
pandang fisiologis yang tidak menggambarkan semua pada prinsip atau keyakinan
pribadi. Tapi, ketersediaan untuk menerima berbagai macam keragaman yang ada.
Ruang lingkup pluralisme di antaranya politik, budaya dan agama.

2. Anton M. Moeliono

Anton M. Moeliono berpendapat pengertian pluralisme adalah sesuatu yang memberi


makna jamak atau ganda dari segi kebudayaan yang berbeda dalam masyarakat. Rasa
hormat terhadap nilai kebudayaan lain dan sikap saling menghargai  adalah dasar
terciptanya pluralisme.

3. Syamsul Maa’arif

Menurut Syamsul Maa’arif, pengertian pluralisme adalah suatu sikap saling


memahami dan menghormati adanya perbedaan demi tercapainya kerukunan antar
umat beragama.

4. Santrock

Santrock menyatakan pengertian pluralisme adalah penerimaan tiap individu yang


berpendapat bahwa perbedaan budaya harus dipertahankan dan dihargai
keberadaannya.

5. Webster

Pengertian pluralisme menurut Webster, yakni keadaan sosial yang hadir dalam
beragam etnis, agama, ras dan etnis yang mempertahankan tradisi berpartisipasi dalam
masyarakat. Kemudian, kondisi ini menciptakan sebuah pola masyarakat yang hidup
saling berdampingan dalam keberagaman yang ada.

4 I
B. Pengertian Inkluvisime

Inklusivisme dalam suatu komunitas merupakan suatu kelompok yang


jumlahnya minoritas, karena pada kenyataannya eksklusivisme menjadi lebih besar
dan dominan dalam komunitas beragama tersebut. Eksklusivisme adalah suatu paham
yang menganggap bahwa hanya pandangan dan kelompoknya yang paling benar.
Namun, belajar dari pengalaman-pengalaman praktik keagamaan, eksklusivisme
mempunyai dampak yang kurang baik karena tidak terlepas dari pergulatan politik
atas paham tersebut.

Paham eksklusivisme dalam sejarahnya telah meninggalkan rekam jejak


sejarah yang kelam, yaitu peperangan dan konflik yang dipicu oleh sesuatu (tidak
berdiri sendiri). Konflik selalu disokong oleh pandangan keagamaan tertentu, dan
konsekuensi yang dihasilkan adalah paham keagamaan tidak bernuansa pencerahan
dan pembebasan, melainkan bercorak konflik dan kekerasan. Tidak ada kata lain
dalah paham eksklusivisme telah membentuk sebuah paham keagamaan yang tidak
mampu mengembangkan budaya dialog dan toleransi. Jangankan untuk konteks antar
agama, kontes intra agama sekalipun, eksklusivisme telah menjadi batu sandungan
tersendiri. Semua kelompok baik yang fundamentalis maupun liberalis sama-sama
terjebak dalam klaim kebenarannya masing-masing, karena paham eksklusivisme
telah melahirkan keresahan dan kegelisahan baru dalam konteks membentuk
kehidupan beragama yang damai dan toleran.

Inklusivisme merupakan salah satu jalan untuk membangun peradaban


toleransi. Aspek yang paling penting dalam toleransi adalah kehendak kuat untuk
memahami pihak lain tanpa harus kehilangan jati diri sendiri. Mengenal dan
memahami pribadi orang lain akan memudahkan jalan untuk mengenali dan menjalin
kerjasama. Manusia akan semakin memperlakukan dan diperlakukan sebagai
manusia, sebagaimana slogan “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak pula
toleran.”

Meniti kehidupan dengan paham inklusivisme ini akan mampu mengatasi


berbagai perbedaan pemahaman serta tindakan intoleran, dan mampu mengambil
langkah-langkah alternatif untuk menyelesaikan konflik secara adil dan beradab. Cak

5 I
Nur, juga memberikan gambaran yang menarik terkait paham inklusivisme, yaitu
suatu sikap yang bertujuan untuk menumbuhkan suatu sikap kejiwaan yang melihat
adanya kemungkinan orang lain itu benar. Orang yang sekalipun bersalah harus
dibangun suatu pemahaman kejiwaan tentang pra-duga tidak bersalah (presumption of
innocence).Manusia diciptakan dalam keadaan fitrah, maka setiap orang pada
dasarnya adalah suci dan benar. Potensi untuk benar adalah primer.

Inklusivisme merupakan fitrah yang telah dititipkan Tuhan kepada setiap


manusia agar membangun kesetaraan, persamaan, kerukunan, dan keadilan.
Mengingat potensi benar adalah primer, maka hal ini memiliki potensi untuk berbuat
baik. Berdasarkan pemahaman terhadap keyakinan beragama yang memiliki sikap
toleransi dan perdamaian. Selain itu, esensi dari paham inklusivisme adalah
dibawanya pesan-pesan kemanusiaan yang bersifat universal dengan
menumbuhkembangkan sikap-sikap serta prasangka yang baik terhadap sesama.
Tenda toleransi yang pada hakikatnya memberikan pembelajaran dari paham
inklusivisme senantiasa harus terus digelar dan dibentangkan sebagai upaya
membangun budaya inklusif, sehingga titik lemah dari paham inklusivisme ini, yakni
basis kultural akan mampu meredam hegemoni eksklucontentsivismesebagai suatu
paham yang memupuk dan menonjolkan sikap intoleransi.

C. Hubungan PLURASISME dalam Islam

Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk


agama lain adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai bagian dari keberagaman
(pluralitas). Namun anggapan bahwa semua agama adalah sama (pluralisme) tidak
diperkenankan, dengan kata lain tidak menganggap bahwa Tuhan yang 'kami' (Islam)
sembah adalah Tuhan yang 'kalian' (non-Islam) sembah. Pada 28 Juli 2005, Majelis
Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa melarang paham pluralisme dalam agama
Islam.

 Dalam fatwa tersebut, pluralisme didefinisikan sebagai ""Suatu paham yang


mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap
agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim
bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme

6 I
juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan
berdampingan di surga".

Namun, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan oleh
kalangan Muslim itu sendiri. Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah
dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing (lakum diinukum wa
liya diin).

Tapi solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan


konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama-agama yang ada.
Di Indonesia, salah satu kelompok Islam yang dianggap mendukung pluralisme
agama adalah Jaringan Islam Liberal. Di halaman utama situsnya terulis: "Dengan
nama Allah, Tuhan Pengasih, Tuhan Penyayang, Tuhan segala agama.

D. Hubungan Inkluvisisme dalam islam


Menurut Islam, paham Inklusivisme memberikan ruang yang sangat longgar
kepada orang-orang diluar keyakinannya, apalagi menganggap salah agama lain.
Sesuai dengan ajaran yang terdapat dalam al- Qur'an, Islam sangat menekankan
kerukunan dan tidak memberikan paksaan kepada non muslim untuk keluar dari
keyakinannya.

Model In Spite of, walaupun melihat institusi agama lain sebagai hambatan


untuk menerima keselamatan, tidak menolak bahwa ada kemungkinan bahwa orang-
orang yang beragama lain dapat diselamatkan oleh anugerah atau rahmat dari
Allah. Sementara itu model By Means of bersikap lebih positif terhadap agama lain.

Model ini melihat bahwa Allah juga memberikan rahmat melalui Kristus di
dalam agama-agama lain, dalam kepercayaan dan ritual-ritual agama lain
tersebut. Karena rahmat dan kehadiran Kristus di dalam diri dan mealalui agama-
agama lain, maka orang-orang beragama lain itu juga terorientasi ke dalam gereja
Kristen, dan disebut sebagai "Kristen Anonim".Pandangan ini dikemukakan oleh Karl
Rahner.

7 I
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dalam


sistem sosial dan politiknya), berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu
masyarakat. Pluralisme mengimplikasikan tindakan yang fokus pada pengakuan
kebebasan beragama, kebebasan berpikir atau mencari informasi, sehingga seseorang
atau suatu kelompok butuh kematangan kepribadian mereka untuk mencapai
pluralisme. Inklusivisme merupakan salah satu jalan untuk membangun peradaban
toleransi. Aspek yang paling penting dalam toleransi adalah kehendak kuat untuk
memahami pihak lain tanpa harus kehilangan jati diri sendiri. Mengenal dan
memahami pribadi orang lain akan memudahkan jalan untuk mengenali dan menjalin
kerjasama. Manusia akan semakin memperlakukan dan diperlakukan sebagai
manusia, sebagaimana slogan “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak pula
toleran.

SARAN

Dengan makalah ini pembaca diharapkan dapat memahami pembahasan tentang


“PLURASISME dan INKLUVISISME dalam dakwah”. Perlu di pahami bahwa
suatu kehidupan dakwah senantiasa penuh dengan tantangan.sebagai seorang muslim
hendaklah menghadapinya dengan sabar dan tidak berputus asa,dengan belajar dan
berkaca pada perjalanan dakwah di masa lalu. Demikianlah makalah yang dapat kami
sajikan , kami menyadari makalah kami masih banyak kekeliruan , semoga maklah ini
bermanfaat .

8 I
DAFTAR PUSTAKA

Zuhairi Misrawi, Alquran Kitab Toleransi – Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil
Alamin, Pustaka Oasis, Jakarta, Jakarta, 2010, hlm. 176-195.

Raimondo Pannikar, The Intra Religious Dialogue, Kanisius, Yogjakarta, 2000., hlm.
20. Dalam buku Zuhairi Misrawi, Ibid., hlm. 178.

The Harvard Law Review Association, ed. by Huge W. Odgen, et.al., The
Presumption of Innocence, Harvard Law Review, Vol. 9, No. 2, 1895, download
content on Feb 2, 2017, hlm. 144-145.

Paul F. Kintter. 2008. Pengantar Teologi Agama-agama. Yogyakarta: Kanisius.

Yatim, Badri. (1997). Historiografi Islam. Logos Wacana Ilmu. Jakarta.

https://uinsgd.ac.id/pluralisme-agama-dan-pendidikan-inklusif/

9 I

Anda mungkin juga menyukai